Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Aset Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Anggayasti Hayu Anindita Sulistiadi Dono Iskandar Ristia Icha Pramesi
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral Bank Indonesia Telp: 021-29817321 Fax.: 021-2311580 email:
[email protected] Hak Cipta © 2013, Bank Indonesia 2013
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
DAFTAR ISI Paragraf Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan Rekam Jejak Regulasi Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum Rekam Jejak Regulasi Kredit Usaha Tani Rekam Jejak Regulasi Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR dan BPRS Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Rekam Jejak Regulasi Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia
Halaman Hal. i – vii Hal. viii Hal. ix Hal. x Hal. xi
Hal. xii Hal. xii Hal. xiv
Hal. xv
Hal. xvi Hal. xvii Hal. xviii Hal. xix
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan Ketentuan Umum
Par. 1 – 3
Hal. 1
Par. 4 Par. 5 – 7 Par. 8 – 10 Par. 11 – 13 Par. 14 – 16 Par. 17 Par. 18
Hal. 1 – 2 Hal. 2 – 7 Hal. 7 – 13 Hal. 13 – 15 Hal. 15 – 19 Hal. 20 Hal. 20 – 22
Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Ketentuan Umum Pengelolaan KLBI Wewenang dan Tanggung Jawab Penyaluran Kembali Angsuran KLBI Tata Cara Pelunasan KLBI Pelaporan Sanksi
i
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum Ketentuan Umum Usaha-Usaha yang Dibiayai Bank Penyalur KPKM Syarat dan Tugas Kelompok Syarat-Syarat KPKM Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia Tata Cara Pengajuan KLBI Tata Cara Pembayaran Bunga dan Pengembalian KLBI Laporan Sanksi
Par. 19 Par. 20 Par. 21 – 22 Par. 23 – 24 Par. 25 – 30 Par. 31 – 33 Par. 34 – 38 Par. 39 Par. 40 Par.41
Hal. 22 Hal. 22 – 23 Hal. 23 – 24 Hal. 24 Hal. 24 – 26 Hal. 26 Hal. 26 – 28 Hal. 28 – 29 Hal. 29 Hal. 29 – 30
Par. 42 Par. 43 Par. 44 – 45 Par. 46 – 48 Par. 49 – 50 Par. 51 – 56 Par. 57 – 59 Par. 60 Par. 61 – 65 Par. 66 Par. 67 Par. 68 Par. 69
Hal. 30 – 31 Hal. 31 Hal. 31 – 32 Hal. 32 – 34 Hal. 34 Hal. 34 – 36 Hal. 36 Hal. 37 Hal. 37 – 40 Hal. 40 – 41 Hal. 41 Hal. 41 – 42 Hal. 42
Par. 70 Par. 71 – 77 Par. 78 – 81 Par. 82 – 84 Par. 85 – 89 Par. 90 Par. 91 – 94 Par. 95 Par. 96 – 99 Par. 100
Hal. 42 – 43 Hal. 43 – 45 Hal. 45 – 46 Hal. 46 Hal. 46 – 48 Hal. 48 – 49 Hal. 49 – 51 Hal. 51 – 52 Hal. 52 Hal. 53
Par. 101 Par. 102 – 103
Hal. 53 Hal. 53
Kredit Usaha Tani Ketentuan Umum Usaha-Usaha Yang Dibiayai Syarat dan Tugas Bank Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi/LSM Syarat dan Tugas Kelompok Tani Syarat-Syarat KUT Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia Prosedur Pemberian KUT Prosedur Pengajuan Plafon KLBI Sanksi Tugas dan Fungsi PPL Laporan Ketentuan Peralihan
Kredit Investasi Pengembangan perkebunan Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi Ketentuan Umum Ketentuan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS Tata Cara Pelaksanaan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS Ketentuan Kredit LIkuiditas Bank Indonesia Tata Cara Kredit Likuiditas Bank Indonesia Perimbangan Luas Lahan Konversi Kebun Plasma Laporan Sanksi Ketentuan Peralihan
Kredit Modal Kerja Bank Indonesia Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum Usaha-Usaha Yang Dibiayai
Dalam
Rangka
ii
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Persyaratan BPR Syarat-Syarat KMK-BPR Syarat-Syarat Penyaluran KMK-BPR Kepada Debitur Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pembayaran Kembali KMKBPR Laporan Sanksi
Par. 104 Par. 105 – 107 Par. 108 – 109 Par. 110 – 114
Hal. 53 – 54 Hal. 54 Hal. 54 – 55 Hal. 55 – 56
Par. 115 Par. 116
Hal. 56 Hal. 56
Par. 117 Par. 118 – 119 Pgr. 120 Par. 121 Par. 122 – 123 Par. 124 Par. 125 – 129
Hal. 56 – 57 Hal. 57 Hal. 57 Hal. 57 Hal. 58 Hal. 58 Hal. 58 – 59
Par. 130 Par. 131
Hal. 59 Hal. 60
Par. 132 Par. 133 – 134 Par. 135 Par. 136 – 139 Par. 139 – 148 Par. 149 – 153 Par. 154 – 158 Par. 159 – 164 Par. 165 Par. 166
Hal. 60 Hal. 60 – 61 Hal. 61 Hal. 61 – 62 Hal. 62 – 64 Hal. 64 Hal. 65 Hal. 65 – 67 Hal. 65 – 68 Hal. 68
Par. 167
Hal. 68 – 69
Par. 168 Par. 169 – 170 Par. 171 Par. 172 – 175 Par. 176 – 181 Par. 182 – 184
Hal. 69 Hal. 69 – 70 Hal. 70 Hal. 70 Hal. 70 – 72 Hal. 72
Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ketentuan Umum Usaha-Usaha yang Dibiayai Persyaratan BPRS Syarat-Syarat PMK-BPRS Nisbah Bagi Hasil Syarat-Syarat Penyaluran PMK-BPRS Kepada Nasabah Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pembayaran Kembali PMKBPRS Laporan Sanksi
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Ketentuan Umum Usaha-Usaha yang Dibiayai Bank Pemberi KKPA Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Syarat-Syarat KKPA Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Laporan Ketentuan Peralihan
Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Pokok-Pokok Ketentuan
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Nelayan Ketentuan Umum Usaha-Usaha Yang Dibiayai Bank Pemberi KKPA-Nelayan Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Syarat-Syarat KKPA-Nelayan Syarat-Syarat Kredit Likuiditas
iii
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Usaha-Usaha yang Dibiayai Syarat-Syarat dan Tugas Bank, Perusahaan Inti dan Koperasi Syarat-Syarat KKPA-Unggas Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Laporan Sanksi Ketentuan Peralihan
Par. 185 – 189 Par. 190 – 194 Par. 195 – 200
Hal. 72 – 73 Hal. 73 – 74 Hal. 74 – 76
Par. 201 – 203 Par. 204 – 208 Par. 209 – 213 Par. 214 – 216 Par. 217 – 220 Par. 221 – 224 Par. 225 – 226 Par. 227 Par. 228 Par. 229
Hal. 76 Hal. 77 – 78 Hal. 78 Hal. 78 – 79 Hal. 79 Hal. 80 Hal. 80 – 81 Hal. 81 Hal. 81 Hal. 81
Par. 230 Par. 231 Par. 232 – 234 Par. 235 – 237 Par. 238 – 239 Par. 240 – 247
Hal. 82 – 83 Hal. 83 Hal. 83 Hal. 83 – 84 Hal. 84 Hal. 84 – 87
Par. 248 – 250 Par. 251 – 255 Par. 256 – 260 Par. 261
Hal. 87 – 88 Hal. 88 – 89 Hal. 89 – 90 Hal. 90 – 91
Par. 262 Par. 263 Par. 264 Par. 265 Par. 266 – 269 Par. 270 – 272 Par. 273 – 278 Par. 279 – 284 Par. 285 – 287 Par. 288 – 293 Par. 294 – 297 Par. 298 Par. 299
Hal. 91 – 92 Hal. 92 Hal. 92 Hal. 92 Hal. 93 Hal. 94 Hal. 95 – 96 Hal. 96 – 99 Hal. 99 Hal. 99 – 100 Hal. 100 – 102 Hal. 102 Hal. 103
Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia Dengan Pola Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Ketentuan Umum Penggunaan Kredit Syarat, Fungsi dan Kewajiban Bank Syarat-Syarat, Fungsi, dan Kewajiban PJTKI Syarat dan Kewajiban TKI Syarat-Syarat, Tata Cara Penyediaan, Penarikan, dan Pengembalian Kredit Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Laporan
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru Di Kawasan Timur Indonesia Ketentuan Umum Usaha yang Dibiayai Wilayah Usaha Fungsi, Tugas, dan Syarat Bank Pemberi KKPA PIR-Trans Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Fungsi, Tugas, dan Syarat Inti Syarat-Syarat KKPA PIR-Trans Ketentuan Pengalihan KKPA PIR-Trans Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Tata Cara Penyediaan Kredit Likuiditas Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KKPA PIR-Trans Laporan
iv
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Ketentuan Umum Kewajiban Bank dan Cakupan Kredit Pembiayaan UMKM Transparansi dan Relaksasi dalam Rangka Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM Bantuan Teknis Kerja Sama Publikasi, Penghargaan, dan Pembinaan Sanksi Ketentuan Penutup
Par. 300 Par. 301 – 303 Par. 304 – 305
Hal. 104 – 105 Hal. 105 – 109 Hal. 109 – 110
Par. 306 – 308 Par. 309 Par. 310 – 311 Par. 312 Par. 313 – 314
Hal. 110 – 115 Hal. 115 – 116 Hal. 116 – 119 Hal. 119 – 120 Hal. 120
Par. 315 Par. 316 – 318 Par. 319 – 321 Par. 322 – 327 Par. 328 – 330 Par. 331 – 336 Par. 337 – 340 Par. 341 – 342 Par. 343 Par. 344
Hal. 120 – 121 Hal. 121 Hal. 121 – 122 Hal. 122 – 123 Hal. 123 – 124 Hal. 124 Hal. 124 – 125 Hal. 126 Hal. 126 – 127 Hal. 127
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Ketentuan Umum Ketentuan KPRS dan KPRSS Syarat, Tugas, dan Fungsi Bank Pemberi KPRS dan KPRSS Persyaratan KPRS dan KPRSS Persyaratan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Tata Cara Penyediaan Plafon KLBI Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KLBI Sanksi Laporan Ketentuan Peralihan
Lampiran Lampiran 1: Daftar Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Penerima Pengalihan Pengelolaan KLBI Dalam Rangka Kredit Program Lampiran 2: Daftar Kantor PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Penerima Pengalihan Pengelolaan KLBI Dalam Rangka Kredit Program Lampiran 3: Laporan Bulanan Pelimpahan Kelonggaran Tarik Dan Penyesuaian Baki Debet / Penerimanan Angsuran Lampiran 4 : Contoh Perhitungan Imbalan Penyaluran KPKM Melalui Kelompok Lampiran 5: Surat Pernyataan Anggota Kelompok Lampiran 6: Rencana Penyaluran KPKM Lampiran 7: Daftar Realisasi Pemberian KPKM Lampiran 8: Laporan Penerimaan Bunga dan atau Pelunasan KPKM Lampiran 9: Laporan Bulanan Baki Debet KPKM Lampiran 10: Rekapitlasi Daftar Pemberian KPKM Lampiran 11: Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT) Padi/Palawija dan Hortikultura Lampiran 12: Rekapitulasi RencanaDefinitif Kebutuhan Kelompok Tani Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT)
Hal. 128 – 251 Hal. 128 – 130
Hal. 131 – 133
Hal. 134 Hal. 135 Hal. 136 Hal. 137 Hal. 138 Hal. 139 Hal. 140 Hal. 141 Hal. 142
Hal. 143
v
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Padi/Palawija dan Hortikultura Lampiran 13: Contoh Perhitungan Bunga KUT Lampiran 14: Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani (RDKK) Yang Memerlukan Kredit Usaha Tani (KUT) Lampiran 15: Rekapitulasi RDKK Yang Membutuhkan KUT Dalam Pola Tanam Setahun Per Koperasi Lampiran 16: Permohonan Reimburs KL KUT Lampiran 17: Laporan Pelunasan KrediT Usaha Tani Lampiran 18: Rekapitulasi Perkembangan Kredit Usaha Tani Intensifikasi Padi/Palawija dan Hortilkultura Lampiran 19: Laporan Pembayaran Bunga KUT untuk Intensifikasi Padi/Palawija/Hortikultura Lampiran 20: Laporan Perkembangan KI dan KLBI Proyek PIR Trans Pra Konversi Kebun Plasma Posisi PER Lampiran 21: Laporan Penggunaan KMK-BPR* Lampiran 22: Laporan Penggunaan PMK-BPRS* Lampiran 23: Surat Kuasa Anggota kepada Koperasi Primer Lampiran 24: Contoh Perhitungan Bunga dan Imbalan- Koperasi Primer sebagai Pelaksana Pemberian KKPA Lampiran 25: Contoh Perhitungan Bunga dan Imbalan- Koperasi Primer sebagai Penyalur KKPA Lampiran 26: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)- Untuk Proyek dengan Pembiayaan Bertahap Lampiran 27: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA)- Untuk Proyek dengan Pembiayaan Tidak Bertahap Lampiran 28: Surat Permohonan Penarikan Kredit Likuiditas KKPA PT. Bank ………………….. Lampiran 29: Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Proyek Bertahap untuk Perkebunan Lampiran 30: Laporan Perkembangan Proyek Tidak Bertahap (Investasi) Lampiran 31: Pemberitahuan Kredit Baru Lampiran 32: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Lampiran 33: Laporan Baki Debet (Outstanding) Lampiran 34: Surat Kuasa kepada Anggota Koperasi Primer Lampiran 35: Surat Pernyataan Anggota Kelompok Nelayan Lampiran 36: Formulir Penilaian Proyek KKPA-Nelayan Lampiran 37: Surat Permohonan Penarikan Kredit Likuiditas KKPANelayan PT. Bank………………….. Lampiran 38: Pemberitahuan Kredit Baru Lampiran 39: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Lampiran 40: Laporan Baki Debet (Outstanding) Lampiran 41: Formulir Penilaian Proyek Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Pembiayaan Unggas Lampiran 42: Pemberitahuan Kredit Baru Lampiran 43: Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan
Hal. 144 Hal. 145 – 146 Hal. 147 – 148 Hal. 149 Hal. 150 Hal. 151 Hal. 152 Hal. 153 – 154 Hal. 155 Hal. 156 Hal. 157 Hal. 158 Hal. 159 Hal. 160 – 163
Hal. 164 – 167
Hal. 168 Hal. 169 Hal. 170 Hal. 171 Hal. 172 Hal. 173 Hal. 174 Hal. 175 Hal. 176 – 179 Hal. 180 Hal. 181 Hal. 182 Hal. 183 Hal. 184 – 187
Hal. 188 Hal. 189
vi
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Lampiran 44: Laporan Baki Debet (Outstanding) Lampiran 45: Rencana Kebutuhan Kredit (RKK) Tahun Anggaran……………. Lampiran 46: Daftar Penarikan Kredit (DPK) Lampiran 47: Laporan Pertanggungjawaban Kredit (LPJ) tentang Realisasi Keberangkatan TKI Lampiran 48 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 49 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 50 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 51 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 52 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 53 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 54 : (Lampiran tidak tersedia) Lampiran 55 : Jadwal Angsuran Hutang TKI Lampiran 56 : Contoh Perhitungan Pengenaan Suku Bunga Berbeda atas Kekurangan Reimburs Lampiran 57 : Contoh Perhitungan Penyesuaian Baki Debet Lampiran 58 : Pemberitahuan Kredit Baru Lampiran 59 : Perubahan/ Koreksi Pinjaman yang Sudah Diberikan Lampiran 60 : Laporan Baki Debet (Outstanding) Lampiran 61 : Rekapitulasi Laporan Pertanggungjawaban Kredit (Rekapitulasi LPJ) Lampiran 62a : Pedoman Pemberian Kredit UMKM Pelaporan dalam LBU Lampiran 62b : Pedoman Pemberian Pembiayaan UMKM Pelaporan dalam LBUS Lampiran 63 : Laporan Realisasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM Secara Tidak Langsung dengan Pola Executing Lampiran 64 : Share Biaya yang Ditanggung Penerima Bantuan Teknis Lampiran 65 : Rencana Penyelenggaraan Pelatihan UMKM Oleh Bank Umum Lampiran 66 : Realisasi Penyelenggaraan Pelatihan UMKM Oleh Bank Umum Lampiran 67 : Formulir Permohonan Penyediaan Plafon Kredit Likuiditas KPRS dan KPRSS Lampiran 68 : Rekapitulasi Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS
Hal. 190 Hal. 191 Hal. 192 Hal. 193 Hal. 194 Hal. 195 Hal. 196 Hal. 197 Hal. 198 Hal. 199 Hal. 200 Hal. 201 Hal. 202 Hal. 203 Hal. 204 Hal. 205 Hal. 206 Hal. 207 Hal. 208 – 219 Hal. 220 – 232 Hal. 234 Hal. 235 Hal. 236 – 237 Hal. 238 – 239 Hal. 240 Hal. 241 – 248
Lampiran 68a
Hal. 242
Lampiran 68b Lampiran 68c Lampiran 68d Lampiran 68e Lampiran 68f Lampiran 68g
Hal. 243 Hal. 244 Hal. 245 Hal. 246 Hal. 247 Hal. 248
Lampiran 69 : Laporan Pemberian KPRS/KPRSS Lampiran 70 : Pendanaan Program KP-RS/RSS Pelita VI Lampiran 71 : Daftar Debitur Penerima KL KPRS/RSS yang Lunas Sebelum Jatuh Tempo
Hal. 249 Hal. 259 Hal. 251
vii
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan
1/5/PBI/1999 Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan
Keterangan: PBI Masih Berlaku
viii
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dalam Rangka Kredit Program
14/19/PBI/2012 Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program
SE 6/28/BKr 2004 Perubahan atas SE 5/30/Dkr
Butir VI. 3
Pasal 2 (2, 3, 4, 5) Pasal 5 (1) huruf l. 2.g, Pasal 5 (3,4) dihapus, Penjelasan Pasal 6 (4), Pasal 8 (2a), Pasal 10A, Pasal 11 (1, 4, 6, 7, 8)
SE 5/30/BKr 2003
5/20/PBI/2003 Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program
SE 2/5/DKr 2000 SE 2/4/DKr 2000 Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan KLBI Dalam Rangka Kredit/ Pembiayaan Modal Kerja melalui BPR/BPRS dan Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui BPR/BPRS
2/3/PBI/2000 Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/ KMK.017/1999 tentang Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program
Keterangan: Diubah Dicabut Terkait PBI Masih Berlaku PBI/KEP DIR BI Tidak Berlaku SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait
ix
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum SE 11/27/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/20/UK Perihal Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum
Romawi V huruf B, Lampiran 3
6/26/PBI 2004 Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program
SE 31/20/UK 1999
31/185/KEP/DIR/1999 Kredit Kepada Pengusaha Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum
Pasal 8 ayat (1) dan Pasal 14 ayat (1)
Keterangan: Diubah Dicabut Terkait
31/156/KEP/DIR/1998 Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program
PBI/KEP DIR Masih Berlaku SE Masih Berlaku
x
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit Usaha Tani
SE 11/26/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/17/UK (1999) Perihal Kredit Usaha Tani Romawi III.B
SE 31/17/UK 1999 Kredit Usaha Tani
31/164/KEP/DIR/1998 Kredit Usaha Tani
SE 31/7/UK 1998 Kredit Usaha Tani
31/58/KEP/DIR/1998 Perubahan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/ 24.A (1998) tentang Kredit Usaha Tani
31/156/KEP/DIR/1998 Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program
Pasal 1, 4, 6 (1)a, Bab IV A, 8A, 8B, 8C, 9a, 13 (3), 14, 20 (1,2,4), 27 (1), 28e, Bab XII A, 29A
Keterangan: 31/24.A/KEP/DIR 1998 Kredit Usaha Tani
Diubah Dicabut
28/4/KEP/DIR(1995) Kredit Usaha Tani Pola Khusus
Terkait PBI/ KEP DIR Masih Berlaku PBI/ KEP DIRTidak Berlaku
27/9/KEP/DIR(1994) Kredit Usaha Tani
SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku
xi
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi
Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapenas No: S-688/MK.017/1998 S-7018/MK/12/1998 tanggal 31 Desember 1998.
6/12/PBI/2004 Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi
Angka IV. 1
6/26/PBI 2004 Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program
Pasal 5
SE 22/6/UKU 1990 Kredit Investasi
Keterangan: SE 19/3/UKU 1986 Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan Program Transmigrasi atau disingkat Proyek PIR-TRANS 19/14/KEP/DIR/1986 Ketentuan Kredit mutasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi.
Diubah Dicabut Terkait PBI/ KEP DIRMasih Berlaku PBI/ KEP DIRTidak Berlaku Regulasi Terkait SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku
xii
Aset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit dan Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR dan BPRS
6/26/PBI 2004 Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program Psl 6 ayat (1) dan Psl 9
Psl 6 ayat (1), (3) dan (4) SE 31/3/UK 1998 Penyampaian 31/39/KEP/DIR/1998 31/39/KEP/DIR 1998 Kredit Modal Kerja Bank Indonesia dalam rangka Pengembangan BPR
SE 31/8/UK 1998 Penyampaian 31/64/KEP/DIR 1998 31/64/KEP/DIR 1998 Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPRS
Keterangan: Diubah Dicabut PBI/ KEP DIR Masih Berlaku
SE Masih Berlaku
xiii
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya 8/30/PBI/2006
6/26/PBI/2004 Suku Bunga dan Nisbah Atas Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program
Psl 10 ayat (1), 16 ayat 1 Psl 12 ayat (1), (2), (3), (4), psl 20 ayat (1)
SE 31/4/UK 1998
31/45/KEP/DIR/1998 Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya
30/97/KEP/DIR/1997 Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya
Psl 11 ayat (1), psl 16 ayat (1)
SE 31/22/UK 1999
SE 3/2/BKr 2001 Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero)
Pencabutan atas Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/46/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 Tentang Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam Rangka Pembiayaan Tebu Rakyat Sebagaimana Telah Diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesi No.31/307/KEP/ DIR tanggal 31 Maret 1999 Beserta Peraturan Pelaksanaannya
Psl 12 ayat (1), psl 25 ayat (1)
SE 31/11/UK 1998 Penyampaian Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/91/ KEP/DIR
31/91/KEP/DIR 1998 Perubahan 29/67/ KEP/DIR 1996
Psl 12, 19, 20, 30 (3)
Psl 10 ayat (1), psl 16 ayat (1)
31/307/KEP/DIR 1999 Perubahan 31/46/KEP/ DIR 1998
SE 31/12/UK 1998 Penyampaian Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/92/ KEP/DIR
31/92/KEP/DIR 1998 Perubahan 29/69/ KEP/DIR 1996
SE 31/6/UK 1998
31/165A/KEP/DIR 1998 Kredit kpd Koperasi Primer utK Anggotanya dlm rangka Pembiayaan Usaha Nelayan
31/165B/KEP/DIR 1998 Kredit kpd Koperasi Primer utK Anggotanya dlm rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas
31/46/KEP/DIR 1998 Kredit kpd Koperasi Primer Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Tebu Rakyat.
Psl 7, 10(1), 11(1)
31/42/DIR/UK 1998 Penyaluran KKPA Untuk Pembiayaan Ayam Ras 1998
Psl 13, 24, 25
Keterangan: SE 29/2/UK 1996 SE 29/1/UK 1996
29/66/KEP/DIR 1996 Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya
29/67/KEP/DIR 1996 Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dgn pola Kredit kpd Koperasi Primer utk Anggotanya
SE 29/4/UK 1996
29/69/KEP/DIR 1996 Kredit kpd Koperasi Primer utk Anggotanya dgn Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia
Diubah Dicabut PBI/ KEP DIR Masih Berlaku PBI/ KEP DIR Tidak Berlaku SE Masih Berlaku SE Tidak Berlaku
27/11/KEP/DIR 1994 Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya
29/12/KEP/DIR 1996 Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dgn pola Kredit kpd Koperasi Primer utk Anggotanya
28/50/KEP/DIR 1995 Pemberian Kredit kpd Koperasi Primer utk Anggotanya dgn Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia
xiv
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah SE 15/35/DPAU 2013
14/22/PBI/2012 Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan UMKM 13/11/PBI/2011 Pencabutan 3/2/PBI/2001 dan SE 3/9/ BKr 2001
7/39/PBI/2005 Pemberian Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan UMKM
5/18/PBI/2003 Pemberian Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro dan Kecil
- 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank - 12/2/PBI/2010 tentang Laporan Bulanan Bank Umum - 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur - 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah - 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum -8/13/PBI/2006 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum - 8/15/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam - 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum - 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank
Romawi VII
SE 3/9/Bkr 2001 Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Kecil
Pasal 4
3/2/PBI/2001 Pemberian Kredit Usaha Kecil SE 30/1/UK 1997 Pemberian Kredit Usaha Kecil
30/55/KEP/DIR/1997 Pemberian Kredit Usaha Kecil untuk Mendukung Program Kemitraan Terpadu dan Pengembangan Koperasi
30/4/KEP/DIR/1997 Pemberian Kredit Usaha Kecil 26/24/KEP/DIR/1993 Kredit Usaha Kecil Pasal 5 Ayat 2 dan 3
22/81/KEP/DIR/1990 Penyempurnaan Sistem Perkreditan 22/9/KEP/DIR/1989 Kredit Ekspor 21/13KEP/DIR/1988 Pemberian Kredit Investasi sampai dengan Rp. 75 Juta dan Kredit Modal Kerja sampai dengan Rp. 75 Juta oleh Bank-bank Umum dan Bank Pembangunan di Indonesia. 17/12/KEP/DIR/1984 Pemberian Kredit Modal Kerja Kepada Pengusaha/ Perusahaan Golongan Ekonomi Lemah sampai dengan Rp. 75,- Juta.
21/43/KEP/DIR/1988 Kredit Ekspor
19/14/KEP/DIR/1986 Ketentuan Kredit mutasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi
20/3/KEP/DIR/1987 Perubahan atas 16/9/KEP/DIR/ 1983 17/11/KEP/DIR/1984 Pemberian Kredit Modal Kerja dalam Rangka Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 1984 16/9/KEP/DIR/1983 Perkreditan Bank-Bank Pemerintah
15/12/KEP/DIR/UKK/1982 Kredit Mahasiswa Indonesia 12/71/KEP/DIR/UPK/1979 Pemberian Kredit Likuiditas Bank Indonesia kepada Bank-Bank Pembangunan Daerah dan BankBank Umum Swasta Nasional.
Keterangan : Terkait
10/107/KEP/DIR/UPK/1977 Suku Bunga Kredit Investasi Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen untuk Golongan Pengusaha Kecil 7/6/KEP/DIR/1974 Suku Bunga Kredit Investasi dan Kredit Modal Kerja Permanen Bank-Bank Pemerintah
Dicabut PBI/ KEP DIR Masih Berlaku PBI/KEP DIR Tidak Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait
xv
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Rekam Jejak Regulasi Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
SE 9/18/BKr 2007 Perubahan Atas SE 31/13/UK 1998
Angka 1, 1A, 2A, 4, dan 6
- Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi - Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/ PMK.06/2005 tentang Pengelolaan Dana Investasi
SE 31/13/UK 1998
31/93/KEP/DIR/1998 Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
SE 29/6/UK 1996
29/149/KEP/DIR/1996 Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana
Keterangan : SE 30/6/UK 1997
30/141/KEP/DIR/1997 Perubahan Atas 29/149/KEP/DIR/1996
Pasal 14, 15, dan 25
Diubah Dicabut Terkait PBI/KEP DIR Masih Berlaku PBI/KEP DIR Tidak Berlaku SE Tidak Berlaku Regulasi Terkait
xvi
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Dasar Hukum : - Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 - Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1992 tentang Bank Umum sebagaimana telah diubah beberapa kali dan terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1998 - Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat Tahun 1992 Nomor 118 - Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1992 tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil - Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1994 tanggal 18 April 1994 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan - Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 1995 tanggal 18 April 1994 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia - Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 22/81/KEP/DIR 1990 tentang Penyempurnaan Sistem Perkreditan - Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Menjadi Undang-Undang - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral - Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman - Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat selaku Ketua Badan Kebijaksaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Pemukiman Nasional Nomor 04/KPTS/BKP4N/1995 tentang Ketentuan Lebih Lanjut Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 648-384 Tahun 1992, Nomor 739/KPTS/1992, dan nomor09/KPTS/1992 tentang Pedoman Pembangunan dan Pemukiman dengan Lingkungan Hunian yang Berimbang - Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/KPTS/1993 tentang tentang Perubahan Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/KPTS/1993 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun (KP-KSB), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), Kredit Pemulikan Rumah Sederhana (KP-RS), dan Kredit Pemilikan Rumah Susun Sederhana (RS-Rusun) - Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 02/KPTS/1990 tentang Perubahan Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 8/KPTS/1992 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Kredit Pemilikan Kapling Siap Bangun (KP-KSB), Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KP-RSS), dan Kredit Pemilikan Rumah Susun Sederhana (RS-Rusun) Regulasi Terkait : - Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tentang Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program - Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapenas - No: S-688/MK.017/1998 tanggal 31 Desember 1998 S-7018/MK/12/1998 - Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 05/PERMEN/M/2007 tentang Pengadaan Perumahan dan Pemukiman dengan Dukungan Fasilitas Subsidi Perumahan Melalui KPRS/KPRS Mikro Bersubsidi - Peraturan Menteri Keuangan Nomor 82/PMK.06/2005 tentang Tambahan Atas Keputusan Menteri Keuangan 346/KMK.017/2000 tentang Pengelolaan Dana Investasi - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/21/PBI/2010 tentang Rencana Bisnis Bank - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/2/PBI/2010 Perubahan Kedua Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/40/PBI/2008 tentang Laporan Bulanan Bank Umum
xvii
Asset -
-
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/14/PBI/2007 tentang Sistem Informasi Debitur Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/15/PBI/2006 tentang Perlakuan Khusus Terhadap Kredit Bank bagi Daerah-Daerah Tertentu di Indonesia yang Terkena Bencana Alam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/13/PBI/2006 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/5/DSM 2012 Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/2/DSM 2009 Perihal Laporan Bulanan Bank Umum Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13 /30 /DPNP 2011 Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 perihal Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan dan Bulanan Bank Umum serta Laporan Tertentu yang Disampaikan kepada Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/27/DPNP 2010 tentang Rencana Bisnis Bank Umum Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/3/DPNP 2009 tentang Perhitungan Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk Risiko Operasional dengan Menggunakan Pendekatan Indikator Dasar (PID) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/47/DPNP 2008 tentang Sistem Informasi Debitur Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/25/DPNP 2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah Surat Edaran Bank Indonesia 7/14/DPNP 2005 tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program
Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 tentang Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/19/PBI/2012 Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program - Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/26/PBI/2004 tentang Suku Bunga Nisbah Atas Pembiayaan Dengan Prinsip Bagi Hasil Kredit Program - Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/12/PBI/2004 tentang Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/20/PBI/2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program - Peraturan Bank Indonesia Nomor 1/5/PBI/1999 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 15/35/DPAU 2013 perihal Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/27/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/20/UK 1999 perihal Kredit Kepada Penguasa Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/26/DKBU 2009 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/17/UK 1999 perihal Kredit Usaha Tani - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/18/BKr 2007 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/13/UK 1998 perihal Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/28/BKr 2004 Perubahan Atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/30/BKr 2003 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program
xviii
Asset -
-
-
-
-
-
-
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/30/BKr 2003 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/2/BKr 2001 perihal Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) yang Dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 2/4/DKr 2000 perihal Pelaksanaan Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit/Pembiayaan Modal Kerja melalui Bank Perkreditan Rakyat/Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah dan Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat/Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/20/UK 1999 perihal Kredit Kepada Penguasa Kecil Dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 31/13/UK 1998 perihal Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 29/4/UK 1996 perihal Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 29/2/UK 1996 perihal Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/185/KEP/DIR/1999 tentang Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/165A/KEP/DIR/1998 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuK Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Nelayan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/165B/KEP/DIR/1998 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/164/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Usaha Tani Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/92/KEP/DIR/1998 Perubahan Atas Surat Keputusan DIreksi Bank Indonesia Nomor 29/69/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/91/KEP/DIR/1998 Perubahan Atas Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/67/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/64/KEP/DIR/1998 tentang Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia dalam Rangka pengembangan BPRS Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/39/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Modal kerja Bank Indonesia dalam Rangka Pengembangan BPR Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/45/KEP/DIR/1998 tentang Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/69/KEP/DIR/1996 tentang Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anngotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigran dlm Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 29/67/KEP/DIR/1996 tentang Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya
xix
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan
Perbankan Aset Kredit Likuiditas BI Dalam Rangka Kredit Program Pada Masa Peralihan Ketentuan Umum 1
Pasal 1 1/5/PBI/1999
1. Kredit Likuiditas Bank Indonesia, yang selanjutnya disebut KLBI, adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat dalam rangka menunjang program Pemerintah. 2. Plafon KLBI adalah penyediaan dana KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. 3. Two Step Loan adalah pinjaman yang diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dari Lembaga Keuangan Internasional yang diteruskan kepada Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat melalui Bank Indonesia, dalam rangka menunjang program Pemerintah, termasuk bantuan teknis yang terkait dengan pinjaman tersebut. 4. Bantuan Teknis adalah bantuan penelitian, pelatihan, dan konsultasi yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang program pemerintah dan tidak termasuk bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan. 5. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk menerima pengalihan KLBI.
2
Pasal 2 1/5/PBI/1999 Ayat (1) dan (3)
(1) Dengan berlakunya Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak dapat lagi memberikan KLBI . (2) Pengalihan Two Step Loan dan bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara Pemerintah dengan pihak pemberi pinjaman. Batas waktu pengalihan Two Step Loan dan bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan kepada BUMN ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan pihak pemberi pinjaman. Dengan demikian selama belum tercapai kesepakatan, maka Bank Indonesia tetap melaksanakan Two Step Loan dan bantuan teknis dimaksud.
3
Pasal 3 1/5/PBI/1999 Ayat (2)
Bank Indonesia melanjutkan pelaksanaan Two Step Loan dan bantuan teknis selama kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) (Paragraf 2 ayat (2) dalam kodifikasi ini) belum tercapai.
Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program Ketentuan Umum 4
Pasal 1 5/20/PBI/2003
1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999. 2. Bank Pelaksana adalah bank penerima fasilitas Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dalam rangka Kredit Program. 3. Kredit Program adalah kredit atau pembiayaan yang disalurkan bank pelaksana dalam rangka mendukung program Pemerintah.
1
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi 4. 5.
6.
7. SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 8 – 13
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Ketentuan KLBI adalah kredit atau pembiayaan yang disediakan oleh Bank Indonesia dalam rangka membiayai Kredit Program. Hak Tagih KLBI adalah tagihan Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana yang timbul sehubungan dengan pemberian fasilitas KLBI dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana, dan tagihan eks KLBI yang masih dikelola oleh BUMN. Pengelolaan KLBI, adalah pengelolaan baki debet tagihan KLBI dan kelonggaran tarik KLBI, termasuk penyaluran kembali (relending) dana angsuran KLBI yang dikelola oleh BUMN. Surat Persetujuan Kredit (SPK) adalah surat persetujuan kredit dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana. Baki debet adalah jumlah KLBI pada posisi tertentu yang telah ditarik bank pelaksana dan masih tercatat dalam rekening pinjaman bank pelaksana di Bank Indonesia. Komitmen plafon adalah jumlah maksimum penyediaan KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada bank pelaksana berdasarkan SPK Individual. Kelonggaran tarik adalah selisih antara komitmen plafon dengan jumlah KLBI yang telah ditarik oleh bank pelaksana. Penyediaan kelonggaran tarik tersebut mengikuti ketentuan masing-masing skim kredit. Jatuh tempo angsuran KLBI adalah jatuh tempo angsuran KLBI dari bank pelaksana sesuai dengan jadwal yang telah disepakati oleh Bank Indonesia dan bank pelaksana sebagaimana tercantum SPK. Jatuh tempo KLBI adalah tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran terakhir atau pelunasan KLBI sebagaimana disepakati dalam SPK. Dalam hal terdapat SPK Individual maka yang menjadi acuan untuk penetapan tanggal jatuh tempo KLBI adalah SPK Individual antara Bank Indonesia dengan bank pelaksana. Kantor BUMN adalah : a. Kantor wilayah PT. BRI sebagaimana ditetapkan oleh PT. BRI (Lampiran 1) (Lampiran 1 dalam kodifikasi ini) ; b. Kantor cabang PT. BTN sebagaimana ditetapkan oleh PT. BTN (Lampiran 2) (Lampiran 2 dalam kodifikasi ini); dan c. Kantor Pusat PT. PNM
Pengelolaan KLBI 5
Pasal 2 14/19/PBI/2012
(1) Pengelolaan KLBI dalam rangka Kredit Program dialihkan kepada BUMN yang ditunjuk oleh Pemerintah. (2) BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang ditunjuk sebagai penerima pengalihan pengelolaan KLBI, terdiri dari : 1. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); 2. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero). Penunjukan BUMN yang menerima pengalihan pengelolaan KLBI ditetapkan Pemerintah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program. Dalam perkembangannya, dari beberapa BUMN yang ditunjuk terdapat BUMN yang tidak melaksanakan pengelolaan KLBI.
2
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (3) KLBI yang dialihkan pengelolaannya kepada BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing terdiri dari : KLBI dengan skim Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit kepada Koperasi (KKop) dan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya-Tebu Rakyat (KKPATR) tetap dikelola oleh Bank Indonesia. a. PT. Bank Tabungan Negara (Persero); Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS) dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS). 1. Kredit Pemilikan Rumah Sederhana (KPRS); dan 2. Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (KPRSS). b. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero); 1. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA); 2. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya-Bagi Hasil (KKPA-Bagi Hasil); 3. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka pembiyaaan Usaha Nelayan (KKPA- Nelayan); 4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan (KKPA- Unggas); 5. Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia dengan pola Kredit Kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya – (KKPA- TKI); 6. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi dalam rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia (KKPA Pir- Trans); 7. Kredit/Pembiayaan Modal Kerja dalam rangka pengembangan Bank Perkreditan Rakyat/Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (KMKBPR/PMK-BPRS); 8. Kredit kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Umum (KPKM-Bank Umum); 9. Kredit/Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (KPKM-BPR/PPKM-BPRS); 10. Kredit Usaha Angkutan Umum Bus Perkotaan (KUAUBP); 11. Kredit Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN); 12. Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans). Yang dimaksud dengan “Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang Dikaitkan dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans)” meliputi Kredit Investasi PIR Trans Pra Konversi dan Kredit Investasi Kecil Pasca Konversi. (4) Pelaksanaan pengalihan pengelolaan KLBI kepada BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masing-masing dilakukan dengan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia. (5) Dalam hal terdapat perkembangan kondisi dan situasi yang mengakibatkan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
3
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
SE 2/4/DKr 2000 Romawi V
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) perlu diubah, Perjanjian Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dapat diubah sesuai kesepakatan antara Bank Indonesia dengan BUMN. 1) Pengalihan pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) untuk skim Kredit / Pembiayaan Modal Kerja melalui Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (KMK-BPR / PMK-BPRS) dan Kredit / Pembiayaan kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui Bank Perkreditan Rakyat / Bank Perkreditan Rakyat Syari'ah (KPKM-BPR / PPKM-BPRS) kepada PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) (PT. PNM), telah dilakukan berdasarkan Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI yang ditandatangani pada tanggal 15 November 1999, dan berlaku efektif tanggal 16 November 1999. 2) KLBI yang dialihkan pengelolaannya meliputi baki debet dan kelonggaran tarik posisi tanggal 16 November 1999 berdasarkan hasil rekonsiliasi antara Bank Indonesia dan BPR / BPRS. 3) Hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada PT. PNM, sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo, tetap dimiliki oleh Bank Indonesia. 4) Bunga KLBI yang dialihkan pengelolaannya tetap merupakan hak Bank Indonesia dan akan tetap dihitung dan dibebankan kepada BPR / BPRS sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5) BPR / BPRS wajib mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo, sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI. 6) PT. PNM dapat menyalurkan kembali KMK-BPR / PMK-BPRS dan KPKMBPR / PPKM-BPRS yang dananya berasal dari angsuran pokok KLBI (relending), sepanjang sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. 7) Dalam hal diperlukan penyesuaian ketentuan Bank Indonesia dimaksud, maka PT. PNM harus mengajukan permohonan kepada Bank Indonesia. 8) Perubahan / penyesuaian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir 7 di atas, tidak menunda pelaksanaan pembayaran kembali KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo. 9) Dalam ketentuan ini yang dimaksud dengan : a. Baki debet adalah jumlah KLBI pada posisi tertentu yang telah ditarik BPR / BPRS dan masih tercatat dalam rekening pinjaman BPR / BPRS di Bank Indonesia. b. Kelonggaran tarik adalah selisih antara komitmen plafon dengan jumlah KLBI yang telah ditarik oleh BPR / BPRS, tidak termasuk jumlah KLBI yang tidak dapat ditarik oleh BPR / BPRS yang bersangkutan dikarenakan telah melampaui batas waktu penarikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini yang dimaksud komitmen plafon adalah jumlah maksimum penyediaan KLBI yang telah disetujui oleh Bank Indonesia kepada bank pelaksana berdasarkan Surat Perjanjian Kredit (SPK) Individual. c. Jatuh tempo KLBI adalah jatuh tempo pembayaran angsuran terakhir / pelunasan KLBI sebagaimana ditetapkan dalam SPK antara Bank Indonesia dengan BPR / BPRS. Wewenang dan Tanggung Jawab PT. PNM dalam Pengelolaan KLBI : 1. Wewenang dan tanggung jawab PT. PNM dalam pengelolaan KLBI
4
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan adalah sebagai berikut : a. Melakukan koordinasi dengan BPR / BPRS, sehingga penyaluran kredit dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien. b. Membantu melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas penyaluran kredit di masing-masing BPR / BPRS, sehingga penyaluran kredit dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan. c. Mengadministrasikan penyaluran kredit yang dilaksanakan oleh masing-masing BPR / BPRS. d. Melakukan langkah-langkah pengamanan di lapangan yang sifatnya memerlukan penanganan segera, dan melakukan konsultasi sesegera mungkin mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia. e. Mengupayakan agar BPR / BPRS dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia pada jangka waktu yang telah ditetapkan. f. Menyusun dan menyampaikan laporan atas perkembangan penyaluran dan pengembalian kredit secara periodik kepada Bank Indonesia. g. Mengupayakan sumber pendanaan untuk pelaksanaan penyaluran skim kredit program yang pengelolaannya dialihkan kepada PT. PNM. 2. Untuk keperluan administrasi pengelolaan KLBI, atas mutasi pencairan kelonggaran tarik KLBI dan penarikan KLBI yang telah jatuh tempo maupun pelunasan KLBI sebelum jatuh tempo, PT. PNM memperoleh tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut dengan mekanisme sebagai berikut : a. Untuk mutasi yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI), maka KPBI memberitahukan kepada PT. PNM untuk mengambil tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia. b. Untuk mutasi yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI), maka KBI mengirimkan tembusan / fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada PT. PNM. Tata Cara Pencairan Kelonggaran Tarik KLBI : 1. Bagi BPR / BPRS yang masih memiliki kelonggaran tarik, agar mengajukan permohonan pencairan KLBI kepada PT. PNM sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. 2. Untuk mempermudah pemrosesan permohonan pencairan kelonggaran tarik oleh PT. PNM, BPR / BPRS harus mencantumkan kantor Bank Indonesia yang selama ini memberikan KMK-BPR / PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKM-BPRS. 3. PT. PNM memproses permohonan pencairan dimaksud. Dalam hal permohonan tersebut dapat disetujui, PT. PNM menyampaikan permohonan dimaksud kepada Bank Indonesia yang selama ini menyediakan plafon KMK-BPR / PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKMBPRS tersebut. 4. Bank Indonesia akan melakukan pencairan permohonan dimaksud sepanjang sesuai dengan jadwal pencairan dan kelonggaran tarik yang tersedia untuk masing-masing BPR / BPRS. 5. Pencairan kelonggaran tarik tersebut dilakukan dengan cara Bank
5
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan Indonesia melimpahkan KLBI tersebut ke rekening BPR/BPRS di bank umum yang ditunjuk oleh BPR/BPRS, melalui kliring. Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI : 1. Bank Indonesia melakukan pembebanan pembayaran bunga KMK-BPR / PMK-BPRS atau KPKM-BPR / PPKM-BPRS sebesar bunga yang harus dibayarkan oleh BPR / BPRS sesuai dengan ketentuan skim kredit yang berlaku. 2. Penghitungan bunga dilakukan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia untuk masing-masing skim kredit. Tata Cara Pelunasan KLBI : 1. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia menarik kembali seluruh KLBI yang telah dilimpahkan berikut bunga KLBI yang masih terutang dengan cara melakukan pendebetan rekening giro atau tabungan BPR / BPRS yang bersangkutan pada bank umum yang ditunjuk. Untuk itu, BPR / BPRS yang bersangkutan diwajibkan untuk menyediakan dana sejumlah KLBI dan bunga KLBI yang terutang. 2. Dalam hal BPR / BPRS tidak dapat menyediakan dana, maka atas KLBI yang belum dapat dilunasi, Bank Indonesia tetap mengenakan bunga. 3. Dalam hal BPR/BPRS melunasi KLBI sebelum jatuh tempo, maka BPR/BPRS harus memberitahukan Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia mendebet rekening giro/tabungan BPR / BPRS yang bersangkutan pada bank umum yang ditunjuk sebesar jumlah KLBI yang telah dilimpahkan berikut bunga KLBI yang masih terutang. Pelaporan : Untuk keperluan monitoring atas pelaksanaan pemberian KLBI, BPR / BPRS tetap wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masing-masing skim dengan tembusan kepada PT. PNM.
