MORFOMETRIK DAN MERISTIK IKAN IKAN PARANG – PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal, 1775) DI PERAIRAN BENGKALIS
A.F. Fitriadi1, R. Elvyra 2, Yusfiati 3
[email protected] 1
2
Mahasiswa Program Studi S1 Biologi Bidang Struktur Perkembangan Hewan Jurusan Biologi 3 Bidang Zoologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia ABSTRACT
The aim of this study is to determine the morphometric and meristic of the parangparang fish (Chirocentrus dorab) male and female in Bengkalis waters and also view the status of the fish growth. The method used is survey method. The number of samples collected was as many as 60 Chirocentrus dorab, consisting of 15 males in range of 448-680 cm and 15 females in range of 466-690 cm for Bengkalis Strait, and 15 males in range of 365-581 cm and 15 females in range of 370-590 cm for Malacca strait. The result of t test shows significant differences for male fish characters which are PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, LB and for female which are PS, PSSA, TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, and LB. From the result, it is show that there are no differences beetwen beetwen Chirocentrus dorab male and female in their meristic characters. Keyword : Chirocentrus dorab, morphometric, meristic. PENDAHULUAN Ikan parang-parang (C. dorab) termasuk ikan pelagis kecil, secara ekonomisnya dapat dilihat dari pemasarannya dalam bentuk segar, asin, dan kering. Contoh pemasarannya adalah dijadikan sebagai “kerupuk Ikan Parang” di Kelantan dengan harganya yang sangat murah, bisa dikonsumsi oleh siapa saja, sangat ekonomis, dan tahan lama. Jumlah didapat tidak begitu banyak tetapi hampir setiap hari ada di pasaran. Keunggulan lainnya dapat dilihat dari kandungan Omega 3 sebesar 2,30/100 gr yang menduduki peringkat ke 3 setelah ikan Tuna dan Sardin. Omega 3 ini sangat penting untuk pertumbuhan otak dan kemungkinan bisa mencegah depresi, Schizoprenia, serta hiperaktif pada anak-anak (Dahuri 2003). Ikan C. dorab banyak digunakan sebagai ikan gamefish. Ikan ini digunakan oleh pemancing untuk dijadikan umpan pancing dalam olahraga memancing. Ikan ini juga banyak ditargetkan dalam perikanan di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Ikan ini biasanya ditangkap menggunakan pukat dan perangkap biasa (Herring 2011).
1
Morfometrik ikan adalah jarak antara suatu bagian tubuh dengan bagian tubuh yang lainya. Satuan ukuran yang digunakan sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau millimeter (mm). Untuk memperoleh ukuran yang lebih teliti, diukur dengan menggunakan jangka sorong (caliper). Ukuran yang digunakan untuk identifikasi merupakan ukuran perbandingan (Irfan 2009). Karakter meristik berkenaan dengan pengamatan jumlah bagian-bagian tubuh (counting methods), antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tulang saring insang, pyloric caeca, dan vertebral (Parin 1999). Kondisi lingkungan yang berbeda antara perairan Bengkalis yang berbatasan dengan Selat Bengkalis pada bagian Barat dan Selat Malaka pada bagian Timur akibat dari aktifitas industri dikhawatirkan mengganggu kehidupan biota laut termasuk ikan Parang-parang. METODE PENELITIAN a. Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan sampel dilaksanakan dari bulan Januari sampai April 2012. Sampel berasal dari Perairan Bengkalis yaitu Selat Bengkalis dengan area pengambilan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Desa Meskom dan Selat Malaka denga area pengambilan ikan oleh nelayan di sekitar perairan Desa Selatbaru. Pengukuran morfometrik dan perhitungan meristik dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. b. Bahan dan Alat Sampel ikan C. dorab diambil dari perairan Selat Bengkalis sebanyak 15 ekor jantan dan 15 ekor betina dan Selat Malaka sebanyak 15 ekor jantan dan 15 ekor betina sehingga total keseluruhan sampel berjumlah 60 ekor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara membeli dari agen penyalur ikan. Bahan dan alat yang digunakan adalah Formalin 4%-10%, Tissue, Penggaris/mistar, Meteran kain, Pinset, Lup, Kertas label dan alat tulis, Kotak es, Jarum, Jangka sorong, Kaca mata, Handscoon, dan masker. c. Prosedur Penelitian Ikan sampel diperoleh dari nelayan yang mengambil ikan di perairan yaitu berasal dari nelayan Desa Meskom dan Selatbaru. Pengambilan semua sampel ikan C. dorab berdasarkan perkiraan kualitas dan kuantitas. Kualitas ikan C. dorab dimaksudkan dalam hal kelengkapan anggota dan ukuran tubuh sedangkan kuantitas menunjukkan jumlah ketersediaan ikan C. dorab. Semua ikan C. dorab dibedakan jenis kelaminnya. penentuan jenis kelamin spesies ikan dibedakan dengan memeriksa gonadnya apabila spsesies tersebut tidak menunjukkan dimorfisme seksual yang jelas. Beberapa jenis ikan lainnya dapat dibedakan hanya dengan melihat ciri seksual sekunder seperti perbedaan warna, bentuk, atau ukuran (Takahashi & Hori 2006). Hasil sampling ikan C. dorab yang diambil dari perairan Bengkalis dimasukkan ke dalam ice box yang berisi formalin 10% dan untuk yang 4% dimasukkan kedalam bagian dalam ikan seperti mulut atau perut dengan cara disuntik agar ikan tidak cepat membusuk bagian dalamnya dan diberi label info untuk selanjutnya sampel dibawa ke laboratorium.
