METAFORA DALAM PIDATO CHARLES DE GAULLE PADA PERANG DUNIA II
Nama Penulis : Bintarti Mayang Sari (penulis pertama) Myrna Laksman-Huntley (penulis kedua) Program Studi Prancis, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metafora dalam pidato De Gaulle pada tahun 1941. Unit analisis adalah semua ungkapan metaforis dalam pidato pada tanggal 11 November dan 24 Desember 1941. Penulis ini menggunakan pendekatan semantik kognitif, yakni teori metafora konseptual yang dikemukakan oleh Lakoff dan Johnson. Melalui analisis data ditemukan delapan kategori metafora dalam pidato De Gaulle yang menunjukkan pesan utama, yakni untuk menyemangati rakyat Prancis yang sedang dalam keadaan Perang Dunia II. Penelitian ini juga menunjukkan pandangan hidup De Gaulle, yaitu pantang menyerah dan bersemangat cinta pada tanah air yang dapat dicontoh semua orang jika ingin memajukan bangsanya.
Kata kunci: Metafora konseptual, pidato De Gaulle, semantik kognitif
Abstract
Title: Metaphor Studies in De Gaulle’s speeches in World War II
This study is to describe metaphors in De Gaulle’s speeches in 1941. The analysis units are all metaphorical expressions in the speeches on November 11 and December 24, 1941. I use cognitive semantic approach, which is Lakoff and Johnson’s conceptual metaphor theory. This research found eight metaphorical concepts in the speeches that show De Gaulle’s main message: to motivate French people in the middle of World War II. The study shows also an illustration of his values of life as an individual and as a state leader, namely resistance and patriotism which can be followed by people who want to advance their country’s welfare. Key words: Conceptual metaphor, De Gaulle’s speech, cognitive semantic
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Pendahuluan Setiap teks memiliki tujuan komunikatif, termasuk pidato. Terlebih, pidato merupakan sarana komunikasi langsung antara seorang orator dan khalayak ramai yang bersifat persuasif (Keraf, 1991). Berpidato merupakan keahlian yang penting di dalam masyarakat demokratis. Selain penguasaan materi, pemilihan kata akan sangat menunjang pembicara dalam memformulasikan ide-idenya (Keraf, 1991). Sering kali orator menciptakan makna baru dari kata atau ungkapan yang telah memiliki arti harfiah agar pesannya tercapai. Suatu ide yang bersifat politis akan terlalu rumit bagi kalangan tertentu yang kurang bersinggungan dengan ranah ini. Oleh karena itu, penyampaian ide dibantu oleh proses metaforis. Seperti yang dikemukakan Aristoteles (dalam West dan Turner, 2008), metafora adalah alat penting dalam pidato yang membantu sesuatu menjadi lebih mudah dipahami dan lebih menarik karena menghindari bahasa sederhana yang terlalu membosankan dan bahasa terlalu rumit yang membuat frustasi pendengar. Beberapa tokoh politis terkenal menggunakan metafora dalam pidatonya. Misalnya, metafora yang ditemukan dalam pidato De Gaulle pada tanggal 11 November 1941, Nous sommes maintenant un bloc inébranlable (Kita sekarang adalah blok yang tak tertembus). Dalam kamus Le Robert de poche 2011 (2010), bloc memiliki makna ‘masse solide et pesant, éléments groupé en une masse homogène’. Prancis yang bersatu diibaratkan sebagai sebuah blok yang kuat dan tangguh. Prancis yang seperti itu adalah Prancis yang memiliki daya juang tinggi yang mampu bertahan menghadapi gempuran lawan. Dari contoh di atas, metafora dalam pidato De Gaulle menimbulkan efek tertentu yang akan berbeda dari kata bermakna harfiah. Metafora dalam suatu bahasa dapat bersifat universal karena berhubungan dengan sistem konseptual manusia, yakni hal mendasar dari pemikiran manusia dan bersifat sistematis (Knowles dan Moon, 2008). Pemikiran mendasar itu dapat melalui interaksi sosial dan kesamaan pengalaman. Melalui teori kognitif dari Lakoff dan Johnson, peneliti dapat menelusuri pemetaan konsep antarranah, yakni ranah sumber dan ranah sasaran yang merupakan konsep utama dalam mengidentifikasi metafora kognitif. Bahasa sebagai alat ekspresi dapat menunjukkan konsep suatu masyarakat, bagaimana mereka memandang dunia, menanggapi lingkungan sekitar, dan berinteraksi satu sama lain (Lakoff dan Johnson, 1980). Siregar (2009) memberikan contoh: di negara berbahasa Inggris ada ungkapan, TIME IS MONEY. Ungkapan ini merupakan salah satu struktur metafora yang
