Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Rupiah Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah, dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia
Likuiditas Rupiah Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Gantiah Wuryandani Siti Astiyah Wahyu Yuwana Hidayat Komala Dewi Wirza Ayu Novriana Tresna Kholilah Laura Grace Gabriella Safyra Primadhyta
Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral (PRES) Bank Indonesia Telp: 021-29817321 Fax: 021-2311580 email:
[email protected] Hak Cipta © 2013 Bank Indonesia 2013
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
DAFTAR ISI Paragraf Daftar Isi Rekam Jejak Regulasi Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Dasar Hukum Regulasi Terkait Regulasi Bank Indonesia
Halaman Hal. i – iii Hal. iv Hal. v Hal. v – vi Hal. vi – vii
Operasi Moneter Ketentuan Umum Tujuan Operasi Moneter Operasi Moneter Bentuk Operasi Moneter Operasi Pasar Terbuka Standing Facilities
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia Peserta Operasi Moneter dan Lembaga Perantara Sanksi
Par. 1 Par. 2 – 3 Par. 4 – 8
Hal. 1 – 3 Hal. 4 Hal. 4 – 58
Par. 4
Hal. 4 – 5
Par. 5 – 9
Hal. 5 – 51
Par. 10 – 11
Hal. 51 – 58
Par. 12 – 16
Hal. 58 – 65
Par. 17 – 20 Par. 21 – 24
Hal. 65 – 67 Hal. 67 – 73
Operasi Moneter Syariah Ketentuan Umum Tujuan Operasi Moneter Syariah Kegiatan Operasi Moneter Syariah OPT Syariah Standing Facilities Syariah Peserta OMS Sanksi
Par. 25 Hal. 73 – 75 Par. 26 – 27 Hal. 75 Par. 28 – 29 Hal. 75 – 76 Par. 30 – 33 Hal. 76 – 96 Par. 34 – 36 Hal. 96 – 104 Par. 37 – 41 Hal. 104 – 105 Par. 42 Hal. 105 – 110
Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ketentuan Umum Tujuan Penerbitan SBIS Akad dan Karakteristik SBIS Imbalan Mekanisme Penerbitan Repo SBIS Penatausahaan SBIS Sanksi
Lampiran Lampiran 1a : Contoh Perhitungan Lelang SBI/ Term Deposit Dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 1b : Contoh Perhitungan Lelang SBI/ Term Deposit Dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender)
Par. 43 Par. 44 Par. 45 – 46 Par. 47 Par. 48 – 50 Par. 51 Par. 52 – 55 Par. 56
Hal. 110 – 112 Hal. 112 Hal. 112 Hal. 112 – 113 Hal. 113 – 115 Hal. 115 – 116 Hal. 116 – 117 Hal. 118 – 119
Hal. 120 – 230 Hal. 120 – 121 Hal. 122 – 123
i
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Lampiran 2a : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 2b : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) Lampiran 3a : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SBI dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender Lampiran 3b : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SBI dengan Metode Lelang Variable Rate Tender Lampiran 3c : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SUN dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender Lampiran 3d : Contoh Transaksi Repo Menggunakan SUN dengan Metode Lelang Variable Rate Tender Lampiran 4a : Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender Lampiran 4b : Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Variable Rate Tender Lampiran 5a : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Penjualan SUN Lampiran 5b : Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Pembelian SUN Lampiran 5c : Perhitungan Harga Setelmen Pembelian/ Penjualan SBN Lampiran 6 : Contoh Transaksi Penjualan Valas terhadap SBN Lampiran 7 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) Lampiran 8 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) Lampiran 9 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Transaksi Swap Jual Bank Indonesia Lampiran 10 : Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Transaksi FX Swap Beli Bank Indonesia Lampiran 11 : Contoh Laporan PDN setelah Dikurangi Term Deposit Valas Lampiran 12 : Contoh Perhitungan Setelmen Transaksi Lending Facility Lampiran 13 : Contoh Perhitungan Transaksi Penjualan Secara Outright Lampiran 14 : Perhitungan Jangka Waktu SBI Lampiran 15 : Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SBI Lampiran 16 : Perhitungan Jangka Waktu SDBI Lampiran 17 : Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SDBI Lampiran 18 : Contoh Pengenaan Sanksi Karena Pembatalan Transaksi Operasi Moneter Lampiran 19 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
Hal. 124 – 125
Janji (Wa’d) untuk Membeli Kembali SBSN dalam Rangka Repo SBSN dengan Bank Indonesia
Hal. 180 – 184
Lampiran 20 : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
Hal. 185 – 189
Janji (Wa’d) Untuk Menjual Kembali SBSN dalam Rangka Reverse Repo SBSN
Lampiran 21 : Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Secara Outright dari Bank Indonesia di
Hal. 126 – 128 Hal. 129 – 130 Hal. 131 – 132 Hal. 133 – 134 Hal. 135 – 136 Hal. 137 – 141 Hal. 142 – 145 Hal. 146 Hal. 147 Hal. 148 – 151 Hal. 152 – 156 Hal. 157 – 159
Hal. 160 – 161
Hal. 162 – 163 Hal. 164 – 165
Hal. 166 Hal. 167 – 168 Hal. 169 – 171 Hal. 172 Hal. 173 Hal. 174 Hal. 175 Hal. 176 – 179 Hal. 180 – 184
Hal. 185 – 189
Hal. 190 – 196
ii
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Pasar Sekunder dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Penjualan SBSN Contoh Perhitungan Pemenang Lelang Pembelian SBSN Perhitungan Harga Setelmen Pembelian/ Penjualan SBSN oleh Bank Indonesia
Lampiran 22 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
Hal. 190 Hal. 191 Hal. 192 – 196
Hal. 197 – 202
Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender
Hal. 197 – 199
Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Variable Rate Tender
Hal. 200 – 202
Lampiran 23 : Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah
Hal. 203 – 211
Contoh Transaksi Reverse Repo dengan Metode Lelang Fixed Rate Tender
Hal. 203 – 207
Contoh Transaksi Repo dengan Metode Lelang Variable Rate Tender
Hal. 208 – 211
Lampiran 24 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah Janji (Wa’d) untuk Membeli Kembali SBSN dalam Rangka Repo SBSN dengan Bank Indonesia
Lampiran 25 : Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah Contoh Perhitungan Repo SBSN
Lampiran 26 : Contoh Pengenaan Sanksi Karena Pembatalan Transaksi Operasi Moneter Syariah Lampiran 27 : Contoh Perhitungan Jangka Waktu SBIS Lampiran 28 : Contoh Pembatalan Transaksi dan Perhitungan Sanksi Lampiran 29 : Contoh Perhitungan Imbalan
Hal. 212 – 216
Hal. 212 – 216
Hal. 217 – 219
Hal. 217 – 219
Hal. 220 – 225 Hal. 226 Hal. 227 – 228 Hal. 229 – 230
iii
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Rekam Jejak Regulasi Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Bab II.9, VI.9, VII.2 Bab I, III.2.a, III.7, V.1, Lamp. 1&3
SE 15/38/DPM/2013 Perubahan Ke-7, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 15/32/DPM/2013 Perubahan Ke-6, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 15/31/DPM/2013 Perubahan Ke-1, SE 12/17/DPM/2010 tentang Koridor Suku Bunga SE 15/30/DPM/2013 Perubahan Ke-1, SE 12/16/DPM/2010 ttg Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter
Pasal 1.7a,5,11,12, 13,13A,14,21A
15/5/PBI/2013 Perubahan Ke-2, PBI 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter
Bab I, VIB, VII.3
SE 15/24/DPM/2013 Perubahan Ke-5, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka
Bab VI, VIA, VII.4
Butir VI.9
SE 14/18/DPM/2012 Perubahan Ke-4, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 14/9/DPM/2012 Perubahan Ke-3 SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka
Bab I, II.2, II.3, III.2, III.4, IV.1, IV.4
14/5/PBI/2012 Perubahan Ke-1, PBI 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter SE 13/20/DPM/2011 Perubahan Ke-2, SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka
Pasal 3,5,7, 7A,17,19,20
Bab I, II.2, II.7.b, IIA, III.7.b, III.8.c.1), IV.7.b, V.4.e.2), VA.3.f.2), VI.7.b, VIA.2.b, VIA.8.a.1), VIB.4, VII.5
SE 13/13/DPM/2011 Perubahan SE 12/18/DPM/2010 tentang Operasi Pasar Terbuka
SE 14/28/DPM/2012 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dgn BI dlm rangka Standing Facilities Syariah
SE 13/27/DPM/2011 Tata Cara Transaksi Reverse Repo SBSN dgn BI dlm rangka OPT Syariah Bab I, II.9, III.8.c, IV.8.c, V.1, VI.9, VII.2 Pasal 18
Rom. V
SE 12/23/DPM/2010 Perubahan Ke-1, SE 11/8/DPM/2009 ttg Tata Cara FASBIS
Rom. III.1, Butir V.3. b.8),
SE 12/24/DPM/2010 Perubahan Ke-1, SE 10/44/DPM/ 2008 ttg Tata Cara Transaksi Repo SBSN dengan BI
SE 12/25/DPM/2010 Perubahan Ke-2, SE 10/16/DPM/2008 ttg Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang
12/17/PBI/2010 Perubahan 1 PBI 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah
12/18/PBI/2010 Perubahan Ke-1, PBI 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Rom. VI, Lamp.-3
12/11/PBI/2010 Operasi Moneter
Pasal 18
Bab III
Bab I.8, II.5 & II.7, III.4, IV.1, V.3, VI, Lamp.-2
SE 10/2/DPM/2008 Transaksi Repo dengan BI di Pasar Sekunder SE 8/13/DPM/2006 Penerbitan SBI melalui Lelang
Pasal 4A
Bab I.12,I.14, I.15,I.16,I.18, I.19,II.B.3,V, Lamp.1b,2,3
Bab III.A.1.d III. A.3.a IV.3,IV.4
10/21/PBI/2008 Perubahan Ke-5, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka
SE 10/28/DPM/2008 Perubahan Ke-2 SE 8/13/DPM/ 2006 ttg Penerbitan SBI melalui Lelang SE 10/1/DPM/2008 Perubahan Ke-1, SE 8/13/DPM/ 2006 ttg Penerbitan SBI melalui Lelang
SE 10/24/DPM/2008 Perubahan Ke-1, SE 10/ 2/ DPM/ 2008 ttg Transaksi Repo dgn BI di Pasar Sekunder
Butir III.1.b.1)
SE 8/5/DPM/2006 Transaksi Reverse Repo dgn BI dlm rangka OPT
Bab I.5, III, VII, Lamp. 3-a & 3-b
III.3.a
Butir II.1.b
Butir III.A
Pasal 12, Pasal 15 dihapus
10/36/PBI/2008 Operasi Moneter Syariah
10/11/PBI/2008 Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Rom. IX, Lamp. 1,2,3
Bab IV Pasal 14 Ayat (2).b &(3)
SE 10/37/ DPM/2008 Transaksi Reverse Repo SUN dgn BI dlm Rangka OPT
SE 9/6/DPM/2007 Perubahan Ke-1, SE 8/4/DPM/ 2006 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 8/4/DPM/2006 Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder
Butir II.4, II.5, III.2, III.4.A
SE 5/16/DPM/2003 Perubahan Ke-1, SE 5/10/DPM/2003 ttg Pelaksanaan & Penyelesaian FASBI dlm Rangka OPT
SE 10/30/DPM 2008 Perubahan Ke-3, SE 7/ 1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations
Pasal 4,4B,4C,14,16A
SE 6/47/DPM/2004 Perubahan Ke-2, SE 6/17/DPM/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn Angka II BI di Pasar Sekunder SE 6/27/DPM/2004 Perubahan Ke-1, SE 6/17/DPM/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 6/17/DPM/2004 Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 6/5/DPM/2004 Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI
6/4/PBI/2004 Perubahan Ke-1, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka
Butir IV.2
ayat (1). b
7/30/PBI/2005 Perubahan Ke-3, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka SE 10/22/DPM/2008 Perubahan Ke-2, SE 6/21/DPM/ 2004 ttg Tata Cara Pembelian dan Penjualan SUN SE 8/1/DPM/2006 Perubahan Ke-1, SE 6/21/DPM/ 2004 ttg Tata Cara Pembelian & Penjualan SUN SE 6/21/DPM/2004 Tata Cara Pembelian dan Penjualan SUN SE 6/4/DPM/2004 Penerbitan dan Perdagangan SBI
SE 10/44/DPM/2008 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dengan BI
SE 10/40/DPM/2008 Perubahan Ke-1, SE 10/16/DPM/2008 ttg Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang SE 10/16/DPM/2008 Tata Cara Penerbitan SBIS melalui Lelang
SE 11/8/DPM/2009 Tata Cara Transaksi FASBIS
Pasal 4B,4C
SE 10/43/DPM/2008 Perubahan Ke-2 SE 10/ 2/ DPM/ 2008 ttg Transaksi Repo dgn BI di Pasar Sekunder
SE 13/31/DPD/2011 Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia
13/24/PBI/2011 Perubahan Ke-2, PBI 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah
SE 12/16/DPM/2010 Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter
10/14/PBI/2008 Perubahan Ke-4, PBI 4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar Terbuka
- 12/12/PBI/2012 BI-SSSS - 10/6/PBI/2008 Sistem BIRTGS - 5/5/PBI/2003 Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas
SE 14/6/DPM/2012 Tata Cara Pembelian & Penjualan SBSN scr Outright dr BI di Pasar Sekunder dlm rangka OPT Syariah
Bab I, VA, VI.9.a, VII.3
SE 12/18/DPM/2010 Operasi Pasar Terbuka
SE 12/17/DPM/2010 Koridor Suku Bunga
SE 14/32/DPM/2012 Tata Cara Transaksi Repo SBSN dgn BI dlm rangka OPT Syariah
PBI 12/10/PBI/2010 Perubahan Ketiga atas PBI 5/13/PBI/ 2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum; PBI 11/14/PBI/2009 Perubahan atas PBI No 10/37/PBI/ 2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah
Pasal 4, 4A,7
II.A.1, II.B.12
SE 7/39/DPM/2005 Pencabutan SE 6/17/DPM 2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/18/DPM/2005 Perubahan Ke-4, SE 6/17/DPM/ 2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/12/DPM/2005 Perubahan Ke-3, SE 6/17/2004 ttg Transaksi Perdagangan SBI scr Repo dgn BI di Pasar Sekunder SE 7/4/DPM/2005 Perubahan Ke-1, SE 6/5/DPM 2004 ttg Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI 6/33/PBI/2004 Perubahan Ke-2, PBI 4/9/PBI/2002 ttg Operasi Pasar Terbuka
SE 10/23/DPM 2008 Perubahan Ke-2, SE 7/1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations Angka II.2, II.4
SE 9/5/DPM 2007 Perubahan Ke-1, SE 7/1/ DPM 2005 ttg Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations SE 7/1/DPM 2005 Pelaksanaan Transaksi Fine Tune Operations 6/5/PBI/2004 Perubahan Ke-1, PBI 4/10/PBI/2002 tentang Sertifikat Bank Indonesia
SE 5/10/DPM/2003 Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI Dalam rangka OPT SE 5/9/DPM/2003 Tata Cara Penerbitan, Perdagangan, dan Penatausahaan SBI SE 4/20/DPM/2002 SE 4/18/DPM/2002 Tata Cara Penerbitan, Perdagangan, dan Pelaksanaan dan Penyelesaian FASBI Penatausahaan SBI
Bab II.A.3
Bab I.23, II.C.3, III.B.3, III.B. 4, IV.C.4, V.A.2, VI, Lamp.1,4, 5,7,9;
Butir III B.4.d
SE 7/37/DPM/2005 Tata Cara Pelaksaan dan Penyelesaian Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
SE 6/6/DPM/2004 Tata Cara Pelaksanaan Sertifikat Wadiah BI 6/7/PBI/2004 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Pasal 7,10,12
4/10/PBI/2002 Sertifikat Bank Indonesia
4/9/PBI/2002 Operasi Pasar Terbuka Pasal 23 (1),25
Keterangan : Diubah
PBI Tidak Berlaku
Dicabut
SE Masih Berlaku
3/13/PBI/2001 Sertifikat Bank Indonesia
Kepdir 28/84/KEP/DIR (1995) Penerbitan dan Perdagangan SBI serta Intervensi Rupiah Kepdir 23/84/KEP/DIR (1991) Tata Cara Penggunaan Diskonto I
Terkait
SE Tidak Berlaku
PBI Masih Berlaku
Regulasi Terkait
PBI 2/9/PBI/2000 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia
Kepdir 31/67/KEP/DIR (1999) Penerbitan dan Perdagangan SBI serta Intervensi Rupiah
Kepdir 21/53/KEP/DIR (1988) Perdagangan Surat Berharga Pasar Uang Kepdir 17/57/KEP/DIR (1985) Perdagangan Surat Berharga Pasar Uang Kepdir 16/55/KEP/DIR (1984) Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia
Kepdir 21/52/KEP/DIR (1988) Penerbitan dan Perdagangan SBI
1. Kepdir 12/73/Kep/Dir/ UPUM (1979) Ketentuan Diskonto Ulang Bagi Lembaga Bukan Bank atas Surat Berharga 2. Pasal 8 (2) Kepdir 11/110/Kep/Dir/UPPB (1979) Ketentuan Penanaman Dana Bank Pembangunan Daerah dalam Surat-surat Berharga Pasar Uang 3. Kepdir 11/1/KEP/DIR/UPUM (1978) Pemberian Jaminan oleh Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank
iv
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Dasar Hukum : - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara - Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara - Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 - Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Regulasi Terkait : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/12/PBI/2010 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/2/PBI 2008 tentang Bank Indonesia - Scripless Securities Settlement System - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/10/PBI/2010 perubahan ketiga atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/13/PBI/2003 tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum - Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/14/PBI/ 2009 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/37/PBI/2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 15/19/DPM/2013 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 11/12/DPD/2009 perihal Perubahan Pertama atas Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Surat Edaran Nomor 10/48/DPD/2008 perihal Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/6/PBI/2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/5/PBI/2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/31/DPD 2011 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang diakui Bank Indonesia - Surat Edaran Nomor 12/28/DASP 2010 perihal Penyelenggaraan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/20/DPD 2010 Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/29/DPD/2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/1/DASP 2010 tentang Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/12/DASP 2008 tentang Penetapan Biaya Penggunaan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia dalam Rangka Penerapan Treasury Single Account - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/10/DASP 2008 tentang Pelaksanaan Transaksi Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (Sistem BI-RTGS) dalam rangka Perlindungan kepada Nasabah Peserta Sistem BI-RTGS - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/9/DASP 2008 tentang Prinsip-Prinsip Penyelenggaraan dan Pengawasan Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/47/DASP 2005 tentang Batasan Nilai Nominal Per Transaksi Antar Bank untuk Kepentingan Nasabah Melalui Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sehubungan dengan Hari Libur Nasional
v
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
- Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/8/DPNP 2005 tentang Lembaga Pemeringkat dan Peringkat yang Diakui Bank Indonesia - Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/29/DPD 2003 tentang Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valas Regulasi Bank Indonesia : - Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/5/PBI/2013 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/5/PBI/2012 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/24/PBI/2011 Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/18/PBI/2010 perihal Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/17/PBI/2010 Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/11/PBI/2010 tentang Operasi Moneter - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/36/PBI/2008 tentang Operasi Moneter Syariah - Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/11/PBI/2008 tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah - Surat Edaran 15/38/DPM 2013 perihal Perubahan Ketujuh atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/32/DPM 2013 perihal Perubahan Keenam atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/24/DPM 2013 perihal Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 14/18/DPM 2012 perihal Perubahan Keempat atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 14/9/DPM 2012 perihal Perubahan Ketiga atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 13/20/DPM 2012 perihal Perubahan Kedua atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 13/13/DPM 2012 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/18/DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 12/18/DPM 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka - Surat Edaran 15/31/DPM 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran 12/17/DPM 2010 tentang Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) - Surat Edaran 12/17/DPM 2010 perihal Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) - Surat Edaran 15/30/ 2013 perihal Perubahan atas Surat Edaran 12/16/DPM 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter - Surat Edaran 12/16/DPM 2010 perihal Kriteria dan Persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter - Surat Edaran 14/32/DPM 2012 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 14/28/DPM 2012 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia dalam Rangka Standing Facilities Syariah - Surat Edaran 14/6/DPM 2011 perihal Tata Cara Pembelian dan Penjualan Surat Berharga Syariah Negara Secara Outright dari Bank Indonesia di Pasar Sekunder dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 13/27/DPM 2011 perihal Tata Cara Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Syariah Negara dengan Bank Indonesia dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah - Surat Edaran 12/23/DPM 2010 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/8/DPM tanggal 27 Maret 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS)
vi
Likuiditas Rupiah
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
- Surat Edaran 11/8/DPM 2009 perihal Tata Cara Transaksi Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam Rupiah (FASBIS) - Surat Edaran 12/25/DPM 2010 perihal Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dengan Bank Indonesia - Surat Edaran 10/40/DPM 2008 perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 10/16/DPM tanggal 31 Maret 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang - Surat Edaran 15/24/DPM 2013 perihal Perubahan Kelima atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 18/ DPM tanggal 7 Juli 2010 perihal Operasi Pasar Terbuka. - Surat Edaran 10/16/DPM 2008 perihal Tata Cara Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Syariah Melalui Lelang
vii
Likuiditas Rupiah Paragraf
1
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
BAB I Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 1 – 3
SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.3 dan I.A.5
Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 4
SE 15/31/DPM 2013 Romawi I.3 SE 12/17/DPM 2010 Romawi II.1 Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 5 – 6 SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.6
Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 7 – 10
Ketentuan
Moneter Likuiditas Rupiah Operasi Moneter Ketentuan Umum 1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang tentang Perbankan yang berlaku, yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional. 2. Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui operasi pasar terbuka dan koridor suku bunga (standing facilities). 3. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT adalah kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan/atau pihak lain dalam rangka Operasi Moneter. 4. Peserta OPT adalah Bank yang memenuhi persyaratan sebagai peserta Operasi Moneter sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 5. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 6. Koridor Suku Bunga (Standing Facilities) yang selanjutnya disebut Standing Facilities adalah kegiatan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka Operasi Moneter. 7. BI-Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. 8. Standing Facilities merupakan instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk injeksi dan absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 9. Absorpsi Likuiditas adalah pengurangan likuiditas di pasar uang rupiah melalui kegiatan Operasi Moneter. 10. Injeksi Likuiditas adalah penambahan likuiditas di pasar uang rupiah melalui kegiatan Operasi Moneter. 11. Surat Berharga adalah Sertifikat Bank Indonesia, Sertifikat Deposito Bank Indonesia dan Surat Berharga Negara yang digunakan dalam transaksi OPT sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 12. Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 13. Sertifikat Deposito Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan SDBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek yang dapat diperdagangkan hanya antar Bank. 14. Surat Berharga Negara yang selanjutnya disebut SBN adalah Surat Utang Negara dan Surat Berharga Syariah Negara.
1
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 15.
16.
17.
SE 15/30/DPM 2013 Romawi I.11 – I.17
18.
19. 20.
21.
22.
23.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.A.18 I.A.22
24.
25.
26. 27.
28.
Ketentuan Surat Utang Negara yang selanjutnya disebut SUN adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN, atau dapat disebut Sukuk Negara, adalah SBN yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang berlaku. Obligasi Negara adalah SUN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan/atau dengan pembayaran bunga secara diskonto. Surat Perbendaharaan Negara yang selanjutnya disebut SPN adalah SUN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan, dengan pembayaran bunga secara diskonto Zero Coupon Bond yang selanjutnya disebut ZCB adalah Obligasi Negara tanpa kupon, dengan pembayaran bunga secara diskonto. Obligasi Negara Ritel yang selanjutnya disebut ORI adalah Obligasi Negara yang pada pasar perdana dijual kepada individu atau perseorangan Warga Negara Indonesia. Surat Berharga Syariah Negara Ritel atau yang selanjutnya disebut SBSN Ritel, atau dapat disebut Sukuk Negara Ritel adalah SBSN yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia melalui agen penjual. Transaksi Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut transaksi repo adalah transaksi penjualan Surat Berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Transaksi Reverse Repo adalah transaksi pembelian Surat Berharga oleh Peserta OPT dari Bank Indonesia, dengan kewajiban penjualan kembali oleh Peserta OPT sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Penempatan Berjangka yang selanjutnya disebut Term Deposit adalah penempatan dana rupiah milik Peserta OPT secara berjangka di Bank Indonesia. Transaksi Outright adalah transaksi pembelian dan penjualan Surat Berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia secara putus tanpa kewajiban penjualan dan pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter. Rekening Giro adalah rekening giro rupiah Peserta OPT di Bank Indonesia. Rekening Surat Berharga adalah rekening Surat Berharga Peserta OPT yang tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System. Sub-Registry adalah Bank dan lembaga yang melakukan kegiatan kustodian yang memenuhi persyaratan dan disetujui oleh Bank Indonesia melakukan fungsi penatausahaan Surat Berharga untuk kepentingan nasabah.
2
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 1 15/5/ PBI/ 2013 Angka 11-12
29.
30.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi I. A.25 – I.A.31
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi I.B
38.
Ketentuan Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya, dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement. Sistem Bank Indonesia – Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta Sistem BI-RTGS dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut SistemLHBU adalah sarana pelaporan Bank kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari Bank Indonesia. Transaksi Penjualan Valuta Asing terhadap Surat Berharga Negara, yang selanjutnya disebut Transaksi Valas Terhadap SBN adalah transaksi penjualan valuta asing terhadap Rupiah oleh Bank Indonesia dengan pembelian SBN secara outright oleh Bank Indonesia yang dilakukan pada saat yang bersamaan. Bank Koresponden adalah bank tempat pemeliharaan rekening giro valuta asing dalam rangka pembayaran dan/atau penerimaan dana valuta asing ke atau dari Bank. Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing. Transaksi Swap adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap Rupiah melalui pembelian/ penjualan tunai (spot) dengan penjualan/ pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Transaksi Swap Beli Bank Indonesia adalah transaksi jual valuta asing oleh Bank Indonesia melalui penjualan tunai (spot) dengan diikuti transaksi pembelian kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Transaksi Swap Jual Bank Indonesia adalah transaksi beli valuta asing oleh Bank Indonesia melalui pembelian tunai (spot) dengan diikuti transaksi penjualan kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Bank Indonesia dalam rangka Operasi Pasar Terbuka dapat melakukan Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas dengan menggunakan satu atau lebih instrumen untuk mempengaruhi likuiditas di pasar uang maupun untuk menjaga ketersediaan instrumen operasi moneter yang diperlukan dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia.
3
Likuiditas Rupiah Paragraf 2
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi BAB II Pasal 2 12/11/PBI/2010
Ketentuan
Tujuan Operasi Moneter (1) Operasi Moneter bertujuan mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. (2) Sasaran operasional kebijakan moneter berupa suku bunga pasar uang jangka pendek. Yang dimaksud dengan “suku bunga pasar uang jangka pendek” adalah suku bunga pasar uang antar bank overnight (PUAB O/N). Yang dimaksud dengan “suku bunga PUAB O/N” adalah suku bunga transaksi pinjam meminjam uang dalam mata uang rupiah antar Bank yang berjangka waktu 1 (satu) hari (overnight).
3
4
Pasal 3 14/5/PBI/2012
(1) Pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 2 dalam kodifikasi ini), dilakukan melalui pengelolaan likuiditas di pasar uang rupiah dengan cara Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas. (2) Pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung dengan pengelolaan likuiditas di pasar valuta asing.
BAB III Bagian Kesatu Pasal 4 12/11/PBI/2010
Operasi Moneter Bentuk Operasi Moneter
SE 12/16/DPM 2010 Romawi II.1
SE 15/30/DPM 2013 Romawi II.2 dan II.3
Operasi Moneter dilakukan dengan : a. OPT; dan b. Standing Facilities. Pelaksanaan OPT termasuk sterilisasi/intervensi di pasar valuta asing yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka stabilisasi rupiah. 1. Kriteria Surat Berharga yang dapat digunakan dalam Operasi Moneter adalah sebagai berikut : a. diterbitkan oleh Bank Indonesia dan/atau Negara Republik Indonesia; b. dalam mata uang rupiah; c. ditatausahakan di BI-SSSS; d. tercatat di rekening perdagangan/aktif (active) di BI-SSSS; dan e. tidak sedang diagunkan. 2. Jenis-jenis Surat Berharga yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud pada huruf b terdiri dari: a. SBI; b. SDBI; dan c. SBN, yang terdiri dari: 1) SUN, yang terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Obligasi Negara termasuk ZCB dan ORI; dan 2) SBSN termasuk SBSN Ritel 3. Persyaratan Surat Berharga: Untuk transaksi repo dalam rangka OPT dan lending facility: a. SBI Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 2 (dua) hari kerja pada saat second leg transaksi repo.
4
Likuiditas Rupiah Paragraf
5
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan
SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.1 SE 15/30/DPM 2013 Romawi III. 2
4.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.3 SE 15/30/DPM 2013 Romawi III. 4
6.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi III.5
8.
Bagian Kedua Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf a
5.
7.
b. SBN Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg transaksi repo. Harga dan haircut Surat Berharga ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BI-SSSS dan/atau sarana lainnya. Harga Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan sebagai berikut : a. Harga SBI ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SBI. b. Harga SDBI ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain rata-rata tertimbang tingkat diskonto saat penerbitan dan sisa jangka waktu setiap seri SDBI. c. Harga SBN ditetapkan Bank Indonesia dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBN. Haircut merupakan faktor pengurang terhadap harga Surat Berharga. Haircut sebagaimana dimaksud pada angka 4 ditetapkan sebesar : a. 0% (nol per seratus) untuk SBI; dan b. 0% (nol per seratus) untuk SBI c. 5% (lima per seratus) untuk SBN. Bank Indonesia dapat melakukan perubahan haircut sebagaimana dimaksud pada angka 4 dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU) dan/atau sarana lainnya.
Operasi Pasar Terbuka Kegiatan OPT meliputi : (1) penerbitan SBI dan SDBI; Yang dimaksud dengan “penerbitan SBI dan SDBI” adalah penjualan SBI dan SDBI oleh Bank Indonesia di pasar perdana.
SE 12/18/DPM 2010 Romawi II.1 SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA.1 Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf b
- Penerbitan SBI merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. - Penerbitan SDBI merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. (2) transaksi repurchase agreement (repo) dan reverse repo surat berharga; Yang dimaksud dengan “transaksi repurchase agreement (repo)” adalah transaksi penjualan surat berharga oleh peserta Operasi Moneter kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Yang dimaksud dengan “transaksi reverse repo” adalah transaksi pembelian surat berharga oleh peserta Operasi Moneter dan Bank
5
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali oleh peserta Operasi Moneter sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Yang dimaksud dengan “surat berharga” adalah SBI, SDBI, SBN dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.1 – III.2
SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.1 – IV-2
Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf c
SE 13/13/DPM 2011 Romawi V.1
1. Transaksi Repo merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk injeksi likuiditas rupiah di pasar uang. 2. Karakteristik Transaksi Repo: a. Transaksi Repo dilakukan dengan prinsip sell and buyback, yaitu terdapat perpindahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga (transfer of ownership). b. Transaksi Repo memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. c. Bunga repo dihitung berdasarkan metode bunga dibayar di belakang (simple interest). d. Hak penerimaan kupon atas Surat Berharga yang di-repo-kan selama periode transaksi Repo tetap merupakan milik Peserta OPT. 3. Transaksi Reverse Repo merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 4. Karakteristik transaksi Reverse Repo: a. Transaksi Reverse Repo dilakukan dengan prinsip sell and buyback, yaitu terdapat perpindahan pencatatan kepemilikan SBN (transfer of ownership). b. Transaksi Reverse Repo memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. c. Bunga Reverse Repo dihitung berdasarkan metode bunga dibayar di belakang (simple interest). d. Hak penerimaan kupon atas Surat Berharga yang di-reverserepo-kan selama periode transaksi Reverse Repo tetap merupakan milik Bank Indonesia. (3) transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara outright; Yang dimaksud dengan “transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara outright” adalah transaksi pembelian dan penjualan surat berharga secara putus. Yang dimaksud dengan “surat berharga” adalah SBN dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 1. Pembelian dan penjualan SBN secara outright dari Bank Indonesia di pasar sekunder dilakukan dalam rangka Absorpsi Likuiditas dan/atau Injeksi Likuiditas serta dalam rangka menjaga ketersediaan SBN yang diperlukan sebagai instrumen operasi
6
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 13/20/PBI 2011 Romawi VA. 1 dan VA.2
Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf d
Ketentuan moneter dalam pencapaian sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 2. Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dalam rangka mendukung pengelolaan likuiditas dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dengan cara : a. transaksi penjualan valuta asing terhadap rupiah oleh Bank Indonesia; dan b. transaksi pembelian SBN secara outright oleh Bank Indonesia, yang dilakukan pada saat yang bersamaan. 3. Jenis valuta asing dalam Transaksi Valas Terhadap SBN adalah US Dollar. (4) Penempatan berjangka (term deposit) di Bank Indonesia dalam rupiah; Yang dimaksud dengan “penempatan berjangka (term deposit)” adalah penempatan dana rupiah milik peserta Operasi Moneter secara berjangka di Bank Indonesia.
SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.1 dan VI.2 serta SE 14/18/DPM 2012 Nomor 1
1. Transaksi Term Deposit rupiah merupakan instrumen yang digunakan Bank Indonesia untuk absorpsi likuiditas rupiah di pasar uang. 2. Karakteristik Transaksi Term Deposit rupiah: a. Transaksi Term Deposit rupiah memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. b. Transaksi Term Deposit rupiah dilakukan tanpa disertai dengan penerbitan Surat Berharga. c. Nilai tunai transaksi Term Deposit rupiah dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus sebagai berikut: Nilai tunai =
Nilai nominal x 360 360 + (Tingkat diskonto
x
Jangka waktu)
Nilai diskonto = Nilai nominal Term Deposit rupiah– Nilai tunai d. Bank Indonesia menatausahakan pencatatan transaksi Term Deposit rupiah dalam BI-SSSS. e. Term Deposit rupiah dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh waktu (early redemption) baik keseluruhan atau sebagian. Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf e SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.1 – VIA.2.a
(5) penempatan berjangka (term deposit) di Bank Indonesia dalam valuta asing; 1. Transaksi Term Deposit valas merupakan penempatan secara berjangka dana valuta asing milik Peserta OPT di Bank Indonesia. 2. Karakteristik transaksi Term Deposit valas: a. jenis valuta asing dalam transaksi Term Deposit valas adalah US Dollar;
7
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIA.2.b
SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.2.c – VIA.2.f
b.
c. d. e. f.
Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf f
Ketentuan transaksi Term Deposit valas memiliki jangka waktu paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu; transaksi Term Deposit valas dilakukan tanpa disertai dengan penerbitan surat berharga; atas transaksi Term Deposit valas, Bank Indonesia memberikan bunga; Term Deposit valas dapat dicairkan sebelum tanggal jatuh waktu (early redemption) baik keseluruhan atau sebagian; Term Deposit valas dapat dialihkan menjadi transaksi swap jual US Dollar terhadap rupiah Bank Indonesia.
(6) jual beli valuta asing terhadap rupiah Jual beli valuta asing terhadap rupiah dilakukan antara lain dalam bentuk spot, forward dan swap. Yang dimaksud dengan “spot” adalah transaksi jual/beli antara valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dana dilakukan 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Transaksi tersebut dimungkinkan untuk dinegosiasikan dengan penyerahan valuta pada hari yang sama (today) atau dengan penyerahan 1 (satu) hari kerja setelah tanggal transaksi (tomorrow). Yang dimaksud dengan “ forward” adalah transaksi jual/beli antara valuta asing terhadap rupiah dengan penyerahan dananya dilakukan lebih dari 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Yang dimaksud dengan “ swap” adalah transaksi pertukaran valuta asing terhadap rupiah melalui pembelian/penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan, dengan counterpart yang sama dan pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan. Transaksi swap dengan metode lelang yang dilakukan antar Bank dengan Bank Indonesia dapat dianggap sebagai penerusan jasa (pass on) posisi transaksi derivatif Bank dengan pihak terkait Bank
SE 15/24/DPM 2013 Romawi VIB.1 – VIB.2
Pasal 5 15/5/ PBI/ 2013 Huruf g
1. Transaksi Swap dilakukan dalam rangka mendukung pengelolaan likuiditas dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter dengan cara: a. transaksi Swap Jual Bank Indonesia; atau b. transaksi Swap Beli Bank Indonesia. 2. Jenis valuta asing dalam Transaksi Swap adalah US Dollar. (7) Transaksi lainnya baik di pasar uang rupiah maupun pasar valuta asing.
8
Likuiditas Rupiah Paragraf 6
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 6 12/11/PBI/2010
Ketentuan (1) OPT dapat dilaksanakan setiap hari kerja. Yang dimaksud dengan “hari kerja” adalah hari kerja Bank Indonesia, termasuk hari kerja terbatas Bank Indonesia. (2) Pelaksanaan OPT dilakukan melalui mekanisme lelang dan/atau non lelang. Mekanisme lelang dapat dilakukan dengan metode lelang harga tetap (fixed rate tender) atau metode lelang harga beragam (variable rate tender). Mekanisme non lelang dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan peserta OPT.
SE 12/18/DPM 2010 Romawi II.3-II.7.a
A. Mekanisme Penerbitan SBI 1. Metode Transaksi Lelang SBI a. Penerbitan SBI dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BISSSS. b. Mekanisme lelang SBI dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto lelang SBI ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto lelang SBI diajukan oleh Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang SBI a. Lelang SBI dilakukan pada hari Rabu dan/atau pada hari kerja lain yang ditetapkan Bank Indonesia. b. Window time lelang SBI dari pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB, atau waktu lain yang ditetapkan. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBI dan perubahannya paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBI melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang SBI memuat antara lain : 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu SBI; 3) metode lelang; 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 5) tingkat diskonto SBI (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) waktu dan tanggal setelmen 3. Pengajuan Penawaran Lelang SBI a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang SBI secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SBI untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SBI kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan.
9
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan d. Pengajuan penawaran lelang SBI meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu SBI yang akan diterbitkan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran SBI yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang SBI a. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas SBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBI sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang SBI dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas SBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto tertinggi yang dapat diterima atau Stop Out Rate (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas SBI yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh SBI yang diajukan; dan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari SBI yang diajukan sebesar hasil perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBI sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang SBI berdasarkan metode fixed rate tender dan
10
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi II.7.b
SE 12/18/DPM 2010 Romawi II. 8
Ketentuan variable rate tender terdapat pada Lampiran 3a dan Lampiran 3b. (Lampiran 1a dan Lampiran 1b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang SBI. 5. Pengumuman Hasil Lelang SBI Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang SBI setelah window time ditutup, paling lambat pukul 16.00 WIB sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, tingkat diskonto dan nilai tunai SBI yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SBI dan/atau nilai nominal yang dimenangkan. 6. Setelmen Lelang SBI a. Setelmen Hasil Lelang SBI 1) Bank Indonesia melakukan setelmen hasil lelang SBI paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang SBI. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen hasil lelang SBI. 3) Bank Indonesia melakukan setelmen dana hasil lelang SBI dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai tunai SBI dan setelmen Surat Berharga dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBI. 4) Nilai tunai SBI sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung dengan rumus: Nilai Tunai = SBI
Nilai Nominal x 360 360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)
Keterangan: Nilai nominal = nilai nominal SBI yang dimenangkan Tingkat diskonto = tingkat diskonto yang dimenangkan Jangka waktu = jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang SBI sampai dengan tanggal jatuh waktu 5) Setelmen dana sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara gabungan untuk setiap pemenang lelang dan setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara per transaksi (gross to gross). 6) Setelmen dana hasil lelang SBI dilakukan per lelang (auction number). 7) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen lelang SBI, BI- secara otomatis membatalkan transaksi lelang SBI yang dimenangkan Peserta OPT yang bersangkutan.
11
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 8) Atas batalnya transaksi lelang SBI sebagaimana dimaksud dalam angka 7), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Pelunasan SBI 1) Pada tanggal jatuh waktu SBI, Bank Indonesia melunasi SBI jatuh waktu berdasarkan pencatatan kepemilikan SBI yang tercatat di BI- SSSS pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu SBI. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi, tanggal jatuh waktu SBI ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen pelunasan SBI dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur dimaksud. 3) Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI dengan cara: a) mengkredit Rekening Giro pemilik SBI sebesar nilai nominal SBI jatuh waktu; dan b) mendebet Rekening Surat Berharga pemilik SBI sebesar nilai nominal SBI jatuh waktu.
SE 15/32/ DPM 2013 B. Mekanisme Penerbitan SDBI Romawi IIA.3- IIA.8 1. Metode Transaksi Lelang SDBI a. Penerbitan SDBI dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Mekanisme lelang SDBI dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto lelang SDBI ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto lelang SDBI diajukan oleh Peserta OPT 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang SDBI a. Lelang SDBI dilakukan pada hari kerja yang ditetapkan Bank Indonesia . b. Window time lelang SDBI dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SDBI dan perubahannya paling lambat sebelum pelaksanaan lelang SDBI melalui BI-SSSS, Sistem LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang SDBI memuat antara lain: 1) tanggal lelang ; 2) jangka waktu SDBI ; 3) metode lelang ; 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender) 5) tingkat diskonto SDBI (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) waktu dan tanggal setelmen
12
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3. Pengajuan Penawaran Lelang SDBI a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang SDBI secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SDBI untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang SDBI kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran lelang lelang SDBI meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender. untuk masing-masing jangka waktu SDBI yang akan diterbitkan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran SDBI yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang SDBI a. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas SDBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SDBI sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang SDBI dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas SDBI yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto tertinggi yang dapat diterima atau Stop Out Rate (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas SDBI yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh SDBI yang diajukan; dan
13
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari SDBI yang diajukan sebesar hasil perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SDBI sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang SDBI berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 3C dan Lampiran 3D. (Lampiran 2a dan Lampiran 2b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang SDBI. 5. Pengumuman Hasil Lelang SDBI Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang SDBI setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, tingkat diskonto, dan nilai tunai SDBI yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya antara lain berupa nilai nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, rata-rata tertimbang tingkat diskonto SDBI dan/atau nilai nominal yang dimenangkan. 6. Setelmen Lelang SDBI a. Setelmen Hasil Lelang SDBI 1) Bank Indonesia melakukan setelmen hasil lelang SDBI paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang SDBI. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen hasil lelang SDBI. 3) Bank Indonesia melakukan setelmen dana hasil lelang SDBI dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai tunai SDBI dan setelmen Surat Berharga dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal. 4) Nilai tunai SDBI sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung dengan rumus: Nilai Tunai SDBI
=
Nilai Nominal x 360 360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)
Keterangan: Nilai nominal = nilai nominal SDBI yang dimenangkan Tingkat diskonto = tingkat diskonto yang dimenangkan Jangka waktu = jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang SDBI sampai dengan tanggal jatuh waktu 5) Setelmen dana sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara gabungan untuk setiap pemenang lelang dan setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dilakukan secara per transaksi (gross to gross).
14
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.3 – III.7.a
Ketentuan 6) Setelmen dana hasil lelang SDBI dilakukan per lelang (auction number). 7) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen lelang SDBI; BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi lelang SDBI yang dimenangkan Peserta OPT yang bersangkutan. 8) Atas batalnya transaksi lelang SDBI sebagaimana dimaksud dalam angka 7), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Pelunasan SDBI 1) Pada tanggal jatuh waktu SDBI, Bank Indonesia melunasi SDBI jatuh waktu berdasarkan pencatatan kepemilikan SDBI yang tercatat di BI-SSSS pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal jatuh waktu SDBI. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi, tanggal jatuh waktu SDBI ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen pelunasan SDBI dilakukan pada hari kerja berikutnya, tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur yang dimaksud. 3) Bank Indonesia melakukan pelunasan SDBI dengan cara: a) mengkredit Rekening Giro pemilik SDBI sebesar nilai nominal SDBI jatuh waktu; dan b) mendebet Rekening Surat Berharga pemilik SDBI sebesar nilai nominal SDBI jatuh waktu. C. Mekanisme Transaksi Repo Surat Berharga 1. Metode Transaksi Repo a. Transaksi Repo dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BISSSS. b. Pelaksanaan lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Suku bunga repo (repo rate) ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Suku bunga repo (repo rate) diajukan Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Repo a. Transaksi Repo dapat dilakukan pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Repo dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Repo paling lambat sebelum window time melalui BI-SSSS, SistemLHBU dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang transaksi Repo memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu; 3) metode lelang;
15
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 5) suku bunga repo (repo rate) (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) Surat Berharga yang dapat di-repo-kan; 7) haircut; 8) window time; dan 9) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Repo a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Repo secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Repo untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Repo kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Repo antara lain meliputi: 1) Nilai nominal, jenis dan seri Surat Berharga yang di-repokan, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) Nilai nominal, jenis dan seri Surat Berharga yang di-repo-kan dan repo rate, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu transaksi Repo yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran repo rate dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran transaksi Repo yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Transaksi Repo a. Dalam hal lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang transaksi Repo dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan repo rate terendah yang dapat diterima (Stop Out Rate/ SOR); dan
16
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi III. 7.b
SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.8.a-III.8.b
Ketentuan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal repo rate yang diajukan Peserta OPT lebih tinggi dari SOR yang ditetapkan, Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran transaksi Repo yang diajukan; dan b) dalam hal repo rate yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi Repo yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang transaksi Repo berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 4a sampai dengan Lampiran 4d. (Lampiran 3a s.d. Lampiran 3d dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Repo. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Repo Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Repo setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal yang dimenangkan dan repo rate; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang repo rate. 6. Setelmen Transaksi Repo a. Setelmen first leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi repo. 2) Peserta OPT wajib memiliki Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen first leg. 3) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BISSSS dengan mekanisme Delivery Versus Payment (DVP) secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen Surat Berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan; dan b) Setelmen dana, dengan mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg. 4) Perhitungan nilai setelmen first leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter.
17
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 5) Dalam hal Peserta OPT tidak memiliki jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan waktu yang ditetapkan untuk setelmen, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Repo yang tidak didukung dengan Surat Berharga yang mencukupi. 6) Atas batalnya transaksi Repo sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen second leg 1) Pada tanggal transaksi Repo jatuh waktu (second leg), BISSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen second leg. 3) Setelmen second leg dilaksanakan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen dana, dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg; b) Setelmen Surat Berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga transaksi Repo jatuh waktu; dan c) Perhitungan nilai setelmen second leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. d) Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/ imbalan pada periode transaksi Repo, maka kupon/ imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Peserta OPT pada transaksi Repo jatuh waktu (second leg) dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai Setelmen Second leg
=
Nilai Setelmen First leg
+
Bunga Repo
-
Nilai kupon/ imbalan yang diterima Bank Indonesia
e) Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan, maka perhitungan bunga repo sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi dengan penerimaan kupon dimaksud. 4) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Repo, tanggal transaksi Repo jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga repo untuk hari libur dimaksud.
18
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 13/13/DPM 2011 Romawi III.8.c
SE 15/32/ DPM 2013 Bab III.8.c.1
SE 13/13/DPM 2011 Butir III.8.c.2) III.8.c.5)
SE 12/18/DPM 2010 Romawi III.9
Ketentuan 5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Repo jatuh waktu (second leg). c. Kegagalan Setelmen Second Leg Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka Surat Berharga yang di-repo-kan diperlakukan sebagai berikut: 1) Dalam hal Surat Berharga berupa SBI dan SDBI, Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI dan SDBI sebelum jatuh waktu (early redemption) dan mengenakan biaya Repo. 2) Dalam hal Surat Berharga berupa SBN maka transaksi yang bersangkutan diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright oleh Peserta OPT dan Bank Indonesia mengenakan biaya Repo. 3) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 4) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: i. dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg setelah dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan; ii. dalam hal harga pada transaksi outright lebih tinggi dari harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro dikredit sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-repo-kan dan paling banyak sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg. b) Rekening Giro akan dikredit sebesar accrued interest/imbalan dari setelmen first leg sampai dengan setelmen second leg. c) Rekening Giro akan didebit sebesar bunga Repo. 5) Atas batalnya transaksi Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7. Kupon Surat Berharga Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan setelah transaksi Repo jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar kupon/imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/imbalan.
