Ali Murtadlo, Kecerdasan …
KECERDASAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Ali Murtadlo Abstraksi Pandangan yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkan hasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ hanya membatasi pada kecerdasan logika-matematika dan bahasa. Teori Multiple Intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika) dan bahasa. Multiple Intelligences memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut. Teori Multiple Intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Kata Kunci : Keceradasan, Intelligence A.
18
Pembelajaran
Matematika,
Multiple
Pendahuluan Howard Gardner, sang penemu konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) menyatakan bahwa pada dasarnya kecerdasan terdapat dalam diri setiap individu. Hanya saja, tingkat kedominannya serta perkembangannya dari masing-masing kecerdasan akan berbedabeda dari individu yang satu dengan individu yang lainnya. Kita sering mendengar istilah kecerdasan sering dimirip-miripkan atau disamakan dengan kepintaran. Namun kedua istilah ini memiliki perbedaan. Anak yang pintar belum tentu cerdas, sedangkan anak yang biasa-biasa saja pintarnya bisa saja ia merupakan anak yang cerdas. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, kita mengambil perumpamaan lewat pendekatan struktur hardware dan software komputer. Kita tahu merek-merek processor komputer seperti Intel Pentium, AMD, dan sebagainya. Masing-masing vendor membagi kelas kecepatan processor tersebut (CPU) kedalam beberapa kelas, yaitu: 1 Ghz, 2 Ghz, dan seterusnya. Semakin besar CPU clock sebuah komputer, maka semakin cepat komputer tersebut berfikirnya, kira-kira seperti inilah yang dinamakan cerdas. Tetapi cukupkah sebuah Komputer hanya cerdas saja?
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
Jawabannya tentu saja tidak, karena jika komputer tidak pintar, maka kita tidak bisa memanfaatkannya dan juga menggunakannya. Lalu bagaimana supaya komputer tersebut menjadi pintar? Jawabannya yaitu dengan meng-install-kan beberapa program yaitu yang pertama tentu saja operating system (OS), kemudian install program-program atau softwaresoftware. Dengan demikian komputer tersebut menjadi cerdas karena cepat dalam berfikir dan pintar karena bisa mengerjakan berbagai macam keperluan seperti mengetik naskah, membuat program, menggambar, bermain game, dan lain-lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa cerdas dan pintar itu adalah dua istilah yang berbeda tapi saling terkait. Orang cerdas rata-rata bisa pintar, tetapi orang pintar belum tentu semuanya cerdas. Karena orang yang tadinya tidak tahu sesuatu, apabila dia rajin belajar, banyak membaca buku, menuntut ilmu terus-menerus, nantinya dia akan memperoleh banyak ilmu sehingga menjadi pintar, yang membedakannya hanya kecepatan berfikir saja. B.
Definisi Kecerdasan Menurut Gardner (1983) “An intelligence is the ability to solve problems, or to create products, that are valued within one or more cultural settings”. Kecerdasan adalah kemampuan untuk memecahkan masalah, atau untuk membuat suatu produk, yang dapat dinilai dalam satu atau lebih pengaturan budaya. Selanjutnya terdapat definisi kecerdasan (intelligence) yang diambil dari pendapat Vernon (Skemp, 1971: 16) adalah kumpulan dari rencana skemata atau mental yang dibangun individu melalui interaksi dengan lingkungan hidupnya sepanjang keadaan atau kondisinya memungkinkan. Lebih lanjut menurut Skemp (1971: 16) kecerdasan memiliki dua makna yang bernilai. Makna yang pertama adalah suatu “innate potential” atau potensi bawaan. Makna kedua, fungsi dari otak, yang mana dalam perkembangannya otak dapat menentukan sebagian maupun secara keseluruhan dari level rata-rata kematangan (kedewasaan) seseorang. Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir. Stenberg & Slater (Wlihelm & Engle, 2005: 296), mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif. “Intelegensi involves (a) the capacity to learn from experience and (b) the ability to adapt to the surrounding environment”. Psikolog ini mengatakan bahwa intelegensi meliputi kapasitas belajar dari pengalaman dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Kecerdasan pikiran mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami 19
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Pendapat lain diungkapkan oleh Tony Buzan (Agus Efendi, 2005: 8183) yang mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk berpikir dengan cara-cara yang baru (orisinil), dan bila perlu “berani tampil beda”. Selanjutnya menurut Piaget seperti yang dikutip oleh William H. Calvin dalam bukunya How Brain Thinks, “ Intelligence is what you use when you don’t know what to do” (kecerdasan adalah apa yang kita gunakan pada saat kita tidak tahu apa yang harus dilakukan). Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat suatu masalah dalam kehidupan, lalu menyelesaikan masalah tersebut atau membuat sesuatu yang dapat berguna bagi orang lain. C.
20
Tipe Kecerdasan Menurut Howard Gardner (1983), sang penemu Multiple Intelligences yang berasal dari Harvard University ada beberapa tipe kecerdasan yang disebut dengan multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Teori tentang multiple intelegence atau kecerdasan majemuk ini menjelaskan cakupan potensi manusia. Teori ini telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi dunia pendidikan, yang sebelumnya lebih banyak memberikan fokus perhatian hanya pada sisi language dan logical-mathematical intelligence. Kedua tipe kecerdasan tersebut bukan hal yang dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan seseorang, tapi disana ada kecerdasan-kecerdasan lain yang juga amat penting, yaitu: linguistik, logika-matematika, visual-spasial, musikal, fisik kinestesik, interpersonal (sosial), intrapersonal, dan naturalis. Bagi para pendidik ide multiple intelligence ini menjadi inspirasi dalam memperkaya kurikulum pendidikan sekolah, terutama dalam memperkaya metode penyampaian materi pelajaran dengan memanfaatkan potensi kecerdasan yang ada dalam setiap diri individu. Berikut akan dibahas tipe-tipe kecerdasan seperti yang diungkapkan oleh Howard Gardner (1983). 1. Verbal-Libguistic Intelligence (Kecerdasan Verbal-Linguistik) Kecerdasan verbal-linguistik berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya. Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan verbal-linguistik antara lain: a) Mampu menjelaskan sesuatu ide yang mudah dimengerti orang lain b) Mampu membaca dan mengerti apa yang dibaca c) Pandai berbahasa asing
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
d) Pandai berdebat atau diskusi e) Memiliki kemampuan menceritakan dan menikmati humor Karir yang cocok : Penulis, pengacara, wartawan juru bicara, copy-writer, guru bahasa, editor, translator, konsultan media, presenter tv/radio, dubber 2. Logical-Mathematical Intelligence (Kecerdasan Logika-Matematika) Kecerdasan ini berkaitan dengan kemampuan mengolah angka, dan kemahiran menggunakan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola yang terjadi dalam kehidupan kita seperti pola pikir, pola bilangan, pola visual, pola warna, dan sebagainya. Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan logika-matematika antara lain: a) Menyenangi angka dan hitungan b) Relatif cepat dalam kegiatan menghitung dan menyukai games (permainan) strategi misalnya permainan catur c) Berpikir logis d) Tertarik dengan teknologi e) Menyukai operasi penghitungan yang rumit f) Cenderung mudah menerima dan memahami penjelasan sebabakibat g) Terus menerus bertanya dan memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang peristiwa di sekitarnya. Pertanyaan seperti, “Mengapa telur berubah jadi ayam?” merupakan contoh pertanyaan yang berhulu logika-matematika. Karir yang cocok : Ilmuwan, insinyur, ahli komputer, akuntan, peneliti, bankir, analis, R & D 3. Musical Intelligence (Kecerdasan Musikal) Adalah suatu kecerdasan untuk : a) Pengenalan atas bunyi/suara/musik b) Penciptaan atas bunyi/suara/musik c) Apresiasi atas nada/suara/musik d) Hubungan antara nada/suara/musik dengan perasaan (mood) Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan musikal antara lain: a) Mampu bernyanyi / bermain alat musik b) Mampu menciptakan musik c) Menikmati semua jenis musik Karir yang cocok : musisi, penyanyi, komposer, DJ, produser musik, pemain piano, penata musik, pelatih vokal 4. Bodily – Kinaesthetic Intelligence (Kecerdasan Gerak-Kinestetik) Adalah suatu kecerdasan untuk : a) Kontrol gerakan tubuh b) Kecekatan gerak tubuh (baca : terampil) c) Kegesitan gerak tubuh (reaksi cepat) 21
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
d) Keseimbangan tubuh e) Koordinasi mata & tubuh Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan gerak-kinestetik antara lain: a) Bergerak aktif b) Suka olah raga apa saja c) Koordinasi fisik sangat baik d) Hidup sesuai standar kesehatan e) Menyukai praktek langsung Karir yang cocok : Penari, peraga, aktor, atlet, tentara, sopir, pembalap, pengrajin, akupunturis, petualang 5. Visual-Spatial Intelligence (Kecerdasan Visual-Spasial) Kecerdasan visual-spasial berkaitan dengan kemampuan menangkap warna, arah, dan ruang secara akurat serta mengubah penangkapannya tersebut ke dalam bentuk lain seperti dekorasi, arsitektur, lukisan, patung, atau lainnya. Atau dapat dikatakan bahwa kecerdasan ini meliputi: a) Pemahaman atas informasi berupa gambar b) Penciptaan gambar (melukis, mensketsa, karikatur, fotografi, desainer) c) Segala sesuatu yang berhubungan dengan dimensi (ruangan) d) Segala sesuatu yang berhubungan dengan arah (mata angin) Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan visual-spasial antara lain: a) Senang menggambar dan mematung b) Senang belajar grafik, peta, dan lain-lain c) Mampu mengenali lokasi d) Memiliki kemampuan membayangkan sesuatu (berimajinasi), melahirkan ide secara visual dan spasial (dalam bentuk gambar atau bentuk yang terlihat mata) e) suka mencoret-coret, membentuk gambar, mewarnai, dan menyusun unsur-unsur bangunan seperti puzzle dan balok-balok Karir yang cocok : arsitek, desainer, kartunis, fotografer, perencana kota, ahli kecantikan 6. Interpersonal Intelligence (Kecerdasan Interpresonal) Adalah suatu kecerdasan untuk : a) Kemampuan atas pemahaman perasaan orang lain (empati) b) Kemampuan menghubungkan seseorang dengan orang lainnya c) Pemahaman akan perilaku d) Pemahaman akan komunikasi e) Pemahaman hubungan antara seseorang dengan situasi di sekitarnya 22
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
f) Kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya lewat body language g) Interpretasi mood seseorang lewat raut wajahnya Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan interpersonal antara lain: a) Mampu bersosialisasi b) Bekomunikasi dengan baik c) Mampu mempengaruhi orang lain d) Mampu bekerja sama Karir yang cocok : salesman, mediator, counsellor, guru, dokter, politikus 7. Intrapersonal Intelligence (Kecerdasan Intrapersonal) Adalah suatu kecerdasan untuk : a) Self awareness (kesadaran diri) b) Kemampuan untuk menentukan tujuan hidupnya c) Kemampuan untuk melakukan perubahan menuju ke tujuan hidupnya tersebut d) Kemampuan untuk memahami eksistensinya di dunia e) Kemampuan untuk memahami kebutuhan diri sendiri Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan intrapersonal antara lain: a) Mandiri b) Mengerti kebutuhan mental diri sendiri c) Mampu meningkatkan potensi diri d) Mampu menyelami suatu pribadi e) Memiliki tujuan hidup yang jelas Karir yang cocok : psikiater, psikolog, filsuf 8. Naturalis Intelligence (Kecerdasan Natural) Adalah suatu kecerdasan yang berkaitan dengan: a) Mengenali semua yang berhubungan dengan flora b) Mengenali semua yang berhubungan dengan fauna c) Mengenali semua yang berhubungan dengan lingkungan (alam) Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan natural antara lain: a) Senang memelihara tanaman / hewan b) Perduli terhadap lingkungan c) Tertarik pada bidang biologi d) Senang menjelajahi alam Karir yang cocok : petani, peternak, pekebunan, ahli biologi, ahli pelestarian alam, juru masak ahli lingkungan 9. Kecerdasan Eksistensial Menurut Amstrong (Tadkiroatun Musfiroh, 2004) kecerdasan eksistensial berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menempatkan diri dalam lingkup kosmos yang terjauh, dengan makna hidup, makna kematian, nasib dunia jasmani maupun 23
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
kejiwaan, dan dengan makna pengalaman mendalam seperti cinta atau kesenian. Selanjutnya menurut Theacorn (Tadkiroatun Musfiroh, 2004) kecerdasan eksistensial juga berkaitan dengan kemampuan merasakan, memimpikan, dan menjadi pemikir menyangkut hal-hal yang besar (menjadi pemimpin). Ciri-ciri seseorang dengan kecerdasan eksistensial antara lain: a) Cenderung memiliki kesadaran akan hakikat sesuatu b) Menanyakan berbagai hal yang mungkin sekali tidak terpikirkan oleh anak lain sebayanya. Pertanyaan “Apakah benar ada hantu?”, “Mengapa kita harus berdoa pada Tuhan?”, dan “Di mana Tuhan berada?” Stimulasi kecerdasan eksistensialis mungkin tidak mudah dilakukan. Meskipun demikian, tugas merenungkan sesuatu yang ada di sekitar anak dapat menumbuhkan kecerdasan ini. Kegiatan bercerita yang diakhiri pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran dapat digunakan sebagai stimulasi eksistensial, seperti “Bagaimana jika kita tidak punya ibu?”, “Bagaimana jika tidak ada air?”. (Tadkiroatun Musfiroh, 2004). Selanjutnya untuk lebih mempermudah dalam memahami tipe-tipe kecerdasan di atas, dapat dilihat dalam tabel berikut: Diambil dari Amstrong (2000: 22) Children who THINK LOVE NEED are highly Linguistic in words reading, books, tapes, writing writing, telling tools, paper, diaries, stories, playing dialogue, discussion, word games debate, stories Logicalby experimenting, materials to experiment Mathematical reasoning questioning, with science materials, manipulatives, trip to the planetarium and science museum Spatial in imagess designing, art, LEGOs, video, and deawing, movies, slides, pictures visualizing, imagination games, doodling mazes, puzzles, illustrated books, trips to art museum Bodilythrough dancing, role play, drama, Kinesthetic somatic running, movement, things to sensation jumping, build, sports and 24
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
Musical
via rhythms and melodies
Interpersonal
by bouncing ideas off other people
Intrapersonal
in relation to their needs, feelings, and goals through nature and natural forms
Naturalist
D.
building, touching, gesturing singing, whistling, humming, tapping feet and hands, listening leading, organizing, relating, manipulating, mediating, partying setting goals, meditating, dreaming, planning, reflecting playing with pets, gardening, investigating nature, raising animals, caring for planet earth
physical games, tactile ecperiences, hands-on learning Sing-along time, trips to concerts, music playing at home and school, musical instruments
friends, group games, social gathering, community events, clubs, mentors/apprenticeships secret places, time alone, self-paced project, choices
Access to nature, opportunities for interacting with animals, tools for investigating nature (e.g magnifying glass, binoculars)
Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Matematika Matematika merupakan suatu bahan kajian yang memiliki objek abstrak. Kebenaran suatu konsep diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga keterkaitan antar konsep dalam matematika bersifat sangat kuat dan jelas (Depdiknas, 2004: 6). Sementara itu dalam Permen no. 22 tahun 2006 disebutkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Oleh karena itu mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar dengan tujuan untuk membekali siswa mengenai kemampuan berpikir logis, 25
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Jelas bahwa yang menjadi tujuan pembelajaran matematika bukan hanya kecerdasan logika-matematika saja. Guru dapat memasukkan unsur-unsur kecerdasan lainnya melalui pembelajaran matematika yang inovatif. Khusus untuk menstimulasi kecerdasan logika-matematika anak, Howard Gardner (Tadkiroatun Musfiroh, 2004), menyatakan guru dapat melakukan beberapa hal berikut: 1. Memberikan materi-materi konkret yang dapat dijadikan bahan percobaan, seperti permainan mencampur warna, permainan aduk garam-aduk pasir. 2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dan memberikan penjelasan logis. 3. Memberikan permainan-permainan yang merangsang logika anak seperti maze, permainan misteri, permainan yang menggunakan kemampuan membandingkan, dan permainan yang membutuhkan kemampuan memecahkan masalah. Apabila perlu, ajaklah anak-anak mendatangi tempat-tempat yang dapat mendorong pemikiran ilmiah, seperti pameran komputer, museum. Pendapat lain dikemukakan oleh Linda Campbell (2002: 42) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran aktif yang dapat meningkatkan pemikiran secara logis di kelas antara lain sebagai berikut: 1. Menggunakan bermacam-macam strategi tanya jawab 2. Mengajukan masalah-masalah terbuka bagi siswa untuk diselesaikan 3. Mengkonstruksi model-model dari konsep-konsep kunci 4. Menyuruh siswa-siswa untuk mengungkapkan pemahaman mereka dengan menggunakan objek-objek yang kongkrit 5. Memprediksikan dan membuktikan dampak atau hasil secara logis 6. Mempertajam pola-pola dan hubungan-hubungan dalam bermacammacam fenomena 7. Meminta siswa untuk memberikan alasan dari pernyataan dan pendapat mereka 8. Menyediakan berbagai kesempatan untuk melakukan pengamatan dan penyelidikan 9. Mendorong siswa untuk membangun maksud dan tujuan dari belajar mereka 10. Menghubungkan konsep-konsep atau proses-proses matematis dengan mata pelajaran lain dan juga dengan kehidupan nyata 26
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
Sedangkan untuk mengaitkan tipe kecerdasan yang lain dalam pembelajaran matematika memang sangat diperlukan kreativitas dari guru itu sendiri. Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan yang dimiliki oleh siswa merupakan hal yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa. Dengan demikian dalam pembelajaran matematika tidak hanya kecerdasan logis matematis saja yang dikembangkan. Dengan inovasiinovasi pembelajaran maka pembelajaran matematika juga dapat mendukung kecerdasan yang lain. Pengajaran satu materi tidak perlu harus menggunakan ke sembilan kecerdasan tersebut secara serentak. Pilihlah kecerdasan yang sesuai dengan konteks pembelajaran itu sendiri. Gambaran umum penerapan multiple intelligences dalam pembelajaran matematika terlihat dalam contoh berikut (Julia Jasmine, 2007: 122) : Intrapersonal Mintalah anak-anak untuk melakukan refleksi dan tulis kemajuan mereka dalam matematika Interpersonal Mulailah tutorial (bimbingan) lintas usia dengan kelas lain Linguistik Mintalah anak-anak untuk menulis sebuah cerita dari sudut pandang bilangan atau angka Logis-matematis Ajarlah anak-anak bagaimana memainkan “Othello” sebagai latihan dalam logika Visual-Spasial Buatlah kota/gambar dengan hanya menggunakan persegi, segitiga dan lingkaran Gerak-Kinestetik Berdirilah menyerupai sebuah bilangan. Suruhlah anak-anak mendekati bilangan dengan badan mereka dan mintalah mereka menyentuhnya Musikal Cari dan tunjukkan sebuah video yang menjelaskan hubungan matematika dengan musik Untuk mengembangkan proses pengajaran dengan menggunakan Multiple Intelligences, sarana dan prasarana yang dibutuhkan sebenarnya telah tersedia di lingkungan sekitar. Artinya bahwa pendidikan tidaklah harus di dalam kelas. Tidak harus menggunakan peralatan yang canggih. 27
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
E.
28
Siswa bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan dengan kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam. Vernon A. Magnesen (1983), (DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Singer, 2000) menjelaskan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, 90% dari apa yang kita katakan dan lakukan. Artinya seseorang bisa menyerap informasi paling banyak pada saat dia melakukan atau mempraktekkan materi yang diterimanya (Handy Susanto, 2005: 72). Jadi menurut Thomas Amstrong (dikutip langsung dari websitenya http://www.thomasarmstrong.com/articles/7_ways. php “whatever you are teaching or learning, see how you might connect it with” : 1. Kata-kata (linguistic intelligence) 2. Angka atau logika (logical-mathematical intelligence) 3. Gambar (spatial intelligence) 4. Musik (musical intelligence) 5. Refleksi diri (intrapersonal intelligence) 6. Pengalaman fisik (bodily-kinesthetic intelligence) 7. Pengalaman sosial (interpersonal intelligence), dan/atau 8. Pengalaman di lapangan (naturalist intelligence) Dengan demikian dalam setiap pembelajaran tak terkecuali matematika guru selalu berusaha untuk menggali potens-potensi kecerdasan yang dimiliki siswa. Manfaat Penerapan Multiple Intelligences Menurut Handy Susanto (2005: 74) ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan menerapkan Multiple Intelligence di dalam proses pendidikan yaitu: 1. Kita dapat menggunakan kerangka Multiple Intelligences dalam melaksanakan proses pengajaran secara luas. Aktivitas yang bisa dilakukan seperti menggambar, menciptakan lagu, mendengarkan musik, dan melihat suatu pertunjukan dapat menjadi ‘pintu masuk’ yang vital ke dalam proses belajar. Bahkan siswa yang penampilannya kurang baik pada saat proses belajar menggunakan pola tradisional (menekankan bahasa dan logika), jika aktivitas ini dilakukan akan memunculkan semangat mereka untuk belajar. 2. Dengan menggunakan Multiple Intelligences, kita menyediakan kesempatan bagi siswa untuk belajar sesuai dengan kebutuhan, minat, dan talentanya.
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
3. Peran serta orang tua dan masyarakat akan semakin meningkat di dalam mendukung proses belajar mengajar. Hal ini bisa terjadi karena setiap aktivitas siswa di dalam proses belajar akan melibatkan anggota masyarakat. 4. Siswa akan mampu menunjukkan dan ‘berbagi’ tentang kelebihan yang dimilikinya. Membangun kelebihan yang dimiliki akan memberikan suatu motivasi untuk menjadikan siswa sebagai seorang ‘spesialis’. 5. Pada saat kita ‘mengajar untuk memahami’, siswa akan mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kemampuan untuk mencari solusi dalam memecahkan persoalan yang dihadapinya. F.
Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Kecerdasan yang dimiliki seseorang dapat berkembang sampai tingkat kemampuan yang disebut mumpuni. Pada tingkat ini, kemampuan seseorang di bidang tertentu, yang berkaitan dengan kecerdasan itu, akan terlihat sangat menonjol. Menurut Amstrong (2000: 17) berkembang tidaknya suatu kecerdasan bergantung pada tiga faktor penting berikut: 1. Biological endowment (faktor biologis), termasuk di dalamnya faktor keturunan atau genetis dan luka atau cedera otak sebelum, selama, dan setelah kelahiran. 2. Personal life history (sejarah hidup pribadi), termasuk di dalamnya adalah pengalaman-pengalaman (bersosialisasi dan hidup) dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang lain, baik yang membangkitkan maupun yang menghambat perkembangan kecerdasan. 3. Cultural and historical background (latar belakang kultural dan historis), termasuk waktu dan tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan serta sifat dan kondisi perkembangan historis atau kultural di tempat yang berbeda.
G.