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
sering kita dengar. Menurut teori metafora konseptual, TIME adalah ranah sasaran dan MONEY adalah ranah sumber. Dalam pikiran masyarakatnya, waktu merupakan sesuatu yang berharga seperti uang. Pemikiran ini dapat disimpulkan dengan melihat pemetaan yang terjalin dalam hubungan antarranah. Di dalam bahasa Indonesia, meskipun juga terdapat ungkapan yang serupa, waktu adalah uang, pada kenyataannya, masyarakat lebih menganut peribahasa “Biar lambat asal selamat” (Siregar, 2009). Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa ungkapan waktu adalah uang hanya merupakan pinjaman dari bahasa Inggris. Aspek kebahasaan dalam pidato menarik untuk dibahas karena dalam pidato akan terungkap semangat zaman serta pengungkapan ide yang khas (Keraf, 1991). Penelitian mengenai metafora sudah banyak dilakukan, seperti oleh Susasmiyati (2004), mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Indonesia, mengenai jenis-jenis metafora serta alat yang digunakan Soekarno dalam pidatonya pada era revolusi kemerdekaan. Untuk mengklasifikasi metafora, ia menggunakan pendekatan kognitif dari Lakoff dan Johnson (1980). Dari penelitian ini ia mengetahui pandangan hidup Soekarno sebagai individu dan pemimpin bangsa. Penelitian lain mengenai metafora dilakukan oleh Tan (1996), mahasiswa Program Studi Sastra Prancis, Universitas Indonesia. Dalam skripsinya, Tan meneliti jenis metafora dan jenis metonimi yang terdapat dalam berita surat kabar Prancis dengan menggunakan teori Ullmann (1964). Hasil penelitian itu menunjukkan kaitan makna secara metaforis dan metonimis dengan pelanggaran kolokasi. Penggunaan makna secara metaforis dan metonimis menyebabkan makna kalimat yang unsur-unsurnya mengalami pelanggaran kolokasi tetap berterima. Teori yang sama digunakan Fabriyanti (2008), mahasiswa Program Studi Sastra Prancis, Universitas Indonesia, untuk meneliti jenis metafora dalam komik Prancis. Dari penelitian itu ia menyimpulkan bahwa ada hubungan konteks cerita dengan pemilihan metafora binatang dalam jenis komik tertentu. Penelitian terdahulu tersebut belum ada yang membahas mengenai metafora dalam teks pidato berbahasa Prancis meskipun penelitian mengenai metafora dalam bahasa Prancis telah dilakukan dengan menggunakan korpus serta bidang berbeda. Dalam penelitian ini, akan dibahas metafora dalam bidang politik yang terdapat dalam pidato De Gaulle. Secara historis, pidato yang disampaikan presiden pertama Republik V Prancis dan tokoh penting dalam pembebasan Prancis pada masa Perang Dunia II itu memiliki pengaruh yang signifikan bagi masyarakat Prancis (dalam artikel How De Gaulle speech). Pidatonya pada masa pendudukan Jerman tahun 1940--1945 mampu mengobarkan semangat rakyat Prancis
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
yang sudah putus asa dan hampir menyerah (Dreyfus, 1996). Bahkan, pidatonya pada masa Perang Dunia II dianggap sebagai faktor utama keluarnya Prancis sebagai pemenang bersama Sekutu (dalam artikel How De Gaulle speech, 2010). Hal tersebut menunjukkan bahwa pidato memiliki peran luas dan kedudukan penting dalam masyarakat. Akan tetapi, kajian semantis pidato De Gaulle belum dilakukan secara mendalam, padahal di dalamnya ditemukan gejala metafora yang menarik, seperti contoh yang telah disebukan di atas. Melihat penggunaan metafora dalam pidato De Gaulle, peneliti hendak mengetahui struktur metafora yang terdapat dalam pidatonya. Struktur yang dimaksud adalah kategori metafora yang didapat dari menyimpulkan pemetaan antarranah. Dengan mengetahui berbagai struktur itu, pesan utama yang hendak disampaikan dalam pidatonya melalui metafora terungkap. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan metafora yang digunakan De Gaulle dalam pidatonya pada masa Perang Dunia II. Untuk dapat mencapai tujuan, sasaran dalam penelitian ini adalah (1) mengungkapkan kategori metafora dalam pidato De Gaulle dan (2) menemukan makna metafora dalam pidato De Gaulle.
