KEMAMPUAN MENULIS CERITA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK PADA SISWA KELAS IX SMP PERTIWI SITEBA PADANG Dico Ardiles Rinaldi1), Dainur Putri2), Gusnetti2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Bung Hatta, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta. E-mail:
[email protected]
ABSTRACT This research was inspired by the background of lower student’s interest in writing especially writing a story. The objective of this research was to describe the students’ ability at the class IX SMP Pertiwi Siteba Padang in writing a composition by using comic media. This research used theory was theory related to make a composition and story. This research was a qualitative study with descriptive data in the form of written words or oral enabled to be observed. This research used descriptive method to the collection of data and makes a conclusion. The object of this study were all students at the class XI2 SMP Pertiwi Siteba Padang totally 14 persons. From the analysis process can be seen that the students’ ability in wiring a composition by using comic media was good. Related to the result of research can be summarized that the class XI2 SMP Pertiwi Siteba Padang have already compiled a story by using comic media. It approved from 14 students, just 3 students that did not achieved the minimal passing grade criteria of 78.
Key words: writing, story, comic media
Pendahuluan
Perkembangan
zaman
akan
memiliki
peranan
penting
dalam
mengalami persaingan global yang ketat,
menciptakan sumber daya manusia yang
bangsa Indonesia harus memiliki sumber
berkualitas. Pendidikan sangat penting
daya manusia yang berkualitas. Salah satu
bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup
upaya untuk meningkatkan kualitas sumber
manusia.
daya manusia adalah melalui pendidikan.
pentingnya pendidikan telah dituangkan
Pendidikan merupakan suatu proses yang
dalam UUD 1945. Untuk mewujudkan 1
Bagi
bangsa
Indonesia
tujuan pendidikan nasional pemerintah memberikan
kesempatan
Berdasarkan hasil wawancara pada
kepada
tanggal 10 September 2013 dengan salah
masyarakat agar berperan aktif dalam
satu guru bidang studi bahasa Indonesia di
proses penyelenggaraan pendidikan.
SMP
Menurut
Hamalik
(2011:
belajar
dalam
dalam
menulis
cerita
Indonesia. Pada umumnya siswa kurang
dalam
mampu menuangkan ide mereka ke dalam
dirinya yang memungkinkan berfungsi memadai
siswa
guru yaitu 78 untuk mata pelajaran Bahasa
dengan lingkungannya. Dengan demikian,
secara
Ibu
Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin
perubahan
Padang
masihbelum mencapai Kriteria Ketuntasan
rangka mempengaruhi peserta didik supaya
menimbulkan
Siteba
Murnidawati, S.Pd. dikatakan bahwa hasil
3)
pendidikan adalah suatu proses dalam
akan
Pertiwi
tulisan, sehingga tulisan yang mereka
kehidupan
hasilkan hanya sesuai dengan pendapat dan
masyarakat.
informasi saja.Berdasarkan hal tersebut, Berlakunya Kurikulum 2004 yang
maka peneliti tertarik untuk memberikan
sudah direvisi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan
(KTSP)
sebuah media pembelajaran dalam menulis
menuntut
cerita dengan menggunakan media komik.
perubahan paradigma dalam pendidikan Media komik merupakan salah satu
dan pembelajaran, siswa dituntut lebih
cerita bergambar. Dengan hal tersebut,
aktif dalam proses pembelajaran dan guru
diharapkan siswa lebih termotivasi untuk
berfungsi sebagai motivator, fasilitator,
menulis cerita. Karena dengan media
dan mediator. Oleh sebab itu, guru harus mampu
meningkatkan
kreativitas
komik
dan
siswa
membaca,
aktifitas siswa
bukan
tetapi
juga
hanya
sekedar
dapat
melihat
gambar yang ada pada komik tersebut. Dengan demikian, diharapkan siswa tidak 2
bosan atau jenuh ketika disuruh menulis
mendeskripsikan kemampuan siswa kelas
sebuah cerita.
