PEMETAAN KONFLIK ANTARA PETERNAK AYAM BROILER DENGAN MASYARAKAT DI DESA KAYUPUTIH, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG Kadek Cendrawasih, Imron Hadi Tamim, Ketut Sudhana Astika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Emai:
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Kayuputih village is one of the dozen of villages by the number of large-scale farmers. In Kayuputih village of the many number of small to large sizedfarms, many found cage distance that is nit in accordance whit the Decree of the Directorate General of Animal Husbandry in 1993 No. 77 has been included, it is a farm with human settlements distance of at least 250 meters. This then raises problems because of the disruptionof the activities the society caused by air pollution because of the smell from the farm, environmental contamination caused by the disposal of waste from the farm of the river and the disruption of income traders caused by flies that constantly invade human. This research uses a qualitative approach to get a detailed depiction of conditions in the field. The theory used is the Triangle of Cinflict Galtung theory, this theory is an analytical tool to discover the attitudes, behavior and cntradictions between the farmers an society that underlie conflict. Conflict resolution has occurred used conflict governance system. Key Words: Farm Conflict, Galtung conflict Triangle, Conflict management
Buleleng. Belakangan ini masyarakat mulai tertarik terhadap usaha ternak ayam broiler dengan sistem kemitraan. Dari sekian jumlah penduduk Desa Kayuputih beberapa persen di antaranya tidak hanya menggantungkan hidupnya dengan menjadi petani tetapi juga bekerja pada sektor lain salah satunya adalah sebagai peternak ayam. Berdasarkan Profil Desa Kayuputih tahun 2013 jumlah peternak yang tergolong besar di desa tersebut sebanyak 8 peternak, jumlah itu belum terhitung peternak kecil-kecilan dengan jumlah ayam kurang lebih hanya 50-250 ekor.
PENDAHULUAN Adanya kebutuhan masyarakat terhadap daging ayam, membuat kebutuhankebutuhan pangan masyarakat semakin tinggi. Pertambahan jumlah penduduk serta peningkatan pendapatan mendorong terjadinya peningkatan permintaan. Terbukanya kesempatan pasar ini tentunya berdampak positif bagi pelaku bisnis. Dewasa ini usaha peternak ayam broiler mulai menjamur di daerah pedesaan, hal ini disebabkan oleh adanya sistem kemitraan. Dalam pola ini, peternak cukup menyediakan kandang beserta peralatan dan tenaga kerja, sedangkan sarana produksi ternak seperti bibit, pakan, vaksin, suplemen makanan, serta obat-obatan disediakan oleh mitra yang biasanya merupakan perusahaan besar. Selanjutnya peternak ayam wajib menjual hasil produksi ayam broiler kepada mitra dengan harga kontrak sesuai harga pasar yang sudah ditentukan (Kartika, 2003: 4).
Lokasi untuk suatu peternakan kini menjadi masalah serius semenjak peberebutan area dengan berbagai kepentingan. Dulu lokasi peternakan ada di tepi kota-kota besar, maka kini daerah pinggiran itu sudah penuh dengan perumahan dan industri. Lokasi untuk peternakan ayam broiler sebaiknya jauh dari keramaian, jauh dari lokasi perumahan atau dipilih tempat yang sunyi. Suasana yang tenang sangat diperlukan untuk peternakan ayam ras yang umumnya mudah terkejut dan stress.
