MOTIF HIAS PADA KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DI KEJAPA BAMBOO HANDICRAFT, DESA TIGAWASA, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Yeni Yuanda Putri, Agus Sudarmawan, Elly Herliyani Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia E-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected] } Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang (1) Keberadaan kerajinan anyaman bambu. (2) Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan bambu. (3) Proses pembuatan kerajinan bambu. (4) Bentuk dan motif hias kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handycraft. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif Kualitatif, keseluruhan populasi yang ada ditempat penelitian menjadi subjek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Keberadaan kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa. (2) Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu meliputi bahan antara lain: bambu, cat kayu, woodstain, rotan, pewarna basis, benang nilon, uang kepeng, kancing batok kelapa, kulit kerang, lem, dan alumunium. Sedangkan alat meliputi gergaji, blakas, pengutik, gunting, meteran, penggaris siku, wajan, kompresor, bor, tang, kuas, jarum, dan alat tulis. (3) Proses pembuatan kerajinan anyaman bambu ada dua tahap yang berbeda yaitu pada proses pembuatan motif dari anyaman dan kerajinan anyaman dengan motif tambahan aksesoris, berikut proses pembuatan kerajinan dari motif anyaman : pemotongan bambu, proses pewarnaan, pengeringan cat, mengirat bambu, proses pengeringan bambu, penganyaman bambu, pemberian bingkai kerajinan. Pembuatan anyaman bambu dengan tambahan aksesoris prosesnya sebagai berikut: pemotongan bambu, pembelahan bambu, mengirat bambu, menyisik bagian pinggir iratan bambu, pengeringan, proses menganyam, proses pewarnaan basis, pengeringan, pewarnaan dengan woodstain, pengeringan, penambahan aksesoris. (4) Motif hias yang dihasilkan dari anyaman antara lain, nagasari, patre, tapuk manggis, pis bolong, wajik dan saudbah. Produk yang dihasilkan adalah kotak tisu, tas, kotak perhiasan, kotak cincin, bingkai foto, tempat pensil, dan aneka sokasi. Kata Kunci: Kerajinan, anyaman bambu, motif hias
Abstract This study aims to determine (1) the existence of bamboo handicraft. (2) Materials and equipment used in making bamboo handicrafts. (3) The process of making bamboo handicrafts. (4) The form and decorative motifs woven bamboo handicrafts in Kejapa Bamboo Handicraft. This study is a qualitative descriptive study, the overall population is local research into the subject of research. Data collection techniques used were observation, interview, and documentation. The results showed that (1) presence of woven bamboo craft village Tigawasa. (2) Materials and equipment used in the manufacture of woven bamboo handicrafts include materials such as: bamboo, wood paint, woodstain, rattan, dye base, nylon yarn, coins, coconut shell buttons, seashells, glue, and aluminum. While tools include saws, blakas, pengutik, scissors, tape measure, ruler elbow, frying pan, compressor, drill, pliers, brushes, needles, and stationery. (3) The process of making bamboo handicrafts there are two distinct phases, namely the process of pattern making woven and woven with motifs craft additional accessories, the following process of making handicrafts from woven motifs: bamboo cutting, coloring process, paint drying, grinding bamboo, the drying process bamboo, bamboo weaving, giving the frame craft. Manufacture of woven bamboo with additional accessories as following process: cutting bamboo, bamboo splitting, sharpening the edges of the thin strip of bamboo, drying, weaving process, the base coloring, drying, staining with Woodstain, drying, addition of accessories. (4) motif generated from woven among others, nagasari, patre, tapuk manggis, pis bolong, wajik and saudbah. The resulting product is a tissue box, bag, jewelry boxes, ring boxes, photo frames, pencil, and various sokasi. Keywords: Crafts, bamboo, ornamental motifs
