Imam Marzuqi Setiawan, Fenomena Perkembangan Potensi Masyarakat Desa Industri...
181
FENOMENA PERKEMBANGAN POTENSI MASYARAKAT DESA INDUSTRI PADA KERAJINAN ANYAMAN BAMBU INDAH (Desa Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kota Trenggalek) Oleh: Imam Marzuqi Setiawan SMA Negeri 1 Gondang, Tulungagung Abstrak: tujuan penelitian ini untuk mengetahui 1) latar belakang berdirinya unit produksi anyaman bambu indah, 2) peran unit produksi dalam perkembangan keterampilan baik manfaat dan keahliannya, dan 3) pangsa pasar unit produksi baik dari pemasaran maupun kerjasama dalam peningkatan kualitas produksi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif dengan subyek penelitian pengrajin anyaman bambu desa Wonoanti, kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) berdirinya home industry Anyaman Bambu Indah dilatarbelakangi oleh kejenuhan sosial para pemuda desa Wonoanti yang tanpa sengaja atau tidak membawa suatu kreatifitas yang sifatnya inovatif untuk melepaskan semua kejenuhan sosial; 2) Peran kerajinan Anyaman Bambu Indah ini selain menciptakan lapangan kerja kepada beberapa anak muda di desa Wonoanti untuk mengisi waktu dengan rutinitas yang positif, juga membuat pola fikir anak muda melihat realitas dunia kerja yang mereka akan hadapi seiring dengan perkembangan zaman; dan 3) dengan adanya kerajinan anyaman ini secara investasi menjadi pemasukan bagi devisa desa dan pengembangan kerajinan ini perlu tetap bekerjasama dengan kelurahan agar dalam segala kebijakan, baik dari pihak pengrajin, desa sendiri ataupun pemerintah mendapatkan porsi dan keuntungan yang seimbang. Kata kunci: home industry anyaman bambu indah
Karya yang berbentuk fisik dapat diistilahkan dengan karya seni, yang mana semuanya berbentuk dari kreatifitas suatu daerah masyarakat tersebut yang identik mempunyai corak dan ciri khas yang berbeda. Salah satu bentuk bentuk karya seni adalah kerajinan. Kerajinan anyaman bambu ini merupakan seni terapan yang memiliki nilai seni yang cukup tinggi. Kerajinan anyaman bambu sebenarnya hanya berkutat pada sektor pedesaan, yang lama-kelamaan menjarah hingga keperabot rumah tangga dan perhiasan di perkotaan. Seperti diutarakan Hamid (1993) yang menyatakan bahwa anyaman adalah bagian dari pada tradisi kebudayaan masyarakat yang telah berabad – abad lamanya terutama di pedesaan di wilayah Indonesia berupa kesenian yang menggambarkan tentang corak kehidupan di suatu masyarakat tersebut. Dalam pengembangan seni
kerajinan yang ada, saat ini kerajinan anyaman bambu merupakan kerajinan yang paling banyak diusahakan oleh masyarakat Jawa Timur, dibanding dengan kerajinan lainnya. Besarnya jenis kerajinan anyaman bambu yang datang dari Jawa Timur ini merupakan prosesnya mudah dan alatnya tergolong sederhana. Berdasarkan dari pendapat tersebut tidak mustahil kalau daerah Trenggalek khususnya desa Wonoanti merupakan wilayah Jawa Timur yang menjadi salah satu penghasil kerajinan anyaman bambu, dan tidak sedikit dari kerajinan ini dijadikan sebagai sarana pencarian penghasilan. Produksi–produksi yang dihasilkan berkisar pada barang– barang keperluan rumah tangga, seperti: capil, tenong, kukusan gedeg, pithi, besek dan beberapa hasil yang lain. Menyadari akan hal itu para pengrajin mempunyai tanggung jawab untuk mempertahankan
182
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
