Lebih Dekat dengan Rachmah Ida, Sang Profesor Media UNAIR NEWS – Memilih menekuni bidang ilmu yang tak banyak orang tahu merupakan suatu tantangan bagi Prof. Rachmah Ida, Ph.D. Ketertarikan pada bidang kajian media ini muncul karena Rachmah Ida sering mengonsumsi bacaan-bacaan mengenai kajian media dari beragam perspektif. Setelah ia merampungkan kuliahnya di S-1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga pada tahun 1992, ia melanjutkan studinya di bidang Media Studies di Edith Cowan University, Australia, pada lima tahun kemudian. Rachmah Ida pulang ke Indonesia dengan membawa gelar Master of Media Studies. Rachmah Ida mulai banyak menulis tentang kajian-kajian media dan gender. Banyak rekannya yang meragukan keputusannya dalam mengambil bidang Media Studies. Pasalnya, hanya sedikit orang yang mengetahui bidang ilmu tersebut. Hal tersebut tak menyurutkan langkahnya untuk tetap melanjutkan studinya di bidang media. Usai lulus S-2, ia terus melanjutkan doktornya di Curtin University of Technology, Australia pada bidang yang sama. Sudah banyak pemikiran-pemikirannya yang tertuang dalam jurnal-jurnal ilmiah yang sudah dipublikasikan. Rachmah Ida berhasil mematahkan keraguan-keraguan sekitarnya dengan menyandang gelar profesor pada bidang kajian media. Rachmah Ida merupakan profesor pertama dalam bidang ilmu kajian media di Indonesia. “Kajian media tidak hanya membahas sebatas apa yang ditampilkan media, tetapi juga kekuatan di balik media tersebut.” (Prof. Rachmah Ida ) Prestasi demi prestasi ia ukir di bidang penelitian maupun
penulisan jurnal imiah maupun buku. Di tahun 2003, Rachmah Ida mendapatkan hibah penelitian dari AMAN (Asian Moslem Action Network). Melalui hibah tersebut, Rachmah Ida membuat penelitian yang berjudul “Images of Contemporary Urban Muslim Women in Indonesian (Islamic-themed) Television Drama In Transitional Indonesia”. Penelitian tersebut mengulas mengenai gambaran wanita muslim dalam sinetron-sinetron di Indonesia. Penelitian yang ia gagas ini juga berhasil ia jadikan sebuah buku berjudul Imaging Muslim Women in Indonesian Ramadan Soap Opera. “Media itu berkembang terus. Media sangat bergantung pada perkembangan teknologi. Media sangat bergantung terhadap transformasi budaya masyarakat hingga politik. Ke depan ilmu media ini akan menjadi ilmu yang transformatif dan bergerak terus,” tutur Rachmah Ida. Ia juga menambahkan, teori-teori baru akan terus bermunculan seiring dengan perubahan format media dan cara audiens merespon perkembangan informasi. Kiprahnya sebagai ahli kajian media membuat ia sering didaulat menjadi beberapa pembicara di sejumlah konferensi nasional maupun internasional. Selain itu, Rachmah Ida juga masih aktif mengajar di Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Univeritas Airlangga dan bergabung dalam Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia. Penulis : Faridah Hari Editor : Defrina Sukma S
Sepuluh Ribu Pengunjung Cari Informasi Sekolah dan Beasiswa UNAIR NEWS – Airlangga Convention Centre (ACC) Kampus C Universitas Airlangga kembali menjadi saksi bagi orang-orang yang haus ilmu pengetahuan. Buktinya, ribuan orang yang ingin melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi hadir di ACC dalam acara LPDP Edufair 2017. Acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyandang Dana Pendidikan Kementerian Keuangan RI dan bekerjasama dengan UNAIR itu digelar pada Kamis (2/2). Sebanyak 68 stan siap memberikan informasi mengenai pendidikan kepada pengunjung. Stan pameran itu berasal dari perguruan tinggi dalam negeri, perguruan tinggi luar negeri, lembaga pendidikan, lembaga kursus Bahasa Inggris, dan penyedia kerja. Dari dalam negeri, di antaranya ada Universitas Airlangga, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi 10 Nopember, Universitas