KEMENTERIAN NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 8 / PERMEN / M / 2007
Tentang
PEDOMAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN SWADAYA
LAMPIRAN III PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN BARU PERUMAHAN SWADYA
64
i
Catatan / Komentar
Pemberi Komentar
( …………………………..………… )
ii
63
Daftar Nama Tim Penyusun Konsep Pedoman Umum Pemugaran, Perluasan dan Pembangunan Baru Perumahan Swadaya Tahun 2006 NO. 1
NAMA Ir. Amien Roychanie
2
Ir. Eddy Suharyo, MM
3
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA
4
Ir. Kriya Arsyah, M. Eng
5
Ir. Widianto Adiputra, M.Eng
6
Ir. Baby Setiawati D, Msi
1
Ir. Bambang Murwono. H, CES
2
Ir. Jusuf Langkun, CES
3
Ir. Roch Dianto, Dipl. Soc. Sc., MM
4
Ir. Handoko, MT
5
Heru Cokro, ST
6
Supoyo, ST, MT
7
Rustomo, ST, MT
8
Dudang, ST
9 10
Suradi Agus Salim
INSTANSI Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tim Pelaksana Asdep Pengembangan Sistem Perumahan Swadaya (Asdep I) Asdep Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya (Asdep II) Asdep Pembangunan Baru Perumahan Swadaya (Asdep III) Asdep Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Swadaya (Asdep IV) Asdep Penguatan Kerjasama Kelembagaan Perumahan Swadaya (Asdep V) Sekretariat Kabid Perumahan Perdesaan, Asdep II Kabid Perumahan Perkotaan, Asdep III Kabid Evaluasi dan Analisa, Asdep I Kabid Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Asdep IV Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Staf Asdep III Staf Asdep III
62
DAFTAR ISI DAFTAR ISI .....................................................................................................iii JABATAN TIM Pengarah Ketua Wakil Ketua
Bab I Ketentuan Umum ................................................................................. 1 1.1. Pengertian Umum .......................................................................... 1 1.2. Pengertian Khusus ......................................................................... 3 1.3. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 3 1.4. Sasaran .......................................................................................... 3 1.5. Ruang Lingkup Pengaturan ............................................................ 3 1.6. Acuan Normatif ……………………………………………………...… 8
Anggota
Bab II Penyelenggaraan Pembangunan ....................................................... 9
Anggota
2.1. Dasar Perancangan .......................................................................... 9 2.2. Tahapan Pembangunan Rumah Baru ............................................ 9
Anggota
1. Pendataan Dalam Rangka Pembangunan Baru ....................... 9 2. Perencanaan Pembangunan .................................................. 11
Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota
3. Perijinan .................................................................................. 12 4 Pembiayaan ............................................................................ 12 Bab III Pelaksanaan Pembangunan Rumah Baru ....................................... 15 3.1. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Baru dengan Pentahapan Pembangunan Konstruksi ........................................ 15 3.2. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Baru dengan Pentahapan Pembangunan Ruangan .......................................... 22 3.3. Kebutuhan Pokok Pembangunan Rumah Baru........................... 31 3.4. Penghunian .................................................................................. 34
Anggota
Bab IV Fasilitas Penunjang ........................................................................... 44 4.1. Pengadaan Air Bersih .................................................................. 44
Anggota
4.2. Sanitasi......................................................................................... 50 4.3. Drainase ....................................................................................... 57
Anggota
Bab V P e n u t u p ........................................................................................ 60
Anggota Anggota
iii
Daftar Nama Tim Penyusun Pedoman Pembangunan Perumahan Swadaya
iv
NO.
NAMA
INSTANSI
1
Ir. Amien Roychanie
2
Ir. Aim Abdurachim Idris, M.Sc
3
Tri Sulistyowarni, SH., S.Pn
Deputi Bidang Perumahan Swadaya Staf Ahli Menpera Bidang Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Tenaga Ahli Menpera Tim Pelaksana
1
Ir. Widianto Adiputra. M, Eng
2
Dr. Ir. Yusuf Yuniarto, MA
3
Ir. Kriya Arsyah, M. Eng
4
Ir. Bambang Murwono Hariadi, CES
5
Ir. Baby Setiawati D, Msi
1
Ir. Susilo Ardimarwoto
2
Ir. Jusuf Langkun, CES
3
Ir. Roch Dianto, Dipl. Soc. Sc., MM
4
Ir. Handoko, MT
5
Ir. Khairuddin Thabrani, M.Eng
6
Ir. Nafisah Haryoko, MT
7
Heru Cokro, ST
8
Supoyo, ST, MT
9
Rustomo, ST, MT
10
Dudang, ST
11
Suradi
1
Ir. Muhammad Helmi
2
Drs. Iqbal
3
Ir. H. Suni Herizam, M.Si
4
Hari SIP, Ma
Asdep Pengembangan Sistem Perumahan Swadaya (Asdep I) Asdep Peningkatan Kualitas Perumahan Swadaya (Asdep II) Asdep Pembangunan Baru Perumahan Swadaya (Asdep III) Asdep Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Perumahan Swadaya (Asdep IV) Asdep Penguatan Kerjasama Kelembagaan Perumahan Swadaya (Asdep V) Sekretariat Kabid Perumahan Perdesaan, Asdep II Kabid Perumahan Perkotaan, Asdep III Kabid Evaluasi dan Analisa, Asdep I Kabid Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum Asdep IV Kabid Sarana Lingkungan dan Utilitas Umum Asdep IV Kabid Perumahan Perbatasan, Kawasan Khusus, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep II Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Kasubid Prasarana, Sarana Utilitas dan Lahan Asdep III Staf Asdep III Daerah Kasubid Analisa dan Penelitian Bappeda Brebes - Jateng Kabid Pemberdayaan Masyarakat Pekalongan - Jateng Kasubid Perumahan Dinas Tarukim Makasar - Sulsel Lurah Sayang Kecamatan Marisso Makasar - Sulsel
61
JABATAN DALAM TIM Pengarah Pengarah Pengarah Ketua Wakil Ketua Anggota Anggota Anggota
Ketua Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Penanggap Penanggap Penanggap Penanggap
BAB I KETENTUAN UMUM
BAB V PENUTUP 1.1. Pengertian Umum Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terkait erat dengan kemiskinan, sehingga upaya untuk mendorong MBR memiliki rumah layak huni merupakan bagian dari meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin, atau dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga 2.
Program-program yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan dari semua pihak seperti dari swasta dan masyarakat sendiri, seharusnya dapat disinergikan dengan stimulant yang diberikan oleh Pemerintah karena sebenarnya MBR bukan tidak berdaya sama sekali (tidak mempunyai apa-apa) Petunjuk Teknis ini tetap mempertimbangkan kemampuan dari MBR dalam membangun rumahnya, sehingga sangat sedikit menampilkan teknologi yang belum dikenal oleh masyarakat banyak, walaupun banyak teknologi modern yang lebih murah dan metode yang diperkenalkan, namun diharapkan metode sederhana ini mampu memandu MBR untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni.
Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal, 5 September 2007
3.
Perumahan swadaya adalah rumah dan atau perumahan yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara sendiri atau berkelompok. 4. Rumah sederhana adalah bangunan yang harganya 75% dari harga rumah tipe C. 5.
Struktur Utama bangunan rumah adalah bagian-bagian dari bangunan rumah yang minimal dibutuhkan untuk keamanan dan kekuatan bangunan, yang terdiri dari: pondasi, tiang/kolom, rangka atap, yang dilengkapi dinding, lantai dan penutup atap.
6.
Utilitas rumah adalah fasilitas bangunan rumah, berupa jaringan air bersih, jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan gas dan pembuangan sampah.
7.
Sanitasi rumah adalah sistim pengelolaan limbah cair rumah tangga dan lingkungan perumahan, yang berkaitan erat dengan kesehatan penghuni rumah dan lingkungan perumahannya.
8.
Prasarana Perumahan adalah kelengkapan dasar yang dibutuhkan agar perumahan dapat berfungsi secara optimal seperti ; jalan akses/ lingkungan, jalan setapak, drainase, jaringan air limbah, persampahan, gorong-gorong, pagar.
9.
Fasilitas sosial dan fasilitas umum adalah fasilitas yang berfungsi untuk menunjang kegiatan perumahan seperti; fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah, fasilitas ekonomi, fasilitas sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas olahraga, fasilitas rekreasi.
MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT ttd MUHAMMAD YUSUF ASY’ARI
60
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
1
10. Kaveling adalah sebidang tanah dengan luasan tertentu yang disyaratkan untuk dapat di dirikan bangunan rumah. 11. Ruangan adalah luasan didalam bangunan rumah yang fungsinya sesuai dengan kegiatan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. 12. Perijinan pembangunan rumah adalah perijinan yang dikeluarkan oleh bagian dari pemerintah daerah, bagi masyarakat yang hendak membangun suatu bangunan sesuai dengan peruntukan rumah. 13. Perijinan penggunaan rumah adalah perijinan yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, bagi masyarakat yang hendak menggunakan suatu bangunan sesuai dengan peruntukan rumah. 14. Bangunan rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, antara lain untuk kegiatan hunian atau tempat tinggal, kegiatan sosial budaya, kegiatan ekonomi, dan kegiatan dalam membina keluarga. 15. Bangunan rumah sederhana adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat hunian atau tempat tinggal yang layak huni dan harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dan memenuhi Standard Teknis. 16. Lingkungan perumahan adalah segala sesuatu, baik menyangkut benda fisik, kegiatan, norma-norma maupun kondisi yang berada di luar bangunan rumah namun masih berada di dalam batasan jalan lingkungan perumahan. 17. Kredit mikro perumahan adalah suatu pinjaman dengan skala mikro (besaran kredit dan tenor) yang diperuntukkan baik bagi pembangunan baru, pemugaran maupun perluasan rumah.
2
yang dicetak sebelumnya (prefabricated) dari bahan beton tumbuk atau tanah liat yang dibakar dengan panjang ± 1 meter setiap bagian. Sekarang dapat pula digunakan pipa pralon, dengan ukuran batang yang lebih panjang (> 1 meter). Sambungansambungan pipa harus kedap air dan tidak boleh bocor, agar air kotor tidak mencemari air tanah. 2) Kotak Bentuk ini digunakan untuk saluran pembuang tertutup dengan debit besar. Jenis boks atau kotak ini dibuat langsung di tempat pekerjaan (cast in place), biasanya dari pasangan batu dengan pelat penutup dari beton bertulang atau dari beton bertulang seluruhnya. b. Pembangunan Drainase Tertutup 1) Bersihkan lahan dari tanaman liar, puing-puing dan kotoran lainnya. 2) Gali tanah sesuai dengan drainase saluran yang akan dipasang. 3) Pasang saluran sesuai dengan bentuk dan jenis konstruksi yang telah direncanakan. 4) Urug dan ratakan bagian atas setelah saluran drainase terpasang. Pemeliharaan Drainase Pemeliharaan terhadap bangunan-bangunan drainase perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus, agar bangunan dapat berfungsi lebih lama. Umur bangunan drainase terbatas; untuk pasangan batu sekitar 30 tahun dan beton dapat bertahan sampai 50 tahun. Pemeliharaan selokan-selokan besar lebih mudah dari pada selokan-selokan kecil. Yang sudah jelas adalah, pemeliharaan drainase terbuka jauh lebih mudah daripada pemeliharaan drainase tertutup.
