Vol. 2 No. 2 Mei 2014
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI MEDIA CERITA BERGAMBAR TIGA Intan Nuryati (11261604-ST ) Mahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang Abstrak Sebagai salah satu tujuan yang mendasar dalam rangka mencapai hasil belajar seperti tersebut diatas, berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dengan menggunakan media dan alat pembelajaran yang ada di sekolah. Cerita bergambar tiga dimensi merupakan bagian dari media yang dikembangkan selama proses pembelajaran. Melalui media cerita bergambar tiga dimensi ini diharapkan siswa mudah memahami dan menangkap materi yang disampaikan oleh guru selama proses pembelajaran. Media cerita bergambar tiga dimensi yang disampaikan guru di RA/BA ALISLAM Mijen setidaknya dapat mempengaruhi proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. Proses pengembangan kemampuan berbahasa melalui cerita bergambar tiga dimensi terdiri dari proses-proses yaitu : 1) Belajar mendengarkan cerita, 2) Anak menceritakan kembali isi cerita yang di dengar, 3) Anak memahami/mengetahui isi cerita, 4) anak mampu menyebutkan tokoh – tokoh dalam cerita, 5) Anak mampu membaca buku cerita bergambar. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan Untuk Mengetahui peningkatan kemampuan berbahasa anak di RA/BA AL-ISLAM MIJEN melalui media cerita bergambar tiga dimensi. Sesuai dengan pokok permasalahan yang dibahas, penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Untuk mendapatkan data yang baik dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan metode penelitian yaitu menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Dan analisis datanya dilakukan secara deskriptif yaitu data yang terkumpul dideskripsikan secara rinci. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi masalah dan pengumpulan data. Semua data dan informasi yang didapat merupakan hasil pengamatan sehari-hari. Peneliti mengumpulkan data dengan mengamati siswa yang menjadi pusat penelitian ini. Melalui teknik ini akan dapat dilihat secara jelas jumlah prosentase nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa dalam kemampuan berbahasa anak melalui media cerita bergambar tiga dimensi di RA/BA AL-ISLAM Mijen. Dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dapat disimpulkan bahwa pengembangan kemampuan berbahasa anak melalui media cerita bergambar tiga dimensi pada kelompok B di RA/BA AL-ISLAM Mijen dapat digolongkan kategori memberikan kemajuan yang berarti. Itu dibuktikan pada pembelajaran Siklus I yang terjadi peningkatan kemampuan berbahasa melalui media cerita bergambar tiga dimensi. Pada kondisi pra siklus sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas terdapat 50 % siswa yang belum memperhatikan dalam proses pembelajaran, pada siklus I mengalami peningkatan dengan nilai ratarata 2,96 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 65 %. Pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dengan nilai rata-rata 3,24 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 80 %. Sedangkan dalam penilaian aktivitas siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 3,3 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 85 %. Pada siklus II penilaian aktivitas siswa dengan nilai rata-rata 3,35 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 90 %. Untuk penilaian observasi guru pada siklus I dengan nilai rata-rata 3,75 dan prosentase ketuntasan mencapai 75 %. Sedangkan pada siklus II dengan nilai rata-rata 4,25 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 85 %. Kata Kunci : Berbahasa,Bercerita tiga dimensi, Taman Kanak-kanak. PENDAHULUAN Taman kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang yang merupakan tempat dimana mereka distimulasi agar potensinya dapat berkembang secara optimal. Pada umumnya taman kanak-kanak merupakan tempat bermain untuk anak-anakdenagan artian “Bermain Sambil Belajar, Belajar Seraya Bermain”. Sebagai salah satu lembaga pendidikan tugas 43
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
