LAPORAN PENELITIAN PEMETAAN DAN ANALISIS SISI PASOKAN DUNIA PENDIDIKAN DALAM DIMENSI KUALITAS, KUANTITAS, LOKASI DAN WAKTU DI KOTA BANJARMASIN
OLEH
MARIANA ISMED SETYA BUDI
PENELITIAN INI DIBIAYAI OLEH
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NON FORMAL DAN INFORMAL (PAUDNI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT JALAN BRIGJEND H. HASAN BASRY, KAYU TANGI, BANJARMASIN TELPON 0511-3302789 / 0511-3305240 NOPEMBER 2012 i
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page ii
RINGKASAN
Uvaya3 penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dan dunia industri (DUDI), merupakan salah satu usaha konkrit yang dilakukan pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, untuk mengatasi masalah tenaga kerja di tanah air. Diharapkan dengan terjadinya keselarasan dalam pelaksanaannya, maka pada akhirnya akan mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Permasalahan tenaga kerja terdidik di Kalimantan Selatan juga mengalami hal yang sama seperti daerah lainnya di Indonesia, yaitu tingkat pengangguran belum bisa teratasi dengan tuntas bahkan kecenderungan semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas. Angka pengangguran mencapai 118.406 jiwa atau 6,75 %, padahal Propinsi Kalimantan Selatan memilki kekayaan Sumber Daya Alam (SDA) melimpah dengan jumlah penduduk relatif kecil serta wilayah yang luas. Berdasarkan keunggulan daerah dan potensi strategis sesuai konsep MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), koridor Kalimantan dengan kekayaan alam yang melimpah dan sebagian besar masih belum tergarap maka menjadi potensi besar pula untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya dalam waktu singkat. Pada tahun pertama (2011) berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan Tim dari Universitas Lambung Mangkurat mencoba memotret keinginan DUDI terhadap kriteria tenaga kerja yang dibutuhkan, dan melakukan analisis kondisi tenaga kerja yang ada, maka di ketahui bahwa DUDI masih membutuhkan pasokan tenaga kerja siap pakai. Diketahui bahwa pasokan tenaga kerja masih belum mencukupi baik dari sisi kuantitas, kualitas, lokasi dan waktu. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page iii
Hasil kajian juga memperlihatkan bahwa perbandingan tenaga kerja di Kalimantan Selatan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir menunjukkan bahwa sebagian besar hanya berpendidikan tamat SD/MI. Prediksi tentang kebutuhan tenaga kerja di masa datang (lima tahun ke depan) dibuat berdasarkan pertimbangan perluasan areal perkebunan sesuai luas HGU yang sudah dimiliki perusahaan tapi belum tergarap, intervensi besar-besaran pengembangan di lahan marginal dan lahan basah, dan rencana pengembangan/ pembangunan pabrik baru untuk pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi,
serta memperhitungkan
wilayah potensial yang dapat dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit berdasarkan RTRW Propinsi Kalimantan Selatan, maka masih diperlukan tenaga kerja yang lebih banyak lagi. Hasil prediksi peningkatan jumlah tenaga kerja yang diperlukan lebih dari 100% hingga tahun 2015. Kondisi tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit masih kurang, baik secara kuantitas maupun kualitas. Diperkirakan untuk kebutuhan tenaga kerja satu wilayah kebun dengan luasan sekitar 10.000 hektar idealnya diperlukan seorang manajer dan dibantu dengan satu orang asisten kepala, 4 orang asisten kebun, 4 orang mandor kepala, 10 orang mandor. Kebutuhan tenaga kerja pada level pelaksana lapangan hingga buruh kebun diperhitungkan dengan proporsi luasan kebun yang ditangani, misalnya untuk tenaga kerja tanam dibutuhkan 0.12 x luas kebun, tenaga pemeliharaan 0,12 x luas kebun, dan tenaga panen sekitar 0,08 x luas kebun. Dengan demikian kebutuhan tenaga harian semakin besar lagi. Tenaga kerja yang dibutuhkan nantinya terutama yang terkait dengan bidang teknis pertanian/perkebunan (untuk kebutuhan kebun), teknik mesin, industri, kimia (terutama untuk kebutuhan pabrik kelapa sawit) serta bidang ekonomi,akuntansi, komputer dan informatika (untuk penunjang kegiatan administrasi perkantoran).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page iv
Sementara diketahui, jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan pada Februari 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55 persen, bila dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,840 juta jiwa. Namun berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2012 mencapai 1,806 juta jiwa, mengalami penambahan sebesar 68,92 ribu jiwa dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,737 juta jiwa. Data pada Februari 2012, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah 4,32 persen. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan keadaan Februari 2011. Februari 2011 TPT di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 5,62 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada bulan Februari 2012 tercatat sebanyak 38,20 persen tenaga kerja diserap sektor pertanian. Sektor perdagangan adalah sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 20,59 persen. APK pada jenjang SLTA baru mencapai 74,29%, sisanya masih 35,71% atau lebih belum menduduki sekolah SLTA. Rendahnya APK SLTA ini berarti akan menyumbang angkatan kerja yang kompetensinya hanya berpendidikan SLTP (Pendidikan Dasar), sementara dunia usaha atau lapangan kerja memerlukan tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Sejalan dengan meningkatnya jumlah peduduk, meningkat pula jumlah angkatan kerja setiap tahunnya. Kurun waktu tahun 2007-2009 tingkat partisipasi angkatan kerja mengalam perubahan naik dan turun (Fluktuatif) namun serapan terhadap tenaga kerja justru mengalami kecenderungan menurun yang digambarkan dengan jumlah penduduk yang bekerja yakni 1.598.981 tahun 2007 menjadi 1.594.760 tahun 2008. Untungnya pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja naik kembali menjadi 1.635.177 jiwa. Rasio murid dan sekolah di SMU dengan di SMK terjadi perbedaan yang sangat signifikan, kondisi ini menunjukkan bahwa minat murid bersekolah di SMK relatif tinggi, dengan rasio hampir 1,4 Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page v
Pada tahun 2012 kembali Tim peneliti Unlam melakukan kajian tentang Pemetaan dan analisis pasokan dunia pendidikan dalam dimensi kuantitas, kualitas, lokasi dan waktu di Kota Banjarmasin. Kendala terbesar yang dialami Tim Peneliti adalah sulitnya mendapatkan data dari tiap sekolah tentang hasil tracer study. Hampir semua sekolah belum memilikinya dan walaupun ada hanya sebatas alamat rumah dan jenis pekerjaan sementara saat sekolah. Berbekal data alumni pun tetap mengalami kendala karena banyak yang sudah pindah alamat, bahkan no telpon atau no HP yang tercantum sudah tidak aktif lagi. Akhirnya sebagai uaha terakhir dengan cara melibatkan pihak sekolah untuk menelusuri alumninya dan tetap memanfaatkan dan melibatkan secara aktif siswa yang sudah terhubungi untuk menelusuri keberadaan alumni yang lainnya. Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis sisi pasokan dunia pendidikan dapat diketahui bahwa jumlah lulusan SMK yang dihasilkan dunia pendidikan di Kalimantan Selatan per tahun sebesar 7821 orang, diantaranya hanya 657 orang dengan kompetensi Agribisnis dan agroindustri. Padahal sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar yakni mencapai 38,20 persen dari jumlah seluruh penduduk yang bekerja. Sebagian besar lulusan memiliki kompetensi diluar kompetensi unggulan koridor ekonomi unggulan daerah Kalimantan sehingga belum mampu memenuhi pangsa pasar tenaga kerja, sedangkan angkatan kerja yang berwirausaha setelah selesai pendidikan hanya kurang dari 2%. Berdasarkan hasil wawancara, ternyata pemilihan melanjutkan sekolah
ke SMK berdasarkan keinginan sendiri sebesar 46,23%,
sedangkan berdasarkan pilihan keinginan orang tua sebesar 49,06%. Hasil penelusuran alumni pada level pendidikan di Perguruan Tinggi yang
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page vi
bekerja sesuai kompetensi sebesar 71,23-100% sedangkan level SMK antara 4,2% - 91,69%. Analisis kompetensi
berdasarkan
teknologi
lokasi
rekayasa
tempat
didominasi
bekerja,
ternyata
bekerja
di
dari
perkotaan
sedangkan kompetensi agribisnis dan agroindustri pada luar kota, namun sampai saat ini tidak ada alumni yang bekerja di luar negeri. Berdasaarkan analisis kajian tentang waktu tunggu siswa setelah selesai
pendidikan
dan
mendapatkan
pekerjaan
pertama
adalah
terpendek kurang dari 3 bulan pada alumni poliban bidang alat berat dan Fakultas Pertanian Unlam, sedangkan level SMK adalah dari alumni SMK 5, SMK NU dan SPPN Banjarbaru dengan persentase 54%. Secara umum cukup tinggi tingkat keselarasan lulusan pendidikan Vokasional dan Perguruan Tinggi di Kalimantan Selatan. Nilai AI untuk tiap-tiap perguruan tinggi /sekolah vokasional menunjukkan bahwa institusi pendidikan dengan program yang spesifik di
bidang Teknik
Pertambangan dan Alat berat mendapatkan AI yang tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan maka dapat disarankan bahwa kebutuhan tenaga kerja akan terus meningkat sehingga perlu adanya kerjasama yang lebih baik antara dunia pendidikan dan pihak DUDI untuk menciptakan tenaga kerja yang memenuhi standar kuantitas, berkualitas dan kontinuitas sesuai harapan. Disamping itu pula perlu dipikirkan kembali cara tepat untuk menyiapkan ketersediaan, kelengkapan dan kemutahiran data lulusan di tiap-tiap institusi penyelenggara pendidikan.
Untuk itu diperlukan
Kerjasama antara institusi penyelenggara pendidikan dengan para lulusannya dalam hal pengisian dan pemutahiran data alumni. Pengisian daata dapat dilakukan secara periodik baik sebelum dan sesudah wisuda, atau melalui mekanisme temu alumni, bursa kerja, email, forum mailing list angkatan, atau jejaring sosial. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rachmat dan karunia-Nya jualan penelitian dengan judul Pemetaan dan analisis sisi pasokan dunia pendidikan dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu di Kota Banjarmasin, dapat diselesaikan tepat waktu. Bantuan berbagai pihak sangat menentukan kelancaran mulai pembuatan proposal, pelaksanaan penelitian hingga selesainya laporan ini dibuat, untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Bapak
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
yang
telah
memberikan dana penelitian melalui Direktur Jenderal Pendidikan anak usia dini non formal dan informal (PAUD-NI) 2. Tim Ahli Program Pemetaan Direktorat Jenderal Pendidikan anak usia dini, non-formal dan informal pada Kementerian Pendidkan dan Kebudayaan atas kepercayaannya kepada kami untuk melaksanakan program ini pada sektor sejak tahun 2011-2012 untuk wilayah Kalimantan Selatan. 3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat, Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unlam yang telah memberikan kemudahan dan fasilitas penelitian. 4. Terimakasih juga perlu kami sampaikan kepada Dinas Pendidikan yang ada di tiap kabuapten ;Kota Banjarmasin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar, dan beberapa kabupaten yang ada di daerah Hulu Sungai.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page viii
5. Tak lupa juga kepada seluruh civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat yang telah membantu dan mendukung proses pelaksanaan program penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja ini. Secara khusus kepada Tim pemetaan Mahasiswa Fakultas Pertanian Unlam yang telah mencurahkan waktunya untuk mengerjakan kajian ini, baik dalam persiapan, pelaksanaan survey maupun dalam pengolahan data penelitian. Kami berharap agar laporan ini sesuai dengan harapan Tim Pemetaan
dan
Penyelarasan
pada
Kementerian
Pendidikan
dan
Kebudayaan, supaya tujuan akhir tercapai dalam rangka memajukan pendidikan anak bangsa dimasa depan. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terbanyak banyak kekurangan, oleh sebab itu segala masukan dan kritik yang berkaitan dengan pelaksanaan kajian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan kami untuk perbaikan pada penelitian selanjutnya.
Banjarbaru, Desember 2012 Tim Peneliti
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page ix
DAFTAR ISI Halaman ii HALAMAN PENGESAHAN .............................……........………........ RINGKASAN ............................................................……........….....
iii
KATA PENGANTAR .............……........…………...............................
viii
DAFTAR ISI .............................….............................……........……..
ix
DAFTAR GAMBAR ....................................………....…….......……..
x
DAFTAR TABEL ............................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .......……........………....................…….…..….
xii
I. PENDAHULUAN .............................……........……....... 1.1 Latar Belakang ......................................................... 1.2 Tujuan Penelitian ..................................................... 1.3 Indikator keberhasilan capaian tujuan.........................
1 1 4 5
BAB II. METODOLOGI KAJIAN .................................................. 2.1 Tahapan Identifikasi dan Perencanaan Program ........ 2.2. Pendekatan Penelitian ................................................. 2.3. Lokasi Penelitian ......................................................... 2.4. Populasi daan Teknik Penarikan Sampel ................... 2.5. Teknik Analisis ……………………………………………
6 6 8 8 8 10
BAB III. ANALISIS SITUASI ...................................................... 3.1 Latar Belakang Wilayah Kajian …………………………. 3.2 Perkembangan penduduk di Kalimantan Selatan …….. 3.3 Potensi Pengembangan wilayaah .............................. 3.4. Tingkat Kesejahteraan penduduk Kalsel ..................... 3.5. Upaya pengembangan pendidikan di Kalsel.................. 3.6. Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan .................... 3.7. Permasalah pembangunan di Kalimantan Selatan .....
12 12 13 13 16 23 28 33
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................... Propil Lembaga Responden ........................................... Status pekerjaan ............................................................ Dimensi kualitas ............................................................ Dimensi Tempat ............................................................ Dimensi Waktu ............................................................... Index penyelarasan ......................................................
39 42 49 50 51 52 54
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 5.1. Kesimpulan .................................................................... 5.2. Saran ..........................................................................
61 61 62
BAB
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page x
DAFTAR GAMBAR No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Teks
Halaman
Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan ……………. Gambaran angkatan kerja dan pangsa tenaga kerja di sektor Perkebunan............................................................... Indeks Pembangunan Indonesia (IPM) di Kabupaten /Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 ..………………….. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 ....………………………….. Prosentase Kemiskinan di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 ........................................... Luas Lahan Kritis di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2009................................................................. Jumlah Pengangguran di 13 Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 ........................................... Peta sebaran lokasi Kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan …………………………………………………………. Jumlah responden berdasarkan tahun lulus pada masingmasing lembaga pendidikan …..…………………………….… Komposisi tenaga kerja sesuai kompetensi survei .............. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin .................... Komposisi kesuaian bidang pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki ……………………………………………………. Status pekerjaan pada masing masing kompetensi ……….. Penyebaran Angkatan kerja di seluruh bidang kompetensi… Rata rata waktu tunggu pada masing masing lembaga Pendidikan …………………………………………………….. Lama waktu tunggu memperoleh pekerjaan pada Masing-masing kompetensi ………………………………….. Lama waktu tunggu pada masing masing kompetensi .......... Dokumentasi kegiatan FGD ................................................
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
22 31 35 36 37 38 38 40 46 46 47 49 50 52 53 53 54 65
Page xi
DAFTAR TABEL
Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Teks
Halaman
Jumlah Penduduk Per Kabupaten di Kalimantan Selatan ...... Laju pertumbuhan Penduduk Per-Kabupaten di Kalsel ........ Lima suku terbesar pada tiap Kabupaten di Kalsel ………….. Nilai PDRB (dalam Ribuan Rupiah) Kalsel 2006-2009 ………….. Persentase Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan .................................................................................... Kontribusi Sektoral dalam PDRB Kalimantan Selatan..................................................................................... PDRB Per kapita Dengan Migas Di Kalimantan Selatan..................................................................................... PDRB perkapita tiap Kabupaten atas dasar harga konstan.................................................................................... Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan ................. Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan …………… Hasil Ujian SLTP dan SLTA di Kalimatan Selatan ………….. Jumlah Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimantan Selatan …………………………………………… Jumlah Guru Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimatan Selatan …………………………………………….. Rasio Guru dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan ……………………………………………………… Rasio Sekolah dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Di Kalimantan Selatan 2007-2009 ………….…. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Prov.Kalsel Menurut Jenis Kegiatan ………………………… Indeks Pembangunan Manusia Propinsi dan Nasional …… Penyebaran lulusan SMK di Kabupaten Kota di Kalimantan Selatan …………………………………………… Daftar Lembaga Pendidikan yang menjadi responden berdasarkan bidang kompetensinya. ………………………… Profil Lembaga Pendidikan Asal Responden (pemasok data) ………………………………………………… Jumlah responden penelitian ............................................. Tingkat kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi Lulusan …………………………………………………………. AI masing masing sekolah pada kompetensi agribisnis dan agroindustri .................................................................. AI masing masing sekolah pada teknologi rekayasa ........ AI pada lembaga kursus .....................................................
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
13 14 15 17 18 19 20 21 23 23 24 25 26 27 27 29 34 41 43 44 45 51 54 59 61
Page xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang
Megatransformasi pendidikan di negeri ini adalah membangun masyarakat berbasis pengetahuan untuk kesejahteraan bangsa. Semua pihak dituntut untuk membangun kemuliaan keberadaban melalui ilmu, kepribadian dan menanamkan cita-cita luhur. Usaha mulia yang akan diraih ini penuh dengan tantangan. Realita yang dihadapi, terjadi persaingan ketat diberbagai bidang. Era globalisasi menuntut semua pihak untuk menyiapkan diri dalam segala hal agar tidak tersisih dalam persaingan. Faktor penentu utama agar bisa bersaing di era global saat ini adalah harus tersedia SDM yang berkualitas. Pembangunan pendidikan berkualitas dilakukan banyak pihak, baik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan maupun Kementeri Negara lainnya. Berbagai program pendidikan dilaksanakan secara formal, informal maupun non-formal, dengan tujuan menghasilkan Sumber Daya Manusia Indonesia yang handal. Dokumen Renstra Kemendiknas 2010-2014 menyatakan bahwa telah terjadi peningkatan capaian indikator Angka Penyerapan Kasar (APK) yang menunjukkan secara generik bahwa terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di Indonesia, namun kenyataan bahwa angka pengangguran masih relatif tinggi. Kondisi ini yang menuntut pemerintah dan pihak terkait merumuskan sebuah kerangka kerja yang komprehensif dengan memperhatikan berbagai kondisi baik internal maupun eksternal,
1
sehingga ke depan bisa terjadi peningkatan daya serap lulusan oleh dunia kerja. Pemerintah sesuai yang diamanahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 bertanggungjawab terhadap pendidikan dan lapangan kerja yang layak bagi warganya. Dengan demikian pendidikan merupakan hak asasi bagi setiap warga negara Indonesia, dan untuk itu pula setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat, tanpa memandang status sosial, ekonomi, suku, etnis, agama, dan gender (Renstra Kemendiknas, 2010). Pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan berperan secara langsung pada warga negara Indonesia untuk memiliki kecakapan hidup (life skills) sehingga mampu mendorong tegaknya pembangunan manusia seutuhnya, serta masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai Pancasila, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Renstra Kemendiknas, 2010). Oleh karena itu pula Universitas Lambung Mangkurat sebagai salah satu ujung tombak terdepan pendidikan tinggi di Kalimantan Selatan dalam mewujudkan pembangunan sumberdaya manusia yang berperan penting dalam proses Pembangunan Nasional, dan sekaligus dalam membangun daya saing bangsa di tengah persaingan dunia yang semakin kompetitif. Penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja dan dunia usaha (DUDI)
merupakan sebuah upaya komprehensif untuk mensinkronkan
pendidikan nasional dengan kebutuhan dunia kerja diberbagai bidang, sehingga diharapkan akan terjadi keselarasan dalam pelaksanaannya. Konsep program penyelarasan mengisyaratkan adanya kebutuhan koordinasi yang baik antara pihak penyedia lulusan pendidikan dengan pihak yang membutuhkan tenaga lulusan. Analisa kebutuhan dunia kerja yang meliputi kualitas (kompetensi) dan kuantitas pada lokasi dan waktu yang berbeda merupakan informasi awal yang perlu disediakan. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 2
Pengembangan kerangka kerja penyelarasan pendidikan dengan dunia kerja terbagi dalam 3 bagian yaitu kerangka kerja sisi permintaan, sisi pasokan dan mekanisme penyelarasan. Proyeksi kebutuhan kedepan terhadap kompetensi yang dibutuhkan dari dunia kerja dan jumlahnya pada setiap lokasi di Indonesia sangat diperlukan untuk mendesain sistem pendidikan yang meliputi peningkatan kualitas pendidik, sarana prasarana dan sistem pembelajarannya. Program penyelarasan sistem pendidikan dengan dunia kerja menitikberatkan pada pembekalan kompetensi lulusan yang selaras dengan kebutuhan dunia kerja. Sebagai salah satu upaya untuk memberikan
jaminan
pendidikan
yang
bermutu
sesuai
dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta relevan terhadap kebutuhan masyarakat dan dunia kerja. Dengan berjalannya program ini diharapkan nantinya dunia pendidikan mampu menyiapkan sumberdaya manusia yang siap kerja dan/atau malah menciptakan lapangan kerja serta mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, nasional maupun internasional. Masalah ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan juga mengalami hal yang sama seperti daerah lainnya di Indonesia. Tingkat pengangguran belum bisa teratasi dengan tuntas bahkan kecenderungan semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Padahal Propinsi
Kalimantan Selatan memilki Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah dengan jumlah penduduk yang relatif kecil serta wilayah yang luas. Melalui program penyelarasan pendidikan dan dunia kerja yang digagas oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI), maka Lembaga Penelitian Unlam Banjarmasin berusaha berkontribusi membantu dalam proses pemetaan dan analisis
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 3
sisi pasokan dunia pendidikan dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu di Kota Banjarmasin. 1.2 Tujuan Kegiatan Tujuan Umum
Tujuan umum dari kegiatan Program Pemetaan dan Analisis Sisi Pasokan dunia pendidikan dalam Dimensi Kualitas, Kuantitas, Lokasi dan Waktu di Kota Banjarmasin adalah didapatkannya masukan awal berupa peta pendidikan di Kota Banjarmasin dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu yang menyangkut jumlah lulusan, data laju pasokan yang akhirnya akan diperoleh data akurat tentang model indeks keselarasan (Alignment index).
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pelaksanaan kegiatan Program Pemetaan dan Analisis Sisi pasokan dunia pendidikan dalam Dimensi Kualitas, Kuantitas, Lokasi dan Waktu di Kota Banjarmasin, adalah: 1. Mengidentifikasi
dan
memproyeksikan
kemampuan
dunia
pendidikan di Kota Banjarmasin dalam menjawab kebutuhan tenaga kerja saat sekarang dan masa yang akan datang dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu. 2. Mendapatkan
peta
pasokan
tenaga
kerja
dan
tingkat
pemenuhannya yang sudah dilakukan dunia pendidikan 3. Rekomendasi strategi dalam meningkatkan indek keselarasan
dunia kerja dengan dunia pendidikan. 4. Merancang struktur basis data pemetaan pasokan pendidikan
dalam ruang lingkup Kota Banjarmasin yang dapat digunakan dalam pemutakhiran data pada periode mendatang.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 4
5. Memberikan rekomendasi perbaikan kondisi pasokan dari dunia
pendidikan sebagai upaya terjadinya penyelarasan dengan dunia usaha dan dunia industry (DUDI).
1.3. Indikator keberhasilan Capaian Tujuan Indikator keberhasilan setiap tujuan program pemetaan sisi pasokan pendidikan disusun sebagai berikut: a. Menyusun struktur basis data pemetaan pasokan pendidikan dalam ruang lingkup kota Banjarmasin, berupa : a.
Tersusunnya sebuah sistem/ mekanisme pengumpulan dan pembaharuan data pasokan pendidikan di tingkat kota Banjarmasin
b.
Tersusunnya struktur data pemetaan pasokan pendidikan di tingkat kota Banjarmasin
b.
Melakukan pemetaan pasokan pendidikan di kota Banjarmasin dengan metode sampling dan penggunaan instrumen kuesioner, yakni : a.
Terkumpulnya data dan informasi detail seputar kondisi pasokan angkatan kerja terdidik (data sekunder) di tingkat kota Banjarmasin.
b.
Terkumpulnya data dan informasi detail seputar kondisi pasokan angkatan kerja terdidik (data primer) di tingkat kota Banjarmasin.
c.
Tersedianya hasil kajian terhadap data dan infomasi seputar kondisi pasokan angkatan kerja terdidik di tingkat kota Banjarmasin.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 5
BAB II METODOLOGI KAJIAN
2.1.Tahapan Penelitian Berdasarkan latar belakang, ruang lingkup, dan target (tujuan) kajian yang sudah dirumuskan, maka kajian ini akan menggunakan metodologi dengan 5 tahapan yang meliputi: 1. Pemantapan metodologi dan perangkat yang diperlukan semua tim
pelaksana. Tahapan persiapan ini meliputi pemantapan metodologi kegiatan sehingga diharapkan akan terjadi kesesuaian arah kajian dengan kebutuhan Tim Penyelarasan Direktorat PAUDNI DIKTI. Kegiatan Tracer Study dijalankan untuk memotret beberapa informasi indikator penting terkait dengan aktivitas lulusan. 2. Membuat klasifikasi sektor unggulan yang menjadi target kajian dengan
merancang
komposisi
dan
proporsi
jumlah
target
responden pasokan pendidikan (P1) dengan mengacu pada komposisi dan proporsi jumlah DUDI yang meliputi : penentuan proporsi jumlah sample calon responden/ satuan pendidikan dan memilih beberapa lembaga/ satuan pendidikan yang diharapkan akan menjadi pemasok data responden. 3. Pengumpulan data awal (khususnya data sekunder) termasuk mencari informasi tentang institusi/ sub-institusi (departemen) beserta contact personnya. 4. Survei ke lokasi/instansi pendidikan yang jadi target 5. Menentukan gambaran umum situasi dan kondisi pendidikan setiap satuan pendidikan.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 6
6. Tracer study. Teknik Tracer Study dilakukan dengan menggunakan mekanisme e-mail, telpon, dan pengisian kuisioner online. Hasil dan analisis lebih detail terkait dengan parameter-parameter penting tracer study akan dibahas secara lebih mendetail dengan teknik analisis menggunakan evaluasi secara statistik deskriptif maupun inferensi untuk mendapatkan informasi indikator-indikator penting berdasarkan hasil sampling yang dilakukan. 7. Pengolahan data hasil survey 8. Diskusi tim peneliti dengan pihak kompeten di dunia pendidikan 9. Korelasi data sehingga mampu menggambarkan kondisi dunia pendidikan saat ini dan di masa yang akan datang berdasarkan prediksi
Selain akan menganalisis
Hasil Tracer Study, bagian penting
lainnya adalah pengukuran indeks keselarasan (alignment index). Secara konsep, perhitungan Alignment Index (Index Keselarasan) adalah salah satu ukuran untuk melihat tingkat penyerapan dunia usaha/dunia industri terhadap lulusan (output) dunia pendidikan. Secara umum, perhitungan Alignment Index (AI) dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 7
1.2.
Pendekatan Penelitian Penelitian dalam rangka kegiatan pemetaan dan analisis sisi
pasokan dunia pendidikan ini merupakan penelitian eksploratori yang bertujuan menggali informasi, mengidentifikasi dan memproyeksikan pasokan dunia pendidikan dalam empat dimensi, yaitu; kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu. Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode survai dimana
peneliti
menggunakan
instrumen
kuesioner
sebagai
alat
pengumpul data yang utama.
2.3 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan, karena sebagian besar lembaga pendidikan berada di pusat ibu kota propinsi ini. Namun juga terpaksa melibatkan SMK yang ada di beberapa Kabupaten lainnya yang jauh dari kota Banjarmasin karena SMK tersebut justru mencetak alumni yang sesuai koridor MP3EI, yakni SMK pertambangan dan SMK Perkebunan (kelapa sawit). 2.4. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel Pemetaan ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran kemampuan pasokan dunia pendidikaan dan proyeksi kebutuhan dunia kerja di masa yang akan datang dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu. Populasi penelitian ini adalah seluruh lembaga pendidikan yang ada kaitannya dengan sektor unggulan daerah Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Menurut Gay (1976) untuk penelitian deskriptif dengan populasi yang relatif kecil jumlah sampel yang diambil minimal 20%. Untuk penelitian ini jumlah sampel lembaga pendidikan diusahakan semuanya terambil. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 8
Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Adapun penjelasan dari kedua sumber data tersebut, yaitu: a. Data Primer, adalah data yang berasal dari sumber asli dan dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan penelitian (Cooper & Emory, 1996). Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara atau kuesioner kepada setiap alumni yang bias dihubungi. Metode pengumpulan data utama dalam penelitian ini adalah melalui kuesioner yang diberikan kepada tiap lembaga pendidikan di Kota Banjarmasin dan beberapa yang ada di Kabupaten lainnya b. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui studi oleh pihak lain untuk sasaran mereka sendiri (Cooper dan Emory, 1996). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai pihak terkait,
Lembaga
pendidikan
dan
Dinas
Pendidikan
Kota
Banjarmasin. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut: a. Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara membagi daftar pertanyaan kepada responden. Syarat yang paling penting untuk memilih kuesioner sebagai suatu teknik pengumpulan data menurut Rintuh (1994) adalah bahwa responden mampu memberikan responsi atau tanggapan baik secara tertulis maupun lisan atas pertanyaan atau pernyataan tersebut. b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dengan menggunakan panca indra untuk mengetahui kondisi dan situasi pada lembaga pendidikan di Kota Banjarmasin.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 9
c. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan muka (face to face) antara peneliti dengan responden dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (interview guide) tapi dengan kuesioner. d. Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan catatan-catatan atau dokumen dari instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian ini, melalui pihak sekolah dan lembaga kursus yang ada.
2.5.
Teknik Analisis
a. Analisis Deskriptif Analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan data lembaga pendidikan yang dipetakan, data kualifikasi/kompetensi siswa, dan lain-lain yang meliputi dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu. Data disajikan dalam bentuk tabel, diagram, grafik, maupun gambar. b. Analisis Proyeksi Kebutuhan Analisis proyeksi pasokan dunia pendidikan saat ini dan di tahuntahun mendatang dihitung dengan menggunakan teknik Least Squares Prediction Analysis
atau metode
kuadrat
terkecil.
Persamaan Least Squares adalah sebagai berikut: Y = a + bX dimana Y = Kebutuhan Dunia Kerja b = nilai slope
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
a = nilai intercept X= tahun yang diproyeksikan
Page 10
Nilai intercept (a) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
y x X . XY n X x 2
a=
2
2
Sedangkan nilai slope (b) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: b=
n XY X Y n X 2 X
2
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 11
BAB III ANALISIS SITUASI KALIMANTAN SELATAN
3.1. Latar Belakang Wilayah
3.1.1. Keadaan Geografis Kalimantan Selatan Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Banjarmasin terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota, terletak antara 114 °19' 13'' - 116°33' 28'' Bujur Timur dan 1° 21' 49'' – 4 °10' 14'' Lintang Selatan, memiliki luas wilayah hanya 6,98 persen dari luas Pulau Kalimantan secara keseluruhan yaitu seluas 37.530,52 km2 dengan batas–batas: sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah, sebelah timur dengan Selat Makasar, sebelah selatan dengan Laut Jawa, dan sebelah utara dengan Provinsi Kalimantan Timur. Penggunaan
lahan
di
Kalimantan
Selatan
meliputi
lahan
pemukiman/kampung seluas 59.563 ha, industri 2.489 ha, pertambangan 42.111 Ha, sawah 426.067 ha, pertanian lahan kering semusim 60.680 ha, kebun campuran 171.642 ha, perkebunan 486.448 ha, padang/semak belukar/alang-alang 830.684 ha, hutan 1.613.431 ha, perairan darat 45.731 ha, tanah terbuka 3.713 ha, dan lain-lain 59.997 ha (Bappeda, 2009) Wilayah Kalimantan Selatan kaya akan sumber daya alam (SDA) yang menyimpan beberapa potensi bahan galian pertambangan seperti mineral, batu bara, minyak, biji besi, gas bumi, intan, dan lain-lain.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 12
3.1.2. PERKEMBANGAN PENDUDUK KALIMANTAN SELATAN
Penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan berjumlah 3.396.680 jiwa (tahun 2007), bertambah menjadi 3.446.631 jiwa (tahun 2008), 3.503.156 jiwa (tahun 2009). Pertumbuhan penduduk rata-rata sebesar 1,70 persen per tahun. Penduduk terbanyak berada di kota Banjarmasin dengan jumlah 639.978 jiwa pada tahun 2009 atau sekitar 18,27% dari seluruh penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Banjar memiliki penduduk terbanyak kedua dengan jumlah 498.886 jiwa pada tahun 2009 atau sekitar 14,24%. Perkembangan penduduk Kalimantan Selatan selama tahun 2007 s.d 2009 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Per Kabupaten di Kalimantan Selatan No.
Kabupaten/Kota
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tanah laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
2007 265.629 272.000 480.010 269.448 152.077 207.402 242.189 214.191 191.000 221.304 101.860 615.570 164.000 3.396.680
Tahun 2008 270.091 276.574 489.056 272.332 153.066 208.571 244.192 216.181 193.082 226.208 102.296 627.245 167.737 3.446.631
2009 275.007 281.331 498.886 275.273 154.336 209.948 246.487 218.278 195.631 231.298 102.767 639.978 170.823 3.503.156
Sumber : Badan Pusat Ststistik Kalimantan Selatan.
Struktur penduduk di Provinsi Kalimantan Selatan selama tahun 2007-2009 tidak mengalami banyak perubahan yang berarti. Berdasarkan tabel tersebut diatas, pada tahun 2008 terjadi penambahan penduduk sebesar 1,49% dan pada tahun 2009 sebesar 1,64%. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 13
Laju pertumbuhan penduduk per Kabupaten/Kota di Kalimantan Selatan, dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Laju pertumbuhan Penduduk Per-Kabupaten di Kalsel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Kabupaten/Kota Tanah laut Kotabaru+Tanah Bumbu Banjar + Banjarbaru Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Kota Banjarmasin Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan
Tahun 2003 - 2005 2,01 -
1)
2,22 3) 1,02 1,12 0,8 1,1 -
2)
1,72 2,24 4,27 1,91
Tahun 2005 - 2008 1,71 1,71 1,91 1,1 0,68 0,59 0,85 0,96 1,12 2,24 0,45 1,92 2,31 1,49
Sumber : BPS Provinsi
Dari aspek keberagaman suku bangsa yang ada di Kalimantan Selatan, secara umum didalam komposisi penduduk didominaasi oleh suku asli Banjar (Tabel 3). Beberapa suku bangsa antara lain suku Jawa, Madura, Bugis, Batak dan Sunda, serta sebagian kecil suku keturunan Tionghoa. Jumlah mereka relatif kecil, dan komposisinya secara statistik cenderung stabil dari tahun ketahun. Secara umum kondisi pergaulan diantara suku bangsa yang ada sudah sangat kondusif dan hidup secara damai. Kondisi inilah yang sangat membantu dan merupakan modal dasar dalam melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang kehidupan.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 14
Tabel 3. Lima suku terbesar pada tiap Kabupaten di Kalsel
Kabupaten/ Kota
Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST HSU Tabalong Tan Bumbu Balangan Banjarmasin Banjar Baru Kal Sel
Banjar, Melayu banjar
61,79 39,79 87,80 74,89 80,89 96,42 95,67 98,75 82,80 34,56 87,68 79,12 60,93 76,34
Jawa
31,70 20,56 7,24 15,09 15,38 1,18 1,52 0,79 11,67 30,44 4,55 10,72 30,63 13,14
Suku Bangsa Bugis Madura
1,33 11,99 0,20 0,09 0,08 0,03 0,08 0,03 0,30 19,89 0,12 0,54 0,76 2,45
1,42 0,86 3,17 0,12 0,92 0,16 0,03 0,07 0,14 0,92 0,05 2,42 0,95 1,22
Sunda
Lainnya
1,19 1,08 0,29 0,51 0,88 0,08 0,10 0,07 0,56 1,91 0,17 0,44 1,75 0,62
2,58 25,71 1,31 9,30 1,86 2,13 2,61 0,30 4,54 12,29 7,42 6,76 4,97 6,22
Total
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
Sumber : Badan Pusat Statistik.
3.1.3. Potensi Pengembangan Wilayah Kalimantan Selatan
Potensi pengembangan wilayah dapat dilihat berdasarkan unsurunsur potensi geografis, penduduk, ekonomi wilayah, sektor andalan, sektor pendukung, sektor investasi, keuangan dan pembiayaan, dan transportasi. Potensi pengembangan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan didekati
dengan
kebijakan
perwilayahan.
Kebijakan
perwilayahan
didasarkan atas efektivitas pembangunan di seluruh Provinsi dan untuk mensinkronkan pembangunan berbagai sektor andalan yang akan dikembangkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota agar tidak saling tumpang tindih satu sama lain, sehingga potensi yang dimiliki masingmasing daerah dapat dikembangkan secara optimal dan terintegrasi. Pengembangan potensi secara spasial dilakukan melalui kebijakan pengembangan kawasan strategis Provinsi. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 15
Kawasan strategis wilayah Provinsi terdiri atas
Kawasan
Strategis Nasional (KSN) dan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Kawasan Strategis Nasional dimaksud Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin. Kawasan Strategis Provinsi (KSP) dimaksud terdiri atas
(1) Kawasan strategis dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi; (2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup; (3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan.
3.1.4 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Selatan Salah satu pendekatan pengukuran kemajuan bagi perekonomian di suatu daerah ialah dengan melihat perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB Kalsel atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan migas pada tahun 2006 sebesar Rp. 34,7 triliun meningkat menjadi Rp. 51,2 triliun pada 2009. Seiring dengan itu, PDRB tanpa migas juga meningkat dari Rp.34,4 trilliun menjadi Rp. 50,5 trilliun. Peningkatan ini secara umum terjadi pada semua sektor meski dengan besaran yang berbeda-beda. Peningkatan nilai PDRB Kalimantan Selatan dari tahun 2006 sampai 2009 terutama disebabkan oleh sektor pertanian dengan kontribusi 22,15%. Sektor yang berperan besar selanjutnya adalah pertambangan dan penggalian (19,38%), dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (15,29%). Ketiga sektor ini merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada pembentukan dan pertumbuhan nilai PDRB Kalimantan Selatan selama ini.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 16
Tabel 4. Nilai PDRB (dalam Ribuan Rupiah) Kalsel 2006-2009 Kontribusi pd Peningkatan
Sektor
2006
2007
2008
2009
Pertanian Pertambangan dan galian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
7.777.783,89
8.856.262,82
10.134.130,00
11.434.210,00
22,15%
7.579.250,33
8.556.849,36
9.942.273,97
10.777.630,005
19,38%
4.047.834,94
4.364.118,90
4.716.788,18
5.050.647,58
6,08%
194.463,85
219.714,55
257.799,27
294.423,72
0,61%
Bangunan
2.275.474,90
2.553.875,28
2.861.705,34
3.185.990,00
5,52%
5.152.784,87
5.932.312,57
6.843.018,03
7.676.030,00
15,29%
2.930.826,03
3.546.217,47
4.196.446,35
4.721700,00
10,85%
1.420.049,93
1.758.334,50
2.196.000,94
2.568.310,00
6,96%
3.292.025,55
3.651.081,62
4.609.860,00
5.468.400,00
13,18%
45.758.030,00
51.177.340,00
100,00%
45.132.200,00
50.548.300,00
99,39%
Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan /Komunikasi Keuangan, Persewaan / Jasa Perusahaan Jasa-jasa
PDRB dengan 34.670.494,29 39.438.767,06 Migas PDRB tanpa 34.142.299,38 38.852.763,34 Migas Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2009
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Selatan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, walaupun pada tahun 2009 mengalami sedikit perlambatan. Selama periode 2006 - 2009 pertumbuhan PDRB dengan migas mencapai rata-rata 5,56 persen per tahun. Pertumbuhan PDRB tanpa migas sedikit lebih tinggi, yakni mencapai rata-rata 5,62 persen per tahun (Tabel 5). Seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan rata-rata positif. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata tertinggi (7,69%), disusul Jasa-jasa (6,87%), dan Pengangkutan dan Komunikasi (6,67%). Sementara itu, sektor yang tumbuh paling rendah adalah Industri Pengolahan dengan rata-rata 1,53%.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 17
Tabel 5. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (%)
Sektor
2006
2007
2008
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih
4,70 7,47 1,70 3,83
5,72 5,05 2,94 4,14
6,48 7,37 2,59 4,23
7,12 1,73 2,31 5,33
Ratarata 6,00 5.40 1,53 4,38
Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,02
6,90
5,60
6,06
6,40
5,56
6,18
7,07
5,80
6,15
6,06
8,23
6,43
5,95
6,67
3,24 15,36
5,73
6,44
7,69
Jasa-jasa
6,89
6,65
6,63
7,33
6,87
4,98
6,01
6,23
5,01
5,56
5,05
6,08
6,37
5,11
5,65
Pertumbuhan Eko dengan Migas Pertumbuhan Eko tanpa Migas
2009
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Selatan 2009
Seluruh sektor ekonomi menunjukkan pertumbuhan rata-rata positif. sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mencapai tingkat pertumbuhan rata-rata tertinggi (7,69%), disusul jasa-jasa (6,87%), dan pengangkutan dan komunikasi (6,67%). Sementara itu, sektor yang tumbuh paling rendah adalah industri pengolahan dengan rata-rata 1,53%. Sektor-sektor yang termasuk dalam kelompok sektor primer (pertanian dan pertambangan – penggalian) dan tersier (perdaganganhotel-restauran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan-persewaanjasa perusahaan, dan jasa-jasa lainnya) mengalami pertumbuhan yang relatif tinggi secara konsisten. sementara, pertumbuhan dalam kelompok sektor sekunder (industri pengolahan, listrik-gas-air, dan bangunan) secara umum cenderungan lebih lambat.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 18
Tabel 6 memperlihatkan bahwa pembentukan nilai PDRB selama periode 2006 – 2009 didominasi kelompok sektor primer dengan rata-rata 43,95% dan tersier (38,40%) yang utamanya berasal dari PerdaganganHotel-Restoran. Besarnya peran sektor primer menunjukkan bahwa perekonomian Kalimantan Selatan masih sangat tergantung pada sumberdaya alam. Peranan sektor sekunder (17,68%), disisi lain, justru semakin menurun. Sektor sekunder, khususnya Industri pengolahan yang potensial untuk menciptakan nilai tambah dan daya saing lebih tinggi bagi ekonomi peranannya menurun dari 11,68% pada 2006 menjadi 9,87%.
Tabel 6. Kontribusi Sektoral dalam PDRB Kalimantan Selatan Sektor
2006
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Jumlah
2007
2008
2009
Rata-rata
22,43
22,46
22,15
22,34
22,36
21,86
21,70
21,73
21,06
21,59
11,68
11,07
10,31
9,87
10,73
0,56
0,56
0,56
0,58
0,57
6,56
6,48
6,25
6,23
6,38
14,86
15,04
14,95
15,00
14,96
8,45
8,99
9,17
9,23
8,96
4,10
4,46
4,80
5,02
4,60
9,50
9,26
10,07
10,69
9,88
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber :BPS Tahun 2010
PDRB dapat dikatakan sebagai ukuran kesejahteraan suatu daerah. Di sisi lain,
PDRB per kapita dapat dijadikan ukuran
kesejahteraan masyarakatnya, karena merupakan nilai rata-rata besaran PDRB untuk tiap orang penduduk. PDRB per kapita
meskipun lebih
indikatif
namun
bagi
pengukuran
tingkat
kesejahteraan
belum
menggambarkan tingkat kemerataan antar penduduk. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 19
Tabel 7. PDRB Per kapita Dengan Migas Di Kalimantan Selatan Harga Berlaku Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009*)
PDRB Perkapita (Rp)
Harga Konstan 2000
Pertumbuhan (%)
6.269.036 6.893.127 7.532.597 8.001.103 8.705.989 9.644.377 10.359.826 11.610.975 13.276.160 14.514.675
PDRB Pertumbuhan Perkapita (Rp) (%)
9,96 9,28 6,22 8,81 10,78 7,42 12,08 14,34 9.33
6.269.036 6.438.936 6.622.005 6.649.457 6.886.794 7.065.534 7.306.536 7.631.654 7.989.962 8.201.844
2,71 2,84 0,41 3,57 2.60 3,41 4,45 4,70 2,65
Sumber : PDRB, Tahun 2006 – 2009 *) Angka sementara
PDRB per kapita atas dasar harga berlaku selama kurun waktu 2000-2009 berkembang dengan pesat dengan rata-rata peningkatan sebesar 916.182 rupiah per tahun. Kenaikan terbesar terjadi pada tahun yang relatif besar terjadi tahun 2008, 2007 dan 2005
dengan
pertumbuhan masing masing diatas 10% (Tabel 7). PDRB per kapita berdasarkan harga konstan 2000 juga mengalami kecenderungan peningkatan namun relatif lebih rendah daripada tingkat pertumbuhan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku. Lebih tingginya pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku disebabkan karena terjadinya
peningkatan
harga
barang
dan
jasa
yang
cenderung
berlangsung terus menerus.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 20
Tingkat kemerataan pendapatan di Kalsel relatif konstan dalam periode 2005–2009. Berdasarkan angka indeks gini (Gini Ratio) maka tingkat distribusi
pendapatan selama ini tergolong pada kemerataan
sedang. Hal ini berarti tingkat ketimpangan pendapatan antar penduduk tidak berlangsung tajam. Perbedaan pendapatan kelompok masyarakat berpenghasilan tinggi tidak terlalu jauh diatas. Pemerataan pembangunan berdasarkan aspek kewilayahan adalah untuk mewujudkan tercapainya tingkat pembangunan yang relatif merata antar daerah. Terdapat 13 Kabupaten/Kota sebagai daerah-daerah yang tersebar dalam wilayah pembangunan Provinsi Kalsel. Perbandingan PDRB, jumlah penduduk, dan PDRB per kapita antar daerah terlihat pada Tabel 8. Tabel 8. PDRB perkapita tiap Kabupaten atas dasar harga konstan Kabupaten/Kota Tanah laut Kotabaru Banjar Barito kuala Tapin Hulu sungai selatan Hulu sungai tengah Hulu sungai utara Tabalong Tanah bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Kalimantan selatan
PDRB (Rp.Juta) 2.008.128.618 4.458.390.397 3.009.899.152 1.754.711.950 908.471.238 999.938.839 987.856.252 768.866.105 2.641.727.521 2.704.907.777 1.318.536.582 4.333.905.006 858.839.942 27.538.451.501
Penduduk (Jiwa) 270.091 276.574 389.056 272.332 153.066 208.571 244.192 216.181 193.082 226.208 102.296 627.245 167.737 3.446.631
PDRB Per Kapita 7.435.008 16.120.063 7.736.416 6.443.282 5.935.160 4.794.237 4.045.408 3.556.585 13.681.894 11.957.613 12.889.425 6.909.429 5.120.158 13.205.830
Sumber: BPS, PDRB Kabupaten/Kota menurut lapangan usaha Tahun 2009
Dari tabel tersebut nampak bahwa daerah dengan total PDRB tertinggi adalah Kabupaten Kotabaru sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Banjarmasin sedangkan yang paling sedikit adalah Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 21
Kabupaten Balangan. Nilai PDRB per kapita yang menunjukkan tingkat rata-rata PDRB bagi tiap penduduk yang tertinggi adalah di Kabupaten Kotabaru, sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Hulu sungai Utara. Trend angka kemiskinan mengalami penurunan sejak tahun 20052009, meskipun sempat terjadi peningkatan dari 235.700 jiwa pada 2005 menjadi 278.450 jiwa pada 2006. Prosentase penduduk miskin pada 2005 sebesar 7,15% sedangkan pada tahun 2006 menjadi
8,3%. Selama
periode tahun 2006 s.d 2009 angka kemiskinan secara konsisten menurun dari 8,3 % pada tahun 2006 hingga menjadi 5,12% pada tahun 2009. Posisi 2009 ini menempatkan Kalsel menduduki peringkat II pada tingkat nasional atas jumlah penduduk miskin paling sedikit.
278.450
300.000 235.700
233.501
250.000
218.900 175.977
200.000 150.000 100.000 50.000 0
Tahun 2005
Tahun 2006
Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Gambar 1. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan
Berbagai upaya telah dilakukan Pemda dalam mengentaskan kemiskinan di Kalimantan Selatan. Respon terhadap program nasional penanggulangan kemiskinan terus dilakukan dalam bentuk fasilitasi program yang meliputi bantuan sosial terpadu.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 22
3.1.5. Upaya Pengembangan pendidikan di KalimantanSelatan
Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Kasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebesar 41,02, kemudian meningkat menjadi 54,25 pada tahun 2009. Pada tahun 2005 Angka Partisipasi Murni (APM) SD sebesar 92,67 meningkat menjadi 99,02 pada tahun 2009. Khusus untuk APK SLTP
pada tahun 2005
sebesar 77,79
menjadi 97,05 pada tahun 2009. APK SLTA pada tahun 2005 sebesar 53,91 meningkat menjadi 74,29 pada tahun 2009 (Tabel 9). Tabel 9. Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan Indikator APK PAUD APK SD/MI APK SMP/MTs/SMPT APK SMA/SMK/MA
2005 41,02 95,33
Prosentase Capaian 2006 2007 2008 45,24 48,07 53,50 95,36 96,26 98,28
2009 54,25 99,42
77,79
85,01
90,41
96,18
97,05
53,91
63,13
72,34
74,22
74,29
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
APK pada jenjang SLTA baru mencapai 74,29%, sisanya masih 35,71% atau lebih belum menduduki sekolah SLTA. Rendahnya APK SLTA ini berarti akan menyumbang angkatan kerja yang kompetensinya hanya berpendidikan SLTP (Pendidikan Dasar), sementara dunia usaha atau lapangan kerja memerlukan tingkat kompetensi yang lebih tinggi. Tabel 10. Angka Partisipasi Sekolah di Kalimantan Selatan Indikator APM SD/MI APM SMP/MTs/SMPT APM SMA/SMK/MA
2005 92,67
Prosentase Capaian 2006 2007 2008 94,44 95,88 98,12
2009 99,02
57,47
67,70
75,43
77,86
85,06
53,09
59,04
66,13
63,30
67,58
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 23
Kualitas pendidikan dapat dilihat pada perolehan nilai hasil ujian nasional yang ditempuh anak didik. Kondisi ini juga mengalami perbaikan meskipun masih perlu upaya yang lebih keras dan terarah dalam penyelenggaraan proses belajar mengajar terutama penerapan asesmen pada proses daripada hasil untuk memantau kemajuan penguasaan kompetensi anak didik. Rata-rata nilai ujian nasional 6,29 untuk tingkat SLTP dan 6,87 untuk tingkat SLTA pada tahun 2007/2008 (Tabel 11).
Tabel 11. Hasil Ujian SLTP dan SLTA di Kalimatan Selatan Jenjang Pendidikan SLTP SLTA
2005/2006 5,90 6,51
Realisasi Nilai Ujian 2006/2007 2007/2008 6,00 6,29 6,99 6,87
2008/2009 7,08 6,97
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
Hasil
ujian nasional menunjukkan tingkat kemampuan siswa
secara nasional dalam pembelajaran. Hasil ujian SLTP tahun 2008/2009 rata-rata 7,08 menunjukkan angka yang meningkat dari tahun 2007/2008 dengan rata-rata 6,29. Begitu juga dengan hasil ujian SLTA tahun 2008/2009 rata-rata 6,97 juga terjadi peningkatan perolehan hasil ujian yang dialami oleh siswa dibanding perolehan tahun 2007/2008 dengan rata-rata 6,87. Jumlah murid berdasarkan jenjang pendidikan dari TK sampai dengan Madrasah Aliyah dapat dilihat pada Tabel I2. Jumlah murid TK/RA pada tahun 2007-2009 menunjukkan peningkatan.
Pada tahun 2007
jumlah murid TK/PAUD 61.025 orang, tahun 2008 sebanyak 68.593 orang, dan pada tahun 2009 menjadi 81.540 orang. Jumlah murid tingkat SD pada tahun 2007 sebanyak 379.321 orang, dan pada tahun 2008 sejumlah 456.539 orang serta pada tahun 2009 sebanyak 393.213 orang, sedangkan untuk MI pada tahun 2007 sebanyak 64.038 orang, pada tahun 2008 tetap 64.038 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 64.659 orang. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 24
Tabel I2. Jumlah Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimantan Selatan Jenjang Pendidikan TK/PAUD SD SLTP Paket B SMU SMK Paket C MI MTs MA Jumlah
2007 61,025 379,321 86,559 5.280 41,242 19,221 680 64,038 53,768 19,721 724,895
Jumlah Murid 2008 68,593 456,539 98,519 5.460 45,579 19,836 600 64,038 53,768 19,721 826,593
2009 81,540 393,213 100,117 3.300 46,032 26,371 1.800 64,659 54,252 19,889 786,073
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Jumlah Murid pada tingkat SLTP juga semakin meningkat, tahun 2007 jumlah murid SLTP sebanyak 86.559 orang, tahun 2008 meningkat menjadi 98.519 orang dan pada tahun 2009 menjadi 100.117 orang; sementara untuk MTs pada tahun 2007 sebanyak 53.768 orang, tahun 2008 tetap sebanyak 53.768, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 54.252 orang. Jumlah murid tingkat SMU juga meningkat, pada tahun 2007 jumlah murid SMU sebanyak 41.242 orang, tahun 2008 menjadi 45.579 orang dan pada tahun 2009 menjadi 46.032 orang. Jumlah murid SMK meningkat tajam, pada tahun 2007 sebanyak 19.221 orang, tahun 2008 sebanyak 19.836 orang, dan pada tahun 2009 menjadi 26.371 orang; sedangkan untuk MA pada tahun 2007 sebanyak 19.721 orang, tahun 2008 tetap sebanyak 19.721 orang, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 19.889 orang. Berdasarkan kondisi guru yang ada di Kalimantan Selatan maka jumlah guru selalu meningkat dari tahun ke tahun dimana sebarannya menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 13. Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 25
Tabel I3. Jumlah Guru Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan di Kalimatan Selatan Jenjang Pendidikan TK/PAUD SD SLTP SMU SMK MI MTs MA Jumlah
2007 4,206 22,542 7,611 3,673 1,844 6,021 5,656 2,768 54,321
Jumlah Guru 2008 4,425 25,325 8,873 4,203 1,854 6,021 5,656 2,768 59,125
2009 5,660 30,512 9,885 3,927 2,317 6,021 5,656 2,768 66,746
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel
Berdasarkan tabel jumlah murid dan jumlah guru tersebut diatas dapat dihitung rasio guru murid. Tingkat rasio guru dan murid di Kalimantan Selatan menunjukkan kondisi yang sangat baik, namun demikian di daerah perdesaan rasio guru dan murid masih relatif besar, demikian juga kualitasnya, serta statusnya. Kualitas guru di perdesaan masih lebih rendah daripada guru di perkotaan, karena layanan terhadap peserta didik juga masih besar, dan masih
dirasakan
kekurangan
guru
sehingga
mengangkat guru honorer yang kurang berkualitas
seringkali
terpaksa
dengan status yang
kurang jelas, terutama untuk sekolah-sekolah pada lingkungan pendidikan agama. Langkah kongkret yang perlu diambil adalah pemerataan guru sesuai bidang keahliannya
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 26
Tabel I4. Rasio Guru dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Jenjang Pendidikan TK/PAUD SD SLTP SMU SMK MI MTs MA Rata-rata Sekolah
Jumlah Murid Per Satu Orang Guru 2007 2008 2009 15 16 14 17 18 13 11 11 10 11 11 12 10 11 11 11 11 11 10 10 10 7 7 7 11 12 11
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Rasio murid dan sekolah pada jenjang TK/PAUD masih sangat kecil. Kondisi ini mencerminkan bahwa sekolah TK/PAUD belum banyak menampung anak usia PAUD, kondisi ini umumnya disebabkan oleh sarana yang belum memadai dan jarang, serta relatif jauh dari tempat tinggal anak. Rasio murid dan sekolah di SMU dengan di SMK terjadi perbedaan yang sangat signifikan, kondisi ini menunjukkan bahwa minat murid bersekolah di SMK relatif tinggi, dengan rasio hampir 1,4 (Tabel 15)
Tabel 15. Rasio Sekolah dan Murid Menurut Jenjang dan Jenis Pendidikan Di Kalimantan Selatan 2007-2009 Jenjang Pendidikan TK/PAUD SD SLTP SMU SMK MI MTs MA
Jumlah Murid Per Sekolah 2007 2008 2009 44 50 131 287 217 221 273 260 315 325 121 121 182 182 157 157
44 309 170 269 361 111 170 160
Sumber: Dinas Pendidikan Provinsi Kalsel, 2010
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 27
Rasio murid dengan sekolah berdasarkan jenjang pendidikan selama periode 2007-2009 disajikan pada Tabel 15. Rasio murid dan sekolah pada jenjang TK/PAUD masih sangat kecil. Kondisi ini mencerminkan bahwa sekolah TK/PAUD belum banyak menampung anak usia PAUD, kondisi ini umumnya disebabkan oleh sarana yang belum memadai dan jarang, serta relatif jauh dari tempat tinggal anak. Rasio murid dan sekolah di SMU dengan di SMK terjadi perbedaan yang sangat signifikan, kondisi ini menunjukkan bahwa minat murid bersekolah di SMK relatif tinggi.
3.1.6. Ketenagakerjaan di Kalimantan Selatan Sejalan dengan meningkatnya jumlah peduduk, meningkat pula jumlah angkatan kerja setiap tahunnya. Kurun waktu tahun 2007-2009 tingkat partisipasi angkatan kerja mengalam perubahan naik dan turun (Fluktuatif) namun serapan terhadap tenaga kerja justru mengalami kecenderungan menurun yang digambarkan dengan jumlah penduduk yang bekerja yakni 1.598.981 tahun 2007 menjadi 1.594.760 tahun 2008. Untungnya pada tahun 2009 jumlah penduduk bekerja naik kembali menjadi 1.635.177 jiwa. (Tabel 16). Tingkat pengangguran terbuka mengalami kecendrungan menurun. Pada tahun 2007 TPT sebesar 7,62%. Angka ini menurun pada tahun 2008 menjadi 6,79% dan turun kembali pada 2009 menjadi 6,75%. Meski demikian jumlah setengah menganggur cenderung meningkat. Pada tahun 2007 jumlah setengah menganggur sebanyak 505.191 jiwa naik menjadi 519.604.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 28
Tabel 16. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Prov.Kalsel Menurut Jenis Kegiatan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis Kegiatan Penduduk 15 Tahun ke Atas (jiwa) Angkatan Kerja (jiwa) Bekerja (jiwa) Pengangguran (jiwa) Bukan Angkatan Kerja (jiwa) Tingkat Partisipasi Angkatan Keja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Setengah Penganggur Terpaksa (jiwa) Setengah Menganggur Sukarela (jiwa) Jumlah Setengah Menganggur (jiwa)
Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke atas 2007 2008 2009 2,366,403 2,466,154 2,524,612 1,730,916 1,598,981 131,935 635,487
1,743,134 1,594,760 118,374 753,020
1,754,853 1,635,177 118,406 771,029
73.15
70.68
69.51
7.62
6.79
6.75
214,191
206,483
202,395
291,000
248,153
317,209
505,191
454,636
519,604
Sumber : BPS Prov Kalsel, 2009
Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Selatan pada Februari 2012 sebesar 1,887 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 2,55 persen, bila dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,840 juta jiwa. Namun berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja pada Februari 2012 mencapai 1,806 juta jiwa, mengalami penambahan sebesar 68,92 ribu jiwa dibandingkan pada Februari 2011 yang berjumlah 1,737 juta jiwa. Pada Februari 2012 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah 4,32 persen. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan keadaan Februari 2011. Februari 2011 TPT di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 5,62 persen. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada bulan Februari 2012 tercatat sebanyak 38,20 persen tenaga kerja diserap sektor pertanian. Sektor perdagangan adalah sektor kedua terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar 20,59 persen.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 29
3.1.7. Permasalahan Pembangunan di Kalimantan Selatan
Pembangunan Kalimantan Selatan difokuskan pada pemantapan fondasi pembangunan daerah dalam rangka melaksanakan rencana pembangunan tahapan kedua dari RPJP Daerah, dan juga untuk mengantisipasi perubahan yang muncul dimasa yang akan datang. Provinsi Kalimantan Selatan selain menyelesaikan isu yang bersifat lokal, juga mempertimbangkan isu-isu yang bersifat nasional dan global, seperti pertumbuhan dan pemerataan, kemiskinan, pengangguran, lingkungan hidup dan penataan ruang. Pembangunan bukan hanya berakibat menguntungkan bagi manusia tapi juga menimbulkan masalah yang besar apabila tidak direncanakan pembangunan yang berkelanjutan/lestari. Permasalah pembangunan yang dihadapi di Kalimantan Selatan antara lain: a. Peningkatan eksploitasi sumber daya alam yang akan mengakibatkan terjadinya
perubahan
bentang
alam
yang
pada
gilirannya
terganggunya kelestarian lingkungan b. Perubahan iklim global berpengaruh terhadap perubahan iklim daerah c.
Tingkat pertumbuhan penduduk yang masih tinggi yang berakibat pada tingginya kebutuhan akan sarana dan prasarana dasar seperti perumahan, pendidikan dan kesehatan
d. Distribusi penduduk yang belum merata, yaitu masih terpusat di sekitar Kota Banjarmasin untuk itu diperlukan distribusi manusia dan kegiatan ekonomi di tiap daerah yang belum berkembang e. Terjadinya peralihan pekerjaan penduduk Kalimantan Selatan dari pertanian ke non pertanian dimana tahun 1997 sebanyak 97,9% menjadi 49,1% tahun 2005 Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 30
f.
Masih tingginya angka pengangguran yakni pada tahun 1996 sebesar 0,3% namun pada tahun 2005 sudah menjadi 6,2%
g. APK dan APM mengalami peningkatan namun masih perlu didorong sehingga peningkatannya dapat lebih tinggi lagi serta penduduk usia sekolah dapat mengakses pendidikan secara merata h. Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kalsel sejak tahun 1999 hingga 2005 menunjukkan peningkatan, yaitu tahun 1999 sebesar 62,2 dan tahun 2005 sebesar 67,4 namun secara peringkat Nasional menunjukkan penurunan dimana tahun 1999 urutan ke-21 dan tahun 2005 pada urutan ke-26 i.
Daya saing ekonomi jika dilihat dari nilai komoditas ekspor non-migas masih bertumpu pada pertambangan (78%) dimana komoditas batubara di dalamnya meliputi hampir 70%. Sedangkan produk ekspor lainnya tidak ada yang berkembang secara signifikan sehingga perlu usaha-usaha agar ekspor bisa meningkat.
j.
Belum berkembangnya industri pengolahan yang mengolah hasil-hasil pertanian,
rendahnya
mutu
pengemasan,
dan
belum
adanya
standarisasi produk.
Gambar 2. Gambaran angkatan kerja dan pangsa tenaga kerja di sektor Perkebunan (Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Kal-Sel)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 31
k.
Tingkat ketimpangan pembangunan antar Kabupaten/Kota dalam Provinsi masih cukup tinggi dan menetap. Hal ini terlihat dari nilai Index Williamson sebesar 0,93 baik pada 2003 maupun ketika tahun 2005 mengalami hal yang sama. Tingkat kesenjangan di berbagai satuan wilayah pengembangan cukup bervariasi.
l.
Belum terinventarisasinya secara maksimal potensi energi baru terbarukan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi dalam rangka mendukung diversifikasi energi.
m. Belum termanfaatkan gas metana batubara (CBM) sebagai sumber energi
alternatif.
Serta
belum
termanfaatkannya
energi
baru
terbarukan sebagai sumber energi murah dan ramah lingkungan. n. Belum optimalnya pengelolaan sumber daya alam yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belum ada langkah kongkrit dalam perlindungan terhadap Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan. o. Hampir 57% Angkatan Kerja di Kalsel berpendidikan SD kebawah dengan tingkat keterampilan yang rendah. Pemerintah Propinsi kalimantan Selatan sangat memperhatikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berbagai usaha terus ditempuh agar
kualitas
hidup
terus
meningkat.
Salah
satu
cara
dengan
meningkatkan program pendidikan formal dan informal seperti SMK, dan lembaga pendidikan informal/kursus serta balai latihan kerja. Diharapkan nilai indeks pembangunan manusia dapat terus meningkat sejalan dengan peningkatan sumber daya manusia, yang akhirnya juga akan dapat berdampak peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat di seluruh Propinsi Kalimantan Selatan (Tabel 17).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 32
3.1.3. Isu strategis Pembangunan Berdasarkan kondisi obyektif dan fakta permasalahan yang ada, maka ditetapkan isu –isu strategis, yaitu : Pembangunan manusia, daya saing perekonomian daerah, kemiskinan, pengangguran
(masalah
ketenagakerjaan), degradasi kuantitas dan kualitas sumberdaya alam dan kualitas lingkungan hidup. Gambaran tentang isu-isu
strategis seperti
tersebut diatas, adalah sebagai berikut: a. Pembangunan Manusia.
Secara
faktual Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan jika dilihat dari angka absolut dan peningkatan tersebut sejalan dengan IPM nasional. Namun demikian jika dilihat dari peringkat antar provinsi, IPM Kalimantan Selatan masih berada dibawah nasional. b. Berdasarkan data pada Gambar 2. maka terlihat kondisi angkatan kerja Nasional cukup tinggi, demikian pula pada sektor perkebunan dan sektor pertanian secara umum. Tergambar pula bahwa pangsa tenaga kerja perkebunan nasional masih sedikit. Secara komposit kualitas tenaga kerja ditentukan tiga faktor dasar yaitu usia hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living).
Peringkat IPM Kalimantan Selatan berada pada
urutan 22 (1999), kemudian terus menunjukkan penurunan menjadi urutan ke 23 (2002), 24 (2004), dan menjadi 26 (2005), penurunan peringkat ini dapat dipertahankan untuk tidak menurun lagi sampai dengan tahun 2008. Hal tersebut disebabkan karena adanya upaya untuk meningkatkan angka IPM tersebut, dimana sejak tahun 2005 angka IPM mencapai 67,40 meningkat menjadi 67,70 (2006), 68,01 (2007), 68,72(2008). Peningkatan angka IPM (reduction shortfall) selama priode (2007-2008) sebesar 2,20, telah menduduki peringkat 9 dari 10 provinsi yang memiliki reduksi shortfall positif. Rendahnya angka IPM tersebut disumbang oleh 6 kabupaten kota yang angka IPMnya berada di bawah Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 33
angka 70, yaitu Tapin, tabalong, Tanah Bumbu, HSU, Batola, dan Balangan (Gambar 3). Tabel 17. Indeks Pembangunan Manusia Propinsi dan Nasional
Provinsi 1. Nanggroe Aceh Darussalam 2. Sumatera Utara 3. Sumatera Barat 4. Riau 5. Jambi 6. Sumatera Selatan 7. Bengkulu 8. Lampung 9. Bangka Belitung 10. Kepulauan Riau 11. DKI Jakarta 12. Jawa Barat 13. Jawa Tengah 14. Yogyakarta 15. Jawa Timur 16. Banten 17. Bali 18. Nusa Tenggara Barat 19. Nusa Tenggara Timur 20. Kalimantan Barat 21. Kalimantan Tengah 22. Kalimantan Selatan 23. Kalimantan Timur 24. Sulawesi Utara 25. Sulawesi Tengah 26. Sulawesi Selatan 27. Sulawesi Tenggara 28. Gorontalo 29. Sulawesi Barat 30. Maluku 31. Maluku Utara 32. Irian Jaya Barat 33. Papua Indonesia (BPS)
2006 Ranking IPM
2007 Ranking IPM
2008 Ranking IPM
69.41
18
70.35
17
70.76
17
72.46 71.65 73.81 71.29 71.09 71.28 69.38 71.18 72.79 76.33 70.32 70.25 73.7 69.18 69.11 70.07 63.04 64.83 67.08 73.4 67.75 73.26 74.37 68.85 68.81 67.8 68.01 67.06 69.69 67.51 66.08 62.75
8 9 3 10 13 11 19 12 7 1 14 15 4 20 21 16 32 31 28 5 26 6 2 22 23 25 24 29 17 27 30 33
72.78 72.23 74.63 71.46 71.4 71.57 69.78 71.62 73.68 76.59 70.71 70.92 74.15 69.78 69.29 70.53 63.71 65.36 67.53 73.49 68.01 73.77 74.68 69.34 69.62 68.32 68.83 67.72 69.96 67.82 67.28 63.41
8 9 3 12 13 11 20 10 6 1 15 14 4 19 23 16 32 31 29 7 26 5 2 22 21 25 24 28 18 27 30 33
73.29 72.96 75.09 71.99 72.05 72.14 70.3 72.19 74.18 77.03 71.12 71.6 74.88 70.38 69.7 70.98 64.12 66.15 68.17 73.88 68.72 74.52 75.16 70.09 70.22 69 69.29 68.55 70.38 68.18 67.95 64
8 9 3 13 12 11 20 10 6 1 15 14 4 18 23 16 32 31 29 7 26 5 2 22 21 25 24 27 19 28 30 33
70.1
70.59
71.17
Sumber: RPJMP Propinsi Kalimantan Selatan
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 34
Gambar 3. Indeks Pembangunan Indonesia (IPM) di Kabupaten /Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 Kota Banjarbaru menempati urutan pertama dengan IPM sebesar 74,09 dan yang terrendah dialami Kabupaten Balangan dengan IPM hanya 65,50 (Gambar 3) c. Daya saing perekonomian daerah, meliputi kemampuan ekonomi yang dicerminkan
dengan
pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu bagian penggunaan atau pengeluaran dalam ekonomi yang membentuk PDRB. Peranan Konsumsi sangat penting dalam membentuk PDRB Kalsel. Komponen lainnya adalah nilai tukar petani (NTP). Sektor pertanian tetap merupakan sektor terbesar dalam pembentukan produk domestik regional bruto di Provinsi Kalimantan Selatan walaupun perannya cenderung menurun. Selain sebagai sektor yang dominan sektor ini juga menyerap tenaga kerja paling banyak. Komponen Infrastruktur. Komponen fasilitas transportasi, air bersih, listrik, telematika, restoran, penginapan dan sektor pariwisata serta keamanan dan ketertiban. sumberdaya lahan pertanian
juga
merupakan isu strategis yang cukup menentukan daya saing perekonomi daerah. Perkembangan NTP di Kalimantan Selatan menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan, yaitu dari 82,10 (2005), meningkat menjadi 90,20 (2006), 94,65 (2007), 95,74 Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 35
(2008) dan 104,76 (2009). Perkembangan perekonomian Kalimantan Selatan sampai dengan tahun 2008 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan (yaitu dari 4,98 % (2006), 6,01 % (2007), 6,23 % (2008), dan selanjutnya akibat dampak krisis global tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 5,01 % (2009) (Gambar 4).
Gambar 4. Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 d. Kemiskinan,
pengangguran
perhatian besar.
dan
ketenagakerjaan
juga
menjadi
Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Selatan
cenderung terus mengalami penurunan, yaitu dari 8,32 % (2006), turun menjadi 7,01 % (2007), 6,48 (2008), 5,12 (2009). Walaupun jumlah penduduk miskin ini menduduki rangking kedua secara nasional setelah DKI Jakarta, tetapi angka kemiskinan masih rentan, karena banyak yang berada disekitar garis kemiskinan. Jika dilihat pola kemiskinan yang terjadi nampak bahwa kemiskinan dipedesaan sedikit lebih tinggi dari perkotaan. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan
Selatan
disumbang
oleh
kemiskinan
di
daerah
kabupaten/kota. Kabupaten Banjar persentase kemiskinannya paling kecil hanya 3,69% sedangkan tertinggi pada kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 7,32% (Gambar 5).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 36
Gambar 5. Prosentase Kemiskinan di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009
e. Degradasi kuantitas dan kualitas sumberdaya alam dan kualitas lingkungan hidup. Isu tersebut lebih mengarah kepada upaya pengelolaan sumberdaya alam yang berkelanjutan untuk pencegahan (preventif) bencana.
Ragam bencana yang terjadi adalah rangkaian
peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. kualitas
lingkungan
hidup
di
Kalimantan
Gambaran tentang Selatan,
cukup
memperihatinkan karena berada pada posisi 26 secara nasional, kondisi ini disebabkan oleh indikator kualitas air yang tercemar berat, serta penutupan lahan hanya mencapai 39 %, luas lahan kritis 761.041 Ha, (Gambar 6)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 37
Gambar 6. Luas Lahan Kritis di Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan tahun 2009
Kabupaten Barito Kuala tidak memiliki lahan kritis (peringkat pertama) sedangkan luas lahan kritis terbanyak pada Kabupaten Kotabaru sebesar 265.090 ha (peringkat 13) (Gambar 6)
f. Aspek ketenagakerjaan. Pada tahun 2009 jumlah angkatan kerja mencapai 1.754.853 jiwa, dari jumlah tersebut yang bekerja mencapai 1.635.177 jiwa, dan yang menganggur mencapai 118.406 jiwa atau mencapai 6,75 %. Angka tingkat pengangguran tersebut cenderung terus mengalami penurunan, yaitu dari 7,62 % (2007), terus menurun menjadi 6,79 % (2008) dan 6,75 % (2009) (Gambar 7).
Gambar 7. Jumlah Pengangguran di 13 Kabupaten/Kota se Kalimantan Selatan Tahun 2009 Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 38
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan sektor ekonomi unggulan sesuai amanah MP3EI koridor 3 Kalimantan adalah fokus pada pembangunan kelapa sawit, batubara, biji besi dan perkayuan. Semua sektor unggulan ini berada di luar kota Banjarmasin, bahkan ada yang posisinya di ujung pulau Kalimantan. Sehingga untuk kajian sisi pasokan dunia pendidikan untuk wilayah kota Banjarmasin, dengan terpaksa harus menambah lokasi pada kabupaten lain yang memiliki SMK bidang pertambangan dan kelapa sawit yang ada di beberapa daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanjung, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kotabaru. Mengingat letak tiap kabupaten yang berjarak jauh (Gambar 8), maka tidak semua sekolah kejuruan yang ada terikut dalam pengamataan kajian. Kendala terbesar yang dialami Tim Peneliti adalah sulitnya mendapatkan data dari tiap sekolah tentang hasil tracer stady. Hampir semua sekolah belum memilikinya dan walaupun ada hanya sebatas alamat rumah dan nomor telepon yang tidak lagi digunakan. Penelusuran berbekal data alumni pun tetap mengalami kendala karena banyak yang sudah pindah alamat, bahkan no telpon atau no HP yang tercantum sudah tidak aktif lagi. Usaha terakhir dengan cara sosialisasi di media, dan melibatkan pihak sekolah untuk menelusuri alumninya. Usaha dengan memanfaatkan siswa yang sudah terhubungi untuk menelusuri keberadaan alumni yang lainnya, sangatlah membantu dapat alamat baru. Program Pemetaan dan Analisis Sisi Pasokan dan Dimensi Kualitas, Kuantitas, Lokasi, dan Waktu di Kota Banjarmasin tahun 2012 ini, menetapkan obyek penelitian oleh Tim Pemetaan Universitas Lambung Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 39
Mangkurat adalah lulusan dari beberapa Sekolah Menengah Kejurusan (SMK), Perguruan Tinggi dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), di Kalimantan Selatan
Gambar 8. Peta sebaran lokasi Kabupaten yang ada di Kalimantan Selatan
Hasil penelusuran, diskusi dan wawancara yang mendalam dengan pihak lembaga
pendidikan, para
alumni, Dinas Pendidikan kota
Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan, serta mengingat sektor unggulan di Kalimantan Selatan berdasarkan koridor MP3EI maka Tim Pemetaan Universitas Lambung mangkurat menetapkan tiga kompetensi yang ditelusuri yaitu : 1. Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri untuk mewakili sektor unggulan kelapa sawit, 2.
Kompetensi Teknologi dan
Rekayasa untuk mewakili sektor unggulan pertambangan dan Energi, dan 3. Kompetensi pendukung dari keduanya (seperti akuntansi, teknologi informasi, dan administrasi perkantoran).
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 40
Pasokan tenaga kerja yang berasal dari lulusan SMK di Kalimantan Selatan pada 13 Kabupaten Kota adalah sebanyak 7821 siswa, namun penyebaran lulusan tidak merata di semua kabupaten (Tabel 18). Kota Banjarmasin sebagai ibukota provinsi menghasilkan lulusan SMK terbanyak, namun dari jumlah tersebut Kota Banjarmasin tidak memiliki kompetensi Agribisnis dan Agroteknologi.
Kompetensi ini dimiliki oleh
Kota Banjarbaru, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Kotabaru Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Tabalong, Balangan dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Tabel 18. Penyebaran lulusan SMK di Kabupaten Kota di Kalimantan Selatan
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Kabupaten/Kota Kota Banjarbaru Kabupaten Barito Kuala Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Tanah Bumbu Kabupaten Hulu Sungai Tengah Kabupaten Tanah Laut Kabupaten Tabalong Kabupaten Kotabaru Kabupaten Banjar Kabupaten Hulu Sungai Utara Kabupaten Tapin Kota Banjarmasin Kabupaten Balangan TOTAL
Jumlah Pasokan 968 238 267 889 611 429 783 378 531 337 292 1910 188 7821
Di Kalimantan Selatan jumlah lulusan kompetensi agribisnis dan agroteknologi terbanyak ada di Kota Banjarbaru.
Kabupaten Tanah
Bumbu sebagai daerah perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Selatan memiliki tiga SMK yang memiliki keahlian perkebunan yaitu SMK negeri 1 Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 41
kusan hilir, smk negeri 1 sungai loban dan smk negeri 1 simpang empat. Data dari SMK Sungai Loban menunjukkan bahwa ada sekitar 21% dari jumlah angkatan kerja dengan keahlian Agribisnis perkebunan yang berkerja di perusahaan kelapa sawit yang berada di Tanah Bumbu
PROFIL LEMBAGA DAN RESPONDEN Hasil penelusuran, diskusi dan wawancara yang mendalam dengan pihak lembaga
pendidikan, para
alumni, Dinas Pendidikan kota
Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan, serta mengingat sektor unggulan di Kalimantan Selatan berdasarkan koridor MP3EI maka Tim Pemetaan Universitas Lambung mangkurat menetapkan tiga kompetensi yang ditelusuri yaitu : 1. Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri untuk mewakili sektor unggulan kelapa sawit, 2.
Kompetensi Teknologi dan
Rekayasa untuk mewakili sektor unggulan pertambangan dan Energi, dan 3. Kompetensi pendukung dari keduanya (seperti akuntansi, teknologi informasi, administrasi perkantoran). interaksi (komunikasi
Setelah melalui beberapa proses
lewat telepon dan visitasi) dengan pengelola
beberapa lembaga (SMK, PT, dan LKP), akhirnya untuk kompetensi Agribisnis dan Agroindustri, telah berhasil diperoleh data dari Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, SMK PP Banjabaru, SMK PP Paringin, SMK N 1 Sungai Loban, SMKN 1 Kusan Hilir, dan SMK PP Pleihari. Untuk kompetensi teknologi dan rekayasa diperoleh data dari SMKN 5 Banjarmasin, SMK Syuhada Teknologi, SMK Sabumi, SMKN 1 Daha Selatan, Politeknik Negeri Banjarmasin, Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat, dan Akademi Teknik Pembangunan Nasional. Profil lembaga pendidikan yang dipilih sebagai pemasok data awal responden dapat dilihat pada Tabel 19.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 42
Tabel 19. Daftar Lembaga Pendidikan yang menjadi responden berdasarkan bidang kompetensinya. Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri
Kompetensi Teknologi dan Rekayasa
Pendukung
1.
SMKN PP Banjarbaru
1.
SMKN 5 Banjarmasin
1. SMK Telkom
2
SMKN 1 Paringin
2
SMK Syuhada Teknologi
2. SMKN 3 Banjarmasin
3
SMKN 1 Kusan Hilir
3.
SMK Sabumi
3. SMKN 1 Banjarmasin
4
SMKN 1 Sungai Loban
4.
SMKN 1 Daha Selatan
5.
SMKN PP Pelaihari
5.
ATPN Banjarbaru
6.
Fakultas Pertanian Unlam
6.
Fakultas Teknik Unlam
7.
Politeknik Negeri Banjarmasin
8
SMK NU Banjarmasin
Seperti pada uraian sebelumnya bahwa pada awalnya, wilayah cakupan survei
direncanakan hanya untuk wilayah kota Banjarmasin,
namun dalam perjalanan selama survei ternyata jumlah responden tidak mencapai target yang ingin dicapai yaitu 2000 responden. Akhirnya Tim survei memutuskan untuk memperluas mencakup seluruh Kalimantan Selatan dengan melihat klasifikasi kompetensi sesuai target yakni mencakup kompetensi Agribisnis, Agroindustri dan kompetensi teknologi rekayasa (Tabel 20)
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 43
Tabel 20. Profil Lembaga Pendidikan Asal Responden (pemasok data) N 1
LEMBAGA PENDIDIKAN SMK PPN Banjarbaru
2
SMK Sabumi
3
SMK Syuhada Teknologi
4
SMK PP Paringin
LOKASI
KOMPETENSI KEAHLIAN
KOMPETENSI RESPONDEN
Jl. Putri Junjung Buih, Banjarbaru Utara, Banjarbaru Utara, KOTA BANJARBARU Pandawa, Gang Arjuna No.1, Guntung Paikat, Banjarbaru Selatan, KOTA BANJARBARU Jl. Brigjen H. Hasan Basry No. 23, Pangeran, Banjarmasin Utara, KOTA BANJARMASIN Jl. A. Yani, Haur Batu, PARINGIN, KAB. BALANGAN 71614
-Perkebunan -Tanaman pangan dan Hortikultura - Penyuluhan - Geologi Pertambangan - Rekayasa perangkat lunak - Teknik kendaraan ringan - Teknik alat berat - Teknik Ins Listrik - Teknik Permesinan - Agribisnis Tanaman pangan dan hortikultura - Agrisnis Perkebunan -Tek. konstruksi kayu -Tek. Gambar Bangunan -Tek.Survei danPemetaan -Tek. Audio Video -Tek. elektronika Industri - Tek.Inst Tenaga Listrik - Tek.permesinan - Tek. Alat berat - Tek.komp dan jaringan
-Perkebunan -Tanaman pangan dan Hortikultura - Penyuluhan - Geologi Pertambangan
- Tek kendaraan jaringan - Tek alat berat - Tek Ins Listrik - TekPermesinan - Agr Tan pangan dan Hortikultura - Agrisnis Perkebunan --Tek.Survei Dan Pemetaan -Tek. Audio Video -Tek. elektronika Industri - Tek.Inst Tenaga Listrik - Tek.permesinan - Tek. Alat berat - Tek.komp dan jaringan
5
SMKN 5 Banjarmasin
Jl. Mayjen Sutoyo S No. 330, Pelambuan, BANJARMASIN BARAT, KOTA BANJARMASIN 71108
6.
SMKN 1 Sungai Loban
Blok A Sebamban I, Sari Mulya, Sungai Loban, KAB. TANAH BUMBU
- Perkebunan - Akuntansi
- Perkebunan
7
SMKN Kusan Hilir
Pembangunan, Pulau Salak, KUSAN HILIR, KAB. TANAH BUMBU
- Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura - Administrasi perkantoran
- Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura - Administrasi perkantoran
8
SMKN 1 Daha Selatan
Jl. Lingkar Selatan tumbukan Banyu, Tumbukan Banyu, DAHA SELATAN, KAB. HSS
- Teknik permesinan - Teknik sepeda motor - Busana Butik
- Teknik Permesinan
10
Fakultas Pertanian Unlam
Jl. A. yani Km 37 BANJARBARU 70714
11
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jl. A. yani Km 37 BANJARBARU 70714 Jl. Brigjen Hasan Basry Kayu Tangi BANJARMASIN 70123
12
Politeknik Negeri Banjarmasin
Jalan Brigjen H Hasan Basry Komplek Unlam BANJARMASIN 70123
13
Akademi Teknik Pembanguna n Nasional
Jl. Ir. PM Noor No.10 Simpang Empat Banjarbaru
14
SMKN PP Pleihari
Gagas, Angsau, PELAIHARI, KAB. TANAH LAUT
-
Ilmu HPT Ilmu Tanah Budidaya Pertania Teknologi Industri rkebuna Pronak -
Teknik Pertambangan Teknik lingkungan Teknik Sipil Teknik Kimia Teknik mesin Teknik Informatika Teknik Arsitektur Teknik Elektro Teknik Sipil Teknik Mesin D3 Alat Berat Tenik Pertambangan Tenik Elektro Teknik Mesin Teknik Komputer
- Agribis Ternak Unggas - Perawatan Kes Unggas - Penyuluhan Pertanian
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
-
Ilmu HPT Ilmu Tanah Budidaya Pertania Teknologi Industri perrkebuna Pronak
-
Teknik Pertambangan
- D3 Alat Berat -
Tenik Pertambangan Tenik Elektro Teknik Mesin Teknik Komputer
- Agribis Ternak Unggas - Perawatan Kes Unggas - Penyuluhan Pertanian
Page 44
Rekapitulasi
data
secara
keseluruhan
menunjukkan
jumlah
responden yang berhasil didata adalah 2089 responden yang berasal dari kompetensi Agribisnis dan Hortikultura sebanyak 657 responden, kompetensi Teknologi Rekayasa sebanyak 721 responden, pendukung sebanyak 695 responden dan Lembaga kursus sebanyak 16 responden. (Tabel 21 dan Gambar 9).
Tabel 21. Jumlah responden penelitian
LEMBAGA PENDIDIKAN
TAHUN LULUS 2009 2010 2011
Total
Kompetensi Agribisnis dan Agroindustri 1. SMKNPP Banjarbaru 2. SMKN 1 Sungai Loban
90
70
123
283
38
66
76
180
3. SMKN 1 Kusan Hilir
9
15
7
31
4. SMKN PP Paringin
5
4
26
35
5. SMKN PP Pelaihari
19
46
0
65
6. Fak. Pertanian Unlam
6 167
13 214
44 276
63 657
11
Total Kompetensi Tenologi Rekayasa 1. Fak. Teknik Unlam
11
35
57
2. Akademi Teknik Nasional 3. Politeknik Negeri Banjarmasin 4. SMKN 5 Banjarmasin
5
15
18
38
23
22
15
60
0
13
24
37
5. SMK Syuhada Teknologi
102
113
91
306
6. SMK Sabumi
33
47
34
114
7. SMKN 1 Daha Selatan
0
3
36
39
2 176
20 244
48 301
70 721
142
141
161
444
0 142
230 371
21 182
251 695
0
0
16
16
485
829
775
2089
8. SMK NU Total Pendukung 1. SMK Telkom 2. SMK 3 Banjarmasin Total Lembaga Kursus Total
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 45
Gambar 9. Jumlah responden berdasarkan tahun lulus pada masingmasing lembaga pendidikan
Secara umum, komposisi antara kedua bidang kompetensi agribisnis dan agroteknologi, memiliki komposisi jumlah yang seimbang yaitu kompetensi teknologi rekayasa sedikit lebih banyak yaitu 53 % sementara agribisnis dan agroindustri 47 % ( Gambar 10)
Gambar 10. Komposisi tenaga kerja sesuai kompetensi survei
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 46
Hasil survei menunujukkan bahwa alumni pria lebih banyak daripada wanita, baik pada kompetensi Agribisnis dan Agroindustri maupun Teknologi rekayasa. Pada rantang tahun 2009 – 2011 juga di dapati angkatan kerja pria lebih banyak dari wanita. Hal ini menujukkan bahwa di Kalimantan Selatan angkatan kerja pria lebih dominan daripada wanita di kedua bidang kompetensi tersebut ( Gambar 11.)
Gambar 11. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin
Kendala terbesar yang dialami Tim Peneliti adalah sulitnya mendapatkan data dari tiap sekolah tentang hasil trecer study. Hampir semua sekolah belum memiliki tracer study.
Penyelenggaraan Focus
Group Discussion yang pertama adalah mengundang seluruh lembaga pendidikan dan alumninya. Sekolah dan alumni dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri dan swasta, Perguruan Tinggi terkait dengan kompetensi pertambangan dan perkebunan serta Lembaga Pendidikan Kursus. Hasil FGD tersebut menunjukkan bahwa hampir semua lembaga pendidikan tersebut belum melakukan tracer study. melakukan, sebatas
Walaupun beberapa yang
alamat rumah dan status pekerjaan. Akhirnya
berbekal data alumni pun tetap mengalami kendala karena banyak yang Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 47
sudah pindah alamat, bahkan nomor telpon atau nomor telepon genggam yang tercantum sudah tidak aktif lagi. Usaha terakhir dengan cara melibatkan pihak sekolah untuk menelusuri alumninya dan tetap memanfaatkan
siswa
yang
sudah
terhubungi
untuk
menelusuri
keberadaan alumni yang lainnya. Untuk penelusuran alumni juga dilibatkan mahasiswa yang berstatus sebagai alumni dari SMK atau Lembaga Pendidikan Kursus yang merupakan lembaga pendidikan yang didata. Hasil
penelusuran
jumlah
siswa/mahasiswa
dari
kelompok
kompetensi agribisnis dan hortikultura yang berhasil didata menunjukkan jumlah yang berimbang dengan kompetensi teknologi dan rekayasa. Untuk lembaga kursus hanya 16 responden yang berhasil dihubungi dan didata. Hal ini karena berbagai hal, diantaranya adalah lembaga kursus sebagaian besar tidak mempunyai data kontak alumni baik nomor telepon maupun email. Walaupun ada hampir seluruhnya tidak dapat dihubungi. Bahkan dari
empat tempat kursus yang berhasil dihubungi dengan
telepon hanya 1 responden saja ( Gambar 11) Minat siswa untuk memilih SMK
sebagai jenjang pendidikan
lanjutan 46,23 % atas keinginan sendiri, 49,06 % atas keinginan orang tua selebihnya 4,47 % karena alasan lainnya seperti saran dari teman, paman, atau guru di sekolah sebelumnya.
Sementara alasan utama
masuk SMK 35,19 % adalah karena ingin langsung mendapatkan pekerjaan, alasan terbanyak adalah karena disarankan oleh orang tua yaitu 37,04 %.
Terbukti setelah mendapatkan pekerjaan,
67,47 %
menjawab bahwa ijazah dan ketrampilan yang didapat sewaktu di sekolah sangat berperan dalam mendapatkan pekerjaan, selebihnya 16,87 % menyatakan sedikit berperan dan 15,66 % menyatakan tidak berperan. Hal ini mungkin sejalan bila dihubungkan dengan kesesuaian bidang kompetensi di sekolah dengan di pekerjaan bahwa 66,4 % bekerja sesuai dengan bidang kompetensinya dan 33,6 % tidak sesuai ( Gambar 12.) Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 48
Gambar 12. Komposisi kesuaian bidang pekerjaan dengan kompetensi yang dimiliki
STATUS PEKERJAAN. Hasil survei menunjukkan bahwa persentase lulusan yang melanjutkan studi cukup tinggi. Pada kompetensi Teknologi Rekayasa lebih dari 26,2 % dari responden memilih melanjutkan studi. baik ke jenjang sarjana maupun pada pendidikan vokasional. Begitu juga pada bidang agribisnis dan agroindustri, yang melanjutkan studi juga cukup banyak yaitu 26%. Motivasi melanjutkan studi adalah mayoritas karena ingin mendapatkan posisi yang lebih baik pada pekerjaan nantinya, meskipun ada beberapa yang beralasan karena keinginan orang tua, Hal yang menarik adalah beberapa alumni SMK yang studi lanjut karena ingin menambah kemungkinan dapat diterima bekerja sesuai bidang yang diminati. Angkatan kerja yang berwirausaha di bidang agribisnis cukup rendah, yaitu sekitar 2 % saja Profesi sebagai wirausaha hanya sedikit yang memilih,yaitu sekitar 1,4 %. (Gambar 13).
Alasan memilih
berwirausaha sebagian karena melanjutkan usaha keluarga dan sebagian karena ingin menambah penghasilan.
Bidang yang ditekuni dalam
berwirausaha bervariasi. Pada kompetensi agribisnis dan agroindustri mereka berwirausaha diantaranya dengan membuat usaha perkebunan, Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 49
usaha tanaman hias, usaha pupuk organik. Pada teknologi rekayasa sebagian besar berwirausaha diantaranya dengan membuka bengkel, usaha spare part, las, editing foto, biro konsultan teknik,
Gambar 13. Status pekerjaan pada masing masing kompetensi
Dimensi kualitas Pada tingkat perguruan tinggi, tingkat kesesuaian masing masing kompetensi relatif
cukup tinggi yaitu yang tertinggi adalah
politeknik Banjarmasin D3 Alat Berat 100% bekerja pada bidang yang sesuai. Kemudian diikuti oleh fakultas teknik jurusan teknik pertambangan Universitas Lambung Mangkurat 96,15 % , akademi teknik pembangunan nasional 75 %% dan fakultas pertanian Universitas Lambung Mangkurat 71, 23 %.
Hal ini karena berkembangnya perusahaan pertambangan
batubara dan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan selatan yang meemerlukan tenaga dengan kompetensi tersebut.