59
1.2. Pengertian Khusus
Jenis-Jenis Drainase 1. Drainase Terbuka (untuk air hujan) a. Konstruksi Drainase Terbuka Konstruksi drainase terbuka disesuaikan dengan bentuk-bentuk saluran adalah sebagai berikut : 1) Segitiga 2) Trapesium 3) Setengah Lingkaran 4) Empat Persegi Panjang b. Pembangunan Drainase Terbuka 1) Membuat sketsa saluran, dengan menentukan : a. Bentuk dan ukuran dari penampang saluran. b. Kemiringan dasar saluran. c. Struktur lapisan dinding saluran. 2) Pasang patok-patok sepanjang kedua tepi as saluran setiap interval jarak tertentu, lalu pasang tali plastik yang menghubungkan patok-patok tersebut dalam arah memanjang selokan. 3) Gali saluran sesuai dengan bentuk, dimensi serta kemiringan dasar saluran. Kemiringan memanjang dasar saluran dapat dibuat bervariasi (0,5% - 5%) sesuai perbedaan ketinggian pada kedua ujung saluran. 4) Buang tanah galian saluran ketempat pembuangan yang tidak mengganggu lingkungan. 5) Apabila saluran terletak pada tanah lembek atau tanah yang mudah tererosi, maka dinding saluran perlu diberi lapisan dinding yang dapat dibuat dari bahan bambu, balok kayu, papan kayu, batu kosong, pasangan batu kali atau beton. 2. Drainase Tertutup (Untuk air kotor / limbah) a. Konstruksi Drainase Tertutup Ukuran drainase tergantung dari jumlah air kotor yang dibuang, sedangkan bentuk saluran ada 2 macam : bulat dan boks (kotak), berikut konstruksi drainase tertutup disesuaikan dengan bentuk : 1) Bulat Dapat berbentuk penampung lingkaran, elips atau bulat telur, 58
1. Pembangunan rumah baru adalah kegiatan pembuatan bangunan rumah yang dimulai dari penyediaan lahan kosong, bangunan rumah layak untuk dihuni. 2. Rumah Inti Tumbuh (RIT) adalah rumah yang dibangun secara bertahap dimana pentahapannya dapat melalui “pentahapan ruangan” maupun “ pentahapan konstruksi”. 3. Pentahapan ruangan adalah pembangunan rumah yang dimulai dengan membangun ruangan sesuai kebutuhan minimal rumah, dengan kriteria sebagai berikut: a. RIT dimulai dengan membangun ruangan inti yaitu sebuah ruangan tertutup dan sebuah ruangan terbuka beratap dan fasilitas MCK; b. RIT memiliki bentuk atap dengan mengantisipasi adanya penambahan ruangan yang bakal dilakukan, yaitu dengan memberi atap pada ruang terbuka yang untuk sementara berfungsi sebagai ruang serba guna; c. Bentuk generik atap pada RIT selain pelana, dapat berbentuk lain (limasan, kerucut, dll) sesuai dengan karakteristik daerah setempat; d. Penghawaan dan pencahayaan alami pada RIT menggunakan bukaan yang memungkinkan sirkulasi silang udara dan masuknya sinar matahari. 4. Pentahapan konstruksi adalah pembangunan rumah yang dimulai dengan merancang pondasi rumah secara keseluruhan dengan kriteria sebagai berikut : a. RIT dimulai dengan pemasangan pondasi untuk seluruh luasan rumah, yang terdiri dari pondasi umpak / setempat untuk peletakan kolom/tiang, dan masing-masing pondasi umpak dihubungkan dengan sloof beton bertulang, baik pondasi maupun sloof harus dilandasi pasir utugsetebal 10 cm. b. Pembesian untuk kolom / tiang sudah harus disiapkan, yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan, terutama pada pertemuan dinding. c. Setelah pengecoran kolom / tiang di bagian atas sekeliling bangunan dipasang ring balok beton bertulang. 3
d. e.
Setelah cor beton konstruksi kering dapat dilanjutkan pasangan dinding, kusen, rangka atap dan penutup atap. Untuk daerah rawan gempa konstruksi harus sudah mengantisipasi konstruksi tahan gempa seperti pengaturan pertemuan tiang dan balok, bila perlu diberi balok inti dan pembesian yang cukup.
4.3. Drainase Drainase adalah sistem jaringan saluran pembuangan air hujan yang menampung dan mengalirkan air hujan yang berasal dari daerah terbuka maupun terbangun/wilayah permukiman ke badan air (waduk, danau, sungai, laut atau penampung akhir). Kriteria Desain
1.3. Maksud dan Tujuan Umum 1. Maksud Petunjuk Teknis Pembangunan Rumah Baru Perumahan Swadaya adalah agar Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam membangun rumahnya mengarah pada pemenuhan standar teknis dan layak huni, dimana proses pembangunannya disesuaikan dengan kemampuan dana yang tersedia. 2. Tujuan adalah kualitas hidup MBR meningkat menjadi lebih baik
1.4. Sasaran
1. Dasar saluran dari tanah. 2. Dasar saluran dapat juga dari pasangan batu kali yang di lining. 3. Kemiringan dasar saluran 1% atau yang dapat mengalirkan air dengan kecepatan 0,3 m/dt - 0,6 m/dt. 4. Lebar saluran 0,3 - 1 m. 5. Untuk konstruksi cor beton dapat dipergunakan pada belokan, bangunan terjun dan daerah/ tanah yang mudah erosi.
Sasaran pengguna Petunjuk teknis ini adalah pendamping masyarakat, POKJA Kabupaten/Kota, MBR, dan semua pihak terkait.
1.5. Ruang Lingkup Pengaturan 1. Petunjuk Teknis ini meliputi, ketentuan teknis dan teknis pelaksanaan untuk pembangunan rumah baru dengan pentahapan pembangunan konstruksi (vertikal) dan ruangan (horizontal). 2. Petunjuk Teknis ini merupakan bagian dari fasilitasi pembangunan rumah baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 3. Petunjuk Teknis ini memberikan arahan pembangunan rumah baru berbahan bangunan lokal sejak tahapan persiapan, perencanaan, pelaksanaan hingga ke penggunaan (penghunian); 4. Pelaksanaan pembangunan tipe rumah ini dapat dilakukan bagi lokasi dengan potensi bahan bangunan lokal (batu bata, batako dan papan atau anyaman bambu) yang terjangkau, baik dari segi harga maupun kemudahan pengadaannya, serta daya dukung dan jenis lahan yang disarankan, serta mempertimbangkan potensi budaya dan kondisi geologis pada daerah dimana rumah tersebut akan didirikan, seperti dapat dilihat pada Tabel.2; 5. Untuk propinsi yang memiliki lebih dari satu pilihan jenis rumah (tabel 2), urutan pertama merupakan pilihan utama, pilihan jenis rumah 4
Gambar Penampang Saluran Drainase Tabel Dimensi saluran drainse dengan pasangan batu kali/ tanah Type
(a)
(b)
(c)
(d)
(H)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
S1
20
42
36
40
45
Tersier
S2
30
53
46
50
55
Sekunder
S3
40
65
57
60
65
Primer
57
Keterangan
lainnya ditentukan berdasarkan Mikro Zonasi yang dibuat untuk tingkat daerah;
9. Pekerjaan pengurugan a. Isi ruang kosong bekas galian di sekeliling tangki dengan tanah bekas galian. b. Lakukan pengurugan secara berlapis dan padatkan. c. Lakukan pengurugan tersebut hingga mencapai permukaan tanah. 10. Sumur Resapan a. Siapkan pipa PVC diameter 4 inchi berlubang. b. Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan hubungkan dengan benang. c. Kerjakan galian tanah untuk sumur resapan dengan ukuran panjang 2 m, lebar 0.75 m dan kedalaman 1,30 m. d. Masukkan ijuk dengan ketebalan/ kedalaman 20 cm. e. Masukkan kerikil diameter 3-8 cm dengan ketebalan/ kedalaman 20 cm. f.
Masukkan sirtu dengan ketebalan 15 cm
g. Letakkan pipa berlubang pada kedalaman 75 cm. h. Masukkan pasir dengan ketebalan 25 cm. i. Lakukan pengurugan tanah diatas ijuk hingga mencapai permukaan tanah.
Tabel 1a. Pembangunan Rumah Baru dengan Pentahapan Pembangunan Konstruksi (Vertikal) NO.
1
2
3
4
Harga (Rp)
BATCH
Alt. I
Pekerjaan Tanah
Alt. II
Alt. III
—
—
a —
—
—
—
—
Pondasi, Tiang, dan Atap
KETERANGAN b —
Dinding Tembok
—
—
Dinding papan
—
—
Dinding Bilik
—
—
—
Dinding Tembok
—
—
—
Dinding papan
—
—
—
Dinding Bilik
—
Dinding Tembok
—
Dinding papan
—
Dinding Bilik
Dinding dan Kusen
Lantai dan Finishing
Alt. IV
—
Dinding Tembok
—
Dinding papan
—
Dinding Bilik
JUMLAH
Referensi : Patokan Harga Satuan dan Upah Pekerjaan Bidang Pembangunan Propinsi DKI JAKARTA Periode Januari 2006
Tabel 1b. Pembangunan Rumah Baru dengan Pentahapan Pembangunan Ruangan (Horizontal) Tahapan Pembangunan
Rumah Tembok
Rumah Papan
Rumah Bilik
Rumah RIT – 1
Pemeliharaan Tangki Septik 1. Setelah masa pengerasan beton dan masa persiapan selesai, tangki septik diisi penuh dengan air sumur hingga meluap masuk ke saluran di dalam konstruksi rembesan. 2. Biarkan tangki septik yang penuh air selama minimum 1 x 24 jam. Apabila permukaan air turun berarti tangki bocor dan kebocoran segera diperbaiki. 3. Apabila tidak terjadi kebocoran, tangki septik yang sudah penuh diisi dengan lumpur bibit yang mengandung bakteri pengurai tinja dari tangki septik yang lain, yaitu 20 liter setiap 1.000 liter isi tangki. Setelah itu tangki septik dapat dioperasikan
56
RIT – 2 RIT – 3 RIT (TYPE 36) RIT : Rumah Inti Tumbuh
6. Apabila Petunjuk teknis ini akan dimanfaatkan untuki pembangunan
rumah bagi MBR yang difasilitasi sebuah program Stimulan atau bantuan/hibah program hendaknya disesuaikan dengan prasyarat dan 5
peraturan yang berlaku untuk program tersebut, terutama aspek administratifnya. Tabel 2. Zonasi Pembangunan Rumah
ditambah kelebihan untuk pasir urug. c. Simpan galian tanah dari pinggir lubang, disingkirkan agar tidak mengganggu pekerjaan. 3. Pasir Urug Lapisi dasar galian pondasi dengan pasir setebal 5 cm dan padatkan hingga rata keseluruh dasar galian pondasi. 4. Pemasangan Dinding a. Pasang patok kayu di setiap sudut galian dan hubungkan dengan benang. b. Pastikan gali tanah tersebut lurus dan tegak lurus. c. Pasang batu bata dari atas ke bawah mengikuti ukuran benang tersebut dengan adukan 1 semen : 3 pasir. 5. Pemasangan Lantai a. Pemasangan lantai harus dimulai dari salah satu sisi. b. Buat adukan dengan campuran 1 semen : 3 pasir. c. Tumpahkan adukan pada dasar galian dan pasang batu bata dengan posisi ½ bata. 6. Pemasangan Pipa Masuk dan Keluar a. Pipa yang digunakan harus pipa PVC dengan diameter 10 cm. b. Pipa masuk dan pipa keluar dipasang bersamaan pada waktu pekerjaan dinding. c. Posisi atau penempatan pipa masuk dan pipa keluar harus sesuai gambar. d. Pipa masuk dan pipa keluar harus sudah dilengkapi dengan bentuk T (Fitting T PVC diameter 10 cm). 7. Dinding Penyekat Dinding penyekat digunakan pasangan batu bata ketebalan ½ bata dengan adukan 1 semen : 2 pasir. 8. Plesteran lantai dan dinding Plester dinding dan lantai dengan adukan 1 semen : 5 pasir dengan ketebalan 1 - 2 cm.
6
55
e. Takar semen, pasir, kerikil dan air yang diperlukan dengan ember ukuran sama agar perbandingannya tepat. f. Tebarkan pasir pada peralatan, lalu tebarkan semen diatasnya dengan rata. g. Aduklah kedua bahan itu dengan menggunakan singkup atau cangkul sampai seluruh adukan sama warnanya. h. Tebarkan campuran pasir dan semen secara merata, lalu tebarkan kerikil diatasnya dan aduk lagi dengan sempurna. i. Buatlah lekukan ditengah adukan dan tuangkan air perlahan-lahan, jangan lupa mengaduk setiap air dituangkan. j. Aduk terus sampai butiran kerikil terselimuti campuran semen dan pasir. k. Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras. l. Tuangkan adukan ke dalam cetakan dengan rata setebal 3 cm, lalu pasang rakitan tulangan beton diatasnya. m. Tuangkan sisa adukan, jangan lupa pasang cincin besi untuk pegangan.
