KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT NELAYAN DENGAN MENGGUNAKAN RUMPUN DI DESA TANJUNG BATANG KABUPATEN NATUNA
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
OLEH IDA RUSNITA Nim. 100569201030
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI 2016
DAFTAR ISI DAFTAR ISI…………………………………………………………………
ii
ABSTRAK…………………………………………...……………………….
iii
ABSTRACK…………………………………………..………………...........
iv
SOSIALISASI KEDISIPLINAN DALAM KELUARGA SUKU LAUT DESA TAJUR BIRU KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA Pendahuluan………………………………………………………………........
1
A. Latar belakang…………...…………………………………........................
1
B. Rumusan Masalah……………..…………………………….......................
3
C. Tujuan dan Manfaat penelitian………………………………......................
3
1. Tujuan……………………..……………………………………………
3
Manfaat....……………………..………………………………………
4
D. Konsep Operasional…………………...…..……………………………….
4
E. Metode Penelitian………………………...…….………………………….
6
1. Jenis penelitian………………………….....…………………………...
6
2. Lokasi penelitian…………………………..…………...……………….
6
3. Jenis data……………………………………..…………………………
7
4. Populasi dan sampel…………………………...……………….............
7
5. Teknik dan alat pengumpulan data…………..………………...............
8
6. Teknik analisa data……………………………...……...……………....
8
F. Kerangka Teoritis……………………..…………….………........................
8
2.
G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………..………....................... 13 H. Hasil Penelitian dan Pembahasan………………………………...………... 13 I. Penutup……………………...…………………………………..................
22
Daftar Pustaka
ii
ABSTRAK Kearifan lokal mengacu pada perangkat pengetahuan pada suatu komunitas, baik berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalaman yang berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya, untuk menyelesaikan dengan baik dan benar persoalan dan/atau kesulitan yang dihadapi, yang memiliki kekuatan hukum maupun tidak. Kondisi terumbu karang di perairan Desa Tanjung Batang mengalami kerusakan akibat pencarian ikan yang illegal dan melanggar hukum seperti penggunaan alat-alat yang tidak ramah lingkungan dengan melakukan racun dan pengeboman ikan. Cara ini sangatlah merusak lingkungan dan merusak terumbu karang yang menjadi tempat perkembang biakan biota laut. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keariafn lokal masyarakat nelayan dalam menggunakan rumpun di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, sedangkan informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang. Lokasi penelitian ini berada di Desa Tanjung Batang Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna. Penentuan lokasi ini dikarenakan masyarakat nelayan di Desa tersebut masih sangat menjaga kearifan lokal hingga saat ini, dengan cara mengembangkan rumpun sebagai alat utama dalam mencari hasil laut. Penelitian ini menggunakan teori paradigma fakta sosial Emile Durkheim mengenai nilai, norma, hukum, bahasa, agama, dan tatanan kehidupan lainnya. Dengan demikian fakta sosial juga dapat dikaji melalui lingkungan alam sebagaimana manusia sangat berhubungan dan bergantung terhadap alam, agar manusia dapat menjaga lingkungan sebagai kearifan lokal yang perlu dilestarikan melalui perangkat pengetahuan yang telah diperoleh dan pengetahuan tersebut menjadi suatu kebiasaan yang terus dilakukan oleh manusia itu sendiri. Hasil dalam penelitian ini berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat terhadap rumpun yang telah diwariskan sejak turun temurun. Berawal dari kerusakan terumbu karang yang dilakukan masyarakat dalam penangkapan ikan secara illegal, akibat hal inilah masyarakat nelayan mengalami kerugian dan menurunnya penghasilan, sehingga masyarakat setempat kembali menggunakan rumpun. bagi masyarakat, rumpun tidak dapat dihilangkan begitu saja. Hal ini dikarenakan rumpun tidak merusak lingkungan dan sangat ramah terhadap lingkungan khususnya terhadap laut. Rumpun merupakan karang buatan salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun di laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpun, sehingga ikan mudah untuk ditangkap. Hingga saat ini rumpun dipercaya masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan menjadi salah satu cara untuk mempertahankan kearifan lokal yang telah ada sejak puluhan tahun silam, dan kini masyarakat masih menggunakan rumpun dalam melakukan aktivitasnya di laut. Kata Kunci: Kearifan Lokal, Masyarakat Nelayan, Rumpun
iii
ABSTRACT Local knowledge refers to the knowledge in a community, both derived from previous generations as well as of experience related to the environment and other people, to finish well and correct the problems and/or difficulties encountered, which have the force of law or not. The condition of coral reefs in the waters of Tanjung Batang rods were damaged by the illegal fishing and and unlawful such as the use of tools that are not environmentally friendly to conduct poison and blast fishing. This way is very damaging to the environment and damage coral reefs are becoming a proliferation of marine life . The purpose of this study to determine local knowledge of fishing communities in using grove in the village of Tanjung Batang Natuna. This research uses a qualitative research, while the informants in this study amounted to 7 people. The location of this research is in the village of Tanjung Batang Pulau Tiga Natuna regency. The determination of these locations due to the fishing community in the village still maintaining local knowledge to date, by developing the grove as a major tool in the search for marine products. This study uses the theory of Emile Durkheim paradigm of social facts about values, norms, laws, language, religion, and other life order. Thus the social fact can also be assessed through the natural environment as well as human related and dependent on nature, so that people can keep the environment as the local knowledge needed to