KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI SMA ASSALAAM SURAKARTA
AHMAWATI PRAPTI MAHENDRA RINA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Ahmawati Prapti Mahendra Rina. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. ABSTRAK Tujuan penelitian untuk mengetahui penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di pondok pesantren Assalaam Surakarta. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara purposive. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Responden yang diambil sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang siswa dan 30 orang siswi dari kelas XI Jurusan IPA. Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, kebiasaan makan, pola belajar, frekuensi belajar, lingkungan belajar, dan fasilitas belajar. Data sekunder meliputi sistem penyelenggaraan makanan, keadaan umum pondok serta nilai ulangan harian dan nilai raport semester terakhir Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di pondok pesantren Assalaam sudah menggunakan teknologi yang modern dan memiliki manajemen yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan serta memiliki ahli gizi sebagai konsultan terhadap menu makanan. Konsumsi rata-rata zat gizi contoh relatif sama pada contoh putri dan putra. Sebagian besar contoh (75%) memiliki status gizi normal. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan lingkungan belajar (r=0.728, p=0.000), kelengkapan fasilitas belajar (r=0.534, p=0.000), pola belajar (r=0.496, p=0.000), dan status gizi contoh (r=0.853, p=0.000) berhubungan sangat nyata dengan prestasi belajar contoh. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi energi (r= 0.505, p=0.000) dan protein (r= 0.560, p=0.000) contoh berhubungan sangat nyata dengan status gizi contoh. Hasil analisis Regresi Linier berganda menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh status gizi (p=0.000<0.01), fasilitas belajar (p=0.015<0.05), dan lingkungan belajar (p=0.000<0.01). Kata kunci: :konsumsi pangan, status gizi, prestasi belajar
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Ahmawati Prapti Mahendra Rina. Food Consumption, Nutritional Status and Academic Achievement of Students at SMA Assalaam Surakarta. Supervised by Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. ABSTRACT The objective of this research is to know the relation between management food service, food consumption, nutritional status and academic achievement at SMA Assalaam Surakarta. This research used cross sectional study design. Location was chosen by purposive and purposive sampling method. There were 60 respondents consisted of 30 boys students and 30 girls students from class XI IPA. Primary data include sample and family characteristic, food habits, learning pattern, learning frequency, environment and learning facilities. Secondary data include food service system, condition of school and daily test score and final test score. Food service system which held at Pondok Pesantren Assalaam has applied modern technology and has good management in planning, implementation and also has nutritionists as food consultant. Average nutrition and energy consumption of samples show the same level between the boys and the girls students. Most of samples (75%) have nutritional status in normal category. Spearman correlation test shows environmental factor (r=0.728, p=0.000), learning facilities (r=0.534, p=0.000), learning pattern (r=0.496, p=0.000), nutritional status of the samples (r=0.853, p=0.000) have a significant correlation with the academic achievement of samples. Pearson correlation test shows that the energy (r= 0.505, p=0.000) and protein consumption of samples (r= 0.560, p=0.000) has a significant correlation with their nutritional status. The result of double linier regression analysis indicates that the academic achievement effected by the nutritional status (p=0.000<0.01), learning facilities (p=0.015<0.05), and environment factors (p=0.000<0.01). Keyword : food consumption, nutritional status, academic achievement
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Ahmawati Prapti Mahendra Rina. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Dibawah bimbingan Dr. Ir. Siti Madanijah, MS. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Tujuan khusus penelitian ini (1) mengetahui sistem penyelenggaraan makanan di pondok pesantren serta menganalisis sumbangannya terhadap konsumsi pangan siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta (2) menganalisis status gizi siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta (3) menganalisis prestasi belajar serta faktor-faktor yang diduga berhubungan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dan dilakukan di pondok pesantren Assalaam Surakarta. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara purposive. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Responden yang diambil sebanyak 60 orang terdiri dari 30 orang siswa dan 30 orang siswi dari kelas XI Jurusan IPA. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, kebiasaan makan, pola belajar, frekuensi belajar, lingkungan belajar, dan fasilitas belajar. Data sekunder meliputi sistem penyelenggaraan makanan, keadaan umum pondok serta nilai ulangan harian dan nilai raport semester terakhir. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel yang mempengaruhi prestasi belajar. Uji korelasi Pearson digunakan untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan dengan status gizi. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menggunakan uji Regresi Linier Berganda dengan metode backward. Hasil penelitian menunjukkan sebaran usia contoh antara 16-18 tahun, lebih dari separuh (56.7%) contoh berumur 17 tahun. Hampir separuh (46.0%) contoh berasal dari Pulau Jawa dan lainnya berasal dari Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Uang saku contoh sangat bervariasi berkisar antara Rp50 000 sampai Rp500 000 per bulannya. Hampir separuh contoh (40.0%) memiliki uang saku antara Rp50 000 hingga Rp200 000. Lebih dari separuh (63.3%) ayah contoh berpendidikan PT, dan (60.0%) ibu contoh berpendidikan PT. Sebesar 36.7% dan 31.7% pekerjaan ayah contoh adalah wiraswasta dan PNS. Sedangkan ibu contoh, sebesar 36.7% tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga dan sebesar 35.0% sebagai PNS. Sebesar 35.0% pendapatan keluarga contoh berkisar antara 2 juta hingga 3 juta per bulan. Pendapatan orang tua contoh putri lebih besar daripada contoh putra. Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di pondok pesantren Assalaam sudah menggunakan teknologi yang modern dan memiliki manajemen yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan serta memiliki ahli gizi sebagai konsultan terhadap menu makanan yang diusahakan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi konsumen. Dengan perencanaan menu yang sudah diatur, resto memiliki siklus menu yang dibagi dalam tiga tipe dan berputar setiap 21 hari. persepsi contoh putri lebih baik bila dibandingkan dengan contoh putra. Hampir separuh contoh (46.7%) menyatakan bahwa sistem penyelenggaraan makanan di pondok pesantren Assalaam sudah cukup baik.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Penilaian daya terima makanan penting untuk mengetahui penerimaan makanan. Penilaian daya terima makanan relatif sama antara contoh putri dan putra. Sebesar 36.7% contoh menyatakan penilaian yang tinggi dan sebesar 38.3% contoh menyatakan penilaian yang sedang terhadap daya terima makanan dari penyelenggaraan makanan pondok. Masih terdapat 25.0% contoh yang menyatakan penilaian yang rendah terhadap penyelenggaran makanan pondok. Kebiasaan makan contoh menunjukkan bahwa separuh contoh (50.0%) memiliki kebiasaan makan yang baik, kebiasaan makan pada contoh putra lebih baik bila dibandingkan dengan contoh putri. Kebiasaan makan yang baik ini dapat tercermin dengan kebiasaan sarapan, frekuensi mengkonsumsi makanan yang menjadi sumber zat gizi seperti sayuran, buah-buahan, dan susu. Konsumsi rata-rata zat gizi contoh relatif sama pada contoh putri dan putra. Lebih dari separuh contoh (51.7%) memiliki tingkat konsumsi energi normal dengan rata-rata konsumsi 2122 kkal. Lebih dari separuh contoh (53.3%) tingkat konsumsi protein di atas kecukupan dengan rata-rata konsumsi 72 g. Lebih dari separuh contoh (53.3%) termasuk tingkat konsumsi vitamin A normal dengan rata-rata konsumsi 540 RE. Sebagian besar contoh (96.7%) defisit konsumsi vitamin C dengan rata-rata konsumsi 22.9 mg. Seluruh contoh putra berada pada keadaan defisit konsumsi vitamin C, lebih dari separuh contoh (56.7%) termasuk tingkat konsumsi kalsium normal dengan rata-rata konsumsi 1046.1 mg. Sebesar 65.0% contoh termasuk tingkat konsumsi zat besi normal dengan rata-rata konsumsi 24.1 mg, namun terdapat 53.3% contoh putri mengalami defisit konsumsi zat besi. Sebagian besar contoh (75.0%) memiliki status gizi normal dan terdapat 11.6% contoh memiliki status gizi kurus. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan lingkungan belajar (r=0.728, p=0.000), kelengkapan fasilitas belajar (r=0.534, p=0.000), pola belajar (r=0.496, p=0.000), dan status gizi contoh (r=0.853, p=0.000) berhubungan sangat nyata dengan prestasi belajar contoh. Dengan hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi energi (r=0.505, p=0.000) dan protein (r=0.560, p=0.000) contoh berhubungan sangat nyata dengan status gizi contoh. Analisis Regresi Linier berganda digunakan untuk melihat faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar contoh. Hasil analisis menunjukkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh status gizi (p=0.000<0.01), fasilitas belajar (p=0.015<0.05), dan lingkungan belajar (p=0.000<0.01).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
KONSUMSI PANGAN, STATUS GIZI DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI SMA ASSALAAM SURAKARTA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
AHMAWATI PRAPTI MAHENDRA RINA
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Judul
: Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Prestasi Belajar pada Siswasiswi SMA Assalaam Surakarta
Nama Mahasiswa
: Ahmawati Prapti Mahendra Rina
Nomor Pokok
: A 54104019
Program Studi S1
: Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Disetujui: Dosen Pembimbing
Dr.Ir. Siti Madanijah, MS NIP 130 541 472
Diketahui: Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP 131 124 019
Tanggal Lulus :
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Boyolali, pada tanggal 23 Juli 1986. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Drs. Suprapto dan Dra. Wiwik Purwaningsih. Penulis menempuh pendidikan pertamanya di TK Aisyah BA Kartasura pada tahun 1991 hingga tahun 1992. Pendidikan SD ditempuh dari tahun 1992 sampai tahun 1998 di SDN Pucangan 3 Kartasura. Tahun 1998 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 1 Kartasura hingga tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan sekolah di SMAN 1 Kartasura dan lulus pada tahun 2004. Penulis diterima sebagi mahasiswa IPB di Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB pada tahun 2004 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah, penulis menjadi pengurus Agrifarma pada tahun 2005-2006. Penulis juga sebagai anggota Perisai Diri dari tahun 2006-sekarang dan anggota organisasi mahasiswa daerah (Omda) “AYUMAS” dari tahun 2004-sekarang.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahhirobbil’alamin. Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, yang telah memberikan kekuatan, kesabaran, dan pengetahuan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Terselesaikannya penulisan skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dr. drh Clara M Kusharto, MSc sebagai Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingannya selama ini. 2. Ibu Dr. Ir Siti Madanijah, MS sebagai Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingannya selama ini. 3. Ibu Dr. Ir Lilik Noor Yulianti MFSA sebagai Dosen Pemandu Seminar dan Dosen Penguji atas masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. 4. Rena Ningsih, Pitriana Handayani, dan Giyarti yang telah bersedia menjadi pembahas pada seminar penulis, terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan. 5. Pihak Yayasan Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Surakarta, Ustadz Bambang Arif Rahman, M.Ag (Kepala Sekolah SMA Assalaam) atas pemberian ijin untuk melaksanakan penelitian. Ustadz Suwarno, SPd, Ustadz Kusnan Ibnu Syam (Kabag Restoran), Ustadzah Dra Ida Rohayati, Ustadzah Nihayatul Qoribah, Ustadz Lolon Sumarlan S.Ag, Ustadz Ali, dan Bapak Suradi dan semua pihak Assalaam atas bantuannya selama penelitian. 6. Adik-adik siswa-siswi SMA Assalaam atas partisipasinya menjadi responden dalam penelitian ini. 7. Mama (Dra Wiwik Purwaningsih) dan Ibu (Hj. Ngatinem) tercinta dan tersayang dengan rasa hormat penulis ucapkan terima kasih atas doa, kasih sayang, jerih payah, semangadh dan dukungan untuk keberhasilan penulis. Keluarga Besar Hadi Sarwanto dan Keluarga Besar Trah Taniman.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Keluarga Om Budi Parung, adik-adik dan kakak-kakak semua yang selalu memberikan semangat untuk penulis. 8. Teman-teman Pondok Sabrina (Aniph, Yuyun, Mbak Ninik, Mbak Mayzar, Mery, Ety, Fitri dan yang lainnya) terima kasih untuk kebersamaannya dalam tangis dan tawa selama ini. 9. Teman-teman semua (Mas Heru Kediri, Mas Aan, Aa Acep, Aa Mimat, Ka Noril, Uwi Tasik, Mas Arizia, Mbak Widhi, Eko, Mulyan, Itonk) atas semangat dan bantuannya kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan Gamasakers 41 yang dari awal hingga akhir berjuang bersama (Eka, Yuli, Vika, Ida, Kartika, Rika, dkk yang tak tersebut tetapi sangat berarti) terima kasih untuk semua kebersamaannya selama ini. 11. Staf Pengajar Departemen GMSK atas ilmunya selama ini. 12. Staf Administrasi Departemen GMSK atas bantuannya selama ini 13. Bapak Mingan, teman-teman PD (Perisai Diri), Ayumas dan Agrifarma, terim kasih atas kebersamaannya selama ini. 14. Seluruh pihak yang sudah membantu dan terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga sebuah karya kecil ini bisa bermanfaat untuk semuanya. Amin.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiii PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang..............................................................................................1 Perumusan Masalah......................................................................................2 Tujuan Penelitian..........................................................................................3 Kegunaan Penelitian.....................................................................................3 TINJAUAN PUSTAKA .........................................................................................4 Remaja ..........................................................................................................4 Penyelenggaraan Makanan ..........................................................................5 Kecukupan Gizi Remaja ..............................................................................6 Konsumsi Pangan dan Gizi .........................................................................8 Status Gizi................................................................................................... 10 Prestasi Belajar ........................................................................................... 11 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................................. 12 Lingkungan Belajar........................................................................ 12 Fasilitas Belajar .............................................................................. 13 Pola Belajar .................................................................................... 14 KERANGKA PEMIKIRAN ............................................................................... 16 METODE PENELITIAN .................................................................................... 18 Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ..................................................... 18 Cara Pengambilan Contoh ......................................................................... 18 Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................. 18 Pengolahan Data dan Analisis ................................................................... 19 Definisi Operasional................................................................................... 21 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 25 Gambaran Umum PPMI dan SMA Assalaam .......................................... 25 Penyelenggaraan Makanan ........................................................................ 27
ix
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
Karakteristik Contoh .................................................................................. 28 Karakteristik Keluarga Contoh .................................................................. 30 Persepsi terhadap Penyelenggaraan Makanan........................................... 32 Kebiasaan Makan ....................................................................................... 33 Konsumsi Pangan ....................................................................................... 37 Status Gizi................................................................................................... 40 Pola Belajar................................................................................................. 40 Lingkungan Belajar .................................................................................... 41 Fasilitas Belajar .......................................................................................... 42 Prestasi Belajar ........................................................................................... 44 Hubungan antar Variabel ........................................................................... 45 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................................. 49 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................ 52 Kesimpulan................................................................................................. 52 Saran ........................................................................................................... 53 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54 LAMPIRAN .......................................................................................................... 55