No
PROPINSI
Zonasi Bahan dan Kondisi Lahan
1
Bali NTB NTT
Pasangan > tegakan, Tanah Kering, Tanah Liat
Tembok (bata merah)
2
DKI Jabar Banten Jateng Jatim DI Yogjakarta
Pasangan > tegakan, Tanah Kering, Pasir
Tembok (conblock)
3
NAD Sumbar Jambi Bengkulu Sumsel Bangka Belitung Lampung Sulsel Sulsera
Pasangan = tegakan, Tanah Basah, Tanah Liat
Setengah (tembok) Tembok (bata merah) Kayu Panggung Kayu Tidak Panggung
Setengah (tembok) Tembok (conblock) Kayu Panggung Kayu Tidak Panggung
Setengah (tembok) Tembok (bata merah) Kayu Panggung Kayu Tidak Panggung
4
Sumut
Pasangan = tegakan, Tanah Basah, Pasir
5
Maluku Maluku Utara
Pasangan = tegakan, Tanah Basah, Tanah Liat
6
Riau Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulteng Sulut Gorontalo
Pasangan < tegakan, Tanah Basah, Tanah Liat
Kayu Panggung Kayu Tidak Panggung Setengah (tembok) Tembok (bata merah)
Pasangan < tegakan,
Kayu Tidak Panggung
Tanah Kering,
Kayu Panggung
Pasir
Setengah (tembok)
n. Sesudah beton agak mengeras, ratakan dengan papan. Membuat tutup lubang kontrol a. Letakkan lembaran plastik atau kertas di dalam cetakan sebagai alas. Lembaran itu harus melampaui pinggir cetakan agar cetakan mudah diangkat setelah beton mengeras. b. Buat cetakan 40 cm x 40 cm. c. Buat pembesian 6 mm dan masukkan adukan beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil (batu pecah 2-3 cm). d. Buatkan pegangan untuk mengangkat tutup dari besi bulat ½ inchi selebar 15 cm. 2. Galian Tanah a. Gali tanah sesuai ukuran tangki septik, untuk setiap galian dibuat lebih panjang dan lebarnya agar terdapat ruangan yang leluasa untuk bekerja. b. Kedalaman galian disesuaikan dengan ketinggian tangki septik, 54
Alternatif Jenis Rumah yang Disarankan
7
Papua
7
Jarak dari
Tangki septik
Bidang resapan
Bangunan
1,50 m
1,50 m
Sumur
10,00 m
10,00 m
Pipa air bersih
3,00 m
3,00 m
9) Ukuran Tangki Septik, dapat dilihat pada tabel berikut :
NO.
JUMLAH PEMAKAI JIWA
KEBUTUHAN RUANG LUMPUR (M3) 2 TH
3 TH
KEBUTUHAN RUANG BASAH (M3)
VOLUME TOTAL (M3) 2 TH
3 TH
UKURAN (M) 2 TAHUN P
L
3 TAHUN T
P
L
T
1.
5
0.4
0.6
1
0.25 1.85 1.60 0.80 1.30 1.70 0.85
1.30
2.
25
2.0
3.0
5
8.25 9.25 3.25 1.70 1.60 3.40 1.70
1.60
Tahapan Pengerjaan Tangki Septik 1. Pekerjaan Tutup Tangki Menyiapkan tulangan beton a. Bersihkan besi beton ukuran 8 s/d 10 mm dengan sikat kawat; b. Rakitlah besi beton di dalam cetakan agar ukurannya sesuai dengan yang diinginkan, jarak antara tulang beton 10 x 10 cm atau 15 x 15 cm dan jarak antara susunan tulangan dengan pinggir cetakan kurang lebih 3 cm. c. Ikat setiap persilangan tulangan dengan kawat pengikat tulangan. d. Siapkan bagian tutup lubang kontrol (40 cm x 40 cm) dan jangan dibuat pembesian. Menyiapkan, mengaduk dan mengecor beton Gambar 1. Peta Zonasi Pembangunan Rumah
a. Semen yang dipakai hendaknya berupa serbuk halus. b. Pasir harus yang bersih. c. Kerikil berukuran 2-3 cm harus bersih. d. Air harus bersih.
8
53
22,5o harus dipasang bak kontrol untuk pengontrolan/pembersihan pipa. Belokan 90o sebaiknya dihindari atau dilaksanakan dengan membuat dua kali belokan masing-masing 45o. 4. Aliran masuk dan aliran keluar Ketentuan aliran masuk dan aliran keluar adalah sebagai berikut : a. Pipa aliran masuk dan pipa aliran keluar dapat berupa pipa T. b. Pipa aliran keluar harus diletakkan (5-10) cm lebih rendah dari pipa aliran masuk. c. Pipa T atau sekat harus terbenam 0,20 m di bawah permukaan air dan menonjol minimal 0,15 m diatas permukaan air. 5. Pipa udara Ketentuan pipa udara adalah sebagai berikut : a. Tangki septik harus dilengkapi dengan pipa udara (galvanis) dengan diameter 50 mm. Tinggi 2,00 m dari permukaan tanah. b. Ujung pipa udara perlu dilengkapi dengan pipa U atau pipa T sedemikian rupa, sehingga lubang pipa udara menghadap ke bawah dan ditutup dengan kawat kasa. 6. Lubang pemeriksaan Ketentuan lubang pemeriksaan adalah sebagai berikut : a. Tangki septik harus dilengkapi dengan lubang pemeriksaan yang berfungsi sebagai lubang untuk pengurasan lumpur dan keperluan lainnya. b. Permukaan lubang pemeriksa harus ditempatkan 0,10 m diatas permukaan tanah. c. Lubang pemeriksaan yang berbentuk empat persegi ukurannya = (0,40 x 0,40) m2. 7. Tangki septik dengan dua ruang atau lebih Untuk menaikkan efisiensi pengolahan, maka tangki septik dapat dibuat menjadi 2 bagian (2 ruangan) atau lebih, dengan ukuran panjang tangki ruang pertama adalah 2/3 bagian, sedang ruang yang kedua 1/3 bagian.
1.6 ACUAN NORMATIF 1. Kepmenpera No. 06 Tahun 1994 tentang Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok 2. Keputusan Menteri PU No.441/KPTS/1998, Persyaratan Teknis Bangunan Gedung 3. Kepmen Kes No. 829 Tahun 1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan 4. Kepmen Kimpraswil No. 332 Tahun 2002 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara 5. Kepmen Kimpraswil No. 403 Tahun 2002 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Sederhana Sehat; 6. PUBI-1982, Peratuan Umum Bahan Bangunan di Indonesia 7. SNI 03-1733-1989, Tata Cara Perencanaan Kawasan Perumahan Kota 8. SNI 03-2835-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Persiapan Dan Pekerjaan Tanah Untuk Bangunan Sederhana 9. SNI 03-2836-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Pondasi Batu Belah Untuk Bangunan Sederhana 10. SNI 03-2837-1992, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Tembok Dan Plesteran Untuk Bangunan Sederhana 11. SNI 03-2840-1992, Tata Cara Pengerjaan Lembaran Asbes Semen Untuk Penutup Atap Pada Bangunan Rumah dan Gedung 12. SNI 03-2435-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Penutup Langit-langit Untuk Bangunan Dan Gedung 13. SNI 03-3242-1994, Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman 14. SNI 03-3434-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Kayu Untuk Bangunan Dan Gedung 17. SNI 03-3436-1994, Tata Cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Atap Untuk Bangunan Dan Gedung 18. SNI 05-1994-F, Tata Cara Perancangan Penerangan Alami Siang Hari Untuk Rumah dan Gedung 19. SNI 03-6981-2004, Tata Cara Perencanan Lingkungan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun di Daerah Perkotaan
8. Jarak Jarak dari tangki septik atau bidang resapan ke suatu unit tertentu dapat dipergunakan ketentuan-ketentuan seperti terlihat pada tabel berikut.
52
9
Bahan dan Persyaratan BAB II PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN 2.1. Dasar Perancangan Dasar Keputusan untuk Pembangunan Rumah Baru MBR dalam memutuskan untuk membangun rumah baru biasanya berdasarkan pertimbangan utama: 1. Kebutuhan rumah yang sangat mendesak; 2. Belum memiliki rumah; 3. Sudah memiliki lahan atau tersedia akses ke lahan pilihan yang mencukupi dan terjangkau, serta legal; 4. Bersedia membangun rumah secara perorangan maupun berkelompok; 5. Tersedia akses ke sumber pembiayaan yang terjangkau. 2.2. Tahapan Pembangunan Rumah Baru Proses pembangunan rumah baru pada umumnya dilaksanakan sebagai berikut: 1.
Pendataan Dalam Rangka Pembangunan Baru a. Pemilihan Lokasi Lokasi yang memenuhi syarat untuk pembangunan rumah baru adalah lokasi yang diperuntukkan bagi perumahan/permukiman dan tersedia lahan yang cukup bagi pembangunan rumah, bila rumah dibangun mengelompok maka perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan, jaringan utilitas, fasilitas umum dan fasilitas sosial. Lokasi pembangunan rumah juga dapat memanfaatkan fasilitasi penyediaan lahan siap bangun (KASIBA maupun LISIBA BS untuk yang berskala besar ataupun KSB untuk yang berskala kecil). Pertimbangan lain yang harus diperhatikan adalah keterjangkauan (akses ke tempat kerja) dan kemungkinan rumah menjadi basis peningkatan ekonomi keluarga. b. Perancangan Bangunan Rumah
10
1. Bahan bangunan Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Bahan bangunan harus kuat terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi ketentuan SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan; b. Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air. c. Sedapat mungkin menggunakan bahan bangunan yang telah ada di daerah tersebu (bahan bangunan lokal). 2. Bentuk ukuran Bentuk dan ukuran ditentukan sebagai berikut : a. Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. Lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang-kurangnya 150 cm. b. Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 m dan kedalaman maksimum 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 - 0,40) m dan ruang penyimpanan lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horisontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat tegak lurus. c. Penutup tangki maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m. 3. Pipa penyalur air limbah rumah tangga Ketentuan pipa penyalur air limbah rumah tangga adalah sebagai berikut : a. Pipa penyalur air limbah rumah tangga berupa pipa horizontal berada diluar bangunan, mulai dari jarak 1,50 m dari pondasi bangunan ke tangki septik; b. Pipa penyalur air limbah dari PVC Ø . 10 cm; c. Sambungan pipa antara tangki septik dengan bidang resapan harus kedap air; d. Kemiringan minimum 2 per 100 m’ (2 %), tetapi sebaiknya dibuat 3 per 100 m’ (3 %). e. Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan melebihi 51
4.2.Sanitasi. Tangki Septik dan Sumur Resapan
1) Rencana Tapak Bangunan; dalam merencanakan tapak bangunan harus diperhatikan peraturan daerah setempat yang menyangkut beberapa hal sebagai berikut: a) luas kaveling minimum; b) lebar muka kaveling minimum; c) panjang deret kaveling; d) koefisien dasar bangunan (KDB); e) koefisien lantai bangunan (KLB); f) ketinggian bangunan maksimum; g) Garis sepadan bangunan. atau mengikuti ketentuan umum untuk rumah sederhana sebagai berikut:
Tangki septik adalah suatu ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung/mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan air yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk hambatan-hambatan larut air dan gas. Air yang keluar dari tangki septik masih mengandung jasad-jasad renik dan zat-zat organik, maka perlu pengolahan lebih lanjut. Keterangan gambar : Air limbah rumah tangga dimaksud adalah jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari kakus/ WC. Air tanah rendah adalah keadaan dimana muka air tanah pada musim hujan berada pada kedalaman 1,20 meter dari permukaan tanah. Limpahan keluar ialah aliran air keluar dari suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Limpahan air kedalam adalah aliran air masuk ke suatu sistem pengolahan air limbah rumah tangga. Pipa keramik ialah pipa yang terbuat dari tanah liat dibakar pada suhu tinggi, sehingga bila direndam air tidak dapat hancur. Pipa T ialah pipa yang berbentuk seperti huruf T. Sarana pengolahan limpahan keluar adalah suatu tempat pengolahan limpahan keluar untuk meresapkan pembuangan air dari tangki septik, 50
a) luas lahan efektif minimal antara 72 m2 sampai dengan 90m2 khususnya dipersyaratkan di kawasan perkotaan bukan pusat kota; b) lebar muka kaveling minimal 6m atau 7.5m; c) untuk mengantisipasi kebakaran, panjang deretan kaveling maksimal 75m, kurang lebih 10 kaveling dengan ukuran lebar kaveling 7,5m atau 12 kaveling untuk lebar muka kaveling 6m; d) bagian kaveling yang tertutup bangunan rumah maksimum 60% dari luas kaveling atau sesuai dengan Peraturan Daerah setempat; e) koefisien lantai bangunan 1,2. 2) Rancangan Bangunan; untuk bangunan rumah sebaiknya secara teknis dirancang untuk memenuhi kebutuhan ruang bagi penghuninya terlebih dahulu dengan mempertimbangkan segala persyaratan kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasar minimal suatu rumah. Sedangkan kebutuhan dari sisi sosial, budaya maupun ekonomi menjadi pertimbangan berikutnya. Selain itu pertimbangan akan ketercukupan biaya juga menjadi bahan pertimbangan khusus yang akan menentukan kualitas rumah yang terbangun.
