Not a FAN of IDOL "Jika tidak menjadi fansku, tidak apa-apa, mungkin kita akan menjadi seorang kekasih" seru seorang lelaki "tapi itu juga masih mungkin, mungkin menjadi kenyataan mungkin juga tidak" lanjut lelaki tersebut kepada seorang gadis di depannya. Senyumannya mengembang seolah mengisyaratkan bahwa ia tidak terlalu berharap, atau lebih tepatnya tidak mau berharap. Sedangkan gadis di depannya mengkerucutkan bibirnya dan menendang kaki lelaki tersebut dengan keras "HAH! MUDAH MUDAHAN SAJA AKU TIDAK PERNAH MENJADI FANS ATAUPUN KEKASIHMU" ujarnya keras seraya menjulurkan lidahnya kesal. Not a FANS of IDOL-
Part 1: Ramen? Suasana kamar yang terasa nyaman, dengan dominasi warna biru dan kuning cerah yang menyegarkan. Jam dinding terpampang menunjukkan waktu pukul 05:00. Sementara itu, di sebuah kasur kecil dengan motif polkadot terlihat seorang gadis yang tengah menikmati damainya bunga tidur. Namun itu tak seberapa lama, seorang gadis lain menghancurkan suasana damai tersebut. "Divvaaaa...." Seorang gadis dengan surai hitamnya yang pendek sebahu terlihat sedang menggoncang goncangkan tubuh gadis lain yang tengah tertidur di kasurnya dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. "Diva bangguuunnnn!" ucap gadis bersurai pendek dengan nadanya yang sudah kesal setengah mati. "Hn" Sedangkan yang dibangunkan malah membalikkan tubuhnya dan menggeser geserkan tubuhnya menjauhi gadis berambut pendek. "Ishh!! Bangunn Divaaa!!!" Yang dicuekin malah semakin mengkencangkan suaranya membuat gadis lain yang tengah tertidur otomatis mengernyitkan keningnya terbangun dengan paksa. "Lona!! Gue ngantuk! Semalem gue habis ngerjain tugas dari Sensei* yang killernya minta ampunn!! Gue baru tidur jam tiga malem Lonaaa." Gadis yang dipaksa bangun akhirnya menjawab dengan bentakan yang cukup keras karena kesal dengan teriakan gadis berambut pendek. Yap, gadis berambut pendek yang sibuk membangunkan temannya ini memiliki nama panjang Sachi Kabira Alona, biasa dipanggil Lona. Sedangkan, gadis yang tadinya tertidur memiliki nama panjang Adiva Zaafira Caerlion, biasa dipanggil Diva. Mereka berdua merupakan gadis berbakat dari Indonesia yang beruntung mendapatkan beasiswa untuk berkesempatan kuliah di negeri bunga sakura, Jepang. Dan disinilah mereka saat ini, bertempat tinggal di negara mayoritas bermata sipit. Mereka berdua merupakan teman sekamar yang sebenarnya tidak pernah akur sekalipun. "Ish lo kok malah bentak gue sih Div!" Lona yang tadinya dibentak kini balik membentak.
"Gue tuh mau minta tolong sama lu Div... sekaliiii ini aaajjjjjaaa please pake banget," lanjut Lona seraya menunjukkan raut memelasnya. Berusaha agar keinginannya tercapai. Diva yang diminta bantuan terpaksa menghembuskan nafasnya kasar dan berusaha bersikap sabar. Memang, dalam mengatasi teman satu kamarnya ini, Diva harus berusaha mengalah agar keributan tidak berlangsung dengan panjang. "Ye! Lo mau minta bantuan apa?" Jawab Diva dengan sikap cueknya. Sedangkan raut wajahnya terlihat sangat mengantuk karena ini masih menunjukkan jam 5 pagi. "Lu datang ke fansign idola gue ya Div ..., " bujuk Lona dengan raut ekspresi memelas minta dikabulkan. "Hah? Apa tadi lo bilang? Fan ... fan ... fan ..." "Fansign Divaaa fansign... ya ya ya ya please please please." Lona memanja - manjakan nada bicaranya. Apapun usahanya akan ia laksanakan asalkan tercapai keinginannya. "Apaan tuh fan fan? gue ga ngerti yang gituan Lonn... gue ga ngerti." Jawab Diva kesal seraya kembali menghempaskan tubuhnya ke kasurnya dan berusaha tertidur kembali. "Yah Div... masa gitu aja ga ngerti?" Melihat temannya tertidur kembali Lona lagi-lagi mengguncang guncangkan badan Diva memaksanya untuk bangun. "Fansign itu ya, acara lu minta tanda tangan sama idol lu div.. lu tinggal datang terus bilang 'oppa minta tanda tangannya' lu tinggal bilang gitu Div... buru gih pergii" "Oppa?" Diva tiba tiba kembali terduduk dan melotot ke arah Lona tidak percaya. "Jadi lu ngefans sama kakek kakek Lon? Gw ga nyangka lu sukanya sama oppa - oppa." Ucap Diva panik, ia mengira kalau oppa yang di maksud Lona merupakan panggilan untuk kakek tua di Indonesia.
