INOVASI MODEL PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN * Oleh: Riswan Jaenudin** Abstrak: Penilaian sebagai bagian integral dari pembelajaran hendaknya tidak dilakukan sesaat, tetapi harus dilakukan secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh yang meliputi semua komponen proses dan hasil belajar sehingga dapat menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Dalam pelaksanaan penilaian selain digunakan instrumen tes perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam bentuk penugasan-penugasan, catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas peserta didik di sekolah dan di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajarnya. Oleh karena itu hendaknya dikembangkan sistem penilaian yang berbasis portofolio, yaitu suatu usaha untuk memperoleh berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang perkembangan wawasan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik yang bersumber dari catatan dan dokumentasi hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajarnya. Dokumentasi hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar tersebut dapat menunjukkan dan membuktikan adanya upaya belajar, proses dan hasil belajar, serta kemajuan belajar peserta didik dalam jangka waktu tertentu. Kata kunci: Model Penilaian berbasis Portofolio, pembelajaran PENDAHULUAN Program dan proses pembelajaran (proses belajar mengajar) harus diarahkan pada kegiatan yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik. Proses pembelajaran hendaknya diarahkan pada empat pilar pendidikan, yaitu: (1) belajar mengetahui (learning to know), (2) belajar berbuat (learning to do), (3) belajar menjadi seseorang (learning to be), dan (4) belajar hidup bersama (learning to live together / learning how to learn) (Unesco, 1999). Empat pilar pendidikan ini dipandang sangat fundamental sifatnya disepanjang kehidupan seseorang. Peserta didik harus memiliki pribadi yang mau dan mampu belajar, selalu meningkatkan pengetahuannya, kreatif dan banyak berbuat, mengaktualisasikan segala potensi yang dimiliki sehingga memiliki keunggulan, mampu berperan serta, bekerja sama dan hidup bersama dengan sesamanya. ----------------------------------------------------------------------------------------------*Disampaikan
dalam Seminar Nasional Pendidikan dengan Tema ”Pengembangan Pembelajaran Inovatif dan Bermutu Menuju Profesionalisme Guru Dalam Perspektif Sekolah Gratis”. Palembang 14 Mei 2009. **Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sriwijaya.
Dalam filosofi konstruktivisme, pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh peserta didik (Depdiknas, 2003: 11). Atas dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses ‘mengkonstruksi’ bukan ‘menerima’ pengetahuan. Dengan demikian peserta didik membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Peserta didik belajar lebih baik melalui kegiatan mengalami sendiri dalam lingkungannya, karena belajar akan lebih bermakna jika ia ‘mengalami’ apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’nya. Proses pembelajaran harus ditekankan pada upaya membantu peserta didik agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Oleh karena itu tugas guru adalah mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru, memfasilitasi belajar, memotivasi agar peserta didik mau belajar secara aktif, serta memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk selalu belajar. Faktor paling penting dalam pembelajaran adalah apa yang telah diketahui peserta didik, aktivitas pembelajaran yang diselenggarakan, informasi faktual yang diberikan, serta keterampilan-keterampilan intelektual yang dilatih kembangkan harus senantiasa sesuai dengan realitas hidup, dan konteks fungsional di mana peserta didik hidup (Raka Joni, 1992; 1995). Guru harus secara terus menerus memperhatikan kepentingan peserta didik, memperhatikan pendapatnya, dan memusatkan perhatian pada apa yang bisa peserta didik tampilkan secara aktual (Shaklee, 1997: 12), karena yang paling berkepentingan dalam pembelajaran adalah peserta didik bukan guru. Tugas pokok guru adalah melayani dan membina peserta didiknya mencapai keberhasilan optimal. Guru harus mampu mengatur strategi belajar, membantu melayani, memenuhi, menciptakan dan memfasilitasi kegiatan belajar dengan menerapkan prinsip peserta didik belajar aktif, yaitu pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek perkembangan peserta didik baik secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial, serta sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Kosasih, 1990; Depdiknas, 2003). Proses pembelajaran yang melibatkan secara aktif peserta didik dan seluruh aspek perkembangannya diharapkan dapat mengembangkan semua aspek dan potensi yang ada pada diri peserta didik, baik aspek kognitif, afektif, maupun keterampilannya. 2
Selanjutnya untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang diharapkan atau mengetahui kemajuan belajar, tentunya harus didukung oleh model penilaian yang memadai. Penilaian tidak hanya dilakukan sesaat akan tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan selama proses pembelajaran. Pelaksanaan penilaian bukan hanya menilai sesuatu secara parsial, melainkan harus menilai sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses dan hasil belajar siswa. Menurut Depdiknas (2003: 19), penilaian yang sebenarnya pada hakekatnya adalah menilai kemajuan belajar dari proses, bukan melulu hasil dan dengan berbagai cara. Tes hanya salah satunya. Oleh karena itu gambaran kemajuan belajar peserta didik tidak hanya ditentukan oleh hasil belajar tetapi juga oleh proses belajar sehingga proses penilaiannya harus dilakukan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) sepanjang proses pembelajaran. Dengan demikian hasil penilaian dapat menggambarkan kemajuan atau prestasi belajar peserta didik secara menyeluruh dan sesungguhnya. Penilaian yang didasarkan pada prinsip-prinsip: (1) penilaian hendaknya berbasis unjuk kerja sehingga selain memanfaatkan penilaian produk, penilaian terhadap proses perlu mendapat perhatian yang lebih besar, (2) Pada setiap langkah penilaian hendaknya siswa dilibatkan, (3) Penilaian hendaknya memberikan perhatian pula pada refleksi diri siswa, (4) Karena penilaian perlu memperoleh perhatian yang besar, “portofolio asesmen” hendaknya dimanfaatkan, (5) Dalam pelaksanaan penilaian “umpan balik” hendaknya dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan anak yang bersifat individual dan sosial (Raka Joni, 1995 : 65). Berdasarkan penjelasan di atas diperlukan suatu model penilaian alternatif yang dapat mengungkap seluruh aspek proses dan hasil belajar siswa, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Model penilaian yang tidak dilakukan sesaat, tetapi harus dilakukan secara berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh yang meliputi semua komponen proses dan hasil belajar sehingga dapat menggambarkan kemampuan peserta didik yang sebenarnya. Model penilaian yang dimaksudkan adalah penilaian yang berbasis portofolio atau asesmen portofolio.