6
Pasal 3 5/20/PBI/2003
(1) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas KLBI yang telah dialihkan kepada BUMN sampai dengan KLBI dimaksud jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. Dengan tidak beralihnya hak tagih kepada BUMN, dalam hal KLBI tidak dapat dilunasi pada saat jatuh tempo maka Bank Indonesia tetap mempunyai wewenang untuk melakukan penagihan. (2) Bank Indonesia tetap memiliki hak tagih atas angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), termasuk dalam hal bank pelaksana melunasi sebelum tanggal jatuh tempo KLBI sebagaimana tercantum dalam SPK. Dalam hal debitur atau Bank Pelaksana melunasi KLBI sebelum jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam SPK, Bank Indonesia tidak menarik angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN. Angsuran KLBI yang telah dikelola oleh BUMN tersebut tetap merupakan hak Bank Indonesia.
6
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
7
Sumber Regulasi
Ketentuan (3) Bank Indonesia tetap menerima bunga tagihan KLBI yang dibayarkan oleh Bank Pelaksana atas tagihan KLBI yang masih berjalan dan telah dialihkan pengelolaannya.
Pasal 4 5/20/PBI/2003
Ketentuan pemberian KLBI dalam rangka Kredit Program yang masih berjalan untuk masing-masing skim tetap berlaku.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 5 Penjelasan Pasal 4 5/20/PBI/2003
Sampai dengan KLBI jatuh tempo dan dilunasi atau dilunasi sebelum KLBI jatuh tempo. Yang dimaksud dengan KLBI yang masih berjalan adalah KLBI yang sudah disetujui oleh Bank Indonesia sebelum pengalihan pengelolaan kepada BUMN yang terdiri dari : - KLBI yang sudah ditarik seluruhnya; - KLBI yang belum ditarik seluruhnya.
Wewenang dan Tanggung Jawab 8
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (1) a SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.a
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (1) b
(1) Wewenang dan tanggung jawab BUMN ditetapkan sebagai berikut : a. Menerima permohonan pencairan kelonggaran tarik dari Bank Pelaksana. Permohonan dapat berupa permohonan pelimpahan kelonggaran tarik, perubahan jadwal penarikan dan jadwal pembayaran angsuran, pengalihan debitur, dan hal-hal lain yang dapat mengubah SPK dan atau Akte F yang telah disetujui oleh Bank Indonesia. b. Menganalisis persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana dan bertanggung jawab atas hasil analisis dimaksud; BUMN bertanggung jawab atas hasil analisis teknis dan finansial yang dilakukan terhadap permohonan pencairan kelonggaran tarik.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.a
Sesuai SPK dan skim ketentuan masing-masing skim kredit.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.c
Melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial terhadap permohonan penyediaan KL Kredit Investasi Pengembangan perkebunan dengan pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program transmigrasi pasca konversi (PIR Trans Pasca Konversi) yang dianjurkan oleh bank pelaksana.
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat 1.c – d SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No 1.d
c. Membuat rekomendasi untuk Bank Indonesia atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; d. Menerbitkan SPK dan Akte F untuk dan atas nama Bank Indonesia Kepada bank pelaksana yang memiliki kelonggaran tarik untuk proyek KKPA bertahap (multi years) dan PIR Trans Pasca Konversi yang belum dicakup dengan SPK, Akte F dan Surat Aksep, atau dalam hal terjadi
7
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat 1.e – k
Ketentuan pengalihan debitur (novasi), serta menerbitkan perubahan SPK dan Akte F dan atau jadwal penarikan atau angsuran KLBI. e. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik kepada Bank Pelaksana; f. Mengadministrasikan kelonggaran tarik dan baki debet KLBI yang dikelolanya; g. Melaksanakan pengawasan dan pemantauan atas penyaluran KLBI di masing-masing Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran yang telah ditentukan; h. Melakukan koordinasi dengan Bank Pelaksana, sehingga penyaluran KLBI dimaksud mencapai sasaran akhir secara efektif dan efisien; i. Mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing Bank Pelaksana untuk disalurkan kembali melalui Bank Pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI; j. Mengupayakan agar Bank Pelaksana dapat memenuhi kewajibannya kepada Bank Indonesia sesuai jangka waktu yang telah ditetapkan, termasuk penagihan terhadap KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo; Termasuk dalam pengertian bank pelaksana adalah Bank Beku Operasi (BBO) dan Bank Beku Kegiatan Usaha (BBKU) atau yang dapat dipersamakan dengan itu.
Pasal 5 14/19/PBI/2012 ayat (1) l SE 5/30/BKr 2003 Romawi II.3 Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (1) m – n
k. Mengembalikan dana angsuran KLBI yang dikelola pada saat jatuh tempo KLBI; l. Menyampaikan laporan perkembangan penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali dan pelunasan KLBI; BUMN wajib menyampaikan laporan perkembangan penyaluran dan pengembalian KLBI secara bulanan kepada Bank Indonesia.
m. Melakukan pengamanan kredit dan melakukan konsultasi mengenai hal tersebut kepada Bank Indonesia; dan Yang dimaksud dengan pengamanan kredit adalah pengamanan yang dilakukan antara lain apabila terdapat indikasi terjadi kemacetan kredit atau penyaluran KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan. n. Mengadministrasikan dana KLBI yang telah dialihkan dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana dan penyaluran KLBI yang dilaksanakan oleh masing-masing Bank Pelaksana.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi II.2
Dalam rangka pengelolaan hasil angsuran pokok KLBI, BUMN bertanggung jawab terhadap hal-hal sebagai berikut : a. Mengelola hasil angsuran pokok KLBI yang diterima dari masing-masing bank pelaksana untuk disalurkan kembali (relending) melalui bank pelaksana sampai dengan jatuh tempo KLBI. b. Menyalurkan kembali (relending) KLBI sebagaimana dimaksud dalam
8
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (2) a – f
Pasal 5 14/19/PBI/2012 Ayat (2) g
Ketentuan huruf a sesuai dengan skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN dan sesuai dengan ketentuan KLBI masing-masing skim kredit, kecuali ketentuan yang mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan. c. Mengajukan permohonan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam hal BUMN Koordinator bermaksud melakukan penyesuaian terhadap ketentuan KLBI diluar hal-hal yang disebutkan dalam huruf a dan huruf b. Keputusan atas permohonan dimaksud disampaikan oleh Bank Indonesia secara tertulis kepada BUMN. d. Menyediakan dana pada rekening giro di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang telah diterima dan jatuh tempo, pada saat jatuh tempo KLBI. (2) Wewenang dan tanggung jawab Bank Indonesia ditetapkan sebagai berikut: a. Memberikan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana melalui BUMN, dengan memperhatikan ketersediaan kelonggaran tarik dan kesesuaian dengan SPK proyek yang bersangkutan serta ketentuan yang berlaku; b. Memberitahukan keputusan atas permohonan pencairan kelonggaran tarik yang diajukan oleh Bank Pelaksana; c. Mengadministrasikan KLBI; d. Menghitung dan membebankan bunga KLBI yang menjadi hak Bank Indonesia; e. Mendebet rekening Bank Pelaksana pada saat jatuh tempo angsuran KLBI dan memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN; f. Menarik kembali KLBI yang jatuh tempo, KLBI yang dilunasi dan KLBI yang tidak sesuai dengan ketentuan, baik dari Bank Pelaksana maupun BUMN; g. Melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan pengelolaan KLBI oleh BUMN dan penyaluran KLBI oleh Bank Pelaksana; Pengawasan dan pemeriksaan kepada Bank Pelaksana dilakukan terhadap KLBI yang telah diberikan oleh Bank Indonesia dan masih berjalan. Pengawasan dan pemeriksaan kepada BUMN dilakukan terhadap pengelolaan KLBI termasuk dana relending. Pengawasan dan pemeriksaan dapat dilakukan terhadap BUMN, Bank Pelaksana maupun debitur penerima kredit.
Pasal 5 5/20/PBI/2003 Ayat (2) h – i
SE 5/30/BKr 2003 Romawi II No. 2.4
h. Mengenakan sanksi kepada Bank Pelaksana dan BUMN dalam hal terjadi pelanggaran atas ketentuan Bank Indonesia yang mengatur kredit program dan pelaksanaan pengalihan; dan i. Menyediakan kelonggaran tarik KLBI sesuai SPK dari Bank Indonesia kepada Bank Pelaksana. j. Penyesuaian terhadap wewenang dan tanggung jawab BUMN dalam pengelolaan KLBI sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dan angka 2 dapat dilakukan dalam hal BUMN tidak dapat melaksanakan satu atau lebih wewenang dan tanggungjawab dimaksud. Penyesuaian tersebut
9
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
SE 5/30/BKr 2003 Romawi III No. 1 – 4
Ketentuan dituangkan dalam Perjanjian Pengalihan Pengelolaan KLBI antara Bank Indonesia dengan masing-masing BUMN atau secara tertulis antara Bank Indonesia dan masing-masing BUMN. Tata Cara Pencairan Kelonggaran Tarik KLBI adalah sebagai berikut: (1) Tata cara penyelesaian permohonan pencairan kelonggaran tarik yang telah dicakup dalam SPK, Akte F dan Surat Aksep, ditetapkan sebagai berikut : a. Bank pelaksana yang masih memiliki kelonggaran tarik KLBI, termasuk kelonggaran tarik untuk proyek KKPA bertahap (multi years) dan proyek PIR-Trans Pasca Konversi, dapat mengajukan permohonan pencairan kelonggaran tarik KLBI sesuai dengan jadwal pencairan yang telah disetujui Bank Indonesia. b. Khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years) bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik. c. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial dalam SPK atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan. d. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf c kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut. e. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia. f. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia. (2) Tata cara penyelesaian permohonan pencairan kelonggaran tarik KLBI yang belum dicakup dalam SPK penyediaan untuk Skim PIR Trans Pasca Konversi atau SPK Induk untuk KKPA bertahap, Akte F dan Surat Aksep, ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk skim KKPA bertahap (multi years) : 1) PT. PNM melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial atas permohonan penyediaan KLBI dari bank pelaksana antara lain meliputi: a) Kelengkapan administrasi (SPK Plafon Individual, Jadwal penarikan dan pelunasan); b) Kesesuaian jadwal penarikan; c) Kesesuaian penyediaan KLBI per Tahun Anggaran; d) Ketersediaan kelonggaran tarik; e) Jangka waktu. PT. PNM bertanggung jawab atas hasil analisis dimaksud. 2) PT.PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada angka 1) kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang menerbitkan SPK untuk proyek tersebut. 3) Berdasarkan permohonan dari PT. PNM :
10
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan a) Bank Indonesia memeriksa kesesuaian permohonan sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dengan SPK Individual dan ketentuan Bank Indonesia terkait; b) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan PT PNM sebagaimana dimaksud dalam angka 2), maka: i) PT PNM wajib menerbitkan SPK untuk dan atas nama Bank Indonesia dan menerbitkan Akte F kepada masingmasing bank pelaksana yang masih memiliki kelonggaran tarik tersebut, dan ii) bank pelaksana wajib menerbitkan Surat Aksep untuk Bank Indonesia. b. Untuk skim PIR Trans Pasca Konversi : 1) PT PNM melakukan analisis persyaratan teknis dan finansial atas permohonan penyediaan KLBI dari bank pelaksana antara lain meliputi: a) Kelengkapan administrasi, meliputi SPK Kebun Plasma, luas lahan, dan jumlah petani; b) Kesesuaian jadwal dan jumlah angsuran; c) Ketersediaan kelonggaran tarik; d) Penilaian cash flow petani plasma; f) Jangka waktu; dan g) Penetapan besarnya beban kredit kepada petani plasma yang dihitung berdasarkan biaya satuan (unit cost ). Biaya satuan tersebut ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat sebagaimana diatur dalam Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas
c.
d.
e.
f.
g.
2) Atas hasil analisis tersebut PT.PNM bertindak untuk dan atas nama Bank Indonesia menerbitkan SPK dan Akte F pada masing-masing bank pelaksana atas nama masing-masing proyek yang bersangkutan PT. PNM menyerahkan tembusan SPK dan Akte F yang telah ditandatangani oleh bank pelaksana serta asli Surat Aksep bank pelaksana kepada Bank Indonesia. Bank pelaksana mengajukan permohonan pencairan kelonggaran tarik sesuai dengan jadwal penarikan proyek yang bersangkutan kepada PT. PNM Untuk skim PIR-Trans Pasca Konversi, permohonan bank pelaksana untuk pencairan tersebut didasarkan atas rencana dan/atau realisasi konversi. Khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years), bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf f kepada Kantor Pusat atau Kantor
11
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut. h. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia. i. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia. (3) Untuk permohonan pencairan kelonggaran tarik yang melampaui batas akhir jadwal pencairan yang telah disetujui oleh Bank Indonesia, ditetapkan sebagai berikut : a. Bank pelaksana mengajukan permohonan perubahan jadwal batas akhir pencairan sebelum batas akhir pencairan tersebut. Untuk skim PIR Trans Pasca Konversi, dalam hal permohonan diajukan setelah batas pengajuan permohonan pelimpahan, maka SPK untuk proyek dimaksud tidak berlaku; b. PT. PNM melakukan analisis atas permohonan tersebut dengan memperhatikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ), kebutuhan proyek, kemampuan mengangsur, jatuh tempo KLBI dan atau batas jangka waktu pencairan; c. Dalam hal permohonan dapat disetujui, PT. PNM menerbitkan perubahan SPK jadwal penarikan dan pelunasan sebelum batas akhir pencairan dimaksud; d. Dalam permohonan pencairan kelonggaran tarik, khusus untuk skim KKPA bertahap (multi years) bank pelaksana harus mencantumkan nama Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut; e. PT. PNM melakukan analisis atas persyaratan teknis dan finansial dalam SPK atas permohonan pencairan dimaksud, dan bertanggung jawab atas hasil analisis yang telah dilakukan; f. PT. PNM menyampaikan permohonan beserta hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf e kepada Kantor Pusat atau Kantor Bank Indonesia yang memberikan KLBI untuk proyek tersebut; g. Bank Indonesia dapat menyetujui permohonan pencairan dimaksud sepanjang memenuhi persyaratan administrasi yang meliputi kelengkapan dokumen yang disyaratkan, kesesuaian dengan jadwal penarikan, dan ketersediaan kelonggaran tarik serta program moneter Bank Indonesia; h. Bank Indonesia melakukan pencairan kelonggaran tarik KLBI dengan cara pemindahbukuan ke rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia. (4) Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi pencairan kelonggaran tarik KLBI untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia harus mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia. b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan
12
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
SE 5/30/BKr 2003 Romawi V
Ketentuan mutasi tersebut kepada Kantor BUMN. Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI adalah sebagai berikut: (1) Skim Kredit dengan Pola Channeling a. Bank pelaksana kredit program dengan pola channeling wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan penerimaan bunga dari nasabah, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur masing-masing skim kredit program. b. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank yang bersangkutan di Bank Indonesia sebesar bunga yang menjadi hak Bank Indonesia. c. Dalam hal masih terdapat bunga KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo KLBI dan berdasarkan laporan bank pelaksana terdapat penerimaan bunga dari nasabah, maka Bank Indonesia akan menarik kembali bunga yang menjadi hak Bank Indonesia. (2) Skim Kredit dengan Pola Executing a. Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar bunga yang harus dibayarkan oleh bank pelaksana sesuai dengan ketentuan yang mengatur masing-masing skim kredit program yang berlaku. b. Penghitungan dan pembebanan bunga KLBI menggunakan tanggal valuta yang sama dengan tanggal pembukuan.
Penyaluran Kembali Angsuran KLBI 11
Pasal 6 5/20/PBI/2003
(1) BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) (Paragraf 5 ayat (2) dalam kodifikasi ini) diberi hak untuk mengelola angsuran pokok yang diterima dari Bank Pelaksana, sampai KLBI dimaksud jatuh tempo. Yang dimaksud dengan jatuh tempo KLBI adalah jatuh tempo KLBI untuk masing-masing skim/proyek yang bersangkutan sesuai dengan SPK yang ditandatangani oleh Bank Indonesia dengan Bank Pelaksana. (2) BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali angsuran pokok KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia 1 (satu) bulan sebelum dimulai tahun anggaran berikutnya, untuk mendapat persetujuan Bank Indonesia. (3) BUMN wajib menyalurkan kembali angsuran pokok KLBI yang dikelola oleh BUMN sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan kepada Bank Indonesia. (4) BUMN dilarang menyalurkan kembali angsuran KLBI yang dikelolanya selain untuk kredit atau pembiayaan. Penyaluran kembali KLBI oleh BUMN harus untuk tujuan kredit atau pembiayaan sesuai dengan ketentuan masing-masing skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN. (5) Bank Indonesia tidak mengenakan bunga terhadap angsuran pokok yang dikelola oleh BUMN. Pengenaan bunga tidak dilakukan karena dengan pengenaan bunga berarti terjadi pemberian kredit baru, sedangkan sesuai dengan ketentuan Undang-
13
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
12
Sumber Regulasi
Pasal 7 5/20/PBI/2003
Ketentuan undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak diperkenankan lagi memberikan KLBI dalam rangka kredit program. (1) BUMN wajib menyalurkan kembali (relending) angsuran pokok KLBI sesuai dengan ketentuan pemberian KLBI untuk masing-masing skim. (2) BUMN dapat mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan yang berkaitan dengan penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN. (3) BUMN wajib mendapat persetujuan Bank Indonesia dalam hal diperlukan penyesuaian atas ketentuan selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). BUMN mengajukan permohonan penyesuaian ketentuan kepada Bank Indonesia dan persetujuan/penolakan atas permohonan penyesuaian ketentuan tersebut akan disampaikan secara tertulis oleh Bank Indonesia.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi VII No. 1 – 13
Penyaluran Kembali Angsuran KLBI oleh BUMN Koordinator (Relending) 1. Dalam rangka pengelolaan angsuran KLBI, BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali (relending) angsuran pokok KLBI yang dikelolanya kepada Bank Indonesia untuk 1 (satu) tahun anggaran berikutnya berdasarkan besarnya angsuran KLBI yang akan diterima dan dapat dikelola selama 1 (satu) tahun anggaran tersebut. Rencana penyaluran (business plan) dimaksud sekurang-kurangnya menyebutkan rencana besarnya kredit yang akan disalurkan. 2. Rencana besarnya KLBI yang akan disalurkan kembali (relending) sekurangkurangnya 90% (sembilan puluh per seratus) dari jumlah angsuran KLBI yang akan diterima oleh masing-masing BUMN pada tahun anggaran yang bersangkutan, setelah memperhitungkan pelunasan KLBI pada tahun yang bersangkutan dan saldo angsuran KLBI pada tahun sebelumnya. 3. BUMN wajib menyampaikan rencana penyaluran kembali KLBI (relending) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), paling lambat 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran berikutnya dimulai, dan disampaikan kepada Bank Indonesia cq. Biro Kredit. 4. Rencana penyaluran kembali KLBI (relending) sebagaimana dimaksud dalam angka 1 dapat diubah, dan perubahan rencana tersebut paling lambat harus diterima Bank Indonesia 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. 5. Dalam hal BUMN merencanakan untuk menyalurkan KLBI sebesar kurang dari 90 % (sembilan puluh per seratus) dari angsuran pokok KLBI yang akan diterima pada tahun anggaran yang bersangkutan, maka, Bank Indonesia menarik KLBI yang direncanakan tidak akan disalurkan. 6. Penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN harus sesuai dengan rencana penyaluran yang disampaikan oleh BUMN kepada Bank Indonesia. 7. Atas dasar laporan bulanan untuk posisi akhir tahun anggaran yang disampaikan oleh BUMN, Bank Indonesia akan mengevaluasi realisasi penyaluran kembali KLBI (relending) yang dilakukan oleh BUMN Koordinator dibandingkan dengan rencana penyaluran (business plan) yang telah disampaikan. 8. Penyaluran kembali KLBI (relending) oleh BUMN harus untuk tujuan kredit atau pembiayaan dan sesuai dengan ketentuan masing-masing skim kredit
14
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi 9.
10.
11.
12.
Ketentuan serta skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN. Ketentuan penyaluran kembali KLBI (relending) harus sesuai dengan ketentuan masing-masing skim kredit dikecualikan untuk ketentuan mengenai tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan. BUMN berwenang mengatur tata cara penyediaan plafon, tata cara pelimpahan, tata cara pelunasan, pengenaan sanksi dan pelaporan untuk keperluan penyaluran kembali (relending). Perubahan atau penyesuaian ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 7 dan 8 tidak menunda pelaksanaan pembayaran kembali KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo angsuran KLBI. Dalam hal diperlukan penyesuaian ketentuan pemberian KLBI di luar halhal sebagaimana dimaksud dalam angka 8, BUMN harus mengajukan permohonan penyesuaian ketentuan kepada Bank Indonesia. Bank Indonesia menyampaikan persetujuan atau penolakan atas permohonan penyesuaian ketentuan tersebut secara tertulis kepada BUMN. Khusus untuk PT PNM, selain untuk keperluan eskalasi kebun, ketentuan penyaluran kembali angsuran pokok KLBI sesuai dengan skim KLBI yang dialihkan kepada masing-masing BUMN Koordinator, dikecualikan untuk skim : a) Perkebunan Besar Swasta Nasional (PBSN), b) Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program transmigrasi (PIRTrans) Pra Konversi dan Pasca Konversi, serta c) kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi dalam rangka pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru di Kawasan Timur Indonesia (KKPA PIRTrans), mengingat penyediaan kredit baru bagi ketiga skim kredit tersebut sudah tidak dimungkinkan lagi dan pemberian KLBI tersebut hanya merupakan pelaksanaan dari komitmen KLBI.
13. Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia akan mendebet rekening BUMN di Bank Indonesia sebesar jumlah KLBI yang dikelola oleh BUMN. BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia minimal sebesar kumulatif angsuran KLBI yang dikelola dan jatuh tempo dimaksud.
Tata Cara Pelunasan KLBI 14
Pasal 8 5/20/PBI/2003 Ayat (1)
(1) BUMN wajib mengembalikan KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, BUMN harus mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo. Pengembalian KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo dilakukan dengan cara Bank Indonesia mendebet rekening giro BUMN sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang.
15
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 7 Pasal 8 5/20/PBI/2003 Ayat (2)
Ketentuan BUMN dan bank pelaksana wajib mengembalikan KLBI pada saat jatuh tempo, sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI. (2) Pada saat KLBI jatuh tempo, BUMN wajib menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia sebesar kumulatif angsuran KLBI yang terutang. Mengingat tidak seluruh BUMN berupa bank yang memiliki kewajiban giro wajib minimum, maka kepada BUMN yang tidak memiliki kewajiban giro wajib minimum diwajibkan untuk menyediakan dana sebesar jumlah kumulatif angsuran KLBI yang terutang pada saat KLBI jatuh tempo.
Pasal 8 14/19/PBI/2012 Ayat (2a)
(2a) Dalam hal KLBI jatuh tempo pada hari libur, kewajiban menyediakan dana pada rekening giro yang ada di Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan pada hari kerja sebelumnya.
Pasal 8 5/20/PBI/2003 Ayat (3)
(3) Untuk skim kredit dengan pola channeling, dalam hal pada saat jatuh tempo masih terdapat KLBI yang tertunggak, Bank Indonesia tetap mempunyai hak tagih atas KLBI dimaksud sampai lunas. Untuk kredit yang disalurkan dengan pola channeling, yaitu Bank Pelaksana tidak menanggung risiko kredit, pendebetan rekening Bank Pelaksana dan atau BUMN dilakukan setelah ada pembayaran dari debitur kepada Bank Pelaksana. Pelaksanaan pendebetan dilakukan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Bank Pelaksana setiap bulan.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi VI No. 1 – 2
Tata Cara Pembayaran Bunga KLBI adalah sebagai berikut: 1. Skim Kredit dengan Pola Channeling a. Pada saat jatuh tempo KLBI, bank pelaksana wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia laporan pembayaran angsuran dari nasabah yang telah diterima namun belum disetor. b. Atas dasar laporan tersebut, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank yang bersangkutan di Bank Indonesia. c. Pada saat yang bersamaan Bank Indonesia mendebet rekening giro Kantor BUMN sebesar jumlah angsuran KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN. d. Dalam hal masih terdapat KLBI yang belum dilunasi pada saat jatuh tempo KLBI, maka terhadap sisa KLBI yang masih terutang, Bank Indonesia akan menarik kembali KLBI berdasarkan laporan pembayaran angsuran dari nasabah yang disampaikan oleh bank pelaksana setiap bulan sampai dengan KLBI tersebut lunas atau dilakukan pembayaran atas risk sharing. Dalam hal ini tidak perlu dilakukan penyesuaian atau perpanjangan SPK dan Surat Perjanjian Penerusan Kredit (SPPK). 2. Skim Kredit dengan Pola Executing a. KLBI Tanpa Angsuran Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia langsung mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar saldo baki debet KLBI yang masih terutang.
16
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
15
16
Sumber Regulasi
Pasal 9 5/20/PBI/2003 SE 5/30/BKr 2003 Romawi I No. 7 SE 5/30/BKr 2003 Romawi IV
Pasal 10 5/20/PBI/2003 Ayat (1)
Ketentuan b. KLBI Dengan Angsuran (dengan jadwal angsuran atau penyesuaian baki debet) 1) Pada saat jatuh tempo KLBI, Bank Indonesia langsung mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar saldo baki debet KLBI yang masih terutang. 2) Pada hari yang sama Bank Indonesia mendebet rekening giro Kantor BUMN sebesar jumlah angsuran KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN. Bank pelaksana wajib mengembalikan angsuran KLBI kepada Bank Indonesia pada saat jatuh tempo sebagaimana diperjanjikan dalam SPK. Sehingga tidak dimungkinkan adanya perpanjangan jangka waktu KLBI.
Tata Cara Penyesuaian Baki Debet dan Pembayaran Angsuran adalah sebagai berikut : (1) Penyesuaian Baki Debet untuk Skim Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Kepada Koperasi (KKop) a. Bank pelaksana wajib menyampaikan laporan bulanan baki debet kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor PT BRI. b. Bank Indonesia melakukan penyesuaian baki debet pada rekening pinjaman KLBI masing-masing bank atas dasar laporan tersebut. c. Hasil penyesuaian baki debet dari bank pelaksana tidak dilimpahkan ke rekening PT. BRI, karena PT. BRI tidak menyalurkan kembali (relending) KLBI dimaksud. d. Khusus untuk skim KKop dengan angsuran, pada saat jatuh tempo angsuran KLBI, Bank Indonesia menyesuaikan baki debet KLBI sesuai dengan jadwal angsuran. (2) Pembayaran angsuran untuk Skim Kredit Lainnya a. Pada saat jatuh tempo angsuran KLBI, Bank Indonesia mendebet rekening bank pelaksana yang ada di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal angsuran dan atau laporan yang disampaikan oleh bank pelaksana kepada Bank Indonesia. b. Bank Indonesia memindahbukukan angsuran KLBI dimaksud untuk untung rekening BUMN di Bank Indonesia. (3) Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi penyesuaian baki debet KLBI untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia harus mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia. b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada Kantor BUMN. (1) Dalam hal bank pelaksana melunasi KLBI lebih cepat dari tanggal jatuh tempo sebagaimana yang ditetapkan dalam SPK, maka : a. Bank Indonesia menarik sisa KLBI yang masih terutang di Bank Pelaksana; b. BUMN tetap dapat mengelola angsuran pokok yang telah diterima atas
17
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan KLBI yang dilunasi lebih cepat dari tanggal jatuh tempo tersebut. Yang dimaksud dengan pelunasan KLBI lebih cepat adalah KLBI yang dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo yang tercantum dalam SPK, yang disebabkan adanya pelunasan dini, pembatalan proyek, pengalihan proyek pada AMU/BPPN, dan hal-hal lain yang dapat dipersamakan dengan itu.
SE 6/28/BKr 2004
1. Pelunasan Sebelum Tanggal Jatuh Tempo a. 1) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Dengan Angsuran sebelum tanggal jatuh tempo, atau proyek yang dibiayai oleh KLBI Dengan Angsuran dialihkan kepada Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) atau Lembaga Pengelola Aset Negara lainnya, maka bank pelaksana harus memberitahukan pelunasan atau pengalihan tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor BUMN, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan atau pengalihan dimaksud. Pemberitahuan dimaksud sekurang-kurangnya memuat informasi mengenai tanggal pelunasan atau pengalihan, nama skim, nama proyek, nomor SPK, dan jumlah KLBI yang dilunasi atau dialihkan. 2) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Dengan Angsuran sebelum tanggal jatuh tempo sebelum tanggal berlakunya Peraturan Bank Indonesia No. 5/20/PBI/2003 tanggal 17 September 2003 tentang Pengalihan Pengelolaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia Dalam Rangka Kredit Program, bank pelaksana harus memberitahukan kepada Bank Indonesia. 3) Atas dasar pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2), Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo atau yang dialihkan kepada BPPN atau Lembaga Pengelola Aset Negara Lainnya. 4) Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN akan didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI. b. 1) Dalam hal proyek yang dibiayai oleh KLBI Dengan Angsuran dibatalkan oleh Bank Indonesia karena adanya pelanggaran ketentuan atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan batalnya SPK, maka Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI yang dibatalkan. 2) Jumlah angsuran pokok KLBI yang telah diterima oleh Kantor BUMN didebet oleh Bank Indonesia pada saat jatuh tempo KLBI. c. Atas dana angsuran KLBI yang telah dikelola BUMN untuk skimskim kredit yang dipercepat pelunasannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b tersebut, maka Bank Indonesia menerbitkan Surat Penegasan kepada BUMN untuk mengelola angsuran KLBI yang telah diterima BUMN sebelum percepatan pelunasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, sampai dengan jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK. Untuk pertama kali Surat Penegasan dimaksud mencantumkan seluruh angsuran KLBI yang
18
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan dilunasi sebelum tanggal jatuh tempo KLBI, yang dilakukan sebelum berlakunya Surat Edaran ini. Surat Penegasan dimaksud memuat sekurang-kurangnya: 1) Nomor SPK; 2) Bank pelaksana; 3) Skim kredit; 4) Nama debitur; 5) Jumlah angsuran KLBI yang telah diterima BUMN; dan 6) Tanggal jatuh tempo KLBI sesuai dengan masing-masing SPK. d. 1) Dalam hal debitur dan atau bank pelaksana melunasi KLBI Tanpa Angsuran sebelum jatuh tempo atau proyek yang dibiayai oleh KLBI Tanpa Angsuran dialihkan kepada BPPN atau Lembaga Pengelola Aset Negara lainnya, maka bank pelaksana harus memberitahukan pelunasan atau pengalihan tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada Kantor BUMN, paling lambat 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan atau pengalihan dimaksud. 2) Atas dasar pemberitahuan dimaksud, Bank Indonesia mendebet rekening giro bank pelaksana sebesar baki debet KLBI.
Pasal 10 5/20/PBI/2003 Ayat (2) – 3
(2) BUMN dapat mengelola angsuran pokok KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b sampai dengan tanggal jatuh tempo yang ditetapkan dalam SPK. Angsuran pokok yang telah diterima/dikelola oleh BUMN adalah angsuran KLBI yang telah diterima oleh BUMN sebagai pembayaran angsuran pokok dari Bank Pelaksana sebelum terjadinya pelunasan dipercepat. (3) Dalam hal terjadi pelunasan KLBI lebih cepat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bank Pelaksana wajib melaporkan hal tersebut kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada BUMN, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal pelunasan lebih cepat oleh debitur. Laporan yang disampaikan oleh bank pelaksana sekurang-kurangnya berisi informasi mengenai skim kredit, nomor SPK, nama debitur, jumlah yang dilunasi, dan tanggal pelunasan/pengalihan kredit tersebut.
SE 5/30/BKr 2003, Romawi VI No. 4
Bank Indonesia memberikan tembusan atau fotokopi atas mutasi penarikan KLBI yang telah jatuh tempo atau pelunasan KLBI sebelum jatuh tempo, untuk keperluan administrasi Kantor BUMN, dengan mekanisme sebagai berikut : a. Kantor BUMN yang berada dalam satu wilayah dengan Bank Indonesia harus mengambil tembusan warkat atau fotokopi tembusan warkat pembukuan mutasi tersebut di Bank Indonesia. b. Bank Indonesia yang tidak berada dalam satu wilayah dengan Kantor BUMN akan mengirimkan tembusan atau fotokopi warkat pembukuan mutasi tersebut kepada Kantor BUMN Koordinator.
19
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan
Pelaporan 17
Pasal 10A 14/19/PBI/2012 Ayat (1) SE 5/30/BKr 2003, Romawi VIII No. 1 dan 2
(1) BUMN wajib menyampaikan laporan penerimaan angsuran, penyesuaian baki debet, penyaluran kembali dan pelunasan KLBI secara bulanan kepada Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Bank pelaksana wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk masing-masing skim kredit program, dengan tembusan kepada Kantor BUMN. Kantor Pusat PT. BTN dan PT. PNM sebagai BUMN wajib menyampaikan laporan bulanan kepada Bank Indonesia c.q. Biro Kredit atas penerimaan angsuran KLBI yang telah diterima dan pengelolaan angsuran tersebut dengan format sebagaimana Lampiran 3 (Lampiran 3 dalam kodifikasi ini), dan paling lambat diterima Bank Indonesia tanggal 15 bulan berikutnya.
Pasal 10A 14/19/PBI/2012 Ayat (2)
(2) Dalam hal tanggal 15 jatuh pada hari libur, penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada hari kerja sebelumnya.
SANKSI 18
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (2)
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (2) (Paragraf 11 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 2
Bank Indonesia c.q. Biro Kredit akan melaksanakan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dengan mendebet rekening giro BUMN di Bank Indonesia.
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (3)
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 6 ayat (3) (Paragraf 11 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI yang diterima dari Bank Pelaksana kepada BUMN sebesar jumlah KLBI yang tidak disalurkan sesuai rencana penyaluran. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) (Paragraf 11 ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sebagai berikut: a. penarikan kembali angsuran KLBI yang disalurkan oleh BUMN diluar tujuan kredit atau pembiayaan; dan b. kewajiban membayar sebesar suku bunga Jakarta Inter Bank Offered Rate (JIBOR) overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah angsuran KLBI yang disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan, dan dihitung selama pelanggaran.
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (4)
Yang dimaksud “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal terjadinya penyimpangan penyaluran angsuran KLBI selain untuk kredit atau pembiayaan KLBI. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak tanggal angsuran KLBI yang disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan sampai dengan KLBI tersebut ditarik oleh Bank Indonesia atau pelanggaran dimaksud dihentikan oleh BUMN.
20
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 5
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (5) – (6)
Ketentuan Sanksi kewajiban membayar dihitung sejak tanggal KLBI disalurkan di luar tujuan kredit atau pembiayaan tersebut sampai dengan KLBI tersebut ditarik oleh Bank Indonesia atau sampai dengan pelanggaran dimaksud dihentikan oleh BUMN. (4) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 7 ayat (1) (Paragraf 12 ayat (1) dalam kodifikasi ini), BUMN dikenakan sanksi berupa tidak dilimpahkannya angsuran KLBI dari Bank Pelaksana yang seharusnya dapat dikelola oleh BUMN, sebesar KLBI yang disalurkan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut. Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ayat ini dapat berupa penggunaan dana angsuran KLBI yang penyalurannya tidak sesuai ketentuan antara lain ketentuan mengenai plafon kredit, suku bunga, tujuan kredit. (5) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 8 ayat (2) (Paragraf 14 ayat (2) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan jumlah KLBI yang terutang, dihitung selama pelanggaran. Yang dimaksud dengan “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal KLBI jatuh tempo. Dalam hal jatuh tempo KLBI terjadi pada hari libur, maka yang digunakan sebagai acuan perhitungan adalah suku bunga JIBOR overnight hari kerja terakhir sebelumnya, dihitung sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 7
Sanksi kewajiban membayar tersebut dihitung sejak tanggal KLBI tersebut jatuh tempo sampai dengan tersedianya dana dimaksud pada rekening giro BUMN di Bank Indonesia, sebagaimana diinformasikan secara tertulis oleh BUMN kepada Bank Indonesia.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 9
Sanksi dimaksud dibebankan Bank Indonesia kepada rekening giro bank yang ada di Bank Indonesia.
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (7)
(6) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 10 ayat (3) (Paragraf 16 ayat (3) dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga JIBOR overnight ditambah 200 bps dikalikan angsuran KLBI yang dilunasi lebih cepat, dan dihitung selama pelanggaran. Yang dimaksud dengan “suku bunga JIBOR overnight” adalah suku bunga JIBOR overnight pada tanggal terjadinya pelunasan dini. Dalam hal pelunasan dini KLBI terjadi pada hari libur, maka yang digunakan sebagai acuan perhitungan adalah suku bunga JIBOR overnight hari kerja terakhir sebelumnya. Yang dimaksud dengan “selama pelanggaran” adalah sejak
21
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan tanggal pelunasan lebih cepat sampai dengan laporan disampaikan.
Pasal 11 14/19/PBI/2012 Ayat (8)
(7) Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 10A (Paragraf 17 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) setiap keterlambatan.
SE 5/30/BKr 2003 Romawi IX No. 10
Pelanggaran oleh bank pelaksana atas ketentuan sebagaimana diatur dalam ketentuan masing-masing skim kredit program, bank pelaksana dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan masing-masing skim kredit program yang berlaku.
