PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI
Oleh : Muhammad Din Haq 05110063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009
ii
PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)
Oleh : Muhammad Din Haq 05110063
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI MAN MALANG I
SKRIPSI OLEH: MUHAMMAD DIN HAQ NIM : 05110063
Disetujui oleh : Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag NIP: 150 267 279
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pdi NIP. 150 267 235
iv
HALAMAN PENGESAHAN PENGARUH POLA ASUH ORANGTUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI DI MAN MALANG I
SKRIPSI Dipersiapkan dan disusun oleh Muhammad Din Haq (05110063) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 08 Agustus 2009 dengan nilai A Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Pada tanggal 08 Agustus 2009
Panitia Ujian
Ketua Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 297
:______________________
Sekretaris Sidang M. Amin Nur, MA NIP. 150 327 263
:_______________________
Pembimbing, Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 297
:______________________
Penguji Utama Marno, M. Ag NIP. 150 321 639
:_______________________
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Dr. M. Zainuddin, MA NIP.150 275 502
v
PERSEMBAHAN
Karyaku ini akan aku persembahkan pada orang - orang yang terdekat denganku dan telah membantuku selama ini, mereka adalah :
1. Ayah dan ibuku tercinta (Abd. Manaf & Mabruroh), karena merekalah yang telah membesarkanku sampai saat ini. 2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Saudara-saudaraq satu perjuangan dan satu atap mereka adalah temen-temen MES: Howos, mas. Arip, mas Sunu, Samsul, Bagus, amin, syarib, dan rodhi yang telah membantu menghitung data statistik. 4. Temen-temen kerjaan, mas Halim yang sudah membantu dan memberi masukan, mas Idris yang selalu cooperative, obet, dll yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. 5. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkanku dalam menulis skripsi ini. 6. Dr. M. Zainuddin, MA selaku dekan fakultas tarbiyah. 7. M. Padil, M. Pdi selaku ketua jurusan PAI. 8. Kepala sekolah MAN Malang I, dan seluruh guru beserta karyawan dan murid-murid kelas XI yang telah membantu dalam penggalian data. 9. Dan yang terakhir adalah mahasiswa psikologi smt VI yang telah membantu saya dalam segala hal, dan kamu telah banyak berjasa atas semua ini, terima kasih Vida.
vi
Motto $γ y èy ™ ó ρã ω ā )Î $¡ ² ø Ρt ! ª #$ # ß =kÏ 3 s ƒã ω Ÿ Allah tidak akan membebani hambanya di luar kemampuannya.
vii
Nota Dinas Pembimbing Dra. Hj. Sulalah, M. Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Muhammad Din Haq Lamp : 1 (satu) Eksemplar
Malang, 25 Juli 2009
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang Di Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama
: Muhammad Din Haq
NIM
: 05110063
Jurusan
: PAI
Judul Skripsi : Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI MAN Malang I Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk ujian. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP: 150 267 279
viii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 25 Juli 2009
Muhammad Din Haq
ix
KATA PENGANTAR
U|áÅ|ÄÄt{|ÜÜt{ÅtÇ|ÜÜt{|Å Alhamdulillah, tiada kata-kata yang pantas dan patut penulis ucapkan selain ungkapan rasa syukur kehadirat-Mu Ya Allah, dengan taufik, hidayah dan limpahan rahmat-Mu lah serta ridha-Mu penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa“ Sholawat dan salam senantiasa tetap tercurah dan terlimpahkan kepada tauladan seluruh umat manusia, pemimpin umat Islam beliaulah Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya dan sahabat-sahabatnya, karena beliaulah sampai saat ini kita dapat menikmati tentramnya iman dan indahnya Islam. Penulis menyadari bahwa pembuatan laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari semua pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Yang Tercinta; Ayah dan Ibu yang telah mendukung baik dari segi materi maupun moril. Beserta keluarga besarku yang dengan adanya mereka maka aku mempunyai garis keturunan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo. Selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. M. Zainuddin, MA. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pd.I. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Malang.
x
5. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, memberikan konstribusi tenaga dan pikiran, guna memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Bapak Drs. H Zainal Mahmudi, M. Ag selaku kepala madrasah MAN Malang I beserta para dewan guru dan karyawan dan para murid-murid kelas XI yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data selama ini. 7. Seluruh sahabat-sahabati PMII Rayon CHONDRODIMUKO dan kawankawan IMADU (ikatan mahasiswa alumni Darul ‘Ulum) yang dengan kebesaran hati mendoakan saya di sela-sela kegiatan mereka
Penulis hanya bisa berdo’a kepada Allah semoga amal baik Bapak/Ibu serta sahabat-sahabat akan diberikan balasan yang setimpal oleh Allah SWT. Dalam penulisan ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, namun tidak menutup kemungkinan masih terdapat kekurangan dan kekeliruan, sehingga masih jauh dari kesempurnaan. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan semoga Allah SWT. melimpahkan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga dapat mengemban tugas untuk melaksanakan pendidikan. Malang, 25 Juli 2009 Penulis
Muhammad Din Haq NIM: 05110063
xi
DAFTAR TABEL TABEL 3.1
VARIABEL PENELITIAN
TABEL 3.2
PEDOMAN PEMBERIAN SKOR
TABEL 3.3
BLUE PRINT SKALA POLA ASUH ORANGTUA
TABEL 4.1
SASARAN PROGRAM UNGGULAN
TABEL 4.2
DATA LUAS TANAH
TABEL 4.3
KEADAAN GEDUNG MADRASAH MAN MALANG I
TABEL 4.4
KEADAAN PERSONIL SEKOLAH
TABEL 4.5
KEADAAN SISWA
TABEL 4.6
KEADAAN TIDAK NAIK KELAS, TIDAK LULUS, DAN PUTUS SEKOLAH
TABEL 4.7
INPUT DAN OUTPUT NEM PESERTA DIDIK
TABEL 4.8
DATA NUN LIMA TAHUN TERAKHIR
TABEL 4.9
DATA PRESTASI NON AKADEMIK
TABEL 4.10
KEGIATAN KEAGAMAAN
TABEL 4.11
DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH DEMOKRATIS
TABEL 4.12
DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH OTORITER
TABEL 4.13
DISTRIBUSI FREKUENSI POLA ASUH PERMISIF
TABEL 3.14
DISTRIBUSI FREKUENSI PRESTASI SISWA
TABEL 3.15
RINGKASAN REGRESI
xii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
ANGKET LAMPIRAN
LAMPIRAN 2
REKAP NILAI SISWA
LAMPIRAN 3
HASIL ANGKET
LAMPIRAN 4
RELIABILITY
LAMPIRAN 5
HASIL ANALISIS DESKRIPTIF DAN DISTRIBUSI FREKUENSI
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISISREGRESI LINIER SEDERHANA
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
v
MOTTO ...................................................................................................
vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING..........................................
vii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................
viii
KATA PENGANTAR..............................................................................
ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
xii
DAFTAR ISI ............................................................................................
xiii
ABSTRAK................................................................................................
xvii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah................................................
1
B. Rumusan Masalah.........................................................
7
C. Tujuan Penelitian .........................................................
7
D. Manfaat Penelitian ........................................................
7
E. Hipotesis ......................................................................
8
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................
8
G. Penegasan Istilah...........................................................
8
H. Sistematika Pembahasan ...............................................
9
xiv
BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Pola Asuh Orangtua ......................................................
11
1. Pengertian Pola Asuh. .............................................
11
2. Pola Asuh Dalam Perspektif Islam ..........................
14
3. Macam-macam Pola Asuh.......................................
18
4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak............................
27
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua. ............................................... B. Prestai Belajar...............................................................
35 `39
1. Pengertian Prestasi Belajar ......................................
39
2. Macam-macam Prestasi Belajar...............................
42
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar .
43
4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa .......................................................... BAB III
51
METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian....................................................
54
B. Variabel Penelitian........................................................
54
C. Sumber Data .................................................................
57
D. Populasi dan Sampel .....................................................
58
E. Instrumen Penelitian .....................................................
59
F. Validitas dan Reliabilitas ..............................................
61
G. Metode Pengumpulan Data ...........................................
63
H. Analisis Data ................................................................
65
xv
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ...............................
68
1. Sejarah Obyek Penelitian ........................................
68
2. Visi, Misi, dan Tujuan.............................................
70
3. Sasaran Program Unggulan .....................................
72
4. Sarana dan Prasarana...............................................
75
5. Keadaan Guru dan Karyawan ..................................
78
6. Data Siswa ..............................................................
82
7. Sumber Belajar........................................................
87
8. Kegiatan Keagamaan...............................................
89
9. Gambaran Umum Orangtua Siswa ..........................
91
B. Analisis Statistik Deskriptif...........................................
91
1. Pola Asuh Orangtua ................................................
91
2. Prestasi Belajar Siswa .............................................
95
3. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa .............................................
BAB V
96
PEMBAHASAN A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa Kelas XI MAN Malang I...............................................
97
B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I............
103
xvi
BAB VI
PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................
105
B. Saran ............................................................................
106
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xvii
ABSTRAK Muhammad Din Haq, Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Siswa Kelas XI MAN Malang I. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dra. Hj. Sulalah, M. Ag Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Peran keluarga terutama orangtua sangat penting dalam mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari pekerjaan, sedangkan belajar adalah suatu proses mental yang dilakukan untuk memperoleh perubahan perilaku yang lebih baik. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana pola asuh yang diterapkan orangtua siswa terhadap anaknya. Setelah diketahui bagaimana pola asuh yang diterapkan langkah selanjutnya adalah mencari pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode angket (kuesioner), wawancara dan metode dokumentasi. Subjek penelitiaan ini adalah siswa kelas XI dengan jumlah 236 dan diambil sampel sebanyak 60 siswa atau 25 % dari jumlah populasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan regresi sederhana. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh: (a) pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa adalah pola asuh campuran dari ketiga tipe yaitu demokratis, otoriter, dan permisif dengan rincian sebagai berikut: demokratis 32 %, otoriter 35 %, dan permisif 47 %. (b) prestasi belajar dari 60 siswa mayoritas berada pada level prestasi tinggi dengan frekuensi sebesar 32 siswa atau 53 %. Dari hasil uji regresi linier sederhana diperoleh: angka r sebesar 0.638 yang lebih besar dari taraf signifikansi 0.5, jadi hipotesis nol ditoalak dan hipotesis kerja diterima. Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400 yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Disarankan bagi pihak sekolah untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis antara sekolah dengan wali murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar. Kata kunci: Pola Asuh, Prestasi Belajar
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebagian dari fenomena interaksi kehidupan sosial manusia. Menurut K.J. Veeger pada hakekatnya kehidupan sosial itu terdiri dari jumlah aksi dan reaksi yang tidak terbilang banyaknya, baik antara perorangan
maupun
antara
kelompok.1
Pihak-pihak
yang
terlibat
menyesuaikan diri dengan salah satu pola perilaku yang kolektif. Kesatuan yang berasal dari penyesuaian diri itu disebut kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan bagian dari interaksi sosial yang telah ada bersamaan dengan kehidupan manusia. Kian maraknya pelanggaran nilai moral oleh remaja dapat dipandang sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri. Pemicu utamanya diduga adalah situasi dan kondisi keluarga yang negatif.2 Keluarga adalah pondasi utama bagi pendidikan anak, dimana dia dibentuk oleh orangtua mereka. Orangtua merupakan guru pertama bagi anak dan sekaligus sebagai panutan dan pembimbing dalam melewati fase-fase perkembangannya. Kebiasaankebiasaan di lingkungan keluarga sedikit banyak akan mempengaruhi kebiasaan anak-anak yang ada dalam lingkungan tersebut karena tipe kepribadian pada masa kanak-kanak adalah imitasi
1
Miftahul Huda, Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak, (Malang: UINMalang Press, 2008), hlm 1 2 Moh. Shochib, Pola Asuh Orangtua, (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 1998), hlm. V
2
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam rangka
membangun
mensosialisasikan
masa
depan.
kemampuan
baru
Karena
itu
kepada
pendidikan
mereka
agar
berperan mampu
mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamik.3 Dalam keseluruhan proses pendidikan tujuannya untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, baik moral maupun intelektual serta berketerampilan dan bertanggung jawab. Salah satu upaya untuk menyiapkan genearasi penerus tersebut adalah melalui lembaga pesekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Hasan Langgulung menyebutkan bahwa dalam pendidikan mengandung dua aspek, Pertama: Aspek mengajar dan Kedua: Aspek belajar. Aspek mengajar itu hanyalah suatu cara untuk memantapkan proses belajar itu. Sedangkan proses belajar berlaku apa sebanarnya yang terjadi pada manusia.4 Masalah belajar adalah masalah yang selalu aktual dan dihadapi oleh setiap orang5. Maka dari itu banyak para ahli-ahli membahas dan menghasilkan berbagai teori tentang belajar. Dalam hal ini tidak dipertentangkan kebenaran setiap teori yang dihasilkan, tetapi yang lebih penting adalah pemakaian teori-teori itu dalam praktek kehidupan yang paling cocok dengan situasi kebudayaan kita.
3
Muhaimin, Konsep Pendidikan Islam, (Solo: Ramadhan, 1991), hlm. 9 Ibid., hlm. 23 5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hlm. V 4
3
Tokoh Lintang dalam sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata menunjukkan bahwa dia adalah seorang anak yang berasal dari keluarga yang miskin, ibunya telah meninggal dan bapaknya adalah seorang nelayan tradisional di pulau Belitong (Bangka Belitung) yang setiap harinya selalu berangkat pagi dan pulang menjelang malam untuk menangkap ikan untuk menghidupi keluarganya. Sehingga waktu untuk mendampingi anak-anaknya hampir tidak ada sama sekali, akan tetapi semangat belajar yang tinggi itu dimiliki oleh sosok seorang Lintang. Dia tidak mudah putus asa meski harus berjalan puluhan kilometer setiap harinya untuk bersekolah Lintang adalah sosok yang pintar bahkan memiliki IQ diatas rata-rata bila dibandingkan dengan teman sebaya satu kelasnya, dia menjadi contoh bagi teman-temannya untuk selalu belajar agar bisa menyaingi kepintarannya di kelas. Contoh yang dihadirkan dalam sosok seorang Lintang adalah sebuah refleksi bahwasannya tidak hanya faktor pola asuh saja yang dijadikan sebagai acuan untuk menentukan prestasi seorang anak dalam belajarnya, akan tetapi pola asuh adalah salah satu unsur yang mendukung anak untuk memeproleh prestasi yang gemilang dalam proses belajarnya. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru.
