NASKAH PUBLIKASI
Proses Taubat Narapidana Napza
Telah Disetujui Pada Tanggal
_______________________
Dosen Pembimbing
(Qurotul Uyun, S.Psi.,M.Si)
PROSES TAUBAT NARAPIDANA NAPZA
Rommy Bastian Qurotul Uyun
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses taubat narapidana napza. Ada lima dimensi yang mencakup taubat yaitu, menyadari kesalahan, menyesali kesalahan, memohon ampunan kepada Allah SWT, berjanji tidak mengulangi, menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang mahasiswa yang pernah masuk penjara karena penyalahgunaan napza di Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan dalam pengambilan data menggunakan wawancara dan observasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada enam kategori utama yang merupakan proses perjalanan menuju taubat narapidana napza yaitu, karena menggunakan napza, dampak dari penggunaan napza dan masuk penjara, adanya fase evalusi diri dan munculnya kesadaran, proses menuju perubahan, yang kemudian bermuara pada pertaubatan. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pertaubatan dilihat dari evalusi diri dan lahirnya kesadaran. Keluarga juga mempunyai peranan terhadap proses perubahan yang dijalani subjek yaitu, memberikan dukungan agar subjek tetap kuat dan optmis dalam menjalani hidup. Pengenalan diri pada subjek seperti mengetahui keterbatasan, kekurangan dan kemampuan yang dimiliki, kemudian merubahnya menjadi kekuatan positif untuk meraih cita-cita yang hendak dicapai dalam hidup serta menjaga semangat dalam menjalani proses perubahan dalam hidup.
Kata kunci: Taubat, Napza.
Pengantar Masyarakat berkembang dalam mencapai kemajuan peradaban dengan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Salah satu hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi adalah menghasilkan obat-obatan bagi dunia kedokteran dan farmasi yang sangat membantu mengatasi berbagai macam penyakit yang ada pada manusia. Narkotika dan psikotropika dapat menyembuhkan banyak penyakit dan mengakhiri penderitaan. Namun dalam perkembangannya terjadi penyalahgunaan napza di masyarakat yang membawa dampak negatif. Partodiharjo (2006) menyebutkan bahwa salah satu akibat yang ditimbulkan dari penyalahgunaan napza adalah menjadi pemicu tindakan kriminalitas. Tindakan penyalahgunaan napza dapat dikenai hukuman pidana penjara yang telah di atur dalam undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang narkotika dan undang-undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Sementara itu data jumlah pemakai napza berdasarkan hasil survei BNN (badan narkotika nasional) dan Universitas Indonesia terhadap puluhan ribu pelajar dan mahasiswa di 33 provinsi selama kurun waktu tiga tahun yakni 20042006, jumlah penyalahgunaan napza meningkat sebesar 1,4 persen atau sekitar satu juta orang (http://www.antara-news.com). Narapidana adalah sebutan bagi seseorang yang melakukan pelanggaran hukum yang berlaku di negara ini, baik disengaja maupun tidak disengaja yang kemudian dikenai hukuman penjara. Di mata masyarakat terjadi pelabelan negatif terhadap orang yang pernah di penjara, bahwa mereka adalah bekas penjahat yang tidak akan pernah berubah menjadi baik dan penjara tidak membuat orang jahat menjadi baik,
malah menjadi semakin jahat. Pandangan inilah yang berlaku didalam masyarakat kita, mengakibatkan orang yang pernah masuk penjara susah diterima kembali oleh masyarakat, apabila kebanyakan orang tidak mau menerima mereka, itu secara tidak langsung sama saja menyuruh mereka untuk berbuat jahat kembali Menurut Suharjo “Tiap orang adalah manusia dan harus diperlakukan sebagai manusia, meskipun ia telah tersesat, tidak boleh ditunjukkan pada narapidana bahwa ia itu penjahat. Sebaliknya ia harus selalu merasa bahwa dia dipandang dan diperlakukan sebagai manusia”. Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan sama halnya dengan lingkungan luar, narapidana juga bisa bebas beraktivitas dan berkreatiftas guna memenuhi kebutuhan akan makna hidupnya. Tidak selamanya terali besi atau penjara membuat seorang narapidana berhenti dalam mengembangkan ekspresinya, didalam