be preserved through the knowledge that has been gained and The knowledge becomes a habit that continues to be done by the man himself. The results in this study with regard to local wisdom of the grove that has been passed from generation to generation. Starting from damage to coral reef communities in fishing illegally, as a result of this the fishing communities suffered losses and declining income so that the local community reuse clumps. for the community, clumps can not be eliminated just like that. This is because the grass is not damaging to the environment and very friendly to the environment, especially the marine. Clumps is one type of artificial reef fishing tools are installed in the sea, the sea both shallow and deep sea. Installation is intended to attract schools of fish that gather around the clump, making it easy to catch fish. Until now clump public trust can increase revenue and be one way to preserve local wisdom that has existed since decades ago, and now people are still using clumps in their activities at sea. Keywords: Local Wisdom, Fishermen Society, Clump
iv
KEARIFAN
LOKAL
MENGGUNAKAN
MASYARAKAT
RUMPUN
DI
DESA
NELAYAN TANJUNG
DENGAN BATANG
KABUPATEN NATUNA A. Latar Belakang Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagian di antaranya kepulauan dan sebagian lainnya wilayah pesisir yang terpanjang ke dua di dunia. Dampak lebih lanjut dari sumberdaya bersifat open access adalah pertama menyebabkan masyarakat nelayan di pesisir yang sumber mata pencaharian utamanya bergantung pada sumberdaya laut dan perikanan seringkali dan harus berpindah-pindah untuk memperoleh hasil tangkapan yang maksimal. Pola mata pencaharian masyarakat nelayan dalam kategori ini tergantung musim dan sekaligus elemen resikonya sangat besar. Di samping itu juga di dalamnya terkandung kekayaan sumber daya alam dan jasa lingkungan yang sangat kaya dan beragam, seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, minyak dan gas, bahan tambang dan mineral, dan kawasan pariwisata (Dahuri, 2001). Pengelolaan sumberdaya air harus disesuaikan dengan kondisi lokal dan kearifan lokal pada setiap daerah karena setiap daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada suatu komunitas tertentu dapat ditemukan keraifan lokal yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam sebagai tata pengaturan lokal yang telah ada sejak masa lalu dengan sejarah dan adaptasi yang lama. Kearifan lokal tidak hanya berfungsi sebagai ciri khas suatu komunitas saja, tetapi juga berfungsi sebagai upaya untuk pelestarian lingkungan ekologis suatu komunitas masyarakat. Degradasi sumber daya laut digambarkan dari kerusakan ekosistem terumbu karang, tingkat kerusakan bervariasai antara perairan Desa Tanjung Batang namun menurut nelayan didesa tersebut sudah pada kondisi yang
memperhiatinkan. Rusaknya terumbu karang telah berdampak pada berkurangnya hasil tangkapan nelayan diperairan sekitar desa tanjung batang. Masyarakat Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna mempercayai terhadap pemasangan rumpun ataupun untuk menurunkannya dilaut mereka menentukan hari, tanggal, bulan, yang dipercayai akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Kepercayaan lainnya ialah pada saat imlek atau lebaran cina, masyarakat nelayan tidak akan pergi melaut jika masyarakat tionghoa tersebut belum melakukan ritual sembahyangnya. Menurut kepercayaan masyarakat nelayan setempat, pada saat itu cuaca sangattidak baik dan sangat buruk, seperti keadaan angin kencang sehingga ikan juga sangat sulit mereka dapatkan. Nilai-nilai masyarakat Melayu yang bersendikan syarak dan nilai-nilai luhur budaya, normanorma sosial dalam masyarakat dijadikan adat. Hal ini mampu mewujudkan keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan.Dengan demikian mayoritas masyarakat Melayu di Desa Tanjung Batang dapat dikendali nilai-nilai dan norma-norma yang telah tercipta dan dijalankan dengan sikap, perbuatan, dalam menjaga dan memelihara lingkungan. Sehingga, sumber daya alam yang diciptakan untuk kehidupan akan dapat dirasakan pada kehidupan mendatang. Untuk itu, dalam pengelolaan lingkungan harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Berkembangnya teknologi juga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melestarikan rumpun dengan memanfaatkan GPS dan radar yang dipasang di dalam kapal motor masyarakat nelayan tersebut. Masyarakat yang tinggal di Desa Tanjung Batang ini mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan, hampir dari setiap nelayan menggunakan rumpun sebagai penangkapan ikan demi menjaga kelestarian laut yang ada diDesa Tanjung Batang. Hingga saat ini Jumlah 2
penduduk di Desa Tanjung Batang adalah 930 jiwa yang terdiri dari 240 Kepala Keluarga (KK).Dari jumlah penduduk laki-laki 482 jiwa dan 448 jiwa penduduk perempuan. Pada sebuah masyarakat desa yang masih berbaur dengan alam, ada sebuah kebiasaan yang masih di pegang teguh dan menjadi kearifan lokal yang ada di Desa Tanjung Batang di Kabupaten Natuna di mana masyarakat setempat yang bermata pencaharian sebagai nelayan harus melihat hari yang baik membuat sebuah rumpun. Rumpun tersebut sangat memudahkan masyarakat nelayan untuk menangkap ikan di laut tanpa harus menggunakan sampan atau alat-alat yang dapat merusak ekosistem laut lainnya dan hasilnya juga lumayan banyak serta ramah lingkungan. Sehingga dengan ini penulis tertarik untuk meneliti tentang “Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan Dengan Menggunakan Rumpun Di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti menetapkan rumusan masalah adalah Bagaimana kearifan lokal masyarakat nelayan dalam menggunakan rumpun di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna? C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kearifan lokal masyarakat nelayan dalam menggunakan rumpundi Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna.