x
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar1. Bagan kerangka pemikiran konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar ........................................................................................17
xi
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
DAFTAR TABEL Halaman 1. Variabel, sub variabel dan kategori penilaian ................................................. 23 2. Sebaran contoh menurut umur dan daerah asal ............................................... 29 3. Sebaran contoh berdasarkan besarnya uang saku per bulan ........................... 29 4. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua ......................................... 30 5. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua ........................................... 31 6. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua......................................... 31 7. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga .................................................... 32 8. Sebaran contoh berdasarkan persepsi mengenai sistem penyelenggaraan makanan di resto Assalaam.............................................................................. 32 9. Sebaran contoh berdasarkan daya terima makanan dari resto ........................ 33 10. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan................................................ 34 11. Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan makan ................................. 35 12. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jajan dan jenis makanan jajanan ...... 36 13. Angka kecukupan gizi, konsumsi, tingkat konsumsi, dan sumbangan konsumsi pangan dari pondok.......................................................................... 37 14. Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan zat gizi ................ 39 15. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ........................................................... 40 16. Sebaran contoh berdasarkan kategori pola belajar .......................................... 41 17. Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkungan belajar............................... 41 18. Sebaran contoh berdasarkan lama tinggal di pondok pesantren ..................... 42 19. Sebaran contoh berdasarkan penggunaan dan kategori fasilitas belajar......... 43 20. Sebaran contoh berdasarkan kategori prestasi belajar..................................... 44 21. Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar setiap mata pelajaran ............... 45 22. Sebaran korelasi spearman antar variabel yang mempengaruhi prestasi belajar .................................................................................................. 46 23. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan status gizi................................. 46 24. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan pola belajar .............................. 47 25. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan lingkungan belajar................... 48 26. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan fasilitas belajar ........................ 49 27. Analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ............... 49
xii
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumberdaya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki sifat yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima disamping penguasaaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas, tentunya banyak faktor yang harus diperhatikan antara lain masalah gizi , pendidikan, kesehatan, informasi dan teknologi. Remaja merupakan salah satu sumberdaya manusia yang harus diperhatikan karena remaja sebagai generasi penerus bangsa yang berperanan penting dalam pembangunan nasional di masa yang akan datang. Dengan demikian, kualitas manusia di masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas remaja masa kini. Masa remaja memiliki masa pertumbuhan yang cepat dan sangat aktif yang disebut “adolescence growth spurt”, sehingga memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya (Sediaoetama 1996). Penyelenggaraan makanan dalam suatu institusi merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan pangan. Jenis penyelenggaraan makanan ini biasanya bersifat non komersial seperti penyelenggaran makanan di pondok pesantren. Penyelenggaraan makanan di pondok
pesantren
memberikan
kemudahan siswa-siswi pondok untuk memperoleh makanan. Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di pondok pesantren diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap status gizi para siswanya. Diharapkan para siswa memiliki status gizi yang baik dan optimal untuk masa pertumbuhan dan perkembangan mereka serta menghasilkan prestasi belajar yang baik di bidang akademik dan bidang lainnya. Usaha untuk menciptakan SDM yang berkualitas salah satunya melalui pendidikan formal. Salah satu lembaga pendidikan yang memberikan bantuan kepada seseorang untuk memperoleh pengalaman pendidikan yang diperlukan adalah sekolah. Sekolah merupakan wadah pengembangan diri seseorang dalam sistem pendidikan agar kedewasaan intelektual maupun kepribadian mereka berkembang (Suryosubroto 1988). Pondok pesantren adalah salah satu contoh
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
2
lembaga pendidikan Islam yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial yang mengalami perkembangan sesuai dengan perubahan zaman. Pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa (Mastuhu 1994). Pencapaian prestasi belajar yang baik dari seorang murid dipengaruhi oleh status gizinya, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: pola belajar, lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik dan nonfisik, serta kelengkapan fasilitas yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Faktor-faktor yang mendukung seseorang untuk dapat belajar dengan baik sangat diharapkan oleh setiap siswa, sehingga mereka dapat belajar secara optimal dan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Dengan demikian perlu adanya pengkajian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dan berpengaruh terhadap murid untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Perumusan Masalah Penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pondok pesantren merupakan salah sumber utama siswa pondok untuk memperoleh makanan yang mereka konsumsi. Penyelenggaraan makanan di pondok pesantren diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap status gizi para siswa pondok pesantren. Sumbangan tersebut dapat melalui penyediaan makanan yang berkualitas baik dan dapat memenuhi kebutuhan tubuh para siswa terhadap zat gizi, sehingga diharapkan para siswa memiliki status gizi yang baik dan optimal. Status gizi akan mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang dan kemampuan seseorang dalam menangkap pelajaran di sekolah sehingga seseorang yang memiliki status gizi yang baik akan memiliki daya tangkap yang lebih baik dan dapat memperoleh prestasi yang baik pula di sekolahnya. Sebaliknya jika seseorang memiliki status gizi yang kurang akan berdampak pada kecerdasan sehingga kurang optimal dalam menangkap pelajaran di sekolah sehingga prestasi belajar yang kurang baik. Status gizi para siswa di pondok pesantren merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Selain status gizi, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang antara lain: pola belajar, lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik dan nonfisik, serta kelengkapan
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
3
fasilitas yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Faktor-faktor yang mendukung dalam usaha pencapaian prestasi belajar sangat diharapkan oleh para siswa. diharapkan dengan adanya faktor pendukung tersebut, para siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik dan optimal. Tujuan Tujuan Umum: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyelenggaraan makanan, konsumsi pangan serta hubungannya dengan status gizi dan prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui sistem penyelenggaraan makanan di pondok pesantren serta menganalisis sumbangannya terhadap konsumsi pangan siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. 2. Menganalisis status gizi siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. 3. Menganalisis prestasi belajar serta faktor-faktor yang diduga berhubungan dan mempengaruhi prestasi belajar siswa-siswi SMA Assalaam Surakarta. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai sumbangan konsumsi pangan dari penyelenggaraan makanan terhadap tingkat konsumsi zat gizi, status gizi, dan prestasi belajar dari siswa-siswi SMA di Assalaam Surakarta. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan pelayanan makanan di Pondok Pesantren Assalaam dalam kaitannya dengan status gizi dan prestasi belajar yang dihasilkan.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa remaja. Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan pada perkembangan masa dewasa yang sehat. Menurut Monks 2002, masa remaja bertepatan dengan masa usia sekolah menengah yang pada umumnya sekolah menengah pertama atau setingkatnya hingga memasuki perguruan tinggi. Batasan usia remaja adalah rentang usia antara 12 hingga 21 tahun dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Remaja dalam masa peralihan ini mengalami perubahan jasmani, kepribadian, dan intelektual. Masa remaja secara psikologi, merupakan masa pencarian identitas diri yang dapat dicapai melalui berbagai cara seperti mengembangkan nilai dan membina hubungan dekat dengan teman sebaya. Hubungan remaja dengan orang tua tidak selalu berjalan lancar. Remaja sangat mudah terpengaruh oleh teman sebaya dan mengidentifikasikan dirinya dengan orang tua dalam kelompoknya, serta cenderung melakukan apa yang dilakukan teman sebayanya (Papila & Olds 1981). Fase pertumbuhan yang pesat pada remaja biasanya disebut adolescence growth spurt sehingga memerlukan zat gizi yang relatif besar jumlahnya. Apabila konsumsi zat gizi tidak ditingkatkan maka kemungkinan akan terjadi defisiensi zat gizi. Kebutuhan energi pada masa remaja meningkat sebagai konsekuensi dari kegiatan fisik yang juga meningkat. Kebutuhan protein pada kelompok ini relatif cukup besar terutama untuk pertumbuhan dan perkembangan (Williams 1973 dalam Camelia 2002). Golongan remaja umumnya mempunyai nafsu makan yang baik, sehingga sering mencari makanan tambahan atau jajan di luar waktu makan. Sebagai remaja, terutama perempuan sering mengurangi makan karena image gemuk sehingga berakibat kurang gizi (RSCM dan Persagi 1988 dalam Camelia 2002).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
5
Penyelenggaraan Makanan Penyelenggaraan makanan merupakan salah satu rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada konsumen hingga kegiatan pencatatan dan pelaporan serta evaluasi dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal (Moehyi 1992). Kebutuhan bahan makanan direncanakan setelah menu dibuat. Taksiran kebutuhan bahan makanan dihitung berdasarkan menu, standar porsi, jumlah konsumen, jumlah hari serta pemakaian bahan makanan per hari atau per putaran menu. Taksiran kebutuhan bahan makanan diusahakan sedekat mungkin dengan kebutuhan nyata, tidak berlebih atau kurang (DBGM 1990 diacu dalam Martini 2002). Menurut Moehyi (1992) penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren merupakan suatu penyelenggaraan makanan non komersial. Penyelenggaraan makanan di pondok pesantren bertujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlahnya sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi konsumen. Sasaran penyelenggaraan makanan di pondok pesantren
adalah
siswa-siswi
di
pondok
pesantren
tersebut.
Dalam
penyelenggaraan makanan di pondok pesantren, standar masakan (input) meliputi biaya, tenaga, sarana dan prasarana, metode, dan peraturan. Sedangkan standar proses meliputi penyusunan anggaran belanja bahan makanan, perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, pengadaan atau pembelian, penerimaan dan penyiapan bahan makanan, persiapan bahan makanan, pengolahan makanan, serta pendistribusian makanan. Sedangkan standar keluaran (output) adalah mutu makanan dan kepuasan konsumen. Penyelenggaraan makanan baik komersial maupun non komersial pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu menyajikan makanan yang berkualitas dan bercita rasa tinggi dengan biaya yang serendah mungkin. Melalui penerapkan manajemen makanan yang baik dan tepat maka tujuan dari suatu penyelenggaraan akan tercapai (Moehyi 1992). Untuk mencapai tujuan itu diperlukan pengetahuan mengenai perencanaan makanan, pemeliharaan bahan pangan, pengolahan, pelayanan, dan pengorganisasian (Wirakusumah dkk 1988). Pengelolaan institusi makanan akan berjalan dengan baik apabila ada personalia yang kuat, sistem pengawasan biaya yang baik dan perencanaan serta
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
6
fasilitas yang sesuai (Wirakusumah dkk 1988). Selain itu, dengan menanamkan rasa tanggung jawab dan motivasi yang lebih baik kepada penyelenggara serta pengelola, sehingga penyelenggaraan makanan institusi akan menghasilkan makanan yang berkualitas dan bercita rasa yang memuaskan konsumen. Hidangan atau susunan menu selain ditentukan kuantitasnya juga diperhatikan kualitasnya. Kualitas ini berkaitan dengan kandungan zat gizi yang terdapat pada makanan yang dihidangkan. Perlu diketahui bahwa semua unsur zat gizi yang disebut dalam daftar kecukupan harus ada dalam hidangan yang dimakan setiap hari. Zat gizi yang ada dalam makanan dapat dibagi menjadi lima bagian besar yaitu energi, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Bahan makanan yang menjadi sumber dari berbagai macam zat gizi tersebut perlu diingat untuk memudahkan dalam menyusun menu setiap harinya. Susunan hidangan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, dan buah memiliki nilai yang tinggi karena telah mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, yaitu makanan pokok sebagai sumber energi, lauk sebagai sumber protein dan lemak , sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral (Karyadi & Muhilal 1995). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2003) menyimpulkan bahwa, penyelenggaraan makanan terutama di pondok pesantren modern masih menerapkan sistem penyelenggaraan makanan yang sederhana dan memiliki manajemen yang kurang baik. Pengetahuan gizi dari para penyelenggara pun masih rendah, sehingga makanan yang dihasilkan belum memenuhi syarat makanan yang bergizi, beragam, dan berimbang. Kecukupan Gizi Remaja Kecukupan gizi yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, aktivitas, berat dan tinggi badan, serta genetika. Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda sesuai dengan kebutuhan gizi (Karyadi & Muhilal 1996). Kecukupan gizi pada remaja lebih ditekankan pada kecukupan energinya yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin dan golongan umur. Oleh karena itu, kecukupan gizi remaja per orang per hari akan lebih banyak bila dibandingkan dengan masa anak-anak. Remaja yang mengkonsumsi pangan yang memenuhi
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
7
kecukupan gizi semenjak masa anak-anak akan memiliki perkembangan tubuh yang baik, postur tubuh yang lurus, otot yang kuat dan simpanan lemak yang cukup (Hardinsyah & Martianto 1992). Zat gizi menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses dalam tubuh, dan membuat lancarnya pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Agar dapat menjalankan berbagai fungsi tubuh dan untuk aktivitas sehari-hari diperlukan sejumlah tenaga atau energi (Karyadi & Muhilal 1996). Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat, protein, dan lemak. Kecukupan masukan energi bagi seseorang ditandai dengan berat badan yang normal. Jika kecukupan energi dapat terpenuhi, maka pemanfaatan zat gizi yang lain akan optimal. Konsumsi energi yang melebihi kecukupan dapat mengakibatkan kenaikan berat badan jika terus berlanjut akan menyebabkan kegemukan dan resiko penyakit degeneratif. Sedangkan bila konsumsi energi kurang, maka cadangan energi dalam tubuh yang disimpan dalam otot akan digunakan. Keadaan ini jika berlanjut akan menurunkan produktivitas kerja dan merosotnya prestasi belajar serta kreatifitas. Jika hal ini terus dibiarkan akan mengakibatkan menurunnya berat badan dan kekurangan zat gizi yang lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang yang akan berakibat terhambatnya proses tumbuh kembang. Dampak lain yang timbul adalah tinggi badan tidak mencapai ukuran normal, dan mudah terkena penyakit (Dir BGM, Depkes,1995). Menurut energi yang tercantum dalam Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 yang dianjurkan per orang per hari untuk remaja pria usia 16-18 tahun adalah 2600 kkal, sedangkan untuk wanita pada usia 16-18 tahun adalah 2200 kkal. Angka kecukupan energi individu pada remaja berbeda pada tingkatan usia dan jenis kelamin, hal ini disebabkan kebutuhan zat gizi antara pria dan wanita berdasarkan pada pengeluaran energi bukan berdasarkan konsumsi (Hardinsyah & Martianto 1992). Secara sederhana angka kecukupan gizi tersebut juga dapat digunakan untuk menilai tingkat konsumsi zat gizi, yaitu mengetahui seberapa banyak kecukupan zat gizi (Hardinsyah & Briawan 1994).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
8
Konsumsi Pangan dan Gizi Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Orang dapat bergerak, melakukan kerja fisik, tumbuh dan berkembang karena khasiat dari makanan. Cukup tidaknya zat gizi yang dibutuhkan tergantung dari pangan yang dikonsumsi (Suhardjo Hardinsyah & Riyadi 1987). Kebutuhan gizi lebih menggambarkan banyaknya zat gizi minimal yang diperlukan oleh masing-masing individu, yaitu ada yang tinggi dan ada pula yang rendah (Karyadi & Muhilal 1996). Menurut Suhardjo (1989), pangan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang berguna untuk kelangsungan hidup. Kebutuhan utama tubuh ialah energi yang apabila tidak terpenuhi, maka kemungkinan besar kebutuhan tubuh akan protein juga tidak dapat terpenuhi. Apabila kebutuhan energi sudah dapat tercukupi melalui makanan sehari-hari yang seimbang, maka kecukupan protein , lemak, vitamin, dan mineral tidak akan menjadi masalah lagi. Secara otomatis keperluan akan zat-zat gizi tadi akan dipenuhi dari makanan sehari-hari yang seimbang (Lie 1979 dalam Suhardjo 1989). Untuk mengetahui cukup dan tidaknya konsumsi makanan ditentukan dengan menganalisis kandungan zat gizinya yang kemudian dibandingkan dengan standar yang dianjurkan untuk mencapai suatu tingkat gizi dan kesehatan yang optimal. Standar tersebut adalah Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan (Suhardjo 1989). Angka kecukupan gizi adalah jumlah masing-masing zat gizi yang sebaiknya dipenuhi seseorang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh dan aktifitas (Muhilal et.al 1998). Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan AKG yang dianjurkan. Sanjur (1982) berpendapat bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi pangan yang mempengaruhi konsumsi pangan yaitu: 1) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi dan kesehatan; 2) karakter makanan/pangan seperti rasa, rupa tekstur, harga, bentuk dan kombinasi makanan; 3) karakteristik lingkungan seperti musim, pekerjaan, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
