Kata Pengantar
J
epang pada masa sebelum Perang Dunia (PD) II merupakan negara yang menganut sistim kenegaraan monarki absolute, yaitu sebuah negara yang dipimpin langsung oleh Raja. Di Jepang, seorang Raja dikenal dengan Kaisar. Meski kini Jepang masih memiliki Kaisar dalam susunan pemerintahannya, Jepang tidak lagi menganut sistim monarki absolute. Karena kekuasaan Kaisar di Jepang hanya dinyatakan sebagai simbolis saja setelah kekalahannya dalam PD II. Tentang kedudukan Kaisar di Jepang sebelum PD II, selain sebagai kepala negara, Kaisar dianggap sebagai keturunan dan atau sebagai Dewa itu sendiri. Itu sebab, apa yang diucap dianggap sebagai ayat yang diturunkan oleh Dewa itu sendiri. Tentang kekuasaannya, seorang Kaisar dipercaya menduduki mahkotanya karena telah dipilih oleh Dewa (bukan rakyatnya seperti negara demokrasi) berdasarkan keturu-nannya yang juga dipercaya sebagai keturunan Dewa. Meski Jepang memiliki kekuasaan “Dewa”, ternyata pemerintahannya masih bergantung pada manusia biasa. Kelas manusia biasa yang kemudian dikenal sebagai seorang penguasa tanah (Daimyō) dan panglima perang (Shōgun) tersebutlah yang kemudian mampu mengatur kekuasaan Kaisarnya. Jika dihitung secara keseluruhan, hingga kini Jepang telah dipimpin sebanyak 130 Kaisar. Dimulai dari Kamuyamato Iwarebiko atau yang sering dikenal
dengan Kaisar Jinmu (660 - 585 SM) hingga Kaisar Heika/Heisei atau yang sering disebut dengan Kaisar Akihito (1989 - sekarang). Hanya saja, secara resmi, Jepang telah diperintah oleh 125 Kaisar saja. Sedang yang lainnya adalah Kaisar yang memimpin pada saat Jepang terjadi perpecahan (zaman Istana SelatanUtara/zaman Nanbokuchō)1 pada tahun 1336-1392. Dan diantara beberapa Kaisar yang menjabat, terdapat 9 (sembilan) Kaisar perempuan. Dari banyak Kaisar yang memimpin, hanya Kaisar ke-1 hingga ke-33, Kaisar Meiji, Kaisar Taishō, dan Kaisar Showa saja yang memiliki kekuasaan penuh terhadap Jepang.2 Dari beberapa kekuasaan Kaisar yang diambil alih tersebut, ada sebuah kejadian dimana Jepang benarbenar dikuasai oleh kelas Samurai yang hanya menjabat sebagai Daimyō dan Shōgun dalam jangka waktu yang sangat panjang. Yaitu dari kekuasaan yang dikuasai oleh Keshōgunan Kamakura (1192-1333), Keshōgunan Muromachi (1334-1573), Daimyō Oda Nobunaga Toyotomi Hideyoshi (1573-1603), hingga Keshōgunan Tokugawa (1603-1868). Meski dari keseluruhan kekuasaan keshōgunan dianggap memiliki catatan sejarahnya sendiri-sendiri, pada masa Keshōgunan Tokugawa lah yang kemudian dianggap mampu mengembalikan kekuasaan kelas Samurai dan anti-Barat di Jepang setelah sempat dikuasai oleh Daimyō Oda Nobunaga - Toyotomi Hideyoshi yang lebih memilih merangkul dunia Barat dengan memasok senjata modernnya.
1 Zaman Nanbokuchō (Nambokuchō Jidai) dimana Jepang terbelah menjadi dua kepemimpinan. Istana Utara (Hokuchō) yang didirikan oleh Ashikaga Takauji pada tahun 1336 di Kyoto dengan Kaisar Kōmyō sebagai kaisar. Dan di sisi lain, Go Daigo Tenno mendirikan Istana Selatan (Nanchō) dalam pengungsiannya di Yoshino. 2 Lihat Bab Tambahan – Daftar Kaisar Jepang.
