KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 8 / PERMEN / M / 2007
Tentang
PEDOMAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN SWADAYA
LAMPIRAN II PETUNJUK TEKNIS PEMUGARAN DAN PERLUASAN PERUMAHAN SWADAYA
60
i
iv
59
Daftar Nama Tim Penyusun Konsep Pedoman Umum Pemugaran, Perluasan dan Pembangunan Baru Perumahan Swadaya Tahun 2006 NO. 1
NAMA Ir. Amien Roychanie
2
Ir. Eddy Suharyo, MM
3
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA
4
Ir. Kriya Arsyah, M. Eng
5
Ir. Widianto Adiputra, M.Eng
6
Ir. Baby Setiawati D, Msi
1
Ir. Bambang Murwono. H, CES
2
Ir. Jusuf Langkun, CES
3
Ir. Roch Dianto, Dipl. Soc. Sc., MM
4
Ir. Handoko, MT
5
Heru Cokro, ST
6
Supoyo, ST, MT
7
Rustomo, ST, MT
8
Dudang, ST
9 10
Suradi Agus Salim
INSTANSI Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tim Pelaksana Asdep Pengembangan Sistem Perumahan Swadaya (Asdep I) Asdep Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya (Asdep II) Asdep Pembangunan Baru Perumahan Swadaya (Asdep III) Asdep Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Swadaya (Asdep IV) Asdep Penguatan Kerjasama Kelembagaan Perumahan Swadaya (Asdep V) Sekretariat Kabid Perumahan Perdesaan, Asdep II Kabid Perumahan Perkotaan, Asdep III Kabid Evaluasi dan Analisa, Asdep I Kabid Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Asdep IV Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Staf Asdep III Staf Asdep III
58
DAFTAR ISI
JABATAN TIM Pengarah Ketua Wakil Ketua
DAFTAR / ISI ............................................................................................... Bab I Ketentuan Umum ..........................................................................
iii 1
1.1. Pengertian Umum .................................................................... 1.2. Pengertian Khusus ...................................................................
1 2
1.3. Maksud dan Tujuan .................................................................. 1.4. Sasaran ....................................................................................
2 2
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan ..........................................................
3
Anggota
1.6. Acuan Normatif ........................................................................
5
Anggota
Bab II Penyelenggaraan Pembangunan ................................................. 2.1.Persiapan .................................................................................
7 7
2.2. Upaya memenuhi persyaratan layak huni ...............................
8
Bab III Pelaksanaan Pemugaran atau Perluasan ........................... 3.1. Teknik Pemugaran ........................................................... 3.2. Teknik Perluasan …………………………………………… 3.3. Kebutuhan Pokok Pemugaran / Perluasan ……………… 3.4. Langkah-langkah Pelaksanaan per Komponen................
13 13 15 17 20
Bab IV Fasilitasi Penunjang ………………………………………………….
37
4.1. Pengadaan Air Minum ..............................................................
37
4.2.Sanitasi....................................................................................
46
Anggota
Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota
4.3. Drainase ................................................................................... 53 Bab.V Penutup ………………………………………………………...……….. 56
Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
v
Daftar Nama Tim Penyusun Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya
vi
NO.
NAMA
INSTANSI
1
Ir. Amien Roychanie
2
Ir. Aim Abdurachim Idris, M.Sc
3
Tri Sulistyowarni, SH., S.Pn
Deputi Bidang Perumahan Swadaya Staf Ahli Menpera Bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Tenaga Ahli Menpera Tim Pelaksana
1
Ir. Widianto Adiputra. M, Eng
2
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA
3
Ir. Kriya Arsyah, M. Eng
4
Ir. Bambang Murwono Hariadi, CES
5
Ir. Baby Setiawati D, Msi
1
Ir. Susilo Ardimarwoto
2
Ir. Jusuf Langkun, CES
3
Ir. Roch Dianto, Dipl. Soc. Sc., MM
4
Ir. Handoko, MT
5
Ir. Khairuddin Thabrani, M.Eng
6
Ir. Nafisah Haryoko, MT
7
Heru Cokro, ST
8
Supoyo, ST, MT
9
Rustomo, ST, MT
10
Dudang, ST
11
Suradi
1
Ir. Muhammad Helmi
2
Drs. Iqbal
3
Ir. H. Suni Herizam, M.Si
4
Hari SIP, Ma
Asdep Pengembangan Sistem Perumahan Swadaya (Asdep I) Asdep Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya (Asdep II) Asdep Pembangunan Baru Perumahan Swadaya (Asdep III) Asdep Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Swadaya (Asdep IV) Asdep Penguatan Kerjasama Kelembagaan Perumahan Swadaya (Asdep V) Sekretariat Kabid Perumahan Perdesaan, Asdep II Kabid Perumahan Perkotaan, Asdep III Kabid Evaluasi dan Analisa, Asdep I Kabid Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Asdep IV Kabid Sarana Lingkungan dan Utilitas Umum Asdep IV Kabid Perumahan Perbatasan, Kawasan Khusus, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Staf Asdep III Daerah Kasubid Analisa dan Penelitian Bappeda Brebes - Jateng Kabid Pemberdayaan Masyarakat Pekalongan - Jateng Kasubid Perumahan Dinas Tarukim Makasar - Sulsel Lurah Sayang Kecamatan Marisso Makasar - Sulsel
57
JABATAN DALAM TIM Pengarah Pengarah Pengarah Ketua Wakil Ketua Anggota Anggota Anggota
Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Penanggap Penanggap Penanggap Penanggap
BAB VII PENUTUP
BAB I KETENTUAN UMUM
1.1. Pengertian Umum
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terkait erat dengan kemiskinan sehingga upaya untuk mendorong MBR memiliki rumah layak huni merupakan bagian dari meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin atau dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Program-program yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan dari semua pihak khususnya swasta dan masyarakat sendiri karena sebenarnya bukan tidak berdaya sama sekali (tidak mempunyai apa-apa) dapat disinergikan dengan pemberian stimulant bagi MBR. Pedoman ini tetap mempertimbangkan kemampuan dari MBR dalam membangun rumahnya sehingga sangat sedikit menampilkan teknologi yang belum dikenal oleh masyarakat banyak walaupun banyak teknologi modern yang lebih murah dari metode yang diperkenalkan sehingga diharapkan metode ini mampu memandu MBR untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal, 5 September 2007 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga 2. Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. 3. Perumahan swadaya adalah rumah dan atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri atau berkelompok. 4.
Pembangunan rumah baru adalah kegiatan pembuatan bangunan rumah yang dimulai dari penyediaan lahan kosong, bangunan rumah layak untuk dihuni, dan penghuniannya.
5. Rumah sederhana adalah bangunan yang harganya ±75% dari harga rumah dinas tipe C. 6. Struktur Utama bangunan rumah adalah bagian-bagian dari bangunan rumah yang minimal dibutuhkan untuk keamanan dan keselamatan, yang terdiri dari: pondasi, rangka dinding , rangka atap yang dilengkapi dinding, lantai dan penutup atap.
ttd MUHAMMAD YUSUF ASY’ARI
7. Utilitas rumah adalah fasilitas bangunan rumah, berupa jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan gas dan pembuangan sampah. 8. Sanitasi rumah adalah sistim pengelolaan limbah rumah tangga dan lingkungan perumahan baik cair yang berkaitan erat dengan kesehatan penghuni rumah dan lingkungan perumahannya. 9. Prasarana Perumahan adalah kelengkapan dasar yang dibutuhkan agar perumahan dapat berfungsi secara optimal seperti ; jalan akses/lingkungan, drainase, jaringan limbah, persampahan.
56
1
10. Sarana Perumahan adalah fasilitas yang berfungsi untuk menunjang kegiatan perumahan seperti; fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah, fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi.
1.2. Pengertian khusus 1. Pemugaran adalah serangkaian kegiatan memperbaiki komponen rumah untuk memenuhi / meningkatkan persyaratan administrasi, keselamatan bangunan dan kesehatan bagi penghuninya .
2. Perluasan adalah kegiatan penambahan bangunan rumah dalam rangka pemenuhan kebutuhan ruang baru bagi penghuninya
berikut konstruksi drainase tertutup disesuaikan dengan bentuk : 1) Bulat Dapat berbentuk penampung lingkaran, elips atau bulat telur, yang dicetak sebelumnya (prefabricated) dari bahan beton tumbuk atau tanah liat yang dibakar dengan panjang ± 1 meter setiap bagian. Sekarang dapat pula digunakan pipa pralon, dengan ukuran batang yang lebih panjang (> 1 meter). Sambungansambungan pipa harus kedap air dan tidak boleh bocor, agar air kotor tidak mencemari air tanah. 2) Kotak Bentuk ini digunakan untuk saluran pembuang tertutup dengan debit besar. Jenis boks atau kotak ini dibuat langsung di tempat pekerjaan (cast in place), biasanya dari pasangan batu dengan pelat penutup dari beton bertulang atau dari beton bertulang seluruhnya. b. Pembangunan Drainase Tertutup 1) Bersihkan lahan dari tanaman liar, puing-puing dan kotoran lainnya. 2) Gali tanah sesuai dengan drainase saluran yang akan dipasang. 3) Pasang saluran sesuai dengan bentuk dan jenis konstruksi yang telah direncanakan. 4) Urug dan ratakan bagian atas setelah saluran drainase terpasang.
