RANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN LOGISTIK DENGAN PENDEKATAN SISTEM TERTUTUP (STUDI KASUS: DISTRIBUSI LPG 3 KG DI KAB./KOTA MALANG DAN KOTA BATU) Faizatul Widad, I Nyoman Pujawan Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111 Email:
[email protected] ;
[email protected]
Abstrak Pemerintah membuat kebijakan pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG) pada tahun 2007. Konversi dari minyak tanah ke LPG ditargetkan akan selesai pada tahun 2010. Di Kota Malang dan Kota Batu telah 100% terkonversi sedangkan di Kab. Malang belum sepenuhnya terkonversi. Sistem yang digunakan dalam pendistribusian LPG 3 kg selama ini adalah sistem terbuka. Sistem terbuka merupakan sistem dimana downstream channel dapat memperoleh pasokan lebih dari 1 upstream channel namun sistem tersebut menimbulkan ketidakstabilan demand pada SPPBE dan agen. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Penulis melakukan pendekatan sistem tertutup. Metode yang digunakan dalam dalam Tugas Akhir ini adalah integer programming dengan menggunakan software LINGO. Dari hasil running LINGO, dapat diketahui bahwa adanya perbedaan biaya distribusi selama 1 tahun untuk distribusi terbuka sebesar Rp 663,845,850,356.90,- sedangkan untuk distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52,-. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka. Kata kunci: distribusi tertutup, integer programming, LINGO, dan LPG 3 kg,. ABSTRACT The government made the policy of diversion of kerosene subsidy to Liquid Petroleum Gas (LPG) in 2007. This conversion program is targeted to be completed in 2010. In Malang and Batu district have converted 100% while Kabupaten Malang has not fully converted yet. The system used in the distribution of LPG 3 kg is an open system. Open system is a system where the downstream channel can obtain more than one supplies from upstream channel but the system is causes instability in demand SPPBE and agents. To solve these problems use a closed distribution approach. The method which is the writer used in the Final Project is an integer programming using Lingo software. From the LINGO’s, we know that the difference in distribution cost for 1 year for the open system is Rp 663,845,850,356.90, - while for the closed system is Rp 813,328,840,727.52, -. This difference between with the two system approaches about Rp 149,482,990,370.62 or 23% more expensive than open system. Keywords: closed distribution, integer programming, LINGO, and LPG 3 kg.
1.
Pendahuluan
Pada tahun 2007 Pemerintah membuat kebijakan yaitu pengalihan subsidi minyak tanah ke Liquid Petroleum Gas (LPG). Dasar persiapan pemasaran LPG 3 kg untuk penggantian minyak tanah terdapat dalam surat dari Menteri ESDM No.32429/26/MEM/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang PT. Pertamina (PERSERO) untuk melakukan pengalihan minyak tanah ke LPG bagi konsumen rumah tangga serta surat Wakil Presiden RI No.20/ WP/ 9/2006 tanggal 1
September 2006 Perihal : Konversi Pemakaian Mitan ke Elpiji. Pada awalnya proses konversi direncanakan berjalan dari tahun 2007 dan selesai pada tahun 2010 untuk wilayah Jawa Timur, Bali dan NTB. Data per 31 Juli 2009 Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran IV telah mendistribusikan 7.019.846 penduduk yaitu sekitar 81% dari target awal wilayah Jawa Timur. Adanya keterlambatan tersebut disebabkan banyak faktor salah satunya ketidaksiapan pabrikan dalam penyediaan alatalat pendukung. Permasalahan tidak selesai
1
hanya pada terpenuhi target pendistribusian paket konversi, selanjutnya permasalahan yang lebih penting untuk dihadapi adalah rangkaian distribusi dari LPG berukuran 3 kg.
Gambar 1.1 Alur Penerimaan dan Distribusi Bulk LPG
Gambar 1.2 Data Penjualan LPG 3 kg Wilayah Jawa Timur
Pada Gambar 1.1 terlihat alur penerimaan dan distribusi LPG 3 kg. Ada mata rantai baru yang muncul dalam distribusi LPG 3 kg, yaitu keberadaaan dari Stasiun Pengangkutan dan Pengisian Bulk Elpiji (SPPBE). Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa kenaikan demand semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu maka keberadaan dan kapasitas dari SPPBE memegang peranan penting dalam kelancaran distribusi LPG. Padahal untuk mendirikan SPPBE dibutuhkan waktu yang lama dan modal yang besar sehingga pendiriannya harus dengan rencana dan strategi yang matang. Maka dari itu, diperlukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi eksisting SPPBE saat ini agar dapat diketahui kemampuan SPPBE dalam memenuhi kebutuhan demand yang semakin meningkat.