Part 2: Idol oh Idol "Kenapa bisa? Kamu ada dua???" Teriak Diva kaget seraya menunjukkan telunjuknya ke arah lelaki yang memanggilnya, yang rupanya orang tersebut merupakan orang yang sama dengan orang ditubruknya tadi. Lelaki yang ditubruk oleh Diva menatap Diva tidak mengerti, seingatnya ia melihat Diva berlari kencang meninggalkannya setelah mengucapkan kata trimakasih. Namun kenapa ia ada disini? "Kenapa kamu ada disini?" Tanya Diva tidak mengerti. "Jangan bilang kamu mengikuti ku?" Ucap Diva kegeeran sedangkan matanya melotot ke arah lelaki di depannya, membuat lelaki di depannya semakin mengernyitkan keningnya bingung. "Sedari tadi aku memang disini," ucap lelaki tersebut sembari menunjuk ke arah kedai kopi disampingnya. "Aku baru saja membeli kopi disini. Seharusnya aku yang bertanya? Kenapa kamu masih ada disini? Bukannya tadi sudah pergi? Kenapa balik lagi? Ada yang tertinggal?" Tanya lelaki tersebut seraya mendekatkan badannya ke arah Diva. "Aku?" Refleks Diva mengedekarkan pandangannya ke sekitar dan sontak saja ia membelalakkan matanya ketika ia menyadari ia berada di tempat yang sama ketika ia menubruk lelaki di depannya. "Hua? Kenapa aku bisa kembali lagi ke sini?" Teriak Diva histeris, entah mengapa ia malah menjadi panik. "Kamu mungkin jalan memutar, melewati belokan di sebelah sana, lalu jalan ke arah selatan, belok lagi dan
sampai lagi di jalan sini," jelas lelaki tersebut, yah dia memang hapal seluruh jalan di sekitar sini. "Kamu ini sebenarnya mau kemana?" Tanya lelaki tersebut seraya membungkukkan badannya menyamai tingginya dengan Diva yang cukup pendek. Sedangkan Diva yang mendengar pertanyaan lelaki tersebut otomatis membelalakkan matanya karna teringat akan tujuan utamanya. "Hua! Aku baru ingat!" Diva tiba tiba saja berteriak. Membuat lelaki yang berada di depan Diva sedikit berjengit kaget. "Ada apa?" Lelaki tersebut menatap Diva dengan mengernyitkan keningnya bingung. "Gue harusnya ke acara fansign idolanya temen gue!" Diva panik membuat mulutnya tak sengaja berbicara bahasa dari negaranya sendiri. Ingat dengan tujuan utamanya, kaki Diva otomatis melangkah hendak berjalan menuju tempat tujuan utamanya, yaitu tempat dimana acara fansign idola Lona berlangsung. Namun, baru saja melangkah satu langkah. Diva lagi lagi teringat sesuatu. "Gue ga tau harus pergi kemana, Lona ga ngasih tau gue tempatnya," Diva lagi lagi panik dan lagi lagi berbicara dengan bahasa indonesianya. Lelaki didepan Diva hanya terdiam tidak mengerti sedangkan kakinya sedikit melangkah mundur menjauhi Diva yang menurutnya begitu aneh karena panik sendiri. "Dia berbicara dengan bahasa alien?" batin lelaki tersebut seraya mengernyitkan keningnya. Karena ingat dengan tujuan utamanya, Diva sampai lupa bahwa ada seorang lelaki didepannya. "A! Iya handphone! Gue line aja Lona sekarang!" Tangan Diva meraba seluruh tubuhnya hendak mencari handphonenya lalu menanyakan kepada Lona tempat fansign idola Lona berlangsung. Namun sayangnya, ia menyadari tidak ada handphone di tas maupun di seluruh saku pakaiannya. "Lahh handphonenya ga gue bawa," ucap Diva lagi lagi berbicara pada dirinya sendiri. "Kamu......"mendengar suara lelaki yang memanggilnya, Diva otomatis ingat ada lelaki lain didekatnya. "Apa?" tanya Diva seraya melihat lelaki tersebut dan menghentikkan kepanikkannya untuk sejenak. "--masih waras?" Lanjut lelaki tersebut dengan bahasa jepangnya yang membuat Diva otomatis melotot ke arah lelaki tersebut. "Tentu saja aku masih waras!" Teriak Diva refleks, entah sikap Diva yang seperti ini malah membuat lelaki tersebut semakin berfikir bahwa Diva tidak waras.
