learning to live together (Tilaar, 1999:
MEREALISASIKAN DAN MENGEVALUASI 62; Uteri 2000: 1) PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Oleh : Mimih Aminah ABSTRACT
Assessment is a systematic process whose role is very important in effective mathematics learning. Adequate assessment can function to improve learning activities that can be expected to improve learning outcomes. One form that can be used to increase student involvement and encourage optimum student responsibility for learning is portfolio. The assesement portfolio is a collection of student work that illustrates the understanding, feelings, attitudes and development of students, ability portfolio emphasizes the power of learning, develop self assessment skills, and active participation of students in the learning process. To assess the portfolio can be manifested in the learning requires a good cooperation between teachers students, and policy makers Keywords: portfolio learning math Kata Kunci : Portofolio assesement
A. Pendahuluan Pendidikan matematika sekolah merupakan wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa. Potensi dasar seperti kemampuan bernalar, kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, kebiasaan kerja keras dan mandiri, jujur, berdisiplin, memiliki sikap sosial yang baik semuanya merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam hidup bermasyarakat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat telah mengubah prinsip-prinsip belajar manusia yang harus dilaksanakannya seumur hidup. Untuk mengantisispasi kehidupan masyarakat di abad 21 yang kompetitif, banyak pihak melakukan pembaharuan pensisikan. Menurut UNESCO belajar pada abad 21 haruslah didasarkan kepada empat pilar yaitu: learning to think, learning to do, learning to be,
Sebagai konsekuensi dari tuntutan dan harapan di atas, maka proses pembelajaran (proses kegiatan belajar mengajar) matematika memerlukan perhatian dan pembenahan. Evaluasi ditegaskan kembali kembali sebagai bagian integral dari pembelajaran. Kekurangan asesmen tradisional untuk menggambarkan pemahaman siswa tentang konsep dan prosedur matematika telah mendorong munculnya asesmen alternatif seperti pertanyaan terbuka, evaluasi-diri dan evaluasi teman sebaya, asesmen kinerja, observasi, interviu, dan portofolio.Konferensi Pendidikan Matematika Asia Tenggara (SEACME) ke-8 di Manila tahun 1999, dan Annual Meeting National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) USA ke-77 di San Fransisco memunculkan model pembelajaran dengan portofolio sebagai salah satu 62
Jurnal Edukasi
model pembelajaran yang direkomendasikan (Soedjadi, 1999: 99). Model penilaian portofolio saat ini sedang berkembang dan disinyalir memiliki banyak manfaat baik bagi guru maupun bagi siswa. Para pendukungnya telah mengakui dan mempromosikan bahwa portofolio sebagai alat untuk mengembangkan berpikir reflektif dan ini merupakan keuntungan yang utama. Karp dan Huinker (1997: 224) menyatakan, “The benefits include self-reflecting, re-examining activities, working through ideas that did not make a sense and making sense of them.” Ditambahkannya pula bahwa penggunaan portofolio membuat konsep lebih jelas, siswa dapat mengases kemajuan sendiri dan menambah rasa percaya diri. Sementara itu Wolf (dalam Pokay dan Tayeh, 1996: 309) mengemukakan, “Portofolio help students develop the ability to assess their own work as well as help them visualize the learning that has taken place during the semester.” Begitu pula yang diungkapkan Asturias (1994: 698), “As students begin to work on portofolios, they take an active role and assume some responsibility in their own assessment. When they judge the quality of their work while selecting the pieces to be included, they begin to reflect on their own learning and on ways to improve it.” Dari pendapat itu tampak bahwa portofolio selain dapat mengungkap prestasi, pengetahuan dan sikap siswa dan kemajuannya, sistem inipun dapat member peluang besar untuk meningkatkan aktivitas dan membantu siswa bertanggung
jawab atas kegiatan belajar mereka sendiri. Aspek penilain diri membuat siswa mengetahui bagian-bagian yang memerlukan perbaikan, mengembangkan kemampuannya untuk mengkritik karya mereka sendiri dengan tepat. B. Pengertian Asesmen Matematika Pengertian asesmen diungkapkan oleh beberapa ahli. Menurut Linn dan Gronlund (1955: 5) asesmen adalah berbagai prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kinerja dan prestasi siswa, meliputi tes, penilaian kegiatan, dan pengerjaan tugas-tugas. Hal serupa diungkapkan oleh Webb (1992: 662) yang menyatakan bahwa asesmen matematika adalah laporan menyeluruh tentang pekerjaan seseorang atau suatu kelompok dalam matematika atau penerapan matematika. Sementara itu The NCTM‟s Asesmen