19
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.3- IV.7.a
Ketentuan D. Mekanisme Transaksi Reverse Repo Surat Berharga Negara 1. Metode Transaksi Reverse Repo a. Transaksi Reverse Repo dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Pelaksanaan lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Suku bunga reverse repo (RR-Rate) ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Suku bunga reverse repo (RR-Rate) diajukan Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Reverse Repo a. Transaksi Reverse Repo dapat dilakukan pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Reverse Repo dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Reverse Repo paling lambat sebelum window time melalui BISSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana lelang transaksi Reverse Repo, memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu; 3) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 4) RR-rate (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 5) Surat Berharga yang di-reverse-repo-kan; 6) Haircut: 7) window time; dan 8) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Reverse Repo a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Reverse Repo kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Reverse Repo antara lain meliputi: 1) Nilai nominal transaksi, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) Nilai nominal transaksi dan RR-Rate, untuk lelang dengan metode variable rate tender, untuk masing-masing jangka waktu transaksi Reverse Repo yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
20
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan f. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran RR-Rate dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran transaksi reverse repo yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang Transaksi Reverse Repo a. Dalam hal lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Reverse Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: i. Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. ii. Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang transaksi Reverse Repo dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Reverse Repo yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Bank Indonesia menetapkan RR-Rate tertinggi yang dapat diterima (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal RR-Rate yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran transaksi Reverse Repo yang diajukan; dan b) dalam hal RR-Rate yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi reverse repo yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang transaksi Reverse Repo berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 5a dan Lampiran 5b. (Lamp. 4a & Lamp. 4b dalam kodifikasi ini) c. Dalam hal Bank Indonesia menawarkan lebih dari 1 (satu) seri Surat Berharga dalam lelang transaksi reverse repo, Bank Indonesia menentukan alokasi seri dan nominal Surat Berharga yang dimenangkan Peserta OPT. d. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Reverse Repo. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Reverse Repo Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi reverse repo setelah window time ditutup, sebagai berikut:
21
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi IV. 7 .b
SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.8
Ketentuan a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, RR-Rate, jenis dan seri Surat Berharga yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang RRRate. 6. Setelmen Transaksi Reverse Repo a. Setelmen first leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi Reverse Repo. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen first leg. 3) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BISSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen dana, dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg; dan b) Setelmen Surat Berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang dimenangkan. 4) Perhitungan nilai setelmen first leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Reverse Repo yang tidak didukung dengan dana yang mencukupi. 6) Atas batalnya transaksi reverse repo sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen second leg 1) Pada tanggal transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg), BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. 2) Peserta OPT wajib memiliki jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen second leg. 3) Setelmen second leg dilaksanakan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: a) Setelmen Surat Berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg);
22
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan b) Setelmen dana, dengan mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg; c) Perhitungan nilai setelmen second leg adalah sebagaimana diatur dalam Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. d) Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan pada periode transaksi Reverse Repo, maka kupon/imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Bank Indonesia di second leg dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai Setelmen = second leg
SE 13/13/DPM 2011 Romawi IV.8.c
Bunga Nilai setelmen - Reverse first leg Repo
-
Nilai kupon/imbalan yang diterima Peserta OPT
e) Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan, maka perhitungan bunga Reverse Repo sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi dengan penerimaan kupon/imbalan dimaksud. 4) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Reverse Repo, tanggal reverse repo jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga Reverse Repo untuk hari libur dimaksud. 5) Dalam hal jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg). c. Kegagalan Setelmen Second Leg 1) Dalam hal Peserta OPT gagal melakukan setelmen second leg, maka transaksi Reverse Repo diperlakukan sebagai transaksi pembelian secara outright oleh Peserta OPT. 2) Perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga Surat Berharga transaksi outright adalah sebagaimana diatur ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, Peserta dan Lembaga Perantara dalam Operasi Moneter. 3) Dalam hal terjadi transaksi outright : a) Rekening Giro akan didebet atau dikredit dengan perhitungan harga SBN sebagai berikut: i. dalam hal harga pada transaksi outright sama dengan atau lebih tinggi daripada harga pada transaksi first leg dikurangi haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar selisih dimaksud, setelah dikalikan dengan nilai nominal SBN yang di-Reverse Repo-kan dan paling sedikit sebesar nilai dari haircut yang ditetapkan pada saat first leg;
23
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 12/18/DPM 2010 Romawi IV.9
Ketentuan ii. dalam hal harga pada transaksi outright lebih rendah daripada harga pada transaksi first leg dikurangi dengan haircut, maka Rekening Giro didebet sebesar haircut pada tanggal transaksi first leg. b) Rekening Giro akan didebet sebesar nilai accrued interest/imbalan sejak tanggal transaksi first leg sampai dengan second leg 4) Atas kegagalan setelmen second leg, Peserta OPT tidak menerima bunga Reverse Repo. 5) Atas batalnya transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7. Kupon Surat Berharga Dalam hal Peserta OPT menerima pembayaran kupon/imbalan setelah transaksi Reverse Repo jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mendebet Rekening Giro sebesar nilai kupon/imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/imbalan.
SE 12/18/DPM/2010 E.1. Mekanisme Transaksi Pembelian dan Penjualan SBN secara Outright Romawi V.2 – dari Bank Indonesia di Pasar Sekunder V.4.e.1) 1. Bank Indonesia melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright dengan mekanisme lelang atau non lelang. 2. Bank Indonesia dapat melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright di pasar sekunder pada setiap hari kerja. 3. Transaksi pembelian dan penjualan SBN secara outright dengan mekanisme Lelang a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan lelang transaksi pembelian dan penjualan SBN melalui BI-SSSS atau melalui sarana lainnya. 2) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode sebagai berikut: a) harga tetap (fixed rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBN ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau b) harga beragam (variable rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBN diajukan oleh Peserta OPT. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Window time transaksi pembelian dan penjualan SBN dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. 2) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi pembelian dan penjualan SBN paling lambat sebelum window time, melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya. 3) Pengumuman rencana lelang pembelian dan penjualan SBN, antara lain meliputi:
24
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan a) tanggal lelang; b) window time; c) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); d) yield atau harga SBN (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); e) SBN yang akan ditransaksikan; dan f) tanggal dan waktu setelmen. c. Pengajuan Penawaran 1) Peserta OPT dapat mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. 2) Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN untuk kepentingan Peserta OPT. 3) Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. 4) Pengajuan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBN antara lain meliputi: a) kuantitas transaksi, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; b) kuantitas transaksi dan yield atau harga SBN, untuk lelang dengan metode variable rate tender. 5) Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 6) Dalam hal transaksi penjualan dan pembelian SBN dilakukan dengan metode variable rate tender, penawaran yield dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). 7) Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian dan penjualan SBN yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 8) Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. d. Penetapan Pemenang Lelang 1) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBN dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas pembelian dan penjualan SBN yang dimenangkan dihitung dengan cara: a) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. b) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBN sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah).
25
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi V.4.e.2)
SE 12/18/DPM/2010 Romawi V.5-V.6
Ketentuan 2) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBN dilakukan dengan metode variable rate tender, maka Bank Indonesia menetapkan tingkat yield yang dapat diterima (SOR) atau harga yang dapat diterima, dan kuantitas yang dimenangkan dihitung dengan cara: a) Lelang pembelian SBN i. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT lebih tinggi dari SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT lebih rendah dari harga yang dapat diterima, Peserta OPT memenangkan seluruh kuantitas yang diajukan ii. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan harga yang dapat diterima, Peserta OPT dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBN sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). b) Lelang penjualan SBN i. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT lebih rendah dari SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT lebih tinggi dari harga yang dapat diterima, Peserta OPT memenangkan seluruh kuantitas SBN yang diajukan; dan ii. dalam hal yield yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Peserta OPT sama dengan harga yang dapat diterima, Peserta OPT dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBN sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang pembelian dan penjualan SBN. e. Pengumuman Hasil Lelang Pembelian dan Penjualan SBN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang penjualan dan pembelian SBN setelah window time ditutup, sebagai berikut: 1) secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal dan yield atau harga yang dimenangkan; dan 2) secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan/atau rata-rata tertimbang tingkat yield. 4. Pembelian dan Penjualan SBN secara Non Lelang a. Pembelian dan penjualan SBN dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan Peserta OPT secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. b. Transaksi dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau Bloomberg atau sarana lainnya.
26
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 5.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi III. 6 – III.7
6.
7.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi IV.2
8.
Ketentuan Setelmen Pembelian dan Penjualan SBN secara Lelang dan Non Lelang a. Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen pembelian SBN dari Bank Indonesia atau memiliki jenis dan seri SBN di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen penjualan SBN kepada Bank Indonesia. b. Setelmen pembelian dan penjualan SBN dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS secara DVP dengan mekanisme transaksi per transaksi (gross to gross). c. Bank Indonesia melakukan setelmen pembelian dan penjualan SBN paling lambat pada 2 (dua) hari kerja. Perhitungan nilai dan setelmen penjualan dan pembelian SBN terdapat pada Lampiran 6a sampai dengan Lampiran 6b. (Lampiran 5a s.d Lampiran 5b dalam kodifikasi ini) d. Dalam hal Peserta OPT tidak memiliki jenis dan seri SBN di Rekening Surat Berharga atau tidak memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen penjualan dan pembelian SBN yang dilakukan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS sistem secara otomatis membatalkan transaksi pembelian dan penjualan SBN dimaksud. e. Atas batalnya transaksi pembelian dan penjualan SBN sebagaimana dimaksud dalam huruf d, maka Peserta OPT yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. Dalam hal terjadi transaksi penjualan secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg transaksi repo atau lending facility, maka harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga pada tanggal transaksi outright paling tinggi sebesar harga pada transaksi first leg. Dalam hal terjadi transaksi pembelian secara outright oleh peserta Operasi Moneter karena kegagalan setelmen second leg transaksi reverse repo, maka harga yang digunakan dalam perhitungan adalah harga pada tanggal transaksi outright paling rendah sebesar harga pada transaksi first leg. Perhitungan nilai setelmen transaksi pembelian atau penjualan Surat Berharga secara outright sebagai berikut : a. SPN, ZCB dan SBSN tanpa kupon
b. Obligasi negara termasuk ORI
27
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan c. SBSN
Keterangan :
SE 13/20/PBI 2011 Romawi VA.3.aVA.3.e
Harga Surat Berharga
:
Accured Interest dan Accured imbalan
:
Harga Surat Berharga dimaksud sebagaimana diumumkan pada BISSSS pada tanggal transaksi outright, atau paling tinggi sebesar harga transaksi first leg. Hak atas kupon/ imbalan surat Berharga yang dihitung sejak 1(satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright.
E.2.Transaksi Valas Terhadap SBN Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan Transaksi Valas Terhadap SBN secara lelang 2) Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau melalui sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode lelang kurs US Dollar terhadap rupiah (USD/IDR). 4) Bank Indonesia menetapkan harga SBN (fixing price) yang digunakan sebagai dasar perhitungan SBN yang harus diserahkan oleh peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Transaksi Valas Terhadap SBN dapat dilakukan pada setiap hari kerja. 2) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Transaksi Valas Terhadap SBN paling lambat sebelum window time, melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. 3) Window time Transaksi Valas Terhadap SBN dilakukan dari pukul 14.30 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB, atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 4) Pengumuman rencana lelang Transaksi Valas Terhadap SBN antara lain meliputi : a) sarana pengajuan penawaran kurs; b) tanggal lelang; c) window time; d) target indikatif lelang yang meliputi target valuta asing yang akan dijual oleh Bank Indonesia dan target nominal SBN yang akan dibeli oleh Bank Indonesia;
28
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan e) jenis dan seri SBN yang akan ditransaksikan; f) harga SBN; g) tanggal setelmen; dan h) batas waktu setelmen. c. Peserta lelang 1) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN adalah Peserta OPT yang merupakan Bank Devisa. 2) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dapat mengajukan Transaksi Valas Terhadap SBN secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang untuk kepentingan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. d. Pengajuan Penawaran Kurs 1) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang Transaksi Valas Terhadap SBN kepada Bank Indonesia melalui RMDS atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. 2) Pengajuan penawaran lelang Transaksi Valas Terhadap SBN antara lain meliputi informasi : a) nama peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; b) tanggal transaksi; c) kurs USD/IDR; d) jenis, seri dan nominal SBN; dan e) nomor rekening pada Bank Koresponden. 3) Pengajuan penawaran lelang kurs pada Transaksi Valas Terhadap SBN sebagaimana dimaksud pada butir 2)c) dapat dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a) penawaran dapat diajukan lebih dari 1 (satu) kali; b) dalam setiap penawaran hanya dapat diajukan 1 (satu) kurs; c) untuk setiap penawaran, Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dapat mengajukan 1 (satu) atau beberapa jenis dan seri SBN . 4) Pengajuan penawaran nominal SBN dari peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar 100 (seratus) unit atau sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 5) Dalam hal terjadi koreksi, Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi Valas Terhadap SBN. 6) Koreksi sebagaimana dimaksud pada angka 5) antara lain dapat dilakukan terhadap informasi penawaran kurs USD/IDR, jenis, seri dan nominal SBN serta nomor rekening pada Bank Koresponden. 7) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia.
29
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 8) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 9) Dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran di luar jenis dan seri SBN yang diterima oleh Bank Indonesia, tidak memenuhi ketentuan pada angka 3) atau tidak memenuhi ketentuan pada angka angka 4) dan tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time Transaksi Valas Terhadap SBN, maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. e. Penetapan Pemenang Lelang 1) Bank Indonesia menetapkan batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia. 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara : a) dalam hal kurs yang diajukan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN lebih tinggi dari batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia, peserta Transaksi Valas Terhadap SBN yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Valas Terhadap SBN yang diajukan; atau b) dalam hal kurs yang diajukan peserta Transaksi Valas Terhadap SBN sama dengan batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia, peserta Transaksi Valas Terhadap SBN yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Valas Terhadap SBN yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal SBN terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang Transaksi Valas Terhadap SBN terdapat pada Lampiran 8 (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Transaksi Valas Terhadap SBN.
SE 15/32/PBI 2013 Romawi VA.3.f.1)
f. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Valas Terhadap SBN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Transaksi Valas Terhadap SBN, setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang oleh Bank Indonesia, dengan mekanisme sebagai berikut: 1) mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal SBN yang masuk, nilai nominal SBN yang dimenangkan, nominal valuta asing yang dijual oleh Bank Indonesia dan/atau rata-rata tertimbang (weighted average) kurs USD/IDR yang dimenangkan.
30
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 13/20/PBI 2011 Romawi VA.3.f.2)VA.3.g
Ketentuan 2) melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang secara individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain berupa : a) nominal valuta asing yang diterima Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; b) seri dan nominal SBN yang diterima Bank Indonesia; c) kurs USD/IDR yang dimenangkan; d) tanggal valuta/tanggal setelmen; e) permintaan Standard Settlement Instruction peserta Transaksi Valas Terhadap SBN; dan f) permintaan nomor Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN. g. Setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN 1) Bank Indonesia melakukan setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN paling lama pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. Perhitungan nilai dan setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN terdapat pada Lampiran 8. (Lampiran 6 dalam kodifikasi ini) 2) Setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN terdiri dari setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia dan setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia. 3) Peserta Transaksi Valas Terhadap SBN wajib menyediakan SBN di Rekening Surat Berharga untuk setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia, dan dana rupiah di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia. 4) Setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS. 5) Setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia dilakukan melalui Bank Koresponden Bank Indonesia dan Sistem BI-RTGS. 6) Jenis dan seri SBN yang mencukupi sebagaimana dimaksud pada angka 3) harus tersedia di Rekening Surat Berharga peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dan telah dilakukan transfer ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia paling lama pada pukul 14.00 WIB waktu Sistem BI-RTGS atau batas waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tanggal setelmen Transaksi Valas Terhadap SBN. 7) Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN sebesar nilai setelmen pembelian SBN oleh Bank Indonesia setelah menerima transfer seluruh jenis dan seri SBN yang menjadi kewajiban peserta. 8) Bank Indonesia akan mentransfer valuta asing ke rekening peserta Transaksi Valas Terhadap SBN pada Bank Koresponden sebesar valuta asing yang dimenangkan setelah dilakukan pendebetan Rekening Giro peserta Transaksi Valas Terhadap SBN untuk setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia.
31
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 9)
10)
11)
12)
SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.3– VI.7.a dan SE 14/18/DPM 2012 Nomor 1
Ketentuan Dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak melakukan transfer jenis dan seri SBN yang cukup ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud pada angka 6) maka Transaksi Valas Terhadap SBN peserta dinyatakan batal. Dalam hal pada tanggal setelmen peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen penjualan valuta asing oleh Bank Indonesia maka peserta Transaksi Valas Terhadap SBN wajib membayar nominal transaksi pada hari kerja berikutnya. Atas batalnya Transaksi Valas Terhadap SBN karena peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak melakukan transfer jenis dan seri SBN yang cukup ke Rekening Surat Berharga Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam angka 9) maka pada tanggal setelmen peserta Transaksi Valas Terhadap SBN harus melakukan construct transfer dari rekening Surat Berharga Bank Indonesia ke Rekening Surat Berharga peserta atas SBN yang sebelumnya telah berhasil ditransfer paling lama sebelum cut of warning BI-SSSS. Atas batalnya Transaksi Valas Terhadap SBN sebagaimana dimaksud dalam angka 9) atau dalam hal peserta Transaksi Valas Terhadap SBN tidak dapat menyelesaikan kewajibannya pada tanggal setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka 10) maka peserta Transaksi Valas Terhadap SBN dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter.
F. Mekanisme Penempatan Term Deposit Rupiah 1. Metode Transaksi Term Deposit rupiah a. Transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Lelang transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah ditetapkan Bank Indonesia; atau 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah diajukan oleh Peserta OPT. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Transaksi Term Deposit rupiah a. Bank Indonesia dapat melakukan transaksi Term Deposit rupiah pada setiap hari kerja. b. Window time transaksi Term Deposit rupiah dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Term Deposit rupiah paling lambat sebelum window time melalui BISSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya. d. Pengumuman rencana transaksi Term Deposit rupiah, memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu;
32
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3) metode lelang; 4) target indikatif (apabila lelang transaksi Term Deposit rupiah dilaksanakan dengan metode variable rate tender); 5) tingkat diskonto (apabila lelang transaksi Term Deposit rupiah dilaksanakan dengan metode fixed rate tender); 6) window time; dan 7) tanggal dan waktu setelmen. 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Term Deposit rupiah a. Peserta OPT dapat mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. b. Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah untuk kepentingan Peserta OPT. c. Peserta OPT secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran transaksi Term Deposit rupiah kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. d. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit rupiah meliputi: 1) penawaran kuantitas, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) penawaran kuantitas dan tingkat diskonto, untuk lelang dengan metode variable rate tender untuk masing-masing jangka waktu transaksi Term Deposit rupiah yang akan dilakukan. e. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta OPT paling kurang sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). f. Dalam hal lelang transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat diskonto dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). g. Peserta OPT dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran term deposit rupiah yang disampaikan kepada Bank Indonesia. h. Peserta OPT dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang transaksi Term Deposit rupiah a. Dalam hal transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode fixed rate tender, penetapan kuantitas transaksi Term Deposit rupiah yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) Penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dimenangkan seluruhnya. 2) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta OPT dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal transaksi Term Deposit rupiah dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas transaksi Term Deposit rupiah yang dimenangkan dihitung dengan cara:
33
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VI.7.b
SE 12/18/DPM 2010 Romawi VI.8
Ketentuan 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat diskonto transaksi Term Deposit rupiah tertinggi yang dapat diterima (SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh Transaksi Term Deposit rupiah yang diajukan; dan b) dalam hal tingkat diskonto yang diajukan Peserta OPT sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta OPT yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang lelang transaksi Term Deposit terdapat pada Lampiran 3a dan Lampiran 3b. (Lampiran 1a dan Lampiran 1b dalam kodifikasi ini) c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Term Deposit rupiah. 5. Pengumuman Hasil Lelang transaksi Term Deposit rupiah Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Term Deposit rupiah setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui sarana BISSSS, antara lain berupa nilai nominal dan tingkat diskonto yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU, dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate, dan/atau rata-rata tertimbang tingkat diskonto Term Deposit rupiah. 6. Setelmen transaksi Term Deposit rupiah a. Setelmen lelang transaksi Term Deposit rupiah 1) Bank Indonesia melakukan setelmen lelang transaksi Term Deposit rupiah paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang transaksi Term Deposit rupiah. 2) Peserta OPT wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit rupiah. 3) Setelmen dana transaksi Term Deposit rupiah dilakukan secara gabungan untuk setiap Peserta OPT dengan mendebet Rekening Giro sebesar total nilai tunai Term Deposit rupiah per lelang (auction number). 4) Nilai tunai Term Deposit rupiah sebagaimana dimaksud dalam angka 3) dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus: Nilai tunai =
Nominal Term Deposit rupiah x 360 360 + (Tingkat diskonto x Jangka waktu)
34
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan Nilai diskonto
=
nilai nominal – nilai tunai
Keterangan: Nominal Term Deposit rupiah
=
Tingkat diskonto
=
Jangka waktu
=
Nilai nominal Term Deposit rupiah yang dimenangkan dari hasil lelang Tingkat diskonto yang dimenangkan dari hasil lelang Jumlah hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen lelang sampai dengan tanggal transaksi Term Deposit rupiah jatuh waktu.
5) Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit rupiah sampai dengan waktu yang ditetapkan untuk setelmen, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi Term Deposit rupiah Peserta OPT yang bersangkutan. 6) Atas batalnya transaksi Term Deposit rupiah sebagaimana dimaksud dalam angka 5), Peserta OPT dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen Jatuh Waktu Transaksi Term Deposit rupiah 1) Pada tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit rupiah, Bank Indonesia melakukan pelunasan Term Deposit rupiah jatuh waktu secara otomatis melalui BI-SSSS sebesar nilai nominal Term Deposit rupiah dengan mengkredit Rekening Giro. 2) Dalam hal setelah terjadinya transaksi Term Deposit rupiah, tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit rupiah ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen transaksi dimaksud dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan diskonto untuk hari libur dimaksud. SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.3 – VIA.7
G. Mekanisme Transaksi Term Deposit Valas 1. Metode Transaksi Term Deposit Valas a. Transaksi Term Deposit valas dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Transaksi Term Deposit valas dilakukan secara lelang dengan metode sebagai berikut : 1) harga tetap (fixed rate tender) Tingkat bunga transaksi Term Deposit valas ditetapkan Bank Indonesia; atau
35
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 2) harga beragam (variable rate tender) Tingkat bunga transaksi Term Deposit valas diajukan oleh peserta transaksi Term Deposit valas. 2. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang a. Transaksi Term Deposit valas dilakukan pada setiap hari Rabu dan/atau pada hari kerja lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. b. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi Term Deposit valas paling lambat sebelum window time melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. c. Window time transaksi Term Deposit valas dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. d. Pengumuman rencana transaksi Term Deposit valas, memuat antara lain: 1) sarana pengajuan penawaran lelang; 2) tanggal lelang; 3) jangka waktu dan tanggal jatuh waktu; 4) metode lelang; 5) target indikatif (apabila lelang transaksi Term Deposit valas dilaksanakan dengan metode variable rate tender); 6) tingkat bunga (apabila lelang transaksi Term Deposit valas dilaksanakan dengan metode fixed rate tender); 7) window time; dan 8) tanggal setelmen (tanggal valuta). e. Peserta Lelang 1) Peserta OPT yang dapat mengikuti transaksi Term Deposit valas adalah bank devisa, yang selanjutnya disebut Peserta Transaksi Term Deposit Valas. 2) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan transaksi Term Deposit valas secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk kepentingan Peserta Transaksi Term Deposit Valas. 3. Pengajuan Penawaran a. Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang transaksi Term Deposit valas kepada Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. b. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk lelang dengan metode fixed rate tender meliputi informasi : 1) nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal transaksi; 3) jangka waktu Term Deposit valas; 4) nomor rekening pada bank koresponden; dan 5) penawaran kuantitas. c. Pengajuan penawaran transaksi Term Deposit valas untuk lelang dengan metode variable rate tender meliputi informasi: 1) nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal transaksi; 3) angka waktu Term Deposit valas;
36
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 4) nomor rekening pada bank koresponden; 5) penawaran kuantitas; dan 6) tingkat bunga. d. Pengajuan penawaran lelang transaksi Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada huruf b dan/atau huruf c dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) penawaran dapat diajukan paling banyak 2 (dua) kali untuk masing-masing jangka waktu yang ditawarkan; 2) pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Peserta Transaksi Term Deposit Valas paling kurang sebesar USD5,000,000.00 (lima juta US Dollar) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar USD1,000,000.00 (satu juta US Dollar); 3) dalam hal lelang transaksi Term Deposit valas dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran tingkat bunga dilakukan dengan kelipatan 1 bps (basis point) atau 0,01% (satu persepuluh ribu); 4) dalam hal terjadi koreksi penawaran, Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time transaksi Term Deposit valas; 5) koreksi sebagaimana dimaksud pada angka 4) dapat dilakukan terhadap informasi penawaran selain informasi nama Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan jangka waktu Term Deposit valas; 6) koreksi penawaran harus memenuhi persyaratan pengajuan penawaran; 7) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia; 8) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia; 9) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1), angka 2), dan angka 3) serta tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time transaksi Term Deposit valas maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. 4. Penetapan Pemenang Lelang a. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas Term Deposit valas yang dimenangkan dihitung dengan cara: 1) penawaran kuantitas yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas dimenangkan seluruhnya; 2) dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan ke seratus secara proporsional dengan
37
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan : a) untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi nol; b) untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi nominal USD 100,000,00 (seratus ribu US Dollar). b. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender maka penetapan kuantitas Term Deposit valas yang dimenangkan dihitung dengan cara : 1) Bank Indonesia menetapkan tingkat bunga transaksi Term Deposit valas tertinggi yang dapat diterima (SOR); 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara : a) dalam hal tingkat bunga yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas lebih rendah dari SOR yang ditetapkan maka Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan memenangkan seluruh transaksi Term Deposit valas yang diajukan; b) dalam hal tingkat bunga yang diajukan Peserta Transaksi Term Deposit Valas sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran transaksi yang diajukan dengan perhitungan proporsional dengan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan: i. untuk nominal kurang dari USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi nol; ii. untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar). Contoh perhitungan kuantitas dan penetapan pemenang lelang transaksi Term Deposit valas terdapat pada lampiran 9 dan lampiran 10 (lampiran 7 dan lampiran 8 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang transaksi Term Deposit valas. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Term Deposit Valas Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang transaksi Term Deposit valas setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang oleh Bank Indonesia dengan mekanisme sebagai berikut: a. mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua Peserta Transaksi Term Deposit Valas dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, antara lain berupa nominal yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang tingkat bunga Term Deposit;
38
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIA.8.a.1) SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.8.a..2) – VI.8.c
Ketentuan b. melakukan konfirmasi kepada peserta transaksi Term Deposit valas yang memenangkan lelang secara individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain berupa : 1) nominal valas dan tingkat bunga yang dimenangkan Peserta Transaksi Term Deposit Valas; 2) tanggal setelmen/tanggal valuta; dan 3) permintaan Standard Settlement Instruction Peserta Transaksi Term Deposit Valas; c. dalam hal penawaran lelang diajukan melalui Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: 1) dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan melalui Lembaga Perantara; atau 2) dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas yang bersangkutan. 6. Setelmen Transaksi Term Deposit Valas a. Setelmen Lelang Transaksi Term Deposit valas 1) Bank Indonesia melakukan setelmen transaksi Term Deposit valas paling lama pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal transaksi. 2) Setiap penawaran yang dimenangkan memiliki 1 (satu) deal ticket. 3) Peserta Transaksi Term Deposit Valas wajib menyediakan dana di rekening giro pada bank koresponden, yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Term Deposit valas. 4) Pada tanggal setelmen, Peserta Transaksi Term Deposit Valas wajib mentransfer kewajiban setelmen transaksi Term Deposit valas untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Bank Indonesia di bank koresponden. 5) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak memenuhi kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud pada angka 4), transaksi Term Deposit valas dinyatakan batal. 6) Atas batalnya transaksi Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada angka 5), Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 7) Dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan Operasi Moneter, apabila pada hari yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan transaksi Term Deposit valas maka pembatalan tersebut hanya dihitung sebanyak 1 (satu) kali. b. Setelmen Jatuh Waktu Transaksi Term Deposit Valas 1) Pada tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit valas, Bank Indonesia melakukan pelunasan Term Deposit valas jatuh waktu dengan melakukan transfer ke rekening Peserta Term Deposit Valas pada bank koresponden sebesar nilai tunai.
39
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 2) Nilai tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dihitung dengan rumus sebagai berikut : Nilai tunai= N x
(
1+r
k 360 hari
)
Keterangan: N = Nominal Term Deposit valas r = tingkat bunga yang dimenangkan k = jangka waktu Term Deposit valas c. Dalam hal setelah terjadinya transaksi Term Deposit valas, tanggal jatuh waktu transaksi Term Deposit valas ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen transaksi dimaksud dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan bunga untuk hari libur dimaksud. SE 15/24/DPM 2013 Romawi VIB.3
H. Mekanisme Transaksi Swap 1. Transaksi Swap dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan Transaksi Swap secara lelang 2) Transaksi Swap dilakukan melalui Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau melalui sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 3) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode lelang premi Swap. 4) Kurs spot US Dollar terhadap Rupiah yang digunakan dalam Transaksi Swap adalah kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Exchange (JISDOR). 5) JISDOR sebagaimana dimaksud delam angka 4) merupakan representasi harga spot US Dollar terhadap Rupiah dari transaksi antar Bank di pasar domestik termasuk transaksi Bank dengan bank di luar negeri, yang dilaporkan Bank melalui Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai transaksi valuta asing terhadap Rupiah. b. Pengumuman dan Pelaksanaan Lelang 1) Transaksi Swap dapat dilakukan pada setiap hari kerja. 2) Transaksi Swap dapat memiliki jangka waktu 1 (satu) hari sampai dengan 1 (satu) tahun, yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 3) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Transaksi Swap paling lambat sebelum window time, melalui sistem LHBU dan/ atau sarana lainnya. 4) Window time Transaksi Swap dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB, atau waktu lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
40
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 5) Dalam hal window time sebagaimana dimaksud dalam angka 4) dibuka sebelum penerbitan JISDOR, maka kurs spot yang digunakan adalah kurs JISDOR hari kerja sebelumnya. 6) Dalam hal window time sebagaimana dimaksud dalam angka 4) dibuka setelah penerbitan JISDOR, maka kurs spot yang digunakan adalah kurs JISDOR pada tanggal transaksi. 7) Pengumuman rencana lelang Transaksi Swap antara lain meliputi: a) sarana pengajuan penawaran premi; b) tanggal lelang; c) jangka waktu (tenor); d) window time; e) tanggal setelmen (tanggal valuta); f) tanggal jatuh waktu; g) target indikatif lelang; h) mata uang; dan i) kurs spot. c. Peserta Lelang 1) Peserta OPT yang dapat mengikuti Transaksi Swap adalah Bank Devisa, yang selanjutnya disebut Peserta Transaksi Swap. 2) Peserta Transaksi Swap dapat mengajukan penawaran secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. 3) Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan penawaran lelang untuk kepentingan Peserta Transaksi Swap. d. Pengajuan Penawaran 1) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran Transaksi Swap kepada Bank Indonesia melalui RMDS atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dalam window time yang ditetapkan. 2) Pengajuan penawaran Transaksi Swap antara lain meliputi informasi: a) nama Peserta Transaksi Swap; b) tanggal transaksi; c) jangka waktu; d) tanggal jatuh waktu; e) jumlah penawaran (nilai nominal); f) jenis valuta; g) premi swap; dan h) nomor rekening pada Bank Koresponden. 3) Pengajuan penawaran Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dapat diajukan paling banyak 2 (dua) kali untuk masing-masing jangka waktu yang ditawarkan. 4) Pengajuan penawaran nominal dari Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar USD 5,000,000.00 (lima juta US Dollar) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar USD 1,000,000.00 (satu juta US Dollar).
41
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 5) Pengajuan penawaran premi swap dari Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara paling kurang sebesar Rp 1,00 (satu Rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp1,00 (satu Rupiah). 6) Dalam hal terjadi koreksi atas pengajuan penawaran, Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara hanya dapat mengajukan 1 (satu) kali koreksi untuk setiap penawaran yang diajukan dalam window time Transaksi Swap. 7) Koreksi sebagaimana dimaksud dalam angka 6) antara lain dapat dilakukan terhadap informasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) kecuali informasi nama Peserta Transaksi Swap dan jangka waktu swap. 8) Dalam hal dilakukan koreksi atas jumlah penawaran (nilai nominal) sebagaiman dimaksud dalam angka 6), jumlah penawaran (nilai nominal) dimaksud harus memenuhi penawaran nominal sebagaimana dimaksud dalam angka 4). 9) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 10) Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 11) Dalam hal Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara mengajukan penawaran yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 3), angka 4) dan angka 5) dan tidak melakukan koreksi pengajuan penawaran dalam window time Transaksi Swap, maka penawaran dimaksud dinyatakan batal. e. Penetapan Pemenang Lelang 1) Bank Indonesia menetapkan batas premi swap yang diterima. 2) Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) Untuk Transaksi Swap Jual Bank Indonesia i. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap lebih tinggi dari batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Swap yang diajukan; atau ii. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap sama dengan batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Swap yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional. Contoh perhitungan pemenang Transaksi Swap sebagaimana terdapat pada Lampiran 11 (Lampiran 9
42
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. b) Untuk Transaksi Swap Beli Bank Indonesia i. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap lebih rendah dari batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Swap yang diajukan; atau ii. dalam hal premi swap yang diajukan Peserta Transaksi Swap sama dengan batas penawaran premi swap yang diterima Bank Indonesia, Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Swap yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional. Contoh perhitungan pemenang Transaksi Swap sebagaimana terdapat pada Lampiran 12 (Lampiran 10 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c) Pembulatan nominal yang dimenangkan oleh pemenang lelang Transaksi Swap dengan proporsional dilakukan dengan pembulatan ke seratus ribuan US Dollar terdekat dengan ketentuan: i. untuk nominal kurang dari USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) dibulatkan menjadi 0 (nol); dan ii. untuk nominal USD50,000.00 (lima puluh ribu US Dollar) atau lebih dibulatkan menjadi USD100,000.00 (seratus ribu US Dollar). 3) Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Transaksi Swap. f. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Swap Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Transaksi Swap, setelah dilakukan proses penetapan pemenang lelang sebagaimana dimaksud dalam huruf e, dengan mekanisme sebagai berikut: 1) mengumumkan hasil penetapan pemenang lelang secara keseluruhan kepada semua Peserta Transaksi Swap dan Lembaga Perantara melalui Sistem LHBU dan/ atau sarana lainnya, antara lain berupa nilai nominal swap yang dimenangkan dan rata-rata tertimbang (weighted average) premi swap per jangka waktu. 2) melakukan konfirmasi kepada pemenang lelang secara individual melalui RMDS atau sarana lainnya antara lain berupa: a) nominal lelang swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap; b) premi swap yang dimenangkan; c) tanggal valuta/ tanggal setelmen; d) permintaan Standard Settlement Instruction peserta Transaksi Swap;
43
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan e) permintaan nomor rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden; dan f) permintaan nomor Rekening Giro Peserta Transaksi Swap. 3) Dalam hal penawaran lelang diajukan melalui Lembaga Perantara, konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a) dalam hal Peserta Transaksi Swap tidak memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan melalui Lembaga Perantara; atau b) dalam hal Peserta Transaksi Swap memiliki RMDS, konfirmasi akan dilakukan kepada Peserta Transaksi Swap yang bersangkutan. 4) Peserta Transaksi Swap yang telah memenangkan penawaran dilarang melakukan pengakhiran Transaksi Swap sebelum jatuh waktu (early termination). g. Setelmen Transaksi Swap 1) Untuk Lelang Swap Jual Bank Indonesia a) Setelmen first leg i. Bank Indonesia melakukan setelmen first leg pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal Transaksi Swap, dengan mengkredir Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai setelmen first leg. ii. Nilai setelmen first leg dihitung sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan dengan kurs JISDOR. iii. Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Bank Indonesia di Bank Koresponden pada tanggal setelmen. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen first leg, Peserta Transaksi Swap tidak melakukan transfer dana US Dollar sebesar nilai yang dimenangkan pada setelmen first leg, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar sebesar nilai yang dimenangkan pada hari kerja berikutnya. v. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam romawi iv, Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. b) Setelmen second leg i. Pada tanggal Transaksi Swap jatuh waktu (second leg), Bank Indonesia melakukan transfer dana US Dollar ke rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden sebesar nilai nominal US Dollar pada setelmen first leg. ii. Bank Indonesia mendebet Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai nominal US Dollar setelmen first leg dikalikan kurs setelmen second leg.
44
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan iii. Kurs setelmen second leg adalah kurs JISDOR saat tanggal transaksi ditambah premi swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen second leg, Peserta Transaksi Swap tidak memiliki dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyediakan dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada hari kerja berikutnya. v. Pembayaran nominal Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro Peserta Transaksi Swap di Bank Indonesia. vi. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (4), Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. 2) Untuk Lelang Swap Beli Bank Indonesia a) Setelmen first leg i. Bank Indonesia melakukan setelmen first leg pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal Transaksi Swap, dengan mendebet Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai setelmen first leg. ii. Nilai setelmen first leg dihitung sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan dengan kurs JISDOR. iii. Bank Indonesia melakukan transfer dana US Dollar untuk setiap penawaran yang dimenangkan ke rekening Peserta Transaksi Swap di Bank Koresponden. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen first leg, Peserta Transaksi Swap tidak memiliki dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka Peserta Transaksi Swap wajib menyediakan dana Rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen pada hari kerja berikutnya. v. Pembayaran nominal Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro Peserta Transaksi Swap di Bank Indonesia. vi. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana diatur dalam romawi iv, Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter.
45
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/32/ DPM 2013 Romawi VIB.4
7
Pasal 7 14/5/PBI/2012 ayat (1)
SE 15/38/DPM 2013 Romawi VI.9
Ketentuan b) Setelmen second leg i. Pada tanggal Transaksi Swap jatuh waktu (second leg), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro Peserta Transaksi Swap sebesar nilai nominal US Dollar yang dimenangkan dikalikan kurs setelmen second leg. ii. Kurs setelmen second leg adalah kurs JISDOR saat tanggal transaksi ditambah premi swap yang dimenangkan Peserta Transaksi Swap. iii. Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar sebesar nilai nominal US Dollar pada setelmen first leg ke rekening Bank Indonesia di Bank Koresponden paling lambat pada tanggal setelmen second leg. iv. Dalam hal pada tanggal setelmen second leg, Peserta Transaksi Swap tidak memenuhi kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (3) (romawi iii dalam kodifikasi ini), maka Peserta Transaksi Swap wajib menyelesaikan transfer dana US Dollar pada hari kerja berikutnya. v. Atas keterlambatan penyelesaian kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud dalam angka (4) (romawi iv dalam kodifikasi ini), Peserta Transaksi Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter. 3) Dalam hal setelah terjadinya Transaksi Swap sebagaimana dimaksud dalam angka 1) dan angka 2), tanggal setelmen first leg atau tanggal setelmen second leg ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya. 2. Dalam hal Bank melakukan Transaksi Swap dengan Bank Indonesia, Transaksi Swap dimaksud dapat dianggap sebagai penerusan (pass on) posisi transaksi derivative Bank dengan pihak terkait Bank. (1) Penempatan berjangka (term deposit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d dan Pasal 5 huruf c (Paragraf 5 ayat (4) dan Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat dicairkan oleh peserta Operasi Moneter sebelum jatuh waktu (early redemption) dengan memenuhi persyaratan tertentu. 1. Pencairan Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) transaksi Term Deposit rupiah a. Pengajuan early redemption 1) Peserta OPT dapat mengajukan dari pukul 15.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB. 2) Nilai nominal setiap pengajuan paling kurang sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
46
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3) Pengajuan dilakukan melalui sarana BI-SSSS Terminal (ST). b. Setelmen early redemption Bank Indonesia melakukan setelmen pada tanggal pengajuan early redemption (same day settlement) segera setelah pre cutoff Sistem BI-RTGS. c. Perhitungan nilai early redemption
Keterangan : RRT = Rata-Rata Tertimbang SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.9
2. Pencairan Sebelum Jatuh Waktu (Early Redemption) Transaksi Term Deposit Valas a. Pengajuan Early Redemption 1) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan early redemption Term Deposit valas paling cepat 3 (tiga) hari setelah setelmen transaksi Term Deposit valas yang akan dilakukan early redemption. 2) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan early redemption pada setiap hari kerja, kecuali pada hari pelaksanaan lelang Term Deposit valas. 3) Pengajuan early redemption sebagaimana dimaksud pada angka 2) diajukan dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 11.00 WIB. 4) Pengajuan dilakukan melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. 5) Pengajuan early redemption dilakukan untuk nominal penuh yang tercantum dalam setiap deal ticket. 6) Peserta Transaksi Term Deposit valas yang melakukan early redemption Term Deposit valas memperoleh bunga secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut :
Bunga
-
Nominal Early Redemption
x
tingkat bunga
k x
360
Keterangan : k = jangka waktu sampai dengan setelmen early redemption Term Deposit valas di Bank Indonesia 7) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan biaya early redemption Term Deposit valas sebesar 10% (sepuluh per seratus) dari bunga sebagaimana dimaksud pada angka 6).
47
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan b. Setelmen Early Redemption Bank Indonesia melakukan setelmen early redemption pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan early redemption. c. Perhitungan Nilai Early Redemption Nilai tunai early redemption adalah sebesar nilai nominal Term Deposit valas yang dilakukan early redemption ditambah bunga dikurangi biaya early redemption. Nilai tunai
Pasal 7 14/5/PBI/2012 ayat (2)
=
Nilai nominal early redemption
+
bunga
-
Biaya early redemption
(2) Penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e (Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat dialihkan oleh peserta Operasi Moneter menjadi transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah Bank Indonesia. Yang dimaksud “transaksi swap jual valuta asing terhadap rupiah Bank Indonesia” adalah transaksi beli valuta asing oleh Bank Indonesia melalui pembelian tunai (spot), dengan diikuti transaksi penjualan kembali valuta asing oleh Bank Indonesia secara berjangka (forward) yang dilakukan secara simultan dengan counterpart yang sama pada tingkat harga yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
SE 14/18/DPM 2012 Romawi VIA.10
Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas Menjadi Transaksi Swap Jual USD Terhadap Rupiah Bank Indonesia (FX Swap) a. Pengajuan Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas Menjadi Transaksi FX Swap 1) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas membutuhkan likuiditas rupiah, Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap. 2) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dilakukan melalui RMDS atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada setiap hari kerja kecuali pada hari pelaksanaan lelang Term Deposit valas. 3) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dilakukan untuk nominal penuh yang tercantum dalam setiap deal ticket. 4) Pengajuan pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap sekaligus merupakan pengajuan early redemption atas Term Deposit valas yang akan dialihkan. 5) Early redemption Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada angka 4) mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud pada butir 9.a.1), butir 9.a.6), dan butir 9.a.7) (Paragraf 7 ayat (1) butir 2.a.1), butir 2.a.6), dan butir 2.a.7) pada kodikasi ini). 6) Transaksi FX Swap yang berasal dari pengalihan Term Deposit valas dilakukan dengan jangka waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, paling singkat 7 (tujuh) hari. 7) Premi FX Swap yang berasal dari pengalihan Term Deposit valas ditetapkan oleh Bank Indonesia.
48
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 8) Peserta Transaksi Term Deposit Valas dapat mengajukan pengalihan transaksi Term Deposit valas menjadi transaksi FX Swap dari pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB. 9) Bank Indonesia menyampaikan informasi premi FX Swap kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas pada pukul 11.00 WIB dan sekaligus meminta Peserta Transaksi Term Deposit Valas untuk memberikan konfirmasi. 10) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak menyepakati premi FX Swap yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, proses transaksi FX Swap tidak dilanjutkan dan Term Deposit valas yang bersangkutan tetap diteruskan (tidak dilakukan early redemption). 11) Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas menyepakati premi FX Swap yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, Peserta Transaksi Term Deposit Valas memberikan konfirmasi (deal confirmation) transaksi early redemption Term Deposit valas dan transaksi FX Swap melalui RMDS. 12) Atas transaksi pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap, Bank Indonesia memberikan bunga dan mengenakan biaya kepada Peserta Transaksi Term Deposit Valas sesuai ketentuan early redemption sebagaimana dimaksud pada butir 9.a.6) dan butir 9.a.7) (Paragraf 7 ayat (1) butir 2.a.6), dan butir 2.a.7) pada kodikasi ini). b. Setelmen Pengalihan Transaksi Term Deposit Valas menjadi Transaksi FX Swap 1) Bank Indonesia melakukan setelmen early redemption dalam rangka pengalihan Term Deposit valas menjadi FX Swap dengan cara transfer bunga ke rekening Peserta Transaksi Term Deposit Valas pada bank koresponden setelah dikurangi biaya early redemption, pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan pengalihan. 2) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg transaksi FX Swap dalam rangka pengalihan Term Deposit valas menjadi transaksi FX Swap pada 2 (dua) hari kerja setelah tanggal pengajuan pengalihan dengan prosedur sebagai berikut: a) Bank Indonesia melakukan pencatatan pengalihan valas dari early redemption Term Deposit valas menjadi sumber dana untuk setelmen valas transaksi FX Swap. b) Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro peserta transaksi FX Swap sebesar ekuivalen dalam rupiah dari nilai nominal Term Deposit valas yang dialihkan dikalikan kurs spot yang ditetapkan pada tanggal transaksi FX Swap. 3) Pada tanggal setelmen second leg transaksi FX Swap dilakukan ketentuan sebagai berikut : a) Bank Indonesia mendebet Rekening Giro peserta transaksi FX Swap sebesar nilai nominal valas FX Swap dikalikan kurs forward (forward rate) yang ditetapkan pada tanggal transaksi FX Swap. b) Bank Indonesia melakukan transfer valas ke rekening peserta transaksi FX Swap di bank koresponden sebesar nilai nominal valas FX Swap.
49
Likuiditas Rupiah Paragraf
8
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Pasal 7A 14/5/PBI/2012
Ketentuan c) Dalam hal pada tanggal setelmen second leg peserta transaksi FX Swap tidak memiliki dana rupiah yang cukup untuk memenuhi kewajiban setelmen, maka peserta transaksi FX Swap wajib membayar nominal transaksi pada hari kerja berikutnya. d) Pembayaran nominal transaksi FX Swap sebagaimana dimaksud pada huruf c) dilakukan melalui pendebetan Rekening Giro peserta transaksi FX Swap di Bank Indonesia. e) Atas keterlambatan pemenuhan kewajiban setelmen sebagaimana dimaksud pada huruf c), peserta transaksi FX Swap dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. (1) Penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e (Paragraf 5 ayat (5) dalam kodifikasi ini) dapat menjadi pengurang Posisi Devisa Neto secara keseluruhan yang wajib dipelihara peserta Operasi Moneter pada akhir hari kerja sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa neto bank umum. (2) Nilai penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing yang dapat menjadi pengurang Posisi Devisa Neto sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling tinggi sebesar nilai yang terendah dari : Contoh perhitungan pengurangan Posisi Devisa Neto peserta Operasi Moneter yang dipengaruhi oleh penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing adalah sebagai berikut:
a. Nilai Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja yang bersangkutan sebelum dikurangi dengan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing; b. Nilai penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing; atau c. 5 % (lima per seratus) dari modal peserta Operasi Moneter. Yang dimaksud dengan “modal” adalah modal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai posisi devisa neto bank umum. (3) Peserta Operasi Moneter wajib melaporkan secara harian Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja setelah memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagai pengurang, dengan format sebagaimana contoh
50
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bank Indonesia ini. (Lampiran 11 dalam kodifikasi ini) Laporan harian Posisi Devisa Neto secara keseluruhan pada akhir hari kerja dengan memperhitungkan penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagai pengurang merupakan tambahan dari kewajiban pelaporan Posisi Devisa Neto melalui Sistem Laporan Harian Bank Umum (LHBU). Penyampaian laporan kepada Bank Indonesia dilakukan secara offline sampai pelaporan secara online melalui Sistem LHBU dapat dilaksanakan. Laporan Posisi Devisa Neto yang disampaikan secara offline merupakan Posisi Devisa Neto pada 2 (dua) hari kerja sebelu tanggal penyampaian laporan. (4) Dalam hal peserta Operasi Moneter tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) maka penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing tidak diperhitungkan sebagai pengurang Posisi Devisa Neto.
9
Pasal 8 12/11/PBI/2010
Dalam kegiatan OPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b (Paragraf 5 ayat (2) dalam kodifikasi ini), Bank Indonesia dapat menggunakan surat berharga milik pihak lain yang ditetapkan Bank Indonesia. Penggunaan surat berharga milik pihak lain oleh Bank Indonesia dalam kegiatan OPT didasarkan pada suatu perjanjian antara Bank Indonesia dan pemilik surat berharga.
10
Bagian Ketiga Pasal 9 12/11/PBI/2010 ayat (1) huruf a
SE 12/17/DPM/2010 Romawi III.1
Standing Facilities (1) Standing Facilities meliputi: a. Penyediaan dana rupiah (lending facility); dan Penyediaan dana rupiah (lending facility) dilakukan melalui mekanisme repurchase agreement (repo) surat berharga. Yang dimaksud dengan “surat berharga” adalah SBI, SBN dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 1. Prinsip Transaksi a. Transaksi lending facility dilakukan dengan mekanisme repurchase agreement (repo) Surat Berharga, yaitu penjualan Surat Berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. b. Transaksi lending facility dengan mekanisme repo Surat Berharga dilakukan dengan prinsip sell and buy back, yaitu terdapat perpindahan pencatatan kepemilikan Surat Berharga (transfer of ownership). c. Transaksi lending facility dilakukan dengan mekanisme non lelang.
