Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... KEBERHASILAN BELAJAR SISWA SMA DITELAAH DARI POLA ASUH ORANG TUA (STUDI DESKRIPTIF ANALITIK TERHADAP SISWA SMA NEGERI 4 DKI JAKARTA)
Nurhasanah1
Abstract
The purpose of this study is to provide an overview on trends in parenting used parents in guiding their learning and success, as well as the contribution of parenting to the success of student learning. The data used in this study were obtained through questionnaires and documentation (books leger). The study population was all students of SMAN 4 Jakarta. Through statistical calculations obtained a sample of 151 students. Penerikan sample is done through proportional stratified random sampling technique. To illustrate the tendency of patterns of care and success in learning to use comparative analysis between the mean score of actual with the ideal score. Fatherly illustrates the contribution made by the partial correlation analysis. Based on the analysis of the results of the study, found that: a). parenting used parents tend to be coaching you. Offset by loose love parenting. While the pattern of care show of power was perceived as being neutral students. b). The success of student learning tends to be in the medium category. c). patterns of care that contribute to positive and tangible to the success of student learning is the pattern of care bina love (15.41%). While the pattern of care and show off the power of love are less likely to contribute significantly to the success of student learning. Keyword : Pola Asuh, Keberhasilan Belajar.
1
Nurhasanah, dosen Pada Program Studi Bimbingan dan Konseling FKIP Universitas Syiah Kuala.
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 58
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... ―orang tua merupakan model utama bagi anak
PENDAHULUAN Sistem pendidikan di sekolah pada
pada masa-masa awal kehidupannya, karena
umumnya mempunyai tujuan agar anak didik
orang tua merupakan sumber penguat dan
mencapai
objek imitasi utama‖.
perkembangan
optimal
sesuai
dengan potensi yang dimilikinya. Sehingga
Dari
beberapan
kajian
empiris,
dapat mengembangkan sikap, pengetahuan,
ditemukan bahwa cara orang tua mengasuh
keterampilam, bahkan anak belajar memahami
anak berkorelasi positif terhadap perilaku anak
nilai-nilai agama,dan moral dalam masyarakat.
itu
Keberhasilan dari proses pendidikan di
sekolah
biasanya
dinyatakan
sendiri
.Lewin
dan
Muller
misalnyamenemukan bahwa orang tua yang
dengan
otoriter menyebabkan anak agrasif, mudah
prestasi belajar yang dicapainya, setelah
putus asa, menyerahkan segalanya pada
melampaui suatu proses belajar mengajar.
pimpinan
Manakala diamati realitas prestasi belajar yang
1977:52).Siegleman
diperoleh siswa di sekolah, maka akan terlihat
perilaku parental yang dominan menolak,
siswa yang menunjukkan prestasi yang tinggi
menyebabkan anak keras kepala, enggan, tidak
(mampu
tengan, cemas, penuh ketegangan, dan bersifat
mengembangkan
potensi
secara
dan
suka
cemas
(Gerungan,
menemukan
(Hurlock,
optimal) dan masih banyak siswa yang tidak
introvert
mampu mencapai prestasi yang maksimal.
perilaku semacam ini menghinggapi diri anak,
Tidak maksimalnya prestasi yang diperoleh
maka akan menghambat perkembangan, bila
oleh siswa tersebut diperklirakan di pengaruhi
dikaitkan dengan aktivitas sekolah, maka akan
oleh beberapa factor, baik yang bersumber dari
menghambat keberhasilan belajar. Sebaliknya
dalam diri mereka, maupun yang bersumber
perlakuan perlakuan orang tua yang dominan
dari luar diri mereka.
bina
kasih
1994:352).
bahwa
(induction)
Manakala
cenderung
Keluarga, dalam hal ini cara orang tua
membangkitkan perkembangan kognitif dan
mengasuh anak, merupakan factor luar yang
afektif yang kondusif bagi diri anak (Hoffman,
determinan dalam mewarnai keberhasilan
dalam Lieke, 2009).Keadaan semacam ini
belajar anak (siswa) di sekolah.
diduga
Dalam kajian-kajian psikologi dan
merupakan
modal
dasar
bagi
tercapainya keberhasilan belajar anak. ―Bagaimana
pendidikan, orang tua dipandang sebagai
ragam
keberhasilan
orang pertama dan utama yang dikenal anak,
belajar siswa SMA Negeri 4 DKI Jakarta,
memiliki andil yang cukup besar dalam
serta pola asuhan mana yang dikesankan
membantu anak mengembangkan potensi-
siswa
potensi
belajarnya.Dari gambaran yang diperoleh,
yang
dimiliki.