utama taman kanak-kanak adalah mempersiapkananak dengan berbagai ketrampilan, pengetahuan, perilaku anak, kecerdasan anak, agar anak dapat berekspresi sesuai dengan yang diinginkan anak. Orang tua dan guru hendaknya selalu memperhatikan perkembangan anak dalam segala hal, misalnya perkembagan bahasa anak, pada masa ini sangat menentukan proses belajar anak. Bahasa adalah suatu bentuk komunikasi baik lisan maupun isyarat yang didasarkan pada sebuah sistem simbol. Bahasa terdiri dari kata-kata yang digunakan oleh masyarakat ( perbendaharaan kata) dan aturan-aturan untuk memvariasikan dan mengkombinasikan kata-kata tersebut ( tata bahasa dan sintaksis). Semua bahasa manusia mempunyai karakteristik yang umum. Karakteristik tersebut meliputi generativitas yang tidak terbatas adalah kemampuan untuk menghasilkan kalimat bermakna yang tidak terbatas jumlahnya dengan menggunakan serangkaian kata-kata dan aturan yang terbatas ( Nirwana, 2011:134). Perkembangan bahasa berhubungan dengan perkembangan kognitif. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan bahas anak yang berusia 3-5 tahun. Berdasarkan fase perkembangan kognitif , anak tersebut berada dalam fase praoperasional. Pada fase ini ,fungsi simbolis anak berkembang dengan pesat. Fungsi simbolis berkaitan dengan kemampuan anak untuk membayangkan tentang suatu benda atau objek secara kongkrit. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa anak pada fase inijuga diwarnai oleh fungsi simbolis (Jamaris, 2006:33). Berbahasa merupakan segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan seseorang yang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain,pengertian ini mencakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat bunyi, lambang gambar dan lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya,sesama manusia, alamsekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Pada usia 1 tahun, selaput otak untuk pendengaran membentuk kata-kata, mulai saling berhubungan. Anak sejak usia 2 tahun sudah banyak mendengar kata-kata atau memiliki kosa kata yang luas. Gangguan pendengaran dapat membuat kemampuan anak untukmencocokan suara dengan huruf menjadi terhambat.Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu, dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi,sehingga timbul pertanyaan-pertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Hal ini mengimplikasikan perlunya anak memiliki kesempatan yang luas dalam menentukan sosialisasi dengan teman-temannya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. Anak juga senang menulis namanya sendiri atau katakata yang berhubungan dengan sesuatu yang bermakna baginya. Antara usia 4 dan 5 tahun , kalimat 44
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
anak sudah terdiri dari empat sampi lima suku kata . Mereka juga mampu menggunakan kata depan seperti di bawah, di dalam, di atas, dan di samping. Mereka lebih banyak menggunakan kata kerja daripada kata benda. Antasa 5 dan 6 tahun , kalimat anak sudah terdiri dari enam sampai delapan kata. Mereka juga sudah dapat menjelaskan arti kata-kata yang sederhana dan juga mengetahui lawan kata. Mereka juga dapat menggunakan kata penghubung,kata depan,kata sandang. Pada masa usia akhir pra sekolah anak umumnya sudah mampu berkata-kata sederhana dan berbahasa sederhana, cara bicara mereka telah lancar, dapat dimengerti dan cukup mengikuti tata bahasa walaupun masih melakukan kesalahan berbahasa.Pembelajaran berbahasa pada sangat penting diterapkan untuk anak usia dini,karena dapat meningkatkan kecerdasan berbahasa pada anak. Pembiasaan ini bisa dilakukan dengan mendengarkan cerita yang disampaikan guru, pengenalan huruf, latihan mengucapkan kata-kata dan kalimat pendek,bahkan latihan bercerita. Kemampuan bahasa juga dapat dilihat dalam kemampuan anak bermain, yang mengandung pengayaan kosa kata,huruf, kalimat, dan kata-kata yang mudah, serta kata-kata penamaan suatu benda yang ada dilingkungan sekitar mereka. Anak usia 3 sampai 5 tahun sudah cakap untuk belajar katakata baru, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya. Misalnya nama-nama benda yang ada diruang tamu, kamar tidur, dapur, ruang belajar, dan ruang santai. Pada usia 3-5 tahun ,kesenangan anak terhadap buku-buku cerita meningkat tajam. Walaupu demikian, pada tahap ini anak masih menyukai buku-buku cerita yang banyak ilustrasi gambargambar dan warna-warna yang cerah , terutama gambar tokoh utama dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, pemberian stimulasi yang paling baik pada tahap ini adalah dengan membacakan cerita,kisah, atau dongeng. Memang dalam hal ini orang tualah yang banyak bicara, tetapi seharusnya dongeng atau kisah tidak berhenti sampai mendengarkan saja. Alangkah baiknya dongeng atau cerita itu dilakukan setiap hari atau tiga hari sekali. Namun setiap kali orang tua akan memulai cerita atau dongeng baru , mintalah anak untuk menceritakan kembali apa yang telah anda ceritakan sebelumnya. Lengkapilah cerita anak anda jika belum lengkap, dengan memencing pertanyaan-pertanyaan sederhana. Hal ini sekaligus melatih kemampuan mendengar pada anak dan konsentrasi anak ketika mendengarkan cerita (Suyadi,2010:105). Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak. Bahasa merupakan fungsi dari komunikasi atau cara mengexpresikan berbagai perasaan dan pengalaman secara verbal (diucapkan,didengar) maupun visual (dilihat,ditulis,dibaca). Pembelajaran berbahasa secara umum mempunyai empat aspek yang dikembangkan, yaitu : kemampuan membaca, kemampuan meyimak, kemampuan menulis, dan kemampuan berbicara. Keempat aspek tersebut harus dimiliki oleh siswa, karena apabila salah satu aspek tersebut tidak dimiliki oleh siswa maka akan sulit untuk mengikuti pembelajaran berbahasa dalam bidang studi yang lainnya. Sebagai suatu tujuan yang mendasar dalam rangka mencapai hasil belajar yang maksimal, berbagai upaya telah dilakukan oleh guru dengan menggunakan media dan alat pembelajaran yang ada disekolah, hanya saja cara pengajaran yang diterapkan oleh guru kurang menarik sehingga siswa 45
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia. Kebanyakan siswa belajar pasif, hanya beberapa orang siswa yang mengikuti pelajaran dengan baik . Siswa yang pasif hanya duduk diam saat guru menyampaikan materi pelajaran, sehingga guru sulit untuk mengira apakah siswa ini mengerti apa yang disampaikan guru ataukah tidak mengerti sama sekali. Dari keadaan tersebut timbul beberapa masalah yang dihadapi oleh guru diantaranya : kurangnya minat siswa, siswa kurang perhatian terhadap pembelajaran, siswa menjadi gaduh saat proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak dapat menjawab soal latihan yang diberikan guru secara maksimal. Dari data dilapangan masih 50% siswa yang dianggap masih rendah dalam proses belajar mengajar.Dari berbagai masalah yang ada, masalah kurangnya minat berbahasa perlu diangkat karena bila siswa berminat untuk membaca maka masalah – masalah yang ada akan menjadi berkurang. Media Cerita bergambar merupakan bagian dari media yang dapat dikembangkan selama proses pembelajaran. Siswa mudah menangkap materi
yang disampaikan manakala guru
menyampaikan materi dengan berbagai macam variasi dalam mengajar. Media Cerita bergambar yang ada di RA/BA AL-ISLAM MIJEN setidaknya dapat mempengaruhi proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbahasa bagi anak didik. Salah satu media pembelajaran yang dimaksudkan adalah media gambar tiga dimensi, yaitu gambar yang setidaknya memiliki tiga sisi depan belakang dan samping. Dengan demikian sebuah gambar tiga dimensi dapat dilihat dari berbagai arah. Mengingat ini maka jelas media ini akan besar pengaruhnya bagi siwa dalam mencapai kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan.Tiga dimensi adalah sebuah objek atau ruang yang memiliki panjang, lebar dan tinggi yang memiliki bentuk. Tiga dimensi tidak hanya digunakan dalam matematika dan fisika saja melainkan dibidang grafis, seni dan lain - lain. Konsep tiga dimensi menunjukkan sebuah objek atau ruang memiliki tiga dimensi geometris yang terdiri dari: kedalaman, lebar dan tinggi. Contoh tiga dimensi suatu objek atau benda adalah bola, piramida atau bend spasial seperti kotak sepatu.dengan tiga dimensi diharapkan anak didik dapat mengungkapkan dan mengembangkan bahasa dengan cara bercerita dengan pola,bentuk yang lebih lengkap yaitu dengan gambar tiga dimensi. Berkaitan dengan pemaparan dan pemikiran diatas , maka penulis akan mengambil judul “ Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Media Cerita Bergambar Tiga Dimensi Pada Kelompok B Di RA/BA AL-ISLAM.
