Literasi Informasi Pustakawan dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pemustaka (Studi Deskriptif di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta)
I Gusti Agung Dewi Widyastuti¹, Ni Putu Premierita Haryanti², Richard Togaranta Ginting³ Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Email :
[email protected]¹,
[email protected]²,
[email protected]³
ABSTRACT Regional Library of Yogyakarta City is located in the city which is predicated as an Indonesian Education City. The town is filled by students and therefore the people have a high academic information needs. In the era of information disclosure, as it is today, and in the middle of the high demand of user’s information needs, librarians are required to have information literacy skills. This study discusses librarian’s information literacy based on Empowering Eight models and the role of librarian's information literacy in fulfilling the user’s information needs in Yogyakarta City Regional Library by using descriptive method and qualitative approach. Sources of data in this study come from a textbook, online books, journals, previous research, interviews and observations. Technique of data analysis used by the author is the data reduction, presentation and conclusion. The results of this study show that librarian’s information literacy in Yogyakarta City Regional Library in accordance with the Empowering Eight model’s and the role of librarian’s information literacy in fulfilling the user’s information needs shows only two components namely, the identification and application. Key words: Information literacy, Librarians, Information needs, Users
tidak terbatas oleh jarak, ruang dan
1. PENDAHULUAN
waktu. Informasi menjadi komoditi yang Kehadiran internet menandai babak
digandrungi
baru sejarah manusia. Sekitar abad ke-
aspek
perlu beradaptasi dengan pesatnya
kehidupan.
perkembangan teknologi informasi ini.
Informasi mulai bertebaran dan hampir
1
dari
jasa pelayanan sosial, mau tidak mau,
mana teknologi informasi merambah ke seluruh
masyarakat
berbagai tingkatan sosial. Berbagai
21, manusia memasuki periode di
hampir
oleh
Perpustakaan adalah satu di antara
informasi bukanlah alat dari teknologi
jasa pelayanan sosial tersebut.
informasi, melainkan sebuah kunci dari yang kita kenal saat ini sebagai era
Pada era keterbukaan informasi ini, perpustakaan
mendapat
sorotan jantung
tajamsebab
ia
merupakan
pendidikan
dan
sumber
keterbukaan informasi Salah
yang
Perpustakaan
Daerah
Kota
wajib
Yogyakarta. Perpustakaan ini terletak
menjalankan fungsi informasinya, yakni
di kota yang memiliki predikat Kota
mendorong
serta
Pelajar, sehingga masyarakatnya serta
membudayakan literasi informasi dalam
merta memiliki kebutuhan informasi
masyarakat.
Pustakawan
akademis
orang
bergelut
keterbukaan
yang
sebagai
dalam
dunia
tingginya akademis
yang
tinggi.Di
kebutuhan
tengah informasi
kepustakawanan
dituntut
untuk
menguasai
informasi
agar
Yogyakarta, perlu kemudian ditelusuri
menularkan
peranan literasi informasi pustakawan
kepada
dalam pemenuhan kebutuhan informasi
literasi
nantinya
dapat
kemampuan
tersebut
masyarakat.
informasi
masyarakat
informasi
Kota Yogyakarta.
yang
2. KAJIAN PUSTAKA
sedang
PERPUSTAKAAN UMUM
terjadi.Kedua hal tersebut membuat pustakawan, perpustakaan,
sebagai
penggerak
perlu
memiliki
Manifesto Perpustakaan Umum UNESCO (1994) menyatakan bahwa perpustakaan umum merupakaan suatu pusat lokal informasi yang
kecakapan dalam mengolah informasi
menyuguhkan metode pembelajaran seumur
supaya dapat memenuhi kebutuhan
hidup, independensi penentuan keputusan serta
informasi pemustaka yang semakin kompleks.
