REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
KETERANGAN MENTERI NEGARA PPN/KEPALA BAPPENAS TENTANG LAPORAN AWAL PENANGANAN BENCANA BANJIR DI WILAYAH JAKARTA DAN SEKITARNYA Status 5 Februari 2007 Pukul 10:00 WIB
PENDAHULUAN 1. Sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, khususnya Bakornas PB dan Satkorlak PB dan Crisis Center Provinsi DKI Jakarta, bencana banjir yang terjadi mulai pada tanggal 1 Februari 2007 melanda wilayah Provinsi DKI Jakarta yang tersebar di wilayah Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Jakarta Utara. 2. Banjir diakibatkan hujan deras yang turun sejak tanggal 31 Januari, yang berlanjut pada tanggal 1 dan 2 Februari hingga 3 Februari dini hari, serta adanya banjir kiriman akibat hujan lebat yang terjadi di wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang dibawa arus Sungai Ciliwung, maupun anak-anak sungai Cisadane ke wilayah Jakarta. 3. Dengan adanya curah hujan yang tinggi pada tanggal 3 Februari di wilayah Bogor, yang menyebabkan posisi air di Bendung Katulampa sudah berada di atas batas normal, maka telah terjadi banjir bandang kiriman ke Jakarta sekitar jam 01.00 WIB pada tanggal 4 Februari, yang telah menyebabkan jebolnya pintu air Manggarai dan mengakibatkan banjirnya beberapa wilayah di sekitar Manggarai yang selama ini belum pernah mengalami bencana banjir, sehingga diperlukan diantisipasi dan disiapkan untuk mengurangi risiko bertambahnya pengungsi dan korban jiwa. SEBARAN WILAYAH BENCANA BANJIR DI WILAYAH JAKARTA 1.
Di wilayah Jakarta Timur, banjir tersebar di 45 kelurahan, terutama dengan jumlah korban pengungsi terbesar di Kecamatan Jatinegara (Kel. Kampung Melayu, Cipinang Muara, dan Bidara Cina) yang berada di sekitar Sungai Ciliwung dan Kali Cipinang. Data terakhir per Sabtu, 3 Februari 2007 pukul 22.00, sebanyak 28.357 KK telah menjadi pengungsi, dengan jumlah jiwa
keseluruhan sebanyak 80.852 jiwa, di mana sebanyak 5.029 KK berada di Kelurahan Kampung Melayu yang ditampung di Sekolah Santa Maria, RS Hermina, Masjid Atawabin dan PT. Dirgantara Indonesia. 2.
Sementara di wilayah Jakarta Barat, banjir terjadi di 3 kecamatan yaitu di Kecamatan Cengkareng (Kel. Rawa Buaya, Kapuk, Cengkareng Timur), Kecamatan Grogol Petamburan (Kel. Tanjung Duren Utara, Jl. Patra, Jl. Manoi, dan Jl. Makalibe), Kecamatan Kebon Jeruk (Kel. Duri Kepa dan Kedoya Utara), Kecamatan Kembangan (Jl. Jogjo Raya dan Jl. Karang Tengah).
3.
Di wilayah Jakarta Selatan, banjir terjadi di Kecamatan Pancoran (Kel. Rawajati) dengan jumlah pengungsi sebanyak 116 KK atau 299 jiwa, dan Kecamatan Tebet (Kel. Bukit Duri) dengan jumlah pengungsi sebanyak 1055 KK atau 4.739 jiwa. Khususnya korban banjir di Kecamatan Pancoran (Kel Rawajati), pengungsi ditampung di Puskesmas Rawajati dan Kantor PT. Delta. Jebolnya Pintu Air Manggarai, dengan air mencapai ketinggian 1090 cm, mengakibatkan tingginya air di sekitar jalan Minangkabau dan jalan Sultan Agung. Warga secara swadaya menyiapkan ratusan karung pasir untuk menghindari daerah yang terkena luapan air dari Sungai Ciliwung.
4.
Di wilayah Jakarta Utara, banjir tersebar di 6 kecamatan yang meliputi 31 kelurahan, dengan jumlah pengungsi sebanyak 6.669 KK atau 22.957 jiwa yang menjadi pengungsi dan tersebar di beberapa pos penampungan pengungsi yang dibangun secara swadaya.
5.
Di wilayah Jakarta Pusat, banjir tersebar di Kecamatan Tanah Abang dan sekitarnya, terutama di Kelurahan Petamburan, Bendungan Hilir, Karet Tengsin, Kampung Bali, Kebon Melati, Blora, dan Kebon Kacang, dengan jumlah korban yang masih dalam proses penghitungan oleh Satkorlak PB DKI Jakarta. Setelah adanya kiriman banjir bandang pada tanggal 4 Februari dini hari, banjir juga merambah wilayah Jakarta Pusat, khususnya di Manggarai, Pegangsaan, dan Matraman.
UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN: 1.
Pengiriman bantuan perahu karet dari Sudin Tramtib dan Linmas Kota Jakarta Timur untuk wilayah Jakarta Timur.
2.
