LABEL PADA MANTAN NARAPIDANA DI DESA AIR LENGIT KECAMATAN BUNGURAN TENGAH KABUPATEN NATUNA
NASKAH PUBLIKASI
Oleh NASRIYAH NIM : 100569201036
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2017
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini : Nama
: NASRIYAH
NIM
: 100569201036
Jurusan/ Prodi : SOSISOLOGI Alamat
: Jl. Kebun Nangka, Rt 003/ Rw 001 Desa Air Lengit, Kabupaten Natuna
Nomor Telp
: 0823 9010 9919
Email
:
[email protected]
Judul Naskah
: Label Pada Mantan Narapidana Di Desa Air Lengit Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 14 Februari 2017 Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Emmy Solina, M.Si NIDN. 1020118401
Marisa Elsera, S.Sos, M.Si NIP: 198710192014042001
1
LABEL PADA MANTAN NARAPIDANA DI DESA AIR LENGIT KECAMATAN BUNGURAN TENGAH KABUPATEN NATUNA NASRIYAH EMMY SOLINA MARISA ELSERA
Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK Tindak pidana merupakan bentuk dari perilaku menyimpang yang akan selalu ada dan melekat pada tiap bentuk masyarakat. Seseorang yang telah melakukan tindak pidana dan menjalankan persidangan atas dakwaan tindak pidananya dan mendapatkan sanksi tahanan di penjara disebut sebagai narapidana. Sedangkan narapidana yang telah menjalankan masa tahanan disebut sebagai mantan narapidana. Di Desa Air Lengit, sebuah desa yang terletak di Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna, tentu memiliki permasalahan tindak pidana. Ada beberapa mantan narapidana di desa Air Lengit yang mendapatkan label atau pengecapan sebagai mantan narapidana. Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang label pada mantan narapidana di Desa Air Lengit Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten Natuna. Dalam penelitian ini, pembahasan mengenai label pada mantan narapidana di desa Air Lengit akan ditinjau dan diperkuat dengan menggunakan analisa teori labeling yang diungkapkan oleh Edwin M. Lemert. Menurut Lemert, Teori Labeling adalah penyimpangan yang disebabkan oleh pemberian cap / label dari masyarakat kepada seseorang yang kemudian cenderung akan melanjutkan penyimpangan tersebut. Untuk mengkaji bagaimana label yang terjadi pada mantan narapidana di desa Air Lengit ini, dipergunakan teknik pengambilan sempel purposif yang mana dalam penelitian ini, informan berjumlah 9 orang dan terbagi atas 3 kriteria informan, yaitu mantan narapidana, orang tua dari individu yang seumuran dengan mantan narapidana dan individu yang seumuran dengan mantan narapidana itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif untuk menggali, memahami dan mencari fenomena sosial agar menghasilkan data yang mendalam. Hasil dari penelitian ini adalah adanya label atau pengecapan pada mantan narapidana yang terdiri atas 2 bagian yaitu pada kasus pencurian dan pencabulan. Label yang diberikan masyarakat terhadap mantan narapidana pada kasus pencurian yaitu, pelaku tindak pidana pencurian merupakan orang yang panjang tangan (pencuri), bandel, ugal-ugalan dan pemabok. Sedangkan label yang diberikan masyarakat terhadap mantan narapidana tindak pidana pencabulan yaitu mesum dan memiliki kelainan mental. Akibat dari labeling oleh masyarakat, mantan narapidana kesulitan untuk kembali menjalani kehidupan sehari-hari, terutama untuk mencari pekerjaan. Kata kunci: Mantan narapidana dan label
2
ABSTRACT Criminal acts were a form of deviant behavior that will always be there in the society and always attached to every form of society. Someone who has committed a crime and run a trial on charges of criminal acts and sanctions referred to as a prisoner in the jail also known as inmates. While the prisoners that had done the sanctions as prisoners is referred to as an ex-con. Air Lengit is a village located in the district of Bunguran Tengah, Natuna, certainly also had the problem of crime. There are several former ex-con of the village Air Lengit getting some kind labels as an ex-convict. In that case, researcher was interested to examine about how labels that were given from the society could happens to some ex-convicts in the village of Air Lengit, district of Bunguran Tengah and region of Natuna. In this study, discussion of the labeling on the ex-convicts in the village of Air Lengit will be reviewed and strengthened by using analysis of labeling theory revealed by Edwin M. Lemert. According Lemert, Labeling Theory is a deviation caused by the labeling from the society to someone who then tends to continue such deviations as labeled to them. To examine how the labeling happens to ex-convicts in the village of Air Lengit, I used purposive sampling technique in which the informants of this study amounted to 9 people and is divided into three criteria of informants. The criteria are the ex-convicts, parents of individuals of the same age with the ex-convicts and individuals of the same age with the ex-convicts ad themselves. The method used in this research is qualitative research methods that was used to explore, understand and seek a social phenomenon that will produces in-depth data. The results from this study is the presence of labeling to the ex-convicts were consists of two parts, namely in case of thefts and sexual abuse. Label given by the society to a few ex-convicts in the case, namely theft, criminal theft is the long-hand (thieves), stubborn, inconsiderate and drunkards. While the label given to the ex-convict from the society to sexual abuser was sordid and has a mental disorder. As a result of labeling by the public, former convicts to re-live the difficulties of everyday life, especially for finding a job. Keywords: Ex-convicts and labeling
3
A. PENDAHULUAN
Dalam kehidupan, manusia tidak pernah
Desa Air Lengit adalah sebuah desa yang
luput dari kesalahan. Setiap manusia pernah
terletak di Kecamatan Bunguran Tengah
melakukan kesalahan, baik itu kesalahan
Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
kecil maupun kesalahan besar. Sebagai
Desa
program
Negara hukum tentunya apabila masyarakat
trangmigrasi pada tahun 1982 di zaman
melakukan kesalahan maka hukum yang
pemerintahan
Di
akan berbicara, untuk memberikan ganjaran
Kecamatan Bunguran Tengah itu sendiri
atas kejahatan yang telah di lakukan. Selama
terdapat tiga desa, selain Desa Air Lengit
adanya masyarakat tidak mungkin tidak ada
Ada Desa Tapau Dan Harapan Jaya. Pada
kejahatan sama sekali.
ini
terbentuk
karena
Presiden
Suharto.
awalnya desa tersebut dinamakan Satuan
Dr. Saparinah Sadli yang dikutip dari
Pemukiman yg lebih sering di sebut dengan
buku
Djoko
Prakoso
(2000:
97)
istilah SP, yaitu Desa Harapan Jaya di kenal
menyebutkan bahwa, kejahatan atau tindak
sebagai SP1, Desa Tapau SP2 dan Desa Air
pidana kriminal merupakan satu bentuk dari
Lengit SP3.
“prilaku menyimpang” yang selalu ada dan
Karena daerah ini terbentuk dari program
melekat pada tiap bentuk masyarakat, tidak
transmigrasi, mayoritas masyarakat berasal
ada masyarakat yang sepi dari kejahatan,
dari suku Jawa. Di sekitar desa terdapat
prilaku menyimpang itu merupakan suatu
hutan yang cukup luas yang dapat diolah
ancaman yang nyata atau ancaman norma-
mayarakat,
norma sosial yang mendasari kehidupan atau
masyarakat
oleh
sebab
itu
mayoritas
bermatapencaharian
petani,
keteraturan
sosial,
dapat
menimbulkan
namun ada juga yang bekerja sebagai
ketegangan individual maupun potensial
pedagang keliling dan PNS (Pegawai Negeri
bagi kelangsungan ketertiban sosial. Tindak
Sipil).
pidana merupakan suatu perbuatan yang
Desa Air Lengit terbagi menjadi 2 Dusun
dapat merugikan baik pada diri sendiri
dengan 4 Rukun Warga (RW) dan 11 Rukun
maupun orang lain, lebih-lebih perbuatan
Tetangga (RT). Desa Air Lengit merupakan
pidana yang menyebabkan matinya orang,
desa yang paling tertinggal di bandingkan
akibat yang timbul terjadinya keresahan
dengan Desa Tapau dan Desa Harapan Jaya
dalam masyarakat, terganggunya ketenangan
dalam segi sarana dan prasarana desa, jalan
dalam masyarakat.
masih
belum
di
aspal
menyeluruh,
Seseorang yang telah melakukan tindak
sedangkan 2 desa lainnya sudah, jaringan
pidana sering disebut sebagai narapidana.
telepon hanya ada telkomsel namun itu pun
Selanjutnya berdasarkan kamus hukum,
susah. Dengan kondisi desa yang demikian
narapidana diartikan sebagai narapidana
tidak menutup kemungkinan terjadi tindak
adalah orang yang menjalani pidana dalam
kejahatan
Lembaga Pemasyarakatan (Dahlan, M.Y. Al-Barry, 2003: 53). Narapidana akan
4
menjalankan
hukuman
berdasarkan
kesalahan yang telah diperbuat
Tindak kejahatan bisa terjadi di mana-
sesuai
mana,
dengan aturan hukum yang telah ditetapkan.
