POLA PENGGUNAAN MEDIA MASSA SEBAGAI KOMUNIKASI POLITIK CALON KEPALA DAERAH (STUDI KASUS : PILKADA 5 (LIMA) KABUPATEN/KOTA DI BALI, 2010) Ni Made Ras Amanda G. Program Studi Ilmu Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, E-mail:
[email protected] ABSTRACT
kejelasan dan keakuratan setiap informasi.
Penelitian ini terkait kajian pola penggunaan media massa dalam hal ini media cetak sebagai wadah komunikasi politik para calon kepala daerah dalam pemilihan umum kepala daerah di 5 (lima) kabupaten/ kota di Bali pada tahun 2010. Penelitian ini berangkat dari keingintahuan peneliti mengenai dua hal. Pertama yakni bagaimana bentuk komunikasi politik yang digunakan para calon kepala daerah dalam berkampanye. Kedua, yakni bagaimana pola penggunaan media massa khususnya media cetak sebagai wadah komunikasi politik para pasangan calon kepala daerah. Lima kabupaten/kota yang menyelenggarakan pemilu kepala daerah yakni Denpasar, Tabanan, Bangli, Karangasem dan Badung. Sedangkan media cetak yang digunakan sebagai obyek penelitian yakni harian Bali Post, harian Nusa Bali dan harian Radar Bali.Hasil penelitian yakni bentuk komunikasi politik yang digunakan, hingga fluktuasi kuantitas komunikasi politik semasa masa kampanye. Salah satu hasil penelitian yang cukup menarik adalah adanya korelasi yang selaras antara tingginya kuantitas komunikasi politik pasangan calon kepala daerah dengan hasil pemilu kepala daerah.
Pada media cetak seperti surat kabar juga memberikan ruang untuk komunikasi politik. Contohnya surat kabar yang memiliki halaman khusus laporan pemilihan adalah Kompas. Kompas pada pemilu 2004 lalu mengkhususkan halaman 37 hingga halaman 44 untuk laporan pemilihan dengan nama Rubrik Pemilihan Umum 2004. Contoh lainnya adalah Republika dengan rubrik khusus yakni ‘Pemilu 2004’ pada halaman 4 hingga 8. Penyediaan halaman khusus ini memiliki dampak terhadap strategi dan jalannya kampanye. Dengan adanya rubrik khusus ini para elite politik harus mengagendakan kampanye dengan sebaik mungkin, karena berhubungan dengan ketersediaan dana.
Kata kunci: komunikasi politik, kampanye, media cetak, pemilukada
Bali pada tahun 2010 lalu khususnya pada Mei 2010 menggelar lima pemilihan kepala daerah di lima Kabupaten/Kota. Kelima daerah tersebut adalah Kabupaten Bangli, Badung, Karangasem, Tabanan dan Kota Denpasar. Seperti halnya di daerah lain, di Provinsi Bali pun, penggunaan media massa sebagai media komunikasi politik telah semakin meningkat. Bentuk yang digunakan dalam komunikasi politik pun beragam, mulai dari iklan langsung, berita advertorial hingga berita mengenai kampanye.
PENDAHULUAN Peran media massa dalam pemilu semakin penting. Pada kampanye pemilu 2004, media massa dibanjiri oleh acara talkshow di televisi dan radio, penyelenggaraan jajak pendapat baik di media cetak maupun elektronik. Pada masa ini acara talkshow di televisi semakin diminati karena acara ini membantu masyarakat untuk mengetahui pandangan atau penilaian mengenai kandidat atau partai politik, memperoleh referensi mengenai prediksi politik dalam arti sempit dan luas. Dengan tayangan talkshow ini maka semakin memberikan kesempatan kepada kalangan pemilih yang memiliki kesibukan tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan. Begitu pula dengan penggunaan media internet dalam kampanye yang semakin dirasakan peranannya. Persoalan penggunaan internet oleh partai politik atau kandidat untuk kepentingan kampanye tidak sekedar keindahan desain homepage partai politik atau kandidat. Kandidat harus selalu meng-update informasi secara rutin, menyediakan arsip yang dapat diakses dengan cepat, serta memastikan
134
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
Pemilihan Kepala Daerah atau pilkada pada saat ini telah mencapai sebuah titik baru dalam masa reformasi. Perolehan suara terbanyak sebagai syarat mutlak dalam memperoleh puncak tapuk kekuasaan di suatu daerah membuat para calon kepala daerah dan tim kampanye mereka melakukan beragam usaha untuk menarik suara masyarakat.