11
2. Perencanaan Pembangunan
Cara Membuat Sumur Bor Dalam :
a. Waktu pelaksanaan pembangunan; pemilihan waktu pelaksanaan pembangunan perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: 1) usahakan jangan memilih waktu pelaksanaan pembangunan saat musim hujan, karena udara lembab bisa menimbulkan banyak masalah, seperti semen lama menjadi kering, kayu berubah bentuk ataupun jika hujan deras terpaksa pekerjaan dihentikan untuk sementara sementara upah pekerja tetap dikeluarkan, sehingga biaya total bisa menjadi lebih besar dari rencana semula. 2) jangan merencanakan pelaksanaan pembangunan pada waktu calon pemilik sedang memiliki banyak pengeluaran misalnya menjelang hari raya, saat anak masuk sekolah, ada hajatan, atau ada rencana bepergian pada waktu yang lama. Karena akan sulit untuk tetap berdisiplin memanfaatkan dana pembangunan rumah seperti yang direncanakan di RAB (rencana anggaran biaya). b. Bahan bangunan; menentukan bahan atau material bangunan merupakan faktor penting dalam membangun atau memugar atau rumah. Jenis bahan yang akan digunakan dan kualitasnya harus ditentukan dulu diawal agar sesuai dengan anggaran. Sebaiknya dipilih material yang tepat guna, tidak perlu mewah dan mahal, sesuai dengan anggaran dan kebutuhan yang ada. Pengaruh iklim juga harus dipertimbangkan karena kelembaban udara misalnya dapat mengakibatkan munculnya jamur, bakteri dan mikroorganisme tertentu yang selain dapat mengganggu kesehatan dapat juga merusak ataupun melapukkan bangunan. Perlu dipertimbangkan beberapa kiat berikut: 1) Untuk memperluas wawasan perlu diketahui harga dan tempat jual material di sekitar kediaman; 2) Pembelian material khusus dan material yang tidak termasuk cepat habis sebaiknya dibeli di toko khusus, misalnya besi di toko besi, dan sebagainya. Perbedaan harga dan kualitas akan cukup berarti dibandingkan jika membeli di toko material umum. 3) Untuk jenis material yang cepat habis dapat dibeli di toko umum terdekat. Karena faktor jarak ke toko khusus perlu dipertimbangkan, jika jauh akan membuang banyak waktu karena material tersebut cepat habis sehingga harus sering bolak-balik membelinya. 12
1) Masukkan pahat bor (mata bor) yang terbuat dari baja berat dengan panjang 1-2 m kedalam tanah dan diputar oleh 2 orang atau dengan alat mekanik. 2) Pahat bor disambung dengan pipa sampai ditemukan kedalaman yang diinginkan. 3) Diameter pengeboran disesuaikan dengan casing yang akan dipasang, yaitu Ø 4” - Ø 6” (Ø 10 cm - 15 cm). 4) Setelah pipa bor masuk kedalam tanah, maka diikuti oleh pipa berikutnya (pipa steel), pipa besi yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang diinginkan. 5) Sewaktu memancang pipa bor, jagalah agar posisinya tetap vetikal/ tegak. 6) Agar tanah yang dibor lunak, pada lubang bor diberi tekanan air, sekaligus mendinginkan mata bor. 7) Mata bor naik-turun supaya ada gaya tekan pada tanah yang dibor. 8) Setelah pengeboran sesuai dengan kedalaman yang diinginkan dan air bersih yang keluar cukup, pengeboran dihentikan. 9) Pasang casing dari pipa PVC/besi dengan Ø 4”-6” (10-5 cm) sepanjang kedalaman pengeboran, sudah termasuk saringan sepanjang 3-5 m. 10) Dikuras dulu air yang ada pada pipa casing sampai air tersebut jernih. 11) Masukkan pipa PVC Ø 1 ¼ (Ø 3,2 cm) sebagai pipa isap dan pipa PVC Ø 1” (Ø 2,5 cm) sebagai pipa tekan dan jangan lupa pada ujung kedua pipa dipasang saring, “foot klep” dan alat pipa jet sebagai pendorong pipa isap. 12)Pada permukaan tanah dipasang jet pump.
49
4) Untuk jenis material yang sering dipakai seperti keran air sebaiknya dipilih yang berkualitas bagus supaya tahan lama.
4) Sewaktu memantek pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang. 5) Setelah pemantekan mencapai kedalaman yang dikehendaki, pasanglah pipa casing dari PVC Ø 4” yang berfungsi sebagai dinding sumur bor, selanjutnya pasang pipa galvanis Ø 1 1/2 “ untuk pipa hisap air bersih sampai permukaan tanah dan diberi pondasi yang sekaligus sebagai dudukan pompa tangan.
5) Fasilitas yang ditawarkan oleh penjual seperti pengiriman barang, tenaga angkut dan bongkar muat merupakan nilai tambah yang patut dipertimbangkan. 3.
a. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB); b. Sertifikat Laik Fungsi (SLF); di beberapa daerah biasanya dikenal dengan istilah yang berbeda misalnya di DKI Jakarta diberi nama Ijin Penggunaan Bangunan (IPB), Proses penertiban perijinan ini sering cukup memakan waktu dan biaya karena persyaratan yang harus dipenuhi seperti gambar arsitektur dan gambar situasi bangunan tidak semua orang mampu dengan mudah mendapatkannya. Untuk itu perlu ada alokasi waktu dan biaya khusus bagi proses perijinan pembangunan ini.
6) Pasang pompa listrik dengan benar, sehingga dapat menghasilkan air bersih. b. Pompa Listrik dengan Sumur Bor Dalam Sumur bor dalam adalah pantekan pipa hisap ke dalam tanah yang kedalamannya mencapai puluhan atau bahkan ratusan meter. Contoh pompa listrik dengan sumur bor dalam adalah jet pump yang mempunyai daya isap yang cukup tinggi pada sumur bor dalam. Jet pump memiliki kemampuan untuk mengatasi kedalaman air tanah, pompa ini mempunyai sistim mengaktifkan kembali sebagian dari airnya ke dasar pipa isap, sehingga kecepatan aliran jet pump dapat mengisap air sampai dengan 30 - 40 m dari permukaan tanah.. Data teknis dari jet pump : 1) Daya isap : 30-40 m a) Pipa isap : Ø 1¼ (Ø 3,2 cm) b) Pipa tekan : Ø 1” (Ø 2,5 cm) b) Voltase : 220 V c) Watt : 250 - 370 Watt d) Slot saringan : 2-4 mm e) Casing pipa : Ø 4” (Ø 10 cm)
Perijinan Perijinan Bangunan; dalam perencanaan pembangunan perlu dialokasikan waktu diawal pembangunan untuk pengurusan perijinan bangunan. Jenis perijinan bangunan berbeda untuk tiap daerah, namun biasanya terdiri atas:
4.
Pembiayaan a. Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Rumah; secara garis besar dapat dilihat pada gambar pentahapan pembangunan dan Rencana Anggran Biaya (terlampir). Anggaran Biaya dapat disusun sesuai dengan pentahapan pembangunan ruangan (horizontal : RIT-1, RIT-2, RIT-3, dan RIT), atau pentahapan konstruksi (vertikal). Pada prinsipnya biaya terbagi atas 3 bagian, yakni biaya bagi: 1) perijinan bangunan, yang besarnya berbeda untuk tiap daerah 2) bahan bangunan; 3) upah pekerja / tukang; b. Sumber biaya; sumber biaya yang ideal adalah dari tabungan / simpanan pribadi, hibah dan warisan. Namun jika ternyata dana pribadi yang tersedia tidak mencukupi maka dapat dicoba untuk mengakses ke berbagai sumber pembiayaan yang tersedia seperti misalnya dari:
. 48
13
1)
Koperasi ataupun lembaga sejenis, ataupun lembagalembaga keuangan lain yang kelak akan menjadi semacam koperasi (UPK-BKM, LKM, dll).
2) Pegadaian (yang menyediakan kredit mikro untuk pembangunan rumah); 3) Pemerintah, baik di daerah (APBD) maupun pusat (APBN) bila ada melalui berbagai program pemberdayaan masyarakat, termasuk program bantuan langsung masyarakat untuk perumahan; 4) Kredit pembangunan rumah (KPR) yang disediakan oleh lembaga perbankan; 5) Kredit pembangunan rumah yang disediakan oleh lembaga sosial seperti misalnya lembaga adat, lembaga swadaya masyarakat, kelompok arisan, kelompok peduli dan sebagainya; 6) Bantuan pihak swasta (CSR : corporate social responsible); 7) LSM, yang biasanya dari lembaga donor Secara umum, apabila di suatu daerah terdapat salah satu atau lebih dari sumber-sumber pembiayaan pembangunan perumahan seperti tersebut di atas maka untuk dapat mengaksesnya diperlukan beberapa tahapan pokok sebagai berikut: 1) Skim kredit untuk pembangunan rumah yang sesuai dengan kemampuan pemohon. Skim ini biasanya sudah lengkap dengan persyaratan yang diperlukan termasuk administrasi. Persyaratan tersebut dapat berbeda untuk tiap lembaga yang berbeda. 2) Proposal kredit; yang berisikan informasi dan data yang menggambarkan alasan pembangunan rumah, kebutuhan biaya, kesanggupan membayar angsuran, sumber pembayaran angsuran, disertai identitas pemohon dan surat-surat keterangan yang memperkuat kebenaran informasi yang disampaikan. 3) Penilaian kelayakan kredit; setelah proposal disampaikan ke lembaga keuangan yang dituju, maka akan dilakukan penilaian oleh petugas dari lembaga keuangan tersebut 14
a. Pompa Listrik dengan Sumur Bor Dangkal Pompa listrik dengan sumur bor dangkal adalah sarana pengambilan air tanah untuk air minum melalui sumur bor dangkal dengan kedalaman di bawah 15 m, dengan menggunakan pompa listrik. Kapasitas maksimum pada umumnya dibatasi oleh “draw-down”. Bilamana besarnya “draw-down” ini lebih besar dari 8 meter dibawah muka tanah, maka pompa tidak mampu lagi menyedot air. Namur saat ini sudah ada pompa sumur “draw-down” sebesar 11 meter. Spesifikasi pompa dengan “draw-down” terbatas misalnya : 1) Daya isap : 8-11 meter a) Pipa isap : Ø1” (Ø2,5 cm) b) Pipa distribusi 2) Voltage
: ؽ - ؾ (Ø1,25 cm - Ø1,8 cm) : 220 V
3) Watt : 100 - 150 Watt 4) Slot Saringan : 2-4 mm Mengingat kemungkinan terjadi penurunan muka air tanah pada musim kemarau atau bertambahnya “head loss”, maka dirasa perlu untuk mengurangi tinggi hisap dengan berbagai cara, misalnya : 1) Menurunkan pompa kedalam “sump-pump” (bor) berupa bangunan bawah tanah dengan kedalaman 1-2 m. 2) Mengurangi “head-loss” pada saringan dengan menambah panjang saringan sampai maksimum 3 m. Cara membuat Sumur Bor Dangkal : 1) Tanamkan / pantekan pipa ke dalam tanah 2) Sewaktu memantekan pipa ini harus sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan logam keras berbentuk kerucut supaya memudahkan pemantekan (diameter lubang pantekan 4“). 3) Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki untuk mendapatkan air berkualiutas. 47
Tahapan Pembangunan SPT : a. Hal-Hal Yang harus diperhatikan dalam pembangunan SPT 1) Dibangun sesuai dengan rencana dan dengan kualitas yang baik. 2) Tidak berubah fungsi dan manfaat. 3) Sumur diyakini tidak pernah kering di musim kemarau dan kualitas air baik. 4) Jarak SPT dengan sumber pencemaran air (resapan tangki septik, cubluk, tempat sampah) minimal berjarak 10 meter. 5) Selalu digunakan dan dipelihara agar tidak berkarat. 6) Kebersihan lingkungan SPT terpelihara. b. Pembangunan SPT 1] 2]
Tanamkan / pantekan pipa kedalam tanah. Sewaktu memantekan pipa ini harus sudah dilengkapi dengan saringan sumur yang bagian bawahnya dilindungi dengan logam keras berbentuk kerucut supaya memudahkan pemantekan. 3] Setelah pipa pertama masuk kedalam tanah, maka diikuti dengan pipa berikutnya (pipa galvanis) yang disambung dengan sambungan ulir/ drat (socked), begitu seterusnya sampai mencapai kedalaman yang dikehendaki, untuk mendapatkan air berkualitas. 4] Sewaktu memantek pipa hisap beserta saringannya, jagalah agar posisinya tetap vertikal/ tegak, agar tidak ada beban “eksentris” yang dapat menimbulkan pipa menjadi bengkok atau bahkan menjadi patah sewaktu dipancang.