1.3. Maksud dan Tujuan Umum 1. Maksud Pedoman Teknis Pemugaran dan Perluasan Rumah adalah agar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam membangun rumahnya mengarah pada pemenuhan standard layak huni. 2. Tujuan adalah Kualitas hidup MBR meningkat menjadi lebih baik
Pemeliharaan Drainase Pemeliharaan terhadap bangunan-bangunan drainase perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus, agar bangunan dapat berfungsi lebih lama. Umur bangunan drainase terbatas; untuk pasangan batu sekitar 30 tahun dan beton dapat bertahan sampai 50 tahun. Pemeliharaan selokan-selokan besar lebih mudah dari pada selokan-selokan kecil. Yang sudah jelas adalah, pemeliharaan drainase terbuka jauh lebih mudah daripada pemeliharaan drainase tertutup.
1.4. Sasaran Sasaran pengguna Pedoman teknis ini adalah pendamping masyarakat, POKJA Kab/Kota dan MBR. 2
55
1.5. Ruang Lingkup Kegiatan
Jenis-Jenis Drainase 1. Drainase Terbuka (untuk air hujan) a. Konstruksi Drainase Terbuka Konstruksi drainase terbuka disesuaikan dengan bentuk-bentuk saluran adalah sebagai berikut : 1) Segitiga 2) Trapesium 3) Setengah Lingkaran 4) Empat Persegi Panjang b. Pembangunan Drainase Terbuka 1) Membuat sketsa saluran, dengan menentukan : a. Bentuk dan ukuran dari penampang saluran. b. Kemiringan dasar saluran. c. Struktur lapisan dinding saluran. 2) Pasang patok-patok sepanjang kedua tepi as saluran setiap interval jarak tertentu, lalu pasang tali plastik yang menghubungkan patok-patok tersebut dalam arah memanjang selokan. 3) Gali saluran sesuai dengan bentuk, dimensi serta kemiringan dasar saluran. Kemiringan memanjang dasar saluran dapat dibuat bervariasi (0,5% - 5%) sesuai perbedaan ketinggian pada kedua ujung saluran. 4) Buang tanah galian saluran ketempat pembuangan yang tidak mengganggu lingkungan. 5) Apabila saluran terletak pada tanah lembek atau tanah yang mudah tererosi, maka dinding saluran perlu diberi lapisan dinding yang dapat dibuat dari bahan bambu, balok kayu, papan kayu, batu kosong, pasangan batu kali atau beton. 2. Drainase Tertutup (Untuk air kotor / limbah) a. Konstruksi Drainase Tertutup Ukuran drainase tergantung dari jumlah air kotor yang dibuang, sedangkan bentuk saluran ada 2 macam : bulat dan boks (kotak), 54
1. Pedoman Teknis ini meliputi, untuk rumah yang dibangun secara swadaya di perkotaan /perdesaan pada tipologi perbukitan, dataran, dan perairan, 2. Merupakan bagian dari fasilitasi pemugaran dan perluasan bagi MBR
yang membangun rumahnya .
3. Memberikan arahan pembangunan rumah berbahan bangunan lokal
sejak tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga ke penggunaan (penghunian);
4. Pemugaran Ringan atau pemugaran komponen non struktur rumah terbangun untuk kesehatan penghuninya. Perbaikan penutup atap Perbaikan pintu / jendela / lubang angin Perbaikan dinding bangunan Perbaikan lantai
5.Pemugaran Sedang atau pemugaran komponen strukur rumah terbangun untuk keselamatan penghuninya. Perbaikan rangka atap
Perbaikan rangka bangunan Perbaikan pondasi 6.Pemugaran Total (Berat) atau pemugaran seluruh komponen yaitu komponen non struktur dan komponen struktur untuk kesehatan sekaligus keselamatan penghuninya.
3
Perbaikan lantai
Perbaikan pintu /jedela / lubang angin Perbaikan penutup atap
Perbaikan dinding
Perbaikan rangka atap Perbaikan rangka bangunan Perbaikan pondasi 7.
Perluasan dilaksanakan pada tanah milik sendiri dan atau telah mendapat ijin dari pemilik.
8.
Perluasan ruang pada rumah terbangun yang membebani atau merubah struktur utama
4.3.Drainase Drainase adalah sistem jaringan saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah terbuka maupun terbangun/wilayah permukiman ke badan air (waduk, danau, sungai, laut atau penampung akhir). Kriteria Desain 1. Dasar saluran dari tanah. 2. Dasar saluran dapat juga dari pasangan batu kali yang di lining. 3. Kemiringan dasar saluran 1% atau yang dapat mengalirkan air dengan kecepatan 0,3 m/dt - 0,6 m/dt. 4. Lebar saluran 0,3 - 1 m. 5. Untuk konstruksi cor beton dapat dipergunakan pada belokan, bangunan terjun dan daerah/ tanah yang mudah erosi.
a.
RUANG LAMA / YANG ADA PERLUASAN RUANG
9. Penambahan ruang pada rumah terbangun tidak membebani atau merubah struktur
b.
Gambar Penampang Saluran Drainase Type
(a)
(b)
(c)
(d)
(H)
Keterangan
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
S1
20
42
36
40
45
Tersier
S2
30
53
46
50
55
Sekunder
S3
40
65
57
60
65
Primer
RUANG LAMA / YANG ADA PENAMBAHAN RUANG
Tabel Dimensi saluran drainse dengan pasangan batu kali / tanah 4
53
8) Plesteran lantai dan dinding Plester dinding dan lantai dengan adukan 1 semen : 5 pasir dengan ketebalan 1 - 2 cm. 9) Pekerjaan pengurugan a) Isi ruang kosong bekas galian di sekeliling tangki dengan tanah bekas galian. b) Lakukan pengurugan secara berlapis dan padatkan. c) Lakukan pengurugan tersebut hingga mencapai permukaan tanah. 10) Sumur Resapan a) Siapkan pipa PVC diameter 4 inchi berlubang. b) Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan hubungkan dengan benang. c) Kerjakan galian tanah untuk sumur resapan dengan ukuran panjang 2 m, lebar 0.75 m dan kedalaman 1,30 m. d) Masukkan ijuk dengan ketebalan/ kedalaman 20 cm. e) Masukkan kerikil diameter 3-8 cm dengan ketebalan/ kedalaman 20 cm. f) Masukkan sirtu dengan ketebalan 15 cm g) Letakkan pipa berlubang pada kedalaman 75 cm. h) Masukkan pasir dengan ketebalan 25 cm. i) Lakukan pengurugan tanah diatas ijuk hingga mencapai permukaan tanah. c. Pemeliharaan Tangki Septik 1) Setelah masa pengerasan beton dan masa persiapan selesai, tangki septik diisi penuh dengan air sumur hingga meluap masuk ke saluran di dalam konstruksi rembesan. 2) Biarkan tangki septik yang penuh air selama minimum 1 x 24 jam. Apabila permukaan air turun berarti tangki bocor dan kebocoran segera diperbaiki. 3) Apabila tidak terjadi kebocoran, tangki septik yang sudah penuh diisi dengan lumpur bibit yang mengandung bakteri pengurai tinja dari tangki septik yang lain, yaitu 20 liter setiap 1.000 liter isi tangki. Setelah itu tangki septik dapat dioperasikan.
52
1.6. Acuan Normatif 1. Kepmen Kimpraswil No. 403 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat 2. Kepmen Kimpraswil No. 332 Tahun 2002 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara 3. Kepmenpera No. 06 Tahun 1994 tentang Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok 4. Kepmen Kes No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 5. SNI 03-1733-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan. 6. SNI 03-6981-2004, Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan. 7. SNI 03-3434-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kayu Untuk Bangunan Dan Gedung 8. SNI 03-2837-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tembok Dan Plesteran Untuk Bangunan Sederhana 9. SNI 03-2435-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Penutup Langit-langit Untuk Bangunan dan Gedung 10. SNI 03-2836-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Batu Belah Untuk Bangunan Sederhana 11. SNI 03-2835-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Persiapan Dan Pekerjaan Tanah untuk Bangunan Sederhana 12. SNI 03-3436-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap Untuk Bangunan dan Gedung. 25. SNI 03-2840-1992, Tata Cara Pengerjaan Lembaran Asbes Semen Untuk Penutup Atap Pada Bangunan Rumah dan Gedung 26. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman 27. SNI 05-1994-F, Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari Untuk Rumah dan Gedung 28. PUBI-1982, Peratuan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 29. Keputusan Menteri PU No.441/KPTS/1998, Persyaratan Teknis Bangunan Gedung 30. Peraturan Menteri PU No.54/PRT/1991, Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana 31. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor : 02/Permen/M/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perumahan Rakyat;. 32. Surat Edaran Deputi Bidang Perumahan Swadaya Nomor : 778/SE/DPS/X/2006 tentang Pedoman Umum Pemugaran, Perluasan dan 5
Pembangunan Baru Perumahan Swadaya; Pedoman Teknis Pembangunan Baru Perumahan Swadaya; Pedoman Teknis Perluasan Rumah Perumahan Swadaya; Pedoman Teknis Pemugaran Rumah Perumahan Swadaya.
2) Galian Tanah a) Gali tanah sesuai ukuran tangki septik, untuk setiap galian dibuat lebih panjang dan lebarnya agar terdapat ruangan yang leluasa untuk bekerja. b) Kedalaman galian disesuaikan dengan ketinggian tangki septik, ditambah kelebihan untuk pasir urug. c) Simpan galian tanah dari pinggir lubang, disingkirkan agar tidak mengganggu pekerjaan. 3) Pasir Urug Lapisi dasar galian pondasi dengan pasir setebal 5 cm dan padatkan hingga rata keseluruh dasar galian pondasi. 4) Pemasangan Dinding a) Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan hubungkan dengan benang. b) Pastikan gali tanah tersebut lurus dan tegak lurus. c) Pasang batu bata dari atas ke bawah mengikuti ukuran benang tersebut dengan adukan 1 semen : 3 pasir. 5) Pemasangan Lantai a) Pemasangan lantai harus dimulai dari salah satu sisi. b) Buat adukan dengan campuran 1 semen : 3 pasir. c) Tumpahkan adukan pada dasar galian dan pasang batu bata dengan posisi ½ bata. 6) Pemasangan Pipa Masuk dan Keluar a) Pipa yang digunakan harus pipa PVC dengan diameter 10 cm. b) Pipa masuk dan pipa keluar dipasang bersamaan pada waktu pekerjaan dinding. c) Posisi atau penempatan pipa masuk dan pipa keluar harus sesuai gambar. d) Pipa masuk dan pipa keluar harus sudah dilengkapi dengan bentuk T (Fitting T PVC diameter 10 cm). 7) Dinding Penyekat Dinding penyekat digunakan pasangan batu bata ketebalan ½ bata dengan adukan 1 semen : 2 pasir.
6
51
b) Menyiapkan, mengaduk dan mengecor beton Semen yang dipakai hendaknya berupa serbuk halus. Pasir harus yang bersih. Kerikil berukuran 2-3 cm harus bersih. Air harus bersih. Takar semen, pasir, kerikil dan air yang diperlukan dengan ember
ukuran sama agar perbandingannya tepat. Tebarkan pasir pada peralatan, lalu tebarkan semen diatasnya dengan rata. Aduklah kedua bahan itu dengan menggunakan singkup atau cangkul sampai seluruh adukan sama warnanya. Tebarkan campuran pasir dan semen secara merata, lalu tebarkan kerikil diatasnya dan aduk lagi dengan sempurna. Buatlah lekukan ditengah adukan dan tuangkan air perlahan-lahan, jangan lupa mengaduk setiap air dituangkan. Aduk terus sampai butiran kerikil terselimuti campuran semen dan pasir. Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras. Tuangkan adukan ke dalam cetakan dengan rata setebal 3 cm, lalu pasang rakitan tulangan beton diatasnya. Tuangkan sisa adukan, jangan lupa pasang cincin besi untuk pegangan. Sesudah beton agak mengeras, ratakan dengan papan.
c) Membuat tutup lubang kontrol Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras. Buat cetakan 40 cm x 40 cm. Buat pembesian 6 mm dan masukkan adukan beton 1 semen : 2
pasir : 3 kerikil (batu pecah 2-3 cm). Buatkan pegangan untuk mengangkat tutup dari besi bulat ½ inchi selebar 15 cm. 50
BAB II PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN
2.1. Persiapan 1. Kewajiban melakukan Perijinan a. Pemugaran atau Perluasan ruang yang membebani atau merubah struktur utama bangunan harus minta ijin kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku setempat dan memberi tahu pihak-pihak yang terganggu oleh kegiatan perluasan bangunan. b. Pemugaran atauPerluasan ruang yang tidak membebani atau merubah struktur utama bangunan tidak harus minta ijin kepada pihak yang berwenang namun harus memberi tahu pihak-pihak yang terganggu oleh kegiatan perluasan bangunan. 2. Penyiapan Desain (gambar) Bangunan a. Desain pemugaran atau perluasan bangunan rumah harus mengikuti ketentuan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) atau koefisien Luas Bangunan (KLB) setempat. Setiap perluasan ruang rumah terutama horizontal akan membutuhkan tanah, sebaiknya dipertimbangkan sisa tanah / persil / pekarangan, jangan sampai perluasan rumah menyebabkan pelanggaran KDB / KLB. b. Desain pemugaran atau perluasan bangunan rumah tidak diper kenankan mengganggu keselamatan dan kenyamanan bangunan pemilik dan rumah tetangganya atau bangunan lainnya. c. Pembuatan desain pemugaran atau perluasan bangunan rumah perlu dipertimbangkan kelayakan: Jaringan drainase Penyediaan air bersih Jaringan sanitasi ( cair dan padat)
d. Pilihan konstruksi dan bahan bangunan disarankan tidak membahayakan penghuni atau membahayakan lingkungan. e. Rencana tapak dan desain bangunan rumah digunakan sebagai dokumen perijinan. f. Untuk memenuhi ketentuan kecukupan luas ruang desain ruang menggunakan standard rata- rata 9 m2 /jiwa. 7
8) Jarak Jarak dari tangki septik atau bidang resapan ke suatu unit tertentu dapat dipergunakan ketentuan-ketentuan seperti terlihat pada tabel berikut :
2..2. Upaya memenuhi persyaratan layak huni 1. Pertimbangan keselamatan bangunan a. Penerapan konstruksi sedapat mungkin mengikuti ketentuan jenis
bahan bangunan seperti kayu, beton bertulang, baja dll. b. Untuk perluasan bangunan yang berhimpitan, antar bangunan harus diberi pemindah arah merambatnya api bila terjadi kebakaran. c. Penggunaan bahan bangunan sedapat mungkin dipilih yang relative tahan api.
9) Ukuran Tangki Septik, dapat dilihat pada tabel berikut :
beban sendiri
b. Tahapan Pengerjaan Tangki Septik 1) Pekerjaan Tutup Tangki Angin/ gelombang
gempa Penurunan tanah
8
a) Menyiapkan tulangan beton Bersihkan besi beton ukuran 8 s/d 10 mm dengan sikat kawat; Rakitlah besi beton di dalam cetakan agar ukurannya sesuai dengan yang diinginkan, jarak antara tulang beton 10 x 10 cm atau 15 x 15 cm dan jarak antara susunan tulangan dengan pinggir cetakan kurang lebih 3 cm. Ikat setiap persilangan tulangan dengan kawat pengikat tulangan. Siapkan bagian tutup lubang kontrol (40 cm x 40 cm) dan jangan dibuat pembesian. 49
d) Kemiringan minimum 2 per 100 (2 %), tetapi sebaiknya dibuat 3 per 100 (3 %). e) Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan melebihi 22,5o harus dipasang bak kontrol untuk pengontrolan/ pembersihan pipa. Belokan 90o sebaiknya dihindari atau dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing-masing 45o. 4) Aliran masuk dan aliran keluar Ketentuan aliran masuk dan aliran keluar adalah sebagai berikut : a) Pipa aliran masuk dan pipa aliran keluar dapat berupa pipa T. b) Pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. c) Pipa T atau sekat harus terbenam 0,20 m di bawah permukaan air dan menonjol minimal 0,15 m diatas permukaan air. 5) Pipa udara Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut : a) Tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara (galvanis) dengan diameter 50 mm. Tinggi 2,00 m dari permukaan tanah. b) Ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa, sehingga lubang pipa udara menghadap ke bawah dan ditutup dengan kawat kasa.
2. Pertimbangan Luas Ruang yang Cukup Ruang di dalam rumah diperlukan segi kenyamanan agar anggota keluarga dapat melakukan kegiatan sehari-hari dengan nyaman meliputi : luas ruang yang cukup,suhu dan kelembaban ruang serta cahaya yang cukup. a. Luas ruang suatu bangunan rumah rata-rata minimal 9 m2 / jiwa, sedapat mungkin menggunakan standar ideal 12 m2 / jiwa, ambang batas terendah 7,2 m2 / jiwa. b. Kenyamanan Ruang Pemilihan letak, penggunaan bahan bangunan, pencahayaan dan penghawaan yang cukup baik akan sangat mempengaruhi kenyamanan ruang dalam rumah 1)
Ruang Tamu (publik) Perletakan ruangan yang mudah dicapai oleh tamu dari luar,
maupun keluarga dari dalam; Penerangan dan bidang bukaan yang cukup untuk mem-
berikan suasana nyaman (50 % - 80 % dari bidang yang berhadapan dengan ruang terbuka
6) Lubang pemeriksaan Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut : a) Tangki septik harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai lubang untuk pengurasan lumpur dan keperluan lainnya. b) Permukaan lubang pemeriksa harus ditempatkan 0,10 m diatas permukaan tanah. c) Lubang pemeriksaan yang berbentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2. 7) Tangki septik dengan dua ruang atau lebih Untuk menaikkan efisiensi pengolahan, maka tangki septik dapat dibuat menjadi 2 bagian (2 ruangan) atau lebih, dengan ukuran panjang tangki ruang pertama adalah 2/3 bagian, sedang ruang yang kedua 1/3 bagian. 48
9
sehingga aman bagi kesehatan dan lingkungan.
2) Ruang Tidur Penempatan ruangan hendaknya dapat memberikan cukup
ketenangan serta memungkinkan cahaya matahari dapat masuk.
Dihindari silau matahari sore dan tempias hujan dengan me-
manfaatkan adanya pelindung atau teritis lebar dan tirai yang melindungi jendela;
Penerangan yang cukup untuk ruang tidur adalah sekurang-
kurangnya seluas sepersembilan kali luas ruang; untuk siang hari dan penerangan buatan disesuaikan kebutuhan (10 % - 20 % dari luas bidang yang berhadapan dengan ruang terbuka).
Pertukaran udara sebaiknya diupayakan dengan peranginan
silang. Luas lubang angin / ventilasi sekurang-kurangnya seperlima luas dinding atau 5 % - 10 % dari luas bidang yang berhadapan dengan ruang terbuka.jendela.
3) Ruang makan / keluarga Penempatan ruang makan sebaiknya mudah dicapai oleh semua
anggota keluarga; Perletakan ruang makan sebaiknya berdekatan dengan dapur
untuk memudahkan sirkulasi;
Penerangan alami maupun 10
a. Bahan dan Persyaratan 1) Bahan bangunan Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi ketentuan SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan; b) Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air. c) Sedapat mungkin menggunakan bahan bangunan yang telah ada di daerah tersebut (bahan bangunan lokal). 2) Bentuk ukuran Bentuk dan ukuran ditentukan sebagai berikut : a) Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurangkurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 cm. b) Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan kedalaman maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 - 0,40) m dan ruang penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horisontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat tegak lurus. c) Penutup tangki maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m. 3) Pipa penyalur air limbah rumah tangga Ketentuan pipa penyalur air limbah rumah tangga adalah sebagai berikut : a) Pipa penyalur air limbah rumah tangga berupa pipa horizontal berada diluar bangunan, mulai dari jarak 1,50 m dari pondasi bangunan ke tangki septik; b) Pipa penyalur air limbah dari PVC Ø10 cm; c) Sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air; 47
buatan perlu disediakan dengan cukup baik untuk menerangi ruangan pada siang maupun malam hari (20 watt/TL);
4.2.Sanitasi 1. Tangki Septik dan Sumur Resapan
Ventilasi atau lubang angin memudahkan pergantian udara
dalam ruangan dengan udara luar yang segar .
4) Dapur Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan air yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk hambatan-hambatan larut air dan gas. Air yang keluar dari tangki septik masih mengandung jasad-jasad renik dan zat-zat organik, maka perlu pengolahan lebih lanjut. Keterangan gambar : Air limbah rumah tangga dimaksud adalah jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari kakus/ WC. Air tanah rendah adalah keadaan dimana muka air tanah pada musim hujan berada pada kedalaman 1,20 meter dari permukaan tanah. Limpahan keluar ialah aliran air keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Limpahan air kedalam adalah aliran air masuk ke suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Pipa keramik ialah pipa yang terbuat dari tanah liat dibakar pada suhu tinggi, sehingga bila direndam air tidak dapat hancur. Pipa T ialah pipa yang berbentuk seperti huruf T. Sarana pengolahan limpahan keluar adalah suatu tempat pengolahan limpahan keluar untuk meresapkan pembuangan air dari tangki septik, 46
Penataan ruang dalam dapur dipersiapkan dengan me-
nyesuaikan kebiasaan keluarga dalam mengolah makanan. Kegiatan yang umum adalah mencuci bahan mentah, meracik, memasak dan menyajikan;
Penyediaan lubang udara/ventilasi yang cukup, agar memu-
dahkan pertukaran udara panas, asap, dam bau; Penerangan cahaya alami dan buatan cukup; Penataan ruang yang memberi kemudahan dalam pemelihara-
an kebersihan peralatan, ruang dapur serta bahan makanan yang sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan keluarga;
Penggunaan bahan bangunan yang tidak mudah terbakar dan
mudah dibersihkan. 11
5) Kamar Mandi / WC
c) Watt : 250 - 370 Watt d) Slot saringan : 2-4 mm
Penyediaan ruang/kamar mandi dan jamban untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan badan dapat ditempatkan di dalam bangunan atau di luar bangunan;
Penyediaan lubang hawa/ventilasi dengan arah bukaan keluar
agar sirkulasi udara lancar;
Penerangan yang cukup diusahakan dari penerangan alami Apabila diletakan di dalam bangunan diupayakan agar sirkulasi
udara tetap lancar, apabila tidak memungkinkan diperlukan alat bantu (Exhauscer)
6) Ruang usaha keluarga. *) Penempatan ruang kerja bagi keluarga yang melakukan pekerjaan
sebagai mata pencaharian di rumah, perlu mempertimbangkan kemungkinan gangguan yang ditimbulkan, sehingga tempat kerja tidak menggangu tempat tinggal keluarga maupun tetangga; Adapun jenis gangguan tergantung dari pekerjaan yang dilakukan misalnya : debu, sampah padat, suara, asap dan bau sampah cair dan padat
3. Kesehatan bagi Penghuninya a. Kecukupan udara segar/bersih (lihat keterangan ventilasi) b. Kecukupan cahaya (lihat penerangan alam) c. Kecukupan air bersih di daerah padat disarankan menggunakan PAM, untuk penggunaan sumur/pompa harus memperhatikan jarak resapan air kotor milik sendiri atau milik tetangga. d. Kelancaran sanitasi e. Kemudahan memusnahkan limbah 12
e) Casing pipa : Ø 4” (Ø 10 cm) 2) Cara Membuat Sumur Bor Dalam : a) Masukkan pahat bor (mata bor) yang terbuat dari baja berat dengan panjang 1-2 m kedalam tanah dan diputar oleh 2 orang atau dengan alat mekanik. b) Pahat bor disambung dengan pipa sampai ditemukan kedalaman yang diinginkan. c) Diameter pengeboran disesuaikan dengan casing yang akan dipasang, yaitu Ø 4” - Ø 6” (Ø 10 cm - 15 cm). d) Setelah pipa bor masuk kedalam tanah, maka diikuti oleh pipa berikutnya (pipa steel), pipa besi yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang diinginkan. e) Sewaktu memancang pipa bor, jagalah agar posisinya tetap vetikal/ tegak. f) Agar tanah yang dibor lunak, pada lubang bor diberi tekanan air, sekaligus mendinginkan mata bor. g) Mata bor naik-turun supaya ada gaya tekan pada tanah yang dibor. h) Setelah pengeboran sesuai dengan kedalaman yang diinginkan dan yang keluar cukup, pengeboran dihentikan. i) Pasang casing dari pipa PVC/besi dengan Ø 4”-6” (10-5 cm) sepanjang kedalaman pengeboran,sudah termasuk saringan sepanjang 3-5 m. j) Dikuras dulu air yang ada pada pipa casing sampai air tersebut jernih. k) Masukkan pipa PVC Ø 1 ¼ (Ø 3,2 cm) sebagai pipa isap dan pipa PVC Ø 1” (Ø 2,5 cm) sebagai pipa tekan dan jangan lupa pada ujung kedua pipa dipasang saring, “foot klep” dan alat pipa jet sebagai pendorong pipa isap. l)
Pada permukaan tanah dipasang jet pump.
45
dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki untuk mendapatkan air yang berkualitas. d) Sewaktu memantek pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” , yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang. e) Setelah pemantekan mencapai kedalaman yang dikehendaki, pasanglah pipa casing dari PVC Dia. 4” yang berfungsi sebagai dinding sumur bor, selanjutnya pasang pipa galvanis Dia. 1 1/2 “ untuk pipa hisap air bersih sampai permukaan tanah dan diberi pondasi yang sekaligus sebagai dudukan pompa tangan. f) Pasang pompa listrik dengan benar, sehingga dapat menghasilkan air bersih.