KAJIAN PUSTAKA Pengertian kemampuan berbahasa anak TK Berbahasa artinya memiliki pengetahuan untuk berkomunikasi baik lisan,tulisan, maupun sikap. Sedangkan pendidikan Taman kanak kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP.No.27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra sekolah tugas utama TK adalah 46
mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan,
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
sikap/perilaku ketrampilan dan intelektual agar mel
akukan adaptasi dengan kegiatan belajar
yang sesungguhnya di sekolah dasar (Depdikbud,2001).
Pengertian media cerita bergambar Media adalah alat sarana komunikasi untuk menyampaikan materi pembelajaran. Cerita yaitu urutan yang membentangkan bagaimana terjadinya suatu peristiwa atau sesuatu hal. Sedangkan bergambar maksudnya suatu benda yang ada gambarnya atau dihiasi dengan gambar (Depdikbud, 1997 :250) Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disamapaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa yang menyenangkan, oleh karena yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik. Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia mengrti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan setelah memorinta mampu merekam beberapa kabar berita.
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Melihat tujuan penelitian sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, maka Penelitian ini menggunakan pendekatan PTK(Penelitian Tindakan Kelas). Pengertian dari PTK( Penelitian Tindakan Kelas) adalah bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru yang hasilnya dimanfaatkan sebagai alat untuk mengembangkan keahlian dalam proses belajar mengajar.Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan oleh guru sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki kinerja guru. Latar Penelitian atau Setting Penelitian Lokasi yang dijadikan obyek Penelitian ini adalah di RA/BA AL-ISLAM MIJEN Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. Waktu penelitian akan dilaksanakan di RA/BA AL-ISLAM Mijen dimulai dari bulan April sampai Agustus 2013. Subyek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas B tahun pelajaran 2013/2014. Kelas B berjumlah 20 orang, 10 orang siswa laki-laki , 10 orang siswi perempuan. Siswa kelas B rata- rata berumur antara 4.5 – 6 tahun. Prosedur Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini akan dilaksanakan selama dua siklus. Menurut model “classroom action research”Kemmis dan Tanggart bahwa setiap siklus terdiri dari empat fase ; perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. 1. Perencanaan Tindakan 2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi dan Evaluasi 47
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
4. Refleksi Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapakan data yang baik dipelukan teknik pengumpulan data yang relevan sehingga tidak terjadi kesalahan, maka metode yang digunakan adalah: a. Metode Observasi b. Metode Wawancara c. Metode Dokumentasi Deskripsi Siklus I a. Pelaksanaan tindakan (Pertemuan pertama) Pada tahap pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan di RA/BA AL-ISLAM Mijen diawali dengan pengenalan judul cerita dengan media pembelajaran cerita bergambar tiga dimensi ini langkah-langkah yang akan dilakukan adalah: a) Menentukan media kegiatan cerita bergambar yang menarik bagi siswa b) Membuat Rencana Kegiatan Harian(RKH) c) Mengadakan diskusi dengan teman sejawat d) Menyediakan alat dan bahan yang mendukung perbaikan kegiatan bercerita dengan media gambar tiga dimensi. e) Perencanaan penggunaan metode pembelajaran yang tepat f) Menyiapkan lembar observasi g) Menyiapkan lembar kerja h) Menyiapkan alat evaluasi Pada pertemuan pertama diawali dengan kegiatan awal, berbaris,berdoa, berbagi cerita, tanya jawab anggota keluarga, meloncat dari kursi anak sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan tentang apa yang akan diceritakan , kemudian anak nanti duduk setengah melingkar ketika mendengarkan cerita. Kegiatan Inti, guru memberikan kesempatan kepada anak utuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar, menyebutkan tokoh-tokoh dalam is icerita, diharapkan anak dapat membaca buku cerita bergambar tiga dimensi, mengungkapkan apa yang dia dengar dan didapat setelah mendengarkan cerita bergambar tiga dimensi. Kegiatan Penutup,.