Desa Kayuputih merupakan salah satu desa di Kecamatan Banjar, Kabupaten
1
peternakan. Lokasi untuk suatu peternakan kini menjadi serius semenjak adanya keterbatasan lahan dan berebut areal dengan berbagai kepentingan. Jarak yang aman untuk pemeliharaan unggas menurut SK Dirjen Peternakan Tahun 1993 no. 77 dari pemukiman minimal berjarak 250 Meter. Tahapan proses perizinan dimulai dari surat persetujuan lingkungan masyarakat sekitar usaha rekomandasi dari desa. Izin prinsip dari pemerintah kota / kabupaten, izin mendirikan bangunan. Surat izin usaha dan surat izin gangguan atau HO. Izin itu di ajukan kepada Gubernur, Wali Kota, atau Bupati di lokasi usaha ayam yang akan di bangun. Letak kandang yang berdekatan dengan rumah penduduk memicu terjadinya ketegangan antara pemilik peternakan dengan masyarakat. Limbah dari peternakanpun tidak bisa dianggap remeh karena hal itu akan berkaitan dengan kesehatan masyarakat setempat, dengan kondisi kandang yang berdekatan dengan rumah masyarakat. Pembuangan limbah peternakan berupa bangkai ayam sembarangan dan bau kotoran yang tidak sedap bisa memicu munculnya berbagai penyakit.
Tetapi berbeda halnya dengan peternakan ayam broiler yang ada di Desa Kayuputih, beberapa peternakan berada di kawasan pemukiman masyarakat dan dekat dengan area sekolah, hal ini akan sangat berdampak buruk pada proses pertumbuhan ayam maupun sangat mengganggu kehidupan masyarakat sekitarnya. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh usaha ternak ayam broiler menimbulkan ketidak nyamanan terhadap masyarakat yang hidup di sekitar lokasi usaha ternak ayam broiler dan hal ini memicu konflik antara peternak ayam broiler dengan masyarakat Desa Kayuputih.
TUJUAN PENELITIAN Untuk mengetahui peta konflik antara peternak ayam broiler dengan masyarakat disekitar peternakan ayam di Desa Kayuputih. Untuk mengetahui pengelolaan konflik antara peternak ayam dengan masyarakat sekitar. Manfaat teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat tidak hanya menjadi bahan perbandingan untuk penelitian yang sejenis tetapi juga penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan yang berkaitan dengan teori konflik. Manfaat praktis. Diharapkan mampu menjadi bahan pertimbangan bagi peternak ayam agar mengikuti berbagai aturan yang sudah ditetapkan dan menjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar untuk meminimalisir terjadinya konflik. Dengan mengetahui sumber masalah terjadinya konflik diharapkan masyarakat dapat sedini mungkin mengkomunikasikan, melakukan pencegahan dengan cara-cara elegan tanpa merugikan pihak lain. Bagi pemerintah desa diharapkan melalui penelitian ini dapat melakukan pencegahan dengan menyusun semacam regulasi kepada peternak untuk mengikuti aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, baik mengenai lokasi, limbah dan sebagainya. Pemerintah tingkat desa juga diharapkan dapat menjadi mediator ketika terjadi konflik antara masyarakat dan peternakan.
Konflik Konflik tidak hanya bisa dilihat dalam bentuk kekerasan, menurut Johan Galtung konflik dapat diartikan sebagai benturan fisik dan verbal. Ada tiga dimensi penting dalam teori konflik Galtung yang biasa disebut dengan segitiga konflik Galtung yaitu sikap, prilaku, dan kontradiksi. Sikap adalah persepsi tentang isu-isu tertentu yang berkaitan dengan kelompok lain. Prilaku dapat berupa kerjasama, persaingan atau suatu gerak tangan dan tubuh yang menunjukkan persahabatan atau permusuhan. Sedangkan kontradiksi adalah kemunculan situasi yang melibatkan sikap atau prilaku. Dimana sikap melahirkan prilaku dan setelah itu mengacu pada kontradiksi dan menghasilkan situasi ketegangan (Galtung, 2003: 161). Dengan dijelaskannya segitiga konfliknya oleh Galtung, permasalahan yang terjadi antara peternak ayam dan masyarakat disekitar peternakan dapat disimpulan, bahwa perbedaan kepentingan terjadi karena pengabaian jarak ideal dan limbah peternakan dari pemilik peternakan, sehingga memunculkan sikap dari warga disekitar peternakan berupa kekawatiran-kewatiran bahwa limbah dari peternakan baik polusi dari kotoran ayam atau pembuangan bangkai