9
Kebutuhan energi dan zat gizi pada usia remaja lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badannya dibanding orang dewasa. Tambahan ini diperlukan selain untuk pemeliharaan fungsi fisiologis juga untuk menunjang pertumbuhan yang optimal (Muhilal et.al 1998). Pertumbuhan dan perkembangan sel-sel jaringan tubuh akan tetap berlangsung yang ditandai dengan perubahan bentuk tubuh (terutama pada bagian dada dan pinggul), perkembangan organ reproduksi dan pembentukan sel-sel reproduksi. Di samping itu, kegiatan fisik (jasmani) pada tahap perkembangan ini juga lebih meningkat dibandingkan dengan masa sebelumnya (Hardinsyah & Martianto 1992). Gizi kaum remaja yang dicerminkan oleh pola makannya akan sangat menentukan dalam mencapai pertumbuhan fisik optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Beberapa mineral yang penting untuk diperhatikan adalah kalsium, zat besi, dan zinc (Khomsan 2004). Zat gizi dibutuhkan oleh remaja selain untuk pertumbuhan fisiknya juga untuk perkembangannya atau kemampuan intelegensinya. Zat gizi yang sangat penting untuk kemampuan intelegensi antara lain energi, protein, vitamin B6, vitamin C, seng, Fe,dan kalsium (Wirakusumah 1993). Kesehatan merupakan syarat utama yang harus dimiliki oleh siswa guna mencapai suatu prestasi atau intelegensi yang tinggi. Syarat ini dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi makanan yang memenuhi kebutuhan, naik kualitas maupun kuantitasnya. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan makanan seimbang atau penambahan zat-zat gizi spesifik pada susunan makanan yang dikonsumsi seseorang akan dapat memperbaiki atau menghilangkan kondisikondisi yang tidak diinginkan. Keseimbangan zat gizi dalam tubuh sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental secara menyeluruh (Wirakusumah 1993). Survei yang dilakukan Hurlock (1997) menunjukkan bahwa remaja menyukai makanan jajanan (snack). Jenis makanan ringan yang dikonsumsi adalah kue-kue yang rasanya manis, pastry serta permen, sedangkan golongan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C tidak populer atau jarang dikonsumsi, sehingga dalam diet mereka rendah akan zat besi, vitamin C dan lain-lain. Disamping itu hasil survei juga menunjukkan bahwa
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
10
remaja menyukai minum-minuman ringan (soft drink), teh dan kopi yang frekuensinya lebih sering dibandingkan dengan minum susu. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sukmawati (2003) menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi di pondok pesantren memiliki kategori yang cukup yaitu 78.3% dari konsumsi yang dianjurkan. Status Gizi Status gizi adalah suatu keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi tubuh umumnya membawa ke arah status gizi yang baik (Suhardjo et. al 1985 dalam Salmawati 2006 ). Mantra (1996) menyatakan bahwa status gizi berhubungan dengan makanan dan kebiasaan makan dari individu, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Perbaikan gizi pada dasarnya adalah upaya mengubah kebiasaan yang berhubungan dengan makanan pada individu, keluarga atau masyarakat secara keseluruhan untuk status gizi yang baik. Menilai status gizi seseorang dapat melalui pola konsumsi yang ada. Pola konsumsi seseorang tidak lepas dari kebiasaan makan yang dilakukannya. Kebiasaan makan seringkali merupakan suatu pola yang berulang atau bagian dari rangkaian panjang kebiasaan hidup secara keseluruhan yang dapat diukur dengan pola konsumsi pangan. Konsumsi pangan adalah jumlah pangan (tunggal atau beragam) yang dimakan seseorang atau kelompok orang tertentu. Tujuan mengkonsumsi pangan adalah untuk memperoleh sejumlah zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Hardinsyah dan Martianto 1989). Menurut Suhardjo (1989), status gizi seseorang dipengaruhi oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi serta keadaan tubuh seseorang yang dapat menyebabkan gangguan penyerapan zat gizi atau investasi penyakit parasit. Menurut Khumaidi (1989), mengatakan bahwa dalam perhitungannya konsumsi pangan lebih ditekankan pada kebutuhan energi dan protein. Sebab apabila kebutuhan akan energi dan protein sudah terpenuhi maka kebutuhan zat gizi lainnya akan mudah untuk dipenuhi. Ukuran tubuh merupakan refleksi dari status gizi seseorang dan keadaan pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan keadaan kurang gizi. Keadaan pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan masalah
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
11
konsumsi energi dan protein (Setiawan 1994 dalam Salmawati 2006). Untuk menilai status gizi seseorang berdasarkan konsumsi makanan dapat dilakukan dengan cara menghitung perbandingan konsumsi pangan dengan kecukupan gizi, karena
tingkat
kecukupan
gizi
seseorang
tergantung
pada
apa
yang
dikonsumsinya. Meskipun tubuh memerlukan semua golongan zat gizi, namun tubuh membutuhkan sebagian diantaranya dalam jumlah yang berbeda dalam berbagai tahap perkembangan tubuhnya (Hardinsyah & Martianto 1988). Cara untuk mengetahui status gizi dapat digunakan pengukuran secara antropometri, terutama bila terjadi ketidakseimbangan antara intake energi dan protein dalam jangka waktu lama. Cara yang paling sederhana dan umum digunakan adalah dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). Untuk menentukan IMT seseorang perlu dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian IMT dihitung dengan cara sebagai berikut (Hardinsyah & Martianto 1992):
IMT =
BB ( kg ) TB ( m ) 2
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2002) menunjukkan bahwa status gizi remaja 10% dengan kategori gizi kurang, 86,7% dengan kategori gizi baik, dan 3.3% dengan kategori gizi lebih. Penelitian lain yang dilakukan oleh Sukmawati (2003) menunjukkan bahwa status gizi di pondok pesantren Tanwiriyah dan pondok pesantren Persatuan Islam, 83.6% dengan kategori gizi baik, dan 16.4% dengan status gizi kurang. Prestasi Belajar Pretasi belajar merupakan salah satu ukuran dari tingkat kecerdasan anak. Menurut Gani (1984) dalam Andriani (2003), cara mengukur kecerdasan anak dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, yaitu pengukuran langsung dan tidak langsung. Pengukuran langsung dapat dilakukan dengan psikotes yang menghasilkan ukuran taraf kecerdasan (IQ) sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan memantau prestasi akademik para murid. Prestasi belajar siswa juga dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Sri Rahayu (1976) dalam dalam Mursidah (1991), prestasi belajar anak dapat diukur melalui skor prestasi
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
12
dari beberapa mata pelajaran yang meliputi Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, dan IPS. Menurut Soemantri (1978) dalam Andriani (2003), skor prestasi belajar merupakan hasil yang diwujudkan dalam bentuk angka. Perubahan positif yang terjadi pada diri anak menunjukkan adanya hasil belajar. Untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada murid sebagai akibat belajar dan seberapa besar perubahan yang terjadi maka dilakukan evaluasi belajar (Winkel 1996 ). Manfaat yang dapat diperoleh melalui pengukuran hasil belajar atau prestasi belajar antara lain untuk mengetahui apakah proses belajar telah berlangsung secara efektif atau belum ( Crow & Crow 1980 dalam Andriani 2003). Seorang siswa dapat dikatakan sukses di sekolah tanpa mengalami kesulitan belajar yang dapat mempengaruhi nilai prestasinya di sekolah, sehingga prestasi belajar yang bagus dan memuaskan pun dapat tercapai. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2002) prestasi belajar siswa-siswi SMU yang dilihat dari nilai raport selama dua caturwulan menunjukkan bahwa nilai rata-rata raport mereka berkisar antara 6.40-8.27 dengan rata-rata kelas 7.29±0.43. Pengkategorian yang dilakukan Astuti (2002) yaitu: kategori cukup (60-69) sebesar 20%, kategori lebih dari cukup (70-79) sebesar 70%, dan kategori lebih dari baik (>80) sebesar 10%. Masih terdapat siswa dengan nilai atau prestasi belajar yang berada di bawah rata-rata kelas. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar yang baik dari seorang murid dipengaruhi oleh status gizinya, selain itu juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: lingkungan tempat tinggal dan belajar, fasilitas yang dapat menunjang proses kegiatan belajar-mengajar, serta pola belajar. Faktor-faktor belajar yang mendukung seseorang untuk dapat belajar dengan baik sangat diharapkan oleh setiap siswa, diharapkan siswa dapat belajar secara optimal dan menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Lingkungan Belajar Menurut Soemanto (1990), lingkungan mencakup segala meterial dan stimuli di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Lingkungan yang sempit, penerangan yang kurang baik, dan kebisingan dapat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa (Gunarsa &
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
13
Gunarsa, 1995b). Sukses belajar sangat dipengaruhi oleh situasi lingkungan, seperti ruangan yang kotor, berdebu, kurang ventilasi, dan kebisingan, sehingga mengganggu tercapainya tujuan belajar yang diinginkan (Thanthowi 1991). Belajar bukan seperti pekerjaan rutin yang dapat dilakukan dalam ruangan yang ribut dan banyak gangguan. Seorang pelajar memerlukan ruang belajar, dimana ia dapat belajar dengan tenang tanpa adanya gangguan. Lingkungan belajar yang dimaksudkan sebagai situasi atau suasana tempat seseorang berada dan belajar (Thanthowi 1991). Belajar yang berpindah-pindah tempat dapat membuat seseorang tidak siap untuk belajar sehingga sulit untuk berkonsentrasi. Demikian pula tempat belajar yang rapi dapat membuat suasana belajar yang nyaman, pada umumnya pelajar memanfaatkan kamar tidur sebagai ruang belajar (Munandar 1995 dalam Andriani 2003). Kamar yang bersih dan tidak berantakan akan menjadi tempat yang menyenangkan, sehingga seseorang akan merasa betah berlama-lama di dalamnya. Penataan meja belajar yang membelakangi tempat tidur, akan lebih baik daripada meja yang diletakkan berdekatan dengan tempat tidur. Lampu yang cahayanya dapat menerangi seluruh ruangan ditambah dengan lampu duduk di atas meja akan meningkatkan konsentrasi belajar. Kamar yang peredaran udaranya cukup baik akan menjadikan badan dan pikiran segar dan tidak mudah mengantuk. Selain itu suasana sekeliling kamar belajar haruslah tenang, sehingga tidak mengganggu kelancaran proses berfikir (Slamet 1991 dalam Andriani 2003). Penyelenggaraan lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersendiri di bawah pimpinan kiai atau ulama dibantu oleh seorang atau beberapa orang ulama atau para ustaz yang hidup bersama ditengahtengah para santri dengan masjid sebagai pusat kegiatan peribadatan keagamaan, gedung-gedung sekolah atau ruang-ruang belajar sebagai pusat kegiatan belajarmengajar, serta pondok-pondok sebagai tempat tinggal para santri. Selama 24 jam, dari masa ke masa siswa-siswi hidup secara kolektif antara kiai, ustaz, santri dan para pengasuh pesentren lainnya, sebagai satu keluarga besar (Mastuhu,1994). Fasilitas Belajar Fasilitas belajar yang memadai memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik, sehingga memungkinkan siswa-siswi mencapai prestasi belajar yang
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
14
baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Darman (1984) dalam Andriani (2003) bahwa salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar adalah tersedianya fasilitas belajar yaitu perlengkapan belajar. Selanjutnya dinyatakan bahwa kebutuhan dan perlengkapan yang kurang terpenuhi dapat membawa akibat yang negatif, misalnya siswa tidak dapat belajar dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan prestasi yang baik. Pendidikan yang disertai dengan media yang tepat, yaitu alat-alat belajar dan mengajar, selain memudahkan siswa untuk memahami, mengerti, dan melakukan, juga menimbulkan motivasi yang lebih kuat dibandingkan dengan penguraian kata-kata abstrak (Thanthowi 1991). Fasilitas yang sering dan pada umumnya disediakan di sebuah pondok pesantren tidak memiliki kelengkapan yang baik bila dibandingkan dengan sekolah pada umumnya. Selain fasilitas belajar ilmu pengetahuan umum, pondok pesantren juga menyediakan fasilitas yang dapat digunakan untuk menunjang peningkatan dan kelancaran dalam bidang ilmu agama (Mastuhu 1994). Kelengkapan fasilitas untuk pendidikan merupakan hal yang selalu dituntut dari sebuah institusi pendidikan seperti sekolah dan pondok pesantren. Minimnya fasilitas belajar dari sebuah institusi pendidikan dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Pola Belajar Pola khas yang dikembangkan oleh seorang siswa dalam menghadapi tugas-tugas belajarnya, atau cara-cara yang digunakan dalam menghadapi tugas tersebut disebut dengan kebiasaan belajar. Suatu hasil penelitian Gawronski dan Matish (1965) dalam Andriani (2003) menunjukkan bahwa kebiasaan belajar baik dalam sikap maupun metode mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Menunda tugas-tugas menyebabkan tidak efektifnya kegiatan belajar. Salah satu alasan yang sering dikemukakan adalah karena siswa menganggap bahwa tugas tersebut dapat diselesaikan dalam waktu singkat sehingga tidak perlu terburu-buru. Padahal dengan semakin banyaknya tugas yang ditunda, semakin menumpuk pekerjaan dan semakin banyak waktu yang dibutuhkan sehingga hasil yang diperoleh kurang optimal (Slameto 1991 dalam Andriani 2003).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
15
Lama belajar setiap kali membaca suatu bahan pelajaran sebiknya 40 menit, setelah itu istirahat sebentar, kemudian dilanjutkan dengan bahan lain (Slameto 1991 dalam Andriani 2003). Belajar secara teratur dan periodik dengan materi sedikit demi sedikit lebih baik hasilnya daripada belajar secara terus menerus. Skiner (1968) dalam Andriani (2003) menekankan pentingnya jadwal belajar untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Seorang siswa agar dapat belajar dengan efesien perlu memiliki pola atau kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan-kebiasaan yang baik menurut The Liang Gie dalam Andriani (2003) adalah sebagai berikut : memperhatikan kesehatan membaca, memiliki jadwal, membuat catatan, memanfaatkan perpustakaan, membaca sungguh-sungguh semua buku yang diperlukan untuk setiap mata pelajaran sampai menguasai isinya, dan membaca dengan penuh konsentrasi. Selain itu, membuat catatan juga memberikan pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar seorang siswa. Catatan yang tidak jelas dan tidak teratur antara satu materi dengan materi lainnya akan menimbulkan rasa bosan saat membacanya sehingga dapat mengakibatkan kebosanan saat belajar. Pola atau kebiasaan belajar setiap siswa berbeda satu sama lainnya. Ada juga kebiasaan yang kurang baik, kebiasaan itu antara lain: membaca dengan menggerakkan bibir/bersuara, dengan menunjuk kata yang dibaca pada saat membaca, mundur kembali/mengulang-ngulang, dengan tiduran, sambil makan makanan kecil, sambil mengobrol, sambil mendengarkan siaran radio atau TV dengan suara keras, sambil melamun, dan lain-lain (Slameto 1991 dalam Andriani 2003). Tidak menutup kemungkinan dengan kebiasaan buruk yang dilakukan seperti belajar sambil tiduran, mendengarkan radio, ataupun dengan makan makanan kecil justru dapat membuat seseorang bisa lebih memahami materi yang sedang dipelajarinya.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
KERANGKA PEMIKIRAN Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di Pondok Pesantren Assalaam termasuk dalam penyelenggaraan makanan institusi dan merupakan sumber utama untuk memperoleh makanan yang dikonsumsi. Penyelenggaraan makanan yang terencana dengan baik akan berpengaruh pada konsumsi makanan. Kualitas dari makanan yang dihasilkan merupakan gambaran dari rangkaian kegiatan penyediaan makanan mulai dari perencanaan menu hingga penyajian makanan siap dikonsumsi. Selain makanan dari pondok pesantren, siswa-siswi juga mengkonsumsi makanan dari luar pondok pesantren. Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi yang sesuai dengan angka kecukupan gizi (AKG), diharapkan akan tercapainya status gizi yang baik dan optimal. Makanan yang dikonsumsi seseorang dapat menentukan status gizi orang tersebut. Selain konsumsi makanan, status gizi seseorang juga dipengaruhi oleh status kesehatannya. Status gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Dengan konsumsi pangan yang memenuhi kecukupan gizi dan memiliki status kesehatan yang baik, diharapkan dapat terwujudnya status gizi yang optimal sehingga dapat meningkatkan presatasi belajar. Latar belakang atau karakteristik keluarga dan seseorang akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan kualitas pendidikan. Keluarga dan individu berperan dalam pemilihan lembaga/institusi untuk memperoleh pengalaman pendidikan (sekolah). Salah satu contoh lembaga pendidikan terutama yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial adalah pondok pesantren. Kualitas pendidikan seseorang dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai terutama prestasi di bidang akademik. Unsur-unsur yang terdapat dalam suatu pondok pesantren yang diduga dapat mempengaruhi seseorang dalam pencapaian prestasi belajar atau faktor eksternal yaitu pola belajar yang meliputi kebiasaan belajar dan frekuensi belajar, lingkungan belajar yang meliputi lingkungan fisik asrama dan sekolah dan lingkungan pergaulan, serta fasilitas belajar terutama ketersediaan atau kelengkapan fasilitas belajar.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
17
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran konsumsi pangan, status gizi dan prestasi belajar.
METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian dilakukan di Pondok Pesantren Assalaam Surakarta. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara purposive dengan pertimbangan bahwa pondok pesantren Assalaam memiliki siswa-siswi dalam jumlah besar yang tinggal dalam satu lingkungan dan mereka juga tinggal bersama di sebuah asrama yang disediakan oleh pondok pesantren. Siswa-siswi di Pondok Pesantren Assalaam berasal dari beragam suku, adat budaya, status ekonomi dan memiliki latar belakang keluarga yang beragam. Pondok Pesantren Assalaam memiliki penyelenggaraan makanan sendiri sebagai sumber utama siswa-siswi mendapatkan makanan yang dikonsumsi. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama bulan Maret sampai dengan bulan April 2008. Cara Pengambilan Contoh Contoh dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Assalaam kelas XI. Pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling. Pemilihan contoh ini dilakukan oleh pihak pondok pesantren. Pertimbangan yang digunakan yaitu contoh yang sedang tidak memiliki kegiatan ekstrakurikuler saat wawancara serta contoh yang tidak memiliki catatan kasus atau pelanggaran. Contoh yang diambil yaitu contoh dengan Jurusan IPA sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang siswa dan 30 orang siswi dari 87 orang di kelas XI IPA. Jumlah contoh yang digunakan berdasarkan jumlah minimum sampel penelitian untuk masing-masing contoh putri dan putra. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan menggunakan kuesioner yang diisi sendiri serta dilakukan wawancara
kepada
contoh. Data primer
meliputi karakteristik
contoh,
karakteristik keluarga, pola belajar, lingkungan belajar, fasilitas belajar. Pengukuran tinggi badan dilakukan dengan microtoise dengan ketelitian 0.1 cm sedangkan pengukuran berat badan dilakukan dengan timbangan injak Detekto dengan ketelitian 0.1 kg. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi keadaan umum pondok pesantren, sistem penyelenggaraan makanan, dan prestasi belajar contoh yang
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
19
diambil dari nilai ulangan harian dan nilai raport semester terakhir meliputi mata pelajaran Matematika, Kimia, Fisika, Biologi, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab. Data konsumsi pangan dikumpulkan dengan cara food recall yang dilakukan selama 2x24 jam. Pengolahan Data dan Analisis Data yang diperoleh dari kuesioner maupun dari hasil raport diolah dan dianalisis. Proses pengolahan data meliputi editing, coding, dan entri data. Data dianalisis secara statistik deskriptif dengan melihat distribusi frekuensi, nilai minimum, dan nilai maksimum variabel penelitian. Variabel penyelenggaraan makanan meliputi persepsi contoh mengenai sistem penyelenggaraan makanan dan daya terima contoh terhadap makanan yang disajikan. Variabel kebiasaan makan contoh berupa frekuensi makan maupun minum dalam satu minggu. Variabel konsumsi pangan contoh yang diperoleh melalui recall makanan selama 2x24 jam dikonversikan dalam bentuk energi dan protein menggunakan daftar komposisi bahan makanan (DKBM). Nilai kandungan zat gizi (energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium dan zat besi) dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994):
KG
ij
=
∑
BDD Bj 100 × G ij × 100
j
KGij
= jumlah zat gizi i dari setiap jenis pangan j
Bj
= berat pangan j (gram)
Gij
= kandungan zat gizi i dari pangan j
BDDj = persen jumlah pangan j yang dapat dimakan Tingkat konsumsi zat gizi dapat diperoleh dengan rumus (Hardinsyah & Briawan 1994): TKGi =
Ki ×100 0 0 AKG i
TKGi = tingkat konsumsi zat gizi i Ki
= konsumsi zat gizi i
AKGi = kecukupan zat gizi i yang dianjurkan Perhitungan tingkat konsumsi zat gizi khusus untuk energi dan protein memperhitungkan berat badan aktual contoh yang dibandingkan dengan berat
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
20
badan standar yang terdapat dalam AKG (Hardinsyah & Briawan 1994). Tingkat konsumsi pangan dikategorikan menjadi lima kategori yaitu kategori defisit tingkat berat (<70% AKG), defisit tingkat sedang (70-79% AKG), defisit tingkat rendah (80-89% AKG), normal (90-119% AKG), dan diatas kecukupan ( 120% AKG) (Rahmawati dkk 2001 dalam Media Gizi dan Keluarga 2001), sedangkan untuk tingkat konsumsi vitamin dan mineral dikategorikan menjadi dua yaitu defisi (<77% AKG) dan normal ( 77% AKG) (Gibson 2005). Status gizi contoh dihitung berdasarkan status gizi antropometri dengan menghitung IMT contoh berdasarkan berat badan dan tinggi badan. Status gizi berdasarkan IMT dibagi menjadi empat kelompok yaitu kurus (IMT <18.5), normal (IMT 18.5-24.9), risiko gemuk (IMT 25.0-26.9), dan gemuk (IMT >26.9). Nilai IMT diperoleh dari nilai berat badan dan tinggi badan, dengan rumus :
IMT =
BB ( kg ) TB ( m ) 2
Variabel pola belajar meliputi kebiasaan belajar yang dilakukan contoh dan frekuensi belajar contoh. Variabel lingkungan belajar yang diteliti meliputi lingkungan fisik di pondok pesantren yaitu lingkungan arama dan sekolah serta lingkungan pergaulan contoh. Sedangkan variabel fasilitas belajar meliputi kelengkapan fasilitas belajar yang tersedia maupun yang dimiki oleh contoh. Pemberian skor pada setiap sub variabel penelitian dan selanjutnya variabel yang diteliti digolongkan berdasarkan nilai skor dengan menggunakan teknik skoring Slamet (1993) dengan menggunakan rentang kelas dengan rumus sebagai berikut : Rentang kelas = Skor Maksimum – Skor Minimum Jumlah Kategori Data yang diperoleh dari pengkategorian yaitu mengenai sistem penyelenggaran makanan (kurang, cukup, baik), daya terima makanan (rendah, sedang, tinggi), kebiasan makan (kurang, cukup, baik), konsumsi pangan (kurang, cukup, baik), pola belajar (kurang, cukup, baik), dan lingkungan belajar (kurang, cukup, baik), fasilitas pondok (kurang, cukup, baik). Sedangkan variabel prestasi belajar siswa yang diambil dari nilai relatif yaitu penjumlahan antara nilai ulangan harian dan nilai raport semester terakhir yang meliputi mata pelajaran : Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
21
Bahasa Arab kemudian dirata-ratakan dan dikelompokkan menjadi empat kategori berdasarkan pedoman buku raport dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yaitu dengan kategori kurang, cukup, lebih dari cukup dan baik. Variabel, sub variabel dan kategori penilaian dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan pemberian skor setiap variabel/sub variabel dapat dilihat pada Lampiran 1. Untuk mengetahui hubungan antar variabel yang mempengaruhi prestasi belajar menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Untuk mengetahui hubungan antara konsumsi makanan dengan status gizi dilakukan uji korelasi Pearson. Sedangkan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menggunakan uji Regresi Linier Berganda dengan metode backward. Definisi Operasional Penyelenggaraan Makan adalah rangkaian kegiatan penyediaan makanan dari pondok pesantren Assalaam mulai dari perencanaan menu, perencanaan kebutuhan bahan makanan, pembelian, persiapan pengolahan dan pendistribusian makanan hingga penyajian makanan siap dikonsumsi. Resto adalah tempat penyelenggaraan makanan yang ada di PPMI Assalaam yang menyediakan kebutuhan makanan sehari-hari. Menu adalah susunan hidangan makanan dan minuman yang disajikan pihak pengelola pondok untuk dikonsumsi oleh siswa-siswi pondok. Makanan dari dalam Pesantren adalah makanan yang berasal dari penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren. Makanan dari luar Pesantren atau makanan jajanan adalah makanan yang berasal dari luar penyelenggaraan makanan yang dilakukan oleh pihak pondok pesantren yang diperoleh dengan cara membeli. Daya terima makanan adalah penilaian contoh terhadap makanan yang dihasilkan oleh penyelenggaraan makanan pondok yang meliputi warna, rasa, aroma, tekstur dan variasi menu. Konsumsi makanan adalah jumlah makanan dan minuman yang dihabiskan oleh siswa-siswi dari porsi yang telah disajikan. Tingkat Konsumsi zat gizi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan berdasarkan AKG pada WNKPG 2004.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
22
Uang saku uang yang diberikan orang tua untuk uang jajan, kebutuhan seharihari, dan tabungan serta keperluan lainnya selain keperluan makan, asrama dan sekolah. Status Gizi adalah kondisi seseorang atau siswa-siswi pondok yang dapat diukur dengan
menggunakan
rumus
indeks
masa
tubuh
(BB/TB)
dan
dikategorikan dalam kurus, normal, risiko gemuk, dan gemuk. Uang syariah adalah uang bulanan yang wajib dibayar santri untuk keperluan biaya operasional sekolah, uang makan dan uang asrama selama satu bulan. Pola belajar diukur dengan menggunakan variabel frekuensi belajar dan kebiasaan belajar yang digunakan dalam belajar. Lingkungan belajar adalah lingkungan tempat tinggal contoh baik lingkungan fisik maupun maupun non fisik atau lingkungan pergaulan contoh yang merupakan bagian dari lingkungan belajar contoh. Fasilitas belajar adalah segala perangkat yang digunakan dalam proses belajar meliputi ketersediaan peralatan belajar, buku pelajaran, buku catatan, ruang praktek mata pelajaran, perpustakaan sekolah dan peralatan tulis pribadi. Prestasi belajar merupakan salah satu ukuran dari tingkat kecerdasan siswa-siswi SMA Assalaam yang diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai dalam raport yang meliputi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
23
Tabel 1. Variabel, sub variabel dan kategori penilaian No 1
Variabel Penyelenggaraan Makanan
Sub Variabel • Sistem Penyelenggaraan Makanan • Daya Terima Makanan
2
3
Karakteristik Contoh
Karakteristik Keluarga
• Umur
Rendah (10.0-12.3) Sedang (12.4-14.7) Tinggi (14.8-17.1) 16 tahun 17 tahun 18 tahun
• Daerah Asal
Jawa Bali Sumatra Kalimantan Sulawesi Irian Jaya
• Uang Saku per Bulan
Rp50 000-Rp200 000 Rp200 000-Rp350 000 Rp300 000
• Kebiasaan Makan
Kurang (8.0-10.3) Cukup (10.4-12.7) Baik (12.8-14.1) SD SMP SMA PT
• Pendidikan Orang tua
• Pekerjaan Orang tua
Tidak bekerja PNS Pensiunan Karyawan swasta Wiraswasta BUMN
• Pendapatan Orang tua
Rp1 000 000-Rp2 000 000 Rp2 000 000-Rp3 000 000 Rp3 000 000-Rp4 000 000 Rp5 000 000
• Besar Keluarga
Keluarga kecil ( 4 orang) Keluarga sedang (5-7 orang) Keluarga besar ( 8 orang) Kurus (IMT<18.5) Normal (IMT 18.5-24.9) Risiko Gemuk (IMT 25.0-26.9) Gemuk (IMT >26.9) Kurang : (skor = 44.0-49.6) Cukup : (skor = 49.7-55.3) Baik : (skor = 55.4-61.0) Kurang : (skor = 20-26.3) Cukup : (skor = 26.4-32.7) Baik : (skor = 32.8-39.1) Kurang : (skor = 8-10.6) Cukup : (skor = 10.7-13.3) Lengkap: (skor = 13.4-16.0)
4
Status Gizi
IMT (BB/TB2)
5
Pola Belajar
• Kebiasaan Belajar • Frekuensi Belajar
6
Lingkungan Pondok
• Lingkungan Fisik • Lingkungan Pergaulan
7
Failitas Pondok
• Kelengkapan Fasilitas Pondok
PDF Creator - PDF4Free v2.0
Kategori Kurang (6.0-8.3) Cukup (8.4-10.7) Baik (10.8-13.1)
http://www.pdf4free.com
24
No 8
Variabel Prestasi Belajar
PDF Creator - PDF4Free v2.0
Sub Variabel • Nilai ulangan dan raport
Kategori Kurang (rata-rata < 6.0) Cukup (rata-rata 6.0-6.9) Lebih dari cukup (rata-rata 7,0-7.9) Baik (rata-rata >8,0)
http://www.pdf4free.com
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum PPMI dan SMA Assalaam PPMI Assalaam Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam yang disingkat PPMI Assalaam, adalah lembaga pendidikan swasta Islam yang berada di bawah naungan Yayasan Majelis Pengajian Islam (YMPI) Surakarta . Hingga saat ini santri Assalaam yang berjumlah sekitar 2450 santri datang dari berbagai propinsi yang ada di Indonesia. Pendidikan di PPMI Assalaam memiliki visi terwujudnya insan yang memiliki keseimbangan spiritual, intelektual, dan moral
menuju
generasi ulil albab yang berkomitmen tinggi terhadap kemaslahatan ummat dengan berlandaskan pengabdian kepada Allah SWT. Pendidikan di PPMI Assalaam dikembangkan dengan memadukan dan mengembangkan dua sistem pendidikan, dimana dalam kegiatan belajar mengajar menganut sistem sekolah pada umumnya, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari santri diatur dalam sistem asrama, dengan tata tertib dan disiplin yang baik. PPMI Assalaam memiliki unit kesantrian yang mengatur kehidupan santri diluar sekolah. Ruang lingkup kerja yang ada di kesantrian meliputi berbagai bidang yaitu bidang kajian keislaman yang memiliki wilayah kerja berupa mendesain kegiatan masjid, meningkatkan kemampuan membaca dan seni baca Al-Qur’an, bagian bimbingan bahasa berkaitan dengan pengelolaan kegiatan bahasa, bidang bimbingan asrama, pribadi, dan sosial yang memiliki tugas menata hubungan (tata krama) santri di asrama, menegakkan kedisiplinan melalui penyelesaian dan tindakan bagi yang berkasus. Mengadakan pendampingan dan perbaikan santri yang bermasalah. Bidang bimbingan bakat dan minat meliputi wilayah kerja dalam membina dan mengkoordinir kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler yang meliputi kegiatan olah raga, ketrampilan, kepramukaan, dan kesenian, sehingga diharapkan santri bisa memiliki bekal/skill. Kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan
mengurangi kejenuhan dan memberikan inovasi dalam
mengikuti kegiatan. Pondok Pesantren Assalaam memiliki asrama sebagai tempat tinggal para santri. Asrama yang ada di pondok dibagi menjadi beberapa lokal asrama yaitu kamsartra I (kamar besar putra) yang terdiri dari para santri lama yaitu tahun ke-2
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
26
santri tinggal di pondok. Kamsartra II (kamar besar putra) terdiri dari para santri baru kelas 1 MTs/MA/SMA/SMK/TKS. Kapatra (kamar empat putra) yaitu terdiri dari 4 orang santri dalam 1 kamar dengan fasilitas kamar mandi didalam, ranjang tidur, almari, cermin dinding dan meja belajar. Kagatra (kamar tiga putra) yaitu terdiri dari 3 orang santri putra dengan fasilitas sama seperti kapatra namun kamar mandi ada diluar kamar. Sedangkan untuk putri sama seperti yang ada di putra yaitu dengan nama kamsartri, kapatri dan kagatri. Santri yang tinggal di kamar khusus (kapatra/kapatri dan kagatra/kagatri) melewati seleksi khusus yang diadakan oleh pengasuh. Mereka yang tinggal di kamar khusus harus memiliki nilai akademik dan kepondokan Jayyid atau ratarata kelas minimal 7.5, memiliki akhlak yang baik (Suluk Jayyid Jiddan) dan tidak memiliki banyak catatan pelanggaran serta disyaratkan untuk menghafal minimal 3 Juz Al-Quran. Untuk kamar khusus para santri dikenakan biaya 1 tahun sebesar Rp300 000 untuk setiap tahunnya dan diperbolehkan pada tahun ke-2. Para santri baru ditempatkan di kamar besar putra maupun putri dengan maksud untuk perkenalan dan penyesuaian dengan lingkungan baru. SMA Assalaam Jenjang pendidikan yang ada di Assalaam saat ini adalah Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Madrasah Takhasusiyah, (jenjang pendidikan yang secara khusus membina santri yang telah lulus SLTP/MTs di luar pondok Assalaam, sebagai persiapan memasuki MA/SMA). Kurikulum yang dipakai adalah kurikulum Departemen Agama dan Deparemen Pendidikan Nasional serta materi pelajaran kepondokan mengacu kepada kurikulum pendidikan di Al Azhar University dan Madinah. SMA Assalaam memiliki jumlah murid sebanyak 389 anak. Jumlah murid tersebut terbagi dalam tiga tingkatan kelas. Kelas X terdiri dari 6 kelas dengan jumlah murid 137 anak. Kelas XI dengan jumlah murid 134 anak terdiri dari 6 kelas dengan 4 kelas jurusan IPA dan termasuk satu kelas unggulan dan 2 kelas jurusan IPS. Kelas XII dengan jumlah murid 118 anak terdiri dari 4 kelas dengan 2 kelas jurusan IPA dan 2 kelas jurusan IPS termasuk kelas akselerasi. Proses belajar mengajar yang diterapkan adalah proses pembelajaran dan laboratorium sebanyak 8 jam pelajaran per hari di bawah koordinasi unit sekolah.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
27
Penyelenggaraan pendidikan di samping program reguler, juga diselenggarakan kelas akselerasi untuk Madrasah Tsanawiyah dan SMA serta kelas unggulan untuk SMA kelas XI. Kelas akselerasi yaitu kelas percepatan, sedangkan kelas unggulan adalah kelas yang diharapkan dalam pembelajarannya lebih integral serta dirancang setiap pekan ada studi yang langsung praktek lapangan. Program ini sebagai upaya memperhatikan santri yang punya potensi lebih. Penyelenggaraan Makanan PPMI memiliki unit penyelenggaraan makanan yang berperan penting dalam pengadaan makanan di PPMI Assalaam. Penyelenggaraan makanan di Assalaam dilakukan di tempat khusus penyelenggaraan makanan yang biasanya di sebut dengan ”resto”. Letak bangunan resto dekat dengan asrama santri. Tujuan resto Assalaam yaitu 1) mendukung PPMI Assalaam dalam menyediakan fasilitas tata boga dan tata hidangan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan santri; 2) mengembangkan dan mengelola resto sebagai satu unit amal usaha yayasan secara profesional. Resto Assalaam memiliki visi terwujudnya resto pilihan utama bagi santri, wali santri, ustadz, ustadzah, dan masyarakat. Disamping visi, resto Assalaam memiliki filosofi, resto Assalaam harus mampu memenuhi harapan konsumen utama (santri) dengan menciptakan produk-produk makanan yang berkualitas dan layanan yang menyenagkan. Resto Assalaam dalam mewujudkan visi dan filosofinya tersebut memiliki strategi yang dijalankan yaitu 1) kepemimpinan dan managerial; 2) kualitas produk; 3) kualitas layanan; 4) pelatihan dan pengembangan; 5) pengembangan dan penelitian; dan 6) networking. Disamping strategi yang dijalankan, resto memiliki nilai-nilai inti yang dianutnya seperti 1) kualitas produk yang mengharuskan halalan toyiban; 2) higienis dan sanitasi yang terjaga; 3) keramahtamahan, kerja sama, kesungguhan serta keikhlasan pegawai (pengelola); dan 4) kepuasan konsumen. Fasilitas dapur bisa memproduksi makanan untuk melayani kebutuhan santri setiap hari yang jumlahnya mencapai 2450 santri (berdasarkan data pada bulan Juli 2007) dan pegawai, ustadz dan ustadzah yang berjumlah 400 orang. Fasilitas ruang makan yang berkapasitas 2000 orang yang terbagi menjadi dua ruangan yaitu ruang makan putra dan ruang makan putri.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
28
Penyelenggaraan
makanan
yang
dilakukan
di
Assalaam
sudah
menggunakan teknologi yang modern baik dari peralatan yang digunakan maupun cara pengolahannya dan memiliki manajemen yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan. Selain menejemen yang baik, resto Assalaam juga memiliki seorang ahli gizi sebagai konsultan terhadap menu makanan yang akan disajikan dan diusahakan dapat memenuhi kebutuhan zat gizi konsumen. Dengan perencanaan menu yang sudah diatur, resto memiliki siklus menu yang di bagi dalam tiga tipe dan berputar setiap 21 hari. Siklus menu ini digunakan untuk menghindari rasa bosan pada santri sebagai konsumen utama. Menu yang disusun ini terdiri dari makanan utama atau nasi yang dapat diambil sendiri oleh para santri, lauk, dan sayur yang akan diberikan oleh para pegawai rasto. Pemberian buah setiap dua hari sekali sedangkan susu dua kali dalam seminggu. Pengadaan bahan pangan yang dilakukan oleh resro dengan melakukan kerjasama dengan para distributor sebagai suplier tetap sedangkan untuk sayuran, resto membeli langsung kepada petani sayur yang juga sebagai suplier tetap. Pembelian bahan pangan dilakukan setiap hari dan langsung diolah tanpa ada proses penyimpanan yang melebihi sehari kecuali untuk bahan-bahan pangan yang tahan lama. Bahan-bahan yang tahan lama disimpan di ruang penyimpanan. Proses pemasakan dilakukan tiga kali, dimulai pukul 02.30-05.00 untuk makan pagi, pukul 09.00-11.30 untuk makan siang dan 15.00-17-30 untuk makan malam. Resto Assalaaam memiliki kewajiban untuk menyediakan makanan terutama para santri. Resto harus menyediakan makanan tiga kali dalam sehari yaitu makan pagi (05.30-07.00), makan siang (13.00-14.30), dan makan malam (Jum’at-Rabu: selesai sholat isya’- 20.30 dan Kamis: selesai sholat magrib - 19.30). Karakteristik Contoh Sebaran usia contoh antara 16-18 tahun, hampir separuh (40.0%) contoh putri dan lebih dari separuh (73.3%) contoh putra berada pada usia 17 tahun. Contoh yang tersebar pada usia antara 16-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan (Monks 2002). Batasan usia remaja adalah rentang usia antara 12 hingga 21 tahun. Menurut Yusuf 2007, masa remaja bertepatan dengan masa usia sekolah menengah pertama atau setingkatnya hingga memasuki perguruan tinggi. Siswa SMA Assalaam berasal dari berbagai propinsi. Sebagian besar
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
29
(76.7%) contoh baik putri maupun putra berasal dari Pulau Jawa dan lainnya berasal dari Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Contoh yang berasal dari berbagai wilayah ditempatkan di asrama bertujuan menyatukan dan mengakrabkan mereka serta bisa lebih mudah mengenal satu sama lain. Tabel 2. Sebaran contoh menurut umur dan daerah asal Kategori lingkungan Putri Putra belajar n % n % Umur (Tahun) 16 9 30.0 5 16.7 17 12 40.0 22 73.3 18 9 30.0 3 10. Jumlah 30 100.0 30 100.0 Daerah Asal Jawa 23 76.7 23 76.7 Bali 2 6.7 0 0.0 Sumatra 0 0.0 2 6.7 Kalimantan 3 10.0 4 13.3 Sulawesi 1 3.3 1 3.3 Irian Jaya 1 3.3 0 0.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0
Jumlah n
%
14 34 12 60
23.3 56.7 20.0 100.0
46 2 2 7 2 1 60
76.7 3.3 3.3 11.7 3.3 1.7 100.0
Uang saku contoh sangat bervariasi berkisar antara Rp50 000 sampai Rp500 000 per bulannya. Pengalokasian uang saku tersebut juga sangat bervariasi antara lain untuk jajan, perlengkapan sehari-hari, buku bacaan, dan tabungan. Uang saku per bulan ini tidak termasuk pengeluaran syariah atau SPP dan buku pelajaran atau lembar kegiatan siswa selama satu tahun. Buku pelajaran sekolah telah dibayar orang tua pada awal tahun ajaran baru. Uang buku berdasarkan tahun ajaran 2007/2008 sebesar Rp650 000. Sedangkan uang syariah sebesar Rp500 000 digunakan untuk keperluan operasional sekolah, uang makan, dan uang asrama. Uang saku contoh per bulan benar-benar digunakan untuk keperluan contoh. Berdasarkan Tabel 3, hampir separuh contoh putri (43.3%) lebih dari Rp300 000 dan lebih dari separuh contoh putra (60.0%) antara Rp50 000 hingga Rp200 000. Uang saku putri lebih besar bila dibandingkan dengan putra. Tabel 3. Sebaran contoh berdasarkan besarnya uang saku per bulan Putri Putra Jumlah Uang saku per bulan (x Rp 1.000) n % n % n % 50-200 6 20.0 18 60.0 24 40.0 200-350 11 36.7 10 33.3 21 35.0 300 13 43.3 2 6.7 15 25.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
30
Karakteristik Keluarga Contoh Pendidikan orang tua Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi keluarga untuk mendukung pengetahuan seseorang dalam menerima informasi yang pada akhirnya dapat membentuk perilakunya. Pendidikan orang tua contoh antara SD hingga jenjang perguruan tinggi (PT). Lebih dari separuh ayah contoh baik contoh putri (53.3%) maupun putra (73.4%) berpendidikan tamat perguruan tinggi. Demikian juga ibu contoh, lebih dari separuh (60.0%) baik ibu contoh putri maupun putra berpendidikan tamat perguruan tinggi. Sebesar 10.0% ayah dan 20.0% ibu contoh yang berpendidikan dibawah SMA. Lebih dari separuh orang tua contoh memiliki pendidikan yang tinggi (PT) dapat dikatakan bahwa contoh berasal dari orang tua yang memiliki pendidikan tinggi. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Ayah Pendidikan Orang tua
Ibu
Putri
Putra
Putri
Putra
SD SMP SMA PT
n 0 2 12 16
% 0.0 6.7 40.0 53.3
n 1 0 7 22
% 3.3 0.0 23.3 73.4
n 0 1 11 18
% 0.0 3.3 36.7 60.0
n 2 3 7 18
% 6.7 10.0 23.3 60.0
Jumlah
30
100.0
30
100.0
30
100.0
30
100.0
Pekerjaan orang tua Pekerjaan orang tua contoh di berbagai sektor pekerjaan, antara lain di bidang swasta yang bekerja sebagai karyawan swasta maupun wiraswasta, PNS, BUMN dan bahkan ada yang sudah pensiun dari pekerjaannya. Terdapat orang tua contoh yang didominasi oleh ibu contoh yang tidak memiliki pekerjaan atau sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan Tabel 5,
separuh ayah contoh putri
(50.0%) bekerja sebagai wiraswasta dan hampir separuh ayah contoh putra (40.0%) bekerja sebagai PNS. Hampir separuh ibu contoh putri (46.7%) sebagai ibu rumah tangga, dan hampir separuh ibu contoh putra (33.3%) bekerja sebagai PNS. Seluruh ayah contoh memiliki pekerjaan, hanya 1.7% yang menjadi pensiunan, dan terdapat 36.7% ibu contoh sebagai ibu rumah tangga.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
31
Tabel 5. Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Ayah Pekerjaan Orang tua Tidak bekerja PNS Pensiunan Karyawan swasta Wiraswasta BUMN Jumlah
Ibu
Putri n 0 7 0 6 15 2 30
% 0.0 23.3 0.0 20.0 50.0 6.7 100.0
Putra n 0 12 1 6 7 4 30
Putri
% 0.0 40.0 3.3 20.0 23.3 13.3
n 14 11 0 0 4 1
100.0 30
Putra
% 46.7 36.7 0.0 0.0 13.3 3.3
n 8 10 0 2 8 0
100.0 30
% 26.7 33.3 0.0 6.7 26.7 6.7 100.0
Pendapatan keluarga Pekerjaan orang tua dapat menentukan besar kecilnya penghasilan dalam keluarga. Besar pendapatan keluarga merupakan jumlah dari pendapatan ayah dan ibu. Pendapatan keluarga contoh berkisar antara 1 juta hingga lebih besar dari 5 juta. Berdasarkan Tabel 6 sebesar 30.0% pendapatan orang tua contoh putri berkisar antara 2 juta hingga 3 juta per bulan dan lebih dari 5 juta per bulan. Hampir separuh (40.0%) contoh putra memiliki orang tua dengan pendapatan berkisar antara 2 juta hingga 3 juta per bulan. Pendapatan orang tua contoh putri lebih besar bila dibandingkan orang tua contoh putra. Hal ini sesuai dengan jumlah uang saku per bulan contoh putri yang lebih besar dibanding contoh putra. Berdasarkan data yang diperoleh, besarnya pendapatan orang tua tidak bergantung pada pendidikan orang tua contoh. Hal ini terlihat dari adanya orang tua contoh yang berpendidikan tinggi namun memiliki penghasilan yang lebih rendah daripada orang tua contoh yang berpendidikan rendah. Diduga masa kerja dan jenis pekerjaan orang tua contoh berpengaruh pada jumlah pendapatan yang diperoleh. Tabel 6. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orang tua Pendapatan Orang tua Putri Putra (x Rp 1.000) n % n % 1.000-2.000 1 3.3 4 13.3 2.000-3.000 9 30.0 12 40.0 3.000-4.000 7 23.3 3 10.0 4.000-5.000 4 13.3 5 16.7 >5.000 9 30.0 6 20.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0
PDF Creator - PDF4Free v2.0
Jumlah n 5 21 10 9 15 60
% 8.3 35.0 16.7 15.0 25.0 100.0
http://www.pdf4free.com
32
Besar keluarga Jumlah anggota dalam keluarga contoh berkisar antara 4 hingga 8 orang dalam keluarga. Berdasarkan Tabel 7, baik contoh putri (60.0%) maupun putra (80.0%) memiliki keluarga sedang dengan jumlah anggota keluarga antara 5-7 orang. Menurut Suhardjo (1989), besar keluarga berkaitan langsung dengan pemenuhan kebutuhan hidup baik kebutuhan sandang, pangan, maupun papan dalam suatu keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka kebutuhan hidup juga akan semakin meningkat sehingga diperlukan suatu upaya untuk meningkatkan pendapatan agar kebutuhan hidup dalam keluarga dapat dipenuhi. Tabel 7. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Putri Putra Besar Keluarga n % n % Keluarga kecil ( 4) 12 40.0 4 13.3 Keluarga sedang (5-7) 18 60.0 24 80.0 Keluarga besar ( 8) 0 0.0 2 6.7 Jumlah 30 100.0 30 100.0
Jumlah n % 16 26.7 42 70.0 2 3.3 60 100.0
Persepsi terhadap Penyelenggaran Makanan Tabel 8 mengenai persepsi contoh terhadap penyelenggaraan makanan di pondok pesantren Assalaam yang meliputi pengetahuan mengenai sistem penyelenggaraan makanan, jenis menu makanan, tingkat kepuasan/kualitas makanan, pemenuhan zat gizi, dan kebersihan serta kesehatan makanan. Berdasarkan Tabel 8, persepsi contoh putri lebih baik bila dibandingkan dengan contoh putra. Hampir separuh contoh (46.7%) menyatakan bahwa sistem penyelenggaraan makanan di Pondok Pesantren Assalaam sudah cukup baik. Tabel 8. Sebaran contoh berdasarkan persepsi makanan di resto Assalaam Sistem Penyelenggaraan Putri Makanan n % Kurang (6.0-8.3) 7 23.3 Cukup (8.4-10.7) 13 43.4 Baik (10.8-13.1) 10 33.3 Jumlah 30 100.0
mengenai sistem penyelenggaraan Putra n 8 15 7 30
% 26.7 50.0 23.3 100.0
Jumlah n % 15 25.0 28 46.7 17 28.3 60 100.0
Penilaian daya terima makanan penting untuk mengetahui penerimaan makanan. Penilaian daya terima makanan ini meliputi warna, rasa, aroma, tekstur, dan variasi menu makanan. Penilaian dibedakan menjadi sangat tidak suka, tidak suka, suka, dan suka sekali. Berdasarkan Tabel 9 mengenai penilaian daya terima
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
33
makanan menunjukkan bahwa sebesar 36.7% contoh menyatakan penilaian yang tinggi dan sebesar 38.3% contoh menyatakan penilaian yang sedang terhadap daya terima makanan dari penyelenggaraan makanan pondok. Masih terdapat 25.0% contoh yang menyatakan penilaian yang rendah terhadap penyelenggaran makanan pondok. Penilaian daya terima makanan relatif sama antara contoh putri dan contoh putra. Tabel 9. Sebaran contoh berdasarkan daya terima makanan dari resto Putri Putra Jumlah Daya Terima Makanan n % n % n % Rendah (10.0-12.3) 4 13.3 11 36.7 15 25.0 Sedang (12.4-14.7) 9 30.0 14 46.7 23 38.3 Tinggi (14.8-17.1) 17 56.7 5 16.6 22 36.7 Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Sanjur (1982) berpendapat bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi konsumsi yaitu: 1) karakteristik individu seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pengetahuan gizi dan kesehatan; 2) karakter makanan/pangan seperti rasa, rupa tekstur, harga, tipe makanan, bentuk dan kombinasi makanan; 3) karakteristik lingkungan seperti musim, mobilitas dan tingkat sosial masyarakat. Dalam mengkonsumsi makanan, karakteristik dari makanan yang disajikan akan mempengaruhi selera makan konsumen. Kebiasaan Makan Adanya resto di PPMI Assalaam sangat membantu dan memudahkan para santri untuk memenuhi kebutuhan makanan. Adanya Resto ini akan membentuk kebiasaan makan yang baru pada para santri. Berdasarkan Tabel 10 mengenai kebiasaan makan contoh, lebih dari separuh contoh (73.3%) memiliki frekuensi makan 3 kali sehari. Contoh putra memiliki frekuensi makan yang lebih baik dan teratur bila dibandingkan dengan contoh putri. Kebiasaan sarapan contoh sudah cukup baik, lebih dari separuh contoh (66.7%) membiasakan diri untuk selalu sarapan. Kebiasaan sarapan pada contoh putra lebih baik daripada contoh putri, terlihat dengan lebih dari separuh (70.0%) contoh putra membiasakan untuk sarapan. Alasan utama yang contoh kemukakan adalah agar contoh dapat berkonsentrasi saat menerima pelajaran di sekolah dan sebagai sumber energi. Sedangkan 33.3% contoh yang hanya kadang-kadang saja untuk sarapan pagi memberikan alasan bahwa waktu yang kurang sehingga
