Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 381-389
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
LAYANAN KONSELING TRAUMATIK BAGI KORBAN BENCANA BANJIR DI JAKARTA Ulfa Danni Rosada Universitas Ahmad Dahlan E-mail:
[email protected] ABSTRAK Kondisi trauma (traumatics) biasanya berawal dari keadaan stres yang mendalam dan berlanjut yang tidak dapat diatasi sendiri oleh individu yang mengalaminya. Sejauh mana trauma berkembang, bagaimana sifat atau jenisnya. Bila keadaan trauma dalam jangka panjang, maka itu merupakan suatu akumulasi dari peristiwa atau pengalaman yang buruk dan memilukan. Dan, konsekuensinya adalah akan menjadi suatu beban psikologis yang amat berat dan mempersulit proses penyesuaian diri seseorang, akan menghambat perkembangan emosi dan sosial individu (anak) dalam berbagai aplikasi perilaku dan sikap, seperti dalam hal proses belajar mengajar (pendidikan) atau pemenuhan kebutuhan-kebutuhan individu (anak) lainnya secara luas. konseling traumatic adalah upaya konselor untuk membantu klien yang mengalami trauma melalui proses hubungan pribadi sehingga klien dapat memahami diri sehubungan dengan masalah trauma yang dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya sebaiknya mungkin.Sebagai proses alam, banjir terjadi karena debit air sungai yang sangat tinggi hingga melampaui daya tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah sekitarnya. Sementara itu, banjir juga dapat terjadi karena kesalahan manusia. Ada dua kemungkinan layanan konseling bantuan yang dapat diterapkan untuk mengatasi pasca trauma, yaitu: 1) rekonstruksi psikologis melalui bantuan untuk mengatasi masa lalu, dan 2) rekonstruksi sosial melalui pemulihan hubungan. Dalam pelaksanannnya perlu dibentuk tim fasilitas komunikasi untuk menyediakan layanan dan aktivitas mengenai konflik untuk setiap korban.Oleh karena itu, seyogyanya pemerintah sesegera mungkin menerjunkan relawan yang bertugas memberikan layanan konseling traumatik. Oleh sebab itu, bantuan berupa layanan konseling traumamerupakan kebutuhan yang tidak kalah penting untuk diprioritaskan korban banjir. Kata Kunci: konseling traumatik, korban bencana banjir
Dengan adanya keberagaman peristiwa dan
PENDAHULUAN Sepanjang
sejarah
kehidupan
umat
pengalaman yang menakutkan tersebut, selain
manusia dipermukaan bumi ini khususnya
telah memporak-porandakan kondisi fisik
dalam kehidupan bermasyarakat manusia
lingkungan hidup, juga merusak ketahanan
memiliki
yang
fungsi mental manusia yang mengalaminya,
muncul silih berganti seolah tidak pernah
baik secara langsung maupun tidak langsung
habis-habisnya, seperti konflik, kekerasan,
dalam waktu yang singkat dan jangka
pertumpahan darah, dsb. Itu belum lagi
panjang.
keberagaman
problematika
kondisi
persoalan
alam
sulit
Peristiwa tersebut dapat menciptakan
seperti bencana
trauma tersendiri bagi masyarakat di sekitar
alam; gempa bumi, tsunami, meletus gunung
yang memiliki keberagaman persoalan seperti
api, tanah longsor, banjir, badai topan, dsb.
yang terungkap di atas. Hal ini diakibatkan
diperdiksi oleh manusia.
yang
381
382 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 381-389
oeleh tekanan yang muncul dari rasa sakit
Seiring
berjalannya
waktu,
proses
yang diderita saat kejadian, kehilangan orang
konseling tidak bisa berjalan sendiri perlu
tercinta serta hilangnya harta benda serta
adanya dukungan dari berbagai pihak untuk
perubahan akan kegiatan sosial anak
menciptakan
suasana
representatif.