Rumusan Permasalahan Maka dengan latar belakang di atas, maka beberapa pertanyaan penelitian yang diangkat adalah 1.
Bagaimana bentuk komunikasi politik melalui media cetak dalam pemilihan kepala daerah di lima daerah di Bali?
2.
Bagaimana pola pengguna komunikasi politik di media cetak dalam pemilihan kepala daerah di lima daerah di Bali?
METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti. Jenis penelitian ini tidak sampai mempersoalkan jalinan hubungan antar variabel yang ada; tidak dimaksudkan untuk menarik generasi yang menjelaskan variabelvariabel antesenden yang menyebabkan sesuatu gejala atau kenyataan sosial. Oleh karena itu, pada suatu penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan tidak melakukan pengujian hipotesis; sehingga tidak dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan pembendaharaan teori. (Faisal, 2005) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di tempat media cetak itu beredar di Bali. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah media cetak dalam hal ini adalah surat kabar yang beredar di Bali. Sedangkan surat kabar yang akan menjadi sampel adalah beberapa surat kabar yang memiliki oplah cukup tinggi di Bali, di antaranya Bali Post, Radar Bali, NUSA. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Secara sederhana penelitian kuantitatif adalah penelitian yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah, yaitu teori, generalis empiris (Wallace, 1973). Kedua, mengandalkan adanya populasi dan tehnik penarikan sampel. Ketiga, menggunakan pedoman untuk pengumpulan data. Keempat, mengemukakan variabel dalam penelitiannya. Kelima, berupaya menarik kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi dan atau sampel yang diteliti. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Dokumen. Studi dokumen adalah kegiatan melakukan analisis terhadap dokumen-dokumen. Dalam penelitian ini yang menjadi dokumen adalah pemberitaan dan iklan dalam surat kabar yang menjadi sampel penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan dua obyek penelitian. Obyek penelitian pertama adalah isi bentuk komunikasi politik dari tiga media cetak yang terbit di Bali, yakni Bali Post, Nusa, dan Radar Bali. Batas waktu penelitian bentuk komunikasi politik pasangan calon kepala
daerah yakni selama masa kampanye yakni sejak tanggal 14 April 2010 hingga 30 April 2010. Obyek penelitian kedua adalah para pasangan calon yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tabanan, Kota Denpasar, Kabupaten Singaraja, Kabupaten Karangasem dan Kabupaten Bangli. Para pasangan calon yang ikut bertarung berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Bali, yakni dari Kabupaten Badung, nomor urut 1 (satu), Prof. Dr. dr. I Wayan Wita, SP.JP dan I Wayan Disel Astawa, SE dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Nomor urut 2 (dua), A.A. Gede Agung, SH dan Drs I Ketut Sudikerta dari gabungan partai Golkar dan Demokrat. Pasangan yang mengikuti pemilukada di Kota Denpasar yakni, Rai D. Mantra dan Jaya Negara dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut 1 (satu), dan pasangan Subawa dan IB Udiyana dari gabungan partai Golkar dan Demokrat dengan nomor urut 2 (dua). Pasangan yang mengikuti pemilu kada di Kabupaten Tabanan yakni Ni Putu Eka Wiryastuti dan I Komang Gede Sanjaya dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut 1 (satu), lalu pasangan I Wayan Sukaja dan I Gede Ngurah Anom dari partai Golkar dengan nomor urut 2 (dua), dan pasangan I. G. Wirasana dan Oka Mahendra dari Partai Demokrat dengan nomor