Cara
orang
tua
berkaitan
dengan
memperlakukan atau mengasuh anak memberi
implikasi-implikasi
warna tersendiri terhadap perilaku dalam
diangkat
berinteraksi dan mewujudkan potensinya.
konseling
Sears et. Al (1991:13) menyatakan bahwa
umumnya di sekolah tersebut”.
ISSN 2355-102X
bagi
apakah
layanan
khususnya,
keberhasilan
yang
bimbingan dan
dapat dan
pendidikan
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 59
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... kasih, serta satu variable keberhasilan belajar
METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian
sebagai variabel yang dipengaruhi.
deskriptif analitik.Dengan penelitian deskriptif
Dengan
demikian,
ruang
lingkup
dimaksudkan dapat memberikan kejadian yang
penelitian ini jika divisualisasikan dalam
sedang berlansung pada saat penelitian ini
gambar menjadi seperti tertera pada gambar 1.
dilakukan.
Dari diagram alur keterjkaitan antar variable
Penelitian ini melibatkan tiga variable
pada gambar 1 secara hipotetik, keberhasilan
pola asuhan (variable pengaruh) yaitu pola
belajar siswa diperngaruhi oleh ketiga pola
asuhan bina kasih, unjuk kuasa, dan lepas
asuhan yang digunakan orang tua dalam mendidik anak. Pola Asuhan Unjuk Kuasa
Pola Asuhan Lepas Kasih
Pola Asuhan Bina Kasih
Keberhasilan Belajar
Gambar 1. Diagram alur keterkaitan antara Variabel penelitian
Adapun populasi dalam penelitian ini
Sesuai dengan variabel penelitian, maka
adalah seluruh siswa kelas 1, 2, dan 3 SMA
untuk mengumpulkan data pola asuhan digunakan
Negeri 4 DKI Jakarta. Mengingat besarnya
kuesioner dalam bentuk inventori yang bersifat
anggota populasi, maka penelitian ini dilakukan
forced
terhadap sebagian dari anggota populasi (
menggunakan dua pilihan "ya" atau "tidak".
sampel
)
menggunakan
yakni
inventori
dengan
tehnik
Jawaban "ya" menunjukkan adanya
Sampling.
kesesuaian antara kesan siswa terhadap cara
Adapun formula yang digunakan untuk menarik
asuhan yang digunakan orang tua. Sedangkan
jumlah
pilihan
Stratified
dengan
chice,
Proportional
sampel
Random
adalah
sebagai
(Sudjana, 2008). 𝜂0
(Z ) PQ
N(Sudjana, 2008) ISSN 2355-102X
menunjukkan
hal
yang
Inventori
ini
dari
dua
terdiri
pernyataan, yakni pernyataan positif dan negatif
n= b2
"tidak"
sebaliknya.
2
𝜂0 =
berikut
𝜂0 1+
dengan sistem penyekoran seperti berikut ini. 1. Inventori pola asuhan bina kasih. Pernyataan positif, jawaban "ya" diberikan Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 60
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... skor 1, dan "tidak" diberikan skor 0.
uji
Sedangkan untuk pernyataan negatif,
(Ispardjadi, 2006: 100, 106, 107)
jawaban "ya" diberi skor 0, dan "tidak"
signifikannya
melalui
uji
t
korelasi sederhana :
diberi skor 1. 2. Inventori pola asuhan unjuk kuasa dan lepas kasih.
korelasi parsial :
Untuk pernyataan positif, jawaban "ya" diberikan skor 0, dan "tidak" diberikan skor 1. Sedangkan untuk pemyataan negatif, jawaban "ya" diberi skor 1, dan "tidak" diberi skor 0. Untuk data variabel keberhasilan belajar
Uji Signifikansi : n–2
t=r
1–r
digunakan buku leger siswa (dokumentasi) yang
HASIL PENELITIAN
tersedia di sekolah tersebut.
Sesuai dengan teknik analisis yang
Tehnik analisis data penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistic parametric yakni setelah dilakukan pengujian terhadap asumsi statistiknya. Adapun analisis statistic
1. Untuk menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2 digunakan perhitungan rerata hitung beserta penafsiran terhadap populasinya
Formula perhitungan yang digunakan adalah seperti yang dikutip dari Rochman
beberapa
asumsi
adalah normalitas dan linieritas hubungan masing-masing variable. Berdasarkan hasil pengujian terhadap pola asuhan bina kasih, diperoleh X20 dengan db = 7 sebesar 11.45. Sementara X2t (0.05) sebesar 12,6. Dengan demikian X2o < dari
Begitu pula dengan hasil pengujian untuk
pertanyaan
penelitian 3, 4 dan 5 digunakan tehnik korelasi sederhana dan parsial dengan
variable-variabel lain, menunjukkan distribusi yang normal. Untuk jelasnya dapat dilihat pada table 4-1 berikut ini:
Tabel 4 – 1 Hasil pengujian Normalitas Data X2o db
No
Variabel
1
X1 (BK)
11.45
2
X2 (UK)
10.87
ISSN 2355-102X
terhadap
statistiknya.Adapun asumsi yang perlu di uji
X,¯ - (z x s) s/d X,¯ + (z x s) menjawab
dilakukan
populasi yang berdistribusi normal.
Natawidjaja (2005:55)
2. Untuk
sebelum
telah dikumpulkan, terlebih dahulu dilakukan
dengan
menggunakan galat buku rerata hitung.
maka
pengolahan dan analisis terhadap data yang
pengujian
yang digunakan adalah sebagai berikut.
rerata
digunakan,
X2t
Interpretasi
7
12.60
Normal
10
18.30
Normal
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 61
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... 3
X3 (LK)
15.23
10
18.30
Normal
4
Y (Prestasi)
17.40
10
18.30
Normal
Berdasarkan hasil pengujian terhadap
X2, X3, diperoleh hubungan yang linier,
variable Y atas masing-masing variable X1,
seperti tertera pada table 4-2 berikut:
Table 4 – 2 Pengujian Linieritas Hubungan Persamaan Regresi Fo
Variabel
Ft
Interpretasi
Y atas X1
Y = 4.200 + 0.169 X1
1.83
2.07
Linier
Y atas x2
Y = 6.170 + 0.013 X2
1.84
1.85
Linier
Y atas X3
Y = 6.091 + 0.017 X3
1.73
1.85
Linier
Setelah persyaratan yang dikehendaki diuji, maka
selanjutnya
akan
dilaporkan
hasil
Dengan demikian yang perlu diketahui dahulu dalam membuat kategori tersebut adalah
analisis data yang diperoleh dalam tudi ini.
rentangan skor ideal yang berada pada kategori
Kecenderungan
Yang
"sedang". Hal ini dapat diketahui melalui
Digunakan Orang Tua Menurut Kesan
pencarian nilai Z untuk daerah kurva 34,13 %
Anak.
dengan menggunakan tabel kurva normal.
Pola
Asuhan
Untuk keperluan ini, maka terlebih
Besamya nilai Z untuk daerah tersebut
dahulu harus dibuat katagori rentangan skor
adalah 1, kemudian mencari simpangan baku ideal
yang dapat dikatagorikan "rendah", "sedang",
dengan cara membagi tiga rerata ideal atau
dan
membagi enam skor maksimal ideal.
"tinggi".
Adapun
tolok
ukur
yang
digunakan disini, dibuat berdasarkan kurva
Berdasarkan jumlah statemen untuk
normal (Popham & Sirotnik, 1973: 27).
masing-masing sub variabel pola asuhan 915
Dengan
ini
statemen untuk setiap pola asuhan dan sistem
diketahui rentangan untuk katagori normal
penyekoran yang telah ditentukan, yakni 1 bila anak
(sedang) sebesar 34,13 % daerah sebelah kiri dan
memiliki kesan yang sesuai dengan bunyi
34,13 % daerah sebelah kanan kurva normal
statemen, dan 0 jika memiliki kesan yang tidak
(68,26 %). lni berarti pula bahwa daerah
sesuai dengan bunyi statemen, maka diketahui
kelompok katagori tinggi sebesar 15,87 %,
skor maksimal ideal sebesar 15 untuk setiap pola
dan kelompok katagori rendah sebesar 15,87
asuhan. Dengan demikian rerata idealnya adalah
%.
