I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya dengan bermatapencarian pada sektor pertanian. Tabel 1. menunjukkan struktur PDB Indonesia berdasarkan lapangan usaha. Kontribusi sektor pertanian menduduki peringkat kedua tertinggi setelah industri pengolahan yaitu sebesar 15,3 persen pada tahun 2009 dan 2010, serta sebesar 14,7 persen pada tahun 2011. Tabel 1. Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 – 2011 PDB (Persen) Lapangan Usaha 2009 2010 2011 Pertanian,Peternakan,Kehutanan,dan Perikanan
15.3
15.3
14.7
Pertambangan dan Penggaian
10.6
11.1
11.9
Industri Pengolahan
26.4
24.8
24.3
Listrik, Gas, dan Air Bersih
0.8
0.8
0.8
Konstruksi
9.9
10.3
10.2
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
13.3
13.7
13.8
Pengangkutan dan Komunikasi
6.3
6.6
6.6
Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan
7.2
7.2
7.2
Jasa – Jasa
10.2
10.2
10.5
Sumber : Badan Pusat Statistik (2012)1
Salah satu subsektor pertanian adalah hortikultura. Hortikultura memiliki nilai ekonomis tinggi yang berpotensi untuk dikembangkan. Secara umum hortikultura terdiri dari beberapa kelompok tanaman yaitu sayuran, buah – buahan, tanaman hias (florikultura), dan tanaman obat (biofarmaka). Kontribusi subsektor hortikultura terhadap PDB nasional dapat dilihat pada Tabel 2. Nilai kontribusi
subsektor
hortikultura
terhadap
PDB
nasional terus
mengalami
peningkatan dari tahun 2006 hingga 2009. Pada tahun 2006 nilainya sebesar Rp 68.639
milyar menjadi Rp
76.795
milyar pada tahun 2007, mengalami
peningkatan sebesar 11,88 persen. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan 1
Berita Resmi Statistik No. 13/02/Th. XV, 6 Februari 2012
1
sebesar 9,48 persen dari tahun 2007 dan pada tahun 2009 nilainya sebesar Rp 88.334 milyar meningkat 5,06 persen dari tahun 2008. Tabel 2. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun 2006 – 2009 Nilai PDB (Rp Milyar) Komoditas 2006 2007 2008 2009 Buah – buahan
35.448
42.362
47.060
48.437
Sayuran
24.694
25.587
28.205
30.506
Tanaman Hias
4.734
4.741
4.960
5.494
Biofarmaka
3.762
4.105
3.853
3.897
Total
68.639
76.795
84.078
88.334
Peningkatan
0.00%
11,88%
9,48%
5,06%
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010)
Salah satu komoditas hortikutura yang memberikan kontribusi dalam PDB adalah tanaman hias atau sering juga disebut dengan florikultura. Indonesia memiliki
potensi
untuk
mengembangkan
agribisnis
florikultura,
karena
mempunyai wilayah yang luas dan subur, iklim tropis dan subtropis di dataran tinggi, serta memiliki keanekaragaman sumberdaya florikultura yang cukup besar. Tanaman hias atau florikultura saat ini sudah menjadi tren atau gaya hidup di masyarakat. Peranan tanaman hias selain untuk memperindah lingkungan sekitar juga dapat berperan sebagai sarana penyalur emosi dan ungkapan perasaan suka maupun duka kepada orang lain. Hal ini dapat dilihat dari tanaman hias yang biasa
digunakan
sebagai sarana
beberapa prosesi tradisional,
keagamaan,
pernikahan, hingga upacara kenegaraan. Namun fungsi dari tanaman hias tidak sampai disitu saja, bahkan terdapat beberapa industri yang telah memanfaatkan tanaman hias untuk bahan makanan, minuman, pewangi, maupun kerajinan tertentu. Ketertarikan masyarakat akan tanaman hias ini menjadikan agribisnis florikultura memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan produksi tanaman hias hampir di setiap tahun (Tabel 3). Peningkatan produksi tanaman hias diikuti dengan peningkatan jumlah rumah tangga, perkantoran, dan hotel yang merupakan pangsa pasar potensial untuk tanaman hias. Hal ini dikaitkan dengan asumsi bahwa setiap rumah tangga, perkantoran, dan hotel akan memanfaatkan tanaman hias sebagai pelengkap atau 2
dekorasi baik untuk di dalam ruangan, luar ruangan, ataupun
untuk taman,
sehingga dapat dikalkulasikan persentase permintaan tanaman hias yang berasal dari rumah tangga sebesar 10 persen, permintaan perusahaan sebesar 30 persen, permintaan pedagang sebesar 30 persen, dan permintaan lainnya untuk proyek sebesar 30 persen (Bank Indonesia, 2008). Tabel 3. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2007 – 2010 No
Komoditi
Produksi (Tangkai) 2008 2009 15,430,040 16,205,949
1.
Anggrek
2007 9,484,393
2.
Kuping Gajah
2,198,990
2,764,552
3,833,100
7,655,542
3.
Gladiol
11,271,385
8,524,252
9,775,500
10,064,082
4.
Pisang-pisangan
1,427,048
5,187,631
4,124,174
2,961,385
5.
Krisan
66,979,260
99,158,942
107,847,072
185,232,970
6.
Mawar
59,492,699
39,131,603
60,191,362
82,351,332
7.
Sedap Malam
21,687,493
25,180,043
51,047,807
59,298,954
8.
Anyelir
1,901,509
2,995,153
5,320,824
7,607,588
9.
Gerbera
4,931,441
4,103,560
5,185,586
9,693,487
179,374,218
202,475,776
263,531,374
378,915,785
0.00 %
12.88 %
30.15 %
43.78 %
Jumlah Peningkatan
2010 14,050,445
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)
Tabel 3.
menunjukkan
bahwa
produksi tanaman hias di Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 12,88 persen pada tahun 2008, meningkat lagi sebesar 30,15 persen pada tahun 2009, dan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 43,78 persen. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa penggunaan tanaman hias di Indonesia saat ini tidak hanya merupakan kebutuhan florist atau flowershop saja, namun juga sudah menjadi kebutuhan utama bagi hotel, restoran, dan perusahaan – perusahaan lain. Berdasarkan penggunaannya, pengelompokan florikultura di Indonesia dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu bunga potong, bunga pot dan taman, daun potong, dan bunga tabur. Tabel 4. menunjukkan bahwa dari empat macam tanaman hias yang dikelompokkan di Indonesia, bunga potong merupakan
3
tanaman hias yang paling banyak diminati. Terlihat bahwa produksi bunga potong memiliki jumlah produksi yang paling besar. Tabel 4. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2004 – 2008 Produksi (Unit) Tahun
Bunga Potong
2004 2005 2006 2007 2008
Bunga Pot dan Taman
Daun Potong
158.522.843
1.082.596
173.240.364
1.131.621
166.645.684 179.374.218 205.564.659
905.039 2.041.962 2.018.794
Bunga Tabur
530.325 751.505 986.340 1.171.768 1.159.352
29.313.103 22.552.537 24.795.996 15.775.751 20.388.119
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah melalui Ditjen Hortikultura (2008)
Bunga
potong
Indonesia
diproduksi
tidak
hanya
untuk
memenuhi
permintaan dalam negeri saja, namun juga untuk memenuhi permintaan luar negeri. Berdasarkan data dari Departemen Hortikultura (2012), pada tahun 2010 bunga potong Indonesia yang paling banyak diekspor adalah krisan dengan nilai ekspor sebesar 1.397.751 US Dollar, berikutnya diikuti oleh komoditas mawar sebesar 938.405 US Dollar dan anggrek sebesar 899.397 US Dollar dengan negara tujuan ekspor terbesar adalah Jepang. Hal ini menunjukkan bahwa posisi krisan sebagai tanaman hias penghasil bunga potong bernilai komersial semakin populer di berbagai negara dan segmentasi pasar. Pada tahun 2008 di Indonesia tercatat tiga Provinsi sebagai penghasil tanaman hias tertinggi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Data produksi komoditi tanaman hias yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik tahun 2008 adalah anggrek, krisan, mawar, dan sedap malam dalam satuan batang. Data produksi tanaman hias Indonesia tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Tanaman Hias di Indonesia Tahun 2008 Provinsi NAD Sumatera Utara DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur
Anggrek 767 373,179 1,164,863 5,617,993 954,404 169,528 1,660,307
Krisan 0 1,618,184 60 51,451,094 13,519,765 48,951 29,962,606
Mawar 851 135,779 67,800 4,851,516 12,262,228 20,562 20,361,500
Sedap Malam 0 184,622 50 5,277,079 4,774,533 1,702 14,282,349
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011)
4
Tabel 5. menunjukkan bahwa provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentra penghasil tanaman hias di Indonesia terutama untuk komoditas krisan. Hal ini karena kondisi tanah dan iklim di Jawa Barat cocok untuk pengembangan bunga krisan. Salah satu sentra penghasil bunga krisan di Jawa Barat adalah Bogor (lampiran 2). Ketersediaan sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, potensi pasar, serta kondisi iklim yang mendukung terutama di daerah Kecamatan Tenjolaya, menjadikan Bogor sesuai untuk menjadi salah satu sentra penghasil tanaman hias bunga krisan. Perusahaan Natalia Nursery merupakan salah satu perusahaan tanaman hias yang terletak
di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Perusahaan ini
bergerak dalam bidang pembudidayaan beberapa tanaman hias dengan komoditas utama yaitu krisan potong. Lazimnya setiap usaha di bidang agribisnis memiliki risiko terutama risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi cuaca dan iklim yang tidak stabil, serta serangan hama dan penyakit. Begitupun yang terjadi pada perusahaan Natalia Nursery. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian dan pengkajian yang bertujuan untuk menganalisis risiko produksi yang terdapat pada perusahaan Natalia Nursery. 1.2. Perumusan Masalah Perusahaan Natalia Nursery merupakan perusahaan tanaman hias yang bergerak dalam dunia agribisnis krisan mulai dari pembibitan sampai dengan pemasaran produk bunga potong krisan. Perusahaan tersebut memiliki dua lahan produksi di Kabupaten Bogor yaitu di Curug Nangka seluas 9.500 Tenjolaya seluas 8.791
dan di
. Bunga krisan potong yang diproduksi perusahaan
dipasarkan ke beberapa wilayah antara lain Bogor, Jakarta, Surabaya, Bali, Medan, dan Batam. Perusahaan selalu berusaha menjaga kontinuitas dalam hal kuantitas dan kualitas terhadap bunga krisan potong yang dipasarkan. Namun begitu Natalia Nursery memiliki kelemahan dalam tingkat kapasitas produksi, yaitu terkadang hanya mampu memenuhi setengah dari permintaan pembeli. Hal ini memberikan dampak negatif dan positif. Dampak positifnya yaitu perusahaan memiliki posisi yang kuat karena penawaran produk yang diberikan selalu di bawah permintaan konsumen, namun memiliki sisi negatif yaitu adanya indikasi risiko produksi karena tidak mampu memenuhi permintaan yang diminta 5
konsumen. Indikasi terdapatnya risiko pada usaha yang dijalankan dapat dilihat dari produksi krisan yang cenderung fluktuatif (Gambar 1).
120.000 100.000
Ikat
80.000 Spray
60.000
Standar 40.000 20.000
0 2005
2006
2007
2008
2009 2010
2011
Gambar 1. Data Produksi Bunga Potong Krisan pada Perusahaan Natalia Nursery pada Lahan Seluas 8.791 Tahun 2005-2011 Sumber : Natalia Nursery 2012
Gambar 1. menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi krisan potong pada perusahaan Natalia Nursery pada Tahun 2005-2011. Krisan yang dibudidayakan di Natalia Nursery merupakan krisan tipe spray dan standard. Fluktuasi produksi terlihat pada kedua tipe krisan yang diusahakan oleh perusahaan. Menurut Dirjen Hortikultura, produktivitas ideal krisan di Indonesia adalah 64
tangkai/
.
Namun
produktivitas
tertinggi yang
perusahaan selama masa pengusahaan krisan adalah menunjukkan
bahwa
pernah
dicapai oleh
48 tangkai/
. Hal ini
seharusnya produktivitas potensial krisan yang dapat
dihasilkan oleh perusahaan sebesar 64 tangkai/
. Namun terdapat perbedaan
yang cukup signifikan antara produktivitas krisan di perusahaan Natalia Nursery dengan produktivitas krisan ideal menurut Dirjen Hortikultura. Padahal Natalia nursery terletak di Kabupaten Bogor yang memiliki topografi cocok sebagai syarat tumbuh krisan dan merupakan bagian dari Jawa Barat. Sebagaimana diketahui juga bahwa Jawa Barat merupakan salah satu daerah sentra penghasil krisan terbesar di Indonesia.
6
Beberapa hal ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang terjadi di perusahaan Natalia Nursery. Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1)
Sumber – sumber risiko apa saja yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan produksi atau budidaya tanaman bunga potong krisan di perusahaan Natalia Nursery?
2)
Berapa besar risiko yang terjadi pada usaha budidaya tanaman bunga potong krisan di perusahaan Natalia Nursery?
3)
Bagaimana alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko produksi yang terjadi di perusahaan Natalia Nursery?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1)
Mengidentifikasi sumber – sumber risiko yang terdapat pada kegiatan produksi atau budidaya tanaman bunga potong krisan di Perusahaan Natalia Nursery.
2)
Menganalisis besarnya risiko yang terjadi pada usaha budidaya tanaman bunga potong krisan di Perusahaan Natalia Nursery.
3)
Menganalisis alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi atau mengurangi dampak risiko produksi yang terjadi di perusahaan Natalia Nursery.
1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan juga tujuan dari penelitian yang telah dituliskan sebelumnya, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak, diantaranya adalah sebagai berikut: 1)
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bentuk aplikasi berbagai ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dan melatih kemampuan analisis terutama dalam hal identifikasi risiko yang terjadi pada suatu bisnis atau usaha.
7
2)
Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta
bahan pertimbangan dan masukan bagi pengambil kebijakan di
perusahaan saat menghadapi risiko dalam menjalankan usaha. 3)
Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan tambahan
informasi
untuk
memperluas
wawasan
agar
dapat
mengembangkan penelitian ini serta dapat menjadi literatur untuk penelitian selanjutnya.
8