2
Kemudian sampel dibersihkan dan dikeringkan dengan tujuan untuk menghilangkan cairan formalin yang masih menempel di tubuh ikan C. dorab. Sampel diamati dengan teliti dan menggunakan alat pelindung tubuh seperti pelindung mata, tangan, dan mulut agar terhindar dari efek formalin. Selanjutnya ikan C. dorab yang sudah diamati akan dilakukan pengawetan kembali. Pengawetan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak anggota tubuh ikan seperti sirip. Sampel ikan C. dorab dibawa ke laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk dilakukan pengukuran morfometrik dan meristik. Menurut Collins (1985), mengatakan bahwa data morfometrik yang diukur melalui penyeleksian spesimen yang memiliki karakter morfologi (ukuran tubuh) yang sudah mapan. Pemilihan karakter morfometrik ikan menurut Haryono (2001) yang dimodifikasi sesuai dengan karakter morfometrik ikan C. dorab yang diukur ada 22 karakter kemudian dibandingkan dengan karakter panjang total untuk memperoleh nilai nisbah. Penghitungan karakter meristik dilakukan untuk melihat pencirian bawaan dari ikan C. dorab. Karakter morfometrik dapat dilihat pada Gambar 1. Ikan C. dorab tidak memiliki gurat sisi (Biosearch 2012) sehingga diganti dengan garis rusuk. Karakter meristik diukur berdasarkan Akbar (2008) sebanyak 12 karakter. Karakter yang dihitung dapat dilihat pada Tabel 1dan Tabel 2.
22
Gambar 1. Sketsa pengukuran morfometrik ikan C. dorab. (Sumber : Myers 2013) 3 21 1 8
20 19 7
Gambar 2. Sketsa pengukuran morfometrik bagian anterior ikan C. dorab. (Sumber : dokumentasi pribadi)
3
Tabel 1. Pengukuran Bagian-Bagian Morfometrik Tubuh Ikan C. dorab No
Pengukuran bagian tubuh ikan
Keterangan Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai ujung jari sirip yang paling belakang. Jarak garis lurus yang diukur dari ujung bagian kepala yang termuka sampai ke pangkal sirip ekor. Jarak antara ujung bagian kepala yang termuka sampai bagian belakang. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai sebelum sirip dorsal. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka sampai sebelum sirip ventral. Jarak garis lurus antara ujung bagian kepala termuka sampai sebelum sirip anus. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian kepala yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada bagian tubuh yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur vertikal pada pangkal ekor yang tertinggi. Jarak garis lurus yang diukur sesudah sirip dorsal sampai ke pangkal batang ekor. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip dorsal sampai akhir dasar sirip dorsal. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip anus sampai akhir dasar sirip anus. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip ventral sampai akhir dasar sirip ventral. Jarak garis lurus antara awal dasar sirip pektoral sampai akhir dasar sirip pektoral. Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor paling atas. Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor tengah Jarak garis lurus antara awal pangkal ekor sampai bagian belakang ekor paling bawah. Jarak garis lurus dari pangkal muka sampai batasan operkulum paling bagian terlebar. Panjang garis tengah bola mata yang di ukur dari sisi depan ke sisi belakang bola mata. Jarak garis lurus antara sisi belakang mata sampai lekukan operkulum bagian terlebar.
1
Panjang total (PT),
2
Panjang standar (PS),
3
Panjang kepala (PK),
4
Panjang sebelum sirip dorsal (PSSD),
5
Panjang sebelum sirip ventral (PSSV),
6
Panjang sebelum sirip anus (PSSA),
7
Tinggi kepala (TK),
8
Tinggi badan (TB),
9
Tinggi pangkal ekor (TPE),
10
Panjang batang ekor (PBE),
11
Panjang dasar sirip dorsal (PDSD),
12
Panjang dasar sirip anus (PDSA),
13
Panjang dasar sirip ventral (PDSV),
14
Panjang dasar sirip pektoral (PDSP),
15
Panjang sirip ekor bagian atas (PSEA),
16
Panjang sirip ekor bagian tengah (PSET),
17
Panjang sirip ekor bagian bawah (PSEB),
18
Panjang moncong (PM),
19
Diameter mata (DM),
20
Jarak mata ke tutup insang (JMTI)
21
Jarak antara dua mata (JAM),
Jarak antara dua bola mata pada rongga mata terluar.
22
Lebar badan (LB)
Jarak badan bagian kiri dan kanan yang paling lebar.
4
Tabel 2. Penghitungan Bagian-Bagian Meristik Tubuh Ikan C. dorab No. 1. 2. 3. 4. 5.
Karakter meristik Jumlah jari-jari sirip dorsal Jumlah jari-jari sirip anal Jumlah jari-jari sirip ventral Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip caudal
6.
Jumlah sisik pada garis rusuk (LL)
7.
Jumlah sisik di atas garis rusuk (LL)
8.
Jumlah sisik di bawah garis rusuk
9.
Jumlah sisik di muka sirip dorsal
10.
Jumlah sisik pada pipi
11.
Jumlah sisik sekeliling badan
12.