Layanan
Kondisi trauma (traumatics) biasanya
konseling
yang
konseling sebagai
berawal dari keadaan stres yang mendalam
bagian yang integral dalam pendidikan,
dan berlanjut yang tidak dapat diatasi sendiri
mempunyai
oleh individu yang mengalaminya. Sejauh
perkembangan anak sehingga potensi yang
mana trauma berkembang, bagaimana sifat
dimiliki anak dapat berkembang optimal.
atau jenisnya. Bila keadaan trauma dalam
Terjadinya perilaku-perilaku seperti di atas
jangka panjang, maka itu merupakan suatu
dapat mempengaruhi potensi yang dimiliki
akumulasi dari peristiwa atau pengalaman
individu (anak) tidak dapat berkembang
yang
Dan,
secara optimal. Teknik dan ketrampilan
konsekuensinya adalah akan menjadi suatu
konselor harus benar-benar dimiliki oleh
beban psikologis yang amat berat dan
setiap konselor. Dalam menumbuhkan klien
mempersulit
pasca trauma, seorang konselor harus dapat
buruk
dan
proses
memilukan.
penyesuaian
diri
peranan
memfasilitasi
seseorang, akan menghambat perkembangan
berorientasi
emosi dan sosial individu (anak) dalam
mungkin.Oleh karena itu, pembimbing di
berbagai aplikasi perilaku dan sikap, seperti
sekolah dapat membantu individu mencapai
dalam
perkembangan potensi yang optimal dengan
hal
proses
belajar
mengajar
pada
untuk
layanan
klien
semaksimal
(pendidikan) atau pemenuhan kebutuhan-
memberikan
dengan
setting
kebutuhan individu (anak) lainnya secara
pendidikan akademik yang menerapkan juga
luas.
pencapaian perkembangan diri.
Melihat kondisi yang seperti itu, sangat
Dalam melakukan konseling trauma,
perlulah untuk memberikan layanan konseling
keberadaan konsep deteksi awal akan menjadi
pada
hal
individu-individu
yang
mengalami
yang penting untuk
dipahami
dan
trauma-trauma maupun dampak psikologis
diperhatikan oleh pemberi bantuan sehingga
agar tidak sampai berlebihan seperti stress,
tergambar berbagai sifat atau jenis trauma
depresi, yang akan dapat menjadikan mereka
yang diderita korban, seperti trauma ringan,
tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari
sedang dan berat. Namun, tidak semua
seperti biasanya.
peristiwa atau pengalaman yang dialami manusia itu bermuara pada trauma. Biasanya
Rosada, Layanan Konseling Traumatik... 383
kejadian
dan
pengalaman
yang
buruk,
teknik dan strategi yang relevan dalam
mengerikan, menakutkan atau mengancam
menumbuhkan klien pasca trauma.
keberadaan individu yang bersangkutan, maka
PEMBAHASAN
kondisi ini akan berisiko memunculkan rasa
Konseling Traumatik
trauma. Sementara, peristiwa dan pengalaman
Konseling merupakan bantuan yg bersifat
yang baik atau menyenangkan, orang tidak
terapeutis yg diarahkan untuk mengubah
menganggap itu suatu kondisi yang trauma.
sikap dan perilaku konseli, dilaksanakan face
Kondisi trauma (traumatics) biasanya
to face antara konseli dan konselor, melalui
berawal dari keadaan stres yang mendalam
teknik wawancara dengan konseli sehingga
dan berlanjut yang tidak dapat diatasi sendiri
dapat
oleh individu yang mengalaminya. Stres
dialaminya.
terentaskan
permasalahan
yang
adalah suatu respon/reaksi yang diterima
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang
individu dari rangsangan lingkungan sekitar,
berarti luka (Cerney, dalam Pickett, 1998).
baik yang berupa keadaan, peristiwa maupun
Kata
pengalaman–pengalaman,
menggambarkan kejadian atau situasi yang
yang
menjadi
trauma
oleh
digunakan
korban.
untuk
beban pikiran terus menerus dan pada
dialami
Kejadian
atau
akhirnya bermuara pada trauma.
