METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2010.
Rancangan Penelitian Tahapan analisis yang dilakukan untuk mencapai optimasi penggunaan lahan dibagi pada beberapa tahap, yaitu (1) penetapan komoditas unggulan, (2) menentukan potensi komoditas hortikultura berdasarkan peruntukan dan kesesuaian lahannya, (3) menyusun pola tanam, dan (4) mengoptimasi pola tanam komoditas unggulan. Tahap pertama adalah menetapkan prioritas komoditas unggulan. Prioritas komoditas unggulan ditetapkan dengan terlebih dulu melakukan identifikasi komoditas hortikultura yang dibudidayakan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang, menentukan komoditas unggulan, melihat faktor yang mempengaruhinya, dan menentukan komoditas unggulan yang diprioritaskan petani berdasarkan preferensi.
Identifikasi
komoditas
yang
dibudidayakan
bertujuan
untuk
menginventarisasi tanaman hortikultura yang dibudidayakan yang dapat diterima oleh petani dan secara statistik terekam melalui Badan Pusat Satistik (BPS). Hasil inventarisasi ini kemudian dipakai sebagai bahan untuk penentuan komoditas unggulan melalui data produksi komoditas hortikultura. Penentuan komoditas unggulan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), dan karakteristik komoditas unggulan dilakukan analisis Localization Index (LI) serta analisis Specialization Indeks (SI). Langkah selanjutnya adalah melihat prioritas dan faktor yang mempengaruhi dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan Expert Choice 11. Sedangkan dari sisi sosial penetapkan prioritas komoditas unggulan dipilih berdasarkan preferensi petani. Tahap kedua bertujuan untuk mengetahui sebaran lokasi potensi komoditas unggulan menurut peruntukan dan kesesuaian lahannya. Beberapa kegiatan untuk mencapai hal tersebut adalah 1) mengetahui sebaran kawasan budidaya terhadap
18
rencana kabupaten, yaitu dengan melakukan overlay peta penggunaan lahan terhadap RTRW Kabupaten, dan 2) menganalisis kesesuaian lahan pada lokasi pada sebaran luasan kawasan budidaya yang telah diperoleh sebelumnya, hasil yang diperoleh adalah peta potensi komoditas hortikultura menurut peruntukan dan kesesuaiannya. Tahap ketiga dilakukan penyusunan pola tanam dan menilai kelayakan finansial dari pola tanam yang telah disusun. Pola tanam yang layak secara finansial akan diteruskan untuk kemudian disusun alternatif pola tanam yang memungkinkan berdasarkan hasil wawancara kepada petani. Pola tanam ini sebagai landasan perhitungan optimasi. Tahap keempat adalah merancang pola distribusi luas tanam tiap komoditas menurut satuan waktu (bulan dan musim tanam) dengan mempertimbangkan harga pada tahun sebelumnya agar didapatkan suatu pola tanam yang dapat memenuhi kebutuhan produksi suatu komoditas ditiap satuan waktu dan suatu satuan harga yang tidak fluktuatif. Untuk melihat dampak dari implementasi rancangan pola tanam ini dilakukan perhitungan optimasi pola tanam dengan alternatif-alternatif yang telah disiapkan dengan metode Linear Programming. Metode analisis data untuk mencapai tujuan pada penelitian ini secara singkat untuk menjawab beberapa tahapan analisis penelitian data dapat disajikan pada Gambar 2.
19
Identifikasi Tanaman
Data yang digunakan : Data Produksi Komoditas
Ground Check
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Penyusunan Perencanaan Pola Tanam
- Penggunaan Lahan - RTRW Kabupaten
- Analisis Location Quation (LQ) - Analisis Localization Index (LI)
Wawancara Responden
- Analisis Spezialitation Index (SI)
Penyusunan mempertimbangkan : - Kestabilan harga - Waktu tanam
Komoditas Unggulan
Analisis Faktor dan Prioritas Komoditas Unggulan (AHP)
Penyusunan Optimasi Penggunaan Lahan
Kawasan Budidaya Komoditas Hortikultura
Data yang digunakan: - Peta Tanah - Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman
Pola Tanam
Preferensi Komoditas Unggulan
Analisis Kesesuaian Lahan
Potensi Kawasan Budidaya hortikultura
Penyusunan meliputi : - Fungsi tujuan : mengoptimalkan pendapatan petani - Fungsi kendala : ketersedian luas areal budidaya, batas minimum luas areal suatu komoditas per bulan per musim, batas maksimum luas areal suatu komoditas per bulan per musim
Analisis Finansial
Pola Tanam Optimal Kawasan Agropolitan
Gambar 2 Diagram alir tahapan analisis 19
20
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama adalah persiapan yang meliputi pengumpulan data sekunder yang diperlukan. Tahap kedua adalah survei lapangan yaitu pengumpulan data primer; biofisik kawasan agropolitan, sosial ekonomi masyarakat dan karakteristik kawasan.
