Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP.)
Oleh : Afifatul Humairo NIM: 1110025000008
PRODI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014
ABSTRAK
Afifatul Humairo Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Penelitian ini bermula atas ketertarikan peneliti mengenai pemanfaatan koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan koleksi digital talking book serta bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan. Penelitian ini pada rumusan masalah pertama menggunakan metode penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, dan rumusan masalah yang kedua menggunakan pendekatan kualitatif. Populasi penelitian adalah anggota perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang berjumlah 827 orang, jadi sampel diambil dari 10% jumlah anggota perpustakaan yaitu sebanyak 83 responden. Sedangkan informan dalam penelitian ini adalah pustakawan di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden (74,7%) memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik, dan upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan oleh pemustaka yaitu mempromosikan koleksi digital talking book terbaru dengan kontak langsung kepada pemustaka, dan juga memberikan bimbingan pemakai terhadap pemustaka baru. Walaupun promosi yang dilakukan belum maksimal.
Kata kunci: Koleksi Digital Talking Book, Perpustakaan Tunanetra.
iv
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Alhamdulillairabbil’aalamin, penulis menyampaikan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayahNya kepada kita semua. Tak lupa penulis menghaturkan solawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi dan Rosul kita Muhammad SAW, dan juga kepada segenap keluarganya, sahabatnya, serta umatnya sepanjang zaman, yang insya Allah kita ada didalamnya. Dengan
limpahan
kasih
sayang-Nya
penulis
bersyukur
mampu
menyelesaikan tugas akhir kuliah (skripsi) yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra” dapat terselesaikan dengan baik. Proses perjalanan untuk menyelesaikan proposal skripsi ini tidaklah mudah. Banyak hambatan dan rintangan yang penulis temui dan alami. Berkat ridho-Nya, doa, kesungguhan hati dan kerja keras, akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari betapa sederhananya karya tulis ini dan jauh dari kesempurnaan. Namun penulis juga tidak menutup mata akan peran berbagai pihak yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Perkenankanlah penulis untuk mengucapkan kata terima kasih yang sedalamdalamnya kepada: 1. Kepada Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. 2. Bapak Drs Pungki Purnomo, MLIS dan bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Ketua dan Sekertaris jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. 3. Bu Fadhilatul Hamdani, M.Hum
selaku pembimbing yang telah
memberikan masukan, bimbingan dan kritik dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih telah meluangkan waktu, tenaga, dan fikiran untuk membantu penulis. 4. Seluruh dosen Ilmu Pepustakaan yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan kepada penulis.
v
5. Yang tercinta Ayahanda (Syamsudin), yang telah sabar mengasuh, dan mendidik serta menjadi inspirasi bagi penulis dan yang tersayang Ibunda (amriati) yang dengan ikhlas mencurahkan kasih sayangnya dan memotivasi dengan moril maupun materiil serta tak henti mendoakan penulis. Dan yang terluar biasa, keluarga yang banyak menjadi inspirasi dalam kehidupan penulis. Yaitu ade adeku bahrul, anah, udoh, oca, uwais, juga budeh nur, pakde siran, budeh khol, ncang ebin, semua keluarga besar yang tida bisa disebutkan satu persatu. 6. Mba Endah selaku pengelola perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang telah memabantu penulis dalam mendapatkan informasi yang penulis butuhkan selama penelitian berlangsung, dan juga kepada seluruh tunanetra yang telah memberikan kesempatan untuk penulis teliti. 7. Seluruh teman teman JIP UIN terutama angkatan 2010 yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya, yang telah banyak membantu memberikan dukungan sehingga skripsi ini dapat selesai di waktu yang tepat. Takdir telah mempertemukan kita di jurusan ini. 8. Untuk sahabat sahabatku: tri mulyono, elvi, aditya, uland, balkis, ami, empe, kamil, fidy, rani terima kasih telah memberi warna lain di kehidupanku, thanks to be my friend. You know what? You’re make live is never flat. Dan untuk semua teman temanku yang tak bisa ku sebut satu pesatu. Akhirnya
tiada
untaian
kata
yang
berharga
kecuali
ucapan
Alhamdulillahirobbil ‘Alamin. Demikian ucapan terima kasih penulis haturkan kepada seluruh pihak, semoga kebaikan dan bantuan kepada penulis menjadi amal ibadah dan mendapat ridha dari Allah SWT. Penelitian ini bukanlah sebuah karya tanpa cela. Banyak pelajaran yang masih dibutuhkan penulis dan ditelaah kembali. Namun setetes pengetahuan yang terdapat di lembaran kertas berjilid ini, mudah mudahan sedikit banyak dapat memberikan pengetahuan dan dijadikan referensi dalam pengembangan selanjutnya. Jakarta, 12 Agustus 2014 Penulis
AFIFATUL HUMAIRO
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii ABSTRAK ......................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... BAB
I
x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Batasan Masalah ......................................................................
4
C. Rumusan Masalah....................................................................
4
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................
4
E. Kerangka Berpikir ...................................................................
6
F. Metode Penelitian ....................................................................
6
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 12 H. Penelitian Relevan ................................................................... 13 BAB
II TINJAUAN LITERATUR A. Definisi Perpustakaan Tunanetra ............................................ 15 B. Peran, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan ................................. 19 C. Jenis-Jenis Koleksi.................................................................. 21 D. Koleksi Digital Talking Book ................................................. 22 E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ........................... 25
vii
BAB
III PROFIL PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ........................... 28 B. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.............................................................................. 32 C. Struktur Organisasi ................................................................. 35 D. Fasilitas Layanan .................................................................... 36 E. Sistem, Jam, dan Jenis Layanan ............................................. 36 F. Produk-Produk Yayasan Mitra Netra ..................................... 38 G. Sejarah Program Digital Talking Book ................................... 40 H. Pedoman Rekaman Membaca Digital Talking Book .............. 46
BAB
IV HASIL PENELITIAN A. Pengumpulan Data .................................................................. 52 B. Gambaran Umum Responden ................................................. 52 C. Teknik Pengolahan Data ......................................................... 53 D. Pembahasan Hasil Kuesioner ................................................. 55 1. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................ 55 2. Karakteristik dan Data Responden ................................... 57 3. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................... 60 4. Rekapitulasi Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book 69 5. Hasil Pertanyaan Terbuka kepada Responden .................. 72 6. Upaya Pustakawan Agar Koleksi Digital Talking Book Dimanfaatkan .......................................................... 73
BAB
V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 78 B. Saran ....................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 14 Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 54 Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................ 55 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 56 Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan keanggotaan ........................ 57 Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ..................................... 58 Tabel 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan pekerjaan ............................. 58 Tabel 4.7 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 59 Tabel 4.8 Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book ..................................... 60 Tabel 4.9 Manfaat Menggunakan Digital Talking Book .................................. 60 Tabel 4.10 Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book ..................................... 61 Tabel 4.11 Pemenuhan Kebutuhan Informasi .................................................... 61 Tabel 4.12 Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book .......................... 62 Tabel 4.13 Kepraktisan Menggunakan Digital Talking Book ............................ 62 Tabel 4.14 Sistem Pencarian Koleksi Digital Talking Book .............................. 63 Tabel 4.15 Penggunaan Jasa Pustakawan .......................................................... 63 Tabel 4.16 Frekuensi Peminjaman Koleksi Digital Talking Book ..................... 64 Tabel 4.17 Penilaian Layanan Peminjaman ....................................................... 64 Tabel 4.18 Jumlah Waktu Untuk Membaca Digital Talking Book .................... 65 Tabel 4.19 Alat Yang Sering Digunakan Untuk Membaca................................ 66 Tabel 4.20 Kejelasan Narator Dalam Membacakan Digital Talking Book ........ 66 Tabel 4.21 Alasan Menggunakan Digital Talking Book .................................... 67 Tabel 4.22 Jenis Koleksi Yang Sering Digunakan ............................................. 67 Tabel 4.23 Kepuasan Terhadap Ketersediaan Koleksi ....................................... 68 Tabel 4.24 Ketersediaan Subjek ......................................................................... 68 Tabel 4.25 Rekapitulasi Pemanfaatan Digital Talking Book ............................. 69
ix
DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Permohonan Dosen Pembimbing 2. Surat Tugas Menjadi Pembimbing 3. Surat Izin Penelitian 4. Output Uji Validitas SPSS 5. Output Uji Reliabilitas SPSS 6. Output Frekuensi SPSS 7. Transkrip Wawancara
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perpustakaan merupakan instansi yang tak asing lagi bagi masyarakat luas, terutama bagi mereka yang mengenyam pendidikan formal, karena perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran. Perpustakaan juga sebuah lembaga untuk mencerdaskan bangsa sebagai jembatan menuju penguasaan ilmu pengetahuan, sekaligus menjadi tempat penelusuran informasi yang menyenangkan dan menghibur. Perpustakaan sudah ada sejak tahun 323 SM yang didirikan oleh Ptolemi I sang penerus Alexander (Iskandariah). Bibliotheca Alexandrina Egypt (Perpustakaan Iskandariah Mesir) merupakan perpustakaan pertama dan terbesar di dunia. Perpustakaan ini bahkan bertahan selama berabad abad dan memiliki koleksi 700.000 gulungan papyrus.1 Seiring dengan perkembangan zaman semakin berkembang juga informasi. Masyarakat pun mulai memilah informasi sesuai dengan kebutuhannya. Oleh sebab itu, perpustakaan mulai terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya perpustakaan nasional, perpustakaan umum, perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah, dll.2 Sebagai penyedia informasi, perpustakaan harus dapat memberikan layanan yang dapat memudahkan pemustaka untuk mengakses informasi 1
Oky Rahmawati, “Sejarah Perpustakaan Dunia”, (Jakarta: Jurnal Pustakawan Indonesia vol 6 no 1), hal 59sa 2 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, (Jakarta: Universitas Terbuka)
1
2
dengan cepat, tepat, dan akurat. Tidak hanya bagi pemustaka normal, melainkan juga untuk pemustaka berkebutuhan khusus, salah satunya tunanetra. Saat ini perpustakaan yang diperuntukan bagi penyandang tunanetra masih terbatas. Pemanfaatan koleksi oleh penyandang tunanetra, juga terbatas. Penyandang tunanetra adalah individu yang memiliki keterbatasan visual dalam hidupnya. Keterbatasan visual yang dimilikinya mengakibatkan kemampuan mengkonsepsi dunia sekitar mengalami ketergangguan. Pada kenyataannya, menurut data Yayasan Mitra Netra Jakarta, dari sekitar 10.000 judul buku yang ditebitkan setiap tahunnya di negeri ini, hanya lebih dari 2% saja yang dialihkan ke dalam bentuk yang aksesibel bagi tunanetra. Bentuk lain ini, yaitu bentuk braille ataupun buku audio digital dalam bentuk CD (buku bicara).3 Buku ini hanya terbatas pada buku-buku dengan kategori tertentu seperti buku pelajaran sekolah. Semestinya tunanetra pun berhak mengakses buku-buku sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Padahal Pemerintah sudah menetapkan Undang Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 5 ayat 3 yang menyatakan “masyarakat yang memiliki cacat dan atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan atau sosial berhak memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan masing masing”. Tunanetra yang mendapat kesempatan untuk mengenyam dunia pendidikan regular sangat memerlukan bantuan untuk menunjang kegiatan 3
Yayasan Mitra Netra, “Sejarah Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17 desember 2013 dari www.mitranetra.or.id
3
belajar mereka. Apalagi jika di sekolah tempat mereka belajar tidak menyediakan pelayanan khusus. Meski pemerintah membuat peraturan melalui program pendidikan inklusif, namun keterbatasan fasilitas itu masih harus dihadapi. Perpustakaan yang menyediakan koleksi khusus untuk tunanetra belum banyak berdiri di Indonesia. Hal ini menyebabkan tunanetra sulit mengakses informasi yang mereka butuhkan, apalagi ingin mengakses informasi yang mereka minati.4 Perpustakaan
Yayasan
Mitra
Netra
merupakan
salah
satu
perpustakaan penyedia koleksi yang dapat diakses bagi masyarakat berkebutuhan khusus/ tunanetra. Koleksi tersebut diantaranya koleksi braille dan koleksi digital talking book (buku bicara). Digital talking book saat ini sudah banyak digunakan oleh para tunanetra, terlebih tunanetra yang menempuh pendidikan tinggi. Dengan program Yayasan Mitra Netra, tunanetra dapat mengakses buku-buku pelajaran sekolah untuk dibaca dan dipelajari layaknya pelajar biasa. Namun, Perpustakaan Yayasan Mitra Netra belum menyajikan data mengenai pemanfaatan koleksinya. Sajian data tersebut kita gunakan untuk mengetahui seberapa besar animo pemanfaatan digital talking book dan jenis informasi apa yang paling dibutuhkan oleh pemustaka tunanetra. Bertumpu pada pola fikir di atas, maka penulis merasa tertarik mencoba menggali lebih dalam mengenai aspek aspek pemanfaatan koleksi. 4
Yayasan Mitra Netra, “Perpustakaan Yayasan Mitra Netra,” artikel diakses pada 17 desember 2013 jam15.53 dari www.mitranetra.or.id
4
Khususnya koleksi digital talking book (buku bicara) bagi para tunanetra. Atas dasar diatas, peneliti bermaksud meneliti hal tersebut dengan judul “Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra jakarta”
B. Batasan Masalah Agar pembahasan ini lebih terarah dan tidak meluas, maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut: 1. Pemanfaatan koleksi digital talking book. 2. Cara pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan
C. Rumusan Masalah Setelah objek penelitian dibatasi hanya pada Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta saja, dan agar penelitian lebih jelas dan terorganisir dengan baik maka peneliti membuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemanfaatan koleksi digital talking book? 2. Bagaimana upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: a. Mendeskripsikan
ketersediaan
koleksi
digital
taling
book
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. b. Mengetahui jenis subjek apa saja yang banyak dibaca oleh pemustaka.
di
5
c. Mengetahui bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book oleh pemustaka Tunanetra di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. d. Mengetahui upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan. e. Memberikan rekomendasi kepada pihak perpustakaan mengenai jenis koleksi apa yang paling banyak/ sering dibutuhkan oleh pemustaka. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini mencakup dua aspek, yaitu: Manfaat akademis a. Melatih kepekaan peneliti terhadap permasalahan yang ada di perpustakaan. b. Mengaplikasikan
ilmu
yang
telah
didapat
selama
menempuh
pendidikan di Jurusan Ilmu Perpustakaan. c. Menambah pengetahuan dan wawasan baru baik bagi penulis maupun pembaca. Manfaat praktis a. Memberikan rekomendasi kepada instansi untuk penyediaan koleksi. b. Mengevaluasi jenis koleksi yang terdapat di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. c. Memberikan saran agar mensosialisasikan koleksi digital talking book lebih aktif lagi. d. Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi pihak perpustakaan dalam peningkatan kualitas dan penentuan kebijakan pengembangan koleksi
6
yang sesuai dengan kebutuhan pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. E. Kerangka Berpikir Hal ini digunakan untuk memperjelas pola penelitian yang dilakukan, agar mempermudah peneliti untuk tetap fokus pada topik dan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Adapun kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Perpustakaan Tunanetra
Koleksi Digital Talking Book (DTB)
Koleksi Brille
mengetahui pemanfaatan koleksi DTB.
mengetahui upaya pustakawan agar DTB dimanfaatkan.
F. Metode Penelitian
Memberikan rekomendasi dalam penyediaan & promosi koleksi DTB DIGITATALKING BOOK.
7
Agar penelitian ini berjalan lancar, maka diperlukan suatu pedoman yang digunakan ketika penelitian dilaksanakan 1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sedang berlangsung)5 dengan tujuan agar objek yang dikaji dapat dibahas secara mendalam. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif pada rumusan masalah yang pertama dan pendekatan kualitatif pada rumusan masalah yang kedua. Penelitian kuantitatif tujuannya yaitu menjelaskan fakta, sedangkan penelitian kualitatif adalah untuk memahami makna yang berada di balik fakta tersebut. 2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah pemanfaatan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Sedangkan indikator dari penelitian ini antara lain; kepuasan pemustaka dalam menggunakan digital talking book, frekuensi pemustaka dalam memanfaatkan digital talking book, dan alasan pemustaka dalam menggunakan digital talking book. 3. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian yang dilakukan penulis, mulai dari pengambilan literatur, observasi, pengumpulan data, hingga pengolahan data adalah dari 5
Consuelo G Sevilla, An introduction to research methods, (Philippines: Rex Printing Company, 1988), hal 71
8
bulan
Maret sampai Juni 2014. Penelitian dilakukan di Perpustakaan
Yayasan Mitra Netra Jl Gunung Balong No 21, Lebak Bulus, Jakarta Selatan. 4. Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu: a. Sumber data primer Yaitu data yang diperoleh peneliti dari sumber asli yang memiliki informasi tersebut yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pemustaka dan wawancara dengan staf perpustakaan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. b. Sumber data sekunder Adalah data yang diperoleh dari sumber kedua yang memiliki informasi tersebut6. Dalam hal ini literatur literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan juga modul dari Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. 5. Populasi dan Sampel a.