BAB III PELAKSANAAN PEMUGARAN / PERLUASAN 3.1. Teknik Pemugaran 1. Perbaikan Ringan (Pemugaran Non Struktur ) a. Komponen rumah yang mengalami kerusakan dan akan diperbaiki anta-
ra lain : Penutup Lantai, Dinding Penutup, Penutup Atap, Kusen/pintu/ jendela/lubang hawa .
b. Periksa kerusakan dan sumbernya, catat jenis & jumlah /volume kebutuhan bahan untuk perbaikannya (jika tidak bisa melakukannya sendiri, sebaiknya minta tolong tukang bangunan sesuai keahliannya). c. Bagian komponen yang rusak dibongkar, diperbaiki / diganti baru dan dipasang kembali sebagaimana mestinya, sehingga komponen tersebut berfungsi dengan baik. Perbaikan penutup atap Perbaikan pintu / jendela / lubang angin
b. Pompa Listrik dengan Sumur Bor Dalam
Perbaikan dinding bangunan
Sumur bor dalam adalah pantekan pipa hisap ke dalam tanah yang kedalamannya mencapai puluhan atau bahkan ratusan meter. Contoh pompa listrik dengan sumur bor dalam adalah jet pump yang mempunyai daya isap yang cukup tinggi pada sumur bor dalam. Jet pump memiliki kemampuan untuk mengatasi kedalaman air tanah, pompa ini mempunyai sistim mengaktifkan kembali sebagian dari airnya ke dasar pipa isap, sehingga kecepatan aliran jet pump dapat mengisap air sampai dengan 30 - 40 m dari permukaan tanah.. 1) Data teknis dari jet pump : a) Daya isap
: 30-40 m
1) Pipa isap : Ø 1¼ (Ø 3,2 cm) 2) Pipa tekan : Ø 1” (Ø 2,5 cm) b) Voltage : 220 V 44
Perbaikan lantai
2. Perbaikan sedang (Pemugaran Struktur ) a. Komponen rumah yang akan diperbaiki antara lain : Pondasi, Rangka bangunan, Rangka Atap. b. Periksa komponen struktur yang rusak, antara lain : Sloof / balok lantai turun setempat indikasi kerusakan pondasi & rangka bangunan di sekitar tempat itu dst. c. Siapkan penyangga yang kuat untuk memikul beban komponen struktur yang akan dibongkar / diperbaiki. d. Bagian komponen struktur yang rusak dibongkar, untuk struktur beton bertulang sampai ke tulangan besinya. e. Untuk perbaikan pondasi, jangan menggali tanah sekitar pondasi sekaligus, sebaiknya dilakukan secara bertahap, sepotong demi sepotong dan bergantian masing-masing sisi. 13
Perbaikan penutup atap Perbaikan rangka bangunan Perbaikan pondasi
f. Perbaiki bagian struktur yang rusak harus ditambahkan tulangan besi beton bila tulangan besinya kurang kuat dst. g. Setelah perbaikan struktur, maka bagian penutup yang terbongkar, harus dirapikan kembali . 3.Perbaikan berat (seluruh bangunan)
a. Komponen rumah yang mengalami kerusakan dan akan diperbaiki antara lain : pondasi, rangka utama, lantai, dinding, kusen/pintu/jendela, plafont, rangka & penutup atap. b. Bangunan rumah akan dibongkar semua, sehingga perabot dan penghuninya harus menyiapkan tempat tinggal sementara di sekitar rumah yang akan dipugar. Dengan cara sewa, numpang atau rumah darurat, tenda darurat. c. Bangunan dibongkar secara hati-hati, agar bahan bangunannya tidak rusak dan dapat digunakan kembali. d. Bahan bekas bongkaran tersebut sebaiknya dibersihkan dan dibuang bagian yang tidak dapat digunakan, disimpan di tempat yang aman dari hujan, rayap. e. Pemugaran kembali dimulai dari perbaikan pondasi, struktur bangunan,dinding, Perbaikan /Pasang kembali Perbaikan lantai
Perbaikan pintu /jedela / lubang angin
Perbaikan dinding
Perbaikan penutup atap Perbaikan rangka atap Perbaikan rangka bangunan Perbaikan pondasi 14
a. Pompa Listrik dengan Sumur Bor Dangkal Pompa listrik dengan sumur bor dangkal adalah sarana pengambilan air tanah untuk air minum melalui sumur bor dangkal dengan kedalaman di bawah 15 m, dengan menggunakan pompa listrik. Kapasitas maksimum pada umumnya dibatasi oleh “draw-down”. Bilamana besarnya “draw-down” ini lebih besar dari 8 meter dibawah muka tanah, maka pompa tidak mampu lagi menyedot air. Namur saat ini sudah ada pompa sumur “draw-down” sebesar 11 meter. Spesifikasi pompa dengan “draw-down” terbatas misalnya : 1) Daya isap : 8-11 meter a) Pipa isap : Ø 1” (Ø 2,5 cm) b) Pipa distribusi : ؽ - Ø ¾ (Ø 1,25 cm - Ø 1,8 cm) 2) Voltase 3) Watt
: 220 V : 100 - 150 Watt
4) Slot Saringan : 2-4 mm Mengingat kemungkinan terjadi penurunan muka air tanah pada musim kemarau atau bertambahnya “head loss”, maka dirasa perlu untuk mengurangi tinggi hisap dengan berbagai cara, misalnya : 1) Menurunkan pompa kedalam “sump-pump” (bor) berupa bangunan bawah tanah dengan kedalaman 1-2 m. 2) Mengurangi “head-loss” pada saringan dengan menambah panjang saringan sampai maksimum 3 m. 1) Cara membuat Sumur Bor Dangkal : a) Tanamkan /pantekan pipa kedalam tanah. b) Sewaktu memantek pipa ini harus sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan logam keras berbentuk kerucut supaya memudahkan pemantekan. c) Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung 43
3.2. Teknik Perluasan Cari penyebabnya Sumur kurang dalam Sumur penuh lumpur Letak sumur tidak tepat, misal : di daerah berbau, tanah liat, cadas, dll.
Tindakan yang dilakukan Memperdalam sumur Sumur dikuras Sumur dipindah
1. Pilihan Perluasan a.
Memperbesar / memperluas ruang-ruang yang sudah ada dalam rumah terutama untuk perubahan fungsi ruang atau jumlah pengguna ruang tersebut
Cara Mengatasi Bila Air Sumur Berkurang atau Keruh Cari penyebabnya Kantong di dalam
sumur longsor Ada resapan air limbah dari saluran pembuang/ limbah sampah Ada resapan air limbah dari cubluk atau tangki septik, karena letaknya terlalu dekat. Pipa hisap dari besi berkarat.
Tindakan yang dilakukan Sumur diperdalam
GSB
Perbaiki saluran air limbah dan beri
pasangan kedap air. Pindahkan sumber pencemaran, seperti cubluk/ bidang resapan, tangki septik dengan jarak horisontal 10 meter. Perbaiki, ganti pipa hisap dari besi dengan PVC. Bila masih berbau dan keruh, konsultasikan dengan tenaga PUSKESMAS setempat.
b. Menambahkan ruang-ruang baru dari ruang yang sudah ada dalam rumah terutama untuk tambahan fungsi ruang tertentu
3. Sumur Pompa Listrik GSB
42
15
d) Jarak SPT dengan sumber pencemaran air (resapan tangki septik, cubluk, tempat sampah) minimal berjarak 10 meter. e) Selalu digunakan dan dipelihara agar tidak berkarat. f) Kebersihan lingkungan tsPT terpelihara. 2) Pembangunan SPT
2. Arah Perluasan a. Perluasan Vertikal
a) Tanamkan /pantekan pipa kedalam tanah. b) Sewaktu memantek pipa ini harus sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan logam keras berbentuk kerucut supaya memudahkan pemantekan.
Perluasan vertikal disarankan untuk lahan persil yang sempit atau tidak ada lahan untuk pengembangan, umumnya diperkotaan b. Perluasan Horisontal
c) Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki untuk mendapatkan air yang berkualitas. d) Sewaktu memantek pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” , yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang. c. Kebiasaan yang harus dilakukan untuk merawat SPT 1) Melumasi bagian-bagian pompa yang selalu bergerak dan bergesekan (mur, pen dan baut) agar tidak berkarat dan tetap licin. 2) Bersihkan lantai sumur selalu bersih dan tidak licin, bila ada keretakan pada lantai segera diperbaiki. 3) Bersihkan saluran pembuang agar selalu kering dan tidak tergenang air dan periksa bila ada kerusakan. 4) Lingkungan SPT tidak kumuh dan tidak jorok/ kotor. 5) Dilakukan perawatan secara rutin dan berkala.
Perluasan horizontal sebaiknya untuk lahan persil yang luas dan cukup untuk pengembangan, umumnya di perdesaan
16
41
2. Sumur Pompa Tangan (SPT)
3. Model Pelaksanaan
Sumur Pompa Tangan (SPT) adalah salah satu sarana pengambilan air tanah untuk air minum melalui sumur bor dangkal dengan menggunakan pompa tangan.
a. Terencana (Pola RIT) 1) Perluasan yang terencana mengikuti model Rumah Inti Tumbuh yang dikembangkan Departemen PU, yaitu perluasan rumah inti (RIT1) menjadi RIT 2, Rumah Sederhana Sehat (RsS 1), RsS 2. 2) Pada saat pembangunan awal (RIT 1) sudah mempersiapkan sistim kontruksi, bahan bangunan dan lahan untuk perluasan selanjutnya. 3) Untuk melakukan perluasan pola RIT sebaiknya mengikuti pedoman pengembangan RIT. b. Tidak Terencana 1) Perluasan yang tidak terencana akan menimbulkan banyak kesulitan pada penerapan standard luas, sistim kontruksi dan tata letak ruang.
Gambar Sumur Pompa Tangan a. Bagian - bagian Sumur Pompa Tangan : 1) Bangunan Bawah adalah sumur bor dangkal yang diisi pipa diameter 1,25 “ dengan kedalaman maksimal 15 meter atau sampai mendapatkan air bersih yang kedalamannya masih dapat dicapai dengan kemampuan pompa tangan. 2) Bangunan atas terdiri dari : a) Pompa tangan yang berfungsi sebagai alat bantu mengambil air tanah dengan menggunakan tenaga manusia melalui alat pengungkit. b) Dudukan pompa berupa pasangan bata kedap air, lantai sumur tempat untuk kegiatan cuci dan mengambil air. c) Saluran untuk membuang air bekas cuci dan mandi. b. Tahapan Pembangunan SPT : 1) Hal-Hal Yang harus diperhatikan dalam pembangunan SPT : a) Dibangun sesuai dengan rencana dan dengan kualitas yang baik. b) Tidak berubah fungsi dan manfaat. c) Sumur diyakini tidak pernah kering di musim kering dan kualitas air baik. 40
2) Untuk perluasan rumah yang tidak terencana ini, sebaiknya tidak membebani struktur utama. 3. 3. Kebutuhan Pokok Pemugaran / Perluasan 1. Bahan Bangunan Setiap perluasan rumah akan memerlukan tambahan bahan bangunan (material), a. Jenis bahan bangunan 1) Kebutuhan jenis bahan bangunan sesuai kebutuhan minimal bahan bangunan untuk lantai, diding, atap, plafont, pintu jendela dan mungkin untuk tangga naik . 2) Sebaiknya mempertimbangkan kualitas, harga, kemudahan mendapatkan bahan bangunan dan penggunaan bahan bangunan lama yang layak untuk digunakan. b. Bentuk / ukuran Bentuk / ukuran bahan bangunan, sebaiknya mempertimbangkan bentuk & ukuran bangunan lama yang ada.
17
Hal-hal yang harus dilakukan bila air sumur keruh dan berbau
c. Jumlah bahan bangunan Jumlah bahan bangunan diperhitungkan dengan luas ruang yang akan dibangun ; 1 m3 pasangan batu kali perlu : 1,2 m3 batu kali, dengan 0,4 m3 plesteran (1: 4) 1 m2 pasangan bata perlu : 70 buah bata, dengan 0,4 m3 plesteran (1 : 4 atau 1 : 5) 1 m3 pasangan beton bertulang perlu : 2,4 zak semen (PC), 0,4 m3 pasir dan 0,6 m3 kerikil 1 lembar papan kelas 2 berukuran :
0,02 x 20 x 300 cm; 0,02 x 30 x 300 cm, 0,02 x 20 x 400 cm, 0,02 x 30 x 400 cm; 0,03 x 20 x 300 cm, 0,03 x 30 x 400 cm.
1 lembar papan kelas 3 berukuran : 0,01 x 20 x 200 cm 1 lembar multiplex berukuran :
(0,03 / 0,04/ 0,05 / 0,09 / 1,2 / 1,8 ) x 1,22 x 2,44 c
1 batang kayu kelas 2 berukuran :
kaso : 4 x 6 x (300/400) cm; 5 x 7 x (300/400) cm balok : 6 x 10 x (300/400/500) cm, 6 x 12 x (300/400/500) cm, 8 x 12 x (300/400/500) cm, 10 x 14 x (300/400/500) cm, khusus : 12 x 12 x (300/400/500) cm, 14 x 14 x (300/400/500) cm.
Besi beton: diameter (6/8/10/12/16/18/20/22/26) mm panjang12 m 2. Kebutuhan Tenaga Kerja
a. Pekerjaan pasangan batu meliputi ; pasangan bata/batako, pasangan batu kali, plesteran dll. Satu orang tukang dibantu 1 (satu) orang pembantu dapat menyelsaikan pekerjaan : Pasangan batu kali sebanyak = 0,25 m3 perhari kerja (8 jam) Pasangan bata sebanyak = 12—15 m2 perhari kerja Pasangan batako sebanyak = 20—25 m2 perhari kerja Pekerjaan plesteran + acian = 9 m2 perhari kerja b. Pekerjaan kayu meliputi ; pekerjaan “kasar” seperti kuda-kuda, gording,kaso, reng dll. Dan pekerjaan ‘halus” seperti kosen,daun pintu, jendela, lisplank, furniture/ meubeler dll.
18
Air didalam sumur
Distribusi air yang keluar dari sumur
Pada dasar sumur diberi ijuk
Air sumur dihisap dengan pompa dan
Di atas koral diberi arang
Hasilnya ditampung dalam bak diberi
Pada keliling dinding sumur
Alirkan melalui media ijuk, koral, pasir
Perlu diperhatikan jarak su-
Air bersih dan tidak berbau.
setinggi 5-10 cm, pasir, beton yang sudah dicuci setinggi 20 -40 cm dan koral tinggi 10-20 cm.
kayu atau yang lebih baik lagi arang batok kelapa. Bila arang sudah tidak berfungsi, diangkat, dikukus dan dipasang lagi.
dipasang susunan batu bata posisi horizontal, diantara batu bata ada rongga untuk air masuk, pada rongga tersebut bagian sebelah luar diberi ijuk, pasir dan koral diantara pasangan batu-bata dan tanah.
dipancarkan ke bak dengan sistem shower sehingga terjadi kontak dengan udara (aerasi) dimana Fe2(OH)3 dan Mn2(OH)3 mengendap.
tawas dan kapur masing-msing 1-1,5 mg/ L. Dibiarkan agar flok mengendap selama 10 menit.
dan arang batok kelapa (filter).
mur/ sumur bor minimum 11 m dari tempat pembuangan air limbah, misalnya cubluk, tangki septik, atau air yang mengandung limbah industri.
39
b) Lantai sumur tempat untuk mandi, cuci, menimba air, dan lain lain. c) Saluran untuk membuang air bekas cuci dan mandi. b. Tahapan Pembuatan Sumur Gali : 1) Tentukan patok galian sumur, sedapat mungkin jauh dari pencemaran air tanah, misalnya septik tank, air limbah, dan lain lain. 2) Gali tanah dengan bentuk bulat atau segi empat dengan ukuran yang cukup (agar mudah dalam pengerjaan atau pemeliharaan nantinya) sampai dengan kedalaman yang dapat menghasilkan air bersih. 3) Pasang konstruksi dinding penahan tanah berupa buis beton, atau pasangan bata merah yang kemudian diplester dan diaci. c. Cara Perawatan Sumur Gali 1) Perawatan rutin meliputi : a) Membersihkan lingkungan sekitar sumur agar tidak becek dan kumuh. b) Membersihkan dinding luar, lantai dan bibir sumur agar tidak berlumut dan lantai tidak licin. c) Membersihkan saluran air buangan dan periksa bila ada kerusakan atau retak. d) Melumasi as katrol agar tidak berkarat dan licin. e) Sebulan sekali bubuhi dengan larutan kaporit dengan perbandingan 1 sendok makan kaporit dengan 1.5 ml air. 2) Perawatan berkala meliputi : a) Membersihkan dinding sumur bagian dalam agar tidak ditumbuhi lumut, pohon dan serangga. b) Periksa lantai apakah ada keretakan agar tidak terjadi pencemaran karena rembesan air kotor. c) Menguras lumpur secara rutin setiap 2 (dua) tahun sekali. d) Sebelum membersihkan dinding sumur dan menguras perhatikan gas beracun dalam mur.
38
Satu orang tukang dapat menyelesaikan pekerjaan : Konstruksi kayu “kasar” sebanyak = 0,25 m3 perhari kerja Pekerjaan kayu “halus” sebanyak = 0,1 m3 perhari kerja c. Pekerjaan Beton Bertulang meliputi ; bekesting (cetakan), pembesian, adulan dan pengecoran, terdiri dari 1 (satu) orang tenaga pembesian, 1 (satu) tenaga bekesting, 2 (dua) tenaga adulan masing– masing dapat menyelesaikan pekerjaan : 1 orang tenaga pembesian dapat merakit = 0,25 ton per hari kerja atau setara rakitan besi beton 9 m2 / hari kerja. 1 orang tenaga bekesting dapat menyelesaikan pekerjaan=6 m2 2 orang tenaga adulan dapat menyelesaikan pekerjaan 1,2 m3 per hari kerja. d. Tenaga kerja tersebut diatas perlu diawasi oleh seorang pengawas (mandor) dengan keahlian semua pekerjaan dengan kapasitas 1 orang mandor mampu mengawasi tenaga 22 orang. 3. Sumber Pembiayaan a. Biaya sendiri Sistim pembiayaan pembangunan rumah swadaya yang terbaik adalah bersumber dari biaya sendiri, tidak ada resiko & tuntutan dari pihak lain, biaya sendiri dapat disiapkan sebelumnya dengan cara menabung, arisan b. Pinjaman keluarga
Sistim pembiayaan pembangunan rumah swadaya yang relatif aman melalui gotong royong keluarga, akan lebih terasa ringan dari pada dipikul sendiri.
