ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI BALI
Oleh : Annisa Nurfatimah NIM: 109084000053
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
II.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap
: Annisa Nurfatimah
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Semarang, 23 April 1991
3. Alamat
:Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas,Depok
4. E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 1. TK Islam Aisyah 6 (1995-1997) 2. SDN Anyelir 1 Depok (1997-2003) 3. SLTPN 41 Jakarta (2003-2006) 4. SMAN 6 Jakarta (2006-2009) 5. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (20092013)
III.
PENDIDIKAN NON FORMAL a. LPP Latansa (2009-2010)
IV.
LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah
: (Alm.) Agustin Indrianto
2. Ibu
: Sunarti
3. Alamat
: Jl.Kasturi II J/4 Pancoranmas Depok
4. Telepon
: 021-7753877/081314383880
5. Anak
: 1(satu) dari 2 (dua) bersaudara
i
ABSTRACT This research aims to discover the potential of the economic sectors in the Districts/ Cities in Bali and identify the economic interactions of Denpasar with the eight other Districts during 2005-2011. This research takes GDRP data of Bali and the nine Districts /Cities in Bali according to the business field. This research uses data analysis method that takes Location Quotients (LQ), Shift Share, Typology and the Gravity Model as its analysis tools to find out economic interactions between Denpasar and the eight other Districts in Bali. Based on the LQ analysis, this research shows that Denpasar has five base sectors. They are electricity, gas and water sector; financial, lease and company service sector; manufacturing sector; trade, hotel and restaurant sector; and transportation and communication sector. In Badung, they have four dominant sectors consists of transportation and communication sector; trade, hotel and restaurant sector; construction sector; and electricity, gas and water sector. So does Buleleng, it has four base sectors. They are services sector; agricultural sector; quarrying sector and manufacturing sector. Meanwhile, in Gianyar, Bangli, Klungkung, Jembrana and Karangasem, there are three dominant sectors and in Tabanan, there is only two of it. In Bali, there are two potential industry sectors which can be developed as the base sector, like electricity, gas and water sector and transportation and communication sector. The average LQ of electricity, gas and water sector about 0,801 and transportation and communication sector is 0,764. That value is approaching LQ>1, so it‟s potentially developed as a base sector. Both of these sectors have good growth in the district as well as in the city. They take V and VI typology, which means these sectors are non-base sector that has a rapid growth in the city level, despite slow growth in the Province level, so it‟s potentially to be developed into a base sector. Gravity analysis shows that the establishment of Denpasar as the Centre of growth and governance is right, because of its strong economic interaction with eight other districts in Bali. The districs that have strong linkages with Denpasar city such as Klungkung, Tabanan, Badung and Gianyar, could be developed as a cooperative partner in the development of the region. Based on Denpasar‟s leading sectors economic and the inter-regional economic linkages, the establishment of Denpasar as The Leading Strategic Region is considered to be appropriate. Keywords: Economic sectors GDRP of Bali and the nine other districts/cities, Location Quotient, Shift Share, Sectoral Typology, and the Gravity Model
ii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi dari sektor-sektor ekonomi di Kabupaten/Kota Provinsi Bali dan mengidentifikasi interaksi ekonomi Kota Denpasar dengan kedelapan Kabupaten lainnya selama tahun 2005-2011. Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Bali dan sembilan (9) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali menurut lapangan usaha. Penelitian ini menggunakan metode analisis data dengan alat analisis Location Quatient (LQ), Shift Share, Tipologi Sektoral, dan Model Gravitasi untuk mengetahui interaksi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Bali. Hasil penelitian ini menunjukkan berdasarkan analisis LQ Kota Denpasar memiliki lima sektor basis yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan, penyewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Kabupaten Badung memiliki empat sektor basis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air. Kabupaten Buleleng juga memiliki empat sektor basis yaitu sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor penggalian dan sektor industri pengolahan. Sedangkan untuk Kabupaten Gianyar, Bangli, Klungkung, Jembrana, dan Karangasem memiliki 3 sektor basis. Hanya Kabupaten Tabanan yang memiliki 2 sektor basis. Terdapat dua sektor potensial untuk dikembangkan menjadi sektor basis secara keseluruhan di Provinsi Bali yaitu sektor listrik, gas dan air; sektor pengangkutan dan komunikasi. Nilai LQ rata-rata dari sektor listrik, gas dan air sebesar 0,801 dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,764, nilai tersebut mendekati LQ>1 sehingga berpotensi menjadi sektor basis. Kedua sektor ini memiliki pertumbuhan yang baik di Kabupaten/Kota dan menempati Tipologi V dan VI, yang berarti sektor ini adalah sektor non basis, memiliki pertumbuhan yang cepat di tingkat Kabupaten/Kota walaupun pertumbuhan di Provinsi lambat, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Analisis gravitasi menunjukkan penetapan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pemerintahan tepat karena kuatnya interaksi ekonomi Kota Denpasar dengan Kabupaten-kabupaten lainnya. Daerah yang memiliki keterkaitan kuat dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung, Tabanan, Badung, dan Gianyar yang dapat dikembangkan sebagai mitra kerjasama dalam pengembangan wilayah. Berdasarkan sektor unggulan yang dimiliki maupun adanya keterkaitan ekonomi antar daerah, penetapan Kota Denpasar dianggap tepat jika menjadi Kawasan Strategi Andalan. Kata Kunci : PDRB sektor-sektor ekonomi Provinsi Bali dan Sembilan Kabupaten/Kota, Location Quotient (LQ), Shift Share, Tipologi Sektoral dan Model Gravitasi
iii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb Alhamdulillah puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah memberikan limpahan nikmat, rahmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw, sang pembawa risalah islam, pembawa syafaat bagi ummatnya dihari akhir kelak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dari berbagai pihak guna penyempurnaan skripsi ini. Disamping itu, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikan kepada: 1. Ayah Alm. Agustin Indrianto dan Ibu Sunarti, atas doa dan kasih sayang yang tidak terbatas kepada peneliti hingga saat ini, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana keduanya menyayangi peneliti. 2. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS,. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus dosen pembimbing I yang telah membantu penulis hingga skripsi ini selesai. 3. Bapak Dr. Lukman dan Ibu Utami Baroroh M.Si selaku Ketua dan Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Zuhairan Yunmi Yunan SE. MSc., selaku dosen pembimbing II yang telah banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 5. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah memberikan motivasi dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama penulisan skripsi dan masa perkuliahan. iv
6. Aisyah Nurhasanah, untuk menjadi adik tersayang sekaligus sahabat bagi penulis. 7. Keluarga besar H. Sabur dan Amat Pi’i, terimakasih untuk support dan doanya yang tidak pernah henti kepada penulis. 8. Ratna dan Citra, terimakasih atas persahabatan dari awal kuliah hingga saat ini yang telah menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan semangat. 9. Sahabat SMA Isty, Mei dan Ane terimakasih atas motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 10. Rekan-rekan The Komplek, Ichsan, Dimas Prabowo, Asep, Rhomdon terimakasih yang selalu menghibur di kala susah dan senang. 11. Dimas Aditya dan Aditya Nugraha terimakasih teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi. 12. Seluruh rekan-rekan IESP 2009, Lia, Wulan, Sani, Indah, Kana, Rini, Zona, Dira, Ami, Rifqi, Andre, Kana serta teman-teman IESP Pembangunan dan Kelas B 2009 lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 13. Kakak-kakak senior angkatan 2007 dan 2008 yang sangat banyak membantu penulis. Khususnya Kak Yucup, Kak Riri, Kak Newning dan Kak Sofi. 14. Rasa cinta dan hormat kepada semua pihak yang telah banyak membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam menyelesaikan skripsi. Semoga Allah membalas semua kebaikan-kebaikan kalian. Penulis berharap skripsi ini menjadi konstribusi serta menambah pustaka dan referensi bagi semua pihak yang membutuhkan. Saran dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan ketidaksempurnaan skripsi ini sangat diharapkan.
Depok,3 Juni 2013
Annisa Nurfatimah
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................
i
ABSTRACT ......................................................................................................
ii
ABSTRAK ......................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
8
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ......................................................................... 12 1. Konsep Pembangunan Ekonomi ......................................... 12 vi
2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi ............................................ 14 3. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ................... 15 4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah .................... 19 a. Teori Harrod-Domar dalam sistem regional ................... 20 b. Teori Pertumbuhan Cepat Yang Disinergikan ................ 22 c. Teori Basis Ekonomi ....................................................... 23 d. Teori Tempat Sentral ....................................................... 28 e. Teori Interaksi Spasial ..................................................... 28 5. Model atau Teori Gravitasi .................................................. 29 B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 30 C. Kerangka Pemikiran Teoritis .................................................... 42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 44 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................... 44 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 45 D. Metode Analisis Data ................................................................ 45 1. LQ (Location Quotient) ....................................................... 46 2. Shift Share ............................................................................ 49 3. Tipologi Sektoral ................................................................. 54 4. Model atau Teori Gravitasi .................................................. 57 E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ................................. 59
vii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .............................. 64 1. Gambaran Umum Provinsi Bali ........................................... 64 a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali ............. 64 b. Keadaan Iklim ................................................................. 67 c. Pemerintahan .................................................................. 68 d. Kependudukan ................................................................ 68 e. Pendidikan ...................................................................... 70 f. Kesehatan ........................................................................ 71 B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan Sektor Potensial ................................................................. 71 1. Analisis Perkembangan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Kabupaten/Kota..................................................................... 72 2. Analisis Potensi Ekonomi .................................................... 77 a. Analisis Location Quotient (LQ) ..................................... 77 b. Analisis Shift Share ......................................................... 84 c. Tipologi Sektoral ............................................................ 94 d. Analisis Gravitasi ............................................................ 99 C. Pembahasan ............................................................................... 102 1. Pembahasan Per Sektor Daerah Analisis Sembilan Kabupaten/ Kota Provinsi Bali ................................................................. 102 2. Keterkaitan Wilayah ............................................................. 122
viii
3. Pengembangan Sektor Potensial Kabupaten/Kota di Provinsi Bali ...................................................................................... 124
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan.................................................................................. 126 B. Implikasi ..................................................................................... 128
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 132 LAMPIRAN ....................................................................................................... 135
ix
DAFTAR TABEL
Nomor 1.1
Keterangan
Halaman
Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor
4
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen) 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga
5
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (dalam persen) 2.1
Penelitian Terdahulu
37
3.1
Makna Tipologi Sektor Ekonomi
56
3.2
Tabel Operasional Variabel
63
2
4.1
Luas Wilayah (Km ) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
4.2
Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut
65
Lapangan Usaha Utama di Provinsi Bali Tahun 2011
70
4.3
Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2011
71
4.4
Distribusi Persentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun Provinsi Bali (dalam persen)
4.5
Distribusi Persentase PDRB Tahun 2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten/Kota Provinsi Bali (Persen)
4.6
79
Komponen Shift Share Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.8
75
Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) Rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.7
73
86
Komponen Pertumbuhan Proportional Shift (Pj) Rata-rata Kabupaten/ 89 Kota di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
4.9
Komponen Pertumbuhan Differential Shift (Dj) di Provinsi Bali Tahun 2005-2011
90
4.10 Hasil Rata-rata Perhitungan Akhir Analisis Shift Share Kabupaten/
93
Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011 4.11 Makna Tipologi Sektor Ekonomi
96 x
4.12 Pembagian Sektor Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
98
Berdasarkan Tipologi Sektoral 4.13 Peringkat atau level Keterkaitan Gravitasi antara Kota Denpasar
100
Dengan Kabupaten-kabupaten lainnya Provinsi Bali Tahun 2005-2011 4.14 Analisis Sektor Pertanian
103
4.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian
105
4.16 Analisis Sektor Industri Pengolahan
107
4.17 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air
111
4.18 Analisis Sektor Bangunan
112
4.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
114
4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
116
4.21 Analisis Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan
120
4.22 Analisis Sektor Jasa-jasa Lainnya
121
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor 2.1
Keterangan
Halaman
Kerangka Berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 42 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali 2005-2011
3.1
Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota
58
di Provinsi Bali 4.1
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
103
Kabupaten/Kota Sektor Pertanian 4.2
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
106
Kabupaten/Kota Sektor Pertambangan dan Penggalian 4.3
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
108
Kabupaten/Kota Sektor Industri Pengolahan 4.4
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
110
Kabupaten/Kota Sektor Listrik, Gas dan Air 4.5
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
112
Kabupaten/Kota Sektor Bangunan 4.6
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
114
Kabupaten/Kota Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 4.7
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
116
Kabupaten/Kota Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 4.8
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per
119
Kabupaten/Kota Sektor Keuangan. Persewaan dan Jasa Perusahaan 4.9
Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Jasa-jasa Lainnya
xii
121
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor I
Keterangan
Halaman
Produk Regional Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Bali Tahun 2005-2011
135
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kota Denpasar Tahun 2005-2011
136
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Badung Tahun 2005-2011
136
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011
137
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011
137
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011
138
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011
138
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011
139
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011
xiii
139
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011 II
140
Jarak Kota Denpasar dengan Delapan Kabupaten Provinsi Bali
III
140
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kota Denpasar Tahun 2005-2011
141
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Badung Tahun 2005-2011
141
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011
142
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011
142
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011
143
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011
143
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011
144
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011
144
Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011 IV
Hasil
Perhitungan
Komponen
Shift
145 Share
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kota Denpasar
145
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Badung
146
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Gianyar
146
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Klungkung xiv
146
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Tabanan
147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Bangli
147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Buleleng
147
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Karangasem
148
Hasil Perhitungan Komponen Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Jembrana V
148
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kota Denpasar
148
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Badung
149
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Gianyar
150
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Klungkung
150
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Tabanan
151
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Bangli
152
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Buleleng
152
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Karangasem
153
Hasil Perhitungan Share Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Jembrana VI
154
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kota Denpasar
xv
155
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Badung
157
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Gianyar
159
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj)
Per Sektor Kabupaten
Klungkung
161
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Tabanan
163
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Bangli
165
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Buleleng
167
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share (Gj), (Nj), (Dj), (Pj)
Per Sektor Kabupaten
Karangasem
169
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share
VII
(Gj), (Nj), (Dj), (Pj) Per Sektor Kabupaten Jembrana
171
Checking Perhitungan Shift Share Kota Denpasar
173
Checking
Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Badung Checking
173 Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Gianyar Checking
174 Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Klungkung Checking
174 Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Tabanan
175
Checking Perhitungan Shift Share Kabupaten Bangli
175
Checking
Perhitungan
Buleleng
Shift
Share
Kabupaten 176
xvi
Checking
Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Karangasem Checking
176
Perhitungan
Shift
Share
Kabupaten
Jembrana VII
177
Jumlah Penduduk Kota dan Kabupaten di Provinsi Bali
177
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung
178
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Gianyar
178
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Klungkung
179
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Tabanan
179
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Bangli
180
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Buleleng
180
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Karangasem
181
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Jembrana
xvii
181
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan negara Indonesia, perekonomian negara perlu dikembangkan secara terencana dan terpadu. Pembangunan yang dilakukan sudah pasti menuju pada suatu perubahan yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi tersebut
adalah
dengan
menggunakan
tingkat
pertumbuhan
ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dilihat dari pertumbuhan sektor migas dan sektor pariwisata (sektor nonmigas).
Peran sektor pariwisata akan berfungsi
sebagai katalisator (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri dan akan sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas. Dalam GBHN tahun 1993 (Yoeti, 2008:14) dikatakan bahwa pembangunan pariwisata diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan yang mampu menggalakkan kegiatan ekonomi, termasuk sektor-sektor lainnya yang terkait, sehingga lapangan kerja, pendapatan masyarakat, pendapatan daerah, pendapatan negara serta penerimaan devisa meningkat melalui pengembangan dan pendayagunaan potensi kepariwisataan nasional. Sektor pariwisata atau nonmigas memiliki peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia dan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor pariwisata atau nonmigas pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang 1
meningkat dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi sektor migas yang cenderung menurun. Periode tahun 2005-2011, pertumbuhan ekonomi sektor non migas mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari tahun 2008 sebesar 6,46 persen menjadi 4,93 persen. Kemudian pada tahun 2010 dan 2011 pertumbuhan sektor non migas terus mengalami peningkatan menjadi 6,39 persen dan 6,58 persen. Dibandingkan dengan pertumbuhan sektor migas pada tahun 2007 pertumbuhannya sebesar 6,35 persen, tahun 2008 dan 2009 menurun menjadi 6,01 persen dan 4,55 persen. Pada tahun 2010 dan 2011 terjadi peningkatan lagi menjadi 5,93 persen dan 6,12 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sektor non migas (pariwisata) menunjukkan peningkatan lebih tinggi dibandingkan dengan sektor migas (BPS, 2011). Penurunan pertumbuhan tahun 2009 disebabkan karena adanya krisis ekonomi global tahun 2008, yang menyebabkan macetnya sistem keuangan dunia sehingga terjadi kemerosotan aktivitas ekonomi dan perdagangan dunia. Hal ini juga mempengaruhi perekonomian di Indonesia. Bisa dilihat dari menurunnya sumbangan-sumbangan sektor terhadap PDB Indonesia (BAPPENAS, 2009). Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi yang di dominasi sektorsektor pariwisata atau nonmigas tertinggi dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) nya. Selain itu, Provinsi Bali merupakan provinsi yang menjadi primadona para wisatawan baik lokal maupun asing untuk berinvestasi dan berlibur. Namun sektor pariwisata akan sangat rentan terhadap faktor internal dan eksternal seperti isu-isu terorisme dan keuangan global. Pada tahun 2006 perekonomian Bali mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 5,56 persen 2
menjadi 5,28 persen akibat peristiwa bom yang mengguncang Bali tahun 2005. Selanjutnya pada tahun 2008 terjadi krisis finansial global sehingga tahun 2009 perekonomian Bali turun menjadi 5,33 persen. Dinamika ekonomi makro di tingkat nasional, berimplikasi terhadap perekonomian daerah (BPS Provinsi Bali, 2010 a). Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utamauntuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dandengan menggunakan sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensisumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 2010:374). Berdasarkan tabel 1.1 menunjukkan distribusi presentase Provinsi Bali atas dasar harga konstan tahun 2000 dari tahun 2008 hingga 2011 semua sektor mengalami fluktuasi. Di Provinsi Bali kontribusi sektor nonmigas atau pariwisata selama tahun 2005-2011 dari yang terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; pertanian; jasa-jasa lainnya; pengangkutan dan komunikasi; industri pengolahan; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; bangunan; listrik, gas dan air; pertambangan. Semua sektor tersebut merupakan sektor utama nonmigas atau sektor pariwisata. Namun sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan kontribusi terhadap PDRB Bali yang paling rendah. Hal ini dikarenakan pemerintah dan potensi Provinsi Bali yang terpusat pada pembangunan sektor3
sektor pariwisata. Di bawah ini merupakan paparan tabel 1.1 mengenai distribusi PDRB Provinsi Bali sektor nonmigas (pariwisata) atas dasar harga konstan tahun 2005-2011. Tabel 1.1 Distribusi Presentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Bali (dalam persen) No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 21,79 21,54 20,85 20,62 20,69 19,89 19,10 2
Pertambangan
0,64
3
0,62
0,60
0,58
Industri 9,54 9,46 9,75 10,13 Pengolahan 4 Listrik, Gas, Air 1,47 1,49 1,52 1,51 5 Bangunan 3,89 3,86 3,87 4,08 6 Perdagangan, 29,37 28,88 28,98 31,45 Hotel, R 7 Pengangkutan 11,85 11,86 12,33 11,08 dan Komunikasi 8 Keu, Persew, Jasa 7,07 7,46 7,34 7,14 P 9 Jasa-jasa Lainnya 16,19 16,22 15,86 13,41 100 100 100 100 Jumlah Sumber : BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
0,58
0,65
0,68
10,14 10,17
9,85
1,50 1,52 1,53 3,91 3,97 4,02 31,72 31,89 32,53 11,05 11,05 10,99 6,96
7,07
7,05
13,45 13,80 14,25 100 100 100
Berkembangnya pariwisata di Bali, membuat struktur perekonomian di Bali mengalami pergeseran dari sektor primer ke sektor tersier. Hal ini tampak jelas dari kontribusi masing-masing sektor dalam membentuk PDRB Bali. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang merupakan sektor dengan keterkaitan paling besar terhadap pariwisata dan memberikan share paling dominan bagi PDRB Bali bahkan menunjukkan kecendrungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun (BPS Provinsi Bali, 2012 b). Provinsi Bali memiliki sembilan (9) kabupaten/kota yang masing-masing memberikan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Bali. Berikut adalah ke sembilan
4
kabupaten/kota di Provinsi Bali, yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, dan Buleleng. Dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010a:2), laju pertumbuhan PDRB kabupaten/kota dan Provinsi Bali disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: pertanian; pertambangan dan penggalian; industripengolahan; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasa-jasa. Kabupaten/kota di Provinsi Bali yang laju pertumbuhannya tertinggi pada tahun 2011 adalah Kota Denpasar sebesar 10,87 persen. Berikut ini tabel 1.2 laju pertumbuhan PDRB kabupaten/kota Provinsi Bali atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2011 (dalam persen). Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Provinsi Bali Atas Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011 (Dalam Persen) Lapangan Usaha Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Air & Gas Bangunan
Kabupaten/Kota Tabanan Gianyar Karangasem 2,50 3,06 2,35 10,10 14,65 15,17
Denpasar 8,32 7,97
Badung 3,46 4,64
Jembrana 0,44 12,37
Klungkung 1,02 -1,00
Buleleng 2,50 8,42
Bangli 2,55 3,81
6,48
6,71
1,92
2,25
3,25
2,65
3,46
2,96
1,62
12,63 10,55
6,71 7,96
9,21 7,08
8,76 6,99
7,60 6,70
7,24 6,11
8,43 8,53
9,76 7,55
12,84 4,12
Perdagangan, Hotel&Restoran
15,03
7,87
9,55
7,59
7,10
6,44
9,06
9,82
7,34
Pengangkutan & Komunikasi
7,97
5,79
5,64
4,13
4,73
5,35
6,45
5,51
4,46
Keu, Persewaan & Jasa Jasa-jasa PDRB
10,37
2,38
4,69
8,17
5,94
8,05
6,31
3,14
3,39
5,79 10,87
7,78 6,69
7,57 5,61
10,91 5,82
13,99 6,76
6,80 5,19
11,62 5,81
7,06 6,11
12,14 5,84
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali) Faktor utama yang menyebabkan laju pertumbuhan Kota Denpasar tertinggi karena merupakan Ibukota Provinsi Bali dan memiliki karakteristik 5
pergerakan sektor pariwisata yang serupa dengan pergerakan sektor pariwisata Provinsi Bali. Peran Kota Denpasar yang merupakan ibukota Provinsi Bali dan kota pemerintahan juga sangat diminati sebagai kota wisata. Kota Denpasar merupakan pintu gerbang sekaligus daerah utama penyedia sarana akomodasi bagi sektor pariwisata Provinsi Bali. (BPS Kota Denpasar, 2008:35) Berdasarkan tabel di atas kabupaten di sekitar Kota Denpasar yang laju pertumbuhan cukup baik adalah Kabupaten Badung dan Gianyar. Laju pertumbuhan masing-masing kabupaten sebesar 6,69 persen dan 6,76 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terendah di antara kabupaten/kota Provinsi Bali adalah Kabupaten Karangasem sebesar 5,16 persen. Ini disebabkan karena struktur ekonomi Karangasem tidak banyak mengalami pergeseran, pertumbuhan ekonomi masih didominasi oleh sektor penggalian. Laju pertumbuhan ekonomi PDRB kabupaten/kota di Provinsi Bali oleh sektor-sektor ekonomi secara tidak langsung menunjukkan tingkat perubahan struktur potensi ekonomi yang berbeda-beda. Provinsi Bali memiliki banyak sektor ekonomi yang berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut karena ditunjang oleh pariwisatanya yang tersohor. Berkaitan dengan sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang terbukti mampu mengentaskan kemiskinan pada suatu daerah karena mampu menyerap tenaga kerja lebih banyak dari sektorsektor yang lain karena sektor ini tidak memerlukan pendidikan yang tinggi serta sumberdaya alam yang tersediasangat memadai. Pembangunan industri pariwisata yang mampu mengentaskan kemiskinan adalah pariwisata yang mempunyai trickle down effect bagi masyarakat Bali setempat (Yoeti, 2008: 8). 6
Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota yang masing-masing tersebar pertumbuhan ekonomi untuk sektor-sektor ekonomi yang menunjang pariwisata. Sehingga terjadi perbedaan struktur ekonomi masing-masing daerah. Struktur ekonomi wilayah tercermin dari besarnya kontribusi PDRB masingmasing sektor ekonomi terhadap PDRB. Dengan mengetahui struktur ekonomi wilayah, maka upaya pembangunan ekonomi dapat diarahkan sesuai dengan potensi wilayah. Pembangunan sektor-sektor ekonomi dengan menganalisis potensi wilayah Provinsi Bali dan kabupaten/kota nya diperlukan metode untuk mengkaji pertumbuhan wilayah, yakni dengan mengetahui sektor basis untuk meningkatkan perekonomian wilayah. Selain itu, pembangunan ekonomi perlu diperhatikan sektor yang potensial dikembangkan supaya memberikan efek multiplier bagi sektor-sektor ekonomi yang lain. Sehingga masing-masing pemerintah daerah dapat melihat sektor yang memiliki keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Berdasarkan tabel laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota Provinsi Bali menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi ke delapan kabupaten di Bali masih kalah jika dibandingkan dengan Kota Denpasar. Menurut Peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Kota Denpasar tahun 2011-2031, Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan ibukota Provinsi Bali, dan pusat pelayanan wilayah Bali bagian selatan dengan fungsi sebagai Kota Pusat Pemerintahan, pusat pelayanan barang dan jasa, pusat 7
pelayanan pendidikan tinggi, pusat permukiman yang memiliki pengaruh langsung yang kuat kepada wilayah sekitarnya. Kota Denpasar mempunyai pengaruh yang kuat sebagai pusat pertumbuhan sektor pariwisata di Provinsi Bali. Untuk itu perlu mengetahui daya tarik ekonomi antar wilayah kota dengan kabupatennya sebagai usaha meningkatkan pertumbuhan ekonomi antar daerah dan pemerataan pembangunan ekonomi. Dengan demikian akan dapat meningkatkan output regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan. Oleh sebab itu, perlu untuk mengetahui daya tarik ekonomi antar wilayah kota dengan kabupaten yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Berdasarkan data-data dan fakta yang didapat penelitian ini mengkaji tentang analisis sektor ekonomi yang mempengaruhi Pendapatan
Domestik Regional Bruto di Provinsi Bali dan kabupaten/kota-nya dengan judul analisis potensi pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali. B. Perumusan Masalah Sektor pariwisata atau non migas merupakan sektor yang pertumbuhan ekonominya pada PDB Indonesia menunjukkan peningkatan lebih tinggi disbanding sektor migas, karena peran sektor pariwisata atau non migas terus menerus menggeser struktur ekonomi Indonesia. Provinsi Bali merupakan salah satu Provinsi yang menyumbang PDB Indonesia di sektor pariwisata atau non migas.
Sektor pariwisata atau non migas menurut sektor-sektor ekonominya
terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran; industri pengolahan; pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; konstruksi; 8
pengangkutan dan komunikasi;keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; jasajasa. Pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata atau non migas Bali dari tahun 2005-2011 cenderung naik walaupun mengalami berbagai rintangan yang dihadapi seperti bom kembali mengguncang Bali tahun 2005 sehingga ekonomi Bali menurun tahun 2006. Selanjutnya memasuki tahun 2009 sejumlah kekhawatiran akan memburuknya kinerja pariwisata dan ekonomi Bali disebabkan terjadi krisis finansial global membuat melemahnya ekonomi negara-negara utama wisatawan asing yang berkunjung ke Bali. Krisis ini pun membawa adanya perubahan struktur ekonomi pariwisata yang mendukung sektor pariwisata atau non migas pada PDRB Provinsi dan kabupaten/kota Bali. Kegiatan pembangunan bidang ekonomi khususnya sektor pariwisata atau non migas yang perlu diperhatikan oleh seorang perencana wilayah adalah kemampuan untuk menganalisis potensi sektor ekonomi apa yang potensial di wilayahnya dan dapat menjadi acuan pembangunan ekonomi daerah. Jika masingmasing
pemerintah
daerah
mampu
melihat
sektor
yang
memiliki
keunggulan/kelemahan di wilayahnya maka sektor yang memiliki keunggulan akan mempunyai prospek untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Serta mengetahui pengaruh dan keterkaitan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan sektor pariwisata di Bali. Dengan demikian akan dapat meningkatkan output regional dan efisiensi lokasi di daerah yang bersangkutan (BPS Provinsi Bali, 2012 b).
9
Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1.
Sektor-sektor ekonomi mana yang merupakan sektor basis di kabupaten/kota di Provinsi Bali?
2.
Sektor-sektor ekonomi manakah yang paling memiliki potensi untuk lebih dikembangkan di keseluruhan kabupaten/kota Provinsi Bali dan sebagai acuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya?
3.
Seberapa besar keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan dasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini bertujuan : 1.
Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang menjadi sektor basis di kabupaten/kota Provinsi Bali.
2.
Menganalisis sektor-sektor nonmigas (pariwisata) yang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian untuk keseluruhan kabupaten/kota di Provinsi Bali dan sebagai acuan pemerintah daerah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerahnya.
3.
Menganalisis keterkaitan/daya tarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten di Provinsi Bali.
10
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk : 1.
Untuk pemerintah a. Mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama dalam
rangka
perencanaan
ekonomi
makro
regional
dalam
menghadapi era otonomi daerah di Provinsi Bali. b. Sebagai bahan masukan dan evaluasi bagi para pemerintah daerah untuk penetapan kebijakan yang akan datang yang akan berkaitan dengan pembangunan regional. 2.
Untuk akademisi sebagai bahan penelitian berikutnya yang terkait.
3.
Untuk penulis sebagai pengembangan dan pelatihan diri dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.
Konsep Pembangunan Ekonomi Penjelasan tentang definisi atau pengertian pembangunan ekonomi
banyak dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi. Menurut Adam Smith dalam Suryana (2000:55), pembangunan ekonomi adalah proses perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi. Bertambahnya penduduk suatu negara harus diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan dalam negeri. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis dan gradual, tetapi merupakan proses yang spontan dan tidak terputus-putus. Pembangunan ekonomi disebabkan oleh perubahan terutama dalam lapangan industri dan perdagangan. Berdasarkan pengertian tersebut pembangunan ekonomi terjadi secara berkelanjutan dari waktu ke waktu dan selalu mengarah positif untuk perbaikan segala sesuatu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Industri dan perdagangan akan menunjukkan segala kreatifitas dalam pembangunan ekonomi dengan penggunaan teknologi industri serta dengan adanya perdagangan akan tercipta kompetisi ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang 12
baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk (Sukirno, 1996:13). Dalam
Sukirno
(2006:10),
pembangunan
ekonomi
adalah
pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan. Arti dari pernyataan tersebut adalah pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak hanya diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi,
peningkatan dalam
kesehatan, peningkatan
infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat. Arsyad ( 2010:374 ), mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, alih ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
13
2.
Konsep Pertumbuhan Ekonomi Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2004:4), ada
perbedaan dalam istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati penggunanya telah cukup dikenal. Menurut Simon Kuznets dalam M.L Jhingan (2004:57) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya . Pertumbuhan ekonomi dalam Sukirno (2006:9) sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRBpada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB tahun sebelumnya (PDRB t-1). Laju Pertumbuhan Ekonomi = PDRBt – PDRBt-1 x100% PDRBt-1 14
Menurut Arsyad (2010:270) Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor sebagai berikut : a.
Akumulasi modal, termasuk investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal dan sumberdaya manusia (human resources), akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang akan ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar output pada masa yang akan datang. Akumulasi modal akan menambah sumberdaya-sumberdaya yang baru dan meningkatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada.
b.
Pertumbuhan penduduk, dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi, namun kemampuan merangsang tergantung kepada kemampuan sistem ekonomi yang berlaku dalam menyerap dan memperkerjakan tenaga kerja secara produktif.
c.
Kemajuan teknologi menurut para ekonom, kemajuan teknologi merupakan faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan tradisional.
3.
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Badan Pusat Statistik (2002:3) Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) atau yang lebih dikenal dengan istilah pendapatan regional
15
(Regional Income) merupakan data statistik yang merangkum perolehan nilai tambah dari kegiatan ekonomi disuatu wilayah. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode langsung dan tidak langsung (alokasi) (BPS, 2002:5-6): 1) Metode langsung Metode langsung ini dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran. Seperti sudah disebutkan diatas, penghitungan PDRB secara langsung bisa dihitung dengan cara: a.
Pendekatan produksi, yaitu pendekatan untuk mendapatkan nilai tambah di suatu wilayah dengan melihat seluruh produksi netto barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh sektor perekonomian selama satu tahun.
b.
Pendekatan pendapatan,adalah pendekatan yang dilakukan dengan menjumlahkan seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor produksi, meliputi: 1) Upah/gaji (balas jasa faktor produksi tenaga kerja) 2) Sewa tanah (balas jasa faktor produksi tanah) 3) Bunga modal (balas jasa faktor produksi modal) 4) Keuntungan (balas jasa faktor produksi wiraswasta/skill)
16
c.
