MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR DEKORATIF (Penelitian Tidakan Kelas pada Kelompok B TK Bina Pemula Kecamatan Ujungberung Kota Bandung)
Disti Purwasih dan Tin Rustini1
[email protected] Jurusan Pedagogik, Kampus Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Permasalahan yang terjadi di Tk Bina Pemula menunjukan bahwa metode pengembangan kemampuan motorik halus masih menekankan pada media yang digunakan, yaitu majalah. Sehingga anak nampak sudah bosan dalam mengikuti kegiatan yang diberikan. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasari rumusan masalah, yaitubagaimana proses kegiatan menggambar dekoratif dan bagaimana meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain yang digunakan adalah model John Elliot. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus dengan masing-masing siklus tiga tindakan. Berdasarkan data yang dikumpulkan dalam kegiatan menggambar dekoratif didapatkan temuan-temuan penting, pada siklus I anak-anak masih sulit dikondisikan dan belum mengikuti instruksi guru dalam menggambar dekoratif dengan baik. Siklus II dalam pelaksanaannya anak-anak sudah mulai dapat dikondisikan. Anak-anak sudah mulai mengikuti setiap langkah-langkah kegiatan menggambar dekoratif dengan baik. Pada siklus III anak-anak sudah mengikuti semua instruksi dari guru dalam membuat pola dengan rapih. Hasil persentase pada penilaian proses anak untuk indikator satu siklus I yaitu 15,7% siklus II sebesar 27,2% dan siklus III sebesar 49,2%. Untuk indikator dua siklus I sebesar 6,0%%, siklus II sebesar 24,1% dan siklus III sebesar 34,1%. Untuk indikator tiga siklus I sebesar 22,5%, siklus II sebesar 39,3% dan siklus III sebesar 53,7%. Sedangkan hasil persentase pada produk anak untuk indikator satu siklus I sebesar 9,0% siklus II sebesar 18,1% dan siklus III sebesar 44,5%. Untuk indikator 2 siklus I sebesar 15,7%, siklus II sebesar 30,2% dan siklus III sebesar 44,5%. Untuk indikator 3 siklus 1 sebesar 15,7%, siklus II sebesar 36,3% dan siklus III sebesar 55,5%. Berdasarkan penjabaran diatas dengan adanya peningkatan setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menggambar dekoratif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus. Kata kunci: Kemampuan Motorik halus, kegiatan menggambar dekoratif.
1
Penulis Penanggung Jawab
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif ABSTRACT The problems that occurred at Bina Pemula Kindergarten showed that the method of fine motor skills development is still focused on the medium used, namely magazines. So that the child appears to get bored to involve in the given activity. This is the reason underlying the formulation of the problems, namely how the process of decorative drawing activity and how to improve children's fine motor skills through drawing decorative activity. The method used was Classroom Action Research (CAR). The research design used was the Elliot’s model. The implementation of the action research consists of three cycles with each cycle of three actions. Based on the data collection of decorative drawing, it showed that in the first cycle, children were still difficult to be conditioned and they were unable to follow the teacher's instructions in decorative drawing. In the cycle II, the children have started to be conditioned. The children have started to follow each of the steps of decorative drawing well. In the third cycle, children have followed all the instructions of the teacher in making the pattern neatly. The results of the percentage of the assessment process for indicators of a child's first cycle is 15.7% of 27.2%, second cycle and third cycle of 49.2%. For two indicators of the first cycle is 6.0%%, the second cycle is 24.1% and 34.1% for the third cycle. For three indicators of the first cycle is 22.5%, 39.3% for the second cycle and third cycle by 53.7%. While the results of the percentage of the product of the child for the first cycle indicator by 9.0% the second cycle of 18.1% and 44.5% for the third cycle. For the second indicator of 15.7% first cycle, the second cycle of 30.2% and 44.5% for the third cycle. For indicator 3 1 cycle of 15.7%, 36.3% second cycle and third cycle of 55.5%. Based on the explanation above there is an increasing in each cycle, it can be concluded that the decorative drawing activities can enhance children’s fine motor skills. Keywords: fine motor skills, decorative drawing activity.