Bantuan makanan dari Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Depsos, PMI dan Sonora untuk wilayah Jakarta Timur.
3.
Bantuan tenda dan obat-obatan dari Satkorlak PB Provinsi DKI Jakarta.
4.
Bantuan perahu karet dari Sudin Tramtib dan Linmas untuk wilayah Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.
5.
Telah disiapkan bantuan makanan oleh Dinsos Provinsi DKI Jakarta.
6.
Dari pihak TNI, juga telah dikerahkan prajurit dari seluruh angkatan, berikut bantuan peralatan penyelamatan korban banjir, dengan rincian: -
Jumlah prajurit yang dikerahkan: 2.129 personel, 80 perahu karet (landing craft rubber/LCR), 40 rakit, dan 109 truk.
2
-
TNI AD memberikan bantuan: 1.300 prajurit, 25 LCR, 40 rakit, dan 60 truk
-
TNI-AL memberikan bantuan: 429 prajurit, 47 LCR, dan 49 truk.
-
TNI-AU memberikan bantuan: 400 prajurit, 8 LCR, dan 2 helikopter Super Puma.
KORBAN JIWA DAN BANTUAN PELAYANAN PENGUNGSI: 1.
Sementara itu, informasi dari Pusat Penanganan Krisis Departemen Kesehatan RI, banjir di Jakarta telah menelan korban jiwa sebanyak 29 orang, dengan 2 orang hilang. (Data per tanggal 5 Februari, pukul 12.42 WIB)
2.
Untuk korban banjir, telah disalurkan pula 4 ton bantuan obat-obatan untuk mengatasi berbagai penyakit yang dihadapi korban banjir, terutama diare dan influenza, serta juga telah disalurkan bantuan 9 ton bahan makanan.
KEJADIAN BANJIR DI WILAYAH LAINNYA: 1.
Selain di wilayah Jakarta, banjir juga melanda wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Depok, di mana dilaporkan kejadian banjir di 3 perumahan di Kecamatan Gunung Putri dengan jumlah rumah yang terendam sebanyak lebih dari 800 rumah. Air di Bendung Katulampa (Bogor) pada hari Sabtu 3 Februari 2007 pukul 12.00 tercatat sudah mencapai ketinggian 250 cm.
2.
Ketinggian air di Sungai Cikeas tercatat sudah mencapai 23,70 meter dari ketinggian normal 18.00 meter.
3.
Sementara di Kota Depok, banjir menggenangi 25 kelurahan, dengan jumlah rumah yang terendam sebanyak 500 rumah. Pada hari Sabtu 3 Februari 2007 pukul 18.00, tercatat ketinggian air di Pintu Air Depok mencapai 480 cm
4.
Selain banjir, curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan bencana tanah longsor, seperti yang terjadi di Kabupaten Bogor, dengan korban jiwa sebanyak 5 orang, akibat tertimpa rumah yang terkena tanah longsor tersebut
5.
Di wilayah Bekasi, tercatat sedikitnya 4 perumahan di Kecamatan Bekasi Selatan, Bekasi Timur, Kecamatan Jatiasih dan Kecamatan Rawalumbu terendam banjir, yaitu di Perumahan Bumi Satria Kencana, Perumahan Pondok Timur Mas, Pondok Hijau Lestari dan Perumahan Bumi Bekasi Baru. Selain itu tanggul di Kecamatan Jatiasih jebol.
KONDISI PRASARANA DAN SARANA KOMUNIKASI 1.
Terendamnya STO Semanggi II meneyebabkan lumpuhnya puluhan ribu satuan sambungan telepon di Jakarta akibat berhentinya aliran listrik. STO Semanggi II memiliki kapasitas 83.302 SST yang hingga saat ini tenaga listriknya di suplai dengan genset yang dimiliki PT. Telkom, namun genset tersebut hanya mampu mengatasi kelumpuhan antara 5-8 jam. Setelah itu apabila suplai listrik belum pulih maka PT. Telkom akan menyatakan Perhubungan Putus (Perpu).
3
2.
13 "base transceiver station" (BTS) Flexi lumpuh, Speedy Siemens yang berkapasitas maksimal 17.000 satuan sambungan layanan dilaporkan semuanya mati. Speedy Huawei juga sebanyak 2.000 satuan saluran layanan terkena gangguan, sedangkan Speedy Alcatel di STO Slipi dilaporkan masih beroperasi.
STATUS DAN RENCANA LANJUT 1.
Penetapan Siaga 1 mulai tanggal 3 Februari 2007 pukul 23.00, akibat ketinggian air di pintu air Katulampa dan pintu air Depok sudah berada di atas batas normal.
2.
Mobilisasi tenaga bantuan (SAR) untuk melakukan evakuasi besar-besaran kepada korban banjir.
3.
Inventarisasi kebutuhan penanganan korban banjir
LOSS AND DAMAGE ASSESMENT 1.
Untuk sementara, pada jam ini perkiraan kerugian dan kerusakan bangunan masih bersifat sementara dan belum dapat dipastikan jumlahnya. Masih akan ditindaklanjuti dengan koordinasi dengan instansi atau pihak-pihak terkait.
2.