Jumlah sisik sekeliling batang ekor
Keterangan Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip dorsal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip anal Jumlah jari-jari keras dan lemah sirip ventral Jumlah jari-jari sirip pektoral Jumlah jari-jari sirip caudal Sisik di belakang tutup insang sampai pada permulaan pangkal ekor Sisik pada permulaan sirip punggung miring ke bawah sampai ke garis rusuk Sisik pada pada permulaan sirip dubur miring ke atas ke depan sampai ke garis rusuk Semua sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip dorsal sampai ke belakang kepala Jumlah baris sisik yang dilalui oleh garis yang ditarik dari mata sampai ke sudut preoperculum Jumlah semua sisik yang dilalui oleh garis sekelilng badan, tepat didepan sirip dorsal Jumlah sisik yang dilalui oleh garis sekeliling batang ekor
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Morfologi dan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Ikan C. dorab di perairan Selat Bengkalis (Desa Meskom) dan Selat Malaka (Desa Selatbaru) tidak berbeda secara morfologi antara yang jantan dan betina. Hasil analisis nilai morfometrik ikan C. dorab jantan dan betina sebanyak 22 karakter di Selat Bengkalis (desa Meskom) dan Selat Malaka (desa Selatbaru). Pengukuran dalam bentuk kisaran panjang untuk melihat jarak ukuran panjang, nilai nisbah, rata-rata panjang, dan standar deviasi untuk melihat nilai-nilai penyebaran data. Uji korelasi disajikan dalam bentuk grafik perbandingan untuk melihat keeratan hubungan antar variabel (data pengukuran). Hasil pengukuran ikan C. dorab berdasarkan kisaran panjang total perairan Selat Bengkalis untuk ikan jantan yaitu 448-680 mm dan betina 466-690 mm sedangkan perairan Selat Malaka untuk jantan adalah 365-581 mm dan betina 370 – 590 mm dengan rata-rata 480-526 mm sesuai dengan ukuran Hering (2011) yaitu memiliki panjang tubuh sekitar 3-120 cm dengan rata-rata panjang adalah 70 cm. Pengukuran ikan C. dorab jantan dan betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka merupakan pengukuran ikan dari ukuran yang paling kecil sampai paling besar sehingga didapat ukuran kisaran. Ukuran kisaran berfungsi sebagai informasi dasar untuk rentang pertumbuhan ikan. Pada Tabel 2 merupakan data hasil nisbah pengukuran, data ini berfungsi agar data pengukuran yang didapat bersifat universal dan tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel ikan yang kecil atau besar. Data nisbah karakter morfometrik memberikan gambaran kondisi dan bentuk tubuh ikan secara keseluruhan yang dilambangkan dengan huruf N. Untuk data meristik tidak dibandingkan karena bagian meristik merupakan pencirian dari masing-masing jenis ikan (Elvyra dan Yus 2010).
5
Tabel 2. Nilai Rata-Rata Nisbah Ikan C. dorab Jantan dan Betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka Simbol Nisbah
Karakter Nisbah
NI N2 N3 N4 N5 N6 N7 N8 N9 N10 N11 N12 N13 N14 N15 N16 N17 N18 N19 N20 N21
PS/PT PK/PT PSSD/PT PSSV/PT PSSA/PT TK/PT TB/PT TPE/PT PBE/PT PDSD/PT PDSA/PT PDSV/PT PDSP/PT PSEA/PT PSET/PT PSEB/PT PM/PT DM/PT JMTI/PT JAM/PT LB/PT
Selat Bengkalis Nilai Karakter Nisbah Jantan Betina 0.97 0.97 0.79 0.70 0.91 0.91 0.85 0.85 0.91 0.91 0.64 0.64 0.67 0.68 0.57 0.57 0.58 0.59 0.59 0.59 0.71 0.71 0.35 0.36 0.65 0.65 0.73 0.71 0.51 0.52 0.73 0.73 0.53 0.52 0.42 0.43 0.57 0.57 0.41 0.41 0.53 0.53
Selat Malaka Nilai Karakter Nisbah Jantan Betina 0.96 0.96 0.70 0.70 0.91 0.91 0.85 0.85 0.90 0.90 0.62 0.62 0.65 0.66 0.55 0.55 0.60 0.59 0.58 0.58 0.71 0.70 0.22 0.21 0.65 0.65 0.72 0.72 0.52 0.54 0.72 0.72 0.49 0.51 0.41 0.42 0.55 0.55 0.40 0.39 0.51 0.51
Rata-rata nilai nisbah ikan C. dorab jantan dan betina tidak terlalu berbeda. Nilai tertinggi pada nisbah karakter morfometrik terdapat pada panjang standar/panjang total ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dengan nilai panjang standar/panjang total 0.97, sedangkan nilai terendah adalah karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total dengan nilai 0.32, sedangkan di Selat Malaka nilai nisbah tertinggi panjang standar/panjang total 0.96 dan nilai nisbah paling rendah adalah karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total dengan nilai 0.22. Untuk ikan C. dorab betina nilai nisbah tertinggi yaitu panjang standar/panjang total dengan nilai nisbah 0.97 terdapat pada ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan nilai terendah yaitu 0.36 dengan karakter panjang dasar sirip ventral/panjang total yang terdapat pada ikan C. dorab di Selat Malaka. Nilai nisbah berkaitan erat dengan kisaran pengukuran ikan, hal ini bisa disebabkan oleh faktor dalam dan luar, faktor luar meliputi sifat keturunan, seks, umur, penyakit dan parasit sedangkan faktor dalam yang berpengaruh salah satunya adalah makanan. Dari makanan terbagi lagi menjadi beberapa bagian yang meliputi populasi yaitu jumlah dan kualitas makanan, ketersediaan makanan, dan waktu pengambilan makanan oleh ikan dalam populasi (Effendi 2002). b. Status Hubungan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Menurut Effendie (2002), terdapat dua pola pertumbuhan, yaitu pertumbuhan isometrik dan allometrik. Pertumbuhan isometrik dimaksudkan sebagai perubahan terus menerus secara proporsional antara panjang atau dengan berat dalam tubuh ikan.