c. Pinjaman Koperasi Sistim pembiayaan pembangunan rumah lain bersumber dari pinjaman di koperasi, umumnya persyaratannya agak ringan, besar pinjaman terbatas d. Pinjaman Lembaga Kredit Mikro Sistim pembiayaan kredit mikro untuk pembangunan rumah swadaya, persyaratan antara lain : kelengkapan surat tanah, proposal biaya dan gambar teknik rencana bangunan
19
BAB IV FASILITAS PENUNJANG
4. Teknis Pelaksanaan a. Dilaksanakan sendiri Bangunan yang akan dilaksanakan sendiri, pelaksana harus mempunyai ketrampilan pertukangan dan pengetahuan bahan dan konstruksi. b. Dilaksanakan oleh pihak lain Untuk memudahkan pelaksanaan, sebagian pekerjaan tukang yang memerlukan peralatan & keahlian tertentu, sebaiknya diborongkan, misalnya : kusen pintu / jendela, diborongkan kepada tukang kusen, pengkonstruksian dilakukan oleh pemborong. 3.4. Langkah-langkah Pelaksanaan per Komponen 1. Pemugaran a. Perbaikan Pondasi 1) Jenis pondasi batu kali a) Pondasi yang digunakan pondasi setempat dari pasangan batu kali dengan campuran adukan 1 Pc : 5 pasir. Ukuran dimensi penampang bawah pondasi 70 x 70 cm dan ukuran dimensi penampang atas 20 x 20 cm serta tinggi pondasi 60 cm. b) Pada dasar pondasi harus diberi lapisan pasir urug tebal padat 10 cm. c) Lantai dicor campuran 1 PC : 3 pasir ditumbuk padat dengan permukaan dihaluskan. d) Tebal lantai minimum 5 cm, terlebih dahulu diberi lapisan urugan tanah padat dengan tebal 10 cm dan urugan pasir padat dengan tebal 5 cm. e) Permukaan lantai dan bagian-bagian luar pondasi yang tampak, diratakan dengan adukan 1 PC : 3 pasir setebal minimum 5 mm dan di atasnya diberi saus semen sebagai penghalus. f) Untuk dinding kamar mandi harus diplester dengan adukan 1 PC : 2 pasir, setinggi 1,5 m dari muka lantai.Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan ini adalah mutu beton K-125 atau dengan campuran nominal 1 PC : 2 pasir : 3 kerikil (dalam perbandingan isi). Slump pada saat pengerjaan maksimum 7,5 cm dan minimum 2,5 cm. 20
4.1. Pengadaan Air Minum
1. Sumur Gali (SGL) Sumur Gali (SGL) adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah guna air minum, dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok. Konstruksi sumur gali dapat dibuat dari buis beton ataupun pasangan batu bata dengan bentuk bundar maupun segi empat.
Gambar Sumur Gali
a. Bagian dari Sumur Gali : 1) Bangunan Bawah disebut sumur pengumpul, menggunakan dinding dari cincin beton atau pasangan batu bata sebagai pengaman dinding sumur dan berfungsi sebagai penyaring. 2) Bangunan Atas terdiri dari : a) Bibir sumur untuk menjaga keamanan pemakai; mencegah air kotor masuk kedalam sumur; tiang penyangga untuk menyangga katrol. 37
g) Pada arah pertumbuhan, besi beton sloof disediakan panjang penyaluran sebesar 60 cm dan dibungkus dengan adukan dari campuran 1 PC : 10 pasir dengan dimensi yang sama dengan dimensi sloof. h) Persyaratan bahan beton seperti air, pasir dan kerikil harus mengikuti PUBI-1982, Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia . 20
Pasangan Batu Kali Pasir Urug
Perbaikan pondasi pasangan batu menerus dilakukan musim kemarau sepotong demi sepotong, agar aman. Perkuatan struk-tur pondasi dengan menambah luas bidang ba-wah pondasi.
60
50
DIAGRAM TANGGA
POTONGAN — B
2) Jenis pondasi kayu Lebar injakan (Optrede) Min : 25 cm
a) Pondasi yang digunakan dengan sistem setempat. Bahan pondasi berupa tiang dari kayu Ulin atau yang sekualitas dengan kayu Ulin. Ukuran penampang kayu 10/10 cm dengan panjang tiang pondasi 2.50 m. Jarak antara tiang pondasi kayu satu dengan lainnya 1.50 m. b) Tinggi tiang pondasi dari permukaan tanah matang ke permukaan penampang tiang adalah 1 m. Agar tiang pondasi tidak turun, maka pada permukaan tanah diperkuat oleh kalang (gapit) dari kayu galam 2 buah dengan Ø 8 – 10 cm. Tiang pondasi diberi lubang untuk sunduk kayu ulin 4/6 yang gunanya untuk bertumpunya pondasi pada kayu galam.
Tinggi injakan (Aantrede) Max : 20 cm
c)
36
Pada permukaan atas tiang pondasi dipasang balok induk dari kayu kelas II atau yang sekualitas dengan ukuran 6/12. Di atas balok induk dipasang balok anak dari kayu kelas II atau yang sekualitas ukuran 5/10. Jarak antar balok anak maksimum 50 cm dari as ke as. 21
d) Di atas balok anak dipasang papan-papan ukuran 2/20 cm dari kayu kelas II atau yang setara yang berfungsi sebagai lantai. Permukaan atas papan harus rata, dihaluskan, tidak licin, dan dapat dilapisi bahan penutup sesuai dengan kemampuan penghuni.
Penyambungan sistim kontruksi perluasan / tambahan ruang
vertikal, agar menjadi satu kesatuan
e) Semua pekerjaan kayu harus rata dan siku-siku, pada saat pengerjaan kayu harus kering dan tua. f)
Semua pekerjaan kayu bila memungkinkan diawetkan terlebih dahulu. Pengawetan dapat dilakukan dengan cara pelaburan.
g) Penggunaan kayu harus disesuaikan dengan peraturan PKKI (Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia) yang berlaku.
Lantai papan Balok anak 5/10
Tiang pondasi 10/10 ulin
1.00 m
Sunduk kayu ulin 4/6 Kalang kayu galam 8 – 10 cm
Kolom utama 5/10, kayu klas II
1,50 m
Untuk daerah rawan gempa atau perairan disarankan untuk menggunakan sistim struktur rangka, untuk daerah rawan banjir disarankan untuk menggunakan sistim struktur dinding penyangga. Sistim struktur yang baik adalah gabungan dari berbagai sistim struktur yang ada disesuaikan dengan kondisi setempat (komposit) h) Perletakan / pembuatan tangga
Balok induk 6/12, kayu klas II Papan lantai 2/20 cm dari kayu klas II Balok loteng 5/10, kayu kelas II, dipasang setiap jarak 30 cm
Klam dari papan ulin 1/10cm – 30 cm
Untuk perluasan rumah swadaya vertical sebaiknya memperhatikan pembuatan tangga baru; lebar injakan 20-30 cm; tinggi injakan 17 – 25 m2; perlu dibuat pagar tangga yang kokoh dari bahan bangunan kayu / pipa besi.
Pondasi tiang kayu ulin 10/10 cm
22
35
f) Penambahan Dinding Jarak dinding luar dengan bangunan disekiatarnya cukup untuk mencegah bahaya kebakaran, masuknya cahaya matahari dan mengalirnya udara bersih
1.00 m 1.50 m
2.50 m
+ 2m
b. Perbaikan Badan Bangunan g) Perubahan Atap Pembongkaran atap sebaiknya dilakukan pada musim
kemarau Bentuk perubahan atap yang baru sekecil mungkin
sehingga bahan bangunannya dapat digunakan kembali (perluasan vertikal)
Bentuk atap baru / tidak ada perubahan
Bagian badan bangunan sangat ditentukan oleh ketersediaan bahan bangunan lokal, komponen bangunan yang dapat digunakan dalam pembangunan rumah tinggal adalah sebagai berikut: 1) Dinding tembok a) Bangunan dengan dinding tembok, dapat berupa bataco rakyat, Conblock, bata merah dengan rangka (kolom dan balok) beton bertulang. b) Bangunan dengan dinding ½ tembok, yaitu dinding bagian bawah berupa tembok setinggi 80 – 100 cm dan bagian atas berupa dinding konstruksi kayu.
atap lama dinaikan ANGKER D. 12 mm PAS. DINDING BATAKO RAKYAT
bentuk atap lama
A
PAS. DINDING BATAKO RAKYAT SEKALA 1 : 50
34
23
RANGKA DINDING KAYU 5/10
Perkuatan sistim kontruksi lama agar mampu mendukung RANGKA DINDING KAYU 5/10 PAS. DINDING PAPAN 2/20
B
beban ruang tambahan diatasnya Perkuatan rangka bangunan dengan menambahkan besi beton
& ukuran rangka
PAS. DINDING BATAKO RAKYAT
PAS. DINDING 1/2 BATAKO RAKYAT DENGAN PAPAN SEKALA 1 : 50
2) Dinding kayu Bangunan dengan dinding kayu, yaitu bangunan dengan rangka (kolom dan balok) kayu dengan dinding bahan kayu. RANGKA DINDING KAYU 5/10 RANGKA DINDING KAYU 5/10 PAS. DINDING PAPAN 2/20
C
PAS. DINDING PAPAN SEKALA 1 : 50
24
33
2. Perluasan a. Pembuatan pondasi (lihat langkah-langkah perbaikan pondasi pada Pemugaran)
A C
b. Pembuatan Badan / kerangka bangunan 1) Perluasan horizontal (lihat langkah–langkah perbaikan badan bangunan pada Pemu-garan) 2) Perluasan Vertikal
B
Penambahan Lantai
Jarak lantai atas dengan lantai dasar 2,5m-3,5m, tinggi lantai dasar tambahan sama dengan lantai dasar yang ada atau sesuai dengan kebutuhan / fungsi ruang
Lantai atas (perluasan vertikal)
2,5-3,5m
DETAIL B.
