LAPORAN PENELITIAN
KAJIAN PERILAKU SWAMEDIKASI PENDERITA TUKAK PEPTIK TERHADAP PENGGUNAAN ANTI TUKAK PEPTIK YANG MENGUNJUNGI APOTEK DI KOTAMADYA PONTIANAK
Oleh :
Eka Kartika Untari S.Farm., Apt
198301192008122001
Siti Nani Nurbaeti, S.Farm., M.Si ., Apt
198411302008122004
Esy Nansy S.Far., Apt
198210132008122002
Dibiayai Oleh Dana DIPA FKIK UNTAN Tahun 2010 Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2010
BAB. I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG Swamedikasi merupakan tindakan yang diambil sendiri oleh seseorang untuk meningkatkan kesehatan, mencegah maupun mengobat penyakit, maka dapat dinyatakan sebagai self-medication, sedangkan upaya untuk merawat diri sendiri dalam rangka menjaga atau meningkatkan kesehatan dapat dinyatakan sebagai self-care. Tindakan swamedikasi mencakup pemilihan dan penggunaan obat-obatan atas inisiatif sendiri. Obat-obatan yang digunakan adalah obat tanpa resep, hingga obat wajib apotek, termasuk juga produk herbal, fitofarmaka, dan suplemen. Aktivitas ini dapat diawali oleh individu itu sendiri atau dengan rekomendasi tenaga kesehatan profesional. Kecenderungan swamedikasi meningkat seiring dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang penyakit ringan dan gejala yang menyertai, motivasi untuk mencegah atau mengobati penyakit ringan yang mampu dikenali sendiri, ketersediaan dan kemudahan mendapatkan obat-obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter/ OTR/ OTC (Obat Tanpa Resep/ Over The Counter) secara luas dan terjangkau untuk mengatasi penyakit ringan atau gejala yang muncul, serta diterimanya pengobatan tradisional sebagai bagian dari sistem kesehatan. Tukak peptik merupakan keluhan yang sering dialami oleh sebagian besar masyarakat, hal ini ditandai dengan meningkatnya pembelian OTR untuk keluhan tukak peptik (antasida). Antasida adalah OTR urutan ketiga terbesar dari jumlah penjualan OTR di Amerika (APHA, 2002). Keluhan tukak peptik yang ditandai dengan gejala yang beraneka ragam memicu produsen obat untuk memproduksi anti tukak dengan formulasi yang berbeda-beda sehingga OTR anti tukak maupun antasida yang beredar hingga ratusan merek dagang. Maka kecenderungan penderita tukak peptik untuk melakukan swamedikasi dapat meningkat seiring dengan perkembangan produksi dari Obat Tanpa Resep, untuk itu perlu diketahui ketepatan dan keefektifan penggunaan OTR anti tukak peptik dalam rangka pelaksanaan swamedikasi oleh penderita. Ketepatan dan keefektifan dari pemilihan obat-obatan adalah untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat serta kesesuaian obat dengan penyakit serta penderitanya. Selain itu, dapat memberikan perlindungan kepada konsumen (penderita) apabila proses swamedikasi dibimbing oleh tenaga kesehatan profesional yaitu Apoteker
1
yang memahami tentang penggunaan obat pada saat obat tersebut dijual (diberikan) di Apotek. Apotek yang berada di kotamadya Pontianak sebanyak 36 unit, tersebar di 6 kecamatan. Penyebaran apotek di kotamdya Pontianak telah cukup memadai, namun dalam pelayanan kefarmasiannya perlu diperhatikan dan dipantau lebih lanjut, mengingat masyarakat kota Pontianak memiliki potensi dan kecenderungan yang besar untuk melakukan swamedikasi, sehingga dengan kajian ini maka dapat diperoleh informasi tentang perilaku swamedikasi keluhan tukak peptik masyarakat yang mengunjungi apotek di kotamadya Pontianak. Perilaku tersebut apakah memenuhi aspek appropriatness dan effectiveness.
2. TUJUAN KEGIATAN Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan penggunaan anti tukak peptik oleh pengunjung apotek di Kotamadya Pontianak dalam rangka swamedikasi oleh penderita itu sendiri.