6
Sedangkan pertumbuhan allometrik adalah perubahan yang tidak seimbang dan bersifat sementara. Pada Tabel 3 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dan Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 13 karakter yaitu PSSD, PSSV, PSSA, TK, TPE, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, dan LB sedangkan di Selat Malaka memiliki status allometrik positif sebanyak 11 karakter yaitu TK, PBE, PDSD, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, PM, JMTI, JAM, dan LB. Status allometrik positif memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakter-karakter lebih cepat dibandingkan karakter pembanding (PT). Tabel 3. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Malaka. Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau mendekati 1) Karakter Selat Bengkalis Selat Malaka Persamaan Regresi Status Allometrik Persamaan Regresi Status Allometrik PS = - 0.172 + 1.031 PT Isometrik = - 0.078 + 0.993 PT Isometrik PK = - 0.702 + 0.954 PT Allometrik Negatif = - 0.828 + 1.009 PT Isometrik TK = - 1.393 + 1.151 PT* Allometrik Positif = - 1.168 + 1.054 PT* Allometrik Positif PM = - 1.995 + 1.260 PT* Allometrik Positif = - 1.565 + 1.077 PT* Allometrik Positif DM = - 1.373 + 0.927 PT Allometrik Negatif = - 0.848 + 0.731 PT Allometrik Negatif JMTI = - 1.057 + 0.961 PT* Isometrik = - 1.575 + 1.142 PT* Allometrik Positif JAM = - 1.562 + 0.986 PT Isometrik = - 2.260 + 1.242 PT Allometrik Positif TB = - 0.868 + 0.988 PT* Isometrik = 0.361 + 0.512 PT* Allometrik Negatif TPE = - 1.734 + 1.203 PT* Allometrik Positif = - 1.023 + 0.933 PT* Isometrik PBE = - 1.512 + 1.141 PT Allometrik Positif = - 1.480 + 1.148 PT Allometrik Positif PSSD = - 0.765 + 1.190 PT Allometrik Positif = - 0.014 + 0.913 PT Allometrik Negatif PSSV = - 0.788 + 1.141 PT Allometrik Positif = - 0.310 + 0.967 PT Allometrik Negatif PSSA = - 0.798 + 1.205 PT* Allometrik Positif = - 0.319 + 1.018 PT* Isometrik LB = - 2.062 + 1.283 PT* Allometrik Positif = - 1.550 + 1.085 PT* Allometrik Positif PDSD = - 1.839 + 1.265 PT Allometrik Positif = - 1.507 + 1.143 PT Allometrik Positif PDSP = - 1.128 + 1.067 PT Allometrik Positif = - 1.110 + 1.067 PT Allometrik Positif PDSV = - 3.438 + 1.617 PT* Allometrik Positif = - 4.202 + 1.786 PT* Allometrik Positif PDSA = - 0.786 + 1.003 PT Isometrik = - 0.769 + 0.993 PT Isometrik PSEA = - 1.087 + 1.125 PT Allometrik Positif = - 0.876 + 1.045 PT Allometrik Positif PSET = - 5.013 + 2.350 PT Allometrik Positif = - 2.006 + 1.271 PT Allometrik Positif PSEB = - 0.362 + 0.863 PT Allometrik Negatif = - 0.649 + 0.965 PT Allometrik Negatif Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048. Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b log x
Bagian sirip terlihat lebih banyak percepatan pertumbuhan dibandingkan panjang total, diduga dalam siklus hidup ikan harus bertahan hidup dengan cara mengembangkan fungsi-fungsi sirip menjadi lebih cepat panjang untuk lebih cepat mendapatkan makanan dan menghindari pemangsa. Di Selat Bengkalis, ikan C. dorab jantan memiliki status allometrik negatif sebanyak 3 karakter yaitu PK, PSEB, dan DM sedangkan Selat Malaka memiliki status allometrik negatif sebanyak 2 karakter yaitu PSSD, PSSV, TB, PSEB, dan DM. Allometrik negatif menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakter-karakter yang diamati lebih lambat dibandingkan panjang karakter pembanding (PT). Pada Tabel 4 didapat data hasil persamaan regresi linier dari karakter ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Malaka. Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status allometrik positif sebanyak 5 karakter yaitu PSSV,
7
PSSA, TK, JAM, dan LB sedangkan di Selat Malaka status allometrik positif sebanyak 6 karakter yaitu TB, TPE, PDSD, PDSV, JAM, dan LB. Status allometrik positif memiliki arti bahwa pertambahan ukuran karakter-karakter lebih cepat dibandingkan karakter pembanding (PT). Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status isometrik sebanyak 3 karakter yaitu PSSD, PDSP, dan JMTI sedangkan di Selat Malaka status isometrik sebanyak 7 karakter yaitu PS, PSSD, PSSA, PDSA, PDSP, PSEA, dan PSET. Status isometrik berarti pertambahan karakter-karakter pengukur dibandingkan dengan karakter pembanding adalah sama. Tabel 4. Persamaan Regresi Linier dan Status Pertumbuhan Ikan C. dorab Betina di Selat Bengkalis dan Malaka. Bentuk Persamaan Regresi Log y = log a + b Status (AP >1 / AN <1 / I=1 atau mendekati 1) log x Karakter Selat Bengkalis Selat Malaka Persamaan Regresi Status Allometrik Persamaan Regresi Status Allometrik PS = - 0.030 + 0.978 PT* Allometrik negatif = - 0.069 + 0.990 PT Isometrik* PK = - 0.386 + 0.837 PT Allometrik negatif = - 0.698 + 0.957 PT Allometrik negatif TK = - 1.157 + 1.062 PT* Allometrik positif = - 0.942 + 0.969 PT Allometrik negatif* PM = - 1.060 + 0.913 PT* Allometrik negatif = - 0.881 + 0.835 PT Allometrik negatif* DM = - 0.465 + 0.596 PT Allometrik negatif = - 1.407 + 0.943 PT Allometrik negatif JMTI = - 1.198 + 1.01 PT* Isometrik = - 1.455 + 1.095 PT Allometrik negatif* JAM = - 2.089 + 1.172 PT Allometrik positif = - 1.846 + 1.081 PT Allometrik positif TB = - 0.742 + 0.947 PT* Allometrik negatif = - 1.112 + 1.070 PT Allometrik positif* TPE = - 1.068 + 0.959 PT* Allometrik negatif = - 1.351 + 1.057 PT Allometrik positif* PBE = - 0.851 + 0.905 PT Allometrik negatif = - 0.996 + 0.961PT Allometrik negatif PSSD = - 0.248 + 0.999 PT Isometrik = - 0.258 + 1.002 PT Isometrik PSSV = - 1.581 + 1.428 PT Allometrik positif = - 0.610 + 1.078 PT Allometrik positif PSSA = - 0.435 + 1.068 PT* Allometrik positif = - 0.373 + 1.038 PT Isometrik* LB = - 2.248 + 1.351 PT* Allometrik positif = - 1.595 + 1.106 PT Allometrik positif* PDSD = - 0.365 + 0.724 PT Allometrik negatif = - 1.228 + 1.042 PT Allometrik positif PDSP = - 1.024 + 1.028 PT Isometrik = - 0.959 + 1.009 PT Isometrik PDSV = - 1.641 + 0.963 PT* Allometrik negatif = - 6.360 + 2.592 PT Allometrik positif* PDSA = 0.353 - 0.584 PT* Allometrik negatif = - 0.861 + 1.026 PT Isometrik* PSEA = 4.042 - 0.774 PT Allometrik negatif = - 0.753 + 0.997 PT Isometrik PSET = - 0.910 + 0.849 PT Allometrik negatif = - 1.313 + 1.031 PT Isometrik PSEB = - 0.581 + 0.946 PT* Allometrik negatif = - 0.646 + 0.964 PT Allometrik negatif* Keterangan: (*) menunjukkan karakter berbeda nyata dalam pengukuran dengan menggunakan analisis uji –t. hasil analisis menunjukkan t hitung > t tabel. Nilai t Tabel adalah 2.048.