Standards for School Mathematics (dalam Karp dan Huinker, 1997: 227) menggambarkan asesmen sebagai proses pengumpulan informasi tentang pengetahuan siswa, kemampuan menggunakannya, sikap terhadap matematika dan menarik kesimpulan dari informasi tersebut untuk berbagai tujuan. Istilah asesmen sering dikaitkan bahkan kadang-kadang digunakan secara sinonim dengan istilah evaluasi. Dalam hal ini Linn dan Gronlund (1995: 5) memandang keduanya serupa/mirip tetapi dibandingkan evaluasi, asesmen lebih menekankan pada tugas-tugas kinerja yang beragam dan realistic. Sementara itu Webb (1992: 663) mengungkapan bahwa evaluasi adalah kumpulan sistematis dari bukti-bukti untuk membantu membuat kepututsan mencakup: (1) belajar siswa, (2) 63
Jurnal Edukasi
pengembangan materi, dan (3) program, sehingga dengan demikian asesmen dapat menjadi alat untuk melakukan evaluasi. Diakuinya perbedaan keduanya memang sangat kabur karena apa yang diases pada umumnya tergantung pada apa yang harus dievaluasi. Sebagai contoh, jika keterampilan berhitung siswa diases, maka siswa yang pekerjaannya lebih baik dalam asesmen itu dapat dianggap lebih pandai, paling tidak dalam berhitung. Interpretasi dari hasil asesmen sebagai „baik‟ atau „buruk‟ menjadi dasar evaluasi. Begitu pula Fraser (1996: 6) membedakan asesmen dengan evaluasi tetapi keduanya berkaitan erat. Menurutnya, “Whereas assessment is gathering of quantitative and qualitative information, evaluation is the determination of worth”. Selanjutnya dikatakan asesmen siswa dapat meninggalkan jejak usaha mengevaluasi kurikulum baru. Mengacu pada uraian di atas, asesmen matematika dapat diartikan sebagai proses atau cara pengumpulan informasi mengenai siswa berkaitan dengan pengetahuan matematika, kinerja serta sikapnya dalam mengerjakan matematika. Asesmen mempunyai peranan yang penting untuk meningkatkan pembelajaran. Mengajar dan asesmen merupakan cerminan satu sama lain. Asesmen menyediakan umpan balik bagi kurikulum dan pengajaran, dan keduanya menuntun asesmen (Foster dan Heiting dalam Ashgar, 1996: 112). Di Indonesia, istilah penilaian atau evaluasi juga menunjuk pada kegiatan asesmen, menurut Hudojo (1988: 6), “Peristiwa belajar yang kita kehendaki bisa tercapai bila faktorfaktor se[perti: (1) peserta didik, (2)
pengajar, (3) prasarana dan sarana, dan (4) penilaian, dapat dikelola sebaikbaiknya.” Sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pembelajaran matematika, penilaian dan kaitannya dengan ketiga faktor lainnya dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Proses Belajar Mengajar
Dari skema di atas tampak bahwa penilaian turut mempengaruhi kegiatan pembelajaran sehingga jika penilaian dapat meningkatkan kegiatan, maka secara otomatis penilaian diharapkan memperbaiki hasil belajar. Penilaian juga mengacu pada proses belajar. Hal yang dinilai dalam proses pembelajaran itu adalah bagaimana langkah-langkah berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Apabila langkah berpikir dalam menyelesaikan masalah benar, maka hal itu menunjukkan proses belajar yang baik. Dengan demikian jika hasil penilaian menunjukkan prosesnya baik, maka hasil belajarnya pun baik. Begitu pula menurut Ruseffendi (1991: 562), fungsi utama dari evaluasi adalah untuk kepentingan keberhasilan siswa belajar. Pada masing-masing kegiatan evaluasi itu penilaian bisa melalui produknya dan bisa pula melalui prosesnya. Pada umumnya evaluasi diantaranya 64
Jurnal Edukasi
menyangkut kegiatan-kegiatan: (1) membuat alat evaluasi, (2) memberikan tugas, mengarahkan, dan menilainya, (3) mengolah nilai dan membuat pengadministrasian hasil belajar serta pembuatan interpretasinya. Dari beberapa kegiatan ini tampak bahwa asesmen sebagaimana diuraikan di muka tercakup dalam kegiatan yang disebut evaluasi tersebut. Terdapat seperangkat prinsip yang harus diperhatikan agar proses asesmen efektif sebagaimana yang diajukan oleh Linn dan Gronlund (1995: 21). Prinsip-prinsip ini menekankan pada pentingnya: (1) kejelasan tentang apa yang akan diases, (2) memilih prosedur asesmen yang relevan, (3) menggunakan prosedur asesmen yang bervariasi, (4) mengetahui keterbatasannya, dan (5) memandang asesmen sebagai alat untuk memperoleh informasi yang mendasari pengambilan keputusan pendidikan. Memperhatikan rambu-rambu di atas, asesmen haruslah menggunakan prosedur yang bervariasi, tetapi harus pula waspada akan kelemahan-kelemahan dari alat asesmen itu. Mengumpulkan data tentang siswa secara membabi buta hanya akan membuang waktu dan tenaga. Asesmen dalam kegiatan pembelajaran matematika memerlukan penggunaan beberapa cara untuk mengukur pencapaian pemahaman siswa, di antaranya menggunakan tes, pekerjaan rumah, proyek investigasi, wawancara dan pengamatan, tulisan siswa serta portofolio siswa.