Data Sekunder Persiapan yang dilakukan meliputi studi literatur, hasil-hasil penelitian terdahulu dan sumber-sumber yang relevan dan terlibat. Tahap persiapan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum daerah penelitian dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Jenis data sekunder dalam penelitian ini secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data sekunder Jenis Data Sekunder - Peta Administrasi
Ket Data 1 : 50.000
-
1 : 50.000 Resolusi Spasial 10m 1 : 50.000 1 : 250.000
Peta Tanah Peta Penggunaan Lahan Peta Rupa Bumi Data Iklim (Suhu, CH, Kelembaban) - Data Kependudukan - Data Produksi dan Pendukung Agropolitan - Pustaka
Bengkulu Dalam Angka 2008 Angka Tetap 2008 -
Sumber Data Bappeda Kabupaten, BPS Kabupaten Puslitan Citra SPOT 5 Bakorsurtanal Land System Kabupaten Rejang Lebong BPS Kabupaten Dinas Pertanian Kababupaten Laporan Hasil Penelitian Terdahulu dan Pustaka
Data Primer Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan di lapangan. Wawancara dilakukan untuk pengumpulan data tentang kondisi sosial ekonomi masyarakat,
dukungan
kelembagaan
dan
kebijakan
berkaitan
dengan
pengembangan kawasan agroplitan terhadap petani dan pihak terkait direkam melalui kuesioner. Pengamatan lapangan dilakukan sebagai pendukung data hasil wawancara tentang kebenaran yang ada di lapangan seperti pengamatan
21
komoditas yang dibudidaya, identifikasi pola tanam, pengamatan aktivitas pasar dan harga. Jenis data primer yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jenis dan sumber data primer Jenis Data Data Sosial β Ekonomi Petani - Identifikasi komoditas terbudidaya - Identifikasi pola tanam - Identifikasi karakteristik agropolitan - Kelayakan usaha tani - Status kepemilikan lahan - Tingkat kontinuitas produksi - Kestabilan harga - Akses pasar Data Kelembagaan - Pengetahuan petani - Kemudahan pembiayaan - Kebijakan - Ketersediaan Informasi Data Kondisi Biofisik dan Sarana Prasarana Pendukung - Ground Check penggunaan lahan - Jasa infrastruktur/pendukung
Sumber Data Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan Wawancara dan Pengamatan
Pengamatan Wawancara dan Pengamatan
Tabel 3. Jumlah dan karakteristik responden No
Kriteria
Pekerjaan
1 2 3
Pelaku terlibat langsung Pelaku tidak terlibat langsung Petugas terlibat langsung
4
Pengambil kebijakan
Petani Tokoh Masyarakat Penyuluh Pertanian Pegawai Dinas
Jumlah
Asal Instansi Dinas Pertanian Kab Rejang Lebong Dinas Pertanian Kab Rejang Lebong
Jumlah (orang) 23 2 2 2 29
Pemilihan responden dalam pengumpulan data primer menggunakan metode Purposive Sampling, sesuai dengan tujuan dan kelompok sasaran yang menjadi obyek penelitian. Responden kuesioner pola usahatani diambil dari sampel petani yang mengusahakan komoditi terpilih di lokasi penelitian dengan jumlah sampel tertentu. Responden diambil menurut batas administrasi desa dan petani komoditi hortikultura di kawasan agropolitan, sedangkan beberapa instansi yang diwawancara berasal dari unsur pemerintah daerah; Dinas Pertanian, Pengelola
22
Kawasan Agropolitan, dan Balai Penyuluh Pertanian di Kawasan Agropolitan. Jumlah dan karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Alat Analisis Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain seperangkat komputer dengan software utama Microsoft Word, Microsoft Excel, Expert Choice 11, ERDAS 9.1, ArcGIS Versi 9.3 dan program pendukung lain. Software Microsoft Word digunakan untuk penulisan dan Microsoft Excel digunakan pengolahan sebagian data sekunder dan primer serta sebagai alat optimasi dengan aplikasi Solver. Expert Choice 11 untuk mengetahui faktor dan prioritas pemilihan komoditi unggulan. ERDAS 9.1 membantu menginterpretasi peta citra menjadi peta penggunaan dan tutupan lahan, sedangkan ArcGIS digunakan untuk melakukan overlay berbagai peta dan sebagai visualisasi keluaran analisis.