Populasi Adalah keseluruhan satuan yang ingin diteliti7. Populasi dalam penelitian ini adalah pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yang berjumlah 827 orang.
b.
Sampel Yaitu sebagian dari populasi. Menurut pendapat Suharsimi Arikunto
6 7
h. 11.
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 86. Bambang Prasetyo, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011),
9
yang menyatakan “jika populasi melebihi 100 orang maka sampel yang dapat di ambil 10-15% atau sesuai dengan kemampuan peneliti” Berdasarkan hal tersebut maka peneliti mengambil sampel 10% dari jumlah populasinya 827 x 10% = 82,7 dibulatkan menjadi 83 orang. Sampel ditetapkan secara aksidental atau accidental sampling, yaitu metode pemilihan sampel tanpa memperhitungkan ciri-ciri populasi. Siapa yang datang dan terjangkau oleh peneliti maka dapat diambil sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah Pemustaka yang sedang berkunjung ke Perpustakaan Yayasan Mitra Netra dan bersedia mengisi daftar kuesioner yang telah disediakan oleh peneliti. 6. Informan Yaitu orang yang menjadi sumber data dalam penelitian. Teknik pemilihan informan menggunakan purposive sampling, yaitu metode pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu. Informan dalam penelitian ini yaitu mba Endah, pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Alasan memilih mba Endah karena dia adalah satu-satunya pustakawan yang menjalankan kegiatan operasional perpustakaan. 7. Teknik Pengumpulan Data a. Studi pustaka Studi pustaka adalah segala sesuatu yang dilakukan peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Informasi tersebut diperoleh dari jurnal penelitian yang telah
10
disahkan, buku-buku ilmiah, karangan ilmiah, dan sumber sumber tertulis baik cetak maupun elektronik. b. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Metode observasi
ini
bertujuan
untuk
memudahkan
peneliti
dalam
pengambilan data data responden yang akan diteliti. c. Kuesioner Yaitu dengan cara pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan melalui
sebuah
daftar
pertanyaan
yang
sudah
dipersiapkan
sebelumnya.8 d. Wawancara Observasi saja tidak cukup dalam melakukan penelitian, mengamati kegiatan dan kelakuan orang saja tidak dapat mengungkapkan apa yang diamati dan dirasakan orang lain. Itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan wawancara. Dengan melakukan wawancara kita dapat memasuki dunia pikiran dan perasaan responden, karena wawancara adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 8. Teknik Analisa Data Analisis data merupakan proses lanjutan dari pengolahan hasil penelitian untuk
8
melihat
interpretasi
data.
Analisis
ini
dilakukan
setelah
Anas Sudjino, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo, 1997), h. 27.
11
mendapatkan hasil penelitian serta pengolahan data. Hasil penelitian yang diterima melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for the Social Sciences (SPPS). Selanjutnya penyusunan data sehingga lebih mudah untuk dianalisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian ini. a. Uji Validitas Uji vadilitas digunakan untuk mengukur tingkat validitas kuesioner. Dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan hal yang akan diukur oleh kuesioner tersebut 9. Alat bantu yang digunakan dalam pengujian korelasi ini adalah program SPSS. Apabila Pearson Correlation menunjukkan nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid. b. Uji Reliabilitas Reliabilitas dapat diartikan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel10. Suatu kuesiner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpa (X). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa lebih dari 0,60. c. Pengukuran Variabel Penelitian Pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner untuk masing masing 9
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate denga Program SPSS, (Semarang: Universitas Diponogoro, 2011), h. 44. 10 Ibid. H. 22.
12
variabel dalam penelitan ini diukur menggunakan skor, yaitu: a. Bermanfaat
: 4 (empat)
b. Kurang Bermanfaat
: 3 (tiga)
c. Tidak Bermanfaat
: 2 (dua)
d. Netral
: 1 (satu)
Adapun parameter untuk penafsiran nilai persentase adalah sebagai berikut: a. 0 %
: Tidak satupun
b. 1%- 25%
: Sebagian kecil
c. 26%-49%
: Hampir setengahnya
d. 50%
: Setengahnya
e. 51%-75%
: Sebagian besar
f. 76%-99%
: Hampir seluruhnya
g. 100%
: Seluruhnya
Skala penafsiran hasil persentase yaitu sebagai berikut: a. 0%-25%
: tidak baik
b. 26%-50%
: kurang baik
c. 51%-75%
: baik
d. 76%-100%
: sangat baik
G. Sistematika Penulisan Untuk
memudahkan
penulisan
penelitian
ini,
maka
peneliti
menyusunnya ke dalam lima bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab tersendiri. Bab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lain, dimana diawali dengan bab pendahuluan dan diakhiri dengan bab penutup
13
yang berupa simpulan dan saran. Sebagaimana yang terlampir di bawah ini yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Bab ini mengemukakan gambaran umum yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR Pada bab ini berisi tentang perpustakaan Tunanetra (definisi, peran, tugas dan fungsi), sekilas tentang koleksi digital talking book, pemanfaatan koleksi digital talking book di perpustakaan Yayasan Mitra Netra. BAB III TINJAUAN UMUM Berisi sejarah singkat perpustakaan Yayasan Mitra Netra, tugas dan fungsi, visi dan misi, dan fasilitas layanan di perpustakaan. BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini peneliti memberikan gambaran dari hasil penelitian yang djelaskan dengan apa adanya, berisi tentang pemanfaatan koleksi digital talking book, dan kebutuhan informasi apa yang dibutuhkan oleh Pemustaka serta bagaimana cara memanfaatkan koleksi digital talking book. BAB V PENUTUP Bab terakhir ini adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian ini.
14
H. Penelitian Relevan Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Judul
Persepsi pemustaka
Evaluasi
Persepsi Pengguna
penelitian
terhadap koleksi
pelaksanaan
mengenai Software JAWS
digital talking book
program buku
SCREEN READER: Studi
di perpustakaan
bicara (talking
Kasus di Yayasan Mitra
PERTUNI DPD
book) di yayasan
Netra
Jawa Tengah
mitra netra Lebak Bulus
Peneliti
Putri Azizah
Ismul Azham
RuthNovitaPrameswari
Penerbit
Universitas
UIN Syarif
Universitas Indonesia
Diponogoro
Hidayatullah
2012
2011
2012
Kualitatif
Kualitatif
Kualitatif
Hasil
Persepsi pemustaka
Hasil evaluasi
Persepsi
pengguna
penelitian
terhadap koleksi
menunjukkan
terhadap
Software
digital talking book
bahwa hasil dari
JAWS
SCREEN
di Perpustakaan
proses pelaksanaan
Digital Pertuni
program Buku
cenderung negatif,
Bicara ini adalah
tanggapan
yang mempengaruhi
sangat positif dan
dari mereka.
kemaksimalan
membantu klien
penggunaan digital
dalam kebutuhan
Tahun Terbit Metode penelitian
READER bagus
cukup dan
ada positif
15
talking book.
mereka.
16
BAB II TINJAUAN LITERATUR
A. Definisi Perpustakaan Tunanetra Di era modern saat ini keterbukaan informasi adalah salah satu hal yang menjadi faktor munculnya berbagai macam perpustakaan. Saat ini tidak hanya ada 5 jenis perpustakaan seperti yang ditulis oleh Prof Sulistyo Basuki, dalam bukunya Pengantar Ilmu Perpustakaan. Semakin berkembangnya informasi serta adanya kebutuhan informasi yang berbeda-beda, menyebabkan berkembangnya jenis perpustakaan. Diantaranya pepustakaan lembaga keagamaan, perpustakaan pribadi, perpustakaan digital, dan juga perpustakaan tunanetra. Banyak
perdebatan
mengenai
jenis
perpustakaan
tunanetra.
Kebanyakan orang mengkategorikan perpustakaan tunanetra ini sebagai perpustakaan
khusus,
karena
dilihat
dari
segi
pemustakanya
yang
berkebutuhan khusus. Sedangkan kalau dilihat dari segi jenis koleksinya yang bersifat umum dan tidak hanya mencakup satu subjek tertentu saja, perpustkaan ini dikategorikan sebagai perpustakaan umum. Untuk itu kita perlu menelisik lebih jauh jenis kategori apa perpustakaan tunanetra ini. Untuk membedakan jenis jenis perpustakaan dilihat dari beberapa aspek, diantaranya yaitu; 1. Jenis koleksi pustakanya koleksi perpustakaan khusus mencakup subjek yang lebih spesifik dan
15
16
terbatas pada subjek tertentu saja, atau kadang diperluas dengan subjek yang berkaitan. Ruang lingkup subjek ditentukan oleh ruang lingkup kegiatan badan induknya. Sedangkan perpustakaan umum memiliki semua subjek.10 2. Pemustaka. Adanya kebutuhan informasi yang berbeda beda juga mempengaruhi jenis jenis perpustakaan, sebab di perpustakaan umum tidak dibatasi usia, jenis kelamin ataupun status sosial pemustakannya. Beda halnya dengan perpustakaan khusus yang pemustakanya juga khusus, terbatas pada anggota/ karyawan lembaga induk tempat perpustakaan itu bernaung. 3. Layanan perpustakaan. Pada perpustakaan umum jasa yang diberikan terbuka untuk semua golongan masyarakat dan diberikan secara cuma-cuma tanpa membedakan jenis kalamin, usia, ras, maupun agama. Sedangkan layanan yang diberikan oleh perpustakaan khusus diberikan untuk menunjang lembaga induknya. Tidak hanya mempertimbangkan aspek aspek di atas. Dilihat dari definisinya pun kedua perpustakaan ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Menurut Mulyadi Achmad Nurhadi
dalam buku Manajemen
Perpustakaan Khusus karya Karmidi Martoatmodjo, perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga, tujuan
10
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993), h. 152.
17
penyelenggaraannya bukanlah diarahkan untuk konsumsi umum, tetapi hanya diperuntukan bagi para karyawan lembaga yang bersangkutan dalam rangka menunjang penyelesaian program lembaga yang bersangkutan. Perpustakaan departemen,
khusus
lembaga
dapat
penelitian,
merupakan
organisasi
perpustakaan
massa,
militer,
sebuah industri,
perpustakaan swasta, BUMN, pusat informasi, bahkan perpustakaan pribadi.11 Sedangkan menurut Luwarsih Pringgoadisurjo dalam bukunya perpustakaan khusus, ialah perpustakaan yang menekankan koleksi dan pelayanannya pada satu bidang khusus atau bidang bidang yang bertalian satu sama lain. Dilihat dari kedudukannya, perpustakaan khusus merupakan bagian dari suatu badan pemerintah, lembaga penelitian, industri perusahaan, atau suatu himpunan khusus.12 Sulistyo Basuki menjelaskan, bahwa istilah perpustakaan khusus berasal dariawal abad 20 tatkala muncul perpustakaan yang tidak berciri umum, sekolah, dan perguruan tinggi.13 Perpustakaan khusus di dalam Directory of Spesial Libraries and Information Sources in Indonesian 1985 yang diterbitkan oleh LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) meliputi berbagai jenis perpustakaan yang memiliki koleksi khusus maupun yang dikelola oleh lembaga khusus dengan pembaca yang khusus pula.14
11
Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta : Universitas Terbuka, 1999), h. 1.3. 12 Luwarsih Pringgoadisurjo, Perpustakaan Khusus (Jakarta : Pusat Reproduksi PDIN, 1971), h.1. 13 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud 1993), h. 157. 14 Karmidi Martoatmodjo, Manajemen Perpustakaan Khusus (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999) hal 6
18
Sedangkan menurut Undang-Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 26 dinyatakan bahwa perpustakaan khusus memberikan layanan kepada pemustaka di lingkungannya dan secara terbatas memberikan layanan kepada pemustaka di luar lingkungannya.15 Bertumpu dari penjelasan diatas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang berada di suatu lembaga atau instansi yang memiliki koleksi khusus dan terbatas pada satu atau beberapa subjek tertentu untuk memenuhi kebutuhan informasi lembaga yang menaunginya. Membandingkan dengan definisi perpustakaan khusus diatas, definisi perpustakaan umum menurut Sulistyo Basuki yaitu harus memenuhi 4 unsur yaitu; pertama, koleksi perpustakaan umum harus terbuka bagi semua warga untuk keperluan rujukan maupun pinjaman. Kedua, sebagian besar anggaran perpustakaan umum diperoleh dari dana umum, baik dari tingkat lokal maupun nasional yang berarti diperoleh dari pajak. Ketiga jasa yang diberikan bagi semua warga adalah cuma cuma. Dan yang terakhir, koleksinya mencakup semua jenis bahan perpustakaan bagi semua warga dalam semua subjek.16 Dan menurut Sutarno NS, perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang dan tingkat sosial, 15
Undang Undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007 Pasal 26 Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud 1993), h. 152. 16
19
umur, dan pendidikan serta perbedaan lainnya17 Dari hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa perpustakaan umum adalah perpustakaan yang sumber dananya dari umum untuk melayani masyarakat umum tanpa membedakan status sosial, jenis kelamin, agama, ras, atau perbedaan lainnya dan terdiri dari bahan pustaka yang memuat informasi dengan keanekaragaman subjek. Setelah membandingkan dari beberapa aspek di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa Perpustakaan Yayasan Mitra Netra termasuk kategori perpustakaan umum. Karena dilihat dari jenis koleksi yang mencakup beragam subjek, tidak seperti perpustakaan instansi tertentu yang hanya mencakup satu subjek saja atau sedikit diperluas dengan subjek yang berkaitan. Dan pelayanannya untuk masyarakat umum yang berkebutuhan khusus walaupun perpustakaan ini bernaung di suatu lembaga. Selain itu dalam batasan pemustakanya pun tidak dibatasi oleh usia, jenis kelamin, status sosial tertentu, hanya saja koleksinya digunakan oleh tunanetra.
B. Peranan, Tugas, dan Fungsi Perpustakaan 1. Peran Perpustakaan Peranan perpustakaan merupakan bagian dari tugas pokok yang harus dilakukan oleh perpustakaan, karena mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan sebuah perpustakaan sebuah perpustakaan bermakna apabila dapat menjalankan perannya dengan sebaik baiknya. Peranan 17
Sutarno NS, Perpustakaan dan Masyarakat (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.
32.
20
tersebut berhubungan dengan keberadaan, tugas, dan fungsi perpustakaan. Peranan perpustakaan antara lain adalah: a. Perpustakaan merupakan media yang menghubungkan antara sumber informasi dengan pemustaka. b. Perpustakaan berperan sebagai lembaga pendidikan nonformal bagi masyarakat untuk mengembangkan minat baca dan mengembangkan/ memanfaatkan ilmu pengetahuan. c. Perpustakaan
berperan
dalam
menghimpun
dan
melestarikan
kebudayaan umat manusia. 2. Tugas Perpustakaan Tugas adalah sesuatu yang wajib dilakukan atau sesuatu yang ditentukan untuk dikerjakan. Jadi tugas perpustakaan adalah kewajiban yang telah ditentukan untuk dilakukan di dalam perpustakaan.Dalam hal ini tugas tugas yang terdapat pada perpustakaan secara garis besar diantaranya: a.
Pengadaan dan pengumpulan koleksi. Tentunya pengadaan koleksi harus sesuai dengan kebutuhan pemustaka perpustakaan tersebut.
b.
Pengelolaan koleksi. Dalam hal ini merupakan bagian penting, karena dalam rangkaian kerjanya bertujuan agar koleksi dapat ditemukan kembali dengan cepat dan tepat.
c.
Penyebaran informasi. Ini merupakan tugas memberikan informasi yang dibutuhkan pemustaka sesuai dengan literatur yang tersedia di
21
perpustakaan tersebut.18 3. Fungsi Perpustakaan Fungsi perpustakaan adalah tugas yang harus dilakukan di dalam perpustakaan tersebut. Secara garis besar fungsi perpustakaan adalah: a. Penyimpanan. Perpustakaan bertugas menyimpan bahan pustaka yang diterimanya. b. Pendidikan. Perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, terlebih bagi yang sudah meninggalkan bangku sekolah. c. Penelitian. Perpustakaan bertugas menyediakan bahan pustaka untuk keperluan penelitian yang dilakukan pemustaka. d. Informasi.
