KOMPETENSI PUSTAKAWAN DALAM MELAYANI PEMUSTAKA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh Linda Intan Herlina NIM: 1112025100043
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/ 2017 M
--------
KOMPETENSI PUSTAKAWAN DALAM MELAYANI PEMUSTAKA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA JAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh . Gelar Smjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
Oleh: Linda lnt:lc Berlina NIT~:
1112025100043
di bawah bimbingan
Pungki Purnomo, ~.LIS
NIP:196412151999031005
-
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
Saya yang bertanda tangan tangan di bawah ini: Nama
: Linda lntan Herlina
NIM
: 1112025100043
Judul Skripsi : Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta Ujian Skripsi : 08 Februari 2017
Skripsi tersebut telah diperbaiki sesuai saran dan komentar Tim Penguji sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata (S 1) pada Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 08 Februari 2017
Tanda tangan tanggal
1. Ketua Sidang
Pungki Purnomo, MUS ~. 196412151999031005
2. Sekretaris Sidang
Mukmin Suprayogi. M.Si ~. 1962030119990310n.z:...-,.--
3. Pembimbing
PungkiPurnomo.~IS
NIP. 1964121519990310 5
4. Penguji I
Alfida. ~IS NIP. 197102151999032001
5. Penguji II
Lili Sudria Wenny. MHum
...... ... ....... 3.J..AQ.~II -201 f
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S 1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasH karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23J~~-~Q17
w
•
Linda Iotan Herlina
ii
ABSTRAK
Linda Intan Herlina (NIM: 1112025100043). Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. Di bawah bimbingan Pungki Purnomo, M.LIS. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2017. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus dan mengetahui harapan pustakawan terhadap Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi kompetensi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, kajian pustaka, dan dokumentasi. Sedangkan, teknik analisis data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menggambarkan bahwa pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus dengan teknologi informasi, komunikasi, organisasi informasi, kerjasama, psikologi serta inovasi dan kreativitas. Teknologi informasi diberikan untuk anggota Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yaitu para pemustaka berkebutuhan khusus dan staff. Komunikasi diberikan kepada pemustaka berkebutuhan khusus yang belum memenuhi informasi yang dibutuhkan. Organisasi informasi diberikan kepada pemustaka yang ingin mencari literatur seputar pendidikan maupun hobi. Kerjasama diberikan untuk belajar secara bersama-sama. Psikologi diberikan kepada pemustaka berkebutuhan khusus yang mempunyai banyak masalah terhadap dirinya. Inovasi dan kreativitas diberikan untuk mengembangkan minat dari setiap pemustaka. Namun masing-masing tersebut memiliki harapan diantaranya dengan teknologi pemustaka mudah mendapatkan informasi dan pengetahuan, dapat mengembangkan dirinya sendiri, memudahkan pemustaka dalam mencari buku /informasi, adanya kerjasama dengan lembaga atau penerbit lain agar meningkat koleksi bukunya, program dan pelatihan mengenai psikologi ditingkatkan, serta perpustakaan lebih kreatif lagi dalam melayani pemustaka agar setiap pemustaka bisa mengembangkan informasi. Kata Kunci: Kompetensi Pustakawan, Layanan, Pemustaka Berkebutuhan Khusus.
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim Alhamdulillah, segala puji dan syukurpenulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan segala nikmat jasmani dan rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta”. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan dan limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan semua pihak yang banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis, maka pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Prof Dr. Sukron Kamil, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Bapak Pungki Purnomo, M.LIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah berkenan untuk memberikan bimbingan dan pengarahan serta meluangkan pikiran, tenaga dan waktu dalam membantu penyelesaian skripsi ini.
iv
4.
Bapak
Mukmin
Suprayogi,
M.Si,
selaku
Sekretaris
Jurusan
Ilmu
perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5.
Bapak Ade Abdul Hak, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
6.
Seluruh Dosen Jurusan Ilmu perpustakaan yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat baik dibidang akademis, sosial, dan keagamaan.
7.
Koordinator Yayasan Mitra Netra Jakarta yang sudah mengijinkan penulis melakukan penelitian di lembaga yang bersangkutan dan Ibu Endah Tri Wahyuningsih S.Psi, Indah Lutfiah S.Pd serta Bapak M. Akhyar sebagai narasumber yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.
8.
Kedua Orangtuaku dan kedua kakak, Bapak Sayim Suryana, Ibu Eni Kaeni, Yuyus Suryansyah dan Endan Rudiyansyah tercinta, terimakasih telah mendidik, membimbing, memberikan bantuan moril dan materil serta untaian do’a yang tak pernah putus, nasehat, perhatian, dan memberikan semangat yang mendorong penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Serta seluruh keluarga besar penulis yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
9.
Keluarga besar IPI B 2012, 7M, Kost H.ujang dan KKN Jemari 2015. Terimaksih sudah mau berbagi suka, duka, canda tawa bahagia dan mengingatkan untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, hanya do’a dan ucapan
v
terimakasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, Aamiin Yaa Rabbal’alamiin. Kesempurnaan hanya milik Allah, demikian pula dengan penyusunan skripsi ini, tentu saja masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka sudah sepantasnya skripsi ini butuh masukan berupa kritik dan saranmembangun. Dengan demikian, diharapkan skripsi ini dapat mendekati kesempurnaan itu sendiri dan penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Jakarta, 1 Desember 2016
Linda Intan Herlina
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... ix
BAB I
PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
BAB II
Latar Belakang .......................................................................... Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................ Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. Definisi Istilah ........................................................................... Sistematika Penulisan ................................................................
TINJAUAN LITERATUR A. Kompetensi 1. Pengertian Kompetensi ....................................................... 2. Tujuan Kompetensi Pustakawan ......................................... 3. Jenis Kompetensi Pustakawan ............................................ B. Tenaga Perpustakaan 1. Pengertian Pustakawan ........................................................ 2. Tenaga Teknis Perpustakaan ............................................... C. Pemustaka 1. Pengertian Pemustaka ......................................................... 2. Jenis Pemustaka .................................................................. 3. Anak Berkebutuhan Khusus ................................................ D. Penelitian Terdahulu .................................................................
BAB III
1 5 6 6 7
9 10 11 21 22 22 23 24 29
METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.
Jenis dan Pendekatan penelitian ................................................. Pemilihan Informan ................................................................... Teknik Pengumpulan Data ........................................................ Teknik Analisis Data ................................................................. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................
32 32 33 37 38
vii
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perpustakaan Yayasan Mitra Netra 1. Sejarah ................................................................................. 2. Visi dan Misi ....................................................................... 3. Sumber Daya Manusia ........................................................ 4. Struktur Organisasi ............................................................. 5. Fasilitas ............................................................................... 6. Koleksi ................................................................................ 7. Layanan ............................................................................... 8. Jenis Layanan ...................................................................... 9. Durasi Layanan ................................................................... 10. Syarat dan Ketentuan Layanan............................................. 11. Waktu Layanan ................................................................... B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ..............................................
40 44 45 46 47 47 48 49 49 50 50 51
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 64 B. Saran .............................................................................................. 65 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3
Informan ............................................................................................ 33 Jadwal Penelitian ............................................................................... 39 Sumber Daya Manusia ....................................................................... 45 Fasilitas............................................................................................... 47 Waktu Layanan .................................................................................. 51
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6
Surat Tugas Menjadi Pembimbing Surat Observasi dan Wawancara Surat Izin Penelitian Surat Pergantian Judul Skripsi Transkrip Wawancara Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan merupakan suatu instansi yang tak asing bagi masyarakat luas, terutama bagi mereka yang mengenyam pendidikan formal, karena perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran. Perpustakaan juga sebuah lembaga untuk mencerdaskan bangsa sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi tempat penelusuran informasi yang menyenangkan dan menghibur. Sebagaimana menurut UU RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan menerangkan “perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”.1 Perkembangan
perpustakaan
pada
saat
ini
menunjukan
bahwa
perpustakaan bukan hanya merupakan tempat untuk menyimpan atau mengoleksi buku, tetapi juga berperan sebagai tempat yang disebut the preservation of knowledge. Artinya perpustakaan merupakan tempat untuk mengumpulkan, memelihara, dan mengembangkan semua ilmu pengetahuan/ gagasan manusia dari zaman ke zaman.2
1
Republik Indonesia, Undang-undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007), h. 2. 2 Benny A. Pribadi, Media Teknologi (Jakarta: Universitas Terbuka, 2004), h. 1.1.
1
2
Perpustakaan mendapatkan peran yang cukup penting di tengah-tengah masyarakat. Memang baik tidaknya perpustakaan itu tergantung bagaimana kinerjanya.
Salah
satu
hal
yang
dapat
mempengaruhi
keberadaan
perpustakaan adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan tersebut, layanan dapat diketahui dengan cara mengetahui harapan-harapan yang diinginkan oleh para pemustakanya untuk meningkatkan kualitas layanan perpustakaannya.
Pelayanan
perpustakaan
sangatlah
penting,
karena
pelayanan merupakan bagian dari suatu perpustakaan, karena tanpa adanya perpustakaan tidak ada pelayanan yang diberikan. Agar cepat tanggap untuk kepentingan
pembacanya
dalam
memenuhi
kebutuhan
informasi,
perpustakaan harus menyediakan bahan-bahan pustaka yang diperlukan. Dengan demikian tujuan perpustakaan memberikan pelayanan kepada para pemustaka ialah agar bahan pustaka yang telah dikumpulkan dan diolah sebaik-baiknya itu dapat sampai ke tangan pemustaka. Kegiatan menyediakan bahan pustaka inilah yang menjadi profesi seorang pustakawan, penting atau tidaknya suatu perpustakaan tergantung pada kemampuan untuk menyediakan bahan pustaka secara tepat dan akurat. Pustakawan harus memiliki kemampuan, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai, perilaku serta karakteristik pustakawan untuk melaksanakan pekerjaan memberikan layanan kepada pemustaka. Dengan adanya kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh pustakawan, akan menjamin terwujudnya layanan yang bermutu.
3
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Mujadilah ayat 11 sebagai berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Ayat ini menjelaskan bahwa mereka yang berilmu dan memiliki pandangan luas akan mendapatkan derajat yang mulia. Mereka yang memiliki pengetahuan luas akan selalu dijadikan rujukan terhadap semua persoalan yang berkaitan dengan kompetensinya. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terus bertambah mengharuskan manusia untuk tidak hanya memiliki pengetahuan yang cukup tentang semua hal, tetapi juga pengetahuan yang lebih luas dalam sebuah bidang pengetahuan atau lebih dikenal dengan kompetensi. Sebagai penyedia informasi, perpustakaan harus dapat memberikan layanan yang dapat memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi dengan cepat, tepat, dan akurat. Tidak hanya bagi pemustaka normal, melainkan juga untuk pemustaka berkebutuhan khusus, salah satunya ialah tunanetra. Saat ini perpustakaan yang diperuntukan bagi penyandang tunanetra belum memadai, pelayanan yang diberikan oleh penyandang
4
tunanetra juga masih dalam peningkatan. Penyandang tunanetra adalah individu yang memiliki keterbatasan dalam melihat, dengan keterbatasan tersebut dapat mengalami ketergangguan disekitar lingkungannya. Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah suatu lembaga yang berupaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, adanya layanan perpustakaan merupakan salah satu pilar utama layanan mitra netra. Adapun pelayanannya ialah: 1. Menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh tunanetra, baik dalam bentuk buku braille dan buku bicara digital (buku dalam bentuk CD audio). 2. Menjadi pusat layanan informasi bagi tunanetra. 3. Menjadi tempat belajar bersama (mini learning center) bagi tunanetra. 4. Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan belajar. 5. Memberikan hak pada tunanetra untuk mendapatkan akses ke informasi melalui literasi. Pelayanan yang diberikan Perpustakaan terhadap tunanetra masih dalam tahap perkembangan dan peningkatan. Untuk itu perlu adanya tenaga pustakawan yang dapat membantu mengolah koleksi di Perpustakaan, karena di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra mempunyai satu pustakawan dan empat staff produksi. Dalam melayani pemustaka tunanetra hanya pustakawan saja, sedangkan dalam sehari pemustaka yang datang berjumlah lima orang untuk mencari bahan belajar dan juga informasi terkait dengan hobi masing-masing, sehingga dalam menangani pemustaka cukup merepotkan. Pustakawan tersebut adalah seorang yang mempunyai latar belakang fisik (rendah
5
awas/low vision) juga mempunyai keterampilan dalam melayani pemustaka sehingga dalam pencarian informasi yang dibutuhkan pemustaka tunanetra dapat terpenuhi dengan baik. Dalam meningkatkan kualitas layanan tidak terlepas dari adanya kompetensi seorang pustakawan dalam membantu pemustaka untuk memenuhi kebutuhan informasi yang mereka butuhkan. Karena, seorang pustakawan sangat berpengaruh dalam memilah informasi, terutama kebutuhan penyandang tunanetra. Maka, perlu adanya pembelajaran khusus bagi tunanetra. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta”. B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1.
Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, serta untuk memperjelas arah penelitian, maka peneliti perlu memberikan batasan masalah dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus bagi tunanetra dan harapan pustakawan terhadap Yayasan Mitra Netra dalam meningkatkan kompetensi.
2.
Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
6
a.
Bagaimana kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus ?
b.
Bagaimana harapan pustakawan terhadap Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi kompetensi yang dibutuhkan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan dari penelitian ini, yaitu : a.
Untuk
mengetahui
kompetensi
pustakawan
dalam
melayani
pemustaka berkebutuhan khusus. b.
Untuk mengetahui harapan pustakawan terhadap Yayasan Mitra Netra dalam memenuhi kompetensi yang dibutuhkan.
2.
Manfaat dari penelitian ini adalah: Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pemustaka penyandang tunanetra, yaitu untuk menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi tentang adanya layanan informasi dan menjadikan seorang pustakawan sebagai peran penting dalam memenuhi kebutuhan pemustaka. Selain itu, penulis berharap penelitian ini pustakawan
dapat
mempengaruhi
kegiatan
perpustakaan
dengan
memenuhi semua kebutuhan informasi yang benar-benar dibutuhkan untuk pemustaka penyandang tuanetra. Penulis juga berharap bahwa penelitian ini dapat meningkatkan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya mengenai tema yang berhubungan. D. Definisi Istilah 1.
Pustakawan adalah seorang pegawai yang bertugas untuk mengelola dan melayani perpustakaan.
7
2.
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh pustakawan agar kinerja mereka mencapai standard yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kompetensi diperoleh dari pelatihan dan pengetahuan sendiri mengenai perpustakaan.
3.
Pemustaka berkebutuhan khusus adalah pengguna perpustakaan dalam mencari informasi yang dibutuhkan di perpustakaan dan pemustakanya ialah seorang tunanetra.
4.
Perpustakaan khusus adalah salah satu jenis perpustakaan yang dibentuk oleh suatu lembaga pemerintah yang menangani dan mempunyai misi pada bidang tertentu dengan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhan pemakai dilingkungannya baik dalam pengolahan maupun pelayanan informasi.
E. Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai permasalahan ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan Bab ini memuat argumentasi seputar penelitian, meliputi latar belakang, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
Bab II
Tinjauan Literatur Bab ini menjelaskan tentang landasan teori mengenai pengertian kompetensi, tujuan kompetensi pustakawan, jenis kompetensi pustakawan, pengertian pustakawan, tenaga teknis perpustakaan,
8
pengertian pemustaka, jenis pemustaka, anak berkebutuhan khusus serta penelitian terdahulu. Bab III
Metode Penelitian Bab ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, pemilihan informan, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, tempat dan waktu penelitian.
Bab IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini berisi tentang profil objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tentang kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta.
Bab V
Penutup Bab ini merupakan bab akhir yang terdiri dari kesimpulan dari keseluruhan pembahasan dan saran terkait temuan-temuan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Kompetensi 1.
Pengertian Kompetensi Kompetensi pada dasarnya adalah pengetahuan, keterampilan, kemampuan, atau karakteristik yang berhubungan dengan tingkat kinerja suatu pekerjaan seperti pemecahan masalah, pemikiran, analitik, atau kepemimpinan dan merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh seseorang yang memegang suatu jabatan.3Kompetensi atau competency
adalah
kemampuan
untuk
melaksanakan
suatu
tugas/pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.4 Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas yang mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku di dalam suatu organisasi.5 Pustakawan
sebagai
pemegang
kendali
perpustakaan
secara
professional, memiliki keterampilan yang unik dalam menjalankan profesinya
sebagai
pustakawan,
yaitu
mempunyai
kemampuan
berkomunikasi dengan baik, kesediaan membantu menemukan informasi, tanggap terhadap masalah yang disampaikan pengguna, bersikap ramah, memiliki sikap prososial yang tinggi yang dapat dilakukan oleh 3
Titiek Kismiyanti, Kesiapan Sertifikasi Pustakawan, Media Pustakawan, Vol.18 No. 3 & 4 Tahun 2011, h. 13. 4 Abdul Rahman Saleh, Percikan Pemikiran: Di bidang Kepustakawanann (Jakarta: Sagung Seto, 2011). h.139. 5 Ninis Agustini Damayani, Kompetensi dan Sertifikasi Pustakawan: Ditinjau dari Kesiapan Dunia Pendidikan Ilmu Perpustakaan, Media Pustakawan. Vol.18 No. 3 & 4 Tahun 2011, h.20.
9
10
pustakawan dalam berinteraksi dengan penggunanya. Kompetensi pustakawan
meliputi
komitmen
terhadap
pelayanan
pengguna,
memahami betul keberadaan perpustakaan dimana pustakawan tersebut bekerja, memiliki kemapuan kepemimpinan yang mencakup berpikir secara kritis, pengambilan resiko, dan kreativitas, juga memperlihatkan kemampuan komunikasi yang baik. Menurut Sugihatati kompetensi pustakawan dalam perkembangan teknologi informasi mempunyai empat kategori diantaranya pustakawan mampu untuk mengoperasikan teknologi informasi, pustakawan mampu menyaring informasi, pustakawan mampu berkomunikasi dengan pemustaka dan pustakawan mampu memberikan inovasi-inovasi baru.6 Kompetensi pustakawan dalam menggunakan teknologi informasi ini harus memahami standar-standar dalam pencarian informasi melalui media yang terhubung ke internet, pustakawan pun harus terus berlatih dan belajar terus-menerus untuk menghasilkan kebutuhan informasi yang sesuai atau spesifik dengan yang diinginkan pemustaka. 2.
Tujuan Kompetensi Pustakawan Suatu kompetensi bagi pustakawan pasti memiliki suatu tujuan. Hal tersebut dijelaskan oleh Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Pendidikan Tinggi, tujuan kompetensi pustakawan adalahmenciptakan dan meningkatkan kinerja seseorang dalam mencapai standar yang
6
Sugihartati, Rahma, Fitri Mutia, Masyarakat dan Perpustakaan di Era RevolusiInformasi (Surabaya: Departemen Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan PolitikUniversiatas Airlangga, 2001), h. 201.
11
ditetapkan oleh perpustakaan maupun lembaga sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik secara efektif dan efisien.7 Dengan demikian tujuan kompetensi pustakawan tidak hanya membantu pustakawan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan baik dalam segi fisik maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan. 3.
Jenis Kompetensi Pustakawan a.
Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang diterapkan dalam melaksanakan tugas. Dalam era informasi, semakin dimudahkan memperoleh informasi dengan cepat dan mudah. Implikasi dari perkembangan teknologi informasi bagi perpustakaan, memicu berkembangnya perpustakaan digital, akses informasi
melalui
internet,
yang
memungkinkan
seorang
memperoleh kemudahan. Perkembangan teknologi dapat membantu seorang
mengatasi
jarak
dan
waktu
dalam
berkomunikasi,
mengakses, maupun memperoleh informasi lebih cepat dan tepat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pengguna yang semakin beragam dengan cepat dan tepat, pustakawan dituntut memiliki kompetensi dalam bidang teknologi informasi dan diharapkan pustakawan dapat menyampaikannya dengan komunikasi yang baik. 7
Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi ed.3. (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendral Pnedidikan Tinggi, 2005), h. 27
12
Teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta menyebarkan informasi. Yang
termasuk
kedalam
teknologi
informasi
antara
lain:
telekomunikasi, sistem komunikasi optik, sistem pita-video dan cakram-video, komputer termasuk visi komputer, lingkungan data dan sistem pakar, mikrobentuk, komunikasi suara dengan bantuan komputer, jaringan kerja data, surat elektronik, videoteks dan teleteks.8 Kompetensi teknologi informasi dan komunikasi merupakan kombinasi perangkat keras dan perangkat lunak komputasi dengan kemampuan jaringan komunikasi yang digunakan untuk berbagai keperluan. Menurut Sulistyo Basuki yang harus dimiliki oleh pustakawan dalam teknologi informasi dan komunikasi mencakup:9 1) Menggunakan perambang (browser) web serta mengetahui fungsinya. 2) Mengumpulkan data dari berbagai sumber. 3) Meninjaui dan menilai penggunaan TIK di perpustakaan 4) Memahami sistem operasi komputer. 5) Menggunakan perangkat lunak komputer, memahami perangkat keras dan antarmuka komunikasi. 8
Sulistyo-Basuki, Pengantar IlmuPerpustakaan (Jakarta: Gramediia Pustaka Utama, 1993), h. 87. 9 Sulistyo-Basuki, Kemampuan Lulusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasidi Era Globalisasi Informasi. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol. 2 No. 2 Tahun 2006, h. 52.