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
34
menyebabkan mereka terlambat untuk sarapan pagi dan memilih membeli makanan jajanan pada waktu istirahat sekolah. Menurut Suhardjo (1989), makan pagi sangat penting. Oleh karena itu perlu masukan zat gizi ke dalam tubuh. Bila terjadi keterlambatan masukan zat gizi ke dalam sel darah dapat menurunkan konsentrasi dan kemampuan seseorang. Seorang pelajar yang tidak membiasakan dirinya untuk sarapan pagi, maka kemampuan fisiknya rendah dan kurangnya konsentrasi dalam menerima pelajaran. Tabel 10. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan Putri Putra Kebiasaan makan n % n % Frekuensi makan sehari 2 kali 1 3.3 0 0.0 3 kali 19 63.3 25 83.3 Tidak tentu 10 33.3 5 16.7 Jumlah 30 100.0 30 100.0 Sarapan Kadang-kadang 11 36.7 9 30.0 Selalu 19 63.3 21 70.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0 Konsumsi sayuran Tidak pernah 0 0.0 1 3.3 Kadang-kadang 14 46.7 16 53.3 Selalu 16 53.3 13 43.3 Jumlah 30 100.0 30 100.0 Konsumsi buah Kadang-kadang 25 83.3 30 100.0 Selalu 5 16.7 0 0.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0 Konsumsi susu Tidak pernah 4 13.3 1 3.3 Kadang-kadang 12 40.0 10 33.3 Selalu 14 46.7 19 63.3 Jumlah 30 100.0 30 100.0
Jumlah n
%
1 44 15 60
1.7 73.3 25.0 100.0
20 40 60
33.3 66.7 100.0
1 30 29 60
1.7 50.0 48.3 100.0
55 5 60
91.7 8.3 100.0
5 22 33 60
8.3 36.7 55.0 100.0
Berdasarkan Tabel 10 separuh contoh menyatakan hanya kadang-kadang saja mengkonsumsi sayuran, dan terdapat 48.3% contoh yang selalu mengkonsumsi sayuran. Alasan yang mereka kemukakan antara lain contoh mengkonsumsi sayuran tergantung pada menu yang disediakan oleh resto. Jika menu sesuai dengan selera, maka contoh mengkonsumsi sayuran yang disediakan, demikian juga sebaliknya. Seluruh contoh (91.7%) hanya kadang-kadang saja
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
35
mengkonsumsi buah-buahan. Contoh mengkonsumsi buah-buahan hanya jika disediakan dari pihak resto. Pihak resto hanya menyediakan buah bagi mereka dua hari sekali dalam susunan menu. Hal ini yang menyebabkan contoh hanya terkadang saja mengkonsumsi buah-buahan. Hanya sebagian kecil contoh terutama contoh putri yang membeli buah untuk dikonsumsi setiap hari. Adapun buah yang disajikan oleh resto adalah semangka, pepaya, pisang dan jeruk. Kebiasaan minum susu pada contoh cukup baik, lebih dari separuh contoh (55.0%) mengkonsumsi susu dengan frekuensi selalu yang lebih banyak terdapat pada contoh putra. Kebiasaan konsumsi susu ini juga tergantung penyediaan susu pada menu harian yang disajikan oleh resto yaitu 2 kali dalam seminggu. Namun terdapat contoh yang mengkonsumsi susu di luar menu dari resto. Hidangan atau susunan menu selain ditentukan kuantitasnya perlu juga diperhatikan kualitasnya. Kualitas ini menyangkut apakah hidangan/menu tersebut sudah mengandung unsur zat gizi yang disebutkan dalam daftar kecukupan. Perlu diketahui bahwa semua unsur zat gizi yang disebut dalam daftar kecukupan harus ada dalam hidangan yang dimakan setiap hari. Susunan hidangan yang terdiri dari nasi, lauk, sayur, dan buah memiliki nilai yang tinggi karena telah mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, yaitu makanan pokok sebagai sumber energi, lauk sebagai sumber protein dan lemak , sayur dan buah sebagai sumber vitamin dan mineral (Karyadi dan Muhilal 1995). Berdasarkan Tabel 11 mengenai kebiasaan makan contoh menunjukkan bahwa separuh contoh (50.0%) memiliki kebiasaan makan yang baik kebiasaan makan pada contoh putra lebih baik bila dibandingkan dengan contoh putri. Kebiasaan makan yang baik ini dapat tercermin dengan kebiasaan sarapan, frekuensi mengkonsumsi makanan yang menjadi sumber zat gizi seperti sayuran, buah-buahan, dan susu. Tabel 11. Sebaran contoh berdasarkan kategori kebiasaan makan Putri Putra Kebiasaan Makan n % n % Kurang (8.0-10.3) 7 23.3 3 10.0 Cukup (10.4-12.7) 9 30.0 11 36.7 Baik (12.8-14.1) 14 46.7 16 53.3 Jumlah 30 100.0 30 100.0
PDF Creator - PDF4Free v2.0
Jumlah n % 10 16.7 20 33.3 30 50.0 60 100.0
http://www.pdf4free.com
36
Golongan remaja umumnya mempunyai nafsu makan yang baik, sehingga sering mencari makanan tambahan atau jajan di luar waktu makan (RSCM dan Persagi 1988 dalam Camelia 2002). Kebiasaan makan pada contoh tidak terbatas pada penyelenggaraan makanan yang disediakan oleh resto saja. Contoh juga memiliki kebiasaan jajan yang terbentuk selama contoh tinggal di pesantren. Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar (90.0%) contoh putri dan putra memiliki kebiasaan jajan dengan frekuensi kadang-kadang. Kebiasaan jajan yang contoh lakukan
untuk
memenuhi
kebutuhannnya
terhadap
makanan,
contoh
mengkonsumsi makanan jajanan yang berasal dari luar resto. Kebiasaan jajan ini terbatas pada uang jajan contoh per bulannya. Tempat membeli makanan jajanan tersebut antara lain kantin dan koperasi yang berada di lingkungan pesantren. Contoh juga tidak diperbolehkan untuk jajan di luar lingkungan pesantren kecuali saat contoh mendapat ijin untuk keluar komplek sesuai dengan waktu yang ditentukan Berdasarkan Tabel 12, sebagian besar contoh (90.0%) baik contoh putri maupun putra memiliki frekuensi jajan kadang-kadang. Contoh putri lebih memilih nasi, gorengan dan roti sebagai makanan jajanan. Sedangkan contoh putra lebih memilih gorengan, roti dan mie. Waktu yang digunakan contoh untuk jajan yaitu waktu istirahat sekolah ataupun waktu istirahat pondok. Tabel 12. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan jajan dan jenis makanan jajanan Putri Putra Jumlah Variabel n % n % n % Kebiasaan Makan Makanan jajanan Kadang-ladang 27 90.0 27 90.0 54 90.0 Selalu 3 10.0 3 10.0 6 10.0 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah Jenis makanan yang dikonsumsi Gorengan 6 20.0 8 26.7 14 23.3 Snack 4 13.3 5 16.7 9 15.0 Biskuit 4 13.3 1 3.3 5 8.3 Roti 5 16.7 8 26.7 13 21.7 Mie 3 10.0 7 23.3 10 16.7 Nasi 8 26.7 1 3.3 9 15.0 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
37
Konsumsi Pangan Konsumsi pangan contoh sebagian besar bersumber dari penyelenggaraan makanan yang ada di pondok pesantren. Konsumsi energi, protein, vitamin A, vitamin C, kalsium dan zat besi contoh sebagian besar diperoleh dari penyelenggaraan makanan di pondok pesantren. Rata-rata AKG energi individu contoh 2294 kkal contoh putri dan 2327 kkal contoh putra. Sedangkan rata-rata AKG protein individu adalah 57.3 g contoh putri dan 58.2 g contoh putra. Ratarata AKG zat gizi individu yang lain seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, dan zat besi sesuai dengan angka yang tercantum di dalam daftar AKG 2004 yang disesuaikan dengan jenis kelamin dan kelompok umur. Analisis kandungan zat gizi dari makanan yang dikonsumsi yang kemudian dibandingkan dengan standar atau AKG yang dianjurkan guna mencapai suatu tingkat gizi dan kesehatan yang optimal (Suhardjo 1989). Tabel 13 Angka kecukupan gizi, konsumsi, tingkat konsumsi, dan sumbangan konsumsi pangan dari pondok. Zat Gizi
AKG
Konsumsi pondok
Konsumsi luar pondok
Total Konsumsi
Sumbangan pondok (%)*
Tingkat Konsumsi (%)
Putri Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Zat Besi (mg)
2200 55 600 75 1000 26
1665 55.4 550 20.9 825.9 18.2
360 10.8 34.5 5.0 82.6 3.2
2025 66.2 584.5 25.9 908.5 21.7
82.2 83.7 94.1 80.6 90.9 83.8
96.4 127.9 97.4 34.5 90.8 83.5
Putra Energi (kkal) Protein (g) Vitamin A (RE) Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Zat Besi (mg)
2600 65 600 90 1000 15
1980 71.6 495 18.2 1125 24.2
239 6.3 0.8 1.8 58.8 2.3
2219 77.9 495.8 20.0 1183.8 26.5
89.2 91.9 99.8 91.0 95.1 91.3
90.5 126.4 82.6 22.3 118.4 176.9
* Terhadap total konsumsi
Berdasarkan Tabel 13 penyelenggaraan makanan pondok pesantren memberikan sumbangan yang cukup besar pada konsumsi pangan dan zat gizi contoh. Persentase sumbangan dari penyelenggaraan makanan pondok pada contoh putra lebih besar bila dibandingkan dengan contoh putri. Kebutuhan protein tubuh sesuai dengan AKG sudah dapat dipenuhi oleh konsumsi pangan dari pondok. Meskipun sumbangan dari pondok cukup besar, namun belum bisa mencukupi kebutuhan zat gizi contoh sesuai dengan AKG yang dianjurkan. Hal
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
38
ini terlihat pada konsumsi energi, vitamin A dan vitamin C pada contoh putri dan putra yang masih rendah atau defisit. Tingkat konsumsi vitamin C pada contoh putri (34.5%) dan contoh putra (22.3%) masih jauh dari angka normal ( 77%). Contoh perlu menambah konsumsi pangan sumber vitamin C terutama buahbuahan agar dapat mencapai angka normal dari tingkat konsumsi vitamin C. Berdasarkan data pada Tabel 14, lebih dari separuh contoh (51.7%) memiliki tingkat konsumsi energi normal yaitu 90%-119% dengan rata-rata konsumsi energi contoh 2122 kkal. Jumlah contoh putri dan putra yang memiliki tingkat konsumsi energi normal tidak berbeda jauh. Terdapat contoh dalam keadaan defisit konsumsi energi (10.0%) tingkat berat, (15.0%) tingkat sedang dan (16.7%) tingkat ringan. Lebih dari separuh contoh (53.3%) konsumsi protein diatas kecukupan dengan rata-rata konsumsi protein contoh 72 g. Terdapat contoh dalam keadaan defisit konsumsi protein (10.0%) tingkat berat, (6.7%) tingkat sedang dan (10.0%) tingkat ringan. Keadaan defisit protein didominasi contoh putri. Lebih dari separuh contoh (53.3%) termasuk tingkat konsumsi vitamin A normal dengan rata-rata konsumsi vitamin A 540 RE. Sebagian besar contoh (96.7%) defisit konsumsi vitamin C dengan rata-rata konsumsi vitamin C 22.9 mg. Seluruh contoh putra berada pada keadaan defisit konsumsi vitamin C. Hal ini dikarenakan kurangnya konsumsi buah pada contoh. Terlihat juga pada Tabel 10 yang menyatakan bahwa seluruh contoh putra mengkonsumsi buah pada frekuensi kadang-kadang. Mengingat buah merupakan pangan yang penting sebagai sumber vitamin terutama vitamin C. Maka konsumsi buah-buahan sebaiknya perlu ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Lebih dari separuh contoh (56.7%) termasuk tingkat konsumsi kalsium normal dengan rata-rata konsumsi 1046.1 mg. Lebih dari separuh (53.3%) contoh putri berada pada keadaan defisit kalsium. Kalsium sangat penting untuk menunjang proses pertumbuhan terutama bagi masa remaja. Lebih dari separuh contoh (65.0%) termasuk tingkat konsumsi zat besi normal dengan rata-rata konsumsi 24.1 mg. Namun terdapat lebih dari separuh contoh putri (53.3%) defisit terhadap konsumsi zat besi. Hal ini perlu diperhatikan mengingat remaja mempunyai resiko tinggi menderita anemia gizi besi terutama pada masa remaja.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
39
Remaja putri terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan menstruasi. Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan zat gizi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran contoh berdasarkan tingkat konsumsi energi dan zat gizi Putri Putra Jumlah Tingkat Konsumsi Zat Gizi n % n % n % Tingkat konsumsi energi Defisit Tingkat berat (<70%) 2 6.7 4 13.3 6 10.0 Defisit Tingkat sedang (70-79%) 5 16.7 4 13.3 9 15.0 Defisit tingkat ringan (80-89%) 4 13.3 6 20.0 10 16.7 Normal (90-119%) 16 53.3 15 50.0 31 51.7 Diatas Kecukupan ( 120%) 3 10.0 1 3.3 4 6.7 Rata-rata konsumsi energi 2122 kkal Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Tingkat konsumsi protein Defisit Tingkat berat (<70%) 4 13.3 2 6.7 6 10.0 Defisit Tingkat sedang (70-79%) 3 10.0 1 3.3 4 6.7.0 Defisit tingkat ringan (80-89%) 3 10.0 3 10.0 6 10.0 Normal (90-119%) 6 20.0 6 20.0 12 20.0 Diatas Kecukupan ( 120%) 14 46.7 18 60.0 32 53.3 Rata-rata konsumsi protein 72 g 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah Tingkat konsumsi vitamin A Defisit (<77%) 13 43.3 15 50.0 28 46.7 Normal ( 77%) 17 56.7 15 50.0 32 53.3 Rata-rata konsumsi vitamin A 540 RE 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah Tingkat konsumsi vitamin C Defisit (<77%) 28 93.3 30 100.0 58 96.7 Normal ( 77%) 2 6.7 0 0.0 2 3.3 Rata-rata konsumsi vitamin C 22.9 mg 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah Tingkat konsumsi kalsium Defisit (<77%) 16 53.3 10 33.3 26 43.3 Normal ( 77%) 14 46.7 20 66.7 34 56.7 Rata-rata konsumsi kalsium 1046.1 mg 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Jumlah Tingkat konsumsi besi Defisit (<77%) 16 53.3 5 16.7 21 35 Normal ( 77%) 14 46.7 25 83.3 39 65 Rata-rata konsumsi besi 24.1 mg 30 100 30 100 60 100 Jumlah Tingkat konsumsi adalah perbandingan antara konsumsi zat gizi dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Perhitungan tingkat konsumsi zat gizi
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
40
khusus untuk energi dan protein memperhitungkan berat badan aktual contoh yang dibandingkan dengan berat badan standar yang terdapat dalam AKG (Hardinsyah & Briawan 1994). Menurut Khumaidi (1989), mengatakan bahwa dalam perhitungannya konsumsi pangan lebih ditekankan pada kebutuhan energi dan protein. Sebab apabila kebutuhan akan energi dan protein sudah terpenuhi maka kebutuhan zat gizi lainnya akan mudah untuk dipenuhi dari makanan seharihari yang seimbang. Status Gizi Berdasarkan Tabel 15, sebagian besar contoh (75.0%) termasuk dalam status gizi normal. Jumlah yang sama (6.7%) dimiliki contoh putra dan putri untuk status gizi risiko gemuk dan gemuk. Masih terdapat 11.6% contoh yang memiliki status gizi kurus. Status gizi kurus pada contoh putra lebih banyak bila dibandingkan dengan contoh putri. Ukuran tubuh merupakan refleksi dari status gizi seseorang dan keadaan pertumbuhan dapat digunakan untuk menilai gangguan pertumbuhan dan keadaan kurang gizi. Keadaan pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan masalah konsumsi energi dan protein (Setiawan 1994 dalam Salmawati 2006). Tabel 15. Sebaran contoh berdasarkan status gizi Putri Status Gizi Antropometri n % Kurus (IMT<18.5) 2 6.7 Normal (IMT 18.5-24.9) 24 80.0 Risiko Gemuk (IMT 25.0-26.9) 2 6.7 Gemuk (IMT >26.9) 2 6.7 Jumlah 30 100.0
Putra n 5 21 2 2 30
% 16.6 70.0 6.7 6.7 100.0
Jumlah n % 7 11.6 45 75.0 4 6.7 4 6.7 60 100.0
Pola Belajar Pola belajar yang diteliti meliputi kebiasaan belajar dan frekuensi belajar contoh. Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan sebesar 53.4% contoh putri dan 40.0% contoh putra memiliki pola belajar yang baik. Sebesar 50.0% contoh putra dan 33.3% contoh putri memiliki pola belajar yang cukup. Secara umum pola belajar contoh putri lebih baik bila dibandingkan dengan contoh putra. Pola khas yang dikembangkan oleh seorang siswa dalam menghadapi tugas-tugas belajarnya, atau cara-cara yang digunakan dalam menghadapi tugas mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Pola belajar setiap
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
41
siswa berbeda satu sama lainnya. Seorang siswa agar dapat belajar dengan efesien perlu memiliki pola belajar yang baik. Sebaran contoh berdasarkan kategori pola belajar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran contoh berdasarkan kategori pola belajar Kategori Pola Belajar Putri Putra n % n % Kurang (44.0-49.6) 4 13.3 3 10.0 Cukup (49.7-55.3) 10 33.3 15 50.0 Baik (55.4-61.0) 16 53.4 12 40.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0
Jumlah n % 7 11.7 25 41.7 28 46.6 60 100.0