urut 3 (tiga). Pasangan yang mengikuti pemilu kada di Kabupaten Bangli adalah I. B. Ketut Agung Ludra dan I Nyoman Durpa dari calon perseorangan dengan nomor urut 1 (satu), lalu pasangan I Wayan Gunawan dan A.A. Gede Artjana Agung dari Partai Golkar dengan nomor urut 2 (dua), lalu pasangan I Made Gianyar dan Sang Nyoman Sedana Artha dari Partai Demikrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut 3 (tiga), lalu pasangan I Wayan Arsada dan Prof. I Wayan Lasmawan dari calon perseorangan dengan nomor urut 4 (empat), dan pasangan Ida Bagus Made Brahmaputra dan I Wayan Winurjaya dari partai Demokrat dengan nomor urut 5 (lima). Pasangan yang mengikuti pemilu kada di Kabupaten Karangasem adalah I Wayan Sudirta dan I Wayan Astawa dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan nomor urut 1 (satu), lalu pasangan I Wayan Gredeg dan I Made Sukerana dari Partai Golkar dengan nomor urut 2 (dua), lalu pasangan I Wayan Bagiartha dan I Gusti Lanang MD. Rudiartha dari Partai Demokrat dengan nomor urut 3 (tiga), dan pasangan I Gde Putu Kertia dan Tjokorda Suteja dari gabungan beberapa partai dengan nomor urut 4 (empat).
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
135
Identifikasi Bentuk Komunikasi Politik Dari hasil penelitian, terlihat bahwa terdapat tiga bentuk komunikasi politik yang digunakan dalam kampanye pemilu kepala daerah di lima kabupaten di Bali. Ketiga bentuk komunikasi politik tersebut dapat terbagi dalam tiga bentuk komunikasi yakni Iklan, Berita Advertorial dan berita mengenai kampanye. Dari tiga bentuk komunikasi politik yang digunakan para pasangan calon kepala derah dalam pemilu kepala daerah di Bali pada tahun 2010, ternyata bentuk yang paling sering digunakan adalah dalam bentuk berita. Tercatat jumlah berita kampanye mencapai 112 dari 198 bentuk komunikasi politik atau sekitar lebih dari 56 persen dari total jumlah komunikasi politik. Dari hasil penelitian terlihat bentuk komunikasi politik berupa iklan pun sudah mulai cenderung digunakan para pasangan calon. Dari pemilihan kepala daerah di lima kabupaten di Bali tercatat jumlah iklan kampanye mencapai 61 iklan.
Gambar 2. Contoh iklan dalam media cetak
Dari hasil penelitian, jumlah advertorial selama masa kampanye yakni mencapai 25 advertorial. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan bentuk iklan. Advertorial terbanyak terdapat di media Radar Bali dengan 15 advertorial disusul dengan media Nusa Bali dengan 10 advertorial. Sedangkan media Bali Post sama sekali tidak ada bentuk advertorial. Adapun perbandingannya dapat terlihat dari bagan di bawah ini;
Dari ketiga media yakni Bali Post, Radar Bali dan Nusa Bali, tercatat media yang paling banyak memuat iklan kampanye politik adalah harian Nusa Bali sebanyak 29 iklan atau 47,5 %. Sedangkan media Radar Bali memuat iklan sebanyak 18 iklan atau 29,5 %. Bali Post memiliki kuantitas iklan terrendah yakni 14 iklan atau hanya 23 %. Adapun perbandingannya dapat terlihat dari bagan di bawah ini; Gambar 3. Perbandingan jumlah advertorial
Gambar 1. Perbandingan jumlah iklan
Namun bentuk iklan yang digunakan masih tergolong berbentuk klasik yakni memiliki kesamaan dengan stiker yang digunakan dalam sosialisasi pasangan calon. Sehingga kreativitas iklan kampanye pemilu kepala daerah masih cenderung terbatas. Bentuknya pun cenderung serupa, yakni berupa foto kedua pasangan calon dengan singkatan nama keduanya. Sebagai latar digunakan latar merah putih dengan lambang partai yang mengusung mereka. Berikut beberapa contoh bentuk iklan yang digunakan dalam kampanye.
