PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP DENGAN METODE EGP
Auliaur Rahman
[email protected] SMP Negeri 34 Muaro Jambi Abstrak: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis cerpen di kelas IX SMP. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode penelitan dengan pendekatan mixing methods (metode yang memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen meningkat setelah guru menerapkan metode EGP (Emosional, Gerak cepat, Perevisian). Kata Kunci: Menulis Cerpen, Metode EGP. Abstract: Generally this reseach conducted for improving student’s ability writing short story at nine grade’s junior high school student. This reseach used mixing methods (mixing between qualitatif and quantitatif approach). This reseach is classroom action reseach (CAR) conducted in two cycles. The result of this reseach shows that learning process and students ability in writing short story after the teacher implemented EGP method increased (Emotional, Rapid response, Revision). Key words: Writing short story, EGP Method.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang mutlak harus dikuasai oleh siswa sekolah menengah pertama (SMP). Keterampilan menulis mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan siswa. Dengan menulis, siswa dapat menuangkan ide dan perasaannya untuk dibaca oleh orang lain. Kompetensi dasar mata pelajaran bahasa Indonesia aspek bersastra SMP kelas IX untuk sub aspek menulis dijelaskan bahwa siswa harus mampu menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami (Santoso, 2013:132). Menulis cerpen adalah menarasikan berbagai kejadian baik nyata ataupun hasil rekaan ke dalam bentuk tulisan yang habis dibaca sekitar 10 menit atau terdiri atas 500 hingga 5000 kata yang kejadiannya sengaja disusun berdasarkan urutan waktu. (Nurgiantoro, 2011). Untuk mencapai 284
standar kompetensi tersebut, proses pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia bukan sekadar pengajaran teori-teori sastra, tetapi lebih menekankan praktik menulis agar tuntutan standar kompetensi tersebut dapat dicapai. Tuntutan Standar Kompetensi tersebut belum sesuai dengan harapan, khususnya di SMPN 34 Muaro Jambi Kelas IXb. Dari jumlah siswa 21 orang , hanya 5 siswa saja yang mampu menulis cerpen. Ini berarti hanya 24% siswa yang mampu menulis cerpen. Sedangkan 76% siswa belum dapat menulis cerpen dengan baik. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode pengajaran untuk mengatasi kesulitankesulitan yang dihadapi siswa sebagai upaya tindak lanjut pengajaran keterampilan menulis yang dilaksanakan selama ini.
Rahman, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen, 285
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan siswa, faktor penyebab kesulitan siswa dalam menulis cerpen antara lain adalah siswa kesulitan memilih tema yang tepat untuk dijadikan tulisan dan keterbatasan kosa kata dalam pengembangan kalimat menjadi paragraf yang padu sesuai tema yang dipilih. Penerapan metode yang dilakukan guru sangat menentukan keberhasilan siswa. Metode konvensional sangat tidak mendukung siswa dalam kegiatan menulis. Esensi dari kegiatan menulis seharusnya menjadi kegiatan menulis, tidak menjadi kegiatan mendengarkan, berbicara ataupun membaca. Mengingat pentingnya keterampilan menulis cerpen bagi siswa, maka kesulitan-kesulitan siswa dalam kegiatan ini harus diatasi. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, menyiapkan skenario pembelajaran yang menarik minat siswa dengan pemilihan tema yang sederhana, sedang dan akhirnya tema-tema yang update (kekinian). Hendaklah tema-tema yang diplih tersebut dekat dengan dunia anak sesuai dengan karakteristik kultur sosial budaya masyarakat lingkungan siswa. Dengan demikian menurut hemat penulis, pemilihan metode sangat menentukan keberhasilan siswa. Secara etimologis, metode berarti cara melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran metode dapat diartikan cara yang sistematis dan utuh untuk melaksanakan pembelajaran hingga mencapai tujuan. (Andayani dan Pratiwi, 2013:21). Lebih lanjut (Andayani dan Pratiwi, 2013:21) mengemukakan bahwa: Penentuan metode yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh pendekatan dan strategi yang dipilih. Sementara, untuk mengingatkan kembali, penentuan strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran harus mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, materi ajar yang diberikan, kondisi siswa, serta beberapa pertimbangan lainnya.