IX SMP Pertiwi Siteba Padang menulis cerita dengan menggunakan media komik
Kamus Besar Bahasa Indonesia
dilihat dari kemampuan menentukan unsur
menyatakan bahwa komik adalah sebuah
intrinsik yaitu: tema, amanat, alur, latar,
cerita bergambar ( di majalah, surat kabar,
dan penokohan dalam menulis cerita.
atau berbentuk buku) yang umumnya mudah dicerna dan lucu (Alwi, Hasan.
Menulis merupakan salah satu spek
dkk, 2005: 718). Jadi, karena gambar yang
keterampilan berbahasa yang tidak dapat
terdapat pada komik tersebut berfungsi
dipisahkan
dari
sebagai
cerita,
berbahasa
lainnya
hanya
menyimak,
media
sehingga
pendeskripsian
pembaca
tidak
membayangkan tentang kejadian yang ada
Keterampilan
pada cerita tersebut.
dengan
Berdasarkan tersebut,
penulis
latar
belakang
tertarik
melakukan
Cerita
dengan
lisan
tetapi
menulis
harus
dikuasai
agar
seseorang
dapat
ke
bahasa
tulisan,
dengan
menulis
juga
sering
dianggap
keterampilan berbahasa yang sulit, karena
menulis cerita dengan media komik belum
menulis dikaitkan dengan seni atau kiat
pernah dilakukan di sekolah tersebut.
bertujuan
membaca.
menggunakan lambang-lambang, grafem,
karena penelitian tentang kemampuan
ini
baik
dan
juga merupakan pemindahan dari bahasa
melakukan penelitian di SMP Pertiwi
penelitian
berbicara,
bentuk lambang-lambang bahasa. Menulis
Menggunakan
masalah,
keterampilan
merupakan pemindahan pikiran ke dalam
Pertiwi Siteba Padang”. Alasan peneliti
rumusan
yaitu
bentuk tulisan. Menulis pada hakikatnya
Media Komik pada Siswa Kelas IX SMP
Berdasarkan
keterampilan
menuangkan ide dan pikirannya hdalam
penelitian dengan judul “Kemampuan Menulis
aspek
sehingga tulisan tersebut dirasakan enak
maka untuk 3
dibaca, akurat, tepat, dan jelas (Semi,
pengalaman
2003: 2).
perkembangan dari waktu ke waktu.
Sejalan
dengan
hal
tersebut,
manusia
berdasarkan
Dari penjelasan di atas, dapat
Tarigan (2005: 24) menyatakan bahwa
disimpulkan bahwa narasi
menulis
adalah
suatu bentuk tulisan yang menciptakan,
menurutkan atau melukiskan lambang-
mengisahkan dan menceritakan rangkaian
lambang grafik yang menggambarkan
peristiwa
suatu bahasa yang dipahami seseorang,
berdasarkan perkembangan dari waktu ke
sehingga
waktu.
atau
mengarang
orang
lain
dapat
membaca
lambang-lambang grafik tersebut kalau
1. Berupa cerita tentang suatu
tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis
peristiwa
merupakan keterampilan berbahasa yang
diri
dan
pengalaman
2. Kejadian atau peristiwa yang
perasaan, atau gagasan ke dalam bentuk
mengekspresikan
atau
manusia.
digunakan untuk mengungkapkan ide,
merupakan
manusia
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Berdasarkan pendapat para ahli
Menulis
pengalaman
Semi (2003: 42-43) karangan narasi
mereka memahami grafis itu.
tulisan.
atau
merupakan
disampaikan
kegiatan
dapat
berupa
peristiwa atau kejadian yang
gambaran
benar-benar
mengenai apa yang dimengerti seseorang
terjadi,
dapat
berupa semata-mata imajinasi,
dengan sebuah tulisan.
atau gabungan keduanya.