Kemampuan
itu
pengembangan budaya secara individu ataupun
dikenal
komunitas. Pada manifesto tersebut pula,
dengan istilah literasi informasi.
disepakati bahwa misi utama perpustakaan
Hal itu juga ditekankan oleh Bundy
umum tidaklah jauh dari melek huruf, informasi,
dalam Emmanuel E. Baro (2011),
pendidikan dan kebudayaan.
bahwa kepenatan atas informasi oleh
Perpustakaan umum memiliki peranan vital
minoritas global merupakan alasan
sebab
bagi pustakawan untuk membimbing masyarakat, profesional
Kota
semakin
berkembang dan kompleks di tengah ledakan
masyarakat
pemustaka di Perpustakaan Daerah
Pada waktu yang sama, kebutuhan
pemerintah, lainnya,
merupakan
satu-satunya
pranata
kepustakawanan yang dapat dijangkauu oleh
dan
umum. Sebagaimana isi manifesto UNESCO,
khususnya
bahwa perpustakaan umum memiliki misi untuk
pengajar serta akademisi melalui fakta-
memberantas
fakta yang berdasar bahwa literasi
2
perpustakaan
menyuarakan literasi informasi adalah
informasi
masyarakat.Perpustakaan
satu
iliterasi
(keberaksaraan),
mengembangkan serta membudayakan literasi
yakni The Big Six, Seven Pillars of
informasi di masyarakat.
Information Literacy, Seven Faces of Information Literacy dan Empowering Eight. Model yang digunakan dalam
PUSTAKAWAN
penelitian ini adalah Empowering Eight.
Menurut Sulistyo Basuki (2010),
Model
pustakawan adalah tenaga professional
dikembangkan
dan
pengelolaan
didepakati pada International Workshop
pengorganisasian
on Information Skills for Learning tahun
koleksi atau materi perpustakaan guna
2004 di Colombo, Sri Lanka. Model ini
memudahkan pemustaka dalam hal
digunakan untuk negara-negara Asia
pemberdayaan.
Tenggara
yang
berperan
dalam
perpustakaan,
tergolong
Pustakawan
dalam
kelompok
juga
dan
Selatan.
antara
lain
seleksi,
identfikasi,
organisasi,
presentasi,
LITERASI INFORMASI
penilaian
Masing-masing
Pada tahun 1989, American Library
komponen
memiliki
untuk menjadi seseorang yang literat
didemonstrasikan.
mengetahui
kapan
seseorang suatu
penciptaan, aplikasi.
hasil
informasi,
eksplorasi,
dan
Association (ALA) memaparkan bahwa
dalam
Delapan
komponen dalam Empowering Eight
profesi
informasi.
pembelajaran
yang
perlu
KEBUTUHAN INFORMASI
informasi
Wilson (1981) beranggapan bahwa
dibutuhkan serta memiliki kemampuan untuk menemu kembali, mengevaluasi,
munculnya
dan menggunakan informasi secara
dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi
efektif. Orang-orang yang literat dalam
yang
informasi adalah mereka yang sudah
fisiologi, ataupun kognitif.
kebutuhan
meliputi
Sarasevic
belajar bagaimana cara “belajar.”
informasi
kebutuhan
dan
afektif,
kawan-kawan
Berdasarkan Chartered Institute of
(1988) menyampaikan dalam karya
Library dan Information Professionals
tulis mereka beberapa faktor yang perlu
(CILIP) yang disepakati oleh Dewan
diperhatikan
CILIP tahun 2004, literasi informasi
mengenai kebutuhan informasi yakni
merupakan
persepsi mengenai permasalahan yang
kemampuan
seseorang
dakam
penelitian
untuk mengetahui kapan dan mengapa
dihadapi,
rencana
penggunaan
suatu informasi dibutuhkan, dimana
informasi,
relevansi
pengetahuan
mencarinya,
cara
seseorang dengan kebutuhannya serta
serta
dugaan ketersediaan informasi.
mengevaluasi,
bagaimana menggunakan
mengomunikasikan
suatu
informasi
secara etis.
3. METODELOGI PENELITIAN
Terdapat 4 model literasi informasi yang masyhur dikenal pada saat ini
3
ini
Jenis penelitian yang digunakan
Literasi
informasi
merupakan
dalam karya tulis ini adalah penelitian
seperangkat
deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
mengolah informasi di tengah era
Pendekatan kualitatif diutamakan untuk
keterbukaan
menemukan kenyataan empiris dari
sekarang, dan pustakawan memegang
suatu realitas sosial. Lokasi penelitian
peranan yang penting dalam hal itu.
di
Kota
Sehingga, pada penelitian ini, pertama-
Yogyakarta. Data-data yang didapat
tama akan diteliti sejauh mana literasi
bersumber dari wawancara (primer)
informasi
dan data pelengkap (sekunder) dari
menggunakan model literasi informasi
buku teks, jurnal, penelitian terdahulu
Empowering Eight.