Dari hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi untuk menentukan jumlah dan lokasi yang optimal agar pendistribusian LPG dapat berjalan lancar. Selain SPPBE, peranan dari agen LPG juga penting. Agen mempunyai fungsi sebagai perantara antara PT. Pertamina dengan konsumen dalam penyaluran LPG. Harga jual tertinggi dari LPG 3 kg telah ditetapkan oleh PT. Pertamina dengan harapan masyarakat sasaran tidak akan dirugikan dengan permainan harga oleh agen namun permasalahan justru pada harga jual terendah LPG 3 kg. Agen LPG 3 kg saling berebut konsumen dengan menetapkan harga jual yang lebih rendah dari yang telah ditetapkan Pemerintah sebesar Rp 12.750,- sehingga akan terjadi persaingan yang tidak sehat di level agen. Hal tersebut menjadikan ketidakpastian demand pada masing-masing agen yang berpengaruh pada product availability. Maka dari itu, diperlukan suatu perbaikan konfigurasi supply chain dengan melakukan pendekatan sistem tertutup dengan tujuan dapat memperbaiki kondisi serta menyelesaikan masalah yang terjadi pada sistem terbuka pada distribusi LPG 3 kg selama ini. Permasalahan mendasar yang terkait dengan pendistribusian LPG berukuran 3 kg adalah sistem yang diterapkan oleh PT. Pertamina dalam pendistribusian dan pemasaran LPG dalam mencapai kestabilan demand supply chain pada masing-masing level. Setiap level memiliki jumlah dan kebijakan untuk mempertahankan kestabilannya. Dalam hal ini kestabilan dan kelancaran distribusi LPG 3 kg adalah yang menjadi tujuan utama. Oleh karena itu perumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE yang harus ada di Kab./Kota Malang dan Kota Batu berdasarkan perkiraaan demand saat ini. 2. Berapa jumlah dan lokasi SPPBE Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang harus ada ketika diproyeksikan demand potensial sudah terpenuhi semua dengan pendekatan sistem tertutup. 3. Bagaimana alokasi produk dari masingmasing SPPBE ke wilayah agen (demand point) dengan pendekatan
2
sistem tertutup di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. 4. Bagaimanakah perbandingan distribusi LPG 3 kg dengan pendekatan sistem terbuka dan tertutup. Tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini adalah memberikan kajian dan masukan pada Pemerintah tentang jumlah dan lokasi SPPBE yang optimal di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu dengan adanya pendekatan sistem distribusi tertutup untuk mencapai kestabilan demand. Batasan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah lokasi distribusi tabung LPG 3 kg berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Asumsi dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah: 1. Untuk konsumen rumah tangga menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 13,04 hari. 2. Untuk konsumen pengusaha kecil menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg selama 7,89 hari. 3. Setiap demand point mewakili jumlah demand pada suatu wilayah. 4. Agen dapat menambah kapasitasnya maksimal 50% dari kapasitas awal. Manfaat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah : 1. Mengetahui proses dan sistem distribusi dari LPG 3 kg dari pihak PT. Pertamina sampai ke konsumen. 2. Mengetahui faktor-faktor kritis yang mempengaruhi distribusi LPG 3 kg. 3. Memberikan saran perbaikan yang berhubungan dengan penyelesaian studi kasus di Pertamina. 2.
Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian disusun secara sistematis dan terarah yang digunakan sebagai suatu kerangka dalam sebuah penelitian ilmiah. Adapun tahapan dalam penelitian ini adalah : 2.1 Tahap Identifikasi Masalah Tahap ini adalah tahap awal dalam pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap identifikasi masalah, perumusan masalah,
penentuan tujuan dan studi lapangan. Pada tahap identifikasi awal ini dilakukan pengumpulan informasi mengenai situasi pada Unit Gas Domestik PT. Pertamina Unit Pemasaran V untuk mengidentifikasi permasalahan yang sedang terjadi pada distribusi LPG 3 kg. 2.2 Tahap Studi Pustaka Pada tahap ini dilakukan literature review yang berasal dari buku, penelitian serta jurnal yang berhubungan dengan sistem tertutup dan integer programming. Dengan adanya studi pustaka maka akan didapatkan rancangan penelitian serta metode yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. 2.3 Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data yang mendukung penyelesaian permasalahan. Data yang dibutuhkan antara lain: a. Data lokasi dan kapasitas SPPBE yang telah beroperasi b. Data penjualan elpiji 3 kg yang berada di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu yang dikelompokkan menjadi demand point. c. Data konversi daerah Jawa Timur khususnya Kab./Kota Malang dan Kota Batu d. Data demand masing-masing agen LPG 3 kg di Kab./Kota Malang dan Kota Batu. 2.4 Tahap Pengembangan Model Pada tahap pengembangan model akan dilakukan dengan menggunakan formulasi minimasi biaya pada distribusi LPG 3 kg untuk demand saat ini dan demand potensial baik dengan pendekatan sistem terbuka dan sistem tertutup. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan kondisi pada saat demand sekarang dan demand potensial adalah: Minimum :
∑ f y +∑ f i
i
i
w
w
y w + ∑∑ ciw xiw d iw (1) i
w
Untuk sistem tertutup yang akan dikembangkan modelnya terdapat pada Gambar 2.1. Model yang dibuat berdasarkan struktur distribusi yang terjadi di lapangan. Aktifitas
3
distribusi yang diamati adalah pada SPPBE ke agen dan agen ke demand point. Yang membedakan model untuk menggambarkan sistem tertutup dan sistem terbuka pada level SPPBE-agen adalah konstrain 1 agen hanya bisa mendapatkan LPG dari 1 SPPBE. Sedangkan untuk pengelompokan demand point yang ada di level kecamatan menjadi demand potensial pada agen akan menggunakan sistem distribusi terbuka dan tertutup dengan fungsi tujuan minimasi jarak antara agen ke kecamatan. Fungsi tujuan yang digunakan adalah :
∑x
wj
≤ K w yw : Jumlah yang dikirim agen ke
seluruh demand point tidak melebihi kapasitas agen
j
Sedangkan konstrain untuk distribusi tertutup yang terdapat pada model yang dibuat adalah :
∑x
iw
≤ K i yi
w
xiw = Dw Ziw
Minimum :
∑d
wj
(2)
w
Penyelesaian model akan menggunakan software LINGO dengan metode integer programming yang melakukan perhitungan biaya transportasi dengan input data berasal dari data PT. Pertamina.