1
PENDAHULUAN Pulau Bali terkenal dengan keindahan alam yang sangat mempesona dan menawan. Banyak keindahan alam di Pulau Bali yang dijadikan objek wisata Internasional yang menawan. Di samping keindahan alamnya yang mempesona, Pulau Bali juga dikenal dengan seni budaya dan kerajinan tangannya yang sangat beragam. Ragam kerajinan tangan di Pulau Bali tersebar di berbagai daerah, masing-masing daerah di pulau Bali memiliki kerajinan yang berbeda-beda. Mulai dari kerajinan kayu, rotan, patung, keramik, kaca, bambu, dan lain-lain. Kerajinan tangan di Pulau Bali memiliki nilai jual yang tinggi karena keindahan dan keunikanya. Kerajianan tangan biasanya dimanfaatkan sebagai hiasan, souvenir, sebagai benda fungsional, dan lain-lain. Sementara itu kerajinan tangan di Pulau Bali yang biasa dimanfaatkan sebagai benda fungsional yang bernilai estetis adalah kerajianan bambu. Kerajinan bambu merupakan kerajinan asli Indonesia yang penyebarannya hampir merata di Kepulauan Indonesia, termasuk Bali. Kerajinan bambu telah dikembangkan secara turun temurun oleh masyarakat Pulau Bali sebagai sumber penghasilan dan penggerak perekonomian masyarakatnya. Kerajinan bambu di Pulau Bali memiliki bermacam-macam bentuk dan motif hias yang unik. Seiring berkembangnya zaman desain motif hias dan bentuk pada kerajinan bambu semakin dibuat lebih modern, namun tidak menghilangkan nilai keunikan dan rasa natural pada kerajinan bambu. Di Pulau Bali banyak daerah yang memproduksi kerajinan bambu dengan berbagai bentuk dan ciri khas yang berbeda-beda. Tigawasa merupakan salah satu daerah perajin bambu yang memproduksi kerajinan bambu yang memiliki bentuk dan motif hias menarik dan beragam. Desa Tigawasa terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Di Desa Tigawasa membuat kerajinan bambu merupakan pekerjaan sehari-hari yang sudah turun-temurun mereka tekuni sebagai penggerak perekonomian sebagian besar perajin bambu yang ada di
daerah tersebut. Dengan berbagai bentuk dan motif mereka menciptakan kerajinan bambu yang berbeda dengan daerah lainnya. Motif hias pada kerajinan bambu di Desa Tigawasa bisa dibentuk dari model dan jenis anyaman. Ada juga motif hias yang dibentuk dari penambahan hiasan yang ditempel pada anyaman, kemudian ada juga yang diberi pewarnaan atau bisa menambahkan gambaran motif seperti pada batik. Motif hias pada anekaragam kerajinan bambu di Tigawasa membedakan kerajinan tersebut dengan kerajinan bambu di daerah lain. Kebanyakan motif-motif kerajinan bambu di daerah luar Tigawasa hanya terdapat motif yang terbentuk dari anyaman kerajinan bambu itu sendiri, namun kerajinan bambu di Desa Tigawasa selain motif yang terbentuk dari anyaman, perajin bambu di sana menambahkan motif hias dari bahan lain, misalnya kerang, kancing, potongan kayu, dan lainlain. Motif hias pada kerajinan bambu tersebut menambah tampilan dan nilai keindahan tersendiri pada kerajinan bambu dan menjadi ciri khas kerajinan bambu di Desa Tigawasa. Dari beberapa perajin bambu yang terdapat di Desa Tigawasa, ada salah satu perajin bambu yang memiliki produk anyaman bambu menarik dan layak untuk diteliti dan dideskrisikan, yaitu Kejapa Bamboo Handicraft. Kejapa Bamboo Handicraft ini mulai berdiri pada tahun 1999. Desain motif hias pada kerajinan bambu di Kejapa Bamboo Handicraft sangat menarik dan unik. Mulai dari motif bentuk anyaman sampai motif tambahan yang ditempel hingga menambah nilai estetis pada kerajinan bambu tersebut. Motif hias pada kerajinan bambu di Kejapa Bamboo Handicraft diterapkan pada benda-benda fungsional. Seperti : kotak tisu, tempat sampah, sandal, tas, tempat pensil, bingkai foto, keranjang, kotak perhiasan, dompet, tempat lampu, dan lain-lain. Semua kerajinan tersebut terbuat dari bambu dengan motif hias yang menarik dan unik. Oleh karena itu, motif hias pada kerajinan bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa perlu diteliti untuk dideskripsikan dan 2