C. Pengertian Portofolio Matematika Selama bertahun-tahun portofolio telah digunakan secara meluas oleh seniman, fotografer, penulis, wartawan, arsitek dan sebagainya untuk menunjukkan keahlian dan prestasi mereka. Pada bidang lainnya, di perusahaanperusahaan misalnya, portofolio digunakan para pimpinan dalam menyeleksi keahlian dan prestasi bawahannya. Pendekatan ini ternyata telah menarik ahli pendidikan dan diadopsi sebagai metode untuk asesmen performa siswa. Pada tahun 1989 NCTM (dalam Stiggins, 1994: 270) mengungkapkan hal-hal yang harus dicapai siswa dari pembelajaran matematika, “(1) learn to value mathematics, (2) become confident in their ability to do mathematics, (3) become mathematical problem solvers, (4) learn to communical in mathematics, (5) learn to reason mathematically.” Tujuan di atas telah memunculkan berbagai eksperimen asesmen kinerja siswa dalam pencapaian ranah ini, salah satunya adalah asesmen portofolio matematika. Pemberian tugas-tugas matematika secara tradisional yang selama ini banyak dilakukan guru-guru tidak memberikan informasi yang cukup terhadap kinerja siswa. Stenmark (1991: 63) menemukan bahwa portofolio matematika tepat digunakan untuk mendapatkan informasi tentang kinerja tersebut. Hamm dan Adams (1991: 18) mengemukakan bahwa metode penilaian yang baru ini lebih bisa mengungkapakna siapa sebenarnya siswa itu, baik di dalam maupun di luar sekolah. 65
Jurnal Edukasi
Portofolio dapat dilukiskan sebagai sebuah kontainer yang berisi bukti-bukti keterampilan yang dimiliki seseorang. Berkaitan dengan sekolah, portofolio merupakan koleksi dari karya siswa selama periode tertentu untuk memperoleh informasi yang lebih akurat mengenai prestasi siswa, perkembangannya serta pertumbuhannya (Hamm dan Adams, 1991: 20; Asturias, 1994: 698). Crowley (1993: 544) menuliskan, “ Portofolio matematika adalah suatu kumpulan dari pekerjaan siswa yang diseleksi. Portofolio dapat memperlihatkan usaha-usaha siswa yang terbaik atau yang lebih signifikan dari aktivitas matematikanya atau beberapa pekerjaan awal dan pekerjaan akhir serta kerja keras siswa untuk mengilustrasikan kemajuan matematika siswa.” Sedangkan Karp dan Huinker (1997: 224) menulis, “Portofolio adalah kumpulan karya yang memperlihatkan pemahaman, kepercayaan, sikap, serta pertumbuhan siswa.” Pendapat lainnya datang dari Paulson, Paulson dan Meyer (1991: 60). Dijelaskannya, “Suatu portofolio adalah kumpulan karya siswa yang mempertunjukkan usaha, kemajuan, serta prestasi siswa dalam suatu bidang atau lebih.” Selanjutnya dikemukakan pula oleh Paulson, dkk. (1991: 61-63) bahwa suatu portofolio haruslah: 1. memperlihatkan bahwa siswa terlibat dalam refleksi diri, 2. melibatkan siswa dalam menyeleksi komponen portofolio, 3. terpisah dan berbeda dari folder kumulatif siswa, 4. memuat informasi yang melukiskan pertumbuhan,
5. menyajikan suatu gambaran yang kompleks dan komprehensif dari kinerja siswa. Merujuk pada berbagai pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa portofolio matematika adalah koleksi karya siswa yang dikumpulkan untuk menggambarkan usaha prestasi serta perkembangan matematika siswa. Portofolio siswa dapat menjadi faktor yang akurat untuk laporan tertulis tentang mereka. Bagi siswa, portofolio dapat digunakan untuk melihat kemajuan mereka sendiri selama suatu kurun waktu. Apa yang harus termuat dalam suatu portofolio bergantung pada tujuan, usia siswa, dengan cara apa digunakan, dan jenis-jenis kegiatan yang digunakan dalam kelas. Crowley (1995: 545), Karp dan Huinker (1997: 226), dan Stenmark (1991: 63) memberikan daftar pekerjaan/karya siswa yang dianggap layak dimasukkan ke dalam portofolio, seperti terlukis pada Gambar 2. Tentu saja jika seorang guru ingin memeperhatikan apa dan bagaimana siswa berpikir tentang matematika dalam pengajarannya maka ia harus memikirkan banyak hal, seperti karakteristik siswa, usia, tujuan serta materi pembelajaran.