∑x
wj
: Jumlah yang dikirim SPPBE ke setiap agen sama dengan kebutuhan agen apabila agen tersebut menjadi anggota agen yang bersangkutan
≤ K w yw : Jumlah yang dikirim agen ke seluruh demand point tidak melebihi kapasitas agen
j
xwj = D j Zwj
∑Z
: Pengiriman dari SPPBE tidak melebihi kapasitas SPPBE
iw
=1
: Jumlah yang dikirim agen ke setiap demand point sama dengan kebutuhan demand point apabila demand point tersebut menjadi anggota agen yang bersangkutan : Setiap agen hanya dilayani
i
oleh 1 SPPBE
∑Z
ij
=1
: Setiap demand point hanya
i
Gambar 2.1 Closed System pada distribusi LPG 3 kg
Adapun konstrain untuk distribusi terbuka yang terdapat pada model yang dibuat adalah :
∑x
iw
≤ K i yi : Pengiriman dari SPPBE tidak
w
xiw = Dw Ziw
melebihi kapasitas SPPBE
: Jumlah yang dikirim SPPBE ke setiap agen sama dengan demand pada agen
dilayani oleh 1 agen Keterangan notasi : i = index untuk SPPBE (1, 2,…n) w = index untuk agen (1, 2, …p) j = index untuk demand point (1, 2, …m ) Dj = permintaan tahunan dari demand point j diw = jarak antara SPPBE ke agen dwj = jarak antara agen ke demand point = kapasitas tahunan SPPBE i Ki Kw = kapasitas tahunan agen w fi = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi biaya tahunan) SPPBE i fw = biaya-biaya tetap (dikonversi menjadi biaya tahunan) agen w ciw = biaya transportasi 1 unit produk dari SPPBE i ke agen w Yi = 1 bila SPPBE i dipilih dan 0 jika tidak Yw = 1 bila agen w dipilih dan 0 jika tidak xiw = volume yang dikirim dari SPPBE i ke agen w tiap tahun
4
Zwj
= 1 bila agen w melayani demand point j dan 0 jika tidak
2.5
Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini akan dilakukan pengolahan data yang didapatkan dari PT. Pertamina unit Pemasaran V dan sumber yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengolahan data akan dilakukan dengan menggunakan software LINGO 8.0 agar dapat dilakukan pendekatan eksak. Dari hasil yang didapatkan dengan pendekatan sistem tertutup dan sistem terbuka akan dapat terlihat hasil yang berbeda. 2.6 Tahap Analisa dan Intepretasi Pada tahap ini dilakukan analisa dari hasil pengolahan data yang telah diperoleh dari pengolahan data. Analisa yang dilakukan akan mempertimbangkan ketidaksesuaian hasil yang didapatkan dengan keadaan real berdasarkan asumsi yang telah ditentukan sebelumnya. 2.7
Tahap Pengambilan Kesimpulan
Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan dimana kesimpulan yang diambil harus menjawab tujuan awal dari penelitian Tugas Akhir. 3.
Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.1
Penyelesaian Model dengan LINGO
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan demand saat ini menggunakan persamaan 3.1 yang dikerjakan dengan LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah : sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+@sum(SP PBE(i):biaya1)+@sum(agen(j):biaya2) ; ! Konstrain 1; @for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(SPPBE(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); Data : !Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak= @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE.xls');
!Export the solution back to Excel; @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE.xls')= jumlah; end data
Dalam menentukan kecamatan dari wilayah pengamatan termasuk dalam lingkup agen terdaftar menggunakan dua pendekatan, yaitu: distribusi terbuka dan distribusi tertutup dengan perhitungan menggunakan software LINGO. Berikut adalah fungsi yang digunakan untuk distribusi terbuka : sets : agen /1..14/ : Cap; kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j)); ! Konstrain 1; @for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j)); !Import the data from Excel; Cap, butuh, jarak= @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE4.2=.xls'); !Export the solution back to Excel; @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah; end data
Sedangkan untuk fungsi yang digunakan untuk distribusi tertutup adalah : sets : agen /1..14/ : Cap; kecamatan /1..41/ : butuh,pakai; kirim (agen, kecamatan) : guna, jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*jarak(i,j)); ! Konstrain 1; @for(agen(i): @sum(kecamatan(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(kecamatan(j):@sum(agen(i):guna (i,j))=pakai(j)); @for(kecamatan(j): @sum(agen(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); @for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j))); Data : !Import the data from Excel; Cap, butuh, jarak= @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE4.2=.xls'); !Export the solution back to Excel; @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE4.2=.xls')= jumlah; end data
5
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem terbuka menggunakan bantuan software LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah: sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+ @sum(SPPBE(i): biaya1)+ @sum(agen(j):biaya2); ! Konstrain 1; @for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)) <= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(SPPBE(i): jumlah(i,j)) = butuh(j)); Data : !Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak= @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE3.xls'); !Export the solution back to Excel; @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLE3.xls')= jumlah; end data
Perhitungan LINGO tersebut akan menghasilkan pembagian wilayah kecamatan di Kab./Kota Malang dan Kota Batu menjadi demand potensial pada masing-masing agen yang ada di wilayah terdekat.