3. Sumur Pompa Listrik
46
terhadap segala sesuatu yang disampaikan dalam proposal kredit termasuk uji silang informasinya. 4) Persetujuan kredit; apabila semua aspek yang dinilai telah memenuhi standar kelayakan untuk diberikan kredit, maka akan diterbitkan persetujuan kredit. 5) Akad kredit; apabila kerdit sudah disetujui maka selanjutnya akan diselenggarakan akad kredit yang merupakan penandatanganan perjanjian kredit antara pemohon dengan lembaga tersebut dengan disaksikan dan disahkan oleh notaris. 6) Penyaluran dana pinjaman; setelah akad kredit diselesaikan maka selanjutnya dalam jangka waktu tertentu setelah itu akan disalurkan dana kredit pembangunan atau pemugaran atau perluasan rumah kepada sang pemohon baik secara tunai maupun transfer, sekaligus ataupun secara bertahap sesuai dengan kesepakatan kredit. c. Pengelolaan Keuangan; setelah dana diterima pemohon, selanjutnya perlu dilakukan pengelolaan keuangan pembangunan rumah secara seksama agar dana yang tersedia mencukupi bagi terbangunnya rumah tersebut hingga selesai. Untuk itu rencana anggaran biaya yang presisi menjadi penting, namun demikian untuk menjaga kemungkinan melonjaknya biaya pembangunan maka RAB sudah mencakup biaya tak terduga (sekitar 10%) dan kredit sendiri sebaiknya juga menyiapkan cadangan dana tersendiri bagi antisipasi melonjaknya dana pembanunan karena harga bahan bangunan sering naik-turun dalam waktu yang relatif singkat dan penyaluran kredit sejak dilakukan permohonan hingga dana diterima dapat memakan waktu yang durasinya tergantung proses dengan lembaga penyedia pinjaman tersebut. Selain RAB yang teliti juga perlu disiplin yang kuat dari sang pemohon kredit agar biaya kredit dimanfaatkan sesuai dengan rencana pengeluaran yang telah tercantum dalam RAB, dan yang terpenting lagi adalah kedisiplinan dalam masa pelunasan kredit nantinya.
15
BAB III PELAKSANAAN PEMBANGUNAN RUMAH BARU 3.1. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Pembangunan Konstruksi (Vertikal)
Baru dengan Pentahapan
1. Tahap I (Pekerjaan Tanah); a Lapisan tanah ”humus” yang terdapat pada permukaan tanah bangunan harus disingkirkan, agar tanah menjadi stabil; b Galian lobang pondasi harus sampai pada lapisan tanah yang cukup keras; c Bila tanah bangunan buruk sekali, maka harus dilakukan perbaikan tanah seperlunya; d Tanah bekas galian harus diatur dengan baik dan ketinggiannya disesuaikan dengan keperluan. e Tanah didalam bangunan harus dipadatkan dengan alat penumbuk dan sedikit air, kemudian diratakan. f Titik duga nol ditetapkan sekurang-kurangnya 25 cm di atas permukaan tanah bangunan yang tertinggi; g Gunakan alat bantu yang sederhana untuk memastikan bouplank saling menyiku satu dengan lainnya.
kemungkinan pencemaran air tanah, misalnya septik tank, air limbah, dan lain lain (minimal 10 m). b. Gali tanah dengan bentuk bundar atau segi empat dengan ukuran yang cukup (agar mudah dalam penggalian atau pemeliharaan nantinya) sampai pada kedalaman yang dapat menghasilkan air bersih. c. Pasang konstruksi dinding penahan tanah berupa buis beton, atau pasangan bata merah yang kemudian diplester dan diaci. 2. Sumur Pompa Tangan (SPT) Sumur Pompa Tangan (SPT) adalah salah satu sarana pengambilan air tanah untuk air minum melalui sumur bor dangkal dengan menggunakan pompa tangan.
2. Tahap II (Pekerjaan Pondasi, Tiang, dan Atap). a. Pondasi : 1) Untuk rumah sederhana, agar menghemat anggaran maka pondasi yang digunakan adalah pondasi setempat / umpak bata atau batu kali dengan campuran adukan 1 PC : 5 Pasir. Ukuran dimensi penampang bawah pondasi 60cm X 60cm dan ukuran penampang atas 30cm X 30cm. Pondasi-pondasi setempat tersebut harus dihubungkan dengan sloof beton bertulang berdimensi 10 x 20 cm dengan campuran adukan 1 PC : 3 Pasir : 5 KRL; 2) Pada dasar pondasi harus diberi pasir urug padat tebal 10cm; 3) Pada dasar Sloof diberi urugan pasir padat setebal 10 cm;
Gambar Sumur Pompa Tangan Bagian - bagian Sumur Pompa Tangan : a. Bangunan Bawah adalah sumur bor dangkal yang diisi pipa diameter 1,25 “ dengan kedalaman maksimal 15 meter atau sampai mendapatkan air bersih yang kedalamannya masih dapat dicapai dengan kemampuan pompa tangan. b. Bangunan atas terdiri dari : 1) Pompa tangan yang berfungsi sebagai alat bantu mengambil air tanah dengan menggunakan tenaga manusia melalui alat pengungkit. 2) Dudukan pompa berupa pasangan bata yang kedap air, lantai sumur tempat untuk kegiatan cuci dan mengambil air. 3) Saluran untuk membuang air bekas cuci dan mandi.
16
45
BAB IV FASILITAS PENUNJANG 4.1. Pengadaan Air Bersih 1. Sumur Gali (SGL) Sumur Gali (SGL) adalah sarana untuk menyadap dan menampung air tanah guna air minum, dengan cara menggali tanah berbentuk sumuran agar mendapatkan air yang sehat dan murah serta dapat dimanfaatkan oleh perorangan (rumah tangga) maupun kelompok. Konstruksi sumur gali dapat dibuat dari buis beton ataupun pasangan batu bata dengan bentuk bundar maupun segi empat.
4) Bagian-bagian luar pondasi yang tampak diratakan dengan adukan 1 PC : 3 PS setebal minimum 5 mm dan di atasnya diberi acian semen sebagai penghalus; b. Tiang : 1) Untuk rumah yang berdinding papan, kayu lapis, dan bilik bambu, kerangka dinding dibuat dari kayu kelas II berukuran 5cm X 10cm, sedangkan untuk tiang/kolom dan ring baloknya berukuran 8 cm X 12cm. Sedangkan untuk rumah yang berdinding batu bata atau batako, kerangka bangunannya dibuat dari beton bertulang dengan adukan 1 PC : 3 PS : 5 KRL; 2) Pembuatan kerangka ini dilakukan bersamaan dengan pemasangan dinding dari bahan lokal seperti papan, kayu lapis, atau anyaman bambu (bilik); c. Atap : 1) Kuda-kuda harus diletakkan tepat di atas tiang/kolom kerangka bangunan. 2) Kuda-kuda menggunakan konstruksi balok kayu kelas II yang tua dan kering berukuran 6 cm X 12 cm dan dipasang setiap jarak 3 m;
Gambar Sumur Gali Bagian Dari Sumur Gali : a. Bangunan Bawah disebut sumur pengumpul, menggunakan dinding dari cincin beton atau pasangan batu bata sebagai pengaman dinding sumur dan berfungsi sebagai penyaring. b. Bangunan Atas terdiri dari : 1) Bibir sumur untuk menjaga keamanan pemakai; mencegah air kotor masuk kedalam sumur; tiang penyangga untuk menyangga katrol. 2) Lantai sumur tempat untuk mandi, cuci, menimba air, dan lain lain. 3) Saluran untuk membuang air bekas cuci dan mandi. Tahapan Pembuatan Sumur Gali : a. Tentukan patok galian sumur, yang letaknya harus jauh dari 44
3) Semua kayu kuda-kuda dilabur dengan bahan pengawet; 4) Panjang paku sedikitnya 2,5 X tebal kayu pada sambungan rangkap 2; 5) Sambungan pada balok tarik dari kuda-kuda dibuat di tengahtengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi dan diikat dengan plat geser, panjang tindihan (overlap) dari sambungan tersebut lebih kurang 60 cm; 6) Klam pengaku yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda-kuda adalah papan kayu kelas II berukuran 10 cm X 25 cm dengan tebal 2 cm, dengan jumlah paku pada masingmasing sisi sambungan sebanyak 20 buah yang panjangnya 7 cm, sehingga jumlah paku 7 cm seluruhnya pada satu unit kuda-kuda adalah 220 buah; 7) Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka kuda-kuda dipasang 2 buah paku yang berukuran 10 cm, sehingga untuk satu unit kuda-kuda diperlukan 22 buah paku 10 cm. 17
18
2,00 Bh BAK CAT 35 ANGKUR BESI 10 mm' 18
11,00 Bh
PAKU TRIPLEK 17
1,34 KG
2,00 Bh
3,00 Bh KUAS 3 inc dan 2 inc
ROL CAT 34
33
PAKU SENG 16
4,10 KG
PAKU Ukuran 7 Cm 15
8,10 KG
3,00 Lt
3,00 Lt MENI KAYU
MINYAK CAT 32
31
PAKU Ukuran 10 Cm 14
13,00 m SENG PLAT Ukuran 55 Cm 13
8,10 KG
4,00 Lt
5,00 Lt RESIDU
CAT KAYU 30
29
SENG GELOMBANG BJLS 20 (90x210) 12
3,00 Lb MULTIPLEKS 6mm Ukuran 92 x 210 11
81,20 m2
5,00 Galon
3,00 Lt MENI KAYU
CAT TEMBOK 28
0,15 m3
MULTIPLEKS 6mm Ukuran 122 x 242
43
26,00 Lb
PAPAN Ukuran 2/20 9
10
27
3,00 Bh
3,00 KG PLAMUR KAYU
KUNCI PINTU 26 PAPAN Ukuran 3/20 8
25
0,34 m3
KAYU Ukuran 5/7 7
0,47 m3
1,34 Galon
6,00 Bh TARIKAN JENDELA
PLAMUR TEMBOK 24
23
KAYU Ukuran 5/10 6
0,74 m3
KAYU Ukuran 6/12 5
0,62 m3
6,00 Bh
6,00 Bh GRENDEL
HAK ANGIN 22
21
SIRTU 4
4,96 m3
BATU KARANG 3
8,60 m3
6,00 Bh
12,00 Bh ENGSEL JENDELA
ENGSEL PINTU 19
BANYAKNYA JENIS BAHAN NO
20 6,70 m3
33,00 Sak
PASIR
15)
SEMENT (PC)
14)
2
13)
1
12)
BANYAKNYA
11)
JENIS BAHAN
10)
NO
9)
Bahan penutup atap dapat menggunakan asbes gelombang berukuran 80 cm X 240 cm, atau seng gelombang BJLS 25, atau genting (bermacam jenis genting). Pilihan jenis penutup disesuaikan dengan dana yang tersedia dan ketersediaan bahan di tempat, pilihan tersebut akan berpengaruh kepada rangka atap yang tepat; Rangka atap dibuat dari kayu kelas II yang tua dan kering. Untuk pemasangan atap asbes gelombang dan seng gelombang cukup kayu gording berukuran 5cm X 10 cm yang dipasang dengan jarak sekitar 1 m. Sedangkan untuk atap genting diperlukan adanya kayu gording (5cm X 10 cm), kayu kaso (5 cm x 7 cm), dan kayu reng (2cm X 3 cm sesuai dengan jenis gentingnya). Sisi gording yang berukuran 5 cm menempel pada kuda-kuda dan perlu dipasang klos kayu dengan ukuran yang sesuai, agar gording dapat berdiri saling tegak lurus dengan kaki kuda-kuda; Sambungan pada gording diatur sedemikian rupa, sehingga sambungan tersebut berada tepat di atas kaki kuda-kuda dan jarak gorden disesuaikan dengan ukuran penutup atapnya panjang overlap atap asbes gelombang atau seng gelombang maksimum 40 cm; Balok pengikat antar kuda-kuda (ikatan angin) dipasang dengan cara bersilangan; Tipe sambungan yang digunakan adalah tipe sambungan gigi dengan panjang sambungan total sekitar 60 cm; Untuk atap genting, jarak antar usuk/kaso sekitar 50 cm sedangkan jarak antar reng sekitar 25 cm, persisnya disesuaikan dengan jenis genting yang dipakai. Apabila menggunakan lisplank pada ujung atap maka digunakan papan kayu kelas II berukuran penampang 3cm X 20cm, yang tua dan kering serta dicat dasar (meni) dan dicat fininshing cat kayu tahan cuaca; Bubungan atap pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan jenis penutup atap yang dipakai.