19
BAB I Pasal 1 31/185/KEP/DIR/ 1999
20
BAB II Pasal 2 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (1)
SE 31/20/UK 1999 Romawi I
Pasal 2 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (2)
Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro Melalui Bank Umum Ketentuan Umum 1. Bank penyalur kredit adalah bank umum sebagaimana diatur dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998, dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini yang selanjutnya disebut Bank. 2. Kelompok Pengusaha Kecil atau Pengusaha Mikro adalah kumpulan dari pengusaha kecil perorangan atau pengusaha mikro perorangan yang dibentuk atas dasar kebutuhan bersama yang bertujuan untuk memperkuat anggotanya dalam permodalan, yang selanjutnya disebut Kelompok. 3. Kredit Kepada Pengusaha Kecil dan Pengusaha Mikro melalui bank umum adalah kredit investasi dan atau kredit modal kerja yang disalurkan melalui Bank baik kepada Kelompok maupun kepada pengusaha kecil atau pengusaha mikro agar mampu mengembangkan usahanya, yang selanjutnya disebut KPKM. 4. Usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan pengusaha kecil atau pengusaha mikro. 5. Plafon Kredit Likuiditas Bank Indonesia adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KPKM, yang selanjutnya disebut Plafon KLBI.
Usaha-Usaha yang Dibiayai (1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KPKM adalah Usaha Produktif pada semua sektor ekonomi yang layak untuk dibiayai berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat, serta tidak sedang dibiayai dengan fasilitas kredit perbankan. KPKM dapat diberikan kepada debitur, yaitu perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hokum, badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi, atau kelompok orang perseorangan, yang usahanya memenuhi kriteria usaha kecil atau cirri-ciri usaha mikro. (2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari: a. Usaha Kecil, yaitu usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak RP 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
22
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
21
BAB III Pasal 3 31/185/KEP/DIR/ 1999
Ketentuan atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah); 2) Milik Warga Negara Indonesia; 3) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan, atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar; dan 4) Berbentuk badan usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. b. Usaha Mikro, yaitu usaha yang memiliki ciri-ciri sekurang-kurangnya: 1) Dimiliki oleh keluarga atau perorangan warga negara Indonesia; 2) Mempergunakan teknologi sederhana; dan 3) Lapangan usahanya mudah dimasuki dan ditinggalkan.
Bank Penyalur KPKM Bank yang dapat menyalurkan KPKM adalah: a. Bank yang memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program;
Pasal 2 31/156/KEP/DIR/ 1999
(1) Bank yang dapat menyalurkan Kredit Program adalah: (a) Bank sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan berbentuk persero, dan; (b) Bank selain yang ditetapkan dalam huruf (a) tetapi tidak berkantor pusat di luar Indonesia atau sebagian sahamnya dimiliki oleh orang dan atau badan hukum selain orang atau badan hukum Indonesia, yang memiliki tingkat kesehatan pada posisi Desember 1997 sekurang-kurangnya Cukup Sehat. (2) Dalam hal setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatan Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b mengalami penurunan sebagai akibat dari gejolak moneter sehingga tingkat kesehatannya menjadi di bawah Cukup Sehat, Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program. (3) Ketentuan sebagaimnaa dimaksud dalam ayat (2), tidak berlaku bagi Bank yang mengalami penurunan tingkat kesehatan karena kesalahan manajemen dalam pengelolaan bank dan atau pelanggaran terhadap ketentuan dan atau peraturan yang berlaku. (4) Bagi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetapi memiliki tingkat kesehatan di bawah Cukup Sehat, namun setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatannya memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya Cukup Sehat, maka Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program.
Pasal 3 31/185/KEP/DIR/ 1999 Huruf b – c
b. Telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Bank penyalur KPKM; dan c. Tunggakan KPKM untuk periode-periode sebelumnya (kumulatif) setinggitingginya 25% (dua puluh lima perseratus).
23
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 22 Pasal 4 31/185/KEP/DIR/ 1999
23
24
25
Ketentuan (1) Dalam penyaluran KPKM, tugas utama Bank adalah: a. Menyalurkan KPKM kepada perorangan ataupun kelompok; b. Membuat surat perjanjian penerusan kredit dengan calon debitur; c. Melakukan pembayaran imbalan kepada Kelompok; d. Mengadministrasikan KPKM; e. Menerima pengembalian KPKM dari perorangan atau Kelompok; dan f. Meneruskan pengembalian KPKM kepada Bank Indonesia. (2) Selain tugas utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank juga bertugas membantu mengamankan pelaksanaan penyaluran KPKM yaitu dengan melakukan: a. Analisa dan memeriksa pemenuhan persyaratan KPKM; b. Pengawasan penggunaan KPKM; c. Penagihan pengembalian KPKM; dan d. Penatausahaan surat sanggup membayar utang (Surat Aksep) nasabah.
BAB IV Pasal 5 31/185/KEP/DIR/ 1999
Syarat dan Tugas Kelompok
Pasal 6 31/185/KEP/DIR/ 1999
Ketua atau pengurus Kelompok berkewajiban: a. Menyeleksi calon anggota berdasarkan karakter; b. Membantu anggota membuat rencana usaha; c. Membantu anggota membuat permohonan kredit ke Bank; d. Menyusun rekapitulasi kebutuhan kredit para anggota Kelompok; e. Menerima kuasa dari anggota Kelompok untuk menandatangani Perjanjian Penerusan kredit atau Surat Pengakuan Utang dan sanggup membayar utang (Surat Aksep); f. Menerima dan menyalurkan KPKM kepada anggota Kelompok; g. Memobilisasi tabungan anggotanya ke Bank; h. Membantu dalam pengawasan penggunaan kredit; dan i. Menjamin kelancaran pengembalian kredit.
BAB V Pasal 7 31/185/KEP/DIR/ 1999
Syarat-Syarat KPKM
Kelompok yang dapat menerima KPKM adalah Kelompok yang memenuhi persyaratan: a. Jumlah anggota antara 5 (lima) sampai dengan 15 (lima belas) orang, dan masing-masing anggota melakukan kegiatan usaha produktif; b. Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, minimal ketua dan bendahara; c. Mempunyai aturan kelompok yang disepakati oleh seluruh anggota kelompok; d. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur; e. Bersedia mengadakan tabungan Kelompok dan menempatkannya pada Bank penyalur KPKM; dan f. Sekurang-kurangnya mempunyai pembukuan sederhana
Jumlah KPKM yang dapat diberikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan kredit dari debitur perorangan atau masingmasing anggota debitur Kelompok, dengan jumlah maksimum per debitur perorangan atau masing-masing anggota debitur Kelompok sebagai berikut: a. Untuk kredit investasi maksimum sebesar Rp 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah); b. Untuk kredit modal kerja maksimum sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta
24
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan rupiah); dan c. Untuk kredit investasi dan kredit modal kerja yang terkait dengan investasinya maksimum sebesar Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah), dengan ketentuan kredit modal kerja yang dapat diberikan maksimum sebesar kredit investasi yang disetujui.
26
Pasal 3 6/26/PBI/2004 Huruf c No. 1
(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
Pasal 8 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (2)
(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk imbalan bagi bank sebesar 3% (tiga perseratus), dengan ketentuan dalam hal KPKM diberikan melalui Kelompok, imbalan tersebut sebesar 1% (satu perseratus) diberikan kepada Kelompok.
SE 31/20/UK (1999) Romawi II No. 2
Sehingga imbalan yang diterima oleh bank menjadi sebesar 2% setahun. Imbalan yang diterima oleh kelompok, penggunaannya diserahkan kepada kelompok yang bersangkutan.
Pasal 8 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (3)
(3) Imbalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diambil dari setiap angsuran
SE 31/20/UK (1999) Romawi II No. 3
Imbalan bagi Bank dan Kelompok diperhitungkan atas dasar pembayaran angsuran dari debitur. Contoh perhitungan imbalan dalam hal KPKM diberikan melalui Kelompok tercantum dalam Lampiran 1 (Lampiran 4 dalam kodifikasi ini).
Pasal 8 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (4)
(4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan akan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
27
Pasal 9 31/185/KEP/DIR/ 1999
Jangka waktu KPKM didasarkan pada kemampuan debitur perorangan atau anggota Kelompok untuk membayar kembali KPKM dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. Untuk pembiayaan investasi maksimum 5 (lima) tahun termasuk masa tenggang maksimum 1 (satu) tahun; dan b. Untuk pembiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang maksimum 2 (dua) kali.
28
Pasal 10 31/185/KEP/DIR/ 1999 Pasal 11 31/185/KEP/DIR/ 1999
Bank tidak diperkenankan memungut commitment fee dan provisi kepada debitur perorangan atau Kelompok dalam penyaluran KPKM.
29
Dalam hal KPKM diberikan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh Kelompok, maka anggota Kelompok tersebut bertanggung jawab atas pengembalian KPKM secara tanggung renteng yang ditandatangani oleh masing-masing anggota di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
25
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan Surat pernyataan anggota Kelompok sebagaimana contoh dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 5 dalam kodifikasi ini).
30
Pasal 12 31/185/KEP/DIR/ 1999
Jaminan KPKM ditetapkan : a. Kelayakan usaha yang dibiayai; dan b. Surat sanggup membayar utang (Surat Aksep) dari debitur perorangan atau Kelompok.
BAB VI Pasal 13 31/185/KEP/DIR/ 1999
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Pasal 3 6/26/PBI/2004 Huruf c No. 2
(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun.
31
32
Sumber pembiayaan KPKM 100% (seratus perseratus) dalam bentuk Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. Pasal 14 (2) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau 31/185/KEP/DIR/ kembali oleh Bank Indonesia. 1999 Ayat (2) – (3) (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia. 33
34
35
Pasal 15 31/185/KEP/DIR/ 1999
BAB VII Pasal 16 31/185/KEP/DIR/ 1999
Jangka waktu KLBI diatur sebagai berikut: a. Untuk pembiayaan investasi maksimum 6 (enam) tahun; dan b. Untuk pembiayaan modal kerja maksimum 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang maksimum 2 (dua) kali dengan jangka waktu perpanjangan masing-masing 1 (satu) tahun.
Tata Cara Pengajuan KLBI (1) Permohonan KLBI diajukan oleh Bank atas dasar rencana penyaluran KPKM selama 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret). (2) Untuk pertama kali, permohonan KLBI dapat diajukan sekaligus untuk rencana penyaluran Bulan Pebruari sampai dengan Maret 1999 dan rencana penyaluran Tahun Anggaran 1999/2000.
Pasal 17 31/185/KEP/DIR/ 1999
Permohonan plafon KLBI tahun anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 (Paragraf 34 dalam kodifikasi ini) diajukan sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada kantor pusat Bank Indonesia c.q. Urusan Kredit; dan b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 1a
Kantor pusat Bank mengajukan permohonan KLBI untuk 1 tahun anggaran (1 April s.d. 31 Maret) kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya selambat-lambatnya pada akhir bulan Januari sebelum dimulainya tahun
26
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
36
Sumber Regulasi
Pasal 18 (1) Dalam hal permohonan KLBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 31/185/KEP/DIR/ (Paragraf 35 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan 1999 Ayat (1) – (2) menyediakan plafon KLBI dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Penerusan Kredit yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (2) Penyediaan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya sesuai permintaan Bank. SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 2a, 3a – b
37
38
Ketentuan anggaran yang harus dilampiri dengan formulir rencana penyaluran KPKM yang tercantum dalam Lampiran 2 (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini).
1. Atas dasar persetujuan plafon KLBI tersebut, kantor pusat bank dapat mengajukan permohonan dislokasi KLBI kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya untuk masing-masing kantor cabangnya. 2. Bagi kantor bank yang telah memperoleh dislokasi KLBI, dapat mengajukan permohonan penyediaan plafon kepada Bank Indonesia yang mewilayahinya. 3. Apabila permohonan tersebut disetujui, maka Bank Indonesia yang mewilayahinya akan menerbitkan Surat Penegasan Penyediaan Plafon KLBI
Pasal 19 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (1)
(1) Berdasarkan dislokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat (2) (Paragraf 36 ayat (2) dalam kodifikasi ini), kantor Bank dapat mengajukan permohonan uang muka KLBI kepada Kantor Bank Indonesia maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus)
SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No. 1
Atas dasar plafon KLBI yang pertama kali disediakan, Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka sesuai dengan permohonan kantor Bank maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari plafon KLBI dimaksud.
Pasal 19 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (2) SE 31/20/UK 1999 Romawi IV No. 4
(2) Dalam hal terdapat kekurangan plafon KLBI, kantor Bank dapat mengajukan tambahan plafon KLBI kepada Kantor Bank Indonesia setempat.
Pasal 20 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (1)
(1) Atas dasar permohonan penarikan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (1) (Paragraf 37 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI dengan cara pemindahbukuan.
Dalam hal kantor Bank memerlukan tambahan plafon KLBI, maka pengajuan permohonan diatur sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di DKI, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang dan Bekasi, permohonan diajukan oleh kantor pusat Bank kepada KP BI c.q. Urusan Kredit. b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada butir a, permohonan diajukan oleh kantor pusat Bank kepada Bank Indonesia yang mewilayahi. c. Permohonan tambahan plafon KLBI dimaksud, diajukan maksimum 4 (empat) kali dalam satu tahun anggaran.
27
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
39
Sumber Regulasi SE 31/20/UK 1999 Romawi V A (2–3)
Ketentuan Atas pelimpahan uang muka tersebut, kantor Bank dikenakan suku bunga sebesar 13% setahun (efektif) yang dihitung dari baki debet uang muka KLBI dan akan dibebankan pada rekening giro kantor Bank yang bersangkutan di Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal terjadi penambahan plafon KLBI, Bank Indonesia tidak akan menambah jumlah uang muka yang diberikan.
Pasal 20 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (2)
(2) Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan setelah Bank mempertanggungjawabkan uang muka yang telah ditarik tersebut dengan menyampaikan Daftar Realisasi Pemberian KPKM dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 7 dalam kodifikasi ini) dan dilampiri dengan bukti realisasi KPKM yang dapat berupa rekening pinjaman perorangan atau Kelompok yang bersangkutan.
SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No. 4
Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan atas dasar KPKM yang telah disalurkan kepada nasabah, dengan cara kantor Bank mengajukan permohonan pelimpahan KLBI kepada Bank Indonesia disertai daftar realisasi pemberian KPKM dan bukti realisasi KPKM yang dapat berupa salinan rekening debitur yang bersangkutan.
Pasal 20 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (3)
(3) Dalam hal pada saat mempertanggungjawabkan uang muka Bank belum dapat menyerahkan bukti realisasi KPKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka bukti realisasi tersebut harus sudah diterima oleh Kantor Bank Indonesia bersamaan dengan penyerahan laporan bulanan KPKM.
SE 31/20/UK 1999 Romawi V A No.5
Permohonan pelimpahan KLBI beserta daftar realisasi KPKM dapat disampaikan dengan menggunakan sarana surat kawat, atau faksimili. Dalam hal bank tidak dapat menyampaikan salinan rekening debitur bersamaan dengan permohonan pelimpahan, maka salinan rekening debitur tersebut dapat disampaikan bersamaan dengan penyampaian laporan bulanan baki debet.
Pasal 20 31/185/KEP/DIR/ 1999 Ayat (4)
(4) Pelimpahan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan dilakukan dengan cara pemindahbukuan.
BAB VIII
Tata Cara Pembayaran Bunga dan Pengembalian KLBI
Pasal 21 31/185/KEP/DIR/ 1999
(1) Atas pembayaran angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM yang diterima dari debitur, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Kantor Bank Indonesia selambat-selambatnya pada setiap akhir bulan yang bersangkutan.
SE 11/27/DKBU 2009 Romawi V huruf B (2)
Penarikan Kembali KLBI 1. Bank wajib mengembalikan pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM yang diterima dari nasabah kepada Bank Indonesia. 2. Pengembalian pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM kepada Bank Indonesia tersebut dilakukan oleh Bank dengan cara: a. Bank menyampaikan laporan sebagaimana formulir dalam Lampiran 3 Surat Edaran ini (Lampiran 8 dalam kodifikasi ini) dan dapat
28
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan disampaikan melalui sarana faksimili atau surat. b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a paling lambat diterima oleh Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal akhir bulan dimaksud jatuh pada hari libur maka laporan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya. c. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b tersebut, Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.
Pasal 21 (2) Dalam hal debitur tidak dapat melunasi KPKM pada saat jatuh tempo, maka 31/185/KEP/DIR/ debitur tersebut harus mengajukan surat pernyataan penundaan 1999 Ayat (2) – (3) pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo. (3) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada kantor Bank Indonesia selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo.
40
BAB IX Pasal 22 31/185/KEP/DIR/ 1999
41
BAB X Pasal 23 31/185/KEP/DIR/ 1999
Laporan (1) Kantor Bank wajib menyampaikan Laporan Bulanan Baki Debet kepada Bank Indonesia dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 9 dalam kodifikasi ini). (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah harus diterima Bank Indonesia paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. (3) Dalam hal tanggal 20 jatuh pada hari libur maka laporan harus sudah diterima pada hari kerja berikutnya (4) Atas dasar laporan dari kantor Bank, Kantor Pusat Bank wajib menyampaikan Laporan Rekapitulasi Daftar Pemberina KPKM kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini). (5) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan laporan.
SANKSI (1) Uang muka KLBI yang telah dilimpahkan akan dievaluasi setiap triwulan takwim, yaitu pada bulan Januari, April, Juli, Oktober, terhadap realisasi yang terjadi selama triwulan takwim sebelumnya. (2) Dalam hal realisasi KPKM selama triwulan takwim lebih kecil dari besarnya uang muka KLBI, maka terhadap selisih dimaksud, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku di kantor Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak awal triwulan sampai akhir triwulan yang bersangkutan. (3) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), adalah tingkat suku bunga deposito tertinggin yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada akhir triwulan. (4) Dalam hal kantor Bank tidak menyetorkan angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM yang telah diterima dari debitur dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 39 ayat (1) dalam kodifikasi ini) maka atas jumlah KLBI yang terlambat disetorkan, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada kantor Bank yang bersangkutan, yang dihitung sejak tanggal diterima angsuran bunga
29
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
42
Sumber Regulasi
Ketentuan dan atau pelunasan KPKM oleh kantor Bank sampai dengan tanggal dikembalikannya KLBI kepada Bank Indonesia. (5) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya angsuran bunga dan atau pelunasan KPKM oleh Bank. SE (6) Dalam hal pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM dilaporkan oleh 11/27/DKBU 2009 Bank melewati batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada Romawi V huruf B Pasal 21 ayat (1) 2 b (Paragraf 39 ayat (1) 2b dalam kodifikasi ini), maka atas (3 – 4) jumlah pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM akan dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM oleh Bank sampai dengan tanggal diterimanya laporan tersebut oleh Bank Indonesia. (7) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (6) adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya pembayaran bunga dan/atau pelunasan KPKM oleh Bank.
BAB I Pasal 1 31/164/KEP/DIR/ 1998
Kredit Usaha Tani Ketentuan Umum a. Kredit Usaha Tani adalah kredit modal kerja yang diberikan melalui bank pemberi kredit kepada koperasi primer atau lembaga swadaya masyarakat sebagai pelaksana pemberian kredit untuk keperluan petani yang tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha lainnya dalam rangka intensifikasi padi, palawija dan hortikultura , selanjutnya disebut KUT. b. Bank Pemberi Kredit adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undangundang nomor 10 Tahun 1998, dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank. c. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, termasuk Koperasi Unit Desa (KUD), selanjutnya disebut Koperasi. d. Lembaga Swadaya Masyarakat adalah suatu organisasi non pemerintah yang dibentuk oleh masyarakat dan dalam kegiatan operasionalnya tidak mencari untung (nirlaba), selanjutnya disebut LSM. e. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kebutuhan bersama dan berada dalam 1 (satu) hamparan. f. Intensifkasi Padi, Palawija dan Hortikultura adalah usaha budidaya Komoditas Padi, Palawija dan Hortikultura untuk meningkatkan produktivitas, sebagaimana yang ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian selaku Ketua Badan Pengendali Bimas. g. Komoditas Palawija adalah : 1. Tanaman umbi-umbian, termasuk tetapi tidak terbatas pada talas, ubi kayu dan ubi jalar; 2. Tanaman kacang-kacangan, termasuk tetapi tidak terbatas pada kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau; dan 3. Tanaman biji-bijian, termasuk tapi tidak terbatas pada jagung, sorghum dan gandum. Sebagaimana yng ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian. h. Komoditas Hortikultura adalah:
30
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
i.
j.
k.
l.
m.
n. o.
p.
43
BAB II Pasal 2 31/164/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan 1. Tanaman buah-buahan, termasuk tetapi tidak terbatas pada nenas, pisang, pepaya, markisa, jeruk, dan salak; 2. Tanaman sayur-sayuran, termasuk tetapi tidak terbatas pada cabai merah, kentang, bawang merah, dan bawang putih; dan 3. Tanaman obat-obatan, termasuk tetapi tidak terbatas pada jahe; Sebagaimana yang ditetapkan setiap tahun dalam Keputusan Menteri Pertanian. Rencana Definitif Kelompok Tani adalah rencana kerja usaha tani dan Kelompok Tani untuk suatu periode tertentu yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani sehamparan wilayah Kelompok Tani, seperti: sasaran areal tanam, pola tanam, gerakan-gerakan, jadwal kegiatan, pembagian tugas dan lain-lain, selanjutnya disebut RDK. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok Tani adalah rencana kebutuhan Kelompok Tani untuk satu periode tertentu yang disusun berdasarkan musyawarah anggota Kelompok Tani meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, serta modal kerja untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh petani yang merupakan pesanan Kelompok Tani kepada Koperasi atau LSM atau lembaga lain, selanjutnya disebut RDKK. Tabungan Kelompok Tani adalah tabungan yang dibentuk oleh Kelompok Tani yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Kelompok Tani yang bersangkutan dan disimpan di Bank. Penyuluh Pertanian Lapangan adalah Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan pada pemerintah daerah dan mempunyai tugas pokok membimbing dan meningkatkan kemampuan petani/Kelompok Tani dalam menerapkan teknologi yang dianjurkan, selanjutnya disebut PPL. Musim Tanam adalah periode pelaksanaan Intensifikasi Padi, Palawija, dan Hortikultura dalam satu musim, musim rendengan (penghujan) atau musim gadu (kemarau), selanjutnya disebut MT. Tahun penyediaan adalah periode penyediaan kredit yang sama waktunya dengan 2 (dua) MT, selanjutnya disebut TP. Plafon Kredit Likuiditas Bank Indonesia untuk KUT adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik oleh Bank, selanjutnya disebut Plafon KLBI. Plafon Awal Kredit Likuiditas KUT adalah plafon kredit likuiditas KUT yang disetujui oleh Kantor Bank Indonesia pada awal TP berdasarkan pengajuan dari kantor wilayah atau kantor cabang bank yang bersangkutan, selanjutnya disebut Plafon Awal.
Usaha-Usaha Yang Dibiayai (1) KUT digunakan untuk pembiayaan Intensifikasi Padi, Palawija dan Hortikultura (2) KUT untuk intensifikasi Hortikultura diberikan: a. Secara selektif berdasarkan daerah maupun komoditasnya, dengan memperhatikan pola pembiayaan hortikultura yang sudah berjalan di daerah yang bersangkutan; dan b. Mempunyai prospek pemasaran. (3) KUT untuk komoditas Hortikultura yang berupa nenas, pisang, pepaya, markisa jeruk dan salak hanya diberikan dalam rangka pemeliharaan tanaman yang sudah menghasilkan.
31
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf 44
Sumber Regulasi BAB III Pasal 3 31/164/KEP/DIR/ 1998 huruf a
Pasal 2 31/156/KEP/DIR/ 1999
Pasal 3 31/164/KEP/DIR/ 1998 huruf b 45
Ketentuan
Syarat Dan Tugas Bank Bank yang dapat menyalurkan KUT adalah: a. Bank yang dapat memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program; (1) Bank yang dapat menyalurkan Kredit Program adalah: (a) Bank sebelum ditetapkannya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor7 tahun 1992 tentang Perbankan berbentuk persero, dan; (b) Bank selain yang ditetapkan dalam huruf (a) tetapi tidak berkantor pusat di luar Indonesiaatau sebagian sahamnya dimiliki oleh orang dan atau badan hukum selain orang atau badan hukum Indonesia, yang memiliki tingkat kesehatan pada posisi Desember 1997 sekurang-kurangnya Cukup Sehat. (2) Dalam hal setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatan Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b mengalami penurunan sebagai akibat dari gejolak moneter sehingga tingkat kesehatannya menjadi di bawah Cukup Sehat, Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program. (3) Ketentuan sebagaimnaa dimaksud dalam ayat (2), tidak berlaku bagi Bank yang mengalami penurunan tingkat kesehatan karena kesalahan manajemen dalam pengelolaan bank dan atau pelanggaran terhadap ketentuan dan atau peraturan yang berlaku. (4) Bagi Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b tetapi memiliki tingkat kesehatan di bawah Cukup Sehat, namun setelah bulan Desember 1997 tingkat kesehatannya memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya Cukup Sehat, maka Bank yang bersangkutan dapat dipertimbangkan ikut serta dalam pelaksanaan Kredit Program. dan; b. Telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai Bank penyalur KUT.
Pasal 4 31/164/KEP/DIR/ 1998
Tugas Bank dalam pemberian KUT adalah: a. Menyalurkan KUT kepada Koperasi/LSM, mengawasi penggunaan dan menagih pengembalian KUT, serta mengadministrasikan KUT; dan b. Memeriksa pemenuhan persyaratan KUT
SE 31/17/UK 1999 Romawi I No. 1 huruf a, b, c, d, f, g, h, i, j
c. Menerima permohonan KUT dari Koperasi/LSM yang berupa rekapitulasi RDKK yang telah diperiksa dan direkomendasi oleh Kantor Departemen Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah setempat (Kabupaten/Kotamadya). d. Memeriksa pemenuhan persyaratan administrasi. e. Membuat surat perjanjian penerusan kredit kepada koperasi/LSM atas nama Bank Indonesia. f. Menerima dan mengadministrasikan surat aksep dari koperasi/LSM. g. Melaksanakan pembayaran fee/imbalan kepada pihak yang berhak menerima.
32
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi h.
i. j. k.
46
BAB IV Pasal 5 31/164/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan Menatausahakan pembayaran fee/imbalan yang belum dibayarkan dalam bentuk simpanan beku atas nama masing-masing pihak yaitu Bank, Koperasi/LSM dan dana titipan pemerintah. Menatausahakan pelaksanaan pemberian KUT. Menerima pengembalian/pelunasan KUT dari Koperasi/LSM dan meneruskannya kepada pihak Bank Indonesia Menyampaikan laporan penyaluran dan pengembalian KUT.
Fungsi, Tugas, Dan Syarat Koperasi/LSM (1) Koperasi/LSM berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT (executing agent). (2) Tugas Koperasi /LSM adalah sebagai berikut: a. Menyeleksi calon peserta KUT berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan atas dasar informasi dari Kelompok Tani; b. Memeriksa kebenaran RDKK yang diajukan oleh Kelompok Tani; c. Mengajukan permohonan KUT kepada Bank berupa rekapitulasi RDKK yang dibuat oleh Kelompok Tani; d. Menerima dan menyalurkan KUT dari Bank kepada petani melalui Kelompok Tani; e. Melaksanakan administrasi KUT sesuai pedoman dan peraturan yang ditetapkan oleh Bank; f. Mengawasi penggunaan KUT oleh petani dan melakukan penagihan KUT; g. Melakukan pembinaan kepada petani dan Kelompok Tani; h. Mengembangkan Kelompok Tani menjadi perwakilan Koperasi/LSM sebagai tempat pelayanan Koperasi/LSM di desa-desa yang bersangkutan; i. Menyediakan sarana produksi pertanian sesuai dengan kebutuhan dan tepat waktu; dan j. Memasarkan hasil produksi pertanian dan melaksanakan kegiatan simpan pinjam bagi anggotanya. Contoh RDKK dan rekapitulasi RDKK sebagaimana tercantum pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 11 dan Lampiran 12 dalam kodifikasi ini). (3) Koperasi/LSM bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan atas pelunasan KUT dari Kelompok Tani/Petani kepada Bank secara penuh. (4) Penandatanganan perjanjian penerusan KUT dilakukan oleh pengurus Koperasi/LSM dari Bank.
47
Pasal 6 31/164/KEP/DIR/ 1998
(1) Persyaratan Koperasi yang berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT adalah Koperasi yang memenuhi persyaratan: a. Sudah menjadi badan hukum; dan b. Memiliki pengurus yang aktif. (2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipersyaratkan pula tunggakan KUT untuk 2 MT atau TP sebelumnya tidak melebihi 50% (lima puluh per seratus) dari total KUT. (3) Besarnya persyaratan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), berlaku untuk MT 1998/99
33
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan (4) Untuk MT 1999 dan MT selanjutnya besarnya persyaratan tunggakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur kembali oleh Bank Indonesia dengan mempertimbangkan kondisi pada tahun yang bersangkutan
48
Pasal 7 31/164/KEP/DIR/ 1998
(1) Persyaratan LSM yang dapat berfungsi sebagai pelaksana pemberian KUT adalah LSM yang memenuhi persyaratan: a. Sudah menjadi badan hukum; dan b. Memiliki pengurus yang aktif (2) Di samping persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), persyaratan lainnya akan ditetapkan lebih lanjut oleh Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah. (3) Untuk MT 1999 dan MT selanjutnya akan dipersyaratkan besarnya tunggakan dengan mempertimbangkan kondisi pada tahun yang bersangkutan.
49
50
51
52
BAB V Pasal 8 31/164/KEP/DIR/ 1998
Syarat Dan Tugas Kelompok Tani
Pasal 9 31/164/KEP/DIR/ 1998
Tugas pengurus Kelompok Tani dalam pemberian KUT adalah: a. Menyeleksi petani anggota Kelompok Tani; b. Menyusun kebutuhan KUT para anggota Kelompok Tani dalam RDKK; c. Menerima dan menyalurkan KUT kepada anggota; d. Menagih pengembalian KUT; e. Mengelola kegiatan simpan pinjam; dan f. Membina kerjasama dan kesatuan anggota.
BAB VI Pasal 10 31/164/KEP/DIR/ 1998
Syarat-Syarat KUT
Pasal 11 31/164/KEP/DIR/ 1998
Kelompok Tani yang dapat menerima KUT adalah Kelompok Tani yang memenuhi persyaratan: a. Pengurus dan anggota Kelompok Tani telah menjadi anggota Koperasi atau anggota Kelompok Tani di bawah binaan LSM. b. Mempunyai anggota yang melaksanakan budidaya komoditas yang dapat dibiayai dengan KUT; c. Mempunyai organisasi dengan pengurus yang aktif, minimal ketua dan bendahara; d. Mempunyai aturan yang disepakati oleh para anggota; e. Menyelenggarakan pertemuan secara teratur; dan f. Sekurang-kurangnya mempunyai pembukuan sederhana.
(1) Besarnya plafon KUT ditetapkan atas dasar kebutuhan nyata dari petani per TP dalam rangka Intensifikasi Padi, Palawija dan Hortikultura. (2) Realisasi plafon KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan per MT. (3) Besarnya kebutuhan pembiayaan per hektas ditetapkan oleh Menteri Pertanian selaku Ketua Badan Pengendali Bisnis, sebagaimana diatur dlam Surat Keputusan Menteri Pertanian yang diterbitkan setiap tahun. Jangka waktu KUT ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun terhitung sejak ditandatanganinya perjanjian penerusan KUT.
34
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 53 Pasal 12 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1) – (4)
(1) (2) (3)
(4)
SE 31/17/UK 1999 Romawi V No. 1 – 2
Pasal 12 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (5) SE 31/17/UK 1999 Romawi V No. 3 – 8
Ketentuan Suku bunga KUT ditetapkan sebesar 10,5% (sepuluh setengah per seratus) setahun dan tidak bunga berbunga. Suku bunga KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia. Suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Fee untuk Bank sebesar 2% (dua perseratus) b. Imbalan bagi PPL sebesar 1% (satu per seratus) c. Imbalan bagi Koperasi/LSM sebesar 5% (lima per seratus). d. Pembayaran premi kepada Perum PKK sebesar 1,5% (satu setengah perseratus); dan e. Dana titipan Pemerintah yang disimpan pada Perum PKK sebesar 1% (satu perseratus). Bunga tersebut akan dibebankan dimuka sehingga besarnya KUT merupakan penjumlahan dari kebutuhan KUT dan bunga dibebankan dimuka
(5) Pelaksanaan pembayaran fee, imbalan premi dan dana titipan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
1. Bunga KUT yang dibebankan dimuka tersebut, dihitung sesuai dengan jangka waktu KUT yang tercantum dalam masing-masing rekapitulasi RDKK, dengan perhitungan sebagai berikut: a. Besarnya fee untuk bank = 2% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. b. Besarnya imbalan untuk PPL = 1% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. c. Besarnya imbalan bagi Koperasi/LSM = 5% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. d. Besarnya premi untuk Perum PKK = 1,5% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. e. Besarnyadana titipan pemerintah yang disimpan pada Perum PKK = 1% x kebutuhan KUT x jangka waktu KUT. Contoh perhitungan bunga KUT sebagaimana dalam Lampiran 13 2. Bunga yang telah dibebankan dimuka tersebut akan dibayarkan kepada bank, PPL, Koperasi/LSM, Perum PKK, dan dana titipan Pemerintah secara bertahap dengan ketentuan sebagaimana tabel berikut:
No. 1 2 3 4 5
Pihak Penerima Bank Koperasi PPL Perum PKK Dana Titipan Pemerintah Total
Tahap I 1% 2% 1% 1,5% 5,5%
Tahap II 1% 1% 5%
Tahap III 2% 5% 1% 1,5% 1% 10,5%
35
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi 3.
4.
5.
6.
Ketentuan Pembayaran tahap I akan diberikan pada saat realisasi KUT kepada Koperasi/LSM, sedangkan tahap II akan diberikan kepada masing-masing pihak yang bersangkutan pada saat kredit lunas atau setelah selesai pembagian risiko. Selama pembayaran tahap II belum diberikan, dana milik masing-masing pihak tersebut disimpan sebagai tabungan beku atas nama masingmasing koperasi/LSM dengan mendapat bunga sebesar suku bunga tabungan yang berlaku pada bank yang bersangkutan. Pada waktunya dana tahap II tersebut akan diberikan kepada masingmasing pihak yang berhak, sedangkan bunga dari tabungan beku tersebut diperlakukan sebagai berikut: a. Dalam hal KUT telah dibayar lunas oleh Koperasi/LSM, maka bunga diberikan kepada petani melalui Koperasi/LSM; atau b. Dalam hal KUT belum dibayar lunas oleh Koperasi/LSM (ada tunggakan), maka bunga tersebut digunakan untuk mengurangi tunggakan KUT. Mengingat bunga KUT telah dibebankan dimuka, maka setelah KUT jatuh tempo (sesuai dengan jangka waktu dalam RDKK), bunga tidak dihitung dan tidak dibebankan lagi.
54
Pasal 13 31/164/KEP/DIR/ 1998
(1) Kelompok Tani disarankan membentuk tabungan yang besarnya disesuaikan dengan kemampuan Kelompok Tani yang bersangkutan untuk Tabungan Kelompok Tani dan disimpan di Bank. (2) Tabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan oleh Kelompok Tani untuk meningkatkan kesejahteraan anggota Kelompok Tani.
55
Pasal 14 31/164/KEP/DIR/ 1998 Pasal 15 31/164/KEP/DIR/ 1998
Provisi kredit dan biaya lainnya tidak dipungut.
BAB VII Pasal 16 31/164/KEP/DIR/ 1998 Pasal 17 31/164/KEP/DIR/ 1998
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Bank Indonesia
56
57
58
59
Pasal 18 31/164/KEP/DIR/ 1998
Jaminan KUT ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 UndangUndang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Sumber pembiayaan KUT berasal dari kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus per seratus). (1) Suku bunga KLBI ditetapkan sebesar 0% (nol per seratus) setahun. (2) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia, dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia. (1) Jangka waktu KLBI ditetapkan maksimum 2 (dua) tahun terhitung sejak tanggal Surat Persetujuan KLBI (SPK KLBI) kepada Bank (2) Perpanjangan jangka waktu KLBI diberitahukan oleh Bank Indonesia sebelum jangka waktu KLBI berakhir, dengan disertai rincian sisa kredit.
36
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf 60
Sumber Regulasi BAB VIII Pasal 19 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1) SE 31/17/UK 1999 Romawi IV No. 1 Pasal 19 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) SE 31/17/UK 1999 Romawi IV No. 2 – 3
Ketentuan
Prosedur Pemberian KUT (1) Permohonan KUT diajukan oleh Kelompok Tani dalam bentuk RDKK kepada Koperasi atau LSM. Besarnya KUT dalam RDKK meliputi pinjaman pokok dan beban bunga yang harus dibayar oleh petani. (2) Koperasi atau LSM menyampaikan permohonan KUT kepada kantor Bank setempat dalam bentuk rekapitulasi RDKK disertai dengan RDKK masingmasing Kelompok Tani. Rekapitulasi RDKK tersebut telah diperiksa dan disetujui oleh Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan menengah setempat, yaitu dengan mencantumkan bahwa Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah tersebut menyetujui dan bertanggung jawab atas jumlah KUT yang akan dicairkan/dibayarkan. Dalam menyampaikan rekapitulasi RDKK tersebut dilampiri puladengan RDKK pendukung yang kebenarannya telah diperiksa oleh Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Dalam hal ini rekapitulasi RDKK disusun berdasarkan jangka waktu masing-masing RDKK kelompok tani. Untuk lebih memudahkan pembuatan RDKK dan perhitungan bunga yang tercantum dalam RDKK, maka RDKK dan rekapitulasi RDKK tersebut di atas dapat menggunakan formulir RDKK dan rekapitulasi RDKK sebagaimana dalam Lampiran 14 dan 15
Pasal 19 (3) Penarikan kredit dilakukan oleh Koperasi/LSM sesuai dengan rencana 31/164/KEP/DIR/ penarikan KUT yang diajukan berdasarkan RDKK 1998 Ayat (3) – (4) (4) Untuk penarikan KUT sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Koperasi/LSM harus menyerahkan surat pengakuan utang (Surat Aksep) yang ditanda tangani oleh pengurus Koperasi/LSM.
61
BAB IX Pasal 20 31/164/KEP/DIR/ 1998 No. (1)a
SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 1 Pasal 20 31/164/KEP/DIR/ 1998 No. (1)b–(2)
Prosedur Pengajuan Plafon KLBI (1) Pengajuan permohonan Plafon KLBI diajukan sebagai berikut: a. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi diajukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan Kantor pusat bank mengajukan permohonan plafon KLBI kepada Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI) cq: Urusan Kredit sekurang-kurangnya satu bulan sebelum dimulainya tahun penyediaan (TP). b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, diajukan kepada Kantor Bank Indonesia setempat. (2) Pengajuan permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilampiri dengan Surat Pernyataan dari Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menegah atau Kantor Wilayah setempat yang menyatakan akan bertanggung jawab atas penyaluran KUT sampai kepada petani dan penagihan pengembalian KUT dari petani kepada Bank.
37
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 3
Ketentuan Surat pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah akan bertanggung jawab dalam hal pengembalian tambahan dari KUT yang diajukan petani kepada Bank. Surat pernyataan tersebut ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku
62
Pasal 21 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1)
(1) Pengajuan permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 61 dalam kodifikasi ini), dilakukan atas dasar permohonan KUT yang diajukan oleh Koperasi/LSM untuk pembiayaan kebutuhan 1 (satu) TP.
SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 2
Pasal 21 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2)
SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 4
Pasal 21 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (3) SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 5 63
Pasal 22 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1)
SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 6
Dalam mengajukan permohonan plafon KLBI kepada Bank Indonesia, kantor pusat bank mengacu kepada rencana penyaluran KUT yang realistis dalam 1 (satu) TP secara nasional, dengan memperhatikan kebutuhan KUT yang dibuat oleh Departemen Pertanian dan Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah. Kebutuhan KUT yang direncanakan tersebut berisi informasi mengenai jumlah Koperasi/LSM peserta, jumlah kebutuhan kredit, luas areal dan lokasi yang akan dibiayai. Mengenai besarnya kebutuhan indikatif KUT per hektar ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas yang berlaku. (2) Apabila permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui oleh Bank Indonesia, maka Bank Indonesia menyediakan Plafon KLBI dengan membuat Surat Persetujuan KLBI (SPK KLBI) dan Surat Perjanjian Penerusan KUT yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. Surat Perjanjian Penerusan Kredit ditandatangani oleh Bank Indonesia dan kantor pusat bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan Surat Persetujuan KLBI (SPK) tembusannya ditandatangani oleh kantor pusat bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (3) Penyediaan Plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
Bank indonesia akan mendislokasikan plafon tersebut pada Pasal 20 ayat (2) (Paragraf 61 ayat (2) dalam kodifikasi ini) kepada KBI sesuai dengan perencanaan alokasi plafon yang diajukan oleh bank. (1) Berdasarkan dislokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 62 ayat (3) dalam kodifikasi ini) kantor wilayah atau kantor cabang Bank mengajukan permohonan Plafon Awal dan uang muka KLBI kepada Kantor Bank Indonesia setempat. Besarnya plafon awal yang akan diberikan tidak melebihi plafon yang dialokasikan.
38
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi Pasal 22 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2)
SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 1 – 2
Ketentuan (2) Apabila permohonan Plafon Awal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, maka Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI sebesar 15% (lima belas perseratus) dari Plafon Awal yang disetujui dengan cara pemindahbukuan. Atas dasar plafon awal yang telah disediakan, Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka sesuai dengan permohonan kantor bank, maksimum sebesar 15% (lima belas perseratus) dari plafon awal. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan uang muka yang telah dilimpahkan, kantor bank dapat mengajukan permohonan pengurangan atau penambahan uang muka, dengan ketentuan uang muka yang diberikan tidak melebihi 15% (lima belas per seratus) dari plafon awal. Pengurangan atau penambahan uang muka dimaksud berlaku untuk triwulan berikutnya.
Pasal 22 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (3) SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 3 dan 5
(3) Pelimpahan KLBI selanjutnya akan dilakukan dengan cara penggantian (reimburse) setelah kantor Bank melakukan realisasi kepada Kelompok Tani.