4
Tidak disangkal lagi bahwa dalam belajar seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Sehingga bagi pelajar sendiri penting untuk mengetahui faktor-faktor yang dimaksud. Hal ini menjadi lebih penting lagi tidak hanya bagi pelajar tetapi juga bagi (calon-calon) pendidik, pembimbing dan pengajar didalam mengatur dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sedemikian rupa hingga dapat terjadi proses belajar yang optimal. Proses belajar seorang siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, faktorfaktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah yang ada di luar individu6 Dalam hal ini penulis lebih menitik beratkan pada faktor ekstern pada siswa salah satunya yaitu faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor lingkungan sekolah dan masyarakat juga banyak mempengaruhi proses belajar siswa. Pada dasarnya hubungan orangtua dan anak tergantung pada sikap serta perilaku orangtua dalam keluarga. Sikap orangtua sangat menentukan terbentuknya hubungan keluarga sebab apabila hubungan telah terbentuk dengan baik, maka hal ini cenderung untuk di pertahankan, karenanya sikap orangtua terhadap anak merupakan hasil belajar. Banyak faktor yang juga menentukan sikap apa yang di pelajari, yang paling umum diantaranya adalah
6
Ibid., hlm. 56
5
sebagai berikut: pengalaman awal orangtua sebagai anak (dari pola asuh orangtuanya yang di terapkan ketika mereka masih anak-anak) serta nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak. Orangtua yang dahulunya menerima suatu bentuk pola asuh tertentu seringkali orang akan menerapkan kembali kepada anak-anak mereka di kemudian hari Ketika berbicara masalah prestasi-prestasi yang telah diraih oleh para siswa sekolah, hal itu banyak yang mempengaruhi. Disamping model pendidikan yang diterapkan pada sekolahan terdapat faktor lain, yaitu pendampingan keluarga selama proses belajar mereka. Pendidikan yang dilakukan di sekolah terbatas pada jam belajar saja, selebihnya para siswa berada pada lingkungan keluarga maka unsur keluarga sangat berperan dalam perjalanan belajar siswa. Banyak siswa yang berprestasi akan tetapi kondisi keluarganya tidak sehat atau bisa dikatakan broken home. Hal ini sangat bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam proses belajar siswa. Meski pencapaian prestasi itu penuh dengan rintangan dan tantangan yang harus dihadapi oleh seseorang, namun seseorang tidak akan pernah menyerah untuk mencapainya. Di sinilah nampaknya persaingan dalam mendapatkan prestasi dalam keompok terjadi secara konsisten dan persisten. Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi. Semuanya tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu, kegiatan mana yang akan digeluti untuk mendapatkan prestasi
6
tersebut. Konsekuensinya kegiatan tersebut harus digeluti secara optimal agar menjadi bagian dari diri secara pribadi.7 Penulis menemukan beberapa realita yang terjadi yaitu ketika ada seorang teman yang berangkat dari keluarga mampu, akan tetapi kehidupan belajarnya tidak maksimal maka hasil belajarnya pun tergolong rendah. Sebaliknya ada seorang yang berangkat dari keluarga pas-pasan bahkan termasuk miskin akan tetapi prestasinya bagus dan semangat belajarnya tinggi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan iklim pendidikan di Indonesia yang mana biaya pendidikan semakin tinggi. Maka yang punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang bagus adalah mereka yang berangkat dari keluarga mampu. Hemat penulis anak yang mempunyai kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi dan bagus berkualitas adalah mereka yang berangkat dari keluarga mampu (menengah-ke atas) dan itu berimplikasi dengan semangat belajar yang tinggi mengingat hanya sedikit yang bisa menikmati pendidikan dengan kualitas tinggi. Namun pada kenyataannya banyak diantara mereka yang mengabaikan dan meremehkan kesempatan itu sehingga tidak sedikit dari mereka yang tidak berprestasi dalam belajarnya. Sebaliknya banyak diantara anak-anak yang dari keluarga tidak mampu dan latar belakang pendidikan keluarganya rendah justru berprestasi dalam belajarnya. Seorang anak ketika masih kanak-kanak pembentukan mental secara psikologis sangat bergantung sekali pada pola asuh yang digunakan orangtuanya, sedangkan proses belajar adalah proses mental, maka penulis 7
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 20
7
disini beranggapan bahwa ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat belajar siswa yang akhirnya terukur dengan adanya prestasi belajar. Adanya hubungan antara pola asuh dengan proses mental seorang anak maka ada juga pengaruhnya dengan prestasi belajar siswa. Atas dasar latar belakang yang sudah penulis kemukakan diatas, maka penulis mengangkat sebuah judul “Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa”
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa terhadap anaknya? 2. Bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I? C. TUJUAN PENELITIAN Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelititan ini adalah: 1. Untuk mengetahui, mendiskripsikan dan menganalisis pola asuh yang diterapkan orangtua terhadap anaknya. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar siswa D. MANFAAT PENELITIAN 1. Dari hasil penelitian ini bagi masyarakat umum dapat dijadikan sebagai tambahan wawasan keilmuan tentang pola asuh dan pengaruhnya
8
2. Hasil dari penelitian ini bagi lembaga pendidikan yang diteliti dapat digunakan acuan dalam mengembangkan prestasi belajar siswa. 3. Bagi penulis penelitian ini sebagai wawasan serta pengalaman baru dalam dunia penelitian E. HIPOTESIS Hipotesis
diartikan
sebagai
suatu
jawaban
sementara
terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul8. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : a. Hipotesis Kerja (Ha) Adanya pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa b. Hipotesis Nihil (Ho) Tidak ada pengaruh antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN Pembatasan ruang lingkup dalam penelitian lazim dibutuhkan, hal ini dimaksudkan untuk memperjelas arah penelitian yang akan dibahas oleh peniliti sehingga pembaca mudah untuk memahami arah berpikir peniliti. Dalam penilitian ini peneliti hanya meneliti bagaimana pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I G. PENEGASAN ISTILAH Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya kerancuan dalam memahami maksud definisi istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka dipandang perlu penegasan istilah dalam penelitian ini. Adapaun istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 8
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 71
9
1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan, dengan tujuan untuk membimbing atau mengarahkan serta mendidik ank-anknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh tersebut meliputi demokratis, otoriter dan permisif. Dalam hal ini yang dimaksud orangtua yaitu ayah dan ibu atau yang mempunyai tanggung jawab untuk mengasuh anak. 2. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang skripsi ini, maka penulis akan menguraikan dalam enam bab sebagai berikut: 1. Bab I, pada bab ini peneiliti akan menguraikan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, dan penegasan istilah. 2. Bab II, pada bab ini akan dikemukakan kajian teoritis mengenai variabel penelitian yang digunakan meliputi: definisi pola asuh, pola asuh dalam perspektif islam, macam-macam pola asuh, pentingnya pola asuh bagi anak, dan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua. 3. Bab III, merupakan pemaparan tentang metodologi penelitian yang digunakan terdiri dari: rancangan penelitian, variabel penlitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, analisis data.
10
4. Bab IV, merupakan pemaparan hasil penelitian yang meliputi profil temapt penelitian dan analisa statistik deskriptif tentang pola asuh orang tua, prestasi belajar siswa, serta pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap prestasi belajar siswa. 5. Bab V, dalam bab ini akan dijelaskan tentang pembahasan yang meliputi bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa, bagaimana prestasi siswa di sekolah, dan bagaimana pengaruh antara pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I 6. Bab VI, bab inimerupakan bab yang terakhir yang berisi kesimpulan dari penelitian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya serta saran yang diperlukan.
11
BAB II KAJIAN TEORI A. Pola Asuh Orangtua 1. Pengertian Pola Asuh Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan, nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan sebagai guru, penuntun, dan pengajar. Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi umat yang tangguh di dalam maupun di luar. Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman
12
sikap dan moral, serta kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua. Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua dan alasan orangtua mempunyai anak.9 Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik maupun psikis.10 Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai strategi untuk mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.11 Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari.
9
Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),
hlm. 144 10 11
Ibid Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395
13
Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang berbeda dalam sebuah keluarga. Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya bersabda: “Inilah jalan Allah SWT yang lurus” Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda: “Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang menyesatkan” Kemudian beliau membaca ayat Al-Qur’an:
tã öΝä3Î/ s−§xtGsù Ÿ≅ç6¡9$# (#θãèÎ7−Fs? Ÿωuρ ( çνθãèÎ7¨?$$sù $VϑŠÉ)tGó¡ãΒ ‘ÏÛ≡uÅÀ #x‹≈yδ ¨βr&uρ ∩⊇∈⊂∪ tβθà)−Gs? öΝà6‾=yès9 ϵÎ/ Νä38¢¹uρ öΝä3Ï9≡sŒ 4 Ï&Î#‹Î7y™ Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-an’am; 153)12
Dari pendapat beberapa ahli di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga.
12
Al-Qur’an dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283
14
2. Pola asuh Orangtua Perspektif Islam Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak. Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah, yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik, mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki tanggung jawab. Doktrin islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang, dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam. Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.13 Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan orangtua dengan anak-anaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
ﺇﻥ ﻣﻦ ﺃﻛﻤﻞ ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ ﺇﳝﺎﻧﺎ ﺃﺣﺴﻨﻬﻢ ﺧﻠﻘﺎ ﻭﺍﻟﻄﻔﻬﻢ ﺑﺄﻫﻠﻪ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ 13
Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF Indonesia, 1986), hlm. 53
15
()ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬ Artinya: “Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya” (HR. Tirmidzi).
Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.14 Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan
14
Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29
16
hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji. Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:
:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﳌﺮﺃﺓ ﺭﺍﻋﻴﺔ, ﻓﺎﻟﻮﺍﻟﺪ ﻭﺍﻉ ﰲ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ,ﻛﻠﻜﻢ ﺭﺍﻉ ﻭﻛﻠﻜﻢ ﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ (ﰲ ﻣﺎﻝ ﺯﻭﺟﻬﺎ ﻭﻭﻟﺪﻩ ﻭﻣﺴﺌﻮﻟﺔ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻬﺎﺯ )ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya:
“Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya” (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)
Menurut Dharmawan, terdapat tiga macam pola asuh orangtua dalam mendidik anak, diantaranya:15
15
Budi Dharmawan dan Yoyoh Yusroh, Metode pendidikan Rasulullah SAW dalam Mengembangkan kepribadian anak, one-line: http//www.pks-anz.org/print.php?sid. akses: 11 Maret 2009
17
1. Pola asuh koersif a. Cara
orangtua
mendisiplinkan
anak
tanpa
memberi anak
kebebasan. b. Membuat keputusan untuk anak, dan anak tinggal melaksanakan keputusan orangtua. c. Memberikan dorongan dari luar kepada anak. 2. Pola asuh permisif a. Orangtua memberi anak kebebasan tanpa disiplin. b. Mengambil alih tanggung jawab anak menjadi tanggung jawab orangtua. c. Tidak memberikan dorongan kepada anak. 3. Pola asuh dialogis a. Orangtua memberi anak kebebasan tetapi disiplin. b. Memberi pilihan kepada anak untuk membuat keputusannya sendiri. c. Menumbuhkan dorongan dari dalam pada diri anak. Dari ketiga macam pola asuh di atas, maka landasan pola asuh yang diterapkan oleh Rasulullah SAW adalah pola asuh dialogis yaitu tertib dengan kebebasan, karena sesuai dengan fitrah penciptaan manusia dan diwajibkan oleh Allah SWT terhadap para utusannya. Disamping itu, berpijak pada dorongan dan konsekuensi dalam membagun dan memelihara fitrah anak.
18
Di bawah ini merupakan tiga fase pola asuh yang diterapkan oleh Rasulullah SAW, diantaranya:16 a. 0-7 tahun (dialogis-permisif), menjadikan anak manja-terarah b. 7-14 tahun (dialogis-koersif), menjadikan anak disiplin-terdidik. c. 14-21 tahun (dialogis-dialogis), menjadikan anak dapat mandiribertanggung jawab. Hal tersebut juga dapat diketahui dari contoh Rasulullah SAW yang sangat memperhatikan dan memperlakukan anak kecil dengan sangat baik. Beliau merawat cucu-cucunya yaitu Hasan dan Husen dengan penuh kelembutan, kehangatan dan cinta kasih, dimana hal tersebut merupakan wujud dari kecintaan dan perhatian beliau kepada mereka. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua dalam prespektif Islam yaitu pola asuh koersif (tertib tanpa kebebasan), pola asuh permisif (bebas tanpa ketertiban), dan pola asuh dialogis (tertib dengan kebebasan). Sedangkan pola asuh yang diterapkan Rasulullah SAW yaitu pola asuh dialogis, dimana terbagi menjadi tiga macam yaitu dialogis-permisif (menjadikan anak manja-terarah), dialogiskoersif
(menjadikan
anak
disiplin-terdidik)
dan
dialogis-dislogis
(menjadikan anak mandiri-bertanggung jawab).
3. Macam-macam Pola Asuh Dalam menentukan aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga, harus dipertimbangkan dengan berbagai macam aspek yang dapat
16
Dharmawan dan Yusroh, Op.cit, akses: 11 Maret 2009
19
menjamin adanya kerukunan dan kedamaian dalam berkeluarga. Ketentuan-ketentuan tersebut harus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarga yang bersangkutan. Orangtua memang perlu memperhatikan keadaan anak-anaknya. Dalam mengajarkan norma dibutuhkan ketrampilan berkomunikasi yang baik dengan anak, karena komunikasi yang baik dan terarah diharapkan apa yang diajarkan orangtua mudah diterima oleh anak. Semua perbuatan dan tingkah laku dari orangtua merupakan contoh yang baik untuk diterapkan pada diri anak dalam kehidupan sehari-harinya. Orangtua dengan segala sikap, tindakan dan kebiasaannya sehari-hari adalah teladan bagi anak-anaknya. Tidak heran bila mereka juga berperilaku seperti orangtuanya. Terlebih pada masa kanak-kanak sampai masa remaja karena mereka mulai berpikir kritis. Sebagian besar waktu anak didapat di lingkungan keluarga. Dasar kelakuan, sikap hidup serta kebiasaannya dibangun dari lingkungan keluarga. Pengaruh lingkungan luar akan kalah pengaruhnya. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Dewantara mengatakan bahwa setiap pemimpin (dalam hal ini adalah orangtua sebagai pemimpin keluarga) sebaiknya menganut tiga aspek diantaranya: a. Ing ngarso sung tulodo Orangtua harus dapat menjadikan dirinya pola anutan melalui tingkah laku kepada anak-anaknya dalam keluarga. Sebab jika orangtua hanya memerintah tanpa memberikan contoh, maka akan menimbulkan konflik bagi anak-anaknya karena anak merasa dituntut
20
sementara orangtua tidak melaksanakanya. Akibatnya anak tidak mau menuruti perintah orangtua. b. Ing madyo mangun karso Orangtua harus mampu memberikan semangat kepada anakanaknya untuk mampu berkreasi dalam kehidupannya. Dengan kata lain orangtua harus mampu menghidupkan jiwa dan semangat yang positif kepada anak-anak, sehingga anak mampu untuk berkreativitas sesuai dengan potensinya. c. Tut wuri handayani Orangtua harus memiliki kemampuan untuk dapat memberikan dorongan kepada anak-anaknya agar berani melangkah ke depan menatap dunia yang kian maju dan berani bertanggung jawab atas semua yang diperbuatnya. Menurut Baumrind (1967), terdapat empat macam pola asuh orangtua, diantaranya:17 a. Pola asuh demokratis Yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran serta bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui batas kemampuan anak. Dismping itu, orangtua juga memberikan
17
Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya, Buletin DWP PTRI Jenewa, on-line: http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11 Maret 2009
21
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan serta pendekatannya kepada anak bersifat hangat. b. Pola asuh otoriter Pola asuh ini sebaliknya cenderung menetapkan standart yang mutlak harus di turuti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orangtua tipe ini cenderung untuk memaksa, memerintah, dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua, maka orangtua tidak segan-segan untuk menghukum anaknya. Orangtua juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Disamping itu, orangtua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai keinginan anaknya. c. Pola asuh permisif Pola asuh permisif atau biasa disebut pemanja biasanya memberikan
pengawasan
yang
sangat
longgar.
Memberikan
kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orangtua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. d. Pola asuh penelantar Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orangtua tipe ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan
22
pribadi mereka, seperti bekerja, dan kadang kala biayapun dihemathemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Sehingga dari macam pola asuh yang diterapkan oleh orangtua, masing-masing terdapat dampak yang terjadi pada anak. Karakteristikkarakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh orangtua, diantaranya: a. Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain. b. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. c. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang implusif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. d. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody, implusive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.
23
Dari karakteristik-karakteristik tersebut, sebagai orangtua dapat lebih mawas diri, karena apabila orangtua memahami pola asuh mana yang cenderung diterapkan, maka orangtua dapat segera merubahnya. Orangtua dapat melihat, bahwa harga diri anak yang rendah terutama disebabkan karena pola asuh orangtua yang penelantar. Dalam diri anak juga perlu ditanamkan karakter-karakter positif yang akan mendorong anak untuk melakukan hal-hal yang terbaik dalam setiap urusannya di dunia maupun di akhirat, seperti sifat jujur, optimisme, keuletan, kemandirian, keberanian, kelembutan, kasih sayang dan sebagainya. Karakter-karakter yang demikian sangat diperlukan bagi setiap individu terlebih lagi dalam menghadapi zaman serba kompleks ini. Seperti dalam syair di bawah ini, yang dapat dipahami oleh para orangtua dalam mendidik anak, diantaranya: Bila anak sering dikritik, ia belajar mengumpat Bila anak sering dikritik, ia belajar berkelahi Bila anak sering diejek, ia belajar menjadi pemalu Bila anak sering dipermalukan, ia belajar merasa bersalah Bila anak sering dimaklumi, ia belajar menjadi sabar Bila anak sering disemangati, ia belajar menghargai Bila anak mendapat haknya, ia belajar bertindak adil Bila anak merasa aman, ia belajar percaya Bila anak mendapat pengakuan, ia belajar menyukai dirinya Bila anak diterima dan diakrabi, ia akan menemukan cinta
24
(karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)18
Hal diatas juga senada dengan syair yang diungkapkan Rakhmat dalam psikologi komunikasi, yang berbunyi: Jika anak dibesarkan dengan celaan, Ia belajar memaki Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, Ia belajar berkelahi Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, Ia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, Ia belajar menyesali diri Jika anak dibesarkan dengan toleransi, Ia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan dorongan, Ia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, Ia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, Ia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, Ia belajar menyenangi dirinya Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, 18
Labib, MZ, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2006), hlm. 105
25
Ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan (Karya: Dorothy Law Notle dalam syair Children Learn What They Live)19
Menurut syair di atas menjelaskan bahwa orangtua dalam mendidik anak tidak menggunakan cara yang dapat menyebabkan anak merasa tidak disenangi, tidak dihargai, tidak diperhatikan bahkan merasa dibedakan dengan saudara yang lain, karena akan berdampak tidak baik bagi anak. Dalam sebuah hadits bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda:
( ﻣﺎ ﳓﻞ ﻭﺍﻟﺪ ﻭﻟﺪﻩ ﳓﻼ ﺃﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﺍﺩﺏ ﺣﺴﻦ )ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ Artinya: “Tidak ada sesuatu pemberian (hadiah) dari orangtua kepada anak-anaknya yang lebih utama ketimbang mengajarkan budi pekerti yang baik kepada mereka” (HR. Turmudzi).