Padjajaran, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dari luar negeri, di antaranya ada Universitas Nasional Australia (ANU), Universitas Auckland, Universitas George Washington, Universitas Manchester, hingga Universitas College Dublin. Setiap stan menawarkan informasi umum mengenai profil lembaga pendidikan hingga sovenir menarik. Di stan kampus UI, misalnya, pengunjung diberi lembaran yang berisi tentang program studi, informasi jalur masuk, kegiatan kemahasiswaan, hingga layanan dan fasilitas. Salah satu pengunjung LPDP Edufair, Amalia, mengatakan faktor utama yang mendorongnya datang ke pameran pendidikan ini
adalah untuk mencari informasi studi lanjut. Amalia yang masih berstatus sebagai mahasiswa UNAIR ini bercerita, dia telah mengunjungi stan sejumlah kampus Indonesia dan Australia. “Ingin cari informasi tentang studi,” tuturnya yang ingin melanjutkan studi di dalam negeri mengenai Farmasi Industri. Acara LPDP Edufair dibuka dengan sambutan dari Direktur Utama LPDP Eko Prasetiyo dan Wakil Rektor I UNAIR Prof. Djoko Santoso, Ph.D., dr., Sp.PD., K-GH., FINASIM. Dalam sambutannya, Direktur LPDP menegaskan, tujuan pemberian beasiswa LPDP adalah demi mempersiapkan generasi Indonesia untuk menjadi pemimpin. “Indonesia saat ini kekurangan 58 juta tenaga kerja terampil. Kalau tenaga kerjanya saja kurang, apalagi pemimpinnya. Untuk menggerakkan tenaga kerja ini, maka butuh leader,” tuturnya. Acara LPDP Edufair juga diramaikan dengan penuturan cerita dari penerima beasiswa LPDP dari dalam dan luar negeri, sesi presentasi setiap eksibitor, dan penampilan musik akustik dari Ariana “Mocca”. Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
UKT dan Prasyarat Bidikmisi Harus Diperhatikan UNAIR NEWS – Salah satu pertanyaan yang kerap muncul saat sosialiasi terkait jalur penerimaan mahasiswa baru Universitas Airlangga ke berbagai daerah adalah biaya kuliah. Dalam sosialisasi SNMPTN dan SBMPTN 2017 di Bangkalan, salah satu
guru mengajukan pertanyaan. “Bagaimana bila siswa pada semester satu nilainya bagus, tetapi fluktuatif pada semester selanjutnya, ditambah kondisi ekonomi mereka tidak mampu?,” tanyanya. Menjawab pertanyaan itu, pemateri dari Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR Taufik, S.T., M.Kom., mengatakan, biaya kuliah bergantung golongan uang kuliah tunggal (UKT). Di perguruan tinggi negeri, termasuk UNAIR, biaya kuliah dikelompokkan dalam enam golongan UKT. Besaran UKT di masingmasing golongan ditentukan berdasarkan kemampuan orang tua dan prodi. Di UNAIR, UKT golongan enam adalah mahasiswa penerima Bidikmisi. “Untuk
yang
tidak
mampu,
masih
dibuka
peluang
untuk
mendaftarkan beasiswa (Bidikmisi) bagi pelajar yang berprestasi,” tutur Taufik. Pada tahun ini, besaran UKT di UNAIR masih belum diputuskan oleh Rektor. Pada tahun 2017, pendaftaran sekolah dan siswa untuk Bidikmisi dimulai sejak tanggal 14 Januari lalu. Untuk proses SNMPTN dimulai pada 18 Februari sampai 6 Maret 2017, sedangkan untuk proses SBMPTN dimulai pada 8 April sampai 5 Mei 2017. Saat dinyatakan lolos SNMPTN/SBMPTN, dokumen-dokumen yang dilampirkan calon penerima Bidikmisi akan diverifikasi. Sekretaris Pusat Informasi dan Humas (PIH) UNAIR Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes., yang juga hadir dalam sosialisasi tersebut mengatakan, proses verifikasi itu dilaksanakan agar perguruan tinggi tak salah sasaran dalam memberikan beasiswa. Dalam proses verifikasi, tim survei akan mengunjungi langsung wilayah calon penerima yang terindikasi mampu secara ekonomi. “UNAIR tak mungkin salah sasaran karena nanti akan kita verifikasi dan melihat kondisi riilnya. Walaupun rumahnya jauh di pulau (terpencil), kita tetap akan datang. Pada saat survei kita akan mengajak pak RT/RW atau aparat setempat agar data juga valid,” tutur Bimo.
Lalu, bagaimana bila orang tua atau wali siswa memiliki penghasilan yang tidak tetap? Bimo mengatakan, calon penerima Bidikmisi adalah mereka yang kedua orang tuanya atau walinya memiliki pendapatan kotor maksimal sebesar Rp 3 juta per bulan, atau yang bila dibagi jumlah anggota keluarga maksimal Rp 750 ribu setiap bulannya. Dokumen yang perlu dilampirkan dalam pendaftaran adalah surat keterangan lulus dari kepala sekolah, fotokopi rapor semester satu sampai enam yang dilegalisir, fotokopi ijazah yang dilegalisir, fotokopi nilai ujian akhir nasional yang dilegalisir, surat keterangan tentang prestasi/peringkat siswa di kelas dan bukti pendukung prestasi yang dilegalisir, serta Kartu Indonesia Pintar, Beasiswa Siswa Miskin atau yang sejenis. Bagi yang belum memenuhi syarat di atas, harus ada Surat Keterangan Penghasilan Orang Tua/Wali atau Surat Keterangan Tidak Mampu yang dikeluarkan aparat setempat, fotokopi kartu keluarga atau surat keterangan tentang susunan keluarga, fotokopi rekening listrik bulan terakhir (apabila tersedia aliran listrik), dan bukti pembayaran PBB (apabila mempunyai bukti pembayaran) orang tua atau wali. (*) Penulis: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan
Cairkan Suasana dengan Candaan
Kunjungan
UNAIR NEWS – Memasuki bulan kedua di tahun 2017, berbagai kunjungan dari SMA sederejat dari berbagai daerah di Indonesia mulai bertandang ke Universitas Airlangga. Kali ini, giliran
SMA Negeri 1 Sedayu Gresik yang datang ke UNAIR untuk menerima berbagai informasi seputar dunia kampus dan berbagai jalur seleksi. Sebanyak 234 siswa dan 11 guru pendamping datang memenuhi Gedung Kahuripan lantai 3 Kampus C UNAIR, Rabu (1/2). Acara diawali dengan sambutan Muh. Bashori, SPd., selaku koordinator BK SMAN 1 Sidayu. Dalam sambutannya, Bashori menuturkan bahwa dalam rangka menjalankan program tahunan yang berupa kunjungan kampus tersebut, pihaknya ingin mengenalkan anak didik kepada dunia kampus, utamanya UNAIR. “Anak-anak ingin tahu bagaimana masuk di UNAIR baik melalui jalur SNMPTN, SBMPTN, maupun mandiri. Rahasia-rahasia agar bisa nembus itu juga seperti apa,” tuturnya. Seluruh rombongan diterima langsung oleh pihak Pusat Informasi dan Humas (PIH) dan Pusat Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) UNAIR. Mewakili pihak PPMB UNAIR Ikhsan Rosyid, S.S., M.A., menyampaikan materi tentang prasyaratan masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terkhusus UNAIR. Pada saat presentasi, Ikhsan tak ketinggalan momen untuk mengajak bercanda para peserta kunjungan. Ikhsan yang juga dosen Ilmu Sejarah UNAIR menyindir perkara foto “alay” yang sering diunggah peserta sebagai salah satu prasyaratan yang wajib dipenuhi. “Ada peserta disuruh unggah foto formal, malah yang diunggah foto dari atas, kalau tidak begitu model tahanan yang dari samping,” ujarnya sambil mempraktikan gerakan saat foto, sontak para siswa-siswi maupun guru ikut tertawa. Selepas acara, tim UNAIR NEWS mencoba menanyakan kepada salah satu siswa tentang materi yang disampaikan. Rico Fahmi salah satu siswa yang duduk dibangku kelas 12 IPA 5 dengan sangat antusias memberikan komentar seputar informasi yang didapat. “Seru banget pastinya, bisa tau banyak informasi tentang UNAIR dan penjelasannya tentang UKT yang memberi harapan kepada yang tidak mampu dalam segi ekonomi, tapi ya sulit buat keterima disini persyaratannya banyak ditambah harus bersaing sama
teman sendiri,”. Tuturnya. “Harapannya semoga saya bisa keterima di UNAIR, karena sangat sesuai dengan bidang saya di jurusan IPA dan ditambah fasilitas yang memadahi di UNAIR ini,” tutup siswa yang kerap dipanggil Rico. (*) Penulis: Arif Rahman Dwi Kusuma Editor: Nuri Hermawan
UKT and Requirements Considered
Bidikmisi Must Be
UNAIR NEWS – One of the questions often comes up during UNAIR student admission discussion out of town is about tuition fee. In SNMPTN and SBMPTN 2017 promotion, one of the teachers asked a question. “What if the student has a good marks in the first semester but fluctuates in the next, and they are financially challenged?” he asked. Answeriing the question, the speaker from Student Admission Center (PPMB) UNAIR Taufik, S.T., M.Kom., said that the tuition fee depends on single tuition fee (UKT). In state universities, including UNAIR, tuition fee is categorized in six different groups. The amount of UKT in each group is based on the parents and the program capability. In UNAIR, UKT sixth group is Bidikmisi recipients. “For the poor, there are still opportunity for excellent students to apply for Bidikmisi scholarship,” said Taufik. This year, UKT amount in UNAIR has not been determined by
Rector. In 2017, school and student registration for Bidikmisi starts on January 14. SNMPTN starts from Februari 18 to March 6, 2017 while SBMPTN process starts from April 8 to May 5, 2017. When they succeed in SNMPTN/SBMPTN, the documents attached by the Bidikmisi recipients will be verified. The secretary of Information and Public Relations Center (PIH) UNAIR Dr. Bimo Aksono, drh., M.Kes., who was also present in the promotional event said that the verification is done to prevent misdirection in giving the scholarship. In the verification process, survey team will visit the recipient candidate who is capable financially. “UNAIR will not make mistake as we will verify and see the real condition. If the house is remote, we will still go there.During survey we will invite the local official (RT/RW) so the data is valid,” said Bimo. Then, what if the parents do not have fixed income? Bimo said that Bidikmisi recipients are students whose parents get only Rp 3 million at most, or if it is divided for the number of the people in the family, each person gets Rp 750 at max. The documents they need to include for registration is their school certificate from the headmaster, a copy of their report from the first to the sixth semester and legalized, a copy of legalized certificate, a copy of legalized national exam, certificate telling the students’ excellent achievements in class and its supporting legalized proof, also Kartu Indonesia Pintar card, poor student scholarship or others. For them who have not met the requirements, there should be a certificate showing their financial difficulty signed by local officials, a copy of family certificate, a copy of the last electricity bill (if available), and a proof of PBB payment if they have it. (*)
Author: Defrina Sukma S Editor: Nuri Hermawan