didokumentasikan secara rinci agar dapat dilihat banyak masyarakat yang ada di Bali maupun di luar Bali. Berdasarkan latar belakang di atas ada beberapa masalah yang yang dapat dirumuskan sebagai berikut. (1) Bagaimana keberadaan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng? (2) Apa saja bahan dan alat yang dipakai dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng? (3) Bagaimanakah proses pembuatan seni kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng? (4) Bagaimana bentuk dan motif hias kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng? Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Mendeskripsikan keberadaan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kabupaten Buleleng. (2) Mendeskripsikan alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan kerajinan bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. (3) Mengetahui proses pembuatan kerajinan bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. (4) Mengkaji bentuk dan motif hias kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk pencederaan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifatsifat populasi atau daerah tertentu. Sasaran dalam penelitian ini, peneliti mendekati pemilik dari Kejapa Bamboo Handicraft yaitu bapak Gede Widarma dan 5 tukang yang membuat kerajinan bambu untuk dimintai informasi yang dibutuhkan
peneliti. Yaitu tentang bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan bambu, beserta proses pembuatan kerajinan bambu tersebut. Dalam penelitian ini, digunakan metode survey dengan empat tehnik pengumpulan data yaitu, teknik observasi, teknik wawancara, teknik dokumentasi, dan teknik kepustakaan. teknik observasi Observasi dilakukan dengan cara mendatangi Kejapa Bamboo Handicraft, desa Tigawasa. Proses observasi dilengkapi dengan menggunakan alat seperti kamera atau perekam suara maupun video untuk mendokumentasikan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik wawancara merupakan kegiatan tanya jawab yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Teknik dokumentasi dilakukan dengan cara memprotet gambar kerajinan bambu di Kejapa Bamboo handycraft. Teknik kepustakaan yaitu mencari sumber referensi berupa buku, artikel, makalah, maupun sumber tertulis lainnya dengan menggunakan kaidah penulisan yang benar. Intrumen penelitian adalah alat yang difungsikan pada saat proses pengumpulan data. Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan, maka dalam penelitian ini digunakan intrumenintrumen penelitian dalam bentuk instrumen observasi, instrumen wawancara, dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan cara mendatangi Kejapa Bamboo Handicraft, desa Tigawasa. Proses observasi dilengkapi dengan menggunakan alat seperti kamera atau perekam suara maupun video untuk mendokumentasikan data yang dibutuhkan dalam penelitian. Dalam Instrumen wawancara ini peneliti mengumpulkan data dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan yang terkait dengan rumusan masalah. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Analisis domain (Domain analysis) dan Analisis Taksonomi (Taxsonomic Analysis). Teknik analisis domain digunakan untuk memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek/penelitian atau situasi sosial. Sedangkan analisis taksonimi digunakan untuk memperoleh gambaran secara rinci 3