Menurut Bolson, pola asuh orangtua dapat digolongkan dalam tiga tipe, diantaranya:20 a. Otoriter Orangtua berada dalam posisi sebagai arsitek. Orangtua dengan cermat
memutuskan
bagaimana
individu
harus
berperilaku,
memberikan hadiah atau hukuman agar perintah orangtua ditaati. Tugas dan kewajiban orangtua tidak sulit, tinggal menentukan apa yang didinginkan dan harus dikerjakan atau yang tidak boleh dilakukan oleh anak-anak mereka.
19
Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), hlm.
128-129 20
Andrie, Winarti & Utami, Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki oleh Remaja (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001), hlm. 71
26
b. Demokratis Tipe ini bercirikan adanya kebebasan dan ketertiban, orangtua memberikan arahan atau masukan-masukan yang sifatnya tidak mengikat kepada anak. Dalam hal ini orangtua bersifat objektif, perhatian dan kontrol terhadap perilaku anak-anaknya. Sehingga orangtua dapat menyesuaikan dengan kemampuan anak. c. Permisif Orangtua biasanya bertindak menghindari adanya konflik ketika orangtua merasa tidak berdaya untuk mempengaruhi anak. Akibatnya, orangtua membiarkan perbuatan-perbuatan salah yang dilakukan anak. Dalam hal ini orangtua kurang dapat membimbing terhadap anak, karena anak dibiarkan melakukan tindakan sesuka hati dan tidak ada kontrol dari orangtua.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis, akan membuat anak mudah bergaul, aktif dan ramah tamah. Anak belajar menerima pandangan orang lain, belajar dengan bebas mengemukakan pandangannya sendiri dan mengemukakan alasan-alasannya. Hal ini bukan berarti bahwa anak bebas melakukan segala-galanya. Bimbingan kepada anak tetap diberikan. Anak lebih mudah melakukan kontrol terhadap sikapnya yang tidak disukai masyarakat, anak juga merasakan kehangatan pergaulan. Hal ini sesuai dalam Al-Qur’an, yaitu:
∩⊄⊇⊆∪ šÎ/tø%F{$# y7s?uϱtã ö‘É‹Ρr&uρ
27
Artinya: Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (QS. AsySyuraa’; 214)21
Pada keluarga yang menerapkan pola asuh bebas, sering membiarkan tindakan anak, maka akan membuat anak tidak aktif dalam kehidupan sosial, dan dapat dikatakan anak menarik dir dari kehidupan sosial mereka. Dari ketiga jenis pola asuh itu, Baldwin mengatakan bahwa tipe demokratis merupakan cara yang terbaik untuk diterapkan oleh orangtua bagi anaknya untuk memberikan kemampuan menyesuaikan diri. Namun demikian, cara susunan keluarga ini kenyataannya tidak terbagi secara tajam berdasarkan ciri-ciri keluarga dalam tiga tipe tersebut. Terbanyak adalah campuran dari tiga tipe, dalam hal ini ditentukan mana yang paling menonjol yang ada dalam susunan suatu keluarga.22 Berdasarkan beberapa uraian tentang macam-macam pola asuh orangtua di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh setiap orangtua sangtlah beragam, diantaranya; tipe demokratis, otoriter, dan permisif. Tipe demokratis (orangtua bersikap ramah terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang baik karena dapat mengontrol diri, sedangkan tipe otoriter (orangtua tidak mengenal kompromi terhadap anak) akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, suka melanggar norma, serta untuk tipe permisif (orangtua memberikan pengawasan yang kurang terhadap anak) akan menghasilkan
21
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 742 Notosudirjdo & Latipun, Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan ( Malang: UMM Press. 2005), hlm. 176. 22
28
karakteristik anak yang manja dan tidak mandiri. Penerapannya ini sesuai dengan kesepakatan dalam suatu keluarga tersebut.
4. Pentingnya Pola Asuh Bagi Anak Orangtua sebagai pendidik, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anaknya. Karena dalam keluarga, anak pertama kali mengenal pendidikan untuk mengembangkan segala potensi dasarnya, baik potensi agama, sosial maupun budaya. Oleh karena itu, peran orangtua dalam membimbing dan mendidik anak serta menyelamatkan anak merupakan tujuan yang utama. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ #Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩∉∪ tβρâ÷s∆÷σム$tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& !$tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ āω ׊#y‰Ï© ÔâŸξÏî îπs3Í×‾≈n=tΒ $pκön=tæ Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(QS. At-Tahrim; 6)23
Menurut ayat tersebut diatas diketahui bahwa orangtua sebagai pemimpin dalam keluarga, bertanggung jawab terhadap anak-anaknya. Sebagaimana mendidik anak tersebut menjadikan taat kepada Allah SWT serta berbakti kepada orangtuanya. Ayat tersebut juga mengajarkan kepada orang-orang yang beriman agar menjaga diri mereka dan keluarganya dari
23
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 1148
29
siksaan api neraka, yaitu sikasaan Tuhan yang akan ditimpahkan kepada orang-orang yang berbuat dosa di dunia. Menurut pendapat Soekanto, sikap orangtua yang baik (ideal) diterapkan kepada anak adalah:24 a. Orangtua seyogyanya bersikap tindak logis (sa’benere), artinya orangtua dapat membuktikan apa dan mana yang benar dan salah. Misal: mendidik anak agar dia menjadi orang mandiri dan bertanggung jawab. b. Orangtua seyogyanga bersikap tindak etis (sa’mestine), artinya bersikap tindak didasarkan pada dasar tertentu, sehingga tidak asal saja (sembrono). Misal: tidak serakah, mampu tidak berkekurangan tetapi juga tidak serba kelebihan, dan berlarut-larut. c. Orangtua seyogyanya bersikap tindak estetis (sa’penake), artinya seharusnya orangtua hidup enak, tanpa menyebabkan ketidak enakan pada pihak lain.
Selain hal diatas, menurut pendapat Kartono dan Andari, sikap orangtua yang baik adalah:25 a. Orangtua bisa menuntun anak untuk bertanggung jawab dan menentukan jalan hidupnya sendiri.
24 Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak, cet. Ketiga (Jakarta: PT Rineka Cipta 2004), hlm. 6-7 25 Kartini Kartono dan Jeny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, (Bandung: Mandar Maju, 1998), hlm. 187-189.
30
b. Orangtua dapat bersikap toleran terhadap implus-implus dan emosiemosi anaknya serta bisa memberikan bimbingan penyalurannya dengan cara yang sehat. c. Adanya identifikasi anak yang sehat terhadap orangtua, guna memperkuat kepribadian anak. d. Orangtua mampu membimbing anak menetukan sikap dan tujuan hidupnya sendiri agar mandiri dan mampu membangun diri sendiri. e. Orangtua harus memberikan contoh sikap hidup dan perilaku yang baik dan menyingkirkan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang negatif (yang tidak sehat).
Tanggung jawab keluarga (orangtua) terhadap pendidikan anakanaknya menurut Syam harus berdasarkan pada:26 a. Dorongan (motivasi) cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya, yang nantinya mendorong sikap dan tindakan rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk anak. b. Dorongan
(motivasi)
kewajiban
moral,
sebagai
konsekuensi
kedudukan orangtua terhadap nilai-nilai religius spiritual yang dijiwai ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan agama masing-masing. c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan negaranya, bahkan kemanusiaan.
26
Siti Muntamah, 2000, hlm. 53
31
Hal tersebut seperti yang difirmankan oleh Allah SWT yang berbunyi:
u Èβ÷“ßsø9$# š∅ÏΒ çν$uΖøŠtã ôMāÒu‹ö/$#uρ y#ß™θム4’n?tã 4’s∀y™r'‾≈tƒ tΑ$s%uρ öΝåκ÷]tã 4’‾
Pentingnya pola asuh orangtua bagi anak juga dapat dilihat dari cara mereka melakukan pendampingan terhadap anaknya pada saat belajar, diantaranya:28 a. Mengajarkan tanggung jawab Anak perlu mengetahui bahwa sebagai seorang siswa memiliki tanggung jawab seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah dan mentaati semua peraturan sekolah. Dengan mengetahui tanggung jawab, anak akan menjadi percaya diri dan dapat mengorganisir pikirannya sendiri. b. Harapan tinggi Anak juga diajarkan bahwa mereka harus memiliki harapan dan cita-cita yang tinggi, misalnya masuk Universitas. Dengan demikian mereka akan giat (termotivasi) belajarnya. Hal tersebut untuk melihatkan harapan yang tinggi dan menumbuhkan motivasi belajar.
27 28
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 466 Jordan, Kiat Sukses Orangtua, (Yogyakarta: Dolphin Books, 2006), hlm. 69-73
32
c. Melibatkan diri dengan sekolah si anak Orangtua memiliki tanggung jawab dan peran penting dalam mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya di sekolah. Bertemu dengan guru-guru di sekolah secara teratur merupakan salah satu cara keterlibatan orangtua di sekolah. d. Belajar tidak selalu menyenangkan Untuk membangun kepribadian anak dalam belajar, anak perlu diberitahu bahwa belajar tidak selamanya menyenangkan. Orangtua perlu memberi motivasi seperti penghargaan atau ciuman sayang atas keberhasilan anak dalam pelajaran yang mereka anggap berat. e. Memberi waktu untuk bermain dan bersantai Orangtua dapat memberikan anak waktu untuk bermain agar mereka bersantai, memberikan waktu untuk menonton televisi meskipun tidak terlalu lama. Tidak memaksa anak untuk terus-menerus mengerjakan PR, tugas-tugas sekolah, atau belajar melebihi waktu. Anak akan bosan dan dapat menimbulkan stres padanya.
Disamping itu juga terdapat sepuluh kunci untuk membantu orangtua menggunakan metode-metode yang telah terbukti memberikan rasa eksistensi dan rasa keamanan pada anak-anak, diantaranya:29 a. Memanfaatkan waktu bercengkrama Kepercayaan diri umumnya dipengaruhi oleh kualitas waktu yang orangtua habiskan bersama anak, bukan jumlah waktu yang
29
Ibid. hlm. 9-15
33
dihabiskan orangtua. Jika kita tidak memberi anak-anak waktu bercengkrama sepanjang hari, anak akan mulai bertingkah aneh. Anak menganggap perhatian negatif itu lebih baik daripada merasa diabaikan. Sehingga orangtua menggunakan tindakan, tidak hanya sekedar kata-kata. b. Memberi anak cara-cara yang benar untuk merasa kuat Cara untuk membantu mereka agar merasa kuat dan bernilai adalah meminta nasihat mereka, memberi mereka pilihan, mengizinkan mereka membantu orangtua menyelesaikan perhitungan belanja, meminta anak memasak (membantu) orangtua berbelanja. c. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi alami Jika orangtua ikut campur ketika tidak perlu melakukannya, berarti kita merampok peluang yang dimilik anak untuk belajar dari konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul akibat perbuatannya. Dengan membiarkan mereka menghadapi konsekuensi-konsekuensi ini, orangtua tidak mengganggu hubungan anak dengan terlalu banyak mengingatkan. d. Menggunakan konsekuensi-konsekuensi logis Seringkali konsekuensi-konsekuensi logis muncul jauh di masa yang akan datang dengan memakai konsekuensi alamiah. Jika itu yang terjadi, maka konsekuensi-konsekuensi logis memang efektif. Sebuah konsekuensi untuk anak harus secara logis dikaitkan dengan perilakunya agar konsekuensi itu berfungsi.
34
e. Menjauh dari konflik Jika anak sedang menguji orangtua melalui perilaku yang membuat marah atau berbicara tanpa hormat kepada orangtua, maka langkah terbaik adalah meninggalkan kamar. Tidak pergi dalam keadaaan marah atau kalah. f. Memisahkan antara perbuatan dari yang berbuat Menjauhkan perkataan kepada anak bahwa dia nakal, karena akan merusak harga dirinya. Membantu anak untuk menyadarinya bahwa yang dibenci bukan dia melainkan perbuatannya. g. Bersikap ramah sekaligus tegas Memastikan bahwa orangtua penuh kasih saat menjemput anak, namun bertindak tegas dengan menjemput anak secepat mungkin jika waktunya habis tanpa mengomel lagi. h. Orangtua dengan tujuan di kepala Kebanyakan dari Orangtua telah menggunakan pola pikir untuk dapat mengendalikan situasi dengan sesegera mungkin. Namun hal ini dapat mengakibatkan anak-anak terlalu dikekang. Sebagai Orangtua kita berpikir bagaimana agar anak kita menjadi dewasa, maka kita akan sering merenung dengan cara itu saat mendidik. i. Bersikap konsisten Anak akan belajar untuk lebih menghormati orangtua jika orangtua tersebut serius dengan ucapannya dan lebih bersikap konsisten pada anak. Hal tersebut seperti firman Allah SWT yang berbunyi:
35
öΝà6ŠÏj.t“ãƒuρ $oΨÏG≈tƒ#u öΝä3ø‹n=tæ (#θè=÷Gtƒ öΝà6ΖÏiΒ Zωθß™u‘ öΝà6‹Ïù $uΖù=y™ö‘r& !$yϑx. ∩⊇∈⊇∪ tβθßϑn=÷ès? (#θçΡθä3s? öΝs9 $¨Β Νä3ßϑÏk=yèãƒuρ sπyϑò6Ïtø:$#uρ |=≈tGÅ3ø9$# ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan AlHikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.(QS. AlBaqarah; 151)30
Setelah kita telaah beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pentingnya pola asuh orangtua bagi anak adalah bagi penentuan anak untuk masa depannya, karena orangtua mempunyai tanggung jawab untuk dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya kepada hal-hal yang bersifat positif. Disamping itu, orangtua juga berperan aktif dalam pendidikan anak, terutama dalam hal pendampingan belajar anaknya. Kehadiran orangtua pada saat mereka belajar sangat berarti, dengan tujuan supaya anak dapat termotivasi saat mereka sedang melakukan aktivitas belajar.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua Dalam setiap keluarga, terutama orangtua memiliki norma dan alasan tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak-anaknya. Menurut Mussen, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu:31
30 31
Al-Qur’an dan Terjemahannya, op.cit, hlm 45 Mussen, Op.cit, hlm. 392
36
a. Lingkungan tempat tinggal Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orangtua dalam menerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga yang tinggal di kota besar, kemungkinan orangtua akan banyak mengontrol anak karena merasa khawatir, misal: melarang anaknya pergi kemana-mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di pedesaan, kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi sendirian. b. Sub kultur budaya Budaya di lingkungan tempat tinggal keluarga menetap akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Bunruws yang menyatakan bahwa banyak orangtua di Amerika Serikat yang memperkenankan anak-anaknya untuk mempertanyakan tindakan orangtua dan mengambil bagian dalam argumentasi tentang aturan dan standart moral. Di Meksiko, perilaku seperti itu akan dianggap tidak sopan dan tidak pada tempatnya.32 c. Status sosial ekonomi Status sosial akan mempengaruhi pola asuh orangtua. Keluarga dari kelas sosial yang berbeda, tentu juga mempunyai pandangan yang berbeda pula bagaimana cara menerapkan pola asuh yang tepat dan dapat diterima bagi masing-masing anggota keluarga.