meskipun
sekalipun
di
bahkan
daerah
kerap
terpencil
terjadi
kasus
Namun tidak semestinya seseorang akan
kejahatan seperti pencabulan, pencurian, dan
terus menjalani hukuman, apabila batas
Kekearasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),
waktu hukuman yang telah ditentukan telah
bahkan kasus yang tidak terduga seperti
habis, maka seseorang narapidana bisa
narkoba bisa saja terjadi. Seperti halnya
terbebas kembali. Saat kembali menjalani
yang terjadi di Desa Air Lengit pernah
kehidupan setelah bebas dari hukuman yang
terjadi beberapa kasus yang dilakukan
bisa
masyarakat setempat dan harus dipidanakan
saat
menjalani
hukuman
seorang
narapidana hidup di dalam penjara, kini
serta menjadi tahanan.
seorang narapidana bisa hidup ditengah
Dari data yang peneliti dapatkan dari
tengah lingkungan masyarakat. Namun pada
Desa Air Lengit, bahwa telah terjadi
kebanyakan masyarakat orang yang telah di
beberapa kasus tindak kejahatan. Dapat
penjara apabila bebas dari penjara selalu di
dilihat dari tahun 2012 sampai tahun 2015
sebut
sebagai mantan narapidana atau
tindak kriminal yang paling banyak terjadi
mantan napi, yang mana itu merupakan
yaitu di desa Air Lengit. Apabila dilihat dari
pandangan yang bersifat negatif. Dalam
perkembangan pembangunannya, desa Air
kehidupan bermasyarakat, seoarang mantan
Lengit merupakan desa yang lebih tertinggal
narapidana yang meruapkan seseorang yang
dari kedua desa yang ada di Kecamatan
telah
pada
Bunguran Tengah yang mana di Desa Tapau
kenyataannya sedikit lebih sulit diterima
pada tahun 2012 hanya satu tindak kejahatan
kembali dilingkungan masyarakat sebagai
yang terjadi yaitu kasus pencurian yang
orang yang benar-benar bersih.
dilakukan oleh seorang pemuda asli desa
pernah
Labeling
berbuat
merupakan
kejahatan
jalan
pintas
Tapau dengan pencurian sebuah sepeda
pemikiran yang dilakukan secara intuitif
motor di desa tetangga (aksi pencuriannta
oleh manusia untuk menyederhanakan hal-
tidak di desa sendiri).
hal yang kompleks dan membantu dalam
Adapun
jumlah
total
pelaku
yang
pengambilan keputusan secara cepat. Maka
melakukan tindak kejahatan di Desa Air
ketika masyarakat melihat hal buruk yang
Lengit yaitu berjumlah 6 orang, dengan 3
ada
masyarakat/individu
orang pelaku terlibat pada kasus pencurian,
lainnya, maka ketika itu pula ia, memberi
dimana dari 3 orang tersebut 2 orang
„cap‟ atau „label‟ pada mereka/dia yang
diantaranya melakukan tindak kejahatan
dianggap buruk tadi, dan hal ini melekat
berulang dengan jenis kasus yang sama yaitu
menjadi status individu yang mendapat „cap‟
pencurian,
atau „label‟ tersebut.
bentuknya.
pada
perilaku
namun Mereka
semakin
meningkat
melakukan
kasus
pencurian di luar desa Air Lengit, yaitu di
5
Ranai, dan kasus ke dua juga sama terjadi di
masyarakat desa Air Lengit yang menjauhi
Ranai. 3 orang tersebut berjenis kelamin
dan beberapa orang tua juga melarang
laki-laki.
anaknya untuk tidak bergaul dengan mantan
Seperti
lumrahnya
terjadi,
kasus
narapidana.
pencabulan kebanyakan dilakukan oleh laki-
Berhubung yang telah menjadi mantan
laki, dalam penelitian ini, pencabulan terjadi
narapidana sebagian besar menginjak usia
di Desa Air Lengit. Begitu juga dengan
remaja, otomatis para orang tua yang
kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga
memiliki anak remaja khawatir anaknya
(KDRT), terjadi di Desa Air Lengit dan laki-
terpengaruh dan ikut melakukan tindak
laki (suami) yang melakukannya. Berbeda
kejahatan yang dapat mencemarkan nama
dengan yang terjadi pada kasus narkoba,
baik keluarga terutama dan masyarakat
yang mana kasus narkoba dilakukan oleh
sekitar.
seorang perempuan, dan tertangkap di luar
Labeling melihat perilaku normal atau
Desa Air Lengit, yaitu di Ranai yang
tidak
merupakan kota dari Kabupaten Natuna.
menyimpang, tergantung pada bagaimana
Dari
orang
total
jumlah
mantan
narapidana
normal,
lain
menyimpang
(orang
atau
tidak
tua,
keluarga
dan
menilainya.
Penilaian
itu
tersebut mayoritas pelaku tindak kejahatan
masyarakat)
masih menginjak usia remaja.
ditentukan oleh kategorisasi yang sudah
Setelah masa hukuman yang telah di
melekat pada pemikiran orang lain tersebut
tetapkan berakhir (bebas), 2 dari 6 mantan
melekat pada mantan narapidana, pandangan
narapidana asal Desa Air Lengit tidak
masyarakat menyiratkan mereka sebagai
kembali
seorang penjahat terus saja dilakukan hingga
namun
menetap mereka
dikampung
untuk
berlangsung selama beberapa tahun, namun
Kota
hal tersebut hanya dilakukan oleh beberapa
Tanjungpinang. 2 mantan narapidana yang
warga yang benar benar tidak menyukai
dimaksud yaitu pada kasus KDRT dan kasus
perbuatan yang telah dilakukan oleh mantan
narkoba, sedangkan 4 mantan narapidana
narapidana, meskipun mereka telah berusaha
lainnya
melanjutkan
lebih
halaman,
kehidupannya
kembali
menjalai
memilih di
kekampung
dengan
untuk merubah diri menjadi orang yang
bersama
anggota
lebih baik.
kehidupan
keluarganya. Fenomena
Tuduhan buruk sering menimpa mantan setelah
narapidana, seperti pada mantan pencuri
tindak
apabila di desa tersebut terjadi pencurian
kejahatan tersebut dan mereka menjalani
maka masyarakat tidak segan-segan untuk
hukuman
dibebaskan,
menuduh bahwa yang melakukannya adalah
banyak masyarakat yang tidak menyukai
mantan narapidana tersebut, padahal hal
bahkan membenci mantan narapidana, hal
tersebut belum terbukti kebenarannya.
masyarakat
tersebut
yang yang
hingga
terjadi, melakukan
akhirnya
dibuktikan
ada
beberapa
6
Sedangkan anggota keluarga dari mantan
memberikan sumbangan yang berarti
narapidana beranggapan lebih menerima,
bagi berbagai pihak sebagai bahan
dan tidak terlalu mengecap anggota keluarga
tambahan informasi bagi para peneliti
yang telah terjerat hukum dan kini berstatus
lanjutan.
sebagai mantan narapidana, yang mana status
tersebt
menunjukkan
secara bahwa
tidak dirinya
B. LANDASAN TEORI
langsung
1. Labeling
sebagai
Teori Labeling ini pada prinsipnya
seseorang yang telah menyimpang dan
mengungkapkan dua hal. Pertama, orang
identik dengan sifat jahat.
berperilaku normal atau tidak normal,
Melihat dari uraian masalah tersebut
menyimpang atau tidak
sehingga penelitian ini dapat dirumuskan
tergantung pada bagaimana orang lain
permasalahan yang harus dijawab yaitu : Bagaimana
label
narapidana
di
Kecamatan
pada
Desa
Air
Bunguran
(orang tua, keluarga dan masyarakat)
mantan
menilainya. Penilaian itu ditentukan oleh
Lengit
kategorisasi yang sudah melekat pada
Tengah
pemikiran orang lain tersebut.
Kabupaten Natuna?
Segala sesuatu yang di anggap tidak
Adapun yang menjadi tujuan dalam
termasuk dalam kategori-kategori yang
penelitian ini adalah :
sudah dianggap baku oleh masyarakat
Untuk mengetahui tentang label pada
(dinamakan residual) otomatis akan di
mantan narapidana di Desa Air Lengit.
anggap menyimpang. Oleh karena itu,
Hasil penelitian ini diharapkan akan
orang bisa di anggap sakit jiwa hanya
bermanfaat untuk :
karena berpakaian atau bertindak “aneh”
1. Secara teoritis, penelitian ini berguna
pada suatu tempat atau masa tertentu.
sebagai pembanding antara teori yang
Kedua, penilaian itu berubah dari waktu
di dapat dari bangku perkuliahan
kewaktu sehingga orang yang hari ini
dengan fakta yang dilapangan dan hasil
dinyatakan sakit bisa dinyatakan sehat
dari penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan
acuan
(dengan gejala yang sama) beberapa tahun
dibidang
kemudian atau sebaliknya (Jokie MS
penelitian yang sejenis.
Siahaan, 2009:127).
2. Secara Praktis penelitian ini dapat
Para ahli teori sosial-budaya juga
menambah pengetahuan sebagai bekal
berpendapat
dalam mengaplikasikan pengetahuan teoritik
terhadap
menyimpang,
masalah
bahwa
apabila
labeling
(sebutan) “penyakit mental” digunakan,
praktis.
maka
Penelitian ini juga diharapkan dapat
sulit
Labeling
memberikan petunjuk umum tentang
sekali juga
menghilangkannya.
mempengaruhi
pada
bagaimana seseorang memberikan respon
permasalahan yang akan diteliti, dan
kepada
selain itu juga penelitian ini dapat
7
yang
bersangkutan.