dan utuh dari objek/penelitian atau situasi sosial. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Tigawasa terletak di Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa sudah sejak turun-temurun digeluti, entah dari mulai tahun berapa para masyarakatnya membuat kerajinan tersebut, tidak ada yang tahu jelas. Kerajinan anyaman bambu di Desa Tigawasa merupakan salah satu mata pencaharian bagi penduduk di sana. Berdasarkan hasil observasi kebanyakan pembuat kerajinan anyaman di Desa Tigawasa merupakan ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri. Dengan keterampilan mereka bisa tercipta kerajinan dengan keunikan dengan nilai jual yang tinggi. Dulu kerajinan bambu di Desa Tigawasa hanya digunakan sebagai alat perlengkapan sehari-hari dan hanya untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Misalnya, sebagai alat membersihkan beras, bedeg, dan perlengkapan rumah tangganya lainnya. Namun sekarang kerajinan bambu di daerah tersebut sudah semakin berkembang, tidak hanya untuk alat perlengkapan memasak, tapi sudah berkembang ke benda-benda yang umum berada di masyarakat. Misalnya tas, kotak tisu, tempat sampah, dan lain-lain. Kerajinan bambu di Desa Tigawasa tentunya sangat beragam dan menjadi benda yang sangat menarik bagi masyarakat maupun seniman. Keunikan kerajinan bambu di Desa Tigawasa terletak pada gaya dekoratif naturalnya. Kerajinan bambu di Desa Tigawasa tidak hanya diminati para seniman tetapi juga sangat diminati oleh kolektor seni dari dalam maupun luar Negeri. Salah satu warga yang menjadikan kerajinan anyaman bambu sebagai penggali perekonomian adalah Bapak Gede Widarma. Beliau adalah pemilik dari Kejapa Bamboo Handicraft yang beralamat di Banjar Dinas Wanasari, Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Kejapa Bamboo Handicraft merupakan perusahaan tempat pembuatan aneka kerajinan anyaman bambu dengan bentuk dan motif hias yang sangat menarik. Perusahaan ini sudah
berdiri sejak tahun 1999. Bapak Gede Widarma belajar membuat kerajinan bambu secara otodidak juga ada pula yang dia pelajari melalui ayahnya. Menurut informasi kerajinan anyaman bambu pada masa penjajahan Jepang sudah mulai berkembang. Pada tahun 1985 kerajinan bambu di Desa Tigawasa menggunakan cat sebagai pewarna pada semua jenis kerajinan. Namun mulai tahun 2000 pada perajin bambu sudah mulai menemukan motif-motif yang inovatif. Di perusahaan Kejapa Bamboo Handicraft ini memiliki 5 karyawan yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Seperti tugas memproses bambu mentah menjadi bambu yang siap untuk dianyam. Ada yang bekerja sebagai tukang anyam, kemudian sebagai tukang ikat, dan tukang finishing. Pada proses finishing prosesnya berupa pemberian warna dan aksesoris. Kebanyakan pekerja di Kejapa Bamboo Handicraft ini melakukan pekerjaan mereka di rumah masing-masing, kecuali pada proses finishing yang dilakukan di tempat Bapak Widarma. Hal tersebut dikarenakan alat dan bahan untuk finishing ada ditempat beliau. Bapak Gede Widarma pernah mengikuti dan memenangkan lomba di berbagai daerah di Bali maupun Diluar Bali, dan beliau bayak mendapatkan beberapa penghargaan disetiap lomba tersebut. Pada tahun 2009 bapak Gede Widarma mendapatkan Piagam penghargaan sebagai finalis “Awi-awi inovasi produk bambu mandiri 2009” di Bandung. Pada tahun 2010 Bapak Gede Widarma memperoleh Juara II kategori lomba Handicraft (Souvenir) pada pekan kreatif di Singaraja. Pada tahun 2011 beliau mengikuti ajang INACRAFT Award 2011, mendapatkan kategori Best Prize in Category “Natural Fibers”, di Jakarta.Dalam pemasaran produk kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pembeli bisa langsung membeli di tempat kerajinan dan melakukan transaksi pembayaran disana. Sedangkan pada proses yang tidak langsung ini melalui pemesanan dari beberapa art shop di daerah Denpasar dan Gianyar. Ada beberapa kerajinan yang diproduksi di 4
Kejapa Bamboo Handicraft antara lain: Tempat sarana upacara dengan berbagai motif, tempat nasi, tempat tisu, keranjang, tempat sampah, kotak perhiasan, bingkai foto, tas dengan aneka bentuk, dompet, dan tempat pensil.
Gambar 1. Bahan-bahan Sumber: Dokumentasi Pribadi Bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu antara lain : bambu buluh dan bambu tali. Sedangkan untuk bahan tambahan atau aksesoris yaitu alumunium, uang kepeng, benang nilon, kancing, kulit kerang, pewarna basis, woodstain dan cat kayu. Semua bahan tambahan tersebut dipergunakan setelah bambu selesai dianyam.