Gambar 2. Jenis-jenis Pekerjaan Siswa yang Dapat Dimasukkan ke dalam Portofolio Matematika
66 Jurnal Edukasi
Selanjutnya melalui kajian terhadap gagasan yang diuraikan para ahli di atas, dapat diikhtisarkan prinsip-prinsip dari portofolio, yakni sebagai berikut : 1. Portofolio memperlihatkan perkembangan dan kecakapan kinerja siswa dalam suatu kurun waktu. Portofolio tidak dapat dikonstruksi atau ditulis dalam satu malam dan diisi dengan satu atau dua item. 2. Portofolio menyediakan dokumendokumen siswa dan merefleksikan hasil belajar mereka, sementara itu pada saat yang sama portofolio memberikan guru suatu alat untuk mengevaluasi perekembangan dan prestasi siswa. 3. Portofolio melibatkan pekerjaan siswa yang sesungguhnya. Tes tidak dapat memperlihatkan semua segi dari pekembangan dan prestasi siswa; portofolio memperlihatkan satu alat yang otentik untuk memperlihatkan kinerja siswa. 4. Portofolio melibatkan partisipasi aktif siswa dalam refleksi diri. Siswa memiliki pekerjaan mereka, mengetahui kesalahnnya untuk bahan perbaikan karya-karya selanjutnya. D. Tugas dan Umpan Balik Pada dasarnya asesmen portofolio menunjuk pada cara guru untuk mengobsevasi dan mendokumentasikan perkembangan dan belajar siswa melalui tugas-tugas bermakna. Praktik ini menggiring para siswa untuk bertanggungjawab melakukan tugas-tugas tertentu. Tugas-tugas matematika bisa berupa materi dari topik-topik yang telah dipelajrai sebelumnya (review
topics), topik yang sedang berlangsung dibahas di kelas (current topics), atau topik-topik yang tidak biasa yang belum disajikan di dalam kelas (unfamiliar topics). Yang termasuk jenis pertama (review topics) biasanya diberikan pada siswa untuk mempersiapkan menghadapi tes atau mengingat kembali prasyarat bahan matematika yang diperlukan untuk memperlajari topik baru. Tugas-tugas jenis kedua (current topics) diberikan agar siswa melakukan analisis, sistematis dan evaluasi topik-topik matematika yang sedang dibawakan di kelas dan dimaksudkan untuk membantu siswa belajar dan menguasai fakta, prinsip, konsep serta keterampilan. Yang termasuk tugas jenis ketiga (unfamiliar topics) diantaranya siswa menelaah terlebih dahulu bahan pelajaran untuk didiskusikan di kelas. Kombinasi ketiganya merupakan cara yang baik sekali membantu siswa mengasimilasi dan mengakomodasi berbagai objek matematika ke dalam struktur kognitifnya (Bell, 1981, h. 392) Tugas yang paling sering diberikan dalam pelajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soalsoal. Ini dimaksudkan agar siswa terampil menyelesaikan soal, lebih memahami, dan mendalami pelajaran yang telah diberikan. Pengerjaan tugas-tugas dipandang begitu penting sebagaimana yang dilukiskan NCTM (dalam Heningsen dan Stein, 1997, h. 525) sebagai berikut, “Mathematical tasks are central to students’ learning because tasks convey massages about what mathematical is dan what doing mathematics entailes!”. Dikatakannya juga, berdasarkan pendapat Doyle, 67
Jurnal Edukasi
tugas-tugas yang berbeda menuntut kemampuan kognitif siswa yang berbeda pula. Kutipan ini mengindikasikan bahwa tugas-tugas matematika secara potensial mempengaruhi cara berpikir siswa dan dapat membantu memperluas pandangan mereka tentang materi matematika. Meskipun ruangan kelas telah merupakan lingkungan belajar aktif, belajar yang sebenarnya baru terjadi bila siswa belajar sendiri di luar kelas, dengan kata lain mengerjakan tugas. Pemberian tugas mempunyai beberapa manfaat juga kelemahan (Sudirman, Rusyan, Arifin, Fathoni, 1987, h. 142; Sujono, 1988, h.106). Manfaat itu di antaranya : 1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendapat pengertian kepada yang lebih luas tentang topik-topik dan konsep-konsep yang telah diajarkan di dalam kelas, dan menyediakan suatu pola untuk menganalisis mata pelajaran itu secara lebih mendalam. 2. Memotivasi siswa utnuk belajar lebih lanjut, timbul inspirasi pada siswa untuk memperluas pengetahuannya. 3. Mempraktikkan keterampilan yang baru saja mereka pelajari. 4. membiasakan siswa belajar sendiri, menumbuhkan rasa tanggungjawab, dan sikap positif terhadap materi. Sedangkan kelemahannya, diantaranya : 1. Pemberian tugas yang terlalu sering apalagi sukar, dan tidak disertai penilaian tersendiri sering manjadi beban dan keluhan siswa 2. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.
3. Siswa sulit dikontrol, seringkali siswa hanya meniru atau menyalin hasil pekerjaan temannya, tanpa mengalami peristiwa belajar. 4. Menyita waktu guru ketika memeriksa dan mengoreksi jawaban tugas siswa. Agar pemberian tugas memberikan hasil yang memuaskan diperhatikan syarat sebagaimana yang dijelaskan oleh Bell (1981, h. 393), 1. Sebelum membuat tugas, yakinkan dulu bahwa siswa telah siap. 2. Selalu mengemukakan alasan atau tujuan diberikannya tugas tersebut. 3. Memberikan penjelasan yang jelas apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan tugas. 4. Beritahu siswa kapan tugas tersebut harus dibuat bagaimana format penulisannya. 5. Sediakan waktu bagi siswa untuk bertanya tentang kejelasan tugas tersebut dan lakukan klasifikasi serta modifikasi yang diperlukan. Salah satu tujuan asesmen adalam membantu siswa melakukan asesmen diri, oleh karenanya diperlukan umpan balik terhadap tugas-tugas yang telah dikerjakan siswa. Dengan umpan balik tersebut siswa mengetahui bagian mana yang telah mereka kerjakan dengan benar, miskonsepsi yang memerlukan perbaikan dan tingkat keterampilan yang mereka kuasai. Informasi ini memberikan dasar yang lebih objektif bagi siswa untuk memiliki kekuatan dan kelemahan mereka. Berkaitan dengan umpan balik ini, Joyel dan Weil (1980, h. 374) mengisyaratkan perlunya umpan balik terhadap tugas-tugas yang telah dikerjakan diberikan sesegera mungkin, dan sedetil mungkin. Ditulisnya “Such feedback requires 68
Jurnal Edukasi
considerable detail,... if the feedback is inaccurate or misleading, it can have very poor result... immediate feedback is thought to be more effective than delayed feedback”. Dengan demikian siswa dapat segera mengetahui letak kesalahannya. Sebagai contoh, jika siswa mengumpulkan tugas pada hari Senin dan tidak menerima umpan balik hingga hari Jum‟at, maka nilai informasi dan nilai motivasi dari umpan balik itu tidak tercapai. Hal senada diungkapkan oleh Gronlund (1998, h. 21) yang menyatakan bahwa umpan balik hasil dari asesmen siswa adalah faktor yang esensial dalam banyak program asesmen. Selanjunya Gronlund mengajukan lima kriteria yang harus dipenuhi dalam umpan balik agar efektif : 1. Diberikan sesegera mungkin setelah atau selama berlangsung asesmen. 2. Harus rinci dan dapat dimengerti siswa. 3. Harus jelas bagian-bagian mana yang sudah memadai dan kesalahan-kesalahan yang harus dikoreksi. 4. Harus berisi saran remedial untuk perbaikan kesalahan. 5. Harus positif dan berisi petunjuk untuk mengembangkan baik kinerja maupun asesmen diri. Dari uaraian di atas terlihat bahwa tugas-tugasnya yang telah diselesaikan siswa diperlukan umpan balik. Umpan balik tersebut harus segera, jelas dan sering diberikan. Melalui umpan balik siswa tidak dibingungkan apabila pekerjaan mereka sudah benar atau justru salah, tanpa umpan balik mungkin mereka akan melanjutkan atau melakukan