kualitas dan manfaat dari hasil kerajinan tersebut, yang mana menjadi kebudayaan bangsa Indonesia bukan hanya masyarakat Wonoanti saja. Dewasa ini, kerajinan anyaman bambu mulai menjamur diberbagai negeri, dikarenakan banyaknya persaingan yang bukan cuma satu atau dua unit produksi yang dalam aktivitasnya sama dengan produksi anyaman bambu. Selain itu juga kerajinan ini berangsur–angsur mulai surut yang mana seiring berkembangnya industri berpenghasilan produk–produk rumah tangga yang terbuat dari bahan plastik. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, kerajinan anyaman bambu sudah semestinya dipertahankan yang mana perlu bersifat profesional dan melibatkan instansi pemerintah baik dalam pelaksanaannya ataupun sirkulasi perdagangan untuk pemasaran yang lebih baik. Dengan demikian, kerajinan anyaman bambu ini akan membantu membuka lapangan kerja dan dapat dijadikan komoditas ekspor non migas. Home industry kerajinan anyaman bambu berdiri pada tahun 1991 yang bermula dari ketekunan dan keuletan yang ditopang oleh pembinaan instansi yang terkait. Keberadaan anyaman bambu yang ada di desa Wonoanti telah berkembang pesat dengan bentuk dan model yang lebih artistik yang dimodifikasi dengan sedemikian rupa dan bernilai tinggi. Disamping pengorganisasian yang baik membuat para pengrajin tidak lagi bekerja secara terpisah-pisah namun dalam pengerjaannya berbentuk kekompakan dan saling bekerjasama satu dengan yang lain. Kondisi pengerjaan yang ada di home industry Anyaman Bambu Indah, secara sosiologis selarasa dengan Merton bahwa “ karena suatu masyarakat dilihat dari atau sebagai suatu jaringan kelompok yang berkerjasama secara terorganisir yang bekerja dalam suatu cara yang agak teratur menurut seperangkat peraturan dan nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat
tersebut masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil dengan suatu kecenderungan untuk mempertahankan sistem kinerja yang selaras dan seimbang, dikarenakan dalam aktivitas tersebut bersifat fungsional“. Sehingga dalam makna kesinambungan akan membentuk suatu kesejajaran yang fungsional dan memberikan manfaat yang bersifat bersamasama. Dalam kenerja produksi anyaman bambu indah ini telah mengalami perombakan baik dalam tata cara kerja ataupun bentuk motif dari kerajinan untuk disesuaikan dengan permintaan, tanpa mengubah kerajinan yang lama. Seperti yang diungkap Sukatno (1992) bahwa “awal perombakan dalam produksi anyaman bambu indah ini mulai tahun 1991 yang mana beranggotakan 20 orang pemuda dan pemudi yang ada di desa Wonoanti. Yaitu dengan cara melibatkan semua potensi yang terkait di desa tersebut, diataranya kepala desa dan beberapa instansi yang terkait dengan pembangunan desa “. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif, dimana jenis penelitian ini mengeksplorasikan dan mengklarifikasi suatu fenomena dalam masyarakat desa yang bergerak dalam home industry. Penelitian dilakukan di desa Wonoanti, kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2014. Sumber data dalam penelitian ini adalah pengrajin anyaman bambu indah desa Wonoanti, kecamatan Gandusari, kabupaten Trenggalek. Kehadiran peneliti dalam penelitian ini lebih tepat dimaksudkan sebagai observer. Penelitian ini menggunakan informan sebagai sumber data yang valid terkait dengan data-data yang berkembang di unit produksi anyaman bambu indah di desa Wonoanti. Informan yang digunakan menekankan pada teknik berurut berdasarkan informasi pertama
Imam Marzuqi Setiawan, Fenomena Perkembangan Potensi Masyarakat Desa Industri...