Metode Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis sesuai dengan tujuan. Analisis yang dilaksanakan pada penelitian ini adalah 1) analisis komoditas unggulan, 2) analisis faktor dan preferensi yang mempengaruhi komoditas unggulan, 3) analisis penggunaan lahan dan kesesuaian lahan, 4) analisis kelayakan finansial 5) analisis penyusunan pola tanam 6) optimasi penggunaan lahan.
Analisis Komoditas Unggulan Penilaian komoditas unggulan dilakukan melalui pendekatan keunggulan komparatif produksi suatu komoditas terhadap komoditas yang sama pada wilayah agregat yang selanjutnya dianalisis karakteristik komoditas tersebut. Komoditas unggulan yang diketahui melalui keunggulan komparatif selanjutnya akan dievaluasi apakah sesuai dengan kondisi yang ada melalui wawancara terhadap petani. Data yang digunakan adalah data produksi tanaman sayuran dan buah semusim tahun 2008 di Kabupaten Rejang Lebong. Analisis komoditas unggulan dilakukan melalui tahap-tahap sebagai
23
berikut, yaitu: 1.
Identifikasi komoditas pertanian sayuran dan buah semusim yang dibudidayakan di Kawasan Agropolitan Selupu Rejang. Beberapa kriteria umum yang ditetapkan yaitu (a) merupakan tanaman yang lazim di budidayakan (bukan tanaman baru), (b) dapat diterima petani, (c) menguntungkan secara ekonomi, dan (d) tercatat dalam pencacatan statistik kabupaten.
2.
Komoditas yang telah tercatat akan dianalisis kuantitatif dengan parameter supply side, analisis lokasi dan kekhasan komoditas dengan menggunakan Location Quotient (LQ), Localization Index (LI) dan Specialization Index (SI). Koefisien LQ memberikan indikasi kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi suatu komoditas dibandingkan dengan produksi komoditas tersebut pada wilayah yang lebih luas. Hasil analisis LQ perlu didukung oleh analisis koefisien lokalisasi (Ξ±), dan koefisien Speslialisasi (Ξ²) yang memperlihatkan keunggulan komparatif masing-masing komoditas setiap wilayah. Location Quotient (LQ) merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa total aktivitas tersebut dalam total aktivitas wilayah. Dalam penelitian ini, LQ merupakan rasio persentase dari total produksi suatu komoditas pada kawasan agropolitan terhadap persentase produksi total komoditas terhadap wilayah kabupaten. Secara komparatif komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai LQ>1. Persamaan dari LQ ini adalah sebagai berikut :
Xij =
LQij
Xi . X . j X ..
keterangan : Xij
:
derajat aktivitas produksi komoditas tertentu dalam kawasan agropolitan
Xi.
: total aktivitas produksi komoditas dalam kawasan agropolitan
X.j
: total aktivitas produksi suatu komoditas pada wilayah kabupaten
X..
: derajat aktivitas produksi total wilayah kabupaten
24
Interpretasi hasil analisis Location Quotient adalah sebagai berikut : -
Jika nilai LQ ij > I, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi aktivitas produksi suatu komoditas di kawasan agropolitan secara relatif dibandingkan dengan wilayah kabupaten atau terjadi pemusatan produksi komoditas di kawasan agropolitan.
-
Jika nilai LQij = 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa aktivitas produksi setara dengan pangsa total dalam kabupaten atau konsentrasai aktivitas produksi di kawasan agropolitan sama dengan rata-rata total wilayah kabupaten.