Berdasarkan pendapat tersebut, penulis memperkenalkan suatu metode yang diberi nama EGP. Menulis cerpen dengan metode EGP diharapkan dapat mengatasi masalah siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Metode ini memanfaatkan kecerdasan emosional siswa sebagai motor penggerak dalam menulis cerpen. Jika emosional siswa terpancing, siswa langsung menulis cerpen hingga selesai. Kegiatan menulis ini dilakukan untuk mempertahankan apa yang telah dilihat, dirasa, dan didengar siswa tidak menghilang di dalam pikirannya disebabkan aktivitas lain yang dilakukan siswa. Pada tahap akhir metode ini, siswa melakukan perevisian dari hasil tulisannya tadi. Pemaparan di atas sejalan dengan pendapat Garden, (1983) bahwa terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri. Metode EGP ini diilhami oleh Ary Ginanjar Agustian yang mempopulerkan ESQ (Emotional Spritual Question) melalui buku Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual. Agustian (2001: 11) mengemukakan bahwa Emotional Question adalah kemampuan untuk merasa. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran pada suara hati. Bertolak dari pemikiran tersebut, penulis beranggapan bahwa dengan membangkitkan emosi siswa, siswa diharapkan mampu menuliskan apa yang dirasakannya untuk dituankan ke dalam bentuk cerpen.
286, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Sebagai landasan penerapan metode EGP dalam pembelajaran di kelas,
maka penulis menyusun sintaks metode EGP yang dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Metode EGP
Fase Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Membangkitkan emosional siswa
Menulis langsung (gerak cepat)
Perevisian tulisan
Adapun tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dalam menulis cerpen dengan menggunakan Metode EGP. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan campuran (mixing methods), yakni memadukan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan tahapan penelitian model Kemmis dan McTaggar yang terdiri atas beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (obsevation), dan refleksi (reflection) (Dasna, 2013: 19). Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan kemampuan siswa dalam me-
Peran Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, manfaat pembelajaran, dan mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran. Guru mengilustrasikan sebuah cerita (bisa dalam bentuk video) yang menyentuh perasaan sehingga dapat membangkitkan emosional siswa. Guru mendorong siswa untuk menulis langsung apa yang dirasakannya pada saat ilustrasi disampaikan. Guru membimbing siswa dalam merevisi tulisan dan membantu siswa untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun cerpen (intrinsik dan ekstrinsik) sehingga tulisannya menjadi sebuah cerpen. nulis cerpen adalah metode EGP. Metode EGP dipilih dengan pertimbangan bahwa pada masa sekarang siswa jarang memanfaatkan emosional siswa dalam pembelajaran. Padahal, dengan memanfaatkan emosional yang ada pada diri siswa, maka siswa tersebut mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk motivasi diri. Pertimbangan lain mengenai metode EGP yang digunakan dalam penelitian ini adalah karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah Tuhan Yang Maha Esa berikan kepada mereka. Karakter tersebut direalisasikan dengan rasa berterima kasih terhadap orang lain terutama kepada orang tua. Kenyataan yang dijumpai pada diri siswa saat ini telah
Rahman, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen, 287
menipis. Metode EGP diharapkan dapat menumbuhkan kembali sikap jujur dan berterima kasih kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 yang mengutamakan aspek sikap dalam proses pembelajaran. Gerak cepat dalam metode EGP merupakan tahapan yang dilalui oleh siswa dalam menulis cerpen. Melalui gerak cepat (menulis langsung), diharapkan ide yang muncul pada saat ilustrasi dibaca atau ditayangkan tidak langsung menghilang dari benak siswa. Perevisian merupakan bagian akhir dari metode EGP yang merupakan bagian yang memerlukan bimbingan dari guru agar cerpen yang ditulis siswa menjadi utuh sesuai dengan unsur-unsur yang membangun cerpen. Dengan bimbingan guru pada tahap ini, cerpen yang dibuat siswa diharapkan menjadi menarik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah (1) menyusun sintaks metode EGP, (2) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaranan (RPP), (3) menentukan ilustrasi cerita yang dapat membangkitkan emosional siswa, dan (4) menyusun perangkat evaluasi untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Kabupaten Muaro Jambi tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 21 orang siswa yaitu 10 orang laki-laki dan 11 orang perempuan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data selama proses pembelajaran dengan metode EGP berlangsung dan hasil pembelajaran berupa teks cerpen yang dihasilkan oleh siswa. Obsevasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam dan menyeluruh tentang pelajaran pada masing-masing siklus. Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan oleh guru dan siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data proses dan hasil. Teknik pengumpulan data proses menggunakan wawancara dan catatan selama proses pembelajaran berlangsung, sementara itu, untuk teknik pengumpulan hasil belajar yang berupa skor digunakan teknik tes performansi menulis cerpen, setelah diterapkannya metode EGP. Analisis data dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir. Analisis data proses dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model Flow. Model ini terdiri atas 3 (tiga) komponen yang dilakukan secara berurutan yaitu kegiatan reduksi data, sajian data, dan penarikan simpulan. Analisis data hasil belajar yang berupa skor dilakukan dengan statistik sederhana meliputi rata-rata kelas dan persentase keberhasilan yang diperoleh siswa yang menggambarkan peningkatan hasil pembelajaran dengan memperhatikan rubrik penilaian penulisan cerpen yang meliputi empat aspek yaitu (1) tema, (2) alur, (3) karakter, dan (4) latar. Indikator keberhasilan tindakan terhadap kemampuan menulis cerpen siswa kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi adalah apabila lebih dari 60% siswa dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialaminya.
288, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
HASIL Peningkatan Proses Pembelajaran dalam menulis Cerpen Melalui Metode EGP Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di saat prasiklus menggunakan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan latihan dalam menulis cerpen. Proses pembelajaran menjadi tidak menyenangkan dan kurang bermanfaat bagi siswa. Siswa cenderung bercanda dan melakukan aktivitas di luar konteks pembelajaran. Selain itu, minat dan keaktifan siswa dalam pembelajaran ini menjadi sangat minim sehingga berakibat tujuan pembelajaran tidak tercapai. Pada siklus I, perencanaan yang dipersiapkan adalah menyusun ilustrasi yang dapat membangkitkan emosional siswa berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami oleh siswa. Dalam penyusunan ilustrasi, penulis mengangkat tema yang berkenaan dengan kehidupan rumah tangga siswa terutama tentang pergaulan siswa dengan orang tuanya. Ilustrasi tersebut adalah sebagai berikut. Silakan ananda sekalian menutup mata dan menundukkan kepala. “coba ananda renungkan bagaimana situasi yang terdapat di rumah ananda. Bayangkan kondisi orang tua yang setiap hari membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan ananda. Dengan keringat yang mengucur, mereka rela dengan apa yang mereka kerjakan demi kebahagiaan ananda. Mereka pergi pagi dan pulang petang hanya untuk sesuap nasi dan mencari rupiah agar kehidupan ananda bahagia. Ketika ananda lahir di dunia yang fana ini, dengan segenap tenaga ibu berusaha agar ananda selamat walaupun nyawanya yang menjadi taruhan. Kebahagiaan mereka terasa lengkap ketika tubuh ananda telah tampak di mata
mereka. Air mata mereka menetes karena bahagia sebab perjuangan mereka agar ananda selamat telah terbukti. Di masa-masa kecil, ananda dimanja, dipenuhi kebutuhan agar dapat hidup layak seperti anak-anak lainnya. Disaat ananda pergi ke sekolah, setiap pagi ibu ananda mempersiapkan segala hal untuk ananda. Mereka rela membangunkan ananda setiap subuh, menyiapkan makanan, dan mendandani ananda agar siap belajar. Tapi sekarang, ketika ananda sudah menginjak kelas IX SMP, apa yang dapat ananda persembahkan untuk kebahagiaan mereka? Apakah dengan bentakan ketika mereka meminta pertolongan untuk membeli sesuatu di warung? Ataukah dengan sikap yang tidak semberono ketika berjalan dihadapan mereka? Atau dengan tindakantindakan lain yang dapat menyakitkan hati mereka. Ananda, jika memang itu pernah ananda lakukan. Mulai detik ini, silakan ananda bertekat untuk tidak akan mengulanginya kembali. Silakan ananda bertekat untuk mengabdi kepada mereka seumur hidup ananda dan katakan kepada mereka bahwa ananda minta maaf karena sudah tidak peduli dengan mereka. Pada siklus I ini, siswa meresapi apa yang telah diilustrasikan kepada mereka. Setelah siswa mendengarkan ilustrasi tersebut, siswa dibimbing untuk mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang pernah dialami oleh siswa di dalam keluarganya. Jika siswa telah dapat mengaitkan ilustrasi dengan peristiwa nyata yang dialaminya, siswa menulis langsung apa yang dirasakan dan dialaminya dalam bentuk cerpen. Peningkatan proses pembelajaran setelah dilaksanakan tindakan ini adalah pertama, pada aspek minat siswa menjadi meningkat dalam menulis cerpen hal ini
Rahman, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen, 289