3
2. Kegunaan Penelitian a. Secara praktis Dilihat dari kegunaan penelitian secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran serta dapat membantu sebagai bahan informasi mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penelitian. b. Secara teoritis Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan informasi dalam penelitian-penelitian berikutnya dengan permasalahan penelitian yang sama serta menjadi referensi pustaka bagi pemenuhuan kebutuhan penelitian lanjutan. D. Konsep Operasional Agar mencapai realitas dalam hasil penelitian secara empiris, maka konsep yang masih abstrak perlu dioperasionalkan untuk benar-benar menyentuh permasalahan penelitian yang akan diteliti. Mengacu kepada topik untuk menciptakan kesamaan pendapat serta kesatuan pengertian dalam pembahasan ini maka, perlu kiranya penulis mengemukakan konsep operasional tentang berbagai istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini. Adapun konsep tersebut adalah: 1. Masyarakat Masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat nelayan yang menggunakan rumpun.dalam penggunaan rumpun ini masyarakat dapat meningkatkan penghasilan dan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat nelayan. Rumpun adalah karang 4
buatan yang dibuat oleh masyarakat nelayan yang ada di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna yang juga merupakan salah satu wujud kearifan lokal. 2. Kearifan lokal Kearifan lokal merupakan nilai yang diciptakan, dikembangkan, dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup. Kearifan lokal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala cara yang dilakukan oleh masyarakat nelayan di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna untuk menjaga kelestarian alam khususnya di perairan desa ini, serta untuk terus dapat memperoleh penghasilan. Sehingga untuk melihat kearifan lokal yang ada di Desa Tanjung Batang ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Pengetahuan Pengetahuan adalah ilmu pengetahuan dan pengalaman masyarakat dalam menghadapi masalah serta solusinya.Pengetahuan dalam penelitian
ini
dimaksudkan
pada
masyarakat
nelayan
dalam
menggunakan rumpun di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna ini untuk tetap dapat menjaga lingkungan ketika dihadapi pada masalah rusaknya ekosistem laut sehingga juga dapat menjadi solusi bagi masyarakat nelayan di desa ini. b. Kebiasaan kebiasaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan secara berulangulang dalam bentuk yang sama yang diajarkan oleh masyarakat setempat untuk dapat menjaga lingkungan yang menuntut manusia
5
dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. kebiasaan dalam penelitian ini merupakan segala ilmu pengetahuan yang telah dimiliki untuk diwariskan dari satu generasi ke generasi lain yang menjadikan perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari baik terhadap mitos maupun adat istiadat di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif peneliti, dengan kata lain peneliti bukan mencari jawaban atas pertanyaan “apa” tetapi “mengapa”. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini diharapkan mampu menggambarkan keadaan yang sebenarnya (naturalistik) di lapangan. (Prasetya Irawan, 2006: 49 dan 64). 2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitianini Di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. a.
Jenis Data
Data Primer dimana data yang dapat diperoleh dari informan yaitu masyarakat di Desa Tanjung Batang yang masih mempertahankan kearifan lokal sebagai informan peneliti berupa jawaban dari hasil pertanyaan wawancara.
