LAPORAN KULIAH KERJA MEDIA (KKM) 2010 Proses produksi film pendek “hijaunya tanah kami” di CV. Fourcolourfilm Yogyakarta
Oleh : R. Rahmat Akbar D.1407032
TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh sebutan Ahli Madya bidang Komunikasi Terapan
PROGRAM DIPLOMA III KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dunia penciptaan karya audio visual pada era sekarang ini telah menjadi salah satu basis perekonomian di Indonesia yang mau tidak mau tentu menjanjikan lapangan pekerjaan yang baru bagi lulusan Penyiaran dan Perfilman. Hal ini tidak lepas oleh Perkembangan media televisi sebagai satusatunya media yang menghadirkan karya audio-visual. Hingga saat ini setiap stasiun televisi berusaha memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat. Untuk menghadapi persaingan di dunia pertelevisian yang semakin ketat, setiap stasiun televisi berusaha membuat program acara yang menarik, baik itu program yang sifatnya menghibur, pendidikan, maupun yang memberikan informasi terpadu. Dorongan ini membuat setiap insan-insan kreatif di Indonesia baik yang berlatar belakang akademisi film atau pun penyiaran berusaha untuk menciptakan karya-karya audio visual yang nantinya diharapkan dapat dihadirkan di layar kaca pemirsa Indonesia, yang pada proses produksinya dapat dilakukan di stasiun televisi masing-masing (In House Production) ataupun Production house yang spesial menangani penciptaan program bagi media televisi. Mahasiswa penyiaran dididik dan dilatih untuk mengembangkan dan mewujudkan tercapainya kemajuan-kemajuan di bidang penyiaran harus mempunyai keterampilan dan kemampuan di bidang audio visual. Mahasiswa
3
tidak hanya menguasai secara teoritis saja, tetapi juga harus terampil pada saat di lapangan. Oleh karena itu, dalam rangka keunggulan kompetitif mahasiswa maka Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik D3 terapan UNS menetapkan suatu kebijakan yang mewajibkan setiap mahasiswanya untuk melakukan kegiatan magang di suatu institusi mitra yang berkaitan dengan dunia penyiaran yang memiliki unit kerja dibidang produksi aidio-visual. Kegiatan magang tersebut dirancang agar mahasiswa dapat mempraktikkan dan mendalami setiap aktivitas di unit-unit kegiatan produksi pada institusi mitra tersebut. Dengan magang, mahasiswa dapat mengukur atau membuat penyetaraan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sebelum kuliah dengan kebutuhan di dunia kerja. Dengan demikian, mahasiswa sebagai calon Ahli Madya Penyiaran harus siap menjadi tenaga ahli dan profesional dibidangnya. Salah satu instansi yang concern terhadap pengembangan dunia penyiaran
adalah
CV.Fourcolourfilm di Jogjakarta sebagai suatu instansi
yang bergerak dalam produksi Audio-visual untuk program hiburan televisi. Atas dasar inilah, Penulis melakukan Kuliah Kerja Media (KKM) di CV. Fourcolourfilm yang sering memproduksi film untuk program televisi Selama menjalani
proses
magang selama
dua bulan
di
CV.
Fourcoloufilm penulis mendapat kesempatan mengikuti tiga produksi Audiovisual yang semuanya memberikan pengayaan ilmu serta kemampuan kerja lapangan yang begitu berarti bagi penulis. Dan untuk laporan Tugas Akhir sendiri penulis memilih Produksi film pendek fiksi “Hijaunya tanah kami” dengan judul laporan tugas akhir PROSES PRODUKSI FILM PENDEK
4
“HIJAUNYA TANAH KAMI”, Penulis memilih produksi ini sebagai tema laporan magang berdasarkan banyak pertimbangan antara lain dikarenakan: proses produksi yang paling banyak kru produksinya, penggunaan kamera video High Definition sekelas kamera Film, dan tentu saja porsi dan peranan penulis sendiri pada proses produksi film pendek “Hijaunya tanah kami” ini yang lebih memiliki andil besar bagi struktural kru produksi.
B. Tujuan Kuliah kerja Media Tujuan dari Kuliah Kerja media ini adalah: a. Memeperoleh pengalaman belajar dan bekerja secara nyata tentang apa itu proses produksi film. b. Mendapat ruang untuk mengimplementasikan teori-teori, khususnya di bidang keproduksian film. c. Sebagai syarat untuk mendapat gelar ahli Madya D3 komunikasi terapan
C. Manfaat Kuliah Kerja Media Selama mengikuti dan melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM), maka penulis dapat menarik manfaat yang terbagi dalam manfaat umum dan manfaat khusus, antara lain : 1. Umum Selama magang mahasiswa dapat melakukan aplikasi dan observasi metode serta kajian teori ilmu komunikasi yang didapat dari bangku perkuliahan dan dilakukan saat masa kerja praktek (Magang) tersebut.
5
Sehingga pengalaman ini dapat dijadikan referensi dalam kajian ilmu yang lebih mendalam. Selain itu persiapan ataupun bekal mental akan kita dapat sebelum terjun langsung ke dunia kerja sebenarnya. 2. khusus Selama mengikuti proses magang di CV. Fourcolourfilm penulis mendapat banyak sekali ilmu keproduksian Audio-visual khususnya dalam produksi film pendek “Hijaunya tanah kami” karena proses produksi yang matang sejak dari pra produksi hingga pra produksi selain itu shooting produksi dilaksanakan di area perbukitan dan persawahan daerah imogiri bantul yang memiliki medan cukup unik untuk sebuah produksi dan hal tersebut tentu saja menjadikannya sebuah pengalaman produksi yang belum pernah penulis alami sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Selama menjalani proses Kuliah Kerja Media (KKM) penulis tidak pernah terlepas dari proses belajar. Proses belajar dan memahami tidak hanya berhenti di bangku pendidikan saja. Setiap disiplin ilmu akan terus berkembang mengikuti perkembangan atau peradaban manusia, dari kenyataan ini penulis senantiasa mendapatkan sumber-sumber untuk pengembangan kemampuan guna menunjang Penulis dalam melaksanakan Kuliah Kerja Media ( KKM ) dan berguna sebagai pijakan berpikir Penulis sendiri. Melaksanakan Kuliah Kerja Media bagi Penulis sendiri merupakan jembatan untuk mengenal dunia kerja yang professional sekaligus mempraktekkan ilmu yang sudah Penulis dapatkan selama di bangku perkuliahan. Tak dapat di pungkiri bahwa ilmu yang Penulis dapatkan di bangku perkuliahan tidaklah mampu menjawab semua tantangan, Penulis mencoba untuk mendapatkan berbagai referensi dan literatur. A. Pengertian Film
Pada dasarnya film adalah reflika dari imajinasi manusia, hal ini dikuatkan oleh pernyataan Peransi (2005)
“Ilusi. Secara material film
terbangun oleh gambar-gambar dan bukan oleh seluloid semata” (Peransi, 2005:3). Gambar-gambar ini menimbulkan ilusi yang kuat sekali pada kita bahwa apa yang diproyeksikan pada layar sungguh-sungguh kenyataan. Ini disebabkan karena gambar-gambar itu berbeda dengan gambar-gambar pada
5
7
seni lukis misalnya, tapi merupakan gambar-gambar mekanis (dibuat oleh dan dengan suatu mekanik: fototustel,kamera film). Pratista (2007) menyebutkan : “Pada dasarnya sifat utama dari suatu imaji itu adalah sifat refroduktifnya. Imaji itu sangat menyerupai kenyataan, sekalipun ia mempunyai dua dimensi saja. Film didefinisikan sebagai karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditanyangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya” (Pratista, 2007:4). Film memang merupakan suatu medium yang menyodorkan kenyataan kenyataan yang di dramatisasi sesuai dengan konsep-konsep dramaturgi film. Namun karena kekuatan magisnya yang kuat film bisa menimbulkan ilusi bahwa apa yang terdapat di layar sungguh-sungguh kenyataan, dalam kondisi seperti inilah hubungan film dengan masyarakat menjadi problematis Bahasa Film adalah kombinasi antara bahasa suara dan bahasa gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa diterima dengan baik oleh yang menonton. Melalui pengalaman mental dalam memahami film secara utuh sangat dipengaruhi oleh pemahaman orang tersebut terhadap berbagai unsur yang ada didalamnya dalam film sendiri ada dua unsur paling penting yaitu aspek penceritaan dan aspek visualisasi. Menurut Pratista (2008) film terbagi menjadi dua unsur yaitu Sebagai berikut : “ Unsur naratif serta aspek sinematik sebuah film. Unsur naratif berhubungan dengan aspek cerita atau tema film. Setiap film cerita tidak mungkin lepas dari unsur naratif. Setiap cerita pasti memilki unsur-unsur seperti tokoh, masalah konflik, lokasi. Waktu, serta lainnya yang terikat dalam hubungan kausalitas Unsur sinematik merupakan
8
aspek-aspek teknis dalam produksi sebuah film. Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok yakni, setting, latar, tata cahaya, kostum dan make-up, serta akting dan gestur”. (Pratista, 2008:2).
FILM
Unsur Naratif
Unsur Sinematik Mise en scene Sinematografi Editing Sound
Lebih lanjut film dapat dinikmati dalam sebuah penghayatan filmis. Dan dalam proses menghayatinya para penonton akan telibat dalam proses identifikasi untuk mengetahui esensi dari sebuah karya film. Peransi (2005) menyebutkan proyeksi serta identifikasi filmis memiliki tiga segi, yaitu: ”Identifikasi optik, Identifikasi emosional, Identifikasi imajiner”. (Peransi, 2005:6) yang dijabarkan sebagai berikut : 1. Proyeksi dan identifikasi optik. Imaji-imaji filmis yang berada dilayar akan dihayati penonton melaui lensa kamera. Setiap perpindahan dan pergerakan kamera itulah yang dilihat dan dirasakan penonton. 2. Proyeksi dan identifikasi emosional. Melalui identifikasi optik ini terjadi identifikasi dan proyeksi emosional. Dengan sendirinya ia bisa terjadi kalau perpindahan kamera
9
dalam menyingkapkan ruang kejadian filmis itu berlangsung secara logis dan bermotivasi. 3. Proyeksi dan identifikasi imajiner. Identifikasi imajiner adalah kenyataan bahwa pada saat penonton melihat film, ia secara imajinatif berada diantara tokoh-tokoh dan benda-benda dalam ruang filmis itu.
B.
Perkembangan film Film lahir dikurun waktu seni, terutama ketika masa seni lukis meninggalkan naturalisme dan realism hal ini dilihat dari catatan Peransi (2005) “Impresionisme aliran di bidang seni rupa telah memulai perjalanan pasti kearah pemberian bentuk abstrak pada seni rakyat. Dan pada masa inilah film ditemukan yang juga ditandai dengan lahirnya teori film walaupun masih dalam bentuk embrional bukan dalam bentuk sistematis. Berkat embrio inilah kemudian perumusan-perumusan yang lebih sistematis mengenai film dilakukan”. (Peransi, 2005:6). Perumusan-perumusan ini ditandai dengan pernyataan seorang pembuat film William de Mille yang mengatakan film dapat menjadi seni pada tahun 1911 diikuti kemudian oleh Lindsay Lohan dengan bukunya The art of the moving pictures, ia juga meyakinkan khalayak lewat mimbarmimbar akademis dan museum-museum di Amerika. Pengakuan film sebagai karya seni terjadi melalui pencapaianpencapaian dalam perjalanan sejarah film. Mula-mula dikenal dikenal namanama pembuat film awal, seperti Thomas Alva Edison dari amerika, Louis dan Auguste (Lumierre bersaudara) serta George Melies dari perancis , DW
10
Griffith dari Amerika serikat. RW Paul dan GW Smirth dari inggris. Hingga bermunculan para seniman-seniman film dari berbagai seperti, Akira Kurosawa, yasujiro Ozu dan Kenji Mizoguchi dari Jepang, Satyajit Ray dari India, Ingmar Berghman dari Swedia, serta tidak ketinggalan nama-nama para sineas dari Experimental seperti Godard dan Lev Kuleshov. Film lahir pada akhir abad ke-19 (1893-1903), film mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan teknologi yang mendukung. Mula-mula hanya dikenal film hitam-putih dan tanpa suara, dan kemudian menyusul kehadiran film warna pada tahun 1930-an. Seperti halnya teori film. Film juga berasal dari embrional yang terus berkembang sesuai perkembangan teknologi dan zaman. “Film adalah campuran dari seni dan Industri, imajinasi dan kenyataan” (livingston.Don, 1969). Perkembangan film dan ragam jenis penuturannya tetap mempunyai satu sasaran yaitu menarik perhatian orang terhadap muatan masalah-masalah yang dikandung. Film dapat dirancang untuk melayani keperluan publik terbatas maupun public yang seluas-luasnya, pada dasarnya film dapat dikelompokkan ke dalam 3 jenis, yaitu : 1. Film fiksi (cerita) 2. Film Non-fiksi ( documenter ) 3. Film Experimental 1. Film Fiksi Film fiksi adalah film yang terikat oleh plot. Dari sisi cerita, film fiksi sering menggunakann serita rekaan di luar kejadian nyata serta
11
memilki konsep pengadeganan yang telah dirancang sejak awal. Struktur cerita film juga terikat hukum kausalitas cerita biasanya memiliki kharakter protagonis dan antagonis, masalah dan konflik, penutupan, serta pola pengembangan cerita yang jelas. Dari segi produksi, film fiksi relatif lebih kompleks dalam manajerialnya dan memakan waktu yang lama. Film fiksi berada di tengah-tengah dua kutub, nyata dan abstrak dan sering memiliki tendensi ke salah satunya. Film cerita memiliki berbagai jenis genre yang berdasarkan oleh gaya, bentuk atau isi tertentu, contoh: Drama, comedy, Noir, science fiction, action, west, Thriller, suspense dan masih banyak lagi. Selain memiliki genre Film fiksi juga
memiliki struktur yang
menyangkut eksplorasi dari tema karya film tersebut, seperti yang disebutkan oleh Peransi (2005). ”film memiliki dua jenis struktur yaitu batiniah dan lahiriah” (Peransi, 2005:29). Struktur Batiniah dari film menyangkut tata bangun dan pengembangan dari tema film itu a. Eksposisi
: Materi
keterangan
tempat,
waktu,
suasana,
perwatakan dalam film. b. Point of attack : Puncak dari masalah utama di rumuskan c. Komplikasi
: keterlibatan-keterlibatan lain dari ceritanya, segi-segi menarik dari watak-watak tokoh-tokohnya.
d. Discovery
: Pemberian informasi-informasi baru
e. Reversal
: Pembalikan keadaan cerita
12
f. Konflik
: puncak pertentangan-pertentangan dalam film
g. Rising Action : Pengembangan dari plot utama h. Krisis
: Timbul dari tuntutan kepentingan dari tokohtokohnya.
i. Klimaks
: Puncak paling tinggi dari semua ketegangan sebuah cerita film
j. Falling Action : Surutnya aksi dan menuju kesimpulan. k. Kesimpulan
: Akhir dari film
Struktur Lahiriah Pada Film Fiksi : a. Shot : shot dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh film tanpa interupsi, dimulai pada saat tombol kamera dilepaskan lagi dan film berhenti berjalan didalam kamera. b. Scene atau adegan : scene atau adegan terbentuk apabila beberapa shot dapat disusun secara berarti dan menimbulkan suatu penegertian yang lebih luas adegan dapat juga disebut sebagai premis minor c. Sequence atau babak : adalah kumpulan dari berbagai scene yang disusun secara logis. Dengan kata lain Sequence dapat disebut juga sebagai Premis Mayor. d. Totalitas : adalah tema yang mengikat dari kemunculan shot, scene dan sequenece. 2. Film Dokumenter Film Dokumenter adalah jenis film pertama yang dibuat di Dunia sejak ditemukannya alat rekam gambar, mereka adalah Lumiere
13
bersaudara dengan dokumenter perjalanan pada tahun 1895. Film dokumeter selain mengandung fakta, ia juga mengandung subyektifitas pembuat. Subyektifitas diartikan sebagai atau mengandung opini terhadap peristiwa. Dokumenter adalah sebuah bentuk penyuguhan suatu topik atau permasalahan dengan narasi sebagai penunjang terhadap gambar yang sudah bercerita (Darwanto, 1991:179). Film dokumenter bukan sebuah karya hiburan atau fiksi, Film dokumenter adalah sebuah karya jurnalistik yang dalam persiapannya menggunakan prinsip-prinsip jurnalistik, yaitu : a. Dari segi isi : Urgent (mendadak) Important ( penting) Interest ( menarik) b. Dari segi sajian : menggunakan rumus 5W + 1H (What, Who, When, Where,, Why, dan How) 3. Film Experimental Film experimental merupakan jenis film yang sangat berbeda dengan dua jenis film lainnya. Para sineas Experimental umumnya bekerja diluar industri film utama ( mainstream) dan bekerja pada studio independen atau perseorangan (Pratista.Himawan, 2008). Film experimental tidak memiliki plot namun tetap memiliki struktur. Strukturnya sangat dipengaruhi oleh insting subyektif sineassineas seperti gagasan, ide, emosi, serta pengalaman batin mereka. Bahkan
14
dalam perkembangannya salah satu aliran Experimental dada menentang kausalitas. Film-film experimental umumnya abstrak dan tidak mudah difahami. Hal ini karena mereka menggunakan simbol-simbol personal yang mereka ciptakan sendiri.
C. Proses Produksi Film
Pada proses produksi sebuah karya film ada beberapa yang harus difahami secara mendalam. Menurut Wibowo (1997) “Dalam merencanakan sebuah produksi film fiksi, seorang produser professional akan dihadapkan pada lima hal sekaligus yang memerlukan pemikiran mendalam, seperti materi produksi, sarana produksi, biaya produksi, organisasi pelaksana produksi dan tahapan pelaksanan produksi” (Wibowo, 1997:7). 1. Materi Produksi Bagi seorang produser, materi produksi bisa berupa apa saja. Kejadian, pengalaman, hasil karya, benda, binatang, manusia, merupakan bahan yang dapat diolah menjadi produksi yang bermutu. Seorang produser yang professional dengan cepat mengetahui apakah materi yang di hadapnnya akan menjdai bahan materi produksi yang baik. Jika penawaran tersebut datang
baru berbentuk ide maka selanjutnya kan dolanjutkan dengan
proses pembuatan treatment atau stroyline dan baru diselesaikan hingga menjadi sebuah skenario yang utuh dan baru dipersiapkan proses pra produksi.
15
2. Sarana Produksi Sarana produksi menjadi sarana penunjang terwujudnya ide menjadi konkret, yaitu hasil produksi. Tentu saja diperlukan kwalitas alat yang mamou menghasilkan gambar dan suara yang bagus. Kepastian adanya peralatan itu mendorong kelancaran seluruh kegiatan produksi. Dalam hal ini produser menyerahkan tanggung jawab tersedianya kelengkapan peralatan. Untuk itu perlu adanya daftar peralatan ( equipment list). Daftar ini dipakai untuk meneliti perlatan ketika pelaksanaan produksi selesai dan saat pengembalian peralatan. Tiga unit peralatan yang dibutuhkan dan harus ada saat produksi yaitu: unit alat perekam gambar ( kamera), unit alat perekam suara, unit alat pencahaayan. Kualitas dari ketiga unit ini sangat penting untuk dipertimbangkandemi hasil shooting yang optimal. Selebihnya yang berfungsi sebagai peralatan penunjang produksi yang lain adalah : Alat transportasi untuk sarana ke lokasi shooting. 3. Biaya Produksi Seperti umumnya dalam pembuatan film, film Fiksi sudah pasti memerlukan biaya. Oleh sebab itu produser menanamkan modalnya dalam sebuah produksi film, berarti ia mempunyai sebuah maksud tertentu. Untuk merencanakan biaya dalam satu produksi bukanlah hal yang mudah dan sederhana. Oleh karena itu perencanaan biaya produksi dapat didasarkan pada dua kemungkinan, menurut wibowo (1997) ada dua hal
16
dalam orientasi sebuah produksi, yaitu: “financial oriented dan Quality oriented” (Wibowo, 1997:12) yang dijabarkan sebagai berikut : a. Financial Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada kemungkinan keuangan yang ada. Kalau keuangan terbata, berarti tuntutan untuk keperluan produksi terbatas pula b. Quality Oriented Perencanaan biaya produksi yang didasarkan pada tuntutan kwalitas hasil produksi yang maksimal. Dalam hal ini tidak terdapat masalah keuangan. Produksi dengan orientasi budget semacam ini biasanya “ production
prestige”.
Produksi
yang
diharapkan
mendapatkan
keuntungan yang besar baik bagi nama, maupun financial atau produksi yang diharapkan menjadi sebuah produksi yang sangat bernilai
dan
tentunya
bernilai
pula
bagi
masyrakat.
Untuk
mendapatkan kualitas yang paling tinggi dari produksi itu, seorang produser boleh melibatkan semua orang nomor satu di bidangnya. 4. Organisasi Pelaksanaan Produksi Suatu produksi yang melibatkan banyak orang/crew, fungsionaris lembaga penyelenggara, atau aparat setempat dimana lokasi shooting dilakukan, dan atau pejabat yang bersangkutan dalam masalah perizinan. Supaya pelaksanaan shooting dapat berjalan dengan lancar, produser juga harus menyusun organisasi pelaksana produksi. Suatu organisasi pelaksana produksi yang disusun tidak rapi, akan menghambat jalannya suatu kegiatan produksi, ini berarti akan mengakibatkan organisasi pelaksana
17
tersebut menderita kerugian waktu serta uang. Dalam hal ini seorang produser dapat dibantu oleh assisten produser atau sering disebut (Production Manager) yang mendampingi sutradara dalam mengendalikan organisasi produksi. Untuk organsiasi produksi memerlukan pembagian tugas yang rinci dengan tanggung jawab yang jelas. Daftar anggota kerabat kerja dan tugas masing-masing sangat diperlukan untuk mengontrol seluruh pekerjaan sehingga jika terdapat hambatan dapat segera diketahui dimana dan siapa yang bertanggung jawab. 5. Tahapan Pelaksanaan Produksi Suatu produksi yang melibatkan banyak orang dan biaya yang besar, selain memerlukan organisasi yang rapi juga diperlukan tahapan pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien, Untuk melaksanakan tahapan produksi diperlukan standart operasional producer (SOP) yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: Pra produksi (ide,perencanaan), Produksi (pelaksanaan), Pasca produksi (penyelesaian dan Penayangan). (Wibowo, 1997:20). a. Pra Produksi Merupakan tahap awal dari sebuah kegiatan. Tahap ini sangat penting karena jika tahap ini dilaksanakan dengan baik dan rinci, maka sebagian pekerjaan dari produksi yang direncanakan sudah beres. Tahap pra produksi terdiri dari tiga bagian yaitu : 1) Penemuan Ide Tahap ini dimulai ketika sebuah ide atau gagasan muncul, kemudian membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta
18
penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. 2) Perencanaan Pada tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja (time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, kru (crew), lokasi dan estimasi biaya. Selain itu penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari perencanaan yang perlu dibuat secara hati-hati dan teliti. 3) Persiapan Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perijinan, dan surat menyurat, pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang akan digunakan. Pelaksanaan ini paling baik diselesaikan sesuai jangka waktu yang sudah ditetapkan. Kunci keberhasilan suatu produksi program acara sangat ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan tersebut. Jadi selain percaya dan mengandalkan kemampuan teknis, dalam produksi juga memikirkan hal-hal di atas tadi sifatnya pemikiran. Tanpa hal-hal tersebut, pelaksanaan produksi dapat berakibat kegagalan. b. Produksi Setelah
perencanaan
dan
persiapan
benar-benar
selesai,
pelaksanaan produksi dapat segera dimulai. Sutradara bekerja bersama kru (crew) mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan ( shooting script) menjadi susunan gambar yang bisa bercerita .
19
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shot yang akan diambil dalam suatu adegan. Semua shot di catat oleh pencatat shot dengan menuliskan time code mulai dari awal sampai akhir pengambilan gambar, catatan kode waktu yang berputar pada pita kaset tersebut nantinya akan digunakan dalam proses editing. Pelaksanaan produksi juga tergantung dari tuntutan naskahnya, dengan demikian karakter produksi lebih ditentukan oleh karakter naskahnya. c. Pasca Produksi Secara sederhana penyuntingan film adalah usaha untuk merapikan dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton. Pasca Produksi memiliki tiga langkah utama yaitu : editing offline, Editing On Line, dan Mixing. 1) Editing OffLine Setelah proses shooting selesai, pencatat script (script contiuntiy) membuat logging, yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan shot dan gambar. Kemudian sutradara akan membuat editing kasar (offline) sesuai dengan gagasan yang ada di sinopsis atau treatment. Setelah hasil edting kasar selesai, maka akan dibuat dilihat dengan seksama melalui screening, setelah dirasa pas maka dibuat editing script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik, animasi
20
grafis. Di dalam naskah editing ini gambar dan kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian setelah langkah tersebut selesai barulah disusun editing on line. 2) Editing On Line Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli. Sambungan-sambungan setiap shot dan adegan dibuat tepat berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Setelah editing On Line selesai, Proses berlanjut dengan mixing. 3) Mixing Narasi dan ilustrasi musik yang dipersiapkan atau direkam, dimasukkan kedalam pita editing on Line sesuai dengan naskah editing. Keseimbangan antara Sound effect dan backsound, suara asli, suara narasi, musik harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu dan dapat didengar dengan jelas. Setelah proses mixing ini selesai, bisa dikatakan secara menyeluruh proses produksi ini selesai. Proses terakhir adalah preview, dalam preview tidak ada yang harus diperbaiki dan produksi tesebut harus siap tayang. Yang perlu diperhatikan dalam proses editing adalah : a) Penyambungan b) Penataan c) Pemotongan d) Penyempurnaan
21
e) Pengisian suara f) Seleksi gambar g) Pemaduan gambar Editor adalah orang bertanggung jawab untuk mendapatkan seluruh potongan gambar dan mengaturnya ke dalam kesatuan yang koheren. Pada banyak kesempatan editor yang kreatif dapat menyelamatkan atau meminimalkan, bahkan meningkatkan versi akhir program atau film (Effendi, 2002:135). Sedangkan tujuan editing sendiri adalah menciptakan kontiunitas dari aksi dan pikiran sehingga pemirsa mampu menikmati gambar dari sejumlah shot kelihatan menjadi satu shot saja. Penyambunngan gambar ini dimaksudkan agar pemirsa memahami tanpa harus berpikir keras . Adanya keterkaitan antara naskah dengan penyusunan gambar yang saling berhubungan memudahkan pemirsa dalam melakukan penilaian terhadap bagus tidaknya hasil suatu produksi. Selesai shooting harus diadakan checking. Apakah perlu ada shooting ulang. Checking berikutnya dilakukan setelah editing dan manipulating yang lazim disebut review untuk menetukan apakah perlu ada perbaikan, kemudian dilakukan preview
BAB III DESKRIPSI INSTANSI
A. Sejarah Berdirinya CV. Fourcolourfilms Fourcolours Films adalah sebuah rumah produksi independen berbasis komunitas di Yogyakarta yang diprakarsai oleh Edi Cahyono, Ifa Isfansyah dan Narina Saraswati. Dimulai tahun 1999 ketika mereka bertiga bertemu di sebuah institut seni terkemuka di Yogyakarta dalam satu angkatan yang sama. Pertemuan mereka pada saat itu yang didasari oleh kecintaan mereka pada film menghasilkan sebuah ide untuk membuat sebuah proyek pembuatan film yang melibatkan hampir keseluruhan angkatan 1999 dan naskah yang akan dikerjakan berjudul Fourcolours Café. Karena beberapa hal termasuk kurangnya pengalaman memproduksi film, naskah itu tidak pernah difilmkan dan disimpan hingga sekarang. Pertemuan mereka pun berlanjut untuk membahas film dan melibatkan beberapa orang lain selain mereka bertiga. Kemudian
dari
pertemuan
demi
pertemuan
tercetuslah
Fourcolours
Community sebuah komunitas pecinta film yang namanya diambil dari judul naskah proyek pertama mereka yang gagal difilmkan. Sebagai sebuah komunitas mereka memproduksi film pertamanya yaitu Diantara Masa Lalu dan Masa Sekarang, kemudian diikuti oleh judul-judul lainnya seperti Air Mata Surga, Mayar dan Bedjo Van Derlaak. Pada tahun 2004, dengan alasan dapat belajar di dua wilayah sekaligus yaitu wilayah industri film dan wilayah independen mereka merubah
21
23
Fourcolours Films yang semula berbasis komunitas menjadi sebuah rumah produksi independen yang bernama CV. Fourcolours Cipta Sinema. Dengan perubahan ini mereka mengerjakan sebuah sinetron yang berjudul My Friends My Dreams yang diputar dalam stasiun TV nasional. Hal ini merupakan bukti bahwa keputusan untuk merubah Fourcolours Film menjadi rumah produksi adalah keputusan yang tepat, hal ini juga berfungsi sebagai bukti bahwa mereka mampu bekerja dalam industri film mainstream.
B. Ideologi Hal idealisnya adalah Fourcolours Films berkeyakinan bahwa untuk bisa hidup di wilayah film tidak harus berada di kota besar seperti Jakarta yang menjadi pusat dari segalanya, dengan berada di Yogyakarta mereka yakin mampu berkarya dengan sungguh-sungguh dan menghasilkan karya yang bagus. Itulah mengapa keseluruhan film, iklan, maupun sinetron yang dikerjakan Fourcolours Films selalu berlokasi di Yogyakarta. Fourcolours Films percaya bahwa adalah tanggung jawab mereka untuk membuat sebuah industri film di Yogyakarta. Dan ide mengenai merangsang tumbuhnya industri film di Yogyakarta ini disepakati oleh semua orang yang berada didalam Fourcolours Films. Hal itu dapat kita lihat dari semangat mereka untuk terus berkarya dan bekerja meskipun tidak mendapatkan gaji bulanan, mereka hanya memperoleh fee dari tiap proyek yang mereka kerjakan.
24
C. Visi, Misi dan Tujuan CV.Fourcolourfilms 1.
Visi CV. Fourcolourfilms Visi kami adalah sebagai ujung tombak dari pertumbuhan dan perkembangan seni film yang Berperspektif budaya di Indonesia, yang mampu bersaing ditingkat internasional.
2. Misi CV. Fourcolourfilms Misi kami adalah adalah sebagai rumah produksi /penciptaan film yang kreatif, aktif, produktif, dan Professional. 3. Tujuan CV. Fourcolourfilms Tujuan kami adalah mengisi agenda harian aktivitas film di Indonesia dan di Dunia internasional atas dasar kecintaan, kepedulian, dan kesadaran tentang reaktualisasi episode kebudayaan secara lebih arif, penuh semangat, optimis, pantang menyerah, dan rasional akan mampu menggalang dan menumbuhkan masyarakat apresiator yang bebudaya dimanapun berada.
D. Kekuatan Oraganisasi President Director/ Founder
: Edi Cahyono
Program Director/ Founder
: Ifa Isfansyah
Managing Director/ Founder
: Narina Saraswati
Creative Manager
: Agra Aghasa
Distribution Manager
: Ajish Dibyo, Ajisena
Office Manager
: Yosi Arifianto
25
Creative Staff
: Adi Marsono, Chandra, Krishna
Technical Manager
: Greg Arya
Office Boy
: Andi
E. Contact Person Alamat
: J. Nagan Lor 2 Yogyakarta 55133-Indonesia
Telepon
: +62-274-7417566
Kontak
: Narina Saraswati (+62-813-2847-7769)
Email
:
[email protected] :
[email protected] (distribution)
Website
: www.fourcoloursfilmsindonesia.com
F. Prestasi Dan Penghargaan Hingga saat ini Fourcolours Films sudah memproduksi 10 film pendek yang telah berprestasi di berbagai festival di dalam maupun di luar negeri. Beberapa penghargaan dari film-film tersebut antara lain; 1. Film “Diantara masa lalu dan masa sekarang” yang memperoleh predikat sebagai: a. Best & Favourite Film/Festival Film-Video Independen Indonesia 2001. b. In Competition / Jakarta International Film Festival 2001. c. Best Actor / Festival Film Independent Indonesia 2001. d. Tamperre International Film Festival 2002.
26
e. Moncetaini International Film Festival 2001. f. Indonesia Film Festival in Melbourne 2002. g. Oberhausen Short Film Festival 2002. 2. Film “AIR MATA SURGA” (TEARS OF HEAVEN) yang memperoleh predikat sebagai: a. Opening Film / Festival Film-Video Independen Indonesia 2002. b. Hamburg International Short Film Festival 2003. c. Rotterdam International Film Festival 2002. 3. Film “MAYAR Dari Jogja” yang memperoleh predikat sebagai: a. Best Art & Cinematography / Festival Film Video Indie Indonesia 2002. b. Rotterdam International Film Festival 2003. c. Hamburg International Short Film Festival 2003. 4. Film “BEDJO VAN DERLAAK” yang memperoleh predikat sebagai: a. Best Students Film / Bali International Film Festival 2003. b. Jakarta International Film Festival 2003. c. Official Selection Culture Olympic Athena, 2004. d. Nomination / Akira Kirosawa Memorial Short Film Competition 2007. 5. Film “HARAP TENANG, ADA UJIAN!” yang memperoleh predikat sebagai: a. Slingshort Film Festival 2006. b. Best Short Film / Indonesian Film Festival 2006. c. Singapore International Film Festival.
27
d. In Competition / Short Shorts Film FESTIVAL & ASIA 2007. e. International Signes de Nuit Festival Paris 2007. f. Bergamo Internazionale d'art Festivale 2007. g. In Competition / Almaty International Film Festival 2007. h. In Competition / Cinemanila Film Festival 2007. i. In Competition / Third Eye Film Festival Mumbai 2007. j. Berlin Asian Hot Shot Festival 2008. 6. Film “SETENGAH SENDOK TEH” yang memperoleh predikat sebagai: a. In Competition / International Film Festival Rotterdam 2008. b. In Competition / Hongkong Independent Film-Video Award 2008. c. Singapore International Film Festival 2008. d. Jeonju International Film Festival 2008. 7. JALAN SEPANJANG KENANGAN I yang memperoleh predikat sebagai: a. Best Short Fiction Film / Festival Film Pendek Konfiden 2007.
BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA
A. Beberapa Produksi CV. Fourcolourfilm Penulis melaksanakan praktek magang atau Kuliah Kerja Media di CV. Fourcolourfilm Jogjakarta dalam jangka waktu dua bulan yaitu terhitung tanggal 02 Februari 2010 sampai dengan Magang
berlangsung
Penulis
CV.Fourcolourfilm. Produksi dari
01 April 2010. Selama proses
mengikuti
beberapa
produksi
CV.fourcolourfilm yang penulis ikuti
antara lain: 1. Shooting produksi video klip Produk Gagal Band dengan Hits Single “Marijuana” yang mengambil lokasi di wilayah kota Jogja antara lain pelataran plengkung Gading, gang-gang di sosrowijayan pasar kembang, dan traveling shot di jalanan kota baru Jogjakarta. Produksi menghabiskan waktu selama 2 hari dengan total waktu kerja 32 jam atau 16 jam dalam satu harinya dan merupakan sesuatu yang lumrah bagi sebuah rumah produksi di Indonesia. Dalam produksi ini Penulis mendapat pekerjaan sebagai assisten kameramen 2 dengan deskripsi kerja yaitu : Memastikan semua kebutuhankameramen (tape, tripot, headset, klemsel, ) dibawa pada saat syuting dan siap ketika dibutuhkan, termasuk juga membuat marking pada lensa kamera. 2. Shooting produksi film pendek ‘Jalan Sepanjang Kenangan II” yang merupakan sekuel kedua dari Trilogy dengan judul yang sama. Shooting mengambil lokasi di wilayah kota Jogjakarta antara lain: kantor
27
29
Fourcolourfilms yang disetting menjadi kamar pengantin, Arena pasar malam Sekaten di Alun-alun Utara kota Jogja, Ambarukmo Plaza dan Pantai Parangtritis. Proses Shooting berlangsung selama 3 hari namun sampai Laporan TA ini dibuat produksi ini belum selesai karena kendala pemain yang harus keluar kota mendadak maka shooting produksi ini akan dilanjutkan pada akhir bulan April 2010. Pada kesempatan produksi ini penulis diberi kepercayaan untuk menjadi Assisten Kameramen sekaligus sebagai Assisten sutradara 2 dengan deskripsi kerja yaitu Memastikan semua kebutuhan kameramen (tape, tripot, headset, klemsel, ) dibawa pada saat syuting dan siap ketika dibutuhkan serta membantu mengarahkan blocking pemain. 3. Produksi film pendek “ Hijaunya Tanah Kami” produksi ini adalah film pendek yang materi utamanya adalah iklan sebuah produk pupuk cair. Produksi dilaksanakan di berbagai tempat selama 2 hari antara lain di Sekretariat FFD ( Festival Film Dokumenter) kota baru Jogja, serta area persawahan kecamatan Imogiri. Pada kesempatan Produksi ini penulis diberi kepercayaan sebagai Assisten sutradara yang juga merangkap sebagai Clapper dan script contiunity. 4. Workshop modul kamera dan sinematografi Fourcolour Film. Sebuah cerita film dengan segala alurnya yang dikupas dalam tiap adegan (scene) sempat tersampaikan kepada pemirsanya atau tidak menjadi acuan kesuksesan sebuah film tersebut. Peran bahasa gambar yang dimaksudkan adalah bentuk visual yang mendukung ke arah manakah sebuah jalan cerita
30
itu dibangun. Suasana hati (mood) para pemirsa bisa dijaga oleh dukungan bahasa gambarnya. Mempertahankan sebuah rasa mood dalam sebuah film hingga visi sebuah film tersebut tersampaikan berhubungan erat dengan penataan fotografi, dimana penataan fotografi tersebut dikuasakan oleh seorang D.O.P. (Director of Photography)
Mengkomposisikan sebuah
obyek entah obyek itu adalah dalam bentuk talent atau pun benda mati sekalipun, pada ruang view kamera, hendaklah mempunyai pemaknaan maksud, tujuan dan menciptakan elemen estetis sebuah komposisi dengan sebuah jalan cerita haruslah saling berhubungan erat. Kenapa si Obyek ada di sebelah kiri frame atau di sebelah kanan frame, kenapa angle kamera dari atas dan lain-lain, penataan gambar yang demikianlah yang sebenarnya memiliki maksud dan tujuan. Four colour film sebagai Production House yang bergerak di bidang produksi karya seni Audio-visual senantiasa melakukan eksplorasi sinematik dalam tiap kali produksinya, dan workshop-workshop intensif senantiasa diberikan kepada mahasiswa magang apapun dengan major ilmu audio-visual yang didalami olehnya.
B. Focus of Interest KKM : Produksi film pendek “ Hijaunya Tanah Kami” Dari setiap pekerjaan dan pengalaman selama magang seperti yang tertulis diatas, Penulis memilih untuk mengangkat tentang Produksi film pendek “ Hijaunya Tanah Kami” dikarenakan Penulis merasa mendapatkan banyak pengalaman selama menjadi kru produksi dengan jabatan sebagai
31
assisten sutradara sejak dari proses pra produkasi, produksi hingga praproduksi. Dalam proses produksinya Penulis benar benar diperlakukan sebagai seorang kru sesungguhnya bukan sebagai mahasiswa magang yang cenderung dimaklumi . Dan disinilah letak dari sensasi sebuah kerja team, Penulis dapat langsung berinteraksi dengan department-department lainnya serta mengambil inisiatif dalam memberi sebuah komando kepada pemain atau kru lainnya untuk keperluan Produksi tentunya. Film pendek “ Hijaunya Tanah Kami” adalah sebuah Film yang diproduksi untuk kepentingan promo sebuah produk pupuk cair dengan merk dagang Bregadium Water, produksi pesanan ini berasal dari “Joyo Gendhing” sebagai pemilik merk dagang pupuk cair ini yang juga berperan sebagai executive producer. Selain sebagai media promo dari produknya agar diketahui masyarakat luas produksi ini juga ingin mengangkat keindahan alam imogiri serta penggarapannya dengan narasi cerita yang filmis maka jadilah iklan produk pupuk cair ini menjadi sebuah film pendek memakai konsep utama Beautyshot dengan harapan keindahan alam imogiri dapat tersaji dengan indah sesuai konsepnya dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para calon konsumen produk pupuk cair ini. Proses produksi film pendek fiksi ini kurang lebih sama seperti proses produksi audio-visual pada umumnya yang meliputi pra produksi, produksi, pasca produksi.
32
1. Pra Produksi Dalam tahap pra produksi, sutradara menemukan ide yang dijadikan tema dan kemudian dijadikan sebuah skenario film pendek “Hijaunya Tanah Kami” baru kemudian dilakukan perencanaan produksi antara lain meliputi pemilihan Talent,Artist, lokasi Shooting, Crew produksi serta estimasi biaya. Setelah itu baru dilakukan persiapan-persiapan tehnis maupun non-tehnis. Pada proses pasca produksi ini Penulis mendapat tugas untuk memimpin reading naskah skenario dalam hal ini reading naskah dilaksanakan agar para pemain dapat benar-benar faham isi dari cerita secara keseluruhan. Selain memimpin reading naskah penulis yang berperan sebagai asisten sutradara juga harus melaksanakan tugas berupa: Menyiapkan call sheet atau shooting breakdown yang harus dibagikan kepada semua kru dan pemain agar semua yang terlibat dalam produksi ini mengetahui urutan proses shooting. Sehari sebelum proses shooting dimulai assisten sutradara harus menyiapkan Form Shooting report untuk pencatatan adegan dan menyiapkan Clap board. 2. produksi Setelah proses Pra-Produksi selesai, proses produksi dapat segera dilaksanakan di lokasi yang telah ditentukan, pada shooting hari pertama mengambil tempat di desa imogiri dan hari berikutnya di kantor Festival Dokumenter Jogjakarta. Proses Shooting dilaksanakan sejak pukul 04:00 pagi hingga Pukul 20:00. Proses berjalan dengan lancar dan dalam proses pengambilan gambar juga melibatkan para penduduk lokal sebagai Talent
33
Extras. Pada pelaksanaan produksi Penulis bertugas sebagai Assisten sutradara yang mengurusi soal pengadeganan dan marking posisi para pemain. 3. Pasca Produksi Setelah shooting selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan proses editing offline yang meliputi logging dan pemilihan gambar yang sesuai dengan treatment/storyline atau biasa disebut proses editing kasar. Setelah hasil editing kasar selesai maka akan dilihat dengan seksama melalui screening oleh sutradara, setelah dirasa pas maka baru dibuat editing script. Sebelum membuat editing script, perlu adanya sebuah transkrip untuk memudahkan pengambilan gambar yang dipakai. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan uraian untuk narasi dan bagian-bagian yang perlu diisi dengan ilustrasi musik dan animasi grafis. Di dalam naskah editing ini gambar dan kode waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor. Kemudian setelah langkah tersebut selesai barulah disusun editing on line. Dalam editing on line ini editor tinggal menyambung gambar-gambar yang sudah dipilih. Kemudian setelah langkah tersebut selesai barulah disusun editing on line. Dalam editing on line, editor tinggal menyambung gambar-gambar yang sudah yang sudah dipilih. Kemudian tahap terakhir dalam pasca-produksi dilakukan mixing. Disini narasi dan ilustrasi musik yang sudah dipersiapkan akan dimasukkan kedalam proses editing on line sesuai dengan naskah editing.
34
Setelah mixing selesai, kita baru bisa melihat keseluruhan hasil produksi dan dikatakan sudah selesai.
C. Pelaksanaan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama proses magang berlangsung Penulis mengikuti beberapa Produksi CV.Fourcolourfilm. Produksi CV.fourcolourfilm yang Penulis ikuti antara lain: Shooting produksi video klip Produk Gagal Band dengan Hits Single “Marijuana” yang mengambil lokasi di wilayah kota Jogja selama 2 hari, Shooting produksi film pendek ‘Jalan Sepanjang Kenangan II” Shooting mengambil lokasi di wilayah kota Jogjakarta, Produksi film pendek “ Hijaunya Tanah Kami” produksi ini adalah produksi gabungan atau COProduction antara Fourcolourfilm dan Harimau Film, Produksi dilaksanakan di berbagai tempat selama 2 hari. Selain itu Penulis juga mengikuti workshop modul kamera fourcolourfilm, lighting dan camera equipment disela sela waktu luang demi pembekalan pengetahuan sinematografi .
D. Deskripsi singkat kegiatan perminggu penulis selama magang 1. MINGGU KE 1, 02 FEBRUARI 2010 s/d 08 FEBRUARI 2010 Penulis mengikuti proses Pra Produksi Film Jalan Sepanjang Kenangan sekuel II, selama proses ini berlangsung Penulis Aktif dalam mencatat kebutuhan kebutuhan Pra Produksi, selain itu Penulis pada tanggal 4 februari 2010 hingga 6 fenruari 2010 juga di beri kepercayaan untuk menjadi cameramen pada saat casting para calon pemain dalam
35
produksi film ini, pada minggu perdana ini Penulis masih dalam proses adaptasi dengan linggkungan kantor. 2. MINGGU KE 2, 09 FEBRUARI 2010 s/d 15 FEBRUARI 2010 Memasuki minggu kedua magang, Penulis ikut dalam Produksi Video Klip “Produk Gagal Band” pada tanggal
9-10 februari 2010,
Produk gagal adalah sebuah band pendatang baru dari jogja yang telah rekaman di Major label Jakarta, dalam produksi ini Penulis menjadi assisten cameramen 2, dalam produksi yang memakan waktu 2 hari ini Penulis dan kru Produksi mendapat kendala yang merupakan Faktor alam, yaitu udara jogja yang panas namun tiba tiba hujan turun dengan lebat, pada minggu ini penulis telah mampu beradaptasi dengan rekan rekan di kantor CV. Fourcolourfilm. 3. MINGGU KE 3, 16 FEBRUARI s/d tanggal 22 FEBRUARI 2010 Pada minggu ketiga, tepatnya pada tanggal 18-19 februari 2010 Penulis mengikuti proses Produksi Jalan Sepanjang Kenangan II. Dalam produksi ini Penulis menjabat sebagai Assisten Kameramen, dari produksi ini penulis menjadi tahu dengan gaya pengambilan gambar dengan tehnik Handheld videography sebuah tehnik yang terinfluens oleh gaya pengambilan gambar film documenter, selain itu Penulis juga menjadi tahu tentang proses kerja seorang Soundman selama produksi. 4. MINGGU KE 4, 23 FEBRUARI s/d 1 Maret 2010 Pada minggu ini penulis tidak mengikuti produksi, namun pihak CV. Fourcolourfilm
36
Mengajak saya untuk mengikuti sarasehan dan diskusi bersama para Filmmaker dikota jogja yang diadakan oleh Artfilm School pada tanggal 25 februari 2010, lembaga kursus singkat film ini memang didirikan oleh orang orang dari CV. Fourcolourfilm, dalam diskusi yang mengangkat tema Peran Assisten Sutradara II ini penulis menjadi semakin faham akan peran seorang assisten sutradara 1 maupun 2 bahkan peran seorang additional assisten sutradara yang dapat saja ada jika tuntutan produksi memang demikian, misalnya untuk menyutradarai film kolosal ataupun menyutradarai film yang para pemainnya merupakan penyandang tuna rungu. 5. MINGGU KE 5, 02 MARET 2010 s/d 08 MARET 2010. Memasuki minggu ke lima atau bulan kedua Proses Magang, pada tanggal 4 Maret 2010
Penulis diberi tugas untuk mengetik subtitle
documenter ‘I HAVE A DREAM” sebuah documenter kegiatan sekolah khusus pasca gempa jogja 2006, film ini adalah pesanan dari ROTA atau REACH OUT TO ASIA. Kendala yang penulis hadapi adalah penggunaan software avid express pro dimana Penulis belum pernah menggunakannya sebelumnya serta penempatan subtitle karena salah satu sumber yang diwawancarai adalah orang jepang. 6. MINGGU KE 6, 09 MARET s/d 15 MARET 2010. Pada minggu ini penulis mengikuti proses Pra produksi film iklan dengan dengan durasi pendek “HIJAUNYA TANAH KAMI” selama proses praproduksi ini penulis dipercaya menjadi assisten sutradara dengan
37
diberi tugas untuk memimpin tehnical reecee para pemain, pekerjaan ini penulis kerjakan pada tanggal 9 Maret-13 Maret 2010, selain itu penulis juga mengikuti proses recording narasi buat film documenter “ I HAVE A DREAM” pada tanggal 15 Maret 2010. 7. MINGGU KE 7, 16 MARET s/d 22 MARET 2010. Penulis pada minggu ini mengikuti proses produksi film pendek “hijaunya tanah kami” yang mengambil lokasi di Imogiri bantul shooting berlangsung selama 2 hari tepatnya pada tanggal 16-17 Maret 2010. Dalam produksi ini penulis tidak hanya menjalani tugas sebagai assisten sutradara tetapi juga mendapat pekerjaan sebagai clapper dan pencatat adegan. Produksi kali ini memang sungguh luar biasa selain penggunaan kamera super HD PMW-EX3 yang memiliki kwalitas gambar setara seluloid juga karena lokasi shooting yang berada di pedesaan yang asri. 8. MINGGU KE 8, 23 MARET s/d 1 APRIL 2010. Pada minggu terakhir masa magang ini, penulis diberi tugas untuk mendampingi editor dalam mengedit hasil dari Produksi Film pendek “hijaunya Tanah Kami” pada tanggal 24-27 maret 2010, pada minggu ini pula penulis mulai menyiapkan semua materi materi buat laporan tugas akhir. Selama dua bulan menjalani proses magang penulis semakin memilki banyak sekali pengalaman pengalaman di dunia keproduksian film walaupun materi yang didapatkan penulis dibangku kuliah adalah materi materi yang cenderung kepada materi untuk dunia penyiaran
38
televisi dan radio Penulis dapat menjalaninya karena pada intinya proses sebuah Produksi audiovisual itu sama.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Selama Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Media (KKM) di CV. Fourcolourfilm Jogja. Penulis menemukan banyak pengetahuan dan pengalaman baru dalam bidang produksi karya video baik yang komersil maupun yang non komersil dalam artian kepentingan idealism dari masing masing sineas. Segala sesuatu yang Penulis dapatkan di bangku perkuliahan semuanya diterapkan secara langsung selama proses kuliah kerja media ini. Namun tetap saja ada banyak sekali hal-hal yang penulis tidak dapatkan selama di bangku perkuliahan sehingga membuat penulis mendapat pengetahuan baru. Selama proses Kuliah Kerja Media berlangsung penulis banyak sekali mendapat pelajaran-pelajaran berharga mulai dari yang berkaitan dengan dunia audio-visual sendiri maupun persoalan-persoalan kehidupan, Selain memperoleh bekal untuk memasuki dunia kerja, penulis juga dapat mengimplementasikan ilmu yang sudah dikuasai dan dipelajari selama di bangku perkuliahan dan mendapat pengalaman yang berharga atas kesempatan magang di Fourcolours Film yang nantinya bisa menjadi acuan bagi penulis untuk bekerja lebih terampil, mengetahui kerjasama yang baik (team work), kreatif dan profesional sesuai bidang yang ditekuni. Sebuah produksi karya pun harus berdamai dengan kondisi yang ada karena ada banyak hal yang tak terduga sebelumnya seperti cuaca tak
38
40
bersahabat, permasalahan budget yang minim dan lain sebagainya hal-hal semacam ini bukanlah suatu permasalahan yang patut di jadikan kendala yang berlebih sebab Penulis sendiri selama mengikuti proses produksi harus rela berhadapan dengan kondisi yang kurang mendukung seperti persoalan budget misalnya, karena budget yang ada tergolong minim maka
peran penulis
sendiri yang pada jabatan utamanya sebagai asisten sutradara pun akhirnya harus merangkap sebagai clapper dan script contiunty yang jika di lihat dari aturan aturan baku posisi-posisi ini harus dikerjakan oleh masing masing satu orang pekerja. Namun justru inilah yang menjadi sebuah pengalaman yang luar biasa berkesan bagi penulis karena mampu melaksanakan tugas dengan maksimal. Penulis mengenal medan shooting dengan setting outdoor yang menantang serta mengenal orang-orang baru dan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya selama proses produksi berlangsung.
B. SARAN-SARAN 1.
Instansi magang Peserta magang lebih diikut sertakan dalam pekerjaan yang lebih luas jangan hanya diberikan spesifikasi pada bidang tertentu, agar lebih mengenal
cara
pembuatan
atau
cara
penuangan
gagasan
dan
pengembangan skill peserta magang. 2.
Program Diploma III a. Peningkatan fasilitas praktikum sebagai modal dasar kerja praktek lapangan.
41
b. Kurikulum pendidikan lebih disesuaikan dengan perkembangan yang ada baik secara teknis maupun teori agar lebih up to date. c. Adanya hubungan jurusan dengan tempat magang, dalam artian selalu dipantau. d. Peningkatan skill advertising/audiovisual calon peserta magang sebagai bekal, baik melalui lokakarya, seminar, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Darwanto. 1991. Produksi Acara Televisi. MMTC. Yogyakarta. Livingston, Don. 1969. Film&Director. Capricorn Book. New York Pratista, Himawan. 2007. Diktat Kuliah Sejarah Film. Akindo Jogja. Jogjakarta Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka. Jakarta Peransi, DA. 2005. Film/Media/Seni. FFTV IKJ Press. Jakarta Wibowo, Fred. 1997. Dasar-dasar Produksi Program Televisi. Grasindo. Jakarta
38