melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
Do you know jenny? Become her contact
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
Who is on Want to learn Multiply? more? Find your friends Take the Tour
Already a Member? Sign In
melangkah dengan hati ....... Home
Blog
Photos
Music
BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by jenny
Mar 23, '06 10:19 PM for everyone
Selasa,02-03-2004 Wah fax jalur Ciremai dari Ida Faridah-Tugu Mandiri. Wawancara jalur dengan Ida Faridah-Tugu Mandiri dan Yanto-Lymas. Siap deh itinerary Gn.Ciremai. Thanks a lot untuk kalian berdua. Kalian emang jodoh kok (lho? he he) …
jennyirma
Rabu, 03-03-2004 Pk.14.30 Peta Ciremai bakosurtanal terhampar di atas meja warung ‘amigos’ (agak minggir got sedikit) depan kantor. Henri & gw menelusuri kontur jalur pendakian dari sisi Barat dan Selatan. Sambil mencocokkan resume pendakian Ciremai yang gw sarikan dari pendakian Ida dan Yanto. OK! Berangkat dari jalur Barat Apuy dan turun dari jalur Selatan Palutungan, putus gw dalam hati. Satu copy itinerary gw serahkan ke Henri. Itinerary tsb. kemudian jadi pegangan tim gw (5 orang) yang semuanya ga tau sama sekali gambaran jalur Apuy……..
Photos of jenny Personal Message RSS Feed [?] Report Abuse
Kamis, 04-03-2004 Pk.11.30 Suastiiiii! Lo bisa nemeni gw, berdua naek Ciremai ga? OK, insyaallah ya, ntar Jumat kepastiannya. Waduh, iyalah. Pk.18.30 Malem gw belanja & packing untuk keperluan 2 orang. Jumat, 05-03-2004 Pk.09.30 Suasti telp.”Gw sakit, kayaknya ga jadi naek.” Yah sudahlah, ntar malem pesta perbekalan di kos deh, batin gw. Pk.15.30 Suasti telp. “Tolong bawa tenda besar untuk 6 orang, temen gw 2 orang mo ikut…” O’o! Pk.16.30 Arienawaty telp.”Gw ga bisa ikut HC tgl.19 ada acara keluarga, lo naek kapan, gw ikut …” O’o! Pk.18.00 Bekerja keras memaksa tenda untuk 6 orang masuk kerir. Tenda, trangia, spiritus, air 3,5 ltr, sleeping bag, pisau, baju ganti, senter, logistik. Siap dah. Wah pk.19.45, taxi…..! Pk.21.00 Ketemu di Kp.Rambutan : Suasti + Rifi (Rakata), Loly (Kitakom), Aries (Hafele) + gw (BNI). Rupanya udah ga ada bis Kuningan, so naek Bis Purwokerto aja Pk.22.30 Setelah bis Dewi Sri (Kp.Rambutan-Purwokerto) bosen maju mundur di terminal nyari penumpang, akhirnya cabut juga. Sabtu, 06-03-2004 Pk.00.30 Bis brenti di Ciasem, dinner men! Trus pk.01.00 jalan lagi dan mimpi yang terputus berlanjut.
1 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
Pk.03.30 Diturunin di pintu tol Palimanan, langsung dirubung calo, ojek, & tkg becak. Laris deh. Bahkan ada tkg becak yang yakin mo nganter sampe Maja, gile! Maja kan 2 jam naik angkot dari Palimanan… So kita naik colt kecil sampe perempatan Palimanan + 20 menit @ Rp.1.500, kasian supirnya dipalak tkg2 ojek. Pk.03.50 Tiba di perempatan Palimanan dan kembali dirubung calo. Kami ngeteh dulu di warung yang kebetulan udah buka sambil nanya-nanya Pk.04.00 Naik L 300. Itu elf mondar mandir kayak setrikaan selama 15 menit ke perempatan nyambut penumpang yang turun dari bis antar kota. Kenek elf nawarin ke Rajagaluh aja, karena kalo lewat terminal Kadipaten bakal lama nemeni elf-nya ngetem. OK, kami ikut ke Rajagaluh. Perjalanan sekitar 45 menit. Ongkos yang harusnya Rp.3.000/orang jadi Rp.5.000/orang, abis ga tau, sok polos sih… Pk.05.00 