Gambar 2. Alat-alat Sumber: Dokumentasi Pribadi Alat-alat yang dipergunakan dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu antara lain : Gergaji, blakas, pengutik, meteran, penggaris siku, kompresor, kuas, jarum, wajan, alat tulis dan bor. Proses pembuatan kerajinan bambu ini terdapat dua perbedaan yaitu pada pembuatan kerajinan sarana upacara atau aneka sokasi dan kerajinan bambu sebagai kebutuhan harian seperti kotak tisu dan lainnya. Proses Pembuatan Kerajinan Anyaman Bambu dengan Motif Hias dari Pola Anyaman
Kerajinan anyaman bambu yang motifnya dari pola penganyaman ini kebanyakan berupa kerajinan sokasi. Berikut ini tahap-tahap pembuatannya: 1. Proses memotong bambu Proses pemotongan bambu merupakan tahapan awal dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu. Pemilihan bambu yang akan dipotong menjadi pilihan yang penting dalam penentuan kualitas bahan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bambu yang dipilih merupakan bambu yang berumur kurang lebih satu tahun. Pemotongan bambu ini menggunakan gergaji. Setelah pemotongan bambu, bambu harus dibersihkan dari cabangcabang dan kulit bambu. Selain menghilangkan cabang dan kulit bambu, bambu juga harus dibersihkan dari merang bambu yang berwarna hitam yang menempel pada bambu. Merang inilah yang menyebabkan gatal-gatal pada kulit apabila kurang bersih. Bambu akan dipotong perbuku untuk mempermudah pemrosesan selanjutnya dengan ukuran yang lebih pendek. 2. Membelah bambu Setelah proses pemotongan bambu selanjutnya yaitu proses pembelahan bambu. Proses pembelahan bambu ini merupakan proses pembagian bambu menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. pembelahan bambu ini dilakukan menggunakan alat blakas atau pisau dengan ukuran besar. Bambu bisa dibelah menjadi dua ukuran yang sama. 3. Pewarnaan Sebelum masuk proses pewarnaan, bambu yang sudah di belah terlebih dahulu dikerik kulitnya menggunakan pisau. Selanjutnya untuk memperhalus permukaan bambu digunakan amplas sebagai alat penghalusnya. Tujuan pengamplasan adalah untuk mempermudah dalam proses pengecatan. Apabila permukaan bambu masih kasar dan banyak serat maka pengecatan tidak akan sempurna dan bagus. Setelah permukaan bambu menjadi halus, bambu di cat dengan menggunakan cat kayu dengan berbagai warna pilihan seperti, merah, hijau, merah muda, dan hitam. Alat yang digunakan 5
untuk mengecat adalah kuas dengan ukuran sedang. Pewarnaan dilakukan dengan teknik sebagian, yaitu dengan mewarnai separuh dari potongan bambu. Misalnya pada sebelah bagian kanan berwana merah, maka yang sebelahnya berwarna putih. Kemudian keringkan cat yang sudah diaplikasikan kebambu dibawah sinar matahari. 4. Malpal atau pemisahan kulit bambu Malpal merupakan proses pemisahan antara kulit luar bambu dengan isi bambu. Selanjutnya bambu yang sudah dibelah menjadi beberapa bagian akan di bagi lagi menjadi bagian yang lebih tipis, biasanya dikenal dengan proses penyisitan. Penyisitan pada kerajinan bambu ini menggunakan alat pengutik atau pisau yang berukuran kecil. Penyisitan ini harus dilakukan dengan hati-hati. Bambu yang disisit harus berukuran tipis dan lentur sehingga pada proses penyisitan ini merupakan proses yang sulit bagi pemula. Pada proses penyisitan inilah dihilangkan serat-serat bambu menjadi bambu dengan ukuran tipis yang halus. Kualitas sisitan bambu yang halus akan sangat mempengaruhi kerajinan anyaman bambu yang dihasilkan. 5. Pengeringan bambu Untuk memulai penganyaman dibutuhkan bambu yang sudah kering. Karena apabila bambu yang masih basah sudah dianyam, maka bambu akan mengalami penyusutan ukuran dan menimbulkan rongga atau jarak pada anyaman yang sudah dibuat. Maka dari itu digunakan bambu yang sudah kering. 