Perpustakaan
Daerah
kemampuan
dalam
informasi
seperti
pustakawan
dengan
dan lain sebagainya. LITERASI INFORMASI Informan dalam penelitian ini ialah
PUSTAKAWAN
pustakawan dan pemustaka dengan beberapa
kententuan
yang
Pada komponen pertama dalam
berlaku
model literasi informasi Empowering
untuk menyeleksi. Ketentuan untuk
Eight
pustakawan ialah, yang bertugas di layanan
informasi
langsung
dan
dengan
dari
tiga
secara
pemustaka.
kali,
identifikasi,
rata-rata
jawaban pustakawan telah menyiratkan
berhadapan
eksplisit
bahwa
mereka
melakukan penentuan topik atau subjek
Ketentuan pemustaka ialah, berkunjung lebih
yakni
sebelum menelusur informasi, mereka
pernah
melakukan
menggunakan layanan informasi dan
identifikasi
kata
kunci
terlebih dahulu sebelum menelusur
berstatus pelajar.
informasi, menyiratkan proses serta Data-data cara
dikumpulkan
melakukan
dengan
wawancara,
cara menelusur yang baik sehingga
terjun
dapat
dikatakan
sebagai
sebuah
langsung ke lapangan (observasi), dan
strategi, dan memfilter sumber-sumber
mendokumentasikan
semua
informasi agar sesuai dengan apa yang
data terkumpul, data akan dianalisis
dibutuhkan. Setiap pustakawan telah
dengan teknik reduksi data, penyajian
memenuhi komponen pertama meski
data, dan penarikan kesimpulan. dalam
hanya mengaitkannya dengan satu
bentuk deskriptif kualitatif sehingga
poin sehingga dapat dikatakan bahwa
nantinya hasil penelitian dapat lebih
kemampuan pustakawan dalam hal
mudah dipahami oleh pembaca di
identifikasi
kalangan umum.
baik.
Setelah
informasi
sudah
sangat
Komponen kedua dalam model
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
literasi informasi Empowering Eight yakni
4
eksplorasi.
Hampir
seluruh
pustakawan, telah menyiratkan bahwa
karya tulis mereka. Para pustakawan
wawancara
juga
atau
kunjungan
keluar
telah
mampu
mengumpulkan,
seperti observasi merupakan suatu hal
memilah serta mengidentifikasi kutipan-
yang
meningkatkan
kutipan, yang merupakan bagian dari
keakuratan informasi yang didapat.
sitiran, supaya relevan dengan karya
Kendati ada dua jawaban yang kurang
tulis mereka. Dari ketiga hasil poin-poin
sesuai, terdapat lebih dari setengah
dalam komponen ketiga tersebut, telah
jumlah responden yang sesuai dengan
dapat
poin
pustakawan, rata-rata telah mampu
penting
demi
ketiga,
sehingga
disimpulkan
bahwa
kemampuan
dapat rata-rata
pustakawan
disimpulkan
melakukan
dalam
seleksi
bahwa
informasi
para
yang
mereka butuhkan dengan baik. Hampir
komponen eksplorasi sudah baik.
semua jawaban sesuai dengan hasil pembelajaran yang didemonstrasikan
Komponen ketiga dalam model
dalam komponen ketiga.
literasi informasi Empowering Eight adalah
seleksi.
pustakawan
Rata-rata
dalam
jawaban
Komponen keempat dalam model
menanggapi
literasi informasi Empowering Eight
pertanyaan pada poin ini ialah dengan
adalah
cara membandingkan dengan informasi
beberapa
lain, mengecek kembali profil dan
didemonstrasikan.