Sehubungan dengan bencana banjir di wilayah Jakarta ini, pihak Ditjen Sumber Daya Air Departemen Pekerjaan Umum telah menginformasikan bahwa fokus penanganan kedaruratan ini masih akan ditangani langsung oleh Satkorlak PB Provinsi DKI Jakarta, dan belum diperlukan penangangan dari Pemerintah Pusat. Namun, dalam angka perhitungan penilaian kerusakan dan kerugian yang diakibatkan bencana banjir ini, pihak pemerintah pusat perlu melakukan asistensi dan bekerja sama dengan Pemda DKI Jakarta, guna dapat memperkirakan kerugian dan kerusakan yang terkait dengan berbagai aset publik dan aset negara maupun aset masyarakat yang rusak akibat bencana banjir ini.
3.
Berdasarkan data yang tersedia sampai dengan tanggal 5 Januari 2007, diperkirakan jumlah pengungsi secara keseluruhan sebanyak 450 ribu jiwa, atau diperkirakan sebanyak 100 ribu KK. Dari jumlah pengungsi sebanyak 450 ribu jiwa tersebut, dan dengan perkiraan lamanya penanganan tanggap darurat sekitar 5-7 hari, maka diperkirakan jumlah santunan korban banjir yang harus disediakan berupa bantuan jadup (Rp6 ribu/jiwa/hari) dan bahan makanan dan obat-obatan dapat mencapai jumlah Rp20 miliar.
4.
Untuk sektor perumahan, dengan asumsi bahwa jenis rumah yang terkena dampak banjir sebagian besar berada pada bantaran sungai, maka diperkirakan sebarannya terdiri dari 80 persen rumah non-permanen dan 20 persen rumah permanen. Dengan perkiraan perhitungan satuan harga kerusakan dan kerugian (termasuk perabot) rumah non-permanen sebesar Rp20 juta, dan perkiraan ganti rugi untuk rumah permanen yang diperkirakan sebesar Rp5 juta, termasuk restorasi lingkungan permukiman sekitar 15 persen dari kebutuhan ganti rugi rumah secara keseluruhan, maka
4
diperkirakan jumlah kerusakan dan kerugian untuk sektor perumahan mencapai sebesar Rp1,5-2,0 triliun. 5.
Selain dari kerusakan dan kerugian dari perumahan, juga terjadi kerusakan dari beberapa prasarana publik seperti sekolah dan fasilitas kesehatan, dengan jumlah fasilitas pendidikan (sekolah) sebanyak 1.498 sekolah dan 9 Puskesmas (angka sementara dari Satkorlak Provinsi DKI Jakarta). Berdasarkan data sementara tersebut, maka diperkirakan kerusakan dan kerugian (termasuk peralatan sekolah dan fasilitas kesehatan) untuk sektor sosial, dengan perkiraan harga satuan fasilitas pendidikan sebesar Rp1,0 juta untuk perbaikan per ruang kelas dan fasilitas kesehatan sebesar Rp5 juta untuk perbaikan per unit fasilitas, maka kerugian dan kerusakan diperkirakan dapat mencapai sekitar Rp20 miliar.
6.
Sementara dari sisi kerugian ekonomi, diperkirakan bencana banjir ini menyebabkan kerugian sementara di sektor ekonomi riil sebesar Rp1 triliun, dengan perhitungan tidak berfungsinya kegiatan perekonomian di Jakarta selama 3 hari kerja. Dengan demikian, apabila diperkirakan bencana banjir ini akan berlangsung hingga sekitar 5-7 hari, maka jumlah kerugian dapat mencapai sekitar Rp2-2,5 triliun.
7.
Untuk kerusakan dalam bidang prasarana dan sarana telekomunikasi, diperkirakan diperlukan dana rehabilitasi sebesar Rp1,5 miliar, khusus untuk perbaikan STO II Semanggi yang mengalami kerusakan akibat terendam banjir. Sementara untuk prasarana dan sarana kelistrikan, dengan rusaknya 1.379 gardu listrik dan 6 gardu induk se wilayah Jabodetabek, maka diperkirakan dibutuhkan dana untuk perbaikan sebesar Rp3 miliar.
8.
Untuk prasarana jalan di wilayah Jabodetabek, diperkirakan kerusakan mencapai 500 km jalan lokal, 10 km jalan arteri, yang memerlukan dana perbaikan sekitar Rp80 miliar.
9.
Dengan demikian, secara keseluruhan perkiraan kerusakan dan kerugian sementara yang dapat dihitung berdasarkan data yang tersedia hingga 5 Februari pukul 13.00, memerlukan pendanaan sebesar Rp4,125 triliun.
10. Sesuai dengan pembicaraan dengan pihak UNDP dan UN-Disaster Management, maka rencana perhitungan dan penilaian kerusakan dan kerugian akan dilakukan secara lebih terinci, dengan memberikan bantuan/asistensi teknis kepada Pemerintah Indonesia, dengan perkiraan penyelesaian selama paling lambat 2 (dua) minggu ke depan. Jakarta, 5 Februari 2007 Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas
H. Paskah Suzetta
5