Part 3: Kacau
"Kau?" Diva otomatis menunjuk sang idol di depannya. "Ya, kita bertemu lagi disini ya," ucap lelaki tersebut seraya menyunggingkan senyumannya yang sama.
Ternyata idol yang pertama kali berbicara dengan Diva merupakan orang yang sama dengan yang ditubruk oleh Diva tadi pagi. **** Mulut Diva menganga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Kau ngapain disini?" Dan saking keheranannya, Diva malah bertanya hal yang konyol. "Karena aku anggota dari boyband ini, kau tidak tahu?" Ujar lelaki tersebut enteng. Diva malah semakin melongo tidak percaya dan menggosok gosok matanya untuk membenarkan penglihatannya. "Oh my goddddd ketimpa apa gue, sampe ditulungin sama cowok idol tadi pagi" ucap Diva dengan bahasa Indonesianya yang membuat lelaki di depannya mengernyitkan keningnya tidak mengerti. "Tapi kamu terlihat sedikit berbeda," kata Diva kepada lelaki di depannya sembari menyipitkan matanya. "Apa yang berbeda?" Tanya lelaki tersebut seraya menompangkan dagunya ke tangan kirinya dan menatap Diva dengan tatapan perhatian khas idol korea. "Matamu jauh lebih besar!" Ujar Diva seraya menunjuk ke arah mata lelaki tersebut. Yang otomatis membuat lelaki di depannya mengernyit heran. "Dan juga, bibirmu tampak lebih merah! Ah kau terlihat lebih putih, juga..." Diva mengernyitkan keningnya sebentar "Makeup matamu terlalu tebal" lanjut diva seraya menunjukkan ekspresi tidak suka. Lelaki yang dikomentar malah menununjukkan reaksi aneh, baru pertama kali ada perempuan yang berkomentar mengenai make up diwajahnya. "Hei" lelaki tersebut kini mengganti raut ekspresinya dengan raut menahan sabar ia tidak mau dicap sebagai idol yang gampang marah. "Sudah sepantasnya seorang idol boyband mengenakkan make up seperti ini" ujar lelaki tersebut dengan nadanya yang dipaksa terdengar lembut dan senyumannya yang sedikit ia paksakan. "Tapi itu terlalu teballl!!" Diva ngeyel seraya menunjukkan ekspresi cemberut. "Sini biar aku hapus" tangan Diva terjulur kedepan hendak menghapus riasan mata lelaki tersebut yang sontak membuat lelaki di depannya memundurkan kepalanya dan membelalakkan matanya bersikap waswas. "Ish sini!" Tahu lelaki di depannya mengelak menjauh, Diva malah semakin memajukan tangannya ke arah mata lelaki tersebut dan kakinya sedikit ia jingjit kan berusaha menghapus riasan mata yang menurutnya terlalu tebal. "Ya! Ya!" Lelaki ini otomatis berucap jengkel dan tangan besarnya otomatis memegang tangan Diva dan matanya melotot kesal ke arah Diva. Oh jangan lupakan juga idol lain yang duduk di samping lelaki tersebut. Idol lain tersebut juga menunjukkan ekspresi sinis walaupun ia tidak mengerti dengan pembicaraan Diva dan lelaki didepannya karena mengingat mereka berbicara menggunakkan bahasa jepang. "Riasan mata ini.." Lelaki tersebut menghentikkan kata katanya dan menghembuskan nafasnya kasar ".. sangat penting bagi kami," ucap lelaki tersebut seraya melepas tangan Diva kasar yang membuat tangan Diva sedikit terasa sakit akibat perlakuan idol tersebut. Kesabaran lelaki tersebut sepertinya sudah berkurang. "Ya! Ini sakit!" Diva otomatis balik menatap lelaki didepannya dengan tatapan jengkel. Hilang sudah semua
rasa terimakasih Diva kepada lelaki ini karena sudah membantunnya tadi pagi. Ternyata lelaki ini lebih kasar dari yang dipikirkan. Dan tidak selembut yang dipikirkan. Diva menghembuskan nafas kasar dan menatap lelaki didepannya dengan tatapan dingin. "Karena inilah aku tidak suka boyband korea" ucap Diva keceplosan yang malah membuat lelaki didepannya mendengar karena suara Diva yang berucap terlalu besar.