kapabilitas
pustakawan
penulisnya,
mengecek
organisasi
yang
mencakup
pembelajaran
yang
Hampir
menjawab
seluruh
pertanyaan
domain website dan daftar pustaka.
dalam
Jawaban seluruh pustakawan telah
melakukan
menyiratkan
telah
membandingkan dengan informasi di
keakuratan
sumber lainnya, melihat rekam jejak
informasi yang mereka dapat, tentunya
sumber informasinya, pencatatan serta
dengan tujuan memilih informasi yang
pengecekan ke lapangan. Sehingga
relevan dengan kebutuhan mereka.
dapat
mampu
bahwa
mereka
mengevaluasi
komponen
ini
dengan
pengecekan
kembali,
disimpulkan
bahwa
para
pustakawan memiliki kemampuan yang Pada pertanyaan selanjutnya, di
baik dalam mengorganisir informasi
komponen ketiga, emua pustakawan
yang mereka dapatkan.
menjawab menggunakan sumber cetak maupun tercetak, seperti buku, jurnal,
Komponen kelima dalam model
e-book, e-journal, observasi, rekaman
literasi informasi Empowering Eight
suara
ialah menciptakan. Sebagian besar
dan
lain
sebagainya.
Ini
menandakan seluruh pustakawan telah
pustakawan
mampu menentukan jenis sumber apa
dalam komponen ini dengan cara
saja
menggunakan
yang
sekiranya
sesuai
dan
keduanya
pertanyaan
(menyalin
menyediakan informasi yang mereka
langsung dan merangkai dengan kata
butuhkan
sendiri)
dalam
kaitannya
dengan
5
menjawab
sesuai
dengan
konteks.
Berdasarkan
segi
intensitas,
lebih
menerima
kritikan
dan
masukan
sering menggunakan kata-kata sendiri.
dengan
Hal
para
mereka juga menjawab telah meminta
pustakawan telah mampu menyusun
kritik saran dari pihak lain, seperti
informasi sesuai dengan opini dalam
dosen,
cara yang bermakna.Sebagian besar
berkompeten dalam bidang itu, rekan-
pustakawan beranggapan pencatuman
rekan yang paham, rekan se-profesi
pada daftar pustaka adalah hal yang
dan dengan istri.
tersebut
menunjukkan
lapang
dada.
mereka
Selain
yang
ahli
itu,
dan
diperlukan dan menganggap daftar pustaka
sebagai
penting.
Hal
bahwa
suatu
tersebut
pustakawan
hal
Hal
yang
berarti,
rata-rata
pustakawan telah menunjukkan suatu
menunjukkan telah
itu
adanya
mampu
swa-akses
kinerja
dalam
penanggapan dan penilaian dari pihak
melakukan finalisasi format bibliografis
guru. Pertanyaan ketiga dalam poin
dengan tidak hanya mencantumkannya
ketujuh ini juga rata-rata pustakawan
pada catatan kaki atau pada tubuh
menjawab bahwa mereka mencatat
tulisan, tetapi juga menyertakannya
dan
dalam daftar pustaka.
menggunakan
kritikan
serta
masukan untuk melakukan perbaikan, Komponen keenam dalam model
revisi dan menjadikan hal itu sebagai
literasi informasi Empowering Eight
acuan ke depannya.Berdasarkan ketiga
ialah presentasi. Dalam komponen ini
poin tersebut dapat disimpulkan para
terdapat empat jawaban yang kurang
pustakawan memiliki kemampuan yang
sesuasi sebab menjawab, menyajikan
baik
karya tulis dengan gaya penulisan
terhadap karya tulis yang mereka
sendiri atau khas mereka. Kendati
kerjakan.
dalam
komponen
penilaian
terdapat empat jawaban yang kurang sesuai,
rata-rata
menjawab dengan
pustakawan
melakukan
pembaca,
disimpulkan
literasi informasi Empowering Eight
penyesuaian
sehingga
bahwa
Komponen kedelapan dalam model
telah
adalah aplikasi. Rata-rata pustakawan
dapat
rata-rata
menunjukkan
para
telah
ciri-ciri
mampu dalam meninjau masukan dan
pustakawan telah mampu menyajikan informasi dalam format yang tepat sesuai sasaran penulisan.
penilaian
dengan
kritikaan
dan
dahulu.Sebagian
jalan
mencatat
masukan besar
terlebih
pustakawan
Komponen ketujuh dalam model
juga menjawab jarang menyebarkan
literasi informasi Empowering Eight
karena merasa belum percaya diri akan
adalah
jawaban
tulisan mereka. Kalau pun ada yang
pustakawan telah sesuai dengan hasil
disebarkan, masih sebatas oleh pihak
pembelajaran yang didemonstrasikan
perpustakaan. Hal ini menunjukkan
yakni
para
penilaian.
para
Seluruh
pustakawan
mampu
6
memiliki
pustakawan
lebih
memilih
menyimpan
karya
tulisnya
sendiri
Setelah mengetahui kemampuan
sebagai portofolio produksi. Produksi
literasi informasi pustakawan, perlu
tidak selalu berarti penyebaran, namun
kemudian
ditelusuri
bagaimana
akan lebih bermanfaat bila disebarkan
kebutuhan
informasi
pemustaka
pula ke publik.
sebelum
menganalisis
keduanya
secara Berdasarkan
kedelapan
analisis
kemampuan
pustakawan
komponen
Daerah Kota Yogyakarta antara lain: ragam informasi yang dicari, dugaan
identifikasi,
terhadap
penciptaan, dan penilaian terbilang sangat
baik
dengan
tidak
pembelajaran
didemonstrasikan.
adalah
seleksi,
aplikasi
dan
sesuai
pada
dua
organisasi, jawaban
komponen
yang
Indikator
peneliti
intensitas
gunakan
interaksi
dan
kepuasan atas informasi yang diberikan
satu
pustakawan.
jawaban yang kurang sesuai pada komponen
informasi,
informasi.
tambahan
yang
Terdapat
kesediaan
penggunaan
adanya
jawaban yang kurang sesuai dengan hasil
yang
kebutuhan pemustaka Perpustakaan
di
Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta pada
Indikator
peneliti gunakan untuk mengetahui
komponen tersebut dapat disimpulkan bahwa
bersamaan.
Indikator
komplemen
tersebut juga peneliti gunakan untuk
dan
menelisik lebih dalam peran literasi
kurang
informasi dalam pemenuhan kebutuhan
eksplorasi.
pemustaka.
Jawaban kurang sesuai yang paling banyak dijumpai ialah pada komponen
Indikator
pertama
yakni
ragam
presentasi. Kekurangsesuaian jawaban
informasi
tersebut menandakan perlu adanya
pemustaka di Perpustakaan Daerah
perbaikan dalam bidang tersebut, tetapi
Kota Yogyakarta. Pertanyaan yang
jumlah itu hanya menyentuh satu per
peneliti ajukan seputar hal apa saja
empat
yang
dari
jumlah
keseluruhan.
yang
pemustaka
dibutuhkan
tanyakan
oleh
kepada
Sehingga masih dapat dikatakan rata-
pustakawan. Seluruh pemustaka yang
rata
mampu
Sehingga,
bila
dirata-ratakan, informasi
dalam
presentasi.
menjadi
seluruh
komponen
menyatakan informasi yang mereka
kemampuan
pustakawan
dengan
hasil
Eight
rata-rata
literasi
butuhkan masihlah sebatas koleksi
Perpustakaan
perpustakaan, lokasi buku, layanan
Daerah Kota Yogyakarta berdasarkan Empowering
responden
sudah
pembelajaran
internet (WiFi).
sesuai Indikator kedua adalah dugaan
yang
terhadap
didemonstrasikan.