Di terminal Rajagaluh dapat info kalo harus ke Cikasong dulu untuk ke Maja. Iyalah, kami naik colt kecil Rajagaluh-Majalengka turun Cikasong sekitar 15 menit, Rp.2.000/orang Pk.05.15 Nyambung L 300 Kadipaten – Talaga selama + 1 jam, Rp.2.000/orang turun di terminal Maja Pk.06.15 Wah, ternyata Maja kota kecil yang cukup maju dan asri. Kami sarapan bubur ayam, beli nasi bungkus di terminal buat bekal. Aries dan gw motret terminal yang dilatari Ciremai berkabut, alamak… cantiknya. Pickup sayur ke Apuy udah ada sejak pk.05.00 pagi, nyegatnya di depan Koramil, sekitar 300 m di atas pasar. Kita minta tolong tukang ojek manggilin pick up ke bawah dengan Rp.2.000. Sebenernya sih bisa juga naik ojek sampe Koramil dengan Rp.1.000/orang, tapi…… ga deh. Diiringi tatapan aneh orang-orang pasar dan celetukan bahasa Sunda yang gw ga paham. Kata Suasti sih, mereka heran kok cewek semua…. Suasti selama trip menjadi penego harga dan penanya segala hal, maklum yang fasih Sunda kan do’i. Pk.07.15 Meninggalkan Maja dengan pickup melewati bentangan lahan pertanian berkabut diselingi perkampungan kecil nan menawan. Di penghujung perjalanan, pickup melewati lorong perkampungan yang padat dan menanjak, dan kami jadi seleb, ditonton orang sekampung yang nongkrong di kedua sisi lorong tsb. Pk.08.15 Pick up sampai di depan papan petunjuk ke Curug Muara Raya + 600 m, kata penduduk sih ga sampai 30 menit. Kami minta didrop di depan mesjid. Mesjid berseberangan dengan Balai Desa, di antaranya terdapat pohon besar ditempeli papan penunjuk ke puncak Ciremai dan ke Curug. Di belakang mesjid terdapat MCK, masuk dari sisi kanan masjid. Sejajar sebelum balai desa yang saat itu tutup, terdapat warung makanan & minuman instant. Bisa pesan kopi/teh, mie, minta tolong memasakkan nasi.
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
WebGIS at ESRI UC 09 OnPoint 6: .NET Web GIS Solution 100% Configuration & Fully Secure www.oriongis.com
What will happen in 2009? With your birthdate, I will tell you what will it be 2009. Free sara-freder.com/2009_ho
UDC seminar 2009 UDC seminar The Hague 28, 29 okt. Seminar Hotel Accommodation www.hotelservice.nl
Horoscope & future 2009 ? Free horoscope year 2009 birthdate requiered. You'll be surprised ! www.pasqualina.com/Hor
Suasti & gw menuju rumah wakil kepala desa, penduduk menyebutnya Pak Kuwu. Di perjalanan kami bertemu Pak Kuwu dan diajak ke Balai Desa. Sambil menunggu seorang penduduk mengambilkan register pendakian, Pak Kuwu menjelaskan carteran 4x4 atau pickup ke Pos 1 Blok Arban. Kalo pagi sebelum pk 07.00, pendaki bisa carter 4x4 Rp.50.000-70.000, tapi kalo di atas pk 07.00 tinggal pickup yang biaya carternya Rp.100.000. Suasti mencoba nego dengan pemilik pickup agar bisa carter < Rp.100.000 Kami mengisi pendaftaran di balai desa Rp.3.500/orang dan menyatakan akan turun ke Palutungan. Menurut Pak Kuwu, bila turun Apuy dan sampai tgl.nya ga turun juga, akan dicari penduduk ke atas. Tapi karena kami ga turun Apuy, maka ga akan dicariin. Care juga ya,… Kemudian kami ngopi di warung sambil berembug soal pickup. Aries & gw motret balai desa dan bermain dengan Koboi, anjing Pak Kuwu yang mirip Siberian Husky, keren abis, gw naksir berat ama Koboi. Akhirnya sepakat carter meski harga ga bisa turun dari Rp.100.000.