51
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 15/31/DPM/2013 Romawi III.2.a SE 12/17/DPM/2010 Romawi III.2.b – III.6
Ketentuan 2. Surat Berharga a. Surat Berharga yang dapat di-repo-kan adalah SBI, SDBI, dan SBN dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter ini. b. Surat Berharga yang dapat di-repo-kan paling banyak sebesar nilai nominal Surat Berharga yang dimiliki Bank, yang tercatat di Rekening Surat Berharga. 3. Suku Bunga Repo (Repo Rate) a. Bank Indonesia mengenakan bunga repo atas transaksi lending facility sebesar BI-Rate ditambah marjin tertentu. b. Bunga repo dihitung berdasarkan metode bunga dibayar di belakang (simple interest). 4. Pengumuman Lending Facility Bank Indonesia mengumumkan transaksi lending facility, yang mencakup antara lain : a. window time; b. jangka waktu; c. repo rate; dan d. waktu setelmen. 5. Pengajuan Transaksi a. Bank mengajukan transaksi lending facility kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. b. Pengajuan transaksi lending facility oleh Bank mencakup antara lain nilai nominal, seri dan jenis Surat Berharga yang di-repo-kan. 6. Setelmen Transaksi a. Setelmen first leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg pada tanggal transaksi (same day settlement) segera setelah pre cut-off Sistem BI-RTGS. 2) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme Delivery Versus Payment (DVP) secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut : a) Setelmen Surat Berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan. b) Setelmen Dana, dengan mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg. c) Perhitungan nilai setelmen first leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter dengan contoh sebagaimana pada Lampiran 1 (Lampiran 12 dalam kodifikasi ini).
52
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3) Dalam hal Bank tidak memiliki jenis dan seri Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, maka BISSSS secara otomatis membatalkan transaksi lending facility yang tidak didukung dengan Surat Berharga yang mencukupi. 4) Atas batalnya transaksi lending facility sebagaimana dimaksud dalam angka 3), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 5) Terkait dengan penghitungan jumlah batalnya transaksi lending facility, dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) kali kegagalan setelmen first leg pada hari yang sama, batalnya transaksi dihitung sebanyak 1 (satu) kali. b. Setelmen second leg 1) Pada tanggal jatuh waktu lending facility (second leg), BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. 2) Setelmen second leg dilakukan melalui Sistem BIRTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut : a) Setelmen Dana, dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg, yang dihitung sebagai berikut : Nilai setelmen second leg
=
Nilai setelmen first leg
+
Bunga Repo Lending Facility
Keterangan: Bunga Repo Lending Facility
Nilai = setelmen first leg
x
Repo rate
x
Jangka waktu 360
b) Setelmen Surat Berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan. c) Perhitungan nilai setelmen second leg adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter dengan contoh sebagaimana pada Lampiran 1 (Lampiran 12 dalam kodifikasi ini).
53
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 15/31/DPM/2013 Romawi III. 7
Ketentuan 3) Dalam hal Bank tidak memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut-off warning Sistem BIRTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi lending facility jatuh waktu (second leg). 4) Dalam hal terdapat pembatalan sebagaimana dimaksud dalam butir 3), pada saat second leg Bank Indonesia mendebet Rekening Giro sebesar kewajiban pembayaran bunga repo lending facility. 5) Atas batalnya transaksi lending facility jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam angka 3), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. 6) Terkait dengan penghitungan jumlah batalnya transaksi lending facility, dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) kali kegagalan setelmen second leg pada hari yang sama, batalnya transaksi dihitung sebanyak 1 (satu) kali. 7. Kegagalan Setelmen Second Leg Dalam hal Bank gagal melakukan setelmen second leg,maka Surat Berharga yang di-repo-kan diperlakukan sebagai berikut: a. Dalam hal Surat Berharga berupa SBI, Bank Indonesia melakukan pelunasan SBI sebelum jatuh waktu (early redemption) secara otomatis melalui BI-SSSS. b. Dalam hal Surat Berharga berupa SDBI, Bank Indonesia melakukan pelunasan SDBI sebelum jatuh waktu (early redemption) secara otomatis melalui BI-SSSS. c. Dalam hal Surat Berharga berupa SBN, maka transaksi yang bersangkutan diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright. d. Perhitungan nilai setelmen dan penggunaan harga Surat Berharga untuk transaksi penjualan secara outright adalah sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai kriteria dan persyaratan Surat Berharga, peserta dan lembaga perantara dalam Operasi Moneter dengan contoh sebagaimana pada Lampiran 2 (Lampiran 13 dalam kodifikasi ini). e. Dalam hal nilai transaksi outright : 1) lebih kecil dari kewajiban setelmen second leg, maka Bank Indonesia mendebet Rekening Giro sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright. 2) lebih besar dari nilai kewajiban setelmen second leg, maka Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai kewajiban setelmen second leg dengan nilai transaksi outright.
54
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 12/17/DPM/2010 Romawi III.8
Pasal 9 12/11/PBI/2010 ayat (1) huruf b
SE 12/17/DPM/2010 Romawi IV
Ketentuan 8. Kupon Surat Berharga a. Dalam hal SBN yang di-repo-kan dalam lending facility memiliki kupon/imbalan, maka hak atas penerimaan kupon/imbalan dimaksud merupakan milik Bank. b. Dalam hal setelah berakhirnya transaksi lending facility Bank Indonesia menerima kupon/imbalan atas SBN yang direpo-kan oleh Bank, maka Bank Indonesia pada tanggal penerimaan kupon/imbalan mengkredit Rekening Giro yang bersangkutan sebesar kupon/imbalan yang diterima. c. Perlakuan kupon/imbalan dalam hal terdapat kegagalan setelmen second leg dan Surat Berharga diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright: 1) Dalam hal setelah tanggal transaksi outright Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan atas SBN yang di-repo-kan Bank, maka kupon/imbalan yang diterima menjadi milik Bank Indonesia. 2) Dalam hal pada tanggal transaksi outright Bank menerima pembayaran kupon/imbalan atas SBN yang di-repo-kan, maka perhitungan transaksi outright tidak memperhitungkan accrued interest/imbalan sejak tanggal setelmen first leg sampai dengan tanggal setelmen outright. 3) Dalam hal setelah tanggal transaksi outright Bank menerima pembayaran kupon/imbalan atas SBN yang di-repo-kan, maka Bank Indonesia mendebet Rekening Giro yang bersangkutan sebesar accrued interest/imbalan sejak tanggal transaksi outright sampai dengan tanggal pembayaran kupon/imbalan. b. Penempatan dana rupiah (deposit facility). Penempatan dana rupiah (deposit facility) dilakukan tanpa penerbitan surat berharga. 1. Prinsip Transaksi a. Transaksi deposit facility dilakukan dengan cara penempatan dana rupiah oleh Bank secara berjangka di Bank Indonesia. b. Transaksi deposit facility dilakukan tanpa disertai dengan penerbitan Surat Berharga. c. Transaksi deposit facility dilakukan dengan mekanisme non lelang. 2. Tingkat Diskonto a. Transaksi deposit facility dilakukan dengan sistem diskonto dengan tingkat diskonto sebesar BI-Rate dikurangi marjin tertentu. b. Nilai tunai transaksi deposit facility dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) sebagai berikut : Nilai Tunai =
Nilai Nominal x 360 360 + ( Tingkat Diskonto x Jangka Waktu )
55
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan c. Nilai diskonto transaksi deposit facility dihitung sebagai berikut: Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai 3. Pengumuman Deposit Facility Bank Indonesia mengumumkan transaksi deposit facility, yang mencakup antara lain : a. window time; b. jangka waktu; c. tingkat diskonto; dan d. waktu setelmen. 4. Pengajuan Transaksi a. Bank mengajukan transaksi deposit facility kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan dengan menyebutkan nilai nominal transaksi. b. Nilai nominal setiap pengajuan transaksi deposit facility paling kurang sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 5. Pengumuman Hasil Transaksi Setelah window time ditutup, Bank Indonesia mengumumkan hasil transaksi deposit facility secara individual kepada Bank melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai tunai dan nilai diskonto. 6. Setelmen Transaksi a. Setelmen transaksi 1) Bank Indonesia melakukan setelmen deposit facility pada tanggal transaksi (same day settlement) segera setelah pre cut-off Sistem BI-RTGS. 2) Setelmen deposit facility dilakukan secara gabungan untuk setiap Bank melalui sistem BI-RTGS dengan mendebet Rekening Giro sebesar nilai tunai total transaksi deposit facility Bank yang bersangkutan. 3) Dalam hal Bank tidak memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen deposit facility sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi deposit facility. 4) Atas batalnya transaksi deposit facility sebagaimana dimaksud dalam angka 3), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. b. Setelmen jatuh waktu deposit facility Pada tanggal jatuh waktu deposit facility, Bank Indonesia melakukan pelunasan deposit facility secara otomatis melalui BI-SSSS sebesar nilai nominal deposit facility dengan mengkredit Rekening Giro.
56
Likuiditas Rupiah Paragraf
11
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 9 12/11/PBI/2010 ayat (2)
Ketentuan (2) Standing Facilities memiliki jangka waktu 1 (satu) hari kerja.
Pasal 10 12/11/PBI/2010 ayat (1)
(1) Standing Facilities sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (Paragraf 10 dalam kodifikasi ini) dilaksanakan oleh Bank Indonesia pada setiap hari kerja. Yang dimaksud dengan “hari kerja” adalah hari kerja Bank Indonesia, termasuk hari kerja terbatas Bank Indonesia.
SE 12/17/DPM/2010 II. 4,5,7-11
Pasal 10 12/11/PBI/2010 ayat (2)
1. Window time Standing Facilities dari pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB. 2. Pengajuan transaksi Standing Facilities dilakukan melalui BI-SSSS. 3. Jumlah hari dalam perhitungan Standing Facilities dihitung berdasarkan hari kalender. 4. Bank Indonesia mengumumkan transaksi Standing Facilities melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya sebelum window time Standing Facilities. 5. Dalam hal terdapat perubahan window time, seri dan jenis Surat Berharga, haircut, repo rate dan tingkat diskonto, pengumuman dilakukan sebelum window time Standing Facilities. 6. Dalam hal setelah terjadinya transaksi, tanggal jatuh waktu Standing Facilities ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan bunga repo atau diskonto atas tambahan jangka waktu transaksi Standing Facilities. 7. Setelmen Standing Facilities dilakukan pada tanggal transaksi (same day settlement) segera setelah pre cut-off Sistem BI-RTGS. Pada saat Standing Facilities jatuh waktu, setelmen dilakukan pada tanggal jatuh waktu sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. (2) Pelaksanaan Standing Facilities dilakukan melalui mekanisme non lelang. Mekanisme non lelang dalam Standing Facilities dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan Bank.
SE 12/17/DPM/2010 II.12 – 15
1. Bank wajib memiliki dana di Rekening Giro dan/atau Surat Berharga di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen Standing Facilities. 2. Bank Indonesia menatausahakan Standing Facilities pada Rekening Surat Berharga di BI-SSSS. 3. Bank bertanggung jawab atas kebenaran data pengajuan Standing Facilities yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Bank dilarang membatalkan pengajuan Standing Facilities yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia.
57
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi BAB IV
12
Pasal 11 15/5/PBI/2013 ayat (1)
Ketentuan
Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia dan Sertifikat Deposito Bank Indonesia (1) SBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut: a. berjangka waktu paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu;
SE 15/32/DPM 2013 Romawi II.2.b
Contoh perhitungan jangka waktu SBI tercantum dalam Lampiran 1 (Lampiran 14 dalam kodifikasi ini).
Pasal 11 15/5/PBI/2013 ayat (1) huruf c dan SE 15/32/DPM 2013 Romawi II.2.d
b. diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto; c. diterbitkan tanpa warkat (scripless) dan ditatausahakan di BISSSS; Yang dimaksud dengan “tanpa warkat (scripless)” adalah diterbitkan tanpa adanya fisik SBI, dan bukti kepemilikan bagi pemegang SBI berupa pencatatan elektronis. d. dapat dipindahtangankan (negotiable); SBI dapat dipindahtangankan melalui perdagangan di pasar sekunder antara lain secara repurchase agreement (repo), secara outright atau dijadikan agunan.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi II.2.a, 2.e,2.g-2.k
e. memiliki satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); f.
nilai tunai SBI dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus sebagai berikut: Nilai Tunai =
Nilai Nominal x 360 360 + ( Tingkat Diskonto x Jangka Waktu )
Nilai diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai Contoh perhitungan nilai diskonto dan nilai tunai SBI tercantum pada Lampiran 2 (Lampiran 15 dalam kodifikasi ini). g. Dapat ditransaksikan antara lain dengan cara outright, pinjam meminjam, hibah, repurchase agreement (repo), atau dijadikan agunan; h. SBI yang masih dalam status agunan tidak dapat diperdagangkan; i. dilunasi pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal SBI jatuh waktu; j. Bank Indonesia dapat melunasi SBI sebelum jatuh waktu berdasarkan pertimbangan terkait strategi pengelolaan moneter; dan k. Pelunasan SBI sebelum jatuh waktu sebagaimana dimaksud pada huruf j dilakukan dengan persetujuan pemilik SBI.
58
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 11 15/5/PBI/2013 ayat (2)
Ketentuan (2) SDBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia memiliki karakteristik sebagai berikut: a. berjangka waktu paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam jumlah hari dan dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu;
SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA 2.b
Pasal 11 15/5/PBI/2013 ayat (1) huruf c dan SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA.2.d
Contoh perhitungan jangka waktu SDBI tercantum pada Lampiran 1A (Lampiran 16 dalam kodifikasi ini). b. diterbitkan dan diperdagangkan dengan sistem diskonto; c. diterbitkan tanpa warkat (scripless) dan ditatausahakan di BISSSS; Yang dimaksud dengan “tanpa warkat (scripless)” adalah diterbitkan tanpa adanya fisik SBI, dan bukti kepemilikan bagi pemegang SBI berupa pencatatan elektronis d. hanya dapat dimiliki oleh Bank; e. dapat dipindahtangankan (negotiable) hanya antar bank; SDBI dapat dipindahtangankan melalui perdagangan di pasar sekunder antara lain secara repurchase agreement (repo), secara outright atau dijadikan agunan.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA.2.a, 2.d,2.e, 2.h-2.k
f. memiliki satuan unit sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah); g. dapat ditransaksikan antar Bank antara lain dengan cara outright, pinjam meminjam, hibah, repurchase agreement (repo), atau dijadikan agunan; h. SDBI yang masih dalam status agunan tidak dapat diperdagangkan; i. nilai tunai SDBI dihitung berdasarkan diskonto murni (true discount) dengan rumus sebagai berikut: Nilai Tunai =
Nilai Nominal x 360 360 + ( Tingkat Diskonto x Jangka Waktu )
Nilai diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai Contoh perhitungan nilai diskonto dan nilai tunai SDBI tercantum pada Lampiran 2A (Lampiran 17 dalam kodifikasi ini). j. dilunasi pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal SDBI jatuh waktu; k. Bank Indonesia dapat melunasi SDBI sebelum jatuh waktu berdasarkan pertimbangan terkait strategi pengelolalaan moneter; dan l. Pelunasan SDBI sebelum jatuh waktu sebagaimana dimaksud pada huruf k dilakukan dengan persetujuan pemilik SDBI.
59
Likuiditas Rupiah Paragraf 13
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 12 15/5/PBI/2013
(1)
(2)
(3) (4)
Ketentuan Bank Indonesia menatausahakan SBI dan SDBI dalam suatu sistem penatausahaan secara elektronis melalui Sistem Book Entry Registry dalam BI-SSSS. Sistem penatausahaan yang dikelola oleh Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup sistem pencatatan kepemilikan dan penyelesaian transaksi SBI dan SDBI. Sistem pencatatan kepemilikan SBI dan SDBI sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan tanpa warkat (scripless). Bank Indonesia dapat menunjuk pihak lain untuk mendukung penatausahaan SBI dan SDBI sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Yang dimaksud dengan pihak lain antara lain adalah Sub-Registry
(5) Dalam hal pihak lain yang ditunjuk untuk mendukung penatausahaan SBI dan SDBI sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia atau menghentikan kegiatan usahanya, Bank Indonesia berwenang mencabut penunjukan yang ditetapkan. 14
Pasal 13 15/5/PBI/2013 ayat (1)
(1) Dalam jangka waktu tertentu sejak memiliki SBI, pemilik SBI dilarang melakukan transaksi atas SBI yang dimilikinya dengan pihak lain. Transaksi SBI dengan pihak lain antara lain mencakup transaksi repurchase agreement (repo), penjualan secara outright, pinjam meminjam, hibah dan pengagunan.
SE 15/38/ DPM 2013 Romawi II.9
Pembatasan Transaksi SBI Selama 1 (satu) Bulan Sejak Kepemilikan SBI (Minimum Six Month Holding Period) a. Ketentuan 1) Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan yaitu 28 (dua puluh delapan) hari kalender sejak tanggal setelmen pembelian, pemilik SBI dilarang mentransaksikan SBI yang dimiliki dengan pihak lain. 2) Transaksi SBI yang dilarang sebagaimana dimaksud dalam angka 1) mencakup antara lain transaksi repo, transaksi outright, hibah dan pengagunan. 3) Dengan memperhatikan pengaturan dalam angka 1) maka transaksi repo sell and buy back SBI tidak dapat dilakukan dengan jangka waktu kurang dari 1 (satu) bulan yaitu 28 (dua puluh delapan) hari kalender. 4) Dengan memperhatikan pengaturan dalam angka 1), dalam hal transaksi SBI memiliki second leg dan tidak terjadi perpindahan kepemilikan, antara lain repo collateralized borrowing, pengagunan (pledge) dan securities lending and borrowing, pemilik SBI telah dapat mentransaksikan kembali SBI dimaksud setelah jatuh tempo second leg. 5) Dengan memperhatikan pengaturan dalam angka 1), dalam hal transaksi SBI memiliki second leg dan terjadi perpindahan kepemilikan, antara lain repo sell and buyback SBI, pemilik SBI dapat mentransaksikan kembali SBI dimaksud dengan ketentuan sebagai berikut :
60
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan a) Dalam hal second leg transaksi repo berhasil, SBI dimaksud dapat ditransaksikan kembali oleh penjual repo 1 (satu) bulan yaitu 28 (dua puluh delapan) hari kalender sejak setelmen second leg transaksi SBI dimaksud. b) Dalam hal second leg transaksi repo tidak berhasil dilakukan, SBI dimaksud dapat ditransaksikan kembali oleh pembeli repo 1 (satu) bulan yaitu 28 (dua puluh delapan) hari kalender sejak tanggal setelmen first leg transaksi SBI dimaksud. 6) Dalam hal transfer SBI antar Sub-Registry tanpa perpindahan kepemilikan, atau transfer SBI karena merger, akuisisi dan konsolidasi, SBI dapat ditransaksikan kembali 1 (satu) bulan yaitu 28 (dua puluh delapan) hari kalender sejak SBI dicatat di Sub-Registry awal atau di rekening surat berharga awal. 7) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) tidak berlaku untuk transaksi SBI oleh Peserta OPT dengan Bank Indonesia. 8) Sub-Registry wajib menatausahakan SBI milik nasabahnya dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam angka 1) sampai dengan angka 7). b. Peralihan 1) Terhadap SBI yang diterbitkan sebelum berlakunya Surat Edaran ini berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a; 2) Transaksi atas SBI yang dilakukan setelah berlakunya Surat Edaran ini yang merupakan bagian dari transaksi yang telah dilakukan sebelum Surat Edaran ini berlaku, tunduk pada ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran nomor 13/13/DPM tanggal 3 Mei 2011 butir II.9.a sampai dengan transaksi yang bersangkutan jatuh waktu. c. Pengawasan 1) Bank Indonesia melakukan monitoring dan/atau pengawasan langsung atas pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a oleh Peserta OPT dan Sub-Registry. 2) Dalam hal terdapat indikasi pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia menyampaikan surat permintaan konfirmasi kepada Peserta OPT dan/atau Sub-Registry. 3) Peserta OPT dan/atau Sub-Registry yang menerima surat permintaan konfirmasi sebagaimana dimaksud dalam angka 2) wajib menyampaikan tanggapan secara tertulis kepada Bank Indonesia paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah tanggal surat konfirmasi dari Bank Indonesia. 4) Dalam hal sampai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam angka 3) Peserta OPT dan/atau Sub-Registry tidak menyampaikan tanggapan tertulis maka Peserta OPT dan/atau Sub-Registry dianggap mengkonfirmasi indikasi pelanggaran tersebut.
61
Likuiditas Rupiah Paragraf
15
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 5) Atas pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam huruf a, Bank Indonesia akan mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter.
Pasal 13 15/5/PBI/2013 ayat (2)-(4)
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak berlaku untuk transaksi SBI oleh peserta Operasi Moneter dengan Bank Indonesia. (3) Pihak lain yang ditunjuk untuk mendukung penatausahaan SBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 4 (Paragraf 13 ayat (4) dalam kodifikasi ini), wajib menatausahakan SBI milik nasabahnya dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.
Pasal 13A 15/5/PBI/2013 ayat (1)
(1) Bank dilarang melakukan transaksi SDBI dengan pihak selain Bank.
SE 15/32/DPM 2013 Romawi IIA.9
Pasal 13A 15/5/PBI/2013 ayat (2)-(4)
Yang dimaksud dengan melakukan transaksi SDBI meliputi antara lain melalui transaksi jual/beli secara outright, pinjam meminjam, member/menerima hibah, repurchase agreement (repo), atau memberikan agunan/ menerima agunan. Pembatasan Transaksi SDBI di Pasar Sekunder. a. Bank dilarang memindahtangankan atau mentransaksikan SDBI yang dimiliki dengan pihak lain selain Bank. b. Pemindahtanganan atau transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a mencakup antara lain transaksi jual/ beli secara outright, pinjam meminjam, memberi/menerima hibah, repurchase agreement (repo) atau memberikan/menerima agunan. c. Bank dapat mentransaksikan SDBI dengan Bank Indonesia. d. Sub-Registry wajib menatausahakan SDBI milik nasabahnya dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a. e. Bank Indonesia melakukan monitoring dan/atau pengawasan atas pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a oleh Bank dan Sub Registry. f. Atas pelanggaran sebagaimana dimaksud pada huruf a, Bank Indonesia akan mengenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter. g. Bank Indonesia melakukan pelunasan sebelum jatuh waktu (early redemption) atas SDBI yang dimiliki oleh pihak selain Bank. h. Perhitungan early redemption sebagaimana dimaksud pada huruf g dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen SDBI dipindahtangankan ke pihak selain Bank. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku untuk transaksi SDBI dengan Bank Indonesia. (3) Pihak lain yang ditunjuk untuk mendukung penatausahaan SDBI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 4 (Paragraf 13 ayat (4) dalam kodifikasi ini),wajib menatausahakan SDBI milik nasabahnya dengan memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
62
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan (4) Dalam hal SDBI dimiliki oleh pihak selain Bank, Bank Indonesia akan melunasi SDBI dimaksud sebelum jatuh waktu (early redemption). Pelunasan SDBI sebelum jatuh waktu yang dilakukan sebagai akibat dari transaksi SDBI dengan pihak selain Bank, dilakukan tanpa persetujuan pemilik SDBI.
16
Pasal 14 15/5/PBI/2013 ayat (1) SE 15/30/DPM 2013 Romawi IV.1
(1) Bank Indonesia melunasi SBI dan SDBI pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal. Perhitungan nilai setelmen transaksi lending facility, transaksi repo dan transaksi reverse repo a. Nilai setelmen Surat Berharga adalah sebesar nilai nominal Surat Berharga yang di-repo-kan atau di-reverse repo-kan. b. Nilai setelmen dana untuk setelmen first leg dihitung sebagai berikut: 1) SBI, SDBI, SPN, ZCB dan SBSN tanpa kupon Nilai setelmen first leg
=
Nominal Surat Berharga yang di-repo-kan
x
(
Harga surat berharga
-
Haircut
)
2) Obligasi Negara termasuk ORI
3) SBSN
Keterangan : Harga Surat Berharga
Haircut
Accrued Interest dan Acrrued imbalan
: Harga Surat Berharga sebagaimana diumumkan pada BI-SSSS pada tanggal transaksi lending facility, transaksi repo dan transaksi reverse repo. : Haircut sebagaimana diumumkan pada BI-SSSS pada transaksi lending facility, transaksi repo dan transaksi reverse repo : Hak atas kupon/ imbalan Surat Berharga yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg.
63
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan c. Nilai setelmen dana untuk setelmen second leg dihitung sebagai berikut : Nilai setelmen second leg Bunga Transaksi Repo/ Reverse Repo/ Lending Facility
Keterangan : Jangka waktu
Pasal 14 15/5/PBI/2013 ayat (2)
=
Nilai setelmen first leg
=
Nilai setelmen first leg
Bunga Transaksi Repo/ + Reverse Repo/ Lending Facility
x
Repo/ Reverse Repo rate
x
Jangka waktu 360
: Jangka waktu lending facility atau transaksi repo atau transaksi reverse repo
(2) Bank Indonesia dapat melunasi SBI dan SDBI sebelum jatuh waktu dengan persetujuan pemilik SBI dan SDBI. Pelunasan SBI dan SDBI sebelum jatuh waktu dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia berdasarkan pertimbangan terkait strategi pengelolaan moneter.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi IV. 3
1. Pelunasan SBI sebelum jatuh waktu (early redemption) Dalam hal terjadi kegagalan setelmen transaksi repo jatuh waktu dan lending facility jatuh waktu yang menggunakan SBI, perhitungan setelmen nilai tunai sebagai berikut : Nilai Tunai Early redemption
SE 15/30/DPM 2013 Romawi IV. 4
=
Nilai Nominal x 360 360 + (Tingkat Diskonto x Sisa Jangka Waktu)
Keterangan: Tingkat Diskonto : rata-rata tertimbang tingkat diskonto pada saat SBI diterbitkan 2. Pelunasan SDBI sebelum jatuh waktu (early redemption) Early redemption terhadap SDBI dilakukan dalam hal terjadi kegagalan setelmen transaksi repo jatuh waktu, lending facility jatuh waktu atau terjadi transaksi antara Bank dengan pihak selain Bank yang menggunakan SDBI, dengan perhitungan nilai setelmen nilai tunai sebagai berikut: Nilai Nominal SDBI yang gagal setel x 360 Nilai Tunai Early = 360 + (Tingkat Diskonto x Sisa Jangka redemption Waktu) Keterangan : Tingkat Diskonto : rata-rata tertimbang tingkat diskonto pada saat SDBI diterbitkan Sisa Jangka Waktu : jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal gagal setelmen transaksi Operasi Moneter sampai dengan tanggal jatuh waktu SDBI (maturity date)
64
Likuiditas Rupiah Paragraf 17
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi BAB V Pasal 15 12/11/PBI/2010 ayat (1) dan (2)
Ketentuan
Peserta Operasi Moneter dan Lembaga Perantara (1) Peserta Operasi Moneter terdiri dari : a. peserta OPT, yaitu Bank dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain badan hukum non-Bank dan badan lainnya. b. peserta Standing Facilities, yaitu Bank. (2) Peserta OPT dapat mengikuti OPT secara langsung dan/atau tidak langsung melalui lembaga perantara. Yang dimaksud dengan “lembaga perantara” antara lain pialang pasar uang rupiah dan valuta asing dan/atau pialang pasar modal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
SE 12/16/DPM 2010 Romawi V.2
Pasal 15 12/11/PBI/2010 ayat (3) dan (4)
SE 12/16/DPM 2010 Romawi V. 1.b V.1.d
a. Lembaga Perantara melakukan transaksi OPT untuk kepentingan peserta Operasi Moneter. b. Lembaga Perantara sebagaimana dimaksud pada huruf a terdiri dari: 1) Pialang pasar uang rupiah dan valuta asing; dan 2) Pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai Dealer Utama. c. Pialang pasar modal sebagaimana dimaksud pada butir b.2. hanya dapat menjadi lembaga perantara dalam transaksi repo, transaksi reverse repo dan transaksi pembelian atau penjualan Surat Berharga secara outright. d. Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut : 1) berstatus aktif sebagai Peserta BI-SSSS; dan 2) tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh otoritas pengawas yang berwenang. (3) Peserta standing facilities hanya dapat mengikuti standing facilities secara langsung. (4) Bank Indonesia menetapkan persyaratan bagi peserta Operasi Moneter dan lembaga perantara. 1. Persyaratan peserta Operasi Moneter adalah sebagai berikut: a. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS; b. tidak sedang dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter; c. wajib memiliki rekening giro di Bank Indonesia; dan d. wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS. 2. Peserta Operasi Moneter wajib menyediakan dana di rekening giro di Bank Indonesia dan/atau surat berharga di rekening surat berharga di BI-SSSS yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen transaksi Operasi Moneter. 3. Peserta Operasi Moneter melakukan transaksi Operasi Moneter untuk kepentingan diri sendiri.
65
Likuiditas Rupiah Paragraf 18
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 16 12/11/PBI/2010
Ketentuan (1) Peserta Operasi Moneter dan lembaga perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran yang diajukan. (2) Peserta Operasi Moneter dan lembaga perantara yang telah mengajukan penawaran dilarang membatalkan penawarannya. Yang dimaksud dengan “membatalkan” penawaran adalah Bank menarik kembali penawaran yang telah diajukan. (3) Peserta Operasi Moneter dan lembaga perantara wajib memenuhi tata cara pengajuan penawaran dan persyaratan dalam transaksi Operasi Moneter yang ditetapkan Bank Indonesia. (4) Dalam hal peserta Operasi Moneter dan lembaga perantara tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penawaran yang telah diajukan akan ditolak dan/atau tidak akan diproses oleh Bank Indonesia.
19
Pasal 17 14/5/PBI/2012
(1) Peserta Operasi Moneter wajib memiliki : a. rekening giro rupiah di Bank Indonesia; dan b. rekening giro valuta asing di Bank Indonesia dalam hal peserta Operasi Moneter mengikuti transaksi OPT di pasar valuta asing. (2) Peserta Operasi Moneter wajib memiliki rekening surat berharga di BI-SSSS dan/atau di lembaga kustodian yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (3) Peserta Operasi Moneter yang mengikuti kegiatan Operasi Moneter wajib menyediakan dana yang cukup di rekening giro rupiah di Bank Indonesia dan/atau surat berharga yang cukup di rekening surat berharga di BI-SSSS atau di lembaga kustodian untuk penyelesaian kewajiban pembayaran pada tanggal penyelesaian transaksi. (4) Peserta Operasi Moneter yang mengikuti transaksi di pasar valuta asing wajib menyediakan dana di Bank Indonesia atau transfer dana ke rekening Bank Indonesia yang cukup untuk penyelesaian kewajiban pada tanggal penyelesaian transaksi. Penyediaan dana di Bank Indonesia berlaku untuk kewajiban penyelesaian transaksi dalam rupiah. Penyelesaian transaksi dalam valuta asing dilakukan dengan transfer dana ke rekening Bank Indonesia yang ditunjuk. (5) Dalam hal peserta Operasi Moneter tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (3), transaksi Operasi Moneter yang bersangkutan dinyatakan batal. (6) Dalam hal peserta Operasi Moneter tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (4), maka transaksi Operasi Moneter yang bersangkutan: a) dinyatakan batal, untuk transaksi penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing; b) tetap wajib diselesaikan setelah tanggal penyelesaian transaksi, untuk transaksi di pasar valuta asing selain transaksi penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud pada huruf a.
66
Likuiditas Rupiah Paragraf 20
21
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 18 12/11/PBI/2010
Ketentuan Dalam rangka penyelesaian transaksi Operasi Moneter, Bank Indonesia berwenang melakukan pendebetan rekening giro di Bank Indonesia dan/atau rekening surat berharga di BI-SSSS dan/atau di lembaga kustodian milik peserta Operasi Moneter.
BAB VI Pasal 19 14/5/PBI/2012 ayat (1)
Sanksi
SE 12/18/DPM 2010 Romawi VII. 1.aVII.1.c
SE 15/31/DPM 2013 Romawi V.1
(1) Atas batalnya transaksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (5) (Paragraf 19 ayat (5) dalam kodifikasi ini) peserta Operasi Moneter dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi Operasi Moneter yang batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). A. Sanksi Karena Batalnya Transaksi OPT a. Dalam hal Peserta OPT tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat dilakukan setelmen sehingga menyebabkan batalnya transaksi OPT, Peserta OPT dikenakan sanksi berupa: 1) teguran tertulis dengan tembusan kepada: a) Direktorat Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau b) Tim Pengawas Bank-Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI; dan 2) kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi OPT yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). b. Penyampaian teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir a.1) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. c. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro yang bersangkutan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. B. Sanksi Karena Batalnya Transaksi Standing Facilities 1. Dalam hal Bank tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat dilakukan setelmen sehingga menyebabkan batalnya transaksi sebagaimana dimaksud pada butir III.6.a.4), butir III.6.b.3) dan butir IV.6.a.3) (Paragraf 10 ayat (1) butir a.6.a.4), butir a.6.b.3), butir b.6.a.3) dalam kodifikasi ini), bank dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis dengan tembusan kepada: 1) Departemen Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau
67
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 12/17/DPM 2010 Romawi V.2 dan V.3
Pasal 19 14/5/PBI/2012 ayat (2)
SE 14/18/DPM 2012 Romawi VII.4
Ketentuan 2) Divisi Pengawasan Bank – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPw BI DN) setempat, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPw BI DN; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi Bank yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 2. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 3. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Bank yang bersangkutan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. (2) Atas batalnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (6) huruf a (Paragraf 19 ayat (6) huruf a dalam kodifikasi ini), peserta Operasi Moneter dikenakan sanksi berupa : 1) teguran tertulis; dan 2) kewajiban membayar yang dihitung atas dasar: a) suku bunga Fed Fund yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penempatan berjangka (term deposit) dalam US Dollar; b) suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter di negara valuta yang bersangkutan (official rate) yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing non US Dollar. Sanksi Transaksi Term Deposit Valas a. Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak dapat memenuhi kewajiban setelmen yang menyebabkan batalnya transaksi Term Deposit valas sebagaimana dimaksud pada butir VIA.8.a.5) (Paragraf 6 butir G.6.a.5) dalam kodifikasi ini), Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan sanksi berupa: 1) teguran tertulis dengan tembusan kepada: a) Departemen Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor pusat Bank Indonesia (KPBI); atau b) Divisi Pengawas Bank – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) setempat, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah KPwBI; dan 2) kewajiban membayar yang dihitung atas dasar suku bunga Fed Fund yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh).
68
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Pasal 19 14/5/PBI/2012 ayat (3)
SE 12/18/DPM 2010 Romawi VII. 1.d dan VII.1.f, serta Lampiran 7 ditambahkan Contoh Kasus 4 dari Lampiran 3 SE 15/31/DPM 2013 (Lampiran 18 pada kodifikasi ini)
Ketentuan b. Dalam hal Peserta Transaksi Term Deposit Valas tidak dapat memenuhi kewajiban pada tanggal setelmen second leg transaksi FX Swap sebagaimana dimaksud pada butir VIA.10.b.3)c) (Paragraf 7 ayat (2) butir b.3).c) dalam kodifikasi ini) maka Peserta Transaksi Term Deposit Valas dikenakan sanksi berupa: 1) teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada butir a.1); dan 2) kewajiban membayar yang dihitung atas dasar suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI Rate) yang berlaku ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh). c. Penyampaian teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada butir a.1) dan butir b.1) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah pembatalan transaksi sebagaimana dimaksud pada butir VIA.8.a.5) (Paragraf 6 butir G.6.a.5) dalam kodifikasi ini), atau tidak terpenuhinya kewajiban sebagaimana dimaksud pada VIA.10.b.3)c) (Paragraf 7 ayat (2) butir b.3).c) dalam kodifikasi ini). d. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir a.2) dilakukan dengan mendebet rekening giro valas Peserta Transaksi Term Deposit Valas di Bank Indonesia pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. e. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir b.2) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro peserta transaksi FX Swap di Bank Indonesia pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal kewajiban pelaksanaan setelmen. (3) Dalam hal terjadi batal transaksi yang ketiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (2), peserta Operasi Moneter juga dikenakan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturutturut. 1. Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter sebagaimana dimaksud dalam (Paragraf 21 ayat (3) dalam kodifikasi ini) diberlakukan mulai 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 2. Dalam hal terdapat lebih dari 3 (tiga) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam 1 (satu) hari, maka pengenaan sanksi penghentian sementara sebagaimana dimaksud dalam huruf d (Paragraf 21 ayat (3) dalam kodifikasi ini) hanya memperhitungkan 3 (tiga) kali pembatalan. Contoh pengenaan sanksi karena pembatalan transaksi operasi moneter terdapat pada Lampiran 7 (Lampiran 18 dalam kodifikasi ini).
69
Likuiditas Rupiah Paragraf 22
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 20 14/5/PBI/2012 ayat (1)
Pasal 20 14/5/PBI/2012 ayat (2) huruf b
SE 15/24/DPM 2013 Romawi VII.3
Ketentuan (1) Dalam hal peserta Operasi Moneter yang melakukan transaksi di pasar valuta asing selain penempatan berjangka (term deposit) dalam valuta asing sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat (6) huruf b (Paragraf 19 ayat (6) huruf b dalam kodifikasi ini) tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (4) (Paragraf 19 ayat (4) dalam kodifikasi ini), peserta Operasi Moneter dimaksud wajib membayar nominal transaksi pada hari kerja berikutnya setelah tanggal penyelesaian transaksi. (2) Peserta Operasi Moneter sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar yang dihitung atas dasar: a) suku bunga Fed Fund yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing US Dollar. b) suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter di negara valuta yang bersangkutan (official rate) yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing non US Dollar; atau c) suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI Rate) yang berlaku ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh), untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam rupiah. Sanksi Transaksi OPT di Pasar Valuta Asing a. Dalam hal Peserta OPT di pasar valuta asing tidak dapat memenuhi kewajiban pada tanggal setelmen maka setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya dan Peserta OPT dikenakan sanksi berupa: 1) teguran tertulis dengan tembusan kepada: a) Departemen Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPBI; atau b) Divisi Pengawasan Bank Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) setempat dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPwBI; dan 2) kewajiban membayar yang dihitung atas dasar: a) suku bunga Fed Fund yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta US Dollar. b) suku bunga yang dikeluarkan oleh bank sentral atau otoritas moneter di negara valuta yang bersangkutan (official rate) yang berlaku pada tanggal penyelesaian transaksi ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan
70
Likuiditas Rupiah Paragraf
23
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing non US Dollar; atau c) suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI Rate) yang berlaku ditambah 200 (dua ratus) basis point dikalikan nominal transaksi dikalikan 1/360 (satu per tiga ratus enam puluh) untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam Rupiah. b. Penyampaian teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir a.1) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah tanggal setelmen. c. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro atau rekening giro valuta asing Peserta OPT yang ada di Bank Indonesia 1 (satu) hari kerja setelah tanggal kewajiban setelmen.
Pasal 20 14/5/PBI/2002 ayat (3)
(3) Penyelesaian kewajiban pembayaran nominal transaksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Bank Indonesia mendebet rekening giro valuta asing peserta Operasi Moneter di Bank Indonesia untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing US Dollar dan valuta asing non US Dollar. b. Perhitungan penyelesaian kewajiban pembayaran dalam valuta asing non US Dollar sebagaimana dimaksud pada huruf a menggunakan kurs indikasi Reuters pukul 08.00 WIB pada tanggal pembebanan. c. Pendebetan rekening giro rupiah peserta Operasi Moneter di Bank Indonesia untuk penyelesaian kewajiban pembayaran peserta Operasi Moneter dalam rupiah.
Pasal 21 12/11/PBI/2010
Pemilik SBI yang merupakan peserta Operasi Moneter yang melanggar ketentuan dalam Pasal 13 ayat 1 (Paragraf 14 ayat (1) dalam kodifikasi ini) dan/atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendukung penatausahaan SBI yang melanggar ketentuan dalam Pasal 13 ayat (3) (Paragraf 14 ayat (3)) dikenakan sanksi berupa : a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBI yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per hari.
SE 15/38/DPM/2013 Romawi VII.2
Sanksi Pelanggaran Kewajiban Minimum One Month Holding Period SBI Dalam hal Bank dan/ atau Sub-Registry tidak memenuhi ketentuan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam butir II.9 (Paragraf 14 “Pembatasan Transaksi SBI Selama 1 (satu) Bulan Sejak Kepemilikan SBI (Minimum Six Month Holding Period)” dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sebagai berikut:
71
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi a.
b.
c.
d.
24
Pasal 21A 15/5/PBI/2013
SE 15/32/DPM 2013 Romawi VII.5
Ketentuan Teguran tertulis dengan tembusan kepada: 1) Departemen Pengelolaan Moneter 2) Departemen Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); 3) Divisi Pengawas Bank - Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry yang berkantor pusat di wilayah kerja KPwBI; atau 4) Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal sanksi diberikan kepada Sub-Registry Bank maupun Sub-Registry Non-Bank. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBI yang tidak memenuhi ketentuan dimaksud, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per hari. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan segera setelah terlampauinya batas waktu penyampaian tanggapan sebagaimana dimaksud dalam butir II.9.c.3) (Paragraf 13 ayat (4).c.3) dalam kodifikasi ini) Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan mendebet Rekening Giro dan/atau rekening giro Bank Pembayar yang ditunjuk SubRegistry.
Bank dan/atau pihak lain yang ditunjuk untuk mendukung penatausahaan SDBI yang melanggar ketentuan dalam Pasal 13 A (Paragraf 15 dalam kodifikasi ini), dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SDBI yang tidak memenuhi persyaratan dimaksud, paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per hari. Sanksi Pelanggaran Transaksi SDBI dengan PIhak Selain Bank Dalam hal Bank dan/ atau Sub-Registry tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir IIA.9 (Paragraf 15 “Pembatasan Transaksi SDBI di Pasar Sekunder” dalam kodifikasi ini) dikenakan sanksi sebagai berikut: a. Teguran tertulis dengan tembusan kepada: 1) Departemen Pengelolaan Moneter 2) Departemen Pengawasan Bank yang terkait, dalam hal sanksi dikenakan kepada Sub-Registry Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); 3) Divisi Pengawasan Bank – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN) setempat, dalam hal sanksi diberikan kepada Sub-Registry Bank yang berkantor pusat di wilayah KPwBI; atau 4) Otoritas Jasa Keuangan, dalam hal sanksi diberikan kepada Sub-Registry Bank maupun Sub-Registry Non-Bank.
72
Likuiditas Rupiah Paragraf
25
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
BAB I Pasal 1 10/36/PBI/2008 angka 1 – 6
Ketentuan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SDBI yang tidak memenuhi ketentuan dimaksud paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per hari. c. Penyampaian teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dilakukan pada 1 (satu) hari kerja segera setelah diketahuinya pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam butir IIA.9 (Paragraf 15 “Pembatasan Transaksi SDBI di Pasar Sekunder” dalam kodifikasi ini). d. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam huruf b dilakukan dengan mendebet Rekening Giro dan/atau rekening giro Bank pembayar yang ditunjuk SubRegistry.
Moneter Operasi Moneter Syariah Ketentuan Umum 1. 2.
3.
4.
5.
6. SE 13/27/DPM 2011 Romawi I.4
7.
SE 11/8/DPM 2009 Romawi I.6,I.10,I.11
8.
9.
10.
Bank adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Umum Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Unit Usaha Syariah adalah Unit Usaha Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Operasi Moneter Syariah yang selanjutnya disebut OMS adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui kegiatan operasi pasar terbuka dan penyediaan standing facilities berdasarkan prinsip syariah. Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya disebut OPT Syariah adalah kegiatan transaksi pasar uang berdasarkan prinsip syariah yang dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Bank dan pihak lain dalam rangka OMS. Standing Facilities Syariah adalah fasilitas yang disediakan oleh Bank Indonesia kepada Bank dalam rangka OMS. Lembaga Perantara adalah pialang pasar uang rupiah dan valuta asing, dan pialang pasar modal yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia sebagai dealer utama. Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah dalam rupiah yang selanjutnya disebut FASBIS adalah fasilitas simpanan yang disediakan oleh Bank Indonesia kepada Bank untuk menempatkan dananya di Bank Indonesia dalam rangka standing facilities Syariah. Setelmen Dana adalah perpindahan dana antar pemilik rekening giro dalam mata uang rupiah di Bank Indonesia melalui Sistem BI-RTGS dalam rangka pelaksanaan setelmen FASBIS. Pialang adalah perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing yang memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing.
73
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 14/32/DPM 2012 Romawi I.10 - I.12
11. 12.
13.
SE 14/28/DPM 2012 Romawi I. 12
14.
SE 14/32/DPM 2012 Romawi I.13
15.
SE 13/27/DPM 2011 Romawi I.12
16.
SE 14/32/DPM 2012 Romawi I.14 – I.17
17.
18. 19.
20.
SE 13/27/DPM 2011 Romawi I.16 –I.17
21.
22.
SE 14/28/DPM 2012 Romawi I.16
23.
Ketentuan Haircut adalah marjin yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai faktor pengurang harga SBSN. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Sistem BI-RTGS. Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS. Transaksi Repurchase Agreement SBSN yang selanjutnya disebut Repo SBSN adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati dalam rangka Standing Facilities Syariah. Transaksi Repurchase Agreement SBSN Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah yang selanjutnya disebut Repo SBSN OPT Syariah adalah transaksi penjualan SBSN oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan janji pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati dalam rangka OPT Syariah Transaksi Reverse Repo SBSN adalah transaksi pembelian SBSN oleh Bank dari Bank Indonesia, dengan janji penjualan kembali oleh Bank sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. Rekening Surat Berharga adalah rekening surat berharga milik Bank yang digunakan untuk mencatat kepemilikan surat berharga di central registry pada BI-SSSS yang dapat diperdagangkan. Rekening Giro adalah rekening giro milik Bank dalam mata uang rupiah di Bank Indonesia. Delivery Versus Payment yang selanjutnya disingkat DVP adalah setelmen transaksi surat berharga dengan cara setelmen surat berharga dilakukan bersamaan dengan setelmen dana. Sistem Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut Sistem LHBU adalah sarana pelaporan Bank kepada Bank Indonesia secara harian, termasuk penyediaan informasi pasar uang dan pengumuman dari Bank Indonesia. Financing to Deposit Ratio yang selanjutnya disingkat FDR adalah rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk antar bank. Marjin adalah tingkat keuntungan (profit rate) dalam setahun (per annum) yang disepakati oleh para pihak yang melakukan Transaksi Reverse Repo SBSN. Marjin Repo SBSN adalah tingkat keuntungan (profit rate) dalam setahun (per annum) yang disepakati oleh para phak yang melakukan transaksi Repo SBSN.
74
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 1 10/36/PBI/2008 No. 7- 8
24.
25.
SE 14/6/DPM 2012 Romawi I.6 – I.7
26.
27.
26
BAB II Pasal 2 10/36/PBI/2008
Ketentuan Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Surat Berharga Syariah Negara yang selanjutnya disebut SBSN adalah surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN dalam mata uang rupiah. SBSN Jangka Panjang adalah SBSN yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto. SBSN Jangka Pendek atau Surat Perbendaharaan Negara Syariah adalah SBSN yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran imbalan berupa kupon dan/atau secara diskonto.
Tujuan Operasi Moneter Syariah (1) OMS bertujuan mencapai target operasional pengendalian moneter syariah dalam rangka mendukung pencapaian sasaran akhir kebijakan moneter Bank Indonesia. (2) Target operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa kecukupan likuiditas perbankan syariah atau variabel lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Kecukupan likuiditas dapat berupa target uang primer atau komponennya yang terdiri dari: a. uang kartal yang ada di Bank dan masyarakat; dan b. saldo giro Bank dalam rupiah di Bank Indonesia. Yang dimaksud dengan “variabel lain” adalah variabe l selain kecukupan likuiditas, yang ditetapkan sebagai target operasional moneter syariah yang antara lain berupa tingkat imbalan pasar uang antar bank berdasarkan prinsip syariah.
27
Pasal 3 10/36/PBI/2008
Pencapaian target operasional kebijakan moneter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 (Paragraf 26 dalam kodifikasi ini), dilakukan dengan cara mempengaruhi likuiditas perbankan syariah melalui kontraksi moneter atau ekspansi moneter. Yang dimaksud dengan “kontraksi moneter” adalah pengurangan likuiditas Bank melalui kegiatan OMS. Yang dimaksud dengan “ekspansi moneter” adalah penambahan likuiditas Bank melalui kegiatan OMS.
28
BAB III Pasal 4 10/36/PBI/2008
Kegiatan Operasi Moneter Syariah (1) Kegiatan OMS harus memenuhi prinsip syariah. (2) Pemenuhan prinsip syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam bentuk pemberian fatwa dan/atau opini syariah oleh otoritas fatwa yang berwenang.
75
Likuiditas Rupiah Paragraf 29
30
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 5 10/36/PBI/2008
Ketentuan Kegiatan OMS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 (Paragraf 28 dalam kodifikasi ini) dilakukan dalam bentuk antara lain: a. OPT Syariah; dan b. Standing Facilities Syariah
BAB IV Pasal 6 10/36/PBI/2008
OPT Syariah OPT Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a (Paragraf 29 huruf a dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan cara antara lain : a. penerbitan SBIS; b. jual beli surat berharga dalam rupiah yang memenuhi prinsip syariah yang meliputi SBIS, SBSN, dan surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan; dan/atau Yang dimaksud dengan “surat berharga lain yang berkualitas tinggi dan mudah dicairkan” adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi berdasarkan hasil penilaian lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia, dan sewaktu-waktu dengan mudah dapat dijual ke pasar untuk dijadikan uang tunai. c. Penyerapan dana tanpa penerbitan surat berharga.
31
Pasal 7 10/36/PBI/2008 Huruf a dan b
Jual beli surat berharga dalam rupiah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b (Paragraf 30 ayat (1) huruf b dalam kodifikasi ini) dapat dilakukan dengan cara antara lain: (1) pembelian secara lepas (outright buying); Yang dimaksud dengan “pembelian secara lepas (outright buying)” adalah transaksi pembelian surat berharga oleh Bank Indonesia tanpa kewajiban untuk menjual kembali. (2) penjualan secara lepas (outright selling); Yang dimaksud dengan “penjualan secara lepas (outright selling)” adalah transaksi penjualan surat berharga oleh Bank Indonesia tanpa kewajiban untuk membeli kembali.