terbukti dengan teks cerpen yang dibuat oleh 11 orang siswa menjadi lebih baik dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 7 orang (dari 33% menjadi 52%). Kedua, aspek perhatian siswa juga meningkat setelah tindakan dilaksanakan yaitu dari 7 orang menjadi 12 orang atau dari 33% menjadi 57%. Ketiga, keaktifan siswa dari segi bertanya juga meningkat yakni 14 orang siswa atau 67% yang rajin bertanya demi kesempurnaan cerpen. Hal ini meningkat dibanding pada saat pra penelitian yang hanya 8 (38%) orang siswa yang bertanya. Namun, untuk keaktifan dalam mempublikasikan hasil cerpennya tidak terdapat peningkatan dari kegiatan prasiklus yakni hanya 10 orang atau 48%. Pada siklus II, penulis menggunakan media video untuk lebih meningkatkan kegiatan atau proses pembelajaran agar siswa menjadi lebih berminat, lebih memperhatikan dan lebih aktif dari siklus I. Hasil dari penggunaan media video ini dapat meningkatkan proses pembelajaran menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami siswa. Peningkatan proses terjadi pada minat yang pada siklus I berjumlah 11 orang menjadi 15 orang atau 71%. Pada aspek perhatian,
juga terjadi peningkatan yang sebelumnya 12 orang menjadi 19 orang atau 90%. Aspek keaktifan juga terjadi peningkatan dibanding dari proses siklus I, yakni keaktivan bertanya meningkat menjadi 17 orang atau 81%. Pada aspek publikasi cerpen di depan kelas terjadi peningkatan dari siklus I sebanyak 10 orang menjadi 15 orang atau 71%. Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen dengan Metode EGP Peningkatan hasil belajar kemampuan menulis cerpen siswa kelas IX SMP Negeri 34 Muaro Jambi pada tahap prasiklus, siklus I dan II dapat dilihat dari empat aspek, yaitu aspek tema, alur, karakter, dan latar. Hasil belajar pada tindakan di setiap siklus ini diperoleh dari penyekoran yang didasarkan pada kemampuan siswa dalam menulis. Untuk mengetahui kemampuan menulis cerpen, guru memberikan tes kepada siswa yang berupa tes menulis cerpen dan penyekoran hasil tes tersebut diperoleh dengan memakai rubrik penilaian. Adapun data hasil penelitian pada prasiklus dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Data hasil penelitian pada prasiklus
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Adi Pengestu Ahmad Hudori Albukhori Anang Depriansyah Eko Nugroho Hikma Br Harahap Indah Syah Putri Indra Gunawan Isning Widiastuti Jimas Rian
18 12 18 12 12 18 24 18 12 18
12 12 8 8 12 12 16 8 8 8
12 8 12 8 8 8 12 12 8 8
Latar
Karakter
Nama Siswa
Alur
No
Tema
Aspek Penilaian
16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
Jumlah
Nilai
58 48 54 44 48 54 68 54 44 50
64 53 60 49 53 60 76 60 49 56
290, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
11 Kms. Hilman 18 8 8 16 12 M. Ardiansyah 12 8 8 16 13 Mutalina 12 8 8 16 14 Puja Astuti 24 16 12 16 15 Repsi Masrika 12 8 8 16 16 Rita Rukmana 12 12 8 16 17 Robiyanto 12 12 8 16 18 Siska Melati Putri 30 16 16 16 19 Siti Alia 24 12 12 16 20 Swanto 12 8 8 16 21 Wilda Zahab 30 12 12 16 Rata-rata 17,14 10,67 9,71 16,00 Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) Sumber: catatan lapangan dan analisis data prasiklus Pada saat prasiklus, hanya 5 orang atau 24% dari siswa yang berada di kelas IXb SMP Negeri 34 Muaro Jambi dengan rata-rata kelas 59,47 yang dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Kondisi ini menjadi meningkat pada tindakan siklus I, yakni menjadi 47%. Namun, kriteria keberhasilan PTK belum
50 44 44 68 44 48 48 78 64 44 70 53,52
56 49 49 76 49 53 53 87 71 49 78 59,47 24%
tercapai pada siklus ini. Jadi, perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Perbaikan tersebut antara lain dengan menampilkan video yang menyentuh perasaan dan emosional siswa. Data hasil penelitian pada siklus I dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Data hasil penelitian pada siklus I
Alur
Karakter
1 Adi Pengestu 2 Ahmad Hudori 3 Albukhori 4 Anang Depriansyah 5 Eko Nugroho 6 Hikma Br Harahap 7 Indah Syah Putri 8 Indra Gunawan 9 Isning Widiastuti 10 Jimas Rian 11 Kms. Hilman 12 M. Ardiansyah 13 Mutalina 14 Puja Astuti 15 Repsi Masrika