pengalaman traumatik akan dihayati secara
Metode-metode yang digunakan konselor
berbeda-beda antara individu yang satu
dalam menangani klien juga berbeda, hal ini
dengan lainnya, sehingga setiap orang akan
wajar karena setiap orang berbeda-beda dalam
memiliki reaksi yang berbeda pula pada saat
memahami orang lain. Dalam pendekatanya
menghadapi
ada yang menggunakan pendekatan persuatif
Pengalaman traumatik adalah suatu kejadian
ada juga yang menggunakan pola intensif dan
yang dialami atau disaksikan oleh individu,
lain-lain. Dalam hal ini, kepiawaian seorang
yang
konselor ditunjukkan profesionalnya dalam
(Lonergan, 1999). Oleh sebab itu, merupakan
menghadapi konseli atau klien.
suatu hal yang wajar ketika seseorang
Dalam
keselamatan
traumatik.
dirinya
mengalami shock baik secara fisik maupun
trauma, konselor tidak hanya memiliki satu
emosional sebagai suatu reaksi stres atas
teknik
harus
kejadian traumatik tersebut. Kadangkala efek
mengglobal agar dalam menghadapi dan
aftershock ini baru terjadi setelah beberapa
menyikapi konseli tepat sesuai dengan yang
jam, hari, atau bahkan berminggu-minggu.
diharapakan. Maka dari itu sangat diperlukan
Respon individual yang terjadi umumnya
strategi
saja,
klien
mengancam
yang
pasca
dan
menumbuhkan
kejadian
namun
384 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 381-389
adalah perasaan takut, tidak berdaya, atau
dimana
merasa ngeri. Gejala dan simtom yang
kematian, luka yang serius, atau kekerasan
muncul tergantung pada seberapa parah
seksual. Kondisi ini bisa dialami sendiri, atau
kejadian
cara
menyaksikan seseorang berada dalam kondisi
individu menghadapi krisis tersebut akan
tersebut. Bisa juga mengetahui bahwa salah
tergantung pula pada pengalaman dan sejarah
satu anggota keluarga atau teman depat
masa lalu mereka.
mengalami ancaman-ancaman tersebut. Selain
tersebut.
Demikian
pula
Menurut Stamm (1999), stres traumatik merupakan
suatu
reaksi
yang
terhadap
peristiwa
yang
kekerasan
(seperti
kekerasan
seseorang
mengalami
ancaman
itu, kondisi saat seseorang secara terus
alamiah
menerus menyaksikan peristiwa traumatik
mengandung
juga disebut trauma. Mudahnya, trauma
kelompok,
adalah
satu
kondisi
mengalami
atau
yang
terancam kehilangan nyawa, atau harga
mengerikan (seperti kemiskinan, deprivasi,
dirinya.Prawirohardjo (2010) melihat trauma
dll). Kondisi tersebut disebut juga dengan
sebagai
stres pasca traumatik (atau Post Traumatic
mengejutkan dan meninggalkan bekas (kesan)
Stress Disorder/ PTSD). Menurut Pickett
yang mendalam pada jiwa seseorang yang
(1998), ada dua bentuk simtom yang dialami
mengalaminya.
dalam
kehidupan
oleh individu yaitu : (1) adanya ingatan terus
yang
seseorang
pemerkosaan, kecelakaan, dan bencana alam) kondisi
kejadian
dimana
pengalaman
Berdasarkan
dari
membuatnya
yang
beberapa
tiba-tiba,
pendapat
menerus tentang kejadian atau peristiwa
tersebut dapat disimpulkan bahwa trauma
tersebut, dan (2) mengalami mati rasa atau
muncul karena seseorang mengalami suatu
berkurangnya
terhadap
peristiwa yang mengakibatkan terguncang
lingkungannya. Kondisi tersebut selanjutnya
jiwanya serta sulit untuk mengendalikan
akan mempengaruhi fungsi adaptif individu
dirinya sendiri.