SE 14/6/DPM 2012 Romawi II.1,II.2,II.4,II.5
1. Pembelian dan penjualan SBSN secara outright dari Bank Indonesia di pasar sekunder dilakukan dalam rangka kontraksi moneter dan/atau ekspansi moneter serta dalam rangka menjaga ketersediaan SBSN yang diperlukan sebagai instrumen OMS dalam mencapai sasaran operasional kebijakan moneter Bank Indonesia. 2. SBSN yang dapat ditransaksikan terdiri dari SBSN Jangka Panjang dan SBSN Jangka Pendek. 3. Bank Indonesia dapat melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder pada setiap hari kerja.
76
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Pasal 7 10/36/PBI/2008 Huruf c
SE 14/32/DPM 2012 Romawi II.1 - II.14
Ketentuan 4. Transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dapat diikuti oleh Bank yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan BI-RTGS; b. Tidak dalam masa penghentian sanksi sementara untuk mengikuti OMS; c. Memiliki Rekening Giro; dan d. Memiliki Rekening Surat Berharga. (3) penjualan secara bersyarat (repurchase agreement/repo); dan/atau Yang dimaksud dengan “penjualan secara bersyarat (repurchase agreement/repo)” adalah transaksi penjualan bersyarat surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati. 1. Repo SBSN OPT Syariah merupakan instrumen yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk penambahan likuiditas Bank dalam rangka OMS atau ekspansi moneter. 2. Repo SBSN OPT Syariah dilakukan dengan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’d (janji) oleh Bank kepada Bank Indonesia, dalam dokumen terpisah, untuk membeli kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati. 3. Jangka waktu Repo SBSN OPT Syariah paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. 4. Repo SBSN OPT Syariah dapat dilakukan pada setiap hari kerja Bank Indonesia. 5. Persyaratan Bank yang dapat mengikuti Repo SBSN OPT Syariah sebagai berikut : a. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS; b. tidak dalam masa pengenaan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS; c. memiliki Rekening Giro; dan d. memiliki Rekening Surat Berharga. 6. Bank mengajukan Repo SBSN OPT Syariah kepada Bank Indonesia untuk kepentingan sendiri. 7. Bank dapat mengajukan penawaran Repo SBSN OPT Syariah secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. 8. Lembaga Perantara mengajukan penawaran Repo SBSN OPT Syariah untuk kepentingan Bank. 9. Persyaratan Lembaga Perantara adalah sebagai berikut: a. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS; dan b. tidak sedang dikenakan sanksi terkait izin usaha oleh otoritas pengawas yang berwenang. 10. Bank mengajukan Repo SBSN OPT Syariah setelah menandatangani Janji (wa’d) Untuk Membeli Kembali SBSN Dalam Rangka Repo SBSN Dengan Bank Indonesia yang telah
77
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan dibubuhi materai cukup sebagaimana contoh yang tercantum pada Lampiran I (Lampiran 19 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini, dan menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. 11. Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada angka 10 meliputi : a. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia: a) fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang dilegalisir Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan Janji (wa’d) dilakukan oleh direksi; b) fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang menandatangani Janji (wa’d) jika penandatangan Janji (wa’d) tidak dilakukan oleh direksi; c) fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan Janji (wa’d) dilakukan oleh direksi; atau d) fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada angka 3) dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang menandatangani perjanjian jika penandatangan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi; dan e) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat yang berwenang untuk menandatangani perjanjian. b. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri: 1) fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusatnya yang memuat kewenangan pejabat untuk mewakili Bank jika penandatangan Janji (wa’d) dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO); 2) fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani Janji (wa’d) jika penandatangan Janji (wa’d) tidak dilakukan oleh CEO; atau 3) dalam hal penandatangan Janji (wa’d) tidak dilakukan oleh CEO maka surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus memuat hak CEO untuk mengalihkan kewenangannya (hak substitusi); dan 4) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat Bank yang berwenang untuk menandatangani perjanjian. 12. Penandatanganan Janji (wa’d) sebagaimana dimaksud pada angka 10 dilakukan pada saat Bank pertama kali mengajukan repo dengan Bank Indonesia.
78
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 13. Janji (wa’d) yang telah ditandatangani berlaku seterusnya sepanjang tidak ada perubahan isi Janji (wa’d) dan/atau perubahan Anggaran Dasar Bank atau peraturan daerah mengenai kewenangan Direksi Bank untuk mewakili Bank atau ketentuan internal Bank yang mengatur mengenai pendelegasian wewenang. 14. Dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 10 dan angka 11 disampaikan dengan surat pengantar kepada : Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara Lantai 11 Jl. M.H Thamrin No.2 Jakarta 10350
Pasal 7 10/36/PBI/2008 huruf d
SE 13/27/DPM/2011 Romawi II.1 - II.5
(4) pembelian secara bersyarat (reverse repo). Yang dimaksud dengan “pembelian secara bersyarat (reverse repo)” adalah transaksi pembelian bersyarat surat berharga oleh Bank dari Bank Indonesia dengan kewajiban penjualan kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati.
1. Transaksi Reverse Repo SBSN merupakan transaksi yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka pengurangan likuiditas Bank atau kontraksi moneter. 2. Karakteristik Transaksi Reverse Repo SBSN : a. Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’d (janji) oleh Bank kepada Bank Indonesia, dalam dokumen terpisah, untuk menjual kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati. b. Jangka waktu Transaksi Reverse Repo SBSN paling singkat 1 (satu) hari dan paling lama 12 (dua belas) bulan yang dinyatakan dalam hari yang dihitung sejak 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh waktu. c. Harga SBSN ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BI-SSSS dan/atau sarana lainnya dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBSN. d. Bank Indonesia menetapkan besarnya Haircut untuk masingmasing jenis dan seri SBSN dalam rangka penentuan nilai setelmen Transaksi Reverse Repo SBSN (first leg). e. Haircut akan diumumkan oleh Bank Indonesia melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. f. Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN diperhitungkan pada saat setelmen second leg Transaksi Reverse Repo SBSN. g. Hak penerimaan kupon atau imbalan atas SBSN yang direverse repo-kan selama periode Transaksi Reverse Repo SBSN tetap merupakan milik Bank Indonesia.
79
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3. SBSN yang dapat di-reverse repo-kan terdiri dari SBSN Jangka Panjang dan SBSN Jangka Pendek. 4. Dokumen Transaksi Reverse Repo SBSN a. Bank dapat mengajukan Transaksi Reverse Repo SBSN setelah menandatangani Janji (Wa’d) Untuk Menjual Kembali SBSN Dalam Rangka Transaksi Reverse Repo SBSN yang telah dibubuhi meterai cukup sebagaimana contoh yang tercantum pada Lampiran 1 (Lampiran 20 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. b. Janji (wa’d) sebagaimana dimaksud pada huruf a ditandatangani oleh Direksi Bank atau Pejabat Bank yang diberikan wewenang oleh Direksi dengan Surat Kuasa untuk mengajukan Transaksi Reverse Repo SBSN. c. Janji (wa’d) sebagaimana dimaksud pada huruf a disampaikan kepada Bank Indonesia disertai dokumen pendukung yang dipersyaratkan. d. Dokumen pendukung yang diperlukan pada saat penandatanganan janji (wa’d) meliputi: 1) fotokopi Anggaran Dasar Bank; dan 2) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor Direksi, Chief Executive Officer (CEO) dan/atau Pejabat Bank yang diberi kuasa untuk menandatangani Janji (wa’d). e. Janji (wa’d) yang telah ditandatangani berlaku seterusnya sepanjang tidak ada perubahan isi janji dan data dokumen pendukung. f. Dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf d disampaikan dengan surat pengantar kepada : Direktur Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara Lantai 11 Jl M.H Thamrin No.2 Jakarta -10350 5. Bank dapat mengikuti Transaksi Reverse Repo SBSN dengan ketentuan sebagai berikut: a. Persyaratan yang harus dipenuhi: 1) memiliki FDR paling kurang 80% (delapan puluh per seratus) berdasarkan perhitungan Bank Indonesia; 2) berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS; 3) tidak dalam masa pengenaan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS; 4) memiliki Rekening Giro; dan 5) memiliki Rekening Surat Berharga. b. Bank dapat mengajukan penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. c. Bank mengajukan Transaksi Reverse Repo SBSN kepada Bank Indonesia untuk kepentingan diri sendiri. d. Lembaga Perantara mengajukan penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN untuk kepentingan Bank.
80
Likuiditas Rupiah Paragraf 32
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 8 10/36/PBI/2008
Ketentuan (1) OPT Syariah dilaksanakan secara berkala. (2) Dalam hal diperlukan, OPT Syariah dapat dilakukan sewaktuwaktu. Pelaksanaan OPT Syariah sewaktu-waktu antara lain dalam bentuk Fine Tune Operation (FTO).
33
Pasal 9 10/36/PBI/2008
OPT Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 30 dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui mekanisme lelang dan/atau non-lelang.
SE 14/6/DPM 2012 A. Mekanisme Transaksi Pembelian dan Penjualan SBSN secara Romawi Outright di Pasar Sekunder II.3,II.6,II.7,II.8 1. Bank Indonesia melakukan transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dengan mekanisme lelang atau non lelang. 2. Transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dengan mekanisme Lelang a. Metode Transaksi 1) Bank Indonesia melakukan lelang transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder melalui BI-SSSS atau melalui sarana lainnya. 2) Mekanisme lelang dilakukan dengan metode sebagai berikut : a) harga tetap (fixed rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBSN ditetapkan oleh Bank Indonesia; atau b) harga beragam (variable rate tender) Yield atau harga transaksi pembelian dan penjualan SBSN diajukan oleh Bank. b. Pengumuman Lelang 1) Window time transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. 2) Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder paling lambat sebelum window time, melalui BISSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya. 3) Pengumuman rencana lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder, antara lain meliputi: a) tanggal lelang; b) window time; c) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); d) yield atau harga SBSN (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); e) jenis dan seri SBSN yang akan ditransaksikan; dan f) tanggal dan waktu setelmen.
81
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan c. Pengajuan Penawaran 1) Bank dapat mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara. 2) Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder untuk kepentingan Bank. 3) Bank secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. 4) Pengajuan penawaran lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder antara lain meliputi: a) kuantitas transaksi, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; b) kuantitas transaksi dan yield atau harga SBSN, untuk lelang dengan metode variable rate tender. 5) Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Bank paling kurang 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). 6) Dalam hal transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dilakukan dengan metode variable rate tender, penawaran yield dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). 7) Bank dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder yang disampaikan kepada Bank Indonesia. 8) Bank dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. d. Penetapan Pemenang Lelang 1) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas yang dimenangkan dihitung dengan cara : a) Penawaran kuantitas yang diajukan Bank dimenangkan seluruhnya; atau b) Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Bank dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil SBSN sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 2) Dalam hal lelang pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dilakukan dengan metode variable rate tender, maka Bank Indonesia menetapkan tingkat yield yang dapat diterima (Stop Out Rate/SOR) atau harga yang dapat diterima, dan kuantitas yang dimenangkan dihitung dengan cara :
82
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan a) Lelang pembelian SBSN 1) dalam hal yield yang diajukan oleh Bank lebih tinggi dari SOR atau harga yang diajukan oleh Bank lebih rendah dari harga yang dapat diterima, Bank memenangkan seluruh kuantitas yang diajukan. 2) dalam hal yield yang diajukan oleh Bank sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Bank sama dengan harga yang dapat diterima, Bank dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBSN sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). b) Lelang penjualan SBSN i. dalam hal yield yang diajukan oleh Bank lebih rendah dari SOR atau harga yang diajukan oleh Bank lebih tinggi dari harga yang dapat diterima, Bank memenangkan seluruh kuantitas SBSN yang diajukan; dan ii. dalam hal yield yang diajukan oleh Bank sama dengan SOR atau harga yang diajukan oleh Bank sama dengan harga yang dapat diterima, Bank dapat memenangkan seluruh atau sebagian penawaran kuantitas yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal berdasarkan unit terkecil SBSN sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). iii. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang pembelian dan penjualan SBSN. Contoh perhitungan pemenang lelang SBSN tercantum dalam Lampiran 1 (Lampiran 21 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. e. Pengumuman Hasil Lelang Pembelian dan Penjualan SBSN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang penjualan dan pembelian SBSN setelah window time ditutup, sebagai berikut: 1) secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal dan yield atau harga yang dimenangkan; dan 2) secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran bid rate dan rata-rata tertimbang tingkat yield. 3. Pembelian dan Penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder secara Non Lelang a. Pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dilakukan secara bilateral antara Bank Indonesia dengan Bank secara langsung atau melalui Lembaga Perantara. b. Transaksi dilakukan melalui sarana Reuters Monitoring Dealing System (RMDS) atau Bloomberg atau sarana lainnya.
83
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 14/32/DPM 2012 Romawi II.15 - VII.4
Ketentuan 4. Setelmen Pembelian dan Penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder secara Lelang dan Non Lelang a. Bank wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen pembelian SBSN secara outright di pasar sekunder dari Bank Indonesia atau memiliki jenis dan seri SBSN di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder kepada Bank Indonesia. b. Setelmen pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS secara delivery versus payment (DVP) dengan mekanisme transaksi per transaksi (gross to gross). c. Bank Indonesia melakukan setelmen pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder paling lama 2 (dua) hari kerja. Perhitungan nilai dan setelmen penjualan dan pembelian SBSN secara outright di pasar sekunder terdapat pada Lampiran 1 (Lampiran 21 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. d. Dalam hal Bank tidak memiliki jenis dan seri SBSN di Rekening Surat Berharga atau tidak memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder yang dilakukan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen, BI-SSSS secara otomatis membatalkan transaksi pembelian dan penjualan SBSN dimaksud. e. Atas batalnya transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder sebagaimana dimaksud dalam huruf d, maka Bank yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indoensia tentang Operasi Moneter Syariah. B. Mekanisme Transaksi Repo SBSN OPT Syariah 1. Repo SBSN OPT Syariah dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. 2. Pelaksanaan lelang Repo SBSN OPT Syariah dilakukan dengan metode sebagai berikut: a. Harga Tetap (fixed rate tender) dengan Marjin Repo SBSN ditetapkan Bank Indonesia; atau b. Harga Beragam (variable rate tender) dengan Marjin Repo SBSN diajukan Bank dan Lembaga Perantara. 3. Pengajuan penawaran lelang Repo SBSN OPT Syariah: a. Bank secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran Repo SBSN OPT Syariah kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. b. Pengajuan setiap penawaran kuantitas dari Bank dan Lembaga Perantara paling sedikit 1.000 (seribu) unit atau sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
84
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
4.
5.
6.
7.
8. 9.
10.
11.
12. 13.
Ketentuan c. Bank dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran Repo SBSN OPT Syariah yang disampaikan kepada Bank Indonesia. d. Bank dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. SBSN milik Bank yang dapat di-repo-kan adalah: a. SBSN Jangka Panjang dan/atau SBSN Jangka Pendek. b. tercatat dalam Rekening Surat Berharga di BI-SSSS; c. tidak sedang diagunkan; d. memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg Repo SBSN OPT Syariah. Harga SBSN yang dapat di-repo-kan ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BI-SSSS dan/atau sarana lainnya dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBSN Bank Indonesia menetapkan besarnya Haircut untuk masingmasing jenis dan seri SBSN dalam rangka penentuan nilai setelmen Repo SBSN OPT Syariah (first leg). Bank Indonesia dapat melakukan perubahan Haircut dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. Marjin Repo SBSN diperhitungkan pada saat setelmen second leg Repo SBSN OPT Syariah. Hak penerimaan kupon/imbalan atas SBSN yang di-repo-kan selama periode Repo SBSN OPT Syariah tetap merupakan milik Bank. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Repo SBSN OPT Syariah paling lambat sebelum window time melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. Pengumuman rencana lelang Repo SBSN OPT Syariah memuat antara lain: a. tanggal lelang; b. jangka waktu dan tanggal jatuh waktu; c. metode lelang; d. target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); e. Marjin Repo SBSN (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); f. jenis dan seri SBSN yang dapat di-repo-kan; g. Haircut; h. window time; dan/atau i. tanggal dan waktu setelmen. Window time Repo SBSN OPT Syariah dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Pengajuan penawaran Repo SBSN OPT Syariah antara lain meliputi: a. nilai nominal, jenis dan seri SBSN yang di-repo-kan, untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau b. nilai nominal, jenis dan seri SBSN yang di-repo-kan dan Marjin Repo SBSN, untuk lelang dengan metode variable rate tender,
85
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
14.
15.
16.
17. 18.
19.
Ketentuan untuk masing-masing jangka waktu Repo SBSN OPT Syariah yang akan dilakukan. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan setiap penawaran Marjin Repo SBSN dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). Dalam hal lelang Repo SBSN OPT Syariah dilakukan dengan metode fixed rate tender, maka penetapan kuantitas Repo SBSN OPT Syariah yang dimenangkan dihitung dengan cara: a. Penawaran kuantitas yang diajukan oleh Bank dimenangkan seluruhnya. b. Dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan Bank dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Dalam hal lelang Repo SBSN OPT Syariah dilakukan dengan metode variable rate tender, maka penetapan kuantitas Repo SBSN OPT Syariah yang dimenangkan dihitung dengan cara: a. Bank Indonesia menetapkan Marjin Repo SBSN terendah yang dapat diterima (stop out rate/SOR); dan b. Bank Indonesia menetapkan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: 1) dalam hal Marjin Repo SBSN yang diajukan Bank lebih tinggi dari SOR yang ditetapkan, Bank yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Repo SBSN OPT Syariah yang diajukan; dan 2) dalam hal Marjin Repo SBSN yang diajukan Bank sama dengan SOR yang ditetapkan, maka Bank yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Repo SBSN OPT Syariah yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang Repo SBSN OPT Syariah berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran II (Lampiran 22 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Repo SBSN OPT Syariah. Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Repo SBSN OPT Syariah setelah window time ditutup, sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal yang dimenangkan dan Marjin Repo SBSN; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem-LHBU dan/atau sarana lainnya, antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang dimenangkan dan/atau rata-rata tertimbang Marjin Repo SBSN. Setelmen Repo SBSN OPT Syariah melalui BI-SSSS dilakukan dengan mekanisme penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) dan DVP.
86
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 20.
Setelmen first leg a. Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang Repo SBSN OPT Syariah. b. Nilai setelmen first leg dihitung sebagai berikut : 1) Dalam hal SBSN Jangka Panjang
2) Dalam hal SBSN jangka pendek Nilai setelemen first leg
=
Keterangan : Harga SBSN
:
Haircut
:
Accrued kupon/ imbalan :
Nominal SBSN yang di-repo-kan
x
(harga SBSN – Haircut)
Harga SBSN sebagaimana diumumkan di BI-SSSS pada tanggal Repo SBSN OPT Syariah Haircut sebagaimana diumumkan di BI-SSSS pada tanggal Repo SBSN OPT Syariah - Accrued kupon/ imbalan dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg. - Perhitungan accrued kupon/ imbalan SBSN didasarkan pada jumlah hari yang sebenarnya (actual per actual).
c. Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BISSSS sebagai berikut : 1) mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBSN yang di-repo-kan; dan 2) mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg. d. Bank wajib memiliki jenis dan seri SBSN di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk setelmen first leg. e. Dalam hal Bank tidak memiliki jenis dan seri SBSN di Rekening Surat Berharga yang mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan waktu yang ditetapkan untuk setelmen, sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan Repo SBSN OPT Syariah yang tidak didukung dengan surat berharga yang mencukupi.
87
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan f. Atas batalnya Repo SBSN OPT Syariah sebagaimana dimaksud dalam huruf e Bank yang bersangkutan dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah. g. Dalam hal pada lelang yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan Repo SBSN OPT Syariah (first leg), dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan OMS, pembatalan transaksi tersebut dihitung sebanyak 1 (satu) kali. 21. Setelmen second leg a. Pada tanggal Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg), BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. b. Bank wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen second leg. c. Setelmen second leg dilaksanakan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS dengan mekanisme DVP secara transaksi per transaksi (gross to gross) sebagai berikut: 1. mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg; dan 2. mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBSN yang di-repo-kan yang jatuh waktu. d. Nilai setelmen second leg dihitung sebagai berikut : Nilai Setelmen second leg
=
Nilai Setelmen first leg
+
Nilai Margin Repo SBSN
dimana: Nilai Marjin Repo SBSN adalah penerimaan Bank Indonesia sesuai jangka waktu Repo SBSN OPT Syariah. e. Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan atas SBSN yang di-repo-kan pada periode Repo SBSN OPT Syariah, maka kupon/imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Bank pada Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg) dengan perhitungan sebagai berikut:
Nilai setelmen second leg
Nilai = setelmen first leg
+
Marjin Repo
-
Nilai kupon/ imbalan yang diterima Bank Indonesia
f. Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan sebagaimana dimaksud pada huruf e , maka perhitungan Marjin Repo SBSN sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi penerimaan kupon/imbalan dimaksud.
88
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan g. Dalam hal setelah terjadinya Repo SBSN OPT Syariah, tanggal Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan Marjin Repo SBSN untuk hari libur dimaksud. h. Dalam hal dana di Rekening Giro tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cutoff warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg). i. Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/imbalan SBSN setelah Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar kupon/imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/imbalan. 22. Kegagalan Setelmen Second Leg a. Dalam hal Bank gagal melakukan setelmen second leg sebagaimana dimaksud pada butir 3.h (butir 21.h pada kodifikasi ini), maka Repo SBSN OPT Syariah diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright oleh Bank dengan perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga SBSN transaksi outright sebagai berikut : 1) Dalam hal SBSN jangka pendek Nilai setelmen pembelian SBSN
=
(
Nominal SBSN x Harga SBSN
)
2) Dalam hal SBSN jangka panjang Nilai setelmen pembelian SBSN
=
(
Nominal SBSN
x
Harga SBSN
)
+
Accrued kupon / imbalan
Keterangan: Harga SBSN Accrued kupon/ imbalan
: :
Harga SBSN pada transaksi first leg Hak atas kupon/ imbalan SBSN yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright.
b. Atas kegagalan setelmen second leg, Bank tetap membayarkan Marjin Repo SBSN kepada Bank Indonesia. c. Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk penyelesaian Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu diakibatkan karena pembatalan setelmen second leg, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
89
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 1) Bank Indonesia mengkredit/mendebet Rekening Giro dengan memperhitungkan selisih accrued kupon/imbalan pada periode Repo SBSN OPT Syariah dan Haircut yang masih menjadi hak Bank dengan Marjin Repo SBSN yang harus dibayarkan oleh Bank. 2) Dalam hal terdapat kupon/imbalan yang diterima oleh Bank pada periode Repo SBSN OPT Syariah, pendebetan atau pengkreditan Rekening Giro sebagaimana dimaksud pada angka 1 memperhitungkan kupon/imbalan yang diterima oleh Bank yang harus dikembalikan kepada Bank Indonesia. d. Atas batalnya Repo SBSN OPT Syariah jatuh waktu (second leg) Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah. e. Dalam hal terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan setelmen second leg Repo SBSN OPT Syariah pada hari yang sama, dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan OMS, pembatalan transaksi tersebut dihitung sebanyak 1 (satu) kali.
SE 13/27/DPM/2011 C. MekanismeTransaksi Reverse Repo SBSN 1. Metode Transaksi Reverse Repo SBSN: Romawi II.6 dan III.2 a. Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan mekanisme lelang melalui BI-SSSS. b. Pelaksanaan lelang Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan metode sebagai berikut: 1) Harga Tetap (fixed rate tender) dengan Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2) Harga Beragam (variable rate tender) dengan Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN diajukan Bank dan Lembaga Perantara. 2. Pengumuman dan pelaksanaan Transaksi Reverse Repo SBSN : a. Transaksi Reverse Repo SBSN dapat dilakukan pada setiap hari kerja. b. Window time Transaksi Reverse Repo SBSN dapat dilakukan antara pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB. c. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang Transaksi Reverse Repo SBSN paling lambat sebelum window time melalui BI-SSSS, Sistem LHBU, dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia. d. Pengumuman rencana lelang Transaksi Reverse Repo SBSN memuat antara lain: 1) tanggal lelang; 2) jangka waktu dan tanggal jatuh waktu; 3) metode lelang; 4) target indikatif (apabila lelang dilakukan dengan metode variable rate tender); 5) Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN (apabila lelang dilakukan dengan metode fixed rate tender); 6) jenis dan seri SBSN yang dapat di-reverse repo-kan; 7) Haircut; 8) window time; dan 9) tanggal dan waktu setelmen.
90
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3. Pengajuan Penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN a. Bank secara langsung dan/atau melalui Lembaga Perantara mengajukan penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN kepada Bank Indonesia melalui BI-SSSS dalam window time yang ditetapkan. b. Pengajuan penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN antara lain meliputi: 1) nilai nominal transaksi untuk lelang dengan metode fixed rate tender; atau 2) nilai nominal transaksi dan Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN untuk lelang dengan metode variable rate tender; Untuk masing-masing jangka waktu Transaksi Reverse Repo SBSN yang akan dilakukan. c. Pengajuan penawaran kuantitas dari Bank dan Lembaga Perantara paling sedikit sebesar Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). d. Dalam hal lelang dilakukan dengan metode variable rate tender, pengajuan penawaran Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan kelipatan sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu). e. Bank dan Lembaga Perantara bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN yang disampaikan kepada Bank Indonesia. f. Bank dan Lembaga Perantara dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. 4. Penetapan Pemenang Lelang Transaksi Reverse Repo SBSN a. Dalam hal lelang Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan metode fixed rate tender maka penetapan kuantitas Transaksi Reverse Repo SBSN yang dimenangkan dihitung dengan cara : 1) penawaran kuantitas yang diajukan oleh Bank dimenangkan seluruhnya; atau 2) dalam hal diperlukan, penawaran kuantitas yang diajukan oleh Bank dapat dimenangkan sebagian dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). b. Dalam hal lelang Transaksi Reverse Repo SBSN dilakukan dengan metode variable rate tender maka penetapan kuantitas Transaksi Reverse Repo SBSN yang dimenangkan dihitung dengan cara : 1) Bank Indonesia menetapkan Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN tertinggi yang dapat diterima (Stop Out Rate/SOR); dan 2) Bank Indonesia menetapan kuantitas yang dimenangkan dengan cara: a) dalam hal Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN yang diajukan Bank lebih rendah dari SOR yang ditetapkan, Bank yang bersangkutan memenangkan seluruh penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN yang diajukan; dan
91
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan b) dalam hal Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN yang diajukan Bank sama dengan SOR yang ditetapkan maka Bank yang bersangkutan memenangkan seluruh atau sebagian dari penawaran Transaksi Reverse Repo SBSN yang diajukan dengan perhitungan secara proporsional dengan pembulatan nominal terkecil sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). Contoh penetapan dan perhitungan kuantitas pemenang Transaksi Reverse Repo SBSN berdasarkan metode fixed rate tender dan variable rate tender terdapat pada Lampiran 2 (Lampiran 23 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. c. Dalam hal Bank Indonesia menawarkan lebih dari 1 (satu) seri SBSN dalam lelang Transaksi Reverse Repo SBSN, Bank Indonesia menentukan alokasi seri dan nominal SBSN yang dimenangkan Bank. d. Bank Indonesia dapat menetapkan bahwa tidak ada pemenang lelang Transaksi Reverse Repo SBSN. 5. Pengumuman Hasil Lelang Transaksi Reverse Repo SBSN Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang Transaksi Reverse Repo SBSN setelah window time ditutup dengan cara sebagai berikut: a. secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS, antara lain berupa nilai nominal, Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN, jenis dan seri SBSN yang dimenangkan; dan b. secara keseluruhan melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya antara lain berupa nominal seluruh penawaran yang masuk, kisaran penawaran Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN (bid rate) dan rata-rata tertimbang Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN. 6. Setelmen Transaksi Reverse Repo SBSN melalui BI-SSSS dilakukan dengan mekanisme penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) dan delivery versus payment (DVP). 7. Setelmen Transaksi Reverse Repo SBSN terdiri dari : a. Setelmen First Leg 1) Bank Indonesia melakukan setelmen first leg paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah pengumuman hasil lelang Transaksi Reverse Repo SBSN. 2) Bank wajib memiliki dana di Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen first leg. 3) Setelmen first leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BISSSS sebagai berikut : a) Setelmen dana, dengan mendebet Rekening Giro Bank sebesar nilai setelmen first leg; dan b) Setelmen surat berharga, dengan mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBSN yang dimenangkan.
92
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 4) Nilai setelmen first leg dihitung sebagai berikut : a) Dalam hal SBSN Jangka Panjang
b) Dalam hal SBSN Jangka Pendek
Keterangan : Harga Surat Berharga
Haircut
Accrued kupon atau imbalan
:
Harga Surat Berharga sebagaimana diumumkan pada BI-SSSS pada tanggal Transaksi Reverse Repo SBSN. : Haircut sebagaimana diumumkan pada BI-SSSS pada Transaksi Reverse Repo SBSN. : - - Accrued kupon atau imbalan dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon atau imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg. -Perhitungan accrued kupon atau imbalan SBSN didasarkan pada jumlah hari yang sebenarnya.
5) Dalam hal dana di Rekening Giro Bank tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen sampai dengan cut off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen first leg, BI-SSSS secara otomatis membatalkan Transaksi Reverse Repo SBSN. 6) Atas batalnya Transaksi Reverse Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 5), Bank dikenai sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah. 7) Dalam hal pada lelang yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan Transaksi Reverse Repo SBSN (first leg), dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi
93
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan penghentian sementara mengikuti kegiatan OMS, pembatalan transaksi tersebut dihitung sebanyak 1 (satu) kali. b. Setelmen Second Leg 1) Pada tanggal Transaksi Reverse Repo SBSN jatuh waktu (second leg), BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg sejak Sistem BI-RTGS dibuka sampai dengan cutoff warning Sistem BI-RTGS. 2) Bank wajib memiliki jenis dan seri SBSN yang mencukupi dalam Rekening Surat Berharga untuk setelmen second leg. 3) Setelmen second leg dilakukan melalui Sistem BI-RTGS dan BI-SSSS sebagai berikut: a) Setelmen surat berharga, dengan mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBSN yang direverse repo-kan. b) Setelmen dana, dengan mengkredit Rekening Giro Bank sebesar nilai setelmen second leg. c) Nilai setelmen second leg dihitung sebagai berikut : Nilai Setelmen Second Leg
=
Nilai setelmen first leg
+
Nilai Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN
Nilai Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN adalah jumlah keuntungan Bank sesuai jangka waktu Transaksi Reverse Repo SBSN. d) Dalam hal Bank menerima pembayaran kupon atau imbalan pada periode Transaksi Reverse Repo SBSN, maka kupon atau imbalan dimaksud mengurangi kewajiban Bank Indonesia di second leg dengan perhitungan sebagai berikut: Nilai Nilai kupon/ Nilai Nilai Margin imbalan Setelmen = setelmen + Transaksi yang second leg first leg Reverse diterima Repo oleh Bank e) Dalam hal Bank menerima pembayaran kupon atau imbalan, maka perhitungan nilai Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN sejak tanggal pembayaran kupon atau imbalan didasarkan pada nilai setelmen first leg dikurangi dengan penerimaan kupon atau imbalan dimaksud. 4) Dalam hal setelah terjadinya Transaksi Reverse Repo SBSN tanggal transaksi Reverse Repo SBSN jatuh waktu (second leg) ditetapkan sebagai hari libur oleh pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan tambahan nilai Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN untuk hari libur dimaksud.
94
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 5) Dalam hal jenis dan seri surat berharga di Rekening Surat Berharga tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban setelmen second leg sampai dengan cut off warning Sistem BI-RTGS sehingga mengakibatkan kegagalan setelmen second leg. BI-SSSS secara otomatis membatalkan Transaksi Reverse Repo SBSN jatuh waktu (second leg). 6) Kegagalan setelmen second leg: a) Dalam hal bank gagal melakukan setelmen second leg maka Transaksi Reverse Repo SBSN diperlakukan sebagai transaksi pembelian secara outright oleh Bank. b) Perhitungan nilai setelmen transaksi pembelian SBSN secara outright oleh Bank sebagai berikut : i. SBSN Jangka Pendek Nilai Setelmen Pembelian/Penjualan SBSN
= [Nominal SBSN x Harga SBSN]
ii. SBSN Jangka Panjang Nilai setelmen Accrued Pembelian/ = [Nominal SBSN x Harga SBSN] + kupon/imbalan Penjualan SBSN Keterangan : Harga SBSN
c) d)
e)
f)
g)
: Harga SBSN pada transaksi first leg. Accrued kupon : Hak atas kupon atau imbalan SBSN atau imbalan yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon Atau imbalan terakhir sampai Dengan tanggal setelmen outright. Rekening Giro Bank akan didebet sebesar nilai Haircut sebagaimana ditetapkan dalam transaksi first leg. Rekening Giro Bank akan didebet sebesar nilai accrued kupon atau imbalan sejak tanggal transaksi first leg sampai dengan tanggal second leg. Atas kegagalan setelmen second leg, Bank Indonesia tidak membayarkan Marjin Transaksi Reverse Repo SBSN kepada Bank. Atas batalnya Transaksi Reverse Repo SBSN jatuh waktu (second leg) sebagaimana dimaksud dalam butir b.5), Bank dikenakan sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tentang Operasi Moneter Syariah. Dalam hal pada hari yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan Transaksi Reverse Repo SBSN atuh waktu (second leg), dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan OMS, pembatalan transaksi tersebut hanya dihitung sebanyak 1 (satu) kali.
95
Likuiditas Rupiah Paragraf
34
35
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 7) Kupon atau Imbalan SBSN Dalam hal Bank menerima pembayaran kupon atau imbalan setelah Transaksi Reverse Repo SBSN jatuh waktu (second leg) maka Bank Indonesia akan mendebet Rekening Giro sebesar nilai kupon atau imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon atau imbalan.
BAB V Pasal 10 10/36/PBI/2008
Standing Facilities Syariah
Pasal 11 10/36/PBI/2008 ayat (1)
(1) Fasilitas simpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a (Paragraf 34 huruf a dalam kodifikasi ini) antara lain dilakukan dalam bentuk Fasilitas Simpanan Bank Indonesia Syariah (FASBIS).
SE 11/8/DPM/2009 Romawi II – IV
Standing Facilities Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b (Paragraf 29 huruf b dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan cara : a. penyediaan fasilitas simpanan (deposit facility); dan b. penyediaan fasilitas pembiayaan (financing facility).
1. FASBIS menggunakan akad wadiah (titipan). 2. Jangka waktu FASBIS paling lama 14 (empat belas) hari kalender dihitung dari tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh tempo. 3. Dalam hal tanggal jatuh tempo transaksi FASBIS bertepatan dengan hari libur maka tanggal jatuh tempo transaksi FASBIS dimaksud ditetapkan pada hari kerja berikutnya. 4. Bank Indonesia dapat memberikan imbalan atas penempatan dana Bank pada FASBIS. 5. Dalam hal Bank Indonesia memberikan imbalan FASBIS sebagaimana dimaksud dalam angka 4 maka pemberian imbalan dilaksanakan pada saat FASBIS jatuh tempo dengan perhitungan sebagai berikut: Imbalan Nominal = FASBIS FASBIS
x
Jangka Waktu FASBIS 360
Tingkat x Imbalan FASBIS
6. FASBIS tidak dapat diperdagangkan, tidak dapat diagunkan dan tidak dapat dicairkan sebelum jatuh tempo. 7. Bank Indonesia membuka window time FASBIS dengan mengumumkannya melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia. 8. Bank Indonesia dapat mengubah window time FASBIS dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia, paling lambat sebelum window time FASBIS dibuka (T+0). 9. Bank Indonesia dapat menutup window time FASBIS dan mengumumkan penutupan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia, paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum penutupan window time tersebut (T-1).
96
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 10.
11. 12. 13. 14.
15. 16. 17.
18.
19.
20. 21.
22.
23.
24.
25.
Ketentuan Peserta transaksi FASBIS dibedakan menjadi: a. Peserta langsung yaitu Bank dan Pialang yang mengajukan penawaran transaksi FASBIS secara langsung kepada Bank Indonesia. b. Peserta tidak langsung yaitu Bank yang mengajukan penawaran transaksi FASBIS kepada Bank Indonesia melalui Pialang. Bank hanya dapat mengajukan penawaran transaksi FASBIS untuk kepentingan diri sendiri. Pialang dilarang mengajukan transaksi FASBIS untuk kepentingan diri sendiri. Peserta transaksi FASBIS bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran transaksi FASBIS yang diajukan. Bank hanya dapat mengajukan transaksi FASBIS apabila tidak dalam masa pengenaan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS. Bank Indonesia hanya menerima pengajuan transaksi FASBIS dari peserta langsung berdasarkan data pengajuan transaksi FASBIS. Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana transaksi FASBIS pada hari pelaksanaan transaksi (same day settlement). Bank wajib menyediakan dana sebesar jumlah transaksi FASBIS yang diterima pada Rekening Giro sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan Moneter-Biro Operasi Moneter (BI cq. DPM-BOpM) mengumumkan penyediaan FASBIS yang meliputi antara lain jangka waktu, window time dan waktu setelmen paling lambat sebelum window time FASBIS dibuka (T+0) melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. Peserta langsung mengajukan transaksi FASBIS melalui BI-SSSS dengan mencantumkan penawaran kuantitas FASBIS kepada BI cq. DPM-BOpM. Window time transaksi FASBIS ditetapkan dari pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 17.00 WIB pada setiap hari kerja. Bank Indonesia menetapkan dan mengumumkan cara pengajuan dan window time transaksi FASBIS sebagaimana dimaksud pada angka 3 (angka 20 dalam kodifikasi ini) melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lain yang ditetapkan Bank Indonesia. Tata cara pengajuan transaksi FASBIS melalui BI-SSSS sebagaimana dimaksud pada angka 3 (angka 20 pada kodifikasi ini) mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai BI-SSSS. Pengajuan penawaran kuantitas transaksi FASBIS dari setiap peserta transaksi FASBIS paling kurang Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan selebihnya dengan kelipatan Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Bank Indonesia mengumumkan penawaran transaksi FASBIS yang diterima kepada peserta langsung melalui sarana BI-SSSS dan/atau sarana lainnya. Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana transaksi FASBIS segera setelah waktu pelaksanaan transaksi FASBIS berakhir dengan mendebet Rekening Giro Bank yang bersangkutan
97
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
26.
27.
28.
29.
Pasal 11 10/36/PBI/2008 ayat (2)
Ketentuan sebesar nilai nominal penawaran transaksi FASBIS yang diterima sebagaimana dimaksud pada butir III. 7 (angka 24 pada kodifikasi ini). Dalam hal Setelmen Dana berhasil dilaksanakan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 (angka 25 dalam kodifikasi ini) Bank dapat melihat posisi FASBIS pada terminal BI-SSSS. Dalam hal Bank tidak memiliki saldo Rekening Giro yang mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban Setelmen Dana yang harus diselesaikan sampai dengan waktu cut-off warning Sistem BI-RTGS maka transaksi FASBIS Bank yang bersangkutan dinyatakan batal. Bank Indonesia melakukan pelunasan transaksi FASBIS pada saat transaksi FASBIS jatuh tempo sebesar nilai nominal dengan mengkredit Rekening Giro Bank yang bersangkutan. Dalam hal Bank Indonesia memberikan imbalan FASBIS sebagaimana dimaksud pada butir II.4 (angka 4 dalam kodifikasi ini) maka Bank Indonesia melakukan pelunasan transaksi FASBIS pada saat transaksi FASBIS jatuh tempo sebesar nilai nominal ditambah imbalan FASBIS dengan mengkredit Rekening Giro Bank yang bersangkutan.
(2) Fasilitas pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf b (Paragraf 34 huruf b dalam kodifikasi ini) antara lain dilakukan dalam bentuk repo surat berharga dalam rupiah. Yang dimaksud dengan “repo surat berharga” adalah transaksi penjualan bersyarat surat berharga oleh Bank kepada Bank Indonesia dengan kewajiban pembelian kembali sesuai dengan harga dan jangka waktu yang disepakati (sell and buy back) dan pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada Bank dengan agunan surat berharga (collateralized borrowing).
SE 14/28/DPM/2012 Romawi II – V
1. Repo SBSN dilakukan dengan menggunakan akad al bai’ (jual beli) yang disertai dengan al wa’d (janji) oleh Bank kepada Bank Indonesia dalam dokumen terpisah untuk membeli kembali SBSN dalam jangka waktu dan harga tertentu yang disepakati. 2. Janji (wa’d) Bank kepada Bank Indonesia untuk membeli kembali SBSN dalam rangka Repo SBSN dilakukan dalam dokumen yang terpisah, sebagaimana contoh yang tercantum pada Lampiran I (Lampiran 24 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. 3. Repo SBSN dilakukan dengan mekanisme non lelang. 4. Jangka waktu Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah 1 (satu) hari kerja (overnight). 5. Dalam hal setelah terjadinya Repo SBSN,tanggal jatuh tempo Repo SBSN ditetapkan sebagai hari libur oleh Pemerintah, pelaksanaan setelmen dilakukan pada hari kerja berikutnya tanpa memperhitungkan Marjin Repo SBSN atas tambahan jangka waktu Repo SBSN. 6. Bank Indonesia menetapkan repo rate SBSN sebesar BI-Rate yang berlaku pada tanggal transaksi ditambah marjin tertentu.
98
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 7.
8. 9.
10.
11.
12. 13. 14.
15.
Ketentuan Marjin Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 6 diumumkan oleh Bank Indonesia melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/ atau sarana lainnya yang ditetapkan oleh Bank Indonesia paling lambat sebelum window time Repo SBSN dibuka (T+0). Repo SBSN disediakan Bank Indonesia pada setiap hari kerja Bank Indonesia, termasuk pada hari kerja terbatas Bank Indonesia. Bank Indonesia membuka window time Repo SBSN dengan mengumumkannya melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia. Bank Indonesia dapat mengubah window time Repo SBSN dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya yang ditetapkan Bank Indonesia, sebelum window time. Persyaratan Bank yang dapat mengikuti Repo SBSN sebagai berikut : a. berstatus aktif sebagai peserta BI-SSSS dan Sistem BI-RTGS; b. tidak dalam masa pengenaan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS; c. memiliki Rekening Giro; dan d. memiliki Rekening Surat Berharga. Bank mengajukan Repo SBSN kepada Bank Indonesia untuk kepentingan diri sendiri. Bank dilarang membatalkan penawaran yang telah disampaikan kepada Bank Indonesia. Bank mengajukan Repo SBSN setelah menandatangani Janji (wa’d ) Untuk Membeli Kembali SBSN Dalam Rangka Repo SBSN yang telah dibubuhi meterai cukup sebagaimana contoh yang tercantum pada Lampiran I (Lampiran 24 dalam kodifikasi ini) dan menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. Dokumen pendukung sebagaimana dimaksud pada angka 14 meliputi : a. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di Indonesia: 1) fotokopi anggaran dasar Bank atau perubahan terakhir yang dilegalisir Bank, yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan Janji (wa’d) dilakukan oleh direksi; 2) fotokopi anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dai direksi kepada pejabat yang menandatangani janji (wa’d) jika penandatangan Janji tidak dapat dilakukan oleh direksi; 3) fotokopi peraturan daerah bagi Bank yang berbadan hukum perusahaan daerah yang memuat kewenangan direksi untuk mewakili Bank jika penandatangan Janji (wa’d) dilakukan oleh direksi; atau 4) fotokopi peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada angka 3) dan surat kuasa dari direksi kepada pejabat yang menandatangani perjalanan jika penandatanganan perjanjian tidak dilakukan oleh direksi; dan
99
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Ketentuan 5) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat yang berwenang untuk menandatangani perjanjian. b. bagi Bank yang kantor pusatnya berkedudukan di luar negeri: 1) Fotokopi surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusatnya yang memuat kewenangan pejabat untuk mewakili Bank jika penandatangani Janji (wa’d) dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO); 2) Fotokopi surat kuasa sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan surat kuasa dari CEO kepada pejabat yang diberikan wewenang untuk menandatangani Janji (wa’d) jika penandatangan Janji (wa’d) tidak dilakukan oleh CEO; atau 3) dalam hal penandatangan Janji (wa’ad) tidak dilakukan oleh CEO maka surat kuasa (power of attorney) dari kantor pusat sebagaimana dimaksud pada angka 1) harus memuat hak CEO untuk mengalihkan kewenangannya (hak substitusi); dan 4) fotokopi identitas diri yang masih berlaku berupa Kartu Tanda Tanda Penduduk (KTP) atau paspor dari pejabat Bank yang berwenang untuk menandatangani perjanjian. Penandatanganan Janji (wa’d) sebagaimana dimaksud pada angka 14 dilakukan pada saat Bank pertama kali mengajukan Repo SBSN dengan Bank Indonesia. Janji (wa’d) sebagaimana dimaksud pada angka 14 berlaku seterusnya sepanjang tidak ada perubahan isi Janji (wa’d) dan/ atau perubahan Anggaran Dasar Bank atau peraturan daerah mengenai kewenangan Direksi Bank untuk mewakili Bank atau ketentuan internal Bank yang mengatur mengenai pendelegasian wewenang. Dokumen sebagaimana dimaksud pada angka 14 dan 15 disampaikan dengan surat pengantar kepada : Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Jl. M.H Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Bank yang melakukan Repo SBSN wajib : a. memiliki jenis dan seri SBSN yang mencukupi dalam Rekening Perdagangan untuk setelmen penjualan SBSN secara repo paling lambat pada saat dilakukan setelmen Repo SBSN (first leg); dan b. memiliki saldo Rekening Giro yang mencukupi untuk setelmen pembelian kembali SBSN pada tanggal Repo SBSN jatuh tempo (second leg). Setelmen Repo SBSN dilaksanakan pada hari transaksi (same day settlement) melalui mekanisme penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) dan delivery versus payment. SBSN milik Bank yang dapat di-repo-kan adalah: a. SBSN Jangka Panjang dan SBSN Jangka Pendek; b. Tercatat dalam Rekening Surat Berharga di BI-SSSS c. Tidak sedang diagunkan; dan
100
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
22. 23.
24.
25.
26.
27.
28.
29. 30.
31. 32.
33. 34.
35.
Ketentuan d. Memiliki sisa jangka waktu paling singkat 3 (tiga) hari kerja pada saat second leg Repo SBSN. Bank Indonesia menetapkan jenis dan seri SBSN yang dapat direpo-kan. Harga SBSN yang dapat di-repo-kan ditetapkan dan diumumkan oleh Bank Indonesia di BI-SSSS dan/atau sarana lainnya dengan mempertimbangkan antara lain harga pasar masing-masing jenis dan seri SBSN. Harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan penjualan SBSN pada tanggal Repo SBSN (first leg) sama dengan harga SBSN yang digunakan dalam perhitungan pembelian kembali SBSN pada tanggal Repo SBSN jatuh tempo (second leg). Bank Indonesia menetapkan besarnya Haircut untuk masingmasing jenis dan seri SBSN dalam rangka penentuan nilai setelmen penjualan SBSN. Bank Indonesia dapat melakukan perubahan Haircut dan mengumumkan perubahan tersebut melalui BI-SSSS, Sistem LHBU dan/atau sarana lainnya. Bank Indonesia cq. Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) mengumumkan antara lain window time, jenis dan seri SBSN yang dapat di-repo-kan, Marjin Repo SBSN, jangka waktu Repo SBSN dan Haircut melalui sarana BI-SSSS dan/atau Sistem-LHBU paling lambat sebelum window time Repo SBSN dibuka (T+0) untuk pertama kali. Bank Indonesia cq. Departemen Pengelolaan Moneter (DPM) mengumumkan Marjin Repo SBSN sebelum window time Repo SBSN dibuka (T+0). Window time Repo SBSN adalah dari pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB pada setiap hari kerja. Dalam hal terdapat perubahan window time, seri dan jenis SBSN, Haircut, Marjin Repo SBSN, pengumuman dilakukan sebelum window time Repo SBSN. Pengajuan Repo SBSN meliputi antara lain nilai nominal, jenis dan seri SBSN yang di-repo-kan. Pengajuan Repo SBSN dilakukan melalui BI-SSSS dengan mengikuti ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BISSSS. Bank yang melakukan Repo SBSN bertanggung jawab terhadap kebenaran data Repo SBSN yang diajukan. Nilai setelmen atas setiap SBSN yang di-repo-kan dihitung berdasarkan nilai nominal, harga, Haircut, accrued imbalan SBSN, Marjin Repo SBSN dan jangka waktu Repo SBSN. Contoh perhitungan Repo SBSN adalah sebagaimana Lampiran II (Lampiran 25 dalam kodifikasi ini) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini. Setelmen Repo SBSN melalui BI-SSSS dilakukan dengan mekanisme penyelesaian transaksi per transaksi (gross to gross) dan delivery versus payment.