6. Proses menganyam bambu Proses penganyaman bambu merupakan proses yang membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Pada proses penganyaman bambu ini akan dibentuk sebuah motif dari anyaman itu sendiri. Motif itu timbul karena perbedaan letak bambu yang dianyam. Setelah proses menganyam dasar selesai, kerajinan anyaman dibuatkan sudut-sudut (muncuin) dan pada pojok bawah kerajinan disebut dengan istilah ngalisin dan mibihin. 7. Proses finishing Pada proses ini merupakan proses pemberian bingkai kerajinan
menggunakan lem. Setelah anyaman bambu sudah selesai dianyam, maka selanjutnya sisa dari bambu yang tidak teranyam akan digunting dan diberi bingkai bambu. Proses Pembuatan Kerajinan Anyaman Bambu dengan Motif Tambahan Aksesoris Berdasarkan Hasil observasi, diperoleh data mengenai cara pembuatan kerajinan anyaman bambu, berikut langkah-langkahnya: 1. Memotong Bambu Seperti pada proses pemotongan bambu yang sebelumnya, pemotongan bambu selalu menggunakan gergaji. Setelah dipotong bambu akan di potong lagi menjadi bagian-bagian yang lebih pendek. ukuran yang biasa dipakai yaitu dipotong perbuku bambu. 2. Membelah Bambu Bambu dibelah menjadi dua menggunakan blakas menjadi bagian yang berukuran sama. Kemudian bambu dibelah lagi menjadi bagian yang lebih kecil (ngesit) kurang lebih lebarnya setengah sentimeter. 3. Mengerik Kulit Luar Bambu Setelah bambu dibelah menjadi bagian yang lebih kecil, selanjutnya yang dilakukan yaitu mengerik bagian sisi pinggir kulit bambu dan menyisakan kulit dibagian tengahnya. ini bertujuan untuk mendapatkan motif natural pada bambu setelah adanya proses pewarnaan. kulit bambu bersifat licin dan tidak meresap apabila diwarnai. jadi bagian yang berwarna nanti adalah bagian sisi pinggir bambu yang dikerik, sedangkan bagian tengahnya tidak terkena warna. 4. Pengeringan bambu Pengeringan bambu ini kurang lebih memakan waktu seharian. Untuk hasil anyaman yang bagus, maka bambu harus benar-benar kering agar tidak ada penyusutan ukuran saat sudah dalam bentuk anyaman. 5. Penganyaman Bambu Proses penganyaman ini menggunakan beberapa jenis anyaman dalam satu jenis produk anyaman bambu. Penganyaman bambu kebanyakan menggunakan anyaman kepang. 6. Proses Pewarnaan 6
Proses pewarnaan bisa dilakukan setelah penganyaman bambu sudah berbentuk kerajinan yang utuh. Proses pewarnaan ini menggunakan pewarna dengan istilah pewarna basis. Pewarna basis ini berwarna hitam dalam bentuk serbuk dan sedikit berkilau pada serbuknya. Pewarna basis ini akan diencerkan dengan air yang dimasak dalam wajan besar. Ukuran 5 sendok bubuk pewarna ini dicampurkan dengan air 20 liter. Pewarna dimasak sampai mendidih kemudian kerajinan bambu dicelupkan kedalam larutan pewarna kurang lebih selama 1 menit. Selanjutnya angkat dan keringkan. Setelah kerajinan yang diwarnai kering masih ada lagi proses pewarnaan selanjutnya. proses pencelupan dengan warna basis tadi menghasilkan warna coklat natural. Proses pewarnaan selanjutnya menggunakan wood stain. wood stain yang digunakan adalah yang berwarna coklat. pemberian wood stain ini bertujuan untuk memberikan kesan mengkilap dan kaku pada permukaan anyaman bambu. Pewarnaan ini menggunakan kuas dengan ukuran besar agar proses bisa cepat selesai. Selanjutnya keringkan dibawah sinar matahari. 7. Proses Finishing Proses finishing ini adalah proses penambahan aksesoris berupa kulit kerang, kancing, maupun hiasan lainnya. Proses ini merupakan proses terakhir dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu.