Pelimpahan KUT dilakukan oleh Bank berdasarkan rekapitulasi RDKK dengan disertai RDKK pendukung. Dalam rekapitulasi RDKK dicantumkan bahwa Kandep Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah menyetujui dan bertanggungjawab atas jumlah KUT yang akan dicairkan/ dibayarkan. Besarnya reimburse yang diajukan kepada Bank Indonesia adalah merupakan penjumlahan dari KUT yang dibayarkan oleh bank ditambah dengan beban bunga KUT yang dibayar dimuka sesuai dengan rekapitulasi RDKK, yang penyusunannya dibedakan per jangka waktu.
Pasal 22 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (4) SE 31/17/UK 1999 Romawi III A No. 4 dan 6
64
(4) Pengajuan Pelimpahan kredit likuiditas dengan cara reimburse sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh Kantor Bank dengan menggunakan sarana surat, kawat, atau fax kepada Kantor Bank Indonesia. Permohonan tersebut menggunakan formulir dalam Lampiran 16. Untuk keperluan reimburse bank pelaksana juga wajib menyerahkan bukti realisasi KUT yang dapat berupa salinan rekening pinjaman koperasi/LSM yang bersangkutan. Bukti realisasi KUT dapat disampaikan bersamaan dengan pengajuan reimburse atau bersamaan dengan penyampaian laporan bulanan perkembangan KUT.
Pasal 22 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (5)
(5) Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (3) paling lambat 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya surat permohonan kantor wilayah atau kantor cabang Bank.
Pasal 23 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1)
(1) Dalam hal terdapat kekurangan plafon KLBI, kantor Bank dapat mengajukan permohonan tambahan plafon kepada Kantor Bank Indonesia setempat.
39
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi SE 31/17/UK 1999 Romawi II No. 7
Ketentuan Permohonan tambahan plafon dimaksud didasarkan atas pengajuan RDKK atau rencana penyaluran KUT yang mengacu pada sasaran areal intensifikasi daerah setempat.
Pasal 23 (2) Permohonan tambahan plafon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat 31/164/KEP/DIR/ diputuskan oleh Kantor Bank Indonesia setempat. 1998 Ayat (2) – (3) (3) Tambahan plafon sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak menambah jumlah uang muka. 65
Pasal 24 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1) SE 11/26/DKBU 2009 Romawi III B No. 1 – 4
(1) Atas pembayaran angsuran suku bunga dan pelunasan KUT yang diterima dari Koperasi/LSM, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan yang bersangkutan. 1. Bank wajib mengembalikan pembayaran pelunasan pokok dan bunga KUT yang diterima dari Koperasi/LSM kepada Bank Indonesia. 2. Pengembalian pembayaran pelunasan pokok dan bunga KUT tersebut dilakukan dengan cara: a. Bank menyampaikan Laporan Pelunasan KUT sebagaimana formulir dalam Lampiran 2 (Lampiran 17 dalam kodifikasi ini) dan dapat disampaikan melalui sarana faksimili atau surat b. Laporan sebagaimana dimaksud pada huruf a, paling lambat diterima oleh Bank Indonesia pada setiap akhir bulan. Dalam hal akhir bulan dimaksud jatuh pada hari libur, maka laporan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia pada hari kerja berikutnya. c. Atas dasar laporan sebagaimana dimaksud pada huruf b tersebut, Bank Indonesia akan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia. 3. Dalam hal pelunasan pokok dan bunga KUT dilaporkan oleh Bank melewati batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada butir 2b, maka atas jumlah pelunasan pokok dan bunga KUT akan dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pelunasan pokok dan bunga KUT oleh Bank sampai dengan tanggal diterimanya Laporan Pelunasan KUT tersebut oleh Bank Indonesia. 4. Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada angka 3 adalah tingkat suku bunga deposito tertinggi pada tanggal diterimanya pelunasan pokok dan bunga KUT oleh Bank.
Pasal 24 (2) Dalam hal Koperasi/LSM tidak dapat melunasi KUT pada saat jatuh tempo, 31/164/KEP/DIR/ maka Koperasi/LSM tersebut harus mengajukan surat pernyataan 1998 Ayat (2) – (3) penundaan pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo. (3) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia selambatlambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum KLBI jatuh tempo.
66
BAB X Pasal 25 31/164/KEP/DIR/ 1998
SANKSI (1) Uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 ayat (2) (Paragraf 63 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dievaluasi setiap triwulan takwim, yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober, erhadap realisasi yang terjadi selama
40
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan triwulan takwim sebelumnya. (2) Dalam hal realisasi dalam triwulan takwim tersebut lebih kecil dari besarnya uang muka KLBI, maka terhadap selisih dimaksud, Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku di kantor bank yang bersangkutan, dan dihitung sejak awal triwulan sampai dengan akhir triwulan yang bersangkutan. (3) Tingkat suku bunga deposito tertinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah tingkat suku bunga tertinggi pada akhir triwulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan. (4) Dalam hal kantor Bank tidak menyetorkan pelunasan KUT yang telah diterima dari Koperasi/LSM dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) (Paragraf 65 ayat (1) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat disetorkan kantor Bank dikenakan suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada kantor Bank yang bersangkutan yang dihitung sejak tanggal diterima pelunasan KUT oleh Kantor Bank sampai dengan tanggal dikembalikannya KLBI Bank Indonesia.
67
BAB XI Pasal 26 31/164/KEP/DIR/ 1998
68
BAB XII Pasal 27 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (1)
Tugas dan Fungsi PPL Tugas dan fungsi PPL dalam pemberian KUT, adalah: a. Meningkatkan partisipasi petani dalam setiap tahapan kegiatan intensifikasi, yaitu dalam perencanaan, persiapan, pelaksanaan, pemantauan dan pemecahan masalah; b. Menumbuhkan dinamika dan kepemimpinan anggota Kelompok Tani melalui kegiatan musyawarah, diskusi, dan penyusunan RDK/RDKK; c. Menyampaikan anjuran teknologi tepat guna kepada petani dan membina penerapannya dalam rangka peningkatan mutu intensifikasi; d. Membina dan mendorong berkembangnya organisasi dan kemampuan petani dalam pengamalan 5 (lima) jurus kemampuan Kelompok Tani; e. Mendorong terwujudnya hubungan melembaga antara Kelompok Tani dan Koperasi; f. Membina pelaksanaan perakitan/rancang bangun dan rekayasa usaha tani intensifikasi sesuai dengan kondisi setempat; dan g. Menyiapkan bahan penyusunan program penyuluhan pertanian dan menyusun rencana kerja di wulayah binaannya.
Laporan (1) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan kepada Kantor Bank Indonesia setempat dengan tembusan kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan mengenai baki debet pemberian KUT per MT, penerimaan bunga dari Kelompok Tani serta imbalan yang telah diberikan kepada Koperasi/LSM dan PPL.
SE 31/17/UK 1999 Romawi VI No. 1
Selain itu juga wajib disampaikan realisasi KUT (jumlah koperasi/ LSM, luas areal yang dibiayai, mutasi debet). Laporan tersebut disampaikan dengan menggunakan formulir dalam Lampiran 18 dan 19.
Pasal 27 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2)
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib disampaikan setiap akhir bulan dan selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya.
41
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi Pasal 27 31/164/KEP/DIR/ 1998 Ayat (3) SE 31/17/UK (1999) Romawi VI No. 3
69
70
BAB XIII Pasal 28 31/164/KEP/DIR/ 1998
BAB I Pasal 1 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan (3) Kantor Pusat Bank wajib membuat kompilasi atas laporan bulanan yang diterima dari kantor cabangnya dan menyampaikan kompilasi dimaksud kepada Kantor Pusat Bank Indonesia setiap akhir bulan. Kompilasi dibuat atas dasar tembusan laporan bulanan dan disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit II (PmK2) selambat lambatnya akhir bulan berikutnya.
Ketentuan Peralihan (1) KUT yang sudah diberikan sebelum berlakunaya Surat Keputusan ini, tetap mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam masing-masing SPK KLBI yang bersangkutan. Bagi KUT yang disetujui sebelum tanggal 1 Desember 1998 berlaku Surat keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/24A/KEP/DIR tanggal 2 Mei 1998 tentang Kredit Usaha tani sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/58/KEP/DIR tanggal 2 Juli 1998 (2) KUT yang sedang diajukan dan belum mendapat persetujuan Bank, mengikuti ketentuan dalam Surat Keputusan ini. 1. Bagi KUT yang disetujui mulai tanggal 1 Desember 1998 berlaku Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/164/KEP/DIR tanggal 8 Desember 1998 tentang Kredit Usaha Tani. 2. Bagi plafon KLBI yang disediakan mulai tanggal 1 Desember 1998 dan bank belum menyampaikan Surat Pernyataan dari Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil, dan Menengah / Kanwil Departemen Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada butir II.3, bank diwajibkan segera mengupayakan Surat Pernyataan tersebut dan menyampaikannya kepada Bank Indonesia. 3. Sanksi terhadap uang muka untuk triwulan pertama (Oktober 1998 sampai dengan Desember 1998) TP 1998/99 berlaku Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/24A/KEP/DIR tanggal 2 Mei 1998 tentang Kredit Usaha Tani sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/158/KEP/DIR tanggal 2 Juli 1998. 4. Atas realisasi KUT yang telah dilakukan sejak tanggal 1 Desember 1998 dan bank belum memperhitungkan beban bunga KUT yang dibayar dimuka, maka bank dapat mengajukan permohonan penggantian beban bunga KUT yang dibayar dimuka tersebut kepada Bank Indonesia. Permohonan penggantian beban bunga KUT yang dibayar dimuka dan disetujui olah Bank Indonesia menjadi komponen KUT.
Kredit Investasi Pengembangan perkebunan Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi (PIR-Trans) Pra Konversi Ketentuan Umum 1. Bank adalah bank pelaksana Kredit Investasi Pengembangan Perkebunan dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) yang dikaitkan dengan program Transmigrasi (PIR-Trans), yaitu PT.Bank Rakyat Indonesia (Persero), PT.Bank Negara Indonesia (Persero) dan PT. Bank Mandiri (Persero). 2. Pola Perusahaan Inti Rakyat yang selanjutnya disebut Pola PIR adalah pola
42
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan pelaksanaan pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar sebagai inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat disekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan. 3. Proyek Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi yang selanjutnya disebut Proyek PIR-Trans, merupakan suatu paket pengembangan wilayah yang utuh yang terdiri dari komponen utama yang meliputi pembangunan perkebunan inti, pembangunan kebun plasma dan unit pengolahannya, serta pembangunan pemukiman yang terdiri dari lahan pekarangan dan perumahan serta komponen penunjang yang meliputi prasarana umum, tidak termasuk proyek PIR-Trans Perkebunan atas dasar mekanisme Daftar Isian Pembiayaan Proyek. 4. Perusahaan Inti adalah perusahaan di bidang perkebunan yang dimiliki baik oleh negara maupun swasta yang membangun Kebun Inti dan Kebun Plasma berikut fasilitas pengolahan hasil kebun dimaksud, yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian sebagai pelaksana proyek dalam Proyek PIR-Trans. 5. Kebun Inti adalah kebun yang dibangun, dikembangkan dan dimiliki oleh Perusahaan Inti untuk tanaman perkebunan dalam rangka pelaksanaan Proyek PIR-Trans. 6. Kebun Plasma adalah kebun yang dibangun oleh Perusahaan Inti untuk tanaman perkebunan yang akan dialihkan kepada petani peserta Proyek PIR-Trans. 7. Petani peserta Proyek PIR -Trans yang selanjutnya disebut Petani adalah petani transmigran, penduduk setempat, petani lokal dan perambah hutan sebagaimana ditetapkan dalam Instruksi Presiden No. 1 tahun 1986 yang disesuaikan dengan Surat/Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 1094A.PR.01 .31.2001 tanggal 14 Agustus 2001. 8. Biaya Proyek PIR-Trans adalah biaya yang diperlukan untuk pembangunan Kebun Inti beserta unit pengolahannya, dan Kebun Plasma, termasuk didalamnya bunga selama masa pembangunan, namun tidak termasuk biaya pembangunan pemukiman. 9. Biaya Satuan adalah biaya untuk pembangunan Kebun Plasma per hektar yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas setelah mempertimbangkan pendapat Menteri Pertanian, yang dapat ditinjau setiap tahun dan sejak tahun 1999/2000 ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat, sebagaimana diatur dalam Surat Menteri Keuangan dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas No. S-6 8 8/MK.0 17/1998 Tanggal 31 Desember 1998. S-7018/MK/12/1998 10. Kredit Investasi pra konversi perkebunan dengan Pola PIR- Trans yang selanjutnya disebut Kredit Investasi (KI) adalah kredit yang diberikan oleh Bank kepada perusahaan inti dan diperuntukan bagi pembangunan Kebun Inti dan unit pengolahannya, serta Kebun Plasma, dengan sumber dana berasal dari Bank dan Bank Indonesia. 11. Kredit Likuiditas Bank Indonesia yang selanjutnya disebut KLBI adalah kredit likuiditas dari Bank Indonesia untuk pembiayaan Proyek PIR-Trans yang telah disetujui penyediaannya oleh Bank Indonesia. 12. Konversi adalah pengalihan kepemilikan Kebun Plasma yang telah memenuhi persyaratan dari Perusahaan Inti kepada Petani disertai dengan
43
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan pengalihan KI untuk pembangunan Kebun Plasma yang semula merupakan beban Perusahaan Inti menjadi beban masing-masing Petani melalui KIK Pasca Konversi. 13. PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) yang selanjutnya disebut PT. PNM adalah salah satu BUMN Koordinator yang menerima pengalihan pengelolaan KLBI, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No.487/KMK.017/1999 tanggal 13 Oktober 1999 Tentang Penunjukkan Badan Usaha Milik Negara Sebagai Koordinator Penyaluran Kredit Program.
BAB II Pasal 2 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS
72
Pasal 3 6/12/PBI/ 2004
KI diberikan kepada Perusahaan Inti untuk membiayai Proyek PIR-Trans dengan ketentuan sebagai berikut: a. KI dipergunakan untuk membiayai pembangunan Kebun Inti termasuk unit pengolahannya dan pembangunan Kebun Plasma. b. Jenis tanaman perkebunan yang dapat dibiayai dengan KI adalah kelapa sawit dan kelapa hybrida. c. Pembangunan unit pengolahan sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang dapat dibiayai dengan KI adalah sebesar kapasitas maksimal yang diperlukan untuk menampung hasil produksi Kebun Plasma dan Kebun Inti yang bersangkutan.
73
Pasal 4 6/12/PBI/ 2004
Sumber pembiayaan KI berasal dari KLBI sebesar 55% (lima puluh lima per seratus) dan dana Bank sebesar 45% (empat puluh lima per seratus) dari kebutuhan KI.
74
Pasal 3 6/26/PBI/2004 (1)e
1. Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun; 2. Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Kordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 6,5% (enam koma lima persen) setahun.
71
(1) Biaya Proyek PIR-Trans berasal dari dana Perusahaan Inti dan KI. (2) Pangsa pendanaan untuk Biaya Proyek PIR-Trans sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebagai berikut : a. Untuk pembiayaan pembangunan Kebun Inti, minimal 35% (tiga puluh lima per seratus) berasal dari Perusahaan Inti dan selebihnya dibiayai dengan KI. b. Untuk pembiayaan pembangunan Kebun Plasma, 100% (seratus per seratus) dibiayai dengan KI.
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. 75
Pasal 6 6/12/PBI/ 2004
(1) Jangka waktu KI ditetapkan sesuai dengan kemampuan Proyek PIR-Trans yang tercermin dari proyeksi keuangan. Bank menetapkan jangka waktu KI dengan mempertimbangkan proyeksi keuangan masing-masing Proyek PIR - Trans. (2) Jangka waktu KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan paling lama 13 (tiga belas) tahun, tidak termasuk perpanjangan KI.
44
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 76 Pasal 7 6/12/PBI/ 2004 77
Pasal 8 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan (1) Commitment fee dan provisi KI kepada Perusahaan Inti tidak dipungut. (2) Bea meterai dikenakan sesuai dengan ketentuan bea meterai yang berlaku. (1) Jaminan KI dan pengikatan jaminan KI dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan wewenang Bank. Penetapan dan pengikatan jaminan diserahkan kepada masing-masing Bank dengan tetap memperhatikan azas perkreditan yang sehat.
78
BAB III Pasal 9 6/12/PBI/ 2004
Tata Cara Pelaksanaan Kredit Investasi Proyek PIR-TRANS (1) Perusahaan Inti yang dapat memperoleh KI adalah: a. Perusahaan milik negara yang telah mendapatkan izin Menteri Keuangan; Yang dimaksud dengan Izin Menteri Keuangan adalah rekomendasi dari Menteri Keuangan (selaku Pemerintah) sebagai pemegang saham dari perusahaan milik negara untuk dapat mengikuti program PIR Trans. b. Perusahaan Swasta Nasional; atau c. Perusahaan Penanaman Modal Asing dalam rangka Undang-Undang No. 1 tahun 1967 dan ketentuan perubahannya. (2) Perusahaan Penanaman Modal Asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c hanya dapat mengajukan KI untuk membiayai pembangunan Kebun Plasma. Perusahaan Penanaman Modal Asing dimaksud hanya dapat mengajukan KI untuk pembiayaan Kebun Plasma sepanjang perusahaan tersebut memiliki unit pengolahan yang dibiayai sendiri guna menampung hasil Kebun Plasma tersebut. (3) Perusahaan Inti sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang rencana pelaksanaan proyek PIR-Trans; dan b. Memiliki Surat Persetujuan Menteri Keuangan mengenai rencana pembiayaan pembangunan proyek PIR - Trans yang bersifat jamak tahun (multi years). Rencana pembiayaan pembangunan PIR-Trans yang bersifat jamak tahun tersebut adalah berdasarkan saran Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).
79
Pasal 10 6/12/PBI/ 2004
Permohonan KI diajukan secara tertulis oleh Perusahaan Inti kepada Bank dan wajib dilengkapi dengan: a. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 78 dalam kodifikasi ini). b. Izin yang berkaitan dengan legalitas badan usaha dan kegiatan usaha.
45
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan Yang dimaksud dengan izin tersebut diantaranya adalah Sertifikat Hak Guna Usaha (HGU) dan Surat Keputusan Tetap (SKPT) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). c. Studi kelayakan yang dibuat oleh konsultan independen. d. Laporan keuangan perusahaan 3 tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik bagi perusahaan lama dan sekurang-kurangnya neraca awal bagi perusahaan baru. Yang dimaksud perusahaan lama adalah perusahaan¬perusahaan yang pada saat dimulainya program PIR- Trans merupakan perusahaanperusahaan yang sudah memiliki pengalaman dibidang perkebunan dengan pola PIR. Yang dimaksud perusahaan baru adalah perusahaan¬perusahaan yang baru didirikan sehubungan dengan adanya program PIR-Trans.
80
Pasal 11 6/12/PBI/ 2004
Bank wajib melakukan penilaian atas permohonan KI sesuai dengan azas pemberian kredit yang sehat dengan mengacu kepada prinsip kehati-hatian.
81
Pasal 12 6/12/PBI/ 2004
(1) Perusahaan Inti melakukan pembayaran angsuran KI untuk Kebun Inti secara triwulanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Jadwal ditetapkan berdasarkan proyeksi arus dana (cash ftow). Pembayaran angsuran KI untuk Kebun Inti dilaksanakan setelah masa tenggang berakhir. (2) Pelunasan KI untuk Kebun Plasma dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaan Konversi. Ketentuan dan tata cara pelunasan KI untuk Kebun Plasma diatur di Peraturan Bank Indonesia tentang KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi.
82
83
BAB IV Pasal 13 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Pasal 14 6/12/PBI/ 2004
Jangka waktu KLBI masing-masing Proyek PIR-Trans disesuaikan dengan jangka waktu KI.
Suku bunga KLBI ditetapkan 6,5% (enam setengah per seratus) setahun dan dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia.
Jangka waktu KLBI ditetapkan dalam SPK masing-masing Proyek PIR - Trans. 84
85
Pasal 15 6/12/PBI/ 2004
(1) Jaminan KLBI adalah Surat Aksep yang diterbitkan dan ditandatangani oleh Bank. (2) Surat Aksep sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib diperbaharui setiap tahun selama KLBI belum lunas
BAB V Pasal 16 6/12/PBI/ 2004
Tata Cara Kredit Likuiditas Bank Indonesia (1) Bank mengajukan permohonan KLBI kepada Bank Indonesia melalui PT. PNM setelah Bank melakukan penilaian terhadap permohonan KI sesuai dengan azas pemberian kredit yang sehat.
46
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
86
Sumber Regulasi
Pasal 17 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan (2) KLBI yang diajukan oleh Bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari KLBI untuk pembangunan Kebun Inti beserta unit pengolahannya (KLBI Kebun Inti) dan KLBI untuk pembangunan Kebun Plasma (KLBI Kebun Plasma). (3) Bank menyampaikan permohonan KLBI kepada Bank Indonesia melalui PT. PNM secara tertulis dengan melampirkan : a. Penilaian Bank terhadap KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) b. Dokumen yang disampaikan Perusahaan Inti pada saat pengajuan KI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 79 dalam kodifikasi ini). (1) Besarnya KLBI Kebun Plasma dihitung menurut kebutuhan atas dasar Biaya Satuan untuk tahun yang bersangkutan ditambah overhead cost dan jasa manajemen sebesar 15% (lima belas per seratus) dari total biaya. (2) Besarnya KLBI Kebun Inti dihitung menurut kebutuhan Proyek PIR-Trans termasuk biaya untuk pembangunan unit pengolahan. (3) Besarnya KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) maksimum sebesar plafon KLBI dalam Surat Penegasan Kredit (SPK) yang telah disetujui Bank Indonesia sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini. Dalam hal ini tidak dimungkinkan eskalasi dengan menggunakan KLBI.
87
Pasal 18 6/12/PBI/ 2004
(1) Pelimpahan KLBI dilaksanakan secara bertahap tiap triwulan atas dasar jadwal pelimpahan yang tercantum dalam proyeksi arus dana (cash flow). (2) Pelimpahan KLBI didasarkan atas rencana kebutuhan dana Proyek PIRTrans dengan memperhatikan prestasi fisik dan Biaya Proyek PIR-Trans, sebagaimana dicantumkan dalam laporan pertanggungjawaban penggunaan KI, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Untuk pelimpahan pertama kali (tahun pertama) yaitu triwulan I dan II dapat dilaksanakan tanpa laporan pertanggungjawaban; b. Untuk pelimpahan triwulan III dilaksanakan setelah disampaikan laporan pertanggungjawaban triwulan I; c. Untuk triwulan IV dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban triwulan II tahun pertama; d. Pelimpahan triwulan I tahun ke dua dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban triwulan III tahun pertama; e. Pelimpahan triwulan II tahun kedua dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban triwulan IV tahun pertama; f. Pelimpahan triwulan III tahun kedua dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban triwulan I tahun kedua, demikian untuk seterusnya sampai dengan jadwal pelimpahan selesai. (3) Bank wajib memeriksa kebenaran atas laporan pertanggungjawaban penggunaaan KI tersebut di atas. (4) Bank Indonesia menetapkan batas akhir pelimpahan KLBI dan menyampaikannya secara tertulis kepada Bank. Bank Indonesia menetapkan batas akhir pelimpahan KLBI atas dasar masukan dari Bank dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan.
47
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 88 Pasal 19 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan (1) Bank wajib merealisasikan seluruh KLBI kepada Proyek PIR-Trans. (2) Atas realisasi KLBI dimaksud, Bank wajib merealisasikan KI kepada Proyek PIR-Trans sesuai dengan ketentuan pangsa pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 73 dalam kodifikasi ini). Dalam merealisasikan KI kepada Proyek PIR-Trans, Bank harus menjaga agar proporsi KI dimaksud terdiri dari 55% (lima puluh lima per seratus) KLBI dan 45% (empat puluh lima per seratus) dana Bank. (3) Bank wajib merealisasikan KI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah KLBI dilimpahkan kepada Bank. (4) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia bukti realisasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dalam 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal pelimpahan KLBI. Bukti realisasi tersebut agar disampaikan kepada Biro Kredit Bank Indonesia.
89
Pasal 20 6/12/PBI/ 2004
(1) Pembayaran angsuran KLBI Kebun Inti dilakukan secara triwulanan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan proyeksi arus dana (cash flow). Pembayaran angsuran KLBI Kebun Inti dilaksanakan setelah masa tenggang pembayaran angsuran berakhir. (2) Pelunasan KLBI Kebun Plasma dilakukan secara bertahap sesuai dengan pelaksanaan Konversi. Konversi untuk masing-masing Petani dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kesiapan masing-masing Proyek PIR-Trans. (3) Pelunasan KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan melalui pemberian KLBI atas beban kredit Petani. KLBI yang diberikan atas beban kredit Petani tersebut selanjutnya disebut KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi, yang diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang KLBI KIK PIR-Trans Pasca Konversi.
90
BAB VI
Perimbangan Luas Lahan
Pasal 21 6/12/PBI/ 2004
(1) Perimbangan luas lahan Kebun Inti dan Kebun Plasma ditetapkan Bank Indonesia dengan mengacu kepada ketetapan Menteri Pertanian. (2) Perimbangan luas lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah 20 : 80 (dua puluh berbanding delapan puluh) atau dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. Penyesuaian perimbangan luas lahan adalah berdasarkan SK Menteri Pertanian No.353/Kpts/KB.5106/2003 tanggal 30 Juni 2003, dan penyesuaian perimbangan luas lahan dimungkinkan sepanjang memenuhi kriteria yang diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan No.: 50/Kpts/KB.5 10/7/2003 tanggal 30
48
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan Juli 2003 dan ketentuan perubahannya. (3) Penyesuaian perimbangan luas lahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sebagai berikut: a. Perusahaan Inti mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan untuk mendapatkan rekomendasi. b. Setelah memperoleh rekomendasi dari Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Perusahaan Inti mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan kepada Bank. c. Bank mengajukan permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan kepada PT. PNM dengan disertai rekomendasi dari Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. d. PT PNM melakukan penilaian atas permohonan yang diajukan Bank, dan meneruskan hasil penilaian kepada Bank Indonesia untuk mendapatkan persetujuan. (4) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penyesuaian perimbangan luas lahan, maka: a. PT. PNM melakukan penyesuaian plafon KLBI yang telah disetujui Bank Indonesia sebelumnya. Penyesuaian plafon KLBI dimaksud dilakukan dalam SPK penyediaan KLBI secara proporsional. b. Dalam hal KLBI yang sudah dilimpahkan nilainya lebih kecil dari plafon KLBI yang telah disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka kelonggaran tarik KLBI yang tersedia adalah selisih antara plafon KLBI yang telah disesuaikan dengan KLBI yang sudah dilimpahkan. c. Dalam hal KLBI yang sudah dilimpahkan nilainya lebih besar dari plafon KLBI yang telah disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, maka Bank Indonesia melakukan oenarikan atas kelebihan KLBI dimaksud. Penarikan KLBI dilakukan oleh Bank Indonesia dengan mendebet rekening giro Bank di Bank Indonesia.
91
BAB VII
Konversi Kebun Plasma
Pasal 22 6/12/PBI/ 2004
(1) Konversi dapat dilaksanakan setelah dipenuhinya persyaratan sebagai berikut: a. Budidaya tanaman telah dinilai oleh Departemen Pertanian sesuai dengan persyaratan atau kriteria yang ditetapkan dan disetujui oleh Bank. b. Aspek perbankan yang menyangkut jaminan kredit, administrasi Petani peserta, dan persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh Bank telah dipenuhi. Yang dimaksud dengan aspek perbankan yang menyangkut jaminan kredit di antaranya adalah sertifikat tanah.
49
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan c. Petani telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Pemenuhan syarat administrasi Petani dipersiapkan oleh Perusahaan Inti. (2) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) telah dipenuhi Perusahaan Inti dapat mengajukan permohonan Konversi kepada Bank dengan melampirkan bukti-bukti pemenuhan persyaratan. (3) Dalam hal Bank menyetujui permohonan Konversi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) maka Konversi dapat dilaksanakan. (4) Biaya Proyek PIR-Trans untuk membangun Kebun Plasma yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan Inti dikonversi menjadi beban kredit Petani bersamaan dengan penyerahan pemilikan Kebun Plasma kepada Petani. (5) Kredit Petani sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disebut Kredit Investasi Kecil (KIK) Pasca Konversi dan selanjutnya tunduk kepada ketentuan KIK Pasca Konversi yang berlaku.
92
Pasal 23 6/12/PBI/ 2004
(1) Biaya Proyek PIR-Trans yang dikonversi menjadi KIK Pasca Konversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) (Paragraf 91 ayat (4) dalam kodifikasi ini) adalah biaya yang dikeluarkan sejak tahap persiapan sampai dengan saat penyerahan Kebun Plasma, ditambah overhead cost dan jasa manajemen sebesar 15% (lima belas per seratus) dari total biaya termasuk bunga KI Kebun Plasma selama masa pembangunan . (2) Besarnya KIK Pasca Konversi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan sebesar 166,17% (seratus enam puluh enam tujuh belas perseratus) dikalikan dengan jumlah biaya selama periode pembangunan Kebun Plasma yang didasarkan pada Biaya Satuan. Penetapan besarnya kredit tersebut adalah agar besarnya beban kredit kepada setiap petani sama besarnya untuk setiap tahun tanam yang sama, yakni atas dasar rumus perhitungan X+15%X+(%BMPx115%X), dimana X adalah Biaya Satuan dan BMP adalah biaya bunga selama masa pembangunan. (3) Sumber dana untuk KIK Pasca Konversi kepada Petani tersebut berasal dari KLBI KIK Pasca Konversi sebesar 80% (delapan puluh perseratus) dan dana Bank sebesar 20% (dua puluh perseratus).
93
Pasal 24 6/12/PBI/ 2004
(1) Pelaksanaan Konversi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 (Paragraf 91 dalam kodifikasi ini) dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi masing-masing Proyek PIR-Trans, yang keseluruhan proyek harus dikonversikan paling lambat tahun 2008. Batas akhir Konversi untuk setiap Proyek PIR-Trans ditetapkan oleh Bank Indonesia, atas dasar usulan dari Bank dan Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. (2) Dalam hal sampai batas akhir Konversi yang ditetapkan masih terdapat Kebun Plasma yang belum dilakukan Konversi dan masih terdapat baki
50
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan debet KLBI Kebun Plasma, maka ditetapkan hal-hal sebagai berikut: a. Kelonggaran tarik KLBI KIK Pasca Konversi yang belum dilimpahkan menjadi hangus. b. Baki debet KLBI Kebun Plasma ditarik oleh Bank Indonesia. c. Penyelesaian kepemilikan lahan yang belum dikonversi diserahkan kepada Tim Koordinasi PIR-Trans. Yang dimaksud dengan Tim Koordinasi PIR Trans adalah sebagaimana ditetapkan dalam SK Mentan No. 183/ Kpts/KP.150/4/86 tanggal 5 April 1986 juncto Keputusan Menteri Pertanian No. 485/Kpts/KP. 150/6/96 tentang Tim Koordinasi Pengembangan Perkebunan Dengan Pola PIR yang Dikaitkan Dengan Program Transmigrasi.
94
Pasal 25 6/12/PBI/ 2004
(1) Dalam hal salah satu syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ayat (1) (Paragraf 92 Ayat (1) dalam kodifikasi ini) tidak dipenuhi sehingga Konversi tidak dapat dilaksanakan, maka Perusahaan Inti wajib segera memberitahukan hal tersebut kepada Tim Koordinasi PIR-Trans untuk mendapatkan penyelesaian lebih lanjut. Dalam hal ini penyebab Konversi tidak dapat dilaksanakan adalah bukan karena kesalahan Perusahaan Inti. (2) Penerimaan hasil Kebun Plasma yang diperoleh Perusahaan Inti selama proses penyelesaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam sistem escrow account, dengan ketentuan sebagai berikut: a. Perusahaan Inti menyetor dana penerimaan hasil Kebun Plasma ke dalam escrow account di Bank. b. Bank memberikan bunga atas dana escrow account, yang besarnya sama dengan suku bunga KIK Pasca Konversi yang dikenakan kepada Petani dalam rangka Konversi. Bunga tersebut dihitung atas dasar saldo harian. c. Perusahaan Inti dapat menarik dana escrow account untuk membiayai pemeliharaan Kebun Plasma dan membayar kewajiban KI Kebun Plasma yang timbul atas dasar KI Kebun Plasma yang akan dialihkan kepada Petani yang bersangkutan. d. Dalam hal telah terjadi Konversi, maka dana escrow account sebagaimana dimaksud dalam huruf a digunakan untuk membayar kewajiban Petani kepada Perusahaan Inti dan atau Bank.
95
BAB VIII Pasal 26 6/12/PBI/ 2004
Laporan (1) Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia dengan tembusan kepada PT. PNM, laporan-laporan sebagai berikut : a. Laporan semesteran perkembangan Proyek PIR-Trans pada posisi bulan Juni dan Desember, yang disampaikan paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya bulan yang bersangkutan. b. Laporan tahunan keuangan Perusahaan Inti yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan, dan disampaikan paling lambat 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan.
51
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan c. Laporan bulanan posisi baki debet KI atas nama masing-masing Perusahaan Inti yang telah dikonsolidasikan oleh Kantor Pusat Bank dengan menggunakan format sebagaimana pada lampiran 1 (lampiran 20 dalam kodifikasi ini), dan diterima oleh Bank Indonesia paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. (2) Kewajiban penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan Konversi selesai dilaksanakan. Yang dimaksud dengan Konversi selesai dilaksanakan adalah telah dilaksanakan Konversi kepada seluruh Petani.
96
BAB IX Pasal 27 6/12/PBI/ 2004
Sanksi (1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 88 ayat (2) dalam kodifikasi ini) sehingga menyebabkan porsi KLBI yang dilimpahkan melebihi 55% (lima puluh lima per seratus) dari KI dikenakan sanksi penarikan kembali kelebihan KLBI dimaksud dan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga deposito berjangka 3 (tiga) bulan yang berlaku di Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan KLBI dikalikan kelebihan KLBI dimaksud. Pengenaan sanksi kepada Bank dilakukan dengan cara membebankan rekening giro Bank di Bank Indonesia. (2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai dengan tanggal penarikan KLBI.
97
Pasal 28 6/12/PBI/ 2004
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (3) (Paragraf 88 ayat (3) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi penarikan kembali KLBI yang telah dilimpahkan dan sanksi kewajiban membayar sebesar suku bunga deposito berjangka 3 (tiga) bulan yang berlaku di Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan KLBI dikalikan jumlah KLBI yang telah dilimpahkan kepada Bank tersebut. Pengenaan sanksi kepada Bank dilakukan dengan cara membebankan rekening giro Bank di Bank Indonesia. (2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai dengan tanggal penarikan KLBI.
98
Pasal 29 6/12/PBI/ 2004
Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 19 ayat (4) (Paragraf 88 ayat (4) dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp1.000.000,(satu juta rupiah).
99
Pasal 30 6/12/PBI/ 2004
Untuk setiap keterlambatan penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (1) huruf a, b dan c (Paragraf 95 ayat (1) huruf a, b, dan c dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar masing-masing sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah).
52
Asset Paragraf 100
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB X Pasal 31 6/12/PBI/ 2004
Ketentuan
Ketentuan Peralihan Persyaratan dan kondisi untuk KLBI PIR-Trans yang telah diberikan sebelum berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini tetap berlaku sampai dengan berakhirnya jangka waktu masing-masing SPK yang bersangkutan. Yang dimaksud persyaratan dan kondisi adalah sebagaimana yang tercantum dalam SPK masing-masing Proyek PIR-Trans.
BAB I 101
102
103
104
Kredit Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Ketentuan Umum
Pasal 1 31/39/PBI/1998
1. Bank Perkreditan Rakyat, yang selanjutnya disebut BPR, adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan telah memperoleh ijin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat dari Menteri Keuangan. 2. BPR Syari'ah adalah BPR yang dalam kegiatan operasionalnya berdasarkan syari'ah. 3. Kredit Modal Kerja Bank Indonesia dalam rangka pengembangan BPR, yang selanjutnya disebut KMK-BPR, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPR dalam rangka membantu pendanaan BPR agar mampu memberikan kredit kepada usaha kecil.Bantuan Teknis adalah bantuan penelitian, pelatihan, dan konsultasi yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang program pemerintah dan tidak termasuk bantuan teknis yang terkait dengan Two Step Loan. 4. Batas Maksimum Pemberian Kredit, yang selanjutnya disebut BMPK, adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh BPR kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu.
BAB II Pasal 2 31/39/PBI/1998
Usaha-Usaha Yang Dibiayai
Pasal 3 31/39/PBI/1998
(1) KMK-BPR tidak dapat diberikan kepada pihak yang terkait dengau BPR yang bersangkutan. (2) Pihak terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sesuai dengan ketentuan BMPK yang berlaku.
BAB III
Persyaratan BPR
Pasal 4 31/39/PBI/1998
(1) BPR yang dapat diberikan KMK-BPR adalah: a. BPR yang didirikan setelah tanggal 28 Oktober 1988; b. Bank Pasar atau Bank Desa yang telah berbadan hukum; c. Bank Karya Produksi Desa (BKPD); dan d. BPR yang berasal dan pengukuhan Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan (LDKP).
(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KMK-BPR diutamakan usaha yang produktif atau membuka / memperluas kesempatan kerja, pada semua sektor ekonomi dan dinyatakan layak oleh BPR berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. (2) Usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk kredit kepada pengembang perumahan dan kantor.
53
Asset Paragraf
105
106
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (2) BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus telah beroperasi minimum 2 (dua) tahun.
BAB IV Pasal 5 31/39/PBI/1998
Syarat- Syarat KMK-BPR
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)d.2
(1) suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 13% (tiga belas persen) setahun.
(1) Besarnya KMK-BPR yang dapat diberikan diatur sebagai berikut: a. Maksimum 3 (tiga) kali modal disetor bagi BPR yang telah memperoleh Tingkat Kesehatan (TKS) dengan predikat Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun sebelumnya. b. Maksimum 2 (dua) kali modal disetor bagi BPR yang telah memperoleh TKS dengan predikat minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun terakhir. c. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPR yang memperoleh TKS dengan predikat Cukup Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir. d. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPR yang memperoleh TKS dengan predikat Kurang Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan pada bulan¬bulan di dalamnya tidak terdapat TKS dengan predikat Tidak Sehat, serta inodalnya masih positif (modal disetor setelah dikurangi rugi) dan masih memperoleh laba pada bulan terakhir. (2) Jumlah maksimum KMK-BPR yang dapat diberikan kepada masing-masing BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c adalah sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) (3) Jumlah maksimum KMK-BPR yang dapat diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
107
108
Pasal 6 31/39/PBI/1998 Ayat (2) – (4)
(2) Suku bunga KMK-BPR dihitung setiap bulan dan dibayar oleh BPR setiap triwulan tahun takwim. (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KMK-BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka perubahan tersebut akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. (4) Untuk KMK-BPR tidak dikenakan provisi kredit.
Pasal 7 31/39/PBI/1998
(1) Jangka waktu KMK-BPR ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang maksimum 3 (tiga) kali. (2) Dalam hal BPR akan memperpanjang jangka waktu KMK-BPR, maka permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut hams sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum KMK-BPR tersebut jatuh tempo. (3) Dalam hal BPR tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka BPR hams melunasi KMK-BPR sesuai dengan tanggal jatuh tempo.
BAB V Pasal 8 31/39/PBI/1998
Syarat-Syarat Penyaluran KMK-BPR Kepada Debitur (1) Jumlah kredit yang dapat diberikan BPR kepada masing-masing debitur disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan kredit,
54
Asset Paragraf
109
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)d.1
Ketentuan dengan jumlah maksimum Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). (2) Kredit yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak boleh melanggar BMPK. suku bunga kredit dari Bank kepada debitur ditetapkan sebesar 28% (dua puluh delapan persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
BAB VI
Tata Cara Pengajuan Permohonan Dan Pembayaran Kembali KMK-BPR
110
Pasal 10 31/39/PBI/1998
Permohonan KMK-BPR diajukan sebagai berikut: a. Bagi BPR yang berada di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit 2 Urusan Kredit, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta; dan b. Bagi BPR yang berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
111
Pasal 11 31/39/PBI/1998
(1) Dalam hal permohonan KMK-BPR sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 (Paragraf 110 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafond KMK-BPR untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan membuat Surat Persetujuan KMK-BPR (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akta F). (2) Dengan tersedianya plafond sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BPR dapat mengajukan permohonan pelimpahan KMK-BPR dengan melampirkan rencana kebutuhan pembiayaan kepada debitur. (3) Permohonan pelimpahan KMK-BPR sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan secara bertahap maksimum 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.
112
Pasal 12 31/39/PBI/1998
Untuk menerima plafond KMK-BPR sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) (Paragraf 111 ayat (1) dalam kodifikasi ini) BPR wajib menyerahkan: a. Surat kuasa dan pemilik BPR kepada Bank Indonesia untuk bertindak atas nama pemilik BPR guna mengalihkan saham BPR dan atau bukti kepemilikan BPR lainnya, serta menerima hasil pengalihan dimaksud untuk membayar kembali KMK BPR dalam hal BPR tidak memenuhi kewajibannya. b. Surat pernyataan dari pemilik BPR untuk tidak mengalihkan kepemilikan BPR kepada pihak lain selama pemberian KMK-BPR berlangsung. c. Surat Aksep d. Surat pernyataan dari pemilik dan pengurus BPR bahwa akan bertanggung jawab atas pengembalian KMK-BPR sampai harta kekayaan pribadi; dan e. Surat pernyataan dari pengurus BPR berisi kesediaaan bertanggung jawab atas keberhasilan penyaluran kredit yang berasal dari KMK-BPR dan meningkatkan atau mempertahankan TKS setelah memperoleh KMK-BPR.