Karakter morfometrik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis memiliki status allometrik negatif sebanyak 13 karakter yaitu PS, PK, TB, TPE, PBE, PDSD, PDSA, PDSV, PSEA, PSET, PSEB, PM, dan DM sedangkan di Selat Malaka status allometrik negatif sebanyak 7 karakter yaitu PK, TK, PBE, PSEB, PM, DM, dan JMTI. Allometrik negatif menunjukkan bahwa pertambahan panjang karakter-karakter yang diamati lebih lambat dibandingkan panjang karakter pembanding (PT). Pengukuran morfometrik jantan dan betina untuk karakter lebar badan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka tidak berstatus isometrik melainkan allometrik positif yang berarti pertumbuhan lebar badan lebih cepat dibandingkan panjang total. Morfologi ikan C. dorab lebih terlihat lebar badan dari bagian tengah badan hingga dorsal sesuai dengan nama daerahnya ikan Parang-parang yang terlihat gemuk di bagian yang tumpul atau berbentuk seperti anak panah. Status karakter tinggi badan pada ikan C. dorab di Selat Bengkalis dan Selat Malaka lebih mengarah ke isometrik dan allometrik negatif diduga status pertumbuhannya lebih lambat sehingga mempertahankan bentuk tubuh yang memanjang tetapi untuk C. dorab
8
betina di Selat Malaka berstatus allometrik positif sehingga pertumbuhan tinggi badan lebih cepat dibandingkan panjang total, diduga pertumbuhan yang lebih cepat ini disebabkan oleh aktifitas ikan betina yang tidak seagresif yang jantan seperti mencari makanan atau menghindari pemangsa lainnya dikarenakan di Selat Malaka tersedia makanan yang mudah dicari. c. Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Jantan Data hasil persamaan regresi linier 21 grafik ikan C. dorab jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka dapat dilihat kekuatan hubungan antar karakter yang diukur dengan karakter pembandingnya (PT). Grafik regresi mencerminkan nilai determinan (R2) dan korelasi (r). Adapun nilai keeratan hubungan karakter ditandai dengan nilai korelasi. Nilai korelasi berdasarkan Razak (2005). Hubungan persamaan regresi linier panjang total dan karakter pembandingnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang total terhadap karakter bagian kepala, badan dan sirip. Karakter pembanding di bagian kepala seperti hubungan panjang total terhadap tinggi kepala (Gambar 3.a) memiliki persamaan regresi linier untuk ikan C. dorab daerah Selat Bengkalis adalah TK = -1.393 + 1.151 PT. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi pertambahan ukuran panjang total sebanyak 1.151 log maka pertambahan ukuran akan terjadi untuk tinggi kepala sebanyak 1.393 log, sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki persamaan regresi linier TK = - 1.168 + 1.054 PT yang menunjukkan bahwa setiap pertambahan panjang total sebanyak 1.054 log maka pertambahan TK ikut tumbuh sebanyak 1.168 log. Persamaan untuk karakter bagian kepala lainnya (DM, JMTI, dan JAM) ikan C. dorab jantan pada dasarnya memiliki nilai hubungan yang sama seperti karakter TK (Gambar 1). Hubungan persamaan regresi linier antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian badan ikan C. dorab jantan yaitu karakter TB, PBE, dan LB. Penjelasan persamaan regresi untuk setiap karakter pembanding ini memiliki arti yang sama seperti bagian kepala yaitu jika pertambahan total bertambah maka pertambahan karakter pembanding juga ikut bertambah, hanya saja nilai log panjang total dan karakter pembanding yang berbeda. Grafik untuk pertambahan panjang total dengan karakter pembanding bagian badan dapat dilihat pada Gambar 4.e, 4.f, dan 4.g. Nilai korelasi antara PT dengan TB, PBE dan LB ikan C. dorab untuk daerah Selat Bengkalis dan Selat Malaka yang terdapat pada nilai (r) yaitu TB (SB = kuat, SM = lemah), PBE (SB = sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Korelasi keeratan karakter berbeda pada tiap karakter. 1,3 TK = - 1.393 + 1.151 PT R² = 0.792 r = 0.89
Log TK
1,8
TK = - 1.168 + 1.054 PT R² = 0.934 r = 0.97
1,6
DM = - 1.373 + 0.927 PT R² = 0.672 r = 0.82
1,2 Log DM
2
1,4
1,1
DM = - 0.848 + 0.731 PT R² = 0.828 r = 0.91
1 0,9
1,2 2,4
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
0,8 2,4
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
(b) (a) Gambar 3. Grafik hubungan PT dengan (a). TK ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
9
JMTI= - 1.575 + 1.142 PT R² = 0.905 r = 0.95
2,4
(c) (c)
2,2
Log TB
2,6 2,8 Log PT
3
1,3 1,2 1,1 1 0,9 0,8 0,7 0,6
Log JAM
JMTI= - 1.057 + 0.961 PT R² = 0.758 r= 0.87
SB SM
JAM = - 1.562 + 0.986 PT R² = 0.391 r = 0.63 JAM = - 2.260 + 1.242 PT R² = 0.690 r = 0.83
2,45
1,9
TB = - 0.868 + 0.988 PT R² = 0.667 r = 0.82
1,6
TB = 0.361 + 0.512 PT R² = 0.158 r = 0.40
1,8
SB SM
PBE = - 1.512 + 1.141 PT R² = 0.177 r = 0.42
1,6 1,4
PBE = - 1.480 + 1.148 PT R² = 0.776 r = 0.88
1,2 1 0,8
1 2,4
2,6 2,8 Log PT
2,52
3
(e) 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1
LB = - 2.062 + 1.283 PT R² = 0.697 r = 0.83 LB = - 1.550 + 1.085 PT R² = 0.915 r = 0.96