3. MANFAAT KEGIATAN Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut : 1. Memberikan informasi tentang ketepatan dan keefektifan penggunaan anti tukak peptik oleh penderita di Kotamadya Pontianak dalam rangka swamedikasi 2. Memberikan informasi sebagai monitoring maupun bahan evaluasi penggunaan obat oleh masyarakat di Kotamadya Pontianak
2
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA
A. Swamedikasi Menurut WHO tahun 1998, swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan dan penggunaan obat-obatan (termasuk produk herbal dan tradisional) oleh individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dapat dikenali sendiri. Swamedikasi memberikan keuntungan, yaitu kepraktisan dan kemudahan untuk melakukan tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah (Rantucci, 1997). Penggunaan obat tanpa resep dalam swamedikasi menuntut kepastian bahwa obat yang digunakan aman, berkualitas serta memberikan efikasi yang diharapkan (Holt and Hall, 1990). Depkes RI menunjukkan bahwa penggunaan OTR meningkat, bila masyarakat mengalami suatu gejala sakit, maka tindakan masyarakat adalah : 1.
Dibiarkan
5%
2.
Diobati dengan cara sendiri 5%
3.
Diobati dengan jamu 9%
4.
Memakai obat bebas 63%
5.
Ke dokter atau puskesmas
18%
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 15ayat 4 menyebutkan bahwa dalam upaya penggunaan obat yang benar oleh masyarakat, Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat (Depkes RI, 1996). Bentuk pelayanan harus mencakup pemberian informasi yang mendukung penggunaan obat yang benar dan rasional, monitoring penggunaan obat untuk mengetahui tujuan akhir serta kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) (Depkes RI, 2009).
B. Tukak Peptik Etiologi Tukak Peptik Katekolamin akan mengurangi sekresi asam lambung dan pepsin, sedangkan insulin, alkohol dan kopi meninggikan. Antiinflamasi steroid dan kortikosteroid menurunkan sistem pertahanan gastroduodenal sehingga meningkatkan sifat korosif pepsin dan HCl (Ganiswara, 1995).
3
Peningkatan pepsinogen I dalam serum terlihat pada 50% pasien tukak duodenum. Hal ini diduga diturunkan sebagai sifat bawaan. Ulkus peptik lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, diduga karena jumlah sel parietal pada wanita lebih sedikit daripada pria. Peran faktor psikis dalam etiologi tukak lambung masih kontroversial. Ansietas kronik dan stres psikis dapat merupakan faktor kekambuhan. Resesitensi mukosa usus dan daya regenari mukosa gastro duodenal menurun antara lain menurunnya sirkulasi berhubungan engan aktivitas simpatis yang meninggi (Ganiswara, 1995).
Mekanisme Pertahanan Asam Lambung, Pepsin, dan Mukosa Mukosa lambung, pilorus dam kardia mengeluarkan mukus, sehingga mukosanya tahan asam lambung. Sel parietal di fundus dan korpus mengeluarkan HCl dan chief cell mengeluarkan pepsinogen. Pepsinogen dikatalisis oleh HCl menjadi pepsin, suatu enzim proteolitik. Bila produksi asam lambung dan pepsin tidak berimbang dengan sistem pertahanan gastroduodenal maka akan terjadi tukak peptik di esofagus, lambung dan atau duodenum. Pada perangsangan saraf parasimpatik akan dilepaskan asetilkolin yang meninggikan sekresi asam lambung dan pepsin, tetapi peran histamin dalam merangsang sekresi asam lambung jauh lebih kuat daripada asetilkolin. Sedangkan perangsangan saraf simpatik mengurangi sekresi zat tersebut. Gastrin merupakan perangsang sekresi asam lambung dan pepsin. Sekresi gastrin sendiri akan meninggi pada keadaan distensi antrum, dan pH lambung yang tinggi. Sekresi ini akan dihambat pada distensi antrum yang berlebihan dan bila pH lambung mencapai 1,2-1,5. Jumlah gastrin pada tukak duodenum lebih banyak dibandingkan dengan pasien tukak lambung atau orang sehat (ApHA, 2002).
