VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan
1. Untuk menyerap informasi dari reponden atau pemakai alat/mesin yang digunakan sebagai dasar pengembangan rancangan alat/mesin pertanian yang sesuai dengan keinginan pemakai dapat digunakan metode analisis faktor
. Penggunaan alat bantu analisis faktor ini merupakan
salah satu
upaya pengembangan dalam tahapan informasi pada metodologi rekayasa nilai, yang sebelumnya belum pernah dicoba. 2. Untuk mengantisipasi bias data yang diberikan reponden
dapat
digunakan metode AHP fuzzy. Pada contoh kasus pemilihan haktor tangan yang menggunakan data dalam bentuk angka kisaran minimum dan maksirnum terbukti dapat diperoleh pilihan alternatif traktor tangan terbaik, dengan catatan bahwa hasil akhir defusifikasi pada metode AHP fuzzy diinterpretasikan dengan menggunakan koefisien keragaman dan indeks rata-rata kinerjafuzzy untuk penetapan alternatif pilihan terbaik. 3. Pengembangan atau modifikasi rancangan alat/mesin pertanian dapat
dilakukan dengan menggunakan metode analisis atribut, informasi hasil analisis faktor dan informasi bobot kriteria yang dapat diperoleh dari metode AHP fuzzy indeks kinerja. Modifikasi rancangan dilakukan terutama pada bagian rancangan yang masih memiliki kekurangan tersebut dengan melibatkan panel pakar terkait dengan rancang bangun alat/mesin tersebut.
4. Proses pemilihan altematif kombinasi rancangan modifikasi alat/mesin pertanian yang terbaik dapat dilakukan dengan menggunakan metode analisis morfologi yang dibantu dengan perangkat lunak query terstruktur berbasis komputer (pernrograman Structured Query Lunguage / SQL). Dengan metode ini jumlah altematif kombinasi yang sangat banyak dan kompleks dapat diperoleh dan diproses dengan waktu analisis yang singkat. Dari contoh kasus rancangan traktor tangan dengan jumlah 48.384 alternatif rancangan, analisis dapat diselesaikan dalam waktu 10 menit. Apabila dihitung dengan cara manual dibutuhkan waktu 806,40 jam. dengan asumsi tiap altematif kombinasi diselesaikan dalam waktu 1 menit. 5. Metodologi rekayasa nilai yang sudah dikembangkan ini dapat digunakan
secara umum untuk berbagai produk alat/mesin pertanian dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu : a. Adanya informasi m u m dari pemakai alat / mesin pertanian yang dapat dijadikan dasar pernilihan alat/mesin tersebut. b. Adanya keterkaitan diantara pemakai, pembuat (produsen) dan pakar
terkait dengan rancang bangun alat / mesin pertanian tersebut untuk mendapatkan umpan balik positif diantara ketiganya. c. Data yang berkaitan dengan produksi alat /mesin pertanian tersebut
dapat diketahui. Sebagai contoh misalnya data biaya produksi, margin keuntungan perusahaan, komponen dan bahan baku rancangan. d. Struktur hirarki masalah pemilihan alat/mesin pertanian tersebut dapat
dibuat, sehingga analisis dengan menggunakan metode AHP fuzzy dapat dilakukan. e. Untuk kemudahan dalam analisis dan mempercepat proses, perlu digunakan perangkat alat pendukung berupa komputer dan program penunjang metodologi rekayasa nilai. 6. Hasil modifikasi rancangan yang dapat dibuat dengan metodologi rekayasa nilai bisa lebih dari satu rancangan, tergantung dari prioritas pengembangan yang diingmkan oleh produsen. Bila rancangan hasil modifikasi yang diingmkan hanya satu saja, maka model rancangan modifikasi yang dhunculkan adalah rancangan dengan NIRR terbaik. 7. Efektifitas penggunaan metodologi rekayasa nilai yang dikembangkan ini
dapat terlihat pada contoh kasus pemilihan dan evaluasi rancangan traktor tangan, dengan hasil sebagai berikut : a) Dari tahapan informasi diperoleh gambaran bahwa ada 2 merk traktor tangan yang dominan dari 6 merk yang banyak beredar di Jawa Barat, yaitu merk A dan merk B, yang terdiri dari tipe BTL8 (36,44%), tipe BG1 (23,97%) dan tipe BG9 (8,83%), tipe ATS105 (6,78%) dan tipe AST85L (5,05%). Untuk merk dan tipe lainnya dengan jumlah dibawah 5 % dari total 634 responden, secara statist* dapat diabaikan. b) HasiI analisis faktor menunjukkan bahwa ada 3 faktor yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan rancangan traktor tangan untuk tahapan selanjutnya, yakni : Faktw pertama adalah faktor yang
dapat mencirikan karakteristik ergonomi. Fakfor ke dua adalah faktor
yang berkaitan dengan karakteristik teknis, yaitu faktor yang mencirikan kinerja teknis yang dirniliki traktor tangan. Faktor ke tiga adalah faktor yang berkaitan dengan karakteristik sosial d m ekonomi traktor tangan.