respon
individu
dengan lingkungannya. Seringkali, peristiwa
Sutirna (2013) mengatakan konseling
yang traumatik akan sangat menyakitkan
traumatic
sehingga
akan
membantu klien yang mengalami trauma
diperlukan dalam mengatasi trauma yang
melalui proses hubungan pribadi sehingga
dialami.
klien dapat memahami diri sehubungan
Yang
bantuan
dari
disebutkan
Psychological
para
The
ahli
American
adalah
upaya
konselor
untuk
dengan masalah trauma yang dialaminya dan
Association
berusaha
(2013),mendefinisikan trauma sebagai kondisi
mungkin.
untuk
mengatasinya
sebaiknya
Rosada, Layanan Konseling Traumatik... 385
Strategi konseling traumatik adalah upaya konselor
dalam
merencanakan
konseling
untuk membantu klien yang mengalami
(tahap kerja), dan tahap akhir konseling (Nurihsan, 2009). a. Tahap awal konseling. Tahap awal ini
trauma melalui proses hubungan pribadi
terjadi
sehingga
diri
konselor hingga berjalan proses konseling
sehubungan dengan masalah trauma yang
dan menemukan definisi masalah trauma
dialaminya dan berusaha untuk mengatasinya
klien. Cavanagh (1982) menyebut tahap ini
sebaik mungkin. Konseling traumatik sangat
dengan istilah introduction, infitation dan
berbeda dengan konseling biasa dilakukan
environmental
oleh konselor, perbedaan ini terletak pada
dilakukan oleh konselor dalam proses
waktu, fokus, aktivitas, dan tujuan. Perbedaan
konseling pada tahap ini adalah sebagai
itu adalah : (Nurihsan, 2010).
berikut:
klien
dapat
memahami
sejak
klien
bertemu
support.
(1)
dengan
Adapun
Membangun
yang
hubungan
Proses konseling traumatik terlaksana
konseling traumatik yang melibatkan klien
karena hubungan konseling berjalan dengan
yang mengalami trauma, (2) Memperjelas
baik, proses konseling traumatik adalah
dan mendefinisikan masalah trauma, (3)
peristiwa
yang tengah berlangsung dan
Membuat penjajakan alternatif bantuan
memberi makna bagi klien yang mengalami
untuk mengatasi masalah trauma, (4)
trauma dan memberi makna pula bagi
Menegosiasikan kontrak
konselor yang membantu mangatasi trauma
b. Tahap pertengahan konseling. Berdasarkan
kliennya tersebut.
kejelasan trauma klien yang disepakati
Proses dan Tahapan dalam Konseling Traumatik Proses konseling traumatik terlaksana
pada tahap awal, kegiatan selanjutnya
karena hubungan konseling berjalan dengan baik. Proses konseling traumatik adalah peristiwa tengah berlangsung dan memberi makna bagi klien yang mengalami trauma dan memberi makna pula bagi konselor yang
proses
konseling
pada
umumnya, proses dalam strategikonseling traumatik juga dibagi atas tiga tahapan, yaitu tahap
awal
konseling,
mengkonfrontasikan
pada:
1)
penjelajahan trauma yang dialami klien, 2) bantuan
apa
yang
akan
diberikan
berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajahi tentang trauma klien. c. Tahap
Akhir
Konseling.
Cavanagh
(1982)menyebut tahap ini dengan istilah
membantu mengatasi trauma kliennya. Sebagaimana
adalah
tahap pertengahan
termination.
Padatahap
ini,
konseling
ditandai dengn beberapa hal berikut ini:(1) Menurunnya kecemasan klien, hal ini diketahui setelah konselor menanyakan
386 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 381-389
Tabel 1 : Perbedaan konseling traumatik dan konseling biasa Strategi Waktu
Konseling Traumatik Memerlukan waktu cukup satu hingga enam sesi Lebih banyak melibatkan banyak orang dalam membantu klien dan lebih banyak orang dalam membantu klien dan lebih banyak aktif adalah konselor.