kesalahan yang sama pada waktu yang akan datang. E. Rambu-rambu Merealisasikan dan Mengevaluasi Portofolio Memenuhi potensi portofolio sebagai alat untuk mengungkap perkembangan dan perubahan sikap dan proses berpikir siswa tidaklah sederhana. Portofolio adalah sebuah konsep yang dapat direalisasikan dalam banyak cara. Jika belum pernah menggunakannya sebelumnya, maka dapat memulai dalam ruang lingkup kecil dulu. Cara yang aman adalah memulai dengan satu bagian tertentu seperti menulis, menggambar, problem solving, kegiatan laboratorium, atau beberapa kegiatan khusus yang relevan, dan kemudian memperluasnya ke lingkup yang lebih luas setelah memperoleh pengalaman (Gronlund, 1998, h. 160). Pelaksanaan asesmen protofolio harus disertai kejujuran siswa dalam melaporkan rekaman belajarnya dan kejujuran guru dalam menilai kemampuan siswa sesuai dengan kriteria yang telah disepakati dan mengingatkan pentingnya laporan yang jujur dari siswa hal ini penting agar keunggulan dan kelemahan masing-masing siswa diketahui dan guru dapat memberikan komentar yang tepat yang bersifat umpan balik untuk memperbaiki pekerjaannya. Mengevaluasi portofolio bukanlah suatu tugas yang mudah, sebab tidak pernah ada dua portofolio yang tepat sama. Salah satu cara untuk mengevaluasi portofolio adalah dengan menggunakan rubrik, yaitu suatu skala nilai yang digunakan untuk memberi skor pada pekerjaan siswa dalam bentuk tulisan. Salah satu contoh rubrik adalah seperti yang 69
Jurnal Edukasi
disajikan dalam skema berikut yang merupakan hasil diskusi Charles, Lester, O`Daffer dan Stanmark (dalam Masingila dan Prus-Wisniowska, 1996, h. 101) Tabel 1 Skor dan Kriteria untuk Tugas Portofolio Siswa Skor Kriteria Pekerjaan tidak memadai Pekerjaan tidak berarti; siswa gagal memperlihatkan 0 informasi mana yang cocok bagi masalah tersebut Siswa benar pada langkah awal, tetapi responnya tidak lengkap karena mereka menemui 1 jalan buntu, atau salah menafsirkan ide-ide yang terkandung dalam masalah Repon pada arah yang tepat; tetapi siswa banyak membuat kesalahan; respon memperlihatkan 2 beberapa hal pokok dalam pengertian bahwa ide kunci dikenali tetapi hubungan antara ide-ide itu tidak dijelaskan Pekerjaan Memadai Siswa mencoba 3 pemecahan yang masuk akal, tetapi
4
sedikit kesalahan terjadi dalam notasi atau bentuk; beberapa penjelasan meungkin kurang tepat, tetapi tidak ada alasan yang pokok dalam alasan siswa Pemecahan lengkap; semua ide penting dikenali, dan arti serta hubungan ide-ide tersebut didiskusikan
Dengan menggunakan skala ini, untuk suatu item siswa dapat memperoleh skor dari 0 sampai 4, tergantung dari apa yang terdeteksi oleh guru tidak berarti 50% indikator terpenuhi , namun 2 merupakan suatu indikator numerik yang menyatakan yang dimiliki atau dikerjakan oleh siswa. Rubrik ini dikomunikasikan pada siswa, dan melalui rubrik ini guru dapat menyampaikan pada siswa pentingnya memberikan alasan melalui penjelasan. Siswa diberik skor untuk pekerjaannya. Perlu pula diperhatikan bahwa tidak semua portofolio harus dinilai. Untuk hal-hal tertentu lebih cocok bila guru memberi komentar pada pekerjaan siswa (Crowley, 1993, h. 546). Beberapa jenis pekerjaan siswa bisa dinilai, sedangkan beberapa jenis lain tidak dinilai. In some respects, portfolio assesement is a misnomer for assesement of a body of work’. In othet instances, the portfolio assesement is really assesement system. ... The 70
Jurnal Edukasi
portfolio or collection of work does not constitute the assesement; it is simply a receptacle for work (essay, videotapes, art, journal entries, and so on) that may or may not be evaluated. The “assesement” in portfolio exists only when .... Salah satu bentuk portofolio sebagai tambahan bagi tugas-tugas tradisional adalah jurnal entri. Jurnal entri dapat diterjemahkan sebagai catatan harian atau mingguan siswa, berisi esay yang ditulis siswa menyangkut reaksi, refleksi dan perasaan mereka terhadap materi yang dipelajari pada hari atau minggu tersebut. Tugas siswa ini tidak dinilai tetapi bermanfaat untuk meberi gambaran bagi guru tentang pemahaman konsep matematika siswa, seperti yang diungkapkan Berenson dan Carter (1995, h. 182), “After studens have become comportable with writing about their feelings in their journal, teachers can use