Peluang-
peluang
kerja
tertutup
bagi
mereka,
dan reaksi sosial terhadap kejahatan
persahabatan mungkin putus dan orang
itu.
yang dijuluki “sakit mental” makin lama
Ada seperangkat cara pandang dalam
makin diasingkan oleh masyarakat. Menurut radikal
ahli
sosial-budaya
seperti
Thomas
teori ini yang saling mendukung atau yang
saling berkaitan dengan satu atau dua
Szasz,
asumsi tersebut. Definisi kejahatan sebagai
memperlakukan orang sebagai “orang
pelanggaran
yang menderita sakit mental” sama saja
pelanggar hukum ditolak untuk dipakai
melucuti
martabat
dalam pemakaian definisi kriminal oleh
mereka, karena menolak mereka untuk
mereka yang menanggung label “kriminal”
lebihbertanggung jawab dalam menangani
dan secara luas didefinisikan sebagai
hidup dan memecahkan masalah-masalah
kriminal.
mereka sendiri.
seseorang yang tidak melanggar hukum
atau
menjatuhkan
dan
kriminal
Sehingga
sebagai
mungkin
sekali
Teori labeling merupakan aliran yang
menjadi kriminal dan sebaliknya yang
merujuk pada pemikiran interaksionis
melanggar hukum tidak menjadi kriminal.
(berfokus pada reaksi sosial). Pemikiran
Pernyataan yang paling berpengaruh dari
ini melihat penyimpangan dengan cara
cara pandang ini dikemukakan oleh Backer
subyektif
dalam Outsider.
dalam
permasalahan labeling
melihat
suatu
penyimpangan.
Teori
Backer membuat penalaran bahwa
penyimpangan
tindakan manusia tidak ditentukan oleh
menolak
jika
merupakan suatu tindakan yang melanggar
kelengkapan
norma, namun teori ini lebih melihat
bagaimana orang tersebut secara sosial
bahwa penyimpangan merupakan suatu hal
didefinisikan. Misalnya apakah sebutan
yang bersifat relatif.
mereka serta konotasi dari nama yang
Semua teori labeling dan kejahatan
muncul
atas
selalu mempertimbangkan dua elemen
menjelaskan
umum, yaitu:
menciptakan
a. Mereka
semua
penyimpangan
mendefinisikan sebagai
intrinsik
mereka. bahwa
melainkan
Backer
kelompok
penyimpangan
juga sosial dengan
membuat aturan dan bila ada yang
interaksi
melanggar aturan tersebut akan dilabel
pelanggaran peraturan. Dalam kasus
sebagai penyimpang. Kemudian dikenallah
kejahatan, penyimpangan merupakan
dengan istilah outsider (orang yang berada
pelanggaran atas peraturan hukum
di luar).
pidana.
Jika, sebagaimana dinyatakan oleh
b. Mereka cenderung melihat dengan
teori labeling, pelabelan sebagai kriminal
skala yang besar, dengan secara
dalam
sempurna
menyebabkan seseorang akan menjadi
melakukan
pemisahan
antara penyebab masalah kejahatan
kriminal
8
masyarakat
dalam
tertentu
masyarakat
akan
tersebut,
kemudian
penjelasan
mengenai
Tannenbaum mengemukakan bahwa
masalah
proses untuk membuat individu melakukan
penjelasan cara orang memenuhi label
kejahatan adalah proses pemberian label,
tersebut. Melalui penangkapan, penuduhan
pendefinisian, pemisahan, penggambaran,
dan penahanan seseorang, sistem peradilan
penekanan dan membuat sadar diri, yang
pidana telah memberikan pengesahan atas
semuanya adalah cara untuk mendorong,
kriminalitas tersebut dan pada akhirnya
menyarankan,
akan menghasilkan kriminal.
membangun ciri-ciri penjahat.
kriminalitas
merupakan
Pada prinsipnya, penjelasan mengenai kriminalitas
merupakan
masalah
menekankan
dan Reaksi
sosial dapat menghasilkan kejahatan dalam
cara
beberapa
cara.
Namun,
memberikan
sistem peradilan pidana secara selektif
identitas kriminal pada seseorang dan
menjerat orang. Setiap tahap dalam sistem
memperlakukan mereka sesuai dengan
peradilan
identitasnya akan menyebabkan mereka
pidana
secara
selektif
menyebabkan mereka lepas dan atau
memandang dirinya
pindah dari suatu proses ke proses lainnya
mendorong
yang berakhir pada pelabelan. Variabel
berlaku sesuai dengan peran kriminal, serta
penting
berperilaku dalam cara yang merupakan
yang
memengaruhi
produksi
kriminal adalah sistem peradilan pidana itu
sebagai kriminal,
seseorang
menerima
dan
ekspresi dari peran tersebut.
sendiri (mulai dari polisi, jaksa, hakim
Wilkins dalam Jokie MS Siahaan
sampai pada lembaga pemasyarakatan)
(2009:129), pelabelan ini akan mengurangi
ternyata mengubah seseorang menjadi
akses mereka terhadap kesempatan yang
kriminal.
sah dan mendorong mereka berpaling ke
Pendekatan
mendorong
munculnya
ini
kemudian riset
yang
kesempatan
yang tujuan
tidak
sah
mereka.
untuk
mendalam terhadap penentu pergerakan
mencapai
Sebagai
populasi kedalam, melalui dan keluar dari
tambahan, pelabelan ini mungkin akan
sistem peradilan.
mengurangi ketertarikan mereka pada
Menurut Lemart dalam Jokie MS
orang konvensional sebagai teman dan
Siahaan (2009:128), tesis dari kebanyakan
asosiasi (selain mereka juga ditolak oleh
penganut aliran labeling adalah bahwa
orang macam ini).
sebagai reaksi terhadap kejahatan, labeling
Pada akhirnya mereka akan berpaling
merupakan penentunya. Tetapi reaksi ini
ke para kriminal dan delinkuen untuk
bukanlah
yang
mendapatkan respons dan pengakuan.
menghasilkan kejahatan. Salah satu pioner
Hubungan dengan kriminal inilah yang
teori labeling adalah Frank Tannenbaum,
kemudian
yang
kearah
satu-satunya
pada
pandangannya
1938 pada
bagian
menetapkan Crime
and
mengembangkan
perilaku
kriminal.
perilaku Pada
saat
hubungan ini terjadi, mereka bahkan akan
Community.
semakin jauh terpisahkan dari orang
9
konvensional. Siklus ini akan berulang dan
Teori
setiap perulangan mempunyai hubungan
mengurangi kejahatan, peradilan perlu
dengan “penguatan penyimpangan”.
menerapkan sistem peradilan pidana yang
Aktivitas masyarakat yang bertujuan
ini
menyatakan
melakukan
bahwa
pergerakan
untuk
seminimal
mengurangi kenakalan dan penyimpangan,
mungkin, terutama bagi anak. Adapun
secara
yabng
bereaksi terhadap pelanggaran hukum
sebaliknya. Meskipun tidak ada bukti yang
adalah hal lain jika intervensi hukum tidak
mendukung
jenis
ditemui. Hal ini mungkin tercapai dengan
keluaran ini merupakan hasil intervensi
menutupi institusi dan mengirim pelanggar
resmi, teori labeling telah secara hati-hati
jauh-jauh dari sistem peradilan pidana dan
memakai
kedalam
ironis
membawa
hasil
kesimpulan
teori
bahwa
kriminologi
untuk
lingkungan
non
pemerintah,
menghindarkan pengaruh tidak diinginkan
dalam konteks perlakuan atau biasanya
dari sistem peradilan pidana terhadap para
dalam komunitas yang tidak koersif. Ada
kriminal karier.
banyak perkembangan kearah ini dan teori
Teori labeling mengarahkan dirinya
labeling
pada pemakaian ideologi tertentu, karena
tersebut
menyumbang
didalamnya.
penekanan yang kuat dari anggapan bahwa
Menjelaskan penyimpangan terutama
kriminal tidak berbeda sama sekali dengan
ketika
yang non kriminal sebelum pada akhirnya
penyimpangan sekunder. Teori ini tidak
orang tersebut berhadapan dengan hukum.
untuk
Ideologi ini menimbulkan simpati bagi
tertentu
para pelanggar hukum sebagai pecundang
menyimpang,
dan korban. Mungkin juga ideologi ini
pentingnya definisi-definisi sosial dan
merupakan akibat dari objek dari tekanan
sanksi-sanksi
negara melalui birokrasi peradilan pidana
dihubungkan dengan tekanan individu
yang
untuk masuk dalam tindakan sosial yang
keras,
berkuasa
serta
personel
pelaksan peradilan yang tidak berperasaan.
teori
tidak
mencapai
menjelaskan
tahap
mengapa
individu
pada
perilaku
tertarik tetapi
menekankan
sosial
negatif
yang
makin menyimpang.