Perkiraan Kebutuhan Bahan Bangunan untuk Rumah Inti Tumbuh (RIT-3) Type-36
8)
C. Rumah Inti Tumbuh (RIT-Tipe36)
3. Tahap III (Pekerjaan Dinding dan Kusen). a. Dinding
RAB (Rp) NO 1 2 3 4
TARGET FISIK RIT-1 RIT-2 RIT-3 RIT ( TYPE 36 )
RUMAH TEMBOK 33.853.000
RUMAH PAPAN 22.281.000
RUMAH BILIK 20.126.000
1) Dinding anyaman bambu, papan, dan kayu lapis cukup dicat kayu, dimelamik, di cat tembok ataupun dikapur. Dinding yang terbuat dari batu merah atau batako dapat dibiarkan terexpose (namun pekerjaannya harus rapih) atau diplester dan diaci serta dikapur atau cat tembok. 2) Dinding kamar mandi dapat berupa dinding batu bata atau batako yang dipasang secara penuh, dimana setinggi 1,5 m dari lantai diberi adukan spesi dan plesterannya kedap air dengan campuran 1 PC : 2 PS; 3) Permukaan luar/dalam dinding yang berupa papan harus diserut halus serta difinishing dengan cat dasar kayu(meni) kemudian dicat dasar dan cat kayu ataupun melamik, namun bisa juga dikapur atau cat tembok. Sedangkan jika dinding berupa, kayu lapis atau anyaman bambu dapat langsung dicat, dikapur, maupun dimelamik; 4) Semua bagian kayu balok yang menempel langsung pada pasangan tembok harus diperkuat dengan angkur ukuran Ø 3/8”; 5) Semua pekerjaan kayu harus rata dan siku, bahannya dari kayu kelas II yang tua dan kering; 6) Semua pekerjaan kayu bila memungkinkan diawetkan terlebih dahulu dengan bahan pengawet secara pelaburan atau pencelupan. 7) Untuk kayu atau anyaman bambu yang terekspos dapat difinishing dengan cat kayu ataupun dengan melamik/plitur ataupun dengan cat tembok atau kapur (sesuaikan dengan dana dan keinginan); 8) Untuk dinding sebelah luar apabila dicat sebaiknya menggunakan cat tembok atupun kayu untuk eksterior yang tahan cuaca (panas, basah, jamur dan debu); 9) Untuk dinding ruangan dalam apabila dicat sebaiknya menggunakan cat khusus dinding kayu/tembok interior dan dipilih yang berwarna terang agar menghemat penerangan lampu;
Harga per januari tahun 2006
42
19
10) Selain cat, permukaan dinding dapat juga ditutup dengan berbagai material sesuai dengan selera, kebutuhan dan dana yang tersedia (banyak pilihan terdapat di pasaran).
C. Rumah Inti Tumbuh (RIT-3)
b. Kusen : 1) Kayu untuk kusen pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering; 2) Antara kusen dan dinding pasangan dipasang angkur dari besi beton berdiameter 8 mm, angkur ini dipasang pada setiap jarak 60 cm dengan kedalaman 20 cm ke dalam dinding; 3) Semua kusen pintu dan jendela harus dilabur dengan cat dasar kayu (meni) dan cacat kayu ditutup dengan dempul dan dihaluskan; 4) Antara lantai dengan kusen diberi sepatu dari pasangan beton tanpa tulangan setinggi minimal 10 cm. 5) Kayu untuk bingkai dan panil pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering; 6) Daun-daun pintu panil dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm hingga 3cm X 10cm, sedangkan panilnya dibuat dari triplek 3mm atau papan kayu; 7) Daun-daun jendela kaca dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm, pengisinya dengan kaca bening tebal 2mm atau 3 mm; 8) Tiap daun pintu dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 kunci tanam; 9) Tiap daun jendela dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 gerendel; 10) Untuk pintu kamar mandi sebelah dalam sebaiknya dilapis dengan bahan yang tahan basah atau lembab seperti misalnya alumunium plat atau plat seng atau lembaran plastik khusus yang tersedia di pasaran. 4. Tahap IV (Pekerjaan Lantai dan Finishing); a. Lantai : 1) Lantai dicor campuran 1 PC : 3 PS, dan permukaannya dihaluskan (diaci).
NO 1 2 3
TARGET FISIK RIT-1 RIT-2 RIT-3
RUMAH TEMBOK 29.848.000
Harga per januari tahun 2006
20
41
RAB (PR) RUMAH PAPAN 19.457.000
RUMAH BILIK 17.484.000
40
7,33 Bh
2,00 Bh 35 BAK CAT 0,89 KG
2,00 Bh 34 ROL CAT 2,73 KG
3,00 Bh 33 KUAS 3 inc dan 2 inc 5,40 KG
2,00 Lt 32 MINYAK CAT 5,40 KG
2,00 Lt 31 MENI KAYU 8,67 m
b. Finishing : 1) Plafond. 2) Kayu untuk penggantung langit-langit (plafond) dipakai kayu kelas II yang tua dan kering, berukuran 5 cm x 10cm dan 5 cm x 7 cm dengan permukaan bawah yang diratakan; 3) Kayu 5/10 digunakan untuk balok utama dan kayu 5/7 digunakan untuk balok antara; 4) Jarak antara balok utama harus dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk segi empat berukuran sesuai dengan ukuran bahan penutup langit-langit yang hendak digunakan, dengan pertimbangan sesedikit mungkin timbul sisa dari bahan penutup langit-langit tersebut. Makin kecil ukuran segi empat makin banyak paku yang harus dipakai; 5) Bahan penutup langit-langit dapat menggunakan asbes plat (100cm X 100cm), kayu lapis (triplek) ukuran (120cm X 240cm) atapun anyaman bambu (sesuai ukuran yang tersedia di pasaran); 6) Jika pemasangan penutup langit-langit menimbulkan celah, dapat ditutup dengan dempul ataupun lis kayu/triplek.
17 PAKU TRIPLEK
16 PAKU SENG
15 PAKU Ukuran 7 Cm
14 PAKU Ukuran 10 Cm
13 SENG PLAT Ukuran 55 Cm
c. Utilitas
18 ANGKUR BESI 10 mm'
3,00 Lt 30 CAT KAYU 54,13 m2 12 SENG GELOMBANG BJLS 20 (90x210)
3,50 Galon
3,50 Lt 29 RESIDU
28 CAT TEMBOK 17,33 Lb
2,00 Lb 11 MULTIPLEKS 6mm Ukuran 92 x 210
10 MULTIPLEKS 6mm Ukuran 122 x 242
2,00 Lt 27 MENI KAYU
3,00 Bh 26 KUNCI PINTU
PAPAN Ukuran 2/20 9
0,10 m3
PAPAN Ukuran 3/20 8
0,23 m3
2,00 KG 25 PLAMUR KAYU
1,00 Galon 24 PLAMUR TEMBOK
KAYU Ukuran 5/7 7
0,31 m3
KAYU Ukuran 5/10 6
0,49 m3
4,00 Bh 23 TARIKAN JENDELA KAYU Ukuran 6/12 5
0,41 m3
4,00 Bh 22 HAK ANGIN
4,00 Bh 21 GRENDEL
SIRTU 4
3,31 m3
BATU KARANG 3
5,73 m3
6,00 Bh
8,00 Bh 20 ENGSEL JENDELA
19 ENGSEL PINTU 22 Sak
PASIR 2
4,47 m3
SEMENT (PC) 1
BANYAKNYA JENIS BAHAN BANYAKNYA NO JENIS BAHAN NO
Perkiraan Kebutuhan Bahan Bangunan untuk Rumah Inti Tumbuh (RIT-2)
2) Tebal minimum lantai 5 cm, dengan didahului oleh lapisan urugan tanah padat dan urugan pasir padat dengan tebal 5 cm;
1) Air Bersih : a) Sumber air dapat berasal dari air tanah, air hujan ataupun air PAM; b) Jika menggunakan air tanah maka dipilih kedalaman yang dapat menghasilkan sumber air yang berkualitas baik. Kedalaman bor untuk sumur pompa tangan maksimal 15 m, sedangkan untuk jet pump bisa mencapai 40 m ataupun kedalaman tertentu sesuai dengan kondisi setempat sehingga keluar air bersih yang layak untuk diminum; c) Jumlah titik kran disesuaikan dengan kebutuhan; d) Pipa air untuk distribusi digunakan ukuran Ø1/2”, terbuat dari PVC berkualitas baik; 21
e) Pada setiap sambungan harus menggunakan selotip khusus dan lem PVC; f) Jika menggunakan tangki penyimpan air (sebagai cadangan) maka dipilih sesuai dengan ukuran yang ada di pasaran dan disiapkan tempat khusus untuk pemasangannya dengan konstruksi penahan terpisah; g) Untuk daerah yang mengandalkan sumber air bersih dari air hujan (tadah hujan) maka perlu disiapkan bak penampung air hujan baik perseorangan maupun secara komunal. 2)
Sanitasi : a) Bak air mandi dibuat dari pasangan bata yang diplester dengan adukan campuran 1 PC : 2 PS atau dilapis keramik atau dapat juga menggunakan bak air fiberglass yang tersedia di pasaran; b) Pelat WC jongkok baik warna maupun bentuknya disesuaikan dengan pilihan bak airnya, jika dana memungkinkan dapat dipakai plat WC jongkok dari keramik; c) Pada tepian lantai dibuat alur untuk mengalirkan air limbah ke saluran pembuangan, disesuaikan dengan bahan penutup lantai yang digunakan; d) Bahan penutup lantai dipilih yang mudah dibersihkan, tidak licin dan serasi dengan pilihan finishing dinding. Dapat memakai plester biasa yang dibuat kasar permukaannya, atau menggunakan ubin keramik atau ubin PC biasa ataupun ubin terazo sesuai dengan kebutuhan.
3)
Air Limbah : a) Air kotor yang berasal dari cucian dan kamar mandi disalurkan secara tertutup melalui pipa PVC Ø3” untuk selanjutnya disalurkan ke saluran umum; b) Air kotor dari kakus atau WC disalurkan secara tertutup melalui pipa PVC Ø4” ke tangki septik; c) Air hujan atau air di halaman disalurkan secara terbuka melalui buis beton ataupun buis tanah liat dengan Ø4” untuk selanjutnya dibuang ke saluran umum atau ke sumur resapan; 22
B. Rumah Inti Tumbuh (RIT-2)
N O
TARGET FISIK
1
RIT-1
RUMAH TEMBOK -
2
RIT-2
17.513.000
Harga per januari tahun 2006
39
RAB (Rp) RUMAH PAPAN -
RUMAH BILIK -
14.706.000
13.461.000
Contoh: Pentahapan Pembangunan Ruangan (Horizontal) dan Rencana Anggaran Biaya (harga yang tercantum adalah harga di Jakarta, untuk daerah lain perlu dikalikan dengan koefisien harga setempat)
d) Semua pipa PVC yang tertanam dalam tanah harus menggunakan pipa yang tebal sehingga tidak mudah pecah. 4)
A. Rumah Inti Tumbuh (RIT-1)
Instalasi Listrik : a) Instalasi listrik harus memenuhi syarat yang ditetapkan dalam peraturan PLN setempat; b) Jumlah gantungan, stop kontak, saklar sesuai dengan kebutuhan; c) Pilih stop kontak yang aman dari jangkauan anak baik secara penempatan maupun jenis fittingnya;
3.2. Pelaksanaan Pembangunan Rumah Pembangunan Ruangan (Horizontal)
Baru dengan Pentahapan
1. Tahap I (RIT-1): Membangun rumah inti tumbuh yang dimulai dengan pembangunan sebuah kamar tidur secara lengkap dengan sebuah calon kamar yang hanya dibangun atapnya saja, ditambah KM/WC. Pada tahapan ini yang dibangun adalah : a. Pondasi untuk dua kamar ditambah pondasi KM/WC; b. Kolom/tiang untuk dua kamar dan untuk KM/WC. c. Dinding untuk satu kamar tidur dan dinding KM/WC (kedap air 1 PC: 2 PS); d. Atap untuk dua kamar dan atap KM/WC; e. Dua buah kusen pintu dan daun pintunya untuk kamar tidur dan KM/WC; f. Satu buah kusen jendela dan daun jendelanya untuk kamar tidur; g. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1PC : 3 PS) untuk kamar tidur dan KM/WC; NO 1
TARGET FISIK RIT-1
RUMAH TEMBOK
RAB (Rp) RUMAH PAPAN
RUMAH BILIK
14.766.000
11.955.000
11.499.000
h. Satu buah bak air fiberglass; i. j.
Satu buah kloset jongkok terasso. Plafon untuk satu kamar tidur dan KM/WC
Harga per januari tahun 2006
38
23
2. Tahap II (RIT-2). Hanya menambah satu ruang tidur (dindingnya saja). Pada tahapan ini yang dibangun adalah : a. Dinding untuk satu kamar tidur yang telah beratap; b. Satu buah kusen pintu dan daun pintunya; c. Satu buah kusen jendela dan daun jendelanya; d. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS). e. Plafon untuk satu kamar.
TAHAP III Pekerjaan Lantai dan Finishing
3. Tahap III (RIT-3). Menambah satu kamar tamu/keluarga dan teras. Pada tahapan ini yang dibangun adalah : a. Pondasi untuk satu kamar tamu/keluarga; b. Dinding untuk satu kamar tamu/keluarga; c. Atap satu kamar tamu/keluarga d. Dua buah kusen besar yang terdiri dua daun pintu dan dua daun jendela setengah dinding; e. Lantai beton tumbuk (dihaluskan permukaannya 1 PC: 3 PS); f. Teras depan terbuat dari beton tumbuk (dihaluskan permukaannya dengan 1 PC: 3 PS). g. Plafon untuk kamar tamu /keluarga dan teras. 4. Tahap RIT (tipe 36) Pada tahapan ini adalah finishing bangunan rumah tipe 36 seperti : a. Pemasangan plafon overstek/tirisan (bagian atap luar di sekeliling rumah); b. Pengecatan dinding dan kayu kusen; c. Penghalusan pekerjaan bila diperlukan; d. Pemasangan instalasi listrik, PAM dan gas bila ada e. Pemagaran dan sebagainya. 5. Spesifikasi Teknis a. Pekerjaan Tanah; 1) Lapisan tanah ”humus” yang terdapat pada permukaan tanah bangunan harus disingkirkan, agar tanah menjadi stabil; 2) Galian lubang pondasi harus sampai pada lapisan tanah yang cukup keras; 3) Bila tanah bangunan buruk sekali, maka harus dilakukan perbaikan tanah seperlunya;
24
37
4) Tanah bekas galian harus diatur dengan baik dan ketinggiannya disesuaikan dengan keperluan. 5) Tanah didalam bangunan harus dipadatkan dengan alat penumbuk dan sedikit air, kemudian diratakan. 6) Titik duga nol ditetapkan sekurang-kurangnya 25 cm di atas permukaan tanah bangunan yang tertinggi; 7) Gunakan alat bantu yang sederhana untuk memastikan bouplank saling menyiku satu dengan lainnya.
TAHAP II Pekerjaan Dinding dan Kusen
b. Pekerjaan Pondasi, Tiang, dan Atap. 1) Pondasi : a) Untuk rumah sederhana, agar dapat menghemat anggaran maka pondasi yang digunakan adalah pondasi setempat/ umpak bata atau batu kali dengan campuran adukan 1 PC : 5 Pasir. Ukuran dimensi penampang bawah pondasi 60cm X 60cm dan ukuran penampang atas 30cm X 30cm. Pondasi-pondasi setempat tersebut harus dihubungkan dengan sloof beton bertulang berdimensi 10 x 20 cm dengan campuran adukan 1 PC : 3 Pasir : 5 KRL; b) Pada dasar pondasi harus diberi pasir urug padat setebal 10cm; c) Pada dasar sloof diberi urugan pasir padat setebal 10 cm. d) Bagian-bagian luar pondasi yang tampak diratakan dengan adukan 1 PC : 3 PS setebal minimum 5 mm dan di atasnya diberi acian semen sebagai penghalus; 2) Tiang : a) Untuk rumah yang berdinding papan, kayu lapis dan bilik bambu, kerangka dinding dibuat dari kayu kelas II berukuran 5cm X 10cm, sedangkan untuk tiang / kolom dan ring balok berukuran 8 cm x 12 cm, sedangkan untuk rumah yang berdinding batu bata atau batako, kerangka bangunannya dibuat dari beton bertulang dengan adukan 1 PC : 3 PS : 5 KR; b) Pembuatan kerangka ini dilakukan bersamaan dengan pemasangan dinding dari bahan lokal seperti papan, kayu lapis, atau anyaman bambu (bilik); 36
25
3) Atap : a) Kuda-kuda harus diletakkan tepat di atas tiang/kolom kerangka bangunan. b) Kuda-kuda menggunakan konstruksi balok kayu kelas II yang tua dan kering berukuran 6 cm X 12 cm dan dipasang setiap jarak 3 m;
TAHAP I Pekerjaan Pondasi, Tiang, dan Atap
c) Semua kayu kuda-kuda dilabur dengan bahan pengawet; d) Panjang paku sedikitnya 2,5 X tebal kayu pada sambungan rangkap 2, ; e) Sambungan pada balok tarik dari kuda-kuda dibuat di tengah-tengah bentang dengan menggunakan tipe sambungan gigi dan diikat dengan plat geser, panjang tindihan (overlap) dari sambungan tersebut lebih kurang 60 cm; f) Klam pengaku yang digunakan untuk sambungan batang rangka kuda-kuda adalah papan kayu kelas II berukuran 10 cm X 25 cm dengan tebal 2 cm, dengan jumlah paku pada masing-masing sisi sambungan sebanyak 20 buah yang panjangnya 7 cm, sehingga jumlah paku 7 cm seluruhnya pada satu unit kuda-kuda adalah 220 buah; g) Untuk pertemuan permukaan ujung setiap batang dari rangka kuda-kuda dipasang 2 buah paku yang berukuran 10 cm, sehingga untuk satu unit kuda-kuda diperlukan 22 buah paku 10 cm. h) Bahan penutup atap dapat menggunakan asbes gelombang berukuran 80 cm X 240 cm, atau seng gelombang BJLS 25, atau genting (bermacam jenis genting). Pilihan jenis penutup atap disesuaikan dengan dana yang tersedia dan ketersediaan bahan di tempat, pilihan tersebut akan berpengaruh kepada rangka atap yang tepat; i) Rangka atap dibuat dari kayu kelas II yang tua dan kering. Untuk pemasangan atap asbes gelombang dan seng gelombang cukup hanya gording berukuran 5cm X 10 cm yang dipasang dengan jarak sekitar 1 m. Sedangkan untuk atap genting diperlukan adanya kayu gording (5cm X 10 cm), kayu kaso (5 cm x 7 cm), dan kayu reng (2cm X 3 cm) , sesuai dengan jenis gentingnya). Sisi gording yang 26
35
3. Sebaiknya keluarga pemilik rumah mengurus administrasi kependudukan yang sah dengan pihak terkait seperti RT, RW dan Kelurahan/Kampung. 4. Pada suatu lingkungan yang sudah teratur dan mapan biasanya ada aturan administratif dan sosial setempat yang sebaiknya juga diikuti; 5. Masalah pengelolaan sampah, keamanan, air limbah dan kerukunan sosial merupakan masalah bersama yang sebaiknya pemecahannya diselesaikan secara komunal pula. Contoh: Pentahapan Pembangunan Konstruksi (Vertikal) dan Rencana Anggaran Biaya Harga Januari tahun 2006 Harga (Rp) NO.