Lingkungan Belajar Salah satu faktor yang diduga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar contoh adalah kondisi lingkungan belajar contoh. Lingkungan belajar yang diteliti meliputi keadaan pencahayaan atau penerangan, ketenangan ruang belajar, keadaan suhu, ventilasi ruangan, kerapihan penataan ruang dan alat, dan kenyamanan ruang belajar. Disamping lingkungan fisik baik di sekolah maupun di asrama, lingkungan pergaulan contoh juga termasuk dalam lingkungan belajar. Berdasarkan Tabel 17 lebih dari separuh contoh putri (53.3%) dan contoh putra (73.3%) menyatakan penilaian terhadap lingkungan belajar adalah cukup. Penilaian lingkungan belajar terdiri dari lingkungan fisik di sekolah dan di asrama, serta lingkungan pergaulan contoh. Penilaian lingkungan belajar tidak terbatas hanya pada lingkungan sekolah dikarenakan lingkungan tempat tinggal dan lingkungan pergaulan contoh yang terbatas dan merupakan bagian dari lingkungan belajar contoh. Tabel 17. Sebaran contoh berdasarkan kategori lingkungan belajar Kategori Lingkungan Putri Putra Jumlah Belajar n % n % n % Kurang (20-26.3) 6 20.0 4 13.3 10 16.7 Cukup (26.4-32.7) 16 53.3 22 73.3 38 63.3 Baik (32.8-39.1) 8 26.7 4 13.3 12 20.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Kategori lingkungan belajar atau penilaian lingkungan belajar pada contoh berbeda-beda meskipun contoh tinggal di lingkungan yang sama atau lingkungan pondok. Pebedaan ini terletak pada lingkungan asrama yang menjadi tempat tinggal contoh. Contoh terbagi menjadi dua lingkungan asrama yaitu asrama dengan kamar bersama dan asrama dengan kamar khusus (kapatri/kapatra).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
42
Perbedaan dari dua lingkungan itu terletak pada jumlah siswa dalam satu kamar dan fasilitas belajar yang ada di kamar. Jumlah penghuni pada kamar bersama, dalam satu kamar dihuni lebih dari lima orang siswa, sedangkan kapatri/kapatra dihuni empat orang siswa dalam satu kamar. Selain itu, fasilitas belajar di kamar bersama tidak ada sedangkan di kapatri/kapatra kamar dilengkapi dengan meja belajar. Sehingga hal ini menjadi penilaian yang berbeda terhadap lingkungan belajar contoh meskipun contoh berada pada lingkungan yang sama atau pondok. Keterangan yang diperoleh dari pihak pondok menyatakan bahwa lingkungan asrama contoh memang tidak dikondisikan untuk melakukan kegiatan belajar. Hal ini dikarenakan adanya peraturan yang mengharuskan contoh melakukan segala bentuk kegiatan belajar di ruang belajar yaitu ruang kelas. Lama contoh tinggal di pondok pesantren berbeda-beda walaupun contoh pada tingkatan kelas yang sama. Sebagian besar contoh putri (80.0%) dan lebih dari separuh contoh putra (73.3%) tinggal di pondok selama 5 tahun. Contoh yang tinggal di Pondok selama 5 tahun sejak contoh bersekolah di MTs. Sedangkan contoh yang tinggal selama 2 tahun, masuk ke pondok sejak contoh SMA dan contoh yang tinggal selama 3 tahun sejak contoh Madrasah Takhasusiyah, (jenjang pendidikan yang secara khusus membina santri yang telah lulus SLTP/MTs di luar pondok Assalaam, sebagai persiapan memasuki MA/SMA). Sebaran contoh berdasarkan lama tinggal di pondok dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Sebaran contoh berdasarkan lama tinggal di pondok pesantren Putri Putra Jumlah Lama Tinggal n % n % n % 2 tahun 2 6.7 5 16.7 7 11.7 3 tahun 4 13.3 3 10.0 7 11.7 5 tahun 24 80.0 22 73.3 46 76.6 Jumlah 30 100 30 100 60 100 Lamanya contoh tinggal di pondok pesantren akan mempengaruhi mudah tidaknya contoh beradaptasi dengan lingkungan. Semakin lama contoh tinggal di pondok pesantren akan membuat contoh semakin mudah untuk beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren. Fasilitas Belajar Fasilitas belajar yang memadai memungkinkan siswa-siswi dapat belajar dengan baik, sehingga memungkinkan siswa-siswi mencapai prestasi belajar yang
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
43
baik pula. Pemanfaatan fasilitas belajar yang ada dapat mengoptimalkan belajar contoh. Hampir separuh (46.7%) contoh menggunakan fasilitas belajar yang ada hanya kadng-kadang saja. Contoh putra lebih bisa memanfaatkan fasilitas belajar yang ada bila dibandingkan dengan contoh putri. Kategori kelengkapan fasilitas belajar yang meliputi ketersediaan peralatan belajar, buku catatan dan buku pelajaran yang dimiliki, fasilitas belajar di sekolah, ruang praktek, perpustakaan dan peralatan tulis pribadi serta fasilitas belajar di asrama. Berdasarkan Tabel 19, lebih dari separuh contoh (56.7%) baik putri maupun putra tergolong cukup. Kategori kurang pada kelengkapan fasilitas belajar lebih banyak contoh putra bila dibandingkan dengan contoh putri. Terdapat perbedaan fasilitas belajar yang dimiliki oleh contoh. Perbedaan tersebut terletak pada perbedaan kamar hunian yang memiliki fasilitas belajar dan tidak memiliki fasilitas belajar. Contoh yang berada di kamar khusus memiliki fasilitas yang lebih lengkap bila dibandingkan dengan contoh yang tinggal di kamar bersama. Seperti telah disebutkan bahwa kamar khusus dilengkapi dengan fasilitas belajar yang tidak terdapat pada contoh yang tinggal di kamar bersama. Tabel 19. Sebaran contoh berdasarkan penggunaan dan kategori fasilitas belajar Putri Putra Jumlah Variabel n % n % n % Penggunaan fasilitas belajar di asrama Tidak pernah 13 43.3 10 33.3 23 38.3 Kadang-kadang 11 36.7 17 56.7 28 46.7 Selalu 6 20.0 3 10.0 9 15.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Kategori Kelengkapan Fasilitas belajar Kurang (8-10.6) 1 3.3 3 10.0 4 6.6 Cukup (10.7-13.3) 12 40.0 10 33.3 22 36.7 Lengkap (13.4-16) 17 56.7 17 56.7 34 56.7 Jumlah 30 100.0 30 100.0 60 100.0 Kelengkapan fasilitas untuk pendidikan merupakan hal yang selalu dituntut dari sebuah institusi pendidikan seperti sekolah dan pondok pesantren. Minimnya fasilitas belajar dari sebuah institusi pendidikan dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Sebagaimana dikemukakan oleh Darman (1984) dalam Andriani (2003) bahwa salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar adalah tersedianya fasilitas belajar yaitu perlengkapan belajar. Selanjutnya
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
44
dinyatakan bahwa kebutuhan dan perlengkapan yang kurang terpenuhi dapat membawa akibat yang negatif, misalnya siswa tidak dapat belajar dengan baik sehingga sulit untuk mendapatkan prestasi yang baik. Prestasi Belajar Prestasi belajar dalam penelitian ini diperoleh dari rata-rata nilai rapot dan nilai ulangan harian dari mata pelajaran Matematika, Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab. Prestasi belajar dibagi menjadi empat kategori berdasarkan rata-rata nilai rapot. Berdasarkan rata-rata nilai tersebut labih dari separuh contoh putri (63.3%) dan contoh putra (80.0%) termasuk dalam prestasi belajar yang lebih dari cukup. Pada penelitian ini tidak ditemukan contoh dengan kategori kurang. Tabel 20. Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar Putri Putra Kategori Prestasi belajar n % n % Cukup (nilai = 60-69) 4 13.3 3 10.0 Lebih dr cukup (nilai = 70-79) 19 63.3 24 80.0 Baik (nilai = >80) 7 23.3 3 10.0 Jumlah 30 100.0 30 100.0
Jumlah n 7 43 10 60
% 11.7 71.7 16.6 100.0
Pretasi belajar merupakan salah satu ukuran dari tingkat kecerdasan anak. Prestasi belajar siswa dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Menurut Soemantri (1978) dalam Andriani (2003), skor prestasi belajar merupakan hasil yang diwujudkan dalam bentuk angka. Menurut Winkel 1996 untuk mengetahui apakah terjadi perubahan pada murid sebagai akibat belajar dan seberapa besar perubahan yang terjadi maka dilakukan evaluasi belajar. Manfaat yang dapat diperoleh melalui pengukuran hasil belajar atau prestasi belajar antara lain untuk mengetahui apakah proses belajar telah berlangsung secara efektif atau belum (Crow & Crow 1980 dalam Andriani 2003). Seorang siswa dapat dikatakan sukses di sekolah tanpa mengalami kesulitan belajar yang dapat mempengaruhi nilai prestasinya di sekolah, sehingga prestasi belajar yang bagus dan memuaskan pun dapat tercapai. Berdasarkan kategori masing-masing mata pelajaran, contoh tersebar pada kategori cukup, lebih dari cukup, dan baik. Hanya terdapat tiga orang contoh atau 5.0% yang berada pada kategori kurang yaitu pada mata pelajaran Bahasa Arab.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
45
Namun lebih dari separuh contoh (63.3%) berada pada kategori baik untuk mata pelajaran yang sama. Hal ini dikarenakan faktor intern dari contoh. Seperti sulitnya untuk menghafal kata-kata ataupun tata bahasa dalam Bahasa Arab. Tabel 21. Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar setiap mata pelajaran Mata Pelajaran Matematika Kimia Fisika Biologi Bahasa Inggris Bahasa Indonesia Bahasa arab
Nilai Kurang n %
3
5
Nilai Cukup n 17 19 27 3 26
% 28.3 31.7 45.0 5.0 43.3
8
13.3
Nilai Lebih dari Cukup n % 33 55.0 22 36.7 24 40.0 41 68.3 24 40.0 36 60.0 11 18.3
Nilai Baik n 10 19 9 16 10 24 38
% 16.7 31.7 15.0 26.7 16.7 40.0 63.3
Jumlah n 60 60 60 60 60 60 60
% 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Hubungan antar Variabel Hubungan Status Gizi dan Konsumsi Makanan Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa konsumsi energi, dan konsumsi protein contoh berhubungan sangat nyata dengan status gizi contoh. Hubungan yang sangat nyata tersebut dapat dilihat dari angka yang signifikan antar variabel, konsumsi energi (r= 0.505, p=0.000), konsumsi protein (r= 0.560, p=0.000). Menurut Suhardjo (1989), pangan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air yang berguna untuk kelangsungan hidup. Apabila kebutuhan energi dan protein sudah dapat tercukupi melalui makanan sehari-hari yang seimbang, maka kecukupan, lemak, vitamin, dan mineral tidak akan menjadi masalah lagi. Secara otomatis keperluan akan zat gizi akan dipenuhi dari makanan sehari-hari yang seimbang. Hubungan antar Variabel yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar contoh. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa lingkungan belajar, kelengkapan fasilitas belajar, pola belajar dan status gizi contoh berhubungan dengan prestasi belajar. Hubungan antar variabel tersebut dapat dilihat pada Tabel 22.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
46
Tabel 22. Sebaran korelasi spearman antar variabel yang mempengaruhi prestasi belajar Status Pola Lingkungan Fasilitas Prestasi Variabel Gizi Belajar Belajar Belajar Belajar Status Gizi 1.000 Pola Belajar 0.501** 1.000 Lingkungan Belajar 0.644** 0.262* 1.000 Fasilitas Belajar 0.437** 0.590** 0.402** 1.000 Prestasi Belajar 0.853** 0.496** 0.728** 0.534** 1.000 Keterangan: * : signifikan pada taraf p<0.05
** : signifikan pada taraf p<0.01
Hubungan Prestasi Belajar dan Status Gizi Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 23) contoh dengan status gizi normal lebih dari separuh contoh (66.7%) termasuk dalam prestasi belajar lebih dari cukup dan sebesar 22.2% contoh termasuk dalam prestasi belajar yang baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang sangat nyata antara status gizi dengan prestasi belajar (r=0.853, p=0.000). Semakin baik status gizi contoh akan semakin baik pula prestasi belajarnya. Tabel 23. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan status gizi. Status Gizi Risiko Prestasi Belajar Kurus Normal Gemuk Gemuk n % n % n % n % Cukup 1 14.3 5 11.1 0 0.0 1 25.0 Lebih dari cukup 6 85.7 30 66.7 4 100.0 3 75.0 Baik 0 0.0 10 22.2 0 0.0 0 0.0 Jumlah 7 100.0 45 100.0 4 100.0 4 100.0
Jumlah n 7 43 10 60
% 11.7 71.7 16.6 100.0
Menurut Soewondo dkk 1971 diacu dalam Mursidah 1991, menunjukkan bahwa gizi kurang berpengaruh pada kemampuan anak dan dapat mengakibatkan perhatian dan konsentrasi belajar menurun. Anak yang menderita gizi kurang akan tertinggal dalam belajar, kurang gesit dalam bergaul dengan sesama temannya atau kurang tanggap atas kejadian di lingkungan sekitarnya. Gizi yang baik akan sangat membantu dalam meningkatkan kesehatan anak. Menurut Gani 1984 diacu dalam Mursidah 1991, zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan berperan dalam perkembangan bobot fisik (besar badan), perkembangan mental dan intelektual serta produktivitas. Kekurangan gizi menyebabkan seseorang sering terserang penyakit, kurang motivasi, bereaksi lambat, apatis sehingga prestasi belajarpun berkurang.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
47
Hubungan Prestasi Belajar dan Pola Belajar Pretasi belajar merupakan salah satu ukuran dari tingkat kecerdasan seseorang. Prestasi belajar siswa juga dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Seorang siswa dapat dikatakan sukses di sekolah tanpa mengalami kesulitan belajar yang dapat mempengaruhi nilai prestasinya di sekolah, sehingga prestasi belajar yang bagus dan memuaskan pun dapat tercapai. Berdasarkan tabulasi silang (Tabel 24) dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara pola belajar dengan prestasi belajar. Sebesar 92.0% contoh yang memiliki pola belajar cukup juga memiliki prestasi belajar lebih dari cukup. Sebesar 28.6 % contoh yang memiliki pola belajar baik juga memiliki prestasi yang baik pula. Pola belajar mempunyai peranan penting dalam menentukan prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil tabulasi silang (Tabel 24) dapat dilihat bahwa adanya hubungan antara pola belajar dengan prestasi belajar. Pola belajar contoh memiliki hubungan yang sangat nyata dengan prestasi belajar contoh (r=0.496, p=0.000). Semakin baik pola belajar contoh semakin baik pula prestasi belajarnya. Contoh yang memiliki pola belajar cukup dan baik memiliki prestasi belajar lebih dari cukup dan prestasi belajar baik. Tabel 24. Sebaran contoh menurut prestasi belajar dan pola belajar. Pola Belajar Prestasi Belajar Cukup Lebih dari cukup Baik Jumlah
Kurang n % 6 85.7 1 14.3 0 0.0 7 100.0
Cukup n % 0 0.0 23 92.0 2 8.0 25 100.0
Jumlah Baik n 1 19 8 28
% 3.6 67.8 28.6 100.0
n 7 43 10 60
% 11.7 71.7 16.6 100.0
Hubungan Prestasi Belajar dan Lingkungan Belajar Berdasarkan Tabel 25 lingkungan belajar contoh yang semakin baik akan memberikan pengaruh yang semakin baik pula terhadap prestasi belajar contoh. Lebih dari separuh (92.1%) contoh yang termasuk dalam lingkungan belajar dengan kategori cukup memiliki prestasi belajar yang lebih dari cukup. Sebesar 75.0% contoh yang memiliki lingkungan belajar dengan kategori baik juga memiliki prestasi belajar yang baik pula.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
48
Tabel 25. Sebaran contoh berdasarkan prestasi belajar dan lingkungan belajar Lingkungan belajar Prestasi Belajar Cukup Lebih dari cukup Baik Jumlah
Kurang n % 5 50.0 5 50.0 0 0.0 10 100.0
Cukup n % 2 5.3 35 92.1 1 2.6 38 100.0
Jumlah Baik n 0 3 9 12
% 0.0 25.0 75.0 100.0
n 7 43 10 60
% 11.7 71.7 16.6 100.0
