III.
METODOLOGI PENELITIAN
A. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah biji jewawut dari varietas pearl millet yang diperoleh dari kios burung Pasar Anyar – Bogor, bubuk kakao merek Van Houten, dan pisang lampung (Musa acuminata) yang diperoleh dari kios Agro Lestari-Dramaga. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis antara lain H2SO4, H3BO3, NaOH, C2H5OH, HgO, HCl, Na2S2O3, petroleum benzena, enzim termamil, methilene blue, metanol pro analisis, buffer Na-fosfat, aseton, heksana, dan aquades.
2. Alat Pembuatan serbuk minuman jewawut instan menggunakan peralatan seperti kompor gas, panci, timbangan, gelas ukur, satake polisher rice, grinder/penggiling soya MH-230 Shan Yen, homogenizer ultra turrax L4R 9983 Armfield, double drum drier No. 4650 R. Simon dengan diameter 28 cm, blender kering Philips, baskom, ayakan ASTME 11-70 Fisher Scientific No. 16 (14 mesh) dan No. 60 (60 mesh). Dalam analisis serbuk minuman jewawut instan menggunakan beberapa perlengkapan antara lain: gelas piala, gelas ukur, labu erlenmeyer, labu takar, tabung reaksi, labu soxhlet, kertas saring, spatula, sendok, labu kjeldahl, dan batu didih. Selain itu beberapa peralatan digunakan dalam analisis antara lain spektrofotometer Spectronic 20D+, alat destilasi, desikator, timbangan analitik, sentrifusa, vibrator, pemanas (heater), inkubator GFL, dan alat untuk uji organoleptik.
B. Metode Penelitian 1. Persiapan Bahan a. Penyosohan Jewawut Bahan baku untuk penyosohan merupakan jewawut berkulit atau jewawut yang belum pecah kulit. Jewawut berkulit ditimbang sebanyak 200 gram (rata-rata input) lalu dimasukkan ke dalam hopper (corong tempat biji dimasukkan) pada alat satake polisher rice secara manual. Lalu mesin segera dinyalakan dan segera hitung waktu sosoh selama 100 detik dengan menggunakan stopwatch, lalu mesin dimatikan. Setelah itu output sosoh diambil secara manual dari tempat penampungan output.
b. Perebusan Biji Jewawut Jewawut hasil penyosohan 100 detik (masih ada sebagian biji berkulit) kemudian disortasi secara manual yaitu dengan penampian untuk menyingkirkan kulit tanpa biji yang terikut. Kemudian jewawut ini dicuci dengan air PDAM dan direbus dengan memakai metode perebusan hasil modifikasi dari metode Yanuwar (2009). Pada penelitian ini modifikasi metode perebusan yang dilakukan yaitu biji jewawut yang telah disosoh sebanyak 1 kg direbus dalam panci dengan perbandingan air 1:7 (v/v) sampai mendidih lalu didiamkan selama 20 menit. Perebusan dilakukan dengan menggunakan kompor gas.