Pendekatan
pengeluaran,
adalah
model
pendekatan
dengan
caramenjumlahkan nilai permintaan akhir dari seluruh barang dan jasa, yaitu: 1) Barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga, lembaga swastayang tidak mencari untung (nirlaba) dan pemerintah. 2) Barang dan jasa yang digunakan untuk membentuk modal tetap bruto. 3) Barang dan jasa yang digunakan sebagai stok dan ekspor netto. Dengan menggunakan metode tidak langsung (Metode Alokasi), model pendekatan ini digunakan karena kadang-kadangdengan data yang tersedia tidak memungkinkan untuk mengadakanpenghitungan pendapatan regional dengan menggunakan metodelangsung seperti tiga cara di atas, sehingga dipakai metode alokasi ataumetode tidak langsung. PDRB disajikan dalam dua cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahunnya. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam penelitian ini, penghitungan yang digunakan adalah tahun 2000 sebagai tahun dasar. Dalam BPS Kabupaten Badung (2012:9) terdapat penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, bisa dihitung dengan empat cara, yaitu
17
1) Revaluasi. Yaitu dengan cara menilai produksi dan biaya antara masingmasing tahun dengan harga pada tahun dasar 2000. Hasilnya merupakan output dan biaya antara atas dasar harga konstan 2000. Selanjutnya nilai tambah bruto atas dasar harga konstan, diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara perhitungan di atas. 2) Ekstrapolasi. Nilai tambah masing-masing tahun atas dasar harga konstan 2000diperoleh dengan mengalikan nilai tambah pada tahun dasar 2000 dengan indeks produksi. Indeks produksi sebagai ekstrapolator dapat merupakan indeks dari masing-masing produksi yang dihasilkan atau indeks dari berbagai indikator produksi seperti tenaga kerja, jumlah perusahaan dan lainnya, yang dianggap dengan jenis kegiatan yang dihitung. 3) Deflasi. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara membagi nilai tambah atas dasar harga yang berlaku masing-masing tahundengan indeks harga. Indeks harga yang digunakansebagai deflator biasanya merupakan indeks harga konsumen, indeks harga perdagangan besar dan sebagainya. 4) Deflasi berganda. Dalam deflasi berganda ini, yang di deflasi adalah output dan biaya antaranya, sedamgkan nilai tambah diperoleh dari selisih antara output dan biaya antara hasil deflasi tersebut. Indeks harga yang digunakan sebagai deflator untuk perhitungan output atas dasar harga konstan biasanya merupakan indeks harga produsen atau indeks
18
5)
harga untuk biaya antara adalah indeks harga dari komponen input terbesar.
4.
Teori Pertumbuhan dan Pembangunan daerah Setiap
pembangunan
daerah
memiliki
tujuan
utama
untuk
meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah dengan partisipasi masyarakatnya dengan memanfaatkan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. (Syafrijal, 2008:8) Pembangunan daerah dapat dilihat dari berbagai segi. Pertama, dari segi pembangunan sektoral. Pencapaian sasaran pembangunan nasional dilakukan melalui berbagai kegiatan pembangunan sektoral yang dilakukan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan kondisi dan potensi daerah. Kedua, dari segi pembangunan wilayah yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi dari wilayah tersebut. Ketiga, pembangunan daerah dilihat dari segi pemerintahan. Tujuan pembangunan daerah hanya dapat dicapai apabila pemerintahan daerah dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu pembangunan daerah merupakan suatu usaha mengembangkan dan memperkuat pemerintahan daerah dalam rangka
19
makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi dan bertanggung jawab (Sjafrizal, 2008:10). Pertumbuhan ekonomi daerah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di suatu daerah, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi di daerah tersebut. (Tarigan, 2005:49). Perhitungan pendapatan daerah pada awalnya dibuat pada harga berlaku, namun agar dapat melihat dari kurun waktu ke waktu berikutnya harus dinyatakan dengan nilai riil, artinya dinyatakan dalam nilai konstan. Pendapatan daerah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut (tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi), yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu daerah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di daerah tersebut oleh seberapa besar terjadinya transfer payment , yaitu bagian pendapatan yang mengalir keluar daerah atau mendapat aliran dari luar daerah. (Dini, 2007:20). a.
Teori Harrod-Domar dalam sistem Regional Teori pertumbuhan yang dikembangkan oleh Evsey Domar dan sir Roy F.Harrod. Pada hakikatnya teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teori makro Keynes. Keynes dianggap tidak lengkap karena tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam jangka panjang. Dengan kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan berkembang dengan mantap (steady growth). Menurut teori Harrod-Dommar, 20
pembentukan modal merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat diperoleh melalui proses akumulasi tabungan. (Arsyad, 2010:84) Teori Harrod-Domar mempunyai beberapa asumsi yaitu: 1) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal dalam masyarakat digunakan secara penuh. 2) Perekonomian terdiri dari dua sektor yaitu sektor rumah tangga daan sektor perusahaan, berarti pemerintah dan perdagangan luar negeri tidak ada. 3) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan di mulai dengan titik nol. 4) Kecendrungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS) besarnya tetap, demikian jugarasio antara modal-output (Capital Output Ratio=COR) dan rasio pertambahan modal-output (Incremental Capital-Output Ratio=ICOR). (Arsyad, 2010:84) Atas dasar asumsi-asumsi tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap (seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat-syarat keseimbangan sebagai berikut : g = k= n, Dimana : g = Growth (tingkat pertumbuhan output) 21
k = Capital (tingkat pertumbuhan modal) n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja Agar terjadi keseimbangan antara tabungan (S) dan investasi (I) harus terdapat kaitan yang saling menyeimbangkan, padahal peran k untuk menghasilkan tambahan produksi ditentukan oleh v (rasio modal output). Tarigan ( 2005:49). b. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat yang Disinergikan Samuelson
pada
tahun
1955
dalam
Tarigan
(2007:55)
memperkenalkan teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike). Teori ini menekankan bahwa setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki
keunggulan
kompetitif
(competitive
advantage)
untuk
dikembangkan. Artinya dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian yang cukup besar. Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus dapat menembus dan mampu bersaing pada pasar yang lebih luas. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain untuk turut berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh. Mensinergikan sektorsektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan saling mendukung sehingga pertumbuhan sektor yang satu mendorong pertumbuhan sektor 22
yang lain, begitu juga sebaliknya. Menggabungkan kebijakan jalur cepat dan mensinergikannya dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat. Dalam kaitan itu, salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam melihat dan mengidentifikasi lapangan usaha atau sektor ekonomi unggulan serta menganalisis perkembangan
sektor-sektor
ekonomi
daerah,
khususnya
di
kabupaten/kota Provinsi Bali terhadap sektor-sektor yang sama pada tingkat Provinsi Bali. c.
Teori Basis Ekonomi Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh), pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. (Tarigan, 2007:55). Analisis basis ekonomi adalah berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis, Richardson (1978:14). Bertambah banyaknya kegiatan 23
basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan, yang selanjutnya menambah permintaan terhadap barang atau jasa di dalam wilayah tersebut, sehingga pada akhirnya akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sebaliknya
berkurangnya
aktivitas
basis
akan
mengakibatkan
berkurangnya pendapatan yang mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga akan menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis. Teori basis ekonomi dalam Arsyad (2010:367) merupakan laju pertumbuhan ekonomi
suatu wilayah ditentukan oleh besarnya
peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk kemudian diekspor, sehingga akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Asumsi tersebut
memberikan pengertian bahwa suatu daerah
akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor. Untuk menganalisis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim adalah (Location Quotient) disingkat LQ. Pada LQ dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis atau unggulan. Dalam tekhnik LQ berbagai peubah (faktor) dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan kerja dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 24
1) Model Pertumbuhan Interregional (perluasan dari teori basis) Model ini merupakan perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor hanya membahas daerah tersebut tanpa memperhatikan daerah tetangga. Model ini memasukan dampak dari daerah
tetangga,
itulah
sebabnya
maka
dinamakan
model
interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat pada sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. (Tarigan, 2007:58). Teori basis merupakan bentuk model pendapatan yang paling sederhana dan dapat bermanfaat sebagai sarana untuk memperjelas struktur daerah yang bersangkutan, selain itu teori ini juga memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional dan juga dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mendorong pertumbuhan wilayah. Terdapat beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan potensi relatif perekonomian suatu wilayah, sebagai berikut: a)
Analisis Shift Share (SS) Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat
berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini sendiri adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja
25
perekonomian daerah dengan membandingkanya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Analisis SS, memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain yitu: 1) Pertambahan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. 2) Pergeseran pertumbuhan
proposional daerah
merupakan
dengan
perbedaan
menggunakan
antara
pertumbuhan
kabupaten/kota sektoral dan pertumbahan daerah dengan menggunakan pertumbuhan provinsi. Kabupaten/kota dapat tumbuh lebih cepat/lebih lambat dari rata-rata provinsi jika mempunyai sektor atau industri yang tumbuh lebih cepat/lambat dari
kabupaten/kota.
Dengan
demikian,
perbedaan
laju
pertumbuhan dengan nasional disebabkan oleh komposisi sektor yang berbeda. 3) Pergeseran diferensial, digunakan untuk menentukan seberapa jauh daya asing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. b) Location Quotient (LQ) Dalam Tarigan (2007:60) Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim digunakan adalah (Location Quotient, LQ). Location Quotient digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor-sektor basis 26
atau unggulan (leading sectors). Dalam analisis ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : (1) Sektor Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun diluar daerah yang bersangkutan. (2) Sektor Non Basis adalah kegiatan ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri. Dasar pemikiran analisis ini adalah teori economic base yang intinya adalah karena industri basis menghasilkan barang barang danjasa-jasa untuk pasar di daerah maupun diluar daerah yangbersangkutan,
maka
penjualan
keluar
daerah
akan
menghasilkanpendapatan bagi daerah tersebut.Terjadinya arus pendapatan dari luar daerah ini menyebabkanterjadinya kenaikan konsumsi dan investasi di daerah tersebut, danpada gilirannya akan menaikkan
pendapatan
dan
menciptakankesempatan
kerja
baru.(Tarigan, 2005:60) Peningkatan pendapatan tersebut tidak hanya menaikkan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga menaikan permintaan akan sektor non basis. Kenaikan permintaan ini akan mendorong kenaikan investasi pada sektor yang bersangkutan sehingga investasi modal dalam sektor non basis merupakan investasi yang didorong sebagai akibat dari kenaikan sektor basis.
27
d. Teori Tempat Sentral Teori Tempat Sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hirarki tempat dimana setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat lebih kecil yang menyediakan sumberdaya (industri dan bahan baku). Tempat sentral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral memperlihatkan bagaimana pola-pola lahan dari industri yang berbeda-beda terpadu membentuk suatu sistem regional kota-kota. (Prasetyo Soepono 2000:415). Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik di daerah perkotaan maupun daerah pedesaaan. Misalnya, perlunya melakukan pembedaan fungsi antara daerahdaerah yang bertetangga (berbatasan). Beberapa daerah bisa menjadi wilayah penyedia jasa sedangkan daerah lainnya hanya sebagai wilayah pemukiman. Seorang ahli pembangunan ekonomi daerah dapat
membantu
masyarakat
untuk
mengembangkan
peranan
fungsional mereka dalam sistem ekonomi daerah. e. Teori Interaksi Spasial Merupakan arus gerak yang terjadi antara pusat-pusat pelayanan baik berupa barang, penduduk, uang maupun yang lainnya. Untuk itu perlu adanya hubungan antar daerah satu dengan yang lain karena dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah akan
28
saling melengkapi dan bekerja sama untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya. (Saerofi, 2005:25) Dalam teori ini didasarkan pada teori gravitasi, dimana dijelaskan bahwa interaksi antar dua daerah merupakan perbandingan terbalik antara besarnya massa wilayah yang bersangkutan dengan jarak keduanya. Dimana massa wilayah diukur dengan jumlah penduduk. Model interaksi spasial ini mempunyai kegunaan untuk: 1) Menganalisa gerakan antar aktivitas dan kekuatan pusat dalam suatu daerah. 2) Memperkirakan pengaruh yang ada dan ditetapkannya lokasi pusat pertumbuhan terhadap daerah sekitarnya. Interaksi antar kelompok masyarakat satu dengan kelompok masyarakat lain sebagai produsen dan konsumen serta barang-barang yang diperlukan menunjukkan adanya gerakan. Produsen suatu barang pada umumnya terletak pada tempat tertentu dalam ruang geografis, sedangkan para langganannya tersebar dengan berbagai jarak di sekitar produsen. (Saerofi, 2005:26) 5.
Model atau Teori Gravitasi Model gravitasi adalah model yang paling banyak digunakan untuk
melihat besarnya daya tarik suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini sering digunakan untuk melihat kaitan potensi suatu lokasi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. (Tarigan, 2007:148)
29
Misalnya, ada dua kota (kota A dan B) yang berdekatan, ingin diketahui berapa besar interaksi yang terjadi antara dua kota tersebut. Interaksi itu ditentukan oleh beberapa faktor, faktor pertama adalah besarnya kedua kota tersebut. Sebuah kota dapat diukur dari jumlah penduduk, banyaknya lapangan kerja, total pendapatan (nilai tambah), jumlah atau luas bangunan, banyaknya fasilitas kepentingan umum, dan lain-lain. Kemudahan dalam mendapatkan data membuat ukuran jumlah penduduk lebih sering digunakan sebagai alat ukur. Ukuran jumlah penduduk bukanlah arbiter karena jumlah penduduk juga terkait langsung dengan berbagai ukuran lain yang dikemukakan di atas. Faktor kedua yang mempengaruhi interaksi adalah jarak antara kota A dan B. Jarak mempengaruhi orang untuk berpergian karena menempuh jarak tersebut diperlukan waktu, tenaga, dan biaya.
B. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya
dari Janaranjana Herath, Tesfa G.
Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe (2012) dengan judul A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia. Studi menggunakan data Ketenagakerjaan selama 38 tahun dari 1970 hingga 2007 untuk analisis empiris. Hasil mengindikasikan bahwa pertanian, pertambangan dan manufaktur tidak lagi tulang punggung perekonomian West Virginia. Tiga sektor menunjukkan pekerjaan menurun dalam periode 38 tahun. Layanan dan keuangan asuransi dan real estat adalah sektor yang paling kuat memberikan kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan dari 1970 hingga 30
2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan konstruksi menunjukkan positif pertumbuhan ekonomi. Identifikasi investasi prioritas dalam sektor-sektor ini potensi dan pelaksanaan rencana kebijakan pembangunan daerah komprehensif pasti akan mempercepat pertumbuhan ekonomi West Virginia. K. Dianta A. Sebayang (2011), jurnal yang berjudul dampak integrasi ekonomi ASEAN terhadap perdagangan Indonesia pada sektor kendaraan roda empat. Data yang digunakan adalah PDB sektor kendaraan roda empat Indonesia, Negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand) dan Negara non ASEAN (Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Korea Selatan) dengan kurun waktu sejak kesepakatan AFTA tahun 1991-2006 dengan menggunakan alat analisis yaitu Gravity Model dan Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitiannya adalah hasil estimasi model gravitasi mampu menjelaskan dampak AFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia pada produk kendaraan roda empat. Variabel PDB Indonesia dengan PDB mitra dagang dan jarak signifikan menjelaskan arus perdagangan Indonesia dengan mitra dagang baik negara-negara ASEAN dan non-ASEAN, baik pada produk kendaraan roda empat. Variabel dependen (perdagangan total dalam sektor kendaraan roda empat dan sparepart dari negara ASEAN dan negara non-ASEAN) AFTA dalam model ini signifikan mempengaruhi variabel independen (GDP negara ASEAN dan GDP negara non-ASEAN, jarak antara ibukota negara ASEAN dan negara non-ASEAN) dan variabel
31
dependen ASEAN signifikan dalam model SITC 781 yaitu perdagangan kendaraan roda empat. Penelitian Tinus Gulua Karoba (2010) dengan judul analisis pengembangan Kota Jayapura sebagai salah satu kawasan strategis andalan di Provinsi Papua. Alat analisis yang digunakan adalah Klassen Tipology, Location Quotient, Overlay, Shift Share dan Gravity Model. Hasil penelitian yaitu Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan karena rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Jayapura lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Provinsi. Sektor yang menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura adalah sektor keuangan dan sektor perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun 20002009 dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua, komponen bauran industri, komponen unggulan kompetitif dan komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan model gravitasi menghasilkan nilai indeks tertinggi dan memiliki kecenderungan meningkat pada periode tahun 2004-2009 antara Kota Jayapura dan Kerom. Selanjutnya ada jurnal dari Professor Wali I. Mondal, Ph. D (2009) dengan judul An Analysis of The Idustrial Development Potential Of Malaysia: A Shift Share. Data yang digunakan adalah nilai tambah bruto oleh industri dalam harga berlaku dan harga konstan dari tahun sebelumnya yang diperoleh dari Statistical of Malaysia. Dalam jurnalnya mengeneralisasikan metode dekomposisi ini untuk setiap jenis industri dan penggunaannya untuk perbandingan. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap 32
tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau bangunan adalah contoh yang sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan untuk ini adalah perkembangan konstruksi di kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang lain, pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga peringkat terbawah. I Dewa Made Darma Setiawan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Pendekatan Input-Output Multiregional menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi antara daerah Jawa Timur, Bali dan NTB saling berkaitan karena letak geografis yang berdekatan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis Input-Output Multiregional dengan menganalisis dampak pertumbuhan sektor-sektor unggulan suatu provinsi dengan provinsi tersebut (intraregional) dan pertumbuhan ekonomi di provinsi lainnya (interregional). Hasil penelitiannya bahwa terdapat 6 sektor unggulan yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor hotel dan restoran, sektor peternakan di Provinsi Bali; sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi NTB. Peranan dari sektor unggulan tersebut terbesar dari provinsi Bali dan Jawa Timur dibandingkan dengan Provinsi NTB. Dampak dari pertumbuhan sektor unggulan masing-masing provinsi masih kecil terhadap pertumbuhan
33
daerah lainnya (interregional) dan masih sangat kecil bila dibandingkan dengan dampak intraregional. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ropingi (2004) dalam Jurnalnya yang berjudul Aplikasi Analisis Shift Share Esteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali. Jurnal ini berisi efek alokasi adalah komponen dalam shift share yang menunjukkan apakah suatu daerah terspesialisasi dengan sektor perekonomian yang ada dimana akan diperoleh keunggulan kompetitif. Semakin besar nilai efek alokasi semakin baik pendapatan
atau
kesempatan
kerja
didistribusikan
diantara
sektor
perekonomian dengan keunggulan masing-masing. Berdasarkan efek alokasi tersebut terlihat bahwa sektor perekonomian di Kabupaten Boyolali mempunyai alokasi PDRB yang baik untuk setiap sektor perekonomian yang ada. Hal ini bisa dilihat dari nilai total efek alokasi yang bernilai positif yang berarti semakin baik PDRB didistribusikan di antara sektor-sektor yang berbeda sesuai dengan kelebihan masing-masing sektor tersebut. Dilihat dari distribusi per sektor ternyata sektor industri pengolahan mendapatkan keuntungan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 12.925.941,97 ribu, kedua sektor penggalian dan pertambangan sebesar Rp 1.916.219,28 ribu, ketiga sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp 1.679.104,66 ribu dan kelima sektor pertanian sebesar Rp 1.404.329,40 ribu. Ternyata sektor petanian di Kabupaten Boyolali berdasarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan
34
salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai penyumbang pendapatan daerah Kabupaten Boyolali. Spesialisasi sektor pertanian yang terjadi di Kabupaten Boyolali ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah daerah yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor prioritas/unggulan untuk menopang pembangunan wilayah bersangkutan. Hal ini diperkuat dengan relatif masih tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32,10 persen. Penelitian tentang potensi ekonomi sektoral pernah dilakukan oleh Irman dan Fachrizal Bachri tahun 2001 dengan judul penelitian Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000. Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu PDRB Provinsi Sumatera Selatan dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Lahat dengan variabel yang dikaji total produksi yang dihasilkan dari tiap sektor dalam jutaan rupiah. Alat analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Analisis Shift Share, Cobb Douglas dan Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio). Dengan menggunakan alat analisis LQ terdapat empat sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya. Hasil penelitian dengan analisis shift share hanya terdapat 3 sektor potensial yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan hasil penelitian dengan Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai produksi sektor 35
pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja. Dari analisis ICOR didapatkan hasil penelitian bahwa ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah 11,32%. Dari keempat alat analisis yang digunakan sektor ekonomi potensial Kabupaten Lahat yang harus dikembangkan adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
36
Judul A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia (2012)
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Variabel Alat Analisis Janaranjana Data Shift Share Herath, Tesfa ketenagakerjaan G. West Virginia Gebremedhin tahun 1970-2007 dan Blessing M. Maumbe
Dampak Integrasi K. Dianta Ekonomi ASEAN Sebayang terhadap Perdagangan Indonesia pada Sektor Kendaraan Roda Empat (2011)
PDB sektor Gravity Model dan kendaraan roda Ordinary Least Square empat Indonesia, (OLS) Negara ASEAN (Malaysia, Filipina, Singapore dan Thailand) dan Negara non ASEAN (Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Korea
Hasil Penelitian Sektor yang menjadi sektor unggulan bagi West Virginia dalam periode 38 tahun, yaitu layanan dan keuangan asuransi dan real estat adalah sektor yang paling kuat memberikan kontribusi 91 persen pertumbuhan pekerjaan dari 1970 hingga 2007. Selain dua sektor, sektor perdagangan besar dan eceran dan konstruksi menunjukkan positif pertumbuhan ekonomi. Identifikasi investasi prioritas dalam sektor-sektor ini potensi dan pelaksanaan rencana kebijakan pembangunan daerah komprehensif pasti akan mempercepat pertumbuhan ekonomi West Virginia. 1. Hasil estimasi model gravitasi mampu menjelaskan dampak AFTA terhadap perdagangan internasional Indonesia pada produk kendaraan roda empat. 2. Variabel PDB Indonesia dengan PDB mitra dagang dan jarak signifikan menjelaskan arus perdagangan Indonesia dengan mitra dagang baik Negara-negara ASEAN dan non-ASEAN, baik pada produk kendaraan roda empat. 3. Variabel dependen AFTA dalam model
37
Selatan) tahun 1991-2006
ini signifikan mempengaruhi variabel indenpenden dan variabel dependen ASEAN signifikan dalam model SITC 781 yaitu perdagangan kendaraan roda empat.
Pengembangan Kota Jayapura sebagai salah satu Kawasan Strategis Andalan di Provinsi Papua (2010)
Tinus Gulua Karoba
PDRB Provinsi Papua, PDRB Kota Jayapura dan Kerom
Klassen Tipology, Location Quotient, Overlay, Shift Share dan Gravity Model
An Analysis of The Idustrial Development Potential Of Malaysia: A Shift Share
Professor Wali I. Mondal, Ph. D (20092010)
Nilai tambah bruto Shift Share oleh industri dalam harga berlaku dan harga konstan
Kota Jayapura adalah daerah maju tertekan karena rata-rata pertumbuhan PDRB Kota Jayapura lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan PDRB Provinsi. Sektor yang menjadi unggulan PDRB Kota Jayapura adalah sektor keuangan dan sektor perdagangan. Perubahan PDRB dari tahun 2000-2009 dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua, komponen bauran industri, komponen unggulan kompetitif dan komponen pengaruh kompotitif. Sedangkan model gravitasi menghasilkan nilai indeks tertinggi dan memiliki kecenderungan meningkat pada periode tahun 2004-2009 antara Kota Jayapura dan Kerom. Hasilnya industri yang paling efektif menurut analisis tersebut adalah industri manufaktur yang menempati urutan pertama di setiap tahunnya kecuali tahun 2004, dan perdagangan yang kedua. Sektor yang efektif adalah sektor perdagangan. Konstruksi atau
38
Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat, Pendekatan InputOutput Multiregional (2005)
I Dewa Made PDRB Provinsi Darma Jawa Timur, Setiawan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Provinsi NTB
Analisis Shift Share Ropingi Esteban-Marquillas Pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali (2004)
PDRB Kabupaten Boyolali dan Provinsi Jawa Tengah
Input-Output Multiregional
Shift Share EstebanMarquillas
bangunan adalah contoh yang sektor yang pertumbuhannya membaik atau maju. Alasan untuk ini adalah perkembangan konstruksi di kota-kota besar di Malaysia. Di sisi yang lain, pertanian, pemburuan, perhutanan, perikanan dan penggalian berada di tiga peringkat terbawah. 6 sektor unggulan yaitu sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan di Provinsi Jawa Timur; sektor hotel dan restoran, sektor peternakan di Provinsi Bali; sektor industri makanan, minuman dan tembakau, sektor perdagangan, hotel dan restoran di Provinsi NTB. Peranan dari sektor unggulan tersebut terbesar dari provinsi Bali dan Jawa Timur dibandingkan dengan Provinsi NTB. Dampak dari pertumbuhan sektor unggulan masingmasing provinsi masih kecil terhadap pertumbuhan daerah lainnya (interregional) dan masih sangat kecil bila dibandingkan dengan dampak intraregional. Sektor pertanian di Kabupaten Boyolali berdasarkan nilai efek alokasi yang positif berarti sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai potensi sebagai penyumbang pendapatan daerah Kabupaten Boyolali. Kontribusi sektor pertanian
39
Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000
Irman dan Fachrizal Bachri (2001)
PDRB Provinsi Sumatera Selatan dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Lahat
LQ (Location Quotient ), Shift Share, Cobb Douglas dan Analisis ICOR (Incremental Capital Output Ratio)
terhadap PDRB Kabupaten Boyolali selama lima tahun terakhir dengan rata-rata 32.10 persen. 1. Analisis LQ empat sektor unggulan yaitu sektor pertanian, sektor bangunan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya. 2. analisis shift share hanya terdapat 3 sektor potensial yaitu sektor industri pengolahan, sektor bangunan dan sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. 3. Cobb Douglas terjadi peningkatan nilai produksi sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa berpengaruh positif terhadap kesempatan kerja. 4. ICOR Kabupaten Lahat secara total adalah 11,32%. Sektor ekonomi Kabupaten Lahat yang harus dikembangkan adalah sektor pertanian dan sektor bangunan.
40
Perbedaan penelitian ini dari jurnal Irman dan Fachrizal Bachri dengan judul penelitian Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan dengan tahun analisis dari tahun 1993-2000 adalah dari tahun analisis dan daerah analisis. Persamaannya dengan penelitian ini adalah variabel yang dipakai yaitu GNP dan PDRB dan alat analisis LQ (Location Quotient). Dari jurnal I Dewa Made Darma Setiawan (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan Nusa Tenggara Barat adalah dari alat analisis nya yang menggunakan Pendekatan Input-Output Multiregional dan variabel yang dipakai dampak pertumbuhan sektor-sektor unggulan suatu provinsi dengan provinsi tersebut (intraregional) dan pertumbuhan ekonomi di provinsi lainnya (interregional) daerah analisis dan tahun analisis. Persamaan antara penelitian yang dilakukan dengan yang terdahulu adalah alat analisis yaitu alat analisis yang sama-sama menggunakan LQ, Shift Share, Tipologi, dan Model Gravitasi dengan menggunakan data sekunder PDRB. Penelitian yang dilakukan oleh K. Dianta A. Sebayang dan Tinus Gulua Karoba mengacu pada teori model gravitasi untuk melihat keterkaitan potensi ekonomi antar daerah sesuai dengan penelitian yang dilakukan untuk melihat keterkaitan potensi ekonomi Kota Denpasar dengan Kabupaten di Bali.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis Berdasarkan perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antar daerah satu dengan daerah lainnya merupakan fenomena yang umum dijumpai, terutama 41
di negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dari laju pertumbuhan pendapatan daerah yang bersangkutan sebagai upaya mencapai pembangunan daerah. Salah satu indikator mengetahui pertumbuhan ekonomi dan pendapatan daerah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah. Data dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto suatu daerah untuk mengetahui daerah yang mempunyai kemampuan dalam menciptakan lapangan usaha atau memberikan sumbangan dari sembilan sektor ekonomi Pertumbuhan pendapatan suatu daerah ditentukan dengan bagaimana daerah yang bersangkutan berperan sebagai eksportir bagi daerah sekitarnya. Menurut teori basis ekonomi kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi kegiatan basis dan non basis. Kemudian mengetahui sektor potensial daerah untuk dikembangkan dan interaksi daya tarik potensi ekonomi antar daerah kota dengan kabupaten. Digunakan alat analisis seperti Location Quetiont (LQ), Shift Share, tipologi sektoral dan model atau teori gravitasi. Dengan penggunaan analisis ini untuk mengetahui potensi dari pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Provinsi Bali.
42
Gambar 2.1 Kerangka berpikir Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten/Kota di Provinsi Bali PDRB Provinsi Bali PDRB 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Teori dan Penelitian Terdahulu
Analisis Location Quotient (LQ) (PDRB)
LQ>1 Sektor Basis
Analisis Gravitasi (keterkaitan ekonomi ekonomi Kota dan Kabupaten)
Analisis Shift Share (PDRB)
Dij>0, sektor tumbuh lebih cepat dari Provinsi. Dj<0, sektor tumbuh lebih lambat dari Provinsi
LQ<1 Sektor Non basis
Pj>0, sektor di kab/kota tumbuh cepat Pj<0, sektor di kab/kota tumbuh lambat
Hasil dan Analisa Potensi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten/Kota di Provinsi Bali
43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang menggunakan data runtun waktu (time series). Penelitian dilaksanakan di Provinsi Bali. Pemilihan lokasi di Provinsi Bali dengan pertimbangan bahwa pariwisata (sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran,
sektor
pertanian,
sektor
pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik, air dan gas dan sektor jasa-jasa lainnya) di Provinsi ini adalah salah satu penyumbang terbesar
dalam
kontribusi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali itu sendiri. Ruang lingkup waktu yang dipakai 2005 hingga 2011 yang bertujuan untuk menganalisis potensi ekonomi di Provinsi Bali.
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah PDRB Sektoral Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan Provinsi Bali yang dihitung berdasarkan harga konstan tahun 2000. Dalam penelitian ini tidak diperlukan sampel. Karena keseluruhan objek penelitian dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi yang diteliti adalah sektor-sektor ekonomi di Provinsi Bali dan sembilan Kabupaten/Kota yang ada di Bali periode tahun 2005-2011.
44
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data penelitian yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan menurut Bungin (2010:122). Pada penelitian ini data sekunder dipakai untuk mengetahui data PDRB Provinsi Bali, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Badung, Klungkung, Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana dan Tabanan tahun 2005-2011 (data terbaru) atas dasar Harga Konstan, Jumlah penduduk Kota Denpasar, data penduduk Kabupaten Gianyar, Badung, Klungkung, Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana dan Tabanan, maupun data jarak antara kota dan kabupaten di Provinsi Bali yang bersumber dari dokumentasi BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bali. Selain data-data laporan tertulis, untuk kepentingan penelitian ini juga digali berbagai data, informasi dan referensi dari berbagai sumber pustaka, media massa dan internet.
D. Metode Analisis Data Berdasarkan dengan masalah yang dirumuskan dan tujuan yang telah dijabarkan maka metode yang digunakan penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif, yaitu dimana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan format deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau beberapa variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi, kemudian
45
mengangkat kepermukaan karakter atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tersebut dalam Bungin (2010:36). Untuk mengetahui sektor-sektor apa yang menjadi basis dan non-basis terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali, menganalisis sektor potensial, menganalisis perubahan struktur ekonomi dan keterkaitan daya tarik potensi antar daerah Provinsi Bali maka digunakan metode Location Quotient, Shift Share, tipologi sektoral dan model atau teori gravitasi. 1.
Location Quotient (LQ) Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010a:30), Location
Quotient atau disingkat LQ, merupakan suatu pendekatan yang umum digunakan dan didasarkan pada teori model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. LQ mengukur dan menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor unggulan di suatu region (kabupaten/kota/provinsi) terhadap sumbangan nilai tambah sektor unggulan yang bersangkutan secara provinsi/nasional atau menghitung perbandingan antara share output sektor unggulan di kabupaten/kota terhadap share output sektor unggulan di provinsi. Arsyad (2010:391), menjelaskan bahwa dalam teknik LQ ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi ke dalam dua golongan, yaitu : a.
Sektor basis adalah sektor ekonomi yang mampu untuk memenuhi kebutuhan baik pasar domestik maupun pasar luar daerah. Artinya sektor 46
b.
ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan.
c.
Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang hanya mampu memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri, sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan. Rumusan LQ menurut Tarigan (2005:82), dalam penentuan sektor
basis dan non basis, dinyatakan dalam persamaan berikut: Xin / Yn LQ = Xi / Y
Catatan : Simbol PDRB (PDRB Provinsi) dan PDRB (PDRB Kabupaten) dalam buku asli, diganti dengan Yn untuk PDRB Kabupaten dan Y untuk PDRB Provinsi. Dimana: LQ = Nilai Location Quotient (LQ). Xin= Nilai tambah (PDRB) sektor i di daerah analisis pada tahun tertentu. Yn = Total PDRB Sektor daerah analisis. Xi = Nilai tambah (PDRB) sektor i daerah analisis pada tahun tertentu. N = Total PDRB daerah analisis. Sektor basis/spesialisasi mengacu kepada sektor ekonomi disuatu wilayah, dimana suatu wilayah dikatakan memiliki spesialisasi jika wilayah tersebut mengembangkan suatu sektor ekonomi sehingga pertumbuhan maupun andil sektor tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan sektor yang sama pada daerah lainya, spesialisasi juga tercipta akibat potensi sumber 47
daya alam yang besar maupun peranan permintaan pasar yang besar terhadap output-output lokal. Dalam Badan Pusat Statistik Provinsi Bali (2010 a), hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga kriteria sebagai berikut: 1) Jika nilai LQ>1 bermakna bahwa sektor I tersebut menjadi sektor basis atau menjadi sektor pertumbuhan. Komoditas di sektor i tersebut memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. Dengan kata lain, sektor tersebut merupakan sektor yang kuat, sehingga daerah bersangkutan secara potensial merupakan pengekspor produk dari sektor tersebut ke daerah lain atau sektor tersebut memiliki prospek yang menguntungkan untuk dikembangkan. 2) Jika nilai LQ=1 bermakna bahwa sektor i tergolong non basis. Komoditas pada sektor i tersebut tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor. 3) Jika nilai LQ<1 bermakna bahwa sektor i juga termasuk non basis. Produksi komoditas pada sektor i di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar. Dengan kata lain, suatu sektor tersebut kurang menguntungkan untuk dikembangkan dan belum mampu memenuhi semua permintaan dari dalam daerah, sehingga harus didatangkan dari daerah lain. Derajat spesialisasi/sektor basis tidak dapat bernilai negatif, ini terlihat dari rumus LQ sendiri yang menunjukan pencarian rasio yaitu mencari 48
perbandingan sektor yang lebih unggul bukan mencari selisih dari sektor tersebut. Beberapa kelemahan Metode LQ dalam Arsyad (2010:392) adalah : 1) Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri Nasional. 2) Berasumsi bahwa tingkat ekspor tergantung pada tingkat disagregasi. Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain : 1) Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung. 2) Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat diterapkan pada data historis untuk mengetahui trend. 2.
Shift Share Tujuan
analisis
ini
adalah
untuk
menentukan
kinerja
atau
produktivitas kerja perekonomian daerah, membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional) serta mempengaruhi pertumbuhan melalui jumlah output-nya. Jika output bertambah, maka daerah itu akan mengalami pertumbuhan. Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam tiga bidang yang saling berhubungan satu sama lain (Arsyad, 2010:390) yaitu: a.
Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan kesempatan kerja agregat secara sektoral dibandingkan
49
dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang jadi acuan. b.
Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi
pada
industri-industri
yang
tumbuh
lebih
cepat
dibandingkan dengan perekonomian yang dijadikan acuan. c.
Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya dibandingkan dengan industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. Menurut Glasson (1990:95) dalam Dini (2007:45), kedua komponen
shift—yaitu Sp dan Sd— memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal: Sp merupakan akibat pengaruh unsurunsur eksternal yang bekerja secara Nasional/Regional, sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan. Metode analisis Shift Share yang merupakan alat untuk menghitung, menganalisis
dan mengetahui
pergeseran dan peranan
perekonomian di daerah ini diawali dengan formulasi:
50
G
= Yjt - Yjo = ∑ (Nj+Pj+Dj)
Nj
= Yjo (Yt / Yo) – Yjo
(P + D)j = Yjt – (Yt / Yo) Yjo Pj
= Σi [(Yit / Yio) – (Yt / Yo)] Yijo
Dj
= Σt [ Yijt – (Yit / Yio) Yijo] = (P + D)j – Pj
Dimana: Gj = Pertumbuhan PDRB Total Kabupaten/Kota Nj
= Komponen Share
(P + D)j = Komponen Net Shift Pj
= Proportional Shift Kabupaten/Kota
Dj
= Differential Shift Kabupaten/Kota
Yj
= PDRB Total Kabupaten
Y
= PDRB Total Bali
o,t
= Periode awal dan Periode akhir
i
= Sektor pada PDRB
Catatan: Simbol E (tenaga kerja) dalam buku asli, diganti dengan simbol Y (PDRB) karena data yang diteliti adalah PDRB. Jika Pj > 0, maka kabupaten/kota analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih cepat. Sebaliknya jika Pj < 0, maka kabupaten analisis akan berspesialisasi pada sektor yang di tingkat provinsi tumbuh lebih lambat. Bila Dj > 0, maka pertumbuhan sektor i di kabupaten analisis lebih cepat dari pertumbuhan sektor yang sama di provinsi dan bila Dj < 0, maka
51
pertumbuhan sektor i di kabupaten/kota analisis relatif lebih lambat dari pertumbuhan sektor yang sama di provinsi. Apabila nilai Pj maupun Dj bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebaliknya bila nilainya negatif menunjukkan
bahwa
sektor
tersebut
dalam
perekonomian
masih
memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian provinsi (Harry W. Richardson : 1978) . Untuk sektorsektor yang memiliki differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat. Pengaruh pertumbuhan
ekonomi
provinsi
disebut
pengaruh
pangsa
(share).
Pertumbuhan atau perubahan perekonomian suatu daerah dianalisis dengan melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi Provinsi terhadap variable regional sektor/industri daerah/kabupaten yang diamati. Hasil perhitungan tersebut akan menggambarkan peranan Provinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah/kabupaten. Diharapkan bahwa apabila suatu provinsi mengalami pertumbuhan ekonomi maka akan berdampak positif terhadap perekonomian daerah/kabupaten. 52
Secara umum nilai Pj dan Dj tidak dapat bernilai sama dengan nol, hal ini disebabkan nilai sama dengan nol menunjukan bahwa pertumbuhan total PDRB sektor pada daerah tersebut tidak mempunyai nilai atau sama dengan nol, hal ini kemungkinan terjadinya sangat kecil karena total PDRB sektor yang bernilai nol menunjukan bahwa tidak terjadi pertumbuhan pada sektor daerah tersebut dan tidak adanya penghitungan oleh pemerintah daerah mengenai distribusi sektor terhadap daerahnya. Apabila total PDRB sektor daerah tersebut bernilai negatif, hal itu menunjukan bahwa sektor pada daerah tersebut mengalami kebangkrutan. Menurut Arsyad (2010:390), kelemahan dari analisis Shift Share antara lain analisis ini hanya dapat digunakan untuk analisis ex-post, masalah benchmark berkenaan dengan homothetic change, apakah t atau (t+1) tidak dapat dijelaskan dengan baik, terdapat data pada periode waktu tertentu di tengah tahun pengamatan yang tidak terungkap, analisis ini tidak handal sebagai alat peramalan, mengingat bahwa regional shift tidak konstan dari suatu periode ke periode lainnya, analisis ini tidak dapat dipakai untuk melihat keterkaitan antar sektor dan tidak ada keterkaitan antar daerah. Keunggulan analisis shift share antara lain : 1) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi, walau analisis shift share tergolong sederhana. 2) Memungkinkan seorang pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat.
53
3.
Tipologi Sektoral Analisis ini mengembangkan hasil perhitungan indeks Location
Quotient ( LQ > 1 ), komponen differential shift ( Dj > 0 ), dan komponen proportional shift ( Pj > 0 ) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis Shift Share, tipologi sektoral diharapkan dapat memperjelas dan memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi (2005:64), Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut: a.
Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan Provinsi (Dj rata-rata > 0 ) meskipun di tingkat Provinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0).
b.
Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi (Dj rata-rata > 0) karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
c.
Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding provinsi (( Dj rata-rata < 0) karena ditingkat Provinsi pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0).
54
d.
Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi (Dj rata-rata > 0) padahal di Provinsi sendiri pertumbuhannya juga cepat (Pj rata-rata > 0).
e.
Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi (Dj rata-rata > 0) meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
f.
Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding Provinsi (Dj rata-rata < 0) meskipun di Provinsi sendiri pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0).
g.
Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ ratarata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding Provinsi (Dj rata-rata < 0) dan juga Provinsi sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). Berdasarkan tabel 3.1 dapat dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam
Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1). Selain itu, di Provinsi/Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi (Dj > 0), meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. (Pj rata-rata positif). Sektor ini akan
55
mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 3.1 di bawah (LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ‖ baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih dari cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”, Tipologi VII ‖ kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖.
LQ RataRata I II III IV V VI VII VIII
Tabel 3.1 Makna Tipologi Sektor Ekonomi Dj RataPj Rata-Rata Tingkat Rata Kepotensialan
(LQ > 1 ) (LQ > 1 ) (LQ > 1 ) (LQ > 1) (LQ < 1) (LQ < 1) (LQ < 1) (LQ < 1)
(Dj > 0) (Dj > 0) (Dj < 0) (Dj < 0) (Dj > 0) (Dj > 0) (Dj < 0) (Dj < 0)
(Pj > 0) (Pj < 0) (Pj > 0) (Pj < 0) (Pj > 0) (Pj < 0) (Pj > 0) (Pj < 0)
Istimewa Baik Sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir dari Cukup Kurang Kurang Sekali
Sumber: Saerofi (2005:65) Analisis potensi pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dapat diketahui dengan menggunakan analisis LQ, Analisis Shift Share dan Tipologi. Seperti yang dijelaskan pada gambar 3.1 dibawah ini. Sehingga dapat diketahui sektor yang potensial untuk dapat memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali.
56
4.
Model atau Teori Gravitasi Penelitian ini menggunakan analisis gravitasi untuk melihat besarnya
daya tarik dari suatu potensi yang berada pada suatu lokasi. Model ini digunakan untuk melihat kaitan suatu potensi dan besarnya wilayah pengaruh dari potensi tersebut. Model gravitasi dapat digunakan untuk menghitung besarnya interaksi yang terjadi antara dua wilayah. (Robinson Tarigan, 2005:148) Dalam konteks penelitian ini, analisis gravitasi digunakan untuk mengidentifikasikan interaksi ekonomi atau keterkaitan antara Kota Denpasar dengan kabupaten sekitarnya. Menurut analisis ini daya tarik menarik antar pusat pertumbuhan dengan daerah sekitarnya merupakan perbandingan terbalik antara besarnya pengaruh pusat wilayah dan kuadrat jarak antara dua wilayah. Rumus analisis gravitasi adalah sebagai berikut: Pi Pj Tij = k
dbij
Keterangan : Tij = Daya tarik menarik antara daerah i dan j Pi = Besarnya massa dari wilayah i yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah i Pj = Besarnya massa dari wilayah j yang menggunakan tolak ukur jumlah penduduk wilayah j 57
dij = Jarak antara wilayah i dengan wilayah j b = Konstanta yang nilainya 2 Pengukuran dari analisis ini adalah: a.
Bila Tij nilainya semakin besar maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin kuat dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya besar kaitannya.
b.
Bila Tij nilainya semakin kecil maka daya tarik menarik antara daerah (i) dan (j) semakin lemah dan bisa dikatakan indikator kegiatan sosial ekonomi keduanya kecil kaitannya. Gambar 3.1 Bagan Kerangka Potensi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Potensi Ekonomi
Analisis Location Quotient (LQ)
LQ>1 Sektor Basis
LQ<1 Sektor Non Basis
Analisis Shift Share
Dij>0, sektor tumbuh lebih cepat dari Provinsi. Dj<0, sektor tumbuh lebih lambat dari Provinsi
Analisis Gravitasi
Pj>0, sektor di kab/kota tumbuh cepat Pj<0, sektor di kab/kota tumbuh lambat
Tipologi Sektoral
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali 58
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan definisi dari masing-masing variabel yang digunakan. Variabel adalah atribut dari sekelompok orang atau objek penelitian yang mempunyai kriteria yang sama, Sugiyono (2005:2). Penjelasan variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Laju pertumbuhan ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi berlaku atau tidak. Laju pertumbuhan ekonomi diukur dengan indikator perkembangan PDRB dari tahun ke tahun yang dinyatakan dalam persen per tahun. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pembangunan daerah dilihat dari besarnya pertumbuhan PDRB setiap tahunnya.
2.
Pertumbuhan sektor ekonomi Pertumbuhan sektor ekonomi adalah pertumbuhan nilai barang dan jasa dari setiap sektor ekonomi yang dihitung dari angka PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2000 dan dinyatakan dalam persentase. PDRB (ADHK) merupakan nilai produksi barang dan jasa akhir dalam suatu waktu kurun waktu tertentu orang-orang dan perusahaan.
Dinamakan
bruto
karena
memasukkan
komponen
penyusutan. Disebut domestik karena menyangkut batas wilayah. Disebut konstan karena harga yang digunakan mengacu pada tahun tertentu (tahun dasar = 2000). 59
3.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS), bila dipandang dari sudut produksi, PDRB merupakan jumlah nilai produksi neto barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam satu region atau wilayah selama jangka waktu tertentu yaitu satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB dihitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu pada harga-harga barang yang berlaku di tahun dasar yang dipilih, yakni tahun dasar 2005. Perhitungan berdasarkan harga konstan ini dilakukan karena sudah dibersihkan dari unsur inflasi.
4.
Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2002:4), Perkembangan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputusputus dalam keadaan stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang ada sebelumnya. Berdasarkan pengertian di atas yang dimaksud dengan pengembangan sektor potensial dalam penelitian ini adalah upaya untuk mengubah/menaikkan keadaan yang ada (mengganti keseimbangan yang telah ada) pada sektor-sektor ekonomi potensial (unggul, mampu, strategis), guna meningkatkan PDRB Provinsi Bali secara umum.
5.
Komponen Share (Nj)
60
Komponen Share (Nj) adalah pertambahan PDRB suatu daerah seandainya pertambahannya sama dengan pertambahan PDRB provinsi selama jangka waktu tertentu. 6.
Komponen Net Shift (P+D)j Komponen Net Shift
(P+D)j adalah komponen nilai untuk
menunjukkan penyimpangan dari Nj dalam ekonomi regional. 7.
Komponen Differential Shift (Dj) Komponen Differential Shift
(Dj) adalah komponen untuk
mengukur besarnya shift netto yang digunakan oleh sektor tertentu yang lebih cepat atau lebih lambat di tingkat provinsi 8.
Komponen Proportional Shift (Pj) Komponen Proportional Shift (Pj) adalah komponen ysng dipakai untuk menghasilkan besarnya shift netto sebagai akibat dari PDRB daerah yang bersangkutan berubah. Komponen bernilai positif apabila daerah tersebut berspesialisasi dalam sektor yang ditingkat provinsi tumbuh
dengan
cepat,
sebaliknya
akan
bernilai
negatif
jika
berspesialisasi pada sektor yang tumbuh lambat di tingkat provinsi. 9.
Penduduk BPS mendefinisikan bahwa yang dimaksud penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 (enam) bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili
61
kurang dari 6 (enam) bulan tetapi bertujuan untuk menetap (dalam satuan jiwa). 9.
Jarak Jarak adalah bobot dari suatu wilayah ke wilayah lain yang dinyatakan dalam satuan Kilo Meter (Km). Jarak dalam penelitian ini adalah jarak antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya.
62
Tabel 3.2 Tabel Operasional Variabel Variabel
Indikator pengukuran
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Basis dan non basis
Laju pertumbuhan ekonomi LQ (Location Quatient)
Sektor Potensial
LQ (Location Quatient) Shift Share: Komponen Share (Nj) Komponen net shift (P+D)j Differential Shift (Dj) Proportional Shift (Pj)
Data dan Sumber data BPS
Data tahun Skala 2005-2011
Nominal
PDRB ke sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha dan PDRB Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha (BPS) PDRB ke sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha dan PDRB Provinsi Bali ADHK 2000 menurut lapangan usaha (BPS)
2005-2011
Nominal
2005-2011
Nominal
Jumlah penduduk kabupaten/kota Provinsi Bali dan jarak antara Ibukota Provinsi Bali dengan kabupaten (Km) (BPS)
2005-2011
Nominal
Tipologi Sektoral Daya Tarik Menarik Potensi Ekonomi Antar Daerah
Analisis Model Gravitasi
63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Provinsi Bali a. Keadaan Geografi dan Demografi Provinsi Bali Provinsi Bali secara astronomis terletak antara 803’40‖ – 805’48‖ Lintang Selatan dan 114025’53‖ – 115042’40‖ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis layaknya wilayah lain di Indonesia. Batas-batas wilayah Provinsi Bali adalah : Sebelah Utara
: Laut Bali
Sebelah Selatan
: Samudera Indonesia
Sebelah Barat
: Selat Bali
Sebelah Timur
: Selat Lombok
Provinsi Bali dikenal sebagai pulau dewata (paradise island), yang merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Bali terletak di antara Pulau Jawa dan Pulau Lombok. Ibukota provinsinya adalah Denpasar, yang terletak di bagian selatan pulau ini. Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km dan selebar 112 km, sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Selain itu, Provinsi Bali juga terdiri dari beberapa pulau, yakni Pulau Bali sebagai pulau terbesar, Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Ceningan, Pulau Nusa Lembongan, Pulau Serangan (terletak di sekitar kaki Pulau Bali), serta Pulau Menjangan yang terletak di bagian barat Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali, 2012)
64
Berdasarkan hasil Digitasi batas wilayah, Provinsi Bali memiliki luas wilayah 5.636,66 km2 atau 0,29% dari luas Kepulauan Indonesia. Provinsi Bali terbagi atas delapan kabupaten dan satu kota yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1 Luas wilayah (Km ) Kabupaten/Kota di Provinsi Bali No Kabupaten/ Kota Luas wilayah (km2) 2
1.
Denpasar
128
2.
Badung
419
3.
Jembrana
842
4.
Tabanan
839
5.
Buleleng
1.366
6.
Klungkung
315
7.
Karangasem
840
8.
Gianyar
368
9.
Bangli
521
Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali) Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi, yakni Gunung Agung yang merupakan titik tertinggi di Bali setinggi 3.142 meter. Gunung berapi ini terakhir meletus pada Maret 1963. Gunung Batur (1.717 meter) yang berlokasi di Bangli juga merupakan salah satu gunung berapi. Sekitar 30.000 tahun lalu, Gunung Batur meletus dan menghasilkan bencana yang dahsyat di bumi. Sedangkan gunung yang tidak berapi antara lain adalah Gunung Merbuk (1.356 meter) di Jembrana, Gunung Patas (1.414 meter) di Buleleng, dan Gunung Seraya (1.058 meter) di Karangasem, serta beberapa gunung lainnya. (BPS Provinsi Bali, 2012) 65
Adanya pegunungan tersebut menyebabkan daerah Bali secara geografis terbagi menjadi dua bagian yang tidak sama, yakni Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai, serta Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali juga memiliki empat buah danau, yakni Danau Beratan, Danau Buyan, Danau Tamblingan, dan Danau Batur. Berbeda dengan bagian utara, bagian selatan Bali adalah dataran rendah yang dialiri sungai-sungai, seperti sungai Tukad Ayung 62.500 meter dan sungaisungai lainnya. (BPS Provinsi Bali, 2012) Pada konteks lain, jenis tanah yang ada di Bali sebagian besar didominasi oleh tanah Regusol dan Latasol serta sebagian kecil saja terdapat jenis tanah Alluvial, Mediteran, dan Andosol. Jenis tanah Latosol yang sangat peka terhadap erosi, tersebar di bagian barat sampai Kalopaksa, Petemon, Ringdikit, dan Pempatan. Tanah jenis ini juga terdapat di sekitar Gunung Penyu, Gunung Pintu, Gunung Juwet, dan Gunung Seraya yang secara keseluruhan meliputi 44,90 persen dari luas Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali, 2012) Jenis tanah Regusol yang sangat peka terhadap erosi terdapat di bagian timur Amlapura sampai Culik. Jenis tanah ini terdapat juga di Pantai Singarajasampai Seririt, Bubunan, Kekeran di sekitar Danau Tamblingan, Buyan, dan Beratan, sekitar Hutan Batukaru, serta sebagian kecil di Pantai 66
Selatan Desa Kusamba, Sanur, Benoa, dan Kuta. Jenis tanah ini meliputi sekitar 39,93 persen dari luas Pulau Bali. Jenis tanah Andosol yang juga peka terhadap erosi terdapat di sekitar Baturiti, Candikuning, Banyuatis, Gobleg, Pupuan, dan sebagian kelompok hutan Gunung Batukaru. Jenis tanah Mediteran yang kurang peka terhadap erosi terdapat di Jazirah Bukit Nusa Penida dan kepulauannya, Bukit Kuta, dan Prapat Agung. Jenis tanah yang juga tidak peka terhadap erosi lainnya adalah tanah Alluvial terdapat di dataran Negara, Sumber Kelampok, Manggis, dan Angantelu. Ketiga jenis tanah ini, yakni Andasol, Mediteran, dan Alluvial meliputi sekitar 15,49 persen dari luas Pulau Bali. (BPS Provinsi Bali, 2012) b. Keadaan Iklim Wilayah Bali secara umum beriklim laut tropis yang dipengaruhi oleh angin musiman. Sebagai pulau kecil, Bali di kelilingi wilayah pesisir dengan panjang 430 km. Ada banyak orang yang menggantungkan hidupnya pada wilayah pesisir dengan mata pencaharian sebagai nelayan sejak turun-temurun dan petani rumput laut. Di wilayah rural, sebagian besar masyarakat Bali bercorak produksi sebagai petani kecil dengan pola pertanian tradisional. Corak produksi masyarakat Bali ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim (siklus alam dan curah hujan). Karena itu, peralihan musim merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi musim kemarau atau musim hujan lebih dini, sehingga perencanaan pertanian terutama periode tanam dan jenis komoditas dapat disusun sesuai kondisi iklim aktual. (BPS Provinsi Bali, 2012) 67
Curah hujan tertinggi selama tahun 2011 terdapat di Kabupaten Tabanan sebanyak 4.041 mm, untuk suhu tertinggi terjadi di Kabupaten Buleleng dan Kota Denpasar yaitu mencapai 27,20C. c.
Pemerintahan 1) Wilayah Administrasi Secara administrasi, Provinsi Bali terbagi menjadi delapan kabupaten dan satu kota, yakni Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem, Buleleng, dan Kota Denpasar, serta terbagi dalam 57 kecamatan, 715 desa, dan 4.295 SLS (Satuan Lingkungan Setempat). SLS adalah satuan lingkungan setingkat di bawah desa (dusun). 2) Kepegawaian Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali Tahun 2011, jumlah PNS yang berada di lingkungan Pemerintah Provinsi Bali telah mencapai sebanyak 7.187 orang, dengan komposisi laki-laki 4.460 orang dan perempuan 2.727 orang. Jumlah ini mengalami penurunan dari tahun 2010 sebanyak 7.243 orang (laki-laki 4.570 orang dan perempuan 2.673 orang).
d. Kependudukan 1) Penduduk Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2011 tercatat jumlah penduduk di Provinsi Bali sebanyak 3.572.831 jiwa yang terdiri dari 1.791.953 jiwa (50,15%) penduduk laki-laki dan 68
1.780.878 jiwa (49,85%) penduduk perempuan. Jumlah penduduk Bali tahun 2011 naik sebesar 1,43% dari tahun sebelumnya. Luas wilayah Bali 5.636,66 km2, maka kepadatan penduduk mencapai 631 jiwa/km2. Di antara Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terdapat Kabupaten Buleleng merupakan daerah yang jumlah penduduknya tertinggi mencapai 675.513 jiwa atau 18,54% dari seluruh penduduk Bali. 2) Ketenagakerjaan Di
provinsi
Bali,
masalah
ketenagakerjaan
masih
merupakan fenomena pelik. Bali merupakan wilayah yang mudah dijangkau akibatnya arus migrasi maupun urbanisasi menjadi tak terhindarkan. Oleh sebab itu membuat struktur ketenagakerjaan didominasi oleh penduduk usia produktif. Sektor pertanian dan sektor pariwisata masih menjadi ujung tombak perekonomian Provinsi Bali. Pada tahun 2011 jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 596.527 orang atau 27,05%. Kemudian sektor Pertanian menempati posisi kedua dalam penyerapan tenaga kerja yaitu mencapai 556.615 orang (25.24%). 3) Mata pencaharian Mata Pencaharian penduduk Provinsi Bali pada umumnya masih bekerja di bidang pariwisata dan pertanian, hal ini merupakan
69
potensi wilayah Provinsi Bali yang sebagian besar masih merupakan pariwisata. Tabel 4.2 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama di Provinsi Bali Tahun 2011 No Lapangan Usaha Utama Tenaga Kerja 1 Pertanian 556.615 2 Pertambangan dan Penggalian 12.635 3 Industri Pengolahan 290.132 4 Listrik, Air dan Gas 6.859 5 Bangunan 185.705 6 Perdagangan 596.527 7 Pengangkutan dan Komunikasi 81.744 8 Keuangan 83.281 9 Jasa-jasa Lainnya 391.376 Jumlah 2.204.874 Sumber: BPS Provinsi Bali (berdasarkan hasil Sakernas 2011) e.
Pendidikan Penduduk di Kabupaten Semarang yang bersekolah secara umum mengalami fluktuasi selama periode 2005-2011. Sarana pendidikan seperti jumlah sekolah dan juga tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan pendidikan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Provinsi Bali, jumlah murid SD selama tahun 2010/2011 mencapai 437.666 siswa, sedangkan tenaga guru sebanyak 26.942 orang. Pada tingkat
SLTP,jumlah
murid
mengalami
peningkatan
dari
tahun
sebelumnya 174.068 orang menjadi 176.407 orang. Dengan tenaga guru sebanyak 12.910 orang. Untuk tingkat SMU, jumlah murid mengalami peningkatan 26,74% dan jumlah murid tahun 2010/2011 sebanyak 90.467 orang. Jumlah tenaga guru yang mengajar sebanyak 7.505 orang. Untuk 70
jenjang SMK juga mengalami peningkatan jumlah murid sebesar 45,16% dari 43.361 orang di tahun 2009/20910 menjadi 62.942 orang di tahun 2010/2011. Banyaknya tenaga pengajar atau guru sebanyak 4.017 orang. f.
Kesehatan Pada hakikatnya pembanguan kesehatan bertujuan untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi seluruh rakyat agar dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal. Karena itu, untuk menilai pembanguan kesehatan salah satu pendekatan yang bisa digunakan adalah dengan mendirikan fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas kesehatan yang dimaksud adalah sebagai berikut: Tabel 4.3 Banyaknya Fasilitas Kesehatan di Provinsi Bali Tahun 2011 No Fasilitas Kesehatan Jumlah 1 RSU Pemerintah 10 2 RSU Swasta 43 3 RS Khusus 2 4 RS Hankam 3 5 Puskesmas 114 6 Puskesmas Pembantu 528 7 Puskesmas Keliling 150 8 Posyandu 4.751 Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
B. Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi, Keterkaitan Wilayah dan Pengembangan Sektor Potensial Penulisan penelitian skripsi ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi pertumbuhan ekonomi pada sektor strategis yang potensial dapat di kembangkan untuk meningkatkan PDRB wilayah analisis kemudian sektorsektor potensial yang sudah dianalisis lebih lanjut diterapkan dalam rangka pengembangan sektor potensial tersebut. Selain itu, juga dicari seberapa jauh 71
keterkaitan Ibukota Provinsi Denpasar dengan kabupaten daerah sekitarnya di Provinsi Bali. Untuk mengetahui potensi sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota yang mendukung PDRB Provinsi Bali maka digunakan alat analisis LQ yaitu untuk mengetahui apakah sektor ekonomi tersebut termasuk sektor basis atau non basis, juga digunakan metode Shift Share sebagai pendukung alat analisis LQ dan Tipologi untuk memperjelas hasil LQ dan Shift Share. Kemudian untuk memperkuat analisis digunakan Metode Gravitasi. Metode ini untuk mengetahui keterkaitan ekonomi Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dan pusat pemerintahan dengan kabupaten-kabupaten lainnya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya. 1.
Analisis Perkembangan PDRB Provinsi Bali dengan PDRB Kabupaten/Kota Struktur perekonomian menggambarkan peranan atau sumbangan dari
masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan memperhatikan bagaimana suatu perekonomian mangalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Nilai PDRB Provinsi Bali cenderung fluktuatif yang ditunjukkan oleh jumlah nominalnya yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Sektor pertanian memberikan kontribusi tinggi untuk Provinsi Bali namun dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Selanjutnya untuk mengetahui sumbangan dari masing-masing sektor-sektor ekonomi lainnya dapat dilihat dari tabel di bawah ini.
72
Tabel 4.4 Distribusi Presentase PDRB Tahun 2005-2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Provinsi Bali (dalam persen) No Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 1 Pertanian 21,79 21,54 20,85 20,62 20,69 19,89 19,10 2
Pertambangan
0,64
3
0,62
0,60
0,58
Industri 9,54 9,46 9,75 10,13 Pengolahan 4 Listrik, Gas, Air 1,47 1,49 1,52 1,51 5 Bangunan 3,89 3,86 3,87 4,08 6 Perdagangan, 29,37 28,88 28,98 31,45 Hotel, R 7 Pengangkutan, 11,85 11,86 12,33 11,08 Kom. 8 Keu, Persew, Jasa 7,07 7,46 7,34 7,14 P 9 Jasa-jasa Lainnya 16,19 16,22 15,86 13,41 100 100 100 100 Jumlah Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
0,58
0,65
0,68
10,14 10,17
9,85
1,50 1,52 1,53 3,91 3,97 4,02 31,72 31,89 32,53 11,05 11,05 10,99 6,96
7,07
7,05
13,45 13,80 14,25 100 100 100
Tabel di atas memperlihatkan presentase sumbangan sektor-sektor ekonomi Provinsi Bali. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Bali adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pertanian; sektor jasa-jasa lainnya; dan pengangkutan dan komunikasi. Dua peristiwa yang sedikit mengguncang perekonomian di Bali terlihat pada tahun 2005 dan 2008. Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan sumbangan tertinggi bagi total PDRB Provinsi Bali tetapi mengalami fluktuasi akibat sebuah peristiwa. Pada tahun 2005 terjadi pengeboman dua tempat di Bali. Sektor perdagangan, hotel dan restoran terkena dampaknya karena pengeboman terjadi di tempat yang dikunjungi wisatawan. Sektor ini mengalami penurunan pada dari tahun 2005 sebesar 29,37 persen dan 73
tahun 2006 menjadi 28,88 persen. Kemudian pada tahun 2009 hingga 2011 mengalami peningkatan seiring dengan kembalinya kepercayaan para investor dan wisatawan. Sektor kedua yang mempunyai kontribusi tinggi yaitu sektor pertanian rata-rata mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 21,79 persen sampai tahun 2011 menurun hingga persen walaupun kontribusinya masih PDRB nya masih tertinggi kedua setelah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk sektor pertambangan, industri pengolahan, listrik, keuangan mengalami fluktuasi naik turun presentase PDRB tapi masih mengalami peningkatan secara lambat. Pada tahun 2011 ketiga sektor tersebut masing-masing mencapai 17,77 persen, 3,16 persen dan 13,50 persen. Sektor jasa-jasa merupakan sektor yang mengalami penurunan selain sektor pertanian. Peristiwa pengeboman Bali membuat berkurangnya kepercayaan para wisatawan untuk ke Bali, imbasnya penurunan terhadap beberapa sektor-sektor pariwisata pada tahun 2006. Selain itu, krisis ekonomi global tahun 2008 juga memberikan imbas terhadap sektor-sektor pariwisata sehingga
mengalami
penurunan
tahun
2009.
Perbaikan
kondisi
perekonomian Bali sepertinya mulai terjadi pada tahun 2010 dan 2011. Penanggulangan dampak dari kedua peristiwa tersebut secara menyeluruh Provinsi Bali memang masih sangat diharapkan. Untuk lebih mendalam mengetahui dampak dan share perekonomian di Bali, akan dijabarkan untuk kontribusi PDRB Bali secara Kabupaten/Kota. 74
Tabel 4.5 Distribusi Presentase PDRB Tahun 2011 Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten/Kota Provinsi Bali (persen) Kabupaten/Kota Lapangan Usaha Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli Pertanian 6,42 8,04 23,33 35,29 16,27 29,28 30,16 23,66 34,03 Penggalian 0 0,10 0,42 10,33 0,41 1,96 3,50 0,66 0,14 Industri Pengolahan 11,91 2,82 7,44 6,41 18,57 6,76 9,14 10,24 7,82 Listrik,Air & Gas 3,74 1,60 0,89 0,98 0,93 0,56 1,22 1,00 0,57 Bangunan 3,07 4,36 5,42 3,81 4,51 4,10 6,01 2,77 4,67 Perdagangan, 39,52 46,19 27,11 22,05 30,19 15,73 23,54 29,11 25,75 Hotel&Restoran Pengangkutan 12,24 26,19 14,62 5,64 4,65 8,10 5,15 3,59 1,99 & Komunikasi Keu, Persewaan 13,24 2,43 4,91 6,50 5,28 5,42 2,94 4,15 3,47 & Jasa Jasa-jasa 9,86 8,28 15,86 18,98 19,19 28,08 18,34 24,88 21,56 PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Provinsi Bali 2012 (diolah kembali)
75
Provinsi Bali memiliki sembilan kabupaten/kota yang cukup memberikan kontribusi yang baik bagi perekonomian Bali. Daerah yang memiliki fokus kepada sektor-sektor pariwisata seperti Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar dan Buleleng nilai share PDRB nya tertinggi untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran. Untuk kabupaten lainnya sektor dengan kontribusi PDRB kabupaten/kota di Bali tertinggi pada tahun 2011 adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pertanian; sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali. Jika kita cermati Kabupaten di sekitar Kota Denpasar ikut tumbuh dengan baik karena kehidupan Kabupaten tidak jauh dengan jarak kota pemerintahan, seperti Kabupaten Badung dan Gianyar. Untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran didominasi oleh Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Bangli dan Tabanan dengan kontribusi sebesar 46,19; 39,52; 30,19; 25,75 dan 22,05. Kabupaten Badung memegang kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran tertinggi karena banyak sekali tempat wisata dan pantai indah di sana untuk dikunjungi. Selanjutnya kontribusi PDRB Kabupaten/Kota sektor pertanian tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Tabanan, Bangli, Buleleng, Klungkung, Karangasem dan Jembrana. sektor pertanian ini sangat penting untuk menunjang sektor-sektor pariwisata di Bali. sektor dengan kontribusi terendah terlihat adalah sektor penggalian. Terutama di Kota Denpasar yang tidak memberikan kontribusi untuk sektor ini karena merupakan pusat pemerintahan. Hal ini dikarenakan 76
jarang ada sumber pertambangan & penggalian (hasil tambang) besar yang dapat diekspor ke wilayah lainnya.