113
Pasal 13 31/39/PBI/1998
(1) Pelimpahan KMK-BPR ke rekening BPR di kantor bank umum terdekat dilakukan melalui kliring (2) Pelaksanaan pelimpahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan: a. setelah SPK dan Akta F ditandatangani oleh BPR, dan b. setelah BPR menyerahkan dokumen-dokurnen sebagaimana dimaksud
55
Asset Paragraf
114
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan pada Pasal 12 (Paragraf 112 dalam kodifikasi ini). (3) KMK-BPR yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib disalurkan kepada debitur selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan.
Pasal 14 31/39/PBI/1998
(1) Pembayaran kembali KMK-BPR beserta kewajiban lainnya dilakukan dengan mendebet rekening BPR pada Bank Umum yang ditunjuk. (2) Pendebetan rekening sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan surat kuasa dari BPR kepada Bank Indonesia.
Laporan
115
BAB VII Pasal 15 31/39/PBI/1998
Sanksi
116
BAB VIII Pasal 16 31/39/PBI/1998
117
BAB I Pasal 1 31/64/KEP/DIR/ 1998
BPR wajib menyampaikan laporan atas penggunaan KMK-BPR yang telah dilimpahkan sesuai dengan contoh terlampir selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah tanggal pelimpahan (lampiran 21 dalam kodifikasi ini).
(1) Dalam hal KMK-BPR yang telah dilimpahkan tidak dapat disalurkan dalam jangka wak-tu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (3) (Paragraf 113 ayat (3) dalam kodifikasi ini) baik sebagian maupun seluruhnya, maka untuk jumlah KMK-BPR yang tidak dapat disalurkan tersebut, BPR akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar bunga sebesar suku bunga deposito tertinggi pada BPR yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal penyaluran kepada debitur. (2) Dalam hal KMK-BPR yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) dan (2) (Paragraf 113 ayat (1) dan (2) dalam kodifikasi ini), tidak dapat disalurkan dan dikembalikan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan dan dikembalikan tersebut, BPR akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar bunga sebesar suku bunga deposito tertinggi pada BPR yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal pengembalian. (3) BPR yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, Pasal 3, Pasal 8, dan Pasal 9 (Paragraf 102, Paragraf 103, Paragraf 108, dan Paragraf 109 dalam kodifikasi ini) dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas untuk memperoleh KMK-BPR.
Pembiayaan Modal Kerja Bank Indonesia Dalam Rangka Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat Syariah Ketentuan Umum 1. Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut BPRS, adalah Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana diatur dalam Undang-undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, dan telah memperoleh izin usaha sebagai Bank Perkreditan Rakyat yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil dari Menteri Keuangan. 2. Pembiayaan Modal kerja Bank Indonesia dalam rangka pengembangan BPRS, yang selanjutnya disebut PMK-BPRS, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada BPRS dalam rangka membantu pendanaan BPRS agar mampu memberikan pembiayaan kepada usaha
56
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan kecil. 3. Batas Maksimum Pemberian Kredit, yang selanjutnya disebut BMPK, adalah batas maksimum penyediaan dana yang diperkenankan untuk dilakukan oleh BPRS kepada peminjam atau kelompok peminjam tertentu. 4. Nisbah bagi hasil adalah perbandingan pendapatan yang akan diterima pemberi dana dan penerima dana.
BAB II
Usaha-Usaha yang Dibiayai
118
Pasal 2 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Usaha yang dapat dibiayai dengan PMK-BPRS diutamakan usaha yang produktif atau membuka/memperluas kesempatan kerja, pada semua sektor ekonomi dan dinyatakan layak oleh BPRS berdasarkan asas-asas pembiayaan yang sehat. (2) Usaha-usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk pembiayaan kepada pengembang perumahan dan kantor.
119
Pasal 3 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) PMK-BPRS tidak dapat diberikan kepada pihak yang terkait dengan BPRS yang bersangkutan. (2) Pihak terkait sebgaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah sesuai dengan ketentuan BMPK yang berlaku.
Persyaratan BPRS
120
BAB III Pasal 4 31/64/KEP/DIR/ 1998
Syarat-Syarat PMK-BPRS
121
BAB IV Pasal 5 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) BPRS yang dapat diberikan PMK-BPRS adalah: a. BPRS yang telah mendapatkan izin usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia; b. Bank Perkreditan Rakyat yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk mengubah kegiatan usahanya menjadi Bank Perkreditan Rakyat yang semata-mata berdasarkan syari’ah. (2) BPRS dan Bank Perkreditan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus telah beroperasi minimum 2 (dua) tahun.
(1) Besarnya PMK-BPRS yang dapat diberikan diatur sebagai berikut: a. Maksimum 3 (tiga) kali modal disetor bagi BPRS yang telah memperoleh Tingkat Kesehatan (TKS) dengan predikat Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan minimum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun sebelumnya. b. Maksimum 2 (dua) kali modal disetor bagi BPRS yang telah memperoleh TKS dengan predikat minum Cukup Sehat selama 2 (dua) tahun terakhir. c. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPS yang memperoleh TKS dengan predikat Cukup Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir. d. Maksimum 1 (satu) kali modal disetor bagi BPRS yang memperoleh TKS dengan predikat Kurang Sehat selama 1 (satu) tahun terakhir dan pada bulan-bulan di dalamnya tidak terdapat TKS dengan predikat Tidak Sehat, serta modalnya masih positif (modal disetor setelah dikurangi rugi) dan masih memperoleh laba pada bulan terakhir. (2) Jumlah maksimum PMK-BPRS yang dapat diberikan kepada masing-masing BPRS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, b dan c adalah sebesar Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). (3) Jumlah maksimum PMK-BPRS yang dapat diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d adalah sebesar Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
57
Asset Paragraf 122
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB V Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (2)b.1
Ketentuan
Nisbah Bagi Hasil (1) nisbah atas pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dari Bank kepada debitur ditetapkan dengan marjin maksimum sebesar 28% (dua puluh delapan persen) setahun. Nisbah dimaksud tidak dikenakan pada nisbah selanjutnya.
Pasal 6 31/64/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2)
(2) Bagi hasil PMK-BPRS dihitung setiap bulan dan dibayar oleh BPRS setiap triwulan tahun takwim.
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (2)b.2 – 3
(3) Nisbah atas pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan setara dengan suku bunga sebesar 13% (tiga belas persen) setahun. Nisbah dimaksud tidak dikenakan pada nisbah selanjutnya.
Pasal 6 31/64/KEP/DIR/ 1998 Ayat (5) – (6) 123
124
Pasal 7 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Jangka waktu PMK-BPRS ditetapkan maksimum 1 (satu) tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang maksimum 3 (tiga) kali. (2) Dalam hal BPRS akan memperpanjang jangka waktu PMK-BPRS, maka permohonan perpanjangan jangka waktu tersebut harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum PMK-BPRS tersebut jatuh tempo. (3) Dalam hal BPRS tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka BPRS wajib melunasi PMKBPRS sesuai dengna tanggal jatuh tempo.
BAB VI Pasal 8 31/64/KEP/DIR/ 1998
Syarat-Syarat Penyaluran PMK-BPRS Kepada Nasabah
BAB VII 125
(4) dalam hal terjadi kekurangan atau kelebihan pendapatan Bank dari debitur, pendapatan Bank Indonesia atau BUMN Koordinator tidak berubah. (5) Dalam hal terjadi perubahan nisbah bagi hasil PMK-BPRS sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (3), maka perubahan tersebut akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. (6) Untuk PMK-BPRS tidak dikenakan provisi.
Pasal 9 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Jumlah Pembiayaan yang dapat diberikan BPRS kepada masing-masing debitur disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan membayar kembali, dengan jumlah maksimum Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah). (2) Pembiayaan yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak boleh melanggar BMPK.
Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pembayaran Kembali PMK-BPRS Permohonan PMK-BPRS diajukan sebagai berikut: a. Bagi BPRS yang berada di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia c.q. Bagian Pemberian Kredit 2 – Urusan Kredit, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta; dan
58
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan b. Bagi BPRS yang berada di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a, disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
126
Pasal 10 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Dalam hal permohonan PMK-BPRS sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 (Paragraf 125 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafon PMK-BPRS untuk jangka waktu 1 (satu) tahun dengan membuat Surat Persetujuan PMK-BPRS (SPK) dan Surat Perjanjian PMK-BPRS (Akta F). (2) Dengan tersedianya plafon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), BPRS dapat mengajukan permohonan pelimpahan PMK-BPRS dengan melampirkan rencana kebutuhan pembiayaan kepada debitur. (3) Permohonan pelimpahan PMK-BPRS sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilakukan secara bertahap maksimum 4 (empat) kali dalam 1 (satu) tahun.
127
Pasal 11 31/64/KEP/DIR/ 1998
Untuk menerima plafon PMK-BPRS sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 ayat (1) (Paragraf 126 ayat (1) dalam kodifikasi ini) BPRS wajib menyerahkan: a. Surat kuasa dari pemilik BPRS kepada Bank Indonesia untuk bertindak atas nama pemilik BPRS guna mengalihkan saham BPRS dan atau bukti kepemilikan BPRS lainnya, serta menerima hasil pengalihan dimaksud untuk membayar kembali PMK-BPRS dalam hal BPRS tidak memenuhi kewajibannya. b. Surat pernyataan dari pemilik BPRS untuk tidak mengalihkan kepemilikan BPRS kepada pihak lain selama pemberian PMK-BPRS berlangsung. c. Surat Aksep; d. Surat pernyataan dari pemilik dan pengurus BPRS bahwa akan bertanggung jawab atas pengembalian PMK-BPRS sampai harta kekayaan pribadi; dan e. Surat pernyataan dari pengurus BPRS berisi kesediaan bertanggung jawab atas keberhasilan penyaluran pembiayaan yang berasal dari PMK-BPRS dan meningkatkan atau mempertahankan TKS setelah memperoleh PMK-BPRS.
128
Pasal 12 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Pelimpahan PMK-BPR ke rekening BPRS di kantor bank umum terdekat dilakukan melalui kliring. (2) Pelaksanaan pelimpahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan: a. Setelah SPK dan Akta F ditandatangani oleh BPRS, dan b. Setelah BPRS menyerahkan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 (Paragraf 127 dalam kodifikasi ini). (3) PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), wajib disalurkan kepada debitur selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan.
129
Pasal 13 31/64/KEP/DIR/ 1998
(1) Pembayaran kembali PMK-BPRS beserta kewajiban lainnya dilakukan dengan mendebet rekening BPRS pada bank umum yang ditunjuk. (2) Pendebetan rekening sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan berdasarkan Surat Kuasa dari BPRS kepada Bank Indonesia.
BAB VIII Pasal 14 31/64/KEP/DIR/ 1998
Laporan
130
BPRS wajib menyampaikan laporan atas penggunaan PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sesuai dengan contoh terlampir selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari kalender setelah tanggal pelimpahan (lampiran 22 dalam kodifikasi ini).
59
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
131
Sumber Regulasi BAB IX Pasal 15 31/64/KEP/DIR/ 1998
132
BAB I Pasal 1 31/45/KEP/DIR/ 1998
133
BAB II Pasal 2 31/45/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan
Sanksi (1) Dalam hal PMK-BPRS yang telah dilimpahkan tidak dapat disalurkan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (3) (Paragraf 128 ayat (3) dalam kodifikasi ini) baik sebagian maupun seluruhnya, maka untuk jumlah PMK-BPRS yang tidak dapat disalurkan tersebut, BPRS akan dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar nisbah bagihasil deposito tertinggi pada BPRS yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggal penyaluran kepada debitur. (2) Dalam hal PMK-BPRS yang telah dilimpahkan sebagaimana dimaksud pada Pasal 12 ayat (1) dan (2) (Paragraf 128 ayat (1) dan (2) dalam kodifikasi ini) tidak dapat disalurkan dan selanjutnya dikembalikan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan kepada Bank Indonesia, maka untuk jumlah yang tidak dapat disalurkan dan telah dikembalikan, dikenakan sanksi berupa kewajiban membayar sebesar nisbah bagi hasil deposito tertinggi pada BPRS yang bersangkutan, terhitung sejak tanggal pelimpahan sampai dengan tanggl pengembalian. (3) BPRS yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 8 (Paragraf 118, Paragraf 119, dan Paragraf 124 dalam kodifikasi ini) dapat dikenakan sanksi berupa pencabutan fasilitas untuk memperoleh PMK-BPRS.
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Ketentuan Umum Dalam surat keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini. 2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian 3. Usaha Produktif adalah semua usaha yang dapat memberikan nilai tambah. 4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, yang selanjutnya disebut KKPA, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada anggotanya guna membiayai Usaha Produktif anggota koperasi. 5. Plafon Induk Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Induk, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA. 6. Plafon Individual Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Individual adalah jumlah maksimum kredit Likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian KKPA.
Usaha-Usaha yang Dibiayai (1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA adalah Usaha Produktif pada semua sektor ekonomi. (2) Usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan layak oleh Bank berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat.
60
Asset Paragraf
134
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (3) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum pernah mendapat fasilitas kredit perbankan.
Pasal 3 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) KKPA diberikan untuk : a. Investasi; atau b. Modal kerja; atau c. Investasi dan modal kerja yang terkait langsung dengan investasinya. (2) Khusus untuk usaha di sektor perdagangan dan jasa, pembiayaan modal kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c hanya dapat diberikan maksimum sebesar kredit investasi yang disetujui.
Bank Pemberi KKPA
135
BAB III Pasal 4 31/45/KEP/DIR/ 1998
Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer
136
BAB IV Pasal 5 31/45/KEP/DIR/ 1998
137
Pasal 6 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA, maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: a. Pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. Seleksi anggota yang layak dibiayai; c. Penyaluran KKPA kepada anggota; d. Pengawasan penggunaan KKPA; e. Pembinaan kepada anggota; f. Penagihan angsuran KKPA; dan g. Administrasi pemberian KKPA. (2) Koperasi Primer bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas risiko pengembalian KKPA secara penuh. (3) Penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank.
138
Pasal 7 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Penyalur KKPA, maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: a. Pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. Seleksi anggota yang layak dibiayai; c. Koordinasi penyaluran KKPA kepada anggota; d. Pengawasan penggunaan KKPA; e. Pembinaan kepada anggota; f. Penagihan angsuran KKPA; dan g. Administrasi penyaluran KKPA. (2) Koperasi Primer bertanggung jawab atas pelaksanaan tuga sebagaimana dimaksud pada ayt (1). (3) Penandatanganan akad kredit dapat dilakukan oleh Bank dengan: a. Masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh pengurus Koperasi Primer; atau b. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing anggota
Bank yang dapat memberikan KKPA adalah Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sekurangkurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.
Koperasi Primer berfungsi sebagai: a. Pelaksana pemberian KKPA (executing agent); atau b. Penyalur KKPA (channeling agent).
61
Asset Paragraf
139
140
141
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan Koperasi Primer berdasarkan surat kuasa anggota kepada Koperasi Primer. Contoh surat kuasa sebagaimana terlampir dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 23 dalam kodifikasi ini).
Pasal 8 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian atau menyalurkan KKPA adalah Koperasi primer yang sudah menjadi badan hukum dan bukan merupakan Koperasi Karyawan. (2) Koperasi Karyawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Koperasi yang seluruh atau sebagian anggotanya merupakan karyawan suatu perusahaan, instansi, atau badan hukum lain yang dipersamakan dengan itu.
BAB V Pasal 9 31/45/KEP/DIR/ 1998
Syarat-Syarat KKPA
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1
(1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun.
(1) Jumlah KKPA yang dapat diberikan kepada masing-maisng anggota Koperasi Primer disesuaikan dangen kebutuhan dan kemampuan megembalikan KKPA (dengan jumlah maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Khusus untuk pembiayaan modal kerja di sektor perdagangan dan jasa sebagaimana disebut dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b (Paragraf 134 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini), jumlah KKPA yang dapat diberikan maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per anggota. (3) Untuk pemberian KKPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), Bank mensyaratkan adanya pemupukan tabungan anggota Koperasi Primer, atau tabungan Koperasi Primer dan anggota Koperasi Primer.
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. Pasal 10 31/45/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (4)
(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksudpada ayat (1) termasuk imbalan sebesar 2% (dua perseratus) setahun bagi Koperasi Primer dengan ketentuan sebagai berikut: a. Dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian KKPA, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayaran dilakukan sebagai berikut: 1) Sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan dibayarkan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer; dan 2) Sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA jatuh tempo. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku oada Bank yang bersangkutan. b. Dalam Hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank. Contoh perhitungan imbalan bagi Koperasi Primer sebagaimana terlampir dalam Lampiran 2.a dan 2.b Surat Keputusan ini (Lampiran 24 dan 25 dalam kodifikasi ini). (3) Imbalan bagi Koperasi Primer selama masa tenggang tidak diberikan,
62
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan sehingga suku bunga yang dibayarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkurang dengan 2% (dua perseratus) setahun. (4) Bunga KKPA selama masa tenggang dapat dikapitalisasikan menjadi pokok pinjaman.
142
Pasal 11 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Suku bunga KKPA dan imbalan sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 (Paragraf 141 dalam kodifikasi ini) bersifat tidak tetap dan dapat ditinjau kembali. (2) Perubahan suku bunga KKPA dan atau imbalan bersifat otomatis walaupun jangka waktu KKPA belum berakhir. (3) Tata cara perubahan suku bunga dan imbalan akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
143
Pasal 12 31/45/KEP/DIR/ 1998
Jangka waktu KKPA didasarkan pada kemampuan anggota Koperasi Primer untuk membayar kembali KKPA dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan kemampuan nyata Usaha Produktif yang dibiayai, dengan maksimum 15 (lima belas) tahun; b. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja adalam maksimum 1 (satu) tahun; c. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja bagi pembiayaan tanaman musiman tertentu dimungkinkan lebih dari 1 (satu) tahun; d. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan modal kerja yang terkait dengan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum 5 (lima) tahun; e. Jangka waktu KKPA untuk pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf d, termasuk masa tenggang uang lamanya disesuaikan dengan kemampian nyata Usaha Produktif yang dibiayai.
144
Pasal 13 31/45/KEP/DIR/ 1998 Pasal 14 31/45/KEP/DIR/ 1998 Pasal 15 31/45/KEP/DIR/ 1998
Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2
(1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Kordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun.
145
146
147
Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (1) Sumber pembiayaan KKPA berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perserauts). (2) Risiko atas kredit likuiditas KKPA ditanggung sepenuhnya oleh Bank.
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. Pasal 16 31/45/KEP/DIR/ 1998
(2) Suku bunga kredit KKPA dihitung dan dibebankan setiap bulan. (3) Perubahan suku bunga kredit likuiditas KKPA sebagaimanadimaksud pada ayat (1) akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
63
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 148 Pasal 17 31/45/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan Jangka waktu kredit likuiditas KKPA diatur sebagai berikut: a. Untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 16 (enam belas( tahun bagi pembiayaan investasi dan 6 tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. Untuk plafon individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPA yang dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual).
BAB VII Pasal 18 31/45/KEP/DIR/ 1998 Pasal 19 31/45/KEP/DIR/ 1998
Tata Cara Penyediaan Plafon Induk
151
Pasal 20 31/45/KEP/DIR/ 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 149 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Undonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F)
152
Pasal 21 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 151 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia (2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Akte F ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas berakhir.
153
Pasal 22 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimna dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 151 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya. (2) Dalam hal tingkat kesehatan Bank tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 135 dalam kodifikasi ini), maka permohonan Plafon individual tidak dapat disetujui sampai tingkat kesehatan Bank memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.
149
150
Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret) Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai berikut: a. Bagi bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusar Bank Indonesia; dan b. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
64
Asset Paragraf 154
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VIII Pasal 23 31/45/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan
Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Atas dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 152 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.
155
Pasal 24 31/45/KEP/DIR/ 1998
Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 154 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: a. Untuk jumlah KKPA sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya; dan b. Untuk jumlah KKPA lebih dari Rp 2000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
156
Pasal 25 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Untuk jumlah permohonan KKPA sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 26 dan Lampiran 27 dalam kodifikasi ini). (2) Untuk permohonan KKPA lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 26 dan Lampiran 27 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan. (3) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk jumlah permohonan KKPA lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) harus disusun oleh perusahaan konsultan independen yang kepemilikannya, pengelolaannya dan atau kepengurusannya tidak terkait dengan Bank atau Koperasi Primer.
157
Pasal 26 31/45/KEP/DIR/ 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 154 dalam kodifikasi ini) dapat distujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas KKPA.
158
Pasal 27 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Bank harus merealisasikan Plafon Individual selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak SPK Individual. (2) Dalam hal Bank tidak merealisasikan kredit likuiditas KKPA dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka SPK Individual otomatis batal.
BAB IX Pasal 28 31/45/KEP/DIR/ 1998
Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas
159
(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 (Paragraf 157 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA kepada Bank Indonesia dengan ketntuan sebagai berikut: a. Untuk proyek tidak bertahap, rencana penarikan kredit likuiditas sesuai kebutuhan proyek; dan b. Untuk proyek bertahap, rencana penarikan kredit likuiditas KKPA sebagaimana terlampir dalam Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 28 dalam kodifikasi ini).
65
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (2) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan kredit likuiditas KKPA dan Bank telah memenuhi persyaratan penarikan kredit likuiditas KKPA, maka pelimpahan kredit likuiditas KKPA dapat dilaksanakan. (3) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan cara pemindahbukuan dengan memperhatikan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. (4) Dalam hal terjadi perubahan jadwal penarikan kredit likuiditas, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia.
160
Pasal 29 31/45/KEP/DIR/ 1998
Dalam hal membiayai proyek bertahap (multi years), maka Bank wajib mengajukan permohonan alokasi Plafon Individual yang telah disetujui atas beban Plafon Induk tahun anggaran yang bersangkutan.
161
Pasal 30 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk proyek dengan masa pembangunan bertahap, dilakukan sebagai berikut: a. Untuk triwulan I dan triwulan II dapat dilimpahkan seluruhnya sesuai dengan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA yang telah disetujui oleh Bank Indonesia; b. Untuk triwulan III dilakukan dengan memperhatikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) triwulan I atas penggunaan kredit yang telah ditarik pertama kali; c. Untuk triwulan IV dilakukan dengan memperhatikan LPJ triwulan II; dan d. Untuk triwulan selanjutnya dengan cara yang sama. (2) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk triwulan III dan seterusnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d, dilakukan sesuai dengan rencana penarikan triwulan yang bersangkutan, setelah diperhitungkan dengan kelebihan/kekurangan pelimpahan kredit likuiditas KKPA. (3) Pelimpahan kredit likuiditas KKPA untuk pertama kali dapat dilakukan pada triwulan ke-1, triwulan ke-2, triwulan ke-3 atau triwulan ke-4 tahun anggaran.
162
Pasal 31 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) LPJ sebagaimana dimaksud pada Pasal 30 ayat (1) huruf b (Paragraf 161 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini) dibuat oleh Perusahaan Inti dan telah disahkan oleh Bank, yang terdiri atas Laporan Perkembangan Proyek dan Laporan Realisasi Kredit. Bentuk LPJ sebagaimana terlampir dalam Lampiran 5 Surat Keputusan ini (Lampiran 29 dalam kodifikasi ini. (2) LPJ harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja awal dua triwulan berikutnya, yaitu LPJ triwulan I telah diterima pada 7 (tujuh) hari kerja awal triwulan III, LPJ triwulan II telah diterima pada 7 (tujuh) hari kerja awal triwulan IV, dan seterusnya. (3) Dalam hal LPJ diterima oleh Bank Indonesia melebihi batas waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2), maka penyampaian LPJ tersebut akan dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan b. Untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas
66
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). (4) Kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan dibebankan kepada rekening giro Bank pada Bank Indonesia. (5) Sanksi keterlambatan penyampaian LPJ sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak dapat dibebankan kepada proyek atau menjadi beban KKPA.
163
Pasal 32 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Kredit likuiditas KKPA yang telah ditarik oleh Bank wajib direalisasikan kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak kredit likuiditas KKPA dilimpahkan. (2) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima oleh Bank Indonesia 15 (lima belas) hari sejak kredit likuiditas KKPA dilimpahkan. (3) Dalam hal kredit likuiditas KKPA tidak direalisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka kepada Bank akan dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat kredit likuiditas KKPA dilimpahkan. (4) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung sejak tanggal pelimpahan kredit likuiditas KKPA sampai tanggal realisasi KKPA kepada nasabah. (5) Suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan atas jumlah kredit likuiditas KKPA yang terlambat direalisasikan
164
Pasal 33 31/45/KEP/DIR/ 1998
(1) Angsuran atau pelunsasan kredit likuiditas KKPA ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan dari Bank dengan memperhatikan kondisi proyek dan kemampuan membayar kembali anggota Koperasi Primer. (2) Dalam hal Bank Indonesia tidak menerima surat permohonan perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas KKPA selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik kredit likuiditas KKPA dimaksud.
BAB IX Pasal 34 31/45/KEP/DIR/ 1998
Laporan
165
(1) Kantor Bank yang wajib menyampaikan laporan adalh kantor Bank yang menerima penyediaan Plafon Individual. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah: a. Untuk proyek bertahap: 1. Laporan Keuangan Proyek yang dibiayai KKPA, yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan kredit lunas; 2. Laporan Penyelesaian Proyek yang disusun oleh Konsultan Independen, yang disampaikan pada akhir tahun terakhir masa tenggang; dan 3. LPJ, yang disampaikan setiap triwulan selama masa pembangunan; b. Untuk proyek tidak bertahap: 1. Laporan Keuangan Proyek yang dibiayai KKPA, yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan kredit lunas; dan 2. Laporan Perkembangan Proyek (LPP), yang disampaikan setiap akhir tahun takwim sampai dengan jangka waktu KKPA berakhir; dan Bentuk LPP sebagaimana terlampir dalam Lampiran 6 Surat Keputusan ini (Lampiran 30 dalam kodifikasi ini).
67
Asset Paragraf
166
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
BAB X Pasal 35 31/45/KEP/DIR/ 1998
Ketentuan c. Laporan perkembangan kredit dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu: 1. Formulir KKA digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang adanya pemberian KKPA baru, yang merupakan data dasar tentang kredit yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga, dan sektor ekonomi; 2. Formulir KKB digunakan oleh Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan 3. Formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan kredit nasabahnya setiap bulan. Contoh formulir KKA, KKB, dan KKC sebagaimana terlampir dalam Lampiran 7.a, 7.b, dan 7.c Surat Keputusan ini (Lampiran 31, 32, dan 33. Dalam kodifikasi ini. (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada aya (2) huruf c, harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
Ketentuan Peralihan (1) Ketentuan dalam Surat Keputusan ini berlaku bagi KKPA yang Plafon Indiviualnya disetujui Bank Indonesia atas beban Plafon Induk sejak tahun anggaran 1998/99, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia. (2) Pembiayaan Plafon Individual untuk proyek bertahap (multi years) atas beban Plafon Induk sebelum tahun anggaran 1998/99 tetap mengacu pada ketentuan yang tercantum dalam SPK Plafon Individual masing-masing proyek. (3) Untuk pelaporan KKPA yang Plafon Individualnya disetujui Bank Indonesia atas beban Plafon Induk sebelum tahun anggaran 1998/99, berlaku ketentuan pelaporan sebagaimana diatur pada Pasal 34 (Paragraf 165 dalam kodifikasi ini).
Pemberian Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya (KKPA) Dalam Rangka Penyaluran Kembali Angsuran Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) Yang dikelola Oleh PT. Permodalan Nasional Madani (Persero) Pokok-Pokok Ketentuan 167
SE 3/2/BKr 2001 Romawi I
1) Pemberian KKPA atas dasar angsuran KLBI yang dikelola oleh PT. PNM, yang selanjutnya disebut pemberian KKPA atas dasar KLBI-relending, pengajuannya oleh Bank kepada PT. PNM tidak lagi memerlukan Plafon Induk, tetapi cukup dengan Plafon Individual. 2) Plafon Individual adalah jumlah maksimum KLBI-relending yang dapat disetujui oleh PT. PNM untuk setiap pemberian KKPA kepada Bank untuk pembiayaan masing-masing proyek, baik proyek yang bersifat bertahap (multiyears) maupun proyek yang sifatnya tidak bertahap (non multiyears). 3) Suku bunga KKPA dari Bank kepada nasabah adalah sebagaimana diatur dalam pasal 10 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/45/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 tentang KKPA. Suku bunga KKPA ditetapkan oleh Bank Indonesia, dan dapat ditinjau kembali bila diperlukan. 4) Suku bunga KLBI-relending dari PT. PNM kepada Bank adalah
68
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
168
BAB I Pasal 1 31/165A/KEP/DIR / 1998
169
BAB II Pasal 2 31/165A/KEP/DIR / 1998
Ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) dan (2) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/45/KEP/DIR tanggal 10 Juni 1998 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 31/4/UK tanggal 10 Juni 1998 masingmasing tentang KKPA. Dalam hal diperlukan peninjauan suku bunga KLBIrelending dari PT. PNM kepada Bank, PT. PNM dapat menyampaikan usulan perubahan suku bunga KLBI-relending kepada Bank Indonesia, yang berlaku umum untuk semua Bank. 5) Pengaturan mengenai mekanisme pemberian KKPA atas dasar KLBIrelending yang antara lain meliputi penyediaan plafon, pelimpahan, pelunasan, pengenaan sanksi dan laporan, yang belum diatur dalam Surat Edaran ini selanjutnya diatur oleh PT. PNM.
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Nelayan Ketentuan Umum 1. Bank Pemberi Kredit, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank. 2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang¬seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, yang telah berbadan hukum dan mempunyai pengurus yang aktif. 3. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Nelayan, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada nelayan atau kelompok nelayan anggota Koperasi Primer guna membiayai usaha penangkapan ikan dan atau pengolahannya, selanjutnya disebut KKPA-Nelayan. 4. Plafon Induk Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA-Nelayan, selanjutnya disebut Plafon Induk. 5. Plafon Individual Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian KKPA- Nelayan, selanjutnya disebut Plafon Individual.
Usaha-Usaha Yang Dibiayai (1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA-Nelayan adalah usaha penangkapan ikan dan atau pengolahannya, baik yang dimiliki oleh kelompok nelayan anggota Koperasi Primer maupun yang dimiliki oleh masing-masing anggota Koperasi Primer. (2) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan layak oleh Bank berdasarkan asas-asas perkreditan yang sehat. (3) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sedang mendapat fasilitas kredit perbankan.
69
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 170 Pasal 3 31/165A/KEP/DIR / 1998
Ketentuan KKPA-Nelayan diberikan untuk: a. Investasi; atau b. Modal kerja; atau c. Investasi dan modal kerja yang terkait lanfsung dengan investasinya.
Bank Pemberi KKPA- Nelayan
171
BAB III Pasal 4 31/165A/KEP/DIR / 1998
Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer
172
BAB IV Pasal 5 31/165A/KEP/DIR / 1998
173
Pasal 6 31/165A/KEP/DIR / 1998
Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 172 dalam kodifikasi ini) wajib melakukan: a. pengajuan usulan proyek yang akan dibiayai; b. seleksi anggota yang layak dibiayai; c. penyaluran KKPA-Nelayan kepada anggota; d. pengawasan penggunaan KKPA-Nelayan; e. pembinaan kepada anggota; f. penagihan angsuran KKPA-Nelayan; dan g. administrasi pemberian KKPA-Nelayan
174
Pasal 7 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Koperasi Primer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 172 dalam
Pasal 8 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai pelaksana pemberian KKPA-
BAB V Pasal 9 31/165A/KEP/DIR / 1998
Syarat-Syarat KKPA-Nelayan
175
176
Bank yang dapat menyalurkan KKPA-Nelayan wajib memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program.
Dalam pelaksanaan pemberian KKPA-Nelayan, Koperasi Primer dapat berfungsi sebagai: a. Pelaksana pemberian KKPA-Nelayan (executing agent); atau b. Penyalur KKPA-Nelayan (channeling agent)
kodifikasi ini), bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 173 dalam kodifikasi ini). (2) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai pelaksana pemberian KKPANelayan, maka Koperasi Primer bertanggung jawab pula atas pengembalian kredit secara penuh. Nelayan, maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank. (2) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai penyalur KKPA-Nelayan, maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh Bank dengan : a. masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh pengurus Koperasi Primer; atau b. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing anggota Koperasi Primer berdasarkan surat kuasa anggota kepada Koperasi Primer sebagaimana contoh dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 34 dalam kodifikasi ini).
(1) Jumlah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan untuk investasi saja atau investasi dan modal kerja yang terkait dengan investasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan KKPA-Nelayan dari masing-
70
Asset Paragraf
177
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1
Ketentuan masing nelayan anggota Koperasi Primer dengan jumlah maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan jumlah modal kerja yang terkait dengan investasi maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (2) Khusus untuk pembiayaan modal kerja saja jumlah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan maksimum sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (3) Dalam hal KKPA-Nelayan digunakan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh kelompok nelayan, maka jmulah KKPA-Nelayan yang dapat diberikan maksimum sebesar jumlah maksimum KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2) kali jumlah anggota kelompok nelayan tersebut. (4) Untuk pemberian KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), Bank mensyaratkan adanya pemupukan : a. tabungan nelayan anggota Koperasi Primer; atau b. tabungan Koperasi Primer dan nelayan anggota Koperasi Primer. (1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun; Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
178
Pasal 10 31/165A/KEP/DIR / 1998 Ayat (2) – (4)
(2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk imbalan sebesar 2% (dua perseratus) setahun bagi Koperasi Primer dengan ketentuan sebagai berikut : a. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian KKPA-Nelayan, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayarannya dilakukan sebagai berikut : 1) sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan dibayarkan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer; dan 2) sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dikembalikan setelah diperhitungkan dengan tunggakan yang timbul pada saat KKPA Nelayan jatuh tempo. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada Bank yang bersangkutan. b. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA-Nelayan, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank. (3) Suku bunga KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. (4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KKPA-Nelayan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia
Pasal 11 31/165A/KEP/DIR / 1998
Jangka waktu KKPA-Nelayan ditetapkan sebagai berikut : a. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan kernampuan nyata Usaha Produktif yang dibiayai, dengan
71
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan maksimum 15 (lima belas) tahun; b. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan modal kerja acialah maksimum 1(satu) tahun dan dapat diperpanjang maksimum 4 (empat) kali; dan c. jangka waktu KKPA-Nelayan untuk pembiayaan modal kerja yang terkait dengan investasi sebagaimana dimaksud pada huruf a adalah maksimum 5 (lima) tahun;
179
Pasal 12 31/165A/KEP/DIR / 1998 Pasal 13 31/165A/KEP/DIR / 1998
Dalam pemberian KKPA-Nelayan, Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.
Pasal 14 31/165A/KEP/DIR / 1998
Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998.
BAB VI Pasal 15 31/165A/KEP/DIR / 1998
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas
180
181
182
183
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2
Dalam hal KKPA-Nelayan diberikan untuk membiayai usaha yang dimiliki oleh kelompok nelayan, maka anggota kelompok nelayan tersebut bertanggung jawab atas pengembalian KKPA-Nelayan secara tanggung renteng yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang ditandatangani oleh masing-masing anggota di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disaksikan oleh pengurus Koperasi Primer. Surat pernyataan anggota kelompok nelayan sebagaimana contoh dalam Lampiran 2 Surat Keputusan ini (Lampiran 35 dalam kodifikasi ini).
(1) Sumber pembiayaan KKPA-Nelayan berasal dari Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus perseratus). (2) Risiko atas KLBI ditanggung sepenuhnya oleh Bank. (1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (sembilan perseratus) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
184
Pasal 16 31/165A/KEP/DIR / 1998 Ayat (2) – (4)
(2) Bunga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dihitung dan dibebankan setiap bulan. (3) Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. (4) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 17 31/165A/KEP/DIR / 1998
Jangka waktu KLBI diatur sebagai berikut : a. untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 16 (enam belas) tahun bagi pembiayaan investasi dan 6 (enam) tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. untuk Plafon Individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPANelayan yang dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual).
72
Asset Paragraf 185
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VII Pasal 18 31/165A/KEP/DIR / 1998
Ketentuan
Tata Cara Penyediaan Plafon Induk (1) Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPANelayan dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret). (2) Untuk pertania kali permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Nelayan sampai dengan tanggal 31 Maret 1999.
186
Pasal 19 31/165A/KEP/DIR / 1998
Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai berikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan b. bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
187
Pasal 20 31/165A/KEP/DIR / 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 (Paragraf 185 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).
188
Pasal 21 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 187 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia. (2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Akte F ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (4) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu kredit likuiditas berakhir.
189
Pasal 22 31/165A/KEP/DIR / 1998
Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 187 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.
BAB VIII Pasal 23 31/165A/KEP/DIR / 1998
Tata Cara Penyediaan Plafon Individual
Pasal 24 31/165A/KEP/DIR / 1998
Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 190 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut : a. untuk jumlah KKPA-Nelayan sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang
190
191
Atas dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (1) (Paragraf 188 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.
73
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan mewilayahinya; dan b. untuk jumlah KKPA-Nelayan lebih dari Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
192
Pasal 25 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Untuk jumlah permohonan KKPA-Nelayan sampai dengan Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon Individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 36 dalam kodifikasi ini). (2) Untuk jumlah permohonan KKPA-Nelayan lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), Plafon Individual diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 36 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan.
193
Pasal 26 31/165A/KEP/DIR / 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 190 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI).
194
Pasal 27 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Bank harus merealisasikan Plafon Individual selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal SPK Individual. (2) Dalam hal Bank tidak merealisasikan KLBI dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka SPK Individual otomatis batal.
BAB IX 195
Pasal 28 31/165A/KEP/DIR / 1998
Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (1) Atas dasar penyediaan KLBI sebagaimana dimaksud pacia Pasal 26 (Paragraf 193 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan KLBI kepada Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan proyek. Surat perthohonan penarikan KLBI sebagaimana contoli dalam Lampiran 4 Surat Keputusan ini (Lampiran 37 dalam kodifikasi ini). (2) Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan KLBI dan Bank telah memenuhi persyaratan penarikan KLBI, maka pelimpahan KLBI dapat dilaksanakan. (3) Persyaratan penarikan KLBI sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) meliputi: a. Akte F yang telah kami tandatangani; b. Aksep atas KLBI yang kamu terima; c. SPK yang telah kami tandatangani di atas materai; d. Jadwal penarikan dan angsuran KLBI yang telah disetujui BI; e. Daftar nama anggita koperasi; f. Perijinan yang diperlukan dan; g. Surat pernyataan dari anggota kelompok nelayan, dalam hal KKPANelayan diberikan kepada kelompok nelayan. (4) Pelimpahan KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dengan cara pemindahbukuan dengan memperhatikan rencana penarikan KLBI yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. (5) Dalam hal terjadi perubahan jadwal penarikan kredit likuiditas, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia.
74
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 196 Pasal 29 31/165A/KEP/DIR / 1998
197
Ketentuan (1) KLBI yang telah ditarik oleh Bank wajib direalisasikan kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak KLBI dilimpahkan. (2) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima Bank Indonesia 15 (lima belas) hari sejak KLBI dilimpahkan.
Pasal 30 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Jumlah angsuran atau pelunasan KLBI ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan dari Bank dan akan dibebankan pada rekening giro Bank yang ada di Bank Indonesia sesuai dengan jadwal jatuh tempo angsuran. (2) Dalam hal Bank Indonesia tidak menerima surat permohonan perpanjangan jangka waktu KLBI selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan KLBI berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik KLBI dimaksud.
Laporan
198
BAB X Pasal 31 31/165A/KEP/DIR / 1998
199
BAB XI Pasal 32 31/165A/KEP/DIR / 1998
(1) Kantor Bank yang wajib menyampaikan laporan adalah kantor Bank yang menerima penyediaan Plafon Individual. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah Laporan perkembangan kredit dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu : a. formulir KKA digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang adanya pemberian KKPA-Nelayan baru, yang merupakan data dasar tentang kredit yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga, dan sektor ekonomi; b. formulir KKB digunakan oleh Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan c. formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan kredit nasabahnya setiap bulan Formulir KKA, KKB, dan KKC sebagaimana contoh dalam Lampiran 5.a, 5.b, dan 5.c Surat Keputusan ini (Lampiran 38, 39 dan 40 dalam kodifikasi ini). (3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
Sanksi (1) Dalam hal KLBI yang telah dilimpahkan tidak direalisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (1) (Paragraf 196 ayat (1) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat direalisasikan, kepada Bank dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat KLBI dilimpahkan. (2) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai tanggal realisasi KKPA-Nelayan kepada nasabah. (3) Dalam hal Bank terlambat menyerahkan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 ayat (2) (Paragraf 196 ayat (2) dalam kodifikasi ini), maka atas keterlambatan penyampaian bukti realiSasi tersebut, Bank dikenakan sanksi
75
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan sebagai berikut: a. untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan b. untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
200
201
BAB I Pasal 1 31/165B/KEP/DIR / 1998
BAB II Pasal 2 31/165B/KEP/DIR / 1998
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dalam Rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas Ketentuan Umum 1. Bank Penyalur Kredit adalah Bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang.; Nomor 10 Tabun 1998 dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini, selanjutnya disebut Bank. 2. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 3. Perusaliaan Inti, adalah perusahaan mitra dari Koperasi Primer yang bertindak sebagai penjamin pasar hasil produksi dan penjamin tersedianya sarana produksi peternakan anggota Koperasi Primer. 4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dalam rangka Pembiayaan Usaha Peternakan Unggas, adalah kredit investasi dan atau modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada peternak unggas guna membiayai usaha peternakannya dengan pola kemitraan, selanjutnya disebut KKPAUnggas. 5. Plafon lnduk Kredit Likuiditas, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik (disbursed) oleh Bank dalam 1 (sau) tahun anggaran untuk seluruh pemberian KKPA-Unggas, selanjutnya disebut Plafon lnduk. 6. Plafon Individual Kredit Likuiditas adalah jumali maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapal disetujui (approved) oleh Bank Indonesia untuk setiap pemberian KKPA- Unggas
Usaha-Usaha yang Dibiayai (1) Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA-Unggas adalah usaha peternakan ayam pedaging dan atau ayam petelur. (2) Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak sedang mendapat fasilitas kredit perbankan.