Konseling Biasa Memerlukan waktu satu hingga dua puluh sesi
Fokus
Lebih memperhatikan pada satu masalah yaitu trauma yang terjadi dan dirasakan sekarang
Pada umumnya suka menghubungkan satu masalah klien dengan masalah lainnya, seperti latar belakang klien, proses ketidaksadaran klien, interpretasi klien, konflik antarpribadi klien, tekanan karir klien, masalah komunikasi klien, transferensi dan kontertransferensi antara klien dengan konselor, krisis identitas dan seksual klien, keterhimpitan pribadi klien, dan konflik nilai yang terjadi pada klien
Tujuan
Lebih menekankan pada pulihnya kembali klien pada keadaan sebelum trauma dan mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan yang baru. Menurut Muro dan Khotman (1995), tujuan konseling traumatic ialah:
Tujuan pelayanan bimbingan ialah agar konseli dapat: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Aktivitas
1. Berfikir realistis bahwa trauma adalah bagian dari kehidupan 2. Memperoleh pemahaman tentang peristiwa dan situasi yang menimbulkan trauma 3. Memahami dan menerima perasaan yang berhubungan dengan trauma 4. Belajar ketrampilan baru untuk mengatasi trauma
keadaan
kecemasanya,
(2)
Adanya
perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamik, (3) Adanya
Lebih banyak aktif adalah kliennya, sehingga klien biasanya lebih aktif dalam mengungkapkan permasalahannya, konselor hanya mendorong, menggali dan mengarahkan.
orang tua, teman dan keadaan yang tidak menguntungkan Banjir
tujuan hidup yang jelas di masa yang akan
Mengingat musim hujan telah tiba,
datang dengan programyang jelas pula, (4)
patutlah mewaspadai akan bahaya banjir yang
Terjadinya perubahan sikap yang positif
melanda di daerah kita khususnya daerah
terhadap masalah yang dialaminya,dapat
Jakarta.
mengoreksi diri dan meniadakan sikap
masyarakat, banjir juga akan memperburuk
yang suka menyalahkan dunialuar seperti
kondisi pada air tanah. Eschercia Coli (E
Selain
mengganggu
aktivitas
Rosada, Layanan Konseling Traumatik... 387
Coli) merupakan kandungan bakteri yang
aman, bebas banjir seperti yang setiap tahun
mencemari air tanah di seluruh wilayah DKI
terjadi di Cienteung, Bandung Selatan. Banjir
Jakarta, rata-rata mencapai 41%.
di
Jakarta
juga
telah
mengakibatkan
Banjir adalah bencana akibat curah hujan
lebih dari 84 ribu penduduk Jakarta harus
yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan
diungsikan ke tempat lain yang lebih aman
saluran pembuangan air yang memadai
karena
sehingga merendam wilayah- wilayah yang
(BNPB, 2013).
tidak dikehendaki oleh orang- orang yang ada
tempat
tinggalnya
terendam
air
Dampak banjir dibagi menjadi tiga yakni
disana. Banjir bisa juga terjadi karena
(1)
jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga
mengakibatkan
daerah yang rendah terkena dampak kiriman
rusaknya berbagai jenis struktur termasuk
banjir (Aminudin, 2013). Sebagai proses
jembatan, bangunan, jalan raya, dan lain-lain,
alam, banjir terjadi karena debit air sungai
(2) dampak sekunder, seperti persediaan air
yang sangat tinggi hingga melampaui daya
bersih, mewabahnya penyakit bawaan air,
tampung saluran sungai lalu meluap ke daerah
kelangkaan hasil tani yang disebabkan oleh
sekitarnya. Sementara itu, banjir juga dapat
gagal panen, (3) Dampak jangka panjang,
terjadi karena kesalahan manusia.
seperti kesulitan ekonomi karena menurunnya
Dampak yang Ditimbulkan dari Banjir
jumlah
Banjir yang menerjang suatu kawasan
dampak
sehingga menimbulkan korban luka-luka
Kesimpulan
maupun
yang
fisik
yang seperti
berkunjung
ke
Indonesia, kenaikan harga, dan lain-lain. PENUTUP
Wasior
dampak
kerusakan
wisatawan
dapat merusak dan menghanyutkan rumah
maupun meninggal seperti yang terjadi di
primer,
Pengabaian
terhadap
pengalaman
traumatic dan kesenjangan sosial bukan hanya Bohorok.