2) Motif tapuk manggis, motif ini biasanya terdapat dihampir semua anyaman, yaitu digabagian tutupnya.
Gambar 4. Motif tapuk manggis Sumber: Dokumentasi Pribadi 3) Motif nagasari
Gambar 5. Motif nagasari Sumber: Dokumentasi Pribadi 4) Motif Patre
Gambar 6. Motif patre Sumber: Dokumentasi Pribadi 5) Motif Pis bolong
Gambar 7. Motif pis bolong Sumber: Dokumentasi Pribadi 6) Motif wajik
Kerajinan anyaman bambu di Kejapa bamboo Handicraft menghasilkan banyak produk dan motif yang menarik dan beragam. motif yang dihasilkan pada kerajinan anyaman bambu antara lain 1) Motif saudbah, motif ini dipakai dalam anyaman bambu yang berfungsi sebagai pemenuhan alat sehari-hari.
Gambar 8. Motif wajik Sumber: Dokumentasi Pribadi Produk yang dihasilkan oleh Bamboo Handicraft diantaranya
Gambar 3. Motif saudbah Sumber: Dokumentasi Pribadi
Kejapa
1) Kotak tisu , kotak tisu ini memiliki beberapa bentuk antara lain: Tabung, persegi panjang, dan persegi lima. Kotak tisu biasanya ditambahkan 7
hiasan berupa kulit kerang dan alumunium sehingga nampak ekslkusif. Warna yang dipakai yaitu warna coklat natural.
Gambar 11. Dompet Sumber: Dokumentasi Pribadi Gambar 9. Tempat tisu Sumber: Dokumentasi Pribadi 2) Tas, tas biasanya berbentuk kotak persegi atau persegi panjang dengan tambahan kain furing sebagai pelapisbagian dalam dan hiasan berupa kancing ataupun kulit sintetis sebagai elemen tambahannya. Warna yag dipakai adalah coklat natural dari pewarna basis.
4) Kotak perhiasan, kotak ini diberi hiasan tambahan kulit kerang yang ditata secara geometris menutupi bagian luat kotaknya.
Gambar 12. kotak perhiasan Sumber: Dokumentasi Pribadi 5) Kotak cincin, kotak cincin bisa ditambahi hiasan kulit kerang, kancing, atau tidak sama sekali.Warna yang digunakan yaitu coklat natural. Gambar 10. Tas Sumber: Dokumentasi Pribadi 3) Dompet, dompet juga diberi pelapis kain furing pada bagian dalamnya. biasanya hiasannya berupa kulit kerang.
Gambar 13. Kotak cincin Sumber: Dokumentasi Pribadi 6) Tempat pensil, menggunakan anyaman yang rapat sampai yang renggang, biasanya tanpa hiasan tambahan.
8
Gambar 14. Tempat pensil Sumber: Dokumentasi Pribadi 7) Bingkai Foto, menggunkaan anyaman kepang dengan warna natural coklat tanpa hiasan tambahan.