Perpustakaan
bertugas
menjawab
pertanyaan
atau
menyediakan informasi yang dibutuhkan pemustakanya. e. Kultural. Perpustakaan bertugas menyimpan khasanah budaya bangsa dan menjaganya serta melestarikannya. f. Fungsi Rekreasi. Pemustaka dapat mencari informasi yang populer dan menghibur. Dengan adanya fungsi ini diharapkan para pemustaka akan tertarik sehingga sesering mungkin datang ke perpustakaan.19
C. Jenis Jenis Koleksi Sebuah perpustakaan terdiri dari empat unsur, yaitu; bahan pustaka/ koleksi, pemustaka, pustakawan dan juga sarana. Koleksi dengan pemustaka memiliki hubungan yang sangat erat, pemustaka datang ke perpustakaan 18
Kosasih Prawira Sumantri, Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Kumpulan Hasil Seminar Penataran Tenaga Teknis Perpustakaan Khusus ( Jakarta: PDII LIPI, 1980) h.4. 19 Abdul Rahman Saleh dan Rita Komalasari, Manajemen Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009) h.1.12 - 1.13.
22
dengan harapan dapat menemukan informasi yang mereka butuhkan. Maka perpustakaan seharusnya
menyediakan koleksi/ bahan pustaka yang
dibutuhkan oleh pemustakanya. Berikut beberapa jenis koleksi perpustakaan: 1. Karya tercetak, yaitu hasil pemikiran manusia yang dituangkan dalam bentuk tercetak. Seperti buku dan terbitan berseri. 2. Karya non cetak, sering diartikan sebagai bahan non buku atau bahan pandang dengar. Diantaranya rekaman suara, rekaman vidio, bahan grafika, dll. 3. Bentuk mikro, adalah koleksi perpustakaan yang dialih mediakan dari buku ke bentuk mikro. Dan hanya dapat di baca dengan alat bantu mikro reader. 4. Koleksi elektronik. Karya dalam bentuk elektronik ini biasanya disebut dengan bahan pandang dengar (audio visual), contohnya kaset, vidio, VCD, CD ROM, piringan hitam, dll. 5. Koleksi Digital. D. Koleksi Digital Talking Book Menurut Lenny Fanggidaesij talking book adalah sebuah buku yang dibaca dengan suara keras pada audio- tape untuk digunakan oleh orang orang buta20. Sedangkan dalam modul milik Yayasan Mitra Netra yang berjudul “Apa dan Siapa Yayasan Mitra Netra”, buku bicara (talking book) adalah bentuk dalam bentuk kaset ( disebut analog talking book) atau dalam bentuk
20
Lenny Fanggidaesij, Kamus Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1992) H. 195
23
compact disc/CD (disebut dengan istilah digital talking book). Dari definisi diatas bisa diambil kesimpulan bahwa definisi digital talking book adalah buku yang dibacakan oleh pembaca naskah dan direkam ke dalam compact disc yang digunakan untuk para tunanetra. Digital talking book merupakan bentuk digitalisasi materi cetak perpustakaan baik fiksi maupun nonfiksi yang dibuat dengan tujuan agar para tunanetra dapat menikmati isi bacaan yang mereka inginkan. Pada awalnya, sudah ada materi perpustakaan untuk tunanetra berbentuk buku braille, namun karena pembuatan buku braille sangat memakan
biaya
dan
butuh
ketrampilan
serta
kehati-hatian
dalam
pembuatannya maka dipilihlah digital talking book sebagai alternatif koleksi yang dapat dikonsumsi oleh tunanetra. Kelebihan digital talking book yang lain adalah pemustaka dapat menggunakannya dimanapun dan kapanpun selama mereka mempunyai media player/ laptop. Namun bukan berarti penggunan digital talking book tidak memiliki kekurangan. Dalam sebuah artikel di website Mitra Netra dikemukakan kelemahan– kelemahan penggunaan digital talking book, antara lain: 1. Tidak ada fasilitas pencarian yang memadai sehingga menyulitkan pemustaka ketika akan mencari koleksi digital talking book yang mereka inginkan.Tidak tersedianya fasilitas pencarian menyebabkan pemustaka harus bergantung kepada pustakawan ketika mencari buku yang diinginkan. 2. Tidak efisien. Hal ini dikarenakan dalam satu judul digital talking book saja bisa terdiri atas beberapa VCD tergantung ketebalan buku,sehingga
24
ikut menyulitkan pemustaka dalam mencari bagian- bagian buku karena tidak mengetahui letak buku yang diinginkan ada pada bagian sisi A atau B. 3. Kelemahan yang ada pada talking book bentuk konvensional ini (sistem analog),
sekarang
dapat teratasi dengan munculnya
teknologi baru
melalui sebuah konsorsium bernama "DAISY Consorsium". Dalam Digital Talking Book, Informasi audio (fileaudio digital) disusun sedemikian rupa secara bertingkat sesuai dengan levelnya menurut format/standard Daisy, berdasarkan struktur buku aslinya. file Digital talking book direkam dengan menggunakan software recorder khusus yang diinstal kedalam personal computer. File ini disimpan dalam hardisk dan dapat ditransfer ke dalam CD untuk didistribusikan kepada pemustaka. Walaupun ada berbagai kelemahan dibalik kelebihan-kelebihannya, pada dasarnya
digital
talking
book
sangat
membantu
ketika
pemustaka
membutuhkan sumber informasi yang mudah dan murah untuk diakses serta memiliki knowledge value yang memenuhi kebutuhan mereka. Pembuatan digital talking book
memerlukan beberapa orang
suka
relawan untuk membacakan materi cetak dari halaman awal sampai terakhir dengan suara dan intonasi yang jelas agar pemustaka dapat memahami dengan baik isi buku tersebut. Untuk pembuatan digital talking book sendiri diperlukan beberapa perangkat keras maupun perangkat lunak, antaralain: 1. Perangkat lunak: yaitu software yang dipakai untuk merekam/membuat file digital talking book.
25
2. Perangkat keras yang meliputi: seperangkat komputer 3. Compact Disk (CD): yaitu tempat untuk menyimpan file digital book sebagai ganti kaset dalam sistem analog. 4. CD Writter: yaitu alat untuk menggandakan digital talking book ke CD lain. 5. Media Player/ victor reader: yaitu alat untuk menjalankan CD digital talking book sebagai ganti tape recorder dalam sistem analog.
E. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book 1. Definisi dan Jenis Koleksi Perpustakaan Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. Artinya bahwa koleksi sebuah perpustakaan selalu dikaitkan dengan tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan dalam rangka mencapai misi dan mewujudkan visi yang bersangkutan.21 Seperti perpustakaan khusus yang jenis koleksinya bersifat khusus hanya terbatas pada satu atau beberapa disiplin ilmu saja. Indikator keberhasilan sebuah perpustakaan bisa diukur dari koleksi yang tersedia di dalamnya. Namun tidak hanya dilihat dari jumlah eksemplarnya saja, tetapi lebih kepada kualitas isi, banyaknya judul dan kemutakhirannya. Di dalam buku perpustakaan dan kepustakawanan Indonesia, koleksi perpustakaan dapat terdiri dari bahan bacaan dalam bentuk karya cetak dan karya rekam. 21
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Sagung Seto, 2006), h. 85.
26
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, koleksi adalah kumpulan (gambar, benda bersejarah, lukisan, dsb) yang berhubungan dengan studi penelitian. Koleksi bisa juga dikatakan sebagai bahan pustaka. Pada umumnya jenis koleksi perpustakaan dikelompokan dalam berbagai jenis yaitu:22 a. Koleksi Umum, yaitu koleksi perpustakaan yang diperuntukan bagi pemustaka yang dapat dpinjam untuk dibawa pulang. b. Koleksi Referensi, adalah koleksi perpustakaan yang mencakup ensiklopedi,
kamus,
literatur
kelabu
yang
dengan
berbagai
pertimbangan dalam hal kelangkaan atau cakupan yang sangat spesifik dilayankan dalam bentuk akses tertutup. c. Koleksi Inti, yaitu koleksi utama perpustakaan yang digunakan untuk mendukung misi organisasi induk perpustakaan. Misalnya koleksi terbitan pemerintah. d. Koleksi Terbitan Berkala, adalah terbitan berseri, baik bersifat ilmiah atau populer yang diterbitkan oleh organisasi profesi maupun badan swasta atau pemerintah baik dalam maupun luar negeri. Seperti jurnal ilmiah, majalah, tabloid, dan lain lain. 2. Pemanfaatan Koleksi Agar dapat mengetahui pemanfaatan koleksi perpustakaan, harus terlebih dahulu mengerti definisi dari pemanfaatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemanfaatan berasal dari kata manfaat yang artinya 22
Rakhmat Natajumena, Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus ( Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006).
27
guna atau faedah. Pemanfaatan merupakan proses, cara atau perbuatan memanfaatkan. Berdasarkan penjabaran definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemanfaatan koleksi yaitu menggunakan, meminjam, membaca, mengkaji koleksi yang telah disediakan oleh perpustakaan agar bermanfaat bagi pemustaka. Daftar pemanfaatan koleksi berpengaruh untuk rencana pengadaan bahan pustaka periode berikutnya.
BAB III TINJAUAN UMUM PERPUSTAKAAN YAYASAN MITRA NETRA
A. Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Perpustakaan Yayasan Mitra Netra (YMN) yang bergerak dibidang pendidikan dan pengembangan tunanetra didirikan pada tanggal 14 Maret 1991. Pendiriannya dilandasi oleh keyakinan bahwa: 1. Tunanetra hanya menjalani kehidupan yang mandiri, cerdas, bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat apabila disediakan: a. Rehabilitasi yang dapat mengurangi dampak kecacatannya. b. Pendidikan dan latihan yang mengembangkan potensinya. c. Peluang kerja yang seluas-luasnya. d. Sarana dan atau layanan khusus 2. Tidak semua tunanetra dan keluarganya mampu menyediakan dan membiayai
kebutuhan
di
atas
oleh
karenanya
perlu
lebaga
keputusan,
proses
pendamping. 3. Keterlibatan
tunanetra
dalam
pengambilan
pelaksanaan dan evaluasi program menyangkut kepentingan tunanetra lebih menjamin program tersebut sesuai dengan aspirasi tunanetra, karena meraka mengetahui kebutuhannya sendiri. 4. Kemitraan antara tunanetra dan sahabatnya yang berpenglihatan serta kemitraan Yayasan Mitra Netra dengan organisasi lainnya dapat
28
29
membangun sinergi, sehingga dapat meringankan tantangan yang dihadapi. 5. Pendekatan secara inklusif dapat mengurangi atau mencegah perlakuan diskriminatif. Pada awal berdirinya Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini hanya memiliki
koleksi
buku
bicara
yang
berupa
kepingan
kaset.
Penyelenggaraannya dilatarbelakangi oleh beberapa alasan yaitu: 1. Minimnya bahan bacaannya yang tersedia bagi tunanetra khususnya siswa dan mahasiswa yang menempuh pendidikan terpadu. Hal ini sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar mereka. 2. Mahalnya biaya serta lamanya waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan buku buku braille. Fungsi dari buku bicara ini adalah sebagai bahan pustaka dalam bentuk audio dimana para tunanetra belajar dengan cara mendengarkan buku bicara (kaset) dari hasil transfer buku awas yang sudah direkam oleh reader (pembaca) ke dalam bentuk audio di dalam studio. Buku-buku yang direkam khususnya buku teks saja mulai dari buku pelajaran tingkat SD, SLTP, SLTA, PT dan buku-buku umum. Kemudian
pada
tahun
1995,
dengan
sarana
yang
dimiliki,
Perpustakaan Yayasan Mitra Nitra mulai memiliki koleksi buku braille. Adapun alasan yang melatar belakanginya adalah: 1. Tidak terpenuhinya kebutuhan akan buku buku braille bagi tunanetra, baik di toko buku maupun di perpustakaan-perpustakaan umum.
30
2. Untuk beberapa bidang tertentu yaitu matematika, fisika, kimia, dan bahasa asing dirasakan lebih sulit jika menggunakan buku bicara. Fungsi dari buku braille ini sama halnya dengan fungsi buku bicara yakni sebagai sarana belajar untuk tunanetra, khususnya untuk buku buku yang bersifat eksakta. Namun tidak menutup kemungkinan untuk buku buku teks lain juga bisa ditransfer ke dalam bentuk braille. Salah satu kegiatan yang dijalankan oleh Yayasan Mitra Netra adalah layanan perpustakaan yang menyediakan buku-buku braille dan buku-buku bicara secara gratis kepada anggotanya di Jabotabek yang saat ini berjumlah 723 orang. Di samping itu juga dilakukan pengiriman buku bicara (CD) secara rutin setiap bulan ke 33 perpustakaan SLB-A/lembaga ketunanetraan di Indonesia. Untuk distribusi buku Braille, Yayasan Mitra Netra menggagas dan memfasilitasi kerjasama antar-produsen buku Braille di Indonesia melalui perpustakaan Braille online KEBI (Komunitas Elektronik Braille Indonesia). Perpustakaan ini dimulai hanya dengan koleksi sebanyak 10 judul buku bicara. Namun, saat ini koleksinya telah berkembang menjadi 1.627 judul digital talking book (CD). Pada tahun 1995 Perpustakaan Yayasan Mitra Netra memulai unit produksi buku braille, dan saat ini telah memiliki koleksi sebanyak 1.305 judul. Berikut jenis buku yang di produksi perpustakaan Yayasan Mitra Netra: 1. Produksi Buku Braille Saat ini ada empat orang braille transcriber yang bertugas menyalin buku-buku cetak, umumnya buku teks pelajaran sekolah, ke
31
dalam format
150 judul buku braille. Setiap tahunnya dihasilkan
sekitar 68.000 halaman master braille, yang kemudian dicetak rata-rata ke dalam empat copy menjadi sekitar 250.000 halaman braille, yang kemudian dijilid menjadi sekitar 3.400 volume buku braille. Di samping itu juga terdapat 710 orang relawan yang tergabung dalam
gerakan
Seribu
Buku
untuk
Tunanetra
(www.mitranetra.or.id/ebook) yang membantu Perpustakaan dengan mengetikkan buku-buku cetak ke dalam dokumen Microsoft Word untuk selanjutnya diproses oleh braille transcriber. Hasil ketikan relawan juga diolah menjadi e-book yang dapat diakses dengan mudah oleh tunanetra. Gerakan ini diluncurkan oleh Yayasan Mitra Netra sejak awal tahun 2006 guna mengatasi minimnya ketersediaan bukubuku umum/populer dalam format braille. Hingga kini gerakan tersebut telah menerima file ketikan buku dari para relawan sebanyak 1.284 judul. 2. Produksi Buku Bicara (digital talkig book) Produksi buku bicara dilakukan dengan cara merekamkan pembacaan buku-buku cetak ke dalam bentuk audio oleh seorang narator (pembaca). Dengan tiga buah studio mini yang sangat sederhana dan lima orang pembaca reguler setiap tahunnya diproduksi kurang lebih 300 judul buku bicara yang terdiri dari sekitar 2.280 jam baca. Sejak tahun 2006, unit ini secara bertahap mulai beralih dari
32
produksi buku bicara analog (kaset) ke buku bicara digital (CD). Hal ini dilakukan mengingat banyaknya keunggulan buku bicara digital dibandingkan dengan buku bicara analog; antara lain kapasitasnya yang besar di mana satu CD dapat menampung sampai 50 jam baca sehingga lebih praktis penanganannya dan lebih murah biaya produksinya. Di samping itu, dengan format buku bicara digital ini pengguna akan dapat dengan mudah dan cepat menuju bagian-bagian buku yang diinginkan, seperti halaman, bab, dan sebagainya.
B. Visi, Misi, dan Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Visi dan misi perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini sama halnya dengan visi dan misi lembaga yang menaunginya, yaitu: 1. Visi Sebagai bagian dari komponen bangsa, Yayasan Mitra Netra mencita-citakan terwujudnya masyarakat yang inklusif, masyarakat yang dapat mengakomodasikan berbagai perbedaan, bebas hambatan dan berdasarkan atas hak. Dalam masyarakat semacam ini, tunanetra akan dapat hidup mandiri, cerdas bermakna dan bahagia serta berfungsi di masyarakat. Dalam upaya memberiknnya perannya untuk mewujudkan cita cita tersebut,
visi
Yayasan
Mitra
Netra
Adalah
“berfungsi
sebagai
pengembangan dan penyedia layanan, guna terwujudnya kehidupan tunanetra yang mandiri, cerdas, dan bermakna dalam masyarakat yang
33
inklusif” 2. Misi Mitra netra adalah lembaga yang terus tumbuh, dan dalam perannya sebagai organisasi lokomotif yang mendorong kemajuan bagi tunanetra di Indonesia, yayasan ini juga melakukan upaya upaya untuk meningkatkan kapasitas lembaga lain, sehingga lembaga lembaga tersebut makin meningkat kemampuannya dalam melayani dan memberdayakan tunanetra. Dan dalam perannya sebagai sebuah pusat layanan dan pelatihan bagi tunanetra dan organisasi lain, yayasan ini hadir di tengah tengah masyarakat dengan misi untuk: a. Mengurangi dampak ketunanetraan melalui rehabilitas. b. Mengembangkan potensi tunanetra melalui pendidikan dan pelatihan. c. Memperluas peluang kerja tunanetra melalui upaya diversifikasi dan penempatan kerja. d. Mengembangkan keahlian dan sarana khusus yang dibutuhkan melalui penelitian. e. Meningkatkan kapasitas lembaga penyedia layanan bagi tunanetra yang lain dengan menyebarluaskan keahlian serta mendistribusikan produk yng dihasilkan. f. Melakukan advokasi guna mendorong terwujudnya masyarakat inklusi yang mengakomodir berbagai perbedaan.