penjara
mereka
juga
bisa
menyalurkan
bakat
dan
minatnya
(http://www.ditjenpas.go.id). Fenomena yang peneliti temui dilapangan adalah terjadinya penyalahgunaan napza oleh sebagian teman-teman peneliti, yang berjumlah lima orang. Kebebasan yang disalahartikan dalam menjalani kehidupan tidak hanya merugikan diri sendiri tapi juga keluarga dan masyarakat, seperti yang terjadi pada teman-teman peneliti, mereka begitu nikmat menggunakan napza tanpa memikirkan bahwa napza itu bisa merusak diri sendiri sehingga melupakan kewajibannya sebagai manusia dan mahasiswa. Pada akhirnya kelima orang ini ditangkap polisi dan dijebloskan ke penjara dalam rentang waktu kurang lebih enam bulan pada tempat yang berbeda di Yogyakarta. Selama menjalani hukuman penjara, peneliti kadang datang untuk
membesuk. Hari-hari pertama menjalani kehidupan dipenjara, peneliti melihat guratan wajah-wajah ketakutan dan tertekan sebab masing-masing baru pertama kali merasakan masuk penjara. Setelah melewati beberapa minggu baru peneliti sedikit melihat ketenangan pada diri mereka. Dua orang di antaranya yang akan menjadi subjek dalam penelitian ini berinisial Br dan Pt. Sedangkan tiga orang yang lainya setelah keluar dari penjara pun, sampai saat ini masih menggunakan NAPZA. Br merupakan yang pertama keluar dari penjara, peneliti ikut menjemput Br saat baru keluar dari penjara, disusul satu bulan kemudian oleh Pt. Pada akhirnya Br dan Pt pulang kerumah orang tua masing-masing. Peneliti berpikir mungkin tidak akan bertemu Br dan Pt lagi. Beberapa minggu kemudian Br dan Pt kembali ke Yogya. Saat bertemu dengan peneliti pada waktu dan tempat yang berbeda, Br dan Pt menceritakan pengalamannya selama dipenjara dan kegelisahan hati mereka. Dari hasil wawancara awal dengan kedua subjek pada saat itu mengenai tentang perasaan pesimis terhadap masa depan yang akan mereka jalani mengingat statusnya sebagai mantan narapidana napza serta mengutarakan niatnya untuk kembali melanjutkan kuliah yang sempat terbengkalai. Setelah berbicara panjang lebar dengan Br dan Pt, peneliti kemudian menarik kesimpulan bahwa keinginan terdekat mereka antara lain adalah ingin melanjutkan kuliah karena merasa mempunyai tanggung jawab moral pada orang tua, ingin melakukan sesuatu yang terbaik bagi hidup mereka serta bertekad merubah diri menjadi lebih baik lagi. Selain itu peneliti juga juga melakukan observasi terhadap kedua subjek dan melihat perubahan yang cukup drastis pada diri Br dan Pt saat ini
seperti, tidak lagi menggunakan napza, menjalankan sholat lima waktu, berusaha untuk tidak lagi ke diskotik atau kafe dan bergadang sampai larut malam. Hal ini bertolak belakang dengan masa sebelumnnya, dimana dulu peneliti melihat sebelum masuk penjara Br dan Pt cukup akrab dengan kehidupan malam seperti menghabiskan waktu di diskotik atau kafe sambil menikmati napza yang hampir saja menghancurkan hidup mereka. Berangkat dari hal di atas penulis mengasumsikan bahwa sebagian orang yang pernah masuk penjara kehilangan semangat hidup, dikucilkan dari pergaulan masyarakat dan pesimis memandang masa depan. Penulis kemudian bermaksud mengeksplorasi bagaimana proses pertaubatan yang dijalani mahasiswa yang pernah masuk penjara baik ketika masih dipenjara maupun ketika mereka telah kembali kelingkungan sosial. Menjadi pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah bagaimana mahasiswa yang pernah masuk penjara menjalani proses pertaubatan atas kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu ?