32
Mussen, Op.cit, hlm. 393
37
Pendapat di atas juga didukung Mindel yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola asuh orangtua dalam keluarga, diantaranya:33 a. Budaya setempat Lingkungan masyarakat di sekitar tempat tinggal memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk arah pengasuhan orangtua terhadap anaknya. Dalam hal ini mencakup segala aturan, norma, adat dan budaya yang berkembang di dalamnya. b. Ideologi yang berkembang dalam diri orangtua Orangtua yang mempunyai keyakinan dan ideologi tertentu cenderung untuk menurunkan kepada anak-anaknya dengan harapan bahwa nantinya nilai dan ideologi tersebut dapat tertanam dan dikembangkan oleh anak dikemudian hari. c. Letak geografis dan norma etis Letak suatu daerah serta norma yang berkembang dalam masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam membentuk pola asuh orangtua. Penduduk pada dataran tinggi tentu memiliki perbedaan karakteristik dengan penduduk dataran rendah sesuai tuntutan dan tradisi yang dikembangkan pada tiap-tiap daerah. d. Orientasi religius Arah
dan
orientasi
religiusitas
dapat
menjadi
pemicu
diterapkannya pola asuh dalam keluarga. Orangtua yang menganut
33
Walker, Handbook of Clinical Child Psychology, (Canada: A. Wiley-Inter Science Publication, 1992), hlm. 3
38
agama dan keyakinan religius tertentu senantiasa berusaha agar anak pada akhirnya nanti juga dapat mengikutinya. e. Status ekonomi Hal ini juga mempengaruhi pola asuh orangtua. Dengan perekonomian yang cukup, kesempatan dan fasilitas yang diberikan serta lingkungan material yang mendukung cenderung mengarahkan pola asuh orangtua menuju perlakuan tertentu yang dianggap orangtua sesuai. f. Bakat dan kemampuan orangtua Orangtua
yang
memiliki
kemampuan
komunikasi
dan
berhubungan dengan cara yang tepat dengan anaknya cenderung akan mengembangkan pola asuh yang sesuai dengan diri anak. g. Gaya hidup Suatu norma yang dianut sehari-hari sangat dipengaruhi faktor lingkungan yang mengembangkan suatu gaya hidup. Gaya hidup masyarakat di desa dan di kota besar cenderung memiliki ragam dan cara yang berbeda dalam mengatur interaksi orangtua dan anak.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orangtua yaitu adanya hal-hal yang bersifat internal (seperti: ideologi yang berkembang dalam diri orangtua, bakat dan kemampuan orangtua, orientasi religius serta gaya hidup) dan eksternal (seperti: lingkungan tempat tinggal, budaya setempat, letak geografis
39
norma etis dan status ekonomi). Hal itu menentukan pola asuh terhadap anak-anak untuk mencapai tujuan agar sesuai dengan norma yang berlaku.
B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok. Ada beberapa definisi prestasi menurut para ahli adalah sebagai berikut; Menurut WJS Poerwadarminta berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya).34 Sedangkan menurut Mas'ud Khasan Abdul Qahar, prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.35 Sementara Nasrun Harahap, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.36 Sedangkan menurut Bloom prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa dan menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan evaluasi.37 Dari beberapa pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, 34
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1982),
hlm. 773 35 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional; 1994), hlm. 21 36 Ibid., hlm, 21 37 Reni Kbar Hawadi, Akselerasi (Penerbit PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta 2004), hlm 68
40
namun intinya sama, yakni hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat difahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu. Jadi prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesankesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu maupun kelompok sebagai hasil dari aktifitas dalam belajar. Pada hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati, meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan. Adapun perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar tersebut relatif tetap dan bukan hanya perubahan yang bersifat sementara. Tingkah laku mengalami perubahan menyangkut semua aspek kepribadian, baik perubahan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kebiasaan, sikap dan aspek perilaku lainnya. Agar manusia senantiasa tumbuh dan berkembang, seseorang pasti memerlukan kegiatan belajar. Sebagian orang beranggapan bahwa yang dimaksud belajar adalah mencari atau menuntut ilmu. Aliran modern dewasa ini memberikan pengertian belajar adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Walaupun pada
41
kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar, misalnya: perubahan fisik, mabuk gila dan sebagainya.38 Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperoleh, artinya belajar harus dilakukan dengan usaha sendiri adapun orang lain itu hanya sebagai pembantu atau penunjang dalam kegiatan belajar agar belajar dapat berjalan dengan baik dan akhirnya hasilnya juga baik. Surya menyatakan
bahwa pengertian dari belajar adalah suatu
proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.39 Dan dalam bukunya ANITA WOOLFOLK menjelaskan bahwa learning is process through which experience causes permanent change in knowledge or behavior.40 Secara umum belajar dapat diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif menetap terjadi sebagai hasil dari pengalaman atau tingkah laku. Yang dimaksud dengan pengalaman adalah segala kejadian yang secara sengaja dialami oleh setiap orang. Sedangkan latihan merupakan kejadian yang dengan sengaja dilakukan setiap orang secara berulang-ulang.41
38
Pupuh Fathurrohman, Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), hlm 6 39 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 8 40 Anita Woolfolk., Educational Psychology (Printed in the United States of America 2004). Page.198 41 Muhaimin, Abd Ghofir, Nur Ali Rahman, Strategi Belajar Mengaja, (Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa, 1996), hlm. 43
42
Menurut Rebber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah The process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan. Pengetahuan ini biasanya lebih sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif yang oleh sebagian ahli dipandang kurang repsentatif karena tidak mengikutsertakan perolehan ketrampilan non kognitif. Kedua, belajar adalah A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforces practice, yaitu suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatife langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.42 Pandangan agama khususnya islam bahwa belajar adalah proses kerja sistim memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan oleh manusia. Namun islam, dalam hal penekanannya terhadap signifikansi fungsi kognitif dan fungsi sensori sebagai alat penting untuk belajar, sangat belajar
seperti halnya, ya'qilun,
yatafakkarun, yubshirun, yasma'un.43
2. Macam-macam Prestasi Belajar Adapun macam-macam prestasi belajar antara lain; a. Prestasi yang bersifat kognitif 44 Yang termasuk dalam prestasi yang bersifat kognitif yaitu; ingatan, pemahaman, penerapan, pengamatan, analisis, sintesis dan lain-lain.
42
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) hlm.
43
Ibid., hlm. 101 Muhibbin Syah, Op.Cit hlm 154
91 44
43
Misalnya seorang siswa mampu menyebutkan materi pelajaran yang sudah dipelajari pada minggu lalu maka siswa tersebut bisa dikatakan potensi dalam kognitifnya dan lain sebagainya. b. Prestasi yang bersifat afektif Yang termasuk dalam prestasi afektif adalah yaitu sikap menghargai, penerimaan, penolakan dan lain-lain. Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima dan menolak terhadap sustu pernyataan atau suatu permasalahan dan lain-lain. Itu bisa dikatakan bahwa siswa mengalami prestasi afektif. c. Prestasi yang bersifat psikomotorik Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomorik siswa yaitu; kecakapan ekspresi verbal dan non verbal, ketrampilan bergerak dan bertindak. Misalnya seorang siswa menerima tentang adab sopan santun kepada orangtua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain: a. Internal siswa Faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi belajar, termasuk kedalam faktor internal, yakni faktor dari diri dalam siswa. Faktor ini terdiri dari dua aspek antara lain: 45
45
Ibid., hlm. 127
44
1) Aspek Fisiologis Aspek fisiologis yang mempengaruhi belajar berkenaan dengan keadaan dengan keadaan dan kondisi umum jasmani seseorang, misalnya menyangkut kesehatan atau kondisi tubuh, seperti sakit atau terjadinya gangguan pada fungsi-fungsi tubuh. Aspek ini juga menyangkut kebugaran tubuh. Tubuh yang kurang prima, akan mengalami kesulitan belajar. Untuk menjaga kondisi tubuh, dianjurkan untuk menjaga atau mengatur pola istirahat yang baik dan mengatur menu makanan atau mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi. Dalam perspektif Islam makanan yang harus dikonsumsi adalah makanan yang halal dan baik. Apabila sisiwa terbiasa mengasumsi makanan yang haram atau tidak baik, akan mengalir darah yang tidak baik. Kondisi ini sedikit banyak akan mempengaruhi kepada belaja. Karena di dalam tubuh yang mengalir darah haram, menyebabkan cara berfikir yang kurang baik, sulit berkonsentrasi, semua itu bisa terefleksi pada prilaku yang tidak baik dalam belajar. 2) Aspek Psikologis Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Siswalah yang menentukan
terjadi dan tidak terjadinya belajar. Untuk bertindak
belajar siswa menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika siswa tidak dapat mengatasi masalahnya, maka ia tidak belajar dengan baik.
45
Faktor intern dalam aspek psikologis yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh pada proses belajar sebagai berikut:46 a. Intellegensi siswa Intellegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu: pertama.
Kecakapan untuk menghadapi dan
menyesuaikan diri kedalam situasi yang baru denagn cepat dan efektif Kedua. Mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak
secara
efektif,
Ketiga.
Mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan kemampuan
psikologis
untuk
mereaksi
rangsangan
atau
menyesuaikan dri dengan dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Dengan demikian, intelegensi bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ–organ tubuh yang lainnya. Intelegensi besar pengaruhnya
terhadap kemajuan dan hasil
belajar.47 b. Perhatian siswa Gazali dalam Salameto menyatakan bahwa perhatian merupakan keaktifan jiwa yang dipertinggi. Jiwa itu semata-mata tertuju kepada suatu objek. Untuk memperoleh hasil belajar yang baik,
siswa
harus
memberi
perhatian
pada
bahan
yang
dipelajarinya, karena apabila bahan pelajaran tidak menjadi perhatian bagi siswa akan menimbulkan kebosanan, sehingga 46
Dimyati, Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran(Bandung : Penerbit Rineka Cipta, 1997) hlm 238 47 Tohirin. Op.cit., hlm. 129
46
yang bersangkutan tidak suka lagi belajar. Supaya timbul perhatian siswa terhadap bahan pelajaran. Proses timbulnya perhatian ada dua cara, yaitu perhatian yang timbul dari keinginan dan bukan dari keinginan (volitional and nonvolitional attention). Perhatian volitional memerlukan usaha sadar dari individu untuk menangkap suatu gagasan atau objek, sedangkan perhatian nonvolisional timbul tanpa kesadaran kehendak. Islam memandang perhatian sebagai tindakan penting dan sifat acuh merupakan aktifitas yang tidak terpuji dan merupakan tanda tidak bersyukur kepada Allah swt. Berkenaan dengan perhatian.
Al-Qur'an
banyak
menegaskan
agar
manusia
memperhatikan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaannya. Ayat AlQur'an yang menegaskan tentang perhatian antara lain adalah surat Al-A'araf (7):204.
∩⊄⊃⊆∪ tβθçΗxqöè? öΝä3ª=yès9 (#θçFÅÁΡr&uρ …çµs9 (#θãèÏϑtGó™$$sù ãβ#uöà)ø9$# ˜Ìè% #sŒÎ)uρ
Artinya: Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat (QS. Al-A’raf; 204)48
c. Sikap siswa Sikap merupakan kemampuan memberikan penialaian tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan terjadinya sikap 48
Al-Qur’an dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). Hlm. 336
47
menerima, menolak, atau mengabaikan. Siswa memperoleh kesempatan belajar.49 Dan sikap dalam siswa yakni adakalanya positif dan negatif sikap siswa yang positif terutama kepada anda dan mata pelajaran yang anda sajkan merupakan, sikap negative siswa terhadap anda dalam mata pelajaran anda, apalagi serta diiringi dengan kebencian kepada anda dan mata pelajaran anda dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut.50 d. Bakat siswa Bakat adalah kemampuan potensional yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan
pada masa yang akan
datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global itu bakat mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi
sangat cerdasdisebut juga
sebagai anak talented child. Yakni anak berbakat. Dan dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu
tanpa
banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan.51 e. Minat siswa Hilgard menyatakan minat adalah : interestis persiting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content. 49
Dimyati. Op.cit., hlm. 239 Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 135 51 Ibid., hlm 135 50
48
Dengan demikian minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatiakan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan termasuk belajar yang diminati siswa, akan diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Dan ada juga yang mengartikan minat adalah perasaan sebag atau tidak senang pada suatu objek. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena apabila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka siswa yang bersangkutan tidak akan belajar sebaik-baiknya karena tidak ada daya tarik baginya. Akan lebih mudah difahami dan disimpan dalam memori kognitif siswa karena minat dapat menambah kegiatan belajar.52 f. Motivasi siswa Pengertian dasar motivassi adalah keadaan internal organisme baik manusia maupun hewan
yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah Dalam
perkembangan
selanjutnya,
motivasi
dapat
dibedakan menjadi dua macam antara lain: 1. Motivasi intristik. Motivasi instristik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam
52
Tohirin. Op.cit., hlm. 131
motivasi
49
instristik
siswa adalah perasaan menyenangi materi atau
kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang dating dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, tata tertib sekolah,
suri
tauladan
orangtua,
guru
dan
seterusnya
merupakan contoh-contoh konkrit motivasi ekstristik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intristik karena lebih murni dan langgeng serta tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain.53
b. Eksternal siswa Faktor eksternal siswa juga terdiri atas tiga macam yakni: 1) Lingkungan sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dari prilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya
53
dalam hal belajar, misalnya rajin belajar dan
Muhibbin Syah. Op.Cit., hlm. 137
50
berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Selanjutnya, yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan
disekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat di lingkungan yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa.54 Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orangtua
dan keluarga siswa
itu sendiri. Sifat-sifat
orangtua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. 2) Lingkungan non-sosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan
letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Factor-faktor ini turut menentukan
tingkat
keberhasilan belajar siswa.55 3) Pendekatan belajar siswa. Faktor pendekatan belajar adalah upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.56
54
Ibid., hlm. 137 Ibid., hlm. 138 56 Ibid., hlm. 133 55
51
4. Langkah-langkah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Dengan adanya perkembangan dalam dunia pendidikan, usaha dalam meningkatkan prestasi sekolah terus digalakkan dalam upaya meningkatkan mutu
dengan
prinsip
bahwa
setiap
sekolah
berkesempatan
untuk
menampilakan keunggulannya. Ada empat langkah yang dapat ditempuh oleh setiap sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar antara lain: a. School Review School Review adalah proses yang didalamnya mencakup seluruh komponen sekolah bekerjasama dengan pihak-pihak yang relevan, khususnya orang tua siswa dan tenaga profesional untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas kebijaksanaan sekolah, program pelaksanaannya, serta mutu lulusannya. Dengan School Review diharapkan akan dapat ditemukan jawaban atas pertanyaan di bawah ini.57 1. Apa yang hendak dicapai oleh sekolah sesuai dengan tuntutan orang tua dan masyarakat 2. Apa yang perlu dilaksanakan sekolah dalam tiga atau empat tahun mendatang 3. Bagaimana hasil pencapaian hasil belajar 4. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pencapaian belajar secara maksimal 5. Faktor apa yang memungkinkan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.
57
hlm 151
Nursisto, Peningkatan Prestasi Belajar Menenga .(Insan Cendikia; Jakarta 2002.)
52
b. Quality Assurance Dari data tentang school review, kita dapat berusaha untuk melangkah agar rat-rata kondisi guru lebih baik, langkah tersebut dapt ditempuh dengan Quality Assurance. Quality Assurance bersifat proses oriented. Asumsinya, jika proses yang ideal telah ditempuh dalam suatu kegiatan, maka dapat diharapkan outputnya akan maksimal pula. c. Quality Control Quality Control adalah suatu sistim untuk menditeksi terjadinya penyimpangan kualitas out put yang tidak sesuai dengan standar. Standar kualitas ini bersifat relatif dan dapat diciptakan oleh masing-masing sekolah. d. Bechmarking Bechmarking adalah merupakan kegiatan untuk menetapkan suatu standar baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu priode tertentu. Untuk kepentingan praktis standar tersebut direfleksikan dari realitas yang ada. Langkah-langkah Bechmarking antara lain: 1. Memilih sekolah yang mempunyai aktifitas dengan indikator yang lebih baik, sebagai standart. 2. Membandingkan indikator sekolah sendiri dengan indikator sekolah yang baik lainnya. 3. Menetapkan gap antara indikator sendiri dengan indikator yang baik dari sekolah lain. Tujuannya untuk mendapatkan perbedaan antara keadaan sekolah sendiri dengan sekolah standar
53
4. Menentukan sasaran dan target yang akan dicapai dalam jangka waktu tiga atau empat tahun mendatang 5. Merumuskan cara-cara agar skor indikator sekolah sendiri meningkat mendekati skor sekolah yang baik (sekolah lain) dan menyusun program.
Jadi
dapat
ditarik
kesimpulan
bahwa,
langkah-langkah
dalam
peningkatan prestasi belajar yang pertama adalah dengan mengundang wali murid ke sekolah agar nantinya anak ketika lulus sesuai denagn yang diharapkan orang tuanya, dan mengundang orang yang profesional ke sekolah untuk mengevaluasi dan menilai efektifitas kebijaksanaan sekolah dengan dilakukan kegiatan itu maka out putnya pun akan maksimal, dan juga membandingkan indikator sekolah sendiri dengan sekolah lain agar menjadi lebih baik.
54
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan penelitian. Penelitian merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mencari pengetahuan baru.58 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara dua variabel yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif korelasional, dimana penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin diketahui peneliti. Angka-angka yang terkumpul sebagai hasil penelitian kemudian dapat dianalisis menggunakan metode statistik.59 Sedangkan jenis penelitiannya berupa korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua variabel, dan apabila ada seberapa erat hubungannya.60 B. Variabel Penelitian Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukkan variasi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif.61 Dalam penelitian kuantitatif, variabel mempunya ciri-ciri tertentu. Menurut purwanto variabel mempunyai tiga ciri, 58
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.
59
Ibid, hlm. 105-106 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta,, 2005), hlm.