6
b. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak kedua atau sumber lain sebelum penelitian dilaksanakan seperti, dokumentasi tertulis yang berasal kantor Lurah atau Balai Desa di Tanjung Batang. 3. Populasi dan Sampel Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu pemilihan informan yang ada dalam posisi terbaik dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling, kriteria yang ditetapkan adalah masyarakat nelayan asli Desa Tanjung Batang, yang berprofesi sebagai nelayan rumpun, masyarakat yang mempunyai bagan apung. 4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Penelitian ini sesuai dengan pengamatan peneliti yaitu dengan melihat gambaran lokasi penelitian di Desa Tanjung Batang terhadap kearifan lokal
masyarakat,
sehingga
menjadi
layak
untuk
dilakukan
observasi.Dalam hal ini peneliti menggunakan observasi partisipasi pasif.Karena dalam mekanismenya peneliti tetap datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan masyarakat. b. Wawancara Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan melakukan wawancara terstruktur dengan membawa dan menggunakan pedoman
7
wawancara tentang topik yang diteliti yakni berkaitan dengan kearifan lokal masyarakat nelayan dengan menggunakan rumpun. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan sebagai penunjang penelitian, dimana dalam dokumentasi ini dapat melihat, mengabadikan gambar dilokasi penelitian 5. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara intensif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.Aktifitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2009:246). Reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi data merupakan langkah ketiga analisis data penelitian kualitatif. F. KERANGKA TEORITIK 1. Fakta Sosial Emile Durkheim menyatakan bahwa sosiologi harus menjadi ilmu dari fakta sosial yaitu membicarakan sesuatu yang umum yang mencakup keseluruhan
masyarakat
dan
berdiri
sendiri
serta
terpisah
dari
manifestasi individu. Fakta sosial ini diartikan sebagai gejala sosial yang abstrak, misalnya hukum, struktur sosial, adat kebiasan, nilai, norma, bahasa, agama, dan tatanan kehidupan lainnya yang memiliki kekuasaan tertentu untuk memaksa bahwa kekuasaan itu terwujud dalam kehidupan masyarakat
8
di luar kemampuan individu sehingga individu menjadi tidak tampak. (Kamanto Sunarto, 2004:12). Fakta sosial bersifat eksternal, umum (general), dan memaksa (coercion). Fakta sosial mempengaruhi tindakan-tindakan manusia. Tindakan individu merupakan hasil proses pendefinisian reslitas sosial, serta bagaimana orang mendefinisikan situasi. Asumsi yang mendasari adalah bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membangun dunia sosialnya sendiri. Fakta sosial meliputi gejala seperti norma, ideal moral, kepercayaan, kebiasaan, pola berfikir, perasaan, dan pendapat umum. (Doyle Paul Johnson, tt:179). Menurut George Ritzer (Rachmad Susilo, 2008:17-18), Paradigma fakta sosial dapat dikaji melalui sosiologi lingkungan, karena paradigma tersebut benar-benar memiliki hubungan langsung dengan isu-isu lingkungan. Pertama sosiolog dapat menggali makna lingkungan bagi orang-orang yang memiliki latarbelakang atau background sosial beragam sebab latarbelakang sosial yang berbeda-beda sangat menentukan makna sosial masing-masing yang tentunya juga berlainan. Kedua, sosiolog dapat menginventarisasi bentuk-bentuk parasaan (sentimen) maasyarakat ada persoalan-persoalan lingkungan, baik yang tergambar dalam pikiran, harapanharapan, dan ketakutan-ketakutan mereka. Ketiga sosiolog harus bisa menunjukkan bagaimana pola-pola kehidupan sosial menyusun tekanan pada lingkungan.Sosiolog juga menjelaskan bagaimana pola-pola budaya dan susunan ekonomi politik yang mempengaruhi lingkungan alam. Hubunganhubungan sosial jelas akan menentukan corak interaksi antar satu individu
9
dengan individu lain. Tidak jarang juga kesepakatan-kesepakatan lokal dibuat untuk menjaga keberlangsungan lingkungan. 2. Kearifan Lokal Kearifan lokal diartikan oleh masyarakat pada umumnya sebagai pengetahuan setempat (local knowledge), kecerdasan setempat, (local genius), dan kebijakan setempat atau local wisdom (Taruna dkk, 2011). Menurut Swansea (dalam Mariane, 2014) kearifan lokal dan keunggulan lokal merupakan kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, cara-cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional.Kearifan lokal adalah nilai yang dianggap baik dan benar, sehingga dapat bertahan dalam waktu yang lama, bahkan melembaga. Menurut Sonny Keraf (2010:369), bahwa kearifan lokal adalah sebagai berikut: 1. Kearifan tradisional adalah milik komunitas. Demikian pula dikenal sebagai pengetahuan tentang manusia, alam dan relasi dalam alam juga milik kominitas. Tidak ada pengetahuan atau kearifan tradisional yang bersifat individual. 2. Kearifan
