EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN TURI (Sesbania grandiflora L.) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN PENINGKATAN SENSITIVITAS INSULIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) Mutia Ashril Karim, Widysusanti Abdulkadir, Mohammad Adam Mustapa*) *) Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected] ABSTRAK Daun turi merupakan salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak etanol daun turi (Sesbania grandiflora L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah dan peningkatan sensitivitas insulin pada mencit jantan (Mus musculus). Sampel daun turi yang digunakan, diekstraksi dengan cara maserasi dengan etanol 70%. Ekstrak daun turi yang diperoleh, dibagi kedalam 3 konsentrasi yaitu 10% b/v, 15% b/v, dan 20% b/v. Penelitian ini menggunakan 2 metode yakni tes toleransi glukosa oral (TTGO), dan tes toleransi insulin (TTI). Masing-masing metode terdiri dari 25 ekor mencit yang dibagi kedalam 5 kelompok yaitu kelompok I (kontrol negatif) diberikan suspensi Na-CMC 1% b/v, kelompok II (kontrol positif) diberikan suspensi glibenklamid 0,00195% b/v, kelompok III diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 10% b/v, kelompok IV diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 15% b/v, dan kelompok V diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 20% b/v. Hasil pengukuran kadar glukosa darah yang diperoleh dianalisis secara statistika menggunakan analisis data MANOVA (Multivariate Analysis Of Variance). Diperoleh hasil bahwa ekstrak etanol daun turi 20% b/v memberikan hasil yang paling baik diantara semua kelompok dalam hal penurunan kadar glukosa darah maupun peningkatan sensitivitas insulin. Kata Kunci : Antidiabetes, Glukosa darah, Sensitivitas Insulin, Ekstrak Daun Turi, MANOVA
*) Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si., Apt, Mohammad Adam Mustapa, S.Si., M.Sc
PENDAHULUAN Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat dari terjadinya gangguan sistem metabolisme tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Insulin berperan pada proses metabolisme yaitu mengubah gula menjadi energi dan sintesis lemak. Jika keadaan insulin yang rendah dalam tubuh maka akan mengakibatkan terjadinya kelebihan gula dalam darah yang disebut hiperglikemia (Junaidi, 2009 dalam Makalalag, dkk., 2013). Penyakit diabetes melitus, dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi yang dapat terjadi dalam tubuh, baik akut maupun kronis. Sehingga untuk menekan berbagai komplikasi yang terjadi akibat penyakit diabetes itu sendiri, maka berbagai upaya telah dilakukan, yaitu mulai dari gaya hidup sehat, olahraga teratur, upaya menghindari makanan yang banyak mengandung gula dan berlemak, serta adanya upaya mengkonsumsi berbagai macam obat-obatan modern. Namun, tingginya kebiasaan untuk mengkonsumsi obat modern tersebut, menyebabkan timbulnya masalah lain dalam kesehatan tubuh, yang dikarenakan oleh efek samping yang timbul dari obat modern yang dikonsumsi. Untuk menghindari macam masalah yang timbul, maka upaya yang efisien dapat dilakukan sehari-hari yaitu dengan pemanfaatan tanaman yang ada dilingkungan sekitar sebagai obat-obatan tradisional.