4
Tabel I. Perbandingan secara klinis antara GERD, PUD, dan Gastritis (ApHA, 2002) GERD Etiologi
PUD
Gastritis
Refluks abnormal yang Kerusakan
mukosa Inflamasi
mukosa
yang lambung
yg
menyebabkan isi dari lambung lambung
masuk
ke disebabkan
esogfagus
oleh
H. disebabkan berbagai
Pylori , NSAID, atau faktor obat ulserogenik
:
H.
Pylori,agen penginfeksi, alkohol,
obat,
penyakit autoimun, penyebab
penyakit
lainnya Penanda dan Heartburn, regurgitasi Sakit perut dengan rasa Nyeri gejala
(muntah disfagia,
kembali), terbakar dan nyeri pada dan odinofagia, epigastrik,
dispepsia, nyeri dada, penuh batuk
kronik,
laringitis,
dispepsia
perasaan mungkin terjadi
pada
perut,
asma, kembung, pada pasien
sendawa, lansia
erosi rongga mulut Komplikasi
abdominal
:
pusing, lemah
Erosif esofagitis, ulcer Perforasi, esofageal
anoreksia,
penetrasi, Gastric
perdarahan GI
atropi,
hipergastrinemia, kanker gastrik
Tujuan
1. meringankan gejala
pengobatan
2. menyembuhkan jaringan esofageal 3. mencegah komplikasi 4. mencegah kekambuhan GERD
1. meringankan gejala
Menyembuhkan anemia
pernisiosa,
2. Eradiksi H. Pylori dan inflamasi pada (jika terinfeksi)
jaringan
3. menyembuhkan jaringan 4. mencegah komplikasi 5. mencegah kekambuhan
5
Pengobatan
Modifikasi gaya hidup GERD antasid/
ringan H2Ras
Jika :
atau
terinfeksi
Pylori
,
H. Vitamin
B12
eradiksi: parentral
(jika
antibiotik
+ muncul
PPI (OTR)
antisekretori
GERD sedang-parah :
PPI, H2Ras, sukralfat H. pylori
PPI (peresepan)
(untuk
anemia
pernisiosa), eradiksi
menyembuhkan), antasid, H2Ras (untuk mengurangi nyeri)
C. Obat-obat Swamedikasi untuk Tukak Peptik Antasida (Senyawa magnesium, alumunium dan bismut, hidrotalsit, kalsium karbonat, Na-bikarbonat) Zat pengikat asam atau antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk megikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah peningkatan pH yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin (optimal pH 2). Diatas pH 4, aktivitas pepsin menjadi minimal. Penggunaannya bermacam-macam, selain pada tukak lambung-usus, juga pada indigesti dan rasa terbakar, pada refliks esofagitis ringan, dan pada gastritis. Obat ini mampu mengurangi rasa nyeri pada lambung dengan cepat. Efeknya bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila diminum 1 jam setelah makan (Tjay dan Rahardja, 2002).
H2Ras (Histamine2 Reseptor antagonis : Simetidin, ranitidin, famotodin) Obat ini menempati reseptor histamin H2 secara selektif di permukaan sel parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin dikurangi. Efektivitas obat-obat ini pada penyembuhan tukak lambung dan usus dengan terapi kombinasi melebihi 80% (Tjay dan Rahardja, 2002).
Obat lainnya yang sinergis Sukralfat : dapat membentuk suatu kompleks protein pada permukaan tukak, yang melindungi terhadap HCl, pepsin, dan empedu. Kompleks ini bertahan 6 jam disekitar tukak.
6
Disamping itu, zat ini juga menetralkan asam, menhan kerja pepsin, dan mmengadsorpsi asam empedu. Dosis esofagitis 4 dd 1 g pc dan sebelum tidur, tukak lambung/usus 4 dd 1 g 0,5 jam ac dan sebelum tidur selama 4-6 minggu bila perlu 12 minggu, profilaksis kambuh tukak 2 dd 1 g sebelum makan pagi dan sebelum tidur (Tjay dan Rahardja, 2002). Dimetikon (simetikon) : Dimetikon bersifat menurunkan tegangan permukaan, hingga gelembung-gelembung gas dalam lambung-usus lebih udah penguraiannya menjadi gelembung yang lebih kecil yang diresorpsi oleh usus. Oleh karena itu zat ini sangat efektif pada keadaan dimana terkumpul banyak gas didalam lambung atau usus, dengan gejala flatulensi, dan sering bertahak (metorisme). Kadang-kadang timbul perasaan nyeri diperut akibat rangsangan gelembung-gelembung gas terhadap dinding usus. Dosis 3 dd 40-8- mg dikunyah pada waktu makan (Tjay dan Rahardja, 2002).