Tentu saja, implikasi ideologi ini pada validitas
sudah
Dalam istilah lain, teori labeling juga
seharusnya
disebut dengan teori reaksi masyarakat.
memengaruhi penilaian seseorang, tetapi
Dimulai
mungkin dapat menjelaskan mengapa teori
penyimpangan
labeling mewabah selama tahun 1960-an
batasan (definisi) atas suatu perbuatan
pada saat tema ini mengatasi tema budaya
yang disebut perbuatan menyimpang. Kita
dari
tidak mungkin memiliki pelanggar hukum
pemerintah
yang
merupakan
instrumen operasi dan musuh kebebasan.
tanpa
Teori labeling juga memiliki pengaruh
lahir
pembuat
masyarakat
kuat pada kebijakan peradilan pidana.
dengan
kenyataan
bahwa
karena
adanya
hukum.
menekankan
Teori
reaksi
timbulnya
penyimpangan melalui proses pemberian
10
cap. Dengan menyimpang, maka itu berarti
sebagai penyimpang. Proses pemberian
kita
serangkaian
cap tersebut sangat penting karena ia dapat
perbuatan yang cenderung mendorong
merupakan awal perjalanan hidup yang
orang
terus menerus menyimpang dan tanpa
mulai
menciptakan
untuk
melakukan
melakukan
penyimpangan yang lebih besar dan
akhir.
panjang. Jadi tindakan pemberian cap mengawali
Seseorang
pembenaran-ramalan-pribadi
penyimpangan
(self-fulfilling prophecy).
mengemukakan
penyimpangan
melakukan
primer
masih
dapat
memiliki serangkaian peran dan status
Lemart dalam Horton dan Hunt (1984: 199),
yang
primer
konvensional, serta masih berada dalam
konsep
dan
ruang lingkup kelompok yang menekankan
sekunder.
konformitas
dan
hubungan
jaringan
Penyimpangan primer yaitu perbuatan
lainnya. Sebaliknya, seseorang yang di cap
penyimpangan
sebagai
yang
dilakukan
oleh
„penyimpang‟
cenderung
seseorang yang dalam aspek kehidupan
menyingkirkan orang itu dari pengaruh
lainnya
konformis.
kelompok yang menekankan konformitas.
Perbuatan penyimpangan itu demikian
Mereka yang dicap sebagai penyimpang
kecilnya, dapat dimaafkan, atau begitu
akan diberhentiakn dari pekerjaannya atau
gampang disembunyikan, sehingga orang
dikucilkan profesinya, diasingkan oleh
itu tidak didefinisikan sebagai seorang
orang-orang
yang menyimpang secara terbuka. Juga
dipenjarakan atau disebut „kriminal‟ untuk
orang itu tidak menilai dirinya sebagai
selama-lamanya.
selalu
berlaku
penyimpang, tetapi sebagai orang “yang sopan” yang
hanya
konvesional,
Mereka
seperti
dan bahkan
didesak
untuk
memiliki sedikit
berhubungan dengan para penyimpang
rahasia atau keanehan. Lemart menulis
lainnya melalui pengucilan yang dilakukan
bahwa
akan
oleh masyarakat konvesional. Pada saat
itu
seseorang telah tergantung pada hubungan-
dirasionalisasikan atau dianggap sebagai
hubungan yang bersifat menyimpang, dan
fungsi peranan yang secara sosial dapat
mulai menggunakan tindakan menyimpang
diterima”.
sebagai alat pelindung terhadap tekanan
“perbuatan
bersifat
primer
menyimpang
sejauh
perbuatan
Penyimpangan sekunder adalah suatu perbuata
yang
diidentifikasikan menyimpang. penyimpangan
masyarakat konvensional yang mengecap
oleh
masyarakat
seseorang
sebagai
perbuatan
penyimpangan menjadi fokus perhatian
Seringkali
perbuatan
utama reorganisasi perjalanan hidup orang
(pemerkosaan,
sebagai penyimpang,
maka
itu.
homoseksualitas, pencurian) atau bahkan
Para penganut teori pemberian cap
tuduhan palsu, mungkin sudah cukup
(Kasselbaum.
sebagai alasan untuk mencap seseorang
bahwa, banyak kenakalan remaja muncul
11
dkk,
1974)
berasumsi
karena cara penanggulangan sembrono
adalah
dari pihak polisi, pengadilan dan petugas
berdasarkan putusan pengadilan yang
lainnya yang secara tidak sadar mengajar
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
para remaja untuk memandang diri mereka
seseorang
Dari
yang
pernyataan
di
di
pidana
atas,
dapat
sebagai anak nakal, serta berperilaku
disimpulkan bahwa narapidana adalah
sebagai anak nakal. Namun, Matza (1969)
orang
dalam pandangannya menyatakan urutan
menjalani
masa
kejadian tersebut bukannya proses yang
Lembaga
Pemasyarakatan
selalu
kemerdekaannya hilang.
demikian;
dengan
kata
lain,
penyimpangan tidaklah selamanya tidak seperti
dicampakkan
kebawah
atau
terpidana
yang
sedang
hukumannya
di
dimana
b) Definisi Mantan Narapidana
tanpa
Dalam arti narapidana di atas, dapat
berbuat apa-apa. Sang penyimpang tetap
disimpulkan
mempunyai pilihan. Dalam proses menjadi
narapidana adalah orang atau terpidana
seseorang
yang telah menyelesaikan atau telah
yang
nakal
(menyimpang),
pula
mantan
orang itu sendirilah yang menentukan
menjalani
arahnya.
Lembaga Pemasyarakatan dan telah
2. Mantan Narapidana
dibebaskan
untuk
menjalani
kehidupan
a) Definisi Narapidana Didalam Indonesia,
Kamus
besar
Bahasa
masa
bahwa
Sementara
Narapidana adalah orang
itu
hukumannya
kembali
di
dapat
sosialnya.
Yudobusono
(1995),
menjelaskan bahwa mantan narapidana
hukuman (orang yang sedang menjalani
adalah orang
yang
pernah
berbuat
hukuman karena tindak pidana) yang
melanggar norma-norma yang berlaku di
terhukum. Sementara itu, menurut kamus
masyarakat dan telah selesai menjalani
induk istilah ilmiah menyatakan bahwa
hukuman yang dijatuhkan kepadanya.
Narapidana adalah orang hukuman atau
Sebagian masyarakat merasa bahwa
orang buaian. Selanjutnya berdasarkan
orang lain tidak perlu mengetahui latar
kamus
belakang siapa dirinya, atau dengan kata
hukum
narapidana
diartikan
sebagai orang yang menjalani pidana
lain
individu
tersebut
tidak
perlu
dalam Lembaga Pemasyarakatan.
melakukan pengungkapan diri agar orang
Berdasarkan Pasal 1 ayat (7) Undang-
lain mengetahui siapa dirinya, namun
Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
ada sebagian masyarakat merasa perlu
Pemasyarakatan,
adalah
untuk melakukan pengungkapan diri agar
terpidana yang menjalani pidana hilang
dapat menjalin hubungan yang baik
kemerdekaan
dengan
narapidana
di
Lembaga
Pemasyarakatan. Menurut Pasal 1 ayat
orang
lain
atau
dengan
masyarakat.
(6) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
Seperti
1995 tentang Pemasyarakatan, terpidana
juga
dengan
mantan
narapidana yang ingin mengungkapkan
12
dirinya
di
masyarakat,
mantan
sesuai dengan pendapat Moh. Surya (1990
narapidana cenderung memiliki rasa
: 89) bahwa pubertas berasal dari kata
rendah diri yang besar dikarenakan
pubes yang artinya “bulu”. Jadi masa ini
statusnya sebagai mantan narapidana
ditandai
yang
dalam
jasmani seperti tambah bulu, tinggi, dan
adanya
berat badannya, kematangan organ-organ
untuk
seks dan sebagainya. Sedangkan istilah
dipandang
masyarakat
negatif dan
hambatanhambatan
psikologis
terjun di tengah masyarakat.
adolesen
Dari masyarakat sendiri sulit untuk menerima
mantan
dengan
diarahkan
kematangan
narapidana,
perubahan-perubahan
atau
dengan
tumbuh
kedewasaan
yang
meliputi seluruh aspek kepribadian baik
dikarenakan adanya sikap kewaspadaan
fisik maupun mental.
masyarakat yang berlebihan terhadap
Secara terminologi para ahli psikologi
mantan narapidana. Mantan narapidana
tidak sama memberikan pengertian remaja,
sulit
mencari
pekerjaan
karena
hal ini disebabkan adanya pandangan
melihat
catatan
dalam meninjau masa remaja, selain itu
perbuatan
situasi lingkungan kebudayaan tempat
seorang mantan narapidana yang jelas-
remaja berada pun turut menentukan
jelas pernah melanggar hukum, jarang
pemberian batasan pengertian remaja.
perusahaan kelakuan
selalu baik
seseorang,
perusahaan yang mau menerima mantan
Remaja adalah masa yang ditandai
narapidana.
dengan perubahan-perubahan cepat pada jasmani
3. Remaja
yang
berbarengan
dengan
Remaja adalah waktu manusia berumur
matengnya organ seks, yang selanjutnya
belasan tahun. Pada masa remaja manusia
diikuti oleh perkembangan psikis yang
tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi
meliputi
tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa
melepaskan diri ikatan orangtua ketika
remaja adalah masa peralihan manusia dari
anak
anak-anak menjadi dewasa yang berjalan
Perkembangan
antara umur 13 tahun sampai 21 tahun
keperibadian terwujud dalam cara hidup
(Ahmadi, 2009: 123).