20
c. Optimasi Penambahan Air pada Penggilingan Rebusan Biji Jewawut dengan Uji Ranking Hedonik Jewawut rebus dan air sisa rebusannya kemudian dimasukkan secara perlahan ke dalam grinder soya (penggiling kedelai) disertai penambahan air. Perlakuan penambahan volume air yang diberikan untuk 3 batch perebusan, yaitu: perlakuan A sebanyak 1 liter, perlakuan B sebanyak 1.2 liter, atau perlakuan C sebanyak 1.4 liter. Satu batch perebusan mendapat satu perlakuan. Air yang digunakan berupa aquades yang juga ditambahkan sedikit demi sedikit melalui hopper (corong pemasukan) grinder soya. Setelah digiling lalu dikeringkan dengan menggunakan double drum drier pada tekanan 3-5, kecepatan 5-6 rpm, dan waktu kontak 7-9 sekon. Hasilnya berupa lembaran jewawut instan. Lembaran ini kemudian dibuat serbuk dengan menggunakan blender kering dan diayak. Pengayakan dilakukan dalam dua tahapan, yaitu penghancuran dengan blender lalu diayak lolos 14 mesh dan penghancuran kembali dengan blender lalu diayak 60 mesh. Setelah itu 5 gram serbuk minuman jewawut instan tersebut direhidrasi dengan 50 ml air aquades. Suhu rehidrasi sampel yaitu 70°C. Lalu diuji kesukaan terhadap kekentalannya dengan uji ranking hedonik oleh 50 orang panelis tidak terlatih. Panelis tidak terlatih yang dilibatkan meliputi para mahasiswa S1 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, para mahasiswa S1 non Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, para mahasiswa pascasarjana IPB, para staf dan petugas kebersihan Fakultas Teknologi Pertanian, dan para teknisi Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Pengujian dilakukan satu kali oleh tiap panelis di Laboratorium Evaluasi Sensori ITP, dan hanya berlangsung dalam 1 hari untuk mengumpulkan jumlah panelis sesuai yang ditargetkan. Panelis diminta mengurutkan sampel minuman serbuk jewawut instan dengan cara memberikan ranking ke-1 untuk sampel yang paling disukai hingga ranking ke-3 untuk sampel yang paling tidak disukai berdasarkan kesukaannya terhadap kekentalan sampel. Formulir penilaian dan prosedur uji friedman atau ranking hedonik untuk penentuan penambahan jumlah air pada proses penggilingan basah dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Optimasi Formula Serbuk Minuman Jewawut Instan melalui Uji Rating Hedonik (Soekarto, 1995) Skema optimasi yang meliputi pembuatan formula serbuk minuman jewawut instan dapat dilihat pada Gambar 4. Pembuatan serbuk minuman jewawut instan ini dilakukan dengan 3 formulasi. Formulasi yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut : Tabel 5. Persentase penambahan komposisi pada formulasi Jumlah Bahan Bubuk kakao* Hancuran pisang lampung (berwarna kuning kecokelatan)*
1 -
Formula (dalam gram) 2 3 3.5% 1.2% 13.5%
*) ditambahkan sebelum pengeringan
21
Jewawut berkulit
disosoh 100 detik, input rata-rata penyosohan 200 gram
rendemen 88.5%, disortasi secara manual (ditampi)
Jewawut hasil sosoh sebanyak 1 kg dicuci dengan air PDAM
ditambah air aquades sebanyak 120% b/v (sebanyak 1.2 liter)
direbus di dalam panci, menggunkan kompor gas dengan perbandingan air aquades 1:7 (v/v), setelah mendidih didiamkan selama 20 menit, waktu kontak 7-9 sekon
Pisang Lampung
digiling dengan grinder soya Formula 1
Formula 2 ditambah bubuk kakao merek Van Houten
diblender tanpa penambahan air
Formula 3
ditambah hancuran pisang lampung &bubuk kakao Van Houten
dihomogenisasi selama 10 menit dengan homogenizer
dikeringkan dengan double drum drier, tekanan 3-5 bar (setara suhu 130-1450C), speed rotasi 5-6 rpm, waktu kontak 7-9 sekon
diblender selama 2 menit dengan blender kering Philips
diayak 14 mesh lalu 60 mesh
serbuk minuman sereal jewawut instan
Uji rating hedonik (dengan parameter hedonik terhadap rasa, warna, aroma, dan over all)
Formula Terpilih Gambar 4. Skema optimasi formula serbuk minuman sereal jewawut instan
22