-
Jika nilai LQij < 1, maka dalam kawasan agropolitan tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktivitas produksi yang secara umum ditemukan di seluruh wilayah.
Localization Index merupakan salah satu indeks yang menggambarkan pemusatan
relatif
suatu
aktivitas
produksi
dibandingkan
dengan
kecenderungan total di dalam wilayah. Indeks ini dipergunakan untuk mengetahui persen distribusi suatu aktivitas tertentu di dalam wilayah dan untuk menentukan wilayah mana yang potensial untuk mengembangkan aktivitas tertentu. Persamaan Localization Index ini adalah sebagai berikut :
. LIj = 12 β β .. .
Interpretasi hasil analisis Localization Index tersebut adalah : -
Jika nilainya mendekati 0 berarti perkembangan suatu komoditas pada kawasan agropolitan cenderung memiliki tingkat yang sama dengan perkembangan wilayah kabupaten. Tingkat perkembangan aktivitas akan relatif
indifferent
di
seluruh
lokasi
atau
aktivitas
tersebut
mempunyai peluang tingkat perkembangan relatif sama di seluruh lokasi. -
Jika nilainya mendekati 1 berarti aktivitas yang diamati akan cenderung berkembang memusat di kawasan agropolitan.
Specialization Index merupakan salah indeks yang menggambarkan pembagian wilayah berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada. Lokasi tertentu
25
menjadi pusat bagi aktivitas yang dilakukan. Persamaan Specialization Index ini adalah sebagai berikut :
.
SIj = 12 β β . ..
Interpretasi hasil analisis Specialization Index tersebut adalah : -
Jika nilainya mendekati 0 berarti tidak ada kekhasan. Artinya dalam kawasan agropolitan tidak memiliki aktivitas khas yang relatif menonjol perkembangannya dibandingkan dengan kawasan lain.
-
Jika nilainya mendekati 1 berarti terdapat kekhasan. Artinya dalam kawasan agropolitan memiliki aktivitas khas yang perkembangannya relatif menonjol dibandingkan dengan kawasan lain.
Dengan pemilihan melalui proses ini kita dapat mengetahui tanaman apa saja yang paling menonjol sebagai tanaman yang memiliki keunggulan komparatif dibanding wilayah sekitarnya. 3.
Analytical Hierarchy Proccess (AHP) selain untuk menentukan komoditas mana yang diutamakan dapat juga untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan komoditas tersebut. AHP merupakan alat pengambilan keputusan dengan memilih suatu alternatif yang terbaik. AHP juga dapat memperlihatkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan keputusan. AHP digunakan untuk mengetahui urutan prioritas dari tanaman yang ingin dibudidayakan. Kriteria penilaian diambil dari tiga aspek (fisik, ekonomi dan sosial budaya), kriteria tersebut yaitu; a.
Aspek Fisik (kemampuan tanam sepanjang tahun dan tanam musim tertentu)
b.
Aspek Ekonomi (permodalan, peluang pasar, stabilitas harga dan keuntungan produksi)
c.
Aspek Sosial Budaya (tradisi, hasil pertanian, dukungan pemerintah, orientasi produksi, kemudahan bahan tanam, pengetahuan budidaya, tingkat keberhasilan, kemudahan pemeliharaan, dan ketersedian tenaga kerja)
26
Hirarki disusun berdasarkan kriteria dan
alternatif
yang dijadikan
pertimbangan dalam pemilihan prioritas komoditas unggulan sebagai tujuan (Gambar 3). Prioritas Komoditas Unggulan
Aspek Fisik
Cabe Merah
Aspek Ekonomi
Wortel
Stroberi
Buncis
Aspek Sosial Budaya
Bw Daun
Kembang Kol
Gambar 3 Susunan hirarki prioritas komoditas unggulan Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Pendekatan AHP menggunakan skala Saaty (1991) mulai dari nilai bobot 1 sampai dengan 9. Nilai bobot 1 menggambarkan sama penting, ini berarti bahwa atribut yang sama skalanya, nilai bobotnya 1, sedangkan nilai bobot 9 menggambarkan kasus atribut yang penting absolut dibandingkan yang lainnya. Tabel skala banding secara berpasangan menurut Saaty (1991) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Skala perbandingan berpasangan (Saaty 1991) Tingkat Kepentingan 1
Definisi Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting dari Elemen yang lain
5
Elemen yang satu lebih penting dari Elemen yang lain
7
Elemen yang satu jelas lebih penting dari Elemen yang lain
9
Elemen yang satu mutlak lebih penting dari Elemen yang lain
2, 4, 6, 8 Kebalikan
Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Reciprocals
27
4.