Taubat Taubat berakar dari kata ta’ba yang berarti kembali. Orang yang bertaubat kepada Allah SWT adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu (Ilyas, 2006). Dalam kamus islam (Thabbarah, 1984) taubat adalah suatu jalan menuju penghapusan dosa. Di samping itu, taubat merupakan salah satu sarana yang membersihkan jiwa dari segala noda dan dosa. Secara terminologi taubat berarti kembali dari sifat-sifat dan perbuatan yang
tercela menuju sifat-sifat dan perbuatan yang terpuji, Zaibari (2002) sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nur ayat 31 : “Dan bertaubatlah kalian semua kepada Allah, wahai orang-orang mukmin, agar kalian mendapat keberuntungan”. Abdillah (2005), adapun maksud tujuan, taubat adalah jika seseorang yang bertaubat menghadap Allah dengan hati yang khusuk dalam keadaan memiliki maksud tujuan mengharap wajah-Nya yang mulia dan sangat berhasrat untuk memperoleh ampunan-Nya serta dalam kondisi takut terhadap siksa-Nya. Adapun dimensi-dimensi taubat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Menyadari kesalahan, Menyesali kesalahan, Memohon ampunan kepada Allah SWT (istighfar), Berjanji tidak akan mengulangi, Menutupi kesalahan masa lalu dengan amal shaleh.
B. Napza Napza merupakan singkatan dari narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif (Karsono, 2004). Sejalan dengan itu Sasangka (2003), menyatakan bahwa akronim napza adalah narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif. Dirdjosisworo (2002), napza adalah narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif. Menurut Gunawan (2006), napza adalah narkotika, alkohol, psikotropika dan zat adiktif. Istilah lain yang digunakan adalah seperti narkoba yaitu singkatan dari narkotika dan bahan-bahan berbahaya. Istilah narkoba ditambah alkohol sering di sebut naza (narkotika, alkohol dan Zat adiktif lainya), tetapi kemudian muncul obatobatan yang sejenis dengan narkotika, hanya saja tidak ada kandungan narkotika di
dalamnya yang di sebut dengan psikotropika. Di antara ketiga istilah tersebut, napza adalah istilah yang paling mewakili semua bahan yang menyebabkan ketergantungan (adiksi, kecanduan), yang jika dipakai tidak sesuai dosis yang dianjurkan akan menyebabkan terjadinya kerusakan syaraf.
Taubat narapidana napza Berdasarkan uraian beberapa ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa taubat narapidana kasusnapza adalah pengakuan atas dosa yang telah dilakukan secara langsung memohon ampunan kepada Allah SWT melalui sholat dan bertaubat serta tidak akan mengulangi perbuatannya lagi. Islam menitikberatkan pengakuan tersebut kepada Allah SWT, semata. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memahami secara mendalam obyek dari penelitian ini. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, yaitu suatu data yang mengandung makna dengan dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat penelitian di lapangan (Sugiyono, 2005). Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang pernah masuk penjara karena kasus napza. Sarantakos (Poerwandari, 2005) menyebutkan prosedur pengambilan sample dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik: 1. Tidak diarahkan pada jumlah sample yang besar, melainkan pada kasus tipikal
dengan kekhususan masalah. 2. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karekteristik sampel, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian. 3. Tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti jumlah ataupun peristiwa) namun lebih pada kecocokan konteks. Desain penelitian ini menggunakan studi kasus, karena studi kasus dalam penelitian ini sangat banyak manfaatnya, di mana kasus yang diangkat merupakan kasus orang-orang tertentu ataupun kelompok dengan karakteristik tertentu, kasus yang diambil adalah kasus yang dianggap mewakili kelompok “normal” dari fenomena yang diteliti, walaupun hasil yang didapatkan nantinya tidak dimaksudkan untuk digeneralisasi, mengingat sample tidak bersifat pasti Poerwandari (1998). Desain penelitian ini dipergunakan untuk menjelaskan hasil penelitian ini tanpa harus dimaksud untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori.