103 60
247 61
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006) hlm. 118
55
yaitu: dapat diukur, membedakan satu objek dari objek yang lain dalam satu populasi, dan nilainya bervariasi.62 Djunaidi juga mengatakan bahwa dalam penelitian pendidikan hubungan antara variabel adalah bersifat multivariate, dengan kata lain hubungan deterministis antara satu variabel bebas dengan satu variabel lain yang tidak bebas ada dan selalu terjadi.63 Maka dapat ditentukan beberapa variabel sebagai berikut: 1. Variabel bebas (independent variable) atau variabel X adalah variabel yang dipandang sebagai penyebab munculnya variabel terikat yang diduga sebagai akibatnya. 2. Variabel terikat (dependent variable) atau variabel Y adalah variabel (akibat) yang dipradugakan, yang bervariasi mengikuti perubahan dari variabel-variabel bebas. Umumnya merupakan kondisi yang ingin kita ungkap dan jelaskan. Adapun variabel yang hendak diteliti adalah: 1. Variabel bebas (X)
: Pola Asuh Orang Tua
2. Variabel terikat (Y)
: Prestasi belajar siswa
Tabel 3.1 Variabel penelitian Variabel
Sub variabel
Indikator
penelitian 1. Pola Asuh
1. Otoriter
Orangtua menetapkan standart yang
62 Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 45 63 Djunaidi Ghoni, Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, (Malang: UIN Malang-Press, 2009), hlm. 119
56
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman Cenderung untuk memaksa, memerintah, dan menghukum anak Tidak mengenal kompromi Dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah Tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai keinginan anaknya
2.
Demokratis
Orangtua lebih memprioritaskan kepentingan anak Bersikap realistis terhadap kemampuan anak Tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan Pendekatannya kepada anak bersifat hangat
3. Permisif
Orangtua memberikan pengawasan
57
yang sangat longgar pada anak Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orangtua Cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya Sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orangtua kepada anak 2. Prestasi Diukur dari nilai rata-rata raport
Belajar
C. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh64. apabila peneliti menggunakan kuesioner dalam pengumpulan data, maka sumber datanya adalah responden yaitu orang yang merespon
atau
menjawab
pertanyaan-pertanyaan
peneliti.
Untuk
mempermudah mengidentifikasi sumber data penulis mengklasifikasikannya menjadi tiga tingkatan huru p dari bahasa Inggris, yaitu65 : o p : person, sumber data berupa orang o p : place, sumber data berupa tempat 64 65
Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 129 Ibid
58
o p : paper, sumber data berupa simbol Data yang dikumpulkan secara garis besar dapat dibagi menjadi66 : 1. Data Primer, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh peneliti. 2. Data Sekunder, yaitu data yang dikumpulkan, diolah, dan disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi atau jurnal. Adapun jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer yang diperoleh dari: a. Siswa-siswi kelas XI MAN Malang I b. Wali kelas 2. Data Sekunder yang diperoleh dari: a. Buku-buku yang terkait dengan penelitian b. Dokumen-dokumen c. Catatan-catatan d. Laporan-laporan maupun arsip-arsip resmi
D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian67. Penelitian populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subyeknya tidak terlalu banyak.
66
M. Zainuddin dan Muhammad Walid, Op.Cit, hlm. 43 Suharsimi Arikunto, Op.Cit, hlm. 130
67
59
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah semua obyek yang akan diteliti yaitu siswa-siswi kelas XI MAN Malang I berjumlah 236 yang terbagi dalam tujuh kelas. 2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti68. Kemudian Suharsimi menegaskan apabila subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Sebaliknya jika subyek terlalu besar, maka sampel bisa diambil antara 10%-15% hingga 20%-25%.69 Dalam penelitian ini karena populasinya terlalu besar, maka penelitian ini merupakan penelitian sampel. Sehingga peneliti dengan berbagai pertimbangan diantaranya dari segi waktu dll, maka sampel yang diambil sebanyak 25% yaitu 60 siswa dari 236 siswa. Tekhnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tekhnik random sampling yaitu: pengambilan sampel random (acak), peneliti “mencampur” subyek-subyek di dalam populasi, sehingga semua subyek dianggap sama70. Dalam artian random sampling mengambil semua individu yang ada dalam populasi, sehingga semua dianggap sama atau diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel dalam penelitian. E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan 68
Ibid, hlm. 131 Ibid, hlm 134 70 Ibid, hlm. 134 69
60
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah71. Berdasarkan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka instrumen penelitiannya berupa: interview (wawancara), pedoman dokumentasi, dan pedoman kuisioner/angket. Peneliti menggunakan satu Instrumen yaitu pola asuh orangtua, karena variabel prestasi sudah diukur dengan nilai raport. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket yang berisi pernyataan dengan jumlah soal seluruhnya 40 item dan telah disediakan 4 pilihan jawaban yaitu: selalu (SL), sering (SR), kadang-kadang (KD), tidak pernah (TP).
72
Skala ini berdasar pada skala likert yang telah
dimodifikasi. Pemberian skor pada pilihan jawaban adalah sebagai berikut :
1. Skor 4 untuk jawaban SL (selalu) 2. Skor 3 untuk jawaban SR (sering) 3. Skor 2 untuk jawaban KD (kadang-kadang) 4. Skor 1 untuk jawaban TP (tidak pernah) Adapun pedoman pemberian skor pada skala ini dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Pedoman pemberian skor skala Jawaban
71 72
hlm. 197
Nilai
SL
4
SR
3
Ibid, hlm. 160 Sanapiah Faisal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982),
61
KD
2
TP
1
Setelah dibuat pedoman pemberian skor item diatas, maka penulis membuat 40 pernyataan sesuai dengan indikator-indikator pola asuh yang terdiri dari 14 pernyataan demokratris, 14 pernyataan otoriter, 12 pernyataan permisif.
Tabel 3.3 Blue print skala pola asuh orangtua
No
Aspek
1
Demokratis
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14
14
2
Otoriter
15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28
14
3
Permisif
29,30,31,32,33,34,35,36,37,38,39,40
12
No item
Jumlah
Jumlah
40
F. Validitas dan Reliabilitas Validitas dan Realibilitas merupakan hal yang penting dan sangat berkaitan dalam menentukan kualitas suatu alat ukur. Kualitas alat ukur tersebut akan sangat menentukan baik dan tidaknya suatu hasil penelitian. Alat ukur sebelum digunakan harus diketahui validitas dan reliabilitasnya sehingga alat ukur tersebut tidak menyimpang dari hal-hal yang ingin diketahui.
62
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen, suatu instrumen yang valid atau shahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.73 Untuk mengukur validitas digunakan rumus korelasi product moment Pearson sebagai berikut: r xy
=
∑ xy (∑ x ) ∑ y 2
2
Keterangan: rxy
: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
∑x
: Jumlah skor item
∑y
: Jumlah skor total
∑x²
: Jumlah skor kuadrat dari skoe item
∑y²
: Jumlah skor kuadrat dari skor total
∑xy
: Jumlah perkalian antara skor total
Dalam melakukan perhitungan dengan remus diatas, peneliti menggunakan bantuan software SPSS ( statistical product and service solution) 15.0 for windows.
Alat ukur setelah dikatakan valid maka langkah selanjutnya adalah mengukur reliabilitas. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.74 Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih 73 74
Arikunto, op.cit, hlm. 168 Ibid, hlm. 178
63
jawaban-jawaban tertentu, instrumen yang sudah dapat dipercaya yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercay a juga. Dalam menghitung reliabilitas peneliti menggunakan rumus Alpha:75
σ k ∑ r 11 = 1− 2 k −1 σ
2 b t
Keterangan: r 11
: Reliabilitas instrumen
k
: Banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑
σ
2
: Jumlah varians butir b
∑σ
2
: Varians total 1
G. Metode Pengumpulan Data Menyusun instrumen adalah pekerjaan penting di dalam langkah penelitian. Akan tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi, terutama apabila peneliti menggunakan metode yang memiliki cukup besar celah untuk dimasuki unsur minat peneliti76. Data adalah bagian terpenting dalam suatu penelitian. Untuk kegiatan pengumpulan data ini peneliti akan berusaha memperoleh dan mengumpulkan sebanyak-banyaknya. Di mana dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa
75 76
Ibid, hlm. 196 Ibid, hlm. 222
64
metode. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah:77 1. Metode Wawancara (interview) Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang, misalnya untuk mencari data tentang variabel latar belakang murid, orang tua, pendidikan, perhatian, sikap terhadap sesuatu Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang keadaan prestasi siswa dalam kelas, dan juga tentang keikut sertaan wali murid dalam kegiatan belajar mengajar. Hasil dari wawancara ini sebagai penguat dari hasil angket. Wawancara ini dilakukan kepada wali kelas masing-masing, karena menurut pandangan peneliti yang paling mengetahui keadaan siswa adalah wali kelas dari pada guru-guru yang lain. 2. Metode Dokumentasi Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
77
Ibid, hlm.155
65
Metode ini dilakukan dengan cara mengutip berbagai data melalui catatan-catatan, laporan-laporan, kejadian masa lampau untuk mengetahui prestasi belajar siswa 3. Metode Angket (kuesioner) Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data dari siswa tentang pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing orang tua.
F. Analisis Data Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Data yang diperoleh dari hasil angket dan interview dituangkan dalam bentuk statistik, namun menggunakan teknik statistik deskriptif dan analisis regresi sederhana Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data yang telah diperoleh adalah sebagai berikut78: 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang menggambarkan kegiatan berupa pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan data, dan penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, atupun diagram agar
78
Ibid, hlm. 290-295
66
memberikan gambaran yang teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu keadaan atau peristiwa.79 Maka sesuai dengan pengertian diatas data akan dikelompokkan dan dikumpulkan dalam distribusi frekuensi. Panjang kelas interval : skor tertinggi – skor terendah Banyaknya kelas interval Setelah ditentukan panjang interval, total nilai butir dimasukkan ke kelas interval sehingga didapatkan frekwensi tiap kategori. Dari kategori tersebut dipersentasikan.
Persentasi : P = f
x100%
N Keterangan: P
: angka persentase
F
: frekwensi
N
: jumlah frekwensi
2. Analisis Regresi Linier Faishal mengatakan regresi linier sederhana memperkirakan satu variabel terikat berdasarkan satu variabel bebas. Variabel terikat diberi notasi Y dan variabel bebas diberi notasi X, sehingga yang dicari adalah regresi Y dan X.80 rumus yang digunakan untuk menghitung persamaan regresi linier adalah: Y = a + bX
79
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 12 Sanapiah Faishal, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 43 80
67
Keterangan: Y
: nilai dari variabel terikat (dependent)
X
: nilai dari variabel bebas (independent)
a
: nilai konstanta
b
: koefisien regresi
68
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya MAN Malang I Madrasah Aliyah Negeri Malang I lahir berdasarkan SK Menteri Agama No. 17 Tahun 1978, yang merupakan alih fungsi dari PGAN 6 Tahun Puteri Malang. Pengalihfungsian PGAN 6 Puteri menjadi dua madrasah, yaitu MTsN Malang II (saat ini pindah ke Jl. Cemorokandang 77 Malang) dan MAN Malang I MAN I sejak masih berstatus PGAN 6 Tahun Puteri menempati gedung milik Lembaga Pendidikan Maarif di Jalan MT. Haryono 139 Malang dengan hak sewa sampai akhir Desember 1988. Kemudian pada tanggal 2 Januari 1989, MAN Malang I pindah ke lokasi baru yang berstatus milik sendiri di Jalan Simpang Tlogomas I/40 Malang. Di tempat terakhir inilah; yang saat ini bernama Jalan Baiduri Bulan 40 Malang, sampai sekarang MAN Malang I berkembang. MAN Malang I adalah sebagai lembaga pendidikan umum ditingkat menengah, yang diselenggarakan oleh Departemen Agama yang mempunyai keunggulan dibidang pemahaman agama Islam. Secara fisik citra yang ditampilkan adalah bernafaskan Islam, sehingga terkesan berwibawa, sejuk, rapi dan indah. Cerminan pokok yang ditampilkan kampus MAN Malang I adalah Islami dan terkesan modern, serta dihuni
69
oleh orang-orang yang dekat dengan Allah SWT., ramah terhadap sesama, santun, selalu tersenyum, serta peduli terhadap lingkungannya. Ditinjau dari kelembagaan, MAN Malang I mempunyai tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, memiliki manajemen yang kokoh yang mampu menggerakkan seluruh potensi untuk mengembangkan kreatifitas civitas akademika MAN Malang I, serta memiliki kemampuan antisipatif masa depan dan proaktif. Selain itu MAN Malang I memiliki pimpinan yang mampu mengakomodasikan seluruh potensi yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh. Sejak resmi memiliki sebutan MAN Malang I, madrasah ini telah mengalami 5 masa kepemimpinan, yaitu: 1) Raimin, BA
: Tahun 1978 – 1986
2) Drs. H. Kusnan A
: Tahun 1986 – 1993
3) Drs. H. Toras Gultom
: Tahun 1993 – 2004
4) Drs. H. Tonem Hadi
: Tahun 2004 – 2006
5) Drs. H. Zainal Mahmudi, M.Ag
: Tahun 2006 – Sekarang
Di bawah kepemimpinan kelima orang di atas, MAN Malang I menunjukkan peningkatan kualitas dan mutunya. Dan kita berharap dengan semakin bertambah usia, MAN Malang I semakin mampu memberikan sumbangan yang terbaik bagi kemajuan Iptek yang didasari oleh kemantapan Imtaq
70
2. Visi, Misi, dan Tujuan Perkembangan dan tantangan masa depan seperti: perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua terhadap pendidikan memicu Madrasah untuk merespon tantangan sekaligus peluang itu. MAN Malang I memiliki citra moral yang menggambarkan profil Madrasah yang diinginkan di masa datang yang diwujudkan dalam Visi Madrasah sebagai berikut :
a. Visi TERWUJUDNYA INSAN BERKUALITAS TINGGI DALAM IPTEK YANG RELIGIUS DAN HUMANIS Adapun indikatornya adalah sebagai berikut:
BERKUALITAS: mempunyai kemampuan yang tinggi dalam penguasaan iptek dan imtaq serta mempunyai daya saing yang tinggi
RELIGIUS:
memiliki ketakwaan dan kesalehan serta selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dalam kehidupan sehari-hari
HUMANIS: mempunyai kepedulian terhadap diri dan lingkungan serta dapat diterima dan dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat.
b. Misi Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial sehingga mampu menyiapkan dan mengembangkan sumberdaya insani yang unggul dibidang iptek dan imtaq. Sedangkan misi dari
71
penyelenggaran pembelajaran dan pendidikan di MAN
Malang I
terurai sebagai berikut 1. Menumbuhkan semangat belajar untuk pengembangan Iptek dan Imtaq 2. Mengembangkan penelitian untuk mendapatkan gagasan baru yang berorientasi masa depan 3. Mewujudkan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan, kreatif dan inovatif. 4. Menumbuhkembangkan semangat penghayatan dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari 5. Mewujudkan warga sekolah yang memiliki kepedulian terhadap diri, lingkungan dan berestetika tinggi
c. Tujuan Tujuan yang diharapkan dari penyelenggaraan pendidikan di MAN Malang I adalah 1. Meningkatkankan prosentase kelulusan Ujian Nasional menjadi 100 % 2. Meningkatkan angka prosentase siswa yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri baik melalui jalur SPMB maupun PMDK. 3. Meningkatkan kemampuan
berfikir ilmiah warga madrasah
melalui kegiatan penelitian sehingga dapat berprestasi di level lokal, regional maupun internasional
72
4. Menciptakan
proses
pembelajaran
yang
mengasyikkan,
menyenangkan, dan mencerdaskan dengan melengkapi ruang belajar yang berbasis multimedia. 5. Meningkatkan pengetahuan siswa untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian yang berjiwa ajaran agama Islam yang diimplementasikan melalui shalat berjamaah, diskusi keagamaan, khitobah dua bahasa ( Arab dan Inggris), dan seni Islami. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam mengadakan hubungan timbal balik dalam lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya yang dijiwai ajaran agama Islam melalui kegiatan bakti sosial dan Studi Kenal Lingkungan
3. Sasaran Program Unggulan Tabel 4.1 Sasaran program unggulan SASARAN PROGRAM
SASARAN
SASARAN
1 TAHUN
PROGRAM
PROGRAM
5 TAHUN
10 TAHUN
(Program Jangka
( 2007 / 2012)
(
Pendek)
(Program
(Program Jangka
Jangka
Panjang)
( 2007 / 2008 )
2007/
2017)
Menengah) 1. Kehadiran
didik,
Peserta 1. Kehadiran
Guru
Karyawan
dan lebih
Peserta Guru
1. Kehadiran didik, dan
didik,
Peserta
Guru
Karyawan
dan lebih
73
SASARAN PROGRAM
SASARAN
SASARAN
1 TAHUN
PROGRAM
PROGRAM
( 2007 / 2008 )
5 TAHUN
10 TAHUN
(Program Jangka
( 2007 / 2012)
(
Pendek)
(Program
(Program Jangka
Jangka
Panjang)
2007/
2017)
Menengah) dari 96%.