tradisional
adalah
milik
holistik,
karena
menyangkut
pengetahuan dan pemahaman tentang seluruh kehidupan dengan segala relasinya di alam semesta. Alam adalah jaringan kehiduan yang lebih luas dari sekedar jumlah keseluruhan bagian yang terpisah satu sama lain. Alam adalah rangkaian relasi yang terkait satu sama lain, sehingga
10
pemahaman dan pengetahuan tentang alam harus merupakan suatu pengetahuan menyeluruh. 3. Berbeda dengan ilmu pengetahuan barat yang mengklaim dirinya sebagai universal, kearifan tradisional bersifat lokal, karena terkait dengan tempat yang partikular dan konkret. Kearifan dan pengetahuan tradisional selalu menyangkut pribadi manusia yang partikular (komunitas masyarakat adat itu sendiri) dan relasinya dengan alam. Tetapi karena manusia dan alam bersifat universal, kearifan dan pengetahuan tradisional dengan tidak di rekayasa pun menjadi universal pada dirinya sendiri. Kendati
tidak
memiliki rumusan universal sebagaimana dikenal dalam ilmu pengetahuan modern, kearifan tradisional ternyata ditemukan disemua masyarakat adat atau suku asli diseluruh dunia, dengan substansi yang sama, baik dalam dimensi teknis maupun dalam dimensi moralnya. Berdasarkan uraian mengenai definisi kearifan lokal diatas, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal adalah suatu gagasan konsptual yang hidup dalam masyarakat berupa sikap, nilai-nilai, etika, cara-cara, perilaku, kepercayaan, keyakinan, adat istiadat, hukum adat, pandangan, kemampuan, dan pengetahuan dari komunitas atau masyarakat lokal untuk mengelola lingkungan hidup, tradisi, dan budaya setempat. Sedangkan menurut Ardhana (dalam Apriyanto, 2008: 4) mengatakan bahwa yang menurut perspektif cultural, kearifan lokal adalah berbagai nilai yang diciptakan, dikembangkan dan dipertahankan oleh masyarakat yang menjadi pedoman hidup mereka. Termasuk berbagai mekanisme dan cara
11
untuk bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang di tuangkan sebagai suatu tatanan sosial, terdapat lima dimensi cultural tentang kearifan lokal yaitu:
1. Pengetahuan, yaitu informasi dan data tentang karakter keunikan lokal serta pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk mengahadapi masalah serta solusinya. Pengetahuan lokal penting untuk diketahui derajat keunikan pengetahuan yang dikuasai oleh masyarakat setempat untuk menghasilkan inisiasi lokal. 2. Budaya lokal, yaitu berkaitan dengan unsur-unsur kebudayaan yang telah terpola sebagai tradisi lokal, yang meliputi sistem nilai, bahasa, tradisi, teknologi 3. Keterampilan lokal, yaitu keahlian dan kemampuan masyarakat setempat untuk menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki 4. Sumber lokal, yaitu sumber yang dimiliki masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan melaksanakan fungsi-fungsi utamanya 5. Proses sosial lokal, berkaitan dengan bagaimana suatu masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsinya, sistem tindakan sosial yang dilakukan, tata hubungan sosial serta control sosial yang ada.
Menurut Kutanegara, et al. (2014), menyatakan kearifan lokal memiliki nilai lebih materil atau spiritual, dan memeliki penjelasan rasional atas keseluruhan praktiknya. Pada berbagai praktik kearifan lokal gotong royong, masyarakat pelaku mendapatkan manfaat nilai lebih materil dan spiritual. Gotong royong memiliki beragam bahasa daerah dengan makna sama yaitu bekerjasama untuk suatu tujuan bersama secara sukarela.
12
G. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1. Gambaran Umum Desa Desa Tanjung Batang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Di Kecamatan Pulau Tiga terdapat 6 desa yang berada di wilayah pesisir pantai, yaitu Desa Selading, Desa Sededap, Desa Karang Labak, Desa Tanjung Kumbik, Desa Sabang Mawang dan Desa Tanjung Batang. Desa Tanjung Batang juga merupakan Desa Pemekaran dari Desa Sabang Mawang Tahun 2007 yang terletak disebelah Selatan Ibu Kota Kabupaten Natuna (Ranai) dengan jarak tempuh ± 90 KM. Desa Tanjung Batang memiliki 3 Dusun dan terdiri dari 5 Rukun Warga (RW) dan 11 Rukun Tetangga (RT). H. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakterisktik Informan Informan dalam penelitian kualitatif sengaja dipilih oleh peneliti, karena dianggap mampu memberikan informasi seputar masalah yang sedang diteliti.Dalam penelitian ini, karakteristik informan yang dipilih adalah masyarakat nelayan asli Desa Tanjung Batang.masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan rumpun dan masyarakat yang mempunyai bagan apung. Sehingga, informan mengetahui secara jelas bagaimana kondisi lingkungan di Desa Tanjung Batang. Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 orang.