Hasil Penelitian Tabel 1 Hasil analisa isi; kategori, sub kategori, dan tema Kategori Sub kategori Motif ingin tahu
Motif menggunakan narkoba
Tema - Di tawari oleh teman - Sering ketempat hiburan malam - Suka coba hal baru - Terasa enak akhirnya nyoba terus
Dampak dari penggunaan napza
Evaluasi diri
Tujuan hidup
Lingkungan
- Pergaulan - Pengaruh teman
Dampak terhadap mental
- Merasa sedih dan masa depan gelap - Merasa tidak berguna - Sempat hilang percaya diri - Menyesal
Dampak terhadap fisik
- Napza merusak jaringan syaraf di otak dan jantung - Merusak ketahanan tubuh serta mengakibatkan kematian
Dampak terhadap moral
- Masyarakat memandang negatif - Khawatir atas pandangan orang-orang - Pandangan masyarakat nanti seperti apa
Penyesalan
- Merasa melakukan hal yang tidak berguna - Tinggal penyesalan - Hidup tanpa napza jauh lebih indah
Melanjutkan kuliah
- Tujuan hidup terdekat menyelesaikan kuliah - Kuliah yang serius biar cepat lulus
Mencari kerja
- Berharap setelah selesai kuliah dapat pekerjaan yang baik - Punya pekerjaan yang mapan
Membahagiakan orang tua
- Sadar untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi orang tua
- Punya tanggung jawab moral dengan orang tua Arti kehidupan
Pemaknaan hidup
- Titik balik kehidupan - Mau belajar dan berubah menjadi baik - Hidup adalah sebuah perjuangan - Merasa semua ini cobaan dari tuhan
Dukungan sosial
Dukungan sosial
- Keluarga mendukung untuk menyelesaikan kuliah - Keluarga memberi support agar tetap kuat dan optimis dalam menjalani hidup ini
Pemenuhan spiritual
Mendekatkan diri kepada Allah SWT
- Mendekatkan diri pada tuhan dan banyak belajar agama - Menjalankan sholat 5 waktu, belajar baca tulis al quran - Bersyukur tuhan masih memberikan kesempatan hidup - Jadi banyak belajar agama
Pembahasan Dari tabel tersebut dapat di jelaskan bahwa ada tujuh kategori utama proses perjalanan menuju pertaubatan pada kedua subjek narapidana napza, yaitu berawal dari individu yang menggunakan napza, dampak yang di timbulkan dari menggunakan napza dan masuk penjara, fase evaluasi diri yang kemudian memunculkan kesadaran untuk memahami arti kehidupan dan dukungan sosial dari
keluarga serta pemenuhan spiritual. Tujuh hal tersebut sangatlah berkaitan satu sama lain dalam proses taubat narapidana napza. Sebagaimana gambaran tersebut diatas, kedua subjek menggunakan napza adalah karena, pertama faktor internal yang berasal dari diri subjek sendiri yaitu di dorong oleh rasa ingin tahu, kedua di pengaruhi oleh faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan pergaulan di sekitar subjek yang turut mempermudah subjek untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan diri sendiri secara bebas. Suhanda (2006), Mengatakan bahwa, salah satu ciri perkembangan masa remaja yang dapat mendorong menggunakan napza yaitu, kurangnya kepercayaan diri, ketidakmampuan menghadapi stres, coba-coba, dan untuk memperoleh pengalaman baru. Kebebasan yang oleh sebagian orang disalahartikan akhirnya berujung pada pelanggaran terhadap norma-norma agama dan hukum yang berlaku ditengah-tengah masyarakat seperti penggunaan napza. Dampak yang ditimbulkan dari pelanggaran terhadap norma-norma agama dan hukum yang ada ditengah-tengah masyarakat, jelas akan merugikan bagi pelakunya, seperti yang dialami oleh kedua orang subjek dalam penelitian ini. Menurut Partodiharjo (2006), pemakai napza dapat mengalami kerusakan organ tubuh dan menjadi sakit sebagai akibat langsung adanya napza dalam darah, misalnya kerusakan paru-paru, ginjal, hati, otak, jantung dan kematian. Kerusakan pada organ tubuh tersebut kemudian menyebabkan perubahan sifat, sikap dan perilaku yang memicu terjadinya kriminalitas di masyarakat. Adapun dampak yang muncul kemudian yang di rasakan oleh subjek akibat dari