Lantai dasar (perluasan horizontal)
PAS. DINDING PAPAN 2/20 RANGKA DINDING KAYU 5/7
Bahan bangunan lantai atas sebaiknya dipilih yang ringan
RANGKA DINDING KAYU 5/10
(papan / multiplek), bahan lantai bawah diamakan dengan yang ada atau sesuai kebutuhan / fungsi ruang
Bahan bangunan lantai atas sebaiknya diplih yang ringan dan
tahan air hujan (harflek, asbes, papan dll), lantai bawah sebaiknya sesuai bahan dinding yang ada atau sesuai kebutuhan ruang & kemampuan pembiayaan.
RANGKA DINDING KAYU 5/7
DETAIL POT. SEKALA
32
C
1 : 50
25
c. Perbaikan Lantai
Kaki kudakuda 5/10 cm
1) Lantai semen plesteran
Balok tarik kudakuda 10/10 cm
Ring balok 5/10
Masalah : Sebagian lantai plester mengalami retak dan penurunan setempat. Sebab : Pengurugan tanah dibawah lantai belum cukup padat; Solusi : Perbaikan lantai setempat dengan cara : membongkar lantai yang mengalami penurunan, mengisi pasir kasar, dipadat kan, ditutup kembali dengan adukan beton setebal 7 cm, permukaan lantai dihaluskan sesuai permukaan lantai sekitarnya. 2) Lantai keramik Masalah: Sebagian keramik penutup lantai terlepas; Sebab : Pemasangan keramik tidak sempurna Solusi : Perbaikan lantai setempat, dengan cara mebongkar lantai yang mengalami kerusakan dapat menggunakan larutan cuka biang, membersihkan keramik bekas lalu merendam, ditutup kembali dengan adukan beton setebal 7 cm, keramik dipasang kembali dengan perekat pasir semen 3 cm sesesuai permukaan lantai sekitarnya. 3) Lantai kayu / panggung
Sekur 5/10 Dipasang berdiri Kolom /rangka pokok bangunan 5/10 Sekur 5/10 Dipasang tidur
SAMBUNGAN KUDA-KUDA DENGAN KONSTRUSI KAYU
2.0 cm
TAMPAK SAMPIN 12,5 cm
12,5 cm
TAMPAK SAMPING
Masalah : sebagian papan penutup lantai kropos, Sebab : dimakan rayap Solusi : perbaikan lantai setempat dengan cara membongkar papan penutup lantai yang mengalami kerusakan; membersihkan bagian papan yang termakan rayap dan membersihkan kolong lantai dari rayap / sampah lainnya; memasang kembali papan dan atau mengganti dengan papan baru; melapisi seluruh bagian bawah papan lantai papan dengan residu atau obat anti rayap yang dijual ditoko material
SKALA 1 : 100 Asbes gelombang
Gording 5/10
TAMPAK SAMPING KANA
SKALA 1 : 100
20 cm
TAMPAK SAMPING KANAN SKALA 1 : 100
100 cm
SAMBUNGAN ATAP ASBES / SENG
26
SKALA 1 : 100
31
PAPAN GAPIT 2x 2/10
GORDING 5/10 KUDA-KUDA 5/10 PAPAN GAPIT 2x 2/10
1
PAPAN GAPIT 2x 2/10
5/10 5/10 PAPAN GAPIT 2x 2/10
5/10
KUDA - KUDA KAYU 5/10 SEKALA 1 : 50
d. Perbaikan kusen (kozyn) 1) Perbaikan Pintu
2 cm
2 cm
30 cm
Masalah : Pintu turun / sulit dibuka atau ditutup. Sebab : oleh kerusakan engsel atau penggunaan kayu yang belum kering sempurna Solusi : Perbaikan pintu setempat dengan cara bila rusak engselnya, segera diganti engselnya yang lebih kuat mudah dibuka atau ditutup seperti yang diharapkan
30 cm
Bila akibat penyusutan kusen, sebaiknya daun pintunya lebar daun pintu dikurangi di bagian sisi yang ada engselnya, sehingga mudah dibuka atau ditutup seperti yang diharapkan. Bila akibat penyusutan daun pintu, sebaiknya daun pintu ditambah di bagian sisi yang ada penguncinya sehingga mudah dibuka atau ditutup seperti yang diharapkan 1) Kayu untuk kusen pakai kelas II, untuk bingkai dan panil pintu/ jendela dari kayu kelas II. Kayu yang dipergunakan harus tua dan kering. 2) Antara kusen dan dinding pasangan dipasang angker dari besi beton berdiameter 8 mm, angker ini dipasang pada setiap jarak 60 cm dengan kedalaman 20 cm. 3) Semua kusen pintu danjendela hatur dilabur dengan cat meni, cacat kayu ditutup dengan dempul dan dihaluskan.
SAMBUNGAN KUDA-KUDA DENGAN KONSTRUSI DINDING / BETON 30
27
5) Ukuran tinggi bagian dalam kusen pintu ditentukan dengan persamaan berikut : Tkp = Tbp - tk - Sk Dimana : Tkp = tinggi kusen bagian dalam Tbp = tinggi bukaan dinding Tk = tebal kayu terpilih dikurangi 2 mm – 5 mm Sk = Tinggi sepatu kusen 6) Ukuran tinggi bagian dalam kusen jendela ditentukan dengan persamaan berikut : Tkj = Tbj - 2 tk Dimana : Tkj = tinggi kusen bagian dalam Tbj = tinggi bukaan dinding Tk = tebal kayu terpilih dikurangi 2 mm – 5 mm 7) Ukuran lebar bagian dalam kusen gendong ditentukan dengan persamaan berikut : Lkp = Lbp - 2 tk Dimana : Lkp = Lebar bagian dalam kusen pintu /kusen jendela Lbp = lebar bukaan dinding Tk = tebal kayu terpilih dikurangi 2 mm – 5 mm e. Perbaikan Jendela Ukuran kayu terpilih untuk kusen ditentukan berdasarkan tabel berikut : A
1.24 0.92
0.15
0.15
0.12 0.15
0.92
0.15
0.12 C
Kusen
Ukuran (mm) 1.66 1.20
Pintu
60x100, 60x120, 60x130, 60x150, 80x100, 80x120, 80x150, 100x120, 100x150
2.40 2.00
f. Perbaikan Rangka Atap / Penutup Atap
1) Kuda-kuda menggunakan konstruksi balok kayu dari kayu yang tua dan kering dengan ukuran 5 x 10 cm dan dipasang dengan jarak 3.00 m. dengan berbagai model 2) Semua kayu kuda-kuda di labur dengan bahan pengawet. 3) Panjang paku sedikitnya 2 ½ x tebal kayu pada sambungan rangkap 2 dan 3 1/3 x tebal kayu pada sambungan rangkap 3. 4) Sambungan pada balok tarik dari kuda-kuda dibuat ditengahtengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi dan diikat denga plat eser, panjang overlap dari sambungan tersebut kurang lebih 60 cm. 5) Klam yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda-kuda adalah papan dari kayu klas II berukuran 10 x 25 cm dan tebal 2 cm. 6) Jumlah paku pada masing-masing sisi sambungan berjumlah 20 buah paku yang panjangnya 7 cm. 7) Jumlah paku 7 cm yang digunakan pada setiap satu unit kudakuda adalah 220 buah. 8) Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka kuda-kuda dipasang 2 buah paku yang berukuran 10 cm. 9) Untuk satu unit kuda-kuda diperlukan 22 buah paku 10 cm. 10) Kuda-kuda menggunakan sistem konstruksi papan paku, yaitu hanya menggunakan sambungan klam. 11) Kuda-kuda harus diletakkan tepat di atas kolom bangunan. 12) Sambungan pada gording diatur sedemikian rupa, sehingga sambungan tersebut berada tepat diatas kaki kuda-kuda. 13) Penutup atap dapat dipilih yang mudah diperoleh yaitu seng, asbes, genteng. 14) Untuk penutup atap seng atau asbes hanya memerlukan gording yang disesuaikan dengan panjang seng atau asbes. 15) Untuk penutup atap dari genteng diperlukan pasangan kaso dan reng dengan penyesuaian ukuran genteng.
0.80
0.12
0.08
RENCANA J-1 Skala 1:25
Jendela 0.80
B
RENCANA P-1 Skala 1:25
0.06
0.06
Kusen
Ukuran (mm)
Jendela
60x100, 60x120, 60x150, 80x100, 80x120, 80x150, 100x120, 100x150
60x100, 60x120, 60x130, 60x150, 80x100, 80x120, 80x150, Pintu 60x100, 60x120, 60x150, 80x100, 80x120, 100x120, 100x150 80x150, 100x120, 100x150
28
29