ASESMEN, PORTOFOLIO, DAN ASESMEN PORTOFOLIO Asesmen adalah berbagai prosedur yang digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang kinerja dan prestasi siswa, meliputi tes, penilaian kegiatan, dan 3
pengerjaan tugas-tugas (Linn dan Gronlund, 1995: 5). Gavin F (1996: 1) mengatakan “assessment is a process that help teachers understand degrees of achievement and performance, and it often forms the core data upon which we report on the achievement and progress of students”. Selanjutnya Collins (1991: 3) memberikan definisi asesmen sebagai berikut: “Assessment as a general term enchaining all methods customarily to appraise performance of individual pupil or a group, it may refer to a broad appraisal, including many sources of evidence and many aspects of pupil’s knowledge, understanding, skills, and attitudes”. Asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran
perkembangan
belajar
siswa
(Depdiknas,
2003:
19).
Gambaran
perkembangan belajar siswa diperlukan di sepanjang proses pembelajaran. Oleh karena itu asesmen tidak dilakukan di akhir periode pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar, tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran. Karena asesmen menekankan pada proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Dengan demikian asesmen merupakan prosedur yang dilakukan oleh guru sepanjang proses pembelajaran untuk memperoleh berbagai data atau informasi tentang aktivitas belajar siswa sehingga informasi
tersebut
dapat
memberikan
gambaran
secara
menyeluruh
tentang
perkembangan dan kemajuan belajar siswa. Sedangkan portofolio adalah suatu kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan untuk menunjukkan upaya siswa, keberhasilan/kemajuan atau prestasi belajar siswa di dalam satu bidang atau beberapa bidang tertentu (Stiggins, 1994: 422); Judith Arter 1992: 36). Secara substansial portofolio dapat dikatakan sebagai gambaran dari hasil-hasil tulisan, interpretasi, maupun aktivitasnya di dalam kelas atau di luar kelas (Popham, 1995: 163; Moss, et.al., 1992: 14). Bagi guru portofolio merupakan suatu kumpulan dokumentasi tentang kemajuan belajar siswa, di dalamnya memuat semua catatan dan hasil kerja/karya siswa, serta aktivitasnya di dalam kelas atau di luar kelas dalam satu kurun waktu tertentu yang digunakan sebagai bukti atau dasar memberikan penilaian yang tepat dan objektif. Menurut Asmawi Zainul (2001: 43) asesmen portofolio adalah: asesmen yang terdiri dari kumpulan hasil karya mahasiswa yang disusun secara sistematik yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, hasil 4
belajar, proses belajar dan kemajuan (progres) yang dilakukan mahasiswa dalam jangka waktu tertentu. Koleksi/kumpulan hasil karya tersebut menuntut partisipasi penuh siswa/mahasiswa untuk turut menentukan kriteria dan pemilihan bahan yang akan dimasukan dalam portofolio. Paulson (dalam Zainul, 2001: 46) mendefinisikan asesmen portofolio sebagai berikut: “…a purposeful collection of student work that axhibit the student’s efforts, progres and achievements in one or more areas. The collection must include student participation in selecting contents, the criteria for selection, the criteria for judging and evidence of student self-reflection”. Asesmen portofolio merupakan kumpulan hasil kerja atau karya siswa yang mempertunjukkan usaha, kemajuan, dan prestasi siswa dalam satu bidang, atau lebih. Kumpulan hasil karya tersebut menuntut partisipasi penuh siswa untuk turut menentukan kriteria dan pemilihan bahan yang akan dimasukan dalam portofolio. Selanjutnya
Paulson
mengemukakan
bahwa
suatu
portofolio
haruslah:
(1)