7,5 dan simpangan baku idealnya 2,50. Langkah
menggunakan
ISSN 2355-102X
kurva
normal
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 62
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... selanjutnya menentukan kategori "sedang" dengan
Dengan demikian tolak ukur kecenderungan
formula :
masing-masing pola asuhan adalah, seperti berikut
X ideal — (Z x S Ideal) s/d X ideal + (Z x S Ideal)
ini:
7, 5 — (1, 00 x 2, 50) s/d 7, 5 + (1, 00 x 2, 50) = 5, 00 s/d 10, 00. Tabel 4-3 Tolak Ukur Kategori Pola Asuhan Bina Kasih, Unjuk Kuasa dan Lepas Kasih Persentase dari Skor Maksimal Kategori Rentangan Skor Ideal Dominan Netral
11 — 15 5 — 10
73, 33 — 100, 00 33, 33 — 66, 67 00,00 — 26, 67
Tidak Dominan 0-4
Dengan demikian tolak ukur pada table
pola asuhan yang digunakan orang tua dalam
sebelumnya, maka diperoleh ragam kecenderungan
mendidik mereka seperti yang tertera pada tabel
kesan siswa SMA Negeri 4 DKI Jakarta terhadap
berikut :
Tabel 4-4 Persentase Skor Aktual Kesan Siswa SMA Negeri 4 DKI Jakarta Terhadap Pola Asuhan Yang Digunakan Orang Tua Skor Maksimal Persentase dari Ideal Skor Maksimal Pola Asuhan Skor Aktual Ideal Bina Kasih
2490 2041
81, 97 (dominan)
Unjuk Kuasa
2490 1391
55, 86 (Netral)
Lepas Kasih
2490 1791
71, 93 (dominan)
Berdasarkan sajian tabel diatas, dapat
Meskipun skor ideal yang digunakan dalam
dinyatakan bahwa kesan siswa terhadap pola
memberikan penilaian terhadap anak di SMA
asuhan yang digunakan orang tua dalam mendidik
berkisar 1 - 10, namun kenyataan yang sering
dan membimbing aktivitas belajar mereka, lebih
ditemukan berkisar 4 — 9. Dengan berpijak pada
dominan bina kasih dan lepas kasih ketimbang
kenyataan ini, maka dipandang rentangan skor
unjuk kuasa.
ideal adalah 5. Ini berarti jumlah skor maksimal
Kecenderungan Prestasi Belajar Siswa SMA
ideal adalah 1494 (9 x 166).
Negeri 4 DKI Jakarta
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 63
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... Sama dengan cara penentuan kategori untuk pola asuhan, maka kategori untuk prestasi
6,5 — (1 x 0,83) s/d 6,5 + (1 x 0,83) = 5,67 s/d 7,33.
belajar, dapat dinyatakan seperti berikut:
Dengan demikian tolok ukur kategori
X,¯ideal— (Z x X,¯ Sideal) s/d Xideal + ( Z,¯
prestasi belajar adalah sebagai berikut.
X Sideal) Tabel 4 — 5 Tolok Ukur Kategori Prestasi Belajar Persentase dari Skor Maksimal Ideal
Kategori
Rentangan Skor
Tinggi
7,34 — 9,00
81,55 — 100,00
Sedang
5,67 — 7,33
63,00 — 81,44
Rendah
4,00 — 5,66
44,44 — 62,89
Berdasarkan hasil temuan diketahui
mengontrol pola asuhan unjuk kuasa dan lepas
jumlah skor maksimal aktual sebesar 6,28 dan s =
kasih, perlu dilakukan analisis dengan korelasi
0,74. Dilihat dari persentase skor maksimal ideal,
parsial.
maka persentase prestasi belajar sebesar 69,80. Ini
Dari
hasil
analisis
korelasi
parsial
berarti bahwa prestasi belajar siswa SMA Negeri
diperoleh harga rl, y — 2,3 = 0,391 dengan nilai to
4 DKI Jakarta berada pada kategori sedang.
> tt (0,05). Artinya hubungan keberhasilan
Kontribusi Pola Asuhan Bina Kasih terhadap
belajar dengan pola asuhan bina kasih, dengan
Prestasi Belajar
mengontrol pola asuhan unjuk kuasa dan lepas
Hubungan antara keberhasilan belajar
kasih, secara positif tidak dapat diabaikan.
siswa dengan pola asuhan bina kasih (X1) berada
Dengan kata lain pola asuhan bina kasih
pada pola linier dengan persamaan regresi :
cenderung mewarnai keberhasilan belajar siswa,
Y = 4,20 + 0,169 X1
sekalipun pola asuhan unjuk kuasa dan lepas
Berdasarkan
hasil
analisis
korelasi
kasih telah dikontrol.
sederhana diperoleh harga r = 0,394, dengan nilai
Manakala hendak diketahui besarnya
t = 5,064. to ini jauh lebih besar dari tt (0,05) =
kontribusi pola asuhan bina kasih terhadap
1,96. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
keberhasilan belajar, maka dapat dihitung
pola bina kasih mempunyai korelasi positif yang
dengan
nyata
parsialnyadikalikan
dengan
Koefisien
keberhasilan
korelasi
ini
baru
belajar
siswa.
cara
koefisien dengan
beta koefisien
regresi korelasi
menunjukkan
sederhananya kali 100 %. Dengan demikian
hubungan antara pola asuhan bina kasih dengan
kontribusi pola asuhan bina kasih terhadap
keberhasilan belajar siswa, dengan mengabaikan
keberhasilan belajar siswa (0,391) (0,394) x
peran pola asuhan unjuk kuasa dan lepas kasih.
100% = 15,41 %.