34
3. Tujuan Didirikan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini didirikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan buku buku guna mengembangkan wawasan tunanetra tentang ilmu pengetahuan dan informasi yang terus berkembang dengan pesat sehingga nantinya diharapkan akan terbentuk masyarakat tunanetra Indonesia yang gemar membaca dan belajar. Dan sebagai lembaga yang berupaya meningkatkan kualitas dan partisipasi tunanetra dibidang pendidikan dan ketenagakerjaan, adanya layanan perpustakaan merupakan salah satu pilar utama layanan mitra netra. Tujuan layanan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra adalah: a. Menyediakan layanan peminjaman buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh tunanetra, baik dalam bentuk buku braille, maupun digital talking book. b. Menjadi pusat layanan informasi bagi tunanetra. c. Menjadi pusat belajar bersama (mini learning center) bagi tunanetra. d. Membangun masyarakat tunanetra yang gemar membaca dan belajar e. Memberikan hak pada tunanetra untuk mendapatkan akses ke informasi melalui literasi.
35
C. Struktur Organisasi Yayasan Mitra Netra PEMBINA Ketua
: Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M.
Anggota
: Hj. Imas Fatimah, S.H.
Penasehat
: Marzuki Usman
Pengawas
: Drs. Wisnu Sambhoro, M.Si.
PENGURUS Ketua
: H.M.E. Kurnadi
Sekretaris
: H. Subarmat
Bendahara
: M. Nurizal, S.E., M.Si.
EKSEKUTIF Direktur
: Drs. Bambang Basuki
Wakil Direktur
: Drs. Irwan Dwi Kustanto
KEPALA BAGIAN Kabag. Personalia & Umum
: Drs. Irwan Dwi Kustanto
Kabag. Keuangan
: Abdul Wahid, S.E.I.
Kabag. Humas
: Aria Indrawati, S.H.
Kabag. Rehabilitasi & Diklat
: Yani Matondang, S.Ag.
Kabag. Produksi Buku & Perpustakaan
: Indah Lutfiah, S.Pd.
Kabag. Penelitian & Pengembangan
: Nur Ichsan.
36
D. Fasilitas Layanan Untuk menunjang kegiatan layanan perpustakaan Yayasan Mitra Netra, maka disediakan berbagai fasilitas penunjang sebagai berikut: 1. Ruang perpustakaan. 2. Alat untuk membaca (mendengarkan) buku bicara digital (victor reder) berjumlah 2 buah. 3. Tempat/ gazebo untuk membaca/ mendengarkan buku serta untuk belajar bersama. 4. Dua komputer desktop yang dilengkapi perangkat lunak pembaca layar. 5. 1.305 buku braille keleksi perpustakaan Yayasan Mitra Netra. 6.
1.627 judul digital talking book koleksi Perpustakaan Yayasan Mitra Netra.
E. Sistem, Jam dan Jenis Layanan 1. Sistem Layanan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta menerapkan sistem layanan tertutup (close access), di mana setiap pemustaka tidak dapat mengakses secara langsung koleksi yang ada di perpustakaan. 2. Jam Layanan Perpustakaan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Jakarta
mulai melayani
pemustaka mulai jam 09.00 sd 16.00 WIB. Setiap hari Senin sampai Jumat. Namun pada hari senin tidak tersedia layanan peminjaman, hanya layanan pengembalian saja yang tersedi karena pada hari senin pustakawan
37
melakukan kegiatan administrasi. 3. Jenis Layanan Seperti perpustakaan pada umumnya, perpustakaan Yayasan Mitra Netra menyelenggarakan berbagai jenis layanan. Di antaranya yaitu: a. Peminjaman dan pengembalian buku braille maupun buku bicara digital kepada anggota perpustakaan untuk dibaca di tempat atau dibawa pulang. b. Mendistribusikan buku bicara digital kepada perpustakaan untuk tunanetra lain yang telah berafiliasi dengan Mitra Netra. Saat ini sebanyak 43 perpustakaan untuk tunanetra di seluruh Indonesia yang menerima distribusi digital talking book dari Perpustakaaan Yayasan Mitra Netra. c. Memberikan informasi yang dibutuhkan tunanetra. d. Layanan pemesanan buku, baik pembuatan buku braille maupun buku bicara digital. e. Menyelanggarakan kegiatan belajar bersama dengan nama Mini Learning Center (MLC) meliputi; english lesson, english conversation club, menulis kreatif, dan diskusi mengenai tema tema menarik. Durasi Layanan a.
Layanan peminjaman buku; 1) Buku pelajaran/referensi kuliah dapat dipinjam selama satu semester buku tersebut diperlukan untuk belajar. 2) Buku buku pengetahuan umum dapat dipinjam selama satu bulan.
38
3) Jika buku diperlukan melebihi jangka waktu yang ditetapkan tersebut, peminjam dapat mengajukan perpanjangan. b. Layanan pemesanan buku; Proses pemesanan/ pembuatan buku braille atau buku bicara digital dapat berlangsung antara satu hingga tiga bulan, sesuai ketebalan buku. c. Layanan Mini Learning Center; 1) English class, 2 kali seminggu masing masing 2 jam. 2) English conversation, seminggu sekali durasi 2 jam. 3) Diskusi, 2 kali sebulan durasi minimal 2 jam. 4) Menulis kreatif, sekali seminggu durasi 2 jam. Syarat dan ketentuan layanan 1. Layanan peminjaman dan pemesanan buku; Mendaftar menjadi anggota perpustakaan, dengan mengisi formulir dan membayar iuran sekali setahun sebesar Rp 10.000, serta menaati peraturan peminjaman buku. 2. Layanan Mini Learning Center (MLC); Mendaftarkan diri untuk mengikuti MLC yang diinginkan dan mengikuti sesuai ketentuan yang ditetapkan.
F. Produk Produk Yayasan Mitra Netra Sebagai hasilnya Mitra Netra senantiasa mempersembahkan karya karya kreatif kepada negara, dengan menghibahkannya keseluruh lembaga yang bekerja di bidang pemberdayaan tunanetra. Berikut ini adalah uraian tentang
39
karya karya inovatif Mitra Netra 1. Mitra Netra Braille Converter (MBC) MBC adalah perangkat lunak yang digunakan untuk memproduksi buku Braille, perangkat lunak ini memiliki kemampuan untuk: a. Mengubah dokumen teks dalam huruf latin menjadi file dalam huruf braille secara otomatis (forward translation). conversi ini dapat dilakukan dalam dua bentuk. Conversi grade 1, untuk tulisan penuh (full writing), dan conversi grade 2 untuk tulisan singkat (tusing) atau yang juga disebut contraction. b. Mengubah kembali file berformat huruf braille menjadi dokumen teks dalam huruf latin (backward translation). c. Mengetik simbol braille secara langsung dengan menggunakan fasilitas enam tombol tengah pada keyboard komputer yaitu tombol A S D F J K; fasilitas ini disebut “six key mode”, dan biasa digunakan untuk mengetik simbol matimatika, kimia, fisika, notasi braille, serta arab braille. d. Mencetak baik single copy maupun multi copy. Manfaatnya a. Pembuatan buku braille dapat dilakukan lebih cepat. b. Mereka yang tidak memahami huruf braille juga dapat membantu mengambil bagian dalam proses pembuatan buku braille, yaitu pada tahapan pengetikan ulang buku buku yang akan dicetak menjadi buku braille.
40
c. Distribusi buku braille dapat dilakukan dalam bentuk file secara online, sehingga memangkas biaya pengiriman yang begitu besar. Untuk diketahui, bentuk buku braille pada umumnya besar dan tebal, karena membutuhkan kertas lebih tebal ( minimal 120 gr) dan membutuhkan space lebih banyak, karena ukuran huruf braille yang lebih besar dan harus standar (tidak dapat diubah-ubah). d. Tidak lagi mengimpor software serupa, sehingga dapat mengehamat anggaran negara.
2. Mitra Netra Electronic Dictionary (Meldict) Meldict adalah kamus elektronik inggris-indonesia dan indonesia-inggris yang khusus dibuat untuk tunanetra. Meldict dikemas dalam CD, dan untuk memanfaatkannya, tunanetra harus menggunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunak pembaca layar/ screen reader. Koleksi digital talking book dikelompokan menjadi dua yaitu koleksi buku pelajaran dan koleksi buku umum. Buku pelajaran dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan dan juga mata pelajaran. Sedangkan buku umum dikelompokan berdasarkan abjad pada judul koleksi digital talking book. koleksi buku umum terdiri dari beberapa subjek diantaranya subjek psikologi, agama, politik, dll. G. Sejarah Program Buku Bicara (Digital Talking Book) Di awal masa pendiriannya, hanya ada dua layanan yang disediakan secara
41
sederhana, akan tetapi dua layanan itu mempunyai fungsi strategis dan terbukti telah membantu para tunanetra belajar lebih mandiri baik di sekolah umum dan perguruan tinggi. 1. Produksi buku bicara (Digital Talking Book) Buku adalah salah satu pilar penting penyangga pendidikan dan bagi tunanetra sesuatu yang sangat “mewah”, atau bahkan “ barang langka”. Semuanya dilakukan dengan cara yang sederhana. Para pengurus menghimpun kaset kaset yang berisi rekaman buku yang dibacakan milik para tunanetra yang tidak lagi digunakan. Proses rekamannya pun hanya menggunakan tape recorder biasa, bahkan terkadang hanya tape recorder kecil saja. Misalnya Mimi Mariani yang pernah belajar di IKIP Sanatadharma, dan memiliki kaset-kaset yang berisi rekaman buku-buku referensi yang pernah dipakainya dulu saat kuliah, kemudian disumbangkan ke Mitra Netra, dengan pemikiran mungkin ada tunanetra yang membutuhkannya. Jika ada tunanetra yang membutuhkan buku dan belum tersedia dikumpulan kaset-kaset tersebut para pengurus mengumpulkan kaset-kaset bekas dari siapapun, lalu membacakan buku yang diperlukan tersebut merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa karena belum ada studio rekaman apalagi alat perekam yang canggih. merekamnya dengan menggunakan tape recorder biasa tidak ada studio, jadi terkadang terdengar suara suara lain di buku bicara tersebut karena para pembaca (volunter) terkadang saat merekam terdengar suara motor, mobil, hujan, dan sebagainya. Tapi dari buku bicara ang sederhana ini
42
Mitra Netra melahirkan beberapa sarjana tunanetra. 2. Produksi Analog Talking Book (kaset) dan Digital Talking Book (CD) di Yayasan Mitra Netra Analog Talking Book adalah sebuah gambaran dalam bentuk analog dari sebuah buku. a. Produksi Analog Talking Book (kaset) Tujuan penyelenggaraan produksi buku bicara pada awalnya adalah untuk menyediakaan buku yang dapat dijangkau bagi tunanetra di Jakarta yang menempuh jalur pendidikan terpadu. Produksi buku bicara analog ini diawali dengan menggunakan peralatan yang sangat sederhana, yakni home used tape recorder dan kaset bekas. Komitmen dan dedikasi yang tinggi yang ditunjukan Mitra Netra dalam penyelenggaraan program ini menarik perhatian lebaga pemberi dana untuk memberikan dukungan finansial, sehingga Yayasan Mitra Netra dapat memiliki studio rekaman dengan peralatan yang lebih modern. Adapun tahapan tahapan pembuatan buku bicara analog yaitu sebagai berikut: Tahap pertama, buku buku yang dibacakan pada saat yang bersamaan di rekam ke dalam kaset master, pada tahap ini selain melibatkan staf Yayasan Mitra Netra sebagai pembaca, juga melibatkan relawan pembaca dari kalangan masyarakat luas. Tahap kedua, melakukan koreksi terhadap hasil rekaman tersebut. Tahap ketiga, menggandakan kaset sesuai dengan kebutuhan dan
43
pemberian sampul kaset, selanjutnya siap untuk digunakan. Adapun kelemahan mendasar pada buku icara analog ini, yaitu; 1. Dari sisi penyimpanan kurang praktis. Semakin tebal halaman buku, akan semakin banyak kaset yang dibutuhkan. Sehingga membutuhkan tempat penyimpanan yang luas. Karena 1 buah kaset hanya dapat merekam 30 halaman dalam waktu 60 menit, itupun tergantung pada jenis huruf dan besar huruf yang terdapat pada buku biasa. 2. Dari sisi penggunaan, tidak mudah bagi pengguna untuk mencari halaman atau bagian tertentu dari buku, karena ia harus menelusuri halaman atau bagian buku tersebut, misalnya berada pada kaset ke berapa dan di sisi apa, A atau B. 3. Dari sisi perawatan, pita kaset sangat mudah rusak karena terkena debu atau mudah sobek. b. Produksi Digital Talking Book (DTB) Karena keterbatasan keterbatasan pada analog talking book, maka pada tahun 2002 Yayasan Mitra Netra memprogramkan pembuatan buku bicara dengan menggunakan teknologi digital yang disebut dengan digital talking book. Pada tahap awal, produksi digital talking book ini diprioritaskan untuk buku tebal seperti buku referensi yang digunakan oleh mahasiswa. Proses pembuatan digital talking book lebih rumit dibandingkan analog talking book, karena proses pengolahannya berdasarkan standar DAISY konsorsium. Untuk membuat sebuah digital talking book yang memiliki
44
standar internasional Yayasan Mitra Netra menjadi anggota dari DAISY konsorsium. Digital Audio Information System (DAISY) adalah sebuah konsorsium dunia yang membuat standar mutu dan kualitas isi sebuah digital talking book. Bila dibandingkan dengan kaset (analog talking book) kelebihan digital talking book adalah 1. Dari sisi penyimpanannya sangat praktis karena berbentuk CD, dan satu CD memiliki kapasitas antara 30 sampai 50 jam. Buku berbentuk CD ini sangat cocok untuk buku buku referensi yang sangat tebal. 2. Dari sisi penggunaannya lebih mudah, karena memberikan fasilitas kepada pengguna untuk mencari perhalaman atau perbab, dengan demikian pengguna dapat langsung membaca halaman atau bab yang dibutuhkan. 3. Dari sisi harga lebih murah, karena buku setebal kurang lebih 500 halaman cukup dikemas dalam satu CD. Tahap tahap pembuatan digital talking book, adalah sebagai berikut; Tahap pertama membuat struktur buku, yaitu membuat kerangka dasar isi buku. Untuk membuat kerangka keseluruhan isi buku maka seluruh isi buku harus diketik ulang. Setelah mengetahui jumlah halaman setiap bab, agar dapat diketahui bab 1 berada pada halaman sekian.
45
Sehingga kita dapat “meloncat” ke halaman yang kita inginkan dan menandai keberadaan bab, sub bab, dll dengan teknologi komputer. Tahap selanjutnya adalah proses perekaman suara yang dilakukan seperti merekam untuk kaset. Setelah proses perekaman selesai maka hasilnya di kompresor yaitu memperkecil hasil suara sehingga filenya dapat sesuai dengan satuan kapasitas pada CD. Menurut DAISY konsorsium ada 6 jenis digital talking book: 1. Digital talking book yang terdiri secara keseluruhan hanya berisi suara saja dengan unsur judul sejajar. Ini adalah digital talking book yang pembuatannya tidak mempergunakan struktur navigasi. 2. Digital talking book yang terdiri dari suara dan mempergunakan pusat navigasi saja. Tipe ini adalah digital talking book yang mempergunakan struktur buku yang terdiri dari dua dimensi, yaitu navigasi secara hirarki dan navigasi secara urutan halaman buku. 3. Digital talking book yang terdiri dari audio dengan menggunakan pusat navigasi dan sebagian berisi teks. Ini adalah digital talking book dengan struktur buku dan teks tambahan. Teks tambahan berisi kata kata yan menunjukan teks yang mungkin akan bermanfaat, misalnya indeks, daftar istilah, dll. Suara dan teks saling menyamakan. 4. Digital talking book yang terdiri dari audio dan teks. Ini adalah digital talking book dengan struktur teks dan suara yang lengkap. Suara dan teks saling menyamakan.
46
5. Digital talking book yang terdiri dari audio dan beberapa suara. Ini adalah digital talking book dngan struktur teks yang lengkap, dan suara yang terbatas. Digital talking book jenis ini biasa digunakan untk kamus yang hanya berisi pelafalan suara. 6. Digital talking book yang berisi teks dan tanpa suara. Ini adalah digital talking book yang memiliki pusat navigasi dan struktur teks saja, tanpa ada suara.
H. Pedoman Rekaman Memabaca Digital Talking Book di Yayasan Mitra Netra Dalam membacakan isi dari buku asli/ sumber ada peraturan/ pedoman rekaman membaca buku yang dibuat Yayasan Mitra Netra yaitu sebagai berikut: 1. Bagian awal kaset sisi A a. Dibacakan data bibliografis buku sebagaimana tercantum pada judul buku, seperti; judul, pengerang, penerbit, tahun terbit, jiid, dll. b. Setelah dibacakan data bibliografis, disebutkan siapa pembaca naskah buku, tanggal, bulan, dan tahun produksi. Disediakan tempat untuk menyebutkan jumlah kaset yang dihasilkan dari perekaman dalam satu judul yang berbunyi “rekaman ini terdiri dari.... kaset” (titik tersebut diisi sesuai jumlah kaset yang digunakan dalam satu judul setelah buku selesai dibacakan). c. Selanjutnya dibacakan daftar isi (walaupun pada buku, daftar isi
47
urutannya tidak seperti ketentuan ini). Hal hal yang perlu diperhatikan dalam membaca daftar isi adalah pembacaan bab, sub bab, dan seterusnya. Misalnya bab I harus dibaca: “bab satu romawi”, berbeda dengan bab1 (angka) dibaca “bab satu”. Begitu juga pembaca harus membedakan pembacaan A (huruf A besar) dengan a (huruf a kecil). d. Setelah daftar isi, dibacakan isi teks. Untuk menunjukan bahwa bacaan teks akan segera dimulai. Ini ditandai atau ditunjukan dengan latar belakang musik yang lebih pendek dibanding dengan musik sebelumnya. 2. Bagian Awal Setiap Sisi Kaset Kecuali Kaset Pertama Sisi A Pada awal bagian setiap sisi kaset, baik sisi A atau sisi B kecuali kaset pertama sisi A, disebutkan “ kaset ke ...,sisi..., lanjutan buku (judul), jilid (jika ada), pengarang..., bab..., halaman...”. 3. Bagian Akhir Setiap Sisi Kaset a. Sisi A Pada setiap akhir sisi A disebutkan “dilanjutkan ke sisi B, halaman.... b. Sisi B Pada setiap akhir sisi B disebutkan “dilanjutkan pada kaset ke..., sisi A, bab..., halaman...” 4. Bagian Bagian Buku yang Dibaca Pada dasarnya seluruh isi buku dibacakan, kecuali indeks. Kata pengantar dapat dihilangkan jika tidak ada hubungannya dengan isi/ bahasan buku.
48
“lampiran” juga dapat dipertimbangkan untuk tidak dibacakan jika terdapat kesulitan atau terlalu banyak untuk direkam. Untuk itu perlu dikonsultasikan dengan penata baca dan atau pengguna. 5. Nomor Halaman Setiap pergantian halaman baru disebutkan nomor halamannya jika pada pergantian tersebut ada kalimat yang terputus sebelum titik, maka harus diselesaikan dulu sampai titik, baru menyebutkan “halaman 1/2/3.. dst”. 6. Alinea Baru Pada setiap alenia baru atau dengan tanda lain yaitu berupa bunyi tertentu. Untuk buku buku yang alineanya terlalu banyak atau tidak proporsional, maka dapat dipertimbangkan untuk tidak disebutkan ungkapan “alenia baru”. 7. Tanda Baca a. Untuk tanda baca hanya tanda kurung, tanda kutip/petik dan garis miring yang dibaca. Tetapi jika buku tersebut membahas serta memberikan contoh tentang penggunaan tanda baca, maka tanda baca tersebut mutlak harus dibacakan. b. Cara menyebutkan tanda kurung, tanda kutip/petik adalah sebagai berikut: jika kata yang berad adalam tanda kurung atau kutip tersebut hanya satu kata, maka disebutkan: “tanda kutip...” atau “dalam kurung..”. jika lebih dari satu kata, maka disebutkan: “ kutip buka... kutip tutup” atau kurung buka..kurung tutup” 8. Ungkapan yang Dicetak Miring, Cetak Tebal dan Garis Bawah
49
a. Apabila di dalam kalimat terdapat kata yang dicetak miring/ cetak tebal atau digaris bawahi maka setelah kalimat tersebut selesai dibacakan, kata tersebut
dibacakan
kembali
dan
ikuti
ungkapan
:
“digaris
bawahi/dicetak tebal/dicetak miring”. b. Apabila sebuah kalimat digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring, maka kalimat tersebut dibacakan kalimat dan diikuti ungkapan “digarisbawahi/dicetak tebal/dicetak miring”. c. Apabila sebuah paragraf digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring, maka sebelum dibacakan paragaf tersebut disebutkan: “paragraf berikut ini digaris bawahi/ dicetak tebal atau dicetak miring” 9. Kata Kata/ Nama Nama Asing dan Kata Kata Sukar/ Baru Untuk kata kata atau nama nama asing yang diperkirakan belum dikenal pembaca, di eja setelah kalimat yang mengandung kata kata tersebut dibacakan. 10. Gambar/ Tabel/ Diagram/ Peta, Dan Lain Lain Jika terdapat gambar, tael, diagram, peta dan sejenisnya sedapat mungkin untuk dibacakan, diterjemahkan atau diterangkan secara singkat dan jelas maksud dan maknanya. Tapi bila sulit dijelaskan dapat dilewatkan (tidak dibacakan) dengan menyebutkan “gambar/tabel/ diagram/peta, nomor... (bila ada nomor), pada halaman... tidak dibacaka”. 11. Penunjukan (Acuan, see Reference) Jika terdapat penunjukan kata kata “lihat halaman....” atau “baca bagian....” maka pembaca diharapkan menggantikan kalimat penunjukan
50
tersebut dengan kata “lihat halaman... pada kaset... sisi...”. 12. Footnote (cacatan kaki) a. Footnote yang pendek Dibacakan langsung setelah kalimat/kata yang diberi tanda footnote selesai dibacakan dengan menyebutkan “ footnote pada kata/kalimat...” kemudian disebutkan “ lanjutkan teks” kemudian meneruskan bacaan. b. Footnote yang panjang Untuk footnote yang panjang dapat mengganggu konsentrasi pemahaman isi paragraf, dibacakan setelah paragraf selesai dengan menyebutkan “ footnote pada kalimat/ kata.... pada paragraf diatas”, kemudian diteruskan dengan “isi footnote untuk kata/kalimat.... yaitu...”, kemudian “lanjutan teks” jika di dalam suatu paragraf terdapat lebih dari satu footnote panjang, maka footnotenya diberi nomor. Setelah dibacakan kalimat yang mengandung footnote disebutkan “ footnote nomor satu/dua/tiga.... pada kalimat....”. kemudian diteruskan dengan menyebutkan “lanjutan teks” sampai selesai paragraf. Setelah akhir paragraf disebutkan “isi footnote satu/dua/tiga, dst adalah...”. jika anda selesai
pada
pembacaan
isi
footnote
yang
terakhir,
kemudian
menyebutkan “lanjutan teks”. Jika di dalam footnote hanya disebutkn keterangan
singkat
“IBID”,
“OP.CIT”,
“LOC.
CIT”,
maka
keterangantersebut diuraikan selengkapnya sesuai dengan footnote yang ditunjuk sebelumnya dengan menyebutkan “isi footnote: Ibid/Op.Cit/
51
Loc.Cit, yaitu...”, kemudian menyebutkan “lanjutan teks”. 13. Suara, Cara, dan Kecepatan Membaca Cara membaca naskah dilakukan seperti orang yang sedang bercerita atau berpidato, tidak terlalu cepat tetapi tidak terlalu lambat. Pada umumnya agak cepat lebih disukai dari pada agak lambat. Jika diberi ukuran kira kira satu lembar folio dengan pengetikan berjarak dua spasi memerlukan waktu 2 menit untuk membacanya. Hendaknya digunakan artikulasi yang baik, suara tidak ditelan atau tidak diseret, tidak pula terlalu ditegaskan secara berlebihlebihan kata perkata sehingga terputus putus seperti anak belajar membaca. Sebaiknya hindarkan suara yang menurun atau menghilang di ujung kalimat. Intonasi bacaan hendaknya disesuaikan dengan tanda baca yang ada. Pemenggalan kalimat disesuaikan dengan frasa atau pengertian dari ungkapan bacaan.
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Pengumpulan Data Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan mengenai pemanfatan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Dalam penelitian ini, rumusan masalah yang pertama pengumpulan datanya dilakukan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung kepada 83 responden dari anggota Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Kemudian pengumpulan data dari rumusan masalah yang kedua menggunakan teknik wawancara kepada informan. Informan dalam peneltian ini adalah pustakawan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra yaitu mba Endah. penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu mulai tanggal 16 Mei 2014 hingga 20 Mei 2014.
B. Gambaran Umum Responden Responden dalam penelitian ini adalah pemustaka yang sudah menjadi anggota Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Jumlah anggota Perpustakaan Yayasan Mitra Netra sampai dengan tahun 2014 berjumlah 827 orang. Penarikan sampel didasarkan kepada Suharsimi Arikunto yang menyatakan “ jika populasi lebih dari 100 orang, maka dapat diambil 10-15% atau sesuai dengan kemampuan peneliti.22 Berdasarkan ketentuan tersebut, maka peneliti ini mengambil sebanyak 10% dari jumlah populasi yaitu 82,7 yang dibulatkan 22
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta, 1992) h. 48
52
53
menjadi 83 orang. Sampel ditetapkan secara aksidental atau accidental sampling, yaitu metode pemilihan sampel tanpa memperhitungkan ciri-ciri populasi. Siapa yang datang dan terjangkau oleh peneliti maka dapat diambil sebagai sampel.
C. Teknik Pengolahan Data Hasil Penelitian yang diterima melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan alat bantu program Statistical Package for the Social Sciences (SPPS). Selanjutnya penyusunan data sehingga lebih mudah untuk di analisis dalam rangka menjawab tujuan penelitian ini. 1. Uji Validitas Uji vadilitas digunakan untuk mengukur tingkat validitas kuesioner. Validitas atau kesahihan adalah menunjukan sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang ingin diukur23. Dinyatakan valid apabila pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan hal yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Alat bantu yang digunakan dalam pengujian korelasi ini adalah program SPSS. Apabila Pearson Correlation menunjukkan nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid. Cara melakukan uji validitas dengan SPSS: a. Buat skor total masing masing variable b. Klik analyze > Correlate > Bivariete c. Masukan seluruh item variable x ke variables d. Masukan total skor variable x ke variables e. Ceklis Person; Two Tailed; Flag 23
162
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
54
f. Klik OK 2. Uji Reliabilitas Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula 24. Fungsi dari analisis reliabilitas adalah untuk mengetahui apakah butir butir pertanyaan dalam kuesioner saling berhubungan.25 Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpa (X). Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpa lebih dari 0,70. Cara melakukan uji reliabilitas dengan SPSS: a. Klik Analyze > Scale > Reliability Analysis b. Masukan seluruh item variabel X ke Items c. Pastikan pada Model terpilih Alpha d. Klik OK 3. Statistik Deskriptif dengan SPSS Statistik deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan bagaimana cara mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data sehingga mudah dipahami26. Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan suatu sampel. Cara melakukan analisis deskriptif frekuensi dengan SPPS: 24
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
173 25
Stanislaus Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
hal 274 26
Syofian Siregar, Statistika Deskriptif untuk Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) hal
2
55
a. Klik analyze > descriptive statistics > frequensies b. Masukan seluruh item variable x ke variables c. Jangan lupa centang display frequency tables d. Klik OK
D. Pembahasan Hasil Kuesioner 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
dalam
penelitian
ini
memiliki
variabel
yakni
pemanfaatan koleksi digital talking book. Dimana rumusan masalahnya adalah bagaimanakah pemanfaatan koleksi digital talking book, dengan tiga sub pertanyaan yaitu apakah koleksi digital talking book bermanfaat, subjek apa yang paling sering dimanfaatkan, dan juga bagaimana cara pemanfaatan koleksi digital talking book. Jumlah pertanyaan dalam kuesioner sebanyak 18 butir pertanyaan tertutup dan 3 butir pertanyaan terbuka yang mencakup: 7 butir pertanyaan mengenai pemanfaatan koleksi digital talking book, 8 butir pertanyaan mengenai cara memanfaatkan digital talking book, dan jenis subjek yang paling sering dimanfaatkan 4 butir pertanyaan, serta 2 pertanyaan terbuka mengenai kendala serta harapan pemustaka kepada 83 responden. Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book Item Pernyataan
Pearson Correlation
Keterangan
X.1
0,000
Valid
56
X.2
0,000
Valid
X.3
0,000
Valid
X.4
0,000
Valid
X.5
0,000
Valid
X.6
0,000
Valid
X.7
0,000
Valid
X.8
0,000
Valid
X.9
0,000
Valid
X.10
0,000
Valid
X.11
0,000
Valid
X.12
0,000
Valid
X.13
0,000
Valid
X.14
0,000
Valid
X.15
0,000
Valid
X.16
0,000
Valid
X.17
0,000
Valid
X.18
0,000
Valid
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa dari 18 butir pertanyaan yang diberikan kepada 83 responden memiliki nilai Pearson Correlation lebih besar dari nilai 0,05 yang berarti semua butir pertanyaan dinyatakan valid.
No 1.
Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach's Alpha Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book
0,762
Keterangan Reliabel
57
Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa variabel mempunyai koefisien Cronbach Alpha yang cukup besar yaitu di atas 0,70 sehingga dapat dikatakan semua konsep pengukur masing-masing variabel dari kuesioner adalah reliabel yang berarti bahwa kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang handal. 2. Karakteristik dan Data Responden Pembahasan kali ini akan menjelaskan tentang gambaran responden untuk mendukung dan melengkapi hasil analisis data. Responden dalam penelitian ini adalah pemustaka perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Adapun gambaran responden penelitian dari semua sampel dapat diklasifikasikan berdasarkan
beberapa karakteristik, yaitu jenis
kelamin, keanggotaan, usia, dan juga pekerjaan. Karakteristik dan data responden dari responden sebagai obyek penelitian tersebut satu per satu dapat diuraikan seperti pada bagian berikut: a. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran tentang jenis kelamin dari responden yang dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut : Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
61 orang
73,5%
Perempuan
22 orang
26,5%
Total
83 orang
100%
58
Dapat dilihat bahwa dari 83 responden yang dipilih secara acak dengan ketentuan terdaftar sebagai anggota perpustakaan maka responden berjenis kelamin laki laki mencapai setengahnya yaitu sebanyak 61 orang (73,5%) sedangkan responden berjenis kelamin perempuan kurang dari setengahnya yaitu sebanyak 22 orang (26,5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden lelakilah yang paling banyak mengunjungi perpustakaan dengan jumlah 61 orang (73,5%) pada saat penelitian berlangsung. b. Usia Responden Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan, diperoleh gambaran tentang usia dari responden yang dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut : Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan usia Jawaban
Jumlah
Persentase
Di bawah 15 tahun
0
0%
16-25 tahun
67
80,8%
26-35 tahun
10
12%
Di atas 36 tahun
6
7,2%
Jumlah
83
100%
Tabel di atas menunjukan bahwa sebanyak 67 orang (80,8%) yang berusia 16-25 tahun, sedangkan sebagian kecil yaitu sebanyak 10 orang (12%) berusia 26-35 tahun. Sebagian kecil lagi yaitu sebanyak 6 orang (7,2%) berusia di atas 35 tahun.
59
Dari data diatas dapat dilihat bahwa data yang diambil untuk penelitian adalah pemustakan yang berusia 16-25 tahun yaitu 67 orang (80,8%). c. Pekerjaan Responden Berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang dilakukan, diperoleh
gambaran tentang pekerjaan dari responden yang dapat
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut : Tabel 4.5 Karakteristik Pekerjaan Responden Jawaban
Jumlah
Persentase
Pelajar
23
27,7%
Mahasiswa
38
45,9%
Guru
12
14,4%
Lain lain
10
12%
Jumlah
83
100%
Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis responden terdiri atas pelajar, mahasiswa, guru dan jenis lain. sebagian besar responden sebanyak 38 orang (45,9%) adalah mahasiswa.Pelajar sebanyak 23 orang (27,7%), guru sebanyak 12 orang (14,4%), dan sisanya sebanyak 10 orang (12%) bekerja lainnya. Maka dari data diatas bahwa pada umumnya responden yang berkunjung paling banyak ke perpustakaan saat penelitian berlangsung adalah mahasiswa.
