KESENIAN HADRAH DI DESA SALILAMA KECAMATAN MANANGGU KABUPATEN BOALEMO Oleh: Wilanti Puyi Mimy A. Pulukadang, S.Pd, M.Sn
ABSTRAK Wilanti Puyi, NIM 341408001. Kesenian Hadrah di Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Artikel. Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari dan Musik. Fakultas Sastra dan Budaya. Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing Mimy A Pulukadang, SPd, M.Sn. Hadrah merupakan gambaran dari cerita rakyat Jawa Tondano yang melawan para penjajah belanda yang merupakan kesenian tradisional khas suku Jaton yang sampai saat ini masih berkembang Pada saat itu, umat muslim dari Jaton mengadakan perkumpulan atau mengadakan musyawarah untuk merencanakan melawan para penjajah belanda. Pada saat yang bersamaaan salah satu dari anggota perkumpulan umat muslim Jaton melaporkan rencana tersebut kepada belanda. Namun misi tersebut telah diketahui oleh umat muslim sehingga belanda tidak berhasil melakukan penyerangan terhadap umat muslim. Setelah mengetahui kedatangan belanda, seluruh umat muslim mengubah rencaa sebelumya dengan cara melakukan gerakan perlawanan yang lebih halus dengan diiringi musik tradisional dan menggunakan alat musik terbang atau rebana. Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti yakni metode penelitian kualitatif yang penyajiannya dalam bentuk deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan sosiologi.Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti berupa wawancara, observasi serta pendokumentasian.Wawancara dilakukan setelah melihat pertujukan hadrah.Sedangkan untuk teknik analisis data, peneliti melakukan observasi dengan melibatkan responden dalam hal ini pelatih dan seluruh anggota grup hadrah. Kata kunci : Kesenian, Hadrah.
I
Hadrah merupakan pertunjukan ansambel yang didalamnya terdapat instrumen dan vokal. Instrumen yang digunakan dalam pertunjukan hadrah pada dasarnya terdiri dari instrumen musik pukul yakni terbang. Terbang dilihat dari bentuknya menyerupai instrumen rebana yang memiliki piringan logam kecil di sekeliling bagian tubuh terbang yang akan menghasilkan bunyi gemerincing apabila digerakkan. Vokal dalam pertunjukan hadrah merupakan lantunan syair yang terdapat dalam kitab barjanji. Barjanji adalah sebuah kitab yang berisi pujian dan kisah tauladan Nabi Muhammad SAW beserta sahabat-sahabatnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka pertunjukan hadrah yang terdapat dalam kegiatan masyarakat desa salilama memiliki persamaan dalam bentuk pertunjukannya. Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji pertunjukan hadrah yang ada di Desa Salilama Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo. Secara umum hadrah ini dipentaskan secara berkelompok.Berdasarkan hasil wawancara (tanggal 20September 2012) dengan seorang pelatih hadrah yakni Bapak Suriyono T. Mayang penduduk asli dari suku Jaton. Beliau mengatakan bahwa suku Jaton memiliki satu bahasa besar yakni bahasa Jawa. Mayarakat yang ada di Desa Salilama menggunakan bahasa gorontalo dan bahasa Jawa Tondano.Dalam syair hadrah bahasa yang digunakan adalah bahasa Arab. Dalam Proses pertunjukannya, para pelaku berbaris menjadi satu barisan di bagian depan dan satu barisan di bagian samping pelaku lainnya. Kemudian salah satu dari mereka melantunkan syair Sallu ala Nabi Muhammad atau Salawat Kepada Nabi untuk memulai pertunjukan. Kemudian pemusik membunyikan alat musik terbang bersamaan dengan lantunan syair yang akan dibawakan. Hadrah merupakan salah satu grup kesenian yang berasal dari jawa tondano yang berada di desa salilama didirikan pada tahun 1948 oleh Bapak Sahwangi Suronoto. Pada saat itu Bapak Sahwangi adalah
satu-satunya masyarakat
transmigran yang berasal dari Jawa Tondano. Kemudian pada tahun 1956 masyarakat transmigran mulai bertambah.Namun pada saat itu hadrah masih dilakukan oleh tiga orang karena masyarakat transmigran belum banyak. Seiring dengan pekembangan zaman, pada tahun 2006 hadrah sudah mengalami
perkembangan dengan di bentuknya satu sanggar yaitu Sanggar Al Mukarramah yang diketuai oleh Bapak Suriyono T. Mayang. Perkembangan grup ini mendapatkan respon dari masyarakat sekitar dan pemerintah setempat, sehingga grup ini mulai pentas lagi.Orang-orang yang tergabung dalam grup ini tidak menjadikan grup ini sebagai penopang kehidupan mereka atau dalam arti tidak menjadikan grup ini sebagai salah satu mata pencaharian mereka.Tetapi, mereka bergabung dalam grup ini untuk menjalin hubungan kekerabatan, persaudaraan atas dasar persatuan serta untuk menjaga dan melestarikan salah satu seni pertunjukan rakyat yang dibawa oleh masyarakat transmigran dan telah berkembang di desa salilama.
