EDISI 60 • TAHUN VI 30 APRIL 2012
SUARA PEMEGANG SAHAM fokus
FOKUS UTAMA HUT KE-14 KBUMN Merayakan HUT Kementerian BUMN yang Beda 1
HUT KE-14 KBUMN
Merayakan HUT Kementerian BUMN Yang Beda
PERAYAAN HUT KE-14 Semarak Ulang Tahun Kementerian BUMN 2 KESAN DAN HARAPAN PEGAWAI Mestinya Kita Sejahtera Bersama 2
KEMENTERIAN BUMN memasuki usia ke-14 tahun pada 13 April 2012 lalu. Tanggal tersebut jadi hari kelahiran Kementerian BUMN karena tepat di tanggal 13 April 1998 silam, dikeluarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 50 Tahun 1998 tentang “Pengalihan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan Selaku Pemegang Saham atau Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Perusahaan Perseroan kepada Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara”. Dengan pengalihan kedudukan, tugas dan kewenangan tersebut, Menteri Negara Pendayagunaan BUMN resmi berfungsi sebagai RUPS hingga saat ini.
SARAN PENDAPAT Yang Muda, Yang Bijaksana 3 Siapkah Kita Jadi Agen Perubahan? 3 SOSOK TOKOH PURWANTO Hidup Harus Seimbang 4 SUDUT PANDANG Pemimpin Penyayang, Pemimpin Yang Disayang 6
TERASA BERBEDA Perayaan hari kelahiran Kementerian BUMN kali ini terasa berbeda. Diawali dengan talkshow buku dan peresmian perpustakaan KBUMN tanggal 13 April 2012, selanjutnya pada tanggal 16 April dilakukan upacara tasyakuran. Di upacara itu, selain semua petugasnya wanita, diselingi juga dengan pemberian penghargaan kepada PNS purnabakti dilanjutkan dengan potong tumpeng serta dialog dengan Menteri Negara BUMN (baca: Kesan dan Harapan Pegawai hal 2), dan sajian musik di sore harinya. Acara ini dihadiri dua mantan Menteri Negara BUMN, yakni Tanri Abeng dan Mustafa Abubakar. [Tbk]
Bekerja Tanpa Value? 6 REKAM PERISTIWA TALKSHOW BUKU DI PERPUSTAKAAN Man Jadda Wajada, Menekadkan Bisa 7 BERSIH-BERSIH MONAS Membersihkan Ikon Jakarta
utama
7
SOSIALISASI PER-06/MBU/2011 Yang Penting Clean and Clear 8
foto: seno
SEMINAR KEHUMASAN: Trust Untuk Humas 8
fokus
utama
2
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
PERAYAAN HUT KE-14
Semarak Ulang Tahun Kementerian BUMN
UPACARA TASYAKURAN ulang tahun KBUMN yang dimulai pukul 07.00 WIB ini terbilang menarik. Pasalnya, upacara ini dikomandoi oleh petugas yang seluruhnya wanita. Pembinanya pun seorang Deputi wanita, Dwijanti Tjahjaningsih. Dahlan menuturkan, hal tersebut merupakan bentuk apresiasi atas terpilihnya Deputi wanita pertama di lingkungan Kementerian BUMN. “Pas sekali dengan momen kita yang berdekatan dengan Hari Kartini,” jelas Dahlan dalam sambutannya usai upacara. Tidak hanya itu, upacara tersebut dihadiri oleh dua mantan Menteri Negara BUMN, yakni Tanri Abeng dan Mustafa Abubakar. Pada kesempatan itu, pegawai purnabakti diberi piagam dan bingkisan oleh Menteri Negara BUMN dan Sekretaris Kementerian BUMN. Juga diumumkan juara lomba kebersihan antar unit Eselon Satu yang penilaiannya dilakukan oleh Dharma Wanita Persatuan Kementerian BUMN.
KESAN DAN HARAPAN PEGAWAI
Mestinya Kita Sejahtera Bersama LAILLY PRIHATININGTYAS (pelaksana di Keasdepan Riset dan Informasi) “Sebelum menuliskan harapan ini, saya mengadakan survei kecil terhadap 35 orang yang mewakili semua level pegawai. Dari hasil survei tersebut, saya mendapat gambaran harapan pegawai Kementerian BUMN ke depan, seperti remunerasi yang fair, pola karir yang jelas, kejelasan SOP, serta komitmen dan antusiasme dari pucuk pimpinan. Dari sini saya menyimpulkan, semua harapan tadi bisa terpenuhi atau paling tidak terkurangi gap-nya melalui reformasi birokrasi. Reformasi Birokrasi di Kementerian BUMN sendiri sudah dijalankan lama, namun progress-nya belum begitu terlihat. Salah satu kendala selama ini adalah kurangnya komitmen dari seluruh elemen organisasi, terutama dari atasan.”
Selamat Ulang Tahun
Sri Mariastati Tumik Kristianingsih Fanita Meilisa Parlindungan Situmorang Imam Bustomi Laris Siringo-ringo Ferry Andrianto Noor Ida Khomsiyati Annas Abdillah M
Pada perlombaan tersebut, unit kerja Staf Ahli Menteri mendapat predikat juara 1, Kedeputian Industri Strategis dan Manufaktur di urutan 2, dan Kedeputian Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis di tempat ketiga. Ketiganya memperoleh penghargaan dan souvenir dari Menteri Negara BUMN. “Selamat kepada Unit yang menempati juara ketujuh,” candanya menyindir Unit Sekretariat Kementerian BUMN yang meraih nilai terendah.
Suasana hari itu terasa santai dan akrab dengan sajian makanan rakyat yang melengkapi acara potong tumpeng. Empat pegawai pun menyampaikan harapannya untuk Kementerian BUMN ke depan di hadapan Menteri. Usai potong tumpeng, pegawai Kementerian BUMN antusias untuk kembali bekerja di ruangan masing-masing. Sore harinya, Deputi Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis didampingi rekan-rekan jurnalis yang ngepos di Kementerian BUMN, memimpin potong kue di acara Sajian Musik. “Terima kasih atas berita-berita kalian,” ucap Pandu Djajanto. Menambah marak suasana, Forum Humas BUMN menghadiahkan dua buah doorprize bagi pegawai Kementerian BUMN yang dapat menjawab pertanyaan. Di acara ini, Sekretaris Kementerian BUMN ikut menyumbangkan suaranya mengimbangi lagu legendaris “Air” ala Pandu menemani pegawai yang sibuk mengantri bakso, es podeng dan rujak. Dirgahayu KBUMN. Selalu bekerja cerdas dan antusias! [Tbk]
Usai upacara, acara langsung dilanjutkan dengan potong tumpeng. Dalam sambutannya, Dahlan menyatakan rasa bahagianya melihat Mustafa Abubakar yang terlihat sudah pulih dari sakit. Dahlan juga menyampaikan terima kasih pada Mustafa yang telah memberikannya kesempatan belajar 2 tahun di BUMN (PLN-red), sehingga memahami keruwetan dalam menjalankan bisnis dan mengambil keputusan. “Kepemimpinan Pak Mustafa memberi iklim yang baik untuk inisiatif BUMN,” ucapnya.