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah mendengarkan cerita maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam mendengarkan cerita tersebut Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan , maka pada langkah-langkah perencanaan tersebut diatas dijalankan sesuai dengan prosedur yang ada sehingga nantinya dapat menghasilkan 48
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
pernyataan yang dapat dijelaskan dalam lembar pengamatan. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan teman sejawat bertindak sebagai observer. Adapun pembelajarannya mengacu pada Rencana Kegiatan Harian. b. Pelaksanaan tindakan ( pertemuan kedua) Pada pertemuan kedua ini langkah-langkah yang digunakan masih sama dengan pertemuan pertama yaitu masih dengan menggunakan media cerita dengan media pembelajaran cerita bergambar tiga dimensi. Pada pertemuan kedua diawali dengan kegiatan awal, berbaris,berdoa, berbagi cerita, berani berangkat sekolah sendiri ,berjalan diatas papan titian sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan tentang apa yang akan diceritakan , kemudian anak nanti duduk setengah melingkar ketika mendengarkan cerita. Kegiatan Inti, guru memberikan kesempatan kepada anak utuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar, menyebutkan tokoh-tokoh dalam is icerita, diharapkan anak dapat membaca buku cerita bergambar tiga dimensi, mengungkapkan apa yang dia dengar dan didapat setelah mendengarkan cerita bergambar tiga dimensi. Kegiatan Penutup,.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah mendengarkan cerita maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam mendengarkan cerita tersebut Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan , maka pada langkah-langkah tersebut diatas dijalankan sesuai dengan prosedur yang ada sehingga nantinya dapat menghasilkan pernyataan yang dapat dijelaskan dalam lembar pengamatan sebagaimana yang terdapat pada siklus I. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan teman sejawat bertindak sebagai observer.adapun pembelajarannya mengacu pada Rencana Kegiatan Harian. Pada penelitian siklus I pertemuan kedua aspek yang dinilai masih sama dengan pertemuan pertama sesuai dengan indikator. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I mulai tanggal 22 juli 2013 sampai dengan 25 juli 2013 dengan tema lingkungan. Untuk kegiatan proses belajar mengajar, peneliti dibantuan teman sejawat sebagai pengamat dalam pelaksanaan kegiatan. Pada siklus I ini observasi dalam penelitian dilakukan dengan berpedoman pada beberapa aspek atau indikator. c. Observasi Pada tahap ini dapat dilihat bahwa hasil pencapaian proses pembelajaran bercerita menggunakan media cerita bergambar tiga dimensi pada siklus I. Penilaian ini diambil dari nilai aktivitas dan hasil tes siklus I. Pada tahap ini dapat dilihat bagaimana guru sudah mulai melaksanakan bimbingan dengan mengajak anak-anak untuk memperhatikan penjelasan dari guru kemudian mengajak anak-anak bercerita dengan menggunakan media cerita bergambar tiga 49
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
dimensi yang telah dipersiapkan guru yang dibantu oleh teman sejawat berupa lembar observasi yang telah dipersiapkan guru. Hal ini tampak dari lembar observasi penilaian kinerja guru yang mencapai 75 %. Sedangkan dalam penilaian aktifitas siswa dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1. Penilaian aktifitas anak pada siklus I Aspek penilaian
Hasil Pengamatan SA
A
CA
KA
Nilai JML
(%)
ratarata
Aktifitas anak
10
7
2
1
66
3,3
85%
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas anak pada siklus I di RA/BA AL-ISLAM Mijen menunjukkan sebanyak 10 anak sangat aktif, 7 anak aktif, 2 anak cukup aktif dan 1 anak kurang aktif sehingga menunjukkan nilai rata-ratanya 3,3 dan prosentasenya 85 %dari ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini, Grafik 1. Grafik aktifitas anak siklus I