13
6) Analisis data. 7) Menggunakan perangkat lunak pemampatan (compression) data. 8) Memasang dan memelihara mesin cetak (printer). 9) Memahami teknik yang digunakan oleh analis dan disainer sistem. 10) Memahami konsep dasar analis sistem. 11) Menyediakan
bantuan
teknis
dalam
pemasangan
dan
pemeliharaan. Menurut Dewiyana, urutan kompetensi TIK meliputi:10 1) Kemampuan di bidang teknologi dan manajemen jaringan, yaitu: a) Mampu menggunakan PC dengan level yang lebih tinggi dibandingkan yang biasa digunakan sehari-hari. b) Mampu menganalisis jaringan pengguna internal dan eksternal. c) Mampu
menjadi
gate-keeper
teknologi
dalam
pengorganisasian sumber informasi. d) Mampu mengikuti perkembangan dan paham tentang teknologi informasi dan peralatannya. e) Menguasai
penggunaan
peralatan
in-house
guna
pengumpulan, penyebaran dan berbagi informasi. 2) Manajemen media penyimpanan dan temu balik, meliputi: 10
Dewiyana, Himma, Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan: Paradigma Baru dan Dunia Kerja di Era Globalisasi Informasi, Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, Vol, 2 No. 2 Tahun 2006, h. 22.
14
a) Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis sarana penyimpanan dan temu kembali yang baru muncul. b) Selalu mengembangkan pengetahuan dan perubahan bidang industri informasi di masa depan. 3) Skill di bidang informasi, meliputi: a) Mempertemukan kebutuhan informasi dengan sumber informasi b) Memiliki keahlian tentang pencarian informasi c) Memiliki keahlian tentang sumber dan isi informasi d) Mampu
mengidentifikasi,
mengevaluasi,
dan
merekomendasikan sumber informasi. e) Menyediakan sarana terbaik untuk akses informasi f)
Mampu
menggunakan
keterampilan
tentang
pengorganisasian informasi menjadi pengetahuan. Menurut
Wicaksono, kompetensi teknologi informasi dan
komunikasi yang harus dimiliki seorang pustakawan antara lain:Desain database dan manajemen database, data warehousing, penerbitan elektronik, perangkat keras, arsitektur informasi, sumber informasi elektronik, integrasi informasi, desain internet/ekstranet, aplikasi perangkat luak, pemrograman, work flow alur kerja, pemrosesan teks (text processing), meta data dan perangkat luak untuk manajemen informasi (information management tools).11
11
Hendro Wicaksono, Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 27 Juli 2016 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline
15
Berdasarkan uraian di atas, seorang pustakawan yang memiliki kompetensi
di
bidang
TIK
harus
memiliki
kemampuan
menggunakan komputer, memahami teknik menelusur informasi secara online , serta memiliki kemampuan manajemen jaringan dan informasi. b.
Kompetensi Komunikasi Pengetahuan
seorang
pustakawan
terhadap
informasi
dapat
membantu pemustaka dalam melakukan pencarian informasi. Berinteraksi antar pustakawan dengan pegawai, pustakawan dengan pemustaka atau masyarakat merupakan kegiatan rutin yang dilakukan pada perpustakaan guna mendapatkan informasi, salah satunya ialah dengan komunikasi. Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagai informasi, gagasan atau pun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tesebut dapat dilakukan dalam berbagai konteks yaitu komunikasi
antarpribadi
(interpersonal
communication)
dan
komunikasi kelompok.12 Proses komunikasi akan berlangsung baik dan efektif apabila pemberi pesan dan penerima pesan saling memahami, pesan tersebut dapat disampaikan melalui media baik lisan maupun tulisan. Dalam
12
Syamsul Arifin, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 135.
16
proses komunikasi terdapat serangkaian persepsi yang akan mengurangi kejelasan dari berita yang didapat. c.
Kompetensi Organisasi Informasi Informasi adalah pengetahuan atau ilmu yang dikomunikasikan atau disebarluaskan13Informasi dan organisasi memiliki hubungan yang saling terkait satu sama lain. Informasi selalu disesuaikan dengan organisasi. Organisasi harus mampu mengoptimalkan informasi sehingga mendapatkan keuntungan dari teknologi-teknologi yang ada. Interaksi antara teknologi informasi dan organisasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan, kultur, struktur, prosedur, politik, keputusan manajemen, dan peluang. Pustakawan harus
mampu
memahami
sistem
informasi,
karena
akan
mempengaruhi kehidupan organisasi. Pustakawan perlu memilih sistem apa dan bagaimana yang akan dibangun. Organisasi informasi informasi berarti mengelola sistem informasi ataupun struktur yang berkaitan dengan sumber daya manusia di perpustakaan dan memproses untuk menciptakan hasil dari olahan informasi.14 Suatu lembaga atau perpustakaan tanpa adanya perencanaan seperti sruktur organisasi, maka kinerja setiap individu dengan perencanaan tersebut akan kurang maksimal.
13
Kosam Rimbawara, Dasar-dasar Organisasi Informasi (Jakarta: Hakaeser, 2007), h. 1. Irham Fahmi, Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi (Jakarta: Alfabeta, 2009),
14
h. 33.
17
d.
Kompetensi Kerjasama Kerjasama antar satuan kerja atau antarorang-perorangan mutlak diperlukan.
Kerjasama
beda
dengan
bekerja
bersama-sama.
Kerjasama lebih pada upaya menyelesaikan tugas dalam kerangka mencapai tujuan oleh antarorang-perorangan atau antar satuan kerja di mana masing-masing memiliki tugas yang dilakukan secara sinergis. Kalau bekerja besama-sama lebih merujuk bekerja antarorang-perorangan atau antar satuan kerja yang dilakukan dalam waktu yang sama yang belum tentu disertai pengerjaan tugas secara sinergis. Untuk dapat bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok, sebagai berikut:15 a. Harus mau menerima pendapat atau gagasan / pemikiran orang lain dalam mengambil keputusan, sehingga tidak boleh memaksakan pendapat sendiri. b. Berbagi informasi atau hal-hal yang baru kepada orang lain. c. Bersikap empatis kepada orang lain atau menghargai dan berfikir positif kepada orang lain d. Saling siap menerima input dan memberikan motivasi kepada orang lain. e. Saling menjaga keutuhan kelompok, kendatipun muncul konflik atau pertentangan pendapat antaranggota tim.
15
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam organiasasi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 146.
18
Orang yang memiliki kompetensi kerja sama dengan kelompok akan cenderung berfikir positif kepada orang lain, tidak memaksakan pendapat, memberikan harapan positif, empatis atas hasil kerja orang lain, dan saling memberikan dukungan dan memberikan motivasi dalam bekerja. Dengan memiliki tersebut akan membangun rasa saling percaya, saling membantu, dan dapat melahirkan kerja sama yang tangguh dan sinergis. e.
Kompetensi Psikologi Ilmu psikologi sangatlah penting bagi pustakawan. Melalui pengetahuan
psikologi
ini
pustakawan
dapat
meningkatkan
profesionalismenya yang akan berpengaruh pada kinerja layanan di perpustakaan dan kepuasan pemustaka. Meniurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Psikologi diartikan sebagai ilmu
yang
berkaitan
dengan
proses
mental,
baik
normal
maupunabnormal dan pengaruhnya pada perilaku.16Secara harfiah psikologi umumnya sebagai “ilmu jiwa”. Pengertian ini didasarkan pada terjemahan kata Yunani yaitu psyche yang berarti “jiwa” atau “nyawa” atau “alat untuk berpikir”. Logos berarti “ilmu”.17 Dengan demikian, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari jiwa. Psikologi disini ialah seorang pustakawan maka akan berpengaruh pada sikap, tingkah laku maupun perilaku setiap individu.
16
Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 5. 17 Abu Ahmadi. Psikologi Umum (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2009), h. 15.
19
Misalnya, Pustakawan pada bagian sirkulasi adalah sebuah pekerjaan
yang
dituntut
untuk
menghadapi
orang
yang
beranekaragam, mulai dari keberagaman usia, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan lain-lain. Untuk dapat melayani kebutukan informasi mereka, penting bagi pustakawan untuk memiliki pengetahuan
psikologi.
pustakawan
dapat
Dengan
mengenal
pengetahuan
kepribadian
psikologi
pemustaka
ini yang
selanjutnya dapat memprediksi kebutuhan informasi mereka. Dengan demikian pustakawan dapat menentukan tindakan dalam memenuhi kebutuhan informasi mereka, apakah mereka ingin informasi ilmiah, artikel atau mereka sekedar ingin berekreasi melalui koleksi fiksi sehingga pelayanan yang diberikan lebih optimal. F.
Kompetensi Inovasi dan Kreativitas
Pada era informasi saat ini seorang pustakawan harus mampu menyumbangkan kretivitasnya untuk dapat mengubah budaya malas membaca pemustaka dan membuat pemustaka tertarik dan senang pergi ke Perpustakaan. Untuk mewujudkan harapan itu perlunya pengembangan kreativitas dan inovatif yang ada pada diri Pustakawan. Untuk dapat berfikir secara kreatif maka perlu pengembangan pribadi seorang Pustakawan. Menurut Dewi Wahyu Ningsih pengembangan pribadi itu dapat dilakukan melalui pertama, pustakawan harus memiliki hasrat ingin tahu yang besar akan kemajuan perkembangan sains dan teknologi. Hal ini diperoleh
20
melalui pengayaan intelektual dan informasi dari berbagai media cetak maupun elektronik. Kedua, pustakawan harus bersikap terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru. Ketiga, keinginan untuk menemukan
dan
meneliti.
Keempat,
pustakawan
perlu
mengembangkan kreativitas dalam kemampuannya menyusun sintesis, analisis hingga cenderung dapat memberikan jawaban yang luas dan memuaskan.18Dari pengembangan pribadi yang telah disebutkan, diharapkan hal ini dapat mendorong pustakawan untuk memikirkan sesuatu yang bermanfaat bagi Perpustakaan. Dalam berfikir kratif itu sendiri Pustakawan harus mampu mengubanh sesuatu yang sudah ada di Perpustakaan menjadi sesuatu yang baru lagi dan diminati oleh masyarakat. Sehingga mendorong masyarakat sendiri untuk datang ke Perpustakaan. selain itu dalam berfikir inovatif seorang Pustakawan harus mampu menemukan suatu cara untuk membuat Perpustakaan menjadi maju dan berkembang yang diminati oleh pengguna Perpustakaan. B. Tenaga Perpustakaan Banyak kegiatan yang harus dilakukan perpustakaan agar tugas dan tujuan penyelenggaraan suatu perpustakaan dapat berjalan dengan optimal. Kegiatan-kegiatan
tersebut
antara
lain
mengumpulkan,
mengolah,
mengawetkan, melestarikan dan menyajikan serta menyebarkan informasi
18
Dewi Wahyu Ningsih, Pustakawan Kreatif dan Inovativ Di Era Informasi. Artikel diakses pada 29 Desember 2016 dari http://dewi-w-n-fisip11.web.unair.ac.id/
21
atau bahan pustaka kepada seluruh penggunanya atau pemustaka tanpa terkecuali. Menurut UU No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, pada Bab VIII pasal 29 ayat 1 disebutkan bahwa tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan.19 1.
Pengertian Pustakawan Pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian layanan kepada masyarakat sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi, dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan.20Dalam UU No 43 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 disebutkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan.21Pustakawan atau librarian adalah seorang tenaga kerja bidang perpustakaan yang telah memiliki pendidikan ilmu perpustakaan, baik melalui pelatihan, kursus, seminar, maupun dengan kegiatan sekolah formal. Pustakawan ini orang yang bertanggung jawab terhadap gerakmaju roda perpustakaan.22 Jadi pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan maupun pelatihan, serta mempunyai tugas
19
Republik Indonesia, Undang-undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, h.
17. 20
Sulistyo-Basuki, Pengantar IlmuPerpustakaan, h. 8. Republik Indonesia, Undang-undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, h. 3. 22 Wiji Suwarno, Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan (Jogjakarta: ArRuzz Media, 2011), h. 33. 21
22
dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. 2.
Tenaga Teknis Perpustakaan Tenaga teknis perpustakaan adalah tenaga non-pustakawan yang secara teknis mendukung pelaksanaan fungsi perpustakaan, misalnya tenaga teknis komputer, tenaga teknis audio-visual dan tenaga teknis ketatausahaan. Lebih lanjut dalam UU No. 43 tahun 2007 Bab VIII pasal 29 ayat 3 menyebutkan bahwa tugas-tugas tenaga teknis perpustakaan dapat dirangkap oleh pustakawan sesuai dengan keadaan perpustakaan yang bersangkutan.23 Dengan demikian tenaga teknis perpustakaan ialah orang yang tidak memiliki latar belakang perpustakaan, hanya bekerja membantu tugas dari pustakawan. Seorang tenaga teknis perpustakaan seharusnya hanya bekerja pada bagian komputerisasi, tata usaha dari perpustakaan atau bagian administrasi, atau informasi dan untuk melayani pengguna haruslah ditangani oleh pustakawan sendiri.
C. Pemustaka Pengertian Pemustaka
1.
Pemustaka adalah manusia istimewa dan luar biasa. Istimewa karena setiap pemustaka merupakan hal yang penting bagi perpustakaan. Dengan keberadaan pemustaka maka perpustakaan itu ada. Luar biasa karena tidak semua manusia mau dan mampu menjadi pemustaka. 23
Republik Indonesia, Undang-undang RI No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, h.
17.
23
Pemustaka adalah mereka yang mempunyai tekat dan kemauan yang kuat untuk selalu belajar sepanjang hayat di perpustakaan.24Salah satu faktor pendorong berdirinya sebuah perpustakaan adalahpengguna. Pengguna adalah orang atau badan yang akan menggunakanperpustakaan.25 pemustaka ialah pengguna fasilitas yang disediakan perpustakaan baik koleksi maupun buku (bahan pustaka maupun fasilitas lainnya).26 Jadi, user atau pemustaka adalah masyarakat yang datang untuk memanfaatkan koleksi yang ada di perpustakaan baik anggota maupun bukan anggota perpustakaan. Agar dapat memberikan layanan yang baik, maka pengelola perpustakaan harus memperhatikan latar belakang pemustaka yang meliputi: usia, jenis kelamin, kedudukan atau jabatan, status pendidikan, sosial ekonomi, dan sosial budaya. 2. Jenis Pemustaka Pemustaka merupakan pengguna perpustakaan untuk mendapatkan informasiyang mereka inginkan. Pemustaka yang datang ke perpustakaan beraneka ragam jenisnya. Adapun jenis pengguna/pemustaka pada perpustakaan memiliki dua kriteria yaitu:27 a. Kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan sistem informasi.
24
Ahmad Mansur Sutedjo, dkk., Layanan Cinta: Perwujudan Layanan Prima Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2012), h. 42. 25 Rachman Hermawan S, Zulfikar Zen, Etika Kepustakawanan: Suatu PendekatanTerhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 13 26 Wiji Suwarno, Psikologi Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2009), h. 80. 27 Qalyubi Shihabudin.,dkk. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007), h. 25.
24
b. Kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai yang menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya, sebab dan alasan yang berkaitan dengan perilaku mencari informasi dan komunikasi, perilaku sosial serta profesional pengguna. Dengan demikian, jenis pengguna atau pemustaka perpustakaan dapat dinyatakan sebagai pengguna yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa serta, pengguna yang mempunyai pekerjaan, sehingga informasi yang diinginkan sesuai dengan pekerjaan atau bidang mereka. 3. Anak Berkebutuhan Khusus Anak
berkebutuhan
khusus
merupakan
anak
yang memiliki
karakteristik khusus, ataupun kelainan khusus pada fisik maupun mental. Berdasarkan kekurangan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus dibagi menjadi:28 a.
Tunagrahita (mental retardation) atau disebut sebagai anak dengan hendaya perkembangan (child with development impairment).
b.
Kesulitan Belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi rendah (specific learning disability).
c.
Hyperactive (attention deficit disorder with hyperactive).
d.
Tunalaras (emotional or behavioral disorder).
e.
Tunawicara (communication disorder and deafness)
28
Bandi Delphie, Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 15.
25
f.
Tunanetra (partially seing and legally blind) atau disebut dengan anak yang mengalami hambatan dalam penglihatan.
g.
Anak Autistik (autistic children).
h.
Tunadaksa (physical disability).
i.
Tunaganda (multiple handicapped).
j.
Anak berbakat (giftedness and special talents).
Dalam penelitian ini definisi anak berkebutuhuan khusus ditujukan pada anak tunanetra, hal tersebut dikarenakan objek penelitian pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Yayasan Mitra Netra merupakan sarana pendidikan bagi anak yang memiliki keterbatasan dalam penglihatan atau tunanetra. Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) sehingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mempu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kaca mata (kurang awas/low vision).29 Menurut Sutjihati Soemantri kategori anak tunanetra dibedakan menjadi dua, yaitu buta ialah jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar dan low vision ialah anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.30 Dengan adanya kekurangan
29
pada
penglihatan
tersebut
dapat
berpengaruh
pada
Pesatuan Tunanetra Indonesia diakses pada tanggal 04 Agustus 2016 dari http://pertuni.idp-europe.org/ 30 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 66.
26
kehidupannya, misalnya akan berpengaruh pada gerak perpindahannya ataupun akan berpengaruh terhadap pengenalan lingkungan sekitar. Anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut: a.
Ketajaman penglihatannya kurang dari ketajaman yang dimiliki orang awas.
b.
Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
c.
Posisi mata sulit dikendalikan oleh syaraf otak.
d.
Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Berdasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, anak-anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diklasifikasikan, diantaranya:31 a.
Tunanetra sebelum dan sejak lahir atau pada usia kecil, mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan.
b.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil, mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c.
Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja, mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d.
Tunanetra pada usia dewasa, pada umumnya mereka denga segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
31
Safrudin Aziz, Perpustakaan Ramah Difabel: Mengelola Layanan Informasi bagi Pemustaka Difabel(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 42.
27
e.
Tunanetra dalam usia lanjut, sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
f.
Tunanetra akibat bawaan. Pada tunanetra penglihatan mereka mengalami gangguan dibanding
dengan anak biasa. Mata yang normal dalam menjalankan fungsinya melalui proses pantulan cahaya dari objek di lingkunganya ditangkap oleh mata melewati kornea, lensa mata dan membentuk bayangan mata lebih kecil dan terbalik pada retina, dari retina melalui syaraf penglihatan bayangan benda yang dikirim ke otak dan terbentuklah kesadaran orang tentang objek yang dilihatnya. Sedangkan mata yang tidak normal proses penglihatannya dengan bayangan benda ditangkap oleh mata tidak dapat diteruskan pada kornea, lensa mata, retina, dan ke syaraf karena suatu sebab, kornea mengalami kerusakan. Hal seperti ini seseorang dapat dikatakan sebagai penderita kelainan penglihatan atau tunanetra.32 Secara ilmiah ketunanetraan anak dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:33 a.
Faktor internal yaitu faktor-faktor yang erat hubungannya dengan keadaan bayi selama masih dalam kandungan. Kemungkinan karena faktor gen (sifat pembawa keturunan), kondisi psikis ibu, kekurangan gizi, keracunan obat, dan sebagainya.
b.
Faktor eksternal diantaranya faktor-faktor yang terjadi pada saat atau sesudah bayi dilahirkan. Misalnya: kecelakaan, terkena penyakit
32
Mohammad Effendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 17 33 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa, h. 66.
28
siphilis yang mengenai matanya saat dilahirkan, pengaruh alat bantu medis (tang) saat melahirkan sehingga sistem persyarafannya rusak, kurang gizi atau vitamin, terkena racun, virus trachoma, panas badan yang terlalu tinggi, serta peradangan mata karena penyakit, bakteri, ataupun virus. Seseorang yang kehilangan penglihatan, biasanya indra pendengaran dan perabaan akan menjadi sarana alternatif yang digunakan untuk melakukan pengenalan terhadap lingkungan sekitarnya. Melalui perabaan, anak-anak tunanetra dapat langsung melakukan kontak dengan objek yang ada di sekitarnya. Adapun indera lain seperti penciuman, pengecap dan perasa bagi anak tunanetra
berfungsi
melengkapi
perolehan
informasi
atas
indera
pendengaran dan perabaan. Banyak sekali akibat-akibat lain yang muncul baik yang besifat jasmani, mental dan perilaku, jika seseorang menyandang tunanetra antara lain:34 a.