Data : !Import the data from Excel; Cap, biaya1, butuh, biaya2, jarak,pakai = @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLEtutup.xls'); !Export the solution back to Excel; @OLE('D:\Bismillah Tugas Akhir Widad\OLEtutup.xls')= jumlah; end data
3.2
Pengolahan Data
3.2.1
Demand saat ini
Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan LINGO, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.1 didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 311.993.088.849,-. Tabel 3.1 Hasil LINGO untuk demand saat ini VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
AGEN 1 1,627,875 1,627,875 1,627,875
2
3
4
345,240 345,240 345,240
1,477,440 1,477,440 1,477,440
10
11
2,381,625 2,381,625 2,381,625
3,320,820 3,320,820 3,320,820
12 282,600 282,600 282,600
18
19 105,840 105,840 105,840
2,390,328 2,390,328 2,390,328
9 2,687,625 2,687,625 2,687,625
17 554,400 554,400 554,400
1,250,100 1,250,100 1,250,100
sets : SPPBE /1..4/ : Cap,biaya1; agen /1..32/ : pakai,butuh,biaya2; kirim (SPPBE, agen) : guna,jumlah, jarak; endsets MIN = @sum(kirim(i,j): jumlah(i,j)*835*jarak(i,j))+ @sum(SPPBE(i): biaya1)+ @sum(agen(j):biaya2); ! Konstrain 1; @for(agen(j): @sum(SPPBE(i): guna(i,j))= pakai(j)); @for(SPPBE(i): @sum(agen(j): jumlah(i,j)* guna(i,j))<= Cap(i)); @for(agen(j): @sum(SPPBE(i): jumlah(i,j)* guna(i,j))= butuh(j)); @for(kirim(i,j):@bin(guna(i,j)));
SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
3.2.2
8 2,291,958 2,291,958 2,291,958
13 1,235,457 177,093 1,412,550 1,412,550
14 2,432,475 2,432,475 2,432,475
15 2,150,325 2,150,325 2,150,325
16 600,462 600,462 600,462
20 441,225 441,225 441,225
21 270,180 270,180 270,180
22 890,325 890,325 890,325
23 2,021,648 2,021,648 2,021,648
24 1,331,280 1,331,280 1,331,280
AGEN
VOLUME
Untuk menentukan jumlah SPPBE yang dibutuhkan dalam pemenuhan potensi demand saat terpenuhi target konversi dengan sistem tertutup menggunakan bantuan software LINGO. Adapun fungsi yang dimasukkan ke dalam LINGO adalah :
7 8,446,122 8,446,122 8,446,122
AGEN
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
6 2,301,075 2,301,075 2,301,075
AGEN
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
5 586,656 586,656 586,656
25 1,605,600 1,605,600 1,605,600
26 1,765,170 1,765,170 1,765,170
27 2,836,350 2,836,350 2,836,350
28 1,324,620 1,324,620 1,324,620
29 7,135,890 7,135,890 7,135,890
30 1,551,330 1,551,330 1,551,330
31 274,950 274,950 274,950
32 446,976 446,976 446,976
Pengelompokan kecamatan menjadi demand point dengan sistem terbuka
Sebelum menetukan berapa jumlah SPPBE yang dibutuhkan untuk memenuhi demand potensial LPG di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu, maka dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa wilayah agen. Tujuan dilakukan pengelompokan tersebut adalah untuk dijadikan demand potensial pada masing-masing agen yang berada di wilayah terdekat dengan demand point. Pada pengelompokan ini akan membutuhkan data matriks jarak yang didapatkan menggunakan bantuan google map.
6
Kebijakan distribusi tertutup akan dilaksanakan pada level agen ke demand point. Namun, sebelum membagi demand point ke dalam kelompok agen maka terlebih dulu akan diperhitungkan untuk sistem terbuka. Kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.2 merupakan output yang dihasilkan dari pengelompokan yang telah dilakukan. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 663,845,850,356.90. Tabel 3.2 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem terbuka DEMAND POINT WILAYAH AGEN Ampelgading Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
Bantur
Bululawang
0 0 0 757034.5673 0 0 0 0 0 0 0 0 138355.0096 0 0 0 0 0 0 0 0 0 580512.4904 0 0 0 0 0 718,867.50 757,034.57 718,867.50 757,034.57
Dampit
Dau
Donomulyo
Gedangan
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 493666.01 0 0 800918.798 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1585391.538 0 0 0 0 0 805572.548 0 1504077.26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80 1,504,077.26 493,666.01 1,585,391.54 805,572.55 800,918.80
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Gondanglegi Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,872,218.37 0 0 1,872,218.37 1,872,218.37
Jabung
Kalipare
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1447183.967 0 37572.85962 0 0 0 0 726543.029 0 0 0 0 0 0 1,484,756.83 726,543.03 1,484,756.83 726,543.03
Karangploso
Kasembon
581068.8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 315942.5769 0 0 0 0 0 350109.3923 0 0 0 0 0 0 830094.231 0 0 0 0 1,247,120.77 830,094.23 1,247,120.77 830,094.23
Kepanjen
Kromengan
0 0 763972.2115 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1819648.702 999798.173 0 0 0 0 0 0 2,583,620.91 999,798.17 2,583,620.91 999,798.17
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Tumpang Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
Turen
Wagir
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1718981.538 0 0 0 0 0 0 0 0 705485.337 0 0 0 0 1,718,981.54 705,485.34 1,718,981.54 705,485.34
Wajak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1870417.933 0 0 0 1,870,417.93 1,870,417.93
Wonosari
0 0 0 0 0 0 0 1900583.077 0 0 0 0 0 0 1,900,583.08 1,900,583.08
Klojen
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1119384.808 0 0 0 1,119,384.81 1,119,384.81
Blimbing
0 0 0 0 0 0 0 2502664.615 0 0 0 0 0 0 2,502,664.62 2,502,664.62
0 0 0 0 0 0 0 0 3815180.048 0 0 0 0 0 3,815,180.05 3,815,180.05
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Lowokwaru Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
3.2.3
0 0 0 0 0 0 0 2611836.542 0 31883.025 0 0 0 0 2,643,719.57 2,643,719.57
Kedungkandan g
Sukun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 6213034.212 0 0 0 6,213,034.21 3,650,161.44
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4137552.26 0 0 4,137,552.26 4,137,552.26
Batu
Bumiaji
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1934264.856 0 1,934,264.86 1,934,264.86
Junrejo
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1254870 1,254,870.00 1,254,870.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1074279.231 0 0 0 0 1,074,279.23 1,074,279.23
Pengelompokan kecamatan menjadi demand point dengan sistem tertutup
Untuk subbab ini akan dilakukan pengelompokan dengan distribusi tertutup. Namun dengan kapasitas agen semula tidak dapat memenuhi seluruh demand potensial maka akan dilakukan perhitungan dengan menaikkan kapasitas dari agen sebesar 30% dari semula. Pada Tabel 3.3 merupakan sebagian hasil pengelompokan demand point kecamatan ke dalam wilayah agen. Dari hasil pengelompokan tersebut maka biaya distribusi yang terjadi sebesar Rp 813,328,840,727.52.
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Lawang Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
Ngajum
0 0 720720 0 0 702379.9038 0 0 0 0 0 0 0 0 1,423,099.90 1,423,099.90
0 1281318.462 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,281,318.46 1,281,318.46
Poncokusumo
Pujon
Ngantang
Pagak
0 0 0 691587.26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1228297.206 0 0 0 0 0 0 0 279022.9385 0 1,507,320.14 691,587.26 1,507,320.14 691,587.26
Pagelaran 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1610408.077 0 0 1,610,408.08 1,610,408.08
Pakis 0 0 0 1840015.817 0 0 0 687591.6346 0 0 0 0 0 0 2,527,607.45 2,527,607.45
Pakisaji 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,995,701 0 0 0 1,995,700.67 1,995,700.67
DEMAND POINT WILAYAH AGEN
Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
0 0 0 1644501.583 0 0 0 0 0 0 0 552984.4269 0 0 2,197,486.01 2,197,486.01
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1173161.544 582344.5615 1,755,506.11 1,755,506.11
Singosari 0 0 0 0 0 3118475.769 0 0 0 0 0 0 0 0 3,118,475.77 3,118,475.77
Sumbermanji Sumberpucun ng Wetan g 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 772596.202 0 0 0 0 0 0 0 0 866481.9231 0 0 0 0 0 0 772,596.20 866,481.92 772,596.20 866,481.92
Tajinan
Tirtoyudo
Tabel 3.3 Hasil LINGO pengelompokan demand point sistem tertutup DEMAND POINT WILAYAH AGEN Ampelgading Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
0 0 0 0 0 0 718867.5 0 0 0 0 0 0 0 718,867.50 718,867.50
0 757,034.57 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 757,034.57 757,034.57
Bululawang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1504077.26 0 0 1,504,077.26 1,504,077.26
Dampit 0 0 0 0 493,666.01 0 0 0 0 0 0 0 0 493,666.01 493,666.01
Dau 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1585391.538 0 0 0 0 1,585,391.54 1,585,391.54
Donomulyo
Gedangan 0 0 0 0
0 0 805572.5481 0 0 0 0 0 0 805,572.55 805,572.55
0 0 0 0 0 0 800918.7981 0 0 0 0 0 0 0 800,918.80 800,918.80
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Gondanglegi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 573592.5 0 0 0 168627.981 0 0 0 0 0 0 0 0 1273906.154 0 0 0 0 0 1,273,906.15 742,220.48 1,273,906.15 742,220.48
Bantur
Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,872,218.37 0 0 1,872,218.37 1,872,218.37
Jabung 0 0 0 0 0 0 0 1,484,756.83 0 0 0 0 0 0 1,484,756.83 1,484,756.83
Kalipare 0 726543.0288 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 726,543.03 726,543.03
Karangploso 0 0 0 0 0 0 0 1,247,120.77 0 0 0 0 0 0 1,247,120.77 1,247,120.77
Kasembon 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 830094.2308 0 0 830,094.23 830,094.23
Kepanjen
Kromengan 0
0 0 0 0 0 0 0 0 2,583,620.91 0 0 0 2,583,620.91 2,583,620.91
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 999798.1731 0 0 0 999,798.17 999,798.17
7
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
Lawang
Ngajum 0 0
Ngantang
0 1281318.462 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,281,318.46 1,281,318.46
0 0 0 0 0 0 1,423,099.90 0 0 0 1,423,099.90 1,423,099.90
Pagak
0 0 0 0 0 0 0 1,507,320.14 0
Pagelaran 0
691587.2596 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 691,587.26 691,587.26
0 0 0 1,507,320.14 1,507,320.14
Pakis
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1610408.077 0 0 1,610,408.08 1,610,408.08
13
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,995,701 0 0 0 1,995,700.67 1,995,700.67
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Poncokusumo Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
Pujon 0 0 0