Pada kurikulum 2004 (Depdiknas, 2008:10) terdapat “standar perkembangan yang harus dicapai oleh anak TK kelompok B adalah anak sudah mampu memegang pensil dengan benar (antara 2 ibu jari), mewarnai bentuk gambar sederhana, meniru garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran.” Aktivitas tersebut terlihat mudah namun memerlukan latihan dan bimbingan agar anak dapat melakukannya secara baik dan benar. Keterampilan motorik halus pada anak tidak akan berkembangmelalui kematangan begitu saja, melainkan juga keterampilan itu harus dipelajari. Maka sejak usia dini dalam pengembangan motorik halus anak diperlukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan dapat menstimulus perkembangan motorik halus anak. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
aktifitas bermain. Gerakan motorik anak akan berdampak positif pada aspek perkembangan yang lainnya. Menurut Ghazali (Abidin, 2009:1) bahwa ‘Bermain mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan anak baik secara fisikmotorik maupun secara psikologi atau kejiwaannya serta perkembangan intelejensinya.” Hurlock (1978:157) memaparkan bahwa ada 8 hal penting dalam mempelajari keterampilan motorik diantaranya yaitu: kesiapan belajar, Kesempatan belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, Motivasi, setiap keterampilan motorik harus dipelajari secara individu, dan Keterampilan sebaiknya dipelajari satu demi satu. Ketika mengembangkan motorik anak harus memperhatikan ke delapan cara mempelajari motorik anak diatas, sehingga
PGPAUD Cibiru Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 perkembangan keterampilan motoriknya tidak terlambat anak bisa mengembangkan kemampuannya sesuai dengan tahapan usianya. Jika salah satu dari delapan kondisi tersebut tidak ada, maka perkembangan keterampilan anak akan berada di bawah kemampuannya. Perkembangan motorik yang terlambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akibatnya pada umur tertentu anak tidak menguasai tugas perkembangan yang diharapkan kelompok seusianya. Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halus mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan gerakan tangan dan jari jemarinya secara fleksibel. Dalam hal ini indikator yang harus dicapai yaitu meliputi : (1) menggunakan pensil antara ibu jari dan 2 jari dengan benar, (2) meniru garis (tegak, datar, miring, lengkung, lingkaran) dan (3) mewarnai bentuk gambar sederhana. Ketiga indikator tersebut akan diukur secara kuantitatif dengan menggunakan penilaian proses. Berdasarkan pengamatan awal dan diskusi dengan guru kelas, kemampuan motorik halus anak di TK Bina Pemula masih rendah karena masih ada sebagian anak yang belum bisa memegang pensil dengan benar, mewarnai gambar masih kurang rapih, dan belum mampu meniru membuat garis tegak, datar, miring, lengkung dan lingkaran belum rapih. Kemampuan motorik halus anak yang masih rendah disebabkan karena pembelajaran yang hanya mengandalkan penggunaan lembar kerja anak (LKA) atau majalah yang sudah disediakan seperti kegiatan menulis dan mewarnai gambar hanya pada majalah tidak menggunakan
media lain. Ketika mempersiapkan aktivitas menulis sebaiknya guru mencari berbagai kegiatan yang bisa dilakukan anak. Namun realitanya, guru secara tidak langsung memaksa anak agar bisa menulis dengan benar tanpa memikirkan cara yang efektif. Terutama menyenangkan bagi anak agar anak tidak merasa terbebani dengan tuntutan guru, untuk mampu memegang pensil dan menulis dengan benar. Proses pembelajaran awal yang menyenangkan sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan motorik halus. Hal ini dapat dioptimalisasikan pada awal kehidupan anak. Dengan demikian perlu adanya upaya dalam meningkatkan perkembangan motorik halus anak, salah satu upaya peningkatan motorik