Sering menggosok-gosok matanya, berkedip terus atau menutup salah salah satu matanya.
b.
Kepalanya miring atau maju ke depan.
c.
Matanya sering merasa sakit, pandangan kabur, atau penglihatannya merasa rangkap.
d.
Sering mencari benda kecil dengan meraba sana sini.
e.
Perkembangan kognitif, motor halus dan motor kasarnya terlambat atau bahkan terbelakang.
34
Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 127.
29
f.
Sering mengeluh sakit kepala, pusing dan mual.
D. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu bertujuan untuk mengemukakan hubungan antara penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki topik serupa penelitian ini. Penelitian pertama berjudul “Sikap Pustakawan terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta”35 di tulis oleh Yusra, program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen sikap kognitif, afektif, dan kecenderungan berpri’/laku. Data penelitian ini deskriptif menggunakan pendekatan campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen kognitif pustakawan mengetahui ilmu tentang perpustakaan, down syndrome dan psikologi down syndrome. Sikap pustakawan di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen afektif adalah
pustakawan
senang
menambah
pengetahuan
dalam
bidang
perpustakaan. down syndrome dan psikologi down syndrome dengan cara membaca buku, jurnal dan ikut pelatihan, dan sikap pustakawan di perpustakaan SLBN 02 Jakarta berdasarkan komponen kecenderungan berperilaku dengan aktifnya pustakawan mengikuti pelatihan dan selalu melakukan pendampingan kepada pemustaka down syndrome. Dengan
35
Yusra, Sikap Pustakawan terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
30
disimpulkan bahwa sikap pustakawan terhadap pemustaka down syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta adalah sangat baik sekali. Penelitian kedua bersumber dari skripsi yang berjudul “Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta”36 ditulis oleh Donna Sitta Ariyanti. program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan informasi, proses pencarian informasi, solusi untuk mengatasi kendala, dan peran pustakawan dalam membantu pencarian informasi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukan proses pencarian informasi yang dilakukan setiap pemustaka berbeda-beda. Mereka selalu berkomunikasi satu dengan yang lainnya, kendalanya ialah fasilitas yang kurang memadai. Sehingga peran pustakawan dalam membantu pencarian informasi bagi pemustaka ialah sebagai motivator dan fasilitator. Penelitian ketiga bersumber dari skripsi yang berjudul “Kompetensi Pustakawan Dalam Penyediaan Informasi Yang Efektif Bagi Pemustaka di Perpustakaan Universitas Al-Azhar Indonesia”37 ditulis oleh Puti Asmarani. program studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi pustakawan dalam penyediaan informasi yang efektif
36
Donna Sitta Ariyanti, Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. 37 Puti Asmarani, Kompetensi Pustakawan Dalam Penyediaan Informasi Yang Efektif Bagi Pemustaka di Perpustakaan Universitas Al-Azhar Indonesia, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
31
bagi
pemustaka.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
deskriptifdengan pendekatan kuantitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah kuesioner dan teknik analisis datanya menggunakan regresi linier sederhana dengan bantuan software SPSS version 21. Hasil dari penelitian ini menunjukan kompetensi pustakawan dalam penyediaan informasi yang efektif bagi pemustaka mempunyai pengaruh dan hubungan yang kuat. Perbedaan dari ketiga penelitian diatas adalah cakupan pembahasan, lokasi, fokus penelitian, dan metode penelitian yang digunakan, dimana peneliti membahas secara lebih rinci mengenai bagaimana kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus dan harapan pustakawan terhadap yayasan mengenai kompetensi.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel, dan fenomena yang didapatkan di lapangan saat penelitian, menyajikan dan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya.38 Metode penelitian ini dipilih untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara umum bagaimana kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. Pendekatan penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang dimaksudkan untuk menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis, atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati sesuai dengan pendapat. 39 Dengan pendekatan ini penulis menggambarkan temuan-temuan penelitian dan memperoleh pemahaman yang mendalam sehingga dapat ditarik kesimpulan. B. Pemilihan Informan Informan adalah orang yang memberi informasi atau orang yang menjadi sumber data, bisa juga disebut orang yang diwawancarai.40 Informan adalah
38
Subana M. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah (Bandung: Pustaka Setia, 2005), h. 89. Lexy J. Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.4. 40 Emzir,Metode Penelitian Kualitatif Analisa Data (Jakarta: Rajawali Press, 2010), h.53. 39
32
33
orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta dari suatu objek penelitian.41 Kriteria informan yang akan menjadi narasumber adalah orang yang memahami tentang kompetensi pustakawan dalam melayani tunanetra yaitu kepala bagian perpustakaan dan produksi, dan staf/pegawai pada Yayasan Mitra Netra Jakarta. Dalam melakukan penelitian kualitatif, penulis harus cermat dalam memilih narasumber (informan) yang akan di wawancarai, penulis megambil informan sebanyak 3 orang, yaitu: Tabel 3. 1Informan
No.
Nama
Jabatan
1.
M. Akhyar
Sekretrais Yayasan Mitra Netra Jakarta
2.
Indah Lutfia S. Pd
Kabag. Produksi Buku dan Perpustakaan
3
Endah Tri Wahyuningsih
Staf Perpustakaan Yayasan Mitra Netra
S.Psi
Penulis berharap dapat mendapatkan informasi mengenai kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus dan harapan pustakawan terhadap Yayasan Mitra terhadap kompetensi yang dibutuhkan. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan merupakan langkah awal yang penting dalam penelitian. Data yang terkumpul akan digunakan sebagai bahan analisis. Oleh karena
41
M. Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009), h. 108.
34
itu,pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan masalah penelitian. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain: 1.
Data Primer Data primer adalah data yang diambil langsung tanpa perantara, atau langsung dari sumbernya. Seorang penulis bisa mendapatkan data-data primer dengan cara menyebarkan kuisioner, melakukan wawancara, atau melakukan
pengamatan
langsung terhadap
suatu
aktifitas
pada
masyarakat.42Dalam penelitian ini data diperoleh secara langsung dari hasil observasi lokasi penelitian yaitu Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta dan hasil wawancara dengan staff perpustakaan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. a. Observasi Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan penelitian secara teliti, serta pencatatan secara sistematis. Data observasi berupa deskripsi faktual, cermat dan terinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi sosial, serta konteks di mana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Data itu
diperoleh
berkat
mengadakanpengamatan
adanya
peneliti
di
lapangan
secara langsung.43Observasi
dengan
merupakan
metode pengumpulan data yang sangat diperlukan dalam penelitian, apalagi dengan pendekatan kualitatif. Objek dari observasi ini adalah 42
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktispenelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula (Jakarta: STIA-LAN, 1999), h. 8687. 43 S. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif(Bandung: Tarsito, 2003), h.59.
35
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta,penelitian yang dilakukan pada teknik observasi ini dengan cara melihat dan mengamati langsung kegiatan layanan perpustakaan, mengumpulkan fakta-fakta, pernyataan-pernyataan yang merupakan hasil dari kenyataan untuk dibahas dalam hasil penelitian. Teknik observasi ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah mengenai kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus dan harapan pustakawan terhadap Yayasan mengenai kompetensi. b. Wawancara Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.44 Wawancara ini merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa pertanyaan berkisar dari pertanyaan informal ke formal, untuk mendapatkan kejelasan mengenai permasalahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus.
Bentuk wawancara
yangdigunakan adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara tidak terstruktur merupakan cara untuk memperoleh data bila subjek sulit mengekspresikan diri, pewawancara dapat memodifikasi pertanyaan yang akan diajukan. Dengan menggunakan wawancara tidak
44
Bungin. Penelitian Kualitatif, h.108.
36
terstruktur diharapkan dapat memperoleh data yang lebih mendalam, lebih khusus dan lebih tepat dengan mengajukan pertanyaan tambahan untuk mengurangi respon-respon yang tidak jelas.45Teknik wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil observasi awal dan menjawab rumusan masalah mengenai kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. 2.
Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder biasanya diambil dari dokumen-dokumen antara lain dari laporan, karya tulis, koran dan majalah.46Data
sekunder
dalam
penelitian
ini
bersumber
dari
dokumentasi dan kepustakaan, yang terdiri dari berbagai literatur dan artikel yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. a. Kajian Pustaka Kajian Pustaka merupakan suatu teknik mengumpulkan dan mempelajari dari perpustakaan yang berhubungan dengan masalah yang penulis bahas. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menelusuri data historis. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam yaitu: 1). Otobiografi, 2). Suratsurat pribadi, buku-buku catatan harian, memorial, 3). Kliping, 4). 45
Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, h.190. Irawan,Logika dan Prosedur Penelitian, h. 87.
46
37
Dokumen pemerintah maupun swasta, 5). Cerita roman dan cerita rakyat, 6). Data di server atau di flashdisk, 7). Data tersimpan di website, 8). Foto-foto.47Data dokumenter yang penulis peroleh di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra berupa foto-foto yang penulis ambil sendiri setelah meminta izin dari pihak Perpustakaan dengan tujuan sebagai bukti yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. D. Teknik Analisis Data Dalam teknik analisa data kualitatif yaitu peneliti menguraikan dan menginterpretasikan data yang telah diperoleh dari lapangan dan dari narasumber (informan). Data-data yang diperoleh akan diolah dan disajikan dalam bentuk deskriptif untuk mengemukakan permasalahan dan menemukan solusi di sertai dengan teori-teori yang mendukung. Hasil analisis data berupa fakta-fakta yang terkait dengan objek penelitian. Data akan dianalisis melalui tiga tahapan yaitu : Reduksi Data
1.
Data yang diperoleh dari lapagan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan terinci. Kemudian data tersebut dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, dan dijadikan susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah untuk dikendalikan. Data yang direduksi memberi gambaran yanglebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk menemukan kembali data yang diperoleh bila diperlukan.48
47
Bungin. Penelitian Kualitatif, h.121. Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif , h.129.
48
38
2.
Penyajian Data Agar dapat melihat gambaran keseluruhannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat peneliti harus menguasai data dengan membuat “display” data.49 Setelah data direduksi maka penulis melakukan penyajian dalam bentuk teks yang bersifat naratif versi peneliti.
3.
Penarikan Kesimpulan Data yang diperoleh dicoba untuk mengambil kesimpulan, mulanya kesimpulan masih kabur, diragukan, namun dengan bertambahnya data kesimpulan tersebut menjadi lebih jelas dan bulat.50 Data-data telah dijabarkan dalam bentuk naratif tadi, kemudian penulis membuat kesimpulanya. Sedangkan kesimpulan tersebut untuk menjawab rumusan masalah pokok yang telah dijabarkan sebelumnya.
E. Tempat dan Waktu Penelitian Perpustakaan Yayasan Mitra Netra merupakan tempat pelayanan sekaligus tempat produksi bahan pustaka untuk pemustaka berkebutuhan khusus yaitu tunanetra. Perpustakaan dan Produksi di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra terletak pada ruangan yang berbeda (perpustakaan terletak di lantai 1 dan produksi terletak di lantai 2) hal ini dikarenakan keterbatasan ruangan di lantai bawah. Selain itu, juga terdapat beberapa perbedaan fasilitas antara perpustakaan dan produksi, observasi awal menunjukkan bahwa produksi memiliki fasilitas dan tata ruang yang lebih baik, sedangkan perpustakaanbisa
49
Nasution. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, h.129 Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, h.130.
50
39
dikatakan memiliki fasilitas yang sederhana yang digunakan sebagai layanan dengan pemustaka, hal ini lah alasan penelitian ini lebih difokuskan terhadap perpustakaan. Sehingga penelitian ini dilaksanakan pada Perpustakaan Yayasan MitraNetra. Tempat penelitian beralamat di Jl. Gunung Balong II No.58. Jakarta Selatan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2016, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3. 2 Jadwal Penelitian Tahun 2016-2017 Bulan KeNo.
Jenis Kegiatan 3
1.
Observasi awal
2.
Penyerahan Proposal Skripsi dan Mendapatkan Dosen Pembimbing
3
Bimbingan Skripsi
4
Observasi dan wawancara kedua
5
Pergantian Judul
6
Observasi dan wawancara ketiga
7
Analisis data
8
Penyusunan Skripsi
9
Sidang Skripsi
4
5
6
7
8
9
10
11
12
1
2
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perpustakaan Yayasan Mitra Netra 1.
Sejarah Berdirinya Perpustakaan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bergerak dibidang pendidikan dan pengembangan tunanetra didirikan pada tanggal 14 Maret 1991. Pendirinya dilandasi oleh keyakinan bahwa: a.
Tunanetra hanya menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila disediakan:
rehabilitasi
yang
dapat
mengurangi
dampak
kecacatannya, pendidikan dan latihan yang mengembangkan potensinya, peluang kerja yang seluas-luasnya, Sarana dan atau layanan khusus. b.
Tidak semua tunantera dan keluarganya mampu menyediakan dan membiayai kebutuhan di atas oleh karenanya perlu lembaga pendamping.
c.
Keterlibatan tunanetra dalam pengambilan keputusan, proses pelaksanaan dan evaluasi program menyangkut kepentingan tunanetra lebih menjamin program tersebut sesuai dengan aspirasi tunanetra, karena mereka mengetahui kebutuhannya sendiri.
d.
Kemitraan antara tunanetra dan sahabatnya yang berpenglihatan serta kemitraan Yayasan Mitra Netra dengan organisasi lainnya dapat membangun sinergi, sehingga dapat meringankan tantangan yang dihadapi. 40
41
e.
Pendekatan secara inklusif dapat mengurangi atau mencegah perlakuan diskriminatif. Pada awal berdirinya Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini hanya
memiliki
koleksi
buku
bicara
yang
berupa
kepingan
kaset.
Penyelenggaraannya dilatar belakangi oleh beberapa alasan yaitu: a.
Minimnya bahan bacaannya yang tersedia bagi tunanetra khususnya siswa dan mahasiswa yang menempuh pendidikan terpadu. Hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka.
b.
Mahalnya biaya serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan buku-buku braille. Fungsi dari buku bicara ini adalah sebagai bahan pustaka dalam
bentuk audio dimana para tunanetra belajar dengan cara mendengarkan buku bicara (kaset) dari hasil transfer buku awas yang sudah direkam oleh reader (pembaca) ke dalam bentuk audio di dalam studio. Bukubuku yang direkam khususnya buku teks saja mulai dari buku pelajaran tingkat SD, SMP, SMA, PT dan buku-buku umum. Kemudian pada tahun 1995, dengan sarana yang dimiliki, Perpustakaan Yayasan Mitra Netra mulai memiliki koleksi buku braille. Adapun alasan yang melatar belakanginya adalah: a.
Tidak terpenuhinya kebutuhan akan buku-buku braille bagi tunanetra, baik di toko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan umum.
42
b.
Untuk beberapa bidang tertentu yaitu matematika, fisika, kimia dan bahasa asing dirasakan lebih sulit jika menggunakan buku bicara. Fungsi dari buku braille ini sama halnya dengan fungsi buku bicara
yakni sebagai sarana belajar untuk tunanetra, khususnya untuk bukubuku yang bersifat eksakta. Namun tidak menutup kemungkinan utuk buku-buku teks lain juga bisa ditransfer ke dalam bentuk braille. Salah satu kegiatan yang dijalankan oleh Yayasan Mitra Netra adalah layanan perpustakaan yang menyediakan buku-buku braille dan buku-buku bicara secara gratis kepada anggotanya di Jabotabek yang saat ini berjumlah 723 orang. Disamping itu juga dilakukan pengiriman buku bicara (CD) secara rutin setiap bulan ke 33 perpustakaan SLB-A/lembaga ketunanetraan di Indonesia. untuk distribusi buku braille, Yayasan Mitra Netra menggagas dan memfasilitasi kerjasama antar-produsen buku braille di Indonesia melalui perpustakaan braille online KEBI (Komunitas Elektronik Braille Indonesia).51 Perpustakaan ini dimulai hanya dengan koleksi sebanyak 10 judul buku bicara. Namun, saat ini koleksinya telah berkembang menjadi 1.627 judul digital talking book (CD). Koleksi Perpustakaan Yayasan Mitra Netra: a.
Produksi Buku Braille Saat ini ada empat orang braille transcriber yang bertugas menyalin buku-buku cetak, umumnya buku teks pelajaran sekolah, ke dalam
51
Yayasan Mitra Netra diakses pada tanggal 01 Maret 2017 dari http://mitranetra.or.id.
43
format 150 judul buku braille. Setiap tahunnya dihasilkan sekitar 68.000 halaman master braille, yang kemudian dicetak rata-rata ke dalam empat copy menjadi sekitar 250.000 halaman braille, yang kemudian dijilid menjadi sekitar 3.400 volume buku braille. Di samping itu juga terdapat 710 orang relawan yang tergabung dalam gerakan Seribu Buku untuk Tunanetra yang membantu Perpustakaan dengan mengetikkan buku-buku cetak ke dalam dokumen Microsoft Word untuk selanjutnya diproses oleh braille transcriber. Hasil ketikan relawan juga diolah menjadi e-book yang dapat diakses dengan mudah oleh tunanetra. Gerakan ini diluncurkan oleh Yayasan Mitra Netra sejak awal tahun 2006 guna mengatasi minimnya ketersediaan buku-buku umum/populer dalam format braille. Hingga kini gerakan tersebut telah menerima file ketikan buku dari para relawan sebanyak 1.284 judul. b.
Produksi Buku Bicara (digital talking book) Produksi
buku
bicara
dilakukan
dengan
cara
merekamkan
pembacaan buku-buku cetak ke dalam bentuk audio oleh seorang narator (pembaca). Dengan dua buah studio mini yang sangat sederhana dan lima orang pembaca reguler setiap tahunnya diproduksi kurang lebih 300 judul buku bicara yang terdiri dari sekitar 2.280 jam baca. Sejak tahun 2006, unit ini secara bertahap mulai beralih dari produksi buku bicara analog (kaset) ke buku bicara digital (CD). Hal ini dilakukan mengingat banyaknya keunggulan buku bicara digital dibandingkan dengan buku bicara
44
analog, antara lain kapasitasnya yang besar di mana satu CD dapat menampung
sampai
50
jam
baca
sehingga
lebih
praktis
penanganannya dan lebih murah biaya produksinya. Di samping itu, dengan format buku bicara digital ini pengguna akan dapat dengan mudah dan cepat menuju bagian-bagian buku yang diinginkan, seperti halaman, bab, dan sebagainya. 2.
Visi dan Misi Sebagai bagian dari komponen bangsa, Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif masyarakat yang dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra akan dapat hidup mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat. Dalam upaya memberikan perannya untuk mewujudkan cita-cita itu, visi Yayasan Mitra Netra adalah: "Berfungsi sebagai pengembang dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang mandiri, cerdas dan bermakna dalam masyarakat yang inklusif”. Mitra Netra adalah lembaga yang terus tumbuh, dan dalam perannya sebagai organisasi lokomotif yang mendorong kemajuan bagi tunanetra di Indonesia, Yayasan ini juga melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas lembaga lain, sehingga lembaga-lembaga tersebut makin meningkat kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan tunanetra. Dalam perannya Sebagai sebuah pusat
45
layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan organisasi lain, Yayasan ini hadir di tengah-tengah masyarakat dengan misi untuk: a.
Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitasi
b.
Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan
c.
Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversifikasi dan penempatan kerja
d.
Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang dibutuhkan melalui penelitian
e.
Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta mendistribusikan produk yang dihasilkan
f.
Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusi yang mengakomodir berbagai perbedaan.
3.
Sumber Daya Manusia Perpustakaan Yayasan Mitra Netra memiliki sumber daya manusia yang berjumlah enamorang. Terdiri dari kepala bagian produksi dan perpustakaan dan lima staf perpustakaan. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 4. 1 Sumber Daya Manusia No
Nama
1
Indah Lutfiah S.Pd
Jabatan Kepala Bagian Produksi
Pendidikan
Sarjana (S1)
Buku dan Perpustakaan 2
Endah Tri Wahyuningsih S.Psi
Staf Perpustakaan
Sarjana (S1)
3
Zainal Amd.
Staf Produksi
Ahlimadya (D3)
46
4.
4
Ani Amd.
Staf Produksi
Ahlimadya (D3)
5
Yuni S.Sos
Staf Produksi
Sarjana (S1)
6
Zaki
Staf Produksi
SMK
Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra Pembina Ketua
: Drg. Anita Ratnasari Tanjung, M.A.R.S
Wakil Ketua Pembina
: Imas Fatimah, S.H,M.Kn.
Anggota
: Lusie Indrawati,S.H, M.B.A. dan Ir.Ratna Iswahyuni
Pengurus Ketua
: Drs. Bambang Basuki
Sekretaris
: Drs. Mohammad Ahyar
Bendahara
: M. Nurizal, S.E, M.Si.
Kepala Bagian Kabag. Personalia & Umum
: Tri Winarsih
Kabag. Keuangan
: Abdul Wahid, S.E.I.
Kabag. Humas
: Aria Indrawati, S.H.
Kabag. Rehabilitasi & Diklat
: Muizzudin Hilmi.
Kabag. Produksi & Perpustakaan : Indah Lutfiah, S.Pd. Kabag. Penelitian
: Nur Ichsan
47
5.
Fasilitas Berikut ini beberapa fasilitas yang terdapat di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra, sebagai berikut: Tabel 4. 2 Fasilitas No
6.
Nama Barang
Jumlah
1
Meja baca dan kursi
10 buah
2
Rak buku
3 buah
3
Alat untuk mendengarkan (player)
3 buah
4
Meja sirkulasi
1 buah
5
Ruang studio
2 buah
6
Komputer
3 buah
7
Pendingin ruangan
2 buah
8
Jam dinding
1 buah
9
Mushala
1 buah
10
Kamar mandi
3 buah
Koleksi a.
Produksi Buku Braille Saat ini ada empat orang braille transcriber yang bertugas menyalin buku-buku cetak, umumnya buku teks pelajaran sekolah, ke dalam format 150 judul buku braille. Setiap tahunnya dihasilkan sekitar 68.000 halaman master braille, yang kemudian dicetak rata-rata ke
48
dalam empat copy menjadi sekitar 250.000 halaman braille, yang kemudian dijilid menjadi sekitar 3.400 volume buku braille. b.
Produksi Buku Bicara (digital talking book) Produksi
buku
bicara
dilakukan
dengan
cara
merekamkan
pembacaan buku-buku cetak ke dalam bentuk audio oleh seorang narator (pembaca). Dengan dua buah studio mini yang sangat sederhana dan lima orang pembaca reguler setiap tahunnya diproduksi kurang lebih 300 judul buku bicara yang terdiri dari sekitar 2.280 jam baca. 7.
Layanan Sebagai lembaga yang berupaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra di bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, adanya layanan perpustakan merupakan salah satu pilar utama layanan Mitra Netra.Tujuan layanan perpustakaan Mitra Netra adalah: a.
Menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh tunanetra, baik dalam bentuk buku Braille, buku bicara digital (buku dalam bentuk CD audio), serta buku elektronik (ebook).
b.
Menjadi pusat layanan informasi bagi tunanetra.
c.
Menjadi tempat belajar bersama (mini learning center) bagi tunanetra.
d.
Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan belajar.
49
e.
Memberikan hak pada tunanetra untuk mendapatkan akses ke informasi melalui literasi.
8.
Jenis Layanan a.
Peminjaman buku dalam bentuk buku Braille maupun buku bicara digital kepada anggota perpustakan.
b.
Mendistribusikan buku bicara digital kepada perpustakaan untuk tunanetra lain yang telah berafiliasi dengan Mitra Netra.
c.
Memberikan informasi yang dibutuhkan tunanetra.
d.
Menyelenggarakan kegiatan belajar bersama dengan nama Mini Learning Center (MLC), meliputi: English Lesson, English Conversation Club, diskusi rutin dengan tema-tema menarik untuk memperluas wawasan dan mendukung kemandirian tunanetra, menulis kreatif.
e.
Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku braille maupun buku bicara digital.
f. 9.
Layanan membaca buku diperpustakaan.
Durasi Layanan a.
Layanan peminjaman buku: 1) Buku pelajaran/referensi kuliah dapat dipinjam selama satu semester buku tersebut diperlukan untuk belajar 2) Buku-buku pengetahuan umum dapat dipinjam selama satu bulan 3) Jika buku diperlukan melebihi jangka waktu yang ditetapkan tersebut, peminjam dapat mengajukan perpanjangan.Proses pemesanan/pembuatan buku Braille atau buku bicara digital dapat
50
berlangsung antara 1 hingga 3 bulan, sesuai ketebalan buku. Layanan
pemberian
informasi
dan
membaca
buku
di
perpustakaan disediakan selama hari kerja. b.
Mini Learning Center: 1) English class: 2 kali seminggu masing-masing 2 jam 2) English conversation club: sekali seminggu dengan durasi 2 jam 3) Diskusi: sekurang-kurangnya 2 kali sebulan, dengan durasi minimal 2 jam 4) Menulis kreatif : sekali seminggu, dengan durasi 2 jam
10. Syarat dan Ketentuan Layanan a.
Layanan peminjaman dan pemesanan buku: Mendaftar menjadi anggota perpustakan: Mengisi formulir dan membayar iuran anggota sekali setahun sebesar Rp 10,000 dan mentaati
peraturan
peminjaman buku b.
Mini learning Center: Mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan MLC yang diinginkan dan mengikuti sesuai ketentuan yang ditetapkan
11. Waktu Layanan Adapun waktu layanan perpustakaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
51
Tabel 4. 3 Waktu Layanan Hari
Waktu Layanan
Senin – Jum’at
09.00 – 16.00 WIB
Nasional / Libur
Tutup
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab ini penulis akan memaparkan hasil observasi dan wawancara di lapangan terhadap kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta yang mencakup kompetensi yang dibutuhkan pustakawan dan harapan pustakawan untuk memenuhi kompetensi tersebut. Adapun hasil penelitian yang diperoleh, sebagai berikut: 1.
Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus Perpustakaan Yayasan Mitra Netra merupakan perpustakaan khusus untuk pemustaka tunanetra dengan sistem pelayanan tertutup. Pelayanan tertutup merupakan sistem yang diterapkan yayasan dengan tujuan seorang pustakawan dapat dengan mudah mencari informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka tanpa pemustaka mencari sendiri yang ia butuhkan. Pustakawan sebagai pengelola perpustakaan mempunyai peran penting dalam mengatur semua sistem yang ada diperpustakaan, untuk itu kompetensi sangat diperlukan oleh seorang pustakawan. Ada enam kompetensi yang dibutuhkan antara lain: a.
Kompetensi Teknologi Informasi
52
Berkaitan dengan teknologi, tuntutan pemustaka terhadap kompetensi teknologi terutama pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari, paling tidak kompetensi yang diperlukan adalah: 1) Pustakawan mampu menggunakan komputer untuk menerapkan aplikasi layanan perpustakaan kepada pemustaka berkebutuhan khusus yaitu E-Pub (Elektronik Public) program aplikasi komputer bicara untuk tunanetra. 2) Pustakawan mampu mensosialisasikan dan memanfaatkan komputer
sehingga
dapat
digunakan
dengan
baik
oleh
pemustaka. Perpustakaan Yayasan Mitra Netra semakin berkembang dengan adanya teknologi, media yang digunakan sistem huruf braille Indonesia dan Daisy Player. Huruf braille yaitu buku braille yang dapat dibaca dengan cara diraba oleh pemustaka tunanetra, daisy player (Digital Acsesible System Player) yaitu buku bicara yang bisa didengar oleh pemustaka tunanetra dengan menggunakan kaset berupa CD (Compact Disk). Dengan seiringnya waktu, perpustakaan meluncurkan sumber bacaan berupa aplikasi yang dapat diakses lewat komputer dan handphone, sehingga membantu pemustaka dalam membaca sekaligus mencari informasi yang diinginkan. Seperti hasil wawancara sebagai berikut: “Apa yang di butuhkan ibu sebagai pustakawan mengenai teknologi yang ada di Perpustakaan?”
53
“Yang dibutuhkan bagi saya terhadap teknologi ini ya komputer dan komputernya kan sudah ada paling seperti pembuatan katalognya. Komputer yang khusus untuk temen-temen tunanatera kan yang bisa mencari buku atau layar komputer yang dapat bicara, karena kan kita masih proses dalam pembuatannya. Tetapi saat ini perpustakaan kan mulai mengembangkan aplikasi E-Pub yaitu aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone atau komputer sehingga buku-buku yang mereka carisudah bisa di unduh. Jadi memudahkan mereka dalam pencarian tanpa mereka datang ke perpustakaan, tetapi memang koleksinya belum banyak karena baru pengembangan”52 Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, pustakawan mampu melayani tunanetra dengan menggunakan teknologi E-Pub yaitu program aplikasi yang dapat bicara pada layar. b.
Kompetensi Komunikasi Kompetensi komunikasi sangat diperlukan agar para pemustaka berkebutuhan khusus memperoleh kepuasan dalam menerima layanan yang diberikan pustakawan. Pustakawan mampu mengetahui keadaan dan kondisi dari setiap pemustaka agar dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan. Layanan yang diberikan tentu sangatlah berbeda dengan pemustaka pada umumnya, berikut hasil wawancara dengan informan: “Bagaimana berkomunikasi dengan tunanetra?” “Karena tidak mudah berhadapan dengan seorang berkebutuhan khusus yaitu tunanetra, jadi ya harus mengetahui terlebih dulu keadaan, situasi, dan kondisi dari diri pemustaka, dengan komunikasi kan kita bisa tahu dan saling mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh oranglain, karena semuanya butuh komunikasi sebagai penyampai informasi, sehingga dengan mudah pustakawan mengetahui apa yang diinginkan dari pemustaka”.53
52
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017. Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 07 Oktober 2016.
53
54
Pencarian informasi berupa koleksi buku braille dan buku audio, ketika pemustaka tunanetra mencari buku braille dengan judul laskar pelangi maka pustakawan akan mencarikan buku, kemudian memberikan bukunya dan dipandu untuk membacanya. Begitupun dengan pemustaka yang ingin mencari koleksi buku audio, pustakawan akan mencarikan buku audio dalam bentuk compact disk (CD) sesuai yang diinginkan, kemudian menyiapkan player daisy (pemutar CD untuk tunanetra) agar pemustaka dapat mendengarkan informasi yang ada pada compact disk (CD), pustakawan membimbing dan mengarahkan informasi yang terdapat pada buku audio kepada pemustaka. Pemustaka yang berada di luar daerah selain Jakarta merupakan anggota dari Perpustakaan Yayasan Mitra dapat membaca buku atau memesan buku yang sedang dibutuhkan kepada Perpustakaan dengan cara menelepon pustakawan, kemudian akan dicarikan koleksi terkait dengan keinginan sehingga, koleksi tersebut akan dikirimkan melalui pos dengan alamat yang telah diberikan pemustaka. Komunikasi yang diberikan pustakawan terhadap pemustaka tunanetra tersebut dapat dengan mudah tersampaikan, karena pustakawan mengerti dan memahami apa yang dibutuhkan setiap pemustaka tunanetra, disamping perilaku dan sikap pustakawan yang baik ramah serta sopan kepada pemustaka, tunanetra akan merasa nyaman ketika berada di Perpustakaan atau di luar Perpustakaan.
55
c.
Kompetensi Organisasi Informasi Kemampuan pustakawan dalam menata, menyimpan kemudian mencari koleksi di perpustakaan merupakan bagian penting. Karena, dapat memudahkan pustakawan dalam mencari koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Pustakawan mengelompokkan buku ke rak sesuai dengan jenis buku dan disusun berdasarkan abjad. Hasil wawancara dengan informan sebagai berikut: “Bagaimana menyimpan dan menyusun koleksi?” “Biasanya saya simpan buku tersebut berdasarkan golongan yaitu pendidikan, SD SMP SMA kelas 1,2,3 dan nanti disusun berdasarkan abjad begitupun dengan fiksi dan non fiksi disusun berdasarkan abjad juga. Kalau diklasifiksasikan itu ribet apalagi tenaganya tidak ada maka disusunnya berdasarkan abjad dan dikategorikan sesuai dengan jenis buku”.54 Sistem ini diterapkan dengan sederhana, yaitu berdasarkan jenis buku dan sesuai abjad. Tujuannya tetap sama yaitu dapat dengan mudah mencari koleksi yang diinginkan. Pustakawan memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan pemustaka, apabila tunanetra mencari bahan bacaan maka akan dicari sesuai dengan keinginan dan juga kondisidarihobi serta minatnya pada bidang. Perpustakaan sebagai sarana membaca sekaligus tempat untuk belajar bersama, anak semakin termotivasi dengan bimbingan atau arahan yang diberikan oleh pustakawan. Gemar membaca anak tunanetra akan semakin tinggi.
d. 54
Kompetensi Kerjasama
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017.
56
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra merupakan sarana belajar yang membantu tunanetra dalam memperoleh pengetahuandan mengembangakan minat atau hobi. Pembelajaran yang diterapkan melalui Yayasan tidak lepas dari adanya sumber daya manusia, pustakawan mampu bekerjasama dengan staf juga masyarakat sekitar, sehingga menghasilkan tunanetra gemar belajar dan membaca. Maka hasil wawancara yang di peroleh adalah sebagai berikut: “Kenapa kerjasama itu sangat penting?” “Kerjasama sangat penting karena kan kita tidak bisa selesai pekerjaannya tanpa adanya kerjasama, misalnyasaja dalam pengembangan dan penerapan perpustakaan digital kan harus ada kerjasama antar bagian, baik dibagian litbang maupun karyawan di yayasan. Nah, itu kan harus ada bantuan antar sesama supaya mudah dalam mengerjakannya dan proses penyelesaiannya cepat selesai”.55 Hasil
observasi
tersebut
menyatakan
bahwa
kerjasama
mempunyai peran yang sangat penting terhadap pencapaian suatu lembaga
dan
masyarakat
sekitar
untuk
memperoleh
suatu
pembelajaran dan pengetahuan bersama. Semua staff atau sumber daya manusia yang ada di Perpustakaan mempunyai peran dan tugas berbeda-beda sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Misalnya, Perpustakaan mengadakan kerjasama dengan bagian litbang terkait dengan aplikasi dalam pencarian informasi. Maka, semua staff yang ada akan ikut mendukung dan membantu sesuai dari arahan kepala Perpustakaannya. 55
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017.
57
Jadi,
pustakawan
mampu
mengarahkan
dan
menjelaskan
kebutuhan apa saja yang harus dipenuhi juga dilaksanakan oleh staffnya. e.
Kompetensi Psikologi Kemampuan
pustakawan
dalam
melayani
pemustaka
berkebutuhan khusus tidaklah mudah, pustakawan harus mengetahui terlebih dulu keadaan dan kodisi dari setiap tunanetra, kemampuan pustakawan dalam menangani tunanetra berbeda-beda caranya. Setiap tunanetra mempunyai kondisi yang berbeda, misalnya tunanetra yang minder dan takut kepada orang lain, dilatih dan diberikan penyuluhan terkait motivasi agar tumbuh rasa percaya diri. Maka hasil wawancara yang diperoleh adalah sebagai berikut: “Bagaimana pustakawan melayani tunanetra?” “Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, psikologi ini sangat penting karena kan yang saya hadapi itu pemustaka berkebutuhan khusus jadi memang penanganan dan pendekatannya berbeda dengan orang awas pada umumnya”56 Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut, orang awas dapat ditangani dan diarahkan, permasalahannya ialah mereka suka membaca apa tidak,pemustaka tunanetra sangat kurang terhadap informasi, jadi mereka harus dibekali pengetahuan supaya kaya akan informasidan untuk menarik minat bacanya harus dengan cara pendekatan. Pendekatan yang dilakukan oleh pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yaitu dengan mengetahui terlebih dulu keadaan diri mereka melalui jenis usia dan bahan bacaan yang 56
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017.
58
mereka butuhkan. Sehingga, pelayanan yang diberikan oleh pustakawan dapat dengan mudah tersampaikan. f.
Kompetensi Inovasi dan Kreativitas Pustakawan dituntut untuk mampu berinovasi dan mempunyai kretaivitas yang tinggi, ide-ide yang disajikan kepada pemustaka, khususnya pemustaka berkebutuhan khusus ini bertujuan untuk dapat mengembangkan diri mereka sendiri, pustakawan memberikan arahan serta motivasi melalui bahan bacaan sebagai sarana belajar, adapun wawancara dengan informan sebagai berikut: “Inovasi dan kretaivitas menurut ibu apa?” “Inovasi itukan pengembangan dari yang sudah ada ya, sebenernya fungsi dari perpustakaan itu tidak hanya sekedar untuk meminjam dan membaca buku saja. Makanya saya kembangkan untuk diskusi, belajar juga untuk curhat (tanya jawab)”. Masyarakat menganggap bahwa perpustakaan hanya sekedar untuk membaca, meminjam dan mengembalikan buku saja. Padahal, Perpustakaan juga merupakan sarana
untuk tempat belajar juga
diskusi, karena tidak semua orang yang datang ke Perpustakaan hanya untuk membaca buku, informasi yang didapat juga tidak dari buku. Perpustakaan Yayasan berfungsi sebagai tempat membaca sekaligus tempat untuk belajar, jadi mereka yang datang ke Perpustakaan tidak hanya untuk membaca dan meminjam melainkan untuk belajar. Pustakawan dapat mengarahkan dan memberikan informasi berupa pengetahuan yang dibutuhkan oleh pemustaka.
59
2.
Harapan Pustakawan terhadap Yayasan Mitra Netra untuk Memenuhi Kompetensi Sesuai dengan tujuan yang kedua dari skripsi ini, yaitu untuk mengetahui harapan pustakawan kepada Yayasan dalam memenuhi kompetensi. Ada enam harapan pustakawan terkait dengan kompetensi diantaranya: a.
Harapan terhadap Kompetensi Teknologi Setiap manusia mempunyai harapan dan keinginan agar perpustakaan
berkembang
dan
meningkat
sesuai
dengan
perkembangan zaman. Berikut wawancara dengan informan: “Saya berharap dengan adanya pengembangan teknologi temanteman tunanetra sudah bisa banyak membaca buku sehingga pengetahuan mereka bertambah”.57 “Harapan saya terhadap TI ini sudah berbasis teknologi, ketika anggota ingin datang ke Perpustakaan kemudian ia bisa searching/mencari buku pada komputer yang diinginkan, nah disitu sudah tersedia apakah buku sudah dalam bentuk braille, audio, juga e-pubnya. Memang jadi PR besar untuk Mitra Netra membuat katalog seperti itu, karena masih sulit digunakan oleh tunanetra. Untuk pustakawannya juga memudahkan kan, ketika ada yang menanyakan koleksi. Karena saat ini kita masih beda dan terpisah antara database buku braille dan database buku audio masih belum jadi satu”.58 “Harapannya kita bisa selalu berinovasi khususnya pada layanan, untuk bisa memberikan yang terbaik kepada tunanetra dalam halnya teknologi tersebut sebagai sarana peningkatan kualitas hidup, jd teknologi itu sabagai sarana, sarana itu tidak akan ada gunanya kalau tidak digunakan. Jd artinya bagaimana kita bisa menggunakan sarana itu sebagai kualitas hidup kita”.59
57
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017. Wawancara dengan Indah Lutfia, Jakarta, 08 Maret 2017. 59 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02 Maret 2017. 58
60
Peran Perpustakaan dan Yayasan Mitra Netra sangat penting dalam teknologi ini karena perkembangan dunia luar akan semakin berkembang dan unggul. Upaya yang harus dilakukan agar teknologi tidak tertinggal ialah dengan cara mengembangkan penemuan baru, misalnya aplikasi. Menginformasikan dan mensosialisasikan melalui email atau telepon kepada masyarakat sekitar khususnya tunanetra. b.
Harapan terhadap Kompetensi Komunikasi Interaksi antar sesama merupakan kegiatan rutin yang sering dilakukan dan informasi yang diperoleh sesuai dengan pemustaka pada umumnya, adapun harapan infoman ialah: “Ya mudah-mudahan dengan adanya perpustakaan, tunanetra ini bisa berkembang sesuai dengan kebutuhannya dan supaya mereka mendapatkan informasi juga mempunyai bekal, mereka juga tidak ketinggalan dengan pemustaka yang normal. Sehingga mereka juga dapat mengembangkan dirinya sendiri tanpa adanya bantuan dari kita”.60 “Sampai saat ini komunikasi harus lebih ditingkatkan lagi yaa, supaya jangan sampai ada salah paham, dengan cara apa? Harus dengan ketemuan dan sering melakukan interaksi”.61 “Harapan saya ya kita sebagai para pengurus harus bisa menciptakan komunikasi dengan baik, dan supaya staff bisa lebih berani untuk bicara secara langsung. Salah satunya dengan bicara terus dengan para pegawai agar tidak takut”.62
Peran Perpustakaan dan Yayasan Mitra Netra terhadap tunanetra sangatlah penting, di tempat ini tunanetra belajar dan banyak mendapatkan pengetahuan dari guru dan juga orang-orang sekitar. Upaya yang harus dilakukan mengenai komunikasi ialah terus 60
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 19 Januari 2017. Wawancara dengan Indah Lutfia, Jakarta, 08 Maret 2017. 62 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02 Maret 2017. 61
61
belajar mengetahui, memahami setiap kondisi dari masing-masing tunanetra demi terjalinnya suatu inetraksi yang baik. c.
Harapan terhadap Kompetensi Organisasi Informasi Perpustakaan akan terlihat rapi apabila dikelola dengan baik, penataan dari setiap koleksi berupa buku maupun digital disusun sesuai dengan sistem, harapan informan ialah: “Saya berharap ada penemuan baru khususnya dalam mencari informasi di bidang tunanetra sehingga dapat memudahkan pemustaka dalam mencari informasi”.63 “Mengenai alur dari SOP atau dari pembuatan buku juga audio sih sangat sesuai ya, sehingga dapat meningkatkan efektivitas kerja”.64 “Harapan saya ya suapaya semua pegawai dapat bekerja dengan baik sesuai dengan tugasnya sehingga efektivitas dalam bekerja”65 Mesin pencari atau katalog Perpustakaan Mitra Netra masih dalam
proses
pengembangan,apabila
sistem
tersebut
sudah
diterapkan dan dikembangkan maka pemustaka belajar untuk mencari koleksi sendiri. d.
Harapan terhadap Kompetensi Kerjasama Bekerjasama
berarti
menyelesaikan
tugas
sesuai
dengan
kesepakatan dan keberhasilan bersama. Perpustakaan bekerjasama dengan penerbit dan pengarang agar koleksi bertambah banyak. Berikut waawancara dengan informan: “Harapan saya dengan adanya kerjasama, penerbit dan pengarang saling bekerjasama. Supaya buku yang ada di perpustakaan meningkat koleksinya”.66 63
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017. Wawancara dengan Indah Lutfia, Jakarta, 08Maret 2017. 65 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02Maret 2017. 64
62
“Supaya semua bagian ini saling terkait dan saling membantu. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan program yang ada dan mensukseskan layanan di perpustakaan”.67 “Harapan saya setiap pegawai harus bisa menenangkan satu sama lain, ketika ada yang berbeda pendapat maka dicari jalan keluarnya dan diselesaikan bersama”.68 Perpustakaan Yayasan Mitra Netra dalam meningkatkan koleksi perlu
adanya
kerjasama
pengembangan koleksi.
dari
Upaya
pihak-pihak
terkait
dengan
yang harus dilakukan ialah
mensosialisasikan program-program yang ada di Yayasan dan Perpustakaan agar terjalin dengan baik. e.
Harapan terhadap Kompetensi Psikologi Kemampuan
pustakawan
dalam
melayani
pemustaka
berkebutuhan khusus berbeda-berbeda dari cara penyampaian dan memberi arahan. Harapan informan adalah: “Bagaimana harapan Perpustakaan?”
terhadap
lembaga
dan
juga
“Pihak lembaga mengadakan pelatihan khusus untuk ketunanetraan, agar pegawai / staff memahami setiap karakter tunanetra. Misalnya untuk pemustaka MDVI (Multi Disabilitas Inverbal Impairment) artinya tunanetra mempunyai kelainan lain seperti gangguan motorik, pendengaran, perilaku dan autis”.69 “Harapannya yaa pegawai/staff dan yang bekerja dibagian perpustakaan harus tahu supaya tidak salah dalam memberikan layanan maupun arahan terhadap tunanetra”.70 “Khususnya dalam melayani pemustaka tunanetra harus dengan baik dilayaninya”.71
66
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017. Wawancara dengan Indah Lutfia, Jakarta, 08Maret 2017. 68 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02Maret 2017. 69 Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 05 Januari 2017. 70 Wawancara dengan Indah Lutfiah, Jakarta, 08 Maret 2017. 71 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02 Maret 2017. 67
63
Yayasan Mitra Netra merupakan lembaga ketenagakerjaan yang dikembangkan untuk kelangsungan hidup tunanetra dan melayani semua kebutuhan tunanetra. Pembelajaran dan pelatihan yang diterapkan mampu di terima oleh tunanetra, sehingga pegawai/staff dapat membimbing dan mengarahkan dengan baik. f.
Harapan terhadap Kompetensi Inovasi dan Kreativitas Inovasi dan kreativitas harus selalu berkembang dalam setiap bidang. Harapan informan ialah: “Ya saya berharap supaya ada inovasi baru, khususnya di bidang perpustakaan, pemustaka menginginkan adanya e-katalog, yaitu katalog elektornik yang dapat mencari koleksi sendiri”.72 “Supaya kita ini bisa sama dengan orang normal pada umumnya dan mengikuti perkembangan zaman yang ada supaya tidak tertinggal”.73 “Harapannya bisa selalu berinovasi untuk dapat melayani pemustaka tunanetradan kaitannya dengan teknologi.”74 Perpustakaan Yayasan Mitra Netra memiliki sumber daya manusia dengan jumlah sedikit, pekerjaan dari setiap orang dibidang tertentu jadi merangkap. Misalnya seseorang bekerja di bidang perpustakaan bekerja juga di bidang diklat dari yayasan, seseorang tersebut harus memiliki pengetahuan luas pada masing-masing bidang. Jadi, upaya yang harus dilakukan oleh lembaga ialah menambah sumber daya manusia agar kemampuan dari setiap bidang maksimal untuk dikerjakan.
72
Wawancara dengan Endah Tri Wahyuningsih, Jakarta, 19 Januari 2017. Wawancara dengan Indah Lutfia, Jakarta, 08Maret 2017. 74 Wawancara dengan M. Ahyar, Jakarta, 02 Maret 2017. 73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kompetensi pustakawan dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta, maka diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1.
Kompetensi pustakawan meliputi: Teknologi informasi, komunikasi, organisasi informasi, kerjasama, psikologi, inovasi dan kreativitas. Pustakawan sepenuhnya memberi arahan dan bimbingan kepada pemustaka tunanetra yang sedang mencari informasi koleksi berupa buku braille maupun audio book/buku bicara.
2.
Harapan terhadap Yayasan Mitra Netra yaitu pustakawan mendapatkan pelatihan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhannya sehingga pelayanan yang diberikan maksimal serta sebagai penyedia layanan yang dapat memberikan semua kebutuhan dan kelangsungan hidup tunanetra.
B. Saran 1.
Fasilitas Perpustakaan ditambahkan sarana dan prasarana. Misalnya, penambahan jumlah koleksi berupa buku fiksi dan non fiksi, ruangan untuk audiobook (mendengarkan buku), rak buku dan katalog online.
2.
Pegawai/staf di Perpustakaan sangat kurang, karena ada satu pustakawan dan lima lainnya bekerja sebagai produksi. Maka, perlu adanya penambahan tenaga/Sumber Daya Manusia
yang mengerti
memahami di bidang Perpustakaan dan ketunanetraan. 64
dan
65
3.
Dukungan dari semua pihak terutama masyarakat sekitar, antar perpustakaan baik yang umum maupun yang khusus untuk membantu dalam mengadakan pelatihan-pelatihan seputar dunia perpustakaan agar dapat meningkatkan kulitas Perpustakaan dan kompetensi pustakawan dalam mengelola perpustakaan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009. Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012. Aziz, Safrudin. Perpustakaan Ramah Difabel: Mengelola Layanan Informasi bagi Pemustaka Difabel. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014. Bungin, M. Burhan. Penelitian Kualitatif:Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2009. Damayani, Ninis Agustini. “Kompetensi dan Sertifikasi Pustakawan: Ditinjau dari Kesiapan Dunia Pendidikan Ilmu Perpustakaan”. Media Pustakawan, vol.18 no.3&4 (2011): h.20. Delphie, Bandi. Pembelajaran Anak Berkebutuhan khusus: dalam Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: Refika Aditama, 2006. Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Perpustakaan Perpustakaan Perguruan Tinggi ed.3. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI Direktorat Jendral Pnedidikan Tinggi, 2005. Donna Sitta Ariyanti, Perilaku Pencarian Informasi Pemustaka Tunanetra Pada Perpustakaan Sekolah Luar Biasa-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Effendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Emzir. Analisa Data: Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Fahmi, Irham. Manajemen Kepemimpinan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Alfabeta, 2009. Hermawan S, Rachman, Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan: Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006. Himma, Dewiyana, “Kompetensi dan Kurikulum Perpustakaan: Paradigma Baru dan Dunia Kerja di Era Globalisasi Informasi”. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, vol.2 no.2 (2006): h.22.
66
67
Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2002. Irawan, Prasetya. Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktispenelitian sosial bagi mahasiswa dan peneliti pemula. Jakarta: STIA-LAN, 1999. Kismiyanti, Titiek. “Kesiapan Sertifikasi Pustakawan”. Media Pustakawan, vol.18 no.3&4 (2011): h.13. M, Subana. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia, 2005. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007. Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung: Tarsito, 2003. Ningsih, Dewi Wahyu. “Pustakawan Kreatif dan Inovativ Di Era Informasi”. Artikel diakses pada 29 Desember 2016 darihttp://dewi-w-nfisip11.web.unair.ac.id/ Nur’aeni, Intervensi Dini Bagi Anak Bermasalah. Jakarta: Rineka Cipta, 1997. Pesatuan Tunanetra Indonesia. “Pengertian Tunanetra” diakses pada tanggal 04 Agustus 2016 darihttp://pertuni.idp-europe.org/ Pribadi, Benny A. Media Teknologi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2004. Puti Asmarani, Kompetensi Pustakawan Dalam Penyediaan Informasi Yang Efektif Bagi Pemustaka di Perpustakaan Universitas Al-Azhar Indonesia, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Republik Indonesia. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007. Rimbawara, Kosam. Dasar-dasar Organisasi Informasi. Jakarta: Hakaeser, 2007. Saleh, Abdul Rahman. Percikan Pemikiran: Di bidang Kepustakawanann. Jakarta: Sagung Seto, 2011. Shihabudin, Qalyubi.,dkk. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga, 2007. Somantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama, 2006. Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran, dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
68
Sugihartati, Rahma, Fitri Mutia. Masyarakat dan Perpustakaan di Era Revolusi Informasi. Surabaya: Departemen Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universiatas Airlangga, 2001. h. 201. Sulistyo-Basuki. “Kemampuan Lulusan Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Era Globalisasi Informasi”. Jurnal Studi Perpustakaan dan Informasi, vol.2 no.2 (2006): h.52. Sulistyo-Basuki. Pengantar IlmuPerpustakaan. Jakarta: Gramediia Pustaka Utama, 1993. Sutedjo, Ahmad Mansur dkk., Layanan Cinta: Perwujudan Layanan Prima Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2012. Suwarno, Wiji. Perpustakaan & Buku: Wacana Penulisan & Penerbitan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011. ______. Psikologi Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2009. Tim Penyusun. Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Sarif Hidayatullah Jakarta 2012/2013. Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012. Wicaksono, Hendro. “Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan”. Artikel diakses pada 27 Juli 2016 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline. Yayasan Mitra Netra. “Latar Belakang” diakses pada tanggal 01 Maret 2017 dari http://mitranetra.or.id. Yusra, Sikap Pustakawan terhadap Pemustaka Down Syndrome di Perpustakaan SLBN 02 Jakarta, Skripsi S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.
LAMPIRAN
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia
Nomor: UN.Ol/F2/PP.009.2/71tfV2016 Lamp.: · Hal : Tugas Menjadi Pembimbing
Telp. : (62-21) 7443329. Fax.7492907
Jakarta, 29 Aprii 2016
Kepada Yth. Bpk/Ibu/Sdr. : Pungki Purnomo, MLIS di Jakarta.
Assa1amu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami beritahukan bahwa Bpk/lbu/Sdr. dimohon menjadi pembimbing skripsi, atas nama: Saudara!i Linda Iotan Herl ina NIM 1112025100043 Jur./Fak. Ilmu Perpustakaan I Fakultas Adab dan Humaniora VIII (delapan) Semester Email
[email protected] : 0896-7282-8519 No.HP. Judul "Kompetensi dan Sikap Pustakawan terhadap Harapan Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta" dalam rangka menyelesaikan studi mencapai gelar Sarjana Strata I Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr. untuk melaksanakan menyampaikan penghargaan dan terima kasih.
tugas tersebut kami
Catatan: 1. Pembimbing memiliki wewenang memperbaiki redaksi judul dan outline 2. Perubahan judul skripsi harap diberitahukan oleh mahasiswa ke jurusan.
KEM:ENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia
. Nom or: Un.01/F2/PP .00.9/~ 1\ /2016 Lamp. Hal : Observasi dan Wawancara
Telp. (021) 7443329, Fax. (021) 7493364
Jakarta, 17 Februari 2016
Kepala Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jl. Gunung Balong II No. 58 Lebak Bulus Ill Jakarta Seiatan 12440.
Assatamu'alaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami sampaikan bahwa : Nama· NIM Fakultas Program Studi Semester Tahun Akademik Ala mat No.Handphone
: Linda lntan Herlina : 1112025100043 : Adab dan Humaniora : llmu Perpustakaan : VIII (Delapan} : 201s I 2016 : Kp. Tonjong Rt. 004/002 Ds. Kamuning Kec. Kresek Kab. Tangerang : 089672828519
adal::jh mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi llmu Perpustakaan. Untuk kelancaran proses kegiatan tersebut kami mohon Bapak/ lbu dapat memberi izin melakukan penelitian, observasi dan wawancara sebagai persyaratan skripsi di lembaga yang Bapak/ lbu pimpin. Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HID A YATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia
Telp. {021) 7443329, Fax. (021) 7493364
Nomor: Un.Ol/F2/PP.00.9/ IYB'Zf- /2016 Lamp. Hal : lzin Penelitian
Jakarta, 06 Oktober 2016
Kepada Yth. Kepala Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jl. Gn. Balong II No.SS. Jakarta Selatan
Assalamu1alaikum Wr. Wb. Dengan hormat kami
samJ:,~aikan
Nama NIM Fakultas Program Studi Semester Tahun Akademik Ala mat No.Handphone
bahwa:
:LINDA INTAN HERLINA : 1112025100043 : Adab dan Humaniora : llmu Perpustakaan : IX (Sembilan) : 2016 I 2017 : Kp.Tonjong RT 004/002 Kec. Kresek Kab. Tangerang : 089672828519
adalah mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program
Studi
llmu
Perpustakaan,
yang
sedang
menyusun
skripsi
berjudul
"Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Yayasan Mitra Netra Jakarta". Untuk itu kami mohon Bapak/lbu dapat memberi izin melakukan observasi dan wawancara di lembaga yang Bapak/lbu pimpin. Demikian atas bantuan dan kerjasama Bapak/lbu, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu 1alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 31 Agustus 2016
Kepada Yth Ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bersama ini saya Nama P~mbimbing
: Pungki Pumomo, MUS
Nama Mahasiswa
: Linda lntan Herlina
NIM
: 1112025100043
!
Dengan ini memberitahukan tentang perubahan judul skripsi mahasiswa bersangkutan. Judul Awal
Kompetensi dan Sikap Pustakawan terhadap Harapan Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Y ayasan Mitra Netra Jakarta.
Judu1 Baru
Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasari Mitra Netra Jakarta.
Demikian pemberitahuan ini saya sampaikan. Atas perhatiannya diucapkan terimakasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb. Dosen Pembimbing Skripsi
.......
• Pungki Pumomo, MLIS
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia
Telp. (021)7443329, Fax. (021} 7493364
LEMBAR BIMBING~~ PENULISAN SKRIPSI Nama NIM Jurusan!Prodi Judul Skripsi
No
Linda Intan Herlina 1112025100043 Ilmu Perpustakaan Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta
Tan_ggal
1. .
1
:l.
#J Is
7It:.
Ut"
1.Q1b
Materi Konsultasi
Paraf
-rvorasaA,
r~-ev-~ J~Mi 11;~ 1 - "j. l\lt.uMJo ~ ~, 1o.,tw- kt~ ,-tiry,..u~ 1t~~ h.M- \1\,ltA;CJOil. fatel't.-tUtVL . ~ avt--licw- d~ , M~Jtty er~ V'"tl.rt>UtVl?oJo -1 -'3, d~~·, pofu\o$.1 ~ ~pe\, V.,01Ct~-
~
t
~/\.{(., M.utvllouo,t tn$-tYUMM ·
3.
~ -tj ~ .2-o.b
fl«~tt{ll,t;1CW1.
avJ.uL
l?M?
1 : f>-tV]elev$
l~
be-l~ . . Vtlo~ ~:>-emba.ta.so.n ~~vl!ifl r-eVte-t"'ticwt. .ptP.o 1- ~ -teem. lflJ~ C-\)~, rr~ ~tU~'UlW\ uv-J.o.,~v\1.1 UYri Yan9 re\.~\rz::lt\., \JtUtJ ?7 ~
9a.W;i '""-t-"tn-e\e W"fjCAJ.l. ~-rl:o.k'f
e
AR
\.?uoJ:. lMtn.Jm t-n "yJ-t-Y\~ht'L~f¥9o... . ~-
q 11D
:Lot(o
VJa.b 1 : y;~~ ~· t'£~"~ ~ \?~ ~j(_ ~~ ~~~~ ~ 9 {/IM- 1-<.ontel<~ p.eVt:e-li:cWWl-, t?o..b;... ~ -l.~M
Ketua JurusawProdi,
~~.
Pungki Purnomo, M.LIS NIP. 19641215 199903 1 005
ti
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN) SYARIFHIOAYATULLAHJAKARTA FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA Jl. lr. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Jakarta, Indonesia 7493364
Telp. (021) 1443329, Fax. (021)
LEMBAR BIMBINGAN PENULISAN SKRIPSI
Nama
Linda Intan Herlina
NIM
1112025100043
Jurusan!Prodi Judul Skripsi
Ilmu Perpustakaan , Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan K--husus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta
No
Tanggal
Materi Konsultasi
Paraf
~~ r~nq~\eito./-te~tA. P~Vft!$ta\(aatl.. L hu'\t )0-enl~ f~Vlll1C.V~~t"t9 ~t\.{;-t"Vz.t ~~ { /) JVttMftro1eiN ~ (~~-twV"h
1\t\.-.V'y ev·tthKtW\ tre.V1M- fx.tb 1 ~~ 11 <)«m :trtWSlf.rip ~o._~V\C~, $d-e-ICNh- t1't~~c" ta~u-t
?.
lo~b
t.Y .
i..Auvycr~M P.>t<~h 1}, )!,_:;lu-1 ~j !<-eMVd 1an.
b-
t-~i femh"'~OWl />w1 ~~OLn,f~rtfa-1~ P-tWfe.t'Ot hutvr~. Wli-Y!_9 e no{ Kcm pttens' ft.P'ta. . ~
7.
~:L/11
o201" .
g
r3j,~
;<>\h
J_ ID/o'i
Vlik1"1NbeJ1. 1
tJ.cJ17
tD . .2.J>/d1 UJ17
p-trmMa..levh..CWL .
t
Rt-v~~ ~ 1~ ~:t.o!nbo.h ~~.;
~vt ~ ba..'o ~< - .Y ( h1forll1L\f1, ~~ ~"\1e\1ttto.n "~~ Au ~l
f.b
C,
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan Jabatan Tanggal wawancara Waktu
A.