2,45
2,65
2,72 Log PT
(f) 1,4 1,2 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0
Log PDSV
Log LB
2,85
(d)
1,3
SB SM
2,85
PDSV = - 3.438 + 1.617 PT R² = 0.456 r = 0.68 PDSV = - 4.202 + 1.786 PT R² = 0.541 r = 0.74
2,4
Log PT
(g)
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
(h)
1,95
2,1
1,9
2,05
PDSP = - 1.128 + 1.067 PT R² = 0.700 r = 0.84
1,85 1,8
PDSP = - 1.110 + 1.067 PT R² = 0.954 r = 0.98
1,75 1,7
Log PSEB
Log PDSP
2,65 Log PT
2
Log PBE
Log JMTI
1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1
PSEB= - 0.362 + 0.863 PT R² = 0.703 r = 0.84 PSEB= - 0.649 + 0.965 PT R² = 0.870 r = 0.87
2 1,95 1,9 1,85
1,65 1,6 2,4
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
1,8 2,4
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
(i) (j) Gambar 4. Grafik hubungan PT dengan (c). JMTI (d). JAM (e). TB (f). PBE (g). LB (h). PDSV (i). PDSP (j). PSEB ikan Chirocentrus dorab Jantan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Hubungan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding bagian sirip yaitu PDSV, PDSP, dan PSEB ikan C. dorab jantan memiliki arti yang sama seperti karakter pembanding bagian kepala dan badan yaitu jika panjang total bertambah maka karakter pembanding ikut bertambah juga dengan nilai log panjang total dan karakter pembanding yang disesuaikan pada saat penghitungan nilai nisbah.
10
Hubungan korelasi antara panjang total terhadap PDSV, PDSP, dan PSEB (Gambar 4.h, 4.i, dan 4.j) yang terdapat di Selat Bengkalis dan Selat Malaka yaitu PDSV (SB = sedang, SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan PSEB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama adalah pada karakter PDSP dan PSEB untuk Selat Bengkalis dan Selat Malaka. d. Hubungan Panjang Total dengan Karakter Morfometrik Ikan C. dorab Betina Persamaan regresi linier dari 21 grafik ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka terdapat 5 grafik yang memiliki pertumbuhan sangat kuat yaitu PS, PSSD, PSSA, TB, dan TPE. Variasi pertumbuhan ada sebanyak enam belas grafik ikan C. dorab betina. Hubungan panjang total dengan karakter PK, TK, PM, DM, JMTI, dan JAM dapat dilihat pada Gambar 5. Hubungan persamaan regresi linier panjang total dan karakter pembandingnya dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu hubungan panjang total terhadap karakter bagian kepala, badan dan sirip. Karakter pembanding di bagian kepala seperti hubungan panjang total terhadap panjang kepala (Gambar 5.a) memiliki persamaan regresi linier yaitu PK = - 0.386 + 0.837 PT. Persamaan ini memiliki arti bahwa jika panjang total bertambah sebanyak 0.837 log, maka pertambahan panjang kepala akan ikut bertambah sebanyak 0.386 log sedangkan untuk daerah Selat Malaka memiliki persama regresi yaitu PK = 0.698 + 0.957 PT. Persamaan ini menunjukkan bahwa jika panjang total bertambah 0.957 log maka panjang kepala ikut bertambah sebanyak 0.698 log. Hubungan panjang total dengan karakter pembanding lain bagian kepala (TK, PM, DM, JMTI, dan JAM) untuk ikan C. dorab betina daerah Selat Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 5.b, 5.c, 5.d, 5.e, dan 5.f) memiliki arti yang sama yaitu jika panjang total bertambah maka karakter pembanding akan ikut bertambah sesuai dengan karakter yang diukur sehingga yang berbeda adalah nilai log saja. Korelasi panjang total dengan panjang kepala ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis (5.a) yaitu R² = 0.767 r = 0.88. Nilai (r) menunjukkan korelasi hubungan yang kuat sedangkan di Selat Malaka yaitu R² = 0.960 r = 0.98. Nilai (r) menunjukkan korelasi yang sangat kuat. Korelasi hubungan panjang total terhadap karakter pembanding lain di bagian kepala yaitu TK (SB = kuat, SM = sangat kuat), PM (SB = sedang, SM = kuat), DM (SB = kuat, SM = sedang), JMTI (SB = kuat, SM = sangat kuat), dan JAM (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi antar karakter yang sama di Selat Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter TK, JMTI, dan JAM yaitu kuat dan sangat kuat. Hubungan panjang total terhadap karakter pembanding pada bagian badan yaitu PSSV, PBE, dan LB ikan C. dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka (Gambar 5.g, 5.h, 6.i). Persamaan regresi linier antara panjang total dengan karakter pembanding ikan C. dorab betina sama halnya dengan panjang total terhadap panjang kepala (PK). Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian badan di Selat Bengkalis dan Selat Malaka yaitu PSSV(SB = kuat, SM = sangat kuat), PBE (SB= sedang, SM = kuat), dan LB (SB = kuat, SM = sangat kuat). Hubungan korelasi karakter yang sama antara Selat Bengkalis dan Selat Malaka pada karakter PSSV dan LB yang memiliki korelasi kuat dan sangat kuat. Persamaan regresi linier antara karakter panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip seperti PDSD, PDSA, PDSV, PDSP, PSEA, PSET, dan PSEB ikan C.