13
B. Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan Dengan Menggunakan Rumpun Di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna Kearifan lokal diartikan oleh masyarakat pada umumnya sebagai pengetahuan setempat (local knowledge), kecerdasan setempat, (local genius), dan kebijakan setempat atau local wisdom (Taruna dkk, 2011). Terminologi local genius tersebut diperkenalkan pertama kali oleh Quarich Wales dengan arti kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh asing pada kedua kebudayaan yang berhubungan. Unsur pertama definisi diatas menyebutkan kearifan lokal sebagai perangkat pengetahuan.Unsur kedua berkaitan dengan darimana perangkat pengetahuan ini diperoleh, serta unsur terakhir dari definisi kearifan lokal diatas berkaitan dengan tujuan dari sifat kearifan lokal itu sendiri. 1. Pengetahuan Eksploitasi sumber daya alam yang terus menerus dilakukan oleh masyarakat sangat berpengaruh terhadap mata pencaharian masyarakat yang bergantung dengan alam baik dilakukan di darat, maupun dilakukan di laut.Penggunaan alat-alat yang tidak ramah lingkungan membuat kehancuran tersendiri bagi alam khususnya di perairan masyarakat Desa Tanjung Batang Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna.Alat-alat yang tidak ramah lingkungan tersebut merupakan eksploitasi sumber daya alam di perairan Desa Tanjung Batang Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna. Penggunaan alat-alat tersebut berupa bom ikan dimana secara langsung ikan-ikan tersebut langsung mati .Sehingga dengan mudah para nelayan
14
menangkap ikan. Begitu juga dengan penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan lainnya seperti obat bius, racun ikan, dan putas. Hal ini dilakukan dengan instan oleh para nelayan yang mana tidak memakan waktu lama untuk mendapatkan ikan.Ikan yang didapat oleh nelayan tersebut bisa lebih dari sepuluh kilogram per harinya. Melihat penghasilan yang didapatkan nelayan yang cukup besar tersebut akan sangat membahayakan lingkungan apabila pemakaian alat-alat tersebut dipakai dalam waktu yang lama. Sehingga hal ini akan sangat merusak ekosistem laut terutama pada terumbu karang yang menjadi tempat tinggal utama bagi para ikan. Para nelayan harus menyelam ke dalam laut untuk melihat keadaan ikan, apabila terdapat banyak ikan yang ada di dalam laut tersebut maka nelayan mulai melakukan pembiusan dengan menuangkan obat bius yang telah disediakan ke arah ikan-ikan tersebut, lalu hanya menunggu beberapa menit saja ikan sudah pingsan.Kemudian ikan tersebut bisa diambil oleh para nelayan tersebut.Namun bagi para nelayan cukup sulit melakukan pembiusan tersbut, karena harus menyelam dan melihat kondisi ikan, sehingga mereka mencoba menggunakan bahan peledak seperti bom ikan. Penggunaan bom dalam penangkapan ikan adalah merupakan salah satu cara penangkapan yang sangat merusak dan juga ilegal di seluruh Indonesia. Kondisi perairan masyarakat Desa Tanjung Batang akibat dari penggunaan alat-alat yang tidak ramah lingkungan menyebabkan kerusakan terumbu karang yang menjadi tempat sumber kehidupan ikan. Ternyata, sebagian masyarakat tidak mengetahui akan bahayanya penggunaan alat-alat tersebut terhadap terumbu karang, masyarakat hanya mengetahui penggunaan dan 15
banyaknya penghasilan yang didapatkan dalam penggunaannya. Kurangnya pengetahuan akan jenis-jenis alat-alat yang tidak ramah lingkungan membuat masyarakat melakukan eksploitasi sumber daya alam yang terus menerus Penggunaan tersebut membuat kehancuran tersendiri bagi alam khususnya di perairan masyarakat Desa Tanjung Batang Kecamatan Pulau Tiga Kabupaten Natuna, karena alat-alat tersebut merupakan eksploitasi sumber daya alam. Namun, saat ini masyarakat telah menyadari dan tidak lagi menggunakan alat tersebut karena sangat membahayakan kehidupan biota laut yang juga mengancam sumber kehidupan masyarakat setempat. Kesadaran masyarakat ini akan bahayanya penggunaan alat tersebut adalah sejak mengalami penurunan pendapatan penghasilan setiap harinya yang semakin berkurang. Salah satu caranya adalah menerapkan sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang menggunakan alat-alat yang tidak ramah lingkungan tersebut Norma ini dibuat dan diterapkan oleh masyarakat dan sangat efektif membuat masyarakat jera terhadap norma yang disertai sanksi tersebut. Masyarakat membuat aturan ini sudah sejak lama bahkan sebelum dipertegaskan aturan yang dibuat dari pemerintah pusat seperti saat ini yang melarang penggunaan alat tangkap yang merusak ekosistem laut.Sehingga saat ini aturan tersebut menjadi lebih kuat karena dibantu dengan aturan secara perundang-undangan yang telah dibuat oleh pemerintah dari pusat. Masyarakat sangat berusaha untuk menjaga kelestarian lingkungan dengan cara membuat rumpun. Bagi masyarakat setempat rumpun sangat membantu menambah penghasilan, sehingga dalam mencari ikan pun masyarakat tidak
16
lagi jauh-jauh untuk menangkap ikan. Tanda yang dilihat oleh masyarakat nelayan adalah dengan melihat rumpun saja. Rumpun dibuat oleh masyarakat nelayan dengan menggunakan alat-alat yang mudah dicari. Pembuatannya dengan cara mengumpulkan daun kelapa, tali untuk mengikat, jaring, batu, pelampung, dan batang bambu. Setelah itu, masyarakat bergotong royong untuk membuatnya.Pembuatan rumpun tidak memakan waktu yang lama, hanya dalam sehari saja masyarakat nelayan sudah dapat menurunkannya ke dalam laut agar ikan-ikan mendekat ke rumpun tersebut.Setelah itu, dalam jangka waktu paling lama satu bulan masyarakat sudah bisa menangkap ikan di sekitar rumpun yang dibuat oleh nelayan tersebut. Hasil yang dirasakan juga sangat menguntungkan masyarakat dengan menggunakan rumpun. Dalam sehari masyarakat bisa menikmati keuntungan tangkapan sebanyak satu ton bahkan lebih, paahal penangkapan ikan tersebut hanya memanfaatkan rumpun yang telah dibuat dan menggunakan alat pancing saja sudah banyak mendapatkan berbagai macam jenis ikan. Penggunaan Rumpun yang dilakukan oleh masyarakat nelayan Desa Tanjung Batang sudah ada sejak zaman dahulu. Namun penggunaannya tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas. Sehingga masyarakat sangat percaya bahwa rumpun adalah alat yang sangat ramah lingkungan.