2. Analisis Potensi Ekonomi a. Analisis Location Quetiont (LQ) Location Quotient atau disingkat LQ, merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya bahwa analisis itu digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam sektor unggulan. (Arsyad, 2010:390). Analisis Location Quotien (LQ) digunakan untuk mengetahui sektorsektor ekonomi manakah yang termasuk kedalam sektor basis (base sector) atau berpotensi ekspor dan manakah yang bukan merupakan sektor basis (non base sector). Apabila hasil perhitungannya menunjukkan angka lebih dari satu (LQ > 1) berarti sektor tersebut merupakan sektor basis. Sebaliknya apabila hasilnya menunjukkan angka kurang dari satu (LQ < 1) berarti sektor tersebut bukan sektor basis. Provinsi Bali memiliki delapan kabupaten dan 1 kota dengan berdasarkan hasil perhitungan LQ sembilan sektor ekonomi terdapat beberapa daerah yang mempunyai lebih dari 2 sektor basis yang kosisten di sepanjang tahun analisis yakni dari tahun 2005 hingga 2011. Kota Denpasar merupakan daerah yang paling banyak memiliki sektor basis yaitu sebanyak 5 sektor terutama ini adalah sektor-sektor pariwisata. Sektor-sektor tersebut adalah 77
sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa lainnya. Sedangkan kabupaten lainnya memiliki 2, 3 atau 4 sektor saja yang konsisten sepanjang tahun analisis. Kabupaten yang memiliki 4 sektor basis adalah kabupaten Badung, Klungkung, Buleleng dan Jembrana. Kabupaten lainnya memiliki 3 sektor adalah Kabupaten Gianyar dan Bangli. Sedangkan yang memiliki 2 sektor saja adalah kabupaten Tabanan dan Karangasem. Untuk beberapa kabupaten yang letaknya jauh dari Kota Denpasar sektor basis bukanlah yang berasal dari sektor-sektor pariwisata namun sektor-sektor primer yakni sektor pertanian dan sektor tersiernya adalah sektor jasa-jasa. Secara rinci kompilasi analisis ratarata LQ untuk 9 Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang mempunyai sektor basis konsisten sepanjang tahun analisis dijabarkan dalam tabel 4.6. Hasil rata-rata dari perhitungan LQ sembilan Kabupaten/Kota terdapat 4 sektor basis di Provinsi Bali yaitu sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, bangunan dan jasa-jasa lainnya. Namun untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran nilai LQ nya hampir mendekati 1 yaitu 0,885 artinya sektor dapat dikembangkan menjadi sektor basis. Berikut secara lengkap akan dijelaskan hasil analisis rata-rata LQ Kabupaten/Kota tahun 2005 hingga tahun 2011 masing-masing sektor ekonomi pada tabel 4.6:
78
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Location Quetiont (LQ) Rata – Rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005– 2011 Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota 1 Denpasar Badung
Gianyar
2
3
4
5
6
7
8
9
0,357 (nb) 0,426 (nb)
0,008 1,223 2,424 0,847 1,175 1,162 1,836 0,753 (nb) (b) (b) (nb) (b) (b) (b) (nb) 0,178 0,294 1,039 1,181 1,441 2,331 0,375 0,597 (nb) (nb) (nb) (b) (b) (b) (b) (nb)
0,897 (nb)
0,638 1,913 0,585 1,118 0,964 0,437 0,703 1,220 (nb) (b) (nb) (b) (nb) (nb) (nb) (b)
Jumlah Sektor Basis
5 4
3
Tabanan
1,880 0,521 0,677 0,587 0,961 0,662 0,517 0,817 1,268 (nb) (nb) (b) (nb) (nb) (nb) (nb) (nb) (b) Klungkung 1,626 6,684 0,926 0,728 1,433 0,700 0,471 0,391 1,215 (b) (nb) (b) (nb) (nb) (b) (nb) (nb) (b) 1,552 2,691 0,713 0,338 0,968 0,495 0,727 0,657 1,942 Karangasem (b) (b) (nb) (nb) (nb) (nb) (nb) (nb) (b) 1,754 0,254 0,808 0,315 1,275 0,811 0,188 0,485 1,409 Bangli (b) (nb) (nb) (nb) (b) (nb) (nb) (nb) (b) 1,283 1,085 1,057 0,596 0,687 0,867 0,332 0,597 1,708 Buleleng (b) (b) (b) (nb) (nb) (nb) (nb) (nb) (b) Jembrana 1,278 0,646 0,776 0,544 1,362 0,805 1,325 0,671 1,080 (nb) (b) (b) (nb) (nb) (b) (nb) (b) (b) 1,236 1,531 0,947 0,801 1,062 0,885 0,764 0,715 1,272 Rata-rata (b) (nb) (b) (nb) (nb) (b) (nb) (nb) (b) Sumber: Hasil perhitungan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Tiap Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011 (data diolah) Lampiran III Keterangan: 1. Pertanian; 2. Pertambangan dan Penggalian; 3. Industri Pengolahan; 4. Listrik, Gas dan Air Bersih; 5. Bangunan; 6. Perdagangan, Hotel & Restoran; 7. Pengangkutan dan Komunikasi; 8. Keuangan, Persw. dan Jasa P; 9. Jasa-jasa (n) = sektor basis (nb) = sektor non basis
1) Sektor Pertanian Sektor pertanian merupakan sektor basis di enam kabupaten dari Sembilan kabupaten dan kota yang ada di Bali sejak awal tahun sampai akhir tahun analisis. Berdasarkan tabel di atas bahwa hasil rata-rata LQ
79
2 4
3 3 4 4 4
tahun 2005-2011 sektor pertanian menjadi basis di Kabupaten Tabanan, Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng dan Jembrana. Walaupun diketahui bahwa pada kontribusi PDRB per kabupaten dan kota di Bali terus mengalami penurunan tapi masih menjadi sektor basis atau unggulan di Bali. Namun lahan pertanian mulai diambil alih untuk bangunan-bangunan menunjang pemerintahan daerah dan sektor pariwisata tetapi sektor pertanian disumbang oleh sub sektor perikanan dan perternakan. 2) Sektor Pertambangan dan Penggalian Hasil analisis LQ untuk sektor pertambangan dan penggalian menjadi sektor basis hanya Kabupaten Klungkung dan Buleleng. Sektor ini menjadi sektor basis terbesar di Klungkung yang nilainya sebesar 6,684. Sehingga secara rata-rata menjadi sektor basis pada rata-rata di Kabupaten/Kota Provinsi Bali. Ditujuh Kabupaten/Kota Bali sektor ini nilai LQ nya < 1 dimana menunjukkan potensi tambang atau galian di Bali kecil atau lambat. 3) Sektor Industri Pengolahan Hasil analisis LQ pada sektor industri pengolahan seperti terlihat pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat dua Kabupaten dan satu Kota yang memiliki sektor basis selama periode analisis yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Buleleng. Hal ini menunjukkan sektor industri pengolahan dibutuhkan untuk menunjang sektor pariwisata dalam
80
menyediakan barang-barang cinderamata terutama untuk Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
4) Sektor Listrik, Gas dan Air Sektor listrik, gas dan air merupakan sektor yang menunjang sektor pariwisata. Terlihat pada tabel 4.6 bahwa sektor listrik, gas dan air menjadi sektor basis di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Kedua daerah merupakan daerah pariwisata. Kota Denpasar menjadi pusat pemerintahan di Bali dan sangat besar pengaruhnya bagi daerah-daerah lainnya. 5) Sektor Bangunan Untuk sektor bangunan menjadi sektor basis di lima Kabupaten di Bali. Kabupaten-kabupaten tersebut adalah Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli dan Jembrana. Pembangunan ini untuk bertujuan untuk menarik para wisatawan menginap dan sebagai bukti kemajuan daerah serta tempat-tempat bisnis dan industri. Namun sektor bangunan membuat pemerintah daerah menggunakan lahan pertanian untuk didirikan bangunan guna menunjang bisnis yang lebih menjanjikan. Hal ini yang menyebabkan penurunan kontribusi sektor pertanian. 6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Dalam kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Bali tahun 2005-2011 jelas menunjukkan sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi tertinggi. Tetapi berdasarkan tabel 4.6 hasil perhitungan LQ 81
untuk sembilan kabupaten/kota di Bali bahwa sektor ini secara menyeluruh tidak menjadi sektor basis. Nilai LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Bali sebesar 0,885. Nilai ini hampir mendekati 1 berarti sektor ini memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Hal ini dibuktikan dengan nilai PDRB nya selalu unggul di sembilan kabupaten/kota di Bali. Sektor perdagangan, hotel dan restoran hanya menjadi sektor basis di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. 7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Hasil analisis LQ pada sektor pengangkutan dan komunikasi seperti yang terlihat dalam tabel 4.6 menunjukkan bahwa hanya 3 Kabupaten/Kota yang ada di Bali menjadi sektor basis yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Jembrana. Sektor ini menjadi sektor pariwisata yang dibutuhkan karena untuk memenuhi kebutuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran supaya terkoordinasi dengan baik. Kota Denpasar merupakan pusat pemerintahan dan berkembangnya sektor pariwisata sehingga dibutuhkan pengangkutan dan komunikasi yang lancar ke daerah-daerah lainnya. Sehingga sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor basis di kota ini. 8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Dari tabel 4.6 terlihat hanya ada satu Kota yang mempunyai LQ > 1 untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu Kota Denpasar. Hal ini terjadi karena kota Denpasar adalah pusat pemerintahan
82
dan tempat kantor-kantor pengatur pemasaran dari kegiatan bisnis dan industri di Provinsi Bali sehingga sektor ini menjadi sektor basis.
9) Sektor Jasa-jasa lainnya Hasil analisis LQ pada sektor jasa-jasa terlihat pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa sektor ini merupakan sektor basis untuk rata-rata sembilan Kabupaten/Kota di Bali. Sektor jasa-jasa lainnya memegang sektor basis untuk tujuh Kabupaten di Bali. Hanya dua Kabupaten dan Kota yang LQ nya < 1 yaitu Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Berdasarkan hasil tabel 4.6 Kota Denpasar merupakan kota yang terbanyak memiliki sektor basis. Karena kota Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali dan menjadi pusat pemerintahan sehingga sektor pariwisata menjadi unggulan. Untuk Kabupaten berbatasan dengan Kota Denpasar seperti Kabupaten Badung dan Gianyar yang menjadi sektor basis juga sektor-sektor pariwisata. Sedangkan Kabupaten lainnya yang menjadi sektor basis adalah pertanian, penggalian, bangunan, pengangkutan dan jasa-jasa. Meskipun tidak ada sektor ekonomi yang menjadi basis untuk semua Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tetapi hal ini menandakan bahwa terjadi usaha penyebaran pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Provinsi Bali. Kesembilan Kabupaten/Kota ini, selain bisa dapat memenuhi kebutuhan di daerahnya sesuai dengan potensi alamnya, bahkan berpotensi untuk mengekspor. Sektor ini, merupakan sektor potensial dimana sektor ini 83
bisa di tingkatkan menjadi lebih baik lagi. Kemudian sektor-sektor non basis untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dapat dikembangkan terutama sektor pariwisata karena hasil LQ nya mendekati 1. Sektor-sektor non basis selama periode 2005-2011 masing-masing di Kabupaten/Kota Provinsi Bali belum mampu mencukupi kebutuhannya dan berpotensi untuk impor dari daerah lain. Meskipun sektor basis merupakan sektor yang paling potensial untuk dikembangkan dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali, akan tetapi kita tidak boleh melupakan sektor non Basis. Karena sektor-sektor non basis untuk masingmasing Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dapat dikembangkan terutama sektor pariwisata karena hasil LQ nya mendekati 1 dan bersama sektor basis yang ada maka sektor non basis
dapat dibantu untuk dikembangkan
menjadi sektor basis baru.
b. Analisis Shift Share Analisis Shift Share (SS) merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (region/nasional). Penelitian ini mengkaitkan Provinsi Bali dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Dalam analisis Shift Share menggunakan variabel seperti tenaga kerja, penduduk dan pendapatan bertujuan untuk mengetahui proses pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Dalam
84
penelitian ini digunakan variabel pendapatan yaitu PDRB Provinsi Bali dan PDRB sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali untuk menguraikan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali. Pertumbuhan PDRB total (G) dapat diuraikan menjadi komponen shift dan komponen share yaitu : a.
Komponen Nasional Share (Nj) adalah banyaknya pertambahan PDRB seandainya pertumbuhannya sama dengan laju pertumbuhan PDRB Provinsi selama periode yang tercakup dalam studi.
b.
Komponen Proportional Shift (Pj) adalah mengukur besarnya net shift Provinsi Bali yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor yang mendukung PDRB sektor-sektor ekonomi kabupaten/kota di Bali berubah. Apabila Pj>0 artinya kabupaten/kota berspesialisasi pada sektor yang pada tingkat provinsi tumbuh relatif cepat dan apabila Pj<0 berarti kabupaten/kota berspesialisasi pada sektor yang pada tingkat provinsi tumbuh lebih lambat.
c.
Komponen Differential Shift (Dj) adalah mengukur besarnya net shift yang diakibatkan oleh sektor tertentu yang tumbuh lebih cepat atau lambat di kabupaten/kota dibandingkan dengan sektor yang sama di tingkat provinsi yang disebabkan oleh faktor-faktor lokasional intern. Daerah yang memiliki keuntungan lokasional seperti sumberdaya yang baik yang akan memiliki nilai Dj positif (Dj>0), sebaliknya sektor yang secara lokasional tidak menguntungkan akan mempunyai nilai Dj negatif (Dj<0).
85
Tabel 4.7 Komponen Shift Share Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005 – 2011 Tahun Gj Nj Gj - Nj Denpasar 320.894,85 326.123,06 -5.228,21 Badung 324.891,29 336.691,16 -11.799,87 Gianyar 176.341,86 195.462,03 -19.120,17 Tabanan 120.461,30 144.240,05 -23.778,75 Klungkung 61.450,44 76.636,20 -15.185,76 Karangasem 82.535,66 107.897,50 -25.361,84 Bangli 47.880,17 64.419,93 -16.539,75 Buleleng 176.590,01 200.033,07 -23.443,06 Jembrana 76.986,76 102.735,61 -25.748,85 Sumber : Lampiran IV, Lampiran V Dari tabel di atas dapat dilihat untuk tahun 2005-2011 komponen pertumbuhan masing-masing PDRB Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Jembrana (Gj) lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (Nj), sehingga penyimpangan yang terjadi menunjukkan arah yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa pertumbuhan PDRB Provinsi Bali (Nj) masih lebih cepat apabila dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB (Gj) masing-masing sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali. Rendahnya nilai pertumbuhan PDRB total kabupaten/kota disebabkan oleh laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 masing-masing kabupaten/kota di Bali lebih rendah dari laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 Provinsi Bali.
86
Pada
periode
tahun
2005-2011
walaupun
komponen
PDRB
Kabupaten/Kota (Gj) tertinggi dimiliki oleh Kabupaten Badung dengan nilai sebesar 324.891,29 dari Kabupaten/Kota lainnya. Namun terjadi penyimpangan negatif sebesar -11799,87 sehingga menyebabkan terjadinya percepatan PDRB Provinsi Bali lebih cepat dibandingkan PDRB Kabupaten Badung. Kota Denpasar yang merupakan pusat pertumbuhan di Provinsi Bali juga mengalami penyimpangan negatif sebesar -5228,21 tetapi Kota Denpasar pertumbuhannya masih lebih baik di Provinsi Bali dibandingkan dengan Kabupaten/kota lainnya. Kemudian pada tahun 2005-2011 nilai komponen shift share terendah adalah Kabupaten Jembrana dengan penyimpangan negatif terbesar yaitu 25.748,85. Sehingga ini merupakan pertumbuhan PDRB total Kabupaten/Kota di Provinsi Bali paling lambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDRB total Provinsi Bali. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektorsektor ekonomi strategis dan potensial untuk dikembangkan guna memacu laju pertumbuhan ekonomi di sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Untuk mengetahui
sektor-sektor
yang
menjadi
spesialisasi
daerah
serta
pertumbuhannya digunakan komponen proportional shift (Pj) dan differential shift (Dj). Untuk itu analisis selanjutnya yaitu analisis untuk mencari sektorsektor yang memiliki pertumbuhan yang cepat atau lambat dan sektor mana yang memiliki daya saing tinggi atau tidak, sehingga digunakan perhitungan
87
terhadap komponen pertumbuhan proporsional dan komponen pertumbuhan diferensial. Komponen proposional untuk mengukur besarnya net shift Provinsi Bali yang diakibatkan oleh komposisi sektor-sektor yang mendukung PDRB sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Bali berubah. Apabila Pj>0 atau proportional shift bernilai positif artinya kabupaten/kota berspesialisasi pada sektor yang pada tingkat Provinsi Bali tumbuh relatif cepat dan apabila Pj<0 atau proportional shift bernilai negatif berarti kabupaten/Kota berspesialisasi pada sektor yang pada tingkat provinsi tumbuh lebih lambat. Berikut di bawah ini tabel 4.8 menunjukkan pertumbuhan komponen proposional Provinsi diketahui bahwa proportional shift (Pj) Kabupaten/Kota Provinsi Bali dari tahun 2005-2011 terdapat nilai positif juga nilai negatif. Rata-rata pertumbuhan sektor ekonomi yang bernilai positif atau Pj>0 di sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali adalah sektor industri pengolahan; pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa-jasa lainnya. Komponen proportional shift (Pj) dengan nilai positif (P>0) artinya sembilan kabupaten/kota berspesialisasi pada ke tujuh sektor tersebut yang di tingkat Provinsi Bali tumbuh relatif cepat. Sektor-sektor yang mempunyai nilai rata-rata komponen proporsional negatif (Pj>0) adalah sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Nilai Proportional shift (Pj) yang negatif artinya kabupaten/kota berspesialisasi pada ke dua sektor tersebut yang di tingkat Provinsi Bali 88
tumbuh relatif lambat. Namun untuk sektor pertanian menunjukkan nilai ratarata proporsional positif hanya pada Kabupaten Buleleng dan untuk sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata proporsional positif hanya di Kabupaten Badung.
89
Tabel 4.8 Komponen Pertumbuhan Proportional (Pj) Rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2005 - 2011 Kabupaten/Kota Sektor Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng Bangli -8099,42 -9867,16 -9218,01 18793,63 12234,28 -11623,74 -8677,39 17857,11 7835,18 Pertanian (L) (L) (L) (L) (L) (L) (L) (C) (L) 3,38 83,12 102,29 126,30 193,52 533,32 657,05 338,38 22,29 Penggalian (C) (C) (C) (C) (C) (C) (C) (C) (C)
Industri Pengolh.
Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan K. Keu, Persw & Jasa P
2749,59 (C)
701,26 (C)
589,83 (C)
731,96 (C)
2634,53 (C)
571,51 (C)
503,38 (C)
1023,42 (C) 1324,36 (C) 16833,24 (C) 5332,87 (C) -6387,41 (L) 2466,77 (C) 15246,80
451,59 (C) 1847,47 (C) 21395,27 (C) 9641,33 (C) 2107,13 (C) 2107,13 (C) 25010,22
71,46 (C) 712,48 (C) 3691,04 (C) 1907,12 (C) -735,98 (L) 1274,49 (C) -1605,28
100,68 (C) 719,31 (C) 4224,16 (C) 1019,38 (C) -1277,66 (L) 2140,80 (C) -11008,7
143,75 (C) 1205,03 (C) 8470,65 (C) 1202,57 (C) -1462,90 (L) 2910,97 (C) 3063,86
44,76 (C) 582,39 (C) 2433,14 (C) 1079,28 (C) -761,67 (L) 2549,05 (C) -4591,89
65,32 (C) 608,05 (C) 2399,02 (C) 513,59 (C) -320,13 (L) 1045,55 (C) -3205,58
1510,97 (C)
379,75 (C)
138,43 21,66 (C) (C) 734,20 338,70 (C) (C) 7660,24 2325,46 (C) (C) 918,20 177,91 (C) (C) -1279,22 -340,05 (L) (L) 4151,78 1056,85 (C) (C) -3684,13 -3852,6
Jasa-jasa Jumlah Sumber: Lampiran VI Keterangan : (C): Sektor tumbuh lebih cepat di tingkat Provinsi (L): Sektor tumbuh lebih lambat di tingkat Provinsi
89
Tabel. 4.9 Komponen Pertumbuhan Differential (Dj) Rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Bali tahun 2005-2011 Kabupaten/Kota Sektor Denpasar Badung Jembrana Tabanan Gianyar Karangasem Klungkung Buleleng -10383,25 -4549,03 -734,85 -9714,40 -9964,35 -7544,76 -7438,60 -5849,46 (L) Pertanian (L) (L) (L) (L) (L) (L) (L) -16,09 -302,40 -142,08 -72,86 -215,39 356,43 -3677,22 -615,75 Penggalian (L) (L) (L) (L) (L) (C) (L) (L)
-1381,28 (L)
-209,06 -3,38 366,60 107,20 87,94 187,72 1561,44 Listrik, G,A (L) (L) (C) (C) (C) (C) (C) -6169 -1065,15 -1020,06 -971,94 1047,83 165,08 -131,16 Bangunan (L) (L) (L) (L) (C) (C) (L) 15911,58 -3036,21 -2329,62 -18342,76 -6342,67 -742,14 -658,04 24132,84 (C) (L) (L) (L) (L) (L) (L) Perdagangan,H,R (L) -12650,78 6427,23 -4591,56 -1481,12 -2854,36 -2046,29 -1379,06 -2020,79 (L) (C) (L) (L) (L) (L) (L) (L) Pengangkutan, K 838,94 -3846,16 -307,32 4489,31 2480,49 3778,84 273,76 -12,04,32 Keu, Persw & (C) (L) (L) (C) (C) (C) (C) (L) Jasa P -12964,68 -5697,14 -2820,78 258,47 11225,56 -6590,13 605,32 -1207,81 Jasa-jasa (L) (L) (L) (C) (C) (L) (C) (L) -36810,1 PDRB -20475,02 -24143,57 -12770,05 -22184,02 -20769,89 -11979,8 -19758,93 Sumber: Lampiran VI Keterangan : (C): Sektor tumbuh lebih cepat dibanding Provinsi (L): Sektor tumbuh lebih lambat dibanding Provinsi
151,38 (C) -1896,98 (L)
-362,65 (L) -4258,88 (L)
-2145,88 (L)
-2362,68 (L)
-3016,42 (L)
-6068,07 (L)
-3623,24 (L)
-1563,85 (L)
-1007,16 (L) -89,11 (L)
-4099,30 (L)
Industri Pengolh.
-2423,42 (L)
Bangli
-7827,76 (L) -753,84 (L) -139,86 (L) 257,45 (C) -12687,16
90
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui bahwa nilai differential shift (Dj) rata-rata rata sektor-sektor ekonomi sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dari tahun 2005-2011 nilainya ada yang positif dan ada yang negatif. Nilai Dj yang positif menunjukkan bahwa di Kabupaten/Kota ada yang sektor ekonominya tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor ekonomi yang sama di tingkat Provinsi Bali. Sedangkan nilai negatif menunjukkan bahwa sektor tertentu di Kabupaten/Kota dengan nilai rata-rata negatif tumbuh lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan sektor yang sama di tingkat Provinsi Bali. Ada empat sektor di Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang nilai differential shift (Dj>0) rata-ratanya positif yaitu, sektor listrik, air dan gas; dan sektor keuangan, persewaan dan jasa. Namun kedua sektor tersebut di beberapa Kabupaten/Kota terdapat nilai Dj yang negatif yaitu untuk sektor listrik, air dan gas adalah di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Jembrana, sedangkan sektor keuangan, persewaan dan jasa adalah di Kabupaten Badung, Jembrana, Buleleng dan Bangli. Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya cepat sehingga berpotensi untuk dikembangkan dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Sedangkan ketujuh sektor lainnya yaitu sektor pertanian; penggalian; industri pengolahan;
bangunan;
sektor
perdagangan,
hotel
dan
restoran;
pengangkutan dan komunikasi; dan jasa-jasa lainnya, menunjukkan hasil differential shift (Dj) dengan rata-rata negatif artinya ke tujuh sektor tersebut
91
hanya berpotensi dikembangkan di kabupaten/kota yang memiliki nilai Dj positif. Di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Bali dari tujuh sektor di atas yang pertumbuhan Dj-nya positif yaitu untuk sektor penggalian adalah Kabupaten Karangasem dengan nilai 356,43, sektor bangunan adalah Karangasem dan Klungkung yang nilainya 1047,38 dan 165,08, sektor perdagangan, hotel dan restoran adalah Kota Denpasar nilainya sebesar 15911,58, sektor pengangkutan dan komunikasi adalah Kabupaten Badung nilainya sebesar 6427,23 sedangkan untuk sektor jasa-jasa adalah Kabupaten Tabanan, Gianyar, Klungkung dan Bangli. Kedua komponen shift ini memisahkan unsur-unsur pertumbuhan sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali yang bersifat intern dan ekstern, dimana ―proportional shift‖ dari pengaruh unsur-unsur luar yang bekerja dalam provinsi, dan ―differential shift‖ adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang bersangkutan. Selanjutnya akan dijabarkan pada tabel 4.10 mengenai hasil perhitungan akhir analisis shift share kabupaten/kota di Provinsi Bali tahun 2005-2011. Perhitungan akhir ini merupakan penggabungan dari hasil rata penggabungan nilai komponen share Nj dengan komponen pertumbuhan proportional shift (Pj) dan komponen pertumbuhan differential shift (Dj).
92
Tabel 4.10 Hasil Rata-rata Perhitungan Akhir Analisis Shift Share Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011 Kabupaten/Kota Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian 10951,12 18503,45 7769,69 26220,69 15703,69 14882,36 10800,31 23740,25 14087,65 Penggalian 2.66 149,05 365,55 514,38 738,55 2663,89 142,21 1054,75 33,72 Industri Pengolahan 39531,98 8201,42 5960,22 7294,87 33292,87 4474,89 5901,87 18153,83 4115,67 Listrik,Air & Gas 12721,19 5592,15 919,06 1758,40 1999,19 690,42 1104,95 2517,94 481,80 Bangunan 7704,96 10895,52 5039,29 5046,24 8686,31 5672,92 5007,69 5907,88 1606,25 Perdagangan, Hotel&Restoran 154126,35 150480 26772,62 32156,55 49722,53 12955,35 18618,48 61787,93 11008,26 Pengangkutan & Komunikasi 34026,56 102364,42 12167,88 7708,53 7683,64 7592,32 3067,35 6139,87 745,38 Keu, Persewaan & Jasa 37743,68 3964,60 3964,46 11763,28 11024,71 8167,78 2129,94 6209 1796,30 Jasa-jasa 24086,34 24740,67 14027,98 27998,36 47490,38 25435,73 14677,65 51078,57 14005,14 Jumlah 320894,85 324891,29 76986,76 120461,30 176341,86 82535,66 61450,44 176590 47880,17 Sumber: Hasil Rata-rata Perhitungan PDRB Provinsi Bali dan PDRB Tiap Kabupaten/Kota Provinsi Bali Tahun 2005-2011 (data diolah) Lampiran II Keterangan : 1. Denpasar; 2. Badung; 3. Jembrana; 4. Tabanan; 5. Gianyar; 6. Karangasem; 7. Klungkung; 8. Buleleng; 9. Bangli
93
Bertitik tolak dari perhitungan di atas tabel 4.10, dapat diketahui bahwa sektor-sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama kurun waktu tujuh tahun terakhir (2005-2011) menunjukkan sektor yang mempunyai nilai rata-rata pertumbuhan yang positif adalah sektor pertanian; sektor pertambangandan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor listrik, gas dan air; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor jasa-jasa lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Bali menyebar untuk semua sektor ekonomi. Sektor pertambangan dan penggalian secara rata-rata hasil akhir shift share sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali menunjukkan pertumbuhannya terendah dibanding sektor-sektor lain. Hal ini mencerminkan bahwa filosofi Tri Hita Karana (tiga penyebab kemakmuran masyarakat) masih menyatu bagi masyarakat Bali salah satu isi filosofinya yaitu hubugan manusia dengan alam lingkungannya. Tanah Bali dianggap tanah adat sehingga usaha pertambangan dan penggalian dianggap tidak ramah lingkungan yang kebanyakan akan menyebabkan kerusakan lingkungan. Sektor ini hanya untuk penggalian batu dan pasir padas untuk pembuatan rumah adat dan tempat ibadah. (BPS Provinsi Bali, 2009 a)
c.
Tipologi Sektoral Analisis ini untuk mengembangkan hasil perhitungan indeks Location
Quotient ( LQ > 1 ), komponen differential shift ( Dj>0 ), dan komponen proportional shift ( Pj > 0 ) untuk ditentukan tipologi sektoral. Tipologi ini mengklasifikasikan sektor basis dan non basis serta komponen pertumbuhan 94
internal dan eksternal. Dengan menggabungkan indeks LQ dengan komponen Dj dan Pj dalam analisis Shift Share, analisis tipologi sektoral diharapkan dapat memperkuat hasil analisis. Menurut Saerofi ( 2005:64 ), Tipologi sektoral tersebut adalah sebagai berikut: h.
Tipologi I: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0 ) meskipun di tingkat Provinsi Bali pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0).
i.
Tipologi II: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat dibandingkan dengan Provinsi
Bali
(Dj
rata-rata
>
0)
karena
ditingkat
Provinsi
Bali
pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). j.
Tipologi III: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibanding Provinsi Bali ( Dj rata-rata < 0) karena ditingkat Provinsi Bali pertumbuhannya cepat (Pj rata-rata > 0).
k.
Tipologi IV: Sektor tersebut adalah sektor basis dengan LQ rata-rata > 1 dan di Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) padahal ditingkat Provinsi Bali pertumbuhannya juga lambat (Pj rata-rata < 0).
l.
Tipologi V: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding
95
pertumbuhan di tingkat Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0) padahal di Provinsi Bali sendiri pertumbuhannya jg cepat (Pj rata-rata > 0). m. Tipologi VI: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih cepat di banding pertumbuhan di tingkat Provinsi Bali (Dj rata-rata > 0) meskipun di Provinsi Bali sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0). n.
Tipologi VII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) meskipun di Provinsi Bali sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
o.
Tipologi VIII: Sektor tersebut adalah sektor non basis dengan LQ rata-rata < 1 dan pertumbuhan di Kabupaten/Kota analisis lebih lambat di banding Provinsi Bali (Dj rata-rata < 0) dan juga Provinsi Bali sendiri pertumbuhannya lambat (Pj rata-rata < 0).
I II III IV V VI
Tabel 4.11 Makna Tipologi Sektor Ekonomi LQ RataDj Rata-Rata Pj Rata-Rata Rata (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj > 0) (LQ > 1 ) (Dj > 0) (Pj < 0) (LQ > 1 ) (Dj < 0) (Pj > 0) (LQ > 1) (Dj < 0) (Pj < 0) (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj > 0) (LQ < 1) (Dj > 0) (Pj < 0)
(LQ < 1) (Dj < 0) VII (LQ < 1) (Dj < 0) VIII Sumber: Saerofi (2005:65)
(Pj > 0) (Pj < 0)
Tingkat Kepotensialan Istimewa Baik Sekali Baik Lebih dari cukup Cukup Hampir dari Cukup Kurang Kurang Sekali
96
Berdasarkan tabel di atas dijelaskan bahwa sektor ekonomi dalam Tipologi I merupakan sektor yang tingkat kepotensialanya ‖ istimewa ― untuk dikembangkan karena sektor tersebut merupakan sektor basis (LQ > 1). Selain itu, di Provinsi/Kabupaten/Kota analisis pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan tingkat provinsi (Dj > 0), meskipun ditingkat Provinsi juga tumbuh dengan cepat. (Pj rata-rata positif). Sektor ini akan mendatangkan pendapatan yang tinggi dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan PDRB Provinsi/Kabupaten/Kota analisis. Dengan mempertimbangkan parameter seperti pada tabel 4.12 di bawah (LQ, Dj dan Pj), maka masing-masing tipologi dapat dimaknai bahwa sektor ekonomi yang masuk Tipologi II adalah sektor yang tingkat kepotensialannya ‖ baik sekali ‖ untuk dikembangkan, Tipologi III ‖ baik ‖, Tipologi IV ‖ lebih dari cukup ‖, Tipologi V ‖ cukup”, Tipologi VI ‖hampir dari cukup”, Tipologi VII ‖ kurang ‖, Tipologi VIII ‖ kurang sekali ‖. Selanjutnya akan dipaparkan dan dijelaskan tipologi sektor ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali pada tabel 4.12. Hasil
analisis
Tipologi
Sektoral
berdasarkan
tabel
4.12
untuk
Kabupaten/Kota di Provinsi Bali terlihat bahwa sektor yang tergolong baik dikembangkan di Bali adalah sektor jasa-jasa dan sektor pertanian. Namun untuk masing-masing Kabupaten/Kota yang memiliki potensi sektor yang baik untuk dikembangkan adalah Kota Denpasar karena sektor pariwisatanya masuk ke dalam sektor yang potensialnya dari istimewa hingga cukup untuk dikembangkan.
