Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
PERAN GURU DALAM MEMINIMALISIR PERILAKU EGOIS ANAK DI KELOMPOK B TK CEMPAKA JAYA DESA DAENAA KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO MIRANTI MBUINGA JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Samsiah S.Pd, M.Pd Dan Meylan Saleh S.Pd, M.Pd
ABSTRAK Miranti Mbuinga. 2014 Nim 153410095. “Peran Guru Dalam Meminimalisir Perilaku Egois Anak Di Kelompok B TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo.” Jurusan S-1 PAUD Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I: Samsiah S.Pd, M.Pd, Pembimbing II : Meylan Saleh S.Pd, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran guru dalam meminimalisir perilaku egois di Kelompok B TK Cempaka Jaya Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Lokasi penelitiannya di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa peran guru dalam meminimalisir perilaku egois anak di Kelompok B TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo di laksanakan dengan memperhatikan aspek belajar sambil bermain. Dari wawancara yang di lakukan oleh peneliti dengan kepala sekolah dan guru menyatakan bahwa peran guru dalam meminimalisir perilaku egois pada anak telah di laksanakan meskipun fasilitas yang masih belum memadai, di samping itu masih banyak anak yang sering berperilaku egois.
Kata kunci : Peran Guru, Perilaku Egois Anak
Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
Perilaku kurang positif anak seperti anak acuh tak acuh, dan tidak senang menjadi bagian dari sekitarnya. Selain itu, ada sebagian anak yang selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan cara mereka, meletakkan kebutuhaan dan urusan mereka di atas yang lainnya, dan jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Contohnya, ketika anak-anak egois ini tampil bermain dengan temantemannya, seluruh permainan berada dalam penguasaanya, tanpa memberi kesempatan kepada anak-anak lain menggunakan media bermain tersebut. Kondisi anak seperti ini relatif menghambat jalannya pembelajaran, karena pada setiap kegiatan pembelajaran perhatian guru hanya berfokus pada anak egois tersebut. Alokasi waktu yang seharusnya di gunakan untuk belajar hanya habis membujuk anak-anak egois tersebut. Demikian halnya dengan anak didik lainnya, mereka menyatakan tidak dapat bermain dengan baik, bahkan tidak dapat melakukan apa-apa menghadapi temannya yang berperilaku egois. Perilaku egois ini sering di miliki oleh anak-anak usia prasekolah. Namun, perilaku egois ini tetap di upayakan agar dapat di minimalisir sejak dini, sehingga perilaku kurang positif ini tidak akan terbawa sampai anak dewasa dan selain itu dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena itu guru memberikan motivasi agar dapat meminimalisir perilaku egois ini dengan belajar sambil bermain peran agar anak dapat melihat langsung bahwa perilaku egois adalah sifat yang kurang positif. Sehingga perilaku kurang positif tersebut tidak patut untuk di teladani. 1.
Pengertian Peran Menurut Soekamto (dalam Giasi, 20I3:5) Menyebutkan bahwa peran
mempunyai dua pengertian, peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan penentuan apa yang di perbuat bagi masyarakat. Menurut Levinson (dalam Ibrahim, 20I0: 8) peran adalah suatu konsep perihal apa yang dapat di lakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peran meliputi norma-norma yang di kembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peran Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan. Menurut Friedman (dalam Tahwali, 2014:7) menyatakan bahwa peran adalah serangkaian perilaku yang di harapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang di berikan baik secara formal maupun secara nonformal. Peran di dasarkan pada perskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang di harapkan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus di lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. Pengertian di atas dapat di simpulan bahwa peran adalah fungsi pendidik dalam mendidik, membimbing anak agar dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal 2.
Pengertian Peran Guru Menurut Djamarah (2005:43-48) banyak peran guru sebagai pendidik, atau
siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang di harapkan dari guru seperti di uraikan dibawah ini: a. Pembimbing. Sebagai pembimbing guru lebih di pentingkan karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan dari peran guru anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kurang mampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada guru. Tetapi semakin dewasa ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun uga bimbingan dari guru sangat di perlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Maka dari itu guru sebagai pembimbing yang baik selain orang tua dalam mendidik anak agar dapat mengontrol emosinya di sekolah pada saat proses belaar mengajar berlangsung.
Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
b. Motivator. Sebagai motivator guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah aktif belajar.dalam upya memberikan motivasi agar guru menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurunnya prestasinya di sekolah. Selain itu juga seseorang harus membangkitkan
semangat
dan
mengubur
kelemahan
anak
didik
bagaimanapun latar belakangi hidup keluarganya, bagaimana kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya, tidak ada kata menyerah. c. Pengelola Kelas. Sebagai pengelola kelas guru hendaknya mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang di kelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak di kelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Tujuan umum dari pengelola kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud pengelola kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Menurut Lengkenawati (2007:81) Guru sebaiknya melibatkan diri sebagai bagian dari anak dalam belajar sehingga senantiasa berpartisipasi dalam kegiatankegiatan belajar anak. Guru juga harus berperan sebagai nara sumber yang surat dengan pengetahuan yang luas sehingga selalu siap membantu para anak didiknya akan tetapi menyuap para anak didiknya sehingga menumbuh kreatifitasnya. Peran lainnya yang di berikan kepada guru adalah sebagai tutor yang selalu siap membantu dan membimbing para siswanya dengan hangat dan dengan sikap yang ramah. Berdasarkan beberapa teori di atas dapat di simpulkan bahwa guru adalah panutan untuk anak didiknya dan juga memiliki beberapa peran sebagai seorang pendidik dan dalam penelitian ini peneliti mengambil teorinya Djamarah yaitu tiga Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
peran guru yang dapat menunjang perannya untuk meminimalisir perilaku egois anak yaitu peran guru sebagai pembimbing, motivator, dan pengelola kelas. Sebagai pembimbing guru harus berperan aktif untuk bisa membimbing anak agar dapat mengontrol emosinya di sekolah pada saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Sebagai motivator guru harus bisa memotivasi atau mendorong anak anak untuk belajar dan bersikap baik pada orang lain, motivasi dapat efektif bila di lakukan dengan memperhatikan anak didiknya. Dan sebagai pengelola kelas guru harus mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. 3. Pengertian Guru Menurut Usman (2009:6) Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jadi, guru adalah seseorang yang memiliki jabatan atau seseorang yang memiliki profesi khusus dalam keahlian sebahai guru. Menurut Asmani (2009:17) Guru adalah figur inspirator dan motivator dalam mengukir masa depannya jika guru mampu menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi anak didiknya, maka hal itu akan menjadi kekuatan anak didik dalam mengejar cita-cita besarnya di masa depan peran guru sangat vital bagi pembentukan kepribadian, cita-cita, dan visi misi yang menjadi impian hidup anak didiknya di masa depan. Menurut Buchari (2009: 123) Guru adalah sales agent dari lembaga-lembaga dari lembaga pendidikan. Baik atau burunya perilaku atau cara, mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan, oleh sebab itu sumber daya guru ini harus di kembangkan baik melalui pendidikan dan pelatihan dan kegiatan lain agar kesimpulan kemampuan profesinya lebih meningkat. Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Guru adalah sosok panutan yang membentuk karakter dan membangun kepribadian anak didik menjadi seseorang yang berguna dimata masyarakat.
Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
4. Fungsi Guru Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan Menurut Djamarah (2005 : 1) Guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. Sebagai orang tua, guru harus menganggapnya sebagai anak didik bukan menganggapnya peserta didik. Menurut Usman (2009:6) guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. pekerjaan ini tidak bisa di lakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara pada bidang-bidang tertentu, belum dapat di sebut sebagai guru. Untuk menjadi guru di perlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu di bina dan di kembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan prajabatan. Sesuai dengan peran guru yang telah di kemukakan di muka, fungsi guru dalam menjalankan tugas sebagai pendidik, maka fungsi guru tidak terlepas dari kompetensi guru. Dalam permen 58 tahun 2009 kompetensi guru terkait dengan pengertian guru sebagai pendidik. Pendidikan anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran dan menilai hasil belajar, serta melakukan pembimbingan, pengasuhan dan perlindungan anak didik. Seorang guru atau pendidik baru di katakan sempurna jika fungsinya sebagai pendidik dan juga berfungsi sebagai pembimbing. Seorang guru menjadi pendidik yang sekaligus sebagai seorang pembimbing. Contohnya guru sebagai pendidik dan pengajar sering kali melakukan pekerjaan bimbingan, sepertinya bimbingan belajar tentang keterampilan dan sebagainya dan untuk lebih jelasnya proses pendidikan kegiatan mendidik, mengajar, dan membimbing sebagai yang tidak dapat di pisahkan. Membimbing dalam hal ini dapat di katakan sebagai kegiatan menuntun anak didik Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
dalam perkembangannya dengan jelas memberikan langkah dan arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Demikian sebagai fungsi seorang guru tidak lepas dari kompetensi yang harus dimiliki, sebagaimana di atur dalam permen 58 tahun 2009, sebagai berikut: a. Kompetensi kepribadian. Kompetensi ini menurut seorang guru harus menjadi bersikap dan berperilaku sesuai dengan kebutuhan psikologis anak; bersikap dan berperilaku sesuai dengan norma agama, budaya dan keyakinan anak; menampilkan diri sebagai pribadi yang berbudi pekerti luhur. b. Profesional, guru atau pendidik di tuntut untuk menjalankan tugasnya secara profesional sesuai dengan keahliannya, seperti: memahami tahapan perkembangan