Berbagai macam penelitian terhadap tanaman berkhasiat sebagai antidiabetes telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah daun turi (Sesbania grandiflora L.). Penelitian Sangeetha, dkk (2014) terhadap potensi antihiperglikemia dan antioksidan daun turi (Sesbania grandiflora L.), diperoleh hasil bahwa daun turi mengandung senyawa fenolik yang berpotensi sebagai antioksidan, dan anti hiperglikemia. Penelitian Radhika, dkk., (2014) mengenai pengaruh pemberian ekstrak etanol daun turi (Sesbania grandiflora L.) terhadap tikus albino diabetes yang diinduksi aloxan, menunjukkan adanya penurunan glukosa darah yang signifikan yang setara dengan yang diberikan glibenklamid. Penelitian diatas mendukung pernyataan bahwa daun turi (Sesbania grandiflora L.) merupakan salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antidiabetes. Namun penelitian ekstrak daun turi (Sesbania grandiflora L.) terhadap sensitivitas insulin yang berkaitan dengan resistensi insulin belum dilakukan. Olehnya perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai “Efek Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa darah dan Peningkatan Sensitivitas Insulin Mencit Jantan (Mus musculus)”. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, 91
Universitas Negeri Gorontalo pada tanggal 25 Mei-8 Juni 2015. Alat Bejana maserasi (Pyrex), gelas kimia (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), rotary evaporator (Heidolf®), satu set alat cek darah otomatis (Easy Touch GCU : NESCO multicheck), NGT 3.5, dispo 1 cc, timbangan analitik (Precisa®), timbangan gram (Ohaus®), timbangan hewan (Ohaus®), satu set alat blender. Bahan Alkohol 70% (pelarut), aluminum foil, aquadest, daun turi (Sesbania grandiflora L.), tablet Glibenklamid®, glukosa, insulin (Novorapid®), kapas, kertas perkamen, lemak (mentega), mencit jantan (Mus musculus), monosodium glutamate (vetsin), natrium kaboksil metil selulosa (Na-CMC), span 80, sukrosa, tween 80. Pembuatan Ekstrak Daun Turi Pembuatan ekstrak daun turi dilakukan dengan menggunakan metode ektstraksi secara maserasi. Dalam ekstraksi maserasi, melibatkan perendaman serbuk simplisia dengan cairan penyari. Ditimbang sampel serbuk simplisia daun turi 200 gram dan dimasukkan kedalam bejana maserasi. Selanjutnya dilakukan perendaman dengan pelarut etanol 70% sebanyak 1,5 liter, kemudian diupkan hingga diperoleh ekstrak kental. Skrining Fitokimia Flavonoid Skrining fitokimia dilakukan dengan menggunakan 2 pereaksi berbeda yaitu NaOH 10% dan MgHCl. Pada skrining menggunakan NaOH 10%, ditimbang ekstrak
etanol daun turi 1 gram, kemudian diencerkan dengan alkohol 70%, kemudian dibagi kedalam 2 tabung reaksi, yakni tabung 1 sebagai kontrol dan tabung 2 ditetesi dengan beberapa tetes NaOH 10%. Adanya kandungan senyawa flavonoid ditunjukkan oleh adanya perubahan menjadi warna merah bata, merah jambu, atau merah konstan setelah penambahan beberapa tetes NaOH 10%. Selain itu, skrining flavonoid dengan menggunakan pereaksi MgHCl. Ditimbang 1 gram esktrak etanol daun turi, kemudian diencerkan dengan alkohol 70%. Dibagi dalam 2 tabung reaksi, yaitu tabung 1 sebagai kontrol dan tabung 2 ditambahkan Mg dan beberapas tetes HCl. Adanya kandungan flavonoid ditunjukkan oleh adanya perubahan warna menjadi merah bata atau merah. Pembuatan Emulsi Tinggi Lemak Pemberian emulsi tinggi lemak, dilakukan untuk menyebabkan resistensi insulin. Emulsi tinggi lemak dibuat dengan komposisi yaitu 20 gram lemak (mentega), 1 gram monosodium glutamate (vetsin), 10 gram sukrosa, 20 mL tween 80, 20 mL span 80 dan ditambahkan air sampai 100 mL. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk Melihat Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Tes toleransi glukosa (TTGO) dilakukan untuk melihat penggunaan glukosa dalam tubuh, dalam hal penurunan kadar glukosa darah. Metode ini digunakan untuk melihat efek ekstrak etanol daun turi 92
(Sesbania grandiflora L.) terhadap penurunan kadar glukosa darah. Pada metode TTGO ini, digunakan sebanyak 25 ekor mencit jantan (Mus musculus). Dimana sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi terlebih dahulu di Laboratorium Fitokimia Farmasi UNG selama 1 minggu dan tetap diberi pakan. Selanjutnya, pada hari ke-8 setelah aklimatisasi, mencit di puasakan selama 3-4 jam, tetapi tetap diberi minum. Kemudian ditimbang bobot badan masing-masing mencit. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah mencit saat puasa, yang dilakukan dengan cara mengambil darah melalui pembuluh darah vena dibagian ekor. Selanjutnya mencit dikondisikan hiperglikemia dengan cara memberikan suspensi glukosa secara oral. Kemudian diukur kadar glukosa darah setelah pemberian suspensi glukosa dan dicatat sebagai kadar glukosa darah setelah induksi. Menurut (Malole dan Promono, 1989), kadar glukosa darah normal untuk mencit yaitu >62-175 mg/dl. Jika kadar glukosa darah mencit melebihi batas kadar tersebut, maka mencit dikatakan dalam kondisi hiperglikemia, dan jika kurang dari kadar tersebut maka mencit dikatakan dalam kondisi hipoglikemia. Selanjutnya mencit dibagi menjadi kedalam 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor. Kemudian mencit tersebut diberi perlakuan yaitu : a. Kelompok I : Mencit diberikan suspensi Na-CMC 1% b/v b. Kelompok II : Mencit diberikan suspensi Glibenclamid 0,00195 % b/v
c. Kelompok III : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 10 % b/v d. Kelompok IV : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 15 % b/v e. Kelompok V : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 20 % b/v Semua perlakuan diatas dilakukan secara oral dan volume pemberian yang didasarkan pada bobot badan masing-masing mencit pada tiap kelompok. Selanjutnya, diukur kadar glukosa darah mencit pada menit ke 30, 60, 90 dan 120 dengan menggunakaan alat glukometer. Dicatat sebagai kadar glukosa darah setelah perlakuan. Tes Toleransi Insulin (TTI) Untuk Melihat Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Peningkatan Sensitivitas Insulin Tes toleransi insulin (TTI) dilakukan untuk melihat sensitivitas insulin. Metode ini digunakan untuk melihat efek ekstrak etanol daun turi (Sesbania grandiflora L.) terhadap peningkatan sensitivitas jaringan perifer terhadap insulin. Pada metode TTI ini, digunakan sebanyak 25 ekor mencit jantan (Mus musculus). Dimana sebelum digunakan, mencit diaklimatisasi terlebih dahulu. Selanjutnya mencit dibagi menjadi 5 kelompok dengan masingmasing kelompok terdiri dari 5 ekor. Semua kelompok diberikan emulsi tinggi lemak selama 7 hari, dan diberi perlakuan : a. Kelompok I : Mencit di berikan suspeni Na-CMC 1 % b/v
93
b. Kelompok II : Mencit diberikan suspensi Glibenclamid 0,00195 % b/v c. Kelompok III : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 10 % b/v d. Kelompok IV : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 15 % b/v e. Kelompok V : Mencit diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 20 % b/v Semua perlakuan diatas dilakukan secara oral dan volume pemberian yang didasarkan pada bobot badan masing-masing mencit pada tiap kelompok. Selanjutnya
Berat sampel (gram) 200
pada hari ke 8, mencit diberi suntikan insulin 0,05 U/KgBB secara intraperitonial.Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar glukosa darah mencit. Menurut (Jing Ai, 2005), kadar glukosa darah diukur tiap interval 30 menit selama 150 menit yaitu sebanyak 5 kali pengukuran, dengan glukometer. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji MANOVA dengan taraf kepercayaan 99% (α 0,01).
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4.1 Hasil rendemen yang diperoleh Pelarut etanol 96% Berat ekstrak (ml) (gram) 4500 24,15
Ekstraksi Daun Turi Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sampel daun turi 200 gram yang dimaserasi dengan pelarut etanol 70% 4500 ml, memperoleh ekstrak sebanyak 24,15 gram dengan persen rendemen sebesar 12,07%. Pada penelitian ini, sampel daun turi yang digunakan diambil dari Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo. Dimana sampel daun turi diekstraksi dengan pelarut etanol 70% menggunakan metode maserasi. Dalam ekstraksi ini, penggunaan metode maserasi dikarenakan menurut (Istiqomah, 2013), metode ekstraksi secara maserasi memiliki keuntungan yaitu peralatan dan teknik/prosedur yang sederhana, dimana dalam maserasi tidak melibatkan adanya pemanasan, sehingga bahan alam yang
Rendemen 12,07%
diekstraksi, senyawanya tidak akan mudah terurai. Menurut (Gupita, 2012 dalam Putri dkk, 2013 : 58) metode maserasi dapat mengurangi terurainya berbagai senyawa seperti flavonoid yang umumnya tidak tahan oleh adanya pemanasan. Ekstraksi maserasi diatas dilakukan menggunakan cairan penyari yaitu etanol 70%. Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut dikarenakan menurut (Djajanegara, dkk., 2009 : 9) etanol 70% lebih optimal dikarenakan proses maserasi dari simpilisia kering yang memerlukan adanya pembasahan, sehingga lebih optimal menggunakan etanol 70%, dibanding etanol 96%, karena pada etanol 70% terkandung air dalam jumlah yang lebih banyak. Selain itu, dikaitkan dengan senyawa 94
flavonoid yang diduga dapat bersifat sebagai antidiabetes. Dimana menurut (Markham, 1988 : 15) flavonoid bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar, salah satunya etanol, serta adanya gula yang terikat pada flavonoid akan lebih cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air dan dalam kombinasi pelarut campuran antara air dan etanol. Proses ekstraksi daun turi
menggunakan pelarut etanol 70% menghasilkan ekstrak sebanyak 24,15 gram dengan persen rendemen sebesar 12,07%. Hal tersebut menunjukkan bahwa ekstraksi daun turi menggunakan etanol 70% berlangsung sempurna. Karena menurut (Dirjen POM, 2000 : 9-10 dalam Vitasari, 2013 : 23) rendemen dengan presentasi antara 10%-15%, menunjukkan bahwa ekstraksi berlangsung dengan sempurna.
Skrining Fitokimia Flavonoid Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia Senyawa Pereaksi Hasil uji Flavonoid NaOH 10% Merah Bata Mg + HCl Merah Bata Menurut (Sangeetha, dkk., 2014 : 2266-2275) ekstrak daun turi mengandung senyawa flavonoid yang berpotensi sebagai antihiperglikemia, dan juga sebagai antioksidan yang berperan dalam penurunan kadar glukosa darah. Berdasarkan hasil uji skrining flavonoid menggunakan pereaksi NaOH terlihat perubahan warna menjadi merah bata. Dan menggunakan Mg-HCl terlihat perubahan menjadi merah bata pula. Menurut (Pakaya, dkk., 2015) perubahan warna tersebut menunjukkan bahwa esktrak daun turi positif megandung senyawa flavonoid (tabel 4.2). Pada skrining menggunakan pereaksi NaOH terjadi perubahan warna menjadi merah bata, dimana menurut (Achmad, 1986 dalam Pakaya, 2015) reaksi warna yang terjadi dikarenakan oleh adanya krisin yang merupakan turunan dari senyawa target yaitu flavonoid yang dengan penambahan NaOH akan
Keterangan Positif Positif
mengalami penguraian oleh basa menjadi molekul asetofenon yang berwarna merah, merah bata, atau merah jambu. Sedangkan pada skrining menggunakan pereaksi Mg-HCl terjadi perubahan warna menjadi merah bata. Dimana menurut (Adifa, 2007 dalam Pakaya, 2015) penambahan logam Mg dan HCl akan mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah bata atau merah tua, dikarenakan terbentuknya garam falvilium. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) Untuk Melihat Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Dalam tes toleransi glukosa oral, mencit jantan diaklimatisasi selama 7 hari, tetapi tetap diberi pakan standar. Pada hari ke-8 mencit tersebut dipuasakan selama 3-4 jam.