PPI OTR (Omeprazol/OWA) Senyawa benzimidazol ini adalah penghambat pompa proton pertama yang digunakan dalam terapi untuk menurunkan dengan sangat kuat produksi asam lambung. Penggunaannya sama dengan H2 bloker pada gastritis, ulkus ventrikuli sedang, ulkus duodenum, dan sindrom Zoolinger-Ellison. Dosis gastritis dan tukak 1 dd 20-40 mg (kapsul enteric coated) selama 4-8 minggu, profilaksis tukak usus 1 dd 10-20 mg (Tjay dan Rahardja, 2002).
7
BAB . II METODOLOGI PENELITIAN
1. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini merupakan suatu survei observasional epidemiologik dengan rancangan deskriptif-evaluatif. 1. Alat yang digunakan adalah kuisioner 2. Jalannya penelitian : a. Persiapan Dilakukan pembuatan kuisioner dan uji validitas serta reabilitas kuisioner. Uji validitas yang dilakukan adalah validitas content atau isi untuk memenuhi salah satu syarat ketepat ukuran suatu alt ukur. Uji rebilitas dengan metode alpha cronbach dilakukan terhadap sampel yang mempunyai karakterisitik yang mirip dengan subjek uji yang sesungguhnya, untuk memenuhi syarat ketelitian suatu alat ukur (alpha : 0,70) b. Penentuan responden Responden adalah masyarakat yang memiliki keluhan tukak peptik dan melakukan swamedikasi terhadap penyakit/ keluhannya yang mengunjungi apotek di Kotamadya Pontianak, baik yang membeli OTR, OWA, maupun produk herbal dengan metode pengambilan sampel responden secara accidental sampling method. c. Penyebar kuisioner Dilakukan oleh petugas apotek yang sebelumnya melalui Apoteker Pengelola Apotek telah menyatakan bersedian dan menerima penjelasan perihal kriteria inklusi responden. Kuisioner dikembalikan pada saat pengisian (hari itu juga) agar tidak bermasalah dalam hal pengembalian, dan diharapkan kuisioner terisi semuanya. d. Rekapitulasi, pengolahan, dan analisis data Rekapitulasi data dilakukan setelah semua kuisioner terkumpul. Pengolahan data dilakukan berdasarkan hasil rekapitulasi data dengan metode statistik deskriptif. Menurut Cippole (1991), analisis kerasionalan swamedikasi dikaji dengan 2 parameter yaitu : kesesuaian (appropriateness) dan keefektifan (effectiveness).
8
2.JADWAL PELAKSANAAN
Kegiatan
Bulan Juli
Agustus
September
Oktober
1. Identifikasi dan orientasi masalah 2. Persiapan -
Persiapan lokasi
-
Rapat persiapan teknis
3. Pelaksanaan kegiatan penelitian 4. Evaluasi program 5. Penyusunan laporan akhir
9
BAB. IV
PEMBAHASAN
Penyakit tukak lambung atau lebih populer dikenal dengan penyakit maag merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat khususnya di Pontianak. Penyakit tersebut banyak disepelekan oleh masyarakat karena diangap penyakit ringan. Namun faktanya penyakit tukak lambung merupakan penyakit berbahaya jika dibiarkan secara menahun (kronis). Dilain sisi penyakit tukak lambung merupakan jenis penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi). Adapun alasan masyarakat memilih swamedikasi daripada berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu antara lain adalah tingkat pengetahuan masyarakat meningkat seiring dengan mudahnya informasi didapat baik melalui media cetak (misal: buku, majalah, dan lain-lain), media elektronik (misal: tv, radio, internet, dan lain-lain), hingga dikarenakan swamedikasi dipilih karena lebih ekonomis daripada harus berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu. Maka dalam pelaksanaan swamedikasi harus mengikuti tata laksana pengobatan tukak lambung yang benar, masyarakat harus dibekali dengan pengetahuan yang baik tentang penyakitnya, obat-obat yang digunakan untuk penyakit tersebut, dan informasi lain yang mendukung. Ironisnya masih banyak masyarakat yang belum melakukan swamedikasi penyakit tukak lambung dengan benar. Berdasarkan fenomena tersebut mempelopori untuk dilakukannya penelitian ini. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. KARAKTERISTIK RESPONDEN Adapun responden yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 100 orang dengan karakteristik sebagai berikut :