viii
Pertempuran Sekigahara atau yang juga disebut sebagai Sekigahara no Tatakai adalah salah satu pertempuran yang dianggap terakhir kedua sebelum pecahnya Restorasi Meiji pada tahun 1867. Pertempuran Sekigahara ini dianggap penting karena Jepang akan melahirkan kekuasaan baru yang sudah lama tidak didominasi oleh Shōgun sejak zaman Kamakura dan zaman Muromachi. Dan Pertempuran Sekigahara ini sendiri adalah titik tolak penentu pemegang kekuasaan tertinggi di Jepang. Itu sebab, Pertempuran Sekigahara juga terkenal dengan sebutan Tenka wakeme no tatakai (pertempuran yang menentukan pemimpin Jepang). Dalam Pertempuran Sekigahara sendiri sebenarnya melibatkan dua pengikut Toyotomi Hideyoshi yang sedang bertikai, yaitu Maeda Toshiie dan Tokugawa Ieyasu (bukan antara Tokugawa Ieyasu dengan Toyotomi Hideyoshi itu sendiri seperti banyak catatan sejarah sebelumnya). Namun demikian, setelah kematian Maeda Toshiie, Tokugawa tidak langsung menggantikan kekuasaan Toyotomi Hideyoshi yang sebelumnya mendominasi wilayah Jepang, melainkan harus berurusan dengan pengikutnya yang lain, Ishida Mitsunari. Ishida Mitsunari, yang juga sebagai anggota Go-Tairō (Dewan Lima Menteri Senior) akhirnya ikut memberontak terhadap Tokugawa Ieyasu yang dianggap melewati batas. Perseteruan yang melibatkan dua tokoh Go-Tairō tersebutlah kemudian Jepang mengenalkan kembali kekuasaan Shōgun yang sudah lama tidak pernah dijalankan sesaat setelah Tokugawa Ieyasu dinyatakan sebagai pemenang Pertempuran Sekigahara.
ix
Pengambilan nama Pertempuran Sekigahara tersebut tidak luput dari lokasi kejadian pertempuran berlanjut. Tepat pada tanggal 15 September 1600, Tokugawa Ieyasu yang dianggap sebagai pemimpin diktaktor pun menerima tantangan Ishida Mitsunari di lembah Sekigahara, distrik Fuwa, provinsi Mino, Jepang. Meski Pertempuran Sekigahara ini tidak membutuhkan waktu yang lama, beberapa daerah yang terlibat dalam pertikaian pun baru bisa dihentikan pada 1603 setelah Tokugawa Ieyasu diangkat sebagai Shōgun. Pada dasarnya, Pertempuran Sekigahara adalah pertempuran tersingkat yang pernah ada. Hanya saja, pertempuran tersebut menjadi sangat berarti mengingat kekuasaan Tokugawa Ieyasu mulai berjalan. Dengan membaca buku Sekigahara: Tokoh dan Sejarah ini, penulis berharap mampu membantu banyak kalangan mengenal sejarah Jepang, terutama sejarah awal perjalanan Tokugawa Ieyasu. Selain menceritakan sejarah Pertempuran Sekigahara itu sendiri, dalam buku ini juga dilengkapi dengan biografi tokoh-tokoh yang terlibat di dalamnya, baik sebelum hingga pertempuran itu berlangsung. Selain itu, daftar kaisar Jepang pun turut disisipkan sebagai data penguatnya. Semoga dengan diterbitkannya buku Pertempuran Sekigahara: Tokoh dan Sejarah ini mampu menjawab pertanyaan para pembaca sebelumnya yang telah membaca Sekigahara: Perang Besar Penentu Pemimpin Jepang (Novel, 2010). Ketapang – Banyuwangi, Nopember 2011 Dozi Swandana, S.S.
x
Daftar Isi Persembahan dan Terima Kasih_________________
v
Kata Pengantar_ ________________________________ vii Daftar Isi_ ______________________________________ xi Bab 01: LATAR BELAKANG _____________________ 1 A. Pengantar Cerita __________________________ 1 B. Zaman Azuchi Momoyama_________________ 9 C. Tragedi Pra-Sekigahara _ __________________ 12 D. Situasi Sebelum Bertempur _______________ 24 Bab 02: Pertempuran Sekigahara _______________ A. 15 September 1600 _______________________ B. Pertempuran di Berbagai Daerah __________ C. Pembersihan Konflik Pertempuran Sekigahara ________________________________ D. Pembagian Wilayah Kekuasaan _ __________
27 27 31 43 49
Bab 03: Pusat Perpecahan Tokoh Sekigahara ____ 53 Bab 04: Tokoh Di Balik Layar ___________________ 67 Bab 05: Pendukung Ishida Mitsunari ___________ 89 A. Daimyō ___________________________________ 89 B. Bushi _ ___________________________________ 119 Bab 06: Pendukung Tokugawa Ieyasu ___________ 139 A. Daimyō ___________________________________ 139 B. Bushi_____________________________________ 177
Bab 07: Tokoh Penghianat ______________________ 195 Bab Lampiran: Daftar Kaisar Jepang ____________ 205 Daftar Pustaka _________________________________ 227 Biografi Penulis_________________________________ 230
xii