Empat pegawai muda Kementerian BUMN dalam HUT ke-14 KBUMN menyampaikan kesan dan harapannya mengenai Kementerian BUMN, langsung di hadapan Dahlan Iskan. Berikut cuplikan kesan dan harapan tersebut: ANINDITA EKA W. (pelaksana di Kedeputian Infrastruktur dan Logistik)
seno
seno
Pagi itu, Senin (16/4), suasana Kementerian BUMN (KBUMN) terlihat semarak. Spanduk, umbulumbul dan tenda nuansa merah-biru-hijau menghiasi halaman depan kantor ini.
“Tidak banyak yang bisa saya sampaikan Pak, semoga Kementerian BUMN dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan perekonomian nasional.” ERWIN FAJRIN (pelaksana di Bagian Humas dan Protokol) “Saya menerjemahkan harapan ini ke dalam lima huruf. GALAU. G: Gayanya Pembina BUMN tapi logo tidak punya. A: Alangkah baiknya pegawai kita diperkenankan benchmark ke Kementerian BUMN negara lain. L: Lalu, untuk meningkatkan kualitas SDM, juga perlu disiapkan kerjasama/ jaringan sponsor beasiswa S2 dan S3 bagi
1 Mei 1964 1 Mei 1966 1 Mei 1987 3 Mei 1956 3 Mei 1970 5 Mei 1960 7 Mei 1973 8 Mei 1971 8 Mei 1985
Fadjar Judisiawan Miftachul Huda HS. Riyanto Prabowo Mukhamad Taufik Susi Meyrista br Tarigan Ranap Palma Martinus Mabel Rudi Rusli Erriek Yodya Asriza
9 Mei 1971 10 Mei 1959 13 Mei 1971 14 Mei 1970 14 Mei 1976 15 Mei 1972 17 Mei 1968 19 Mei 1971 19 Mei 1974
pegawai Kementerian BUMN. A: Ada juga yang penting mengenai kesejahteraan, yaitu informasi mengenai FLPP subsidi rumah bagi PNS yang tidak sampai ke kita. U: Udah gitu, kita sibuk mengelola PKBL dan BUMN Fund, tapi seringkali luput dengan lingkungan sekitar yang hidup susah atau di panti asuhan. Baru Dharma Wanita saja yang melakukan bakti sosial.” UMI GITA N. (pelaksana di Bagian SDM) “Saya yakin Pak Dahlan sekarang lebih pusing daripada saya. Tapi yang penting itu kebersamaan. Kalau pusing ya pusing bersama, susah ya susah bersama, tetapi kalau sejahtera, ya kita sejahtera bersama.” [Tbk]
Abdul Hadi Polman Erwin Fajrin Rafi Rakhmadhan Djasriadi Sinur Kusnul Sholikhah Sri Nastiti
23 Mei 1958 23 Mei 1964 23 Mei 1987 27 Mei 1985 28 Mei 1956 28 Mei 1961 29 Mei 1983
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
saran
3
Yang Muda, Yang Bijaksana
pendapat Oleh: Umi Gita
seno
Di Hari Kebangkitan Nasional, 21 Mei ini, entah mengapa yang terlintas di benak saya bukanlah para pemuda di tahun 1908. Melainkan sosok seperti Gayus Tambunan dan Dhana Widyatmika, PNS yang muda dan kaya raya.
TERLEPAS APAKAH mereka memang terbukti sebagai koruptor, atau hanya jadi tumbal dari sebuah sistem birokrasi ini, saya cukup sedih karena mereka muda, sama seperti saya. Saya pun bertanya pada diri saya sendiri: Apakah saya akan sama seperti mereka? Apakah juga pemuda Indonesia saat ini memang seperti itu? Suka bersenang-senang, tak berpikir panjang dan minim nasionalisme. Bahkan mungkin pemuda saat ini justru mempertanyakan apa itu nasionalisme. Dan tidak menutup kemungkinan semboyan pemuda saat ini adalah “Muda foyafoya, tua kaya-raya, mati masuk surga.” Sejarah membuktikan, perubahan suatu negara dimulai dari gerakan para pemudanya. Begitu pun dengan Indonesia. Negara ini tak akan merdeka bila sekelompok pemuda seperti Sukarni, BM Diah dan kawan-kawannya tidak mendorong
Sukarno-Hatta segera memproklamirkan kemerdekaan. Bahkan ide sebuah negara yang mandiri, bebas dari penjajah tak akan pernah muncul bila Budi Utomo, HOS Cokroaminoto dan yang lainnya tak berjuang dalam sistem yang lebih rapi, yaitu organisasi pergerakan. Proses reformasi Indonesia di tahun 1998 pun tak lepas dari campur tangan pemuda yang bergerak untuk merobohkan tirani. Pantaslah, seorang pemikir besar seperti Imam Al-Ghazali pun pernah mengatakan, pemuda itu laksana air yang terus mengalir. Ia bergerak dengan kedinamisannya, memberikan penyejuk bagi lingkungan sekitar. Mereka memang masih muda, tapi bijaksana. Bila kita melihat sejarah perjuangan pemuda, mungkin kita akan malu dengan sikap dan perilaku pemuda saat ini. Pemuda di era itu berjuang sangat tulus, tak berpikir sedikit pun tentang dirinya. Kini kita sibuk mencari posisi aman, selamat dan tenang demi diri sendiri. Apakah zaman yang mengubah pemikiran, sikap dan perilaku kita? Seharusnya mau
seperti apapun zaman, entah kita lahir menjadi baby boomers, generasi X atau generasi Y, kebijaksanaan dalam menyikapi hidup harus menjadi sesuatu yang permanen. Tulisan ini hanya sebuah renungan saya yang terkadang bergulat dengan rasa kepemudaan, yang sedang mencari bentuk nasionalisme yang tepat di era penuh tantangan ini. Semoga ruh perjuangan bangsa masih ada di hati sanubari setiap pemuda, walau implementasi sudah diwarnai dengan teknologi kepraktisan hidup. Namun tetap mampu menghantarkan negeri ini menjadi berjaya, suatu saat nanti. Ini bukan mimpi, karena ada keyakinan masih banyak pemuda yang merenungkan hal ini. Laiknya lirik lagu ’Imagine’ nya John Lennon, ”You may say I’m dreamer, But I’m not the only one”. Mimpi dan kebijaksanaan, itulah hal yang lebih dari cukup untuk dimiliki pemuda saat ini. Bila sudah tak ada, masihkah ada pemuda harapan bangsa? Penulis, Staf Pengembangan SDM Kementerian BUMN