Tinjauan Teoretis Analisis makna dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kognitif, yakni dengan sistematisasi metafora menurut Lakoff dan Johnson (1980). Sistematisasi metafora dilakukan berdasarkan atas tiga hal, yakni source domain (ranah sumber), target domain (ranah sasaran), dan correspondences/mappings (persesuaian/pemetaan), highliting (penyorotan) dan hiding (penyembunyian), serta image schema (skema citra). Dari unsur-unsur sistematisasi itu, dapat terungkap skema tertentu (skema citra) yang akan menunjukkan sistem metafora. Knowles dan Moon (2004) menyatakan bahwa metafora konseptual menyamakan dua area konsep, yakni ranah sumber dan ranah sasaran. Istilah ranah sumber (selanjutnya disingkat RSu) digunakan untuk menyatakan area konsep tempat metafora digambarkan. Ranah sasaran (selanjutnya disingkat RSa) adalah area konsep tempat metafora digunakan. Di antara dua area tersebut terdapat hubungan, yang disebut persesuaian atau pemetaan. Hubungan ini dapat
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
tercipta berkat adanya experiential bases (Lakoff dan Johnson, 1980). RSa dan RSu ini dimasukkan ke dalam struktur atau kategori metafora yang sesuai yang ditampilkan dalam huruf kapital. Penulisan ini untuk menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah konsep. Untuk selanjutnya, istilah struktur dan kategori metafora digunakan dalam analisis ini. Keduanya memiliki makna sama dalam analisis metafora konseptual. Pemakaian istilah ini secara bergantian adalah untuk menghindari pengulangan. Agar lebih jelas, penulis mengutip contoh yang dikemukakan Lakof dan Johnson, yaitu konsep ARGUMENT dan metafora ARGUMENT IS WAR. Dalam suatu perdebatan kita sering mendengar ungkapan seperti, “Dia menyerang semua titik lemah argumen saya” “Strategi orang itu lemah” “Saya selalu kalah berdebat dengannya” Banyak hal yang dilakukan dalam perdebatan disusun sebagian oleh konsep perang. Kenyataannya, ungkapan tersebut tidak hanya sekadar mengatakan sesuatu dalam istilah perang, tetapi pola pikir juga turut terbentuk sesuai konsep yang digunakan. Cara seseorang berdebat disusun sebagian oleh struktur metafora ARGUMENT IS WAR. Seandainya perdebatan tidak dilihat dengan istilah perang, konsep kita tentang perdebatan juga ikut berubah. Misalnya, dalam ARGUMENT IS DANCE, tidak ada lagi ungkapan kalah atau menang perang dan perencanaan strategi. Kita tidak lagi melihat orang yang berdebat dengan kita sebagai lawan. Kita mungkin akan memandang perdebatan sebagai sesuatu yang indah, penuh harmoni, dan memerlukan keseimbangan. Dari contoh di atas ada persamaan antara ide ARGUMENT dan ide WAR. Metafora merupakan bagian penting dari sistem pemikiran manusia. Kita berbicara dan berpikir secara metaforis. Hal ini berdasarkan penelitian Lakoff dan Johnson (1980) bahwa sebagian besar dari kita saat dihadapkan pada ungkapan metaforis, tidak kembali ke makna harfiahnya dulu, tetapi langsung memaknainya secara metaforis. Akan tetapi, kita sering tidak menyadari bahwa pemikiran kita sangat metaforis. Metafora konseptual dapat menjadi bahasan yang menarik karena mengupas metafora dari sudut pandang yang berbeda dari yang sering ditemui. Metafora biasanya hanya dikenal sebagai unsur dekoratif dalam bahasa, padahal menurut teori semantik kognitif, metafora terbentuk secara sistematis dan konseptual yang pada gilirannya membentuk cara pandang terhadap sesuatu. Untuk memahami perbedaan pandangan antara tradisional dan konseptual, berikut ini
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
ditampilkan secara ringkas perbedaan metafora dari kedua pandangan itu. Tabel 1. Perbedaan Metafora Tradisional dan Metafora Konseptual Metafora Tradisional
Metafora Konseptual
Metafora adalah gaya bahasa
Metafora
bukan
sekadar
bahasa
figuratif atau gaya bahasa yang hanya berfungsi memperindah bahasa, tetapi juga menstruktur pemikiran Pendekatan
tradisional
hanya Tidak bersifat linguistis, atau berada
menganggap metafora sebagai bagian didalam ranah bahasa semata, tetapi dari bahasa, tidak menyerap dalam berhubungan sistem konsep manusia
dengan
sistem
konseptual manusia
.
erat
Proses yang terjadi adalah pergeseran Proses yang terjadi dalam hubungan sebagian komponen makna Pendekatan metaforis tradisional metafora
menganggap terbentuk
persamaan. kriteria
Persamaan
agar
terbentuk
adalah
bahwa persesuaian
pemetaan
antarranah.
atau
Analisis
berdasarkan metafora dilakukan untuk mengetahui merupakan bagaimana
bekerjanya.
Pemilihan
hubungan ungkapan metaforis tidaklah arbitrer,
metaforis.
tetapi sistematis serta berdasarkan pada
pengalaman.
Metafora
klise
dalam
pendekatan Menurut
pendekatan
konseptual,
tradisional dianggap telah bermakna metafora yang dianggap mati di dalam harfiah
pandangan tradisionaltetap hidupdan justru menunjukkan bahwa metafora merupakan
bagian
dari
sistem
ranah
konseptual
Metafora membandingkan dua istilah
Metafora
membandingkan
konsep.
Metafora
merupakan
pemahaman konseptual ranah dengan
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
merujuk pada ranah konseptual lain.