Untuk mengetahui kontribusi pola asuhan bina kasih terhadap keberhasilan belajar, dengan ISSN 2355-102X
Kontribusi
Pola
Asuhan
Unjuk
Kuasa
Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa. Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 64
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... Hubungan antara keberhasilan belajar
PEMBAHASAN
dengan pola asuhan unjuk kuasa berada dalam
Kecenderungan Pola Asuhan yang Digunakan
hubungan yang berpola linier, dengan persamaan
Orang Tua
regresinya :
Hasil temuan ini menunjukkan bahwa
Y= 6,17 + 0,013 X2 Berdasarkan
kesan siswa terhadap pola asuhan yang digunakan hasil
analisis
korelasi
orang tua dalam mendidik dan membimbing
sederhana diperoleh harga r2,y = 0,046 dengan
aktivitas belajar mereka, cenderung lebih
harga t = 0,166 < tt (0,05) = 1,96. Artinya pola
bersifat bina kasih, ketimbang unjuk kuasa.
asuhan unjuk kuasa tidak berkorelasi secara nyata
Namun seiring dengan pola bina kasih itu, siswa
dengan keberhasilan belajar siswa. Manakala
juga memberikan kesan bahwa komponen-
diparsialkan (dalam artian keterlibatan pola
komponen
asuhan bina kasih dan lepas kasih dikontrol),
diberlakukan orang tua dalam mengarahkan dan
maka semakin jelas bahwa pola asuhan unjuk
mendidik mereka.
lepas
kasih
juga
dominan
kuasa tidak berkontribusi terhadap keberhasilan
Penerapan komponen-komponen bina
belajar siswa (t2,y — 1,3 = 0,022). Ini artinya pola
kasih dan lepas kasih secara dominan oleh orang
asuhan unjuk kuasa hanya mampu menjelaskan
tua,
warna keberhasilan belajar sebesar 0,10 %.
komponen-komponen unjuk kuasa, memberikan
Kontribusi
Pola
Asuhan
Lepas
Kasih
dan
diselingi
dengan
penggunaan
makna bahwa dalam keseharian orang tua tidak mampu memahami anak secara utuh. Pada saat
Terhadap Keberhasilan Belajar Siswa. Hubungan antara keberhasilan belajar
anak menunjukkan perilaku yang berlawanan
dengan pola asuhan lepas kasih (X3) berada dalam
dengan keinginan orang tua, ia cenderung
pola hubungan yang linier, dengan persamaan
menggunakan
regresinya :
membangkitkan rasa takut anak akan kehilangan
Y = 6,091 + 0,017 X3
kasih sayang, perhatian, dan ketergantungan.
Berdasarkan
hasil
analisis
korelasi
Seringnya
elemen-elemen
orang tua
yang
mencemberuti
dapat
anak,
sederhana diperoleh harga r2,y = 0,071 dengan
memalingkan muka, bahkan mengucilkan anak,
harga t = 0,94 < tt (0,05) = 1,96. Artinya pola
manakala mereka berlaku tidak baik (malas
asuhan lepas kasih tidak berkorelasi secara
belajar), merupakan komponen-komponen yang
nyata
paling banyak dikesankan anak.
dengan
keberhasilan
belajar
siswa.
Manakala diparsialkan (dalam artian keterlibatan
Menurut
Hoffman
(Lieke,
2009),
pola asuhan bina kasih dan lepas kasih dikontrol),
meskipun orang tua lebih dominan menggunakan
maka semakin jelas bahwa pola asuhan lepas
komponen-komponen
kasihpun
terhadap
komponen-komponen lepas kasih atau unjuk
keberhasilan belajar siswa (t3,y — 1,2 = 0,063).
kuasa juga sering digunakannya, maka akan
Dengan sumbangan kepada keberhasilan belajar
membuat anak merasa bingung dan tertekan.
sebesar 0,44 %. Sumbangan ini dapat diabaikan.
Perasaan demikian sangat tidak menguntungkan
tidak
berkontribusi
bina
kasih,
tetapi
dalam aktivitas belajar (depikbud, 1984). ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 65
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... Berkenaan
penggunaan
menunjukkan hal yang kurang menggembirakan,
komponen-komponen pola asuhan bina kasih dan
meskipun secara rerata siswa SMA Negeri 4 DKI
lepas kasih yang lebih dominan oleh orang tua
Jakarta memiliki prestasi yang "sedang" (X =
siswa SMA Negeri 4 DKI Jakarta menunjukkan,
6,28). Artinya, rerata skor 6,28 ini belum
bahwa
mencerminkan penguasaan materi pelajaran yang
di
satu
dengan
sisi
mereka
memahami
bagaimana seharusnya mereka berbuat demi
baik.
masadepan anak-anak mereka, namun di sisi lain
Dalam konsep belajar tuntas, Block
mereka tidak mampu mengendalikan diri akan hal-
menyatakan bahwa anak dinyatakan berhasil
hal yang berkenaan dengan ketidakpatuhan anak
dalam kegiatan belajar-mengajar jika mereka
(seperti malas belajar), sehingga muncullah
telah
penggunaan komponen-komponen lepas kasih
menyeluruh/utuh (Nasoetion, 1991; Winkel,
yang lebih dominan ketimbang unjuk kuasa.