1
2
3
4
BATCH
Pekerjaan Tanah
Pondasi, Tiang, dan Atap
Dinding dan Kusen
Lantai dan Finishing
JUMLAH
Alt. I
KETERANGAN Alt. IV
Alt. II
Alt. III
a
b
481.000
—
—
—
—
Dinding Tembok
455.000
—
—
—
—
Dinding Papan
455.000
—
—
—
—
Dinding Bilik
14.879.898
14.879.898
—
—
—
Dinding Tembok
9.955.260
9.955.260
—
—
—
Dinding Papan
9.955.260
9.955.260
—
—
—
Dinding Bilik
9.282.000
9.282.000
9.282.000
9.282.000
—
Dinding Tembok
9.593.000
9.593.000
9.593.000
9.593.000
—
Dinding Papan
7.024.000
7.024.000
7.024.000
7.024.000
—
Dinding Bilik
12.462.000
12.462.000
12.462.000
—
12.462.000 Dinding Tembok
3.993.000
3.993.000
3.993.000
—
3.993.000 Dinding Papan
4.407.000
4.407.000
4.407.000
—
4.407.000 Dinding Bilik
37.104.898
36.623.898
21.744.000
9.282.000
12.462.000 Dinding Tembok
23.996.260
23.541.260
13.586.000
9.593.000
3.993.000 Dinding Papan
21.841.260
21.386.260
11.431.000
7.024.000
4.407.000 Dinding Bilik
Catatan : harga yang tercantum adalah harga di jakarta , jadi untuk daerah lain disesuai dengan koefisien daerah setempat
34
berukuran 5 cm menempel pada kuda-kuda dan perlu dipasang klos kayu dengan ukuran yang sesua,i agar gording dapat berdiri saling tegak lurus dengan kaki kudakuda; j) Sambungan pada gording diatur sedemikian rupa, sehingga sambungan tersebut berada tepat di atas kaki kuda-kuda dan jarak gorden disesuaikan dengan ukuran penutup atapnya panjang overlap atap asbes gelombang atau seng gelombang maksimum 40 cm; k) Balok pengikat antar kuda-kuda/ikat angin dipasang dengan cara bersilangan; l) Tipe sambungan yang digunakan adalah tipe sambungan gigi dengan panjang sambungan total sekitar 60 cm; m) Untuk atap genting, jarak antar usuk/kaso sekitar 50 cm sedangkan jarak antar reng sekitar 25 cm, persisnya disesuaikan dengan jenis genting yang dipakai. n) Apabila menggunakan lisplank pada ujung atap maka digunakan papan kayu kelas II berukuran penampang 3cm X 20cm, yang tua dan kering serta dicat dasar (meni) dan dicat fininshing cat kayu tahan cuaca; o) Bubungan atap pemasangannya disesuaikan dengan kebutuhan jenis penutup atap yang dipakai. c. Pekerjaan Dinding dan Kusen. 1) Dinding : a) Dinding bangunan rumah dapat terbuat dari batako, bata merah, papan, kayu lapis atau anyaman bambu; b) Permukaan luar/dalam dinding yang berupa papan harus diserut halus dan difinishing dengan cat dasar kayu (meni), kemudian dicat kayu ataupun melamik, namun bisa juga dikapur atau cat tembok. Sedangkan jika dinding berupa anyaman bambu maka cukup dicat kayu atau dimelamik atau di cat tembok ataupun dikapur. Dinding yang terbuat dari batu merah atau batako dapat dibiarkan terexpose (namun pekerjaannya harus rapih) atau diplester dan diaci serta dikapur atau cat tembok. 27
c) Dinding kamar mandi dapat berupa dinding batu bata atau batako yang dipasang secara penuh, dimana setinggi 1,5 m dari lantai kamar mandi diberi adukan spesi dan plesterannya kedap air dengan campuran 1 mPC : 2 PSR.; d) Semua bagian kayu yang menempel pada pasangan tembok harus diperkuat dengan angkur ukuran Ø 3/8”; e) Semua pekerjaan kayu harus rata dan siku, bahannya dari kayu kelas II yang tua dan kering; f) Semua pekerjaan kayu bila memungkinkan diawetkan terlebih dahulu dengan bahan pengawet secara pelaburan atau pencelupan. g) Untuk kayu atau anyaman bambu yang terekspos dapat difinishing dengan cat kayu ataupun dengan melamik/plitur ataupun dengan cat tembok atau kapur (sesuaikan dengan dana dan keinginan); h) Untuk dinding sebelah luar apabila dicat sebaiknya menggunakan cat tembok atupun kayu untuk eksterior yang tahan cuaca (panas, basah, jamur dan debu); i) Untuk dinding ruangan dalam apabila dicat sebaiknya menggunakan cat khusus dinding kayu/tembok interior dan dipilih yang berwarna terang agar menghemat penerangan lampu; j) Selain cat, permukaan dinding dapat juga ditutup dengan berbagai material sesuai dengan selera, kebutuhan dan dana yang tersedia (banyak pilihan terdapat di pasaran). 2) Kusen : a) Kayu untuk kusen pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering; b) Antara kusen dan dinding pasangan dipasang angkur dari besi beton berdiameter 8 mm, angkur ini dipasang pada setiap jarak 60 cm dengan kedalaman 20 cm ke dalam dinding; c) Semua kusen pintu dan jendela harus dilabur dengan cat dasar kayu (meni) dan cacat kayu ditutup dengan dempul dan dihaluskan;
28
b.
Pinjaman keluarga Sistim pembiayaan pembangunan rumah swadaya yang relatif aman melalui gotong royong keluarga, karena akan lebih terasa ringan dari pada dipikul sendiri.
c.
Pinjaman Koperasi Sistim pembiayaan pembangunan rumah lain bersumber dari pinjaman di koperasi, umumnya persyaratannya agak ringan, namun besar pinjaman terbatas
d.
Pinjaman Lembaga Kredit Mikro Sistim pembiayaan kredit mikro untuk pembangunan rumah swadaya, persyaratannya antara lain : kelengkapan surat tanah, proposal biaya dan gambar teknik rencana, dan lainnya yang dipersyaratkan oleh LKM.
4. Teknis Pelaksanaan a.
Dilaksanakan sendiri Bangunan yang akan dilaksanakan sendiri, pelaksananya harus mem punyai ketrampilan pertukangan, pengetahuan bahan dan konstruksi.
b.
Dilaksanakan oleh pihak lain Untuk memudahkan pelaksanaan, sebagian pekerjaan tukang yang memerlukan peralatan & keahlian tertentu, sebaiknya diborongkan, misalnya : kusen pintu / jendela, diborongkan kepada tukang yang ahli.
3.4 Penghunian 1. Keluarga yang pertama kali menghuni rumahnya sebaiknya dipersiapkan tata cara penghunian, seperti: Cara membersihkan, cara memelihara, cara memperbaiki, cara hidup bertetangga, cara mengembangkan / memperluas ruangan, cara mencegah bencana, dan cara lain yang diperlukan. 2. Sebaiknya pemilik rumah memliki surat-surat bukti legalisasi tanah maupun bangunannya.
33
(material), a. Jenis bahan bangunan 1) Kebutuhan jenis bahan bangunan sesuai kebutuhan minimal bahan bangunan untuk lantai, diding, atap, plafond, pintu jendela dan mungkin tangga. 2) Sebaiknya mempertimbangkan kualitas, harga, kemudahan mendapatkan bahan bangunan dan penggunaan bahan bangunan lama/bekas yang layak untuk digunakan. b. Bentuk / ukuran Bentuk / ukuran bahan bangunan, sebaiknya mempertimbangkan bentuk & ukuran bangunan lama yang ada di pasaran. c. Jumlah bahan bangunan Jumlah bahan bangunan diperhitungkan dengan luas ruang yang akan dibangun ; 1) 1 m3 pasangan batu kali perlu : 1,2 m3 batu kali, 0,4 m3 plesteran (1:4) 2) 1 m3 pasangan bata perlu : 70 bh bata, 0,4 m3 plesteran (1:4 / 1:5) 3) 1 m3 pasangan beton bertulang perlu : 2,4 zak semen (PC), 0,4 m3 pasir dan 0,6 m3 kerikil 1 lembar papan kelas 2 berukuran : 0,02 x 20 x 300 cm, 0,02 x 30 x 300 cm, 0,02 x 20 x 400 cm, 0,02 x 30 x 400 cm, 0,03 x 20 x 300 cm, 0,03 x 30 x 400 cm. 4) 1 lembar papan berukuran kelas 3 : 0,01 x 20 x 200 cm 1 lembar multiplex berukuran (0,03/0,04/0,05/0,09/1,2/1,8 ) x 122 x 2,44 cm
:
5) 1 batang kayu kelas 2 berukuran ; Kaso : 0,4 x 0, 6 x (300/400)cm, 5 x 7 x (300/400) cm Balok :0,6 x 10 x (300/400/500) cm, 0,6 x 12 x (300/400/500) cm, 0,8 x 12 x (300/400/500) cm, 10 x 14 x ( 300/400/500 ) cm, khusus ; 12 x 12 x (300/400/500) cm, 14 x 14 x (300/400/500) cm. 6) Besi beton diameter (6/8/10/12/16/18/20/22/26)mm panjang 12 m
32
d) Antara lantai dengan kusen diberi sepatu dari pasangan beton tanpa tulangan setinggi minimal 10 cm. e) Kayu untuk bingkai dan panil pintu dan jendela dipakai kayu kelas II yang tua dan kering; f) Daun-daun pintu panil dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm hingga 3cm X 10cm, sedangkan panilnya dibuat dari triplek 3mm atau papan kayu; g) Daun-daun jendela kaca dibuat dengan bingkai 3cm X 7,5cm, pengisinya dengan kaca bening tebal 2mm atau 3 mm; h) Tiap daun pintu dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 kunci tanam; i) Tiap daun jendela dilengkapi dengan 2 buah engsel dan 1 gerendel; j) Untuk pintu kamar mandi sebelah dalam sebaiknya dilapis dengan bahan yang tahan basah atau lembab seperti misalnya alumunium plat atau plat seng atau lembaran plastik khusus yang tersedia di pasaran. d. Pekerjaan Lantai dan Finishing; 1) Lantai : a) Lantai dicor campuran 1 PC : 3 PS, dan permukaannya dihaluskan (diaci). b) Tebal minimum lantai 5 cm, dengan didahului oleh lapisan urugan tanah padat dan urugan pasir padat dengan tebal 5 cm; 2) Finishing : a) Plafond. Kayu untuk penggantung langit-langit (plafond) dipakai kayu kelas II yang tua dan kering, berukuran 5 cm x 10cm dan 5 cm x 7 cm dengan permukaan bawah yang diratakan; Kayu 5/10 digunakan untuk balok utama dan kayu 5/7 digunakan untuk balok antara; Jarak antara balok utama harus dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk segi empat berukuran sesuai dengan ukuran bahan penutup langit-langit yang hendak 29
digunakan, dengan pertimbangan sesedikit mungkin timbul sisa dari bahan penutup langit-langit tersebut. Makin kecil ukuran segi empat makin banyak paku yang harus dipakai; Bahan penutup langit-langit dapat menggunakan asbes plat (100cm X 100cm), kayu lapis (triplek) ukuran (120cm X 240cm) atapun anyaman bambu (sesuai ukuran yang tersedia di pasaran); Jika pemasangan penutup langit-langit menimbulkan celah, dapat ditutup dengan dempul ataupun lis kayu/triplek.
3) Utilitas a) Air Bersih : Sumber air dapat berasal dari air tanah, air hujan ataupun air PAM; Jika menggunakan air tanah maka dipilih kedalaman yang dapat menghasilkan sumber air yang berkualitas baik. Kedalaman bor untuk sumur pompa tangan maksimal 15 m, sedangkan untuk jet pump bisa mencapai 40 m ataupun kedalaman tertentu sesuai dengan kondisi setempat sehingga keluar air bersih yang layak untuk diminum; Jumlah titik kran disesuaikan dengan kebutuhan; Pipa air untuk distribusi digunakan ukuran Ø1/2”, terbuat dari PVC berkualitas baik; Pada setiap sambungan harus menggunakan selotip khusus dan lem PVC; Jika menggunakan tangki penyimpan air (sebagai cadangan) maka dipilih sesuai dengan ukuran yang ada di pasaran dan disiapkan tempat khusus untuk pemasangannya dengan konstruksi penahan terpisah; Untuk daerah yang mengandalkan sumber air bersih dari air hujan (tadah hujan) maka perlu disiapkan bak penampung air hujan baik perseorangan maupun secara komunal. b) Sanitasi : Bak air mandi dibuat dari pasangan bata yang diplester dengan adukan campuran 1 PC : 2 PS atau dilapis keramik atau dapat juga menggunakan bak air fiberglass yang tersedia di pasaran; 30
Pelat WC jongkok baik warna maupun bentuknya disesuaikan dengan pilihan bak airnya, jika dana memungkinkan dapat dipakai plat WC jongkok dari keramik; Pada lantai dibuat alur untuk mengalirkan air limbah ke saluran pembuangan, disesuaikan dengan bahan penutup lantai yang digunakan; Bahan penutup lantai dipilih yang mudah dibersihkan, tidak licin dan serasi dengan pilihan finishing dinding. Dapat memakai plester biasa yang dibuat kasar permukaannya, atau menggunakan ubin keramik atau ubin PC biasa ataupun ubin terazo sesuai dengan kebutuhan.
c) Air Limbah : Air kotor yang berasal dari cucian dan kamar mandi disalurkan secara tertutup melalui pipa PVC Ø3” untuk selanjutnya disalurkan ke saluran umum; Air kotor dari kakus atau WC disalurkan secara tertutup melalui pipa PVC Ø4” ke tangki septik; air hujan atau air di halaman disalurkan secara terbuka melalui buis beton ataupun buis tanah liat dengan Ø4” untuk selanjutnya dibuang ke saluran umum atau sumur resapan. Semua pipa PVC yang tertanam dalam tanah harus menggunakan pipa yang tebal sehingga tidak mudah pecah. d) Instalasi Listrik : Instalasi listrik harus memenuhi syarat yang ditetapkan dalam peraturan PLN setempat; Jumlah gantungan, stop kontak, saklar sesuai dengan kebutuhan; Pilih stop kontak yang aman dari jangkauan anak baik secara penempatan maupun jenis fittingnya; 3.3. Kebutuhan Pokok Pembangunan Rumah Baru 1. Bahan Bangunan Setiap pembangunan rumah baru akan memerlukan bahan bangunan 31