Demi kelancaran beternak ayam broiler seharusnya para peternak mengetahui ketentuan-ketentuan yang sudah berlaku di dalam lingkungan, diantaranya memilih tempat untuk beternak. Khususnya pada ayam broiler harus berpedoman pada beberapa hal, salah satunya yaitu: lokasi
2
ayam tidak pada tempatnya akan mengakibatkan gangguan penyangkit yang berdampak langsung pada masyarakat. Dari sikap tersebut berwujud kedalam bentuk prilaku permusuhan atau paling tidak ketegangan antara pemilik peternakan dengan masyarakat disekitar peternakan. Wujud dari sikap tersebut dapat berupa pertentangan kepentingan diantaranya ketidak harmonisan antara dua belah pihak sehingga rentetan dari sikap dan prilaku kemudian memunculkan kontradiksi antara pemilik peternakan dengan masyarakat disekitar peternakan berupa keteganganketegangan, jika tidak segera ditindak lanjuti maka diprediksi akan memunculkan konflik yang jauh lebih besar.
konflik anatara pengusaha ayam pedaging dengan masyrakat sekitar bisa dikaji secara mendalam serta diuraikan secara sistematis dan faktual (Bungin, 2010: 74). Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah Desa Kayuputih, Kecamatan Banjar . Informan akan ditetapkan dengan cara dipilih secara langsung (Purposive). Peneliti ini menggunakan metode observasi non partisipasi, suatu “proses pengamatan observer tanpa ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara terpisah berkedudukan sebagai pengamat” (Margono, 2005 : 161-162). Dalam penelitian ini ada beberapa pihak yang akan di wawancarai, di antaranya: tokoh masyarakat, masyarakat di sekitar peternakan dan peternak, peternak, kepala desa. Informan ini dipilih karena di anggap mengetahui masalah yang akan di teliti oleh peneliti. Dalam hal ini dokumen yang digunakan adalah data-data statistik dari profil desa tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian maupun dokumen-dokumen lain yang berkaitan langsung dengan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui berbagai cara sebagaimana di jelaskan di atas, mulai dari wawancara, observasi, dan studi dokumen.
Dalam setiap konflik selalu dicari jalan penyelesaian, konflik terkadang dapat saja diselesaikan oleh kedua belah pihak yang bertikai secara langsung. Namun tak jarang pula harus melibatkan pihak ketiga untuk menengahi dan mencari jalan keluar baik. Salah satu kajian penting untuk menciptakan perdamaian atau meminimalisir konflik adalah pengelolaan konflik atau tata kelola konflik (Susan, 2010). Lebih jauh dijelaskan bahwa ada bentuk management konflik yaitu: 1. Conflict management Konflik management bertujuan untuk mencegah konflik yang akan menghasilkan bentukbentuk kekerasan. Pendekatan ini menjelaskan bahwa semua konflik tidak perlu diselesaikan tetapi mempelajari bagaimana mengelola konflik untuk mengatasi perbedaan sebagai akar dari konflik tersebut.
PEMBAHASAN
2. Democratic conflict governance Sebagai sesuatu hubungan antara berbagai aktor dan lembaga dalam tata kelola unsurunsur konflik yang di tandai oleh aktifitas musyawarah dan mengimplementasikan kebijakan perdamaian yang telah tercapai.