136
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
Gambar 4. Salah satu bentuk advertorial yang dimuat dimedia cetak
Dalam penelitian ini berita terbagi menjadi dua jenis berita yakni berita yang netral alias tidak berpihak dan berita yang memiliki kecenderungan berpihak kepada salah satu pihak pasangan calon kepala daerah. Tidak dipungkiri bahwa tipe berita kedua yakni berita yang cenderung tidak netral
adalah berita yang dimuat dengan kompensasi uang bagi media yang bersangkutan. Tercatat dari ketiga media tersebut terdapat 112 berita dengan rincian terdapat 89 berita non netral dan 23 berita netral. Berita non netral paling banyak termuat di media BaliPost yakni mencapai 60 berita diikuti harian Nusa Bali dengan 18 berita lalu harian Radar Bali hanya memuat 11 berita non netral. Sedangkan untuk berita netral harian Bali Post memuat 3 berita netral, harian Radar Bali memuat 6 berita dan harian Nusa Bali memuat 14 berita netral. Adapun perbandingannya dapat terlihat dari bagan di bawah ini;
Gambar 5. Perbandingan jumlah berita
Pola Penggunaan Media Cetak Dalam menganalisis pola penggunaan media cetak maka akan diteliti dalam beberapa kategori. Adapun kategori yang dimaksud adalah : a. kuantitas iklan pasangan calon kepala daerah. b. kuantitas advertorial pasangan calon kepala daerah. c. kuantitas berita pasangan calon kepala daerah. d. kuantitas bentuk komunikasi politik berdasarkan media massa. e. fluktuasi kuantitas komunikasi politik selama masa kampanye. f. perbandingan antara tingginya kuantitas komunikasi politik pasangan calon dengan hasil pemilihan umum kepala daerah. Kuantitas iklan pasangan calon kepala daerah. Kuantitas iklan pasangan calon kepala daerah di tiga media cetak di Bali yakni BaliPost, Nusa Bali dan Radar Bali tergolong tinggi yakni mencapai 61 iklan. Dari data diketahui ternyata pasangan calon yang paling banyak beriklan melalui media cetak adalah pasangan Rai D. Mantra dan Jaya Negara dari Kota Denpasar dengan jumlah iklan mencapai 21 iklan. Pasangan calon kedua yang terbanyak memasang
iklan yakni pasangan dari Tabanan yakni Ni Putu Eka Wiryastuti dan I Komang Gede Sanjaya dengan jumlah iklan mencapai 15 iklan. Kuantitas advertorial pasangan calon kepala daerah Kuantitas advertorial pasangan calon kepala daerah di tiga media cetak di Bali yakni BaliPost, Nusa Bali dan Radar Bali hanya mencapai 25 advertorial. Dari data diketahui ternyata pasangan calon yang paling banyak memasang advertorial melalui media cetak adalah pasangan dari Tabanan yakni Ni Putu Eka Wiryastuti dan I Komang Gede Sanjaya dengan jumlah advertorial mencapai 7 advertorial. Pasangan calon berikut yang terbanyak memasang advertorial yakni Rai D. Mantra dan Jaya Negara dari Kota Denpasar dengan jumlah advertorial mencapai 5 advertorial. Pasangan lain yang memiliki jumlah advertorial mencapai 5 pula yakni pasangan Wayan Arsada dan I Wayan Lasmawan dari kabupaten Bangli. Namun juga terdapat beberapa pasangan calon kepala daerah yang tidak melakukan komunikasi politik melalui bentuk advertorial. Di antaranya yakni I.G. Wirasana dan Oka Mahendra dari Tabanan, IB. Ketut Agung Ludra dan I Nyoman Durpa, I Wayan Gunawan dan Gede Artjana Agung, I Made Gianyar dan Sang Nyoman Sedana Artha serta Ida Bagus Made Brahmaputra dan I Wayan Winurjaya dari Kabupaten Bangli, I Wayan Sudirta dan I Wayan Astawa, I Wayan Gredeg dan I Made Sukerana, I Wayan Bagiartha dan I Gusti Lanang MD serta pasangan I Gde Putu Kertua dan Tjokorda Sutedja dari Kabupaten Karangasem. Kuantitas berita pasangan calon kepala daerah. Kuantitas berita pasangan calon kepala daerah di tiga media cetak di Bali yakni BaliPost, Nusa Bali dan Radar Bali hanya mencapai 77 berita. Dari data diketahui ternyata pasangan calon yang paling banyak memasang berita melalui media cetak adalah pasangan dari Tabanan yakni Ni Putu Eka Wiryastuti dan I Komang Gede Sanjaya dengan jumlah berita mencapai 13 berita. Pasangan calon berikut yang terbanyak memasang berita yakni I Wayan Sudirta dan I Wayan Astawa dari kabupaten Karangasem sebanyak 12 berita dan A.A. Gede Agung dan I Ketut Sudikerta dari Kabupaten Badung dengan 11 berita. Bentuk komunikasi politik berita adalah bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan pasangan