menggunakan napza antara lain, dampak secara mental yaitu membuat subjek merasa sedih saat masuk penjara, merasa masa depan yang gelap, merasa menjadi orang yang tidak berguna, serta sempat hilang kepercayaan diri ketika berhadapan dengan lingkungan sosial. Dampak terhadap fisik yang subjek pahami kemudian, bahwa napza bisa merusak jaringan syaraf di otak dan jantung, dapat merusak ketahanan tubuh dan dapat menyebabkan kematian. Kemudian dampak terhadap moral bagi subjek yaitu, merasa khawatir atas pandangan masyarakat ketika melihat diri subjek sebagai orang yang pernah menjalani hukuman penjara karena menggunakan napza. Evaluasi diri yang subjek lakukan selama berada di dalam hukuman penjara atas peristiwa hidup yang di alami melahirkan rasa penyesalan yang mendalam, kemudian memunculkan kesadaran dan harapan dalam menetapkan tujuan hidup. Nurulhuda (2006), mengatakan salah satu tanda bertaubat adalah munculnya rasa penyesalan didalam hati, dengan rasa penyesalan tersebut seseorang mengetahui bahwa dirinya telah melakukan suatu kesalahan. Kesadaran belum melakukan sesuatu yang berguna bagi hidupnya dan keluarga. Mendorong kedua subjek memperbaiki diri secara menyeluruh dan belajar dari kesalahan itu sendiri. Kedua subjek berusaha untuk tetap optimis menjalani masa depan dan berharap hidup lebih baik. Hal ini dapat di lihat dalam usaha subjek melakukan perbaikan-perbaikan bagi diri sendiri, masa depan dan orang tua. Usahausaha yang di lakukan dan harapan subjek antara lain berupaya menyelesaikan kuliah yang sempat terbengkalai, berharap setelah selesai kuliah dapat pekerjaan yang baik dan mapan, serta sadar belum melakukan sesuatu yang berguna dan merasa
mempunyai tanggung jawab moral sama orang tua. Kedua subjek berupaya menyadari bahwa tidak ada manusia yang sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, serta berusaha berbenah diri dari setiap kesalahan yang pernah di perbuat dan meningkatkan potensi diri untuk mencapai kebaikan. Kegagalan dan kesalahan yang pernah dilakukan semasa hidup merupakan cambuk yang mendorong subjek menggapai masa depan dan cita-cita hidup yang lebih baik lagi. Perjalanan hidup yang dijalani subjek sampai harus mendekam di dalam penjara meninggalkan penyesalan yang membuat subjek jadi memahami dan mengambil hikmah atas perbuatannya, berupa memahami arti kehidupan dan memaknainya dalam upaya mendidik diri dalam bentuk keinginan subjek untuk menjadi lebih baik, merasa semua hal yang terjadi pada diri subjek sebagai cobaan dari tuhan dan menganggap peristiwa yang telah terjadi sebagai titik balik kehidupan serta memandang hidup adalah sebuah perjuangan. Al-ghazali (1983) menyatakan gerak hati yang timbul dari penyesalan itu ialah hasrat untuk memperbaiki diri. Hal ini ada yang berhubungan dengan waktu sekarang yaitu yang mewajibkan menjauhi setiap larangan dan melaksanakan setiap suruhan. Adapun yang berhubungan dengan waktu lampau ialah memperbaiki diri atas kesalahan masa lalu, sedangkan yang berhubungan dengan masa yang akan datang yaitu menjaga ketaatan dan meninggalkan maksiat sampai mati. Disamping itu keharmonisan dalam keluarga yang dimiliki kedua subjek merupakan suatu bentuk dorongan yang sangat positif bagi subjek. Karena subjek merasa menjadi manusia yang tidak berguna dan tidak percaya diri untuk kembali ke lingkungan sosial, keluarga mampu memberikan