Lingkungan tempat tinggal seseorang akan sangat memberikan pengaruh terhadap orang yang tinggal pada lingkungan tersebut. Lingkungan belajar yang dimaksudkan sebagai situasi atau suasana tempat seseorang berada dan belajar (Thanthowi 1991). Lingkungan belajar akan mempengaruhi seseorang dalam membentuk suatu pola belajar yang akan digunakan untuk mencapai prestasi belajar. Lingkungan yang nyaman akan memberikan ketenangan bagi yang tinggal di sekitarnya dan sebaliknya lingkungan yang tidak nyaman akan membawa dampak yang kurang baik terhadap masyarakat di sekitarnya (Slamet 1991). Lingkungan belajar yang mendukung terselenggaranya kegiatan belajar mengajar sangat diharapkan sehingga memungkinkan seseorang belajar dengan baik dan mencapai prestasi yang baik pula. Lingkungan belajar yang baik didukung dengan kelengkapan fasilitas belajar yang baik pula. Lingkungan belajar yang baik yang dinilai dari lingkungan fisik maupun non fisik serta fasilitas belajar yang lengkap, akan memberikan pola belajar yang baik bagi contoh. Sehingga akan mendukung contoh untuk mencapai prestasi yang baik. Lingkungan tempat tinggal seseorang akan sangat memberikan pengaruh terhadap orang yang tinggal pada lingkungan tersebut (Slamet 1991). Berdasarkan Tabel 25 lingkungan belajar contoh yang semakin baik akan memberikan pengaruh yang semakin baik pula terhadap prestasi belajar contoh. Lingkungan belajar contoh berhubungan sangat nyata terhadap prestasi belajar contoh (r=0.728, p=0.000). Hubungan Prestasi Belajar dan Fasilitas Belajar Terlihat pada Tabel 26 bahwa contoh yang memiliki fasilitas belajar yang baik atau lengkap memiliki prestasi belajar lebih dari cukup dan prestasi belajar yang baik. Semakin baik atau lengkap fasilitas belajarnya memungkinkan contoh untuk memiliki prestasi belajar yang semakin baik pula. Hal ini karena fasilitas
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
49
belajar akan mendukung keberhasilan dalam belajar. Sebesar 67.6% contoh yang memiliki fasilitas belajar baik juga memiliki prestasi belajar lebih dari cukup. Terdapat 29.5% contoh yang memiliki fasilitas belajar dengan kategori baik juga memiliki prestasi belajar dengan kategori baik pula. Fasilitas belajar contoh berhubungan sangat nyata dengan prestasi belajar contoh (r=0.534, p=0.000). Tabel 26. Sebaran contoh prestasi belajar dan fasilitas belajar Fasilitas Belajar Prestasi Belajar Cukup Lebih dari cukup Baik Jumlah
Kurang n % 4 100.0 0 0.0 0 0.0 4 100.0
Cukup n % 2 9.1 20 90.9 0 0.0 22 100.0
Jumlah Baik n 1 23 10 34
% 2.9 67.6 29.5 100.0
n 7 43 10 60
% 11.7 71.7 16.6 100.0
Fasilitas belajar yang memadai merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar seseorang. Fasilitas belajar yang kurang lengkap akan mengakibatkan pola belajar seseorang kurang baik dalam pelaksanaannya yang akan mengganggu dalam pencapaian prestasi belajar. Sehingga fasilitas belajar yang baik akan mendukun pencapaian prestasi belajar yang baik pula. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Analisis Regresi Linier berganda digunakan untuk melihat faktor –faktor yang mempengaruhi prestasi belajar contoh. Analisis tersebut menunjukkan bahwa sebesar 0.810% (R2= 0.810) variabel tak bebas prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh status gizi (p=0.000), fasilitas belajar (p=0.015), dan lingkungan belajar (p=0.000) sedangkan pola belajar (p=0.002) tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Tabel 27. Analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Koefisien Regresi Variabel Sig B ß Konstanta 0.821 0.000 Pola Belajar 0.045 0.058 0.498 Status Gizi 0.570 0.554 0.000** Fasilitas Belajar 0.142 0.166 0.047* Lingkungan Belajar 0.243 0.277 0.001** 2 Nilai R 0.810 Nilai R2 adjusted 0.793 Keterangan:
PDF Creator - PDF4Free v2.0
*: signifikan pada taraf p<0.05
**: signifikan pada taraf p<0.01
http://www.pdf4free.com
50
Berdasarkan Tabel 27 menunjukkan bahwa pola belajar contoh tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar contoh (p=0,498). Pola belajar contoh tidak mempengaruhi prestasi belajar contoh. Hal ini dikarenakan pola belajar yang meliputi kebiasaan belajar dan frekuensi belajar contoh kurang efektif. Sehingga perlu adanya perbaikan terhadp pola belajar yang meliputi kebiasaan belajar dan frekuensi belajar. dengan adanya perbaikan terhadap pola belajar diharapkan dapat mempengaruhi dan memperbaiki prestasi belajar contoh yang sudah ada. Status gizi contoh berpengaruh sangat nyata (p=0.000) dengan prestasi belajar contoh. Menurut Karyadi 1996, keadaan gizi merupakan nilai mutu sumberdaya manusia dan berpengaruh terhadap perkembangan fisik mental, serta sosial yang berimplikasi antara lain pada tinggi badan, kecerdasan, kemampuan kognitif dan ketahanan nasional serta mempengaruhi daya tahan tubuh yang berimplikasi terhadap prestasi belajar. Status gizi yang baik akan berpengaruh baik pula terhadap keberhasilan dalam prestasi belajar. Demikian juga sebaliknya, keadaan status gizi yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik pula terhadap keberhasilan dalam prestasi belajar seseorang. Kelengkapan fasilitas contoh memberikan pengaruh yang nyata (p=0.047) terhadap prestasi belajar contoh. Fasilitas belajar yang memadai memungkinkan seseorang dapat belajar dengan baik, sehingga mencapai prestasi belajar yang baik pula. Sebagaimana dikemukakan oleh Darman (1984) dalam Andriani (2003) bahwa salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar adalah tersedianya fasilitas belajar. Kelengkapan fasilitas belajar akan mempermudah dan memperlancar contoh untuk belajar dan memahami pelajaran. Lingkungan belajar dalam hal ini adalah lingkungan pesantren yang terdiri dari sekolah dan asrama serta lingkungan pergaulan contoh. Lingkungan memberikan pengaruh sangat nyata (p=0.001) terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai prestasi yang optimal. Lingkungan yang mendukung terselenggaranya proses belajar dan mengajar akan menciptakan prestasi belajar yang baik. Sebaliknya, lingkungan belajar yang kurang mendukung akan menjadi penghambat bagi terselenggaranya kegiatan belajar mengajar.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
51
Terdapatnya faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain adalah : (1) Faktor yang berasal dari pihak siswa, misalnya faktor fisiologis, kemampuan belajar, kebiasaan, bakat, sikap, minat, motivasi, emosi, penyesuaian diri, keadaan sosial, dukungan orang tua, hubungan dengan keluarga, dan keadaan fisik, pengaturan waktu, kegiatan atau kepengurusan dalam organisasi yang diikuti siswa,dan sebagainya. (2) Faktor yang berasal dari pihak guru misalnya kemampuan guru dalam mengajar, kepribadian guru, sikap guru terhadap siswa, gaya dan metode mengajar guru. (3) Faktor yang berasal dari sekolah, misalnya sistem sosial di sekolah, kedisiplinan, hubungan sekolah dengan orang tua, dan kemampuan memimpin kepala sekolah. (4) Faktor situasional, misalnya keadaan politik ekonomi yang labil, keadaan lokasi sekolah dan keadaan musim maupun iklim. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar di sekolah (Ahmadi & Supriyono, 1991; Suryabrata 2001; Kartono 1995) dalam Maryam (2001). Seorang siswa juga dapat berprestasi meskipun kecerdasan yang dimilikinya kurang, jika didukung oleh faktor-faktor lain seperti bakat, minat, emosi, penyesuaian diri, dukungan keluarga, dan hubungan yang baik dengan keluarga. Selain lingkungan yang baik, stimulasi, motivasi siswa untuk berprestasi baik dan menyelesaikan sesuatu, merupakan salah satu persyaratan yang mutlak unutk mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki prestasi belajar yang kurang, harus memiliki usaha yang lebih keras bila dibandingkan dengan siswa yang memiliki prestasi baik. Siswa yang memiliki prestasi baik di sekolah tetap harus memiliki usaha dalam mempertahankan prestasi yang telah dicapainya.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di Pondok Pesantren Assalaam sudah menggunakan teknologi modern dan memiliki manajemen yang baik dalam perencanaan dan pelaksanaan serta memiliki seorang ahli gizi sebagai konsultan menu. Penyelenggaraan makanan pondok merupakan sumber utama bagi contoh untuk memenuhi kebutuhan makanan dan zat gizi serta memberikan sumbangan yang besar terhadap konsumsi makanan contoh. Sumbangan konsumsi pangan dari pondok pada contoh putri sebesar 85.8% dan contoh putra sebesar 93.1% dari total konsumsi. Konsumsi rata-rata zat gizi belum memenuhi AKG individu. 2. Lebih dari separuh contoh memiliki tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi vitamin A, tingkat konsumsi kalsium dan tingkat konsumsi zat besi dalam keadaan normal. Rata-rata konsumsi energi 2122 kkal, vitamin A 540 RE, kalsium 1046.1 mg dan zat besi 24.1 mg. Namun terdapat 53.3% contoh putri mengalami defisit tingkat konsumsi kalsium dan tingkat konsumsi zat besi. Lebih dari separuh contoh memiliki tingkat konsumsi protein di atas kecukupan dengan rata-rata konsumsi 72 g. Sebagian besar contoh mengalami defisit tingkat konsumsi vitamin C dengan rata-rata konsumsi 22.9 mg dan seluruh contoh putra berada dalam keadaan defisit. 3. Sebesar 75.0% contoh memiliki status gizi normal namun masih terdapat 11.6% contoh yang memiliki status gizi kurus. 4. Sebesar 71.7% contoh termasuk dalam kategori prestasi belajar lebih dari cukup dengan rentang nilai antara 70 sampai 79. Dalam penelitian ini tidak terdapat contoh yang memiliki prestasi belajar dengan kategori kurang 5. Hubungan yang sangat nyata antara status gizi dengan konsumsi energi dan konsumsi protein, konsumsi energi (r= 0.505, p=0.000) dan konsumsi protein (r= 0.560, p=0.000). 6. Prestasi belajar contoh berhubungan sangat nyata dengan status gizi contoh (r=0.853, p=0.000), pola belajar (r=0.496, p=0.000), lingkungan belajar (r=0.728, p=0.000), dan fasilitas belajar (r=0.534, p=0.000).
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
53
7. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar contoh adalah status gizi (p=0.000<0.01), lingkungan belajar (p=0.000<0.01) dan fasilitas belajar (p=0.015<0.05). Saran 1. Perlunya penyusunan menu makanan yang memperhatikan variasi dan kandungan zat gizi pada setiap menu serta peningkatan kualitas maupun kuantitas terutama dalam pemberian suyur dan buah. 2. Penciptaan lingkungan belajar yang kondusif dan pemenuhan kelengkapan fasilitas belajar baik di sekolah maupun di asrama serta pengoptimalan pemanfaatan fasilitas guna mendukung kegiatan belajar dan mengajar. 3. Perlunya kerjasama yang baik dari berbagai unit kerja pondok pesantren serta para santri, pengasuh kesantrian, dan pengajar untuk saling mendukung dalam kegiatan belajar dan mengajar guna meningkatkan prestasi belajar siswa.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
DAFTAR PUSTAKA Andriani, S. 2003. Pola Belajar, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar di Daerah Miskin Perkotaan Kota Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Astuti, RW. 2002. Status Anemia, Status Gizi dan Prestasi Belajar Siswi SMUN 1 Trenggalek, Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Cahyaningrum, F. 2005. Konsumsi Pangan, Status Gizi dan Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Prestasi Belajar Anak Panti Asuhan. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Camelia, LS. 2002. Konsumsi Ikan dan Faktor yang Mempengaruhi pada Remaja di SMUN 9 Bandung. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. DBGM. 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Departemen Kesehatan. Jakarta. Gibson, RS. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Oxford Unuversity Press. New Zealand. Gunarsa, S. D. 1995. Psikologi Perkembangan. BPK Gunung Mulia. Jakarta Hardinsyah, & Drajat, M. 1988. Menaksir Kecukupan Energi dan Protein serta Penilaian Mutu Gizi Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. . 1992 . Gizi Terapan. (PAU) Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,IPB, Bogor. _________, Dodik, B. 1994. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor Hurlock.E B. 1997. Psikologi Perkembangan, Suatu Sistem Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Khomsan, A. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. . 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Gramedia. Jakarta. Karyadi, D. dan Muhilal. 1996. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
53
Khumaidi. M.1989. Hubungan antara Kewajiban dan Perilaku Makan. (PAU) Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,IPB, Bogor. _______________. Gizi Masyarakat. Pusat Antar Universitas (PAU) Pangan dan Gizi. IPB. Bogor. Mantra, I B. 1996. Innovative Approach in Nutrition Education. Depkes RI. Jakarta. Martini. 2002. Penyelenggaraan Makan Pagi pada Perusahaan serta Sumbangannya terhadap Konsumsi dan Kecukupan Gizi Karyawati. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Maryam, S. 2001. Status Gizi, Peer group dan Aktivitas Harian serta Kaitannya dengan Prestasi Belajar Remaja. Tesis. Departeman Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor Mastuhu. 1994. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. INIS. Jakarta. Moehyi. S. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bharatara, Jakarta. Monks, F J. Knoers, A M P. & Haditono, S R. 2002. Psikologi Perkembangan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta. Muhilal, F. Jalal & Hardinsyah. 1998. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam Widya Karya Pangan dan Gizi VI (hlm.843-879). LIPI, Jakarta. Mursidah, S. 1991. Faktor-faktor yang Berpangaruh terhadap Prestasi Belajar (Studi Kasus di SDN Papandayan II Kecamatan Bogor Utara, Kotamadya Bogor Jawa barat). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Notoatmodjo, S. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Pitriyani, E., S Guhardja, I. Tanziha. 1999. Prestasi Anak SD yang Bekerja sebagai Pedagang Asongan di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Media Gizi dan Keluarga vol. XXIII (2): 28-35. Rahmawati, T., Emma S, Wirakusumah & Budi Setiawan. 2001. Keragaman Konsumsi Pangan, Aktivitas Fisik dan status Gizi pada anita Menopause. Media Gizi dan Keluarga vol XXV (1): 1-10. Salmawati, T. 2006. Penyelenggaraan Makanan, Tingkat Kecukupan dan Status Gizi Penderita Skizofrenia di Rumah Sakit Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com
54
Sanjur, D. 1982. Social and cultural perspectives in nutrition. Prentice-Hal, Inc. Amerika. Sediaoetama, A D. 1996. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Dian Rakyat. Jakarta. Slamet, Y. 1993. Analisis Kuantitatif untuk Data Sosial. Dabara Publisher. Solo Soemanto, W. 1990. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta Suhardjo. 1989. Perencanaan pangan dan Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,IPB, Bogor. . 1989. Sosio Budaya Gizi. (PAU) Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,IPB, Bogor. Sukmawati, W. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Anemia Gizi Besi pada Santri Puteri di Pesantren Modern dan Pesantren Tradisional di Kabupaten Cianjur. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Supariasa, IDN, Ibnu F & Bachyar B. 2001. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta. Thanthowi. 1991. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT Remaja Prima Karya. Bandung. Tarwotjo, S. 1998. Dasar-dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta. Wirakusumah, E S. Santoso, H. Roedjito, D. & Retnaningsih. 1988. Diktat Manajemen Gizi Institusi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian, IPB, Bogor. . 1993. Makanan Untuk Fungsi Otak Yang Optimal. Seruling Pagi 2 (1) : 26-30. Bogor. Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Grasindo. Jakarta. Yusuf, S. 2007. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Rosda. Bandung.
PDF Creator - PDF4Free v2.0
http://www.pdf4free.com