Aktivitas anak siklus I
12 10 8 6 4 2 0
Sangat aktif
aktif
cukup aktif kurang aktif
d. Refleksi kegiatan siswa Dengan melihat kondisi yang terjadi dimana tingkat kemampuan berbahasa anak melalui media cerita bergambar tiga dimensi, pada siklus I merupakan data awal dari penerapan media cerita bergambar tiga dimensi. Hasil dari siklus ini belum sesuai dengan tingkat ketuntasan nilai rata-rata yang diharapkan. Dari hasil tersebut maka didapat permasalahan
dalam proses
pembelajaran sehingga proses ketuntasan belajar belum tercapai. Tabel 2. Rekapitulasi ketuntasan siswa pada siklus I No
Uraian
1
Nilai rata-rata siswa
2
prosentase ketuntasan
Indikator keberhasilan
hasil siklus I
3
2,96
80%
65 %
belajar Dari tabel di atas masih terlihat rendahnya prosentase ketuntasan belajar dari nilai rata-rata pada aspek penilaian Anak yang mampu mendengarkan cerita nilai rata-rata 3,15 , nilai Anak mampu menceritakan kembali isi cerita yang didengar nilai rata-rata 3, mengetahui isi cerita yang diceritakan oleh guru 3, nilai Anak mampu menyebutkan tokoh-tokoh dalam isi cerita 3,05,dan nilai Anak mampu membaca buku cerita bergambar tiga dimensi 2,6 sehingga nilai rata-rata secara 50
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
klasikal 2,96 kurang dari 3 dari ketuntasan dari nilai rata-rata yang telah ditetapkan. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar pada aspek Anak yang mampu mendengarkan cerita prosentase ketuntasan belajar 75%, nilai Anak mampu menceritakan kembali isi cerita yang didengar prosentase ketuntasan belajar 65 %, nilai Anak mampu mengetahui isi cerita yang diceritakan oleh guru prosentase ketutasan belajar 65 %, nilai Anak mampu menyebutkan tokoh-tokoh dalam isi cerita prosentase ketutasan belajar 70%,dan nilai Anak mampu membaca buku cerita bergambar tiga dimensi prosentase ketuntasan belajar 50% sehingga ketuntasan belajar secara klasikal adalah 65 % kurang dari 80 % dari prosentase ketuntasan belajar yang ingin dicapai. e. Refleksi kegiatan guru Berdasarkan pada lampiran hasil observasi tindakan guru pada siklus I nilai rata-ratanya 3,75< 4( kategori baik). Hasil penelitian yang dilakukan guru pada kelompok B RA/BA ALISLAM Mijen menunjukkan bahwa masih kurang optimal tindakan pembelajaran guru (peneliti ) pada siklus I.
Deskripsi Siklus II a. Pelaksanaan tindakan (pertemuan pertama) Dari pelaksanaan pembelajaran siklus II sebenarnya tidak jauh berbeda dari pelaksanaan siklus I. Dalam pembelajaran siklus II ini masih menggunakan media cerita bergambar tiga dimensi,tetapi dalam siklus II tindakan pelaksanaan lebih dikembangkan dan disempurnakan untuk memperbaiki hasil dari siklus I. Sehingga pencapaian ketuntasan siklus II lebih baik dan meningkat dibanding siklus I. Langkah berikutnya peneliti akan menyusun rencana perbaikan dengan cara membuat persiapan mengajar, merencanakan metode mengajar, menyiapkan materi pelajaran, dan menyiapkan alat sesuai dengan materi pelajaran dan menyiapkan lembar observasi. Tahap perencanaan penelitian tindakan kelas yang dilksanakan di RA/BA AL-ISLAM Mijen dengan media cerita bergambar tiga dimensi ini dilakukan dengan langkah-langkah: a) Menentukan media kegiatan cerita bergambar yang menarik bagi siswa b) Membuat Rencana Kegiatan Harian(RKH) c) Merencanakan pengelolaan kelas d) Perencanaan langkah perbaikan e) Mengadakan diskusi dengan teman sejawat f) Menyediakan alat dan bahan yang mendukung perbaikan kegiatan bercerita dengan media gambar tiga dimensi. g) Perencanaan penggunaan metode pembelajaran yang tepat h) Menyiapkan lembar observasi i) Menyiapakn lembar kerja j) Guru memberikan evaluasi 51