Jewawut berkulit mula-mula disosoh 100 detik, lalu ditampi kemudian sebanyak 1 kg jewawut hasil sosoh direbus hingga mendidih dengan perbandingan jewawut sosoh dan air 1:7 (v/v) lalu didiamkan 20 menit. Setelah itu, digiling. Formula ke-1 merupakan formula plain. Pada formula ke-2, hasil gilingan rebusan biji jewawut ditambahkan bubuk kakao sebanyak 3.5%, dan pada formula ke-3 ditambahkan bubuk kakao sebanyak 1.2% dan hancuran pisang lampung sebanyak 13.5%. Hancuran pisang pada formula ke-3 adalah akibat diblender. Kemudian campuran formula ke-2 atau formula ke-3 dihomogenisasi selama 10 menit dengan homogenizer. Tahap selanjutnya masing-masing formula dikeringkan dengan double drum drier. Tekanan yang digunakan sebesar 3-5 bar atau setara suhu 130°C-145°C. Kecepatan putaran drum yang digunakan sebesar 5-6 rpm dan waktu kontak 7-9 sekon. Proses berikutnya yaitu pemblenderan kering selama 2 menit. Kemudian dilakukan pengayakan 14 mesh lalu 60 mesh. Bahan yang lolos ayakan 14 mesh, namun tidak lolos ayakan 60 mesh diulang pemblenderan selama 2 menit. Setelah itu dilanjutkan pengayakan 60 mesh kembali. Ketiga formulasi serbuk minuman jewawut instan ini kemudian diuji organoleptik oleh 70 panelis tidak terlatih. Panelis tidak terlatih yang dilibatkan meliputi para mahasiswa S1 departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, para mahasiswa S1 non Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, para mahasiswa pascasarjana IPB, para staf dan petugas kebersihan Fakultas Teknologi Pertanian, dan para teknisi Laboratorium Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. Pengujian dilakukan satu kali oleh tiap panelis di Laboratorium Evaluasi Sensori ITP, dan hanya berlangsung dalam 3 hari untuk mengumpulkan jumlah panelis sesuai yang ditargetkan. Parameter yang diuji meliputi rasa, warna, aroma, dan overall. Skor rating hedonik yang digunakan menggunakan 7 skala kesukaan dengan 1 = sangat suka; 2 = suka; 3 = agak suka; 4 = netral; 5 = agak tidak suka; 6 = tidak suka; 7 = sangat tidak suka. Panelis memberikan penilaiannya tanpa membandingkan ketiga sampel. Data yang diperoleh dianalisis memakai SPSS 15 yaitu dengan analisis ragam (ANOVA) dan analisis lanjut Duncan test. Tabel 6. Penyajian Ketiga Formula Pada Uji Organoleptik Formula
Banyak
1 2 3
1.5 gram 1.5 gram 1.5 gram
Penambahan air aquades 40 ml 40 ml 40 ml
Masing-masing formula serbuk minuman jewawut instan sebanyak 1.5 gram disajikan dalam gelas sloki dan direhidrasi dengan 40 ml air hangat (lihat Tabel 6). Khusus formula ke1 (plain) ditambah gula 66.66% saat diuji rating hedonik. Formulir penilaian uji rating hedonik formulasi serbuk minuman jewawut instan dapat dilihat pada Lampiran 6. Satu produk terpilih yang memiliki penerimaan tertinggi (dengan perolehan skala terendah) akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya yaitu survei persepsi konsumen.
23
3. Analisis Fisik-Kimia Serbuk Minuman Jewawut Instan Formula ke-1 (plain) Analisis fisik dan kimia yang dilakukan hanya terhadap serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain). Analisis ini didasarkan pada dua kali ulangan pengukuran dari dua kali proses produksi.
a) Laju Pembasahan (Hartomo dan Widiatmoko, 1992) Gelas piala ukuran 400 ml disiapkan dan kemudian diisi air sebanyak 150 ml. Sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebanyak 2 gram dituangkan ke permukaan air dalam gelas piala. Segera dicatat waktu yang diperlukan sampel sampai semuanya tenggelam di bawah permukaan air. Kemudian dilakukan perhitungan laju pembasahan serbuk dalam air (gram sampel/menit). Laju Pembasahan (g/menit) =
berat sampel waktu tenggelam semua sampel
b) Daya Serap Air (Sathe dan Salunkhe, 1981) Sebanyak 0.5 gram sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) dimasukkan ke dalam tabung sentrifuse 10 ml yang telah diketahui bobotnya lalu ditambahkan 10 gram air destilata lalu tabung divortex dan diinkubasi semalaman pada suhu 10°C. Sampel disentrifuse dengan kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Cairan supernatan dipisahkan dari campuran dan diukur beratnya. Daya serap air diukur dengan rumus: Daya Serap Air (g/g) =
berat aquades – berat supernatan berat sampel
c) Kadar Air Metode Oven (AOAC, 1995) Cawan alumunium kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 30 menit, didinginkan dalam desikator 10 menit, dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik (a gram). Sejumlah sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebanyak 5 gram ditimbang dalam cawan tersebut. Cawan beserta isi dan tutupnya dikeringkan dalam oven pada suhu 105°C selama 6 jam. Pengeringan dilanjutkan sampai bobot cawan dan sampel kering (b gram) konstan. Perhitungan dilakukan berdasarkan berat basah.