Bagian terakhir dari penentuan komoditas unggulan ini adalah dengan melakukan wawancara terhadap petani. Wawancara dilakukan untuk mengetahui tanaman unggulan mana yang sering dibudidayakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini penting agar pemilihan tananaman unggulan tidak hanya berdasarkan atas keunggulan komparatif suatu komoditas namun juga secara umum dapat diterima dan dapat diaplikasikan.
Analisis Penggunaan/Tutupan Lahan dan Kesesuaian Lahan Analisis penggunaan/tutupan lahan dan kesesuaian lahan merupakan metode untuk menghasilkan gambaran umum tentang kondisi potensi komoditas unggulan pada satuan lahan di kawasan budidaya. Komponen utama metode ini adalah penerapan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografis) dalam mendeliniasi kawasan menurut peruntukan dan kesesuaian lahan terhadap komoditi unggulan yang telah ditentukan sebelumnya. Beberapa tahapan dalam analisis ini sebagai berikut : 1.
Identifikasi sebaran kawasan budidaya eksisting dan RTRW, keluaran yang dihasilkan adalah daerah kawasan budidaya berdasarkan penggunaannya dan RTRW. Metode dilakukan dengan overlay peta penggunaan dan tutupan lahan dengan peta RTRW kabupaten. Penggunaan dan tutupan lahan diperoleh dengan menginterpretasi citra yang diklasifikasi dengan klasifikasi terbimbing
(supervised
clasification).
Klasifikasi
dilakukan
dengan
menggunakan software ERDAS Imagine. Citra yang digunakan adalah citra SPOT 5 tahun 2008. Hasil interpretasi diperkuat melalui survei lapangan (ground check). Peta penggunaan dan tutupan lahan selanjutnya di-overlay (tumpang tindih) dengan peta RTRW kabupaten agar penetapan kawasan tidak berseberangan dengan kebijakan yang diambil pemerintah daerah. 2.
Analisis kesesuaian lahan terhadap komoditas unggulan yang terpilih, hal ini untuk mengetahui kesesuaian komoditas terhadap karakteristik lahan yang ada. Metode yang dilakukan adalah metode matching antara kriteria fisik dan kimia tanaman dengan karaktersitik lahan. Overlay peta satuan tanah dan peta iklim menjadi satuan lahan. Analisis kesesuaian lahan yang dihasilkan adalah analisis kesesuaian lahan aktual yang diasumsikan dilakukan usaha perbaikan
28
tehadap faktor pembatas sehingga keluarannya adalah analisis kesesuaian lahan potensial. Faktor pembatas sendiri dibagi menjadi 2 jenis yaitu : (1) faktor pembatas yang sifatnya permanen dan tidak mungkin atau tidak ekonomis untuk perbaiki, dan (2) faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan masukan teknologi yang tepat. Secara umum jika melihat dari kriteria lahan usaha perbaikan yang bisa dilakukan sebagai berikut : a. Ketersediaan air (w), dapat dilakukan usaha perbaikan dengan melakukan irigasi atau pengaturan pengairan. b. Media perakaran (r), usaha yang dilakukan beragam, ada yang mungkin dilakukan usaha perbaikan dan ada yang tidak mungkin dilakukan usaha perbaikan. Contoh yang tidak mungkin dilakukan usaha perbaikan adalah tekstur dan kedalaman efektif, karena apabila dilakukan usaha perbaikan akan tidak ekonomis, sedangkan contoh yang bisa dilakukan perbaikan adalah jika faktor pembatasnya drainase bisa dilakukan dengan pembuatan saluran drainase. c. Retensi hara (f), usaha yang lazim dilakukan adalah penambahan bahan organik dan pengapuran. Jika pembatasnya PH dimungkinkan dilakukan pengapuran, namun jika pembatasnya adalah KTK (Kapasitas Tukar Kation) dapat dilakukan penambahan bahan organik. d. Bahaya erosi (e), usaha yang dilakukan adalah pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman penutup tanah. e. Toksisitas (x), hampir sama dengan retensi hara, dalam hal ini dengan melakukan pengapuran atau penambahan bahan organik. f. Suhu (t), faktor pembatas ini merupakan salah satu faktor pembatas yang tidak mungkin dilakukan perbaikan oleh petani, namun bisa saja dilakukan perbaikan dengan mengeluarkan varietas yang mampu beradaptasi pada suhu tertentu. 3.