Siapkah Kita Jadi Agen Perubahan? Oleh: Ika Setyawati
seno
Sudah bukan hal yang asing lagi melihat pegawai Kementerian BUMN (KBUMN) menenteng smartphone ataupun tab di kantor ini. Tapi, apakah mereka yang ke mana-mana seolah asyik dengan gadget-nya itu benar-benar melek teknologi? Terutama melek dengan teknologi yang ada di kantor ini? YA, TULISAN ini mungkin bisa mewakili kami yang ada di Bidang Sistem Informasi. Masih rendahnya tingkat kesadaran para pegawai KBUMN menggunakan teknologi yang sudah disediakan oleh kantor ini adalah sebuah tantangan khusus bagi kami. Bagaimana tidak. Masih banyak pegawai kantor ini yang tidak menggunakan e-mail instansi yang seharusnya telah menjadi brand image kita, terutama ketika berkomunikasi dengan pihak luar. Padahal dengan penggunaan e-mail Kementerian BUMN ini, cukup banyak manfaat yang bisa kita peroleh. Selain itu, penggunaan e-mail @bumn.go.id ini merupakan bentuk dukungan kita terhadap program go green-paperless. Lalu, apa saja yang bisa kita manfaatkan dari fitur e-mail ini? Salah satu contohnya adalah undangan dan penjadwalan rapat. Kita tidak perlu lagi mengedarkan undangan rapat berbentuk fisik ke setiap orang yang diundang. Tentunya, ini dapat menghemat waktu dan tenaga yang harusnya bisa digunakan untuk menyelesaikan konsep Nota Dinas, dibanding mengedarkan undangan ke
setiap lantai. Hanya tinggal scan dan mengirimnya menggunakan e-mail kantor. Selain itu, kita juga bisa melihat status apakah undangan kita sudah dibaca oleh yang bersangkutan atau belum. Jadi, tidak ada lagi alasan tidak hadir rapat karena undangan belum diterima. Selain itu, komputer atau device yang telah di-install program e-mail outlook ini juga akan menerima notifikasi rapat 15 menit sebelum jam rapat. Hebat bukan? Tidak hanya itu, fitur e-mail ini juga dapat disetting di smartphone Anda seperti Blackberry, iphone, android dan yang masih berbasis symbian. Bagaimana setting-nya? Masuk ke menu setting e-mail di smartphone anda, kemudian masukkan username dan password e-mail @bumn.go.id Anda. Bagi yang lupa, belum tahu ataupun tidak bisa men-setting sendiri, bisa langsung datang ke lantai 10 untuk meminta bantuan kami. Kami berharap, dengan mulai melakukan sedikit perubahan kebiasaan ini, dari manual ke elektronik, semua pegawai dapat menjadi agen perubahan (agent of change) dalam upaya
peningkatan good governance di kantor ini. Jika mau disebutkan satu persatu, sebenarnya masih banyak sekali teknologi yang telah disediakan oleh kantor, seperti IP Phone, Right Fax, CUPC, dan lain-lain yang implementasinya juga masih rendah. Meski sosialisasi pemanfaatan teknologi informasi di Kementerian BUMN sudah pernah dilakukan, namun bagi yang ingin tahu lebih jauh apa saja teknologi yang ada di kantor ini dan bagaimana cara menggunakannya, dapat menghubungi kami di bidang Sistem Informasi lantai 10 dan meminta pelatihan. Kami menjadwalkan pelatihan setiap hari Selasa dengan peserta minimal 5 orang. Akhir kata, tulisan ini dibuat untuk menggugah kita sebagai pegawai KBUMN agar menggunakan teknologi yang sudah disediakan, khususnya penggunaan e-mail kantor sebagai upaya implementasi teknologi informasi di Kementerian BUMN. Go green, go paperless. Penulis, Staf Bidang Sistem Informasi KBUMN
sosok
4
tokoh PURWANTO
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
Hidup Harus Seimbang
Sosoknya terlihat sangat tenang dan sederhana. Sesederhana namanya yang hanya satu kata: Purwanto. Baginya, sejatuh-jatuhnya orang yang berpendidikan tidak akan lebih jatuh daripada orang yang tidak berpendidikan.
seno
ada ukurannya, semakin banyak pengetahuan, semakin baik hidup,” ungkapnya. Telisik punya telisik, rupanya prinsip ini berasal dari kedua orang tuanya. “Walaupun mereka hidup susah tapi anaknya harus sekolah,” tambah Purwanto.
YA, PRIA yang akrab disapa Pur ini, lahir di Sidoarjo, 23 Maret 1960. Sebagai anak sulung dari enam bersaudara, Pur sudah mengenal makna kerja keras dan tanggung jawab sejak kecil. Dia kerap membantu orang tuanya berdagang. HIDUP MANDIRI Di masa kecilnya, Orang tuanya punya usaha toko jamu Jago yang cukup maju di Pasar Pakis, dekat Stadion 10 November, Surabaya. “Kebijakan senering (pemotongan nilai mata uang-red) di tahun 1963 membuat usaha itu bangkrut,” kenangnya. Pur beserta Jemani, sang Ibu, kemudian tinggal di Sidoarjo, perbatasan dengan Mojokerto bersama kakeknya yang pensiunan Juru Pengairan dengan seorang kakak sepupu. Sementara M. Salim, bapaknya, tetap tinggal di Surabaya membanting tulang. Kehidupan di Sidoarjo tidak lebih baik. Mereka seringkali harus terpaksa memakan bulgur. Purwanto pun sibuk membantu sang Ibu berdagang pasir, menjual makanan di pasar, bahkan hingga membuat tempe. “Dulu saya sampai ikut belajar membuat tempe, tapi entah kenapa tempe saya cepat busuk,” kenangnya.