Pertanyaan
ketersediaan yang
peneliti
informasi. ajukan
KEBUTUHAN INFORMASI
seputar alasan pemustaka mengajukan
PEMUSTAKA
pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada pustakawan. Seluruh pemustaka yang
7
menjadi responden menjawab bahwa
pustakawan
mereka mengetahui bahwa kebutuhan
Kota Yogyakarta selama ini. Sehingga
informasi
koleksi
dapat disimpulkan bahwa jawaban atau
atau
informasi yang diberikan pustakawan
layanan internet (WiFi) dapat dipenuhi
telah mampu memenuhi kebutuhan
oleh pustakawan. Rata-rata jawaban
informasi mereka.
terkait
perpustakaan,
dengan
lokasi
buku,
Perpustakaan
Daerah
dari pemustaka telah menunjukkan pengetahuan
terhadap
profesi
Berdasarkan
dan
intensitas
tugas yang diemban oleh pustakawan.
interaksi
pemustaka Indikator
ketiga
adalah
hasil
dari
aspek
yang
rata-rata
menyebutkan
jarang
berkomunikasi
dengan
pustakawan
penggunaan informasi oleh pemustaka.
telah menunjukkan bahwa penggunaan
Pertanyaan
literasi informasi pustakawan dalam
yang
peneliti
ajukan
seputar bagaimana cara pemustaka
pemenuhan
menggunakan jawaban atau informasi
pemustaka di Perpustakaan Daerah
yang diberikan pustakawan kepada
Kota Yogyakarta masih minim.
mereka.
Seluruh
pemustaka
Oleh karena jarangnya komunikasi, sehingga transfer informasi juga jarang
mereka menggunakan informasi yang
terjadi. Namun, bila dikaitkan dengan
diberikan pustakawan secara langsung.
tingkat Indikator keempat yakni intensitas pemustaka
informasi
yang
menjadi responden menyatakan bahwa
interaksi
kebutuhan
kepuasan
pemustaka
yang
seluruhnya menjawab puas, hal itu
dengan
menunjukkan
telah
terpenuhinya
pustakawan. Pertanyaan yang peneliti
kebutuhan
ajukan terkait dengan seberapa sering
Meskipun,
pemustaka
komunikasi
informasi,
rata-rata
Berdasarkan
menjawab
hanya
seluruh responden, hanya satu orang
katakanlah
yang menjawab sering berkomunikasi
informasi
seputar
dengan pustakawan di sana. Rata-rata
tersebut
menunjukkan
dari
informasi pemustaka di Perpustakaan
dengan
melakukan
pustakawan.
mereka
menjawab
hanya
informasi dalam
pemustaka.
aspek
ragam
pemustaka membutuhkan,
dominan
menjawab,
buku-buku.
Hal
kebutuhan
berkomunikasi bila ada hal-hal tertentu
Daerah
yang perlu ditanyakan.
terpenuhi namun masih sebatas pada
Kota
Yogyakarta
sudah
hal-hal menyehari seperti lokasi buku Indikator kelima adalah kepuasan pemustaka
terhadap
informasi
yang
pustakawan.
jawaban
diberikan
Seluruh
dan lain sebagainya.
atau oleh
Melalui aspek dugaan ketersediaan
pemustaka
informasi,
menyatakan diri puas dengan jawaban
bahwa
atau
pengetahuan
informasi
yang
diberikan
8
kita
juga
pemustaka yang
dapat telah cukup
melihat memiliki untuk
memenuhi kebutuhan informasinya. Hal
pustakawan
itu tampak dari pengetahuan mereka
informasi saat ini.
di
era
keterbukaan
akan profesi pustakawan, namun lagi5. KESIMPULAN
lagi masih sebatas pada buku. Di samping itu, dari aspek penggunaan informasi
yang
rata-rata
Pada era keterbukaan informasi
langsung
dan
tingginya
kebutuhan
akan
menerapkan informasi yang diberikan,
informasi, literasi informasi menjadi
menampakkan
suatu
suatu kemampuan yang penting dimiliki
terhadap
oleh pustawakan. Kemampuan ini perlu
adanya
kepercayaan
pemustaka
pustakawan
di
perpustakaan
diaplikasikan
dalam
pemenuhan
informasi
masyarakat
tersebut.Sehingga dari seluruh aspek
kebutuhan
tersebut
bahwa
khususnya pemustaka. Pustakawan di
peran kecakapan pustakawan dalam
Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta
berliterasi informasi telah digunakan
memiliki kemampuan yang baik dalam
dalam pemenuhan kebutuhan informasi
hal
pemustaka,
dapat
identifikasi dalam
disimpulkan
yakni dan
kelas
berdasarkan
komponen
model literasi informasi Empowering
aplikasi.
Mengingat
Eight
lokasi
perlu
dari
informasi
pada
pencarian
pustakawan
literasi
komponen
mengidentifikasi
eksplorasi,
buku
mengaplikasikan
yang
buku,
tersebut
lalu
terdiri antara
dari lain:
seleksi,
beberapa identifikasi, organisasi,
penciptaan, presentasi, penilaian, dan
pengetahuannya
aplikasi.
dengan mengarahkan pemustaka pada Namun, perlu ditekankan
Pada sisi yang lain, kebutuhan
kembali bahwa peran tersebut masih
informasi pemustaka di perpustakaan
dalam lingkup buku, belum menyentuh
dari segi ragam informasi rata-rata
ranah
membutuhkan
tujuannya.
akademik
seperti
eksplorasi
informasi
sumber penulisan, organisasi visual
koleksi buku atau layanan terbaru. Dari
dan lain sebagainya.
segi penggunaan informasi, rata-rata menggunakannya
Perlu
kemudian
dilakukan
yang
secara
langsung
menunjukkan
adanya
peninjauan lebih lanjut, hal tersebut
kepercayaan. Begitu pula dari dugaan
mungkin
ketersediaan
disebabkan
kemahiran
oleh
pemustaka
penelusuran
informasi
tingkat
dalam yang
hal
pemustaka
sudah
pustakawan
informasi, telah
rata-rata
menduga
mampu
bahwa
menjawab
cakap, sebagaimana budaya literasi di
kebutuhan informasi mereka. Hal itu
kota
pendidikan
pengaruhnya, disebabkan pemustaka
tersebut
menjadi
menunjukkan pengetahuan pemustaka
atau
mungkin
terhadap
kekurangtahuan terhadap
eksistensi
profesi
pustakawan. Berbeda halnya dengan
fungsi
aspek
9
mengenai
intensitas
interaksi
antara
pemustaka dengan pustakawan rata-
Hs,
rata dijawab jarang. Jarang dalam hal
Lasa
(1990).
Kamus
Istilah
Perpustakaan. Yogyakarta: Kanisius.
ini, tidak berkomunikasi secara intens Makmur, Testiani (2015). Perpustakaan di
dan disebabkan oleh pemustaka yang sudah
mengetahui
mereka
informasi
Era Keterbukaan Informasi Publik.
yang
butuhkan
Yogyakarta: Graha Ilmu.
di
perpustakaan.Meski
jarang
Mardalis (2010). Metode Penelitian: Suatu
berinteraksi, rata-rata pemustaka telah
Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
merasa
Aksara.
puas
atas
jawaban
atau
informasi yang selama ini diberikan Moleong,
pustakawan.
L.
J.
Penelitian Setelah
menganalisa
literasi
(2007).
Metodologi
Kualitatif.
Bandung:
Remaja Rosda Karya.
informasi pustakawan dan kebutuhan Sugiyono
informasi pemustaka dapat disimpulkan bahwa
peran
literasi
pada
identifikasi
dan
aplikasi.
Penelitian
Bandung: Alfabeta.
kebutuhan informasi pemustaka sudah yakni
Metode
Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
informasi
pustakawan dalam hal pemenuhan
diterapkan
(2009).
Usman, H. & Akbar, P. S. (2009).
komponen
Metodologi
Namun
Penelitiam
Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara.
pengaplikasian tersebut masih dalam Dokumen/Karya Ilmiah/Jurnal
lingkup buku dan sekiranya belum menyentuh
ranah
akademik
Baro, Emamanuel E. (2011). A Survey Of
pemustaka.
Information Literacy Education in Library Schools in Africa. Library
6. DAFTAR PUSTAKA
Review. Vol. 60 No. 3, hal 202-217. Buku Bent, M. & Stubbings, R. (2011). The Basuki, Sulistyo (2010). Materi Pokok Pengantar
Ilmu
SCONUL
Perpustakaan.
Seven
Information
Jakarta: Universitas Terbuka.
tanggal
9
Pillars
Literacy. Januari
Diunduh 2016
dari
(http://www.sconul.ac.uk/sites/defaul
Gong, Gol. A. & Irkham, A. M (2012).
t/files/documents/coremodel.pdf)
Gempa Literasi. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Boeriswati,
Endry
(2012).