202
Pasal 3 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) penilaian kelayakan usaha peternakan anggota Koperasi Primer yang akin dibiayai dengan KKPA-Unggas menjadi tanggung jawab Kantor Dinas Peternakan setempat dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya. (2) Hasil penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa surat pernyataan atau tanda persetujuan pada usulan proyek yang akan dibiayai.
203
Pasal 4 31/165B/KEP/DIR / 1998
KKPA-Unggas diberikan untuk pembiayaan investasi dan atau modal kerja.
76
Asset Paragraf 204
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB III Pasal 5 31/165B/KEP/DIR / 1998
Ketentuan
Syarat-Syarat Dan Tugas Bank, Perusahaan Inti dan Koperasi Bank yang dapat menyalurkan KKPA-Unggas wajib memenuhi persyaratan sebagai bank pelaksana kredit program sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/156/KEP/DIR tanggal 23 November 1998 tentang Persyaratan Bank Pelaksana Kredit Program.
205
Pasal 6 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Tugas Bank adalah sebagai berikut: a. Menyalurkan dan mengadministrasikan KKPA-Unggas; b. Menerima dan mengadministrasikan pengembalian KKPA-Unggas; c. Memeriksa kelengkapan administrasi dan persyaratan KKPA-Unggas; d. Menandatangani Surat Perjanjian Penerusan Kredit dengan Bank Indonesia e. Melakukan pengikatan jaminan dengan Perusahaan Inti atas nama Bank Indonesia; f. Membantu mengawasi penggunaan KKPA-Unggas; g. Membuat dan menandatangani perjanjian penerusan kredit dengan pengurus Koperasi Primer. (2) Bank merealisasikan KKPA-Unggas kepada Koperasi Primer yang usahanya telah dinyatakan layak oleh Kantor Dinas Peternakan setempat dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya.
206
Pasal 7 31/165B/KEP/DIR / 1998
Perusahaan Inti bertugas sebagai berikut: 1. Melakukan kerjasama dengan Koperasi Primer dengan cara membuat nota kesepakatan yang diketahui oleh Kantor Dinas Peternakan, yang membuat antara lain: 2. Menyediakan seluruh kebutuhan peternak anggota Koperasi Primer yang menjadi mitranya dalam rangka melakukan budidaya unggas; 3. Turut bertanggungjawab atas pengembalian KKPA-Unggas; 4. Melakukan pengikatan jaminan dengan Bank;
207
Pasal 8 31/165B/KEP/DIR / 1998
Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian KKPA-Unggas adalah Koperasi Primer yang sudah menjadi badan hukum dan mempunyai pengurus yang aktif.
208
Pasal 9 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA-Unggas (executing agent) dengan tugas sebagai berikut: a. melakukan kerjasama dengan Perusahaan Inti dengan cara membuat nota kesepakatan; b. mengajukan usulan proyek yang akan dibiayai sesuai dengan kesepakatan dengan Perusahaan Inti; c. menyeleksi anggota yang Iayak dibiayai; d. menyalurkan KKPA-Unggas kepada anggota sesuai dengan kesepakatan dengan Perusahaan Inti; e. mengawasi penggunaan KKPA-Unggas; f. membina anggotanya; g. menagih angsuran KKPA-Unggas sesuai kesepakatan bersama dengan Perusahaan Inti; dan h. mengadministrasikan pemberian KKPA-Unggas. (2) Koperasi Primer bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas pengembalian KKPA-Unggas sccara penuh.
77
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Syarat-Syarat KKPA-Unggas
209
BAB IV Pasal 10 31/165B/KEP/DIR / 1998
Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.1
(1) Suku bunga kredit dari Bank keapda debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) setahun.
210
Pasal 11 31/165B/KEP/DIR / 1998 Ayat (2) – (5)
Ketentuan (3) Penandatanganan akad kredit dengan Bank dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer untuk dan atas nama anggota berdasarkan surat kuasa.
Jumlah dari KKPA Unggas yang dapat diberikan kepada masing anggota Koperasi Primer disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mengembalikan KKPA-Unggas maksimum sebesar Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga. (2) Suku bunga KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. (3) Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank-Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia. (4) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk: a. Imbalan untuk Bank sebesar 2% (dua perseratus); b. Imbalan bagi Koperasi Primer sebesar 2% (dua perseratus); dan c. Pembayaran premi kepada Perum PKK sebesar 3% (tiga perseratus) (5) Pembayaran imbalan dan premi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diambil dan dibayarkan dari setiap penerimaan angsuran.
211
Pasal 12 31/165B/KEP/DIR / 1998
Jangka waktu KKPA-Unggas didasarkan pada kemampuan anggota Koperasi Primer untuk membayar kembali KKPA-Unggas dari Usaha Produktif yang dibiayai, dengan ketentuan: a. jangka waktu KKPA-Unggas untuk pembiayaan investasi disesuaikan dengan kcinamptian nyala Usaha Produktif yang dibiayai, dengan maksimum 5 (lima) tahun; dan b. jangka waktu KKPA-Unggas untuk pcmbiayaan modal kerja maksimum 1 (satu) tahun dan diperpanjang maksimum 2 (dua) kali.
212
Pasal 13 31/165B/KEP/DIR / 1998 Pasal 14 31/165B/KEP/DIR / 1998
Dalam pemberian KKPA-Unggas, Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut.
BAB V Pasal 15 31/165B/KEP/DIR / 1998 Pasal 3 PBI 6/26/2004 Ayat (1)a.2
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas
213
214
215
Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998
Sumber pembiayaan KKPA-Unggas berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia (KLBI) sebesar 100% (seratus perseratus) 1. Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank, ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
78
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi Pasal 16 31/165B/KEP/DIR / 1998 Ayat (2) – (3)
Ketentuan 2. Suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat ditinjau kembali oleh Bank Indonesia. 3. Dalam hal terjadi perubahan suku bunga KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka perubahan tersebut dilakukan berdasarkan persetujuan Direksi Bank Indonesia dan diberitahukan dengan Surat Edaran Bank Indonesia.
216
Pasal 17 31/165B/KEP/DIR / 1998
Jangka Waktu KLBI diatur sebagai berikut: a. Untuk Plafon Induk ditentukan maksimum 6 (enam) tahun bagi pembiayaan investasi dan 4 (empat) tahun bagi pembiayaan modal kerja; b. Untuk plafon individual ditentukan sama dengan jangka waktu KKPA-Unggas yang dihitung sejak tanggal Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Individual (SPK Individual)
BAB VII
Tata Cara Penyediaan Plafon Induk
217
Pasal 18 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPAUnggas dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 3I Maret). (2) Untuk pertama kali permohonan Plafon Induk diajukan atas dasar rencana penarikan KKPA-Unggas sampai dcngan tanggal 3I Maret 1999.
218
Pasal 19 31/165B/KEP/DIR / 1998
Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebagai bcrikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan b. bagi Bank yang, berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada huruf a, disampaikan kcpada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
219
Pasal 20 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Apabila permohonan Plafon induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 (Paragraf 218 dalam kodifikasi ini) disetujui, maka Bank Indonesia menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Penerusan KKPA-Unggas yang ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku. dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (2) Penyediaan Plafon KLBI scbagaimana dimaksud pada ayat (1) akan didislokasikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kantor pusat Bank. Ketentuan dislokasi Plafon Induk ditetapkan oleh Bank Indonesia. (3) Diskikasi Plafon Induk sebnaimana dimaksud pada ayat (1) baru dapat dilaksanakan setelah SPK Induk dan Surat Perjanjian Penerusan Pinjaman KKPA-Unggas ditandatantaani olch Bank di alas meterai sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada Bank Indonesia.
220
Pasal 21 31/165B/KEP/DIR / 1998
Plafon Induk yang telah discdiakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 (Paragraf 219 dalam kodifikasi ini), harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran tersebut dinyatakan tidak berlaku (hangus) dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya.
79
Asset Paragraf 221
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VIII Pasal 22 31/165B/KEP/DIR / 1998
Ketentuan
Tata Cara Penyediaan Plafon Individual Atas dasar plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 20 ayat (1) (Paragraf 119 ayat (1) dalam kodifikasi ini), bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia.
222
Pasal 23 31/165B/KEP/DIR / 1998
Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 (Paragraf 220 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: a. untuk jumlah KKPA-unggas sampai dengan Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank atau kantor pusat Bank kepada kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya; dan b. unluk jumlah KKPA-unggas lebih dad Rp 2.000.000.000,00 (dua miliar), permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia.
223
Pasal 24 31/165B/KEP/DIR / 1998
Permohonan Plalon Individual KL KKPA-Unggas diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 41 dalam kodifikasi ini) dan studi kelayakan serta penilaian dari Kantor Dinas Peternakan dan Perusahaan Inti yang menjadi mitranya.
224
Pasal 25 31/165B/KEP/DIR / 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 222 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat SPK Individual sebagai dasar penarikan kredit likuiditas KKPA-Unggas.
BAB IX Pasal 26 31/165B/KEP/DIR / 1998
Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas
Pasal 27 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Angsuran atau pelunasan kredit likuiditas KKPA-Unggas ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan memperhatikan usuIan dari Koperasi Primer yang disampaikan melalui Bank dan berdasarkan pada kondisi proyek dan kemampuan membayar kembali anggota Koperasi Primer.
225
226
(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 (Paragraf 224 dalam kodifikasi ini), Bank wajib mengajukan rencana penarikan kredit likuiditas KKPA-Unggas kepada Bank Indonesia sesuai dengan kebutuhan proyek (2) Dalam hal permohonan pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui, maka Kantor Bank Indonesia akan melimpahkan KLBI dengan cara pemindahbukuan. (3) KLBI yang telah dilimpahkan harus segera realisasikan kepada Koperasi Primer dengan melimpahkan KLBI tersebut ke rekening Koperasi Primer yang bersangkutan selambat-lambatnya pada hari kera berikutnya setelah diterimanya KLBI. (4) Untuk Penarikan KKPA-Unggas dilakukan oleh Koperasi Primer atau Perusahaan Inti atas kuasa dari Koperasi Primer sesuai dengan rencana yang ditetapkan. (5) Untuk penarikan KKPA-Unggas sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Koperasi Primer harus menyerahkan surat pengakuan utang (Surat Aksep) yang ditandatangani oleh pengurus Koperasi Primer. (6) Bank wajib menyampaikan bukti realisasi kredit kepada Koperasi Primer. Bukti tersebut selambat-lambatnya diterima Bank Indonesia 3 (tiga) hari sejak KLBI diterima.
80
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf
Sumber Regulasi
Ketentuan (2) Atas pembayaran angsuran bunga dan pelunasan KKPA-Unggas yang diterima dari Koperasi Primer, kantor Bank wajib mengembalikan KLBI tersebut kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya. (3) Dalam hal Koperasi Primer tidak dapat melunasi KKPA-Unggas pada saat jatuh tempo, maka Koperasi Primer tersebut harus mengajukan surat pernyataan penundaan pembayaran beserta alasannya kepada kantor Bank selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum kredit jatuh tempo. (4) Kantor Bank wajib meneruskan surat pernyataan penundaan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bank Indonesia selambatlambatnya 3 (tiga) hari kerja sebelum KLBI jatuh tempo
Laporan
227
BAB X Pasal 28 31/165B/KEP/DIR / 1998
Sanksi
228
BAB XI Pasal 29 31/165B/KEP/DIR / 1998
229
BAB XII Pasal 30 31/165B/KEP/DIR / 1998
(1) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan perkembangan KKPA-Unggas dengan menggunakan formulir sebagaimana contoh dalam lampiran 2a, 2b dan 2c Surat Keputusan ini (lampiran 42, 43 dan 44 dalam kodifikasi ini). (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya langgal 15 bulan berikutnya.
(1) Dalam hal KLBI yang telah dilimpahkan tidak dlirealisasikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 225 ayat (3) dalam kodifikasi ini), maka atas jumlah KLBI yang terlambat direalisasikan, kepada Bank dikenakan suku bunga berbeda sebesar suku bunga deposito tertinggi yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat KLBI. (2) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal pelimpahan KLBI sampai tanggal realisasi KKPA-Unggas kepada nasabah. (3) Suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan atas jumlah kredit likuiditas KKPA-Unggas yang terlambat direalisasikan. (4) Dalam hal Bank terlambat menyerahkan bukti realisasi penerusan kredit kepada Koperasi Primer dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (6) (Paragraf 225 ayat (6) dalam kodifikasi ini), maka atas keterlambatan penyampaian bukti realisasi tersebut, Bank dikenakan sanksi sebagai berikut: a. untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan b. untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian bukti realisasi, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
Ketentuan Peralihan Penyaluran KKPA untuk pembiayaan ayam ras yang telah disetujui sebelum berlakunya Surat Keputusan ini tetap berlaku ketentuan sebagaimana tercantum dalam Surat Persetujuan Kredit sampai dengan berakhirnya jangka waktu.
81
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
BAB I 230
Pasal 1 29/67/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan
Kredit Pembiayaan Tenaga Kerja Indonesia Dengan Pola Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Ketentuan Umum 1. Tenaga Kerja Indonesia yang selanjutnya disebut TKI adalah warga Negara Indonesia baik laki-laki maupun perempuan yang mempunyai profesi di bidang perekonomian, sosial, keilmuan, kesenian dan olah raga serta mengikuti pelatihan kerja atau bekerja di luar negeri dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kerja. 2. Pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya (KKPA) adalah pola kredit investasi dan/atau kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank kepada Koperasi Primer untuk diteruskan kepada anggota-anggotanya guna membiayai usaha anggota yang produktif. 3. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan serta telah disetujui oleh Bank Indonesia sebagai pemberi kredit menurut Surat Keputusan ini. 4. Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut PJTKI, adalah Badan Usaha yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) atau koperasi, yang memiliki Surat Ijin Usaha (SIUP) PJTKI untuk melaksanakan kegiatan jasa penempatan tenaga kerja ke luar negeri. 5. Kredit Pembiayaan TKI dengan pola Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya, yang selanjutnya disebut Kredit, adalah kredit modal kerja yang diberikan oleh Bank melalui PJTKI untuk membiayai persiapan dan keberangkatan TKI ke luar negeri, dengan persyaratan dan tatacara seperti yang berlaku dalam KKPA dengan penyesuaian seperlunya. Mengingat belum semua PJTKI berbentuk koperasi primer, maka peranan koperasi untuk sementara dapat digantikan oleh PJTKI yang berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT). 6. Pengguna aasa Tenaga Kerja, yang selanjutnya disebut Pengguna Jasa, adalah Instansi Pemerintah atau badan usaha berbentuk badan hukum dan badan usaha lainnya di luar negeri yang bertanggung jawab mempekerjakan tenaga kerja. 7. Rencana Kebutuhan Kredit, yang selanjutnya disebut RKK, adalah perkiraan kebutuhan kredit dalam 1 (satu) tahun anggaran yang antara lain memuat jumlah TKI dan jumlah Kredit, serta jadwal penarikan Kredit. 8. Daftar Penarikan Kredit, yang selanjutnya disebut DPK, adalah-daftar kebutuhan Kredit definitif yang antara lain merinci nama-nama TKI, jenis pekerjaan, dan jum1ah kebutuhan pembiayaan untuk masing-masing TKI 9. Laporan Pertanggungjawaban Kredit, yang selanjutnya disebut LPJ, adalah laporan realisasi dari DPK yang memuat nama-nama TKI yang telah diberangkatkan, jangka waktu perjanjian kerja, jangka waktu hutang,jumlah hutang pokok, jumlah hutang pokok dan bunga, jumlah angsuran, jumlah tabungan wajib, nama dan alamat Pengguna Jasa, alamat TKI di Indonesia, serta nomor dan tanggal paspor. 10. Bank Luar Negeri adalah bank di luar negeri yang ditunjuk Bank dan PJTKIuntukmenerima danmentransferkepada Bank, setoran-setoran dari Pengguna Jasa dalam rangka memenuhi kewajiban TKI kepada PJTKI serta untuk pemupukan tabungan yang diwajibkan. 11. Plafon Induk Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Induk, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat ditarik
82
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (disbursed) oleh Bank dalam 1 (satu) tahun anggaran untuk seluruh pemberian kredit. 12. Plafon Individual Kredit Likuiditas, yang selanjutnya disebut Plafon Individual, adalah jumlah maksimum kredit likuiditas Bank Indonesia yang dapat disetujui (approved) oleh Bank Indonesia bagi Bank untuk setiap pemberian kredit.
Penggunaan Kredit
231
BAB II Pasal 2 29/67/KEP/DIR/ 1996
Syarat, Fungsi, dan Kewajiban Bank
232
BAB III Pasal 3 29/67/KEP/DIR/ 1996
233
234
235
Pasal 4 29/67/KEP/DIR/ 1996 Pasal 5 29/67/KEP/DIR/ 1996
BAB IV Pasal 6 29/67/KEP/DIR/ 1996
Kredit dapat digunakan oleh PJTKI untuk membiayai persiapan dan keberangkatan TKI ke luar negeri, yang menurut penilaian Bank layak untuk dibiayai dan memenuhi persyaratan seperti ditentukan dalam Surat Keputusan ini.
Bank yang dapat ditunjuk untuk memberikan Kredit adalah Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan sesuai ketentuan Bank Indonesia, sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia. Fungsi Bank adalah menilai, memutuskan dan melaksanakan pemberian Kredit
Kewajiban Bank adalah: 1. Menilai kelayakan, memutuskan, mengelola dan mengawasi pemberian Kredit; 2. melaksanakan pembukaan rekening tabungan atas nama masing-masing TKI yang sudah diberangkatkan. Pengisian formulir pembukaan rekening tabungan dikoordinasikan dengan PJTKI gebelum TKI diberangkatkan; 3. Menegaskan kepada masing-masing TKI dengan tembusan kepada Pengguna Jasa mengenai pembukaan rekening tabungan atas nama TKI yang bersangkutan dengan menyebutkan nomor rekening tabungan dan alamat kantor Bank; 4. Membebani rekening tabungan masing-masing TKI setiap bulan, untuk untung rekening PJTKI sebesar angsuran hutang dan bunga yang telah ditetapkan oleh PJTKI bagi TKI yang bersangkutan; 5. Membantu PJTKI dalam pengelolaan hutang TKI; dan 6. Memberikan penegasan setiap bulan kepada PJTKI mengenai jumlah yang dipindahbukukan dari rekening-rekening tabungan seluruh TKI untuk untung rekening PJTKI, serta nomor dan nama-nama rekening tabungan TKO yang tidak dapat dibebani karena TKI yang bersangkutan belum memenuhi kewajibannya.
Syarat-Syarat, Fungsi, dan Kewajiban PJTKI PJTKI yang dapat menjadi penerima Kredit harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Telah memiliki SIUP PJTKI; 2. Aktif menjalankan usaha penempatan TKI ke luar negeri dan berpengalaman sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun; 3. Terdaftar sebagai anggota Asosiasi Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (APJATI) 4. Tidak tercatat sebagai debitur macet; dan
83
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan 5. Dinilai layak oleh Bank.
236
237
Pasal 7 29/67/KEP/DIR/ 1996 Pasal 8 29/67/KEP/DIR/ 1996
PJTKI berfungsi sebagai penerima Kredit dan bertanggungjawab aas penggunaan dan pelunasan kredit. (1) Kewajiban PJTKI adalah: 1. Membuat RKK (lampiran 1) (lampiran 45 dalam kodifikasi ini) untuk permohonan Kredit; 2. Menyusun DPK (lampiran 2) (lampiran 46 dalam kodifikasi ini) untuk penarikan Kredit; 3. Membuat dan menyampaikan LPJ (lampiran 3) (lampiran 47 dalam kodifikasi ini) kepada Bank selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah keberangkatan TKI, dengan melampirkan bukti-bukti permintaan nyata dari Pengguna Jasa; 4. Menetapkan jumlah angsuran hutang dan tabungan wajib yang harus disetor oleh masing-maisng TKI setiap bulan; 5. Mengembalikan Kredit yang diperuntukkan bagi TKI yang tidak jadi diberangkatkan, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah penarikan Kredit; 6. Membuat perjanjian dengan Pengguna Jasa untuk mengirimkan/mentransfer kepada Bank sebagian gaji TKI minimum sebesar ekuivalen angsuran hutang dan tabungan wajib yang ditetapkan melalui Bank Luar Negeri; 7. Mengadministrasikan jumlah kewajiban serta setoran-setoran yang diterima dari masing-masing TKI yang telah diberangkatkan; 8. menutup dan membayar premi asuransi jiwa dan jaminan sosiaI tenaga kerja (jamsostek); 9. memberi kuasa kepada Bank untuk itendebet rekening gironya dalam rangka pelunasan Kredit yang diterimanya; 10. memberi surat pernyataan tidak keberatan kepada Bank dalam hal Bank memberikan informasi kepada APJATI tentang keragaan kreditnya; dan 11. melakukan langkah-langkah untuk menjamin agar semua TKI yang penempatannya dibiayai dengan kredit selalu memenuhi kewajiban yang diperjanjikan. (2) PJTKI bertanggungjawab atas pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan risiko pengembalian Kredit secara penuh.
BAB V
Syarat dan Kewajiban TKI
238
Pasal 9 29/67/KEP/DIR/ 1996
TKI yang dibiayai dengan Kedit adalah TKI yang mempunyai perjanjian kerja dengan pengguna Jasa dan PJTKI, serta memenuhi persyaratan lain yang ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja.
239
Pasal 10 29/67/KEP/DIR/ 1996
Kewajiban TKI adalah: 1. Menandatangani perjanjian kerja dan perjanjian hutang piutang dengan PJTKI; 2. Menyetor/mentransfer sebagian dari penghasilannya setiap bulan melalui Pengguna Jasa ke dalam rekening tabungannya pada Bank minimal,sebesar angsuran hutang dan tabungan wajib yang ditetapkan; dan 3. Memberi kuasa kepada Bank untuk membebani rekening tabungannya dalam rangka memenuhi kewajiban angsuran hutangnya kepada PJTKI.
84
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VI
Ketentuan
Syarat-Syarat, Tata Pengembalian Kredit
Cara
Penyediaan,
Penarikan,
Dan
240
Pasal 11 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Jumlah Kredit meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk pembiayaan TKI di dalam negeri, yaitu biaya pengurusan jati diri, pemeriksaan kesehatan, administrasi, seleksi, pelatihan, pembuatan paspor dan visa, asuransi, akomodasi/penampungan, penempatan, jasa perusahaan TKI, serta pembiayaan TKI di luar negeri yaitu biaya hidup TKI bulan pertama, termasuk kapitalisasi bunga kredit yang timbul selama masa tenggang. (2) Jumlah kebutuhan pembiayaan TKI dihitung berdasarkan jumlah TKI yang direncanakan akan diberangkatkan dalam waktu 1 (satu) tahun, yang dihitung sesuai dengan standar biaya yang ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja untuk masing-masing jenis pekerjaan dan negara tujuan TKI. (3) Besarnya Kredit yang diterima oleh PJTKI maksimum 85% dari total pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
241
Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)b.1
(1) suku bunga kredit dari Bank kepada Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI), ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun, dengan ketentuan sebagai berikut: a. dalam hal Bank mewajibkan pertanggungan kredit kepada lembaga penjaminan kredit, maka suku bunga kredit kepada PJTKI ditetapkan sebesar 12% (dua belas persen) efektif setahun, dan PJTKI diwajibkan membayar premi asuransi pertanggungan kredit; b. dalam hal Bank tidak mewajibkan pertanggungan kredit, maka suku bunga kredit kepada PJTKI adalah 14% (empat belas persen) efektif setahun, dengan ketentuan bahwa jumlah 2% (dua persen) akan dikembalikan kepada PJTKI sebagai imbalan pada waktu kredit berakhir, dan apabila ada tunggakan kredit, maka imbalan tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan tunggakan-tunggakan kredit yang bersangkutan; Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
Pasal 12 31/91/KEP/DIR/ 1998 Ayat (2) – (8)
(2) Jumlah angsuran bulanan masing-masing TKI dihitung atas dasar suku bunga efektif 16% (enam belas perseratus) setahun. (3) Dalam hal Bank mewajibkan pertanggungan Kredit kepada lembaga penjaminan Kredit, maka suku bunga kepada PJTKI ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) efektif setahun, dan PJTKI diwajibkan membayar premi asuransi pertanggungan Kredit. (4) Dalam hal Bank tidak mewajibkan pertanggungan Kredit, suku bunga yang dibayar PJTKI adalah 16% (enam betas perseratus) efektif setahun, dengan ketentuan bahwa jumlah 2% (dua perseratus) akan dikembalikan kepada PJTKI sebagai imbalan pada waktu Kredit berakhir, dan apabila ada tunggakan Kredit, maka imbalan tersebut akan diperhitungkan terlebih dahulu dengan tunggakan-tunggakan Kredit yang bersangkutan.. (5) Bunga Kredit setelah masa tenggang berakhir, dihitung dan dibebankan setiap bulan. (6) Suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (7) Perubahan suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (6), bersifat otomatis walaupun jangka waktu Kredit belum herakhir.
85
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (8) Perubahan suku bunga Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (6), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
242
Pasal 13 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Jangka waktu Kredit ditetapkan sesuai dengan jangka waktu perjanjian kerja TKI ditambah masa persiapan dengna maksimum 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan. (2) Dalam jangka waktu Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk masa tenggang dengan maksimum 6 (enam) bulan. (3) Masa tenggang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari masa persiapan ditambah 2 (dua) bulan.
243
Pasal 14 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut. (2) Bea materai kredit dikenakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
SE 29/2/UK 1996 Romawi II No. 4
Biaya lain di luar bunga hutang TKI kepada PJTKI, tidak boleh dibebankan kepada TKI, kecuali bea materai sesuai dengan ketentuan bea materai umum yang berlaku.
244
Pasal 15 (1) Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Undang-undang 29/67/KEP/DIR/ Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. 1996 Ayat (1) – (2) (2) PJTKI diwajibkan mempunyai tabungan berku pada Bank minimum sebesar 10% dari kredit yang ditarik, dengan bunga 2 (dua) angka prosentasi lebih rendah dari suku bunga Kredit. SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 2
Tabungan beku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai jaminan pembayaran angsuran bulanan apabila terjadi keterlambatan pembayaran/ tunggakan. Untuk keperluan tersebut, dalam akad Kredit dicantumkan kuasa dari PJTKI kepada Bank untuk membebani rekening tabungan beku dimaksud. Tabungan beku ini baru dapat ditarik setelah Kredit dilunasi.
SE 29/2/UK 1996 Romawi V No. 3c
Apabila pada saat pembebanan kewajiban tersebut rekening giro PJTKI tidak mencukupi, maka kekurangan tersebut akan dibebankan pada rekening tabungan beku PJTKI.
Pasal 15 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (3) SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 4
(3) Setiap setoran yang dilakukan oleh TKI harus meliputi angsuran Kredit dan tabungan wajib minimum sebesar 25% dari angsuran hutang setiap bulan.
SE 29/2/UK 1996 Romawi IV No. 5
Tabungan wajib TKI tersebut digunakan sebagai jaminan pembayaran angsuran bulanan apabila terjadi keterlambatan pembayaran. Tabungan wajib ini baru dapat ditarik setelah hutang dilunasi. Dalam hal tabungan wajib tidak mencukupi dan TKI mempunyai tabungan lain, maka tabungan lainnya tersebut digunakan pula sebagai pembayaran angsuran atau pelunasan Kredit.
Setelah PJTKI dan Bank menandatangani akad Kredit, kemudian Bank membuka rekening tabungan atas nama masing-masing TKI untuk menampung antara lain angsuran hutang dan tabungan wajib.
86
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 245 Pasal 16 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) (2) (3)
(4) (5)
Ketentuan Permohonan Kredit diajukan oleh PJTKI kepada kantor Bank atas dasar kebutuhan pembiayaan untuk 1 (satu) tahun yang dirinci dalam RKK. Jika dianggap perlu, Bank dapat meminta APJATI untuk mengetahui dan mengesahkan RKK. Dalam hal permohonan Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetujui oleh Bank, maka Bank dapat mengajukan permojonan Plafon Individual kepada Bank Indonesia sebagaimana diatur pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini). Atas dasar persetujuan Plafon Individual, maka Bank mengeluarkan Surat Penegasan Kredit (SPK) kepada PJTKI. Penarikan Kredit oleh PJTKI dilakukan atas dasar kebutuhan pembiayaan yang sudah definitif, sebagaimana tercantum dalam DPK.
246
Pasal 17 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Kredit yang ditarik oleh PJTKI harus segera dimanfaatkan untuk kepentingan TKI sesuai dengan tujuan Kredit, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak tanggal penarikan Kredit. (2) Dalam hal Kredit tidak dimanfaatkan sesuai dengan ketentuan, kepada PJTKI dikenakan suku bunga yang berbeda yaitu sebesar suku bunga pinjaman yang berlaku di Bank yang bersangkutan. (3) Setelah para TKI yang tercantum dalam suatu DPK diberangkatkan, PJTKI penerima Kredit menyampaikan LOJ kepada Bank.
247
Pasal 18 29/67/KEP/DIR/ 1996 SE 29/2/UK 1996 Romawi III No. 1 – 2
Pengembalian Kredit dilakukan secara angsuran setiap bulan.
Besarnya angsuran TKI kepada PJTKI dihitung oleh PJTKI dengan jumlah tetap. Jika dipandang perlu Bank dapat membantu PJTKI dalam menghitung besarnya angsuran hutang TKI tersebut. Rumus Angsuran hutang TKI kepada PJTKI per bulan adalah sebagai berikut
Angsuran = Pokok x
Dimana : Pokok = Pokok pinjaman i = suku bunga per bulan n = masa angsuran dalam bulan (tidak termasuk masa tenggang) Untuk memudahkan perhitungan, besarnya angsuran setiap bulan dapat dibulatkan dalam ribuan, dan sisanya dihitung pada angsuran terakhir. Contoh perhitungan angsuran terlampir (Lampiran 1) ((Lampiran 55 dalam kodifikasi ini).
248
249
BAB VII Pasal 19 31/91/KEP/DIR/ 1998 Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)b.2
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Sumber pembiayaan Kredit berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perseratus). (1) Suku bunga KLBI dari Bank Indonesia atau BUMN Koordinator kepada Bank ditetapkan sebesar 7% (tujuh persen) setahun.
87
Asset Paragraf
250
251
252
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
Pasal 20 31/91/KEP/DIR/ 1998
(2) Bunga kredit likuiditas dihitung dan dibebankan setiap bulan. (3) Suku bunga kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktuwaktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (4) Perubahan suku bunga kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 21 29/67/KEP/DIR/ 1996 BAB VIII Pasal 22 29/67/KEP/DIR/ 1996
Jangka waktu kredit likuiditas sama dengan jangka waktu Kredit, dengan maksimum 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan.
Pasal 23 29/67/KEP/DIR/ 1996
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 1 d
Tata Cara Penyediaan Plafon Induk Permohonan Plafon Induk didasarkan atas rencana penarikan (disburment) Kredit dalam 1 (satu) tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya) berdasarkan perkiraan kebutuhan pembiayaan yang diajukan oleh PJTKI kepada Bank sesuai dengan RKK. Permohonan penyediaan Plafon Induk diajukan sebgai berikut: 1. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indoresia dan 2. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada angka 3. disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya. Permohonan Plafon Induk disampaikan kepada Bank Indonesia dengan rincian sebagai berikut : (1) Nama PJTKI yang akan dibiayai, (2) Jumlah TKI menurut jenis pekerjaan dan Negara tujuan, (3) Kebutuhan Kredit, (4) Kebutuhan kredit likuiditas, (5) Lokasi kantor cabang Bank.
253
Pasal 24 29/67/KEP/DIR/ 1996
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Induk, sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 (Paragraf 252 dalam kodifikasi ini), dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan Plafon Induk dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas Induk (SPK Induk) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F)
254
Pasal 25 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Penyediaan Plafon Induk sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini), didislokasikan ke Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya atas dasar permintaan kentor pusat Bank. (2) Dislokasi Plafon Induk sebagaimana pada ayat (1), dapat dilaksanakan setelah SPK induk dan Akte F sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini), ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku dan dikembalikan kepada BAnk Indonesia. (3) Untuk menerima Plafon Induk, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep yang ditandatangani di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku.
255
Pasal 26 29/67/KEP/DIR/ 1996
(1) Plafon Induk yang telah disediakan sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 (Paragraf 253 dalam kodifikasi ini) harus direalisasikan menjadi Plafon Individual pada tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Sisa Plafon Induk yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran
88
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan dinyatakan tidak berlaku dan akan dilakukan penyesuaian terhadap Plafon Induknya. (3) Dalam hal tingkat kesehatan Bank tidak sesuai lagi dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 (Paragraf 241 dalam kodifikasi ini), maka sisa Plafon Induk yang belum direalisasikan menjadi Plafon Individual dinyatakan tidak belaku, kecuali ditetapkan lain oleh Direksi Bank Indonesia.
BAB IX Pasal 27 29/67/KEP/DIR/ 1996
Tata Cara Penyediaan Plafon Individual
257
Pasal 28 29/67/KEP/DIR/ 1996
Pengajuan permohonan Plafon Individual, sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini), dilakukan sebagai berikut: 1. Untuk jumlah Kredit lebih dari Rp 1 miliar, permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor pusat Bank kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan 2. Untuk jumlah Kredit sampai dengan Rp 1 miliar, permohonan Plafon Individual disampaikan oleh kantor Bank kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
258
Pasal 29 29/67/KEP/DIR/ 1996
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan Plafon Individual sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 (Paragraf 256 dalam kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas. Individual (SPK Individual).
259
Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1)
(1) Setelah tembusan SPK Induk ditandatangani oleh Bank di atas meterai sesuai ketentuan yang berlaku, maka Bank dapat menarik uang muka sebesar 15% dan Plafon Induk. Besarnya uang muka dapat disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Surat Edaran Bank Indonesia. Uang muka akan ditarik kembali seluruhnya pada akhir tahun anggaran.
256
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 2a
Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2)
Pasal 30 31/91/KEP/DIR/ 1998 Ayat (3)
Pasal 30 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (4)
Atas Dasar Plafon Induk yang telah disediakan, sebagaimana dimaksud pada Pasal 25 ayat (1) (Paragraf 254 ayat (1) dalam kodifikasi ini), Bank dapat mengajukan permohonan Plafon Individual kepada Kantor Bank Indonesia, dengan melampirkan DPK.
Penyediaan uang muka dimulai sejak tembusan SPK Plafon Induk disampaikan kepada Bank Indonesia sampai dengan berakhirnya tahun anggaran yang bersangkutan. (2) Atas dasar penyediaan uang muka, Bank dapat melaksanakan pemberian Kredit kepada PJTKI. Selanjutnya Bank dapat mereimburs pemberian Kredit dimaksud dengan mengajukan surat permohonan penarikan kredit likuiditas individual dengan melampirkan bukti penarikan Kredit oleh nasabah berupa copy rekening Kredit atas nama PJTKI. (3) Penarikan uang muka dan reimburs dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan. Bagi Bank yang telah melakukan penarikan uang muka dan reimburs dengan menggunakan bilyet giro sejak tanggal 1 April 1998 sampai dengan ditetapkannya Surat Keputusan ini, tidak perlu menyesuaikan dengan cara pemindahbukuan. (4) Uang muka Plafon Induk yang sudah ditarik harus direalisasikan kepada PJTKI selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal uang muka kredit likuiditas dicairkan. Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan Bank kepada Bank Indonesia selama 3 (tiga) bulan kurang dari jumlah uang muka, maka
89
Asset Paragraf
260
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan untuk kekurangannya Bank dikenakan suku bunga sebesar 3 (tiga) bulan. Untuk selanjutnya hal yang sama dilakukan setiap 3 (tiga) bulan.
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 4c
Perhitungan tersebut akan dilakukan setiap 3 (tiga) bulan (contoh perhitungan pada (Lampiran 2) (Lampiran 56 dalam kodifikasi ini).
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 2e
Pada akhir tahun anggaran, uang muka yang tidak direalisasikan akan ditarik kembali seluruhnya.
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 4d
Penetapan suku bunga deposito 3 (tiga) bulan tersebut atas dasar rata-rata tertinggi suku bunga deposito perbankan yang dihitung oleh Bank Indonesia.
Pasal 31 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1)
SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 5b SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 5a
261
(1) Pelunasan kredit likuiditas dilakukan dengan penyesuaian baki debet atas dasar laporan bulanan posisi baki debet Kredit kepada PJTKI tanpa memperhitungkan uang muka. Setelah jangka waktu kredit likuiditas individual berakhir, maka fasilitas kredit likuiditas individual yang bersangkutan ditarik kembali oleh Bank Indonesia. Contoh perhitungan pada (Lampiran 3) (Lampiran 57 dalam kodifikasi ini). Penyesuaian baki debet tersebut dilaksanakan apabila 65% dari baki debet Kredit nasabah lebih kecil daripada baki debet kredit likuditas.
Pasal 31 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2)
(2) Perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas individual hanya dapat dipertimbangkan karena,alasan-alasan "force majeur" dan permohonan perpanjangan diajukan oleh Bank selambat-lambatnya 1 (sate) hari sehelumkredit likuiditas individual jatuh tempo.
BAB X Pasal 32 29/67/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) SE 29/2/UK 1996 Romawi VI No. 6 huruf b – d
Laporan (1) Bank wajib menyampaikan laporan perkembangan Kredit kepada Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “force majeur” adalah segala kejadian yang langsung menghambat terpenuhinya kewajiban dan berada di luar kekuasaan serta kemampuan pihak-pihak terkait yaitu Bank, PJTKI, dan TKI. Dalam hal Kredit diasuransikan, maka jangka waktu kredit likuiditas individual dapat diperpanjang sampai dengan klaim pertanggungan Kredit diselesaikan baik dibayar maupun tidak dibayar, selambat-lambatnya satu tahun. Dalam hal Kredit tidak diasuransikan, maka jangka waktu kredit likuiditas individual dapat diperpanjang maksimum satu tahun.
Pasal 32 (2) Kantor Bank wajib menyampaikan laporan kantor Bank yang menerima 29/67/KEP/DIR/ penyediaan Plafon Individual. 1996 Ayat (2) – (3) (3) Pedoman tata cara pelaporan akan ditetapkan kemudian oleh Bank Indonesia.
90
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi SE 29/2/UK 1996 Romawi VII No. 2
Ketentuan Penyampaian laporan dimaksud dilakukan dengan formulir KKA, KKB, dan KKC dengan penggunaan sebagai berikut : a. Formulir KKA adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang adanya pemberian Kredit baru, yang merupakan data dasar tentang Kredit yang diberikan Bank, mencakup antara lain jenis kredit, plafon kredit, suku bunga dan sektor ekonomi (Lampiran 4) (Lampiran 58 dalam kodifikasi ini). b. Formulir KKB adalah formulir yang digunakan Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya telah disampaikan dengan menggunakan formulir KKA (Lampiran 5 (Lampiran 59 dalam kodifikasi ini); c. Formulir KKC adalah formulir yuang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan Kredit nasabah pada setiap bulan Lampiran 6 ((Lampiran 60 dalam kodifikasi ini). Bank diwajibkan pula menyampaikan rekapitulasi Laporan Pertanggungjawaban Krdit (LPJ) yang memuat nama PJTKI, alamat PJTKI, Negara tujuan, nomor SPK Kredit LIkuiditas Individual, jumlah TKI, jumlah hutang pokok TKI, jumlah hutang pokok dan bunga TKI Lampiran 4 (Lampiran 61 dalam kodifikasi ini); Laporan tersebut selambat-lambatnya pada tanggal 15 bukan berikutnya sudah diterima ileh Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
262
BAB I Pasal 1 29/69/KEP/DIR/ 1996
Kredit Kepada Koperasi Primer Untuk Anggotanya Dengan Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi Dalam Rangka Pembukaan Pemukiman Transmigrasi Baru Di Kawasan Timur Indonesia Ketentuan Umum 1. Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini. 2. Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang, sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. 3. Pola Perusahaan Inti Rakyat Transmigrasi, yang selanjutnya disebut PIRTrans, adalah pembangunan kebun plasma di daerah Pemukiman Transmigrasi Baru (PTB) di kawasan Timur Indonesia (KTI) yang dilakukan oleh Perusahaan Inti, yang kemudian akan dialihkan oleh Perusahaan Inti kepada Anggota Koperasi Primer. 4. Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya dengan Pola PIR-Trans, yang selanjutnya disebut KKPA PIR-Trans, adalah kredit investasi yang iberikan oleh Bank untuk PIR-Trans, adalah kredit investasi yang diberikan oleh Bank untuk PIR-Trans melalui Perusahaan Inti, yang kemudian kredit tersebut akan dialuihkan oleh Perusahaan Inti kepada/melalui Koperasi Primer untuk Anggotanya. 5. Anggota Koperasi Primer adalah petani plasma anggota koperasi primer yang ditetapkan sebagai penerima pemilikan kebun plasma dan pengalihan hutang, yang dapat terdiri atas transmigran, petani lokal terkena proyek, petani lokal sekitar proyek, dan perambah hutan. 6. Perusahaan Inti, yang selanjutnya disebut Inti, adalah perusahaan di bidang
91
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
7. 8.
9.
10.
Ketentuan perkebunan baik milik negara maupun swasta yang membangun kebun inti dan kebun plasma serta fasilitas pengolahan hasil keun yang dimaksud yang telah ditetapkan sebagai pelaksana proywh dalam rangka program KKPA PIR-Trans. Kebun Inti adalah kebun yang dibangun, dikembangkan dan dimiliki oleh Inti untuk tanaman perkebunan. Kebun Plasma adalah kebun yang dibangun oleh Inti untuk tanaman perkebunan yang kemudian akan dialihkan kepada Anggota Koperasi Primer. Tim Penilai Fisik Kebun Plasma, yang selanjutnya disebut Tiim Penilai, adalah tim yang dibentuk oleh Departemen Pertanian, yang bertugas untuk melakukan penilaian fisik Kebun Plasma yang akan dialihkan oleh Inti kepada Anggota Koperasi Primer. Tim Koordinasi PIR-Trans, yang selanjutnya disebut Tim Koordinasi, adalah tim yang dibentuk oleh Departemen Pertanian, yang bertugas: a. Memantau perencanaan dan pelaksanaan program PIR-Trans; b. Menyerasikan langkah instansi-instansi yang lingkup tugas dan tanggung-jawabnya bersangkutan dengan pelaksanaan program PIRTrans; dan c. Menampung dan menyelesaikan masalah-masalah yang dapat menghambat pelaksanaan program PIR-Trans
Usaha yang Dibiayai
263
BAB II Pasal 2 29/69/KEP/DIR/ 1996
Wilayah Usaha
264
BAB III Pasal 3 29/69/KEP/DIR/ 1996
BAB IV
Fungsi, Tugas, dan Syarat Bank Pemberi KKPA PIR-Trans
Pasal 4 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Fungsi Bank adalah melaksanakan pemberian KKPA PIR-Trans. (2) Tugas Bank adalah menilai kelayakan proyek, memutuskan, mengelola dan mengawasi pemberian KKPA PIR-Trans, atas risiko sendiri (3) Bank yang dapat memberikan KKPA PIR-Trans adalah Bank yang memenuhi persyaratan tingkat kesehatan sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, sekurang-kurangnya cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.
265
KKPA PIR-Trans dapat diberikan untuk membiayai usaha perkebunan tanaman keras, yang terkait dengan proyek Pemukiman Transmigrasi Baru (PTB), dengan masa pembangunan lebih dari 3 (tiga) tahun, yang menurut penilaian Bank layak untuk dibiayai dan memenuhi persyaratan seperti ditentukan dalam Surat Keputusan ini.
Usaha yang dapat dibiayai dengan KKPA PIR-Trans adalah usaha yang berada di propinsi-propinsi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 220 Tahun 1993 tentang Dewan Pengembangan Kawasan Timur Indonesia, yang meliputi Propinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Timor Timur, Irian Jaya, Maluku, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, serta pulau-pulau yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai daerah tertinggal.
92
Asset Paragraf 266
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB V Pasal 5 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan
Fungsi, Tugas, dan Syarat Koperasi Primer Koperasi Primer berfungsi sebagai: (1) Pelaksana Pemberian KKPA PIR-Trans (executing agent); atau (2) Penyalur KKPA PIR-Trans (channeling agent).
267
Pasal 6 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 1 (Paragraf 266 butir 1 dalam kodifikasi ini), maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: 1. Koordinasi pengalihan kebun termasuk KKPA PIR-Trans dari Inti kepada anggota; 2. Pembinaan kepada anggota 3. Penagihan angsuran KKPA PIR-Trans; dan 4. Administrasi KKPA PIR-Trans (2) Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan atas risiko pengembalian KKPA PIR-Trans secara penuh. (3) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 1 (Paragraf 266 butir 1 dalam kodifikasi ini), maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh pengurus Koperasi Primer dan Bank.
268
Pasal 7 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Dalam hal Koperasi Primer berfungsi sebagai Penyalur KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 2 (Paragraf 266 butir 2 dalam kodifikasi ini), maka tugas Koperasi Primer adalah melakukan: 1. Koordinasi penyaluran KKPA PIR-Trans kepada Anggota; 2. Pembinaan kepada anggota; 3. Pengawasan pelaksanaan angsuran KKPA PIR-Trans; dan 4. Administrasi KKPA PIR-Trans. (2) Penyalur KKPA PIR-Trans bertanggungjawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Penyalur KKPA PIT-Trans, sebgaimana dimaksud pada Pasal 5 butir 2 (Paragraf 266 butir 2 dalam kodifikasi ini), maka penandatanganan akad kredit dilakukan oleh Bank dengan: 1. Masing-masing anggota Koperasi Primer, yang harus diketahui oleh pengurus Koperasi Primer; atau 2. Koperasi Primer yang bertindak atas nama masing-masing Anggota Koperasi Primer berdasarkan kuasa dari anggota kepada Koperasi Primer. Contoh surat kuasa terlampir (Lampiran 1) (Lampiran 48 dalam kodifikasi ini)
269
Pasal 8 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Koperasi Primer yang dapat melaksanakan pemberian atau menyalurkan KKPA PIR-Trans adalah Koperasi Primer yang sudah berbadan hukum, dan harus sudah dibentuk selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sebelum pengalihan kebun dari Inti kepada anggotanya. (2) Anggota Koperasi Primer harus sudah berada di lokasi proyek selambatlambatnya 1 (satu) tahun sebelum waktu pengalihan dimaksud pada ayat (1).
93
Asset Paragraf 270
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VI Pasal 9 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan
Fungsi, Tugas, Dan Syarat Inti Fungsi Inti adalah: (1) Membangun, membina, danmenjamin pemasaran hasil Kebun Plasma yang dibiayai KKPA PIR-Trans; dan (2) Menjamin pembayaran angsuran KKPA PIR-Trans sampai dengan kredit tersebut dilunasi oleh Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer, kecuali dalam hal KKPA PIR-Trans tersebut dijamin dengan cara lain yang disetujui oleh Bank.
271
Pasal 10 29/69/KEP/DIR/ 1996
Tugas Inti adalah: 1. Membangun Kebun Inti lengkap dengan fasilitas pengolahan yang dapat menampung hasil Kebun Inti dan Kebun Plasma; 2. Melaksanakan pembangunan Kebun Plasma sesuai dengan petunjuk operasional dan standar fisik yang ditetapkan oleh Depertemen Pertanian; 3. Melaksanakan penyiapan lahan pekarangan dan pembangunan perumahan petani peserta, dengan petunjuk-petunjuk teknis dari Departemen Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan; 4. Melakukan pembinaan kepada pengurus Koperasi Primer binaannya agar mampu melaksanakan fungsi dan tugasnya; 5. Memberikan bantuan teknis kepada para Anggota Koperasi Primer agar mampu mengusahakan kebunnya dengan baik; 6. Membeli seluruh hasil Kebun Plasma dengan harga yang layak berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam hal ini Menteri Pertanian; 7. Membantu proses pelaksanaan pembayaran kembali KKPA PIR-Trans dari Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer kepada bank; dan 8. Membayar angsuran/melunasi KKPA PIR-Trans apabila Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer tidak dapat membayar angsuran/melunasi kreditnya sesuai dengan yang diperjanjikan, kecuali bagi Koperasi Primer atau Anggota Koperasi Primer yang dijamin dengan cara lain sesuai dengan persetujuan dengan Bank.
272
Pasal 11 29/69/KEP/DIR/ 1996
Inti yang dapat ikut serta di dalam Program KKPA PIR-Trans harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Telah memiliki: a. Surat persetujuan Menteri Keuangan mengenai rencana pembiayaan pembangunan program PIR-Trans berdasarkan saran dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS; b. Surat Keputusan Menteri Pertanian tentang rencana pelaksanaan program PIR-Trans; dan c. Surat Keputusan Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan tentang izin pelaksanaan transmigrasi. 2. Mampu mengembangkan lahan perkebunan dalam program KKPA PIRTrans dengan luas Kebun Inti minimal 20% dan maksimal 40%dari total luas kebun; dan 3. Mampu menyediakan/memiliki fasilitas pabrik/unit pengolahan dengan kapasitas yang dapat menampung seluruh hasil produksi Kebun Plasma dan Kebun Inti yang bersangkutan.
94
Asset Paragraf 273
274
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VII Pasal 12 29/69/KEP/DIR/ 1996
Pasal 3 6/26/PBI/2004 Ayat (1)a
Ketentuan
Syarat-Syarat KKPA PIR-Trans (1) Jumlah KKPA PIR-Trans yang diberikan oleh Bank untuk membangun Kebun Plasma melalui Inti meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk pembangunan Kebun Plasma termasuk di dalamnya kapitalisasi bunga KPPA PIR-Trans yang timbul selama masa pembangunan/masa tenggang. (2) Jumlah kebutuhan KKPA PIR-Trans dihitung berdasarkan kebutuhan nyata Anggota Koperasi Primer, dengan biaya proyek untuk pembangunan Kebun Plasma merupakan biaya satuan/unit cost yang ditetapkan dan bunga masa tenggang yang dikapitalisasikan, serta biaya umum (overhead cost) yang menjadi bagian pembangunan Kebun Plasma ditambah jasa manajemen maksimum sebesar 15% dari total biaya proyek. Besarnya biaya satuan/ unit cost ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua BAPPENAS setelah mendengar pendapat dari Menteri Pertanian. (3) KKPA PIR-Trans kepada masing-masing Anggota Koperasi Primer maksimum sebesar Rp 50 juta untuk membiayai pembangunan Kebun Plasma dengan luas 2 (dua) hektar sampai dengan 4 (empat) hektar. (1) Suku bunga kredit dari Bank kepada debitur, ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen) setahun. Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
Pasal 13 (2) Dalam suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), termasuk imbalan 31/92/KEP/DIR/ sebesar 2% (dua perseratus) bagi Koperasi Primer dengan ketentuan 1998 Ayat (2) – (5) sebagai berikut: 1. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai Pelaksana pemberian KKPA PIR-Trans, maka seluruh imbalan diberikan kepada Koperasi Primer dan pembayarannya dilakukan sebagai berikut: a. sebesar 50% dari imbalan dibayarkan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh Anggota Koperasi Primer; dan b. sebesar 50% (lima puluh perseratus) sisanya disimpan dalam bentuk tabungan beku pada Bank dan dibayarkan setelah KKPA PIR-Trans lunas. Tabungan tersebut diberi bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada Bank yang bersangkutan. 2. dalam hal Koperasi Primer bertindak sebagai penyalur KKPA PIR-Trans, maka 50% (lima puluh perseratus) dari imbalan diberikan kepada Koperasi Primer atas dasar realisasi pembayaran angsuran pokok dan bunga oleh Anggota Koperasi Primer, dan sisanya menjadi bagian penerimaan Bank. Contoh perhitungan imbalan bagi Koperasi Primer, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2a dan Lampiran 2b Surat Keputusan ini (Lampiran 49 dan Lampiran 50 dalam kodifikasi ini). (3) Suku bunga KKPA PIR-Trans dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (4) Perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), bersifat otomatis walaupun jangka waktu kredit belum berakhir. (5) Perubahan suku bunga dan imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan di atur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
95
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 275 Pasal 14 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan (1) Imbalan bagi Koperasi Primer, sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 274 ayat (2) dalam kodifikasi ini), selama masa tenggang tidak diberikan sehingga suku bunga yang dibayarkan berkurang dengan 2% setahun. (2) Bunga KKPA PIR-Trans selama masa tenggang dapat dikapitalisasikan menjadi pokok pinjaman
276
Pasal 15 29/69/KEP/DIR/ 1996
Jangka waktu KKPA PIR-Trans untuk pembiayaan investasi, termasuk masa tenggang, disesuaikan dengan kemampuan nyata proyek yang dibiayai, dengan maksimal 15 (lima belas) tahun.
277
Pasal 16 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Commitment fee, provisi kredit, dan biaya lainnya tidak dipungut. (2) Bea meterai kredit dikenakan sesuai dengan ketentuan bea materai umum yang berlaku.
278
Pasal 17 29/69/KEP/DIR/ 1996 BAB VIII Pasal 18 29/69/KEP/DIR/ 1996
Jaminan kredit ditetapkan sesuai ketentuan dalam pasal 8 Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
279
Ketentuan Pengalihan KKPA PIR-Trans (1) Inti wajib mengalihkan kepemilikan Kebun Plasma kepada Anggota Koperasi Primer, atas dasar penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai. (2) Inti mengalihkan KKPA PIR-Trans yang telah digunakan untuk pembangunan Kebun Plasma kepada Anggota Koperasi Primer bersamaan dengan pengalihan kepemilikan Kebun Plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
280
Pasal 19 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Jumlah KKPA PIR-Trans yang dialihkan sebesar biaya yang direalisasikan sejak tahap persiapan sampai pada saat penyerahan Kebun Plasma sesuai dengan ketentuan Pasal 12 (Paragraf 273 dalam kodifikasi ini). (2) Syarat-syarat pengalihan KKPA PIR-Trans minimal adalah: 1. Kebun Plasma telah dinilai layak oleh Tim Penilai; 2. Persyaratan bank teknis telah dipenuhi; dan 3. Anggota Koperasi Primer telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Tiim Penilai
281
Pasal 20 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Inti wajib mengajukan rencana pengalihan Kebun Plasma kepada Tim Penilai dan Bank selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum masa tenggang berakir, dengan melampirkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh Tim Penilai dan Bank. (2) Tim Penilai dan Bank melakukan penilaian atas rencana pengalihan yang diajukan Inti. (3) Dalam hal persyaratan-persyaratan sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 280 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dipenuhi, Inti harus melaksanakan pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans selambatlambatnya 6 (enam) bulan sejak masa tenggang berakhir. (4) Dalam hal Bank menyetujui permohonan pengalihan, pengalihan dilaksanakan dengan memperhatikan fungsi Koperasi Primer sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dan Pasal 7 (Paragraf 267 dan Paragraf 268 dalam kodifikasi ini), sebesar jumlah yang ditetapkan pada Pasal 19 ayat (1) (Paragraf 280 ayat (1) dalam kodifikasi ini).
96
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 282 Pasal 21 29/69/KEP/DIR/ 1996
283
Pasal 22 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan (1) Dalam hal salah satu syarat sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (2) (Paragraf 280 ayat (2) dalam kodifikasi ini) tidak dipenuhi sehingga pengalihan tidak dapat dilaksanakan pada waktunya, maka Inti segera menyapaikan masalahnya kepada Tim Koordinasi. (2) Tim Koordinasi menyelesaikan masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak permasalahannya disampaikan kepada Tim Koordinasi. (3) Sebelum diperoleh penyelesaian atas masalah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditampung dalam rekening penampungan (escrow account) pada Bank dengan cara sebagai berikut: 1. Penyetoran dana ke rekening penampungan dilakukan oleh Inti; 2. Dana pada rekening penampungan ini diberi bunga sebesar suku bunga KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 ayat (1) (Paragraf 274 ayat (1) dalam kodifikasi ini), yang dihitung atas dasar saldo harian; 3. Dana dari rekening penampungan hanya dapat ditarik oleh Inti untuk membiayan pemeliharaan kebun dan membayar kewajiban-kewajiban kredit yang timbul atas KKPA PIR-Trans yang akan dialihkan kepada Anggota Koperasi Primer, setelah mendapat persetujan Bank; 4. Rekening penampungan ditutup setelah seluruh KKPA PIR-Trans dari Inti dialihkan menjadi KKPA PIR-Trans atas nama masing-masing Anggota Koperasi Primer; dan 5. Dalam hal masih terdapat saldo kredit pada saat rekening penampungan ditutup, maka kelebihan saldo dimaksud diperhitungkan dengan baki debet KKPA PIR-Trans yang dialihkan. (1) Dalam hal pengalihan KKPA PIR-Tran tidak dapat dilaksanakan pada waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 ayat (2) (Paragraf 282 ayat (2) dalam kodifikasi ini), baik sebagian maupun seluruhnya, maka atas KKPA PIR-Trans untuk Kebun Plasma yang tidak dapat dialihkan, diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan belum dapat dilakukan maka pengalihan menjadi tertunda, dengan masa penundaan dibatasi maksimum 1 (satu) tahun terhitung sejak Tim Koordinasi menyampaikan keputusan penyebab penundaan; dan 2. Dalam hal pengalihan tidak dapat dilakukan atau gagal maka masa penundaan tidak diberlakukan. (2) Dalam hal pengalihan tertunda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 1, maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan tertunda karena kesalahan Inti, maka selama masa penundaan: a. kepada Bank akan dikenakan suku bunga kredit likuiditas yang dihitung aas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (enam) bulan; dan b. kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direalisasikan. 2. Dalam hal pengalihan tertunda karena bukan kesalahan Inti, maka selama masa penundaan: a. Kepada Bank dan kepada Inti akan dikenakan suku bunga KKPA PIRTrans yang berlaku sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 dan Pasal 25 (Paragraf 274 dan Paragraf 286 dalam kodifikasi ini); dan
97
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan b. Seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditampung dalam rekening penampungan dengan cara sebagaimana diatur pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 282 ayat (3) dalam kodifikasi ini). (3) Dalam hal pengalihan tidak dapat dilakukan atau gagal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 2, maka diberlakukan ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan gagal karena kesalahan Inti, maka kredit Likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sehingga sejak kredit likuiditas Bank Indonesia dilimpahkan sampai dengan kredit likuiditas Bank Indonesia ditarik, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepada Bank akan dikenakan suku bunga kedit likuiditas yang dihitung atas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (enam) bulan; dan b. Kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direalisasikan. 2. Dalam hal pengalihan gagal karena bukan kesalahan Inti, maka kredit likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sesuai jadwal. (4) Setelah masa penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir 1 berakhir maka pengalihan harus dilakukan sebagaimana diatur pada Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2) (Paragraf 279 ayat (1) dan ayat (2) dalam kodifikasi ini). (5) Dalam hal setelah masa penundaan berakhir, sebagian atau seluruh kebun Plasma tetap belum dapat dialihkan maka berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Dalam hal pengalihan gagal karena kesalahan Inti, maka kredit likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sehingga sejak masa penundaan berakhir sampai dengan kredit likuiditas Bank Indonesia ditarik, berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kepada Bank akan dikenakan suku bunga kredit likuiditas yang dihitung atas dasar rata-rata suku bunga SBI 3 (tiga) bulan selama 6 (3nam) bulan; dan b. Kepada Inti akan dikenakan suku bunga pinjaman komersial atas kredit yang telah direaslisasikan. 2. Dalam hal pangalihan gagal karena bukan kesalahan Inti maka kredit likuiditas Bank Indonesia akan ditarik kembali sesuai jadwal. 3. Dalam hal pengalihan belum dapat dilakukan karena bukan kesalahan Inti tetapi karena jumlah petani peserta yang tersedia belum lengkap, maka diberlakukan masa pengelolaan, yang dibatasi maksimum 2 (dua) tahun sejak masa penundaan berakhir, dengan ketentuan selama masa pengelolaan adalah sebagai beikut: a. Inti dapat mengelola kebun yang belum dapat dialihkan tersebut; b. Secara bertahap, Inti harus mengalihkan pengelolaan kebun yang belum dialihkan tersebut kepada Koperasi Primer. Seluruh pengalihan pengelolaan dari Inti kepada Koperasi Primer harus selesai selambat-lambatnya sampai dengan masa pengelolaan berakhir; c. Koperasi Primer dan atau Inti wajib mengalohkan kebun dan KKPA PIR-Trans kepada petani pada saat petani dimaksud tiba di lokasi; d. Prioritas Kebun Plasma yang dialihkan kepada petani yang baru datang sebagaimana dimaksud pada huruf c dimulai dari kebun
98
Asset Paragraf
284
285
286
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan yang dikelola oleh Koperasi Primer; serta e. Seluruh penerimaan hasil Kebun Plasma ditamoung dalam rekening penampungan dengan cara sebagaimana diatur pada Pasal 21 ayat (3) (Paragraf 282 ayat (3) dalam kodifikasi ini). (6) Dalam hal setelah masa pengelolaan berakhir, berlaku ketentuan sebagai berikut: 1. Seluruh Kebun Plasma yang belum dapat dialihkan harus dialihkan kepada Koperasi Primer; dan 2. Dalam hal terdapat petani yang baru datang ke lokasi proyek setelah masa pengelolaan berakhir, maka Koperasi Primer yang menerima pengalihan harus segera mengalihkan Kebun Plasma dan KKPA PIRTrans kepada petani yang baru datang sesuai proporsinya.
Pasal 23 29/69/KEP/DIR/ 1996
Dalam hal pengalihan Kebun Plasma yang dilakukan secara bertahap telah berakhir, dan menurut perhitungan jumlah KKPA PIR-Trans yang dapat dialihkan berbeda dengan baki debat KKPA PIR-Trans Inti, diatur sebagai berikut: 1. Dalam hal nilai pengalihan leih kecil dari baki debet KKPA PIR-Trans, selisih antara nilai pengalihan dengan baki debet KKPA PIR-Trans menjadi beban Inti: 2. Dalam hal nilai pengalihan lebih besar dari baki debet KKPA PIR-Trans, selisih antara nilai pengalihan dengan baki debet KKPA PIR-Trans menjadi untuk untung Inti.
BAB IX Pasal 24 31/92/KEP/DIR/ 1998 Pasal 3 6/26/PBI/ 2004 Ayat (1)a
Syarat-Syarat Kredit Likuiditas Sumber pembiayaan KKPA PIR-Trans berasal dari kredit likuiditas Bank Indonesia sebesar 100% (seratus perseratus). (1) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans ditetapkan sebesar 7% setahun Suku bunga dimaksud tidak dikenakan secara bunga berbunga.
Pasal 25 (2) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dihitung dan dibebankan setiap 31/92/KEP/DIR/ bulan. 1998 Ayat (2) – (4) (3) Suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (4) Perubahan suku bunga kredit likuiditas KKPA PIR Trans sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. 287
288
289
Pasal 26 29/69/KEP/DIR/ 1996 BAB X Pasal 27 29/69/KEP/DIR/ 1996
Pasal 28 29/69/KEP/DIR/ 1996
Jangka waktu kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sama dengan jangka waktu KKPA PIR-Trans.
Tata Cara Penyediaan Kredit Likuiditas (1) Kredit likuiditas KKPA PIR-Trans disediakan sampai dengan akhir Maret 1998. (2) Atas dasar kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah disediakan, Bank harus merealisasikan KKPA PIR-Trans dalam waktu 4 (empat) tahun terhitung sejak penyediaan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans. Permohonan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans didasarkan atas rencana pemberian KKPA PIR-Trans untuk masing-masing proyek.
99
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 290 Pasal 29 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan Permohonan penyediaan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans diajukan sebagai berikut: 1. Bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadia Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan 2. Bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah tersebut pada butir 1 disampaikan kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
291
Pasal 30 29/69/KEP/DIR/ 1996
Permohonan plafon kredit likuiditas KKPA-Trans diajukan dengan melampirkan formulir sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini (Lampiran 3) (Lampiran 51 dalam kodifikasi ini), studi kelayakan dan fotokopi surat-surat persetujuan/keputusan dari Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, serta Menteri Transmigrasi dan Pemukiman Perambah Hutan.
292
Pasal 31 29/69/KEP/DIR/ 1996
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, sebagaimana dimaksud pada Pasal 29 (Paragraf 290 dalam kodifikasi ini), dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan menyediakan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dengan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).
293
Pasal 32 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dapat direalisasikan setelah SPK dan Akte F, sebagaimana dimaksuda pada Pasal 31 (Paragraf 292 dalam kodifikasi ini), ditandatangani oleh Bank di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan dikembalikan kepada Bank Indonesia. (2) Untuk menerima plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, Bank wajib menyampaikan jaminan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans berupa Surat Aksep, dengan nilai nominal sebesar jumlah kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang disediakan, yang ditandatangani di atas materai sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan wajib diperbaharui setiap tahun sampai KKPA PIR-Trans tersebut lunas. (3) Bank harus merealisasikan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sejak tanggal SPK. (4) Dalam hal Bank tidak merealisasikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Bank Indonesia akan membatalkan plafon kredit likuiditas KKPA PIR-Trans.
BAB XI Pasal 33 29/69/KEP/DIR/ 1996
Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan Kredit Likuiditas
294
(1) Atas dasar penyediaan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, pada setiap awal tahun Bank wajib menyampaikan jadwal pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk tahun yang bersangkutan, yang dirinci sesuai kebutuhan setiap triwulan anggaran kepada Bank Indonesia. Contoh jadwal pencairan sebagaimana terlampir (Lampiran 4) (Lampiran 52 dalam kodifikasi ini). (2) Bank harus mengajukan surat permohonan kepada Bank Indonesia untuk setiap pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans, yang disampaikan per triwulan dengan mengemukakan jadwal pencairan untuk triwulan yang bersangkutan dan dirinci sesuai kebutuhan kegiatan proyek per bulan untuk mendapat persetujuan dari Bank Indonesia. (3) Surat permohonan harus sudah diterima oleh Bank Indonesia paling lambat
100
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
295
Pasal 34 29/69/KEP/DIR/ 1996
Ketentuan 2 (dua) minggu sebelum batas awal periode triwulan yang diajukan, dengan periode triwulanan mengacu pada periode triwulanan tahun anggaran. Contoh surat permohonan pencairan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans terlampir (Lampiran 5) (Lampiran 53 dalam kodifikasi ini). Dalam hal Bank Indonesia menyetujui permohonan penarikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dan warkat-warkat KKPA PIR-Trans telah diselesaikan, maka pelimpahan kredit Likuiditas KKPA PIR-Trans dapat dilaksanakan. Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-rans dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan dilakukan secara bertahap setiap triwulan dengan memperhatikan rencana penarikan (disbursement) kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah disampaikan sebelumnya dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. Dalam hal terjadi perubahan jadwal pencairan kredit likuiditas tahunan, maka Bank wajib menyampaikan perubahannya untuk mendapat persetujuan kembali dari Bank Indonesia. Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans diatur sebagai berikut: 1. Untuk triwulan I dan triwulan II dapat dilimpahkan seluruhnya sesuai rencana penarikan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans; 2. Untuk triwulan III dilakukan dengan melampirkan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) triwulan I; 3. Untuk triwulan IV dilakukan dengan melampirkan LPJ triwulan II dan seterusnya. Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk triwulan III dan seterusnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4) butir 2 dan 3, dilakukan sesuai dengan rencana penarikan triwulan yang bersangkutan setelah diperhitungkan dengan kelebihan/kekurangan pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans triwulan I dan seterusnya. Pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans untuk yang pertama kali dapat dilakukan pada triwulan I, triwulan II, triwulan III atau triwulan IV tahun anggaran.
(1) LPJ sebagaimana dimaksud pada Pasal 33 ayat (4) butir 2 dan 3 (Paragraf 294 ayat (4) butir 2 dan 3 dalam kodifikasi ini) dibuat oleh Inti dan telah disahkan oleh Bank, yang terdiri dari Laporan Perkembangan Proyek dan Laporan Realisasi/Kredit.. Bentuk LPJ sebagaimana terlampir dalam Surat Keputusan ini (lampiran 6) (lampiran 54 dalam kodifikasi ini). (2) LPJ harus sudah diterima oleh Bank Indonesia se/ambatlambatnya pada tanggal 7 (tujuh) dua triwulan yang akan datang, yaitu LPJ triwulan ke II telah diterima pada tanggal 7 (tujuh) awal triwulan ke III, LPJ triwulan ke II telah diterima pada tanggal 7 (tujuh) awal triwulan ke IV, dan seterusnya. (3) Dalam hal LPJ diterima oleh Bank Indonesia melebihi batas waktu sebagaimana yang ditetapkan, maka terhadap keterlambatan penyampaian LPJ tersebut akan dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Untuk keterlambatan sampai dengan 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); dan b. Untuk keterlambatan lebih dari 7 (tujuh) hari kerja setelah tanggal batas waktu penyampaian LPJ, Bank dikenakan kewajiban membayar sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
101
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan (4) Jumlah kewajiban membayar akan dibebankan kepada rekening giro Bank pada Bank Indonesia. (5) Sanksi keterlambatan penyampaian LPJ tidak dapat dibebankan kepada proyek atau menjadi beban KKPA PIR-Trans.
296
Pasal 35 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang telah ditarik oleh Bank harus segera direalisasikan. (2) Dalam hal 1 (satu) bulan sejak kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilimpahkan, kredit likuiditas KKPA PIR-Trans tidak direalisasikan, maka Bank dikenakan bunga sebesar tingkat suku bunga deposito 3 (tiga) bulan yang berlaku pada Bank ang bersangkutan pada saat 1 (satu) bulan sejak kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilimpahkan. (3) Pengenaan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung sejak tanggal pelimpahan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans sampai tanggal realisasi KKPA PIR-Trans kepada nasabah. (4) Suku bunga berbeda tersebut dikenakan hanya terhadap jumlah kredit likuiditas KKPA PIR-Trans yang terlambat direalisasikan.
297
Pasal 36 29/69/KEP/DIR/ 1996
(1) Angsuran atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans dilakukan secara triwulanan dengna memperhatikan jadwal angsuran atau pelunasan KKPA PIR-Trans yang disampaikan oleh Bank dan telah disetujui oleh Bank Indonesia. (2) Dalam hal Bank tidak mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum jadwal atau pelunasan kredit likuiditas KKPA PIR-Trans berakhir, maka Bank Indonesia akan menarik kredit likuiditas KKPA PIRTrans dimaksud.
Bab XII BAB XII 29/69/KEP/DIR/ 1996
Tata Cara Pelimpahan Dan Pelunasan KKPA PIR-Trans
298
(1) Tata cara pelimpahan KKPA PIR-Trans diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing Bank; (2) Tata cara pelunasan KKPA PIR-Trans diatur sebagai berikut: 1. Pengembalian KKPA PIR-Trans dilakukan dengan cara angsuran pada setiap panen, dengan besarnya angsuran pokok dan bunga adalah sebagai berikut: a. untuk tahun pertama dan kedua setelah masa tenggang berakhir, angsuran ditetapkan minimal sebesar 25% dari, nilai penjualan hasil kebun plasma; dan b. untuk tahun ketiga dan selanjutnya angsuran ditetapkan minimal sebesar 35% dari nilai penjualan hasil kebun plasma. 2. Pembayaran angsuran kepada Bank sebagaimana dimaksud pada butir 1 diiaksanakan dengan cara Inti memotong langsung penjualan hasil kebun plasma. 3. Koperasi Primer baik bertindak sebagai Pelaksana pemberian maupun Penyalur KKPA PIR-Trans berhak meminta bukti setoran pembayaran angsuran KKPA PIR-Trans dari Inti kepada Bank.
102
Asset Paragraf 299
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB XIII Pasal 37 29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (1) – (2) .1 SE 29/4/UK 1996 Huruf B Romawi I No. 1 c Pasal 37 29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2).2 – (2).3 SE 29/4/UK 1996 Huruf B Romawi I No. 1.a.ii dan ii
Ketentuan
Laporan (1) Kantor Bank yang menerima penyediaan plafon kredit likuiditas KKPA PIRTrans wajib menyampaikan laporan kepada Bank Indonesia. (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: 1. Laporan keuangan proyek yang telah di audit oleh akuntan publik, yang disampaikan setiap tahun selama masa pembangunan. Disampaikan selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah berakhirnya tahun yang bersangkutan. 2. LPJ, yang disampaikan setiap triwulan selama masa pembangunan. 3. Laporan perkembangan KKPA PIR-Trans, yang disampaikan setiap bulan selama masa pembangunan dan setelah masa pembangunan berakhir. Harus disampaikan oleh Bank kepada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya adalah : i. Laporan realisasi KKPA PIR-Trans oleh Bank kepada nasabahnya yang berisi : - Tanggal realisasi KKPA PIT-Trans kepada nasabah; dan - Jumlah KKPA PIR-Trans yang telah direalisasikan. Laporan tersebut harus sudah diterima oleh Bank Indonesia selambat-lambatnya pada tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan realisasi KKPA PIR-Trans. ii. Laporan perkembangannya KKPA PIR-Trans disampaikan dengan menggunakan formulir KKA, KKB, dan KKC, yaitu : - Formulir KKA adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan tentang adanya pemberian KKPA PIR-Trans baru, yang merupakan data dasar tentang KKPA PIR-Trans yang telah diberikan Bank, mencakup antara lain jenis KKPA PIR-Trans, plafon KKPA PIRTrans, suku bunga, dan sektor ekonomi; - Formulir KKB adalah formulir yang digunakan Bank untuk melaporkan adanya perubahan atau koreksi atas data yang sebelumnya disampaikan dengan menggunakan formulir KKA; dan - Formulir KKC adalah formulir yang digunakan oleh Bank untuk melaporkan posisi baki debet dan tunggakan KKPA PIR-Trans nasabahnya setiap bulan. Contoh formulir KKA, KKB dan KKC sebagaimana terlampir dalam Surat Edaran ini (Lampiran 1a, 1b, dan 1c) (Lampiran 62a, 62b, dan 62c dalam kodifikasi ini). Pedoman pengisian formulir-formulir tersebut baik secara manual maupun dengan menggunakan komputer beserta ketentuan tata cara pelaksanaan pelaporan dapat diperoleh pada Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
Pasal 37 29/69/KEP/DIR/ 1996 Ayat (2).3 – (2).5
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(2) butir 1 dan 2 merupakan laporan sebelum pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans. (4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) butir 3 merupakan laporan sebalum dan sesudah pengalihan Kebun Plasma dan KKPA PIR-Trans. (5) Pedoman tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan ditetapkan kemudian oleh Bank Indonesia.
103
Asset Paragraf
300
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
BAB I Pasal 1 14/22/PBI/2012
Ketentuan
Pemberian Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Ketentuan Umum 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bank Umum adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 dan Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, termasuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran. Bank Campuran adalah Bank yang didirikan dan dimiliki oleh bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank di Indonesia yang telah memperoleh izin usaha sebelum mulai berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan pada saat mulai berlakunya Peraturan Bank Indonesia ini komposisi pemegang saham masih tetap bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank di Indonesia. Kredit adalah Kredit sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998. Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah Pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusa haan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil
104
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
8.
9.
301
BAB II Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (1) – (3)
Ketentuan atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). Kredit atau Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya disebut dengan Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah Kredit atau Pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Bantuan Teknis adalah bantuan yang diberikan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Kewajiban Bank dan Cakupan Kredit atau Pembiayaan UMKM (1) Bank Umum wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM. Yang dimaksud dengan memberikan "Kredit atau Pembiayaan UMKM" adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (2) Jumlah Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan paling rendah 20% (dua puluh persen) yang dihitung berdasarkan rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan. (3) Pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dihitung pada setiap akhir tahun.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi III
A. Bank Indonesia melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM secara gabungan untuk seluruh kantor Bank Umum di dalam negeri posisi akhir bulan Desember tahun bersangkutan yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum yang disampaikan kepada Bank Indonesia pada bulan Januari tahun berikutnya sesuai batas waktu penyampaian secara online sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Bulanan Bank Umum. B. Perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf A dilakukan dengan formula sebagai berikut :
C. Dalam melakukan perhitungan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf B, berlaku ketentuan sebagai berikut : 1. Total Kredit atau Pembiayaan UMKM adalah jumlah baki debet
105
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (4)
Ketentuan Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam Rupiah dan valuta asing, yaitu : a. Untuk Bank Umum, berasal dari pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada pelaku usaha yang memenuhi criteria UMKM yang dilakukan secara : 1) langsung; dan/atau 2) tidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola executing, pola channeling, atau pembiayaan bersama (sindikasi). b. Untuk kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran, berasal dari : 1) pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria UMKM yang dilakukan secara : a) langsung; dan/atau b) tidak langsung yaitu melalui kerjasama dengan pihak tertentu menggunakan pola executing; 2) pemberian kredit atau pembiayaan untuk produk ekspor non migas. c. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM dan/atau ekspor non migas yang diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b mengacu pada Lampiran 1.a dan Lampiran 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 2. Total Kredit atau Pembiayaan adalah jumlah baki debet Kredit atau Pembiayaan dalam Rupiah dan valuta asing. (4) Pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara bertahap, sebagai berikut: a. Tahun 2013: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan sesuai kemampuan Bank Umum yang dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank; Yang dimaksud dengan "kemampuan Bank Umum" adalah kemampuan Bank Umum dalam merealisasikan rencana bisnis bank terkait pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang disesuaikan dengan sumber daya Bank. b. Tahun 2014: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan sesuai kemampuan Bank Umum yang dicantumkan dalam Rencana Bisnis Bank; c. Tahun 2015: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 5% (lima persen); d. Tahun 2016: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 10% (sepuluh persen); e. Tahun 2017: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 15% (lima belas persen); dan f. Tahun 2018 dan seterusnya: rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap
106
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi II
302
Ketentuan total Kredit atau Pembiayaan paling rendah 20% (dua puluh persen). A. Rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM merupakan bagian dari Rencana Bisnis Bank (RBB), yang ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bank Umum menyusun dan menyampaikan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dengan memperhatikan tahapan pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan, yaitu : a. pada tahun 2013 dan tahun 2014, sesuai kemampuan Bank Umum; b. tahun 2015, paling rendah 5% (lima persen); c. tahun 2016, paling rendah 10% (sepuluh persen); d. tahun 2017, paling rendah 15% (lima belas persen); e. tahun 2018 dan seterusnya, paling rendah 20% (dua puluh persen). 2. Bank Umum menyusun rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang dikelompokkan berdasarkan : a. lapangan usaha; b. jenis penggunaan; dan c. propinsi. B. Dalam hal terdapat perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dari rencana yang telah ditetapkan pada tahun berjalan, Bank Umum wajib menyampaikan perubahan berikut alasannya kepada Bank Indonesia. C. Format, cakupan, dan tata cara pelaporan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM maupun pelaporan perubahan rencana pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan penyampaiannya berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia mengenai rencana bisnis bank.
Pasal 2 14/22/PBI/2012 Ayat (5)
(5) Perhitungan besarnya persentase pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan secara gabungan untuk seluruh kantor Bank Umum.
Pasal 3 14/22/PBI/2012
Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM oleh Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), dilakukan secara: a. langsung kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan/atau b. tidak langsung melalui kerjasama pola executing, pola channeling, dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi). Yang dimaksud dengan "tidak langsung" adalah pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM oleh Bank Umum melalui: a. bank perkreditan rakyat; b. bank pembiayaan rakyat syariah; dan/atau c. lembaga keuangan non bank lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil dan lembaga-lembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.
107
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi SE 15/35/DPAU 2013 Romawi IV
Ketentuan A. Pola Executing 1. Pola executing merupakan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada debitur UMKM yang dilakukan oleh lembaga keuangan tertentu, yaitu : a. Bank Perkreditan Rakyat (BPR); b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS); dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembagalembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 2. Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan pihak yang menanggung risiko apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji. 3. Untuk memastikan bahwa lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 menyalurkan dana tersebut kepada UMKM, maka Bank Umum membuat Perjanjian Kerjasama dengan lembaga keuangan tertentu dimaksud yang memuat paling kurang hal-hal sebagai berikut : a. penetapan jangka waktu maksimum penyaluran dana kepada UMKM; b. tahapan penyaluran dana dari Bank Umum dilakukan sesuai kesepakatan; c. kewajiban Bank Umum melakukan monitoring atas realisasi penyaluran dana; dan d. kewajiban lembaga keuangan tertentu untuk menyalurkan dan melaporkan realisasi penyaluran dana dari Bank Umum sesuai jangka waktu dan tahapan penyaluran. 4. Dalam rangka penghitungan pencapaian realisasi pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM, Bank Umum melaporkan realisasi penyaluran dana pola executing yang dilakukan melalui lembaga keuangan tertentu kepada Bank Indonesia secara triwulan selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah triwulan bersangkutan dengan format sesuai Lampiran 2 (Lampiran 64 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 5. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola executing mengacu pada lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. B. Pola Channeling 1. Pola channeling merupakan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada debitur UMKM melalui lembaga keuangan tertentu, yaiut ; a. BPR b. BPRS; dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai
108
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembagalembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 2. Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 tidak mempunyai kewenangan memutus pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM. 3. Bank Umum sebagai pemilik dana merupakan pihak yang berwenang memutus pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dan menanggung risiko apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji. 4. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola channeling mengacu pada Lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. C. Pembiayaan Bersama (Sindikasi) 1. Pembiayaan bersama merupakan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM kepada debitur UMKM yang dilakukan bersama oleh Bank Umum dan lembaga keuangan tertentu, yaitu : a. BPR; b. BPRS; dan/atau c. Lembaga Keuangan Non Bank Lainnya sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan Laporan Bulanan Bank Umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembagalembaga lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. 2. Bank Umum dan Lembaga keuangan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 1 merupakan pihak yang menanggung risiko secara bersama-sama sesuai dengan porsi pembiayaan masingmasing apabila debitur UMKM wanprestasi atau cidera janji. 3. Pedoman rincian komponen Kredit atau Pembiayaan UMKM Bank Umum melalui kerjasama pola pembiayaan bersama (sindikasi) dilakukan dengan mengacu pada Lampiran 1.a dan 1.b (Lampiran 63a dan Lampiran 63b Kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
303
304
Pasal 4 14/22/PBI/2012
Pemenuhan kewajiban pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini) dan Pasal 3 (Paragraf 302 Kodifikasi ini) bagi kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran berlaku ketentuan sebagai berikut: a. Kredit atau Pembiayaan untuk produk ekspor non migas dapat diperhitungkan sebagai Kredit atau Pembiayaan UMKM; b. Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM dapat dilakukan secara langsung dan/atau tidak langsung melalui kerjasama pola executing.
BAB III
Transparansi dan Relaksasi dalam Rangka Pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM
Pasal 5 14/22/PBI/2012
Dalam memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), Bank Umum wajib berpedoman pada
109
Asset Paragraf
305
306
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai: a. rencana bisnis bank; b. laporan bulanan bank umum; c. laporan keuangan publikasi triwulanan dan bulanan bank umum serta laporan tertentu; d. sistem informasi debitur; e. transparansi informasi produk bank dan penggunaan data pribadi nasabah.