Selanjutnya adalah overlay peta sebaran kawasan budidaya menurut penggunaan dan tutupan lahan dengan peta kesesuaian lahan. Sehingga
29
didapatkan sebaran peta menurut peruntukan dan kesesuaiannya dengan klasifikasi sebagai berikut : a. Kawasan Non Budidaya -
Badan Air
-
Kawasan Non Budidaya
-
Kawasan Pemukiman
b. Kawasan Budidaya -
Kawasan pertanian eksisting yang sesuai RTRW, mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
-
Kawasan pertanian berdasarkan RTRW, mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
-
Kawasan pertanian eksisting yang tidak sesuai RTRW, tidak mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
-
Kawasan pertanian eksisting yang tidak sesuai RTRW, tidak mendukung untuk dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
-
Kawasan pertanian berdasarkan RTRW, tidak mendukung untuk dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
-
Kawasan
pertanian
eksisting
yang
sesuai
RTRW,
tidak
mendukung dilakukan budidaya pertanian komoditas unggulan
Analisis Penyusunan Pola Tanam Penyusunan pola tanam didasarkan atas pemilihan komoditas unggulan berdasarkan preferensi petani di lingkungan Kawasan Agropolitan Selupu Rejang. Teknik yang dilakukan melalui wawancara kepada petani, dengan memberikan alternatif-alternatif pola tanam. Pola tanam ini merupakan awal pelaksanaan optimasi penggunaan lahan. Pada tahap awal akan disusun pola tanam dalam satu musim, dalam tahap ini hal utama yang dilakukan adalah menentukan kecenderungan sistem budidaya tanaman dari komoditas unggulan yang telah dipilih, dengan komoditas unggulan sebagai tanaman utama. Selanjutnya pola tanam tersebut akan dinilai analisis finansialnya jika layak maka akan disusun pola pertanaman antar musim.
30
Penyusunan perencanaan pola tanam dilakukan dengan menerapkan beberapa asumsi sebagai berikut : 1.
Prinsip perencanaan pola tanam menganut sistem monokultur dan polikutur (tumpang sari).
2.
Tanaman unggulan menjadi tanaman utama dan setiap musim tanam komoditas unggulan harus ada.
3.
Dalam satu tahun perencanaan pola tanam diasumsikan menjadi dua musim tanam. Musim tanam I dimulai pada bulan OktoberβMaret, sedangkan musim Tanam II dimulai pada bulan April-September.
4.
Menghindari tanaman yang sama pada pola tanam di musim berikutnya.
Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pola tanam yang disusun secara ekonomis layak atau tidak layak diusahakan. Pendekatan yang digunakan untuk menghitung kelayakan usaha adalah berdasarkan kajian ekonomi yaitu melalui analisis finansial usaha tani. Penilaian suatu usaha layak atau tidak layak adalah dengan menghitung Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Net B/C merupakan evaluasi usaha dengan membandingkan nilai seluruh hasil yang diperoleh sekarang dengan nilai seluruh biaya usaha sekarang. Jika hasil perhitungan Net B/C > 1 maka pengusahaan pola tanam tersebut layak untuk dilanjutkan untuk dioptimasi, namun jika nilai Net B/C < 1 maka tidak layak. Rumus matematis Net B/C (Net BCR) adalah
n NetBCR = β (Bt β Ct )/(1 + i)t t =1 Bt = manfaat (Rp.) yang diperoleh sehubungan dengan suatu usaha pada (tahun, bulan, minggu, dan sebagainya) ke-t Ct = biaya (Rp.) yang dikeluarkan sehubungan dengan suatu usaha pada waktu ke-t, tidak dilihat apakah biaya tersebut dianggap bersifat modal (pembelian peralatan, tanah, konstruksi, dan sebagainya) i = tingkat suku bunga (%) t = periode (1,2,3,...,n)
31
Optimasi Pola Tanam Perhitungan optimasi alternatif-alternatif pola tanam yang telah disiapkan dengan menggunakan metode Linear Programming, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan
minimal
produk
pertanian
unggulan
dan
mempertimbangkan pergerakan harga sehingga tetap menjaga keuntungan ekonomi bagi petani. Penyusunan optimasi ini menggunakan program solver pada Microsoft Excel 2007. Sebelum melakukan optimasi ditentukan dulu batas minimum dan batas maksimum untuk luasan lahan suatu komoditas pada tiap bulan ditiap musimnya. Batas minimum adalah sebaran luasan minimum bulanan dan musim yang tercatat pada musim tertentu di tahun sebelumnya, sedangkan batas maksimum adalah batas yang ditoleransi yang dinilai dari pergerakan maksimum luas lahan dari tahun sebelumnya. Batasan maksimum ini penting agar tidak terjadi over supply. Secara lengkap rumus perhitungan batas maksimum adalah sebagai berikut : Luas maksimum per musim :
!"#" $ %&" = % !"#" $
%&"
") !"#" $ !"