Semangat Pur untuk sekolah bukan main-main. Bayangkan, ia harus bersepeda selama 1 jam untuk mencapai sekolah. “Jarak rumah ke sekolah 18 km. Tapi dulu enak, masih banyak pohon asem di pinggir jalan,” cerita Pur. Usahanya ini tidak sia-sia. Ia selalu jadi juara kelas selama SD dan SMP, hingga akhirnya ditempatkan di kelas 1-1 SMPP. “Kelas 1-1 itu kelas khusus untuk siswa yang selama SMP ranking satu sampai lima,” ujar Purwanto bangga. Di SMPP ini, Purwanto mengambil kelas keterampilan las dan seni drama. “Saya tidak bisa menyanyi jadi tidak mungkin ikut karawitan, apalagi tari. Lukis juga tidak bisa,” ujarnya sambil tertawa ketika ditanya alasannya mengambil seni drama. Di SMPP ini ia mengenyam bangku pendidikan selama 3,5 tahun. Bukan karena bermasalah, melainkan karena adanya pergeseran tahun ajaran dari awal tahun menjadi tengah tahun. “Dulu kan tahun ajaran baru itu Januari, tahun 79 geser jadi pertengahan, nambah enam bulan,” jelasnya. Semangat belajar tersebut pun berlanjut meski sudah bekerja. Ayah lima anak ini mengambil Studi Pembangunan Universitas Terbuka (UT) pada tahun 1984. Sayangnya, tidak selesai. “Kalau kuliah di UT itu harus disiplin baca, saya
Meski mengaku sering sakit-sakitan, Purwanto kecil tidak lantas menjadi manja. Dia justru belajar mandiri sejak duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak kelas 4 SD, misalnya, ia mulai inisiatif mencuci baju sendiri. “Jangan terlalu mudah minta tolong orang lain kalau belum mencoba sendiri,” kata Purwanto. Ia juga aktif di Pramuka dari SD hingga SMPP (SMA Plus-red). “Yang paling seru itu campingnya. Makan nasi setengah matang, hujan-hujanan,” ujarnya mengenang masa-masa beraktivitas di Pramuka itu.
seno
MAKNA PENDIDIKAN Saat berbincang dengannya, tampak jelas Purwanto menempatkan pendidikan sebagai hal yang utama dalam hidup. “Ilmu itu tidak
di kantor banyak kerjaan, akhirnya tidak selesai. Tapi saya sangat terbantu karena belajar Studi Pembangunan itu bahasanya makro, pas dengan kerjaan saya saat itu,” ujarnya. Dua belas tahun setelahnya, ia mengambil alternatif lain dengan meraih gelar S1 Hukum. Sebuah gelar yang cukup mendukung jabatannya sebagai Kasi Kegiatan Usaha, Direktorat Informasi, Pengembangan dan Peraturan BUMN, Ditjen Pembinaan BUMN. Meski disibukkan dengan pekerjaan seharihari sebagai salah satu Kasubag di Bagian Kepegawaian KBUMN, rupanya pendidikan masih menempati kedudukan terhormat bagi Purwanto. Semangat untuk meraih pendidikan yang lebih tinggi kemudian mengantarkannya dengan gelar MM SDM di tahun 2003. AWAL KARIR Cita-cita pria penggemar rawon ini semula adalah menjadi guru. “Sempat juga daftar AKABRI tapi kurang 1 cm,” kenangnya sambil tersenyum. Ia mulai karir bekerjanya dengan menjadi pegawai di sebuah perusahaan asuransi jiwa bernama PT Asuransi Jaminan Surabaya, langsung selepas SMPP, selama enam bulan. “Saat itu saya mendapat informasi lulus CPNS,” katanya. Rupanya, di akhir tahun 1978, walau belum resmi lulus SMPP, Purwanto sudah melamar menjadi CPNS Departemen Keuangan (Depkeu) bersama dengan kakak sepupunya berbekal ijazah SMP yang dimiliki. “Saya sampai ikut kursus mengetik
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
5
juga karena lowongannya Juru Ketik,” tambahnya. Rupanya keberuntungan memihak dirinya dan kakak sepupunya itu. Ia jadi pelaksana di Ditjen Moneter sementara kakak sepupunya di Ditjen Anggaran. Berita itu sempat menggemparkan kampungnya. “Maklumlah, orang desa, diterima PNS, penempatan di Jakarta pula. Bagaimana tidak heboh,” ujarnya tertawa.
MINTA PINDAH BERKALI-KALI Di tahun 1981 juga, Purwanto diikutsertakan dalam diklat menjadi programmer komputer dan lulus. Karena kerapiannya dalam mengetik, Purwanto dipercaya memegang 2 spesialisasi, yakni mengetik SK Direksi/Komisaris BUMN dan membuat tabel angka dengan mesin ketik IBM. Dirinya lantas disekolahkan lagi di bidang tersebut selama 9 bulan. Karena dapat menyelesaikan diklat tersebut, ia mendapat tunjangan kelangkaan sebagai programmer di tahun 1984 dan diperbantukan di PAIK (Pusat Analisis Informasi Keuangan). Hasil pekerjaannya yang berkesan saat itu berupa Laporan Presiden yang juga dijadikan bahan bagi BPS dalam menyusun Neraca Nasional. “Saya selalu ditempatkan di tempat yang tidak menjadi pilihan bagi orang lain,” ujar kakek satu orang cucu ini. Namun rupanya jenuh pun sempat melanda Purwanto. “Namanya manusia, jenuh juga lamalama mengurusi pekerjaan yang sama bertahuntahun,” katanya. Dirinya mengaku berkali-kali meminta pindah ke teknis tetapi selalu ditolak. Baru pada bulan Juli 1999, permintaan tersebut dipenuhi. Ia menjabat Kasubag Tata Usaha, Deputi
Agro Industri dan Pertambangan Kementerian BUMN. “Itu juga tidak lama, hanya kurang lebih setahun,” ujarnya. PERUBAHAN ORGANISASI “Beda di peran masing-masing,” jawab Purwanto ketika ditanya perbedaan dari direktorat menjadi Kementerian seperti sekarang ini. Dulu sewaktu masih setingkat direktorat, yang berperan sebagai pemegang saham 230 BUMN adalah Menteri Keuangan, dan Menteri Teknis selaku Kuasa Pemegang Saham. “Dalam RUPS, wakil dari direktorat hanya sebagai pendamping Menteri Teknis, biasanya Eselon III atau II,” katanya. “Selain itu, perpanjangan masa jabatan Direksi dan Komisaris maksimal 1 bulan sambil menunggu SK yang baru. Tidak seperti sekarang,” sambungnya. Bercerita tentang karir, Purwanto mengaku sempat bimbang karena adanya pengurangan jumlah jabatan saat perubahan organisasi dari Ditjen Pembinaan BUMN jilid II menjadi Kementerian BUMN di tahun 2002. “Waktu itu ada beberapa Eselon III dan 10 orang Eselon IV yang tidak mendapat posisi,” katanya. Untungnya, Hartik, Kepala Bagian SDM saat itu, ‘mengamankan’ Pur menjadi Kepala Subbagian Mutasi, Bagian Kepegawaian. Ia lantas mendapat promosi di tahun 2006 sebagai Kabag Bantuan Hukum sebelum akhirnya jadi Kepala Bagian SDM di tahun 2010. Dirinya mengaku sangat bersyukur dengan apa yang dicapainya saat ini. Di bulan Maret 2011 ini ia dipercaya menjadi Kabiro Umum dan Humas. “Ini sudah sangat jauh melampaui harapan mengingat modal awalnya hanya ijazah SMP,” katanya. Purwanto berharap Biro Umum dan Humas sebagai supporting unit dapat menjadi lebih baik lagi di bawah kepemimpinannya. “Salah satunya standarisasi ruangan. Kenyamanan dan kebersamaan harus dibangun sampai ke lini itu.”