17
Gambar 1.1 Rumpun yang siap diturunkan ke laut Rumpun
atau
rumpun
adalah
salah
satu
jenis
alat
bantu
penangkapan ikan yang dipasang di laut, baik laut dangkal maupun di laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul
disekitar
rumpun,
sehingga
ikan
mudah
untuk
ditangkap.(https://id.wikipedia.org). 2. Kebiasaan Kebiasaan merupakan suatu perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama. Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang kuat. Kebiasaan ini adalah suatu indikator kalau orang lain setuju atauu menyukai perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang. (Abdulsyani, 2007:56). Masyarakat yang tinggal di pesisir perairan Desa Tanjung Batang sangat berpengaruh terhadap alam seperti mata pencaharian masyarakat, karena mayoritas masyarakat di Desa ini adalah sebagai nelayan terutama dalam penggunaannya terhadap rumpun. Kebiasaan masyarakat yang hidup bergantung terhadap alam dapat menjaga dan melestarikan lingkungan laut yang merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian mereka.
18
Rumpun sudah ada sejak puluhan tahun silam yang juga telah diajarkan oleh orang tua mereka sejak zaman dahulu.Sangat disayangkan kerusakan terumbu karang yang pernah terjadi dikarenakan akibat adanya anjuran dalam pemakaian rumpun yang telah diabaikan masyarakat, sehingga mereka menggunakan cara instan untuk meningkatkan penghasilan dengan berbagai macam cara untuk menangkap ikan, yaitu dengan cara menggunakan racun, pengeboman ikan, dan lain sbagainya yang sesungguhnya telah merusak terumbu karang. Alasannya tidak lainadalah masyarakat mendapatkan keuntungan dari penggunaan alat tersebut tanpa membutuhkan waktu yang lama dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan ikan. Sedangkan dengan menggunakan rumpun bagi masyarakat tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan keuntungan, yang dimulai dari pembuatan, pemasangan rumpun ke dalam laut, serta harus menunggu ikan-ikan berkumpul ke rumpun tersebut. Dengan penggunaan alat yang tidak ramah lingkungan tersebut masyarakat merasakan kerugian seperti rusaknya terumbu karang dan sulitnya mendapatkan ikan yang berdampak pada penghasilan yang terus-menerus semakin berkurang. Dikarenakan hal tersebut maka saat ini masyarakat telah kembali menggunakan rumpun, karena selain mendapatkan ikan yang banyak, keuntungan yang didapatkan juga sangat dirasakan masyarakat dan dengan cara ini masyarakat juga telah menjaga kearifan lokal yang telah diajarkan secara turun temurun dan saat ini telah diajarkan kepada anak-anaknya untuk dapat melestarikan lingkungan khususnya terhadap laut. Orang tua mengajarkan mulai dari cara pembuatan rumpun dengan mengumpulkan bahan-bahannya terlebih dahulu, lalu kemudian dibuat dan 19
diturunkan ke dalam laut. Seluruh tentang tata cara pembuatan rumpun telah diajarkan secara turun temurun oleh orangta mereka sejak dahulu untuk tetap melestarikan rumpun agar tidak punah serta tetap menjaga lingkungan khususnya terhadap laut, sehingga secara tidak langsung dapat melestarikan lingkungan, karena potensi kekayaan laut yang telah tersdia untuk masyarakat adalah sumber penghasilan utama yang harus terus dilestarikan. Kerusakan lingkungan yang sebelumnya pernah terjadi membuat kesadaran masyarakat
akan
pentingnya
menjaga
kelestarian
lingkungan,
sehingga
masyarakat dan pemerintah dapat bekerja sama demi kepentingan kesejahteraan ekonomi masyarakat..