anak
memahami
pemberian
rangsangan
pendidikan,
pengasuhan, dan perlindungan membangun kerja sama dengan orang tua dalam pendidikan, pengasuh, dan perlindungan anak. c. Komptensi pedagogik, kompetensi pedagogik adalah kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengajar, karena itu kompetensi ini seorang guru harus mampu merencanakan kegaitan program pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan melaksanakan proses pendidikan, pengasuhan dan perlindungan melaksanakan penilaian terhadap proses dan hasil pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan d. Kompetensi sosial, kompetensi ini berkaitan bagaimana peran guru dalam menjalin komunikasi dan interaksi dengan siswa atau peserta didik, karena hakikatnya, seorang guru harus menumbuhkan sikap sosial bagi lingkungan pendidikannya, karena itu seorang guru dalam kompetensi ini harus memiliki; kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya kemampuan berkomunikasi secara efektif. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas bahwa fungsi guru adalah seorang pendidik dan pembimbing yang mempunyai kompetensi kepribadian, profesional, pedagogik dan sosial. Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
5.
Pengertian Perilaku Menurut Lewin (dalam Puliki, 2011:14) bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Terbentuknya perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan dari proses interaksi dengan lingkungan. Menurut Notoatmodjo (2009:42) bahwa perilaku adalah sebagai suatu aksireaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang di perlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang di sebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut Makmun (dalam Puliki, 2011:15) bahwa perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini perilaku individu pada umumnya di motivasi oleh suatu keinginan individu tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Memperhatikan uraian di atas jelaslah bahwa perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong
dan kekuatan-kekuatan
penahan, atau bisa di katakana sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya dan juga bisa di katakan sebagai suatu keinginan individu untuk mencapai tujuan tertentu. 6. Perilaku Egois Anak TK Perilaku egois biasanya di miliki oleh anak-anak usia prasekolah. Namun demikian, perilaku ini tetap diupayakan diminimalisir sejak dini. Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Wazer (dalam Puliki, 2011:17) yang mengemukakan bahwa anakanak usia prasekolah yang biasanya melakukan perilaku egois sesekali dan hal ini merupakan hal yang wajar. Namun, jika frekuensi dan tindakannya dilakukan seringkali, hal itu merupakan suatu masalah yang harus segera di tangani. Michele (dalam Puliki, 2011:17) mengemukakan bahwa anak-anak yang egois biasanya tidak senang menjadi bagian dari lingkungan sekitarnya. Mereka selalu menginginkan segala sesuatu dengan caranya, meletakkan kebutuhan dan urusan Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
mereka diatas yang lainnya, dan jarang sekali mempertimbangkan perasaan orang lain. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa perilaku egois adalah perilaku yang selalu menginginkan segala sesuatu sesuai dengan caranya sendiri, meletakkan kebutuhan dan urusan di atas yang lainnya, dan jarang mempertimbangkan perasaan orang lain. Anak yang berperilaku egois selalu mementingkan dirinya, mementingkan akunya atau mementingkan diri diatas kepentingan orang lain tanpa batas, serakah, dan biasanya tidak senang menjadi bagian dari sekitarnya. 7.
Peran Guru Dalam Meminimalisir Perilaku Egois Anak Sekolah merupakan tempat anak di berikan pembelajaran mengenai bermain
dengan bimbingan guru sehingga tahap-tahap bermain berjalan sesuai aturan dan tujuan dari permainan tersebut, mengingat di rumah biasanya anak melakukan permainan tanpa bimbingan guru sehingga permainan ini di lakukan anak sendirisendiri sesuai dengan kemauan dan keinginan anak, oleh sebab itu anak tidak mampu mengontrol emosi dan bertindak semaunya. Untuk itu pembelajaran di TK dilakukan dengan tekhnik bermain kelompok yaitu bermain sambil belajar namun perlu di ketahui bahwa bermain harus di bawah bimbingan guru atau melalui pengawasan hal ini di maksudkan karena memang dunia anak adalah dunia bermain, karena dengan bermain anak dapat belajar sesuai dengan kemampuan dan kemauannya. Peran guru dalam proses belajar anak yang paling utama adalah mengamati anak bermain dengan sekelompok anak sehingga guru dapat memperoleh kesan bagaimana partisipasi anak dalam bermain dan bergaul dengan temannya, jadi bermain
sangat
membantu
perkembangan
imajinasi
anak
sehingga
dapat
meningkatkan rasa peduli antar sama lain. Misalnya seperti dalam bermain makro anak dapat di alihkan oleh guru untuk lebih terjun atau lebih memahami peran anak dalam tokoh yang di perankan. Dan dalam hal ini guru lebih memilih kegiatan bermain yang lebih mudah untuk di pahami oleh anak. Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa anak-anak bisa bermain dengan baik dan terarah agar perilaku egois anak dapat di minimalisir serta anak dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya. Dengan hal ini sangat di butuhkan peran guru untuk selalu membiasakan anak belajar sambil bermain.