memperlihatkan bahwa siswa terlibat dalam refleksi diri, (2) melibatkan siswa dalam menyeleksi komponen portofolio, (3) terpisah dan berbeda dari folder komulatif siswa, (4) memuat informasi yang melukiskan pertumbuhan, (5) menyajikan suatu gambaran yang kompleks dan komprehensif dari kinerja siswa. Sedangkan Kosasih Djahiri (1995: 53) mengartikan asesmen portofolio sebagai
“model penilaian atau evaluasi yang
berdasarkan banyak aspek (bahan ajar, proses KBS, dan praktek kehidupan diri dan keluarga siswa sekitarnya) bersifat kontinyu, kumulatif, dan terbuka”. Kontinyu dimaksudkan bahwa kegiatan evaluasi lebih dari satu kali baik berkesinambungan maupun tidak. Penilaian minimal dilakukan per paket Pokok Bahasan (PB), sejumlah Pokok Bahasan sejenis atau mengikuti keadaan siswa dan atau kehidupan umum. Kumulatif berarti bahwa nilai/angka setiap kegiatan merupakan tabungan yang pada waktunya keseluruhan nilai tadi dihitung menjadi nilai keseluruhan (penentu). Setiap kegiatan memiliki bobot sendiri-sendiri sesuai dengan kadar dan keterkaitannya terhadap ketercapaian tujuan. Terbuka dalam arti siswa maupun siapa saja boleh mencek hasil atau nilai perolehan setiap kegiatan. Model portofolio dapat dilakukan guru dengan cara mengerjakan agenda kegiatan dan mengisi daftar nilai seperti biasanya, serta harus memelihara dokumen kegiatan-kegiatan siswa. Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan, bahwa asesmen portofolio merupakan proses pengumpulan berbagai data atau informasi hasil karya, kinerja, dan 5
aktivitas siswa yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, proses belajar, hasil belajar, dan kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran. TUJUAN DAN FUNGSI ASESMEN PORTOFOLIO Terdapat berbagai pendapat mengenai tujuan digunakannya portofolio dalam proses penilaian. Diantara pendapat-pendapat tersebut satu sama lain hampir sama, yakni portofolio bertujuan untuk: (1)Mengumpulkan sejumlah data tentang kemajuan belajar siswa secara autentik (Moss, et. Al., 1992: 12). (2)Mengumpulkan informasi secara apa adanya tentang hasil belajar siswa, pengetahuan, dan sikapnya secara nyata (Adams, et. al., 1992: 103). (3)Mendokumentasikan berkas-berkas bukti kemajuan belajar siswa secara lengkap (Ross, 1996: 162). (4)Mengumpulkan semua data yang berkaitan dengan kemajuan belajar siswa dari waktu ke waktu secara kongkrit untuk dijadikan ukuran penilaian (Popham, 1993: 163). (5)Mengkoleksi bukti perkembangan dari kemajuan belajar siswa sebagai bahan untuk memberikan kontribusi terhadap penilaian yang sesungguhnya (Nitko, 1996: 279). (6)Mengumpulkan informasi atau data mengenai perkembangan siswa sepanjang waktu dan menggunakan data tersebut untuk membuat keputusan yang lebih baik bagi siswa (Shaklee, at. al, 1997: 114). (7)Sebagai alat formatif maupun sumatif dan memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan belajar peserta didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat (Sumarna S, 2004:75-76). Portofolio sebagai alat formatif digunakan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik dari hari ke hari dan untuk mendorong peserta didik dalam merefleksi pembelajarannya. Portofolio sebagai alat sumatif digunakan untuk mengisi angka rapor pada akhir semester atau akhir tahun yang menunjukkan prestasi belajar dalam mata pelajaan tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen portofolio digunakan dengan tujuan untuk mendokumentasikan berkas-berkas proses
6
dan hasil belajar siswa atau berkas-berkas hasil kerja/karya siswa secara nyata dan autentik untuk dijadikan dasar penilaian perkembangan dan kemajuan belajar siswa.
PRINSIP-PRINSIP ASESMEN PORTOFOLIO Menurut Zainul (2001: 47), ada tiga prinsip utama dalam asesmen portofolio, yaitu “collect, select, dan reflect”. Hal ini berarti bahwa asesmen portofolio merupakan koleksi atau kumpulan hasil kerja atau karya siswa dalam belajar. Asesmen portofolio bukan sekedar koleksi hasil karya siswa tetapi yang terpenting adalah adanya partisipasi siswa dalam menseleksi bahan kegiatan belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu untuk dimasukan sebagai hasil karya. Koleksi karya tersebut digunakan oleh siswa untuk melakukan refleksi diri yang memungkinkan siswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri. Budimansyah (2002: 112) mengemukakan empat prinsip asesmen portofolio, yaitu: “prinsip penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan sinambung, penilaian yang adil, dan penilaian implikasi sosial belajar”. Menurut Sumarna S dan M. Hatta (2004: 77) ada tujuh prinsip dalam pelaksanaan asesmen portofolio, yaitu prinsip: “saling percaya, kerahasiaan bersama, milik bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan budaya mengajar, refleksi bersama, dan prinsip proses dan hasil”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan ada 10 prinsip yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman pelaksanaan asesmen portofolio dalam pembelajaran, yaitu prinsip: penilaian proses dan hasil, penilaian berkala dan sinambung, penilaian yang adil, penilaian Implikasi Sosial Belajar, saling percaya, milik bersama, kerahasiaan bersama, kepuasan dan kesesuaian, penciptaan budaya mengajar, dan refleksi bersama. Ke-10 prinsip tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. (1) Penilaian proses dan hasil Keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh hasil belajarnya saja, namun juga proses belajar. Oleh karena itu proses belajar dan hasil belajar siswa harus menjadi objek penilaian. Proses belajar yang dinilai, misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot mengenai sikapnya dalam belajar, antusias tidaknya dalam mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Penilaian proses dapat juga dilakukan melalui tugas-tugas terstruktur yang diberikan guru, laporan aktivitas siswa di luar sekolah, apakah siswa memiliki aktivitas yang menunjang kegiatan belajar atau 7
malah sebaliknya hampir seluruh waktunya dibuang percuma atau hanya dipergunakan untuk bermain-main saja. Penilaian hasil belajar dapat dilakukan, antara lain melalui ulangan atau tes formatif maupun sumatif. Dengan demikian penilaian terhadap proses dan hasil belajar siswa merupakan salah satu prinsip penting dalam melaksanakan asesmen portofolio. (2) Penilaian berkala dan sinambung Asesmen portofolio merupakan model penilaian proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara berkala dan sinambung. Penilaian berkala artinya tidak dilakukan sesaat atau sekali saja melainkan beberapa kali sesuai waktunya. Misalnya: penilaian proses dilakukan melalui hasil penyelesaikan tugas-tugas terstruktur setiap satu materi pokok pelajaran, catatan perilaku harian secara berkala direkap setiap satu minggu atau setiap selesai satu materi pokok pelajaran, dan laporan aktivitas siswa di luar sekolah secara berkala direkap setiap bulan. Penilaian hasil juga secara berkala dilakukan setiap selesai satu materi pokok atau satu satuan pelajaran melalui tes formatif dan setiap akhir semester melalui tes sumatif atau ulangan umum. Penilaian sinambung artinya ada kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun proses tidak boleh ada yang terputus, dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Tujuan dilakukan secara berkala adalah untuk memudahkan mengorganisasikan hasil-hasil penilaian, sedangkan tujuan dilakukan secara sinambung adalah untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan pengalaman belajar siswa. (3) Penilaian yang adil Model asesmen portofolio sangat memperhatikan kondisi dan perbedaanperbedaan individual. Hal ini berkaitan dengan prinsip keadilan dalam penilaian. Semua indikator penilaian, baik dalam menilai proses maupun hasil diperhitungkan bobotnya, sehingga hasil akan menggambarkan prosesnya. Dengan demikian jika seorang siswa memiliki pengalaman belajar yang baik, maka ia akan memiliki harapan yang besar untuk berhasil dengan baik. (4) Penilaian Implikasi Sosial Belajar Proses pembelajaran hendaknya tidak hanya menjadikan siswa mampu menguasai aspek kognitif, afektif (nilai dan sikap), dan keterampilan, tetapi yang lebih penting adalah kemampuan mengaplikasikan aspek-aspek tersebut dalam kehidupan bermasyarakat. Ini berarti bahwa belajar hendaknya menghasilkan implikasi sosial, 8
yakni pengaruh proses dan hasil belajar bagi kehidupan di masyarakat. Dengan demikian belajar bukan hanya sekedar memperoleh nilai yang baik ataupun lulus ujian, melainkan harus berimplikasi lebih luas pada ranah sikap dan keterampilan. Oleh karena itu model asesmen portofolio tidak terbatas pada menilai kemampuan kognitif semata, tetapi menilai kemampuan-kemampuan yang lain termasuk di dalamnya menilai implikasi sosial belajar. (5) Saling percaya Asesmen portofolio merupakan proses penilaian yang berlangsung dua arah antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya harus dibina secara sinergis. Dalam asesmen portofolio guru dan siswa atau antara siswa dengan siswa lainnya harus memiliki rasa saling mempercayai, saling terbuka dan jujur. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, proses yang wajar dan alami, serta menyenangkan sehingga siswa dapat menunjukkan kemampuannya seoptimal mungkin. (6) Milik bersama Asesmen portofolio merupakan model penilaian yang didasarkan pada seluruh bukti hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar siswa. Seluruh bukti-bukti tersebut harus menjadi milik bersama antara guru dan siswa. Hal ini akan mem-permudah siswa untuk menyimpan atau mengambil portofolionya. Karena siswa merasa memiliki maka akan tumbuh rasa tanggung jawab pada dirinya. (7) Kerahasiaan bersama Bukti-bukti hasil pekerjaan siswa secara individu maupun secara kelompok dalam portofolio sebaiknya tidak diperlihatkan terlebih dulu kepada siswa atau kelompok lain, sebelum diadakan eksibisi (pameran). Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan siswa merupakan hal yang sangat penting dalam portofolio. Sehingga jika ada bukti hasil pekerjaan siswa kurang baik (memiliki kelemahan), siswa tersebut tidak merasa dipermalukan atau sebaliknya jika hasil siswa sudah baik, ia tidak sombong. Kerahasiaan bukti hasil pekerjaan siswa dan hasil penilaiannya perlu dijaga, tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan supaya tidak berdampak negatif kepada proses pendidikan. (8) Kepuasan dan kesesuaian
9
Dalam asesmen portofolio, kepuasan semua pihak terletak pada ketercapaian tujuan pembelajaran yang dimanifestasikan melalui bukti-bukti hasil pekerjaan siswa. Kesesuaian bukti hasil pekerjaan dengan tujuan pembelajaran akan menjamin keberhasilan belajar siswa. (9) Penciptaan budaya mengajar Asesmen
portofolio
dapat
menggunakan pendekatan portofolio.
dilakukan
jika
proses
pembelajarannyapun
Dengan demikian guru harus melakukan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan portofolio (portfolio based learning) agar pelaksaaan penilaiannya dapat dilakukan dengan asesmen portofolio (portofolio bases assessment). Dalam pembelajaran, siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan yang menggambarkan pengembangan aspek kognitif, afektif, dan keterampilan, sedangkan guru harus membina berbagai paket kegiatan belajar siswa (KBS) kelas, luar kelas, bermasyarakat dengan memberdayakan berbagai media dan sumber belajar (Kosasih, 2007). (10) Refleksi bersama Asesmen portofolio memberikan kesempatan untuk melakukan refleksi bersama, di mana siswa dapat merefleksi (tentang proses berfikirnya, pemahaman-nya, pemecahan masalah atau pengambilan keputusannya) terhadap hasil-hasil pekerjaan yang telah dihasilkannya dalam jangka waktu tertentu.
KARAKTERISTIK ASESMEN PORTOFOLIO Portofolio sebagai alat untuk asesmen hasil belajar memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Disusun oleh siswa, artinya semua berkas hasil kerja/karya siswa didokumentasi oleh siswa itu sendiri, (2) Portofolio memberikan secara rinci latar pengalaman hasil belajar yang jelas sehingga tidak diperlukan lagi informasi tambahan, (3) Portofolio yang disusun terdiri dari: a) Biodata, b) Paparan umum mengenai persepsi siswa tentang tujuan belajar yang ingin dicapainya serta upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, c) Rincian kronologis proses pengalaman belajar atau kinerja yang telah dilaluinya, d) Rincian pengalaman belajar (kinerja) yang secara eksplisit dikaitkan dengan butir-butir HBMP (Hasil Belajar Melalui Pengalaman) yang telah diperoleh, baik yang bersifat konseptual maupun terapan, e) Lampiran bukti-bukti yang relevan (Raka Joni, 1992: 27). Selain ciri-ciri di 10
atas, ada satu ciri yang penting, yaitu adanya tujuan (IG. A.K. Wardani, 1992: 1). Karakteristik tujuan merupakan kejelasan arah dalam pelaksanaan dan maksud kegiatan penyusunan portofolio. Waack, 1991 (Permana, 1996:3) mengemukakan beberapa karakeristik portofolio, yaitu portofolio merupakan: (1) Proses yang memberikan kesempat-an kepada siswa untuk melakukan “self assessment”, (2) Proses bagi kegiatan belajar dan program evaluasi, (3) Metode yang dapat memonitor dan mendorong kemajuan belajar, (4) Suatu kumpulan dokumen autentik yang menggambarkan kemampuan belajar, (5) Hasil dari suatu pertanggung-jawaban siswa, (6) Catatan hasil proses kreatif dan berfikir kritis, (7) Alat dalam proses belajar mengajar yang menjembatani dan memudahkan dialog antara guru dan siswa, (8) Bukti nyata yang berkesinambungan, menggambarkan hubungan antara proses kreatif siswa dan kemampuannya untuk merefleksikan sesuatu dalam periode tertentu, (9) Wadah yang dapat menampung fakta-fakta dan refleksi tertulis antara guru dan siswa. Popham (1995:166-167) dan Ross (1996:162) mengemukakan portofolio memiliki ciri-ciri: (1) Ada keterlibatan langsung hasil kerja siswa secara nyata, (2) Mengumpulkan beberapa hasil kerja/karya terbaik, (3) Mengumpulkan dan menyimpan hasil kerja siswa, (4) Memilih kriteria untuk menilai portofolio hasil kerja siswa, (5) Mengharuskan siswa untuk menilai dirinya sendiri secara terus menerus berdasarkan hasil portofolionya, (6) Menentukan waktu untuk membahas portofolio, (7) Melibatkan orang tua dalam proses penilaian portofolio. Dari ciri-ciri tersebut terdapat tiga ciri penting, yaitu: (1) Adanya nilai kejujuran yang dimiliki oleh siswa dalam menentukan sesuatu yang terbaik, (2) Terdapat alokasi waktu yang jelas dan manusiawi, (3) Menjadikan penghubung yang sangat berarti bagi guru, siswa, dan orang tua/masyarakat. Secara lebih rinci Zainul (2001: 47) mengemukakan beberapa karakteristik asesmen portofolio, yaitu: (1) Asesmen portofolio adalah asesmen yang menuntut ditunjukkannya hasil kerjasama antara dosen dengan mahasiswa, (2) Asesmen portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya mahasiswa tetapi yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang didasarkan kriteria tertentu untuk dimasukkan hasil karya dalam kumpulan karya (portofolio), (3) Asesmen portofolio mengumpulkan hasil karya mahasiswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan refleksi sehingga dalam prosesnya asesmen portofolio merupakan suatu asesmen diri yang memungkinkan mahasiswa 11
dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kelemahan-kelemahan tersebut sekaligus dapat digunakan sebagai tujuan proses pembelajaran berikutnya, (4) Kriteria penilaian hasil karya harus jelas baik bagi dosen maupun mahasiswa dan diterapkan secara konsisten. Berdasarkan karakteristik yang telah dikemukakan, maka asesmen portofolio memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) Mempunyai tujuan pembelajaran dan kriteria penilaian yang jelas, (2) Memiliki berkas-berkas/ bukti yang telah diseleksi sebagai bukti pengalaman autentik tentang pertumbuhan dan perkembangan belajar siswa, (3) Penilaian dilakukan secara periodik dan terus menerus, (4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menilai dirinya sendiri (self assessment), (5) Mampu menjembatani hubungan komunikasi dan keterlibatan yang harmonis antara guru/sekolah, siswa, orang tua/masyarakat.
INDIKATOR ASESMEN PORTOFOLIO Indikator asesmen portofolio adalah unsur-unsur yang dapat menjelaskan kemampuan siswa setelah menyelesaikan satu satuan pendidikan tertentu, yaitu setelah siswa mengikuti proses pembelajaran. Banyak unsur-unsur yang dapat dijadikan bahan untuk menjelaskan kemampuan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, antara lain: (1) hasil ulangan, baik ulangan harian (tes formatif), ulangan semester (tes sumatif), (2) kuis, (3) hasil tugas-tugas, seperti latihan soal (PR), kliping, photo, gambar, peta, denah, karangan, atau puisi, (4) karya tulis, (5) laporan pengamatan, (6) presentasi/penampilan siswa, (7) buku catatan siswa, (8) daftar kehadiran siswa, (9) catatan perilaku-sehari-hari baik dari guru, teman, atau orang tua, (10) penghargaan lisan dari guru, (11) penghargaan tertulis, misalnya sertifikat, piagam, (12), catatan aktivitas di luar sekolah, (Zainul, 2001; Budimansyah, 2002; Depdiknas, 2003; dan Sumarna dan M.Hatta, 2004). Unsur-unsur tersebut sebagai bukti hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar siswa. Indikator asesmen portofolio yang dipandang paling pokok untuk menjelaskan hasil belajar siswa, yaitu: hasil ulangan atau hasil tes (formatif dan sumatif), penyelesaian tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. 12
ASESMEN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN Portofolio sebagai salah satu alternatif penilaian harus dilakukan dan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dalam kaitan ini maka penilaian dengan portofolio harus direncanakan dan dilaksanakan secara profesional oleh guru agar hasil penilaian menunjukkan perkembangan dan kemajuan belajar siswa secara nyata. Collins (1992) dan Stiggins (1994), mengemukakan beberapa aspek yang dapat dijadikan acuan dalam merencanakan dan melaksanakan model portofolio, antara lain: (1) Rumusan tujuan yang jelas, artinya siapa dan untuk keperluan apa portofolio dibuat dan dilakukan, (2) Hasil belajar, artinya diupayakan meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, produk, penalaran, dan sikap, (3) Penekanan peristiwa, artinya berhubungan dengan perubahan-perubahan kinerja dalam kurun waktu tertentu, (4) Alokasi waktu yang diperlukan, artinya menyangkut pembagian waktu yang diperlukan untuk melaksanakan portofolio, (5) Sifat peristiwa atau structure, artinya dalam bentuk apa informasi yang diharapkan. Selanjutnya agar acuan tersebut lebih operasional maka perlu ditambah satu aspek lagi, yakni: Penentuan kriteria penilaian yang jelas, artinya kriteria penilaian ditentukan bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan kriteria yang jelas akan memberikan kerangka berfikir bagi siswa tentang kinerja apa yang diketahuinya dan bagaimana mengerjakan-nya. Dengan demikian siswa akan lebih berhati-hati dan guru akan membantu memberikan kemudahan bagi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran (Arter, 1992: 37). Secara teknis, untuk memperjelas sasaran
penilaian portofolio, maka sebelum merumuskan tujuan perlu disediakan
