DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710, Kotak Pos 1003 Jakarta 10010 Telepon : (021) 3841195, 3842508, 3810291-4, Fax. : (021) 3857046
BADAN PUSAT STATISTIK
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT Nomor Katalog : 9214. ISBN
: 979-598-628-7
Nomor Publikasi: 06330.0001
Naskah
:
DIREKTORAT NERACA PRODUKSI DIREKTORAT NERACA PENGELUARAN
Gambar Kulit
:
SUBDIREKTORAT KONSOLIDASI NERACA PRODUKSI NASIONAL
Diterbitkan oleh : BADAN PUSAT STATISTIK
Dicetak oleh
:
CV. Putra Sejati Raya.
menuangkan berbagai bahan pengajaran mereka ke dalam bentuk tulisan diucapkan banyak terima kasih.
Kata Pengantar
Akhirnya kepada para pihak yang telah membantu dan berperan dalam Konsep
pembangunan
ekonomi
secara
terpadu
ternyata
telah
berkembang menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditawar lagi. Seiring dengan hal tersebut maka kebutuhan terhadap informasi dan atau alat analisis yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi pun menjadi semakin penting. Salah satu jenis data yang dapat
mewujudkan buku ini diucapkan terima kasih. Disadari masih banyak kekurangan yang terdapat di dalam buku ini. Oleh karenanya kami sangat mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk perbaikan. Begitu pun diharapkan buku ini dapat bermanfaat.
digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah data yang dimuat dalam kerangka tabel input-output. Tabel input-output sebagai sistem penyajian data sebenarnya telah mulai
Jakarta, November 2008
dikembangkan pada dekade 1930-an oleh Profesor Wasilly Leontief. Akan tetapi minat terhadap penggunaan tabel ini berikut kerangka analisisnya baru benar-benar
meningkat
pada
dekade
1970-an.
Tabel
input-output
sebenarnya hanyalah merupakan sistem pencatatan setiap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor ekonomi dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan analisis keterkaitan antar sektor dalam melakukan kegiatan produksi. Kemampuan terakhir inilah yang merupakan salah satu keunggulan tabel input-output. Sampai saat ini memang masih relatif sulit untuk menemukan referensi tentang tabel dan model input-output. Oleh karena itu salah satu tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memperkaya referensi tentang tabel inputoutput, khususnya dalam hal teknik penyusunannya. Buku ini pada dasarnya dapat dianggap sebagai pelengkap dari Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output yang sebelumnya telah diterbitkan oleh BPS. Bab-bab yang dimuat sebenarnya merupakan kumpulan bahan yang telah disajikan dalam berbagai pelatihan tentang tabel input-output, baik yang diselenggarakan di BPS maupun di instansi lain. Oleh karena itu kepada para pengajar dari Direktorat Neraca Produksi dan Direktorat Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik yang telah
Tim Penyusun
BAB 4.
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .............................................................................. DAFTAR ISI ........................................................................................... BAB 1.
Halaman i iii
PENDAHULUAN ...................................................................
1
1.1. Latar Belakang ......................................................................
1
1.2. Sistematika Penyajian ...........................................................
5
PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN ANTARA .....................................
53
4.1. Survei yang Diperlukan .........................................................
53
4.1.1. Survei Khusus Input-Output (SKIO) ......................... 4.1.2. Non-SKIO .................................................................
54 55
4.2. Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral ......................... 4.2.1. Sektor Pertanian .......................................................
56 56
4.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ..................... 4.2.3. Sektor Industri Pengolahan ......................................
62 63
4.2.4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih .............................
79
BAB 2. KERANGKA TABEL INPUT-OUTPUT .................................. 2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output .....................................
7 7
4.2.5. Sektor Konstruksi ...................................................... 4.2.6. Sektor Perdagangan, restoran dan hotel .................
84 86
2.2. Jenis-jenis Tabel Transaksi .................................................. 2.2.1. Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Pembeli ...........
15 17
4.2.7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi .................... 4.2.8. Sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan
90
19
...................................................................................
94
4.2.9. Sektor Jasa-jasa .......................................................
104
2.2.2.
Tabel Transaksi Atas Dasar Harga Konstan ...........
2.2.3.
Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli ....................................................................
21 PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: TEKNIK ESTIMASI PERMINTAAN AKHIR DAN IMPOR ...................
109
5.1. Estimasi Permintaan Akhir dan Impor ................................... 5.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ...................
110 110
5.1.2. Konsumsi Pemerintah ...............................................
120
27 27
5.1.3. Pembentukan Modal Tetap Bruto ............................. 5.1.4. Perubahan Inventori .................................................
135 141
Persiapan ................................................................. Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output .................
28 38
5.1.5. Ekspor ....................................................................... 5.1.6. Impor..........................................................................
143 153
3.1.3. Rekonsiliasi .............................................................. 3.2. Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output .......................
48 48
3.2.1. Pendekatan Langsung (Metode Survei) .................. 3.2.2. Pendekatan Tak Langsung ......................................
49
2.2.4.
Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen .................................................................
2.3. Konsep dan Definisi .............................................................. BAB 3.
BAB 5. 23 25
PROSEDUR UMUM DAN PENDEKATAN PENYUSUNAN
TABEL INPUT-OUTPUT ....................................................... 3.1. Prosedur Umum .................................................................... 3.1.1. 3.1.2.
iii
51
iv
BAB 6.
PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: PROSES REKONSILIASI DAN PENYUSUNAN TABEL TRANSAKSI
BAB 9. TABEL INPUT-OUTPUT REGIONAL ................................... 9.1. Tabel Input-Output Satu Region ...........................................
229 230
HARGA PRODUSEN ............................................................
167
9.1.1. Teknik Penyusunan ..................................................
230
6.1. Proses Rekonsiliasi (Penyeimbang Sisi kolom dan Sisi Baris) .....................................................................................
167
9.1.2. Permasalahan ........................................................... 9.2. Tabel Input-Output Antar Region ..........................................
232 237
9.2.1. Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region .... ...............................................................................
238
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
243
6.1.1. Ilustrasi Proses Rekonsiliasi ..................................... 6.1.2. Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi
169
................................................................................... 6.2. Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen ....................
173 184
BAB 7.
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT: METODE TIDAK LANGSUNG ..............................................
195
7.1. Metode Non-Survei ............................................................... 7.1.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan
195
Metode Non-Survei ...................................................
197
7.1.2. Contoh Penerapan .................................................... 7.2. Metode Semi-Survei .............................................................
200 210
7.2.1. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode Semi-Survei .................................................
210
7.2.2. Contoh Penerapan ....................................................
212
PERLAKUAN KHUSUS ........................................................
217
8.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga ............................... 8.2. Konsumsi Pemerintah ...........................................................
217 221
8.3. Perlakuan Subsidi ................................................................. 8.4. Produk Ikutan dan Sampingan ..............................................
223 224
8.5. Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran .................................. 8.6. Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) .......................
227 229
BAB 8.
v
vi
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 1. Pendahuluan
Buku ini dimaksudkan untuk membahas tentang pendekatan dan teknik dalam menyusun suatu tabel input-output dan merupakan pelengkap dari buku yang telah diterbitkan BPS sebelumnya mengenai kerangka teori dan analisis tabel input-output. Berdasarkan hal ini maka pembahasan yang dilakukan akan lebih banyak tentang prosedur dan cara melakukan penaksiran atau estimasi dari isian sel-sel yang ada dalam suatu tabel inputoutput. Walaupun demikian kerangka teori dan pengertian dasar tabel inputoutput tetap akan dibahas secara ringkas, terutama pada beberapa bab awal. Tabel input-output pada dasarnya hanyalah merupakan suatu sistem pencatatan ganda (double entry system) dari neraca transaksi yang terjadi antar produsen dalam suatu perekonomian. Jadi, tabel input-output sama sekali bukan merupakan model atau perangkat yang mampu memberikan informasi secara rinci tentang berbagai inventori dan arus (flow) barang dan jasa yang terjadi pada suatu entitas ekonomi. Akan tetapi dengan menggunakan asumsi sederhana memang dapat disusun dan dikembangkan suatu model ekonomi yang cukup andal. Kenyataan terakhir inilah yang menjadikan tabel input-output diperhitungkan sebagai salah satu bagian dari sistem neraca nasional yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan suatu analisis ekonomi secara komprehensif. Tabel input-output sebagai suatu sistem penyajian data dikembangkan pertama kali oleh Profesor Wassily Leontief pada akhir dekade 1930-an. Pengembangan sistem tersebut berikut kerangka analisisnya bahkan telah
menghantarkan Profesor Leontief sebagai penerima Hadiah Nobel untuk bidang ekonomi pada tahun 1973. Berdasarkan kerangka yang dikembangkan oleh Leontief, informasi yang dimuat dalam suatu tabel inputoutput pada hakekatnya merupakan transaksi barang dan jasa yang terjadi antar industri atau sektor ekonomi di suatu perekonomian. Inilah yang menyebabkan tabel input-output populer juga disebut sebagai tabel transaksi antar industri. Pemberian nama terakhir ini sejalan dengan tujuan dasar dari penyusunan suatu tabel input-output, yaitu untuk melakukan analisis saling ketergantungan atau keterkaitan antar industri dalam suatu perekonomian. Tabel input-output pada dasarnya disusun berdasarkan data ekonomi dari suatu wilayah geografis tertentu (negara, provinsi, kabupaten/kodya dan sejenisnya) untuk suatu periode waktu tertentu (tahun, semester, triwulan, bulan dan sejenisnya). Informasi yang ada selanjutnya disajikan dalam bentuk matriks dan dapat digunakan untuk mengamati suatu kegiatan atau sekelompok kegiatan yang sekaligus bertindak sebagai produsen barang dan jasa (output) dan sebagai konsumen dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri lain (input). Dalam praktek, banyaknya sektor atau industri yang digunakan dalam penyusunan suatu tabel input-output dapat bervariasi, tergantung pada ketersediaan data, dana dan waktu. Jika data yang tersedia cukup rinci, maka dapat disusun tabel input-output dengan jumlah sektor relatif banyak. Begitupun jika dana yang tersedia terbatas, maka jumlah sektor tersebut harus dikurangi sesuai dengan kemampuan untuk membiayai pengolahan datanya. Begitu pula waktu yang tersedia juga dapat mempengaruhi penentuan jumlah sektor, karena umumnya semakin banyak sektor yang digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk melakukan pengolahan. Informasi dasar yang sangat penting dalam analisis input-output adalah tentang arus produk dari setiap sektor yang diperlakukan sebagai produsen ke masing-masing sektor yang bertindak sebagai konsumen. Dalam tabel input-output, informasi ini berada pada kuadran 1 atau tabel transaksi antara. Informasi sepanjang baris pada tabel ini menjelaskan distribusi produk atau output suatu sektor ke seluruh sektor ekonomi yang ada, sementara
1
2
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 1. Pendahuluan
kolomnya menunjukkan komposisi input yang diperlukan untuk melakukan kegiatan produksi di suatu sektor tertentu. Berdasarkan informasi dasar inilah kemudian dapat dikembangkan suatu model yang dapat digunakan untuk melakukan analisis saling ketergantungan antar industri. Sehingga dengan mudah, misalnya, dapat diketahui dampak dari perubahan output (kapasitas produksi) terhadap output sektor lain. Barangkali kenyataan inilah yang membuat tabel input-output semakin banyak diminati oleh para analis dan perencana ekonomi akhir-akhir ini. Tabel input-output untuk Indonesia sebenarnya sudah dikembangkan sejak tahun 1969, yaitu ketika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mulai melakukan exercise untuk menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1969 melalui metode tidak langsung atau non-survey method. Selanjutnya BPS bekerjasama dengan Bank Indonesia dan Institute of Developing Economics (IDE)-Jepang menyusun Tabel Input-Output Indonesia 1971 dengan metode langsung, yaitu pengumpulan datanya dilakukan secara langsung melalui berbagai survei. Sejak saat itulah Tabel Input-Output secara berkesinambungan disusun BPS untuk setiap periode lima tahunan. Jadi sampai saat ini BPS telah menyusun Tabel Input-Output Indonesia untuk tahun 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000 dan 2005. Disamping itu BPS telah beberapa kali melakukan updating (penyusunan tabel input-output melalui cara tidak langsung) yaitu tahun 1988, 1993, 1998 dan terakhir 2003. Pada awalnya penggunaan model input-output untuk perencanaan dan analisis ekonomi kurang diminati oleh para analis dan praktisi perencana pembangunan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh relatif kecilnya animo terhadap tabel-tabel input-output yang dihasilkan oleh BPS. Kebanyakan pengguna dari tabel-tabel tersebut justru lembaga-lembaga internasional dan konsultan asing. BPS telah melakukan berbagai upaya untuk memperkenalkan penggunaan model input-output, antara lain dengan menyelenggarakan berbagai pelatihan, khususnya bagi tenaga-tenaga teknis dari departemen maupun dari BPS sendiri. Seiring dengan upaya tersebut dan munculnya kebutuhan terhadap instrumen perencanaan yang bersifat
lintas sektoral, maka sejak awal 1980-an minat terhadap model input-output mulai meningkat. Model-model input-output yang diimplementasikan dalam analisis ekonomi antara lain adalah analisis dampak kegiatan pariwisata, APBN dan ekspor terhadap perekonomian. Implementasi lain adalah untuk melakukan analisis dampak pertumbuhan ekonomi terhadap penggunaan sumber daya alam, teknologi dan lingkungan. Di tingkat internasional, BPS bekerjasama dengan IDE telah menyusun tabel input-output bilateral Indonesia-Jepang, untuk tahun 1975, 1985 dan 1990. Dengan menggunakan tabel-tabel ini maka dapat dikembangkan model input-output bilateral yang dapat digunakan untuk mengukur dampak kebijaksanaan ekonomi di suatu negara terhadap perekonomian negara lain. Bahkan sejak tahun 1999, atas kerja sama BPS dengan IDE-Jepang, telah dikembangkan tabel input-output multilateral untuk tahun 1995, 2000 dan 2005 yang meliputi 10 negara dan rest of the world (ROW). Pada tingkat regional, kebutuhan model input-output sebagai alat perencanaan pembangunan dan analisis ekonomi juga mulai muncul. Kondisi ini didukung oleh meningkatnya kebutuhan terhadap data dan alat analisis yang memadai untuk menyusun perencanaan pembangunan regional. Apalagi dengan semakin kuatnya arus disentralisasi melalui kebijakan otonomi daerah, tuntutan kebutuhan terhadap alat analisis yang handal akan semakin meningkat. Dengan demikian suka atau tidak, perencanaan pembangunan regional harus mampu merefleksikan proses desentralisasi perencanaan di satu pihak dan bottom-up planning di lain pihak. Tentu saja dengan tetap memperhatikan tujuan dan sasaran pembangunan nasional. Salah satu model yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah model input-output regional. Melalui model ini antara lain dapat dilakukan analisis terhadap struktur dan keterkaitan ekonomi antar sektor di dalam suatu region tertentu atau keterkaitan dengan sektor di region lain bahkan dengan luar negeri. Untuk maksud tersebut, sejumlah provinsi telah mencoba melakukan penyusunan tabel input-output regional. Sebagian kecil dari tabel input-output provinsi tersebut disusun dengan metode langsung
3
4
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
(survey technique), dan sebagian besar justru masih menggunakan metode tidak langsung. Saat ini hampir semua provinsi telah berhasil menyusun tabel input-outputnya masing-masing, walaupun diakui masih banyak hambatan dan keterbatasan. Sampai saat ini penggunaan model input-output baik di tingkat nasional maupun regional tampak masih menghadapi berbagai kendala. Pertama, kurangnya pemahaman terhadap manfaat dan jenis-jenis model input-output yang dapat dikembangkan telah mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap model input-output. Disamping itu, sebagai produsen tabel inputoutput, BPS baik di tingkat pusat maupun daerah juga menghadapi kendala sumber daya manusia dalam menyusun tabel input-output. Kendala lain adalah masih adanya perbedaan dalam hal rincian dan kelengkapan data antara nasional dan daerah. Masih dijumpai adanya ketidakseragaman dalam penggunaan metode dan pendekatan antara satu daerah dengan daerah lainnya dan antara daerah dengan nasional, termasuk perbedaan dalam penggunaan data. Salah satu tujuan dari penyusunan buku ini adalah untuk mengurangi berbagai kendala yang telah disebutkan. Diharapkan buku ini dapat menjadi salah satu referensi utama, terutama bagi para penyusun tabel input-output atau para peminat lain. Tujuan ini penting mengingat sampai saat ini belum banyak referensi tentang input-output, khususnya tentang cara penyusunan tabel input-output.
Bab 1. Pendahuluan
Selain Bab 1, buku ini memuat 8 bab lainnya. Pada Bab 2 akan diuraikan tentang kerangka dan pendekatan dalam menyusun tabel input-output. Pembahasan antara lain mencakup konsep dan definisi penting yang digunakan dalam tabel input-output, jenis-jenis tabel transaksi yang biasa disajikan dan asumsi serta keterbatasan dari model yang dikembangkan berdasarkan suatu tabel input-output.
Sementara itu Bab 3 menjelaskan tentang prosedur umum dan pendekatan penyusunan tabel input-output. Pembahasan dimulai dengan teknik penyusunan klasifikasi sektor dan dilanjutkan dengan cara melakukan estimasi terhadap isian sel-sel tabel input-output. Dalam bab ini didiskusikan pula secara ringkas beberapa metode yang biasa digunakan dalam penyusunan tabel input-output, yaitu metode langsung dan metode tak langsung. Diskusi lebih jauh tentang teknik penyusunan tabel input-output dengan metode langsung berturut-turut dilakukan pada Bab 4, 5 dan 6. Bahasan pada Bab 4 adalah cara melakukan estimasi permintaan antara. Sementara estimasi permintaan akhir dan impor dibahas pada Bab 5. Setelah estimasi tersebut, maka perlu dilakukan rekonsiliasi agar diperoleh tabel input-output yang konsisten. Pembahasan tentang teknik rekonsiliasi ini disajikan pada Bab 6 Sementara pada Bab 7 diuraikan tentang teknik penyusunan tabel inputoutput dengan metode tak langsung. Pembahasannya antara lain mencakup model-model yang dapat digunakan, data atau informasi yang diperlukan serta mekanisme penyusunan tabel, baik untuk teknik non-survei maupun semi-survei. Bab 8 secara khusus membahas tentang beberapa perlakuan khusus yang diperlukan sehubungan dengan alternatif yang akan ditempuh baik dalam penyusunan maupun penyajian tabel. Perlakuan khusus dimaksud mencakup pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pemerintah, barang bekas dan apkiran, subsidi dan produk sampingan. Sebagai bab terakhir, diskusi pada Bab 9 adalah tentang tabel inputoutput Regional, baik untuk tabel input-output suatu region (intra regional) maupun tabel input-output antar region (inter regional). Walaupun secara umum teknik penyusunan tabel input-output regional sama dengan tabel input-output nasional, namun ada beberapa hal yang berbeda. Penekanan bahasan pada bab ini adalah pada teknik penyusunan dan berbagai masalah berikut upaya penyelesaiannya.
5
6
1.2
Sistematika Penyajian
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
tabel input-output menunjukkan pengalokasian/pendistribusian dari output yang dihasilkan oleh suatu sektor dalam memenuhi permintaan antara oleh
Kerangka Tabel Input-Output
sektor lainnya dan permintaan akhir. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan struktur input yang digunakan oleh masing-masing sektor dalam kegiatan produksinya. Sesuai dengan sifat dan jenis transaksinya, secara umum matriks yang disajikan dalam tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi 4 sub
Tabel input-output pada dasarnya merupakan sistem penyajian data statistik tentang transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi yang terjadi di suatu wilayah. Namun demikian, tabel input-output tidak mampu memberikan informasi tentang persediaan dan arus barang dan jasa secara rinci menurut komoditi. Semua informasi yang dimuat oleh suatu tabel inputoutput terbatas pada informasi untuk sektor ekonomi, yang merupakan gabungan dari berbagai kegiatan ekonomi atau komoditi. Akan tetapi dengan segala keterbatasannya, tabel input-output tetap merupakan sumber informasi yang komprehensif dalam melakukan berbagai analisis ekonomi. Berdasarkan tabel input-output antara lain dapat dikembangkan suatu model yang selanjutnya dapat dimanfaatkan dalam melakukan evaluasi, analisis dan perencanaan pembangunan di bidang
matriks (kuadran) dengan kerangka penyajian seperti pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Kerangka Penyajian Tabel Input-Output
Kuadran I (n x n)
Kuadran II (n x m)
Kuadran III (p x n)
Kuadran IV (p x m)
ekonomi.
Keterangan : Simbol-simbol di dalam tanda kurung menunjukkan ukuran (ordo) matriks
Untuk memberikan gambaran tentang cara penyajian dan menginterpretasikan informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output,
pada kuadran yang bersangkutan. Simbol pertama adalah banyaknya baris dan simbol kedua adalah banyaknya kolom.
pada bab ini akan diuraikan tentang kerangka dasar tabel input-output, jenisjenis tabel transaksi serta beberapa konsep dan definisi pokok yang pada
Isian dari kuadran I adalah informasi tentang transaksi barang dan jasa
umumnya digunakan dalam penyusunan tabel input-output.
yang digunakan dalam kegiatan produksi. Kuadran I sering disebut juga
2.1
sebagai input/permintaan antara untuk menegaskan bahwa semua transaksi pada kuadran ini hanya merupakan "antara" untuk diproses lebih lanjut, dan
Kerangka Dasar Tabel Input-Output Tabel input-output disajikan dalam bentuk matriks, yaitu sistem penyajian
bukan untuk keperluan konsumsi akhir. Dengan demikian jelas, bahwa kuadran ini menunjukkan saling keterkaitan antar sektor ekonomi dalam
data yang menggunakan dua dimensi: baris dan kolom. Isian sepanjang baris
melakukan kegiatan produksi. Isian sepanjang baris pada kuadran I
7
8
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
menunjukkan alokasi output yang dihasilkan oleh suatu sektor dan digunakan sebagai input oleh sektor-sektor produksi. Sedangkan isian sepanjang
permintaan akhir. Sedangkan informasi sepanjang kolom menunjukkan struktur NTB untuk setiap komponen permintaan akhir. Namun demikian,
kolomnya menunjukkan struktur penggunaan/input oleh suatu sektor yang
kuadran ini bukan merupakan tabel pokok dan untuk beberapa alasan dalam
diperoleh dari output sektor lainnya. Sedangkan dalam kuadran II sekaligus dicakup dua jenis transaksi, yaitu transaksi permintaan akhir dan komponen penyediaan (supply). Permintaan
penyusunan tabel input-output Indonesia, kuadran ini diabaikan. Oleh karena tabel input-output pada hakekatnya merupakan suatu sistem
akhir yang dimaksudkan dalam hal ini adalah permintaan atas barang dan
pencatatan transaksi, maka dalam proses penyusunannya digunakan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi dasar yang digunakan dalam penyusunan
jasa selain yang digunakan dalam kegiatan/proses produksi. Permintaan akhir pada umumnya dirinci lebih lanjut ke dalam komponen-komponen
tabel input-output adalah:
pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan
a. Homogenitas (homogeneity), yaitu asumsi bahwa satu sektor hanya akan
modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Sedangkan yang dimaksud dengan penyediaan adalah semua barang dan jasa yang digunakan untuk
menghasilkan satu jenis output dengan struktur input yang tunggal dan tidak ada substitusi otomatis antar output dari sektor yang berbeda.
memenuhi permintaan (baik permintaan antara maupun akhir). Komponen penyediaan terdiri dari impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan
b. Proporsionalitas
menunjukkan struktur masing-masing komponen permintaan akhir dan penyediaan menurut sektor. Sementara itu, informasi pada kuadaran III adalah tentang input primer atau nilai tambah bruto (NTB), sehingga kuadran ini sering disebut sebagai
yaitu
asumsi
bahwa
kenaikan
penggunaan input oleh suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan
serta output dari sektor-sektor domestik. Jadi, isian sepanjang baris pada kuadran II menunjukkan komposisi permintaan akhir dan penyediaan di suatu sektor menurut jenis komponen. Sedangkan isian sepanjang kolom
(proportionality),
output yang dihasilkan oleh sektor tersebut. c.
Aditivitas (additivity), yaitu asumsi bahwa jumlah pengaruh dari kegiatan produksi di berbagai sektor merupakan hasil penjumlahan dari setiap pengaruh pada masing-masing sektor tersebut. Asumsi ini sekaligus menegaskan bahwa pengaruh yang timbul dari luar sistem input-output diabaikan.
kuadran Nilai Tambah Bruto (NTB) atau input primer. Input primer adalah input atau biaya yang timbul karena pemakaian faktor produksi dan terdiri dari upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung neto. Isian
Berdasarkan asumsi tersebut, maka model yang dikembangkan berdasarkan tabel input-output memiliki berbagai keterbatasan. Keterbatasan
sepanjang baris kuadran III menunjukkan distribusi penciptaan komponen NTB menurut sektor. Sedangkan isian sepanjang kolom menunjukkan
tersebut antara lain adalah pada rasio input yang diasumsikan konstan
komposisi penciptaan NTB menurut komponennya di suatu sektor. Kuadran IV memuat informasi tentang input primer yang langsung
selama periode analisis. Akibatnya perubahan susunan input atau perubahan teknologi dalam kegiatan produksi tidak dapat dideteksi menggunakan model
didistribusikan ke sektor-sektor permintaan akhir. Informasi sepanjang baris
input-output. Di samping itu, asumsi-asumsi tersebut juga menegaskan bahwa
kuadran IV menunjukkan alokasi komponen NTB menurut komponen
pelipatgandaan input di suatu sektor akan menghasilkan pelipatgandaan
9
10
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
output yang sebanding. Artinya, peningkatan output di suatu sektor hanya disebabkan oleh peningkatan inputnya dan bukan dipengaruhi oleh faktor-
Isian sepanjang baris pada tabel tersebut memperlihatkan komposisi penyediaan dan permintaan pada suatu sektor. Penyediaan dapat berasal
faktor produksi yang digunakan seperti perubahan teknologi, peningkatan
dari output domestik ( X i ) dan impor untuk produk sejenis ( M i ). Sedangkan
produktivitas faktor-faktor produksi dan lain sebagainya. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa perubahan harga dan kuantitas input dalam model
permintaannya terdiri dari permintaan antara ( xij ) dan permintaan akhir
input-output akan selalu sebanding dengan perubahan harga dan kuantitas outputnya.
( F i ). Isian sepanjang kolom tabel tersebut menunjukkan susunan input yang
Walaupun model input-output mengandung berbagai kelemahan seperti yang telah diuraikan, namun model input-output masih tetap merupakan alat
input antara ( xij ) dan input primer ( V i ).
analisis yang handal dan bermanfaat. Terutama karena kemampuannya untuk digunakan dalam analisis ekonomi yang lengkap dan komprehensif. Untuk memperjelas gambaran tentang penyajian tabel input-output, berikut ini diberikan ilustrasi tabel input-output (Tabel 2.2) pada sistem perekonomian yang terdiri dari 3 sektor produksi, yaitu sektor 1, 2 dan 3.
digunakan dalam proses produksi oleh suatu sektor. Input tersebut terdiri dari
Sesuai dengan cara pengisian angka-angka dalam sistem matriks, maka angka-angka setiap sel pada tabel tersebut bermakna ganda. Angka pada sel di kuadran I (transaksi antara), misalnya
x12 , dari sisi baris angka ini
menunjukkan besarnya penyediaan di sektor 1 yang digunakan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 2. Sedangkan dari sisi kolom, angka tersebut menunjukkan besarnya input sektor 2 yang diperoleh dari penyediaan sektor 1. Berdasarkan cara membaca angka di setiap sel tersebut, terlihat bahwa
Tabel 2.2 Ilustrasi Tabel Input-Output Untuk 3 Sektor Produksi Alokasi Output Struktur Input
Permintaan Antara 1
2
3
1 2 3
x11 x21 x31
x12 x22 x32
x13 x23 x33
Input Primer
V1
V2
V3
Jumlah Input
X1
X2
X3
Input Antara
Permintaan Akhir F1 F2 F3
Penyediaan Impor
Jumlah Output
M1 M2 M3
X1 X2 X3
penyajian informasi dalam tabel input-output menunjukkan suatu jalinan yang saling berhubungan dari kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh setiap sektor. Sebagai contoh untuk sektor 1, jumlah penyediaannya adalah sebesar
X 1 + M 1 dan dialokasikan untuk memenuhi permintaan antara oleh sektor 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar sebesar
x11 , x12 dan x13 ; sedangkan sisanya
F 1 digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Cara pengamatan
yang sama berlaku juga untuk sektor 2 dan 3. Selanjutnya, dari uraian tersebut maka untuk setiap baris pada tabel 2.2 dapat disusun persamaan:
Keterangan: 1, 2 dan 3: kode sektor produksi.
11
12
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
x11 + x12 + x13 + F1 = X 1 + M 1
x11 + x 21 + x31 + V1 = X 1
x 21 + x 22 + x 23 + F2 = X 2 + M 2
x12 + x 22 + x32 + V2 = X 2
..… (2.1)
x31 + x32 + x33 + F3 = X 3 + M 3
x13 + x 23 + x33 + V3 = X 3
Persamaan (2.1) selanjutnya dapat dituliskan dalam bentuk persamaan
atau dalam bentuk persamaan umum:
umum:
3
3
∑x j =1
ij
….. (2.4)
∑x
+ Fi = X i + M i , untuk I = 1,2,3
j =1
….. (2.2)
atau
ij
+ V j = X j , untuk j = 1,2,3
….. (2.5)
di mana 3
X i = ∑ xij + Fi − M i
..... (2.3)
= Input primer (NTB) sektor j
Vj
j =1
di mana:
xij
= Penyediaan sektor i yang digunakan oleh sektor j
Xi
= Jumlah output (domestik) sektor i
Fi
= Permintaan akhir terhadap sektor i
Mi
Sesuai dengan asumsi yang digunakan, pada tabel input-output berlaku bahwa jumlah input yang digunakan oleh suatu sektor harus sama dengan
X i = X j , untuk i = j atau
jumlah outputnya. Hal ini berarti n
n
i =1
j =1
∑ Xi = ∑ X j
= Impor pada sektor i
….. (2.6)
Dengan melakukan pengamatan dari sisi kolom terhadap tabel 2.2 dapat diperoleh gambaran susunan input di masing-masing sektor produksi.
Persamaan (2.6) tersebut merupakan persamaan dasar yang menjelaskan hubungan antara angka-angka yang disajikan dalam tabel input-output
Sebagai contoh, untuk sektor 1 jumlah input yang digunakan adalah sebesar
dengan angka Produk Domestik Bruto (PDB). Dari persamaan (2.3) dan (2.5) diperoleh:
X 1 . Jumlah input tersebut terdiri dari input antara dan input primer. Besarnya input antara yang diperoleh dari sektor 1, 2 dan 3 masing-masing adalah sebesar
x11 , x 21 dan x31 . Sedangkan input primernya adalah sebesar V 1 .
Dengan menggunakan cara yang sama dapat dilakukan pengamatan terhadap sektor 2 dan 3. Selanjutnya, berdasarkan pengamatan terhadap kolom-kolom di tabel 2.2 dapat diturunkan persamaan aljabar:
13
n
n
n
n
n
∑ X = ∑∑x + ∑F - ∑M i
i=1
ij
i=1
n
i
n
j=1
i=1
n
j=1
ij
j=1 i=1
…... (2.7a)
n
∑ = ∑ ∑ x + ∑V Xj
i
i=1
...... (2.7b)
j
j=1
14
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Berdasarkan persamaan (2.6), maka
∑x i
i
pada (2.7a) dapat di
substitusikan ke dalam (2.7b), sehingga: n
n
n
n
n
Di samping itu, penilaian atas transaksi yang disajikan dalam tabel inputn
i
ij
karena,
n
i=1
n
∑∑ x i
ij
i
i=1
n
n
j
i
ij
j=1 i=1
output dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penilaian atas dasar harga produsen dan atas dasar harga pembeli (konsumen). Jika penilaiannya
n
∑ ∑ x + ∑ F - ∑ M = ∑ ∑ x + ∑V i=1 j=1
j
dilakukan atas dasar harga produsen, maka nilai transaksinya hanya mencakup harga barang/jasa yang dibayarkan kepada produsen barang/jasa
j=1
tersebut. Sedangkan nilai transaksi atas dasar harga pembeli disamping mencakup harga yang dibayarkan kepada produsen juga mencakup margin
= ∑∑ xij maka diperoleh:
j
Sedangkan pada transaksi domestik hanya mencakup transaksi barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik).
perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dari kegiatan penyaluran n
n
n
∑ F - ∑ M = ∑V i
i=1
i
i=1
...... (2.8)
j
barang/jasa dari produsen ke konsumennya. Berdasarkan uraian di atas, maka jenis-jenis tabel transaksi yang dapat disajikan dalam penyusunan tabel input-output akan terdiri dari (a) tabel transaksi total atas dasar harga pembeli, (b) tabel transaksi total atas dasar
i=1
Sisi kanan pada persamaan (2.8) adalah jumlah NTB dari semua sektor
harga produsen, (c) tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dan
perekonomian yang sebenarnya sama dengan angka Produk Domestik Bruto. Persamaan (2.8) hanya berlaku untuk sistem perekonomian secara
(d) tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen.
keseluruhan dan tidak berlaku untuk masing-masing sektor.
Penjelasan dari masing-masing jenis tabel transaksi tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut
2.2
Jenis-jenis Tabel Transaksi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, informasi yang disajikan pada
kuadran I, II dan III tabel input-output adalah transaksi barang dan jasa antara sektor ekonomi. Berdasarkan hal ini maka tabel-tabel dalam ketiga kuadran, disebut juga sebagai tabel transaksi. Sesuai dengan lingkup pencatatannya, transaksi yang disajikan pada tabel input-output dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu transaksi total dan transaksi domestik. Transaksi total mencakup semua transaksi barang dan jasa, baik yang berasal dari impor maupun dari produk sektor domestik.
15
16
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
2.2.1
Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli
Nilai transaksi yang disajikan pada tabel ini mencakup nilai transaksi dari seluruh barang/jasa (impor dan domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena itu pada tabel jenis ini, impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai kolom penyediaan. Oleh karena margin perdagangan dan biaya pengangkutan sudah dicakup pada setiap transaksi, maka tidak ada input antara yang berasal dari sektor perdagangan. Begitu juga input antara dari sektor pengangkutan, biaya pengangkutan selain biaya pengangkutan yang dicakup adalah seluruh biaya angkutan barang dagangan, seperti angkutan umum dan barang pindahan. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga pembeli dapat dilihat pada tabel 2.3 berikut.
17
18
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
2.2.2
Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen
Nilai transaksi pada tabel ini juga mencakup nilai dari semua transaksi barang/jasa baik impor maupun domestik, akan tetapi harga yang digunakan untuk menilai transaksinya adalah harga produsen. Oleh karena setiap transaksi hanya mencakup harga produsen, maka margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input antara yang berasal dari sektor perdagangan dan biaya pengangkutan. Dengan demikian margin perdagangan dan biaya pengangkutan di kolom penyediaan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi total atas dasar harga produsen dapat diperoleh dari tabel transaksi total atas dasar harga pembeli setelah margin perdagangan dan biaya pengangkutan dikeluarkan dari setiap sel transaksinya. Contoh penyajian tabel transaksi total atas dasar harga produsen disajikan pada tabel 2.4.
19
20
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
2.2.3
Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Pembeli
Setiap sel pada tabel jenis ini hanyalah transaksi atas barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah dalam negeri (domestik) dan menggunakan dasar penilaian harga pembeli. Oleh karena setiap transaksinya hanya mencakup barang dan jasa domestik, maka kolom penyediaan yang berasal dari impor nilainya akan sama dengan nol. Untuk tetap menjaga keseimbangan jumlah input dan jumlah output, maka seluruh input yang berasal dari impor disajikan pada baris tersendiri. Contoh penyajiannya adalah seperti pada tabel 2.5.
21
22
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
2.2.4
Tabel Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen
Setiap nilai transaksi pada jenis tabel ini hanya mencakup barang/jasa domestik dan dinilai atas dasar harga produsen. Oleh karenanya kolom penyediaan dari impor dan margin perdagangan & biaya pengangkutan nilainya akan sama dengan nol. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat juga diperoleh dari tabel transaksi domestik atas dasar harga pembeli dengan mengeluarkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dari setiap transaksinya. Tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen memiliki peran penting dalam analisis dengan model yang diturunkan dari tabel input-output, terutama karena transaksi pada jenis tabel ini benar-benar mencerminkan kegiatan ekonomi di suatu wilayah domestik yang dinilai dengan harga produsen. Contoh penyajian tabel transaksi domestik atas dasar harga produsen dapat dilihat pada tabel 2.6.
23
24
Bab 2. Kerangka Tabel Input-Output
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
2.3
Konsep dan Definisi
Permintaan Akhir dan Impor
Beberapa konsep dan definisi dasar yang diperlukan dalam membaca informasi yang disajikan dalam suatu tabel input-output akan diuraikan secara ringkas berikut ini. Output Output adalah nilai dari seluruh produk (barang/jasa) yang dihasilkan oleh sektor produksi di suatu wilayah domestik. Oleh karena itu output sering juga disebut sebagai output domestik. Penghitungan output dilakukan dengan menjumlah nilai dari barang/jasa yang telah dihasilkan oleh suatu sektor tanpa membedakan pelaku produksinya. Jadi pelaku produksinya dapat berupa penduduk di wilayah domestik tersebut atau perusahaan dan penduduk asing. Seluruh produk barang dan jasa yang telah dihasilkan sebagai bagian dari output, tanpa memperhatikan apakah produk tersebut terjual atau tidak. Dalam proses penyusunan tabel input-output penghitungan output memiliki peran yang sangat penting yaitu sebagai Control Total ( CT ) yang nilainya harus dipertahankan dalam proses rekonsiliasi antar sektor. Oleh karena itu penghitungan output harus dilakukan dengan cermat dan teliti. Input Input adalah seluruh barang dan jasa yang diperlukan oleh suatu sektor dalam kegiatan produksinya. Input dibedakan menjadi dua, yaitu input antara dan input primer. Input antara adalah seluruh barang dan jasa yang digunakan habis dalam proses produksi. Barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi tersebut dapat berupa barang/jasa hasil produksi dalam negeri atau impor. Sedangkan input primer adalah balas jasa terhadap faktor-faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi. Input primer dalam prakteknya berupa upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto.
25
Permintaan akhir adalah permintaan barang dan jasa yang digunakan untuk keperluan konsumsi akhir. Permintaan akhir terdiri dari pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir dapat berupa barang dan jasa hasil produksi domestik dan impor. Khusus untuk permintaan ekspor hanya boleh dipenuhi dari hasil produksi domestik. Sejalan dengan penjelasan tersebut jelas bahwa impor bukan merupakan komponen permintaan akhir, melainkan sebagai komponen penyediaan. Ekspor dan impor dalam konteks tabel input-output adalah transaksi yang terjadi antara penduduk di suatu wilayah tertentu dengan penduduk di luar wilayah tersebut. Namun demikian khusus untuk pembelian langsung yang dilakukan oleh penduduk ada perlakuan khusus. Pembelian langsung di pasar domestik oleh penduduk asing diperlakukan sebagai transaksi ekspor, sebaliknya pembelian langsung oleh penduduk suatu wilayah yang dilakukan di luar wilayah tersebut diperlakukan sebagai transaksi impor. Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan Dalam praktek, produk yang dihasilkan oleh produsen pada umumnya melalui proses penyaluran terlebih dahulu agar dapat sampai ke produsen. Akibat dari proses penyaluran tersebut maka timbul selisih dari harga produk yang diterima oleh produsen dengan harga yang harus dibayar oleh pembeli (konsumen). Harga yang diterima oleh produsen disebut sebagai harga produsen dan harga yang dibayar oleh pembeli disebut harga pembeli. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan adalah selisih harga pembeli dan harga produsen. Selisih tersebut mencakup keuntungan perdagangan dan biaya pengangkutan atas barang yang diperdagangkan dari produsen barang ke pembeli.
26
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
Diagram 3.1 Prosedur Umum Penyusunan Tabel Input-Output
Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
3.
Persiapan: a. b.
Penyusunan Tim Kerja Penyusunan Klasifikasi Sektor
Diskusi dan pembahasan pada bab ini hanya dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara umum tentang proses dan teknik yang dapat digunakan dalam menyusun suatu tabel input-output. Sedangkan pembahasan secara rinci akan dilakukan pada bab-bab berikutnya. Sejalan
1.
a. b. c. d. e.
dengan tujuan ini maka pembahasan pada bab ini hanya mencakup prosedur umum dan metode atau pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun tabel input-output.
3.1
Estimasi: Output Input Antara Input Primer Permintaan Akhir dan Impor Ekspor
Prosedur Umum
Secara umum tahapan penyusunan suatu tabel input-output adalah seperti yang disajikan pada diagram 3.1. Pertama, pada tahap persiapan
2.
disusun tim kerja dan klasifikasi sektor. Langkah berikutnya adalah
Proses Rekonsiliasi Penyeimbangan baris dan kolom
melakukan penaksiran isian setiap sel dalam tabel input-output. Estimasi akan tabel input-output pada umumnya secara kolom terlebih dahulu, sehingga konsistensi isian secara baris belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itulah perlu dilakukan proses rekonsiliasi yang tujuan utamanya untuk menyeimbangkan berbagai persamaan yang berlalu dalam suatu tabel inputoutput.
3.1.1
Persiapan
Seperti halnya kegiatan lain, penyusunan tabel input-output pun memerlukan persiapan agar seluruh proses dapat berjalan lancar. Persiapanpersiapan yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antara lain
27
28
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
mencakup penyusunan tim kerja, pembuatan klasifikasi sektor, penetapan jadwal kegiatan dan penyusunan anggaran. Dua hal terakhir, jadwal dan
jawab sektor adalah pengetahuan tentang karakteristik dari sektor yang bersangkutan.
anggaran, sangat tergantung pada dua hal pertama, yaitu tim kerja dan
Dalam bab-bab yang lalu telah pula dijelaskan bahwa setiap sel pada
klasifikasi sektor yang digunakan. Semakin banyak anggota tim yang dilibatkan akan semakin besar dana yang dibutuhkan, sekurang-kurangnya
suatu tabel memiliki makna ganda, yaitu sebagai bagian output dari suatu sektor (informasi sepanjang baris) dan sebagai bagian dari input sektor yang
untuk balas jasa anggota tim. Begitu juga semakin banyak sektor yang akan digunakan akan semakin lama pula waktu yang diperlukan, di samping
bersangkutan (informasi menurut kolom). Sesuai dengan hal ini maka seorang penanggung jawab sektor sekurang-kurangnya dituntut untuk
semakin banyak pula tim yang diperlukan. Berdasarkan kenyataan tersebut maka uraian lebih lanjut tentang tahap persiapan hanya akan dibatasi pada
mengetahui secara logis susunan input dari sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sehingga penanggung jawab sektor yang bersangkutan dapat
dua hal pertama, yaitu penyusunan tim kerja dan klasifikasi sektor. Bagi para
memutuskan apakah susunan input dari sektor yang diolahnya sudah layak
pihak yang berminat untuk mengetahui lebih jauh tentang penyusunan jadwal dan anggaran dapat menggunakan bacaan lain sebagai acuan, misalnya
atau belum. Begitu juga seorang penanggung jawab sektor harus mengetahui sektor-sektor apa saja yang menjadi konsumen dari output sektor yang
berbagai buku yang membahas tentang manajemen proyek dan sejenisnya.
menjadi tanggung jawabnya dan diharapkan mampu menilai kelayakan dari alokasi output sektor bersangkutan ke sektor-sektor ekonomi lain. Dengan
a. Penyusunan Tim Kerja
kata lain, seorang tim ahli ekonomi yang terlibat dalam proses penyusunan
Pada bab-bab terdahulu telah dijelaskan bahwa tabel input-output pada
tabel input-output dituntut untuk mengetahui karakteristik input dan output dari sektor-sektor yang menjadi tanggung jawabnya. Sesuai dengan uraian
hakekatnya hanyalah sebuah tabel yang memuat informasi tentang transaksi ekonomi antar pelaku ekonomi di suatu wilayah yang disajikan dalam bentuk
tersebut jelas bahwa banyaknya anggota dari tim ahli ekonomi yang diperlukan akan sangat tergantung dari banyaknya sektor ekonomi yang
matriks. Kenyataan tersebut menyiratkan dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun tim kerja dalam rangka menyusun suatu tabel input-output, yaitu transaksi ekonomi dan bentuk matriks. Hal ini sekaligus
digunakan dalam tabel dan tingkat kapabilitas masing-masing anggota untuk menjadi penanggung jawab sektor.
menegaskan bahwa dalam penyusunan tabel input-output sekurangkurangnya diperlukan dua kelompok tenaga ahli, yaitu kelompok ahli
penyusunan tabel input-output diperlukan juga tim ahli pengolahan data. Banyaknya tim ahli pengolahan data untuk penyusunan tabel input-output
ekonomi dan kelompok ahli pengolahan data. Masing-masing tim ahli ekonomi dalam penyusunan tabel input-output
pada umumnya sekitar dua atau tiga orang. Sedangkan kualifikasi dasar yang dibutuhkan adalah kemampuannya untuk mengolah data dalam bentuk
pada umumnya mempunyai tanggung jawab terhadap suatu sektor ekonomi tertentu, oleh karena itu mereka biasa juga disebut sebagai penanggung
matriks, yaitu sistem pengolahan data yang menggunakan dua dimensi, baris dan kolom. Dengan berkembangnya perangkat lunak komputer, terutama
jawab sektor. Kualifikasi dasar yang diperlukan bagi seorang penanggung
untuk melakukan pengolahan data dalam bentuk lembar-lembar kerja (spreadsheets), tuntutan kualifikasi ini relatif tidak sulit untuk dipenuhi. Sebab
29
30
Seperti
yang telah
disebutkan, disamping ahli
ekonomi dalam
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
pada fasilitas yang disediakan oleh berbagai perangkat lunak sejenis ini, misalnya Excel atau Mini Tab, memungkinkan untuk melakukan pengolahan
komoditi dalam perekonomian. Dalam hal ini peranan antara lain ditentukan dengan menggunakan parameter output, nilai tambah dan atau tingkat
data dalam bentuk matriks menjadi mudah.
pentingnya suatu komoditi dalam perekonomian. Namun demikian pada
b. Penyusunan Klasifikasi Sektor
umumnya pertimbangan terhadap peranan tersebut digabungkan dengn pertimbangan tentang ketersediaan data, sebab walaupun suatu komoditi
Penyusunan klasifikasi sektor merupakan tahap penting yang harus
memiliki peranan yang sangat penting tetapi jika datanya tidak memadai akan menimbulkan persoalan dalam proses penaksiran isian sel-sel untuk komoditi
diselesaikan dengan baik dalam tahap persiapan. Hasil dari tahap ini akan menentukan dan mempengaruhi tahap pekerjaan berikutnya, termasuk akan
yang bersangkutan. Selain berbagai pertimbangan seperti yang telah diuraikan, untuk
mempengaruhi besar kecilnya tim yang diperlukan, jadwal penyelesaian dan
menetapkan eksistensi suatu kegiatan dalam tabel input-output juga mengikuti prinsip teknologi tunggal dalam proses produksi.Teknologi
anggaran yang diperlukan. Oleh karena itu penyusunan klasifikasi sektor dalam proses penyusunan tabel input-output pada umumnya justru dilakukan
tunggal yang dimaksudkan dalam hal ini adalah bahwa hanya ada satu
sebelum tim kerja terbentuk. Walaupun ada juga yang melakukannya secara simultan bersamaan dengan pembentukan tim kerja. Untuk memperoleh
teknologi atau cara yang digunakan untuk menghasilkan seluruh output oleh suatu sektor ekonomi. Atau dengan kata lain dalam satu sektor berlaku
tabel input-output yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak,
prinsip homogenitas output. Disamping itu hubungan antara output dengan
maka dalam proses penyusunan klasifikasi sektor perlu dipertimbangkan untuk melibatkan berbagai pihak, baik pihak penyedia data maupun pihak
input bersifat linier, artinya peningkatan output suatu sektor akan diikuti dengan peningkatan input yang sebanding. Penerapan prinsip dasar tersebut
calon pengguna tabel. Tanpa melibatkan kedua pihak ini kemungkinan klasifikasi sektor yang dihasilkan justru tidak operasional atau kurang
dalam penyusunan klasifikasi sektor untuk tabel input-output Indonesia diwujudkan dalam bentuk keseragaman komoditi dan atau aktivitas ekonomi
bermanfaat. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun klasifikasi
dalam satu sektor ekonomi. Sayangnya, prinsip teknologi tunggal ternyata tidak selalu mudah
sektor antara lain adalah peranan suatu komoditi dalam perekonomian,
diterapkan. Penciptaan suatu produk pada kenyataannya selalu memerlukan
ketersediaan data dan berbagai kebijakan tentang komoditi strategis di wilayah perekonomian yang akan disusun tabel input-outputnya.
teknologi tersendiri. Akibatnya jika prinsip teknologi tunggal diterapkan, maka jumlah sektor dalam tabel input-output akan sama banyaknya dengan jenis
Pertimbangan-pertimbangan tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan apakah suatu komoditi dapat dijadikan suatu sektor
produk yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan produksi yang beroperasi di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa jumlah sektor dalam tabel input-output
ekonomi tersendiri atau harus digabungkan terlebih dahulu dengan komoditi lain.