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
137
calon kepala daerah. Hampir delapan puluh persen pasangan calon menggunakan berita sebagai bentuk komunikasi politik. Tercatat hanya tiga pasangan calon yang tidak menggunakan berita sebagai bentuk komunikasi politik. Ketiga pasangan tersebut yakni Wayan Arsada dan I Wayan Lasmawan dari Kabupaten Bangli, serta I Wayan Bagiartha dan I Gusti lanang, I Gede Putu Kertia dan Tjokorda Suteja dari Kabupaten Karangasem. Kuantitas bentuk komunikasi politik berdasarkan media massa. Dari hasil penelitian, kuantitas bentuk komunikasi berdasarkan media cetak yakni Bali Post, Radar Bali dan Nusa terlihat bahwa Bali Post menjadi media cetak pilihan pertama dalam melakukan komunikasi politik. Adapun rincian kuantitas bentuk kampanye pasangan calon kepala daerah berdasarkan media massa dapat dijabarkan dalam tabel dibawah ini. Tabel 1. Tabel kuantitas bentuk komunikasi politik berdasarkan media massa
Iklan Advertorial Berita Berita Netral Total Persentase
BaliPost 14 60 3 77 39 %
Radar Bali 18 15 11 6 50 25 %
Nusa 29 10 18 14 71 35 %
Dari tabel di atas diketahui bahwa media Bali Post adalah media yang terbanyak digunakan dalam komunikasi politik pasangan calon kepala daerah yakni mencapai 77 komunikasi politik (39 persen). Sedangkan dalam media Nusa Bali termuat 71 komunikasi politik (25 persen). Media Radar Bali ternyata menjadi media yang paling sedikit memuat komunikasi politik, yakni hanya 50 komunikasi politik (35 persen). Fluktuasi kuantitas komunikasi politik selama masa kampanye Dari hasil penelitian, fluktuasi kuantitas bentuk komunikasi di tiga media cetak yakni Bali Post, Radar Bali dan Nusa terlihat bahwa terdapat kecenderungan meningkat seiring dengan berakhirnya masa kampanye. Kampanye sendiri terdiri dari 14 hari dimulai sejak 17 April 2010 hingga 30 April 2010. Adapun fluktuasi kuantitas komunikasi politik para
138
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
pasangan calon kepala daerah dapat terlihat dalam grafik di bawah ini;
Gambar 6. Fluktuasi kuantitas komunikasi politik
Dari grafik 5.4. di atas diketahui bahwa pada awal masa kampanye yakni pada hari pertama dan kedua, komunikasi politik pasangan calon kepala daerah tergolong rendah yakni hanya terdapat sepuluh bentuk yang terdiri dari iklan dan berita. Bahkan pada hari ketiga jumlah komunikasi politik cenderung turun walau tidak signifikan. Namun sejak hari keempat terdapat kecenderungan jumlah komunikasi politik pasangan calon mulai meningkat. Bahkan pada hari terakhir jumlah komunikasi politik pasangan calon kepala daerah meningkat drastis mencapai angka 21. Perbandingan antara tingginya kuantitas komunikasi politik pasangan calon dengan hasil pemilihan umum kepala daerah Dari hasil penelitian didapatkan adanya korelasi yang selaras antara tingginya kuantitas komunikasi politik pasangan calon kepala daerah dengan hasil pemilu kepala daerah. Hal ini terbukti bahwa pemilu kepala daerah di lima kabupaten/kota, ternyata di empat kabupaten/kota, pasangan calon kepala derah yang memiliki kuantitas komunikasi yang tinggi ternyata berhasil memenangkan pemilu kepala derah di kabupaten/kotanya. Keempat kabupaten/kota yang dimaksud yakni Tabanan, Bangli, Denpasar, dan Badung. Uniknya hal ini tidak terjadi di Kabupaten Karangasem. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian pola penggunaan media massa terutama media cetak sebagai komunikasi politik pasangan calon kepala derah dalam pemilu kepala daerah