Ketika ditanya apa yang menjadi perhatiannya di jabatan baru ini, dirinya langsung menginventarisir berbagai hal. “Terutama pengelolaan Barang Milik Negara, inventaris yang jadi perhatian BPK, dan penghapusan barang-barang yang tidak jelas,” papar Purwanto. Dirinya juga ingin arsip dan persuratan lebih disiplin karena administrasi merupakan rujukan dalam bekerja, sebagai alur proses dan dapat menjadi bukti-bukti dalam kasus hukum. “Saya ingin TU paham bahwa mereka bukan sekretaris Deputi,” sambungnya. Terkait dengan kinerja Bagian Humas dan Protokol, Purwanto menilai Humas sebagai bagian yang sangat krusial, dan dinamis. “Di samping harus dapat menyesuaikan dengan pucuk pimpinan,” katanya. Untuk itu, Humas harus menjalin komunikasi dengan baik ke pimpinan dan juga deputi teknis dalam memantau aktivitas pimpinan. Di akhir bincang-bincang dengan Buletin ini, Purwanto menitipkan pesan untuk pegawai Kementerian BUMN agar peduli pada penghematan energi dan air serta kebersihan. “Bisa kita mulai dengan mematikan lampu dan komputer kalau pulang,” sarannya. Ia juga tidak lupa menekankan disiplin jam kerja. Baginya, tidak perlu lembur bila tidak mendesak. “Hidup itu harus seimbang (balance). Kita juga punya keluarga. Jangan ada yang terabaikan, nanti penyesalannya tak berujung,” pungkasnya. [Erwin/Umi/rr]
seno
Rupanya cinta Purwanto pada Titien ini tidak mainmain. Meski dirinya baru resmi diangkat menjadi PNS di bulan April tahun 1981, ia memutuskan menikahi Titien di bulan Oktober tahun yang sama. “Orang tua kaget juga, baru PNS kok langsung minta nikah,” katanya. Akhirnya, mereka berdua pun menikah di sekitar kosan pada 21 Oktober 1981. Setahun kemudian, keduanya dianugerahi seorang putri bernama Andini Oktawijayanti (saat ini sudah berkeluarga, lulusan S1 Fisioterapi). Anak keduanya, lahir selang lima tahun bernama Fadilla Septiana Indriyani. Sekarang Fadilla hampir menyelesaikan kewajibannya sebagai calon dokter. Tiga anak berikutnya: Ismia Lailla Ramadhan (sedang menunggu jadwal ujian skripsi di Fakultas Hukum Untirta), M. Taufik Abdullah (mahasiswa IPB Agroindustri dan Hortikultura semester 4), dan M. Syaiful Junianto (siswa Kelas 3 SMP).
dok.pribadi
Kala itu awal Desember 1979, berbekal hasil sewa satu petak sawah kakeknya, Purwanto ke Jakarta numpak KA Gaya Baru bersama rekan-rekannya. Kala itu, ia tinggal di Percetakan Negara. Ia sering berangkat dan pulang bersama Titien Nurochmah, teman seangkatan yang juga dari Mojokerto, tetapi ditempatkan di Bapepam yang kemudian sejak tahun 1990 pindah ke Ditjen Pajak. Titien lantas menjadi istrinya. “Karena kosannya dekat, bareng terus, lama-lama suka,” ungkapnya.
sudut
pandang
seno
Oleh: Rudi Rusli
SEBUAH HADIST riwayat Bukhari menyatakan bahwa, “Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya, seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka, seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya.” Hadist itu selaras dengan tulisan terakhir almarhum Widjajono yang meninggal di Gunung Tambora 21 April lalu. Pemimpin yang bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya adalah wujud konkrit dari rasa sayang itu sendiri. Karenanya tidak bisa dikategorikan pemimpin yang baik bilamana merasa dirinya “bukan satu kesatuan” dengan yang dipimpinnya. Tidak bisa seorang itu disebut pemimpin kalau ia pikir dirinya berasal dari “planet lain” untuk memerintah sekumpulan orang. Mungkin pemimpin itu adalah seorang yang visioner, yang bersemangat, cerdas, namun
6
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
Pemimpin Penyayang, Pemimpin Yang Disayang Kalau kita menyayangi orang-orang yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendakNya terjadi. (cuplikan tulisan terakhir almarhum Widjajono Partowidagdo, Wamen ESDM] kalau ia tidak merasa terlibat dengan apa yang dirasakan bawahannya, pasti ia tidak akan dicintai bawahannya. Karenanya tidak bijak bila seorang pemimpin menganjurkan bawahannya agar keluar saja dari suatu organisasi bilamana merasa organisasi yang dipimpinnya tidak memberi kesejahteraan. Adalah menjadi bagian dari tugasnya sebagai pemimpin untuk membuat bawahannya sejahtera. Apalagi, bilamana yang dimintanya keluar dari organisasi yang dipimpinnya adalah orang-orang muda, yang justru merupakan “harapan” dari sebuah organisasi, organisasi apa pun itu. Begitu pula, tidaklah bisa dipahami bila seorang pemimpin menyebut bawahannya berpotensi mengalami “sakit jiwa” karena berada dalam suatu organisasi yang unik dan khas. Menjadi pemimpin idaman memang tidak gampang. Ada sejumlah kriteria yang harus dimiliki agar menjadi pemimpin yang dihormati
sekaligus disayang anak buah. Pertama, bertanggung jawab. Pemimpin yang baik selalu bertanggung jawab pada tugas yang diembannya. Bahkan jika tugas yang dikerjakan tidak berjalan lancar, ia tidak menyalahkan anak buah. Kedua, menjadi panutan. Pemimpin idaman harus mampu memberikan contoh yang baik, sehingga bisa jadi panutan bagi bawahannya, baik dari perilaku maupun disiplin kerja. Ketiga, bersikap adil. Setiap tindakan atau sikap haruslah adil dan obyektif. Jangan pelit memberikan pujian jika bawahan berprestasi. Keempat, mendelegasikan tugas. Seorang pemimpin yang baik harus mampu mendelegasikan tugas kepada bawahannya. Kelima, memperjuangkan kepentingan anak buah. Selayaknya seorang pemimpin memperjuangkan kepentingan bawahannya, apalagi terkait sistem penggajian yang sering tidak proporsional. So, Jadilah pemimpin idaman! Penulis, Kasubbag Publikasi dan Hubungan Media Massa KBUMN
Bekerja Tanpa Value? Dalam konteks pekerja, value bisa diartikan sebagai suatu nilai luhur yang mendasari perilaku kerja untuk meraih prestasi terbaik, seperti menjadikan pekerjaan sebagai sebuah penghargaan, kecintaan bahkan sebagai sesuatu pemaknaan, bukan pelampiasan rasa marah, kepatuhan ataupun sebagai kewajiban.