Menurut Semi (2003: 41) narasi
3. Berdasarkan
konflik,
karena
merupakan percakapan atau tulisan yang
tanpa konflik biasanya narasi
bertujuan
tidak menarik.
menyampaikan
atau
menceritakan rangkaian peristiwa atau
4
4. Memiliki nilai estetika karena
1. Narasi ekspositoris
isi dan cara penyampaiannya
Narasi
bersifat sastra, khususnya narasi
narasi
berbentuk fiksi. susunan
berupa perluasan pengetahuan para
Tulisan narasi memiliki pola yang
pembaca sesudah membaca kisah
sederhana, berupa adanya awal peristiwa,
tersebut.
tengah peristiwa dan akhir peristiwa.
2. Narasi Sugestif
Bagian awal biasanya menarik pembaca suasana
tertentu
Narasi sugestif adalah suatu
yang
rangkaian peristiwa yang disajikan
berfungsi untuk mamancing rasa ingin tahu akan
selanjutnya. merupakan
situasi
Bagian bagian
yang
terjadi
tengah
narasi
yang
sekian
khayal
para
menjelaskan Menurut
belum
kamus
besar
bahasa
Indonesia (2008:263) cerita adalah tuturan yang
bagian antiklimaks, konflik menuju ke arah penulis
daya
sehingga
pembaca.
Pada bagian akhir narasi merupakan
tetapi
macam
merangsang
secara panjang lebar tentang peristiwa.
tertentu
untuk
Sasaran utama adalah rasio, yaitu
6. Biasanya memiliki dialog.
pembaca
bertujuan
yang
mengetahui apa yang dikisahkan.
khronologis.
suatu
adalah
mengubah pikiran pembaca untuk
5. Menekankan
kepada
ekspositoris
terjadinya
tentu
membentangkan suatu
hal
bagaimana (peristiwa,
kejadian,dsb), karangan yang menuturkan
menunjukkan penyelesaian secara jelas
perbuatan, pengalaman atau penderitaan
(Semi, 2003: 41-42).
orang; kejadian dsb (baik yang sungguhTulisan
narasi
dapat
sungguh terjadi maupun yang hanya
diklasifikasikan menjadi dua( Keraf, 2009:
rekaan belaka).
136-140), yaitu: 5
Menurut
Semi
(1984:27-50)
Menurut Semi (1988: 42) tema sering kali
berbicara mengenaianatomi fiksi berarti
disamakan dengan topik, padahal kedua
berbicara tentang struktur fiksi atau unsur-
istilah tersebut mengandung pengertian
unsur yang membangun fiksi . Struktur
yang berbeda. Topik dalam suatu tulisan
fiksi secara garis besar dibagi dua bagian,
atau karangan berarti pokok pembicaraan,
yaitu (1) struktur luar (ekstrinsik) dan (2)
sedangkan tema merupakan tulisan atau
struktur dalam (instrinsik). Struktur luar
karya fiksi. Jadi, tema tidak lain dari suatu
(ekstrinsik) adalah segala macam unsur
gagasan sentral yang menjdi dasar tersebut.
yang berada di luar suatu karya sastra yang
Sejalan
ikut mempengaruhi kehadiran karya sastra
Nurgiyantoro
tersebut, misalnya faktor sosial, ekonomi,
masalah cinta, kasih, rindu, takut, maut,
adalah unsur-unsur yang membentuk karya
religius, dan sebagainya. Tema sering
sastra tersebut seperti penokohan atau (plot),
menyatakan
berbagai pengalaman kehidupan, seperti
masyarakat. Struktur dalam (instrinsik)
alur
25)
tersebut,
dasar cerita. Ia selalu berkaitan dengan
keagamaan, dan tata nilai yang dianut
tema,
(1995:
hal
bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi
faktor kebudayaan, faktor sosial-politik,
perwatakan,
dengan
disamakan dengan ide atau tujuan utama
pusat
cerita.
pengisahan, latar, dan gaya bahasa. Alur atau Plot Tema dan Amanat Alur adalah jalan cerita. Menurut Setiap karya sastra selalu memiliki
Esten (1984: 26), alur dari sebuah cerita
tema dan amant. Tetapi, tema dan amanat
rekaan terdiri dari: (1) situasi (mulai
tidak mudah ditunjukkan. Tema dalam
melukiaskan keadaan), (2)
karya sastra berkaitan dengan pengalaman
generating
circumtances (peristiwa-peristiwa mulai
hidup sehingga pembaca dapat merasakan
bergerak), (3) rising action (keadaan mulai
dan menghayati makna kehidupan tersebut. 6
memuncak), (4) klimaks (mencapai titik
menunjukkan tempat kejadian dan kapan
puncak), (6) denouement (penyelesaian).
terjadi. Menurut Semi (1988: 46) latar atau setting cerita adalah lingkungan tempat
Sejalan dengan pendapat tersebut,
peristiwa terjadi. Termasuk di dalam latar
Semi (1988: 43) menyatakan bahawa alur
ini adalah tempat atau ruang yang dapat
merupakan kerangka dasar yang sangat penting.
Alur
mengatur
diamati, seperti di kampus, di kafe dan
bagaiman
sebagaianya. Termasuk di dalam latar ini
tindakan-tindakan yang berhubungan satu
adalah waktu, hari tahun, musim aatu
sama lain , bagaiamana satu peristiwa
periode sejarah, misalnya saat upacara,
berhubungan dengan peristiwa yang lain, bagaimana
tokoh
digambarkan
pagi hari, dan sebagainya.
dan
berperan dalam peristiwa tersebut yang
Pada karya sastra lama tempat
semuanya terikat dalam satu kesatuan
kejadian
waktu.
disebutkan panjang lebar oleh penulisnya. Selanjutnya,
Stanton
cerita
dan
tahun
terjadinya
Dan di situ setting hanya sebagai tempat
(dalam
terjadinya. Pada cerpen modern latar sudah
Nurgiyantoro, 1995: 113) menyatakan
digarap para penulis menjadi unsur cerita
bahwa alur atau plot adalah cerita yang
yang penting. Ia terjalin erat dengan
berisi urutan kejadian, namun setiap
karakter, tema, suasana cerita. Hanya tahu
kejadian dihubungkan secara sebab akibat,
di mana suatu cerita tidak cukup. Setting
peristiwa yang satu menyebabkan atau
dalam cerpen modern sudah menjadi
disebakan oleh peristiwa yang lainnya.
begitu kompleks terjalin dengan unsurLatar atau Setting
unsur cerpen lainnya (Sumardjo dan Saini, 1988: 75).
Latar atau setting dalam sebuah karya
fiksi
background,
bukan artinya
hanya bukan
sekedar
Penokohan
hanya 7
Menurut
Esten
(1984:
24)
melalui perkembangan yang gradual atau
penokohan adalah bagaiman pengarang mengaplikasikan
tokoh.
karena krisis yang ekstrim.
Penokohan
merupakan hal yang penting dalam sebuah Pengertian Media
cerita. Berhasil tidaknya sebuah cerita ditentukan oleh penokohan. Selanjutnya,
Media berasal dari bahasa latin
Semi (1988: 36-37) menyatakan bahwa
medius
penokohan adalah segala tindakan dan
‘tengah’, ‘perantara’,
perilaku dari jalinan hubungan yang logis,
Menurut Arsyad (2011: 2-3) media adalah
suatu
akal,
bagian yang tidak terpisahkan dari proses
walaupun apa yang dikatakan masuk akal
belajar mengajar demi tercapainya tujuan
itu mempunyai tafsiran yang relatif.
pendidikan pada umumnya dan tujuan
hubungan
yang
masuk
yang
berarti
atau ‘pengantar.
atau informasi yang bertujuan instruksional
disebut juga dengan istilah karakter atau orang
harfiah
Apabila media itu membawa pesan-pesan
104-105) menyatakan bahwa penokohan
adalah
secara
pembelajaran di sekolah pada khususnya.