Indonesia harus mencapai puluhan ribu untuk mengakomodir seluruh produk yang dihasilkan oleh seluruh perekonomian Indonesia. Sudah barang tentu
Dalam praktek penyusunan tabel input-output Indonesia yang dilakukan
kondisi ini akan sangat menyulitkan pengolahan datanya, disamping
oleh BPS, pertimbangan utama yang digunakan adalah peranan suatu
kenyataan bahwa jumlah sektor yang digunakan dalam tabel input-output
31
32
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
juga sangat mempengaruhi besarnya biaya, waktu dan data atau informasi harus disediakan.
pengangkutan, perdagangan dan pemerintahan yang digunakan sebagai nama sektor adalah nama kegiatannya. Namun demikian dalam tabel input-
Itulah sebabnya penerapan prinsip teknologi tunggal untuk pembentukan sektor dalam tabel input-output harus dikompromikan dengan berbagai kondisi seperti ketersediaan data, dana dan waktu. Sebagai konsekwensi dari
output Indonesia yang dihasilkan oleh BPS, pemberian nama sektor sejauh mungkin diupayakan menggunakan nama komoditi, misalnya sektor industri semen menjadi sektor semen saja, tidak lagi mengandung kata industri.
hal tersebut maka beberapa komoditi yang mempunyai sifat fisik serupa atau diproses dengan teknologi serupa dapat digabungkan menjadi satu sektor
b.2 Prinsip Dasar Penyusunan Klasifikasi
yang sama. Bahkan untuk beberapa sektor terpaksa tidak lagi menganut prinsip dasar, karena eksistensinya merupakan tempat penampungan dari
Disamping penggunaan prinsip teknologi tunggal, penyusunan klasifikasi
komoditi atau teknologi yang heterogen sebagai sisa pilihan dari sektor-
atau pengelompokkan komoditi/kegiatan, harus memenuhi syarat beberapa
sektor yang terbentuk sebelumnya. Sektor yang terakhir ini biasanya diberi nama Sektor Lainnya.
syarat, yaitu
Jadi, dengan menggunakan berbagai pertimbangan, prinsip dan berbagai kondisi lain akhirnya diharapkan dapat disusun suatu klasifikasi sektor dalam
a. Semua komoditi atau kegiatan perekonomian di suatu wilayah harus terbagi habis ke dalam sektor. Dengan kata lain tidak boleh ada satupun
tabel input-output yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak. Baik
komoditi/kegiatan yang tidak masuk ke dalam salah satu sektor tertentu.
pihak yang menggunakan tabel input-output sebagai basis data maupun sebagai bahan dasar untuk melakukan analisis perekonomian. Sejauh
b. Tidak ada penafsiran ganda terhadap penempatan suatu komoditi atau kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan pencatatan ganda
mungkin juga harus diupayakan agar klasifikasi sektor yang dihasilkan sudah merupakan hasil optimal setelah mempertimbangkan data yang tersedia
terhadap transaksi ekonomi yang terjadi. Tidak ada keragu-raguan terhadap cakupan komoditi pada setiap sektor
c.
serta tingkat ketelitian yang ingin dicapai.
yang dibentuk.
b.1 Sistem Pemberian Nama (Judul) Sektor
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, klasifikasi sektor tabel input-
Ada dua sistem yang dapat digunakan untuk memberikan nama atau judul sektor dalam tabel input-output, yaitu berdasarkan nama komoditi, berdasarkan jenis kegiatan atau aktivitas dan gabungan antara keduanya.
output dapat didasarkan pada: (a) komoditi, (b) aktivitas dan (c) gabungan antara komoditi dan aktivitas. Cara yang paling ideal sebenarnya adalah menempatkan satu jenis komoditi pada satu sektor. Namun hal itu tidak mungkin dilakukan karena jumlah sektor yang akan terbentuk akan menjadi
Pemberian nama sektor pada kegiatan yang termasuk dalam lapangan usaha pertanian dan pertambangan pada umumnya didasarkan pada nama
terlalu banyak. Untuk memilih dan mengelompokkan komoditi atau aktivitas menjadi
komoditi yang dihasilkan. Begitu juga pada sebagian lapangan usaha bangunan dan jasa-jasa. Sedangkan pada kegiatan ekonomi industri,
suatu sektor dengan cermat maka harus dilakukan dengan membuat daftar atau listing dari semua jenis komoditi yang ada lengkap dengan segala sifat-
33
34
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
sifat fisik dan teknologi pembuatannya. Akan tetapi untuk melakukan hal ini ternyata tidak mudah. Oleh sebab itu akan lebih mudah bila sistem klasifikasi
merupakan produk utama, maka yang lainnya merupakan produk ikutan, sampingan atau tambahan. Kegiatan bercocok tanam ketela pohon misalnya,
tabel input-output diawali dan didasarkan pada klasifikasi yang sudah ada
hanya menghasilkan satu produk utama yaitu umbi, tetapi di samping itu ada
seperti Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), Klasifikasi Komoditi Indonesia (KKI), International Standard of Industrial Clasification
hasil ikutan berupa daun dan batang ketela. Walaupun teknologi yang digunakan pada usaha penanaman ketela pohon merupakan teknologi
(ISIC) dan Harmonized System (HS). Cara kedua inilah yang pada umumnya digunakan untuk menyusun klasifikasi sektor dalam penyusunan tabel-tabel
tunggal, ternyata hasilnya tidak tunggal, yaitu terdiri tiga jenis komoditi. Ketiga jenis komoditi tersebut dalam tabel input-output dihimpun dalam satu sektor.
input-output di Indonesia. Struktur klasifikasi pada KBLI terdiri dari lima tingkat, tiap tingkat
Pembentukan sektor kadang-kadang hanya ditentukan oleh keseragaman dalam cara penggunaan satu komoditi tanpa memperhatikan
menunjukkan digit dan diberi kode nomor. Digit pertama menunjukkan sektor,
teknologi pembuatannya. Komoditi yang tergabung dalam sektor ini kadang-
digit kedua, ketiga, keempat dan kelima berturut-turut menunjukkan subsektor, golongan pokok, golongan dan subgolongan. Subgolongan
kadang mempunyai fisik yang sangat berbeda, begitu pula cara melakukan kegiatannya. Contohnya sektor buah-buahan terdiri dari berbagai jenis
merupakan kelompok terkecil yang masih mencapai tingkat homogenitas. Oleh karena klasifikasi tabel input-output didasarkan pada homogenitas
komoditi utama antara lain durian, semangka dan pepaya. Cara menanam durian dan semangka sudah barang tentu sangat berbeda, begitu pula sifat
komoditi atau aktivitas, maka pengambilan kelompok KBLI tidak hanya
fisiknya. Namun semua jenis komoditi buah-buahan dihimpun ke dalam
bertumpu pada salah satu tingkat, melainkan beranjak dari subsektor sampai ke subgolongan.
sektor yang sama. Hal ini terpaksa dilakukan untuk menghindari terlampau banyaknya jumlah sektor input-output.
Untuk penyusunan sektor-sektor pertanian pada umumnya digunakan sampai tingkat golongan. Sedangkan untuk sektor-sektor industri pengolahan
Beragamnya teknologi yang digunakan dalam suatu sektor akan menyebabkan koefisien teknis menjadi kurang akurat, sehingga matriks
digunakan sampai pada tingkat subgolongan. Sebagai contoh, golongan 01111 KBLI adalah pertanian padi dan dalam tabel input-output menjadi sektor padi (dalam tabel input-output Indonesia 2005 kodenya adalah 001).
pengganda yang dihasilkan juga menjadi kurang berdaya guna. Hal tersebut kerapkali tidak dapat dihindari, berhubung sangat banyaknya jenis komoditi
Sementara subgolongan 15321 (KBLI, industri tepung terigu) menjadi sektor industri tepung terigu (kode 058 dalam tabel input-output Indonesia 2005).
dalam suatu sektor, khususnya produk-produk industri manufaktur. Dalam sektor kosmetik, misalnya, terdapat ratusan jenis komoditi, begitu pula pada sektor kimia dasar, obat-obatan, tekstil, insektisida dan sebagainya.
c. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Komoditi
Di samping sektor-sektor seperti tersebut di atas yang mempunyai bermacam-macam teknologi, terdapat pula beberapa sektor yang amat biasanya
heterogen komoditinya baik sifat fisik maupun teknologi pembuatannya, yaitu sektor-sektor dengan sebutan perkebunan lainnya. Contohnya adalah sektor
menghasilkan satu jenis komoditi. Kalaupun hasilnya lebih dari satu jenis
hasil perkebunan lainnya terdiri dari berjenis komoditi seperti kakao, panili
Penggunaan
teknologi
tunggal
pada
proses
produksi
umumnya tidak mempunyai bobot yang sama dalam arti jika salah satu hasil
35
36
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
sirih, nilam dan lain-lain. Sifat fisik dan teknologi penanaman kakao jelas berbeda dengan panili, tetapi tetap dihimpun dalam satu sektor.
kecap, tahu atau tempe yang berdiri sendiri maka sektor industri pengolahan kedele tetap menjadi satu sektor.
d. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas
e. Klasifikasi Sektor Berdasarkan Aktivitas dan Komoditi
Hasil dari suatu kegiatan pada umumnya terdiri dari beberapa jenis komoditi, dan dalam proses produksinya sering kali menggunakan beberapa
Cara menentukan sesuatu sektor berdasarkan aktivitas dan komoditi dilakukan apabila peran dari keduanya adalah sama. Misalnya industri semen
teknologi. Kegiatan penyulingan minyak bisa dilakukan terhadap minyak bumi, minyak kayu putih, bahkan terhadap air. Teknologi yang digunakan
akan menghasilkan semen, sehingga semen dimunculkan menjadi sektor karena pertimbangan kegiatan dan sekaligus komoditi.
untuk penyulingan minyak bumi, jauh berbeda dengan teknologi penyulingan minyak kayu putih, begitu pula hasilnya amat berbeda baik sifat fisik maupun cara penggunaannya. Bandingkan misalnya kerosin sebagai hasil dari
f.
pengilangan minyak bumi dengan minyak kayu putih. Makna aktivitas ditinjau dari urutan proses lebih dekat dengan jenis kegiatan perusahaan/usaha (enterprise, establishment), sehingga
Barang-barang impor dikelompokkan ke dalam suatu sektor berdasarkan komoditi, selaras dengan komoditi-komoditi domestik. Sebagian komoditi
pembahasan tentang aktivitas selalu terkait dengan perusahaan. Produkproduk suatu perusahaan memang sangat beragam, namun tetap dapat
lainnya terdapat perbedaan-perbedaan. Pensil impor, misalnya, serupa dengan pensil dalam negeri, tetapi buah apel impor berbeda dengan buah
ditentukan jenis komoditi tertentu sebagai produk utamanya. Komoditi di luar produk utama harus dapat dipindahkan (transfer out) ke sektor lain sesuai
apel dalam negeri. Barang-barang impor dapat dikenali dengan mempelajari keterangan-
dengan jenis komoditinya. Sebagai contoh, yang dihasilkan pada perusahaan pupuk adalah pupuk, amoniak dan listrik. Dalam hal ini maka amoniak
keterangan pada klasifikasi HS, sedang barang-barang dalam negeri dikenali melalui KBLI/KKI. Berdasarkan matching klasifikasi-klasifikasi tersebut maka
ditransfer ke sektor amoniak dan listrik ditransfer ke sektor listrik, sehingga
barang-barang impor dapat ditentukan dalam sektor input-output tertentu.
perusahaan pupuk menjadi sektor tunggal yang hanya menghasilkan komoditi pupuk.
3.1.2
Bagi suatu kegiatan/perusahaan yang menghasilkan sejumlah komoditi dengan sifat fisik tidak serupa dengan produk utama sektor lain, maka tidak perlu dilakukan transfer out. Komoditi-komoditi itu tetap tergabung dalam
Klasifikasi Impor
impor, ditinjau dari segala aspek serupa dengan komoditi domestik, sebagian
Penaksiran Isian Sel Tabel Input-Output
Setelah klasifikasi sektor tabel input-output disusun, maka tahap kegiatan
sektor yang sama. Contohnya industri pengolahan kedele menghasilkan
berikutnya adalah mengisi sel-sel sesuai dengan kerangka tabel input-output. Untuk keperluan tersebut maka ada beberapa informasi yang diperlukan.
tauco, kecap, tahu, tempe dan oncom. Sepanjang tidak ada sektor tauco,
Untuk mengisi kuadran I dan III, misalnya, diperlukan data tentang output, input antara dan biaya primer (nilai tambah). Sedangkan untuk mengisi
37
38
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
kuadran III harus tersedia data tentang konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal termasuk perubahan inventori dan eksporimpor.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
di mana:
X i = output sektor i Pi = harga per unit produksi sektor i
Dalam praktek, seluruh data yang diperlukan tersebut tidak selalu tersedia secara lengkap. Oleh karena itu diperlukan penaksiran atau estimasi
Qi = kuantitas (jumlah) sektor i
agar semua sel tabel input-output dapat terisi. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas tentang prosedur estimasi sel-sel tabel input-output beserta
Namun demikian dalam praktek sering dijumpai masalah, yaitu jumlah (kuantitas) produksi tidak diketahui. Untuk mengatasinya diperlukan suatu
pengertiannya.
pendekatan dengan indikator produksi. Sebagai contoh, subsektor perikanan darat, terdapat indikator rata-rata produksi per bulan. Output perikanan darat
a. Output
dapat diperoleh dengan mengalikan produksi setahun (rata-rata produksi
Output adalah nilai dari seluruh produksi yang dihasilkan oleh sektor-
perbulan x bulan produksi) dengan harga tertimbang dari jenis ikan yang dibudidayakan. Secara lengkap metode estimasi penghitungan output setiap
sektor produksi di suatu wilayah pada periode waktu tertentu. Produk dalam hal ini mencakup seluruh produksi yang dihasilkan tanpa memperhatikan
sektor akan dibahas pada Bab 4. Produk yang dihasilkan oleh suatu sektor dapat dibedakan menjadi tiga
apakah produk tersebut terjual atau tidak dalam periode perhitungan. Output
jenis berdasarkan teknologi yang digunakan, yaitu produk utama, produk ikutan dan produk sampingan. Produk utama adalah hasil produksi yang
disebut sebagai output domestik karena hanya mencakup produksi dalam suatu wilayah, tanpa melihat pelaku ekonominya.
memiliki nilai atau kuantitas yang dominan di antara produk yang dihasilkan
Produksi pada dasarnya dapat dibedakan antara produksi barang dan produksi jasa. Sektor-sektor yang wujud produksinya berupa barang adalah
lainnya. Produk ikutan adalah hasil produksi yang terbentuk secara otomatis pada saat menghasilkan produk utamanya dengan menggunakan metode
sektor primer (pertanian, pertambangan dan penggalian) dan sektor sekunder (industri, listrik, gas dan air minum). Sedangkan untuk sektor-sektor yang
tunggal. Sedangkan produk sampingan adalah produk yang dihasilkan sejalan dengan produk utama tetapi menggunakan teknologi yang terpisah.
produksinya berwujud jasa sebagai sektor tersier yang antara lain mencakup
Misalnya, industri semen, untuk memenuhi kebutuhan listrik dan penciptaan outputnya, industri tersebut memproduksi listrik sendiri. Ada sebagian produk
kegiatan usaha perdagangan, pengangkutan, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintahan dan jasa-jasa lainnya. Oleh karena itu penghitungan
listrik yang dijual ke pihak lain, dan ini merupakan produk ikutan yang dalam
kedua wujud produksi tersebut memiliki ciri tersendiri. Untuk sektor-sektor produksi yang menghasilkan barang, penghitungan
penyusunan input-output akan tercakup ke dalam sektor listrik. Sementara penghitungan sektor-sektor yang produknya berupa jasa
outputnya dapat dirumuskan:
harus digunakan pendekatan lain, sebab tidak dengan mudah dapat dihitung banyaknya jasa yang dihasilkan berikut harganya. Pendekatan yang lazim
X i = Pi × Qi
digunakan untuk menghitung output dari sektor penghasil jasa adalah nilai jual dari jasa yang dihasilkan oleh masing-masing sektor. Jika pendekatan ini
39
40
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
dirasa masih sulit maka digunakan pendekatan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan jasa yang bersangkutan.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
c. Input Primer Input primer adalah balas jasa atas pemakaian input yang berupa faktor
b. Input Antara
produksi, terdiri dari tenaga kerja, tanah, modal dan kewiraswastaan. Input primer disebut juga nilai tambah bruto yang merupakan selisih antara output
Input antara adalah seluruh biaya yang dikeluarkan habis dalam proses produksi berupa bahan tidak tahan lama dan jasa. Barang dan jasa tersebut
dan input antara. Komponen input primer dalam penyajian tabel input-output adalah upah/gaji, surplus usaha, penyusutan barang modal dan pajak tak
dapat diperoleh dari produksi dalam negeri maupun impor. Barang tidak tahan lama berupa barang yang habis dalam sekali pakai atau barang yang
langsung neto. Pada dasarnya nilai tambah bruto yang diciptakan oleh setiap sektor ekonomi dalam tabel input-output adalah Produk Domestik
umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Sebagai contoh adalah bahan
Bruto (PDB) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) bila cakupan
baku, bahan penolong, jasa asuransi, jasa perusahaan dan sebagainya. Penilaian atas pembelian barang dan jasa yang digunakan sebagai input
wilayahnya regional. PDB/PDRB diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah sektoral dengan pajak penjualan impor dan bea masuk yang
antara dilakukan atas dasar harga pembeli, yaitu harga yang dibayarkan pada saat pembelian barang dan jasa tersebut.
sebenarnya merupakan bagian dari nilai tambah sektoral identik dengan PDB/PDRB maka penghitungannya ada beberapa pendekatan:
Dalam praktek penghitungan kita harus berhati-hati memisahkan biaya yang dikeluarkan oleh produsen, apakah termasuk dalam input antara, input primer atau pembentukan modal. Misalnya produsen memberi cuma-cuma
1. Menurut pendekatan produksi, yaitu jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit/produksi di suatu wilayah dalam
atau harga lebih rendah dari pasar kepada pegawainya, sepanjang pengeluaran tersebut untuk kesejahteraan pegawai dimasukkan sebagai
jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Pendekatan unit-unit produksinya adalah setiap sektor yang tercakup dalam klasifikasi sektor
balas jasa pegawai (upah dan gaji). Perbaikan ringan atas barang-barang modal dicatat sebagai input antara, sedangkan pengeluaran untuk perbaikan
tabel input-output.
berat atau rehabilitasi besar-besaran yang dapat memperpanjang usia
2. Menurut pendekatan pendapatan, merupakan jumlah balas jasa yang
pemakaian barang modal dikategorikan sebagai pembentukan modal bagi produsen. Secara rinci estimasi pengisian sel-sel pada struktur input antara
diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Komponen nilai tambah
sektoral akan dibahas bab 4. Struktur input antara di dalam kuadran I, tabel input-output dibentuk dari
dari pendekatan ini adalah upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan atas barang modal dan pajak tak langsung neto.
data/informasi yang diperoleh dari survei-survei yang dilakukan BPS maupun data penunjang lainnya. Di samping dari pendekatan survei, pembentukan
3. Menurut pendekatan pengeluaran, yaitu semua komponen permintaan
komposisi input suatu sektor diperoleh dengan metode tak langsung yang
akhir, seperti: a) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga
dibahas pada Bab V.
swasta yang tidak mencari untung, b) komsumsi pemerintah, c)
41
42
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
pembentukan modal tetap bruto, d) perubahan inventori dan e) ekspor neto, yaitu selisih ekspor dengan impor.
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
d.1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran
konsumsi
rumah
tangga
adalah
pengeluaran
yang
Pembahasan secara rinci masing-masing sektor akan dijelaskan pada bab 4.
dilakukan oleh rumah tangga untuk semua pembelian barang dan jasa dikurangi dengan penjualan neto barang bekas. Barang dan jasa dalam hal
d. Permintaan Akhir dan Impor
ini mencakup barang tahan lama dan barang tidak tahan lama kecuali pembelian rumah tempat tinggal. Pengeluaran konsumsi rumah tangga
Dalam tabel input-output, permintaan dikelompokkan menjadi 2 bagian,
mencakup konsumsi yang dilakukan di dalam dan di luar negeri. Untuk menjaga konsistensi data, maka konsumsi penduduk suatu negara yang
yaitu permintaan antara dan permintaan akhir. Permintaan antara adalah
dilakukan di luar negeri diperlakukan sebagai impor, sebaliknya konsumsi
permintaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang dan jasa lainnya. Jadi pengertian permintaan antara sebenarnya sama
oleh penduduk asing di wilayah negara tersebut diperlakukan sebagai ekspor.
dengan input antara, hanya berbeda dalam cara membacanya dalam tabel input-output. Permintaan antara adalah input yang dibaca menurut baris
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup juga pengeluaran yang dilakukan oleh lembaga swasta yang tidak mencari untung, seperti lembaga
dalam tabel input-output, atau menyatakan alokasi output yang digunakan
yang memberikan pelayanan sosial kepada masyarakat dan sejenisnya.
oleh sektor lain dalam proses produksi. Permintaan akhir adalah permintaan segala jenis barang dan jasa yang
d.2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
digunakan sebagai konsumsi akhir, atau dengan kata lain permintaan atas barang dan jasa bukan untuk proses produksi. Permintaan akhir terdiri dari
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup semua pengeluaran
pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Barang dan jasa yang
barang dan jasa untuk pelaksanaan kegiatan-kegiatan administrasi pemerintah dan pertahanan, baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat
tersedia untuk konsumsi permintaan akhir berasal dari dalam negeri
maupun pemerintah daerah. Pengeluaran konsumsi pemerintah terdiri dari
(domestik) dan impor. Dalam tabel input-output Indonesia impor merupakan bagian dari penyediaan (supply), bukan bagian dari permintaan akhir.
belanja pegawai, belanja barang bukan barang modal dan penyusutan. Pengeluaran pemerintah untuk keperluan militer baik berupa pengeluaran
Beberapa pengertian komponen-komponen permintaan akhir akan dijelaskan di bawah ini sebagai dasar pengisian sel-sel tabel input-output di
rutin maupun pengeluaran untuk barang-barang seperti pesawat terbang, peralatan perang dan bangunan juga merupakan bagian dari pengeluaran
kuadran II.
konsumsi pemerintah.
43
44
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
d.3 Pembentukan Modal Tetap
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
d.4 Perubahan Inventori
Pembentukan modal tetap meliputi pengadaan, pembuatan atau
Perubahan inventori merupakan selisih antara nilai inventori barang pada
pembelian barang-barang modal baru baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap
akhir tahun dengan nilai inventori pada awal tahun. Perubahan inventori dapat digolongkan menjadi:
yang dicakup hanyalah yang dilakukan oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai
1. Perubahan inventori barang jadi dan barang setengah jadi yang disimpan
berikut:
oleh produsen, termasuk perubahan jumlah ternak dan unggas dan barang-barang strategis yang merupakan cadangan nasional.
1. Barang modal baru dalam bentuk konstruksi, mesin-mesin, alat angkutan
2. Perubahan inventori bahan mentah dan bahan baku yang belum
dan perlengkapan, yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau lebih.
digunakan oleh produsen. 3. Perubahan inventori di sektor perdagangan, yang terdiri dari barang-
2. Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan meningkatkan produktivitas atau memperpanjang umur pemakaian. 3. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan
barang dagangan yang belum terjual. d.5 Eskpor dan Impor
areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras.
Ekspor dan impor meliputi transaksi barang dan jasa antara penduduk
4. Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk
suatu negara dengan penduduk negara lain. Transaksi tersebut terdiri dari ekspor dan impor untuk barang dagangan, jasa pengangkutan, komunikasi,
dipotong. 5. Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan
asuransi dan berbagai jasa lainnya. Transaksi ekspor mencakup juga pembelian langsung di dalam negeri oleh penduduk negara lain. Sebaliknya
transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak penguasaan hutan, hak
pembelian langsung di luar negeri oleh penduduk suatu negara dikategorikan
paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas.
sebagai transaksi impor. Transaksi ekspor barang dinyatakan dalam nilai free on board (f.o.b)
Dalam tabel input-output, isian pada kolom pembentukan modal tetap hanya menggambarkan komposisi barang-barang modal yang dihasilkan oleh
yaitu suatu nilai yang mencakup juga semua biaya angkutan di negara pengekspor, bea ekspor dan biaya pemuatan barang sampai ke kapal yang
sektor-sektor produksi dan tidak menunjukkan pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi.
akan mengangkutnya. Sedangkan transaksi impor dinyatakan atas dasar biaya pendaratan (landed cost) yang terdiri dari nilai cost insurance dan freight (c.i.f) ditambah dengan bea masuk dan pajak penjualan impor.
45
46
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
d.6 Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan
memproduksi barang itu tidak dimasukkan. Penjelasan lebih rinci akan dibahas dalam bab IV.
Arus barang dan jasa di antara sektor-sektor ekonomi dapat terjadi karena adanya transaksi antara produsen dan konsumen. Transaksi barang yang berlangsung tidak selalu langsung terjadi antara produsen dengan
3.1.3
konsumen, tetapi lebih banyak melalui perantara. Perantara transaksi dalam kegiatan ekonomi dikenal dengan kegiatan perdagangan baik pedagang
a. Dengan melakukan estimasi untuk setiap komponen, maka seluruh sel tabel input-output dapat terisi. Masalah yang tersisa adalah memeriksa
besar maupun eceran dan sektor pengangkutan. Pencatatan transaksi barang dan jasa dimaksudkan untuk menggambarkan arus barang dan jasa
konsistensi antar isi sel. Tabel input-output menuntut terpenuhinya hubungan:
sektoral sehingga dapat diketahui peranan dan kaitannya satu dengan yang
b. Jumlah penyediaan (output domestik ditambah impor) harus sama
lain. Dalam rangka penyusunan tabel input-output pencatatan transaksi tidak dilakukan melalui sektor perdagangan karena akan sulit mendapatkan
dengan jumlah permintaan (permintaan antara ditambah permintaan akhir)
gambaran antar sektor dengan jelas. Pencatatan dilakukan langsung terhadap sektor-sektor perekonomian, misalnya berapa besarnya produksi
c.
Rekonsiliasi
Jumlah output domestik (diperoleh dari informasi sepanjang baris) harus sama dengan jumlah input (input antara ditambah dengan input primer,
(output) yang dihasilkan dan berapa input antara yang berasal dari sektor lain
informasi sepanjang kolom).
atau sektor sendiri. Demikian pula berapa input primer yang diperlukan untuk menghasilkan output tersebut.
Jika kedua hubungan tersebut belum terpenuhi, maka harus dilakukan
Oleh karena tidak semua sektor melakukan transaksi langsung, tetapi melalui pedagang dan pengangkutan, maka transaksi barang dan jasa pada
penyesuaian terhadap isian masing-masing sel sampai hubungan tersebut dapat dipenuhi. Proses penyesuaian data inilah yang disebut sebagai
umumnya terjadi pada tingkat harga pasar (harga pembeli). Kegiatan sektor perdagangan dan pengangkutan dalam transaksi menciptakan adanya
rekonsiliasi dalam proses penyusunan tabel input-output. Uraian rinci tentang proses rekonsiliasi ini selanjutnya dapat diikuti dalam diskusi pada Bab IV.
margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Margin perdagangan dan biaya pengangkutan dalam tabel input-output sangat penting dalam hal mendapatkan tabel input-output atas harga pembeli maupun produsen.
3.2
Angka-angka atau nilai-nilai margin perdagangan dan biaya pengangkutan menunjukkan distribusi margin perdagangan dan biaya pengangkutan di
Sesuai dengan jenis data yang tersedia, maka penyusunan tabel inputoutput dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan langsung
setiap sektor ekonomi. Biaya pengangkutan yang dimaksud di sini hanyalah biaya untuk distribusi perdagangan barang dari satu sektor ke sektor lainnya.
dan pendekatan tidak langsung. Pendekatan langsung atau metode survei digunakan apabila seluruh data yang diperlukan dikumpulkan secara
Sedangkan
langsung melalui survei atau penelitian lapangan, sedangkan pendekatan
biaya
pengangkutan
yang
dikeluarkan
dalam
rangka
Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
tidak langsung atau metode non survei dan semi survei digunakan apabila
47
48
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
seluruh atau sebagian data yang diperlukan diperoleh dari suatu tabel inputoutput lain yang sudah ada. Diskusi ringkas dari masing-masing pendekatan
populasi atau rata-ratanya, namun informasi mengenai struktur/komposisi dari suatu variabel dapat diperoleh.
tersebut adalah sebagai berikut.
Dalam kaitannya dengan penyusunan tabel input-output dalam pembentukan unit-unit statistik biasanya digunakan metode non probability sampling atau dikenal sebagai "purposive sampling". Digunakan metode ini
3.2.1
Pendekatan Langsung (Metode Survei)
Penyusunan tabel input-output memerlukan informasi yang akurat
karena informasi yang ingin diperoleh adalah struktur input baik input antara maupun input primer dan indikator produksi guna estimasi output, tidak perlu
terutama dalam perolehan data pendukung pembentukan matriks kuadran I, II dan III tabel input-output. Salah satu metode guna mendapatkan data
pendugaan besarnya populasi. Sebagai contoh pemilihan sampel katakanlah sektor pertanian subsektor perikanan. Dalam pemilihan sampel dapat
dalam penyusunan tabel input-output adalah metode survei. Metode survei
ditentukan menjadi beberapa kelompok yaitu untuk jenis perikanan kolam,
adalah suatu cara perolehan/pengumpulan data/informasi dari populasi yang ada kemudian diambil beberapa sampel untuk diamati. Sampel yang diambil
tambak dan laut. Kemudian dari kelompok tersebut dipilih masing-masing unit sampel yaitu para nelayan/pengelola perikanan tersebut. Unit sampel bisa
tersebut kemudian diukur sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian. Dari sampel yang diperoleh kita berkeinginan untuk menduga parameter yang
sebagai perorangan maupun yang berbadan hukum. Masalah dalam survei ini adalah bila tidak ada kerangka sampel (sample frame) atau direktori dari
menjadi tujuan pengukuran, misalkan pendugaan terhadap populasi, rata-rata
banyaknya unit sampel di suatu wilayah pencacahan. Sehingga dalam
populasi atau proporsi suatu populasi. Mengapa digunakan metode survei daripada sensus mengingat bahwa dengan langkah ini akan didapatkan
penggantian sampel hanya digunakan alokasi secara subjektif, misalnya dengan unit sampel yang berdekatan dengan lokasi sampel terpilih. Tetapi dalam purposive sampling hal tersebut sah saja, karena tujuan utama adalah
informasi yang akurat dan terinci sesuai penelitian, biaya lebih murah, waktu pengukuran lebih cepat, tenaga pencacah sedikit dan terutama konsentrasi
melihat struktur input dan indikator produksi dalam kaitannya dengan
variabel-variabel yang diukur dapat diperoleh secara rinci dengan menggunakan sampel. Metode survei dapat digolongkan ke dalam dua metode, yaitu "probability
penyusunan tabel input-output. Guna menyusun struktur di dalam tabel inputoutput, BPS melakukan Survei Khusus Input Output (SKIO) dan non-SKIO
sampling" dan "non-probability sampling". Metode probability sampling
tahun kelipatan lima seperti input-output 1975, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, dan 2005 menggunakan SKIO sebagai dasar pembentukan matriks kuadran I
mendasarkan pada penentuan peluang (probabilitas) dalam pemilihan sampel, seperti "simple random sampling (SRS)", "stratified random sampling", "cluster sampling" dan lain sebagainya. Metode non-probability
sebagai data penunjang. Terutama dalam penyusunan tabel input-output
dan III tabel input-output. Aplikasi teknik penyusunan dengan metode ini akan dibahas lebih lanjut pada bab IV.
sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang tidak mendasarkan peluang dalam penentuan unit-unit sampel. Biasanya sebagai dasar pemilihan sampel digunakan indikator tertentu, misalnya output, capital, asset dan sebagainya. Di dalam metode ini kita tidak dapat menduga besarnya
49
50
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
3.2.2
Pendekatan Tak Langsung
Bab 3. Prosedur Umum dan Pendekatan Penyusunan Tabel Input-Output
Lagrangian, RECRAS dan RECRAS-Lagrangian. Metode yang sering digunakan dalam penyusunan input-output up-dating adalah RAS karena
Model input-output dapat diaplikasikan untuk menerangkan keadaan
lebih sederhana dari bentuk-bentuk yang lain. Penjelasan lebih jauh beserta
perekonomian suatu wilayah pada periode yang telah dan sedang, serta yang akan dijalani, jika data yang diperlukan tersedia. Masalahnya, biaya, waktu
aplikasinya akan diuraikan pada subbab 5.1.
dan personil yang diperlukan untuk penyusunan tabel input-output sangat mahal dan memerlukan waktu lama, sehingga penyajian tabel input-output
b. Metode Semi Survei
menjadi terlambat. Mengingat kendala yang ada tersebut maka ada metode tak langsung dalam pembentukan tabel input-output di samping metode
Di samping metode non-survei sebagai cara pendekatan penyusunan tabel input-output secara tak langsung, ada metode yang lebih unggul daya
langsung. Sehingga dengan metode tak langsung ini diharapkan dapat
akurasinya yaitu metode semi survei. Metode ini adalah gabungan antara
digunakan sebagai alternatif dalam rangka penyusunan tabel input-output dengan mengurangi kendala yang ada. Manfaat metode ini juga dapat
metode non-survei dengan survei, di mana data/informasi yang diperoleh akan mengisi sel-sel tertentu dalam kuadran I tabel input-output. Pada
menerangkan kegiatan ekonomi pada waktu yang sedang dan telah berlangsung, atau dapat digunakan untuk memprediksi keadaan ekonomi di
metode non-survei kadang-kadang terdapat komposisi/struktur input antara yang janggal akibat dari iterasi yang dilakukan. Dengan memasukkan
masa mendatang.
data/informasi baru ke dalam sel-sel kuadran I akan mengurangi atau
a. Metode Non-Survei
menghilangkan keanehan struktur input antara yang diperoleh. Bila metode non-survei digunakan metode RAS, kemudian dilakukan penambahan data
Metode ini digunakan biasanya dalam penyusunan tabel input-output updating (pemutakhiran), di mana dalam pengisian sel-sel tabel input-output
baru ke dalam input antara maka disebut sebagai metode RAS Modifikasi. Selanjutnya pendekatan penyusunan tabel input-output dengan menggunakan metode ini akan dijelaskan secara rinci pada Bab 5.
tidak menggunakan metode survei. Terutama dalam menduga matriks kuadran I atau matriks transaksi antar industri yang rumit dalam penyusunan komponen-komponennya, karena data tidak selalu tersedia. Oleh karena itu tujuan utama metode non-survei adalah menaksir dan memperbaiki koefisien input antara atau koefisien teknis (A) pada tahun tabel input-output disusun. Sedangkan pembentukan matriks di kuadran II (permintaan akhir) perolehan datanya relatif lebih mudah, misalnya data pendapatan nasional, data ekspor dan impor yang setiap tahunnya tersedia. Sebagai metode yang efektif dan tepat waktu dalam penyusunan tabel input-output, ada beberapa metode yang dikenal seperti RAS, RAS-
51
52
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara Bab ini dimaksudkan untuk menjelaskan teknik estimasi terhadap transaksi barang dan jasa yang terjadi antar sektor produksi. Pembahasan
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
4.1.1
Survei Khusus Input-Output (SKIO)
Survei ini dirancang secara spesifik untuk mengumpulkan informasi yang berupa output, susunan input dan beberapa jenis indikator. Daftar pertanyaan yang dicakup di dalam SKIO lebih diarahkan kepada unit-unit kegiatan usaha yang di dalam tabel input-output dikelompokkan menjadi sektor-sektor ekonomi sesuai dengan karakteristik produk utamanya. Hasil SKIO sampai saat ini lebih banyak digunakan untuk mengisi sel-sel matriks kuadran I (susunan input antara atau permintaan antara) dan matriks kuadran III (input primer).
didasarkan pada pendekatan penyusunan dengan metode langsung, yaitu estimasi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui survei. Seiring dengan
Masing-masing jenis daftar isian SKIO, secara umum, akan terdiri dari 3 blok utama, yaitu: Blok Indikator memuat pertanyaan mengenai jumlah
hal ini maka pembahasan akan mencakup survei yang diperlukan dan teknik
pekerja, jumlah bulan bekerja dan berbagai jenis indikator produksi sesuai dengan kegiatan lapangan usahanya; Blok Output memuat pertanyaan
estimasi terhadap output dan struktur input masing-masing sektor produksi. Dengan mengikuti uraian pada bab ini diharapkan proses estimasi kuadran I
mengenai jenis dan nilai produksi yang dihasilkan oleh suatu unit kegiatan
dan II tabel input-output dapat dilakukan dengan mudah Uraian pada bab ini bersama-sama dengan Bab 5 dan Bab 6 pada
usaha selama setahun. Output disini mencakup produksi utama, produksi ikutan serta produksi sampingan yang dihasilkan oleh unit kegiatan yang
dasarnya merupakan rangkaian proses penyusunan tabel input-output dengan pendekatan survei.
bersangkutan; Blok Pengeluaran memuat pertanyaan mengenai biaya produksi yang telah dikeluarkan selama setahun untuk menghasilkan output.
4.1
Secara garis besar komponen biaya antara dibedakan menjadi: biaya antara khusus yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan bahan baku utama
Survei yang Diperlukan
sesuai dengan karakteristik kegiatan usahanya, dan biaya antara lainnya Penyusunan tabel input-output dengan pendekatan metode langsung ditempuh dengan mempersiapkan data penunjang yang dikumpulkan melalui
yang merupakan pengeluaran untuk pengadaan berbagai jenis bahan penolong, seperti: biaya rekening listrik, bahan bakar, administrasi dan lain-
SKIO dan non-SKIO. Kedua jenis kegiatan survei tersebut masih harus diikuti lagi dengan kegiatan pengumpulan data sekunder lainnya yang biasanya
lainnya. Termasuk di dalam blok pengeluaran ini adalah komponen input primer yang terdiri dari pengeluaran untuk: upah dan gaji, surplus usaha,
digunakan untuk memperoleh estimasi output. Penjelasan berikut akan
penyusutan dan pajak tak langsung serta subsidi. Informasi yang dikumpulkan melalui SKIO memiliki beberapa tujuan
memberikan gambaran mengenai peranan mendapatkan beberapa data pokok, seperti: susunan input, struktur pengeluaran konsumsi rumahtangga
ganda, yaitu: (i) untuk sektor-sektor ekonomi yang data pendukung estimasi outputnya sudah tersedia, baik dari sumber-sumber di dalam maupun di luar
dan pembentukan modal sektoral.
53
54
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
BPS, SKIO lebih ditekankan sasarannya kepada upaya untuk mendapatkan estimasi susunan input (koefisien input), (ii) untuk sektor-sektor ekonomi yang
menggunakan data realisasi APBN dan APBD tingkat I serta Statistik Keuangan Daerah yang diolah dari daftar K1, K2 dan K3; Estimasi ekspor
data dasarnya lenperti indikator tentang jumlah dokter, jumlah notaris dan
sektoral menggunakan data Statistik Eskpor yang diolah dari dokumen
jumlah bioskop, SKIO lebih ditekankan kepada upaya untuk mendapatkan data mengenai output per jenis indikator, misalnya output per dokter dan
pemberitahuan ekspor barang (PEB); Kemudian estimasi impor sektoral menggunakan data Statistik Impor yang diolah dari dokumen PIUD;
output per gedung bioskop; (iii) untuk tahun dimana tabel input-output disusun, SKIO bisa dimanfaatkan sebagai pengganti survei khusus
Selanjutnya estimasi kolom pembentukan modal menggunakan data hasil survei khusus pembentukan modal (SKPM); Dan akhirnya estimasi
pendapatan nasional/regional yang setiap tahun dilaksanakan di daerah dalam rangka memperoleh struktur input untuk penghitungan produk
perubahan inventori menggunakan data dasar yang berasal dari berbagai sumber seperti: survei tahunan industri pengolahan besar/sedang dan survei
domestik regional bruto (PDRB).
pertambangan.
Pada tingkat nasional alokasi sampel SKIO ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek teknis berikut: penyebaran unit-unit
4.2
Estimasi Output dan Struktur Input Sektoral
kegiatan usaha di masing-masing region (provinsi) untuk sektor-sektor ekonomi yang akan disurvei, jenis indikator harga maupun produksi sektoral
4.2.1
Sektor Pertanian
yang sudah tersedia dari berbagai sumber di luar dan di lingkungan BPS, jika mungkin kegiatan SKIO (nasional) dapat diatur waktu pelaksanaannya sejalan dengan kebutuhan data pendukung untuk keperluan penyusunan
Sektor ini mencakup segala pengusahaan yang didapatkan dari alam dan merupakan benda atau barang biologis (hidup). Termasuk dalam kegiatan ini
tabel input-output regional.
adalah pengolahan lahan untuk bercocok tanam; memelihara ternak dan unggas; penebangan kayu; perburuan dan pengambilan hasil hutan lainnya;
4.1.2
serta usaha memelihara atau menangkap berbagai jenis ikan. Untuk kegiatan pengolahan sederhana seperti penumbukan beras; pembuatan gaplek; kopi
Non-SKIO
Yang dimaksud dengan non-SKIO adalah cara pengumpulan berbagai
olahan; kopra; gula merah; dan sebagainya tidak digolongkan dalam sektor
jenis data pendukung yang tidak melalui SKIO. Di dalam penyusunan tabel input-output, data yang diperoleh melalui jalur non-SKIO lebih banyak
ini tetapi dimasukkan ke dalam sektor Industri Pengolahan.
dimanfaatkan untuk estimasi komponen permintaan akhir dan impor yang mengisi matriks kuadran II di dalam format tabel input-output. Beberapa jenis
Adapun komoditi yang dihasilkan oleh sektor pertanian adalah:
sumber data yang dikumpulkan melalui non-SKIO untuk masing-masing komponen permintaan akhir adalah sebagai berikut: estimasi struktur pengeluaran
konsumsi
SUSENAS;
Estimasi
rumahtangga struktur
menggunakanerikut
pengeluaran
55
konsumsi
data
hasil
pemerintah
a. Komoditi hasil bercocok tanam, baik yang diusahakan oleh rakyat maupun perkebunan besar seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacangkacangan, sayur-sayuran, buah-buahan, karet, kelapa, coklat, kelapa sawit, kopi, teh, tembakau, tebu, rempah-rempah, tanaman serat dan sebagainya.
56
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
b. Hasil dari peternakan antara lain anak ternak dan pertambahan berat ternak yaitu sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik serta ternak lainnya,
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
angka produksi padi, palawija, sayur-sayuran dan buah-buahan. Sedang data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber publikasi harga di BPS. Karena
termasuk juga di sini telur dan susu segar.
tidak semua komoditi tersedia harga produsennya, maka dapat juga
Hasil dari kehutanan berupa segala jenis kayu tebangan, rotan, arang, bambu, getah-getahan, binatang liar hasil perburuan seperti buaya, rusa,
digunakan data Harga Perdagangan Besar, Harga Ekspor, Harga Eceran atau Harga Konsumen. Jika data harga yang tersedia bukan harga produsen
babi hutan, dan sebagainya. d. Hasil perikanan yaitu berupa segala macam ikan baik yang berasal dari
maka caranya mengestimasi output masing-masing sektor dengan cara mengalikan produksi dengan harga kemudian dikurangi margin perdagangan
hasil budi daya maupun hasil tangkapan dari laut atau perairan umum, termasuk juga disini adalah penggaraman dan pengeringan ikan.
dan biaya pengangkutan (TTM). Besarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan diperoleh dengan menggunakan persentase margin
c.
perdagangan dan biaya pengangkutan terhadap output masing-masing Dalam penyusunan tabel input-output 2005 semua kegiatan di atas terbagi dalam 34 sektor dengan pengelompokan sebagai berikut: Tanaman
sektor. Persentase ini diperoleh dari suatu survei khusus. Karena data produk ikutan/produk sampingan tidak tersedia maka untuk menghitungnya
Bahan Makanan mencakup 11 (sebelas) sektor; Perkebunan mencakup 13 (tigabelas) sektor; Peternakan mencakup 4 (empat) sektor; Kehutanan
digunakan persentase dari tabel input-output, atau melalui hasil Survei Khusus Input-Output (SKIO).
mencakup 2 (dua) sektor; Perikanan mencakup 3 (tiga) sektor dan jasa
Susunan input sektor pertanian dirinci atas input antara dan input primer.
pertanian 1 (satu sektor).