halus anak tersebut dapat melalui pembelajaran menggambar dekoratif. Menggambar dekoratif adalah proses menggambar untuk menghias gambar dan kegiatan menggambar dekoratif. Kegiatan menggambar dekoratif ini melibatkan unsur otot, syaraf, otak dan jemari-jemari tangan yang memungkinkan untuk mengembangkan motorik halus anak terutama kelenturan dalam menggunakan jari-jemarinya. Setiap anak gemar menggambar dan mewarnai, kegiatan tersebut bemanfaat untuk anak bukan hanya bagi pengembangan seni melainkan dengan kegiatan menggambar, motorik halus anak dilatih dan akan sangat berguna ketika anak mulai belajar menulis di usia sekolah. Menggambar dekoratif bisa diperkenalkan pada anak TK melalui menghias gambar dengan berbagai media seperti krayon atau cat air yang telah disediakan oleh guru sesuai dengan imajinasinya. Untuk memperoleh penelitian yang berkualitas, maka diperlukan pengkajian-
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pengkajian terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu yang dipandang relevan dengan penelitian ini. Diantaranya hasil penelitian yang dilakukan oleh Ngadi (2011) tentang meningkatkan kemampuan moorik halus melalui kegiatan menggambar dekoratif pada anak di TK Marhamah Hasanah pada kelompok A, hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam arti, menggambar dekoratif efektif dalam mengembangkan kemampuan motorik halus. Penelitian yang di lakukan oleh Yulida (2011) dengan judul “Pengaruh Aktivitas Kolase Terhadap Keterampilan Motorik Halus” berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan motorik halus anak kelas A TK Nasywa menunjukan peningkatan yang cukup signifikan melalui pemberian aktivitas kolase. Hal tersebut dapat terlihat dilihat melalui peningkatan skor yang ditunjukan dan bertambahnya anak yang berada pada kategori tinggi setelah diberi perlakuan. Berdasarkan uraian di atas maka menggambar dekoratif diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan motorik halus anak TK. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif“. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut. a. Bagaimana proses kegiatan menggambar dekoratif dalam meningkatkankemampuan motorik halus anak di Tk Bina Pemula? b. Bagaimana peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui
kegiatan menggambar dekoratif di TK Bina Pemula? Berdasarkan permasalahanpermasalahan yang ditemukan pada saat observasi, maka peneliti mengambil hipotesis tindakan yaitu “ Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif, Maka Proses dan Kemampuan Motorik Halus Anak Akan Meningkat”. Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak baik itu bagi anak TK, guru dan sekolah. METODE Penelitian dilaksanakan di TK Bina Pemula Jln. Samiaji No.70 Kecamatan Ujung Berung Kota Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelas B3 TK Bina Pemula semester II sebanyak 15 anak, yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 8 anak perempuan. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada penelitian ini kemampuan anak yang akan dikembangkan yaitu kemampuan motorik halus anak. Penggunaan metode penelitian tindakan kelas (PTK) dalam penelitian ini karena mengajarkan kemampuan motorik halus anak dibutuhkan waktu yang cukup lama, tidak dapat dilaksanakan dengan satu kagiatan. Dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak tidak dapat dilakukan secara singkat, harus secara terus menerus dan diulang-ulang. Metode penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan cermat, mendalam dan rinci. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar serta hasil belajar. Pendapat tersebut dikemukakan pula oleh Trianto (2011:18) yaitu “Tujuan PTK adalah untuk memecahkan masalah,
PGPAUD Cibiru Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 memperbaiki kondisi, mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran.” Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga berguna dan bermanfaat bagi guru, siswa, dan sekolah. Bagi siswa, PTK berguna untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak (proses dan produk). Untuk guru, PTK berguna untuk membantu memperbaiki pembelajaran, memperbaiki kemampuan guru dalam mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan. Sedangkan bagi sekolah, PTK membantu sekolah untuk berkembang karena terjadi peningkatan kemampuan pada diri anak dan guru. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah PTK Model Elliot. Pada saat penelitian dijumpai permasalahan yang kompleks sehingga kegiatan menggambar dekoratif tidak dapat diberikan langsung secara keseluruhan permasalahan tersebut dikarenakan keterbatasan waktu. Sehingga dalam pelaksanaannya harus melaksanakan dalam beberapa siklus yang terdiri dari beberapa tindakan. Model yang dikemukakan oleh Elliot menurut penulis tepat diterapkan dalam penelitian didasarkan pada keterampilan motorik halus. Keterampilan ini harus melalui proses pembiasaan yang rutin, berkelanjutan dan tepat sasaran. Hal ini dicapai berdasarkan fakta bahwa tidak semua anak terampil menggerakkan tangannya untuk menulis atau menggambar bentuk yang akurat. Pada penelitian ini akan dilaksanakan dalam 3 siklus. Pada masing-masing siklus akan diberikan 3 tindakan. Pada setiap tindakan akan dilakukan perbaikan-perbaikan agar kegiatan belajar mengajar semakin baik. Teknik pengumpulan data dalam penelitian meruapakan sebuah alat yang dapat dijadikan sebuah informasi yang
diinginkan saat penelitian. Berbagai jenis teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancara, dan dokumentasi/foto. HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan-temuan esensial merupakan hasil terpenting dari penelitian yang dilaksanakan.Temuan-temuan tersebut akan dipaparkan pada penjelasan di bawah ini: Siklus I Siklus kesatu dilakukan dalam tiga tindakan. Pembelajaran dilaksanakandengan menggunakan tema macam-macam pekerjaan, dengan sub tema penjahit.Pada siklus I ini, aktivitas anak pada kegiatan menggambar dekoratif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak belum dapat dikatakan meningkat secara optimal. Anak-anak belum dapat mencapai indikator-indikator yang sudah ditetapkan. Hal ini dikarenakan pada proses kegiatan menggambar berlangsung terdapat beberapa anak yang tidak mengikuti instruksi guru dengan baik serta suasana kegiatan menggambar saat itu gaduh dan tidak kondusif. Hal ini juga berpengaruh terhadap motorik halus anak. Terutama berpengaruh terhadap keterampilan membuat pola. Pada kegiatan menggambar masih banyak anak yang mengalami kesulitan dalam membuat pola untuk menghias. Beberapa anak tampak kurang percaya diri untuk menggambar dan mewarnai. Penilaian gambar pada anak dilihat dari unsur-unsur seni rupa dan prinsip-prinsip. Aktivitas anak pada kegiatan menggambar tindakan 1 belum dapat dikatakan baik, masih ada anak yang belum dapat meniru pola yang diberikan. Pada tindakan 2 juga aktivitas anak masih sama seperti pada tindakan 1. Pada tindakan 3
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif aktivitas anak sudah mulai tampak perkembangannya. Anak-anak sudah mulai terkondisikan dan mengikuti kegiatan menggmbar. Pada pelaksanaan penelitian siklus I saat proses kegiatan menggambar dekoratif, motorik halus anak masih rendah. Nilai proses perkembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dekoratif pada siklus pertama secara rinci dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik 1 Hasil Penilaian ProsesKemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus I indikator 1
indikator 2
kegiatan menggambar dekoratif sehingga anak tidak bosan dan lebih tertarik lagi. Selain data penilaian proses di atas, untuk mendapatkan gambaran tentang peningkatan kemampuan motorik halus, produk hasil menggambar dekoratifanak pada siklus I ternyata masih rendah. Hal ini ditunjukan dalam nilai produk atau hasil karya anak pada perkembangan kemampuan motorik halus. Nilai hasil dari kegiatan menggambar dekoratif pada siklus pertama secara rinci dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
indikator 3
30
20 15 10 5 0
tindakan 1
tindakan 2
tindakan 3
indikator 1
11.1
18.1
18.1
indikator 2
0
9
9
indikator 3
22.2
18.1
27.2
Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa aktivitas anak yang dimunculkan pada siklus I belum dapat memberikan hasil yang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai persentasinya yang didapatkan pada setiap tindakan. Pada tindakan 1, 2dan tindakan 3 dari ketiga indikator di atas sudah ada anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) tetapi persentasinya masih rendah. Hal ini disebabkan karena guru masih kurang maksimal dalam membimbing anak pada kegiatan menggambar dekoratif, khususnya saat membuat pola. Sehingga anak masih belum mengerti dan memahami dengan baik pelaksanaan kegiatan tersebut. Guru harus lebih terampil dan kreatif lagi dalam
Grafik 2 Hasil Penilaian Produk/Karya Anak Pada Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus I indikator 1
Axis Title
Axis Title
25
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
tindakan 1
indikator 2
indikator 3
tindakan 2
tindakan 3
indikator 1
0
9
18.1
indikator 2
11.1
18.1
18.1
indikator 3
11.1
18.1
18.1
Pada tindakan 1 nilai produk atau hasil karya anak masih rendah, ini terlihat dari prosentasi yang didapat pada setiap tindakan. Pada tindakan 1, 2dan tindakan 3 dari ketiga indikator di atas sudah ada anak yang berkembang sesuai harapan (BSH) tetapi prosentasinya masih rendah. Hal ini
PGPAUD Cibiru Volume 1 Nomor 2 Juni 2013
Siklus II Pembelajaran dilaksanakandengan menggunakan tema alat komunikasi dengan sub tema tindakan 1 televisi, tindakan 2 sub tema handphone, dan tindakan 3 sub tema radio. Pada siklus II,kemampuan motorik halus anak sudah berkembang tetapi masih perlu ditingkatkan karena beberapa orang anak belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan. Hal tersebut karena pada saat mengikuti kegiatan, beberapa orang anak kurang memperhatikan instruksi guru dalam membaut pola visual karena beberapa anak bercakap-cakap dan mengganggu teman lainnya. Selain itu, kurang terampilnya guru dalam mengkondisikan anak serta dalam menjelaskan teknis pelaksanaan kegiatan menggambar dekoratif. Hal ini berdampak pada kemampuan motorik halus belum meningkat seoptimal mungkin. Guru juga kurang mampu memberikan penguatan yang dapat memotivasi anak agar lebih antusias dalam mengikuti kegiatan menggambar dekoratif.
Berdasarkan paparan diatas menunjukkan bahwa aktivitas anak pada siklus II ini sudah mulai baik dan kegiatan menggambar sudah dapat terkondisikan. Nilai proses perkembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dekoratif pada siklus kedua secara rinci dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Grafik 3 Hasil Penilaian ProsesKemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus II indikator 1
Axis Title
dikarenakan anak belum paham tentang membuat pola dalam menghias gambar. Peneliti untuk memperbaiki rancangan pembelajaran untuk siklus II, maka harus menyediakan media yang lebih menarik dan bentuk format gambar dekoratif yang bervariasi.Selain melakukan perbaikan terhadap media pembelajaran, guru juga harus melakukan perbaikan pada strategi belajar mengajar (SBM). Guru harus lebih memperjelas teknik pelaksanaan kegiatan menggambar dekoratif dalam membuat pola. Hal ini dilakukan agar produk pada siklus II yang dihasilkan menjadi lebih baik lagi.
50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
indikator 2
indikator 3
tindakan 1
tindakan 2
tindakan 3
indikator 1
18.1
27.2
36.3
indikator 2
18.1
27.2
27.2
indikator 3
45.4
36.3
36.3
Pada siklus II kemampuan motorik halus anak sudah mulai berkembang. Hal ini terlihat pada nilai setiap tindakan prosentasinya mulai berkembang. Peningkatan ini terjadi karena pada siklus II anak sudah mulai dapat mengikuti instruksi guru dalam pelaksanaan menggambar dekoratif. Sehingga anak dapat melakukan kegiatan menggambar dekoratif dengan lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Selain data penilaian proses di atas, nilai produk atau hasil karya anak pada perkembangan kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dekoratif pada siklus pertama secara rinci dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif
Grafik 4 Hasil Penilaian Produk atau Karya Anak Pada Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus II
Axis Title
indikator 1 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0
indikator 2
indikator 3
tindakan 1
tindakan 2
tindakan 3
indikator 1
18.1
18.1
18.1
indikator 2
36.3
27.2
27.2
indikator 3
27.2
36.3
45.4
Berdasarkan grafik 4 di atas diketahui bahwa dengan meningkatnya kemampaun motorik halus anak dalam proses maka dalam produk gambar yang dihasilkan juga mengalami peningkatanwalaupun kemampuan yang dicapai oleh anak belum maksimal.Peningkatan ini terlihat dari nilai setiap tindakan. Tindakan 3 pada indikator 3 mengalami peningkatan prosentasinya 45,4. Hal ini menunjukan bahwa kemampuan anak pada eksplorasi warna (gradasi) dengan media cat air sudah berkembang. Guru memberikan motivasi dan bimbingan terhadap anak agar produk menggambar dekoratif hasilnya lebih baik lagi. Berdasarkan hal tersebut, maka guru melakukan perbaikan pembelajarandalam rancangan maupun dalam pelaksanaannya agar anak dapat memperoleh hasil yang maksimal. Adapun perbaikan yang dilakukan oleh guru yaitu guru berusaha mengkondisikan anak sebaik mungkin agar anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik.Guru harus lebih rinci menjelaskan
cara membuat pola untuk menggambar sesuai instruksi guru. Guru juga berusaha lebih terampil lagi dalam memberikan penguatankepada anak agar anak lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan menggambar dekoratif. Tentunya diharapkan kemampuan motorik halusnya dapat lebih meningkat. Motivasi yang diberikan dapat dilakukan dengan cara menempelkan hasil karaya anak dan diberi bintang sesuai dengan hasil karyanya. Siklus III Selanjutnya pada siklus III,membahas tema Negaraku. Pada tindakan pertama, sub tema yang dibahas adalah tempat tinggalku, yaitu asal mula kota Bandung; tindakan kedua, membahas tentang macammacam makanan tradisional Jawa Barat; dan tindakan ketiga membahas tentang pulau-pulau yang ada di Indonesia. Pada siklus III ini gambar-gambar dekoratif di pola dengan pengguntingan dan ditempelkan pada objek 3D seperti kendi, celengan dan cobek. Penggunaan media 3D ini untuk mengenalkan pada volume, proporsi (ukuran) dan ruang. Kemudian tekstur setiap objek dan warna-warna dari objeknya. Adapun gambar yang dihasilkan seperti membentuk gambar orang, ulat, mobil dan sebagainya. Pola-pola tersebut ditempelkan dengan lem dan menempatkan pola-pola tersebut secara acak. Tidak berpusat pada bagian tertentu untuk dihias. Penggunaan media konkret seperti kendi, cobek dan celengan dalam kegiatan pengembangan sudah dapat meningkatkan kemampuanmotorik halus anak. Guru sudah lebih baik dalam mengkondisikan anak dalam kegiatan menggambar dekoratif. Selain itu, penguatan yang diberikan oleh guru dengan cara verbal, kemudian memberikan penghargaan berupa
PGPAUD Cibiru Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 bintang dan hasil karya anak di tempel di depan sudah dapat membuat anak lebih termotivasi untuk mengikuti kegiatan dengan baik. Adapun kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menggambar dekoratif pada siklus III ini yaitu sebagai berikut: Grafik 5 Hasil Penilaian ProsesKemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus III
indikator 1
Axis Title
60 50 40 30 20 10 0
indikator 2
indikator 3
tindakan 1
tindakan 2
tindakan 3
indikator 1
27.2
38.4
44.5
indikator 2
27.2
46.1
44.4
indikator 3
27.2
38.4
55.5
III anak sudah memahami teknis pelaksanaan menggmabar dekoratif sehingga anak dapat melakukan kegiatan dengan lebih baik dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Grafik 6 Hasil Penilaian Produk/Karya Anak Pada Kemampuan Motorik Halus Anak melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif pada Siklus III
Axis Title
Axis Title
Melalui peningkatankemampuan motorik halus anak dalam proses kegiatan menggambardekoratif, maka produk indikator 1 indikator 2 indikator 3 gambar yang dihasilkan juga mengalami 100 peningkatan. Pada tindakan 3, untuk 80 indikator 1 presentasinya sudah mencapai 60 40 44,5%. Pada indikator 2 presentasinya 20 mencapai 44,4%, sedangkan pada indikator 0 tindakan 1 tindakan 2 tindakan 3 3 presentasinya sudah mencapai 55,5%. indikator 1 27.2 53.8 66.6 Berikut ini gambar peningkatan indikator 2 27.2 30.7 44.4 indikator 3 45.4 38.4 77.5 kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif pada siklus Berdasarkan grafik 5 siklus III terlihat I, II dan III. kemampuan motorik halus anak mengalami Grafik 7 peningkatan yang lebih baik dari siklus Peningkatan Proses Kemampuan sebelumnya. Hal ini terlihat pada penilaian Motorik Halus Seluruh Anak Melalui proses, nilai tindakan ketiga pada indikator Kegiatan Menggambar Dekoratif Pada 3 tingkat pencapaiannya lebih dari 50% . Siklus I, II dan III Peningkatan ini terjadi karena pada siklus 60 50 40 30 20 10 0
indikator 1 indikator 2 siklus 1
siklus 2
siklus 3
indikator 1
15.7
27.2
49.2
indikator 2
6
24.1
34.1
indikator 3
22.5
39.3
53.7
indikator 3
Berdasarkan grafik 7 di atas dapat diketahui bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan dari siklus I
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif ke siklus III. Peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I hingga siklus III ini disebabkan pada siklus I anak belum mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik dan pola yang dibuat anak banyak yang masih abstrak, serta tidak sesuai dengan tema. Pada siklus II anak sudah mulai mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik, polapola yang dihasilkan anak sudah dan pada siklus III anak sudah mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik. Grafik 8 Peningkatan Produk atau Karya Anak Kemampuan Motorik Halus Seluruh Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif Pada Siklus I, II dan III 60
Axis Title
50 40 30 20 10 0
siklus 1
siklus 2
siklus 3
indikator 1
9
18.1
44.5
indikator 2
15.7
30.2
44.5
indikator 3
15.7
36.3
55.5
Berdasarkan grafik 8 di atas dapat diketahui bahwa kemampuan motorik halus anak mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus III. Peningkatan kemampuan motorik halus anak dari siklus I ke siklus III ini disebabkan karena pada siklus I anak belum mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik, pola yang dibuat anak banyak yang masih abstrak dan pola yang dibuat tidak sesuai
dengan tema, pada siklus II anak sudah mulai mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik, pola-pola yang dihasilkan anak sudah bervariatif dan terlihat rapih dan pada siklus III anak sudah mengikuti kegiatan menggambar dekoratif sesuai instruksi guru dengan baik sehingga hasil yang dicapai mengalami peningkatan baik pola yang dibuat dan kerapihan polanya. Berdasarkan beberapa temuan dan penilaian dalam aktivitas serta kemampuan anak, kegiatan menggambar dekoratif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Hal tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan beberapa anak. Anak merasa senang dengan kegiatan menggambar dekoratif yang diberikan oleh guru, karena media yang digunakan pada setiap siklus berbeda, memungkinkan untuk eksploratif dan discovery setiap pengalaman pada kegiatan menggambar dekoratif. Kegiatan menggambar dekoratif bukan hanya kemampuan motorik halus saja yang berkembang, tetapi kreativitas anak juga berkembang. Anak-anak Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-gambar yang mereka hasilkan menunjukkan tingkat kreativitas masing-masing anak. Pada dasarnya mengatur unsur-unsur seni rupa dalam berbagai prinsip seni rupa adalah mengkomposisikan. Dengan kata lain mengkomposisikan berarti mengorganisasi atau memanajemeni setiap area dan unsur-unsur seni rupa di dalamnya. Komposisi mengatur unsurunsur seni rupa tentunya lebih kompleks dibanding eksplorasi satu unsur seni rupa saja. Hal itu karena dalam pengaturan unsur rupa (komposisi) kerap kali unsur