60
3. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book Tabel 4.6 Jenis Koleksi Yang Paling Sering Digunakan Jawaban
Jumlah
Persentase
Digital Talking
77
92,8%
Buku braille
1
1,2%
Lain lain
5
6%
Netral
0
0%
Total
83
100%
Book
Tabel 4.6 menunjukan
data tentang jenis koleksi yang paling
sering digunakan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Dari data diatas terungkap bahwa koleksi digital talking book paling banyak dimanfaatkan oleh 77 orang (92,8). Sedangkan koleksi buku braille paling sedikit yang menggunkananya sebanyak 1 orang (1,2%). Sebagian kecil responden menggunakan koleksi lain lain yaitu sebanyak 5 orang (6%). Dari data tersebut menunjukan bahwa koleksi yang paling sering digunakan yaitu koleksi digital talking book. Tabel 4.7 Pemanfaatan koleksi Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Iya, sering
78
94%
Tidak pernah
5
6%
jarang
0
0%
Total
83
100%
Hasil penelitian di atas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka menggunakan koleksi digital talking book yaitu sebanyak 78
61
orang (94%), namun sebagian kecil tidak menggunakan koleksi digital talking book yaitu sebanyak 5 orang (6%).
Tabel 4.8 Tujuan menggunakan Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Mengerjakan tugas sekolah/ kampus
10
12%
Untuk dibaca karena bukunya menarik
62
74,7%
Lain lain
6
7,3%
Netral
5
6%
Jumlah
83
100%
Hasil penelitian menunjukan bahwa digital talking book yang digunakan sebagian besar untuk di baca atau hiburan karena bukunya menarik yaitu sebanyak 62 orang (74,7%), sebagian kecil pemustaka menggunakan
digital
talking
book
untuk
mengerjakan
tugas
sekolah/kampusnya yaitu sebanyak 10 orang (12%). Sebagian kecilnya lagi menggunkan untuk lain lain seperti untuk menambah wawasan yaitu sebanyak 6 orang (7,3%). Kemudian yang tidak menjawab karena tidak pernah menggunakan digital talking book sebanyak 5 orang (6%). Tabel 4.9 Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
< 1bulan
39
47%
>6 bulan
39
47%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Tabel diatas menunjukan bahwa frekuensi penggunakan koleksi digital talking book seimbang, yaitu ada 39 0rang (47%) yang terakhir kali
62
menggunakan digital talking book kurang dari sebulan yang lalu. Kemudian yang menggunkan koleksi digital talking book lebih dari 6 bulan yang lalu ada sebanyak 39 orang (47%). Sisanya tidak menjawab sebanyak 5 orang (6%) karena mereka belum pernah memakai koleksi digital talking book. Tabel 4.10 Pemenuhan Kebutuhan Informasi Jawaban
Jumlah
Persentase
Memenuhi
23
27,7%
Kurang memenuhi
55
66,3%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Dari data diatas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka merasa koleksi digital talking book kurang memenuhi kebutuhan informasi mereka yaitu sebanyak 55 orang (66,3%). Hanya sebagian kecil pemustaka yang merasa sudah memenuhi kebutuhan informasinya yaitu sebanyak 23 orang (27,7%). Kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.11 Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Netral
78
94%
Lain lain
5
6%
Total
83
100%
Data diatas menunjukan 78 orang (94%) tidak menjawab karena mereka semua menggunakan koleksi digital talking book, sedangkan 5
63
orang (6%) yang tidak menggunakan digital talking book menjawab lain lain sebagai alasan mereka tidak menggunakan koleksi digital talking book, salah satunya yaitu karena mereka belum pernah mencoba menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.12 Kepraktisan Menggunakan Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Tidak Merepotkan
78
94%
Merepotkan
0
0%
Netral
5
6%
Total
84
100%
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa semua pengguna koleksi digital talking book merasa menggunakan digital talking book tidak merepotkan yaitu sebanyak 78 orang (94%). Dan sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunakan koleksi digital talking book. Tabel 4.13 Sistem Pencarian Koleksi Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Bertanya Pada Pustakawan
66
79,5%
Lain Lain
12
14,5%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Tabel 4.13 menunjukan data tentang sistem pencarian koleksi digital talking book oleh pemustaka. Responden menunjukan bahwa sebanyak 66 orang (79,5%) bertanya kepada pustakawan untuk mendapatkan koleksi digital talking book yang mereka inginkan. Sebagian
64
kecil sebanyak 12 orang (14,5%) mencari dengan cara lain, contohnya dengan menggunakan katalog, dan kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.14 Penggunaan Jasa Pustakawan Jawaban
Jumlah
Persentase
Selalu Menggunakan Jasa Pustakawan
66
79,5%
Terkadang Menggunakan Jasa
12
14,5%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Pustakawan
Tabel 4.14 menunjukan data tentang penggunaan jasa pustakawan. Responden menunjukan bahwa sebanyak 66 orang (79,5%) selalu menggunkan jasa pustakawan untuk mendapatkan koleksi digital talking book yang mereka inginkan. Sebagian kecil sebanyak 12 orang (14,5%) terkadang menggunkan jasa pustakawan, dan kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.15 Frekuensi Peminjaman Koleksi Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Sering
23
27,7%
Jarang
33
39,8%
Tidak pernah
22
26,5%
Tidak jawab
5
6%
Total
83
100%
65
Tabel 4.15 menerangkan tentang frekuensi peminjaman koleksi digital talking book yang dibawa pulang. Data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka jarang meminjam digital talking book untuk dibawa pulang, yaitu sebanyak 33 orang (39,8%). Sebagian kecil sering meminjam koleksi digital talking book yaitu sebanyak 23 orang (27,7%), dan sebagian kecil lainnya menjawab tidak pernah meminjam digital talking book
untuk di bawa pulang yaitu yaitu berjumlah 22 orang
(26,5%). Kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.16 Penilaian Terhadap layanan peminjaman Jawaban
Jumlah
Persentase
Tidak menyusahkan
73
88%
Netral
10
12%
Total
83
100%
Dari data di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peminjaman koleksi digital talking book
layanan
tidak menyusahkan yaitu
sebanyak 73 orang (88%). Sisanya sebanyak 10 orang (12%) tidak menjawab.
Tabel 4.17
Jumlah Waktu Untuk Membaca Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
1 hari
12
14,5%
1 minggu
11
13,3%
Lain Lain
55
66,3%
Netral
5
6%
Total
83
100%
66
Tabel 4.17 menerangkan tentang jumlah waktu yang dibutuhkan untuk membaca satu
digital talking book. Data tersebut menunjukan
bahwa sebagian besar pemustaka membutuhkan waktu yang tidak tentu (lain lain) tergantung ketebalan satu digital talking book, yaitu sebanyak 55 orang (66,3%). Sebagian kecil membutuhkan waktu satu hari untuk membaca satu digital talking book yaitu sebanyak 12 orang (14,5%), dan sebagian kecil lainnya menjawab satu minggu untuk membaca satu digital talking book yaitu yaitu berjumlah 11 orang (13,3%). Kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book.
67
Tabel 4.18 Alat Yang Sering Digunakan Untuk Membaca Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Victor reader
16
19,3%
Laptop
51
61,4%
Lain lain
11
13,3%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
pemustaka
menggunakan laptop untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak 51 orang (61,4%), sebagian kecil pemustaka menggunkan victor reader untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak 16 orang (19,3%). Sebagian kecilnya lagi menggunakan untuk alat lain lain seperti VCD yaitu sebanyak 11orang (13,3%). Kemudian yang tidak menjawab karena tidak pernah menggunakan digital talking book sebanyak 5 orang (6%). Tabel 4.19 Kejelasan Narator Dalam Membacakan Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Baik
67
80,7%
Kurang baik
11
13,3%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Tabel 4.19 menerangkan tentang pendapat pemustaka terhadap kejelasan narator dalam membacakan digital talking book. Data tersebut menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka menganggap narator sudah membacakan digital talking book dengan baik, yaitu sebanyak 67 orang
68
(80,7%). Sebagian kecil beranggapan narator
kurang baik dalam
membacakan digital talking book yaitu sebanyak 11 orang (13,3%), kemudian sisanya sebanyak 5 orang (6%) tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. Tabel 4.20 Alasan Menggunakan Digital Talking Book Jawaban
Jumlah
Persentase
Praktis
72
86,7%
Lain Lain
6
7,2%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar
pemustaka
yang suka membaca digital talking book dikarenakan praktis dalam menggunakanannya yaitu sebanyak 72 orang (86,7%), sebagian kecil pemustaka suka menggunakan digital talking book karena alasan lain lainnya seperti karena jenis koleksi digital talking book lebih up to date dibanding buku braille yaitu sebanyak 6 orang (7,2%). Kemudian yang tidak menjawab karena tidak pernah menggunakan digital talking book sebanyak 5 orang (6%). Tabel 4.21 Bentuk Karya Yang Sering Digunakan Jawaban
Jumlah
Persentase
Fiksi
49
59%
Nonfiksi
29
34,9%
Netral
5
6%
Total
83
100%
69
Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka lebih sering menggunakan koleksi fiksi yaitu sebanyak 49 orang (59%). Sebagian kecil pemustaka menggunakan koleksi nonfiksi yaitu sebanyak 29 orang (34,9%). Sebagian kecil lainnya tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunakan koleksi digital talking book. Tabel 4.22 Kepuasan Terhadap Ketersediaan Koleksi Jawaban
Jumlah
Persentase
Puas
34
41%
Kurang puas
44
53%
Netral
5
6%
Total
83
100%
Hasil penelitian diatas menunjukan bahwa setengah responden sebanyak 44 orang (53%) menyatakan kurang puas terhadap ketersediaan koleksi, dan hampir setengah responden sebanyak 34 orang (41%) menyatakan sudah puas terhadap ketersediaan koleksi. Sisanya tidak menjawab sebanyak 5 orang (6%) karena mereka belum pernah memakai koleksi digital talking book. Dari data tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa sebagian besar pemustaka kurang puas terhadap ketersediaan koleksi. Tabel 4.23 Ketersediaan Subjek Jawaban
Jumlah
Persentase
Lengkap
23
27,7%
Kurang lengkap
55
66,3%
Netral
5
6%
Total
83
100%
70
Dari data di atas menunjukan bahwa sebagian besar pemustaka merasa ketersediaan subjek koleksi digital talking book kurang lengkap yaitu sebanyak 55 orang (66,3%). Sebagian menganggap ketersediaan subjek sudah lengkap yaitu sebanyak 23 orang (27,7%). Sebagian kecil lainnya tidak menjawab karena mereka belum pernah menggunkan koleksi digital talking book. 4. Rekapitulasi
Pemanfaatan
Koleksi
Digital
Talking
Book
di
Perpustakaan Yayasan Mitra Netra Tabel 4.24 Rekapitulasi Pemanfaatan Digital Talking Book Jawaban
No
Hal
1
Jenis Koleksi Yang sering
Terbanyak
Digunakan 2
Digital Talking
Persentase 92,8%
Book
Pemanfaatan koleksi Digital
Memanfaatkan
Talking Book
Digital Talking
94%
Book 3
Tujuan menggunakan Digital
Untuk di Baca
74,7%
< 1 bulan
47%
Kurang Memenuhi
66,3%
Netral
94%
Tidak Merepotkan
94%
Bertanya Pada
79,5%
Talking Book 4
Frekuensi Pemakaian Digital Talking Book
5
Pemenuhan
Kebutuhan
Informasi 6
Alasan Tidak Menggunakan Digital Talking Book
7
Kepraktisan
Menggunakan
Digital Talking Book 8
Sistem
Pencarian
Digital Talking Book
Koleksi
Pustakawan
71
9
Penggunaan Jasa Pustakawan
Selalu
79,5%
Menggunakan Jasa Pustakawan 10
Frekuensi Peminjaman Koleksi
Jarang Meminjam
39,8%
Layanan Tidak
88%
Digital Talking Book 11
Penilaian layanan peminjaman
Menyusahkan 12
Jumlah
Waktu
Untuk
Lain lain
66,3%
Laptop
61,4%
Sudah jelas
80,7%
Praktis
86,7 %
Fiksi
59%
Kurang Puas
53%
Kurang lengkap
66,3%
Membaca satu Digital Talking Book 13
Alat Yang Sering Digunakan Untuk
Membaca
Digital
Talking Book 14
Kejelasan
Narator
Dalam
Membacakan Digital Talking Book 15
Alasan Menggunakan Digital Talking Book
16
Bentuk Karya Yang Sering Digunakan
17
Kepuasan
Terhadap
Ketersediaan Koleksi 18
Ketersediaan Subjek Rata Rata Persentase
73,50%
Pada tabel 4.24 di atas dapat diketahui bahwa hampir semua (92,8%) pemustaka lebih sering menggunakan koleksi digital talking book dibanding menggunakan koleksi lainnya yang ada di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Koleksi digital talking book juga merupakan koleksi yang banyak digunakan, hal tersebut diungkapkan oleh hampir semua (94%) pemustaka. Motivasi pemustaka memanfaatkan digital talking book
72
yaitu karena keinginan pribadi untuk membaca karena bukunya menarik , hal tersebut diungkapkan oleh sebagian besar (74,7%) pemustaka. Hampir setengah (47%) pemustaka menyatakan terakhir kali menggunakan digital talking book kurang dari satu bulan. Sebagian besar (66,3%) pemustaka menganggap koleksi digital talking book kurang memenuhi kebutuhan mereka. Hampir keseluruhan (94%) responden menyatakan, menggunakan digital talking book tidak merepotkan atau lebih praktis. Hampir seluruh responden (79,5%) menyatakan bahwa mereka bertanya pada pustakawan untuk mendapatkan koleksi yang mereka inginkan. Dan mereka selalu bertanya kepada pustakawan. Hampir setengah pemustaka (39,8%) menyatakan bahwa mereka jarang meminjam koleksi digital talking book untuk dibawa pulang. Sebagian besar pemustaka (88%) merasa layanan peminjaman koleksi digital talking book tidak menyusahkan. Lebih dari setengah pemustaka (66,3%) membutuhkan waktu yang tidak tentu (lain lain) untuk membaca satu digital talking book, tergantung ketebalan
satu
digital
talking
book.
Sebagian
besar
pemustaka
menggunakan laptop untuk membaca digital talking book yaitu sebanyak 61,4%. Kesan pemustaka terhadap kejelasan narator dalam membacakan digital talking book sudah baik. Hampir semua (86,7%) dari responden menyatakan alasan mereka menggunakan digital talking book karena lebih praktis.
73
Dari data yang diperoleh mengenai bentuk karya digital talking book yang sering digunakan, sebagian besar pemustaka (59%) cenderung memanfaatkan koleksi fiksi. Rata-rata koleksi fiksi yang mereka gunakan adalah novel. Sebanyak 66,3 % pemustaka merasa ketersediaan bentuk karya digital talking book kurang lengkap. Sehingga lebih dari setengah (53%) pemustaka mengakui bahwa mereka kurang puas terhadap ketersediaan koleksi digital talking book. Berdasarkan data tersebut maka dapat digeneralisasikan terkait pemanfaatan koleksi digital talking book oleh pemustaka, yaitu hampir seluruh pemustaka (73,50%) memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik. Pernyataan tersebut didapatkan dari penjumlahan persentase pada tabel 4.24 kemudian dibagi dengan 18 (delapan belas) hal yang terkait dengan pemanfaatan digital talking book oleh pemustaka pada tabel yang sama. Jadi jumlah yang didapatkan dari persentase tersebut 1323/18 maka didapatkan hasil 73,50%. 5. Hasil Pertanyaan Terbuka Kepada Responden a. Kendala dalam memanfaatkan koleksi Digital Talking Book Tidak banyak kendala yang dialami pemustaka dalam memanfaatkan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra, namun tetap ada beberapa kendala dalam memanfaatkan digital talking book yaitu tentang kurangnya ketersediaan koleksi buku buku pelajaran, selain itu ada pula komentar tentang kualitas compact disk yang terkadang kusut sehingga ada bagian digital talking book
74
yang tidak bisa dibaca, dan juga kurangnya jumlah victor reader untuk membaca digital talking book. b. Harapan dan Saran Sebagian besar responden menyatakan bahwa harapannya terhadap
Perpustakaan
Yayasan Mitra
Netra adalah semoga
perpustakaan bisa memberikan pelayanan yang lebih baik lagi salah satunya dengan menambah jumlah koleksi digital talking book, tidak hanya jenis koleksi fiksi tetapi juga lebih banyak lagi menambahkan koleksi nonfiksi/ buku buku pelajaran. serta diikuti dengan perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana yang dapat menunjang kebutuhan pemustaka. Berikut beberapa saran yang berhasil peneliti rangkum, di antaranya; 1) Koleksi digital talking book di bidang ilmu pengetahuan diperbanyak lagi dan lebih up todate. 2) Pengadaan koleksi tidak hanya menunggu permintaan dari klien/ pemustaka. 3) Selain menambah kuantitas digital talking book, sebaiknya diadakan e-book 4) Penambahan victor reader. 6. Upaya Pustakawan Agar Koleksi Digital Talking Book dimanfaatkan Kemudahan
dalam
mengakses
informasi
mempengaruhi
masyarakat untuk tidak datang ke perpustakaan, oleh sebab itu pustakawan harus mengupayakan agar koleksi di perpustakaan dapat dimanfaatkan
75
dengan semaksimal mungkin. Sebelum peneliti memaparkan upaya yang dilakukan oleh perpustakaan mitra netra agar koleksi digital talking book dapat dimanfaatkan, maka terlebih dahulu akan dipaparkan jawaban pustakawan mengenai pemanfaatan koleksi oleh pemustaka Koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra sering digunakan oleh pemustaka, hal tersebut membuktikan eksistensi perpustakaan ini. Informan menjelaskan: Minat pemustaka terhadap koleksi digital talking book sejauh ini bagus, banyak yang menggunakannya. Bahkan pemustaka dari luar daerah suka meminjam melalui telepon kemudian nanti mereka menggantikan biaya pengirimannya. Pernyataan informan mengenai minat pemustaka terhadap koleksi digital talking book diperkuat dengan hasil dari kuesioner yang disebar kepada pemustaka. Walaupun informan menyatakan bahwa koleksi yang dipinjam dalam perhari tidak tentu jumlahnya. Dalam perhari koleksi digital talking book yang di pinjam tidak menentu. Kalau di hitung rata rata perhari bisa 10 digital talking book, kalau lagi banyak yang pinjam sehari bisa sampai 20an tapi kalau lagi sedikit sehari bisa Cuma 3 digital talking book. Jadi tidak pasti dalam sehari yang meminjam digital talking book itu. Perpustakaan Yayasan Mitra Netra ini masih menggunakan sistem manual dalam hal pencatatannya, jadi mereka belum memiliki data bulanan mengenai rekapitulasi peminjaman dan pengembalian koleksi. Selain itu informan juga mengatakan bahwa: Katagori yang paling sering dipinjam paling banyak bidang umum, seperti novel, buku buku psikologi, buku buku di luar pelajaran, tapi kalau untuk pelajar banyak yang minjam buku pelajaran. Sejauh ini imbang peminjaman antara buku buku pelajaran dengan buku buku umum.
