Jurnal Euclid, vol.2, No.1
PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK DAPAT MENGOPTIMALKAN KECERDASAN MAJEMUK SISWA Oleh : Nelli Ma'rifat Sanusi Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon
ABSTRAK Howard Gardner mengatakan bahwa setiap individu memiliki delapan kecerdasan yaitu kecerdasan Matematis-Logis, Linguistik, Spasial, Musikal, Interpersonal, Kinestetik-Jasmani, Intrapersonal, dan Naturalis. Setiap kecerdasan yang dimiliki seseorang memiliki cara tersendiri dalam mengolah informasi, namun untuk menuangkannya kembali seluruh kecerdasan tersebut akan bersinergi dalam satu kesatuan yang unik. Hal ini membuat seseorang mampu meningkatkan kemampuannya secara optimal. Jika kita kaitkan antara pembelajaran realistik (PMRI) dengan kecerdasan majemuk tentu sangat terlihat jelas dalam PMRI semua kecerdasan dapat dikembangkan, karena dalam pembelajaran matematika realistik ini siswa dihadapkan dengan sesuatu yang nyata, diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya tentang materi yang dipelajarinya baik secara individu ataupun secara kelompok. Dengan demikian diharapkan setiap siswa mampu mengoptimalkan seluruh kecerdasannya sehingga siswa mampu belajar matematika dengan baik yang pada akhirnya nilai siswa akan lebih baik. Katakunci: pembelajaran realistik, kecerdasan majemuk.
154
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
A. Pendahuluan
didapatnya kepada orang lain. Howard
Kualitas pendidikandi Indonesiasaat
Gardner mengatakan bahwa setiap orang
ini masih rendah, hal ini disebabkan banyak
memiliki delapan kecerdasan dalam dirinya
faktor diantaranya masih buruknya
yang biasa disebut dengan Multiple
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas.
Intelegence. Delapan kecerdasan tersebut
Guru masih banyak yang belum
ya i t u k e c e r d a s a n M a t e m a t i s - L o g i s ,
mengoptimalkan pembelajaran dengan
Linguistik, Spasial, Musikal, Interpersonal,
strategi kecerdasan majemuk, padahal jika
Kinestetik-Jasmani, Intrapersonal, dan
seseorangdiasah kecerdasan yang
Naturalis. Setiap kecerdasan memiliki cara
menonjolnyamaka kecerdasan yang lainpun
tersendiri dalam mengelola informasi yang
akan mengikutinya. Sehingga dengan
masuk ke dalam otak seseorang, namun
demikian diharapkan siswa menjadi lebih
untuk menuangkannya kembali seluruh
faham dengan pembelajaran yang dilakukan.
kecerdasan tersebut bersinergi dalam satu
Opini yang berkembang di masyarakat
kesatuan yang unik. Hal ini membuat
saat ini menilai kecerdasan seseorang dilihat
seseorang mampu meningkatkan
dari nilai matematika dan IPA, jadi seorang
kemampuannya secara optimal. Pendapat
siswa dikatakan cerdas jika ia mampu
Gardner ini tentunya akan sangat efektif bila
menyelesaikan soal-soal matematika dan
dikembangkan menjadi sebuah strategi
IPA. Hal ini bertentangan dengan apa yang
pembelajaran, khususnya untuk
dikatakan olehGardner dalam teori
meningkatkan kualitas pembelajaran. Seperti
kecerdasan majemuknya. Gardner
yang telah kita ketahui bahwa selama ini
menyatakan bahwa kecerdasan tidak hanya
pembelajaran yang dilakukan hanya
berupa kemampuan untuk menyelesaikan
mengacu pada teori Bloom yaitu kognitif,
tugas-tugas di sekolah yang berkaitan
psikomotor, dan afektif.
dengan kemampuan verbal, logis saja,
Salah satu strategi yang sesuai dengan
melainkan kecerdasan itu merupakan
kecerdasan majemuk siswa ini adalah
kumpulan kemampuan yang dimiliki
pembelajaran realistik (PMRI). PMRI
seseorang untuk memahami informasi yang
merupakan pembelajaran yang mengaitkan
didapat, mengumpulkan fakta serta dapat
dengan kehidupan nyata atau minimal dapat
menyampaikan pengetahuan yang
dibayangkan oleh siswa. Pembelajaran ini
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
155
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
bisa dilakukan secara individu maupun
C. PEMBAHASAN
kelompok. Dalam pembelajarannya siswa
Pendidikan Matematika Realistik
diarahkan untuk mengkonstruksi sendiri
Indonesia (PMRI)
materi yang dipelajari, dengan demikian
Pada tahun 2000-an pembelajaran
siswa yang memiliki kecerdasan
matematika realistik mulai berkembang di
intrapersonal dapat mengoptimalkan
Indonesia. PMRI yang berkembang selama
kecerdasannya begitu juga siswa yang
ini berawal dari pembelajaran yang
memiliki kecerdasan interpersonal dapat
dilakukan di Belanda, dengan sebutan
mengkonstruksi sendiri materi yang
Realistic Mathematic Education atau lebih
dipelajarinya dengan cara berdiskusi dengan
dikenal dengan istilah RME. Selain di
temannya. Tentunya untuk kecerdasan yang
Belanda, pembelajaran ini juga berkembang
lain juga dapat dioptimalkan dengan
di Amerika dengan sebutan CTL (Contextual
menggunakan pembelajaran ini.
Te a c h i n g a n d L e a r n i n g ) . M u n c u l n ya
Jika kita kaitkan antara PMRI dengan
pembelajaran RME ini diawali dari
kecerdasan majemuk tentu sangat terlihat
ketidakpuasan gerakan matematika modern
jelas dalam PMRI semua kecerdasan dapat
di Amerika Serikat serta pembelajaran yang
dikembangkan, dengan demikian
dilakukan di Belanda yang terlalu mekanistik
diharapkan setiap siswa mampu
sehingga sulit dipahami siswa yang pada
mengoptimalkan seluruh kecerdasannya
akhirnya nilai matematika siswa kurang baik.
sehingga siswa mampu belajar matematika
Pa d a t a h u n 1 9 8 0 - a n p e m b e l a j a r a n
dengan baik yang pada akhirnya nilai siswa
matematika mengalami pergeseran
akan lebih baik.
paradigmateori belajar dari behavioristik ke arah konstruktivisme serta realistik.
B. RUMUSAN MASALAH
Menurut Suparno (dalam Sutarto
1. Karakteristik apa sajakah yang terdapat
Hadi:2003), prinsip-prinsip konstruktivisme
dalam pembelajaran matematika realistik?
yang diambil adalah (1) pengetahuan
2. Apa yang dimaksud dengan kecerdasan
dikonstruksi oleh siswa sendiri, baik secara
majemuk?
individu maupun kelompok, dengan
3. Bagaimana mengoptimalkan kecerdasan
demikian siswa akan mengalami
majemuk siswa dengan menggunakan
kebermaknaan dalam pembelajaran
pembelajaran matematika realistik ?
matematika (2) pengetahuan tidak dapat
156
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
ditransfer dari guru ke siswa, jadi dalam hal
matematisasi vertikal yaitu proses dalam
ini pembelajaran akan berhasil jika siswa aktif
matematika itu sendiri. Dari keempat tipe
mencari/ mengkonstruksi sendiri materi yang
tersebut hanya tipe realistik saja yang
dipelajarinya bukan guru yang terus-terusan
memberi penekanan pada kedua
memberi penjelasan tentang materi
matematisasi tersebut.
pembelajaran (3) murid aktif mencari sendiri
Menurut Gravemeijer (dalam
materi secara terus-menerus, dengan
Hobri:166) RME mempunyai tiga prinsip
demikian akan selalu terjadi perubahan
kunci, yaitu:
konsep menuju konsep yang lebih rinci,
1. Menemukan kembali.
lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah,
D a l a m p r i n s i p i n i s i s wa d i b e r i
(4) guru hanya membantu menyediakan
permasalahan yang sesuai dengan materi
sarana dan prasarana agar proses konstruksi
yang diajarkan yang berkaitan dengan
siswa berjalan dengan baik. Dengan kata lain
kehidupan sehari-hari, kemudian
pembelajaran dengan konstruktivisme ini
menuangkan kedalam simbol matematika
guru hanya sebagai fasilitator bukan sebagai
sehingga dengan proses seperti ini siswa
sumber dari pembelajaran yang berlangsung.
diharuskan menemukan kembali definisi,
Selain pembelajaran dengan menggunakan konstruktivisme, ada juga
sifat dari materi yang sedang dipelajari. 2. Fenomena didaktik.
pembelajaran realistik atau biasa kita sebut
Fenomena didaktik maksudnya,
PMRI. Treffer (dalam Asikin: 2001)
permasalahan yang diberikan dalam
mengklasifikasikan pendidikan matematika
pembelajaran ini berdasarkan
kedalam 4 tipe yakni mekanistik, empiristik,
pertimbangan proses matematisasi serta
strukturalistik dan realistik. Perbedaan dari
pengaplikasian materi dalam
keempat tipe tersebut terletak pada
pembelajaran.
sejauhmana digunakan
matematisasi.
3. Pengembangan model sendiri.
Matematisasi disini yaitu matematisasi
Kegiatan ini untukmenjembatani antara
vertikal dan matematisasi horizontal.
pengetahuan formal daninformal. Model
Matematisasi horizontal yaitu proses
dibuat oleh siswa sendiri untuk
menuangkan masalah yang ada kaitannya
memecahkan masalah yang disesuaikan
dengan kehidupan sehari-hari kedalam
dengan pengalaman siswa sendiri. Jika
simbol-simbol matematika, sedangkan
siswa sudah mampu membuat model
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
157
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
sendiri sesuai dengan pengalamannya,
Karena PMRI merupakan adaptasi dari
maka dari model tersebut digeneralisasi
RME dalam konteks Indonesia,prinsip dan
kedalam bentuk matematika formal.
karakteristik yang ada di dalam RME itu ada
Menurut Hobri (2009: 169-170) RME
dalam PMRI, namun menurut Marpaung
memiliki lima karakteristik, yaitu;
(2005) ada tambahannya yang dijabarkan
1. Menggunakan konteks
sebagai berikut :
Konteks merupakan lingkungan yang
1.
dialami siswa dalam kehidupan sehari-
mengkonstruksi materi yang dipelajari,
hari.
sedangkan guru aktif mengarahkan
2. Menggunakan model
siswa dalam mengkonstruksi materi
Model diambil dari kehidupan sehari-hari baik yang nyata maupun yang dapat
yang dipelajarinya. 2.
dibayangkan siswa, kemudian mengarahkan model tersebut ke
3.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan masalah
3. Menggunakan kontribusi siswa Dalam prinsip ini yang mengkonstruksi
Pembelajaran diusahakan dimulai dari keadaan yang nyata atau real.
simbolyang lebih abstrak.
dengan cara sendiri. 4.
Guru menciptakan suasana
materi adalah siswa sendiri, jadi
pembelajaran yang menyenangkan,
kontribusi siswa sangat diperlukan. Siswa
sehingga suasanadi dalamkelas tidak
diharuskan aktif dalam pembelajaran
tegang.
4. Interaktivitas
5.
Dalam pembelajaran ini diperlukan
Siswa dapat menyelesaikan masalah dalam kelompok atau secara individual.
kerjasama, baik antara siswa dengan siswa
6.
Pembelajaran tidak selalu di kelas.
maupun siswa dengan guru. Dengan
7.
Guru mendorong terjadinya interaksi
demikian ada komunikasi diantara
dan negosiasi,baik antara guru dan
anggota belajar.
siswa, maupun antara siswa dengan
5. Terintegrasi dengan topik pembelajaran lainnya
siswa. 8.
Dalam membahas materi tertentu
sehingga pembelajaran lebih efisien.
Siswa bebas memilih representasi yang sesuai dengan struktur kognitifnya
dikaitkan dengan pengetahuan yang lain
158
Siswa aktif, guru aktif. Siswa aktif
sewaktu menyelesaikan masalah. 9.
Guru bertindak sebagai fasilitator.
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
10. Guru menghargai pendapat siswa,
Musikal, Interpersonal, Kinestetik-Jasmani,
termasuk pendapat itu betul atau salah.
Intrapersonal, dan Naturalis. Dari masing-
Guru menggunakan pendekatan Sani
masing kecerdasan tersebut dapat
(santun, terbuka dan komunikatif dalam
dipaparkan sebagai berikut :
proses pembelajaran.
1. Kecerdasan Matematis-logis: kemampuan melakukan penalaran dengan benar dan
Kecerdasan Majemuk Kecerdasan majemuk lahir sebagai
baik dalam matematika. 2. Kecerdasan Linguistik : kemampuan
k o r e k s i t e r h a d a p k e c e r d a s a n ya n g
verbal, pandai menggunakan kata-kata.
dikemukan oleh Alfred Binet pada tahu 1904.
3. Kecerdasan Spasial: kemampuan visual,
Alfred Binet menitikberatkan kecerdasan
misal pandai menggambar.
hanya pada kecerdasan logis dan verbal, jadi
4. Kecerdasan Musikal : kemampuan musik,
seseorang dikatakan cerdas jika memiliki IQ
dapat mengekspresikan sesuatu dalam
yang tinggi dalam bidang logika dan bahasa
bentuk musik.
saja. Untuk melihat IQ seseorang Alfred Binet
5. Kecerdasan Interpersonal: kemampuan
mempunyai instrument sendiri, dengan skala
untuk mempengaruhi orang lain, pandai
tertentu untuk mengkategorikan kecerdasan
bergaul, mudah kerjasama dengan orang
seseorang.
lain.
Berbeda dengan pendapat Gardner,
6. K e c e r d a s a n K i n e s t e t i k - j a s m a n i :
menurut Gardner (dalam Hoerr: 2007) tes
kemampuan mengekspresikan segala
yang dilakukan Alfred belum dapat
sesuatu dalam bentuk jasmani. Seseorang
mengukur kecerdasan seseorang secara
yang memiliki kecerdasan ini cenderung
keseluruhan, karenaseseorang dikatakan
tidak bisa diam.
cerdas tidak dapat diwakili hanya oleh kecerdasan logika dan verbal saja melainkan
7. Kecerdasan Intrapersonal: kemampuan memanajemen diri sendiri.
harus meliputi delapan kecerdasan yang
8. Kecerdasan Naturalis: kemampuan
dikemukakan oleh Gardner yang biasa
naturalis ini berhubungan dengan
disebut kecerdasan majemuk. Dari delapan
keadaan alam sekitarnya. Orang yang
kecerdasan tersebut adalah: kecerdasan
memiliki kecerdasan ini lebih peduli pada
Matematis-Logis, Linguistik, Spasial,
lingkungan disekitarnya.
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
159
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
Menurut Jalaludin Rahmat dalam
Bagaimana mengoptimalkan Kecerdasan
Thomas Amstrong (2007) bahwa jika seorang
Majemuk dengan Pembelajaran
guru telah mengetahui kecerdasan majemuk
Matematika Realistik?
siswanya kemudian mengarahkannya untuk
Dalam hal ini akan kita bahas setiap
lebih diasah lagi kecerdasan tersebut maka
kecerdasan yang dimiliki oleh setiap
kecerdasan yang lainpun akan mengikutinya,
individu.
karena setiap kecerdasan bekerja dalam sistem otak yang relatif otonom. Artinya setiap kecerdasan mengolahinformasi secara parsial, menyimpannya secara parsial, namun pada saat menuangkannya kembali, kedelapan jenis kecerdasan yang ada bekerja sama secara unik untuk menghasilkan informasi sesuai dengan yang diperlukan.
1. Kecerdasan Matematis-logis. Jelas kecerdasan matematis-logis akan terpenuhi dalam pembelajaran PMRI ini. Karena siswa yang mempunyai kecerdasan ini mempunyai kemampuan matematis yang baik juga penalaran yang kuat, sehingga dalam pembelajarannya akan lebih optimal.
Misalnya saja cerita Jalaludin Rakhmat dalam Amstrong di SMA Muthahhari ada seorang siswa yang nilai pelajarannya jelek, setelah diamati ternyata siswa tersebut lebih menonjol kecerdasan interpersonalnya. Setelah mengetahui hal itu, gurunya langsung memberikan kepercayaan kepada dia untuk memimpin diskusi kelas dan ternyata dia berhasil. Karena siswa tersebut itu merasa lebih dihargai, dapat kepercayaan dari guru dan teman-temannya, akhirnya siswa tersebut berhasil dalam pelajaran yang lain.
2. Kecerdasan Linguistik. Dalam PMRI komunukasi antar guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa sangat diperlukan sehingga siswa yang mempunyai kecerdasan linguistik dapat terpenuhi. 3. Kecerdasan Spasial. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kecerdasan spasial adalah kemampuan visual atau spasial, senang menulis, menggambar. Dalam PMRI juga siswa dituntut untuk mencatat hasil dari diskusi dengan temannya, baik itu berupa tulisan maupun
gambar
kemudian
mempresentasikannya.
160
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
4. Kecerdasan Musikal
6. Kecerdasan Interpersonal & Intrapersonal
Dalam PMRI kecerdasan musikal juga bisa
Dalam PMRI, pembelajaran dilakukan
terpenuhi, yaitu ketika dalam
baik secara individu maupun kelompok
pembelajaran seorang guru menyajikan
sehingga siswa yang memiliki kecerdasan
materi, memberi motivasi dengan intonasi
interpersonal & intrapersonal akan
yang tepat. Dengan demikian siswa yang
mampu mengikuti pembelajaran dengan
memiliki kecerdasan musikal dapat
baik dalam keadaan yang menyenangkan.
belajar matematika dengan baik sehingga prestasi belajar matematikanyapun akan lebih baik. Selain itu juga misalnya dalam pembelajaran diiringi dengan musik karena menurut teori, musik bisa meningkatkan kecerdasan, terutama musik klasik. Dalam hal ini otak kiri dan otak kanan berjalan kedua-duanya sehingga adanya keseimbangan yang akhirnya dapat meningkatakan kecerdasan siswa. 5. Kecerdasan Kinestetik-jasmani.
7. Kecerdasan Naturalis. Kemampuan ini meliputi kemampuan dalam hal kepekaan terhadap lingkungan sekitarnya. PMRI tidak hanya dilakukan di dalam kelas namun kadang-kadang siswa diberi kesempatan untuk ke luar kelas mengamati keadaan lingkungan sekitar. Biasanya ketika membahas pokok bahasan tentang statistik siswa disuruh untuk mencari data yang ada di lingkungan sekitar, sehingga siswa yang memiliki kecerdasan naturalis dapat
Kecerdasan kinestetik ini berkaitan
belajar matematka dalam keadaan yang
dengan gerak tubuh. Hal ini sangat
menyenangkan.
diperlukan dalam pembelajaran PMRI karena dalam pembelajaran PMRI siswa boleh bergerak, maksudnya tidak harus duduk di kursi terus menerus tetapi siswa diberi kebebasan bergerak dalam artian bergerak yang bermanfaat. Dengan demikian siswa yang mempunyai kecerdasan kinestetik dapat belajar matematika dengan hati yang senang.