Karyawan lebih
dari 98 %.
dari 97%. 2. Target
pencapaian 2. Target
2. Target pencapaian
rata-rata Nilai Ujian
pencapaian rata-
rata-rata
UN
Akhir 7.5
rata UN lulusan
lulusan 7,9
7,7. 3. 65 % lulusan dapat 3. 70%
lulusan 3. 85 % lulusan dapat
diterima di PTN,
dapat diterima di
diterima
baik melalui jalur
PTN
baik
baik melalui jalur
PMDK
melalui
jalur
PMDK
PMDK maupun
SPMB.
maupun
SPMB.
di
PTN
maupun
SPMB. 4. 25 % peserta didik 4. 35
dapat
aktif
berbahasa Arab.
didik dapat aktif
dapat
berbahasa Arab.
berbahasa Arab.
5. 25 % peserta didik 5. 40
dapat
aktif
berbahasa Inggris.
% peserta 4. 45 % peserta didik aktif
% peserta 5. 60 % peserta didik
didik dapat aktif
dapat
aktif
berbahasa
berbahasa Inggris.
Inggris. 6. 70 % peserta didik 6. 75
dapat
didik
%
peserta 6. 90 % peserta didik dapat
dapat
74
SASARAN PROGRAM
SASARAN
SASARAN
1 TAHUN
PROGRAM
PROGRAM
( 2007 / 2008 )
5 TAHUN
10 TAHUN
(Program Jangka
( 2007 / 2012)
(
Pendek)
(Program
(Program Jangka
Jangka
Panjang)
2007/
2017)
Menengah) mengoperasikan
mengoperasikan
mengoperasikan
program Ms Word,
6
program komputer
Ms
komputer
Excel,
Power
6
Ms
program Ms
(Ms
Word,
6
Ms
Point,
Word, Ms Excel,
Excel, Ms Power
dan
Ms Power Point,
Point,
CorelDraw,
Bahasa
Bahasa Program
dan Internet).
CorelDraw, Bahasa Program
CorelDraw, Program
dan Internet). 7. 10 % peserta didik 7. 20
%
peserta 7. 30 % peserta didik
dapat
didik
mengoperasikan
mengoperasikan
mengoperasikan
program
program
program
PhotoShop, Swish,
PhotoShop,
PhotoShop, Swish,
AutocaD, 3D max,
Swish, AutocaD,
AutocaD, 3D max,
Windows
3D
Windows
Movie
maker
dapat
max,
Windows Movie
dapat
Movie
maker
maker 8. 15 % Peserta didik 8. 30
jurusan
BAHASA
mampu
membuat
film Drama
%
didik
Peserta 8. 40 % Peserta didik jurusan
BAHASA mampu membuat
mampu film
jurusan
BAHASA
mampu
mampu
membuat Drama
film
75
SASARAN PROGRAM
SASARAN
SASARAN
1 TAHUN
PROGRAM
PROGRAM
( 2007 / 2008 )
5 TAHUN
10 TAHUN
(Program Jangka
( 2007 / 2012)
(
Pendek)
(Program
(Program Jangka
Jangka
Panjang)
2007/
2017)
Menengah) Drama 9. 80% peserta didik 9. 90%
peserta 9. 100% peserta didik
dapat membaca Al
didik
Qur’an dengan baik
membaca
dan benar
Qur’an
dapat
dapat membaca Al
Al
Qur’an dengan baik
dengan
dan benar
baik dan benar 10. 15 % Peserta didik 10. 30
%
Peserta 10. 40 % Peserta didik
mampu
didik
mengembangkan
mengembangkan
mengembangkan
tanaman Hias dan
tanaman
tanaman Hias dan
Toga
dan Toga
11. Memiliki
ekstra 11. Extra
mampu
Hias
mampu
Toga
kurikuler 11. Ekstrakurikuler
kurikuler unggulan
unggulan
dapat
unggulan
dapat
(KIR & Olah Raga
menjuarai tingkat
meraih
Atletik)
Kota/provinsi
tinggkat nasional
prestasi
4. Sarana dan Prasarana a. Tanah dan Halaman Tanah Madrasah sepenuhnya milik negara. seluruhnya 6.150 m2.
Luas areal
76
Tabel 4.2 Data luas tanah
Status Kepemilikan
Sudah
Belum
Digunak
Digunaka
2
n (m2)
an (m ) Sumber Tanah Sudah
Belum
Sertifik Bersertifik at
at
Pemerintah
350 m2
3.700 m2 6.150 m2
-
Wakaf/Sumbangan
-
2.100 m2
-
-
Pinjam / Sewa / Beli
-
-
-
-
b. Gedung Madrasah Bangunan Madrasah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.
Tabel 4.3 Keadaan Gedung Madrasah MAN Malang I 2
Ruang
1
16
1991
-
-
Tahun 1991
Keadaan-
-
Baik
Rusak Ringan
Kamad No 3
4
Jenis Ruang
Jml Luas 1 100 2
Guru
(m )
Bangun
Ruang T 1 Banguna
40
89-91
U n 5 1
Perpustak 1 Ruang 20 aan Kelas
Rusa -k Berat
100 94-96 1.296 1983-2005
-
-
77
6
Laborator 1
96-97
-
-
-
-
ium AlQur’an 2
57,5
96-97
-
-
Fisika
1
56
84-85
-
-
Kimia
1
72
96-97
-
-
Biologi
1
72
85-86
-
-
Ketrampi
1
30
97-98
IPS
1
72
2006
-
-
Bahasa
2
72
1997/2005
-
-
Ket.
1
72
85-86
-
-
1
42
92-93
-
-
1
24
86-87
-
-
2
9
88-89
-
-
1
300
2007
-
-
1
234
89-90
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Kompute r
lan
7
Elektro 8
Ruang Ketramp.
9
Ruang BP / BK
10
Ruang UKS
11
Ruang AULA
12
Masjid/ Musholla
13
Rumah Dinas
14
Kantin
1
15
97-98
15
Asrama/
-
-
-
-
-
-
-
-
Pondok 16
Micro
78
Teaching 17
Ruang
-
-
-
1
8
2006
1
56
2005
-
-
-
-
Multime dia 18
Ruang KIR
19
Ruang TRICC
20
Ruang
-
Sidang 21
Gudang
1
20
2005
22
Rumah
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dinas Kepala 23
Rumah Penjaga
5. Keadaan Guru dan Karyawan Jumlah seluruh personil Madrasah ada sebanyak 88 orang, terdiri atas guru 74 orang, karyawan tata usaha 14 orang.
Tabel 4.4 KEADAAN PERSONIL MADRASAH No
Nama
1.
Drs.
Jabatan H.
Zainal
Mahmudi, Kepala Madrasah / Guru PNS
M.Ag.
Pengembangan diri
2.
Dra. Hj. Istarsyidah, S.Pd
Guru Q-Hadits/Geografi
3.
Dra.
Hj.
Wahyuning Guru
Widyastuti 4.
Drs. M. Husnan
STATUS
PNS PNS
Fisika Guru
Matematika
PNS
79
No
Nama
Jabatan
5.
Dra. Hj. Siti Kholifah
Guru
STATUS
Bp/Bk/Peng. Diri
Waka Humas /Guru
6.
PNS PNS
Drs. M. Shohib, M.Ag.
Bahasa Arab
7.
Drs. Muh. Dahri, S.Pd
Guru
Qur'an Hadits/Fiqih
PNS
8.
Dra. Hj. Nur Laila, S.Pd
Guru
Sosiologi
PNS
Waka Prasarana/
9. Agung Nugroho, S.Pd. 10. Dra. Sri Pusporini
Guru
11.
Waka Drs. Nur Hidayatullah
12.
PNS
Bahasa Indonesia Kimia Kesiswaan/
PNS Guru PNS
Matematika Guru
Arlis Y. Zubaidah, S.Pd.
Matematika/Ketram PNS p.
13. Betti Sumiwati, S.Pd.
Guru
Kimia
PNS
14. Drs. Sudirman, ST., S.Pd
Guru
Eko-Akn/Elektro
PNS
15.
Waka
Kurikulum/
Guru PNS
Matematika
Drs. Arif Djunaidi 16. Dra. Hj. Rida Ruhamawati
Guru
Bp/Bk/Peng. Diri
PNS
17. Dra. Hidayatus Shibyana, M.A
Guru
Bahasa Arab/Asing
PNS
18. Chusnul Chotimah, S.Pd.
Guru
Ekonomi/Akuntansi PNS
Khisbiyah Guru
PNS
19. Dra.
Yayuk
Wiryaningsih
Bahasa Inggris
20. Dra. Erni Qomaria Rida
Guru
Matematika
PNS
21. Dra. Ismiati Mahmudah
Guru
Biologi
PNS
22. Emi Rohanum, S.Pd.
Guru
Fisika
PNS
23. Syaiin Qodir, S.Pd.
Guru
Ppkn
PNS
80
No
Nama
24.
Jabatan Guru
Dra. Hj. Ninik Rukayati, M.Ag
Bahasa
STATUS PNS
Inggris/Ketr.
25. Dra. Dyah Istami Suharti.
Guru
Biologi
PNS
26. Drs. Imam Istamar
Guru
Antro/Sejarah/Tik
PNS
27. Nur Handayani, S.P
Guru
Biologi
PNS
28. Dra. Yuni Widayati
Guru
Ekonomi-Akuntansi PNS
29. Dra. Luluk Machsufah
Guru
Bhs Inggris/Sejarah
PNS
30. R. Heru Lesmana, S.Pt
Guru
Biologi/Tik
PNS
31.
Guru
Sej./Sos./Atropolog
PNS
i
Robil Alamin, S.Pd 32. Ary Budiono, S.Pd
Guru
Bahasa Idonesia
PNS
33. Rahmah Farida, S.Pd.I
Guru
Bhs. Arab/Qur'an H
PNS
34. Azin Priyo Kunantiono, S.Pd
Guru
Penjaskes
PNS
35. Muzainah, S.Ag
Guru
Qur’an Hadist
PNS
36. Drs. Sabilal Rosyad
Guru
Fisika
PNS
37. Yasin, S.Pd
Guru
Bhs. Arab/Fiqih
PNS
38. Endro Soebagyo, S.Pd
Guru
Seni Budaya/Tik
PNS
39. Subhan, S.Pd
Guru
Sosiologi/Sejarah
PNS
40. Lely Pancaratna, S.Pd
Guru
Matematika
PNS
41. Nurul Fitriah, S.Si
Guru
Kimia/Tik
PNS
42. Drs. Musthofa, M.Pd.I
Guru
Akidah Akhlaq
PNS
43. Hanik Ulfa, S.Ag. M.Pd
Guru
Ski
PNS
44. H. Pramoe Soetedjo, BA
Guru
Penjaskes
GTT
45. Muchamad Khuseini, S.Pd
Guru
Bhs
GTT
81
No
Nama
Jabatan
STATUS
Inggris/Kaligrafi 46. Nur Faridatul Qomariah, S.Pd.
Guru
Bahasa Indonesia
GTT
47. Joko Sugiharto, S.Pd.
Guru
Penjaskes
GTT
48. Moh. Taufik Al-Fajar, S.Pd.
Guru
Sejarah
GTT
49. Istiqomah, S.Pd.
Guru
Bhs. Inggris/Jerman GTT
50. Slamet Priyanto, S.Pd.
Guru
Geografi
GTT
51. Dewi Nurjanah, S.Pd.
Guru
Ppkn
GTT
52. Riyono, S.Pd.
Guru
Bahasa Indonesia
GTT
53. Farah Fuadati, S.Pd.
Guru
Ekonomi/Akuntansi GTT
54. Chusnul Maulu’ah, S.Psi.
Guru
Bp/Bk/Peng. Diri
GTT
55. Sugiono, S.Ag
Guru
Qur'an Hadits
GTT
56. Mila Poerwanti, S.Pd.
Guru Bahasa Inggris
GTT
57. Imam Sya’roni
Pelatih
GTT
58. Erlangga
Pelatih
GTT
59. David Rahardian Pandarangga
Pelatih
GTT
60. Siti Dwi Yuliastuti
Pelatih
GTT
61. Samsul Hidayat
Pelatih
GTT
62. Siti Aqofah Meimoenah
Kepala Tata Usaha
PNS
63. Wahyu Ujiati
Bendahara Pengeluaran
PNS
64. Heri Mulyo Cahyo
Kepegawaian
PNS
65. Anita Fanti Hariyani, A.Md
Staf Kepegawaian
PNS
66. Kamsin
Kebersihan
PTT
67. Naniek Swandayani
Staf Pengajaran
PTT
82
No
Nama
Jabatan
STATUS
68. Sugiono, S.Ag
Perpustakaan
PTT
69. Suryadi
Kebersihan
PTT
70. Mohammad Nur Khambali
Komputer
PTT
71. Luluk Ilfianah
Staf Pengajaran
PTT
72. Agus Suroso
Satpam
PTT
73. Kusnadi
Kebersihan/ Keamanan
PTT
74. Moch. Solichin
Perpustakaan
PTT
75. Lilik Ayu Octavia
Petugas Kopsis
PTT
76. Edi
Petugas Kebersihan
PTT
Dari sejumlah guru, 67% yang berstatus guru PNS. Sisanya 33 % guru GTT dan sebagai guru honorer.
6. Data Siswa a. Jumlah peserta didik Jumlah peserta didik seluruhnya berjumlah
pada tahun pelajaran 2007/2008
731 orang. Persebaran jumlah peserta didik
antar kelas merata. Peserta didik di kelas X ada sebanyak 7 rombongan belajar. Peserta didik pada program IPA baik di kelas XI maupun di kelas XII masing-masing tiga dan dua rombongan belajar, pada program IPS di Kelas XI dan Kelas XII masing-masing ada tiga rombongan belajar. Sedangkan pada program BAHASA di Kelas XI ada satu rombongan belajar dan Kelas XII ada dua rombongan belajar
83
Tabel 4.5 Keadaan siswa Tahun
Kelas
Pelajaran
2001 / 2002
2002 / 2003
2003 / 2004
2004 / 2005
2005/2006
2006/2007
2007/2008
Jenis Siswa
Jumlah
Perempuan
Laki-laki
I
165
102
267
II
160
114
274
III
155
98
240
I
129
96
225
II
158
104
262
III
155
112
267
I
158
85
243
II
129
94
223
III
157
99
256
I
135
77
212
II
159
72
231
III
122
91
213
X
164
80
244
XI
128
63
191
XII
157
69
226
X
171
100
271
XI
159
74
230
XII
128
63
191
X
148
105
253
XI
162
95
257
XII
151
70
221
b. Keadaan tidak naik kelas, tidak lulus, dan droup out Peserta didik yang tidak naik kelas, tidak lulus dan angka putus Madrasah (Droup-Out) peserta didik sampai tahun pelajaran 2006/2007.
84
Tabel 4.6 Tidak Naik Kelas, Tidak Lulus dan Putus Madrasah Tahun Pelajaran
2001 / 2002
2002 / 2003
2003 / 2004
2004 / 2005
2005 / 2006
2006 / 2007
2007 / 2008
Kelas
Jumlah
Tidak
Tidak
Putus
Naik
Lulus
Madrasah/DO
I
267
4
1
II
274
5
2
III
240
I
225
2
-
II
262
5
1
III
267
I
243
10
2
II
223
10
3
III
256
I
212
13
7
II
231
4
1
III
213
X
244
9
3
XI
191
-
-
XII
226
X
280
10
15
XI
230
10
10
XII
191
-
X
253
-
-
XI
257
-
-
XII
221
-
-
-
-
-
1
2
5
-
-
-
-
-
-
Tingginya keadaan tidak naik kelas dan putus Madrasah peserta didik terutama disebabkan karena masih kurangnya kesadaran orang tua dan peserta didik tentang arti pentingnya pendidikan dan perhatian orang tua peserta didik..
85
c. Input dan output NEM Pencapaian nilai rata-rata NEM peserta dari tahun ke tahun cenderung mengalami kenaikan. Peserta didik yang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, khususnya PMDK atau UMPTN ternyata kenaikannya cukup signifikan.