PGPAUD Cibiru Volume 1 Nomor 2 Juni 2013 seni rupa dan prinsip-prinsip yang digunakan tak terbatas. Sehingga memungkinkan untuk eksplorasi dan eksperimentasi unsur-unsur rupa. Ketajaman atau kepekaan penglihatan sangat diperlukan untuk dikembangkan karena akan membantu anak agar lebih mudah belajar mengenal dan mengingat bentuk-bentuk yang akhirnya memudahkan anak untuk belajar menulis dikemudian hari. Anak dapat mengamati berbagai bentuk, warna, besaran, misalnya melalui media dan alat yang digunakan untuk menggambar dan mewarnai. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan menggambar dekoratif anak-anak sudah dapat mengikuti instruksi guru tentang langkah-langkah kegiatan menggambar dengan baik. Kemampuan anak motorik halus anak juga sudah berkembang sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Dengan demikian kegiatan menggambar dekoratif, ternyata mampu meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Guru apabila ingin meningkatkan kemampuan motorik halus anak, maka guru dapat menggunakan kegiatan menggambar dekoratif dalam pembelajaran seni rupa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kegiatan menggambar dekoratif di kelompok B, TK Bina Pemula dijadikan dasar untuk menarik kesimpulan. Penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: a. Proses kegiatan menggambar dekoratif dalam meningkatkan kemampuan motorik halus anak usia dini di TK Bina Pemula dapat dikatakan berhasil. Dengan melakukan perbaikan pada
setiap siklusnya proses pada kegiatan menggambar dekoratif untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak berhasil dilaksanakan. b. Kemampuan motorik halus melalui kegiatan menggambar dekoratif mengalami peningkatan. Ini terbukti dari hasil evaluasi kemampuan anak pada setiap siklusnya telah mengalami peningkatan. Keberhasilan yang dicapai, tidak terlepas dari peran yang diberikan kepada anak pada saat kegiatan berlangsung. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan penilaian proses dan penialaian produk setiap siklus. Hal ini terlihat dalam rata-rata presentase yang terus meningkat dari setiap siklusnya baik hasil proses maupun produk anak. Berdasarkan penjabaran di atas dengan adanya peningkatan setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menggambar dekoratif dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2009). Bermain. Bandung: Rizqi Press. Ardiyanto. (1993). Goresanku Kumpulan Sketsa. Bandung: IKIP. Depdiknas. (2008). Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Motorik di Taman Kanak- Kanak. Jakarta: Depdiknas. Hurlock, B. (1987). Perkembangan Anak Jilid 1 Edisi Enam. Jakarta: Erlangga. Ngadi, I. (2011). Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif Pada Anak Tk. Skripsi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan. Pekerti, W et al. (2007). Metode Pengembangan Seni. Jakarta: Universitas Terbuka.
Disti Purwasih dan Tin Rustini
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Kegiatan Menggambar Dekoratif Sumanto. (2006). Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas. Tedjasaputra, S. (2001). Bermain, Mainan dan Permainan.Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Trianto. (2011). Panduan lengkap penelitian tindakan kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Wikipedia. (2012).Menggambar. [Online]. Tersedia:http://id.wikipedia.org/wiki /Menggambar. [12 Mei 2010] Wiriaatmadja, Rochiati. (2010). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Yulida, Ajeng. (2011). Pengaruh Aktivitas Kolase Terhadap Keterampilan Motorik Halus. Skripsi FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.