76
Pustakawan di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bukanlah sarjana ilmu perpustakaan yang mengetahui pembagian klasifikasi buku, sehingga di perpustakaan ini pengklasifikasiannya berdasarkan buku pelajaran sekolah dan buku buku umum. Yang masuk ke dalam katagori buku buku umum diantaranya; koleksi fiksi, nonfiksi, agama, dan psikologi, serta ensiklopedi. Penyusunan koleksinya pun berdasarkan abjad. Setelah dilihat dari pernyataan informan serta ditambah dengan hasil kuesioner yang disebar kepada pemustaka menyatakan bahwa koleksi digital talking book dimanfaatkan dengan baik oleh pemustaka. Upaya pustakawan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra agar koleksinya dimanfaatkan melalui promosi.
Promosi yang dilakukan
adalah melalui kontak perorangan dan memasukkan ke dalam halaman web, walaupun yang dimasukkan adalah bukan buku baru. Namun pada kenyataannya di website Perpustakaan Yayasan Mitra Netra tidak terdapat promosi
koleksi.
Alasannya
dikarenakan
kurangnya
SDM
yang
membantu. Berikut informasi yang didapatkan peneliti; Saya suka promosiin buku baru kepada pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan. Caranya dengan menginformasikan buku buku tersebut selanjutnya mereka yang menginformasikan kepada teman temannya. Karena keterbatasan SDM kita tidak pernah melakukan promosi via brosur, pamflet atau sejenisnya. Paling dimasukan ke dalam web dan itu pun tidak langsung ketika ada buku baru, biasanya seminggu setelah buku buku baru tersebut ada. Jadi cara saya menginformasikannya fleksibel.
77
Namun pada teorinya banyak cara yang dapat dilakukan dalam mempromosikan koleksi, diantaranya27: publikasi dan iklan misalnya melalui media televisi, pamflet, brosur, media sosial, dan sebagainya. kontak perorangan, promosi secara kontak perorangan dilakukan melalui tatap muka langsung antara pemustaka dengan pustakawan. Penciptaan suasana atau lingkungan yang kondusif, Salah satu cara menciptakan suasana lingkungan yang kondusif yaitu dengan melayankan jasa dengan ramah. Selain dengan mempromosikan koleksi digital talking book kepada pemustaka, upaya yang dilakukan oleh pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan yaitu dengan memberikan bimbingan pemakai kepada pemustaka baru mengenai bagaimana cara menggunakan victor reader. Hal tersebut disampaikan informan kepada peneliti dalam wawancara; Ada, biasanya untuk pemustaka yang baru kita ajarkan terutama untuk pemakaian victor reader, Jadi pemustaka yang baru diajarkan cara menggunakannya. Tidak ada seminar khusus mengenai bimbingan pemakai, dulu pernah ada sewaktu awal menggunakan victor reader namun karena lagi lagi keterbatasan SDM kita tidak pernah mengadakannya lagi. Pemustaka di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra bisa dengan mudah mengajukan permohonan digital talking book apabila koleksi yang dibutuhkan tidak tersedia, dengan ketentuan dan syarat yang berlaku. Informan menyatakan;
27
28
Badollahi, Mustafa, Promosi Jasa Perpustakaan, (Jakarta: Universitas terbuka 1996) hal
78
Pemustaka bisa mengajukan permohonan digital talking book dengan ketentuan dan juga tidak bisa langsung cepat jadi karena banyak waiting list. Dari penjabaran di atas maka dapat disimpulkan, upaya pustakawan agar koleksi digital talking book dimanfaatkan
oleh
pemustaka adalah dengan cara promosi dengan kontak perorangan dan melakukan bimbingan pemakai. Walaupun promosi yang dilakukan belum maksimal, yang seharusnya promosi di perpustakaan ini bisa dilakukan dengan lebih maksimal, yaitu dengan cara mempromosikan via media sosial, serta penciptaan layanan yang kondusif dengan cara melakukan pelayanan yang ramah, dll.
BAB V PENUTUP
Bab ini memberikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian pada bab sebelumnya. Kesimpulan merupakan jawaban dari tujuan penelitian yang diuraikan pada bab pertama sedangkan saran adalah pendapat peneliti yang dirangkum dari observasi dan masukan dari para responden guna kemajuan Perpustakaan Yayasan Mitra Netra. Penjelasan dari hasil penelitian pada bab bab sebelumnya, maka beberapa kesimpulan dapat ditarik dari penelitian ini. Kesimpulan berikut ini menggambarkan pemanfaatan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra berdasarkan rumusan masalah yang peneliti buat. A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan bahwa: 1. Koleksi digital talking book bermanfaat untuk pemustaka. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa (74,7%) sebagian besar responden memanfaatkan koleksi digital talking book dengan baik. 2. Upaya pustakawan agar koleksi dimanfaatkan oleh pemustaka diantaranya yaitu; mempromosikan koleksi digital talking book terbaru dengan kontak langsung kepada pemustaka, dan juga memberikan bimbingan pemakai terhadap pemustaka baru. Walaupun promosi yang dilakukan belum maksimal.
78
79
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan diatas maka peneliti mengajukan saran-saran terkait pemanfaatan koleksi digital talking book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra sebagai berikut: 1. Guna meningkatkan azas manfaat perpustakaan maka penting bagi pengelola perpustakaan untuk memperbanyak koleksi digital talking book, terutama untuk buku-buku pelajaran yang paling banyak dibutuhkan pemustaka. 2. Perpustakaan harus meningkatkan efektifitas website bagi pemustaka berkebutuhan khusus/ tunanetra. misalnya dengan memperbaharui informasi koleksi digital talking book agar pemustaka tunanetra dapat mengetahui koleksi baru dari website. selain itu juga dengan menambah fasiitas yang terdapat dalam website contohnya tidak hanya menampilkan bentuk visual saja tetapi audio juga sehingga tunanetra bisa mengakses website dengan mudah. 3. Peningkatan fasilitas dan pelayanan perpustakaan tak luput pula jadi perhatian yang penting, dengan fasilitas yang mendukung maka akan menambah minat pemustaka untuk berkunjung setiap waktu, karena merasakan kenyamanan atas pelayan dan fasilitas yang ada, seperti halnya fasilitas untuk sistem temu kembali informasi, agar pemustaka bisa mandiri dan tidak bergantung pada pustakawan untuk mendapatkan buku yang mereka butuhkan. 4. Selain itu ada baiknya menambah jumlah jam dan layanan yang disediakan, karena mengingat pemustaka yang berkunjung lebih banyak pelajar yang hari sabtu dan minggunya libur, sehingga apabila waktu dan
80
jam layanan ditambah tentu akan semakin banyak yang berkunjung ke perpustakaan. 5. Meningkatkan promosi serta mensosialisasikan koleksi digital talking book kepada tunanetra agar koleksi digital talking book dapat diketahui dan dimanfaatkan. Promosi dapat dilakukan dengan cara melalui media sosial seperti facebook, twitter, dan sebagainya. Selain itu, pihak perpustakaan bisa bekerja sama dengan SLB-B untuk memberikan informasi terkait koleksi digital talking book kepada siswanya. 6. Melakukan kerjasama dengan pemeritah untuk meningkatkan kualitas perpustakaan dan juga kuantitas jumlah koleksi. Selain itu juga agar pemerintah memperhatikan perpustakaan tunanerta, supaya pemustaka berkebutuhan khusus/ tunanetra dapat lebih mudah mengakses informasi yang mereka butuhkan. Dengan bekerjasama dengan pemerintah setidaknya pemerintah dapat membuat kebijakan kebijakan yang bermanfaat bagi perpustakaan dan pemustaka berkebutuhan kusus/ tunanetra. 7. Seiring dengan perkembangan informasi yang begitu pesat, Perpustakaan Yayasan Mitra Netra haruslah menyesuaikannya, misalnya dengan memperbaharui format informasi. Tidak hanya memproduksi koleksi digital talking book tapi juga memproduksi buku elektronik. 8. Menambah jumlah SDM yang dapat membantu kegiatan operasional perpustakaan, khususnya yang mengerti tentang pengelolaan perpustakaan yang baik dan benar.
81
9. Perpustakaan harus meningkatkan informasi yang ada pada website. Hal tersebut mencakup penjelasan perputakaan, mulai dari sejarah, profil perpustakaan, hingga jenis koleksi dan lain-lainnya, guna menambah pengetahuan masyarakat tentang perpustakaan tunanetra.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Sutoyo dan Joko Santoso. Strategi dan Pemikiran Perpustakaan Visi Hernando. Jakarta: Sagung Seto, 2001. Anas Sudjino. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo,1997. Bambang Prasetyo. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo, 2005. Basrowi Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Consuelo, G Sevilla. An introduction to research methods. Philippines: RexPrinting Company, 1998. Iman Gunawan. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2013 J. Supranto. Teknik Sampling Untuk Survei & Eksperimen. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Jonathan Sarwono. Metode Riset Skripsi: Pendekatan Kuantitatif (menggunakan prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012. Karmidi Martoatmodjo. Manajemen Perpustakaan Khusus. Jakarta : Universitas Terbuka, 1999. Kosasih Prawira Sumantri. Organisasi dan Administrasi Perpustakaan Kumpulan Hasil Seminar Penataran Tenaga Teknis Perpustakaan Khusus. Jakarta: PDII LIPI, 1980. Luwarsih Pringgoadisurjo. Perpustakaan Khusus. Jakarta : Pusat Reproduksi PDIN, 1971. Muhammad Idrus. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009. Mustofa Badollahi. Promosi Jasa Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, 1996. Nana Sujana. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998. Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Oky Rahmawati, Sejarah Perpustakaan Dunia. Jakarta: Jurnal Pustakawan Indonesia vol 6 no 1. Perpustakaan Yayasan Mitra Netra “Sejarah Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”. Artikel diakses pada 17 desember 2013 jam15.53 dari www.mitranetra.or.id
80
81
Putu Laxman Pendit. Perpustakaan Digital: dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri, 2008. Rakhmat Natajumena. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Khusus. Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2006. Rusli Ibrahim. Psikologi Pendidikan Jasmani dan Olah Raga PLB. Jakarta: depdiknas, 2005. Siregar, Syofian. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 2010. Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta, 1992. Sulistyo-Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1992. Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto, 2006.
__________. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003. Sutrisno Hadi. Metodologi Research. Yogjakarta: Penerbit Andi, 2004. Stanislaus Uyanto. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009. Upriadi. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PerpustakaanNasional, 2012. Warsito Hermawan. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka, 1992.
CORRELATIONS /VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Notes Output Created
10-Jul-2014 12:42:15
Comments Input
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
83
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics for each pair of variables are based on all the cases with valid data for that pair.
Syntax
CORRELATIONS /VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /PRINT=TWOTAIL NOSIG /MISSING=PAIRWISE.
Resources
Processor Time
00 00:00:00,078
Elapsed Time
00 00:00:00,079
[DataSet1]
Correlations x1 x1
Pearson Correlation
x2
x3
x4
x5
x6
x7
x8
x9
,974**
,728**
,452**
,768**
-,974**
,974**
,755**
,861**
,532**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,974**
1
,746**
,441**
,777**
-1,000**
1,000**
,782**
,888**
,545**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
1
Sig. (2-tailed) N x2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
,000
x10
N x3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x11
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,728**
,746**
1
,431**
,522**
-,746**
,746**
,603**
,677**
,531**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
-,023
**
**
,106
,216
,659**
,452
,441
,431
1
,000
,000
,000
83
83
83
**
**
**
-,023
,768
,777
,522
83
,000
,000
,339
,050
,000
83
83
83
83
83
83
1
**
**
**
**
,203
,000
,000
,838
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
-1,000
-,746
-,441
-,777
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
,974**
1,000**
,746**
,441**
,000
,000
,000
83
83
83
**
**
**
,755
,782
,603
,441
,838
,000
-,974
-,441
-,777
,777
,716
,770
,000
,000
,000
,000
,065
83
83
83
83
83
1
**
**
**
-,545**
-1,000
-,782
-,888
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
,777**
-1,000**
1
,782**
,888**
,545**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
,106
**
**
**
1
**
,284**
,000
,009
,716
-,782
,782
,981
,000
,000
,000
,339
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
,216
**
**
**
**
1
,379**
,861
,888
,677
,770
-,888
,888
,981
,000
,000
,000
,050
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
,203
**
**
**
**
1
,532
,545
,531
,659
-,545
,545
,284
,000
,379
,000
,000
,000
,000
,065
,000
,000
,009
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
,738
**
,684
**
,525
**
,473
**
,609
**
-,684
**
,684
**
,484
**
,570
83 **
,376
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
*
**
**
**
**
**
**
,227*
,434
,431
,280
,343
,371
-,431
,431
,481
,489
,000
,000
,010
,001
,001
,000
,000
,000
,000
,039
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
,036
**
**
**
**
**
,356**
,640
,655
,605
,612
-,655
,655
,706
,724
,000
,000
,000
,749
,000
,000
,000
,000
,000
,001
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
**
**
**
**
,473**
,868
,896
,682
,556
,634
-,896
,896
,653
,761
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,770**
,795**
,606**
,193
,689**
-,795**
,795**
,878**
,895**
,243*
,000
,000
,000
,080
,000
,000
,000
,000
,000
,027
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
x16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
**
**
,768
**
,800
**
,514
**
,424
**
,568
**
-,800
,800
**
,668
**
,742
**
,425
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
,013
**
**
**
**
**
,211
,731
,770
,507
,894
-,770
,770
,580
,668
,000
,000
,000
,906
,000
,000
,000
,000
,000
,055
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
,168
**
**
**
**
**
,768
,777
,522
,854
-,777
,777
,533
,635
**
,320
,000
,000
,000
,129
,000
,000
,000
,000
,000
,003
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
,960
**
,974
**
,772
**
,490
**
,792
**
-,974
,974
**
,814
**
,904
**
,576
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
83
Correlations x11 x1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x5
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x6
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x7
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x8
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x9
Pearson Correlation Sig. (2-tailed)
x12
,738
**
x13 **
,434
x14 **
,640
x15 **
,868
x16 **
,770
x17 **
,768
x18 **
,731
Total **
,960**
,768
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,684**
,431**
,655**
,896**
,795**
,800**
,770**
,777**
,974**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
*
**
**
**
**
**
**
,772**
,525
,280
,605
,682
,606
,514
,507
,522
,000
,010
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
,036
**
,193
**
,013
,168
,490**
,000
,001
,749
,000
,080
,000
,906
,129
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,609**
,371**
,612**
,634**
,689**
,568**
,894**
,854**
,792**
,000
,001
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
-,684**
-,431**
-,655**
-,896**
-,795**
-,800**
-,770**
-,777**
-,974**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
**
**
**
,974**
,473
,684
,343
,431
,655
,556
,896
,795
,424
,800
,770
,777
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
**
**
**
,814**
,484
,481
,706
,653
,878
,668
,580
,533
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,570**
,489**
,724**
,761**
,895**
,742**
,668**
,635**
,904**
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
N x10
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x11
Pearson Correlation
83
83
83
83
83
83
83
83
83
,376**
,227*
,356**
,473**
,243*
,425**
,211
,320**
,576**
,000
,039
,001
,000
,027
,000
,055
,003
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
1
**
**
**
**
**
**
**
,737**
Sig. (2-tailed) N x12
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x13
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x14
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x15
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x16
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x17
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
x18
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Total
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
,398
,510
,459
,388
,609
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
,137
**
**
**
*
,266
,114
,529**
**
1
,000 83
83
**
,137
,000
,218
83
83
,578**
,464
,578
,000 83 ,398
,464
,484
,438
,480
,218
,000
,000
,000
,015
,306
,000
83
83
83
83
83
83
83
1
**
**
**
**
**
,694**
,369
,761
,439
,585
,612
,001
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
,484**
,369**
1
,681**
,756**
,664**
,634**
,877**
,000
,000
,001
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
1
**
**
**
,836**
,510
,438
,761
,681
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
,459
,480
,439
,756
,556
,556
,000
,000
,000
83
83
83
83
1
**
**
,781**
,000
,000
,000
83
83
83
1
**
,747**
,000
,000
83
83
83
**
1
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
**
*
**
**
**
**
,266
,585
,664
,710
,689
,000
,000
,388
,710
,527
,527
,437
,894
,000
,015
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
**
,114
,000
,306
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
83
**
**
**
**
**
**
**
**
1
,609
,737
,529
**
,612
,694
**
,634
,877
**
,689
,836
**
,437
,781
,894
,747
,000
,770
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
,000
83
83
83
83
83
83
83
83
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**
,770
83
RELIABILITY /VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Reliability Notes Output Created
10-Jul-2014 12:45:43
Comments Input
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File
83
Matrix Input Missing Value Handling
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data for all variables in the procedure.