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Pelaksanaan pertemuan pertama diawali dengan kegiatan awal, berbaris,berdoa, berbagi cerita, melambungkan bola dengan satu tangan,membuang sampah pada tempatnya sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan tentang apa yang akan diceritakan , kemudian anak nanti duduk setengah melingkar ketika mendengarkan cerita. Kegiatan Inti, guru memberikan kesempatan kepada anak utuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar, menyebutkan tokoh-tokoh dalam is icerita, diharapkan anak dapat membaca buku cerita bergambar tiga dimensi, mengungkapkan apa yang dia dengar dan didapat setelah mendengarkan cerita bergambar tiga dimensi. Kegiatan Penutup,.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah mendengarkan cerita maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam mendengarkan cerita tersebut b. Pelaksanaan tindakan (pertemuan kedua) Pada pertemuan kedua ini langkah-langkah yang digunakan masih sama dengan pertemuan pertama yaitu masih dengan menggunakan media cerita dengan media pembelajaran cerita bergambar tiga dimensi tetapi lebih disempurnakan dan dikembangkan lagi Pada pertemuan kedua diawali dengan kegiatan awal, berbaris,berdoa, berbagi cerita, berdiri diatas satu kaki dengan tangan merentang, sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian, Guru menjelaskan tentang apa yang akan diceritakan , kemudian anak nanti duduk setengah melingkar ketika mendengarkan cerita. Kegiatan Inti, guru memberikan kesempatan kepada anak utuk menceritakan kembali isi cerita yang didengar, menyebutkan tokoh-tokoh dalam is icerita, diharapkan anak dapat membaca buku cerita bergambar tiga dimensi, mengungkapkan apa yang dia dengar dan didapat setelah mendengarkan cerita bergambar tiga dimensi. Kegiatan Penutup,.Setelah istirahat guru memantapkan kembali kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut oleh anak-anak untuk penguatan, guru memberikan penghargaan dan pujian kepada semua anak baik yang sudah mendengarkan cerita maupun yang belum dengan memberikan motivasi-motivasi sehingga anak-anak yang belum berhasil dikemudian hari mempunyai semangat untuk lebih giat dan aktif lagi dalam mendengarkan cerita tersebut Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan pada hasil analisis dan refleksi pada siklus I. Diharapkan pada siklus II ini guru dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas pembelajaran dalam memotivasi anak. Kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2013 sampai 22 Agustus 2013 pada kelompok B di RA/BA AL-ISLAM dengan jumlah anak 20 . dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru dan teman sejawat bertindak sebagai observer. Sistem pembelajarannya mengacu pada Rencana Kegiatan Harian yang telah dibuat sebelumnya. 52
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
c. Observasi Pada tahap observasi ini dapat dilihat bagaimana guru dalam melaksanakan bimbingan, menjelaskan kepada anak –anak tentang cerita yang menggunakan media cerita bergambar tiga dimensi. Sedangkan untuk keaktifan siswa dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 3. Penilaian aktifitas anak pada siklus II Aspek penilaian
Hasil Pengamatan SA
A
CA
KA
Nilai JML
(%)
ratarata
Aktifitas anak
10
8
1
1
67
3,35
90 %
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa aktivitas anak pada siklus II di RA/BA AL-ISLAM Mijen menunjukkan sebanyak 10 anak sangat aktif, 8 anak aktif, 1 anak cukup aktif dan 1 anak kurang aktif sehingga menunjukkan nilai rata-ratanya 3,35 dan prosentasenya 90 % dari ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik dibawah ini Grafik 2. Grafik aktifitas anak siklus II
Aktivitas anak siklus II
12 10 8 6 4 2 0
Sangat aktif
aktif
cukup aktif kurang aktif
d. Refleksi kegiatan siswa Pada siklus II ini merupakan penerapan media cerita bergambar tiga dimensi tahap perbaikan dari siklus I. Secara klasikal, prosentase ketuntasan belajar sudah tercapai, seperti yang dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4. Rekapitulasi ketuntasan siswa pada siklus II No
Uraian
1
Nilai rata-rata siswa
2
prosentase ketuntasan
Indikator keberhasilan
hasil siklus II
3
3,24
80 %
80 %
belajar Dari tabel di atas terlihat tingginya prosentase ketuntasan belajar dari nilai rata-rata pada aspek penilaian Anak yang mampu mendengarkan cerita nilai rata-rata 3,35, nilai Anak mampu menceritakan kembali isi cerita yang didengar nilai rata-rata 3,2, mengetahui isi cerita yang diceritakan oleh guru 3,2, nilai Anak mampu menyebutkan tokoh-tokoh dalam isi cerita 3,3, dan nilai Anak mampu membaca buku cerita bergambar tiga dimensi 3,15 sehingga nilai rata-rata 53