the journal to explore students “conceptual understanding”. Menulis merupakan alat yang unik dalam kelas matematika karena memberikan kesempatan bagi siswa untuk mencatat, merefleksikan, dan memodifikasi ide-ide mereka tentang matematika. Cara ini membantu menjelaskan hubungan dan membuat koneksi antara konsepkonsep (Pokay dan Tayeh, 1996, h. 311). Penerapan asesmen portofolio sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran merupakan suatu tantangan bagi guru-guru matematika. Asturias (1994, h. 699) memberikan saran-saran yang dapat membantu guru menerapkan budaya portofolio.
Buat siswa bertanggungjawab dalam menjaga keberadaan portofolio mereka dan mengorganisir mengisi portofolio dengan pekerjaan yang mereka anggap paling representatif. Gunakan portofolio secara terus menerus, bukan hanya dilaksanakan pada akhir periode atau pada waktu-waktu khusus. Pandang portofolio sebagai bagian dari proses pembelajaran tidak sekedar sebagai alat pengumpul catatan, sebagai cara untuk merangsang dan meningkatkan pembelajaran siswa, portofolio memungkinkan siswa memasukkan pekerjaan pada topik-topik yang dirasakan menarik atau pekerjaanpekerjaan yang secara luas dapat mereka kembangkan di waktu mendatang. Susun tujuan penggunaan portofolio bersama-sama. Siswa seharusnya mengerti dengan jelas kapan mereka menyusun portofolio untuk refleksi sendiri tentang pembelajarannya, untuk pertemuan orang tua dan guru, atau sebagai pameran istimewa bagi penilai dari luar. Kenalkan kriteria yang akan digunakanuntuk mengakses pekerjaan mereka, begitu pula bagaimana hasilnya digunakan. Siswa seharusnya mengetahui rubrik yang digunakan, dan bagaimana skor yang mereka dapatkan mempengaruhi evaluasi keseluruhan. Ciptakan kesempatan ganda untuk umpan balik isi portofoio antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa, dan lain-lain. Secara periode pertemuan ini, siswa bisa 71
Jurnal Edukasi
berdiskusi tentang nilai dari perbedaan bagian pekerjaan yang ingin mereka tempatkan dalam portofolio. Petunjuk lain diajukan oleh Berenson dan Carter (1995, h. 184) sebagai berikut : Pastikan siswa memasukkan pekerjaan mereka yang telah diperiksa dan dinilai. Perhatikan penyimpanan dan pengelolaan portofolio di kelas. Pilih bahan-bahan portofolio dari serangkaian kinerja siswa seperti pekerjaan rumah, tugas-tugas kelas, kuis, tes, kegiatan laboratorium, dan proyek-proyek khusus. Mintalah siswa merefleksikan pekerjaan terbaik mereka. Baca dan komentarilah. Tunjukkan pada siswa contoh-contoh refleksi. Buatlah portofolio sebagai bagian dari penilaian siswa. Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa agar asesmen portofolio dapat terjelma dalam pembelajaran diperlukan kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam mengumpulkan portofolio, kriteria/rubrik yang pengorganisasian dan penyimpanan serta penggunaannya. Dengan kata lain dituntut kepedulian yang tinggi dari guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang menggunakan portofolio. F. Keuntungan dan Kelemahan Menerapkan Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Dari berbagai tulisan tentang portofolio di atas, penulis dapat merangkum keuntungan dari penerapan portofolio dalam pembelajaran maliputi ;
1. Mendokumentasikan kemajuan siswa selama kurun waktu tertentu. 2. Mengetahui bagian-bagian yang perlu perbaiki. 3. Membangkitkan kepercayaan diri dan motivasi untuk belajar 4. Mendorong tanggung jawab siswa untuk belajar. 5. Memberikan kesempatan siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu. 6. Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa bagi siswa itu sendiri, orang tua, dan lainnya. Tetapi selain keuntungan tersebut, penerapan portofolio juga mempunyai kelemahan: 1. Memerlukan banyak waktu dan usaha, sedangkan guru cukup sibuk dengan banyaknya tanggungjawab yang harus diselesaikan setiap hari. 2. Penilaian seringkali sulit dan memberatkan, khususnya jika respon setiap siswa berbeda. 