Tabel 4.7 INPUT DAN OUTPUT NEM PESERTA DIDIK Input
Rata-rata
Output
Rata-
Yang ke PTN
Tahun
NEM
Tahun
rata
Tahun 2000-2007
NEM
1999-2000
3,85
2001-2002
5.08
Terlampir
2000-2001
4,55
2002-2003
5.78
130 Siswa
2001-2002
4,36
2003-2004
6,22
120 Siswa
2002-2003
5,85
2004-2005
7.59
48 PMDK dan 66 SPMB
2003-2004
5,97
2005-2006
7.97
52 PMDK dan 50 SPMB
2004-2005
5,73
2006-2007
7.11
74 PMDK dan
33
SPMB 2005-2006
6,01
2007-2008
2006-2007
6,27
2008-2009
2007-2008
6,8
2009-2010
Faktor ekonomi dan konflik keluarga diduga menjadi penghambat dalam kemajuan pendidikan di Madrasah.
86
Tabel 4.8 DATA NUN LIMA TAHUN TERAKHIR TAHUN KELA S
NILAI
2002/
2003/
2004/
2005/
2006/
2003
2004
2005
2006
2007
7.54
9.39
9.53
9.07
3.9
4.69
6.45
6.73
5.24
5.8
6.46
8.06
8.28
7.30
7
8.28
8.81
8.52
4.2
4.5
3.21
4.12
4.15
5.5
5.75
6.93
7.59
6.77
TERTINGG 6.8
9.03
8.4
9.2
9.53
5.1
4.58
6.17
7.13
6.27
5.95
6.46
7.77
8.04
7.30
NILAI TERTINGG 7.6 I NILAI IPA
TERENDA H NILAI RATARATA NILAI
TERTINGG 6.8 I NILAI IPS
TERENDA H NILAI RATARATA NILAI
I BHS
NILAI TERENDA H NILAI RATA-
87
RATA
Tabel 4.9 DATA PRESTASI SISWA NON AKADEMIK EMPAT TAHUN TERAKHIR TAHUN
TINGKAT KOTA/KAB. MALANG JAWA TIMUR NASIONAL
2003/2004 2004/2005 2005/2006
2006/2007
44
34
38
18
14
9
17
2
3
1
3
-
7. Sumber belajar Sumber meningkatkan
belajar dan
merupakan
sarana
mengembangkan
belajar
wawasan
yang
keilmuan
dapat serta
kreatifitas sumber daya manusia. MAN Malang I sebagai lembaga pendidikan yang unggul memiliki beberapa sumber belajar yang cukup memadai. Sumber belajar tersebut meliputi: 1. Ruang multimedia Ruangan ini merupakan ruang audio visual, digunakan sebagai tempat belajar bersama serta dilengkapi sarana teknologi informasi. 2. Perpustakaan Perpustakaan merupakan salah satu sarana belajar yang memadai untuk menambah dan meningkatkan wawasan keilmuan.
88
Hal ini ditunjang dengan berbagai fasilitas yaitu buku, referensi, area multi media dan sentral pelayanan. 3. Koperasi Siswa Koperasi merupakan salah satu penunjang sarana belajar yang selama ini sangat efektif bagi program sosial yaitu IPS 4. Laboratorium Bahasa Ruangan ini merupakan salah satu tempat belajar yang sangat bagus dalam meningkatkan kemamupan berbahasa, baik itu berbahasa Indonesia, berbahasa Inggris, berbahasa Arab dan berbahasa Jerman. Lab. Bahasa terdiri atas 2 ruangan salah satunya perangkatnya menggunakan sistem komputer. 5. Laboratorium Komputer / Pusat Komputer Pusat komputer adalah merupakan salah satu unit yang fungsinya sebagai salah satu sumber belajar yang sangat mendukung untuk meningkatkan kualitas SDM. Ini bisa dilakukan dengan cara mempelajari referensi dari internet yang menjangkau wilayah regional maupun internasional. 34 komputer yang tersedia di lab. komputer beserta LCD dan 4 komputer dan 4 lektop yang tersebar di ruang-ruang yang lain semuanya akan dilengkapi dengan internet online selama 24 jam. 6. Laboratorium IPA Laboratorium
adalah
ruangan
yang
representative,
memerlukan penanganan yang serius sehingga fungsinya betulbetul optimal.
Laboratorium IPA terdiri dari 4 lab. yaitu Lab
89
Fisika, Biologi, Elektronika dan Kimia. Salah satu fungsi dari laboratorium tersebut ialah sebagai tempat praktek untuk menunjang tercapainya program IPA.
8. Kegiatan keagamaan Tabel 4.10 Kegiatan keagamaan Semester NO Jenis Kegiatan
Waktu
I (2006/2007)
Ket
II (2006/2007)
7
8
9
10 11 12 1 2 3 4
5
6
-
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
IBADAH Pembelajaran 1
Al-
Qur'an * Tadarus rutin untuk
siswa
sebelum
jam Harian
pelajaran pertama dimulai * Tadarus rutin untuk
guru
dan Mingguan
karyawan * Seni membaca Al Qur’an
Mingguan
Pembelajaran 2
Sholat a) Bagi Siswi/a yang
belum
mampu
sholat
dengan benar
Insidentil
90
Semester NO Jenis Kegiatan
b)
Waktu
I (2006/2007)
Ket
II (2006/2007)
7
8
9
10 11 12 1 2 3 4
5
6
v
v
v
v
v
v
Membudayakan
sholat
Dhuha
setiap
hari
dengan Harian
kelas
berbeda
yang
sudah
v
v
v v v v
dijadwal. Pada c) Wajib jama'ah
hari
Dhuhur
untuk Harian
civitas
MAN
v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v senin Sabtu
Malang I
Pada d) Jama'ah sholat Mingguan v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v hari
jum'at
Infaq 3
jum'at
jum'at
Pada
(
sebagai
dana
qurban
dan
Mingguan v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
keagamaan) Seni 4
Qosidah
orkes gambus
5
2 Minggu
x
v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
v
v
v
v
v
v
v v v v
v
v
dalam
dua bahasa setelah sholat dhuhur di masjid
jum'at jam 5
Kontemporer dan
Khitobah
hari
Harian
91
9. Gambaran Umum Orangtua Siswa Orangtua yang dimaksudkan adalah orang yang bertanggung jawab atas anak yang disekolahkan di MAN Malang I, baik itu tentang biaya pendidikan atau pengasuhan (wali murid). Orangtua siswa kelas XI MAN Malang I cukup berperan aktif dalam proses belajar anaknya di sekolah, hal ini tercermin dalam sikap orangtua siswa yang aktif mengikuti perkembangan belajar anaknya di sekolah dengan menghadiri setiap undangan dari sekolahan untuk evaluasi akhir biasanya dalam akhir semester. Du luar itu orangtua siswa juga aktif berkomunikasi secara pribadi dengan pihak sekolah, baik itu dengan kepala sekolah, waka kesiswaan dan wali kelas tentang perkembangan belajar anaknya. Pihak sekolah juga menyediakan contact service yang disediakan untuk beberapa keperluan diantaranya untuk memudahkan orangtua dalam mengakses perkembangan belajar anaknya disekolah. Dalam lingkungan keluarga-pun anak diasuh dengan baik, artinya mereka diperhatikan dalam belajarnya tidak dibiarkan begitu saja. Oarangtu cukup memahami bahwa proses pendidikan tidak hanya terjadi dalam lingkungan sekolah, akan tetapi di lingkungan keluarga dan masyarakat luas belajar terus terjadi. Penanaman nilai sangat efektif diterapkan dalam lingkungan keluarga, maka
dalam
pengasuhannya
orangtua
tidak
lepas
atau
hanya
mengandalkan pihak sekolah untuk mendidik anaknya.
B. Analisis Statistik Deskriptif 1. Pola Asuh Kepada 60 responden diberikan 40 pertanyaan yang terdiri 14 item pernyataan demokratis, 14 pernyataan otoriter, dan 12 pernyataan permisif. Dari pernyataan-pernyataan yang diberikan telah diperoleh skor tertinggi dan terendah sesuai dengan kriteria pola asuh masing-masing.
92
a. Demokratis Dari 14 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 52 dan skor terendah 33, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut: Panjang kelas interval = 52-33
= 4.75
4
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Demokratis No
Interval
Kriteria
Frekuensi Persentase
1
48-52
Sangat baik
16
27 %
2
43-47
Baik
19
32 %
3
38-42
Sedang
17
28 %
4
33-37
kurang
8
13 %
60
100 %
Jumlah
Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh demokratis diatas diperoleh frekuensi 16 atau 27 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi 19 atau 32 % kriteria baik, frekuensi 17 atau 28 % dengan kriteria sedang, frekuensi 8 atau 13 % dengan kriteria kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI MAN Malang I yang sebagian besar orangtuanya menerapkan pola asuh yang demokratis kriteria baik dengan frekuensi 19 atau 32 %.
b. Otoriter Dari 14 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 53 dan skor terendah 29, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut: Panjang kelas interval = 53-29 4
=6
93
Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Otoriter No
Interval
Kriteria
Frekuensi Persentase
1
47-53
Sangat baik
17
28 %
2
41-46
Baik
21
35 %
3
35-40
Sedang
16
27 %
4
29-34
kurang
6
10 %
60
100 %
Jumlah
Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh otoriter diatas diperoleh frekuensi 17 atau 28 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi 21 atau 35 % kriteria baik, frekuensi 16 atau 27 % dengan kriteria sedang, frekuensi 6 atau 10 % dengan kriteria kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI MAN Malang I yang sebagian besar orangtuanya menerapkan pola asuh yang otoriter kriteria baik dengan frekuensi 21 atau 35 %.
c. Permisif Dari 12 pernyataan yang disediakan didapat skor tertinggi 47 dan skor terendah 25, maka panjang kelas interval adalah sebagai berikut: Panjang kelas interval = 47-25
= 5.5
4
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Permisif No
Interval
Kriteria
Frekuensi
Persentase
1
45-49
Sangat baik
2
3%
2
40-44
Baik
18
30 %
3
35-39
Sedang
28
47 %
94
4
30-34
Kurang
9
15 %
5
25-29
Sangat kurang
3
5%
60
100 %
Jumlah
Dari tabel distribusi frekuensi pola asuh permisif diatas diperoleh frekuensi 2 atau 3 % dengan kriteria sangat baik, frekuensi 18 atau 30 % kriteria baik, frekuensi 28 atau 4 7% dengan kriteria sedang, frekuensi 9 atau 15 % dengan kriteria kurang, frekuensi 3 atau 5 % dengan kriteria sangat kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI MAN Malang I yang sebagian besar orangtuanya menerapkan pola asuh yang permisif kriteria sedang dengan frekuensi 28 atau 47 %. Hasil dari analisis deskriptif dari tiap-tiap sub variabel diatas mengindikasikan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa kelas XI MAN Malang I adalah campuran dari ketiga jenis pola asuh yang diteliti, karena tidak ada gradasi yang ekstrim dari frekuensi yang tersebar dalam tabel-tabel diatas. Data analisis angket diatas juga diperkuat dengan hasil wawancara di MAN Malang I: Wawancara dengan bapak Sudirman81 Memang ada beberapa wali murid itu yang menyerahkan sepenuhnya tanpa ada kontrol dari orang tua tentang kegiatan belajar anak, tetapi itu sangat sedikit sekali. Lebih banyak yang ikut berperan aktif dalam kegiatan belajar, dan itu terbukti dari banyak diantara wali murid itu yang menelpon saya menanyakan keadaaan belajar anaknya disekolah.
81
Wawancara dengan Sudirman, wali kelas XI MAN Malang I
95
Wawancara dengan siswa kelas XI MAN Malang I82 Orang tua saya sering menanyakan bagaimana belajar saya disekolah, dan tidak jarang saya dimarahi karena nilai saya turun tapi tidak terlalu keras, dan menurut saya mereka memberikan motivasi sekaligus tanggung jawab kepada saya dalam hal belajar. Saya juga pernah mendapat hadiah ketika nilai saya bagus
2. Prestasi Belajar Prestasi yang dimaksud dalam penilitian ini adalah penghargaan atas hasil belajar yang diambil dari nilai raport ujian semester yang dicapai oleh siswa kelas XI MAN Malang I. Nilai dari semua responden diperoleh nilai tertinggi 84 dan terendah 67. Maka skor dari nilai tersebut dapat dibuat kelas interval sebagai berikut: Panjang kelas interval : 84 – 67 =6 3
Tabel 4.14 Distribusi frekuensi prestasi belajar siswa kelas XI MAN Malang I No
Interval
Kriteria
Frekuensi
persentase
1
79-84
Tinggi
32
53 %
2
73-78
Sedang
27
45 %
3
67-72
Rendah
1
2%
60
100 %
Jumlah
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar prestasi siswa kelas XI MAN Malang I termasuk pada kriteria tinggi dengan frekuensi 32 dari 60 siswa yang menjadi responden atau 53 % memiliki tingkat prestasi yang tinggi. 82
Wawancara dengan Okta Dewi Kurnia, siswa kelas XI MAN Malang I
96
3. Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Siswa Untuk mengetahui pengaruh pola asuh terhadap prestasi belajar siswa, peneliti menggunakan analisis regresi. Untuk mencari persamaan regresi peneliti menghitung dengan software SPSS 15.0 for windows. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan analisis regresi, maka diketahui hasil sebagai berikut:
Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Regresi F
Signifikan
R Square
F 63.714
0.000
0.407
Adjusted R Constant
Koefisien
square
b
0.400
45.204
0.499
Perhitungan regresi diatas didapatkan nilai konstanta sebesar 45.204, koefisien 0.499. dengan demikian didapatkan persamaan regresi: Y = 45.204 + 0.499 X Koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0.407 dengan adjusted r square 0.400 berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh sebesar 40 %. Sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabel diluar variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dapat diartikan bahwa jika pola asuh naik sebanyak satusatuan saja, maka prerstasi belajar naik sebanyak 0.499. Dapat diartikan bahwa variabel pola asuh mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa MAN Malang I
97
BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan Pola Asuh Orangtua Siswa Kelas XI MAN Malang I Orangtua merupakan model figur utama bagi anak. Sebab orangtua memiliki peluang yang cukup banyak untuk mensosialisasikan aturan, nilai, dan kebiasaan serta sikap hidup. Disamping itu, orangtua dalam keluarga juga merupakan sosok yang menjadi panutan dan perlakuan yang akan diterapkannya kepada anak-anaknya, serta mempunyai hak untuk mengasuh dan membesarkan anak-anaknya karena orangtua berperan sebagai guru, penuntun, dan pengajar. Bagi orangtua, anak adalah dambaan, buah hati, pelipur lara, amanah sekaligus cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Oleh karena itu sudah seharusnya jika mereka mengetahui dan memahami dengan benar apakah fungsi daripada anak dalam sebuah keluarga dan bagaimana metode pendidikan yang seharusnya mereka terapkan dalam rangka membentuk pribadi anak yang berakhlak, berkualitas dan kompeten. Sehingga dari pendidikan keluarga tersebut diharapkan akan tercetak generasi-generasi umat yang tangguh di dalam maupun di luar. Mengasuh anak merupakan proses yang sangat kompleks, sebab banyak hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengasuh anak. Dalam mengasuh dan mendidik anak membutuhkan beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan, seperti memberikan kasih sayang, penanaman rasa disiplin, pemberian hukuman dan hadiah, pemberian teladan, penanaman sikap dan moral, serta
98
kecakapan dalam mengatur anak. Hal tersebut merupakan rangkaian suatu pola yaitu pola asuh orangtua. Anak merupakan titipan sekaligus anugerah bagi orangtua, dia merupakan pelita dalam kehidupan berkeluarga serta kebanggaan bagi orangtua. Maka orangtua akan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi orangtua yang baik dengan membimbing dan mendidik anak agar kelak menjadi anak yang pintar dan berbakti bagi orang tua. Peran orangtua sangat penting dalam perjalanan kehidupan anak, anak bagaikan sebuah kertas kosong yang polos, putih dan bersih dan orangtualah yang akan mewarnai kehiduan sang anak. Menurut Wahyuni, bahwa dalam mengasuh dan mendidik anak, sikap orangtua ini dipengaruhi oleh adanya beberapa faktor diantaranya pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh ataupun sikap orangtua mereka, nilai-nilai yang dianut oleh orangtua, tipe kepribadian orangtua maupun keluarga, kehidupan perkawinan orangtua dan alasan orangtua mempunyai anak.83 Sehingga Wahyuni dalam penelitiannya menjelaskan pola asuh adalah suatu model dan cara pemberian perlakuan seseorang kepada orang lain dalam suatau lingkungan sosial, atau dengan kata lain pola asuh adalah model dan cara dari orangtua memperlakukan anak dalam suatu lingkungan keluarganya sehari-hari, baik perlakuan yang berupa fisik maupun psikis.84 Menurut pendapat Mussen, mendefinisikan pola asuh orangtua adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba berbagai strategi untuk 83
Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia. 1976),
84
Ibid
hlm. 144
99
mendorong anak-anaknya mencapai tujuan yang diinginkan. Dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral, dan standart perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti.85 Pandangan Meichati yang mengutarakan bahwa pola asuh orangtua adalah perlakuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan dan memberikan perlindungan, serta mendidik anak-anaknya dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga setiap orangtua dapat menerapkan cara pengasuahan yang berbeda dalam sebuah keluarga. Setiap orangtua memegang teguh prinsip-prinsip islam sebagai tolak ukur dalam mendidik anak-anaknya, sebab ia akan membimbing manusia pada fitrahnya yang lurus, yaitu pembentukan pribadi-pribadi yang bertaqwa. Hal ini sebagaimana yang tersirat dalam sebuah hadits bahwasannya Rasulullah SAW membuat garis dengan tangannya seraya bersabda: “Inilah jalan Allah SWT yang lurus” Kemudian beliau membuat garis-garis yang banyak sekali di kanan kirinya seraya beliau bersabda: “Inilah jalan-jalan yang tak satupun terlepas dari intaian setan yang menyesatkan” Kemudian beliau membaca ayat Al-Qur’an:
tã öΝä3Î/ s−§xtGsù Ÿ≅ç6¡9$# (#θãèÎ7−Fs? Ÿωuρ ( çνθãèÎ7¨?$$sù $VϑŠÉ)tGó¡ãΒ ‘ÏÛ≡uÅÀ #x‹≈yδ ¨βr&uρ ∩⊇∈⊂∪ tβθà)−Gs? öΝà6‾=yès9 ϵÎ/ Νä38¢¹uρ öΝä3Ï9≡sŒ 4 Ï&Î#‹Î7y™ Artinya: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai
85
Mussen, Perkembangan dan Kepribadian Anak, (Jakartan : Arcan , 1994), hlm. 395
100
beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (QS. Al-an’am; 153)86
Mengasuh dan memelihara anak merupakan kewajiban dari orangtua sekaligus sebagai hak yang sudah semestinya diterima oleh setiap anak. Dalam hukum islam terdapat suatu istilah yang disebut dengan hadanah, yaitu memelihara anak-anak yang masih kecil, baik itu laki-laki maupun perempuan dengan menyediakan sesuatu yang menjadikan anak baik, mengasuh, merawat, dan menjaganya dari sesuatu yang membahayakan dirinya serta memberikannya pendidikan dalam seluruh aspek kehidupan sehingga ketika dewasa mereka menjadi pribadi yang mandiri dan memiliki tanggung jawab. Doktrin Islam menggariskan dan mengatur orang islam agar dapat mengikuti gaya hidup yang berbudaya atas dasar kerja sama, kasih sayang, dan kesetiaan sehingga meningkatkan kemajuan budaya masyarakat islam. Sehingga islam mulai pengaturannya pada manusia sebagai individu karena ia merupakan organisme yang pertama yang membentuk kehidupan keluarga dan masyarakat, dan selanjutnya kehidupan bangsa.87 Rasulullah SAW merupakan sosok teladan dalam hal menyayangi anak dan orang pertama yang senantiasa menasihatkan kepada para orangtua agar menyayangi anak-anak mereka, karena persahabatan orangtua dengan anakanaknya akan menanamkan dalam diri anak tersebut watak yang mulia dan mengarahkan tingkah laku yang disiplin pada anak. Seperti dalam sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:
86
Al-Qur’an dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra). hlm 283 Zamarkasyi Dhifier, dkk, Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. (Jakarta: UNICEF Indonesia, 1986), hlm. 53 87
101
ﺇﻥ ﻣﻦ ﺃﻛﻤﻞ ﺍﳌﺆﻣﻨﻮﻥ ﺇﳝﺎﻧﺎ ﺃﺣﺴﻨﻬﻢ ﺧﻠﻘﺎ ﻭﺍﻟﻄﻔﻬﻢ ﺑﺄﻫﻠﻪ:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ()ﺭﻭﻯ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬ Artinya: “Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yang paling baik akhlaknya serta paling penyayang kepada keluarganya” (HR. Tirmidzi).