2010 di lima kabupaten/kota di Bali, mendapatkan beberapa kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada tiga media cetak yang beredar di Bali yakni Bali Post, Radar Bali dan Nusa Bali. Secara keseluruhan media cetak telah menjadi salah satu pilihan para pasangan calon kepala derah dalam melakukan komunikasi politik. Adapun bentuk komunikasi politik yang digunakan dalam media cetak terbagi dalam tiga bentuk yakni bentuk berita, iklan, dan advertorial. Dari tiga bentuk komunikasi politik yang digunakan para pasangan calon kepala derah dalam pemilu kepala daerah di Bali pada tahun 2010, ternyata bentuk komunikasi politik yang paling sering digunakan adalah dalam bentuk berita. Tercatat jumlah berita kampanye mencapai 112 dari 198 bentuk komunikasi politik atau sekitar lebih dari 56 persen dari total jumlah komunikasi politik. Sehingga dapat dikatakan bahwa bentuk komunikasi politik yang menjadi pilihan utama para pasangan calon kepala daerah dalam pemilu kepala daerah di Bali pada tahun 2010 adalah berbentuk berita. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa harian Bali Post menjadi media cetak pilihan pertama dalam melakukan komunikasi politik. Dari data diketahui Bali Post adalah media yang terbanyak digunakan dalam komunikasi politik pasangan calon kepala daerah yakni mencapai 77 komunikasi politik (39 persen). Sedangkan dalam media Nusa Bali termuat 71 komunikasi politik (25 persen). Harian Radar Bali ternyata menjadi media yang paling sedikit memuat komunikasi politik, yakni hanya 50 komunikasi politik (35 persen). Hasil penelitian yang berikut adalah fluktuasi kuantitas komunikasi politik semasa masa kampanye. Pada awal masa kampanye yakni pada hari pertama dan kedua, komunikasi politik pasangan calon kepala daerah tergolong rendah yakni hanya terdapat sepuluh bentuk yang terdiri dari iklan dan berita. Bahkan pada hari ketiga jumlah komunikasi politik cenderung turun walau tidak signifikan. Namun
sejak hari keempat terdapat kecenderungan jumlah komunikasi politik pasangan calon mulai meningkat. Bahkan pada hari terakhir jumlah komunikasi politik pasangan calon kepala daerah meningkat drastis mencapai angka 21. Salah satu hasil penelitian yang cukup menarik adalah adanya korelasi yang selaras antara tingginya kuantitas komunikasi politik pasangan calon kepala daerah dengan hasil pemilu kepala daerah. Hal ini terbukti bahwa pemilu kepala daerah di lima kabupaten/kota, ternyata di empat kabupaten/ kota, pasangan calon kepala derah yang memiliki kuantitas komunikasi yang tinggi ternyata berhasil memenangkan pemilu kepalada derah di kabupaten/kotanya. Keempat kabupaten/kota yang dimaksud yakni Tabanan, Bangli, Denpasar, dan Badung. Uniknya hal ini tidak terjadi di Kabupaten Karangasem. Penyimpangan dari pola yang terjadi di Kabupaten Karangasem ini menjadi fenomena yang cukup menarik untuk diteliti lebih lanjut. Saran Dari hasil penelitian mengenai pola penggunaan media cetak dalam komunikasi politik didapatkan salah satu temuan yang cukup menarik. Temuan tersebut yakni kurangnya netralitas media dalam memberitakan kampanye pasangan calon kepala daerah. Hal ini terlihat dari tingginya berita ‘berbayar’ atau berita mengenai kampanye salah satu pasangan calon saja. Media yang tercatat memuat berita non netral tertinggi yakni harian Bali Post. Media ini juga tidak