Sementara itu Atmazaki (2005:
tokoh
yang
atau
dilengkapi
mengandung
maksud-maksud
pengajaran maka media tersebut disebut
dengan kualitas moral dan watak yang
media pembelajaran.
diungkapkan oleh apa yang dikatakannya “dialog” dan apa yang dilakukannya
Sejalan
dengan
hal
tersebut,
“tindakan”. Sebuah karakter tetap dapat
Gagne’ dan Briggs (dalam Arsyad, 2011:
stabil secara esensial atau tidak berubah
4-5) menyatakan bahwa media merupakan
dalam pandangan dan watak sejak awal
komponen sumber belajar atau wahana
sampai akhir sebuah karya, atau dapat
fisik
mengalami perubahan yang radikal baik
instruksional di lingkungan siswa yang
yang
mengandung
materi
dapat merangsang siswa untuk belajar. 8
Secara
implisit
media
pembelajaran
Sementara itu, Levie dan Lentz
meliputi alat yang secara fisik digunakan
(dalam Arsyad, 2011: 16-17) mengatakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran
bahwa
yang antara lain buku, kaset, video kamera,
empat fungsi, yaitu: (1) fungsi atensi
film, foto, gambar, grafik, televisi, dan lain
media
sebagainya.
intimengarahkan perhatian siswa untuk
media
pembelajaran
visual
yaitu
memiliki
merupakan
berkosentrasi pada isi plajaran, (2) fungsi
Manfaat Media Pembelajaran
afektif media visual terlihat dari tingkat Sebagai alat pembelajaran, media tentunya
memiliki
manfaat.
kenikmatan siswa ketika belajar atau
Pada
membaca teks yang bergambar, (3) fungsi
pembelajaran, dua unsur yang sangat
kognitif media visual terlihat dari temuan-
penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran.
temuan penelitian yang mengungkapkan
Menurut Arsyad
bahwa
(2011: 15) media pembelajaran memiliki
memperlancar
salah satu fungsi utama sebagai alat bantu
oleh
guru.
atau
gambar
pencapaian
tujuan
pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata diciptakan
visual
pengajaran, (4) fungsi kompensatorismedia
mengajar yang turut mempengaruhi iklim,
dan
lambang
bahwa media visual dapat membantu siswa
Selain
yang lemah untuk memahami teks.
membangkitkan motivasi dan minat siswa, Pengertian Komik
media pembelajaran juga membantu siswa
Komik
meningkatkan pemahaman, menyajikan
merupakan
salah
satu
data dengan menarik dan terpercaya,
bentuk seni yaitu seni rupa yang populer
memudahkan
dah hidup dalam masyarakat serta menjdi
penafsiran
data,
dan
bacaan umum dari anak-anak, remaja
mendapatkan informasi.
sampai orang dewasa di seluruh Indonesia. Komik merupakan cerita bergambar pada 9
umumnya banyak disenangi oleh semua
perasaan serta tindakandari perwatkan-
kalangan karena didalam komik daya
perwatakan
imajinasi
ceritanya ringkas dan menarik perhatian,
seseorang
ditampung
didalamnya.
tokoh
utamanya.cerita-
dilengkapi dengan aksi, bahkan dalam
Menurut Sudjana dan ahmad Rivai
lembaran surat kabar dan buku-buku,
(2011: 64) komik adalah suatu bentuk
komik dibuat lebih hidup, serta diolah
kartun yang mengungkapkan karakter dan
dengan pemakaian warna-warna utama
memerankan suatu cerita dalam urutan
secara bebas.
yang erat dihubungkan dengan gambar dan
Metodologi
dirancang
hiburan
Penelitian ini merupakan penelitian
kepada para pembaca. Apabila kartun
kualitatif. Metode penelitian adalah suatu
sangat
dampak
cara untuk mendapatkan atau memperoleh
penglihatan tunggal, maka komik terdiri
pengetahuan untuk merencanakan suatu
atas berbagai situasi cerita bersambunng.
masalah yang akan dihadapi. Penelitian ini
Perbedaan lain menyatakan bahwa komik
merupakan penelitian kualitatif dengan
sifatnya humor, sedangkan sumbangan
menggunakan metode deskriptif. Menurut
yang paling unik dan berarti dari karun
Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2010:
pada bidang masalah-masalah politik dan
3) penelitan kualitatif adalah prosedur
sosial. Beberapa perwatakan lain dari
penelitian
komik
kekuatan
deskripsi berupa kata-kata tertulis atau
Komik
lisan dari orang-orang atau perilaku yang
medium
untuk
memberikan
bergantung
harus ini
kepada
dikenal bisa
agar
dihayati.
memusatkan perhatian di sekitar rakyat.
pembaca
mengidentifikasikan
dapat diriya
menghasilkan
data
dapat diamati.
Cerita-ceritanya mengenai diri pribadi sehingga
yang
Data dalam penelitian ini adalah
segera
hasil tulisan cerita siswa, sedangkan objek
melalui 10
dalam penelitian ini adalah siswa kelas
menugaskan siswa menulis cerita, (2)
IX.2 SMP Pertiwi Siteba Padang
membaca hasil cerita yang ditulis siswa,
Instrumen
adalah
alat
(3) menandai setiap aspek yang diteliti
yang
yaitu tema, amanat, alur, latar, dan
digunakan untuk mengumpulkan data.
penokohan dalam cerita tersebut.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan tes
Setelah data terkumpul, peneliti
menulis cerita dengan media komik.
menganalisis
Waktu yang diberikan kepada siswa dalam
mengklasifikasikan aspek intrinsik yaitu
menulis cerpen adalah 2x40 menit. Siswa
tema, amanat, alur, latar dan penokohan
disuruh untuk menulis cerita sesuai dengan
yang telah ditandai yang terdapat didalam
unsur intrinsik yaitu: tema, amanat, alur,
data atau tulisan siswa tersebut, (2)
latar,
Sebelum
menginterpretasikan aspek-aspek instrinsik
memberikan tugas kepada siswa terlebih
antara lain tema, amanat, alur, latar, dan
dahulu peneliti menjelaskan materi ajar
penokohan yang terdapat dalam cerita
tentang unsur intrinsik serta lanngkah-
yang ditulis siswa, dan (3) menyimpulkan
langkah menulis cerita. Setelah selesai,
hasil interpretasi.
dan
penokohan.
peneliti menugaskan siswa menulis cerita berdasarkan komik yang dibagikan. Komik yang digunakan dalam penelitian ini adalah komik bersambung dengan judul “ Si Penggembala” sebanyak enam lembar diambil dari koran Singgalang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara: (1)
11
data
dengan
cara:
(1)
Hasil Dan Pembahasan Tabel Penilaian N o
Nama siswa
1
Chika Febriani Alrevi Dila Surizal Sisri Rahmayeni M. Nugraha Yusriza Taufik Ridho Oktavia Saputri Teguh Nurul Huda Irfan Navario Nanda Mita Amelia Adha Yolan Afrido Sari M. Aidil Fitra Suci Fardila Kevin Oktavio Yogi Rulino
2 3 4
5 6 7
8
9
1 0 1 1 1 2 1 3 1 4
Tema 3 2 1
Alur 3 2 1
Cerita Latar Amanat Penokohan 3 2 1 3 2 1 3 2 1
Skor
Nilai
15
100
13
86
13
86
11
73
10
66
14
93
15
100
15
100
12
80
9
60
14
93
14
93
12
80
13
86
bahwa kemampuan siswa kelas IX SMP Pertiwi Siteba Padang dalam menulis
Keterangan: 1. Dengan angka 3, berarti hasil kerja siswa tepat 2. Dengan angka 2, berarti hasil kerja siswa kurang tepat 3. Dengan angka 1, hasil kerja siswa tidak tepat
cerita secara umum sudah cukup baik. Pertama
dalam
menggambarkan
tema
dapat dikatakan sudah cukup baik. Tetapi masih ada siswa yang belum dapat menggambarkan
tema.