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
secara klasikal 3,24 > 3 dari ketuntasan dari nilai rata-rata yang telah ditetapkan. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar pada aspek Anak yang mampu mendengarkan cerita prosentase ketuntasan belajar 90 %, nilai Anak mampu menceritakan kembali isi cerita yang didengar prosentase ketuntasan belajar 75 %, nilai Anak mampu mengetahui isi cerita yang diceritakan oleh guru prosentase ketutasan belajar 75 %, nilai Anak mampu menyebutkan tokoh-tokoh dalam isi cerita prosentase ketutasan belajar 85 %,dan nilai Anak mampu membaca buku cerita bergambar tiga dimensi prosentase ketuntasan belajar 75% sehingga ketuntasan belajar secara klasikal adalah 80 % = 80 % dari prosentase ketuntasan belajar yang ingin dicapai. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil karena sudah sesuai dengan pencapaian hasil yang sudah ditetapkan. e. Refleksi kegiatan guru Berdasarkan pada lampiran hasil observasi tindakan guru pada siklus II nilai rata-ratanya 4,25 > 4( kategori baik). Hasil penelitian yang dilakukan guru pada kelompok B RA/BA ALISLAM Mijen menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran guru(peneliti ) pada siklus II dalam kategori baik,sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kembali. Dengan demikian penelitian ini sudah memenuhi indikator keberhasilan dalam penelitian.
KESIMPULAN Dari hasil penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan bahwa: a. Melalui media cerita bergambar tiga dimensi di RA/BA AL-ISLAM kemampuan berbahasa anak dapat meningkat yang ditunjukkan dengan meningkatnya prosentase ketuntasan belajar yaitu pada siklus I dengan nilai rata-rata 2,96 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 65 %. Sedangkan pada pembelajaran siklus II terjadi peningkatan kemampuan berbahasa dengan nilai rata-rata 3,24 dan prosentase ketuntasan belajar mencapai 80 %. Pada aktivitas anak siklus I nilai rata-rata 3,3 dan prosentasenya 85 %. Pada aktivitas anak siklus II nilai rata-rata 3,35 dan prosentasenya 90 %. Sedangkan penilaian observasi guru siklus I nilai rata-rata 3,75 dan prosentasenya 75 %,dan penilaian observasi guru siklus II nilai rata-rata 4,25 dan prosentasenya 85 % b. Dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui media cerita bergambar tiga dimensi di RA/BA AL-ISLAM dapat mengetahui kemampuan anak dalam menyimak atau mendengarkan cerita yang dibacakan oleh guru
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2002). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aqib, Zinal,dkk.(2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yrama Widya
54
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang
Vol. 2 No. 2 Mei 2014
Bachri, Bachtiar S. (2005). Pengembangan Kegiatan Bercerita di Taman Kanak Kanak. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Dhieni, Nurbiana dkk. (2011). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka.. Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia Levine, Mel. (2004). Menemukan Bakat Istimewa Anak. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Musfiroh, Tadkiroatun (2005). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Mustakim, Nur Muh. (2005). Peranan Cerita dalam pembentukan Perkembangan anak TK. Jakarta:Departemen Pendidikan Nasional Nirwana, Benih. (2011). Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Bantul : Nuha Medika. Oka, I Gusti Ngurah. (1974). Problematik Bahasa Dan Pengajaran Bahasa Indonesia. Surabaya: Usaha Nasional. Suyono. (1990). Pragmatik Dasar-dasar Pengajaran. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Supardi dkk.(2011). Strategi Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Andi Offset. Suyadi. (2010). Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta : Insan Madani. Wiriaatmaja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Remaja Rosdakaraya.
55
| Jurnal Ilmiah PG-PAUD IKIP Veteran Semarang