Penutup Kecerdasan bukanlah suatu yang bersifat tetap melainkan dapat tumbuh dan berkembang. Setiap siswa memiliki kecerdasan (keunikan) masing-masing. Mereka memiliki kecerdasan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Pandangan yang menyatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat berdasarkan hasil tes IQ sudah tidak relevan lagi karena tes IQ hanya membatasi pada kecerdasan logikamatematika dan bahasa. Saat ini masih banyak sekolah yang terjebak dengan pandangan tradisional tersebut. Masih banyak guru yang hanya menekankan pada kemampuan logika-matematika dan bahasa. Teori Multiple Intelligences, mencoba untuk mengubah pandangan bahwa kecerdasan seseorang hanya terdiri dari kemampuan logika (matematika) 29
Ali Murtadlo, Kecerdasan …
dan bahasa. Multiple Intelligences memberikan pandangan bahwa terdapat sembilan macam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya adalah komposisi atau dominasi dari kecerdasan tersebut. Teori Multiple Intelligences mampu menjembatani proses pengajaran yang membosankan menjadi suatu pengalaman belajar yang menyenangkan dan siswa tidak hanya dijejali oleh teori semata. Mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa teori yang mereka terima memang dapat ditemui di dalam kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri sehingga mereka memiliki kesan yang mendalam. Selain itu proses pendidikan dapat mengakomodir setiap kebutuhan siswa dan sesuai dengan keunikannya masing-masing. Jika sekolah ingin menerapkan Multiple Intelligences di dalam sistem pendidikannya, maka dibutuhkan inisiatif dari setiap guru untuk mencoba memulai dan bersedia untuk mengerahkan segala kemampuan dan kreativitasnya dalam mengajar. Guru dan orang tua siswa harus seiring sejalan agar memiliki pandangan yang sama di dalam memberikan pendidikan bagi anak sesuai dengan kebutuhan dan keunikannya masing-masing. Oleh sebab itu guru dan orang tua siswa harus senantiasa menjalin komunikasi misalnya melalui pertemuan berkala antara wali kelas dan guru bimbingan konseling dengan orang tua. DAFTAR PUSTAKA Amstrong, Thomas. (2000). Multiple Intelligences In The Classroom 2nd Edition. Ebook tersedia di: http://www.abu-ghararah.com/ App_content/file/EBooks/(038)%20Multiple%20Intelligences %20in%20the%20Classroom.pdf (diakses tanggal 27 Februari 2012) ________________. (1994). Multiple Intelligences: Seven Ways to Approach Curriculum. Tersedia Error! Hyperlink reference not valid.). (diakses tanggal 27 Februari 2012) Campbell, Linda; Campbell, Bruce & Dickinson, Dee. (2002). Multiple Intelligences Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Depok: Inisiasi Press Depdiknas. (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Buku Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Efendi, Agus. (2005). Revolusi Kecerdasan Abad 21. Bandung: Alfabeta Gardner, Howard. (1983). Frames of Minds. Tersedia: http://aplus-schools. uncg.edu/multipleintelligences.pdf (diakses tanggal 27 Februari 2012) 30
Edu-Math; Vol. 3, Tahun 2012
Jasmine, Julia. (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk Implementasi Multiple intelligences. Bandung: Penerbit Nuansa Masykur Ag, Moch & Fathani, Abdul Halim. (2009). Mathematical Intelligence. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Musfiroh, Tadkiroatun. (2004). Multiple Intelligences. Makalah disampaikan di hadapan guru-guru Play Group dan TK Kreatif PRIMAGAMA di Hotel Bintang Matahari, 24 Maret 2004. tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/MULTIPLE %20INTELLIGENCES%20III.pdf (diakses tanggal 27 Februari 2012) Permen Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar ISI (SI) Santoso, Handy. (2005). Penerapan Multiple Intelligences dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur - No.04/ Th.IV/ Juli 2005. Tersedia: http://www.bpkpenabur.or.id/files/ Hal.6775%20Penerapan%20Multiple%20Intillegence%20da lam%20Sistem%20Pembelajaran.pdf (diakses tanggal 27 Februari 2012) Skemp, Richard R. (1971). The Psychology of Learning Mathematics. England: Penguin Books. Wilhelm, O. & Engle, RW. (2005). Handbook of Understanding and Measuring Intelligence. California: SAGE Publications.
31