Penelitian Siregar (2003) merupakan salah satu analisis metafora dengan paradigma semantik kognitif. Ia meneliti pola-pola metafora dan sistem yang mengatur metafora untuk memetakan perubahan kemasyarakatan yang terlacak melalui ungkapan metaforis. Penelitian ini merupakan salah satu dari penelitian metafora konseptual yang berhubungan dengan ranah politik terlengkap. Analisis dilakukan dalam dua tahap. Pertama, mengumpulkan data ungkapan metaforis. Kedua, menentukan sistem metafora berdasarkan telaah semantik polisemi dan hiponimi. Setelah itu, memuat data dan hasil pengamatan dalam format tabulasi. Dengan tabulasi, ciri yang terdapat dalam data metaforis dan ciri yang mendukung kategorisasi metafora dapat ditampilkan serentak. Model tabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Pemetaan konseptual metafora SASARAN adalah SUMBER RANAH SASARAN Pemahaman
interpretatif
RANAH SUMBER metaforis
dalam ranah SUMBER
Pemahaman interpretatif nonmetaforis dalam ranah SUMBER
Model di atas apabila diterapkan pada contoh struktur metafora ARGUMENT IS WAR atau DEBAT adalah PERANG, sebagai berikut. Tabel 3. Pemetaan konseptual metafora SASARAN adalah SUMBER
RANAH SASARAN
RANAH SUMBER
Dalam perdebatan argumen menjadi Dalam berperang membutuhkan senjata senjata Dalam perdebatan, titik lemah lawan Dalam debat adalah argumennya yang lemah Argumen pertahanan
yang dan
kuat
perang,
titik
lemah
lawan
diserang agar menang
merupakan Dalam perang, benteng atau senjata
menjadi
faktor mutakhir merupakan pertahanan dan
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
kemenangan
faktor kemenangan
Penelitian Siregar (2003) menjadi rujukan karena merupakan salah satu contoh analisis teks bermuatan politik dalam pandangan semantik kognitif yang ditampilkan secara ringkas. Penggunaan tabel diperlukan untuk memudahkan analisis serta pembacaan. Di dalam tabel akan terlihat jelas struktur dari sebuah ranah konsep yang digambarkan melalui struktur ranah konsep lain. Selanjutnya analisis dalam penelitian ini menggunakan istilah bahasa Indonesia. Penggunaan istilah ini semata untuk memudahkan penamaan. Lakoff dan Johnson (1980) menyatakan tidak semua aspek RSu terpetakan dalam RSa. Dalam teori metafora konseptual, pemetaan selektif ciri RSu ke RSa disebut penyorotan, ciri lain yang tidak ditampakkan disebut penyembunyian. Apabila RSu itu berubah, pemetaan dan ciri penyorotan juga berubah.Oleh karena itu, hubungan antara area konsep tidaklah keseluruhan, tetapi hanya sebagian. Jika hubungan itu bersifat total, suatu konsep menjadi konsep lain, tidak sekadar dimengerti dalam istilah konsep lain tersebut. Metafora menghasilkan kesimpulan tertentu (Siregar, 2003). Untuk memahaminya digunakan sebuah skema. Skema ini menyoroti tujuan dari penggunaan metafora untuk menjelaskan suatu ranah konsep abstrak, yakni untuk menyampaikan pesan tertentu. Pesan ini melewati jalan yang dapat terlacak melalui metafora. Oleh karena itu, skema ini dapat digunakan pula untuk menunjukkan sistem dari struktur metafora. Skema yang diidentifikasikan Johnson ini merupakan salah satu yang termudah dan sederhana yang dapat dilakukan sesuai dengan keterbatasan waktu dalam penelitian ini. Skema ini terdiri atas sumber, jalan, dan sasaran. Menurut Johnson dalam Williams (2008), sumber adalah asal mula atau titik awal sebuah gerakan. Jalan adalah rentetan lokasi yang saling berdekatan atau berhubungan yang dilewati objek yang bergerak. Sasaran adalah tujuan atau titik akhir sebuah gerakan. Skema ini berangkat dari pemahaman bahwa setiap konseptualisasi proses apapun melibatkan sebuah gerakan. Dari skema ini dapat tergambar proses konseptualisasi metafora dan kaitan antarkonsep.
Metodologi Penelitian
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Metode penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan semantik kognitif. Penelitian ini mengutamakan kedalaman penghayatan terhadap objek penelitian yang sedang dikaji secara empiris. Dengan metode ini penggunaan metafora dalam pidato dapat dianalisis secara mendalam sehingga tujuan penelitian dapat tercapai, yaitu mendeskripsikan jenis metafora dalam pidato De Gaulle. Sumber data dalam penelitian ini adalah pidato De Gaulle pada tahun 1941. Ada 41 pidato yang disampaikan De Gaulle pada tahun ini. Dalam penelitian ini, hanya dua dari pidatonya yang dianalisis, yakni pidato yang disampaikannya pada pertemuan orang Prancis di Inggris pada tanggal 15 November 1941 dan pidato yang disampaikannya melalui radio pada tanggal 24 Desember 1941 sebagai pesan malam Natal untuk anak-anak Prancis. Pidato pertama dipilih karena disampaikannya langsung di hadapan perwakilan Prancis pada bulan November, setelah serangkaian pertempuran dan kerja sama dengan Sekutu maupun berbagai negara Asia dan Afrika. Ia biasanya menyampaikan pidato kepada rakyatnya melalui radio. Pidato kedua merupakan yang pertama dan ditujukan untuk anak-anak. Oleh karena itu, menarik mengamati perbedaan metafora yang mungkin ia gunakan pada kedua pidato itu. Unit analisis adalah semua ungkapan metaforis yang terdapat dalam pidato De Gaulle pada tanggal 15 November dan 24 Desember 1941. Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan pendekatan kognitif menurut Lakoff dan Johnson (1980). Berikut ini adalah tahapan analisis data. •
Setelah data terkumpul, mencari ranah sumber.
•
Menyusun data ke dalam kategori penamaan metafora.
•
Mendeskripsikan hubungan antara ranah sasaran dan ranah sumber.
•
Dalam memerikan hubungan antara ranah sasaran dan ranah sumber, makna tiap data langsung dijelaskan. Interpretasi makna dilakukan tanpa melepas konteks luar bahasa, yakni dengan merujuk pada konteks kekinian pada saat pidato disampaikan. Selain itu, setiap data tidak terlepas dari kaitan dengan kalimat sebelum atau sesudahnya.
•
Menyimpulkan hasil analisis data.