2 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
Pk.08.55 Pickup meninggalkan Apuy diiringi kibasan ekor Koboi yang ganteng. Perjalanan berkelok-kelok dengan view lahan pertanian dinaungi awan berarak yang sangat menawan. Sesekali tercium bau pupuk kandang di sepanjang jalan. o
Beberapa kali pick up menderu dan nyangkut di tanjakan dengan slope 40-60 . Bapak tua yang semula duduk di depan nemeni supir, pindah ke belakang. Dia udah ke puncak Ciremai 3 kali, dan berpesan : Agar kami menghindari beberapa pantangan a.l. : bicara kotor, menyebut kata : hujan, jauh, dan ikan, menanyakan jalur pendakian kepada teman seperjalanan. Cericit burung kecil akan menyertai sepanjang pendakian kami, apabila tetap berada di jalur yang benar Penampakan manusia bermuka harimau akan dijumpai bila bicara kotor Sepanjang jalan, Aries dan gw saling menyesali diri karena kami masing-masing hanya membawa 1 rol film dan tidak sempat mengambil handycam dari Henri. Selanjutnya lebih banyak berdiam diri menyaksikan alam yang begitu ekspresif, memantulkan kebesaranNya….. Pickup sempet keganjel tanjakan, kami turun dari bak belakang. Sambil menunggu pickup membebaskan diri dari cekungan jalan, kami turun ke saung di bawah sisi kiri jalan untuk pipis. Lalu berfoto dan berjalan ke atas, memandang pickup yang terbebas dari cekungan, berlenggak lenggok di kelokan jalan menyongsong kami. Pk.10.00 Jalanan habis dan pickup berhenti di depan seorang petani dan tumpukan pupuknya. Pak tani itu menanyakan apakah kami akan ke Gn.Pucuk karena jalur di depan pickup tsb. menuju Gn.Pucuk. Kami saling berpandangan. Pak supir menjelaskan kami akan ke puncak Ciremai dan pak tani mengarahkan telunjuknya ke kanan bawah. Ternyata Pos 1 adalah tempat kami pipis tadi, aduh ga nyimak deh… Pk.10.15 Pickup balik kanan, menuruni kelokan, membawa kami ke atas pos 1, dan menurunkan barang. Terlonjak-lonjak di medan berkelok-kelok selama 1 jam memang sepadan dengan Rp.100.000. Bapak tua teman supir pickup berpesan agar hati-hati, kami berterimakasih dan mengucapkan salam perpisahan. Di perjalanan, sempat kami sampaikan kalo 2 minggu lagi, teman-teman kami sekitar 15 orang akan naik dari Apuy. Gw nyoba ngebujuk simpati buat ngirim SMS ke Henri, tapi ga sukses, tetep aja sinyalnya mondar mandir muncul-ilang, ya sudahlah, bye Hen,… Pk.10.30 Di depan sisi kiri pos terdapat jalur jalan setapak dari Apuy dan terdapat sumber air terakhir. Berfoto di depan pos 1 Blok Arban 1600 m dpl, membenahi ransel masingmasing, berdoa bersama, lalu menapaki ke jalur pendakian di sisi kiri pos, mengikuti petunjuk anak panah, menyapa petani yang sedang bekerja di ladang terakhir pada sisi kiri jalur…. Pk.10.30-11.30 Blok Arban (I)–Perempatan Lima/Simpang Lima (II) 1908 m dpl. + 1 jam Selepas ladang udara menjadi sejuk karena vegetasi cukup tinggi menanungi jalur. Humus daun-daun kering basah berwarna kecoklatan bergerisik di bawah sepatu kami. Bau tanah basah, daun-daun segar dan kehangatan cercah matahari mengintip dari balik pucuk-pucuk pohon, ditingkah desah nafas kami mengatur langkah. Satu dua kali terdapat percabangan pencari kayu, tetapi jalur utama tampak jelas. Orientasi kiri, begitu tegas Yanto kemarin. Tentu saja tetap di punggungan. Perjalanan relatif santai dengan medan tidak terlalu terjal dan sesekali memberi sedikit ‘bonus’ (agak datar). Konser kicauan burung yang menyejukkan hati mengiringi sepanjang langkah kami. Pos Simpang Lima berupa dataran cukup untuk 2-3 tenda kapasitas 4 orang. Di ujung dataran terdapat bentangan terpal berbentuk tenda A. Bagian atas terpal menggantung berisi sisa air hujan dan daun-daun kering yang kemudian dibersihkan Aris. Pk 11.30 – 12.00 Kami menikmati snack di bawah kehangatan cercah mentari. Pk.12.00-13.00 Simpang Lima (II) –Tegal Wasawa (III) 2.400m dpl +1 jam Jalur semakin terjal, hutan makin tertutup dan ‘bonus’ menjadi langka. Cercah mentari
3 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
perlahan meredup dan udara menjadi semakin sejuk. Beberapa dari kami mendengar senandung perut sendiri. Lapaar…. Sekitar 100 m menjelang pos III, terdapat simpang tiga yang cukup jelas, pertemuan jalur baru dan jalur lama. Jalur di sisi kanan merupakan jalur lama dari pos I yang melewati situ (danau) dan kuburan dengan track agak melambung. Kami mengambil jalur kiri menuju ke pos III. Pk 13.00 – 14.00 : makan siang di Pos III, berupa dataran cukup untuk 1 tenda kapasitas 4. Lunch di bawah cuaca nan teduh. Nasi bungkus, orek tempe, oseng usus, mie rebus hangat dengan teh manis hangat, hmm… thanks God. Pk.14.00-14.35 Tegal Wasawa (III)-Tegal Jamuju (IV) 2.600 m dpl + 35 menit Agak surprise juga, karena jarak tempuh pos-pos sebelumnya sekitar 1 jam-an. Semangat deh… Pk.14.40-16.00 Tegal Jamuju (IV)-Sanghiang Rangkah (V) 2.800 m dpl + 1 jam 20 menit Perjalanan menuju Pos V cukup panjang dan terjal. Sementara mendung makin bergantung dan titik-titik air berjatuhan, moga-moga cuma kabut jenuh turun. Pos V merupakan pertemuan jalur Apuy dan Palutungan, di sebelah kanan terdapat papan penunjuk jalur. Palutungan menuju Sanghiang Ropoh, Pos VII jalur Palutungan. Di sisi jalur menurun ke bawah, terdapat sungai kering. Beberapa bagian jalur sungai tsb. terdapat ceruk dengan genangan air. Pk.16.00-19.00 Sanghiang Rangkah (V)-Goa Walet (VI) 2.950 m dpl + 3 jam Hujan deras turun tidak lama setelah meninggalkan pos V. Jalur berbatu menganak sungai membuat perjalanan melambat. Pos VI yang seharusnya dapat ditempuh sekitar 2 jam, menjadi 3 jam. Setengah merangkak, basah kuyup dengan kerir 50-60 lt, kami mendaki jalur berbatu ber slope 45o yang dialiri air hujan, mendivert mata kepada nyala senter dalam kegelapan. Target kami mendapat area camp untuk tenda 2,15 m2. Rifi memimpin perjalanan dengan gagahnya, menembus tirai hujan deras sambil mencari lokasi camp yang nyaman. Di tengah jalur batu, kami melewati sebatang pohon yang ditempel papan penunjuk ke puncak dan turun ke arah Palutungan. Menjelang pk.19.00, Rifi berbalik ke arah gw, kayaknya ga ada tempat camp yang layak di jalur batu. Senter Rifi gw pinjem, dan bergegas menembus hujan dan gelap ke atas. Sekitar 50 m di depan, cahaya senter gw menangkap papan petunjuk Pos VI Goa Walet! Berarti goa walet di sisi kanan bawah jalur pendakian. Alhamdulillah, thanks God! Berbalik turun dan berteriak melawan suara hujan, bilang kalo udah sampe pos. Teman-teman segera naik dan kami menggelar tenda di bawah guyuran hujan. Pk.20.00 Tenda berdiri rapi, kami ber-5 berikut ransel bergelung di dalam kehangatan, telah berganti kostum dan mengelilingi trangia. Teh & kopi panas, mie kornet rebus, nugget & sosis bakar, nasi bungkus sisa makan siang. Sementara hujan mereda, bintang malu-malu muncul di langit gelap. Sempat kami diskusikan mengapa Pos V-VI begitu lama dan diguyur hujan deras, mungkin karena sepanjang jalan saling berkeluh kesah ‘jauh…jauh’ dan menyebut ‘hujan nih …’ beberapa kali sehingga diguyur hujan dan seolah-olah seperti diputer-puterin. Besok harus saling mengingatkan untuk 2 kata itu, jauh dan hujan. Pk.21.00 Tergeletak kekenyangan, mengintip bintang dari balik jendela tenda. Rifi masuk ke karung merk ‘Bawang Bombay’ karena sleeping bagnya basah. Setelah gagal maksain nyari sinyal hp, semua terlelap dalam mimpi ……Zzzzz Minggu, 07-03-2004 Pk.04.30 Morning call dari hp gw menjerit-jerit karena dicuekin. Pada males beranjak dari kehangatan. Tampaknya ga ada sunrise, di luar masih berkabut, gw mengintip dari pintu tenda Pk.06.00 Dengan berat hati, Suasti & gw meninggalkan kantong tidur, menyiapkan sarapan pagi sambil mengepack perlengkapan tidak terpakai. Mie kornet rebus + sosis/nugget goreng + teh/cappuccino panas. Di luar tenda terdengar langkah kaki rombongan pendaki menuju ke
4 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
puncak dan menawarkan untuk ke puncak bareng. Pk.07.30 Aries membuka jendela tenda, tirai kabut telah tersingkap. Wow! Negeri di atas awan! Berebut kami melongok pemandangan dari jendela dan terdiam penuh pesona. Satu per satu kami meninggalkan tenda, menjemur perlengkapan basah sambil menikmati view nan elok. Sementara gw dan Aries berkeliling sekitar pos mencari angel untuk mengabadikan keagungan ciptaanNya. Rangkaian pegunungan ditopang awan berarak menghias sisi Barat. Deretan dahan-dahan hitam meranggas sisa terbakar berbaris di atas punggungan sisi Barat-Utara dilatari gumpalan awan putih. Di sisi Barat-Selatan tampak bentukan danau kecoklatan dipayungi awan berarak, entah danau apa…. Rombongan yang tadi pagi menawari kami ke puncak dan telah menuruni punggungan puncak, berhenti terpaku di bawah area tenda kami, tak beranjak sekitar 30 menit menatap pemandangan kaki surga …….. Mereka naik menuju ke tenda kami dan minta tolong kepada Loly untuk memotret rombongannya dilatari arak-arakan awan putih. Ternyata camp kami berada di atas goa walet. Goa tsb. berada di sisi kanan bawah Pos VI. Dari atas terdengar gema tetesan air dari atap goa, tampaknya sumber air di goa terisi. Area di depan goa cukup luas dan terlindung untuk 4-5 tenda kapasitas 4 orang. Pk.09.50 – 10.25 Goa Walet (VI) – Puncak/Kawah 3.078 m dpl + 35 menit Puas berjemur dan menjemur serta packing, akhirnya berangkat juga ke puncak berikut kerir o
masing-masing. Terseok-seok, kami merambati punggungan terjal berbatu dengan slope 60 . Sesekali batu yang kami injak longsor ke bawah. Pk.10.25 Akhirnya, sampai juga di bibir kawah.Thanks God! Masing-masing memarkir ransel dan menatap kawah yang sebagian digenangi air hujan sehingga berwarna hijau tosca berkilauan, sambil menikmati snack dan minuman ringan. Kabutpun mulai turun menutup pemandangan, maka Aris dan saya segera menset tripod untuk berfoto bersama. Pk.11.00 Pengalaman Loly sih muterin kawah katanya cuman 15 menit. Wah bisa tuh, so Loly-Suasti-Aries-gw mutusin muterin kawah & pk.12.00 turun, Rifi pilih jaga kerir. Kira-kira 50 m di kiri puncak terdapat triangulasi berupa tiang semen yang di bawahnya terdapat anak panah menunjuk ke triangulasi, bertuliskan ‘Puncak Sunan Mataram 3.058 m dpl. Dari triangulasi kami terus memutar ke kiri, merangkak, merambati dinding luar kawah. Seperempat jam kemudian terdapat reruntuhan pondasi triangulasi dan didekatnya terdapat anak panah bertuliskan ‘Puncak Sunan Cirebon 3.078 m dpl. Nah lo, bingung ga. Katanya puncak tertinggi dari Linggajati, tetapi kok dari posisi kami (sisi Utara), Linggajati lebih rendah? Wallahualam deh, ga bawa alti sih. Ketika dinding luar kawah tidak memungkinkan ditapaki, struktur batuannya rapuh, kami memutuskan memutari melalui jalur di bawah bibir kawah. Setengah jam lewat, tetapi belum dapat setengah putaran sehingga kami kembali ke Rifi, sambil menggoda Loly, katanya 15 menit, ga salah Lol ? Pk.12.15 Kami sampai di tempat Rifi yang udah berjemur abis di bawah mentari siang. Kami putuskan makan siang nasi bungkus + nugget goreng + roti basah + pocari. Pk.12.30 Setelah berdoa mengucap syukur dan mohon perlindungan perjalanan turun, satu persatu, kami menuruni punggungan puncak. Eh ada yang kelupaan, pas kami muterin kawah > 90 derajat, kira-kira di sisi Timur kawah, tampak jalur pendakian berkelok-kelok ke bawah yang cukup jelas. Jalur Cibintu-kah? Yang aneh, pada papan petunjuk di jalur batu menuju Goa Walet, bertuliskan jalur Apuy/Cibintu. Nah lo, bingung kan? Sama dong ….. Waktu itu, di seberang kami terlihat beberapa pendaki di puncak dari arah Linggajati, kami saling meneriakkkan salam, tetapi mereka langsung turun, tidak punya ide gila ngitari kawah di siang bolong seperti kami …… TURUN : PALUTUNGAN, JALUR CAMPING GROUND & PENUH SAMPAH Pk.12.30 – 13.00 Puncak/Kawah – Goa Walet 2.950 m dpl + 30 menit Perjalanan turun pun ga kalah repot dengan naiknya, apalagi jalur berbatu dan gampang
5 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
runtuh. Sesekali kejeblos dan kepleset jadi menu biasa. Akhirnya sampai juga di pos VI, di atas Goa Walet, hotel kami semalam. Bye, kaki surga …. Pk.13.00 – 14.30 Goa Walet – Sanghiang Ropoh (VI) 2.650 m dpl + 1 jam 30 menit Dari pos VI, orientasi terlalu ke kiri sehingga ketika jalur habis, terpaksa berbalik naik lagi menuju pos VI melewati Goa Walet yang berada sekitar 10 m di bawah jalur. Suara gema tetesan air terdengar sampai ke atas, sejenak Aries dan saya mengambil foto. Dalam perjalanan menuruni jalur batu, kami bertemu rombongan yang naik dari jalur Palutungan. Loly mengkonfirmasi kondisi jalur kepada salah seorang pendaki. Sip deh. Pada pertigaan jalur batu, kami mengambil jalur kiri, sesuai papan petunjuk bertuliskan Palutungan. Kondisi jalur berganti menjadi tanah basah dengan akar-akar pohon melintang, dan cukup terlindung pepohonan. Trek jalur tidak terlalu terjal, tetapi cukup panjang. Pos VII Palutungan berupa dataran sempit cukup untuk 1 tenda kapasitas 4 orang. Di sisi kanan pos, agak ke bawah, terdapat jalur sungai mati, beberapa cekungannya berisi air hujan semalem. Papan petunjuk pos cukup lengkap : Sanghiang Ropoh 2.650 m dpl 0 - 8,7 - 9,8 km artinya, jarak Pos VII - Palutungan 8,7 km, tinggal 1,1 km ke puncak, total dari Palutungan – Puncak : 9,8 km. Pada setiap pos terdapat informasi serupa sehingga membantu pendaki memprediksikan waktu. Pk.14.30 – 15.00 Sanghiang Ropoh (VII)-Pasanggrahan (VI) 2.450 m dpl + 30 menit Pasanggrahan (VI) 2.450 m dpl (0 – 8,2 – 9,8 km) Pos Pasanggrahan cukup luas, biasa 3-4 tenda kapasitas 4 orang. Suara gemuruh bergema di kejauhan, waduh mo hujan nih. Bergegas kami meninggalkan pos, turun. Pk.15.00 – 16.20 Pasanggrahan (VI) - Tanjakan Asoy (V) 2.200 m dpl + 1 jam 20 menit Tanjakan Asoy 2.200 m dpl (0 – 6,9 – 9,8 km) Perlahan hujan rintik turun. Semoga tidak deras sampai kami melewati Tanjakan Asoy, doa gw dalam hati. Langit makin gelap oleh senja dan mendung yang bergantung, kami menyusuri jalan setapak turun sambil berdoa agar lekas sampai. Lalu di pertigaan, kami mengambil jalur kiri, jalur alternatif yang lebih landai mengitari Tanjakan Asoy, untuk menghemat dengkul. Tanjakan Asoy! teriak Rifi. Alhamdulilah. Kami menatap pertemuan jalur curam dan jalur landai yang barusan kami lalui. Jalur curam sepanjang sekitar 700 m dan sering muncul penampakan berwujud harimau, hiiii…. untung lewat jalur alternatif. Terus? OK deh … Begitu meninggalkan pos, hujan benar-benar mengguyur deras. Pk.16.30 – 17.00 Tanjakan Asoy (V) – Arban (IV) 2.050 m dpl + 30 menit Arban 2.050 m dpl (0 – 6,2 – 9,8 km) Langit makin gelap, hujan makin deras, langkah makin berat, titik kelelahan hampir memuncak. Semoga sebelum menyalakan senter, telah berada di ketinggian < 2.000 m dpl. Bener-bener trek dibantu dengan doa. Jalan yang kami lalui menganak sungai, sesekali terdengar langkah terpeleset. Sampai juga di Pos IV. Ransel diparkir para pemiliknya, sejenak melepas dahaga dan lapar seadanya, sambil membiarkan kaki bernafas sebentar. Pk.17.15 – 18.15 Arban ( IV) – Pangguyangan Badak (III) 1.800 m dpl + 1 jam Pangguyangan Badak 1.800 m dpl (0 – 5,3 – 9,8 km) Alhamdulillah, udah di bawah 2.000 m dpl, agak lega. Break sebentar, hujan mereda, gelap turun, dan senter mulai dinyalakan. Terus? OK deh …. Perjalanan dilanjutkan dalam kesunyian, Semua berdiam diri, bercakap-cakap dengan jempol masing-masing. Membujuk sang jempol yang menjerit-jerit agar bersabar sebentar. Pos Kuta (III) 1.575 m dpl ga lewat Kira-kira jalan satu jam dari pos III, terdapat pertigaan, ke kiri agak menanjak kemudian menurun, ke kanan menurun, so ambil jalur ke kanan. Sampai setengah jam kemudian, kami ga ketemu pos III, tapi lanjut terus. Kelak kami akan tahu kalo di pertigaan kami ambil jalur kiri menanjak kemudian menurun akan
6 of 9
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
ketemu pos III, kedua jalur kiri dan kanan tsb akan bertemu menjelang pos I dan jalur kanan lebih singkat, gitu penjelasan Yanto (thanks, man !) Pk.18.15 – 21.15 Pangguyangan Badak (III) – Cigowong (I) 1.450 m dpl + 3 jam Cigowong 1.450 m dpl (0 – 4,2 – 9,8 km) Setengah jam menjelang Cigowong, terdapat pertigaan yang sangat jelas, saat itu pk.20.30. Ke kiri menanjak drastis, ke kanan mentok. Rifi yang udah melesat ke jalur kiri, kami minta turun untuk rundingan di dataran antara pertigaan. Gw ajuin 3 alternatif : - Lanjut jalan terus sampe bawah kira-kira pk.02-03 pagi dengan kondisi seperti saat ini - Lanjut jalan sampe maks. pk berapa, trus ngecamp, atau sampe ketemu pos II atau pos I - Ngecamp di dataran pertigaan ini Met mikir ya, gw liat jalan dulu. Jalan ke kiri nanjak ga mungkin, kayaknya pertemuan dari jalur kiri di pertigaan sebelumnya. Jalan terus, jalannya ga jelas-jelas amat. Senter gw hunting ngitari lokasi. Wah ada jalur di sebelah kanan, jelas tampaknya. OK dah, gw telusuri bentar barang 100 m ya… Sekitar 100 m jalur jelas, menurun, banyak sampah. Harapan gw semoga pos II udah kelewat dan jalur ini menuju ke Cigowong yang ada sungainya jadi menuju ke lembah, insyaallah. Balik lagi ke pertigaan. Temen-temen udah mutusin kalo sampe pk.22.00 ga nemu pos, ngecamp. Lanjut terus ke jalur kanan yang gw survei tadi. Seperempat jam kemudian, sayup terdengar suara seperti aliran sungai. Kami saling bertanya penuh harap, sungaikah? Hati gw berdoa penuh harap, semoga Cigowong, please God…. Pk.21.15 Alhamdulillah sampai di Cigowong. Tanpa sepatah kata, kami memarkir ransel dan memutuskan ngecamp. Tenda pun didirikan disamping kebun fulus, dekat sungai. Barangbarang basah dijemur, dan berganti pakaian di dalam tenda. Aries mandi di sungai berbikini ria. Gw ambil air untuk masak terus bergabung cuci muka, badan, dan gosok gigi, duh segarnya. Bintang-bintang menyembul di langit. Thanks God. Bareng Suasti buka dapur umum dan ngebujuk agar pada makan dulu biar besok ga sakit. Makanlah, teman,… energi kita udah terkuras abis nih, terutama dijempol, he he. Suasti ngegoda, coba tadi yang punya ide muterin kawah siapa, hayo! Loly senyum-senyum dan ilang dalam sleeping bagnya. Pk.22.30 pada terlelap semua. Ga bisa tidur nih, gw duduk aja, menikmati desir angin yang lembut, suara binatang malam, dan semburat bintang dari celah pintu tenda. Rasanya jadi hangat dan pengen keluar. Pas mo buka tenda, kok ada bayangan hitam menunduk di depan tenda. Pancaran tubuhnya seakan memastikan kami selamat semua. Gw terbengong, ga jadi keluar. O’o siapapun dia, semoga teman, harap gw. Gw nengok ke temen-temen, udah pada molor semua, malah Loly ngorok dan kemudian ngelindur teriak-teriak. Bayangan hitam di luar belum beranjak, pancarannya menenangkan, gw masuk sleeping bag aja deh, dan mencoba tidur. Night, God….. Senin, 08-03-2004 Pk.04.30 Alarm hp gw berteriak-teriak marah dicuekin, walau akhirnya pada bangun pk.05.30. dan bersih diri. Bareng Aries buka dapur umum nyiapin sarapan pagi dengan sisa spiritus terakhir. Sarapan sambil berceloteh mewakili jempol masing-masing. Jempol gw mah pasrah aja meski sol sepatu gw udah mangap semua. Abis makan, Aries ma gw keliling pos nyari angel buat motret. Pos I terdiri 2 pelataran, masing-masing pelataran terdapat bekas bangunan pos yang tinggal rangkanya. Di pelataran yang lebih tinggi terdapat sampah menggunung, duh kotornya. Sungainya cukup bersih, karena ada papan larangan buang hajat di sungai. Oh ya, sepanjang jalur Apuy, Palutungan, Linggajati akan dijumpai gantungan botol aqua/plastik berisi air seni, katanya sih ga boleh pipis di tanah langsung. Kalo kami pipis di semak-semak dan sebelumnya selalu permisi dulu, alhamdulillah baik-baik aja, niat baik kok. Pk.09.15
7 of 9
Selesai bongkar tenda, pakcing dan doa, kami berangkat. Dari pos I satu
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
bercabang 2, ke kiri mendatar dan ke kanan menanjak, kami ambil kiri. Melewati semak belukar, pisang hutan, gerombolan fulus. Jalur lumayan mendatar dan cuaca cerah. Perjalanan santai untuk menjaga kesehatan jempol masing-masing. Sekitar 1 jam perjalanan, terdapat pertigaan besar, ke kiri menurun tajam, ke kanan mendatar. Tunggu dulu, gw survei ke kiri! teriak Rifi dengan tertatih-tatih menuruni jalur kiri. Jalan jelas, lebar dan banyak sampah, terus men! teriak Rifi. Siap, kami ambil kiri, menuruni sungai mati, menyeberang jembatan kayu dan sampai batas pertanian. Satu jam berikutnya, kami melintasi ladang berkabut nan cantik seperti lukisan. Terdengar suara motor ke atas, rupanya mengangkut pupuk untuk ladang. Langkah kami diiringi tatapan heran penduduk yang berladang. Seorang penduduk akhirnya bertanya,” Neng, kok bisa naik? Kan siaga satu, pendakian ditutup sampai Agustus 2004.” Kami bilang lewat Apuy. Lha kemarin kok ada pendaki dari Palutungan, howcome? Kami saling berpandangan ….. Seharusnya di pertigaan, kami mengambil jalur kanan, mengikuti penduduk, tapi justru ambil jalur kiri ngikuti motor sehingga menjadi lebih panjang. Satu jam terakhir melewati ladang, dengan jalur becek dan bau seperti kubangan kerbau sehingga harus melipir dan melanggar ladang orang, maaf Pak. Kemudian kami melewati jalan kecil disemen, dengan kiri kanan kandang sapi perah lengkap dengan galon-galon susu, dan terakhir perkampungan penduduk. Suasti dan Aries sempet pipis deket kandang, nyaris kepergok penduduk. Pk.12.15 Jalur semen habis, kami duduk di depan rumah penduduk yang diseberangnya terdapat warung. Rifi segera memesan sendal jepit untuk menyelamatkan jempolnya. Suasti seperti biasa menanyakan ojek dan menego harga. Jadilah kami diantar ojek @ Rp.4.000 ke wartel di Cigugur. Di tengah jalan, minta berhenti sebentar, foto dulu di depan Pos Perhutani, yang di depannya ditulis besar-besar DILARANG MENDAKI, kami berpandangan. Pk.13.00 Ojek mendrop di wartel tepat di depan Taman wisata Cigugur tempat diadakan upacara Serentaun yang sering Suasti dan gw impi-impikan. Kami ribut memasuki wartel, bergantian menelpon kantor masing-masing. Keluar dari wartel, suasana menjadi senyap. Rupanya kami kena omel atasan masing-masing. Kemudian kami menuju warung makan di sebelah wartel, bersih diri dan pesan makanan sambil berdiam diri, karena besok pasti bakal kena tegur abis. Abis makan gw membuang sepatu veteran gw, dan nyari angkot ke Cirebon @ Rp.3.000 Pk.16.30 Di terminal Cirebon ga ada bis langsung ke Kp. Rambutan, adanya ke Pulogadung, satu-satunya yang ke Jakarta. Pk.21.30 Kami diturunkan di pintu tol Jatibening dan naik taksi ke kos masing-masing. Besok ngantor, teman! Selasa, 09-03-2004 Saling bertelepon. Paling selamat Aries, lagi ga banyak pekerjaan. Suasti dan Rifi kena tegur ringan. Gw kena tegur abis, sampe ga enak ama atasan gw sampe sekarang. Paling parah Loly, seharian didiemin atasannya …………demi kawah Ciremai hiks….hiks….hiks…. Next: SALAK I TGL 1-3 MEI 2004 : REUNI DENGAN LADANG SINGKONG … Mei 2004
share reply
sdewi wrote on Jun 21, '07
reply
kangen ciremai Jen, kangen kita b'5.. cekakak cekikik di puncak sampe gosong...
Add a Comment
8 of 9
audio reply
video reply
6/19/2009 5:55 PM
melangkah dengan hati ....... - BOLOS KANTOR DEMI KAWAH CIREMAI …… Maret 2004 by...
© 2009 Multiply, Inc.
9 of 9
http://jennyirma.multiply.com/journal/item/1/1
About · Blog · Terms · Privacy · Corporate · Advertise · Contact · Help
6/19/2009 5:55 PM