Syntax
RELIABILITY /VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA.
Resources
Processor Time
00 00:00:00,000
Elapsed Time
00 00:00:00,000
[DataSet1]
Scale: ALL VARIABLES Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 83
100,0
0
,0
83
100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha ,762
N of Items 19
FREQUENCIES VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes Output Created
10-Jul-2014 12:47:41
Comments Input
Data
D:\fix\data SPSS.sav
Active Dataset
DataSet1
Filter
<none>
Weight
<none>
Split File
<none>
N of Rows in Working Data File Missing Value Handling
83
Definition of Missing
User-defined missing values are treated as missing.
Cases Used
Statistics are based on all cases with valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8 x9 x10 x11 x12 x13 x14 x15 x16 x17 x18 Total /ORDER=ANALYSIS.
Resources
Processor Time
00 00:00:00,016
Elapsed Time
00 00:00:00,016
[DataSet1] D:\fix\data SPSS.sav
Statistics x1 N
Valid Missing
x2
x3
x4
x5
x6
x7
83
83
83
83
83
83
83
0
0
0
0
0
0
0
Statistics x8 N
Valid Missing
x9
x10
x11
x12
x13
x14
83
83
83
83
83
83
83
0
0
0
0
0
0
0
Statistics x15 N
Valid Missing
x16
x17
x18
Total
83
83
83
83
83
0
0
0
0
0
Frequency Table
x1 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5
6,0
6,0
6,0
3
1
1,2
1,2
7,2
4
77
92,8
92,8
100,0
Total
83
100,0
100,0
x2 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
2
5
6,0
6,0
6,0
4
78
94,0
94,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x3 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
6
7,2
7,2
13,3
3
62
74,7
74,7
88,0
4
10
12,0
12,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x4 Frequency Valid
1
Percent 5
Valid Percent 6,0
Cumulative Percent 6,0
6,0
2
39
47,0
47,0
53,0
4
39
47,0
47,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x5 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
3
55
66,3
66,3
72,3
4
23
27,7
27,7
100,0
Total
83
100,0
100,0
x6 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
78
94,0
94,0
94,0
2
5
6,0
6,0
100,0
83
100,0
100,0
Total
x7 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
4
78
94,0
94,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x8 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
12
14,5
14,5
20,5
3
66
79,5
79,5
100,0
Total
83
100,0
100,0
x9 Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
1
5
6,0
6,0
6,0
3
12
14,5
14,5
20,5
4
66
79,5
79,5
100,0
Total
83
100,0
100,0
x10 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
22
26,5
26,5
32,5
3
33
39,8
39,8
72,3
4
23
27,7
27,7
100,0
Total
83
100,0
100,0
x11 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
10
12,0
12,0
12,0
4
73
88,0
88,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x12 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
55
66,3
66,3
72,3
3
11
13,3
13,3
85,5
4
12
14,5
14,5
100,0
Total
83
100,0
100,0
x13 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
11
13,3
13,3
19,3
3
51
61,4
61,4
80,7
4
16
19,3
19,3
100,0
x13 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
11
13,3
13,3
19,3
3
51
61,4
61,4
80,7
4
16
19,3
19,3
100,0
Total
83
100,0
100,0
x14 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
3
11
13,3
13,3
19,3
4
67
80,7
80,7
100,0
Total
83
100,0
100,0
x15 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
2
6
7,2
7,2
13,3
4
72
86,7
86,7
100,0
Total
83
100,0
100,0
x16 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
3
29
34,9
34,9
41,0
4
49
59,0
59,0
100,0
Total
83
100,0
100,0
x17 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
3
44
53,0
53,0
59,0
4
34
41,0
41,0
Total
83
100,0
100,0
100,0
x18 Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
1
5
6,0
6,0
6,0
3
55
66,3
66,3
72,3
4
23
27,7
27,7
100,0
Total
83
100,0
100,0
Total Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
21
5
6,0
6,0
6,0
55
1
1,2
1,2
7,2
56
10
12,0
12,0
19,3
57
11
13,3
13,3
32,5
59
12
14,5
14,5
47,0
60
21
25,3
25,3
72,3
61
12
14,5
14,5
86,7
63
11
13,3
13,3
100,0
Total
83
100,0
100,0
KUESIONER PENELITIAN Dalam rangka menyelesaikan penelitian skripsi pada Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, peneliti bermaksud mengadakan sebuah penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra” Untuk itu peneliti memohon kerja sama Bapak/ Ibu/Saudara untuk mengisi kuesioner ini. Apapun pendapat dan jawaban yang anda berikan terjamin kerahasiaannya, dan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Kerja sama anda merupakan bantuan yang sangat berarti bagi keberhasilan penelitian ini. Atas bantuannya, peneliti mengucapkan terima kasih. Petunjuk pengisian jawablah pertanyaan setelah pilihan jawaban yang tersedia. Isilah titik titik yang kosong dengan jawaban anda yang sebenarnya. A. Identitas Responden Nama Jenis Kelamin Usia Pendidikan Terakhir Pekerjaan
:............................................ :............................................ :............................................ :............................................ :............................................
B. Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book (DTB) 1. Jenis koleksi apa yang paling sering anda gunakan? a. Buku braille b. Digital Talking Book (DTB) c. Lainnya (sebutkan).............................................................. d. Tidak tahu 2. Apakah anda memanfaatkan koleksi Digital Talking Book (DTB)? a. Ya, sering b. jarang c. Tidak pernah ( jika tidak lanjut ke nomor 6 ) d. Tidak tahu 3. Mengapa anda menggunakan koleksi Digital Talking Book? a. Untuk mengerjakan tugas sekolah/ kampus b. Untuk di baca karena bukunya menarik c. Lainnya (sebutkan)................................... d. Tidak tahu
4. Kapan terakhir kali anda menggunakan koleksi Digital Talking Book? a. < sebulan yang lalu b. > enam bulan yang lalu c. Lainnya (sebutkan).................................. d. Tidak tahu 5. Apakah Digital Talking Book memenuhi kebutuhan informasi anda? a. Memenuhi b. Kurang memenuhi c. Tidak memenuhi d. Tidak tahu 6. Apa alasan anda tidak menggunakan Digital Talking Book (DTB)? a. Tidak tersedia subjek yang di cari b. Penelusuran koleksi merepotkan c. Lainnya (sebutkan)............................................................. Apabila menjawab no 6, lanjut ke nomor 20 d. Tidak tahu 7. Apakah penggunaan DTB merepotkan? a. Tidak merepotkan b. Agak merepotkan c. Merepotkan d. Tidak tahu 8. Bagaimana cara anda mencari koleksi DTB yang anda inginkan? a. Menggunakan katalog b. Bertanya kepada pustakawan c. Lainnya (sebutkan)..................................................... d. Tidak tahu 9. Apakah anda menggunakan jasa pustakawan? a. Selalu menggunakan jasa b. Terkadang menggunakan jasa c. Tidak pernah menggunakan jasa d. Tidak tahu 10. Seberapa sering anda meminjam (dibawa pulang) koleksi Digital Talking Book? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah d. Tidak tahu
11. Apakah layanan peminjaman koleksi DTB menyusahkan? a. Tidak menyusahkan b. Terkadang menyusahkan c. Menyusahkan d. Tidak tahu 12. Biasanya berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk membaca satu Digital Talking Book? a. 1 hari b. 1 minggu c. Lainnya (sebutkan)....................................................... d. Tidak tahu 13. Bagaimana cara anda menggunakan koleksi DTB? a. Menggunakan media player b. Menggunakan laptop c. Lainnya (sebutkan)....................... d. Tidak tahu 14. Menurut anda apakah narator sudah membacakan DTB dengan baik? a. Baik b. Kurang baik c. Belum baik d. Tidak tahu 15. Apa alasan anda suka menggunakan koleksi Digital Talking Book? a. Lebih praktis dalam menggunankannya b. Selalu mendapatkan informasi yang dibutuhkan c. Lainnya (sebutkan)............................. d. Tidak tahu C. Subjek yang Sering Digunakan 16. Jenis subjek koleksi DTB apa yang paling sering anda gunakan? a. Koleksi fiksi b. Koleksi non fiksi (sebutkan)................................... c. Lainnya (sebutkan)................................................ d. Tidak tahu 17. Apakah anda puas terhadap ketersediaan koleksi Digital Talking Book (DTB)? a. Puas b. Kurang puas c. Tidak puas (sebutkan alasannya).......................................................... d. Tidak tahu
18. Apakah subjek koleksi DTB yang tersedia sudah lengkap? a. Lengkap b. Kurang lengkap c. Tidak lengkap d. Tidak tahu 19. Menurut anda, subjek koleksi DTB apa yang perlu di tambah? ............................................................................................
20. Apa kendala anda dalam menggunakan koleksi DTB? ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... ........................................................................ 21. Apa harapan anda terhadap perpustakaan Yayasan Mitra Netra dan koleksi Digital Talking Book (DTB)? ........................................................................................................................................... ........................................................................................................................................... .......................................................................
Informan Nama
: Endah
Pendidikan
: s1 Psikologi
Jabatan
: Staf Perpustakaan
Bagaimana upaya pustakawan agar koleksi DTB dimanfaatkan oleh pemustaka? 1. Menurut anda, bagaimana minat pemustaka terhadap koleksi DTB? Minat pemustaka terhadap koleksi DTB sejauh ini bagus, banyak yang menggunakannya. Bahkan pemustaka dari luar daerah suka meminjam melalui
telepon
kemudian
nanti
mereka
menggantikan
biaya
pengirimannya. 2. Berapa rata rata koleksi DTB yang di pinjam dalam sehari? Dalam perhari koleksi DTB yang di pinjam tidak menentu. Kalau di hitung rata rata perhari bisa 10 DTB, kalau lagi banyak yang pinjam sehari bisa sampai 20an tapi kalau lagi sedikit sehari bisa Cuma 3 DTB. Jadi tidak pasti dalam sehari yang meminjam DTB itu. 3. Jenis subjek koleksi DTB apa yang paling sering digunakan pemustaka? Katagori yang paling sering dipinjam paling banyak bidang umum, seperti novel, buku buku psikologi, buku buku di luar pelajaran, tapi kalau untuk pelajar banyak yang minjam buku pelajaran. Sejauh ini imbang peminjaman antara buku buku pelajaran dengan buku buku umum.
4. Apa saja usaha yang pustakawan lakukan agar pemustaka memanfaatkan koleksi DTB? Saya suka promosiin buku baru kepada pemustaka yang berkunjung ke perpustakaan. Caranya dengan menginformasikan buku buku tersebut selanjutnya mereka yang menginformasikan kepada teman temannya. Karena keterbatasan SDM kita tidak pernah melakukan promosi via brosur, pamflet atau sejenisnya. Paling dimasukan ke dalam web dan itu pun tidak langsung ketika ada buku baru, biasanya seminggu setelah buku buku baru tersebut ada. Jadi cara saya menginformasikannya fleksibel. 5. Apakah ada bimbingan pemakai terhadap koleksi DTB? Ada, biasanya untuk pemustaka yang baru kita ajarkan terutama untuk pemakaian victor reader, Jadi pemustaka yang baru diajarkan cara menggunakannya. Tidak ada seminar khusus mengenai bimbingan pemakai, dulu pernah ada sewaktu awal menggunakan victor reader namun
karena
lagi
lagi
keterbatasan
SDM
kita
tidak
pernah
mengadakannya lagi. 6. Menurut anda apakah upaya yang anda lakukan sudah maksimal agar pemustaka memanfaatkan DTB? Sudah makasimal, karena kita sudah sering menginformasikan kepada pemustaka jika ada yang ingin membuat koleksi DTB dari buku buku pelajarannya sebaiknya sebelum tahun ajaran baru di mulai sudah menyerahkan buku yang ingin dijadikan DTB.
7. Bagaimana cara anda memberitahu kepada pemustaka tentang koleksi DTB baru yang tersedia di perpustakaan? Biasanya saya memberi tahu kepada para tuna netra yang berkunjung ke Mitra Netra walaupun mereka tidak berkunjung ke perpustakaannya. Misalnya ketika ada tunanetra yang bertemu saya di musholah, saya akan memberitahukan kepada dia saat itu juga, jadi caranya fleksibel. 8. Apa kendala yang anda hadapi agar koleksi DTB termanfaatkan ? Kendala yang dihadapi itu karena keterbatasan victor reader. Karena jumlah victor reader yang sedikit jadi ketika banyak pemustaka yang ingin membaca DTB terkadang membacanya harus ada yang memakai komputer. Bahkan terkadang kalau victor reader dan komputer sudah ada yang memakainya saya menyarankan membaca buku braille saja. 9. Apakah anda sudah mendapatkan solusi dari kendala kendala tersebut? Kalo iya, apa saja solusi anda? Solusinya itu biasanya saya arahkan agar menggunakan buku braille atau membaca DTB dengan laptop yang mereka bawa sendiri. 10. Bagaimana seandainya koleksi yang dibutuhkan pemustaka tidak tersedia? Pemustaka bisa mengajukan permohonan DTB dengan ketentuan dan juga tidak bisa langsung cepat jadi karena banyak waiting list. 11. Apa harapan anda terhadap perpustakaan Yayasan Mitra Nitra? Saya berharap agar perpustakaan ini makin baik dalam memfasilitasi para tunanetra agar tidak ketinggalan informasi.khususnya bagi para tunanetra
yang di jakarta dan umumnya di Indonesia. Terlebih lagi perpustakaan ini adalah satu satunya perputakaan yang memfasilitasi koleksi DTB ke seluruh indonesia. 12. Apa harapan anda terhadap koleksi DTB di perpustakan YMN? Semoga koleksi DTB bisa menyeimbangi koleksi buku awas yang ada di indonesia dan bisa terus digunakan oleh para tunanetra.
Peneliti lahir di Jakarta 09 september 1991, putri pertama dari Bapak Syamsudin dengan Ibu Amriati. Peneliti bertempat tinggal di Jl Nelayan Timur RT 008/07 No 20 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat, kode pos 11110. Menyelesaikan pendidikannya di Jakarta: pendidikan dasarnya di SDN 15 Pagi Srengseng Sawah,
Jagakarsa,
Jakarta
Selatan.
Kemudian
menamatkan sekolah menengah pertamanya di SMPN 242 Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Lalu melanjutkan sekolah menengah atasnya di MA Al-Muhajirin Teluk Gong, Jakarta Utara. Pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan pada program studi (S1)
Jurusan
Ilmu
Perpustakaan
pada
Fakultas
Adab
dan
Humaniora.
Menyelesaikan kuliahnya dengan menulis skripsi berjudul “Pemanfaatan Koleksi Digital Talking Book di Perpustakaan Yayasan Mitra Netra”. Peneliti pernah menjalankan praktek kerja lapangan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.