97
Tabel 4.12 Pembagian Sektor Ekonomi Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Berdasarkan Tipologinya Tipologi
Denpasar
Badung
Perdagangan, Hotel & Restoran
Pengangkutan & komunikasi
Jembrana
Tabanan
Kabupaten/Kota Gianyar
Jasa-jasa
Jasa-jasa
Karangasem
Klungkung Jasa-jasa
Buleleng
Bangli
Penggalian
Pengangkutan & Komunikasi
Jasa-jasa
Jasa-jasa
I II
III IV
Keu. Sewa & jasa Industri pengolahan Listrik,air & gas pengangkutan
Pertanian Perdagangan Hotel, R Listrik,air & gas Bangunan
Pengangkutan
Industri pengolahan Jasa-jasa
Penggalian
Industri pengolahan
Bangunan
Listrik, Air, Gas
Pertanian Listrik, Air, Gas
Pertanian Listrik, Air, Gas
Pertanian Listrik, Air, Gas
Keu, Sewa, Jasa
Keu, sewa, Jasa
Keu, Sewa, Jasa
Keu, sewa, Jasa
Penggalian Listrik, Air, Gas Bangunan & Keu,sewa, Jasa
PHR Industri Pengolahan
PHR Industri Pengolahan
Pengangkutan & Komunikasi
Pengangkutan & Komunikasi
Bangunan Bangunan Jasa-jasa Pertanian
V
Pertanian Listrik, Air, Gas
VI Penggalian
Penggalian
Penggalian
penggalian
Penggalian
Bangunan
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan
Industri Pengolahan
perdagangan hotel, R
LGA & PHR
Bangunan PHR Pengangkutan
Pengangkutan
Jasa-jasa
Jasa-jasa VII Pertanian VIII
Pertanian & Keu,Sewa, Jasa
Keu, Sewa, Jasa
Pertanian
Penggalian Pengangkutan
LGA
PHR Keu, Sewa, Jasa
Sumber : Lampiran III, VI, VII 98
3. Analisis Keterkaitan Wilayah (Gravitasi) Analisis gravitasi ini digunakan untuk mengetahui seberapa kuat keterkaitan (inter linkage) antara Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi dan pusat pertumbuhan dengan kabupaten-kabupaten sekitarnya yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Buleleng, Kabupaten Karangasem, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Tabanan. Berdasarkan teori interaksi spasial (Saerofi 2005:25) keterkaitan yang lebih kuat mengindikasikan adanya interaksi ekonomi baik berupa arus uang, barang dan manusia lebih besar (intensif). Dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu daerah (kota) akan saling melengkapi dan bekerjasama dengan daerah lain (kabupaten) untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah. Pertumbuhan ekonomi daerah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intern tetapi juga faktor ekstern yaitu hubungan interaksi dengan daerah lainnya. Prosesnya ditandai dengan adanya interaksi antar daerah yang berupa aktifitas ekonomi, aktifitas sosial dan komunikasi antar penduduk. Berdasarkan
tabel
4.13
menunjukkan
peringkat
dari
hasil
perhitungan analisis gravitasi bahwa selama periode penelitian tahun 20052011 yang paling kuat interaksinya dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung dengan nilai rata-rata indeks gravitasi sebesar 703814204,5 menunjukkan keterkaitan gravitasi paling kuat. Kedua interaksi dengan Kabupaten Tabanan nilai rata-rata gravitasi sebesar 628657517,3 menunjukkan 99
keterkaitan gravitasi kuat dengan Kota Denpasar. Ketiga dengan Kabupaten Badung nilai rata-rata gravitasi sebesar 436948337,8 menunjukkan keterkaitan gravitasi agak kuat dengan Kota Denpasar. Peringkat keempat interaksi dengan Kabupaten Gianyar nilai rata-rata gravitasi sebesar 321440430,6 menunjukkan keterkaitan gravitasi cukup kuat dengan Kota Denpasar. Tabel 4.13 Peringkat atau Level Keterkaitan Gravitasi antara Kota Denpasar dengan Kabupaten-kabupaten lainnya di Provinsi Bali Tahun 2005-2011 Makna Peringkat Kabupaten Nilai Indeks Gravitasi Keterkaitan dengan Kota 1 Klungkung 703.814.204,5 Denpasar paling kuat Keterkaitan dengan Kota 2 Tabanan 628.657.517,3 Denpasar kuat Keterkaitan dengan Kota 3 Badung 436.948.337,8 Denpasar agak kuat Keterkaitan dengan Kota 4 Gianyar 321.440.430,6 Denpasar cukup kuat Keterkaitan dengan Kota 5 Bangli 88.639.205,57 Denpasar hampir cukup kuat Keterkaitan dengan Kota 6 Buleleng 70.973.375,06 Denpasar lemah Keterkaitan dengan Kota 7 Karangasem 60.155.280,82 Denpasar cukup lemah Keterkaitan dengan Kota 8 Jembrana 19.664.138,47 Denpasar lemah sekali Sumber: Lampiran II dan VIII Peringkat kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli nilai rata-rata gravitasi sebesar 88639205,57 menunjukkan keterkaitan gravitasi hampir cukup kuat dengan Kota Denpasar. Keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng
nilai
rata-rata
gravitasi
sebesar
70973375,06
menunjukkan
keterkaitan gravitasi yang lemah dengan Kota Denpasar. Ketujuh interaksi dengan Kabupaten Karangasem nilai rata-rata gravitasi sebesar 60155280,82 menunjukkan keterkaitan gravitasi cukup lemah dengan Kota Denpasar. 100
Peringkat delapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana nilai rata-rata gravitasi sebesar 19664138,47 menunjukkan keterkaitan gravitasi yang lemah sekali dengan Kota Denpasar. Berdasarkan tabel 4.13 terdapat 4 daerah yang menjadi peringkat teratas keterkaitan atau daya tarik gravitasi antara Kota Denpasar dengan kabupaten sekitarnya. Hal ini sesuai pembangunan Provinsi Bali sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRWP) Provinsi Bali tahun 2009-2029 dijelaskan bahwa Kota Denpasar yang terintegrasi dalam Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Klungkung dalam sistem perkotaan nasional ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan, Klungkung juga sekaligus ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari pertimbangan sudut kepentingan ekonomi nasional, dengan nama Kawasan Metropolitan Sarbagita. Selanjutnya telah pula ditetapkan bahwa Kota Denpasar beserta Kawasan Perkotaan Kuta merupakan Kota Inti dari Kawasan Metropolitan Sarbagita yang didukung beberapa pengembangan Kota Satelit seperti Kawasan Perkotaan Badung (Mangupura), Gianyar, Tabanan, Ubud, Jimbaran dan Klungkung, serta kawasan perkotaan pendukung lainnya. Kuatnya daya tarik wilayah Bali Selatan sebagai daerah tujuan wisata dan Kota Denpasar sebagai Kota Inti Kawasan Metropolitan Sarbagita memberikan kontribusi terciptanya lapangan kerja, yang telah memancing tingginya migrasi ke Kota Denpasar dan sekitarnya yang datang dari wilayah 101
lain di Bali. Pertumbuhan Kota Denpasar di samping telah menghasilkan kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang penghidupan dan kehidupan perkotaan. Dengan adanya interaksi antar wilayah maka suatu kota akan saling melengkapi dan bekerjasama dengan kabupaten dalam satu wilayah geografis untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi masing-masing wilayah. Ditunjang dengan Kawasan Metropolitan Perkotaan pembentukan Kawasan Pengembangan Terpadu sebagai kawasan yang berpotensi untuk tumbuh cepat dengan saling meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan interaksi Kabupaten Bangli, Buleleng, Karangasem dan Jembrana.
C. Pembahasan 1. Pembahasan Per Sektor (sektoral) Sembilan Kabupaten/Kota Provinsi Bali a.
Sektor Pertanian Sektor pertanian di Provinsi Bali merupakan salah satu sektor andalan bagi perekonomian Bali, hal ini terlihat pada kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Provinsi Bali menduduki tingkat tertinggi kedua. Besarnya kontribusi sektor pertanian dapat dilihat pada angka kontribusi sektor pertanian sebesar 20,29 persen pada tahun 2005 namun terus menunjukkan adanya kecendrungan penurunan kontribusi dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 turun hingga menjadi 18,21 persen. Meskipun begitu, sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling mampu 102
bertahan dan telah menyelamatkan ekonomi Bali dari keterpurukan krisis ekonomi global akhir tahun 2008 dan peristiwa bom Bali tahun 2005. Untuk
di
kabupaten/kota
Provinsi
Bali
sektor
pertanian
memberikan kontribusi tertinggi pada Kabupaten Tabanan, Bangli, Buleleng, Klungkung dan Karangasem tahun 2011. Sama seperti kontribusi sektor pertanian pada PDRB Provinsi Bali, untuk di kabupaten/kota-nya juga cenderung mengalami penurunan. Tetapi sektor pertanian memberikan kontribusi PDRB sektor tertinggi untuk lima Kabupaten tersebut. Tabel 4.14 Analisis Sektor Pertanian No Aspek Parameter Makna 1 LQ >1 Sektor Basis 2 Pj Negatif Tumbuh lambat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi IV Lebih dari cukup Sumber : Lampiran II, IX Gambar 4.1 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Pertanian 2 1.5 1 0.5 0
hasil LQ LQ rata-rata
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Gianyar. Sedangkan Kabupaten lainnya LQ>1. Hal ini 103
membuktikan bahwa sektor pertanian masih dapat diandalkan tetapi dengan memperhatikan teknologi pertanian yang efisien. Berdasarkan analisis LQ selama tujuh tahun terakhir (2005-2011), sektor
pertanian
menunjukkan
nilai
rata-rata
LQ
di
sembilan
kabupaten/kota Provinsi Bali di atas angka satu (LQ > 1) yaitu sebesar 1,24. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari angka satu ini berarti sektor pertanian dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut dan mampu mengekspor untuk kabupaten/kota yang bukan basis pada sektor pertanian. Kabupaten Tabanan, Klungkung, Karangasem, Bangli, Buleleng, dan Jembrana memiliki rata-rata nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,88; 1,626; 1,552; 1,754; 1,283; dan 1,345. Perhitungan analisis Shift Share selama periode penelitian kajian ini (tahun 2005-2011), untuk sektor pertanian menunjukkan nilai rata-rata Komponen Pj sebesar -7610,19 hal ini menunjukkkan bahwa sektor ini merupakan spesialisasi sektor pertanian di kabupaten/kota yang tumbuh lambat di Provinsi Bali karena nilainya negatif. Untuk delapan Kabupaten/Kota pun tumbuh lambat dan hanya satu Kabupaten dimana sektor pertanian tumbuh cepat di Provinsi Bali yaitu di Kabupaten Buleleng nilai Pj nya sebesar 17857,11. Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan komponen Dj, sektor pertanian adalah sektor yang pertumbuhannya lebih lambat di banding provinsi karena daya saingnya menurun. Hal ini ditunjukkan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -6343,98. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi 104
sektoral, sektor pertanian termasuk dalam tipologi IV sehingga sektor ini adalah sektor yang tingkat kepotensialan untuk dikembangkan lebih dari cukup karena merupakan sektor basis dan spesialisasi sektor di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih lambat di tingkat provinsi padahal daya saing sektor ini tumbuh lambat dibandingkan tingkat provinsi. b.
Sektor Pertambangan dan Penggalian Sumbangan sektor pertambangan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 sangatlah rendah dan kecendrungan menurun. Hanya tahun 2006 menunjukkan kenaikan 0,3 persen dari tahun 2005. Untuk kontribusi PDRB Kabupaten/Kota di Bali tahun 2011 hanya Tabanan yang mencapai 10,33 persen sedangkan yang lainnya jauh di bawah. Hal ini menunjukkan bahwa Provinsi Bali secara keseluruhan tidak banyak memiliki potensi sumber pertambangan yang dapat diekplorasi. Tabel 4.15 Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian No Aspek Parameter Makna 1 LQ >1 Sektor Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi III Baik Sumber : Lampiran II, IX Berdasarkan gambar 4.2 perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, dan Bangli. Sedangkan Kabupaten Klungkung, Karangasem, Buleleng dan Jembrana LQ>1. Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan Kabupaten/Kota di Provinsi Bali selama tahun 2005105
2011 sektor pertambangan dan penggalian menunjukkan nilainya di atas angka satu yaitu sebesar 1,53, yang berarti bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Gambar 4.2 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Pertambangan dan Penggalian 8 6 4 2
hasil LQ
0
LQ rata-rata
Artinya, sektor tersebut dapat berproduksi dan berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat daerah Bali. Sektor pertambangan menjadi sektor basis di Kabupaten Klungkung, Karangasem, Bueleleng dan Jembrana. Masing-masing memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 6,684; 2,691; 1,085 dan 1, 722. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2005-2011, sektor pertambangan menunjukkan nilai rata-rata komponen pertumbuhan proporsional (Pj) positif sebesar 228,85, yang menunjukkan bahwa sektor pertambangan menjadi spesialisasi kabupaten/kota yang di tingkat provinsi tumbuh cepat. Sektor pertambangan untuk sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali pertumbuhan Pj tumbuh cepat. Nilai rata-rata komponen Dj sektor pertambangan adalah sebesar -530,50 menunjukkan bahwa daya saing sektor ini menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan di provinsi. Pertumbuhan Dj lebih 106
cepat dibandingkan tingkat provinsi Bali hanya Kabupaten Karangasem nilainya sebesar 356,43. Hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor pertambangan menempati tipologi IV. Sektor ini tingkat kepotensialannya baik untuk dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor basis dan di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan provinsi dan di tingkat provinsi pertumbuhannya cepat. Sementara itu berdasarkan pengamatan penulis aktifitas sektor pertambangan dan penggalian ini tergolong rendah dan lokasinya terbatas. c.
Sektor Industri Pengolahan Untuk kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 cenderung mengalami kenaikan walaupun tahun 2009 sempat turun menjadi 9,16 dari tahun 2008 yang sebesar 9,34. Penurunan terjadi akibat krisis global akhir 2008 sedikit memberi dampak kepada sektor ini. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang cukup tinggi adalah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Klungkung, dan Buleleng. Tabel 4.16 Analisis Sektor Industri Pengolahan No Aspek Parameter Makna 1 LQ <1 Sektor Non Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi VII Kurang Sumber : Lampiran II, IX
107
Gambar 4.3 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Industri Pengolahan 2.5 2 1.5 1 0.5 0
hasil LQ LQ rata-rata
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kabupaten Badung, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Bangli dan Jembrana. Sedangkan Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, dan Buleleng nilai LQ>1. Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor industri pengolahan menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar 0,95 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Namun sektor industri pengolahan menjadi sektor basis untuk tiga kabupaten/kota di Bali yakni Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Buleleng dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,223; 1,913 dan 1,057. Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor industri pengolahan menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 1152,53 yang menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi 108
tumbuh dengan cepat. Dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar 2964,90 yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor industri pengolahan menempati tipologi VII. Sektor ini tingkat kepotensialannya kurang baik jika dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor non basis dan di kabupaten/kota spesialisasi sektor industri pengolahan pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan provinsi serta daya saingnya di kabupaten/kota tumbuh lambat dibanding provinsi. d.
Sektor Listrik, Gas dan Air Peran sektor listrik, gas dan air terlihat dari sumbangan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 tidak terlalu menunjukkan gairahnya bahkan tahun tahun 2007 dan 2008 sama-sama 2 persen saja walaupun tahun 2008 naik menjadi 2,10 persen. Untuk kontribusi PDRB kabupaten/kota di Bali tahun 2011 hanya Kota Denpasar yang mencapai 3,74 sedangkan yang kabupaten lainnya kontribusinya lebih rendah. Berdasarkan gambar 4.4 perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) pada Kabupaten Gianyar, Tabanan, Karangasem, Klungkung, Bangli, Buleleng dan Jembrana. Sedangkan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung nilai LQ>1 artinya sektor basis. 109
Gambar 4.4 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Listrik, Gas dan Air 3 2 1 0
hasil LQ LQ rata-rata
Berdasarkan hasil dari perhitungan LQ rata-rata keseluruhan sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor listrik, gas dan air menunjukkan nilainya di bawah angka satu yaitu sebesar 0,80, yang berarti bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Namun sektor listrik, air dan gas menjadi sektor basis untuk dua kabupaten/kota di Bali yakni Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 2,424 dan 1,039. Hasil analisis Shift Share selama tahun 2005-2011, sektor listrik, gas dan air menunjukkan nilai rata-rata komponen pertumbuhan proporsional (Pj) positif sebesar 229,01, yang menunjukkan bahwa sektor ini termasuk ke dalam sektor yang memiliki pertumbuhan cepat di tingkat provinsi. Nilai rata-rata komponen Dj sektor listrik, gas dan air adalah sebesar 209,69 menunjukkan bahwa daya saing sektor ini pertumbuhannya lebih cepat jika dibandingkan dengan pertumbuhan di provinsi. 110
Kabupaten/kota yang menunjukkan nilai diferensial positif (Dj>0) adalah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar dan Jembrana. Tabel 4.17 Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air No Aspek Parameter Makna 1 LQ <1 Sektor Non Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Positif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih cepat dibanding Provinsi 4 Tipologi V Baik Sumber : Lampiran II, IX Hasil analisis tipologi sektoral menunjukkan sektor listrik, gas dan air menempati tipologi V. Sektor ini tingkat kepotensialannya cukup untuk dikembangkan karena sektor ini di kabupaten/kota berspesialisasi dengan pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan dengan provinsi dan daya saing sektor di kabupaten/kota tumbuh cepat dibandingkan dengan provinsi, walaupun termasuk sektor non basis. Sementara itu sektor listrik, gas dan air merupakan sumber daya utama untuk kehidupan sehari-hari masyarakat Bali dan keberlangsungan pariwisata Bali. e.
Sektor Bangunan Sektor bangunan di Provinsi Bali memiliki peran yang kecil terlihat dari sumbangan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011. Kontribusi sektor ini pada tahun 2009 turun menjadi 4,4 persen akibat krisis global yang membuat rata-rata kontribusi setiap sektor ekonomi di Bali menurun. Untuk kontribusi PDRB masing-masing kabupaten/kota di Bali tahun 2011 Kabupaten Klungkung yang mencapai 8,01. 111
Tabel 4.18 Analisis Sektor Bangunan No Aspek Parameter Makna 1 LQ >1 Sektor Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi III Baik Sumber : Lampiran II, IX Gambar 4.5 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Bangunan 2 1.5 1 hasil LQ
0.5
LQ rata-rata
0
Berdasarkan analisis LQ selama 7 tahun terakhir (2005-2011), sektor bangunan menunjukkan nilai rata-rata LQ-nya di atas angka satu yaitu sebesar 1,06. Hal ini berarti sektor ini termasuk sektor basis. Nilai LQ yang kurang dari satu ini Artinya, sektor tersebut dapat berproduksi dan berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat daerah Bali. Untuk sektor bangunan yang merupakan sektor basis terdapat di Kabupaten Badung, Gianyar, Klungkung, Bangli dan Jembrana. Masing-masing memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1,181; 1,118; 1,433; 1,275 dan 1,089. Perhitungan analisis Shift Share selama periode tahun 2005-2011 untuk sektor bangunan, nilai rata-rata komponen Pj-nya adalah sebesar 856,89 yang menunjukkkan bahwa sektor ini merupakan sektor yang tumbuh cepat di Provinsi Bali karena nilainya positif. Sedangkan hasil dari 112
perhitungan komponen Dj, sektor bangunan adalah sektor yang daya saingnya menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan pertumbuhan di provinsi. Hal ini ditunjukkan dengan besaran rata-rata komponen Dj yang negatif, yaitu sebesar -2588,92. Berdasarkan perhitungan analisis tipologi sektoral, sektor bangunan termasuk dalam tipologi III sehingga sektor ini adalah sektor yang potensial baik untuk dikembangkan karena merupakan sektor basis walaupun di kabupaten/kota spesialisasi
sektor
bangunan
pertumbuhannya
lebih
cepat
jika
dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya di kabupaten/kota tumbuh lambat dibanding provinsi. f.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Besarnya kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 merupakan sektor yang memberikan kontribusi tertinggi di Bali dengan presentase terus mengalami kenaikan walaupun tidak signifikan. Kontribusi sektor ini mengalami penurunan dari tahun 2005 sebesar 29,37 persen dan tahun 2006 menjadi 28,88 akibat peristiwa Bom yang mengguncang Kabupaten Badung namun sektor ini kembali bangkit. Bali masih mempunyai daya tarik bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Selain itu, terjadi perluasan pangsa pasar pada negara-negara wisatawan asing seperti Australia, China, Jepang, Malaysia, Taiwan dan Korea Selatan. (BPS Provinsi Bali, 2012 b)
113
Walaupun
krisis global akhir 2008 sedikit memberi dampak
kepada sektor ini tetapi sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali tumbuh karena pariwisatanya. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang tertinggi dan menjadi sektor utama yang memberikan kontribusinya adalah Kota Denpasar, Kabupaten Gianyar, Badung, dan Jembrana. Presentase untuk masing-masing kontribusi PDRB nya yaitu 39,52; 30,19 ;46,19; dan 27,11. Tabel 4.19 Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran No Aspek Parameter Makna 1 LQ <1 Sektor Non Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi Provinsi 4 Tipologi VII Kurang Sumber : Lampiran II, IX Gambar 4.6 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 2 1.5 1 0.5 0
hasil LQ LQ rata-rata
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 dengan nilai LQ>1 artinya sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor basis. Sektor ini menjadi sektor basis di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Gianyar. Untuk hasil LQ rata-rata keseluruhan kabupaten/kota tahun 2005-2011 hampir mendekati LQ=1 114
maka perlu adanya pemerataan pertumbuhan di kabupaten lainnya guna menunjang pariwisata. Menurut dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar 0,88 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi pembangunan pariwisata di Provinsi Bali. Akan tetapi untuk Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi sektor unggulan. Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 7714,69 yang menunjukkan sektor ini tumbuh lebih cepat di tingkat provinsi. Dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -5277,83 yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor perdagangan, hotel dan rsetoran menempati tipologi VII. Sektor ini tingkat kepotensialannya kurang baik jika dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor non basis dan di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih
115
lambat jika dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya di kabupaten/kota menunjukkan pertumbuhan lebih cepat daripada provinsi. g.
Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Hasil kontribusi sektor pengangkutan dan komunikasi terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang tidak terpengaruh oleh peristiwa bom tahun 2005 dan krisis ekonomi global tahun 2008. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 didominasi oleh kota dan kabupaten dengan kontribusi tinggi yaitu Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Jembrana. Presentase untuk masing-masing kontribusi PDRB nya yaitu 12,24; 26,19 dan 14,62. Tabel 4.20 Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi No Aspek Parameter Makna 1 LQ <1 Sektor Non Basis 2 Pj Negatif Tumbuh lambat di tingkat Provinsi 3 Dj Positif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih cepat dibanding Provinsi 4 Tipologi VI Hampir dari cukup Sumber : Lampiran II, IX Gambar 4.7 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 2.5 2 1.5 1 0.5 0
hasil LQ LQ rata-rata
116
Berdasarkan gambar diatas, perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung tinggi (>1) pada Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Sektor ini masih didominasi pada Kota Denpasar dan Kabupaten Badung maka sebaiknya perlu ditingkatkan di kabupaten lain karena sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sarana dalam peningkatan pariwisata dan distribusi. Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar 0,76 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Namun sektor pengangkutan dan komunikasi menjadi sektor basis untuk tiga kabupaten/kota di Bali yakni Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Jembrana dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,162; 2,331 dan 0,715. Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor pengangkutan dan komunikasi menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 2421,36 yang menunjukkan sektor ini termasuk kedalam sektor yang di provinsi tumbuh dengan cepat. Dari hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -2372,29
117
yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor pengangkutan dan komunikasi menempati tipologi VI. Sektor ini tingkat kepotensialannya hampir dari cukup jika dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor non basis walaupun di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih lambat jika dibandingkan dengan provinsi walaupun daya saingnya di kabupaten/kota menunjukkan pertumbuhan lebih cepat daripada provinsi. h.
Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Share atau kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 cenderung mengalami fluktuasi seperti tahun 2007 mengalami penurunan menjadi 7,34 persen yang sebelumnya tahun 2006 sebesar 7,46 persen. Kemudian pada tahun 2008 naik menjadi 7,62 persen dan turun lagi tahun 2009 menjadi 7,11 persen. Penurunan terjadi akibat krisis global akhir 2008 sedikit memberi dampak kepada sektor ini. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang cukup tinggi adalah Kota Denpasar, Kabupaten Karangasem, dan Tabanan. Presentase untuk masing-masing kontribusi PDRB nya yaitu 13,24; 6,60; dan 6,50. Berdasarkan gambar 4.8 perkembangan LQ rata-rata periode tahun 2005-2011 cenderung turun (<1) pada delapan kabupaten hanya Kota
118
Denpasar yang nilai LQ rata-rata >1. Ini membuktikan belum adanya usaha pembangunan untuk sektor ini supaya menjadi sektor potensial. Gambar 4.8 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2 1.5 1 hasil LQ
0.5
LQ rata-rata
0
Hasil dari perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan nilai rata-rata di bawah angka satu yaitu sebesar 0,72 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor non basis. Artinya sektor ini masih memiliki kelemahan dalam berproduksi dan belum berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali. Sektor ini belum diunggulkan untuk sebagai penghasil PDRB Bali. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menjadi sektor basis untuk kabupaten/kota di Bali hanya Kota Denpasar dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,836. Hasil analisis Shift Share tabel 4.21 menunjukkan rata-rata sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar -1161,99 yang menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi tumbuh dengan lambat. Dari 119
hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -707,08 yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Tabel 4.21 Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan No Aspek Parameter Makna 1 LQ <1 Sektor Non Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi VII Kurang Sumber : Lampiran II, IX Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan menempati tipologi VII. Sektor ini tingkat kepotensialannya kurang jika dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor non basis dan spesialisasi sektor di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih cepat di tingkat provinsi padahal daya saing sektor ini tumbuh lambat dibandingkan tingkat provinsi. i.
Sektor Jasa-jasa Lainnya Untuk kontribusi sektor jasa-jasa lainnya terhadap PDRB Provinsi Bali pada tahun 2005 hingga 2011 cenderung mengalami penurunan dati tahun 2007 hingga tahun 2011. Tahun 2007 turun menjadi 15,86 dan terus menurun. Sedangkan kontribusi PDRB sembilan kabupaten/kota di Bali tahun 2011 yang cukup tinggi dan kabupaten/kota mempunyai share tertinggi yaitu Kabupaten Karangasem, Bangli, Buleleng dan Gianyar.
120
Tabel 4.22 Analisis Sektor Jasa-jasa Lainnya No Aspek Parameter Makna 1 LQ >1 Sektor Basis 2 Pj Positif Tumbuh cepat di tingkat Provinsi 3 Dj Negatif Pertumbuhan sektor di kabupaten/kota lebih lambat dibanding Provinsi 4 Tipologi III Baik Sumber : Lampiran II, IX Gambar 4.9 Perkembangan LQ Rata-rata Periode Tahun 2005-2011 Per Kabupaten/Kota Sektor Jasa-jasa Lainnya 2.5 2 1.5 1 0.5 0
hasil LQ LQ rata-rata
Berdasarkan gambar diatas, dari hasil perhitungan LQ rata-rata sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor jasa-jasa lainnya menunjukkan nilai rata-rata di atas angka satu yaitu sebesar 1,27 yang berarti sektor ini termasuk ke dalam sektor basis. Artinya sektor ini potensial dalam berproduksi dan berhasil memenuhi kebutuhan masyarakat di Provinsi Bali dan dapat mengimpor. Sektor jasajasa lainnya menjadi sektor basis (LQ>1) di delapan kabupaten/kota di Bali yakni Kabupaten Karangasem, Buleleng, Bangli, Jembrana, Tabanan, Gianyar dan Klungkung dengan hasil LQ rata-ratanya sebesar 1,942; 1,708; 1,409; 1,337; 1,268; 1,220 dan1,215. Hasil analisis Shift Share rata-rata sembilan kabupaten/kota Provinsi Bali selama tahun 2005-2011 sektor jasa-jasa lainnya 121
menunjukkan komponen pertumbuhan proporsional (Pj) sebesar 2189,27 yang menunjukkan sektor ini termasuk ke dalam sektor yang di provinsi tumbuh dengan cepat. Hasil perhitungan komponen pertumbuhan diferensial (Dj) menunjukkan angka negatif sebesar -1881,53 yang berarti sektor ini mempunyai daya saing yang menurun sehingga pertumbuhannya lebih lambat dari provinsi. Kemudian hasil analisis Tipologi sektoral menunjukkan sektor jasa-jasa
lainnya
menempati
tipologi
III.
Sektor
ini
tingkat
kepotensialannya baik untuk dikembangkan karena sektor ini merupakan sektor basis tetapi spesialisasi sektor di kabupaten/kota pertumbuhannya lebih cepat di tingkat provinsi padahal daya saing sektor ini tumbuh lambat dibandingkan tingkat provinsi. 2. Keterkaitan Wilayah Berdasarkan tabel peringkat keterkaitan daerah (gravitasi) antara kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten lainnya (tabel 4.13), terlihat bahwa selama periode penelitian 2005-2011 yang paling kuat interaksinya dengan Kota Denpasar adalah Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan Kabupaten Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat interaksi dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli, keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana. Interaksi yang kuat antara Kota Denpasar dengan Kabupaten Klungkung ini disebabkan karena jaraknya yang relatif sangat dekat sehingga 122
mempermudah akses penduduk ke daerah tersebut. Walaupun, jumlah penduduk Kabupaten Klungkung bukan merupakan kabupaten dengan penduduk terbanyak. Kabupaten Klungkung adalah daerah yang jaraknya dekat dengan Kota Denpasar sehingga dapat membantu menunjang perekonomian di Denpasar. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi dan sosial. Semakin besar interaksi, semakin besar pula daya tarik menarik Kota Denpasar dengan kabupaten-kabupaten sekitar sehingga kegiatan sosial ekonominya semakin besar kaitannya. Melihat interaksi yang kuat antara Kota Denpasar dengan Kabupaten Klungkung, lebih dalam lagi sektor-sektor unggulan masing-masing daerah tersebut. Kota Denpasar sangat dominan untuk sektor-sektor pariwisata dapat dilihat berdasarkan kontribusi PDRB nya maupun hasil LQ nya. Kabupaten Badung dengan Kota Denpasar memiliki interaksi kuat ketiga terlihat bahwa kedua daerah ini memiliki kesamaan untuk sektor unggulan dan basis. Sektor tersebut merupakan sektor pariwisata yakni sektor listrik, gas dan air; sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Jarak yang dekat antar kedua daerah ini membuat keterkaitan daerah juga erat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Soepono (2001) dalam digunakan variabel kesempatan kerja untuk menganalisis sektor basis dan nonbasis di Kabupaten Badung. Dari hasil yang diperoleh diyatakan bahwa sektorsektor basis di Kabupaten Badung adalah sektor-sektor yang terkait dengan aktivitas pariwisata. Kabupaten Badung adalah kabupaten yang memiliki 123
banyak kawasan wisata sehingga berusaha menyediakan berbagai fasilitas pariwisata agar wisatawan merasa nyaman berada di Bali, khususnya Kabupaten Badung. 3. Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten/Kota Provinsi Bali Setelah melakukan analisis dengan menggunakan analisis LQ, Shift Share, analisis tipologi sektoral, dan analisis gravitasi maka dapat diketahui masing-masing potensi sektor ekonomi kabupaten/kota Provinsi Bali. Setelah diketahui potensi tiap sektor, selanjutnya diharapkan adanya pengelolaan yang lebih terfokus pada sektor yang lebih mampu mendorong perkembangan ekonomi Provinsi Bali. Dengan menitikberatkan pada sektor-sektor yang mempunyai pengaruh yang besar pada perekonomian sehingga diharapkan hasilnya dapat optimal. Dalam penelitian ini analisis pengembangan sektor potensial di kabupaten/kota Provinsi Bali saja mengingat: 1) Sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; bangunan dan jasa-jasa lainnya sebagai sektor basis. Selain sektor basis, sektor non basis yang potensial dikembangkan dan menjadi konsentrasi pemerintah daerah Provinsi Bali adalah sektor dengan kriteria pertumbuhan yang cepat di Provinsi berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Sektor tersebut adalah sektor listrik, gas dan air dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sektor tersebut merupakan sektor yang cakupannya sangat luas dan terdiri dari berbagai macam lapangan usaha dan usaha produksi,
124
sehingga pengembangannya dapat dititikberatkan pada peningkatan kualitas barang dan pelayanan. 2) Obyek wisata atau sektor pariwisata, sebagai potensi ekonomi dimiliki Provinsi Bali. Pengembangan sektor tersier pariwisata sebaiknya tidak hanya Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan Gianyar tetapi Kabupaten lainnya juga karena memiliki potensi wisata Bali namun akses yang cukup jauh dan pusat sarana prasarana akomodasi yang baik masih di Kawasan Metropolitan Sarbagita. Dinas Pariwisata menganggap bahwa pariwisata selain masuk dalam sektor jasa-jasa termasuk dalam sektor perdagangan hotel dan restoran (BPS Provinsi Bali, 2012 b).
125
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penghitungan indeks location quotient pada Provinsi Bali sektor ekonomi yang basis di masing-masing Kabupaten/Kota tahun 2005-2011 adalah : a.