dorongan agar tetap kuat dan optimis dalam menjalani hidup serta memberikan dukungan kepada subjek untuk menyelesaikan kuliah. Pemahaman subjek atas eksistensi diri sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang mempunyai banyak kelemahan mendorong subjek untuk mendekatkan diri pada sang pencipta dalam bentuk upaya subjek menjalankan sholat lima waktu, belajar lebih banyak tentang agama yang membuat subjek lebih tenang menjalani hidup, merasa diingatkan Allah SWT seperti baca-tulis Al quran serta bersyukur pada Allah SWT masih diberi kesempatan hidup. Akumulasi dari serangkaian peristiwa dalam hidup subjek mendorongnya untuk melakukan evaluasi diri secara menyeluruh atas perjalanan hidup selama ini yang melahirkan rasa kesadaran dan penyesalan atas kesalahan-kesalahan pada masa lalu yang kemudian bermuara pada pertaubatan kepada Allah SWT. Demikianlah bagaimana proses taubat narapidana napza berdasarkan hasil penelitian ini. Kesimpulan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada enam kategori utama yang merupakan proses perjalanan menuju taubat narapidana napza yaitu, karena menggunakan narkoba, dampak dari penggunaan narkoba dan masuk penjara, adanya fase evalusi diri serta munculnya kesadaran, memahami arti kehidupan dan pemenuhan spiritual yang kemudian bermuara pada pertobatan. Mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya pertobatan dilihat dari evalusi diri dan munculnya kesadaran untuk menyelesaikan kuliah, mencari kerja dan
membahagiakan orang tua. Arti kehidupan berupa banyak belajar agama, melihat peristiwa yang terjadi sebagai titik balik kehidupan dan menganggap hidup adalah perjuangan, serta merasa peristiwa yang terjadi adalah suatu bentuk cobaan dari tuhan untuk mengingatkan subjek. Keluarga yang harmonis juga mempunyai peranan terhadap proses perubahan yang dijalani subjek yaitu, memberikan dukungan agar subjek tetap kuat dan optmis dalam menjalani hidup serta mendukung upaya subjek untuk menyelesaikan kuliahnya. Kesadaran sebagai manusia yang mempunyai banyak kelemahan mendorong subjek untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam bentuk belajar agama, menjalankan sholat lima waktu dan bersyukur kepada Allah masih diberi kesempatan hidup. Proses perbaikan diri yang dilakukan subjek secara utuh dan menyeluruh, meliputi segala aspek dan sisi kehidupan, sebagai individu yang pernah terjerumus kedalam gelapnya dunia napza, subjek berupaya menata kembali hubungan dengan diri sendiri, keluarga, orang lain, lingkungan sekitarnya dan yang lebih penting lagi adalah memperbaiki nilai-nilai moral dan spritual. Perubahan dan perbaikan diri apapun bentuknya sangat tergantung pada sejauh mana subjek mengenali dirinya. Diantara bentuk pengenalan diri
pada subjek adalah mengetahui keterbatasan,
kekurangan dan kemampuan yang dimiliki, kemudian merubahnya menjadi kekuatan positif untuk meraih cita-cita yang hendak dicapai dalam hidup serta menjaga semangat dalam menjalani proses perubahan dalam hidup.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberi saran kepada pihak-pihak berikut : 1. Bagi subjek penelitian Subjek penelitian diharapkan mampu memahami bahwa untuk menuju pertaubatan dibutuhkan suatu tekad dan keyakinan yang kuat bahwa subjek mampu mendidik dan merubah diri menjadi manusia yang lebih baik serta dapat terus mempertahankan pertaubatan yang telah dicapai dengan sikap yang konsisten. 2. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya jika tertarik untuk melakukan penelitian dengan tema serupa mungkin dapat mempertimbangkan fenomena lain yang berpengaruh dengan pertaubatan yang sekiranya dapat menunjang penelitian ini. 3. Bagi lembaga pemasyarakatan dan pihak yang berwajib Perlu dipahami bahwa pemakai napza merupakan korban dari suatu tindakan yang melanggar hukum, jadi diperlukan penanganan hukum yang berbeda dengan tindakan kriminal yang lain. 4. Bagi lembaga rehabilitasi napza Bedasarkan hasil penelitian, lembaga rehabilitasi napza diharapkan mampu mengkombinasikan cara-cara penyembuhan bagi para pemakai napza dengan menggunakan metode pendekatan agama, dalam hal ini ajaran Islam.