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
161
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
D. Simpulan
mengembangkan kecerdasan majemuk
Peningkatan kualitas pendidikan
tersebut. Sehingga diharapkan dapat
secara kontinu dilakukan oleh pemerintah.
meningkatkan kualitas pendidikan di
Hal ini dilakukan demi kemajuan Negara,
Indonesia terutama pada pelajaran
karena setiap saat perubahan selalu ada.
matematika.
Dengan demikian sesungguhnya apa yang
Namun ternyata pembelajaran
dilakukan oleh pemerintah adalah hal yang
dengan PMRI ini masih banyak hambatan-
konsisten dengan tuntutan perubahan
hambatan. Adanya beberapa hambatan
tersebut, hanya saja peningkatan atau
dalam melakukan pembelajaran ini tidak
perubahan tersebut kadang tidak sesuai
seharusnya menyurutkan kita sebagai
dengan kebutuhan di lapangan, pemerintah
pendidik untuk terus melakukan perubahan
hanya melihat negara lain. Padahal
dalam pembelajaran, misalnya dengan
seharusnya ketika melakukan upaya-upaya
menggunakan pembelajaran dengan
peningkatan kualitas pendidikan,
pendekatan realistik dalam pembelajaran
pemerintah melakukan kajian terhadap
matematika. Seperti yang diungkapkan di
kondisi riil yang ada di lapangan sehingga
atas bahwa PMRI juga bisa meningkatkan
sesuai dengan sasaran.
kecerdasan majemuk siswa, tentunya dengan
Beberapa kali perubahan kurikulum,
usaha keras yang dilakukan oleh pendidik.
namun ternyata hasilnya sama saja. Hal ini
Dengan usaha keras dari pendidik
disebabkan banyak guru yang masih belum
diharapkan prestasi matematika siswa
paham sehingga pembelajaran yang
meningkat sehingga kualitas pendidikan
dilakukan kembali lagi seperti semula yaitu
Indonesiapun diharapkan akan menjadi lebih
dengan meggunakan metode ekspositori.
baik lagi.
Seperti yang dijelaskan di atas bahwa pembelajaran dengan menggunakan strategi kecerdasan majemuk dapat mengoptimalkan pembelajaran di kelas. Salah satu pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kecerdasan majemuk yaitu pembelajaran realistik (PMRI), karena PMRI mampu
162
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
Jurnal Euclid, vol.2, No.1
DAFTAR PUSTAKA Hobri. 2009. Model-model Pembelajaran Amstrong, Thomas. 2002. Setiap Anak Cerdas. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Amstrong, Thomas. 2002. Sekolah Para Juara. Bandung : Kaifa.
Inovatif. Jember : Center for Seciety Studies
Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Terjemahan Ary Nilandari. Bandung : Kaifa.
Asikin. M. 2001. RME: Sebuah harapan baru dalam pembelajaran Matematika.
Marpaung. 2005. Dampak Pembelajaran Pada
Disajikan pada Seminar Nasional
Proses Berpikir Siswa di SD PMRI dan
RME di Surabaya.
Non PMRI
Deporter, Bobbi dan Hernacki, Mike. 2000.
Sutarto Hadi. 2003. Paradigma Baru Pendidikan
Quantum Learning : Membiasakan
Matematika. Disajikan pada
Belajar Nyaman dan Menyenangkan.
pertemuan Forum Komunikasi
Terjemahan Alwiyah Abdurrahman.
Sekolah Inovasi Kalimantan Selatan,
Bandung : Kaifa.
di Rantau Kabupaten Tapin, www.pmri.or.id.
Drygen, Gordon, Vos, Jeannete. 2001. Revolusi
Diakses pada 8
Januari 2011.
Cara Belajar. Terjemahan Word ++ translation Service. Bandung : Kaifa.
Jurnal Euclid, ISSN 2355-1712, vol.2, No.1, pp. 137-250 ©Prodi Pendidikan Matematika Unswagati Cirebon
163