Input antara adalah seluruh biaya selain biaya faktor produksi yang dikeluarkan mulai dari mengolah tanah, menanam, memelihara, memanen
a. Tanaman Bahan Makanan
dan mengangkut hasil produksi ke gudang petani/tempat penjualan. Biaya antara disini misalnya bibit, pupuk, perbaikan saluran irigasi, obat-obatan,
Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 11 (sebelas) sektor meliputi Sektor Padi; Jagung; Ketela Pohon; Ubi Jalar, Umbi-
bahan-bahan atau alat-alatnya yang digunakan (bukan barang modal), sewa alat pertanian, bahan pengikat, pembungkus, biaya administrasi, biaya
Umbian lainnya, Kacang Tanah; Kedele; Kacang-kacangan Lainnya; Sayur-
pengangkutan dan lain sebagainya. Input primer adalah balas jasa faktor
sayuran; Buah-buahan; dan Padi-padian dan Bahan Makanan Lainnya. Tidak termasuk di dalamnya penumbukan beras dan pembuatan gaplek karena
produksi berupa upah tenaga kerja, surplus usaha, penyusutan serta pajak tak langsung neto. Data susunan input bersumber pada publikasi Struktur
sudah dimasukkan ke dalam Sektor Industri Pengolahan. Output diperoleh dengan menilai seluruh produksi yang dihasilkan atas
Ongkos Usaha Tani "Padi dan Palawija" (Survei Pertanian) BPS, serta survei khusus (SKIO) untuk komoditi selain padi dan palawija.
dasar harga produsen dengan cara mengalikan produksi baik produksi utama, produksi ikutan maupun produksi sampingan dengan harga produsen. Data produksi dapat diperoleh dari publikasi tahunan Produksi Padi dan Palawija Indonesia (Survei Pertanian) dari Badan Pusat Statistik berupa
57
58
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
b. Perkebunan Dalam
kelompok
output, kelompok ini dipecah menjadi 4 (empat) sektor meliputi Sektor Ternak dan Hasil-hasilnya kecuali Susu Segar; Susu Segar; Unggas dan Hasilini
mencakup
semua
jenis
kegiatan
tanaman
hasilnya; dan Hasil Pemeliharaan Hewan Lainnya.
perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan perkebunan. Tidak termasuk di dalamnya hasil-hasil olahan seperti kopi
Penghitungan produksi menggunakan tiga peubah yaitu pemotongan, kenaikan inventori dan ekspor neto dengan rumus banyaknya ternak/unggas
olahan, kopra, gula merah, teh olahan, karet asapan, karet remah, dsb, karena kegiatan ini sudah digolongkan dalam Industri Pengolahan. Dalam
yang dipotong ditambah selisih populasi dan selisih antara ekspor dan impor. Produksi ikutannya adalah pupuk kandang dan bulu. Sumber data diperoleh
penyusunan tabel input-output, kelompok perkebunan ini dipecah ke dalam 13 (tigabelas) sektor yaitu: Sektor Karet; Tebu; Kelapa; Kelapa Sawit; Hasil
dari Dirjen Peternakan Departemen Pertanian, berupa populasi ternak, pemotongan ternak, produksi telur dan susu segar. Angka ekspor dan impor
Tanaman Serat; Tembakau; Kopi; Teh; Cengkeh; Kakao; Jambu Mete; Hasil
diperoleh dari publikasi statistik ekspor dan impor BPS dan data harga
Perkebunan Lainnya; dan Hasil Pertanian Lainnya. Output diperoleh dengan cara mengalikan produksi dengan harga
diperoleh dari Harga Perdagangan Besar BPS. Estimasi output diperoleh dengan cara produksi dikalikan dengan harga dikurangi TTM. TTM berasal
kemudian dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM) jika harga produsennya tidak tersedia. Tetapi jika harga produsen tersedia cukup
dari survei khusus. Jika data tidak tersedia maka data dapat dilengkapi dengan melakukan survei khusus.
dengan mengalikan produksi dengan harga. Besarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM) diperoleh dari survei khusus. Susunan inputnya dapat berupa biaya bibit, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, bahan
d. Kehutanan
pengikat dan sebagainya. Data produksi dapat diperoleh dari Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian dan dari Bagian Statistik Perkebunan
Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah menjadi 2 (dua) sektor yaitu meliputi: Sektor Kayu dan Hasil Hutan Lainnya. Dalam
BPS. Jika terdapat data yang tidak tersedia seperti produk ikutan maka cara mengestimasi output dengan menggunakan suatu persentase yang diperoleh
sektor ini meliputi kegiatan penebangan kayu serta pengambilan getahgetahan dan akar-akaran. Hasil penebangan yang paling utama adalah kayu
dari SKIO. Data susunan input juga bersumber pada SKIO.
gelondongan sedangkan hasil penebangan lainnya adalah kayu bakar, rotan,
c. Peternakan
bambu dan sebagainya. Aktivitas bercocok tanam yang dilakukan di atas areal hutan yang merupakan tanaman tumpang sari tidak dimasukkan ke
Kelompok ini mencakup semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala
dalam kehutanan akan tetapi masuk dalam tanaman perkebunan. Kegiatan perburuan dimasukkan ke dalam hasil hutan lainnya yang meliputi kegiatan
jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang dilakukan oleh rakyat maupun
penangkapan/ perburuan binatang liar seperti buaya, babi hutan, biawak, menjangan dan harimau baik untuk dikonsumsi dagingnya maupun diambil
oleh perusahaan peternakan. Hasil-hasil peternakan meliputi anak-anak
kulit, bulu dan tulangnya. Penangkapan untuk pelestarian, manfaat
ternak, pertambahan berat, susu dan telur. Dalam penyusunan tabel input-
pengambilan sarang burung dihitung dalam hasil buruan lainnya.
59
60
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi yaitu mengalikan produksi dengan harga dikurangi TTM nya apabila harga produsennya tidak
Estimasi output diperoleh dari perkalian produksi dan harga dikurangi biaya pengangkutan dan margin perdagangan, karena harga yang tersedia
tersedia.
adalah harga perdagangan besar. Sedangkan susunan input antaranya
Susunan input antara untuk pengusahaan kayu tebang meliputi benih dan bibit pohon, bahan bakar dan pelumas, makanan dan pemeliharaan lain
adalah bibit dan pakan ikan, alat penangkapan ikan (misal: kail), pemeliharaan kolam, pemeliharaan kapal penangkap ikan, umpan, bahan
untuk binatang/hewan penarik, bahan-bahan untuk pemeliharaan dan perawatan jalan, peralatan tangan serta komponen-komponennya,
pembungkus dan pengikat, bahan bakar dan pelumas, bahan penolong (es batu), pupuk dan obat-obatan.
pembayaran untuk kontrak kerja serta jasa lainnya. Bila mesin-mesin dan hewan penarik yang digunakan tergabung dalam
4.2.2
Sektor Pertambangan dan Penggalian
pertanian/cocok tanam dan kehutanan atau bila terjadi ada satu perusahaan memiliki dua atau lebih aktivitas pertanian dan kehutanan maka susunan inputnya harus diproporsikan.
Ruang lingkup kegiatan pertambangan dan penggalian meliputi kegiatan penggalian, pemboran, penyaringan, pencucian, pemilihan, dan pengambilan
Untuk perburuan, penangkapan dan penangkaran binatang liar, input antara berupa amunisi perburuan, perbaikan peralatan berburu, perbaikan
segala macam barang tambang, mineral, dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Penambangan dan penggalian
kendaraan berburu. Susunan input diperoleh berdasarkan Survei Khusus
ini dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat
Input Output.
dan tujuan kegiatan ini adalah untuk menciptakan nilai guna barang tambang dan galian tersebut sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, atau
e. Perikanan
diproses lebih lanjut. Termasuk dalam sektor ini adalah kegiatan pembuatan garam kasar dengan cara menguapkan air laut.
Kelompok ini mencakup semua kegiatan penangkapan dan pembenihan, budi daya segala jenis ikan dan binatang air (seperti ikan tuna, ikan hiu,
Dalam penyusunan tabel input-output nasional, Sektor Pertambangan dan Penggalian dibagi atas 14 sektor yakni Batu Bara, Minyak Bumi, Gas dan
udang, kerang mutiara, ikan hias, dan lain-lain) baik di air tawar maupun di air
Panas Bumi, Bijih Timah, Bijih Nikel, Bijih Bauksit, Bijih Tembaga, Bijih Emas,
asin. Termasuk juga disini kegiatan pengambilan hasil-hasil binatang air, tidak termasuk disini kegiatan pemindangan ikan.
Bijih Perak, Bijih dan Pasir Besi, Barang Tambang Logam lainnya, Barang Tambang Mineral Bukan Logam, Garam Kasar dan Barang Galian Segala
Dalam penyusunan tabel input-output, kelompok ini dipecah ke dalam 3 (tiga) sektor meliputi sektor Ikan Laut dan Hasil Laut Lainnya; Ikan Darat dan
Jenis. Dalam penyusunan tabel input-output daerah (Provinsi/Kabupaten), pemecahan sektor Pertambangan dan Penggalian tergantung potensi barang
Hasil Perairan Darat; dan Udang. Hasil-hasil ikan yang dimaksudkan di sini seperti telur ikan, sirip ikan dan bibit ikan. Sumber data diperoleh dari
tambang dan penggalian yang tersedia di daerah tersebut. Karena biasanya suatu daerah belum tentu memiliki seluruh barang tambang atau galian yang
publikasi Statistik Perikanan oleh Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.
seperti disebutkan di atas.
61
62
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Estimasi output menggunakan pendekatan produksi dengan mengalikan produksi dengan harga. Data produksi dapat diperoleh dari Buku Laporan
tembakau, pembuatan kopra, gaplek & sagu serta penggaraman dan pengeringan ikan. Penyusunan tabel input-output sektor ini dipisahkan ke
Tahunan Pertambangan Indonesia yang diterbitkan oleh Departemen
dalam kelompok-kelompok komoditi (sebagai contoh dalam input-output
Pertambangan dan Energi, Survai Tahunan Perusahaan Pertambangan BPS dan sumber lain yang mungkin tersedia di daerah misalnya Daerah Dalam
tahun 2005 menjadi 92 sektor), dimana kilang minyak dan gas alam cair termasuk di dalamnya.
Angka atau data dari Kanwil Pertambangan dan Energi Daerah. Sedangkan data harga dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti Survei Tahunan
Penghitungan estimasi output dan nilai tambah untuk industri pengolahan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu estimasi output dan nilai tambah industri
Perusahaan Pertambangan BPS, publikasi Statistik Ekspor BPS, dan hasil Survei Khusus.
pengolahan non migas dan industri migas.
Susunan input dapat diturunkan dari Survei Khusus Input-Output (SKIO). Namun demikian, untuk beberapa komoditi, estimasi susunan inputnya dapat juga menggunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang
a. Industri Pengolahan Non-Migas Pada tahap awal penyusunannya, industri pengolahan nonmigas
masih tergabung dapat dirinci.
dibedakan ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu industri besar/sedang, kecil dan kerajinan rumah tangga. Dari masing-masing bagian tersebut dihitung baik
4.2.3
output maupun struktur inputnya untuk tiap-tiap sektor dalam klasifikasi sektor
Sektor Industri Pengolahan
Sektor industri pengolahan meliputi semua kegiatan produksi yang
input-output yang dikehendaki (dalam hal ini bisa 19, 66, atau 175 sektor, disesuaikan dengan kebutuhan).
bertujuan untuk meningkatkan mutu barang dan jasa. Proses produksinya dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi atau proses lainnya baik
Sumber data utama penyusunan sektor ini adalah dari hasil survei tahunan industri yang dilakukan oleh BPS baik untuk besar/sedang, kecil
menggunakan alat-alat sederhana maupun mesin-mesin. Proses tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan industri, perusahaan pertanian,
maupun kerajinan rumahtangga yang terdiri dari kelompok 5 digit KBLI sehingga perlu dilakukan pengelompokkan ke dalam klasifikasi sektor input-
pertambangan maupun perusahaan lainnya. Jasa-jasa yang sifatnya
output yang sama. Hal ini perlu dilakukan karena di dalam satu sektor input-
menunjang kegiatan sektor industri seperti jasa maklon, perbaikan kapal, kereta api dan pesawat terbang termasuk juga dalam sektor ini. Jasa
output biasanya terdiri dari beberapa kelompok 5 digit KBLI. Dari hasil pengolahan tersebut diperoleh output maupun inputnya, karena
perbaikan yang dicakup dalam sektor ini adalah perbaikan terhadap barang modal, baik yang dilakukan oleh perusahaan itu sendiri maupun oleh pihak
hasil survei tersebut sudah dalam bentuk nilai rupiah. Masalahnya dari hasil survei tersebut beberapa struktur inputnya masih dalam bentuk gabungan,
lain. Perbaikan mesin-mesin milik rumah tangga dan kendaraan bermotor tidak dicakup disini, tetapi dimasukkan ke dalam sektor jasa-jasa. Termasuk
tidak sesuai dengan klasifikasi sektor input-output, sebagai contoh alat-alat tulis kantor (ATK). Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut
juga di sini kegiatan pengolahan sederhana seperti pembuatan minyak
banyaknya sektor input-output yang mencakup ATK. Untuk memisahkan
nabati, gula merah, pengupasan & pembersihan biji-bijian, pengirisan
angka tersebut, biasanya digunakan indikator pemisah (berupa rasio-rasio)
63
64
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
yang diperoleh dari hasil SKIO sebelum proses penyusunan tabel inputoutput atau jika tidak ada bisa juga digunakan rasio-rasio dari tabel input-
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
produk utamanya (main characteristic product). Produk utama adalah produk
output yang sudah ada sebelumnya. Hal ini berlaku pula untuk pemecahan
yang nilai outputnya paling besar dibandingkan dengan nilai produk-produk lainnya yang dihasilkan oleh suatu establishment. Pada kenyataannya terlihat
struktur input lainnya yang sifatnya masih gabungan.
bahwa dalam satu establishment ternyata dapat menghasilkan beberapa
b. Industri Migas
jenis produk disamping produk utama tersebut. Dengan digunakannya pendekatan establishment tersebut mengakibatkan bahwa seluruh jenis komoditi yang dihasilkan oleh suatu establishment akan masuk ke dalam 5
Industri migas dalam tabel input-output hanya terdiri dari industri barangbarang hasil kilang minyak bumi dan gas alam cair. Bila dilihat dari
digit KBLI tertentu mengikuti produk utamanya. Oleh karena itu tidak tertutup kemungkinan bahwa produk lainnya di luar produk utama tersebut
komoditinya maka di Indonesia komoditi tersebut hanya dihasilkan oleh
mempunyai ciri produk yang tidak sesuai lagi dengan ciri produk utamanya.
Industri besar/sedang saja. Sumber data yang digunakan diperoleh dari Departemen Pertambangan & Energi, Pertamina dan Survei tahunan yang
Ada kemungkinan bahwa produk lainnya tersebut memiliki kode 5 digit KBLI yang berbeda dengan produk utama. Berdasarkan uraian di atas maka dapat
dilakukan oleh BPS. Output diperoleh dari perkalian antara kuantum dengan harga untuk
diperoleh suatu gambaran bahwa penyajian hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR yang dirinci menurut 5 digit KBLI belum secara murni
masing-masing komoditi seperti: avtur, avigas, premium, minyak tanah,
memperlihatkan identitas dari 5 digit KBLI tertentu, karena didalamnya masih
minyak diesel, minyak bakar, LPG, dan sebagainya untuk pengilangan minyak bumi serta gas alam cair (LNG) untuk pengilangan gas alam.
terdapat produk-produk di luar produk utama. Agar data hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR dapat digunakan untuk kebutuhan
Struktur input diperoleh dari pengolahan hasil survei tahunan yang dilakukan oleh BPS. Seperti halnya pada industri nonmigas, jika ditemukan
penyusunan tabel input-output perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut. Proses tersebut dilakukan dalam upaya untuk memilah-milah agar
struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama seperti pada penjelasan sebelumnya.
setiap komoditi baik produk utama maupun produk lainnya dapat dikelompokkan ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai. Langkah pertama yang dilakukan adalah pemberian kode 5 digit industri pada semua produk yang
c. Proses Transfer-out Transfer-in (TOTI)
dihasilkan (pengidentifikasian). Setelah proses identifikasi selesai, maka langkah selanjutnya adalah menggabungkan produk-produk tersebut ke
Penyusunan output dan struktur input industri besar/sedang, dan industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) untuk kelompok non migas
dalam kode KBLI yang sama, sehingga dalam proses ini akan terjadi pemindahan antar kode KBLI tersebut. Perpindahan tersebut bisa berupa
berdasarkan hasil survei tahunan industri. Survei tahunan industri tersebut dilakukan dengan pendekatan establishment, dan tabulasi akhirnya disajikan
proses keluar maupun masuk di dalam masing-masing kode KBLI utamanya. Didalam penyusunan tabel input-output proses tersebut secara keseluruhan
secara rinci menurut kelompok komoditi berdasarkan 5 digit KBLI. Penentuan suatu establishment masuk ke dalam 5 digit KBLI tertentu didasarkan kepada
disebut transfer-out transfer-in (TOTI). Proses TOTI tersebut tidak hanya
65
66
mencakup komponen outputnya saja, akan tetapi mencakup juga susunan
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
input untuk masing-masing komoditi baik input antara maupun input primer. Contoh berikut menjelaskan bagaimana proses TOTI dilakukan untuk
Tabel 4.1 Industri Pengalengan Sayuran dan Buah-buahan
masing-masing kelompok komoditi menurut 5 digit KBLI suatu jenis industri,
(kode KBLI 15131)
misalnya pengalengan sayuran dan buah-buahan (15131). Prosedur kerja yang akan dipakai didalam TOTI pada contoh ini adalah sebagai berikut:
Output
Kode
Nama Komoditi
KBLI
(2)
(3)
Input 1. Sumber data asli diperoleh dari survei tahunan industri besar/ sedang dan IKKR yang sudah disusun di dalam suatu neraca produksi yang disederhanakan sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 tersebut merupakan neraca produksi dari kegiatan industri pengalengan
(1) Biaya Antara
sayuran dan buah-buahan (kode 15131) yang menghasilkan 4 (empat) jenis komoditi, dimana dari 4 (empat) jenis tersebut sebenarnya hanya terdiri dari 2 (dua) jenis komoditi utama atau produk utama (sayuran dalam kaleng dan buah-buahan dalam kaleng yang betul-betul berkode
1. Sayuran dalam kaleng
15131
2. Buah-buahan dalam kaleng
15131
NTB
KBLI 15131) dan 2 (dua) jenis produk lain yang ternyata kode KBLInya
3. Coklat bubuk
berbeda. Sumber data dari input antara dalam proses produksi dan balas jasa faktor-faktor produksi (NTB) juga diperoleh berdasarkan survei yang
4. Sirop
sama.
Total Input
2. Dari produk-produk yang dihasilkan seperti pada butir 1 tersebut selanjutnya dilakukan identifikasi terhadap masing-masing komoditi menurut 5 digit KBLI. Berdasarkan pengidentifikasian tersebut dapat dilihat bahwa di dalam kode 15131 selain komoditi sayuran dalam kaleng dan buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama masih terdapat komoditi lain yang dihasilkan yaitu komoditi coklat bubuk masuk kode KBLI 15431 dan sirop dengan kode KBLI 15424. Hasil selengkapnya dari
Total Output
XXXXX
3. Setelah dilakukan pengidentifikasian dari kegiatan industri berkode KBLI 15131, ternyata kode KBLI 15131 tersebut produknya terdiri dari 3 (tiga) jenis kode KBLI yang berbeda. Oleh karena produknya terdiri dari 3 (tiga) jenis KBLI, maka tidak hanya pada outputnya saja yang dipisahkan tetapi termasuk juga input antara dan nilai tambah brutonya (lihat Tabel 4.2).
proses identifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.
67
15431 15424
68
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Tabel 4.2 Estimasi Output dan Susunan Input Menurut 5 Digit KBLI
Misalkan data dari tiga kelompok industri yang berkode 5 digit KBLI sebagai berikut 15131, 15432, 15541. Masing-masing kelompok industri
Kode KBLI
Uraian
Output
IA
NTB
Input
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
tersebut disamping mempunyai produk utama juga mempunyai produk sampingan. Proses awal yang akan dilakukan disini adalah memindahkan data asli tersebut ke dalam Lembar Kerja (LK 1) untuk masing-masing jenis
15131 15431 15424
Industri Pengalengan Sayuran dan Buahbuahan Industri Bubuk Coklat Industri Sirop
O1
IA1
NTB1
I1
kelompok 5 digit KBLI. Melalui LK 1 tersebut akan dilakukan proses
O2 O3
IA2 IA3
NTB2 NTB3
I2 I3
mengidentifikasi setiap jenis produksi yang dihasilkan oleh kelompok industri yang bersangkutan. Proses identifikasi tersebut dilakukan dengan memberi kode 5 digit KBLI untuk masing-masing jenis output yang dihasilkan dan
Oi
XXX
XXX
Ii
hasilnya dapat dilihat pada kolom 3 untuk setiap daftar LK 1. LK 1 : Industri Pengalengan Sayuran & Buah-buahan (15131)
Output sayuran dalam kaleng dan output buah-buahan dalam kaleng (lihat Tabel 4.2 kolom 2 dan kolom 3) termasuk dalam satu kode KBLI yaitu
Input (000 Rp)
Output Komoditi (000 Rp)
Kode KBLI
kode 15131 karena masih dalam komoditi yang sesuai dengan output
(1)
(2)
(3)
sebesar O1. Sedangkan output coklat bubuk sebesar O2 dan output sirop sebesar O3 tidak masuk pada kode KBLI 15131 lagi akan tetapi masuk pada kode KBLI yang lain. Kemudian input antara dan nilai tambah bruto (NTB) diperoleh dengan cara (salah satunya) proporsional terhadap besarnya output untuk masing-masing komoditi 5 digit KBLI tersebut. Dari output sebesar O1 diperoleh input antara sebesar IA1 dan nilai tambah bruto sebesar NTB1. Selengkapnya besarnya biaya antara dan nilai tambah bruto dapat dilihat pada Tabel 4.2 kolom 4 dan kolom 5. Agar diperoleh gambaran yang lebih jelas bagaimana proses TOTI dilakukan terhadap sumber data dari hasil survei tahunan industri besar/sedang dan IKKR, berikut ini diberikan contoh dengan menggunakan
Input Antara: 1.Buah-buahan 2.Sayuran 3 Gula Pasir 4. Ayam, daging, udang 5.Minyak goreng 6.Coklat biji 7.Bumbu 8.Lainnya (Selain bahan baku) Komponen Biaya Primer (NTB) Jumlah
15.822.000 33.310.685 323.000 246.700 615 10.500 4.500 68.446.000
1 Sayur kalengan 2. Buah-buahan Kalengan 3. Coklat bubuk 4. Sirop
15131
51.054.000 256.000 191.000
15131 15431 15424
193.236.000
XXXXX
75.072.000 193.236.000
Jumlah
data.
69
141.735.000
70
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
LK 1 : Industri makanan dari coklat dan kembang gula (31192)
Keterangan daftar LK 1 :
Input (000 Rp)
Output Komoditi (000 Rp)
Kode KBLI
(1)
(2)
(3)
Input Antara: 1. Coklat Biji 2. Gula Pasir 3. Coklat bubuk 4. Bahan Kimia 5. Lainnya (Selain bahan baku)
9.877.000 520.000 269.000 1.154.000 1.284.000
Komponen Biaya Primer (NTB)
1. Coklat segala jenis 2. Kembang gula kalengan
18.253.000 56.000
15432 15432
5.205.000
Jumlah
18.309.000
Jumlah
18.309.000
XXXXX
LK 1 : Industri minuman ringan (15541) Input (000 Rp)
Output Komoditi (000 Rp)
Kode KBLI
(1)
(2)
(3)
Input Antara: 1. Gula 2. Buah-buahan 3. A i r 4. Bahan Kimia 5. Lainnya (Selain bahan baku) Komponen Biaya Primer (NTB) Jumlah
5.339.000 1.750.000 25.000 4.318.000 3.505.000
1. Minuman ringan 2. Sirup 3. Selai (Jam)
15.410.000 7.225.000 150.000
15541 15424 15133
7.848.000 22.785.000
Jumlah
71
22.785.000 XXXXX
1. LK 1 ini merupakan neraca produksi yang telah disederhanakan dan datanya merupakan data asli hasil survei. 2. Susunan input yang digunakan dalam proses produksi industri berkode 15131, terlihat pada kolom 1. 3. Seluruh produk yang dihasilkan oleh kegiatan industri berkode 15131 yaitu sayur dalam kaleng, buah-buahan dalam kaleng sebagai produk utama dan coklat bubuk, sirup sebagai produk sampingan terlihat pada kolom 2. 4. Hasil identifikasi kedalam 5 digit KBLI dari output yang dihasilkan oleh kegiatan industri berkode 15131, dapat dilihat pada kolom 3. Penjelasan daftar LK 1 untuk jenis industri yang lain sama seperti keterangan pada daftar LK 1 untuk industri berkode 5 digit KBLI 15131. Proses selanjutnya setelah dilakukan identifikasi kode 5 digit KBLI untuk masing-masing jenis output adalah memisahkan ke dalam kelompok 5 digit KBLI dari masing-masing jenis output untuk setiap LK 1, yang kemudian digabungkan menurut 5 digit KBLI yang sesuai. Sehingga melalui proses ini akan dapat diperoleh output dan susunan input masing-masing jenis komoditi dengan kode 5 digit KBLI yang tunggal. Proses pemisahan dan penggabungan ini biasa disebut transfer-out transfer-in (TOTI). Agar lebih jelas bagaimana dilakukan proses transfer-out atau transfer-in, maka akan ditunjukkan proses tersebut dengan menggunakan daftar lembar kerja (LK). Melalui daftar LK 2 akan dilakukan proses transfer-out dari jenis industri yang menghasilkan produk sampingan yang sifatnya berbeda dengan produk utama. Proses transfer-out dilakukan dengan memindahkan produk sampingan dari jenis industri tersebut ke dalam kode 5 digit KBLI yang sesuai. Pemindahan ke dalam kode 5 digit yang sesuai tersebut tidak hanya pada outputnya, akan tetapi juga terhadap susunan inputnya. Susunan input dipindahkan dengan cara proporsional terhadap besarnya output masingmasing komoditi. Input yang diproporsionalkan adalah input yang masih gabungan dari seluruh input yang digunakan. Penjelasan mengenai bekerjanya daftar LK 2 ini akan diperlihatkan dengan menggunakan contoh
72
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
industri yang berkode 15131 (LK 2). Dari seluruh output coklat bubuk yang merupakan produk sampingan akan dipindahkan ke kode 15431, demikian juga sebagian input primernya dipindahkan ke kode 15431. Cara mendapatkan sebagian input primer adalah : Output coklat bubuk/output keseluruhan x input primer keseluruhan apabila dengan angka adalah : Rp 256 000/Rp 193 236 000 x Rp 75 072 000 = Rp 99 456 Begitu juga untuk mendapatkan susunan input yang lain dilakukan dengan cara yang sama. LK 2 : Industri pengalengan sayuran & buah-buahan (15131)
Uraian (1) Output 1. Sayur kalengan 2. Buah kalengan 3. Coklat bubuk 4. Sirop Jumlah Output Input 1. Buah-buahan 2. Sayuran 3. Gula pasir 4. Ayam, daging, dsj 5. Minyak goreng 6. Coklat biji 7. Bumbu 8. Lainnya (selain bh baku) 9. Komponen biaya primer Jumlah Input
15131 keluar ke:
15131 Data Asli (2)
141.735.000 51.054.000 256.000 191.000 193.236.000
15431
15424
(3)
(4)
256.000
191.000 191.000
256.000
15131 setelah transfer-output
141.735.000 51.054.000 0 0 192.789.000
146.045
116.477
15.822.000 33.310.685 322.681 246.700 615 0 4.500 68.183.478
75.072.000 193.236.000
99.456 256.000
74.203 191.000
74.898.341 192.789.000
73
10.500
Uraian
15432 Data asli
(1)
(2)
Keterangan :
Output 1. Coklat segala jenis 2. Kembang gula Jumlah
18,253,000 56,000 18,309,000
Input 1. Coklat biji 2. Gula pasir 3. Coklat bubuk 4. Bahan kimia 5. Lainnya (selain bh baku) 6. Komponen biaya primer Jumlah
9,877,000 520,000 269,000 1,154,000 1,284,000 5,205,000 18,309,000
(5)
15.822.000 33.310.685 323.000 246.700 615 10.500 4.500 68.446.000
320
LK 2 : Industri makanan dari coklat & kembang gula (15432)
Untuk kelompok industri 15432 setelah proses identitas di LK ternyata tidak terjadi proses transfer-out. Oleh karena itu untuk kelompok tersebut data pindahan dari LK 1 ke LK 2 tidak mengalami perubahan sama sekali.
LK 2 : Industri minuman ringan ( 15541 )
Uraian
(1)
15541 data asli
15133
15424
(2)
(3)
(4)
15541 pindah ke :
Output 1. Minuman ringan 2. Sirup 3. Selai (jam) Jumlah
15,410,000 7,225,000 150,000 22,785,000
Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. Lainnya (selain bh baku) 6. Komponen biaya primer Jumlah
5,339,000 1,750,000 25,000 4,318,000 3,505,000 7,848,000 22,785,000
74
150.000 150.000
35.148 11.521 28.427 23.239 51.666 150.000
15541 setelah transfer out (5)
0 7,225,000 7,225,000
15,410,000 0 0 15,410,000
1,692,968 554,916 7,927 1,369,214 1,111,417 2,488,558 7,225,000
3,610,884 1,183,564 17,073 2,920,359 2,370,345 5,307,776 15,410,000
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Setelah dilakukan proses transfer-out dengan menggunakan daftar LK 2, pekerjaan selanjutnya adalah melakukan proses transfer-in. Dengan
LK 3 : Industri Pelumatan Sayuran & Buah-buahan (15133)
menggunakan daftar LK 3 akan dilakukan proses transfer-in dari jenis industri yang mempunyai produk sampingan yang berbeda kode 5 digit KBLI dengan produk utama. Transfer-in akan terjadi apabila produk sampingan yang dihasilkan dari jenis industri tersebut akan masuk ke dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kode 5 digit KBLI sama. Pemindahan dari jenis industri lain ke dalam 5 digit KBLI yang sesuai tidak hanya pada outputnya saja, akan tetapi juga pada susunan inputnya. Cara memindahkan sebagian susunan inputnya disini sama dengan pemindahan susunan input yang dilakukan pada proses transfer-out. Hasil dari proses transfer-in dapat dilihat pada masing-masing LK 3 berikut ini. LK 3 : Industri Sirup (15424)
Uraian
(1)
15424 data asli (2)
15131
15541
15424 Setelah Transfer-in
(3)
(4)
(5)
15424 diterima dari
Output 1. Sirup Jumlah
0 0
191.000 191.000
7.225.000 7.225.000
7.416.000 7.416.000
Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. Lainnya 6. Biaya primer Jumlah
0 0 0 0 0 0 0
319
1.692.968 554.916 7.927 1.369.214 1.111.417 2.488.558 7.225.000
1.693.287 554.916 7.927 1.369.214 1.227.894 2.562.762 7.416.000
116.477 74.203 191.000
75
Uraian
15133 data asli
15133 terima dari 15541
15133 Setelah Transfer-in
(1)
(2)
(3)
(4)
Output 1. Selai (Jam) Jumlah
0 0
150.000 150.000
150.000 150.000
Input 1. Gula 2. Buah-buahan 3. Air 4. Bahan kimia 5. lainnya 6. Komponen biaya primer Jumlah
0 0 0 0 0 0 0
33.148 11.521 0 28.427 23.239 51.665 150.000
33.148 11.521 0 28.427 23.239 51.665 150.000
LK 3 : Industri Bubuk Coklat (15431)
Uraian
15431 data asli
15431 terima dari 15541
15431 Setelah Transfer-in
(1)
(2)
(3)
(4)
Output 1. Coklat bubuk Jumlah
0 0
256.000 256.000
256.000 256.000
Input 1. Coklat biji 2. Lainnya (selain bahan baku) 3. Komponen biaya primer Jumlah
0 0 0 0
10.500 146.045 99.455 256.000
10.500 146.045 99.455 256.000
76
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
LK 4: Sektor 052 (Buah-buahan & Sayuran Olahan dan Awetan)
1. LK 3 kode 5 digit KBLI 15424 yang muncul tersebut karena proses transfer-in. 2. Kelompok 5 digit KBLI 15424 ini mendapat pindahan produk sirup dari kelompok 5 digit KBLI 15131 (lihat kolom 3), juga menerima produk sirup
Uraian
15131
15133
Jumlah
dari kelompok 15541 (dapat dilihat pada kolom 4). Demikian juga
(1)
(2)
(3)
(4)
117.890.659 74.898.341 192.789.000
98.333 51.667 150.000
117.988.992 74.950.008 192.939.000
susunan inputnya sebagian dipindahkan ke sini. 3. Pada contoh ini kelompok 15424 tidak mengeluarkan produknya ke kode 5 digit KBLI yang lain.
Input Antara Input Primer Output
4. Hasil setelah terjadi transfer-in dari kelompok 5 digit KBLI 15424 dapat LK 4: Sektor 064
dilihat pada kolom 5. Pada kolom tersebut sudah dapat diperoleh
(Industri Coklat & Kembang Gula)
estimasi output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5 digit KBLI dari seluruh jenis komoditi.
Uraian
15431
15432
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
156.545 99.455 256.000
3.104.000 5.205.000 18.309.000
13.260.545 5.304.455 18.565.000
Berdasarkan contoh diatas maka dapat diperlihatkan melalui daftar LK 4 penggolongan output dan susunan input untuk masing-masing kelompok 5 digit KBLI ke dalam kode sektor INPUT-OUTPUT yang sesuai. Pada daftar
Input Antara Input Primer Output
LK 4 tersebut disajikan susunan hanya dalam bentuk agregatif (input antara dan input primer) sekedar untuk memperlihatkan bahwa output dan susunan
Lk 4: Sektor 071
input sektoral untuk tabel input-output sudah bisa disediakan melalui proses
(Minuman Tidak Beralkohol)
TOTI. Uraian
15424
15541
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
4 853 239 2 562 762 7 416 001
10.102.225 5.307.776 15.410.001
14.955.464 7.870.538 22.826.002
Input Antara Input Primer Output
77
78
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
4.2.4
Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih
Dalam penyusunan tabel input-output nasional biasanya sektor Listrik,
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Data harga listrik PLN dan Non-PLN dapat diperoleh dari salah satu sumber yaitu survei Tahunan BPS atau publikasi tahunan Statistik PLN yang diterbitkan oleh PLN.
Gas, dan Air Bersih dikelompokkan menjadi dua sektor yaitu sektor Listrik dan Gas dan sektor Air Bersih. Penggolongan sektor dalam rangka
Estimasi susunan input listrik PLN dan Non PLN dapat diperoleh langsung melalui SKIO. Namun demikian untuk memperoleh estimasi
penyusunan tabel input-output daerah dapat dilakukan sesuai kondisi/potensi ekonomi di masing-masing daerah. Uraian berikut ini menjelaskan bagaimana
susunan input listrik PLN dan Non PLN yang memasarkan listriknya langsung ke konsumen dapat juga digunakan hasil survei tahunan BPS, asalkan
penyusunan estimasi output dan struktur input untuk masing-masing komoditi.
komponen biaya yang masih tergabung dapat dirinci. Pemecahannya dapat digunakan SKIO tahun sebelumnya (tahun sebelum periode penyusunan tabel input-output).
a. Listrik
Melalui contoh berikut diperlihatkan bagaimana SKIO tahun sebelumnya digunakan untuk mengalokir susunan input listrik PLN dan Non PLN yang
Sektor listrik meliputi kegiatan pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik dengan tujuan untuk dijual. Di Indonesia kegiatan ini disamping
memasarkan listriknya langsung ke konsumen hasil survei tahunan BPS, sesuai dengan klasifikasi tabel input-output.
dilakukan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) dapat juga dilakukan
Dari Survei Tahunan BPS, dapat diperoleh output dan susunan input
oleh perusahaan Non-PLN seperti perusahaan pemerintah (BUMN dan BUMD), perusahaan swasta, koperasi, dan perorangan. Listrik Non-PLN
listrik PLN dan Non-PLN yang memasarkan listriknya melalui PLN seperti dapat dilihat pada Tabel 4.3.
meliputi produksi listrik perusahaan Non-PLN yang dijual ke PLN dan yang dijual langsung ke konsumen oleh perusahaan tersebut.
Dari Tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa biaya antara untuk jasa-jasa adalah sebesar Rp 52,0 miliar. Biaya antara jasa-jasa sebesar ini masih
Estimasi Output listrik meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan yang dicuri. Output listrik tersebut dihitung berdasarkan
sangat agregatif untuk digunakan dalam penyusunan tabel input-output. Untuk memecah biaya antara jasa-jasa tersebut dapat digunakan hasil SKIO
perkalian antara produksi dan harga per satuan produksi untuk masing-
tahun 2005.
masing listrik PLN dan Non-PLN. Untuk listrik PLN, ke dalam nilai outputnya masih harus ditambahkan lagi dengan pendapatan lainnya yang berupa margin yang diperoleh karena mendistribusikan listrik Non-PLN. Data produksi listrik PLN dan Non-PLN yang pemasarannya lewat PLN dapat diperoleh dari Survei Tahunan BPS. Sedangkan data produksi listrik Non-PLN yang pemasarannya tidak melalui PLN, seperti rumah tangga yang membangkitkan listrik dan menjualnya langsung ke konsumen, dapat diperoleh melalui Survei Khusus Input-Output.
79
80
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Tabel 4.3 Susunan Output dan Input Listrik PLN
Tabel 4.4 Lembar Kerja Pemecahan Input Antara Jasa-jasa untuk Menggunakan
Hasil Survei Tahunan BPS
Hasil SKIO (Juta Rp)
(Dalam Miliar Rupiah) SKIO Perincian
Nilai
(%)
(1)
(2)
(3)
Biaya Antara -
Bahan bakar dan pelumas
-
Alat tulis dan keperluan kantor
-
Suku cadang untuk perbaikan kecil
-
Pemeliharaan dan perbaikan kecil barang modal
-
Real estat, mesin, dan alat-alat
-
Jasa-jasa
-
Listrik hilang
Upah dan Gajih
-
Pajak Tak Langsung Neto
-
Penyusutan Barang Modal
3528,3
100,00
2420,8
68,61
3. Jasa Angkutan Kereta Api
533,9
43,48
4. Jasa Angkutan Jalan Raya
2. Jasa Perhotelan
12,5
0,36
5. Jasa Angkutan Laut
195,6
5,54
6. Jasa Angkutan Sungai dan Danau
104,2
2,95
7. Jasa Angkutan Udara
1,2
0,03
8. Jasa Penunjang Angkutan
52,0
1,47
9. Jasa Komunikasi
521,4
14,78
10. Jasa Bank dan Lembaga Keuangan
1107,5
31,39
11. Jasa Asuransi
257,3
7,29
12. Jasa Perusahaan
1,8
0,05
13. Jasa Pendidikan
530,8
15,05
14. Jasa Kesehatan
317,6
9,00
Lainnya
Biaya Primer (NTB) -
(1) 1. Jasa Restoran
Output
Surplus Usaha
15. Jasa Kemasyarakatan Lainnya Jumlah Jasa-jasa
Berdasarkan SKIO tahun 2005 dapat diperoleh rincian biaya jasa-jasa yang mengikuti klasifikasi tabel input-output dengan perincian seperti pada Tabel 4.4 berikut.
Nilai
(%)
Nilai Utk Tabel I-O
(2)
(3)
(4)
Komponen
75
1,75
910
300
6,98
3630
0
0,00
0
360
8,38
4358
0
0,00
0
125
2,91
1513
151
3,51
1825
20
0,47
244
276
6,42
3338
1350
31,42
16338
87
2,03
1056
1552
36,13
18788
0
0,00
0
0
0,00
0
0
0,00
0
4296
100,00
52000
Tabel 4.4 kolom (2) dan (3) diturunkan dari hasil pengolahan SKIO dengan mengambil rincian-rincian yang berkaitan dengan biaya antara jasajasa. Kemudian dengan mengalikan nilai biaya antara jasa-jasa sebesar Rp
81
82
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
52,0 miliar (lihat tabel 4.3) dengan koefisien input antara jasa-jasa (Tabel 4.4 kolom 3) diperoleh rincian susunan input biaya antara jasa-jasa sektor listrik.
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
c. Air Bersih
Estimasi output dan struktur input listrik Non-PLN yang memasarkan
Sektor Air Bersih meliputi kegiatan penjernihan, penampungan dan
listriknya langsung ke konsumen dapat diperoleh dari hasil survei tahunan industri besar/sedang khusus listrik Non-PLN yang dibangkitkan oleh
pendistribusian air bersih secara langsung melalui pipa atau mobil tangki dengan tujuan untuk dijual. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air
perusahaan industri. Sedangkan estimasi output dan struktur input listrik Non PLN yang dibangkitkan oleh perusahaan yang bukan industri, rumah tangga,
Bersih (PAM) maupun bukan PAM. Output sektor Air Bersih merupakan perkalian antara produksi dengan
dan koperasi yang memasarkan listriknya langsung ke konsumen, dapat diperoleh melalui SKIO.
harga. Data produksi dan harga sektor Air Bersih dapat diperoleh dari survei tahunan BPS.
Output dan struktur input listrik Non PLN yang memasarkan listriknya
Estimasi susunan input Air Bersih dapat diperoleh dari SKIO atau hasil
langsung ke konsumen diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input perusahaan industri, perusahaan bukan industri, rumah tangga, dan
Survei Tahunan BPS, asalkan komponen biaya yang masih tergabung dapat dirinci. Pemecahannya dapat menggunakan SKIO tahun sebelumnya seperti
koperasi. Demikian pula untuk mendapatkan output dan struktur input sektor listrik
yang dicontohkan pada komoditi listrik.
diperoleh dengan menjumlahkan output dan struktur input listrik PLN dan Non
4.2.5
Kontruksi
PLN. Sektor konstruksi adalah suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa b. Gas Sektor gas mencakup kegiatan penyediaan serta penyaluran gas untuk keperluan bahan bakar rumah tangga, industri, rumah sakit, hotel, dan
bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya. Kegiatan di sektor ini dapat dilakukan oleh kontraktor umum (General Contractor) dan kontraktor khusus (Special Contractor) termasuk pula kegiatan konstruksi
sebagainya. Di Indonesia kegiatan usaha ini hanya dilakukan oleh Perum
yang dilakukan oleh perseorangan/individu.
Gas Negara. Gas yang dihasilkan oleh sektor ini meliputi gas batu bara, gas minyak, dan gas campur yang diperoleh dari proses pembakaran batu bara,
Pengertian kontraktor umum adalah perusahaan-perusahaan yang melaksanakan pekerjaan kontruksi baik untuk pihak lain atau untuk keperluan
minyak bumi, dan cracking. Bersama dengan proses tersebut dihasilkan produk ikutan berupa ter, kokas, dan minyak ter, Mulai tahun 1991 bahan
sendiri. Sedangkan kontraktor khusus adalah perusahaan/unit usaha yang biasanya hanya mengerjakan sebagian dari satu pekerjaan proyek atas dasar
baku gas yang digunakan adalah gas alam tanpa produk ikutan. Output sektor Gas dihitung berdasarkan perkalian antara produksi
suatu kontrak dengan pihak lain, Contoh: Pekerjaan pembuatan fondasi yang dilakukan oleh PT Franky Fondation dan pekerjaan pemasangan alat
dengan harga, Data produksi dan harga diperoleh dari survei Tahunan BPS.
pendingin ruangan (AC).
83
84
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Output sektor konstruksi adalah nilai pekerjaan yang telah dilakukan selama satu tahun kalender (Januari-Desember) tanpa melihat apakah
Tabel 4.5 Alokasi Output Konstruksi Menggunakan Indikator Survei AKI dan Non AKI
konstruksi tersebut sudah seluruhnya jadi atau belum pada tahun tersebut. Pada penyusunan tabel input-output Indonesia, sektor konstruksi dibedakan menjadi 5 sektor utama yaitu Bangunan tempat tinggal dan bukan
Survei AKI dan Non AKI
tempat tinggal; Prasarana pertanian; Jalan/jembatan dan pelabuhan; Bangunan instalasi listrik, gas, air bersih, dan komunikasi; serta Konstruksi
Perincian
lainnya. Estimasi output total masih dapat diperoleh melalui cara lazim yang telah
(1)
ada, yaitu pendekatan produksi. Pendekatan produksi ini lebih dikenal dengan metode pendekatan arus barang (Commodity Flow Approach) yaitu
1. Bangunan Tempat tinggal dan
suatu metode pendugaan output sektor konstruksi berdasarkan input yang diperoleh dari sektor lain. Untuk mendapatkan pemecahan output total sesuai dengan klasifikasi tabel input-output di atas, digunakan indikator yang
Bukan Tempat tinggal 3. Jalan,
jembatan,
(3)
(4)
10.27
3150.130
6026833
36.23
11.112.260
1106223
6.65
2.039.180
901525
5.42
1.663.980
16.634.939
100,00
30.671.450
air Bersih, dan komunikasi 5. Bangunan lainnya
4.2.6
(2)
1708503
dan
pelabuhan
Total
%
41.43
4. Bangunan instalasi listrik, gas,
AKI dan Non AKI dapat memecah output total menjadi output sektor-sektor menurut klasifikasi tabel input-output.
Nilai
6891855
2. Prasarana Pertanian
tersedia, misalnya hasil Survei Tahunan Perusahaan Konstruksi AKI (Asosiasi Konstruksi Indonesia) dan Non AKI yang dilakukan BPS. Tabel di bawah ini memperlihatkan contoh bagaimana indikator survei
Output
12705900
Perdagangan, Restoran dan Hotel
a. Sektor Perdagangan Sektor perdagangan mencakup kegiatan pengumpulan dan pendistribusian barang baru maupun bekas, oleh para pedagang. Pendistribusian tersebut dimulai dari tangan produsen (untuk produk dalam negeri) dan importir (untuk produk impor) sampai ke tangan konsumen tanpa merubah sifat dari barang tersebut. Produsen atau importir yang dimaksud disini adalah penyedia/pemasok (supplier) pertama pada suatu periode. Sedangkan konsumen adalah pemakai/pengguna barang tersebut yang
85
86
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
terdiri dari sektor-sektor produksi, rumah tangga, lembaga nirlaba, pemerintah, pembentukan modal, inventori dan ekspor. Termasuk di sini kegiatan pedagang perantara, agen dan bagian pemasaran dari yang menghasilkan produk (barang) yang diperdagangkan tersebut. Menurut fungsi dan tujuannya perdagangan dibedakan ke dalam 2 jenis kegiatan, yaitu perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar umumnya melayani penjualan dalam jumlah besar (grosir) sedangkan perdagangan eceran dalam jumlah kecil. Pembeli pada pedagang eceran umumnya adalah rumah tangga sedangkan pembeli pada pedagang besar umumnya pedagang eceran, pedagang besar lainnya, perusahaan, instansi pemerintah dan lembaga nirlaba. Barang yang siap untuk diperdagangkan meliputi barang baru maupun barang bekas yang berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun luar negeri (impor). Output perdagangan merupakan jumlah margin dari nilai barang yang diperdagangkan. Perhitungan output ini dilakukan dengan melakukan pendekatan arus barang, yaitu total nilai barang yang diperdagangkan dikalikan dengan rasio margin perdagangan. Data mengenai total nilai barang diperdagangkan yang berasal dari produk domestik diperoleh dari hasil estimasi output masing-masing komoditi, sedangkan yang berasal dari produk impor diperoleh dari statistik impor (BPS). Sedangkan data mengenai rasio margin perdagangan baik untuk produk domestik maupun impor diperoleh dari survei khusus. Struktur input kegiatan perdagangan antara lain meliputi pengeluaran untuk bahan pembungkus dan pengepakan, biaya promosi dan periklanan, sewa tempat, perlengkapan tulis menulis, listrik dan telepon, biaya pos dan pengiriman, iuran dan retribusi, biaya pegawai, pajak dan pengeluaran lainnya. Sumber data yang digunakan berasal dari SKIO, dimana dari hasil pengolahan survei tersebut akan diperoleh data rasio masing-masing komponen input terhadap total pendapatan/pengeluarannya. Dalam tabel input-output sektor perdagangan mendapatkan perlakuan khusus, yaitu sektor perdagangan dianggap tidak membeli atau menjual
barang, tetapi dianggap sebagai penyedia pelayanan penyaluran. Akibatnya dalam tabel input-output diperlihatkan bahwa arus produksi seolah-olah bergerak dari sektor produsen langsung ke sektor pemakai dan konsumen akhir.
87
88
b. Sektor Restoran dan Hotel Kegiatan restoran mencakup kegiatan penyediaan makanan dan bersihan jadi untuk dikonsumsi dengan jalan menghidangkan di tempat penjualan (dikonsumsi langsung) atau tidak di tempat (dibawa pergi). Cara penjualannya bisa dilakukan pada suatu tempat tertentu secara menetap maupun dijajakan secara berkeliling. Contoh kegiatan ini antara lain restoran, warung, kafe, rumah makan, kantin, katering (jasa boga) dan sejenisnya. Termasuk disini kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang merupakan satu-satuan kegiatan usaha atau usaha sampingan pada perusahaan. Kegiatan penyediaan makanan dan bersihan yang bersifat menunjang usaha utama dan pada umumnya biayanya sudah termasuk dalam tarif per satuan hasil utamanya, tidak termasuk dalam kegiatan restoran tetapi dimasukkan ke dalam kegiatan utamanya, seperti perhotelan, angkutan bus malam, penerbangan, pengangkutan laut dan sejenisnya. Output restoran diperoleh dengan cara mengalikan tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Data jumlah tenaga kerja diperoleh dari Sensus Penduduk atau Survei Angkatan Kerja Nasional, sedangkan rata-rata output per tenaga kerjanya dari Survei Khusus Input Output (SKIO). Struktur input kegiatan restoran antara lain produk pertanian seperti jagung, kacangkacangan, buah-buahan, sayur-sayuran, rempah-rempah, produk peternakan, kayu bakar, arang, ikan segar, hasil laut lainnya, bahan bakar, daging dan ikan olahan, produk dari susu, buah-buahan dan sayur-sayuran dalam kaleng, minyak goreng, beras, tepung terigu dan sejenisnya, produk mie dan sejenisnya, gula, teh, kopi, produk bersihan lainnya, kecap dan produk kedelai lainnya, alat dan obat-obatan pembersih, bahan-bahan yang
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
terbuat dari tekstil, bahan pembungkus dan pengikat, peralatan makanan yang terbuat dari plastik dan kertas, biaya perjalanan, biaya pengangkutan, pengeluaran perbaikan barang modal yang bersifat reguler, biaya pengiriman, rekening telekomunikasi, biaya bank, real estat, jasa profesi, penyewaan alatalat, biaya promosi dan periklanan, pengeluaran pendidikan, honorarium artis/penghibur, dan sebagainya, Sumber data struktur input berasal dari SKIO. Melalui hasil pengolahan SKIO diperoleh data rasio dari masingmasing komponen input terhadap total pendapatan/pengeluaran. Kegiatan hotel mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan satu atau sebagian dari bangunan sebagai tempat penginapan, atas dasar suatu pembayaran, Kegiatan perhotelan yang tujuannya hanya untuk melayani anggota dari suatu organisasi tertentu, dan usahanya tidak bersifat komersial tidak dicakup disini, disamping data mengenai kegiatan tersebut sulit diperoleh. Termasuk di sini kegiatan penyediaan makanan dan bersihan serta fasilitas lain yang disediakan bagi tamu yang menginap. Fasilitas-fasilitas yang disediakan seperti kolam renang, fasilitas olah raga, penjemputan, discotique/bar dan sebagainya merupakan satu-satuan usaha yang sulit untuk dipisahkan dari kegiatan perhotelan. Tidak termasuk di sini kegiatan yang merupakan usaha sampingan penginapan yang berdiri sendiri dan datanya dapat dipisahkan, seperti usaha perparkiran, penyewaan ruang perkantoran, penyelenggaraan rapat/pesta dan sebagainya. Output perhotelan diperoleh dengan mengalikan jumlah kamar yang tersedia dikalikan dengan tingkat pengisian (load factor) dikali dengan ratarata output per kamar. Data mengenai jumlah kamar yang tersedia diperoleh dari Publikasi Statistik Pariwisata (BPS) dan Dirjen Pariwisata. Data mengenai rata-rata output per kamar diperoleh dari SKIO. Struktur input kegiatan hotel antara lain meliputi biaya pemeliharaan dan perbaikan, rekening listrik dan air bersih, seragam, bunga dan tanaman hias, promosi dan periklanan, biaya telekomunikasi, jasa informasi, bahan dan alat
pembersih, barang dari tekstil, dan sebagainya. Sumber data struktur input diperoleh dari hasil pengolahan SKIO.
89
90
4.2.7
Pengangkutan dan Komunikasi
a. Sektor Angkutan Kereta Api Kegiatan ini meliputi pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan jasa kereta api, yang sepenuhnya dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia secara monopoli. Dalam prakteknya, PT. Kereta Api Indonesia hanya beroperasi di pulau Jawa dan Sumatera saja, sehingga untuk di daerah atau pulau lainnya tidak ada jasa angkutan kereta api. Output kegiatan ini diperoleh dari penjumlahan hasil penjualan karcis dan kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan pengangkutan kereta api yang bersumber dari laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia. Sedangkan struktur inputnya antara lain meliputi biaya bahan bakar, bensin, pelumas dan sejenisnya, biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin kereta api, biaya alat tulis kantor, biaya listrik dan telepon, biaya pegawai dan biaya sewa. Struktur input ini diperoleh berdasarkan pengolahan laporan keuangan PT. Kereta Api Indonesia. b. Sektor Angkutan Jalan Raya Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk disini kegiatan lainnya seperti charter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan usaha dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang, perbaikan dan pemeliharaan.
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Output sektor jalan raya diperoleh berdasarkan perkalian antara jumlah armada dengan rata-rata output per armada untuk masing-masing jenis angkutan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar minyak dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perawatan kendaraan yang sifatnya rutin, pembelian ban dan spare parts, biaya pegawai, pembayaran retribusi dan pajak kendaraan. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data mengenai jumlah armada angkutan jalan raya diperoleh dari DLLAJR (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya), sedangkan data mengenai rata-rata output per kendaraan dan rasio struktur input diperoleh dari hasil survei khusus. c. Sektor Angkutan Laut Kegiatan yang dicakup disini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal-kapal pelayaran nusantara/pelayaran antar pulau dan pelayaran samudera. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, dimana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang dari kegiatan induknya. Data tersebut sulit untuk dipisahkan, misalnya tangker-tangker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di dalam negeri, kapal milik perusahaan penangkapan ikan dan angkutan khusus lainnya. Output sektor ini diperoleh dengan mengalikan jumlah barang dan penumpang yang diangkut dengan rata-rata output per barang dan penumpang. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pelabuhan, biaya pegawai, perlengkapan ABK, suplai kapal, biaya alat tulis kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output.
91
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Data mengenai jumlah barang dan penumpang yang diangkut diperoleh dari Departemen Perhubungan. Sedangkan data mengenai rata-rata output barang dan penumpang serta rasio struktur input diperoleh dari hasil survei khusus. d. Sektor Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk juga disini kegiatan penyewaan/ charter kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lain yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti pelabuhan sungai, perbaikan dan pemeliharaan kapal, baik yang dilakukan di bawah satu satuan usaha dengan angkutan sungai maupun secara terpisah. Output diperoleh dengan cara mengalikan indikator produksi (jumlah armada) dengan indikator harga (rata-rata output per armada) yang terdiri dari angkutan sungai dan danau serta penyeberangan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pelabuhan, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data mengenai jumlah armada kapal baik yang bermotor maupun tidak bermotor dapat diperoleh dari PT ASDP. Sedangkan data mengenai rata-rata output per kapal serta struktur inputnya diperoleh dari hasil survei khusus. e. Sektor Angkutan Udara Sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan nasional. Tidak termasuk disini kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum.
92
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Output angkutan udara merupakan jumlah penerimaan perusahaan angkutan udara di daerah tersebut baik yang mempunyai klasifikasi operasi berjadwal maupun tidak berjadwal (charter). Struktur inputnya antara lain meliputi biaya tenaga kerja, pembelian bahan bakar dan pelumas, biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin, biaya hanggar, biaya asuransi pesawat, biaya stasiun dan fasilitas penerbangan, biaya pelayanan, promosi dan penjualan, serta biaya umum dan administrasi. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio struktur input dengan output. Data output serta rasio struktur input diperoleh dari hasil pengolahan Survei Angkutan Udara, BPS. f.
Sektor Jasa Penunjang Angkutan
Kegiatan yang dicakup di sini adalah kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa terminal dan parkir, pelabuhan laut, sungai dan udara, bongkar muat, pergudangan, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi muatan kapal laut dan udara, serta jalan tol. Pada umumnya output dari kegiatan-kegiatan ini diperkirakan berdasarkan pendekatan produksi yaitu perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga. Untuk kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dilakukan pendekatan produksi, maka dilakukan pendekatan institusi yaitu berdasarkan pengolahan laporan keuangan dari perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam kegiatan tersebut, seperti pelabuhan laut dan keagenan. Struktur inputnya antara lain mencakup pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor, biaya listrik dan telepon, biaya retribusi dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh berdasarkan perkalian antara output dengan rasio struktur input yang diperoleh dari hasil survei khusus. Pada dasarnya sektor pengangkutan ditujukan untuk penumpang, angkutan barang dagangan dan angkutan barang bukan dagangan (barang
93
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
milik sendiri). Dalam tabel input-output, angkutan untuk barang dagangan diperlakukan khusus seperti sektor perdagangan. g. Sektor Komunikasi Sektor ini terdiri atas dua kegiatan utama yaitu Pos dan Giro serta Telekomunikasi. Pos dan Giro meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos. Termasuk disini pemberian jasa kepada pihak ketiga seperti jasa giro, jasa tabungan, pemungutan iuran radio dan televisi dan lain-lainnya yang diusahakan oleh PT Pos Indonesia. Sedangkan telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon dan telex yang diusahakan oleh PT Telekomunikasi, PT Indosat dan operator swasta lainnya. Output sektor ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan pos dan giro serta telekomunikasi yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan komunikasi. Struktur inputnya antara lain meliputi pembelian bahan bakar, pembelian pelumas, biaya perawatan dan pemeliharaan rutin, biaya pegawai, biaya alat tulis kantor, biaya pos dan giro, biaya sewa, biaya listrik dan telepon dan pembayaran pajak. Struktur input ini diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan ketiga perusahaan tersebut.
4.2.8
Sektor Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya
Kegiatan sektor bank dan lembaga keuangan lainnya mencakup usaha perbankan dan moneter, lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang lembaga keuangan, dan usaha persewaan bangunan dan tanah. Cakupan dari masing-masing sektor tersebut adalah sebagai berikut:
94
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
a. Usaha Perbankan dan Moneter Usaha Jasa Perbankan dan Moneter adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Kegiatan yang dicakup dalam subsektor ini meliputi; menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito, memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang, membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga, dan sebagainya. Dilihat dari segi fungsinya perusahaan Bank dapat merupakan Bank Sentral, Bank Umum, Bank Devisa, Bank Pembangunan, Bank Tabungan dan Bank Desa. Sedangkan jika ditinjau dari segi kepemilikannya dapat merupakan Bank Pemerintah, Bank Swasta Nasional dan Bank Asing, serta kalau ditinjau dari segi penciptaan uang giral dikenal dua jenis bank yaitu: a. Bank Primer adalah bank yang dapat menciptakan uang giral, dan yang tergolong dalam bank primer yaitu Bank Sentral (yang dapat menciptakan kredit dalam bentuk uang kertas dan uang giral) dan Bank Umum (yang dapat menciptakan uang giral). b. Bank Sekunder adalah Bank yang bertugas sebagai perantara dalam menyalurkan kredit. Yang tergolong dalam bank sekunder adalah Bank Tabungan dan Bank-bank lainnya (Bank Pembangunan dan Bank Hipotik) yang tidak menciptakan uang giral.
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
OUTPUT. Angka gabungan tersebut harus dipisahkan menurut banyaknya sektor INPUT-OUTPUT yang mencakup dalam struktur input. Untuk memisahkan angka gabungan tersebut biasanya digunakan indikator pemisah (dapat berupa rasio-rasio) yang diperoleh dari hasil SKIO. Output sektor Bank pada dasarnya bersumber pada Bank Indonesia, namun dalam penghitungan output tersebut tidak menutup kemungkinan adanya transfer in dan transfer out dari dan ke sektor lain. Pada umumnya transfer in dan transfer out dilakukan baik untuk output maupun inputnya. Hal yang sering terjadi pada sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya adalah transfer out ke sektor Real estat dan tanah, sedangkan transfer in yang biasa terjadi masih pada sub sektor Bank dan lembaga keuangan lainnya. Contohnya :
Kegiatan Dana Pensiun 1. Pendapatan operasional : - Bunga deposito a - Bunga obligasi b - Bunga surat berharga lainnya c - Bunga pinjaman dari anggota d - Dividen e - Jasa giro f - Lainnya g 2. Pendapatan non operasional: - Pendapatan dari usaha persewaan: - Bangunan / Gedung h - Kendaraan I - Mesin dan peralatannya (komputer, scanner, dan sebagainya) j - Selisih kurs k
Output dari usaha jasa perbankan meliputi penerimaan provisi dan komisi, penerimaan neto dari transaksi devisa, pendapatan operasional lainnya serta imputasi jasa pelayanan bank. Data perbankan, baik output maupun struktur inputnya diperoleh langsung dari Bank Indonesia. Masalahnya, beberapa struktur input data yang diperoleh dari Bank Indonesia ada masih gabungan, belum sesuai dengan klasifikasi sektor INPUT-
Dari kegiatan tersebut diatas bahwa yang termasuk dalam output Dana Pensiun adalah pendapatan operasional (rincian a s/d g), sedangkan
95
96
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
pendapatan non operasionalnya harus diperlakukan sebagai transfer out ke sektor lainnya, yaitu: -
Pendapatan dari usaha persewaan bangunan/gedung (rincian h) harus ditransfer out ke sektor Real estat dan tanah. Pendapatan dari usaha persewaan kendaraan (rincian i) harus ditransfer out ke sektor jasa perusahaan. Pendapatan dari usaha persewaan mesin dan peralatannya (rincian j) harus ditransfer ke sektor jasa perusahaan. Pendapatan dari selisih kurs (rincian k) harus ditransfer ke sektor jasa penunjang keuangan (pedagang valuta asing).
b. Lembaga Keuangan Bukan Bank Mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun, Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit). Usaha Jasa Asuransi, mencakup asuransi jiwa dan asuransi bukan jiwa, termasuk asuransi kerugian dan asuransi sosial yang dikelola oleh PT Taspen, Perum Asabri, PT Astek, dan sejenisnya (broker asuransi, adjuster asuransi). Asuransi adalah salah satu jenis lembaga keuangan yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya kerugian finansial terhadap sesuatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah/kecelakaan atas barang atau orang tersebut (termasuk tunjangan hari tua), sehingga mengakibatkan hancur/rusaknya barang atau mengakibatkan terjadinya kematian. Asuransi Jiwa adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko kematian, kecelakaan atau sakit, termasuk juga jaminan hari tua/masa depan pihak tertanggung dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya
97
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
sudah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Kerugian adalah usaha perasuransian yang khusus menanggung resiko atas kerugian, kehilangan atau kerusakan harta milik/benda termasuk juga tanggung jawab hukum pada pihak ketiga yang mungkin terjadi terhadap benda/ harta milik tertanggung karena sebab-sebab tertentu dengan suatu nilai pertanggungan yang besarnya telah ditentukan dan disetujui oleh kedua belah pihak yang dicantumkan dalam surat perjanjian. Asuransi Sosial adalah usaha perasuransian yang mencakup usaha asuransi jiwa dan bukan jiwa (kerugian) yang dibentuk pemerintah berdasarkan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antara pihak asuransi dengan seluruh/ segolongan masyarakat untuk tujuan sosial. Pihak asuransi akan menerima/menampung sejumlah iuran/sumbangan wajib dari masyarakat yang menggunakan jasa pelayanan umum, seperti; jasa angkutan, jasa kesehatan, jasa/pelayanan terhadap pemilik kendaraan bermotor dan pelayanan hari tua. Output dari kegiatan asuransi merupakan rekapitulasi dari output asuransi jiwa, asuransi bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi kerugian, serta broker asuransi). Data output kegiatan usaha jasa asuransi diperoleh dari Departemen Keuangan yang berupa data Laporan Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, Namun secara teoritis perhitungan output asuransi adalah sebagai berikut: Asuransi Jiwa outputnya adalah premi dikurangi klaim dikurangi selisih cadangan aktuaria. Untuk praktisnya cadangan aktuaria ini dianggap sama dengan cadangan premi, oleh karena perusahaan asuransi seringkali mengasuransikan kembali premi yang diterima ke perusahaan reasuransi maka pengertian premi dan klaim di atas dalam bentuk nilai neto, sehingga: Output = Premi neto - (klaim neto + cadangan aktuaria) Berdasarkan data yang tersedia, konsep output ini ekivalen dengan Surplus Underwriting untuk asuransi jiwa dan Reasuransi Umum. Sedangkan
98
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
untuk asuransi sosial (Taspen, Asabri, Astek, Askes dan sejenisnya), data surplus underwriting tidak tersedia dan apabila rumus output diatas yang digunakan akan diperoleh nilai negatif. Untuk itu output asuransi sosial dianggap sama dengan premi neto dikurangi klaim neto. Perkiraan penghitungan output asuransi bukan jiwa yang meliputi asuransi kredit (Askrindo), asuransi dan reasuransi kerugian, broker asuransi adalah: Output asuransi kredit = jumlah premi neto - klaim neto Output broker asuransi = jumlah komisi yang diterima Premi yang diterima oleh broker asuransi tidak dimasukkan sebagai bagian output, karena premi tersebut sudah tercermin dalam premi yang diterima asuransi lain yang mengadakan kontrak dengan broker asuransi. Sedangkan ouput asuransi dan reasuransi kerugian adalah surplus underwriting + hasil lainnya. Struktur input dari usaha jasa asuransi diperoleh dari pengolahan terhadap data yang bersumber pada Departemen Keuangan berupa Laporan Tahunan Kegiatan Perasuransian di Indonesia, dan jika masih ditemukan struktur input yang sifatnya masih gabungan maka cara pemecahannya sama seperti pada penjelasan sebelumnya (lihat penjelasan pada usaha perbankan). Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun, yang dikelompokkan ke dalam dua bentuk program pensiun yaitu: a. Program pensiun manfaat pasti, yaitu program pensiun yang manfaatnya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lainnya yang bukan merupakan program pensiun iuran pasti. b. Program pensiun iuran pasti, yaitu program pensiun yang iurannya ditetapkan dalam peraturan dana pensiun, dan seluruh iuran serta hasil
99
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai manfaat pensiun. Manfaat Pensiun adalah pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat peserta pensiun dan dengan cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun. Manfaat pensiun terdiri dari manfaat pensiun normal, manfaat pensiun dipercepat, manfaat pensiun cacat dan manfaat pensiun ditunda. Jenis dana pensiun dibedakan menjadi dua yaitu: a. Dana Pensiun Pemberi Kerja dan b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Output dan struktur input dari kegiatan Dana Pensiun diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) kegiatan tersebut. Pegadaian, mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang, yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman dan hemat kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai negeri ekonomi lemah. Tujuannya tidak lain untuk pencegahan praktek ijon, pegadaian gelap, riba dan pinjaman tidak wajar lainnya. Kegiatan utamanya adalah memberikan pinjaman uang kepada segolongan masyarakat dengan menerima jaminan barang bergerak. Besarnya pinjaman sesuai dengan nilai barang jaminan yang diserahkan pihak peminjam tanpa syarat apapun mengenai penggunaan dananya Output dan struktur input dari kegiatan Pegadaian diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) Perum Pegadaian.
100
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan azas kekeluargaan, dan berdasarkan pada Undang-undang Nomor 12 tahun 1967. Koperasi dibagi menjadi dua yaitu: koperasi perkotaan (Non KUD) dan koperasi pedesaan (KUD). Pembagian ini umumnya didasarkan pada wilayah kerjanya. Dalam penghitungan output koperasi simpan pinjam diperoleh dengan mengalikan indikator produksi (banyaknya koperasi simpan pinjam) dan indikator harga (rata-rata output per koperasi) dimana datanya diperoleh dari Direktorat Jenderal Koperasi dan hasil SKIO. Sedangkan struktur input diperoleh dari hasil pengolahan survei khusus input output. Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Pengelolaan sumber pembiayaan pembangunan diarahkan untuk dapat lebih menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Lembaga pembiayaan ini mencakup kegiatan Sewa Guna Usaha, Modal Ventura, Anjak Piutang, Kartu Kredit dan Pembiayaan Konsumen. Output dan struktur input lembaga pembiayaan ini diperoleh dari Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan).
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
Pedagang Valuta Asing adalah suatu badan usaha/perusahaan yang memperoleh izin dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi (jual-beli) valuta asing dan membeli travel-check. Perusahaan tersebut tidak boleh melakukan pengiriman uang dan menagih sendiri keluar negeri. Pasar Modal adalah tempat atau sistem yang mempertemukan penjual dan pembeli modal/dana jangka panjang. Modal yang diperjual belikan itu secara konkrit diwakili oleh bentuk-bentuk efek (surat berharga). Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker adalah perusahaan perantara perdagangan efek yang berperan mempertemukan antara penjual dan pembeli efek, menyediakan informasi bagi kepentingan para pemodal, memberikan saran kepada para pemodal dan lain-lain. Perusahaan yang bertindak sebagai perantara perdagangan efek dapat dilakukan oleh perorangan atau institusi badan hukum.
Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya (Perantara Perdagangan Efek/Pialang/Broker, Adjuster (Penilai), Underwriter (Penjamin Emisi), LKPP (Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan), Manajer Investasi, Penasehat Investasi, Reksa Dana (Investment Fund), Biro Administrasi Efek, Tempat Penitipan Harta atau Custodian, dan sejenisnya.
Underwriter (Penjamin Emisi) adalah perusahaan yang menjamin penjualan seluruh efek yang diemisikan, baik saham maupun obligasi. Adjuster (Perusahaan Penilai) adalah suatu lembaga yang berfungsi menilai kewajaran harta kekayaan emiten. Penilaian khususnya meliputi tanah, bangunan, mesin-mesin, dan sarana pelengkap lainnya. Disamping itu juga meneliti apakah harta kekayaan tersebut digunakan sesuai dengan tujuan semula serta mempunyai manfaat secara teknis dan ekonomis. Lembaga Kliring Penyelesaian dan Penyimpanan adalah suatu lembaga yang menyelenggarakan kliring dan penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk jasa nasabah, termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun atau bank dalam usaha perbankan yang diizinkan. Penasehat Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya memberi nasehat, membuat analisa, dan membuat laporan mengenai efek tak terkecuali kepada sekurang-kurangnya 15 (lima belas) pihak lain tetapi tidak termasuk: a) Penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, wakil penjamin
101
102
Jasa Penunjang Lembaga Keuangan
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
emisi efek atau wakil perantara pedagang efek, b) Pihak penyelenggara perusahaan yang kegiataannya bukan dalam bidang efek, c) Setiap profesi yang tidak memerlukan izin usaha sebagai penasehat investasi. Biro Administrasi Efek (BAE) adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten secara teratur menyediakan jasa-jasa melaksanakan pembukuan, transfer dan pencatatan, pembayaran dividen, pembagian hak opsi, emisi sertifikat atau laporan tahunan untuk emiten. Reksa Dana (Investment Fund) adalah emiten yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali atau perdagangan efek. Tempat Penitipan Harta atau Custodian adalah perusahaan yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak. Output dari pedagang valuta asing merupakan selisih penjualan valuta asing dengan pembelian valuta asing. Adapun output dari kegiatan-kegiatan lainnya pada umumnya merupakan nilai dari jasa yang diberikan kepada pihak lain. Sumber data jasa penunjang lembaga keuangan lainnya seperti pedagang valuta asing bersumber pada Bank Indonesia, Pasar modal bersumber dari BEI (Bursa Efek Indonesia), BPI (Bursa Paralel Indonesia) dan Bapepam. Sedangkan untuk penyusunan struktur input diperoleh dari sumber data masing-masing kegiatan. c. Usaha Real Estat dan Tanah Usaha real estat dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil. Output untuk real estat tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara pengeluaran konsumsi rumah tangga perkapita untuk sewa rumah, kontrak rumah, sewa beli rumah dinas, perkiraan sewa rumah, pajak dan
103
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
pemeliharaan rumah dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Data usaha real estat tempat tinggal diperoleh berdasarkan hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) dan hasil Sensus Penduduk (SP). Sedangkan output usaha real estat bukan tempat tinggal diperoleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja dengan rata-rata ouput per tenaga kerja, yang datanya diperoleh dari hasil SKIO dan Sensus Penduduk (SP). Output real estat bukan tempat tinggal juga dapat diperoleh dari hasil perkalian antara banyaknya perusahaan dengan rata-rata output per perusahaan, yang datanya dapat diperoleh dari asosiasi atau instansi terkait (perusahaan REI) dan dari hasil SKIO. Untuk struktur input pada usaha real estat tempat tinggal dan bangunan bukan tempat tinggal diperoleh dari hasil SKIO. Dalam klasifikasi sektor tabel input output yang termasuk dalam klasifikasi sektor jasa bank dan lembaga keuangan lainnya adalah kegiatan bank, lembaga keuangan bukan bank tidak termasuk asuransi seperti dana pensiun, pegadaian, koperasi simpan pinjam dan lembaga pembiayaan (sewa guna usaha, modal ventura, anjak piutang, pembiayaan konsumen dan kartu kredit), serta kegiatan jasa penunjang lembaga keuangan seperti pedagang valuta asing, pasar modal dan jasa penunjangnya. Sedangkan kegiatan asuransi yang meliputi asuransi jiwa, asuransi kerugian dan asuransi sosial digolongkan dalam klasifikasi sektor jasa asuransi. Begitu juga dengan kegiatan usaha persewaan bangunan dan tanah baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran, pertokoan serta usaha persewaan tanah persil digolongkan dalam klasifikasi sektor real estat dan tanah. 4.2.9
Sektor Jasa-jasa
Sektor Jasa-jasa mencakup kegiatan usaha jasa perusahaan, jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, dan jasa perorangan
104
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
dan rumah tangga. Adapun cakupan dari masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
tambang/pencarian bijih logam untuk pertambangan dan jasa penyelidikan dan sejenisnya.
a. Usaha Jasa Perusahaan
Jasa Periklanan dan Riset Pemasaran adalah suatu kegiatan usaha yang memberikan pelayanan kepada pihak lain (perusahaan/perseorangan) dalam bentuk pembuatan dan pemasangan iklan, yang bertujuan untuk menyampaikan informasi, membujuk dan mengingatkan kepada konsumen tentang produk dari suatu perusahaan/usaha serta dalam penyampaiannya dapat melalui berbagai media massa seperti: audio visual (TV, bioskop), radio, halaman surat kabar/majalah, poster dan sebagainya. Jasa Persewaan Mesin dan Peralatan adalah usaha persewaan mesin dan peralatannya untuk keperluan pertanian, pertambangan dan ladang minyak, industri pengolahan, konstruksi, penjualan dan mesin-mesin keperluan kantor.
Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyajian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan, Semua jasa ini biasanya diberikan berdasarkan sejumlah bayaran atau kontrak. Jasa Hukum (Advokat/pengacara, Notaris), yang dimaksud dengan Advokat/pengacara adalah ahli hukum yang berwenang bertindak sebagai penasehat atau pembela perkara dalam pengadilan, baik perkara pidana maupun perdata. Sedangkan Notaris adalah orang yang ditunjuk dan diberi kuasa (oleh Departemen Kehakiman) untuk mensyahkan dan menyaksikan berbagai surat perjanjian, akte dan sebagainya. Jasa Akuntansi dan Pembukuan adalah usaha jasa pengurusan tata buku dan pemeriksaan pembukuan termasuk juga jasa pengolahan data dan tabulasi yang merupakan bagian dari jasa akuntansi dan pembukuan. Jasa Pengolahan dan Penyajian Data adalah usaha jasa pengolahan dan penyajian data yang bersifat umum baik secara elektronik komputer maupun manual atas dasar balas jasa atau kontrak, termasuk didalamnya adalah jasa komputer programing dan sebagainya yang ada hubungannya dengan kegiatan komputer. Jasa Bangunan, Arsitek dan Teknik adalah usaha jasa konsultasi bangunan arsitek/perancang bangunan, jasa survei geologi, penyelidikan
105
Output jasa perusahaan diperoleh dari perkalian antara indikator produksi (jumlah perusahaan atau tenaga kerja) dengan indikator harga (rata-rata output per perusahaan atau rata-rata ouput per tenaga kerja). Struktur input diperoleh dari hasil survei (SKIO). Data jumlah perusahaan diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi. Perusahaan (asosiasi) seperti Ikatan Akuntan Indonesia, Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo), Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI) dan sejenisnya, serta jumlah tenaga kerja diperoleh dari hasil Sensus Penduduk (SP). b. Jasa Sosial dan Kemasyarakatan Meliputi jasa pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan, panti wreda, yayasan pemeliharaan anak cacat/YPAC, rumah ibadat dan sejenisnya, baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Output jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil perkalian antara masing-masing indikator produksi seperti jumlah murid menurut
106
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
jenjang pendidikan, jumlah tempat tidur rumah sakit, jumlah dokter, jumlah anak yang diasuh, jumlah orang lanjut usia yang dirawat, jumlah anak cacad yang dirawat dengan rata-rata output per masing-masing indikator. Struktur input sektor jasa sosial dan kemasyarakatan diperoleh dari hasil survei (SKIO), sedangkan data produksi diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Laporan Kegiatan Palang Merah Indonesia, Nota Keuangan dan RAPBN, BPS (Susenas, Sensus Penduduk) serta beberapa sumber lainnya. c. Jasa Hiburan dan Kebudayaan Meliputi kegiatan produksi dan distribusi film komersial dan dokumenter untuk kepentingan pemerintah serta reproduksi film video, jasa bioskop dan panggung hiburan, studio radio, perpustakaan, museum, kebun binatang, gedung olah raga, kolam renang, klab malam, taman hiburan, studio televisi dan stasiun pemancar radio yang dikelola oleh swasta maupun pemerintah. Output kegiatan produksi film diperoleh dari perkalian antara jumlah film yang diproduksi dengan rata-rata output per film, Output kegiatan distribusi film diperoleh dari perkalian antara rasio biaya sewa film dengan output bioskop, sedangkan output bioskop diperoleh dari perkalian antara jumlah penonton dengan rata-rata output per penonton. Output panggung hiburan/kesenian dihitung berdasarkan pembagian antara pajak tontonan yang diterima pemerintah dengan rasio pajak tontonan, kemudian dikurangi dengan output bioskop. Output untuk jasa hiburan dan rekreasi lainnya pada umumnya didasarkan pada hasil perkalian antara jumlah perusahaan dan jumlah tenaga kerja masing-masing dengan rata-rata outputnya. Struktur input pada kegiatan ini didasarkan pada hasil survei (SKIO), sedangkan indikator produksi untuk jasa hiburan dan kebudayaan diperoleh dari Direktorat Jenderal Radio, Televisi dan Film, Statistik Keuangan Daerah, Statistik Bioskop, Statistik Lingkungan Hidup, Direktorat Jenderal Pariwisata dan berbagai sumber lainnya.
107
Bab 4. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Antara
d. Jasa Perorangan dan Rumah Tangga Meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan rumah tangga, yang terdiri dari: a. Jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, mencakup perbaikan kecil-kecilan dari kendaraan roda empat, roda tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, bemo, sepeda motor dan sebagainya. b. Jasa perbengkelan/reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, televisi, radio, lemari es, mesin jahit, sepeda dan barang-barang rumah tangga lainnya. c. Jasa pembantu rumah tangga, mencakup koki, tukang kebun, penjaga malam, pengasuh bayi dan anak, dan sejenisnya. d. Jasa perorangan lainnya, mencakup tukang binatu, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu, dan sejenisnya. Output untuk jasa perbengkelan serta jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari perkalian antara masing-masing jumlah tenaga kerja dengan rata-rata output per tenaga kerja. Sedangkan output jasa pembantu rumah tangga, pengasuh bayi dan sejenisnya diperoleh dari perkalian antara pengeluaran perkapita untuk pembantu rumah tangga dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Struktur input untuk kegiatan jasa perorangan dan rumah tangga diperoleh dari hasil survei (SKIO) yang dilengkapi dengan data pendukung dari sumber lainnya. Indikator produksi jasa perbengkelan, jasa perorangan dan rumah tangga adalah jumlah tenaga kerja di sektor tersebut. Angka tenaga kerja tersebut dihitung berdasarkan pertumbuhan tenaga kerja dari Sensus Penduduk.
108
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor Sama halnya dengan Bab 4, teknik estimasi yang dibahas pada bab ini adalah berdasarkan pendekatan survei sebenarnya transaksi permintaan akhir memiliki kharakteristik yang relatif berbeda dengan transaksi impor. Transaksi permintaan akhir merupakan komponen permintaan terhadap
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
5.1
Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
5.1.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga
Pengeluaran konsumsi rumah tangga terdiri atas pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa yang tujuannya untuk dikonsumsi selama periode satu tahun, dikurangi dengan hasil penjualan netto dari barang bekas atau apkiran. Selain pengeluaran untuk makanan, minuman, pakaian, bahan bakar, jasa-jasa termasuk juga barang yang tidak ada duanya (tidak diproduksi kembali) seperti hasil karya seni, barang antik dan lain-lain. Barang tahan lama yang dikonsumsi rumah tangga seperti mobil, motor, furniture, radio, kulkas, televisi, dan lain-lain. Seandainya barang tersebut
output suatu sektor ekonomi, sedangkan transaksi impor merupakan
disamping digunakan untuk rumah tangga dipakai untuk usaha rumah tangga, maka nilai pembelian, biaya pemeliharaan, dan lain-lain harus
komponen penyediaan dari suatu sektor ekonomi. Akan tetapi karena
dipisahkan berapa yang masuk konsumsi atau usaha rumah tangga secara
permintaan akhir dan impor dalam tabel input-output berada pada kuadran
proporsional. Pengeluaran untuk pemeliharaan kesehatan, pendidikan, rekreasi,
yang sama (kuadran III) maka pembahasannya dilakukan pada satu bab
pengangkutan dan jasa-jasa lainnya, keperluan sewa rumah, perbaikan rumah, rekening bank, air, telepon dan sebagainya merupakan pengeluaran
yang sama. Seperti yang telah diuraikan pada bab terdahulu, transaksi permintaan akhir akan mencakup semua transaksi barang dan jasa yang digunakan
konsumsi rumah tangga sedangkan pembelian rumah tidak termasuk pengeluaran konsumsi.
untuk memenuhi kebutuhan konsumen akhir. Dalam bab ini permintaan akhir
Pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk pembelian alat-
dirinci menjadi pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah,
alat kerja, seperti buruh tambang membeli sekop, linggis, lampu senter yang ditanggung oleh perusahaan. Tidak termasuk konsumsi rumah tangga dari
pembentukan modal tetap bruto, perubahan inventori dan ekspor. Sementara transaksi impor barang dan jasa yang diperoleh dari luar wilayah pengamatan dalam rangka memenuhi permintaan terhadap output suatu sektor ekonomi.
buruh tambang, tetapi merupakan biaya antara perusahaan tambang tempat buruh bekerja. Dalam memperkirakan konsumsi rumah tangga ada hal-hal yang menimbulkan keragu-raguan, misalnya penduduk yang sedang melakukan perjalanan ke daerah lain (dalam atau luar negeri) baik dalam rangka bertugas, urusan bisnis atau untuk keperluan lainnya. Biasanya penduduk
109
110
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
tersebut mengeluarkan uang untuk memenuhi konsumsinya baik berupa barang (makanan, bukan makanan) ataupun jasa-jasa lainnya. Pengeluaran
Metode penghitungan yang biasa dipakai untuk memperkirakan pengeluaran konsumsi rumah tangga adalah metode langsung yaitu
yang dilakukan selama berada di daerah lain tersebut menurut konsep harus
berdasarkan pada hasil survei pengeluaran konsumsi rumah tangga seperti
diperhitungkan sebagai impor (barang masuk). Tetapi karena belum tersedianya data yang mencatat berapa jumlah penduduk yang berpergian
Susenas atau Survei Biaya Hidup dan metode penilaian harga eceran. Metode langsung ini pada pokoknya adalah untuk memperoleh perkiraan
serta jumlah biaya yang dikeluarkan selama di daerah lain, maka pengeluaran yang semacam ini sudah terhitung di rumah tangganya yaitu
pengeluaran konsumsi rumah tangga secara keseluruhan dengan cara mempergunakan rasio yang diperoleh dari Survei Pengeluaran Rumah
melalui konsumsi perkapita. Begitu pula sebaliknya penduduk dari daerah lain yang berada di daerah tersebut, seharusnya diperlakukan sebagai
tangga. Data yang dikumpulkan dengan metode ini mengukur arus barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga atas dasar harga pembelian. Pada
ekspor, namun karena tidak tersedianya data maka diasumsikan merupakan
dasarnya metode ini menyeluruh dalam ruang lingkup barang dan jasa yang
konsumsi rumah tangga di daerah asalnya. Contoh lain, seorang pegawai negeri mendapat makan dari kantor sehabis rapat. Seharusnya pengeluaran
diselidiki dan dapat dipakai untuk menganalisa pengeluaran konsumsi rumah tangga, menurut jenis barang dan tujuan pengeluaran. Metode ini
tersebut diperlakukan sebagai konsumsi makanan jadi yang berasal dari restoran. Tetapi karena tidak tersedia data berapa banyak pegawai negeri
memungkinkan klasifikasi data pengeluaran menurut karakteristik rumah tangga seperti tingkat pendapatan atau status ekonominya. Apabila metode
yang mendapat makanan, maka pengeluaran tersebut dimasukkan sebagai
ini dipakai, hasil yang akan diperoleh hanyalah pengeluaran konsumsi yang
pengeluaran pemerintah.
termasuk pengeluaran langsung di dalam wilayah oleh rumah tangga penduduk, sedangkan pengeluaran oleh turis, anggota diplomatik dan lain-
Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk barang dan jasa dapat dirinci menurut jenisnya sebagai berikut:
lain tidak termasuk dalam survei yang diadakan. Hal ini disebabkan karena:
a. Kelompok makanan, minuman dan tembakau b. Kelompok pakaian, alas kaki dan tutup kepala
a. Survei-survei tersebut pada umumnya hanya mencakup sebagian kecil rumah tangga atau hanya ditujukan pada kelompok tertentu dari
c.
Kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan dan air
d. Kelompok barang-barang tahan lama dan perlengkapan rumah tangga e. Kelompok perawatan dokter dan pengeluaran untuk obat-obatan
penduduk saja. b. Rumah tangga khusus biasanya belum mencakup. c. Penyimpangan-penyimpangan data yang dikumpulkan dapat terjadi
f. Kelompok transportasi dan komunikasi g. Kelompok pengeluaran atau peralatan untuk keperluan rekreasi, hiburan,
dalam data yang diberikan oleh rumah tangga dan kesulitan-kesulitan yang dapat dipercaya mengenai jenis-jenis pengeluaran terhadap barang
dan jasa sosial lainnya h. Kelompok macam-macam barang dan jasa
yang jarang dibeli atau barang-barang yang terlarang diperjualbelikan.
111
112
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Data yang dipakai untuk penghitungan konsumsi rumah tangga dengan metode ini adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Susenas. Data mengenai jumlah penjualan barang yang terkena cukai misalnya minuman keras, rokok, dapat diperoleh dari dinas pajak.
dilakukan di daerah perkotaan dan pedesaan.
Dalam penghitungan konsumsi dengan metode ini yang digunakan
Selain penyimpangan diatas termasuk juga kelemahan ini adalah konsep yang dipakai agak berbeda dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga
adalah data Susenas yaitu rata-rata konsumsi perkapita seminggu dalam kuantum. Untuk mendapatkan nilai konsumsi dipakai rata-rata harga
yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pengeluaran konsumsi pada Susenas adalah semua pembelian oleh rumah tangga untuk dikonsumsi, kalau barang
konsumen atau harga eceran yang sudah ditimbang. Selain data hasil SUSENAS, untuk perkiraan konsumsi rumah tangga
yang telah dibeli dijual sebagian atau barang bekas yang dibeli setelah dipakai beberapa lama dijual kembali, tidak tercakup dalam Susenas.
digunakan pula data lainnya seperti pendapatan perkapita atas dasar harga konstan yang bersumber dari PDRB sektoral (lapangan usaha). Rata-rata
Seharusnya yang termasuk konsumsi adalah seluruh barang yang dibeli
harga eceran dan Indeks Harga Konsumen bersumber dari Statistik Harga
untuk dikonsumsi langsung, sedangkan barang bekas yang dikonsumsi hanyalah yang benar-benar dipakai atau sebesar selisih harga pembelian
Konsumen di kota dan pedesaan. Jumlah penduduk pertengahan tahun bersumber dari publikasi Sensus Penduduk, Survei penduduk Antar Sensus
dengan harga penjualan. Tetapi oleh karena data lain tidak tersedia maka data Susenas dapat juga dipakai dalam penghitungan konsumsi rumah
(SUPAS) dan dari data perkiraan penduduk. Estimasi konsumsi rumah tangga dengan metode seperti disebut diatas
tangga, dan harus dilengkapi dengan data lainnya.
dilakukan menurut kelompok pengeluaran sebagai berikut:
Metode penilaian harga eceran dipakai apabila data konsumsi rumah tangga tersedia dalam bentuk kuantum. Nilai konsumsi rumah tangga dapat
a.
Konsumsi Rumah Tangga Kelompok Makanan.
diperoleh dengan jalan mengalikan kuantum barang tersebut dengan harga eceran yang dibayar oleh konsumen.
Perkiraan konsumsi untuk kelompok makanan ini adalah konsumsi
Dalam metode ini pembelian barang-barang dinilai langsung atas dasar harga beli. Data kuantum yang tersedia mungkin lebih dapat dipercaya
(kuantum) yang diperoleh dari Survei Rumah Tangga (Susenas) dinilai dengan harga eceran yaitu harga yang dibayar konsumen rumah tangga.
daripada data nilai yang dikumpulkan. Sebaliknya menghitung harga eceran
Data konsumsi perkapita (kuantum) yang dipakai adalah bersumber dari
rata-rata yang akan dipakai untuk menilai kuantum barang yang dibeli oleh rumah tangga adalah sulit. Hal ini disebabkan tidak tersedianya penimbang
SUSENAS yaitu dalam bentuk rata-rata konsumsi perkapita dalam seminggu. Konsumsi perkapita sebulan didapatkan dengan cara mengalikan konsumsi
yang tepat untuk menimbang harga yang berbeda-beda menurut tempat, kualitas dan sebagainya.
perkapita seminggu dengan 30/7 (1 minggu = 7 hari ). Namun karena modul konsumsi dalam Susenas tidak dicacah setiap
Perkiraan mengenai jumlah barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga dapat bersumber dari data resmi penyediaan dan perubahan inventori
tahun, maka untuk memperkirakan konsumsi rumah tangga untuk penyusunan I-O yang tahunnya tidak bertepatan dengan Susenas digunakan
barang dan jasa, dari serikat-serikat dagang atau hasil-hasil survei
analisa regresi silang. Dalam regresi ini dikaitkan antara variabel pendapatan
pengeluaran konsumsi rumah tangga antara lain konsumsi perkapita
dengan variabel konsumsi. Dari regresi ini dapat diketahui koefisien
113
114
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
elastisitas permintaan yaitu besaran yang menggambarkan perubahan permintaan suatu barang akibat berubahnya pendapatan.
∑ ln Y ln Q − (∑ ln Y ∑ ln Q ) n ∑ ln Y − (∑ ln Y ) n
b=
i
pada suatu saat (titik jenuh) konsumsi tersebut mulai menurun, maka bentuk kurvanya seperti parabola.
dimana:
S
n
(∑ ln Q =
Qi = Rata-rata konsumsi/kapita/sebulan (kuantum) r=
) (n − 2)(∑ ln Y
− (∑ ln Qi ) n − b(∑ ln Yi ∑ ln Qi − (∑ ln Yi ∑ ln Qi ) n ) 2
i
i
2
i
Sebelum digunakan untuk mengestimasi, terhadap nilai koefisien ( b ) ini dilakukan pengujian untuk meyakinkan koefisien ini dapat dipakai atau tidak. Syarat yang harus dipenuhi adalah nilai koefsien b harus significant/highly significant dan mempunyai nilai koefisien regresi ( r ) yang tinggi atau mendekati 1 (satu). penghitungan
persamaan
eksponensial
Qi = a ⋅ Yi b dibentuk dalam persamaan linier dengan melogaritmakannya. Qi = a ⋅ Yi b
2
t obs = tabel
i
i
2
)
i
2
2 i
i
n
b Sb
α
= 10% ; 5%
a = anti log a Ketentuan nilai
b harus significant/super significant maksudnya adalah
sebagai berikut: ( t obs
α = 10% ; α = 5% > t tabel) untuk nilai t observasi positif
( t obs
α = 10% ; α = 5% < t tabel) untuk nilai t observasi negatif
ln Qi = ln(Yi )
Catatan
ln Qi = ln a + b ln Yi
Bentuk hipotesa adalah sebagai berikut :
b
− (∑ ln Yi ) n
∑ ln Y ln Q − (∑ ln Y ∑ ln Q ) n ∑ ln Y (∑ ln Y ) n ∑ ln Q − (∑ ln Q ) 2
a = konstanta b = koefisien elastisitas
menyederhanakan
2 i
i
Yi = Pendapatan/kapita/sebulan
Untuk
i
ln Qi − b∑ ln Yi
a=
2 b
i
2
i
Bentuk fungsi eksponensial tersebut adalah:
Qi = a ⋅ Yi b
i
2
Model yang digunakan untuk kelompok makanan adalah Fungsi Eksponensial. Model ini dipilih berdasarkan asumsi bahwa setiap penambahan pendapatan akan menyebabkan pertambahan konsumsi, tetapi
i
H0 : β = 0
H1 : β ≠ 0
β =0 115
artinya antara pengeluaran dan konsumsi tidak ada hubungan.
116
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
β ≠0
artinya terdapat hubungan antara besarnya pengeluaran dan
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
C (n + 1) = Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
(n + 1) atau tahun disusunnya I-O
banyaknya konsumsi Dengan bentuk hipotesa diatas, maka dalam penyajiannya digunakan uji
Cn
= Rata-rata konsumsi (kuantum) perkapita sebulan pada tahun
dua arah sebagai berikut:
dasar
dpt
(n) /data Susenas
= Perubahan pendapatan perkapita harga konstan tahun ke-n dengan tahun ke
b Daerah Tolak
Daerah Tolak + t tabel
- t tabel
n +1
= Koefisien elastisitas
Konsumsi makanan rumah tangga diperkirakan melalui:
C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}
Dari formulasi di atas didapatkan konsumsi dalam satuan kuantum, Jika nilai tobs berada di daerah tolak berarti diterima hipotesa alternatif ( H1
: β ≠ 0 ) artinya terdapat hubungan yang erat antara perubahan
konsumsi akibat perubahan pendapatan. Demikian pula sebaliknya jika nilai . berada di daerah terima ( H 0
: β = 0 ) artinya tidak terdapat hubungan antara
perubahan konsumsi dengan perubahan pendapatan. Koefisien elastisitas ( b ) yang didapatkan dengan regresi silang tersebut
perkapita sebulan. Total konsumsi penduduk akan diperoleh bila dikalikan dengan 12 dan jumlah penduduk pertengahan tahun. Untuk memperoleh nilai konsumsi atas dasar harga berlaku dikalikan dengan harga konsumen atau harga eceran. Harga konsumen atau harga eceran merupakan harga yang dibayar oleh rumah tangga konsumen yang tujuannya untuk dikonsumsi. Harga tersebut merupakan rata-rata harga eceran di kota dengan harga eceran di pedesaan.
digunakan untuk memperkirakan konsumsi perkapita tahun lainnya atau pada tahun yang tidak ada data Susenasnya. Dengan menggunakan variabel lain yaitu perubahan pendapatan perkapita (atas dasar harga konstan), konsumsi perkapita (data Susenas), maka konsumsi perkapita tahun lainnya dapat diperkirakan. Formulasinya adalah :
b. Konsumsi Kelompok Rumah Tangga Bukan Makanan Perkiraan konsumsi kelompok bukan makanan sama dengan metode kelompok makanan yaitu dengan menghitung koefisien elastisitas ( b ) dari masing-masing jenis pengeluaran rumah tangga, yaitu regresi linier. Regresi
C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}
linier tersebut adalah:
Qi = a + bYi
dimana :
117
118
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
dimana:
Ketentuan dan bentuk hipotesanya adalah sama seperti pada Elastisitas Konsumsi Makanan.
Qi = Rata-rata pengeluaran perkapita sebulan
Kemudian dengan menggunakan formulasi:
a = Konstanta b = Koefisien elastisitas
C (n + 1) = C n + {(b )(dpt )(C n )}
diperoleh konsumsi pada tahun ke (n+1).
Yi = Pendapatan perkapita sebulan Sehingga bentuk formulasinya sebagai berikut:
a=
b=
∑Q
i
dengan mengalikan konsumsi perkapita sebulan atas dasar harga konstan dengan 12 dan jumlah penduduk masing-masing tahunnya.
n
∑Y
∑ (Y )∑ (Q ) i
2
∑ (Y )
2
i
∑ (Q ) i
Sb =
atas dasar harga konstan dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). Indeks tersebut adalah sama dengan yang digunakan untuk menginflate konsumsi
n
∑
R2 =
Nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku didapatkan dengan cara menginflate/mengalikan total nilai konsumsi
i
n 2 ∑ (Qi )
i
2
Dengan menggunakan penduduk pertengahan tahun maka total nilai konsumsi rumah tangga atas dasar harga konstan dapat diestimasi, yaitu
− b∑ (Yi )
∑ Yi Qi −
2
(Y )(Q ) (Y )(Q ) − ∑
−
−
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
i
i
i
2 ∑ (Yi )
n
perkapita sebulan (Susenas).
2
i
n
∑ (Q ) ∑ (Q ) − i
n
2 ∑ (Qi ) ∑ (Qi )(Yi ) −
n
5.1.2
2
∑ (Q )∑ (Y ) i
−
∑ (Y ) − (Y ) (n − 2)∑ (Y ) − ∑ n 2
i
i
Yang dimaksud dengan pengeluaran konsumsi akhir pemerintah adalah nilai output pemerintahan umum baik pusat maupun daerah termasuk
n
angkatan bersenjata dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa (output pasar) pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
i
i
R 2 diperoleh dari koefisien korelasi r yang dikuadratkan. t tabel α = 10% ; 5%
a. Ruang Lingkup Dan Definisi
n 2 ∑ (Yi )
2
2
Konsumsi Pemerintah
i
2
pemerintah (yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah). Output pemerintah tersebut diperoleh dengan menggunakan input yang terdiri dari biaya antara (pembelian barang, jasa dan bantuan sosial), pembayaran balas jasa pegawai (belanja pegawai) serta perkiraan penyusutan barang modal. Konsumsi pemerintah disebut juga dengan output non-pasar lainnya pemerintah.
119
120
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Sejak tahun 1995 sub sektor pemerintahan umum selain berada di kuadran II sebagai konsumsi akhir pemerintah (terisi hanya di diagonal
dengan jasa-jasa yang telah disebutkan baik pada tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan desa. Jasa pemerintahan lainnya ini disebut
sektor/perpotongan antar pemerintah sendiri), juga ada di kuadran I sebagai
juga sebagai jasa pemerintah yang diberikan secara individu kepada
input antara (biaya antara) dan di kuadran III sebagai input primer (balas jasa pegawai dan penyusutan).
masyarakat. Guru/staf pengajar di sekolah pemerintah digolongkan ke dalam jasa pendidikan pemerintah, dokter/paramedis di rumah
Jasa Pemerintahan Umum terdiri dari:
sakit/poliklinik/klinik/rumah bersalin pemerintah dikategorikan ke dalam jasa kesehatan pemerintah, sedangkan aparat pemerintah yang melayani
1. Jasa Pemerintahan Umum/ Jasa Administrasi Pemerintahan dan
penyuluhan keluarga berencana (KB) dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat terasing dan lain-lain dimasukkan sebagai jasa sosial
Pertahanan (164)
kemasyarakatan lainnya. Sedangkan pegawai pemerintah yang menjual
Jasa Pemerintahan Umum/Jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan pertahanan
mencakup semua jasa administrasi pemerintahan dan yang diberikan oleh departemen dan non departemen,
badan/lembaga tinggi Negara, kantor-kantor
dan badan-badan
yang
berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan pada tingkat pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota dan desa termasuk
karcis masuk taman hiburan pemerintah, museum pemerintah atau yang melayani masyarakat di perpustakaan pemerintah termasuk kedalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah. Jasa sosial kemasyarakatan lainnya dan jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan dikelompokkan kedalam jasa pemerintahan Jasa pemerintahan lainnya dalam tabel IO 2005 diklasifikasikan menjadi:
Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan POLRI. Jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan merupakan hasil
− jasa pendidikan pemerintah (166),
aktivitas pemerintahan sehari-hari dalam melayani masyarakat umum/publik dalam bidang administrasi dan pertahanan. Jasa administrasi pemerintahan
− jasa pemerintahan lainnya (jasa sosial kemasyarakatan lainnya dan jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan pemerintah) (168).
− jasa kesehatan pemerintah (167), dan
dan pertahanan ini disebut juga dengan jasa pemerintah yang diberikan secara kolektif kepada masyarakat.
b. Sumber Data
2.
Data realisasi APBN diperoleh dari Direktorat Pengelolaan Kas Negara (DPKN) Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DPbn) Departemen Keuangan.
Jasa Pemerintahan lainnya, terdiri dari:
Jasa pemerintahan lainnya meliputi kegiatan pemerintah di bidang jasa sosial kemasyarakatan (seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan dan
Disamping itu untuk melengkapi data ini, beberapa informasi diperoleh juga dari sumber-sumber lain yang berhubungan seperti Direktorat Jenderal
jasa sosial kemasyarakatan lainnya) serta jasa hiburan, rekreasi dan
Anggaran (DJA). Sedangkan data realisasi APBD diperoleh dari Direktorat
kebudayaan yang diberikan oleh unit-unit pemerintah yang berhubungan
121
122
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Keuangan, TI dan Pariwisata, BPS dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) Departemen Keuangan.
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Bagan Neraca Produksi Pemerintah Input
Output
c. Metode Estimasi c.1. Estimasi Konsumsi Pemerintah (302) Hubungan antara Konsumsi Pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah. Antara Konsumsi pemerintah dan Sub Sektor Pemerintah saling terkait satu sama lain. Sub Sektor Pemerintah merupakan bagian dari Konsumsi Pemerintah. Untuk lebih jelasnya terlebih dahulu harus disusun neraca produksi pemerintah. Neraca produksi pemerintah, meliputi biaya antara/belanja barang yaitu pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang-barang yang tidak tahan lama dan habis dipakai dalam proses produksi, jasa dan bantuan sosial, selain biaya antara termasuk dalam neraca produksi yaitu balas jasa pegawai/belanja pegawai dan penyusutan (balas jasa pegawai + penyusutan = NTB Sub Sektor Pemerintah) disisi kiri, serta konsumsi pemerintah (output non pasar lainnya) dan penjualan dari barang dan jasa (output pasar) disisi kanan. Konsumsi pemerintah merupakan faktor penyeimbang antara total input disisi kiri dikurangi dengan output pasar disisi kanan. Bagan Neraca Produksi Pemerintah dapat dilihat pada diagram berikut ini :
1. Biaya antara (belanja barang dan bantuan sosial) (A) (kuadran I): a. Biaya antara Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Biaya antara Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 2. Nilai tambah bruto (B) = (B1)+(B2) (kuadran III) 2.1 Belanja Pegawai (B1) a. Belanja pegawai Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b Belanja pegawai Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 2.2 Penyusutan (B2) a. Penyusutan Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Penyusutan Jasa Pemerintahan lainnya (165-167)
3.
3.1 Pengeluaran konsumsi pemerintah (Output non pasar lainnya) (D)= (C) - (E) (kuadran II) a. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Pengeluaran konsumsi pemerintah Jasa Pemerintahan lainnya (165-167) 3.2 Penjualan barang dan jasa (Output pasar) (E) a. Output pasar Jasa Administrasi Pemerintahan dan Pertahanan/jasa pemerintahan umum (164) b. Output pasar Jasa Pemerintahan lainnya (165-167)
TOTAL INPUT (C) = (A) + (B)
123
Output (C)
TOTAL OUTPUT (C)
124
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Neraca Produksi Pemerintah Tahun 2005 (Juta Rp)
pendidikan, kesehatan, agama, sosial, kebudayaan dan pariwisata, serta BKKBN. Output jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan terdiri dari output pasar dan output non pasar lainnya (produksi yang dikonsumsi
Input 1. Total input antara:
Output 102.279.118
4. Total Output non pasar lainnya
224.980.540
sendiri/merupakan konsumsi akhir jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan). Data realisasi anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan (APBD) secara langsung tidak dapat diidentifikasikan kedalam kode I-O.
a. Jasa Pemerintahan umum
61.028.277
(Total konsumsi pemerintah)
b. Jasa pendidikan pemerintah
27.713.200
a . Jasa Pemerintahan umum
139.509.973
c. Jasa kesehatan pemerintah
8.586.366
b. Jasa pendidikan pemerintah
58.084.282
d. Jasa pemerintahan lainnya
4.951.275
c. Jasa kesehatan pemerintah
17.572.567
Kenyataan ini disebabkan karena realisasi APBN maupun APBD tidak terinci sampai ke rincian komoditi yang dapat diidentifikasikan dengan kode I-O.
d. Jasa pemerintahan lainnya
9.813.718
Untuk memperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O
12.431.284
digunakan indikator-indikator yang dapat dipertanggungjawabkan. Belanja Negara dan belanja daerah dirinci menurut kelompok
2. Total belanja pegawai
119.145.547
a. Jasa Pemerintahan umum
73.837.119
5. Total Output pasar
b. Jasa pendidikan pemerintah
30.791.162
a. Jasa Pemerintahan umum
5.313.819
c. Jasa kesehatan pemerintah
9.315.118
b. Jasa pendidikan pemerintah.
4.517.101
d. Jasa pemerintahan lainnya
5.202.148
c. Jasa kesehatan pemerintah
1.568.229
d. Jasa pemerintahan lainnya
1.032.135
3. Total penyusutan
15.987.159
a. Jasa Pemerintahan umum
9.958.396
b. Jasa pendidikan pemerintah
4.097.021
c. Jasa kesehatan pemerintah
1.239.312
d. Jasa pemerintahan lainnya TOTAL INPUT
pengeluaran per mata anggaran keluaran. Prosedur pengolahan untuk mencapai hasil pengeluaran pemerintah menurut kode I-O dilakukan secara manual. Metode tersebut dimaksudkan untuk mencapai hasil yang maksimal, karena dalam proses pengolahan demikian dilakukan adjustifikasi. Ada enam tahap pengolahan untuk mendapatkan
rincian
pengeluaran pemerintah menurut kode I-O: 1. Mendapatkan rincian pengeluaran pemerintah pusat menurut mata anggaran keluaran. Rincian ini didapat melalui indikator belanja Negara menurut mata anggaran keluaran. (lampiran 1)
692.430 237.411.824
TOTAL OUTPUT
237.411.824
a. Estimasi Output dan Struktur Input Sektor Pemerintahan Umum dan Jasa Pemerintahan Lainnya. Struktur Input jasa administrasi pemerintahan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum (164): diperoleh dari rincian APBN dan APBD per mata anggaran keluaran, dirinci menurut departemen dan kanwil tidak termasuk APBN dan APBD per mata anggaran keluaran dari departemen dan kanwil
125
2. Memisahkan pengeluaran pemerintah yang merupakan pengeluaran pemerintah murni (administrasi pemerintah) dan yang menjadi bagian dari jasa pemerintah lainnya. 3. Menguraikan masing-masing pengeluaran pemerintah menurut susunan kode mata anggaran keluaran (MAK) kedalam kode I-O dengan indikator rasio susunan input table I-O kuadran I. 4. Mengelompokkan pengeluaran pemerintah menurut kode I-O hasil hitungan nomor 3. Hal ini dilakukan karena satu kode tabel I-O bisa berasal dari lebih dari satu mata anggaran keluaran atau satu mata
126
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
anggaran keluaran bisa untuk beberapa kode tabel I-O. 5. Menyusun pengeluaran pemerintah menurut kode I-O. Dari pengolahan
-
Mata anggaran keluaran 522114 (belanja sewa) dapat diidentifikasikan ke kode 8-163 real estat dan sewa tanah
ini sudah diperoleh rincian pengeluaran pemerintah menurut kode I-O.
-
Mata anggaran keluaran 522115 (belanja jasa profesi) dapat
-
diidentifikasikan ke kode 9-64 jasa sosial kemasyarakatan Mata anggaran keluaran 52311 (belanja biaya pemeliharaan gedung
diidentifikasikan ke kode I-O, 201 upah dan gaji. Mata anggaran keluaran 53. belanja modal administrasi pemerintahan
-
dan bangunan) dapat diidentifikasikan ke kode 5-52 bangunan Mata anggaran keluaran 52312 (belanja biaya pemeliharaan peralatan
dan pertahanan/jasa pemerintahan umum, diidentifikasikan ke kode IO, 203 penyusutan, di mana nilai penyusutan diperkirakan sebesar 20
-
dan mesin) dapat diidentifikasikan ke kode 9-65 jasa lainnya Mata anggaran keluaran 541 (belanja pembayaran bunga utang) dapat
-
-
Mata anggaran keluaran 51. belanja pegawai administrasi pemerintahan dan pertahanan/jasa pemerintahan umum bisa langsung
% dari belanja modal. -
-
-
diidentifikasikan ke kode 8-61 (lembaga keuangan)
Mata anggaran keluaran 521111 (belanja keperluan kantor) dapat diidentifikasikan ke kode 3-38 Industri kertas, barang dari kertas dan
-
Mata anggaran keluaran 55 (belanja subsidi) /bantuan ke lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan, sekolah dan badan keagamaan,
karton dan kode 3-50 industri barang lain yang belum digolongkan dimanapun.
usaha social, ekonomi dan lain-lain. Oleh karena klasifikasi bantuan tersebut, maka mata anggaran tersebut dapat diidentifikasikan ke kode
Mata anggaran keluaran 521112 (belanja pengadaan bahan makanan)
9-64 (jasa sosial kemasyarakatan).
dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode 3-33 (industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak dan
Setelah semua pengeluaran pemerintah menurut mata anggaran diidentifikasikan kedalam kode I-O, tahap akhir dari prosedur pengolahan
lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis, industri gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman)
pengeluaran pemerintah adalah dengan mengumpulkan kode I-O yang sama. Lampiran 4 menunjukkan hubungan antara mata anggaran dengan kode I-O.
Mata anggaran keluaran 521113 (belanja untuk menambah daya tahan tubuh) dapat diidentifikasikan ke kode 3-27 sampai dengan kode
Lampiran 1:
3-33 (industri pengolahan dan pengawetan makanan, industri minyak
-
dan lemak, industri penggilingan padi, industri tepung segala jenis, industri gula, industri makanan lainnya, dan industri minuman)
No.
51
Belanja pegawai
Mata anggaran keluaran 521114 (belanja pengiriman surat dinas pos pusat) dapat diidentifikasikan ke kode 7-60 komunikasi
1
511
Belanja gaji dan tunjangan
2
512
Belanja honorarium/lembur/vakasi
52
Belanja barang
Mata anggaran keluaran 522111 (belanja langganan daya dan jasa) dapat diidentifikasikan ke kode 4-51 listrik, gas dan air bersih Mata anggaran keluaran 522113 (belanja jasa konsultan) dapat diidentifikasikan ke kode 8-164 jasa perusahaan
127
Mata anggaran
Uraian mata anggaran
3
521
Belanja barang
4
522
Belanja jasa
5
523
Belanja pemeliharaan
6
524
Belanja perjalanan
128
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
53
Belanja modal
7
531
Belanja modal tanah
8
532
Belanja modal peralatan & mesin
9
533
Belanja modal gedung & bangunan
10
534
Belanja modal jalan, irigasi &
11
535
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Lampiran 2:
No.
jaringan
Jasa pemer. umum
Belanja pemeliharaan yang
Pusat
536
Belanja modal fisik lainnya
54
Belanja pembayaran kewajiban
2
541
Daerah Jasa pendidikan
Belanja
Jumlah
Barang
Belanja pembayaran bunga utang 3
Daerah Jasa kesehatan
55
Belanja subsidi
14
551
Belanja subsidi perusahaan Negara
15
552
Belanja subsidi perusahaan swasta
16
56
Belanja hibah
17
561
Belanja hibah kepada pemerintah
Daerah Jasa pemerintahan
LN
lainnya
18
562
Belanja hibah kepada organisasi Int
Pusat
19
563
Belanja hibah kpd pemerintah
Daerah
Pasar
Jasa-jasa
9.958.396
61.028.277
144.823.792
5.313.819
139.509.973
30.791.162
4.097.021
27.713.200
62.601.383
4.517.101
58.084.282
9.315.118
1.239.312
8.586.366
19.140.796
1.568.229
17.572.567
5.202.148
692.43
4.951.275
10.845.853
1.032.135
9.813.718
Pusat
4
57
Belanja bantuan sosial
20
571
Belanja bantuan kompensasi sosial
21
572
Belanja bansos. lemb. Pendidikan
Mata anggaran 210 ( biaya kantor )
22
573
Belanja lembaga sosial lainnya
3-37 industri kayu, bambu dan rotan
58
Belanja lain-lain
3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton
581
Belanja lain-lain
3-40 industri kimia
Lampiran 3
3-42 industri barang karet dan plastik 3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam 3-47 industri barang dari logam 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 6-54 restoran dan hotel
129
Konsumsi
73.837.119
daerah
23
Output
Pusat
utang 13
Penyusutan
Pegawai 1
dikapitalisasi 12
Belanja
Uraian
130
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
7-55 angkutan kereta api
3-38 industri kertas, barang dari kertas dan karton
7-56 angkutan darat
3-40 industri kimia
7-57 angkutan air
3-42 industri barang karet dan plastik
7-58 angkutan udara
3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam
7-59 jasa penunjang angkutan
3-50 industri barang lain yang tidak digolongkan di mana-mana
7-60 komunikasi 8-62 usaha bangunan dan jasa perusahaan
Mata anggaran 260 ( lain-lain ) 3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit
Mata anggaran 220 ( inventaris kantor )
3-41 pengilangan minyak bumi
3-37 industri kayu, bambu dan rotan
3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
3-42 industri barang karet dan plastik 3-43 industri barang-barang dari mineral bukan logam
Mata anggaran 285 ( angsuran hutang dalam negeri )
3-47 industri barang dari logam
4-51 listrik, gas dan air minum
3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
7-60 komunikasi
Mata anggaran 231 ( listrik )
Mata anggaran 286 ( bunga hutang dalam negeri )
4-51 listrik, gas dan air minum
8-61 lembaga keuangan
Mata anggaran 232 ( telepon )
Mata anggaran 310 ( pemeliharaan gedung kantor )
7-60 komunikasi
5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya
Mata anggaran 233 ( gas dan air ) Mata anggaran 320 ( pemeliharaan rumah dinas )
4-51 listrik, gas dan air minum
5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya
Mata anggaran 240 ( lauk pauk ) 1-17 tanaman lainnya 1-18 peternakan
Mata anggaran 330 ( pemeliharaan kendaraan bermotor )
6-54 restoran dan hotel
3-49 industri alat pengangkutan dan perbaikannya 9-65 jasa lainnya
Mata anggaran 250 ( bahan-bahan, alat-alat dan barang-barang lain) 3-36 industri tekstil, pakaian dan kulit
Mata anggaran 340 ( pemeliharaan inventaris kantor )
3-37 industri kayu, bambu dan rotan
3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik
131
132
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
9-65 jasa lainnya
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Lampiran 4
Mata anggaran 350 ( pemeliharaan peralatan ) 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 9-65 jasa lainnya Mata anggaran 360 ( pemeliharaan lain-lain ) 3-48 industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik 5-52 bangunan 9-65 jasa lainnya
Kode I-O 66 x 66
1-17 1-18 3-36 3-37 3-38
Mata anggaran 410 ( perjalanan dinas biasa )= Mata anggaran 420 ( perjalanan dinas tetap )= Mata anggaran 440 ( biaya perjalanan dinas lain-lain ) 3-41 pengilangan minyak bumi
3-40 3-41 3-42 3-43 3-47 3-48
6-54 restoran dan hotel 7-55 angkutan kereta api
3-49
7-56 angkutan darat 7-57 angkutan air
3-50
7-58 angkutan udara 7-59 jasa penunjang angkutan 8-61 lembaga keuangan Mata anggaran 430 (biaya penampungan/uang pesangon pegawai yang dipindahkan) 6-54 restoran dan hotel 7-55 angkutan kereta api 7-56 angkutan darat 7-57 angkutan air 7-58 angkutan udara 7-59 jasa penunjang angkutan 8-61 lembaga keuangan
133
4-51 5-52 6-54 7-55 7-56 7-57 7-58 7-59 7-60 8-61 8-62 9-65
Uraian
Mata Anggaran
tanaman lainnya peternakan industri tekstil, pakaian dan kulit industri kayu, bambu dan rotan industri kertas, barang dari kertas dan karton industri kimia pengilangan minyak bumi industri barang karet dan plastik industri barang-barang dari mineral bukan logam industri barang dari logam industri mesin, alat-alat dan perlengkapan listrik industri alat pengangkutan dan perbaikannya industri barang lain yang tidak digolongkan di mana-mana listrik, gas dan air minum bangunan restoran dan hotel angkutan kereta api angkutan darat angkutan air angkutan udara jasa penunjang angkutan komunikasi lembaga keuangan usaha bangunan dan jasa perusahaan jasa lainnya
134
240 240 250, 260 210, 220, 250 210, 250 210, 250 260, 410, 420, 440 210, 220, 250 210, 220, 250 210, 220 210, 220, 260, 340, 350, 360 330
250 231, 233, 285 310, 320, 360 210, 240, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 410, 420, 430, 440 210, 232, 285 286, 410, 420, 430, 440 210 310, 320, 330, 340, 350, 360
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
5.1.3
Pembentukan Modal Tetap Bruto
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
-
Salah satu komponen dari permintaan akhir (final demand) yang terletak pada kuadran II dalam penyusunan I-O adalah pembentukan modal tetap bruto yang dalam klasifikasi I-O diberi kode 303. Komponen ini bisa berasal
Bangunan atau konstruksi lainnya seperti: jalan, jembatan, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan jaringannya, instalasi telekomunikasi, pemancar TV, pelabuhan terminal, jaringan pipa untuk minyak, gas
-
dan air, pertanian, monumen dan lain-lain. Perbaikan besar-besaran dari bangunan di atas.
dari produksi dalam negeri atau dari luar negeri (impor). Isian di kolom pembentukan modal tetap dalam I-O hanya menggambarkan barang-barang
Pembentukan modal berupa bangunan/konstruksi dinilai sesuai dengan output bangunan yaitu nilai pekerjaan seluruh bangunan pada
modal yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi dan bukan menunjukkan pembentukan modal yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi. Dengan
satu tahun tertentu tanpa memperhatikan bangunan tersebut sudah selesai atau belum.
kata lain, pembentukan modal tetap yang terdapat dalam I-O merupakan pembentukan modal tetap yang dirinci menurut jenis komoditi. a. Ruang lingkup dan Definisi
(ii)- Pembentukan modal tetap perlengkapan yang terdiri dari:
berupa
mesin-mesin
dan
alat-alat
-
Alat-alat transpor seperti kapal laut, kapal terbang, kereta api, bus, truk, motor dan lain-lain.
Pembentukan modal tetap bruto meliputi pengadaan, pembuatan atau
-
Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pertanian.
pembelian barang-barang modal baru baik yang berasal dari produksi dalam negeri maupun impor (termasuk barang modal bekas dari luar negeri),
-
Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk industri, listrik dan pertambangan.
dikurangi penjualan neto barang bekas yang dilakukan oleh sektor-sektor produksi dalam perekonomian domestik.
-
Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan untuk pembuatan jalan, jembatan dan lain lain.
Yang dimaksud barang modal adalah barang-barang yang digunakan dalam proses produksi yang mempunyai umur pemakaian satu tahun atau
-
Mesin-mesin dan perabot untuk perlengkapan kantor, toko, hotel restoran, rumah dan lain-lain.
lebih, serta mempunyai nilai per unit relatif besar dibanding dengan output sektor yang memakainya.
Mesin-mesin dan alat-alat perlengkapan yang sedang dalam proses pembuatan tidak dimasukkan dalam pembentukan modal tetap bruto, melainkan dimasukkan sebagai inventori dari produsennya.
Pembentukan modal tetap bruto mencakup: (iii)- Perluasan perkebunan dan penanaman baru untuk tanaman keras. Yang (i)- Pembentukan modal tetap berupa bangunan/konstruksi, yang terdiri dari: - Bangunan tempat tinggal; -
Bangunan bukan tempat tinggal;
dimaksud dengan tanaman keras disini adalah macam-macam tanaman yang hasilnya baru akan diperoleh setelah berumur satu tahun atau lebih. Termasuk juga disini adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perkebunan besar selama perkebunan itu belum mendatangkan
135
136
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
hasil (berproduksi) dan kegiatan penanaman kembali (reboisasi) yang dilakukan oleh perusahaan pemerintah dan pemerintah sendiri. (iv)- Penambahan ternak yang khusus dipelihara untuk diambil susunya atau bulunya atau untuk dipakai tenaganya dan sebagainya, kecuali ternak yang dipelihara untuk dipotong.
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
mendapatkan rasio tertentu dari output/produksi suatu komoditi yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang berasal dari impor diperoleh dari Statistik impor, dimana penilaiannya merupakan penjumlahan dari nilai cost insurance freight (cif), bea masuk, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya. Dimana nilai ini masih harus dikalikan dengan persentase alokasi komoditi impor ke pembentukan modal, untuk memisahkan komoditi impor yang benar-benar
(v)- Margin pedagang atau makelar, service charge dan ongkos-ongkos pemindahan hak milik dalam traksaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusaha hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang modal bekas tercakup dalam pembentukan modal tetap.
menjadi pembentukan modal. Persentase alokasi dari TTM ini diperoleh dari survei khusus, sedangkan data cif, bea masuk, PPn dan pajak lainnya tersedia dalam statistik perdagangan luar negeri. Data jenis komoditi yang berasal dari impor tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS). Sehingga untuk penyusunan I-O perlu dilakukan destinasi kode HS ke dalam
b. Metode Estimasi dan Sumber Data
klasifikasi kode I-O. Hasil ini diperoleh dari destinasi komoditi impor secara keseluruhan yang dilakukan pada subbab 4.3.6. Bila ditambah dengan
Ada dua pendekatan dalam penyusunan tabel input-output yaitu dengan
margin perdagangan dan pengangkutan (TTM) serta biaya lainnya, maka
metode langsung (menggunakan berbagai survei) dan metode tak langsung. Estimasi data pembentukan modal dalam hal ini menggunakan kedua
akan menghasilkan nilai di lokasi pembeli. Nilai pembentukan modal berupa bangunan diperoleh dari output sektor
pendekatan tersebut. Untuk pendekatan dengan metode langsung, penghitungan nilai pembentukan modal dilakukan melalui pendekatan secara
bangunan, yaitu nilai output sektor bangunan yang ke pembentukan modal tetap bruto. Proporsi yang digunakan adalah sekitar 92 persen dari output
langsung ke sektor-sektor yang memiliki barang modal. Sedangkan dengan pendekatan metode tak langsung, penghitungan nilai pembentukan modal menggunakan pendekatan arus barang (commodity flow approach), yaitu
bangunan yang menjadi nilai pembentukan modal tetap, sedangkan sisanya merupakan perbaikan kecil dari sektor bangunan. Proporsi ini diperoleh dari
pendekatan melalui penyediaan barang-barang modal baik yang berasal dari produksi dalam negeri, impor maupun yang berupa bangunan/konstruksi.
pembukaan tanah, pengembangan dan perluasan areal hutan, pertambangan dan peremajaan tanaman hias, margin perdagangan dan biaya lain yang
Nilai barang modal produksi dalam negeri diperoleh dari berbagai publikasi yang disajikan oleh BPS, seperti Statistik Industri Besar/Sedang,
berkaitan dengan pemindahan hak milik seperti jual beli tanah, sumber mineral, hak pengusahaan hutan, hak paten, hak cipta dan barang-barang
Statistik Pertambangan dan Statistik Listrik/Gas/Air. Data barang modal yang diperoleh tidak terinci kedalam semua jenis komoditi. Sehingga untuk merinci
bekas diperkirakan berdasarkan persentase tertentu dari hasil suatu survei. Contoh Penghitungan :
hasil suatu studi. Pembentukan modal dalam bentuk pengembangan dan
kedalam semua komoditi dilakukan suatu survei ke berbagai sektor untuk
137
138
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Tabel 5.1 Estimasi Barang Modal Impor
No
Komoditi (Kode HS)
CIF (Juta Rp.)
(1)
(2)
(3)
1 2 3 4 5 . . .
401699340 731511900 731581000 820712000 720740000 . . .
9 13290 1511 34750 2060 . . .
Tabel 5.2 Estimasi Barang Modal Produksi Dalam Negeri dan Bangunan
Nilai Pajak Persen Penjuala Landed Barang Alokasi Bea Masuk Cost n Modal TTM (Juta Rp.) Barang (Juta (Juta Rp.) Harga Modal Rp.) Produsen (4)
(5) 1 14 2 4 1 . . .
(6)
1 344 23 211 56 . . .
11 13648 1536 34965 2117 . . .
(7) 56 62 55 65 72 . . .
(8) 6 8462 845 22727 1524 . . .
(9) 1 1269 177 5682 290 . . .
Nilai Barang Modal Harga Pembeli
No
Komoditi
Output (Juta Rp.)
(1)
(2)
(3)
(4)
Nilai Barang Modal Harga TTM (Juta Rp.) Pembeli (Juta Rp.) (5)
(6)
(10) 7 9731 1022 28409 1814 . . .
1 2 3 4 5 6 7 8 9
TOTAL
Persen Alokasi Barang Modal
16753569 10 11
Peternakan 2 248 388 Inds. tekstil, pakaian dan kulit 10 971 070 Inds. bammbu, kayu dan rotan 9 030 376 Inds. kertas, brg dr kertas dan 4 323 467 karton Inds. brg dr mineral bkn logam 1 638 342 Inds. brg dr logam 3 196 928 Inds. mesin, alat dan perl. listrik 7 609 972 Inds. alat pengangkutan & 6 005 865 perbaikannya Inds. brg lain yang belum 562 805 digolongkan dimanapun Bangunan 38 907 704 Jasa lainnya 12 746 225
0.03 0.04 2.17 0.01
46 1 109 14 640 141
639 5 514 210 813 664
0.80 14.57 31.44 24.60
36 690 338 486 1 037 113 69 220
49 798 804 341 3 429 584 1 546 605
2.06
21 290
32 882
92.15 8.39
-
35 854 445 1 069 187
Keterangan : Kolom (6) = kol (3) + kol (4) + kol (5) Kolom (8) = kol (7) x kol (6) Kolom (10) = kol (9) + kol (8)
∑
43 004 172
Dari hasil estimasi komoditi impor yang telah dilakukan, nilai landed cost dikalikan dengan persentase tertentu, akan mendapat nilai komoditi tersebut yang menjadi barang modal. Nilai barang modal yang telah diperoleh masih berdasarkan harga produsen sehingga untuk memperoleh nilai barang modal atas dasar harga pembeli perlu ditambahkan dengan TTM. Proses untuk mendapatkan nilai tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 di atas. Sedangkan pada Tabel 5.2 ditunjukkan estimasi barang modal yang berasal dari produksi dalam negeri dan yang berupa bangunan.
139
140
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
5.1.4
Perubahan Inventori
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
inventori. Penilaian harus berdasarkan harga yang berlaku pada waktu penambahan inventori tersebut dilakukan.
a. Ruang Lingkup
Pengurangan terhadap inventori untuk proses produksi atau untuk dijual
Yang dimaksud dengan inventori adalah persediaan barang-barang baik
dinilai atas dasar harga produsen apabila dihasilkan sendiri dan atas harga pembeli apabila diperoleh dari unit ekonomi lainnya. Barang-barang yang
berasal dari pembelian, yang akan dipakai sebagai input pada suatu kegiatan ekonomi atau untuk dijual lagi, maupun barang yang dihasilkan oleh unit-unit
sedang dalam proses pengerjaan dinilai dengan harga produsen apabila ada harganya di pasaran, akan tetapi bila tidak ada harga di pasar, maka barang
produksi yang belum terjual, baik dalam bentuk barang jadi maupun barang setengah jadi.
tersebut dinilai berdasarkan biaya yang dikeluarkan. Prinsip penilaian perubahan inventori adalah konsisten dengan prinsip penilaian output kotor
Para pemegang inventori tersebut adalah produsen, pedagang dan
(gross output) dan biaya antara.
pemerintah. Yang disebut inventori pada pemerintah adalah barang-barang yang dibeli untuk keperluan strategi, seperti bahan pangan dan bahan bakar
c. Klasifikasi Inventori Menurut Jenis Barang
yang disediakan guna keperluan pada waktu krisis. Alat-alat berat seperti kapal, pesawat terbang dan lain-lain yang sedang dalam proses pengerjaan
1. Sektor
penghasil
barang
yaitu
pertanian,
kehutanan,
perikanan,
merupakan inventori pada produsen. Bangunan yang sedang dikerjakan tidak
pertambangan, industri, gas dan air minum dan bangunan/konstruksi,
termasuk inventori merupakan bagian dari pembentukan modal tetap bruto. Dalam hal peternakan, pemeliharaan ternak untuk dipotong
dengan jenis inventori seperti: a. Bahan baku dan bahan penolong
diklasifikasikan sebagai inventori. Dalam praktek sangat sulit memisahkan ternak untuk dipotong dengan ternak untuk tujuan lainnya, karena pada
Semua bahan baku dan bahan penolong yang disediakan untuk proses lebih lanjut, dirakit atau dicetak dan untuk perbaikan.
akhirnya semua ternak itu akan dipotong. Apabila semua inventori akhir tahun yang ada pada produsen, pedagang
Termasuk barang lainnya yang digunakan untuk sektor bangunan dan minyak, bahan bakar lainnya yang dibeli untuk keperluan
dan pemerintah tersebut dikurangi dengan inventori pada awal tahun maka
konsumsi. Tercakup pula inventori dari pupuk, pembasmi hama, bibit
akan diperoleh perubahan inventori pada tahun bersangkutan.
dan barang-barang pertanian lainnya. b. Barang-barang yang sedang dalam proses pengerjaan dan belum
b. Penilaian Terhadap Penambahan dan Pengurangan inventori c. Penambahan inventori dinilai berdasarkan harga pembelian apabila barang tersebut dibeli dari unit ekonomi lainnya dan berdasarkan harga
terjual. Binatang ternak yang dipelihara untuk dipotong dan binatang ternak
lainnya kecuali yang termasuk dalam pembentukan modal tetap. d. Barang-barang hasil produksi yang siap untuk dijual.
produsen jika barang tersebut merupakan hasil produksi dari si pemegang
141
142
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
2. Pedagang besar dan eceran Barang-barang yang ada pada pedagang besar dan pedagang eceran
dalam f.o.b (free on board). Transaksi barang dan jasa pada prinsipnya
baik yang akan dijual maupun yang akan dipakai sebagai bahan baku
tersebut diberikan ke bukan penduduk. Untuk itu akan dijelaskan lebih lanjut
dan penolong untuk pembungkus, pengepak dan lain-lainnya.
mengenai transaksi barang dan jasa, penduduk dan f.o.b yang sesuai dengan konsep SNA dan Neraca Pembayaran.
3. Sektor penghasil barang lainnya Diantaranya mencakup inventori minyak dan bahan bakar lainnya dan barang-barang untuk perbaikan dan pemeliharaan dan lain-lainnya. 4. Barang-barang strategi pemerintah Inventori barang-barang strategi pemerintah seperti bahan pangan dan bahan bakar yang disediakan untuk keperluan pada waktu kritis. d. Metode Estimasi dan Sumber data
dicatat pada saat kepemilikan barang tersebut berpindah atau pada saat jasa
Transaksi ekonomi adalah suatu pertukaran nilai ekonomi oleh satu unit ekonomi dengan unit ekonomi lainnya. Yang dimaksud dengan nilai ekonomi adalah barang, jasa dan instrumen finansial. Transaksi ekonomi pada garis besarnya dapat digolongkan atas: penjualan barang-barang untuk ditukarkan dengan instrumen finansial, barter atau pertukaran barang dan jasa dengan barang dan jasa lainnya dan dapat juga merupakan pemberian barang dan jasa tanpa ada imbalan seperti hadiah, bantuan dan lain-lain. Penduduk, yang dimaksud dengan penduduk dalam hal ini adalah lembaga pemerintah, perorangan, perusahaan, baik perusahaan swasta maupun perusahaan negara, serta lembaga swasta nirlaba yang berada di
Dalam penyusunan tabel input-output, data perubahan inventori diperoleh dari berbagai survei maupun dari beberapa publikasi terbitan BPS. Data
wilayah domestik (wilayah yang berada dalam batas geografis). - Penduduk Lembaga pemerintah terdiri atas pemerintah pusat dan daerah
perubahan inventori yang tersedia hanya beberapa sektor, serta tidak terinci secara detail menurut komoditi yang ada pada klasifikasi input-output.
termasuk kedutaan dan konsulat di luar negeri. Badan dunia seperti IMF, Bank Dunia dan sejenisnya serta kedutaan dan konsulat asing yang
Sehingga untuk memperoleh data perubahan inventori menurut klasifikasi input-output dilakukan melalui proses rekonsiliasi dengan memperhatikan
berlokasi di wilayah domestik dianggap sebagai bukan penduduk. Penduduk perorangan adalah semua orang yang tinggal di wilayah
-
antara alokasi penggunaan output dengan jumlah penyediaan.
domestik, kecuali:
5.1.5
a. wisatawan asing yang tinggal di wilayah domestik kurang dari satu tahun dengan tujuan untuk bertamasya, berobat, beribadah,
Ekspor
Pengertian ekspor dalam tabel input-output adalah transaksi-transaksi
kunjungan keluarga, pertandingan olah raga, konperensi dan sebagainya.
ekonomi yang dilakukan oleh penduduk suatu negara/region dengan pihak luar negeri/region lain. Transaksi ekonomi meliputi transaksi barang, jasa
b. awak kapal/pesawat asing yang sedang singgah atau perbaikan di wilayah domestik.
pengangkutan, jasa pariwisata, jasa komunikasi dan transaksi komoditi
c.
lainnya. Penilaian ekspor barang atas dasar harga produsen dinyatakan
143
pengusaha atau pegawai perusahaan yang berlokasi di luar negeri sedang berada di wilayah domestik kurang dari satu tahun.
144
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
d. pekerja musiman yang berada di wilayah domestik kurang dari satu tahun.
b. Ekspor Barang Dagangan Ekspor barang dagangan mencakup perpindahan barang dagangan dari
e. staf kedutaan/konsulat asing yang tinggal di wilayah domestik f. -
-
pegawai badan internasional bukan warga negara yang bertugas di wilayah domestik kurang dari satu tahun.
Penduduk perusahaan adalah unit usaha yang melakukan kegiatan produksi dan transaksi di wilayah domestik, termasuk cabang
wilayah domestik ke luar negeri, meliputi: - penjualan kapal laut dan pesawat udara, baru maupun bekas, terlepas -
dari apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak penjualan listrik, gas dan air
perusahaan asing. Penduduk lembaga nirlaba terdiri atas semua lembaga nirlaba yang
-
penjualan emas untuk keperluan industri oleh penduduk ke bukan penduduk
berlokasi di wilayah domestik.
-
penjualan bahan baku dan perbekalan lainnya untuk kapal laut, pesawat
-
udara dan sejenisnya oleh penduduk ke bukan penduduk minyak dan gas bumi yang diambil oleh penduduk dari perairan nasional
negara pengekspor, yang meliputi: harga barang, pajak ekspor dan sejenisnya, biaya pengangkutan sampai ke batas negara, biaya asuransi
-
atau internasional kemudian didaratkan langsung di luar negeri ikan yang dijual langsung oleh kapal nelayan nasional di luar negeri
pengangkutan sampai ke atas kapal, komisi, biaya pembuatan dokumen,
-
penjualan persenjataan dan peralatan militer
biaya kontainer, biaya pengepakan, biaya kapal/pesawat udara/alat transport lainnya.
-
penjualan karya seni dan koleksi barang antik barang selundupan, ditemukan atau tidak oleh bea cukai
-
paket pos, selain langganan langsung surat kabar dan majalah dan sebagainya
Harga Free on Board (f.o.b) adalah harga barang sampai di atas kapal
pemuatan
barang
ke
a. Klasifikasi Ekspor Barang dan Jasa Jenis komoditi yang dicakup dalam transaksi ekspor barang dan jasa dirangkum dalam suatu klasifikasi yang meliputi: -
transaksi ekspor barang dagangan transaksi ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi
-
transaksi ekspor jasa asuransi pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing
-
serta badan internasional yang berada di wilayah dometik pembelian langsung di wilayah domestik oleh rumahtangga bukan penduduk
-
Yang tidak termasuk ekspor barang dagangan seperti: -
barang transit langsung
-
barang keperluan sehari-hari wisatawan manca negara barang untuk pameran, contoh atau barang yang tidak diperdagangkan, kontainer, serta binatang-binatang untuk pengembangbiakkan dan perlombaan
-
pemindahan barang ke luar negeri semata-mata untuk perbaikan transfer mesin, peralatan dan barang lainnya (termasuk film untuk gedung bioskop dan teknisinya) ke bukan penduduk dengan sistem sewa
ekspor barang dan jasa lainnya
145
146
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
c. Ekspor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi Ekspor jasa pengangkutan dan komunikasi mencakup jasa angkutan barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi. Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan penggunaan jasa dari perusahaan penduduk. d. Ekspor Jasa Asuransi
penduduk melalui pengoperasian alat angkutannya seperti kapal laut,
Ekspor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya. Ekspor jasa
pesawat udara dan sejenisnya.
asuransi pengangkutan barang meliputi jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan penduduk sehubungan dengan jaminan terhadap:
Ekspor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan
-
ekspor barang dagangan
perusahaan penduduk, sehubungan dengan: - pengangkutan barang dagangan
-
pengangkutan barang yang tidak tergolong barang dagangan dari/ke wilayah domestik atas biaya bukan penduduk
-
pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengimpor pengangkutan barang impor ke batas bea cukai negara pengekspor
-
pengangkutan barang transit milik bukan penduduk yang melalui wilayah domestik
-
pengangkutan barang milik bukan penduduk dalam dan antar negara di
-
luar negeri pengangkutan barang impor menuju batas bea cukai negara pengekspor barang impor tersebut
barang impor tersebut. Ekspor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi
Ekspor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan perusahaan penduduk untuk pengangkutan penumpang bukan penduduk ke
kecelakaan, kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa dan sebagainya yang dikeluarkan oleh bukan penduduk sehubungan dengan jasa
luar negeri, antar dan dalam negeri di luar negara. Tidak termasuk disini
asuransi yang dihasilkan.
pengangkutan penumpang bukan penduduk di wilayah domestik oleh perusahaan penduduk (dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan
Pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing, badan internasional serta oleh rumah tangga bukan penduduk dicakup
jasa diwilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk).
sebagai ekspor komoditi dan pembelian langsung oleh konsulat negara dan rumah tangga penduduk di luar negeri digolongkan sebagai impor komoditi.
Ekspor jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi biaya carter/sewa alat angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan (laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi yang
147
148
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
e. Ekspor Barang dan Jasa Angkutan Lainnya
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
warga negara Indonesia dengan warga negara asing dapat dibedakan dengan jelas, namun tidak demikian halnya dengan penduduk provinsi,
Bagian ini meliputi ekspor barang dan jasa selain dari ekspor barang
sangat sulit membedakan apakah orang tersebut penduduk provinsi tersebut
dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian langsung di wilayah domestik oleh kedutaan/konsulat asing serta badan
atau bukan. Sehingga jasa yang diberikan ke penduduk provinsi lain sulit diperkirakan, misalnya jasa angkutan, jasa komunikasi dan sebagainya.
internasional yang berada di wilayah domestik, pembelian langsung di wilayah domestik oleh rumah tangga bukan penduduk. Bagian ini terdiri atas
Sumber data yang digunakan dalam memperkirakan nilai ekspor barang dan jasa diperoleh dari buku Statistik Perdagangan Luar Negeri terbitan BPS,
barang dan jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang diterima dari luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-
Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia publikasi BI, buku Tahunan Statistik Pertambangan Indonesia publikasi Departemen Pertambangan dan
barang yang dibeli dari negara lain ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi,
Energi dan dari sumber data lainnya.
pengolahan dan konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi sejenis antara
Dalam tabel Input-output transaksi ekspor barang dan ekspor jasa, masing-masing diberi kode: 305 dan 306.
nonresiden dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya
g. Ekspor Barang
agen perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya yang berkaitan Perkiraan nilai ekspor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan
dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan
menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri BPS. Nilai ekspor
pengeluaran lain yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran langganan langsung surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian
barang yang tersedia adalah nilai ekspor barang yang diolah dengan metode "carry over". Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai ekspor
akibat pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang asing, (xi) hadiah barang yang dikirim ke luar negeri oleh rumah tangga
barang yang diolah dengan metode carry over tersebut perlu disesuaikan
penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii)
tersedia pada tahun yang bersangkutan. Nilai ekspor barang yang tersedia tersebut dirinci menurut kode Harmonized System (HS), sehingga harus
transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana.
untuk memperoleh nilai ekspor barang aktual, yaitu nilai ekspor barang yang
dilakukan konversi ke dalam klasifikasi kode input-output. Kode HS dalam hal f.
Metode Estimasi dan Sumber Data
ini adalah merupakan suatu kode klasifikasi baik untuk barang dagangan sebagai ekspor maupun sebagai impor yang digunakan sebagai pedoman
Untuk menghitung nilai ekspor barang dan jasa dalam penyusunan tabel input-output pada tingkat nasional permasalahan yang dihadapi tidak begitu
dalam transaksi perdagangan internasional. Barang dagangan yang diekspor dari suatu negara atau region adalah merupakan bagian dari output/hasil
sulit. Pada tingkat regional atau pada tingkat provinsi penghitungan ekspor
produksi dari suatu sektor tertentu, karena itu kode HS yang digunakan harus
menghadapi berbagai permasalahan, antara lain pada tingkat nasional antara
disesuaikan dengan sektor yang identik. Dalam penyusunan input-output,
149
150
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
klasifikasi yang dibentuk sesuai dengan sifat atau karakteristik dari suatu komoditi. Sehingga semua ekspor barang yang mempunyai kode HS tertentu
kode HS ke dalam klasifikasi input-output, misalnya untuk kode HS 100610900 yang merupakan komoditi padi-padian. Dengan melihat dari jenis
dapat dibagi habis ke dalam klasifikasi input-output. Tidak ada satupun kode
komoditi dengan kode HS tersebut, ini bisa merupakan hasil produksi/output
HS yang tidak dapat disesuaikan atau dikonversi ke dalam kode input-output. Untuk satu kode input-output bisa terdapat satu atau lebih kode HS. Nilai
dari sektor padi. Pada klasifikasi input-output berkode 001. Dan selanjutnya mengidentifikasi kode HS secara keseluruhan ke dalam klasifikasi input-
ekspor barang yang dirinci menurut kode HS masih dalam satuan dolar US, sehingga untuk mendapatkan nilai barang dalam satuan rupiah perlu
output. Hasil dari konversi ini dapat ditunjukkan pada Tabel 5.4 Setelah diperoleh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output, sub jumlah nilai
dikalikan dengan kurs ekspor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang ekspor). Kurs tersebut diperoleh dari rata-rata kurs beli dolar US yang
FOB dari setiap kode input-output adalah merupakan ekspor barang yang terletak pada kolom 305 pada kuadran II.
diperoleh dari BI, ditimbang dengan nilai nominal ekspor barang bulanan dolar US. Sebagai ilustrasi dapat dilihat prosedur konversi kode HS ke dalam kode input-output pada contoh penghitungan di bawah ini. Tabel 5.3 Ekspor Barang (aktual) Indonesia
No
Kode HS
Uraian
Berat Bersih
FOB (Rp. Ribu)
Tabel 5.4 Ekspor Barang Menurut Klasifikasi input-output Kode IO (baris)
Kode HS
001
100610900
10.513,00
sub total
10.513,00
Harga per Unit (Rp) 002
1. 060110000 Bulbs, tubus, tubuous, roots, couns & rhizuous, dormant Peas 2. 070810000 fresh/chilled
87465
74562
116.864,09
13.444,05
265.081,43
9.727,22
: dst
. . dst
47.490.039.119,32
1.339.733,50 1.366.959,36 29.432.546,34
sub total
32.139.239,20
10.513,00
32.139.239,20
. . 42.490.039.119,32
9.093.215.526,82
Nilai ekspor yang telah ditransformasikan ke dalam nilai rupiah dapat dilihat pada Tabel 5.3 kemudian dari tabel tersebut dilakukan konversi dari
151
Ekspor Barang (Kode 305/kolom)
070990300 100510000 100590000
. . Total
Jumlah
FOB (Rp. Ribu)
152
42.490.039.119,32
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
h. Ekspor Jasa
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
-
impor barang dagangan impor jasa pengangkutan dan komunikasi
Nilai ekspor jasa diperkirakan dari publikasi Neraca Pembayaran BI. Nilai
-
Impor jasa asuransi
yang tersedia masih dalam dolar US, sehingga perlu dikalikan dengan kurs ekspor untuk mendapatkan nilai jasa dalam rupiah. Dalam publikasi tersebut,
-
Pembelian langsung oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri Pembelian langsung oleh rumah tangga penduduk di luar negeri
nilai ekspor jasa tidak tersedia secara terpisah, tetapi masih tergabung dengan nilai impor jasa. Perkiraan nilai ekspor jasa, dihitung berdasarkan
-
Impor barang dan jasa lainnya
komponen-komponen ekspor jasa yang terdiri dari penggunaan fasilitas jasa yang disediakan oleh penduduk Indonesia yaitu jasa perjalanan dan
1. Impor Barang Dagangan
parawisata, jasa asuransi, jasa komunikasi, jasa perusahaan, serta jasa-jasa
Impor barang dagangan mencakup pemasukan barang dagangan ke wilayah
lainnya.
domestik dari luar negeri, seperti:
5.1.6.
Impor
-
pembelian kapal laut dan pesawat terbang baru maupun bekas, terlepas apakah barang tersebut melalui bea cukai atau tidak
Dalam tabel input-output transaksi impor barang dan jasa merupakan
-
pembelian listrik, gas dan air
bagian dari penyediaan bukan merupakan komponen permintaan akhir. Beberapa pengertian yang berkaitan dengan transaksi ekonomi dan
-
pembelian emas untuk keperluan industri dari bukan penduduk pembelian bahan bakar dan perbekalan lain untuk kapal laut, pesawat
-
udara dan sejenisnya ikan yang dibeli langsung dari kapal nelayan asing
penduduk dalam cakupan impor sama halnya dengan pengertian dalam komponen ekspor. Penilaian impor barang atas harga produsen dinilai dalam at landed cost yaitu penjumlahan dari nilai barang cif (cost insurance freight), pajak penjualan dan bea masuk. Yang dimaksud dengan harga cif adalah
-
minyak dan gas bumi milik bukan penduduk yang didaratkan langsung di wilayah domestik
harga barang sampai di pelabuhan negara pengimpor, meliputi: harga fob,
-
pembelian persenjataan dan peralatan militer lainnya oleh pemerintah
biaya pengangkutan dari batas negara pengekspor ke batas negara pengimpor, biaya bongkar barang dan biaya asuransi pengiriman barang.
-
bukan dari penduduk pembelian karya seni dan koleksi barang antik dari luar negeri
-
pengiriman barang titipan dari luar negeri untuk dijual atau diproses lebih lanjut
-
barang selundupan, apakah ditemukan atau tidak oleh bea cukai paket pos dari luar negeri, selain langganan langsung surat kabar dan
a. Klasifikasi Impor Barang dan Jasa Secara garis besar transaksi impor barang dan jasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
majalah
153
154
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Tidak termasuk impor barang dagangan seperti pemasukan barangbarang yang bukan termasuk ekspor barang dagangan di atas.
Impor jasa angkutan penumpang meliputi semua jasa yang diberikan perusahaan bukan penduduk untuk pengangkutan penumpang penduduk antar negara di luar negeri, dari luar negeri ke wilayah domestik dan wilayah
2. Impor Jasa Pengangkutan dan Komunikasi
domestik. Tidak termasuk disini pengangkutan penumpang penduduk oleh perusahaan bukan penduduk dalam suatu negara di luar negeri (akan
Impor jasa pengangkutan dan komunikasi dapat dirinci menjadi jasa angkutan barang (freight), jasa angkutan penumpang, serta jasa
dimasukkan sebagai pembelian langsung barang dan jasa di luar negara oleh rumah tangga penduduk).
pengangkutan lainnya dan komunikasi. Jasa angkutan barang meliputi pengangkutan barang oleh perusahaan
Jasa angkutan lainnya dan komunikasi meliputi: biaya carter/sewa alat
melalui pengoporasian alat angkutannya seperti kapal laut, pesawat udara,
angkutan, biaya buruh dan bongkar muat lainnya dan biaya pelabuhan
dan sejenisnya.
(laut/udara), biaya untuk jasa kapal tunda dan sejenisnya, biaya untuk operasi penyelamatan, jasa pos, telegram, telepon, radio dan televisi. Tidak
Impor jasa angkutan barang meliputi jasa angkutan barang yang dilakukan oleh:
termasuk disini barang untuk keperluan alat pengangkutan seperti bahan bakar dan perbekalan lain kapal laut dan pesawat udara (akan dimasukkan sebagai barang dagangan). Termasuk jasa perbaikan dan pemeliharaan alat
1. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan impor barang dagangan dari pelabuhan negara pengekspor.
angkutan yang diberikan oleh perusahaan pengangkutan, tetapi bila jasa tersebut diberikan oleh perusahaan bukan pengangkutan tidak dimasukkan
2. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang milik penduduk dalam dan antar negara di luar negeri.
disini (dimasukkan sebagai barang dan jasa lainnya).
3. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang milik penduduk yang tidak tergolong barang dagangan ke/dari wilayah
Impor jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi adalah besarnya pengeluaran penduduk atas penggunaan jasa pengangkutan lainnya dan komunikasi dari perusahaan bukan penduduk seperti tercakup dalam ruang
domestik. 4. Perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan pengangkutan barang ekspor ke batas bea cukai negara pengekspor.
lingkup di atas.
pengeluaran
Alat angkutan yang dicarterkan/disewakan pemiliknya, sebenarnya tidak terjadi perubahan kepemilikan. Bila pemilik alat angkutan tersebut adalah
penumpang di atas kapal serta biaya lainnya (biaya bagasi atau biaya barang yang dibawa penumpang serta mobil dan sebagainya) sehubungan dengan
perusahaan di luar negeri sedang penggunaan atau pengoperasian alat angkutan tersebut atas dasar carter/sewa oleh perusahaan penduduk, maka
pengangkutan penumpang.
biaya carter/sewa ini dianggap sebagai pembayaran jasa sewa oleh
Jasa
angkutan
penumpang
meliputi
155
tiket
penumpang,
156
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
penduduk dan alat angkutan tersebut diperlakukan sebagai barang modal negara pemilik alat angkutan tersebut.
Impor jasa asuransi lainnya adalah jasa asuransi lainnya yang dihasilkan oleh perusahaan bukan penduduk atas biaya penduduk.
Perlu dicatat bahwa apabila sewa/carter hanya untuk periode terbatas seperti pelayaran/perjalanan satu arah dimana pemilik alat angkutan juga sebagai operator, hal ini bukan jasa carter yang dimaksud di atas.
4. Pembelian Langsung oleh Kedutaan/Konsulat di Luar Negeri Yang dimaksud pembelian langsung kedutaan/konsulat negara di luar negeri adalah pembelian dikurangi penjualan barang, peralatan serta barang
3. Impor jasa Asuransi Impor jasa asuransi dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jasa
dan jasa lainnya oleh kedutaan/konsulat negara di luar negeri. Termasuk pengeluaran pembangunan gedung dan pekerjaan lainnya, sewa gedung dan
asuransi pengangkutan barang dan jasa asuransi lainnya.
bangunan lainnya, komisi untuk penanggung surat berharga pemerintah yang
Impor jasa asuransi pengangkutan barang mencakup: 1. Jasa asuransi baik yang dihasilkan oleh perusahaan bukan penduduk
dijual di luar negeri. Pembelian langsung oleh kedutaan konsulat di luar negeri digolongkan
maupun perusahaan penduduk sehubungan pengangkutan impor barang dagangan.
dengan
resiko
2. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan
sebagai impor komoditi. 5. Pembelian Langsung oleh Rumah Tangga Penduduk di Luar negeri
dengan resiko pengangkutan barang dalam dan antar negara di luar negeri atas biaya penduduk.
Bagian ini mencakup pengeluaran penduduk perorangan di luar negeri
3. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan dengan jaminan pengangkutan bukan barang dagangan dari/ke wilayah
seperti wisatawan, pegawai pemerintah, awak kapal, pekerja perbatasan maupun pekerja musiman, anggota korps diplomatik dan anggota militer yang
domestik atas biaya penduduk. 4. Jasa asuransi yang dihasilkan perusahaan bukan penduduk sehubungan
ditempatkan di luar negeri. Pengeluaran yang dicakup termasuk pengeluaran konsumsi rumah tangga, apakah dikonsumsi di tempat, di tempat lain, atau
dengan resiko pengangkutan barang ekspor ke batas bea cukai negara
dibawa ke negara tempat tinggal, termasuk juga jasa pengangkutan lokal.
pengekspor.
Pengeluaran wisatawan bisnis, pegawai pemerintah, awak kapal dan sebagainya, yang diganti kembali oleh perusahaan mereka, tidak
Impor jasa asuransi lainnya meliputi biaya sehubungan dengan asuransi
dimasukkan.
kebakaran, kehilangan dan kerusakan barang yang tidak berkaitan dengan pengangkutan barang, reasuransi pengangkutan barang, asuransi kecelakaan, asuransi kerugian, kesehatan dan sejenisnya, asuransi jiwa, dan
6. Impor Barang dan Jasa Lainnya Bagian ini meliputi impor barang dan jasa selain dari impor barang
sebagainya.
dagangan, jasa pengangkutan dan komunikasi, jasa asuransi, pembelian
157
158
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
langsung oleh kedutaan/konsulat di luar negeri, dan pembelian langsung di luar negeri oleh rumah tangga penduduk. Bagian ini terdiri atas barang dan
tersedia juga dirinci menurut kode HS serta masih dalam satuan dolar US. Untuk memperoleh nilai impor barang dalam rupiah maka harus dikalikan
jasa yang sangat beraneka ragam seperti: (i) biaya reparasi barang yang
dengan kurs impor (kurs dolar US terhadap rupiah untuk barang impor). Kurs
dikirim ke luar negeri, (ii) margin perdagangan atas barang-barang yang dikirim atau dijual ke negara ketiga, (iii) biaya administrasi, pengolahan dan
diperoleh dari rata-rata kurs jual dolar US bulanan dari BI ditimbang dengan nilai nominal impor barang bulanan BPS. Kemudian dilakukan konversi dari
konsultasi serta biaya kantor perusahaan cabang dan anak perusahaan yang dibayarkan perusahaan induk serta transaksi yang sejenis antara nonresiden
kode HS kedalam klasifikasi input-output sama halnya dengan ekspor barang. Contoh penghitungan impor barang Indonesia.
dan residen, (iv) komisi untuk penanggung dan biaya lainnya atas penerbitan surat-surat berharga swasta yang dijual di luar negeri, (v) biaya agen
Tabel 5.5
perantara yang beroperasi untuk pihak asing dan biaya lain yang berkaitan
Impor Barang (aktual) Indonesia
dengan emas bukan industri, (vi) penyewaan mesin, peralatan, film, dan sejenisnya, (vii) biaya advertensi, (viii) penyewaan ruang kantor dan
(Setelah dikalikan dengan kurs impor)
pengeluaran lainnya yang dibayar kembali oleh perusahaan, (ix) pembayaran langganan surat kabar dan majalah, (x) keuntungan atau kerugian akibat pengambilan keputusan dalam hal pembagian deviden dengan orang asing, (xi) hadiah barang yang dikirim atau diterima dari luar negeri oleh rumah tangga penduduk, (xii) barang dan harta benda milik rumah tangga migran, dan (xiii) transaksi barang dan jasa yang tidak tergolong dimana-mana. b. Metode Estimasi dan Sumber Data 1. Impor Barang Dagangan
CIF (Rp Ribu)
PPN (Rp Ribu)
Bea Masuk (Rp Ribu)
Landed Cost (Rp Ribu)
100510000 100590000 060110000 260120000 061209000 720230000 . .
425 200 165 550 350 170
50 40 30 150 25 10
25 60 20 50 25 20
500 300 215 750 400 200
Jumlah
10.000
3.000
2.000
15.000
No.
Kode HS
1 2 3 4 5 6
Perkiraan nilai impor barang dagangan (merchandise) dilakukan dengan menggunakan data statistik Perdagangan Luar Negeri yang diterbitkan oleh BPS. Nilai impor barang yang tersedia adalah nilai impor barang yang diolah dengan metode carry over seperti halnya ekspor barang. Untuk kebutuhan penyusunan tabel input-output, nilai impor barang hasil pengolahan dengan carry over tersebut perlu disesuaikan untuk memperoleh nilai impor barang aktual (perlakukannya sama dengan ekspor barang). Nilai impor barang yang
159
Dari Tabel 5.5 impor barang menurut kode HS, kemudian diidentifikasi dengan memperhatikan karakteristik atau sifat dari kode HS tersebut ke dalam klasifikasi input-output yang sesuai. Sebagai contoh untuk kode HS 100510000 yang merupakan komoditi biji jagung (corn seeds) dan kode HS 100590000 biji jagung lainnya (corn other seeds) ini merupakan komoditi yang sesuai pada sektor 002 yaitu pertanian biji-bijian jagung.
160
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Kode HS 060110000 yaitu umbi-umbian dan kode HS 061209000 yaitu umbiumbian lainnya. Keduanya tersebut pada klasifikasi INPUT-OUTPUT sesuai pada sektor 004 yaitu umbi-umbian lainnya. Kode HS 26120000 alat pemanggang dari besi, dan kode HS 720230000 logam besi campuran. Dilihat dari jenis komoditinya ini sesuai pada klasifikasi input-output sektor 105 yaitu industri besi dan baja dasar. Ini semua dilakukan untuk semua kode HS yang ada pada suatu tahun tertentu. Untuk lebih jelasnya contoh konversi kode HS ke dalam klasifikasi input-output dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Konversi Komoditi Impor Menurut Kode HS ke Dalam Klasifikasi Input-Output
Kode I-O
Kode HS
CIF (Rp Ribu)
PPN (Rp Ribu)
Bea Masuk (Rp Ribu)
Landed Cost (Rp Ribu)
002
100510000 100590000
425 200
50 40
25 60
500 300
Sub Total
625
90
85
800
060110000 061209000
165 350
30 25
20 25
215 400
Sub Total
515
55
45
615
260120000 720230000
550 170
150 10
50 20
750 200
10.000
3.000
2.000
15.000
004
105 Grand Total
Di dalam penyusunan input-output terutama yang terletak pada kuadran I yaitu permintaan antara serta pada kuadran II yaitu mengenai permintaan
161
akhir, kedua-duanya mengandung unsur dari komoditi impor. Atau dengan kata lain adanya alokasi komoditi impor baik yang ke permintaan antara maupun yang ke permintaan akhir. Sehingga setelah diperoleh nilai impor barang yang telah dikonversi dari kode HS ke dalam klasifikasi input-output perlu dilakukan satu tahapan yang memerlukan tingkat konsentrasi yang relatif tinggi yaitu "Destinasi Komoditi Impor". Destinasi komoditi impor merupakan identifikasi komoditi impor yang dirinci menurut kode HS yang telah diklasifikasikan ke dalam kode input-output untuk dialokasikan yang sesuai dengan karakteristik klasifikasi input-output apakah sebagai input antara pada sektoral atau sebagai permintaan akhir. Pada tahap pertama dilakukan destinasi yang hanya mengidentifikasi kode HS yang telah dikonversi untuk dialokasikan apakah sebagai input antara ke masing-masing sektor atau digunakan sebagai permintaan akhir. Misalnya sebagai contoh, dari Tabel 2 dengan kode HS 100510000 yang ada di sektor input-output berkode (002) setelah diidentifikasi ternyata sesuai dengan karakteristik dari komoditi impor tersebut, digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 052 yaitu sektor tepung lainnya selain terigu, padi-padian giling dan umbi-umbi kupasan, dan pada sektor 060 yaitu sektor makanan lainnya. Selain itu juga sebagai konsumsi rumah tangga (301) dan sebagai inventori (304) pada permintaan akhir. Kode HS 060110000 yang ada di sektor 004 digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 140 (sektor restoran) dan sektor 155 (sektor jasa kesehatan). Begitupun digunakan sebagai konsumsi rumah tangga (kode 301) pada permintaan akhir. Kode HS 260120000 yang ada pada sektor 105 bila dilihat dari karakteristik komoditinya, ini sesuai digunakan sebagai permintaan antara pada sektor 106 (sektor barang-barang dari besi dan baja dasar), pada sektor 114 (mesin dan perlengkapannya), sektor 119 (perlengkapan listrik lainnya) serta sektor-sektor lainnya. Sedangkan pada permintaan akhir hanya mungkin sebagai inventori (kode 304). Karena sesuai dengan sifat dari komoditi tersebut tidak mungkin digunakan sebagai konsumsi maupun sebagai pembentukan modal. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel 5.7.
162
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Tabel 5.7 Destinasi Komoditi Impor menurut Kode HS dan Kode Input-Output Kode I-O(Baris)
Kode HS
100510000 002 100590000
060110000
061209000
. . . 260120000
105
720230000
. . . . . .
163
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
Tahap selanjutnya untuk mengalokasikan nilai komoditi impor yang digunakan ke masing-masing sektor sebagai input antara maupun ke permintaan akhir, menggunakan proporsi alokasi output. Dengan kata lain
Kode I-O (Kolom) 052 060 301 304 052 060 301 140 155 301 140 141 151 301 . . . 106 114 119 304 081 106 114 115 116 134 304 . . .
setelah tahap pertama diperoleh destinasi kode HS seperti pada Tabel 5.7, maka nilai yang dialokasikan adalah merupakan nilai landed cost dengan menggunakan alokasi output ke masing-masing sektor baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir. Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
M hij =
X ij
∑X
× M hi ij
X ij = output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j
M hi = nilai impor komoditi HS h pada sektor (baris) i M hij = impor komoditi Hs h dari sektor (kolom) j.
∑X
ij
= jumlah output sektor (baris) i yang digunakan pada sektor (kolom) j.
Hasil destinasi nilai komoditi impor sebagai ilustrasi dapat dilihat pada Tabel 5.8. Untuk sektor industri penggunaan input antara yang bersumber dari komoditi impor disesuaikan dengan struktur input dari statistik industri yang berasal dari komoditi impor. Jumlah nilai impor yang telah didistribusikan ke masing-masing sektor (kolom) baik sebagai permintaan antara maupun sebagai permintaan akhir, jumlah nilai tersebut merupakan jumlah permintaan/demand berkode 310. Nilai tersebut harus sesuai dengan nilai impor dari sisi penyediaan/supply yang merupakan nilai landed cost.
164
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Tabel 5.8 Contoh Penghitungan Alokasi Nilai Impor per Kode HS Ke dalam Sektor Input-Output yang Menggunakan (Kode Input-Output Secara Kolom)
(3) 052 060 301 304
Alokasi Output (Rp. Ribu) (4) 150 200 125 300
Jumlah
-
775
100590000
052 060 301
150 200 125
Jumlah
-
475
140 155 301 140 141 155 301
75 100 125 300 25 50 45 60 180 200 100 50 50 400
Kode I-O Baris
Kode HS
(1)
(2) 100510000
002
060110000 Jumlah 004 061209000
Kode I-O Kolom
Jumlah 260120000 005
Jumlah . . .
106 114 119 304 -
Nilai Impor (Rp. Ribu) (5) 97 129 81 193 500 (Nilai landed cost) 95 126 79 300 (Nilai landed cost) 54 72 89 215 55 111 100 134 400 375 187 94 94 750
Bab 5. Penyusunan Tabel Input-Output: Teknik Estimasi Permintaan Akhir dan Impor
2. Impor Jasa Nilai impor jasa diperkirakan dengan menggunakan data dari buku yang sama dengan ekspor jasa yaitu statistik ekonomi dan keuangan Indonesia yang diturunkan dari neraca pembayaran yang disajikan oleh BI. Ikhtisar, pendekatan dan metode penghitungan yang digunakan pada impor jasa sama seperti yang dipakai pada ekspor jasa.
. . .
165
166
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi dan Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen Dengan menggunakan teknik yang telah dibahas pada Bab 5 dan 6
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
dilakukannya proses keseimbangan ini adalah untuk melihat sampai seberapa jauh tingkat konsistensi data yang digunakan. Dengan demikian proses rekonsiliasi ini akan membawa data ke dalam suatu sistem yang harmonis dan sempurna. Seperti diketahui bahwa dalam menyusun tabel Input-Output akan menggunakan bermacam-macam data yang diperoleh dari berbagai sumber. Meskipun data yang dikumpulkan oleh masing-masing sumber tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang sama, tetapi kadang kala menghasilkan data yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan data yang dikumpulkan menjadi tidak konsisten antara satu sumber dengan sumber
maka sudah dapat disusun kuadran I, II dan III tabel input-output. Akan tetapi basis estimasi yang digunakan adalah untuk memperoleh estimasi kolom per
lain. Perbedaan yang mendasar antara lain disebabkan karena:
kolom, sehingga kaidah hubungan antar variabel sepanjang baris tabel inputoutput belum tentu dapat terpenuhi. Untuk itu masih diperlukan satu tahap
a. Ruang lingkup/cakupan data b. Teknik pengumpulan dan pengolahannya
lagi dalam menyusun tabel input-output, yaitu tahapan proses rekonsiliasi.
c.
Kegiatan utama ini adalah melakukan penyeimbangan antara transaksi sepanjang baris dengan transaksi sepanjang kolom. Pengertian dan teknik
Kepentingan penyajian dan informasi yang akan disampaikan, dan sebagainya.
untuk melakukan proses rekonsiliasi inilah yang akan dibahas lebih jauh pada bab ini.
Apabila data yang tersedia dan akan digunakan dalam penyusunan tabel input-output tidak konsisten, maka akan berpengaruh terhadap penyusunan
Selain tentang rekonsiliasi, bab ini akan membahas pula tentang penyusunan tabel transaksi harga produsen. Pokok bahasan terakhir ini
tabel input-output itu sendiri. Penggunaan data yang tidak konsisten akan menyebabkan ketidak seimbangan (unbalance), baik pada sisi kolom
penting mengingat model input-output pada umumnya dikembangkan dengan
(struktur input) maupun sisi baris (alokasi output). Agar keseimbangan dapat
menggunakan penilaian harga produsen, sementra estimasi tabel inputoutput tahap awal adalah untuk harga pembeli sesuai dengan data yang
dicapai, maka perlu dilakukan proses rekonsiliasi dengan cara membuat seimbang antara isian sisi baris dan sisi kolom.
tersedia.
Oleh karena itu penyusunan tabel input-output disamping sangat berguna untuk menilai dan mengevaluasi sampai seberapa jauh tingkat konsistensi
6.1 Proses Rekonsiliasi (Penyeimbangan Sisi Kolom dan Sisi Baris)
data yang dikumpulkan oleh berbagai sumber, juga dapat digunakan untuk kepentingan-kepentingan lainnya.
Proses rekonsiliasi adalah suatu proses di mana isian data dalam sel-sel pada matriks tabel input-output harus dibuat seimbang (balance). Tujuan
167
168
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
6.1.1
Ilustrasi Proses Rekonsiliasi
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
b. Perapihan Baris
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penyusunan tabel
Proses perapihan baris dilakukan setelah perapihan kolom. Proses ini
input-output ini dapat dipelajari dan disajikan keseimbangan antara penyediaan (supply) dan permintaan (demand). Dengan kata lain proses
bertujuan untuk meneliti isian sel-sel data yang terbentuk dari perapihan kolom. Ditinjau dari sisi baris, isian pada setiap sel menunjukkan besaran
rekonsiliasi adalah menyamakan isian data pada sisi penyediaan dan sisi permintaan, atau isian sisi baris sama dengan sisi kolom. Sebelum proses
output dari masing-masing sektor penghasil yang menjadi input di sektor pengguna baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir.
rekonsiliasi, perlu dilakukan proses perapihan data baik dari sisi kolom maupun sisi baris dengan uraian sebagai berikut:
Dengan membaca baris secara berurutan dari sektor kolom berkode 1 sampai dengan yang terakhir, menunjukkan alokasi/distribusi output yang bervariasi antar sektor pengguna. Memang secara otomatis sel-sel yang
a. Perapihan Kolom
terisi berasal dari pengisian pada sisi kolom. Bila sel terisi pada sektor kolom dan baris yang berkode sama, maka sel tersebut biasa disebut
Yang pertama kali dilakukan adalah menyusun dan mengurutkan struktur input dari masing-masing kelompok komoditi (kolom), mulai dari kolom
sebagai sel diagonal. Pengisian sel tersebut bisa dilakukan dari 2 sisi baik dari struktur input ataupun dari alokasi output pada sektor yang
yang berkode 1 sampai dengan terakhir. Susunan input yang terdiri dari
sama.
input antara dan input primer ini akan membentuk "matriks", yang di dalam tabel input-output merupakan isian pada kuadran I dan III.
menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan data antara permintaan dan penyediaan.
Isian
pada
sel
yang
sama
tetapi
sumbernya
berbeda,
Kuadran I menggambarkan struktur input/permintaan antara dari masingmasing sektor, sedangkan kuadran III menggambarkan struktur input
Apabila perapihan kolom dan baris sudah selesai, maka bisa dilanjutkan
primer/nilai tambah brutonya. Langkah berikutnya adalah menyusun komponen konsumsi/ penggunaan
dengan proses rekonsiliasi. Proses ini bertujuan untuk memb. uat seimbang antara isian sisi kolom dan sisi baris yang biasanya dilakukan secara
dari masing-masing kelompok permintaan/ konsumen akhir menurut
berulang kali.
kolom. Isian dari sel-sel tersebut menjadi bagian pada kuadran II. Apabila isian kolom demi kolom tersebut sudah disusun, bukan berarti
Dari hasil perapihan kolom dan baris akan terbentuk kerangka tabel input-
penyusunan tabel input-output selesai, karena masih ada komponen 1) impor yang masih harus ditambahkan sebagai bagian dari sisi
output dengan posisi sebagai berikut:
persediaan. Selain itu masih perlu ditambahkan pula dengan komponen TTM (Trade and Transport Margin). 1 Total input/penggunaan di masing-masing kolom bisa berasal dari produksi domestik (dalam negeri) dan impor (luar negeri)
169
170
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Tabel Transaksi Total Atas Dasar Harga Produsen
b. Sisi baris :
Kolom 1
2
3
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
Baris
1 2 3 4
kolom kode 1 s.d 5 = sektor ekonomi sebagai pengguna/ pemakai dari sektor baris sebagai permintaan antara kolom 180 = jumlah permintaan antara (1 s.d. 5) kolom 309 = jumlah permintaan akhir (301 s.d. 306) kolom 310 = jumlah permintaan (antara dan akhir) kolom 409 = jumlah impor (401 s.d. 404) kolom 509 = jumlah marjin perdagangan dan biaya pengangkutan (501 s.d 503) kolom 600 = jumlah/total output domestik kolom 700 = jumlah penyediaan (supply) kolom 800 = sel-sel ketidak seimbangan (unbalance)
5
Dengan kerangka tersebut di atas, proses rekonsiliasi dapat menggunakan formula matematis yang dijabarkan dalam bentuk persamaan, yaitu merupakan penjumlahan/ pengurangan pada masing-masing isian sel kolom/baris di setiap sektor. Formula/persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
190 200 209 210 220
a. Secara kolom (190) = (1) + (2) + (3) + (4) + (5) (209) = (201) + (202) + (203) + (204) - (205) (210) = (600) = (190) + (209) ---> pada tahap awal (220) = (190) + (209) (Secara mekanis) (230) = (210) - (220)
230
a. Sisi kolom: baris kode 1 s.d 5
baris 190 baris 200 baris 209 baris 210 baris 220 baris 230
= sektor ekonomi sebagai penghasil/ penyedia produk yang digunakan oleh sektor lain (sektor kolom) sebagai input antara = jumlah input antara = jumlah input antara barang impor = jumlah biaya primer (nilai tambah bruto) = jumlah/total input = isian dari proses penjumlahan secara mekanis = sel-sel ketidak seimbangan (unbalance)
171
b. Secara baris: (180) = (1) + (2) + (3) + (4) + (5) (309) = (301) + (302) + (303) + (304) + (305) + (306) (310) = (180) + (309) (409) = (401) + (402) + (403) + (404) (509) = (501) + (502) + (503) (600) = output (control total) diperoleh dari perhitungan (700) = (409) + (509) + (600) (Secara mekanis) (800) = (310) - (700)
172
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
6.1.2
Tahap dan Jenis Pelaksanaan Proses Rekonsiliasi
Proses ini bertujuan untuk menyeimbangkan sisi input dan sisi output dari masing-masing sektor pada kode yang sama. Ini mengacu kepada sistim penyusunan neraca produksi dimana pada keseimbangan sektoral, total input harus sama dengan total output di masing-masing sektor (domestik). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi berikut:
Dari ilustrasi tabel di atas, terlihat bahwa sisi kolom pada sektor (3), total input yang digunakan sebesar 900, terdiri dari 500 sebagai biaya antara dan 400 sebagai biaya primer. Pada setiap perapihan kolom, komposisi isian selsel biasanya selalu dibuat dalam keadaan seimbang (230 = 0), tetapi jika dilihat dari sisi baris pada sektor yang sama (3), jumlah output dari sektor tersebut hanya sebesar 650. Ini tidak sama dengan jumlah susunan inputnya (210). Padahal jumlah output harus sama dengan jumlah input pada sektor yang sama (210 = 600). Dengan asumsi bahwa total input sebesar 900 jauh lebih benar daripada total output sebesar 650, maka ketidak seimbangan tersebut dapat dihilangkan dengan merubah total output menjadi 900, disamping juga dapat menambah/ menaikkan isian pada sel-sel permintaan baik permintaan antara maupun permintaan akhir, sehingga kondisi tabel tersebut berubah seperti pada ilustrasi berikut:
Ilustrasi 1
Ilustrasi 2
Meskipun dalam pengertian sederhana tujuan dari proses rekonsiliasi ini adalah menyeimbangkan isian sel-sel antara kolom dan baris, tetapi secara bertahap proses tersebut dapat dimulai dengan cara sebagai berikut: a. Rekonsiliasi Antara Jumlah Input dan Output (210 vs 600)
Kolom
Kolom 1
2
3
180
309
310
409
509
600
700
1
800
2
3
1
175
1
175
2
50
2
50 155 25 10 125
3
190
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
350 300
750 500
1100 800
150
50
900 650
1100 850
0 (50)
Baris
Baris
25
125
50
200
300
350
200
500
150
50
400
600
(50)
3 4
75
5
75
190
530 500
209
200
200
210
550
209
400
220
550
210
900
230
0
220
930 900
230
(30)
173
60 100 50 90
174
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ketidak seimbangan antara jumlah input dengan output sebesar 250 (selisih antara 900 dan 650) serta komoditi unbalance sebesar -50 dibalancing pada sektor (3), (4), (5) dan (309); nilai sebesar 300 (tambahnya nilai persediaan) didistribusikan dengan menaikkan isian pada sektor-sektor tersebut. Akibat rekonsiliasi tersebut, total input pada kolom 3 menjadi tidak seimbang (210 ╪ 220). Ketidak seimbangan pada sisi kolom tersebut sebesar -30, harus dibuat menjadi 0
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Ilustrasi 3 Kolom 1
2
3
1
175
2
50
(nol); dimana salah satu caranya bisa dengan jalan mengurangkan komponen nilai tambah (209) dari 400 menjadi 370. Cara lain dapat juga
3 4
75
dilakukan dengan mengurangkan struktur input yang lain pada kuadran I.
5
75
190
530
Dengan demikian isian sel dalam tabel menjadi sebagai berikut:
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
350
750
1100
150
50
900
1100
(50)
Baris
25
10
155
60 100
200
a.1 Rekonsiliasi pada kuadran III. Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan komponen nilai tambah bruto (209). Biasanya dilakukan pada kelompok surplus usaha (202).
209
370 400 370
210
900
220
900
230
0
a.2 Rekonsiliasi pada kuadran I. Penyeimbangan ini dilakukan dengan cara menurunkan salah satu komponen input pada kuadran I, baris (1) dari 175 menjadi 145.
175
176
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Ilustrasi 4 Kolom 1
2
3
4
5
180 309
310
409 509
600
700
800
Baris 1
145 175
2
50
3
25
10
155
4
75
5
75
190
500 530
Dengan adanya perubahan output akan mengakibatkan susunan input secara keseluruhan juga berubah, akibat dari perubahan susunan input tersebut (utamanya input antara) maka akan berdampak pada sektor baris yang menjadi tidak seimbang (unbalance) b. Rekonsiliasi Antara Penyediaan dan Permintaan (700 vs 310)
60 100
350 700 1100 150
50
900
1100
0
Pada ilustrasi 3 dan 4 terlihat bahwa posisi sektor (3) sudah seimbang antara susunan input dan alokasi outputnya (230 = 0, 800 = 0 serta 210 = 600). Tetapi misalnya total penyediaan (700) belum seimbang dengan total permintaan (310), maka kolom (800) masih belum = 0 (nol) seperti pada ilustrasi berikut: Ilustrasi 5
200 Kolom 209 210 220 230
1
400 370 400
2
3
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
350
700
1050 150
50
900
1100
-50
Baris
900 900
1
145
2
150
3
0
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara kolom posisi sektor (3) sudah balance (230 = 0) begitu pula sisi baris (800 = 0). Untuk itu proses rekonsiliasi sementara dianggap selesai. Perlu diketahui bahwa selama proses rekonsiliasi sebaiknya perubahan output (utamanya untuk kode 210) kalau bisa dihindari, karena biasanya akan menimbulkan banyak kesulitan dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu pada waktu penyusunan output (biasa disebut dengan Control Total/CT) untuk pertama kali sebelum masuk ke dalam proses rekonsiliasi harus dilakukan dengan secermat-cermatnya.
177
25
10
155
4
75
5
75
190
500
60 100
200 209
400
210
900
220
900
230
0
178
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Menurut persamaan matematisnya, kolom (700) harus sama dengan kolom (310). Untuk membuat komposisi tersebut seimbang, atau dengan kata lain menghilangkan nilai -50 dari kolom (800) maka dapat dilakukan dengan cara menaikkan permintaan (demand) secara keseluruhan sebesar 50 atau menurunkan penyediaan (supply) sebesar 50. Selain itu bisa juga dilakukan dengan proses kombinasi diantara keduanya, yaitu secara bersama-sama menaikkan sebagian permintaan dan menurunkan sebagian penyediaan. Dengan demikian maka permintaan dan penyediaan pada baris (3) dapat dibuat seimbang dengan proses sebagai berikut:
Proses rekonsiliasi tersebut di atas akan menyebabkan ketidak seimbangan pada kuadran II, dan biasanya bisa langsung dibalancing pada kolom
(304).
Ini
menggambarkan
adanya
penambahan
level
pada
permintaan akhir. b.2 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan antara Ilustrasi 7 Kolom
b.1 Menaikkan permintaan pada komponen permintaan akhir (kolom 309)
1
2
3
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
70 115 60 100
400 350
700
1100
150
50
900
1100
0 (50)
(5) (5) (15) (10) (15)
(50)
Baris
Ilustrasi 6
1
145
Kolom 1
2
3
4
5
180
309
310
409
509
600
700
800
2
Baris 1
145
2
50
3
25
10
155
4
75
5
75
190
3
60 100
350
500
200 209
400
210
900
220
900
230
0
750 700
1100 1050
150
50
900
1100
0
30 25
15 10
50 170 155
4
75
5
75
190
515
209
400
210
900
220
915
230
Proses rekonsiliasi di atas akan menyebabkan ketidak seimbangan pada sektor dalam kuadran I, dimana semua sektor menjadi tidak seimbang (unbalance). Untuk menyeimbangkan isian baris pada masing-masing kolom
179
180
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
tersebut dapat dilakukan proses seperti pada ilustrasi yang sebelumnya (ilustrasi 3). Hal yang perlu diperhatikan bahwa baris (230) harus menjadi 0
c. Rekonsiliasi sektor khusus
(nol).
Proses rekonsiliasi ini dilakukan pada sektor yang pada umumnya mempunyai perlakuan khusus seperti pada sektor perdagangan, pengangkutan dan impor. Biasanya proses dimulai dari sisi kolom yang kemudian dibalancing pada sisi baris. Untuk mendukung proses tersebut diperlukan lembar kerja tambahan yang berisi data rinci dari kegiatan tersebut (lembar kerja ini tidak dipublikasikan). Bahkan tabel transaksi atas dasar harga pembeli harus dilampirkan secara bersama-sama dengan harga produsen. Pada waktu melakukan rekonsiliasi ini dibutuhkan tingkat ketelitian yang lebih tinggi, karena prosesnya terjadi secara beruntun dan berkesinambungan.
c.
Menaikkan permintaan akhir dan menurunkan penyediaan
Ilustrasi 8 Kolom 1
2
3
4
5
180
309
310
350
725 700
1075 1050
409
509
150
25 50
600
700
800
900
1075 1100
0 (50)
Baris 1
145
2
50
3
25
10
155
4
75
5
75
190
500
209
400
210
900
220
900
230
0
60 100
Proses rekonsiliasi di atas dilakukan dengan jalan misalnya menurunkan komponen penyediaan (509) dari nilai 50 menjadi sebesar 25 sehingga total penyediaan berubah dari 1100 menjadi 1075. Di sisi lain menaikkan total permintaan (pada permintaan akhir) dari 700 menjadi 725. Sehingga terjadilah keseimbangan antara sisi kolom dan sisi baris (310 = 700).
c.1 Margin Perdagangan Rekonsiliasi pada sektor kolom 501 dan 502 ini harus diimbangi dengan penyesuaian pada sektor perdagangan (besar maupun eceran) di sisi baris. Secara kolom jumlah kedua sektor tersebut pada transaksi harga pembeli maupun harga produsen harus sama dengan 0; tetapi sel pada masingmasing sektor hanya akan terisi pada transaksi harga pembeli dan kosong (0) pada transaksi harga produsen. Supaya jumlah/total kedua sektor tersebut menjadi 0, maka nilai penjumlahan dari masing-masing baris pada kolom tersebut harus dibuat sama dengan nilai total margin perdagangan yang ada pada baris sektor perdagangan; dimana isian pada baris sektor perdagangan harus diberi tanda berlawanan (negatif). Pada transaksi atas dasar harga produsen, kolom (501) dan kolom (502) seluruh sel baris harus berisi angka nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor perdagangan akan mengisi hampir diseluruh sektor kolom. c.2 Margin Pengangkutan Proses rekonsiliasi pada sektor 503 ini pada prinsipnya hampir sama dengan sektor perdagangan. Perbedaan yang terjadi hanya pada
181
182
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
penyesuaian kolom (503) dengan total margin pengangkutan yang timbul di sektor pengangkutan. Perlu diperhatikan bahwa total output perdagangan semua menjadi margin, tetapi tidak demikian halnya dengan margin pengangkutan. Hanya sebagian dari output sektor pengangkutan yang merupakan margin, sedangkan sisanya adalah biaya pengangkutan. Pada transaksi atas dasar harga pembeli, proses rekonsiliasi hanya dilakukan pada kolom 503 dan baris sektor pengangkutan. Pada kolom tersebut jumlah isian dari masing-masing sel baris harus sama dengan jumlah isian pada baris sektor pengangkutan: dimana baris sektor pengangkutan diberi tanda berlawanan (negatif), sehingga jumlah kolom 503 menjadi 0 (nol). Pada transaksi atas dasar harga produsen, kolom (503) seluruh sel baris berisi angka nol (0), tetapi di sisi lain baris sektor pengangkutan akan mengisi hampir di seluruh sektor kolom. Meskipun dasar penyelesaiannya di sini hampir sama dengan sektor perdagangan di atas, tetapi ada perbedaan biaya angkut yang bukan merupakan komponen margin.
merupakan penjumlahan dari nilai impor barang (401), pajak penjualan barang impor (402), bea masuk (403) dan impor jasa (404). Sisi baris dengan kode (200) merupakan jumlah nilai impor yang menjadi input pada masingmasing sektor kolom. Perlakuan impor ini terjadi karena adanya transaksi total dan transaksi domestik baik atas dasar harga pembeli maupun atas dasar harga produsen. Pada transaksi total baik atas dasar harga pembeli maupun harga produsen kolom (409) berisi angka, sedangkan pada baris (200) berisi angka 0 (nol). Sebaliknya pada transaksi domestik, maka kolom (409) berisi angka 0 (nol) dan baris (200) berisi angka. Suatu hal yang perlu diperhatikan bahwa pada setiap tahap rekonsiliasi, ketidakseimbangan baik didalam sisi kolom maupun sisi baris semakin lama harus semakin kecil; oleh sebab itu proses rekonsiliasi dianggap selesai kalau setiap isian sel pada kolom (800) atau baris (230) berisi angka 0 (nol). Pada prakteknya proses rekonsiliasi ini harus dilakukan berulang kali, karena setiap melakukan penyeimbangan pada sisi baris kemungkinan akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada sisi lain (sisi kolom), begitu juga sebaliknya. Setelah proses ini selesai, maka pada tahap selanjutnya tabeltabel pokok, tabel penunjang maupun tabel-tabel analisis lainnya dapat disajikan dengan menghilangkan terlebih dahulu kolom 800 dan baris 230 yang hanya disiapkan sebagai sel pembantu dalam proses rekonsiliasi.
c.3 Matriks Impor Tujuan dari rekonsiliasi ini adalah menyeimbangkan total nilai impor terhadap sisi permintaan domestik. Dalam penyusunan tabel input-output selama ini, data impor selalu dianggap mapan karena sistem pendataannya yang cukup baik. Sistem pencatatan yang hanya menggambarkan total kuantiti dan nilai impor tidak dapat menjelaskan alur pendistribusian barangbarang tersebut. Oleh sebab itu perlu disusun sebuah tabel penunjang yang dikenal dengan matriks destinasi impor. Fungsi daripada matriks ini adalah menyusun alur komponen impor dalam penggunaannya pada sektor domestik baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir. Pada kondisi ini proses rekonsiliasi perlu dilakukan apabila pada masingmasing sel nilai pemakaian baik sebagai permintaan antara maupun permintaan akhir secara total jauh lebih kecil daripada nilai impor yang dialokasikan. Padahal seharusnya sel-sel tersebut berisi nilai yang lebih besar atau sama dengan nilai impor. Proses rekonsiliasi impor ini dapat dilakukan pada sisi kolom dan sisi baris. Sisi kolom dengan kode (409)
183
6.2
Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Seperti telah disebutkan pada bagian terdahulu bahwa tabel-tabel dasar yang disajikan terdiri tabel input-output transaksi harga pembeli, transaksi harga produsen, dan transaksi domestik. Pekerjaan yang dilakukan dalam subbab 4.1 sampai 4.4 akan menghasilkan tabel input-output transaksi harga pembeli. Dalam tabel tersebut semua transaksi dinilai atas harga pembeli, yang berarti dalam nilai transaksi tersebut sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Pada dasarnya margin perdagangan dan biaya pengangkutan merupakan selisih antara harga pembeli atau harga konsumen dengan harga produsen, yang mencakup keuntungan pedagang besar dan eceran serta biaya
184
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
pengangkutan yang timbul dalam menyalurkan barang dari tangan produsen sampai ke konsumen. Jika tabel input-output transaksi harga pembeli dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang timbul dalam transaksi pembeli tersebut, maka akan diperoleh tabel input-output transaksi harga produsen. Tabel ini memperlihatkan hubungan langsung antar sektor tanpa dipengaruhi margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Perkiraan margin perdagangan dan biaya pengangkutan dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan arus barang (commodity flow approach), yaitu untuk setiap komoditi yang diperdagangkan diteliti besarnya margin perdagangan dan rasio biaya pengangkutan terhadap harga produsen. Rasio-rasio ini dapat diperoleh dari hasil survei khusus terhadap barang-barang yang menimbulkan marjin. Untuk lebih jelasnya cara penyusunan tabel input-output transaksi harga produsen, perhatikan contoh berikut. Tabel 6.1 Tabel Input-Output Transaksi Total Atas Dasar Harga Pembeli (Milyar Rupiah) SEKTOR
1
2
3
180
309
1
73,994
508,686
56,464
639,144
467,397
2
85,558
1,078,930
419,849
1,584,336
2,284,180
3
25,795
178,409
383,699
587,903
965,446
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
200
0
0
0
0
0
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
185
SEKTOR
310
409
501 + 502
503
600
1
1,106,541
104,210
103,274
20,926
878,131
2
3,868,516
576,388
404,545
92,103
2,795,479
3
1,553,349
159,533
(507,819)
(113,029)
2,014,664
190
6,528,406
840,132
0
0
5,688,274
200
0
0
0
0
0
209 210
Keterangan : 1 = sektor primer 2 = sektor sekunder 3 = sektor Tersier 180 = total permintaan antara 309 = total permintaan akhir 310 = total permintaan 409 = impor 501 + 502 = margin perdagangan 503 = biaya pengangkutan 600 = output 700 = total penawaran
186
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.2 Matriks Margin Perdagangan dan Biaya Pengangkutan (Milyar Rupiah)
Tabel 6.3 Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen
SEKTOR
1
2
1
4,137
40,651
12,731
57,519
66,681
2
12,398
141,399
55,269
209,067
287,582
3
(16,535)
(182,050)
(68,001)
(266,586)
(354,262)
190
0
0
0
0
0
200
0
0
0
0
209
0
0
0
0
210
0
0
0
0
SEKTOR
310
409
3
501+502
180
(Milyar Rupiah)
503
309
600
SEKTOR
1
2
3
180
309
1
69,857
468,036
43,732
581,625
400,716
2
73,159
937,530
364,579
1,375,269
1,996,598
3
42,330
360,459
451,699
854,489
1,319,708
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
200
0
0
0
0
0
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
700 SEKTOR
310
409
501 + 502
503
509
600
700
496,648
1
982,341
104,210
0
0
0
878,131
982,341
0
(620,848)
2
3,371,868
576,388
0
0
0
2,795,479
3,371,868
0
0
0
3
2,174,197
159,533
0
0
0
2,014,664
2,174,197
0
0
0
0
190
6,528,406
840,132
0
0
0
5,688,274
6,528,406
0
0
0
0
0
200
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 209
0
0
0
0
0
0
0
210
0
0
0
0
0
0
0
1
124,200
0
103,274
20,926
0
124,200
2
496,648
0
404,545
92,103
0
3
(620,848)
0
(507,819)
(113,029)
190
0
0
0
200
0
0
209
0
210
0
Tabel 6.1 adalah Tabel input-output transaksi harga pembeli tahun 2005 yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir dinilai atas dasar harga pembeli. Ini berarti dalam nilai tersebut sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Oleh sebab itu
187
188
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
dalam struktur input setiap sektor, tidak ada input yang berasal dari sektor perdagangan serta input sektor pengangkutan hanya mencakup biaya pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan barang dagangan). Dengan kata lain alokasi output sektor perdagangan bernilai nol dan alokasi output sektor pengangkutan hanya untuk pengangkutan penumpang dan barang sendiri (bukan pengangkutan barang dagangan). Selanjutnya karena nilai transaksi dalam Tabel 6.1 sudah termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan, maka total margin perdagangan dan biaya pengangkutan diletakkan pada kolom khusus (kolom 501 dan 502 serta 503), dan diperhitungkan sebagai bagian dari supply bersama dengan output agar terjadi keseimbangan pada masing-masing baris. Tabel 6.2 memperlihatkan margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang terjadi dalam menyalurkan barang dari tangan produsen ke konsumen. Dari Tabel 6.1 nilai input sektor sekunder (sektor 2) yang berasal dari sektor primer (sektor 1) sebesar 508.686 milyar rupiah (baris dan kolom 2). Dalam menyalurkan barang-barang sektor primer ke sektor sekunder tersebut terjadi margin perdagangan (keuntungan pedagang) dan biaya untuk mengangkut barang sebesar 40.651 milyar rupiah (Tabel 6.2, baris 1, kolom 2). Maka untuk mendapatkan transaksi atas harga produsen, transaksi harga pembeli harus dikurangi margin perdagangan dan biaya pengangkutan dan diperoleh sebesar 468 036 milyar rupiah (Tabel 6.3, baris 1, kolom 2). Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir dinilai atas dasar harga produsen (dalam nilai transaksi tersebut tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan). Tetapi karena total input antara masing-masing kolom Tabel 6.2 harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 1, maka nilai margin perdagangan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor perdagangan dan nilai biaya pengangkutan diperlakukan sebagai input yang berasal dari sektor pengangkutan. Akibatnya, karena nilai transaksi tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan maka total margin perdagangan dan biaya pengangkutan dalam kolom 501 dan 502 serta 503 sebagai pengimbangnya harus bernilai nol. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel
6.3 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga pembeli pada Tabel 6.1 dengan margin perdagangan dan biaya pengangkutan pada Tabel 6.2.
189
190
a. Penyusunan Tabel Transaksi Domestik Harga Produsen Tabel input-output transaksi domestik harga produsen merupakan turunan dari tabel input-output transaksi harga produsen, yaitu dengan mengeluarkan seluruh komponen impor dari setiap transaksi. Dengan kata lain, transaksi domestik harga produsen menunjukkan hubungan langsung antara sektor penghasil produksi dalam negeri dengan sektor pemakai tanpa dipengaruhi oleh komponen impor, margin perdagangan dan biaya pengangkutan. Dalam tabel transaksi domestik harga produsen, semua nilai transaksi hanya mencakup produksi barang dan jasa produksi dalam negeri dan dinilai atas dasar harga produsen. Untuk menjaga keseimbangan input setiap sektor, maka input antara yang berasal dari impor dicatat pada baris khusus (baris 200). Secara praktis, penyusunan tabel transaksi domestik harga produsen diperoleh berdasarkan selisih antara tabel transaksi harga produsen dengan matriks impor. Matriks impor tersebut diperoleh dengan menguraikan total impor (kolom 409) pada masing-masing sektor ke dalam sektor-sektor yang menggunakan komponen impor tersebut. Penguraian total impor masingmasing sektor tersebut dapat didasarkan pada sensus, survei, lembagalembaga terkait atau sumber-sumber lainnya. Sebagai contoh untuk sektorsektor industri, komponen impor setiap sektor diperoleh berdasarkan Survei Industri Besar dan Sedang. Penjelasan yang lebih rinci mengenai penguraian/destinasi impor dapat dilihat pada subbab 4.3. Untuk lebih jelasnya penyusunan tabel transaksi domestik atas harga produsen perhatikan contoh berikut. Tabel 6.3 diberikan lagi disini untuk memperjelas penyusunan tabel input-output transaksi domestik harga produsen.
SEKTOR
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.3 Tabel Input-Output Transaksi Harga Produsen (Milyar Rupiah)
Tabel 6.4 Matriks Destinasi Impor (Milyar Rupiah)
1
2
3
180
309
SEKTOR
1
2
3
180
309
1
69,857
468,036
43,732
581,625
400,716
1
9,918
86,200
194
96,312
7,898
2
73,159
937,530
364,579
1,375,269
1,996,598
2
9,660
292,816
64,978
367,454
208,934
3
42,330
360,459
451,699
854,489
1,319,708
3
3,798
36,872
62,568
103,237
56,296
190
185,346
1,766,025
860,011
2,811,383
3,717,023
190
23,376
415,887
127,739
567,003
273,129
200
0
0
0
0
0
200
(23,376)
(415,887)
(127,739)
(567,003)
(273,129)
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892 209
0
0
0
0
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274 210
0
0
0
0
SEKTOR
310
409
501 + 502
503
600
700 SEKTOR
1
982,341
104,210
0
0
878,131
982,341
2
3,371,868
576,388
0
0
2,795,479
3,371,868
3
2,174,197
159,533
0
0
2,014,664
2,174,197
190
6,528,406
840,132
0
0
5,688,274
6,528,406
200
0
0
0
0
0
0
209
0
0
0
0
0
0
210
0
0
0
0
0
0
191
310
409
501+502
503
509
600
700
1
104,210
104,210
0
0
0
0
104,210
2
576,388
576,388
0
0
0
0
576,388
3
159,533
159,533
0
0
0
0
159,533
190
840,132
840,132
0
0
0
0
840,132
200
(840,132)
(840,132)
0
0
0
0
(840,132)
209
0
0
0
0
0
0
0
210
0
0
0
0
0
0
0
192
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 6. Penyusunan Tabel Input-Output: Proses Rekonsiliasi & Penyusunan Tabel Transaksi Harga Produsen
Tabel 6.5 Tabel Input-Output Transaksi Domestik Harga Produsen (Milyar Rupiah)
Tabel 6.3 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi harga produsen yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan
SEKTOR
1
2
3
180
309
akhir masih mengandung komponen impor. Untuk mendapatkan tabel inputoutput transaksi domestik harga produsen maka setiap transaksi yang mengandung komponen barang impor harus dikeluarkan.
1
59,939
381,836
43,538
485,313
392,818
2
63,499
644,715
299,601
1,007,815
1,787,664
3
38,533
323,588
389,132
751,252
1,263,412
190
161,970
1,350,138
732,271
2,244,380
3,443,895
104.210 milyar rupiah (baris 1, kolom 409) digunakan oleh sektor 1, 2, dan 3 sebagai permintaan antara sebesar 9.918, 86.200, dan 194 milyar rupiah,
200
23,376
415,887
127,739
567,003
273,129
serta komponen impor yang digunakan sebagai permintaan akhir sebesar
209
692,785
1,029,454
1,154,653
2,876,892
0
210
878,131
2,795,479
2,014,664
5,688,274
0
7.898 milyar rupiah. Tabel 6.5 memperlihatkan sebuah tabel input-output transaksi domestik
Tabel 6.4 memperlihatkan matriks destinasi impor dari setiap sektor. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa total impor sektor 1 (sektor primer) sebesar
harga produsen, yaitu semua transaksi baik permintaan antara maupun permintaan akhir merupakan produksi domestik (tidak termasuk komponen impor). Tetapi karena total input antara masing-masing kolom Tabel 6.5 SEKTOR
310
409
501+502
503
600
700
1
878,131
0
0
0
878,131
878,131
2
2,795,479
0
0
0
2,795,479
2,795,479
3
2,014,664
0
0
0
2,014,664
2,014,664
190
5,688,274
0
0
0
5,688,274
5,688,274
200
840,132
840,132
0
0
0
840,132
209
0
0
0
0
0
0
210
0
0
0
0
0
0
193
harus tetap sama dengan total input antara pada Tabel 6.3, maka nilai impor harus diletakkan pada baris khusus yaitu baris 200. Secara praktis, nilai transaksi pada Tabel 6.5 diperoleh dengan mengurangkan nilai transaksi atas harga produsen dengan nilai impornya.
194
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
menjamin hasil peramalan yang konsisten. Artinya semua persyaratan
Teknik Penyusunan Tabel Input Output : Metode Tidak Langsung
identitas ekonomi makro sudah terpenuhi. Misalnya jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan. Dalam tabel input-output diperoleh suatu hubungan fungsional antara 1
output ( X ) dengan permintaan akhir ( F ) ; Berdasarkan hubungan ini misalnya, melalui tabel input-output 2005 dapat diperkirakan besarnya output tahun 2006-2010. Dengan melakukan proyeksi tersebut berarti kita
Pada bab ini akan dijelaskan secara rinci teknik penyusunan tabel input output dengan metode tak langsung, yang terdiri dari metode non-survei dan semi survei. Metode pertama benar-benar mengandalkan pendekatan matematis untuk menghitung matriks koefisien teknis, sedangkan metode kedua menggabungkan pendekatan secara langsung dengan metode tak langsung, yaitu sebagian sel-sel matriks koefisien teknis diperkirakan dari hasil survei dan sebagian lagi melalui pendekatan matematis. Disamping itu dalam bab ini akan diuraikan pula contoh penghitungan kedua metode tersebut dengan menggunakan data hipotesis.
7.1
menganggap bahwa koefisien teknis tidak banyak berubah selama kurun waktu proyeksi. Padahal kita tahu bahwa koefisien teknis atau matriks A ini tentunya tidak akan stabil dalam waktu yang cukup panjang. Paling tidak ada tiga faktor yang mempengaruhinya, yaitu perubahan teknologi, harga, dan klasifikasi yang digunakan. Disamping faktor tersebut, umumnya untuk negara yang sedang berkembang mutu statistiknya kurang begitu baik, sehingga masalah ini perlu dipertimbangkan sebagai salah satu faktor lagi yang mempengaruhi perubahan koefisien teknis. Walaupun demikian, menurut para ahli, untuk periode yang pendek matriks A masih dapat dipakai untuk proyeksi. Masalahnya pengertian pendek ini sangat relatif apakah l, 2,
Metode Non Survei
3, 4, atau 5 tahun. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini secara seksama, Banyak
cara
yang
bisa
digunakan
untuk
memperkirakan
perkembangan ekonomi suatu “wilayah’. Ada yang sederhana, ada pula yang kompleks. Karena sifat variabel-variabel makro ekonomi saling berkaitan satu
perlu dilakukan suatu penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan koefisien teknis tersebut, terutama tingkat perkembangan teknologi yang digunakan dalam perekonomian. Paling tidak ada tiga
dengan yang lainnya, maka dalam pemilihan metode peramalan tersebut
pendekatan yang dapat ditempuh dengan cara (1) survei langsung untuk
perlu dipikirkan unsur keterkaitannya. Tabel Input-Output secara tidak
seluruh sektor perekonomian, disebut juga metode survei, (2) setengah
langsung telah memberikan suatu kerangka analisis yang komprehensif dan konsisten,
sehingga
dengan
memanfaatkan kerangka
195
tersebut
akan
1 Dalam analisis I-O kedua variabel tersebut dihubungkan dengan suatu matriks multiplier Leontief "(I-A)-1" yang merupakan alat ampuh dalam analisis dampak. Hubungan tersebut secara matematis ditulis sebagai X=(I-A)-1F.
196
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
survei, yaitu sebagian koefisien teknis diestimasi dengan metode tertentu dan
dibahas. Hal ini dilakukan karena metode ini dari segi metodologi cukup
sebagian lagi disurvei, (3) cara tidak langsung atau disebut juga metode non-
sederhana, banyak dipakai dan hasilnya cukup memuaskan.
tetapi
Secara sederhana metode RAS merupakan suatu metode untuk
memerlukan sumber daya yang cukup besar. Pendekatan kedua dan ketiga
memperkirakan matriks koefisien input yang baru pada tahun t " A(t ) "
biasanya merupakan jalan kompromi yang lazim ditempuh untuk melakukan
dengan menggunakan informasi koefisien input tahun dasar " A(0 ) ", total
survei.
Pendekatan
pertama
merupakan
pendekatan
terbaik,
perbaikan (up-dating) terhadap matriks A .
permintaan antara tahun t, dan total input antara tahun t. Secara matematis 3
metode RAS dapat diuraikan sebagai berikut. 7.1.1
Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode NonAndaikan matriks koefisien input pada tahun dasar adalah
Survei
{ a t (0 ) }, i,,j =1,2,...,n.
Tabel input-output umumnya terdiri dari kuadran I, II dan III. Kuadran I merupakan matriks input antara atau disebut juga koefisien teknis (matriks
A ). Dua kuadran berikutnya berkaitan dengan matriks permintaan akhir dan nilai tambah yang secara praktis lebih mudah disusun dibanding matriks A , karena data/informasi yang tersedia seperti data pendapatan nasional, matriks ekspor impor dan lain-lain sudah sangat membantu. Jika pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk memperbaiki matriks A , maka kita mau tidak mau harus berhadapan dengan pendekatan matematis. Ada beberapa metode yang dapat dipakai untuk memperbaharui matriks
A , misalnya metode RAS, RECRAS, Lagrangian, Residual Minimum, Two 2
Stage RAS/Lagrangian Dalam makalah ini hanya metode RAS yang akan
Matriks koefisien input untuk tahun proyeksi t
diperkirakan dengan rumus yang matriks
elemen-elemennya diagonal
A(0) =
yang
A(t ) = R ⋅ A(0) ⋅ S di mana R = matriks diagonal menunjukkan pengaruh elemen-elemennya
substitusi, dan S =
menggambarkan
pengaruh
fabrikasi. Pengaruh substitusi menunjukkan seberapa jauh suatu komoditi (baca menurut baris dalam tabel input-output) dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi. Pengaruh fabrikasi menunjukkan seberapa jauh suatu sektor (baca menurut kolom dalam tabel input-output) dapat menyerap input antara dari total input yang tersedia. Andaikan
ri dan S j berturut-turut merupakan elemen matriks diagonal R
dan S. Misalkan pula
x t (0) adalah input antara sektor j yang berasal dari
output sektor i pada tahun dasar. Untuk menjaga konsistensi hasil estimasi
ri
2
Pembahasan secara matematis keseluruhan metode ini dapat dipelajari, misalnya dalam Yukio Kaneko, On the Method of Updating and Forecasting Input Coefficients Matrix, A Quantitative Study on Medium/Long-Term Prospect of Indonesian Economy, Bappenas, Occasional Paper l7, March l982, dan dalam An Emperical Study on Projecting and Forecasting the Input Coefficient Matrix in Leontief Model, Discussion Paper No. 2, December l983. Dalam paper yang disebut terakhir ini berbagai metode dibandingkan dengan menggunakan data empiris Tabel input-output Jepang l975.
3 Penurunan metode ini mengikuti logika tulisan Kaneko, ibid halaman 1-2, dengan beberapa perubahan notasi dan penjelasan.
197
198
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
dan
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
S j , perlu ditambahkan dua persamaan pembatas seperti tertera di
7.1.2
Contoh Penerapan
bawah ini. Untuk lebih meresapi dan menghayati prosedur estimasi menggunakan
∑ r i x ij (0 ) s j = b i , i = 1 , 2 ,..., n n
Metode RAS Sederhana berikut ini diberikan contoh yang diambil dari hasil
i =1
Studi Penyusunan Tabel Input-Output Sektor Transportasi 2006 dengan
dan
beberapa penyederhanaan.
∑ r i x ij (0 ) s j = k i , i = 1, 2 ,..., n n
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa Metode RAS
i =1
dengan
merupakan suatu metode/cara untuk mencari satu set bilangan pengganda
bi = jumlah permintaan antara sektor i pada tahun t
baris dan pengganda kolom untuk mendapatkan matriks kuadran I yang baru.
k i = jumlah input antara sektor j pada tahun t.
Apabila A adalah matriks koefisien input yang berasal dari kuadran I, dan
Dengan dua persamaan pembatas tersebut diperoleh 2n persamaan dengan 2n bilangan yang tidak diketahui ( n buah
ri dan n buah S j ). Akan
tetapi jika kita perhatikan lebih jauh, sebenarnya hanya ada
2 t −1 persamaan
yang bebas, sedangkan persamaan yang satunya bergantung dengan persamaan lainnya. Coba tunjukkan hal ini untuk kasus n = 2 . Ingat bahwa
adalah elemennya, maka
at
a t tersebut terbentuk dari dua macam pengaruh,
yaitu: 1. Pengaruh substitusi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi i dapat digantikan oleh komoditi lain dalam proses produksi. 2. Pengaruh fabrikasi, yang menunjukkan seberapa jauh komoditi j dapat menyerap input antara dari total input yang tersedia.
jumlah seluruh permintaan antara sama dengan jumlah seluruh input antara. Oleh karena itu kita tidak dapat secara langsung menyelesaikan sistem
Besarnya pengaruh pengganda substitusi yang bekerja di sepanjang
persamaan ini. Suatu penyelesaian yang sifatnya aproksimatif dapat
baris i sangat dipengaruhi oleh besarnya total permintaan antara sektor i.
digunakan. Lazimnya pemecahan ini menggunakan prosedur iteratif yang
Demikian pula besarnya pengaruh pengganda fabrikasi yang bekerja di
konvergen, artinya kecermatan hasil perhitungan sangat tergantung pada
sepanjang kolom j, sangat dipengaruhi oleh total input antara yang digunakan
jumlah iterasi yang dilakukan. Karena sifatnya konvergen, berarti
oleh sektor j. Apabila pengganda substitusi diberi notasi
makin
banyak jumlah iterasi yang dilakukan, makin dekat hasilnya pada suatu angka tertentu.
fabrikasi diberi notasi S j , sedangkan
ri dan pengganda
A(0) adalah matriks koefisien input
dasar (dalam kasus ini adalah tahun 2005) maka matriks koefisien input yang
199
200
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
baru (2006) adalah
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
A(t ) = RA(0 )S . Dalam hal ini R dan S adalah matriks
diagonal yang masing-masing terbentuk dari vektor r dan s .
X . j = jumlah permintaan antara sektor i, kode l90
f i. = jumlah permintaan akhir sektor i, kode 309;
Untuk dapat menghitung besarnya vektor r dan s , terlebih dahulu harus dihitung secara manual jumlah permintaan antara masing-masing sektor ( x i ) dan jumlah input antara masing-masing sektor ( x j ). Untuk lebih jelas tentang proses penggunaan metode RAS, berikut ini diberikan contoh hipotetik dengan menggunakan kerangka input-output ukuran m = n = 3 .
200 ( X ) = 0 0
(1) Tabel Input-Output Dasar (Tahun 2005)
0
Sektor Produksi
j
X i′.
f i′.
X i′
1
160
40
200
300
2
150
250
400
100
200
3
120
180
300
350
700
X .′j
100
250
80
430
470
900
250
V.′j
100
150
220
470
700
X .′j
200
400
300
900
X i.
f i.
Xi
1
2
3
1
50
100
0
150
50
200
2
30
50
20
100
200
3
20
50
30
100
X.j
100
200
50
350
V. j
100
100
150
X.j
200
300
200
i
400
(2) Tabel Input-Output Hipotetik Tahun 2006
Sektor Produksi
j
0 0 300
0
i
X . j = jumlah input antara sektor j, kode l80
1
2
3
a. Sel-sel yang terisi angkanya, disiapkan secara manual dan merupakan angka-angka tahun 2006 yang sebenarnya;
V. j = jumlah input primer (nilai tambah bruto) sektor j, kode 209 X . j = X i. = jumlah output sektor j, kode 210 = 600, untuk i = j
201
b. Sel-sel yang kosong merupakan kuadran I, yang harus diisi dengan menggunakan matriks
A(0) berikut:
202
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
a ij =
X ij Xj
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
X .′j = output tahun 2006 sektor j
, i = j = 1,2,3
Hitung ⇒ a11 =
X i′ = jumlah input antara tahun 2006 sektor j x i′. = jumlah permintaan antara tahun 2006 sektor i
X 11 50 = = 0,250 X 1 200
Hitung ⇒ r 1 i =
, i = 1,2,3 X 1i 160 r 11 = = 0,873 183,3 150 r 12 = = 1,184 126,7 120 r 13 = = 0,911 131,7
X 30 Hitung ⇒ a 33 = 33 = = 0,150 X 3 200 Merupakan matriks diagonal output atau input tahun 2006
A(0 )
(3) MATRIKS j
1
2
3
1
0,250
0,333
0
2
0,150
0,167
0,100
3
0,100
0,167
0,150
i
X i′
Diperoleh matriks diagonal pengaruh substitusi:
(4) MATRIKS j
A(0 )X ′
1
2
3
Jumlah
X .′j
1
50
133,3
0
183,3
160
2
30
66,7
30
126,7
150
3
20
66,7
45
131,7
120
Jumlah
100
266,7
75
X i′
100
250
80
i
203
0,873 1 R = 0 0
0 1,184 0
0 0 0,911
204
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
(5) MATRIKS j
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
R ′A(0 )X ′
(6) MATRIKS j
1
2
3
Jumlah
1
44,8
113,6
0,0
158,4
150,0
2
36,5
77,1
37,1
150,7
120,0
3
18,7
59,3
42,9
120,9
Jumlah
100,0
250,0
80,0
1
2
3
Jumlah
1
43,6
116,4
0,0
160,0
2
35,5
79,0
35,5
3
18,2
60,8
41,0
Jumlah
97,3
256,2
76,5
i
R ′A(0 )X ′S 1
i
p = 1, j = 1,2,3
1,010 R2 = 0 0
p = putaran ke p
Hitung ⇒ S
1
i
=
S 11 =
X ′j X
p
, j = 1,2,3 j
100 = 1,028 97,3
S 12 =
250 = 0,976 256,2
S 13 =
80 = 1,045 76,5
0 0,995 0
0 0 0,993
Proses penyusunan matriks dengan menggunakan matriks pengaruh substitusi,
R dan matriks pengaruh pabrikasi S akan terus berlanjut seperti
contoh di atas sampai diperoleh R p = S p = I , p = putaran ke p. Dari hasil perhitungan selanjutnya, akhirnya diperoleh matriks akhir yang merupakan matriks
R 3 R 2 R 1 A(0) X ′S 1 S 2 S 3 .
Diperoleh matriks diagonal pengaruh fabrikasi:
1,027 1 R = 0 0
0 0,976 0
0 0 1,045
205
206
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
(7) MATRIKS j
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
1
2
3
Jumlah
1
45,3
114,7
0,0
160,0
2
36,2
76,6
37,2
150,0
3
18,5
58,7
42,8
120,0
Jumlah
100,0
250,0
80,0
i
0 ,883 R =R R R = 0 0 1
atau
3
0 1,178 0
0 ,903 0 0
i =1 1, 025 S =S S S = 0 0
1 0 0 4 4 R = S = I = 0 1 0 0 0 1 Dari matriks akhir di atas, dapat diturunkan matriks koefisien input
2
R 3 = πR ′
1
atau S
3
2
3
0 0 ,975 0
1, 053 0 0
= πS ′
i =1
A(t ) yaitu
dengan membagi nilai pada masing-masing kolom terhadap nilai output Untuk menghitung matriks
At = RA(0 )S
(8) MATRIKS
R 3 R 2 R 1 A(0 )X ′S 1 S 2 S 3
X j. .
0 0 0,250 0,333 0,000 1,025 0 0 0,883 A(t ) = RA(0 )S = 0 1,178 0 ⋅ 0,150 0,167 0,100 ⋅ 0 0,975 0 0 0,100 0,167 0,150 0 0 0 , 903 0 1 , 053
A(t ) tersebut dapat pula diturunkan melalui
0,226 0,287 0,000 = 0,181 0,191 0,124 0,093 0,147 0,143
penggunaan vektor pengganda baris r dan pengganda kolom s , sebagai berikut:
Setelah matriks akhir selesai dikerjakan, maka Tabel input-output updated tahun 2006 dapat disusun dengan memasukkan matriks tersebut ke dalam kerangka tabel input-output, seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.
207
208
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
(9) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated j
Metode Semi-Survei Sebenarnya cara yang terbaik untuk memperkirakan matriks A adalah
Sektor Produksi
i
7.2
x i′
f i′
X i′
1
2
3
1
45,3
114,7
0,0
160,0
40,0
200,0
2
36,2
76,6
37,2
150,0
250,0
400,0
3
18,5
58,7
42,8
120,0
180,0
300,0
x.′j
100,0
250,0
80,0
430,0
470,0
900,0
v.′j
100,0
150,0
220,0
470,0
melalui survei langsung. Tetapi mengingat biaya, waktu dan tenaga, maka metode RAS akan sangat membantu. Untuk memaksimalkan hasil estimasi, dapat saja dimasukkan beberapa informasi penting ke dalam beberapa elemen matriks A yang akan diperbaharui. Misalnya untuk sektor-sektor kunci yang datanya tersedia, seperti sektor industri pengolahan, sektor
X .′j
tanaman bahan makanan dan sebagainya. Dengan memasukkan informasi baru tersebut berarti kita tidak perlu lagi melakukan estimasi untuk elemen bersangkutan. Konsekuensinya nilai jumlah permintaan antara ( bi ) dan input antara ( k j ) yang terkena pengaruh tersebut harus dikurangkan sebesar
200,0
400,0
300,0
900,0
angka yang sudah dimasukkan dalam matriks A . Metode RAS tanpa memberikan informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS
Metode RAS merupakan salah satu metode untuk memperkirakan matriks koefisien input atau koefisien teknis yang sangat berguna bagi
Sederhana, sedangkan metode RAS yang sudah memberikan tambahan informasi baru ke dalam matriks A disebut Metode RAS Modifikasi.
penyusunan tabel input-output dan analisis I-O lanjutan. Dengan memahami metode ini secara baik, merupakan suatu landasan yang kuat untuk mempelajari metode-metode yang lebih rumit seperti RECRAS, Lagrangian,
7.2.1
Teknik Penyusunan Tabel Input-Output dengan Metode SemiSurvei
dan sebagainya. Bahan yang diberikan di sini masih bersifat pengantar dan belum
Jika diperhatikan secara seksama angka-angka di dalam kuadran I yang
lengkap. Untuk mendalami masalah ini secara baik dapat dipelajari dari
dihasilkan oleh metode RAS, sepenuhnya diperoleh dari matriks A(0 ) dan
berbagai literatur atau paling tidak melalui referensi yang diberikan pada catatan kaki.
pengaruh angka-angka pengganda baris dan kolom seperti telah diuraikan sebelumnya. Sekarang yang menjadi persoalan apakah angka-angka yang dihasilkan tersebut sudah cukup akurat, teliti dan mampu menggambarkan keadaan sebenarnya untuk tahun 2006.
209
210
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
Suatu perkiraan sudah barang tentu akan mengalami ketidaktepatan, apabila diingat bahwa hubungan antar industri yang digambarkan oleh
mempengaruhi terlebih dahulu beberapa sel pada kuadran I, selanjutnya disebut Metode RAS Modifikasi.
matriks di kuadran I, bukan saja dipengaruhi oleh faktor teknis berupa angka
Pada Tabel input-output Indonesia Sektor Transportasi tahun 2006,
substitusi dan fabrikasi, tetapi juga oleh kejadian-kejadian sosial dan ekonomi
angka-angka yang dimasukkan pada kuadran I adalah angka untuk beberapa
yang
secara
sektor kunci khususnya yang menggunakan bahan baku tertentu seperti: padi
proporsional terhadap semua angka di sepanjang baris dan kolom tanpa
untuk industri penggilingan beras, gandum untuk industri tepung terigu, kapas
pertimbangan lain, walaupun dilakukan melalui proses komputer yang
untuk industri pemintalan benang, minyak mentah untuk industri pengilangan,
tentunya memberikan hasil yang lebih tepat dan cepat. Dari pengamatan
besi dan baja bahan untuk industri besi dan baja, CKD dan komponen mesin
terhadap angka-angka di kuadran I yang dihasilkan oleh metode RAS
untuk industri mesin dan sebagainya.
bersifat
non-teknis.
Kedua
angka
pengganda
bekerja
sederhana ternyata muncul beberapa kejanggalan, seperti contoh berikut ini.
Dalam proses penghitungan dengan menggunakan metode RAS
Output dari industri perbengkelan kereta api seluruhnya merupakan input
modifikasi, semua sel terpilih tidak diproses dan diberikan nilai nol, sehingga
antara dari sektor angkutan kereta api, sehingga seharusnya tanpa pengaruh
jumlah input antara dan jumlah permintaan antara pada masing-masing
substitusi atau fabrikasi angkanya langsung dipakai. Tetapi akibat pengaruh
kolom dan baris akan berkurang sebesar nilai sel terpilih tadi. Proses
tersebut, angka akhir selalu berbeda antara jumlah penyediaan dan
penyusunan kuadran I untuk selanjutnya sama dengan proses menggunakan
permintaan. Contoh lain, minyak mentah yang dialokasikan untuk input
metode RAS sederhana. Setelah proses RAS selesai dilakukan, maka sel-sel
antara industri pengilangan minyak, angkanya terlalu besar dibandingkan
pilihan yang bernilai 0 tadi diganti dengan nilai perkiraan yang sebenarnya.
seluruh input antara industri pengilangan tersebut. Masih banyak lagi
Berikut ini adalah contoh penggunaan metode RAS modifikasi dengan
kejanggalan-kejanggalan yang ditemui seperti pada industri kendaraan
menggunakan ilustrasi angka. Untuk mudahnya ikuti lebih dahulu contoh
bermotor, bangunan tempat tinggal, angkutan udara dan sebagainya.
penggunaan metode RAS sebelumnya.
Untuk mengurangi kejanggalan-kejanggalan seperti yang disebutkan di atas, maka harus dilakukan pengisian angka pada sel-sel tertentu di kuadran
7.2.1
Contoh Penerapan
I. Angka pada sel-sel terpilih tersebut diperkirakan secara tersendiri dan didasarkan pada data dan informasi yang tersedia pada tahun 2006. Angka-
Dengan memanfaatkan semua data dan informasi yang ada pada
angka pilihan ini tidak diikutsertakan dalam proses RAS, dan besarnya tetap
Tabel (2) subbab (c), serta menambahkan informasi pada kuadran I,
sama hingga proses RAS selesai dikerjakan. Metoda RAS dengan
baris ke-2 kolom ke-1 sebesar 40, maka diperoleh tabel (1) berikut.
211
212
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
XXXX 0000 AAAA
(1) Tabel Input-Output yang Dihitung Tahun 2006 Sektor Produksi
j i
1
2
2
40
3
x.′j
x i′
f i′
X i′
160
40
200
150
250
400
120
180
300
470
900
j
100
250
80
430
v.′j
100
150
220
470
X .′j
200
400
300
900
2
3
Jumlah
x’i.
1
50
133,3
0
183,3
160
2
0
66,7
30
96,7
110
3
20
66,7
45
131,7
120
Jumlah
70
266,7
75
x’.j
60
250
80
Seperti biasa, pertama-tama dicari matriks:
Angka 40 di atas merupakan angka yang ditaksir tersendiri dan tidak diikutsertakan
′
1
i
3
1
( )
(2) MATRIKS
dalam
proses
RAS.
Perlu
diingat
bahwa
dengan
dimasukkannya angka 40 ini, sehingga jumlah input antara di kolom 1 tidak
0 ,873 R = 0 0
0 1,138
1
0
0 , 911 0 0
lagi 100 tetapi 60 (100-40). Begitu pula jumlah permintaan antara baris ke-2 sebesar 110 (150-40). Selanjutnya, prosedur yang sama dengan RAS sederhana dilakukan. Pada Tabel (2) berikut tampak bahwa pada (2,1) sama dengan nol (tidak ikut dalam proses RAS) dan jumlah input antara untuk
Setelah proses iterasi berjalan hingga dicapai: n
∏R =∏S i
i =1
i
=I
i =1
masing-masing sektor berturut-turut sebesar 60, 250 dan 80. maka akan diperoleh matriks akhir berikut dengan memasukkan kembali angka 40 di sel (2,1).
213
214
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 7. Teknik Penyusunan Tabel Input-Output: Metode Tidak Langsung
j
(5) MATRIKS
1
2
3
Jumlah
1
42,8
117,2
0,0
160,0
2
40,0
73,7
36,3
3
17,2
59,1
43,7
Jumlah
100,0
250,0
80,0
i
AAAA tttt
(3) MATRIKS AKHIR j
1
2
3
1
0,214
0,293
0,000
150,0
2
0,200
0,184
0,121
120,0
3
0,087
0,148
0,146
i
Proses penyusunan kuadran I dengan menggunakan metoda semi survei Akhirnya dengan menambahkan data nilai tambah, permintaan akhir dan output setiap sektor ke dalam Tabel (3), diperoleh Tabel (4) berikut:
baris dan kolom tetap bekerja dan berlanjut terus sampai dipenuhi suatu kondisi dimana jumlah input antara dan jumlah permintaan antara masing-
(4) Tabel Input-Output Tahun 2006 Updated
masing sektor sama dengan angka "plafond" yang diberikan. Pengaruh pengganda baris (substitusi) dan pengganda kolom (fabrikasi) pada metode
Sektor Produksi
j
sebenarnya sama dengan penggunaan RAS sederhana, artinya pengganda
x i′
f i′
X i′
RAS modifikasi tidak bekerja secara utuh seperti pada metode RAS
1
2
3
1
42,8
117,2
0,0
160,0
40,0
200,0
kwadran I diperkirakan tersendiri, maka sel-sel tersebut tidak terkena
2
40,0
73,7
36,3
150,0
250,0
400,0
pengaruh pengganda baris maupun kolom. Di lain pihak bila kedua pengaruh
3
17,2
59,1
43,7
120,0
180,0
300,0
x.′j
tadi bekerja secara utuh, (metode RAS sederhana) maka kelemahan pun
100,0
250,0
80,0
430,0
470,0
900,0
akan timbul karena setiap sel di sepanjang baris dan kolom akan mendapat
v.′j
100,0
150,0
220,0
470,0
X .′j
200,0
400,0
300,0
900,0
i
sederhana. Karena dalam metode RAS modifikasi sebagian sel pada
perlakuan yang homogen dan perubahannya pun akan selalu proporsional; padahal dalam kenyataannya pengaruh tadi bisa berbeda antara satu sektor dengan sektor lainnya. Dengan berbagai pertimbangan di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa tabel input-output pembaharuan yang
Matriks A setelah dilakukan perbaikan dengan pendekatan semi survei
disusun berdasarkan metoda RAS modifikasi akan lebih baik dibandingkan
adalah:
dengan tabel berdasarkan metode RAS sederhana.
215
216
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Perlakuan Khusus
Bab 8. Perlakuan Khusus
terbuka; Kedua sebagai produsen penghasil jasa dari faktor produksi tenaga kerja seperti pada model input-output tertutup. Contoh model inpuI-output terbuka ditunjukkan oleh tabel-tabel input-output pada bab-bab sebelumnya, sedangkan contoh model input-output tertutup seperti ditunjukkan berikut ini dengan menggunakan Tabel input-output Indonesia 2005.
Perlakuan khusus dalam tabel input-output meliputi perlakuan terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, subsidi, produk
Tabel 8.1.a Transaksi Domestik Atas Dasar Harga Produsen Input-Output 2005 Klasifikasi 3 Sektor Industri
ikutan dan sampingan, barang bekas dan apkiran dan perbedaan statistik. Perlakuan khusus ini disajikan dalam kaitannya dengan model konvensional
dan Rumah tangga
yang umum dipakai di Indonesia. Oleh karena data Input-Output dapat
(Model Input-Output Tertutup) (Milyar Rupiah)
digunakan untuk berbagai kebutuhan analisis, maka dengan perlakuanperlakuan khusus ini akan mampu mengarahkan hasil analisis yang menggunakan model Input-Output lebih sesuai dengan tujuan-tujuannya. Model Input-Output konvensional yang dimaksudkan adalah seperti yang
SEKTOR
1
2
3
301
180
ditunjukkan pada bab II, dimana konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah ditempatkan pada kuadran II, subsidi pada kuadran I atau sektor yang menerima subsidi, barang bekas pada sektor dummy, dan produk
1 2 3
59,939 63,499 38,533
381,836 644,715 323,588
43,538 299,601 389,132
181,118 618,376 803,457
485,313 1,007,815 88116347
ikutan dan sampingan pada sektor yang sesuai dengan ciri-ciri (characteristics) output sektor tersebut. Penempatan semua hal tersebut
201
128,399
312,959
440,860
0
882,218
dapat diubah sesuai dengan tujuan dan analisis tabel input-output.
190
161,970
1,350,138
732,271
1,602,950
2,244,380
200
23,376
415,887
127,739
182,641
567,003
NTB Lain
564,386
716,495
713,794
0
1,994,674
210
878,131
2,795,479
2,014,664
8.1
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga dalam tabel input-output konvensional biasanya
ditempatkan pada bagian permintaan akhir. Model ini secara implisit menunjukkan rumah tangga sebagai pelaku eksogen atau sebagai pihak penentu awal dalam menentukan tingkat dan struktur output seluruh sektor ekonomi. Dalam analisis input-output, rumah tangga dapat diperlakukan dengan 2 cara. Pertama sebagai konsumen akhir seperti pada model Input-Output
217
218
5,688,274
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
SEKTOR
PA Lain
310
409
509
Bab 8. Perlakuan Khusus
600
terutama disebabkan karena nilai input dan output kedua model tersebut
700
adalah tidak berbeda. Akan tetapi besaran pengganda yang ditunjukkan oleh 1 2 3
211,700 1,169,289 459,956
878,131 2,795,479 2,014,664
0 0 0
0 0 0
878,131 2,795,479 2,014,664
878,131 2,795,479 2,014,664
201
0
0
0
0
0
0
190
1,840,945
5,688,274
0
0
5,688,274
5,688,274
200
90,488
840,132
840,132
0
840,132
tabel ini adalah lebih besar dibanding dengan besaran pengganda model input-output terbuka. Hal ini disebabkan karena peran rumah tangga dalam proses produksi menjadi aktif sebagai pelaku ekonomi yang menghasilkan
0
jasa penunjang untuk menciptakan barang dan jasa. Tabel 8.1.b Koefisien Input Output 2005 (Model Input-Output Tertutup)
NTB Lain 210
Pada tabel di atas konsumsi rumah tangga dimasukan dalam kolom 4 dan
menggambarkan
struktur
pengeluaran
rumah
tangga
Di lain pihak baris rumah tangga (baris 4) menunjukkan sumber-sumber dana pendapatan
rumah
tangga
yang
digunakan
untuk
1
2
3
301
180
1 2 3
0.06826 0.07231 0.04388
0.13659 0.23063 0.11575
0.02161 0.14871 0.19315
0.11299 0.38577 0.50124
0.08532 0.17717 0.13207
201
0.14622
0.11195
0.21883
0,00000
0.15509
190
0.18445
0.48297
0.36347
1.00000
0.39456
untuk
mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan dari sektor-sektor produksi. atau
SEKTOR
membiayai
konsumsinya. Pendapatan-pendapatan ini berasal dari upah, gaji, surplus usaha dan pendapatan lainnya. Jumlah baris rumah tangga disamakan dengan jumlah kolom rumah tangga, agar memenuhi konsep input sama dengan output. Seperti pada model input-output terbuka atau model konvensional,
Pada Tabel 8.1.c ditunjukkan pula besaran masing-masing angka
kelanjutan analisis dengan menggunakan model input-output tertutup adalah
pengganda pada setiap sel matriks. Jumlah sel dari matriks tersebut, yaitu
menghitung koefisien input, matriks pengganda dan dampak-dampak
jumlah baris dan jumlah kolom, menunjukkan angka yang lebih besar dari
ekonomi lainnya. Pada tabel berikut ditunjukkan data koefisien input dan
jumlah baris dan kolom pada matriks pengganda model input-output terbuka,
pengganda perekonomian Indonesia tahun 2005 menurut 3 sektor ekonomi
selisih masing-masing angka tersebut sebagai akibat aktifnya rumah tangga
bila rumah tangga sebagai faktor endogen. Besaran koefisien input pada
dalam kegiatan ekonomi.
sektor 1, 2 dan 3 pada Tabel 8.1.b jika dibandingkan dengan besaran koefisien model input-output terbuka adalah sama semuanya. Kondisi ini,
219
220
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 8. Perlakuan Khusus
Tabel 8.1.c Matriks Pengganda Input-Output 2005
Secara institusi pemerintah melakukan kegiatannya yang direalisir melalui pengeluaran rutin dan pembangunan yang ditempatkan sebagai
(Model Input-Output tertutup)
kelompok
permintaan
akhir
dalam
model
input-output
konvensional.
Pengeluaran rutin ini dapat diperlakukan dengan cara lain yaitu dengan menempatkannya dalam kuadran I seperti sektor produsen barang dan jasa.
SEKTOR
1
2
3
301
180
1
1.08502
0.20882
0.10104
0.25380
1.64868
2
0.22130
1.49672
0.47430
0.84013
3.03246
3
0.19695
0.36411
1.52832
0.92877
3.01816
201
0.19082
0.24207
0.36661
1.29870
2.09821
190
1.69410
2.31172
2.47028
3.32141
9.79751
Pada
tabel
input-output
Indonesia
2005,
konsumsi
pemerintah
ditempatkan dalam kuadran II, dan output sektor pemerintahan dimasukan dalam pertemuan sel konsumsi pemerintah dan baris sektor pemerintahan. Akibatnya isian semua kolom kecuali kolom pemerintahan pada permintaan akhir adalah bernilai nol, dan kolom pemerintah pada kuadran I kecuali baris nilai tambah juga bernilai nol. Perlakuan Sektor Pemerintahan dalam Tabel Input-Output Indonesia 2005 8.2
Konsumsi Pemerintah
Fg
G Pemerintah dalam tabel input-output juga mempunyai peran ganda. Pertama sebagai penghasil jasa dan kedua sebagai pemakai barang dan
Fgl
jasa atau sebagai bagian dari permintaan akhir. Jasa yang dihasilkan sektor
G
O
O
O
Fg
kepada masyarakat, jasa-jasa yang sudah dicakup oleh sektor-sektor produksi
lainnya,
misalnya
jasa
kesehatan,
pendidikan
dan
sosial
kesejahteraan lainnya, tidak termasuk dalam jasa yang dihasilkan sektor pemerintah dan semua jasa ini ditampung dalam sektor jasa sosial dan
NTB
Vg
x
Xg
kemasyarakatan. Jasa sektor pemerintahan adalah jasa umum yang dihasilkan oleh instansi pemerintahan dan kantor perwakilan atau cabang-
G
= Sektor pemerintahan
cabangnya di daerah-daerah.
Fgl
= Pengeluaran konsumsi pemerintah untuk komoditi i
NTB = Nilai Tambah Bruto
221
x
Fgl
O
pemerintahan meliputi jasa pelayanan administrasi, keamanan dan lain-lain
M
222
Xg
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
M x
Bab 8. Perlakuan Khusus
output Indonesia, subsidi dimasukkan di kuadran III (kode baris 205), dan
= Impor = Output
besarannya sesuai dengan besarnya bantuan pemerintah terhadap masingmasing sektor. Pada beberapa tahun yang lalu, subsidi-subsidi yang
Pada versi lain, pengeluaran konsumsi pemerintah pada tabel hipotesis
diberikan pemerintah adalah untuk industri pupuk, gandum, beras dan
Fg dengan memindahkan isian tersebut dari
minyak. Pada tahun akhir-akhir ini subsidi pemerintah hanya terbatas untuk
di atas dapat pula diperlakukan,
permintaan akhir ke kolom permintaan antara G . Semua sel kolom dari sektor G menjadi terisi dari baris 1 sampai dengan baris n sesuai dengan
pupuk. Namun demikian, subsidi ini bisa saja berkembang ke berbagai jenis komoditi dan sangat tergantung kepada situasi dan kondisi ekonomi pada saat ini.
penggunaan barang dan jasa untuk konsumsi pemerintah. Untuk memenuhi
Sebagai contoh subsidi pupuk, walaupun yang menerima subsidi adalah
konsep dasar input-output dimana jumlah input harus sama dengan output
industri pupuk, akan tetapi yang merasakan manfaat subsidi secara langsung
maka jumlah baris sektor pemerintahan harus juga bertambah sebesar
adalah para petani. Para petani sebagai pengguna pupuk tersebut berada
pertambahan jumlah kolom di sektor pemerintah. Pertambahan pada baris
pada
tersebut didistribusikan pada kolom-kolom yang terdapat pada baris sektor
menunjukkan besaran subsidi yang diterima oleh petani atau suatu industri
pemerintah sesuai dengan jasa pelayanan pemerintah terhadap sektor
maka subsidi tersebut ditempatkan pada komponen nilai tambah di sektor
produksi dan masyarakat. Oleh karena jasa keamanan pada masyarakat
industri pupuk. Akibatnya nilai tambah di sektor industri pupuk mencerminkan
memegang peranan penting dalam fungsi pemerintahan sehingga baris
nilai subsidi sebagai pengurang pajak tak langsung dan harga pupuk yang
sektor pemerintahan dan kolom konsumsi pemerintahan akan terdapat isian.
diterima petani adalah harga pupuk yang telah disubsidi.
sektor-sektor
yang
menghasilkan
komoditi
pertanian.
Untuk
Kemudian sebagai faktor penyeimbang, sisa jumlah kolom dengan jasa yang didistribusikan dimasukkan pada kolom pemerintah di permintaan akhir. 8.3
Perlakuan Subsidi
8.4
Produk Ikutan dan Sampingan Produk Ikutan (by product) dan produk sampingan (subsidiary product)
suatu kegiatan adalah hasil lain atau tambahan yang diperoleh dari kegiatan Seperti yang dijelaskan pada uraian sektoral bahwa subsidi yang dicakup
tersebut. Hasil ini menurut sifat atau karakteristiknya berbeda dengan produk
dalam tabel input-output adalah subsidi komoditi, agar harga jual dari
utama dari kegiatan itu. Jika produk tersebut merupakan
komoditi yang dihasilkan oleh industri tersebut sesuai dengan harga yang
sektor lain, maka produk ikutan harus dipindahkan (transfer) ke sektor lain.
ditetapkan oleh pemerintah. Besaran subsidi tersebut sama dengan bantuan
Akan tetapi jika tidak merupakan produk utama sektor lain yang menunjang,
rutin pemerintah pada suatu industri dan diperlakukan sebagai faktor
maka produk ikutan tersebut tidak dipindahkan.
pengurang di pajak tidak langsung (pajak tak langsung neto). Pada input-
223
224
produk utama
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
8.5
Perlakuan Barang Bekas dan Apkiran
Bab 8. Perlakuan Khusus
c.
Metode Transfer Input dan Output Metode ini menempatkan output dan input barang bekas pada sektor
Yang dimaksudkan barang bekas dan apkiran adalah barang yang dihasilkan dan dianggap tidak bernilai bagi produsen barang tersebut dan
yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.3 nilai barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor lainnya.
atau yang dihasilkan pada tahun-tahun sebelumnya tetapi masih bermanfaat dan berperan dalam proses produksi. Barang bekas dan apkiran diperlakukan khusus dalam Tabel input-output
Ketiga metode di atas mempunyai dampak terhadap besaran output seluruh sektor dari struktur input beberapa sektor, dan pada akhirnya
oleh karena secara fisik barang tersebut masih dapat digunakan dan
mempengaruhi
besaran-besaran
tabel
analisis
input-output.
diperjualbelikan tetapi secara konsep konsumsi sudah habis dipakai. Barang
penggunanya, metode yang akan dipilih tergantung pada: peranan dari
bekas tersebut dalam kenyataannya mempunyai nilai transaksi. Disamping
barang bekas tersebut dalam perekonomian, kesepakatan atas nilai barang
itu barang bekas banyak diperjualbelikan dan menjadi bahan utama dalam
bekas (utility of the waste product), dan kegunaan barang-barang tersebut
industri daur ulang (recycling). Dengan sifat-sifat tersebut, maka penilaian
dalam ekonomi dan masyarakat, serta tujuan analisis ekonomi yang
dan perlakuan barang bekas dalam tabel input-output dapat dilakukan dalam
dilakukan.
3 cara: Contoh: Perlakuan untuk Barang bekas, Sisa dan Produk Ikutan a. Metode Biaya Negatif Tabel 8.5.1 Metode Input Negatif
Cara ini adalah menempatkan pembelian barang bekas dengan nilai negatif pada input sektor yang menggunakan barang bekas tersebut dan baris output yang menampungnya atau pada baris dummy (biasanya dimasukkan sebagai unclasified sector).
Ke Dari
1
2
1
b. Metode Transfer Output Metode ini menempatkan output/nilai barang bekas pada output sektor
Lainnya
Output
90
90
2
-10
10
0
Lainnya
100
100
100
Input
90
100
190
yang menghasilkan barang sejenisnya. Pada contoh di Tabel 8.5.2 nilai barang bekas dimasukkan pada kolom sektor 2 dan baris sektor 1.
225
0
226
Dalam
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Bab 8. Perlakuan Khusus
Tabel 8.5.2 Metode Transfer Output Ke
1
Dari
2
tersebut dipilih setelah memperhitungkan data yang tersedia dan yang sesuai dengan konsep-konsep tabel input-output.
Lainnya
Secara teoritis, tabel input-output menunjukkan jumlah permintaan harus
Output
sama dengan penyediaan. Jika permintaan dan penyediaan ini diperkirakan 1
10
90
100
10
10
secara terpisah, maka seringkali besarannya menunjukkan angka yang berbeda. Perbedaan ini dimasukan dalam kelompok perbedaan statistik dan
2 Lainnya
100
Input
100
ditempatkan pada bagian akhir dari kolom permintaan. Dalam tabel inputoutput Indonesia sebelumnya, besaran perbedaan statistik ini masih
100 10
100
tergabung dalam kolom selisih inventori dari kelompok permintaan akhir.
210
Tabel 8.5.3 Metode Transfer Output dan Input Ke
1
Dari
8.6
2
Lainnya
Output
1
90
90
2
10
10
Lainnya
90
10
Input
90
10
100 100
200
Perbedaan Statistik (Statistical Discrepancy) Perbedaan statistik dalam tabel input-output timbul sebagai akibat atas
pendekatan-pendekatan
(approaches)
yang
digunakan
dalam
memperkirakan output dan input setiap sektor. Pendekatan-pendekatan
227
228
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
9.1.1
Tabel Input-Output Regional Dewasa ini tabel input-output telah digunakan sebagai kerangka analisis pada tingkat regional. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya pihak yang berminat
mendalami
masalah
tersebut.
Berbagai
studi
atau
usaha
penyusunan tabel input-output regional juga telah dilakukan, walaupun 1
kebanyakan masih terbatas untuk keperluan yang sifatnya khusus.
Tabel Input-Output Satu Region
Tabel input-output regional jenis yang pertama pada prinsipnya sama dengan tabel input-output nasional. Oleh karena hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, seperti kerangka dasar tabel input-output, konsep dan definisi masing-masing variabel, prosedur maupun berbagai metode pendekatan penyusunan tabel input-output nasional juga berlaku untuk inputoutput regional. Perbedaan antara tabel input-output nasional dengan tabel input-output regional adalah pada konsep wilayah. Pada tabel input-output nasional wilayah cakupannya meliputi negara (nasional) sedangkan pada tabel input-output regional yang dimaksudkan dengan wilayah adalah provinsi (daerah).
Tabel input-output regional yang telah dikenal selama ini ada dua jenis. Jenis yang pertama adalah tabel input-output satu region (Intra regional), dan jenis yang kedua adalah tabel input-output antar region (Intra regional). Tabel Input-Output satu region adalah suatu tabel yang menggambarkan arus transaksi barang dan jasa antar sektor ekonomi dalam satu daerah pada periode tertentu. Sedangkan tabel input-output regional jenis yang kedua menggambarkan arus transaksi antar sektor antar daerah. Salah satu keunggulan tabel input-output jenis yang kedua yaitu mampu menunjukkan ketergantungan antar daerah. Pada Bab ini akan dibahas kedua jenis tabel input-output regional secara ringkas. Mengingat perbedaan antara tabel input-output nasional dan regional hanya pada cakupan wilayah, maka pembahasan umumnya tidak dilakukan secara rinci.
9.1.2
Teknik Penyusunan
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pada dasarnya tabel inputoutput nasional sama dengan tabel input-output regional. Sehubungan dengan itu, maka seluruh metode yang digunakan untuk penyusunan tabel input-output nasional juga berlaku (dapat digunakan) untuk penyusunan input-output regional. Teknis penyusunan tabel input-output sebagaimana yang telah diterangkan pada bab-bab terdahulu bisa dilakukan melalui berbagai metode. Metode tersebut bisa merupakan metode langsung (survei) maupun metode tidak langsung (non survei dan semi survei). Berikut ini akan dibahas secara singkat mengenai masing-masing metode tersebut. a. Metode Langsung
1 Misalnya usaha penyusunan tabel I-O regional yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral (PPTM), misalnya: Penyusunan Tabel Input-Output Regional Provinsi Bali 1983, PPTM, Bandung 1987.
Metode langsung atau sering juga disebut metode survei adalah suatu metode penyusunan tabel input-output, di mana data yang digunakan untuk mengisi sel-sel yang membentuk tabel input-output diperoleh dari penelitian
229
230
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
langsung di lapangan. Sehubungan dengan adanya penelitian/survei secara langsung tersebut, maka penyusunan tabel input-output dengan metode ini memerlukan banyak biaya, tenaga, maupun waktu yang tidak sedikit. Misalnya untuk menyusun koefisien input (koefisien teknis) setiap sektor, diperlukan data yang diperoleh dari hasil pencatatan mengenai masingmasing nilai pengeluaran untuk setiap kegiatan/usaha di setiap sektor. Untuk memperoleh data pengeluaran setiap kegiatan/usaha tersebut, maka perlu dilakukan penelitian langsung di lapangan, baik melalui suatu survei khusus 2 maupun sumber-sumber lain yang mendukung. Uraian lengkap mengenai teknis penyusunan tabel input-output melalui metode langsung ini dapat dibaca kembali pada Bab 4, 5 dan 6. b. Metode Tidak Langsung Penyusunan tabel input-output regional secara langsung akan menghasilkan data yang akurat, yang mampu mencerminkan kondisi daerah yang sebenarnya. Namun demikian, penyusunan tabel input-output dengan metode langsung bukan merupakan pekerjaan yang ringan. Hal ini dikarenakan berbagai kendala, baik dari sisi tenaga, waktu maupun biaya. Berpangkal tolak dari kendala tersebut, maka para ahli telah mengembangkan teknik penyusunan tabel input-output melalui pendekatan tidak langsung, baik melalui metode survei maupun metode non survei, sebagaimana yang telah diterangkan pada Bab V buku ini. Berbeda dengan metode penyusunan tabel input-output nasional, pada penyusunan tabel input-output regional selain metode-metode yang telah diterangkan di atas, juga masih terdapat metode-metode alternatif untuk penyusunan tabel input-output regional. Metode dimaksud misalnya metode persentase penawaran regional maupun metode koefisien lokasi. Pembahasan kedua metode tersebut secara lengkap dapat dilihat pada Bab 2 Survei yang bertujuan untuk mengatahui struktur pengeluaran setiap kegiatan usaha yang dilakukan oleh BPS, biasanya disebut Survei Khusus Input-Output (SKIO)
231
VI buku Kerangka Teori dan Analisis Tabel Input-Output, BPS Desember 2008. Karena secara teori sudah ada pembahasan mengenai metode yang digunakan dalam penyusunan input-output regional, maka pada bagian ini hal tersebut tidak akan dibahas lagi. Pembahasan selanjutnya pada bab ini lebih difokuskan kepada berbagai permasalahan yang dihadapi dalam praktek penyusunannya. 9.1.3
Permasalahan
Penyusunan tabel input-output regional mengalami berbagai masalah. Bahkan masalah yang ada lebih banyak dan lebih rumit dibandingkan penyusunan tabel input-output nasional. Oleh karena itu, agar tabel inputoutput regional tetap bisa disusun, maka untuk mengatasi masalah-masalah tersebut terpaksa dikenakan suatu perlakuan-perlakuan khusus, antara lain: a. Masalah Ekspor dan Impor Untuk memperkirakan nilai ekspor dan impor provinsi atau lalulintas perdagangan antar daerah jauh lebih sulit dibandingkan dengan perkiraan perdagangan secara nasional (negara). Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu: 1. Konsep ekspor & impor daerah mencakup tiga pengertian, yaitu: ekspor luar negeri, antar pulau dan ekspor darat (antar provinsi). Sebaliknya pada input-output nasional, konsep ekspor & impor hanya mencakup satu pengertian saja, yaitu luar negeri. 2. Semakin kecil lingkup suatu daerah, sudah barang tentu sistem perekonomiannya juga semakin terbuka. Dengan demikian dalam menghitung lalu lintas perdagangannya, akan semakin banyak masalah yang dihadapi.
232
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
3. Dalam penghitungan input-output nasional, masih dapat dibedakan antara warga negara Indonesia (WNI) dengan warga negara asing (WNA). Demikian pula masih ada pencatatan berapa jumlah WNA yang masuk ke Indonesia maupun WNI yang bepergian keluar negeri. Ini berarti bahwa ekspor dan impor jasa meskipun masih mengalami banyak kendala, namun masih bisa diperkirakan. Kondisi ini sangat berbeda dengan keadaan di daerah. Pada tingkat provinsi, penduduk yang keluar masuk sama sekali tidak ada pencatatannya. Berapa jumlah penduduk luar daerah yang masuk dan berapa penduduk daerah yang bersangkutan yang ke luar daerah. Apalagi sudah menyangkut rupiah yang dibelanjakan di luar daerah, untuk berbagai pelayanan jasa yang diterima. Kondisi ini lebih parah lagi terutama pada daerah-daerah perbatasan.
Namun demikian, penggunaan masing-masing sumber data sebagai dasar untuk mengestimasi ekspor/impor provinsi juga masih sangat lemah. Hal ini dikarenakan dalam kenyataannya, statistik perdagangan luar negeri
yang digunakan sebagai sumber dalam mengestimasi ekspor/impor luar negeri, datanya hanya didasarkan dari hasil pencatatan pada pelabuhan muat (ekspor) dan pelabuhan bongkar (impor). Demikian pula statistik bongkar muat barang di Indonesia, pencatatannya juga hanya didasarkan pada pelabuhan di mana barang/komoditi tersebut dibongkar dan pelabuhan di mana barang/komoditi tersebut dimuat. Akibat adanya sistem pencatatan seperti itu, maka sangat mungkin bagi provinsi-provinsi yang tidak mempunyai pelabuhan, maka ekspornya tidak tercatat. Sebaliknya provinsi yang mempunyai pelabuhan, maka nilai ekspornya relatif besar. Bahkan sangat mungkin akan banyak barang asing (barang yang tidak diproduksi di daerah yang bersangkutan), akan tetapi muncul pada statistik ekspornya. Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai kemungkinan itu, perlu adanya suatu kontrol, baik melalui jumlah produksi domestik, maupun dari data impornya. Selanjutnya untuk mengestimasi ekspor dan impor jasa selama ini tidak ada sumber data yang bisa digunakan. Satu-satunya sumber yang mungkin yaitu jumlah wisatawan. Ini hanya untuk mengestimasi ekspor jasa ke luar negeri. Perkiraan ekspor jasa luar negeri dilakukan dengan mengalikan berapa jumlah wisatawan asing yang datang dengan rata-rata jumlah konsumsi (pengeluaran) setiap kunjungan. Statistik ini juga hanya didasarkan pada pelabuhan kedatangan dan keberangkatan. Jadi sumber ini juga belum memberikan jawaban/penyelesaian yang memuaskan. Karena kembali pada konsep ekspor daerah, mestinya juga mencakup ekspor ke daerah/provinsi lain. Akan tetapi karena tidak ada sumber lain, maka hal ini setidak-tidaknya dapat memberikan gambaran, khususnya tentang ekspor jasa luar negeri (wisman). Sedangkan untuk mengestimasi ekspor jasa ke provinsi lain, hal yang mungkin dilakukan adalah dengan mengidentifikasi jumlah tamu hotel yang berasal dari luar daerah. Karena jika jumlah tamu hotel yang berasal dari luar daerah dapat diketahui, maka nilai ekspor jasanya dapat diestimasi dengan mengalikan jumlah tamu tersebut dengan rata-rata pengeluaran per tamu.
233
234
Sehubungan dengan adanya beberapa masalah sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk keperluan penghitungan/estimasi ekspor/impor provinsi dilakukan beberapa pendekatan/perlakuan. Sesuai dengan konsep ekspor barang provinsi yang mencakup ekspor luar negeri, antar pulau dan antar provinsi (darat), maka untuk mengestimasi ekspor barang dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu: a
Ekspor/Impor barang luar negeri diestimasi melalui statistik perdagangan luar negeri. b. Ekspor/impor antar pulau diestimasi melalui statistik bongkar muat barang di pelabuhan.c. c. Ekspor/impor darat (antar provinsi) diestimasi melalui hasil pencatatan barang dari DLLAJR atau jembatan timbang.
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
b. Masalah Perusahaan Multi-Regional Untuk memperkirakan output maupun struktur input suatu kegiatan/usaha di daerah juga tidak lepas dari berbagai masalah. Hal ini kembali pada kondisi yang ada di lapangan. Kenyataan yang ada, sering dijumpai perusahaan-perusahaan yang bergerak di daerah merupakan perusahaan multi-regional. Perusahaan-perusahan semacam itu biasanya pembukuannya dilakukan secara terpusat. Hal tersebut akan menjadi suatu masalah apabila akan dihitung secara regional. Hal ini sering dijumpai misalnya pada perusahaan penerbangan, perusahaan angkutan darat, angkutan laut, maupun perusahaan listrik dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk memperkirakan besarnya output yang ditimbulkan di suatu daerah, serta besarnya masing-masing input yang digunakan bisa dilakukan melalui alokasi secara proporsional sesuai dengan nilai produksi yang ada di masingmasing daerah. Namun demikian, penggunaan metode alokasi ini juga harus memperhatikan jenis output kegiatan yang dialokasikannya. Jangan sampai kalau outputnya sudah dialokasikan, maka struktur inputnya secara proporsional langsung ikut dialokasikan. Karena bisa terjadi struktur input suatu sektor di daerah yang satu berbeda dengan daerah yang lain. Misalnya dalam penghitungan output sektor listrik, dan sektor air minum. Konsep output pada sektor listrik adalah jumlah Kwh yang disalurkan, tanpa memandang apakah daerah yang bersangkutan mempunyai pembangkit sendiri atau tidak. Oleh karena itu bila penyusunan struktur inputnya dilakukan juga secara proporsional berdasarkan jumlah Kwh yang disalurkan itu, maka akan timbul kejanggalan (kurang sesuai). Karena struktur input sektor listrik di daerah yang mempunyai pembangkit sendiri (baik dengan tenaga air, generator ataupun lainnya) tentunya berbeda dengan struktur input sektor listrik di daerah yang tidak mempunyai pembangkit. Karena pada daerah yang tidak mempunyai pembangkit struktur inputnya hanya mencakup biaya operasional pendistribusian saja. Oleh karena itu, walaupun dalam
235
penghitungan output boleh saja dilakukan secara proporsional, akan tetapi dalam menyusun struktur input sektor, perlu diperhatikan jenis kegiatannya. c. Penyusunan Matriks Impor Untuk menyusun tabel input-output transaksi domestik, maka perlu adanya matriks Impor. Padahal sebagaimana disebutkan di atas, untuk mengestimasi jumlah impor masing-masing jenis barang saja sangat sulit, apalagi untuk mencari sektor-sektor yang menggunakannya. Oleh karena itu, untuk menghitung tabel input-output transaksi domestik tingkat provinsi selama ini hanya dilakukan dengan suatu model. Model yang biasa digunakan adalah model persentase suplai regional. Model ini pada dasarnya membagi barang impor secara proporsional sesuai dengan masing-masing jenis penggunaan input di setiap sektor pengguna. Model ini hanya mengasumsikan bahwa setiap barang impor digunakan oleh setiap sektor pengguna. Adanya asumsi ini mengandung beberapa kelemahan, karena dalam kenyataannya banyak sektor-sektor yang semestinya tidak menggunakan barang impor, tapi karena sifat dari sektor tersebut mengandung jenis barang yang kebetulan sebagian barang tersebut merupakan barang impor, maka terpaksa diperlakukan sama dengan barang yang benar-benar menggunakan bahan impor. d. Penyusunan Matriks TTM Tabel transaksi harga produsen dapat dihitung jika ada matriks perdagangan dan biaya pengangkutan (TTM). Sementara itu, penghitungan matriks TTM untuk tingkat provinsi sampai sekarang juga belum pernah dilakukan secara langsung. Karena itu, agar tabel harga produsen dapat dihitung, maka perlu diturunkan suatu matriks TTM provinsi yang bersumber dari TTM nasional. Penghitungan matriks TTM provinsi dilakukan dengan mengalikan rasio TTM nasional dengan jumlah penawaran barang di provinsi.
236
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Selanjutnya dari matriks TTM tersebut, dilakukan penyesuaian dengan menggunakan kontrol output sektor pengangkutan maupun sektor perdagangan itu sendiri. Dengan adanya kontrol dari kedua sektor tersebut, maka matriks TTM dapat direkonsiliasi, sehingga diperoleh keseimbangan baik menurut baris maupun menurut kolom. Di samping itu juga perlu diperhatikan kelayakannya. Jika matriks TTM tersebut sudah diperoleh, maka dengan mengurangkan tabel transaksi domestik dengan matriks TTM tersebut dapat diperoleh tabel transaksi harga produsen. 9.2
Tabel Input-Output Antar Region
Semua pembahasan pada sub-bab terdahulu adalah tentang penyusunan tabel input-output untuk suatu wilayah atau regional tertentu. Berdasarkan tabel input-output tersebut dapat diketahui tentang keterkaitan antar sektor ekonomi di regional yang bersangkutan. Akan tetapi akan sulit untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi dengan wilayah lain hanya berdasarkan tabel input-output tersebut. Seluruh sektor ekonomi di regional tertentu seolah-olah diputuskan hubungannya dengan wilayah lain. Untuk negara seperti Indonesia yang terdiri dari beberapa provinsi, mengamati keterkaitan sektor-sektor industri hanya untuk lingkup regional (provinsi) mungkin kurang memberikan hasil analisis yang tajam. Dalam prakteknya, kebijakan ekonomi terhadap sektor ekonomi tertentu di suatu provinsi seringkali memiliki dampak ke provinsi lainnya. Begitu juga dengan pergeseran pola konsumsi. Peningkatan konsumsi rumah tangga untuk produk elektronika provinsi A yang produk elektronikanya tidak terlalu kuat, misalnya, akan mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap produk elektronika diprovinsi B yang produk elektronikanya maju. Peningkatan permintaan ini sudah barang tentu akan mempengaruhi sektor industri produk elektronika di B dan pada gilirannya berpengaruh terhadap semua sektor ekonomi di B .
Dalam rangka menyediakan informasi yang dapat digunakan untuk melihat keterkaitan antar sektor ekonomi di wilayah yang berlainan tersebut itulah, maka perlu disusun tabel input-output antar regional. Jenis tabel inputoutput ini sebenarnya telah dikembangkan oleh Isard pada tahun 1951. Pembahasan pada bab ini hanya sebatas kerangka dan ide dasar dalam penyusunan tabel input-output antar region. Bagi peminat yang ingin mengetahui aspek pemodelan input-output antar region lebih jauh dapat membaca buku yang ditulis oleh Miller dan Blair 3 (1985).
9.2.1
Kerangka Dasar Tabel Input-Output Antar Region
Sebagai ilustrasi pada Tabel 9.2.1 disajikan tabel input-output dua region, yaitu region
A dan B . untuk penyederhanaan diandaikan bahwa di region
A hanya ada 3 sektor ekonomi dan diregion B ada 2 sektor ekonomi. Notasi yang digunakan adalah seperti notasi pada bab-bab sebelumnya yaitu
x untuk transaksi antara, X untuk ouput, F untuk pemintaan akhir, E untuk ekspor,
M untuk impor dan V untuk nilai tambah. Superskrip
menunjukkan kode region dan subskrip menunjukkan sektor ekonomi. Dengan notasi tersebut maka oleh sektor 1 di region
x12
AB
dapat dibaca sebagai transaksi antara
A dengan sektor 2 di region B .
3 Input-Output Analysis: Foundations and Extensions, Bab 3
237
238
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Tabel Input-Output Antar Regional Permintaan Antara
Output
Tabel 9.2.2 Kerangka Tabel Input-Output Antar Region A dan B Dalam Bentuk Matriks
BBBB
AAAA
Tabel 9.2.1
dan
Output
Permintaan Akhir
Permintaan Antara
Permintaan Akhir X
Region A
Input Antara
Input
Region A
Region B
Import
NTB
Region A
Region B 3
1
Region B
Ekspor
Output
Input
Region A
Region B
A
B
E
x AA
x BA
F AA
F AB
EA
X
x BA
x BB
F BA
F BB
EB
XB
F MA
F MB
Impor Antara
A B
Impor
M
MA
MB
A
NTB
V
VA
VB
E3 A
X3A
Input
A
XB
F1 BB
E1 B
X 1B
F2 BA
F2 BB
E2 B
X 2B
F MA
F MB
1
2
2
1
x11 AA
x12 AA
x13 AA x11 AB
x12 AB
F1 AA
F1 AB
E1 A
X1A
2
x 21 AA
x 22 AA
x 23 AA
x 21 AB
x 22 AB
F2 AA
F2 AB
E2 A
X
3
x 31 AA
x 32 AA
x 33 AA
x 31 AB
x 32 AB
F3 AA
F3 AB
1
x11 BA
x12 BA
x13BA
x11 BB
x12 BB
F1 BA
2
x 21 BA
x 22 BA
x 23
BA
x 21 BB
x 22 BB
x1 MA
x 2 MA
x 3 MA
x1 MB
x 2 MB
V1 A
V2 A
V3 A
V1 B
V2 B
A
B
B
2
X
X
A
Perhatikan bahwa ordo matriks-matriks diagonal pada transaksitransaksi,
x AA dan x BB adalah kuadrat sesuai dengan banyaknya sektor
x AA , misalnya, ordonya adalah 3 x 3 karena 3 sektor ekonomi di region A . Sementara matriks di luar diagonal AB BA AB (x dan x ) bukan merupakan matriks kuadrat. Ordo x adalah 3 x 2 karena ada 3 sektor ekonomi di A dan 2 sektor ekonomi di B . pada masing-masing region. Untuk
Matriks-matriks non diagonal pada Tabel 9.2.2 sebenarnya merupakan Output
X1
A
X
A 2
X3
X1
X2
B
matriks ekspor-impor antar region ekspor dari region
Transaksi yang disajikan dalam tabel 9.2.1 menggunakan sistem penilaian impor tidak bersaing, yaitu semua transaksi impor dikumpulkan ke dalam satu baris tersendiri. Tabel 9.2.1 tersebut dapat pula disajikan dalam bentuk matriks dan menjadi lebih sederhana seperti Tabel 9.2.2.
A dan B . Sebagai contoh x AB adalah
A yang digunakan sebagai input oleh sektor-sektor
B . Matriks ini secara simultan juga menunjukkan impor region B dari region A yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sektor
produksi di region
produksi di region B. Dalam konteks tabel input-output, transaksi antara untuk matriks-matriks non diagonal sering juga disebut sebagai perdagangan antar region. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa transaksi impor pada baris impor ( M ), hanyalah impor yang dilakukan oleh region yang bersangkutan selain dari region yang dicakup dalam tabel. Jadi
239
240
M A adalah seluruh impor
Bab 9. Tabel Input-Output Regional
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
A selain yang berasal dari region B . Begitu juga M B adalah seluruh impor ke B selain yang berasal dari B . hal yang sama berlaku juga region
bagi impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir. Misalnya
F MA adalah impor yang digunakan untuk memenuhi permintaan akhir sektor A selain yang berasal dari B . Seiring dengan pengertian impor tersebut, maka ekspor pada Tabel 9.2.2 adalah ekspor selain ke region-region yang dicakup dalam tabel. Jadi adalah seluruh ekspor dari
EA
A selain ekspor ke region B . Hal ini berlaku juga
saat ini penelitian terhadap arus barang dan jasa antar wilayah sampai ke tingkat sektor pengguna memang relatif jarang, bahkan dapat dikatakan tidak ada. Itulah sebabnya jenis tabel input-output belum dapat disusun berdasarkan data yang sebenanya. Begitupun mengingat pentingnya jenis tabel ini, maka BPS bekerjasama dengan Keiai University-Jepang pada tahun 1995 telah berusaha mengembangkan tabel input-output antar pulau. Dalam hal ini region yang digunakan adalah pulau. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun 4 tabel input-output antar pulau tersebut adalah sebagai berikut :
B
untuk E . Dalam penyusunan tabel input-output satu region tertentu antara lain dapat disusun sepenuhnya dengan metode tidak langsung, terutama untuk menyusun atau mengisi sel-sel transaksi antara. Cara tak langsung ini relatif sulit diterapkan pada penyusunan tabel input-output antar region. Sebab untuk menyusun arus barang antar region paling tidak diperlukan survei mendalam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penyusunan tabel input-output antar region. Pertama, lakukan survei ke perusahaan-perusahaan di kedua wilayah untuk mengetahui berapa banyak input yang digunakan berasal dari produk lokal (region domisili perusahaan) dan berapa banyak yang berasal dari region lain. Dengan cara ini maka akan diperoleh informasi sepanjang kolom-kolom transaksi antara. Sementara untuk kolom permintaan akhir datanya dapat dikumpulkan melalui penelitian terhadap pola konsumsi terhadap produk lokal dan impor. Pedekatan kedua adalah dengan menanyakan pola penjualan produk yang dihasilkan oleh sektor-sektor produksi, berapa banyak yang dijual ke sektor produksi di region yang sama dan region lain, berapa yang dijual ke konsumen di region yang sama dan region lain dan berapa pula di ekspor. Dengan cara kedua ini maka diperoleh estimasi tabel input-output antar regional menurut baris. Secara ideal kedua cara tersebut akan memberikan hasil yang sama, walaupun dalam praktek bisa saja terjadi bias. Kendala utama dalam penyusunan tabel input-output antar regional di Indonesia selama ini adalah terbatasnya jenis data yang tersedia. Sampai
241
R
1. Lakukan estimasi terhadap output ( X ), permintaan akhir
FD R , dan
R
nilai tambah ( V ) menurut sektor dan regional. 2. Lakukan survei untuk menyusun matriks arus perdagangan barang dan jasa. 3. Estimasi ekspor ( ELR ) dan Impor ( MLR ) dan dari luar negeri. 4. Jika tabel input-output suatu region tidak tersedia, transaksi antara dapat ditaksir dengan menggunakan koefisien input nasional, yaitu koefisien input nasional kali output untuk regional yang bersangkutan, R
diperoleh X ij . 5. Berdasarkan arus perdagangan barang dan jasa, maka secara kasar dapat ditaksir ekspor domestik ( EDR ) dan impor domestik ( MDR ). Domestik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah dalam satu wilayah negara. Jadi EDR dan MDR merupakan ekspor dan impor ke pulau lain. 6. Dari langkah-langkah tersebut dapat diperoleh hubungan:
X ijR + FD R + ELR − MLR + ED R − MD R = X R . 7.
Jika
hubungan
tersebut R
rekonsiliasi terhadap X ij ,
belum
dipenuhi,
maka
perlu
dilakukan
ED R , dan MD R .
4 Diadaptasi dari Estimation Method of The Inter Regional Input-Output Table of 5 Regions of Indonesia oleh Prof. Koichi Nidaira.
242
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Daftar Pustaka
Blin, J.M. and Cohen, C., Technological similarity ang aggregation in inputoutput system: a cluster-analytic approach, Review of economic and
DAFTAR PUSTAKA Abraham, William I., National Income and Economic Accounting, PrenticeHall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1969. Allen, R. I. G. Some experiments with the RAS method of input-output coefficients, Bulletin of the Oxford University Institute of Economics and Statistics, 36, pp. 215-228, 1974. Allen, R. I. G. and Lecomber, J. R. C., Some tests on a generalized version of RAS, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co., 1975. Almon, C., Investment in input-output models and treatment of secondary products, In Carter, A. and Brody, A. (eds.), Contributions to InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1970. Ara, K., The aggregation problem in input-output analysis, Econometrica, 27, pp. 257-262, 1959. Armstrong, A. G., Technology assumptions in the construction of U.K. inputoutput tables, in Allen, R. I. G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co., 1975. Bacharach, M.,
Biproportional
Matrices
and
Input-Output
Change.
Cambridge: CUP, 1970. Balderston, J.B. and Whitin, T.M., Aggregation in the input-output model, in Morgensten, o. (ed.), Economic Activity Analysis. New York: Wiley, 1954. Barker, T., Some experiments in projecting intermediate demand, in Allen, R. I. G. and Gossling, W. F. (eds.), Estimating and Projecting Input-Output Coefficients. London: Input-Output Publishing Co, 1975. Badan Pusat Statistik, Statistik Indonesia 2004-2007, Jakarta.
Statistics, 60, pp. 82-91, 1977. de Boer, P. M. C., On the relationship between production functions and input-output analysis with fixed value shares, Weltwitschaftliches Archiv, Band 112, pp. 754-759, 1976. de Boer, P. M. C., "Effects of relative price changes on input-output ratios-an empirical study for the Netherlands", Paper presented to the Seventh International Conference on Input-Output Techniques, Innbruck, April, 1979. Brown, D.M. and Giarratini, F., "Input-Output as a simple econometric model: a comment", Review of Economics and statistics, 61, pp. 621-623, 1979. Bruno, M., Dougherty, C. and Fraenkel, M, "Dynamic input-output, trade and development", in Carter, A. P. and brody, a. (eds.), Applications of InputOutput Analysis, Vol. II. Amsterdam: North-Holland, 1972. Bulmer-Thomas, V., "The valuation of transactions in input-output tables", Journal of Economic Studies, 5, pp. 1-19, 1978. Carter, A., "Incremental flow coefficients for a dynamic input-output model with changing technology", in Barna, T. (eds.), Structural interdependence and Economic Development. London: Macmillan, 1963. Chenery, H.B. and Clark, P., Interindustry Economics, J. Wiley & Sons, Inc., New York, 1959. Drabek, Z., "Input-output price models and their use in inter-country comparisons", Discussion Paper No. 80-26, dept. of economics, University of British Colombia, 1980. Evans, W.D. and Hoffenberg, M., "The interindustry relations study for 1947", Review of Economics and Statistics, 34, pp. 97-142, 1952. Fisher, W., "Criteria for aggregation in input-output analysis", Review of Economics and Statistics, 40, pp. 250-260, 1958.
Badan Pusat Statistik, Tabel Input-Output Indonesia 2005, Jakarta.
243
244
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Daftar Pustaka
Geary, R. C., "A method of estimating the elements of an interindustry matrix, knowing the row and colomn totals". Economic and Social Review, 4, pp.
Jones, L. P. The Measurement of Hirschmanian linkages, Quartely Journal of
477-485, 1973. Gerking, S.D., Input-output as a simple econometric model: a reply, Review
Kaneko, Yukio, Input-Output Table and Input-Output Analysis, ESD, Bank
of economics and statistics and statistics, 61, pp. 623-626, 1979. Ghosh, A., Input-output models for planning in a mixed economy-a new approach, Paper presented to the Seventh International Conference on Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979. Government of Japan, 1970 Input-Output Tables, Explanatory Report, Tokyo, 1974.
Economics, 90, pp. 323-333, 1976. Indonesia, Jakarta, 1973. Kaneko, Yukio, On the Treatment of Imports in the Entry of the Input-Output Table, ESD, Bank Indoseia, jakarta, 1973. Kendrick, John, Economic accounts and Their uses, Mc. Graw Hill, New York, 1972. Kossov, V., The theory aggregation in input-output models, in Carter, A.P. and Brody, A. (eds.), Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I.
Hadley, G., Linear Algebra. Reading, Mass : Addison-Wesley, 1961. Henry, E. W., Relative efficiency of RAS versus least squares methods of
Amsterdam: North-Holland, 1970. Kuyvenhoven, A., Planning with the semi input-output method. Leiden :
updating input-output structures, as adjudged by application to Irish data,
Martinus Nijhoff, 1978. Lecomber, J.R.C., A generalisation of RAS, Cambridgr, Departmen of Applied
Economic and Social Review, 5, pp. 7-29, 1973. Hoover, E., An Introduction to Regional Economics. New York : Alfred A. Knopf, 1971. Institute of Developing Economics, Detailed Programme of 1970 Input-Output
Economics, growth Project Paper No.196, 1964. Lecomber, J.R.C., A critique of methods of adjusting, updating and projecting matrices, in Allen R.I.G. and Gossling, W.F. (eds.), Estimating and
Table of Japan, Tokyo, 1974. Institute of Developing Economics, International Input-Output Table Japan-
Projecting Input-Output Coefficientson: Input-Output Publishing Co, 1975.
Korea 1970, Tokyo, 1975. Isard, W., International and regional input-output analysis : a model of a
LEKNAS-KYODAI, Input-Output Table of Indonesia, 1969 Inter-Industrial Transactions Studies, Kyoto, 1973.
space economy, Review of Economics and Statistics and Statistics, 33,
Leontif, W., The Structure of american Economy 1919-1939. Cambridge,
pp. 318-328, 1951. Isard, W. and langford, T., Regional Input-Output Study : Recollections,
Mass. : Harvard University Press, 1951. Leontif, W., Interregional Theory, in Leontif, W. (ed.), Studies in the Structure
Reflections and Diverse Notes on the Pliladelphia Experience. Cambridge, Mass : MIT Press, 1971. Johansen, L., On the theory of dynamic input-output models with defferent time profiles of capital construction and finite life-time of capital
of the United State Economy. New York, OUP, 1953. Leontif, W., Domestic Produstion and Foreign Trade : the American capital position re-examined, in Input-Output Economics, Oxford: Oxford University Press, 1966.
equipment, Journal of Economic Theory, 19, pp. 513-533, 1978.
245
246
TEKNIK PENYUSUNAN TABEL INPUT-OUTPUT
Leontif, W., The dynamic inverse, in Carter, A. and brody, A. (eds.), Contributions to Input-Output Analysis, Vol. I. Amsterdam: North-
Daftar Pustaka
Stone, R. et al., Input-Output Relationships 1954-66. Vol. 3 of a Programme for Growth, Cambridge, Department of Applied Economics, London :
Holland, 1970. Lynch, R. G., An assessment of the RAS method for updating input-output tables, Paper presented to the Seventh International Conference on
Taylor, L., Macro Models for Developing Countries. New York: McGraw-Hill, 1979.
Input-Output Techniques, Innsbruck, April, 1979. Malinvaud, E., Aggregation problems in input-output models, in Barna, T.
United Nations, A System of National Accounts, Studies in Methods, Series F, No.2, Rev.3, New York, 1968.
(ed.), The Structural Interdependence of the Economy. New York: Wiley, 1956.
United Nations, Problems of Input-Output Tables and analysis, Studies in Methods, Series F, No.14, Rev.1, New York, 1973.
Meirnyk, William H., The Elements of Input-Output Analysis, Random House,
United Nations, Input-Output Tables and Analysis, Studies in Methods, Series
Inc., New York, 1965. Morimoto, Y., On aggregation problems in input-output analysis. Review of
F, No.14, Rev.1, New York, 1973. United Nations, International standard Classification, International Standard
Economic Studies, 37, pp. 119-126, 1970. Morimoto, Y., A note on weighted aggregation in input-output analysis,
Classification of All Goods and Services (ICGS), Draft, E/CN. 3/493, New Delhi, 1976. Waugh, F., Inversion of the Leontief matrix by a power series, Econometrica,
International Economic Review, 12, pp. 138-143, 1971. O-Connor, R. and Henry, E. W., Input-Output Analysis and its Applications, London: Charles Griffin, 1975. Rassmussen, P., Studies in Intersectoral Relations. Amsterdam: NorthHolland, 1957.
Chapman and Hall, 1963.
18, pp. 142-154, 1950. Yamashita, Shoishi, Elementary Mathematics for Input-Output Analysis, ESD, Bank Indonesia, Jakarta, 1973.
Richarson, H., Input-Output and Regional Economics, London: Weidenfeld and Nicolson, 1972. Riefler, R. and Tiebout, C. M., International input-output: an empirical California-Washington model. Journal of Regional Science, 10, pp. 135152, 1970. Schaffer, W. A. and Chu, K., Non-survey techniques for constructing Regional interindustry models, Paper and Proceedings of the Regional Science Association, 23, pp. 83-101, 1969. Stone, R., Input-Output and National Accounts, OEEC, Paris, June, 1961.
247
248
Tim Penyusun Buku Pengarah
1. Sugito Suwito, MA 2. Kusmadi Saleh, MA
Penanggung jawab
Penanggung jawab :
1. DR. Komet Mangiri
Penyunting
:
Penyunting
:
1. Arie Sukarya, M.Com 2. Drs. Waris Marsisno, M.Stat 3. Budi Cahyono, SSi 4. Wikaningsih, SE
Penulis
:
Pengetikan
: Tim Subdit Konsolidasi Neraca Produksi Nasional
Pengetikan
:
Tim Revisi Buku
:
Tjahyani Sudirman, BSt; Dr. Komet Mangiri; Dr. Slamet Sutomo; Rusman Heriawan, SE; Supriyanto, MA; Arie Sukarya, M.Com; Drs. Waris Marsisno, M.Stat; Budi Cahyono, SSi; Wiwiek Arumwati, M.Si; Nursinah Amal Urai, MA; Abdul Rahman, SE; Dyan Pramono Effendi, SE; Ir. Emil Azman, MBA; Dianawati, BSt; Sudartono
Busmin Oloan M
:
1. Supriyanto M.A.
1. Ihsanurijal, M.Si. 2. Suryadiningrat, MM 3. Eko Oesman M.Si 4. Rerta Mastiani S.Si 5. Suryadi, MM 6. Busminoloan, SE 7. Arif Maelan Khasani, S.ST 8. Ratna Sulistyowati, S.ST 9. Budi Triyanto