Tema
yang
Berdasarkan deskripsi dan analisis ditentukan
adalah
kepedulian
seorang
data yang sudah dilakukan dapat dilihat sahabat yang didapat dari komik yang 12
berjudul “ Si Penggembala”. Adapun siswa
ditulisnya yaitu harus saling membantu
yang masih belum dapat mengungkapkan
atau saling tolong menolong sesama
tema disebabkan sebagian siswa belum
manusia terlebih kepada sahabat kita.
memahami tema tersebut. Hal tersebut
Selanjutnya,
terlihat pada saat pengabilan data masih
penokohan siswa kelas IX.2 SMP Pertiwi
ada siswa yang bingung membedakan tema
Siteba
dengan judul. Dalam menggambarkan alur
mampukarena semua tokoh yang ada
siswa kelas IX.2 SMP Pertiwi Siteba
dalam
Padang sudah baik, karena semua siswa
watak yang jelas.
dalam
Padang
cerita
menggambaran
dikatakan
memiliki
sudah
penggambaran
mampu mengungkapkan alur yang ada Penelitian
ini
sejalan
dengan
pada cerita yaitu alur maju. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Romi menggambarkan latar sudah cukup baik, Isnanda yaitu kemampuan menulis cerpen karena cerita yang ditulis siswa sudah pada siswa SMP kelas IX, dari hasil mengandung unsur latar, namun latar yang penelitian yang dilakukan oleh Romi dominan ditulis siswa adalh latar tempat, Isnanda masih ditemukan beberapa siswa kemudian hanya 2 orang yang mampu yang belum mampu mengungkapkan enam mengungkapkan latar waktu. Hal ini unsur intrinsik cerita. dikarenakan siswa kurang memahami latar Berdasarkan aspek yang dinilai
suasana dan latar waktu. Siswa lebih cenderung mengungkapkan latar tempat
dikaitkan
karena lebih mudah dipahami siswa.
menulis juga sering dianggap keterampilan
Amanat yang diungkapkan dalam cerita
berbahasa yang sulit, karena menulis
yang ditulis siswa sudah baik, karena siswa
dikaitkan dengan seni atau kiat sehingga
sudah mampu mengungkapkan amanat
tulisan tersebut dirasakan enak dibaca,
yang
akurat, tepat, dan jelas. Berdasarkan teori
terkandung
dalam
cerita
yang
dengan
teori
Semi
bahwa
tersebut peneliti mengangap bahwa tulisan 13
yang dibuat atau ditulis siswa sudah
Bahasa dan Sastra Indonesia yang sudah
dikatakan baik.
memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian, (3) Bapak
Berdasarkan hasil analisis data dan Dekan
dan
Wakil
Dekan
Fakultas
pembahasan tentang kemampuan siswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas kelas IX SMP Pertiwi Siteba Padang Bung Hatta, (4) seluruh staf pengajar menulis cerita dengan menggunakan media Program Studi Pendidikan Bahasa dan komik tahun ajaran 2012/2013 dapat Sastra
Indonesia,
yang dengan
tulus
disimpulkan bahwa kemampuan menulis mengajar dan mendidik penulis selama cerita siswa dapat digolongkan dalam melakukan
pendidikan
di
Fakultas
kategori baik, karena dari 14 orang siswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas 11 orang siswa mampu mencapai kriteria Bung Hatta. ketuntasan minimal (KKM) yaitu 78dan 3 orang siswa belum mampu
mencapai
Semoga semua bantuan yang sudah
KKM
Bapak dan Ibu berikan bernilai ibadah dan mendapat pahala dari Allah Swt. Amin. Ucapan Terima Kasih Daftar Pustaka penulis mengucapkan terima kasih
kepada: (1) Ibu Dra. Dainur Putri, M.Pd.
Alwi, Hasan, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Empat. Jakarta: Gramedia
selaku pembimbing I dan Ibu Dra.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gusnetti, M.Pd. selaku pembimbing II yang
sudah
memberikan
arahan,
Atmazaki. 2005. Ilmu Sastra, Teori dan Terapan. Padang: Yayasan Citra Budaya.
bimbingan, saran, dan motivasi yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam
Esten, Mursal. 1984. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.
menyelesaikan skripsi ini, (2) Ketua dan Sekretaris
Program
Studi
Pendidikan 14
Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Keraf, Gorys. 2009. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Rajawali Pers. Moleong, Lexy. J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Semi, M. Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. ____________. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Tarigan, Hendry Guntur. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
15