c) Berdasarkan hasil analisis FAST, traktor tangan t i p BTL.8, BG1, BG9 dan AST85L memiliki kesarnaan struktur komponen pembentuk rancangan dan pendukung fungsi utama yang sama (tipe tarik), sedangkan tipe ATSZ05 berbeda (tipe rotary). d) Seluruh traktor tangan yang dianalisis menunjukkan kelayakan finansial, dengan nilai BC Ratio tertinggi l,42 (tipe BG9) dan terendah 1,07 (tipe BG1). Nilai NPV tertinggi sebesar Rp. 4.995.625,- (tipe ATS105) dan terendah sebesar Rp. 593.784,- (tipe BGI). Kemudian suku bunga IRR tertinggi sebesar 42,41% (untuk traktor t i p BG9) dan terendah sebesar 24,56% (tipe BG1). Untuk basis jam operasi traktor tangan per tahun 540 jam, investasi pembelian traktor tangan sudah dapat kernbali pada tahun ke dua atau tahun ke tiga. Sedangkan jam kerja operasi pada titik impas tersingkat sebesar 228,05 jam (tipe BG9) dan paling lama adalah sebesar 345,12 jam (tipe BG1). e) Berdasarkan data responden, traktor tangan yang paling mendekati
keinginan pemakai dari segi Nilai Indeks Rekayasa Rancangan (NIRR) adalah tipe BTLS, yakni dengan NIRR tertinggi sebesar 1,240. Sedangkan dari kinerja keseluruhan (aspek teknis, ekonomi, ergonomi,
sosial dan kondisi lapang) tipe AST85L adalah yang terbaik, dengan angka indeks kinerja rata-rata sebesar 67,25. f) Berdasarkan hasil evaluasi, traktor tangan tipe BTL8 dan AST85L
masih menunjukkan beberapa kekurangan. Secara teknis tipe AST85L lebih baik dari tipe BTL8, namun secara ekonomi tipe BTL8 lebih murah dari AST85L. Informasi dari analisis atribut menunjukkan bahwa manajemen produksi traktor tangan tipe BTL8 yang menyangkut transmisi, prestasi motor ("engine" atau motor penggerak traktor), fungsi dan umur teknis perlu diperbaiki. Kekurangan yang lain juga berkaitan dengan manajemen penjualan dan pemasaran serta pelayanan purna jual terutama yang berhubungan dengan masalah perawatan, suku cadang dan garansi pembelian. Dari evaluasi ergonomi yang telah dilakukan, tipe BTL8 masih memiliki tingkat kebisingan yang cukup tinggi, yakni 96 dB(A) pada kecepatan operasi standar optimum pengolahan tanah di lapangan. Sedangkan dari segi dimensinya sudah sesuai dengan data anthropometri pemakai traktor tangan. Untuk traktor tangan tipe AST85L, kekurangan yang ada lebih banyak berkaitan dengan manajemen penjualan dan pemasaran serta pelayanan puma jual. Sedangkan dari aspek ergonomi, tingkat kebisingan yang dihasilkan traktor tangan t i p AST85L sudah baik. Namun perlu modifikasi untuk mendapatkan dimensi yang sesuai bagi operator terutama pada bagian stang kemudi.