The
Implementing Model of Empowering
Gill, Philip., et. all. (2001). The Public
Eight
Library Service. IFLA/UNESCO.
for
Information
Jakarta: David Publishing. Gunawan, Imam (2013). Metode Peneltian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
10
of
Literacy.
Bruce, Christine (2003). Seven Faces of
Sarasevic, T., Kantor P., Chamis, A.Y., &
Information Literacy. Diunduh
Trivision, D. (1988). A Study of
tanggal 9 Januari 2016 dari
information seeking and retrieving,
(http://files.kennison.name/zopestore
I: Backgroumd amdMethodology.
/uploads/libraries/bruce-7-faces.pdf)
Journal of The American Society for Information Science, Vol. 39, hal
Ganggi, R. I. P (2013). Evaluasi Berbasis
161-76.
Empowering 8 Terhadap Tingkat Literasi
Informasi
Mahasiswa
United Nations Development Programme
Guru
Madrasah
(2014). Human Development Report
Ibtidaiyah Universitas Islam Negeri
2014. United States: PBM Graphics.
Sunan
Yogyakarta
Diunduh tanggal 17 April 2016 dari
Angkatan 2010/2011. Yogyakarta:
(http://hdr.undp.org/sites/default/file
Universitas Islam Negeri Sunan
s/hdr14-report-en-1.pdf)
Pendidikan
Kalijaga
Kalijaga Yogyakarta. Wilson, T. D. (1981). On User Studies and Ishak
(2006).
Kebutuhan
Informasi
Information Needs dalam Journal of
Mahasiswa
Program
Pendidikan
Documentation, Vol.37 No.1, hal 3-
Dokter Spesialis (PPDS) FK-UI
15. Diunduh tanggal 28 Maret 2016
dalam Memenuhi Tugas Journal
dari
Reading. Jurnal Studi Perpustakaan
(http://informationr.net/tdw/publ/pap
dan informasi, Vol.2, No.2 hal 90-
ers/1981infoneeds.html)
100. Nurrahmah, Y. (2013). Studi Literasi Jalal, F. & Sardjunani, N. (2005).
Informasi
Pemustaka
Increasing Literacy in Indonesia.
Perpustakaan
Kota
Paris: UNESCO. Diunduh tanggal
Berdasarkan
10 Januari 2016 dari
Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas
(http://datatopics.worldbank.org/hnp/
Adab
files/edstats/IDNgmrpap05.pdf)
Yogyakarta.
Mulyadi (2013). Perpustakaan Sebagai
,
Yogyakarta
Empowering
UIN
Sunan
di
Eight.
Kalijaga
Situs Online
Literasi Informasi Bagi Pemustaka. Palembang:
IAIN
Raden
ALA (2000), The information literacy
Fatah
competency standards for higher
Palembang.
education, Pemerintahan Daerah Kota Yogyakarta (2012).
Kumpulan
Perpustakaan 2011.
Kota
Yogyakarta:
Library
Association. Diakses tanggal 12
Kliping
April
Yogyakarta
2016
dari
(http://ala.org/acrl/ilconstan.html)
Pemerintahan
Big 6 (2014). Big 6 Skills Overview.
Daerah Kota Yogyakarta.
Diakses tanggal 9 Januari 2016 dari
11
American
(http://big6.com/pages/about/big6skills-overview.php) CILIP
(2013).
Information
Literacy:
Definition. Diakses tangga; 9 Januari 2016
dari
(http://www.cilip.org.uk/cilip/advoca cy-campaigns-awards/advocacycampaigns/informationliteracy/information-literacy) Yusuf, Oik. (2014). Pengguna Internet Indonesia Nomor Enam Dunia. Jakarta; Kompas. Diakses tanggal 23 Maret 2016 dari (http://tekno.kompas.com/read/2014/ 11/24/07430087/Pengguna.Internet.I ndonesia.Nomor.Enam.Dunia?utm_s ource=RD&utm_medium=box&utm _campaign=kaitrd)
12