Desa Kayuputih adalah salah satu desa yang ada di Kabupaten Buleleng, Desa Kayuputih terdiri dari 6 banjar diantaranya Banjar Tabog, Banjar Desa, Banjar Menagung, Banjar Taman, Banjar Sambong, Banjar Ideran. Dengan curah hujan yang cukup tinggi yaitu 2.213 Mm. Kondisi ini menandakan Desa Kayuputih tergolong desa yang sejuk dan subur sehingga dengan demikian iklim semacam ini sangan cocok untuk dikembangkan sebagai daerah peternakan terutama peternakan ayam broiler yang tidak tahan dengan cuaca panas. Jumlah keseluruhan penduduk Desa Kayuputih sebanyak 4591 jiwa dengan komposisi 2362 laki-laki dan 2229 perempuan dan jumlah kepala keluarga 1304.
METODE PENELITIAN
Gambaran Konflik Peternak Ayam Broiler dengan Masyarakat Desa Kayuputih Pemetaan konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemilik peternakan, Desa Kayuputih diantaranya:
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan
3
1.
Dampak yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat kususnya masyarakat yang rumahnya berdekatan dengan lokasi peternakan ayam broiler. Terganggunya masyarakat yang diakibatkan oleh bau yang menyengat dari peternakan tersebut dan lalat yang senantiasa menyerbu rumah warga setiap menjelang masa panen ayam broiler dan musim-musim tertentu, salah satunya musim buah-buahan.
2.
Masyarakat penggunakan sungai sebagai sarana MCK , dampak negatif yang secara langsung ditanggung oleh masyarakat sendiri. Konflik yang disebabkan oleh tercemarnya air sungai akibat dari pembuangan bangkai ayam broiler atau ayam gagal panen ke daerah perairan di Desa kauputih. Penggunaan air PAM di desa kayuputih dilakukan secara bergilir, sehingga masyarakat masih menggunakan sungai sebagai sarana MCK. Bangkai ayam broiler yang dibuang kesuangai saat gagal panen mengakibatkan air sungai tercemar.
3.
4.
Selain adanya gangguan polusi dan lalat yang berasal dari peternakan ayam broiler, pedagang merasa sangat terganggu dan dirugikan karena lalat yang berasal dari peternakan ayam broiler tersebut menyerbu rumah-rumah pedagang. Sehingga mengganggu kenyamanan pedagang maupun pembeli, salah satunya pembeli menjadi berkurang karena merasa tidak nyaman dan jijik, makanan pedagang pun menjadi kelihatan kumal dan tidak tahan lama. 5.
Masyarakat pengguna jalan. Terjadinya konflik karena kondisi jalan yang cepat rusak dan berlubang yang diakibatkan oleh trek- trek pengangkut sarana dan prasarana keperluan dari pihak peternakan ayam broiler. Dampak negatif yang tidak secara langsung dirasakan oleh masyarakat, akan tetapi lambat laun kondisi jalan yang rusak dan berlubang akan menghambat maupun rentan terjadi kecelakaan kususnya tukang ojek yang membawa muatan tidak jarang kondisi jalan di Desa Kayuputih hanya berdasar tanah biasa, akan tetapi dengan adanya kendaraan besar bermuatan berat yang melintasi jalan tersebut membuat kondisi jalan semakin memprihatinkan di kala musim penghujan.
Inti dari kasus yang memunculkan konflik diantaranya: 1. Polusi udara yang diakibatkan oleh bau dan lalat sangat mengganggu aktivitas masyarakat. 2. Terganggunya masyarakat akibat pencemaran air sungai yang diakibatkan oleh pembuangan bangkai ayam ke sungai. 3. Terganggunya penggunan jalan karena kondisi jalan yang semakin buruk. 4. Penjualan pedagang makanan yang semakin menurun akibat bau dan lalat. 5. Terganggunya proses pendidikan yang disebabkan oleh polusi udara dari peternakan.
Masyarakat yang buka warung, dampak yang secara langsung dirasakan oleh masyarakat.Terjadinya konflik diakibatkan oleh lalat dan bau dari peternakan ayam broiler yang senantiasa menyerbu warung- warung warga pada musim pembibitan, musim panen maupun musim-musim tertentu Banyak masyarakat yang membuka warung makanan kecilkecilan di depan rumah nya maupun dekat dengan lokasi sekolah.