terlebih dahulu kolom untuk identitas dan biodata siswa (Supriadi A, 1997: 33). Kolom identitas dan biodata tersebut diisi oleh siswa dengan tulisan yang jelas, singkat, dan lengkap. Menurut Zainul (2001: 48), dalam wujud nyata portofolio hasil karya mahasiswa terdiri dari: (1) Cover (kulit) map yang secara jelas memperlihatkan identitas mahasiswa, bidang studi/mata kuliah, dan per semester/ruang lingkup waktu hasil karya yang dikumpulkan, (2) Lembaran daftar isi yang jelas menunjukkan hasil karya utama dan hasil karya tambahan (optional), (3) Karya mahasiswa (dinyatakan sebagai karya utama atau tambahan), dan dicantumkan tanggal penyelesaian karya tersebut. Bila karya tersebut merupakan perbaikan dari karya yang lalu, hal itupun secara jelas harus dicantumkan, (4) Komentar mahasiswa, yang ditulis sebagai hasil refleksi mahasiswa terhadap karyanya. Refleksi tersebut umumnya berisi: (a) Apa yang saya peroleh dari 13
mengerjakan karya tersebut, (b) Apa yang saya rasakan sebagai keberhasilan yang saya peroleh dalam mengerjakan karya tersebut (kekuatan apa yang dapat saya perlihatkan melalui karya tersebut), (c) Bila saya mendapat kesempatan memperbaiki karya ini maka akan saya perbaiki pada bagian mana, (d) Bagaimana perasaan saya secara keseluruhan terhadap kinerja dan hasil karya saya ini, (e) Kelemahan apa yang paling menonjol dalam kinerja dan hasil karya saya ini. Berdasarkan penjelasan di atas maka secara prosedural penyusunan rencana portofolio, terdiri dari: (1) Membuat cover (kulit) yang secara jelas memperlihatkan identitas dan biodata singkat siswa: nama siswa, bidang studi/ mata kuliah, semester, (2) Merumuskan tujuan yang jelas, (3) Menetapkan kriteria penilaian secara bersama-sama antara guru dan siswa, orang tua siswa/masyarakat, (4) Menetapkan target hasil belajar yang utuh (karya utama atau tambahan), (5) Penekanan pada peristiwa yang berhubungan dengan perubahan kinerja, (6) Menentukan alokasi waktu yang diperlukan secara efektif, (7) Sifat peristiwa, tentang bentuk informasi yang diharapkan, (8) Komentar siswa/mahasiswa sebagai hasil refleksi terhadap karyanya. Pelaksanaan asesmen portofolio bersifat sangat kondisional, berbeda-satu sama lain sesuai dengan kebutuhan dan lingkungan belajar siswa. Swann dan Bickley-Gree (1993) mengemukakan dalam melaksanakan asesmen portofolio, prosedur yang dilakukan adalah: (1) Menentukan tujuan umum portofolio dengan mendasarkan pada tujuan khusus pembelajaran, (2) Menentukan tujuan portofolio bagi setiap siswa secara individual untuk melihat perkembangan masing-masing, (3) Menciptakan kegiatankegiatan portofolio atau unit-unit pelajaran dengan berbagai bentuk portofolio yang bervariasi, (4) Upayakan mendorong siswa untuk selalu mengarahkan “self evaluation”, (5) Upayakan meliput wawasan pengetahuan yang lebih luas dalam segala aspek kehidupan sosial dan budaya, (6) Melakukan prosedur penulisan jurnal, responsif, dan efektif, (7) Melakukan interaksi melalui dialog atau diskusi, (8) Menentukan kriteria penilaian, (9) Mengakhiri penilaian dalam bentuk nilai akhir dan pernyataan-pernyataan kualitatif berdasarkan atas kriteria yang sudah disepakati bersama antara guru dengan siswa. Secara teknis pelaksanaan asesmen portofolio harus ditunjang oleh sikap guru yang kreatif, konsekwen, dan disiplin terhadap penugasan instruksional. Guru bersifat terbuka, dan manusiawi dalam memberikan penguatan/penghargaan (reinforcement) 14
maupun hukuman (funishment). Penguatan dilakukan secara spontan dan tepat, sedangkan hukuman diberikan secara tepat dan educatif. Pelaksanaan asesmen portofolio harus didukung oleh sarana dan prasarana yang dapat digunakan sebagai lingkungan sumber belajar yang nyata, serta ditunjang oleh media pembelajaran yang representatif. Penilaian dengan portofolio tidak hanya dilakukan dalam satu kali penilaian, melainkan secara berulang-ulang dan bahkan terus menerus hingga memperoleh data atau informasi yang lengkap dan akurat tentang hasil belajar siswa. Untuk memperoleh data atau informasi yang lengkap dan akurat tersebut diperlukan ketelitian, kesabaran, kreativitas, kemahiran, dan keprofesionalan guru dalam melaksanakan tugasnya. Menurut Asmawi Zainul (2001: 49-52) ada tiga tahap yang harus dilalui dalam mengimplementasikan asesmen portofolio yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan penilaian, sedangkan Budimansyah (2002: 123-130) mengatakan pengorganisasian model penilaian berbasis portofolio (asesmen portofoilo) dalam pembelajaran mencakup empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, penyimpanan, dan penggunaan. Berdasarkan
penjelasan
di
atas
dapat
disimpulkan
bahwa
dalam
mengimplementasikan model asesmen portofolio ada tahapan atau langkah-langkah yang harus dilalui, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, pendokumentasian, dan penggunaan.
KESIMPULAN Proses pembelajaran harus diarahkan pada kegiatan yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar peserta didik dan guru berperan membantu peserta didik untuk mau dan mampu belajar. Untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya harus dilakukan penilaian yang memadai. Penilaian yang tidak hanya dilakukan sesaat akan tetapi harus dilakukan secara berkala, berkesinambungan dan menyeluruh selama proses pembelajaran melalui model penilaian yang berbasis portofolio atau asesmen portofolio. Selain menggunakan instrumen tes perlu dilengkapi dengan penilaian terhadap kinerja peserta didik. Hasil karya, kinerja, dan aktivitas belajar tersebut dapat menunjukkan dan membuktikan adanya upaya belajar, proses dan hasil belajar, serta kemajuan belajar peserta didik 15
dalam jangka waktu tertentu dijadikan sarana dalam penilaian. Indikator asesmen portofolio yang dipandang paling pokok untuk menjelaskan hasil belajar siswa, yaitu: hasil ulangan atau hasil tes (formatif dan sumatif), penyelesaian tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian, dan laporan aktivitas di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar. Implementasinya dalam pembelajaran dilakukan melalui tahapan atau langkahlangkah: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan dan penilaian, (3) pendokumentasian, dan (4) penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA Adams, Dennis M. (1992). Portfolio Assessment And Social Studies: Collecting, Selecting, and Reflecting on What Is Significant. Social Education 56 (20), February 1992. Arter, Judith A, et. Al. (1992). Using Portfolios of Student Work in Instruction and Assessment. Educational Measurement: Issues and Practice 11 (1), 1992 (36-43). Budimansyah, Dasim. (2002). Model Pembelajaran dan Penilaian Portofolio. Bandung: Genesindo. Collins, Angelo. (1992). Portfolios for Science Education : Issues in Purpose, Structure, and Authenticity. Science Education 76(4). Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Direktorat Pendidikan lanjutan Pertama. Gavin Faichney. (1996). Strategies for Evaluation. Makalah Seminar dari Visiting Overseas Consultant – Social Sciences Deakin University-Burwood Australia tanggal 29 Oktober 1996 di PPS IKIP Bandung. Gronlund, Norman E. (1995). Assessment of Student Achievement. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon. Joni, Raka. (1993). Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman Dalam Program S1 Kedua Pendidikan Bidang Studi SD. Jakarta: Konsorsium Ilmu Pendidikan, Depdikbud Ditjen Dikti. Joni, Raka, dkk. (1995). Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti. 16
Kosasih Djahiri, A. (1990). Teori Keterampilan Belajar Dan Mengajar – Menuju Guru Inkuiri yang kreatif. Bandung: LPPMP IKIP Bandung. Kosasih Djahiri, A. dan Endang (1995). Petunjuk Guru IPS SD. Jakarta: Depdikbud. Moss, Pamela A, et. al.. (1992). Portfolios, Accountability, and An Interpretive Approach to Validity. Educational Measurement: Issues and Practice. Nitko, Anthony J. (1996). Educational Assessment of Student (Second Edition). Ohio Merrill an Imprint of Prentice Hall. Popham, W. James. (1995). Classroom Assessment: What Teachers Need to Know. Unites States of America: Allyn & Bacon – A Simon & Schuster Company. Ross, Wayne E. (1996). The Role of Portfolio Evaluation in Social Studies Teacher Education : How Evaluation Practicer Shape Learning Experiences. Articles: Social Education 60 (3), March 1996. Stiggins, Richard J. (1994). Student-Centered Classroom Assessmen. New York : Maxwell Macmillan International. Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta. (2004). Penilaian Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Portofolio-
Tierney, Robert J. (1991). Portfolio Assessment in The Reading-Writing Classroom. New York: Christopher Gordon Publishers, Inc. Unesco, (1999). Learning: The Treasure Within. (Terjemahan Napitupulu), Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Wardani, IG. A.K. (1992). Portofolio: Buku Materi Pendukung Penataran Tutor PGSD. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti. Zainul, Asmawi. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, DepdiknasDitjen Dikti.
------------------
17