seno
Oleh: Ferry Andrianto
VALUE MERUPAKAN suatu nilai yang menjadi karakter anggotanya, atau suatu unsur yang menjadikan korporasi itu unggul. Value, lebih bersifat inner power (kekuatan hati/kejiwaan), bukan bersifat rasional yang terwujud dalam keseharian kita yang bernama perilaku. Dengan konsep value yang jelas, akan membawa ke arah hasil kerja yang jelas pula. Masalahnya, apakah kita telah memiliki value untuk menjadi pegawai yang berkarakter, yang memiliki integritas, intelegensi dan energi (antusias) yang tinggi sehingga mampu membawa keunggulan organisasi? Hanya kita yang bisa menjawabnya. Sejujurnya, bangsa yang maju adalah bangsa yang ditopang oleh masyarakat yang memiliki value yang tinggi, di samping faktor leadership dan sistem yang baik. Pertanyaannya adalah, apakah kita sudah menjadi bangsa yang maju? Yang senantiasa bekerja dengan value? Yang sering menjadi pemandangan kita sehari-hari justru kondisi yang mencerminkan sebaliknya, yaitu bekerja tanpa value, yang ditandai antara lain terjangkitnya wabah 5 Pu,
yaitu: Pungut, Pukul, Pura-pura, Putar-putar dan Punakawan. Pungut, sepertinya ada anggapan tidak ada pekerjaan yang gratis, mesti harus ada bayaran tambahan, meski sebenarnya sudah dibayar atas pekerjaan tersebut. Sepertinya, tidak cukup hanya kata-kata terima kasih. Sungguh sulit menemukan penyelesaian pekerjaan yang menghadirkan hati yang ikhlas, sebagai suatu konsekuensi pelaksanaan tugas. Hampir semua urusan dikaitkan dengan uang (baca: pungutan), baik secara kasar maupun halus. Pungutan bisa dianggap sebagai wujud hegemoni kekuasaan (upeti) atau bentuk persepsi salah kaprah terhadap istilah profesional, bahwa segala sesuatu diukur dengan bayaran. Pukul, apabila dengan cara pungut ternyata tidak mempan, maka cara kekerasan mulai dilakukan untuk menunjukkan kekuasaannya. “Pukul“ bisa diartikan secara harfiah, yaitu memukul dengan tangan untuk mendapat imbalan atau “pukulan” halus berupa kekuatan legalitas (stempel) sebagai penguasa.
Pura-pura, sepertinya sudah dianggap keharusan, tuntutan zaman yang penuh intrik dan tipu muslihat. Sebagiannya menganggap sebagai simbol kelihaian, sebaliknya, kejujuran bisa jadi dianggap sebagai kebodohan. Putar-putar, maksudnya kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah. Dipersulit ini bisa dimaksudkan sebagai jalan pembuka “transaksi” untuk mendapatkan kemudahan. Dengan kata lain, birokrasi yang panjang dan berbelit membuka peluang untuk mencari keuntungan pihak tertentu. Punawakan (pasukan), bisa diartikan, bahwa biasanya kegiatan tersebut di atas dilakukan tidak sendirian, tapi bersama-sama dengan yang lainnya. Pada akhirnya terbentuk kelompokkelompok tertentu (gank) yang cenderung menguntungkan kelompoknya, tapi merugikan pihak di luar kelompoknya. Penulis, Kasubbag Administrasi SDM KBUMN
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
7
rekam
peristiwa
TALKSHOW BUKU DI PERPUSTAKAAN
Man Jadda Wajada, Menekadkan Bisa
seno
Hari itu 13 April 2012, tepat 14 tahun KBUMN. Dengan momentum itu, perpustakaan KBUMN di lantai 20 diresmikan penggunaannya. Diisi oleh talkshow bedah buku “Man Jadda Wajada” yang diikuti ratusan pegawai KBUMN.
CITA-CITA SEJAK LAMA Mahmud Husen, Kabag Administrasi, dalam pengantar peresmian dan talkshow itu berharap, keberadaan perpustakaan ini dapat memberikan pencerahan dan inspirasi bagi pegawai KBUMN. “Sering-seringlah mampir ke perpustakaan kita ini,” pesannya. Ia menjelaskan, saat ini perpustakaan ini sedang berbenah. Mahmud mencita-citakan perpustakaan ini tidak hanya menjadi perpustakaan Kementerian BUMN, namun juga jadi tempat untuk semua referensi dan dokumen tentang BUMN. “Jadi, bagi yang meneliti tentang BUMN dapat memanfaatkan perpustakaan ini,” tambahnya. Kepala Biro Umum dan Humas, Purwanto, dalam sambutannya menyatakan kegembiraannya dengan hadirnya perpustakaan ini. “Ini sudah dicita-citakan sejak lama, kira-kira sejak tahun 1980-an,” cetusnya. Ia berharap, semua dokumen-dokumen tentang BUMN yang berserakan di mana-mana dapat dikumpulkan di perpustakaan ini.
KEAJAIBAN KATA-KATA Setelah itu, dilakukan talkshow buku Man Jadda Wajada langsung oleh penulisnya Akbar Zainuddin. Talkshow yang dimoderatori Rudi Rusli, Humas KBUMN ini, bekerjasama dengan PT Gramedia Pustaka Utama. Buku yang termasuk dalam kategori laris dengan 9 kali cetak ulang dan terjual sekitar 40 ribu ini mengungkap tentang keajaiban kata-kata mutiara (mahfudzat) yang punya kekuatan dahsyat mempengaruhi jalan hidup seseorang. Akbar mengakui, latar belakang pendidikannya di Pondok Pesantren Modern Gontor sangat mempengaruhinya dalam penulisan ini. “Dulu itu kata-kata ‘Man Jadda Wajada’ yang artinya Siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa, selalu diulang-ulang dan diteriakkan sebagai pemberi semangat di sana,” katanya. BERPIKIR POSITIF DAN FOKUS Akbar menekankan pentingnya bagi kita mencanangkan keyakinan akan keberhasilan dalam hidup kita. “Kita sudah diberi kenikmatan
hidup dan menjadi manusia sempurna yang harus kita syukuri, dengan bekerja sungguhsungguh,” katanya. Ia mengingatkan, janji Allah, kalau kita mensyukuri nikmat, maka akan Allah tambahkan nikmat itu. “Tugas kita sekarang adalah berpikir positif dan menatap masa depan,” gugahnya. Ia pun menyampaikan bahwa kekurangan manusia adalah sesuatu yang sangat manusiawi. “Tinggal kita harus fokus pada kelebihan kita,” katanya. Ia meyakini semua manusia punya potensi. “Kalau potensi itu diledakkan, ia akan menjadi luar biasa, kalau kita mau,” katanya. Akbar pun mengatakan, bahwa hidup ini tak bisa mengalir begitu saja. “Kitalah yang menentukan ke mana arah mengalirnya (hidup ini),” tukasnya. Talkshow yang diwarnai dengan tanya jawab yang menarik ini berakhir sekitar jam setengah empat sore itu. Semoga semangat hidup yang menggelora itu dapat tertular ke seluruh pegawai KBUMN. Siapa yang bertekad kuat, insya Allah bisa! [Tbk]
BERSIH-BERSIH MONAS
Membersihkan Ikon Jakarta
rr
Minggu, 15 April 2012 lalu, ada semacam gerakan bersih-bersih Monas yang dimotori oleh Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBUMN dan IIP (Ikatan Isteri Pimpinan) BUMN. Acara yang dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kartini tersebut juga dihadiri Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan, para pejabat KBUMN dan beberapa dirut BUMN.
ACARA INI dimulai jam lima hingga pukul setengah delapan pagi dan diikuti sekitar 500an orang. Tempat yang dijadikan objek adalah Taman Badjuri hingga sekitar tugu Monas. Dahlan Iskan mengakui, ide kegiatan ini awalnya berasal dari istrinya, Nafsiah Dahlan, Ketua IIP (Ikatan Isteri Pimpinan) BUMN yang juga Ketua Penasehat DWP KBUMN. Kegiatan ini ditujukan untuk menunjukkan pentingnya kalangan BUMN untuk memperhatikan aspek kebersihan di lingkungan BUMN masing-masing. “Kebetulan saya sering jalan pagi juga di sekitar Monas ini,” katanya. Begitulah, rombongan pembersih yang dipimpin Menteri, pejabat dan pegawai Kementerian BUMN serta jajaran direksi perusahaan BUMN didampingi istri masing-masing itu pun beraksi di sekitar Taman Badjuri itu. Seperti biasa, Minggu pagi itu Monas dipadati pengunjung, mulai dari yang bersepeda, berlari-lari kecil,
senam, dan pedagang asongan. Sampah berserakan di mana-mana. Dahlan dan Nafsiah serta seluruh peserta bersih-bersih Monas langsung mengambil sapu. Sampah yang berserakan di sekitar tempat pedagang asongan dia sapu, dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam tempat sampah. PENGUNJUNG IKUT SERTA Melihat sang Menteri menyapu di sampingnya, ada pedagang jadi salah tingkah. Akhirnya dia ikut memunguti sampah dagangannya. Aksi bersih-bersih itu juga menyedot perhatian para pengunjung. Tidak sedikit yang turut memunguti sampah di sekitarnya. Pengunjung jadi tidak sembarangan membuang sampah. Gerakan menyapu Monas, membuat Monas yang luas, asri, dan indah itu jadi tampak lebih cantik karena bersih dan nyaman. ”Yang kita lakukan ini bukan menyelesaikan masalah. Ini hanya mendorong orang agar sadar dan menjaga kebersihan Monas,” tutur Dahlan.
Menurut Dahlan, untuk menyelesaikan masalah penumpukan sampah di Monas, perlu dibuat sistem. Misalnya dengan merekrut ratusan pedagang yang setiap hari beroperasi di Monas. ”Kalau mereka direkrut jadi petugas pengumpul sampah, itu bagus,” tutur Dahlan. JAGA KEINDAHAN MONAS Nafsiah juga bercerita, Monas yang merupakan ikon ibu kota negara sering jadi lautan sampah. Terlebih pada Senin pagi, sampah di Monas sudah mencapai tahap ‘menjijikkan’. Padahal Monas memang digandrungi oleh warga Jakarta dan setiap Sabtu dan Minggu selalu padat. Sayangnya, pengunjung tidak memiliki kesadaran menjaga kebersihan dan keindahan Monas. Nafsiah mengaku mengagumi Monas. ”Tempat ini indah sekali, tidak semua negara memiliki taman seluas dan seindah Monas. Tapi sampahnya banyak sekali. Dengan gerakan bersih-bersih ini, mudah-mudahan kesadaran masyarakat jadi tumbuh,” tutur Nafsiah. [Tbk]
rekam
peristiwa
8
BULETIN BUMN • EDISI 60 • TAHUN VI • 30 APRIL 2012
SOSIALISASI PER-06/MBU/2011
Yang Penting Clean and Clear seno
Peraturan Menteri (Permen) ini mendukung optimalisasi aktiva tetap BUMN sesuai prinsip Good Corporate Governance (GCG). “Yang penting clean and clear,” ucap Sekretaris Kementerian BUMN, Wahyu Hidayat.
KEDEPUTIAN RESTRUKTURISASI dan Perencanaan Strategis menyelenggarakan sosialisasi Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-06/MBU/2011 tanggal 30 Desember 2011 tentang “Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap BUMN” di Yogyakarta, 19 April lalu. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri setidaknya 40 BUMN di wilayah Jawa. Wahyu menegaskan masih banyaknya aktiva tetap BUMN yang kurang optimal karena tidak clean and clear. Clean, artinya tidak diduduki pihak-pihak lain, dan clear berarti memang dikuasai secara legal oleh BUMN. Wahyu mencontohkan, dulu di Jiwasraya tercatat aset lahan di wilayah Senen (sekarang lokasi bioskop Senen-red) namun tidak dapat digunakan. Untuk itu, Permen mengatur ketentuan dan prinsip, pelaksanaan, hingga evaluasi. “Agar ada kejelasan, berapa besar kekayaan BUMN ini dan bagaimana mengoptimalkannya,” jelas Wahyu.
SEMINAR KEHUMASAN:
Hambra, Plt. Kepala Biro Hukum menyampaikan, selama ini peraturan terkait aktiva hanya diatur dalam PER-02/MBU/2010 tentang Tata Cara Penghapusbukuan dan Pemindahtanganan Aktiva Tetap. Ini kemudian disempurnakan dengan PER-06 yang berkaitan dengan isi Keputusan Menteri Negara BUMN yang baru. “Per 13 April lalu, KEP-236 dicabut dan digantikan dengan tiga Kepmen. Ini sangat menarik,” gambar Hambra.