Daftar Pustaka Abdillah, M.M. 2005. Rahasia Masuk Surga (Terjemahan). Jawa Tengah : Penerbit Abyan Solo. Al-Darini, AA.BS.AA (1960). Melancong Ke Surga: Tatacara Menggapai Cinta Ilahi (Terjemahan). Jakarta Selatan : Penerbit Hikmah. Al-Qalami, A.F. 2007. Merapat Kelangit Surgawi. Yogyakarta : Mata Pena. Az-Zaibari, AS. 2002. Manajemen Kalbu: Resep Sufi Menghentikan Kemaksiatan (Terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Alibasyah, P. 2005. Bahan Renungan Kalbu: Penghantar Mencapai Pencerahan Jiwa. Bandung : Cahaya Makrifat. Ali, Z. 2007. Hukum Pidana Islam. Jakarta : Sinar Grafika. Duran, V.M dan Barlow, D.H 2007. Intisari Psikologi Abnormal (Terjemahan). Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Ghazali, I.1983. Kitab Taubat, Sabar dan Syukur (Terjemahan). Jakarta Pusat : PT. Tintamas Indonesia. Hasan, M. 2002. Membentuk Pribadi Muslim. Yogyakarta : Pustaka Nabawi. Haryanto dan Haditono, S.R. 1997. Hubungan Antara Jangka Waktu Pembinaan Dengan Penurunan Gejala-Gejala Ketergantungan Narkotika. Jurnal Psikologika, No.2, Halaman 51. Ilyas, Y. 2006. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset. Karsono, E. 2004. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung : CV Yrama Widya. Kholiq, M.A. 1996. Masalah Disparitas Pidana dan Pengaruhnya Terhadap Proses Pembinaan Narapidana di Lembaga pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Jurnal Logika, No. III, Halaman 55. Masyhur, K. 1986. Membina Moral dan Akhlak. Jakarta : Radar Jaya Offset. Matthews, D. A. McCullough, M. E. Larson, D. B. Koenig, H. G. James, P. S. Milano, M. G.1998;7(2):118-124. Religious Commitment and Health Status: A
Review of the Research and Implications for Family Medicine. Archives of Family Medicen. Nurulhuda. 2006. Mata Tanpa Cahaya: Sebuah Taujih Ruhani. Surakarta : Penerbit Smart Media. Partodiharjo, S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaanya. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama. Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. JAKARTA : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Universitas Indonesia. Qaradhawi, Y. 2006. Fiqih Wanita. Bandung : Penerbit Jabal. Sasangka, H. 2003. Narkotika dan Psikotropika Dalam Hukum Pidana. Bandung : Mandar Maju. Soejono, D. 1985. Narkotika dan Remaja. Bandung : Percetakan Offset Alumni. Suhanda Dkk. 2006. Panduan Menghindari Jerat Narkoba. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Supramono, G. 2001. Hukum Narkoba Indonesia. Jakarta : Djambatan. Syafii, A. 2005. Membentuk Keshalihan Sosial Melalui Dimensi Spritualitas. Jurnal Studi Islam, Vol. II, No.1, Halaman 45. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta. Sujatno, A. 2007. Pencerahan Dibalik Penjara http://www.ditjenpas.go.id Thabbarah, A.A.F. 1984. Dosa Dalam Pandangan Islam (Terjemahan). Bandung : Penerbit Risalah. Willy, H. 2005. Berantas Narkoba Tak Cukup Hanya Bicara. Yogyakarta : UII Press. Weka, G. 2006. Keren Tanpa Narkoba. Jakarta : PT. Grasindo. Yunus, A.T.M 2005. Pelipur Jiwa Yang Terluka (Terjemahan). Jakarta Selatan : Penerbit Hikmah.
http://www.seputar indonesia.com /1012/07 http://www.antara-news.com/1511/07
Identitas Penulis Nama
: Rommy Bastian
Alamat
: Jln. Ra. Kartini No. 153, Kerinci-Jambi
No. Telp
: 081328045010