MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN BERWAWANCARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS XI SMA MUSLIMIN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012
Oleh : NAMA : MAMAH NIM : 1021.0843
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA, SASTRA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN BERWAWANCARA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LATIHAN PADA SISWA KELAS XI SMA MUSLIMIN KOTA BANDUNG TAHUN PELAJARAN 2011-2012
MAMAH 1021.0843
[email protected]
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG
ABSTRAK Di dalam kegiatan belajar dan mengajar yang baik haruslah diciptakan komunikasi yang solid antara murid dan guru. Kadang terjadi, murid hanya terbiasa dalam menyimak, tetapi tidak terbiasa di dalam berbicara khususnya berbicara resmi seperti berwawancara. Permasalahan yang terjadi saat ini adalah banyaknya siswa yang merasa gugup ketika berwawancara. Apabila pihak sekolah, khusus guru bahasa Indonesia membiarkan masalah tersebut terjadi, tentunya akan mengakibatkan sekolah mengalami kesulitan dalam mengembangkan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kemampuan penulis mengajarkan berwawancara dengan menggunakan teknik latihan, dan ketepatan teknik latihan dalam pembelajaran berwawancara. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan penulis dalam melaksanakan pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan, mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran berwawancara, dan mengetahui ketepatan teknik latihan dalam pembelajaran berwawancara. Makalah ini diharapkan bermanfaat terutama untuk penulis sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan wawasan sebagai calon guru bahasa dan sastra Indonesia. Untuk siswa, makalah ini menjadi sarana untuk meningkatkan keterampilan berwawancara. Untuk guru bahasa Indonesia, makalah ini diharapkan menjadi sarana untuk meningkatkan kreativitas dalam mengajar. Makalah ini didasari pada anggapan dasar bahwa penulis telah lulus perkuliahan keguruan dan keahlian di antaranya : Perencanaan Pengajaran, Strategi Belajar Mengajar, Evaluasi Pendidikan dan Keterampilan Berbicara. Sehingga penulis dapat melaksanakan pembelajaran selain itu, berwawancara merupakan salah satu materi pembelajaran yang tercantum dalam GBPP Bahasa Indonesia berdasarkan kurikulum 2006. Penulis merumuskan simpulan yaitu penulis mampu melaksanakan pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan, mampu berwawancara dengan baik, dan teknik latihan tepat digunakan dalam pembelajaran berwawancara. Kata kunci : model pembelajaran, berwawancara, teknik latihan
PENDAHULUAN Berbicara merupakan kegiatan yang bersifat mengeluarkan pendapat isi hati yang dituangkan ke dalam bentuk lisan seperti diungkapkan Tarigan (1988: 15), "Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan." George B (1997 : 20-25) dalam skripsi Yosi (2004 : 2) ditinjau dari segi pembicaraan, berbicara dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu berbicara
dalam situasi biasa dan berbicara dalam situasi resmi. Berbicara dalam situasi biasa misalnya berbicara dengan teman. Dalam situasi ini mereka mampu berbicara dengan lancar. Berbeda halnya apabila siswa tersebut berbicara dalam situasi resmi seperti berwawancara, siswa seringkali gugup berbicara dalam berwawancara karena sering terlintas dalam benak selama mendengarkan jawaban narasumber adalah habis ini pertanyaan apa lagi? atau setelah narasumber satu menyelesaikan jawabannya pertanyaannya bagaimana lagi? atau sesudah selesai satu sesi pertanyaannya kemana lagi sesi berikutnya
diarahkan? atau karena adanya krisis ketidakmampuan untuk berwawancara di depan umum. Kekurangmampuan siswa berbicara dalam situasi resmi seperti berwawancara menjadi masalah yang harus diatasi agar tidak beriarut-larut. Namun, Arsjad (1998 : 1) berpendapat "kemampuan berbicara bukanlah kemampuan yang diwariskan secara turuntemurun walaupun pada dasarnya manusia dapat berbicara. Namun, kemampuan berbicara secara formal memerlukan latihan dan pengarahan ataupun bimbingan yang intensif." Jika dihubungkan dengan proses belajar mengajar, keberhasilan proses belajar mengajar bergantung pada beberapa faktor diantaranya : guru, siswa, kurikulum, metode dan teknik pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, guru memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang ilmu pengetahuan yang digelutinya. Selain itu, guru harus memilki pengetahuan tentang berbagai metode dan teknik mengajar. Guru diharapkan bukan hanya sebagai penyampai pengetahuan melainkan harus mampu memupuk sifat positif terhadap mata pelajaran yang disampaikannya. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian model pembelajaran Dari pengertian di atas Ahmad Zayadi (2005 : 10) mengatakan bahwa model pembelajaran adalah merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya. Model menurut KBBI (2002 : 751) adalah contoh, pola acuan ragam atau macam. Abdul Majid (2005 : 103) juga berpendapat bahwa model pembelajaran adalah proses yang diatur dengan langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya mencapai hasil yang diharapkan. Dari beberapa pendapat di atas, maka penulis berpendapat bahwa model pembelajaran adalah merupakan sebuah rencana, pola acuan dan kerangka dasar yang diatur dengan langkah-langkah tertentu agar pelaksanaannya dapat mencapai hasil yang diharapkan. Model pembelajaran adalah merupakan sebuah rencana yang dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Isi yang terkandung di dalam model pembelajaran adalah berupa strategi pengajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan instruksional. Contoh strategi pengajaran yang biasa guru terapkan pada saat proses belajar mengajar adalah manajemen kelas, pengelompokkan siswa dan penggunaan alat Bantu pengajaran.
Pengertian berwawancara Pembelajaran keterampilan berbahasa, pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pelaksanaannya, keempat keterampilan itu harus mendapatkan porsi pembelajaran yang seimbang dalam konteks yang alami. Mengingat fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi, maka proses pembelajaran berbahasa harus diarahkan tercapainya keterampilan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis, baik secara pemahaman maupun penggunaan. Nasution (2003 : 74) mengatakan bahwa berwawancara adalah bentuk percakapan dan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang terdapat dalam lingkungan kebudayaan tertentu. Misalnya ada kelaziman tentang cara memulai dan mengakhiri percakapan, ada alih berganti dalam berbicara, bertanya dan menjawab, ada cara duduk dan sebagainya, sedapat mungkin dilakukan dalam suasana santai dan tidak formal seperti halnya dalam percakapan sehari-hari, sehingga keseluruhan berwawancara yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu merupakan rangkaian percakapan. Asep. S.M.R (2005 : 73) mengatakan bahwa pewawancara hams menempatkan diri sebagai apa, tempatkan did dalam posisi yang berseberangan (bukan berlawanan) dari yang diwawancara dalam rangka mencari jawaban yang benardanjelas. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian berwawancara merupakan bentuk percakapan dan dipengaruhi oleh kebiasaankebiasaan yang terdapat dalam lingkungan kebudayaan yang bertujuan lebih -struktur dari pada komunikasi dan melibatkan lebih dari dua orang. Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab seolah hendak membawa pembaca turut bertanya kepada narasumber itu orang yang diwawancarai tentang salah satu berbagai masalah. Pengertian teknik latihan Djamarah (2002 : 108) mengatakan bahwa teknik latihan merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan tertentu. Juga sebagai sarana untuk memelihara kebiasaankebiasaan yang baik, selain itu teknik latihan dapat juga digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan, kesempatan, dan keterampilan. Asep Sjamsul Bachri (2002 : 93) mengatakan teknik latihan adalah teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan agar siswa memiliki ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari pada yang dipelajari latihan yang praktis dan mudah dilakukan
secara teratur dalam membina siswa untuk menguasai keterampilan berwawancara dengan sempurna. Berdasarkan pengertian tersebut pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan diharapkan akan berhasil sebab dengan berlatih seseorang akan mendapat keterampilan dan memudahkan dalam berwawancara. Metode Metode yang penulis gunakan adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan untuk menyelidiki pengaruh metode latihan dalam meningkatkan keterampilan berwawancara Data merupakan suatu hal yang sangat penting dalam penelitian. Oleh karena itu, data harus terkumpul lengkap dan terarah. Untuk memperoleh data tersebut, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Studi Pustaka; 2) Observasi, 3) Teknik uji coba, 4) Tes HASIL DAN PEMBAHASAN Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan, model juga digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut maka yang dimaksud dengan model belajar mengajar adalah kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancangan pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Ada tiga hal yang mendasari munculnya model pembelajaran yaitu pengalaman praktek, telaahan, teori-teori tertentu dan hasil penelitian. Secara operasional setiap model pembelajaran memiliki empat aspek, yaitu: 1) Langkah-langkah (Syntax), 2) Sistem sosial yang mendukung pelaksanaan setiap model, 3) Prinsip interaksi siswa dan guru, 4) Penjelasan tetang sistem penunjang Pengajaran bahasa Indonesia meliputi pembelajaran berwawancara yang pelaksanaannya bisa secara langsung atau secara tidak langsung. Dalam penelitian mi, penulis hanya memfokuskan pembelajaran secara langsung yang pelaksanaannya bertatap muka dengan orang yang akan diwawancarainya. Pembelajaran berwawancara merupakan bagian dari pembelajaran bahasa. Mata pelajaran Bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya.
Di dalam Kurikulum 2006 mengatakan bahwa kompetensi dasar pembelajaran bahasa Indonesia mencakup diantaranya aspek kemampuan berbahasa, aspek tersebut yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang, kompetensi ini menentukan apa yang harus dilakukan siswa untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, dan mengapresiasikan dalam berwawancara dengan baik. Kompetensi dasar yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah berwawancara. Indikator dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap siswa dalam mencapai pembelajaran yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam berkomunikasi. Siswa diberi kemampuan untuk menggunakan keterampilan, pengetahuan yang dapat dijadikan -iuran untuk menilai keterampilan berwawancara. Indikator yang harus dicapai yaitu: 1) Membuat daftar pertanyaan wawancara; 2) Menentukan pertanyaan yang akan dipakai dalam wawancara; 3) Menyebutkan alasan mengapa jenis pertanyaan itu yang dipilih; 4) Menyampaikan pertanyaan itu secara jelas dan lantang, dengan memperhatikan santun berbahasa; 5) Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif (Depdiknas, 2004 : 284). Selain itu, guru mengarahkan untuk mewujudkan indikator keberhasilan dalam berwawancara dengan cara siswa berdialog yang berupa tanya jawab dengan siswa lainnya. Materi pokok dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang penulis sampaikan di kelas XI SMA yaitu tentang berwawancara antar siswa. Topik yang digunakan tentang Pengaruh Film di Televisi terhadap Pendidikan Anak. Materi yang akan disampaikan diarahkan untuk mencapai indikator yang ditetapkan. Adapun materi pokoknya berkaitan dengan hal-hal berikut: 1) Membuat daftar pertanyaan wawancara; 2) Menentukan pertanyaan yang akan dipakai dalam berwawancara. Jika pewawancara hendak mempersiapkan suatu wawancara perlu membuat beberapa keputusan. Keputusan itu berkenaan dengan pertanyaan apa yang perlu dipertanyakan bagaimana mengurutkannya, kekhususan pertanyaan itu, berapa lama wawancara itu, dan bagaimana memformulasikan pertanyaan. Adapun empat jenis pertanyaan setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara akan terkait dengan salah satu pertanyaan lainnya. Dalam wawancara, keterampilan merumuskan pertanyaan sangat penting jawaban yang diperoleh dapat menentukan respon partisipan. 3) Menyampaikan alasan mengapa jenis pertanyaan itu yang dipilih pertanyaan diajukan berkaitan dengan apa yang telah diperbuat seseorang untuk mendeskripsikan kegiatan yang dapat diamati
dalam berwawancara. Pertanyaan demikian ditujukan untuk dapat memahami respon emosional seseorang berdasarkan pengalaman dan pemikirannya. 4) Menyampaikan pertanyaan itu secara jelas dan lantang dengan memperlihatkan santun berbahasa. Pertanyaan ditujukan untuk dapat memahami respon emosional dan perasaan yang terjadi dalam diri seseorang dengan memperhatikan santun dalam berbahasa dan respon alamiah atau emosional mengenai pertanyaan yang diajukan. 5) Membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif. Kegiatan sesudah wawancara berakhir cukup penting artinya bagi pewawancara dalam rangka pengecekan keapsahan data dengan membuat rangkuman hasil wawancara dengan kalimat yang efektif untuk memudahkan pengamatan hasil jawaban dari pertanyaan yang diajukan. Alokasi waktu dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang digunakan kelas XI SMA Muslimin Bandung berjumlah 148 jam pelajaran untuk dua semester untuk setiap semester berjumlah 74 jam pelajaran, sedangkan setiap minggunya jumlah lokasi waktu disesuaikan dengan tingkat kesukaran dari materi pembelajaran tersebut. Waktu yang penulis gunakan dalam pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan sebanyak 3 jam pelajaran. Keterampilan Berwawancara Dalam berwawancara kita dihadapkan kepada dua hal. Pertama, kita harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden. Kedua, kita menghadapi kenyataan adanya pandangan orang lain yang mungkin berbeda dengan pandangan kita sendiri. Masalah yang kita hadapi bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana kita mengolah pandangan yang mungkin berbeda. Kiat Berwawancara Berwawancara mempunyai tujuan tertentu yang disadari oleh kedua belah pihak walaupun pada mulanya belum mempunyai gambaran yang jelas mengenai informasi apakah sebenarnya yang diharapkan. Asep. S.M.R (2005 : 76) mengatakan bahwa seseorang yang berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dalam berwawancara dapat dikatakan sebagai pembicara yang baik apabila pembicara memiliki reaksi yang baik dari pendengar. Reaksi merupakan salah satu cermin bahwa pendengar telah memperoleh sesuatu dari pembicara. Tahap Persiapan Wawancara Asep. S.M.R (2005 : 76) mengatakan bahwa pada tahap persiapan wawancara harus diperhatikan langkah-langkah di bawah ini: 1) Tentukan topic.
Menentukan topik pembicaraan atau masalah apa yang akan ditanyakan termasuk alasan atau latar belakang pemilihan topik tersebut. Hal ini harus diperhatikan betul agar pewawancara tidak bingung apa yang akan ditanyakannya. 2) Kuasai masalah. Memahami topik pembicaraan dan memahami permasalahan yang ada di seputar topik tersebut. Patut diperhatikan, wawancara yang baik tidak berangkat dengan kepala kosong, akan lebih baik jika pewawancara sudah mempunyai pendapat atau penilaian sendiri atas masalah yang ditanyakan, sehingga, wawancara tidak berlangsung secara monolog (satu arah), akan tetapi dalam bentuk dialog. Tentu saja, dialog disini lebih diarahkan pada penggalian informasi/ pendapat interviewee. 3) Rumuskan pertanyaan. Merumuskan pertanyaan, yakni "pertanyaan peluru" (loaded questions) terlebih bila hasil wawancara tersebut akan disajikan dalam bentuk "wawancara ekslusif". Di sinilah dapat diketahui sejauh mana kejelian pewawancara dalam mengajukan pertanyaan yang pada akhirnya menentukan bobot wawancara tersebut. Rumusan pertanyaan yang telah disusun tidak bersifat kaku, melainkan fleksibel. Artinya, pertanyaan yang diajukan bisa berkembang, tidak terpaku pada rumusan yang telah disusun. Pengembangannya bisa bersumber pada jawaban yang diberikan interviewee. 4) Jalin hubungan. Menjalin hubungan dengan pihak yang akan diwawancarai (interviewee). Kiat menghubungi interviewee ini bisa ditempuh melalui telepon sekaligus mengatakan apa yang hendak diperbincangkan. Jika tidak memungkinkan dengan cara itu, karena interviewee orang sibuk misalnya, pewawancara bisa mengejar ke tempat-tempat dimana ia berada, misalnya di acara-acara tertentu. Dari ke empat langkah tersebut, pewawancara dan narasumber dapat melakukan dialog baik dan terarah. Setiap kali kita mengadakan wawancara, kita harus menjelaskan tujuan berwawancara dan keterangan apa yang diharapkan, daripadanya penjelasan itu mengarahkan jalan pikirannya sehingga mempermudah dalam penyampaiannya. Pelaksanaan wawancara akan lebih baik jika pewawancara mengenal baik biografi narasumber, jabatannya, wataknya, hobinya dan Iain-lain menyangkut diri narasumber. Adapun hal-hal yang harus dihindari selama wawancara, antara lain jangan sok akrab, dan menjual nama orang. Yang tak kalah pentingnya yaitu harus mengamati narasumber. Selesai melakukan wawancara, sebaiknya langsung menuliskan hasilnya. Jika penulisan ditunda-tunda, maka dapat mengganggu kesegaran atau daya ingat pewawancara, yang berakibat pada kekurangan atau kekeliruan penulisan hasil wawancara tersebut. Jika ada pertanyaan atau kata-kata yang meragukan, bisa
ditanyakan kembali atau konfirmasi kepada narasumber. Asep. S.M.R (2005 : 73) mengatakan bahwa wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita, fakta dan data. Di dalam teknik berwawancara dapat dikelompokkan dalam dua sistem wawancara, yakni wawancarai secara langsung bertatap muka dengan narasumber dan wawancara secara tidak langsung bertatap muka dengan narasumber yang akan diwawancarainya. Untuk mengetahui keberhasilan suatu kegiatan berwawancara memerlukan penilaian. Ada kecenderungan guru bahasa memberikan penilaian berdasarkan kesan umum, baik dalam kemampuan berbahasa secara tertulis maupun lisan, penilaian hendaknya jangan hanya mengukur dan memberi angka pada suatu kegiatan belajar, tetapi hendaknya menumbuhkan motivasi bagi siswa dalam pelajaran berwawancara. Penerapan faktor ini dapat memberikan keuntungan timbal-balik terhadap siswa maupun guru. Siswa banyak mendapat umpan balik, sehingga besar kemungkinan kemampuannya akan meningkat, siswa yang betugas sebagai pengamat dapat memperdalam pemahamannya tentang faktor-faktor penunjang keefektifan berwawancara, sehingga diharapkan hal ini dapat menunjang kemampuan berwawancara mereka. Siswa akan mendapat kesempatan untuk berwawancara waktu mengemukakan komentarnya, guru mendapat umpan balik yang berharga tentang kemajuan berwawancara siswanya dengan demikian guru telah mampu mengembangkan kegiatan berwawancara ini menjadi aktivitas yang hidup diamati dan digemari oleh setiap anggota kelas. Teknik Latihan Effendy (1999 : 60) mengatakan bahwa teknik latihan berwawancara memerlukan latihan yang terus menerus dan bimbingan dari seorang guru secara intensif dan berkelanjutan yang bertujuan untuk memperbaiki prestasi kegiatan dari siswa tersebut dan seorang mendidik harus kreatif, aktif berkomunikasi dengan narasumber secara rutin serta memberikan latihan-latihan pelajaran berwawancara sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan terarah. Menurut Djamarah (1997 : 107) dalam skripsi Yosi (2004 : 24) bahwa untuk mencapai hasil yang optimal dalam proses belajar perlu menentukan teknik latihan yang tepat. Guru memegang peranan penting dalam memilih dan menentukan teknik latihan, jika salah menentukan maka akan mengakibatkan kesalahan fatal dalam mencapai tujuan. Ada tiga macam teknik latihan sebagai berikut: 1) Teknik latihan motorik; 2) Teknik latihan kecakapan mental; 3) Teknik latihan pembentukan kebiasaan.
Berdasarkan uraian macam-macam teknik latihan di atas penulis berkesimpulan bahwa untuk mengajarkan pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan termasuk kedalam macam teknik latihan yang ketiga yaitu teknik latihan pembentukan kebiasaan. Teknik latihan dan perumusan pertanyaan sangat penting. Bagaimana kita menyampaikan latihan dan pertanyaan, menentukan jawaban yang akan diterima. Peneliti harus bersifat netral terhadap jawaban responden, sekalipun bertentangan dengan nilai-nilai yang dianutnya. Untuk kesuksesan pelaksanaan teknik latihan berwawancara tersebut, guru perlu memperhatikan langkah-langkah atau prosedur yang disusun sebagai berikut: 1) Guru harus memilih latihan yang mempunyai arti luas ialah yang dapat menanamkan pengertian, memahami akan makna dan tujuan latihan sebelum mereka melakukan. 2) Guru dan siswa perlu memikirkan dan mengutamakan prosesproses esensial atau yang pokok sehingga tidak tenggelam pada hal-hal yang rendah atau tidak perlu kurang diperhatikan. 3) Guru memperhatikan waktu masa latihan yang singkat saja, agar tidak letih dan membosankan, tapi sering dilakukan pada kesempatan yang lain. Masa latihan itu harus menyenangkan dan menarik, bila perlu dengan mengubah situasi dan kondisi, sehingga menimbulkan optimisme pada siswa dan kemungkinan rasa gembira sehingga bisa menghasilkan keterampilan yang baik. 4) Instruktur perlu memperhatikan perbedaan individual siswa, sehingga kemampuan dan kebutuhan siswa masingmasing tersalurkan atau dikembangkan. Maka dalam pelaksanaan latihan guru perlu mengatasi dan memperhatikan latihan perseorangan. Langkah-langkah teknik latihan lebih menitik beratkan kepada kemampuan siswa dalam proses belajar mengajar, sedangkan guru dalam kaitan ini hanya berfungsi sebagai mediator saja. KESIMPULAN Pembelajaran berwawancara dengan menggunakan teknik latihan yang diterapkan pada siswa bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam berbicara. Oleh karena itu, guru bahasa Indonesia hendaknya menguasai materi tentang pembelajaran berwawancara dan mampu menggunakan teknik latihan dengan baik. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya mampu menggunakan teknik latihan dalam pembelajaran berwawancara. Hal ini bertujuan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik seperti yang telah penulis lakukan. Guru bahasa dan sastra Indonesia hendaknya membiasakan diri untuk mengkaji kurikulum Bahasa
dan Sastra Indonesia agar memperoleh acuan mengajar yang sesuai dan akhirnya tujuan pembelajaran akan tercapai dengan sangat baik.
Tim
Depdiknas (2001). Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah (/mum. Jakarta : Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan.
Tim
Depdiknas (2004). Kurikulum Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Depdiknas.
DAFTAR PUSTAKA Arsyad (1988) Pembinaan Kemampuan Berbicara. Bandung : Angkasa. Suhendar, dkk (1992) MKDU Bahasa Indonesia : Pengajaran dan Ujian keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Bandung : Pionir Jaya. Asep S.M.R (2005) Jurnalistik Terapan, Bandung : Batik Press Brown. G, dkk (1997) Dalam Skripsi Yosi. 2004 Bandung : FKIP UNPAS. Effendy O.N. (2005) Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosda Karya. Hendry. G, dkk (1998) Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Ahmad Zayadi (2005) Tadzikirah (Pembelajaran PAI) Berdasarkan Pendekatan Kosektual. Jakarta : Raja Frafindo. Maidar. G, dkk (1998). Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sugiono (2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Fadli (2001) Dalam Skripsi Yosi 2004. Bandung : FKIP UNPAS. Surakhmad, dkk (2002) Pengantar Penelitian Ilmu Dasar Metode dan Teknik Bandung: Tarsito. Asep Syamsul Bachri (2002) Pengantar Strategi Belajar Mengajar. FKIP UNPAS Bandung. Djamarah (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Nana Sudjana (19920. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.