(snow ball), convenience (acak), maupun purposive (dipilih). Informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria dominan yaitu usia, lama bekerja, dan tenaga lain. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif bersiat kualitatif, hal ini dapat ditekankan pada proses penelitian yang lebih aktual dan secara realitas pandangan masyarakat lebih bersifat local, artinya mudah, efisien, dan bersifat profesional. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode triangulasi data, yaitu data yang berupa pembanding, dari temuan yang ada dilapangan dengan keberadaan informasi yang didapat. HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang Berdirinya Home Industry Anyaman Bambu Indah Berdasarkan hasil pengamatan di desa Wonoanti kecamatan Gandusari. diketahui bahwa berdirinya home industry anyaman bambu indah dilatarbelakangi oleh adanya faktor kejenuhan sosial. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya semangat jiwa berwiraswasta dari para pemuda desa Wonoanti yang tanpa sengaja atau tidak membawa suatu kreatifitas yang sifatnya inovatif untuk melepaskan semua kejenuhan sosial tersebut. Masyarakat desa Wonoanti merupakan salah satu masyarakat heterogenitas dimana mayoritas masyarakatnya tidak terpaku pada satu obyek pekerjaan. Masyarakat desa Wonoanti kecamatan Gandusari sebagian besar mempunyai pekerjaan yaitu petani, tetapi disisi lain juga sebagai penganyam di perusahaan home industry Anyaman Bambu Indah. Pekerjaan sebagai penganyam di home industry Anyaman Bambu Indah adalah obyek sambilan yang dilakukan masyarakat diwaktu senggang. Dengan beralih profesi atau mempunyai dua profesi yang tetap, masyarakat dapat memperoleh income dalam keluarganya.
183
Gagasan atau ide dalam membentuk home industry Anyaman Bambu Indah ini juga bisa dibilang spontan, berangkat dari aktivitas para pemuda di desa Wonoanti yang tidak terlepas dari kegiatan sore yang santai-santai yang biasa di rumah bapak Soekatno, sehingga dari aktivitas menjenuhkan tersebut mendorong keinginan Bapak Soekatno untuk membuat kerajinan dengan tujuan mengisi kegiatan anak muda di desa Wonoanti yang menganggur. Ketelatenan belajar anak muda desa Wonoanti dari Bapak Soekatno yang tergolong pandai dengan anyam – anyaman dan saling belajar untuk membantu satu sama lain dalam latihan anyaman tersebut tiap hari ternyata dapat membuahkan hasil. Pada bulan Agustusan desa Wonoanti mengikuti eksposisi atau stand untuk pengenalan kerajinan untuk tiap desa, pameran-pameran yang diadakan Pemda Trenggalek dan di luar Trenggalek, whorkshop yang dilakukan oleh beberapa dinas instansi daerah dan lain–lain, sehingga aktivitas para pemuda desa Wonoanti tersebut secara tidak langsung berjalan dalam even – even yang di laksanakan di tiap-tiap daerah di Jawa Timur dan kegiatan ini sampai terdengar oleh Presiden yang mana pada waktu itu di jabat oleh Presiden Soeharto. Home Industry Anyaman Bambu Indah ini juga mendapat kesempatan untuk belajar kebudayaan dan kerajinan yang ada di Jepang dalam rangka belajar untuk lebih meningkatkan kreatifitas mereka dalam kerajinan dan yang lebih penting lagi untuk mengetahui mekanisme perkembangan dunia ekspor ke luar negeri, dalam pemberangkatan ini kurang lebih 12 pemuda yang diberangkatkan ke Jepang untuk mengikuti studi ini. Kerajinan yang telah dihasilkan home industry Anyaman Bambu Indah ini sudah banyak diekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia, Brunai Darussalam, Jepang, hingga ke Amerika Serikat.