II Menurut Sumandiyo Hadi(2007:13) seorang guru besar Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta, ‘Seni tari sebagai ekspresi manusia yang bersifat estetis merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dalam masyarakat yang penuh makna ( meaning )’ (Sumandiyo Hadi 2007:13). Sumandiyo Hadi menjelaskan pula bahwa keindahan tari tidak hanya keselarasan gerakan-gerakan badan dengan iringan musik saja, tetapi seluruh ekspresi
itu
harus
mengandung
maksud-maksud
isi
tari
yang
dibawakan.Pemahaman ini menempatkan fenomena tari sebagai bagian aktualisasi dan representasi cultural-simbolik manusia.Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa tari adalah ungkapan ekspresi manusia yang dituangkan melalui gerak anggota tubuh dimana gerakan-gerakan tersebut mengandung makna. Menurut perkembangan sejarahnya, tari dibedakan berdasarkan struktur social, yaitu
pada
lingkungan
sederhana(masyarakat
masyarakat
tradisional)
yang
hingga
memiliki pola
pola
masyarakat
struktur yang
kompleks(masyarakat modern). Hadrahmerupakan tari tradisional yang secara turun-temurun dilaksanakan dari generasi-kegenerasi. Mengutip dari pengertian tari tradisional menurut Robby Hidajat yang menyatakan bahwa tari tradisional ‘Sebuah tata cara menari atau menyelenggarakan tarian yang dilakukan oleh
sebuah komunitas etnik secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya’( Hidajat 2008:25).Selain itu, tari tradisional dikelompokkan menjadi tiga bagian : Tari tradisional kerakyatan, tari tradisional kebangsaan, dan tari modern. Dari ketiga pelembagaan tari diatas, hadrahtemasuk kesenian tradisional kerakyatan dimana hadrahini tumbuh dan berkembang dikalangan masyarakat jaton yang sudah menjadi tradisi dari
generasi-kegenerasi. ‘Tari tradisional
kerakyatan yakni tari yang tumbuh secara turun-temurun dalam lingkungan masyarakat etnis, atau berkembang dalam rakyat (etnik), sering disebut Folkdance’.Hadrah dapat dikatakan sebagai kesenian modern modifikasi unsur tradisional. Hal ini diperjelas oleh Robby Hidajat (2008:26) yang menyatakan bahwa ‘tari modern modifikasi unsur tradisional’ (di Indonesia dikenal dengan nama tari kreasi baru) yaitu tari modern yang dikembangkan dari unsur-unsur tari tradisional (tari etnis). ‘Tari modifikasi adalah sebagai reaksi mengatasi titk jenuh dari kemapanan tari yang dianggap telah mencapai supermasi tertinggi’ (Hidajat 2008:26). III Kesenian Hadrah Istilah hadrah diambil dari kata “hadhoro-yudhiru-hadhron-hadhrotan ” yang artinya kehadiran. Hadrah dapat diartikan sebagai irama yang dihasilkan oleh bunyi terbang.Hadrah merupakan kesenian tradisional khas masyarakat jaton yang masih berkembang sampai saat ini. Hadrahmerupakan cerita sekelompok umat muslim yang sedang berkumpul di suatu tempat dimana dalam perkumpulan tersebut mereka sedang merencanakan satu tujuan untuk melawan penjajah belanda. Pada saat itu, belanda melarang umat muslim untuk mengadakan perkumpulan tersebut dengan alasan mereka ingin menguasai seluruh kawasan manado. Namun salah satu diantara mereka, adalah mata-mata belanda. Matamata tersebut dibayar oleh belanda agar memberikan informasi kepada belanda tentang apa yang sedang dilakukan oleh umat muslim. Namun hal itu telah diketahui oleh salah seorang dari umat muslim sehingga mereka mengubah rencana sebelumnya dengan cara melakukan gerakan-gerakan silat atau gerakan
perlawanan dengan menggunakan cara yang islami yakni berupa nyanyian atau pujian kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam menghadapi penjajah belanda. Dengan cara seperti itulah umat muslim menghindari serangan belanda sehingga belanda tidak berhasil melakukan penyerangan terhadap umat muslim. Pertunjukan Hadrah Hadrah adalah salah satu kesenian khas jawa tondano yang dilaksanakan pada acara-acara seperti maulid nabi, ketupat, penikahan, khitanan, arisan dan acara festival budaya. Dalam pelaksanaan hadrah ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan hadrah, yaitu : 1. Waktu dan tempat Tempat pelaksanaan hadrah yaitu bertempat di lapangan terbuka.Waktu pelaksaannya tergantung situasi atau keadaan pada saat acara itu dilaksanakan. 2. Pelaksana Seluruh anggota sanggar dan seluruh masyarakat jawa tondano yang terlibat dalam kegiatan tersebut. 3. Gerak Tari a. Motif Pertama Ketua kelompok 1 orang yang bertugas menyerukan salawat yang dilakukan sebelum melantunkan syair. b. Motif Kedua Rodat melakukan gerakan berdoa atau permohonan kepada Allah SWT agar diberi kekuatan dalam menghadapi serangan penjajah. c. Motif Ketiga Motif ini rodat melakukan gerakan penghomatan kepada Allah SWT untuk menunjukan bahwa kekuatan manusia tidaklah kekal. d. Motif Keempat Pada motif ini rodat melakukan gerakan pukulan mata dengan menggunakan dua jari untuk melumpuhkan para penjajah. 4. Tata Rias dan Busana
-
Bowo menggunakan kemeja putih lengan panjang bercorak batik coklat, bagian kepala menggunakan kopiah berwarna putih dengan corak warna kuning keemasan, bagian bawah menggunakan sarung berwarna kemudian dilipat setengah lutut dan menggunakan celana panjang hitam.