Banjir
juga
dapat
berdampak pada korban itu sendiri tetapi juga
melumpuhkan armada angkutan umum (bus
kepada masyarakat dan generasi berikutnya
mikro, truk) atau membuat rute menjadi lebih
melalui keluarga dan anak cucu mereka, maka
jauh untuk bisa mencapai tujuan karena
diperlukan adanya pihak lain yang menjadi
menghindari titik genangan seperti yang
penyalur komunikasi dan mengurangi beban
sering terjadi di jalur pantura Jawa. Banjir
mental trauma yang dialami baik itu trauma
mengganggu kelancaran angkutan kereta api
diakibatkan oleh bencana alam maupun yang
dan penerbangan. Penduduk seringkali harus
diakibatkan oleh konflik sosial.
mengungsi sementara ke tempat yang lebih
388 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 381-389
Ada dua kemungkinan layanan konseling bantuan
yang
mengatasi
dapat
pasca
diterapkan
trauma,
untuk
yaitu:
1)
kesulitan pemerintah untuk menurunkan tim konseling traumatik hal ini dikarenakan tidaklah
mudah
rekonstruksi psikologis melalui bantuan untuk
memiliki
basis
mengatasi masa lalu, dan 2) rekonstruksi
pengalaman di bidang ini. Oleh sebab itu,
sosial melalui pemulihan hubungan. Dalam
bantuan
pelaksanannnya perlu dibentuk tim fasilitas
traumamerupakan kebutuhan yang tidak kalah
komunikasi untuk menyediakan layanan dan
penting untuk diprioritaskan korban banjir.
aktivitas mengenai konflik untuk setiap
DAFTAR PUSTAKA
korban.
Aminudin. 2013. Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana Alam. Bandung: AngkasaBandung. APA. 2013. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. American Psychiatric Association: Washington DC. Badan Nasional Penanggulangan Bencana(2013): Bencana di Indonesia 2012. Cavanagh, Michael. E. 1982. The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. Long Grove. Illinois: Waveland Press Lonergan, B.A. 1999. The Development of Trauma Therapist : A Qualitative Studi of the Therapist’s Perspectives and Experiences. Colorado : Counselling Psychology. Nurihsan, Ahmad Juntika. 2010. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Pickett,G.Y. 1998. Therapist in Distress : An Integrative Look at Burnout, Secondary Traumatic Stress and Vicarious Traumatization. Dissertation. University of MissouriSt. Louis. Sutirna. 2013. Bimbingan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. Yogyakarta: CV. Andi OFFSET
Saran Menyembuhkan luka psikologis memang butuh
waktu
serangkaian
yang proses
panjang
dengan
psikologis
yang
konsisten.Dalam hal ini pemerintah memang sudah
tanggap
namunsayangnya
terhadap baru
masalah bisa
ini,
mengirim
beberapa orang dalam tim psikologi yang kondisi seperti itu tidak sebanding dengan banyaknya jumlah korban yang menderita. Oleh karena itu, seyogyanya pemerintah sesegera mungkin menerjunkan relawan yang bertugas
memberikan
traumatik.Saat-saat dibutuhkan
seperti
korban
hanyakecukupan kesehatan,
layanan
konseling ini,
yang
banjir
makan,
bukan
minum,
dan
lebih
dari
itu,
mereka
jugamengingankan
serta
membutuhkan
kesehatan mental, stabilitas emosional, dan optimismeuntuk memulai kehidupan baru pascakehilangan semua yang berartidalam hidupnya.Memang bisa dipahami adanya
mencari ilmu
berupa
relawan
pengetahuan
layanan
yang dan
konseling
Rosada, Layanan Konseling Traumatik... 389
Stamm, B.H. 1999. Secondary Traumatic Stress. Self Care Issues for Clinicians, Researchers & Educators. MD : Sidran Press. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana