Laporan Kuliah Kerja Media PERAN REPORTER DALAM PRODUKSI BERITA JOGJA DI TVRI STASIUN D.I YOGYAKARTA
Disusun Oleh : Argo Rohadian Saputro D1405010
TUGAS AKHIR Ditujukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Ahli Madya D3 Komunikasi Terapan
PROGRAM D3 KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008
1
2
MOTTO
·
With great power comes great responsibility.
·
Jangan pernah menyerah pada keadaan karena orang yang berhasil di dunia adalah orang yang bangkit dan mencari keadaan yang mereka inginkan, dan kalau mereka tak menemukannya, mereka akan menciptakannya.
·
Pengalaman adalah guru yang paling brutal. Tapi kita baru akan benarbenar belajar dari pengalaman.
·
Kita tak bisa memilih bagaimana dan kapan kita akan mati. Kita hanya bisa memutuskan bagaimana kita akan hidup.
3
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini dipersembahkan dengan penuh cinta kepada : ·
Papa, Mama dan kakak-kakakku. Terima kasih untuk segalanya.
·
Alm. Riza Andana dan Berinda Nuryadewi Mardaningtyas. Terima kasih atas persahabatan dan cinta yang pernah singgah, semoga kalian bahagia disana. Saksikan aku menggapai mimpiku dari atas sana.
·
Orang-orang yang pernah dan masih meragukanku, ini hanyalah awal dari pembuktianku kepada kalian.
·
Orang-orang yang telah mewarnai hidupku serta semua teman diseluruh tempat yang pernah aku singgahi, Arividerci…
4
KATA PENGANTAR
Pelaksanaan Kuliah Kerja Media yang dilakukan di LPP TVRI stasiun D.I Yogyakarta mampu memberikan gambaran kepada penulis tentang betapa pentingnya peran reporter dalam proses produksi jurnalistik televisi khususnya dalam program Berita Jogja. Dan berdasarkan pelaksanaan Kuliah Kerja Media pada periode 4 Februari 2008 sampai dengan 4 Maret 2008 itu, penulis telah menyusun Tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program Diploma III Komunikasi Terapan Jurusan Broadcasting Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, penulis telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : ·
The One and Only, Allah SWT, karena selalu ada untukku bahkan ketika aku selalu lupa bersujud di hadapan-Mu. Terima kasih karena telah menganugerahkan hidup dengan segala keindahan dan kegetirannya.
·
Drs. H. Supriyadi, SU selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
·
Drs. A. Eko Setyanto, M.Si selaku Ketua Program D III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta
·
Chatarina Heny Dwi S, S.Sos selaku Dosen Pembimbing Magang dan Tugas Akhir.
5
·
DR. Andrik Purwasito, DEA selaku Dosen penguji Tugas Akhir ini.
·
Bp. Tribowo Kriswinarso selaku Kepala TVRI stasiun D.I Yogyakarta beserta seluruh reporter dan karyawan LPP TVRI Stasiun D.I Yogyakarta.
·
Papa dan Mama tercinta atas kebesaran hatinya dalam membesarkanku. Ratusan kali aku menyakiti kalian tapi kalian tidak pernah menyerah terhadapku, terima kasih dari hati yang terdalam.
·
Kakak-kakakku terkasih (Mas Oddie, Mbak Ella, Mas Rizky) atas inspirasi dan teladannya.
·
My muse, Sukma, untuk lima tahun terindah yang telah kita lalui. Terima kasih atas nasehat dan tegurannya untuk selalu berada di jalur yang benar.
·
Seluruh keluarga besar Broadcast 05. Terima kasih atas ilmu, motivasi, guyonan dan kecrohan kalian, terima kasih untuk tiga tahun yang penuh dengan kenangan
·
Teman-teman magang : Danang, Didhi, Bendot, Dinda, Risky, Kesdu, Lukmono (Broadcast UNS), Aji, Isnan, Eva, Emy (UNY), Alfian (UMY), terima kasih untuk masa-masa menyenangkan di Jogja. Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga penulisan Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik pada khususnya.
Surakarta, Juni 2008
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...…i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………....ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………iii HALAMAN MOTTO………………………………………………………....….iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………...…...v KATA PENGANTAR…………………………………………………………....vi DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang…………………………..………………….... 1 B. Tujuan…………………………………………………………3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Jurnalistik…………………………………………… 5 B. Definisi Berita………………………………………………... 6 C. Nilai dan Kualitas Berita …………………………………….. 6 D. Jenis Berita Televisi………………………………………….. 9 E. Sumber Berita ………………………………………………. 10 F. Penyusunan Program Berita………………………………….11 G. Reporter………………………………………………………14 a. Definisi Reporter………………………..………………... 14 b. Tugas Reporter ……………………………………….….. 14 c. Stand Up Reporter …………….……………………….... 15 d. Tujuan dan Jenis Wawancara………………..…………… 17
7
e. Jenis Penulisan Reportase………………………………... 18 f. Teknik Penulisan Naskah Berita Televisi…………….…... 19 BAB III
DESKRIPSI LEMBAGA/INSTANSI A. Sejarah Berdirinya TVRI………….………………….…….. 23 B. Perkembangan Status TVRI…………………...……………. 25 C. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Tugas TVRI……………..... 28 a.Visi…...…………………………………………………….28 b. Misi……..…………………………………………………28 c. Tujuan Penyiaran TVRI.......................................................29 d. Tujuan dan Sasaran……………..…………………………29 e. Tugas TVRI Sebagai TV Publik..........................................29 D. Arti Logo TVRI…………………………………..…………. 30 E. Sejarah TVRI Stasiun D.I Yogyakarta……………………… 32 F. Visi dan Misi TVRI D.I Yogyakarta ……………………….. 34 a. Visi…………………………………..……....…………….34 b. Misi…………………………………..……………………34 G. Prestasi TVRI Stasiun D.I Yogyakarta ………...…………... 35 H. Pola Siaran TVRI Stasiun D.I Yogyakarta ………………… 38 I. Ruang Lingkup……………………………………………… 39 a. Jangkauan Siaran……………..……………………………39 b. Target Audiens…..………………………………………...39 J. Fungsi Publik…………………………………...…………... 40
8
a. Otobursa TVRI.....................................................................40 b. Kuliah Praktek Kerja Lapangan dan Skripsi........................40 c. Website www.tvrijogja.co.id................................................41 K. Program Kerja TVRI………………………………..………. 41 L. Kondisi Pegawai…………………………………….……… 42 a. Status....................................................................................42 b. Jenis Kelamin.......................................................................42 c. Umur.................................................................................... 43 d. Kepangkatan/Golongan....................................................... 43 e. Satuan Kerja.........................................................................43 f. Jabatan..................................................................................44 g. Agama................................................................................. 44 h. Status Perkawinan................................................................45 i. Pendidikan............................................................................ 45 j. Pendidikan Jenjang.............................................................. 46 M. Acara- Acara yang Diproduksi…………………………….... 47 BAB IV
PELAKSANAAN MAGANG A. Pelaksanaan Magang…………………………………………61 a. Minggu Pertama (periode 4 februari 2008 s/d 10 Februari 2008)........62 b. Minggu Kedua (periode 11 februari 2008 s/d 17 Februari 2008)........63 c. Minggu Ketiga (periode 18 februari 2008 s/d 24 Februari 2008)........63
d. Minggu Keempat (periode 25 februari 2008 s/d 4 Maret 2008)..........64 B. Deskripsi Program Acara Berita Jogja….……………………65 a. Format Paket (package) .......................................................65 b. Format live studio (one plus one).........................................66 C. Tugas Reporter Berita Jogja …………………………….….. 67
9
D. Tugas Reporter Sebagai Editor In Chief……………………..67 E. Mekanisme Peran Reporter Berita Jogja …………………… 68 a. Jadwal Liputan.....................................................................69 b. Liputan.................................................................................70 c. Penulisan Naskah.................................................................72 d. Editing..................................................................................73 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan……………..…………………………………... 75 B. Saran-Saran………..………………………………………... 76
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...viii LAMPIRAN……………………………………………………………………...ix
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Jurnalistik penyiaran (Broadcast Journalism) di Indonesia telah tumbuh dengan pesat. Hal tersebut dibuktikan dengan banyak berdirinya stasiun televisi swasta. Stasiun-stasiun televisi swasta tersebut juga diperbolehkan untuk memproduksi program berita sendiri, sehingga menjadikan persaingan dunia pertelevisian di Tanah Air menjadi semakin ketat. Program berita televisi adalah salah satu program yang dibutuhkan masyarakat karena sifatnya yang dapat memberikan informasi dengan cepat baik melalui audio maupun visual. Persaingan tersebut juga berimbas pada TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik untuk lebih meningkatkan mutu siarannya. TVRI sebagai salah satu media massa elektronik yang memiliki peran penting dalam melakukan transformasi sosial mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap berbagai aspek kehidupan terutama sebagai alat penyampaian informasi, hiburan, dan pendidikan. Sebagai salah satu sumber informasi, TVRI dapat dengan mudah dan cepat menyampaikan pesan kepada masyarakat baik yang berada di perkotaan maupun yang tinggal di pedesaan. Disamping itu TVRI melalui program berita yang disampaikannya diharapkan mampu mengubah pola pikir masyarakat daerah melalui siaran stasiun lokalnya. Tetapi harapan ini tentunya tidak akan tercapai tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas, apalagi bagi stasiun TVRI daerah seperti
11
TVRI stasiun D.I Yogyakarta yang juga mengalami kendala dan ketertinggalan dalam sarana dan prasarananya, dimana hal tersebut tentunya berpengaruh bagi divisi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta untuk menghasilkan karya-karya jurnalistik yang berkualitas tiap harinya Dalam sebuah karya jurnalistik dibutuhkan kepraktisan, kecepatan dan ketepatan yang menjadi tanggung jawab tiap anggota redaksi pemberitaan. Fungsi karya jurnalistik adalah menginformasikan fakta atau pendapat yang mengandung nilai berita yang terjadi di tengah masyarakat serta memberikan penjelasan suatu masalah melalui narasumber yang berkompeten untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpastian yang ada di tengah masyarakat. Ini berarti setiap karya jurnalistik harus mampu memberikan jawaban terhadap apa yang diperlukan dan diinginkan sebagian besar khalayak. Dalam pemberitaan juga dibutuhkan ketepatan dalam penyajian berita yang harus disesuaikan dengan target pemirsanya. Dalam hal ini pemberitaan sebuah televisi lokal, dimana berita yang disajikan merupakan peristiwa aktual yang terjadi dalam jangkauan siaran televisi lokal tersebut sehingga penyajiannya menjadi sangat berbeda dengan siaran berita televisi swasta nasional. Dalam menyampaikan fungsi jurnalistik tersebut, dibuatlah sebuah program berita dengan reporter sebagai ujung tombaknya. Kredibilitas sebuah program berita dan bahkan sebuah stasiun televisi akan merosot jika seorang reporter gagal mendapatkan berita yang menarik bagi masyarakat. Sebaliknya jika berita yang diliputnya menarik minat masyarakat dan disertai dengan ulasan yang
12
berbeda dari program berita yang lain, maka bisa dipastikan kredibilitas program berita tersebut akan naik dan menghasilkan rating yang tinggi. Oleh karena itulah selama pelaksanaan Kuliah Kerja Media, penulis mengamati peran reporter dalam produksi Berita Jogja di TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Dan sebagai mahasiswa Diploma III Broadcasting FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara formal telah mendapatkan pendidikan dalam bidang
jurnalistik,
maka
penulis
ingin
terjun
secara
langsung
untuk
mengaplikasikan teori yang penulis dapat selama masa perkuliahan melalui pelaksanaan Kuliah Kerja Media.
B. Tujuan Tujuan penulis dalam melaksanakan Kuliah Kerja
Media (Magang)
adalah : 1. Untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar Ahli Madya (A.Md) jurusan Penyiaran di fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Mempraktikkan ilmu yang telah didapat selama masa perkuliahan khususnya mata kuliah dasar–dasar jurnalistik serta wawancara dan reportase 3. Agar mendapatkan tambahan pengetahuan dan keterampilan mengenai tugas–tugas seorang reporter dan proses penyajian berita yang belum pernah didapatkan semasa kuliah.
13
4. Mendalami etos kerja pekerja televisi sebagai bekal dalam menempuh karir di bidang broadcasting nantinya. 5. Menumbuhkan rasa disiplin, tanggung jawab dan kerja sama tim. 6. Mengamati dan terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam proses produksi Berita Jogja di TVRI stasiun D.I Yogyakarta. 7. Membangun koneksi dengan para praktisi penyiaran yang akan berguna di kemudian hari.
14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Jurnalistik Pada dekade 70-an hingga 80-an, istilah jurnalistik lebih mengarah pada kerja wartawan media cetak. Sementara sebutan untuk orang–orang yang bekerja sebagai wartawan media elektronik adalah reporter. Padahal sebenarnya sebutan wartawan dan reporter mempunyai arti yang sama. Setelah terjadi era booming televisi di Indonesia, orang tidak hanya mengasosiasikan istilah jurnalistik pada kerja media cetak tetapi mulai melirik kegiatan jurnalistik elektronik, baik televisi maupun radio. Sehubungan dengan itu definisi jurnalistik pun makin berkembang. Menurut Adinegoro1 jurnalistik adalah kepandaian mengarang untuk memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas–lekasnya agar tersiar seluas– seluasnya. Sementara itu definisi jurnalistik menurut ilmu komunikasi2 adalah suatu bentuk komunikasi yang menyiarkan berita atau ulasan berita tentang peristiwa sehari–hari yang umum dan aktual dengan secepat–cepatnya. Menurut A. Muis3, seorang pakar hukum komunikasi, definisi jurnalistik cukup banyak namun definisi–definisi tersebut memiliki kesamaan yang bersifat umum dan memasukkan unsur media massa, penulisan berita, dan waktu yang tertentu (aktualitas). 1
Askurifai Baksin, Jurnalistik Televisi:Teori dan Praktik (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2006) hlm. 47 2 Ibid. 3 Ibid.
15
B. Definisi Berita Dalam pengertian umum, berita berarti kabar yakni pemberitahuan oleh seseorang kepada orang lain mengenai sesuatu hal atau kejadian. Pers barat mengartikan NEWS sebagai akronim dari North, East, West, dan South yang diartikan sebagai laporan dari mana-mana dan berbagai tempat di seluruh dunia. Pendapat tersebut tidak salah tetapi hanya merupakan definisi berita dari satu sudut pandang saja. Definisi berita menurut beberapa narasumber adalah : ·
Laporan tercepat dari suatu peristiwa/kejadian yang faktual, penting, dan menarik bagi sebagian besar pembaca, serta menyangkut kepentingan mereka.4
·
Fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca 5
·
Berita adalah uraian tentang peristiwa fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai berita dan yang sudah disajikan melalui media massa periodik.6
C. Nilai dan Kualitas Berita Tidak semua kejadian dan informasi yang beredar di masyarakat bisa dikategorikan menjadi sebuah berita. Untuk menentukan apakah suatu informasi bernilai berita atau tidak maka harus memuat tujuh nilai berita7 sebagai berikut :
4
Mitchel V. Charnley dalam Asep Syamsul M. Romli SIP, Jurnalistik Praktis untuk pemula (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2003) hlm. 34 5 Dean M Lyle Spencer dalam Ibid. 6 JB Wahyudi, Jurnalistik Televisi, tentang dan sekitar siaran berita TVRI (Bandung, Alumni, 1985) hlm. 27 7 Melvin Mencher, News reporting and writing (Brown & Benchmark, 1997) hlm. 58
16
1. Timeless : Event that are immidiate recent. Artinya, peristiwa yang baru–baru ini terjadi atau aktual. 2. Impact : Events that are likely to effect many people. Artinya, suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak. 3. Prominence : Event involving well-known pepople or institutions. Artinya, suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun lembaga. 4. Proximity : Events geographically or emotionally close to the reader, viewer or listener. Artinya, suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun emosional. 5. Conflict : Event that reflect clashes between people or institutions. Artinya, suatu kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat, atau lembaga. 6. The unsual : Events that deviate sharply from the expected and the experiences of everyday life. Artinya, suatu peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari. 7. The currency : Events and situations that are being talked about Artinya, hal-hal yang sedang menjadi bahan pembicaraan orang banyak.
17
Selain
tujuh
nilai
berita
tersebut,
Mitchel
V.
Charnley
juga
mengemukakan beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas berita8 : 1. Accurate : All information is verified before used. Artinya, sebelum berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya. 2. Properly atributed : The reporter identifies his or her source of information. Artinya, semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan. 3. Balanced and fair : All sides in a controversy are given. Artinya, bahwa semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang. 4. Objective : The news writer does not inject his or her feeling opinion. Artinya, penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas, fakta, dan narasumber. 5. Brief and Focused: The news story gets to the point quickly. Artinya, materi berita disusun secara ringkas, padat, dan langsung sehingga mudah dipahami. 6. Well written : Stories are clear, direct, interesting. Artinya, kisah beritanya jelas, langsung dan menarik.
8
Baksin. Op. Cit. hlm. 51
18
D. Jenis Berita Televisi Dalam sebuah program berita terdapat beberapa macam corak penyajian berita. Berita-berita tersebut dibagi menjadi empat jenis berita televisi9, yaitu : 1. Warta Berita (Straight newscast) Jenis berita yang merupakan laporan tercepat mengenai suatu peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat (aktual). 2. Pandangan Mata (On the spot telecast) Jenis berita yang merupakan siaran langsung dari tempat terjadinya peristiwa. 3. Wawancara Udara (interview on the air) Jenis berita dengan cara memperoleh informasi dari narasumber melalui wawancara yang disiarkan secara langsung. 4. Komentar (Commentary) Jenis berita yang berupa uraian yang bersifat analisis dengan titik tolak suatu fakta yang telah disiarkan sebelumnya pada program straight newscast. Selain empat jenis berita diatas, juga terdapat pendapat lain yang membagi berita berdasarkan pada jenis peristiwa dan cara-cara penggalian data10 :
9
Onong Uchjana Effendy, Televisi siaran Teori dan Praktik (Bandung, Mandar Maju, 1993) hlm. 169 10 Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik televisi:Menjadi Reporter Profesional, cetakan kedua (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 40
19
1. Hard news (berita berat) Berita tentang peristiwa yang dianggap penting bagi masyarakat baik sebagai individu, kelompok maupun organisasi. 2. Soft news (berita ringan) Sering juga disebut Feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pemirsanya. 3. Investigative news (laporan penyelidikan) Jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak diperoleh dipermukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan sehingga penyajian beritanya membutuhkan waktu lama dan tentu akan menghabiskan energi reporter
E. Sumber Berita Sebuah stasiun televisi bisa mendapatkan berita yang akan disiarkan dari sumber-sumber berikut11: 1. Nara sumber (pejabat, pakar, saksi mata, dan lain-lain) yang relevan. 2. Catatan harian redaksi. 3. Files/kliping dan kepustakaan. 4. Radio darurat (ORARI, kepolisian, dan lain-lain). 5. Politikus (anggota DPR, pimpinan partai). 6. Lembaga swadaya masyarakat (LSM). 7. Pihak oposisi. 8. Siaran langsung (reportase) radio dan televisi. 11
J.B Wahyudi , Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1996) hlm. 31
20
9. Pengumuman pemerintah. 10. Press release (humas). 11. Koresponden . 12. Kantor berita (cetak dan audiovisual). 13. Jaringan radio atau televisi (BBC,CNN,NHK, ABC,NBC, dan lainlain). 14. Media massa periodik lain dengan menyebutkan sumbernya. 15. Pertukaran materi berita dengan sumber lain. Misalnya, TVRI setiap hari melakukan pertukaran berita televisi melalui satelit dengan Broadcasters Asia-Pasifik (ABU) dan bahkan dengan Eurovision (Broadcaster Eropa). 16. Tokoh masyarakat atau public figur.
F. Penyusunan Program Berita Penyusunan program berita televisi adalah pekerjaan tim yang melibatkan banyak orang di banyak bagian. Video tape yang berisikan materi-materi berita siap siar masih harus diputar di ruang playback yang berada di bagian telecine pada saat siaran berita. Penyiar berita yang telah dirias akan duduk di ruang studio di hadapan sedikitnya tiga kamera yang akan dioperasikan oleh tiga juru kamera (cameraman). Ruang studio juga harus memperoleh intensitas pencahayaan cukup sehingga diperlukan juru lampu (lightingman) yang harus stand by setiap saat untuk menghasilkan efek obyek baik kontras maupun silouet. Demikian pula untuk mengatur
21
volume suara musik, suara wawancara di studio maupun suara yang terekam di dalam gambar (natural sound) diperlukan seorang juru suara (sound-man). Sementara untuk memadukan tulisan-tulisan (credit title) dari Video Type Writer maupun Telop dengan gambar-gambar visual memerlukan seorang switcher. Semua crew yang terlibat tersebut akan dikomandoi oleh seorang pengarah acara (Program director) yang duduk di ruang Production Control dan dibantu oleh Floor Director (Pengarah lapangan/studio) dengan naskah acuan yang disebut rundown. Ini berarti semua crew harus aktif mengikuti saat sedang berlangsungnya siaran berita12. Tanggung jawab setiap hari bagi seorang reporter berakhir setelah berita itu ditayangkan. Usai penayangan berita biasanya dilakukan rapat redaksi untuk mengevaluasi tayangan berita hari itu. Berikut beberapa crew beserta tugasnya13 : ·
Program Director Bertugas memimpin siaran dan serta mengarahkan jalannya produksi siaran berita televisi. Memimpin dari mulai persiapan produksi, editing sampai pelaksanaan siaran berita televisi.
·
Assistant Program Director Membantu program director dalam pelaksanaan siaran berita televisi.
12 13
Dedy Iskandar Muda, Op.Cit. Hal.161 Ibid. Hal.181
22
·
Technical Director Bertanggung jawab terhadap masalah tekhnik siaran berita televisi.
·
Video Enginnering Bertanggung jawab dalam pengaturan gambar (kamera) atau mengatur CCU (camera control unit).
·
Audioman Bertanggung jawab dalam pengaturan audio dari penyiar dan dubbing.
·
Swicher Bertugas memadukan gambar menjadi satu teknik pengaturan gambar (visual) dari hasil editing ke dalam rangkaian siaran berita televisi.
·
Kameramen Bertugas mengambil gambar penyiar pada saat siaran berita televisi.
·
VTR Bertugas mem-playback materi atau merekam siaran berita televisi.
·
Penyiar Bertugas menyiarkan berita kepada audiens dalam siaran berita televisi.
23
G. Reporter a. Definisi Reporter Berikut ini adalah beberapa definisi reporter : ·
Seorang yang mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah, dan menyajikan berita14.
·
Seorang wartawan aktif yang bertugas mengumpulkan berita dari berbagai sumber, lalu menyusunnya ke dalam format penulisan berita kemudian disiarkan15
·
Wartawan media elektronik/cetak yang bertugas mencari fakta atau data dan menyusunnya dalam format tulisan berita untuk media dimana ia bekerja16
·
The person who covers the day events with a photographer and makes sure the stories are written and edited properly for the evening newcast.17 Artinya, seseorang yang meliput suatu peristiwa dengan fotografer serta menulis peristiwa tersebut dengan benar kemudian mengedit sebagaimana mestinya untuk siaran berita.
b. Tugas Reporter Dalam pekerjaannya, reporter mempunyai beberapa tugas sebagai berikut 18 :
14
J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1994) hlm. 21 15 Iskandar Muda Op. Cit. hlm. 14 16 Darwanto Sastro Subroto, Produksi acara televisi (Duta Wacana University, 1994) hlm. 157 17 Ray White, TV News:Building career in Broadcast Journalism (Boston London, Focal Press, 1990) hlm. 41 18 Husain Junus dan Aripin Bansuru, Seputar Jurnalistik:Pedoman pendidikan dasar bagi calon Wartawan ( Solo, Aneka. 1996) hlm. 22
24
1. Peliput Meliput setiap peristiwa yang terjadi untuk bahan berita. 2. Penyusun Peristiwa yang sudah diliput akan disusun menjadi suatu berita yang menarik untuk publik. 3. Penyebar Informasi Berita yang telah disusun akan disampaikan kepada publik, berita itu akan menjadi informasi untuk mereka. c. Stand Up Reporter Dalam menyajikan sebuah berita, terkadang seorang reporter diharuskan melakukan stand up untuk melaporkan suatu kejadian atau kondisi obyek berita langsung dari tempat. Stand up bagi reporter dimungkinkan karena adanya sistem ROSS yang berlaku dalam dunia jurnalistik televisi19 : ·
Reporter On the Spot and on the Screen. Seorang reporter berada di lokasi kejadian dan ketika ditayangkan tampak di layar televisi.
·
Reporter On the Spot but off the Screen Reporter berada di lokasi kejadian tapi tidak ditampilkan di layar televisi ketika berita ditayangkan.
·
Reporter off the Spot and on the Screen Reporter tidak berada di lapangan tapi ketika berita disiarkan maka dia muncul di layar televisi dengan menggunakan teknik blue screen.
19
Wahyudi Op. Cit. hlm. 37
25
·
Reporter Off the Spot and off the Screen Reporter tidak berada di lokasi kejadian dan juga tidak muncul di layar televisi. Stand up tidak dilakukan dengan tujuan untuk membuat seorang reporter
terkenal. Ketika reporter mempersiapkan suatu paket berita, maka ia dihadapkan pada keputusan perlu tidaknya melakukan stand up pada suatu reportase di depan kamera. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa reporter perlu melakukan stand up20 : 1. Menunjukkan Lokasi Penampilan reporter di depan kamera menunjukkan bahwa reporter tersebut benar-benar berada di lokasi kejadian. Penonton lalu mengetahui bahwa informasi yang disampaikan berasal dari reporter yang langsung berada di tempat kejadian dan langsung menyaksikan peristiwa yang tengah berlangsung. 2. Pendalaman Berita Jika seorang reporter mempunyai informasi yang mendalam dan detil tentang suatu berita, maka stand up merupakan cara yang bagus untuk menjelaskan informasi tersebut dengan kata-kata. Jadi stand up dapat digunakan untuk membantu mengilustrasikan berita yang kekurangan gambar.
20
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir (Ghalia Indonesia, 2004) hlm. 60
26
3. Keseimbangan Berita. Stand up dapat digunakan untuk membuat keseimbangan berita. Apabila seseorang
menolak
untuk
diwawancarai,
maka
reporter
bisa
menyampaikan hal tersebut kepada penonton melalui stand up. Kenyataan bahwa seseorang menolak memberikan komentar memberikan kesan kepada penonton bahwa narasumber tersebut tengah menyembunyikan sesuatu. 4. Menunjukkan Cara Stand up merupakan cara yang sangat efektif dalam membantu reporter TV menunjukkan kepada penonton mengenai cara kerja atau proses kerja suatu alat. 5. Sebagai Penyambung Stand up berfungsi untuk menghubungkan dua peristiwa yang berada di dua lokasi yang berbeda. Perbedaan lokasi perlu dijembatani agar penonton tidak merasa tersentak dengan perbedaan suasana yang kontras antara dua lokasi tersebut. d. Tujuan dan Jenis Wawancara Dalam
mengumpulkan
data
di
lapangan,
reporter
mencari
dan
mengumpulkan fakta melalui pengamatan/observasi, wawancara atau melakukan riset dokumentasi. Berikut ini adalah tujuan wawancara : ·
Wawancara digunakan untuk mendapatkan pernyataan/statement dari pihak yang bersangkutan dalam fakta yang diliput. Disamping itu untuk
27
memperoleh keakuratan data dari berbagai pihak yang menjadi bagian dari obyek peliputan berita.21 ·
Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan keterangan langsung dari sumber
berita
atau
keterangan
aktual
dari
pelaku
atau
saksi
kejadian/peristiwa itu.22 Untuk mencapai tujuan dan maksud tersebut, wawancara dibagi menjadi tiga jenis23, yakni : 1. Information Interview Wawancara yang dilakukan untuk memperoleh keterangan/info mengenai suatu peristiwa. 2. Feature Interview Wawancara dimaksudkan untuk mengorek kehidupan seseorang. 3. Opini Interview Wawancara untuk mendapatkan pendapat/opini satu atau lebih sumber berita. e. Jenis Penulisan Reportase Ada empat jenis penulisan reportase yang lazim digunakan24 : 1. Reportase sederhana (straight reporting) Laporan suatu fakta atau peristiwa yang dibuat berdasarkan data atau informasi yang diperoleh secara sederhana.
21
Ibid, hal. 46 Wahyudi Op. Cit. hlm. 102 23 FX. Koesworo, JB. Margantoro, Ronnie S. Viko, Dibalik tugas kuli tinta (Sebelas Maret University Press, Surakarta dan Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 1994) hlm. 100 24 LPPAI UII, Dasar-dasar Jurnalistik (Yogyakarta, LPPAI UII, 2001) hlm. 49 22
28
2. Reportase penyelidikan (investigative reporting) Reportase ini menekankan pada usaha membongkar atau menyelidiki suatu fakta. Data untuk reportase ini diperoleh melalui sebuah penyelidikan yang teliti, mendalam dan detail. 3. Reportase analisis (interpretative reporting) Reportase jenis ini lebih menekankan pada analisa dan penafsiran suatu kasus. Biasanya yang disajikan adalah sebuah isu yang sedang terjadi dan bersifat kontroversial di tengah masyarakat. 4. Reportase Partisipasi (Participle reporting) Reportase jenis ini mampu memberi gambaran secara utuh dan jelas karena reporter harus terlibat langsung pada obyek reportase. f. Teknik Penulisan Naskah Berita Televisi Stasiun televisi CNN menyatakan bahwa naskah berita itu harus “To be understood by the truck driver while not insulting the proffesor’s intelligence” yang artinya berita itu harus dimengerti oleh sopir truk namun tanpa harus merendahkan kecerdasan sang profesor25. Dalam menulis naskah berita televisi, reporter berpedoman pada rumus 5W + 1H dan Easy Listening Formula. Formula untuk menuju easy listening tersebut bermacam-macam, namun yang paling mudah diingat dan diaplikasikan adalah Five Star Approach to News Writing dengan akronim ABC-SS oleh Soren H. Munhof26, yaitu :
25
·
Accuracy : Menulis berita harus tepat.
·
Brevity : Menulis berita harus singkat.
Morrisan Op. Cit. hlm. 77 Iskandar Muda Op. Cit. hlm. 48
26
29
·
Clarity
·
Simplicity : Menulis berita harus sederhana
·
Sincerity :Menulis berita harus dapat dipercaya, sopan, dan tidak munafik.
: Menulis berita harus jelas.
Struktur penulisan
naskah
berita televisi
pada umumnya dapat
digolongkan pada tiga hal, yaitu struktur berbentuk piramida, kronologi dan bentuk piramida terbalik. Tetapi yang paling sering dipakai dalam menyajikan berita yang bersifat langsung adalah struktur piramida terbalik seperti berikut ini27:
What is the news
When, Who, What
Set the scene
Why, Where
Detail
How, Why
Context of the Background
Why
Minor Detail
Why
Struktur piramida terbalik dimulai dengan menampilkan informasiinformasi penting diawal naskah kemudian informasi-informasi lain menyusul setelahnya. Urutan penulisan struktur piramida terbalik adalah : What is the news (topik berita), Set the scene (pemaparan masalah), Detail (rincian), context of the background (latar belakang permasalahan), dan Minor Detail (bagian yang lebih
27
Ibid. hlm. 58
30
rinci). Sebuah lead berita berisikan masalah inti dari keseluruhan naskah berita. Penempatannya berada di awal dimaksudkan untuk menarik perhatian dan mempermudah penonton mengetahui topik atau permasalahan dari berita tersebut. Selain itu jika terjadi pemotongan karena durasi tidak memungkinkan, lead berita berfungsi juga untuk menyampaikan isi berita meski tak mencakup keseluruhan berita tersebut. Dalam struktur piramida terbalik tersebut tentunya terdiri dari susunan kalimat. Kalimat yang ditulis oleh reporter dalam sebuah naskah berita televisi harus28 : ·
Maksimal terdiri dari 20 kata.
·
Satu kalimat satu gagasan/pemikiran.
·
Menghindari anak kalimat.
·
Ubah gaya bahasa birokrat dan militeristik menjadi ungkapan lugas dan mudah dimengerti masyarakat.
Dalam sebuah naskah berita televisi juga terdapat beberapa istilah seperti berikut : ·
VTR/VCR
: Video Tape Recorder/ Video Cassette Recorder
·
VTR/ VCR Start
: pita video dijalankan atau diputar
·
Sound Up
: suara dimunculkan
·
VTW
: Video Type Writer, alat untuk membuat teks
·
Chargen (CG)
: Character Generator (sama dengan VTW)
·
SI
: Super Imposed, pemunculan visual yang menumpuk atau melapis pada visual sebelumnya.
28
Morissan. Op. Cit. hlm. 90
31
·
Sound Bite
: cuplikan suara pembicara (narasumber)
·
VO/ Voice Over
: pengisian suara (narasi) pada video
·
Cue
: tanda,petunjuk,saat
·
SOT
: Sound On Tape. Suara yang terekam di pita video
·
NATSOT
: Natural SOT, original sound/atom sound
·
ENG
: Electronic News Gathering, liputan berita elektronik
·
Duration
: masa siar
·
TXN
: pemancaran
32
BAB III DESKRIPSI LEMBAGA / INSTANSI
A. Sejarah Berdirinya TVRI Dalam rangka menyambut penyelenggaraan ASIAN GAMES IV tahun 1961, maka pemerintah memutuskan untuk membangun stasiun televisi di Jakarta. Oleh karenanya dibentuklah panitia persiapan pembangunan stasiun televisi yang terdiri dari sembilan orang dimana R.M. Soenarto bertindak sebagai ketua. Pada tanggal 23 Oktober 1961 diambillah keputusan akhir mengenai pendirian stasiun televisi sekaligus digunakannya peralatan dari Nippon Electronica Corporation (NEC) Jepang. Siaran perdana sebagai siaran percobaan disiarkan pada tanggal 17 Agustus 1962 berupa siaran khusus liputan tentang upacara peringatan detikdetik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Disusul kemudian dengan penayangan pembukaan ASIAN GAMES IV pada tanggal 24 Agustus 1962 yang kemudian dilanjutkan siaran-siaran secara teratur dengan nama Biro Radio dan Television Organizing Committee ASIAN GAMES IV, sekaligus merupakan hari jadi berdirinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Melalui Kepres RI No. 215 tahun 1963 maka dibentuklah yayasan tersendiri dengan nama Yayasan Televisi Republik Indonesia. Penyesuaian pada tahun 1968 dilantik Direktorat Jendral Radio, Televisi dan Film Departemen Penerangan RI.
33
Perluasan jangkauan TVRI terus ditingkatkan guna menggali, mengangkat serta mengembangkan potensi dari suatu daerah. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mendirikan stasiun penyiaran daerah di beberapa wilayah di Indonesia dalam kurun waktu 1962 sampai dengan 1999, yakni TVRI Jakarta (1962), TVRI Yogyakarta (1965), TVRI Medan (1970), TVRI Ujung Pandang (1972), TVRI Banda Aceh (1973), TVRI Palembang (1974), TVRI Denpasar (1978), TVRI Surabaya (1978), TVRI Manado (1978), TVRI Bandung (1987), TVRI Samarinda (1993), TVRI Ambon (1993), TVRI Semarang (1996), dan TVRI Padang (1997), selanjutnya dengan adanya pemekaran wilayah di beberapa propinsi di In donesia, maka saat ini jumlah Stasiun TVRI di Indonesia mencapai 27 buah yakni : 1. TVRI Nanggroe Aceh Darussalam 2. TVRI Sumatera Utara 3. TVRI Sumatera Barat 4. TVRI Sumatera Selatan 5. TVRI Riau 6. TVRI Benkulu 7. TVRI Jambi 8. TVRI Lampung 9. TVRI Jawa Barat 10. TVRI Jawa Tengah 11. TVRI Jawa Timur 12. TVRI D.I. Yogyakarta
34
13. TVRI Sulawesi Selatan 14. TVRI Sulawesi Utara 15. TVRI Sulawesi Tengah 16. TVRI Sulawesi Tenggara 17. TVRI Kalimantan Timur 18. TVRI Kalimantan Barat 19. TVRI Kalimantan Tengah 20. TVRI Kalimantan Selatan 21. TVRI Bali 22. TVRI Maluku 23. TVRI NTT 24. TVRI Papua 25. TVRI NTB 26. TVRI Gorontalo 27. TVRI DKI
B. Perkembangan Status TVRI Semula TVRI berada di bawah Yayasan sejak tahun 1962, kemudian tahun 1965 dibawah Direktorat Televisi Departemen Penerangan. Selanjutnya tahun 1970 di bawah Direktorat Jendral Radio, Televisi, dan setelah dibubarkannya DEPPEN pada tanggal 16 Oktober 1999, maka pada tanggal 7 Juni 2000 melalui Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2000 yang ditandatangani oleh Presiden Abdurrahman Wahid, TVRI telah resmi menjadi Perusahaan Jawatan ( Perjan ).
35
Pada pemerintahaan Megawati melalui PP No. 9 Tahun 2002, tertanggal 17 April 2002 Stasiun TVRI diubah menjadi Perseroan Terbatas ( PT ). Dengan beralihnya Stasiun TVRI menjadi PT berarti struktur organisasinya secara otomatis mengalami perubahan dengan menyesuaikan prinsip-prinsip operasional sebuah perusahan. Selanjutnya Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Penyiaran nomor 32 tahun 2002 yang menempatkan TVRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik, selanjutnya , melalui PP no. 13 tahun 2005, tertanggal 18 Maret 2005, TVRI diubah menjadi Lembaga Penyiaran Publik dan sejak tanggal 24 Agustus 2006 telah ditetapkan Jajaran Direksi LPP TVRI oleh Dewan Pengawas LPP TVRI. Jika dibuat skema, maka sejarah status TVRI adalah : 1962 à Yayasan TVRI 1965 à Direktorat dibawah Deppen. 2001 à Perjan PP No.36/Th.2000 (Depkeu, BKN) 2002 à PT (Persero) PP No.9/Th.2002 (Depkeu, BKN, Menneg BUMN, Menneg Kominfo) 2005 à TV Publik> UU No.32/Th.2002, PP.11/ Th.2005, PP.No.13/Th.2005 Tgl.18-3-05 2006 à Maret, Dewan Pengawas TVRI terpilih à Mei, dikukuhkan 23 Agustus, Direksi terpilihà 24 Agustus, Pkl.14.00 WIB Direksi dilantik oleh Dewan Pengawas TVRI
36
Adapun Dewan Pengawas TVRI terdiri atas : KETUA
: DRS. HAZAIRIN SITEPU
ANGGOTA
: 1. BRIGJEN. TNI. (PURN) DRS. H. ROBIK MUKAV 2. PROF. MUSA ASY’ARI 3. DRS. ABRAHAM ISNAN, MSI 4. DRA. HJ. RETNO INTANI ZA, MSC
Sedangkan Dewan Direksi LPP TVRI terdiri atas : 1. Direktur Utama Mayjen.TNI (Pur) I Gde Nyoman Arsana,SE,MM,PSC 2. Direktur Program dan Berita Drs. Yon Anwar 3. Direktur Teknik Ir. Satya Sudhana 4. Direktur Keuangan DR. Antar M.T. Sianturi, Ak.,MBA 5. Direktur Umum Dra. Immas Sunarya, MM 6. Direktur Pengembangan dan Usaha - kosong-
37
Sehubungan dengan perubahaan status tersebut, kini TVRI semakin ditantang untuk mulai mandiri khususnya dalam memproduksi acara, mengingat sudah ditiadakannya anggaran negara untuk penyelenggaraan produksi siaran televisi.
C. Visi , Misi, Tujuan dan Sasaran Tugas TVRI a. Visi Terwujudnya TVRI sebagai media independen, profesional, terpercaya dan pilihan bangsa Indonesia, dalam keberagaman usaha dan program serta jaringan penyiaran berkualitas yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melestarikan nilai budaya bangsa untuk memperkuat kesatuan nasional b. Misi 1. Mengembangkan TVRI menjadi media perekat sosial untuk persatuan dan kesatuan bangsa sekaligus media kontrol sosial yang dinamis. 2. Mengembangkan TVRI menjadi pusat layanan informasi dan edukasi yang utama. 3. Memberdayakan TVRI menjadi pusat pembelajaran bangsa serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi dan kebudayaan daerah serta memperhatikan komunitas terabaikan. 4. Memberdayakan TVRI menjadi media untuk membangun citra bangsa dan negara Indonesia di dunia internasional.
38
c. Tujuan Penyiaran TVRI Memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. ( Pasal 3 UU No.32/Th.2002, tentang Penyiaran ) d. Tujuan dan Sasaran 1. Terciptanya program yang menarik. 2. Terjalinnya kerjasama yang saling menguntungkan. 3. Meningkatnya kualitas SDM khususnya pada penguasaan teknologi informasi. 4. TVRI menjadi pusat sarana pembelajaran sekolah dan luar sekolah. e. Meningkatnya sistem dan prosedur pada TVRI. 5. Meningkatnya kemampuan Stasiun Penyiaran Daerah. 6. Terciptanya pemancar yang berkualitas dan Berteknologi tinggi. 7. Meningkatnya jangkauan siaran. e. Tugas TVRI Sebagai TV Publik Memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial serta melestarikan budaya bangsa untuk kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. ( Pasal 4 PP. No.13 Th.2005)
39
D. Arti Logo TVRI
Makna : Secara simbolis, bentuk logo ini menggambarkan “ layanan publik yang informatif, komunikatif, elegan dan dinamis “ dalam upaya mewujudkan visi dan misi TVRI sebagai TV Publik yaitu media yang memiliki fungsi kontrol dan perekat sosial untuk memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Bentuk lengkung yang berawal pada huruf T dan berakhir pada huruf I dari huruf TVRI membentuk huruf ”P” yang mengandung 5 (lima) makna layanan informasi dan komunikasi menyeluruh, yaitu : 1. P sebagai huruf awal dari kata PUBLIK yang berarti “memberikan layanan informasi dan komunikasi kepada masyarakat dengan jangkauan nasional dalam upaya ikut mencerdaskan kehidupan bangsa” 2. P sebagai huruf awal dari kata PERUBAHAN yang berarti ”membawa perubahan ke arah yang lebih sempurna” 3. P sebagai huruf awal dari kata PERINTIS yang berarti ”merupakan perintis atau cikal bakal pertelevisian Indonesia”
40
4. P sebagai huruf awal dari kata PEMERSATU yang berarti ”merupakan lembaga penyiaran publik yang mempersatukan bangsa Indonesia yang tersebar di bumi Nusantara yang sangat luas dan terdiri atas ribuan pulau” 5. P sebagai huruf awal dari kata PILIHAN yang berarti ”menjadi pilihan alternatif tontonan masyarakat Indonesia dari berbagai segmen dan lapisan masyarakat” Bentuk elips dengan ekor yang runcing dan dinamis melambangkan komet yang bergerak cepat dan terarah serta bermakna gerakan perubahan yang cepat dan terencana menuju televisi publik yang lebih sempurna. Bentuk tipografi TVRI memberi makna elegan dan dinamis, siap mengantisipasi perubahan dan perkembangan jaman serta tuntutan masyarakat.Warna BIRU mempunyai makna elegan, jernih, cerdas, arif, informatif dan komunikatif. Perubahan warna jingga ke warna merah melambangkan sinar atau cahaya yang membawa pencerahan untuk ikut bersama mencerdaskan kehidupan bangsa serta mempunyai makna : Semangat dan dinamika perubahan menuju ke arah yang lebih sempurna. Khusus untuk TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, dibawah logo tersebut dicantumkan identitas lokal, yakni kata Jogja seperti yang tercantum dalam tulisan Jogja
Never
Ending
Asia,
yang
berupa
tulisan
tangan
Sri
Sultan
Hamengkubuwono X. Hal ini mengandung makna sebagai penghormatan terhadap Kraton Yogyakarta sebagai pusat budaya dan cikal bakal pengembangan wilayah DIY serta untuk turut mempromosikan ikon wisata DIY baik di kancah regional, nasional dan internasional.
41
Hal lain lagi, bahwa dengan pencantuman tulisan Jogja ini, diharapkan TVRI Jogja mampu menjalankan visi dan misinya selaku TV Publik yang mempunyai kepedulian dan keberpihakan terhadap publik DIY.
E. Sejarah TVRI Stasiun D.I Yogyakarta TVRI Stasiun D.I Yogyakarta merupakan TVRI stasiun daerah pertama kali yang berdiri di tanah air yakni tahun 1965. Pertama berdiri di Yogyakarta berlokasi di Jalan Hayam Wuruk, tepatnya saat TVRI Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Stasiun yang pertama yakni IR. Dewabrata. Konon untuk mendirikan Menara Pemancar dibangun dari bahan bambu. Selanjutnya di tahun 1970 menara pemancar TVRI Yogyakarta menempati lokasi baru di Jalan Magelang Km. 4,5 Yogyakarta, seluas 4 hektar, sampai dengan saat ini. Siaran perdana TVRI Stasiun DIY pada tanggal 17 Agustus 1965 adalah menyiarkan acara pidato peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI ke-20 oleh Wakil Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Paduka Paku Alam VIII. Pada awalnya TVRI Stasiun DIY mengudara tiga kali dalam satu minggu yang masing-masing berdurasi dua jam. Pada saat itu jangkauan siaran masih terbatas pada area yang dapat dijangkau pemancar VHF berkekuatan 10 Kw,
42
begitu pula format siarannya masih hitam putih. Namun pada tahun 1973, TVRI Stasiun DIY telah mulai melakukan siaran setiap hari. Siaran produksi lokal TVRI Stasiun DIY tiap harinya mencapai 2,5 hingga 3 jam, setelah dikumulasikan dengan penyiaran terpadu dari TVRI Pusat Jakarta. Karena faktor topografis berupa pegunungan di daerah Gunung Kidul maupun di Kulonprogo, saat ini terdapat beberapa daerah yang belum dapat menerima siaran TVRI Stasiun DIY, oleh karenanya TVRI Stasiun DIY berencana membangun tower pemancar didaerah Bukit Pathuk, Gunung Kidul guna memperluas jangkauan siarannya. Sejak didirikan TVRI Stasiun D.I Yogyakarta sampai dengan saat ini telah dilakukan beberapa kali pergantian jabatan Kepala Stasiun yaitu sebagai berikut :
NAMA
PERIODE
1.
Ir. Dewabrata
1965 – 1971
2.
R.M. Soenarto
1971 – 1975
3.
Drs. Darjoto
1975 – 198 3
4.
M. Djaslan, B.A
1983 – 1985
5.
Drs. Ishadi SK, M.Sc
1985 - 1988
6.
Drs. Semyon Sinulingga
1988 – 1990
7.
Drs. Suryanto
1990 – Juli 1995
8.
Drs. Bakaroni A.S.
Agustus–Desember 1995
9.
Sunjoto Suwarto
Januari 1995 – 1998
10. Drs. Pudjatmo
1998 – 2000
11. Drs. Sutrimo MM, M.Si
2000
12. Drs. Sudarto HS
2000 – 2003
13. Drs. Bambang Winarso M.Sc
2003 – 2007
14. Drs. Tribowo Kriswinarso
2007 - sekarang
43
F. Visi dan Misi TVRI D.I Yogyakarta a. Visi Terwujudnya TVRI D.I Yogyakarta sebagai media Televisi Publik yang independen, profesional, terpercaya dan pilihan masyarakat DIY, dalam keberagaman usaha dan program yang ditujukan untuk melayani kepentingan masyarakat dalam upaya memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan masyarakat, dan melestarikan nilai budaya yang berkembang di DIY dalam rangka memperkuat kesatuan nasional melalui jejaring TVRI Nasional. b . Misi 1. Mengembangkan TVRI D.I Yogyakarta menjadi media perekat sosial sekaligus media kontrol sosial yang dinamis. 2. Mengembangkan TVRI D.I Yogyakarta menjadi pusat layanan informasi yang utama serta menyajikan hiburan yang sehat dengan mengoptimalkan potensi daerah dan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di DIY. 3.Memberdayakan
TVRI
D.I
Yogyakarta
menjadi
pusat
pembelajaran
demokratisasi dan transparansi informasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani. 4. Memberdayakan TVRI D.I Yogyakarta sebagai Televisi Publik yang bertumpu pada keseimbangan informasi dengan tetap memperhatikan komunitas terabaikan. 5. Memberdayakan TVRI D.I Yogyakarta menjadi media untuk membangun citra positif DIY sebagai pusat budaya, pendidikan dan pariwisata ditingkat nasional, regional maupun di dunia internasional melalui jejaring TVRI Nasional.
44
G. Prestasi TVRI Stasiun D.I. Yogyakarta Beberapa penghargaan yang pernah di raih oleh TVRI D.I Yogyakarta diantaranya adalah : NAMA NO. THN
PRESTASI
KATAGORI
PENGHARGAAN 1984
GATRA KENCANA
JUARA II
SIARAN PENDIDIKAN
1985
GATRA KENCANA
JUARA III
SIARAN PENDIDIKAN
1. 2
SIARAN KESENIAN
3
1986
GATRA KENCANA
JUARA III TRADISIONAL
4
1986
GATRA KENCANA
JUARA III
5
1987
GATRA KENCANA
JUARA III
SIARAN PENDIDIKAN SIARAN KESENIAN TRADISIONAL
6
1989
GATRA KENCANA
JUARA III
SIARAN SPOT PROGRAM
FESTIVAL MUSIK TRADISIONAL
7
1990
SINETRON
UNGGULAN VIDEO NON CERITA
INDONESIA FESTIFAL FILM 8
1990
UNGGULAN
SINEMA ELEKTRONIK
INDONESIA DOKUMENTER
9
1992
GATRA KENCANA
JUARA III FEATURE SIARAN NEGERI
10
1992
GATRA KENCANA
JUARA II TERCINTA NUSANTARA
45
11
1993
GATRA KENCANA
JUARA II
CERITA ANAK SINETRON NON
12
1995
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN
CERITA SEMI DOKUMENTER
13
1996
GATRA KENCANA
JUARA II
SIARAN PARIWISATA PRODUSER SINETRON
14
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN
NON CERITA BUDAYA TERBAIK PRODUSER SINETRON NON CERITA
15
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN PARIWISATA TERBAIK PRODUSER SINETRON NON CERITA SEMI
16
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN DOKUMENTER TERBAIK SUTRADARA SINETRON NON
17
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN CERITA BUDAYA TERBAIK SUTRADARA SINETRON NON
18
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN
CERITA SEMI DOKUMENTER TERBAIK
46
SUTRADARA SINETRON NON
19
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN CERITA PARIWISATA TERBAIK
CAKRAWALA BUDAYA TENUN
20
1996
FSI VIDIA WIDYA
PENGHARGAAN LURIK SINETRON NON CERITA SIARAN KARYA
21
1996
GATRA KENCANA
JUARA II TEPAT GUNA CAKRAWALA
22
1996
GATRA KENCANA
JUARA III BUDAYA
23
1998
GATRA KENCANA
JUARA III
SIARAN VIDEO KLIP
24
1998
GATRA KENCANA
JUARA III
ACARA PEDESAAN PENILAIAN
25
1999
GATRA KENCANA
PENGHARGAAN
ADMINISTRASI TERBAIK PAKET ACARA
26
2000
GATRA KENCANA
JUARA II DRAMA
MUSEUM
PENYELENGGARA
REKOR
BURSA INSIDENTAL
27
2002
INDONESIA
PENGHARGAAN MOBIL BEKAS DENGAN
(MURI)
PESERTA TERBANYAK
47
PAKET FEATURE
28
2005
JAPAN PRIZE/ NHK
NOMINE
DOKUMENTRY TTG TSUNAMI PAKET ACARA
29
2006
INDONESIA WOW
JUARA I BUDAYA
30
PERAN SERTA DALAM
SIARAN
PENGHARGAAN
PENANGANAN
PENANGANAN
GUBERNUR DIY
BENCANA ALAM
BENCANA DAN
GEMPA DIY
RELAWAN BENCANA
2007
Setelah TVRI Nasional menjadikan Riset Media AC Nielsen untuk memonitor siarannya, maka TVRI D.I. Yogyakarta menjadi salah satu stasiun televisi yang menjadi obyek risetnya diantara berbagai stasiun TVRI Lainnya. Dalam hal ini, prestasi yang baru saja diraih berkaitan dengan Riset AC Nielsen ini adalah bahwa pada bulan April 2006, TVRI D.I Yogyakarta memperoleh channel share terbaik diantara Stasiun TVRI se-Indonesia yakni 4,9 point.
H. Pola Siaran TVRI Stasiun D.I Yogyakarta Sejak awal dioperasikannya TVRI Stasiun D.I Yogyakarta, pola siaran yang mengacu pada pola siaran TVRI Nasional, disebut pola acara terpadu. Hal ini dikarenakan TVRI dibawah salah satu manajemen penyiaran, sehingga stasiun TVRI daerah harus mengikuti pola acara terpadu dari pusat. Acara yang diproduksi TVRI Stasiun D.I.Y disebut pola acara harian. Pola acara harian disusun berdasarkan pola acara tahunan dari TVRI Pusat Jakarta.
48
Setelah diterima oleh TVRI Stasiun D.I.Y pola acara tersebut disebut pola acara tahunan. Hal ini berarti pola acara tahunan TVRI Stasiun D.I.Y merupakan hasil kombinasi antara pola acara pusat dengan daerah. Karena sistematis ini wajib, maka siaran relay dari Pusat pasti selalu ada. Disamping itu apabila terjadi kekosongan produksi siaran, stasiun TVRI daerah bisa langsung merelay dari TVRI Nasional.
I. Ruang Lingkup a. Jangkauan Siaran Jangkauan siaran TVRI stasiun D.I.Y meliputi seluruh propinsi DIY dan sebagian wilayah propinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Magelang, kota Magelang, Temanggung, Wonosobo,sebagian Klaten, Sebagian Purworejo, sebagian Karanganyar b. Target Audiens Acara-acara stasiun televisi ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat propinsi DIY dan sebagian masyarakat Jawa Tengah yang tercakup dalam jangkauan siaran TVRI Stasiun DIY. Oleh karenanya desain program TVRI Yogyakarta tidak mengenal istilah Prime Time, sebab dari realita di lapangan, kapanpun suatu acara ditayangkan, asalkan bagus dan berkualitas, ia akan tetap mendapat tempat dihati pemirsa. Sehingga kenyataan ini mematahkan anggapan bahwa pukul 7 hingga 9 malam adalah waktu prime time penayangan acara unggulan suatu acara Televisi. Bulan Juli 2007, Tim Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta melakukan penelitian kecil dengan menyebar angket secara acak pada 100 warga di DIY. Dari angket ini diperoleh hasil bahwa 64 orang atau
49
64 prosen warga DIY masih melihat TVRI Jogja. Meski penelitian ini perlu ditindaklanjuti dengan penelitian lain yang lebih komprehensif, karena pada realitanya masih banyak warga DIY yang menyukai tayangan TVRI Jogja.
J. Fungsi Publik Sebagai stasiun televisi yang bervisikan budaya, pendidikan dan kerakyatan, maka TVRI Yogyakarta berusaha untuk ikut lebur bersama dinamika kehidupan masyarakat. Untuk itu selain melalui acara-acara talkshow yang memberi ruang luas bagi pemirsa untuk ikut menyuarakan aspirasinya, TVRI juga memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas di TVRI Yogyakarta untuk kegiatan pendidikan, seni budaya, serta kegiatan ekonomis. a. Otobursa TVRI Kegiatan jual beli mobil bekas ini dilaksanakn di halaman TVRI Yogyakarta, Jl. Magelang Km.4,5 Yogyakarta setiap hari Minggu. Kegiatan ini diawali bulan Maret 2002, saat itu hanya diikuti oleh 21 mobil. Minggu selanjutnya naik menjadi 41 mobil Dan saat ini, dengan fasilitas parkir hampir 3 hektar, mampu menampung 900 mobil dan pada bulan november 2004 masuk Museum Rekor Indonesia sebagai penyelenggara insidental jual beli mobil bekas terbesar. b. Kuliah Praktek Kerja Lapangan dan Skripsi Melaksanakan visinya di dunia pendidikan, TVRI Yogyakarta membuka kesempatan seluas-luasnya kepada para mahasiswa, utamanya yang menggeluti dunia broadcasting untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan skripsi, kegiatan ini dikoordinir oleh bagian Humas, tentu saja tidak setiap
50
pelamar PKL langsung bisa diterima. Hal ini mengingat formasi dan kapasitas pembimbing di TVRI Yogyakarta. Hingga saat ini mahasiswa yang PKL dan skripsi berasal dari Universitas Lampung, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Merdeka Malang, STIMMINDO Malang, ISI Surakarta, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta,
Universitas
Pembangunan
Nasional
“Veteran“
Yogyakarta,
Politeknik PPKP Yogyakarta, IST-AKPRIND Yogyakarta, Universitas Teknologi Yogyakarta,
Universitas
Atmadjaya
Yogyakarta,
Universitas
Proklamasi
Yogyakarta, Akademi Komunikasi Indonesia Yogyakarta, Akademi Komunikasi Radya Binatama Yogyakarta, Politeknik Semarang, Universitas Satya Wacana Salatiga. c. Website www.tvrijogja.co.id Mulai Januari 2005 TVRI Yogyakarta me-launching website dengan domain www.tvrijogja.co.id dari web ini bisa diketahui berbagai acara TVRI Yogyakarta serta profilnya.
K. Program Kerja TVRI: 1. Pembenahan Struktur Organisasi 2. Pembenahan citra TVRI dan budaya kerja organisasi 3.
Reevaluasi menyeluruh thd acara berita maupun non berita
4. Peningkatan acara-acara baru menjadi tontonan yang menarik 5. Promosi program-program unggulan 6. Peningkatan pelayanan kepada mitra melalui promosidan pemasaran
51
7. Peningkatan kualitas SDM di bidang teknik, marketing, program, berita, keuangan dan pelayanan 8. Kerjasama produksi dan penyiaran dengan berbagai Departemen / Lembaga Pemerintah dan non-Pemerintah 9. Peningkatan sistem dan prosedur tata kelola perusahaan. 10. Peningkatan tertib administrasi pengelolaan penerimaan dan pengeluaran dana. 11. Peningkatan daya pemancar 12. Revitalisasi sarana dan prasarana yang ada terutama di daerah Perbatasan NKRI. 13. Peningkatan kemampuan Stasiun Penyiaran daerah.
L Kondisi Pegawai Per Agustus 2007
a. Status 1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2 Kontrak Jumlah
232 41 273
b. Jenis Kelamin PNS 1 Laki - laki 2 perempuan Jumlah
170 62 232
KONTRAK 1 Laki - laki 2 perempuan Jumlah
34 7 41
52
c. Umur PNS 1 25 tahun s/d 35 tahun 2 36 tahun s/d 45 tahun 3 > 46 tahun Jumlah
5 122 105 232
KONTRAK 1 25 tahun s/d 35 tahun 2 36 tahun s/d 45 tahun 3 > 46 tahun Jumlah
33 7 1 41
d. Kepangkatan/Golongan 1 a. Juru Muda – I/a b. Juru Muda Tk. I – I/b c. Juru – I/c d. Juru Tk. I – I/d Jumlah
1 1
2
a. b. c. d.
Pengatur muda – II/a Pengatur Muda Tk. I – II/b Pengatur – II/c Pengatur Tk. I – II/d Jumlah
15 12 17 18 62
3.
a. b. c. d.
Penata Muda – III/a Penata Muda Tk. I – III/b Penata – III/c Penata Tk. I – III/d Jumlah
38 65 47 17 167
4.
a. b. c. d.
Pembina – IV/a Pembina Tk. I – IV/b Pembina Utama Muda – IV/c Pembina Utama Madya – IV/d Jumlah
e. Satuan Kerja 1. Bidang Berita 1.1. Seksi Produksi Berita 1.2. Seksi Current Affair & Siaran OR Jumlah
2 2
32 12 44
53
2.
3.
4.
5.
Bidang Program dan Pengembangan Usaha 1.1. Seksi Program 1.2. Seksi Pengembangan Usaha Jumlah
21 40 61
Bidang Teknik 1.1. Seksi Teknik Produksi dan Penyiaran 1.2. Seksi Teknik Transmisi 1.3. Seksi Fasilitas Transmisi Jumlah
38 18 9 65
Bagian Keuangan 1.1. Subbagian Perbendaharaan 1.2. Subbagian Akuntansi Jumlah
9 11 20
Bagian Umum 1.1. Subbagian Perlengkapan 1.2. Subbagian SDM Jumlah
22 15 37
f. Jabatan 1. Kepala Stasiun 2. Kepala Bidang / Bagian 3. Kepala Seksi / Subbagian 4. Penaggung Jawab 5. Staf Jumlah
1 5 11 28 187 232
g. Agama PNS 1. Islam 2. Katolik 3. Kristen/Protestan 4. Hindu Jumlah
186 22 23 1 232
KONTRAK 1. Islam 2. Katolik 3. Kristen/Protestan 4. Hindu Jumlah
39 1 1 41
54
h. Status Perkawinan PNS 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Duda 4. Janda Jumlah
KONTRAK 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Duda 4. Janda Jumlah
217 8 4 3 232
19 21 1 41
i. Pendidikan PNS 1. SD tidak Berijazah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Sarjana Muda 6. Sarjana 7. S2 8. D1 9. D2 10. D3 11. D4 Jumlah
13 14 79 6 75 4 8 7 13 13 232
KONTRAK 1. SD tidak Berijazah 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. Sarjana Muda 6. Sarjana 7. S2 8. D1 9. D2 10. D3 11. D4 Jumlah
2 3 22 6 4 4 41
55
j. Pendidikan Jenjang 1. ADUM 2. SPAMA 3. SPALA 4. DIKLATPIM II Jumlah
23 1 1 1 26
JUMLAH KONTRAK TVRI STASIUN D. I. YOGYAKARTA MENURUT GOLONGAN BULAN : JULI 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7
UNIT KERJA
A
GOL I B C D
A
GOL II B C D
GOL IV GOL III JUMLAH B C D A B
1
KEPSTA STAF KEPSTA 3
BID. PROG. & PENGEM. USAHA
BIDANG BERITA BIDANG TEKNIK BAGIAN KEUANGAN BAGIAN UMUM Jumlah
A
1 0
0
0
1
4
2 7
4 2 8
8
3
3
5 1 8 1 3
1 16 6 10 3 2
1 2 13 17 14 14 17 9 10 4 10 1
3 5 2 3 3
15 12 17 18 38 65 47 17
1 4 62 45 65 21 34
1 1
2
0
232
KENDALA : 1. Dana operasional yang berasal dari APBN sangat minim. 2. Kendaraan sudah tua. 3. SDM yang berusia di atas 40 tahun mempengaruhi produktivitas. 4. Belum tertatanya inventarisasi aset atas dasar standar baku. 5. Belum adanya pedoman pengembangan SDM, pola karir, penilaian kinerja dan pola pengembangan kompentensi SDM sebagai wujud realisasi terhadap kesejahteraan karyawan TVRI. HARAPAN : 1. Peningkatan pendapatan dari APBN. 2. Tambahan SDM yang mempunyai kompetensi sesuai bidang yang dibutuhkan. 3. Pendidikan bagi karyawan sesuai bidang masing – masing 4. Memotivasi karyawan yang memiliki dedikasi, pengabdian dan prestasi.
56
M. Acara-Acara yang Diproduksi Efektif berlaku 1 Januari 2005
OBROLAN ANGKRING Siaran
: Hari Sabtu (Weekly)
Pukul
: 19.30 – 20.00
Jumlah tayang
: 4 – 5 kali/ bulan
Format acara
: Dagelan
Pengisi
: Grup Angkringan Yk
Karakteristik
: Live on tape
Sasaran
: Dewasa/Umum
Deskripsi: Paket acara Obrolan Angkring merupakan acara yang dikemas dalam format dagelan/lawakan dengan menggunakan bahasa daerah (Jawa) dengan setting seperangkat angkringan. Acara ini memberikan alternatif hiburan bagi masyarakat pinggiran-menengah serta menumbuhkan apresiasi terhadap permasalahanpermasalahan atau persoalan-persoalan sosial yang ringan dan aktual serta mengandung muatan moral disampaikan secara satir diharapkan akan lebih mengena dan mudah dicerna oleh anggota masyarakat. Dengan konsep talkshow dagelan acara ini telah benar-benar dekat dihati masyarakat. Melalui lawakan para tokoh yang terlibat, seperti : Dalijo, Yu Beruk dan lain-lain terasa semakin diminati permirsa ditambah sering hadirnya para bintang tamu. Semisal pernah hadir Basuki, Gogon dll.
57
HARMONI Siaran
: Setiap hari Sabtu
Pukul
: 18.00 – 19.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 – 5 kali/ bulan
Format
: Live interaktif
Pengisi
: Para pakar dibidangnya
Karakteristik
: Live
Sasaran
: Dewasa / umum
Deskripsi: Harmoni merupakan acara live programme yang membahas tentang persoalanpersoalan seputar psikologi, kesehatan, kewanitaan, etiket dan lain sebagainya seputar pemasalahan keluarga. Dengan konsep ruang dalam sebuah keluarga yang santai dan hangat diharapkan lebih mengena kepada masyarakat, disamping pemirsa juga dapat berinteraksi langsung dengan narasumber melalui pesawat telepon. Keharmonisan dalam rumah tangga selalu menjadi harapan bagi setiap keluarga, bukan hanya pada penampilan fisik saja melainkan pada jiwa serta kesehatan seseorang. Sehingga dalam acara ini mencoba memberikan solusi kepada pemirsa tentang berbagai persoalan yang dihadapi dan untuk memberikan warna dalam acara ini juga dapat disajikan kuis seputar tema dalam pembicaraan sehingga akan mengikat pemirsa untuk tetap mengikuti program ini hingga akhir.
58
BERITA JOGJA Siaran
: Setiap hari (daily)
Pukul
:16.30 – 17.30 WIB
Format
: News
Materi
: Berita DIY dsk.