Gambar 4.2 alat tangkap bagan apung Selain itu, masyarakat menangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan apung yang sangat membantu, hal ini dilakukan karena rumpun-rumpun tersebut berada di laut yang dalam, sehingga dalam proses penangkapannya masyarakat dapat menggunakan alat pancing serta bagan apung. Sumber kearifan lokal masyarakat di kawasan Desa tanjung Batang bersumber dari ajaran-ajaran Islam dan kepercayaan yang berbau mistik.Prinsip-prinsip kearifan lokal mereka berbasiskan ekologi dan ekosistem.Meskipun kearifan lokal teridentifikasi hanya
20
pada tataran kebiasaan (folkways), tetapi ide-ide dan nilai-nilai yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya perairan laut yang sudah mengindikasikan adanya upaya penyelamatan dan pelestarian lingkungan yang dilakukan masyarakat sudah sejak lama. Dengan demikian, penurunan rumpun ke dalam laut haruslah melewati berbagai proses selain dalam pembuatannya, tetapi harus dilakukan dengan caracara tradisional yang dipercaya oleh masyarakat nelayan rumpun setempat. Selain itu, penurunan dan pemasangan rumpun juga tidak boleh berada di dekat dengan terumbu karang asli yang ada di dasar laut. Masyarakat setempat percaya terdapatnya salah satu terumbu karang yang memang tidak boleh didekati oleh masyarakat setempat. Rasionalitas nilai dalam masyarakat tradisional yang masih mempertimbangkan mitos, metafisika, dan agama, dalam membentuk nilai-nilai pelestarian lingkungan, seperti adanya wilayah dan hewan keramat adalah masuk akal, karena sesuatu yang dikeramatkan biasanya riskan terhadap eksploitasi. Kearifan lokal tradisional yang dipercaya masyarakat setempat juga pada pengetahuan akan musim akan sangat menentukan keberhasilan dalam menangkap ikan. Kegiatan penangkapan ikan akan lebih menguntungkan pada musim panas dari pada musim barat atau musim hujan. Pada musim panas jumlah ikan yang tertangkap biasanya lebih banyak, karena menurut pengalaman nelayan setempat ikan lebih menyenangi perairan yang bersuhu panas, suasana menangkap ikan lebih tenang dari ancaman hujan dan badai, dan waktu penangkapan dapat berlangsung lebih lama.
21
Berbagai macam mitos dalam kehidupan masyarakat di Desa Tanjung Batang khususnya terhadap pengaruh masyarakat nelayan rumpun yang telah menjadi sistem kepercayaan yang berfungsi sebagai adat istiadat yang telah diwariskan, sehingga menjadikannya sebagai aturan yang wajib dpatuhi secara bersama-sama untuk
menjaga
kearifan
lokal
bagi
masyarakat
setempat
yang
perlu
dikembangkan. Setelah pembuatan dan penerapan terhadap rumpun, masyarakat juga melakukan pengontrolan agar dapat mengetahui rumpun tersebut masih layak atau tidaknya untuk tetap berada di dalam air laut.pengontrolan rumpun tidak hanya dilakukan perorangan saja tetapi juga harus secara bergotong royong dengan menggunakan alat teknologi. Dalam hal ini, masyarakat nelayan sangat menjaga keanekaragaman laut yang menjadi satu-satunya sumber penghasilan mereka.Terlihat dengan antusias masyarakat dengan tidak mengambil ikan di rumpun yang berada dekat dengan terumbu karang yang bahkan ikannya pun banyak.Sehingga teknologi yang berkembang saat ini ditengah kehidupan masyarakat nelayan sangat membantu dan mempermudah mereka untuk mengontrol rumpun. I. PENUTUP 1. KESIMPULAN Kearifan lokal masyarakat nelayan di Desa Tanjung Batang Kabupaten Natuna dengan cara melestarikan rumpun. Rumpun menjadi salah satu cara untuk menjaga sistem mata pencaharian masyarakat nelayan yang telah berkembang sejak dahulu. Seiring dengan perkembangan zaman,
22
rumpun tidak digunakan secara maksimal, hal ini dikarenakan masyarakat tergiur menggunakanakan alat-alat yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan bom ikan, racun ikan, dan obat bius agar cepat mendapatkan ikan. Alat-alat yang mereka gunakan berawal dari pengaruhi oleh masyarakat luar daerah yang juga mengambil ikan di perairan Desa Tanjung Batang yang mendapatkan penghasilan melebihi penangkapan masyarakat nelayan lokal. Penggunaan alat-alat tersebut akan berdampak pada lingkungan yang semakin lama kelamaan telah merusak terumbu karang dimana tempat para ikan berkumpul. Kerusakan terumbu karang juga pernah terjadi di perairan tersebut akibat penggunaan bahan-bahan yang berbahaya. Untuk itu, masyarakat berangsur-angsur menghentikan praktik penggunaan alat-alat berbahaya dengan cara melakukan pelestarian rumpun. Dengan menggunakan rumpun, masyarakat telah merasakan peningkatan penghasilan. Sehingga masyarakat setempat pun secara bergotong royong sepakat untuk memberikan hukuman atau sanksi bagi masyarakat yang masih menggunakan alat tangkap berbahaya... 2. SARAN a. Diharapkan kepada seluruh anggota masyarakat agar tidak menggunakan alat-alat yang berbahaya yang akan merusak ekosistem laut. b. Diharapkan kepada generasi selanjutnya untuk tetap dapat menjaga lingkungan.
23
DAFTAR PUSTAKA Dahuri, R., Rais, J, Ginting, S.P, Sitepu, H.J. 1997, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita. Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : DIA FISIP UI. Keraf, Sonny. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara. Mariane, I. 2014. Kearifan Lokal Masyarakat Hutan Adat. Jakarta : Rajawali Pres. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi Edisi Revisi. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Susilo, Rachmad K, 2008. Sosiologi Lingkungan. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Pande Made Kutanegara, dkk. 2014, Membangun Masyarakat Indonesia Peduli Lingkungan,. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.