membedakan bentuk dari berita yang non netral dengan berita yang biasa alias netral. Berita non netral yang termuat dalam media ini memiliki ukuran dan jenis huruf yang sama dengan berita netral lainnya. Hal ini menjadi krusial mengingat tanggungjawabnya sebagai media yang netral tidak terpenuhi. Ketidaknetralan media pun berdampak pada pembaca media tersebut. Akibat tidak adanya perbedaan jenis dan ukuran huruf maka pembaca tidak menyadari bahwa berita yang sedang ia baca bukanlah berita netral alias berita yang memiliki kecenderungan kepada salah satu pasangan calon
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
139
kepala daerah saja. Titik ini telah menjadi pola yang berbahaya dalam netralitas sebuah media. Padahal media sebaiknya berperan netral dan sebagai watch dog sebuah sistem, bukanlah bagian dari sistem itu dengan bermotivasikan kapital. Sehingga saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya kesadaran dari pihak media untuk terus bersikap netral dan tidak memiliki keberpihakan dalam memberitakan suatu hal terutama pada masa kampanye pemilihan umum kepala daerah. Saran berikutnya adalah perlunya ketegasan dari pihakpihak pemantau pemilihan umum atas pelanggaranpelanggaran yang terjadi selama masa kampanye terutama bentuk-bentuk komunikasi politik yang menggunakan media massa. Hal ini menjadi penting agar masyarakat terutama masyarakat Bali pada khususnya tidak dibodohi oleh media massa itu sendiri. Kesadaran ini harus segera dibangun di masyarakat mengingat media Bali Post adalah media yang terbesar di pulau Bali. Saran berikut adalah hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk bagi penelitian-penelitian lainnya di bidang komunikasi politik terutama di ranah komunikasi dengan menggunakan media massa. Penelitian ini pun diharapkan dapat mendorong penelitian berikutnya dengan memberikan masukan bagi calon pasangan kepala daerah yang akan mengikuti pemilihan umum kepala daerah mengenai bagaimana strategi yang efektif dalam berkomunikasi dengan pemilihnya. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Udayana yang telah membiayai penelitian ini sehingga penulis dapat melakukan penelitian yang diharapkan mampu menggugah daya kritis masyarakat khususnya di Bali akan ketidaknetralan sebuah media massa terutama media cetak dalam proses pemilihan umum.
140
The Excellence Research UNIVERSITAS UDAYANA 2011
REFERENSI Almond, G. and G. B. Powell, 1976. Comparative Politics: A Developmental Approach. New Delhi, Oxford & IBH Publishing Company Almond, G. and J. S. Coleman, 1960. The Politics of Developing Areas, New York: The Princenton University Press Barker, C. 2000. Cultural Studies Theory & Practice, Sage Publications Brader, T. 2006. Campaigning for Hearts and Minds: how wmotional appeals in political ads work, Library of congress cataloging – Chicago Budiardjo, M. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Jakarta Budiarjo, M. 1998. Partisipasi dan Partai Politik, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Budiman, H. 2002. Yogyakarta
Lubang Hitam Kebudayaan,
Dan Nimmo. 2002. Komunikasi Politik, Rosda Bandung, Effendy, O. U. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti Bandung Faucheux, R. A. 2003. Winning Election : political campaign management, Strategy & Tactics, M. Evans and comp, Inc New York Iriantara, Y. dan A. Y. Surachman, 2006. Public Relation Writing: Pendekatan Teoritis dan Praktis, Simbiosa Rekatama Media, Jakarta McNair, B. 2003. An Introduction to Political Communication, 3rd edition, Routledge, London and New York Plano, Jack et al.1989, Kamus Analisa Politik, Rajawali Jakarta Rakhmat, D. 2000. Metode Penelitian Komunikasi, Remaja Rosdakarya, Bandung