0 0 0 2,197,486.01 0 0 0 0 0 0 2,197,486.01 2,197,486.01
Sumbermanjing Wetan
Singosari
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1,755,506.11 0
1,755,506.11 1,755,506.11
0 0 0 0 0 3118475.769 0 0 0 0 0 0 0 0 3,118,475.77 3,118,475.77
Turen
Wagir
Sumberpucung 0 0 0 0 0 0
Tajinan 0 0 0 0
0 0 0 0 0 866481.9231 0 0 0 866,481.92 866,481.92
0 0 772596.2019 0 0 0 0 772,596.20 772,596.20
Tirtoyudo
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1273906.154 0 0 1,273,906.15 1,273,906.15
0 0 0 0
Tumpang 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1718981.538 0 0 1,718,981.54 1,718,981.54
0 0 0 0 0 0 705485.3365 0 0 0 0
Wajak
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1870417.933 0 0 0 1,870,417.93 1,870,417.93
0 0 705,485.34 705,485.34
Wonosari
0 0 0 0 0 0 0 1,900,583.08 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1119384.808 0 0 0 1,119,384.81 1,119,384.81
0 0 1,900,583.08 1,900,583.08
Klojen
Lowokwaru 0 0 0 0 0 0 0 2,643,719.57 0 0 0 0 0 2,643,719.57 2,643,719.57
Sukun
Kedungkandang
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3650161.442 0 0 0 3,650,161.44 3,650,161.44
Batu
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4137552.26 0 0 4,137,552.26 4,137,552.26
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1934264.856 0 1,934,264.86 1,934,264.86
3.2.4 Demand potensial distribusi terbuka
0 0 0 0 0 0 0 0 3815180.048 0 0 0 0 0 3,815,180.05 3,815,180.05
Bumiaji
Junrejo
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1254870 1,254,870.00 1,254,870.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1074279.231 0 0 0 0 1,074,279.23 1,074,279.23
dengan
sistem
Setelah dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.4 dan didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771. Tabel 3.4 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
1,836,315 1,836,315 1,836,315
14 3,162,218 3,162,218 3,162,218
15 2,795,423 2,795,423 2,795,423
16 780,601 780,601 780,601
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
17 720,720 720,720 720,720
18 1,625,130 1,625,130 1,625,130
19 137,592 137,592 137,592
20 573,593 573,593 573,593
AGEN 21 351,234 351,234 351,234
22
23
24
1,157,423 1,157,423 1,157,423
2,628,142 2,628,142 2,628,142
1,730,664 1,730,664 1,730,664
25 2,087,280 2,087,280 2,087,280
26 2,294,721 2,294,721 2,294,721
AGEN 27 3,687,255 3,687,255 3,687,255
28 1,722,006 1,722,006 1,722,006
29 9,276,657 9,276,657 9,276,657
30 2,016,729 2,016,729 2,016,729
31 357,435 357,435 357,435
32 581,069 581,069 581,069
Blimbing
0 0 0 0 0 0 0 2502664.615 0 0 0 0 0 0 2,502,664.62 2,502,664.62
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
0 742,220.48 0 0 0 0 0 0 742,220.48 742,220.48
DEMAND POINT WILAYAH AGEN Karangploso Kepanjen Lawang Pakis Pakisaji Singosari Turen Klojen Blimbing Lowokwaru Sukun Kedungkandang Batu Bumiaji demand terdistribusi demand
AGEN
VOLUME
Pakisaji
0 0 0 2527607.452 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2,527,607.45 2,527,607.45
3.2.5 Demand potensial distribusi tertutup
dengan sistem
Setelah dilakukan pengelompokan kecamatan menjadi beberapa demand point sesuai dengan wilayah agen yang ada kemudian dilakukan penyesuaian antara demand potensial masing-masing agen dengan kapasitas dari agen. Untuk lebih ringkasnya, maka hasil LINGO tersebut dirangkum ke dalam Tabel 3.5 didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151. Tabel 3.5 Hasil LINGO untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup AGEN
VOLUME 1 2,116,238 2,116,238 2,116,238
SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
2
3
3,107,426 3,107,426 3,107,426
448,812 448,812 448,812
5 762,653 762,653 762,653
6 2,991,398 2,991,398 2,991,398
AGEN 7 10,979,959 10,979,959 10,979,959
8 2,979,545 2,979,545 2,979,545
9 3,493,913 3,493,913 3,493,913
10 3,096,113 3,096,113 3,096,113
11 4,317,066 4,317,066 4,317,066
12 367,380 367,380 367,380
AGEN
VOLUME 13 SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
4 1,920,672 1,920,672 1,920,672
1,836,315 1,836,315 1,836,315
14 3,162,218 3,162,218 3,162,218
15 2,795,423 2,795,423 2,795,423
16 780,601 780,601 780,601
17 720,720 720,720 720,720
18 1,625,130 1,625,130 1,625,130
19 137,592 137,592 137,592
AGEN 1
2
3
2,116,238 2,116,238 2,116,238
3,107,426 3,107,426 3,107,426
7 10,979,959 10,979,959 10,979,959
8
4
448,812 448,812 448,812
1,920,672 1,920,672 1,920,672
5
6
762,653 762,653 762,653
2,991,398 2,991,398 2,991,398
10
11
3,096,113 3,096,113 3,096,113
1,713,779 2,603,287 4,317,066 4,317,066
12 367,380 367,380 367,380
AGEN 2,979,545 2,979,545 2,979,545
9 3,493,913 3,493,913 3,493,913
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
AGEN 20 573,593 573,593 573,593
21 351,234 351,234 351,234
22 1,157,423 1,157,423 1,157,423
24 1,730,664 1,730,664 1,730,664
25 2,087,280 2,087,280 2,087,280
26 2,294,721 2,294,721 2,294,721
31 357,435 357,435 357,435
32 581,069 581,069 581,069
AGEN
VOLUME SPPBE 1 SPPBE 2 SPPBE 3 SPPBE 4 TOTAL TERKIRIM TOTAL DEMAND
23 2,628,142 2,628,142 2,628,142
27 3,687,255 3,687,255 3,687,255
28 1,722,006 1,722,006 1,722,006
29 9,276,657 9,276,657 9,276,657
30 2,016,729 2,016,729 2,016,729
8
4.