Kota Denpasar adalah sektor listrik, gas dan air; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor industri pengolahan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor pengangkutan dan komunikasi.
b.
Kabupaten Badung adalah sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor listrik, gas dan air.
c.
Kabupaten Buleleng adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor penggalian dan sektor industri pengolahan.
d.
Kabupaten Gianyar adalah sektor industri pengolahan; sektor jasajasa dan sektor bangunan.
e.
Kabupaten Klungkung adalah sektor pertanian, sektor bangunan dan sektor jasa-jasa.
f.
Kabupaten Karangasem adalah sektor penggalian, sektor jasa-jasa dan sektor pertanian. 126
g.
Kabupaten Bangli adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa dan sektor bangunan.
h.
Kabupaten Jembrana adalah sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan sektor bangunan.
i.
Kabupaten Tabanan adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa. Hal di atas menunjukkan bahwa terjadi penyebaran sektor-sektor
ekonomi yang basis di Provinsi Bali dan pemerataan pembangunan daerah Bali. Pembangunan di Bali tidak dikhususkan untuk satu sektor di setiap kabupaten/kota tetapi terbagi-bagi untuk saling memenuhi kebutuhan tiap-tiap daerah.
2. Sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk lebih dikembangkan di keseluruhan kabupaten/kota Provinsi Bali dan sebagai acuan pemerintah
daerah
dalam
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi
daerahnya untuk masa mendatang setelah tahun 2005-2011 berdasarkan analisis dengan Tipologi Sektoral sembilan Kabupaten/Kota yang ada yaitu sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; bangunan dan jasajasa lainnya. Selain sektor basis, sektor non basis yang potensial dikembangkan dan menjadi konsentrasi pemerintah daerah adalah sektor dengan kriteria pertumbuhan yang cepat di Provinsi dan menempati Tipologi V dan VI, yang berarti sektor ini adalah sektor non basis, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sektor basis. Sektor tersebut adalah sektor listrik, gas dan air dan sektor pengangkutan dan komunikasi. 127
3. Hasil dari analisis gravitasi dengan nilai indeks terbesar menunjukkan keterkaitan atau daya tarik menarik potensi ekonomi antara Kota Denpasar dengan kabupaten lain di sekitarnya paling kuat adalah pertama dengan Kabupaten Klungkung, kedua interaksi dengan Kabupaten Tabanan, ketiga interaksi dengan Kabupaten Badung, keempat interaksi dengan Kabupaten Gianyar, kelima interaksi dengan Kabupaten Bangli, keenam interaksi dengan Kabupaten Buleleng, ketujuh interaksi dengan Kabupaten Karangasem, dan kedelapan interaksi dengan Kabupaten Jembrana. Keterkaitan dengan Kota Denpasar ini paling besar karena kedua daerah tersebut mempunyai jarak yang cukup dekat sehingga interaksi keduanya paling kuat. Interaksi dengan daerah ini dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan jarak antara kedua daerah.
B. Implikasi 1. Berdasarkan pemahaman yang dimiliki terhadap potensi yang dimiliki Provinsi Bali dan kabupaten/kota, maka pemerintah Provinsi dan daerah ini diharapkan merumuskan strategi pengembangan daerah yang paling menguntungkan untuk diterapkan di masa mendatang. Mengutamakan pembangunan untuk sektor-sektor basis atau unggulan (LQ > 1) pada Kota Denpasar, Kabupaten Badung, Gianyar, Tabanan, Bangli, Klungkung, Buleleng, Jembrana dan Karangasem. Pengembangan sektor yakni dengan mengutamakan kegiatan unggulan berupa: sektor pertanian, sektor jasajasa, sektor listrik, gas dan air, sektor pengangkutan dan komunikasi dan 128
sektor perdagangan, hotel, restoran. Namun dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Bali dengan kabupaten/kota melalui sektor-sektor basis hendaknya tidak mengabaikan sektor-sektor non basis, karena dengan meningkatkan peran dari sektor non basis diharapkan sektor tersebut dapat tumbuh menjadi sektor basis dan pada akhirnya semua sektor ekonomi dapat secara bersama-sama mendukung peningkatan potensi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. 2. Sesuai dengan program prioritas pembangunan RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Provinsi Bali 2008-2013 pengembangan sektor potensial baik dari sektor basis dan sektor non basis menunjang kegiatan: 1) Pemantapan ketahanan pangan melalui pengembangan sektor pertanian dengan Program Simantri (Sistem Manajemen Pertanian Terintegrasi) dengan pendirian koperasi memperoleh
pinjaman
petani untuk
modal,
pemberian
memudahkan petani subsidi
pupuk
dan
pengumpulan hasil panen menghindari penjualan kepada tengkulak. 2) Peningkatan daya saing industri, pariwisata dengan pengembangan konsentrasi pembangunan daerah untuk sektor industri pengolahan dan sektor tersier seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi; dan sektor jasa-jasa lainnya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang juga mendukung untuk pariwisata
Bali
dan
membuka
banyak
lapangan
kerja
bagi
129
masyarakatnya
harus
diperhatikan
dan
diberikan
akses
dan
ditingkatkan. 3) Peningkatan infrastruktur wilayah pembangunan daerah dengan prioritas sektor bangunan untuk pembangunan pariwisata namun tidak mengambil alih fungsi lahan pertanian secara berlebihan. Faktor – faktor penunjang agar perkembangan sektor ekonomi tidak dijadikan suatu alat untuk mengambil keuntungan salah satu pihak tetapi seluruh masyarakat yang terlibat di sekitarnya. 3. Penyebaran sektor ekonomi yang potensial di Provinsi Bali sudah baik dilakukan namun akan lebih baik lagi pemerintah Bali benar-benar memperhatikan sektor-sektor pariwisata dan pendukungnya karena dilihat pangsa pasar untuk Bali sangat baik. Sektor strategis/potensial dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonominya hendaknya juga tidak mengabaikan peran sektor yang tergolong non potensial. Karena dengan pengembangan sektor potensial diharapkan akan dapat merangsang pertumbuhan sektor non potensial sehingga menjadi sektor potensial yang pada akhirnya semua sektor ekonomi bersama-sama mendukung peningkatan peningkatan pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah analisis. 4. Adanya peran serta pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam membuat inisiatif untuk pengadaan kawasan pengembangan terpadu dengan Kota Denpasar sebagai pusat pertumbuhan dan pemerintah daerah kabupaten Klungkung, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli, Buleleng, 130
Karangasem dan Jembrana saling bekerjasama dengan mensinergikan potensi daerah dengan sektor potensialnya guna pengembangan sektor potensial yang dapat mendukung pengembangan Provinsi Bali dan juga Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi itu.
131
DAFTAR PUSTAKA Anonim. ―Penjelasan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) 5 Januari 2012” artikel diakses tanggal 23 Juli 2013 dari http://bankdata.denpasarkota.go.id/bankdata/Penjelasan-RTRW %205% 20Januari%202012.pdf Anonim. ―Profil Daerah Bali: Struktur, Luas dan Jarak ke Ibukota Provinsi,” artikel diakses pada tanggal 6 Maret 2013, dari http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/id/geografislj.php?ia=51 Arsyad, Lincolin. ―Ekonomi Pembangunan”, Bagian Penerbitan STIE, Jakarta. 2010. Badan Pusat Statistik. ―Kota Denpasar dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ ―Kabupaten Badung dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten Bangli dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten Buleleng dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten Gianyar dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten edisi
Jembrana dalam Angka”. dalam berbagai
_________________ “Kabupaten Karangasem dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten Klungkung dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ “Kabupaten Tabanan dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ ―Provinsi Bali dalam Angka”. dalam berbagai edisi _________________ ―Produk Domestik Bruto Indonesia”. 2002 _________________ “Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Badung Sektoral”. 2012 _________________ “Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Sektoral”. 2010(a)
132
_________________ “Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Bali Sektoral”. 2012(b) _________________ “Statistika Indonesia 2011”. 2011 _________________ “Tinjauan Perekonomian Bali 2009”. 2009 BAPPENAS dan Badan Pusat Statistik Indonesia. “Statistika Indonesia”. 2009 Bungin, Burhan, “Metodologi Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu Sosial lainnya”. Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010. Glasson, John. ” Pengantar Perencanaan Regional”. Terjemahan Paul Sitohang, LPFEUI, Jakarta, 1990. Herath, Janaranjana dan Tesfa G. Gebremedhin dan Blessing M. Maumbe. “A Dynamic Shift Share Analysis of Economic Growth in West Virginia”, Dalam Jurnal Ekonomi, University of West Virginia, Morgantown, 2012. Irman dan Fachrizal Bachri. “Analisis Potensi Sektoral Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan”. Dalam Jurnal Kajian Ekonomi Vol. 2. No. 1. Hal. 77-103, Universitas Sriwijaya, Palembang, 2003. Jhingan, M.L. „Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan”, Rajawali Pers, Jakarta, 2004. Karoba, Tinus Gulua. “Analisis Pengembangan Kota Jayapura Sebagai Salah Satu Kawasan Strategis Andalan di Provinsi Papua”, Dalam Jurnal Pembangunan dan Inovasi Papua, Papua, 2010. Mondal, Prof. Wali I. Ph. D. “An Analysis of The Industrial Development Potential of Malaysia: A Shift Share Approach”, Journal of Business & Economic Research Vol. 7 No. 5 Hal. 41-46, National University, USA, 2009. Richardson, Harry. “Dasar Dasar Ekonomi Regional‖, Lembaga Penerbit FEUI, Jakarta, 1978. Ropingi. “Aplikasi Analisis Shift Share Esteban Marquillas pada Sektor Pertanian di Kabupaten Boyolali”, Dalam Jurnal Ekonomi Pembangunan‖, Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta, 2008. Saerofi, Mujib. “Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT)”, 133
Skripsi sarjana, Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Sebelas Maret, Semarang, 2005. Sebayang, K. Dianta A. “Dampak Integrasi Ekonomi ASEAN terhadap Perdagangan Indonesia pada Sektor Kendaraan Roda Empat”, Jurnal Econosains Vol. 9 No. 2 Hal 119-131, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta, 2011. Septa, Dini, ―Analisis Potensi Pertumbuhan Ekonomi di Kota Tangerang“, Skripsi sarjana Fakultas Ilmu Sosial, UNS, Semarang, 2007. Setiawan, I Made Darma, “Peranan Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat: Pendekatan Input-Output Multiregional”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Universitas Warmadewa, Denpasar, 2005. Syafrijal, “Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi”, Baduose Media, 2008. Suryana, ―Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan)”, Salemba Empat, Bandung, 2000. Soepono, Prasetyo. ―Model Gravitasi sebagai Alat Pengukur Hiterland dari Central Place: Satu Kajian Teoritik‖, Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. Hal 414-423. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2000. ________Prasetyo. “Teori Pertumbuhan Berbasis Ekonomi (Ekspor): Posisi dan Sumbangannya bagi Perbendaharaan Alat-alat Analisis Regional”, Dalam Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 15. Nomor 1. Yogyakarta. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2001. Sukirno, Sadono. “Pengantar Teori Makro Ekonomi”, Persada, Jakarta, 1996.
PT Raja Grafindo
______________ “Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan”, Kencana, Jakarta. 2006. Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi‖, Sinar Grafika, Jakarta, 2005. Tarigan, Robinson. “Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi Edisi Revisi‖, Bumi Aksara, Jakarta, 2007. Yoeti, Oka A. “Ekonomi Pariwisata”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
134
I. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Provinsi Bali dan 9 Kabupaten Kota Periode Tahun 2005-2011 (Jutaan Rupiah) 1.1 Provinsi Bali No Lapangan Usaha 1 Perikanan 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan 4 Listrik, Air Bersih 5 Bangunan 6 Perdagangan,Restoran,Hotel 7 Angkutan,Komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa 8 Perusahaan 9 Jasa-jasa lain JUMLAH Sumber : BPS Provinsi Bali 2012
2005 4591024 134170 2010191 309674 820195 6497876 2190464
2006 4779419 137574 2097825 330019 857214 6830202 2323287
2007 4898454 141658 2289788 356044 909436 7348126 2575564
2008 4928274 146644 2476904 388035 970462 7981804 2805245
2009 5208020 154370 2610480 406310 979290 8479550 2948130
2010 5298030 170930 2768080 441650 1051030 9022300 3117330
2011 5873310 208490 3027990 470830 1236390 10005650 3380960
1568436 1673782 1734273 1808488 1855980 1993830 2950415 3455360 3243704 3394718 3586140 3892920 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
2167880 4382170 30753670
135
2.1 Kota Denpasar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 325536.74 228.8 488864.54 151934.08 141147.36 1484570.4 542157.32 580814.08 456546.88 4171800.2
2006 343341.28 229.45 511390.28 164158.8 150647.36 1562285.67 574271.6 610712.7 500053.99 4417091.13
2007 352957.21 230.12 560850.62 170462.5 157095.07 1717241.75 602211.01 633154.71 514314.9 4708517.89
2008 360219.96 230.69 604092.21 184430.44 165908.1 1888752.62 631288.75 658571.01 536401.56 5029895.34
2007 437752.93 5357.25 138748.48 77004.26 224869.28 2196234.96 1223330.4 137864.79 418969.34 4860131.69
2008 441420.28 5547.53 145449.18 83018.74 235989.79 2339908.62 1368719.75 141307.44 434764.02 5196125.35
2009 384761.31 243.1 650866.34 200621.19 172352.19 2027505.54 674646.52 685583.56 561666.67 5358246.42
2010 385373.49 243.71 702078.21 213771.9 178941.25 2195132.92 712479.1 745022.53 577369.2 5710412.31
2011 391243.44 244.75 726056.42 228261.23 187377.17 2409328.5 746316.69 807276.18 601064.9 6097169.28
Sumber : BPS, PDRB Kota Denpasar 2012 3.1 Kabupaten Badung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 393611.42 5325.63 127886.38 67227.76 208526.75 1997899.08 1030338.61 128725.03 371322.75 4330863.41
2006 430924.17 5674.61 131865.12 71320.02 214699.14 2065254.75 1091037.32 134586.06 403194.44 4548555.63
2009 2010 2011 454730 487777.86 504632.13 5762.93 5943.97 6219.98 154496.64 169686.79 177094.88 88499.83 94444.85 100780.71 244570.08 253702.89 273899.89 2507451.41 2689069.79 2900779.09 1470624.33 1554512.01 1644525.1 144597.37 148971.87 152512.64 457587.49 482259.01 519766.75 5528320.08 5886369.04 6280211.17
Sumber : BPS, Badung dalam Angka Tahun 2012 136
4.1 Kabupaten Gianyar No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 493014.08 524349.82 545923.76 551533.59 561273.82 569785.8 587236.23 10400.87 10739.84 11123.06 11533.5 12109.17 12937.26 14832.16 470493.15 490910.31 524807.49 563443.63 604734.56 649154.48 670250.35 21542.34 22977.69 24992.15 27277.38 29147.01 31167.64 33537.48 110731.46 112835.43 118056.08 124690.83 137930.37 152625.56 162849.32 791289.02 824677.66 870021.36 922655.22 967709.64 1017362.24 1089624.19 121737.22 128682.94 137298.07 144544.7 151821.64 160264.06 167839.04 124293.7 132573.38 142435.48 153048.61 165866.46 179757.85 190441.97 407502.91 435904.62 467068.57 510591.67 557230.24 607457.7 692445.19 2551004.75 2683651.69 2841726.02 3009319.13 3187822.91 3380512.59 3609055.93
Sumber : BPS PDRB Kabupaten Gianyar 2012 5.1 Kabupaten Klungkung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 352641.81 47550.81 91038.55 10291.03 53113.86 214076.13 52869.41 27877.56 165726.42 1015185.58
2006 2007 2008 2009 2010 2011 367191.15 382510.33 389174.32 404640.77 413226.76 417443.64 47538.16 48008.96 49698.88 48913.12 48892.74 48404.09 94713.9 98579.44 106633.38 113899.33 122222.06 126449.79 11008.78 11880.75 13084.47 14304.86 15606.76 16920.7 55509.29 59565.87 63584.08 70810.14 76626.97 83160.02 228355.45 244198.39 263966.23 278421.66 298735.01 325787.98 55030.15 57349.76 60586.31 63343.55 66955.98 71274.49 29546.48 31616.88 33350.19 35405.45 38242.52 40657.22 177391.25 191613.5 202279.2 210804.05 227381.16 253792.29 1066284.61 1125323.88 1182357.06 1240542.93 1307889.96 1383890.22
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Klungkung 2012
137
6.1 Kabupaten Tabanan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 767094.84 5675.77 124236.71 15010.96 69579.33 384807.74 101567.13 99619.71 329327.7 1896919.89
2006 2007 2008 795447.97 827393.43 840689.07 6206.24 6822.28 7438.39 131377.07 140538.64 149973.58 16679.4 18597.26 20592.32 72719.73 76879.7 81176.73 404481.36 429761.88 462115.39 110044.73 119572.51 129612.35 110858.49 122241.08 133950.63 348664.11 369656.58 396211.52 1996479.1 2111463.36 2221759.98
2009 2010 2011 875466.81 901911.41 924418.96 7591.21 7958.62 8762.05 156182.19 164315.92 168005.93 21335.81 23501.66 25561.38 88317.23 93332.05 99856.74 502426.02 536995.33 577747.02 135201.66 141959.42 147818.31 140861.16 157345.58 170199.44 415329.19 448395.97 497317.84 2342711.3 2475715.96 2619687.67
Sumber : BPS, Tabanan dalam Angka Tahun 2012 7.1 Kabupaten Karangasem No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 2006 2007 476169.98 493994.22 511286.15 21949.14 23520.02 24765.55 103781.46 105661.16 109980.53 6695.36 7260.23 7856.39 45094.38 50556.15 56927.35 226172.26 241198.78 248561.13 110839.01 117122.99 124026.58 55770.51 60460.88 71644.81 389752.77 405389.22 428359.44 1436224.87 1505163.65 1583407.93
2008 2009 2010 2011 522253.68 540092.96 552483.38 565464.13 26121.62 28937.83 32936.55 37932.48 114696.01 120481.2 127263.17 130630.85 8587.44 9477.88 10106.17 10837.86 65102.88 69221.13 74575.32 79131.87 258119.18 269992.81 285512 303904.35 132180.59 140186.53 148449.27 156392.94 83543.74 89911.91 96968.06 104777.18 453144.06 478867.22 507837.73 542367.17 1663749.2 1747169.47 1836131.65 1931438.83
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Karangasem 2012
138
8.1 Kabupaten Bangli No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 308861.83 1459.33 65672.51 3707.77 44291.49 231628.17 18527.21 29325.89 165143.6 868617.8
2006 326274.64 1497.67 69447.37 3960.05 45989.54 233511.36 18770.32 31502.95 174591.04 905544.94
2007 2008 2009 341529.12 343396.44 378543.44 1524.6 1548.39 1571.04 73383.63 78872.63 85531.37 4194.76 4562.92 5156.1 48693.91 52316.76 45604.08 240238.77 253207.22 261382.56 19519.23 20260.87 20891.49 33688.3 36218.22 36756.53 183341.11 193746.05 204926.8 946113.43 984129.5 1040363.41
2010 383617.18 1600.62 88928.52 5847.5 51793.57 277318.38 22018.27 38787.17 222205.2 1092116.41
2011 393387.71 1661.67 90366.53 6598.56 53928.96 297677.71 22999.54 40103.66 249174.46 1155898.8
Sumber : BPS, PDRB Kabupaten Bangli 2012 9.1 Kabupaten Buleleng No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 2006 722869.44 758941.82 17985.93 18683.33 266791.91 280340.78 21734.11 23547.95 66149.39 70397.53 697401.63 733544.96 94862.93 99194.5 115178.42 121340.43 606370.25 642907.77 2609344.01 2748899.07
2007 2008 2009 791945.71 799915.99 826445.26 19658.5 20548.82 21527.98 296254.65 318447.88 341012.45 25372.9 27606.44 30542.53 75195.09 81678.75 88893.22 780258.99 841706.29 899900.48 105348.25 111677.33 118511.22 127599.41 134848.8 140775.28 687127.1 742074.12 798734.2 2908760.6 3078504.42 3266342.62
2010 2011 844188.24 865310.94 22426.24 24314.4 364926.06 375714.88 33564.86 36841.75 94460.34 101596.68 972637.2 1068129.2 124821.57 131702.17 147787.98 152432.39 852663.17 912841.65 3457475.66 3668884.06
Sumber : BPS, Buleleng dalam Angka 2012
139
10.1 Kabupaten Jembrana No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan, Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, Restoran Pengangkutan, komunikasi Keuangan,Persewaan,Jasa Perusahaan Jasa-jasa lain JUMLAH
2005 2006 2007 2008 2009 2010 381942.45 391822.21 403726.37 410460.68 427339.17 426676.35 5481.81 5752.06 6011.99 6205.1 6494.56 6830.33 100923.16 105898.67 114689.65 123846.06 129251.21 134104.37 10903.72 11466.27 12224.82 13068.94 13875.8 15033.39 69281.54 74647.12 79350.66 82809.95 88502.29 92938.77 337317.65 354047.41 378509.43 403012.32 428700.73 454544.92 195619.98 205220.06 216119.38 231545.14 241136.21 254287.18 66362.78 70174.47 73274.02 76416.87 80481.18 86113.71 207146.14 218117.45 226506.35 239441.65 247564.3 268755.67 1374979.23 1437145.72 1510412.67 1586806.71 1663345.45 1739284.69
2011 428560.59 7675.11 136684.49 16418.06 99517.3 497953.38 268627.31 90149.54 291314.01 1836899.8
Sumber : BPS, Jembrana dalam Angka 2012 II.
Jarak Kota Denpasar dengan Delapan Kabupaten di Provinsi Bali Daerah Jarak Kota Denpasar – Kabupaten Badung 25 km Kota Denpasar – Kabupaten Gianyar 29 km Kota Denpasar – Kabupaten Klungkung 13 km Kota Denpasar – Kabupaten Tabanan 21 km Kota Denpasar – Kabupaten Karangasem 68 km Kota Denpasar – Kabupaten Bangli 40 km Kota Denpasar – Kabupaten Buleleng 78 km Kota Denpasar – Kabupaten Jembrana 95 km Sumber web : regionalinvestment.bkpm.go.id Bali Tahun 2012
140
III.
PERHITUNGAN RATA-RATA LOCATION QUOTIENT 3.1 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kota Denpasar Tahun 2005-2011 Sektor 2005 2006 2007 2008 2009 Pertanian 0.358163 0.365680 0.359577 0.361845 0.361631 Pertambangan 0.008613 0.008489 0.008106 0.007787 0.007708 Industri Pengolahan 1.228408 1.240890 1.222309 1.207381 1.220445 Listrik, G, A 2.478231 2.532069 2.389209 2.352946 2.416942 Bangunan 0.869925 0.894587 0.862024 0.846329 0.861494 Perdagangan, Hotel, R 1.154039 1.164333 1.166229 1.171452 1.170405 Pengangkutan, K. 1.250203 1.258244 1.166824 1.114057 1.120151 Keu., Persewaan, js. P 1.870317 1.857327 1.821887 1.802757 1.808148 Jasa-jasa Lain 0.781616 0.136671 0.791255 0.782234 0.766652
2010 0.353556 0.006930 1.232814 2.352682 0.827534 1.182590 1.110913 1.816235 0.720890
2011 0.335995 0.005921 1.209440 2.445325 0.764416 1.214561 1.113402 1.878259 0.691832
Rata-rata 0.357 0.008 1.223 2.424 0.847 1.175 1.162 1.836 0.753
2011 0.4207408 0.146092 0.2864008 1.0481803 1.0848235 1.4196852 2.3818981 0.3445032 0.5808206
Rata-rata 0.426 0.178 0.294 1.039 1.181 1.441 2.331 0.375 0.597
3.2 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Badung Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, Hotel, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 0.417156 0.193133 0.309548 1.056293 1.237044 1.496038 2.288676 0.399334 0.612363
2006 0.43701 0.200534 0.315797 1.055266 1.260158 1.515278 2.297362 0.398397 0.556686
2007 0.432051 0.182838 0.292953 1.045626 1.195427 1.444999 2.296343 0.384327 0.624462
2008 0.429227 0.181286 0.281405 1.025262 1.165318 1.404842 2.338156 0.374437 0.613733
2009 0.414245 0.177116 0.280786 1.033383 1.184864 1.402931 2.366637 0.369627 0.605373
2010 0.434129 0.163972 0.289055 1.008349 1.138207 1.405386 2.351377 0.352312 0.584138
141
3.3 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Gianyar Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 0.88706 0.64035 1.93339 0.57463 1.11521 1.00593 0.45908 0.65462 1.14091
2006 0.919192 0.654066 1.960621 0.583348 1.102851 1.011605 0.464064 0.663617 1.056961
2007 0.921518 0.649253 1.895116 0.580404 1.073364 0.979003 0.440781 0.679096 1.190612
2008 0.926015 0.650785 1.882272 0.581664 1.063156 0.956487 0.426356 0.700252 1.244546
2009 0.886702 0.645397 1.905987 0.590217 1.158842 0.938961 0.423704 0.735294 1.278447
2010 0.883025 0.621441 1.925508 0.579431 1.192307 0.925836 0.422114 0.740245 1.281199
2011 0.851988 0.606209 1.886192 0.606973 1.122364 0.927972 0.423016 0.748567 1.346479
Rata-rata 0.897 0.638 1.913 0.585 1.118 0.964 0.437 0.703 1.220
2011 1.579466 5.159316 0.928024 0.798637 1.494701 0.723578 0.468478 0.416771 1.287018
Rata-rata 1.626 6.684 0.926 0.728 1.433 0.700 0.471 0.391 1.215
3.4 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Klungkung Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 1.594387 7.356513 0.940064 0.689801 1.344189 0.683859 0.501 0.368941 1.165945
2006 1.620059 7.286511 0.952046 0.703419 1.365495 0.705004 0.499472 0.372238 1.082561
2007 1.630497 7.076474 0.898932 0.696748 1.367606 0.693908 0.464938 0.38066 1.233447
2008 1.663068 7.137449 0.906661 0.710143 1.379846 0.696479 0.454846 0.388368 1.254897
2009 1.642687 6.699159 0.922484 0.744362 1.528769 0.694206 0.45427 0.403325 1.242824
2010 1.655241 6.070344 0.93704 0.749932 1.547226 0.702678 0.45582 0.407048 1.239556
142
3.5 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 1.856117 0.469932 0.68656 0.53848 0.942387 0.657867 0.51509 0.705577 1.23997
2006 1.874384 0.508059 0.705297 0.569198 0.955399 0.66694 0.533443 0.74592 1.136412
2007 1.879675 0.535942 0.683015 0.581266 0.940739 0.65085 0.516641 0.784385 1.268198
2008 1.911845 0.568495 0.678606 0.594767 0.937487 0.648876 0.517831 0.830121 1.308084
2009 1.881993 0.550553 0.669826 0.587899 1.009683 0.663361 0.513436 0.849706 1.29663
2010 1.908566 0.522008 0.665516 0.596593 0.995573 0.667284 0.510551 0.884757 1.29135
2011 1.847708 0.493365 0.651355 0.637335 0.948133 0.67786 0.513258 0.921659 1.33227
Rata-rata 1.880 0.521 0.677 0.587 0.961 0.662 0.517 0.817 1.268
3.6 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Bangli Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 1.632078 0.263867 0.792561 0.290465 1.310055 0.864781 0.205192 0.453597 1.357891
2006 1.6950595 0.2703065 0.8219839 0.2979466 1.3321298 0.8488896 0.2006068 0.4673358 1.2546003
2007 1.731565 0.267291 0.795928 0.292599 1.329758 0.811964 0.188218 0.482427 1.403747
2008 1.763023 0.267161 0.805702 0.297529 1.364016 0.802661 0.182745 0.506721 1.444063
2009 1.832431 0.256572 0.826018 0.319925 1.174024 0.777121 0.178652 0.499282 1.440642
2010 1.840234 0.23799 0.816492 0.336497 1.252421 0.78118 0.179511 0.494413 1.450669
2011 1.78203 0.2120492 0.7940179 0.3728741 1.1604961 0.7915496 0.1809907 0.4921822 1.5128346
Rata-rata 1.754 0.254 0.808 0.315 1.275 0.811 0.188 0.485 1.409
143
3.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Buleleng Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 1.271551 1.082583 1.071813 0.566788 0.651317 0.866753 0.349739 0.593045 1.659734
2006 1.298857 1.110826 1.093062 0.583636 0.671732 0.878458 0.349231 0.592973 1.52189
2007 1.305996 1.121023 1.045142 0.575668 0.667917 0.857763 0.330415 0.594342 1.711202
2008 1.312862 1.133423 1.039917 0.575452 0.68077 0.852961 0.322006 0.603116 1.768126
2009 1.274234 1.11982 1.048957 0.603609 0.728895 0.852177 0.322791 0.609061 1.788475
2010 1.279158 1.053265 1.058341 0.610107 0.721496 0.865432 0.321445 0.595046 1.758334
2011 1.234958 0.977555 1.04008 0.655902 0.68879 0.894832 0.326525 0.589393 1.7461
Rata-rata 1.283 1.085 1.057 0.596 0.687 0.867 0.332 0.597 1.708
2011 1.532986 2.896957 0.686922 0.366518 1.019089 0.483624 0.736535 0.769569 1.970698
Rata-rata 1.552 2.691 0.713 0.338 0.968 0.495 0.727 0.657 1.942
3.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Karangasem Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain
2005 1.521756 2.400239 0.757487 0.317221 0.806673 0.510694 0.742419 0.521711 1.9382
2006 1.544009 2.553903 0.752401 0.328635 0.881024 0.527527 0.753082 0.539608 1.752596
2007 1.548907 2.594343 0.712756 0.327446 0.928901 0.501969 0.7146 0.613038 1.959691
2008 1.586018 2.665983 0.693044 0.331218 1.004022 0.483995 0.70521 0.691385 1.99781
2009 1.556792 2.814088 0.692841 0.350178 1.061114 0.477985 0.713829 0.727241 2.004576
2010 1.576375 2.912825 0.69499 0.34591 1.072592 0.478368 0.719863 0.735183 1.971987
144
3.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Location Quotient Kabupaten Jembrana Tahun 2005-2011 Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain IV.
2005 1.274991 0.626163 0.769436 0.539621 1.294551 0.795585 1.368661 0.64845 1.076001
2006 1.282617 0.65357 0.789888 0.543583 1.362407 0.810981 1.381974 0.655939 0.987598
2007 1.28217 0.660229 0.779196 0.534142 1.357363 0.801342 1.305386 0.65728 1.086318
2008 1.306959 0.664003 0.784618 0.528512 1.339027 0.792324 1.29524 0.663069 1.106831
2009 1.29386 0.663398 0.780731 0.538502 1.425051 0.797202 1.289742 0.683767 1.088549
2010 1.285204 0.637692 0.773129 0.543208 1.411138 0.803984 1.301756 0.689242 1.101717
2011 Rata-rata 1.221633 1.278 0.616327 0.646 0.755747 0.776 0.583807 0.544 1.34758 1.362 0.833211 0.805 1.330214 1.325 0.696209 0.671 1.11297 1.080
Hasil Perhitungan Komponen Shift Share Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kota Denpasar Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 4417091.13 4708517.89 5029895.34 5358246.42 5710412.31 6097169.28
Yjo 4171800.2 4417091.13 4708517.89 5029895.34 5358246.42 5710412.31
Gj 245290.93 291426.76 321377.45 328351.08 352165.89 386756.97
145
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Badung Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 4548555.63 4330863.41 217692.22 2006 - 2007 4860131.69 4548555.63 311576.06 2007 - 2008 5196125.35 4860131.69 335993.66 2008 - 2009 5528320.08 5196125.35 332194.73 2009 - 2010 5886369.04 5528320.08 358048.96 2010 - 2011 6280211.17 5886369.04 393842.13 Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Gianyar Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 2683651.69 2551004.75 132646.94 2006 - 2007 2841726.02 2683651.69 158074.33 2007 - 2008 3009319.13 2841726.02 167593.11 2008 - 2009 3187822.91 3009319.13 178503.78 2009 - 2010 3380512.59 3187822.91 192689.68 2010 - 2011 3609055.93 3380512.59 228543.34 Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Klungkung Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 1066284.61 1015185.58 51099.03 2006 - 2007 1125323.88 1066284.61 59039.27 2007 - 2008 1182357.06 1125323.88 57033.18 2008 - 2009 1240542.93 1182357.06 58185.87 2009 - 2010 1307889.96 1240542.93 67347.03 2010 - 2011 1383890.22 1307889.96 76000.26
146
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Tabanan Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 1996479.1 1896919.89 99559.21 2006 - 2007 2111463.36 1996479.1 114984.26 2007 - 2008 2221759.98 2111463.36 110296.62 2008 - 2009 2342711.28 2221759.98 120951.3 2009 - 2010 2475715.96 2342711.28 133004.68 2010 - 2011 2619687.67 2475715.96 143971.71 Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Bangli Tahun Yjt Yjo 2005 - 2006 905544.94 868617.8 2006 - 2007 946113.43 905544.94 2007 - 2008 984129.5 946113.43 2008 - 2009 1040363.41 984129.5 2009 - 2010 1092116.41 1040363.41 2010 - 2011 1155898.8 1092116.41
Gj 36927.14 40568.49 38016.07 56233.91 51753 63782.39
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Buleleng Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 2748899.07 2609344.01 139555.06 2006 - 2007 2908760.6 2748899.07 159861.53 2007 - 2008 3078504.42 2908760.6 169743.82 2008 - 2009 3266342.62 3078504.42 187838.2 2009 - 2010 3457475.66 3266342.62 191133.04 2010 - 2011 3668884.06 3457475.66 211408.4
147
Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Karangasem Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 1505163.65 1436224.87 68938.78 2006 - 2007 1583407.93 1505163.65 78244.28 2007 - 2008 1663749.2 1583407.93 80341.27 2008 - 2009 1747169.47 1663749.2 83420.27 2009 - 2010 1836131.65 1747169.47 88962.18 2010 - 2011 1931438.83 1836131.65 95307.18 Pertambahan PDRB (Gj) Tahunan Kabupaten Jembrana Tahun Yjt Yjo Gj 2005 - 2006 1437155.72 1374979.23 62176.49 2006 - 2007 1510412.67 1437155.72 73256.95 2007 - 2008 1586806.71 1510412.67 76394.04 2008 - 2009 1663345.45 1586806.71 76538.74 2009 - 2010 1739284.69 1663345.45 75939.24 2010 - 2011 1836899.79 1739284.69 97615.1 V.