g) Modifikasi yang dapat untuk traktor tangan tipe BTLS, antara lain dengan : (1).perbaikan komponen pelindung sabuk (V-belf) sebagian dari bahan plat eyser dan mesh (ram kawat) yang dilengkapi dengan pengencang sabuk dengan bearing yang lebih baik; (2). roda jalan menggunakan roda sangkar yang dilengkapi dengan ring besi dan karet dibagian luamya; as roda pendukung gerakan traktor tangan pada saat membelok yang dilengkapi dengan gigi belok; (3). saringan udara t i p kering dengan menggunakan bahan dari busa sponge; (4). penambahan ukuran rangka bagian depan untuk fasilitas fungsi tambahan, modifikasi as roda gelebeg (puddler) dengan as roda dengan campuran kuningan-tembaga (bronze bearing); (5). penambahan komponen garu ( k l l e r ) dengan pelarnpung dari bahan kayu;
(6).
untuk penerangan dilengkapi dengan lampu; (7). tuas kecepatan diganti dengan menggunakan tipe putar bawah dan penggunaan peredam getar dari karet di bagian rangka mesin dan stang kemudi. h) Modifikasi rancangan yang dapat dilakukan untuk traktor tangan tipe
AST85L adalah : (1). mengubah bentuk stang kemudi yang ada saat ini
dengan bentuk stang 3TL8 tipe panjang; (2). roda jalan cukup menggunakan roda sangkar tanpa roda ban karet, yang dilengkapi dengan ring besi dan karet dibagian luarnya; (3). komponen lampu masih tetap dipertahankan dan tuas kecepatan diganti dengan menggunakan mekanisme putar bawah.
i) Modifikasi pada traktor tangan
BTL8 dapat meningkatkan indeks
kinerja antara 35,87% hingga 36,17% dari indeks kinerja awal sebesar 5637, dengan persentase tambahan biaya konstruksi antara 362%
hingga 7,05% dari harga pokok produksi awal sebesar Rp. 2.210.000,-. Untuk traktor tangan AST85L peningkatan indeks kinerja berkisar antara 18,10% hingga 25,13% dari indeks kinerja awal sebelum modifikasi sebesar 20,77, dengan penurunan biaya konstruksi berkisar antara 11,16% hingga 12,73%dari harga pokok produksi traktor awal ~ebesarRp. 3.087.500,6.2. Saran
Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan pada kasus pemilihan dan evaluasi rancangan traktor tangan, ada beberapa saran yang perlu ditindak lanjuti pada penelitian-penelitian selanjutnya, yaitu : 1. Untuk keberhasilan penerapan model metodologi rekayasa nilai ini perlu
adanya peran serta yang Iebih aktif dan responsif dari kalangan industri alat/mesin pertanian di Indonesia. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa penelitian ini belum mendapat tanggapan yang memuaskan dari produsen alat/mesin pertanian, khususnya traktor tangan yang ada di Indonesia. Respon yang diharapkan terutama berkaitan dengan data dan informasi proses produksi, penetapan harga pokok produksi serta manajemen operasional penjualan dan pernasaran produknya. Kondisi ini menyebabkan
munculnya
kendala
dalam
memperkirakan
harga
komponen yang sebenarnya dan aspek teknis rancang bangun yang paling mungkin dilakukan oleh pabrik saat ini berdasarkan usulan modifikasi yang diberikan. Sehingga untuk penyempumaannya perlu dilakukan kajian praktis di pabrik. Walaupun demikian, data yang digunakan saat ini dapat diandalkan mengingat sebagian besar diperoleh dari distributor dan bengkel alat/mesin pertanian yang ada di Jawa Barat. 2. Untuk kemudahan proses analisis secara terintegrasi, hasil penelitian ini
dapat dikembangkan lebih lanjut dengan merancang sistem penunjang keputusan berbasis komputer untuk seluruh tahapan metoologi rekayasa nilai. 3. Untuk keberhasilan pengembangan alat/mesin pertanian di Indonesia
pada masa yang akan datang disarankan agar partisipasi aktif dari kalangan industri, perguruan tinggi dan praktisi perlu ditingkatkan lagi, mengingat pengembangan metodologi rekayasa nilai ini hams melibatkan interaksi antara pemakai, produsen dan beberapa pakar yang terkait dengan rancang bangun aIat/mesin pertanian. Pengembangan yang dilakukan dalam ha1 ini lebih ditekankan pada uji coba perancangan alatjmesin hasil analisis pada level produsen, dengan mengacu pada informasi yang diberikan oleh pemakai alat/mesin d m pakar (perguman tinggi).