Dari kelima kasus tersebut penyebab yang menimbulkan konflik adalah jarak peternakan ayam broiler dengan pemukiman masyarakat tergolong dekat antara 50-250 Meter, sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu aktivitas warga. Mengacu dari beberapa
4
Pegawai sekolah, murid dan orang tua murid. Ada beberapa kandang yang letaknya di sebrang jalan sekolah SMP dan dibelakang sekolah SD maupun sekolah TK. Bau dan lalat yang berasal dari peternakan ayam broiler yang letaknya tidak jauh dari fasilitas sekolah kira-kira kurang lebih 50 meter, sehingga dampak secara langsung ditanggung oleh warga sekolah sangat mengganggu aktifitas sekolah, salah satunya mengganggu kenyamanan saat belajarmengajar, mengurangi konsentrasi muridmurid saat belajar terutama pada saat musim pembibitan dan musim panen ayam broiler. salah satu warga sekolah (kepala sekolah) sudah menyampaikan langsung keluhan tersebut terhadap pemilik peternakan, akan tetapi pemilik peternakan sama sekali tidak menghiraukan.
konflik. Pemilik peternakan hendaknya mengikuti kaedah-kaedah aturan mulai dari pengelolaan limbah sampai pada jarak ideal kandang dengan pemukiman sehingga tidak merugikan pihak lain.
kasus di Desa Kayuputih berdasarkan dari laporan dan keluhan masyarakat ke kantor desa, dimana yang sudah ditindak lanjuti oleh kepala desa dengan mengundang masyarakat dengan pemilik peternakan untuk menyelesaikan pertentangan antara kedua belah pihak, hasil dari kebijakan yang disepakati antara kedua belah pihak yang berkonflik senantiasa mengkomunikasikan secara langsung dengan kekeluargaan jika ada hal-hal yang dianggap mengganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Johan Galtung. 2003. Studi Perdamaian: Perdamaian dan Konflik, Pembangunan dan Peradaban. Surabaya: Pustaka Eureka.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kartika, Widjaja dan Said, Abdullah. 2003. Peluang Bisnis Ayam: Ras dan Buras. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
Konflik yang terjadi di Desa Kayuputih dipicu oleh Sikap peternak yang tidak mengikuti aturan mengenai AMDAL. Terganggunya masyarakat yang diakibatkan dari aktifitas peternakan, sehingga memunculkan keluhan dan sikap ketidak senangan terhadap kondisi yang ada. Sikap pihak peternak dengan masyarakat yang tidak sejalan sehingga memunculkan prilaku yang tidak harmonis salah satunya tidak bertegur sapa, saling mencemoh, saling menjelekkan, berkata kasar, sehingga mengacu akan terjadinya konflik. Dinas pertanian seharusnya meninjau kembali proses perizinan yang akan dikeluarkan bila perlu melakukan survey kelapangan.Terhadap perusahaan kemitraan yang telah bekerja sama dengan masyarakat dalam bidang usaha pertenakan ayam broiler sudah seharusnya memantau izin usaha layak atau tidak layak lokasi tersebut dijadikan peternakan, diantaranya izin terhadap dinas pertanian di daerah tersebut, izin dengan aparat desa, izin dengan masyrakat sekitar peternakan. Aparat desa sudah seharusnya menjadi penengah dalam setiap permasalan yang terjadi di ruang lingkup desanya. Permasalan kecil ataupun besar musyawarah adalah salah satu jalan untuk meredam
Margono, 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta. Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta.: Dirgahayu Ilmu. Susan, Novri. 2009. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer. Jakarta: Prenada Media Grop. Ditjen
SK Dirjen Dikti No 77 Tahun 1993
5
Peternakan, 1991. Pedoman Standar Bibit Ternak di Indonesia, Direktorat Bina Produksi Ternak. Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta.