KURIKULUM SEPAK BOLA INDONESIA Untuk Usia Dini (U5-U12), Usia Muda (U13-U20) & Senior Copyright @2012 by Timo Scheunemann
Penyusun
: Timo Scheunemann
Penulis
: Timo Scheunemann Claudio Reyna DR. Javier Perez DR. Paul Gunadi
Tim Revisi
: Bert Pentury, Emral Abus, Indra Syafri
Penerjemah
: Gheeto TW dan Timo Scheunemann
Lay out
: Gheeto TW, Timo Scheunemann, Kasmawati
Penyunting
: Kasmawati
Tata Letak
: Kasmawati
Desain Sampul : Gheeto TW Foto
: Koleksi Pribadi Matias Ibo
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama dan terutama Puji Syukur kepada Tuhan; sumber kekuatan dan kemampuanku. Beribu ucapan terima kasih saya tujukan kepada banyak pihak yang ikut andil secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Kurikulum Sepak bola Indonesia ini. Bp. Djohar Arifin selaku Ketua PSSI, Bp. Bob Hippy selaku Exco Pembinaan Usia Muda PSSI dan Bp. Arifin Panigoro atas dukungannya. Tom Byer dan Claudio Reyna yang sudah menjembatani perijinan penggunaan sebagian dari US Soccer Curriculum. Bert Pentury, Emral Abus, Indra Syafri dan Wim Rijsbergen untuk masukan-masukannya. DR. Perez, DR. Paul Gunadi, Matias Ibo dan Heru Sugiri untuk sumbangan materinya. Gheeto TW dan Kasmawati Wicaksono yang peran dan bantuannya sangat saya hargai. Isteri saya tercinta Devi dan orang tua serta kakak saya Sven, Rainer, Ralph dan Silke atas dukungan morilnya selama ini. Asisten pelatih saya yang setia Heri serta sahabat James, Rino, Nehemia Wagiyono, dan Paul Richardson. Mentor saya Martin Hagele serta Markus Weidner, Bernd Stroeber, Horst Hrubesch, Inggo Weniger, Stefen Freund dan Ralf Peter dari DFB. Semua pelatih yang pernah melatih dan semua pemain yang turut andil dalam perkembangan saya sebagai pemain dan pelatih sepak bola. Terima kasih.
In Loving Memory : Puji Purnawan (Mantan Punggawa Pra-Olimpiade 1992).
Untuk Bangsaku demi berkumandangnya “Indonesia Raya” di pentas Piala Dunia.
Sambutan Exco Usia Muda
Pembinaan sepakbola usia muda Indonesia tengah menjadi perhatian yang serius dan terus menerus ditekuni PSSI untuk mempersiapkan sebuah desain timnas masa depan Indonesia . Fondasi untuk membentuk timnas senior yang tangguh sudah jelas harus dimulai dengan mempersiapkan pemain sejak usia muda. Maka pola pembinaan pemain usia muda yang seharusnya menjadi tanggung jawab klub telah beralih menjadi “peluang “ dengan hadirnya Akademi Sepakbola Nusantara di Indonesia . Kehadiran Akademi Nusantara yang dibangun oleh PSSI dengan kepemimpinan pembaharuan telah mendapatkan porsi yang layak . Ini dibuktikan dengan adanya kompetisi usia muda dan lahirnya kurikulum untuk pelatihan bagi pemain usia muda . Visi dari kurikulum pembinaan usia muda ini juga sekaligus menjadi fondasi dasar untuk pembinaan pelatih dalam melatih pemain usia muda . Target kurikulum sepakbola ini adalah, untuk memberikan panduan bagi para pelatih. Maka diharapkan, akan hadir pemain berbakat dan tangguh di Indonesia di masa depan. Terima kasih . Jakarta , 1 April 2012 Bob Hippy Ketua Komite Pengembangan Sepak Bola Usia Muda
Pendahuluan
Xavi, gelandang FC Barcelona, saat ditanya soal kehebatan FC Barcelona menjawab demikian, “Di La Masia (akademi FC Barcelona) kami tidak ditempa untuk menang namun untuk berkembang.” Salah satu kelemahan yang paling mendasar dalam pembinaan “grass root” (U5-U12) dan usia muda (U13-U20) di Indonesia adalah fokus SSB yang salah; fokus SSB lebih ke arah menggapai kemenangan daripada membina pemain hingga bisa mencapai potensi maksimalnya. SSB sibuk menggapai prestasi sebagai klub hingga lupa bahwa prestasi sebenarnya adalah pembentukan pemain secara menyeluruh; teknik (bagaimana melakukan sesuatu), taktik (pengertian permainan atau pengertian akan mengapa melakukan sesuatu), fisik dan mental (menempa karakter yang positif dan kuat yang begitu penting artinya baik untuk kehidupan sang pemain secara keseluruhan maupun untuk perkembangannya sebagai pemain bola). Sudah saatnya kita bersama menyatukan tekad memberikan yang terbaik untuk Indonesia. Bukan untuk kita pribadi atau SSB kita masing-masing namun untuk Indonesia. Mari kita berlomba menelurkan pemain-pemain yang berbakat dan berkarakter demi kemajuan sepak bola Indonesia. Kurikulum ini adalah bagian dari langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh Badan Usia Muda PSSI. Dengan adanya kurikulum ini harapan kami program latihan di semua SSB di seluruh Indonesia menjadi; (1) lebih berkualitas , (2) lebih “age specific” atau tepat usia, (3) lebih terarah secara baku atau dengan kata lain memiliki standar yang sama. Segala kekurangan yang ada mohon dimaaafkan. Semoga pada edisi kedua berikutnya dapat lebih mendekati sempurna. Untuk memahami dan melaksanakan pedoman ini diperlukan kesungguhan dan usaha yang maksimal dari anda. Dibutuhkan kemauan untuk belajar serta totalitas dalam melaksanakan profesi anda sebagai seorang pelatih. Entah dibayar atau bekerja secara suka rela, seorang pelatih harus mengerti bahwa perannya begitu penting di dalam menempa generasi penerus bangsa. Berangkat dari pemahaman ini diharapkan anda sebagai seorang pelatih menganggap serius peran anda dan karenanya berusaha untuk terus belajar, mempersiapkan latihan secara maksimal dan berinteraksi dengan pemain dengan penuh rasa tanggung jawab. Tetap semangat, jangan putus asa! Bersama kita bisa meraih keajaiban yang kita idam-idamkan bersama; mendengar “Indonesia Raya” berkumandang di pentas Piala Dunia! Semoga Tuhan memberkati usaha kita bersama. Salam, Timo Scheunemann Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI
Daftar Isi
Ucapan Terima kasih ………………......................................................................................... Sambutan Ketua Umum PSSI ............................................................................................... Sambutan Ketua Komite Pengembangan Sepak Bola Usia Muda…………………………………….. Pendahuluan Direktur Pembinan Usia Muda ………………………………………………………………….. Daftar Isi .................................................................................................................. ........... Keterangan Tanda Gambar: ................................................................................................
ii iii iv v vi ix
Bab I
Prinsip Bermain ................................................................................................. A. Gaya Permainan : Garis Besar ....................................................................... B. Gaya Permainan: Spesifikasi ......................................................................... C. Prinsip Bermain bagi Pelatih, Pemain, dan Tim ..............................................
1 1 2 4
Bab II
Konsep Melatih .................................................................................................. A. Fondasi Program Pembinaan yang Berkualitas .............................................. 1. Fasilitas/Faktor Pendukung .................................................................... 2. Faktor Pembina (Pelatih) ........................................................................ 3. Program Pembinaan Rutin ..................................................................... B. Falsafah Program Pembinaan ....................................................................... 1. Hubungan Latihan dengan Pertandingan ………………………………………. ……… 2. Empat Komponen yang saling melengkapi …………………………………….… …… C. Intisari Materi Kepelatihan ............................................................................ D. Materi Kepelatihan : Istilah Umum ................................................................ E. Materi Kepelatihan : Fisik .............................................................................. 1. Hal-hal yang meningkatkan Kemampuan Tubuh ..................................... 2. Pemahaman Istilah-istilah Fisik ............................................................... F. Materi Kepelatihan Teknik ............................................................................ 1. Pemahaman Istilah-istilah Teknik Menyerang ........................................ 2. Pemahaman Istilah-istilah Teknik Bertahan ............................................ G. Materi Kepelatihan Taktik ............................................................................. 1. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Menyerang ......................................... 2. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Bertahan ............................................. H. Materi kepelatihan Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental ...................... I. Materi Kepelatihan Situasi Standar (Set Piece) dan Formasi .......................... 1. Penjabaran Situasi Standar ..................................................................... J. Materi Kepelatihan Penjaga Gawang ............................................................ 1. Kualifikasi Penjaga Gawang .................................................................... K. Gaya kepelatihan .......................................................................................... 1. Garis Besar Mengenai Kepelatihan & Persiapan Latihan ......................... 2. Menciptakan suasana dan sarana berlatih yang kondusif bagi perkembangan Pemain ........................................................................... 3. Meracik Menu Latihan & Organisasi Latihan ...........................................
6 6 7 8 9 10 10 10 11 13 14 14 15 19 20 21 22 23 33 38 39 40 46 47 53 53
Bab III
55 56
Kurikulum Sesuai Kelompok Umur ...................................................................... 59 A. Mengatur Perkembangan Pemain Berdasarkan Umur dan Tingkatan ........... 59
B. Frekuensi Materi Latihan Sesuai Kelompok Umur .......................................... ... 63 1. Frekuensi Latihan Fisik Sesuai Kelompok Umur .. .......................................... 63 2. Frekuensi Latihan Teknik Sesuai Kelompok Umur ......................................... 64 3. Frekuensi Latihan Taktik Sesuai Kelompok Umur........................................... 65 4. Frekuensi Latihan Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental Sesuai Kelompok Umur.............................................................................................. 66 C. Kurikulum setahun untuk masing-masing kelompok umur................................. 67 D. Struktur Program Latihan Untuk Masing-masing Tingkatan Kelompok Umur..... 81 1. Tingkat Pemula/Fun Phase (U5-U8 Tahun).................................................... 81 1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 81 2) Contoh Program Latihan ...................................................................... 82 2. Tingkat Dasar/Foundation Phase (U9-U12 Tahun) ....................................... 84 1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 84 2) Contoh Program Latihan ....................................................................... 85 3. Tingkat Menengah/Formative Phase (U13-U14 Tahun) ............................... 88 1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 88 2) Contoh Program Latihan ..................................................................... 89 4. Tingkat Mahir/Final Youth (U15-U20 Tahun) ............................................... 91 1) Struktur Program Latihan ..................................................................... 91 2) Contoh Program Latihan ..................................................................... 92 E. Format Latihan Fisik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ………………………………... 94 F. Format latihan Teknik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ................................. 96 1. Contoh Latihan Teknik Untuk Dewasa 1 (15 Tahun keatas) ........................ 97 2. Contoh Latihan Teknik Untuk Dewasa 2 (15 Tahun keatas) ........................ 98 G. Format latihan Taktik Untuk Dewasa (15 Tahun keatas) ................................. 101 1. Contoh Latihan Taktik Bertahan ................................................................. 101 2. Contoh Latihan Taktik Menyerang .............................................................. 103 Bab IV Kesalahan-kesalahan yang umum terjadi di Indonesia dalam hal organisasi latihan, pembuatan program latihan serta eksekusi latihan ................................ 106 Bab V
Teori Sepak Bola Modern .......................................................... ........................... A. Prinsip-prinsip Sepak Bola Modern ……………………………………………………………… B. Prinsip-prinsip Dasar Bermain 4-4-2 Dengan Benar ……………………………………. C. Langkah-Langkah Menuju 4-4-2 (sekaligus 4-3-3) ……………………………………... D. Pengertian Taktik 4-3-3 ……………………………………………………………………….…….. 1. Pengertian Taktik Lapangan Kecil Sebagai Tahapan Menuju 4-3-3 ……….. 1) Formasi 2-2 ………………………….…………………………………………………………… 2) Formasi 3-1 ……………………………………………..……………………………………… 3) Formasi 3-2 ………………………………………………………………….……………..…… 4) Formasi 3-1-2-1 ……………………………………………………………………….……..…
Bab VI Teori Melatih Secara Modern .............................................................................. A. Teori Melatih Fisik……………………………………………………………………………………… 1. Komponen Latihan Fisik ……...……………………………………………………………… 2. Kiat Praktis Meningkatkan Fisik Pemain ……………………………………………. 3. Pemahaman Dasar Gizi ……………………………………………………………………… 4. Berbagai Cara Mengevaluasi Fisik Secara Obyektif & Praktis …………….. 5. Panduan Khusus Penggunaan Gym (Fitness Studio) ………………………….… B. Teori Melatih Teknik …………………………………………………………… ………….… .…… C. Teori Melatih Taktik ………………………………………………………………………….… ……
109 109 111 118 135 137 138 140 143 144 146 146 146 148 150 152 157 159 161
D. Teori Melatih Mental …………………………………………………………………………………… 1. Pemahaman Dasar ……………………………………………………………………………….. 2. Pembinaan Mental Pemain …………………………………………………………………… 3. Kiat Praktis Meningkatkan Mental Pemain ……………………………………………
163 163 164 170
Bab VII Berbagai Variasi Latihan Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil……… 173 A. Variasi Latihan Fisik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil ...….. 173 B. Variasi Latihan Teknik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil …… 179 C. Variasi Latihan Taktik Dalam Bentuk Drill dan Permainan Lapangan Kecil …… 198 Bab VIII Mencegah dan Merawat Cedera ........................................................................... A. Petunjuk Umum ………………………………………………………………………………..………… B. Penangganan Pada Cedera ……………………………………………………………..…………. C. Sepuluh Hal Praktis Menangkal Flu ……………………………………………………..………
199 199 201 220
Bab IX
Pemahaman Dasar Peraturan Pertandingan (Laws of the Game)........................... 222
Bab X
Lampiran ……………………………………………………………………………………………………………. A. Scouting Pemain ………………………………………………………………………………………….. B. Formulir Data Diri Pemain & Panduan Scouting …………………………………………… C. Scouting Tim Lawan ……………………………………………………………………………………..
262 262 266 270
Daftar Pustaka .............................................................................................................. ......... 278
KETERANGAN GAMBAR
BAB I PRINSIP BERMAIN A. GAYA PERMAINAN - GARIS BESAR Elemen kunci untuk pelatih dan pemain yang membentuk gaya permainan
1. Pertandingan Gaya penyerangan Semua tim disarankan untuk menunjukkan gaya bermain yang menyerang yang ditunjukkan saat menguasai bola dan dengan melakukan pergerakan tanpa bola dengan cepat.
Transisi cepat dan penyelesaian akhir Mendorong semua kelompok umur untuk mengusahakan kecepatan bermain, menghindari menggiring bola berlebihan (over dribbling), mengusahakan pergerakan yang terorganisasi dan pergerakan cepat tanpa bola serta cepat mencari penyelesaian akhir.
Posisi spesifik Sebuah tim harus memiliki pertahanan yang terorganisasi, menjaga posisi spesifik masingmasing dalam formasi. Dilain pihak, pemain akan mencari ruang dan melakukan pergerakan untuk mendukung penyerangan walau harus bergerak jauh dari posisi mereka semula.
2. Formasi Formasi 4-3-3 dan 4-2-2 Tim di kelompok umur 12 tahun ke atas akan menggunakan formasi 4-3-3, (dengan variasi 4-2-3-1 atau 4-1-2-3 ). Tim di usia lanjutan (U15 ke atas) dapat juga menggunakan formasi 4-4-2. Untuk usia dini/grassroot (U5 - U12) disarankan bermain 4 v 4 dan 7 v 7 sebagai tahapan menuju pemahaman 4-3-3 yang benar. 1
4 Bek Semua formasi yang digunakan oleh tim pada pertandingan 11 v 11 harus terus membuat 4 baris bek. 4 bek menyediakan konsistensi dalam pertahanan dan memberikan ruang bagi bek luar untuk bergerak maju saat menyerang.
B. GAYA PERMAINAN : SPESIFIKASI Elemen kunci bagi pelatih dan pemain yang menegaskan gaya permaian
1. Fisik Speed and Agility (Kecepatan dan ketangkasan) Kualitas-kualitas ini akan terkandung dalam pertandingan (game) dan permainan yang menggunakan bola sejak kelompok usia dini/grassroot (U5 - U12).
Endurance (Daya Tahan) Pemain secara individu dan seluruh tim dilatih untuk mampu melakukan pergerakan dengan intensitas tinggi. Usia dini/grassroot (U5 - U12) mendapatkan daya tahan hanya melalui game/permainan dan latihan teknik. Latihan khusus endurance diharamkan.
Ketahanan dan Kekuatan Pemain yang kuat mengembangkan kecepatan mereka dengan lebih cepat, mampu menangkal cedera dan lebih kompetitif dalam pertandingan. Usia dini/grassroot (U5 - U12) tidak perlu berlatih ketahanan dan kekuatan karena belum adanya hormon testosterone.
2. Teknik Passing dan receiving (mengumpan dan menerima bola) Passing bola bawah yang dilakukan dengan keras/tegas selagi berhadap-hadapan pada jarak yang bervariasi serta menerima bola yang bergerak dilakukan di semua kelompok umur.
Shooting (melesatkan tembakan) Pemain harus menumbuhkan kemampuan untuk shooting dari jarak yang bervariasi. Semua pemain harus didorong untuk banyak melakukan shooting dari jarak-jarak yang berbeda selama permainan.
Ball Control and turning (kontrol bola dan berbalik dengan bola) Pemain harus didorong untuk tetap mengontrol bola dan menggunakan teknik gerakan memutar yang berbeda guna bergerak menjauh dari pemain bertahan.
2
3. Taktik Bermain dari belakang Semua tim harus merasa nyaman bermain bola semenjak dari belakang melewati lapangan tengah dan dari sana menuju bagian akhir lapangan. Umpan-umpan pendek dari kaki ke kaki yang sudah menjadi ciri khas sepak bola Indonesia hendaknya dipertahankan dan diperbaiki kualitasnya.
Possession and Transition (penguasaan bola dan transisi) Semua tim harus terus menjaga penguasaan bola dengan hanya menggunakan satu/dua sentuhan saja. Pemain harus didorong untuk mendukung dan bergerak sambil berkreasi dalam menentukan arah passing. Setelah permainan penguasaan bola berjalan dengan baik tim harus belajar bagaimana mengumpan bola dari satu sisi lapangan ke sisi lainnya dengan mulus dan efektif.
Transisi Penyerangan/Pertahanan dan Serangan Balik yang cepat Ketika penguasaan bola hilang, pemain harus bereaksi cepat dan melakukan tekanan untuk mendapatkan bola kembali. Ketika bola kembali dikuasai, pemain harus segera mungkin melakukan serangan balik.
4. Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental Respect and Discipline (respek dan disiplin) Pemain harus beradaptasi pada aturan di dalam tim dan menghargai rekan satu tim, pelatih, wasit dan lawan.
Cooperation (Kerjasama) Setiap pemain menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari tim dalam satu unit, dan harus bekerjasama dengan rekan satu tim untuk meraih sasaran bersama dalam tiap sesi dan permainan, sebagaimana untuk seluruh musim kompetisi.
Competitiveness (Menumbuhkan Jiwa Kompetisi) Pemain yang memiliki jiwa kompetisi (spirit pantang menyerah) harus dihargai karena usaha dan fokus mereka.
3
C. PRINSIP BERMAIN (PRINSIPLES OF PLAY) Untuk pelatih, pemain dan tim
1. Pelatih Permainan penguasaan bola (possession) dan permainan lapangan lebih kecil (small sided games) dengan lebih sedikit pemain sangat baik untuk menumbuhkan pengertian taktis sekaligus mengasah kemampuan teknis pemain. Berlatih dengan lawan dan kompetisi dengan sistim reward and punishment (pemberian penghargaan dan hukuman) dalam sesi latihan harus dilakukan untuk menumbuhkan jiwa kompetisi dalam diri pemain. Permainan yang memiliki intensitas tinggi didasari oleh kecepatan dan ketangkasan. Singkat tetapi intensif dalam setiap bagian latihan. Beri waktu untuk istirahat lalu pacu kinerja mereka saat latihan sehingga memaksimalkan hasil latihan.
2. Pemain Maksimal satu, dua atau tiga sentuhan : Meminimalkan jumlah sentuhan menambah kecepatan permainan. Bermainlah dengan sederhana : jangan paksakan situasi, terlalu banyak menggiring bola, sembarangan dengan bola, atau memilih opsi yang sulit. Tetap menjaga bola di tanah : Bola yang dimainkan mendatar di atas tanah akan lebih mudah dikontrol dan dapat didistribusikan dengan lebih efektif dan cepat oleh tim. Akurasi dan kualitas passing : Passing harus keras dan akurat, dengan bobot yang tepat. Sentuhan pertama : Pastikan sentuhan pertama dilakukan secara terkontrol tanpa menghentikan bola. Sentuhlah bola menjauh dari tekanan dan arahkan ke daerah yang bebas. Pemahaman dan kewaspadaan : Semua pemain, dengan atau tanpa bola harus terus menerus mengamati lapangan, kawan dan lawan. Situasi 1 v 1 : Bentuk determinasi pemain untuk secepatnya menguasai bola kembali saat bertahan dan bermain sederhana saat menyerang dangan cara menyentuh bola ke samping dengan cepat guna melewati lawan. Transisi individu : Pemain harus bereaksi dengan cepat ketika penguasaan bola berganti dari penyerangan ke pertahanan dan sebaliknya. Shooting : Selalu perhatikan gawang lawan. Semua pemain didorong untuk melesatkan tembakan. Mengambil resiko : Sepak bola adalah olah raga yang memungkinkan terjadinya banyak kesalahan. Kesalahan-kesalahan adalah bagian dari permainan dan proses belajar. Pemain didorong untuk mengambil resiko dalam sesi latihan guna mengembangkan kecepatan bermain. 4
3. Tim Semua pemain bertahan dan semua pemain menyerang : Semua pemain harus terlibat dalam permainan sebagai satu unit. Ciptakan situasi menang jumlah : Sepak bola adalah permainan yang mengandalkan jumlah pemain. Saat menyerang diupayakan untuk menang jumlah sedangkan bertahan untuk minimal tidak kalah jumlah. Aliran bola : Bola harus mengalir dari dalam ke luar, dari luar ke dalam sisi permainan. Bola lebih mudah dikuasai di sisi luar lapangan karena sisi dalam lapangan tekanan lawan lebih besar (tentu saja hal ini bisa berubah tergantung situasi). Prinsip segitiga dan pilihan arah passing : Pemain yang menguasai bola harus terus menerus menerima dukungan dan setidaknya memiliki 2 pilihan untuk melakukan passing. Saat usia dini/grassroot (U5-U12) ajarkan pemain membentuk ketupat saat menyerang guna menciptakan 3 opsi mengumpan; ke kiri, ke kanan dan kedepan/belakang. Kecepatan permainan : Pergerakan cepat bola (saat menyerang), sedangkan saat bertahan (tanpa bola) menciptakan situasi 2 v 1 (menang jumlah). Pergerakan tanpa bola : Cari ruang terbaik yang tersedia untuk memberikan pilihan arah untuk mengumpan bagi pemain yang sedang menguasai bola. Melakukan tekanan sebagai satu unit : Melakukan gerakan menekan yang terorganisasi dengan rapi (menekan secara bersama-sama) sehingga memaksa lawan melakukan kesalahan. Perpindahan (Transisi) : Upayakan perpindahan dengan mengurangi jumlah operan yang dibutuhkan untuk mendekati area target atau gawang lawan. Arah permainan : Permainan mengalir dalam 2 arah (bertahan dan menyerang). Selalu tekankan prinsip sederhana namun penting ini dalam semua latihan yang dilakukan. Miliki inisiatif selama permainan : Situasi sulit bisa terjadi kapan saja. Tim harus mampu beradaptasi saat terjadi situasi yang berbeda/tidak terencana. Beberapa pemain harus dipersiapkan sebagai pemimpin rekan-rekannya dilapangan.
5
BAB II KONSEP MELATIH A. FONDASI PROGRAM PEMBINAAN YANG BERKUALITAS
6
1. Fasilitas & Faktor Pendukung Lapangan Yang Memadai Lapangan paling tidak harus rata (berdebu tidak masalah asal rata). Jika di desa Anda hanya ada lapangan kecil, bentuklah tim U12, U10 atau U8, dan bermainlah 5 v 5 atau 7 v 7. Pemain berusia 12 tahun keatas harus bermain di lapangan besar sesuai standar FIFA.
Pengetahuan Gizi Orang tua dan pemain memiliki pengetahuan akan gizi dan disiplin dalam mengkonsumsi makanan dan minuman yang membantu perkembangan fisik pemain.
Dukungan Penuh Orang Tua Kegiatan anak harus diketahui dan direstui oleh orang tua masing-masing. Dukungan penuh tidak berarti tekanan. Biarkan pemain berkembang dengan nyaman; didukung tapi tidak ditekan.
Liga Dan Turnamen Yang Tertata Rapi Liga dan turnamen SSB dalam lingkup PENGCAB (Pengurus Cabang) perlu dilaksanakan sesering mungkin. Agar tidak tergantung pada PENCAB, bentuklah sebuah asosiasi SSB di daerah anda atau bergabunglah secara gratis dengan asosiasi SSB Pusat (ASSBI). Lihat di www.ssbindonesia.com. Prinsip kunci adalah bertindaklah secara pro aktif.
Jumlah Pemain Atau Grup Yang Dibatasi Peserta latihan yang terlalu banyak tidak efektif dan sulit untuk diawasi secara individu.
Banyak Bola! Penting tersedia satu bola untuk setiap pemain.
Cones Sediakan cones beragam warna guna efisiensi latihan.
Kostum dan Rompi Kostum dan rompi latihan beragam warna harus tersedia guna efisiensi latihan.
Peralatan Bantu Lainnya Tersedia pula tangga koordinasi, 2-4 gawang kecil, beberapa barbel (2-5 kg), gawang-gawang pendek untuk rintangan serta tiang-tiang plastik.
7
2. Faktor Pembina (Pelatih) Kualitas
Standar sertifikasi D dan C. Sering/banyak ikut pelatihan atau seminar lebih baik, mau belajar (melalui buku, internet, dll). Memiliki semangat, jeli dalam melakukan pembenaran pada pemain.
Kuantitas Pembina yang berkualitas harus banyak, PSSI Pusat dan pengurus propinsi, mutlak perlu mengadakan kursus-kursus dan seminar kepelatihan. Coach Bert Pentury saat ini tengah melakukan tour ke semua provinsi guna melatih pelatih khusus usia dini/grassroot (U5 - U12).
Teladan Seorang pelatih mutlak harus menjadi teladan baik dalam perkataan dan tingkah laku : tidak suka omong kotor, tepat waktu, bisa menjaga emosi, tidak melakukan pencurian umur, dll.
Motivator Bukan pencela atau pemaki. Sering dan terus menerus memberikan semangat dengan perkataan dan bahasa tubuh yang positif.
Mengutamakan Pendidikan Formal Perlu memahami konsep “Student athlete”; seorang pemain adalah seorang murid sekolah, baru kemudian menjadi atlit. Dengan kata lain, sekolah harus diutamakan oleh pemain, pelatih dan orang tua. CI PELATIH YANG BERKUALITAS
Dapat Mengelompokkan Kualitas Masing-Masing Pemain Pelatih sangat bergantung kepada pemain. Pelatih harus bisa melihat potensi pemain misalnya dengan latihan atau pergantian posisi. Yang diperhatikan adalah : Teknik, Speed dengan bola, Speed tanpa bola, Visi, Penempatan posisi, Karakter atau Mental. Karakter perlu diperhatikan karena karakter adalah faktor penentu kesuksesan pemain itu sendiri sekaligus berpengaruh pada kebersamaan tim.
Berjiwa Pemimpin Kualitas pelatih sebagai pemimpin sangat berpengaruh pada respek pemain pada pelatih. Sebagai sorang pemimpin pelatih harus : Menjadi Contoh Hidup : Teladan dalam perkataan dan tingkah laku. Mampu menjadi Pengatur / Penengah Hubungan antar manusia : Terutama dibutuhkan saat terjadi perselisihan atau ketegangan antar pemain. Baik di dalam tim sendiri maupun dengan tim lawan . Peduli pada pemain : Tunjukkan kepedulian kepada para pemain, seperti masalah pendidikan atau kesehatan pemain. Jangan sekadar menuntut pemain berprestasi. Kenali dan selalu tunjukkan kepedulian anda pada pemain. Kompeten : Memiliki kemampuan yang memadai untuk duduk di dalam posisi pelatih. 8
Maka perlu untuk terus menerus belajar menambah pengetahuan, baik secara umum maupun dalam bidang kepelatihan. Fair (sifat adil) : Pelatih tidak pilih kasih kepada anak-anak didiknya, melihat potensi terbaik berdasarkan kemampuan, bukan pilih-pilih. Konsisten : Tegakkan peraturan dan hukum. Pujilah pemain tanpa pandang bulu. Setali tiga uang dengan prinsip ini adalah kemampuan pelatih untuk selalu menegakkan peraturan tanpa berubah sejalan dengan waktu.
Pelatih harus mampu/ahli dalam menyusun program latihan Buatlah program latihan yang : Realistis : Sesuai kebutuhan saat pertandingan. Variatif : Memiliki kreativitas latihan yang beragam dan tidak membosankan. Metodis : Memiliki metode latihan yang tertata rapi dan berjenjang; , bukan sembarangan membuat program latihan. Mencakup semua aspek : Fisik, Teknik, Taktik, Mental dan Karakter. Tematis : Memiliki tema atau tujuan yang dipersiapkan. Dari awal hingga akhir latihan, tema latihan terlihat jelas lewat variasi-variasi latihan yang dipilih. Membuat program yang tematis dikhususkan bagi usia 15 tahun ke atas dan dewasa. Sesuai prinsip “Benang Merah “ : Masing-masing sesi latihan saling berkaitan, saling berhubungan antara latihan yang satu dan yang lainnya sehingga menghasilkan keutuhan latihan yang baik. Terencana (Tertulis) : Untuk dokumentasi dan supaya dapat dikoreksi dari waktu ke waktu. Merencanakan latihan anda bisa mengetahui perlengkapan apa saja yang dibutuhkan sehingga latihan bisa berjalan dengan efektif.
Pengetahuan Taktik Selain masalah teknik, sepak bola juga sangat ditentukan oleh taktik. Pemahaman mendasar mengenai taktik yang wajib dimiliki oleh seorang pelatih adalah : Taktik bertahan ; Pengertian permainan saat bertahan sebagai individu/grup/tim. Taktik menyerang ; Pengertian permainan saat menyerang sebagai individu / grup/tim. Situasi standar; Lemparan ke dalam, free kick, tendangan penjuru dan goal kick. Taktik hari pertandingan; Penentuan tipe pemain dan formasi yang dipilih, pergantian pemain dan arahan spesifik sesuai kelebihan/kelemahan lawan pada saat bertanding.
3. Program Pembinaan Sehari-Hari/Rutin Program pembinaan yang rutin dilakukan harus mencakup dan sesuai dengan falsafah program pembinaan sepak bola modern yang di jabarkan dalam halaman berikut.
”Practice doesn’t makes perfect, perfect practice makes perfect” (latihan saja tidak menghasilkan kematangan, tetapi latihan yang matang membuat kematangan)
9
B. FALSAFAH PROGRAM PEMBINAAN Pengertian inti metode melatih
1. Hubungan Latihan Dengan Pertandingan Tujuan dari sesi latihan adalah untuk mempersiapkan pemain untuk kompetisi. Pertandingan memperlihatkan perkembangan taktik, teknik, fisik dan jiwa kebersamaan (Psychososial)/Mental dalam diri pemain.
2. Empat Komponen Yang Saling Melengkapi
Fisik Pemain yang kuat dan ulet akan memberikan keuntungan yang besar untuk tim. Sebaliknya seorang pemain yang kelelahan harus berjuang sangat berat untuk menjaga konsentrasinya dan cenderung melakukan banyak kesalahan.
Teknik Semua pemain di dalam tim diharuskan memiliki kemampuan individu yang sesuai dengan posisi masing-masing. Sebagai contoh, seorang pemain tengah tentu memiliki teknik dan keahlian yang berbeda dengan seorang pemain di posisi bek luar.
Taktik Bagian ini menolong pemain agar menyatu dengan tim. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pemain yang cerdas, mampu beradaptasi dalam situasi yang berganti-ganti dalam pertandingan-pertandingan yang dihadapi.
10
Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental Manusia sering dipengaruhi oleh emosinya. Pelatih harus bisa melatih pemain untuk menggunakan emosi-emosi ini untuk keuntungan mereka dan mengarahkan emosi mereka menjadi sebuah kekuatan dan bukan kelemahan bagi mereka.
Titik lemah terbesar pemain kita selain kualitas umpan dan kecepatan dalam bermain adalah mental dan pengertian taktik. Titik lemah pemain = Titik lemah pelatih!
C. Intisari Materi Kepelatihan Area Pengembangan saat berlatih sepak bola
Materi Kepelatihan 1. Fisik 2. Teknik 3. Taktik 4. Jiwa kebersamaan (Psychososial)/Mental 5. Set piece (gerakan dan alur bola yang direncanakan - Situasi Standar) 6. Formasi 7. Penjaga Gawang
11
12
D. MATERI KEPELATIHAN : ISTILAH UMUM Definisi untuk Istilah-istilah khusus dalam Sepak Bola
1. Taktik Aksi individu atau bersama-sama yang ditunjukkan oleh pemain atau sekelompok pemain untuk mengambil kesempatan dari seorang pemain lawan atau sekelompok pemain lawan atau tim lawan secara keseluruhan. Penjelasan : Sebuah taktik adalah alat untuk membangun strategi. Contoh : Perpindahan bola dengan cepat dari satu sisi lapangan ke sisi lain.
2. Strategi Sebuah pemahaman atau ide yang disepakati bersama oleh seluruh anggota tim sejak awal pertandingan dengan tujuan mengalahkan lawan. Penjelasan : Strategi berhubungan dengan formasi tim dan juga sistim yang digunakan oleh tim. Contoh : Strategi pertahanan - tiga striker maju guna melakukan tekanan dan pemain gelandang tengah mendekati lawan di area tengah untuk menghalangi mereka berbalik. Diharapkan dengan cara demikian bola bisa direbut kembali di area pertahanan lawan.
3. Formasi Pengaturan posisi pemain dan pembagian tugas pada masing-masing pemain di lapangan yang diatur sejak awal pertandingan. Penjelasan : Ini biasanya ditulis dalam tiga angka yang mengidentifikasi pemain di posisi pertahanan, tengah dan penyerangan. Contoh : 4-3-3, berarti ada 4 pemain bertahan (defenders), 3 pemain tengah (midfielders) dan 3 penyerang (strikers).
4. Sistem Sebuah formasi yang secara khusus menyorot pada bentuk dan atau peran untuk satu atau beberapa pemain. Penjelasan : Sebuah Sistim adalah kombinasi formasi dan strategi. Contoh : 4-4-2 dengan bentuk seperti berlian di tengah sehingga memungkinkan pemain bek sayap bergerak naik ke area yang lebih luas didepannya.
13
E. MATERI KEPELATIHAN : FISIK 1. Hal-hal yang Meningkatkan Kemampuan Tubuh 1) Kekuatan
Daya Tahan Kekuatan/Power
Daya Eksplosifitas
Kekuatan Maksimal
2) Daya Tahan
Kemampuan Gerak Tubuh (Aerobic Capacity)
Kekuatan Gerak Tubuh (Aerobic Power)
Tenaga yang Dihasilkan Otot dengan laktat (Anaerobic Lactic)
Tenaga yang dihasilkan Otot tanpa Laktat (Anaerobic Alactic)
3) Kecepatan
4) 5) 6) 7)
Reaksi
Kemampuan Akselerasi (Acceleration)
Kecepatan Maksimal
Daya tahan tubuh mempertahankan kecepatan
Kemampuan merubah arah lari dengan cepat (Acyclic Speed)
Kelenturan & Mobilitas Otot Koordinasi & Kelincahan Kemampuan Motorik Dasar Daya Tanggap & Kewaspadaan (Awareness) 14
2. Pemaham Istilah-Istilah Fisik Hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan tubuh
1) Kekuatan Kemampuan otot melakukan gerakan tiba-tiba dengan intensitas yang tinggi dan dengan beban yang bervariasi. Daya Tahan Kekuatan/Power Kemampuan untuk memelihara gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban tinggi dalam kurun waktu yang lama. Dengan Cepat Menghasilkan Kekuatan Tubuh Yang Besar ( Daya Eksplosifitas ) Kemampuan untuk mengendalikan gerakan sentak otot di dalam intensitas dan beban tinggi dalam kurun waktu sependek mungkin (secepat mungkin). Kekuatan Maksimal Kemampuan otot melakukan gerak yang maksimal dengan beban dalam kurun waktu pendek.
2) Daya Tahan ( Endurance ) Kemampuan tubuh untuk melakukan aktifitas fisik dengan intensitas tertentu dan dalam kurun waktu tertentu. Kemampuan Gerak Tubuh (Aerobic Capacity) Kemampuan untuk melakukan aktivitas gerak tubuh secara aerobic. Pengertian aerobic itu sendiri adalah: Tenaga yang dihasilkan otot dengan bantuan oksigen. Semakin lama jangka waktu latihan, semakin dominan fungsi oksigen. Penjelasan : Ini adalah sebuah aktivitas latihan dengan oksigen yang cukup sehingga tidak menyebabkan gangguan tertentu pada tubuh. Artinya karena adanya keseimbangan antara produksi energi tubuh dan energi yang digunakan oleh tubuh pemain bisa melakukan latihan tanpa halangan. Contoh : Tergantung pada usia dan tingkat kemampuan pemain, latihan yang bersifat aerobic terjadi secara terus menerus dan dinamis dalam kurun waktu 4 hingga 6 menit dan menggunakan sekitar 85% fungsi kerja maksimal jantung. Kekuatan Gerak Tubuh (Aerobic Power) Kemampuan untuk menggabungkan antara kemampuan aerobic dan sistim energi anaerobic di dalam jangka waktu lama dengan tujuan untuk memperoleh performa terbaik dalam aktivitas fisik yang dinamis. Penjelasan : Ini adalah sebuah latihan dengan persediaan oksigen yang cukup namun juga membutuhkan sumber energi lain. Jika sumber energi lain tidak tersedia, akan mengakibatkan gangguan dan pengurangan kekuatan pada tubuh. Contoh : Tergantung dari usia dan tingkat kemampuan pemain, kondisi ini terjadi pada kurun waktu 2 sampai 3 menit dan menggunakan lebih dari 85 % fungsi kerja maksimal jantung.
15
Tenaga Yang Dihasilkan Otot Dengan Laktat (Anaerobic Lactic) Merupakan aktivitas fisik yang terus menerus menghasilkan asam laktat konsentrasi tinggi di dalam kurun waktu yang pendek. Berbeda dengan aktifitas aerobic yang menggunakan oksigen, anaerobic adalah tenaga yang dihasilkan otot tanpa oksigen dan laktat terbentuk. Kondisi ini dapat terjadi misalnya saat berlari cepat dalam kurun waktu lama. Penjelasan : Ketika intensitas latihan terlalu tinggi dan dalam waktu yang lama, sistem energi tubuh yang menggunakan oksigen (aerobic) tidak mampu menyediakan semua energi yang dibutuhkan dengan cepat. Jika kondisi ini terjadi, maka tubuh membutuhkan sistem energi yang lainnya dan hal ini justru menjadi penyebab berkurangnya kekuatan tubuh. Oleh sebab itu sistem energi (anaerobic lactic) kemudian menghasilkan sebuah zat kimia yang disebut sebagai asam laktat (lactic acid). Jika dalam jumlah banyak akan memengaruhi kemampuan tubuh selama aktivitas fisik. Oleh karena itu, tingkat aktivitas fisik sewaktu-waktu perlu dikurangi dengan tujuan untuk mendaur ulang asam laktat dan mendorong terjadinya performa tingkat tinggi. Untuk alasan inilah, ketahanan pemain dalam mentolerir asam laktat yang terbentuk di dalam tubuh menjadi sangat penting. Contoh : Tergantung dari kemampuan dan tingkat usia pemain, kondisi seperti ini tercipta saat melakukan aktivitas yang dinamis dan berkelanjutan dengan kekuatan maksimal selama kurun waktu 45 detik. Sebagai contoh, melakukan sprint selama 45 detik adalah contoh aktifitas pengerakan otot tanpa oksigen yang menyebabkan terbentuknya asam laktat. Tenaga Yang Dihasilkan Otot Tanpa Laktat (Anaerobic Alactic) Aktivitas fisik yang dinamis, intensitas tingkat tinggi namun singkat dengan menggunakan sumber energi yang tersimpan di dalam otot. Ini adalah tenaga yang dihasilkan otot tanpa oksigen dan tanpa terbentuknya laktat. Misalnya seperti yang terjadi pada lari cepat jarak pendek. Sebagai contoh, berlari sprint sejauh 20 meter dengan di selingi istirahat adalah contoh aktifitas pergerakan otot tanpa oksigen namun tidak sampai menyebabkan terbentuknya asam laktat.
Keterangan Tambahan Sistem yang dilakukan tubuh kita saat berolah raga ada 3 tahapan, yaitu: a. Anaerobic alactic selama 15 detik pertama b. Anaerobic lactic pada 2 menit berikutnya, lalu c. Aerobic untuk latihan dengan jangka waktu 4 menit ke atas. Jalan kaki, bersepeda atau renang santai termasuk olah raga ringan. Di sini kebutuhan otot akan oksigen terpenuhi dengan baik ketika bernafas. Proses pembuatan energinya didapat dari karbohidrat dan tidak menghasilkan asam laktat, sehingga energinya bisa bertahan lama. Ini berguna untuk diet. Sedangkan lari cepat, angkat berat, push up atau olah raga yang lain yang membutuhkan tenaga besar dan membutuhkan waktu lama seperti sepak bola, termasuk dalam olah raga berat. Ketika tiba-tiba diperlukan energi yang besar di saat oksigen tidak ada maka glikolen (zat yang menyimpan cadangan energi pada sel yang dibentuk oleh glukosa) dipisahkan untuk membuat energi kembali. Tapi dalam prosesnya akan terjadi penumpukan asam laktat sehingga otot pada tubuh menjadi kelelahan dan jika berlangsung lama akan terasa capek sekali. Ketika berolah raga, oksigen yang masuk melalui pernafasan akan diurai dan menyatu 16
dengan lemak tubuh supaya otot tetap normal. Lemak bisa diurai dengan energi yang digunakan pada saat melakukan olah raga ringan selama 20 menit terus menerus. Mengapa kita dapat kelelahan? Kelelahan pada otot di saat tubuh membuat energi, disebabkan oleh asam laktat yang dihasilkan oleh glikogen di saat proses penguraiannya. Jika melakukan olah raga dengan menumpukkan asam laktat, akan mengakibatkan kelelahan pada otot. Dalam istilah kesehatan ada istilah yang disebut mitochondria mass, kemampuan sel otot untuk menyerap laktat yang terbentuk saat sel otot kekurangan oksigen. Dasar endurance yang baik ditambah berlatih keras dalam waktu singkat (interval) meningkatkan masa mitochondria. Sedangkan mitochondria itu sendiri adalah semacam “pabrik energi” dalam sel otot kita.
3) Kecepatan Kemampuan pemain melakukan gerakan atau menempuh jarak tertentu dalam kurun waktu sesingkat mungkin. Reaksi Proses yang tercepat yang dapat dilakukan seseorang baik secara fisik maupun menggunakan otaknya dalam menanggapi peristiwa yang terjadi dilapangan dengan tujuan melakukan gerakan yang diperlukan sesuai situasi. Kemampuan Akselerasi (Acceleration) Peningkatan kecepatan secara tiba-tiba dari posisi berdiri atau langkah lambat ke berlari. Kecepatan Maksimal Gerakan tercepat yang mungkin dilakukan oleh tubuh atau salah satu bagian tubuh. Daya Tahan tubuh Mempertahankan Kecepatan (Speed Endurance) Menjaga kecepatan semaksimal mungkin sesuai kemampuan selama mungkin. Kemampuan Merubah arah lari dengan cepat (Acyclic Speed) Berbeda dengan seorang pelari 100 meter, seorang pemain bola harus mampu berlari sekaligus merubah arah lari dengan cepat.
4) Kelenturan Dan Mobilitas Otot Kemampuan tubuh atau salah satu bagian dari tubuh untuk menggabungkan kelenturan otot dan pergerakan sendi guna mencapai jarak terjauh yang dapat dilakukan.
5) Koordinasi Dan Kelincahan Koordinasi adalah kemampuan pemain mengatur bagian-bagian tubuhnya guna menghasilkan gerakan tepat guna dengan mulus. Kelincahan (Agility) adalah kemampuan pemain merubah arah dan kecepatan baik saat mengolah bola maupun saat melakukan pergerakan tanpa bola. Kemampuan koordinasi dan kelincahan berhubungan erat dengan kemampuan17
kemampuan di bawah ini : Balance/Keseimbangan : Kemampuan untuk menilai faktor-faktor di dalam dan luar diri pemain sehingga membuat pemain mampu mengendalikan gerakan tubuh atau posisi tubuhnya tanpa kehilangan keseimbangan. Persepsi jarak (Depth Perseption) : Kemampuan mengira-ngira jarak dan kecepatan bola/lawan. Pergerakan Kompleks (Complex Movement ) : Kemampuan melakukan beberapa gerakan tubuh secara bersamaan atau berturut-turut. Contoh : Melakukan gerakan berputar dengan bola lalu melakukan trik individu untuk kemudian melesatkan tembakan atau umpan adalah gerakan kompleks. Kemampuan bereaksi dengan cepat (badan) dan mengantisipasi situasi (otak). Kemampuan Orientasi : kemampuan untuk cepat kembali mengetahui arah setelah terjatuh, tabrakan atau berputar dengan cepat. Kemampuan berganti arah lari (badan) dan berganti fokus (mental) dari menyerang ke bertahan dan sebaliknya. Ritme (Rhythm) : Kemampuan merubah ritme lari dari pelan ke cepat, cepat ke pelan, langkah kecil ke langkah panjang, langkah panjang ke langkah kecil, serta berlari sambil melompat. Keseimbangan : Kemampuan untuk menilai faktor di dalam dan di luar diri pemain sehingga membuat pemain mampu mengendalikan gerakan tubuh atau posisi tubuhnya tanpa kehilangan keseimbangan.
6) Kemampuan Motorik Dasar Pergerakan tubuh dalam menyesuaikan diri dengan keadaan di luar tubuh (misalnya saat berjalan, berlari, melompat, menjatuhkan diri atau mengubah arah tubuh). Kemampuan motorik dasar lainnya mencakup menendang, melempar, menangkap dan lain-lain.
7) Daya Tanggap Dan Kewaspadaan (Awareness) Ketangkasan di dalam melihat dan menilai situasi tertentu serta mampu menggabungkan penilaian dengan aksi yang cepat.
Umur emas melatih aneka koordinasi dan kelincahan adalah antara 10 – 12 tahun! Utamakan juga latihan koordinasi dan kelincahan untuk pemain umur 13 – 15 tahun karena pemain di kelompok umur ini umumnya mengalami penurunan kemampuan koordinasi dan kelincahan.
INGAT : Gabungkan latihan kecepatan, daya tahan, bahkan koordinasi sebanyak mungkin dengan bola. Artinya, latihan daya tahan (endurance) didapatkan melalui latihan yang direncanakan dengan rapi, dengan intensitas tinggi dan menggunakan bola, dalam bentuk permainan (game) atau latihan teknik yang sekaligus melatih daya tahan (endurance). Setali tiga uang kecepatan hendaknya selalu dilakukan tanpa bola dan dengan bola, jangan hanya tanpa bola saja.
18
F. MATERI KEPELATIHAN : TEKNIK MENYERANG & BERTAHAN
TEKNIK MENYERANG 1. Mengumpan dan menerima umpan (passing and receiving) 2.
Berlari dengan bola (Speed Driblling)
3.
Mengolah bola (Dribbling)
4.
Berbalik dengan bola (Turning)
5.
Melesatkan tembakan (Shooting)
6.
Kontrol Bola (Ball Controll)
7.
Menyundul (Heading)
8.
Menyerang 1 lawan 1 (1 v 1 Attacking)
9.
Melindungi Bola (Shielding the Ball)
10. Menerima sekaligus berputar (Receiving to Turn) 11. Umpan Silang dan Penyelesaian akhir (Crossing and Finishing) TEKNIK BERTAHAN 1. Pertahanan 1 v 1 (1 v 1 Defending) 2. Penempatan Posisi dan sikap tubuh (Body shape) 3. Melakukan antisipasi 19
4. Reaksi 5. Mencegat (Intercept) 6. Mencegah lawan berbalik 7. Melakukan tackling
1.
Pemahaman Istilah-Istilah Teknis Menyerang (Ofense)
Teknik : Kemampan pemain untuk melakukan tugasnya dan mengeksekusi gerakan-gerakan sepak bola dengan mulus dan efisien.
1) Mengumpan dan menerima umpan (passing and receiving) : memindahkan bola mendatar atau di udara dari satu pemain ke pemain lainnya dengan jarak yang bervariasi.
2) Berlari dengan bola (Speed Driblling) : Gerakan kontrol pada bola dengan kecepatan tinggi tanpa mengubah lintasan bola.
3) Mengolah bola (Dribbling) : Gerakan kontrol bola dengan rapat, menggunakan kedua kaki serta terus meneruskan mengubah lintasan/arah bola.
4) Berbalik dengan bola (Turning) : Menggunakan satu atau lebih dari satu sentuhan pada bola dengan tujuan berputar bersama dengan bola.
5) Melesatkan Tembakan (Shooting) : Menendang bola ke arah gawang dengan tujuan untuk menciptakan gol.
6) Kontrol Bola (Ball Controll) : Menerima dan mengarahkan bola secara tepat di udara atau di lapangan.
7) Menyudul (Heading) : Mengarahkan bola dengan kepala dengan tujuan untuk menjaukan bola dari gawang, passing, atau mencetak gol.
8) Menyerang 1 lawan 1 (1 v 1 Attacking) : Gerakan penyerangan dengan bola di kaki untuk mengalahkan pemain bertahan lawan. Disini yang ditempa adalah Skill (kemampuan teknis dengan lawan).
9) Melindungi Bola (Shielding the Ball) : Menjaga bola dari seorang pemain bertahan dengan cara melindungi bola dengan badan. 20
10) Menerima sekaligus berputar (Receiving to Turn) : Perubahan arah bola dengan kaki saat menerima umpan dari rekan tim dengan tujuan untuk membuat gerakan berikutnya seperti dribbling, passing, atau shooting.
11) Umpan Silang dan Penyelesaian akhir (Crossing and Finishing) : Umpan bola dari sisi lebar lapangan ke sisi tengah ke arah gawang dengan tujuan untuk memberi kesempatan pada rekan satu tim untuk menciptakan gol.
2. Pemahaman Istilah-Istilah Teknik Bertahan (Defense) 1)
Pertahanan 1 v 1 (1 v 1 Defending) : Berbagai upaya dengan tujuan untuk memperoleh kembali penguasaan bola yang dikuasai lawan.
2)
Penempatan posisi dan sikap tubuh ( Body Shape ) : Sikap atau penempatan posisi tubuh sehingga pemain dapat melakukan gerakan pertahanan berikutnya dengan tepat.
3)
Melakukan Antisipasi Antisipasi pemain untuk mempersulit lawan melakukan serangan. Pemain bertahan membaca/menebak alur bola atau pergerakan lawan sebelum terjadi.
4)
Reaksi Reaksi pemain terhadap gerakan - gerakan lawan sesaat setelah dilakukan.
5)
Mencegat (Intercept) Gerakan mencegat alur bola untuk memeroleh kembali penguasaan bola ketika bola tersebut sedang dioper oleh pemain-pemain lawan.
6)
Mencegah Lawan Berbalik Tekanan pada lawan yang membelakangi gawang dengan tujuan menggagalkan niat lawan untuk berbalik menghadap gawang.
7)
Melakukan Tackling Kontak yang dibuat dengan kaki ketika bola sedang ada di kaki lawan dengan tujuan untuk mencegah gerakan penyerangan berikutnya atau memeroleh penguasaan bola kembali .
21
G. MATERI KEPELATIHAN : TAKTIK MENYERANG & BERTAHAN Berbagai aspek untuk mengembangkan pemahaman pada sebuah pertandingan/game
1. Prinsip Penyerangan
Mengkreasi ruang (membuka ruang) Mendukung rekan tim (support) Melebar : menggunakan lebar lapangan Memanjang: menggunakan panjang lapangan Berlari diagonal Bermain ke arah depan Kecepatan permainan (bola bawah, 1-3 sentuhan umpan tegas, banyak melakukan pergerakan tanpa bola) Pergantian posisi: saling mengisi posisi sesuai situasi Kreativitas (gerakan pemain untuk memasuki daerah pertahanan lawan dengan cara bervariasi seperti “overlap”, umpan 1-2 yang dikenal dengan “one-two”, pantulan, terobosan, umpan silang, trik individu, kecepatan membawa bola atau “speed dribbling”)
2. Penguasaan Bola 3. Transisi 4. Kombinasi Permainan 5. Pergantian sisi Permainan
Pergantian langsung dari sisi ke sisi Pergantian sisi dengan memakai pemain jangkar sebagai jembatan
6. Serangan balik (Counter Attacking) 7. Membangun serangan dari belakang 8. Melakukan penyelesaian di daerah pertahanan lawan
1. Prinsip Pertahanan
Menjaga pemain lawan (marking) Menekan lawan (Press) Melindungi, (cover) Keseimbangan melalui pergeseran Mengamati pergerakan lawan dan bola (reaksi) serta mampu memprediksi (membaca) arah pergerakan/alur bola (antisipasi) Berganti tempat (saling mengisi)
2. Zona Defense
Membentuk “segitiga” dan “pisang” Bergeser bersama secara diagonal Bergantian menjaga lawan (Tidak terus menjaga lawan yang sama)
3. Memberi Tekanan (Pressing)
Dilakukan secara kolektif sehingga tercipta 2 V 1 (double) atau 3 V 1 (triple)
4. Gerakan Mundur dan Kembali ke Posisi Awal
Lari ke dalam/masuk Mengisi posisi paling belakang lebih dulu. 1-3 pemain melakukan tekanan, memberi waktu pemain lain untuk turun kembali ke posisi bertahan
5. Kepadatan Pertahanan (Compact)
Untuk keterangan masing-masing istilah di atas baca halaman-halaman berikut serta bagian pengertian sistim 4-4-2 dan 4-3-4 halaman 109 - 145.
22
1. Pemahaman Istilah-Istilah Taktik Menyerang ( Ofense) 1) Prinsip penyerangan : Pergerakan dasar individu atau bersama-sama untuk satu atau beberapa pemain yang bertujuan untuk mengkreasi peluang bagi penyerang. 1a. Mengkreasikan ruang (membuka ruang) : Pergerakan pemain ke ruang kosong untuk menghasilkan kesempatan melakukan operan yang efektif.
Sebagai contoh: 4 v 1 permainan penguasaan bola di mana para pemain bergerak ke area lebar untuk membuat pilihan arah passing. Penting: Jangan biasakan pemain menempati pojok kotak permainan guna memudahkan penguasaan bola (tidak terkepung di pojok).
1b. Mendukung rekan tim (Support) : Menawarkan bantuan oleh rekan setim yang berada di sekitar bola dengan tujuan untuk menerima umpan.
Satu pemain bergerak pada sisi yang dekat dengan rekan setim yang menguasai bola guna menciptakan opsi yang jelas.
23
1c. Aksi Lanjutan (Anschlussaktion) Setelah memberikan umpan sang pengumpan melakukan aksi lanjutan bergerak ke daerah kosong guna mendukung rekan tim (support). Apabila umpan tidak berhasil aksi lanjutan sang pengumpan berupa gerakan bertahan.
Sebagai contoh : Setelah memberikan umpan pada pemain depan (1), winger bergerak ke sisi kiri guna memberi support pada pemain depan (2).
1d. Melebar : menggunakan lebar lapangan. Pergerakan dan distribusi penyerang ke arah lebar lapangan untuk menciptakan ruang dan membangun serangan dalam sebuah pertandingan/game.
Seorang pemain bergerak ke area lebar untuk membuka ruang. Tujuannya adalah untuk menyulitkan pertahanan lawan.
24
1e. Memanjang : Menggunakan panjang lapangan. Pergerakan seorang pemain atau sekelompok pemain ke posisi depan untuk menciptakan opsi saat menyerang dalam pertandingan/game.
Seorang pemain bergerak maju dengan tujuan untuk memeroleh bola sehingga makin dekat dengan gawang.
1f. Overlap run : Pergerakan rekan setim dari belakang pemain yang sedang menguasai bola ke arah depan untuk menciptakan kesempatan passing atau keuntungan lainnya untuk tim.
Gelandang tengah atau bek sayap berlari ke depan dari belakang pemain sayap untuk menciptakan kesempatan passing.
25
1g. Overlap Pass : Umpan kepada rekan se tim yang melakukan overlap run. Umpan diberikan secara langsung atau melewati orang ketiga (tidak langsung).
Sebagai contoh: Pemain gelandang tengah memberikan umpan langsung ke pemain sayap yang muncul dari belakang (1) atau memberikan umpan pada striker (2a) yang kemudian meneruskan pada pemain sayap yang telah bergerak maju (2b).
1h. Pantulan (Pin ball) dan umpan terobosan (through pass) : Usaha menembus pertahanan lawan dengan memantulkan bola serta melakukan umpan terobosan ke daerah di belakang garis pertahanan lawan.
Gelandang mengumpankan bola ke striker (1) yang memantulkan bola dengan satu sentuhan bisa kembali pada gelandang yang sama atau ke gelandang lainnya (2). Selanjutnya gelandang melesatkan umpan terobosan (diantara pemain belakang lawan) ke arah sayap kanan yang bergerak maju (3).
26
1i. Umpan One - Two : Melesatkan umpan (biasanya jarak pendek). Untuk kemudian melakukan pergerakan (biasanya ke depan) guna langsung menerima umpan kembali.
Guna membebaskan diri dari tekanan lawan seorang pemain memberikan umpan jarak dekat kepada rekan se tim nya (1), melakukan pergerakan maju dan langsung menerima umpan kembali (2)
1j. Lari Diagonal : Sebuah gerakan serang diagonal ke arah depan, membuat ruang yang biasanya di depan bola untuk menciptakan kesempatan passing.
Pemain sisi luar membuat pergerakan diagonal ke arah depan dengan tujuan untuk membuat kesemapatan melakukan passing.
27
1k. Bermain ke arah depan (Forward play) : Alur bola yang efektif dan tepat ke daerah pertahanan lawan atau gawang lawan.
Gelandang tengah mengoper kepada pemain lapangan tengah atau mengarahkan pada striker yang tak dijaga lawan guna memindahkan bola ke daerah pertahanan lawan.
1l. Kecepatan Permainan : Alur bola yang cepat menciptakan kesempatan pada tim penyerang untuk menembus pertahanan lawan.
Pemain dari tim yang sama mengoper bola dengan cepat dengan satu, dua atau tiga sentuhan, menghindari lawan merebut bola. Agar permainan bisa berjalan dengan cepat sesuai asas sepak bola modern bola harus dimainkan menyusur tanah dengan tegas dan tepat. Hindari umpan yang memantul (tidak mulus) karena akan memperlambat permainan.
28
1m. Pergantian Posisi (saling mengisi posisi sesuai situasi) : Sebuah pergantian posisi oleh dua orang pemain dalam satu tim, biasanya di depan bola untuk menciptakan kesempatan pada pemain bertahan dan menghasilkan pilihan untuk passing.
Penyerang kiri dan kanan saling berganti posisi untuk membingungkan perhatian pemain bertahan lawan dan menciptakan kesempatan utnuk passing.
2) Penguasaan Bola (Possession) : Umpan bola berulang-ulang di antara pemain dalam tim yang sama.
Contoh : 5 v 3. Lima pemain di dalam satu tim mempertahankan penguasaan bola dari tekanan tiga pemain lawan.
29
3) Transisi : Upaya untuk mengumpan bola secara kolektif, bersama-sama sebagai sebuah tim dimulai dari daerah pertahanan hingga daerah penyerangan tanpa melakukan long ball langsung ke depan.
Usaha bersama untuk mengumpan bola mulai dari daerah pertahanan hingga daerah penyerangan.
4) Kombinasi Permainan : Pengaturan alur bola dengan cepat dan efektif dengan bola oleh dua pemain atau lebih dari tim yang sama.
Aksi yang melibatkan tiga pemain dengan pergerakan cepat, baik kecepatan bola maupun kecepatan pemain.
30
5) Pergantian sisi Permainan : Mengirimkan bola dari satu sisi lapangan ke sisi yang berseberangan. Misalnya dari sisi kanan luar ke sisi kiri luar, dengan tujuan untuk mengacaukan organisasi pertahanan lawan dan mengambil keuntungan dari kelengahan lawan.
Umpan jauh (long pass) dari sisi luar kanan ke sisi luar kiri, dengan tujuan mengacaukan pertahanan lawan dan memudahkan pergerakan maju dari bola.
6) Serangan Balik (Counter attack) : Gerakan vertikal yang cepat dan efektif untuk mengirim bola ke depan secepatnya setelah tim berhasil merebut bola kembali dengan tujuan untuk mengejutkan lawan dan memeroleh keuntungan dari pertahanan lawan yang masih belum sempat terorganisir dengan baik.
Umpan jauh dari penjaga gawang kepada pemain di sisi luar kiri ketika bola kembali dikuasai, memberi peluang kepada pertahanan lawan yang belum terorganisir dengan baik.
31
7) Membangun serangan dari belakang : adalah sebuah usaha bersama untuk mengirimkan bola dari daerah pertahanan menuju ke daerah penyerangan melalui serangkaian umpan pendek dan sedang (tidak langsung mengumpan jauh ke depan).
Sebagai contoh : Penjaga gawang membangun serangan melalui bek kiri. Bek kiri kemudian mengumpan pada gelandang bertahan yang selanjutnya mengumpankan bola pada sayap kiri.
8) Penyelesaian di daerah pertahanan lawan : Usaha bersama di sisi ke-3 lapangan, (attacking third atau daerah pertahanan lawan) dengan tujuan untuk menciptakan kesempatan mencetak gol.
Sebagai contoh : Pemain sayap kiri menggiring bola memasuki sisi kiri pertahanan lawan dan memberikan umpan silang, mencari rekan yang dapat melakukan penyelesaian akhir.
32
2. Pemahaman Istilah-istilah Taktik Bertahan (Defense) 1) Prinsip Pertahanan : Gerakan yang dilakukan baik secara individual atau bersamasama oleh satu atau lebih pemain yang tujuannya mengatasi serangan lawan. 1a. Menjaga pemain lawan (marking) : Seorang atau sekelompok pemain bertahan memerhatikan pemain-pemain penyerang, dengan tujuan mengurangi kesempatan mereka berpartisipasi di dalam penyerangan.
Pertahanan menjaga jalur lari lawan, yang berupaya mendukung rekan se timnya yang sedang menguasai bola.
1b. Menekan lawan (Press) : Aksi individu pemain bertahan yang menjaga dengan tujuan untuk melakukan penguasaan bola.
Seorang pemain bertahan mencegah pemain lawan agar tidak menguasai bola terlalu lama atau berhasil memberikan bola kepada timnya sekaligus mencoba untuk mengambil kembali penguasaan bola.
33
1c. Melindungi (Cover) : Seorang pemain menciptakan garis pertahanan kedua yang tujuannya untuk menambah kekuatan pertahanan.
Seorang pemain pertahanan tengah yang berada di belakang seorang gelandang tengah siap membantu jika mungkin saja penyerang lawan mengecoh gelandang tengah.
1d. Keseimbangan melalui Pergeseran : Pergeseran posisi yang terkordinasi dari para pemain bertahan, dari satu sisi ke sisi lainnya sesuai dengan pergerakan bola di lapangan dengan tujuan untuk mengatur kembali posisi pertahanan (Lihat bagian pengertian sistem 4-4-2 dan 4-3-3 serta pengertian taktik lapangan kecil).
Pergerakan yang dilakukan secara kolektif (bersama-sama) dengan tujuan untuk mengatur kembali daerah pertahanan di depan bola seiring dengan pergerakan bola dari gelandang tengah ke sayap kanan.
34
1e. Mengikuti (Tracking) : Seorang pemain bertahan mengejar penyerang lawan yang membuat gerakan maju untuk menciptakan kesempatan passing.
Seorang bek kiri mengikuti atau menempel sayap kanan tim lawan guna mencegah adanya kesempatan mengumpan.
1f. Berganti tempat (saling mengisi) : Pergantian posisi dari 2 pemain bertahan dengan tujuan menggalang pertahanan dengan lebih efisien.
Seorang bek tengah bergerak dari area tengah untuk menjaga penyerang kanan lawan, di saat yang sama bek kiri belari ke area tengah untuk menempati posisi bek tengah.
35
2) Daerah Pertahanan (Zona Defense) : Pengaturan pemain bertahan di area pertahanan berdasarkan ruang (bukan lawan) untuk menciptakan pertahanan yang efektif. (lihat bagian pengertian sistem 4-4-2).
Penyebaran posisi yang seimbang dengan jarak yang sama dalam area pertahanan untuk mencegah penyerang lawan mencetak gol.
3) Menekan secara kolektif (Pressing) : gerakan pertahanan yang mantap, terus menerus dan terorganisasi dari para pemain bertahan untuk menutup pergerakan para penyerang.
Sebagai contoh : Dalam permainan 6 V 6 ini terjadi tekanan dari para pemain gelandang tengah dan bek kanan untuk memeroleh kembali penguasaan bola.
36
4) Gerakan Mundur dan Kembali ke Posisi Awal : Pergerakan seorang atau sekelompok pemain belakang, ke arah posisi pertahanan dengan tujuan untuk mengatur kembali pola pertahanan tim.
Pemain bertahan di kiri, tengah dan kanan berlari ke belakang untuk memperkuat garis pertahanan dekat dengan gawang.
5) Kepadatan Pertahanan (Compact) : Sebuah aksi penumpukan pemain bertahan di area tengah, menjaga gawang mereka dan mencegah tim lawang membangun serangan.
Para pemain bertahan dekat dengan gawang mereka sendiri, menempatkan diri mereka sendiri saling berdekatan dalam jarak yang sama dengan tujuan untuk menjaga gawang dan mempersulit penyerang lawan.
37
H. MATERI KEPELATIHAN : Jiwa Kebersamaan (Psychososial)/Mental 1. DASAR
Motivasi Kepercayaan Diri Kerjasama Membuat Keputusan/Kebulatan Tekad
2. TINGKAT LANJUT
Jiwa Kompetisi Konsentrasi Komitmen Pengendalian Diri
3. SOSIAL
Komunikasi Rasa Hormat (Respek) dan Disiplin
38
I. MATERI KEPELATIHAN : Situasi Standar (Set Piece) & Formasi
SITUASI STANDAR/BOLA MATI (SET PIECE) 1. Awal Pertandingan (Kick Off) 2. Tendangan Gawang (Goal Kick) 3. Lemparan ke Dalam (Throw-in) 4. Tendangan Sudut (Corner Kick) 5. Tendangan Bebas Langsung (Direct Free Kick) 6. Tendangan Bebas Tidak Langsung (Indirect Free Kick) 7. Penalti [Baca halaman-halaman berikut tentang penjabaran situasi standar/Bola mati]
FORMASI*
5 v 5
= 3 - 1 - 0 Saat bertahan, 1-2-1 (ketupat) saat menyerang
6 v 6
= 3 - 2 - 0 Saat bertahan, 1-3-1 saat menyerang
7 v 7
= 3 - 2 - 1 Saat bertahan, 2-3-1 saat menyerang
8 v 8
= 3 - 1- 2 - 1 Saat bertahan, double diamond/ketupat saat
menyerang (1 - 2 - 1 - 2 - 1)
9 v 9
= 4 - 3 - 1 atau 3 - 3 - 2
11 v 11 = 4 - 3 - 3 atau 4 - 4 - 2
* Termasuk penjaga gawang 39
1. Penjabaran Situasi Standar (Bola Mati) Saya sempat terheran-heran dengan perhatian yang diberikan klub-klub Eropa terhadap situasi-situasi standar atau bola mati. Porsi latihan yang tergolong besar diberikan untuk melatih tendangan penalti, tendangan bebas, tendangan penjuru, bahkan lemparan ke dalam. Hampir setiap latihan diakhiri dengan latihan bola-bola mati. Hal ini dilakukan karena rata-rata setiap dua atau tiga gol terjadi lewat situasi bola mati. Tidak percaya? Coba Anda perhatikan saat menonton bola di TV. Menurut statistik di majalah Sport Bild edisi pertengahan Desember 2006, bisa disimpulkan bahwa pada prinsipnya semakin tinggi kelas permainan atau dengan kata lain, semakin tinggi liganya, semakin penting pula situasi standar. Begitu seringnya kita melihat seorang Ronaldihno, Beckham, Lampard, Ballack, Gerrard, dan masih banyak lagi pemain lain yang memecah kebuntuan lewat situsai bola mati. Karena statistik membuktikan bahwa situasi standar begitu penting peranannya dalam sepak bola masa kini, seorang pelatih yang bijaksana dengan sendirinya akan mempersiapkan pasukannya baik dalam menghalau maupun melesatkan bola mati. Situasi standar menjadi semakin penting peranannya di era sepak bola modern yang begitu kompetetif seperti sekarang ini karena kualitas antar tim secara keseluruhan hampir sama. Oleh karena itu, setiap kesempatan bola mati betul-betul dipergunakan dengan sebaik mungkin guna memenangkan pertandingan yang sebenarnya berlangsung cukup seimbang.
1)
TENDANGAN BEBAS a) Di bawah ini beberapa contoh variasi tendangan bebas:
Variasi 1 Keterangan: Pemain B berlari ke bola seolah- olah akan menendang bola untuk kemudian melompati bola lalu terus berlari sesuai arah panah. Sesaat setelah pemain B mulai berlari, pemain A berlari ke arah bola, berpura-pura melakukan tembakan untuk kemudian mengumpankan bola secara mendatar ke depan pemain B. Pemain B mengumpankan bola dengan keras ke mulut gawang guna disambar oleh pemain G, F atau E. Pemain E, F dan G hendaknya mempertajam efek tipuan dengan cara berpura-pura menginginkan bola diumpankan kepada mereka secara langsung. Penting: Tidak boleh ada pemain di sisi kanan lapangan dengan harapan lawan tidak menjaga daerah tersebut. Selain itu umpan dari pemain A ke B harus dilakukan di saat yang tepat untuk menghindari off side. 40
Variasi 2 Keterangan: Pemain A mengumpan bola pada pemain B yang berlari di depan pagar betis lawan dari sebelah kanan ke sebelah kiri untuk kemudian menerima bola dan melepaskan tembakan ke arah gawang lawan. Pemain C berlari di belakang pagar betis lawan dari kiri ke kanan guna mengalihkan perhatian lawan. Penting: Pemain C memang off side tapi hanya secara pasif karena bola tidak mengarah ke C melainkan ke B.
b)
Prinsip dasar bertahan saat lawan melakukan tendangan bebas:
Semakin dekat letak tendangan bebas ke gawang semakin panjang pagar betis itu sendiri. Sebaliknya, semakin jauh letak tendangan bebas semakin sedikit pula pemain yang dibutuhkan di dalam barisan pagar betis. Pengaturan pagar betis dilakukan oleh kiper atau seorang pemain depan yang berdiri di belakang posisi bola. Pengaturan pagar betis dilakukan sesuai tinggi badan. Pemain tertinggi berdiri di sebelah paling luar pagar betis. Semakin ke dalam semakin pendek pula tinggi badan pemain. Logikanya di bagian gawang yang terjaga oleh kiper, pagar boleh rendah. Bagian gawang yang jauh dari jangkuan kiper idealnya terjaga oleh pemain-pemain yang yang setinggi mungkin. Selain pagar betis, penjagaan lawan biasanya dilakukan secara man to man marking. Posisi badan pemain bertahan semestinya berada di antara lawan dan titik tengah gawang (di atas “invisible line”).
[Usahakan semua pemain bertahan naik hingga selevel dengan pagar betis. Saat tendangan bebas dilakukan satu-dua orang pemain mundur kearah gawang, selebihnya mengikuti pergerakan lawan. Sama seperti situasi standar yang lain, pembagian tugas harus jelas. Masing-masing pemain mutlak harus mengetahui secara persis tugasnya saat tendangan bebas diberikan. Pelatih harus memberi instruksi sebelum pertandingan. Jangan sampai situasi standar terjadi baru pemain saling memberi instruksi satu sama yang lain. Secara otomatis masing-masing pemain harus mengetahui ke mana dia harus menempatkan dirinya]
41
Catatan : “Invisible Line”
adalah garis imjinasi yang tentunya tidak bisa dilihat dengan mata. Secara mental tarik garis lurus antara bola dan titik tengah gawang. Di atas garis inilah - di antara bola dan titik tengah gawang—seorang pemain seharusnya menempatkan dirinya sehingga penjagaan lawan secara optimal bisa terlaksana. Bagi seorang penjaga gawang prinsip invisible line juga sangat membatu dalam menempatkan posisi. Prinsipnya sama; penjaga gawang menempatkan dirinya di atas garis imajinasi yang membentang lurus antara bola yang hendak ditendang ke arah gawang dan titik tengah gawang. Semakin jauh posisi bola semakin dekat posisi penjaga gawang dengan garis gawang. Sebaliknya, semakin dekat bola ke gawang posisi kiper semakin mendekati bola yang hendak ditendang guna menyempitkan sudut tendang. Jangan lupa; tempatkan posisi di atas invisible line, jangan disamping kiri atau kanannya (lihat bagian penjaga gawang halaman 46).
2) TENDANGAN PENJURU Variasi tendangan penjuru yang paling populer di Eropa saat ini, khususnya di Jerman adalah sebagai berikut:
Keterangan: Pemain A melakukan tendangan penjuru. Pemain I dan J mengawal pertahanan untuk mengatisipasi kemungkinan serangan balik. Pemain G dan H menjaga second line. Dengan kata lain, kedua pemain ini bertugas mencari bola muntah untuk kemudian secepat mungkin melesatkan tembakan ke arah gawang lawan. Perlu ditekankan bahwa pemain G dan H haram mengontrol bola dengan lama apalagi mendribel bola. Mengumpan pun sebaiknya jangan dilakukan karena risiko kehilangan bola teralu besar. Apabila pemain second line kehilangan bola ujung-ujungnya adalah serangan balik yang bisa fatal akibatnya. Disiplin tinggi untuk bermain aman mutlak dimiliki kedua pemain ini. Pemain B berlari ke depan tiang jauh. Tugas pemain B adalah; (1) memberi aba-aba kepada pemain A untuk melakukan tendangan penjuru saat semua pemain telah siap, (2) mengganggu konsentrasi kiper lawan, serta (3) menyambar bola liar yang sekiranya terjadi di daerah tiang jauh. Pemain C, D, E, F berlari sesuai arah lari yang digambarkan di atas. Jarak lari pemain C paling pendek, sementara jarak lari pemain F paling jauh. Kecepatan berlari termasuk tinggi, mendekati sprint, sehingga bola yang disambar akan melaju dengan deras ke arah gawang lawan. 42
Posisi awal C, D, E dan F adalah berkelompok sedekat mungkin di atas garis boks penalti sejajar dengan tiang jauh gawang lawan. Keempat pemain di atas mulai berlari saat pemain A berancang-ancang melakukan tendangan penjuru. Tujuannya salah satu dari keempat pemain tadi bisa melakukan heading langsung setelah melakukan sprint pendek tanpa harus berhenti. Dalam posisi berdiri secara statis sangat sulit melakukan heading dengan power yang maksimal. Dengan kata lain, arah crossing bola harus diarahkan ke depan pemain tujuan. Organisasi, Timing yang tepat dan teknik crossing yang sempurna tentu saja hanya bisa terealisasi melalui latihan yang tekun.
Variasi tendangan penjuru dengan bantuan umpan kombinasi yang sering ditemui di Eropa dewasa ini adalah sebagai berikut: Keterangan: Pemain G melakukan tendangan penjuru. Pemain I melakukan gerakan tipuan; berlari ke arah gawang lawan untuk kemudian secara eksplosif berlari ke arah G. Umpan yang diberikan oleh G dikembalikan kepada G atau I hanya melakukan umpan tipuan kepada G untuk kemudian menggiring bola ke garis gawang diakhiri dengan umpan datar yang keras atau umpan lambung ke mulut gawang lawan. Apabila bola diumpankan kembali ke pemain G, ia bisa memilih antara melepaskan umpan lambung, menggiring bola untuk kemudian melesatkan tembakan atau menyodorkan bola pada pemain lain dengan tujuan melesatkan tembakan. Perhatikan posisi pemain-pemain lainnya. Semua pemain mempunyai tugas yang jelas. Selain itu perhatikan bahwa hanya satu pemain saja (B) yang bisa dikatakan tidak mempunyai fungsi ofensife atau menyerang. Hal ini disebabkan karena situasi tendangan penjuru sudah seharusnya dipergunakan semaksimal mungkin. Ingat: semakin sering gol lahir di era sepak bola modern ini melalui situasi standar, termasuk lewat tendangan penjuru! Oleh karena itu, berikan arahan sebelum bertanding mengenai tugas masingmasing pemain secara jelas baik saat lawan melakukan tendangan penjuru maupun saat tim Anda melakukan tendangan penjuru!
43
3)
LEMPARAN KE DALAM ATAU THROW IN
Lemparan ke dalam sering sekali terabaikan dalam latihan. Sama seperti situasi standar lainnya yang lebih ‘terkenal´ pemain seharusnya mengerti di mana mereka harus menempatkan posisi. Pembagian tugas harus ada kalau tidak ingin kehilangan kesempatan membangun serangan lewat situasi throw in. Teramat sayang apabila bola harus hilang hanya karena pemain berlari tanpa arah, tanpa menyesuaikan pergerakannya dengan kawan sehingga situasi yang tercipta adalah situasi untung-untungan. Kepemilikan bola yang tadinya 100% menjadi hanya 50% karena bola bisa hilang bisa juga tidak. Untuk menghindari hal ini lemparan ke dalam harus dilatih dan prinsip dasar pelaksanaannya diketahui oleh semua pemain. a) Variasi Throw In Terpopuler Di Eropa
Keterangan: Pemain A melakukan lemparan ke dalam. Apabila terjadi throw in di sisi kanan bagian tengah lapangan maka pemain A adalah sayap kanan tentunya. Pemain B, apabila mengikuti skenario seperti di atas, seharusnya adalah pemain bek kanan (wing back) kalau sistem yang dipakai adalah 4-4-2. Tugas pemain B tidak lain adalah menjadi seorang pemain jangkar yang siap meneruskan bola ke sisi kiri lapangan entah secara langsung dengan long pass atau melewati pemain bek tengah F atau G yang berfungsi sebagai ´jembatan´. Pemain lain yang bisa berfungsi sebagai ´jembatan´ adalah kiper. Seorang kiper yang modern harus senantiasa ikut bermain. Artinya, di saat situasi throw in seperti di atas kiper hendaknya bergeser sedikit ke sisi kanan lapangan sekaligus maju dan berfungsi sebagai libero. Pemain C adalah pemain defensive mid (Gelandang Bertahan). Biasanya pemain ini bergerak ke sebelah kanan pemain A untuk kemudian bergerak ke sebelah kirinya. Itu semua tergantung situasi tentunya. Pemain D adalah offensive mid. Awalnya pemain D bergerak ke arah pemain A untuk kemudian berlari dengan kecepatan tinggi menyusur garis tepi lapangan. Umumnya pemain D adalah target utama saat terjadi throw in. D dan E tentu saja bisa menukar posisi sesuai situasi. Pemain H adalah penyerang kiri, pemain I adalah pemain sayap kiri, sedang pemain J adalah wing back kiri. Pemain H, I, J dan E siap mendukung serangan apabila variasi throw in ini berhasil sesuai rencana. Perhatikan bahwa semua pemain kecuali kiper berada dalam daerah sepanjang kira-kira 30-40 meter dan lebar sekitar 35 meter. Begitu throw in berhasil dengan baik formasi tim langsung mengembang. Pemain diinstruksikan untuk ´membuka´ lapangan dan mengoptimalkan lebar lapangan.
44
Variasi lemparan ke dalam lainnya yang juga cukup populer di Eropa adalah sebagai berikut: Keterangan: Pemain A melakukan throw in kepada pemain C. Pemain C melakukan heading yang diarahkan kepada pemain D atau E. Sebaiknya umpan heading diarahkan ke daerah bebas di depan E atau di daerah bebas di depan pemain D.
Di dalam sepak bola hampir selalu ada hukum dasar dalam melakukan sebuah teknik, kombinasi atau taktik tertentu. Begitu juga dalam melakukan throw in.
b) Prinsip dasar pelaksanaan lemparan ke dalam: Semakin cepat throw in dilakukan semakin baik. Apabila throw in tidak dilakukan dengan
cepat, lawan akan punya waktu lebih untuk mengorganisasi pertahanan. Semakin banyak waktu yang diberikan kepada lawan semakin rapi pula organisasi pertahanan lawan sehingga semakin sulit pula menemukan celah. Agar eksekusi throw in bisa dilangsungkan dengan cepat, semua pemain harus bereaksi dengan cepat dan mengisi posisi masing-masing. Sekali lagi, posisi dan tugas masingmasing pemain harus jelas agar pemain bisa cepat bereaksi terhadap situasi throw in dan tidak ada waktu yang terbuang dikarenakan kebingungan pemain. Timing (kesempatan) lemparan ke dalam harus tepat dan sinkron dengan pemain lainnya. Tidak ada gunanya pemain yang melakukan lemparan ke dalam siap apabila rekanrekannya masih belum siap. Pelempar bola juga harus memperhatikan pergerakan mengecoh yang dilakukan rekan-rekannya untuk kemudian melemparkan bola tepat saat gerakan tipuan selesai. Terlalu cepat tidak baik karena pemain yang dituju akan kaget karena belum siap. Sebaliknya, terlalu lambat juga percuma karena lawan yang tadinya terkecoh sudah bisa melakukan penanggulangan masalah sehingga kembali mampu menjaga lawan dengan baik dan ketat. Variasi throw in apa pun yang dilakukan, prinsip mengecoh lawan dengan pergerakan silang semestinya tetap terkandung di dalamnya. Pergerakan-pergerakan yang rajin, cepat serta menipu harus ada supaya pemain yang melemparkan bola memiliki sebanyak mungkin opsi atau kemungkinan tujuan dan pemain yang dituju memiliki ruang gerak sekaligus sedikit waktu saat menerima bola.
45
J. MATERI KEPELATIHAN : PENJAGA GAWANG Hal-hal khusus Mengenai Fisik, Teknik, Taktik, dan Jiwa Kebersamaan(Psychososial)/ Mental Penjaga Gawang
FISIK
Kelincahan dan Reaksi Koordinasi dan Keseimbangan
Kelenturan
Daya Tanggap dan Kewaspadaan Kebugaran dan Kekuatan
TEKNIK
Penguasaan Bola Penguasaan Bola Menyilang (Crossing) Menjatuhkan diri dan Mengamankan Gawang Kelincahan Kaki Penempatan posisi Menangkap dan Menepis Bola
TAKTIK
Melempar dan membagi bola
Mendukung Permainan Mengatur Tempo Permainan
46
JIWA KEBERSAMAAN (Psychososial)/Mental
Kemampuan untuk fokus / Memperhatikan
Membuat Keputusan / Kemantapan Hati
Keberanian Komunikasi
A. KUALIFIKASI PENJAGA GAWANG 1) PENEMPATAN POSISI Kemampuan menempatkan posisi adalah modal utama seorang penjaga gawang/ kiper yang andal. Apabila seorang penjaga gawang mampu menempatkan posisi dengan baik, yang paling sering terjadi adalah penjaga gawang seakan-akan menjadi magnet sehingga bola seakan terus melaju ke arah penjaga gawang. Dengan penempatan posisi yang benar seorang penjaga gawang tidak perlu melompat jauh ke kiri dan ke kanan. Hal ini dikarenakan segitiga yang terbentuk oleh bola dan ke dua tiang gawang menjadi lebih kecil. Istilah umumnya adalah memperkecil sudut. Sebenarnya istilah ini dari sudut pandang matematika salah. Sudut tidak mungkin menjadi lebih kecil. Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram-diagram di bawah ini: Diagram # 1
Pada diagram # 1 terlihat bagaimana rentang gawang yang harus dijangkau kiper adalah 3,16 m ke kiri dan 3,16 m ke sebelah kanan kiper. Angka 3,16 m didapat dari perhitungan sebagai berikut: (rentang gawang : 2) – (rentang badan kiper :2) = (7,32 m : 2) – (1 m : 2) = (3,66 – 0,5) = 3,16 m.
47
Pada diagram ini juga terlihat bahwa segitiga yang tercipta antara letak bola dan kedua tiang gawang cukup luas. Selanjutnya, pada diagram # 2 terlihat kiper bergerak naik mendekati lawan. Akibatnya, rentang jarak ke sebelah kiri maupun kanan kiper yang harus dijangkau oleh kiper guna menggagalkan tendangan lawan adalah jauh di bawah angka 3,16 m Semakin naik posisi kiper, semakin kecil luas segitiga. Diagram # 2 Saya pribadi pada umumnya menganjurkan kiper untuk naik sejauh-jauhnya (paling sedikit 2/3 jarak antara bola dan garis gawang) apabila lawan berada di dekat gawang. Apabila posisi bola jauh saat shooting dilakukan, kiper cukup maju selangkah-dua langkah saja. Maksudnya sama: memperkecil segitiga (bukan sudut!) yang akibatnya adalah rentang jarak yang harus dijangkau kiper ke kiri maupun ke kanan semakin dekat. Efeknya jelas, bola yang dilesatkan lawan akan sulit melewati kiper.
Selain penempatan posisi yang benar secara vertikal (naik-turun), posisi kiper juga harus benar secara horisontal (kiri-kanan). Nah, untuk penempatan posisi yang benar secara horisontal kiper harus memiliki pengetahuan akan The Invisible Line atau garis lurus yang tak tampak. Seorang kiper yang baik akan selalu membuat garis imaginatif antara titik tengah gawang dan letak bola. Untuk kemudian memosisikan dirinya di atas garis imajinatif tersebut. Perhatikan diagram di bawah ini: Diagram # 3
Saat bola berpindah posisi kiper pun diharuskan bergerak agar ia bisa terus berada di atas garis invisible line. Untuk bisa melakukan itu seorang kiper dituntut untuk (1) sesekali menoleh ke belakang guna mencari titik tengah gawang, dan (2) memiliki kecepatan kaki agar bisa dengan cepat memosisikan dirinya dengan tepat. Oleh karena itu, saat melatih posisi kiper seorang pelatih yang bijaksana akan sekaligus melatih kecepatan kaki. 48
Perhatikan dua contoh latihan di bawah ini, masing-masing satu contoh latihan untuk penempatan posisi yang benar dan satu latihan untuk mengasah kecepatan kaki kiper (footwork). Contoh latihan posisi: Diagram # 4 Keterangan: 1) Letakkan sebuah cone di titik tengah gawang sebagai alat bantu orientasi. 2) Letakkan beberapa bola di berbagai posisi (dekat dan jauh, kiri maupun kanan). 3) Pelatih menunjuk ke sebuah bola. Kiper bergerak dari titik tengah gawang ke arah bola tanpa meninggalkan sedikit pun garis invisible line. Asisten pelatih atau kiper cadangan memosisikan dirinya di belakang gawang guna memeriksa ketepatan posisi (apakah kiper menyimpang dari garis invisible line atau tidak).
Contoh latihan kecepatan kaki: Diagram # 5 Keterangan: 1) Buatlah tanda plus dari cones masing-masing dengan jarak 3 m dari cones pusat. 2) Instruksikan kepada kiper untuk bergerak secepat mungkin dari A→B→A→C→A→D→A→E→A
3) Pergerakan kaki kiper hendaknya ke samping, ke belakang, ke depan, dst. 4) Kiper hendaknya bergeser dengan langkah-langkah yang kecil, sedikit menjinjit dan dengan lutut yang sedikit ditekuk. 5) Sebagai variasi, di akhir 1 set pergerakan pelatih bisa melepaskan tembakan keras untuk ditangkap kiper dengan lengket.
49
2) BERANI ! Keberanian seorang kiper/penjaga gawang begitu penting artinya. Dalam sebuah pertandingan, seorang kiper begitu sering harus berhadapan 1 vs 1 dengan pemain lawan. Begitu sering terjadi situasi di mana lawan melepaskan tembakan dengan keras dari jarak dekat. Betul-betul dibutuhkan sebuah keberanian yang luar biasa. Tanpa mentalitas “berani mati” tingkat kehebatan seorang kiper akan drop secara signifikan. Bagaimana caranya menanamkan sifat berani dalam diri kiper Anda? Jawabannya: sulit! Pada umumnya sifat berani adalah pembawaan sejak kecil. Anak saya Brandon saat berusia dua tahun sudah berani meloncat dari ketinggian dua meter lebih ke dalam kolam renang, naik seluncur yang begitu tinggi, dan lain-lain. Betul-betul tidak mengenal rasa takut. Putri saya Shania Cinta lain lagi. Shania sangat hati-hati dalam bertindak dan cenderung tidak berani. Begitu juga dengan orang-orang di seluruh dunia; ada yang berani dan ada yang tidak mau ambil risiko. Jadi, bisa dikatakan keberanian adalah bakat alam yang tidak dimiliki oleh semua kiper. Di sisi lain pemain dan juga pelatih tidak boleh putus asa dan pasrah mengenai ketidakberanian seorang kiper. Kiper harus berani. Tidak bisa tidak. Apabila seorang kiper tidak ada niat untuk memperbaiki kelemahannya dalam segala hal termasuk dalam hal keberanian, maka sebaiknya ia berhenti menjadi seorang kiper. Jadilah pemain catur saja. Kita kembali ke pertanyaan semula; bagaimana caranya melatih keberanian seorang kiper? Dengan cara sering berdialog untuk menanamkan positive thinking dan kepercayaan diri dalam diri kiper Anda. Kalau Anda sendiri adalah seorang kiper, maka cara melatih diri Anda sendiri adalah lewat positive self talk atau berbicara dalam hati secara positif; “Aku Bisa! Aku berani! Aku adalah singa! Kalaupun luka nanti juga sembuh! Si A bisa kenapa aku tidak?!” Dll. Bisa juga lewat mendengarkan musik-musik yang insipratif dan penuh semangat. Selain itu tontonlah film-film yang menonjolkan keberanian seperti Gladiator, Any Given Sunday, Rudy, dll. Hal lain yang dapat Anda lakukan adalah: challenge yourself atau tantang diri Anda sendiri melakukan hal-hal yang membutuhkan keberanian. Teman saya Garret Hurtle pernah masuk ke dalam kandang buaya. Setelah memegang bahkan duduk di atas beberapa buaya, salah satu buaya marah dan hampir saja mencaplok mukanya. Dramatis sekali. Bagaimana tidak, antara moncong buaya dan mukanya hanya berjarak sekitar 5 cm! Yang kemudian dilakukannya membuat saya lebih tercengang lagi, Garret yang masih schock hebat, saat berjalan keluar kandang buaya menyempatkan dirinya memegang punggung seekor buaya. Saya bertanya kepadanya,”Apa kamu gila? Kamu hampir mati tadi, kok sempat-sempatnya memegang buaya saat keluar?” Garret menjawab dengan pasti, “Kalau saya langsung keluar tanpa memegang buaya terlebih dahulu saya akan selamanya takut akan buaya.” Betul-betul luar biasa teman saya yang satu ini. Komodo pun di alam bebas dijadikan mainan seakanakan komodo adalah kelinci! Tentu saja saya tidak bermaksud mengajak Anda untuk melakukan hal-hal yang “gila” seperti Garret. Namun, prinsipnya patut untuk dicontoh: perasaan takut harus dihadapi bukan dihindari. Tantanglah perasaan takut itu dan “ciutkan nyalinya!” Selain itu yang bisa dilakukan seorang pelatih adalah dengan sengaja membuat program latihan yang memberikan kesempatan kepada kiper untuk menantang rasa takutnya. Shooting jarak pendek, misalnya, atau simulasikan situasi 1 v 1 (kiper vs penyerang). 50
Kesimpulannya jelas: 1. Keberanian mutlak harus dimiliki seorang kiper ! 2. Kelemahan dalam hal keberanian bisa diperbaiki walaupun sulit. Untuk itu diperlukan dedikasi tinggi dan sifat pantang menyerah. Di sinilah letak rahasia orang sukses: manusia sukses pantang menyerah. Manusia sukses selalu ingin maju, lebih baik lagi dan lebih baik lagi. Manusia sukses melawan rasa malas. Manusia sukses melawan rasa minder dan putus asa. Manusia sukses berkata “Tidak bisa tidak, aku harus bisa!”
3) PEMAIN BOLA YANG ANDAL Kemampuan mengolah bola dengan baik mutlak harus dimiliki seorang kiper karena seorang kiper sering mendapat umpan dari rekannya selama pertandingan berlangsung. Seorang kiper harus mampu mengontrol bola dengan baik, memberikan umpan dengan pasti dan tepat, serta paham mengenai ke mana bola harus diarahkan. Maka, biarkan kiper ikut berlatih bersama pemain-pemain lain sesering mungkin. Dengan demikian, kemampuan mengolah bola dengan kedua kakinya semakin terasah. Contoh latihan: Lakukan possession game (tim A vs tim B) di seluruh lapangan. Masing-masing tim diperkuat seorang kiper yang diperbolehkan menggunakan baik kaki dan tangannya guna mengolah bola.
4) MEMILIKI REAKSI YANG BAIK Mampu untuk bereaksi secara cepat adalah sebuah nilai plus yang mahal harganya bagi seorang kiper. Betapa tidak, banyak sekali tendangan ke arah gawang dilesatkan dari jarak pendek sehingga dibutuhkan kemampuan refleks yang tinggi. Guna melatih kemampuan bereaksi seorang kiper, lakukan latihan-latihan di bawah ini: Contoh latihan mengasah reaksi #1: Diagram # 6
Keterangan: Pelatih (P) melesatkan tembakan demi tembakan ke arah gawang. Daerah depan gawang telah dipenuhi cones-cones tinggi yang berpotensi mengubah arah bola. Dengan demikian, kiper dituntut bereaksi secara cepat dan sigap.
51
Contoh latihan mengasah reaksi #2: Dua kiper berhadap-hadapan dengan jarak 5 m. Masing-masing kiper melemparkan bolanya ke arah rekannya secara bersamaan. Bola yang “muntah” harus secepatnya ditangkap. Begitu seterusnya.
5) TEKNIK MENANGKAP BOLA Bila bola yang ditangkap kiper ternyata lepas dari genggaman tentu runyam akibatnya. Oleh karena itu, seorang kipper hendaknya memiliki teknik menangkap bola sesempurna mungkin. Ajarilah kiper Anda untuk membentuk huruf “W” saat menangkap bola lambung. Untuk bola yang mengarah ke badan bentuklah huruf “A” (atau sebuah segitiga) dengan kedua jari telunjuk dan jempol tangan. Sedangkan untuk bola-bola yang menyusur tanah bentuklah huruf “V” dengan kedua telapak tangan Anda.
6) KUALITAS LOMPATAN Rentang gawang yang lebar dan melebihi daya jangkau memaksa seorang penjaga gawang untuk memiliki kemampuan lompatan yang mumpuni. Untuk itu teknik melompat dengan benar perlu dikuasai. Setali tiga uang kemampuan daya eksplosifitas otot seorang penjaga gawang perlu dilatih agar mampu memberikan daya yang dibutuhkan untuk terbang ke kiri, ke kanan maupun ke atas. Untuk latihan mengasah daya eksplosifitas lihat bagian plyometrics dihalaman 158.
7) TUBUH YANG LENTUR DAN KOORDINASI YANG MULUS Latihan seorang penjaga gawang seharusnya didominasi oleh latihan koordinasi dan fleksibilitas. Otot seorang penjaga gawang harus lentur agar mampu melakukan lompatanlompatan serta gerak-gerik dengan seefisien dan semulus mungkin. Seorang penjaga gawang yang baik sering diibaratkan seekor kucing yang piawai melompat dengan mengandalkan tubuhnya yang lentur. Karena itu latihan penjaga gawang hendaknya menghindari segala bentuk latihan yang mengakibatkan tubuh menjadi kaku. Setiap latihan yang dilakukan guna memperbaiki daya eksplosifitas otot hendaknya diimbangi dengan latihan kelenturan tubuh.
Demikian Penjabaran sebagian materi kepelatihan untuk penjaga gawang. Selengkapnya carilah bahan-bahan panduan khusus penjaga gawang. Variasi latihan boleh berbeda namun materi kepelatihan penjaga gawang hendaknya mengikuti arahan sesuai kurikulum.
52
K. GAYA KEPELATIHAN 1. Garis Besar Mengenai Kepelatihan dan Persiapan latihan untuk Para Pelatih PRINSIP UMUM JIWA KOMPETISI : Semua permainan memiliki unsur kompetisi, menghadiahi tim yang menang dan membentuk jiwa kompetisi yang sehat dan senantiasa berlatih dalam suasana kompetisi. BOLA : Semua latihan harus selalu dilakukan dengan bola.
KEGEMBIRAAN : Pelatih harus menggunakan kreativitasnya untuk merancang latihan yang menyenangkan sekaligus berhubungan dengan sepak bola terutama untuk para pemain muda.
ORGANISASI PERSIAPAN : Setiap pelatih harus mempersiapkan dan membuat perencanaan dalam latihan sebelum waktu latihan dilaksanakan. Catatan dari semua rencana latihan disimpan sebagai arsip. SAAT LATIHAN : Jangan hentikan terlalu sering. Pemain harus belajar untuk menemukan cara memecahkan masalah tanpa harus diberi tahu terus menerus. Berikan kalimat yang jelas, cermat, dan cepat-cepat lanjutkan kembali latihan. 53
EVALUASI : Ambil beberapa menit setelah jam latihan untuk meninjau kembali dan berikan catatan pada apa yang sudah dilakukan dengan baik dan apa yang masih membutuhkan perbaikan.
MELATIH PEMAIN PENGUASAAN BOLA DAN PASSING : Teknik dari seorang pemain didasari oleh penguasan bola yang sama baiknya dengan akurasi passing yang dilakukannya. Kualitas dan ketepatan arah bola pada sentuhan pertama merupakan hal yang amat sangat penting. DAYA TANGKAP DAN KEWASPADAAN : Tegaskan kepada mereka untuk terus menegakkan kepala dan pandangan mata selalu melihat ke segala penjuru lapangan. Daya tangkap dan kewaspadaan adalah bagian penting dari sebuah pertandingan. KECEPATAN DAN REAKSI : Setiap latihan menggabungkan kecepatan daya tangkap, pengambilan keputusan, dan kemampuan untuk menindaklanjutinya dengan cermat. Meningkatkan kecepatan individu akan meningkatkan kecepatan keseluruhan tim.
MELATIH TIM JARAK DAN PERGERAKAN : Menciptakan ruang dengan tujuan untuk mendapatkan bola dan memberikan pilihan untuk passing kepada pemain yang sedang menguasai bola sangat penting. Artinya tunjukkan kepada para pemain bagaimana bergerak di saat yang tepat. MENYERANG – BERTAHAN : Semua pemain menyerang dan bertahan. Berikan aturan yang terperinci dan jelaskan gerakan-gerakan yang diperlukan oleh para pemain, baik secara perorangan maupun sebagai satu tim. KECEPATAN PERMAINAN : Tujuan utama dari tim adalah untuk bermain di dalam kecepatan yang maksimal. Mengurangi ruang dan jumlah sentuhan pada bola akan meningkatkan kecepatan bermain.
54
2. Menciptakan Suasana Dan Sarana Berlatih Yang Kondusif Bagi Perkembangan Pemain Ada empat faktor yang mutlak harus ada di setiap latihan apabila pelatih dan klub menginginkan terjadinya perkembangan kualitas pemain:
Intensitas Latihan Asal latihan tidak cukup. Sering saya miris melihat banyaknya SSB yang melatih terlalu banyak siswa sekaligus. Alhasil, latihan tidak efektif. Pemain sedikit mendapatkan kesempatan/giliran sehingga intensitas latihan rendah. Program latihan yang tidak tersusun rapi juga bisa mengakibatkan latihan intensitas tinggi tidak tercipta. Tanpa latihan berintensitas tinggi seorang pemain tidak mungkin bisa mengembangkan kualitas teknik dan fisiknya dengan baik.
Kualitas Latihan Tanpa peralatan fasilitas serta lapangan yang memadai kualitas latihan akan rendah. Kualitas Pelatih juga sangat menentukan kualitas latihan. Selain itu faktor-faktor lain seperti daya konsentrasi dan semangat pelatih dan pemain juga kebugaran pemain sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya kualitas latihan. Sedang kualitas latihan itu sendiri tentu saja sangat berpengaruh bagi perkembangan pemain. Karena masih rendahnya kualitas latihan di Indonesia maka pemain yang tercipta juga tidak maksimal. Kesimpulannya jelas : apabila Indonesia ingin bersaing dengan dunia Internasional kualitas latihan harus diperbaiki sehingga pemain bisa berkembang dengan baik. 55
Kompetisi dalam Latihan dan dalam Pertandingan Kesalahan lain yang umum dilakukan oleh SSB dan Klub-Klub di Indonesia adalah tidak adanya falsafah kompetisi di dalam program latihan. Latihan apapun bentuknya , akan lebih bergairah, lebih berkualitas dan lebih efektif apabila dilakukan dalam bentuk kompetisi. Penjadwalan pertandingan persahabatan yang rutin dan turut serta dalam festival/ turnamen/kompetisi juga sangat diperlukan bagi perkembangan kualitas pemain.
Pemahaman Permainan Lewat program latihan dan Coaching Point (CP ) yang terkandung didalamnya peran pelatih dan latihan itu sendiri sangat besar bagi perkembangan pemain dalam hal pengertian permainan. Saya pribadi sangat sering menjumpai pemain di seluruh Indonesia yang mempunyai skill individu dan kecepatan yang mumpuni namun sayang pemahaman permainan sangat minim. Awareness tentang dimana bola, kawan dan lawan sering tidak di miliki pemain. Selain itu, pemahaman tentang kapan mendribel bola dan kapan harus mengumpan bola serta kemana bola harus di umpan juga sangat minim. Pemahaman taktis seperti contoh-contoh tadi mutlak harus diajarkan kepada pemain agar perkembangan pemain bisa optimal.
3. Meracik Menu Latihan dan Organisasi Latihan LANGKAH 1 TENTUKAN FOKUS LATIHAN Teknik : Sekali latihan fokus 1-2 macam teknik saja. Selalu tandemkan teknik passing dengan 1-2 macam teknik lainnya (contoh : passing + shooting atau passing + trik individu) Taktik: bertahan/menyerang? (pilih salah satu!). Taktik individu/grup/tim (pilih 1-2 saja untuk sekali latihan). Fisik: Endurance (ketahanan) dengan dan tanpa bola/power (kekuatan)/koordinasi dan kelenturan/speed (kecepatan) dengan dan tanpa bola bisa digabung semua dalam sekali latihan atau fokus ke satu-dua bagian saja. Untuk pemain usia muda gabungkan koordinasi dengan yang lain (sebisa mungkin hindari endurance tanpa bola) untuk usia 12 tahun kebawah fokus ke koordinasi dan kecepatan dengan bola saja.
56
LANGKAH 2 MEMBUAT PROGRAM LATIHAN Tertulis supaya terencana dan bisa diarsipkan. Prinsip benang merah : dari awal sampai akhir latihan bagian-bagian latihan terlihat selaras, serasi dan saling berhubungan sesuai dengan tema latihan. Tema latihan harus terlihat jelas dari awal sampai akhir. Pakai bola! Pakai bola! Pakai bola. Hindari antrean! Modifikasi latihan sehingga antrean tidak terjadi. Contoh: sebagian shooting ke dua gawang, sebagian body fitness lalu gantian. Intensitas latihan harus dari santai ke berat. Tingkat kesulitan latihan harus dari gampang ke sulit, dari yang sudah dikenal ke latihan yang belum dikenal. Pastikan adanya tekanan (untuk melatih mental) dalam bentuk perlombaan/hadiah/ hukuman/tekanan waktu. Pastikan program Anda sesuai metode pembuatan program latihan (tidak asal bikin program) mulai dari warm up (10’-15’) sampai cooling down (5’-10’). Coaching point (CP) sebaiknya 3-5 saja agar mudah diserap dan diingat pemain. Tuliskan CP di bagian-bagian latihan untuk mengingatkan Anda saat latihan. Tentukan dan tulis berapa menit untuk setiap bagian latihan. Perhatikan program latihan yang sudah Anda buat. Tanyakan pada diri sendiri; sudah cukup variatifkah (tidak monoton) latihan ini?? Bagaimana dengan fun aspect atau faktor kesenangan? Apakah pemain akan senang dan bergairah mengikuti program latihan yang Anda buat? Pastikan variasi-variasi yang Anda pilih efektif, gampang dimengerti dan tidak mengakibatkan antrean. HINDARI ANTREAN!
LANGKAH 3 PERSIAPAN DI LAPANGAN Amati program Anda; perlengkapan apa saja dan berapa biji yang anda butuhkan. Siapkan rompi/cones/bola/dll untuk sebanyak mungkin macam latihan sebelum latihan dimulai!!! Pelatih yang seharusnya pertama sampai di lapangan!!! Ambil waktu beberapa menit untuk sekali lagi memperhatikan coaching points untuk setiap bagian latihan yang telah anda tulis.
LANGKAH 4 SAAT MELATIH Bila diperlukan adjust atau sesuaikan jumlah pemain, misalnya, atau besar lapangan, atau jarak drill dll agar latihan menjadi lebih efektif. Pelatih sebaiknya berdiri di posisi yang central agar bisa leluasa melihat semua pemain dan bisa melihat kejadian-kejadian di lapangan dengan jelas. Lakukan pembenaran sesuai coaching points. Lakukan pembenaran dengan jeli tanpa 57
memakan banyak waktu (berbicara terlalu lama/ terlalu sering). Ingat: tetaplah fokus pada 3-5 coaching points yang telah anda persiapkan. Jangan melantur kesana kemari. Jangan biarkan pemain kehilangan fokus saat berlatih. Di saat yang sama tetaplah berperilaku dan bertutur kata positif. Angkat motivasi pemain. Jaga semangat dan fokus Anda.
LANGKAH 5 EVALUASI Setelah latihan selesai lakukan evaluasi tentang apa saja yang Anda telah lakukan dengan benar dan apa saja kesalahan yang Anda lakukan selama latihan. Tanyakan pada diri sendiri dan rekan Anda; sudahkah organisasi latihan berjalan dengan optimal? Apakah semua bagian latihan dapat diterima dengan baik oleh pemain? Apakah coaching points yang anda persiapkan telah anda sampaikan sekaligus bisa dimengerti oleh pemain? .
58
BAB III KURIKULUM SESUAI KELOMPOK UMUR A. Mengatur Perkembangan pemain berdasarkan umur dan tingkatan Anak-anak TIDAK belajar dengan cara yang sama seperti orang dewasa, khususnya ketika proses belajar mencakup intelektual sekaligus aktivitas fisik. Umur seseorang menentukan cara ia berhubungan dengan dunia di sekitarnya dan dengan sesamanya. Dalam semua proses belajar, umur adalah kunci dalam memilih materi dan metode apa yang cocok untuk mengajarkan suatu materi. Sepak bola juga demikian. Untuk alasan inilah kita tidak dapat menyamakan latihan antara usia 5 dan 13 tahun. Frekuensi latihan harus disesuaikan dengan usia pemain. Berdasarkan karakteristik dari pertumbuhan manusia dan seorang pemain, kami menyusun kurikulum dalam empat kelompok umur .
Pada tingkat usia ini, anakanak ti d a k memil iki kemampuan yang sama seperti orang dewasa untuk mengerti situasi. Mereka memahami dunia dengan pemahaman yang berpusat pada diri sendiri. Bagi anakanak mengalami kebersamaan dan berhubungan dengan teman-temannya masih sangat berpengaruh. Juga, pengertian pada perasaan atau pikiran orang lain masih sangat rendah. Dalam rangka menolong anak-anak membangun pengalaman mereka sendiri, banyak latihan bersifat individu (misalnya setiap pemain memiliki bolanya masing-masing). Hal yang bersifat taktik dalam pertandingan disederhanakan dalam permainan lapangan kecil (40 m x 20 m) dengan sedikit pemain (4 v 4 atau dengan kiper 5 v 5). Waktu latihan akan juga menyoroti pelatihan olah raga secara umum dan tidak melulu pelatihan sepak bola.
TINGKAT PEMULA (FUN PHASE) – 5 SAMPAI 8 TAHUN
Untuk Kepentingan latihan bagi tingkat pemula dalam dua kelompok: 1). 5 dan 6 tahun; 2). 7 dan 8 tahun. 59
Pada tingkat ini, susunan pelatihan (bukan materi latih) sudah mirip dengan pemain yang lebih tua. Bagian terpenting latihan adalah yang bersifat teknis. Sangat baik dalam usia ini mengembangkan teknik dan pengertian akan taktik dasar. Kemampuan anak-anak untuk mengatasi masalah akan berkembang dengan pesat. Maka pemain harus mulai diajarkan taktik dasar yang dinamis. Pada tingkat ini, pemain ada pada masa pra puber dan memiliki masalah keterbatasan fisik terutama pada kekuatan dan ketahanannya. Latihan fisik yang diberikan hanya sebatas kecepatan dengan bola, kelincahan (agility) dan koordinasi.
TINGKAT DASAR (FOUNDATION) – 9 SAMPAI 12 TAHUN
Untuk kepentingan latihan bagi tingkat dasar dalam dua kelompok: 1). 9 dan 10 tahun; 2). 11 dan 12 tahun.
Para pemain pada usia ini telah memiliki peningkatan yang baik tentang pengertian permainan. Di lain pihak pada umur ini pemain dibatasi oleh keterbatasan fisik dan perubahan-perubahan fisik yang muncul seiring dengan masa pubertas. Pelatih harus sangat memerhatikan kenyamanannya. Pelatih harus menghindari latihan yang berlebihan dan berfokus pada taktik lebih daripada teknik dan mengurangi aspek fisik. Aspek fisik yang paling diutamakan untuk usia ini adalah latihan koordinasi dan flexibility. Latihan taktik bermain sangat penting pada usia ini.
TINGKAT MENENGAH (FORMATIVE PHASE)– 13 SAMPAI 14 TAHUN
Untuk kepentingan latihan kelompok ini tidak perlu dipecah .
Pemain pada usia ini memiliki pertumbuhan fisik dan mental yang lebih lengkap. Semua bagian dari latihan dapat dikombinasikan dan diorganisasikan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi tertinggi dari pemain. Kekuatan otot membantu mereka untuk mengembangkan teknik dengan kecepatan tinggi dan kecepatan ini membantu pemain untuk bereaksi lebih cepat pada situasi taktis. Tingkat ini sangat penting untuk menggabungkan semua bagian dari pelatihan sepak bola dengan tujuan untuk menyempurnakan pemahaman pemain.
TINGKAT MAHIR (FINAL YOUTH) – 15 SAMPAI 20 TAHUN
Untuk kepentingan latihan bagi tingkat Final Youth menjadi tiga kelompok: 1). 15 dan 16 tahun; 2). 17 dan 18 tahun; 3). 19 dan 20 tahun.
Hal-hal di atas adalah beberapa fakta pada perkembangan manusia yang disesuaikan dengan sepak bola. Kurikulum ini menggunakan fakta-fakta tersebut dalam menentukan metode kepelatihan yang tepat untuk setiap tingkat umur. Menyamakan Istilah: U 5 - U12 : Usia dini/grassroot U13 - U20 : Usia muda U 21 ke atas : Senior 60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
2. Contoh Program Latihan Tingkat Pemula/Fun Phase (U5 - U8) Contoh Penekanan/Tujuan : Pemain banyak mendapatkan kesempatan melakukan dribling dan shooting . Coaching Points : Dribel bola dekat dengan kaki . Shooting menggunakan kaki kura-kura. Posisi kaki tumpuan disebelah bola. a) Pemanasan (5 menit) Keterangan: Masing-masing pemain mengolah 1 bola. Tanpa keluar dari kotak dan tanpa saling berbenturan, pemain mengolah bola dengan bebas lalu menghentikan bola secepatnya saat ada aba-aba “satu” => stop bola memakai sole kaki kiri. Aba-aba “dua” => stop bola memakai sole kaki kanan. Aba-aba ‘tiga” => stop bola memakai sole kaki kiri dan kanan.
b) Latihan Fisik ( 10 menit) Organisasi sama seperti diatas. Pemain mengolah bola secara bebas diselingi kode peluit dari pelatih dengan berbagai variasi: Variasi 1 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu duduk diatas bola. Variasi 2 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu lempar bola keatas dan tangkap bola sambil melompat. Variasi 3 => Tinggalkan bola, cari bola pemain lain lalu dribel bola secepatnya keluar kotak. Variasi 4 => Tinggalkan bola, lalu berkelompok sesuai aba-aba pelatih, ( contoh : “berempat”, “berdua”, dll.).
c) Latihan Teknik mudah (10 menit )
Keterangan: Pemain mendribel bola secepatnya sejauh kira-kira 5 m tanpa kehilangan kontrol lalu melakukan shooting kearah gawang. Pemain yang mencetak gol berhak jadi penjaga gawang.
82
d) Latihan Teknik Kompleks (10 menit)
Keterangan: Pemain melewati 3 cones lalu melesatkan tembakan. (Awas: hindari antrian).
e) Game (20 menit) Main 4 v 4 dengan luas lapangan 30 meter x 20 meter. Ingatkan pemain untuk berani melakukan shooting.
f) Cooling Down (5 menit) Setiap pemain dengan bola masing-masing memantulkan bola lalu menendang keatas kemudian menangkap . Gunakan kaki kiri dan kanan secara bergantian.
83
84
2. Contoh Program Latihan Tingkat Dasar/Foundation (U9 - U12) Contoh penekanan/ Tujuan : Pemain maupun melakukan kontrol bola dan passing secara akurat. Coaching Point : Umpankan bola secara mendatar. Bergerak guna memberi support setelah mengumpankan bola (anschlussaktion). Kontrol bola dekat dengan kaki dan menjauh dari lawan.
a) Pemanasan ( 10 menit ) Variasi 1 ( 5 menit )
Keterangan : Pemain mengolah bolanya masingmasing secara bebas dan kreatif. Setiap kali pelatih meniupkan peluit pemain melakukan berbagai gerakan Samba (masing-masing empat hitungan saja) lalu mengolah bola kembali.
Variasi 2 ( 5 menit ) Keterangan: Dua bola dikuasai 2 pemain yang mengolah bola secara bebas tanpa bola berhenti (mati). Bola diumpankan pada pemain lain (1) dilanjutkan dengan sprint pendek maju (2). Pemain yang menerima bola lalu mengumpankan bola (3) dan melakukan sprint mundur ( 4). Begitu seterusnya; Pemain yang menerima bola melakukan gerakan yang berbeda dengan gerakan sang pengumpan.
85
b) Latihan Fisik (10 menit ) Keterangan : Variasi 1: Pemain berpasangan. Pemain A menerima bola dari pemain B dan dengan satu sentuhan saja mengumpan balik (menggunakan kaki kiri dalam) dilanjutkan dengan bergerak menyamping (2 sentuhan diantara cones) lalu mengumpan balik dengan kaki kanan dalam. Begitu seterusnya . Ganti setelah 1 menit. Variasi 2: Pemain A berlari meliuk-liuk melewati cones lalu melakukan tendangan
volley. Variasi 3: Pemian A bergerak maju mundur melewati cones lalu mengontrol bola yang dilemparkan pemain B lalu mengembalikan bola secara menyusur tanah.
c) Latihan Teknik (20 menit) Variasi 1 ( 10 menit ) Keterangan: Bagi pemain menjadi 3 pemain perkelompok . 2 pemain bagian luar melemparkan bola ke pemain ditengah yang secepatnya mengontrol bola untuk kemudian mengumpan balik secara mendatar. Ganti posisi setiap 1 menit sehingga masin-masing pemain mendapatkan kesempatan berada ditengah. Sedikit perlebar jarak lempar untuk menambah tingkat kesulitan.
86
Variasi 2 (10 menit ) Keterangan: Pemain A melempar bola ke pemain B (1) lalu bergerak ke sisi kiri atau kanan (2). Pemain B mengontrol bola lalu mendribel bola. Saat lawan datang menghadang pemain B bisa melakukan umpan one-two dengan pemain A (3) atau mendribel bola melewati lawan (4). Latih pengertian taktis pemain untuk mengetahui kapan harus melewati lawan dan kapan mengumpan bola. Para pemain terus berganti posisi.
d) Latihan Taktik (15 menit) Keterangan: Bagi dalam 2 kelompok ; masing masing kelompok bermain possesion 3 v 3 + 1 pemain netral. Instruksikan pemain netral sebanyak mungkin melakukan umpan bola atas yang harus dikontrol dan diumpan secara mendatar. Ganti pemain netral setiap 4 menit. Setiap 4 menit berikan 1 menit istirahat. Koreksi pemain bila melakukan kontrol yang salah atau pilihan yang salah antara mengumpan/mendribel bola.
e) Game (25 menit) Mainkan game 8 v 8 (termasuk kiper). Terus tekan ketiga coaching points yang tertera dibagian awal contoh latihan ini.
f) Cooling Down (5 menit) Jogling bola dua kali diselingi satu kali bola menyetuh tanah.
87
88
2. Contoh Program Latihan Tingkat Menengah/Formative Phase (U13 - U14). Contoh Penekanan/Tujuan: Pemain mempraktekan beberapa kombinasi permainan dan mendapatkan banyak kesempatan melakukan penyelesaian akhir. Coaching Points : Bergerak setelah mengumpan bola dengan tujuan yang jelas ( melakukan overlap/onetwo/memosisikan diri sebagai pemain jangkar /meminta umpan terobosan ). Cepat tetapi tenang dimuka gawang saat melakukan penyelesaian akhir.
a) Pemanasan (10 menit ) Keterangan : Pemain berpasangan. Masing-masing pasangan menguasai satu bola. Arahkan pemain untuk melakukan overlap run bekerjasama dengan pasangannya masing -masing secara bergantian ( 2 menit ). Selanjutnya arahkan pemain untuk mencari kesempatan umpan one-two diantara pemain lain secara bergantian ( 2 menit ). Selanjutnya arahkan pemain melakukan umpan pantul disusul dengan umpan terobosan ( 2 menit ). Untuk 2 menit terakhir bebaskan setiap pasangan melakukan ketiga kombinasi diatas secara bebas dan tidak beraturan. Diantara kombinasi yang berbeda bebaskan pemain melakukan gerakan-gerakan samba, masing-masing 30 detik.
b) Latihan Teknik (20 menit) Variasi 1 ( 10 menit ) Keterangan: Bagi pemain dalam 2 kelompok. Masingmasing kelompok bermain 4 v 4 atau 5 v 5. Kiper A dan B menguasai bola. Kiper A memberikan bola pada tim merah (1) sedangkan kiper B mengumpan bola pada salah satu pemain putih (2) pemain kedua tim menyeberang ke kiper yang lain dengan melakukan berbagai kombinasi pantulan, overlap, one-two, dan umpan terobosan (through pass).
89
Variasi 2 ( 10 menit ) Majukan salah satu gawang kedepan kotak 16 m. Arahkan pemain (8 -10 pemain per tim) untuk melakukan latihan yang sama seperti variasi 1. Bedanya pemain setelah melakukan berbagai kombinasi berusaha mencetak gol. Pastikan pemain bertindak dengan cepat namun tenang (tidak tergesa-gesa atau gugup).
c) Latihan Fisik (15 menit) Biarkan pemain melakukan berbagai gerakan koordinasi menggunakan 1-2 tangga koordinasi disusul dengan sprint pendek 5 meter guna mengasah kelincahan dan eksplosifitas.
d) Latihan Taktik (20 menit) Variasi 1 ( 10 menit ) Tim penyerang menempati posisi masing-masing menggunakan formasi 4-3-3 saat bertahan (compact). Bola ditendang kiper lawan sejauh mungkin. Tim penyerang secepatnya mengisi posisinya disaat menyerang (membuka) lalu berusaha menciptakan gol melawan 5 pemain lawan yang memakai formasi 4-1-0. Rotasi pemain setelah 5 menit. Variasi 2 ( 10 menit ) Sama seperti variasi 1 namun jumlah lawan diperbanyak menjadi 7 yang memakai formasi 4-2-1.
e) Game (25 menit) 10 menit pertama lakukan pembenaran seperlunya apabila pemain tidak melakukan sesuai coaching points yang tertera diawal program latihan ini.
f) Cooling Down (5 menit) Setiap pemain bebas melakukan Jogling menggunakan bolanya masing-masing (1 menit) disusul dengan stretching pasif sesuai arahan pelatih. Lakukan stretching dengan benar ( tidak asal-asalan atau dengan setengah hati ).
90
91
2. Contoh Program Latihan Tingkat Mahir /Final Youth (U15 - U20) Contoh Penekanan/Tujuan : Menerapkan prinsip-prinsip bertahan khususnya saat melakukan pergeseran 1 v 1 dan saat mendobel lawan. Coaching Points : Press lawan lalu ikut mundur sesuai kecepatan lawan. Delay lawan sampai ada pemain yang datang membantu. Saat terjadi 2 v 1 berubah agresif tanpa bertindak kasar. Bergeser secara diagonal dan cepat.
a) Pemanasan (10 menit)
Keterangan: Arahkan pemain bermain 4 v 2 dengan santai (3 menit). Selanjutnya pemain melakukan berbagai gerakan samba ditempat sesuai arahan pelatih (3 menit). Lanjutkan dengan kembali bermain 4 v 2 dengan intensitas yang lebih tinggi ( 4 menit ). Berikan arahan bagi pemain A untuk menekan lawan dari sisi kanan dan pemain B mencover ditengah (sedikit condong ke kiri).
b) Latihan Teknik (20 menit) Variasi 1 ( 10 menit )
Keterangan: Bagi pemain dengan 3 pemain dalam 1 kelompok . Pemain A mendribel bola kearah pemain B. Pemain B bergerak maju lalu disaat yang tepat ikut bergerak mundur agar tidak dilewati pemain B. Selanjutnya gantian pemain B yang mendribel bola kearah pemain C. Begitu seterusnya.
92
Variasi 2 (10 menit) Keterangan: Pemain A mendribel bola kearah pemain B yang datang mengganggu. Sesaat kemudian datang pemain C membantu mendobel lawan sehingga tercipta situasi 2 v 1. Rotasi posisi pemain.
c) Latihan Fisik (10 menit) Lihat contoh latihan fisik ( latihan fisik #4 halaman 175 ). Biarkan pemain melakukan sprint tanpa bola disusul dengan sprint dengan bola (speed drible).
d) Latihan Taktik (20 menit) Lakukan latihan 6 v 6 dengan menggunakan formasi 4-2-0. Lihat langkah kelima : Taktik tim I (halaman 129). Pemain menyerang selalu memulai serangan dari garis tengah lapangan. Siapkan 3 gawang kecil dari cones ukuran 3 m disepanjang garis tengah lapangan. Saat pemain bertahan berhasil merebut bola secepatnya umpankan bola kesalah satu dari ke tiga gawang kecil tadi.
e) Game (25 menit) Mainkan game 11 v 11. Selama 10 menit pertama lakukan pembenaranpembenaran singkat seperlunya guna mengingatkan pemain pada coaching points yang telah dijabarkan di awal program latihan ini. Setelah itu biarkan pemain bermain tanpa interupsi.
93
E. FORMAT PROGRAM LATIHAN FISIK UNTUK KELOMPOK UMUR 15 TAHUN KEATAS Tidak ada format khusus untuk latihan fisik. Yang ada adalah panduan yang sebaiknya diaplikasikan saat melatih fisik. Prinsip-prinsip Latihan Fisik: 1. Semua bagian fisik seperti endurance (ketahanan), speed (kecepatan), speedendurance (daya tahan saat banyak melakukan sprint), power (kekuatan otot), flexibility (kelenturan otot), agility (kelincahan) serta koordinasi (kemampuan tubuh untuk singkron atau sejalan dengan perintah otak) harus dilatih secara adil sehingga tidak terjadi ketimpangan. 2. Latihan sprint seharusnya diawal latihan SETELAH pemanasan yang cukup (15 menit). Lakukan latihan sprint dengan atau tanpa bola ke beragam arah (maju-mundurmenyamping-berputar) sehingga sesuai dengan kebutuhan saat bertanding. Selain itu berikan waktu yang cukup diantara tiap-tiap sprint (1 menit per 10 meter sprint) agar eksplosifitas tetap terjaga. 3. Latihan fisik khususnya endurance bisa dilatih dengan menggunakan bola. Gunakan permainan lapangan kecil dan drill-drill latihan teknik guna menempa endurance. Inilah yang disebut dengan football conditioning (menempa kondisi pemain lewat sepakbola itu sendiri).
Contoh latihan endurance menggunakan permainan: Possession game 5 v 5 dengan limitasi maksimal 2 sentuhan per pemain. Contoh latihan endurance menggunakan drill-drill teknik: Pemain berpasangan. Masing-masing pasangan dilengkapi 1 bola. Pemain A melempar bola dari jarak 5 m kepada pemain B yang mengontrol bola di
udara lalu memberikan umpan balik ke A secara menyusur tanah. Setelah mengumpan bola pemain B berlari mundur 5 - 10 meter sebelum kembali menyambut umpan pemain A. Lakukan 5 - 10x sebelum berganti posisi. Macam-macam variasi bisa diterapkan seperti melakukan heading, berputar dengan bola, melakukan trik individu dll sebelum berlari mundur 5 - 10 meter. Untuk latihan power baca halaman 157 tentang panduan penggunaan alat-alat fitness bagi pemain bola. Selain itu lakukan berbagai gerakan seperti push up, sit-up, dll yang dikenal dengan istilah body fitness. Lakukan latihan plyometrics (baca halaman 158) kira-kira seminggu sekali. Latihan fisik endurance, power, speed, koordinasi, kelincahan dan flexibility bisa diselipkan didalam latihan bertema apapun. Dengan kata lain tidak harus diberikan latihan pertema fisik secara khusus. INGAT : Latihan dengan intensitas tinggi adalah cara terbaik melatih fisik . 94
INTENSITAS LATIHAN ITU SENDIRI TERCIPTA APABILA:
Latihan terencana dengan baik. Cones, bola dan rompi telah disiapkan dan diatur dilapangan sebelum latihan dimulai. Tidak terjadi antrean panjang saat berlatih. Perkecil besar lapangan (lebih capai bermain lapangan kecil daripada lapangan besar). Kurangi jumlah sentuhan (lebih capai menggunakan peraturan maksimal 2 sentuhan daripada bebas sentuhan). Pemain dan pelatih semangat saat berlatih. Selipkan waktu untuk istirahat sejenak saat berlatih berat (1 menit istirahat tiap 4 - 7 menit latihan berat).
Untuk kategori dewasa semua bagian fisik boleh dilatih secara ballance dan teratur. Untuk kategori kelompok umur usia dini (5 - 12 tahun) dan usia muda (13 - 20 tahun) ikuti panduan spesifik seperti yang tertera di bagian “Kurikulum sesuai kelompok umur” di bagian lain buku ini.
95
F. FORMAT PROGRAM LATIHAN TEKNIK UNTUK KELOMPOK UMUR 15 TAHUN KEATAS Drill teknik tanpa tekanan disambung dengan stretching aktif sebagai warm up.
Drill teknik dengan tekanan waktu/ lawan/kompetisi/hukuman guna menambah tingkat kesulitan dan intensitas latihan.
Waktu : 15 menit
Waktu : 15 menit
Game dengan penekanan pada teknik tertentu dengan cara memberikan tambahan peraturan agar teknik yang diajarkan/dilatih sering tampak saat bermain game.
1 – 3 macam permainan lapangan kecil (small sided game) yang menonjolkan teknik tertentu sesuai tema dan coaching point (CP) latihan.
Waktu : 15 menit
Waktu : 30 menit
Game tanpa peraturan tambahan (bebas).
Cooling down bernuansa teknik (Contoh : Jogling) disambung dengan stretching pasif.
Waktu : 15 menit Waktu : 10 menit
Untuk contoh latihan teknik secara tematis perhatikan halaman berikut :
96
1. Contoh latihan Teknik Passing + Shooting untuk Dewasa (Usia 15 tahun keatas) a) Pemanasan (20 menit). Keterangan: Satu grup dengan bola berhadapan dengan satu grup tanpa bola (samba + teknik) lalu Stretching terpimpin. Berpasangan (mendekat) —> passing kiri-kanan satu sentuhan. Berpasangan (menjauh) —> 3 sentuhan passing pakai kura-kura. Passing + putar + dribling + putar + passing. Stretching bebas.
b) Drill Shooting - tanpa lawan (15 menit). Keterangan: Umpan dari kiri/kanan. Striker boleh pilih pantul ke kiri atau kanan. Coaching Points: Teknik-teknik shooting : Kaki dibekukan, mengayun, letak kaki tumpuan di samping bola, tengah bola kena tengah kaki. Ikuti shootingan (siap saat bola terpantul).
c) Drill Shooting - dengan lawan (15 menit).
Keterangan: Coaching Points: Lewati lawan dengan kecepatan. Shooting disaat yang tepat.
97
d) Game shooting (20 menit)
Keterangan: 6 v 6 bikin gol di kedua gawang. Tim Merah : Shooting (bebas sentuhan) ke kedua gawang. Tim Putih : Possession (2 sentuhan). Tim Abu-abu : Istirahat/Body Fitness.
e) Game 11 v 11 (20 menit) Peraturan tambahan: Gol hasil shooting diluar kotak penalti => 2 poin.
f) Cooling Down (5 menit) Jogging. Stretching.
2. Contoh latihan Teknik Passing + Trik Individu untuk Dewasa (Usia 15 tahun keatas) a) Pemanasan (10 menit) Keterangan: Setiap pemain menguasai bola. Selanjutnya ikuti arahan pelatih sesuai kode seperti,”Arsenal!”, dll yang telah dijelaskan sebelumnya. “Arsenal” ==> Speed dribling pendek ke arah kosong. “Arema” ==> Jogling bola. “Persema” ==> bikin macammacam trik individu, Stretching. “Real Madrid” ==> kanan saja. “Barcelona” ==> kiri saja, lalu Stretching.
98
b) Drill Trik Individu dan passing - tanpa lawan (5 menit) Keterangan: 3 trik yang berbeda di cones A, B, C kemudian passing ke pemain berikutnya.
c) Drill Trik Individu - dengan lawan (20 menit) Simple Training (1 v 1) Complex Trainning (Dribling + Shooting ke gawang) Gambar 3 Gambar 4
d) Permainan menyerupai pertandingan (20 menit)
Keterangan: Possession Game point bila melewati lawan 1 v 1 ATAU 3 v 3 gawang kecil.
99
e) Game 11 v 11 dengan peraturan tambahan (15 menit) Keterangan: Gol => 1 point. Melewati lawan 1 v 1 => 1 point.
f) Game 11 v 11 tanpa peraturan tambahan (15 menit) g) Cooling Down (5 menit) Jogging. Stretching.
Catatan Tambahan: Perhatikan Bahwa: Intensitas makin lama makin meningkat. Dari gampang ke susah. Simple ke complex (menggabungkan beberapa macam teknik menjadi satu latihan). Bervariasi (tidak membosankan). Latihan yang hampir sama persis (Latihan C ke atas) bisa dipakai untuk latihan bertema taktik dan teknik individu dalam bertahan! Contoh coaching points untuk latihan diatas: Pakai semua bagian kaki dan kedua kaki untuk menggiring/mengolah bola. Giring bola dengan cepat namun terkontrol (bola tidak sampai hilang/lepas). Selalu cari pilihan terbaik antara passing atau melewati lawan dengan trik individu. Lakukan trik dengan mengandalkan perubahan kecepatan dan/atau perubahan arah giring. INGAT: Pastikan anda melatih sesuai coaching points yang telah anda tetapkan sebelumnya. Jangan melantur kesana kemari mengajarkan point-point lain karena akan sulit dicerna dan diingat pemain. SEMUA variasi latihan yang anda pilih HARUS bisa dipakai untuk mengajarkan coaching points yang telah anda tentukan karena latihan harus memiliki TUJUAN!
100
G. FORMAT PROGRAM LATIHAN TAKTIK UNTUK KELOMPOK UMUR 15 TAHUN KEATAS Warm up dalam bentuk teknik dan taktik individu yang sesuai dengan tema latihan diakhiri dengan stretching aktif singkat. Waktu : 15 – 30 menit
Pilih salah satu : Latihan taktik individu + grup Latihan taktik grup saja Latihan taktik grup + tim {Ingat : Pilih menyerang atau bertahan; jangan dicampur aduk} Waktu : 30 – 40 menit
Cooling Down : Stretching pasif agak lama didahului latihan teknik singkat (Contoh : Sepakbola tenis 2 v 2 ).
Game - tidak harus 11 v 11; bisa 6 v 8 misalnya, dll. Waktu : 25 – 40 menit
Waktu : 10 menit
Untuk contoh latihan taktik bertahan dan taktik menyerang secara tematis perhatikan halaman berikut :
1. Contoh Latihan Taktik Bertahan (grup) a) Pemanasan (15 menit) Keterangan: Setiap pemain menguasai bola. Selanjutnya ikuti arahan pelatih sesuai kode seperti,”Arsenal!”, dll yang telah dijelaskan sebelumnya. “Arsenal” => Jogling. “MU” => Trick Individu (3’) Stretching ( 2’) Arsenal + MU ditambah “Arema” => putar balik lalu sprint dan “Persema” => Tekan bola majumundur (3’). Stretching ( 2’) Passing 2 bola [2 sentuhan / kelompok] (3’). 101
b) Game 4 v 4 tanpa Kiper di atas lahan 40 m x 20 m (15 menit) Coaching Points : Formasi bertahan 3-1. Bentuk pisang + segitiga. Isi belakang terlebih dulu. Mendobel lawan (2 v 1). Setelah rebut bola => buka!
c) Game 5 v 5 tanpa Kiper di atas lahan 40 m x 20 m (15 menit)
Coaching points : Formasi bertahan 3-2. 2 pemain di depan mendobel, satu pemain ke kiri dan yang lainnya kekanan. Saat rebut bola —> satu datang, satu pergi.
d) Game 6 v 6 (15 menit) Keterangan: Untuk selanjutnya jika sudah mengerti bisa diubah menjadi 6 v 8; yang menyerang ditambah bek sayap. Permainan selalu di mulai tim putih. Coaching points: Segitiga dan pisang. Jarak saat bergeser. Mendobel lawan (2 v 1 dan 3 v 1).
e) Game 6 v 6 (25 menit)
Memakai Formasi bertahan 4-2.
102
f) Cooling Down (5 menit)
Jogging. Stretching pasif.
Catatan Tambahan : Untuk tema menyerang latihan ini bisa di balik; fokus kini kepada penyerangan. Warm up diganti latihan overlap, one-two, teknik individu, pantulan. Setelah itu latihan bisa sama persis dengan Coaching points: Cepat buka setelah merebut bola. Kreatif —> one-two, overlap, pantulan, trik individu. Cari penyelesaian; jangan bertele-tele.
2. Contoh Latihan Taktik Menyerang (Variasi serangan) a) Pemanasan dibagi menjadi 4 grup (12 menit) Keterangan: Grup A ( 3 menit ) Lakukan umpan one-
two dalam boks. Setiap pemain melakukan 3x lalu bergantian dengan pemain lain. Grup B ( 3 menit ) Lakukan overlap
dalam boks. Setiap pemain melakukan 3x overlaping lalu bergantian dengan pemain lain. Grup C ( 3 menit ) Lakukan umpan
pantul dari pemain A menyeberang ke pemain B dan sebaliknya. Grup D ( 3 menit ) Gunakan 2 bola. 2 pemain berpasangan bergantian melakukan umpan pantul dilanjutkan
dengan umpan terobosan. Stretching.
103
b) Variasi serangan tanpa lawan (10 menit) Keterangan: Masing-masing tim mengumpankan bola dari satu sisi lapangan lalu menyeberang ke sisi lain dan seterusnya. Pastikan kedua tim mengumpan bola secara cepat dan kreatif (menggunakan overlap, one-two, pantulan dan umpan terobosan).
c) Variasi serangan dengan lawan (20 menit) Keterangan: Tim putih silih berganti melakukan berbagai variasi serangan dari kiri lalu ke kanan. 5 pemain putih melawan 4 pemain (kurangi jumlah lawan menjadi 3 apabila tim putih mengalami kesulitan membangun serangan. Tekankan kreatifitas dan kecepatan.
d) Game 8 v 6 (20 menit)
Keterangan: 8 pemain menyerang melawan 6 pemain bertahan. Permainan selalu dimulai oleh tim putih. Saat tim merah merebut bola gol boleh dicetak di 3 gawang kecil. Tekankan kreatifitas dan kecepatan dalam bermain.
104
e) Game 11 v 11 (30 menit)
f) Cooling down (10 menit) Jogling berempat. Stretching.
Catatan tambahan: Total latihan 100 menit. Intensitas terjaga dari awal hingga akhir. Dari awal hingga akhir latihan kreatifitas dan kecepatan dalam membangun serangan terus ditekankan. Pemain sisa yang tidak terlibat saat latihan berlatih koordinasi dibelakang gawang.
105
BAB IV KESALAHAN-KESALAHAN YANG UMUM TERJADI DI INDONESIA DALAM HAL ORGANISASI LATIHAN, PEMBUATAN PROGRAM LATIHAN SERTA EKSEKUSI LATIHAN Berikut ini adalah contoh-contoh kesalahan yang lazim terjadi dan solusinya: KESALAHAN-KESALAHAN YANG LAZIM TERJADI
SOLUSI
Dalam sebuah sesi latihan ada 30 pemain yang di latih oleh seorang pelatih saja.
Bagi sesi latihan menjadi 2 grup. Sesi pertama di isi 15 pemain dan sesi kedua di isi 15 pemain lainnya.
Terjadi antrean panjang. Sebagai contoh ada 20 pemain yang berlatih shooting. Terdapat 2 antrean dengan masingmasing antrean berisikan 10 pemain. Alhasil, masing-masing pemain sangat jarang mendapatkan kesempatan shooting.
Bagi dalam 4 grup. 2 grup melakukan shooting ke gawang besar sementara 2 grup melakukan shooting ke gawanggawang kecil. Agar adil instruksikan pemain untuk melakukan rotasi.
Karena persediaan cones kurang saat berlatih dribling terjadi antrean panjang.
Beli cones secukupnya dan/atau bagi tim dalam 3 grup. satu grup berlatih dribling, grup lainnya berlatih 1 v 1 sementara grup ketiga berlatih joggling misalnya.
Sebagai pemanasan pemain diinstruksikan berlari keliling lapangan.
Gabungkan pemanasan dengan latihan teknik ringan. Pakai bola!
Tidak tersedia cukup perlengkapan seperti bola, cones, rompi, dll.
Agar latihan bisa berjalan dengan lancar dan efektif penuhi semua kebutuhan latihan terutama bola. Mutlak dibutuhkan 1 bola untuk 1 pemain. 106
Pelatih melatih tanpa program di tangan dengan alasan sudah hafal di kepala.
Latihan yang tidak disiapkan dengan rapi akan terlihat asal-asalan dan merusak reputasi pelatih dan klub. Rencanakan latihan secara rapi dan tertulis!
Pelatih enggan belajar dengan alasan sudah berpengalaman dan cukup melatih berdasarkan pengalamannya sebagai pemain.
Rubah sikap Anda! Tekuni dan seriusi bidang Anda. Ikuti perkembangan ilmu sepak bola modern melalui internet, baca buku, berinteraksi dengan pelatih lain serta mengikuti seminar dan lisensi kepelatihan dengan serius.
Latihan fisik tanpa bola diberikan pada pemain usia dini.
Ikuti panduan di kurikulum ini tentang materi latihan yang seharusnya diberikan pada tiap-tiap kelompok umur.
Pelatih membiarkan kesalahan yang terjadi tanpa melakukan pembenaran.
Terus menerus lakukan pembenaran. Karena ini jumlah pemain hendaknya terbatas. Pacu semangat pemain secara terus menerus. Jangan biarkan pemain kehilangan konsentrasi. Jadilah contoh dalam hal semangat dengan cara melatih dengan semangat.
Pelatih membiarkan pemain berlatih setengah hati sehingga intensitas latihan menurun.
Pengelompokan pemain secara tidak seimbang dalam hal kemampuan bermain sehingga pemain frustasi. Program latihan kurang bervariasi sehingga pemain jenuh.
Kelompokkan pemain berdasarkan kemampuan pemain sehingga saat berlatih berpasangan pemain tidak frustasi. Lakukan studi banding ke pelatih-pelatih lain dan tim yang bagus serta kembangkan sendiri latihan tersebut. Bersikaplah proaktif dalam hal mencari variasi latihan sehingga dalam sebuah sesi latihan anda bisa menyuguhkan berbagai variasi latihan.
Intensitas latihan rendah karena organisasi latihan kurang baik. Sebagai contoh permainan possession dilakukan 10 v 10.
Bagi dalam 2 grup. Biarkan pemain bermain 5 v 5 diselingi dengan 10 v 10 sehingga semua pemain lebih sering terlibat.
Pelatih dan pengurus SSB/Klub tidak mengajarkan prinsip-prinsip penting selain sepak bola.
Pelatih dan pengurus hendaknya sangat aktif memberi anjuran dan contoh kepada anak didik untuk menomorsatukan sekolah, menjaga kebersihan, gaya hidup sehat, dll.
Pelatih dan Klub tidak melek teknologi.
Sudah saatnya pelatih dan Klub memiliki email, website dan terkoneksi dengan PENGCAB, PENGPROV, Asosiasi SSB lokal serta ASSBI ( Asosiasi SSB Indonesia) demi kelancaran komunikasi dan informasi. Pelatih juga perlu mengerti internet dan “You Tube” guna menambah ilmu. 107
Tidak semua pemain mendapatkan kesempatan bermain sehingga mengakibatkan pemain dan orang tuanya frustasi.
Saat bertanding biasakan memakai aturan bebas keluar-masuk. Artinya pemain yang sudah keluar boleh masuk kembali dan jumlah pergantian bebas. Dengan demikian pemain bagus mendapatkan porsi lebih namun disaat yang sama semua pemain mendapatkan kesempatan bermain.
Latihan hanya bersifat latihan teknis saja.
Ikuti anjuran kurikulum sehingga program latihan mencakup semua aspek. Selain itu kembangkan pengetahuan taktis anda sehingga anda percaya diri memberikan materi latihan yang bersifat taktis.
Permainan lapangan kecil (small sided game) berdurasi terlalu lama tanpa istirahat. Contoh : permainan possession dilakukan selama 15 menit tanpa henti.
Bagi menjadi 3 sesi yang masing-masing berdurasi 4 menit. Berikan kesempatan istirahat 1 menit diantara sesi. Dengan cara seperti ini intensitas latihan akan terjaga (pemain tidak “gembos”).
Pelatih tidak mengenal nama pemain.
Kenali pemain anda!
Pelatih menyuruh pemain mencuri umur atau bermain kasar.
Rubah sikap dan cara berpikir anda! Anda adalah seorang panutan bagi anak didik Anda.
Pelatih marah-marah (terlalu emosional).
Jangan bawa-bawa masalah pribadi Anda ke lapangan. Tegur pemain dan perbaiki kesalahan tanpa emosi. Daripada marahmarah berikan saja hukuman push up dll.
Pertandingan sangat jarang dilakukan.
Bentuk asosiasi SSB di daerah anda sehingga SSB anda tidak lagi bergantung pada PENGCAB setempat. Sebagai SSB anda mempunyai kepentingan yang sama dengan SSB lain. Oleh karena itu bersatulah dan bersikaplah pro aktif dengan membentuk asosiasi SSB yang bekerjasama dengan PENGCAB namun tidak bergantung pada PENGCAB (Independen).
Turnamen berhadiah uang dan piala sehingga rawan terjadi pencurian umur dan permainan kasar.
FIFA menganjurkan aturan “No Trophy, No Money, No Medals!” Cukup sediakan hadiah berupa berbagai perlatan latihan dan piagam bagi semua peserta.
108
BAB V TEORI SEPAKBOLA MODERN A. Prinsip Sepak bola Modern 1. Prinsip Bertahan* 1. Turun (membentuk formasi bertahan di belakang bola) —> menutup. 2. Bergerak secara bersama-sama sebagai satu kesatuan yg utuh. 3. Mendobel/mentripel lawan (2 v 1 atau 3 v 1 atau 4 v 1 ) —> agresif! 4. Menjaga jarak antara lini (± 15 m ) antar pemain satu lini (± 10 m). 5. Membentuk “segitiga” dan “pisang” (meninggalkan lawan disisi-sisi tanpa bola!). 6. Mendobel ke belakang. 7. Isi ke belakang (mengisi posisi di barisan belakang terlebih dahulu). 8. Semua terlibat. 9. Pakem. Tidak mengacu pada kreatifitas/improvisasi! 10. Komunikasi! (saling melatih!). 11. Kiper—berfungsi ganda sebagai libero (keluar dari sarang untuk mengantisipasi umpan terobosan!). 109
2. Prinsip Menyerang* 1. Cepat membuka. 2. 1 - 2 sentuhan sehingga permainan menjadi cepat. 3. Semua terlibat. 4. Bola datar & tegas. 5. Kreatif sesuai situasi. Menggunakan senjata : · 1 - 2/one - two. · Overlap. · Terobosan. · Pantulan. · Trik individu. · Shooting jarak jauh. · Jangkar. · Pindah sisi serangan. · Crossing. 6. Kualitas passing menentukan! 7. Tidak bertele-tele - cari penyelesaian! 8. Semua posisi terisi— striker, second striker, jangkar, 3 pemain di belakang. * Apapun formasi yang dipakai (entah 4-3-3, 4-4-2, atau formasi lainnya), prinsip - prinsip baik saat bertahan maupun menyerang tetap sama. Formasi boleh beda tapi prinsip-prinsip sepakbola modern pada dasarnya sama.
110
B. Prinsip-prinsip dasar bermain 4-4-2 dengan Benar 1. Prinsip buka-tutup Prinsip ini begitu dasar sehingga perlu dikemukakan paling awal. Mudah saja: saat lawan menguasai bola posisi tim secara keseluruhan harus mengecil/mengkerut, sedang saat menguasai bola tim secara keseluruhan harus membuka lebar dan panjang lapangan selebar dan sepanjang mungkin. Saat menerangkan prinsip ini kepada pemain saya sering menggunakan alat musik akordeon sebagai ilustrasi; tarik selebar mungkin keluar saat menguasai bola dan kempeskan ke dalam saat lawan menguasai bola. Saat berguru di Jerman selama setahun penuh saya mendengar ilustrasi lain yang lebih baik lagi; telapak tangan yang menggenggam menggambarkan posisi pemain saat bertahan sementara telapak tangan yang terbuka lebar menggambarkan posisi pemain saat menyerang. Saya pernah melihat cuplikan di televisi saat Joachim Löw, asisten pelatih timnas Jerman di Piala Dunia 2006, berbicara kepada pemain soal prinsip ini. Yang menarik, ilustrasi telapak tangan yang mengepal lalu membuka lebar juga dipakai Löw guna menjelaskan prinsip ini kepada pemain. Ternyata di level tertinggi pun pemain masih harus terus diingatkan tentang prinsip dasar yang begitu penting ini. Untuk jelasnya perhatikan diagram-diagram di bawah ini:
4-4-2 saat lawan menguasai bola
4-4-2 saat menyerang
2. Prinsip Ordnung (Indonesia: keteraturan) atau penempatan posisi yang benar dan rapi
Mundur hingga di antara bola dan gawang sendiri Perhatikan sekali lagi diagram di atas tentang posisi pemain di saat lawan menguasai bola. Keteraturan yang sedemikian rupa hanya bisa terealisasi apabila semua pemain memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk secepat mungkin mundur saat bola direbut oleh lawan. Saat bola berpindah “tangan” semua pemain harus mundur hingga semua pemain berada di antara letak bola dan gawang sendiri. Hanya dengan cara demikian 111
pertahanan bisa digalang bersama-sama sebagai unit: sebelas pemain sebagai kesatuan yang utuh bergerak bersama guna merebut bola secepat mungkin. Hanya apabila prinsip ini dilakukan pemain maka prinsip nomor tiga (bergerak secara bersama-sama ke arah bola) bisa terwujud.
Compact Dalam bermain bola, khususnya saat menerapkan pola 4-4-2, pemain harus bertindak dengan kompak dan compact. Kompak artinya bertindak secara bersama-sama dan saling bahu membahu. Kebalikan kompak adalah bertindak secara sendiri-sendiri dan "semau gue”. Sikap seperti ini tentu saja sangat merugikan tim secara keseluruhan karena sepak bola itu sendiri adalah olahraga tim dan bukan olahraga perorangan. Sedang s berarti rapat atau padat. Di saat bertahan, pemain harus menempati posisi yang tidak lebih jauh dari sepuluh meter (!) di antara pemain dalam satu lini serta tidak lebih jauh dari limabelas meter (!) antar lini. Prinsip ini begitu penting! Untuk jelasnya, perhatikan sekali lagi diagram di atas saat lawan menguasai bola.Menggalang kekompakan sehingga tim secara keseluruhan tetap bisa menjaga posisi yang compact saat bergeser maju-mundur atau ke kiri-kanan adalah tantangan yang harus dihadapi bersama oleh pemain dan pelatih. Caranya tidak lain adalah berlatih dan berlatih. Gunakan cones, papan tulis, atau kalau perlu video dalam melatih kekompakan (kesatuan) dan penempatan posisi yang compact (padat/ rapat).
Forechecking (pressing di daerah pertahanan lawan) Bertolak dari penempatan posisi pemain yang teratur (jarak antarlini padat serta jarak antarpemain dalam satu lini ketat) tim secara keseluruhan bahu-membahu melakukan pressing (menekan lawan) dengan tujuan mencuri bola dari kaki lawan. Pressing itu sendiri dilakukan di tiga daerah lapangan. Tekanan yang dilakukan di daerah pertahanan lawan disebut forechecking atau pressing 1. Umumnya pelatih memberikan instruksi sebelum pertandingan tentang di mana pressing akan dilakukan. Posisi pemain saat melakukan pressing 1 adalah sebagai berikut: Forechecking umumnya dilakukan saat ingin memforsir kemenangan, saat bertanding melawan lawan yang relatif lemah atau saat ketinggalan score. Adapun kelemahan utama forechecking adalah penggantungan nasib pada peraturan off side. Risikonya adalah apabila wasit yang memi mpin pertandingan lemah kinerjanya lawan yang lolos dari tekanan akan berhadapan langsung dengan dan jaga gawang. Dengan kata lain, umpan terobosan adalah momok bagi sistem pressing ini.
Midfield pressing (pressing yang dilakukan di lapangan tengah) Miedfield pressing atau pressing 2 adalah tekanan terhadap lawan yang dimulai di lapangan tengah. Artinya, lawan dibiarkan leluasa membangun serangan di daerah pertahanannya sendiri tanpa diganggu terlebih dahulu. Baru setelah bola berada di daerah lapangan tengah tekanan secara bersama, teratur, dan agresif dilancarkan. 112
Posisi pemain saat melakukan taktik bermain pressing 2 adalah sebagai berikut: Midfield pressing adalah variasi pressing yang paling sering dan umum dilakukan. Tentu saja saat serangan kandas jauh di daerah pertahanan lawan pressing 1 dilakukan. Paling tidak untuk sementara waktu. Begitu ada kesempatan (seperti terjadi lemparan ke dalam dan lain-lain) pemain berbondong-bondong kembali pada posisinya semula sesuai taktik midfield pressing / pressing 2.
Fall back (pressing yang dilakukan di daerah pertahanan sendiri) Yang dimaksud dengan fall back* adalah penempatan posisi pemain di daerah pertahanan sendiri. Lawan dibiarkan bergerak bebas hingga melebihi garis tengah lapangan. Bisa dikatakan baru di saat-saat terakhir tekanan terhadap lawan dilakukan. Posisi pemain saat melakukan fall back atau pressing 3 adalah sebagai berikut: Taktik pressing 3 ini biasanya dilakukan oleh tim-tim lemah yang hanya berusaha menyerang lewat serangan balik. Bisa juga pressing 3 dilakukan oleh tim yang sebenarnya kuat dan hanya sementara mundur dikarenakan gempuran lawan yang tiba-tiba bertambah hebat sehingga membuat kewalahan. Situasi seperti ini paling sering terjadi saat lawan keti ng g al an dan b er nafsu memenangkan pertandi ngan. Menurut pengamatan saya hal ini umumnya terjadi di awal babak kedua (lawan baru saja dimotivasi pelatihnya untuk mempersering gempuran) dan menjelang akhir pertandingan (waktu yang tersedia semakin menipis).
Keterangan: Dalam bahasa Indonesia “jatuh ke belakang” atau lebih tepatnya mengundurkan/menarik diri”.
113
3. Prinsip bergerak secara bersama-sama ke arah letak bola Sistem bermain 4-4-2 maupun sistem-sistem modern lainnya seperti 3-4-3 atau 4-3-3 tidak bisa berfungsi dengan baik apabila pemain tidak bergerak secara bersama -sama ke arah bola. Sebagai contoh, lawan mengumpan bola kepada pemain 8 (sayap kirinya). Pergerakan lawan dengan demikian adalah ke kanan. Semua pemain bergerak serentak ke sebelah kanan lapangan. Perhatikan diagram di berikut ini. Contoh di atas memakai taktik full back. Perhatikan bagaimana baik barisan pertahanan maupun barisan lapangan tengah membentuk dua pisang! Perhatikan juga bagaimana ketat dan padatnya posisi pemain satu dengan yang lainnya. Perhatikan penempatan posisi pemain 3 (bek kiri) dan 8 (sayap kiri) yang ikut masuk ke tengah. Hanya dengan demikian ti m secara keseluruhan bisa berdiri dengan compact (padat dan ketat) sehingga lawan sulit melakukan kombinasi permainan. Permainan lawan menjadi tidak berkembang dan bola bisa dengan lebih mudah direbut kembali. Bergerak ke arah bola mempunyai tujuan menciptakan situasi 2 v 1 bahkan 3 v 1. Pemain yang menggiring bola ditekan secara agresif oleh dua pemain bertahan sekaligus. Salah satu pemain bertahan bisa melakukan tekanan dengan total atau agresif karena ada pemain bertahan lain yang siap membantu apabila lawan mampu lolos. Sering pemain bertahan tidak total dalam menekan lawan karena khawatir dilewati lawan. Saat menerapkan sistem bermain 4-4-2 masalah ini bisa teratasi karena adanya pemain bertahan lain yang melapis. Prinsip melapis sesama pemain begitu sentral dalam falsafah sistem 4-4-2! Pemain harus dibiasakan untuk selalu bersedia melakukan prinsip melapis baik di tengah lapangan, di sayap lapangan ataupun melapis ke belakang. Kuncinya pemain rajin bergerak dan rajin bergeser secara serentak. Saat bola "melewati” pemain, pemain tersebut harus memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk ikut turun ke belakang (bergeser sesuai posisinya) dan bila mungkin melakukan "melapis ke belakang”. Perhatikan diagram melapis ke belakang di samping ini: Perhatikan bagaimana pemain 7 (sayap kanan) dan pemain 9 (penyerang kanan) tidak berhenti bermain saat bola "melewati” keduanya. Baik pemain 7 maupun 9 sama-sama memiliki kedisiplinan yang tinggi untuk membantu pemain 6 (gelandang bertahan) sehingga praktis terjadi situasi empat(!) v 1; pemain 6 menekan secara agresif (tentu saja tanpa melakukan pelanggaran)*, pemain 10 (gelandang serang) melapis 114
pemain 6 dari belakang, sedang pemain 7 dan 9 “melapis ke belakang”. Perhatikan bahwa barisan pertahanan juga terlibat secara tidak langsung dengan cara naik ke atas sehingga jarak antar lini menjadi padat! Demikian juga pemain 11 (penyerang kiri) ikut bergeser sedikit ke belakang dan pemain 8 (sayap kiri) merapatkan posisinya ke arah pemain 6 dan 10. Ruang yang dimiliki lawan untuk melakukan kombinasi guna membangun serangan menjadi sangat minim dikarenakan tim yang bertahan menempatkan diri secara ketat dan padat. Sekali lagi: hal ini hanya bisa dicapai apabila semua pemain selalu bergeser ke arah bola secara bersama-sama. * Keterangan: Melakukan pelanggaran menjadi tidak perlu dilakukan karena situasi toh menguntungkan tim sendiri. Melakukan pelanggaran di saat situasi begitu menguntungkan seperti ini (4 v 1) adalah bodoh karena dengan demikian situasi akan kembali netral. Lawan mendapatkan tendangan bebas sehingga bola yang tadinya sudah hampir terebut kembali bisa leluasa dikuasai lawan.
Pada prinsipnya saat melakukan pergeseran pemain harus selalu berorientasi secara berturut-turut pada: 1. BOLA 2. TEMAN 3. LAWAN Bandingkan dengan sistem 3-5-2 yang lazim dilakukan di Indonesia. Sistem yang memakai sistem man to man marking ini selalu mengarahkan pemain untuk berorientasi pada lawan. Dalam sistem 4-4-2, 4-3-3 atau sistem modern lainnya lawan hanya menempati nomor 3! Benar-benar sebuah perbedaan yang drastis. Secara praktis penerapan falsafah berorientasi kepada (1) bola, (2) kawan dan (3) lawan saat melakukan pergeseran bisa kita pelajari sesuai diagram di atas. Kita ambil pemain 8 (sayap kiri) sebagai contoh. Pemain 8 bergeser ke arah kanan karena letak BOLA adalah di sebelah kanannya. Selanjutnya 8 melihat TEMANNYA pemain 10 (gelandang serang) meninggalkan posisinya demi melapis pemain 6 dari belakang. Dengan demikian, pemain 8 harus bergeser lebih jauh ke dalam dari biasanya sehingga jarak kira-kira 10 meter antara pemain 10 dan 8 tetap terjaga. Baru kemudian pemain 8 berorientasi pada LAWAN dan menempatkan dirinya di antara lawan terdekat dan letak bola sehingga passing line atau garis umpan kepada lawan jagaannya bisa tertutup.
4. Prinsip penggunaan aturan off side Prinsip menekan lawan secara serentak di mana semua pemain terlibat (termasuk barisan bek yang ikut naik sehingga jarak antara baris tengah dan belakang menjadi dekat dan padat) hanya bisa dilakukan karena adanya peraturan off side. Apabila peraturan off side itu sendiri tidak ada maka tidak mungkin barisan pertahanan ikut naik baik untuk membantu serangan maupun guna membantu lapangan tengah mencuri bola dari lawan. Perlu ditekankan di sini bahwa dalam sepak bola modern pemain bertahan tidak ikut maju dengan tujuan lawan terperangkap off side! Ini yang sering salah dipahami. Dalam sepak bola modern barisan pertahanan ikut naik guna menciptakan barisan pertahanan secara 115
keseluruhan yang compact. Lawan yang membawa bola tidak diberikan waktu, ketenangan dalam bertindak serta tempat. Hal ini hanya bisa terwujud apabila barisan pertahanan ikut menopang barisan gelandang dengan cara memperketat dan memperkecil ruang gerak lawan. Terperangkapnya penyerang lawan dalam off side hanyalah by product atau produk sampingan hasil pergerakan barisan pertahanan yang ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact! Oleh karena itu, istilah "jebakan off side” tidaklah tepat dalam sepak bola modern; pemain tidak naik semata-mata agar pemain lawan off side. Menurut saya di sinilah letak kelemahan utama sistem 4-4-2 saat dipraktikkan di Indonesia. Sistem pressing yang terkandung secara kental dalam falsafah bermain 4-4-2 sangat bergantung pada penilaian wasit yang jeli saat terjadi off side. Padahal kepercayaan publik Indonesia terhadap wasit baik dalam hal moral wasit maupun kemampuan wasit saat memimpin pertandingan tergolong minim. Sebuah dilema yang menurut saya bisa dipecahkan dengan cara hanya memakai taktik miedfiel dpressing dan taktik fall back. Sedang taktik forechecking hendaknya hanya dipraktikkan apabila wasit yang memimpin pertandingan diketahui dengan pasti memiliki moral dan kemampuan yang baik.
5. Prinsip penjaga gawang yang ikut bermain Dalam sepak bola modern penjaga gawang tidak hanya semata-mata bertindak sebagai penjaga gawang. Seorang penjaga gawang yang modern adalah penjaga gawang dan libero sekaligus. Seorang kiper dewasa ini harus mahir memainkan bola dengan kaki, harus mahir memberikan umpan pendek dan panjang, harus mahir membaca perkembangan serangan lawan serta harus bisa memberikan instruksi yang jelas dan benar kepada barisan pertahanan. Saat lawan membangun serangan seorang penjaga gawang yang modern harus menempatkan diri relatif jauh di depan gawangnya sendiri. Kira-kira di mana seorang libero semestinya berada di situlah dia “berdiri”. Berdiri tertulis dalam tanda kutip karena kenyataannya kiper modern harus selalu bergerak sesuai letak bola: umumnya antara letak bola dan titik tengah gawang! Pada piala dunia 2006 Jürgen Klinsmann, pelatih timnas Jerman saat itu, mengejutkan dunia dengan keputusannya memilih Jens Lehmann (Arsenal) di atas Oliver Kahn (Bayern München). Dalam sebuah konfrensi pers Klinsmann menjelaskan bahwa ada 10 kriteria yang dibahas secara mendetail sebelum keputusan dilakukan. Dari 10 kriteria tersebut ada 9 kriteria di mana kekuatan Lehmann dan Kahn hampir sama. Hanya dalam satu kriteria Lehmann jauh unggul di atas Kahn; dalam hal ikut bermain! Lehmann adalah seorang pemain bola yang lebih baik dari Kahn. Teknik mengolah bola dan kualitas umpan Lehmann sangat baik sehingga dialah yang akhirnya terpilih menjadi kiper No. 1 Jerman. Dalam sistem sepak bola modern tidak ada tempat untuk seorang libero. Tapi karena barisan pertahanan harus ikut naik guna menghasilkan pertahanan yang compact penjaga gawang otomatis harus keluar dari sarangnya guna mengantisipasi umpan terobosan lawan. Untuk jelasnya, perhatikan diagram di bawah ini: 116
Perhatikan bahwa; (1) posisi kiper adalah di antara bola dan titik tengah gawang (invisible line), (2) posisi kiper relatif jauh dari mulut gawang , dan (3) ki per si ap m e n g a n t i s i p as i umpan terobosan lawan. Ketiga tujuan di atas hanya bisa terealisasi apabila penjaga gawang senantiasa bergerak sesuai letak bola dan situasi permainan.
Jarak antara kiper dan barisan pertahanan yang menjadi relatif pendek juga menguntungkan disaat bola harus terlebih dahulu diumpankan kepada kiper di saat tekanan teralu hebat untuk memaksakan diri memainkan bola ke depan. Menguntungkan karena jarak umpan menjadi jauh lebih pendek dibandingkan apabila kiper tetap di sarangnya. Hal ini penting dari segi keamanan. Perlu diingat bahwa di bagian sepertiga pertama lapangan berlaku hukum safety first atau penekanan terhadap keamanan. Karena semakin pendek umpan semakin bagus kualitas umpan itu sendiri maka otomatis semakin amanlah umpan yang berjarak pendek. Penjaga gawang modern dituntut untuk begitu aktif dalam hal ikut bermain baik di saat lawan menguasai bola maupun di saat membangun serangan sehingga istilah "pemain gawang” menjadi semakin populer, khususnya di bagian selatan Jerman akhir-akhir ini. Banyak pelatih di selatan Jerman bahkan membiasakan diri menyebut sistem 4 -4-2 dengan 1-4-4-2. Kiper ikut dihitung dan disebut karena peran penjaga gawang memang menjadi semakin penting di era sepak bola modern ini. Memang sistem 4-4-2 atau 4-4-3 serta formasi modern lainnya tidak bisa berfungsi dengan baik apabila tidak ada "pemain gawang” yang bertindak sebagai libero*. Oleh karena itu, saya pribadi setuju sistem 4-4-2 disebut dengan 1-4-4-2. Paling tidak sebagai wujud hormat saya terhadap kiper sebagai salah satu bagian yang penting dalam tim. Apa pun nama sistem yang dipakai, apa pun istilah yang diberikan kepada kiper, yang paling penting adalah pemain mengerti bahwa kiper harus ikut bermain dengan aktif!
Keterangan : * Tanpa seorang kiper yang sekaligus bertindak sebagai libero, risiko bertahan secara modern akan terlalu tinggi. Barisan pertahanan yang naik guna menciptakan pertahanan yang compact harus dilapis oleh kiper yang juga ikut naik (keluar dari sarangnya) sehingga risiko umpan terobosan dapat diminimalisasi.
117
C. Langkah Demi Langkah Menuju 4-4-2 (sekaligus 4-3-3) Mengajarkan cara bermain 4-4-2 kepada pemain tidak boleh asal-asalan. Harus ada strategi pengajaran yang metodis sehingga pada akhirnya pemain betul-betul mengerti dan bisa menerapkan sistem 4-4-2 dengan baik. Sistem 4-4-2 sering dianggap teralu sulit untuk dimengerti pemain Indonesia. Benar-benar sebuah opini yang meremehkan intelegensia pemain Indonesia! Permasalahan yang sebenarnya adalah banyaknya pelatih yang kurang mengerti atau kurang mampu menjelaskan/melatih sistem 4-4-2. Bila ada kemauan untuk bekerja keras dan apabila metode melatih 4-4-2 diterapkan, saya yakin semua pemain dan semua pelatih Indonesia akan mampu menerapkan sistem 4-4-2 dan juga 4-3-3 dengan benar.
1. Langkah pertama : Taktik Individu 1 v 1 dan 1v 2 Taktik individu adalah langkah pertama menuju penerapan sistem bermain secara modern. Yang dimaksudkan dengan taktik individu adalah kemampuan seorang pemain untuk memilih keputusan yang tepat di antara beberapa pilihan. Pada dasarnya taktik adalah kenapa seorang pemain melakukan sesuatu sedang teknik adalah bagaimana seorang pemain melakukan sesuatu. Dengan demikian, taktik individu adalah tindakan dengan tujuan tertentu yang dilakukan oleh satu orang pemain saja. Sebagai contoh speed dribbling* adalah taktik individu. Melakukan trik guna mengecoh lawan adalah taktik individu. Bagaimana caranya melakukan trik itu sendiri adalah teknik sedang mengapa seorang pemain memilih untuk melakukan trik adalah taktik individu. Secara teoritis pemain yang menguasai bola memiliki 11 kemungkinan; mengumpan kepada 10 pemain lainnya* dan menggiring sendiri bola yang dikuasainya. Pemain yang berkelas akan memilih kemungkinan yang terbaik dari kemungkinan-kemungkinan yang ada 118
tersebut. Apabila pemain memilih untuk bertindak sendiri (melakukan trik, mendribel bola dengan cepat, menendang bola keluar atau jauh ke depan dengan pertimbangan keamanan dan lain-lain) maka itulah yang disebut dengan taktik individu. Apabila pemain yang menguasai bola memilih untuk melakukan wall pass, misalnya, atau overlap pass, maka tindakan tersebut disebut taktik grup. Jadi, taktik grup adalah tindakan yang dilakukan beberapa pemain secara bersama-sama dengan tujuan tertentu . Dalam hal bertahan ada beberapa pengetahuan penting yang perlu diketahui seorang pemain agar memiliki taktik individu yang baik. Pada akhirnya pengetahuan taktik individu masingmasing pemain terutama dalam hal bertahan adalah modal dasar bermain 4-4-2 dan 4-3-3 secara tim. Keterangan: * Speed Dribling: Menggiring bola dengan kecepatan tinggi. * Tentu saja pada kenyataannya banyak pemain yang tidak mungkin menerima bola tanpa kehilangan bola. Pada kenyataannya mungkin hanya ada 4 pemain yang benarbenar siap menerima bola.
Penjabaran taktik individu a. 1 v 1 - jarak jauh di sayap dan di tengah 1. Saat menghadapi lawan yang posisinya relatif jauh, pemain bertahan hendaknya melakukan sprint ke arah pemain yang menggiring bola. Hal ini penting untuk dilakukan agar jarak antar pemain lawan dan gawang sendiri menjadi sejauh mungkin. 2. Sesaat sebelum mendekati lawan, pemain bertahan hendaknya berhenti berlari ke depan untuk kemudian berbalik lari mundur. Hal ini dilakukan supaya pemain lawan tidak bisa dengan mudahnya berlari melewati pemain bertahan. 3. Apabila lawan berada di daerah sayap, pemain bertahan harus menempatkan dirinya sedemikian rupa sehingga kemungkinan bagi lawan menggiring bola ke bagian tengah lapangan menjadi tertutup. Logikanya gampang saja: lapangan tengah adalah daerah yang jauh lebih berbahaya dikarenakan letak gawang adalah di tengah! Oleh karena itu, “giring” pemain lawan ke arah garis tepi lapangan. Gunakan garis tepi lapangan sebagai “partner” dalam menekan lawan. 4. Apabila lawan berada di bagian tengah lapangan poin pertama dan kedua di atas tetap berlaku. Perbedaannya, apabila lawan menggiring bola di lapangan bagian tengah, pemain bertahan tidak harus “menggiring” lawan ke garis tepi lapangan. Kemungkinan itu bisa saja dilakukan tapi tidak mutlak harus dilakukan. Kemungkinan lain yang bias dilakukan adalah "menggiring” lawan ke arah teman sehingga terjadi situasi 2 v 1. 5. Apabila tidak ada rekan satu tim yang bisa diajak kerja sama dalam hal merebut bola dari lawan maka pemain bertahan harus menggunakan kaki lemah lawan sebagai “partner”. Maksudnya demikian “giring” lawan ke sisi kaki lemahnya agar ia kesulitan melepaskan tembakan ke arah gawang. Hal ini dilakukan dengan cara menutup sisi kuatnya agar lawan terpancing untuk menggiring bola ke sisi lemahnya. Tapi bagaimana caranya mengetahui kaki mana merupakan kaki lemah lawan? Mudah saja; umumnya kaki yang dipakai untuk menggiring bola adalah kaki kuat lawan. Dengan demikian, kaki lemahnya adalah kaki yang tidak dipakai untuk menggiring bola!* 119
6. Sebisa mungkin hindari melakukan pelanggaran. Terutama apabila lawan berada di dekat gawang kita. Ingat, situasi standar sering menjadi pemecah kebuntuan dalam suatu pertandingan yang sebenarnya berjalan sangat seimbang. Keterangan:
Tim profesional Eropa umumnya memiliki tim mata-mata yang salah satu tugasnya adalah mengamati hal-hal seperti ini. Informasi tersebut diberikan kepada pelatih yang kemudian memberikan instruksi kepada pemain-pemainnya sesuai kelebihan dan kelemahan lawan.
b. 1 v 1 - jarak dekat di sayap dan di tengah 1. Pada saat jarak lawan dekat dengan posisi pemain bertahan, pemain harus dibiasakan untuk sebisa mungkin merebut bola sebelum bola dikuasai oleh lawan. 2. Apabila memotong bola tidak memungkinkan, paling tidak pemain bertahan harus terbiasa untuk secara agresif menekan lawan di saat-saat penyerang menerima bola. Masa paling kritis bagi penyerang adalah saat mengontrol bola. Di sinilah kesempatan bagi pemain bertahan untuk membuat penyerang tidak tenang/gugup sehingga ia membuat kesalahan. 3. Apabila lawan telah berhasil mengontrol bola sebisa mungkin jangan biarkan lawan berbalik hingga menghadap gawang. 4. Apabila semua hal di atas tidak berhasil dilakukan dan lawan telah berhasil menerima bola dengan baik, bahkan berhasil berbalik menghadap gawang, pemain bertahan harus menahan diri untuk tidak melakukan step in*. Hal ini berbahaya karena penyerang yang berkualitas akan dengan mudah melewati lawan yang sudah terlanjur mati langkah. Oleh karena itu, di dalam situasi seperti ini pemain harus belajar untuk sabar dan baru masuk mencuri bola apabila lawan melakukan kesalahan dalam hal mengontrol bola (bola tidak digiring dengan dekat ke kaki). Apabila ada kawan yang siap mendobel, pemain bertahan boleh lebih agresif dalam usahanya mencuri bola. Sekali lagi, karena inilah strategi saling mendobel satu dengan yang lainnya mutlak harus dikuasai pemain zaman sekarang. 5. Apabila lawan tetap saja bisa lolos (hal ini kerap terjadi karena dalam sepak bola terka dang lawan lebih hebat walaupun kita telah melakukan yang terbaik), hindari mengejar lawan dari belakang seperti layaknya sebuah gerbong kereta api. Lakukan sprint secepatnya guna memotong pemain lawan sehingga pemain bertahan berada di antara titik tengah gawang dan letak bola. Bila ini berhasil dilakukan maka proses di atas kembali dimulai dari awal; contain (arahkan lawan ke bagian paling tidak berbahaya), dan jangan lakukan step in sampai ada kesempatan yang benar-benar bagus. 6. Tackling hanyalah kemungkinan terakhir apabila semua kemungkinan yang ada telah terkuras habis tanpa hasil yang memuaskan. Demikian juga dengan melakukan pelanggaran sebaiknya hanya dilakukan apabila tidak ada kemungkinan lain lagi. Itu pun hanya sebatas pelanggaran sejenis tactical foul (pelanggaran yang dilakukan demi kepentingan taktis) dan bukan pelanggaran brutal. Bedanya jelas, saat melakukan tactical foul pemain tidak dalam keadaan emosi, sedang saat melakukan pelanggaran biasa pemain kerap kehilangan kendali atas emosi pribadi. Keterangan: *Step in : Beranjak masuk untuk mencuri bola dari kaki lawan.
120
c. 1 v 1 - bek berada di belakang punggung penyerang (penyerang membelakangi bek) 1. Situasi ini sering sekali terjadi terutama bagi seorang bek tengah. Pertama -tama yang perlu diperhatikan seorang bek saat terjadi situasi seperti ini adalah penempatan posisi. Memang pandai menempatkan posisi begitu penting artinya dalam bermain sepak bola. Tidak percuma pemain yang relatif tua biasanya semakin mahir bermain bola karena memang semakin berpengalaman seorang pemain semakin mahir pemain tersebut dalam menempatkan posisi. 2. Letak posisi bek saat penyerang membelakanginya idealnya adalah: (1) Menempel ketat badan penyerang tanpa melakukan kontak badan. Artinya, bek tidak menyentuh lawan apalagi melakukan pelanggaran. (2) Posisi badan bek setengah muncul ke samping badan penyerang. Artinya, bek tidak berdiri 100% di belakang penyerang melainkan hanya 50% saja. Tujuannya adalah supaya bek bisa melihat bola bahkan bila mungkin menyerobot bola sebelum bola berhasil dikuasai penyerang. (3) Munculnya badan bek seharusnya ke arah letak gawang. Sebagai contoh, apabila letak gawang berada di sebelah kiri belakang bek, maka badan bek harus muncul di sebelah kiri badan penyerang! 3. Tujuan bek saat bertahan di situasi seperti ini adalah bila mungkin merebut bola sebelum bola dikuasai lawan. Apabila menyerobot bola tidak mungkin dilakukan maka tujuan bek berikutnya adalah tidak membiarkan lawan berputar dan menghadap gawang. Sekali lagi, hindari melakukan pelanggaran karena tendangan bebas sering kali berbuah gol!
d. 1 v 2 - satu pemain bertahan melawan dua penyerang 1. Walaupun situasi 1 v 2 tidak diinginkan terjadi karena tentu saja tidak menguntungkan dan sangat berbahaya, tetap saja sering kali seorang pemain bertahan harus meredam dua pemain menyerang sekaligus. Paling tidak untuk sementara waktu sampai pemain bertahan lain datang membantu. Oleh karena itu, prinsip utama saat terjadi situasi 1 v 2 (demikian juga saat terjadi situasi-situasi lain di mana pemain lawan jumlahnya lebih banyak daripada pemain bertahan seperti misalnya 2 v 3 atau 3 v 5) adalah mengulur waktu. Dengan demikian, pemain bertahan lain diberi waktu untuk datang membantu. Merebut bola di saat-saat kurang menguntungkan seperti ini tidak menjadi prioritas. Ulur waktu sampai teman datang membantu, baru setelah itu merebut bola menjadi prioritas kembali. Lain halnya saat jumlah pemain bertahan melebihi jumlah pemain menyerang; di situasi seperti itu tentu saja merebut bola menjadi tujuan utama sehingga sikap pemain bertahan seharusnya agresif dan ngotot untuk merebut bola. 2. Situasi 1 v 2 harus rajin dipelajari serta dilatih karena situasi 1 v 2 adalah landasan ilmu yang penting dan bisa dipakai untuk situasi kalah jumlah secara umum. Dengan kata lain, pengetahuan tentang bagaimana seorang pemain harus bertindak saat terjadi situasi 1 v 2 adalah pengetahuan dasar yang juga dibutuhkan saat terjadi situasi kalah jumlah yang lain seperti 1 v 3 , 2 v 3 ,3 v 5, dan lain-lain. 3. Untuk penempatan posisi yang ideal saat terjadi situasi 1 v 2 perhatikan diagram berikut ini: 121
Keterangan: Posisi bek harus sedemikian rupa sehingga umpan 1 adalah kemungkinan yang dipilih oleh lawan yang menguasai bola. Umpan 1 tidak berbahaya bahkan menguntungkan bek karena memberi waktu pada bek lain untuk turun membantu. Umpan 2 harus ditutup bek sehingga lawan tidak bisa melepaskan umpan yang sangat berbahaya ini! Umpan 3 adalah tanggung jawab kiper. Apabila umpan ini dipilih lawan, kiper harus sigap untuk memotong bola. Untuk itu posisi kiper harus tepat serta keluar dari sarangnya. Kiper harus ikut bermain! Apabila lawan memutuskan untuk melakukan speed dribbling maka bek harus ikut berlari mundur sambil berusaha ‘menggiring‘ lawan ke samping (tepi lapangan). Dari situasi 1 v 2 kini terjadi 1 v 1! Kini bek tinggal berusaha merebut bola saat bola digiring jauh dari kaki lawan dengan cara menyelipkan badannya di antara pemain lawan dan bola. Contoh Latihan Untuk contoh-contoh latihan sederhana guna melatih prinsip-prinsip taktik dan teknik individu saat bertahan, perhatikan diagram-diagram di bawah ini berikut keterangan singkatnya:
Latihan 1
Keterangan: Latihan A adalah untuk jarak dekat, B untuk bertahan jarak jauh dan C untuk bertahan di belakang punggung penyerang. Biarkan pemain bergiliran menempati posisi A, B, lalu C. Hanya saja, berikan porsi yang lebih sesuai posisi masing-masing pemain. Artinya, biarkan bek sayap lebih banyak berlatih di posisi A dan B sedang bek tengah lebih banyak berlatih di posisi C. Demikian juga untuk penyerang, biarkan pemain sayap lebih banyak menempati posisi A dan B sedang penyerang tengah lebih banyak menempati posisi C. Logikanya simple; biarkan pemain berlatih sebanyak mungkin sesuai situasi yang sering terjadi saat bertanding! Untuk latihan A dan C diperlukan orang ketiga yang bertugas mengumpan bola kepada penyerang. Di posisi A, bek dilatih untuk menekan lawan sejak saat bola dalam perjalanan menuju penyerang. Di posisi C, bek dilatih untuk berdiri dengan tepat serta melakukan prinsip-prinsip yang sudah dijabarkan di atas. Di belakang pemain menyerang baik di posisi A, B , maupun C, ditempatkan gawang kecil dari cones. Bila bek berhasil merebut bola, mereka diinstruksikan untuk mendribel bola melalui gawang kecil tersebut. Sebagai variasi, setelah beberapa menit, instruksikan bek untuk mengumpan bola secara mendatar ke dalam gawang kecil apabila mereka berhasil merebut bola dari kaki penyerang. 122
Latihan 2 Keterangan: Untuk latihan 1 v 2, pada awalnya lakukan latihan A. Latihan ini dimaksudkan guna melatih penempatan posisi yang ideal. Lakuka n k oreksi a pa bila penempatan posisi pemain salah. Jangan bosan mengoreksi karena ini adalah dasar ilmu pertahanan. Beberapa menit kemudian lakukan latihan B. Pada latihan B, bek mendapat bantuan setelah beberapa detik (tiga detik misalnya). Artinya setelah tiga detik, dua pemain bertahan datang membantu sehingga terjadi situasi yang menguntungkan; 3 v 2. Latihan ini dimaksudkan untuk melatih pemain mengulur waktu. Sebaliknya, bagi penyerang, latihan ini melatih pemain untuk cepat melakukan penyelesaian ke arah gawang. Perlu diingat, apabila tujuan Anda adalah melatih pertahanan, maka berkonsentrasilah pada pemain bertahan. Pemain menyerang cukup diberikan instruksi singkat di awal latihan. Selebihnya, berikan instruksi khusus kepada pemain-pemain bertahan saja!
2. Langkah kedua : taktik grup I – Mendobel lawan (2 v 1) Langkah kedua saat mengajarkan sistem 4-4-2 yang benar adalah mengajarkan taktik grup. Yang dimaksud dengan taktik grup adalah pencapaian sebuah tujuan secara bersamasama. Dengan kata lain, beberapa pemain melakukan sesuatu dengan maksud dan tujuan tertentu secara bersama-sama. Taktik grup yang akan dibahas di sini adalah taktik grup saat bertahan. Bertahan secara grup umumnya dibagi menjadi tiga bagian; mendobel lawan (menang jumlah), 2 v 3 atau kalah jumlah serta bertahan berempat 4 v 4 (sama jumlah). Pemain perlu diberikan pengertian bahwa mendobel lawan atau menciptakan situasi menang jumlah adalah tujuan pergeseran! Seperti sudah di bahas sebelumnya, dalam sepak bola modern pemain dituntut untuk bergeser secara bersama-sama (sebagai sebuah unit) ke arah bola. Dengan bergesernya pemain, terjadi situasi menang jumlah di daerah letak bola. Untuk situasi seperti inilah pemain perlu dilatih cara-cara mendobel lawan.
123
Prinsip dasar saat mendobel lawan:
Satu pemain bertugas merebut bola sedang pemain lainnya berfungsi sebagai pelapis. Dengan kata lain, kedua pemain bertahan tidak merebut bola secara bersama-sama. Ada pembagian tugas yang jelas; satu menekan bola dengan agresif sedangkan pemain lainnya berjaga-jaga di dekatnya kalau-kalau pemain lawan berhasil lepas dari kawalan pemain bertahan pertama. Saat tidak ada permain pelapis (1 v 1) tugas bek adalah menggiring penyerang ke garis samping lapangan atau ke arah posisi teman. Begitu pemain pelapis memberikan instruksi “rebut” tanda dia telah siap untuk melapis, bek pertama bisa mulai mencurahkan tenaganya untuk merebut bola. Karena ada pemain pelapis, bek pertama bisa benarbenar agresif atau ngotot dalam usahanya merebut bola. Apabila usahanya gagal dia tahu bahwa masih ada pemain pelapis yang bisa meredam pemain lawan tadi. Kuncinya, pemain pelapis harus memberikan instruksi! Jangan lakukan pelanggaran! Situasi 2 v 1 atau bahkan lebih (3 v 1) begitu menguntungkan bek. Pelanggaran akan memberikan waktu dan tempat kepada penyerang yang sebelumnya tidak dimilikinya! Pemain pelapis selalu menempatkan posisinya di antara bola dan titik tengah gawang (invisible line ) dengan pertimbangan keamanan.
Contoh latihan mendobel lawan: Keterangan: Bola dikuasai pemain . Dua pemain dilatih mendobel lawan, merebut bola dari lawan lalu dengan cepat melakukan penyelesaian. Setelah beberapa waktu gantilah peran kedua tim. kini menyerang. Biasakan selalu menciptakan situasi kompetisi atau bersaing saat latihan. Tim yang kalah harus membereskan peralatan latihan, misalnya, atau dihukum push up. Sekali lagi, berikan instruksi hanya pada tim bertahan. Sebagai variasi, biarkan pemain pelapis datang sedikit terlambat. Dengan demikian bek sekaligus dilatih 1 v 1 sedangkan pemain pelapis dilatih untuk memberikan instruksi “rebut” saat ia telah siap melapis!
3. Langkah ketiga : taktik grup II- 2 v 3 Saat melatih 2 v 3 perhatikan beberapa coaching points di bawah ini:
Pemain bertahan harus selalu saling melapis (saling mengamankan). Dengan kata lain, hindari bertahan secara sendiri-sendiri. Bertahanlah secara bersama-sama sebagai grup. Untuk jelasnya perhatikan diagram di bawah ini: 124
Keterangan: Terlihat jelas bahwa pemain A bergeser sesuai letak bola sedang pemain B melapis/ mengamankan pemain A. Prinsip mengamankan rekannya ini juga berlaku bagi kiper. Kiper hendaknya keluar dari sarangnya guna memotong umpan-umpan terobosan.
Pemain bertahan yang melapis/mengamankan (pemain B) bertugas menutup umpanumpan ke jantung pertahanan. Dengan demikian pemain lawan ´diundang‘ untuk melakukan umpan menyamping. Umpan semacam ini menguntungkan karena memberi waktu pada pemain bertahan lain untuk datang membantu. Untuk memberi waktu kepada pemain bertahan lain untuk datang membantu, pemain A dan B harus sedikit demi sedikit mundur ke belakang. Kecepatan mundurnya pemain bek bergantung pada kecepatan majunya penyerang lawan. Sering terjadi kesalahan dalam hal ini; bek tidak bergerak mundur atau kurang cepat dalam bergerak mundur sehingga lawan bisa menyelip/melewati bek dengan mudah. Sebaliknya, terlalu cepat mundur juga berbahaya karena akan memberikan ruang tembak bagi penyerang. Saat bola berada di bagian tengah lapangan letak posisi kedua bek adalah seperti terlihat pada diagram berikut: Keterangan: Pemain A menutup sisi kuat pemain yang menguasai bola. Artinya, sesuai contoh diagram, pemain A menempatkan dirinya di sebelah kanan penyerang karena kaki kanan adalah sisi kuat penyerang tersebut. Umumnya kaki yang digunakan untuk menggiring bola adalah kaki atau sisi kuat pemain tersebut. Perlu diingat, pemain A tidak berusaha merebut bola, melainkan hanya mencoba mengulur waktu dengan cara turun ke belakang secara bertahap ( s e s ua i k e c e pa ta n l aw a n) dan ´mengundang´ lawan untuk melakukan umpan ke arah samping. Apabila penyerang melakukan overlap run, perhatikan diagram di bawah ini: Keterangan: Penyerang B yang melakukan overlap run diikuti pergerakannya oleh bek yang berposisi menjorok ke depan (dalam hal ini pemain D). Pemain D bergerak diagonal ke belakang agar mampu mengamankan umpan terobosan yang berbahaya. Pemain E ikut bergerak ke belakang-samping guna mengamankan daerah tengah pertahanan. Dengan demikian penyerang A tidak bisa menerobos ke arah gawang melainkan 125
´diundang´ untuk memberikan umpan kepada C. Umpan kepada C (menyamping) tidak berbahaya dan mengulur waktu sehingga pemain bertahan lain ada waktu untuk datang membantu. Umpan ke C (ke daerah) harus diantisipasi kiper dengan cara menempatkan diri dengan benar.
Contoh latihan 2 v 3 Latihan 1 Keterangan: Tim putih di bagian bawah diagram dituntut mencetak gol dalam waktu kurang dari sepuluh detik. Tim merah berusaha merebut bola untuk kemudian diumpankan pada tiga rekannya di garis tengah lapangan. Kini tim merah bermain 3 v 2 melawan tim putih di bagian atas diagram. Begitu seterusnya. Setelah beberapa menit biarkan pemain beristirahat secara aktif (jogging santai atau menjogling bola bertiga). Peraturan off side tentu saja berlaku seperti biasa.
Latihan 2 Keterangan: Tim putih menguasai bola dan dituntut untuk secepat mungkin melakukan penyelesaian akhir. Tim merah awalnya bermain 2 v 3, akan tetapi beberapa detik kemudian ada tambahan dua pemain bertahan sehingga terjadi situasi 4 v 3. Pemain bertahan C dan D yang ditempatkan 5-10 meter di belakang penyerang diperbolehkan turun membantu begitu bola bergulir.
4. Langkah ke empat : taktik grup III- bertahan berempat (4 v 4) Langkah berikutnya adalah membiasakan pemain bekerja sama sebagai sebuah rantai yang terdiri dari empat mata rantai. Beberapa coaching point penting saat melatih bertahan secara rantai dengan empat pemain adalah sebagai berikut: 1. Arah lari bek tidak boleh saling menyilang. Penjagaan pemain lawan harus diserahkan 126
kepada bek yang berdiri lebih dekat dengan posisi baru penyerang. Ini adalah perbedaan utama antara sistem 4-4-2 atau 4-3-3 modern bila dibandingkan dengan cara bermain man to man marking. 2. Ke empat bek harus bergerak secara bersama-sama ke arah letak bola tanpa merenggangkan jarak antar pemain (kira-kira sepuluh meter) sehingga terjadi situasi menang jumlah di sisi lapangan tempat bola berada (lihat diagram). 3. Saling memberikan instruksi mutlak harus dilakukan semua pemain! 4. Sebagai pedoman, rangkaian posisi pemain seharusnya menyerupai sebuah pisang! (Lihat diagram). 5. Apabila bola berada di bagian tengah lapangan salah satu pemain (sesuai diagram pemain B) maju ke depan guna merebut bola. Ketiga bek yang lain bergerak lebih jauh ke dalam sehingga pertahanan tetap compact (lihat diagram). Penting: ketiga pemain bertahan harus menjaga lini sehingga peraturan off side bisa dipergunakan (sesuai contoh diagram, pemain A, C dan D harus membentuk garis lurus).
Untuk jelasnya perhatikan kedua diagram di bawah ini: Diagram 1 Diagram 2 Keterangan:
Pada diagram 1, pemain A menggiring penyerang lawan ke arah luar. Pemain B bertindak sebagai pemain pelapis, sedang pemain C dan D ikut bergeser ke arah bola tanpa kehilangan keketatan antar mata rantai. Pemain A, B, C dan D membentuk sebuah pisang. Pada diagram 2, pemain B maju ke arah pemain yang menguasai bola karena letak pemain tersebut paling dekat dengan pemain B. Terbentuk sebuah segi tiga antara pemain A, B dan C. Pemain A dan D bergeser ke tengah sehingga keketatan antar mata rantai menjadi lebih ketat lagi.
127
Contoh latihan untuk 4 vs 4: Latihan 1. Keterangan: Pemain putih menyerang dii ns tr uk si ka n untuk mengumpankan bola dari kaki ke kaki. Keempat bek dilatih untuk bergeser ke kiri dan ke kanan membentuk pisang dan sesekali membentuk segi tiga di bagian tengah lapangan. Setelah beberapa waktu, instruksikan penyerang untuk be nar -b e nar b er usa ha mencetak gol. “Bekukan” latihan di saat yang tepat guna mengoreksi arah lari dan penempatan posisi pemain bertahan.
Latihan 2. Keterangan: Sama seperti latihan 1, hanya saja kini tempatkan seorang pemai n lawan sebagai penyerang tengah (9). Barisan bek harus membiasakan menyerahkan tanggung jawab atas penyerang tengah (9) dengan saling memberikan instruksi. Di saat yang sama barisan pertahanan tetap harus bergeser ke arah letak bola. Apabila sesuai diagram penyerang 9 dijaga oleh 4, pemain 5 bertugas menjaga gelandang serang 10 apabila 10 mendribel bola ke arah gawang. Selang beberapa waktu biarkan penyerang betul-betul berusaha mencetak gol. Barisan pertahanan berusaha merebut bola lalu mendribel atau mengumpan bola ke salah satu dari kedua gawang kecil dari cones yang tersedia. Penting: Latihan ini menuntut dipraktikkannya semua prinsip yang telah dibicarakan sejauh ini! Oleh karena itu, pelatih harus jeli dalam melihat kesalahan-kesalahan yang terjadi.
128
5. Langkah ke lima: Taktik tim I- Empat pemain bertahan ditambah dua gelandang bertahan (6 v 5 atau 6 v 6) Setelah latihan taktik individu dan latihan taktik grup dilakukan secara saksama, langkah metodis berikutnya adalah berlatih taktik bertahan secara tim. Cara pengajaran taktik tim itu sendiri bisa dilakukan dalam beberapa jenjang. Dua jenjang utama akan dibahas di sini. Jenjang berlatih taktik bertahan secara tim pertama adalah membiasakan barisan pertahanan bekerja sama dengan kedua gelandang tengah (pemain 6 dan 10). Dengan bergabungnya dua gelandang tengah, fokus latihan kini diarahkan pada keketatan posisi antar pemain di dalam lini dan keketatan posisi pemain antarlini. Ke empat pemain bek harus selalu berdiri dengan compact! Dengan kata lain, jarak antar barisan bek dan barisan gelandang bertahan harus selalu ketat. Tujuannya tentu saja adalah menyulitkan lawan menemui celah-celah yang bisa digunakan untuk melakukan kombinasi permainan. Selain itu, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, dengan adanya penempatan posisi yang compact pemain bertahan akan bisa menciptakan situasi menang jumlah di daerah letak bola (flooding the ball). Saat melatih taktik secara tim, selalu tekankan pentingnya komunikasi antar pemain. Bila pemain tidak saling memberikan instruksi, pemain lawan tidak bisa terjaga dengan baik dikarenakan perpindahan tanggung jawab pengawalan tidak berlangsung dengan baik. Biasakan pemain menyerukan instruksi-instruksi seperti "jaga dia” , "jaga nomor 11", "punyaku”, "ikuti dia” atau "biarkan dia”. Saling memberikan instruksi (bahkan bisa dikatakan saling melatih) begitu penting artinya dalam sepak bola modern karena pengawalan lawan tidak lagi melulu berlangsung secara man to man. Perhatikan posisi ideal pemain-pemain bertahan saat bola berada di sayap sesuai diagram di bawah ini: Keterangan: Pemain 2 dan 6 mendobel ( 2 v 1) pemain sayap kiri lawan (8). Bek tengah (4) meninggalkan striker lawan 11 untuk bersiap membantu mengawal sisi kanan pertahanan (daerah bergaris). Tugas pemain 4 dilimpahkan kepada bek tengah 5. Striker 9 yang tadinya dijaga bek tengah 5 kini dikawal oleh bek sayap kiri 3. Pemain 3 sekaligus bertugas mengawasi pergerakan gelandang sayap kanan lawan (7). Bila bola sampai pada 7, pemain bek sayap 3 bergeser menjaga 7. Pemain 4 kembali bergeser menjaga 11 dan pemain 5 kembali menjaga 9. Gelandang bertahan 6 dan 10 tentu saja ikut bergeser; kini gelandang bertahan 10 yang ganti membantu bek sayap 3. Perhatikan juga bahwa penempatan posisi pemain 5 sesuai gambar adalah di belakang pemain 11 (sisi gawang!). Bandingkan dengan diagram selanjutnya di mana pemain 5 harus lebih muncul. 129
Perhatikan posisi ideal pemain bertahan saat bola berada di tengah sesuai diagramdiagram berikut ini: Diagram 1 Keterangan: Pemain gelandang 6 dan 10 mendobel lawan di tengah. Posisi pemain 4 dan 5 harus sedikit muncul dari belakang striker lawan 9 dan 11. Ini penting guna: (1) bisa melihat bola, (2) bila ada kesempatan bisa merebut bola sebelum bola dikuasai striker lawan, dan (3) menjaga daerah yang paling berbahaya yakni jantung pertahanan (daerah bergaris).
Diagram 2 Keterangan: Apabila salah satu striker lawan (misalnya pemain 11) datang membantu pemain yang menguasai bola, maka bek tengah 4 harus mengikuti pergerakan striker lawan 11! Di saat yang sama pemain 2 dan 5 bergerak masuk sehingga terbentuk segitiga (2, 4 dan 5). Pemain 3 juga ikut masuk mengawal striker lawan 9 sekaligus mengawasi pergerakan sayap kanan lawan (7). Diagram 3 Keterangan: Apabila gelandang lawan (10) tidak bisa didobel dengan baik oleh pemain 6 dan 10 (karena kurangnya agresivitas atau tidak cukup waktu untuk datang mengahampiri pemain lawan 10), maka situasi yang kerap terjadi adalah sesuai diagram di atas. Bola diumpankan kepada striker 9. Bila ini terjadi bek tengah 5 harus ikut maju mengikuti pergerakan striker lawan 9 sehingga pengawalan tetap ketat. Pemain 3 dan 4 seperti biasa bergeser masuk sehingga terjadi segitiga (4, 5 dan 3). Pemain 6 130
dan 10 harus terus ikut bermain dengan cara mendobel ke belakang. Dengan demikian, striker lawan 9 ditekan oleh 3 pemain (6, 10 dan 5)! Penting: Situasi boleh berbeda, tapi prinsip-prinsip seperti bergerak secara bersama-sama ke arah bola, penempatan posisi yang compact, saling memberikan instruksi saat menyerahkan tanggung jawab pengawalan pemain lawan, pembentukan segitiga seperti yang diilustrasikan di atas, serta mendobel pemain yang menguasai bola, selalu sama.
6. Langkah ke enam : Taktik tim II-bermain 11 v 11 sebagai satu kesatuan tim yang utuh Menentukan formasi bermain Menentukan taktik tim dimulai dengan ditetapkannya sebuah formasi bermain. Masing-masing formasi dan cara bermain sepak bola mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Formasi 4-4-2 dan 4-4-3 tidak luput dari kelemahan. Sebaliknya, formasi 3-5-2 tidak melulu jelek; banyak kelebihan formasi 3-5-2. Yang menentukan adalah adanya organisasi yang baik, bukan formasi! Untuk kepentingan standarisasi telah ditentukan penggunaan formasi 4-4-3 hingga umur 15 tahun. Landasan organisasi yang baik adalah bergeraknya pemain secara bersama-sama. Artinya, semua pemain berusaha untuk melakukan hal yang sama! Oleh karena itu, instruksi seorang pelatih sangat menentukan. Tanpa adanya seorang pelatih yang memegang kendali, permainan akan kacau-balau karena masing-masing pemain melakukan apa yang ia anggap baik dan benar. Ada begitu banyak pandangan tentang sepak bola, karena itu harus ada instruksi-instruksi yang jelas kepada pemain tentang bagaimana tim akan bermain. Pemain yang membangkang (melakukan apa yang ia sendiri anggap benar) atau tidak mampu melakukan instruksi (karena skill yang kurang mumpuni , kurang pengertian akan taktik atau buruknya kondisi) tentu saja harus dibangkucadangkan. Instruksi pelatih yang pertama adalah menetapkan formasi bermain. Selanjutnya pelatih menginstruksikan di mana lawan akan mulai ditekan dan bagaimana.
Di mana menekan lawan? Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, menekan lawan bisa dilakukan di depan (forechecking), di lapangan tengah (midfield pressing) atau di daerah pertahanan sendiri (fall back). Ada baiknya sisi positif dan negatif masing-masing letak menekan dibahas di sini. a. Forechecking: Kelebihan: Dekat gawang lawan, sehingga apabila bola berhasil dicuri, jarak antara bola dan gawang lawan relatif dekat! Lawan langsung ditekan sehingga tidak memiliki waktu, tempat dan ketenangan yang dibutuhkan dalam mengatur serangan. Karena merasa tertekan, lawan sering terpaksa melepaskan umpan-umpan jauh yang sangat mudah untuk dimentahkan. Tim yang lemah akan semakin lemah (tidak berkembang permainannya) sedang 131
tim yang hebat penguasaan bolanya akan diredam kemampuannya. Bila ada pemain belakang lawan yang lemah, kelemahan tersebut bisa digunakan untuk merebut bola. Caranya pemain tim lawan dipancing untuk memberikan umpan kepada pemain lemah tersebut untuk kemudian ditekan secara agresif. Kekurangan: Umpan jauh ke belakang barisan pertahanan sendiri sangat berbahaya. Sangat menguras tenaga dan konsentrasi. Bila sedikit saja pemain kehilangan keawasannya akan tercipta celah-celah yang berbahaya. Untuk usia 12 - 15 tahun diajarkan 4-3-3. Di atas 15 tahun pemain boleh diajarkan 4-4-2 atau formasi lain asal prinsip-prinsip sepakbola modern diterapkan.
b. Fall back: Kelebihan: Sebuah strategi yang menjanjikan apabila lawan jelas menang kelas. Posisi pemain sangat compact sehingga sulit ditembus lawan. Tidak begitu menguras tenaga karena pemain sebatas berreaksi terhadap lawan tanpa harus mengejar bola atau menekan lawan. Oleh karena itu, sistem ini tepat untuk digunakan di saat-saat kondisi pemain telah terkuras. Strategi yang baik guna mempertahankan kemenangan di akhir pertandingan. Terkadang organisasi pemain kurang baik. Dengan menerapkan strategi fall back pemain memeroleh waktu untuk kembali berkonsentrasi atas tugas dan posisinya masing-masing. Kelemahan: Cara bermain seperti ini membosankan penonton apabila diterapkan sepanjang pertandingan. Secara taktis, sistem menekan ini termasuk sistem yang negatif karena cenderung menunggu lawan tanpa memberikan tekanan kepada lawan. Strategi yang sangat menyulitkan bagi striker tim itu sendiri, karena serangan yang dilakukan hanya sebatas serangan balik. Jarak antara bola (saat berhasil merebut bola) dan gawang lawan sangat jauh. Kalau ada yang berjalan tidak sebagaimana mestinya, situasi yang tercipta sangat berbahaya karena jarak antara bola dan gawang sendiri sangat dekat. Kesimpulan: Karena menguras tenaga, taktik forechecking hendaknya hanya diterapkan untuk sementara waktu (tidak 90 menit) dan di saat-saat tertentu (saat tendangan penjuru, di awal babak ke satu dan dua, saat teringgal atau saat lawan terkena kartu merah) saja. Sedang taktik fall back juga hanya bisa diterapkan di saat-saat tertentu (di akhir pertandingan saat mengamankan keunggulan, atau saat bermain dengan 10 atau 9 pemain saja) karena mengandung risiko yang termasuk tinggi. Dengan demikian, taktik midfield pressing paling cocok untuk digunakan di saat-saat normal dan untuk jangka waktu lama. Bisa dikatakan midfield pressing adalah jalan tengah atau hasil kompromi kedua sistem menekan yang lain. 132
Sebagai contoh, midfield pressing cukup menguras tenaga, tapi tidak sebanyak forechecking. Oleh karena itu, kebanyakan tim dunia saat ini mengutamakan sistem midfield pressing. Sistem ini diutamakan, tapi bukan berarti sistem-sistem lainnya dikesampingkan. Idealnya sebuah tim mampu menerapkan semua sistem menekan. FC Barcelona, contohnya, menerapkan semua sistem menekan dalam satu pertandingan; terkadang 10 menit mereka melakukan forechecking, kemudian 30 menit midfield pressing yang diselingi dengan dua kali lima menit fall back guna menghemat tenaga, lalu forechecking lagi di akhir babak. Jumlah menit dipakainya masing-masing sistem menekan tentu saja berbeda di setiap pertandingan sesuai dengan situasi pertandingan tersebut, tapi biasanya ketiga sistem terpakai dalam sebuah pertandingan! Bagaimana menekan lawan? Umumnya pelatih tim-tim dunia menginstruksikan pemainnya untuk menggiring pemain lawan yang menguasai bola ke arah pinggir lapangan. Logikanya gampang saja: daerah samping lapangan relatif tidak berbahaya (letak gawang adalah di tengah!). Selain itu garis tepi lapangan bisa digunakan sebagai “teman” atau partner guna mendobel lawan. Tapi akan banyak juga pelatih yang menginstruksikan pemainnya untuk menggiring lawan ke bagian tengah lapangan. Pertimbangannya di bagian tengah lapangan lebih mudah tercipta situasi 2 v 1, bahkan 3 v 1. Menurut pengamatan saya, banyak juga pelatih di Eropa menginstruksikan pemainnya untuk menggiring ke bagian tengah lapangan kecuali di bagian sepertiga lapangan bagian pertahanan. Di sini faktor keamanan diutamakan sehingga pemain diinstruksikan untuk menggiring pemain ke arah garis tepi lapangan. Setelah pelatih menentukan serta menerangkan taktik-taktik pilihannya kepada pemain, maka langkah berikutya adalah membiasakan pemain berlari secara bersama-sama ke arah bola tanpa kehilangan posisi yang compact. Untuk latihan bergeser ke arah bola lakukan latihan-latihan di bawah ini: Latihan 1 Keterangan: Pelatih menginstruksikan arah pergeseran. Awalnya cukup instruksikan pemain untuk bergeser ke samping, ke depan, dan diagonal secara garis lurus. Setelah beberapa waktu, instruksikan pemain untuk menempati posisi mendetail masing-masing secara tepat termasuk memperhitungkan ke mana lawan hendak digiring. Terbentuknya dua baris menyerupai pisang bisa digunakan sebagai pedoman saat mengoreksi posisi pemain. (Latihan ini bisa juga digunakan untuk berlatih kondisi. Dengan demikian latihan kondisi dan taktik digabung menjadi satu!).
133
Latihan 2
Keterangan: Tim putih hanya mengumpankan bola dari kaki ke kaki tanpa langsung berusaha mencetak gol. Tim merah bergeser sesuai letak bola dan melakukan semua prinsip yang telah dijabarkan sebelumnya. Baru setelah bebarapa waktu biarkan putih dan merah bermain lepas dengan instruksi kepada tim putih untuk bertahan sesuai diagram saat kehilangan bola.
Untuk latihan mengganggu lawan saat membangun serangan serta berlatih menggiring lawan, lakukan latihan 9 v 8 ini:
Latihan 3 Keterangan: Kiper merah memulai per mai nan dengan mengumpankan bola ke bek tengah (sesuai diagram). Tim putih bertugas mengganggu tim saat membangun serangan. Perhatikan arah pergeseran dan penempatan posisi pemain-pemain tim putih dan lakukan p e n y e s u a i a n / pembenaran bila perlu. Sebagai variasi awal, biarkan tim merah mengumpankan bola dari kaki ke kaki terlebih dahulu tanpa berusaha mencetak gol ke salah satu gawang dari cones. Baru kemudian permainan sesungguhnya dimulai.
134