: Endah Tri Wahyuningsih (Inisial E) : Pengelola Perpustakaan : 07 Oktober 2016, 05 Januari 2017 dan 19 Januari 2017 : 10:00-11-00 WIB
Pertanyaan Umum Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
: Bagaimana arti kompetensi sendiri menurut Ibu? : Kompetensi dalam bidang perpustakaan yaitu bagaimana cara untuk mengelola perpustakaan supaya dapat melayani pemustaka dengan baik. : Kompetensi apa yang diperlukan untuk melayani pemustaka? : Ada memang, tetapi tidak syarat mutlak diharuskan yang terpenting bisa mengelola dan menempatkan buku sesuai dengan pengetahuan yang diperlukan. : Adakah kompetensi teknologi informasi, komunikasi, organisasi informasi, kerjasama, psikologi dan inovasi? : Ya memang kompetensi tersebut harus diterapkan tetapi disini kan khusus pemustaka tunanetra jadi semua kebutuhan harus terpenuhi untuk mencapai kepuasan pemustaka. Disini lebih kepada komunikasi (saling berinteraksi satu dengan yang lainnya), karena tidak mudah berhadapan dengan seorang berkebutuhan khusus yaitu tunanetra. Harus mengetahui terlebih dulu keadaan, situasi, kondisi dari diri pemustaka sehingga dengan mudah pustakawan mengetahui apa yang diinginkan dari pemustaka. : Apakah dengan kompetensi yang ibu berikan memudahkan pemustaka dalam mencari informasi? : Iya memudahkan pemustaka, karena disini sistem perpustakaannya tertutup jadi pustakawannya yang harus mencari informasi/ koleksi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Karena tidak semua pemustaka bisa membaca huruf brille, tugas pustakawan membantu untuk membaca dan disarankan untuk memakai audio book. : Dengan cara apa ibu mengajarkan pemustaka dalam mencari informasi tersebut? : Biasanya kalau tidak ada koleksi diperpustakaan, saya menyarankan untuk memberikan sebuah judul untuk membaca terlebih dulu dan baca pada daftar isinya, apabila dalam buku tersebut tertarik untuk dibaca maka saya akan mencari judul lain. Kalau tidak ada buku yang
Penulis E
Penulis E
Penulis E
B.
diinginkan pemustaka, pustakawan menganjurkan pemustaka untuk mencari bukunya diluar perpustakaan dalam bentuk buku awas, dan ketika sudah ketemu maka pemustaka bisa datang ke perpustakaan yayasan untuk diminta agar buku tersebut dibrille atau audio book. : Setelah ibu mengajarkan dan memberikan bantuan apakah ada kendala dari pemustaka tersebut? : Memang banyak sekali beragam kendalanya, salah satunya ialah koleksi yang tidak ada diperpustakaan, karena sejauh ini koleksi di perpustakaan khusus disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka dan tidak selengkap perpustakaan pada umumnya. : Apakah ada kendala, kendalanya seperti apa dan solusi untuk mengatasinya bagaimana? : Dalam pencarian koleksi tentu ada buku yang tidak ada di perpustakaan, karena tidak selengkap perpustakaan pada umumnya. Tetapi untuk koleksi buku pelajaran lebih diutamakan dalam pengolahannya karena untuk kebutuhan bahan ajar mereka disekolah. : Pemustaka tersebut dalam mencari informasi harus dengan pustakawan/ mereka sendiri untuk mencari koleksi? : Iya kalau sekedar untuk melihat isi katalog buku-buku yang ingin dicari bisa sendiri melalui komputer tetapi harus dengan pengawasan pustakawan dan untuk mencari koleksi di rak harus pustakawan juga yang cari, karena bisa berantakan lagi sistem pengerakannya kalau mereka yang mencari dan pasti akan kesulitan lagi dalam mencari koleksi tersebut.
Pertanyaan kompetensi dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus 1. Kompetensi Teknologi Informasi Penulis E Penulis E Penulis E
Penulis
: Teknologi Informasi itu apa sih bu? : Teknologi informasi itu ya sarana untuk mempermudah kita dalam mendapatkan/memperoleh informasi. : Menurut ibu teknologi informasi itu penting atau tidak bu? : Penting, apalagi zaman sekarang udah komputerize kan semuanya. : Sejauh ini teknologi informasi yang dibutuhkan bagi ibu bagaimana? : Yang dibutuhkan bagi saya ya, saya kan sebagai pustakawan, yang dibutuhkan saat ini komputer dan komputer disini masih kurang jadi harus perbanyak. Khususnya komputer untuk tunanatera yang layarnya bisa bicara sehingga bisa mencari buku. : Dalam mencari informasinya bagaimana?
E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
: Sumber bacaan disini kan sudah mulai menggunakan elektronik yang bisa dibaca oleh pemustaka tunanetra, sekarang juga kan eranya sudah komputerize jadi mereka dengan mudah mencari informasi melalui komputer atau handphone. Disinikan khusus untuk pemstaka tunanetra jadi harus menyediakan layar komputer yang dapat bicara. : Dalam mengembangkan teknologi informasi tersebut bagaimana bu? : Untuk pengembangannya menurut saya ya perlu, mengenai teknologi saya serahkan ke bagian litbangnya karena saya sebagai pengelola saja dan tugas saya diperpustakaan ini membantu mereka untuk memproses peminjaman dan pengembalian buku. : Dalam meningkatkan teknologi tersebut bagaimana bu? : Bagus sih menurut saya mah jadinya teknologi terus berkembang. Sehingga, tunanetra bisa seperti masyarakat pada umumnya, kalau masyarakat luas bisa akses internet ya pemustaka tunanetra juga harus bisa akses internet. Apalagi disni kan udah mulai mengembangkan perpustakaan digital untuk tunanetra jadinya buku-buku tersebut sudah bisa di download dan bisa diakses melalui smartpone jadi tanpa mereka datang kesini dia bisa akses sendiri buku-buku yang ada di perpustakaan, tetapi memang koleksinya belum banyak karena, mulai dikembangkan tahun 2016 akhir ini dan sudah mulai ada pendataan peserta yang mau menjadi anggota perpustakaan digital itu. Jadi mereka nantinya bisa akses perpustakaan secara online dan tidak lagi harus datang ke perpustakaan . : Untuk dapat mengaksesnya bagaimana? : Pertama harus punya smartpone dan daftar online terlebih dulu, kemudian adminnya yang akan memproses. Ya, jadi mereka daftar melalui online dan harus mempunyai email karena untuk log in nya harus mamakai email baru untuk bisa masuk pada perpustakaan, kalau udah ada balasan dari adminnya maka aplikasi tersebut bisa digunakan.
2. Kompetensi Komunikasi Penulis E Penulis E
: Menganai komunikasi nih ya bu, menurut ibu komunikasi itu apa sih? : Komunikasi itu salah satu bentuk orang sebagai objeknya untuk dapat berinteraksi dengan oranglain. : Penting tidak sih bu komunikasi menurut ibu? : Ya sangat penting, dengan komunikasi kan kita bisa tahu dan saling mengetahui informasi yang dibutuhkan oleh oranglain, karena kan semuanya butuh komunikasi sebagai penyampai informasi.
Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
: Cara ibu untuk berinteraksi dengan pemustaka berkebutuhan khusus bagaimana? : Kalau saya sih berinteraksi dengan tuannetra dilihat dulu usianya, seberapa pengaruhnya tingkat disabilitasnya, karena kan kita berbicara hanya pada tunanetra aja dan berbeda dengan tunanetra plus itu juah berbeda, apalagi kan sekarang anak-anak mulai dari SD sampai SMA banyak tunanetra yang MDVI (Multi Disabilitas Inverbal Impairment) jadi cara memperkenalkan buku ke merekapun berbeda, cara saya untuk menumbuhkan minat baca ke dia pun berbeda. : MDVI itu apa bu? : Multi disabilitas Inverbal Impairment, artinya kelainan tunanetra yang lebih dia mempunyai kelainan lain seperti gangguan motorik, pendengaran, gangguan perilaku ada yang tambahan autis. : Berarti berbeda-beda ya bu cara berkomunikasi dengan mereka? Misalnya seperti apa? : Biasanya sih tunanetra biasa saya tidak terlalu mengarahkan secara ekstra karena kan udah kenal dengan perpustakaan ya jadi mereka tidak sulit, masalahnya mereka itu suka dengan minat bacanya tidak, makanya kan saya hanya bisa mengarahkan saja supaya mereka tertarik dengan buku karena kan secara fungsi perpustakaan mereka sudah tahu karena kan mereka sudah tahu dan ada perpustakaan di sekolah. Jadi, yang bermasalah itu pada tunanetra untuk menumbuhkan minat bacanya, karena minat baca tunantera tidak setinggi orang-orang awas pada umumnya dan dengan keingintahuannya. : Sejauh mana komunikasi yang dibutuhkan bagi ibu sendiri? : Menurut saya sih komunikasi itu sangat penting, sejauh ini sih memang komunikasi merupakan salah satu cara interaksi yang verbal karena kan kalau tulisan harus melalui email. : Dengan cara apa ibu berkomunikasi? : Memang untuk berkomunikasi dengan pemustaka tunanetra harus mempunyai cara khusus, saya sih biasa pendekatan melalui obrolan-obrolan dengan begitu kan jadi tahu minat bacanya dan dari jenis bukunya mengenai informasi yang dibutuhkan bagi tunanetra tersebut.
3. Kompetensi Organisasi Informasi Penulis
: Menurut ibu organisasi informasi apa sih? Organisasi informasi dalam konteks perpustakaan mengenai sumber bacaan yang ada di perpustakaan, misalnya menata, menyimpan, mencari dan menampilkan informasi?
E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
: Menurut saya itu gimana cara kita menata koleksi, sehingga lebih mudah dalam mencari dan meletakan kembali buku. : Sangat penting tidak organisasi informasi? : Hmm... yaa penting, khususnya bagi saya, kalau untuk pemustakanya itu ya hanya sekedar tahu saja meletakkan bukunya. Cuma untuk pengambilannya mereka tidak mengambil sendiri, karena kan kita perpustakaan tertutup ya, jadinya pentingnya itu mereka tahu gambaran perpustakaan dan posisinya ada dimana, ketika mereka datang tidak kebingungan dan tahu dimana posisi untuk meminjam buku, membaca buku, keluar perpustakaan. : Bagaimana menata, menyimpan, mencari dan menampilkan kembali sumber informasi tersebut? : Kalau saya menata buku braille itu diklasifikasikan berdasarkan dari tingkat pendidikan, tingkat SD, SMP, SMA, buku fiksi dan non fiksi. Untuk tingkat SD saya susun berdasarkan mulai dari kelas 654321, SMP kelas 123, SMA juga sama. Kenapa yang SD itu saya letakkan kelas 6 lebih awal karena kan kebanyakan pemustaka disini itu jenjang pendidikan SD kelas 4-6 nah kelas 1-3 itu sedikit, jadi saya fikir akan lebih banyak bongkar pasang itu di rak atas jadi untuk mempermudah pencariannya aja. Nah, kalau untuk buku audio saya susun berdaasrkan fiksi dan non fiksi, jadi yang fiksi itu saya susun berdasarkan abjad dari huruf A-Z, non fiksi juga sama dan buku pelajaran juga diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan khusus SD 123456, SMP 123, SMA 123, pencariannya kan akan lebih mudah. Memang sih untuk peletakkan ini pemustaka tidak perlu tahu terlalu jauh tentang pencarian, yang terpenting mereka tahu disini ada buku braille, audiobook, tempat membaca dan tempat meminjam. Tetapi untuk meletakkan sih biasakan saya informasikan kepada mereka, untuk staf juga perlu meletakkan dan mencari buku karena kan ini merupakan layanan. Jadi, apabila saya tidak masuk mereka yang menggantikan. : Apakah ada keahlian khusus dalam menata/mengelola informasi? : Sebernanya sih keahlian khusus ga perlu perlu banget ya menurut saya, karena kan itu tidak terlalu sulit, gimana cara kita dan pinter kita menyimpan dokumen. Kalau saya, buku braille itu kan bukunya tidak cukup satu, bisa 10 buku volume, makin banyak buku dan makin tebal buku makin banyak juga volumenya, makanya saya susun buku braille itu maju mundur-maju mundur gitu untuk mempermudah saya aja supaya kalau nyari itu bisa satu deret. Kalau yang fiksi dan non fiksi saya sengaja
Penulis
:
E
:
Penulis
:
E
:
meletakkannya berdasarkan abjad karena untuk mempermudahkan mencarinya kalau disusun berdasarkan nomor JAWS itu ruangan segini tidak cukup, udah gitu untuk penomorannya kita harus baca bukunya dulu nah itu perlu waktu, tenaga dan keahlian khusus disini kan tidak ada keahlian khusus untuk menentukan itu, jadi ya kita susunnya semampunya kita. Untuk yang audio book juga berdasarkan abjad susunannya. Disini buku pelajaran kita proritaskan karena kan disesuaikan berdasarkan kebutuhan mereka ya, jadi kalau di perpustaakaan lain tidak ada ya maka perpustakaan disini harus print ulang lagi buku yang mereka butuhkan (karena tidak ada bahan bacaan lagi selain disni). Apakah ada kendala dalam menata dan mengelola informasi? Kendala sih sebenarnya di tenaga / SDM, karena kan saya tidak pegang perpustakaan sepenuhnya, saya juga bantuin untuk mengajar anak-anak yang kejar paket sekolah, udah gitu kan di perpustakaan ada untuk pengiriman buku ke daerah, jadi ya itu dari tenaga dan bagian mensortir buku kurang. Karena buku braille hurufnya timbul, kalau keseringan dipakai setiap hari ketimbulan dari huruf braille kan jadinya akan hilang dan menurun. Nah jadi kan harus di sortir buku yang timbulnya berkurang itu sehingga semua bacaan diganti ulang dengan buku yang baru. Buku tersebut juga mungkin karena ketumpukan buku atau terkena tumpahan makanan jadinya kan cepat rusak dan ketimbulan buku akan susah dibacanya. Nah, kalau buku bacaan tersebut masih bisa diselamatkan palingan ngambil cavernya aja isinya diganti dengan yang baru tapi kalau memang sudah parah ya kita sortir dan ganti semua. Bagaimana cara meningkatkan infomasi dalam koleksi bukunya? Biasanya saya informasikan kepada pemustaka, kalau hilang dan rusak maka akan dikenakan denda sesuai dengan bukunya berapa, paling ya dikenakan denda aja untuk tanggung jawab dari pemustaka.
4. Kompetensi Kerjasama Penulis E Penulis E
: Menurut ibu kerjasama itu apa sih? : Bekerja dengan oranglain agar tugas kita selesai. : Kerjasama itu sangat penting tidak? : Sangat penting karena kan kita tidak bisa membina lembaga tanpa adanya kerjasama, misalnya dalam pengembangan dan penerapan perpustakaan digital, nah
Penulis E
Penulis E
itu kan harus ada kerjasama supaya dengan mudah dalam mengerjakannya dan cepat selesai. : Kemampuan ibu dalam melakukan kerjasama bagaimana? : Disikan punya tugas masing-masing, biasanya kalau urusan lembaga lain yah harus ke yayasan dulu. Kalau saya kan tugasnya hanya mengelola dan memanfaatkan perpustakaan kepada masyarakat sekitar khususnya tunanetra. Jadinya, sesuai dengan koridor dan perannya masing-masing. : Apakah ada kendala dalam melakukan kerjasama? : Sejauh ini tidak ada kendala, jadi memang saling bantu semuanya, kalau ada program baru di bagian IT ya kita suport dan dukung, bagian diklat juga begitu kita harus suport, dari perpustakaan juga kan kita arahkannya ke bagian produksi. Dengan begitu semuanya saling bekerjasama mendukng satu smaa lain dan ikut andil dalam semuanya juga harus memikirkan pengembanganpengembangan yang ada diluar juga pelayanan yang ada di yayasan.
5. Kompetensi Psikologi Penulis E Penulis E
Penulis E
Penulis
: Mengenai psikologi, menurut ibu psikologi itu apa? : Ilmu yang mempelajari perilaku manusia. : Menurut ibu psikologi penting tidak? : Sangat penting karena kan yang saya hadapi itu pemustaka berkebutuhan khusus jadi memang penanganan dan pendekatannya berbeda, kalau orang awas kan ga ada masalah, masalahnya hanya mau baca atau tidak. Kalau orang yang berkebutuhan khusus kurang informasinya, sehingga mereka harus dibekali pengetahuan yang kaya akan informasi. Untuk menarik minat bacanya kan harus ada trik-triknya, beda orang beda triknya dan beda pula perlakuannya. : Bagaimana kemampuan ibu mengenai psikologi? : Saya disini juga menangani pemustaka tunanetra dengan tahu dulu keadaan setiap pemustaka, ketika mereka belum menjadi anggota saya terlebih dahulu tanya jawab terhadap pemustka dari situ ketahuan keadaan mereka bagaimana, yang paling penting itu pemustaka menerima ketunanetraannya dia dulu, kalau udah nerima psikologisnya, sudah mau menerima baru kita arahkan ke jenis koleksi yang disukai atau minati. Menang yang harus ditangani itu mentalnya ya, kalau tidak bermasalah pada mentalnya atau psikologisnya ya palingan arahin kepada suka atau minat baca mereka apa. : Adakah cara khusus dalam menangani tunanetra? Dengan cara apa ditanganinya?
E
: Ya palingan itu saya harus tahu terlebih dulu masalah mereka apa, pertama, tunanetra ini dari usia berapa tahun, penyebabnya apa, ada masalah tidak dalam ketunanetraannya, baru nanti saya arahkan dan berikan motivasi dan cara agar dapat mereka percaya diri. Selain mengarahkan kepada perpustakaan, saya juga arahkan kepada kegiatan-kegiatan yang ada disni sukanya apa dan dalam bidang apa. Sehingga, mereka hidupnya lebih mengoptimalkan dan sisa-sisa kehidupannnya menjadi bermanfaat untuk dirinya dan juga orang lain.
6. Kompetensi Inovasi Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis
: Menurut ibu inovasi itu apa bu? : Inovasi itukan pengembangan dari yang sudah ada ya, sebenernya menurut saya perpustakaan itu tidak hanya sekedar untuk meminjam dan membaca buku saja. Makanya saya kembangkan untuk diskusi, belajar dan juga untuk curhat. Kalau misalkan ada program baru dari yayasan maka saya harus bisa menjelaskan program tersebut, dan mengarahkannya, tunanetra disini kan kebanyakannya siswa yang masih sekolah jadi harus diarahkan minatnya dan bidang-bidang yang disukainya. : Berarti inovasi tersebut sangat penting ya bu? : Sangat penting, jadi ya biar ga terlalu mengatahui hanya buku saja kalau di perpustakaan. Orang kan hanya taunya buku aja yang ada di peprustakaan karena kan tidak semua orang suka baca kadang ada pemustaka yang datang bukan untuk baca tetapi untuk bimbingan belajar, mereka diskusi, mau pendalaman materi, sehingga mereka tidak melenceng kepada koridor-koridor yang ada. Karena kan informasi itu bukan hanya dari buku aja kan. : Inovasi yang diberikan seperti apa bu? : Di perpustakaan mereka boleh belajar dan mereka juga kan ada yang mengejar paket untuk belajar disekolah, boleh bimbingan belajar dan menggunakan buku yang ada di Perpustakaan ini. Pemustaka yang dulunya berhenti dari sekolah tidak dimelanjutkan pendidikan boleh membaca buku disni, dengan begitu mereka akan tertarik untuk melanjutkan pendidikan lagi. Sebenarnya itu sih tujuannya supaya mereka mau belajar lagi, kan sayang kalau berhenti lebih baik lanjutkan pendidikan lagi. Nah dari situ, saya tawarkan untuk membaca buku dan membahas soal-soal sekolah, yang terpenting mereka mempunyai niat untuk belajar sehingga mereka mampu belajar dan jadinya waktu tidak terbuang dengan sia-sia. Jadi, ada sesuatu yang dimanfaatkan. : Bagaimana mengembangkan inovasi tersebut?
E
Penulis E
C.
: Inovasinya ya itu paling seoptimal mungkin dalam menggunakan peralatan atau fasilitas yang sudah ada di perpustakaan ini sehingga dapat dimanfaatkan dengan baik supaya dapat mengembangkan diri mereka. : Bagaimana dengan inisiatif ibu dalam memberikan layanan? : Hmm.. biasanya sih saya lihat dulu masalah dari anak tersbut, biasanya kan anak beda jenjang pendidikannya, dari situ jadi tahu sebaiknya mereka harus baca buku apa, buku yang pantas untuk dia, dan bidang apa ya menarik sesuai dengan hobinya. Karena kan ada tunanetra yang tidak suka membaca jadi kita arahkan supaya dapat dikembangkan hobi dan minatnya, awalnya kita lihat dulu dan kasih bacaan yang menarik mana nih sekirakiranya yang cocok untuk dia. Kalau mereka pinjam buku terus cepat dibalikinnya ada dua kemungkinan pertama, sudah dibaca dan kedua tertarik untuk meminjam lagi. Nah, itu perlu intensi khusus dan diperhatikan juga perkembangan anak tersebut sudah sejauh mana.