Kategori Metafora
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Dari pencuplikan data, terkumpul 28 data metaforis. Sebanyak 25 data didapatkan dari pidato pada tanggal 15 November, sedangkan sisanya didapatkan dari pidato pada tanggal 24 Desember. Dari dua pidato De Gaulle pada tahun 1941 yang dianalisis, terungkap delapan kategori metafora, yaitu PERJUANGAN adalah PERJALANAN SEMANGAT PERSATUAN adalah API KEBEBASAN adalah KOMODITAS BERHARGA NEGARA/KEMENANGAN adalah ORANG PERANG adalah PERTUNJUKAN NEGARA adalah BANGUNAN HARAPAN adalah CAHAYA PENJAJAHAN adalah KEGELAPAN/PENJARA Dalam artikel ini diberikan satu contoh lengkap analisis metaforis pidato De Gaulle untuk memperoleh kategori metafora di atas. De Gaulle dalam pidatonya pada tanggal 15 November 1941, menggunakan kata seperti le chemin (jalan), les étapes (langkah), la route (jalan), le voyageur (pengelana), dan la marche (langkah, gerak jalan) yang bermakna metaforis.
•
Le voyageur qui gravit la montée s'arrête parfois quelques instants pour mesurer
le chemin parcouru et s'orienter vers le but. [paragraf 1, baris 1--2]
(Pengelana yang sedang mendaki kadang berhenti sebentar untuk mengukur jalan yang ditempuh dan mengarah ke tujuan.) •
Ainsi avons-nous jugé bon de nous rassembler aujourd’hui, sur l’initiative
émouvante des Français de Grande-Bretagne, pour nous réconforter nous-mêmes par le spectacle de notre union et nous affermir sur le dur chemin de la lutte pour la patrie. [paragraf 2, baris 2--5]
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
(Kita pun telah menilai sebaiknya kita bersatu saat ini, mengikuti prakarsa yang menggetarkan hati dari rakyat Prancis di Inggris, untuk menentramkan diri kita sendiri dengan pertunjukan persatuan dan agar memantapkan kita di atas jalan keras perjuangan untuk tanah air.) •
Vers ce but, nous avons marché sans hésiter et sans fléchir.
[paragraf 4, baris 29--30]
(Menuju cita-cita itu, kita telah berjalan tanpa meragu dan tanpa mengalah.) •
Chacun sait quelles furent les étapes, toujours dures, parfois cruelles, de notre
marche en avant. [paragraf 5, baris 36—37]
(Masing-masing mengetahui langkah perjalanan kita ke depan, selalu sukar, terkadang kejam.) •
La route que le devoir nous impose est longue et dure. [paragraf 18, baris 165]
(Jalan yang dipaksakan kepada kita oleh kewajiban panjang dan sulit.)
Pada data (1), pejuang Prancis yang sedang menghadapi Jerman diibaratkan sebagai pengelana yang sedang mendaki lereng terjal “la montée”. Setelah beberapa waktu, Prancis seperti halnya pengelana berhenti sebentar untuk mengukur kekuatan dan mengambil jarak untuk melihat sudah seberapa dekat dengan tujuan. Pengelana ini harus mendaki sekuat tenaga dan mengerahkan segala kemampuan karena menghadapi kendala yakni medan pertempuran yang tidak mudah, tetapi sangat terjal. Prancis pun harus berjuang keras agar dapat berdaulat kembali karena pertempuran demi pertempuran yang mereka alami sangat menguras tenaga dan pikiran. Musuh yang dihadapi pun bukan sembarangan, yakni tentara yang dipimpin oleh seorang Hitler yang ambisius dan yang melakukan segalanya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Dengan
mengukur
kemampuan
serta
mengamati
keadaan,
mereka
dapat
mempersiapkan diri menghadapi segala kemungkinan dan menyusun strategi yang tepat. Pengelana mengembara biasanya menemukan daerah baru yang mungkin menjanjikan sesuatu, begitu juga dengan Prancis. Akhir perjuangan mereka pun diharapkan akan meraih kemenangan untuk tanah air. Mereka berharap, dengan segala perjuangan yang mereka lakukan, akan sampai di tempat yang menyenangkan untuk menetap. Perumpamaan yang digunakan De Gaulle adalah untuk memompakan semangat rakyat Prancis. Ia berharap Prancis tidak akan menyerah dan meyakinkan mereka seberat apa pun halangan, mereka akan dapat mengatasinya. Seperti halnya pengelana, meski harus berhenti setiap beberapa saat, akan sampai ke tujuan pada akhirnya. Pada data (2), De Gaulle kembali mengingatkan bahwa perjuangan yang harus ditempuh tidaklah mudah dan merupakan jalan yang penuh rintangan, le dur chemin de la lutte. Akan tetapi, berbagai kendala itu harus diambil demi satu tujuan, yakni untuk kemenangan tanah air, pour la patrie. Perjuangan yang sedang mereka lakukan bermula dari prakarsa orang Prancis yang berada di Inggris (l’initiative émouvante des Français de Grande-Bretagne), yang dipimpin langsung oleh dirinya. Dengan begitu, secara tidak langsung, dengan menyebutkan prakarsa ini, ia juga ingin menunjukkan bahwa ia berperan sebagai pemimpin dalam perjuangan ini. Pada data (3), De Gaulle mengajak rakyatnya untuk tidak ragu berjuang meraih kemenangan. Ia mengatakan: […] nous avons marché sans hésiter et sans fléchir ([…] kita telah berjalan tanpa meragu dan tanpa mngalah). Jika seseorang berjalan dengan keraguan dan tanpa arah, ia akan tersesat dan tidak lekas sampai tujuan karena terlalu banyak berpikir tanpa membuat keputusan yang pasti. Menurutnya, apa yang telah mereka lakukan selama ini dalam perjuangan telah benar, yakni tetap fokus berjuang dengan keyakinan dan kepercayaan diri bahwa tujuan mereka membebaskan Prancis dari pendudukan Jerman akan tercapai. Apabila mereka melakukannya dengan ragu, hasil yang diraih tidak akan maksimal dan hanya akan menjadi kendala dalam perjuangan. Di dalam perjalanan, setiap langkah yang diambil memiliki risiko. Begitu pun dengan perjuangan. Diperlukan tekad dan keyakinan bahwa perjuangan mereka akan membuahkan hasil. Memang, seperti halnya perjalanan yang tidak selalu lancar, perjuangan pun pasti menghadapi kesulitan. Hal ini kembali ia utarakan, seperti terlihat dalam data (4).
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Setiap orang telah mengetahui risiko dan kesulitan yang dihadapi selama perjuangan ini tidak pernah mudah dan kadang kejam. Apabila suatu perjalanan dilakukan tanpa pengetahuan serta keinsafan bahwa tidak semua jalan yang dilalui akan mudah, akan berbahaya bagi yang melakukan perjalanan. Jika perjuangan dimulai dengan memikirkan masalah terburuk, mereka akan selalu siap menghadapi berbagai kondisi, yang tidak terduga sekali pun. […] notre marche en avant (perjalanan kita ke depan) adalah tujuan dari perjuangan ini. De Gaulle mengatakan, memang setiap perjuangan selalu kejam dan sukar, setiap pejuang telah mengetahui keadaan itu. Kesukaran yang dihadapi dapat berasal dari musuh maupun dari dalam pergerakan. Dengan tetap fokus ‘ke depan’, mereka akan segera meraih tujuan. Tujuan tidak tercapai secara instan. Sebaliknya, perjuangan yang mereka hadapi sangat keras dan membutuhkan waktu, seperti terungkap dalam data (5). Jarak yang ditempuh dalam setiap perjalanan memakan waktu tertentu, seperti halnya perjuangan,.tidak hanya waktu, tetapi juga tenaga dan pikiran. Perbekalan yang memadai sangat penting dalam kelancaran perjalanan. Mulai dari awal pergerakan sampai tercapainya cita-cita pasti melewati berbagai kemungkinan dan tidak dapat diselesaikan dalam waktu semalam. Oleh karena itu, perjuangan pun membutuhkan segala persiapan dan strategi untuk menghadapi pertempuran sulit serta ketahanan agar tidak lekas putus asa. Apabila pejuangnya berpikir bahwa hanya dengan berjuang keras semalaman kebebasan Prancis dapat segera teraih, tentu itu hal yang naif. Untuk itulah, De Gaulle kembali menekankan sukar dan panjangnya perjuangan yang harus mereka lakukan. Pemilihan kata pada pidato ini, le chemin (jalan), les étapes (langkah), la route (jalan), le voyageur (pengelana), dan la marche (langkah, gerak jalan) dapat mengerucut pada satu konsep, yakni PERJALANAN. Dalam metafora ini PERJUANGAN dikonseptualkan melalui struktur konsep PERJALANAN dan melewati beberapa tempat. Dalam konsep ini, perjuangan dilihat dalam struktur perjalanan yang memiliki durasi, awal, tujuan akhir, dan berbagai tempat yang harus didatangi. Selain itu, perjuangan seperti halnya perjalanan, memerlukan pula tekad dan keyakinan. Salah satu harapan dalam setiap perjalanan adalah selamat sampai di tujuan. Dalam perjuangan, kemenangan menjadi cita-cita akhir yang diharapkan. Perjalanan dapat dilakukan secara individual atau bersama dengan teman yang terasa lebih menyenangkan dan membuat
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
perjalanan tidak lagi terasa sulit. Perjuangan pun dapat dilakukan sendiri atau bersama-sama. Apabila dilakukan sendiri, segala kesulitan harus dihadapi dan diselesaikan seorang diri yang tentu tidak mudah. De Gaulle dalam pidatonya mengatakan bahwa persatuan menguatkan perjuangan (data 2). Lebih khusus lagi perjalanan ini bukan untuk bersenang-senang, melainkan perjalanan sulit karena di dalam pidatonya De Gaulle menggunakan kata sifat seperti dur (keras) dan cruelle (kejam). Tabel di bawah ini menjelaskan pemetaan konseptual dari data metaforis yang telah disebutkan.
Tabel 4. Pemetaan konseptual metafora PERJUANGAN adalah PERJALANAN RANAH SASARAN Pejuang
RANAH SUMBER Pengelana (data 1)
Perjuangan
Perjalanan (data 4), mendaki lereng terjal (data 1), melewati jalan yang panjang dan sukar (data 2 dan 5), berjalan (data 3)
Tujuan perjuangan dan cita-cita
Tujuan perjalanan: pergerakan ke depan (data 4)
Strategi perjuangan
Rencana perjalanan: berhenti sebentar untuk mengecek keadaan sekeliling (data 1)
Tekad dan keyakinan dalam perjuangan
Tekad dan keyakinan dalam melakukan perjalanan: tahap keraguan dan berpikir (data 3)
Medan pertempuran
Lereng terjal (data 1), jalan (data 5)
Keadaan selama perjuangan
Keadaan selama perjalanan: jalan sekeliling (data 1), selalu sukar dan kejam (data 4)
Kendala dalam perjuangan
Kendala dalam perjalanan: lereng terjal
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
(data 1), jalan yang keras (data 2 dan 5) Membutuhkan waktudan tenaga
Jarak perjalanan : melewati beberapa tahap atau pemberhentian (data 5)
Dari proses pemetaan metafora yang dijabarkan pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa (1)
Perjuangan pasti tidak mudah;
(2)
Perjuangan memiliki tujuan yang jelas ;
(2)
Rintangan pasti ada, namun terasa ringan jika bersatu ;
(3)
Perjuangan tidak memiliki tujuan jelas;
(4)
Rintangan yang dihadapi terasa jauh lebih berat, rakyat terpecah belah.
Berdasarkan
hal-hal
tersebut,
dapat
dikatakan
bahwa
PERJUANGAN
dalah
PERJALANAN.
Makna Metafora Di antara konsep sumber dan sasaran, terdapat konsep lain yang saling mengaitkan. Ranah konsep metafora dalam pidato De Gaulle yang saling terkait seperti dijelaskan di atas dapat digambarkan dengan menggunakan skema jalan dengan skema SUMBER-JALANSASARAN (dalam Saeed, 1997). SASARAN menjadi tujuan dari ranah konsep SUMBER. Dari analisis yang telah dilakuakan, PENJAJAHAN dan PERANG menjadi sumber dan tujuan atau sasarannya adalah KEBEBASAN. Ranah konsep NEGARA yang terlacak melalui metafora ORANG dan BANGUNAN memiliki kaitan dengan struktur metafora yang telah disebutkan di atas, namun tidak dapat dimasukkan ke dalam skema jalan karena berperan sebagai “pelaku” dan “tempat”. Skema ini hanya menggambarkan proses konseptualisasi atau pemahaman seseorang mengenai suatu peristiwa. Skema konsep adalah sebagai berikut. SUMBER
: PENJAJAHAN adalah KEGELAPAN/PENJARA
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
PERANG adalah PERTUNJUKAN
JALAN
: SEMANGAT PERSATUAN adalah API PERJUANGAN adalah PERJALANAN HARAPAN adalah CAHAYA
SASARAN
: KEBEBASAN adalah KOMODITAS BERHARGA
Berdasarkan analisis metafora, dapat disimpulkan bahwa untuk melawan penjajahan dan mendapatkan kebebasan, diperlukan semangat persatuan dan harus terus menumbuhkan harapan. Penjajahan yang seperti penjara menyulutkan semangat persatuan dan menguatkan perjuangan yang kemudian menimbulkan harapan akan tercapainya kebebasan. Selain itu, penjajahan menimbulkan kesadaran bahwa kebebasan merupakan sesuatu yang berharga dan patut dijaga sebaik mungkin. Negara dianggap sebagai pelaku yang terlibat dalam perang, sekaligus harus tetap dijaga, seperti menjaga sebuah bangunan. Bangunan yang runtuh, seperti negara yang kalah, dan harus selalu dilindungi dan didirikan agar tegak kembali karena dengan bangunan yang kuat, penghuni di dalamnya pun merasa aman dan tentram. Penyusunan skema ini menyertakan enam kategori metafora yang memiliki kaitan logis yang ditemukan dalam pidato De Gaulle. Banyaknya kategori tidak memungkinkan penyusunan sistem metafora yang hanya terdiri atas satu sumber, satu path, dan satu sasaran.