Pada tingkat
SMK tingkat kesesuaian pada teknologi rekayasa cukup tinggi seperti SMK NU 97,56 % bekerja pada bidang yang sesuai, SMK Sabumi 91,67%, dan yang terendah adalah SMK Daha Selatan 28,57% yang baru meluluskan dua kali periode kelulusan yaitu tahun 2011 dan 2012. Pada bidang Agrisnis dan agroteknologi yang menempati posisi
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 50
kesesuaian terendah adalah SMKN 1 Sungai Loban yaitu hanya 4,2 % yang bekerja dibidang yang sesuai,
Tabel 22. Tingkat kesesuaian pekerjaan dengan kompetensi lulusan AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI
SESUAI
TIDAK SESUAI
SMKNPP Banjarbaru
33,7%
66,3%
SMKN 1 Sungai Loban
4,2%
95,8%
SMKN 1 Kusan Hilir
56,7%
43,3%
SMKN PP Paringin
62,9%
37,1%
SMKN PP Pelaihari
52,9%
47,1%
Fak. Pertanian Unlam Teknologi Rekayasa Fak. Teknik Unlam Akademi Teknik Nasional Politeknik Negeri Banjarmasin SMKN 5 Banjarmasin SMK Syuhada Teknologi SMK Sabumi SMKN 1 Daha Selatan SMK NU
71,2%
28,8%
96,15% 75,00% 100,00% 88,46% 78,95% 91,67% 28,57% 97,56%
5,71% 17,14% 0,00% 8,57% 45,71% 5,71% 14,29% 2,86%
Dimensi tempat
Daerah asal siswa/mahasiswa sebagian besar dari sekitar lokasi sekolah/perguruan tingginya, dan beberapa dari kabupaten kota lainnya di Kalimantan Selatan lainnya seperti Barito Kuala, Tanah Bumbu, Paringin, Banjar, Tanah Laut, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Tabalong, dan Kotabaru.
Tetapi pada tingkat mahasiswa
sebagian berasal dari Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 51
Berdasarkan lokasi tempat kerja, pekerja yang bekerja di dalam kota didominasi oleh pekerja dari kompetensi teknologi rekayasa, di luar kota di dominasi oleh Agribisnis dan agroindustri, Untuk luar propinsi juga didominasi oleh teknologi rekayasa.
Tidak ada angkatan kerja yang
bekerja di luar negeri (Gambar 14).
Gambar 14. Penyebaran Angkatan kerja di seluruh bidang kompetensi
WAKTU TUNGGU
Dari hasil tracer study, rata-rata waktu tunggu lulusan Perguruan Tinggi di wilayah kota Kalimantan Selatan
relatif sangat baik, terlihat
lulusan Perguruan tinggi lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibanding SMK. Pengamatan terlihat pada waktu tunggu pada Poliban dan Faperta Unlam didominasi oleh waktu tunggu terpendek yaitu 3 bulan. Sebagian besar Alumni SMKN 5 Banjarmasin, SMK NU dan SPPN Banjarbaru relatif lebih cepat mendapatkan pekerjaan dibanding SMK lainnya. Waktu tunggu tertinggi adalah pada SMKN 1 Kusan Hilir.( Gambar 15 dan 16). Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 52
Gambar 15. Rata rata waktu tunggu pada masing masing lembaga pendidikan
.
Gambar 16. Lama waktu tunggu memperoleh pekerjaan pada Masing-masing kompetensi
Hasil survei tentang waktu tunggu menunjukkan bahwa 54 % lulusan mendapatkan pekerjaan dari 0 – 3 bulan. Selanjutnya yang 24 % baru mendapatkan pekerjaan dari 3- 6 bulan. Proporsi terkecil adalah 6 9 bulan yaitu sekitar 4 – 9 %. Walaupun ada sekitar 12-18% waktu tunggunya mencapai satu tahun.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 53
Gambar 17. Lama waktu tunggu pada masing masing kompetensi
INDEX PENYELARASAN
Berdasarkan rumus alignamen indeks pada Bab Metode dengan memasukkan data waktu tunggu dan lokasi tempat bekerja dan tempat sekolah maka diperoleh AI masing masing sekolah pada kelompok kompetensi agribisnis dan agroindustri dan AI masing masing sekolah pada kelompok teknologi rekayasa sebagai berikut : Tabel 23. AI masing masing sekolah pada kompetensi agribisnis dan agroindustri
AI SPPN PELAIHARI data penyelarasan angkatan 2009 wt lokasi DK LK LP LN 3 bulan 0,333333 0,111111 0 6 bulan 0 0,111111 0 9 bulan 0 0 0 12 bulan 0 0,222222 0,111111
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010 wt lokasi DK LK LP LN 3 bulan 0,083333 0,083333 0 6 bulan 0,041667 0,125 0,041667 9 bulan 0 0,041667 0 12 bulan 0,083333 0,25 0,208333
0 0 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 54
FAPERTA UNLAM data penyelarasan angkatan 2009 wt l oka s i DK LK LP 3 bulan 0,235294 0,117647 6 bulan 0,117647 0,117647 9 bulan 0,058824 0,058824 12 bulan 0 0,117647
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010 wt l oka s i DK LK LP 3 bulan 0,333333 0,291667 6 bulan 0,041667 0,15 9 bulan 0 0 12 bulan 0 0
0 0 0 0
LN 0 0 0 0
LN
data penyelarasan angkatan 2011 wt l oka s i DK LK LP LN 3 bulan 0,096154 0,5 0,038462 6 bulan 0,076923 0,115385 0 9 bulan 0,019231 0 0 12 bulan 0,019231 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
0 0 0 0
0 0 0 0
Page 55
SMK PPN BANJARBARU data penyelarasan angkatan 2009 DK LK LP LN 3 bulan 0,157895 0,263158 0 6 bulan 0,105263 0,052632 0,052632 9 bulan 0 0 0 12 bulan 0,105263 0,157895 0 > 12 bulan 0,052632 0,052632 0 data penyelarasan angkatan 2010 1 2 3 1 0,070175 0,052632 0,087719 2 0,017544 0,087719 0 3 0,052632 0,070175 0 4 0,017544 0,035088 0 data penyelarasan angkatan 2011 DK LK LP LN 3 bulan 0,142857 0,107143 0,178571 6 bulan 0,035714 0,178571 0 9 bulan 0,107143 0,142857 0 12 bulan 0 0,035714 0 > 12 bulan 0,035714 0,035714 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
0 0 0 0 0 4 0 0 0 0
0 0 0 0 0
Page 56
SPP PARINGIN data penyelarasan angkatan 2009 wt l oka sDK i LK LP 3 bulan 0 0,20000 6 bulan 0 0,20000 9 bulan 0,2000 0 12 bulan 0,4000 0
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010 wt l oka sDK i LK LP 3 bulan 0 0,50000 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0 12 bulan 0 0,50000
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2011 wt l oka sDK i LK LP 3 bulan 0 0,038462 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0,307692 12 bulan 0 0,653846
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
LN 0 0 0 0
LN 0 0 0 0
LN 0 0 0 0
0 0 0 0
Page 57
SMKN 1 KUSAN HILIR data penyelarasan angkatan 2009 wt l oka s i DK LK LP 0 0 3 bulan 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0 12 bulan 0,666667 0,333333
LN 0
0
0 0 0
0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010 wt
l oka s i
DK
LK
3 bulan
0
6 bulan
0 0 0,666667
9 bulan 12 bulan
LP 0
0
0
0 0 0 0 0,2 0,133333
0 0 0
data penyelarasan angkatan 2011 wt l oka s i DK LK LP 0 0 3 bulan 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0 12 bulan 1 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
LN
LN 0
0
0 0 0
0 0 0
Page 58
Tabel 24. AI masing masing sekolah pada teknologi rekayasa
POLIBAN D3 ALAT BERAT data penyelarasan angkatan 2009 DK LK LP LN 3 bulan 0,565217 0,086957 0 6 bulan 0 0,086957 0,043478 9 bulan 0 0,043478 0 12 bulan 0 0,086957 0
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2010 DK LK LP 3 bulan 0,73913 0,130435 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0,043478 12 bulan 0 0
0 0 0 0
data penyelarasan angkatan 2011 DK LK LP 3 bulan 0,866667 0,133333 6 bulan 0 0 9 bulan 0 0 12 bulan 0 0
LN 0 0 0 0
LN 0 0 0 0
ATPN BANJARBARU data penyelarasan DK LK LP LN 3 bulan 0,076923 0,076923 0,269231 6 bulan 0,038462 0,076923 0,115385 9 bulan 0 0,038462 0,115385 12 bulan 0,038462 0,076923 0,038462
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
0 0 0 0
0 0 0 0
Page 59
SMK NU BANJARMASIN data penyelarasan angkatan 2009 DK LK LP 3 bulan 1,0000 0,0000 6 bulan 0,0000 0,0000 9 bulan 0,0000 0,0000 12 bulan 0,0000 0,0000 data penyelarasan angkatan 2010 DK LK LP 3 bulan 0,2500 0,0500 6 bulan 0,0500 0,1500 9 bulan 0,0000 0,0000 12 bulan 0,0500 0,0000 data penyelarasan angkatan 2011 DK LK LP 3 bulan 0,3750 0,0208 6 bulan 0,0833 0,0417 9 bulan 0,0208 0,0000 12 bulan 0,0000 0,0000
LN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
LN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
LN 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
SMK 5 BANJARMASIN DK LK LP LN 3 bulan 0 0,02439 0 6 bulan 0,195122 0,02439 0,02439 9 bulan 0 0,02439 0 12 bulan 0 0,02439 0 > 12 bulan 0,512195 0,146341 0,02439
0 0 0 0 0
FT UNLAM data penyelarasan DK LK LP LN 3 bulan 0 0,272727 0 6 bulan 0 0 0 9 bulan 0,2 0,309091 0 12 bulan 0,163636 0 0,054545
0 0 0 0
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 60
Tabel 25.
AI pada lembaga kursus
LPK BORNEO TRAINING CENTRE data penyelarasan lembaga DK LK LP 3 bulan 0,5000 0,2500 6 bulan 0,0000 0,0000 9 bulan 0,1250 0,0000 12 bulan 0,0000 0,0000
LN 0,1250 0,0000 0,0000 0,0000
0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
LPK WAHANA VIDIA BANJARMASIN data penyelarasan lembaga DK LK LP LN 3 bulan 0,4000 0,0000 0,0000 0,0000 6 bulan 0,4000 0,0000 0,0000 0,0000 9 bulan 0,2000 0,0000 0,0000 0,0000 12 bulan 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis sisi pasokan dunia pendidikan dalam dimensi kualitas, kuantitas, lokasi dan waktu di kota Banjarmasin, dapat disimpulkan bahwa: 1. Jumlah lulusan SMK yang dihasilkan dunia pendidikan di Kalimantan Selatan per tahun sebesar 7821 orang, diantaranya hanya 657 orang dengan kompetensi Agribisnis dan agroindustri. Padahal sektor pertanian masih menjadi penyerap tenaga kerja terbesar yakni mencapai 38,20 persen dari jumlah seluruh penduduk yang bekerja. 2. Sebagian besar lulusan memiliki kompetensi diluar kompetensi unggulan koridor ekonomi unggulan daerah sehingga belum mampu memenuhi pangsa pasar tenaga kerja, sedangkan angkatan kerja yang berwirausaha hanya kurang 2%. 3. Pemilihan SMK berdasarkan keinginan sendiri sebesar 46,23%, sedangkan berdasarkan pilihan keinginan orang tua sebesar 49,06%. 4. Alumni dari perguruan tinggi bekerja sesuai kompetensi sebesar 71,23-100% sedangkan level SMK antara 4,2% - 91,69%. 5. Lokasi tempat bekerja dari kompetensi teknologi rekayasa didominasi bekerja di perkotaan sedangkan kompetensi agribisnis dan agroindustri pada luar kota, namun tidak ada alumni yang bekerja di luar negeri
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 62
6. Waktu tunggu terpendek kurang dari 3 bulan adalah alumni poliban dan Fakultas Pertanian Unlam, sedangkan level SMK adalah dari alumni SMK 5, SMK NU dan SPPN Banjarbaru dengan persentase 54%. 7. Waktu tungu teknologi rekayasa dan sekolah vokasional bekerja setelah lulus dan umumnya mereka bekerja di sektor Perkebunan dan Pertambangan 8. Cukup tinggi tingkat keselarasan lulusan pendidikan Vokasional dan Perguruan Tinggi Penilaian AI untuk tiap-tiap perguruan tinggi /sekolah vokasional menunjukkan bahwa institusi pendidikan dengan program yang spesifik di
bidang Teknik Pertambangan
dan Alat berat mendapatkan AI yang relatif tinggi.
5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan maka dapat disarankan : 1. Kebutuhan tenaga kerja akan terus meningkat sehingga perlu adanya kerjasama yang lebih baik antara dunia pendidikan dan pihak DUDI untuk menciptakan tenaga kerja yang memenuhi standar kuantitas, berkualitas dan kontinuitas. 2. Ketersediaan, kelengkapan dan kemutahiran data lulusan di tiaptiap institusi penyelenggara pendidikan sangatlah diperlukan. Untuk itu diperlukan Kerjasama antara institusi penyelenggara pendidikan dengan para lulusannya dalam hal pengisian dan pemutahiran data alumni dapat dilaksanakan secara periodik baik sebelum dan sesudah wisuda, melalui mekanisme temu alumni, bursa kerja, email, forum mailing list angkatan, atau jejaring sosial.
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 63
LAMPIRAN
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 64
Lampiran. Dokumentasi Pelaksanaan Focus Discussion Group
FGD dengan Alumni SMK pada 2 Oktober 2012
FGD dengan alumni SMK pada 3 NOVEMBER 2012
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 65
FGD dengan alumni SMK pada 3 NOVEMBER 2012
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 66
Kegiatan FGD dengan Kepala sekolah
Laporan UNLAM – P1 - 2012 - KOTA BANJARMASIN
Page 67