Tabel II. Karakteristik Responden Karakteristik Umur < 16 tahun 16-36 tahun 36-56 tahun > 56 tahun Tidak ada data
Jumlah N= 100
Presentasi (%)
2 79 19 0 0
2% 79% 19% 0% 0%
10
Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMU/sederajat D1/D2/D3/sederajat S1 S2 Tidak ada data
0 0 9 57 6 24 3 1
0% 0% 9% 57% 6% 24% 3% 1%
Pekerjaan Wiraswasta Karyawan swasta Pegawai negeri Ibu rumah tangga Sekolah Mahasiswa Tidak ada data
14 24 19 4 9 22 8
14% 24% 19% 4% 9% 22% 8%
Jenis kelamin Wanita Pria Tidak ada data
11
2. KAJIAN KERASIONAL SWAMEDIKASI PERILAKU SWAMEDIKASI PENDERITA TUKAK PEPTIK TERHADAP PENGGUNAAN ANTI TUKAK PEPTIK
2.2. Parameter kesesuaian / appropriateness
Dari hasil survey terdapat ketidaksesuaian pengenalan penyakit, hal ini terlihat dari beberapa parameter diantaranya : Tabel III. Pengenalan Penyakit Hasil kuesioner
Jumlah
Gangguan
lambung 15
dirasakan
pertama
Persentase 15%
kalinya/bukan kambuhan Gangguan lambung bersifat 84
84%
kambuhan Tidak menjawab
1
1%
Dari hasil penelitian terdapat gangguan lambung dialami untuk pertama kalinya atau bukan kambuhan oleh responden sekitar 15%, hal tersebut menunjukkan adanya ketidakrasionalan dalam pengobatan swamedikasi tukak lambung. Hal ini disebabkan pasien yang baru pertama kali menderita tukak lambung penegasan diagnosisnya harus berdasarkan base evidence medicine yaitu perlunya penegasan diagnosa dokter karena penyakit tukak lambung merupakan bukan jenis penyakit self recognized illnesses jika itu baru pertama kali. Adapun hasil survey yang menunjukkan tentang peran dokter dalam swamedikasi oleh penderita tukak lambung dapat dilihat pada tabel IV.
12
Tabel IV. Kedatangan Penderita ke Dokter untuk Pemeriksaan Penyakit Hasil kuesioner Pernah
Jumlah melakukan 58
Persentase 58%
pemeriksaan kedokter ketika mengalami tukak lambung Tidak
pernah
melakukan 39
39%
pemeriksaan kedokter ketika mengalami tukak lambung Tidak menjawab
3
3%
Dari hasil survey 39% terlihat tidak melakukan swamedikasi dengan benar, hal ini disebabkan 39% responden melakukan swamedikasi tukak lambung tanpa sebelumnya memeriksakan kedokter penyakitnya. Hal tersebut tidak sesuai karena penyakit tukak lambung merupakan jenis penyakit yang membutuhkan diagnosa dokter ketika pertama kali pasien menderita tukak lambung. Masyarakat (penderita) seharusnya berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu untuk mengenal penyakit yang dideritanya. Swamedikasi yang baik apabila penyakit tersebut telah dikonsultasikan atau atas dasar diagnosa dari dokter dan dalam pemilihan obatnya disertai dengan pemberian informasi oleh Apoteker (tenaga kesehatan). Tabel V. Pengenalan Penyakit dengan Diagnosa Dokter Hasil kuesioner Pernah
Jumlah
didiagnosa
dokter 60
Persentase 60%
mengalami gangguan tukak lambung Tidak
pernah
didiagnosa 35
35%
dokter mengalami gangguan tukak lambung Tidak menjawab
5
5%
Dari hasil survey penelitian terdapat 35 % responden yang melakukan swamedikasi kurang sesuai, karena melakukan pengobatan swamedikasi tukak lambung tanpa pernah didiagnosa oleh dokter.
13
2.2. Parameter kefektifan Efektivitas dalam swamedikasi pengobatan tukak lambung adalah bagaimana pasien dapat mengobati penyakit tukak lambung secara tepat sesuai dengan gejala penyakit yang dirasakan. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel VI. Gejala yang dirasakan terkait dengan jenis Gangguan Lambung Gejala yang dirasakan
Jumlah
Neri ulu hati, rasa panas kerongkongan, muntah 41
Persentase 41%
setelah makan berlebih/makanan berlemak Sakit perut seperti terbakar, perasaan penuh pada 33
33%
perut, kembung Nyeri pada perut namun dengan obat antasida 26
26%
biasa tidak sembuh
Dari hasil survey 41 % mengalami gangguan lambung jenis GERD (Gastro esphagus reflux deasease) karena mengalami gejala yang sesuai untuk jenis tukak tersebut. Sedangkan 33 % mengalami gangguan lambung jenis Peptic Ulcer dan 26 % mengalami gangguan lambung jenis gastritis. Dalam pengobatan GERD dapat digunakan modifikasi gaya hidup, GERD ringan : antasid/, H2Ras atau PPI (OTR), GERD sedang-parah : PPI (peresepan). Sedangkan pada pengobatan Peptic ylcer dapat digunakan Jika terinfeksi H. Pylori , eradiksi: antibiotik + antisekretori PPI, H2Ras, sukralfat (untuk menyembuhkan), antasid, H2Ras (untuk mengurangi nyeri). Dilain sisi pada pengobatan gastritis dapat digunakan Vitamin B12 (jika muncul anemia pernisiosa), eradiksi H. Pylori, dan kortikosteroid karena terjadi radang. Dari survey didapatkan hasil penelitian sebagai berikut : Tabel VII. Obat yang digunakan terkait dengan Jenis Gangguan Lambung Obat yang diminum Antasida : mylanta, promag, dan lain-lain Simetidin, famotidin, dan ranitidin Omeprazole
Jumlah 65 10 17
Persentase 65% 10% 17%
Sukralfat
2
2%
Antibiotik
6
6%
14
Dari hasil penelitian didapatkan 65% responden mengobati gangguan lambung dengan golongan antasida. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan informasi yang didapatkan melalui media iklan adalah obat golongan antasida. Dimana swamedikasi dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan responden. Adapun analisa kerasionalan dari penelitian dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel VIII. Kerasionalan Pengobatan Gejala yang dirasakan
Jumlah
Persentase
Pengobatan rasional
66
66%
Pengobatan yang tidak rasional
34
34%
34% dari hasil penelitian responden melakukan pengobatan swamedikasi gangguan lambung tidak rasional karena menggunakan obat tidak sesuai dengan gejala dan jenis penyakitnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal adalah disebabkan kurangnya tingkat pengetahuan masyarakat akan cara swamedikasi yang benar serta kurangnya kemauan masyarakat untuk mencari informasi tersebut. Faktor eksternal disebabkan dari luar personal individu seperti tenaga kesehatan yang tidak memberikan informasi tentang swamedikasi serta informasi melalui media yang belum optimal. Sedangkan dari hasil cara penggunaan obat terlihat semua rasional. Adapun hasilnya dapat terlihat pada tabel berikut : Tabel IX. Frekuensi Pemakaian Obat dan Lama Pengobatan Berapa kali obat diminum Jumlah
Persentase
dalam sehari Satu kali
18
18 %
Dua kali
20
20 %
Tiga kali
39
39%
Lain-lain (sampai sembuh)
23
23%
Satu hari
30
30%
Dua hari
13
13%
Tiga hari
37
37%
Lain-lain (sampai sembuh)
20
20%
Berapa lama obat diminum
15
Dari hasil penelitian 90 % responden setelah meminum obat nyeri tukak lambung membaik, sedangkan 5 % merasakan nyeri tukak lambung tidak membaik setelah meminum obat, dan 5 % responden tidak menjawab. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan yang lebih baik setelah meminum obat tersebut. Salah satu faktor penting lain dalam pengobatan adalah informasi yang didapatkan pasien dalam swamedikasi. Informasi tentang swamedikasi pengobatan tukak lambung ditujukan untuk memberikan informasi yang benar kepada pasien, sehingga outcome dari swamedikasi yang didapat adalah baik dan benar (ke arah positif). Tempat masyarakat (konsumen) mendapatkan obat tukak lambung juga mempengaruhi ketepatan dan kesesuaian dalam swamedikasi, karena tempat pembelian/ mendapatkan obat adalaha first line dari informasi dan edukasi tentang obat. Apotek diharapkan menjadi tempat yang tepat untuk mendapatkan obat beserta informasi yang berkenaan. Dari hasi survey didapatkan data sebagai berikut : Tabel X. Informasi yang didapatkan dan tempat pada saat swamedikasi Informasi yang didapatkan
Jumlah
Persentase
Ya dan memuaskan
27
27%
Ya tetapi kurang memuaskan
41
41%
Tidak
31
31%
Tidak menjawab
1
1%
Apotek
75
75%
Toko obat
10
10%
Warung
12
12%
Supermarket
4
4%
Tempat mendapatkan obat
Dari hasil survey terlihat 75% responden mendapatkan obat beserta informasinya dari apotek. Namun masih terdapat beberapa yang tidak mendapatkan informasi yang tidak memuaskan.
16
BAB V
A. KESIMPULAN
1. Terdapat
ketidaktepatan
dan
ketidakefektifan
dalam
pengobatan
sendiri
(swamedikasi) tukak lambung, karena dari hasil survey 34 % pengobatan tidak rasional. 2. Ketidakrasionalan pengobatan sendiri (swamedikasi) tukak lambung disebabkan oleh faktor internal seperti kurangnya pengetahuan individu tentang pengobatan sendiri (swamedikasi) tukak lambung dan faktor eksternal seperti kurang optimalnya peran tenaga kesehatan sebagai pusat informasi dalam swamedikasi.
B. SARAN 1. Dilakukan penyuluhan tentang cara pengobatan sendiri (swamedikasi) penyakit tukak lambung untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang mendukung tata cara pengobatan sendiri yang baik dan menghasilkan outcome yang baik pula. 2. Peningkatan pemberian informasi oleh tenaga kesehatan seperti dokter, apoteker dan lain-lain. 3. Perlunya dilakukan penelitian yang bersifat analitik sehingga dapat diketahui faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat dalam swamedikasi.
17
Lampiran I. Kuesioner Evaluasi Swamedikasi Penggunaan Obat Tukak Lambung KUESIONER EVALUASI SWAMEDIKASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK LAMBUNG Data Responden Nama pasien Alamat Umur Pendidikan terakhir Pekerjaan
: : : : :
1. Apakah anda pernah menderita gangguan lambung ? a. Ya (3) b. Tidak (2) c. Tidak menjawab (1) 2. Jika anda pernah menderita gangguan lambung, apakah gangguan tersebut dialami untuk pertama kalinya / bukan kambuhan ? a. Ya (1) b. Tidak (3) c. Tidak menjawab (2) 3. Apakah anda pernah periksa ke dokter sebelumnya ketika anda mengalami gangguan lambung ? a. Ya (3) b. Tidak (2) c. Tidak menjawab (1) 4. Apakah anda pernah didiagnosis oleh dokter menderita gangguan lambung ? a. Ya (3) b. Tidak (2) c. Tidak menjawab (1) 5. Gejala yang anda rasakan ketika anda mengalami gangguan lambung ? a. Nyeri Ulu hati, rasa panas dikerongkongan, muntah setelah makan berlebih/makanan berlemak b. Sakit perut seperti terbakar, perasaan penuh pada perut, kembung c. Nyeri pada perut namun dengan obat antasida biasa tidak sembuh 6. Obat apa yang diminum ketika anda mengalami gangguan lambung ? a. Antasida : Mylanta, Promag, dan lain-lain c. Omeprazole e. Antibiotik b. Simetidin, Famotidin, Ranitidin d. Sukralfat f. …………. 7. Berapa kali dalam sehari anda meminum obat tersebut ? a. Satu kali b. Dua kali c. Tiga kali d. ………… 8. Berapa lama obat tersebut diminum ? a. Satu hari b. Dua hari c. Tiga hari d. ………… 9. Apakah setelah anda meminum obat yang anda gunakan, nyeri lambung anda membaik ? Ya (3) b. Tidak (2) c. Tidak menjawab (1) 10. Obat lain yang anda minum bersamaaan dengan obat nyeri lambung ? ……………………………………………………………………………………………… 11. Makanan dan minuman apa yang anda konsumsi bersamaan dengan penggunaan obat nyeri lambung ? …………………………………………………………………………………………… 12. Apakah anda pernah diberi informasi tentang penggunaan obat jika membeli obat untuk gangguan lambung ? a. Ya dan memuaskan (3) b. Ya tetapi kurang memuaskan (2) c. Tidak (1) d. tidak menjawab 13. Dimanakah anda mendapatkan obat tukak lambung / gangguan lambung ? 18
a. Apotek (3)
b. Toko obat
(2)
c. Warung (1) d. Supermarket
TERIMA KASIH
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Nama Putri Rise Hariyanto Siti nani nurbaeti Bambang w Bong kwang djin Mikael SH Joni A Septi Ip Roni P. S Rangga pahlevi Wur Delima harry Bambang Yumanda Ifah Eva andiana rahayu M. Madani Dwi aryati siregar Jajang irawan Jamilah Khoirudin Priyatna Arfian Ninda Unai jairiah Linda Ratih ajeng saman Lila Asep aan hidayat Arie Citra Gira Abimanyu Desi miranda Roni dullah
Lampiran II. Nama Responden 38 Deni silalahi 39 Dika muftia 40 Syamsidar 41 Gamar 42 Dwi farastika 43 Khairunnisa a zani 44 Dayang 45 Dwiki pramuria 46 lola amalia 47 Ryan 48 Ferdy maulana 49 Erny irawati 50 Robi muslim 51 Eri wahyu hidayat 52 Benny cahyadi 53 Wajidah 54 Eddy yanto 55 Erick 56 Rita k 57 Intan s 58 r. Dwi kartika 59 Irma s 60 Soni R 61 Richardo 62 Sumanto 63 Bonita 64 Toni. B 65 Reni 66 Victorinus asa 67 Zaenal musa 68 Diana F.T 69 Aan sianturi 70 M. ikhsan 71 Andi C 72 indah sari 73 Rabiul 74 Anita 75 Guntiar 76 Suryono 19
77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102
Fatturrahman Anton M. Rozak Lee Kong Ci Khoirul abidin Frizka okta lidia Andahni mayasari Andika Ester Dina pratiwi Winggia antena Ria bulfa kusuma Muhammad arif rohman willi Rico huda Berlina Oktivinis riber ninis Syamsudin Florensia irena ignatius kena Nidia paramiyta Dedi gunawan Rizki oktari putri Total
25
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
ques 1 ques 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
Lampiran III. Hasil Uji Kuesioner ques 3 ques 4 ques 5 ques 6 ques 7 2 2 3 1 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 26
13 14 15 16 17 18 19 20
3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 2 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 3 3 3
3 2 3 3 3 1 3 3
1 1 1 3 3 2 3 2
1 3 3 3 3 3 3 3
Lampiran IV. Hasil SPSS Uji Kuesioner
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid
% 20
100.0
0
.0
20
100.0
a
Excluded Total
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .662
7
Item Statistics
27
Mean
Std. Deviation
N
Ques1
3.00
.000
20
Ques2
2.90
.308
20
Ques3
2.80
.410
20
Ques4
2.80
.410
20
Ques5
2.85
.489
20
Ques6
2.20
.834
20
Ques7
2.85
.489
20
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Alpha if Item
Total Correlation
Deleted
Ques1
16.40
3.095
.510
.578
Ques2
16.50
2.789
.605
.550
Ques3
16.60
2.253
.547
.435
Ques4
16.60
2.253
.547
.435
Ques5
16.55
2.576
.578
.564
Ques6
17.20
1.326
.559
.376
Ques7
16.55
2.787
.642
.612
Scale Statistics Mean 19.40
Variance 3.095
Std. Deviation 1.759
N of Items 7
28
29