184
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Peran Home Industry Anyaman Bambu Indah Home industry Anyaman Bambu Indah tersebut bagi kelompok primer berperan sebagai pekerjaan sampingan dari pekerjaan di sawah, ini dilakukan karena semata-mata penambahan income untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, kelompok primer dalam desa ini mempunyai andil yang besar dalam perkembangan akhir-akhir ini, dikarenakan pola tradisionalisme dan enggan pada proses perubahan membuat seseorang untuk bertahan dengan kehidupan seperti apa adanya. Berbeda dengan kelompok pemuda yang beranggapan tetap pada sektor pertanian merupakan suatu yang kuno dan untuk prosesi kedepan memerlukan perubahan pekerjaan di luar sektor pertanian yaitu dengan menjadi pengrajin di home indutry Anyaman Bambu Indah. Home industry Anyaman Bambu Indah juga berperan untuk meningkatkan solidaritas sosial masyarakat desa Wonoanti, hal ini dapat dilihat dalam tatanan adat istiadat masih tergolong terus yaitu dalam satu tahun sekali tetap di adakannya eksposisi yang sifatnya bukan konsumeratif tetapi ajang hiburan dan keakraban. Peta perubahan sosial lima (5) tahun terakhir dari desa Wonoanti terlihat dari: (1) Perkembangan di sektor industri kerajinan yang mulai di gemari dan dalam sistem yang ada sering penduduk mendapatkan borongan dari permintaan luar negeri. Bahkan pernah dalam setahun tiap dua bulan sekali memberangkatkan satu kontainer ke Amerika serikat, sehingga dalam perkembangannya bentuk dan model harus mengikuti trend agar tidak ketinggalan zaman dan tetap diminati oleh pangsa pasar luar negeri; (2) Pembangunan, pemerintah membantu beberapa sekolah yang membutuhkan rehab ini dalam bentuk fisik, sedangkan non fisik di tambahkan bantuan modal dan beberapa alternatif bantuan untuk meningkatkan taraf produksi. Selain itu, bertambahnya beberapa pengrajin baik tekstil ataupun pengrajin yang lain, misal kayu ataupun ahli teksture.
Penambahan toko ataupun kios untuk memberikan kemudahan dalam mendistribusikan hasil dari kerajinan. Pada tahun 2004 balai desa Wonoanti baru dibangun dalam rangka perbaikan dan pemolesan gedung yang dilihat sudah tak layak pakai. Selain itu, juga gedung sekolah yang direhab karena dana BOS dari pemerintah, adalah SDN 1 Wonoanti; (3) kerajinan yang ada di desa Wonoanti tersebut diminati hanya sebagai pekerjaan sampingan, tetapi pedagang tersebut mensikapi kinerja pemerintah yang lama-kelamaan menjenuhkan dan ini tidak hanya di desa Wonoanti tetapi negara Indonesia; (4) neoliberalisme, terkait dengan neoliberalisme perubahan yang terjadi dalam anak muda di desa Wonoanti sangat mencolok dalam sifat konsumerisme dan stiyle, artinya dari golongan anak muda tamatan SD hingga anak kuliahan masih tergolong rendah tentang pemahaman pertanian, sehingga dalam perkembagannya hampir memilih kerja di luar kota, daerah, bahkan luar negeri untuk menata pola hidup di masyarakat desa tersebut. Rendah pemahaman pertanian, artinya dalam pengolahan pertanian ternyata untuk tahun-tahun ini sangat dibutuhkan oleh beberapa intansi tertentu dan kegiatan ini kontinu dari pemerintah, seperti makhad Zaitun yang beberapa lulusan dari pondok tersebut diambil oleh negara-negara tetangga perihal penigkatan potensi pertanian. Home industry Anyaman Bambu Indah juga terkait dengan karakteristik masyarakat desa Wonoanti, dimana masyarakat desa Wonoanti memilik gaya hidup heterogen ada yang subsistensi ada yang satu tingkat dari itu, artinya dengan menjadi pengrajin memperoleh income yang nantinya dapat digunakan diluar dari kebutuhan sehari–hari. Berkaitan dengan pola pikir home industry Anyaman Bambu Indah ini membuat kaum muda lebih berfikir ke depan bagaimana menentukan sikap atas perkembangan tersebut, sedangkan kaum tua masih menganggap home industry Anyaman Bambu Indah sebagai pekerjaan sampingan.
Imam Marzuqi Setiawan, Fenomena Perkembangan Potensi Masyarakat Desa Industri...