2007). Berkenaan dengan hal ini Nasoetion
menguasai
materi
pelajaran
secara
Permasalahannya adala "Apakah pola
(1991: 102) menegaskan bahwa siswa yang
lepas kasih yang dominan dan seiring dengan
dikatakan berhasil dalam belajar jika siswa telah
dominannya bina kasih, akan memberikan
menguasai materi pelajaran sebesar 80%.
suasana yang kondusif bagi aktivitas belajar
Manakala dikaitkan dengan tujuan institutional
siswa?". Jawaban terhadap permasalahan ini
di SMA, yakni para lulusan diharapkan dapat
perlu kajian lebih jauh. Secara teoritis, Hoffman
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
(Lieke, 2009) menyatakan bahwa "memang dalam
lebih tinggi, dan/atau dapat bekerja pada
keseharian tidak ada orang tua yang mampu
lapangan pekerjaan yang relevan, maka dari
menggunakan pola asuhan tertentu secara utuh.
temuan ini siswa dapat diduga akan menemui
Namun pola asuhan yang arif dan bijak adalah
sejumlah hambatan.
pola asuhan yang sering kali menggunakan
Di satu sisi, untuk kelanjutan studi di
komponen-komponen yang lain". Meski hendak
perguruan tinggi, siswa akan menemui kesulitan
menggunakan komponen unjuk kuasa dan lepas
dalam mencerna materi-materi perkuliahan, karena
kasih, sebaiknya diberikan penjelasan mengapa
pengetahuan dasar yang dapat dikatakan minim
komponen tersebut digunakan
(6,28). Pada sisi lain, untuk bekerja siswa juga
Kecenderungan Prestasi Belajar Siswa SMA
minim
Negeri 4 DKI Jakarta
memberikan implikasi akan perlunya bimbingan
Prestasi belajar merupakan salah satu indikator
penentu
tercapai-tidaknya
tujuan
akan
ketrampilan.
Kenyataan
ini
secara intensif kepada siswa untuk meningkatkan keberhasilan belajarnya, baik dari pihak orang tua
pendidikan. Sebab wujud dari hasil evaluasi
maupun guru atau pihak lain yang terkait.
terhadap kegiatan belajar-mengajar di sekolah
Kontribusi
senantiasa berupa angka prestasi.
Keberhasilan Belajar
Pola
Asuhan
terhadap
Apabila dikaitkan dengan keresahan yang
Temuan ini menunjukkan bahwa pola
dimunculkan pada latar belakang masalah, temuan
asuhan bina kasih berkontribusi secara nyata
ini tampaknya dapat diterima. Artinya temuan ini
terhadap keberhasilan belajar siswa di SMA Negeri
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 66
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... 4 DKI Jakarta. Sementara pola asuhan unjuk kuasa
variabel-variabel lain, seperti yang dinyatakan
dan lepas kasih tidak memberikan kontribusi
diatas.
yang berarti.
Terlepas dari kecilnya kontribusi pola
Kontribusi pola asuhan bina kasih
asuhan bina kasih kepada keberhasilan belajar,
kepada keberhasilan belajar sebesar 15,41%, ini
namun hal itu tidak dapat diabaikan. Sebab
menunjukkan bahwa 84,59% keberhasilan
penggunaan kompone-komponen bina kasih
belajar siswa tidak mampu dijelaskan oleh
dalam
variabel pola asuhan bina kasih. Dengan kata lain
tampaknya merupakan perlakuan yang kondusif
ada sejumlah variabel lain yang turut mewarnai
bagi
keberhasilan belajar siswa. Variabel-variabel
Sementara penggunaan komponen-komponen
tersebut seperti: intelegensi, motivasi, persepsi,
unjuk kuasa dan lepas kasih, dari temuan ini
sikap, minat, guru, kurikulum, dan masyarakat.
dipandang
Turutnya
memicukeberhasilan anak belajar di sekolah.
membimbing
perkembangan
tidak
dan
mendidik
prestasi
belajar
efektif
anak,
anak.