Keterangan: wb = berat sampel sebelum dikeringkan (5 gram) wk = berat sampel setelah dikeringkan (b gram - a gram)
d) Kadar Abu (AOAC, 1995) Cawan porselen dikeringkan dengan tanur pada suhu 500°C selama satu jam, kemudian dikeringkan dalam desikator. Cawan porselen kemudian ditimbang dengan timbangan analitik. Sebanyak 3 gram sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) ditimbang dalam cawan porselen yang telah diketahui bobot kosongnya. Sampel diarangkan di dalam hot
24
plate selama 30-60 menit sampai tidak berasap. Kemudian dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600°C selama 2 jam, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu (% b.b)= berat akhir - berat cawan x 100% berat sampel
e) Kadar Protein Metode Kjeldahl (AOAC, 1995) Sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebanyak 0.2 gram dimasukkan ke dalam labu kjeldahl 20 ml lalu ditambahkan 1 gram K2SO4, 40 mg HgO, dan 2 ml H2SO4. Jika sampel lebih dari 15 mg ditambahkan 0.1 ml H2SO4 untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. Kemudian ditambahkan beberapa butir batu didih. Sampel didihkan selama 1-1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. Cairan didinginkan dan isinya dipindahkan ke dalam alat destilasi dan labu dibilas 5-6 kali dengan 1-2 ml air aquades, air cucinya dipindahkan ke dalam alat destilasi. Erlenmeyer 125 ml yang berisi 5 ml larutan H3BO3 dan 2-4 tetes indikator (campuran 2 bagian metil merah 0.2% dan 1 bagian metilen blue 0.2% dalam alkohol) diletakkan di bawah kondensor. Ujung kondensor harus terendam di bawah larutan H3BO3. Larutan NaOH-Na2S2O3 sebanyak 8-10 ml ditambahkan pada cairan yang akan didestilasi. Destilasi dilakukan sampai di dalam Erlenmeyer tertampung kira-kira 15 ml destilat. Tabung kondensor dibilas dengan air dan bilasannya ditampung dalam Erlenmeyer yang sama. Isi Erlenmeyer diencerkan sampai kira-kira 50 ml, kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N sampai terjadi perubahan warna menjadi abu-abu. Dilakukan juga penetapan blanko. Perhitungan dilakukan sebagai berikut:
%N= % protein = % N x faktor konversi
f) Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet yang akan digunakan, dikeringkan dalam oven, dan didinginkan dalam desikator. Sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) sebanyak 1 gram ditimbang dan dibungkus dalam kertas saring. Kertas saring yang berisi sampel tersebut diletakkan dalam ekstraksi soxhlet. Alat kondensor dipasang di bagian atas dari alat ekstraksi soxhlet dan labu lemak di bagian bawahnya. Pelarut n-heksana dituang ke dalam labu lemak secukupnya, sesuai dengan ukuran soxhlet. Refluks dilakukan selama 1 jam. Pelarut dalam labu lemak didestilasi dan pelarutnya ditampung. Labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C. Setelah kering dan beratnya tetap, labu yang berisi lemak didinginkan dalam desikator dan kemudian ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan rumus:
25
g) Kadar Karbohidrat, Perhitungan by Difference (Sediaoetama dan Soedono, 1996) Kadar karbohidrat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar karbohidrat(%) = 100 – (%air + %abu + %protein + %lemak)
h) Kadar Serat Makanan (AOAC, 1995) Sampel 0.5 g bebas lemak formula ke-1 (plain) ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 400 ml. Timbang kertas saring kosong yang telah dioven. Sampel ditambahkan 25 ml buffer fosfat 0.08 M pH 6.0, ditambahkan 50 μl termamil. Inkubasi pada suhu 95°-100°C selama 30 menit, aduk setiap 5 menit. Kemudian dinginkan pada suhu ruangan dan atur pH menjadi 7.5 dengan ditambahkan 5 ml NaOH 0.275 N. Lalu ditambahkan 50 μl protease. Kemudian tutup dengan alumunium foil dan inkubasi pada suhu 60°C selama 30 menit dalam penangas air bergoyang. Atur pH 4.0-4.5 dengan ditambahkan 10 ml HCl 0.325 N. Lalu ditambahkan 150 μl AMG. Inkubasi pada suhu 60°C selama 30 menit dengan agitasi kontinyu. Kemudian ditambahkan 140 ml etanol 95% yang telah dipanaskan hingga 60°C, endapkan selama 60 menit. Saring dengan penyaring vakum dan bilas dengan 2 x 20 ml etanol 78%, 2 x 10 ml etanol 95%, 2 x 10 ml aseton. Keringkan residu pada kertas saring di dalam oven 105°C selama semalam. Dinginkan dalam desikator dan timbang beratnya (D2). Setelah itu, diabukan pada tanur 500°C selama 5 jam. Kemudian dinginkan dalam desikator dan ditimbang (I2). Filtrat dari penyaringan disaring kembali dan dibilas dengan 2 x 10 ml etanol 95% dan 2 x 10 ml aseton. Dikeringkan pada suhu 105°C sampai berat konstan. Didinginkan dalam desikator lalu timbang (D1). Setelah itu diabukan dalam tanur pada suhu 500°C selama 5 jam, lalu ditimbang setelah didinginkan dalam desikator (I1). Blanko (B1 dan B2) untuk serat makanan larut dan tidak larut diperoleh dengan cara yang sama, tetapi tanpa sampel. Rumus perhitungan nilai IDF, SDF, dan TDF Nilai IDF (%b.k) = D1-I1-B1 x 100% W Nilai SDF (%b.k) = D2-I2-B2 x 100% W Nilai TDF = Nilai IDF + Nilai SDF Keterangan: W = berat sampel awal (gram) D1= berat setelah dikeringkan (gram) D2 = berat setelah dikeringkan (gram) I1 = berat abu (gram) I2 = berat abu (gram) B = berat blanko (gram) TDF = Total Dietary Fiber IDF = Insoluble Dietary Fiber SDF = Soluble Dietary Fiber
26
i) Total Fenol (AOAC, 1995) Sampel serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) kering ditimbang sebanyak 50 mg dan dilarutkan dalam 2.5 ml etanol 95% kemudian di vortex. Campuran tersebut disentrifus pada 4000 rpm selama 5 menit. Supernatan atau larutan standar diambil sebanyak 0.5 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan 0.5 ml etanol 95%, 2.5 ml aquades, dan 2.5 ml reagen Folin Ciocalteau 50%. Campuran didiamkan selama 5 menit, lalu ditambahkan 0.5 ml Na2CO3 5% dan divortex. Simpan di ruang gelap selama 1 jam lalu diukur absorbansi pada 725 nm. Adapun sebagai larutan standar digunakan asam galat dengan variasi konsentrasi 50 mg/L, 100 mg/L, 150 mg/L, 200 mg/L, 250 mg/L.
4. Survei Persepsi Konsumen Survei persepsi konsumen bertujuan menguji penerimaan produk terpilih dengan cara memberikan informasi tentang produk (non blind sample) kepada konsumen terlebih dahulu untuk dievaluasi dan diambil kesimpulan. Survei ini terdiri dari dua tahap yaitu pre-test dan survei persepsi. Pre-test dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden yang selanjutnya dilakukan diskusi untuk perbaikan dan penyempurnaan kuesioner. Responden yang dipilih untuk pre-test meliputi mahasiswa S1 Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, mahasiswa S1 non Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, teknisi laboratorium ITP, dan staf Departemen ITP. Setelah dilakukan pre-test, pengevaluasian kuesioner dilakukan berdasarkan saran/komentar responden untuk perbaikan kuesioner. Survei persepsi produk dilakukan melalui pembagian leaflet edukatif (lihat Lampiran 14) dan pembagian contoh kemasan berlabel dari produk yang diuji (lihat label pada Lampiran 15) 10-25 menit sebelum pencicipan, serta pencicipan tester produk dari formulasi terpilih (formula ke-1 plus gula dan susu bubuk skim). Kemasan yang digunakan adalah alumunium foil ukuran 12 cm x 10 cm. Merek yang tercantum pada label yaitu “Serefita”. Penentuan lokasi pengambilan konsumen dan penarikan elemen sampel berdasarkan aspek kemudahan lokasi. Pengambilan konsumen dilakukan dengan cara menanyakan apakah pembeli bubur pernah mengkonsumsi produk minuman sereal komersil dan menanyakan kesediaan pembeli bubur di kios tersebut untuk menguji tester produk. Setelah konsumen menyatakan kesediaannya, konsumen langsung diberikan leaflet edukatif, kuesioner dan tester produk. Kegiatan ini berlangsung sebelum atau sesudah konsumen membeli/mengkonsumsi bubur kios yang bersangkutan. Kuesioner yang diberikan kepada konsumen dapat dilihat pada Lampiran 13. Kuesioner dibagikan kepada 100 orang konsumen yang meliputi anak usia SD, remaja usia SMP, SMA, dan mahasiswa, orang dewasa baik wanita maupun pria, dan lansia. Jumlah konsumen yang diambil tersebut memenuhi standar jumlah sampel minimal yang disyaratkan berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus Slovin dengan persen kesalahan (e) 0,10. Penentuan ukuran sampel dengan rumus slovin ini sebenarnya bertujuan mengukur proporsi populasi dengan pendekatan distribusi normal. Ukuran sampel tersebut diperoleh dari perhitungan di bawah ini: n=
N 1 + N.e2
27
Keterangan : n = Ukuran sampel N = Jumlah populasi e = Kesalahan dalam pengambilan sampel yang ditetapkan 10 % Berdasarkan data BPS Bogor, jumlah penduduk kecamatan Dramaga pada tahun 2003 berjumlah 80.421 jiwa. Bila data ini dimasukkan ke dalam rumus slovin maka dihasilkan jumlah minimal konsumen yang harus diambil adalah sebagai berikut: n = 80.421 / ( 1+ ( 80.421 x 0.102 ) = 99.88 ≈ 100 konsumen Survei ini bekerja sama dengan dua orang pedagang bubur ayam di Kios Ciampea Babakan Raya, Dramaga. Konsumen yang menjadi elemen sampling adalah individu yang berasal dari populasi pembeli bubur ayam di Kios Bubur Ciampea, Babakan Raya, Dramaga. Selain itu, konsumen survei yang dipilih adalah orang-orang yang pernah mengkonsumsi produk minuman sereal komersil. Kuesioner berisi pertanyaan identitas konsumen, persepsi dan tingkat kesukaan konsumen terhadap atribut produk, dan tingkat kesesuaian produk tersebut menurut konsumen. Konsumen memberikan jawaban secara tertulis dengan cara memilih satu jawaban dari masing-masing pertanyaan yang bersifat tertutup, memilih beberapa jawaban, dan menuliskan jawaban yang tidak terdapat pada pilihan jawaban dari pertanyaan yang bersifat terbuka. Pengambilan data dilakukan pada bulan Juni 2010. Tester produk disajikan dengan mencampur 1.5 gram serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain), 1 gram gula dan 1.5 gram susu bubuk skim non fat merek “CROWNCOW” dengan 40 ml air hangat. Tester produk disajikan dengan menggunakan gelas sloki ukuran 80 ml. Data hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan software SPSS for Windows 15. Untuk menganalisis rataan daya tarik atribut eksternal produk (label, kemasan, dan merek) digunakan one sample t-test. Sedangkan untuk membandingkan penerimaan atribut internal (rasa, aroma, warna, dan overall) serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 antara sebelum dan saat survei persepsi konsumen digunakan metode analisis berupa uji perbedaan rata-rata, yaitu independent sampel t-test. Uji ini untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua sampel yang saling bebas. Melalui pengujian ini dapat diketahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata dua kelompok sampel yang tidak saling berhubungan. Mengingat bahwa sebelum survei, serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 (plain) diuji secara blind sample di Laboratorium Evaluasi Sensori Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, sedangkan saat survei serbuk minuman jewawut instan formula ke-1 disajikan dengan penambahan gula dan susu bubuk skim, merek, kemasan, dan pengetahuan manfaat fungsional produk.
28