%&"
Luas maksimum per bulan:
* !"#" $ !" +%,) ./0 1# β 1# !"#" $ %&" = ./0 !"#" $ 2%,) -
!"#" $ 6
%&"
dengan ; % !"#" $ %&" = 1# β /# % 45/05&5/) !"#" $ 2%,) - !"
%&"
Pergesaran luas maksimum per bulan:
% 45/05&5/) !"#" $ 2%,) ( 1# β 1# !"#" $ 75/ #β%) β !"#" $ 2%,) -) = 1# β 1# !"#" $ 75/ #β%)
dimana; LT Komoditi X Bulan Y Musim M Musim I Musim II
= Luas Tanam = Cabe Merah, Wortel, Kembang Kol, Bawang Daun = Januari, Februari,..., Desember = Musim I, Musim II = Oktober - Maret = April - September
100%
32
Optimasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengoptimalkan nilai ekonomi atas sebidang lahan usaha dengan tetap menjamin produktivitas secara lestari. Penelitian ini diarahkan untuk menemukan suatu kombinasi jenis tanaman yang secara agregat menghasilkan nilai ekonomi optimal dan kebutuhan produksi yang dibutuhkan dan dapat diaplikasikan oleh petani setempat. Metode yang digunakan adalah analisis program linear dengan menggunakan aplikasi Solver pada MS Excel 2007. Susunan model optimasi adalah sebagai berikut : a) Fungsi Tujuan Fungsi tujuan adalah menentukan keuntungan maksimum pada setiap lahan menurut pola dan musin tanam tertentu. Secara matematis fungsi ini dirumuskan sebagai :
@
@
@
?
?
?
. ; = < = >? A = -B? .B? β = +B? C<
b) Fungsi Kendala : Luas Lahan Luas baku lahan pola tanam tertentu yang tidak boleh melebihi luas baku areal yang digunakan saat ini, secara matematis dapat diumumkan sebagai berikut : = >D = D D
Luas kebutuhan minimum dan maksimum komoditas utama merupakan kendala yang digunakan selanjutnya. c) Fungsi Kendala : Pengeluaran untuk Usaha Tani Pengeluaran yang dibutuhkan untuk kegiatan usaha tani pola tanam tertentu tidak boleh melebihi batas biaya rata-rata untuk usahatani pola tanam tersebut. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : = + > = E
Syarat non negatifitas
>D β₯ 0
dimana : Z
= Variabel tujuan, yaitu nilai total pendapatan dari usahatani tanaman X di wilayah penelitian (Rp/tahun), yang dicari nilai maksimumnya.
33
Apb Lpb Ykb Hkb Bkb
= Variabel keputusan, yaitu luas lahan pada tiap pola tanam p di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Total luas lahan tersedia pada pola tanam p dimusim m (1,2) di wilayah penelitian. = Perkiraan produktvitas (yield) komoditas k di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Harga satuan komoditas k di musim m (1,2) di wilayah penelitian. = Perkiraan biaya yang komoditas k pada musim m di wilayah penelitian.
dengan : b k
= 1,2,...,12 (Januari, Februari,..., Desember) = cabe merah, wortel, kembang kol, bawang daun, petsai/sawi