-
Rodat menggunakan blus lengan panjang berwarna kuning dengan corak berwarna di bagian depan dan lengan, pada bagian atas menggunakan jilbab brwarna kuning danmerah muda, dililit dengan pita berwarna dan menggunakan bunga sebagai hiasan, kemudian menggunakan celana panjang berwarna biru dengan corakn berwarna pada bagian kaki. Pemain juga menggunakan riasan lipstick, bedak dan eyeshadow sebagai pelengkap.
Alat Musik dan Lagu Hadrah diiringi dengan alat musik terbang dan syair-syair tertentu pada setiap gerakannya. Instrumen dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai ‘alat-alat musik’ (Daryanto, 1998:263). Pelaksanaan pertunjukan hadrah instrumen yang digunakan tergolong pada instrumen musik membranofon.Instrumen musik membranofon sumber bunyinya berasal dari selaput membran atau kulit binatang. Membran dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “rentangan selaput atau
kulit
yang
dapat
membangkitkan
atau
menangkap
getaran”
(Daryanto,1998:400). Instrumen yang digunakan pada pertunjukan hadrah adalah terbang.Cara memainkan yakni tangan dengan jari-jari merapat, tangan dengan jari-jari merenggang dan tangan dengan jari-jari yang dipantulkan. Tempat Pertunjukan Pertunjukan hadrah biasanya dilaksanakan pada siang hari agar terlihat lebih jelas seluruh gerakanya. Pertunjukan hadrah dilakukan di ruangan terbuka, seluruh pemain di tempatkan di tempat yang telah di sediakan.Pemain disediakan tempat dengan duduk melantai yang dialasi karpet atau tikar, duduk berbaris dengan posisi keadaan kaki yang dilipat kemudian duduk bertumpu pada kaki yang dilipat. Penonton
Pertunjukanmemerlukan banyak penonton, semua orang yang berminat untuk menonton dan bertahan hingga pertunjukan selesai. Secara umum, sebuah pertunjukan bagi penonton tidak lain adalah untuk memberikan hiburan yang dapat menenangkan pikiran dan pesan-pesan yang membangun. Sebagaimana fungsi primer yang diungkapkan Soedarsono yakni ‘seni pertunjukan sebagai ungkapan pribadi yang pada umumnya berupa hiburan pribadi’. IV Hadah merupakan kesenian tradisional yang secara turun-temurun dilaksanakan oleh masyarakat suku Jawa Tondano.Bagi masyarakat Desa Salilama Kecamatan Mananggu pada umumnya dan masyarakat Jatonpada khususnya agar lebih memperhatikan kesenian yang ada di Kecamatan Mananggu.Bagi peneliti merupakan pengalaman dalam melakukan penelitian, hasil penelitian ini bisa di jadikan sebagai bahan bacaan peneliti selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Daryanto.1998. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: Appolo Fathoni, (2005). Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta : PT Rineka Cipta Hadi,Sumandiyo.(2007). Aspek-aspek Dasar Koreografi Kelompok, Yogyakarta: eLKAPHI (Lembaga Kajian Pendidikan Dan Humaniora Indonesia.) Hidajat, Robby.2008. Seni Tari Pengantar Teori dan Praktek Menyusun Tari Bagi Guru. Malang: Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pulukadang, Ishak. 2004. Profil Etnis Jaton, Kelurahan Kampung Jawa Tondano, Tempat Ziarah Kiayi Modjo dan Perintis Kemerdekaannya. Soedarsono, R.M. 2002. Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.