untuk
variabel
lain
mempengaruhi
belajar
siswa,
sejalan dengan
Mengapa komponen-komponenbina kasih
pandangan berbagai teori dalam psikologi belajar;
dapat memicu keberhasilan belajar anak ?. Menurut
yakni belajar merupakan suatu proses yang
Hoffinan (2009) penggunaan komponen bina kasih
kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor
secara dominan akan dapat menimbulkan kesadaran
(intern dan ekstern) (Sumadi Suryabrata, 2004:
pada anak akan apa yang seharusnya boleh
Westy Soemanto, 2003; Winkel, 2007; Nasoetion,
dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Disamping
1991; Rochman Natawidjaja,2005).
itu penggunaan komponen bina Icasih juga sangat
keberhasilan
Berkenaan dengan grand teori yang
mengembangkan penalaran anak yang positif,
dikemukakan sebelumnya, maka apa yang
karena setiap perlakuan diikuti dengan penjelasan-
ditemukan tampaknya sejalan dan mendukung
penjelasan yang membuka wawasan berfikir
teori tersebut.
anak.
Meskipun temuan ini sejalan dengan
Pada sisi lain, mengapa pola asuhan
yang dibahas, namun bila dilihat dari besarnya
unjuk kuasa, dan lepas kasih tidak berkontribusi
kontribusi tersebut dapat dinyatakan rendah.
kepada keberhasilan belajar siswa ?. Hoffinan
Apalagi bila dirujuk pada aliran-aliran yang
(2009), menegaskan bahwa, kedua pola ini bila
memandang keluarga (orang tua) sebagai penentu
digunakan secara dominan oleh orang tua dapat
perilaku anak di masadepan (seperti aliran
menimbulkan rasa takut dan tertekan pada anak,
psikoanalisis dan New Fruedian).
yang padagilirannya anak merasa frustasi, dan
Rendahnya kontribusi pola asuhan bina kasih
tidak dapat berperilaku secara sehat.
terhadap keberhasilan belajar, diduga berkenaan dengan hampir berimbangnya skor bina kasih dan lepas kasih yang dikesankan siswa. Disamping ketidakmampuan penelitian ini dalam mengontrol
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 67
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... Penggunaan hukum fisik atau non fisik (unjuk kuasa) misalnya, meskipun kadangkala dapat merubah perilaku anak yang tidak baik
bagi
pengembangan
ilmu
bimbingan
konseling dan psikologi pendidikan. b. Komponen-komponen pola asuhan yang
(misalnya tidak mau mengerjakan PR menjadi
diminan
mau mengerjakan), tetapi jika itu terlalu sering
menurut kesan anaknya (siswa SMA
dilakukan
anak
Negeri 4 ) cenderungh bersifat bina kasih
tergantung dengan perlakuan tersebut. Bahkan
dan lepas kasih ketimbang unjuk kuasa.
akan mematikan kesadaran dan penalaran anak,
Hal ini dapat dilihat dari bandingan
karena ia berbuat semat-mata takut dihukum.
persentase skor actual dengan [ersentase
Begitu pula halnya bila penolakan, pengucilan
skor minimal ideal. Dimana persentase
dan pengacuhan (komponen lepas
skor maksimal actual bina kasih dan lepas
(dominan)
akan
membuat
kasih)
digunakan secara dominan, akan membuat anak merasa
tidak
enak
(anger),
dan
digunakan
para
orang
tua
kasih berada pada kategori netral.
cemas
c. Keberhasilan belajar siswa cenderung
berkepanjangan, yang pada gilirannya frustasi
berada pada kategori ―sedang‖. Hal ini
(Hoffman, 2009; Kornadt, 1987). Lebih lanjut
dapat dilihat dari bandingan rerata skor
perasaan frustasi ini akan dapat memicu lahimya
actual yang ditemukan pada siswa dengan
perilaku-perilaku tidak sehat, seperti perilaku
skor ideal.
agresi (Kornadt, 1987; Sears, 1991; Schneider,
d. Dengan mengabaikan dan mengontrol
1965). Perilaku-perilaku tidak sehat tersebut
pola asuhan unjuk kuasa dan lepas kasih,
merupakan gejala adanya kesulitan belajar
pola asuhan bina kasih memberikan
(Depdikbud, 2002; Nasoetion, 1991). Dengan
kontribusi
demikian, baik secara teoritis maupun empiris,
mengembangkan
dapat dinyatakan bahwa pola asuhan bina kasih
siswa. Dengan demikina pola asuh bina
yang dominan cenderung memberikan kontribusi
kasih dipandang sebagai pola asuhan
yang positif terhadap keberhasilan belajar siswa.
yang kondusif dalam mendidik dan
Sebaliknya pola asuhan unjuk kuasa dan lepas
membimbing anak, berkenaan dengan
kasih cenderung tidak berkontribusi terhadap
keberhasilan belajar siswa.
keberhasilan belajar siswa.