Misalnya, dalam posisi konflik, direksi yang bersangkutan tidak berwenang mengambil keputusan. Namun ditegaskan oleh Hambra, dalam melaksanakan kewenangan ini, direksi tetap harus berkoordinasi dengan Dewan Komisaris dan/atau RUPS. Dalam pelaksanaan kerjasama optimalisasi aset ini, tidak ada pihak yang boleh ikut campur. Karena menurut UU Keuangan Negara sekalipun, kegiatan BUMN yang diatur hanya sebatas penyertaan modal negara dan pemberian deviden kepada negara. Namun, dalam Pasal 39 diatur bahwa BUMN hanya boleh mengagunkan Hak Guna Bangunan (HGB) atas Hak Pengelolaan (HPL). Bukan HPL-nya. Dan pengagunan tersebut maksimum sebatas usia HGB.
Di sini, masing-masing BUMN wajib melakukan inventarisasi aset idle beserta gambaran posisi aset sekarang, status clean and clear, dan rencana penggunaan ke depan. “Dengan begitu, kalau sudah jelas 10 tahun ke depan mau dibangun seperti apa, jangan lagi menjalin kontrak sewa dengan pihak lain melebihi 10 tahun,” tutur Hambra.
Dalam diskusi, seorang perwakilan BUMN mempertanyakan SOP di internal Kementerian BUMN terkait batas waktu pemberian tanggapan RUPS atas usulan optimalisasi aset dari BUMN. “Pak Mantaris (Asdep Pendayagunaan Aset dan Sinergi, red), ini tugas kita untuk mempercepat SOP internal,” ujar Hambra. [Tbk]
Sejalan dengan UU Perseroan Terbatas, pendayagunaan aktiva merupakan kewenangan direksi sebagai pengurus perusahaan yang memiliki kewenangan tidak terbatas, kecuali yang dibatasi dalam Anggaran Dasar dan RUPS.
Trust Untuk Humas seno
Forum Humas BUMN (FHBUMN) menyelenggarakan Seminar Kehumasan bertajuk “Tantangan Humas ke Depan” di Aryaduta Hotel pada Rabu (25/4) lalu. Seminar ini membahas perlunya Humas berlari menuju era digital. Sekretaris Kementerian BUMN Wahyu Hidayat, selaku Pembina FHBUMN, membuka seminar kehumasan BUMN tersebut dengan paparan mengenai pentingnya kompetensi seorang Humas. Di beberapa institusi, Humas masih dipandang lekat dengan protokol dan diberi anggaran minim. “Padahal, Humas itu corongnya organisasi,” jelas Wahyu. Untuk itu, Wahyu menekankan agar Humas mulai dipandang penting bagi institusi dan diberikan bekal kompetensi yang dibutuhkan. “Kalau perlu aturan main, kalian buat diskusi di Forum Humas BUMN, ajukan ke saya. Nanti saya fasilitasi,” tambahnya. PENTINGNYA TRUST Pertamina merupakan contoh BUMN yang menempatkan Humas secara ideal. Dengan slogan, One Pertamina One Voice, Corporate Communication didapuk sebagai juru bicara. “Direksi tidak diperkenankan bicara apapun ke media. Biarkan kami yang bekerja,” jelas Mochamad Harun, VP Corporate Communication. Tidak hanya itu, Harun juga menekankan fungsi Humas yang signifikan dalam organisasi. Humas tidak hanya menyediakan informasi kepada manajemen melainkan memberi masukan dan saran terkait proses bisnis. “Kami juga selalu berkomunikasi dengan top management sebelum melakukan kegiatan, sehingga trust itu terbangun dengan sendirinya,” Harun menambahkan.
Lain lagi dengan Head of Corporate Communication and Affairs Telkom, Eddy Kurnia, yang dinobatkan sebagai Best of the Best “PR Program & PR People of The Year 2010” oleh Majalah Mix Marketing Communication. Eddy sangat menyadari perubahan besar yang terjadi di dunia komunikasi. “Internet menjadi sumber informasi yang sangat potensial,” ujarnya. Di tahun 2015 mendatang, diperkirakan jumlah pengguna internet Indonesia mencapai 94 juta, hampir tiga kali lipat dibanding 2009. Tidak hanya itu, pergerakan di dunia digital pun tidak bisa dianggap sebelah mata. Indonesia tercatat sebagai negara dengan pertumbuhan blackberry nomor 1, pengguna facebook nomor 2, dan pengguna twitter nomor 3 di dunia. HUMAS 3.0 Magdalena Wenas, Presiden PR Society Indonesia juga melihat besarnya peranan social media. Baginya, Humas tidak lagi cukup dengan memiliki kompetensi Humas, melainkan juga harus menguasai Teknologi Informasi. “Apalagi di era Keterbukaan Informasi sekarang ini. Ada informasi-informasi yang harus sertamerta diunggah oleh PPID (Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi),” kata Magdalena. Ketika berdiskusi mengenai media internal yang umumnya diterbitkan oleh Humas institusi, Magdalena menyampaikan social media harus diperhitungkan masak-masak. “2.0 sudah ketinggalan jaman. Humas harus 3.0,” ujarnya.
Dirinya juga mengarahkan Humas mulai meninggalkan penerbitan cetak dan beralih ke e-book. Hal ini mengingat luasnya jangkauan pembaca yang bisa dicapai serta efisiensi waktu dan biaya. “Kan lebih enak, tinggal tulis, edit, upload,” katanya.[Tbk] SUSUNAN PENGURUS BULETIN BUMN Pelindung: Menteri Negara BUMN Pembina: Sekretaris Kementerian BUMN, Kepala Biro Umum dan Humas Pemimpin Umum/Penanggung Jawab: Faisal Halimi Pemimpin Redaksi/Ketua Tim: Rudi Rusli Tim Editor: Mahmud Husen, Teddy Poernama, Ferry Andrianto Dewan Redaksi Dan Desain Grafis: Riyanto Prabowo, Sandra Firmania, Erwin Fajrin, Sentot Moelyono Sekretariat: Sahala Silalahi (Koordinator), Umi Gita Nugraheni, Hendra Gunawan, Nur Wahid, Sutarman. Alamat Redaksi: Lantai M Gedung Kementerian BUMN (Biro Umum dan Humas), Jl. Medan Merdeka Selatan No.13, Jakarta Pusat 10110. Telp: 021-2312373, Fax: 021-2311224 E-mail:
[email protected], Website: www.bumn.go.id Redaksi menerima kontribusi tulisan dari pegawai Kementerian BUMN, karyawan BUMN atau pihak lain yang relevan dengan semangat Buletin Kementerian BUMN, dengan syarat diketik rapi dengan spasi ganda, maksimal 2.000 karakter (setengah halaman), dengan disertai identitas diri penulis. Setiap tulisan yang dimuat merupakan pendapat pribadi penulis.