95
Menurut (Baladraf, 2010 : 35) tujuan mencit dipuasakan yaitu untuk mempercepat absorbsi obat oleh adanya pengosongan lambung, dimana pengosongan lambung dapat meningkatkan kecepatan absorbsi obat. Selanjutnya mencit dibuat hiperglikemik, dengan cara menginduksikan mencit tersebut dengan suspensi glukosa secara oral 29.25%, yang diperoleh dari perhitungan dosis glukosa berdasarkan farktor konversi dari manusia ke mencit. Menurut (Harianja, 2011 : 18) penggunaan glukosa ini terbukti tidak merusak sel β pangkreas yang memproduksi insulin tetapi mampu membuat keadaan hiperglikemik pada mencit jantan. Kemudian diukur kadar glukosa darah mencit pada menit ke-15 setelah induksi glukosa (dicatat sebagai kadar glukosa setelah induksi).
Kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok, dimana mencit dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 ekor. Kelompok I diberikan suspensi Na-CMC 1% b/v, kelompok II diberikan suspensi Glibenclamid 0,00195 % b/v,
kelompok III diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 10 % b/v, kelompok IV diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 15 % b/v, dan kelompok V diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 20 % b/v.
Berdasarkan gambar 4.2 terlihat bahwa adanya penurunan KGD pada semua kelompok setelah perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) yang hanya diberikan suspensi Na-CMC menunjukkan penurunan kadar glukosa darah yang paling sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol positif yang diberikan suspensi glibenklamid. Pada kelompok II (kontrol positif) yang diberikan suspensi glibenklamid memperlihatkan penurunan kadar glukosa darah yang baik, karena kadar glukosa dapat mencapai keadaan normal pada range 62-172 mg/dl dan hipoglikemik jika <62 mg/dl. Menurut (Ganiswara, 1995 dalam Listyawaty, dkk., 2005 : 4) bahwa glibenklamid memiliki potensi menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi. Sedangkan untuk kelompok kelompok III, IV, V yang diberikan suspensi ekstrak etanol
96
daun turi memperlihatkan penurunan kadar glukosa darah yang lebih baik dari kelompok yang diberikan glibenklamid. Tetapi kelompok V yang diberikan ekstrak daun turi 20% b/v memperlihatkan penurunan yang lebih baik dibanding semua
kelompok termasuk control positif yang glibenklamid.
kelompok diberikan
Tes Toleransi Insulin (TTI) Untuk Melihat Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Peningkatan Sensitivitas Insulin Tes toleransi insulin (TTI) dilakukan untuk melihat sensitivitas jaringan terhadap insulin. Dalam penelitian ini, untuk pengujian TTI menggunakan 25 ekor mencit jantan yang telah diaklimatisasi terlebih dahulu selama 7 hari. Kemudian mencit tersebut dibagi menjadi 5 kelompok yang tiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Semua mencit pada tiap kelompok diinduksi dengan emulsi tinggi lemak selama 7 hari dan diberi perlakuan. Kelompok I (kontrol negatif) diberikan suspensi Na-CMC, kelompok II (kontrol positif) diberikan suspensi glibenklamid), kelompok III diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 10% b/v, kelompok IV diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 15% b/v, dan kelompok V
diberikan suspensi ekstrak etanol daun turi 20% b/v. Pada metode Tes Toleransi Insulin (TTI) ini, menggunakan emulsi lemak. Menurut penelitian (Jing Ai, dkk., 2005) diperlukan pemberian emulsi tinggi lemak untuk menurunkan sensitivitas reseptor insulin. Emulsi lemak akan menurukan sensitivitas reseptor insulin melalui mekanisme yaitu terjadinya peningkatan kadar asam lemak bebas dalam darah. Pada keadaan normal, otot akan menggunakan glukosa dalam darah untuk menghasilkan energi. Namun, karena banyaknya asam lemak bebas dalam darah, maka menyebabkan otot melakukan oksidasi asam lemak dan menyebabkan peningkatan kadar asetil KoA pada mitokondria, sehingga akan menginaktivasi enzim piruvat dehidrogenase dan akan menginduksi peningkatan kadar sitrat instraseluler sehingga menghambat akumulasi fosfo-fruktokinase dan
97
glukosa 6-fosfat. Selanjutnya terjadi penghambatan pengambilan glukosa oleh otot sehingga terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Sel β pankreas pada awalnya akan melakukan kompensasi untuk merespon keadaan hiperglikemia tersebut dengan memproduksi insulin dalam jumlah banyak (hiperinsulinemia), sehingga terjadi abnormalitas jalur transduksi sinyal insulin pada sel β dan terjadi resistensi insulin (sensitivitas jaringan terhadap insulin menurun) (Jing Ai, dkk., 2005). Pada hari ke-8 setelah perlakuan, diukur kadar glukosa darah semua kelompok. Selanjutnya menghitung nilai Konstanta Tes Toleransi Insulin (KTTI). Untuk menghitung KTTI terlebih dahulu dihitung koefisien regresi (r) dengan cara meregresikan antara waktu pemberian insulin dengan kadar glukosa hasil pengkuran pada menit ke 30, 60, 90, 120, 150. Nilai KTTI diperoleh dengan mengalikan nilai koefisien regresi (r) dengan 100.
Menurut (Sovia, 2011) sensitivitas insulin dapat ditunjukkan oleh nilai KTTI yang diperoleh. Jika
nilai KTTI meningkat, maka dapat dikatakan terjadi peningkatan sensitivitas jaringan terhadap insulin, dan jika KTTI menurun maka terjadi penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin. Berdasarkan gambar 4.4 terlihat adanya perbedaan nilai konstanta tes toleransi insulin (KTTI) pada masing-masing kelompok. Konstanta tes toleransi insulin (KTTI) pada kelompok I (kontrol negatif) nilainya paling rendah jika dibandingkan dengan kelompok lainnya, karena Na-CMC tidak berpengaruh pada peningkatan sensitivitas insulin. Kelompok II (kontrol positif) yang berikan suspensi glibenklamid memberikan peningkatan sensitivitas insulin yang lebih baik dibanding Na-CMC. Menurut (Purwanto, dkk., 1994 dalam Panjuantiningrum, 2009) glibenklamid sebagai agen antihiperglikemia bekerja dengan adanya peningkatan efek insulin terhadap jaringan perifer serta adanya penurunan pengeluaran glukosa dari hati. Pada kelompok V dengan konsentrasi daun turi 20% memperlihatkan adanya peningkatan sensitivitas insulin yang paling besar dengan nilai konstanta tes toleransi insulin (KTTI) sebesar 98, yang kemudian kelompok IV konsentrasi ekstrak etanol daun turi 15% dengan nilai KTTI 92.6, kelompok III konsentrasi ekstrak etanol daun turi 10% dengan nilai KTTI 86.3, kelompok II yang diberikan suspensi glibenklamid dengan nilai KTTI 80.4, dan yang paling kecil yaitu pada kelompok I yang diberikan suspensi Na-CMC dengan nilai KTTI sebesar 39.
98
Analisis Data Data yang diperoleh diuji statistik MANOVA (Multivariate Analysis Of Variance) dengan taraf kepercayaan 99% (α 0,01). Menurut (Rahman, 2014) MANOVA merupakan uji statistik parametrik yang digunakan untuk menguji perbedaan (variasi) pada 3 atau lebih kelompok uji yang dipengaruhi oleh satu variabel bebas terhadap dua atau lebih variabel terikat. Berdasarkan uji MANOVA, diperoleh hasil bahwa nilai signifikasi lebih kecil daripada α 0,01 maka dapat diperoleh hasil bahwa : 1) Perlakuan yang diberikan secara bermakna mempengaruhi penurunan kadar glukosa darah pada mencit jantan (Mus musculus) dengan p-value sebesar 0,006 2) Perlakuan yang diberikan secara bermakna mempengaruhi peningkatan sensitivitas insulin pada mencit jantan (Mus musculus) dengan p-value sebesar 0,000. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun turi (Sesbani grandiflora L.) dapat memberikan efek penurunan terhadap kadar glukosa darah dan peningkatan sensitivitas insulin pada mencit jantan (Mus musculus). Ekstrak etanol daun turi (Sesbania grandiflora L.) yang paling signifikan baik terhadap efek penurunan kadar glukosa darah maupun peningkatan sensitivitas insulin pada mencit jantan (Mus musculus) adalah konsentrasi 20% b/v.
DAFTAR PUSTAKA Baladraf, S. 2010. Uji Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper cf.fragile Benth) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) Jantan. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar : Makassar. Djajanegara, I., Wahyudi, P. 2009. Pemakaian Sel HeLa dalam Uji Sitotoksisitas Fraksi Kloroform dan Etanol Ekstrak Daun Annona squamosa. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol. 7 No. 1 ISSN 1693-1831. Harianja. 2011. Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Tumbuhan Alpukat (Persea americana Mill) Segar Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Mencit Putih Jantan. Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara : Medan. Istiqomah. 2013. Perbandingan Metode Esktraksi Maserasi dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta. Jing Ai, dkk. 2004. Development of Wistar Rat Model of Insulin Resistance. World Journal of Gastroenterology Volume 11: 3675. Listyawati, S., Chasbifahri, C., Sutarno. 2005. Kadar Glukosa dan Kolesterol Total Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Hiperglikemik setelah Pemberian 37 Ekstrak Metanol Akar Meniran (Phyllanthus niruri L.). Biofarmasi 3 (1): 1-6. Makalalag, I.W., Wullur, A., Wiyono, W. 2013. Uji Ekstrak
99
Daun Binahong (Anredera cordifolia Steen.) Terhadap kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ( Rattus norvegicus) yang Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 2 No. 1 ISSN 2302 – 2493. Malole, M.B.M., Pramono, C.S.U. 1989. Penggunaan HewanHewan Percobaan Di Laboratorium. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Markham, K. R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Diterjemahkan Oleh Kosasih Padmawinata. 2015. Penerbit ITB : Bandung. Pakaya, W. 2015. Analisis Kadar Flavonoid dari Ekstrak Metanol Daun dan Bunga Tembelekan. Jurnal. Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo. Putri, W. S. Warditiani, N. K. Larasanty, L. P. F. 2013. Skrining Fitokimia Ekstrak Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garnicia mangos tana L.). Ejoumal Universitas Udayana. Panjuantiningrum, F. 2009. Pengaruh pemberian buah naga merah (hylocereus polyrhizus) terhadap kadar glukosa darah Tikus putih yang diinduksi aloksan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Radhika, J., Ruth, C.C., Jothi, G. 2014. Effect Of The Aqueous Extract Of Sesbania grandiflora Linn In Alloxan Induced Diabetes In Albino Rats. World Journal Of Pharmaceutucal Research Vol 3 (9) : 677-685 ISSN : 2277-7105. Rahman, A. 2014. Statistika dan Kemometrika Dasar Dalam Analisis Farmasi. Pustaka Pelajar : Jogjakarta Sangeetha, A., Prasath, G.S., Subramanian, S. 2014. Antihyperglicemic and Antioxidant Potential Of Sesbania grandiflora Leaves Stuied In STZ Induced Experimental Diabetic Rats. International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research, Vol 5 (6) : 2266-2275 E-ISSN : 0975-8232; P-ISSN : 2320-5148. Sovia, E. dkk. 2011. Efek Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dan Bawang Putih (Allium sativum L ) terhadap Sensitivitas Insulin pada Tikus Galur Wistar. Jurnal MKB Volume 43 No. 4:154. Vitasari, E.W. 2013. Efek Antihiperlipidemia Ekstrak Etanlo Batang Kayu Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) Terhadap Tikus Putih Galur Wistar Yang diinduksi Pakan Tinggi Lemak. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi : Semarang.
100
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jurnal yang Berjudul Efek Ekstrak Etanol Daun Turi (Sesbania grandiflora L.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Peningkatan Sensitivitas Insulin Pada Mencit Jantan (Mus musculus)
Oleh Mutia Ashril Karim
Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :
Pembimbing 1
Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si.,Apt NIP. 19711217 200012 2 001
Pembimbing 2
Moh. Adam Mustapa, S.Si., M.Sc NIP. 19770422 200604 1 003
Mengetahui Ketua Program Studi S1 Farmasi
Dr. Widysusanti Abdulkadir, M.Si.,Apt NIP : 19711217 20001 2 2001