101
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 36. Setelmen Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada angka 1 (angka 35 pada kodifikasi ini) terdiri dari : a. Setelmen penjualan SBSN (first leg). 1) Pada tanggal setelmen Repo SBSN, DPM melakukan setelmen first leg setelah pre cut off Sistem BI-RTGS. 2) Nilai setelmen first leg sebagaimana dimaksud pada angka 1) dihitung sebagai berikut : a) Dalam hal SBSN Jangka Panjang
b) Dalam hal SBSN Jangka Pendek Nilai setelmen first leg
=
Nominal SBSN yang di-repokan
Keterangan: Harga SBSN
3)
4) 5)
6)
x
(harga SBSN – Haircut)
:
Harga SBSN sebagaimana diumumkan di BI-SSSS pada tanggal Repo SBSN OPT Syariah Haircut : Haircut sebagaimana diumumkan di BI-SSSS pada tanggal Repo SBSN OPT Syariah Accrued kupon/ : - Accrued kupon/ imbalan imbalan dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg. - Perhitungan accrued kupon/ imbalan SBSN didasarkan pada jumlah hari yang sebenarnya (actual per actual). Setelmen first leg dilakukan dengan cara : a) Mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal dari SBSN yang di-repo-kan; dan b) Mengkredit Rekening Giro sebesar nilai setelmen first leg sebagaimana dimaksud pada angka 2). Bank wajib menyediakan jenis dan seri SBSN yang di-repokan dalam jumlah yang cukup untuk setelmen first leg. Dalam hal bank tidak memiliki jenis dan seri SBSN yang mencukupi sebagaimana dimaksud pada angka 4), setelmen first leg Repo SBSN dibatalkan. Pembatalan setelmen first leg sebagaimana dimaksud pada angka 5) hanya dikenakan terhadap Repo SBSN yang tidak memiliki jenis dan seri SBSN yang sesuai dan jumlah yang tidak mencukupi sebagaimana yang diajukan oleh Bank.
102
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 7) Dalam hal pada hari yang sama terdapat lebih dari 1 (satu) kali pembatalan Repo SBSN (first leg), dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiattan OMS, pembatalan transaksi tersebut dihitung sebanyak 1 (satu) kali. b. Setelmen pembelian kembali SBSN (second leg). 1) Pada tanggal Repo SBSN jatuh waktu (second leg) BI-SSSS secara otomatis melakukan setelmen second leg secara otomatis melakukan setelmen seond leg sejak Sistem BIRTGS dibuka sampai dengan cut off warning Sistem BIRTGS. 2) Nilai atas setelmen second leg dihitung sebesar : Nilai Setelmen second leg
=
Nilai setelmen first leg
+
Nilai Margin Repo SBSN
dimana : Nilai Marjin Repo SBSN adalah penerimaan Bank Indonesia sesuai jangka waktu Repo SBSN. 3) Setelmen second leg dilakukan dengan cara : a) Mendebet Rekening Giro sebesar nilai setelmen second leg sebagaimana dimaksud pada angka 2); dan b) Mengkredit Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBSN yang di-repo-kan. 4) Bank wajib menyediakan saldo Rekening Giro dalam jumlah yang cukup untuk setelmen second leg. 5) Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/ imbalan setelah transaksi Repo SBSN jatuh waktu (second leg) maka Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar kupon/ imbalan dimaksud pada tanggal Bank Indonesia menerima kupon/ imbalan. 37. Kegagalan Setelmen Second Leg a. Dalam hal Bank tidak memiliki saldo Rekening Giro dalam jumlah yang cukup sampai dengan cut off warning Sistem BIRTGS, BI-SSSS secara otomatis membatalkan setelmen second leg. b. Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara outright dengan perhitungan setelmen transaksi outright dan penggunaan harga surat berharga transaksi outright sebagai berikut : 1) Dalam hal SBSN Jangka Pendek Nilai setelmen pembelian SBSN
=
(
Nominal SBSN x Harga SBSN
)
103
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 2) Dalam hal SBSN Jangka Panjang Nilai setelmen = pembelian SBSN Keterangan : Harga Surat Berharga Accrued kupon/ imbalan
(
Nominal SBSN
: :
x
Harga SBSN
)
+
Accrued kupon / imbalan
Harga SBSN pada transaksi first leg Hak atas kupon/imbalan SBSN yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal pembayaran kupon/ imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright (first leg).
c. Pembatalan setelmen second leg sebagaimana dimaksud pada huruf a hanya dikenakan terhadap Repo SBSN yang tidak memiliki dana dalam jumlah yang mencukupi. d. Dalam hal pada hari yang sama terdapat labih dari 1 (satu) kali pembatalan Repo SBSN jatuh waktu (second leg), dalam rangka perhitungan pengenaan sanksi penghentian sementara mengikuti kegiatan OMS, pembatalan transaksi tersebut hanya dihitung sebanyak 1 (satu) kali. e. Dalam rangka pemenuhan kewajiban Bank untuk penyelesaian Repo SBSN jatuh waktu diakibatkan karena pembatalan setelmen second leg, dilakukan hal-hal sebagai berikut : 1) Bank Indonesia mengkredit/mendebet Rekening Giro dengan memperhitungkan selisih accrued imbalan pada periode Repo SBSN dan Haircut yang menjadi hak Bank dengan Marjin Repo SBSN yng harus dibayarkan oleh Bank. 2) Dalam hal terdapat kupon yang diterima oleh Bank pada saat second leg,pendebetan atau pengkreditan Rekening Giro sebagaimana dimaksud pada angka 1) memperhitungkan pengembalian accrued imbalan yang diberikan oleh Bank Indonesia saat first leg. f. Dalam hal Bank Indonesia menerima pembayaran kupon/ imbalan SBSN setelah Repo SBSN jatuh waktu (second leg), maka Bank Indonesia akan mengkeredit Rekening Giro sebesar kupon/ imbalan dimaksud pada tanggal penerimaan kupon/ imbalan. 36
37
Pasal 12 10/36/PBI/2008
Standing Facilities Syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 (Paragraf 34 dalam kodifikasi ini) dilakukan melalui mekanisme nonlelang.
BAB VI Pasal 13 10/36/PBI/2008
Peserta OMS (1) Peserta OMS terdiri dari Bank dan pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
104
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan Yang dimaksud dengan “pihak lain” antara lain badan hukum non bank, badan lainnya dan perorangan yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang pengendalian moneter. (2) Bank dan/atau pihak lain dapat mengikuti kegiatan OMS secara langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perantara. Yang dimaksud dengan “lembaga perantara” antara lain pialang pasar uang dan pialang pasar modal.
38
Pasal 14 10/36/PBI/2008
Bank Indonesia menetapkan persyaratan bagi peserta OMS.
39
Pasal 15 10/36/PBI/2008
(1) Peserta OMS bertanggung jawab atas kebenaran penawaran yang diajukan. (2) Peserta OMS yang telah mengajukan penawaran dilarang membatalkan penawarannya. (3) Peserta OMS harus memenuhi tata cara pengajuan penawaran dan persyaratan dalam transaksi OMS yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. (4) Dalam hal Peserta OMS tidak memenuhi tata cara pengajuan penawaran dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penawaran yang telah diajukan dinyatakan batal.
40
Pasal 16 10/36/PBI/2008
Dalam mengikuti kegiatan OMS, lembaga perantara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) (Paragraf 35 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dilarang mengajukan penawaran untuk kepentingan diri sendiri.
41
Pasal 17 10/36/PBI/2008
(1) Bank dan/atau pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) (Paragraf 35 ayat (1) dalam kodifikasi ini) yang mengikuti kegiatan OMS secara langsung maupun tidak langsung, wajib menyediakan dana pada rekening giro rupiah dan/atau surat berharga dalam rupiah yang memenuhi prinsip syariah di Bank Indonesia yang cukup untuk penyelesaian kewajiban pembayaran dan/atau surat berharga pada waktu penyelesaian transaksi. Bank dan/atau pihak lain yang mengikuti kegiatan OMS secara langsung dapat bertindak untuk kepentingannya sendiri maupun kepentingan pihak lain. (2) Dalam hal pada waktu penyelesaian transaksi, Bank atau pihak lain tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1), transaksi OMS yang bersangkutan dinyatakan batal.
42
BAB VII Pasal 18 13/24/PBI 2011
Sanksi (1) Dalam hal transaksi OMS dinyatakan batal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) (Paragraf 39 ayat (2) dalam kodifikasi ini), peserta OMS dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis; dan
105
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi OMS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). (2) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam hal peserta OMS melakukan transaksi OMS yang dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, peserta OMS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. (3) Dalam hal terjadi pembatalan transaksi pada saat second leg transaksi repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) (Paragraf 39 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dan dalam hal harga surat berharga pada transaksi second leg lebih rendah dari harga surat berharga pada transaksi first leg, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peserta OMS dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban membayar sebesar selisih antara harga pada transaksi first leg dan harga pada transaksi second leg setelah dikalikan dengan nominal surat berharga yang di-repo-kan. (4) Dalam hal terjadi pembatalan transaksi pada saat second leg transaksi reverse repo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) (Paragraf 39 ayat (2) dalam kodifikasi ini) dan dalam hal harga pasar SBSN pada transaksi second leg lebih tinggi dari harga pada transaksi first leg, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1, peserta OMS dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban membayar sebesar selisih harga pada transaksi second leg dan harga pada transaksi first leg, setelah dikalikan dengan nominal SBSN yang di-reverse repo-kan.
SE 14/28/DPM 2012 Romawi VI
A. Tata Cara Pengenaan Sanksi pada Transaksi Repo SBSN dalam Rangka Standing Facilities Syariah 1. Dalam hal terjadi pembatalan setelmen Repo SBSN sebagaimana dimaksud pada butir V.2.a.5) (Paragraf 35 ayat (2) butir 35.a.5 pada kodifikasi ini) dan butir V.3.a (Paragraf 35 ayat (2) butir 35.b.5 pada kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis, dengan tembusan kepada: 1) Departemen Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau 2) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN) setempat cq. Divisi Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPwBI DN; b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal Repo SBSN yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan c. dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf b, dalam hal Bank melakukan transaksi OMS yang dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6
106
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 12/23/DPM 2010 Romawi V
Ketentuan (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa pengehentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 2. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi sebagaimana dimaksud pada butir V.3.a (Paragraf 33 butir 36.a dalam kodifikasi ini) dan dalam hal harga SBSN pada saat second leg lebih rendah dari harga SBSN pada transaksi first leg, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1, Bank dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban membayar sebesar selisih antara harga pada transaksi first leg dan harga pada transaksi second leg setelah dikalikan dengan nominal SBSN yang di-repo-kan. 3. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada butir 1.a dan pemberitahuan sanksi larangan mengajukan transaksi OMS sebagaimana dimaksud pada butir 1.c dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 4. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir 1.b. dan sanksi tambahan sebagaimana dimaksud pada angka 2 dilakukan dengan mendebet Rekening Giro yang dikenakan sanksi pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan setelmen Repo SBSN. B. Tata Cara Pengenaan Sanksi pada Transaksi FASBIS 1. Dalam hal transaksi FASBIS sebagaimana dimaksud pada butir IV.3 (Paragraf 33 ayat (1) angka 27 dalam kodifikasi ini) dinyatakan batal, Bank dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis dengan tembusan kepada: 1) Direktorat Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau 2) Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat cq. Tim Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI, dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi FASBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah). 2. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada butir V.1 (butir B.1 dalam kodifikasi ini), dalam hal Bank melakukan transaksi FASBIS dan/atau transaksi OMS lainnya yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 3. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada butir V.1.a (butir B.1.a dalam kodifikasi ini) dan pemberitahuan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS sebagaimana dimaksud pada butir V.2 (butir B.2 dalam kodifikasi ini) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi.
107
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 13/27/DPM 2011 Romawi IV
Ketentuan 4. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir V.1.b (butir B.1.b dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Bank yang dikenakan sanksi pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi FASBIS. C. Tata Cara Pengenaan Sanksi pada Transaksi Reverse Repo SBSN dalam rangka OPT Syariah 1. Dalam hal terjadi pembatalan setelmen Transaksi SBSN sebagaimana dimaksud pada butir III.2.a.5) (Paragraf 29 ayat (4) angka 12.a.5 dalam kodifikasi ini) dan butir III.2.b.5) (Paragraf 29 ayat (4) angka 12.b.5 dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi berupa : a. teguran tertulis, dengan tembusan kepada : 1) Direktorat Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja kantor Piusat Bank Indonesia (KPBI); atau 2) Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat cq. Tim Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI; b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal Transaksi Reverse Repo SBSN yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah); dan c. dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf b, dalam hal Bank melakukan transaksi OMS yang dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 2. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi sebagaimana dimaksud pada butir III.2.b.5) (Paragraf 29 ayat (4) angka 12.b.5 dalam kodifikasi ini) dan dalam hal harga pasar SBSN pada saat second leg lebih tinggi dari harga pada transaksi first leg, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 (butir 9 dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban membayar sebesar selisih harga pada transaksi second leg dan harga pada transaksi first leg, setelah dikalikan dengan nominal SBSN yang di-reverse repo-kan. 3. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada butir 1.a (butir C.1.a dalam kodifikasi ini) dan pemberitahuan sanksi larangan mengajukan reverse repo sebagaimana dimaksud pada butir 1.c (butir C.1.c dalam kodifikasi ini) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 4. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir 1.b (butir C.1.b dalam kodifikasi ini) dan sanksi tambahan sebagaimana dimaksud pada angka 2 (butir C.2 dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Bank pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan reverse repo.
108
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi SE 14/6/DPM 2012 Romawi III
Ketentuan D. Tata Cara Pengenaan Sanksi pada Transaksi Pembelian dan Penjualan SBSN secara Outright dari Bank Indonesia di Pasar Sekunder 1. Sanksi karena batalnya transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dari Bank Indonesia dalam rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah a. Dalam hal Bank tidak dapat memenuhi kewajiban pada saat dilakukan setelmen sehingga menyebabkan batalnya transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder dari Bank Indonesia dalam rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah, Bank dikenakan sanksi berupa: 1) teguran tertulis dengan tembusan kepada: a) Direktorat Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau b) Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat cq. Tim Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KBI; dan 2) kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi pembelian dan penjualan SBSN secara outright di pasar sekunder yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). b. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada butir a.2) dalam hal Bank melakukan transaksi OMS yang dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. c. Penyampaian teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir a.1) dan pemberitahuan sanksi larangan mengajukan transaksi OMS sebagaimana dimaksud pada huruf b dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. d. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam butir a.2) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Bank yang bersangkutan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. e. Sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS sebagaimana dimaksud dalam huruf b diberlakukan mulai 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. f. Dalam hal terdapat lebih dari 3 (tiga) kali pembatalan transaksi OMS dalam 1 (satu) hari, maka pengenaan sanksi penghentian sementara sebagaimana dimaksud dalam huruf b hanya memperhitungkan 3 (tiga) kali pembatalan. 2. Contoh pengenaan sanksi karena pembatalan transaksi OMS terdapat pada Lampiran 2 (Lampiran 26 dalam kodifiksi ini) yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
109
Likuiditas Rupiah Paragraf
43
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Ketentuan SE 14/32/DPM 2012 E. Tata Cara Pengenaan Sanksi pada Transaksi Repo SBSN OPT Syariah Romawi VIII 1. Dalam hal terjadi pembatalan setelmen Repo SBSN OPT Syariah sebagaimana dimaksud pada butir VII.2.e dan butir VII.3.h (Paragraf 29 ayat (3) butir 33.e dan Paragraf 29 ayat (3) butir 34.h dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi berupa: a. teguran tertulis, dengan tembusan kepada : 1) Departemen Perbankan Syariah, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia (KPBI); atau 2) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Dalam Negeri (KPwBI DN) setempat cq. Divisi Pengawas Bank, dalam hal sanksi diberikan kepada Bank yang berkantor pusat di wilayah kerja KPwBI DN; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi Repo SBSN OPT Syariah yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). c. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada huruf b, dalam hal Bank melakukan transaksi OMS yang dinyatakan batal sebanyak 3 (tiga) kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, Bank dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan OMS selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 2. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi sebagaimana dimaksud pada butir VII.3.h (Paragraf 29 ayat (3) butir 34.h dalam kodifikasi ini) dan dalam hal harga SBSN pada saat second leg lebih rendah dari harga SBSN pada transaksi first leg, selain dikenakan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 (butir E.1 dalam kodifikasi ini), Bank dikenakan sanksi tambahan berupa kewajiban membayar sebesar selisih antara harga pada transaksi first leg dan harga pada transaksi second leg setelah dikalikan dengan nominal SBSN yang di-repo-kan. 3. Penyampaian surat teguran tertulis sebagaimana dimaksud dalam butir 1.a (butir E.1.a dalam kodifikasi ini) dan pemberitahuan sanksi larangan mengajukan transaksi OMS sebagaimana dimaksud pada butir 1.c (butir E.1.c dalam kodifikasi ini) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 4. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud dalam butir 1.b (butir E.1.b dalam kodifikasi ini) dan sanksi tambahan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 (butir E.2 dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro Bank pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi.
BAB I Pasal 1 10/11/PBI 2008 Angka 1 – 5
Moneter Sertifikat Bank Indonesia Syariah Ketentuan Umum 1. Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut BUS adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
110
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
SE 10/16/DPM 2008 Romawi I angka 5
SE 10/16/DPM 2008 Romawi I angka 7 Pasal 1 10/11/PBI 2008 Angka 6 – 8
SE 10/16/DPM/2008 Romawi I Angka 10 – 13
Ketentuan 2. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS adalah : a. unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah dan atau unit syariah; atau b. unit kerja di kantor cabang dari suatu bank konvensional yang berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. 3. Prinsip Syariah adalah prinsip syariah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. 4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut SBIS adalah surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. 5. Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System yang selanjutnya disebut BI-SSSS adalah sarana transaksi dengan Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan penatausahaan surat berharga secara elektronik dan terhubung langsung antara peserta, penyelenggara dan Sistem BI- Real Time Gross Settlement. 6. Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang selanjutnya disebut dengan Sistem BI-RTGS adalah suatu sistem transfer dana elektronik antar peserta dalam mata uang rupiah yang penyelesaiannya dilakukan secara seketika per transaksi secara individual. 7. Laporan Harian Bank Umum yang selanjutnya disebut LHBU adalah laporan yang disusun dan disampaikan oleh BUS atau UUS secara harian kepada Bank Indonesia. 8. Transaksi Repurchase Agreement SBIS yang selanjutnya disebut Repo SBIS adalah transaksi pemberian pinjaman oleh Bank Indonesia kepada BUS atau UUS dengan agunan SBIS (collateralized borrowing). 9. Rekening Giro adalah rekening dana milik BUS atau UUS dalam mata uang rupiah di Bank Indonesia. 10. Rekening Surat Berharga adalah rekening milik BUS atau UUS di BISSSS yang digunakan untuk mencatat kepemilikan SBIS. 11. Transaksi SBIS adalah transaksi pembelian SBIS dan/atau Repo SBIS. 12. Setelmen Surat Berharga (securities settlement) adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan Rekening Surat Berharga melalui BISSSS dalam rangka penatausahaan transaksi dengan Bank Indonesia dan penatausahaan SBIS. 13. Setelmen Dana (fund settlement) adalah kegiatan pendebetan dan pengkreditan Rekening Giro dan/atau rekening lainnya di Bank Indonesia melalui Sistem BI-RTGS dalam rangka penatausahaan transaksi dengan Bank Indonesia dan penatausahaan SBIS. 14. Perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing yang selanjutnya disebut Pialang adalah perusahaan yang didirikan khusus untuk melakukan kegiatan jasa perantara bagi kepentingan nasabahnya di bidang pasar uang rupiah dan valuta asing dengan memperoleh imbalan atas jasanya.
111
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 15. Financing to Deposit Ratio yang selanjutnya disebut dengan FDR adalah rasio pembiayaan yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tetapi tidak termasuk pembiayaan kepada bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk antar bank.
Tujuan Penerbitan SBIS
44
BAB II Pasal 2 10/11/PBI 2008
BAB III Pasal 3 10/11/PBI 2008
Akad dan Karakteristik SBIS
45
SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah.
SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan akad ju’alah. Akad ju’alah adalah janji atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu (’iwadh/ju’l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dari suatu pekerjaan.
46
Pasal 4 10/11/PBI 2008
SBIS memiliki karakteristik sebagai berikut : a. satuan unit sebesar Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah); b. berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan; Jangka waktu SBIS dinyatakan dalam jumlah hari kalender dan dihitung 1 (satu) hari setelah tanggal penyelesaian transaksi sampai dengan tanggal jatuh waktu.
SE 10/16/DPM 2008 Romawi II.2
Contoh perhitungan jangka waktu SBIS tercantum pada Lampiran-1 (Lampiran 27 dalam kodifikasi ini). c. diterbitkan tanpa warkat (scripless); d. dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan SBIS dapat diagunkan kepada Bank Indonesia dalam rangka repo SBIS, Fasilitas Likuiditas Intrahari, Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek, atau fasilitas lainnya bagi BUS atau UUS. e. tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
47
BAB IV Pasal 5 10/11/PBI 2008
SE 10/16/DPM 2008 Romawi III Nomor 2 – 4
Imbalan (1) Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan. (2) Bank Indonesia membayar imbalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada saat jatuh waktu SBIS. 1. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh waktu.
112
Likuiditas Rupiah Paragraf
48
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
BAB V Pasal 6 10/11/PBI 2008
SE 10/16/DPM/2008 Romawi V
49
Pasal 7 10/11/PBI/2008 Ayat (1) dan (2)
SE 10/40/DPM 2008 Romawi IV
Ketentuan 2. Tingkat imbalan yang diberikan mengacu kepada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan penerbitan SBIS dengan ketentuan sebagai berikut : a. dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan tingkat diskonto hasil lelang SBI. b. dalam hal lelang SBI menggunakan metode variable rate tender, maka imbalan SBIS ditetapkan sama dengan rata-rata tertimbang tingkat diskonto hasil lelang SBI. 3. Dalam hal pada saat yang bersamaan tidak terdapat lelang SBI, tingkat imbalan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada angka 2 mengacu kepada data terkini antara tingkat imbalan SBIS atau tingkat diskonto SBI berjangka waktu sama. 4. Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut: Nilai Imbalan SBIS = Nilai Nominal SBIS x (Jangka Waktu SBIS/360) x Tk.Imbalan SBIS
Mekanisme Penerbitan (1) Bank Indonesia menerbitkan SBIS melalui mekanisme lelang. (2) Penerbitan SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan BI-SSSS. 1. Bank Indonesia mengumumkan rencana lelang SBIS antara lain meliputi jangka waktu, tingkat imbalan, tanggal transaksi, dan tanggal setelmen, paling lambat pada 1 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang SBIS melalui BI-SSSS, sistem LHBU dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Bank Indonesia mengumumkan BUS atau UUS yang dapat mengikuti lelang SBIS bersamaan dengan pengumuman rencana lelang SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1. (1) Pihak yang dapat memiliki SBIS adalah BUS atau UUS. (2) BUS atau UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 1. BUS atau UUS mengajukan penawaran pembelian SBIS kepada Bank Indonesia. 2. BUS atau UUS yang mengajukan penawaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah BUS atau UUS yang memiliki FDR paling kurang 80% (delapan puluh per seratus) berdasarkan perhitungan Bank Indonesia dan tidak sedang dikenakan sanksi pemberhentian sementara untuk mengikuti lelang SBIS. 3. Dalam hal BUS yang mengajukan penawaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 berasal dari perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional dan data FDR BUS tersebut belum tersedia, perhitungan FDR sebagaimana dimaksud pada angka 1 menggunakan data Loan to Deposit Ratio (LDR) dari bank umum konvensional sebelum diubah kegiatan usahanya menjadi BUS.
113
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10.
11.
12.
13.
14.
Pasal 7 10/11/PBI 2008 ayat (3)
Ketentuan Peserta lelang SBIS terdiri dari: a. Peserta langsung yaitu BUS atau UUS atau Pialang yang melakukan transaksi lelang SBIS secara langsung dengan Bank Indonesia. b. Peserta tidak langsung yaitu BUS atau UUS yang mengajukan Penawaran SBIS melalui Pialang. BUS atau UUS hanya dapat mengajukan penawaran SBIS untuk kepentingan diri sendiri. Pialang dilarang mengajukan penawaran pembelian SBIS untuk kepentingan diri sendiri. Bank Indonesia hanya menerima pengajuan penawaran pembelian SBIS dari peserta langsung dan menggunakan data penawaran penawaran pembelian SBIS yang diajukan peserta langsung. Peserta langsung tidak dapat membatalkan penawaran pembelian SBIS yang telah diajukan. Peserta lelang SBIS bertanggung jawab atas kebenaran data penawaran pembelian SBIS yang diajukan. Bank Indonesia membuka window lelang SBIS pada hari Rabu dengan waktu pengajuan transaksi (window time) mulai pukul 10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB, atau pada hari kerja lain dengan window time yang akan ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia melakukan Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga hasil lelang SBIS pada hari kerja yang sama dengan hari pelaksanaan lelang SBIS (same day settlement). Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal setelmen pada hari kerja lain. Tanggal jatuh waktu SBIS ditetapkan pada hari Rabu atau hari kerja berikutnya apabila hari Rabu adalah hari libur. Dalam hal diperlukan, Bank Indonesia dapat menetapkan tanggal jatuh waktu pada hari kerja lain. Bank Indonesia akan mengumumkan perubahan: a. hari dan/atau window time pelaksanaan lelang sebagaimana dimaksud pada angka 10; b. tanggal Setelmen Dana dan Setelmen Surat Berharga sebagaimana dimaksud pada angka 11; dan/atau c. tanggal jatuh waktu SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 12 melalui BI-SSSS, sistem LHBU dan/atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. BUS atau UUS, baik yang bertindak sebagai peserta langsung maupun peserta tidak langsung, wajib menyediakan dana sebesar jumlah penawaran pembelian SBIS yang dimenangkan sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS.
(3) BUS atau UUS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memiliki SBIS melalui pengajuan pembelian SBIS secara langsung dan/atau melalui perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing. Yang dimaksud dengan perusahaan pialang pasar uang rupiah dan valuta asing adalah perusahaan yang didirikan khusus untuk
114
Likuiditas Rupiah Paragraf
50
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan melakukan kegiatan jasa perantara bagi kepentingan nasabahnya di bidang pasar uang rupiah dan valuta asing dengan memperoleh imbalan atas jasanya.
SE 10/16/DPM 2008 Romawi VI
1. Pada hari pelaksanaan lelang SBIS yang ditetapkan, peserta langsung mengajukan penawaran pembelian SBIS kepada Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan Moneter-Biro Operasi Moneter (DPM-BOpM) melalui BI-SSSS atau sarana lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 2. Pengajuan penawaran pembelian SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah penawaran kuantitas menurut jangka waktu SBIS yang diterbitkan. 3. Pengajuan penawaran kuantitas dari setiap peserta lelang paling kurang 1.000 (seribu) unit atau Rp1.000.000.000,00 (satu miliar Rupiah), dan selebihnya dengan kelipatan 100 (seratus) unit atau Rp100.000.000,00 (seratus juta Rupiah). 4. Pelaksanaan pengajuan penawaran pembelian SBIS melalui BISSSS mengikuti ketentuan yang mengatur mengenai BI-SSSS.
Pasal 8 10/11/PBI 2008
Bank Indonesia dapat membatalkan hasil lelang SBIS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 (Paragraf 48 dalam kodifikasi ini). Hasil lelang SBIS dapat dibatalkan apabila terdapat suatu kondisi dimana Bank Indonesia tidak menetapkan pemenang lelang dari seluruh penawaran lelang SBIS yang masuk, antara lain karena penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari perkiraan potensi likuiditas.
51
SE 10/16/DPM 2008 Romawi VII
1. Bank Indonesia menetapkan kuantitas pemenang lelang SBIS berdasarkan jumlah penawaran kuantitas yang diterima atau berdasarkan perhitungan kuantitas secara proporsional. 2. Dalam hal kuantitas lelang SBIS yang dimenangkan oleh peserta lelang dihitung secara proporsional, berlaku pembulatan nominal terkecil SBIS sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). 3. Bank Indonesia mengumumkan hasil lelang SBIS setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada pemenang lelang melalui BI-SSSS dan secara keseluruhan melalui BISSSS dan sistem LHBU. 4. Bank Indonesia dapat membatalkan hasil lelang SBIS antara lain dalam hal penawaran yang masuk dinilai berada di luar kewajaran dari perkiraan potensi likuiditas. 5. Pembatalan hasil lelang SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 4 diumumkan oleh Bank Indonesia setelah window time SBIS ditutup pada hari pelaksanaan lelang, secara individual kepada peserta lelang melalui BI-SSSS dan secara keseluruhan melalui BI-SSSS dan sistem LHBU.
BAB VI Pasal 9 10/11/PBI 2008
Repo SBIS (1) BUS atau UUS dapat mengajukan repo SBIS kepada Bank Indonesia. (2) Repo SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan prinsip qard yang diikuti dengan rahn.
115
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan Yang dimaksud dengan qard dalam ketentuan ini adalah pinjaman dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak peminjam mengembalikan pokok pinjaman secara sekaligus dalam jangka waktu tertentu. Yang dimaksud dengan rahn dalam ketentuan ini adalah penyerahan agunan dari BUS atau UUS (rahin) kepada Bank Indonesia (murtahin) sebagai jaminan untuk mendapatkan qard. (3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus menandatangani Perjanjian Pengagunan SBIS dalam Rangka Repo SBIS serta menyampaikan dokumen pendukung yang dipersyaratkan kepada Bank Indonesia. (4) Bank Indonesia menetapkan dan mengenakan biaya atas Repo SBIS. Yang dimaksud dengan biaya Repo SBIS adalah kewajiban membayar (gharamah) yang ditetapkan Bank Indonesia dalam rangka Repo SBIS karena BUS atau UUS tidak menepati jangka waktu kesepakatan pembelian SBIS.
52
BAB VII Pasal 10 10/11/PBI 2008 ayat (1) dan (2)
Penatausahaan SBIS (1) Bank Indonesia menatausahakan SBIS dalam suatu sistem penatausahaan secara elektronis dalam BI-SSSS. Penatausahaan melalui BI-SSSS dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku mengenai BI-SSSS. (2) Sistem penatausahaan yang dikelola Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup sistem penyelesaian Transaksi SBIS dan pencatatan kepemilikan SBIS.
SE 10/16/DPM/2008 Romawi VIII.A
1. Bank Indonesia cq. Direktorat Pengelolaan Moneter - Bagian Penyelesaian Transaksi Pengelolaan Moneter (DPM-PTPM) melakukan setelmen hasil lelang SBIS dengan cara: a. mendebet Rekening Giro pemenang lelang dalam rangka Setelmen Dana; dan b. mengkredit Rekening Surat Berharga pemenang lelang dalam rangka Setelmen Surat Berharga; masing-masing sebesar nilai nominal SBIS yang dimenangkan. 2. Dalam hal BUS atau UUS tidak memiliki saldo Rekening Giro yang mencukupi untuk menutup seluruh kewajiban Setelmen Dana sebagaimana dimaksud pada butir 1.a sampai dengan cut-off warning Sistem BI-RTGS, maka hasil lelang SBIS yang dimenangkan BUS atau UUS yang bersangkutan dinyatakan batal. 3. Pembatalan hasil lelang sebagaimana dimaksud pada angka 2 diberlakukan hanya pada hasil lelang SBIS yang tidak dapat dilakukan Setelmen Dana seluruhnya. Contoh pembatalan hasil lelang tercantum pada Lampiran-2 (Lampiran 28 dalam kodifikasi ini).
116
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi Pasal 10 10/11/PBI 2008 ayat (3)
Ketentuan (3) Sistem pencatatan kepemilikan SBIS sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan tanpa warkat (scripless).
53
Pasal 11 10/11/PBI 2008
(1) BUS atau UUS yang melakukan Transaksi SBIS wajib memiliki Rekening Giro dan Rekening Surat Berharga untuk penyelesaian Transaksi SBIS. (2) BUS atau UUS yang melakukan pembelian SBIS wajib memiliki saldo Rekening Giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian transaksi pembelian SBIS. (3) BUS atau UUS yang mengajukan Repo SBIS wajib memiliki saldo Rekening Surat Berharga dan saldo Rekening Giro yang cukup untuk memenuhi kewajiban penyelesaian Repo SBIS.
54
Pasal 12 10/11/PBI 2008
Dalam rangka penyelesaian Transaksi SBIS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 (Paragraf 53 dalam kodifikasi ini) Bank Indonesia berwenang untuk : a. mendebet Rekening Giro atas pembelian SBIS oleh BUS atau UUS; atau b. mendebet Rekening Surat Berharga dan Rekening Giro atas repo SBIS termasuk memindahkan pencatatan SBIS dalam rangka pengagunan.
55
Pasal 13 10/11/PBI 2008
(1) Bank Indonesia melunasi SBIS pada saat jatuh waktu sebesar nilai nominal. (2) Bank Indonesia membayar imbalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 (Paragraf 47 dalam kodifikasi ini) pada saat SBIS jatuh waktu; atau (3) Bank Indonesia dapat membayar imbalan SBIS sebelum jatuh waktu, dalam hal BUS atau UUS tidak dapat memenuhi kewajiban Repo SBIS.
SE 10/16/DPM 2008 Romawi VIII.B
1. Pelunasan SBIS dilakukan oleh Bank Indonesia pada tanggal SBIS jatuh waktu. 2. Pelunasan SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan berdasarkan kepemilikan SBIS yang tercatat dalam BI-SSSS pada 1 (satu) hari kerja sebelum tanggal SBIS jatuh waktu. 3. Pelunasan SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan dengan cara: a. mengkredit Rekening Giro sebesar nilai nominal SBIS ditambah imbalan dalam rangka Setelmen Dana; dan b. mendebet Rekening Surat Berharga sebesar nilai nominal SBIS jatuh waktu dalam rangka Setelmen Surat Berharga. Contoh perhitungan imbalan tercantum pada Lampiran-3 (Lampiran 29 dalam kodifikasi ini). 4. Dalam hal tanggal SBIS jatuh waktu jatuh pada hari libur maka pelunasan SBIS sebagaimana dimaksud pada angka 3 dilakukan pada hari kerja berikutnya atau hari kerja lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. 5. Mekanisme setelmen hasil lelang dan pelunasan SBIS melalui BISSSS mengikuti ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai BI-SSSS.
117
Likuiditas Rupiah Paragraf 56
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi BAB VIII Pasal 14 12/18/PBI 2010
SE 12/25/DPM 2010 Romawi IX.3
Ketentuan
Sanksi (1) Transaksi SBIS dinyatakan batal dalam hal BUS atau UUS tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) atau ayat (3) (Paragraf 53 ayat (2) atau (3) dalam kodifikasi ini) (2) Bank Indonesia mengenakan sanksi kepada BUS atau UUS atas Transaksi SBIS yang dinyatakan batal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa: a. teguran tertulis; dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai Transaksi SBIS yang dinyatakan batal, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap Transaksi SBIS yang dinyatakan batal. (3) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dalam hal BUS atau UUS melakukan Transaksi SBIS dan/atau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut. 1. Dalam hal terjadi pembatalan hasil lelang SBIS sebagaimana dimaksud butir VIII.A.2 (Paragraf 52 ayat (2) angka 2 dalam kodifikasi ini), BUS dan UUS dikenakan sanksi berupa: a. Teguran tertulis, dengan tembusan kepada: 1) Direktorat Perbankan Syariah (DPbS), dalam hal sanksi diberikan kepada BUS atau UUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Pusat Bank Indonesia; atau 2) Tim Pengawas Bank di Kantor Bank Indonesia (KBI) setempat, dalam hal sanksi diberikan kepada BUS atau UUS yang berkantor pusat di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia, dan b. kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan, paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan. 2. Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada butir IX.1 (angka 1 dalam kodifikasi ini), dalam hal BUS atau UUS melakukan Transaksi SBIS dan/atau transaksi operasi moneter syariah lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia yang mengatur mengenai operasi moneter syariah, yang dinyatakan batal sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, BUS atau UUS dikenakan sanksi berupa penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut.
118
Likuiditas Rupiah Paragraf
Operasi Moneter, Operasi Moneter Syariah dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Sumber Regulasi
Ketentuan 3. Penyampaian surat teguran tertuis sebagaimana yang dimaksud pada butir IX.1.a. (butir 1.a dalam kodifikasi ini) dan pemberitahuan sanksi penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan operasi moneter syariah sebagaimana dimaksud pada butir IX.2 (angka 2 dalam kodifikasi ini) dilakukan pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan transaksi. 4. Pengenaan sanksi kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada butir IX.1.b (butir 1.b dalam kodifikasi ini) dilakukan dengan mendebet Rekening Giro BUS atau UUS yang dikenakan sanksi pada 1 (satu) hari kerja setelah terjadinya pembatalan hasil lelang SBIS sebagaimana dimaksud pada butir VIII.A.2 (Paragraf 52 ayat (2) angka 2 dalam kodifikasi ini) melalui BI-SSSS. Contoh pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada angka 1 tercantum pada Lampiran-2 (Lampiran 28 dalam kodifikasi ini).
119
Lampiran 1a
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 3a
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SBI / Term Deposit Dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender)
1. Rencana Lelang Tanggal lelang Metode lelang Jangka waktu Tingkat diskonto Window time Tanggal setelmen
: 1 Desember 2010 : Harga tetap (fixed rate tender) : 28 hari : 7,50000% : 12.00-14.00 WIB : 2 Desember 2010
2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp 8 triliun
3. Penetapan Pemenang Lelang a. Seluruh penawaran dinyatakan menang. Kuantitas : Rp 8 triliun (full amount) Tabel 1. Perhitungan Kuantitas dan Nilai Tunai (dalam miliar rupiah)
Penawaran
Pemenang Lelang Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
7,50000
500
500
7,50
7,50000
497,10
7,50
7,50000
1.000
1.500
7,50
7,50000
994,20
2.250,00
7,50
7,50000
750
2.250
7,50
7,50000
745,65
1.250
3.500,00
7,50
7,50000
1.250
3.500
7,50
7,50000
1.242,75
E
500
4.000,00
7,50
7,50000
500
4.000
7,50
7,50000
497,10
6
F
1.000
5.000,00
7,50
7,50000
1.000
5.000
7,50
7,50000
994,20
7
A
500
5.500,00
7,50
7,50000
500
5.500
7,50
7,50000
497,10
8
B
800
6.300,00
7,50
7,50000
800
6.300
7,50
7,50000
795,36
9
G
500
6.800,00
7,50
7,50000
500
6.800
7,50
7,50000
497,10
10
H
700
7.500,00
7,50
7,50000
700
7.500
7,50
7,50000
695,94
11
C
500
8.000,00
7,50
7,50000
500
8.000
7,50
7,50000
497,10
No
Bank
1
Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
A
500
500
7,50
2
B
1.000
1.500,00
3
C
750
4
D
5
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
Nilai Tunai
b. Penawaran ... 120
Lanjutan Lampiran 1a
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------b. Penawaran yang dinyatakan menang secara proporsional Kuantitas : Rp6,5 triliun Tabel 2. Perhitungan Kuantitas dan Nilai Tunai
(dalam miliar rupiah)
Penawaran
Pemenang Lelang Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
7,50000
406,25
406,25
7,50
7,50000
403,89
7,50
7,50000
812,50
1.218,75
7,50
7,50000
807,79
2.250,00
7,50
7,50000
609,375
1.828,13
7,50
7,50000
605,84
1.250
3.500,00
7,50
7,50000
1.015,63
2.843,75
7,50
7,50000
1.009,73
500
4.000,00
7,50
7,50000
406,25
3.250,00
7,50
7,50000
403,89
F
1.000
5.000,00
7,50
7,50000
812,50
4.062,50
7,50
7,50000
807,79
7
A
500
5.500,00
7,50
7,50000
406,25
4.468,75
7,50
7,50000
403,89
8
B
800
6.300,00
7,50
7,50000
650,00
5.118,75
7,50
7,50000
646,23
9
G
500
6.800,00
7,50
7,50000
406,25
5.525,00
7,50
7,50000
403,89
10
H
700
7.500,00
7,50
7,50000
568,75
6.093,75
7,50
7,50000
565,45
11
C
500
8.000,00
7,50
7,50000
406,25
6.500,00
7,50
7,50000
403,89
No
Bank
1
Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
A
500
500
7,50
2
B
1.000
1.500,00
3
C
750
4
D
5
E
6
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
Nilai Tunai
Keterangan: Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional diperoleh sebagai berikut: Penawaran peserta lelang × Kuantitas lelang SBI yang diterima Total penawaran yang masuk
Contoh kuantitas yang dimenangkan penawaran nomor 1 dan 2: Bank A = (500/8.000) × Rp6.500 miliar = Rp406,25 miliar. Bank B = (1.000/8.000) × Rp6.500 miliar = Rp812,50 miliar.
Lampiran 3b … 121
Lampiran 1b
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 3b
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SBI / Term Deposit Dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender)
1. Rencana Lelang Tanggal lelang Metode lelang Jangka waktu Target lelang Window time Tanggal setelmen
: 1 Desember 2010 : Harga beragam (variable rate tender) : 28 hari : Rp 6,5 triliun : 12.00-14.00 WIB : 2 Desember 2010
2. Penawaran Lelang Kuantitas Tingkat diskonto
: Rp 8 triliun : 7,25% - 7,55%
3. Penetapan Pemenang Lelang a. Seluruh penawaran sampai dengan SOR dinyatakan menang. SOR : 7,50% (full amount) Kuantitas : Rp7,5 triliun Tabel 1. Perhitungan Kuantitas, Rata-rata Tertimbang dan Nilai Tunai (dalam miliar rupiah)
Penawaran
Pemenang Lelang Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
7,25000
500,00
500,00
7,25
7,25000
497,20
7,30
7,28333
1.000,00
1.500,00
7,30
7,28333
994,35
2.250,00
7,30
7,28889
750,00
2.250,00
7,30
7,28889
745,77
1.250
3.500,00
7,45
7,34643
1.250,00
3.500,00
7,45
7,34643
1.242,80
E
500
4.000,00
7,47
7,36188
500,00
4.000,00
7,47
7,36188
497,11
6
F
1.000
5.000,00
7,50
7,38950
1.000,00
5.000,00
7,50
7,38950
994,20
7
A
500
5.500,00
7,50
7,39955
500,00
5.500,00
7,50
7,39955
497,10
8
B
800
6.300,00
7,50
7,41230
800,00
6.300,00
7,50
7,41230
795,36
No
Bank
1
Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
A
500
500,00
7,25
2
B
1.000
1.500,00
3
C
750
4
D
5
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
Nilai Tunai
9
G
500
6.800,00
7,50
7,41875
500,00
6.800,00
7,50
7,41875
497,10
10
H
700
7.500,00
7,50
7,42633
700,00
7.500,00
7,50
7,42633
695,94
11
C
500
8.000,00
7,55
7,43406
Tidak Menang
b. Dimenangkan … 122
Lanjutan Lampiran 1b
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------b. Dimenangkan sebagian pada SOR SOR : 7,50% (diterima secara proporsional) Rata-rata tertimbang : 7,41500% Tabel 2. Perhitungan Kuantitas, Rata-rata Tertimbang dan Nilai Tunai
(dalam miliar rupiah)
Penawaran
Pemenang Lelang Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
7,25000
500,00
500,00
7,25
7,25000
497,20
7,30
7,28333
1.000,00
1.500,00
7,30
7,28333
994,35
2.250,00
7,30
7,28889
750,00
2.250,00
7,30
7,28889
745,77
1.250
3.500,00
7,45
7,34643
1.250,00
3.500,00
7,45
7,34643
1.242,80
E
500
4.000,00
7,47
7,36188
500,00
4.000,00
7,47
7,36188
497,11
6
F
1.000
5.000,00
7,50
7,38950
714,29
4.714,29
7,50
7,38280
710,14
7
A
500
5.500,00
7,50
7,39955
357,14
5.071,43
7,50
7,39106
355,07
8
B
800
6.300,00
7,50
7,41230
571,43
5.642,86
7,50
7,40209
568,11
9
G
500
6.800,00
7,50
7,41875
357,14
6.000,00
7,50
7,40792
355,07
10
H
700
7.500,00
7,50
7,42633
500,00
6.500,00
7,50
7,41500
497,10
11
C
500
8.000,00
7,55
7,43406
No
Bank
1
Kuantitas
Kumulatif
Diskonto (%)
A
500
500,00
7,25
2
B
1.000
1.500,00
3
C
750
4
D
5
Rata-rata Tertimbang Diskonto (%)
Nilai Tunai
Tidak Menang
Keterangan: Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional (penawaran no.6 s/d 10) dihitung sebagai berikut: - Kuantitas lelang yang diterima : Rp6.500 miliar (penawaran 1 s.d. 5) - Kuantitas yang diterima di bawah SOR : Rp4.000 miliar (penawaran 6 s.d. 10) - Sisa kuantitas yang harus diambil pada level SOR : Rp2.500 miliar Kuantitas sebesar Rp2.500 miliar diproporsional untuk total penawaran yang berada pada level SOR yang berjumlah Rp3.500 miliar Contoh kuantitas yang dimenangkan penawaran no.6 Bank F = (1.000/3.500) × Rp2.500 miliar = Rp714,29 miliar.
Lampiran 4a … 123
Lampiran 2a LAMPIRAN 3C SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender)
Rencana Lelang Tanggal Lelang
: 1 Juli 2013
Metode lelang
: Harga tetap (fixed rate)
Jangka waktu SBI
: 28 hari
Tingkat Diskonto
: 4,7%
Window time
: 12.00-14.00 WIB
Tanggal setelmen
: 2 Juli 2013
Contoh 1: Apabila seluruh penawaran yang masuk dinyatakan sebagai pemenang lelang - Penawaran lelang yang masuk
: Rp 8 triliun
- Kuantitas lelang yang ditetapkan
: Rp 8 triliun (full mount) Rp miliar
Penawaran Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F A B G H C
Pemenang Lelang
Diskonto Kuantitas Kumulatif (%) 500 1000 750 1250 500 1000 500 800 500 700 500
500 1500 2250 3500 4000 5000 5500 6300 6800 7500 8000
4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7
RRT Diskonto Diskonto Kuantitas Kumulatif (%) (%) 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000
500 1000 750 1250 500 1000 500 800 500 700 500
500 1500 2250 3500 4000 5000 5500 6300 6800 7500 8000
4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7 4.7
RRT Diskonto (%) 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000 4.70000
Nilai Tunai 366.15 732.30 549.23 915.38 366.15 732.30 366.15 585.84 366.15 512.61 366.15
Contoh 2 …
124
Lanjutan Lampiran 2a Contoh 2: Apabila seluruh penawaran yang masuk dinyatakan sebagai pemenang lelang berdasarkan perhitungan secara proporsional - Penawaran lelang yang masuk
: Rp 8 triliun
- Kuantitas lelang yang ditetapkan
: Rp 6,5 triliun Rp miliar
Penawaran Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F A B G H C
Kuantitas 500 1000 750 1250 500 1000 500 800 500 700 500
Pemenang Lelang
RRT RRT Diskonto Diskonto Kumulatif Diskonto Kuantitas Kumulatif Diskonto (%) (%) (%) (%) 500 4.7 4.70000 406.25 406.25 4.7 4.70000 1500 4.7 4.70000 812.50 1218.75 4.7 4.70000 2250 4.7 4.70000 609.38 1828.13 4.7 4.70000 3500 4.7 4.70000 1015.63 2843.75 4.7 4.70000 4000 4.7 4.70000 406.25 3250.00 4.7 4.70000 5000 4.7 4.70000 812.50 4062.50 4.7 4.70000 5500 4.7 4.70000 406.25 4468.75 4.7 4.70000 6300 4.7 4.70000 650.00 5118.75 4.7 4.70000 6800 4.7 4.70000 406.25 5525.00 4.7 4.70000 7500 4.7 4.70000 568.75 6093.75 4.7 4.70000 8000 4.7 4.70000 406.25 6500.00 4.7 4.70000
Nilai Tunai 297.50 595.00 446.25 743.74 297.50 595.00 297.50 476.00 297.50 416.50 297.50
Keterangan: Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional diperoleh sebagai berikut: (Penawaran peserta lelang/total penawaran yang masuk) × Kuantitas lelang SDBI yang diterima Contoh kuantitas yang dimenangkan penawaran nomor 1 dan 2: (Bank A) = (500/8.000) × 6.500 = Rp406,25 miliar. (Bank B) = (1.000/8.000) × 6.500 = Rp812,50 miliar.