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa berdirinya Home Industry Kerajinan Anyaman Bambu Indah yang ada di desa Wonoanti pada tanggal 16 September 1991 tersebut menceritakan rutinitas dari para pemuda desa Wonoanti yang hanya duduk–duduk nyantai (cangkruk) dan mereka berasal dari keluarga tani, tetapi dalam kesehari–hariannya tidak mau konsisten pada sektor pertanian tersebut. Baik karena apa yang dikerjakan tidak sebanding dengan apa yang dikerjakan dan kadang–kadang merugi. Dari tingkat kejenuhan yang terlihat dari para anak muda desa Wonoanti ataupun masyarakat sendiri dalam rutinitas tersebut, dan melihat dari segi perkembangan zaman dengan tuntutan realitas kehidupan sehari– hari meng-haruskan untuk berpindah profesi ataupun mempunyai pekerjaan ganda. Walaupun dari tingkat kejenuhan ini tidak semua orang tua masyarakat desa meninggalkan profesi bertani ini karena bagi para orang tua untuk beralih profesi ini tidak hanya memerlukan biaya yang banyak tetapi tenaga yang tidak sedikit. Oleh karena itu masyarakat dari golongan orang tua lebih suka tinggal dan hidup apa adanya (narimo eng pandum). Kerajinan yang dipelopori 12 orang pemuda dan Bapak Sukatno merupakan salah satu perkembangan dari arus modernisasi yang salah satunya berasal dari proses berfikir bagaimana dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari. Andalan dari sektor pertanian merupakan suatu yang tidak bisa diharapkan. Berdirinya kerajinan tersebut menggambarkan kepada anak muda desa Wonoanti tentang bagaimana melihat realitas dunia kerja dan berbanding dengan dunia pedesaan yang mereka tinggali. Seiring dengan perkembangan zaman yang ada membuat para pemuda tergerak untuk melakukan evolusi kerja. Salah satunya dengan menjadi pengrajin anyaman bambu indah. Selain menciptakan lapangan
185
kerja kepada beberapa anak muda di desa Wonoanti untuk mengisi waktu dengan rutinitas yang positif, juga membuat pola fikir anak muda melihat realitas dunia kerja yang mereka akan hadapi seiring dengan perkembangan zaman. Sebenarnya perkembangan dalam komoditas yang dihasilkan oleh kerajinan anyaman bambu merupakan suatu gebrakan yang sangatlah hebat. Bermula dari suatu keisengan yang didasari dengan semangat untuk mengubah taraf hidup tiap individu untuk menjadi lebih baik. Perubahan tersebut seakan tumbuh seiring dengan arus perkembangan modernisasi, ini bisa dilihat dari bentuk motif buatan yang dihasilkan dari kerajinan anyaman dimana bentuk dan motif selalu diikutkan dengan pesanan yang diinginkan pasar ataupun dari ide kreatif anak muda desa Wonoanti tersebut. Dilain pihak, dengan adanya kerajinan anyaman ini secara investasi menjadikan pemasukan bagi devisa desa dan untuk pengembangan kerajinan ini perlu tetap bekerjasama dengan kelurahan agar dalam segala kebijakan, baik dari pihak pengrajin, desa sendiri ataupun pemerintah mendapatkan porsi dan keuntungan yang seimbang. Dengan demikian, perkembangan yang terjadi di home industry anyaman bambu indah mendapatkan pengawasan yang terstruktur dari pemerintah. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut disarankan adanya peran kerjasama dengan instansi terkait yang baik berlabelkan pemerintah dan swasta hendaknya dapat dilibatkan dalam pola kerja dan manajemen distribusi dalam arus pergerakan yang bersifat nasional ataupun internasional, sehingga nantinya semua elemen tersebut dapat membantu dan mencarikan solusi ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mengingat banyaknya persaingan dan kerajinan yang lain berusaha untuk melakukan proses dan pendistribusian yang baik dengan pihak luar dalam persaingan bisnis.
186
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
DAFTAR RUJUKAN Azwar M.A, Saiffuddin. 2001. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Pelajar. Hamid H.M.S.,Abdul. 1993. Keterampilan Kerajinan Anyaman. Jakarta: Pustaka Dian. Potoh, Husein. 2005. Gerakan Masa Menghadang Imprealisme Global. Yogyakarta: Resist book.
Sodjono. 1987. Berkreasi Dengan Rotan. Bandung: CV. Remaja Karya. Sukatno. 1992. Peran Pemuda Dalam Penciptaan Lapangan Kerja Melalui Kelompok Anyaman Bambu. Makalah disajikan dalam Seminar Tingkat Nasional.