Karakteristisk
: Live
Sasaran
: Umum
Deskripsi: Program Berita harian ini menampilkan kejadian-kejadian aktual yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya yang mempunyai nilai jurnalistik yang mana didalam penyajian berita ini dilengkapi dengan beberapa rubrik menarik misal Gagasan, Pedesaan, Wisata serta peristiwa aktual lain YOGYAWARTA Siaran
: Setiap hari (daily)
Pukul
: 17.30 -18.00 WIB
Jumlah tayang
: Setiap hari
Format
: News
Pengisi
: Berita-berita aktual di DIY dsk. berbahasa Jawa
Karakteristik
: Live
Sasaran
: Umum
Deskripsi: Program Yogyawarta, menyajikan kejadian-kejadian aktual yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya yang mempunyai nilai jurnalistik yang disampaikan
59
dengan pengantar bahasa Jawa. Hal ini dimaksudkan selain memberikan informasi aktual seputar Jogja dan sekitarnya, juga dimaksudkan agar bahasa Jawa tetap lestari dikalangan pemirsa khususnya para generasi penerus. Disamping itu pemirsa juga dapat memberikan masukan terhadap kondisi fisik atau menginformasikan fasilitas umum yang perlu segera ditangani oleh pihak terkait dalam segmen Dialog Warga melalui telpon/surat. PLENGKUNG GADING Siaran
: Setiap hari Kamis (weekly)
Pukul
: 19.30 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 1 kali/ bulan
Format
: Pergelaran infotainment
Pengisi
: Kelompok Campursari di DIY dan sekitarnya
Karakteristik
: Live
Sasaran
: Dewasa Umum.
Deskripsi: Campursari merupakan kesenian yang lahir dari Yogyakarta merupakan sebuah produk warisan leluhur yang saat ini masih sangat digemari oleh masyarakat. Karena dapat memainkan berbagai jenis lagu/musik yang dibawakan dengan penuh humor dan jauh dari kesan serius. Plengkung Gading diambil dari sebuah tempat bersejarah di salah satu sudut Kota Yogyakarta. Acara ini juga diselingi dialog budaya
mengupas segala permasalahan yang perlu diketengahkan
dan menarik untuk diperbincangkan. Acara ini juga dimaksudkan memberikan
60
apresiasi budaya secara implisit dengan kemasan entertainment yang ringan tetapi sarat dengan muatan budaya. CEPLAS – CEPLOS Siaran
: Setiap hari Minggu (weekly)
Pukul
: 18.00 – 19.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 - 5 kali/bulan
Format
: Talkshow interaktif
Pengisi
: Para pakar dan dibidangnya
Karakteristik
: Live
Sasaran
: Umum
Deskripsi: Ajang dialog santai yang mengangkat berbagai permasalahan sehari-hari yang berkembang disekitar kehidupan masyarakat menengah kebawah, baik sosial, ekonomi, budaya, kesehatan, pariwisata, pendidikan, lingkungan hidup dsb. MBANGUN DESO Siaran
: Produksi apabila ada penyandang dana
Pukul
: WIB
Jumlah tayang
: 1 kali / bulan
Format
: Fragmen
Pengisi
: Den Baguse Ngarso, Sronto, Kuriman dkk
Karakteristik
: Taping
Sasaran
: Dewasa dan umum
61
Deskripsi: Satu acara yang diformat dalam bentuk fragmen berbahasa Jawa dengan setting pedesaan
ini sudah melekat dihati pemirsa di DIY dan sekitarnya, melalui
karakter para pemeran yang sudah sangat populer seperti : Den Baguse Ngarso, Sronto, Pak Bina dan kawan-kawan. Penyampaian materi atau cerita yang kental dengan budaya Jawa menjadikan acara ini selalu dinanti oleh pemirsa yang bukan berasal dari Jawa sekali pun. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri karena para pemeran mampu memberikan hiburan khas kepada masyarakat yang dibumbui dengan masalah-masalah yang sedang berkembang dimasyarakat. RESONANSI Siaran
: Setiap hari Senin dan Kamis (weekly)
Pukul
: 18.00 – 19.00 WIB
Jumlah tayang
: 8 – 10 kali/bulan
Format
: Talkshow interaktif
Pengisi Acara
: Berbagai lembaga, pemerintah ataupun swasta
Sasaran
: Dewasa/ Umum
Karakteristik
: Live
Deskripsi: Acara ini merupakan program siaran langsung (live) dari studio I TVRI Yogyakarta dengan format talkshow/dialog, dipandu oleh seorang presenter yang mengetengahkan sebuah tema untuk didialogkan dengan audience ataupun penonton di rumah secara interaktif melalui telpon. Tema ataupun narasumber dimungkinkan berasal dari instansi/lembaga yang menjadi sponsor acara tersebut,
62
bisa juga dari para ahli yang berkompeten yang ditunjuk oleh instansi/lembaga sponsor. COFFE BREAK Siaran
: Setiap hari Sabtu (weekly)
Pukul
: 20.00 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 – 5 kali/bulan
Format
: Talkshow interaktif
Pengisi Acara
: Berbagai lembaga, pemerintah ataupun swasta
Sasaran
: Dewasa, Umum
Karakteristik
: Live
Deskripsi: Acara ini merupakan program siaran langsung (live) dari studio I TVRI Yogyakarta
dengan format talkshow, dipandu oleh seorang presenter serta
selingan musik (live) untuk memberi kesan agar lebih familiar dan santai tanpa mengganggu pentingnya materi dialog yang akan diketengahkan dalam acara tersebut. Materi pembahasan biasanya berkisar seputar dunia usaha dan untuk menggali potensi agar dapt lebih berkembang. Pembahasan diharapkan akan memberikan kedalaman informasi dan wacana. Di tengah acara ataupun di awal acara seringkali disisipi dengan liputan-liputan hangat sehingga dialog yang terjalin akan lebih komprehensif dan mengarah. Pemilihan tema ataupun narasumber bisa berasal dari instansi/lembaga yang menjadi sponsor acara tersebut, bisa juga dari para ahli yang berkompeten yang ditunjuk oleh instansi/lembaga sponsor
63
PANGKUR JENGGLENG Siaran
: Setiap hari Senin (weekly)
Pukul
: 20.00 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 - 5 kali/ bulan
Format
: Pergelaran
Pengisi
: Kelompok Pangkur Jenggleng (Ngabdul, dkk)
Karakteristik
: Live on tape
Sasaran
: Dewasa Umum.
Deskripsi: Sebuah acara yang diformat sebagai sebuah guyonan yang dulunya pernah ngetop dikalangan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta berupa Dagelan Mataram yang dikomandani Basiyo dkk. Bersama Ngabdul, Anik Sunyahni, Melko dll pemirsa diajak untuk tertawa menyaksikan guyonan-guyonan khas Yogyakarta sekaligus mengapresiasi kesenian tradisional yang masih mempunyai daya tarik dengan iringan karawitan. CILUBA Siaran
: Setiap hari Jum`at (weekly)
Pukul
: 18.00 – 18.30 WIB
Jumlah tayang
: 4 kali/ bulan
Format
: Variety show
Pengisi
: Anak Anak TK dan SD di DIY
Karakteristisk
: Live on tape
Sasaran
: Anak-anak usia TK & SD.
64
Deskripsi: Paket acara Anak Ceria merupakan acara yang dikemas dalam format dolanan anak (variety show) yang tujuannya untuk mengembangkan imajinasi, kreativitas dan aktivitas positif
bagi anak-anak. Menampilkan anak-anak SD yang
berprestasi baik Nasional maupun Internasional, serta menggali potensi pada diri anak-anak untuk meningkatkan kepercayaan yang ada pada dirinya. Acara ini sekaligus akan memberikan hiburan, informasi namun sisi pendidikan bagi anak-anak lebih ditekankan. Anak Ceria dilaksanakan dengan konsep panggung hiburan sehingga suasana hangat bagi setiap anak akan selalu mengikuti atau berkeinginan tampil dalam acara ini. KOES PLUS KEMBALI Siaran
: Setiap Rabu (weekly)
Pukul
: 20.00 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 -5 kali/ bulan
Format
: Pergelaran
Pengisi
: Grup Band Ala Koes Plus DIY dsk
Karakteristik
: Live Studio I
Sasaran
: Dewasa Umum
Deskripsi: Dengan mengusung ketenaran dan kelegendaan Grup Musik Koes Plus serta mendendangkan lagu–lagunya maka penonton di studio dan pemirsa di rumah akan terbawa ke alam 70-an. Lagu–lagu yang dibawakan seakan membawa kembali ke Jaman Keemasan Koes Plus. Band–band yang tampil akan disuport
65
oleh Komunitas–komunitas penggemar Koes Plus yang ada di DIY dsk. Meski tampil hanya dalam waktu 1 jam, lagu–lagu ini dapat menjadi obat rindu bagi penggemar Koes Plus. Bagi Penggemar yang ingin menyaksikan secara langsung di Studio disediakan tempat yang representatif untuk bisa bergoyang sembari mendengarkan alunan lagu Koes Plus PIONIR Siaran
: Setiap hari Rabu (weekly)
Pukul
: 18.30 – 19.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 kali/ bulan
Format
: Majalah udara
Pengisi
: SMP, SMU, Siswa /remaja berprestasi di DIY
Karakteristisk
: Taping
Sasaran
: Pelajar SMP, SMU & Sederajat
Deskripsi: Sebuah program yang mewadahi aktivitas para pelajar/remaja berprestasi dalam mengembangkan kreativitasnya baik secara formal maupun non formal dengan kesuksesannya agar prestasi yang diraihnya tersebut dapat menjadi contoh pelajar/remaja yang lain. Menjadi spirit dan motivasi dalam memacu potensi yang dimiliki oleh setiap generasi muda kita.
66
KUIS CERDAS Siaran
: Setiap Jum`at (weekly)
Pukul
: 18.30 – 19.00 WIB
Jumlah tayang
: 4 kali/ bulan
Format
: Game
Pengisi
: Pemirsa / penelpon
Karakteristisk
: Taping
Sasaran
: SD s-d SMA
Deskripsi: Untuk menguji kemampuan dari perwakilan sekolah dengan model pertanyaan berantai. Dibagi dalam tiga sesi yaitu pertanyaan wajib, berantai dan rebutan. Sistem kompetisi dengan model setiap pemenang akan dipertemukan dengan pemenang dari kelompok yang lain. Dengan mengikuti Kuis Cerdas, maka bagi pemenang akan mengharumkan nama sekolah. Sementara bagi sekolah akan menjadi tolok ukur keberhasilan dari metode pembelajaran yang dilakukan selama ini. KERONCONG REQUEST Siaran
: Setiap Minggu (weekly)
Pukul
: 20.00 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 4-5 kali/ bulan
Format
: Pergelaran
Pengisi
: Grup Orkes Keroncong di DIY
Karakteristisk
: Live
Sasaran
: Dewasa/Umum
67
Deskripsi: Keroncong merupakan salah satu jenis musik yang lahir di Indonesia dan masih banyak masyarakat yang melantunkan lagu pop/dangdut dalam irama keroncong. Hal ini karena jenis musik keroncong enak untuk dibawakan dengan santai, disisi lain pendengarnya juga akan terbuai. Dengan kemasan modern, jenis musik ini diharapkan akan mampu bertahan dan bahkan mampu untuk mereformasi seperti jenis musik dangdut. Sehingga dalam acara ini akan lebih dinamis karena unsur-unsur yang membatasi musik tersebut lebih disesuaikan dengan situasi saat ini, terlebih dari segi perfomance. WAWASAN MITRA TANI Siaran
: Setiap Senin (weekly)
Pukul
: 19.30 – 20.00 WIB
Jumlah tayang
: 2-3 kali/ bulan
Format
: Features
Pengisi
: Para petani, pihak terkait
Karakteristisk
: Taping
Sasaran
: Para petani
Deskripsi: Petani adalah sosok yang patut kita teladani. Karena dari kerja keras merekalah masyarakat kota juga dapat menikmati hasilnya untuk kelangsungan hidupnya. Kesuksesan tidak hanya milik masyarakat kota, tetapi para petani pun banyak yang sukses dengan kerja kerasnya dalam menerapkan teknologi modern.
68
Acara ini diharapkan dapat membuka wawasan bagi petani-petani lain agar mereka juga mendapatkan informasi untuk mengembangan usaha pertaniannya. SENTUHAN QALBU Siaran
: Setiap Jum`at (weekly)
Pukul
: 19.30 – 20.00 WIB
Jumlah tayang
: 4-5 kali/ bulan
Format
: Monolog i
Pengisi
: Para Da`i DIY dsk
Karakteristisk
: Live Interaktif
Sasaran
: Umat Muslim
Deskripsi: Acara yang menampilkan juru ceramah, ustadz ataupun tokoh agama untuk memberikan pencerahan terhadap permasalahan agama Islam dan disiarkan secara langsung dari Studio II. Acara ini bisa menjadi ajang curhat bagi penonton yang mempunyai problematika masalah yang mempunyai hubungan vertikal dengan Sang Khaliq. Dengan nasehat–nasehat dari para narasumber diharapkan penonton akan tersentuh hatinya untuk bisa kembali ke jalan yang lurus. Atau barangkali butuh pencerahan karena selama ini belum tahu atau belum paham masalah yang telah, sedang atau akan dihadapi.
69
TAMAN GABUSAN Siaran
: Setiap Selasa (weekly)
Pukul
: 19.30 – 21.00 WIB
Jumlah tayang
: 4-5 kali/ bulan
Format
: Talk Show Interaktif
Pengisi
: Para petani, pihak terkait
Karakteristisk
: Siaran Langsung / Live
Sasaran
: Masyarakat Bantul Dewasa
Deskripsi: Untuk menjalin kedekatan dengan masyarakatnya maka Pemkab Bantul merancang acara ini. Segala permasalahan yang terjadi karena adanya birokrasi dan program dari Pemkab diurai di acara ini. Dengan mengambil topik–topik yang sedang hangat dimasyarakat, maka Pemkab Bantul berusaha memotivasi dan menampung keluhan masyarakat. Acara ini menghadirkan pakar–pakar yang ahli dan berkompeten di bidang masing–masing sehingga bahasannya akan tuntas. Masyarakat juga bisa menyampaikan saran, usul dan keluhannya lewat telepon langsung ke narasumber yang berada di Studio I TVRI Stasiun D.I Yogyakarta. Komitmen Pemerintah Kabupaten Bantul untuk bangkit dari bencana gempa diapresiasikan pada acara ini, sehingga acara ini direlay oleh TA TV, Jogja TV dan RB TV, sehingga bisa ditonton oleh masyarakat Bantul atau orang yang peduli dengan kemajuan Bantul dari segala penjuru.
Sumber : Humas TVRI Stasiun D.I Yogyakarta
70
BAB IV PELAKSANAAN MAGANG
Penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Media di divisi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta selama satu bulan mulai tanggal 4 Februari– 4 Maret 2008 dengan jam kerja magang pukul 09.00–16.00 WIB. Seperti halnya para reporter di stasiun TV lainnya, reporter TVRI jogja juga tidak mengenal kata libur dalam mencari berita, mereka diwajibkan masuk setiap hari demi menjaga keaktualitasan sebuah berita dan memenuhi rasa keingintahuan masyarakat terhadap kejadian–kejadian penting di seputar wilayah D.I Yogyakarta. Demikian pula mahasiswa magang yang disarankan untuk masuk dari sabtu sampai minggu sehingga bisa merasakan betapa beratnya tugas seorang reporter. Fokus pengamatan penulis selama pelaksanaan Kuliah Kerja Media adalah peran reporter dalam sebuah acara news berjudul Berita Jogja. Sehubungan dengan itu selama pelaksanaan magang penulis sering mengikuti proses liputan dan banyak bertanya kepada para reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Tetapi selain melakukan hal–hal yang berhubungan dengan fokus pengamatan tersebut, penulis juga melakukan tugas–tugas lain, diantaranya : membantu proses penataan naskah berita di ruang redaksi, membantu pencatatan rekapitulasi berita, menerjemahkan naskah berita bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa untuk program berita YogyaWarta, dan mengamati proses penulisan naskah bahasa Inggris untuk program Jogja Weekend.
71
A. Pelaksanaan Magang Adapun tugas–tugas yang telah penulis laksanakan selama Kuliah Kerja Media dari minggu pertama hingga minggu terakhir adalah sebagai berikut : a. Minggu Pertama (periode 4 februari 2008 s/d 10 Februari 2008) Pada minggu pertama penulis belum diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan liputan dan hanya ditempatkan di ruang redaksi pemberitaan. Walaupun belum terjun langsung dalam proses liputan tetapi hal itu sebenarnya juga sangat membantu dalam mengamati tugas reporter karena penulisan naskah dikerjakan di ruangan ini. Selain itu penulis juga mengadakan pengamatan terhadap staf redaksi pemberitaan yang lain, misalnya produser, editor in chief dan redaktur. Pada hari pertama magang, penulis diajak berkeliling kantor TVRI stasiun D.I Yogyakarta dengan tujuan untuk mengenalkan penulis dengan lingkungan magang. Selama minggu pertama ini penulis juga bertugas membantu dalam mencetak dan menata naskah berita yang sudah jadi. Selain itu penulis juga diberi kesempatan untuk berlatih membuat naskah berita televisi dari sebuah press release, hal ini sangat bermanfaat dalam mendalami tugas reporter yang tidak hanya bertugas untuk mencari berita di lapangan tetapi juga dituntut untuk mampu mengolah data–data yang diperoleh menjadi naskah berita televisi yang baik. Penulis juga sempat mengunjungi ruang editing untuk melihat cara kerja editor dan peralatan yang digunakan dalam menyunting gambar. Setelah tugas–tugas di ruang redaksi selesai sekitar pukul 16.00 WIB, kemudian pada pukul 16.30 WIB penulis melihat langsung proses syuting Berita Jogja di studio 3 TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Dalam kesempatan itu penulis
72
mengetahui peralatan yang digunakan di studio 3 dan mengamati cara presenter dalam membawakan berita. b. Minggu Kedua (periode 11 februari 2008 s/d 17 Februari 2008) Pada minggu ini penulis sudah diperbolehkan pembimbing magang, Bpk. Agus Kismadi, untuk mengikuti reporter dalam melakukan liputan. Adapun liputan yang penulis lakukan bersama reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta dalam minggu ini adalah : ·
Liputan “ razia spanduk liar ” (Lampiran)
·
Liputan “ keberadaan asrama mahasiswa ” (Lampiran)
·
Liputan “ surat ijin mengemudi untuk sepeda, becak dll ” (Lampiran)
·
Liputan “ demo peringatan hari pekerja rumah tangga ” (Lampiran) Selama melakukan liputan penulis belum diperbolehkan untuk terjun
langsung dalam proses wawancara dan hanya mengadakan pengamatan terhadap cara kerja reporter dalam meliput sebuah berita. Penulis juga ikut mencatat data– data yang didapat dari wawancara dengan narasumber sebagai backup data reporter dalam menulis naskah. Setelah melakukan liputan penulis bersama reporter kembali ke ruang redaksi dan mengamati cara reporter mengolah data hasil liputan menjadi sebuah naskah berita. Penulis juga sering bertanya kepada reporter tentang teknik penulisan naskah berita televisi dan kadang membantu reporter dalam pemilihan kata untuk naskah berta yang dikerjakannya. c. Minggu Ketiga (periode 18 februari 2008 s/d 24 Februari 2008) Penulis minggu ini kembali melakukan beberapa kegiatan liputan, yaitu :
73
·
Liputan “ kesiapan Diknas dalam hadapi UNAS ” (Lampiran)
·
Liputan “ kondisi bantaran sungai code ” (Lampiran)
·
Liputan “ pemadaman bergilir ” (Lampiran)
·
Liputan “ wilujengan gelar budaya pakualaman” (Lampiran) Pada kegiatan–kegiatan liputan tersebut penulis sudah diperbolehkan
melakukan wawancara dengan narasumber dan membuat daftar pertanyaan pokok dengan bimbingan reporter. Untuk melancarkan proses wawancara, penulis berkonsultasi dengan reporter sebelum dan sesudah proses liputan. Selain melakukan interview penulis juga diberi kesempatan untuk menulis naskah berita hasil liputan. Dalam menulis naskah berita terkadang penulis meminta bantuan dari reporter dan teman–teman magang yang lain dalam pemilihan kata yang tepat dan penulisan lead berita yang benar. Naskah berita yang telah selesai diketik oleh penulis kemudian dikoreksi lagi oleh reporter sebelum kemudian diedit lagi oleh Editor in Chief atau redaktur. Naskah berita tersebut juga ditayangkan dalam Berita Jogja. d. Minggu Keempat (periode 25 februari 2008 s/d 4 Maret 2008) Di minggu terakhir ini penulis hanya melakukan dua kali liputan dan penulisan naskah, yaitu : ·
Liputan “ penertiban PKL ” (Lampiran)
·
Liputan “ penjualan susu bubuk formula stabil ” (Lampiran) Hal itu dikarenakan penulis sudah memahami proses liputan dan penulisan
naskah sehingga penulis memutuskan untuk lebih berkonsentrasi dalam mengumpulkan data–data yang dibutuhkan dalam penulisan Tugas Akhir.
74
Setelah data–data yang dikumpulkan sudah cukup, penulis juga mengadakan pengamatan di ruang editing untuk melihat proses audio editing dan voice over/dubbing. Hal itu penulis lakukan dengan tujuan untuk memahami peran reporter sebagai pengisi suara dalam narasi sebuah berita.
B. Deskripsi Program Acara Berita Jogja Berita jogja merupakan program berita harian yang menampilkan kejadian-kejadian aktual yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya yang mempunyai nilai jurnalistik. Pada awalnya Berita Jogja ditayangkan setiap hari pukul 16.30 – 17.30 WIB tetapi mulai bulan Maret 2008 mengalami perubahan jam tayang menjadi pukul 18.00-19.00 WIB. Tayangan Berita jogja dibagi menjadi dua segmen, dimana masing– masing segmen berdurasi 30 menit (plus iklan). Segmen pertama menyajikan berita–berita aktual hasil liputan para reporter sedangkan segmen kedua adalah Fokus jogja. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, Berita Jogja menggunakan format berita sebagai berikut : a. Format Paket (package) Sebuah format penyajian berita lengkap dimana pembaca berita hanya membacakan lead/intro suatu berita dan narasi dibacakan oleh seorang pengisi suara yang biasanya adalah reporter atau penulis naskah berita tersebut. Narasi sudah direkam dan diedit terlebih dahulu di ruang editing. Kebanyakan program berita di televisi menggunakan format berita ini. Durasi rata-rata sebuah paket
75
berita adalah 1,45 sampai 2.5 menit. Tapi untuk sebuah laporan khusus kadangkadang berdurasi lebih lama yaitu maksimal 6 menit. Naskah berita ditulis oleh reporter kemudian di-copy edit oleh Editor In Chief atau redaktur. Format paket biasanya terdiri dari : gambar, narasi, suara alami, kutipan langsung narasumber, grafis, dan laporan reporter di depan kamera (stand up). Tetapi berdasarkan pengamatan penulis selama magang, Berita jogja tidak memasukkan unsur grafis dan stand up reporter hanya bersifat reporter on the spot but off the screen. b. Format live studio (one plus one) Format ini digunakan dalam segmen Fokus Jogja dimana presenter mewawancarai seorang narasumber dan menyiarkannya langsung dari studio 3 TVRI. Narasumber merupakan figur berpengaruh atau pengambil keputusan dalam sekelompok masyarakat seperti bupati, pimpinan instansi ataupun politikus. Mereka dianggap bertanggung jawab kepada masyarakat sehingga produser menganggap narasumber ini harus diwawancarai dengan lebih intensif dibandingkan narasumber biasa. Format live studio dalam Berita Jogja menggunakan sistem one plus one (satu tambah satu) dimana hanya satu orang narasumber yang dihadirkan dan seorang presenter yang mewawancarai narasumber tersebut. Selain kedua format berita yang selalu digunakan dalam tayangan Berita Jogja tersebut, kadang-kadang para reporter juga menyertakan format vox pops (voice of people atau vox populi) untuk melengkapi sebuah paket berita.
76
Format vox pops berupa pendapat singkat dari beberapa masyarakat mengenai suatu topik berita untuk mewakili opini publik secara keseluruhan. Reporter mengajukan pertanyaan yang sama kepada beberapa orang yang digunakan untuk memberikan efek dramatis dari sebuah topik berita.
C. Tugas Reporter Berita Jogja Berdasarkan wawancara dengan reporter Berita Jogja, Agung Hanggara, tugas – tugas reporter Berita Jogja adalah : 1. Menyiapkan materi liputan 2. Mengumpulkan informasi, melakukan wawancara, dan merekam gambar selama liputan 3. Memilih gambar untuk berita hasil liputannya. 4. Menulis naskah hasil liputan 5. Melakukan Voice Over/dubbing untuk narasi berita Selain kelima tugas tersebut juga terdapat reporter senior yang bertugas sebagai Editor In Chief.
D. Tugas Reporter Sebagai Editor In Chief Editor in Chief (EIC) adalah seorang reporter yang bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan liputan dan penayangan berita dari ruang redaksi. Tugas sebagai EIC diatur oleh produser dan penunjukannya diatur bergiliran. Seorang EIC biasanya adalah reporter senior dan berpengalaman. Tiap program
77
berita mempunyai EIC masing–masing (Berita Jogja, YogyaWarta, Jogja Weekend). Berdasarkan pengamatan penulis, tugas–tugas EIC Berita jogja adalah: 1. Membuat program liputan berita hari itu 2. Bertanggung jawab atas terlaksananya berita mulai dari penentuan jadwal liputan hingga on air. 3. Menyusun rekapitulasi dan menata urutan berita 4. Mengoreksi seluruh naskah berita yang masuk dan memutuskan apakah berita tersebut layak disiarkan atau tidak 5. Berkoordinasi dengan reporter tentang materi berita 6. Membuat pengantar berita dan materi Fokus Jogja untuk penyiar
E. Mekanisme Peran Reporter Berita Jogja Proses penyajian berita dalam Berita jogja berdasarkan pengamatan penulis adalah sebagai berikut :
JADWAL LIPUTAN
LIPUTAN
PENULISAN NASKAH
EDITING
ON AIR
78
Keseluruhan proses dari jadwal liputan sampai editing biasanya sudah harus selesai pada pukul 16.00 WIB. Kemudian pada pukul 18.00-19.00 WIB (jam tayang mulai Maret 2008) berita-berita tersebut ditayangkan live dari studio 3 TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Mekanisme peran reporter Berita jogja pada dasarnya hampir sama dengan proses penyajian berita, tetapi tugas mereka hanya sampai pada tahap editing. Penjabaran Mekanisme peran reporter Berita jogja berdasarkan hasil pengamatan penulis selama Kuliah Kerja Media adalah sebagai berikut : a. Jadwal Liputan Sedikit berbeda dengan stasiun televisi lain yang mengadakan rapat redaksi untuk menentukan dan membahas materi liputan, TVRI stasiun D.I Yogyakarta hanya menggunakan jadwal liputan sebagai patokan dalam menentukan tugas reporter hari itu. Produser bekerjasama dengan Editor In Chief menentukan jadwal liputan untuk reporter. Berdasarkan pengamatan penulis jadwal liputan biasanya sudah keluar sore hari sebelum pelaksanaan liputan sehingga reporter bisa mempersiapkan beberapa hal seperti berikut : ·
Menentukan angle berita yang akan diambil
·
Menyiapkan materi yang berhubungan dengan berita tersebut
·
Menentukan pertanyaan – pertanyaan pokok
·
Merencanakan gambar dan stock shot yang diperlukan
·
Menghubungi narasumber (jika memungkinkan)
Menurut redaktur Berita Jogja, Bpk. Zaenal Arifin, jadwal liputan tersebut disusun berdasarkan beberapa sumber berita, yaitu:
79
·
Media informasi lain (televisi, radio, koran)
·
Press release
·
Informasi dari masyarakat dan pihak yang terkait dengan berita tersebut. Selain melakukan liputan berdasarkan jadwal liputan juga terdapat
beberapa reporter di ruang redaksi untuk berjaga–jaga jika ada berita yang sifatnya tidak terencana. b. Liputan Karena keterbatasan SDM, hampir semua reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta juga merangkap sebagai kamerawan. Sebelum memulai liputan reporter diharuskan mengecek peralatan yang akan mereka bawa untuk menghindari terjadinya gangguan teknis pada properti yang digunakan saat terjun ke lapangan. Peralatan yang digunakan oleh reporter adalah : ·
Kamera Panasonic MD 10000
·
Microphone Selain kamera yang telah disediakan kantor, reporter juga kadang
menggunakan camcorder milik pribadi. Selain itu berdasarkan pengamatan selama mengikuti liputan, penulis tidak pernah melihat reporter membawa tripod dikarenakan terlalu berat sehingga malah mengganggu kinerja reporter dalam memburu berita. Selain alat–alat tersebut reporter juga menggunakan kendaraan roda dua sebagai sarana transportasi, tetapi jika lokasi liputan jauh maka mereka menggunakan mobil kantor. Tiap reporter kadang tidak hanya meliput satu berita dalam satu hari, tetapi terkadang bisa dua sampai empat berita. Maka untuk efisiensi waktu ketika tiba
80
di lokasi peliputan, reporter harus membaca situasi terlebih dahulu untuk menentukan apakah mereka akan mengambil stok gambar atau mewawancarai narasumber lebih dahulu. Mereka akan memilih untuk mencari stock shot dulu jika narasumber belum mempunyai waktu untuk melakukan interview, sebaliknya jika narasumber sudah siap maka statement-nya diambil baru kemudian mencari gambar untuk mendukung berita tersebut. Tapi jika lokasi liputan adalah sebuah konferensi pers atau seminar, maka reporter akan lebih memfokuskan dalam mencari gambar karena data–data yang dibutuhkan sudah tersedia dalam press release Stand up reporter hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen karena tidak memungkinkan bagi seorang reporter untuk on screen dan mengoperasikan kamera secara bersamaan. Materi pertanyaan masih berpedoman pada rumus 5W + 1H dan pengembangan dari jawaban narasumber. Dalam melakukan wawancara reporter sering menggunakan bahasa Jawa untuk membangun keakraban dengan narasumber. Selain menggali data dan mengambil statement dari narasumber, seorang reporter juga kadang melengkapi berita mereka dengan vox pops untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang suatu permasalahan. Setelah selesai wawancara, sebagian reporter juga meminta nomor telepon narasumber karena jika ternyata data yang didapat masih kurang, mereka bisa mengkonfirmasikannya lagi kepada narasumber. Selain itu hal tersebut juga berguna dalam menciptakan koneksi yang mungkin nantinya bisa bermanfaat dalam tugas liputan yang lain.
81
Hasil liputan seorang reporter kadang tidak hanya digunakan dalam Berita Jogja tetapi juga dalam YogyaWarta dan Jogja weekend karena ketiga program tersebut merupakan produk divisi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta. Bahkan jika berita tersebut berskala nasional maka akan ditayangkan juga di TVRI Nasional. c. Penulisan Naskah Setelah liputan selesai, reporter kembali ke ruang redaksi untuk menulis naskah berita setelah sebelumnya mengembalikan peralatan liputan terlebih dahulu. Selain menulis naskah, reporter juga mencatat time code sebagai panduan bagi editor dalam menyunting video rekaman hasil liputan tadi. . Bagi beberapa reporter pemula proses menulis naskah bisa membutuhkan waktu yang cukup lama karena mereka terkadang masih bingung dalam mengolah data–data yang mereka dapat selama liputan menjadi sebuah naskah berita televisi yang berpedoman pada rumus ELF (Easy Listening Formula). Selain itu pemilihan kata yang digunakan bisa membuat mereka bingung dalam menulis naskah berita. Untuk mengatasi hal itu mereka sering meminta masukan dari Editor In Chief atau reporter lain. Naskah Berita Jogja menggunakan model dua lajur. Seperti halnya wartawan media cetak, tingkat stres di ruang redaksi tergolong cukup tinggi mengingat deadline yang harus mereka kejar. Apalagi jika waktu on air sudah dekat dan naskah yang mereka tulis masih belum juga selesai. Naskah yang sudah selesai ditulis oleh reporter kemudian diedit oleh Editor In Chief atau redaktur yang bertugas hari itu.
82
Berdasarkan wawancara penulis dengan redaktur Berita Jogja, Bpk. Zaenal Arifin, beberapa kesalahan reporter yang sering terjadi saat penulisan naskah adalah : ·
Lead berita yang terlalu panjang
·
Narasi yang bertele – tele
·
Pemilihan kata yang kurang tepat Setelah proses pengeditan naskah selesai, naskah kemudian dicetak dan
diurutkan dengan naskah–naskah lain untuk Berita Jogja edisi hari itu. Kemudian naskah–naskah tersebut dibagikan kepada : ·
Penyiar
·
Program Director
·
Floor Director
·
Editor
·
VTR
·
Telecine
·
Switcher
·
Audio
·
Asko
d. Editing Reporter Berita Jogja, Herdian Giri, menyebutkan tugas reporter dalam proses editing Berita Jogja adalah : 1. Audio : melakukan voice over untuk narasi berita. 2. Visual : mencatat time code dan menentukan gambar yang digunakan.
83
Dalam proses editing Berita jogja, editor bekerjasama dengan reporter dalam menentukan gambar atau suara yang akan ditampilkan. Reporter menentukan gambar dan suara yang ingin mereka tampilkan sedangkan editor bertugas untuk meng-capture dan memotong atau memilih gambar dan suara dari keseluruhan stock shot yang telah direkam selama liputan. Selain dari hasil rekaman liputan hari itu, kadang-kadang editor juga bertugas memasukkan gambar atau suara dari hasil liputan-liputan dahulu (dokumentasi) sebagai materi penunjang berita tersebut. Setelah naskah beritanya selesai tugas reporter selanjutnya adalah melakukan voice over/dubbing di studio kedap suara di ruang editing untuk merekam narasi berita tersebut. Setelah voice over selesai dan gambar hasil liputan sudah dipilih, editor kemudian bertugas untuk menyatukan gambar dan narasi menjadi sebuah tayangan berita utuh. Editor Berita Jogja menggunakan peralatan editing nonlinier (digital) dengan software pineacle untuk editing visual dan sony acid untuk mengedit audio. Sedangkan peralatan lain yang digunakan adalah komputer, monitor display, VTR recorder, monitor audio video dan studio kedap suara yang dilengkapi dengan microphone dan loudspeaker untuk proses voice over.
84
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan Kuliah Kerja Media penulis di TVRI stasiun D.I Yogyakarta, maka penulis dapat merumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Di tengah persaingan dengan stasiun televisi swasta dan pertumbuhan televisi lokal di Yogyakarta, Berita Jogja tetap menjadi barometer masyarakat Yogyakarta dalam mendapatkan informasi dan pemberitaan yang terjadi
di sekitar mereka.
2. Dengan SDM dan sarana yang terbatas Berita Jogja mampu menyajikan sisi jurnalistik televisi. Keterbatasan ini juga menjadi kendala dalam produksi Berita Jogja khususnya dalam peliputan berita. Sehingga reporter tidak dapat melaksanakan tugasnya secara maksimal dan profesional. 3. Redaksi
pemberitaan
TVRI
stasiun
D.I
Yogyakarta
tidak
menyelenggarakan rapat redaksi untuk menentukan dan membahas materi liputan, tetapi hanya menggunakan jadwal liputan sebagai patokan dalam menentukan tugas reporter. Pembahasan materi liputan dilakukan secara informal dan tidak melalui rapat redaksi. 4. Berita yang diliput oleh reporter terkadang tidak hanya ditayangkan dalam program Berita Jogja tetapi juga ditayangkan dalam program YogyaWarta
85
dan Jogja Weekend dengan naskah yang disesuaikan dengan format bahasa masing-masing program. 5. Sistem “ROSS” yang dianut oleh reporter Berita Jogja hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen. 6. Kerjasama (team work) merupakan modal utama dalam divisi pemberitaan sehingga menghasilkan produk yang benar-benar berkualitas. Dalam hal ini reporter berperan besar untuk merealisasikan kerjasama tersebut ke dalam produksi regional TVRI stasiun D.I Yogyakarta. 7. Koneksi yang baik antara reporter dengan sumber berita dan antar reporter lokal sangat penting untuk memudahkan peliputan berita dan menciptakan suasana kerja jurnalistik yang kondusif.
B. Saran-Saran Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba memberikan saran demi peningkatan kualitas dan eksistensi TVRI stasiun D.I Yogyakarta dan program Diploma III broadcasting FISIP UNS sebagai berikut : ·
Instansi Magang 1. Redaksi pemberitaan TVRI stasiun D.I Yogyakarta sebaiknya menyelenggarakan rapat redaksi dalam menentukan dan membahas materi liputan maupun mengevaluasi tugas reporter hari itu. Karena dalam kerja tim peliputan diperlukan koordinasi yang jelas antar personel sehingga materi berita yang telah diproyeksikan dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya miss-komunikasi.
86
2. Selama pelaksanaan magang penulis mengamati sistem kerja reporter TVRI stasiun D.I Yogyakarta yang hanya mengadakan liputan berdasarkan jadwal liputan. Para reporter tidak berinisiatif untuk melakukan kegiatan liputan tanpa harus menunggu perintah atasan. Oleh karena itu sebaiknya para reporter lebih berinisiatif dalam melakukan perencanaan liputan, tetapi tentunya inisiatif liputan itu tetap harus dikoordinasikan dengan koordinator liputan. 3. Pengadaan fasilitas internet di ruang redaksi sangat dibutuhkan sebagai sarana penunjang dalam peliputan berita. Selain itu internet juga bisa berfungsi sebagai alternatif sumber berita dan menjalin komunikasi dengan kantor berita maupun stasiun televisi yang lain. 4.
Penambahan sarana liputan dan SDM yang berkualitas juga diperlukan dalam meningkatkan mutu produk jurnalistik TVRI stasiun D.I Yogyakarta.
5. Sebaiknya reporter Berita Jogja melakukan stand up di depan kamera karena selama ini stand up reporter hanya bersifat Reporter On the Spot but Off the Screen.
·
Program Diploma III 1. Penambahan dan peningkatan sarana praktik perkuliahan sangat dibutuhkan untuk melancarkan proses pembelajaran.
87
2. Pelayanan pengelola laboratorium dan peminjaman alat praktik juga perlu ditingkatkan. 3. Peningkatan kualitas pengajar juga diperlukan untuk menjadikan mahasiswa sebagai SDM yang handal. Pada beberapa mata kuliah, penulis merasakan adanya ketidaksesuaian antara materi kuliah dengan subyek mata kuliah yang diampu oleh pengajar. Selain itu perlu diadakan evaluasi terhadap kinerja dosen yang sering absen dalam memberikan kuliah. 4. Sebaiknya pembimbing magang mengadakan kunjungan ke instansi tempat mahasiswa melaksanakan Kuliah Kerja Media untuk melihat langsung proses magang dan mengetahui kredibilitas instansi magang. 5. Pembangunan televisi komunitas juga sangat diperlukan untuk mengakomodasi dan mengasah skill mahasiswa sebagai persiapan menuju dunia kerja.
88
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2006 Effendy, Onong Uchjana. Televisi siaran Teori dan Praktik, Mandar Maju, Bandung, 1993 Iskandar Muda, Deddy. Jurnalistik televisi “Menjadi Reporter Profesional”, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Junus, Husain dan Bansuru, Aripin. Seputar Jurnalistik (Pedoman pendidikan dasar bagi calon Wartawan), Aneka, Solo, 1996 Koesworo FX., Margantoro JB., Viko Ronnie S., Dibalik tugas kuli tinta, Sebelas Maret University Press, Surakarta dan Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 1994 LPPAI UII. Dasar-dasar Jurnalistik, LPPAI UII, Yogyakarta, 2001 Mencher, Melvin. News reporting and writing, Brown & Benchmark, 1997 Morissan. Jurnalistik Televisi Mutakhir, Ghalia Indonesia, 2004 Romli, Asep Syamsul M. SIP, Jurnalistik Praktis untuk pemula, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003 Subroto, Darwanto Sastro. Produksi acara televisi, Duta Wacana University, 1994 Wahyudi, J.B. Dasar-dasar Jurnalistik Radio dan Televisi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1996 Wahyudi, J.B. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994 Wahyudi, J.B. Jurnalistik Televisi, tentang dan sekitar siaran berita TVRI, Alumni, Bandung, 1985 White, Ray. TV News “Building career in Broadcast Journalism”, Focal Press Boston London, 1990