Hasil Perhitungan Share 1. Komponen Nasional Share (Nj) Kota Denpasar No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 4171800.2 22484682 21072445 2 2006 - 2007 4417091.13 23497047 22484682 3 2007 - 2008 4708517.89 24900574 23497047 4 2008 - 2009 5029895.34 26228270 24900574 5 2009 - 2010 5358246.42 27756100 26228270 6 2010 - 2011 5710412.31 30753670 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjo (Yt/Y0) 4451386.674 4615969.124 4989767.359 5298088.833 5670371.071 6327118.57
Nj 279586.4741 198877.9944 281249.4689 268193.4932 312124.6513 616706.2602
148
(P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 4417091.13 4708517.89 5029895.34 5358246.42 5710412.31 6097169.28
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yjo 4171800.2 4417091.13 4708517.89 5029895.34 5358246.42 5710412.31
2. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Badung No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 4330863.41 22484682 21072445 2 2006 - 2007 4548555.63 23497047 22484682 3 2007 - 2008 4860131.69 24900574 23497047 4 2008 - 2009 5196125.35 26228270 24900574 5 2009 - 2010 5528320.08 27756100 26228270 6 2010 - 2011 5886369.04 30753670 27756100 (P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 4548555.63 4860131.69 5196125.35 5528320.08 5886369.04 6280211.17
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yt/Yo 1.06701818 1.04502465 1.05973206 1.0533199 1.05825127 1.1079968
Yjo 4330863.41 4548555.63 4860131.69 5196125.35 5528320.08 5886369.04
Yjo (Yt/Yo) 4451386.674 4615969.124 4989767.359 5298088.833 5670371.071 6327118.57
Yjo (Yt/Y0) 4621110.012 4753352.768 5150437.363 5473182.21 5850351.738 6522078.064
Yt/Yo 1.06701818 1.04502465 1.05973206 1.0533199 1.05825127 1.1079968
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -34295.54414 92548.76556 40127.98114 60157.58682 40041.2387 -229949.2902
Nj 290246.6016 204797.1379 290305.6733 277056.8599 322031.6577 635709.0241
Yjo (Yt/Yo) 4621110.012 4753352.768 5150437.363 5473182.21 5850351.738 6522078.064
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -72554.38164 106778.9221 45687.98668 55137.87008 36017.30226 -241866.8941
149
3. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Gianyar No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 2551004.75 22484682 21072445 2 2006 - 2007 2683651.69 23497047 22484682 3 2007 - 2008 2841726.02 24900574 23497047 4 2008 - 2009 3009320.12 26228270 24900574 5 2009 - 2010 3187822.91 27756100 26228270 6 2010 - 2011 3380512.59 30753670 27756100 (P + D) Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 2683651.69 2841726.02 3009319.13 3187822.91 3380512.59 3609055.93
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjo 2551004.75 2683651.69 2841726.02 3009319.13 3187822.91 3380512.59
4. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Klungkung No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 1015185.58 22484682 21072445 2 2006 - 2007 1066284.61 23497047 22484682 3 2007 - 2008 1125323.88 24900574 23497047 4 2008 - 2009 1182357.06 26228270 24900574 5 2009 - 2010 1240542.93 27756100 26228270 6 2010 - 2011 1307889.96 30753670 27756100
Yjo (Yt/Y0) 2721968.456 2804482.176 3011468.167 3169776.754 3373517.638 3745597.134
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 8.210618733
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Nj 170963.7062 120830.4855 169742.1466 160456.6339 185694.7285 365084.5445
Yjo (Yt/Yo) 2721968.456 2804482.176 3011468.167 3169775.711 3373517.638 27756100
Yjo (Yt/Y0) 1083221.474 1114293.704 1192541.793 1245400.215 1312806.129 1449137.891
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -38316.76616 37243.84447 -2149.036563 18047.19889 6994.951503 -24147044.07
Nj 68035.89417 48009.09433 67217.9125 63043.15471 72263.19939 141247.9314
150
(P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 1066284.61 1125323.88 1182357.06 1240542.93 1307889.96 1383890.22
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yjo 1015185.58 1066284.61 1125323.88 1182357.06 1240542.93 1307889.96
5. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Tabanan No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 1896919.89 22484682 21072445 2 2006 - 2007 1996479.1 23497047 22484682 3 2007 - 2008 2111463.36 24900574 23497047 4 2008 - 2009 2221759.98 26228270 24900574 5 2009 - 2010 2342711.28 27756100 26228270 6 2010 - 2011 2475715.96 30753670 27756100 (P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 1996479.1 2111463.36 2221759.98 2342711.28 2475715.96 2619687.67
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yt/Yo 1.06701818 1.04502465 1.05973206 1.0533199 1.05825127 1.1079968
Yjo 1896919.89 1996479.1 2111463.36 2221759.98 2342711.28 2475715.96
Yjo (Yt/Yo) 1083221.474 1114293.704 1192541.793 1245400.215 1312806.129 1449137.891
Yjo (Yt/Y0) 2024048.017 2086369.878 2237585.414 2340223.99 2479177.184 2743085.363
Yt/Yo 1.06701818 1.04502465 1.05973206 1.0533199 1.05825127 1.1079968
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -16936.86417 11030.17567 -10184.7325 -4857.284713 -4916.169393 -65247.67135
Nj 127128.1266 89890.77827 126122.0542 118464.0096 136465.904 267369.4031
Yjo (Yt/Yo) 2024048.017 2086369.878 2237585.414 2340223.99 2479177.184 2743085.363
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -27568.91655 25093.48173 -15825.4342 2487.290359 -3461.223962 -123397.6931
151
6. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Bangli No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 868617.8 22484682 21072445 2 2006 - 2007 905544.94 23497047 22484682 3 2007 - 2008 946113.43 24900574 23497047 4 2008 - 2009 984129.5 26228270 24900574 5 2009 - 2010 1040363.41 27756100 26228270 6 2010 - 2011 1092116.41 30753670 27756100 (P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 905544.94 946113.43 984129.5 1040363.41 1092116.41 1155898.8
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjo (Yt/Y0) 926830.988 946316.787 1002626.73 1036603.18 1100965.9 1210061.49
Yo Yjo Yt/Yo 21072445 868617.8 1.067018184 22484682 905544.94 1.045024653 23497047 946113.43 1.059732059 24900574 984129.5 1.053319895 26228270 1040363.41 1.058251269 27756100 1092116.41 1.107996801
7. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Buleleng No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 2609344.01 22484682 21072445 2 2006 - 2007 2748899.07 23497047 22484682 3 2007 - 2008 2908760.6 24900574 23497047 4 2008 - 2009 3078504.42 26228270 24900574 5 2009 - 2010 3266342.62 27756100 26228270 6 2010 - 2011 3457475.66 30753670 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Nj 58213.1877 40771.8465 56513.30331 52473.68196 60602.48841 117945.0783
Yjo (Yt/Yo) Yjt - (Yt/Yo) Yjo 926830.988 -21286.0477 946316.787 -203.3565035 1002626.73 -18497.23331 1036603.18 3760.228043 1100965.9 -8849.48841 1210061.49 -54162.68828
Yjo (Yt/Y0) 2784217.507 2872667.296 3082506.86 3242649.954 3456611.221 3830871.97
Nj 174873.4974 123768.2262 173746.2601 164145.5335 190268.6012 373396.3098
152
(P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 2748899.07 2908760.6 3078504.42 3266342.62 3457475.66 3668884.06
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yjo 2609344.01 2748899.07 2908760.6 3078504.42 3266342.62 3457475.66
8. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Karangasem No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 1436224.87 22484682 21072445 2 2006 - 2007 1505163.65 23497047 22484682 3 2007 - 2008 1583407.93 24900574 23497047 4 2008 - 2009 1663749.2 26228270 24900574 5 2009 - 2010 1747169.47 27756100 26228270 6 2010 - 2011 1836131.65 30753670 27756100 (P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 1505163.65 1583407.93 1663749.2 1747169.47 1836131.65 1931438.83
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjo 1436224.87 1505163.65 1583407.93 1663749.2 1747169.47 1836131.65
Yjo (Yt/Yo) 2784217.507 2872667.296 3082506.86 3242649.954 3456611.221 3830871.97
Yjo (Yt/Y0) 1532478.053 1572933.121 1677988.146 1752460.133 1848944.308 2034427.994
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -35318.43743 36093.30384 -4002.440057 23692.66647 864.4387879 -161987.9098
Nj 96253.18285 67769.47072 94580.21605 88710.93324 101774.838 198296.3439
Yjo (Yt/Yo) 1532478.053 1572933.121 1677988.146 1752460.133 1848944.308 2034427.994
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -27314.40285 10474.80928 -14238.94605 -5290.663244 -12812.65804 -102989.1639
153
9. Komponen Nasional Share (Nj) Kabupaten Jembrana No Tahun Yjo Yt Yo 1 2005 - 2006 1374979.23 22484682 21072445 2 2006 - 2007 1437155.72 23497047 22484682 3 2007 - 2008 1510412.67 24900574 23497047 4 2008 - 2009 1586806.71 26228270 24900574 5 2009 - 2010 1663345.45 27756100 26228270 6 2010 - 2011 1739284.69 30753670 27756100 (P + D)j Tahun 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011
Yjt 1437155.72 1510412.67 1586806.71 1663345.45 1739284.69 1836899.79
Yt 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100 30753670
Yo 21072445 22484682 23497047 24900574 26228270 27756100
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Yjo 1374979.23 1437155.72 1510412.67 1586806.71 1663345.45 1739284.69
Yjo (Yt/Y0) 1467127.841 1501863.157 1600632.729 1671415.078 1760237.433 1927121.872
Yt/Yo 1.067018184 1.045024653 1.059732059 1.053319895 1.058251269 1.107996801
Nj 92148.61127 64707.43729 90220.05886 84608.36773 96891.98254 187837.182
Yjo (Yt/Yo) 1467127.841 1501863.157 1600632.729 1671415.078 1760237.433 1927121.872
Yjt - (Yt/Yo) Yjo -29972.12127 8549.512711 -13826.01886 -8069.627728 -20952.74254 -90222.08203
154
VI.
Hasil Perhitungan Rata-rata Komponen Shift Share Per Sektor 1. Kota Denpasar Rata-rata Gj Sektor 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Pertanian 17804.54 9615.93 7262.75 24541.35 612.18 5869.95 Pertambangan 0.65 0.67 0.57 12.41 0.61 1.04 Industri Pengolahan 22525.74 49460.34 43241.59 46774.13 51211.87 23978.21 Listrik, G, A 12224.72 6303.7 13967.94 16190.75 13150.71 14489.33 Bangunan 9500 6447.71 8813.03 6444.09 6589.06 8435.92 Perdagangan, H, R 77715.27 154956.08 171510.87 138752.92 167627.38 214195.58 Pengangkutan, K 32114.28 27939.41 29077.74 43357.77 37832.58 33837.59 Keuangan,Persw, Js. P 29898.62 22442.01 25416.3 27012.55 59438.97 62253.65 Jasa-jasa lain 43507.11 14260.91 22086.66 25265.11 15702.53 23695.7 Jumlah 245290.93 291426.76 321377.45 328351.08 352165.89 386756.97 Rata-rata Nj Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 21816.87984 15.33375958 32762.81174 10182.34552 9459.439179 99493.20629 36334.39686 38925.10256 30596.94098 279586.4567
2006 - 2007 15458.82096 10.33090594 23025.16837 7391.192514 6782.844657 70341.36549 25856.37779 27497.12557 22514.75588 198877.9821
2007 - 2008 21082.86125 13.74554165 33500.76288 10182.07628 9383.612147 102574.3872 35971.30418 37819.63513 30721.08847 281249.4731
2008 - 2009 19206.8923 12.3003677 32210.1362 9833.81262 8846.2033 100708.101 33660.253 35114.9404 28600.8775 268193.517
2009 - 2010 22412.835 14.1608837 37913.7909 11686.4391 10039.734 118104.773 39299.0166 39936.1131 32717.7968 312124.659
Rata-rata 10951.11667 2.658333333 39531.98 12721.19167 7704.968333 154126.35 34026.56167 37743.68333 24086.33667 320894.8467
2010 - 2011 41619.1041 26.3199004 75822.2007 23086.6813 19325.0826 237067.333 76945.4636 80460.0499 62354.0266 616706.262
Rata-rata 23599.56556 15.3652265 39205.81181 12060.42456 10639.48597 121381.5276 41344.46867 43292.16111 34584.24772 326123.0582
155
Rata-rata Dj Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 4445.974649 -5.15483864 1213.757657 2242.93639 3129.400179 1788.714499 -760.472433 -9112.49685 -34628.0216 -31685.3624
Rata-rata Pj Sektor 2005 - 2006 Pertanian -8458.31585 Pertambangan -9.5289219 Industri Pengolahan -11450.8314 Listrik, G, A -200.562546 Bangunan -3088.83995 Perdagangan, H, R -23566.657 Pengangkutan, K -3459.64669 Keuangan,Persw, Js. P 86.01186839 Jasa-jasa lain 47538.18872 Jumlah -2610.18178
2006 - 2007 2007 - 2008 1064.758976 5114.075336 -6.141416401 -7.52963659 2665.201073 -2589.78156 -6641.714567 -1348.32944 -2729.819105 -1728.54054 36490.29475 23421.64049 -34418.58384 -24625.6147 370.6638297 -1678.38279 44891.41661 -1857.80297 41686.07631 -5300.26578
2008 - 2009 4094.01024 0.25600161 14196.2743 7504.76474 4934.87407 20970.1404 11203.1122 9718.07284 -4981.60252 67639.9023
2006 - 2007 -6907.650894 -3.51949018 23769.96913 5554.221596 2394.684028 48124.41541 36501.61445 -5425.781098 -53145.26388 50862.68925
2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 1240.44919 -15763.02 226.197244 -8099.421122 -0.14636827 11.9176034 27.2327095 3.38493795 367.722256 1380.33799 -9900.2808 2749.587722 -1147.8265 5763.17565 -8962.6825 1023.419829 -7336.9866 2586.29751 12233.0558 1324.361551 17074.6876 11669.6442 2182.52143 16833.24257 -1505.59228 -579.49133 -16691.7 5332.872584 -17820.4602 10984.5302 -15423.827 -6387.413035 1645.83747 15330.5515 10207.9274 2466.769352 -7482.31544 31383.9432 -26101.556 15246.80439
2007 - 2008 -18934.1863 -5.64590485 12330.60918 5134.193319 1157.958531 45514.84381 17732.05104 -10724.9518 -6776.62503 45428.24691
2009 - 2010 2010 - 2011 -6037.6342 -35975.351 -25.468487 -52.51261 11917.742 -41943.71 -4298.9045 365.331263 -6036.9712 -23122.218 37852.9661 -25054.274 -886.9443 -26416.174 8518.32767 -2782.5724 -32345.818 -48866.254 8657.29552 -203847.73
Rata-rata -4549.027712 -16.0918311 -2423.419368 -362.6526811 -4258.879151 15911.58038 -12650.77946 838.9353808 -12964.6803 -20475.01474
156
2. Kabupaten Badung Rata-rata Gj Sektor Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata 37312.75 6828.76 3667.35 13309.72 33047.86 16854.27 18503.4517 348.98 -317.36 190.28 215.4 181.04 276.01 149.058333 3978.74 6883.36 6700.7 9047.46 15190.15 7408.09 8201.41667 4092.26 5684.24 6014.48 5481.09 5945.02 6335.86 5592.15833 6172.39 10170.14 11120.51 8580.29 9132.81 20197 10895.5233 67355.67 130980.21 143673.66 167542.79 181618.38 211709.3 150480.002 60698.71 132293.08 145389.35 101904.58 83887.68 90013.09 102364.415 5861.03 3278.73 3442.65 3289.93 4374.5 3540.77 3964.60167 31871.69 15774.9 15794.68 22823.47 24671.52 37507.74 24740.6667 217692.22 311576.06 335993.66 332194.73 358048.96 393842.13 324891.293
2005 - 2006 26379.121 356.91403 8570.712434 4505.482121 13975.08327 133895.5602 69051.41843 8626.917231 24885.3749 290246.5836
2006 - 2007 19402.20993 255.4973291 5937.180875 3211.158938 9666.753634 92987.37228 49123.57347 6059.690246 18153.68854 204797.1252
2007 - 2008 26147.8843 319.999578 8287.73253 4599.62308 13431.9053 131185.638 73072.0449 8234.94791 25025.9018 290305.678
2008 - 2009 23536.48519 295.7937448 7755.335733 4426.550915 12582.952 124763.6936 72980.0002 7534.49857 23181.57407 277056.884
2009 - 2010 26488.6 335.697991 8999.62549 5155.22749 14246.5178 146062.229 85665.7349 8422.98044 26655.0524 322031.666
2010-2011 52678.448 641.929739 18325.6303 10199.7416 27399.1003 290410.932 167882.323 16088.4853 52082.4299 635709.02
Rata-rata 29105.4581 367.638736 9646.03623 5349.63069 15217.052 153217.571 86295.8491 9161.25327 28330.6703 336691.159
157
Rata-rata Dj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 21160.7056 213.8645158 -1596.449136 -324.4775279 -3239.337404 -34824.45927 -1777.854416 -2784.950461 -31677.86693 -54850.82503
2006 - 2007 -3903.72832 -485.815575 -5183.05356 60.00769671 -2909.46263 -25624.9682 13821.43961 -1585.2519 40472.33309 14661.50024
2007 - 2008 1002.46994 1.71847506 -4637.49401 -904.449351 -3968.922 -45722.3543 36296.4486 -2457.01827 -3710.87165 -24100.4726
2008 - 2009 -11746.8328 -76.8739204 1203.587299 1571.217248 6433.562085 21625.8825 32188.91471 -420.889724 -1692.08571 49086.4817
2009 - 2010 25188.7797 -437.176757 5862.87285 -1752.51142 -8783.69843 21124.1023 -514.85199 -6365.24259 -14473.268 19849.0056
Rata-rata Pj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 -10227.07824 -221.7985679 -2995.523832 -88.74487341 -4563.356732 -31715.43923 -6574.858311 19.06269273 38664.18048 -17703.55662
2006 - 2007 -8669.72281 -87.0417702 6129.23232 2413.073166 3412.848399 63617.80014 69348.06388 -1195.70872 -42851.1228 92117.42185
2007 - 2008 -23483.0038 -131.438049 3050.4616 2319.30634 1657.52688 58210.3779 36020.8577 -2335.27951 -5520.34973 69788.4593
2008 - 2009 1520.069653 -3.51979871 88.53764332 -516.677777 -10436.223 21153.22474 -3264.32855 -3823.67819 1333.983655 6051.388381
2009 - 2010 -18629.5191 282.518774 327.651883 2542.30406 3669.99101 14432.0522 -1263.20083 2316.76236 12489.7363 16168.2967
2010-2011 -36110.4824 -1030.11247 -8524.72032 95.849306 -24546.126 -81375.2547 -41450.6951 -9463.62555 -23101.0628 -225506.23
2010-2011 286.304093 664.192723 -2392.82012 -3959.73095 17344.0255 2673.62053 -36418.5386 -3084.08981 8526.37262 -16360.664
Rata-rata -734.848046 -302.399288 -2145.87615 -209.060675 -6168.99739 -24132.8419 6427.23356 -3846.16308 -5697.13701 -36810.09
Rata-rata -9867.15837 83.8188852 701.256582 451.588327 1847.46868 21395.2727 9641.33254 -1350.48853 2107.13342 25010.2243
158
3. Kabupaten Gianyar Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 31335.74 338.97 20417.16 1435.35 2103.97 33388.64 6945.72 8279.68 28401.71 132646.94
2005 - 2006 33040.90636 697.0473778 31531.59462 1443.72842 7421.020918 53030.74997 8158.606923 8329.937559 27310.10337 170963.6955
2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata 21573.94 5609.83 9740.23 8511.98 17450.43 15703.69167 383.22 410.44 575.67 828.09 1894.9 738.5483333 33897.18 38636.14 41290.93 44419.92 21095.87 33292.86667 2014.46 2285.23 1869.63 2020.63 2369.84 1999.19 5220.65 6634.75 13239.54 14695.19 10223.76 8686.31 45343.7 52633.86 45054.42 49652.6 72261.95 49722.52833 8615.13 7246.63 7276.94 8442.42 7574.98 7683.636667 9862.1 10613.13 12817.85 13891.39 10684.12 11024.71167 31163.95 43523.1 46638.57 50227.46 84987.49 47490.38 158074.33 167593.11 178503.78 192689.68 228543.34 176341.8633
2006 - 2007 23608.66712 483.5575371 22103.06489 1034.56245 5080.375743 37130.823 5793.904334 5969.070034 19626.45295 120830.4781
2007 - 2008 32609.15079 664.4032873 31347.83248 1492.832603 7051.732854 51968.16808 8201.096555 8507.964637 27898.96785 169742.1491
2008 - 2009 29407.7159 614.965067 30042.758 1454.42717 6648.50259 49195.8841 7707.10895 8160.53658 27224.6968 160456.595
2009 - 2010 32694.91283 705.3745311 35226.55613 1697.850349 8034.619224 56370.31552 8843.803343 9661.931945 32459.36916 185694.733
2010-2011 61535.04366 1397.182694 70106.60719 3366.005415 16483.07223 109871.8674 17308.0058 19413.27275 65603.48834 365084.5455
Rata-rata 35482.73277 760.421749 36726.40222 1748.234402 8453.220593 59594.63467 9335.420984 10007.11892 33353.84641 195462.0327
159
Rata-rata Dj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian 11104.657 Pertambangan 75.0916257 Industri Pengolahan -93.9241244 Listrik, G, A 20.05873467 Bangunan -2893.82677 Perdagangan, H, R -7080.87879 Pengangkutan, K -436.050608 Keuangan,Persw, Js. P -68.6645421 Jasa-jasa lain -41339.8541 Jumlah -40713.3916
2006 - 2007 8514.61609 64.39880879 -11023.9244 202.4601386 -1653.353254 -17190.37328 -5358.066619 5070.856977 57865.0255 36491.63996
2007 - 2008 2286.445413 18.93668102 -4249.873159 39.65397386 -1287.182206 -22393.89474 -4997.196213 4517.867519 21778.23887 -4287.003861
2008 - 2009 -21566.7379 -31.9772341 10905.1959 584.967226 12105.2651 -12482.4407 -85.4363555 8798.69998 17847.2304 16074.7665
Rata-rata Pj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian -12809.8254 Pertambangan -433.169047 Industri Pengolahan -11020.5125 Listrik, G, A -28.4372443 Bangunan -2423.22462 Perdagangan, H, R -12561.2345 Pengangkutan, K -776.836823 Keuangan,Persw, Js. P 18.40646385 Jasa-jasa lain 42431.45904 Jumlah 2396.625424
2006 - 2007 -10549.34467 -164.7363757 22818.03814 777.4373474 1793.627197 25403.24798 8179.291927 -1177.82738 -46327.52967 752.2044957
2007 - 2008 -29285.76571 -272.8999583 11538.18115 752.7434454 870.1994591 23059.58745 4042.729782 -2412.702028 -6154.106294 2137.967296
2008 - 2009 2009 - 2010 1899.25454 -22994.4392 -7.31777898 593.6334229 342.978703 1282.503085 -169.764273 837.2960914 -5514.22715 2069.767563 8340.98095 5569.813237 -344.731923 -130.4080297 -4141.38585 2657.539143 1566.64515 15209.46024 1972.43237 5095.165553
2009 - 2010 -1188.492836 -470.9179368 7910.861644 -514.5163991 4590.80341 -12287.52738 -270.9750972 1571.919148 2558.631391 1899.785944
2010-2011 -44419.05262 -947.9215386 -39856.75453 310.5810049 -16693.33447 -38621.43436 -5978.417984 -5007.716211 8644.107725 -142569.943
Rata-rata -7544.760801 -215.3982657 -6068.069777 107.2007798 -971.9380242 -18342.75821 -2854.357146 2480.493811 11225.5633 -22184.02433
2010-2011 Rata-rata 334.4391374 -12234.28022 1445.638849 193.524852 -9153.982477 2634.534359 -1306.74641 143.7548261 10434.02229 1205.027457 1011.517283 8470.652069 -3754.607764 1202.572862 -3721.43649 -1462.901023 10739.89411 2910.970429 6028.738528 3063.855612
160
4. Kabupaten Klungkung Rata-rata Gj Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010-2011 Rata-rata Pertanian 14549.34 15319.18 6663.99 15466.45 8585.99 4216.88 10800.305 Pertambangan -12.65 470.8 1689.92 -785.76 -20.38 -488.65 142.2133333 Industri Pengolahan 3675.35 3865.54 8053.94 7265.95 8322.73 4227.73 5901.873333 Listrik, G, A 717.75 871.97 1203.72 1220.39 1301.9 1313.94 1104.945 Bangunan 2395.43 4056.58 4018.21 7226.06 5816.83 6533.05 5007.693333 Perdagangan, H, R 14279.32 15842.94 19767.84 14455.43 20313.35 27051.97 18618.475 Pengangkutan, K 2160.74 2319.61 3236.55 2757.24 3612.43 4317.51 3067.346667 Keuangan,Persw, Js. P 1668.92 2070.4 1733.31 2055.26 2837.07 2414.7 2129.943333 Jasa-jasa lain 11664.83 14222.25 10665.7 8524.85 16577.11 26411.13 14677.645 Jumlah 51099.03 59039.27 57033.18 58185.87 67347.03 75998.26 61450.44 Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 23633.4123 3186.768744 6101.237931 689.6861009 3559.59423 14346.99261 3543.211636 1868.303334 11106.68305 68035.88994
2006 - 2007 16532.65301 2140.389016 4264.460198 495.6664664 2499.286354 10281.62421 2477.713243 1330.319921 7986.978944 48009.09136
2007 - 2008 22848.12998 2867.674079 5888.353025 709.6616718 3557.992121 14586.47288 3425.619305 1888.541373 11445.46908 67217.91351
2008 - 2009 20750.73582 2649.939312 5685.681158 697.662632 3390.296787 14074.65299 3230.455991 1778.228796 10785.50672 63043.16021
2009 - 2010 23570.8383 2849.25131 6634.78051 833.276248 4124.78051 16218.415 3689.84217 2062.41239 12279.6034 72263.1999
2010-2011 44627.1682 5280.25951 13199.5915 1685.48015 8275.46763 32262.4254 7231.03165 4130.06982 24556.4379 141247.932
Rata-rata 25327.15627 3162.380329 6962.350719 851.9055455 4234.569606 16961.76386 3932.978999 2176.312606 13026.77985 76636.19778
161
Rata-rata Dj Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 Pertanian 78.50434439 6174.01015 4335.406729 -6624.4401 Pertambangan -1219.05201 -940.410297 0.127156955 -3404.16612 Industri Pengolahan -293.463058 -4801.3242 -1.73611283 1515.359599 Listrik, G, A 41.64866327 3.827561231 136.21971 604.1603062 Bangunan -1.8316065 674.9201783 21.15382164 6647.654809 Perdagangan, H, R 3330.655547 -1472.91217 -1291.01873 -2005.52734 Pengangkutan, K -1045.09842 -3655.90708 -1877.72797 -328.720372 Keuangan,Persw, Js. P -203.511796 1002.58106 380.324196 1179.463631 Jasa-jasa lain -16698.2061 25088.2444 1744.935008 -2881.30775 Jumlah -16010.3544 22073.02961 3447.683807 -5297.52333
2009 - 2010 1592.59986 -5267.52172 1446.39522 57.6929847 629.480549 2492.43309 -23.0028541 207.3858 -1456.33723 -320.874296
2010-2011 -40652.8339 -11232.2954 -7248.36015 282.794847 -6980.90789 -5506.47405 -1343.90143 -923.654126 -2165.42244 -75771.0546
Rata-rata Pj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian -9162.57811 Pertambangan -1980.36694 Industri Pengolahan -2132.42525 Listrik, G, A -13.5848072 Bangunan -1162.33285 Perdagangan, H, R -3398.32906 Pengangkutan, K -337.373439 Keuangan,Persw, Js. P 4.128345204 Jasa-jasa lain 17256.35236 Jumlah -926.509741
2009 - 2010 -16577.448 2397.89043 241.554315 410.930774 1062.56897 1602.50201 -54.4092894 567.271824 5753.8439 -4595.2951
2010-2011 Rata-rata 242.545885 -8677.392455 5463.38594 657.0527379 -1723.50131 503.3774009 -654.334996 65.31544388 5238.49028 608.0454213 297.018715 2399.018439 -1568.6202 513.5940222 -791.715685 -320.1340653 4020.11462 1045.547517 10523.3832 -3205.575538
2006 - 2007 -7387.48418 -729.178851 4402.403736 372.4759417 882.3733132 7034.227317 3497.803684 -262.501063 -18852.9738 -11042.8539
2007 - 2008 -20519.5464 -1177.88119 2167.323177 357.8386289 439.0641114 6472.386069 1688.658717 -535.555541 -2524.70391 -13632.4163
2008 - 2009 1340.156083 -31.5329622 64.90973799 -81.4328774 -2811.8913 2386.305576 -144.495337 -902.432272 620.6519725 440.2386199
Rata-rata -5849.458824 -3677.219738 -1563.854782 187.7240121 165.0783106 -742.140608 -1379.059687 273.7647942 605.3176475 -11979.84887
162
5. Kabupaten Tabanan Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 28353.13 31945.46 13295.64 34777.74 26444.6 22507.55 26220.68667 530.47 616.04 616.11 152.82 367.41 803.43 514.38 7140.36 9161.57 9434.94 6208.61 8133.73 3690.01 7294.87 1668.44 1917.86 1995.06 743.49 2165.85 2059.72 1758.403333 3140.4 4159.97 4297.03 7140.5 5014.82 6524.69 5046.235 19673.62 25280.52 32353.51 40310.63 34569.31 40751.69 32156.54667 8477.6 9527.78 10039.84 5589.31 6757.76 5858.89 7708.53 11238.78 11382.59 11709.55 6910.53 16484.42 12853.86 11763.28833 19336.41 20992.47 26554.94 19117.67 33066.78 48921.87 27998.35667 99559.21 114984.26 110296.62 120951.3 133004.68 143971.71 120461.2967
2005 - 2006 51409.30006 380.3797755 8326.118193 1006.007219 4663.080062 25789.11438 6806.8442 6676.331656 22070.94308 127128.1186
2006 - 2007 35814.76644 279.4337838 5915.206595 750.9841472 3274.180391 18211.63167 4954.725453 4991.364712 15698.47952 89890.77271
2007 - 2008 49421.914 407.5088383 8394.662477 1110.85265 4592.182853 25670.5624 7142.312342 7301.711525 22080.34902 126122.0561
2008 - 2009 44825.45714 396.614211 7996.576288 1097.980443 4328.335126 24639.94638 6910.917541 7142.234197 21125.95863 118464.02
2009 - 2010 50997.05353 442.1976233 9097.810919 1242.838029 5144.59081 29266.95375 7875.668401 8205.341464 24193.45279 136465.9073
2010 - 2011 97403.54616 859.5054924 17745.59355 2538.104075 10079.56274 57993.77725 15331.16309 16992.81913 48425.32989 267369.4014
Rata-rata 54978.67289 460.9399541 9579.328004 1291.127761 5346.988664 30261.99764 8170.271838 8551.633781 25599.08549 144240.046
163
Rata-rata Dj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 -3124.9961 386.4711845 1724.277725 682.2481298 -0.02053081 -6.90591389 2318.881615 4547.695397 -37025.9578 -30498.3063
2006 - 2007 12134.23418 431.8025412 -2860.184192 602.5375943 -270.1603293 -5390.696444 -2421.563473 7376.129829 42349.6805 51951.78021
2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 8258.7708 -12942.7002 11313.94237 -75425.379 375.9831587 -239.074664 -446.935 -945.389793 -2049.5416 -1879.25732 -1295.30724 -11738.5003 324.0728617 -226.331403 310.1055551 506.9555059 -861.838323 6402.05978 -1455.04907 -9935.38135 -4707.72828 11493.0736 2410.560732 -17775.9978 -623.274436 -1012.48793 -1001.776 -6146.49984 6478.469454 3392.904602 6022.178539 -881.512724 9345.194976 -3223.98005 -2462.97871 -7431.13194 16540.10861 1764.206443 13394.74117 -129772.837
Rata-rata -9964.354656 -72.8570954 -3016.418821 366.5980407 -1020.06497 -2329.615686 -1481.12001 4489.310849 258.4711565 -12770.05119