Kesimpulan Metafora bukan sekadar gejala bahasa atau hanya berkaitan dengan ranah linguistis. Metafora sekaligus dapat menunjukkan pemikiran atau konsep dan meresap secara lebih luas dalam kehidupan sehari-hari. Sifatnya yang utama adalah sebagai alat memperlancar komunikasi. Metafora yang ditemukan dalam teks politis, seperti pidato, menunjukkan bahwa metafora sangat lentur dan dapat dimanfaatkan seluas-luasnya dalam masyarakat. Berbagai konsep yang terungkap dalam pidato De Gaulle, dapat dilacak dengan menganalisis metafora. De Gaulle menggunakan metafora untuk menyampaikan bahwa perang menimbulkan penjajahan yang selalu membuat rakyat mendambakan kebebasan. Oleh karena itu, diperlukan perjuangan yang harus dilakukan dengan semangat dan harapan agar perang dapat dimenangkan. Dengan demikian, kemenangan negara itu memberikan kebebasan pada
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
rakyat. Metafora dalam pidato De Gaulle digunakan untuk menyampaikan pesan bahwa dalam setiap perjalanan akan sampai di titik akhir. Dalam pidatonya, akhir dari perang adalah kemenangan Prancis. Melihat kategori dalam pidato De Gaulle, metafora digunakan sebagai alat untuk memberi lebih banyak kesan kepada pendengarnya. Hal ini untuk memudahkan pendengar membayangkan dan memahami pesan yang disampaikan De Gaulle, terutama untuk menjelaskan kerumitan situasi politis pada saat itu. Metafora dalam pidato De Gaulle menunjukkan konsep dan cara pandangnya terhadap situasi aktual. De Gaulle menggunakannya terutama untuk menyemangati rakyat Prancis untuk tetap berjuang dan tidak putus asa dalam kesengsaraan perang, tanpa membebani mereka lebih berat lagi dengan kata lugas. Analisis ini juga menunjukkan gambaran pandangan hidup De Gaulle sebagai individu dan kepala negara, yaitu pantang menyerah dan semangat cinta pada tanah air yang dapat dicontoh oleh semua orang untuk memajukan bangsanya. Selain itu, dari penelitian ini didapatkan pula bahwa penggunaan metafora harus sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa penerima pesan. Dalam pidato yang disampaikan di hadapan anak-anak, misalnya, De Gaulle hanya menggunakan sedikit metafora, dibandingkan dengan pidato yang disampaikannya di hadapan orang dewasa. Tujuan utama adalah menyampaikan gagasan dan opini, siapa pun penerima pesan, sehingga keindahan dan kerumitan bahasa bukanlah unsur utama. Penggunaan metafora kepada anak-anak dalam proporsi yang tepat justru dapat memudahkan penjelasan antara istilah atau fenomena rumit tanpa terlalu menyederhanakannya.
Saran Penelitian metafora dalam pidato De Gaulle ini merupakan kajian awal. Tindak lanjut dalam penelitian yang lebih mendalam dengan data yang lebih luas sangat mungkin dilakukan. Penelitian metafora konseptual dalam pidato politis telah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian menyeluruh untuk membandingkan struktur metafora dalam pidato Prancis dan Indonesia. Akan sangat menarik melihat persamaan dan perbedaan konsep antarbudaya yang tercermin melalui penggunaan metafora. Interaksi antara pikiran dan bahasa sebagai salah satu hasil kebudayaan dapat dilihat dengan sudut pandang lain. Selain itu, perubahan cara pandang
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
yang terlihat dari metafora yang digunakan dapat membantu dalam pemecahan masalah sosial. Penelitian seperti itu dapat bersifat antarranah yang mencakup berbagai bidang, seperti budaya, sosial, politis, dan ekonomis. Kepustakaan De Gaulle, C. (1941, November). Discours de l’Albert Hall, Londres, 11 novembre 1941. November 1, 2010. http://www.charles-de-gaulle.org/pages/l-homme/accueil/discours/pendant-la-‐ guerre-1940-1946/discours-de-l-albert-hall-londres-11-novembre-1941.php
De Gaulle, C. (1941, Desember). Message de noël adressé aux enfants de France depuis Londres par le général de Gaulle, 24 décembre 1941. November 1, 2010. http://www.charles-degaulle.org/pages/l-homme/accueil/discours/ pendant-la-guerre-1940-1946/mHYPERLINK "http://www.charles-de-gaulle.org/pages/lhomme/accueil/discours/ pendant-la-guerre-1940-1946/message-de-noël-adressé-aux-enfants-de-france-depuis-londres-par-legénéral-de-gaulle-24-décembre-1941.php"essage-de-noël-adressé-aux-enfants-de-france-depuis-londrespar-le-général-de-gaulle-24-décembre-1941HYPERLINK "http://www.charles-de-gaulle.org/pages/lhomme/accueil/discours/ pendant-la-guerre-1940-1946/message-de-noël-adressé-aux-enfants-de-france-depuis-londres-par-legénéral-de-gaulle-24-décembre-1941.php".php
Fabriyanti, F. (2008). Metafora dalam komik. Depok: Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. (1) (1) How De Gaulle speech changed fate of France. (18 Juni, 2010). BBC News. Oktober 12, 2010. http://news.bbc.co.uk/2/hi/programmes/newsnight/8747121.stm.
Keraf, G. (1991). Diksi dan gaya bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Knowles, M., & R. Moon. (2005). Introducing metaphor. London: Routledge. Lakoff, G. & M. Johnson. (1980). Metaphors we live by. Chicago: The University of Chicago Press. La société Dictionnaires Le Robert. (2010). Le Robert de poche 2011. Paris: Dictionnaires Le Saeed, J. I. 2000. Semantics. Oxford :Blackwell Publishers. Siregar, B. U. (2009). Emosi dan kebudayaan dalam metafora. Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI), Malang 5-7 November 2009. Malang: Universitas
Negeri
Malang.
September
23,
2011
http://sastra.um.ac.id/wp-
content/uploads/2010/01/104-Bahren-Umar-Siregar-LTBI-UAJ-Emosi-dan-Kebudayaan-dalamMetafora.pdf.
Susasmiyati, T. R. (2004). Metafora dalam pidato kenegaraan soekarno era revolusi kemerdekaan. Depok: Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012
Indonesia. Tan, T. T. (1996). Metafora dan metonimi pada berita surat kabar Prancis. Depok: Skripsi Sarjana, Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Tim penyusun. (2008). Kamus besar bahasa Indonesia ed. ke-4. Jakarta: GPU West, R., & L. H. Turner. (2008). Pengantar teori komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.
Metafora dalam…, Bintarti Mayang Sari, FIB UI, 2012