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
125
Lampiran 2b LAMPIRAN 3D SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA
Contoh Perhitungan Pemenang Lelang SDBI Dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) Rencana Lelang Tanggal Lelang
: 1 Juli 2013
Target lelang
: Rp 6,5 triliun
Metode lelang
: Harga beragam (variable rate)
Jangka waktu SBI
: 28 hari
Window time
: 12.00-14.00 WIB
Tanggal setelmen
: 2 Juli 2013
Contoh 1: Apabila seluruh penawaran yang masuk berada sampai dengan level SOR yang ditetapkan dinyatakan sebagai pemenang lelang - Penawaran lelang yang masuk
: Rp 8 triliun Kisaran tingkat diskonto 4.15% sampai dengan 4.8%
- Kuantitas lelang yang ditetapkan
: Rp7,5 triliun
- SOR
: 4,70% (full amount)
- RRT diskonto hasil lelang
: 4,55167% Rp miliar
Penawaran Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F A B G H C
Kuantitas 500 1,000 750 1,250 500 1,000 500 800 500 700 500
Pemenang Lelang
RRT RRT Diskonto Diskonto Kumulatif Diskonto Kuantitas Kumulatif Diskonto (%) (%) (%) (%) 500 4.15 4.15000 468.75 468.75 4.15 4.15000 1,500 4.3 4.25000 937.50 1,406.25 4.3 4.25000 2,250 4.45 4.31667 703.13 2,109.38 4.45 4.31667 3,500 4.5 4.38214 1,171.88 3,281.25 4.5 4.38214 4,000 4.7 4.42188 468.75 3,750.00 4.7 4.42188 5,000 4.7 4.47750 937.50 4,687.50 4.7 4.47750 5,500 4.7 4.49773 468.75 5,156.25 4.7 4.49773 6,300 4.7 4.52341 750.00 5,906.25 4.7 4.52341 6,800 4.7 4.53640 468.75 6,375.00 4.7 4.53640 7,500 4.7 4.55167 656.25 7,031.25 4.7 4.55167 8,000 4.8 4.56719 tidak menang
Nilai Tunai 354.37 702.54 522.34 868.06 343.27 686.53 343.27 549.23 343.27 480.57
Contoh 2 …
126
Lanjutan Lampiran 2b Contoh 2: Apabila seluruh penawaran yang berada di bawah SOR dinyatakan sebagai pemenang lelang sedangkan penawaran yang berada pada level SOR dihitung secara proporsional - Penawaran lelang yang masuk
: Rp8 triliun Kisaran tingkat diskonto 4,15% sampai dengan 4,8%
- Kuantitas lelang yang ditetapkan
: Rp6,5 triliun
- SOR
: 4,7%
(diterima
secara
proporsional) - RRT diskonto hasil lelang
: 4,52885% Rp miliar
Penawaran Bank
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
A B C D E F A B G H C
Kuantitas 500 1,000 750 1,250 500 1,000 500 800 500 700 500
Pemenang Lelang
RRT RRT Diskonto Diskonto Kumulatif Diskonto Kuantitas Kumulatif Diskonto (%) (%) (%) (%) 500 4.15 4.15000 500 500 4.15 4.15000 1,500 4.3 4.25000 1,000 1,500 4.3 4.25000 2,250 4.45 4.31667 750 2,250 4.45 4.31667 3,500 4.5 4.38214 1,250 3,500 4.5 4.38214 4,000 4.7 4.42188 375.00 3,875.00 4.7 4.41290 5,000 4.7 4.47750 750.00 4,625.00 4.7 4.45946 5,500 4.7 4.49773 375.00 5,000.00 4.7 4.47750 6,300 4.7 4.52341 600.00 5,600.00 4.7 4.50134 6,800 4.7 4.53640 375.00 5,975.00 4.7 4.51381 7,500 4.7 4.55167 525.00 6,500.00 4.7 4.52885 8,000 4.8 4.56719 tidak menang
Nilai Tunai 377.99 749.38 557.16 925.93 274.61 549.23 274.61 439.38 274.61 384.46
Keterangan: Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional (penawaran no.5 s/d 10) dihitung sebagai berikut: - Kuantitas lelang yang diterima
: Rp6.500 miliar
- Kuantitas yang diterima di bawah SOR
: Rp3.500 miliar
- Sisa kuantitas yang harus diambil pada level SOR
: Rp3.000 miliar
Kuantitas sebesar Rp3.000 miliar diproporsional untuk total penawaran yang berada pada level SOR yang berjumlah Rp4.000 miliar Contoh …
127
Lanjutan Lampiran 2b Contoh kuantitas yang dimenangkan penawaran no.5 (Bank E) = (500/4.000) ×3.000 = Rp375 miliar.
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
128
Lampiran 3a
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 4a
CONTOH TRANSAKSI REPO MENGGUNAKAN SBI DENGAN METODE LELANG FIXED RATE TENDER
1. Rencana Lelang Metode lelang : Harga tetap (fixed rate tender) Jangka waktu Repo : 7 hari Repo rate : 7,00% Window time : 10.30 WIB-11.00 WIB Setelmen : T+0 Seri dan harga SBI yang dapat direpokan sebagaimana pengumuman di BI-SSSS: - IDBIXX = 99,75892% - IDBIYY = 99,46661% - IDBIZZ = 98,41481% 2. Penawaran Lelang Kuantitas : Rp 11,35 triliun Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Seri SBI yang direpokan (RRT SBI dan sisa jangka waktu SBI)
Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
Repo rate (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bank A
1.000,00
1.000,00
7,00
IDBIXX (RRT 7,25000%; Sisa jk. Waktu 12 hari)
Bank B
500,00
1.500,00
7,00
IDBIXX (RRT 7,25000%; Sisa jk. Waktu 12 hari)
Bank C
3.600,00
5.100,00
7,00
IDBIZZ (RRT 7,34000%; Sisa jk waktu 79 hari)
Bank D
3.250,00
8.350,00
7,00
IDBIYY (RRT 7,15000%; Sisa jk waktu 27 hari)
Bank E
2.000,00
10.350,00
7,00
IDBIZZ (RRT 7,34000%; Sisa jk waktu 79 hari)
Bank F
1.000,00
11.350,00
7,00
IDBIYY (RRT 7,15000%; Sisa jk waktu 27 hari)
3. Penetapan … 129
Lanjutan Lampiran 3a
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp 7 triliun (proporsional)
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Setelmen Surat Berharga
Kuantitas yang dimenangkan1)
Kumulatif
Repo rate (%)
Seri
Bank
(1)
(2)
(3)
(4)
Bank A
616,74
616,74
Nominal SBI yang direpokan 2)
Nilai Setelmen first leg 3)
Bunga Repo
(%)
Nilai Setelmen second leg4)
(6)
(7)
(8)
(9) = (7) x (8)
(10) = (9) x (4) * (7/360)
(11) = (9) + (10)
7,00
IDBIXX
99,75892
615,25
0,84
616,74
Harga SBI
616,74
Bank B
308,37
925,11
7,00
IDBIXX
99,75892
308,37
307,63
0,42
308,37
Bank C
2.220,26
3.145,37
7,00
IDBIZZ
98,41481
2.220,26
2.185,07
2,97
2.220,26
Bank D
2.004,41
5.149,78
7,00
IDBIYY
99,46661
2.004,41
1.993,72
2,71
2.004,41
Bank E
1.233,48
6.383,26
7,00
IDBIZZ
98,41481
1.233,48
1.213,93
1,65
1.233,48
Bank F
616,74
7.000,00
7,00
IDBIYY
99,46661
616,74
613,45
0,83
616,74
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta.
Bank
dihitung
secara
Kuantitas penawaran A (Rp1 triliun) x Kuantitas transaksi yang diterima (Rp 7 triliun) = Rp616,74 miliar Total penawaran (Rp11,35 triliun)
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan didebet dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan dikredit ke Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg yang akan didebet Bank Indonesia.
Lampiran 4b … 130
Lampiran 3b
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 4b
CONTOH TRANSAKSI REPO MENGGUNAKAN SBI DENGAN METODE LELANG VARIABLE RATE TENDER
1. Rencana Lelang Metode lelang : Harga beragam (variable rate tender) Jangka waktu Repo : 7 hari Target indikatif : Rp 7 triliun Window time : 15.00 WIB-15.30 WIB Setelmen : T+0 Seri dan harga SBI yang dapat direpokan sebagaimana pengumuman di BI-SSSS: - IDBIXX = 99,75892% - IDBIYY = 99,46661% - IDBIZZ = 98,41481% 2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp11,35 triliun
Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Bank (1)
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
Repo rate
(2)
(3)
(4)
(%)
Seri SBI yang direpokan (RRT SBI dan sisa jangka waktu SBI) (5)
Bank A
1.000,00
1.000,00
7,25
IDBIXX (RRT 7,25000; Sisa jk. waktu 12 hari)
Bank B
500,00
1.500,00
6,99
IDBIXX (RRT 7,25000; Sisa jk. waktu 12 hari)
Bank C
3.600,00
5.100,00
6,90
IDBIZZ (RRT 7,34000; Sisa jk waktu 79 hari)
Bank D
3.250,00
8.350,00
7,50
IDBIXX (RRT 7,25000; Sisa jk. waktu 12 hari)
Bank E
2.000,00
10.350,00
7,00
IDBIZZ (RRT 7,34000; Sisa jk waktu 79 hari)
Bank F
1.000,00
11.350,00
7,00
IDBIYY (RRT 7,15000; Sisa jk waktu 27 hari)
3. Penetapan … 131
Lanjutan Lampiran 3b
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang SOR : 7,00% Kuantitas : Rp 7 triliun
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Kuantitas Bank
(1) Bank D Bank A Bank E Bank F
1)
yang dimenangkan
Kumulatif
(2)
(3)
Setelmen Surat Berharga
Repo rate
Harga SBI
(%)
Seri
(4)
(6)
(7)
(%)
Bunga Repo
Nilai Setelmen second leg
(11) = (9) + (10)
2)
Nilai Setelmen first leg 3)
(8)
(9) = (7) × (8)
(10) = (9) * (4) * (7/360)
Nominal SBI yg direpokan
3.250,00
3.250
7,50
IDBIXX
99,75892
3.250,00
3.232,66
4,71
3.237,37
1.000,00
4.250
7,25
IDBIXX
99,75892
1.000,00
997,59
1,41
999,00
1.833,33
6.083
7,00
IDBIZZ
98,41481
1.833,33
1.804,27
2,46
1.806,73
916,67
7.000
7,00
IDBIYY
99,46661
916,67
911,78
1,24
913,02
Keterangan: 1) Dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank E: sisa kuantitas Kuantitas Penawaran E Rp2.000 miliar × = × (Rp7.000 miliar - Rp4.250 miliar) = Rp1.833,33 miliar Jumlah Penawaran E dan F yang harus diserap Rp3.000 miliar
2) Nominal SBI yang akan didebet dari rekening Surat Berharga. 3) Nilai setelmen first leg SBI Repo yang akan dikreditkan ke Rekening Giro.
Lampiran 4c … 132
Lampiran 3c
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 4c
CONTOH TRANSAKSI REPO MENGGUNAKAN SUN DENGAN METODE LELANG FIXED RATE TENDER
1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu Repo Repo rate Window time Setelmen Underlying asset Haircut Penerimaan kupon
2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Harga tetap (fixed rate tender) : 7 hari : 7,00% : 14.00 WIB-14.30 WIB : T+0 : VR 000X harga 101,95000 FR 000Y harga 110,00000 : 5%, sehingga: Harga VR 000X = 96,95000 Harga FR 000Y = 105,00000 : Pada hari ke-4 transaksi Repo, Bank Indonesia menerima kupon SUN seri VR000x.
: Rp 11,35 triliun
Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) SUN yang direpokan
Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
Repo rate (%)
(1)
(2)
(3)
Bank A
Seri
Harga Repo (Harga SUN – Haircut) (%)
(4)
(5)
(6)
1.000,00
1.000,00
7,00
VR 000X
96,95000
Bank B
500,00
1.500,00
7,00
VR 000X
96,95000
Bank C
3.600,00
5.100,00
7,00
VR 000X
96,95000
Bank A
3.250,00
8.350,00
7,00
FR 000Y
105,00000
Bank X
2.000,00
10.350,00
7,00
FR 000Y
105,00000
Bank Y
1.000,00
11.350,00
7,00
FR 000Y
105,00000
3. Penetapan … 133
Lanjutan Lampiran 3c
Lampiran SE BI No. 12/18/DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp 7 triliun (proporsional)
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Kuantitas yang dimenangkan
Setelmen Surat Berharga Kumulatif
Repo rate (%)
(2)
(3)
Bank A
616,74
Bank B
Setelmen Dana Accrued Interest SUN3)
Nilai Setelmen first leg 4)
(8)
(9) = ((6) × (7)) + (8)
Bunga Repo
Nilai Setelmen second leg5)
(10) = (9) * (4) * (7/360)
(11) = (9) + (10)
Seri
Harga Repo (%)
Nominal SUN yang direpokan 2)
(4)
(5)
(6)
(7) = (2)
616,74
7,00
VR 000X
96,95000
616,74
9,80
607,73
0,83
608,56
308,37
925,11
7,00
VR 000X
96,95000
308,37
4,90
303,86
0,41
304,27
Bank C
2.220,26
3.145,37
7,00
VR 000X
96,95000
2.220,26
35,30
2.187,84
2,98
2.190,82
Bank A
2.004,41
5.149,78
7,00
FR 000Y
105,00000
2.004,41
31,20
2.135,83
2,91
2.138,74
Bank X
1.233,48
6.383,26
7,00
FR 000Y
105,00000
1.233,48
19,20
1.314,35
1,79
1.316,14
Bank Y
616,74
7.000,00
7,00
FR 000Y
105,00000
616,74
9,60
657,18
0,89
658,07
Bank
1)
(1)
Keterangan : 1) Kuantitas yang dimenangkan dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank A (SUN seri VR): Kuantitas penawaran A (Rp1 triliun) x Kuantitas transaksi yang diterima (Rp 7 triliun) = Rp616,74 miliar Total penawaran (Rp11,35 triliun)
2) Nominal SUN yang direpokan yang akan didebet dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 3) Dihitung dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg. 4) Nilai setelmen first leg yang akan dikreditkan ke Rekening Giro. 5) Nilai setelmen second leg yang akan didebet dari Rekening Giro.
Lampiran 4d … 134
Lampiran 3d
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 4d
CONTOH TRANSAKSI REPO MENGGUNAKAN SUN DENGAN METODE LELANG VARIABLE RATE TENDER
1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu Repo Target indikatif Window time Setelmen Underlying asset Haircut
2. Penawaran Lelang Kuantitas RR-Rate
: Harga beragam (variable rate tender) : 7 hari : Rp 7 triliun : 10.00 WIB - 11.00 WIB : T+0 : VR 000X harga 101,95000 FR 000Y harga 110,00000 : 5%, sehingga Harga VR 000X = 96,95000 Harga FR 000Y = 105,00000
: Rp 11,35 triliun : 6,90% - 7,25%
Tabel 1 – Penawaran Lelang
Bank (1)
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
Repo rate (%)
(dalam miliar rupiah) SUN yang direpokan Harga Repo Seri SUN (Harga SUN – Haircut) (%)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Bank A
1.000,00
1.000,00
7,25
VR 000X
96,95000
Bank B
500,00
1.500,00
6,99
VR 000X
96,95000
Bank C
3.600,00
5.100,00
6,90
VR 000X
96,95000
Bank A
3.250,00
8.350,00
7,50
FR 000Y
105,00000
Bank X
2.000,00
10.350,00
7,00
FR 000Y
105,00000
Bank Y
1.000,00
11.350,00
7,00
FR 000Y
105,00000
3. Penetapan … 135
Lanjutan Lampiran 3d
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang SOR : 7,00% Kuantitas : Rp7 triliun
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Kuantitas yang dimenangkan
Kumulatif
(1)
(2)
(3)
Bank A
3.250,00
3.250,00
Bank
Repo rate (%)
(4)
Setelmen Surat Berharga Nominal Harga SUN yang Seri Repo (%) direpokan
(5)
(6)
7,50
FR 000Y
105,00000
Setelmen Dana
Nilai Setelmen first leg 4)
Bunga Repo
Nilai Setelmen second leg
2)
Accrued Interest SUN 3)
(7) = (2)
(8)
(9) = ((7) × (6)) + (8)
(10) = (9) * (4) * (7/360)
(11) = (9) + (10)
3.443,70
5,02
3.448,72
3.250,00
31,20
Bank A
1.000,00
4.250,00
7,25
VR 000X
96,95000
1.000,00
9,80
979,30
1,38
980,68
Bank X1)
1.833,33
6.083,33
7,00
FR 000Y
105,00000
1.833,33
19,20
1.944,20
2,65
1.946,85
Bank Y1)
916,67
7.000,00
7,00
FR 000Y
105,00000
916,67
9,60
972,10
1,32
973,42
Keterangan : 1) Bank X dan Y memenangkan lelang secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut : Bank X Kuantitas penawaran X (Rp2 triliun) x sisa kuantitas (Rp7 triliun - Rp4,25 triliun) = Rp1.833,33 miliar Jumlah penawaran Bank X dan Y (Rp3 triliun)
2) Nominal SUN yang direpokan yang akan didebet dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 3) Accrued interest dihitung dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg transaksi Repo. 4) Nilai setelmen first leg yang akan dikreditkan ke Rekening Giro.
Lampiran 5a … 136
Lampiran 4a
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 5a
CONTOH TRANSAKSI REVERSE REPO DENGAN METODE LELANG FIXED RATE TENDER
A. Single Securities 1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu RR-Rate Underlying asset
: Harga tetap (fixed rate tender) : 28 hari : 7,00% : Seri VR 000X harga SUN 101,95000% (single securities) : 09.00 WIB - 10.00 WIB : T+1
Window time Setelmen 2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp11,35 triliun
Tabel 1 – Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
(1)
(2)
(3)
Bank A
1.000
1.000
SUN
RR-Rate (%)
Seri
Harga (%)
(4)
(5)
(6)
7,00
VR 000X
101,95000
Bank B
500
1.500
7,00
VR 000X
101,95000
Bank C
3.600
5.100
7,00
VR 000X
101,95000
Bank D
3.250
8.350
7,00
VR 000X
101,95000
Bank E
2.000
10.350
7,00
VR 000X
101,95000
Bank F
1.000
11.350
7,00
VR 000X
101,95000
3. Penetapan … 137
Lanjutan Lampiran 4a
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp7 triliun (proporsional)
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Kuantitas yg dimenangkan 1)
Bank
(1)
(2)
Kumulatif
(3)
RRRate (%)
Setelmen Dana
Setelmen Surat Berharga
Seri
Harga stlh Haircut (%)
(4)
(5)
(6)
first leg
Nilai Nominal 2)
Accrued Interest 3)
Nilai Setelmen first leg 4)
(7)
(8)
(9) = {(2) x (6)} + (8)
Setelmen Dana second leg 5)
(10) = (9) + [(9) x (4) x (28)/360]
Bank A
616,74
616,74
7,00
VR 000X
101,95000
616,74
9,80
638,56
642,04
Bank B
308,37
925,11
7,00
VR 000X
101,95000
308,37
4,90
319,28
321,02
Bank C
2.220,26
3.145,37
7,00
VR 000X
101,95000
2.220,26
35,27
2.298,83
2.311,64
Bank D
2.004,41
5.149,78
7,00
VR 000X
101,95000
2.004,41
31,84
2.075,33
2.086,64
Bank E
1.233,48
6.383,26
7,00
VR 000X
101,95000
1.233,48
19,59
1.277,13
1.284,08
Bank F
616,74
7.000,00
7,00
VR 000X
101,95000
616,74
9,80
638,56
642,04
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing Peserta OPT dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank A : Kuantitas Penawaran (Rp1.000 miliar) × Kuantitas yang diterima (Rp7 triliun) = Rp616,74 miliar Jumlah Penawaran (Rp11.350 miliar)
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Accrued interest dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai dengan tanggal first leg. 4) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 5) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit Bank Indonesia.
4. Apabila … 138
Lanjutan Lampiran 4a
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
4. Apabila Bank Menerima Pembayaran Kupon/Imbalan pada Periode Transaksi Reverse Repo Tanggal transaksi first leg : 1 Desember 2010 Tanggal setelmen first leg : 2 Desember 2010 Tanggal setelmen second leg : 30 Desember 2010 Tanggal penerimaan kupon : 22 Desember 2010 Nominal kupon : Rp 166,8 miliar untuk nilai nominal Rp 7 triliun Tabel 3 - Perhitungan Kupon, Bunga RR-Rate dan Nilai Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Proposional kupon 1) Bank
Kuantitas Yang Dimenangkan
Reverse Repo 3)
5)
RRRate
%
Miliar Rp
Sebelum kupon = setelmen first leg
Setelah kupon2)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) = (5)(4)
Bank A
616,74
8,81
14,70
638,56
623,87
7,00
2,48
Bank B
308,37
4,41
7,35
319,28
311,94
7,00
Bank C
2.220,26
31,72
52,91
2.298,83
2.245,92
Bank D
2.004,41
28,63
47,76
2.075,33
2.027,57
Bank E
1.233,48
17,62
29,39
1.277,13
Bank F
616,74
8,81
14,70
638,56
(1)
Nilai Setelmen second leg
Bunga
Kewajiban Reverse Repo Bank Indonesia
Sebelum kupon
Setelah kupon4)
Total Bunga
Setelah kupon
(8) = (5) x (7) x (20/360)
(9) = (6) x (7) x (8/360)
(10) = (8) + (9)
(11) = (6) + (10)
0,97
3,45
627,32
1,24
0,49
1,73
313,66
7,00
8,94
3,49
12,43
2.258,35
7,00
9,07
3,15
11,22
2.038,79
1.247,74
7,00
4,97
1,94
6,91
1.254,64
623,87
7,00
2,48
0,97
3,45
627,32
(%)
(7)
Keterangan: 1) Nilai kupon sebesar Rp166,8 miliar, dihitung secara proporsional untuk masing-masing pemenang. Contoh Bank A : Rp616,74 miliar × Rp166,8 miliar = Rp14,70 miliar Rp7.000 miliar
2) Nilai kewajiban Bank Indonesia atas transaksi Reverse Repo setelah disesuaikan dengan penerimaan kupon. 3) Penyesuaian perhitungan bunga Reverse Repo setelah penerimaan kupon. 4) Perhitungan bunga Reverse Repo setelah kupon: Bunga
Nilai Setelmen Reverse Repo = − kupon first leg setelah kupon
Jk waktu penerimaan kupon sampai dengan second leg x RR Rate x 360
5) Penyesuaian nilai setelmen second leg setelah penerimaan kupon.
B. Multiple … 139
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------B. Multiple Securities 1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu RR-Rate Window time Setelmen Haircut Underlying asset securities)
Lanjutan Lampiran 4a
: Harga tetap (fixed rate tender) : 28 hari : 7,00% : 09.00 WIB - 10.00 WIB : T+1 : 0% : Beberapa seri Obligasi Negara (multiple (dalam miliar rupiah)
No
Seri
Nominal
Harga
Accrued Interest
1.
FR 000X
4.000
110,00000%
81,40
2.
VR 000X
2.000
101,95000%
31,80
3.
VR 000Y
1.000
96,00000%
14,80
2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp 11,35 triliun
Tabel 1 - Penawaran dan Perhitungan Pemenang Lelang (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
RR-Rate (%)
Kuantitas total yg dimenangkan 1)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bank A
1.000
1.000
7,00
616,74
Bank B
500
1.500
7,00
308,37
Bank C
3.600
5.100
7,00
2.220,26
Bank D
3.250
8.350
7,00
2.004,41
Bank E
2.000
10.350
7,00
1.233,48
Bank F
1.000
11.350
7,00
616,74
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank A : Rp1.000 miliar × Kuantitas yang diterima (Rp7 triliun) = Rp616,74 miliar Rp11.350 miliar
3. Penetapan … 140
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 4a
3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp7 triliun (proporsional) Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah)
Bank
Setelmen Surat Berharga
Kuantitas yg dimenangkan
Kumulatif
RRRate (%)
Seri
1)
(1)
(2)
(3)
Bank A
616,74
Bank B
308,37
(6)
616,74
7,00
FR000X
110,00000
925,11
7,00
FR000X
2.220,26
Bank D
1.779,74
5.149,78
Bank F
616,74
(7)
(5)
Bank C
1.233,48
Nominal Alokasi
(4)
3.145,37
Bank E
Harga setelah haircut
6.383,26
7.000,00
Setelmen Dana first leg
Nilai SUN
Accrued Interest
Nilai Setelmen first leg 3)
(8)
(9)
(10)= (8) + (9)
SUN2)
Bu-nga RR
Setelmen Dana second leg4)
(11)= (10) x (4) x (28/360)
(12) = (9) + (10)
616,74
678,41
12,55
690,96
3,76
694,73
110,00000
308,37
339,21
6,28
345,48
1,88
347,36
7,00
FR000X
110,00000
2.220,26
2.442,29
45,18
2.487,47
13,54
2.501,01
7,00
FR000X
110,00000
854,63
940,09
17,39
957,48
5,21
962,70
7,00
VR000X
101,95000
1.149,78
1.172,20
18,28
1.190,48
6,48
1.196,96
7,00
VR000X
101,95000
850.22
866,80
13,52
880,32
4,79
885,11
7,00
VR000Y
96,00000
383,26
367,93
5,67
373,60
2,03
375,64
7,00
VR000Y
96,00000
616,74
592,07
9,13
601,20
3,27
604,47
Keterangan: 1) Kuantitas dan seri SUN yang dimenangkan dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Kuantitas penawaran A (Rp1 triliun) x Kuantitas transaksi yang diterima (Rp 7 triliun) = Rp616,74 miliar Total penawaran (Rp11,35 triliun)
2) Nominal alokasi SUN merupakan nominal SUN yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit Bank Indonesia ke Rekening Giro.
Lampiran 5b … 141
Lampiran 4b
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 5b
CONTOH TRANSAKSI REVERSE REPO DENGAN METODE LELANG VARIABLE RATE TENDER
A. Single Securities 1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu Target indikatif Window time Setelmen Underlying asset securities)
: Harga beragam (variable rate tender) : 28 hari : Rp2 triliun : 09.00 WIB-10.00 WIB : T+1 : Seri VR000X sebesar Rp7 triliun (single Harga 101,95000% : 0%
Haircut 2. Penawaran Lelang Kuantitas RR-Rate
: Rp 11,35 triliun : 6,90% - 7,05%
Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
(1)
(2)
(3)
SUN
RR-Rate (%)
Seri
Harga (%)
(4)
(5)
(6)
Bank A
1.000
1.000
6,90
VR 000X
101,95000
Bank B
500
1.500
6,95
VR 000X
101,95000
Bank C
3.600
5.100
6,97
VR 000X
101,95000
Bank D
3.250
8.350
7,00
VR 000X
101,95000
Bank E
2.000
10.350
7,00
VR 000X
101,95000
Bank F
1.000
11.350
7,05
VR 000X
101,95000
3. Penetapan … 142
Lanjutan Lampiran 4b
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp7 triliun
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah)
Kumulatif
(1)
(2)
(3)
Bank A
1.000,00
1.000,00
Bank B
500,00
1.500,00
Bank
Setelmen Dana first leg
Setelmen Surat Berharga
Kuan-titas yg dimenang kan
RRRate (%)
2)
Accrued Interest
Nilai Setelmen first leg 3)
(6)
(7)
(8)
(9) = {(2) x (6)} + (8)
(10)=(9) x (4) x (28/360)
(11) = (9) + (10)
VR 000X
101,95000
1.000,00
15,89
1.035,39
5,56
1.040,95
VR 000X
101,95000
500,00
7,94
517,69
2,80
520,49 3,747,60
Harga stlh Haircut (%)
Nilai Nominal
(5)
6,90 6,95
(4)
Setelmen Dana second leg Nilai Bunga Setelmen RR second leg
Seri
Bank C
3.600,00
5.100,00
6,97
VR 000X
101,95000
3.600,00
57,19
3.727,39
20,21
D1)
1.176,19
6.276,19
7,00
VR 000X
101,95000
1.176,19
18,68
1.217,81
6,63
1,224,44
Bank E1)
723,81
7.000,00
7,00
VR 000X
101,95000
723,81
11,50
749,42
4,08
753,50
Bank F
Tidak Menang
Bank
Keterangan : 1) Bank D dan E memenangkan lelang secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut : Contoh Bank D: Rp3.250 miliar Kuantitas Penawaran D × sisa nominal = × Rp1.900 miliar = Rp1.176,19 miliar Jumlah Penawaran D dan E Rp5.250 miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal SUN yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg akan dikredit ke Rekening Giro.
B. Multiple … 143
Lanjutan Lampiran 4b
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------B. Multiple Securities 1. Rencana Lelang Metode lelang Jangka waktu Target indikatif Window time Setelmen Haircut Jenis underlying asset securities) No
: Harga beragam (variable rate tender) : 28 hari : Rp7 triliun : 09.00 WIB-10.00 WIB : T+1 : 5% : Beberapa seri Obligasi Negara (multiple
Seri
Nominal
Harga
Accrued Interest
1.
FR 000X
4.000
110,00000%
81,40
2.
VR 000X
2.000
101,95000%
31,80
3.
VR 000Y
1.000
96,00000%
14,80
2. Penawaran Lelang Kuantitas RR-Rate
: Rp11,35 triliun : 6,90% - 7,05%
Tabel 1 - Penawaran dan Pemenang Lelang (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
RR-Rate (%)
Kuantitas total yg dimenangkan
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Bank A
1.000
1.000
6,90
1.000,00
Bank B
500
1.500
6,95
500,00
Bank C
3.600
5.100
6,97
3.600,00
Bank D
3.250
8.350
7,00
1.176,19
Bank E
2.000
10.350
7,00
723,81
Bank F
1.000
11.350
7,05
0
3. Penetapan … 144
Lanjutan Lampiran 4b
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------3. Penetapan Pemenang Lelang SOR : 7,0% Kuantitas : Rp7 triliun (proporsional)
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantita s yg dimenan gkan 1)
Kumulatif
RRRate (%)
Setelmen Surat Berharga
Seri
Harga stlh Haircut (%)
Setelmen Dana
Nilai Nominal 2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Bank A
1.000,00
1.000,00
6,90%
FR 000X
110,00000%
1.000,00
Bunga RR
Nilai Setelmen second leg5)
(9)= {(6) × (7)} + (8)
(10) = (6) x (4) x (28/360)
(11) = (9) + (10)
1.120,35
6,01
Accrued Interest3)
Nilai Setelmen first leg 4)
(8)
20,35
1.126,36
Bank B
500,00
1.500,00
6,95%
FR 000X
110,00000%
500,00
10,18
560,18
3,03
563,21
Bank C
2.500,00
4.000,00
6,97%
FR 000X
110,00000%
2.500,00
50,88
2.800,88
15,18
2.816,06
Bank C
1.100,00
5.100,00
6,97%
VR 000X
101,95000%
1.100,00
17,49
1.138,94
6,17
1.145,11
Bank D
900,00
6.000,00
7,00%
VR 000X
101,95000%
900,00
14,31
931,86
5,07
936,93
Bank D
276,19
6.276,19
7,00%
VR 000Y
96,00000%
276,19
4,09
269,23
1,47
270,70
Bank E
723,81
7.000,00
7,00%
VR 000Y
96,00000%
723,81
10,71
705,57
3,84
709,41
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing Bank dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank E Kuantitas penawaran E (Rp1.000 miliar) x Sisa Nominal (Rp1.900 miliar) = Rp723,81 miliar Jumlah penawaran D dan E (Rp5.250 miliar)
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Accrued interest dari tanggal pembayaran kupon terakhir sampai dengan tanggal first leg. 4) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 5) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit Bank Indonesia.
Lampiran 6a … 145
Lampiran 5a
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 6a
CONTOH PERHITUNGAN PEMENANG LELANG PENJUALAN SUN
SOR dan Multiple Yield untuk SUN INDOGB 12 10/10 Target Indikatif Target Yield
: Rp 6 Triliun : 12% (99,962%)
Rincian Penawaran : PENAWARAN NO
NOMINAL
KUMULATIF
KUMULATIF
YIELD
PRICE
(Rp Miliar)
(Rp Miliar)
(%)
(%)
(%)
1
250
250
2
450
3
250
4
RRT YIELD (%)
RRT PRICE (%)
HASIL NOMINAL KUMULATIF DIMENANGKAN (Rp Miliar) (Rp Miliar)
3,36
11,85
100,640
11,85
100,64
250
250
700
9,40
11,90
100,640
11,88
100,64
450
700
950
12,75
11,95
100,187
11,90
100,52
250
950
1.250
2.200
29,53
12,00
99,962
11,96
100,20
1.148
2.098
5
500
2.700
36,24
12,00
99,962
11,96
100,16
459
2.557
6
2.000
4.700
63,09
12,00
99,962
11,98
100,07
1.836
4.393
7
250
4.950
66,44
12,00
99,962
11,98
100,07
230
4.623
8
1.500
6.450
86,58
12,00
99,962
11,99
100,04
1.377
6.000
9
750
7.200
96,64
12,10
99,513
12,00
99,99
0
6.000
10
250
7.450
100,00
12,15
99,290
12,00
99,97
0
6.000
Jumlah penawaran yang masuk melebihi target indikatif, maka tidak semua peserta memenangkan lelang. Pemenang lelang ditentukan sebagai berikut : 1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran dengan yield yang sama atau lebih kecil dari SOR (Stop Out Rate) yaitu 12% (harga = 99,962%). Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran yield lebih kecil dari 12%, yaitu peserta 1 s.d. peserta 8; 2. Peserta 4 s.d. peserta 8 memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot jumlah penawaran masing-masing dibandingkan jumlah penawaran untuk yield 12%. Rincian jumlah yang dimenangkan secara proporsional dapat dilihat pada tabel di atas. Contoh perhitungan untuk nilai nominal yang dimenangkan peserta 4 adalah sebagai berikut: Peserta 4 = (1.250 : (6.450 - 950)) x (6.000 - 950) = Rp1.148 miliar.
Lampiran 6b … 146
Lampiran 5b
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 6b
CONTOH PERHITUNGAN PEMENANG LELANG PEMBELIAN SUN
SOR dan Multiple Yield untuk SUN INDOGB 12 10/10 Target Indikatif Target Yield
: Rp 6 Triliun : 12% (99,962%)
Rincian Penawaran : PENAWARAN NO
1
NOMINAL
KUMULATIF
KUMULATIF
YIELD
PRICE
(Rp Miliar)
(Rp Miliar)
(%)
(%)
(%)
RRT YIELD (%)
RRT PRICE (%)
250
250
3,45
12,20
99,067
12,20
99,07
2
750
1.000
13,79
12,15
99,290
12,16
3
1.500
2.500
34,48
12,10
99,513
12,13
4
250
2.750
37,93
12,05
99,737
5
2.000
4.750
65,52
12,00
6
500
5.250
72,41
12,00
7
1.250
6.500
89,66
12,00
8
250
6.750
93,10
11,90
9
450
7.200
99,31
11,85
10
50
7.250
100,00
11,80
HASIL NOMINAL KUMULATIF DIMENANGKAN (Rp Miliar) (Rp Miliar) 250
250
99,23
750
1.000
99,40
1.500
2.500
12,12
99,43
250
2.750
99,962
12,07
99,66
1.733
4.483
99,962
12,06
99,68
433
4.917
99,962 100,41 3 100,64 0 100,86 8
12,05
99,74
1.083
6.000
12,04
99,76
0
6.000
12,03
99,82
0
6.000
12,03
99,82
0
6.000
Jumlah penawaran yang masuk melebihi target indikatif, maka tidak semua peserta memenangkan lelang. Pemenang lelang ditentukan sebagai berikut : 1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran dengan yield yang sama atau lebih besar dari SOR (Stop Out Rate) yaitu 12% (harga = 99,962%). Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran yield lebih besar dari 12%, yaitu peserta 1 s.d. peserta 7; 2. Peserta 5 s.d. peserta 7 memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot jumlah penawaran masing-masing dibandingkan jumlah penawaran untuk yield 12%. Rincian jumlah yang dimenangkan secara proporsional dapat dilihat pada tabel di atas. Contoh perhitungan untuk nilai nominal yang dimenangkan peserta 5 adalah sebagai berikut: Peserta 5 = (2.000 : (6.500 – 2.750)) x (6.000 – 2.750) = Rp1.733 miliar.
Lampiran 6c … 147
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 5c
Lampiran 6c
PERHITUNGAN HARGA SETELMEN PEMBELIAN/PENJUALAN SBN
I. Rumus perhitungan Harga Setelmen per unit : A. Dalam hal SUN berupa Obligasi Negara dengan Kupon (termasuk ORI) Ps = P + AI dimana, F c N× N c a n + − N × × P= d d n E F -1+ k -1+ i i E k =1 E 1 + 1 + n n
∑
AI = N ×
c a × n E
B. Dalam hal SUN berupa Obligasi Negara tanpa kupon (zero coupon bond) Ps =
N D
(1 + i )365
C. Dalam hal SUN berupa SPN N Ps = D 1+ i x 365 dimana, Ps = Harga Setelmen per unit N = Nilai nominal SUN per unit AI = Bunga Berjalan (accrued interest) per unit SUN c = Tingkat kupon (coupon rate) dalam persentase i = Imbal hasil sampai jatuh tempo (yield to maturity) dalam persentase sampai dengan 5 (lima) desimal n = Frekuensi pembayaran kupon dalam setahun D = Jumlah … 148
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 -------------------------------------------------------------D
=
a
=
d
=
E
=
F
=
k
=
Lanjutan Lampiran 5c
Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal setelmen Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya, dimana pelaksanaan setelmen terjadi Jumlah frekuensi pembayaran kupon yang tersisa dari tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo 1, 2, 3, …, F
II. Contoh perhitungan Harga Setelmen per unit : A. SUN berupa Obligasi Negara dengan Kupon (termasuk ORI) Pada tanggal 14 Juli 2010 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual Obligasi Negara dengan nilai nominal per unit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan kupon sebesar 12,125% (dua belas koma seratus dua puluh lima persen) per tahun. Obligasi Negara ini jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2012 dan kupon dibayarkan di belakang pada tanggal 15 Februari dan 15 Agustus setiap tahunnya. Jika yield yang ditawarkan sebesar 8,21000% (delapan koma dua puluh satu ribu persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 14 Juli 2010, maka harga setelmen per unit SUN dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut : N = Rp 1.000.000,00 (satu juta Rupiah) c = 12,125% (dua belas koma seratus dua puluh lima persen) i = 8,21000% (delapan koma dua puluh satu ribu persen) n = 2 (dua) kali dalam satu tahun (semi annually) yaitu setiap tanggal 15 Februari dan 15 Agustus a = 149 (seratus empat puluh sembilan) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon (16 Februari 2010) sampai dengan tanggal setelmen (14 Juli 2010) d = 32 (tiga puluh dua) hari yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu hari) sesudah tanggal setelmen (15 Juli 2010) sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya (15 Agustus 2010) E = 181 (seratus delapan puluh satu) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya … 149
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 5c
sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya, dimana pelaksanaan setelmen terjadi (16 Februari 2010 sampai dengan 15 Agustus 2010) = 4 (empat) kali, yaitu jumlah pembayaran kupon yang tersisa dari tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo = 1, 2, 3,…, F
F k
Harga bersih per unit dihitung sebagai berikut : 12,125% 4 Rp 1.000.000 × Rp 1.000.000 12,125% 149 2 P= × + − Rp 1.000.000 × 32 32 2 181 k =1 4 - 1+ k - 1+ 8,21000% 8,21000% 181 181 1 + 1 + 2 2
∑
= Rp 880.027,69 + Rp 226.910,54 – Rp 49.906,77 = Rp 1.057.031,45 Dimana bunga berjalan (accrued interest) per unit dihitung sebagai berikut: AI
= Rp 1.000.000 x 12,125%/2 x 149/181 = Rp 49.906,77
Harga Setelmen per unit dihitung sebagai berikut : Ps
= P + AI = Rp 1.057.031,45 + Rp 49.906,77 = Rp 1.106.938,22 = Rp 1.106.938,00
Jadi Harga Setelmen per unit SUN setelah dibulatkan adalah sebesar Rp1.106.938,00 (satu juta seratus enam ribu sembilan ratus tiga puluh delapan rupiah). B. SUN berupa Obligasi Negara tanpa kupon (zero coupon bond) Pada tanggal 14 Juli 2010 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual Obligasi Negara dengan nilai nominal per unit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). Obligasi Negara ini jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2012. Jika yield yang ditawarkan sebesar 12,50000% (dua belas koma lima persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 14 Juli 2010, maka harga setelmen per unit Obligasi Negara dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut : N = Rp1.000.000,00 … 150
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 5c
N = Rp 1.000.000,00 i = 12,50000% D = 581 (lima ratus delapan puluh satu) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen (15 Juli 2010) sampai dengan tanggal jatuh tempo (15 Februari 2012) Ps =
Ps
Rp 1.000.000
(1 +
581
12,50000%
) 365
= Rp 829.041,74 = Rp 829.042,00
C. SUN berupa SPN Pada tanggal 13 Juli 2010 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual SPN dengan nilai nominal per unit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). SPN ini jatuh tempo pada tanggal 18 Maret 2011. Jika yield yang ditawarkan sebesar 12,00000% (dua belas persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 13 Juli 2010, maka harga setelmen per unit SPN dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: N = Rp 1.000.000,00 i = 12,00000% D = 248 (dua ratus empat puluh delapan) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen (14 Juli 2010) sampai dengan tanggal jatuh tempo (18 Maret 2011) Ps =
Ps
Rp 1.000.000 248 1 + 12,00000%x 365
= Rp 924.612,42 = Rp 924.612,00
Lampiran 7 … 151
Lampiran SE No.13/ 20 /DPM Tanggal 8 Agustus 2011 -----------------------------------------------------------------------------
Lampiran 6
Lampiran 8 CONTOH TRANSAKSI PENJUALAN VALAS TERHADAP SBN 1. Rencana Lelang Kurs Metode lelang Target indikatif Window time Setelmen Jenis underlying asset No
: Harga beragam (variable exchange rate) : Rp8 triliun : 14.30 WIB-15.00 WIB : T+2 : Beberapa seri Obligasi Negara (multiple securities)
1.
Seri FR000X
Harga 111,576%
2.
FR000Y
103,298%
3.
VR000X
99,808%
2. Penawaran Lelang Kuantitas : Rp10,5 triliun Rentang Penawaran kurs USD/IDR: Rp 8480 - Rp 8555
Nama Bid Bank (1) (2) 1A 1B 1C
Kurs USD/IDR (3) 8515 8505 8550
2C 1D 1E
8555 8540 8500
2E
8510
3 1 2 3 1
8500 8500 8505 8490 8480
E F F F G
Penawaran Lelang SBN dijual Nominal Kumulatif SERI Rp Miliar Penawaran (4) (5) (6) FR000X 250 250 VR000X 750 1000 FR000Y 1000 2000 FR000X 1000 3000 VR000X 500 3500 FR000Y 250 3750 FR000X 1500 5250 FR000Y 500 5750 FR000X 1500 7250 FR000Y 500 7750 VR000X 500 8250 VR000X 1000 9250 FR000Y 500 9750 FR000X 450 10200 VR000X 300 10500
Harga SBN (7) 111,576% 99,808% 103,298% 111,576% 99,808% 103,298% 111,576% 103,298% 111,576% 103,298% 99,808% 99,808% 103,298% 111,576% 99,808%
3. Penetapan ...
152
Lanjutan Lampiran 6
Lampiran SE No.13/ 20 /DPM Tanggal 8 Agustus 2011 ----------------------------------------------------------------------------Lampiran 8 3. Penetapan Pemenang Lelang : a. Penawaran yang dinyatakan menang secara proporsional Batas penawaran kurs USD/IDR : 8500 Kurs rata-rata tertimbang USD/IDR : 8521
Nama
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
C C C D A E E B F E E E F F G
Bank
Bid
(2)
(3) 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 1 3 1
Kumulatif Kuantitas yg Penawaran dimenangkan
Kurs
SBN dijual
Nominal
USD/IDR
SERI
Rp Miliar
Rp Miliar
(5) VR000X FR000Y FR000X FR000Y FR000X FR000X FR000Y VR000X FR000Y FR000X FR000Y VR000X VR000X FR000X VR000X
(6)
(7)
(4) 8555 8550 8550 8540 8515 8510 8510 8505 8505 8500 8500 8500 8500 8490 8480
500 1000 1000 250 250 1500 500 750 500 1500 500 500 1000 450 300
500 1500 2500 2750 3000 4500 5000 5750 6250 7750 8250 8750 9750 10200 10500
Rp Miliar (8) 500,00 1000,00 1000,00 250,00 250,00 1500,00 500,00 750,00 500,00 750,00 250,00 250,00 500,00
Penetapan Lelang Kumulatif yg Harga dimenangkan
Rp Miliar (9)
TIDAK MENANG
500 1500 2500 2750 3000 4500 5000 5750 6250 7000 7250 7500 8000
(10) 99,808% 103,298% 111,576% 103,298% 111,576% 111,576% 103,298% 99,808% 103,298% 111,576% 103,298% 99,808% 99,808%
Accrued Interest
Nilai Setelmen SBN
Rp Miliar
Rp Miliar
Rp Miliar
(11)
(12) = (8x10)+(11)
(13)
3,78 30,24 39,58 7,56 9,90 59,38 15,12 5,67 15,12 29,69 7,56 1,89 3,78
Kumulatif Kurs rata-rata Nilai tertimbang Setelmen SBN
Nilai Valas
USD (15) = (13) / (4)
(14)
502,82 502,82 1.063,22 1.566,04 1.155,34 2.721,38 265,81 2.987,19 288,84 3.276,03 1.733,02 5.009,04 531,61 5.540,65 754,23 6.294,88 531,61 6.826,49 866,51 7.693,00 265,81 7.958,80 251,41 8.210,21 502,82 8.713,03 Total Setelmen Valas Kurs rata-rata tertimbang (USD/IDR)
8555 8552 8551 8550 8547 8534 8532 8529 8527 8524 8523 8522 8521
58.774.726 124.353.574 135.127.875 31.124.797 33.920.826 203.644.536 62.469.040 88.680.384 62.505.765 101.942.059 31.271.266 29.577.516 59.155.033 1.022.547.397 8.521
Keterangan ...
153
Lampiran SE No.13/ 20 /DPM Tanggal 8 Agustus 2011 -----------------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 6
Lampiran 8 Keterangan 1. Pemenang lelang adalah bank yang mengajukan penawaran kurs dengan nilai sama atau lebih tinggi dari batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia yaitu 8500. Dengan demikian pemenang lelang adalah bank yang mengajukan penawaran kurs 8500 atau lebih tinggi dari 8500 yaitu nomor 1-13. 2. Bank E sd F (nomor 10-13) memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot jumlah penawaran masing-masing yang dibandingkan dengan jumlah penawaran untuk kurs 8500. Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional adalah sebagai berikut: Kuantitas lelang yang diterima (1-13) : Rp 8 triliun Kuantitas lelang yang diterima dari kurs yang lebih tinggi 8500 (1-9) : Rp 6,25 triliun Sisa kuantitas yang harus diambil pada kurs 8500 : Rp 1,75 triliun Kuantitas sebesar Rp 1,75 triliun diproporsional untuk total penawaran yang berada pada batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia berjumlah (10-13) : Rp 3,5 triliun Perhitungan untuk nilai nominal yang dimenangkan masing-masing Bank Bank E = (1,5/3,5)x (1,75) = Rp 0,75 triliun Bank E = (0,5/3,5)x (1,75) = Rp 0,25 triliun Bank E = (0,5/3,5)x (1,75) = Rp 0,25 triliun Bank F = (1/3,5)x(1,75) = Rp 0,50 triliun 3. Nominal Surat Berharga dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan ketentuan apabila dibawah dan sama dengan Rp500.000 (lima ratus ribu) dibulatkan menjadi nol, sedangkan diatas Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dibulatkan menjadi Rp1.000.000 (satu juta rupiah). 4. Kurs rata-rata tertimbang dan nilai setelmen valas dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan ketentuan apabila dibawah dan sama dengan 0,5 (nol koma lima) dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas 0,5 (nol koma lima) dibulatkan menjadi 1 (satu). b. Penawaran ... 154
Lanjutan Lampiran 6
Lampiran SE No.13/ 20 /DPM Tanggal 8 Agustus 2011 -----------------------------------------------------------------------------
Lampiran 8 b. Penawaran yang dinyatakan menang secara full amount Batas penawaran kurs USD/IDR : 8500 Nama
No (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
C C C D A E E B F E E E F F G
Bank
Bid
(2)
(3) 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 1 3 1
Penetapan Lelang Kumulatif Kuantitas yg Kumulatif yg Harga Penawaran dimenangkan dimenangkan
Kurs
SBN yang dijual
Nominal
USD/IDR
SERI
Rp Miliar
Rp Miliar
(5) VR000X FR000Y FR000X FR000Y FR000X FR000X FR000Y VR000X FR000Y FR000X FR000Y VR000X VR000X FR000X VR000X
(6)
(7)
(4) 8555 8550 8550 8540 8515 8510 8510 8505 8505 8500 8500 8500 8500 8490 8480
500 1000 1000 250 250 1500 500 750 500 1500 500 500 1000 450 300
Rp Miliar
(8) 500 500,00 1500 1000,00 2500 1000,00 2750 250,00 3000 250,00 4500 1500,00 5000 500,00 5750 750,00 6250 500,00 7750 1500,00 8250 500,00 8750 500,00 9750 1000,00 10200 TIDAK MENANG 10500
Rp Miliar (9) 500 1500 2500 2750 3000 4500 5000 5750 6250 7750 8250 8750 9750
Accrued Interest
Rp miliar (10) 99,808% 103,298% 111,576% 103,298% 111,576% 111,576% 103,298% 99,808% 103,298% 111,576% 103,298% 99,808% 99,808%
(11) 3,78 30,24 39,58 7,56 9,90 59,38 15,12 5,67 15,12 59,38 15,12 3,78 7,56
Nilai Settlemen SBN Rp Miliar
Kumulatif Nilai Settlemen SBN
Kurs rata-rata tertimbang
Rp Miliar
USD
(13) (14) 502,82 502,82 8555 1063,22 1566,04 8552 1155,34 2721,38 8551 265,81 2987,19 8550 288,84 3276,03 8547 1733,02 5009,04 8534 531,61 5540,65 8532 754,23 6294,88 8529 531,61 6826,49 8527 1733,02 8559,51 8521 531,61 9091,12 8520 502,82 9593,93 8519 1005,64 10599,57 8517 Total Setelmen Valas Kurs rata-rata tertimbang (USD/IDR)
(12) = (8x10)+(11)
Nilai Valas
(15) = (13) / (4)
58.774.726 124.353.574 135.127.875 31.124.797 33.920.826 203.644.536 62.469.040 88.680.384 62.505.765 203.884.118 62.542.533 59.155.033 118.310.065 1.244.493.272 8517
Keterangan ... 155
Lampiran SE No.13/ 20 /DPM Tanggal 8 Agustus 2011 -----------------------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 6
Keterangan : 1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran kurs dengan nilai sama atau lebih tinggi dari batas penawaran kurs USD/IDR yang diterima Bank Indonesia yaitu 8500 dan dimenangkan dengan full amount. Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran kurs lebih tinggi atau sama dengan 8500 yaitu nomor 1-13. 2. Kurs rata-rata tertimbang dan nilai setelmen valas dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan ketentuan apabila dibawah dan sama dengan 0,5 (nol koma lima) dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas 0,5 (nol koma lima) dibulatkan menjadi 1 (satu).
Lampiran 8 merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.
HENDAR DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER
156
Lampiran 7 LAMPIRAN 9 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 18 /DPM TANGGAL 8 JUNI 2012 PERIHAL PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Beragam (Variable Rate Tender) 1.
2.
Rencana Lelang Tanggal Lelang Metode Lelang Jangka Waktu Target Lelang Window Time Tanggal Settlement Tanggal Jatuh Waktu Pengumuman Hasil Lelang
: : : : : : : :
Penawaran Lelang Kuantitas Tingkat Suku Bunga
: USD 75 juta : 0,08% -0,12%
9 Juli 2012 Harga beragam (variable rate tender) 30 hari USD 25 juta 14.00 – 15.00 WIB 11 Juli 2012 13 Agustus 2012 9 Juli 2012 / 17.00 WIB
3. Penetapan ...
157
Lanjutan Lampiran 7
3.
Penetapan Pemenang Lelang Dimenangkan sebagian pada SOR SOR : 0,10% (diterima secara proporsional) Rata-rata tertimbang : 0,09040% Tabel Perhitungan Kuantitas Pemenang Lelang Secara Proporsional dan Rata-rata Tertimbang Suku Bunga Pada Lelang Variable Rate Tender Penawaran
Pemenang Lelang
Rata-rata Rata-rata No. Bank Kuantitas Kumulatif Suku Tertimbang Kuantitas Kumulatif Suku Tertimbang (USD (USD Bunga (USD (USD Bunga Suku Suku ribu) ribu) (%) ribu) ribu) (%) Bunga (%) Bunga (%) 1 A 6000 6000 0.08 0.08000 6000 6000 0.08 0.08000 2 B 5000 11000 0.09 0.08455 5000 11000 0.09 0.08455 3 C 7000 18000 0.09 0.08667 7000 18000 0.09 0.08667 4 D 8000 26000 0.10 0.09077 2800 20800 0.10 0.08846 5 E 12000 38000 0.10 0.09368 4200 25000 0.10 0.09040 6 F 10000 48000 0.11 0.09708 7 A 5000 53000 0.11 0.09830 8 G 8000 61000 0.11 0.09984 Tidak menang 9 B 9000 70000 0.12 0.10243 10 H 5000 75000 0.12 0.10360
Keterangan ...
158
Lanjutan Lampiran 7
Keterangan: Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional (penawaran no.4 s.d 5) dihitung sebagai berikut: - Kuantitas lelang yang diterima di bawah SOR (penawaran 1 s.d. 3): 18000 (USD ribu) - Kuantitas yang diterima pada SOR (penawaran 4 s.d. 5) : 20000 (USD ribu) - Sisa kuantitas yang harus diambil pada level SOR : 7000 (USD ribu) Kuantitas sebesar USD 7 juta diproporsional untuk total penawaran yang berada pada level SOR yang berjumlah USD 20 juta. Contoh kuantitas yang dimenangkan penawaran no.4: Bank D = (8 juta/20 juta) × USD 7 juta = USD 2,8 juta Bank E = (12 juta/20 juta) x USD 7 juta = USD 4,2 juta
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
LAMPIRAN ...
159
Lampiran 8
LAMPIRAN 10 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 18 /DPM TANGGAL 8 JUNI 2012 PERIHAL PERUBAHAN KEEMPAT ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Term Deposit Valas dengan Metode Lelang Harga Tetap (Fixed Rate Tender) 1.
2.
3.
Rencana Lelang Tanggal Lelang Metode Lelang Jangka Waktu Tingkat Bunga Window Time Tanggal Settlement Tanggal Jatuh Waktu Pengumuman Hasil Lelang Penawaran Lelang Kuantitas
: : : : : : : :
9 Juli 2012 Harga tetap (fixed rate tender) 30 hari 0,10% 14.00 WIB –15.00 WIB 11 Juli 2012 13 Agustus 2012 9 Juli 2012 / 17.00 WIB
: USD 75 juta
Penetapan Pemenang Lelang Seluruh penawaran sampai dengan SOR dinyatakan menang Kuantitas : USD 75 juta (full amount)
Tabel ...
160
Lanjutan Lampiran 8
Tabel Perhitungan Kuantitas Pemenang Lelang Term Deposit Valas Pada Lelang Fixed Rate Tender
No. Bank 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A B C D E F A G B H
Kuantitas (USD ribu) 6000 5000 7000 8000 12000 10000 5000 8000 9000 5000
Penawaran Pemenang Lelang Kumulatif Suku Kuantitas Kumulatif Suku (USD Bunga (USD (USD Bunga (%) ribu) (%) ribu) ribu) 6000 0.10 6000 6000 0.10 11000 0.10 5000 11000 0.10 18000 0.10 7000 18000 0.10 26000 0.10 8000 26000 0.10 38000 0.10 12000 38000 0.10 48000 0.10 10000 48000 0.10 53000 0.10 5000 53000 0.10 61000 0.10 8000 61000 0.10 70000 0.10 9000 70000 0.10 75000 0.10 5000 75000 0.10
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
161
Lampiran 9 LAMPIRAN 11 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/24/DPM TANGGAL 5 JULI 2013 PERIHAL PERUBAHAN KELIMA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Transaksi Swap Jual Bank Indonesia Tenor Target indikatif
: 1 bulan : USD 85 juta Tabel Perhitungan Kuantitas Pemenang Lelang Secara Proporsional
Bidding Bank C Bank I Bank A Bank G Bank B Bank A Bank E Bank F Bank J Bank K Bank B Bank G Bank D Bank F
Penawaran Premi Jumlah Bidding swap (USD) 42 10.000.000,00 Bank C 42 10.000.000,00 Bank I 41 10.000.000,00 Bank A 41 5.000.000,00 Bank G 40 6.000.000,00 Bank B 40 5.000.000,00 Bank A 40 8.000.000,00 Bank E 40 6.000.000,00 Bank F 40 10.000.000,00 Bank J 40 10.000.000,00 Bank K 39 10.000.000,00 Bank B 39 5.000.000,00 Bank G 38 15.000.000,00 38 10.000.000,00
Penetapan pemenang Premi Jumlah Jumlah Kumulatif swap (USD) (USD) 42 10.000.000,00 10.000.000,00 42 10.000.000,00 20.000.000,00 41 10.000.000,00 30.000.000,00 41 5.000.000,00 35.000.000,00 40 6.000.000,00 41.000.000,00 40 5.000.000,00 46.000.000,00 40 8.000.000,00 54.000.000,00 40 6.000.000,00 60.000.000,00 40 10.000.000,00 70.000.000,00 40 10.000.000,00 80.000.000,00 39 3.300.000,00 83.300.000,00 *) 39 1.700.000,00 85.000.000,00 *)
Keterangan ... 162
Lanjutan Lampiran 9
Keterangan *) : Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional (penawaran Bank B dan Bank G dengan premi swap 39) dihitung sebagai berikut: - Kuantitas lelang yang diterima lebih tinggi dari batas penawaran premi: USD 80 juta - Kuantitas yang diterima pada batas penawaran premi ( Bank B dan Bank G ): USD 15 juta - Sisa kuantitas yang harus diambil pada batas penawaran premi : USD 5 juta Kuantitas sebesar USD 5 juta diproporsional untuk total penawaran yang berada pada batas penawaran premi yang berjumlah USD 15 juta. Contoh kuantitas yang dimenangkan: Bank B = (10 juta/15 juta) × USD 5 juta = USD 3,333,333. Sesuai ketentuan dibulatkan menjadi USD 3,300,000.00. Bank G = (5 juta/15 juta) x USD 5 juta = USD 1,666,667. Sesuai ketentuan dibulatkan menjadi USD 1,700,000.00.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
LAMPIRAN ... 163
LAMPIRAN 12 Lampiran 10 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/24/DPM TANGGAL 5 JULI 2013 PERIHAL PERUBAHAN KELIMA ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA Contoh Perhitungan Kuantitas dan Penetapan Pemenang Lelang Transaksi FX Swap Beli Bank Indonesia Tenor Target indikatif
: 1 bulan : USD 85 juta Tabel Perhitungan Kuantitas Pemenang Lelang Secara Proporsional
Bidding Bank G Bank A Bank C Bank F Bank F Bank I Bank J Bank K Bank B Bank A Bank E Bank G Bank B Bank D
Penawaran Premi Jumlah Bidding swap (USD) 34 5.000.000,00 Bank G 35 10.000.000,00 Bank A 35 10.000.000,00 Bank C 35 6.000.000,00 Bank F 35 10.000.000,00 Bank F 35 10.000.000,00 Bank I 35 10.000.000,00 Bank J 35 10.000.000,00 Bank K 36 6.000.000,00 Bank B 36 5.000.000,00 Bank A 36 8.000.000,00 Bank E 36 5.000.000,00 Bank G 37 10.000.000,00 38 15.000.000,00
Penetapan pemenang Premi Jumlah Jumlah Kumulatif swap (USD) (USD) 34 5.000.000,00 5.000.000,00 35 10.000.000,00 15.000.000,00 35 10.000.000,00 25.000.000,00 35 6.000.000,00 31.000.000,00 35 10.000.000,00 41.000.000,00 35 10.000.000,00 51.000.000,00 35 10.000.000,00 61.000.000,00 35 10.000.000,00 71.000.000,00 36 3.500.000,00 74.500.000,00 36 2.900.000,00 77.400.000,00 36 4.700.000,00 82.100.000,00 36 2.900.000,00 85.000.000,00
**) **) **) **)
Keterangan ... 164
Lanjutan Lampiran 10
Keterangan **) : Perhitungan kuantitas pemenang lelang secara proporsional (penawaran Bank B, Bank A, Bank E dan Bank G dengan premi swap 36) dihitung sebagai berikut: - Kuantitas lelang yang diterima lebih rendah dari batas penawaran premi : USD 71 juta - Kuantitas yang diterima pada batas penawaran premi (penawaran Bank B,A,E dan G): USD 24 juta - Sisa kuantitas yang harus diambil pada batas penawaran premi: USD 14 juta Kuantitas sebesar USD 14 juta diproporsional untuk total penawaran yang berada pada batas penawaran premi yang berjumlah USD 24 juta. Contoh kuantitas yang dimenangkan: Bank B = (6 juta/24 juta) × USD 14 juta Bank A = (5 juta/24 juta) x USD 14 USD 2,900,000.00. Bank E = (8 juta/24 juta) × USD 14 USD 4,700,000.00. Bank G = (5 juta/24 juta) x USD 14 USD 2,900,000.00.
= USD 3,500,000. juta = USD 2,916,667. Sesuai ketentuan dibulatkan menjadi juta = USD 4,666,667. Sesuai ketentuan dibulatkan menjadi juta = USD 2,916,667. Sesuai ketentuan dibulatkan menjadi
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA 165
LAMPIRAN Lampiran 11 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 5 /PBI/2012 TANGGAL 8 JUNI 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR - 8 - OPERASI MONETER 12/11/PBI/2010 TENTANG
CONTOH LAPORAN PDN SETELAH DIKURANGI TERM DEPOSIT VALAS Kepada Yth. Bank Indonesia cq.: Departemen Pengawasan Bank / Kantor Perwakilan BI1 Jl.............. 1. LAPORAN PDN GABUNGAN KANTOR DN SETELAH DIKURANGI TERM DEPOSIT VALAS Sandi Bank
Jenis Kegiatan Usaha
Jenis
Sandi Valuta
Tgl Laporan
No form
Jumlah record isi
Volume (jumlah dalam juta rupiah)
Term Deposit Valas PDN setelah dikurangi Term Deposit Valas Terlampir perhitungan PDN gabungan kantor DN setelah dikurangi term deposit valas.2 2. LAPORAN PDN GABUNGAN KANTOR DN DAN LN SETELAH DIKURANGI TERM DEPOSIT VALAS Sandi Bank
Jenis Kegiatan Usaha
Jenis
Sandi Valuta
Tgl Laporan
No form
Jumlah record isi
Volume (jumlah dalam juta rupiah)
Term Deposit Valas PDN setelah dikurangi Term Deposit Valas Terlampir perhitungan PDN gabungan kantor DN dan LN setelah dikurangi term deposit valas.2 Jakarta, (diisi tanggal/bulan/tahun)
(....................)3 1
Diisi sesuai dengan Departemen Pengawasan Bank terkait atau kantor perwakilan BI setempat. Dilampirkan perhitungan dengan mengacu pada contoh perhitungan sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal 7A ayat (2). 3 Ditandatangani dan diisi nama dan jabatan pejabat/pegawai yang bertanggung jawab. 2
GUBERNUR BANK INDONESIA,
DARMIN NASUTION
166
Lampiran 12 LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/31/DPM TANGGAL 27 Agustus 2013 PERIHAL PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/17/DPM TANGGAL 6 JULI 2010 PERIHAL KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES)
CONTOH PERHITUNGAN SETELMEN TRANSAKSI LENDING FACILITY -------------------------------------------------Contoh 1 Bank melakukan transaksi Lending Facility yang berjangka waktu 1 (satu) hari pada tanggal 17 Juni 2010 dengan Repo rate sebesar 7,5% dan jatuh waktu tanggal 18 Juni 2010. Tabel 1. Perhitungan Nilai Setelmen Surat Berharga
Nilai nominal (juta Rp)
Harga Surat Berharga1) (%)
Haircut (%)
Accrued interest/ Imbalan2) (juta Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Nilai setelmen first leg (juta Rp)
Bunga repo (juta Rp)
(6) = {(2)x[(3)(4)]} + (5) 9.846,43 21.269,65 3.931,05 4.723,00 5.578,68
(7) = (6) x 7,5% x 1/360 2,05 4,43 0,82 0,98 1,16
Nilai setelmen second leg (juta Rp) (8) = (6) + (7)
1. SBI 10.000 98,46433 0 9.848,48 2. FRxxxx 20.000 110,37000 5 195,65 21.274,08 3. ZCxxxx 5.000 83,62000 5 3.931,87 4. SPN 5.000 99,46000 5 4.723,98 5. SBSN 5.000 114,23600 5 116,88 5.579,84 Keterangan : 1) Harga Surat Berharga pada tanggal setelmen first leg sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg.
Rumus perhitungan : 1. Nilai setelmen first leg a.
Untuk SBI, ZCB dan SPN
Nilai Nominal Surat Harga Surat setelmen Berharga yang Berharga first leg direpokan
- Haircut
b. Untuk Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN dengan kupon Nilai Accrued Nominal Surat Harga Surat setelmen Berharga yang - Haircut interest / Berharga first leg imbalan direpokan
2.
Nilai setelmen second leg Nilai Nilai Bunga setelmen setelmen Repo second leg first leg Lending Facility
Contoh 2 … 167
Lanjutan Lampiran 12
Contoh 2 Bank melakukan transaksi Lending Facility yang berjangka waktu 1 (satu) hari pada tanggal 3 Juli 2013 dengan Repo rate sebesar 6,75% dan jatuh waktu tanggal 4 Juli 2013. Tabel 1. Perhitungan Nilai Setelmen Surat Berharga
Nilai nominal (juta Rp)
Harga Surat Berharga1) (%)
Hair cut (%)
Accrued interest/ Imbalan2) (juta Rp)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Nilai setelmen first leg (juta Rp) (6) = {(2)x[(3)-(4)]} + (5) 9.785,57 4.976,26 24.963,05 3.976,25 4.743,93
Bunga repo (juta Rp) (7) = (6) x 6,75% x 1/360 1,83 0,93 4,68 0,75 0,89
Nilai setelmen second leg (juta Rp) (8) = (6) + (7)
SBI 10.000 97,8557 0 9.787,41 SDBI 5.000 99,5252 0 4.977,19 FRxxxx 20.000 127,9700 5 369,05 24.967,73 ZCxxxx 5.000 84,5250 5 3.977,00 SPN 5.000 99,8785 5 4.744,81 SBSN Jk 5.000 98,9791 5 4.698,96 0,88 4.699,84 Pendek 7. SBSN 5.000 121,3500 5 190,61 6.008,11 1,13 6.009,24 Keterangan : 1) Harga Surat Berharga pada tanggal setelmen first leg sebagaimana diumumkan di BI-SSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen first leg.
Rumus perhitungan : 1. Nilai setelmen first leg a.
Untuk SBI, SDBI, ZCB, SPN dan SBSN Jangka Pendek Nilai Nominal Surat Harga Surat setelmen Berharga yang Berharga first leg di repo kan
b.
- Haircut
Untuk Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN dengan kupon Nilai Accrued Nominal Surat Harga Surat setelmen Berharga yang - Haircut interest / Berharga first leg imbalan di repo kan
2.
Nilai setelmen second leg Nilai Nilai Bunga setelmen setelmen Repo second leg first leg Lending Facility
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
168
LAMPIRAN 2 Lampiran 13 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/31/DPM TANGGAL 27 Agustus 2013 PERIHAL PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/17/DPM TANGGAL 6 JULI 2010 PERIHAL KORIDOR SUKU BUNGA (STANDING FACILITIES)
CONTOH PERHITUNGAN TRANSAKSI PENJUALAN SECARA OUTRIGHT -------------------------------------------------Pada saat transaksi Lending Facility jatuh waktu pada tanggal 18 Juni 2010, Bank tidak dapat memenuhi kewajiban setelmen second leg. Transaksi Lending Facility yang mengalami kegagalan setelmen second leg diperlakukan sebagai transaksi penjualan secara Surat Berharga outright oleh Bank. A. Harga Surat Berharga pada tanggal transaksi first leg dan tanggal transaksi outright tidak berubah, maka perhitungan nilai transaksi outright adalah sebagai berikut : Tabel 2. Perhitungan Nilai Transaksi Outright (harga tetap) Surat Berharga 1. 2. 3. 4.
Nilai nominal (juta Rp)
(1) FRxxxx ZCxxxx SPN SBSN
(2) 20.000 5.000 5.000 5.000
Harga Surat Berharga1) (%) (3) 110,37000 83,62000 99,46000 114,23600
Accrued interest/ Imbalan2) (juta Rp) (4) 201,77 118,14
Nilai transaksi outright (juta Rp) (5) = [(2)x(3)]+(4) 22.275,77 4.181,05 4.973,00 5.829,94
Keterangan : 1) Harga Surat Berharga pada tanggal transaksi outright sebagaimana diumumkan di BISSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright.
Rumus perhitungan nilai transaksi outright : a. Untuk SPN, ZCB dan SBSN tanpa kupon Nilai Setelmenoutright
Nominal Surat Berharga
x
Harga Surat Berharga
b. Untuk Obligasi Negara termasuk ORI dan SBSN dengan kupon Nilai Setelmen outright
Nominal Harga Accrued Surat Berharga interest /imbalan Surat Berharga
Tabel 3 … 169
Lanjutan Lampiran 13
Tabel 3. Selisih Nilai Setelmen Second Leg dan Nilai Transaksi Outright (harga tetap) Surat Berharga
1. 2. 3. 4.
(1) FRxxxx ZCxxxx SPN SBSN
Nilai nominal (juta Rp) (2) 20.000 5.000 5.000 5.000
Nilai transaksi outright (juta Rp)
Nilai setelmen second leg (juta Rp) (3) 21.274,08 3.931,87 4.723,98 5.579,84
(4) 22.275,77 4.181,05 4.973,00 5.829,94
Selisih (3) dan (4) (juta Rp) (5) 1.001,68 249,18 249.02 250,09
Karena nilai kewajiban setelmen second leg (kolom (3)) lebih kecil dari nilai transaksi outright (kolom (4)), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). B. Harga Surat Berharga pada tanggal transaksi outright lebih kecil dari harga pada tanggal transaksi first leg, maka perhitungan nilai transaksi outright adalah sebagai berikut : Tabel 4. Perhitungan Nilai Transaksi Outright (harga turun) Surat Berharga 1. 2. 3. 4.
(1) FRxxxx ZCxxxx SPN SBSN
Nilai nominal (juta Rp) (2) 20.000 5.000 5.000 5.000
Harga Surat Berharga1) (%) (3) 105,00000 78,00000 94,00000 109,00000
Accrued interest/ Imbalan2) (juta Rp) (4) 201,77 118,14
Nilai transaksi outright (juta Rp) (5) = [(2)x(3)]+(4) 21.201,77 3.900,00 4.700,00 5.568,14
Keterangan : 1) Harga Surat Berharga pada tanggal transaksi outright sebagaimana diumumkan di BISSSS. 2) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright.
Tabel 5. Selisih Nilai Setelmen Second Leg dan Nilai Transaksi Outright (harga turun) Surat Berharga
1. 2. 3. 4.
(1) FRxxxx ZCxxxx SPN SBSN
Nilai nominal (juta Rp) (2) 20.000 5.000
5.000 5.000
Nilai setelmen second leg (juta Rp) (3) 21.274,08 3.931,87 4.723,98 5.579,84
Nilai transaksi outright (juta Rp) (4) 21.201,77 3.900,00 4.700,00 5.568,14
Selisih (3) dan (4) (juta Rp) (5)
72,31 31,87 23,98 11,70
Karena nilai kewajiban setelmen second leg (kolom (3)) lebih besar dari nilai transaksi outright (kolom (4)), Bank Indonesia mendebet Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). C. Bila … 170
Lanjutan Lampiran 13
C. Bila pada tanggal transaksi second leg harga Surat Berharga naik melebihi harga pada tanggal transaksi first leg, maka harga yang digunakan dalam perhitungan transaksi outright adalah harga pada transaksi first leg. Bank Indonesia akan mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai transaksi outright (menggunakan harga first leg) dan nilai setelmen second leg. Tabel 6. Perhitungan Nilai Transaksi Outright (harga naik) Surat Berharga
Nilai nominal (juta Rp)
Harga Surat Berharga1) (%)
(1) 1. FRxxxx 2. ZCxxxx 3. SPN 4. SBSN
(2) 20.000 5.000 5.000 5.000
(3) 112,00000 85,00000 101,00000 117,00000
Harga Surat Berharga untuk transaksi outright2) (4) 110,37000 83,62000 99,46000 114,23600
Accrued interest/ Imbalan3) (juta Rp) (5) 201,77 118,14
Nilai transaksi outright (juta Rp) (6) = [(2)x(4)]+(5) 22.275,77 4.181,05 4.973,00 5.829,94
Keterangan : 1) Harga Surat Berharga pada tanggal transaksi outright sebagaimana diumumkan di BISSSS. 2) Dalam hal harga Surat Berharga transaksi outright lebih besar dari harga pada tanggal transaksi first leg, maka perhitungan transaksi outright menggunakan harga pada tanggal transaksi first leg. 3) Accrued interest/imbalan dari tanggal pembayaran kupon/imbalan terakhir sampai dengan tanggal setelmen outright.
Tabel 7. Selisih Nilai Setelmen Second Leg dan Nilai Transaksi Outright (harga naik) Surat Berharga 1. 2. 3. 4.
(1) FRxxxx ZCxxxx SPN SBSN
Nilai nominal (juta Rp) (2) 20.000 5.000 5.000 5.000
Nilai setelmen second leg (juta Rp) (3) 21.274,08 3.931,87 4.723,98 5.579,84
Nilai transaksi outright (juta Rp) (4) 22.275,77 4.181,05 4.973,00 5.829,94
Selisih (3) dan (4) (juta Rp) (5) 1.001,69 249,18 249,02 250,10
Karena nilai kewajiban setelmen second leg (kolom (3)) lebih kecil dari nilai transaksi outright (kolom (4)), Bank Indonesia mengkredit Rekening Giro sebesar selisih nilai dimaksud (kolom (5)). KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
171
Lampiran 14 LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA
Perhitungan Jangka Waktu SBI
Contoh perhitungan jangka waktu SBI 1 (satu) bulan Data transaksi : Tanggal lelang
: 1 Desember 2010
Tanggal setelmen hasil lelang
: 2 Desember 2010
Tanggal SBI jatuh waktu
: 30 Desember 2010
Tanggal Setelmen
Tanggal Lelang
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
1 6
4
7
5
8
Mulai hitung hari
Jumat
2 6
9
Sabtu
Minggu
3
1
4
2
5
7
10
8
11
9
12
10
3
13
11
14
12
15
13
16
14
17
15
18
16
19
17
20
18
21
19
22
20
23
21
24
22
25
23
26
24
27
25
28
26
29
27
30
28
Jatuh waktu
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
172
Lampiran 15 LAMPIRAN 2 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA
Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SBI
Tanggal lelang
: 1 Desember 2010
Nilai Nominal SBI
: Rp. 1.000.000.000,00
Tingkat Diskonto
: 7,50%
Tanggal Jatuh Tempo
: 30 Desember 2010
Jangka waktu SBI
: 1 bulan (28 hari)
Nilai tunai dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai = Rp1.000.000.000 = Rp5.799.502,90
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
173
Lampiran 16 LAMPIRAN 1A SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA
Perhitungan Jangka Waktu SDBI
Contoh perhitungan jangka waktu SDBI 1 (satu) bulan Data transaksi : Tanggal lelang
: 1 Juli 2013
Tanggal setelmen hasil lelang
: 2 Juli 2013
Tanggal SDBI jatuh waktu
: 30 Juli 2013
Tanggal Lelang
Senin
Selasa
1 8
2 6
Mulai hitung hari
Tanggal Setelmen
9
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
3
1
4
2
5
7
10
8
11
9
12
10
13
3
6
Minggu 7
5
11
14
12
4
15
13
16
14
17
15
18
16
19
17
20
18
21
19
22
20
23
21
24
22
25
23
26
24
27
25
28
26
29
27
30
28
31
Jatuh waktu
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
174
LAMPIRAN 2A Lampiran 17 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 15/32/DPM TANGGAL 27 AGUSTUS 2013 PERIHAL PERUBAHAN KEENAM ATAS SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 12/18/DPM TANGGAL 7 JULI 2010 PERIHAL OPERASI PASAR TERBUKA
Perhitungan Diskonto Murni (True Discount) SDBI
Tanggal lelang
: 1 Juli 2013
Nilai Nominal SDBI
: Rp. 1.000.000.000,00
Tingkat Diskonto
: 4,7%
Tanggal Jatuh Tempo
: 30 Juli 2013 (28 hari)
Nilai tunai dapat dihitung sebagai berikut :
Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai = =
1.000.000.000 -
996.357.758,86
3.642.241,14
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
175
Lampiran 18
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lampiran 7
CONTOH PENGENAAN SANKSI KARENA PEMBATALAN TRANSAKSI OPERASI MONETER ----------------------------------------------------------------------Kasus 1 Terdapat 6 (enam) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi lelang SBI 1 (satu) bulan, 1 (satu) kali transaksi deposit facility, 1 (satu) kali transaksi penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Term Deposit tenor 3 (tiga) hari dan 1 (satu) kali transaksi Repo tenor 7 (tujuh) hari. Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 16 Sep 2010 9 Des 2010 Transaksi Transaksi Batal
Jumlah Pembatalan Akumulasi Pembatalan Tanggal Pengenaan Sanksi Sanksi
Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder
Lelang SBI 1 bulan
1) Deposit facility 2) Penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder 3) Term Deposit tenor 3 (tiga) hari 4) Repo tenor 7 (tujuh) hari 4 6 1) 10 Des 2010 a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 10, 13,14, 15 dan 16 Desember 2010.
1 1 1 2 14 Jul 2010 17 Sep 2010 a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta. banyak Rp100 juta. 1) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 6 (enam) kali sejak 13 Juli 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
Kasus 2 ... 176
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Lanjutan Lampiran 18
Kasus 2 Terdapat 5 (lima) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi lending facility, 1 (satu) kali transaksi penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Term Deposit tenor 3 (tiga) hari dan 1 (satu) kali transaksi Repo tenor 7 (tujuh) hari. Selanjutnya, terdapat 3 (tiga) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi deposit facility dan 2 (dua) kali transaksi lelang SBI (lelang SBI 1 (satu) bulan dan lelang SBI 3 (tiga) bulan). Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 9 Agt 2010 9 Des 2010 16 Des 2010 Transaksi Transaksi Batal
Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder
1) Lending facility Deposit Facility 2) Penjualan SUN oleh BI di pasar sekunder 3) Term Deposit tenor 3 (tiga) hari 4) Repo tenor 7 (tujuh) hari Jumlah Pembatalan 1 4 1 Akumulasi Pembatalan 1 5 2) 1 Tanggal Pengenaan Sanksi 14 Jul 2010 10 Agt 2010 10 Des 2010 Sanksi a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar b. Kewajiban membayar 0,01% (satu 0,01% (satu per sepuluh per sepuluh ribu) dari nilai nominal 0,01% (satu per sepuluh transaksi yang dinyatakan batal, ribu) dari nilai nominal ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan transaksi yang dinyatakan paling sedikit Rp10 juta dan paling batal, paling sedikit Rp10 batal, paling sedikit Rp10 banyak Rp100 juta; dan juta dan paling banyak juta dan paling banyak c. Penghentian sementara untuk Rp100 juta. Rp100 juta. mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturutturut, yaitu tanggal 11, 12, 13, 16, dan 18 Agustus 2010. 2) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 5 (lima) kali sejak 13 Juli 2010. 3) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 3 (tiga) kali sejak 9 Agustus 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
1) Lelang SBI 1 bulan 2) Lelang SBI 3 bulan
2 3 3) 17 Des 2010 a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 17, 20, 21, 22 dan 23 Desember 2010.
Kasus 3 ... 177
Lanjutan Lampiran 18
Lampiran SE BI No. 12/ 18 /DPM tgl. 7 Juli 2010 --------------------------------------------------------------
Kasus 3 Pada tanggal 13 Juli 2010, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder. Pada tanggal 9 Agustus 2010, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Deposit Facility. Sehingga akumulasi pembatalan adalah 2 (dua) kali yang dihitung sejak 13 Juli 2010 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Pada tanggal 24 Januari 2011, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Deposit Facility. Akumulasi pembatalan tidak dihitung sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010 karena telah melewati kurun waktu 6 (enam) bulan, namun dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. Sehingga akumulasi jumlah pembatalan adalah sebanyak 2 (dua) kali. Selanjutnya, pada tanggal 3 Februari 2011 terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi lelang SBI 1 (satu) bulan. Akumulasi pembatalan adalah sebanyak 3 (tiga) kali yang dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Tanggal Pembatalan 13 Jul 2010 9 Agt 2010 24 Jan 2011 3 Feb 2011 Transaksi Transaksi Batal Jumlah Pembatalan Akumulasi Pembatalan Tanggal Pengenaan Sanksi Sanksi
4)
5)
Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder 1 1
Deposit Facility
Deposit Facility
Lelang SBI 1 bulan
1 2
1 2 4)
1 3 5)
14 Jul 2010
10 Agt 2010
25 Jan 2011
4 Feb 2011
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 4, 7,8,9 dan 10 Februari 2011. Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 2 (dua) kali sejak 9 Agustus 2010. Pembatalan tanggal 24 Januari 2011 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 3 (tiga) kali sejak 9 Agustus 2010. Pembatalan tanggal 3 Februari 2011 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 13 Juli 2010, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2010. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
178
Lanjutan Lampiran 18
Kasus 4 Pada tanggal 10 September 2013, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder. Pada tanggal 17 Oktober 2013, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Deposit Facility. Sehingga akumulasi pembatalan adalah 2 (dua) kali yang dihitung sejak 10 September 2013 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Pada tanggal 25 Februari 2014, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi Lelang SDBI. Akumulasi pembatalan tidak dihitung sejak pembatalan tanggal 10 September 2013 karena telah melewati kurun waktu 6 (enam) bulan, namun dihitung sejak pembatalan tanggal 17 Oktober 2013. Sehingga akumulasi jumlah pembatalan adalah sebanyak 2 (dua) kali. Selanjutnya, pada tanggal 9 Maret 2014 terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi lelang SBI 1 (satu) bulan. Akumulasi pembatalan adalah sebanyak 3 (tiga) kali yang dihitung sejak pembatalan tanggal 17 Oktober 2013 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Tanggal Pembatalan 10 September 2013 17 Oktober 2013 25 Februari 2014 5 Maret 2014 Transaksi Transaksi Batal Jumlah Pembatalan Akumulasi Pembatalan Tanggal Pengenaan Sanksi Sanksi
6)
7)
Pembelian SUN oleh BI di pasar sekunder 1 1
Deposit Facility
Lelang SDBI
Lelang SBI
1 2
1 2 6)
1 3 7)
11 September 2013
18 Oktober 2013
26 Februari 2014
6 Maret 2014
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 6, 7,10,11 dan 12 Maret 2014.
Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 2 (dua) kali sejak 17 Oktober 2013. Pembatalan tanggal 25 Februari 2014 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 10 September 2013, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 17 Oktober 2013. Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 3 (tiga) kali sejak 17 Oktober 2013. Pembatalan tanggal 5 Maret 2014 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 10 September 2013, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 17 Oktober 2013. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
FILIANINGSIH HENDARTA
179
Lampiran 19 LAMPIRAN I SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 14/ 32/DPM TANGGAL 7 NOVEMBER 2012 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT (REPO) SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH
JANJI (WA’D) UNTUK MEMBELI KEMBALI SBSN DALAM RANGKA REPO SBSN DENGAN BANK INDONESIA No. …………………..
Pada hari ini, ……………., tanggal ……bulan……tahun……(tanggal dalam angka), yang bertandatangan di bawah ini : (Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …. , dalam hal ini
bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT
Bank
….,
berdasarkan
Pasal
….
Anggaran
Dasarnya yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …. (tanggal dalam angka), Nomor ….,
Tambahan
Nomor
….,
berikut
perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….(tanggal dalam angka),
Nomor ….,
Tambahan
Nomor …. (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar).
Atau jika Direksi Bank harus mendapat persetujuan dari komisaris) : (Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …., dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Peseroan PT …
180
Lanjutan Lampiran 19
PT
Bank
….,
berdasarkan
Pasal
….
Anggaran
Dasarnya yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …. (tanggal dalam angka), Nomor ….,
Tambahan
Nomor
….,
berikut
perubahan-
perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia (tanggal dalam angka) …., Nomor …., Tambahan Nomor …., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) dan untuk melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah
mendapatkan
persetujuan
tertulis
dari
Komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan tertulis tanggal …. (tanggal dalam angka),
bermeterai cukup
yang
dilekatkan
pada
Perjanjian ini.
Kata-kata surat persetujuan dapat diganti dengan surat kuasa, hal ini tergantung pada Anggaran Dasar masing-masing perusahaan yaitu apakah penunjukan wakil perusahaan cukup dengan menggunakan surat persetujuan dari komisaris/pengurus atau harus menggunakan surat kuasa.
Atau jika Direksi Bank harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan pinjaman seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (vide Pasal 102 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas): (Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …., dalam hal ini
bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan
atas
nama
serta
sah
mewakili
Perusahaan …
181
Lanjutan Lampiran 19
Perusahaan Perseroan PT Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita
Negara
Republik
Indonesia
tanggal
….
(tanggal dalam angka), Nomor …., Tambahan Nomor …., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), Nomor …., Tambahan Nomor …., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) dan untuk
melaksanakan
Perjanjian
ini
telah
tindakan
hukum
mendapatkan
dalam
persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham tanggal …. (tanggal dalam angka), sebagaimana ternyata dalam …., yang dilekatkan dalam Perjanjian ini.
Atau jika diwakili oleh pejabat Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah dengan surat kuasa dari Direksi): ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini
bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku demikian mewakili Direksi berdasarkan Surat Kuasa Nomor……, tanggal ……..(tanggal dalam angka) dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank ……… , berkedudukan dan berkantor pusat di …….. yaitu suatu perseroan yang
didirikan
peraturan
berdasarkan
hukum
perundang-undangan
dan
Negara
Republik Indonesia yang Anggaran Dasarnya dimuat dalam Akta Notaris ……, Nomor …….., tanggal termuat
……..(tanggal dalam
dalam
Berita
angka)
Negara
yang
Republik
Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor …
182
Lanjutan Lampiran 19
Nomor ……, Tambahan Nomor ……., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor……, Tambahan Nomor …….., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar).
Atau jika Unit Usaha Syariah berbadan hukum asing : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak berdasarkan kekuatan Power of Attorney tertanggal …. (tanggal dalam angka) Nomor ….. dibuat
di
hadapan
…..,
Notaris,
di
Jakarta,
demikian bertindak untuk dan atas nama ….., cabang
Indonesia,
suatu
bank
yang
didirikan
berdasarkan hukum …… (negara kantor pusat bank asing) ……, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta, alamat …….
Dengan ini berjanji untuk melakukan pembelian kembali SBSN yang dijual ke Bank Indonesia setiap kali melakukan transaksi Repo SBSN dengan Bank Indonesia. Jangka waktu pembelian kembali SBSN dan harga pembelian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka
Standing
Facilities
Syariah
dan
Tata
Cara
Transaksi
Repurchase …
183
Lanjutan Lampiran 19
Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah.
DIREKSI BANK/ CEO/PEJABAT BANK YANG DIBERI KUASA,
Materai
(……………NAMA JELAS…………)
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
184
LAMPIRAN 1 Lampiran 20 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 27 /DPM TANGGAL 1 DESEMBER 2011 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REVERSE REPO SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH JANJI (WA’D) UNTUK MENJUAL KEMBALI SBSN DALAM RANGKA REVERSE REPO SBSN NO. ………………………….
( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan
Perseroan
PT
Bank
………
,
berdasarkan Pasal … Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor ……, Tambahan Nomor ……., berikut perubahanperubahan terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka) Nomor……, Tambahan Nomor …….., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar). Atau jika berdasarkan Anggaran Dasarnya Direksi Bank harus mendapat persetujuan dari komisaris : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan
Perseroan
PT
Bank
………
,
berdasarkan Pasal … Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor ……, Tambahan Nomor ……., berikut perubahanperubahan …
185
Lanjutan Lampiran 20
perubahan terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia (tanggal dalam angka) ….. Nomor……, Tambahan
Nomor
perubahan
Anggaran
melaksanakan
……..,
(jika
Dasar)
tindakan
telah dan
hukum
ada untuk dalam
Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata
dalam
Surat
Persetujuan
tertulis
tanggal….. (tanggal dalam angka), bermeterai cukup yang dilekatkan dalam Perjanjian ini. Kata-kata surat persetujuan dapat diganti dengan surat kuasa, hal
ini
tergantung
kepada
Anggaran
Dasar
masing-masing
perusahaan yaitu apakah penunjukan wakil perusahaan cukup dengan menggunakan surat persetujuan dari komisaris/pengurus atau harus menggunakan surat kuasa.
Atau jika Direksi Bank harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan pinjaman seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (vide Pasal 102 Undang - Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas) : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan
Perseroan
PT
Bank
………
,
berdasarkan Pasal … Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia
tanggal …
186
Lanjutan Lampiran 20
tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor ……, Tambahan Nomor ……., berikut perubahanperubahan terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor……, Tambahan Nomor …….., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) dan untuk melaksanakan
tindakan
hukum
dalam
Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham tanggal …… (tanggal dalam angka), sebagaimana ternyata dalam ……. yang dilekatkan dalam Perjanjian ini. Atau jika diwakili oleh pejabat Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah dengan surat kuasa dari Direksi : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya tersebut, selaku demikian mewakili Direksi berdasarkan Surat Kuasa Nomor……, tanggal ……..(tanggal dalam angka) dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank ……… , berkedudukan dan berkantor pusat di …….. yaitu suatu perseroan yang didirikan berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan Indonesia
yang
Negara
Anggaran
Dasarnya
Republik dimuat
dalam Akta Notaris ……, Nomor …….., tanggal
……. …
187
Lanjutan Lampiran 20
……..(tanggal dalam angka) yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor ……, Tambahan Nomor
…….,
berikut
perubahan-perubahan
terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal …..
(tanggal
Tambahan
dalam
Nomor
angka),
……..,
(jika
Nomor……, telah
ada
perubahan Anggaran Dasar).
Atau jika Unit Usaha Syariah berbadan hukum asing : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak berdasarkan kekuatan Power of Attorney tertanggal …. (tanggal dalam angka) Nomor ….. dibuat di hadapan ….., Notaris, di Jakarta, demikian bertindak untuk dan atas nama ….., cabang Indonesia, suatu bank yang didirikan
berdasarkan
hukum
……
(negara
kantor pusat bank asing) ……, dan dalam hal ini bertindak
melalui
kantor
cabangnya
di
Indonesia, berkedudukan di Jakarta, alamat …….
Dengan ini berjanji untuk melakukan penjualan kembali kepada Bank Indonesia, SBSN yang dibeli dari Bank Indonesia setiap kali melakukan Transaksi Reverse Repo SBSN dengan Bank Indonesia. Jangka waktu penjualan kembali SBSN dan harga pembelian sesuai dengan ketentuan
Bank …
188
Lanjutan Lampiran 20
Bank Indonesia yang mengatur mengenai tata cara transaksi reverse repo SBSN dengan Bank Indonesia.
DIREKSI BANK/CEO/PEJABAT BANK YANG DIBERI KUASA
1
Meterai
(Nama Jelas)
DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA,
HALIM ALAMSYAH
1
diisi jabatan penandatangan wa’d sesuai ketentuan butir II.4.b SE Ekstern.
189
Lampiran 21 LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 6 /DPM TANGGAL 13 FEBRUARI 2012 PERIHAL TATA CARA PEMBELIAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SECARA OUTRIGHT DARI BANK INDONESIA DI PASAR SEKUNDER DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH CONTOH PERHITUNGAN PEMENANG LELANG PENJUALAN SBSN SOR dan Multiple Yield untuk IFR000X Target Indikatif
: Rp 1.000 Miliar
Target Yield
: 6,90625% (136,03071%)
Rincian Penawaran
: PENAWARAN
HASIL
YIELD (%)
PRICE (%)
RRT YIELD (%)
RRT PRICE (%)
NOMINAL DIMENANGKAN (Rp Miliar)
KUMULATIF (Rp Miliar)
1,20
6,56250
141,28001
3,85
6,59375
140,79006
6,56250
141,28001
25
25
6,58398
140,94317
55
80
185
8,89
6,81250
260
12,50
6,81250
137,43221
6,71368
138,95046
105
185
137,43221
6,74219
138,51251
75
150
410
19,71
260
6,81250
137,43221
6,76791
138,11728
150
6
25
435
410
20,91
6,84375
136,96258
6,77227
138,05091
25
7
20
435
455
21,88
6,84375
136,96258
6,77541
138,00307
20
8
455
225
680
32,69
6,87500
136,49541
6,80836
137,50422
225
9
680
50
730
35,10
6,87500
136,49541
6,81293
137,43512
50
730
100
830
39,90
6,87500
136,49541
6,82041
137,32190
100
830
250
1,080
51,92
6,90625
136,03071
6,84028
137,02301
121
951
100
1.180
56,73
6,90625
136,03071
6,84587
136,93892
49
1.000
669
1.849
88,89
6,90700
136,01958
6,86799
136,60629
0
1.000
231
2.080
100,00
7,50000
127,64763
6,93818
135,61136
0
1.000
NOMINAL (Rp Miliar)
KUMULATIF (Rp Miliar)
KUMULATIF (%)
1
25
25
2
55
80
3
105
4
75
5
NO.
10 11 12 13 14
Jumlah penawaran yang masuk melebihi target indikatif, maka tidak semua peserta memenangkan lelang. Pemenang lelang ditentukan sebagai berikut : 1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran dengan yield yang sama atau lebih kecil dari SOR (Stop Out Rate) yaitu 6,90625% (harga = 136,03071%). Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran yield lebih kecil dari 6,90625%, yaitu peserta 1 s.d. peserta 12; 2. Peserta 11 dan 12 memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot jumlah penawaran masing-masing dibandingkan jumlah penawaran untuk yield 6,90625%. Rincian jumlah yang dimenangkan secara proporsional dapat dilihat pada tabel di atas. Contoh perhitungan untuk nilai nominal yang dimenangkan peserta 11 adalah sebagai berikut: Peserta 11 = (250 : (1.180 - 830)) x (1.000 - 830) = Rp121 miliar. CONTOH …
190
Lanjutan Lampiran 21 CONTOH PERHITUNGAN PEMENANG LELANG PEMBELIAN SBSN SOR dan Multiple Yield untuk IFR000X Target Indikatif
: Rp1.000 Miliar
Target Yield
: 6,90625% (136,03071%)
Rincian Penawaran
: PENAWARAN
NO.
NOMINAL (Rp Miliar)
KUMULATIF (Rp Miliar)
1
250
250
2
100
350
3
HASIL
YIELD (%)
PRICE (%)
RRT YIELD (%)
8,93
7,50000
127,64763
12,50
6,90700
136,01958
KUMULATIF (%)
RRT PRICE (%)
NOMINAL DIMENANGKAN (Rp Miliar)
KUMULATIF (Rp Miliar)
7,50000
127,64763
250
250
7,33057
130,03962
100
350
110
460
16,42
6,90700
136,01958
7,22928
131,46961
110
460
4
300
760
27,13
6,90625
136,03071
7,10177
133,27004
194
654
5
150
910
32,49
6,90625
136,03071
7,06954
133,72510
97
751
6
350
1.260
44,98
6,90625
136,03071
7,02418
134,36555
226
977
35
1.295
46,23
6,90625
136,03071
7,02100
134,41055
23
1.000
8
225
1.520
54,27
6,84375
136,96258
6,99476
134,78832
0
1.000
9
50
1.570
56,05
6,84375
136,96258
6,98995
134,85756
0
1.000
10
100
1.670
59,62
6,81250
137,43221
6,97932
135,01173
0
1.000
11
250
1.920
68,55
6,81250
137,43221
6,95760
135,32690
0
1.000
12
100
2.020
72,12
6,81250
137,43221
6,95042
135,43112
0
1.000
13
550
2.570
91,75
6,59375
140,79006
6,87409
136,57798
0
1.000
231
2.801
100,00
6,56250
141,28001
6,84839
136,96576
0
1.000
7
14
Jumlah penawaran yang masuk melebihi target indikatif, maka tidak semua peserta memenangkan lelang. Pemenang lelang ditentukan sebagai berikut : 1. Pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran dengan yield yang sama atau lebih besar dari SOR (Stop Out Rate) yaitu 6,90625% (harga = 136,03071%). Dengan demikian pemenang lelang adalah peserta yang mengajukan penawaran yield lebih besar dari 6,90625%, yaitu peserta 1 s.d. peserta 7; 2. Peserta 4 s.d. peserta 7 memenangkan lelang secara proporsional sesuai bobot jumlah penawaran masing-masing dibandingkan jumlah penawaran untuk
yield
6,90625%.
Rincian
jumlah
yang
dimenangkan
secara
proporsional dapat dilihat pada tabel di atas. Contoh perhitungan untuk nilai nominal yang dimenangkan peserta 7 adalah sebagai berikut:
Peserta 7 = (35 : (1.295 – 460)) x (1.000 – 460) = Rp23 miliar. PERHITUNGAN …
191
Lanjutan Lampiran 21 PERHITUNGAN HARGA SETELMEN PEMBELIAN/PENJUALAN SBSN OLEH BANK INDONESIA
I. Rumus perhitungan Harga Setelmen per unit : A. Dalam hal SBSN berupa SBSN Jangka Panjang dengan Kupon (termasuk Sukuk ritel) Ps = P + AR dimana,
c N× F N c a n P= + N × × ∑ d d n E F-1+ k -1+ k 1 = i E i E 1 + 1 + n n
c a AR = N × × n E
B. Dalam hal SBSN berupa SBSN Jangka Panjang tanpa kupon (zero coupon bond)
N
Ps =
D
(1 + i )365 C. Dalamhal SBSN berupa SBSN Jangka Pendek
Ps =
N D 1+ i x 365
dimana, Ps = Harga Setelmen per unit N
= Nilai nominal SBSN per unit
AR = Imbalan Berjalan (accrued coupon/imbalan) per unit SBSN c
= Tingkat kupon (coupon rate) dalam persentase
I
= Imbal hasil sampai jatuh tempo (yield to maturity) dalam persentase …
192
Lanjutan Lampiran 21 persentase sampai dengan 5 (lima) desimal n
= Frekuensi pembayaran kupon dalam setahun
D
= Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo
a
= Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal setelmen
d
= Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya
E
= Jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan
tanggal
pembayaran
kupon
berikutnya,
dimana
pelaksanaan setelmen terjadi F
= Jumlah frekuensi pembayaran kupon yang tersisa dari tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo
k
= 1, 2, 3, …, F
II. Contoh perhitungan Harga Setelmen per unit : A. SBSN berupa SBSN Jangka Panjang dengan Kupon (termasuk Sukuk Ritel) Pada tanggal 2 Februari 2011 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual SBSN Jangka Panjang dengan nilai nominal per unit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dengan kupon sebesar 10,00% (sepuluh persen) per tahun. SBSN Jangka Panjang ini jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2036 dan kupon dibayarkan di belakang pada tanggal 15 Februari dan 15 Agustus setiap tahunnya. Jika yield yang ditawarkan sebesar 6,90625% (enam koma sembilan puluh ribu enam ratus dua puluh lima persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 2 Februari 2011, maka harga setelmen per unit SBSN dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut : N = Rp 1.000.000,00 …
193
Lanjutan Lampiran 21 N = Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) c
= 10,00% (sepuluh persen)
i
= 6,90625% (enam koma sembilan puluh ribu enam ratus dua puluh lima persen)
n
= 2 (dua) kali dalam satu tahun (semi annually) yaitu setiap tanggal 15 Februari dan 15 Agustus
a
= 171 (seratus tujuh puluh satu) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon (16 Agustus 2011) sampai dengan tanggal setelmen (2 Februari 2011)
d
= 13 (tiga belas) hari yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu hari) sesudah tanggal setelmen (3 Februari 2012) sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya (15 Februari 2012)
E = 184 (seratus delapan puluh empat) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal dimulainya periode kupon sampai dengan tanggal pembayaran kupon berikutnya, dimana pelaksanaan setelmen terjadi (16 Agustus 2011 sampai dengan 15 Februari 2012) F
= 49 (empat puluh sembilan) kali, yaitu jumlah pembayaran kupon yang tersisa dari tanggal setelmen sampai dengan tanggal jatuh tempo
k
= 1, 2, 3,…, F
Harga bersih per unit dihitung sebagai berikut : 10,00% 49 Rp 1.000.000 × Rp 1.000.000 2 - Rp 1.000.000 × 10,00% × 171 + ∑ P= 13 13 2 184 49 -1+ k -1+ k =1 184 6,90625% 6,90625% 184 1 + 1 + 2 2
= Rp195.553,17 + Rp1.211.221,28 – Rp 46.467,39 = Rp1.360.307,06 Dimana kupon/imbalan berjalan (accrued coupon/imbalan) per unit dihitung sebagaiberikut:
AR … 194
Lanjutan Lampiran 21 AR
= Rp1.000.000 x (10,00%/2) x (171/184) = Rp46.467,39
Harga Setelmen per unit dihitung sebagai berikut : Ps
= P + AR = Rp1.360.307,06 + Rp46.467,39 = Rp1.406.774,45 = Rp1.406.774,00 (dibulatkan)
Jadi Harga Setelmen per unit SBSN setelah dibulatkan adalah sebesar Rp1.406.774,00 (satu juta empat ratus enam ribu tujuh ratus tujuh puluh empat rupiah). B. SBSN berupa SBSN Jangka Panjang tanpa kupon (zero coupon bond) Pada tanggal 2 Februari 2012 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual SBSN Jangka Panjang dengan nilai nominal per unit Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). SBSN Jangka Panjang ini jatuh tempo pada tanggal 15 Februari 2036. Jika yield yang ditawarkan sebesar 6,90625% (enam koma sembilan puluh ribu enam ratus dua puluh lima persen) dan setelmen dilakukan pada tanggal 2 Februari 2012, maka harga setelmen per unit SBSN Jangka Panjang dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut : N = Rp1.000.000,00 i
= 6,90625%
D = 8.779 (delapan ribu tujuh ratus tujuh puluh sembilan) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen (3 Februari 2012) sampai dengan tanggal jatuh tempo (15 Februari 2036) Ps =
Rp 1.000.000
(1 + Ps
8 . 779
6,90625%
) 365
= Rp200.639,27 = Rp200.639,00 (dibulatkan)
C. SBSN …
195
Lanjutan Lampiran 21 C. SBSN berupa SBSN Jangka Pendek Pada tanggal 2 Februari 2012 dengan penyelesaian pada hari yang sama, Bank Indonesia membeli/menjual SBSN Jangka Pendek dengan nilai nominal
per
unit
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah). SBSN Jangka
Pendek ini jatuh tempo pada tanggal 22 Januari 2013. Jika yield yang ditawarkan sebesar 5,32717% (lima koma tiga puluh dua ribu tujuh ratus tujuh belas rupiah) dan setelmen dilakukan pada tanggal 2 Februari 2012, maka harga setelmen per unit SBSN Jangka Pendek dihitung dengan langkah-langkah sebagai berikut: N = Rp 1.000.000,00 = 5,32717%
i
D = 354 (tiga ratus lima puluh empat) hari, yaitu jumlah hari sebenarnya (actual days) yang dihitung sejak 1 (satu) hari sesudah tanggal setelmen (3 Februari 2012) sampai dengan tanggal jatuh tempo (22 Januari 2013) Ps =
Ps
Rp 1.000.000 1 + 5,32717%
x
354 365
= Rp933.564,78 = Rp933.565,00 (dibulatkan)
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
196
Lampiran 22 LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 14/32/DPM TANGGAL 7 NOVEMBER 2012 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT (REPO) SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH CONTOH TRANSAKSI REPO DENGAN METODE LELANG FIXED RATE TENDER 1. Rencana Lelang Tanggal Lelang
:
10 April 2012
Metode lelang
:
Fixed rate tender
Jangka
:
21 hari
waktu/tanggal
1 Mei 2012
jatuh waktu Marjin Repo
:
7%
Underlying Assets
:
IFR 000X harga 119,4557% IFR 000Y harga 105,7919%
Window time
:
09.00-11.00
Setelmen
:
T+0
Haircut
:
5%
2. Penawaran Lelang Target indikatif : Rp700 milyar (dalam miliar)
Bank
(1) A B C A X Y
Kuantitas penawaran (dalam miliar)
Kumulatif penawaran
Marjin Repo (%)
(2)
(3)
(4)
100 50 360 325 200 100
100 150 510 835 1,035 1,135
7.00 7.00 7.00 7.00 7.00 7.00
SBSN Yang Direpokan Seri Harga Repo (Harga SBSNHaircut) (%) (5) IFR 000X IFR 000X IFR 000X IFR 000Y IFR 000Y IFR 000Y
(6) 114.45770 114.45770 114.45770 100.79190 100.79190 100.79190
3. Penetapan …
197
Lanjutan Lampiran 22
3. Penetapan pemenang lelang Dimenangkan secara proporsional (dalam miliar) Bank
(1) A B C A X Y
Kuantitas yang dimenangkan
Kumulatif
Marjin Repo (%)
(2)
(3)
(4)
61.67 30.84 222.03 200.44 123.35 61.67
61.67 92.51 314.54 514.98 638.33 700.00
Seri
(5) 7 IFR 000X 7 IFR 000X 7 IFR 000X 7 IFR 000Y 7 IFR 000Y 7 IFR 000Y
Setelmen surat berharga Setelmen Dana Nominal SBSN Nilai setelmen 1st Nilai Setelmen 2nd leg Harga-Haircut Accrued Imbalan yang direpokan leg (10) (8) (9)=((6)x(7))+(8) (6) (7)=(2) =(9)+[(9)x(4)x(21/360)] 114.4577 61.67 1.10 71.69 112.22 114.4577 30.84 0.55 35.85 56.11 114.4577 222.03 3.96 258.09 404.00 100.7919 200.44 3.57 205.60 321.85 100.7919 123.35 2.20 126.52 198.06 100.7919 61.67 1.10 63.26 99.03
Keterangan : 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing Bank dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp 1 juta. Nominal SBSN dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan
ketentuan
apabila
di
bawah
dan
sama
dengan
Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dibulatkan menjadi nol, sedangkan
di
atas
Rp500.000
(lima
ratus
ribu
rupiah)
dibulatkan menjadi Rp1.000.000 (satu juta rupiah). Contoh Bank A :
kuantitas penawaran Rp 425 miliar kuantitas diterima Rp700miliar Jumlah penawaran Rp1,135miliar 262,12miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal SBSN yang akan didebet dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan dikredit ke Rekening Giro dihitung dengan rumus :
nominal nilai 455"6&: harga setelmen ()SBSN yang 0 1 − 34!"56$78 + ) imbalan 0 SBSN !"#$ %&' direpokan SBSN
4) Dalam …
198
Lanjutan Lampiran 22 4) Dalam
hal
Bank
Indonesia
menerima
pembayaran
kupon/imbalan pada periode Repo SBSN OPT Syariah, maka perhitungan Marjin Repo SBSN sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan
didasarkan
pada
nilai
setelmen
first
leg
dikurangi penerimaan kupon/imbalan dimaksud. 5) Nilai setelmen second leg yang akan didebet ke Rekening Giro dihitung dengan rumus :
Nilai Nilai Nilai Marjin Setelmen Setelmen + Repo #&5<=: %&' !"#$ %&' SBSN
CONTOH …
199
Lanjutan Lampiran 22 CONTOH TRANSAKSI REPO DENGAN METODE LELANG VARIABLE RATE TENDER
1. Rencana Lelang Tanggal Lelang
:
10 April 2012
Metode lelang
:
Fixed rate tender
Jangka
:
21 hari
waktu/tanggal
1 Mei 2012
jatuh waktu Target indikatif
:
700miliar
Underlying Assets
:
IFR 000X harga 119,4557% IFR 000Y harga 105,7919%
Window time
:
09.00-11.00
Setelmen
:
T+0
Haircut
:
5%
2. Penawaran Lelang Target indikatif : Rp700 milyar (dalam miliar)
Bank (1) A B C A X Y
Kuantitas penawaran (dalam miliar)
Kumulatif penawaran
Marjin Repo (%)
(2)
(3)
(4)
100 50 360 325 200 100
100 150 510 835 1,035 1,135
7.25 6.99 6.90 7.00 7.00 7.00
SBSN Yang Direpokan Seri Harga Repo (Harga SBSNHaircut) (%) (5) (6) IFR 000X 114.45770 IFR 000X 114.45770 IFR 000X 114.45770 IFR 000Y 100.79190 IFR 000Y 100.79190 IFR 000Y 100.79190
3. Penetapan …
200
Lanjutan Lampiran 22 3. Penetapan pemenang lelang -
SOR : 7%
-
Kuantitas : 700 miliar
(dalam miliar)
Bank
Kuantitas yang dimenangkan
Kumulatif
Setelmen surat berharga
Marjin Repo (%)
Nilai Setelmen 2nd leg Seri
(1) A A X Y
(2)
(3) 100 312 192 96
(4) 100 412 604 700
Setelmen Dana
(5) 7.25 IFR 000X 7 IFR 000Y 7 IFR 000Y 7 IFR 000Y
Nominal SBSN yang Harga-Haircut direpokan (6) 114.45770 100.79190 100.79190 100.79190
(7)=(2)
Accrued Imbalan (8)
100 312 192 96
Nilai setelmen 1st leg (9)=((6)x(7))+(8) (10) =(9)+[(9)x(4)x(21/360)]
1.78 5.56 3.42 1.71
116.24 320.03 196.94 98.47
165.40 450.71 277.36 138.68
Keterangan : 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing Bank dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp 1 juta. Nominal SBSN dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan ketentuan apabila di bawah dan sama dengan Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas Rp500.000
(lima
ratus
ribu
rupiah)
dibulatkan
menjadi
Rp1.000.000 (satu juta rupiah). Contoh Bank X :
kuantitas penawaran Rp200miliar sisa kuantitas Rp600miliarRp192miliar jumlah penawaran A,X,Y Rp625miliar
Contoh Bank Y :
kuantitas penawaran Rp100miliar sisa kuantitas Rp600miliarRp96miliar jumlah penawaran A,X,Y Rp625miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal SBSN yang akan didebet dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan dikredit ke Rekening Giro dihitung dengan rumus :
nominal nilai 455"6&: setelmen ()SBSN yang 0 1harga − 34!"56$78 + ) imbalan 0 SBSN !"#$ %&' direpokan SBSN
4) Dalam …
201
Lanjutan Lampiran 22 4) Dalam
hal
Bank
Indonesia
menerima
pembayaran
kupon/imbalan pada periode Repo SBSN OPT Syariah, maka perhitungan Marjin Repo SBSN sejak tanggal pembayaran kupon/imbalan
didasarkan
pada
nilai
setelmen
first
leg
dikurangi penerimaan kupon/imbalan dimaksud. 5) Nilai setelmen second leg yang akan didebet ke Rekening Giro dihitung dengan rumus : Nilai Nilai Nilai Marjin Setelmen Setelmen + Repo #&5<=: %&' !"#$ %&' SBSN
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
202
LAMPIRAN 2 Lampiran 23 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 13/ 27/DPM TANGGAL 1 DESEMBER 2011 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REVERSE REPO SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH
I.
CONTOH TRANSAKSI REVERSE REPO DENGAN METODE LELANG FIXED RATE TENDER
A. Single Securities 1. Rencana Lelang Single Securities Metode lelang : Harga tetap (fixed rate tender) Jangka waktu : 28 hari Marjin RR : 4,50% Underlying asset : Seri SPNS X harga 95,00000% (single securities) Window time : 09.00 WIB - 10.00 WIB Setelmen : T+0 Haircut : 0% 2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp1 triliun
Tabel 1 – Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
(1)
(2)
(3)
Marjin RR (%)
SBSN Seri
Harga (%)
(4)
(5)
(6)
Bank A
200
200
4,50
SPNS X
95,00000
Bank B
50
250
4,50
SPNS X
95,00000
Bank C
300
550
4,50
SPNS X
95,00000 95,00000
Bank D
250
800
4,50
SPNS X
Bank E
100
900
4,50
SPNS X
95,00000
Bank F
100
1.000
4,50
SPNS X
95,00000
3. Penetapan …
203
Lanjutan Lampiran 23 3. Penetapan Pemenang Lelang a. Dimenangkan secara keseluruhan (full amount) Kuantitas
: Rp1 triliun
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (full amount) (dalam miliar rupiah) Bank
(1)
Kuantitas yg dimenangkan 1)
Kumul atif
(2)
(3)
Marjin RR
Setelmen Surat Berharga
(%)
Seri
Harga stlh Haircut (%)
(4)
(5)
(6)
Nilai Nomin al 2) (7)
Setelmen Dana first leg
Setelmen Dana second leg
3)
4)
(8) = {(2) x (6)}
(9) = (8) + [(8) x (4) x (28/360)]
Bank A
200
200
4,50
SPNS X
95,00000
200
190
190,67
Bank B
50
250
4,50
SPNS X
95,00000
50
47,5
47,67
Bank C
300
550
4,50
SPNS X
95,00000
300
285
286,00
Bank D
250
800
4,50
SPNS X
95,00000
250
237,5
238,33
Bank E
100
900
4,50
SPNS X
95,00000
100
95
95,33
Bank F
100
1.000
4,50
SPNS X
95,00000
100
95
95,33
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan masing-masing Peserta OPT dihitung secara keseluruhan (full amount) dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. 2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit ke Rekening Giro.
b. Dimenangkan …
204
Lanjutan Lampiran 23 b. Dimenangkan sebagian Kuantitas : Rp800 miliar (diterima secara proporsional) Tabel 3 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (proporsional) (dalam miliar rupiah) Marj in RR
Kuantita s yg dimenan g-kan 1)
Kum ulatif
(1)
(2)
(3)
(4)
Bank A
160
160
Bank B
40
Bank C
240
Bank D
Setelmen Surat Berharga
Setelme n Dana first leg
Setelmen Dana second leg 4)
Harga stlh Haircut (%)
Nilai Nominal
(5)
(6)
(7)
(8) = {(2) x (6)}
(9) = (8) + [(8) x (4) x (28)/360]
4,50
SPNS X
95,00000
160
152
152,53
200
4,50
SPNS X
95,00000
40
38
38,13
440
4,50
SPNS X
95,00000
240
228
228,80
200
640
4,50
SPNS X
95,00000
200
190
190,67
Bank E
80
720
4,50
SPNS X
95,00000
80
76
76,27
Bank F
80
800
4,50
SPNS X
95,00000
80
76
76,27
Bank
Seri
(%)
2)
3)
Keterangan: 1) Kuantitas
yang
dimenangkan
masing-masing
Bank
dihitung
secara
proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Nominal surat berharga dibulatkan ke dalam nilai nominal penuh dengan ketentuan apabila di bawah dan sama dengan Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dibulatkan menjadi nol, sedangkan di atas Rp500.000 (lima ratus ribu rupiah) dibulatkan menjadi Rp1.000.000 (satu juta rupiah).
Contoh Bank A : =
Kuantitas Penawaran (Rp200 miliar) × Kuantitas yang diterima ( Rp800 miliar) = Rp160 miliar Jumlah Penawaran (Rp1.000 miliar)
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro.
4) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit ke Rekening Giro.
B. Multiple …
205
Lanjutan Lampiran 23 B. Multiple Securities 1. Rencana Lelang Multiple Securities Target Indikatif : Rp800 miliar Metode lelang : Harga tetap (fixed rate tender) Jangka waktu : 28 hari Marjin RR : 4,50% Window time : 09.00 WIB - 10.00 WIB Setelmen : T+0 Haircut : 0% Underlying asset : Beberapa seri SPNS (multiple securities) (dalam miliar rupiah) No
Seri
Nominal
Hargahaircut
1.
SPNS X
400
87,00000%
2.
SPNS Y
250
93,00000%
3.
SPNS Z
150
95,00000%
2. Penawaran Lelang Kuantitas
: Rp 1 triliun
Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah)
Bank
Kuantitas Penawaran
Kumulatif Penawaran
(1)
(2)
(3)
Marjin RR (%)
A B C D E F
175 50 300 250 125 100
175 225 525 775 900 1.000
(4) 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50 4,50
3. Penetapan …
206
Lanjutan Lampiran 23 3. Penetapan Pemenang Lelang Dimenangkan secara proporsional Kuantitas
: Rp800 miliar
Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah)
Bank
Setelmen Surat Berharga
Kuantitas yg dimenan gkan 1)
Kumulat if
(2)
(3)
(1)
Bank C Bank D Bank D Bank A Bank E Bank E Bank F Bank B
240,00 160,00 40,00 140,00 70,00 30,00 80,00 40,00
240,00 400,00 440,00 580,00 650,00 680,00 760,00 800,00
Marjin RR (%)
(4)
4,50% 4,50% 4,50% 4,50% 4,50% 4,50% 4,50% 4,50%
Seri
(5)
SPNS X SPNS X SPNS Y SPNS Y SPNS Y SPNS Z SPNS Z SPNS Z
Setelmen Dana first leg
Hargahaircut
Nilai Nominal
(%)
2)
3)
(6)
(7)
(8) = {(6) x (7)}
87,00% 87,00% 93,00% 93,00% 93,00% 95,00% 95,00% 95,00%
240,00 160,00 40,00 140,00 70,00 30,00 80,00 40,00
Setelmen Dana 2nd leg 4)
(9) = (8) + [(8) x (4) x (28)/360]
208,80 139,20 37,20 130,20 65,10 28,50 76,00 38,00
209,53 139,69 37,33 130,66 65,33 28,60 76,27 38,13
Keterangan: 1) Kuantitas yang dimenangkan dihitung secara proporsional dengan pembulatan terkecil Rp1 juta. Contoh Bank A : =
Rp175 miliar × Kuantitas yang diterima (Rp800 miliar) = Rp140 miliar Rp1.000 miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg.
3) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit ke Rekening Giro.
II. Contoh …
207
Lanjutan Lampiran 23
II.
CONTOH TRANSAKSI REVERSE REPO SBSN DENGAN METODE LELANG VARIABLE RATE TENDER
A. Single Securities 1. Rencana Lelang Single Securities Metode lelang : Harga beragam (variable rate tender) Jangka waktu : 28 hari Target indikatif : Rp1 triliun Window time : 09.00 WIB-10.00 WIB Setelmen : T+0 Underlying asset : Seri SPNS X sebesar Rp1 triliun (single securities) Harga 95,00000% Haircut : 0% 2. Penawaran Lelang Kuantitas Marjin RR
: Rp 1,3 triliun : 4,5% - 4,9%
Tabel 1 - Penawaran Lelang (dalam miliar rupiah) Kumulatif
Bank
Kuantitas Penawaran
Penawaran
(1)
(2)
(3)
SUN Marjin RR
Seri
Harga (%)
(4)
(5)
(6)
4,50% 4,50% 4,60% 4,80% 4,80% 4,90%
SPNS X SPNS X SPNS X SPNS X SPNS X SPNS X
95,00000 95,00000 95,00000 95,00000 95,00000 95,00000
(%)
Bank A Bank B Bank C Bank D Bank E Bank F
250 225 275 300 150 100
250 475 750 1.050 1.200 1.300
3. Penetapan …
208
Lanjutan Lampiran 23 3. Penetapan Pemenang Lelang Kuantitas : Rp1 triliun SOR : 4,8% Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah) Setelmen Surat Berharga
Seri
Harga stlh Haircut (%)
Nilai Nomin al 2)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8) = {(6) x (7)}
Setelmen Dana second leg Nilai Setelmen second leg4) (9) = (8) + [(8) x (4) x (28)/360]
250
4,50%
SPNS X
95,00000%
250,00
237,50
238,33
475
4,50%
SPNS X
95,00000%
225,00
213,75
214,50
275,00
750
4,60%
SPNS X
95,00000%
275,00
261,25
262,18
166,67
917
4,80%
SPNS X
95,00000%
166,67
158,33
158,92
83,33
1.000
4,80%
SPNS X
95,00000%
83,33
79,17
79,46
Bank
Kuantitas yg dimena ngkan 1)
Kum ulatif
Marjin RR (%)
(1)
(2)
(3)
Bank A
250,00
Bank B
225,00
Bank C Bank D Bank E Bank F
Setelmn Dana first leg3)
Tidak Menang
Keterangan : 1) Bank A, B, dan C memenangkan seluruh kuantitas yang diajukan. Bank D dan E memenangkan lelang secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut : Bank D: =
Kuantitas Penawaran D Rp300 miliar × sisa nominal = × Rp250 miliar = Rp166,67 miliar Jumlah Penawaran D dan E Rp450 miliar
Bank E: =
Kuantitas Penawaran E Rp150 miliar × sisa nominal = × Rp250 miliar = Rp83,33 miliar Jumlah Penawaran D dan E Rp450 miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal SBSN yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg akan dikredit ke Rekening Giro.
B. Multiple …
209
Lanjutan Lampiran 23 B. Multiple Securities 1. Rencana Lelang Multiple Securities Metode lelang : Harga beragam (variable rate tender) Jangka waktu : 28 hari Target indikatif : Rp1 triliun Window time : 09.00 WIB-10.00 WIB Setelmen : T+0 Haircut : 0% Jenis underlying asset: Beberapa seri SPNS (multiple securities) No
2. Penawaran Lelang Kuantitas Marjin RR
Seri
Nominal
Hargahaircut
1.
SPNS X
400
87,00000%
2.
SPNS Y
350
93,00000%
3.
SPNS Z
250
95,00000%
: Rp1,3 triliun : 4,5% - 4,9%
Tabel 1 - Penawaran dan Pemenang Lelang (dalam miliar rupiah) Kumulatif
Bank
Kuantitas Penawaran
Penawaran
(1)
(2)
(3)
Marjin RR (%)
Bank A Bank B Bank C Bank D Bank E Bank F
250 225 275 300 150 100
(4)
250 475 750 1.050 1.200 1.300
4,50% 4,50% 4,60% 4,80% 4,80% 4,90%
3. Penetapan …
210
Lanjutan Lampiran 23 3. Penetapan Pemenang Lelang SOR : 4,8% Kuantitas : Rp1 triliun Tabel 2 - Perhitungan Kuantitas, Setelmen First Leg dan Setelmen Second Leg (dalam miliar rupiah)
Bank
Kuantitas yg dimenangk an 1)
Kumulat if
(2)
(3)
(1) Bank A Bank B Bank B Bank C Bank D Bank E
250,00 150,00 75,00 275,00 166,67 83,33
250,00 400,00 475,00 750,00 916,67 1.000,00
Marjin RR (%)
(4) 4,50% 4,50% 4,50% 4,60% 4,80% 4,80%
Setelmen Surat Berharga Harga stlh Haircut (%)
Nilai Nomina l 2)
(5)
(6)
(7)
SPNS X SPNS X SPNS Y SPNS Y SPNS Z SPNS Z
87,00000% 87,00000% 93,00000% 93,00000% 95,00000% 95,00000%
217,50 130,50 69,75 255,75 158,33 79,17
Seri
Setelmen Dana first leg 3)
(8) = {(6) x (7)} 217,50 130,50 69,75 255,75 158,33 79,17
Setelmen Dana second leg4) (9) = (8) + [(8) x (4) x (28)/360] 218,26 130,96 69,99 256,67 158,92 79,46
Keterangan: 1) Bank A, B, dan C memenangkan seluruh kuantitas yang diajukan. Bank D dan E memenangkan lelang secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut : Bank D: =
Kuantitas Penawaran D Rp300 miliar × sisa nominal = × Rp250 miliar = Rp166,67 miliar Jumlah Penawaran D dan E Rp450 miliar
Bank E: =
Kuantitas Penawaran E Rp150 miliar × sisa nominal = × Rp250 miliar = Rp83,33 miliar Jumlah Penawaran D dan E Rp450 miliar
2) Nilai nominal merupakan nominal Surat Berharga yang akan dikreditkan ke Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan didebet pada setelmen second leg. 3) Nilai setelmen first leg yang akan didebet dari Rekening Giro. 4) Nilai setelmen second leg yang akan dikredit Bank Indonesia.
DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA,
HALIM ALAMSYAH
211
LAMPIRAN I Lampiran 24 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 14/ 28 /DPM TANGGAL 27 SEPTEMBER 2012 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT (REPO) SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA STANDING FACILITIES SYARIAH JANJI (WA’AD) UNTUK MEMBELI KEMBALI SBSN DALAM RANGKA REPO SBSN DENGAN BANK INDONESIA No. …………………..
Pada hari ini, ……………., tanggal ……bulan……tahun……(tanggal dalam angka), yang bertandatangan di bawah ini : (Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …. , dalam hal ini
bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan
atas
nama
serta
sah
mewakili
Perusahaan Perseroan PT Bank …., berdasarkan Pasal …. Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita
Negara
Republik
(tanggal dalam angka),
Indonesia
tanggal
Nomor ….,
….
Tambahan
Nomor …., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara
Republik
Indonesia
tanggal
….(tanggal
dalam angka), Nomor …., Tambahan Nomor …. (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar). Atau jika Direksi Bank harus mendapat persetujuan dari komisaris) : (Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …., dalam hal ini bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan
atas
nama
serta
sah
mewakili
Perusahaan Peseroan PT Bank …., berdasarkan Pasal …. Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita …
212
Lanjutan Lampiran 24
Berita
Negara
Republik
(tanggal dalam angka),
Indonesia
tanggal
Nomor ….,
….
Tambahan
Nomor …., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia (tanggal dalam angka) …., Nomor …., Tambahan Nomor …., (jika telah ada perubahan
Anggaran
Dasar)
dan
untuk
melaksanakan tindakan hukum dalam Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan tertulis dari Komisaris Perseroan, sebagaimana ternyata dalam Surat Persetujuan tertulis tanggal …. (tanggal dalam angka), bermeterai cukup yang dilekatkan pada Perjanjian ini.
Kata-kata surat persetujuan dapat diganti dengan surat kuasa, hal ini tergantung pada Anggaran Dasar masing-masing perusahaan yaitu apakah penunjukan wakil perusahaan cukup dengan menggunakan surat persetujuan dari komisaris/pengurus atau harus menggunakan surat kuasa. Atau jika Direksi Bank harus mendapat persetujuan RUPS dalam hal menjadikan jaminan pinjaman seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan (vide Pasal 102 UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas):
(Nama) …
213
Lanjutan Lampiran 24
(Nama)
:
(Jabatan), bertempat tinggal di …., dalam hal ini bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku
demikian mewakili Direksi dari dan oleh karena itu untuk
dan
atas
nama
serta
sah
mewakili
Perusahaan Perseroan PT Bank ….., berdasarkan Pasal ……. Anggaran Dasarnya yang termuat dalam Berita
Negara
Republik
Indonesia
tanggal
….
(tanggal dalam angka), Nomor …., Tambahan Nomor …., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris …., Nomor …., tanggal …. (tanggal dalam angka), Nomor …., Tambahan Nomor …., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar) dan untuk
melaksanakan
Perjanjian
ini
telah
tindakan
hukum
mendapatkan
dalam
persetujuan
Rapat Umum Pemegang Saham tanggal …. (tanggal dalam angka), sebagaimana ternyata dalam …., yang dilekatkan dalam Perjanjian ini.
Atau jika diwakili oleh pejabat Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah dengan surat kuasa dari Direksi): ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini
bertindak
dalam
jabatannya
tersebut,
selaku demikian mewakili Direksi berdasarkan Surat Kuasa Nomor……, tanggal ……..(tanggal dalam angka) dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama serta sah mewakili Perusahaan Perseroan PT Bank ……… , berkedudukan dan berkantor pusat di …….. yaitu suatu perseroan yang
didirikan
peraturan
berdasarkan
hukum
perundang-undangan
dan
Negara
Republik Indonesia yang Anggaran Dasarnya dimuat …
214
Lanjutan Lampiran 24
dimuat dalam Akta Notaris ……, Nomor …….., tanggal termuat
……..(tanggal dalam
dalam
Berita
angka)
Negara
yang
Republik
Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor ……, Tambahan Nomor ……., berikut perubahan-perubahan terakhir dengan Akta Notaris ….., Nomor….., tanggal ….. (tanggal dalam angka), yang termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal ….. (tanggal dalam angka), Nomor……, Tambahan Nomor …….., (jika telah ada perubahan Anggaran Dasar). Atau jika Unit Usaha Syariah berbadan hukum asing : ( Nama )
:
(Jabatan), bertempat tinggal di ……, dalam hal ini bertindak berdasarkan kekuatan Power of Attorney tertanggal …. (tanggal dalam angka) Nomor ….. dibuat
di
hadapan
…..,
Notaris,
di
Jakarta,
demikian bertindak untuk dan atas nama ….., cabang
Indonesia,
suatu
bank
yang
didirikan
berdasarkan hukum …… (negara kantor pusat bank asing) ……, dan dalam hal ini bertindak melalui kantor cabangnya di Indonesia, berkedudukan di Jakarta, alamat ……. Dengan ini berjanji untuk melakukan pembelian kembali SBSN yang dijual ke Bank Indonesia setiap kali melakukan transaksi Repo SBSN Dengan Bank Indonesia. Jangka waktu pembelian kembali SBSN dan harga pembelian sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai Tata Cara Transaksi Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka
Standing
Facilities
Syariah
dan
Tata
Cara
Transaksi
Repurchase …
215
Lanjutan Lampiran 24
Repurchase Agreement (Repo) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) Dengan Bank Indonesia Dalam Rangka Operasi Pasar Terbuka Syariah.
DIREKSI BANK/ CEO/PEJABAT BANK YANG DIBERI KUASA,
Meterai
(……………NAMA JELAS…………)
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
216
Lampiran 25 LAMPIRAN II SURAT EDARAN BANK INDONESIA NO. 14/ 28/DPM TANGGAL 27 SEPTEMBER 2012 PERIHAL TATA CARA TRANSAKSI REPURCHASE AGREEMENT (REPO) SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN) DENGAN BANK INDONESIA DALAM RANGKA STANDING FACILITIES SYARIAH CONTOH PERHITUNGAN REPO SBSN Bank A melakukan transaksi Repo SBSN yang berjangka waktu 1 (satu) hari pada tanggal 21 Mei 2012 dengan Marjin Repo SBSN 6,75% dan jatuh waktu tanggal 22 Mei 2012.
Perhitungan Nilai Setelmen (dalam jutaan rupiah) Surat Nilai nominal Berharga
harga
IFR0006 SR004 PBS002 PBS004
137.79% 101.78% 92.75% 88.58%
5,000.0 80,000.0 30,000.0 20,000.0
Haircut 5% 5% 5% 5%
Marjin Repo Rate 6.75% 6.75% 6.75% 6.75%
Tanggal Setelmen
Tanggal Transaksi
21/05/2012 21/05/2012 21/05/2012 21/05/2012
21/05/2012 21/05/2012 21/05/2012 21/05/2012
Accrued Nilai Setelmen Maturity Imbalan First 1st leg Leg 22/05/2012 22/05/2012 22/05/2012 22/05/2012
93.31 828.80 570.45 321.76
6,732.81 78,252.80 26,895.45 17,037.76
Nilai Marjin Repo SBSN 1.26 14.67 5.04 3.19
Nilai Setelmen Second Leg 6,734.07 78,267.47 26,900.49 17,040.95
dengan perhitungan accrued imbalan per unit sebagai berikut : Jumlah hari Jumlah hari Frekuensi kupon terakhir Surat antar Nilai nominal Tingkat Kupon pembayaran Last Kupon Next Kupon AI=NXc/nXa/E (N) ( C) sampai 1st leg periode Berharga kupon (n) (a) kupon (E) 3/15/2012 9/15/2012 1,000,000 2 67 184 18,661.68 IFR0006 10.25% 3/21/2012 9/21/2012 1,000,000 2 61 184 10,360.05 SR004 6.25% 1/15/2012 7/15/2012 1,000,000 2 127 182 19,015.11 PBS002 5.45% 2/15/2012 8/15/2012 1,000,000 2 96 182 16,087.91 PBS004 6.10%
Rounding 18,662 10,360 19,015 16,088
Keterangan : 1) Nilai nominal merupakan nominal SBSN yang akan didebet oleh Bank Indonesia dari Rekening Surat Berharga pada setelmen first leg dan akan dikredit pada setelmen second leg. 2) Nilai setelmen first leg akan dikredit ke Rekening Giro, dihitung dengan rumus :
nominal nilai %&&'+ setelmen = SBSN yang × !harga − $% &' () + imbalan SBSN direpokan SBSN
3) Nilai …
217
Lanjutan Lampiran 25 3) Nilai setelmen second leg akan didebet dari Rekening Giro, dihitung dengan rumus :
Nilai Nilai Nilai Marjin Setelmen = Setelmen + Repo &56+ SBSN
4) Marjin Repo SBSN dihitung dengan rumus : Nilai nilai Marjin jangka waktu Repo Marjin = setelmen × Repo × 360 SBSN Repo
Perhitungan Nilai Gagal Setelmen Second Leg Dalam hal Bank A gagal memenuhi kewajiban setelmen second leg untuk seri IFR0006 pada tanggal 22 Mei 2012, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut : Marjin Repo SBSN yang menjadi
:
Rp1.260.000,00
Pengembalian Haircut oleh Bank :
5% x 5.000.000.000 =
kewajiban Bank
Indonesia Accrued imbalan yang menjadi
Rp250.000.000,00 :
Rp1.390.000,00
hak peserta Repo Pada tanggal setelmen second leg, Bank Indonesia akan melakukan pengkreditan ke Rekening Giro sebesar Rp250.130.000,00 (Pengembalian Haircut + Accrued imbalan yang menjadi hak Bank – Marjin Repo SBSN).
Perhitungan …
218
Lanjutan Lampiran 25 Perhitungan Pengenaan Sanksi Bank A akan dikenakan sanksi dengan perhitungan sebagai berikut : (dalam jutaan rupiah) SKENARIO harga 2nd leg > harga 1st leg
harga 2nd leg< harga 1st leg
Sanksi 2nd Leg Gagal
Harga 2nd leg = Harga 1st leg = nilai nominal = Setelmen 1st leg = Sanksi
Sanksi tambahan
-
138.0000 137.7900 5,000 6,732.81
Harga 2nd leg = Harga 1st leg = nilai nominal = Setelmen 1st leg =
131.0000 137.7900 5,000 6,732.81 0.67 bank dikenakan sanksi minimum sebesar 10 juta rupiah 33,950.00
Pada 1 (satu) hari setelah tanggal setelmen second leg, Bank Indonesia akan mendebet Rekening Giro sebesar sanksi kewajiban membayar ditambah sanksi tambahan (bila ada).
Keterangan : 1) Sanksi kewajiban membayar dihitung dengan rumus sebagai berikut = 0,01% x nilai transaksi Repo SBSN yang dinyatakan batal 2) Sanksi tambahan dihitung dengan rumus sebagai berikut = (harga first leg – harga second leg) x nilai nominal SBSN
KEPALA DEPARTEMEN PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
219
Lampiran 26 LAMPIRAN 2 SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 6 /DPM TANGGAL 13 FEBRUARI 2012 PERIHAL TATA CARA PEMBELIAN DAN PENJUALAN SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA SECARA OUTRIGHT DARI BANK INDONESIA DI PASAR SEKUNDER DALAM RANGKA OPERASI PASAR TERBUKA SYARIAH
CONTOH PENGENAAN SANKSI KARENA PEMBATALAN TRANSAKSI OPERASI MONETER SYARIAH ----------------------------------------------------------------------Kasus 1 Terdapat 6 (enam) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter Syariah dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SBSN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi lelang SBIS 3 (tiga) bulan, 1 (satu) kali transaksi FASBIS, 1 (satu) kali transaksi penjualan SBSN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Reverse Repo SBSN dan 1 (satu) kali transaksi Repo SBSN (financing facility). Tanggal Pembatalan 12 Jul 2012 Transaksi Transaksi Batal Pembelian SBSN oleh BI di pasar sekunder
Jumlah Pembatalan 1 Akumulasi 1 Pembatalan Tanggal Pengenaan 13 Jul 2012 Sanksi Sanksi a. Teguran tertulis; dan b.Kewajiban
13 Sep 2012 Lelang SBIS 3 bulan
1 2 14 Sep 2012
6 Des 2012 1) FASBIS 2) Penjualan SBSN oleh BI di pasar sekunder 3) Reverse Repo SBSN 4) Repo SBSN (financing facility) 4 6 1) 7 Des 2012
a. Teguran tertulis; a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban b. Kewajiban membayar
0,01%
(satu
per
Tanggal …
220
Lanjutan Lampiran 26
Tanggal Pembatalan Transaksi
12 Jul 2012
13 Sep 2012
6 Des 2012
membayar 0,01% sepuluh ribu) dari nilai transaksi yang (satu per sepuluh dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan ribu) dari nilai paling banyak Rp100 juta; dan transaksi yang c. Penghentian sementara mengikuti kegiatan dinyatakan batal, Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja paling sedikit Rp10 berturut-turut, yaitu tanggal 7, 10,11, 12 dan juta dan paling 13 Desember 2012. banyak Rp100 juta. 1) Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 6 (enam) kali sejak 12 Juli 2012. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya. membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
Kasus 2 ...
221
Lanjutan Lampiran 26
Kasus 2 Terdapat 5 (lima) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter Syariah dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi pembelian SBSN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi Repo SBSN (financing facility), 1 (satu) kali transaksi penjualan SBSN oleh BI di pasar sekunder, 1 (satu) kali transaksi FASBIS dan 1 (satu) kali transaksi Reverse Repo SBSN . Selanjutnya, terdapat 3 (tiga) kali pembatalan transaksi Operasi Moneter Syariah dalam kurun waktu 6 (enam) bulan, yaitu 1 (satu) kali transaksi FASBIS dan 2 (dua) kali transaksi lelang SBIS (lelang SBIS 3 (tiga) bulan dan lelang SBIS 9 (sembilan) bulan). Tanggal Pembatalan 12 Jul 2012 9 Agt 2012 6 Des 2012 13 Des 2012 Transaksi Transaksi Batal Pembelian SBSN oleh 1) Repo SBSN FASBIS 1) Lelang SBIS 3 BI di pasar sekunder (financing facility) bulan 2) Penjualan SBSN 2) Lelang SBIS 9 bulan oleh BI di pasar sekunder 3) FASBIS 4) Reverse Repo SBSN Jumlah 1 4 1 2 Pembatalan Akumulasi 1 5 2) 1 3 3) Pembatalan Tanggal Pengenaan 13 Jul 2012 10 Agt 2012 7 Des 2012 14 Des 2012 Sanksi Sanksi a. Teguran tertulis; a. Teguran tertulis; a. Teguran tertulis; dan a. Teguran tertulis; dan b. Kewajiban b. Kewajiban b. Kewajiban b. Kewajiban membayar 0,01% membayar 0,01% membayar 0,01% membayar 0,01% (satu per sepuluh (satu per sepuluh (satu per sepuluh (satu per sepuluh
Tanggal …
222
Lanjutan Lampiran 26
Tanggal Pembatalan Transaksi
12 Jul 2012 ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
9 Agt 2012 ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 10, 13, 14, 15, dan 16 Agustus 2012.
6 Des 2012 ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
13 Des 2012 ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara selama 5 (lima) hari kerja berturut-turut, yaitu tanggal 14, 17, 18, 19 dan 20 Desember 2012.
Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 5 (lima) kali sejak 12 Juli 2012. Akumulasi pembatalan transaksi Operasi Moneter sebanyak 3 (tiga) kali sejak 6 Desember 2012. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
2)
3)
Kasus …
223
Lanjutan Lampiran 26
Kasus 3 Pada tanggal 12 Juli 2012, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi pembelian SBSN oleh BI di pasar sekunder. Pada tanggal 9 Agustus 2012, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi FASBIS. Sehingga akumulasi pembatalan adalah 2 (dua) kali yang dihitung sejak 13 Juli 2012 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Pada tanggal 24 Januari 2013, terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi FASBIS. Akumulasi pembatalan tidak dihitung sejak pembatalan tanggal 12 Juli 2012 karena telah melewati kurun waktu 6 (enam) bulan, namun dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2012. Sehingga akumulasi jumlah pembatalan adalah sebanyak 2 (dua) kali. Selanjutnya, pada tanggal 3 Februari 2013 terdapat 1 (satu) kali pembatalan transaksi lelang SBIS 3 (tiga) bulan. Akumulasi pembatalan adalah sebanyak 3 (tiga) kali yang dihitung sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2012 (masih dalam kurun waktu 6 (enam) bulan). Tanggal Pembatalan 12 Jul 2012 9 Agt 2012 24 Jan 2013 4 Feb 2013 Transaksi Transaksi Batal Jumlah Pembatalan Akumulasi Pembatalan Tanggal Pengenaan Sanksi Sanksi
Pembelian SBSN oleh BI di pasar sekunder 1
FASBIS
FASBIS 1
1
2
13 Jul 2012
10 Agt 2012
a. Teguran tertulis; dan a.Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar b. Kewajiban 0,01% (satu per membayar 0,01% sepuluh ribu) dari (satu per sepuluh nilai transaksi yang ribu) dari nilai dinyatakan batal, transaksi yang paling sedikit Rp10 dinyatakan batal, juta dan paling paling sedikit Rp10 banyak Rp100 juta. juta dan paling banyak Rp100 juta.
Lelang SBIS 3 bulan 1 2
4)
1 3
5)
25 Jan 2013
5 Feb 2013
a.Teguran tertulis; dan b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta.
a. Teguran tertulis; b. Kewajiban membayar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai transaksi yang dinyatakan batal, paling sedikit Rp10 juta dan paling banyak Rp100 juta; dan c. Penghentian sementara untuk mengikuti kegiatan Operasi Moneter selama 5 (lima) hari kerja berturutturut, yaitu tanggal 5,6,7,8 dan 11 Februari 2011.
4) akumulasi …
224
Lanjutan Lampiran 26
4)
5)
Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 2 (dua) kali sejak 12 Juli 2012. Pembatalan tanggal 24 Januari 2013 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 12 Juli 2012, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2012. Akumulasi pembatalan transaksi OPT sebanyak 3 (tiga) kali sejak 9 Agustus 2012. Pembatalan tanggal 4 Februari 2013 berada di luar kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 12 Juli 2012, namun masih dalam kurun waktu 6 bulan sejak pembatalan tanggal 9 Agustus 2012. Selanjutnya awal periode 6 (enam) bulan akan mulai dihitung kembali sejak terjadinya pembatalan berikutnya.
DIREKTUR PENGELOLAAN MONETER,
HENDAR
225
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.12/25/DPM tanggal 30 Agustus 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------Maret 2008
Lampiran 27
Lampiran-1 CONTOH PERHITUNGAN JANGKA WAKTU SBIS Contoh perhitungan jangka waktu SBIS berikut: Tanggal lelang Tanggal setelmen hasil lelang Tanggal setelmen SBIS jatuh waktu
3 (tiga) bulan dengan data sebagai : : :
11 Agustus 2010 11 Agustus 2010 10 November 2010
Agustus 2010 Minggu 1 8 15 22 29
Senin Selasa 2 3 9 10 16 17 23 24 30 31
Rabu Kamis Jum’at 4 5 6 11 12 13 18 19 20 25 26 27
Tanggal lelang dan
Sabtu 7 14 21 28
Awal perhitungan jangka waktu SBIS
tanggal setelmen SBIS
November 2010 Minggu 7 14 21 28
Senin Selasa 1 2 8 9 15 16 22 23 29 30
Rabu Kamis Jum’at 3 4 5 10 11 12 18 19 17 24 25 26
Sabtu 6 13 20 27
Jatuh Waktu SBIS
SBIS dengan jangka waktu 3 bulan dinyatakan dalam hari, dihitung dari tanggal 12 Agustus 2010 (satu hari sejak tanggal setelmen) sampai dengan tanggal jatuh waktu 10 November 2010 atau 91 (sembilan puluh satu) hari.
226
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.12/25/DPM tanggal 30 Agustus 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------Maret 2008 Lampiran 28
Lampiran-2
CONTOH PEMBATALAN TRANSAKSI DAN PERHITUNGAN SANKSI
Contoh-1: BUS “A” pada hari lelang mengikuti 2 (dua) lelang SBIS masing-masing lelang SBIS berjangka waktu 1 bulan dan 3 bulan dengan status penyelesaian Setelmen Dana atas hasil lelang SBIS yang dimenangkan sebagai berikut : Jenis lelang
SBIS 1 bulan SBIS 3 bulan
Lelang yang dimenangkan (Rp.miliar) 50 75
Status setelmen sampai dengan cut-off warning Complete Settlement pending karena saldo Rekening Giro tidak cukup
• Pembatalan hasil lelang SBIS dihitung 1 (satu) kali untuk lelang SBIS 3 bulan. • Perhitungan sanksi kewajiban membayar adalah 0,01 % x Rp75 miliar = Rp7.500.000,00 Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 10.000.000,00
Contoh-2... 227
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.12/25/DPM tanggal 30 Agustus 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------Maret 2008 Lanjutan Lampiran 28
Contoh-2: BUS “A” pada hari lelang mengikuti 2 (dua) lelang SBIS masing-masing lelang SBIS berjangka waktu 1 bulan dan 3 bulan dengan status penyelesaian Setelmen Dana atas hasil lelang SBIS yang dimenangkan sebagai berikut : Jenis Lelang
SBIS 1 bulan
Lelang yang dimenangkan (Rp.miliar) 50
SBIS 3 bulan
75
Status setelmen sampai dengan cut-off warning Settlement pending karena saldo Rekening Giro tidak cukup Settlement pending karena saldo Rekening Giro tidak cukup
• Pembatalan transaksi lelang SBIS dihitung 2 (dua) kali yaitu untuk lelang SBIS 1 bulan dan lelang SBIS 3 bulan. • Untuk pembatalan transaksi SBIS 1 bulan, Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar : 0,01 % x Rp50 miliar = Rp5.000.000,00 Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp10.000.000,00 • Untuk pembatalan transaksi SBIS 1 bulan, Bank dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar : 0,01 % x Rp75 miliar = Rp7.500.000,00 Sesuai SE, sanksi kewajiban membayar sebesar 0,01% (satu per sepuluh ribu) dari nilai nominal transaksi SBIS yang dibatalkan; paling sedikit sebesar Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan paling banyak sebesar Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah) untuk setiap pembatalan; maka BUS “A” dikenakan sanksi kewajiban membayar sebesar Rp 10.000.000,00 • Total sanksi kewajiban membayar yang dikenakan pada BUS “A” : Rp10.000.000,00 + Rp10.000.000,00 = Rp20.000.000,00
228
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.12/25/DPM tanggal 30 Agustus 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------Maret 2008 Lampiran 29
Lampiran-3
CONTOH PERHITUNGAN IMBALAN
Contoh -1 Tanggal lelang Jangka waktu SBIS Tanggal setelmen Tanggal Jatuh Waktu Tingkat diskonto SBI 3 bulan
: : : : :
11 Agustus 2010 3 bulan (91 hari) 11 Agustus 2010 10 November 2010 6,5 % (Lelang SBI dengan metode Fixed Rate Tender)
Nominal SBIS yang dimenangkan BUS “A” sebesar Rp.1.000.000.000,00, maka besarnya imbalan yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu adalah sebesar Rp16.430.555,56 dengan rincian perhitungan sebagai berikut : Nominal SBIS 3 bulan yang dimenangkan BUS “A” Tingkat Imbalan Besarnya imbalan yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu Jumlah yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu adalah sebesar nilai nominal + imbalan SBIS
Rp1.000.000.000,00 6,5% [Rp1.000.000.000,00 x (91/360) x 6,5%] = Rp16.430.555,56 Rp1.016.430.555,56
Contoh-2... 229
Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No.12/25/DPM tanggal 30 Agustus 2010 -------------------------------------------------------------------------------------------------Maret 2008
Lanjutan Lampiran 29
Contoh-2 Tanggal lelang Jangka waktu SBIS Tanggal setelmen Tanggal Jatuh Waktu RRT tk. diskonto SBI 3 bulan
: : : : :
11 Agustus 2010 3 bulan (91 hari) 11 Agustus 2010 10 November 2010 6,55 % (Lelang SBI dengan metode Variable Rate Tender)
Nominal SBIS yang dimenangkan BUS “A” sebesar Rp1.000.000.000,00, maka besarnya imbalan yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu adalah sebesar Rp16.556.944,44 dengan rincian perhitungan sebagai berikut :
Nominal SBIS 3 bulan yang dimenangkan BUS “A” Tingkat Imbalan SBIS 3 bulan (= RRT tk. diskonto hasil lelang SBI 3 bulan) Besarnya imbalan yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu Jumlah yang diterima BUS “A” pada saat SBIS jatuh waktu adalah sebesar nilai nominal + imbalan SBIS
Rp1.000.000.000,00 6,55%
[Rp1.000.000.000,00 x (91/360) x 6,55%] = Rp16.556.944,44 Rp1.016.556.944,44
230