untuk
Secara
etimologi
istilah
perubahan
harus
dapat
emosi
dengan
berdiri
sendiri.
kecerdasan
dan
menyesuaikan
diri
dalam
remaja
masyarakat. Usia mereka berkisar antara
meliputi dua istilah yang membedakan
13 sampai 21 tahun, dengan pembagian
remaja itu sendiri, yaitu istilah pubertas
masa remaja tingkat awal yaitu antara 13
dan adolesen. Perbedaan ini berdasarkan
sampai 15 tahun, sedangkan usia remaja
peninjauan atas kematangan-kematangan
sebenarnya adalah antara 16 sampai 19
yang menonjol yang terjadi pada masa
tahun dan remaja akhir umur 20 sampai 21
remaja itu. Istilah pubertas menunjukkan
tahun.
kepada adanya pesikis remaja. Hal ini
13
Sedangkan definisi remaja menurut hukum
yaitu,
dalam
hukum
pendidikan dan lain-lain). Pada undang-
perdata
undang lalulintas menetapkan batas 18
memberikan batasan usia 21 tahun (atau
tahun untuk mendapatkan SIM A, 21 tahun
kurang asalkan sudah menikah) untuk
untuk mendapatkan SIM B1 dan 16 tahun
menyatakan kedewasaan seseorang. Bagi
untuk mendapatkan SIM C. Undang-
seseorang yang berusia dibawah 21 tahun
undang ini tidak memberikan perlakuan
dan belum menikah masih memerlukan
khusus bagi mereka yang sudah menikah
wali dalam melakukan tindakan hukum
maupun yang belum menikah.
perdata. C. METODE PENELITIAN
Pada hukum pidana, usia 18 tahun
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
(atau kurang asalkan sudah menikah)
kualitatif dengan tipe deskriptif yaitu berupa
merupakan batas usai dewasa seseorang.
penyajian
Anak-anak yang kurang dari 18 tahun masih
menjadi
orangtuanya
jika
tanggung
jawab
melanggar
hukum
pun
kriminalitas,
tidak
disebut
sebagai
namun
disebut
sebagai
terperinci
penelitian. Mely G. Tan (Silalahi, 2010:28) menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan sacara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu antara suatu gejala
kenakalan.
dengan gejala lainnya dalam masyarakat.
Namun jika kenakalan remaja sudah membahayakan
masyarakat
dan
Metode
patut
orangtuanya
tidak
mampu
dalam
lebih akrab dan lebih dekat. Sehingga dapat di peroleh data
lembaga
ke
lembaga
langsung
yang
lebih
mendalam.
pemasyarakatan khusus anak-anak atau dimasukkan
dengan
hubungan antara peneliti dengan informan
menjadi tanggung jawab negara dan ke
dipergunakan
dalam penelitian, dengan metode kualitatif,
mendidik
remaja tersebut, maka remaja tersebut
dimasukkan
ini
pertimbangan untuk memudahkan ketika
dijatuhi hukuman oleh negara, sedangkan
Lokasi penelitian ini terletak di desa
rehabilitasi
Air lengit Kecamatan Bunguran Tengah
lainnya.
Kabupaten Natuna. Alasan pemilihan lokasi
Undang-undang lainnya juga tidak
dikarenakan di desa Air Lengit terdapat
mengenal konsep remaja, misalnya pada undang-undang
kesejahteraan
kasus tindak kejahatan paling tinggi diantara
anak,
2 desa lainnya di Kecamatan Bunguran
menganggap semua orang yang berusia
Tengah Kabupaten Natuna tersebut.
dibawah 21 tahun dan belum menikah
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
dianggap sebagai anak-anak dan memiliki
a. Data
hak yang sama dengan anak-anak yang lainnya
yang
mengenai suatu situasi khusus dilokasi
pidana. Tingkah laku yang melanggar hukum
gambaran
(dalam
hal
primer
diperoleh
perlindungan,
14
dari
adalah
data
lapangan
yang melalui
wawancara
langsung
dengan
1. Remaja yang merupakan mantan
informan yaitu masyarakat dengan
narapidana.
menggunakan pedoman wawancara
2. Keluarga yang memiliki anak remaja.
yang
3. Remaja berumur 23 dan 24 tahun.
mencakup
berkaitan
permasalahan
dengan
masalah
yang
Untuk
memperoleh
data
peneliti
peneliti angkat. Yaitu data yang
menetapkan informan yang berjumlah 9
diperoleh
wawancara
orang. Adapun yang menjadi informan
langsung dan tanya jawab langsung
dalam penelitian ini yaitu: berinisial RM,
dengan
inisial
melalui
mantan
narapidana
yang
N,
inisial
H,
sebagai
mantan
masih berusia remaja, keluarga yang
narapidana. Romlan, Eko Alfarishi, Zubair,
memiliki anak seumuran dengan
merupakan remaja yang seumuran dengan
mantan narapidana dan remaja yang
mantan narapidana. Amin Solehan, wasno,
seumuran dengan mantan narapidana,
Ratih yaitu orang tua memiliki anak remaja
mengenai label yang diberikan oleh
yang seusia dengan mantan narapidana.
masyarakat
terhadap
mantan
Dari
9
informan
peneliti
informan
tersebut
narapidana di Desa Air Lengit,
wawancarai,
Kecamatan
mempunyai latar belakang yang berbeda-
Bunguran
Tengah,
Kabupaten Natuna.
para
yang
beda sesuai dengan apa yang peneliti
b. Dan data sekunder yaitu data yang
dapatkan di lapangan.
diperoleh dari buku, jurnal, artikel,
Dari
data
informan
informan
Natuna, dan dari desa Air Lengit,
dikarenakan informan disini mempunyai
seperti jumlah mantan narapidana
porsi yang sama. Di dalam Label Pada
dan bentuk pelanggaran apa yang
Mantan Narapidana Di Desa Air Lengit
telah
Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten
lakukan
sehingga
dipidanakan dan kini telah menjadi
sumber
semua
internet, serta data dari kepolisian
di
dijadikan
diatas,
informasi
Natuna.
mantan narapidana.
Teknik analisa data dalam penelitian ini
Dalam penelitian ini tidak memakai
adalah
analisis
data
secara
kualitatif.
istilah populasi dan sampel, tetapi lebih pada
Analisis penelitian ini menggunakan model
sumber data dan informan. Penentuan
interaktif dari Miles dan Huberman Dalam
informan dilakukan dengan teknik purposif
(Silalahi, 2012: 340). Menurut Milles dan
(purposive sampling). Menurut Sugiyono
Huberman kegiatan analisis terdiri dari tiga
(2009:85)
adalah
alur kegiatan yang secara bersamaan, yaitu
dengan
reduksi data, penyajian data dan penarikan
kriteria
kesimpulan.
tekhnik
purposive penentuan
pertimbangan
tertentu.
sampling sampel Maka,
informan dalam penelitian ini adalah:
15
1. Reduksi Data
2008). Penyajian data diperoleh dari
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang
wawancara,
menajamkan,
3. Penarikan Kesimpulan
yang tidak perlu, dan merorganisasi data rupa
hingga
maupun
dokumentasi.
menggolongkan, mengarahkan membuang
sedemikian
observasi,
Ketika kegiatan pengumpulan data di
kesimpulan-
lakukan, seorang penganalisis kualitatif
kesimpulan finalnya dapat di tarik dan di
mulai mencari arti benda-benda, mencatat
verifikasi.
keteraturan,
Reduksi
data
atau
proses
pola-pola,
penjelasan,
transformasi ini berlanjut terus sesudah
konfigurasi-konfigurasi
penelitian sampai laporan akhir lengkap
alur sebab akibat dan proposisi. Mula-mula
tersusun (Silalahi, 2012: 340). Reduksi
kesimpulan belum jelas tetapi kemudian
data digunakan untuk memilih data yang
meninngkat
sudah terkumpul, kemudian data di saring
(Silalahi, 2012: 341) Menarik kesimpulan
sesuai dengan fokus penelitian. Data yang
dari data yang telah dikelompokkan.
telah terkumpul yang telah di peroleh dari
Kemudian disajikan dalam bentuk kalimat
hasil observasi dan wawancara di reduksi
yang difokuskan masalah kemudian di
atau dipilih kembali dengan tujuan agar
analisis dan disimpulkan sebagai bahan
memperoleh
pembahasan.
data
yang
memberikan
menjadi
yang
lebih
mungkin,
terperinci
gambaran yang lebih tajam tentang hasil D. PEMBAHASAN
observasi dan wawancara. Data yang
Label pada penelitian ini yaitu, label atau
sudah tidak dibutuhkan dalam penelitian
pengecapan yang diberikan oleh masyarakat
tidak dimunculkan dalam pembahasan agar
terhadap mantan narapidana yang ada di
hasil penelitian lebih fokus dan tidak
desa Air Lengit
melenceng sehingga memudahkan dalam
Tengah Kabupaten Natuna. Jika label telah
melakukan analisis dan dapat membuat
melekat pada diri seseorang maka sangat
kesimpulan.
sulit untuk mehilangkannya, begitu juga
2. Penyajian Data Alur kegiatan
Kecamatan Bunguran
kedua
yang
analisis
penting
dalam
dengan label yang melekat pada seseorang
dalam
yang telah menjadi mantan narapidana.