Pertanyaan harapan pustakawan terhadap lembaga dalam memenuhi kompetensi Penulis E
Penulis E
Penulis E
Penulis E
: Apa yang diharapkan bagi ibu terhadap teknologi ini? : Saya berharap dengan adanya pengembangan teknologi temen-temen tunanetra sudah bisa banyak membaca buku dan dengan mudah untuk mendapatkan buku sehingga pengetahuan mereka bertambah. : Harapan ibu mengenai komunikasi yang ada di yayasan dan perpustakaan bagaimana? : Ya mudah-mudahan dengan adanya perpustakaan, tunanetra ini bisa berkembang sesuai dengan kebutuhannya dan supaya mereka mendapatkan informasi juga mempunyai bekal, mereka juga tidak ketinggalan dengan pemustaka yang normal. Sehingga mereka juga dapat mengembangkan dirinya sendiri tanpa adanya bantuan dari kita. : Apasih harapan ibu terhadap yayasan mengenai organisasi informasi? : Saya berharap ada penemuan baru khususnya dalam mencari informasi di bidang tunanetra sehingga dapat memudahkan pemustaka dalam mencari informasi. : Harapan ibu dalam kerjasama bagaimana? : Harapan saya adanya kerjasama dengan penerbit dan pengarangnya langsung sehingga buku yang ada diperpustakaan meningkat koleksinya. Dengan mereka memberikan buku awasnya dalam bentuk hardcopynya kepada perpustakaan ini jadi tinggal di braille kan ke
Penulis E
Penulis E
Penulis E
bagian produksinya dan supaya pemustaka mudah mendapatkan informasinya. : Harapan bagi ibu apa mengenai psikologi? : Lebih ditingkatkan lagi pelatihan atau program-program menganai psikologi. Dengan kasus tertentu misalnya dengan tunanetra yang plus dari segi psikologinya kurang, untuk mengani harus dengan secara hati-hati jadi ya memang harus ada pelatihannya. Untuk memahami tunanetra ya perlu untuk dilatih, memang basic karyawan atau staf disini harus tahu dan memahami ketunanetraan tersebut. : Harapan ibu mnegenai inovasi dan kereasi yang ada di yayasan dan perpustakaan bagaimana? : Ya saya juga berharap supaya ada inovasi baru, khususnya di bidang perpustakaan dan informasi, kadang kan pemustaka menginginkan adanya i-katalog, yaitu katalog elektornik yang dapat dicari sendiri. Sehingga perpustakaan bisa kreatif lagi, tunanetra juga bisa mengembangkan informasi-informasi yang ada di perpustakaan. : Sebagai pustakawan adakah harapan pada yayasan dalam memenuhi kompetensi yang dibutuhkan? : Harapan saya memang dari pihak yayasan bisa lebih memberikan pelatihan dan fasilitas yang memungkinkan tenaganya agar dapat meningkatkan kualitas serta layanannya supaya perpustakaan mitra netra bisa sama dengan perpustakaan pada umumnya, misalnya dalam segi adanya katalog untuk pencarian koleksi, segi teknologinya harus menyediakan software khusus untuk tunanetra. Untuk bisa mencapai harapan yang diinginkan tersebut perlu adanya kerjasama dengan perpustakaan lain agar kualitas dan fasilitas tetap stabil dan sesuai dengan perkembangan zaman.
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan Jabatan Tanggal wawancara Waktu
A.
: Indah Lutfia (Inisial I) : Kepala Bagian Produksi dan Perpustakaan : 12 Oktober 2016 dan 08 Maret 2017 : 11:00-12-00 WIB
Pertanyaan Umum Penulis I
Penulis I
Penulis I
Penulis I
Penulis
: Bagaimana arti kompetensi sendiri menurut Ibu? : Harus mengerti sistem penyusunan buku supaya memudahkan dan pustakawan harus mengerti ketunanetraan itu sendiri, bagaimana sih kita menghadapi tunanetra, apalagi kalau tunanetra ini yang baru pasti mereka punya rasa depresi. Disamping pustakawan tersebut mengerti di bidang ilmu perpustakaan juga mengerti di bidang ketunanetraan. : Sejauh ini perpustakaan tunanetra sudah berkembang atau malah semakin menurun bu? : Dari segi koleksi dan anggota semakin bertambah setiap tahunnya, karena tidak hanya tunanetra dari wilayah jakarta saja tetapi tunanetra-tunanetra diseluruh Indonesia ikut menjadi anggota perpustakaan, selain itu bahan koleksinya juga semakin bertambah karena permintaan dari pemustaka setiap harinya selalu ada. : Dengan perkembangan tersebut dan teknologi apakah membantu pemustaka? : Sangat membantu, apalagi di bagian produksi. Produksi sangat bergantung pada teknologi, selain SDM (Sumber Daya Manusia) yang mempunyai kemampuan di bidangnya masing-masing bisa didukung dengan teknologi seperti softwarenya. Dulu dengan sekarang sangat jauh perbedaannya, karena sekarang dapat dengan mudah akses dari teknologi tersebut. : Dengan adanya teknologi, apakah pemustaka sudah merasa puas dengan layanan yang diberikan? : Kalau untuk merasa puas berarti akhirnya tidak bisa berkembang lagi, tetapi untuk sekarang ini sudah merasa cukup. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk menerima perkembangan-perkembangan yang ada di luar, karena tetap harus mengikuti perkembangan yang ada sesuai dengan kebutuhan tunanetra, kalau memang sesuai dengan kebutuhan tunanetra kita pertimbangkan. : Bagaimana tahapan produksi dari mulai buku brille sampai jadi audio/buku bicara?
I
Penulis I
Penulis I
: Kalau tahapan brille, ketika buku masuk melalui perpustakaan, pustakawan akan memberikan koleksi kepada bagian produksi. Misalnya buku ini diminta untuk brille, tahap di produksi yaitu pertama, pengetikan ulang melalui scanning atau pengetikan langsung lewat Microsoft Word. Kedua, proses editing. Ketiga, proses konversi yaitu perubahan tulisan dari yang biasa menjadi brille. Keempat, proses embulsing yaitu mengatur layoutnya dalam bentuk brille yang diprint secara timbul. Kelima, proses finishing, kenapa finishing karena kertas yang digunakan itu masih dalam proses, jadi harus diratakan/diptong kanan kiri, atas bawahnya. Setelah itu kita jilid dan simpan di Perpustakaan. Kalau untuk pembuatan buku audio sama yaitu: Pertama, masukan bukunya terlebih dulu oleh perpustakaan ke bagian produksi, nah di buku audio ini membaca ulang satu buku. Kedua, setelah selesai membaca diedit bahan bacaannya (proses editing) sekaligus mngecek apakah dalam membaca ada yang salah. Ketiga, membuat struktur bukunya. Nah, itu yang membedakan audio disini dengan audio yang ada dipasaran, disini struktur bukunya disesuaikan dengan buku yang aslinya. Keempat, adalah finishing yaitu tahap terakhir bahan bacaan yang akan diburning ke CD lalu digandakan dan disimpan pada Perpustakaan. : Kertas brille tersebut memakai kertas sendiri atau khusus? : Buku brille memakai kertas khusus karena ukurannya juga 10x12 inci atau 25,5x25,5 cm ketebalan kertasnya pun 160 gr. Kenapa sampai setebal itu, karena huruf brille kan seperti ditusuk dan dicetaknya pun harus bulak balik, kalau kertasnya tipis maka ketika ditusuk kertas tersebut akan pecah dan bolong akibatnya tunanetra yang baca melalui jari sebagai pengganti bacaan akan merusak indra perabanya sehingga menjadi sensitif. Karena itu, kita harus menjaganya. Kualitas kertas yang digunakan tidak terlalu tipis ataupun terlalu tebal karena akan mengganggu indra peraba tunanetra. : Cara menjaga agar tulisan pada buku tersebut tidak rusak bagaimana bu? : Nah, makanya untuk penyimpanannya disusun secara berdiri dan dari segi penjilidan dibuatkan beberapa jilidan, karena perbandingan dengan buku biasa ialah 1 banding 3, misalnya satu buku yang isinya 100 halaman ketika dirubah kedalam bentuk brille menjadi 300 halaman, kalau dijilid sekaligus menjadi 300 halaman dalam satu buku maka dibagian tengah-tengah akan tertekan, ketika tertekan maka huruf brillenya menjadi mendem dan tidak bisa dibaca. Akhirnya, membuatnya menjadi tiga jilid atau empat jilid, supaya tidak tertekan dan bagian tengah kualitasnya menjadi lebih bagus.
Penulis I
Penulis I
Penulis I
Penulis I
: Apakah proses pembuatan tersebut mengalami kendala? : Memang dibagian produksi itu sumber daya manusianya sedikit dan permintaan dari pemustakanya banyak tidak hanya melayani pemustaka tunanetra di wilayah jakarta saja melainkan tunanetra diseluruh Indonesia. Dengan permintaan yang banyak dan tenaganya sedikit pasti membutuhkan waktu yang sangat lama, kalau untuk buku umum atau non pelajaran bisa minta bantuan kepada masyarakat yang menjadi relawan. Tetapi untuk buku-buku pelajaran membutuhkan tenaga khusus dalam bidang simbol brille seperti fisika, kimia, matematika, arab, music. Ada pemustaka yang sedang mengerjakan PR dari sekolah tetapi buku yang digunakan berbeda penerbitnya, karena disetiap sekolah buku pedoman yang digunakan ada yang berebda penerbitnya, maka diperpustakaan mitra ini akan dibuatkan buku terbitan yang sesuai dengan pemustaka. Karena tenaganya terbatas jadi mengerjakannya per bab dalam setiap bukunya. Untuk yang audio juga sama kendalanya pada sumber daya manusianya sedikit, kenapa tidak dari relawan saja yang membantu, relawan tersebut kadangkadang tidak komitmen dengan kesiapannya dalam membantu. Sedangkan yang dibutuhkan disini yaitu orangorang yang komitmen dalam proses tidak semaunya sendiri, hari ini ikut bantu dan hari berikutnya tidak, terkadang suara dari buku audio yang berbeda-beda tersebut mengganggu kenyamanan pemustaka dalam mendengarkan. Untuk itu tenaganya dibataskan hanya dua orang saja karena dalam audio ini bukunya harus selesai langsung satu buku. : Solusi untuk mengatasinya bagaimana bu? : Yah tadi, untuk yang brille itu yang diutamakan buku-buku pelajaran dan untuk yang audio yaitu tenaga dari relawan diminta untuk komitmennya. : Apakah pihak yayasan mendukung dengan adanya proses pembuatan tersebut? : Sangat mendukung, karena ini merupakan bagian dari program kerjanya yayasan dan ini yang dibutuhkan oleh tunanetra maka seoptimal mungkin harus dijalankan dan dikembangkan sesuai kebutuhan tuanetra. : Untuk pembuatan atau tahapan brille dan audio mengikuti pelatihan atau penerapan sendiri? : Awalnya ada pelatihan-pelatihan yang diberikan terkait dengan kebutuhan tunanetra, misalnya pelatihan buku timbul, teknologi dan penerapannya seperti apa lalu sharing antar rekan untuk diterapkan atau dikembangkan. Pelatihan tersebut dilakukan di dalam yayasan maupun di luar yayasan, didalam yayasan yaitu orang-orang yang mengerti dan paham pada bidangnya. Sedangkan, di luar yayasan
yaitu narasumber dibidangnya dalam segi pengolahan, layanan maupun dari segi teknologinya. B.
Pertanyaan kompetensi dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus 1. Kompetensi Teknologi Informasi Penulis I
Penulis I Penulis I
Penulis I
Penulis I
: Teknologi Informasi itu apa sih bu? : Teknologi informasi menurut saya berkaitan dengan IT dan perpustakaan berarti secara manajemennya berdasarkan teknologi dan secara katalognya sudah berbasis komputer selain itu juga pencatatannya berbasis komputer. : Menurut ibu teknologi informasi itu penting atau tidak bu? : Yaa sangaat penting dan sangat memudahkan bagi pustakawan dan juga pemustaka/ anggota. : Sejauh ini teknologi informasi yang dibutuhkan bagi ibu bagaimana? : Kalau yang saya butuhkan ini untuk mengenai database untuk yang buku braille atau buku audio sehingga itu memudahkan pustakawannya untuk mencari dan anggotanya juga untuk mengetahui dengan mudah, karena disini kan perpustakaan untuk tunanetra. Jadi dimana database ini harus yang aksesible untuk tunanetra, tidak semua program yang ada diperpustakaan-perpustakaan itu bisa aksesible untuk tunanetra. : Menurut ibu nih ya, bagaimana untuk meningkatkan TI ataukah harus ditingkatkan lagi? : Sekarang ini justru masih kurang yaa, karena secara keseluruhan juga belum. Untuk katalognya saja belum, karena untuk memudahkan anggota dalam mencari buku yang ada belum terupdate dan masih jauh dari cita-cita kita, karna masih harus belajar lagi teknologi untuk tunanetranya, karena teknologi tunanetra berbeda harus ada pembaca layarnya dan harus bisa aksesible, pas kita coba dipasaran belum tentu kita bisa. Jadi memang masih kurang yang ada di perpustakaan ini. : Untuk mengurangi atau menutupi kekurangan tersebut dengan cara apa? : Yaa sekarang ini masih semi dan masih dibantu juga dengan tenaga manusia, dan manualnya juga.
2. Kompetensi Komunikasi Penulis
: Menganai komunikasi nih ya bu, menurut ibu komunikasi itu apa sih?
I
Penulis I
Penulis I
Penulis I
: Komunikasi itu terjadi dua arah, penyampaian informasi melalui dua arah, antara satuorang dengan lawan bicaranya : Berarti komunikasi disini sangat penting ya bu? : Ya sangat penting, apalagi dalam melayani pemustaka, yaa karena kan komunikasi itu memang dasar untuk mendapatkan informasi : Menurut ibu komunikasi yang baik itu seperti apa? Terutama kepada pemustaka tunanetra? : Komunikasi yang baik itu ya, apapun informasi dapat diterima dengan baik oleh anggota dan apa yang menjadi pertanyaan anggota bisa dijawab dengan baik oleh pustakawannya. : Sejauh ini komunikasi yang dibutuhkan bagi ibu sendiri bagaimana? : Yaa komunikasi yang saya berikan sudah, tetapi tanggapan mengenai lawan bicara tersebut mengerti apa tidak.
3. Kompetensi Organisasi Informasi Penulis I
Penulis I Penulis
I
Penulis I
: Organisasi infomasi di perpustakaan, menurut ibu apasih? : Semacam membuat SOP yaa, membuat alurnya bagaimana tahapan buku itu sebelum menjadi buku braille dan dapat digunakan oleh penggunanya. : Berarti sangat penting ya? : Yaa sangat penting karena merupakan sebuah kebutuhan yang dibutuhkan bagi tunanetra. : Bagaimana sih bu untuk dapat meningkatkan organisasi informasi tersebut? apakah sudah berjalan dengan baik atau masih ada perkembangann? : Masih harus ditingkatkan lagi, dari segi SOP nya sudah seperti itu alurnya tetapi dari segi teknisnya masih ada beberapa tahapan yang belum dan terlewatin, misalnya ada tiket urgencynya yang beda sehingga dilewatin, memang ada beberapa temen-temen yang tidak mematuhinya nah memang itu harus ditingkatkan lagi mengenai SOP nya. : Dengan cara apa ibu dapat meningkatkannya? : Setiap bulan itu kan kita mengadakan evaluasi, nah dari situ bisa ketahuan masalah apa saja yang harus diperbaiki dan tidak diperbaiki.
4. Kompetensi Kerjasama Penulis I
: Menurut ibu kerjasama itu apa sih? : Kerjasama itu adalah semua yang ada di yayasan menudukung semua program yang ada di perpustakaan dan membantu untuk peran perpustakaan. Untuk meningkatkan perpustakaan mislanya, dari bagian diklat
Penulis I
Penulis I
Penulis I
membantu dan menginformasikan kepada peserta didik yang ikut untuk mempromosikan bagian perpustakaan, sehingga dapat meningkatkan minat baca juga kan. Di perpustakaan juga akhirnya menjadi bermanfaat. : Bagaimana sih bu dalam melakukan kerjasama? : Disini itu kan tiga bulan sekali ada pertemuan antar bagian, evaluasi program yang sudah berjalan dan biasanya disini mana yang lemah, mana yang kurang, gimana dan kenapa, semua bagian itu saling sharing. : Berarti ada kendala ya bu? : Misalnya kendalanya dari pengunjung, ko pengunjungnya kurang ternyata dari bagian ini kurang menginformasikan, dan dari bagian humas bagaimana mengadakan acara. : Cara mengatasinya bagaimana? : Yaa dengan bekerjasama dengan bagian program-program terkait.
5. Kompetensi Psikologi Penulis I
Penulis I Penulis I
: Mengenai psikologi, menurut ibu psikologi itu apa? : Terkait dengan perpustakaan, yaa memang untuk pustakawannya harus mengerti tentang tunanetra. Sebenarnya sih sama mengahadapi orang yang biasa dengan tunanetra yang bedanya itu ketika tunanetra ada kendala pada masalahnya yaitu harus direhabilitasi terlebih dahulu. Sehingga kita tahu kondisinya bagaimana dan bisa mencarikan buku yang sesuai. Jadi, bisa meningkatkan motivasinya. Seorang pustakawan harus tahu psikologinya dan harus mengerti juga koleksi yang ada di perpustakaan sehingga secara tidak langusung memberikan konseling/bimbingan. : Sejauh ini psikologi yang dibutuhkan bagi ibu bagaimana bu? : Sejauh ini seorang pustakawan harus mengetahui semua kebutuhan tunanetra dan ketunanetraannya. : Bagaimana cara ibu dalam mengatasi/kendala disetiap tunanetra? : Biasanya setiap permasalahan dari pemustaka ada bagiannya, karena disni ada bagain diklat, rehab, fisioterapi. Sehingga apabila ada tunanetra yang bermasalah dibagian tersebut bisa ditangani oleh bagianbagiannya.
6. Kompetensi Inovasi Penulis
: Menurut ibu inovasi itu apa bu?
I
Penulis I Penulis I
Penulis I
Penulis I
Penulis I
C.
: Inovasi dan kreativitas itu berarti kita harus kreatif dan bisa mengikuti perkembangan zaman, dengan keyakinan kita zaman sudah berubah itu kita harus menyadarinya. Perubahan zaman dan kebutuhan dari teman-teman anggota juga yang menuntut kita lebih untuk berkreatif lagi supaya bisa dapat memenuhi kebutuhannya. : Sangat penting inovasi dan kreatif tersebut? : Yaa sangat penting, seperti yang kita pilih ini merupakan salah satu bentuk inovasi juga kan ini (database e-pub) : Selain e-pub inovasi yang diberikan tunanetra sendiri bagaimana? : Jadi gini, sebelumnya buku audio itu dalam bentuk kaset setelah itu di dunia luar juga sudah meninggalkan kaset dan beralih ke bentuk CD dimana ongkos produksinya lebih murah dan masalah penyimpanannya mudah, masalah kualitasnya juga. Itulah akhirnya kita belajar membuatnya dalam bentuk CD dan secara computerize sampai sekarang, dan sekarang berkembang lagi dalam bentuk format e-book supaya tunanetra tidak ketinggalan zaman. : Bagaimana sih bu mengembangkan inovasi di lembaga dan perpustakaan? : Biasanyanya kita sharing-sharing di lembaga luar baik di dalam negri maupun luar negri, juga pelatihan-pelatihan, yaa intinya ada kerjasama dengan pihak luar. : Sejauhmana ibu melakukan inovasi tersebut? : Kalau untuk sekarang ini peralihan kaset menjadi CD itu kita ikut kursus/pelatihan consorsium cari di web, nah disitu juga kita sering update informasi dari daisy 1 berubah ke daisy 2 dan sekarang lebih bagus lagi daisy 3, kita ikut pelatihannya disini satu atau dua orang lalu disharing ilmunya melalui teman-teman disini, khususnya pada lembaga ketunanetraan. : Bagaimana sih ibu memberikan inisiatif terutama kepada tunanetra? : Apa yaa, perkembangan-perkembangan itu kita sampaikan dan itu kan kita bekerjasama dengan teman-teman yang dilembaga lain, misalnya dengan IDM untuk program baru hingga program tersebut di kreasikan.
Pertanyaan harapan pustakawan terhadap lembaga dalam memenuhi kompetensi Penulis I
: Apa yang diharapkan bagi ibu terhadap teknologi ini? : Harapan saya terhdap TI ini sudah berbasis teknologi juga komputer, ketika anggota ingin datang ke perpustakaan ia tinggal serching/mencari buku yang dia cari, nah disitu
Penulis I
Penulis E
Penulis I
Penulis I
Penulis E
sudah tersedia apakah buku tersbut sudah dalam bentuk braille, audio, dan e-pub. Nah itu cita-cita saya, memang jadi PR besar Mitra Netra untuk membuat katalog seperti itu, karena memang masih sulit yang dapat digunakan oleh teman-teman tunanetra. Untuk pustakawannya juga memudahkan, ketika ada yang menanyakan. Karena, saat ini kita masih beda dan terpisah antara database buku braille dan database buku audio masih belum jadi satu. : Harapan ibu mengenai komunikasi yang ada di yayasan dan perpustakaan bagaimana? : Sampai saat ini komunikasi harus lebih ditingkatkan lagi yaa, supaya jangan sampai ada salah paham, dengan cara apa? Harus dengan ketemuan dan sering komunikasi. : Apasih harapan ibu terhadap yayasan mengenai organisasi informasi? : Mengenai alur dari SOP atau dari pembuatan buku juga audio sih sangat sesuai ya, sehingga dapat meningkatkan efektivitas kerja : Harapan ibu dalam kerjasama bagaimana? : Supaya semua bagian ini saling terkait dan saling membantu, tujuannya untuk meningkatkan program yang ada dan mensukseskan layanan yang ada di perpustakaan. : Harapan bagi ibu apa mengenai psikologi? : Harapannya pustakawan dan yang bekerja dibagian perpustakaan harus tahu supaya tidak salah dalam memberikan layanan maupun arahan terhadap tunanetra. : Harapan ibu mnegenai inovasi dan kereasi yang ada di yayasan dan perpustakaan bagaimana? : Supaya kita ini bisa sama dengan orang normal pada umumnya dan mengikuti perkembangan zaman yang ada supaya tidak tertinggal
TRANSKRIP WAWANCARA
Informan Jabatan Tanggal wawancara Waktu
A.