24 24 24 18 18 24 30 18 24 24 24 18 18 24 18
12 12 12 12 12 12 18 12 12 8 8 8 12 16 12
12 8 12 12 8 12 12 12 12 8 8 8 8 12 8
No
Latar
Nama Siswa
Tema
Aspek Penilaian Jumlah
Nilai
20 20 16 20 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16 16
68 64 64 62 54 64 76 58 64 56 56 50 54 68 54
76 71 71 69 60 71 84 64 71 62 62 56 60 76 60
Rahman, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen, 291
16 Rita Rukmana 18 12 12 17 Robiyanto 18 12 8 18 Siska Melati Putri 30 16 16 19 Siti Alia 30 12 16 20 Swanto 18 12 8 21 Wilda Zahab 30 12 16 Rata-rata 22,57 12,10 10,86 Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus I Berdasarkan hasil observasi dan penilaian pada tindakan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan tersebut yaitu 14 dari 21
16 16 20 16 16 20 16,95
58 54 82 74 54 78 62,48
64 60 91 82 60 87 69,42 47%
orang siswa 66% telah berhasil menulis cerpen yang bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Data hasil penelitian pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Data hasil penelitian pada siklus II
1 Adi Pengestu 24 12 12 2 Ahmad Hudori 24 12 8 3 Albukhori 24 12 18 4 Anang Depriansyah 24 12 18 5 Eko Nugroho 18 12 12 6 Hikma Br Harahap 24 12 12 7 Indah Syah Putri 30 18 18 8 Indra Gunawan 24 12 12 9 Isning Widiastuti 24 12 12 10 Jimas Rian 24 8 12 11 Kms. Hilman 24 8 12 12 M. Ardiansyah 24 12 12 13 Mutalina 18 12 12 14 Puja Astuti 30 16 12 15 Repsi Masrika 18 12 12 16 Rita Rukmana 18 12 12 17 Robiyanto 18 12 8 18 Siska Melati Putri 30 16 16 19 Siti Alia 30 12 16 20 Swanto 18 12 8 21 Wilda Zahab 30 16 16 Rata-rata 23,71 12,48 12,86 Persentase keberhasilan (nilai sama atau lebih besar dari 70) Sumber: catatan lapangan dan analisis data hasil siklus II
Latar
Karakter
Nama Siswa
Alur
No
Tema
Aspek Penilaian Jumlah
Nilai
20 20 20 20 20 20 16 16 16 16 20 16 16 16 16 16 16 20 16 16 20 17,71
68 64 74 74 62 68 82 64 64 60 64 64 58 74 58 58 54 82 74 54 82 66,76
76 71 82 82 69 76 91 71 71 67 71 71 64 82 64 64 60 91 82 60 91 74,18 66%
292, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Berdasarkan kriteria keberhasilan penelitian yang telah diungkapkan pada bagian metode penelitian, maka penelitian tindakan kelas ini telah mencapai target yang diharapkan, yaitu lebih dari 60% siswa sudah dapat menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialaminya. PEMBAHASAN Peningkatan siswa dalam menulis cerpen tampak setelah diadakan tindakan pada setiap siklus. Dengan membandingkan sebelum hingga akhir penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode EGP dapat meningkatkan proses pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Pernyataan tersebut didasari kenyataan di lapangan bahwa sintaks metode EGP yang merupakan pedoman penerapan metode mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang telah dialami oleh siswa baik dari segi proses pembelajaran maupun hasil skor siswa setelah menulis cerpen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Fitriana yang meneliti tentang peningkatan keterampilan menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Fitriana (2011) memaparkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan siswa dalam menulis cerpen melalui media berita dengan metode latihan terbimbing. Media berita dengan metode latihan terbimbing dapat meningkatkan motivasi, antusias, rasa senang, dan rasa positif siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran seperti bertanya kepada guru hal yang tidak diketahui, menjawab pertanyaan yang diberikan guru, dan berani mengungkapkan pendapat saat berdiskusi.
Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh Suriyani, Nursaid, dan Zulfikarni (2013) yang memaparkan terjadinya peningkatan siswa dalam menulis cerpen dengan metode latihan terbimbing. Pertama, metode latihan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen ternyata sangat baik diterapkan dalam PBM. Terlihat dalam aktivitas siswa selama PBM berlangsung. Aktivitas siswa tersebut terdiri atas perhatian siswa terhadap berbagai aktifitas PBM, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan, dan rasa senang siswa dalam PBM. Dengan demikian, berdampak positif pada peningkatan kemampuan menulis cerpen. Kedua, metode latihan terbimbing dapat meningkatakan sikap dan perilaku positif siswa dalam PBM serta prestasi siswa dibidang menulis cerpen. Ketiga, metode latihan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 SMA Negeri 6 Padang. Keempat, setelah dilakukan pengujian, ternyata peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X2 S MA Negeri 6 Padang adalah signifikan. Metode dan media yang digunakan pada kedua penelitian di atas berbeda dengan metode yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini. Meskipun demikian, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Hal ini berarti bahwa metode apapun yang digunakan dalam pembelajaran di kelas memungkinkan guru lebih memiliki kreativitas dan inovasi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pada bagian akhir sintaks metode EGP, yakni perevisian juga menuntut guru untuk melakukan pembinaan dan pem-
Rahman, Peningkatan Kemampuan Menulis Cerpen, 293
bimbingan terhadap siswa dalam merevisi hasil tulisannya. Kegiatan perevisian dalam metode EGP merujuk pada proses latihan terbimbing yang menjadi hasil penelitian peneliti terdahulu. Berdasarkan kenyataan tersebut, metode EGP merupakan pengembangan dari metode latihan terbimbing atau dengan kata lain metode latihan terbimbing plus. Metode EGP dirasakan sangat relevan pada saat sekarang karena mendukung program pemerintah dalam menumbuhkan dan meningkatkan karakter kebangsaan terutama karakter jujur dan mensyukuri apa yang telah dianugrahkan Tuhan kepada mereka (Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013). Dengan demikian, metode EGP mampu menjawab tuntutan kurikulum baik pada saat sekarang maupun pada saat yang akan datang. Metode EGP baik digunakan karena (1) pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa dan guru, (2) siswa lebih aktif dan kreatif, (3) emosional siswa lebih tergali, (4) mengurangi hal-hal yang bersifat verbalistik dan abstrak, (5) menimbulkan respon positif dari siswa yang lamban atau kurang cakap, dan (6) guru lebih dimudahkan dengan pemilihan bahan ajar seperti video dan ilustrasi yang dekat dengan kehidupan siswa. Walaupun metode EGP baik digunakan, namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah (1) tidak semua siswa
memiliki kesiapan mental untuk mengungkapkan ide yang sesuai dengan ilustrasi yang diberikan guru, (2) tidak semua guru bersedia mengenali minat dan emosional siswa, dan (3) tidak ada interaksi antar siswa karena siswa disibukkan untuk menulis cerpen.
DAFTAR RUJUKAN Agustian, A.G. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ Jilid 1. Jakarta: PT Arga Tilanta. Andayani, K., Pratiwi, Y. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Kreatif dan Inovatif. Malang: UM Press.
Dasna, I.W. 2013. Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Malang: UM Press. Fitriana, D. I. 2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Media Berita dengan Metode Latihan Terbimbing Pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Rembang Purbalingga. (online). http://eprints.uny.ac.id.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan yang telah dikemukakan di atas, simpulan penelitian ini adalah, pertama, metode EGP terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami. Peningkatan proses tersebut meliputi minat, perhatian, dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kedua, metode EGP terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami penggunaan. Saran Berdasarkan simpulan di atas, disarankan kepada guru mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat SMP, agar dalam pembelajaran menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang dialami dengan menggunakan metode EGP karena telah terbukti dapat meningkatkan proses dan hasil kemampuan siswa dalam menulis cerpen bertolak dari peristiwa yang pernah dialami.
294, J-TEQIP, Tahun IV, Nomor 2, November 2013
Diakses pada tanggal 4 November 2013 Garden, H. 1983. Kecerdasan Emosional. (online). http://id.wikipedia.org. diakses pada tanggal 1 Agustus 2013. Nurgiantoro. 2011. Definisi Cerpen Menurut Beberapa Pakar. (online). http://id.scribd.com. diakses pada tanggal 1 Agustus 2013. Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMP/MTs.
(online). http://ikapidkijakarta. com. Diakses pada tanggal 5 November 2013 Santoso, A. 2013. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia. Malang: UM Press. Suriyani, Nursaid, dan Zulfikarni. 2013. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Latihan Terbimbing Siswa Kelas X.2 Sman 6 Padang. (online). http://ejournal.unp.ac.id diakses pada tanggal 4 November 2013.