11
2
2,05 2 1,95 1,9 1,85 1,8 1,75 1,7
1,9 PK = - 0.386 + 0.837 PT R² = 0.767 r = 0.88 PK = - 0.698 + 0.957 PT R² = 0.960 r = 0.98
2,46
2,66 Log PT
2,86
Log TK
Log PK
dorab betina terdapat persamaan perhitungan bentuk regresi sama seperti panjang total terhadap panjang kepala (PK) atau pada perhitungan persamaan regresi pada karakter lain yaitu jika panjang total bertambah maka panjang kepala juga ikut bertambah, perbedaan terletak pada nilai log karakter sesuai dengan penghitungan masing-masing karakter. Pada grafik terlihat persamaan regresi masing-masing karakter (Gambar 6.j, 6.k, 6.l, 6.m, 6.n, 6.o, dan 6.p)
1,8 TK= - 1.157 + 1.062 PT R² = 0.643 r = 0.80
1,7 1,6
TK= - 0.942 + 0.969 PT R² = 0.953 r = 0.98
1,5 1,4
SB SM
2,55
(a) 1,4
1,4
PM = - 1.060 + 0.913 PT R² = 0.409 r = 0.64
1,3 1,2
PM = - 0.881 + 0.835 PT R² = 0.515 r = 0.72
1,1 1 2,55
2,65 2,75 Log PT
2,85
Log DM
Log PM
SB SM
(b)
1,5
DM = - 0.465 + 0.596 PT R² = 0.510 r = 0.71
1,2
DM = - 1.407 + 0.943 PT R² = 0.459 r = 0.68
1
SB SM
0,8 2,45
(c)
2,65 Log PT
2,85
SB SM
(d) 1,3
1,8
1,2
1,6
JMTI = - 1.198 + 1.01 PT R² = 0.673 r = 0.82
1,4
JMTI= - 1.455 + 1.095 PT R² = 0.928 r = 0.96
1,2 1 2,45
2,65 Log PT
2,85
Log JAM
Log JMTI
2,85
1,6
1,6
JAM = - 2.089 + 1.172 PT R² = 0.632 r = 0.79
1,1
JAM = - 1.846 + 1.081 PT R² = 0.853 r = 0.97
1 0,9
2,55
(e)
PSSV= - 1.581 + 1.428 PT R² = 0.613 r = 0.78
2
PSSV= - 0.610 + 1.078 PT R² = 0.976 r = 0.99
1,8 2,85
Log PBE
2,2
2,65 Log PT
2,75 Log PT
(f)
2,4
2,45
SB SM
0,8
SB SM
2,6 Log PSSV
2,65 2,75 Log PT
SB SM
1,9 1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
PBE = - 0.851 + 0.905 PT R² = 0.433 r = 0.66 PBE = - 0.996 + 0.961 PT R² = 0.731 r = 0.85
2,45
2,65 Log PT
2,85
SB SM
(g) (h) Gambar 5. Grafik hubungan PT dengan (a). PK (b). TK (c). PM (d). DM (e). JMTI (f) JAM (g). PSSV (h). PBE ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka.
12
1,7 LB= - 2.248 + 1.351 PT R² = 0.761 r = 0.87 LB = - 1.595 + 1.106 PT R² = 0.935 r =
2,47
2,67 Log PT
Log PDSD
Log LB
1,8 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3 1,2 1,1 1
PDSD = - 0.365 + 0.724 PT R² = 0.207 r = 0.45
1,5 1,4
PDSD = - 1.228 + 1.042 PT R² = 0.645 r = 0.8
1,3
SB SM
2,87
1,6
1,2 2,55
(i)
(j) 1,5
Log PDSA
2
(i)
1,95 1,9
PDSA = 0.353 - 0.584 PT R² = 0.530 r = 0.73 PDSA = - 0.861 + 1.026 PT R² = 0.941 r = 0.97
1,85 1,8 1,75 2,4
2,6 2,8 Log PT
3
Log PDSV
2,05
(j)
1
SB SM
PDSV = - 1.641 + 0.963 PT R² = 0.280 r = 0.53 PDSV = - 6.360 + 2.592 PT R² = 0.808 r =
0,5 0 2,4
(k)
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
(l) 2,2
1,95 1,9 1,85 1,8 1,75 1,7 1,65 1,6
2 PDSP = - 1.024 + 1.028 PT R² = 0.750 r = 0.87 PDSP = - 0.959 + 1.009 PT R² = 0.928 r = 0.96
2,45
2,65 Log PT
2,85
Log PSEA
Log PDSP
SB SM
2,75 Log PT
PSEA = 4.042 - 0.774 PT R² = 0.048 r = 0.22
1,8 1,6
PSEA = - 0.753 + 0.997 PT R² = 0.907 r = 0.95
1,4
SB SM
1,2
SB SM
1 2,45
(m)
2,65 Log PT
2,85
(n)
1,7
Log PSET
1,5
PSET = -0.910+0.849 PT R² = 0.363 r= 0.79
1,4 1,3
PSET = - 1.313+1.031 PT R² = 0.53 r= 0.89
1,2 1,1 1 2,45
2,65 Log PT
2,85
SB SM
Log PSEB
1,6
2,15 2,1 2,05 2 1,95 1,9 1,85 1,8
PSEB = - 0.581+ 0.946 PT R² = 0.768 r = 0.88 PSEB = - 0.646 + 0.964 PT R² = 0.943 r = 0.97
2,4
2,6 2,8 Log PT
3
SB SM
(o) (p) Gambar 6. Grafik hubungan PT dengan (i). LB (j). PDSD (k). PDSA (l). PDSV (m). PDSP (n). PSEA (o). PSET (p). PSEB ikan Chirocentrus dorab betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Korelasi antara panjang total terhadap karakter pembanding bagian sirip adalah PDSD (SB = sedang, SM = kuat), PDSA (SB = kuat, SM = sangat kuat), PDSV (SB = sedang, SM = kuat), PDSP (SB = kuat, SM = sangat kuat), PSEA (SB = lemah, SM = sangat kuat), PSET (SB = sedang, SM = kuat), dan PSEB (SB = kuat, SM = sangat kuat).
13
e. Meristik Ikan C. dorab Meristik adalah jumlah bagian luar tubuh ikan, seperti perhitungan jumlah jari-jari sirip dan sisik ikan (Tabel 5). Tabel 5. Karakter Meristik Ikan Parang-parang (C. dorab) di Selat Bengkalis dan Selat Malaka. Lokasi
Karakter Meristik ( ∑ jari – jari dan sisik)
Selat Bengkalis XI. 6-8 X. 3-4 5-7 24-33 15-18 70 - 75
Sirip punggung Sirip dada Sirip perut Sirip anus Sirip ekor Jumlah sisik pada batang ekor
Selat Malaka XI. 6-8 X. 3-4 5-7 24-33 15-18 70 - 75
Hasil perhitungan karakter meristik menunjukkan bahwa sirip punggung (dorsal) memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 11 dan jari-jari lemah berkisar antara 6 sampai 8, sirip dada (pektoral) memiliki jumlah jari-jari keras sebanyak 10 dan jari-jari lemah 3 sampai 4, sirip perut (ventral) memiliki jumlah jari-jari lemah 5 sampai 7, sirip anus (anal) memiliki jumlah jari-jari lemah sebanyak 24-33, dan sirip ekor (caudal) memiliki jari-jari lemah sebanyak 15-18. Untuk penghitungan sisik berkisar antara 70 – 75 pada bagian batang ekor. KESIMPULAN DAN SARAN Morfologi ikan parang-parang (C. dorab) yang berada di Selat Bengkalis dan Selat Malaka tidak memiliki perbedaan. Status hubungan pertumbuhan ikan C. dorab jantan maupun betina di Selat Bengkalis dan Selat Malaka memiliki status hubungan allometrik positif , isometrik, dan allometrik negatif. Hasil uji t pada ikan C. dorab jantan menunjukkan terdapat perbedaan nyata dari 8 karakter pada jantan yaitu PSSA, TK, TB, TPE, PDSV, PM, JMTI, dan LB dan 10 karakter pada betina yaitu PS, PSSA, TK, TB, TPE, PDSA, PDSV, PSEB, PM, JMTI, dan LB. Karakter meristik ikan Parangparang (C. dorab) jantan dan betina tidak berbeda. Diharapkan selanjutnya untuk ikan yang sama dilakukan penelitian di lokai lain sehingga bisa mewakili karakter-karakter ikan Parang-parang secara umum karena ikan perairan ini termasuk dalam tingkat ikan konsumsi terbesar. DAFTAR PUSTAKA Akbar, H. 2008. Studi Karakter Morfometrik-Meristik Ikan Betok(anabas testudineus bloch) di Das Mahakam Tengah Propinsi Kalimantan Timur. [Skripsi]: Program Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Biosearch. 2012. Chirocentrus dorab (Forsskål, 1775). http: //www. biosearch.in/ publicOrganismPage.php?id=2747. [accessed date : 2 Desember 2012]. Collins, M.R. 1985. Species profiles: life histories and environmental requirements of coastal fishes and invertebrates (south Florida): white mullet. U.S. Fish and Wildlife Service Biological Report 82(11.39). 7 pp.
14
Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman hayati laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 halaman. Effendi. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. Elvyra R dan Yus Y. 2010. Karakterisasi Morfometrik dan Meristik Kryptopterus spp. Di Provinsi Riau. Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun II. Lembaga Penelitian Universitas Riau. Pekanbaru. Haryono. 2001. Variasi Morologi dan Morfometri Ikan Dokun (Puntius lateristriga) di Sumatera. Jurnal Biota VI (3):109-116. ISSN 0853-8670. Herring, M. 2011. Chirocentrus dorab. http: //animaldiversity. ummz. umich. edu/ accounts/Chirocentrus_dorab/. [accessed date : 06 Januari 2013]. Irfan.
2009. Ciri morfometrik pada ikan. http://id.shvoong.com/exactsciences/biology/1932304-ciri-morfometrik-pada-ikan/. [accessed date : 12 April 2012].
Myers, P., R. Espinosa et al. 2013. http:// animal diversity. ummz. umich. Edu /collections/contributors/Grzimek_fish/Clupeiformes/Chirocentrus_dorab/. [accessed date : 06 Januari 2013]. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H Niem (eds.). FAO Species Identification Guide for Fishery Purpose. The living MarineResources of Western Central Pasific. Volume 4. Bony Fishes (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. Razak, A. 2005. Statistika pengolahan data sosial sistem manual. Autografika. Pekanbaru. Takahashi, T., Hori, M. Description of a new Lake Tanganyikan cichlid fish of the genus Cyprichromis (Perciformes: Cichlidae) with note on sexual dimorphism. Journal of Fish Biology 68(Supplement B):174-192, (2006).
15