METODE PENELITIAN Penelitian ini di laksanakan di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. TK Cempaka Jaya Desa Daenaa ini di dirikan pada tahun 2010 dengan luas 792
dan luas seluruh bangunan 96
, dalam hal ini TK
Cempaka Jaya Desa Daenaa memiliki beberapa ruangan yaitu 1 ruangan kepala sekolah dan guru, ruang kelas kelompok A, ruang kelas kelompok B, UKS sekalian tempat berapa alat permainan edukatif dalam dan berapa alat permainan edukatif luar. Sehingga alat permainan yang ada di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa masih sangat minim. Pimpinan TK Cempaka Jaya Desa Daenaa mulai dari tahun 2010 sampai dengan sekarang adalah Ibu Asni Hasan. Menurut pimpinan TK Cempaka Jaya, dari tahun ke tahun jumlah anak didik selalu berubah-ubah. Keadaan peserta didik di TK Cempaka Jaya Tahun Pelajaran 2013-2014 dengan jumlah peserta didik 43 orang anak, yang terbagi 2 (dua)
Kelompok A dan B. Anak laki-laki Kelompok A
berjumlah 19 dan anak perempuan 24 orang anak. Keadan guru di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa terdiri dari : Pimpinan TK Cempaka Jaya 1 orang, dan 1 orang guru. HASIL PENELITIAN Berawal dari kegiatan penelitian di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo, Peneliti menggunakan observasi awal guna melihat lebih nyata tentang peran guru dalam meminimalisir perilaku egois anak disekolah. Kegiatan ini lebih fokus mengamati bagaimana peran guru meminimalisir perilaku egois anak di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukakn di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo, dalam proses belajar sambil bermain dari 24 anak kelompok B terdapat 12 anak yang masih berperilaku egois sehingga dalam alokasi waktu yang di sediakan untuk kegiatan belajar sambil bermain terhalang dengan anak yang tidak mau berbagi permainan dengan temantemannya. Hal ini di sebabkan fasilitas yang ada di sekolah masih kurang. Dan anak masih banyak yang belum mampu menciptakan rasa peduli antar sesama Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran guru dari berbagai sudut pandang yang didasari dengan teori yang mendukungnya dan dapat di lihat dari judul yaitu dalam meminimalisir perilaku egois anak kelompok B Di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Yang menjadi pembahasan pada penelitian ini yaitu : Peran Guru Sebagai Pembimbing Peran guru sebagai pembimbing adalah peranan guru yang harus lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Peran guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah di sebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Tanpa bimbingan dari peran guru anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kurang mampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada guru. Tetapi semakin dewasa ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat di perlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri). Maka dari itu guru sebagai pembimbing yang baik selain orang tua dalam mendidik anak agar dapat mengontrol emosinya di sekolah pada saat proses balajar mengajar berlangsung. Peran Guru Sebagai Motivator Peran guru sebagai motivator adalah guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif dalam belajar. Dalam upaya memberikan motivasi Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
agar guru menganalisis motif-motif yang melatar belakangi anak didik malas belajar dan menurunnya prestasinya di sekolah. Selain itu juga seseorang guru harus membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya, bagaimana kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat tantangannya, tidak ada kata menyerah sampai titik darah penghabisan. Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas Peran Guru Sebagai Pengelola Kelas adalah guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat terhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang di kelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak di kelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama dikelas. Hal ini berakibat mengganggunya jalannya proses interaksi edukatif. Sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didiktidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama dikelas. Tujuan umum dari pengelola kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacammacam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud pengelolaan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang di laksanakan di TK Cempaka Jaya Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Kabupaten Gorontalo. Maka dapat di simpulkan bahwa : 1
Faktor penyebab dari belum minimalnya perilaku egois pada anak dengan bermain adalah sebagai berikut: 1). Kurangnya fasilitas yang menunjang untuk mengembangkan sosial emosi anak sehingga anak masih selalu berebutan dengan fasilitas bermain yang sedikit di sekolah. 2). Banyaknya anak belum mampu untuk menciptakan rasa peduli sesama orang lain
Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
sehingga sering terjadi masalah dalam setiap kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung. Waktu terbuang untuk membujuk anak yang selalu berperilaku egois. 2
Dalam hal ini guru sebagai pengganti orang tua di sekolah menerapkan metode bermain sambil belajar yaitu : 1). Dengan fasilitas yang tersedia di sekolah guru cukup kreativ untuk membuat media pembelajaran yang tidak tersedia menjadi tersedia walaupun hanya seadanya agar anak dapat bermain dengan seraya belajar. 2). Guru sering membangun rasa peduli antara sesama dan membiasakan anak untuk dapat hidup bersosialisasi dengan baik agar kelak terbiasa di lingkungan masyarakat di luar sekolah.
Saran Berdasarkan kesimpulan yang ada di atas, maka adanya beberapa saran adalah sebagai berikut : 1. Di harapkan guru agar di dalam sekolah lebih fokus untuk memperhatikan anak yang belum mampu mengontrol emosinya karena seorang guru adalah contoh atau teladan yang baik untuk anak didiknya. 2. Di harapkan guru agar lebih memberikan pemahaman lagi melalui contoh nyata yang bisa di lihat anak sehari-hari, anak akan belajar bagaimana berperilaku terhadap orang lain secara positif, mengenai mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang tidak baik. 3. Di harapkan bagi guru dapat meningkatkan kemampuan dan profesionalisme guru dalam menghadapi dan memecahkan masalah perilaku egois pada anak. Serta dapat memberikan input untuk meningkatkan disiplin anak khususnya berkaitan dengan upaya dalam meminimalisir perilaku egois pada anak TK. 4. Penelitian ini perlu di lanjutkan untuk mengetahui lebih dalam lagi penyebab perilaku-perilaku yang menyimpang pada anak. Dengan lebih memperhatikan aspek-aspek tertentu. Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari, dkk. 2009. Guru Profesional menguasai motode dan terampil mengajar. Bandung: Alfabeta. Asmani ma’mur Jamal, 2009. Tips menjadi Guru inspiratif, kreatif dan inovatif. jogjakarta:DIVA press Djamarah Bahri Syaiful. 2005. Guru dan anak didik dalam interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoritis Psikologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Egois Egoisentris http://blazertorm.net/indeks.php/topic/2647-egois-egoisentris/ Di akses tanggal 13 juny 2013 Anak Berkebutuhan Khusus Anak Egois http://dheekape.blogspot.com/2011/03/anak-berkebutuhan-khusus-anakegois.html Di akses tanggal 18 juny 2013 Menyadari Munculnya Sifat Egois Anak http://poestakamedia.blogspot.com/2010/11/menyadari-munculnya-sifat-egoisanak.html Di akses tanggal 18 juny 2013 Fathurrohman, H. Pupuh, 2013 Pengembangan Pendidikan Karakter. Jakarta Giasi B. Nurjana. 2013. Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerasan Interpersonal Anak Kelompok B di TK Negeri Pembina Kihadjar Dewanatoro. Skripsi Ibrahim ,Warta 20I3. Peran guru dalam mengembangkan karakter kepemimpinan pada anak kelompok B di TK Kartini Toto Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Tahwali,Fariani Ayu Ida. 2014 Peran guru dalam mengembangkan kemampuan kosa kata pada anak. Skripsi: Universitas Negri Gorontalo Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.
Usman Uzer Moh. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mantali, Hadidjah 2013 Meningkatkan Kemandirian Anak Melalui Metode Bermain Peran Di Kelompok B TK Wiraga I Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo. Mohamad, Surya. 2003. Bina Keluarga. Bandung : CV. Aneka Ilmu, Anggota IKAPI Paneo, Hasna 2010. Meminimalkan perilaku pemalu melalui metode bermain peran pada anak kelompok B Di TK Melati. Gorontalo: Skripsi Sugiyono. 2007 : Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Satibi, H. Otib, 2004 Metode Pengembangan Moral Dan Nilai-nilai Agama. Jakarta Universitas Terbuka Sudono, Anggani 2000. Sumber Belajar dan alat permainan. Jakarta : Grasindo Santi Danar. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : PT Indeks Wazer. 2009 : Menangani Sifat Egois Anak. Jakarta : Walidz Media.
Miranti Mbuinga. 2014. Program Studi S1 PG PAUD, Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing 1 Samsiah, S.Pd, M.Pd dan Pembimbing II Meylan Saleh, S.Pd, M.Pd.