Rata-rata Pj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian -19931.1772 Pertambangan -236.380984 Industri Pengolahan -2910.03644 Listrik, G, A -19.8154117 Bangunan -1522.65982 Perdagangan, H, R -6108.59008 Pengangkutan, K -648.12624 Keuangan,Persw, Js. P 14.75253042 Jasa-jasa lain 34291.42338 Jumlah 2929.389769
2006 - 2007 -16003.54283 -95.19634227 6106.547232 564.338212 1155.949735 12459.58365 6994.617714 -984.904849 -37055.69099 -26858.29847
2007 - 2008 -44385.0441 -167.381991 3089.819254 560.1345049 566.6855393 11390.67627 3520.802202 -2070.63087 -4870.60366 -32365.5428
Rata-rata -18793.63159 126.2971422 731.9608257 100.6775349 719.3113086 4224.164737 1019.378184 -1277.656281 2140.800042 -11008.6981
2008 - 2009 2894.986934 -4.7195122 91.29173044 -128.158945 -3589.89453 4177.612158 -309.119011 -3624.60818 1215.693267 723.0839159
2009 - 2010 -35866.3946 372.1473872 331.2265476 612.9064463 1325.278384 2891.796238 -116.132207 2256.900198 11336.30652 -16855.9651
2010 - 2011 529.3822239 889.3142949 -2317.08337 -985.339597 6380.508544 533.9101804 -3325.77336 -3257.44652 7927.671734 6375.144132
164
6. Kabupaten Bangli Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 17412.81 15254.48 1867.32 35147 38.34 26.93 23.79 22.65 3774.86 3936.26 5489 6658.74 252.28 234.71 368.16 593.18 1698.05 2704.37 3622.85 -6712.68 1883.19 6727.41 12968.45 8175.34 243.11 748.91 741.64 630.62 2177.06 2185.35 2529.92 538.31 9447.44 8750.07 10404.94 11180.75 36927.14 40568.49 38016.07 56233.91
2005 - 2006 20699.35772 97.80164062 4401.252096 248.4879973 2968.335049 15523.29839 1241.659895 1965.367775 11067.62351 58213.18407
2006 - 2007 14690.40147 67.43206757 3126.843528 178.2998652 2070.662942 10513.76726 845.1270884 1418.409298 7860.900469 40771.84399
2007 - 2008 20400.23789 91.06749868 4383.35539 250.561656 2908.587554 14349.95662 1165.923818 2012.271557 10951.34218 56513.30416
2008 - 2009 18309.86384 82.55999996 4205.480744 243.2944381 2789.524412 13500.98365 1080.307562 1931.151869 10330.52001 52473.68653
2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 5073.74 9770.53 14087.64667 29.58 61.05 33.72333333 3397.15 1438.01 4115.67 691.4 751.06 481.7983333 6189.49 2135.39 1606.245 15935.82 20359.33 11008.25667 1126.78 981.27 745.3883333 2030.64 1316.49 1796.295 17278.4 26969.26 14005.14333 51753 63782.39 47880.16667
2009 - 2010 22050.63613 91.51507522 4982.310927 300.3493732 2656.495577 15225.86608 1216.955825 2141.114553 11937.24636 60602.4899
2010 - 2011 41429.42825 172.8618396 9603.995678 631.5112938 5593.539872 29949.4979 2377.902724 4188.89028 23997.45077 117945.0786
Rata-rata 22929.98755 100.5396869 5117.206394 308.7507706 3164.524234 16510.56165 1321.312819 2276.200889 12690.84722 64419.93121
165
Rata-rata Dj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 4738.508044 1.315633003 911.8759645 8.686476973 -301.019329 -9963.152285 -880.3230324 207.3492767 -18815.85011 -24092.60936
2006 - 2007 7128.366392 -17.52959469 -2418.572022 -77.57596308 -97.34084219 -10979.40711 -1289.288474 1046.823628 19444.53922 12740.01523
2007 - 2008 -211.7846233 -29.87202827 -507.7347681 -8.744447653 355.3363414 -7748.944244 -999.0258369 1088.291615 1869.304694 -6193.173298
2008 - 2009 15654.62184 -58.92756976 2405.248373 378.283501 -7188.58978 -7614.684527 -401.3663006 -412.8025892 255.7611252 3017.544073
2009 - 2010 -1468.611034 -138.9528911 -1766.553193 242.9331299 2848.664811 -794.476353 -72.23093507 -699.3935459 -252.2718935 -2100.891905
Rata-rata Pj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 -8025.057051 -60.77727971 -1538.268335 -4.894489706 -969.2659051 -3676.957072 -118.2269396 4.342826178 17195.66591 2806.561664
2006 - 2007 -6564.28877 -22.97247704 3227.988301 133.9860868 731.047772 7193.049202 1193.071334 -279.8830131 -18555.37017 -12943.37173
2007 - 2008 -18321.13296 -37.40546903 1613.379444 126.3427954 358.9261489 6367.437837 574.7420371 -570.6431413 -2415.706711 -12304.06002
2008 - 2009 1182.515917 -0.98242301 48.0112489 -28.39791789 -2313.614388 2289.042053 -48.32116759 -980.0391112 594.469763 742.6839742
2009 - 2010 -15508.28456 77.01781813 181.3923879 148.1175042 684.3296767 1504.43065 -17.94485983 588.919045 5593.425829 -6748.596509
2010 - 2011 -31884.0645 -290.6687574 -6911.969637 364.7132322 -6998.941213 -9865.892945 -880.796743 -2069.408968 -956.7939903 -59493.82352
2010 - 2011 225.1663674 178.8569182 -1254.016014 -245.1645243 3540.791356 275.7251284 -515.835974 -802.9913008 3928.603291 5331.135248
Rata-rata -1007.160647 -89.10586804 -1381.284214 151.3826549 -1896.981669 -7827.759577 -753.8385537 -139.8567639 257.4481742 -12687.15646
Rata-rata -7835.180176 22.28951459 379.7478388 21.66490908 338.7024434 2325.454633 177.9140717 -340.0491159 1056.847985 -3852.607896
166
7. Kabupaten Buleleng Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 36072.38 33003.89 7970.28 26529.27 697.4 975.17 890.32 979.16 13548.87 15913.87 22193.23 22564.57 1813.84 1824.95 2233.54 2936.09 4248.14 4797.56 6483.66 7214.47 36143.33 46714.03 61447.3 58194.19 4331.57 6153.75 6329.08 6833.89 6162.01 6258.98 7249.39 5926.48 36537.52 44219.33 54947.02 56660.08 139555.06 159861.53 169743.82 187838.2
2005 - 2006 48445.39425 1205.384294 17879.90825 1456.580496 4433.211726 46738.58797 6357.540918 7719.048084 40637.83056 174873.4865
2006 - 2007 34171.08982 841.2103941 12622.2455 1060.238207 3169.624149 33027.60508 4466.197644 5463.310392 28946.69733 123768.2185
2007 - 2008 47304.54867 1174.242702 17695.90053 1515.575585 4491.557628 46606.47681 6292.66799 7621.775614 41043.51716 173746.2627
2008 - 2009 42651.4406 1095.661028 16979.60912 1471.97262 4355.102782 44879.69521 5954.624068 7190.124531 39567.31787 164145.5478
2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 17742.98 21122.7 23740.25 898.26 1888.16 1054.745 23913.61 10788.82 18153.82833 3022.33 3276.89 2517.94 5567.12 7136.34 5907.881667 72736.72 95492 61787.92833 6310.35 6880.6 6139.873333 7012.7 4644.41 6208.995 53928.97 60178.48 51078.56667 191133.04 211408.4 176590.0083
2009 - 2010 48141.48598 1254.032176 19864.4083 1779.141162 5178.142959 52420.34583 6903.429074 8200.338845 46527.28154 190268.6059
2010 - 2011 91169.62936 2421.962178 39410.84708 3624.897506 10201.41454 105041.7061 13480.33026 15960.62907 92084.89469 373396.3108
Rata-rata 51980.59811 1332.082129 20742.15313 1818.067596 5304.842297 54785.73617 7242.464992 8692.537756 48134.58986 200033.072
167
Rata-rata Dj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian 6409.065639 Pertambangan 241.0825988 Industri Pengolahan 1918.1134 Listrik, G, A 385.949806 Bangunan 1262.527715 Perdagangan, H, R 475.5680896 Pengangkutan, K -1420.626316 Keuangan,Persw, Js. P -1574.09516 Jasa-jasa lain -67238.94056 Jumlah -59541.35479
2006 - 2007 14101.87711 420.5396213 -9738.916649 -32.02004945 508.8995119 -8909.586968 -4617.407793 1873.69927 83600.25904 77207.34309
2007 - 2008 2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 3149.20358 -18876.74812 3459.559842 -70542.43038 -10383.24539 198.3909808 -103.4631098 -1411.148232 -3039.761222 -615.7265605 -2015.991591 5391.117166 3325.993117 -23476.06116 -4099.290953 -46.24689123 1635.929728 365.8041695 1059.245678 561.4437401 1437.834277 6471.463056 -944.9444577 -9522.716946 -131.1561406 -5839.645851 5705.311668 15136.84907 -10516.75504 -658.0431719 -3065.557993 1145.61133 -491.2830433 -3675.456144 -2020.78666 1789.009649 2385.268109 -3443.162858 -8256.638695 -1204.319948 22957.10604 14815.86431 -14399.56092 -46981.5582 -1207.805048 18564.1022 18570.35414 1598.106688 -174952.1321 -19758.93013
Rata-rata Pj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2006 - 2007 -15269.07904 -286.5800674 13030.54037 796.7317769 1119.036143 22596.00984 6304.959873 -1078.029999 -68327.62816 -41114.03926
2007 - 2008 -42483.47153 -482.3136646 6513.32133 764.211329 554.2681635 20680.46975 3101.970098 -2161.395147 -9053.602582 -22566.54225
2005 - 2006 -18782.0829 -749.0669681 -6249.15276 -28.69039279 -1447.599717 -11070.82897 -605.3449979 17.05659598 63138.62747 24222.91736
2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 2754.581238 -33858.06464 495.5012687 -17857.1026 -13.03782226 1055.376087 2505.95905 338.3894358 193.8451961 723.2090707 -5145.965808 1510.966233 -171.8122203 877.3847126 -1407.253174 138.4286719 -3612.095459 1333.921625 6457.642433 734.1955314 7609.187028 5179.526377 967.0491975 7660.235537 -266.3448795 -101.7958619 -2924.274075 918.1950261 -3648.912014 2255.524215 -3059.580328 -1279.22278 2276.901265 21801.25052 15075.14377 4151.782047 5122.312332 -733.6678946 12964.22233 -3684.132897
168
8. Kabupaten Karangasem Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 17824.24 17291.93 10967.53 17839.28 1570.88 1245.53 1356.07 2816.21 1879.7 4319.37 4715.48 5785.19 564.87 596.16 731.05 890.44 5461.77 6371.2 8175.53 4118.25 15026.52 7362.35 9558.05 11873.63 6283.98 6903.59 8154.01 8005.94 4690.37 11183.93 11898.93 6368.17 15636.45 22970.22 24784.62 25723.16 68938.78 78244.28 80341.27 83420.27
2005 - 2006 31912.04543 1470.991415 6955.244567 448.7108416 3022.143276 15157.65323 7428.228723 3737.638078 26120.5213 96253.17686
2006 - 2007 22241.91686 1058.980668 4757.356748 326.8893147 2276.272959 10859.89065 5273.421632 2722.229961 18252.50774 67769.46653
2007 - 2008 30540.17499 1479.297319 6569.363617 469.2783589 3400.387886 14847.06833 7408.363118 4279.49209 25586.79177 94580.21748
2008 - 2009 27846.51399 1392.802166 6115.579784 457.8814421 3471.279051 13762.88887 7047.855841 4454.543862 24161.59596 88710.94097
2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 12390.42 12980.75 14882.35833 3998.72 4995.93 2663.89 6781.97 3367.68 4474.898333 628.29 731.69 690.4166667 5354.19 4556.55 5672.915 15519.19 18392.35 12955.34833 8262.74 7943.67 7592.321667 7056.15 7809.12 8167.778333 28970.51 34529.44 25435.73333 88962.18 95307.18 82535.66
2009 - 2010 31461.10084 1685.665349 7018.182911 552.0985469 4032.218733 15727.42407 8166.043409 5237.482946 27894.62373 101774.8405
2010 - 2011 59666.43765 3557.042036 13744.01525 1091.43403 8053.895994 30834.38265 16032.04627 10472.24028 54844.85027 198296.3444
Rata-rata 33944.69829 1774.129826 7526.623813 557.7154224 4042.69965 16864.88463 8559.326499 5150.604536 29476.81513 107897.4978
169
Rata-rata Dj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian -1715.63681 Pertambangan 1014.012797 Industri Pengolahan -2644.63847 Listrik, G, A 124.9974269 Bangunan 3426.462722 Perdagangan, H, R 3459.213625 Pengangkutan, K -436.956672 Keuangan,Persw, Js. P 944.4727199 Jasa-jasa lain -51067.2891 Jumlah -46895.36176
2006 - 2007 4988.634981 547.3184071 -5349.23117 23.62482551 3291.28849 -10927.3927 -5814.35511 8998.855067 47802.09302 43560.83581
Rata-rata Pj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2006 - 2007 -9938.623213 -360.7691411 4911.244132 245.6458396 803.6384104 7429.851344 7444.523155 -537.1551956 -43084.38189 -33086.02656
2005 - 2006 -12372.17061 -914.1243045 -2430.906534 -8.838296496 -986.8361856 -3590.347801 -707.2925143 8.258969491 40583.2162 19580.95892
2007 - 2008 7855.00654 484.3858572 -4271.86593 25.14350392 4355.526766 -11877.037 -2906.30491 8833.02309 4841.902516 7339.780433
2007 - 2008 -27427.65107 -607.6131534 2417.982408 236.6281443 419.6153996 6588.018845 3651.951908 -1213.585115 -5644.073901 -21578.72653
2008 - 2009 -11805.6582 1439.981609 -400.206863 486.0036321 3526.028744 -4222.70478 1273.328908 4174.260336 171.1871253 -5357.779489
2008 - 2009 1798.426593 -16.57365429 69.81761206 -53.44503433 -2879.057493 2333.447117 -315.2441352 -2260.633811 1390.379014 67.11620824
2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 3056.015115 -47009.9709 -7438.60155 894.4221131 -2241.51701 356.4339622 -491.725688 -8581.74723 -3623.23589 -196.076319 63.97112623 87.94403261 283.2469022 -8595.57821 1047.829236 -1762.22206 -12725.9042 -6342.67452 217.1107788 -4610.56104 -2046.28967 378.0840761 -655.639204 3778.842681 -11994.6742 -29294.0163 -6590.13282 -9615.81928 -113650.963 -20769.8845
2009 - 2010 -22126.6952 1418.63258 255.5129488 272.2677859 1038.724463 1553.988371 -120.413988 1440.583107 13070.56118 -3196.83873
2010 - 2011 324.2833799 3680.404987 -1794.58798 -423.715154 5098.232241 283.8716743 -3477.81519 -2007.48105 8978.606159 10661.79907
Rata-rata -11623.7384 533.326219 571.5104308 44.75721423 582.3861392 2433.138258 1079.284873 -761.668849 2549.051127 -4591.95294
170
9. Kabupaten Jembrana Rata-rata Gj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah Rata-rata Nj Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 2008 - 2009 9879.76 11904.16 6734.31 16878.49 265.25 264.93 193.11 289.46 4990.51 8775.98 9156.41 5405.15 562.55 758.55 844.12 806.86 5365.58 4703.54 3459.29 5692.34 16729.76 24462.02 24502.89 25688.41 9600.08 10899.32 15425.76 9591.07 3811.69 3099.55 3142.85 4064.31 10971.31 8388.9 12935.3 8122.65 62176.49 73256.95 76394.04 76538.74
2005 - 2006 25597.08786 367.3809293 6763.686503 730.7474696 4643.122718 22606.41498 13110.09503 4447.512735 13882.5573 92148.60552
2006 - 2007 17641.65787 258.759365 4768.725922 516.2647936 3360.960452 15940.86072 9239.961374 3159.580951 9820.661845 64707.43329
2007 - 2008 24115.40776 359.1085474 6850.649055 730.2136817 4739.778384 22609.14798 12909.25577 4376.808159 13529.69089 90220.06023
2008 - 2009 21885.72241 330.8553115 6603.459535 696.8345739 4415.418253 21488.5766 12345.96371 4074.539867 12767.00483 84608.37509
2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata -662.82 1884.24 7769.69 335.77 844.78 365.55 4853.16 2580.12 5960.221667 1157.59 1384.67 919.0566667 4436.48 6578.53 5039.293333 25844.19 43408.46 26772.62167 13150.97 14340.13 12167.88833 5632.53 4035.83 3964.46 21191.37 22558.34 14027.97833 75939.24 97615.1 76986.76
2009 - 2010 24893.04937 378.3163681 7529.047132 808.2829723 5155.37079 24972.36197 14046.49048 4688.130946 14420.93488 96891.98491
2010 - 2011 46079.68086 737.6537898 14482.84296 1623.558028 10037.08985 49089.39727 27462.20198 9300.005202 29024.75261 187837.1825
Rata-rata 26702.10102 405.3457185 7833.068518 850.9835865 5391.956741 26117.79325 14852.32806 5007.762977 15574.26706 102735.6069
171
Rata-rata Dj Lapangan Usaha 2005 - 2006 2006 - 2007 2007 - 2008 Pertanian -5793.44229 2145.535203 4276.571221 Pertambangan 126.1721045 94.32368602 -18.4967016 Industri Pengolahan 590.778729 -915.727285 -215.753951 Listrik, G, A -153.803919 -145.669687 -254.295411 Bangunan 2238.600039 155.9918957 -1865.38747 Perdagangan, H, R -521.942765 -2384.86546 -8138.50708 Pengangkutan, K -2261.71394 -11384.7547 -3847.11201 Keuangan,Persw, Js. P -645.650575 563.4229149 7.224066655 Jasa-jasa lain -24480.4511 21749.5533 2390.062229 Jumlah -30901.4537 9877.809857 -7665.6951 Rata-rata Pj Lapangan Usaha 2005 - 2006 Pertanian -9923.88717 Pertambangan -228.303057 Industri Pengolahan -2363.95565 Listrik, G, A -14.3935965 Bangunan -1516.14305 Perdagangan, H, R -5354.71363 Pengangkutan, K -1248.30191 Keuangan,Persw, Js. P 9.827562547 Jasa-jasa lain 21569.20292 Jumlah 929.3324273
2006 - 2007 -7883.03416 -88.153067 4922.981068 387.9548611 1186.587445 10906.02376 13044.11276 -623.454061 -23181.3158 -1328.29715
2007 - 2008 -21657.6686 -147.50184 2521.515 368.2017404 584.8991548 10032.24944 6363.616429 -1241.18216 -2984.45291 -6160.32376
2008 - 2009 -6420.688046 -37.45826873 -1273.696379 191.3617112 4939.042871 556.5262516 -2202.668989 2057.556297 -5379.031002 -7569.055554
2009 - 2010 -8048.505672 -360.9321675 -2949.999073 -49.29826758 -2046.946038 -1595.629472 -688.3948625 -345.0832625 13.22972829 -16071.55909
2010 - 2011 -44445.88094 -656.1103926 -10011.66449 391.4076425 -9812.182356 -6132.870601 -7164.72488 -3481.406287 -11218.03135 -92531.46365
Rata-rata -9714.401754 -142.0836233 -2462.677075 -3.382988363 -1065.146843 -3036.214855 -4591.561565 -307.3228076 -2820.778029 -24143.56954
2008 - 2009 2009 - 2010 2010 - 2011 Rata-rata 1413.457541 -17507.36309 250.4402013 -9218.009214 -3.937013945 318.3858087 763.2366048 102.2879059 75.38741908 274.1121254 -1891.058432 589.8302546 -81.33622441 398.6053151 -630.2956662 71.45607158 -3662.120739 1328.055374 6353.622534 712.4834538 3643.309019 2467.458111 451.9334651 3691.043361 -552.2236466 -207.1252691 -5957.34702 1907.121891 -2067.785809 1289.482431 -1782.76889 -735.9801544 734.6772796 6757.205743 4751.618817 1274.489348 -500.5721743 -4881.183451 2309.381614 -1605.277083
172
VII.
Checking Perhitungan Shift Share Total Pertambahan PDRB (Gj) = National Share (Nj) + Proporsional Shift (Pj) + Differential Shift (Dj) Maka, hal ini akan sama dengan nilai rata-ratanya, sehingga Nilai rata-rata Gj = Nilai Rata-rata Nj + Nilai Rata-rata Pj + Nilai Rata-rata Dj 1. Kota Denpasar Lapangan Usaha Gj Nj Dj Pj Nj+Pj+Dj Pertanian 10951.11667 23599.56556 -4549.02771 -8099.42112 10951.1167 Pertambangan 2.658333333 15.3652265 -16.0918311 3.38493795 2.65833335 Industri Pengolahan 39531.98 39205.81181 -2423.41937 2749.58772 39531.9802 Listrik, G, A 12721.19167 12060.42456 -362.652681 1023.41983 12721.1917 Bangunan 7704.968333 10639.48597 -4258.87915 1324.36155 7704.96837 Perdagangan, H, R 154126.35 121381.5276 15911.58038 16833.2426 154126.351 Pengangkutan, K 34026.56167 41344.46867 -12650.7795 5332.87258 34026.5618 Keuangan,Persw, Js. P 37743.68333 43292.16111 838.9353808 -6387.41304 37743.6835 Jasa-jasa lain 24086.33667 34584.24772 -12964.6803 2466.76935 24086.3368 Jumlah 320894.8467 326123.0582 -20475.0147 15246.8044 320894.848 2. Kabupaten Badung Lapangan Usaha Gj Nj Pertanian 18503.4517 29105.4581 Pertambangan 149.058333 367.638736 Industri Pengolahan 8201.41667 9646.03623 Listrik, G, A 5592.15833 5349.63069 Bangunan 10895.5233 15217.052 Perdagangan, H, R 150480.002 153217.571 Pengangkutan, K 102364.415 86295.8491 Keuangan,Persw, Js. P 3964.60167 9161.25327 Jasa-jasa lain 24740.6667 28330.6703 Jumlah 324891.2937 336691.1594
Dj Pj -734.848046 -9867.15837 -302.399288 83.8188852 -2145.87615 701.256582 -209.060675 451.588327 -6168.99739 1847.46868 -24132.8419 21395.2727 6427.23356 9641.33254 -3846.16308 -1350.48853 -5697.13701 2107.13342 -36810.08998 25010.22423
Nj+Pj+Dj 18503.45168 149.0583332 8201.416662 5592.158342 10895.52329 150480.0018 102364.4152 3964.60166 24740.66671 324891.2937 173
3. Kabupaten Gianyar Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 15703.69167 738.5483333 33292.86667 1999.19 8686.31 49722.52833 7683.636667 11024.71167 47490.38 176341.8633
Nj 35482.73277 760.421749 36726.40222 1748.234402 8453.220593 59594.63467 9335.420984 10007.11892 33353.84641 195462.0327
Dj Pj Nj+Pj+Dj -7544.760801 -12234.28022 15703.69175 -215.3982657 193.524852 738.5483353 -6068.069777 2634.534359 33292.8668 107.2007798 143.7548261 1999.190008 -971.9380242 1205.027457 8686.310026 -18342.75821 8470.652069 49722.52853 -2854.357146 1202.572862 7683.6367 2480.493811 -1462.901023 11024.71171 11225.5633 2910.970429 47490.38014 -22184.02433 3063.855611 176341.864
4. Kabupaten Klungkung Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 10800.305 142.2133333 5901.873333 1104.945 5007.693333 18618.475 3067.346667 2129.943333 14677.645 61450.44
Nj 25327.1563 3162.38033 6962.35072 851.905546 4234.56961 16961.7639 3932.979 2176.31261 13026.7799 76636.1978
Dj -5849.45882 -3677.21974 -1563.85478 187.724012 165.078311 -742.140608 -1379.05969 273.764794 605.317648 -11979.8489
Pj -8677.39246 657.0527379 503.3774009 65.31544388 608.0454213 2399.018439 513.5940222 -320.134065 1045.547517 -3205.57554
Nj+Pj+Dj 10800.30499 142.2133289 5901.873338 1104.945001 5007.693338 18618.64169 3067.513334 2129.943335 14677.64501 61450.77337
174
5. Kabupaten Tabanan Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 26220.6867 514.38 7294.87 1758.40333 5046.235 32156.5467 7708.53 11763.2883 27998.3567 120461.297
Nj 54978.67289 460.9399541 9579.328004 1291.127761 5346.988664 30261.99764 8170.271838 8551.633781 25599.08549 144240.046
6. Kabupaten Bangli Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 14087.64667 33.72333333 4115.67 481.7983333 1606.245 11008.25667 745.3883333 1796.295 14005.14333 47880.16667
Nj Dj 22929.98755 -1007.16065 100.5396869 -89.105868 5117.206394 -1381.28421 308.7507706 151.3826549 3164.524234 -1896.98167 16510.56165 -7827.75958 1321.312819 -753.838554 2276.200889 -139.856764 12690.84722 257.4481742 64419.93121 -12687.1565
Dj -9964.35466 -72.8570954 -3016.41882 366.598041 -1020.06497 -2329.61569 -1481.12001 4489.31085 258.471157 -12770.0512
Pj -18793.6316 126.2971422 731.9608257 100.6775349 719.3113086 4224.164737 1019.378184 -1277.65628 2140.800042 -11008.6981
Pj -7835.18018 22.2895146 379.747839 21.6649091 338.702443 2325.45463 177.914072 -340.049116 1056.84799 -3852.6079
Nj+Pj+Dj 26220.68664 514.3800009 7294.870009 1758.403337 5046.235003 32156.54669 7708.530012 11763.28835 27998.35669 120461.2967
Nj+Pj+Dj 14087.64673 33.72333345 4115.670019 481.7983346 1606.245008 11008.25671 745.388337 1796.295009 14005.14338 47880.16685
175
7. Kabupaten Buleleng Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 23740.25 1054.745 18153.82833 2517.94 5907.881667 61787.92833 6139.873333 6208.995 51078.56667 176590.0083
Nj 51980.59811 1332.082129 20742.15313 1818.067596 5304.842297 54785.73617 7242.464992 8692.537756 48134.58986 200033.072
Dj Pj -10383.24539 -17857.1026 -615.7265605 338.3894358 -4099.290953 1510.966233 561.4437401 138.4286719 -131.1561406 734.1955314 -658.0431719 7660.235537 -2020.78666 918.1950261 -1204.319948 -1279.22278 -1207.805048 4151.782047 -19758.93013 -3684.132898
Nj+Pj+Dj 23740.25012 1054.745004 18153.82841 2517.940008 5907.881688 61787.92854 6139.873358 6208.995028 51078.56686 176590.009
8. Kabupaten Karangasem Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah
Gj 14882.35833 2663.89 4474.898333 690.4166667 5672.915 12955.34833 7592.321667 8167.778333 25435.73333 82535.65999
Nj 33944.69829 1774.129826 7526.623813 557.7154224 4042.69965 16864.88463 8559.326499 5150.604536 29476.81513 107897.4978
Dj -7438.60155 356.4339622 -3623.23589 87.94403261 1047.829236 -6342.67452 -2046.28967 3778.842681 -6590.13282 -20769.8845
Nj+Pj+Dj 14882.35834 2663.890007 4474.898354 690.4166692 5672.915025 12955.34837 7592.321702 8167.778368 25435.73344 82535.66027
Pj -11623.7384 533.326219 571.5104308 44.75721423 582.3861392 2433.138258 1079.284873 -761.668849 2549.051127 -4591.952988
176
9. Kabupaten Jembrana Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, G, A Bangunan Perdagangan, H, R Pengangkutan, K Keuangan,Persw, Js. P Jasa-jasa lain Jumlah VIII.
Gj 7769.69 365.55 5960.22167 919.056667 5039.29333 26772.6217 12167.8883 3964.46 14027.9783 76986.76
Nj 26702.10102 405.3457185 7833.068518 850.9835865 5391.956741 26117.79325 14852.32806 5007.762977 15574.26706 102735.6069
Dj -9714.40175 -142.083623 -2462.67708 -3.38298836 -1065.14684 -3036.21486 -4591.56157 -307.322808 -2820.77803 -24143.5695
Hasil Perhitungan Analisa Gravitasi 1. Jumlah Penduduk Kota dan Kabupaten di Provinsi Bali Kota Kab Kab Kab Tahun Denpasar Badung Gianyar Klungkung 2005 574955 374377 383591 170744 2006 583600 370954 387183 172513 2007 608595 377480 390698 175430 2008 628909 383880 394755 176822 2009 649762 388514 397977 184043 2010 788589 393020 399740 185272 2011 804905 554574 479497 186488
Kab Tabanan 404506 406716 410965 416721 419992 422727 437679
Pj -9218.009214 102.2879059 589.8302546 71.45607158 712.4834538 3691.043361 1907.121891 -735.9801544 1274.489348 -1605.277083
Nj+Pj+Dj 7769.690052 365.5500011 5960.221698 919.0566697 5039.293352 26772.62176 12167.88839 3964.460015 14027.97838 76986.76031
Kab Kab Kab Kab Bangli Buleleng Karangasem Jembrana 211186 618076 395418 259501 212014 643043 404594 260791 212926 643274 427746 264865 213808 650237 430251 268269 214785 654147 432791 269859 215729 662920 438475 272828 216017 675513 404690 273918
177
2. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 374377 25 625 2.1525E+11 2006 583600 370954 25 625 2.16489E+11 2007 608595 377480 25 625 2.29732E+11 2008 628909 383880 25 625 2.41426E+11 2009 649762 388514 25 625 2.52442E+11 2010 788589 393020 25 625 3.09931E+11 2011 804905 554574 25 625 4.46379E+11 3. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Gianyar Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 383591 29 841 2.2055E+11 2006 583600 387183 29 841 2.2596E+11 2007 608595 390698 29 841 2.3778E+11 2008 628909 394755 29 841 2.4826E+11 2009 649762 397977 29 841 2.5859E+11 2010 788589 399740 29 841 3.1523E+11 2011 804905 479497 29 841 3.8595E+11
Pi*Pj/dij^2 344399884.9 346382007 367571905 386280939.1 403906613.9 495889998 714207016.8
Pi*Pj/dij^2 262244427.4 268680141.3 282731093.1 295202107.4 307479585.6 374828260.2 458917399.3
178
4. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Klungkung Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 170744 13 169 98170116520 2006 583600 172513 13 169 1.00679E+11 2007 608595 175430 13 169 1.06766E+11 2008 628909 176822 13 169 1.11205E+11 2009 649762 184043 13 169 1.19584E+11 2010 788589 185272 13 169 1.46103E+11 2011 804905 186488 13 169 1.50105E+11
Pi*Pj/dij^2 580888263.4 595731282.8 631750419.2 658017439 707598507.5 864517521.9 888195997.9
5. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Tabanan Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 404506 21 441 2.32573E+11 2006 583600 406716 21 441 2.37359E+11 2007 608595 410965 21 441 2.50111E+11 2008 628909 416721 21 441 2.6208E+11 2009 649762 419992 21 441 2.72895E+11 2010 788589 422727 21 441 3.33358E+11 2011 804905 437679 21 441 3.5229E+11
Pi*Pj/dij^2 527375844.1 538230062.6 567145678.4 594284778.7 618809165.3 755913519.7 798843572.6
179
6. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Bangli Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 211186 40 1600 1.21422E+11 2006 583600 212014 40 1600 1.23731E+11 2007 608595 212926 40 1600 1.29586E+11 2008 628909 213808 40 1600 1.34466E+11 2009 649762 214785 40 1600 1.39559E+11 2010 788589 215729 40 1600 1.70122E+11 2011 804905 216017 40 1600 1.73873E+11
Pi*Pj/dij^2 75889029.14 77332106.5 80991061.86 84041109.67 87224456.98 106325947.7 108670727.1
7. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Buleleng Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 618076 78 6084 3.55366E+11 2006 583600 643043 78 6084 3.7528E+11 2007 608595 643274 78 6084 3.91493E+11 2008 628909 650237 78 6084 4.0894E+11 2009 649762 654147 78 6084 4.2504E+11 2010 788589 662920 78 6084 5.22771E+11 2011 804905 675513 78 6084 5.43724E+11
Pi*Pj/dij^2 58409909.04 61683085.93 64348017.76 67215631.4 69861910.42 85925611.42 89369459.45
180
8. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Karangasem Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 395418 68 4624 2.27348E+11 2006 583600 404594 68 4624 2.36121E+11 2007 608595 427746 68 4624 2.60324E+11 2008 628909 430251 68 4624 2.70589E+11 2009 649762 432791 68 4624 2.81211E+11 2010 788589 438475 68 4624 3.45777E+11 2011 804905 404690 68 4624 3.25737E+11
Pi*Pj/dij^2 49166859.04 51064242.73 56298459.53 58518323.13 60815559.2 74778668.2 70444853.9
9. Interaksi Kota Denpasar dengan Kabupaten Jembrana Tahun Pi Pj dij dij^2 Pi*Pj 2005 574955 259501 95 9025 1.49201E+11 2006 583600 260791 95 9025 1.52198E+11 2007 608595 264865 95 9025 1.61196E+11 2008 628909 268269 95 9025 1.68717E+11 2009 649762 269859 95 9025 1.75344E+11 2010 788589 272828 95 9025 2.15149E+11 2011 804905 273918 95 9025 2.20478E+11
Pi*Pj/dij^2 16532010.8 16864003.06 17860998.86 18694381 19428711.75 23839242.07 24429691.72
181