3. Banyaknya siswa dalam satu kelas pada umumnya cukup besar G. Simpulan Asesmen portofolio dapat menjadi salah satu alternatif bentuk usaha guru dalam mengembangkan kemampuan personal sosial dan mengembangkan kepribadian, dengan harapan, agar pada diri siswa tertanam perasaan menyenangi dan menghargai matematika, menumbuhkembangkan kreativitas dan kolaborasi sesama kawan, memahami serta memberikan apersepsi terhadap peranan matematika dalam kehidupan seharihari. Mengingat perlu waktu yang lama untuk menganalisis, membandingkan, dan menyimpulkan 72
Jurnal Edukasi
hasil dan bobot nilai bagi pekerjaan siswa, maka pembelajaran dengan asesmen portofolio akan dapat terwujud dengan baik kalau guru tidak mempunyai beban mengajar terlalu banyak. Mengingat asesmen portofolio merupakan suatu cara yang berfungsi memonitor perkembangan belajar siswa, memperhatikan proses dan hasil belajar serta kemampuan siswa secara utuh dan terpadu dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotor, maka ini akan menjadi bagian dari sistem
evaluasi. Di sisi lain sangat mungkin terjadi para guru kekurangan waktu untuk mengajarkan seluruh bahan yang harus diajarkan. Oleh karena itu diperlukan kurikulum dengan kandungan materi matematika sekolah yang memberi keleluasaan bagi guru untuk menyampaikan seluruh materi dan dalam penilaian kemampuan siswa, tidak membatasi penilaian dari hasil ulangan.
DAFTAR PUSTAKA Ashgar, A. (1996). Assessment and Evaluation in Science and Mathematics Education: Innovative Approaches. Brunei Darussalam: Educational Technology Centre, Universiti Brunei Darussalam. Asturias, H. (1994). Using Student‟s Portfolios to Asses Mathematical Understanding. The Mathematics Teacher. 87 (9), 698-701. Berenson, S. B. dan Carter, G. S. (1995). Changing Assesment Practices in Science and Mathematics. School Science and Mathematics. 95 (4), 183-186. Crowley, M. L. (1993). Student Mathematics Portfolio. The Mathematics Teacher. 86 (7), 544-547. Hamm, M. dan Adams, D. (1991). Portfolio - It‟s not Just for Artists Anymore. The Science Teacher. May, 18-21. Henningsen, M. dan Stein, M.K. (1997). Mathematical Tasks and Student Cognition. Journal for Research in Mathematics Education. 28 (5), 254549. Hudojo, H. (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud Dikti P2LPTK. Joyce, B. dan Weil, M. (1990). Models of Teaching (second ed.). New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Karp, K. S. dan Huinker, D. A. (1997). Portfolio as Agents of Change. Teaching Children Mathematics. January, 224-228.
73 Jurnal Edukasi
Masingila, J. O. dan Prus-Wisniowska, E. (1996). Developing and Assessing Mathematical Understanding in Calculus Through Writing. Communication in Mathematics K-12 and Beyond. NCTM, 1996 Yearbook, 95-104. Pokay, P. dan Tayeh, C. (1996). Preservice Elementary Teachers: Building Portfolios Around Student‟s Writings. Teaching Children Mathematics. January, 308-313. Ruseffendi, E. T. (1991). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Soedjadi, R. (1999). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Masa Depan. Jakarta: Depdiknas. Stenmark, J. K. (1991). Math Porfolios: A New Form of Assessment. Teaching K-8. August/September. 62-68. Stiggins, R. J. (1994). Student-Centered Classroom Assessment. New York: Macmillan College Publishing Company. Sudirman, Rusyan, A.T., Arifin, Z., dan Fathoni, T. (1987). Ilmu Pendidikan. Bandung: Remadja Karya. Tilaar, H. A. R. (1999). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional - dalam Persfektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia. Utari S. (2000). Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika tanggal 10 September 2000, Unswagati Cirebon.
63 Jurnal Edukasi