Pasal 6 14/22/PBI/2012
Bank Umum yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 301 Kodifikasi ini), memperoleh relaksasi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai: a. pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko Kredit atau Pembiayaan dengan menggunakan pendekatan standar, yaitu berupa perhitungan bobot risiko tagihan kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil; b. penilaian kualitas aset Bank Umum, yaitu berupa penetapan kualitas Kredit atau Pembiayaan Bank Umum kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; c. batas maksimum pemberian Kredit atau Pembiayaan Bank Umum, yaitu berupa pengecualian batas maksimum pemberian Kredit atau Pembiayaan untuk pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM; dan d. perlakuan khusus terhadap Kredit atau Pembiayaan bank bagi daerahdaerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam, yaitu berupa penetapan kualitas penyediaan dana dan kredit serta penyediaan dana dan pemberian kredit baru kepada debitur yang terkena dampak bencana alam.
BAB IV Pasal 7 14/22/PBI/2012
Bantuan Teknis Bank Indonesia dapat memberikan Bantuan Teknis dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Bantuan Teknis diberikan oleh Bank Indonesia untuk mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam rangka meningkatkan kapasitas ekonomi daerah dan/atau pengendalian inflasi.
307
Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf a
Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 (Paragraf 306 Kodifikasi ini) dapat berupa: a. penelitian; Penelitian yang dilakukan oleh Bank Indonesia antara lain berupa penelitian mengenai pola pembiayaan komoditas yang dibiayai bank dan komoditas/produk/jasa usaha unggulan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang disampaikan kepada stakeholders.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 1
a) Tujuan Penelitian 1) mengidentifikasi permasalahan UMKM dan memberi masukan dalam penetapan kebijakan dan pengaturan dalam pengembangan UMKM; 2) mendukung penyediaan informasi terkait pengembangan UMKM bagi stakeholder, dan 3) mendukung pelaksanaan koordinasi dengan stakeholder. b) Format Penelitian
110
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf b SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 2
Ketentuan Penelitian dapat dilakukan antara lain dalam bentuk survey, kajian, dan studi banding. c) Topik Penelitian : 1) komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM; 2) pola pembiayaan untuk komoditas UMKM yang potensial dibiayai bank; 3) pengembangan infrastruktur keuangan dan kelembagaan; dan 4) topik lain yang terkait dengan upaya pengembangan UMKM. b. pelatihan;
a) Tujuan Pelatihan 1) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta mendorong Bank dan Lembaga Pembiayaan UMKM dalam menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM; 2) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan Lembaga Penyedia Jasa (LPJ) untuk memfasilitasi UMKM dalam meningkatkan akses terhadap kredit atau pembiayaan; 3) meningkatkan pengetahuan dan kemampuan UMKM dalam rangka meningkatkan elijibilitas dan kapasitas UMKM. b) Format Pelatihan Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk klasikal. c) Kriteria Penerima Pelatihan 1) Bank Umum, BPR, dan/atau BPRS yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Bank Umum yang memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM. Bank Umum tersebut diprioritaskan yang belum mencapai rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang ditetapkan; dan b. BPR dan/atau BPRS yang memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM. 2) Lembaga Pembiayaan UMKM yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. merupakan lembaga keuangan non bank yang berbadan hukum; b. berada dibawah kepemilikan/pembinaan dan/atau direkomendasikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan c. memiliki tugas dalam menyediakan kredit atau pembiayaan bagi UMKM dan telah melakukan aktivitas usaha tersebut paling kurang 2 (dua) tahun. 3) LPJ yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. berbentuk badan hukum dan telah terdaftar pada instansi pemerintah, dan/atau dibentuk oleh instansi pemerintah paling kurang selama 1 (satu) tahun;
111
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan b. mempunyai komitmen dalam pengembangan UMKM yang tertuang dalam visi dan misi dalam Akta Pendirian dan/atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga; c. mempunyai pengalaman dalam membina UMKM selain di bidang keuangan paling kurang selama 1 (satu) tahun; dan d. membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang keuangan. Termasuk dalam kriteria ini adalah Petugas Penyuluh lapangan (PPL) atau Petugas Pendamping yang berada di bawah pembinaan Kementerian, Dinas terkait, atau asosiasi. 4) UMKM yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. tergabung dalam klaster yang dibina oleh Bank Indonesia; atau b. berada di bawah pembinaan Kementerian atau Dinas Terkait atau anggota asosiasi usaha yang mempunyai kerjasama dengan Bank Indonesia. d) Topik Pelatihan 1) Topik pelatihan kepada Bank Umum, BPR atau BPRS, dan Lembaga Pembiayaan UMKM, meliputi antara lain : a. Survei Potensi Pengembangan UMKM; b. Analisis Kredit atau Pembiayaan UMKM; c. Penanganan Kredit atau Pembiayaan UMKM Bermasalah; dan/atau d. Pengembangan Hubungan Bank dengan Kelompok Swadaya Masyarakat (PHBK). 2) Topik pelatihan kepada LPJ yaitu berupa pelatihan mengenai aspek keuangan, yang meliputi aspek-aspek penyusunan kelayakan usaha (proposal kredit) dan perencanaan usaha (business plan). 3) Topik pelatihan kepada UMKM meliputi anara lain pembuatan laporan keuangan sederhana, penyusunan kelayakan usaha (proposal kredit), dan perencanaan usaha (business plan). c. penyediaan informasi; dan/atau
Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf c
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 3
Penyediaan informasi antara lain dapat berupa pameran, sosialisasi, workshop, pencantuman informasi dalam website untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian, statistik dan informasi lainnya terkait pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. a) Tujuan Penyediaan Informasi Menginformasikan data dan program pengembangan UMKM Bank Indonesia kepada pihak internal dan eksternal. b) Format Penyediaan Informasi Penyediaan informasi antara lain dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, website Bank Indonesia, pameran, sosialisasi, workshop, seminar, atau kegiatan sejenis lainnya. c) Jenis Penyedian informasi, meliputi antara lain : 1) Data statistik kredit UMKM; 2) Data komoditas/produk/jenis usaha unggulan UMKM atau potensial di suatu daerah;
112
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi 3) 4) 5) 6) 7)
Ketentuan Pola pembiayaan komoditi yang potensial dibiayai Bank (lending model); Database profil UMKM; Data sentra UMKM; Program pengembangan klaster; Ketentuan atau kebijakan Bank Indonesia terkait pengembangan UMKM.
d. fasilitasi. Pasal 8 14/22/PBI/2012 Huruf d
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. A No. 4
Kegiatan fasilitasi antara lain klaster, inkubator bisnis atau kegiatan serupa dalam rangka pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang dapat didukung dengan penyediaan sarana produksi. a) Tujuan Fasilitasi 1) Mendukung pengembangan dan peningkatan daya saing UMKM melalui program yang terintegrasi, antara lain klaster, inkubator bisnis, dan pengembangan institusi pendukung dalam rangka kemandirian UMKM. 2) Membantu mempersiapkan UMKM dalam rangka peningkatan akses keuangan. 3) Mendorong lembaga keuangan untuk meningkatkan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM. b) Kriteria Penerima Fasilitasi 1) Bank Umum, BPR, BPRS, lembaga pembiayaan UMKM, dan/atau LPJ dapat memperoleh fasilitasi dalam rangka peningkatan penyaluran Kredit atau Pembiayaan UMKM dalam bentuk seminar/Focus Group Discussion dan kegiatan lain yang terkait antara lain fasilitasi kepada lembaga penunjang seperti asuransi, lembaga penjaminan kredit, dan lain-lain. Penerima fasilitasi tersebut paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Bank Umum : i. memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM. Bank Umum tersebut diprioritaskan yang belum mencapai rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM yang ditetapkan; atau ii. ditunjuk sebagai pelaksana kredit program Pemerintah. b. BPR dan/atau BPRS : i. memiliki visi dan komitmen untuk menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang tercermin antara lain dalam visi dan misi, struktur organisasi, dan produk Kredit atau Pembiayaan UMKM; atau ii. sebagai peserta program Pemerintah atau Bank Indonesia dalam pengembangan UMKM. c. Lembaga Pembiayaan UMKM : i. merupakan lembaga keuangan non bank yang berbadan hukum; ii. berada di bawah kepemilikan/pembinaan dan/atau
113
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan direkomendasikan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; dan iii. memiliki tugas dalam menyediakan kredit atau pembiayaan bagi UMKM dan telah melakukan aktivitas usaha tersebut paling kurang 2 (dua) tahun. d. LPJ : i. berbentuk badan hukum dan telah terdaftar pada instansi pemerintah, dan/atau dibentuk oleh instansi pemerintah paling kurang selama 1 (satu) tahun; ii. mempunyai komitmen dalam pengembangan UMKM yang tertuang dalam visi dan misi dalam Akta Pendirian dan/atau Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga; iii. mempunyai pengalaman dalam membina UMKM selain di bidang keuangan paling kurang selama 2 (dua) tahun; dan iv. membutuhkan peningkatan kompetensi di bidang keuangan. 2) UMKM dapat memperoleh fasilitasi dalam bentuk seminar/Focus Group Discussion, magang, studi banding, promosi, pendampingan, dan kegiatan yang sejenis, paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : a. tergabung dalam klaster yang dibina oleh Bank Indonesia; atau b. berada di bawah pembinaan Kementerian atau Dinas terkait atau anggota asosiasi usaha yang mempunyai kerjasama dengan Bank Indonesia. Biaya pelaksanaan bantuan teknis ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 (Lampiran 65 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
308
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. B
Biaya pelaksanaan bantuan teknis dalam rangka kerjasama Bank Indonesia dengan kementerian, dinas terkait, lembaga domestik, atau lembaga internasional diatur sesuai dengan kesepakatan para pihak.
Pasal 9 14/22/PBI/2012
(1) Pihak-pihak yang dapat menerima Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 307 Kodifikasi ini) adalah: a. Bank Umum, Bank Perkredita n Rakya t, da n/atau B ank Pembiayaan Rakyat Syariah; b. Lembaga Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; Lembaga Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah lembaga keuangan non bank lainnya yang menyediakan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai pedoman penyusunan laporan bulanan bank umum, yaitu Koperasi Simpan Pinjam, Baitul Maal Wa Tamwil, dan lembagalembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu. c. Lembaga Penyedia Jasa (LPJ); Lembaga Penyedia Jasa adalah lembaga yang menyediakan jasa
114
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan pendampingan dan/atau pembinaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, termasuk Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) yang dikoordinasikan oleh kementerian terkait. d. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (2) Pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menerima Bantuan Teknis dari Bank Indonesia sepanjang memenuhi kriteria yang ditetapkan. (3) Dalam rangka pelaksanaan pemberian Bantuan Teknis kepada pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank Indonesia dapat menunjuk pihak lain. Pihak lain meliputi antara lain lembaga pendidikan, konsultan/tenaga ahli atau lembaga lainnya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata cara pengajuan permohonan Bantuan Teknis oleh penerima Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi V. C
309
BAB V Pasal 10 14/22/PBI/2012
1. Pihak yang memenuhi kriteria dapat mengajukan permintaan secara tertulis untuk memperoleh bantuan teknis kepada : a. Bank Indonesia c.q. Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM, Jl. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350, bagi yang berkedudukan di propinsi DKI Jakarta, Kabupaten/Kota Bekasi, Bogor, Karawang, dan Depok. b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi yang berkedudukan di luar wilayah sebagaimana dimaksud dalam huruf a. 2. Persetujuan atas permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1 didasarkan pada analisis yang dilakukan oleh Bank Indonesia yang antara lain didasarkan pada pertimbangan pemenuhan kriteria, pembiayaan, bentuk Bantuan Teknis, dan ketersediaan sumber daya manusia. 3. Pengajuan permintaan dan persetujuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 tidak berlaku untuk bentuan teknis berupa penyediaan informasi yang sudah dipublikasikan oleh Bank Indonesia baik melalui website atau media lainnya.
Kerja Sama (1) Dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Bank Indonesia dapat bekerjasama dengan pihak lain. Yang dimaksud dengan "pihak lain" antara lain Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Pemerintah Daerah, dan lembaga atau asosiasi lainnya. Kegiatan kerjasama dilakukan dalam bentuk kemitraan strategis antara lain melalui Forum Komunikasi/Koordinasi (Focus Group Discussion), Training for Trainers, dan penyediaan database bersama. (2) Dalam melakukan kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Bank
115
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan Indonesia dapat memberikan Bantuan Teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 (Paragraf 307 Kodifikasi ini). (3) Kerja sama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk Nota Kesepahaman, Surat Keputusan, dan/atau dokumen lainnya.
310
BAB VI Pasal 11 14/22/PBI/2012 Ayat (1)
Publikasi, Penghargaan, dan Pembinaan (1) Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dalam website Bank Indonesia.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VI
Bank Indonesia mempublikasikan peringkat pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan oleh Bank Umum dalam website Bank Indonesia yang antara lain dimuat dalam menu siaran pers atau info terbaru.
Pasal 11 14/22/PBI/2012 Ayat (2) – (3)
(2) Bank Indonesia memberikan penghargaan kepada Bank Umum yang memenuhi kriteria tertentu dalam pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM. Yang dimaksud dengan "kriteria tertentu" antara lain rasio realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM terhadap total Kredit atau Pembiayaan perbankan dan Non Performing Loan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, tata cara penilaian, dan pihak penilai dalam rangka pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VII
A. Bank Indonesia secara berkala memberikan penghargaan kepada Bank Umum yang berhasil menyalurkan Kredit atau Pembiayaan UMKM yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dan memenuhi tema sesuai dengan program atau kebijakan Bank Indonesia. B. Kriteria yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada huruf A paling kurang adalah : 1. Pencapaian rasio realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM sesuai dengan tahapan yang telah ditetapkan; 2. Non Performing Loan – gross Kredit atau Pembiayan UMKM paling tinggi 5% (lima persen); 3. pertumbuhan pencapaian pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Kredit atau Pembiayaan UMKM nasional; dan 4. memiliki produk dan/atau skim kredit untuk UMKM. C. Dalam proses penilaian, Bank Indonesia dapat membentuk tim penilai, atau bekerja sama dengan pihak ketiga sebagai pendukung penilaian. D. Dalam hal proses penilaian dilakukan oleh tim penilai yang dibentuk Bank Indonesia maka tim penilai paling kurang terdiri dari : 1. Bank Indonesia; 2. Kementerian terkait; 3. Pakar/pengamat UMKM atau akademisi; dan 4. Pihak eksternal terkait.
116
Asset Paragraf
311
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (1)
Ketentuan E. Dalam hal proses penilaian dilakukan oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh Bank Indonesia maka tim penilai terdiri dari bank Indonesia dan pihak ketiga sebagai pendukung penilaian yang paling kurang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Merupakan badan hukum atau lembaga yang resmi; 2. Memiliki kompetensi di bidang UMKM; dan 3. Memiliki reputasi yang baik. F. Proses penilaian sebagaimana dimaksud pada huruf C dilakukan sebagai berikut : 1. Penetapan tema dan periode penilaian oleh Bank Indonesia; 2. Pengumuman tema dan periode penilaian oleh Bank Indonesia; 3. Pembentukan tim penilai atau penunjukan pihak ketiga sebagai pendukung penilaian; 4. Proses penilaian oleh Bank Indonesia atau tim penilai; dan 5. Penetapan dan pengumuman pemenang oleh Bank Indonesia. (1) Dalam hal pencapaian realisasi pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f (Paragraf 301 Kodifikasi ini) tidak terpenuhi pada akhir tahun, Bank Umum wajib menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM. Bank Umum selain dapat menggunakan data yang dimilikinya mengenai pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM, dapat juga menggunakan antara lain data yang berasal dari Bank Indonesia, Kementerian, dan Dinas terkait.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. A – C
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. F – G
A. Bank Umum yang tidak mencapai realisasi Kredit atau Pembiayaan UMKM sesuai rasio yang ditetapkan, wajib menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM. Kewajiban tersebut mulai berlaku untuk pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM pada tahun 2015. B. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada huruf A ditujukan kepada pelaku UMKM yang tidak sedang dan/atau belum pernah mendapat Kredit atau Pembiayaan UMKM. Data Pelaku UMKM bersumber dari data yang dimiliki Bank Umum, Bank Indonesia, dan/atau Kementerian dan Dinas terkait. C. Bank Umum menyampaikan rencana pelatihan yang disampaikan kepada bank Indonesia sebelum batas waktu pelaksanaan pelatihan dan penyampaian laporan pada tanggal 30 September setiap tahunnya. Rencana pelatihan dilaporkan dengan format sesuai Lampiran 4 (Lampiran 66 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini. D. Topik pelatihan yang dapat dilakukan oleh Bank Umum antara lain mengenai aspek keuangan, aspek pemasaran, aspek produksi, aspek kelembagaan, untuk meningkatkan jumlah pelaku UMKM yang dapat memperoleh Kredit atau Pembiayaan UMKM dari Bank Umum. E. Metode pelatihan dapat dilaksanakan dalam bentuk klasikal, magang,
117
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (2) – (3)
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. E
Ketentuan studi banding, promosi, dan pendampingan. (2) Besar dana pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan persentase tertentu dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada setiap akhir tahun, dengan jumlah paling besar Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah). (3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan dan dilaporkan paling lambat pada tanggal 30 September tahun berikutnya. Pelatihan kepada UMKM dilakukan dan dilaporkan kepada Bank Indonesia paling lambat pada tanggal 30 September tahun berikutnya dengan format sesuai Lampiran 5 (Lampiran 67 Kodifikasi ini), yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Dalam hal tanggal 30 September jatuh pada hari libur, maka pelatihan kepada UMKM dan pelaporan kepada Bank Indonesia disampaikan pada 1 (satu) hari kerja sebelumnya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persentase tertentu dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 12 14/22/PBI/2012 Ayat (4) SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII. D
Jumlah dana yang dialokasikan dalam rangka pelatihan sebagaimana dimaksud dalam huruf A adalah minimal sebesar 2% (dua persen) yang dihitung dari selisih antara kewajiban pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM dikurangi dengan realisasi pencapaian rasio Kredit atau Pembiayaan UMKM pada setiap akhir tahun berjalan, dengan jumlah paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). Contoh 1: - Pada tahun 2015, total kredit atau pembiayaan yang diberikan Bank A sebesar Rp 500 milyar. - Bank A wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebesar 5% dari total kreditnya yaitu 5% dari total kreditnya yaitu 5% x Rp 500 milyar = Rp 25 milyar. - Realisasi pencapaian pada akhir Desember 2015 sebesar Rp 20 milyar. - Selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = Rp 25 milyar – Rp 20 milyar = Rp 5 milyar. - 2% dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = 2% x Rp 5 milyar = Rp 100 juta. Bank A wajib menyelenggarakan pelatihan dengan dana pelatihan sebesar Rp 100 juta. Contoh 2: - Pada tahun 2015, total Kredit atau Pembiayaan yang diberikan Bank B sebesar Rp 20 triliun. - Bank B wajib memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM sebesar 5% dari total kreditnya yaitu 5% x Rp 20 triliun = Rp 1 triliun. - Realisasi pencapaian pada akhir Desember 2015 sebesar Rp 400 milyar.
118
Asset Paragraf
312
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
BAB VII Pasal 13 14/22/PBI/2012
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi X
Ketentuan - Selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = Rp 1 triliun – Rp 400 milyar = Rp 600 milyar. - 2% dari selisih antara rasio Kredit atau Pembiayaan yang wajib dipenuhi dengan realisasi pencapaian pada akhir tahun = 2% x Rp 600 milyar = Rp 12 milyar. Bank B wajib menyelenggarakan pelatihan dengan dana pelatihan sebesar Rp 10 milyar.
Sanksi (1) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) (Paragraf 301 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. (2) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b (Paragraf 303 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 berupa: a. teguran tertulis; dan/atau b. penurunan tingkat kesehatan bank berupa penurunan peringkat faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan. (3) Bank Umum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), Pasal 12 ayat (2), dan/atau Pasal 12 ayat (3) (Paragraf 311 Kodifikasi ini), dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa penurunan tingkat kesehatan bank yaitu penurunan peringkat faktor manajemen dalam penilaian tingkat kesehatan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan (3) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. A. Bank Umum yang melanggar ketentuan mengenai pentahapan pencapaian rasio pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM sebagaimana dimaksud pada butir II.A.1 (SE 15/35/DPAU 2013 Romawi II.A.1) (Paragraf 301 Kodifikasi ini) dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis yang diikuti dengan kewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan kepada pelaku UMKM sebagaimana dimaksud pada angka VIII (SE 15/35/DPAU 2013 Romawi VIII). B. Bank Umum yang tidak melakukan kewajiban untuk menyelenggarakan pelatihan sebagaimana dimaksud pada huruf A, dikenakan sanksi adminstratif berupa penurunan peringkat faktor manajemen atau prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Pengenaan sanksi dimaksud didasarkan pada analisis terkait Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia. C. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank Campuran yang memberikan Kredit atau Pembiayaan UMKM melalui kerjasama pola channeling dan/atau pembiayaan bersama (sindikasi), dikenakan sanksi administratif berupa teguran tertulis. D. Kantor cabang bank yang berkedudukan di luar negeri dan Bank
119
Asset Paragraf
313
314
315
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan Campuran yang tetap melakukan pelanggaran setelah adanya teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf C, dikenakan sanksi administratif berupa penurunan peringkat factor manajemen atau prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam penilaian tingkat kesehatan bank. Pengenaan sanksi dimaksud didasarkan pada analisis terkait Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia.
BAB VIII Pasal 14 14/22/PBI/2012
Ketentuan Penutup
Pasal 15 14/22/PBI/2012
Ketentuan lebih lanjut dari Peraturan Bank Indonesia ini diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 15/35/DPAU 2013 Romawi IX
A. Pelaporan mengenai pencapaian realisasi pemberian Kredit atau Pembiayaan UMKM melalui kerjasama pola executing sebagaimana dimaksud pada Lampiran 2 (Lampiran 64 Kodifikasi ini), disampaikan dalam bentuk hardcopy kepada : Departemen Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 dengan tembusan kepada : a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank Umum yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank Umum yang berkantor pusat selain di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. B. Pelaporan mengenai rencana pelatihan dan pelaksanaan pelatihan kepada pelaku UMKM yang dilakukan oleh Bank Umum sebagaimana dimaksud pada Lampiran 4 dan Lampiran 5 (Lampiran 66 dan Lampiran 67 Kodifikasi ini), disampaikan dalam bentuk hardcopy kepada : a. Departemen Pengawasan Bank terkait, Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350, bagi Bank Umum yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia; b. Kantor Perwakilan Bank Indonesia setempat, bagi Bank Umum yang berkantor pusat selain di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia. dengan tembusan kepada : Departemen Pengembangan Akses Keuangan dn UMKM Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350
BAB I Pasal 1 31/93/KEP/DIR 1998
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) (Paragraf 301 Kodifikasi ini) mulai berlaku bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tahun 2014.
Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana Ketentuan Umum 1.
2.
Bank Pemberi Kredit, yang selanjutnya disebut Bank, adalah bank umum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan memenuhi persyaratan dalam Surat Keputusan ini. Rumah Sederhana, yang selanjutnya disebut RS, adalah rumah sederhana tidak bersusun dengan luas lantai bangunan 18 m2 (T-18), 21m2 (T-21),
120
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan 27m (T-27), dan 36m (T-36), sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC dan ruang serba guna, yang dibangun diatas tanah dengan luas kavling 60m2 sampai dengan 200m2 dengan biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk pembangunan rumah dinas tipe C yang berlaku. Rumah Sangat Sederhana, yang selanjutnya disebut RSS, adalah rumah tidak bersusun dengan luas lantai 21m2 (T-21), 27m2 (T-27), dan 36m2 (T36) dan sekurang-kurangnya memiliki kamar mandi dengan WC dan ruang serbaguna, dengan biaya pembangunan per m2 sekitar setengah dari biaya pembangunan per m2 tertinggi untuk RS. Kredit Pemilikan Rumah Sederhana dan Kredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana, yang selanjutnya disebut KPRS dan KPRSS, adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat oleh Bank untuk membiayai pemilikan RS atau RSS. 2
3.
4.
2
BAB II Pasal 2 31/93/KEP/DIR 1998
Ketentuan KPRS dan KPRSS
317
Pasal 3 31/93/KEP/DIR 1998
Pemohon yang boleh mengajukan KPRS atau KPRSS, adalah pemohon yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. belum memiliki rumah; b. rumah yang dibeli harus ditempati sendiri; dan c. selama kredit belum lunas, rumah tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan Bank.
318
Pasal 4 31/93/KEP/DIR 1998
Maksimum penghasilan keluarga per bulan yang disesuaikan dengan tipe rumah yang akan dibeli dan menurut wilayah, mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman.
SE 9/18/BKr 2007 No. 4
Besarnya batas penghasilan, maksimum harga jual rumah dan jumlah Kredit Pemilikan Rumah mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.
BAB III Pasal 5 31/93/KEP/DIR 1998
Syarat, Tugas, dan Fungsi Bank Pemberi KPRS dan KPRSS
316
319
(1) KPRS dan KPRSS hanya dapat digunakan untuk membiayai : a. RS T-18, T-21, T-27, dan T-36; dan b. RSS T-21, T-27, dan T-36. (2) Jumlah unit RS dan atau RSS dalam satu lokasi minimal terdiri dari 15 (lima belas) unit. (3) RS dan RSS yang dapat dibiayai adalah rumah siap huni yang berlokasi di areal yang diperuntukkan bagi pemukiman yang telah memiliki izin lokasi dan bukti penguasaan tanah, disertai gambar rinci dan Izin mendirikan Bangunan (IMB).
Bank yang dapat memberikan KPRS dan KPRSS adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. tingkat kesehatannya sekurang-kurangnya tergolong cukup sehat, kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia; dan b. telah mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sebagai bank pemberi KPRS dan atau KPRSS.
121
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 320 Pasal 6 31/93/KEP/DIR 1998
321
322
323
Ketentuan (1) Tugas dan fungsi Bank dalam pemberian KPRS dan KPRSS adalah : a. menyalurkan, mengawasi penggunaan, menagih pengembalian, dan mengadministrasikan KPRS dan KPRSS, dan b. melakukan pengawasan dan pemenuhan persyaratan KPRS dan KPRSS. (2) Bank bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1) dan atas risiko pengembalian KPRS dan KPRSS secara penuh.
Pasal 7 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Bank wajib melakukan penilaian atas pembangunan RS dan RSS sesuai dengan pedoman teknis yang dikeluarkan instansi terkait. (2) Penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat dilakukan melalui kerjasama dengan konsultan penilai atau perusahaan penilai. (3) Laporan Pemeriksaan Akhir (LPA) yang telah disetujui oleh Bank dapat dijadikan dasar penandatanganan akad kredit antara Bank dengan debitur.
BAB IV Pasal 8 31/93/KEP/DIR 1998
Persyaratan KPRS dan KPRSS
SE 9/18/BKr 2007 No. 4
Besarnya batas penghasilan, maksimum harga jual rumah dan jumlah Kredit Pemilikan Rumah mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.
Pasal 9 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Suku bunga KPRS T-18 dan T-21 ditetapkan sebesar 11% (sebelas perseratus) setahun, sedangkan KPRS T-27 dan T-36 ditetapkan sebesar 14% (empat belas perseratus) setahun, dan tidak bunga berbunga. (2) Suku bunga KPRSS ditetapkan sebesar 8,5% (delapan setengah perseratus) per tahun. (3) Suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sewaktuwaktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (4) Apabila terjadi perubahan suku bunga, maka perubahan tersebut hanya diberlakukan terhadap kredit-kredit yang disetujui sejak tanggal diberlakukan perubahan suku bunga dimaksud. (5) Perubahan suku bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (3), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
SE 9/18/BKr 2007 No. 1A
Maksimum harga jual dan jumlah maksimum KPRS dan KPRSS untuk masingmasing wilayah, mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Menteri Negara Perumahan Rakyat dan Pemukiman.
Perubahan suku bunga sebagaimana diatur pada Pasal 9 ayat (5) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR tanggal 9 September 1998 mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat.
324
Pasal 10 31/93/KEP/DIR 1998
Uang muka untuk KPRSS, KPRS T-18, dan KPRS T-21 ditetapkan sekurangkurangnya sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari harga jual, sedangkan uang muka untuk KPRS T-27 dan KPRS T-36 ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 20% (dua puluh perseratus) dari harga jual.
325
Pasal 11 31/93/KEP/DIR 1998
Jangka waktu KPRS dan KPRSS maksimum selama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penandatanganan akad kredit antara Bank dengan debitur.
122
Asset
Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Paragraf Sumber Regulasi 326 Pasal 12 31/93/KEP/DIR 1998 327 Pasal 13 31/93/KEP/DIR 1998 BAB V 328 Pasal 14 31/93/KEP/DIR 1998
SE 9/18/BKr 2007 No. 1
Ketentuan Atas pemberian KPRS dan KPRSS, Bank tidak diperkenankan memungut Commitment fee. Jaminan kredit ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 8 UndangUndang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
Persyaratan Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) (1) Pangsa KLBI untuk pembiayaan KPRS dan KPRSS ditetapkan sebagai berikut: a. untuk KPRS T-18 dan KPRS T-21 sebesar 60% (enam puluh per seratus); b. untuk pembiayaan KPRS T-27 dan KPRS T-36 sebesar 62,5% (enam puluh dua setengah per seratus); dan c. untuk pembiayaan KPRSS sebesar 67,5% (enam puluh tujuh setengah per seratus). (2) Pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (3) Perubahan pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. a. Pangsa pendanaan Kredit Likuiditas Bank Indonesia dan dana Bank ditetapkan: KELOMPOK SASARAN
Pangsa KLBI
Pangsa Bank
I
65%
35%
II
85%
15%
III
100%
0%
b. Perubahan pangsa KLBI sebagaimana dimaksud pada butir a hanya diberlakukan terhadap kredit-kredit yang merupakan penyaluran kembali (relending) yang disetujui sejak tanggal diberlakukannya ketentuan ini (29 Agustus 2007). 329
Pasal 15 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Suku bunga KLBI ditetapkan sebagai berikut : a. untuk KPRS T-18 dan T-21 sebesar 3% (tiga perseratus) per tahun; b. untuk KPRS T-27 dan T-36 sebesar 9% (sembilan perseratus) per tahun; dan c. untuk KPRSS sebesar 3% (tiga perseratus) per tahun. (2) Suku bunga uang muka KLBI ditetapkan sebesar 3% (tiga perseratus). (3) Bunga KLBI dan uang muka KLBI dihitung dan dibebankan setiap bulan. (4) Suku bunga KLBI dan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sewaktu-waktu dapat diubah oleh Bank Indonesia. (5) Perubahan suku bunga KLBI dan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (4), akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
330
Pasal 16 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Jangka waktu KLBI ditetapkan maksimum 21 (dua puluh satu) tahun, terhitung sejak awal tahun anggaran penyediaan plafon KLBI. (2) Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dapat
123
Asset Paragraf
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan diperpanjang kecuali ditentukan lain oleh Direksi Bank Indonesia.
BAB VI Pasal 17 31/93/KEP/DIR 1998
Tata Cara Penyediaan Plafon KLBI
332
Pasal 18 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Permohonan plafon KLBI didasarkan atas rencana pemberian KPRS dan KPRSS selama satu tahun anggaran (1 April sampai dengan 31 Maret), dengan melampirkan Formulir Permohonan Penyediaan Plafon KLBI sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (Lampiran 68 Kodifikasi ini). (2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan Januari sebelum dimulainya tahun anggaran.
333
Pasal 19 31/93/KEP/DIR 1998
Dalam hal menurut penilaian Bank Indonesia permohonan plafon KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 (Paragraf 331 Kodifikasi ini) dapat disetujui, maka Bank Indonesia akan membuat Surat Persetujuan Kredit Likuiditas (SPK) dan Surat Perjanjian Kredit (Akte F).
334
Pasal 20 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Atas penyediaan plafon KLBI, Bank wajib menerbitkan Surat Aksep sejumlah plafon tersebut yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang di atas materai yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Surat Aksep sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diperbaharui setiap tahun sampai dengan jangka waktu KLBI berakhir.
335
Pasal 21 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Bank dikenakan provisi sebesar 1‰ (satu perseribu) dari jumlah plafon KLBI. (2) Provisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibayar setiap terjadi penyediaan plafon KLBI, baik plafon baru maupun plafon tambahan.
336
Pasal 22 31/93/KEP/DIR 1998
Plafon KLBI yang telah disediakan harus sudah direalisasikan salama tahun anggaran yang bersangkutan, dan sisa plafon KLBI yang tidak direalisasikan pada akhir tahun anggaran dinyatakan tidak berlaku.
BAB VII Pasal 23 31/93/KEP/DIR 1998
Tata Cara Pelimpahan dan Pelunasan KLBI
331
337
Permohonan penyediaan plafon KLBI diajukan sebagai berikut : a. bagi Bank yang berkantor pusat di wilayah DKI Jakarta, Kabupaten/Kotamadya Serang, Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang, dan Bekasi, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia; dan b. bagi Bank yang berkantor pusat di luar wilayah sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia melalui Kantor Bank Indonesia yang mewilayahinya.
(1) Untuk mendapat pelimpahan KLBI, Bank wajib menyampaikan terlebih dahulu warkat kredit berupa tembusan SPK yang ditandatangani di atas meterai, Akte F, dan Surat Aksep yang telah ditandatangani oleh pajabat yang berwenang. (2) Untuk menampung pelimpahan dana KLBI sebagaimana disebutkan pada ayat (1), Kantor Pusat Bank Indonesia atau Kantor Bank Indonesia setempat akan membuka rekening KLBI untuk masing-masing Bank dan
124
Asset Paragraf
338
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Pasal 24 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (1)
SE 13/31/UK 1998 No. 2
Ketentuan masing-masing jenis kredit termasuk rekening untuk uang muka KLBI. (1) Apabila kantor pusat Bank telah menyelesaikan warkat kredit sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 ayat (1) (Paragraf 337 Kodifikasi ini), maka kantor pusat Bank dapat mengajukan permohonan penarikan uang muka KLBI maksimum sebesar 10% (sepuluh perseratus) dari plafon awal yang disetujui Bank Indonesia. Dalam rangka mempercepat proses pemberian KPRS/KPRSS, Bank Indonesia terlebih dahulu memberikan uang muka KLBI sebesar maksimum 10% dari plafon awal yang disetujui, dan untuk selanjutnya bank dapat mengajukan reimburse atas realisasi KPRS/KPRSS yang telah diberikan kepada debitur.
Pasal 24 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (2) – (3)
(2) Dalam hal Bank mengajukan tambahan plafon KLBI, maka tambahan plafon KLBI tersebut tidak mempengaruhi jumlah uang muka KLBI. (3) Pada akhir tahun anggaran, uang muka KLBI akan ditarik seluruhnya oleh Bank Indonesia.
339
Pasal 25 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Atas dasar permohonan penarikan uang muka KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 24 ayat (1) (Paragraf 338 Kodifikasi ini), Bank Indonesia akan melimpahkan uang muka KLBI dengan cara pemindahbukuan. (2) Selanjutnya, Bank dapat mengajukan permohonan reimburs atas pemberian KPRS dan KPRSS kepada Bank Indonesia setelah Bank menyampaikan Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS dengan menggunakan formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 2 dan Lampiran 2a sampai dengan Lampiran 2g Surat Keputusan ini (Lampiran 69 dan Lampiran 69a sampai dengan Lampiran 69g Kodifikasi ini). (3) Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS sebagaiman dimaksud pada ayat (2), harus sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 20 setelah akhir bulan laporan, yaitu Daftar Realisasi KPRS dan KPRSS bulan April harus sudah diterima selambat-lambatnya tanggal 20 Juni, dan seterusnya. (4) Pelaksanaan reimburs atas pemberian KPRS dan KPRSS sebagaimana dimaksud ayat (2), dilakukan satu kali untuk setiap bulan, dan pelimpahan KLBI didasarkan atas tersedianya kelonggaran tarik terhadap plafon KLBI yang masih tersedia.
340
Pasal 26 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Angsuran atau pelunasan KLBI ditetapkan oleh Bank Indonesia atas dasar usulan Bank dengan memperhatikan jadwal angsuran debitur dan jatuh tempo, yaitu setiap akhir semester takwim (akhir Juni dan akhir Desember). (2) Angsuran KLBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan selambatlambatnya pada minggu pertama awal bulan berikutnya dengan cara membebani rekening giro Bank pada Bank Indonesia. (3) Dalam hal terjadi pembatalan atau pelunasan dini kredit oleh debitur kepada Bank, Bank wajib mengembalikan kelebihan KLBI kepada Bank Indonesia selambat-lambatnya pada akhir bulan terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit tersebut.
125
Asset Paragraf 341
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi BAB VIII Pasal 27 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (1) SE 13/31/UK 1998 No. 3
342
343
Ketentuan
Sanksi (1) Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan Bank kepada Bank Indonesia setiap bulan kurang dari jumlah uang muka KLBI yang telah dilimpahkan, maka atas uang muka KLBI yang tidak direalisasikan tersebut, Bank dikenakan suku bunga berbeda. Dalam hal jumlah reimburs yang diajukan oleh bank kurang dari uang muka KLBI yang telah dilimpahkan, maka atas uang muka KLBI yang tidak direalisasikan tersebut, bank akan dikenakan sanksi berupa pengenaan suku bunga berbeda, yaitu suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada bank yang bersangkutan.
Pasal 27 31/93/KEP/DIR 1998 Ayat (2)
(2) Pengenaan suku bunga berbeda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur sebagai berikut : a. untuk bulan pada saat terjadinya pelimpahan uang muka, penggenaan suku bunga berbeda didasarkan pada suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat tanggal pelimpahan uang muka KLBI, dan dihitung sejak tanggal pelimpahan uang muka sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan; dan b. untuk bulan-bulan selanjutnya, pengenaan suku bunga berbeda didasarkan pada suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat awal bulan, dan dihitung sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal terakhir pada bulan yang bersangkutan.
Pasal 28 31/93/KEP/DIR 1998
(1) Dalam hal sampai dengan batas waktu pengembalian kelebihan KLBI sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 ayat (3) (Paragraf 340 Kodifikasi ini) dilampaui, maka atas kelebihan KLBI tersebut, Bank dikenakan bunga sebesar tingkat suku bunga deposito 1 (satu) bulan yang berlaku pada Bank yang bersangkutan pada saat terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit oleh debitur. (2) Pengenaan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihitung sejak tanggal terjadinya pembatalan atau pelunasan dini kredit sampai tanggal penarikan kembali KLBI oleh Bank Indonesia.
BAB IX Pasal 29 31/93/KEP/DIR 1998
Laporan
SE 9/18/BKr 2007 No. 2A
(1) Bank wajib menyampaikan Laporan Pemberian KPRS dan KPRSS dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 3 Surat Keputusan ini (Lampiran 70 Kodifikasi ini). (2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sudah diterima Bank Indonesia selambat-lambatnya tanggal 20 setelah akhir bulan laporan. Pelaporan Pelunasan Dini : a. Dalam hal terjadi pelunasan dini kredit oleh debitur kepada bank sebagaimana diatur pada Pasal 26 Ayat (3) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 31/93/KEP/DIR tanggal 9 September 1998 (Paragraf 340 Kodifikasi ini), bank wajib menyampaikan laporan pelunasan dini kredit tersebut dengan menggunakan format laporan sebagaimana dimaksud pada Lampiran 1 Surat Edaran ini (Lampiran 72 Kodifikasi ini).
126
Asset Paragraf
344
Kredit Likuiditas Bank Indonesia Sumber Regulasi
Ketentuan b. Dalam hal terjadi pelunasan dini kredit sebagaimana dimaksud pada butir a, bank dapat mengajukan permohonan penyesuaian jadwal angsuran kredit likuiditas kepada Bank Indonesia. Permohonan tersebut diajukan selambat-lambatnya akhir bulan Mei untuk periode angsuran Juni, dan pada akhir bulan November untuk periode angsuran Desember. c. Penyesuaian jadwal angsuran sebagaimana dimaksud pada butir b ditetapkan oleh Bank Indonesia secara semesteran. Penyesuaian jadwal angsuran tersebut didasarkan kepada baki debet kredit likuiditas yang tercatat di Bank Indonesia. d. Dalam hal bank tidak mengajukan permohonan penyesuaian jadwal angsuran kredit likuiditas sebagaimana dimaksud pada butir b, maka Bank Indonesia akan mengkompensir pada angsuran terakhir pada jadwal angsuran.
BAB X Pasal 30 31/93/KEP/DIR 1998 SE 13/31/UK 1998 No. 5
Ketentuan Peralihan
SE 9/18/BKr 2007 No. 6
Ketentuan angka 1 sampai dengan 4 (Paragraf 328, Paragraf 323, Paragraf 338, Paragraf 343, Paragraf 341, Paragraf 318, dan Paragraf 322) berlaku untuk PT. BTN (Persero) selaku bank yang melakukan penyaluran kembali (relending) kredit skim KPRS dan KPRSS, sedangkan untuk bank lain yang menyalurkan KPRS/KPRSS hanya berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 3 (Paragraf 341 Kodifikasi ini).
KLBI KPRS dan KPRSS yang telah disediakan sebelum dikeluarkannya Surat Keputusan ini tetap berlaku sesuai dengan SPK yang bersangkutan. Pangsa RDI dan biaya administrasi RDI tetap mengacu pada surat Menteri Keuangan No. S-294/MK.017/1997 tanggal 11 Juni 1997 perihal Pendanaan Program KP-RS/RSS Pelita VI, sebagaimana tercantum dalam Lampiran 2 Surat Edaran ini (Lampiran 71 Kodifikasi ini).
127