Analisis dan Intepretasi Hasil
4.1
Distribusi LPG 3 kg demand saat ini
Dari hasil running LINGO untuk menentukan besarnya biaya yang terjadi pada distribusi LPG 3 kg dengan demand saat ini di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu sebesar Rp 311.993.088.849,-. Dengan menggunakan fungsi minimum sebagai objective function akan didapatkan jalur distribusi dari SPPBE ke agen dengan integer programming. Dengan tujuan setiap agen akan tetap mendapatkan pasokan dengan memperhitungkan biaya distribusi dengan memilih SPPBE terdekat. Untuk biaya distribusi akan ditanggung oleh Pemerintah karena termasuk barang bersubsidi. 4.2
Pengelompokan demand dengan distribusi terbuka
potensial
Model yang digunakan dalam mengelompokkan demand kecamatan tersebut sama dengan model yang digunakan dalam model demand saat ini. Dengan tujuan bahwa setiap kecamatan akan dapat memperoleh pasokan LPG minimal dari 1 agen. Pada kecamatan tertentu memiliki lebih dari 1 agen sedangkan ada juga kecamatan yang sama sekali tidak memiliki agen. Dari 42 kecamatan yang ada di wilayah amatan, hanya 14 kecamatan yang mempunyai agen LPG. Kapasitas yang digunakan adalah penggabungan dari kapasitas agen-agen yang berasal dari kecamatan yang sama. Pada awal menjalankan software LINGO ternyata kapasitas saat ini agen tidak dapat memenuhi demand potensial, maka dari itu dilakukan kenaikan kapasitas agen secara bertahap mulai dari 10% sampai 50% dari kapasitas semula. Pada kenaikan kapasitas 14% ternyata sudah dapat memenuhi demand potensial. Namun, dengan adanya kenaikan kapasitas yang terlalu berlebihan akan menimbulkan adanya over stock LPG yang berdampak pada kenaikan inventory pada agen. Peningkatan kapasitas agen yang dipilih adalah 30% karena kenaikan ini dapat memenuhi pengelompokan demand point pada distribusi tertutup. Selain itu, dengan kenaikan kapasitas 30% dianggap optimal dengan inventory sebesar 14 % dari kapasitas masingmasing agen. Dengan adanya inventory sebesar
14% ini akan dapat cukup baik merespon adanya kenaikan demand yang bersifat deterministik. Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa biaya distribusi terbuka dari demand point ke wilayah agen menghasilkan biaya distribusi sebesar Rp 663,845,850,356.90 per tahun. Tabel 4.1 Perbandingan biaya distribusi untuk kenaikan kapasitas agen
4.3
Pengelompokan demand dengan distribusi tertutup
potensial
Pada pengelompokkan demand dengan distribusi tertutup didapatkan bahwa pada kenaikan kapasitas sebesar 30% mulai dapat memenuhi demand LPG pada level kecamatan. Hal ini dikarenakan adanya beberapa kecamatan yang memiliki demand yang lebih besar dibandingkan dengan kapasitas dari masingmasing agen. Untuk biaya distribusi LPG dari wilayah agen ke wilayah demand point adalah sebesar Rp 813,328,840,727.52 lebih mahal 23% dibandingkan biaya distribusi sistem tertutup. Selain biaya yang lebih mahal, utilitas dari agen pada distribusi terbuka yang semula 97.2% berkurang menjadi 77.5% pada distribusi tertutup dengan selisih 19.7% lebih rendah dibandingkan distribusi terbuka. Pada distribusi tertutup memiliki kekurangan yaitu ketidakpastian supply akan lebih tinggi karena hanya boleh mendapatkan pasokan dari 1 upstream (risiko kekurangan pasokan akan lebih tinggi). Sehingga agen akan menggunakan buffer (safety stock) yang lebih tinggi. Namun, kenaikan safety stock akibat ketidakpastian supply yang lebih tinggi akan dioffset oleh penurunan kebutuhan safety stock akibat ketidakpastian demand yang lebih rendah (kepastian yang lebih tinggi dari sisi demand) sehingga secara total mungkin tidak terjadi kenaikan safety stock. Kekurangan dari distribusi tertutup akan tertutupi oleh keuntungan dari sistem distribusi tertutup. Adapun keuntungan dari distribusi tertutup, yaitu :
9
•
Administrasi data akan lebih rapi (lebih mudah menangani sistem informasi penjualannya). Hal ini akan memudahkan pada pemberlakuan kartu kendali untuk pembelian LPG 3 kg.
•
Selain itu traceability data lebih tinggi sehingga mudah untuk memonitor data penjualan (misalnya, kalau ada pola pemakaian yang tidak wajar akan mudah dilacak).
•
Persaingan antar pelaku (misalnya antar agen) dengan tersendirinya hilang karena area pasar mereka tidak bersinggungan. Dan keteraturan pasokan bisa dijaga karena pasar lebih stabil sehingga jumlah permintaan di masing-masing agen akan predictable (demand uncertainty lebih rendah).
•
4.4
Permintaan yang lebih predictable dengan pola yang lebih teratur akan memudahkan menentukan stocking policy dan harapannya service level lebih tinggi namun stock level lebih rendah. Demand potensial distribusi terbuka
dengan
sistem
Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.1 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 403,799,815,771. Biaya yang terjadi cenderung lebih kecil dibandingkan dengan biaya pada distribusi tertutup, namun resiko atas persaingan agen dalam mendapatkan demand point akan terjadi. Hal ini akan berdampak pada ketidakstabilan supply chain, dimana agen akan dapat mempermainkan harga jual LPG dengan tujuan dapat memperoleh konsumen sebanyakbanyaknya.
Gambar 4.1 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi terbuka
4.5
Demand potensial distribusi tertutup
dengan
sistem
Untuk lebih memudahkan dalam melakukan pengamatan maka agen akan dikelompokkan menurut distribusi SPPBE. Pada Gambar 4.2 terlihat pembagian distribusi SPPBE ke agen menjadi 4 bagian sesuai masing-masing SPPBE. Untuk biaya distribusi dari SPPBE ke agen didapatkan bahwa total biaya yang harus dikeluarkan dalam 1 tahun sebesar Rp 405,787,376,151. Supaya supply chain tetap robust, rancangan distribusi tertutup seharusnya: •
Distribusi tertutup hanya diterapkan pada tingkat akhir yaitu agen ke kecamatan (demand point). Untuk sisi hulu harus diciptakan fleksibilitas yang cukup yaitu 1 agen bisa mendapatkan pasokan dari lebih dari 1 SPPBE.
•
Harus ada kemungkinan kalau suatu kelangkaan terjadi akibat masalah operasional maupun disaster, demand point bisa mendapat pasokan dari agen lain dengan suatu prosedur tertentu.
10
Gambar 4.2 Pengelompokkan SPPBE dan agen berdasarkan hasil LINGO untuk demand potensial dengan distribusi tertutup
5.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Adanya 4 SPPBE pada wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu telah dapat memenuhi demand saat ini sehingga tidak diperlukan adanya penambahan SPPBE. Sedangkan alokasi LPG berbeda dengan alokasi awal. Untuk alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg demand saat ini telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat dengan sistem terbuka. 2. Pada saat konversi telah terlaksana 100% atau pada saat demand potensial telah sepenuhnya terealisasi maka dengan kapasitas 4 SPPBE saat ini dapat memenuhi semua demand potensial di wilayah Kab./Kota Malang dan Kota Batu. Sedangkan alokasi optimal dari distribusi LPG 3 kg untuk pemenuhan demand potensial telah didapatkan dari pemodelan yang telah dibuat baik dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup. 3. Dari hasil running LINGO didapatkan bahwa adanya biaya distribusi selama 1 tahun untuk demand potensial dengan sistem distribusi terbuka dari agen ke demand point sebesar Rp 663,845,850,356.90. Untuk demand potensial dengan sistem distribusi tertutup sebesar Rp 813,328,840,727.52. Selisih biaya dengan dua pendekatan distribusi tersebut sebesar Rp 149,482,990,370.62. atau 23% lebih mahal daripada distribusi terbuka.
6. Daftar Pustaka Anggrahini, Dewanti, dan Widad, Faizatul. (2009). Identifikasi Permasalahan Distribusi Elpiji 3 Kg dalam Pelaksanaan Konversi. Teknik Industri. ITS. Astuti, Widya. (2001). Penentuan Lokasi Stasiun Pengisian Bahan Bakar : Suatu Aplikasi Model Max Set Covering dengan Algoritma Lagrangian Relaxation. Teknik Industri. ITS. Daskin, S. Mark. (1995). Network and Discrete Location. Kawi, Eduward Adolof. (2009). Analisa Penentuan Lokasi Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) untuk Program Konversi Minyak Tanah ke LPG 3 Kg di Propinsi Jawa Timur dengan menggunakan Metode p-median. Teknik Industri ITS. LINGO Systems. (2006). Optimization Modeling with LINGO Sixth Edition. LINGO Systems, Inc. Chicago. Pujawan, I. N. (2005). Supply Chain Management. Surabaya: Gunawidya. Oliver, R. K. dan Weber, M. D. (1982). Supply Chain Management: Logistic catches up with strategy. Outlook. Safrita, Novie. (2007). Pemodelan Sistem Distribusi dengan Pendekatan Sistem Dinamik (Studi Kasus: PT. Trisulapack Indah). Šeda, Miloš. (2007). Heuristic Set-CoveringBased Postprocessing for Improving the Quine-McCluskey Method World Academy of Science, Engineering and Technology 29. www.batukota.go.id/ina/index.php Diakses pada 10 Desember 2009 www.malangkab.go.id/ Diakses pada 10 Desember 2009 www.malangkota.go.id/index2.php?id=1606071 . Diakses pada 10 Desember 2009 www.maps.google.com Diakses pada 20 Desember 2009. www.migas.esdm.go.id. Diakses pada 31 Juli 2009. www.pertamina.com. Diakses pada 31 Juli 2009.
11