Gambar 15. Bingkai foto Sumber: Dokumentasi Pribadi KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng. Keberadaan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa dimulai sejak tahun 1999 yang dipimpin oleh Bapak Gede Widarma. Bapak Gede Widarma menjadikan kerajinan anyaman bambu yang awalnya hanya berkembang sebagai peralatan rumah tangga menjadi benda seni fungsional yang bernilai jual tinggi, terbukti dari hasil kerajinan anyaman bambu hasil karyanya bisa diekspor ke berbagai daerah sampai ke luar negeri. (1) Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft, Desa Tigawasa, Kecamata Banjar, Kabupaten Buleleng meliputi bahan antara lain: bambu, rotan, cat,
pewarna basis, wood stain, kancing, kulit kerang, alumunium, uang kepeng, lem, dan benang nilon. Dan alat yang digunakan antara lain: gergaji, blakas, bor, kompresor, pengutik, tang, amplas, wajan, gunting, jarum, alat tulis dan kuas. (2) Proses pembuatan kerajinan anyaman bambu di Kejapa Bamboo Handicraft dibagi menjadi dua, yaitu tahap pembuatan kerajinan anyaman bambu dengan motif dari anyaman dan kerajinan anyaman dengan motif hias tambahan. Pada kerajinan anyaman dengan motif yang diciptakan dari anyamannya prosesnya yaitu: proses penebangan bambu, proses pembelahan bambu, proses penghilangan kulit kuat bambu, proses pengamplasan, proses pewarnaan bambu, proses pengeringan cat, proses pengiratan bambu, proses pengeringan iratan bambu, proses penganyaman bambu dan proses finishing. Dan proses pembuatan kerajinan anyaman dengan motif hias tambahan yaitu: proses pemotongan bambu, proses pembelahan bambu, proses pengiratan bambu, proses pengerikan kulit bambu, proses pengeringan bambu, proses penganyaman bambu, proses pewarnaan kerajinan anyaman, dan proses pemberian aksesoris (finishing). Melalui penelitian ini penulis mengajukan beberapa saran baik kepada beberapa pihak sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian yang selanjutnya. (1) Pemerintah diharapkan mampu berperan memelihara kelestarian kerajinan bambu di Desa Tigawasa dengan mengadakan beberapa pelatihan tentang pemsaran dan pemodalan kepada perajin bambu di daerah Tigawasa. (2) Para perajin bambu diharapkan mampu mengembangkan desaindesain yang inovatif yang terus berkembang sehingga kerajinan bambu yang diciptakan akan selalu mengikuti pasaran yang ada. Para peneliti kerajinan anyaman bambu yang selanjutnya diharapkan mampu 9
mengembangkan permasalahan yang lebih mendalam dan lebih luas, karena perubahan desain kerajinan bambu akan terus berkembang sesuai perubahan zaman. DAFTAR PUSTAKA Antara, Muji. 2011. “Anyaman Daun Rontal di Desa Pengosekan, Ubud, Gianyar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Undiksha, Singaraja. Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Badan Penelitian dan Pengembangan Industri, 1985. Teknologi Anyaman Bambu dan Rotan. Yogyakarta: Departemen Perindustrian R.I. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jilid 2. PT Cipta Adi Pustaka. Jakarta. 1988 Gerbono, Anton & Siregar Djarijah, Abbas. 2005. Aneka Anyaman Bambu. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI). Gustami, SP. 2001. “Pengembangan Seni Kriya Sebagai Produk Andalan”. Makalah disajikan dalam
Penataran Pengelola Seni dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film. Direktorat Kesenian Bogor, 17 Juli 2001. Hoop,
Seni Rupa). Yogyakarta: DictiArt Lab, Yogyakarta & Jagad Art Space, Bali. 2013. Rotan dan Bambu (kelapa, kelapa sawit, nipah, sagu) Potensi dan Daya Guna.
Kasmudjo.
Yogyakarta: Cakrawala Media. Sunarya, I Nyoman. 2007. Seni Kerajinan Masa Bali Kuna. Denpasar: Balai Arkeologi Denpasar. Saputra, Wira. 2007. “Produk Seni Kriya Di Perusahaan “Adi Jiwa Lestari”, Desa Penarungan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Undiksha Singaraja. Sujanem, Rai. Dkk. 2013. “Sokasi dan Gedeg”. Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM). Jurusan Pendidikan fisika, Universitas Pendidikan Ganesha. http://www.scribd.com/doc/61596088/SEN I-KRIYA-NUSANTARA/ diakses pada tanggal 09 juni 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Bambu/ diakses pada tanggal 09 juni 2013. www.pelajaran-sbk.blogspot.com : diakses pada tanggal 29 April 2014.
Van Der. 1949. Indonesische Siermotieven. Batavia : Batavia’s Genootschap Van.
Narbuko,
Cholid,
Penelitian.
dkk. 2005. Metode Jakarta: PT. Bumi
Aksara. Prof.
Dr. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Prof.R.M.
Soedarsono,
Ph.D.
1992.
Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka. Susanto, Mikke. 2011.
Diksi Rupa (Kumpulan Istilah dan Gerakan 10