berarti
dalam
keberhasilan
belajar
e. Dengan mengabaikan dan mengontrol pola asuhan bina kasih dan lepas kasih,
PENUTUP
ternyata pola asuhan unjuk kuasa tidak
1. Simpulan a. Mengacu
yang
pada
temuan
dan
hasil
berkontribusi
secara
berarti
terhadap
pembahasan penelitian ini, bagian ini
keberhasilan belajar siswa. Begitu pula
mencoba
dengan pola asuhan lepas kasih, bila pola
kesimpulan
untuk dan
menarik
beberapa
rekomendasi
yang
asuhan
bina
kasih
dan
juk
kuasa
bermanfaat bagi oragn tua, guru dan
dikontrol. Dengan kata lain kedua pola
mengambil kebijakan pendidikan di SMA
asuhan ini (unjuk kuasa dan lepas kasih)
negeri 4 DKI Jakarta, serta bermanfaat pula
di pandang sebagai pola asuhan yang
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 68
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... tidak
menguntungkan
siswa
dalam
meningkatkan keberhasilan belajar siswa, baik secara empiris maupun teoritis.
tua dengan guru di setiap pembagian rapor. b. Disamping
orang
tua,
setiap
guru
hendaknya melakukan diagnosis terhadap
2. Saran Adapun beberapa rekomendasi yang
kesulitan belajar yang diuperlihatkan oleh
dapat diberikan berdasarkan dengan pola asuh
siswa,yang pada gilirannnya melakukan
dan
program-program perbaikan (remedial).
keberhasilan
belajar
adalah
sebagai
berikut :
c. Mengingat proses belajar merupakan
a. Mengingat masih dominannya pola suhan
suatu perbuatan yang kompleks, perlu
lepas kasih dan netralnya pola unjuk
dilakukan
kuasa
antara orang tua dengan guru di sekolah
yang
digunakan
orang
tua,
tampaknya perlu dilakukan tindakantindakan memberikan
yang
operasional
pemahaman
untuk
yang
baik
kerjasama
yang
harmonis
dalam mendidik dan membimbing siswa. d. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
melibatkan
dan
mengontrol
tentang konsekuensi pola asuhan yang
variable-variabel lain, seperti motivasi,
digunakan
terhadap
intelegensi, bakat, minat, status social
keberhasilan belajar siswa. Hal in idapat
ekonomi, keutuhan keluarga, perlakuan
silakuakn oleh sekolah melalui kegiatan
guru, dan masyarakat disekitar anak atau
home visit dalam program bimbingan dan
sekolah.
orang
tua
konseling atau melalui pertemuan orang
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 69
Nurhasanah, Keberhasilan Belajar Siswa... DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud, (2008), UU Tentang System Pendidikan Nasional dan Peraturan Pelaksanaannya, Sinar Grafika, Jakarta. Depdikbud, (2002), Diagnostik Kesulitan dan Perbaikan Belajar, Akta V, Jakarta. Hoffman, M.L..,(2009), Concience, Personality, and Socialization, Techbiques, Human Development, 13.90-126a. Hurlock, Elizabeth B., (1994), Personality Development, New Delhi : Mc Graw Hill Publishing.co.Ltd. Isparjadi, (2006), Statistik Pendidikan, Jakarta, Depdikbud Dikti P2LPTK. Nasution, S., (1991), Metode Reseach, Bandung, Jemmars. Popham, J. W. d & Sirotnik, K. A., (1983), Educational Statistic : Use and Interpretation. New York, Harper & Raw Publisher. Rochman Natawidjaya, (2005), Beberapa Konsep Statistika Untuk Penelitian dan Penilaian. FPS, IKIP Bandung. Sears, David, et al., (1991) Psikologi Sosial, Alih Bahasa Michel Adryanto, Jakarta : Erlangga. Sudjana, (2008), Metode Statistika, Bandung : Tarsito. Sudjana, (2008), Teknik Analisis Regresi dan Korelasi.Bandung : Jurusan Statistika, Fippa, Unpad. Sumadi Suryabrata, (2004), Psikologi Pendidikan , CV. Rajawali : Jakarta. Sunaryo, Kartadinata, (1983), Kontribusi Iklim Kehidupan Keluarga dan Sekolah Terhadap Adekuasi Penyesuaian Diri, Studi Deskriptif Analitik Terhadap Siswa SMA Negeri di Kota Madya dan Kabupaten Bandung, Tahun 1982, Tesis, Bandung : FPS IKIP Bandung Winkel, W.S., (2007). Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar, Jakarta : PT Gramedia. Wisnubrata, L.J (2002), Peran Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Pengembangan Motif Prososial Remaja. Bandung: desertasi Doktor PPs Unpad.
ISSN 2355-102X
Volume III Nomor 2 Oktober 2016| 70