: Mohammad Akhyar (Inisial M) : Staf Yayasan / Sekretaris : 02 Maret 2017 : 10:00-11:00 WIB
Pertanyaan kompetensi dalam melayani pemustaka berkebutuhan khusus 1. Kompetensi Teknologi Informasi Penulis M
Penulis M
Penulis M
Penulis M
Penulis M
: Teknologi Informasi itu apa sih Pak? : Hampir semua mengandalkan teknologi baik publikasi dan dokumentasi, semua yang melayani itu kaitannya dengan teknologi. Jadi teknologi informasi intinya sangat membantu sebagai syarat sarana kita sebagai sarana kerja baik sehari-hari maupun untuk melayani tunantera. : Menurut bapak teknologi informasi itu penting atau tidak? : Yaa sangat penting, karena teknologi informasi itu suatu kebutuhan yang harus ada, supaya kita bisa bekerja secara optimal dan kita tidak ketinggalan zaman. : Sejauh ini teknologi informasi yang dibutuhkan bagi bapak bagaimana? : Kalau menurut saya yang paling utama yang dibutuhkan ialah adanya koneksi internet, terus meldig (terjemahan dalam bahasa) intinya komputer. Karena komputer merupakan sarana pokok : Dalam meningkatkan teknologi tersebut bagaimana pak? : Masih bisa ditingkatkan lagi dalam mitra netra, khususnya kursus komputer tadinya hanya melayani tingkat dasar khususnya office windows, sekarang mulai proggraming dan mulai juga aransemen musik (komputerize) studio kasih komputer dan sonar. Anak diajarkan untuk membuat komposisi musik, dan ini masih dasar untuk mengajarkannya : Dengan cara apa pak supaya teknologi tersebut lebih ditingkatkan lagi? : Kalau kita strateginya ialah cari partner, bisa individu dan kelompok. Di mitra ini kan ada jaringan atau kerjasama dengan IBF, teman-teman yang di IBF (komunitas mengajarkan kepada kita).
Penulis M
: Bagaimana dengan perpustakaan apakah perkembangan teknologinya semakin meningkat? : Kita selalu update, salah satunya kan ada daisy (software dari audio bicara, itu harus selalu update) dan sering membaca juga mencari informasi dengan lembaga lain.
2. Kompetensi Komunikasi Penulis M
Penulis M
Penulis M Penulis M
: Menganai komunikasi nih ya pak, menurut bapak komunikasi itu apa sih? : Komuniaksi itu yaa artinya interaksi antar satu orang maupun lebih untuk menyampaikan pesan. Interaksi itu dilakukan dengan berbicara, tulisan maupun isyarat bisa juga melalui media telepon. : Cara berkomunikasi di lembaga atau yayasan bagaimana pak? : Di lembaga kan ada struktur organisasi, pengurus, dan staff. Struktur ini ya salah satunya untuk sarana komunikasi untuk bisa mengelola sebuah organisasi. Secara umum: yayasan-pengurus-kabag baru ke staff atau sebaliknya. Salah satu berkomunikasi dengan para pegawai ialah dengan rapat dan juga secara langsung bicara melalui surat kabar. : Penting tidak sih pak komunikasi menurut bapak? : Sangat penting, tanpa adanya komunikasi informasi apa yang harus disampaikan. : Sejauhmana komunikasi yang dibutuhkan bagi bapak sendiri? : Bagi saya komunikasi bisa diterima dengan baik tanpa ada yang tersakiti, tanpa adanya terpaksaan. Kaitannya dengan rasa, karena kita menyampaikan pesan tanpa merendahkan, menyakiti, itu sangat penting.
3. Kompetensi Organisasi Informasi Penulis M
Penulis M Penulis M
: Menurut bapak organisasi informasi itu apa sih? : Organisasai informasi adalah bagaimana mengelola sebuah informasi secara kelembagaan, kalau sekarang kita itu ada dokumentasi dan database salah satunya kan itu. : Berarti sangat penting ya organisasi informasi? : Yaa sangat penting, karena kan disini semua memakai database. : Dalam meningkatkan organisasi informasi tersebut bagaimana? : Peningkatannya masih dalam proses, karena kan semua disini itu masih dalam tahapan belajar (mencoba dan mencoba).
Penulis M
: Dalam organisasi informasi itu yang belum apa? : Dalam database terpadu itu yang belum, database pelayanan, progress dari pelayanan tersebut, katalog online juga belum ada.
4. Kompetensi Kerjasama Penulis M Penulis M
Penulis M Penulis M 5.
6.
: Menurut bapak kerjasama itu apa sih? : Kerjasama itu yaa, bekerja bersama-sama itu intinya. : Kerjasama itu sangat penting tidak? : Sangat penting, karena kan bagian daripada pekerjaan yang harus diselesaikan secara bersama, terutama adanya suatu project. : Kemampuan bapak dalam melakukan kerjasama bagaimana? : Harus ada tim supaya pekerjaannya cepat selesai. : Apakah ada kendala dalam melakukan kerjasama? : Pasti, orangkan kadang bekerja individu tidak ingin bersama.
Kompetensi Psikologi Penulis
: Mengenai psikologi, menurut bapak psikologi itu apa?
M
: Yaa psikologi itu ilmu yang terkait dengan psikis, bisa emosi dan jiwa.
Penulis
: Menurut bapak psikologi penting tidak?
M
: Ya sangat penting, karena tunanetra dewasa itu harus didampingi karena mempunyai rasa dan emosi yang kadang suka tidak terkontrol.
Penulis
: Sejauh ini, perkembangan psikologi bagaimana?
M
: Kalau sebagai organisasi kan psikologi disni ada konselor, yang paling didampingi dan paling utama itu tunanetra dewasa, tetapi yang sekolah juga bisa untuk berkonsultasi. Kalau tunnaetra anak-anak bisa menerima ketunanetraannya karena masih belum mengerti dibandingkan dengan yang dewasa karena yang dewasa emosinya belum stabil.
Kompetensi Inovasi Penulis M
: Menurut bapak inovasi itu apa pak? : Inovasi itu adalah lain daripada yang lain, atau belum pernah dilakukan. Misalnya aransemen musikkan belum pernah dilakukan maka terlebih dahulu belajar.
Penulis M
Penulis M
Penulis M
B.
: Inovasi yang diberikan seperti apa pak? Sudah dilakukan? : Sudah meskipun tidak secara periodik atau formal, karena dengan inovasi akan muncul ide misalnya dengan komunikasi. : Bagaimana mengembangkan inovasi tersebut? : Kalau inovasi itu artinya sering membuka wawasan baru, harus sering baca, harus sering melihat hubungan antar lembaga, dari situ pasti akan muncul ide. : Bagaimana dengan inisiatif bapak dalam memberikan layanan baik dengan tunanetra maupun staff? : Salah satunya yaitu lembaga harus mengacu kepada visi maka akan muncul ide, ide apa yang harus kita lakukan dengan ide tersebut.
Pertanyaan harapan pustakawan terhadap lembaga dalam memenuhi kompetensi Penulis M
Penulis
M
Penulis M Penulis M Penulis M Penulis
: Apa yang diharapkan bagi bapak terhadap teknologi ini? : Harapannya kita bisa selalu berinovasi khususnya layanan, untuk bisa memberikan yang terbaik kepada tunanetra dalam halnya teknologi tersebut sebagai sarana peningkatan kualitas hidup, jadi teknologi itu sabagai sarana, sarana itu tidak akan ada gunanya kalau tidak digunakan. Artinya bagaimana kita bisa menggunakan sarana itu sebagai kualitas hidup kita. : Harapan bapak mengenai komunikasi bagaimana pak? Apakah sudah cukup baik atau harus ada yang ditingkatkan? : Relatif baik, bukan berarti tidak perlu adanya peningkatan. Khususnya para pegawai masih agak sungkan dan kurang berani untuk mengkomunikasikan secara langsung. Harapan saya ya itu kita sebagai para pengurus harus bisa menciptakan komunikasi dengan baik, supaya bisa lebih berani untuk bicara secara langsung. Salah satunya dengan bicara terus dengan para pegawai agar tidak takut. : Apasih harapan bapak terhadap yayasan mengenai organisasi informasi? : Adanya organisasi itu kan untuk mengefektifan kerja. : Harapan bapak dalam kerjasama bagaimana? : Sesama pegawai harus bisa saling menenangkan. : Harapan bagi bapak apa mengenai psikologi? : Khususnya dalam melayani pemustaka tunanetra harus dengan baik dilayaninya. : Harapan bapak mengenai kreativitas/ inovasi?
M
: Harapannya bisa selalu berinovasi untuk bisa melayani pemustaka berkebutuhan khusus dan kaitannya dengan teknologi.
TRANSKRIP WAWANCARA SUSULAN
Informan Jabatan Tanggal wawancara Waktu
: Juwita Maulida Rahmawati (Inisial J) : Anggota Perpustakaan : 29 Maret 2017 : 11.00-11.30 WIB
Penulis J
: Apakah anda adalah anggota perpustakaan? : Iya dari awal masuk sini mendaftarkan sebagai anggota perpustakaan. : Apakah sebelumnya sudah mengetahui ada perpustakaan disini? : Sebelumnya udah tahu, jadi datang ke yayasan ini ya untuk belajar dan tertarik juga kan karena ada perpustakaan khusus tunanetranya. : Lalu mendapatkan informasi dari mana jika disini ada perpustakaan? : Waktu itu nonton televisi kaya ada satu acara gitu nampilin profilenya mitra netra, terus disitu disebutkan ada pelatihan komputer bicara, pendampingan untuk tunanetra, pendidikan, dan salah satunya perpustakaan. Tahunya dari situ kemudian langsung tertarik dan kebetulan juga saya suka belajar dan baca buku. : Sudah berapa kali anda berkunjung ke perpustakaan? : Karena hampir setiap aku kesini pasti mampir ke perpustakaan. jadi yaa selama lima tahun saya masuk mitra ya kesini terus. : Apa alasan anda berkunjung ke perpustakaan? : Memang dari kecil saya suka dengan membaca buku, begitu jadi tunanetra dewasa ya otomatis susah untuk mengakses buku. Nah pas disini ibarat “ikan ketemu air” jadi ya sering aja baca buku, pinjem buku, jadi hari ini pinjem besok dibalikin, hari berikutnya demikian. Kadang-kadang kesini ya untuk ke perpustakaan aja nukerin buku. : Selain di perpustakaan aktivitas lain yang tertarik apa aja di mitra netra? : Belajar sih, belajar buku bicara. Waktu itu kan tujuannya ingin melanjutkan kuliah jadi disini ada pendampingan untuk melanjutkan kuliah, belajar komputer bicara, disini ketemu sama temen-temen, terus main musik, ngobrol dan hal lainnya. : Biasanya apa yang anda cari saat berkunjung kesini?
Penulis J
Penulis J
Penulis J
Penulis J
Penulis J
Penulis
J
Penulis J
Penulis J
Penulis J
Penulis J
: Buku sih, tetap pinjam buku. Karena aku kan suka sama baca novel, dan sangat sering pinjam novel kadang-kadang disitu saya ngobrol dengan staf perpustakaannya, kadang janjian sama teman dan nanya buku apa yang bagus dan yang terbaru. Karena selain pinjam, perpustakaan bisa memasukkan buku untuk dijadikan sebagai audiobook/buku bicara. Nah saya sering masukin buku kesitu dan sering beli bukunya untuk dibuatkan audiobook. : Bagaimana menurut anda pelayanan yang diberikan staf saat berkunjung kesini? : Bagus sih dari stafnya, selama ini sih pustakawan selalu merespon dengan baik. Misalnya: mba disini ada buku apa? Pasti kasih tahu buku apa saja yang ada disini. Karena juga kan pustakawan tahu saya suka membaca buku jadi setiap ada buku baru langsung dikasih tahu bukunya. Informasinya cepat didapat di perpustakaan ini. : Apakah anda sudah merasa puas dengan pelayanan serta fasilitas yang telah disediakan di perpustakaan ini? : Jelas belum kalau masalah itu, sekarang gini orang suka membaca buku gitu kan, yaa kalau dibilang puas ya belum puas karena buku baru itu pasti akan selalu ada terus, karena disini kan perpustakaannya termasuk perpustakaan yang jarang dan tidak banyak koleksinya. Jadi tidak semua tunanetra suka dengan membaca buku, memang kalau kita suka baca buku baru yaa kitanya yang harus update terus gitu. Yaa perpustakaan disini membutuhkan teman-teman tunantera yang seperti ini sebenarnya. Kalau untuk fasilitas sih karena disini masih manual ya, pinginnya bisa digital seperti katalog memakai e-katalog. Tapi sudah mulai terakomodasi sama perpustakaan digital mitra netra itu yang memakai e-pub itu jadi sekarang bisa cepat untuk mengakses buku. Juga bagian perpustakaannya terus memperbaiki diri dan perkembangan yang ada di luar, Tetapi untuk di bilang puas ya masih kurang. : Apakah anda mnegalami kendala saat berada di perpustakaan? : Yaa mungkin kendalanya dari segi koleksi karena saya kan suka banget sama membaca buku terkadang buku yang saya cari tidak ada gitu. Jadi ya memang kitanya juga harus aktif untuk memasukkan buku terus update buku ke bagian perpustakaannya. Kalau untuk pencarian buku informasi karena belum ada e-katalog itu tadi jadi untuk mencari buku harus bertanya terlebih dulu sama pustakawannya. : Adakah saran yang ingin diberikan untuk perpustakaan? : Mmmm... mungkin sarannya itu lebih update koleksinya, terus mungkin ya tidak semua buku otomatis yang best
Penulis J
sellernya (kualitas buku yang bagus-bagus) terus layanan untuk e-katalog dan database pendaftaran yang mungkin memakai online, atau memakai sistem e-katalog jadi ya itu saran yang bagus untuk mereka. Saran yang paling bagus itu yaa sebenernya mengubah buku menjadi digital itu bikin kita cepat mengupgred proses buku. : Adakah harapan terhadap perpustakaan dan juga yayasan? : Mmm... harapannya ya tetap di pertahankan aja, perbaiki terus kalau bisa dapat meningkatkan minat baca tunanetra.
Informan Jabatan Tanggal wawancara Waktu
: Rossa Merry (Inisial R) : Anngota Perpustakaan : 29 Maret 2017 : 11.00-11.30 WIB
Penulis R
: Disini anda sudah berapa lama ya? : Hmm.. berapa lama ya sekitar 2013 dari pas masuk SMA waktu itu. : Kenapa sih bisa tertarik disini? : Awalnya sih sejak itu saya kenal glukoma, sekolah sempat terhenti akhirnya dapat informasi dari yayasan mitra netra ini, karena disini banyak belajar keterampilan yang bisa membantu kita dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan akhirnya datanglah kesini dan setelah belajar, salah satunya braille mulai lanjutlah ke sekolah sampai sekarang. : Apakah sebelumnya anda adalah anggota perpustakaan? : Iya anggota perpustakaan. : Apakah sebelumnya anda sudah mengetahui ada perpustakaan disini? : Saat pertama kali kesini, waktu itu masih kecil dan bukubuku pilihannya kalau bukan braille ya kaset. : Lalu mendapatkan informasi dari mana jika disini ada perpustakaan? : Dari staf bagian humas, pas saya pertama kali kesini ketemu dengan bagian staf dan diajak berkeliling mulai dari bagian diklat, komputer, terakhir dibawa ke perpustakaan. : Sudah berapa kali anda berkunjung ke perpustakaan? : Hmm.. berapa kali yaa tidak bisa kehitung karena sering dari awal masuk. : Apa alasan anda berkunjung ke perpustakaan?
Penulis R
Penulis R Penulis R Penulis R
Penulis R Penulis
R
Penulis R
Penulis R
Penulis R
Penulis R
Penulis R
Penulis R
: Hmm.. biasanya untuk pinjam buku, awalnya itu buat buku-buku pelajaran SMA IPA, IPS. Kalau baca buku awas itu kan capek, memang masih bisa dengan bantuan kaca pembesar tetapi memang capek. Akhirnya pinjam buku disini dalam bentuk kaset dan lama kelamaan ikut juga pinjem buku novel-novel untuk mengisi pas lagi liburan gitu. : Biasanya apa yang anda cari saat berkunjung kesini? : Hmm.. kalau dulu masih SMA yang dicari buku-buku pelajaran memang tetapi setelah lulus SMA kebanyakan buku fiksi karena kan saya mengajar juga di yayasan berkebutuhan khusus jadi pinjam buku tentang berkebutuhan khusus. : Bagaimana menurut anda pelayanan yang diberikan staf saat berkunjung kesini? : Sejauh ini sih baik yaa.. setiap datang, ada buku apa saja pasti direspon dengan baik dan kasih tahu judul-judul bukunya. : Apakah anda sudah merasa puas dengan pelayanan serta fasilitas yang telah disediakan di perpustakaan ini? : Sebenernya sih belum ya, soalnya dari dulu itu buku-buku koleksinya masih belum terlalu banyak, terus suka ngantri lama terutama untuk memasukkan buku fiksi karena yang didahulukan pasti buku-buku pelajaran jadi ya harus sabar-sabar menunggu. Kita sih faham karena kan memang yang harus lebih diutamakan itu buku pelajaran, cuma harus sabar menunggu. Fasilitasnya yaa adanya katalog elektronik atau digital karena dulu itu dalam bentuk manual/braille dan kebetulan saya tidak bisa membaca braille jadi sulit juga buat tahu buku-buku dan informasi baru itu apa saja. Akhirnya ya mau ga mau ya harus bertanya kepada pustakawannya. : Apakah anda mengalami kendala saat berada di perpustakaan? : Kendala sih ga ada sih yaa, karena kan untuk pencarian informasi misalnya buku pasti akan dicarikan dan dibantu penuh oleh pustakawannya. : Adakah saran yang ingin diberikan untuk perpustakaan? : Apa yaa... sarannya ya mungkin koleksinya di perbanyak terus tenaga di perpustakaannya harus lebih banyak lagi agar maksimal dan cepat dalam menangani serta membantu pemustakanya. Karena kan sejauh ini memang sudah cukup baik. : Adakah harapan terhadap perpustakaan dan juga yayasan? : Harapannya yaa supaya lebih maju lagi kedepannya dan pelayanannya lebih baik lagi.
LAMPIRAN
Pintu Masuk Perpustakaan Yayasan Mitra Netra
Sirkulasi Perpustakaan
Rak Koleksi
Ruang Baca
Buku Braille
Buku Braille
CD untuk audio book
Daisy Player (alat untuk mendengarkan)
Printer
Komputer
Ruang Studio
Wawancara dengan informan
BIODATA PENULIS
Linda Intan Herlina. Lahir di Sumedang, 01 Oktober 1994. Putri ketiga dari tiga bersaudara, Ayahanda Sayim Suryana dengan Ibunda Eni Kaeni. Penulis bertempat tinggal di Kp. Tonjong RT 002/004 Kel. Kemuning Kec. Kresek Kab. Tangerang. Menyelesaikan pendidikan dasar di SD Kamuning II (tahun 2006). Kemudian melanjutkan sekolah menengahnya di SMP N 1 Kresek (2009) dan SMA N 7 Kab. Tangerang (tahun 2012). Pada tahun 2012 melanjutkan pendidikan pada program studi (S1) Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul Kompetensi Pustakawan dalam Melayani Pemustaka Berkebutuhan Khusus di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta. Penulis pernah menjalani Praktek Kerja Lapangan di Kantor Perpustakaan Umum Daerah Kabupaten Tangerang selama satu bulan pada tahun 2014, Kuliah Kerja Nyata di Desa Gunung Kaler, Kabupaten Tangerang selama satu bulan pada tahun 2015 dan pada tahun 2014-2015 peneliti mengajar di sekolah TK-IT Bina Cendekia Kab. Tangerang selama libur semester.