Peran keluarga terutama orangtua menjadi penting untuk mendidik anak baik tinjauan agama, sosial, maupun individu. Akan tetapi bagaimana pendidikan keluarga dapat berlangsung dengan baik sehingga mampu menumbuhkan perkembangan kepribadian anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan dan pembinaan dalam keluarga merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan penting. Dalam keluarga, orangtua juga memegang peranan penting dalam memberikan keteladanan yang baik bagi anak. Sehingga orangtua sedini mungkin dapat mengenalkan nilai-nilai yang mengandung suasana religi. Syariah islam membebani kewajiban orangtua untuk memelihara keselamatan anak dan perkembangan anak, atas dasar pertimbangan bahwa anak adalah titipan Allah SWT yang harus dijaga baik-baik sebab mereka akan mempertanggung jawabkannya kepada Allah SWT.88 Seperti dalam hadits Bukhori yang menjelaskan dengan tegas bahwa bagian tanggung jawab yang harus dipikul oleh orangtua, yaitu kewajiban untuk memelihara keselamatan anak-anaknya dan memenuhi kebutuhan 88
Dhofier, dkk, Op.cit, hlm. 29
102
hidupnya. Hal ini berarti bahwa orangtua harus menyediakan makanan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah SAW menganjurkan kepada setiap orangtua agar menyuruh anak-anknya untuk menjalankan ibadah shalat ketika mereka telah berumur tujuh tahun, adalah tidak lain agar supaya mereka terbiasa melakukan hal itu dan membina anak mempunyai sifat yang terpuji. Disamping itu juga, orangtua dapat bersikap adil (tidak membedakan dengan saudara lain) dalam memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap anak-anaknya, agar kewajiban mereka tumbuh dengan baik dalam kasih sayang dan persaudaraan. Rasulullah bersabda:
:ﻗﺎﻝ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﷲ ﺻﻠﻰ ﺍﷲ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺍﳌﺮﺃﺓ ﺭﺍﻋﻴﺔ ﰲ ﻣﺎﻝ ﺯﻭﺟﻬﺎ, ﻓﺎﻟﻮﺍﻟﺪ ﻭﺍﻉ ﰲ ﺃﻫﻠﻪ ﻭﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ,ﻛﻠﻜﻢ ﺭﺍﻉ ﻭﻛﻠﻜﻢ ﻣﺴﺌﻮﻝ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻪ (ﻭﻭﻟﺪﻩ ﻭﻣﺴﺌﻮﻟﺔ ﻋﻦ ﺭﻋﻴﺘﻬﺎﺯ )ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ Artinya: “Kamu semua adalah penanggung jawab dan akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipercayakan kepadamu. Seorang ayah bertanggung jawab membiayai dan memelihara kehidupan keluarganya, dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya. Seorang istri bertanggung jawab terhadap anak dan harta suaminya dan akan dimintai pertanggung jawaban atasnya” (Shahih Al-Bukhori Juz.VII: 34)
Menurut Bolson, pola asuh dapat digolongkan menjadi tiga89 yaitu: 1. Demokratis 2. Otoriter 3. Permisif
89
Andrie, Winarti & Utami, op.cit, hlm. 71.
103
Hasil analisis statistik deskriptif yang sudah dijabarkan pada bab IV diketahui pola asuh yang dominan dan berada pada kriteria baik diantara ketiga pola asuh diatas adalah pola asuh demokratis dan otoriter dengan frekuensi 32 % dan 35 %. Sedangkan pola asuh permisif mendapatkan frekuensi sebesar 47 % dari 60 siswa, meskipun nilai persentase pola asuh permisif lebih besar daripada dua pola asuh yang dominan diatas pola ini tidak dikatakan dominan karena frekuensi terbesar menempati pada kriteria sedang yang artinya orang tua siswa yang menggunakan pola asuh permisif tidak terlalu mendominasi dalam penerapannya atau dengan kata lain tidak tinggi frekuensinya. Berdasarkan penjelasan di atas rata-rata pola asuh yang digunakan oleh orangtua siswa adalah campuran dari ketiga pola asuh tersebut. Baldwin juga menyebutkan bahwa yang terbanyak adalah campuran dari ketiga pola tersebut.90
B. Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI MAN Malang I Berdasarkan angket yang telah disebar kepada 60 responden tentang pola asuh orangtua, hasil dari angket tersebut diolah dalam distribusi frekuensi diperoleh data mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orangtua siswa dalam kehidupan sehari-hari, yaitu demokratis, otoriter, dan permisif. Dari 60 responden menunjukkan pola asuh yang dominan adalah demokratis dan otoriter sebesar 32 % dan 35 %. Atas dasar hasil yang
90
Notosudirjdo, op.cit, hlm. 176.
104
diperoleh maka siswa dalam kehidupan sehari-hari berada dalam asuhan yang demokrratis yaitu orangtua lebih memprioritaskan kepentingan anak, bersikap realistis dan tidak berharap lebih yang tidak berada pada batas kemampuan anak. Orangtua pun memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih sikap dalam setiap mengambil keputusan baik itu dalam belajar maupun yang lain, orangtua hanya membimbing dan memberi masukan terhadap setiap keputusan yang diambil oleh anak dengan pendekatan yang hangat. Pola asuh otoriter juga ditemukan hasil yang dominan dan baik dalam segi prestasi siswa. Berarti disamping siswa mendapatkan cara asuh yang demokratis mereka juga diasuh dengan otoriter yaitu orangtua menetapkan standart yang harus dipenuhi oleh anak kadang-kadang memaksa untuk melakukan apa yang telah ditentukan oleh orangtua. Pola asuh yang terakhir yaitu permisif ini dalam distribusi frekuensi mendapatkan 47 % akan tetapi pada kriteria sedang, jadi dalam penerapannya tidak terlalu signifikan atau dominan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan berarti tidak sama sekali namun jarang dan biasanya sebagai selingan dari kedua pola asuh diatas. Penjelasan yang telah diuraikan menunjukan bahwa secara simultan pola asuh mempengaruhi prestasi belajar siswa karena belajar adalah proses mental sedangkan pola asuh pendekatannya menggunakan pendekatan mental dari hati ke hati.
105
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya disertai dengan analisis data maka dalam penelitian pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi siswa dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1. Pola asuh orangtua adalah pola interaksi antara orangtua dan anak selama masa pengasuhan dan perawatan dengan tujuan untuk membimbing dan mendidik anak-anaknya pada kehidupan yang lebih baik dalam suatu lingkungan keluarga. Pola asuh orangtua yang diterapkan oleh orangtua siswa kelas XI MAN Malang I adalah demokratis 32 % dengan kriteria baik dan prestasi siswa adalah baik dengan bentangan nilai antara 79 - 84 dengan interval 6. Artian baik yang dimaksud adalah tingkat signifikansi penerapannya pada anak, otoriter 45 % dengan kriteria baik dan prestasi siswa tergolong baik dengan bentangan nilai 79 – 84 dengan interval 6, dan permisif 47 % dengan kriteria sedang dan prestasi siswa sedang dengan bentangan nilai 73 – 78 dengan interval 6. Namun sebagian besar pola asuh yang diterapkan oleh orang tua siswa adalah tipe campuran dari ketiga tipe pola asuh yang diteliti yaitu anatra demokratis, otoriter dan permisif 2. Pola asuh orangtua berpengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap prestasi belajar siswa dengan persamaan regresi Y = 45.204 + 0.499 X. persamaan regresi ini menunjukkan bahwa jika skor pola asuh nol, maka skor resiliensi sebesar 45.204. Angka r sebesar 0.638 menunjukkan bahwa
106
korelasi atau hubungan antara prestasi dengan pola asuh adalah signifikan karena angka r lebih besar dari 0.5 (α = 0.5 > sig) jadi hipotesis nol ditolak dan hipotesis kerja diterima. Selain itu dapat diprediksikan bahwa jika terdapat perubahan pada skor pola asuh sebesar satu dapat mempengaruhi perubahan resilensi rata-rata sebesar 0.499. . Nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Suquare) sebesar 0.400yang berarti variabel terikat prestasi belajar dijelaskan oleh variabel bebas pola asuh orang tua sebesar 40 % sedangkan sisanya 60 % dijelaskan oleh variabe lain di luar variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
B. Saran Penelitian telah dilakukan, maka dari pengalaman hasil penelitian peneliti menawarkan beberapa saran : 1. Bagi pihak sekolah, penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih mengintensifkan hubungan yang sinergis
antara sekolah dengan wali
murid untuk membantu siswa dalam kegiatan belajar. 2. Bagi guru , diharapkan bisa mengerti apa yang harus dilakukan ketika menghadapi anak yang pola asuhannya menggunakan pola demokratis, otoriter maupun permisif. Meskipun tidak mengetahui secara langsung dalam artian mengadakan penlitian untuk setiap anak, para guru bisa melihat bagaimana respon dari anak tersebut. Karena sikap dan perilaku anak adalah cerminan dari pola asuh yang diterapkan orangtua.
107
3. Bagi penelitian selanjutnya, mungkin ini bisa dijadikan bahan acuan dasar tentang penelitian pola asuh dan prestasi dan diharapkan penelitian selanjutnya bisa lebih fokus dan mendalam dari penelitian ini.
1
DAFTAR PUSTAKA
Andrie, Winarti & Utami. 2001. “Pola Asuh Orangtua dan Nilai-nilai Kehidupan yang Dimiliki oleh Remaja” (Fenomena: Jurnal Psiklogi, 2001)
Al-Qur’an dan terjemahannya DEPAG RI. (Semarang; Karya Toha Putra)
Arikunto Suharsimi. 2006. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. 2005. “Manajemen Penelitian”. Jakarta: PT Rineka Cipta
Bahri Syaiful. 1994. “Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru”. Surabaya: Usaha Nasional.
Dharmawan Budi dan Yusroh Yoyoh. 2009.
“Metode pendidikan Rasulullah
SAW dalam Mengembangkan kepribadian anak. (one-line: http//www.pksanz.org/print.php?sid. akses: 11 Maret 2009)
Dimyati, Mudjiono. 1997. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung : Penerbit Rineka Cipta.
Dhofier Zamarkasy, dkk. 1986. “Mengasuh Anak Menurut Ajaran Islam. Jakarta: UNICEF Indonesia.
Fathurrohman Pupuh, dkk. 2007. “Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami.” Bandung: PT Refika Aditama.
2
Faisal Sanapiah. 1982. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Surabaya: Usaha Nasional.
Ghoni Djunaidi. 2009. “Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif. Malang: UIN-Malang Press
Gunarsa Singgih D.1976 “Psikologi Untuk Keluarga”. Jakarta: BPK. Gunung Mulia.
Hawadi Reni. 2004. “AkselerasiI”.Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Huda Miftahul. 2008. “Interaksi Pendidikan 10 Cara Qur’an Mendidik Anak”. Malang: UIN-Malang Press.
Kartono Kartini dan Andari Jeny. 1998. “Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam”. Bandung: Mandar Maju.
Margono. 2000. “Metodologi Penelitian Pendidikan”. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Muhaimin,dkk. 1996. “Strategi Belajar Mengaja”. Surabaya: CV. Citra Media karya anak Bangsa.
Muhaimin. 1991. “Konsep Pendidikan Islam”. Solo: Ramadhan.
Mussen. 1994. “Perkembangan dan Kepribadian Anak”. Jakarta : Arcan.
MZ Labib. 2006. “Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam”. Surabaya: Bintang Usaha Jaya.
3
Notosudirjdo & Latipun. 2005. “Kesehatan Mental: Konsep dan Penerapan”. Malang: UMM Press.
Nursisto. 2002. “Peningkatan Prestasi Belajar Menengah” . Jakarta: Insan Cendikia.
Purwanto. 2007. “Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan”. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Poerwadarminta WJS. 1982. “Kamus Umum Bahasa Indonesia”. Jakarta: Balai Pustaka.
Petranto Ira. 2009. “Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orangtuanya
Buletin
DWP
PTRI
Jenewa,
on-line:
http;//www.binarymoon.co.uk/2005. Jakarta: Kawan Pustaka, Akses: 11 Maret 2009.
Rakhmat Jalaludin. 1986. “Psikologi Komunikasi”. Bandung: CV. Remaja Karya.
Slameto. 1988. “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Jakarta: Bina Aksara.
Syah Muhibbin. 2006. “Psikologi Pendidikan”. Bandung:
PT Remaja
Rosdakarya.
Shochib Moh. 1998. “Pola Asuh Orangtua”. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Soekanto Soerjono. 2004. “Sosiologi Keluarga; Ikhwal Tentang Keluarga, Remaja dan Anak”. Jakarta: PT Rineka Cipta.
4
Subana. 2000. “Statistik Pendidikan”. Bandung: CV Pustaka Setia.
Tohirin. 2005. “Psikologi Pembelajaran Agama Islam”. Jakarta:
PT Raja
Grafindo Persada.
Walker. 1992. “Handbook of Clinical Child Psychology”. Canada: A. Wiley-Inter Science Publication.
Woolfolk Anita. 2004. “Educational Psycholog”. Printed in the United States of America.