penelitian
Seseorang yang telah menjadi mantan
kualitatif adalah penyajian data, yaitu sebagai
sekumpulan
tersusun
yang
adanya
penarikan
informasi
memberi
narapidana berarti telah melakukan tindakan
yang
kriminal (penyimpangan). Membicarakan
kemungkinan
kesampilan
tentang
dan
Horton
pengambilan tindakan (Silalahi, 2012 :
penyimpangan, dan
mengemukakan
340), Tetapi yang paling sering di gunakan
Hunt konsep
Lemart
dalam
(1984:
199)
penyimpangan
primer dan sekunder. Penyimpangan primer
adalah dengan teks yang bersifat naratif,
yaitu perbuatan menyimapang dilakukan
Miles and Huberman Dalam (Sugiyono:
16
oleh
seseorang
yang
masih
bisa
label negatif yang diberikan terhap orang
dirasionalkan atau dianggap sebagai fungsi
tersebut.
peranan yang secara sosial dapat diterima. Perbuatan
penyimpangan
itu
Pada awalnya bentuk penyimpangan
demikian
yang dilakukan oleh mantan narapidana
kecilnya, dapat di maafkan dan selalu
berbentuk kesalahan primer yang mana
berlaku konformitas.
perbuatan tersebut masih bisa di maafkan,
Penyimpangan sekunder adalah suatu perbuatan
yang
namun walau bagaimanapun tetap saja
oleh
masyarakat
mereka memiliki label sebagai remaja
sebagai
perbuatan
yang pergaulannya bebas dan sebenarnya
menyimpang, misalnya seperti pemerkosaan,
meresahkan warga setempat. Ada beberapa
homoseksualitas, pencurian, narkoba atau
masyarakat yang protes karena merasa
bahkan tuduhan palsu, mungkin sudah
terganggu dengan aktifitas malam yang
cukup sebagai alasan untuk mengecap
dilakukan oleh remaja tersebut, namun
seseorang
tidak
diidentifikasikan
sebagai
penyimpang.
Proses
pemberian cap tersebut sangat penting
sampai
dilaporkan
kepenegak
hukum.
karena ia dapat merupakan awal perjalanan
Pernyataan di atas serupa dengan
hidup yang terus menerus menyimpang dan
pendapat yang diungkapkan oleh tokoh
tanpa akhir.
labeling yang bernama Tanenbaum bahwa proses untuk membuat individu melakukan
1. Tindak Pidana Pencurian Tindakan pencurian dalam kehidupan
kejahatan adalah proses pemberian label,
sehari-hari bila ketahuan maka orang yang
pendefinisian, pemisahan, penggambaran,
melakukannya
label
penekanan dan membuat sadar diri, yang
sebagai „pencuri‟. Dalam penelitian ini
semuanya adalah cara untuk mendorong,
mantan narapidana yang telah melakukan
menyarankan,
tindakan pencurian berjumlah 2 orang
membangun ciri-ciri penjahat.
akan
mendapat
yaitu berinisial N dan RM. RM merupakan
menekankan
dan
Seperti yang telah diungkapkan di atas,
mantan narapidana yang berulang.
karena masyarakat telah melabel seseorang
Namun sebelum mereka melakukan
sebagai orang kriminal maka hal tersebut
pencurian yg akhirnya dipidakan tentunya
mendorongnya untuk melakukan kejahatan
ada penyebab mengapa mereka berlaku
yang levelnya lebih tinggi lagi seperti
demikian, banyak faktor kemungkinan
pencurian, dan akhirnya di pidanakan.
yang mendorong seseorang melakukan
Setelah masa tahanan berakhir tentunya
kejahatan, bisa karena faktor ekonomi,
dipulangkan
latar belakang keluarga yg tidak harmonis,
menjalani kehidupannya kembali.
kekeluarganya
untuk
salah bergaul, di kucilkan oleh keluarga
Namun hal tersebut tidak akan kembali
dan kawan sebaya serta bisa jadi karena
seperti sebelumnya, bisajadi label yang diberikan sebelumnya semakin melekat
17
dan semakin kuat, namun bisa jadi juga
kearah
label yang diberikan semakin tak tampak
hubungan ini terjadi, mereka bahkan akan
secara
terjadi
semakin jauh terpisahkan dari orang
kecanggungan, dan masyarakat sekitar
konvensional. Siklus ini akan berulang dan
hanya melakukan penilaian dan pandangan
setiap perulangan mempunyai hubungan
(label) yang bersifat negatif yang tidak
dengan “penguatan penyimpangan”.
langsung,
hanya
akan
diucapkan secara lisan namun dengan
perilaku
kriminal.
Pada
saat
Jika terjadi kasus pencurian tentunya
sikap.
masyarakat sangat mungkin beranggapan
Kepercayaan merupakan sesuatu yang
bahkan menuduh seorang mantan nara
sangat dibutuhkan dalam bermasyarakat,
pidana yang melakukan hal tersebut,
oleh sebab itu jika kita telah diberi
padahal belum tentu hal itu benar adanya.
kepercayaan kita harus menjaga dan
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
berusaha untuk mempertahankannya, jika
dilapangan dengan beberapa informan
kepercayaan itu telah tiada maka akan
menunjukkan bahwa, bagi masyarakat
mempersulit diri kita sendiri. Begitu juga
seseorang
dengan
yang
yang
melakukan
terjadi
pada
mantan
tindakan
Desa
Air
Lengit,
mungkin baginya untuk melakukannya
kepercayaan masyarakat terhadapnya telah
kembali, masyarakat tidak akan mudah
tiada, oleh sebab itu sulit baginya untuk
menerima kembali walaupun seseorang
mendapatkan pekerjaan sebagaimana yang
tersebut telah dihukum sesuai dengan
di ungkapkan oleh mantan narapidana di
peraturan
yang peneliti jumpai dilapangan.
dipulangkan
narapidana
di
yang
pernah
menyimpang,
sangat
pemerintah
dan
telah
kedesanya
kembali,
dan
Hal tersebut sesuai dengan yang di
tentunya interaksi sedikit berjarak, dan
ungkapkan oleh seorang tokoh teori
untuk menghilangkan fikiran, tuduhan
labeling berama Wilkins dalam Jokie MS
buruk
Siahaan (2009:129), pelebelan ini akan
dibutuhkan waktu yang cukup lama.
mengurangi
akses
mereka
terhadap
Hal
dan
ini
kepercayaan
sama
masyarakat
dengan
yang
di
kesempatan yang sah dan mendorong
ungkapkan oleh Para ahli teori sosial-
mereka berpaling ke kesempatan yang
budaya, bahwa apabila labeling (sebutan)
tidak sah untuk mencapai tujuan mereka.
“penyakit mental” digunakan, maka sulit
Pelebelan ini mungkin akan mengurangi
sekali menghilangkannya. Labeling juga
ketertarikan
mempengaruhi pada bagaimana seseorang
mereka
pada
orang
konfensional sebagai teman dan asosiasi
memberikan
(selain mereka juga ditolak oleh orang
bersangkutan.
macam ini). Pada akhirnya mereka akan
tertutup
berpaling ke para kriminal inilah yang
mungkin putus dan orang yang dijuluki
kemudian
mengembangkan
perilaku
18
bagi
respon
kepada
yang
Peluang-peluang
kerja
mereka,
persahabatan
“sakit
mental”
makin
lama
makin
cenderung lebih akrab dengan teman
diasingkan oleh masyarakat. Remaja manusia
merupakan mengalami
sebaya dibandingkan dengan keluarganya
masa
dimana
perubahan
sendiri,
yang
padahal
jika
terjadi
sesuatu
dengannya, keluarga yang akan peduli,
signifikan baik itu dilihat dari segi
bukan kawan sebaya.
penampilan (postur tubuh) maupun emosi
Namun kondisi tersebut tidak mungkin
(mental). Di tahap inilah manusia mulai
terjadi dan berjalan semulus itu, pasti ada
mencari tau jati dirinya, terkadang mereka
terjadi
melakukan hal-hal dengan cara mencoba-
salah satu dari mereka telah menyandang
coba dan mencari tau apa pun yang ingin
status yang berbeda, dari keadaan yang
diketahui olehnya.
dulu biasa terus berubah kondisi dan
Manusia yang menginjak usia remaja
sebaya
dibandingkan
ketika
kembali lagi untuk menjalani kehidupan
biasanya cenderung lebih akrab dengan teman
kejanggalan-kejanggalan
yang dulunya biasa.
dengan
Jika seseorang telah mengalami yang
keluarganya sendiri. Teman yang dianggap
namanya
asik
walaupun
menyelesaikan hukuman tersebut, lalu
tekadang tindakan tersebut membawa kita
seseorang tersebut kembali ke lingkungan
kedalam perilaku yang menyimpang dan
tempat tinggalnya kembali, maka kondisi
bisa merugikan diri kita sendiri, namun
dan situasi yang terjadi akan terasa
sebaliknya, jika keluarga memberi nasehat
berbeda, terutama bagi keluarga dan
yang sebenarnya kita ketahui itu untuk
tetangga-tetangga sekitar, berbeda dengan
kebaikan kita terkadang tak didengar dan
yang memang sebelumnya tidak akrab,
diabaikan begitu saja.
maka akan terasa biasa aja. Kondisi
olehnya
Berdasrkan
akan
diikuti
pernyataan
yang
di
dan
telah
tersebut sesuai dengan observasi yang
ungkapkan oleh para informan yang merupakan
hukuman,
peneliti lakukan di lapanngan.
remaja
seumuran
dengan
Keluarga yaitu lingkungan dimana
narapidana
sesuai
dengan
beberapa orang yang masih memiliki
pandangan Wilkins dalam Jokie MS
hubungan darah dan bersatu. Keluarga
Siahaan (2009: 128) bahwa orang-orang
yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
yang di label akan berpaling kepada orang-
belum
orang yang masih menerima mereka dalam
peranan penting dalam proses sosialisasi
hal ini teman sepermainan, yang mana
karena keluarga merupakan wadah dimana
memungkinkan
untuk
manusia mengalami proses sosialisasi
mengembangkan perilaku delinkuen dan
awal, yakni suatu proses dimna manusia
kriminal. Hal tersebut juga sesuai dengan
mempelajari
observasi yang dilakukan oleh peneliti,
kaidah dan nilai-nilai yang berlaku dalam
dimana anak yang menginjak usia remaja
masyarakat.
mantan
mereka
19
menikah.
dan
Keluarga
mengetahui
memiliki
kaidah-
Anak yang telah menginjak usia remaja
masyarakat sekitar tidak enggan untuk
biasanya cenderung akan melakukan hal-
menuduh bahwa yang melakukan hal
hal apa saja yang ingin di ketahuinya baik
tersebut adalah si mantan narapidana yang
itu bersifat negatif maupun positif, karena
sebelumnya pernah melakukan pencurian.
di usia remaja memiliki rasa ingin tahu
Jika seseorang telah di label sebagai
yang tinggi. Tak menutup kemungkinan
orang jahat atau menyimpang maka akan
remaja tersebut melakukan hal-hal yang di
sulit untuk menghilangkannya, begitu juga
anggap menyimpang dalam masyarakat.
dengan
yang
terjadi
pada
mantan
Oleh karena itu orang tua yang
narapidana di Desa Air lengit. Jika terjadi
memiliki anak remaja harus pandai-pandai
penyimpangan maka yang pertama kali
dalam mengontrol anak remaja tersebut.
dituduh oleh masyarakat sekitar yaitu
Misalnya
dan
mantan narapidana, karena seorang mantan
mengawasi apa saja yg dia lakukan, seperti
narapidana telah dilabel sebagai seorang
apa dan dengan siapa dia bergaul.
kriminal.
seperti
memperhatikan
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa
Pernyataan tersebut
sesuai dengan
mayoritas keluarga yang memiliki anak
pendapat Jokie M.S Siahaan (2009: 127)
remaja tidak mengizinkan anaknya bergaul
bahwa
dengan
pelanggaran
mantan
narapidana,
mereka
definisi
kejahatan
sebagai
kriminal
sebagai
dan
khawatir anaknya ikut terseret kepergaulan
pelanggar hukum ditolak untuk dipakai
bebas
baik
dalam pemakaian definisi kriminal oleh
keluarga. Sesuai dengan pendapat Wilkins
mereka yang menanggung label “kriminal”
dalam Jokie MS Siahaan (2009: 129)
dan secara luas didefinisikan sebagai
bahwa pengecapan akan mengurangi akses
kriminal.
mereka terhadap kesempatan yang sah dan
seseorang yang tidak melanggar hukum
mendorong
mereka
menjadi kriminal dan sebaliknya yang
kesempatan
yang
dan
mencemarkan
nama
berpaling
tidak
sah
ke untuk
Sehingga
mungkin
sekali
melanggar hukum tidak menjadi kriminal.
mencapai tujuan mereka, pengecapan juga
2. Tindak Pidana Pencabulan
menurangi ketertarika mereka pada orang
Pencabulan
merupakan
bentuk
konvensional sebagai teman dan asosiasi
penyimpangan skunder, yang mana jika
(selain mereka juga ditolak oleh orang
seseorang
konvensional ini).
pencabulan tentunya akan di laporkan
melakukan
penyimpangan
Hal ini sesuai pula dengan observasi
kepihak berwajib dan di pidanakan, tanpa
yang dilakukan oleh peneliti dilapangan,
melihat latarbelakang dan identitas orang
bahwa masyarakat sekitar menganggap
tersebut.
mantan narapiana sebagai orang yang
tentunya
selalu berbuat onar, jika terjadi kasus
melabelnya sebagai kriminal atau memiliki
pencurian di salah satu rumah warga maka
kelainan mental yang bersifat mesum.
20
Selain
itu
memberi
masyarakat
juga
penilaian
atau
Dalam penelitian ini, yang melakukan
sepenuhnya salah dari si pelaku yang di
penyimpangan pencabulan berjumlah 1
label, ada sebagian masyarakat yang
orang yaitu berinisial H.
bersimpati terhadapnya.
Jika
seseorang
melakukan
Ungkapan
di
atas
sesuai
dengan
penyimpangan tentunya ada alasan-alasan
pendapat yang diungkapkan oleh Lemert
atau faktor-faktor tertentu yang melatar
dalam Horton dan Hunt (1984) bahwa
belakangi
seseorang
kriminal tidak berbeda sama sekai dengan
melakukan penyimpangan atau tindak
non kriminal sebelum pada akhirnya orang
kriminal
tersebut
atau
mendorong
tersebut,
dalam
hal
ini
pencabulan.
berhadapan
dengan
hukum,
ideologi ini menimbulkan simpati bagi
Setelah di lakukan observasi, ternyata
para pelanggar hukum sebagai pecundang
masyarakat menilai (melabel) H sebagai
dan korban. Dalam artian bahwa label
orang yang memiliki kelainan mental sejak
tidak hanya berdampak negatif namun
kecil, sehingga tak ada kawan seumuran
memiliki sisi positif yaitu menariksimpati
yang mau berteman dengannya, jadi dia
orang-orang yang peduli kepada korban
hanya berteman dengan adiknya sendiri
pengecapan.
dan tetangga perempuan yang masih
Namun, tidak menutup kemungkinan
duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD)
akan berpengaruh terhadap interaksi antara
setempat.
tetangga sekitar dan teman sepermainan
Ungkapan
dengan
dengan pelaku tindak kriminal yang kini
pendapat yang diungkapkan oleh Jokie MS
bersetatus sebagai mantan narapidana.
Siahaan (2009: 127) bahwa teori labeling
Sebagai mana kita ketahui bahwa jika
ini pada prinsipnya mengungkapkan dua
seseorang
hal. Pertama, orang berperilaku normal
sebagai mantan narapidana tentunya akan
atau tidak normal, menyimpang atau tidak
di label negatif dan akan terjadi perubahan
menyimpang, tergantung pada bagai mana
terhadap pola interaksi yang berlangsung
orang lain (orang tua, keluarga dan
dalam kehidupan sehari-hari.
masyarakat)
di
atas
sesuai
menilainya.
telah
menyandang
setatus
Penilaian itu
Dari hasil wawancara peneliti dengan
ditentukan oleh kategorisasi yang sudah
informan dilapangan menunjukkan bahwa,
melekat
orang tua mempengaruhi anaknya dan
pada
pemikiran
orang
lain
tersebut.
memberikan
label
bahwa
mantan
Keadaan demikian membuat sebagian
narapidana sebagai orang yang jahat dan
masyarakat takut dan mengecap H sebagai
tidak pantas untuk dijadikan teman. Untuk
seseorang yang mengerikan, memiliki
perteman saja tidak dizinkan apalagi
kelainan namun memiliki
dan
dengan
kepercayaan yang berhubungan
bersifat mesum. Namun ada juga sebagian
dengan
kesempatan
masyarakat yang menganggap bahwa tidak
semakin tertutup baginya.
nafsu
21
kerja
tentunya
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
yang telah melakukan tindak kriminal atau
diinginkan, seharusnya kesempatan kerja
mantan narapidana.
tentunya boleh di dapatkan oleh siapa saja
Berdasarkan
pernyataan
ungkapkan
yang bersangkutan, namun hal tersebut
memiliki kemiripan dengan observasi yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan,
peneliti lakukan dilapangan, bahwa pelaku
peluang kerja sangat sulit bagi seseorang
pencabulan tidak memiliki kawan akrab
yang telah di label sebagai kriminal,
yang seumuran dengannya. Karena pelaku
seseorang yang telah menjadi mantan
pencabulan di anggap sebagai seseorang
narapidana tentunya di label sebagai
yang
kriminal, oleh sebab itu sangat sulit untuk
masyarakat sekitar. Tindakan pengucilan
mendapatkan kepercayaan dan pekerjaan.
juga dilakukan kepada pelaku pencabulan
pernyataan
yang
di
informan
di
selagi bentuk pekerjaan itu sesuai dengan
Berdasarkan
oleh
yang
tersebut,
memiliki kelainan mental oleh
dan para orang tua dengan jelas melarang
ungkapkan oleh informan yang merupakan
anak-anaknya
untuk
tidak
berteman
mantan narapidana yang peneliti jumpai
dengan pelaku pencabulan, terutama para
dilapangan, sesuai dengan tokoh teori
orang tua yang memiliki anak perempuan.
labeling yang di ungkapkan oleh Wilkins
Dengan kondisi pelaku tindak pidana
dalam Jokie MS Siahaan (2009:129),
pencabulan yang dianggap masyarakat
pelebelan ini akan mengurangi akses
sebagai seseorang yang memiliki kelainan
mereka terhadap kesempatan yang sah dan
mental
mendorong
mereka
ke
interaksi antara pelaku tindak pidana
kesempatan
yang
untuk
pencabulan dengan teman seumuran yang
berpaling
tidak
sah
ternyata
juga
mempengaruhi
mencapai tujuan mereka mereka bahkan
tinggal di sekitarnya,
akan semakin jauh terpisahkan dari orang
menyelesaikan masa hukumannya dan
konvensional.
berstatus sebagai mantan narapidana.
Label serta pengucilan sangat jelas
Jika
seseorang
setelah pelaku
telah
menjalani
dirasakan oleh pelaku tindak pidana
hukumannya, dan telah menyelesaikan
pencabulan beserta keluarganya. Akses
hukuman tersebut, lalu seseorang tersebut
mereka terhadap pekerjaan serta untuk
kembali ke lingkungan tempat tinggalnya
menjalani kehidupan dirasakan sangat sulit
kembali, maka kondisi dan situasi yang
dan membutuhkan waktu yang lama agar
terjadi akan terasa berbeda walaupun yang
dapat diterima kembali oleh masyarakat.
bersangkutan memiliki sedikit kelainan,
Sebagai remaja yang seumuran dengan
terutama bagi keluarga dan tetangga-
mantan narapidana, pastinya mendapatkan
tetangga sekitar, berbeda dengan yang
larangan atau teguran dari orangtuanya
memang sebelumnya tidak akrab, maka
agar tidak bergaul dengan orang-oarang
akan terasa biasa aja. Kondisi tersebut
22
sesuai dengan observasi yang peneliti
tersebut, dan masyarakat termasuk remaja
lakukan di lapanngan.
yang ada di lingkungan sekitar tidak
Kondisi yang terjadi antara mantan
mengikuti hal tidak benar yang terjadi di
narapidana dengan remaja yang seumuran
lingkungan sekitar.
juga sama terjadi dengan keluarga atau
Berdasrkan hasil wawancara
yang
orang tua yang memiliki anak remaja yang
dilakukan oleh peneliti dilapangan, bahwa
belum menikah, tentunya orang tua tidak
para tokoh masyarakat yang menjadi
mau anak remajanya terikut melakukan
orang-orang yang paling disegani serta
penyimpangan
didengarkan oleh masyarakat merupakan
seperti
melakukan
pencabulan.
agen kontrol sosial namun jelas terlihat
Pernyataan
tersebut
menunjukkan
bahwa mereka kurang berpengaruh di desa
bahwa mayoritas keluarga yang memiliki
Air Lengit. Hal ini mungkin disebabkan
anak remaja tidak mengizinkan anaknya
oleh perkembangan zaman dan dampak
bergaul
dari globalisasi serta modernisasi yang
dengan
mantan
narapidana,
mereka khawatir anaknya ikut terseret
mulai
kepergaulan
mencemarkan
masyarakat dan membuat masyarakat lebih
nama baik keluarga. Dan sesuai dengan
individualis dan materialis serta tidak lagi
observasi yang dilakukan oleh peneliti
mendahulukan kepentingan bersama dan
bahwa masyarakat sekitar menganggap
lebih mendahulukan kepentingan pribadi
mantan narapiana sebagai orang yang
serta golongannya.
bebas
dan
merubah
sifat
dan
perilaku
selalu berbuat kesalahan (kriminal), dari E. PENUTUP
sebelum dia menyandang status sebagai
Berdasarkan hasil analisa Label Pada
mantan narapidana. jika terjadi sebuah
Mantan Narapidana Di Desa Air Lengit
masalah, tentunya mereka yang akan jadi
Kecamatan Bunguran Tengah Kabupaten
sasaran. Akan tetapi, hal tersebut diatas tidak
berlaku
bagi
pelaku
Natuna,
kriminal
diperoleh sebuah
1. Label atau pengecapan pada mantan
Pandangan atau penilaian masyarakat
narapidana yang terjadi di Desa Air
sangat berpengaruh terhadap tingkah laku
Lengit Kecamatan Bunguran Tengah
seseorang dalam menjalani kehidupannya
Kabupaten Natuna terdiri atas 2 bagian
dalam bermasyarakat, oleh sebab itu
yaitu
masyarakat dan lembaga-lembaga atau tokoh masyarakat yang tercakup dalam
tidak
pencurian
pencabulan.
Label
yang
pelaku
si pelanggar
mengulangi
kasus
terhadap
dan
diberikan mantan
narapidana pada kasus pencurian yaitu,
dalam menanggapi seseorang yang telah hukum agar
pada
masyarakat
agen kontrol sosial harus berhati-hati
hukum
dapat
kesimpulan diketahui bahwa :
pencabulan.
melanggar
maka
tindak
pidana
pencurian
merupakan orang yang panjang tangan
perbuatan
23
(pencuri), bandel, ugal-ugalan dan
atau hukuman sesuai dengan peraturan
pemabok.
yang
dan hukum yang berlaku. Oleh sebab
diberikan masyarakat terhadap mantan
itu sanksi sosial oleh masyarakat
narapidana tindak pidana pencabulan
seharusnya tdak lagi diberikan kepada
yaitu mesum dan memiliki kelainan
mantan narapidana dan keluarganya.
Sedangkan
label
mental.
2. Diharapkan
2. Akibat dari label yang diberikan oleh
masyarakat
tidak
memberikan
sanksi
pelabelan
namun
mengalami kesulitan untuk kembali
kesempatan
kepada
mendapatkan kepercayaan dan juga
narapidana. Hal ini dimaksudkan agar
pekerjaan. Dalam hal ini tidak hanya
tidak terjadi tindak pidana berulang
dirasakan di Desa Air lengit saja,
oleh sebab akibat pelabelan tersebut.
masyarakat,
namun
mantan
pelabelan
dimasyarakat
narapidana
yang
menyebar
terjadi ke
petugas
yang
tetangga dan sekitarnya. Sehingga ada
mampu
memberikan
beberapa
kepada
mantan narapidana tidak
betah dan berpindah ke daerah lainnya. tersebut
tidak
berupa
memberikan para
manan
3. Diharapkan keluarga, masyarakat dan
desa
3. Pelabelan
sosial
mantan
bertanggung
jawab
pemahaman
narapidana
agar
kembali merasakan kesempatan untuk
hanya
menjadi lebih baik lagi dan tidak
diberikan dan dirasakan oleh mantan
melakukan tindak pidana berulang.
narapidana saja, namun juga pada keluarga dan kerabat dekatnya mantan
DAFTAR PUSTAKA
narapidana. Maka perasaan pengucilan
Buku-Buku :
oleh masyarakat juga berlaku pada
Ahmadi, Abu, dkk. 2009. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
keluarga mantan narapidana. Keluarga
Al-Barry dan Dahlan.M. Y. 2003. Kamus Induk Istilah Ilmiah. Surabaya: Target Press
dan kerabat dari mantan narapidana meresakan perlakuan yang berbeda oleh masyarakat sekitar ketika salah
Atmasasmita, Romli. 1992. Kenakalan Anak-anak Bandung: Armico
seorang dari anggota keluarga pernah menjadi mantan narapidana Setelah penulis melakukan penelitian ini
Bagong, Suyanto J. Dwi Narwoko. 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana Media Group.
dan mengetahui permasalahan yang terjadi dilapangan,
maka
penulis
memberikan
saran/ masukan sebagai berikut : 1. Diharapkan memberikan berlebihan,
masyarakat pelabelan dalam
arti
Problem Remaja.
Henslin, James. M. 2006. Sosiologi dengan Pendekatan Mebumi, Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
tidak secara
Horton, Paul B. dan Chester L. Hunt. 1984. Sosiologi, Jilid I, edisi keenam. diterjemahkan Drs. Aminuddin
mantan
narapidana telah mendapatkan sanksi
24
Ram, M.Ed. dan Dra. Tita Sobari. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
persepsi bekas narapidana. Yogyakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial
Irawan, Prasetya, 2006, Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu Ilmu Sosial, Jakarta: DIA FISIP UI Jones, Pip. 2010. Pengantar Teori-Teori Sosial. diterjemahkan Achmad Fedyani Saifuddin. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia Kolip, Usman dan Elly M Setiadi. 2010. Pengantar Sosiologi. Bandung: Kencana Prenada Media Group Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Roucek, Joseph S & Warren, Roland L, 1987, Pengantar Sosiologi, Jakarta: Bina Aksara Saebeni, B, 2008, Metode Penelitian, Edisi Ke Dua, Bandung: CV Pustaka Setia Siahaan,
Jokie MS. 2009. Perilaku Menyimpang: pendekatan sosiologi. Jakarta: PT Malta Printindo
Silalahi Ulber, 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung PT.Revika Aditama Soelaeman Moenandar, 2011. Ilmu Sosial Dasar - Teori Dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT Rafika Aditama Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta Sunarto,
Dr Kamanto.2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Wahyuni, N dan Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group Yudobusono, S. & Aminatun, S. (1995). Penelitian diagnostik tentang
25